ANALISIS NARASI NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Linda Nurasiah NIM: 109051000056
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ANALISIS NARASI NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Linda Nurasiah NIM: 109051000056
Dosen Pembimbing Skripsi,
Bintan Humeira, M.Si. NIP: 197711052001122002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015M
PENGESAHAN PAIYITIA UJIAN Skripsi berjudul "Analisis Narasi Novel Gadis Kecil di Tepi Gazl." telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi {-IIN Syarif Hidayatullah lakarta pada tanggal 29 Apnl2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.
Kom.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta 29 April20l5 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekertaris Merangkap Anggota
Lg/flut{
: Dr. Shihabuddin Noor. MA NIP.l969022t 199743 | 001
NIP.
Saprudin. S.Pd 19680906 199108 1001
Anggota, Penguji
I 002
II
NIP. 1973072s240701 Pembimbing
AT. /-f
Bintan Humeira- M.Si NIP. 19771 1052001 122002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2015
Linda Nurasiah
ABSTRAK Nama Judul Skripsi
: Linda Nurasiah : Analisis Narasi Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza
Karya sastra adalah ciptaan yang imajinatif, baik lisan maupun tulisan. Sebagai media, novel merupkan salah satu bentuk karya sastra yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau nilai dari suatu karya. Oleh sebab itu, realitas dalam karya sastra sudah dibumbui oleh pengarang. Dengan demikian, kebenaran dalam karya sastra adalah kebenaran yang dianggap ideal oleh pengarangnya. Hal inilah yang menjadikan penulis ingin mengetahui elemenelemen apa saja yang membuat sebuah novel dapat dengan efektif menyampaikan informasi di dalamnya khususnya mengenai analisis narasi. Berdasarkan latar belakang di atas, muncul pertanyaan yaitu Bagaimana narasi keseimbangan dan gangguan cerita novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” karya Vanny Chrisma W? Temuan dalam penelitian ini membahas tentang perempuan dan lebih banyak dinarasikan pengarang dalam bentuk dialog antar tokoh serta paparanpaparan kejadian atau peristiwa yang dialami. Bahasa narasi atau ujaran yang digunakan lugas dan sesekali menggunakan perumpamaan untuk menambah estetika membaca bagi pembaca. Gambaran seorang gadis kecil yang terdapat dalam novel ini mengenai aspek dalam kehidupan sehari-hari. Model analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model Tzvetan Todorov. Menurut penelitian narasi tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata. Inti analisis narasi adalah menggabungkan dua dimensi narasi yaitu tokoh dan alur kedalam satu kesatuan analisis. Metodologi penelitian yang digunakan skripsi ini adalah penelitian kualitatif melalui analisis narasi (narative analysis) yaitu studi tentang struktur pesan atau telaah mengenai tujuh karakter serta alur permulaan, pertengahan, dan akhir cerita. Maka dengan metode ini tidak hanya diketahui gambaran seorang muslimah apa saja yang terkandung dalam novel Gadis Kecil Di Tepi Gaza, tetapi bagaimana pesan itu dikemas dan diatur sedemikian rupa dalam bentuk cerita. Alur yang diceritakan dalam novel Gadis Kecil Di Tepi Gaza menggunakan alur maju dan alur mundur. Namun, lebih banyak menceritakan menggunakan alur maju. Di dalam menganalisis narasi novel Gadis Kecil Di Tepi Gaza sebagai suatu kajian dan informasi, penulis mendeskripsikan dan menjabarkan ujaranujaran melalui paparan cerita yang mengisahkan perjuangan gadis kecil ditanah Palestina, kota Gaza. Kata kunci: sastra, analisis narasi, novel, dan alur.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Dialah sumber tempat bersandar, dan sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Narasi Novel Gadis Kecil di Tepi Sungai Gaza. Salawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat Islam Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebenaran, kearipan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman. Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih pada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Rachmat Baihaky, MA. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). 2. Bapak Masran, Drs, MA. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan praskripsi. 3. Ibu Bintan Humeira, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk meberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu dan ii
nasihatnya yang telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya siding skripsi. 4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat. 5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini. 6. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Abidin S.sos dan ibunda Sutinah atas segala kasih sayang, perhatian, dorongan, yang tidak pernah lelah dan bosan dalam membiayai kuliah serta do’a yang selalu engkau panjatkan untuk buah hatimu ini.
.
7. Adikku Ahlul Haq dan Khairul Fahmi yang senantiasa selalu memberi dukungan moril, motivasi dan kasih sayang yang tak terhingga. 8. Seluruh teman-teman KPI B 2009, kelas yang sangat berkesan dan menyimpan banyak kenangan yang dilalui bersama. Sedih untuk berpisah dengan kalian. 9. Seluruh teman-teman FIDKOM angkatan 2009, yang selalu kompak dalam berbagi suka maupun duka di kampus tercinta. 10. Sahabat Istimewa Asep Angga Saputra, yang selalu memberi dukungan, semangat dan membantu pengeditan skripsi sampai selesai. 11. Sahabat-sahabat kesayangan Ilma Fauziana Fariz, Eva Puspawati, Laila utami, Awalina Habibah, Ega Juliana, Ardila Puspa Lestari, yang selalu memberikan semangat serta dukungan. iii
12. Teman-teman KKN Mocreans 2012, yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Semoga segala partisipasi, dukungan dan motivasi serta doa kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi wacana keilmuan dan ke-Islaman. Akhirnya kepada-Nyalah segala urusan akan kembali dan kepada-Nyalah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.
Jakarta, 29 April 2015
Linda Nurasiah
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Bembatasan dan Rumusan ......................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6 D. Pedoman Penulisan .................................................................... 7 E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7 F. Sistematika Penulisan ................................................................. 8
BAB II
LANDASAN TEORITIS ............................................................... 9 A. Pengertian Narasi ....................................................................... 9 B. Model Tzevetan Todorov ........................................................... 11 C. Komunikasi Sastra...................................................................... 17 D. Ruang Lingkup Novel ................................................................ 18 E. Deskripsi Seorang Gadis Kecil Dalam Novel ........................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................26 A. Metodologi Penelitian ................................................................ 26 B. Model Analisa Data .................................................................... 29 BAB IV
PROFIL DAN TEMUAN ANALISIS DATA.............................. 32 A. Profil Penulis .............................................................................. 32 B. Analisis Temuan Menurut Narasi Tzvetan Todorov .................. 38 C. Interpretasi .................................................................................. 55
BAB V
PENUTUP ....................................................................................... 59 A. Kesimpulan................................................................................. 59 B. Saran ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62 LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Merebaknya media massa saat ini, khususnya media cetak membuat berbagai informasi dengan mudah dapat diakses setiap hari dan setiap saat. Perkembangan ini semakin pesat dan bila dicermati maka hal ini dapat dijadikan sebagai media dakwah. Namun, ini tidak lantas membuat media komunikasi konvensional yang sebelumnya tidak berfungsi dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Pemanfaatan media cetak sebagai salah satu sarana dakwah merupakan upaya untuk menghindari kecenderungan dakwah-dakwah konvensional agar tidak monoton. Dakwah melalui media tulisan atau sering kita sebut dengan dakwah bi al-qalam yaitu sarana dan metode dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u melalui media cetak. Justru, media sebelumnya membuat para Da’i dapat lebih meningkatkan strategi dan kinerja dakwahnya. Para Da’i harus mampu memanfaatkan media massa dan media konvensional untuk berdakwah, salah satunya dengan menggunakan metode dakwah bi al qalam melalui media cetak.1 Sebuah karya sastra, meskipun inspirasinya diambil dari dunia nyata, tetapi sudah diolah pengarang melalui imajinasinya. Sehingga, karya itu tidak dapat diharapkan sebagai karya sastra yang sama dengan realitas dunia nyata. Sebab, realitas dalam karya sastra sudah dibumbui oleh pengarang. Dengan demikian, kebenaran dalam karya sastra adalah kebenaran yang dianggap
1
H. Hamzah Ya’qub, Publistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung : C.V. Diponegoro, 1981) h.47.
1
2
ideal oleh pengarangnya. Karya sastra merupakan karya yang bersifat kreatif. Artinya, sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. 2 Karya sastra yang ditulis oleh seseorang tidak semata-mata mengukir keindahan dengan kata-kata. Tetapi, mereka menyampaikan suatu pesan dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Melalui karya sastra kita dapat mengetahui eksistensi kehidupan suatu masyarakat di suatu daerah atau tempat. Pada umumnya memuat cerita tentang keadaan lingkungan, kebudayaan suatu daerah dan kejadian tentang tingkah laku manusia adalah sebuah karya sastra.3 Dalam hal ini, karya sastra merupakan salah satu bentuk tulisan yang dapat dijadikan sebagai media dakwah. Dalam karya sastra yang menceritakan suatu kisah baik yang fiksi maupun nonfiksi terdapat pesan dakwah dan pesan moral. Pengetahuan dan pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui tulisannya seperti novel, diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para pembacanya. Pejuang perempuan yang di ceritakan dalam novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” sangat mengharukan. Kisah perjuangan seorang gadis kecil yang sangat bersemangat untuk melawan dan membalaskan dendam Ibu dan kedua saudara kandungnya, serta keinginan yang kuat untuk mencari dan menemui ayahnya membuatnya mampu dan bersemangat tinggi untuk tetap bertahan hidup dalam lingkungan yang semestinya tidak dirasakan oleh seorang gadis kecil seperti dia. Pejuang perempuan yang di perankan oleh Palestine, sudah
2
Antilan Purba, Pengantar Ilmu Sastra, (Medan : USU Press, 2010), hlm.2 Alam Tahruddin, “Analisis Pendekatan Struktur dan Nilai Budaya Dalam Kumpulan Cerita Pendek Jodoh Karya A. A Navis” (Tesis Program Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011). 3
3
bisa mengangkat derajat seorang perempuan yang memiliki semangat tinggi dan pemberani dalam melawan musuh. Saat ini novel islami tidak berbeda dengan novel lain pada umumnya, selain alur ceritanya yang menarik, banyak novel yang di dalamnya juga menceritakan tentang peran perempuan muslim. Salah satunya terdapat pada novel Gadis Kecil Di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W yang menceritakan tentang peran perempuan muslimah yang mempunyai impian untuk bisa menjadi pejuang dalam mempertahankan haknya. Dengan teknik komunikasi yang baik dapat membuat pembaca menyukai dan lebih simpatik terhadap kehidupan muslim di negeri lain. Selama ini banyak masyarakat yang hanya menyukai novel yang menceritakan tentang percintaan terhadap lawan jenis sepenuhnya, karena menurut mereka novel yang menceritakan tentang agama sangat membosankan. Karena Vanny Chrisma W ini adalah seorang penulis novel islami, tidak mustahil bila ia mendasari pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Sejalan dengan ini Hasyim mengatakan dan telah dikutif oleh Prof Dr. Nabilah Lubis: “Apabila karya sastra itu mengajak kejalan yang benar, dan menegakkan amal saleh melalui tokoh-tokohnya berarti ia menganut ajaran yang segala sesuatu dari Allah, untuk Allah dan karena Allah. Sedangkan bila karya sastra mempunyai tujuan lain dari ajaran agama, maka karya-karya sastranya mengandung seni untuk seni atau seni untuk sastra”. Vanny Chrisma W adalah seorang yang benar-benar memanfaatkan dakwah bil qalam. Sebagai media dakwahnya ia menuangkan karya-karyanya
4
dalam novel yang berjudul “Gadis Kecil di Tepi Gaza” yang mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis kecil yang menjadi salah satu korban kekejaman Israel dan menjadi sebatang kara di tempat pengungsian Jabaliyah melawan rasa takutnya di tengah gemuruh suara bom dari orang-orang Israel. Dalam novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” menceritakan tentang perjuangan hidup, cinta, keagamaan dan sebagainya, semua kisah itu terangkum apik di dalam novel ini. Selama ini banyak novel yang hanya terfokus oleh satu titik fokus dalam ceritanya, misalnya novel tersebut hanya menceritakan sisi percintaannya saja tanpa ada sisi keagamaannya, atau sebaliknya. Namun dalam novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” banyak sisi yang diperlihatkan, terutama sisi keagamaannya, didalamnya terkandung unsurunsur agama dan pesan dakwah yang baik untuk diterapkan baik untuk kalangan dewasa, remaja atau anak-anak. Novel ini sangat menarik dibaca karena novel ini hampir menunjukan fakta yang sebenarnya terjadi, dan tengah booming di perbincangkan. Dalam novel ini menceritakan tentang peperangan antara Israel dan Palestina yang tidak kunjung usai, dan melenyapkan semua impianimpian para penerus bangsa. Namun cerita penokohannya adalah fiksi belaka. Cerita ini sangat menyentuh karena kegiatan tokoh utama menggambarkan ketegaran seorang gadis kecil dalam menghadapi cobaan yang seharusnya belum ia rasakan di umurnya yang masih kecil. Alasan mengapa penulis meneliti novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” ini, Pada dasarnya penulis melihat dari sekian banyak novel-novel yang ditulis Vanny Chrisma W, novel ini adalah salah satu novel yang mengangkat citra
5
perempuan, walupun di usia yang sangat belia seorang gadis berumur 11 tahun bisa memperjungankan segalanya demi haknya. Selain itu novel ini pun berlabelkan best seller dalam urutan ke-3 setelah novel “Maddah Cinta Shalihah”, dan “wo ai ni Allah”. Dan novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” ini menceritakan terjadinya peperangan antara Palestina dengan Israel, salah satunya Israel ingin merebut negara Palestina, hingga bangsa Israel bisa mendirikan negaranya sendiri di tanah palestina. Bukti lain sebagai pertanda novel ini telah digemari dan cukup laris pemasarannya adalah label best seller yang tidak bisa didapatkan sembarang novel. Dari pemaparan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” menyajikan cerita yang menarik dan sangat religius, oleh karena itu dalam hal ini penulis memberikan judul dalam penelitian ini yaitu : ANALISIS NARASI NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Merujuk pada latar belakang masalah yang telah dijabarkan oleh penulis diatas, maka penulis memberikan batasan objek kajian dan penelitian ini yaitu berdasarkan hanya pada isi teks narasi dari novel Gadis Kecil di Tepi Gaza.
6
2. Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana narasi keseimbangan dan gangguan cerita novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza”?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan pembatasan kasus penelitian yang ditulis, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana narasi teks novel “Gadis Kecil Di Tepi Gaza” Karya Vanny Chrisma W. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penelitian ini dapat menjadi sebuah kajian yang menarik dalam menyampaikan peran pejuang perempuan yang bisa diharapkan akan memberikan kontribusi yang bagus dan positif pada khazanah keilmuwan dalam bidang dakwah melalui media novel. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menambah wawasan yang mendalam untuk mahasiswa dan elemen masyarakat luas. Serta memberikan wawasan pada generasi tentang bagaimana kita sebagai seorang muslimah tetap menerapkan peran pejuang perempuan yang baik, kuat dan tidak dipandang lemah dalam kehidupan sehari-hari.
7
D. Pedoman penulisan Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi) Karya Hamid Nasuhi dkk. Yang Diterbitkan oleh Ceqda (Center for Quality Development And Assurance).
E. Tinjauan Pustaka Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan bukubuku yang membahas tentang analisis narasi. Ada beberapa tulisan yang membicarakan mengenai analisis narasi dan menjadi acuan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu: Analisis Narasi Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media. Buku ini ditulis oleh Eriyanto dan diterbitkan Kencana, Jakarta tahun 2013. Buku ini menjelaskan dengan lengkap tentang Dasar-dasar Analisis Narasi. Skripsi dengan judul “Analisis Narasi Pesan Moral dalam Novel Bumi Cinta” karya Dini Indriani, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis memilih skripsi tersebut karena analisisyang digunakan adalah analisis narasi dengan model Tzvetan Todorov dan Vlidimir Propp. Namun, berbeda dalam sisi novel, dan pada isu yang diangkat serta medianya.
8
F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pedoman penulisan, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL Bab ini menguraikan kajian teoritis mengenai apa itu narasi beserta model Tzvetan Todorov, karya sastra, novel dan seorang gadis dalam novel. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang paradigma penelitian, jenis penelitian, penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, model analisis data, biografi tokoh. BAB IV TEMUAN ANALISIS DATA Bab ini berisi tentang synopsis novel Gadis kecil di tepi Gaza, novel berisikan dialog atau alur cerita dan plot dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza, temuan dan analisis naratif terhadap novel Gadis Kecil di Tepi Gaza menggunakan model Tzvetan Todorov dan Interpretasi penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran penulis.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Narasi Narasi sering diasumsikan sebagai cerita atau dongeng. Narasi berasal dari kata latin Narre, yang artinya membuat tahu. Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. Tetapi tidak semua informasi yang memberitahukan peristiwa bisa dikategorikan sebagai narasi.1 Dengan kata lain, narasi adalah representasi dari sebuah peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Sebuah teks baru bisa disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Sebuah cerita atau teks diciptakan oleh seorang sastrawan sebagai pengaplikasian kekuasaan dan kebebasaannya untuk mengatur jalannya sebuah cerita. Beberapa pengarang bersifat suka dalam penciptaan karya-karya tersebut yakni tidak mempedulikan bagaimana ia mengkomunikasikan cerita dengan pembaca. Namun beberapa pengarang lain justru berusaha memberikan gambaran nyata (teks dibawa semakin realistis) untuk memperkuat tema dalam sebuah cerita. Sehingga komunikasi seorang sastrawan kepada para pembaca merupakan aspek penting yang membuat kesempurnaan sebuah naskah. Dalam penelitian narasi terdapat beberapa bentuk khusus narasi yaitu, Pengertian autobiografi dan biografi sudah sering diungkapkan.
1
Eriyanto, Analisis Naratif, Dasar-Dasar dan Penerapannya Dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana, 2013), h. 1-2.
9
10
Perbedaannya terletak dalam masalah naratornya (pengisahnya), yaitu siapa yang berkisah dalam bentuk wacana ini. Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain.2 Sasaran
utama
autobiografi
dan
biografi
adalah
menyajikan
atau
mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi yang kaya-raya itu bagi pembaca dan anggota masyarakat lainnya. Anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan untuk menyampaikan karakteristik dan yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau suatu hal lain. Anekdot yang menjadi bagian dari narasi yang lebih luas, sama sekali tidak menunjang gerak umum dari narasi. Namun, perhatian sentral yang dibuatnya dapat menambah daya tarik bagi latar belakang dan suasana secara keseluruhan. Fungsi utama dari narasi adalah membantu memaknai pelaporan pengalaman. Narasi membantu memberikan logika dari motif manusia yang memaknai pengamatan secara terpisah, baik fiksi maupun realitas. Manakala berita dianggap sebagai narasi, kita bisa menghargai cara dimana kisah tersebut diambil dan menceritakan kembali mitos masyarakat yang berulang dan dominan, dengan beberapa muatan ideologis yang tidak bisa di hindari. Skripsi ini mencoba menarasikan kembali narasi yang sudah ada berdasarkan analisis tokoh dan alur cerita. Model analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model Tzvetan Todorov.
2
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 141.
11
B. Model Tzvetan Todorov Tzvetan Todorov; mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan „keseimbangan‟
di
mana
beberapa
potensi
pertentangan
berusaha
„diseimbangkan‟ – pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa semua cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir. Ide keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara terntentu.3 Struktur narasi Todorov adalah sebuah narasi itu diawali dari sebuah keteraturan atau kondisi masyarakat yang tertib. Lalu keteraturan tersebut berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh, lalu narasi di akhiri dengan kembalinya keteraturan.4 Dalam cerita, berarti cerita diakhiri dengan happy ending atau akhir yang bahagia. Dalam buku Analisis naratif (dasar-dasar dan penerapannya dalam analisis teks berita media, Eriyanto.) melihat teks pesan sebuah cerita atau sebuah dongeng di dalam cerita ada plot, adegan, tokoh, dan karakter,5 dijelaskan sebagai berikut: a. Plot atau Alur Adalah apa yang ditampilkan secara eksplisit dalam sebuah teks. Narasi apapun bentuknya apaka fiksi atau fakta, umumnya menampilkan peristiwa dalam bentuk alur (plot).6 Alur sering juga disebut dengan istilah plot atau jalan cerita. Alur merupakan serangkaian dari tindakan, keadaan, situasi, dan kejadian yang dialami oleh para pelaku dalam suatu cerita. Alur mengandung hubungan antar peristiwa yang memiliki sebab akibat atau logis, 3
Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge), h. 36. 4 Ibid, h. 46 5 Ibid, h. 8 6 Ibid, h. 17
12
tidak sekedar berurutan secara kronologis saja. Oleh karena itu, dalam menentukan alur sebuah novel, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mencari unsur terkecilnya, yaitu sekuen. b. Karakter Tokoh Membicarakan sebuah fiksi, tidak dapat terlepas dari istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watakwatak tertentu dalam sebuah cerita.7 Telah dijelaskan oleh Todorov bahwa tokoh memiliki peran penting dalam suatu cerita, seperti yang dikutip berikut “Dalam karya sastra, tokoh seakan-akan memainkan sebuah peran dari kedudukan utama dan merupakan awalan yang mengatur unsur-unsur lainnya dalam cerita”. Karakter Adalah seseorang atau tokoh yang mempunyai sifat atau prilaku tertentu.8 Karakter- karakter tersebut mempunyai fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi koheren (menyatu). Karakter tersebut menempati fungsi tertentu dalam cerita.9 Tokoh adalah pelaku cerita yang mengemban peristiwa dalam cerita yang memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Ada tokoh sentral atau 7
Nurgyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Edisi ke-3, cet 2 (Yogyakarta: BPFE, 2009), h. 164-165 8 Nurgyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Edisi ke-3, cet 2 (Yogyakarta: BPFE, 2009), h. 65 9 Ibid, h.71
13
tokoh utama (central character) yang biasanya tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam cerita yang paling terlibat dengan tema, yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain atau yang paling banyak waktu penceritaan. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kejadian dan konflik penting yang mempengaruhi plot. Di pihak lain, ada tokoh tambahan atau bawahan (peripheral character), tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita.10 Jika dilihat dari peran tokoh dalam pengembangan plot, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani dan mendukung tokoh utama. Jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi kita. Sebaliknya, tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik. Meskipun konflik tidak hanya disebabkan oleh tokoh antagonis, melainkan dapat disebabkan oleh hal lain yang di luar individualitas seseorang, seperti bencana alam, kecelakaan, lingkungan alam dan sosial, aturan-aturan sosial, dan sebagainya.
10
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: 2009), h. 176.
14
c. Penokohan 1.
The Princess atau sang putri. Karakter putri adalah orang
yang mengalami perlakuan buruk secara langsung dari penjahat. Dalam narasi, putri ini bisa diculik, disihir, disekap, yang pada akhir umumnya di gambarkan akan dibebaskan pahlawan.11 Karakter ini diperankan oleh tokoh Palestine dalam novel Gadis Kecil ditepi Gaza karya Vanny Chrisma W. 2.
Tokoh donor. Karakter ini memberikan sesuatu kepada
pahlawan, bisa berupa benda, informasi atau nasihat, kekuatan supranatural, dimana pertolongan atau pemberian tersebut bisa membantu pahlawan dalam penyelesaian masalah pada narasi. Karakter ini diperankan oleh tokoh bernama Adeeba, sosok seorang gadis kecil yang memiliki kelebihan berupa indera ke enam yang bisa membantu dalam penerimaan informasi yang tidak diketahui siapapun. 3.
Tokoh penolong. Karakter ini membantu secara langsung
pahlawan dalam mengalahkan penjahat dan mengembalikan situasi kembali kepada situasi normal. Namun dalam penelitian ini helper membantu secara langsung dalam hal apapun. Karakter ini diperankan oleh tokoh Moniroth, sosok seorang penulis novel yang ikut terjun langsung menjadi relawan Palestina. 4.
Tokoh pahlawan, yaitu salah satu istilah yang tidak berarti
sama dalam teoriseperti halnyadalam kehidupan di luar, dimana pahlawan biasanya mengacu pada laki-laki, dan heroik, memiliki konotasi moral mengagumkan atau baik. Karakter ini diperankan oleh tokoh Faheemah, sosok
11
Eriyanto, Analisis Narasi, Dasar-Dasar dan Penerapannya Dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana, 2013),h. 72.
15
perempuan yang baik dan pemberani, ia menolong Palestine menyampaikan suratnya untuk ayahnya yang berada dalam satu tahanan walaupum itu sangat beresiko buruk bagi dirinya dan suaminya. 5.
Tokoh penjahat dalam cerita rakyat adalah seorang tokoh yang
memerankan peran penjahat atau antagonis. Karakter ini diperankan oleh tokoh Faheemah, sosok perempuan yang baik namun sejak tragedi penyampaian surat dari Palestine dan ketahuan oleh tentara Israel sehingga suaminya dihukum kembali dengan ditambahnya masa tahanan, ia sangat membenci Palestine dan mengusirnya dari rumahnya. Narasi pada kisah ini terlihat pada saat Faheemah merasa kesal ketika suaminya tidak ikut dibebaskan, akibat diduga bekerja sama dengan Hamas yang berada didalam sel pengasingan. d. Adegan Bagian dari babak yang menggambarkan satu suasana dari beberapa suasana dalam babak. Narasi adalah bentuk teks yang paling tua dan paling dikenal, karena sesuai dengan pengalaman hidup manusia. Narasi hanya berkaitan dengan cara bercerita, bagaimana fakta disajikan atau diceritakan kepada khalayak. Lewat analisis naratif, kita menempatkan berita tidak ubahnya seperti sebuah novel, puisi, cerpen, cerita rakyat. Penelitian naratif adalah sebuah penelitian kualitaif yang berbentuk literer (sastra) dan erat kaitan dengan kesusasteraan, dan ia merupakan pendekatan kualitatif di mana bisa menulis dalam bentuk yang persuasif dan bernuansa sastra. Penelitian naratif biasanya memfokuskan diri pada pengkajian
tentang
seseorang
individu,
mengumpulkan
data
melalui
pengumpulan kisah-kisah, melaporkan pengala man- pengalaman individu, dan mendiskusikan makna dari pengalaman-pengalaman para individu tersebut.
16
Penelitian Narasi mengacu pada studi yang menganalisis bahan narasi, yang bisa berkisar dari narasi 'alami' cerita-cerita kehidupan lisan dikumpulkan untuk tujuan penelitian untuk narasi tertulis ditemukan di swasta, alam umum atau politik. Salah satu alasan utama untuk menyatakan mengapa begitu banyak ilmuwan sosial tertarik untuk mempelajari narasi karena narasi adalah cara dasar manusia untuk memahami dunia. Analisis naratif terutama berfokus pada teks tertulis atau lisan, tetapi juga dapat digunakan untuk menganalisis foto, film atau bahkan pertunjukan tari. Karena analisis naratif secara inheren interdisipliner, lapangan relatif berbeda dan tidak ada satu metode tunggal analisis yang peneliti gunakan naratif. Melalui analisis narasi tidak hanya mengetahui isi teks. Tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan lewat cerita. Analisis narasi lebih melihat bagaimana isi pesan yang akan diteliti. Mengolah narasi atau cerita yaitu dengan cara di mana makna dan kegemaran dapat terbina dan tersusun baik dari dalam dan luar media. Dua poin kajian sistematik dari narasi di media modern, adalah sebagai Pertama, teori narasi menganjurkan bahwa cerita/kisah dalam media apapun dan budaya manapun saling berbagi keunggulan tertentu. Kedua, media tertentu/khusus mampu untuk “menceritakan” kisah dengan cara yang berbeda. Hal ini sangat berharga bahwa manusia hampir tidak pernah menemukan pemisahan suatu cerita dari harapan tersebut.12
12
Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London dan New York: Routledge), h.32.
17
C. Komunikasi Sastra Secara garis besar komunikasi dilakukan melalui interaksi social, aktivitas bahasa (lisan dan tulisan) dan mekanisme teknologi. Komunikasi dalam sastra sangat penting, sebab karya sastra merupakan model kedua. Komunikasi novel, misalnya selain dilakukan lewat interaksi para tokoh jelas mengandung komunikasi bahasa tulis, bahkan juga komunikasi teknologi, sebab tulisan adalah hasil suatu teknologi.13 Sastra adalah novel, puisi dan sandiwara yang dibuat menjadi sastra oleh perpustakaan, media, iklan, pers kampus, dan juga oleh guru dan dosen atau peneliti di sekolah dan universitas. Penjelasan ini mengatakan bahwa sastra dibentuk menjadi sastra. Menurut A Teeuw ilmu sastra menunjukan keistimewaan, atau keanehan yang mungkin tidak dapat kita lihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lain yaitu, objek utama penelitiannya tidak tentu atau tidak beraturan. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sansekerta, akar kata Sas- dalam kata kerja turunan berarti „mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi‟. Akhiran –tra biasanya menunjuk alat atau sarana. Maka dari itu sastra dapat berarti „alat untuk mengajar‟.14 Dari perspektif komunikasi, salah satu ciri karya sastra yang sangat penting adalah fungsinya sebagai sitem komunikasi. Karya sastra dihasilkan lewat imajinasi serta kreativitas, sebagai hasil kontemplasi secara individual, namun pada dasarnya karya sastra berguna untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain sebagai komunikasi.
13
Alex Sobur, Komunikasi Naratif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya), h.13-14 Ibid, h.23
14
18
Dalam komunikasi sastra ada tiga ciri penting, Pertama, pembaca sebagai audiens, pembaca yang telah diberikan hak untuk bertanya dan menjawab. Kedua, pembaca sebagai konvensi definitive, pembaca tahu bahwa yang dibaca adalah sastra. Ketiga, prinsip-prinsip kooperatif serta aturanaturannya dalam percakapan. Keempat, karya sastra sebagai assertability dan tellability. Popularitas karya sastra sebagai akibat daya tarik pesan-pesan yang terkandung didalamnya. Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, jika kita berfikir Siapa karakternya, apa plotnya, dimana sebagai adegan, bagaimana sebagai narasi, kita bisa memadukan informasi dan dongeng “Berita”. Kata mereka, “menjadi bujan hanya data, tapi juga mendatangkan makna. Sebetulnya, mendongeng dan informasi bukanlah hal yang berlawanan. Dua hal itu lebih baik dipahami sebagai dua bagian dalam sebuah rangkaian komunikasi.15
D. Ruang Lingkup Novel 1. Pengertian Novel Novel berasal dari bahasa latin “novelos” yang diturunkan pula dari kata “novies” yang berarti baru. Karena bila dibandingkan dengan jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lainnya maka jenis novel ini muncul kemudian.16 Novel tidak sekedar serangkaian tulisan yang menggairahkan untuk dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu, unsur-unsur itu adalah fakta, tema, dan sarana sastra. Fakta adalah meliputi alur, latar, tokoh, dan penokohan dalam sebuah cerita rekaan. 15
Ibid, h.46 Henry Guntur Taringan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa, 1986), h.
16
164.
19
Sedangkan tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Menurut Robert Lindell karya sastra yang berupa novel, pertama kali lahir di inggris dengan judul Pamella yang terbit pada tahun 1740, awalnya novel Pamella merupakan bentuk catatan harian seorang pembantu rumah tangga kemudian berkembang dan menjadi bentuk prosa fiksi yang kita kenal seperti saat ini. Dapat diketahui bahwa novel merupakan salah satu karya fiksi. Namun dalam perkembangannya, novel dianggap bersinonim dengan fiksi sehingga pengertian fiksi berlaku juga bagi novel.17 Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Sastra adalah salah satu karya seni, karya seni itu mengandung unsur estetika. Karena karya sastra yang berbentuk novel tidak lepas dari latar belakang pengarangnya. Apalagi, pengarang tersebut seorang muslim, kemungkinan besar karya tersebut dilatarbelakangi oleh motivasinya untuk menyampaikan pesan moral yang terkandung alam ajaran agamanya, yaitu peristiwa yang berlangsung atau dialaminya.18 Novel merupakan cerita prosa tentang kehidupan manusia seperti halnya cerpen dan roman. Perbedaannya, novel memiliki cerita yang lebih panjang, lebih kompleks dibandingkan dengan cerita pendek (cerpen). Tetapi isinya lebih terbatas dari pada roman.19 Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua 17
Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi (Jakarta: Garudhawaca,2014), h.75 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 1995), h. 332. 19 Terry Eogleton, Teori Sastra Sebuah Pengantar Komperhensif (Jakarta dan Bandung: Jalan Sutra, 2006), h. 60. 18
20
golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, sipengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambarangambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Novel ialah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau lebih, yang mengarang kehidupan manusia, yang bersifat imajinatif, menceritakan kehidupan manusia hingga terjadinya konflik yang dapat menyebabkan perubahan nasib bagi para pelakunya. Menurut Wellek dan Warren, berpendapat bahwa kritikus yang menganalisis novel pada umumnya membedakan tiga unsur pembentuk novel, yaitu; alur, penokohan dan latar, sedangkan yang terakhir bersifat simbolis dan dalam teori modern disebut atmosphere (suasana) dan tone (nada).20
20
Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi (Jakarta: Garudhawaca,2014), h. 83
21
Menurut Sudjiman, novel adalah prosa rekaan yang panjang dengan menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Menurut khasanah kesusastraan Indonesia modern, novel berbeda dengan roman. Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran (tokoh cerita) juga lebih banyak. Hal ini sangat berbeda dengan novel, yang lebih sederhana dalam penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak terlalu banyak.21 Kenikmatan membaca sebuah novel dapat dikatakan ditentukan oleh alur cerita dan tokoh yang berperan. Misalnya saja ceita yang menyuguhkan tokoh yang baik ataupun
terlalu kontroversial. Dengan kata lain, unsur
struktur alur dan tokoh dalam novel berpengaruh terhadap sebuah cerita. Peran tokoh sangat besar dampaknya terhadap alur. Alur merupakan tulang punggung cerita, sedangkan tokoh-tokoh dalam cerita yang akan menarik perhatian pembaca. Unsur tokoh dan alur merupakan dua fakta cerita yang saling mempengaruhi dan menggantungkan satu dengan yang lain. alur adalah apa yang dilakukan tokoh dan apa yang menimpanya. Kejadian demi kejadian yang ada dalam cerita hanya mungkin terjadi jika ada pelakunya atau tokoh yang membawa peran tersebut. tokoh cerita itulah yang sebagai penderita kejadian dan penentu perkembangan alur. Dari berbagai teori dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya sastra yang di dalamnya terdapat struktur yang membangun, sehingga dapat disebut sebagai rangkaian cerita. Akan tetapi, fungsi setiap unsur struktur harus dapat menunjang makna keseluruhannya sehingga secara bersama dapat membentuk totalitas
21
Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Sastra, (PT Gramedia, Jakarta, 1984), h. 53
22
kemaknaan. Seperti halnya kaitan hubungan antara alur dengan tokoh yang berperan dalam cerita. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya, tentu saja, juga bersifat imajiner.22 Membaca sebuah novel, untuk sebagian (besar) orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan. Mereka hanya akan mendapat kesan secara umum dan samar tentang plot dan bagian cerita tertentu yang menarik.23 Pembaca kurang memahami unsur pembangun dari cerita yang menarik atau bagian yang menarik tersebut. Kenikmatan membaca sebuah novel dapat dikatakan ditentukan oleh alur cerita dan tokoh yang berperan. Misalnya saja cerita yang menyuguhkan tokoh yang baik ataupun terlalu kontroversial. Dengan kata lain, unsur struktur alur dan tokoh dalam novel berpengaruh terhadap sebuah cerita. Peran tokoh sangat besar dampaknya terhadap alur. Alur merupakan tulang punggung cerita, sedangkan tokoh-tokoh dalam cerita yang akan menarik perhatian pembaca. Unsur tokoh dan alur merupakan dua fakta cerita yang saling mempengaruhi dan menggantungkan satu dengan yang lain. alur adalah apa yang dilakukan tokoh dan apa yang menimpanya. Kejadian demi kejadian yang ada dalam cerita hanya mungkin terjadi jika ada pelakunya atau tokoh yang membawa peran tersebut. tokoh cerita itulah yang sebagai penderita kejadian dan penentu perkembangan alur. Dari berbagai teori dapat disimpulkan bahwa novel adalah 22
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Jogjakarta: Gajah Mada University Press,
1995), h.4 23
Ibid, h. 11
23
sebuah karya sastra yang di dalamnya terdapat struktur yang membangun, sehingga dapat disebut sebagai rangkaian cerita. Akan tetapi, fungsi setiap unsur struktur harus dapat menunjang makna keseluruhannya sehingga secara bersama dapat membentuk totalitas kemaknaan. Seperti halnya kaitan hubungan antara alur dengan tokoh yang berperan dalam cerita. Beberapa hal yang membuat novel ketika di terbitkan menjadi terkenal dan banyak disukai pembaca, sebagai berikut: Mengungkapkan halhal baru. Benar dan lengkap, berita atau ceritanya mangandung fakta. Ide orisinal dalam penulisannya. Isinya bermanfaat untuk pembaca. Temanya menarik. Mengandung kejutan. Menyangkut peristiwa besar. Mengenal orangorang ternama. Bahasanya bagus dan mendidik. Terpublikasi melalui media yang tepat.24
2. Unsur Novel Unsur dalam sebuah karya sastra merupakan pembangun atau tolok ukur sebuah karya sastra. Nurgiyantoro mengemukakan, bahwa unsur-unsur tersebut secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu (1) struktur luar (ekstrinsik) dan (2) struktur dalam (intrinsik).25 Para ahli membagi ke dalam: unsur intrinsik prosa rekaan atas penokohan, latar cerita (setting), sudut pandang, gaya bahasa, alur, tema dan amanat.
24
Andri Wicaksono, Pengkajian Prosa Fiksi (Jakarta: Garudhawaca,2014), h. 84 Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1994), h. 23. 25
24
E. Deskripsi Seorang Gadis Kecil Dalam Novel Gadis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah anak perempuan yang belum menikah atau masih perawan.26 Jadi gadis adalah anak
perempuan, dan nama gadis biasanya digunakan untuk perempuan. Perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Gadis kecil yang berperan menjadi tokoh utama dalam sebuah novel yang berjudul Gadis Kecil di Tepi Gaza ini adalah sososk perempuan yang berjuang sendiri demi mencari ayahnya. Sosok gadis kecil dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun resepsi Emansipasi wanita merupakan salah satu aspek dalam kaitannya dengan persamaan hak. Kedudukan wanita sebagai makhluk kedua dalam masyarakat menumbuhkan adanya semangat feminis bagi sastrawan. Sastra feminis secara sosiologis berakar dalam pemahaman mengenai inferioritas wanita. Semakin meningkatnya jumlah wanita dalam menciptkan karya sastra, terutama novel, menjadikan dunia sastra Indonesia kaya akan novelis wanita dan novelis feminis. Tokoh wanita yang mereka munculkan dalam karyanya mempu mempresentasikan sosok wanita masa kini yang memiliki peran aktif dalam masyarakat. Keadaan ini menjadikan novelis wanita Indonesia bisa dikategorikan dalam novelis feminis, sehingga memunculkan teori kritik sastra,
yaitu
kritik
sastra
feminis.
Dikaitkan
dengan
aspek-aspek
kemasyarakatannya, kritik sastra feminis pada umumnya membicarakan tradisi
26
Pengertian Gadis, http://kbbi.web.id/gadis Diakses Pada Hari Selasa, Tanggal 30 April 2015, Pukul. 16.35 WIB
25
sastra oleh kaum wanita, pengalaman wanita, kemungkinan adanya penulisan khas wanita, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan emansipasi, sastra feminis bertujuan untuk membongkar, mendekonstruksi sistem penilaian terhadap karya sastra yang pada umumnya masih selalu ditinjau melalui pemahaman pria.27
27
Ibid, h.192
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma ialah seperangkat lengkap dari semua bentuk yang berbeda dari sebuah kata. Istilah paradigma kemudian digunakansebagai acuan dalam berbagai program kegiatan pembangunan, termasuk dalam penelitian. Menurut Bogdan dan Bikle (dalam Moleong, 1993: 30), mengartikan paradigma sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian. Menurut Guba dan Lincoln, sebuah paradigma penelitian harus memuat tiga elemen pokok, yaitu: ontologi, epistemologi, dan metodelogi. Ontologi bertanya tentang hakikat fenomena, epistemologi bertanya tenyang begaimana kita bisa mengetahui dunia dan apa hubungan antara peneliti dan yang diteliti, sedangkan metodologi bertanya tentang bagaimana kita mendapatkan pengetahuan tentang dunia.1 Paradigma constructionism, menganggap kenyataan itu hanya bisa di pahami dalam bentuk jamak, berupa konstruksi mental yang tak dapat diraba, berbasis sosial dan pengalaman yang bersifat lokal dan spesifik (ontologi). Peneliti dan subjek yang diteliti terkait erat secara timbal balik, sehingga penemuan dicipta seperti yang dikehendaki peneliti (epistemologi). Cara menelitinya dengan menggunakan tehnik hermeneutik dan dibandingkan serta 1
Prof. H. Moh. Kasiram, M.Sc.Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki press: 2010), h. 147-148.
26
27
dilawankan dengan melalui tukar menukar bahasa daerah, sehingga terjaring konstruksi konsensus yang lebih jelas (metodelogi penelitian kualitatif).2 Bagi kaum konstruktivis, semesta merupakan suatu konstruksi, artinya bahwa semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang otonom, akan tetapi dikonstruksi secara sosial.3 Manusia merupakan tokoh sentral dalam proses komunikasi. Mirip dengan paradigma sebelumnya? Tentu tidak, disini komunikasi tidak bergantung pada pengirim melainkan penerima (recipientoriented). Ketika penerima memahami pesan yang disampaikan dan mengonstruksi pesan tersebut sesuai dengan rujukan yang dimiliki, maka terjadilah
proses
komunikasi.
Seorang
bayi
yang
belum
mengerti
ketatabahasaan, apalagi mempelajari voice akan menangis ketika mendengar ibunya berbicara dengan nada tinggi sembari melotot. Apa yang ibunya lakukan, ditafsirkan sebagai ekspresi marah oleh bayi tersebut yang dilanjutkan dengan tangisan sebagai umpan balik. Penafsiran ucapan dan mimik muka oleh bayi merupakan proses komunikasi yang kemudian dikenal dengan penciptaan makna. Paradigma ini melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirim pesan, tetapi bagaimana masing- masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Disini diandaikan tidak ada
2
Prof. H. Moh. Kasiram, M.Sc.Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki press: 2010), h. 151. 3 Penjelasan Empat Paradigm Penelitian http://informationalert.blogspot.com/2012/06/empat-paradigma-penelitian-komunikasi.html Diakses Pada Hari Senin, Tanggal 16 Juni 2014, Pukul. 19.00 WIB
28
pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana
mereka
berada. Tujuan dari penelitian konstruksionis, seperti
dikatakan Lawrence Newman, adalah untuk mempelajari bagaimana individu hidup dalam lingkungan sosial, atau bagaimana seseorang memahami realitas sosial.4 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian pendekatan kualitatif. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif. tipe deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tipe ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari suatu fenomena.5 Menurut Arikunto pendekatan kualitatif menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa katakata melalui pengamatan dan wawancara.6 Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka. Semua data dikumpulkan memungkinkan untuk dijadikan kunci terhadap apa yang diteliti. 3. Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek penelitian ini adalah novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” karya Vanny Chrisma W. Sedangkan objek penelitiannya hanya fokus
4
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta; LkiS, 2002), h. 46. 5 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 55. 6 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rhineka cipta. 1998) h. 10.
29
pada analisis narasi peran pejuang perempuan yang terdapat pada novel “Gadis Kecil di Tepi Gaza” 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis narasi. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Titik perhatian dari analisis narasi adalah menggambarkan tokoh, alur, dan sifat secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Namun, analisis narasi yang digunakan sebagai metode dalam penelitian ini adalah model Tzvetan Todorov. Alasan penulis menggunakan analisis narasi karenapenelitian ini tidak hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis karakter pelaku dan alur ceritanya.
B. Model Analisis Data Analisis data adalah proses penyerderhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisa data, peneliti mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data tersebut disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil wawancara, dokumen maupun laporan, yang kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah dipahami.7
7
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), cet. ke-2, h. 78.
30
Berdasarkan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, maka analisis data berlangsung selama dan pasca pengumpulan data. Proses analisis mengalir dari tahap awal hingga tahap penarikan kesimpulan hasil studi.8 Proses-proses analisis kualitatif tersebut dapat dijelaskan ke dalam 3 langkah: a. Reduksi data (data reduction) Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi, dan tranformasi data kasar yang diperoleh di lapangan.9 Pada proses reduksi data ini, peneliti akan menyeleksi data dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dengan cara memfokuskan data yang lebih menarik, penting, berguna dan baru. Data yang rasa tidak penting disingkirkan.10 b. Penyajian data (data display) Display
data
merupakan
proses
mendeskripsikan
kumpulan
informasi secara sistematis dalam bentuk susunan yang jelas untuk membantu penulis menganalisa hasil penelitian.11 c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclution drawing and verification) Penarikan
kesimpulan
dan
verifikasi
merupakan
kegiatan
interpretasi, dengan maksud untuk menemukan makna dari data yang telah disajikan, misalnya dengan menghubungkan antara data satu dengan yang lain.
8
Agus Salim, Teori dan Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 22. Agus Salim, Teori dan Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 22 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 338. 11 Agus Salim, Metode Penelitian Pendidikan, h. 23. 9
31
Komponen-komponen analisais data tersebut secara keseluruhan saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan data, sehingga model dari Miles dan Huberman ini disebut juga sebagai model interaktif.12 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis narasi adalah sebuah cara yang kuat dan bermanfaat untuk menjelajahi teksteks media, dan dahulunya cukup diabaikan.13 Analisis naratif kerap digunakan untuk membongkar maksud ideologis sebuah karya (diskusi lebih banyak mengenai analisis ideologis). Menaruh perhatian pada narasi mensyaratkan agar tidak “terseret” oleh kisah tersebut, tetapi tetap tidak menolak sikap untuk mempercayainya.
Sebuah
kisah
yang
baik
selalu
menyembunyikan
mekanismenya sehingga jangan sampai teks membuat lupa bahwa yang dihadapi adalah sebuah narasi. Analisis narasi inilah yang kemudian digunakan sebagai teknik analisis data untuk menganalisis sebuah cerita.
12
www.atwarbajar.wordpress.com. Mengelola Data dalam Penelitian Kualitatif. Diakses pada 17 July 2013. 13 Jane Stokes, HOW TO DO MEDIA AND CULTURAL STUDIES: Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian Dalam Kajian Media dan Budaya,(Yogyakarta; BENTANG,2003),h.73.
BAB IV PROFIL DAN TEMUAN ANALISIS DATA
A. Profil Penulis 1. Biografi (Riwayat Hidup) Vanny Chrisma W Vanny Chrisma W, adalah sebuah nama populer yang diperkenalkan kepada para penggemar atau para pembaca setia yang tercantum disetiap novelnovelnya. Nama asli beliau adalah Fani Krismawati lahir pada 4 Desember 1983 di Sidoarjo Jawa Timur. Anak keempat dari lima bersaudara ini pernah kuliah di STIE Perbanas, Surabaya. Hobinya adalah membaca buku apa saja yang bisa menambah ilmu. Pada saat memutuskan untuk menjadi seorang penulis, awalnya beliau seorang guru privat anak-anak Sekolah Dasar yang digelutinya selama dua tahun. Pada suatu hari tiba-tiba Vanny Chrisma W merasa jemu dengan kegiatan yang membuat banyak waktunya tersita. Karena seharian sibuk mengajar. Akhirnya beliau beranikan diri untuk keluar dari LBB dan menjadi pengangguran sejati selama satu tahun demi agar bisa belajar dan fokus menulis novel. Beberapa kali Penolakan-penolakanpun datang silih berganti, karena beliau memang masih dalam proses belajar, jadi hasil tulisan masih kurang bagus. Tapi, seorang Vanny Chrisma W adalah orang yang tetap pada pendirian dan tidak pernah berputus asa, beliau selalu tekun, rajin, tawakal dan selalu berharap dalam tiap doa yang beliau panjatkan pada Sang Khalik agar suatu hari pengorbanannya itu membawa hasil akhir yang memuaskan. Lalu dengan rasa tidak percaya akhirnya, mimpi beliau pun terwujud. Sudah banyak novel-novel beliau yang terbit sampai di tahun 2013 ini. Bahkan beliau masih bisa menulis dan mengeluarkan novel – novel disaat 32
33
kesibukannya bertambah karena menjadi seorang ibu muda yang memiliki seorang putri cantik yang baru berusia balita. 2. Karya-karya Vanny Chrisma W Sebuah karya-karya besar yang keluar dari seorang penulis yang memiliki kemampuan dan imajinatif. Jalan yang dipilih Vanny Chrisma W untuk berkarya lewat sastra sekaligus berdakwah telah membuahkan hasil. Lewat karya-karyanya, bisa menjadi bukti bahwa ia sudah mengajak orang berbuat baik. Novel-novel yang sudah terbit yaitu; a. Wo Ai Ni Allah (DIVA Press, 2008), Best Seller b. Madah Cinta Shalihah (DIVA Press, 2008), Best Seller c. Hati Jasmine (DIVA Press, 2008), d. Maimunah (DIVA Press, 2009), e. Cantik (DIVA Press, 2009), f. Menjadi Tua dan Tersisih (DIVA Press, 2009), g. Mendengarkan Suara Hati (Gara Ilmu,2010) h. Gadis Kecil di Tepi Gaza (DIVA Press, 2011) Best Seller i. Purnama untuk Palestine (DIVA Press, 2012) j. Pengantin Hamas (LAKSANA, 2013) Terbaru. 3. Deskripsi Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza, yang bercerita tentang seorang gadis kecil yang mengisahkan perjuangan hidup di tanah Palestina, Sempurna fiksi dan merupakan hasil imajinasi Vanny Chrisma W. Terus terang saja menurutnya ia bahkan belum pernah menginjakkan kakinya di Palestina. Vanny Chrisma W merasa sama seperti jutaan orang-orang Muslim yang
34
begitu sedih melihat saudara semuslim menderita akibat kekejaman bangsa Israel di televisi, beliau sangat takut akan darah dan kekerasan. Ia mendapat tawaran dari pimpinan penerbit utuk menulis novel Palestina, awalnya beliau menolak karena beliau sangat fobia akan darah dan kekerasan. Namun, dorongan dan semangat dari orang-orang yang disayangnya, akhirnya beliau memberanikan diri untuk menulis novel Palestina. Kisah tentang kekerasan Israel terhadap penduduk palestina yang di penuhi oleh pertumpahan darah yang mengalir di kepala Vanny Chrisma W dan ditumpahkan kedalam lembarlembar kertas sampai terbentuk sebuah novel. Bahkan sampai akhirnya beliau sakit, namun membuahkan hasil yang begitu mengagumkan, bahkan hingga saat ini sudah tiga novel yang beliau terbitkan. Kedua novel tersebut merupakan kelanjutan dari novel Gadis Kecil di Tepi Gaza. Novel tersebut berjudul Purnama untuk Palestine dan Pengantin Hamas. Sungguh Allah memberikan banyak kemudahan. Memang ide dan alur cerita dari novel ini fiksi semata. Namun untuk penggambaran setting serta kondisi medannya, berusaha untuk disesuaikan dengan situasi sesungguhnya. Keberuntungan memihak sang penulis, penulis menemukan relawan palestina yang baik hati, yang selalu memberi informasi tentang kondisi Palestina meskipun hanya lewat chat. Dari merekalah penulis bisa mendapat gambaran bagaimana kondisi kotanya, barak pengungsian serta anak-anak yang turut menjadi korban dari sebuah peperangan. Karena di novel ini menceritakan tentang seorang gadis kecil bernama Palestine yang menjadi korban agresi militer Israel pada 27 Desember 2008. Dia menjadi sebatang kara dan harus tinggal di kamp pengungsian setelah ibu dan dua saudaranya tewas pada agresi militer tersebut, sementara ayahnya menjadi pejuang Hamas.
35
36
Palestine dibawa serta bersama dengan rombongan anak-anak Gaza lain untuk mengungsi di kamp. Jabaliyah, yang dirasa aman dari gangguan tentara-tentara Israel yang membabi buta. Di sanalah, dia bertemu dengan seorang pemuda berusia empat belas tahun bernama, Yanaan yang menjadi teman seperjuangan Palestine dalam suka dan duka. Awalnya gadis kecil itu menjadi pendiam lantaran masih shock dan tidak kenal dengan siapa-siapa di Jabaliyah. Pada suatu hari akhirnya suasana dingin itupun mulai mencair, di mana Palestine mau membuka dirinya di hadapan Yanaan. Mereka sering memperbincangkan tentang kenapa terjadi perang dan kehidupan keluarga mereka yang sudah tak lagi utuh, bahkan menjadi sebatang kara. Adeeba menjadi penyempurna kehidupan mereka yang awalnya sepi. Adeeba memiliki satu kelebihan indera keenam untuk melihat masa lalu dan masa depan. Dan dia pun juga tahu apa yang akan terjadi pada Palestine juga sekolah PBB di Jabaliyah yang hancur lebur karena terkena ledakan roket yang dilancarkan oleh Israel. Namun, nasib yang teramat pendek mengambil nyawa Adeeba selepas Palestine terkena tembakan dari Hebrew, salah seorang tentara Israel yang tak memandang bulu dan seenaknya menembak para pengungsi. Di mana kala itu, Palestine bersama dengan teman-temannya yang lain hendak melemparkan barisan tentara Israel itu dengan kotoran kuda yang dibuat menjadi seperti batu. Karena merasa sakit hati dan marah, akibat lemparan kotoran kuda itu mengenai temannya, Abigail. Hebrew pun akhirnya tak raguragu lagi menembak Palestine dan mengenai dada sebelah kanannya. Palestine koma selama beberapa hari. Dan disanalah dia pada akhirnya dipertemukan pula dengan sang ayahanda yang menjadi anggota Hamas dan tengah menyamar menjadi rakyat sipil ketika menjenguk puterinya
37
yang tengah sakit. Ketika keduanya saling bertemu dan melepas rindu, Palestine yang kala itu merasa kehausan, meminta tolong ayahnya, Haydar untuk mengambilkan dia air minum. Tapi naas, rupanya tentara Israel tak lepas-lepas dari pandangannya terhadap Haydar. Ditangkaplah dia kembali secara diam-diam sehingga ia pun diterbangkan ke Yerussalem bersama dua orang teman Hamas lainnya yang tertangkap. Apalagi ketika perjalanan gadis kecil itu mendatangi kota Yerussalem dengan ditemani oleh beberapa tentara Israel yang hendak dipindah tugaskan. Di sana ia tidak tahu jika tengah diculik, saat ia tahu dirinya diculik, Palestine sudah berkumpul dengan gadis-gadis Gaza lainnya yang juga diangkut satu mobil dengannya. Perjalanan yang sepi, penuh dengan air mata dan siksaan batin. Demi menjenguk dan menemui ayahnya di penjara Maskobeyya, dia pun rupanya dibuang begitu saja oleh Hebrew agar tersesat di kota Yerusalem dan mati kelaparan. Tapi nasib baik berada di tangannya, gadis kecil itu bertemu dengan seorang wanita tua bernama Hajna yang menemukan Palestine di jalanan dan membawanya pulang untuk diberi makan dan tempat tinggal. Rupanya ada benang merah yang menyatu dan menghubungkan Palestine dengan Haydar, sang ayah. Dia baru tahu kalau Hajna yang memiliki cucu perempuan kecil bernama Iffat juga tengah akan menjenguk ayah dan ibunya di penjara Maskobeyya. Saat itulah, Palestine menitipkan surat rindu itu untuk sang ayah yang dititipkan pada ayah Iffat. Tak semudah yang dibayangkan, rupanya surat yang diberikan Palestine pada Dalaj, ayahanda Iffat diketahui oleh kepala sipir dan menghukum Balamoth, si sipir yang bertugas menjaga malam hari itu. Dalaj yang seharusnya keluar ssatu bulan lagi tiba-tiba diundur menjadi 1
38
tahun.Palestine, Anak ku, Perjuanganmu Masih Panjang, Hapuslah Air Matamu. Allah, di manakah ibuku Duri-duri pasir mengubur semua kehidupan. Allah, di manakah ayahku? Hamparan pasir nan luas, seolah menutup mata. Allah, di manakah aku harus berdiam?Ditutup sebuah benteng yang kokoh; menahan rasa lapar dan lilitan perut; berapa sisa umurku? Katakan.
B. Analisis Temuan Menurut Narasi Tzvetan Todorov Menurut Todorov suatu narasi mempunyai struktur narasi dari awal hingga akhir. Narasi mulai dari adanya keseimbangan yang kemudian terganggu oleh adanya kekuatan jahat. a. Alur Cerita Sebagaimana jalan cerita pada umunya dalam sebuah novel, maka untuk menjelaskannya penulis mengacu pada kerangka teori yang sudah ada dalam pembahasan sebelumnya. Dari itu alur dalam Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza penulis mengurutkannya dalam rangkaian sebagai berikut: 1. Beginning (Pengenalan Cerita) Di awal cerita penulis memulainnya dengan pengenalan seorang gadis yang menjadi pemeran utama atau seorang gadis yang menjadi sorotan utama dalam cerita. Malam hari di kota Gaza pada akhir tahun 2008. Ketika Palestine berkumpul dengan ibu dan kedua saudara kandungnya yang akan melakukan makan malam. Ketika itu Palestine menuju ke kamarnya untuk mengambil sebuah karyanya yang akan ditunjukkan kepada ibu dan kedua saudara kandungnya. Seorang gadis bernama Palestine yang berusia sebelas tahun, menjadi salah satu korban agresi militer Israel di Gaza pada tanggal 28 Desember 2008. Saat itu sebuah rudal telah menghancurkan rumah Palestine
39
serta menewaskan ibu dan dua saudaranya saat mereka berada dalam rumah. Sedangkan Ayah Palestine telah memutuskan untuk menjadi seorang Hamas sebelum terjadi agresi Desember itu. Lalu penulis menceritakan bagaimana kehidupan Palestine di Kamp. Pengungsian, hari-hari yang dipenuhi rasa takut dan hati yang selalu bertannyatanya, apakah hari esok masih bisa menghirup udara pagi dan kembali melihat suasana ketegangan di Kamp. Pengungsian. Dan di kamp. Akibat agresi Israel tersebut, Palestine menjadi sebatang kara dan harus tinggal di kamp. pengungsian Jabaliyah- Gaza, selama beberapa waktu. Disana ia bertemu dengan seorang pemuda bernama yanaan, yaitu seorang pemuda yang memimpin anak – anak pengungsi lain di kamp. pengungsian Jabaliyah. Yanaan yang sangat menyukai sosok Palestine yang terkenal kuat dan sabar. Palestine juga bertemu dengan seorang gadis yang lebih muda darinya. Seorang gadis yang berumur delapan tahun yang memiliki nasib yang sama, yaitu ditinggal mati oleh keluarganya dan menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut. Gadis tersebut bernama adeeba, salah satu korban kekejian Israel. Gadis berumur delapan tahun tersebut memiliki kelebihan berupa indera keenam yang dapat melihat masa depan ataupun kejadiankejadian yang akan terjadi di masa depan. Di mata Adeeba, ia bisa melihat Palestine yang nantinya akan terkena tembak oleh serdadu Israel ketika mereka melakukan aksi lempar kotoran kuda yang di bentuk seperti batu. Di mana semua tokoh yang paling dominan sebagai pendukung jalannya cerita disajikan secara utuh. Penyajian tersebut lengkap dengan karakter masing-masing tokoh yang mana pengarang sudah mulai masuk pada ranah complication
40
(perselisihan konflik). Hal itu dapat dijumpai pada bagian Palestine beserta ibu dan kedua saudaranya tertimpa sebuah rudal yang menghancurkan rumah dan segalanya bahkan menewaskan ibu beserta kedua saudaranya. Pada bagian itu penulis memulai awal penderitaan dengan menggambarkan sosok Palestine yang sabar saat kehilangan ibu dan kedua saudara kandungnya. … “Tepat di kota Gaza, malam hari. Pada tanggal 03 Januari 2009, beberapa kota tiba-tiba dihancurkan oleh bom-bom dan rudal yang membabi buta dari negara seberang, Israel. “Ibu, Ahmeed, Zaynab, huhuhu…, kalian jangan tinggalkan aku sendiri di sini. Ibu, di mana ayah? Di mana?” Palestine menengadahkan kepala ke atas, tepat pada langit-langit rumah yang tengahnya telah berlubang. Lubang yang besar dan reruntuhan itu mengenai tubuh ibunya serta dua saudaranya yang lain. Sedangkan ia, sosok Palestine terpisah dari ketiganya sebab saat itu ia berada di dalam kamarnya yang jaraknya sedikit jauh dengan ruang keluarga tempat di mana ledakan bom itu jatuh tepat di atas rumah dan titik itu. Kepalanya yang terkena reruntuhan batu dan melukainya di sekitar pelipis, sedang ia terjatuh tatkala tengah berlari menghampiri sang ibunda dan dua saudaranya. Lutut yang sebelumnya mulus dan putih itu kini bersimbah darah merah segar, Palestine jatuh terduduk. Sebuah tangan menembus dari balik reruntuhan, dan Palestine tahu benar siapa pemilik tangan yang menyembul keluar dari dalam reruntuhan.”1 … Dalam alur cerita awal (Beginning) ini karakter atau sifat yang diperankan oleh tokoh Palestine yang terlihat dalam cerita adalah karakter seorang gadis yang tabah dalam menghadapi cobaan yang terjadi di hadapannya. Pada alur awal cerita sosok gadis kecil yang lebih sering memunculkan karakternya sebagai sosok perempuan yang taat, teguh, tabah, ikhlas, dan percaya diri. Sosok Palestine yang menyampaikan pesan kepada para pembaca untuk selalu taat kepada Allah swt, teguh pada apa yang kita 1
h. 15
Vanny Chrisma W, Gadis Kecil di Tepi Gaza, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) cet, ke-5,
41
pegang sebagai pedoman hidup, mengikhlaskan apa yang sudah terjadi dan selalu tabah dalam segala hal meskipun cobaan yang dialami itu sangat berat,serta memberikan rasa percaya diri bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan pada umatnya melebihi batas kemampuannya. Pada alur awal sosok Palestine menceritakan tentang kehidupannya di sebuah kamp. Pengungsian jabaliyah di kota Gaza. Palestine dibawa serta bersama dengan rombongan anak-anak Gaza lain untuk mengungsi di kamp. Jabaliyah, yang dirasa aman dari gangguan tentara-tentara Israel yang membabi buta. Di sanalah, dia bertemu dengan seorang pemuda berusia empatbelas tahun bernama, Yanaan yang menjadi teman seperjuangan Palestine dalam suka dan duka. Awalnya gadis kecil itu menjadi pendiam lantaran masih shock dan tidak kenal dengan siapa-siapa di Jabaliyah. Pada suatu hari akhirnya suasana dingin itupun mulai mencair, di mana Palestine mau membuka dirinya di hadapan Yanaan. Mereka sering memperbincangkan tentang kenapa terjadi perang dan kehidupan keluarga mereka yang sudah tak lagi utuh, bahkan menjadi sebatang kara. 2. Middle story (Pertengahan Cerita) a. Complication (Awal Perselisihan Konflik) Awal perselisihan di sini dimulai dari cerita di atas dalam novel sampai pada bagian pembalasan pertarungan sengit Israel kepada Palestina, yang menceritakan tentang rasa penasaran Palestine yang mendalam terhadap nasib ayahnya yang di tangkap oleh tentara Israel dan di penjarakan. Rasa ingin tahu dan ingin bertemu dengan ayahnya itulah yang membuatnya mengalami banyak cobaan, mulai dari merasakan timah panas yang menembus tubuhnya, dibohongi para tentara Israel dengan iming-iming bertemu ayahnya lalu di
42
culik oleh tentara Israel, sampai diusir oleh sebuah keluarga karna dianggap membuat masalah. Pada tanggal 8 Januari 2009, Ketika Palestine ditembak sengaja oleh salah satu tentara Israel, karena kesal oleh Palestine yang sengaja melempari salah satu tentara wanita yang bernama Abigail dengan kotoran kuda. Berikut narasinya. … “Rasakan kotoran kuda ini, orang Bani Israel. Memang kotoran seperti inilah yang paling pantas untuk kalian!!!” “Abigail, ini untukmu” teriak Palestine.
Hebrew yang melihat kejadian itu pun dibuat naik pitam dan menghitung dari urutan satu sampai tiga untuk menembak dada Palestine. … “Palestine, rasakan ini!!!!” teriak Hebrew yang melepaskan pelurunya. “Hebrewww!!! Apa yang kau lakukan?!!! Tidak!!! Jangan Palestine…!” teriak Abigail. “Dor…!” peluru pun menembus dada Palestine, tubuhnya terpelanting jauh karena jarak Palestine dengan Hebrew sangat dekat.
Setelah kejadian itu, Palestine dirawat di sebuah rumah sakit diGaza untuk waktu yang lama, karna keaadaannya yang belum sadar, bahkan dokter pengungsian pun sudah mengatakan untuk membawanya ke dokter yang lebih ahli, karena luka yang sangat serius di bagian dadanya. Dalam pertengahan cerita ini tersusun jelas bahwa penderitaan yang dialami oleh tokoh Palestine semakin menunjukan puncak kemarahannya terhadap para tentara Israel. b. Rising Action (Meningkatnya Permasalahan) Untuk menambah permasalahan sebelum menuju pada klimaks cerita, penulis menghadirkan peristiwa-peristiwa yang dialami masing-masing
43
tokoh dalam cerita. Dimulai bagian Pertarungan Sengit sampai pada bagian Gerbang Kematian. Palestine yang merasa tidak nyaman dan terkejut saat ia berkumpul dengan anak-anak sebayanya. Padahal sebelumnya, hanya dirinyalah yang ada di dalam mobil bertirai jeruji. Di saat keadaan memanas Hebrew meminta izin kepada ketuanya untuk tidak memenjarakan Palestine, dengan alasan kasihan dan ia merupakan korban penembakan yang dilakukan oleh Hebrew. Paparan Rising Action berikut petikan beberapa narasi di dalam novel yang penulis jabarkan adalah bagian-bagian di mana permasalahan di antara tokoh semakin melebar, sebelum mulai memasuki puncak permasalahan atau klimaks. Jerusalem, 25 Januari 2009, Palestine bersama anak-anak lain tengah tertidur pulas di dalam sebuah mobil berlapis jeruji besi. Palestine terbagun dan terkejut sambil melihat keadaan sekelilingnya. … “Kalian bawa aku kemana? Dan, siapa mereka? Kenapa banyak anak-anak disini?” Tanya Palestine. “Itu teman-temanmu, agar kamu tidak kesepian nanti” jawab Hebrew …
Jerusalem, 27 Januari 2009. Hebrew meminta izin pada ketuanya untuk diperbolehkan membawa Palestine keluar dari penjara. … “Aku akan mengambil gadis ini, izinkan aku membawanya.” Ucap Hebrew. “untuk apa? Lebih baik dia dijadikan juru masak saja dan membantu di dapur untuk membagi-bagikan makanan para tahanan. Bukankah itu jauh lebih baik, Hebrew?” bujuk sang ketua. “Tapi dia tidak perlu ada di penjara, gadis ini pernah kutembak beberapa minggu yang lalu, aku merasa bersalah padanya.” “Baiklah, ku biarkan dia keluar. Tpi ingat jangan pernah menemuinya lagi” ucap ketua dengan tegas.” …
44
Lalu Hebrew mengeluarkan Palestine dari dalam mobil, ia mengiringi gadis itu keluar dan membawanya kesebuah tempat, mata Palestine pun ditutup oleh kain. Hebrew menyuruhnya untuk duduk, sambil berkata; … “Kau kupindahkan ketempat ini. Ini kota barumu. Palestine, kau tidak bisa kembali ke kota Gaza,” “aku dimana?” ucap Palestine. “Nanti kau akan tahu” ucap Hebrew sambil pergi menjauh. …
c. Klimaks (Puncak Konflik) Setelah melewati rising action, konflik atau permasalahan yang dihadapi oleh tokoh semakin kompleks dan tajam. Dan semakin banyak narasi tentang konflik yang mengundang ketegangan dan rasa penasaran. Gerak masalah yang tadinya di rising action masih simpang siur, pada bagian ini sudah semakin jelas arahnya. Dengan kata lain pembaca diajak pengarang untuk bisa muara dari cerita dalam novel sebelum sampai pada ending (penyelesaian). Menjadi gelandangan dan tidur di kamp. pengungsian membuat Palestine belakangan ini menderita penyakit radang paru-paru dan lambung yang parah. Ia selalu memuntahkan makanan dan muntahan berbentuk darah merah segar itu membuatnya lemas. Palestine di temukan tergeletak di pinggir jalan karena tidak makan selama tiga hari tiga malam. Tubuhnya di temukan dalam keadaan sangat mengenaskan persis anak gelandangan yang terluntalunta. Seorang relawan menemukannya di dekat penjara maskobeyya dan membawanya kesebuah tempat yang aman untuknya agar tidak menjadi korban pelecehan atau penculikan dari orang-orang Israel yang berniat jahat. …”Hai, adik kecil, siapa namamu?” Gadis itu hanya diam saja. Hanya air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya. Ditepuknya lagi pipi gadis itu untuk
45
terus menyadarkan dirinya dari lamunan yang bisa berakhir bahaya, karena terganggunya psikis dan mental Palestine yang akan membuatnya kehilangan akal sehatnya. “Hai, kau bisa menghitung jumlah jari ini?” “Dua” sahut Palestine “Bagus, kau sudah sadar rupanya, kau harus mencoba duduk seperti ini, kemudian berjalan selepas kau makan.” Relawan dari Rusia itu, sambil membantunya agar berada dalam posisi duduk supaya tekanan darahnya tidak turun drastis.2”… Palestine dan Moniroth terus berbincangan karena ketidaksadaran Palestine menimbulkan beberapa pertnyaan yang di jawab oleh Moniroth dengan lembut. Sampai pada hari dimana Rombongan relawan itu berangkat menuju kota Gaza bersama para wartawan yang tengah bertugas untuk meliput berita. Dibawanya sosok Palestine yang selalu berdampingan dengan relawan Rusia Moniroth, dan tidak akan pernah lepas darinya. Sambil membawa bekal yang ada dan dana sumbangan dari semua orang yang merasa simpati pada dunia Palestine, relawan-relawan tersebut berani mati jika sewaktu-waktu tentara Israel menembak mereka secara membabi buta. Lalu muncullah pertanyaan yang sangat mengejutkan yang keluar dari mulut Palestine. … “Apa kau berani mati untuk menyelamatkan ayahku?” “Palestine….” []
Dalam alur cerita Middlestory (PertengahanCerita) ini karakter atau sifat yang diperankan oleh tokoh Palestine yang terlihat dalam cerita adalah karakter seorang gadis yang selalu semangat dalam berjuang, tidak pernah merasa takut karena Allah swt selalu ada dan menolongnya, tabah, sabar, ikhlas dan berpendirian teguh. Namun yang paling sering terlihat tidak hanya sosok Palestine sebagai pejuang perempuan yang sabar dan bersemangat dalam hal apapun. Namun, ada salah satu gadis kecil yang memiliki kemampuan melihat 2
h.286.
Vanny Chrisma W, Gadis Kecil di Tepi Gaza, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) cet, ke-5,
46
masa depan. Sosok perempuan yang belum menyentuh baligh, yang selalu riang dan penuh semangat, walaupun banyak orang-orang di kamp pengungsian tidak pernah mempercayai perkataannya. Pada bagian alur tengah atau Middle Story, Dari hasil analisis novel diatas, pada bagian alur tengah atau Middle Story karakter pejuang perempuan yang lebih sering disampaikan dalam narasinya yaitu sosok pejuang perempuan yang cerdas, semangat dan percaya diri, tidak hanya dinarasikan oleh sosok pejuang perempuan bernama Palestine. Namun, sosok gadis kecil bernama Adeeba pun banyak menyampaikan pesan pejuang perempuan yang tidak mengenal takut, karena selalu percaya akan adanya pertolongan Allah swt. Sosok gadis kecil bernama Adeeba itu lebih terlihat sebagai seorang gadis yang cerdas, polos, dan memiliki kelebihan yaitu, bisa melihat masa depan.
Kepolosannya
Terlihat
pada
saat
ia
panik
bahwa
tempat
pengungsiannya akan segera dihancurkan oleh para tentara Israel. Selain itu gadis yang berusia deapan tahun ini juga sosok gadis yang sangat bersemangat dan sangat percaya diri sehingga bisa menumbuhkan sifat percaya diri pada teman-temannya di pengungsian, agar tetap hidup dan bisa membalas kekejian para tentara Israel. Namun karena umurnya yang masih terlalu dini, banyak oaring yang tidak mempercayainya. Dalam narasinya: …“Semuannya keluar dari tempat itu, sekolah ini akan hancur. Sekolah ini akan terkena bom! Semua keluar!” teriak adeeba, namun tidak ada yang menghiraukan keciali Palestine dan Yanaan. “Adeeba, apa yang kau lihat? Apa yang kau lihat?” ucap Palestine panic.“Apa kau percaya kepadaku, bahwa sebentar lagi sekolah PBB ini akan hancur?, sebentar lagi, pesawatpesawat Israel datang dan menyebarkan pamphlet agar warga Gaza memberitahukan lokasi persembunyian pepimpin Hamas. Selembaran berbahasa Arab itu dilengkapi nomor telepon mereka agar bisa dihubungi.
47
Dan isinya Orang-orang yang menembakkan roket dan teroris berisiko bagi Anda dan keluarga Anda” ucap Adeeba, dan tubuhnya pun terkulai lemas. Palestine mengangguk “aku percaya. Yanaan, tolong naikan Adeeba ke punggungku, kita harus membawanya jauh dari sini, cepat! Kita harus bersembunyi.” “Ternyata semua itu benar-benar terjadi. Semua orang disana telah mati.” Ucap Yanaan yang seketika ambruk. … 3. Ending (penyelesaian) Ending dari novel ini diakhiri dengan akhir yang menyedikan. Beberapa peristiwa menakjubkan yang dialami oleh para tokoh. Pengarang dengan sengaja membuat perjalanan beberapa tokoh di dalamnya seperti alurnya. Misalnya cerita Palestine yang ingin bertemu dengan ayahnya dan pulang kerumah mereka, tanpa ada peperangan atau penderitaan lagi pun akhirnya tidak tercapai. Karena ayahnya yang sebagai anggota Hamas tidak akan bisa bebas dari penjara dan Palestine pun akhirnya meninggal dunia di kamp. pengungsian Jabaliyah. 31 mei 2010, pukul 07.00 Ketika semua orang tengah digemparkan dengan aksi penyerangan di kapal Mavi Marmara, pembawa dana bantuan dan kemanusiaan, semua pengungsi Jabaliyah berbondong-bondong keluar untuk melihat acara berita di televise al Jazeera pagi hari itu. Saat itu Yanaan sadar bahwa ia tidak melihat sosok Palestine. Ternyata gadis tersebut sedang berbaring di tenda pengungsian. Digoyanggoyangkannya tubuh gadis kecil itu, namun tidak ada reaksi. Semua yang ada di pengungsian pun kaget mendengar berita ini. Dari kejauhan, Fasakh yang baru datang dari Gaza, menghampiri Yanaan untuk menyampaikan sebuah berita yang akan disampaikan kepada Palestine. Berita itu adalah surat wasiat dari ayah dan bibi Palestine dan mereka telah wafat di penjara.
48
Yanaan yang merupakan orang yang selalu melindungi Palestine selama di kamp. pengungsian memiliki perasaan yang lebih dari seorang kakak. Yanaan yang menyukai Palestine secara diam-diam pun sudah tidak punya kesempatan untuk menyatakan langsung kepada Palestine. Dalaj akhirnya di bebaskan dari penjara Maskobeyya. Suara gembok dan rantai besi yang mengikat pintu sel itu sedikit membuat telingan Dalaj terasa sedikit bising. Dengan tangan yang masih terikat, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sebelum Dalaj memutuskan untuk keluar dari penjara, ia menyempatkan diri untuk meminta kepada sipir untuk diantarkan menemui Yahdeed. Dalaj berhenti tepat di depan sebuah sel tahanan, dimana tepat diseberang adalah kandang anjing-anjing liar dan galak. Setelah beberapa menit berbicara dengan Yahdeed, Yahdeed pun menitipkan surat untuk putrinya Palestine. Mau tidak mau, karena Dalaj tidak ingin menambah penderitaan lelaki itu, ia pun bersedia menerimanya. Lalu Dalaj pun kembali kekeluarganya. Moniroth ternyata adalah seorang penulis novel. Ia selalu ada bersama Palestine, kecuali ketika gerakan intifadah dilakukan. Seorang relawan yang datang dari Rusia ini sangat tulus saat menolong dan merawat Palestine yang terlantar jauh dari kota kelahirannya. Seorang relawa yang cantik yang sangat berani dan tidak takut mati dalam membela Negara seiman dengannya. Dalam alur cerita Ending (penyelesaian) ini karakter atau sifat yang diperankan oleh tokoh pejuang perempuan yang terlihat dalam cerita adalah karakter seorang perempuan yang taat pada Allah, istiqomah, sabar, teguh pada pendirian, gigih dan semangat. Namun karakter yang paling terlihat adalah keteguhannya ingin bertemu sang ayah.
49
Pada bagian alur akhir atau Ending (penyelesaian), Dilihat dari hasil analisis, kesimpulan tentang karakter tokoh pejuang perempuan yang paling sering di sampaikan oleh tokoh Perempuan dalam dialognya adalah karakter pejuang perempuan yang istiqomah dijalan Allah swt, keteguhannya dalam berjuang, rasa semangat dan percaya diri, serta keikhlasannya meninggalkan keluaga demi jihad menolong sesama muslim di tanah Palestina. Sosok ini diperankan oleh seorang tokoh perempuan yang terdapat dalam novel yang bernama Moniroth. Tidak hanya tokoh Moniroth, ada juga tokoh Faheemah yang memiliki sifat sabar saat mengetahui hukuman suaminya ditambahkan akibat ketahuan memeberikan surat pada seorang Hamas yang merupakan ayah dari Palestine. Tokoh Palestine pun masih berperan menyampaikan gambaran seorang gadis yang berjuang seorang diri dari awal cerita sampai bagian ending cerita. Tokoh Palestine ini menyampaikan karakter tokoh pejuang perempuan yang tabah dan peberani. Karena Palestine yang di didik tegas oleh sang ayah, dan harus percaya diri serta tidak boleh takut karena Allah yang selalu melindungi semua umatnya yang tunduk dan istiqomah di jalan Allah SWT. Terbukti dalam sebuah dialog sang ayah Palestine, yang dengan berani, percaya diri dan tidak takut akan nasib anaknya dengan memberikan sebuah nama yang mirip dengan Negara yang ia tinggali, yaitu Palestine. … “Namaku Palestine, sebuah nama yang sengaja diberikan oleh ayahku. Rupanya, otakku jauh lebih memahami arti kehidupan disbanding anak-anak lain seusiaku yang hidup di belahan dunia lain. Ayahku yang pemberani memberiku nama demikian, tak pernah terbesit rasa takut akan nasibnya dan nasibku nanti. Yang ia peduli hanyalah tanah kelahirannya, Palestina ini, yang tidak direbu dan diinjak-injak oleh kaum Bani Israel. Ayahku, Haidar berkata, “Gadis kecilku palestine, Jika sampai
50
datangnya nanti, kedua bangsa yang bermusuhan ini tibatiba mengajukan damai dan benar-benar damai, maka dunia sebentar lagi akan hancur dan kiamat.” Ucap gadis kecil yang bernama Palestine.” … Demikianlah gambaran alur atau jalan cerita pada novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. Dalam paparan penulis berkaitan dengan alur ini, sengaja disertakan juga dengan petikan singkat narasi novel untuk memperkuat penjelasan. Dan penulis pun sadar bahwa dalam pengutipan tersebut tidak menyertakan semua unsur narasi yang memperkuat alur sebagaimana dimaksud. Penulis hanya mengutip narasi yang berkaitan dengan alur atau plot yang menurut penulis cukup mewakili plot yang dimaksudkan. Ini dilakukan dengan pertimbangan semata-mata demi efektivitas pembahasan. b. Tokoh dan Penokohan Dalam alur cerita ada dua jenis tokoh yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W pemeran tokoh gadis kecil yang menjadi tokoh utamanya bernama Palestine dan ada banyak nama pemeran tokoh yang menjadi tokoh tambahan di dalam novel ini, seperti Adeeba, Yanaan, Moniroth, Faeemah, hajna, dll. Tokoh bernama Palestine dalam novel Gadis Kecil ditepi Gaza karya Vanny Chrisma W 1. The Princess atau sang putri Karakter putri adalah orang yang mengalami perlakuan buruk secara langsung dari penjahat. Dalam narasi, putri ini bisa diculik, disihir, disekap, yang pada akhir umumnya di gambarkan akan dibebaskan pahlawan. 3 Karakter
3
Eriyanto, Analisis Naratif, dasar-dasar dan penerapannya dalam analisis teks berita media (Jakarta: Kencana, 2013),h. 72.
51
ini diperankan oleh tokoh Palestine dalam novel Gadis Kecil ditepi Gaza karya Vanny Chrisma W. 2. Tokoh donor Karakter ini memberikan sesuatu kepada pahlawan, bisa berupa benda, informasi atau nasihat, kekuatan supranatural, dimana pertolongan atau pemberian tersebut bisa membantu pahlawan dalam penyelesaian masalah pada narasi. Karakter ini diperankan oleh tokoh bernama Adeeba, sosok seorang gadis kecil yang memiliki kelebihan berupa indera ke enam yang bisa membantu dalam penerimaan informasi yang tidak diketahui siapapun. 3. Tokoh penolong Karakter
ini
membantu
secara
langsung
pahlawan
dalam
mengalahkan penjahat dan mengembalikan situasi kembali kepada situasi normal. Namun dalam penelitian ini helper membantu secara langsung dalam hal apapun. Karakter ini diperankan oleh tokoh Moniroth, sosok seorang penulis novel yang ikut terjun langsung menjadi relawan Palestina. 4. Tokoh pahlawan Salah satu istilah yang tidak berarti sama dalam teoriseperti halnyadalam kehidupan di luar, dimana pahlawan biasanya mengacu pada lakilaki, dan heroik, memiliki konotasi moral mengagumkan atau baik. Karakter ini diperankan oleh tokoh Faheemah, sosok perempuan yang baik dan pemberani, ia menolong Palestine menyampaikan suratnya untuk ayahnya yang berada dalam satu tahanan walaupum itu sangat beresiko buruk bagi dirinya dan suaminya.
52
5. Tokoh penjahat dalam cerita rakyat adalah seorang tokoh yang memerankan peran penjahat atau antagonis. Karakter ini diperankan oleh tokoh Faheemah, sosok perempuan yang baik namun sejak tragedi penyampaian surat dari Palestine dan ketahuan oleh tentara Israel sehingga suaminya dihukum kembali dengan ditambahnya masa tahanan, ia sangat membenci Palestine dan mengusirnya dari rumahnya. Narasi pada kisah ini terlihat pada saat Faheemah merasa kesal ketika suaminya tidak ikut dibebaskan, akibat diduga bekerja sama dengan Hamas yang berada didalam sel pengasingan.
53
Tabel struktur narasi cerita menurut Tzvetan Todorov
Kondisi Awal
Kondisi Tengah / middle story
Seorang gadis bernama Palestine yang berusia sebelas tahun, menjadi salah satu korban agresi militer Israel di Gaza pada tanggal 28 Desember 2008. Malam hari di kota Gaza pada akhir tahun 2008. Ketika Palestine berkumpul dengan ibu dan kedua saudara kandungnya yang akan melakukan makan malam. Namun, ketika itu Palestine menuju ke kamarnya untuk mengambil sebuah karyanya yang akan ditunjukkan kepada ibu dan kedua saudara kandungnya. Saat itu sebuah rudal telah menghancurkan rumah Palestine serta menewaskan ibu dan dua saudaranya saat mereka berada dalam rumah. Sedangkan Ayah Palestine telah memutuskan untuk menjadi seorang Hamas sebelum terjadi agresi Desember itu. Kehidupan Palestine setelah kejadian itu di Kamp. Pengungsian, hari-hari yang dipenuhi rasa takut dan hati yang selalu bertannya-tanya, apakah hari esok masih bisa menghirup udara pagi dan kembali melihat suasana ketegangan di Kamp. Pengungsian. Dan di kamp. Akibat agresi Israel tersebut, Palestine menjadi sebatang kara dan harus tinggal di kamp. pengungsian Jabaliyah- Gaza, selama beberapa waktu. Disana ia bertemu dengan seorang pemuda bernama yanaan, yaitu seorang pemuda yang memimpin anak – anak pengungsi lain di kamp pengungsian Jabaliyah. Pertarungan sengit Israel kepada Palestina, yang menceritakan tentang rasa penasaran Palestine yang mendalam terhadap nasib ayahnya yang di tangkap oleh tentara Israel dan di penjarakan. Rasa ingin tahu dan ingin bertemu dengan ayahnya itulah yang membuatnya mengalami banyak cobaan, mulai dari merasakan timah panas yang menembus tubuhnya, dibohongi para tentara
54
Israel dengan iming-iming bertemu ayahnya lalu di culik oleh tentara Israel, sampai diusir oleh sebuah keluarga karna dianggap membuat masalah. 8 Januari 2009, Ketika Palestine ditembak sengaja oleh salah satu tentara Israel, karena kesal oleh Palestine yang sengaja melempari salah satu tentara wanita yang bernama Abigail dengan kotoran kuda. Setelah kejadian itu, Palestine dirawat di sebuah rumah sakit diGaza untuk waktu yang lama, karna keaadaannya yang belum sadar, bahkan dokter pengungsian pun sudah mengatakan untuk membawanya ke dokter yang lebih ahli, karena luka yang sangat serius di bagian dadanya.
Akhir cerita
31 mei 2010, pukul 07.00 WIB Ketika semua orang tengah digemparkan dengan aksi penyerangan di kapal Mavi Marmara, pembawa dana bantuan dan kemanusiaan, semua pengungsi Jabaliyah berbondong-bondong keluar untuk melihat acara berita di televisi al Jazeera pagi hari itu. Saat itu Yanaan sadar bahwa ia tidak melihat sosok Palestine. Ternyata gadis tersebut sedang berbaring di tenda pengungsian. Digoyanggoyangkannya tubuh gadis kecil itu, namun tidak ada reaksi. Semua yang ada di pengungsian pun kaget mendengar berita ini. Dari kejauhan, Fasakh yang baru datang dari Gaza, menghampiri Yanaan untuk menyampaikan sebuah berita yang akan disampaikan kepada Palestine. Berita itu adalah surat wasiat dari ayah dan bibi Palestine yang telah wafat dipenjara.
55
C. Interpretasi Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia
dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambarangambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Menurut Sudjiman, novel adalah prosa rekaan yang panjang dengan menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Menurut khasanah kesusastraan Indonesia modern, novel berbeda dengan roman. Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran (tokoh cerita) juga lebih banyak. Hal ini sangat berbeda dengan novel, yang lebih sederhana dalam penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak terlalu banyak. 4 Pada umumnya memuat cerita tentang keadaan lingkungan, kebudayaan suatu daerah dan kejadian tentang tingkah laku manusia adalah sebuah karya sastra.5 Dalam hal ini, karya sastra merupakan salah satu bentuk tulisan yang dapat dijadikan sebagai media dakwah. Dalam karya sastra yang menceritakan suatu kisah baik yang fiksi maupun nonfiksi terdapat pesan dakwah dan pesan moral. Pengetahuan dan pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui tulisannya seperti novel, diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para pembacanya.
4
Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Sastra, PT Gramedia, Jakarta, 1984, h. 53 Alam Tahruddin, “Analisis Pendekatan Struktur dan Nilai Budaya dalam Kumpulan Cerita Pendek Jodoh Karya A. A Navis” (Tesis Program Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011). 5
56
Sebuah cerita atau teks diciptakan oleh seorang sastrawan sebagai pengaplikasian kekuasaan dan kebebasaannya untuk mengatur jalannya sebuah cerita. Beberapa pengarang bersifat suka dalam penciptaan karya-karya tersebut yakni tidak mempedulikan bagaimana ia mengkomunikasikan cerita dengan pembaca. Namun beberapa pengarang lain justru berusaha memberikan gambaran nyata (teks dibawa semakin realistis) untuk memperkuat tema dalam sebuah cerita. Sehingga komunikasi seorang sastrawan kepada para pembaca merupakan aspek penting yang membuat kesempurnaan sebuah naskah. Narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. Tetapi tidak semua informasi yang memberitahukan peristiwa bisa dikategorikan sebagai narasi.6 Novel Gadis Kecil Di Tepi Gaza merupakan sebuah novel yang menceritakan tentang sebuah perjuangan hidup dari seorang gadis kecil yang baru berusia sebelas tahun yang sebatang kara, diinggalkan oleh ibunya dan kedua saudara kandungnya. Namun ia masih memiliki seorang ayah yang menjadi anggota Hamas, tapi masih tidak diketahui keberadaannya. Narasi dalam Novel yang menceritakan tentang kisah nyata. Para tokoh pejuang perempuan yang dinarasikan dalam novel ini juga menceritakan tentang sifat pejuang perempuan yang berjihad dijalan Allah swt. Para pejuang perempuan yang kuat dan berani untuk menolong sesama umatnya. Menurut Keraf narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelasjelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan kata lain, narasi berusaha menjawab sebuah pertanyaan “apa yang telah terjadi”. Bentuk karangan ini berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa yang seolah6
Eriyanto, Analisis Naratif, Dasar-Dasar dan Penerapannya Dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana, 2013), h. 1-2.
57
olah pembaca dapat melihat dan dapat mengalami peristiwa itu. Unsur yang penting dalam narasi ini adalah perbuatan atau tindakan dan rangkaian waktu peristiwa itu terjadi.7 Hal ini terlihat dari setiap teks yang dinarasikan dalam novel ini, yang membuat para pembacanya seperti merasakan apa yang dinarasikan untuk para tokoh dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza ini. Para tokoh pejuang perempuan yang dinarasikan dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza juga menggambarkan sosok perempuan yang kuat, pemberani, serta teguh pada pendiriannya dan banyak akal. Seperti gagasan Farid L. Ibrahim dalam bukunya yang berjudul perempuan dan hijab bahwa seorang muslimah adalah seorang wanita yang mengaku dirinya beriman kepada Allah swt dan keimanannya itu diyakini dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dengan perbuatan sehari-hari.8 Hal ini sejalan dengan alur cerita yang dinarasikan didalam novel yang diperankan oleh gadis kecil berusia sebelas tahun bernama Palestine. Sosok gadis yang teguh pada pendirian, selau berprilaku sebagaimana lisannya berucap, tidak pernah merasa takut karna dia meyakini dirinya bahwa yang ia takuti hanyalah Allah SWT. Pejuang Perempuan yang merupakan prilaku atau sifat seorang perempuan yang memiliki unsur kedekatan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari karena perempuan muslimah memiliki dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat dan menjadi sebuah pandangan yang indah dilihat karenamenampilkan baginya suatu bimbingan dan inspirasi yang diperlukan untuk meraih kesempurnaan dan tetap mulia di antara perempuan-perempuan lain di masanya. 7 8
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi,(Jakarta:GRAMEDIA,2010),h.136 Farid L. Ibrahim, Perempuan dan Hijab,(PT.MAPAN,2009),h.9.
58
Didalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W, terdapat gambaran kehidupan tentang pejuang perempuan. Sosok perempuan yang berjuang dengan penuh keberanian, hanya dengan bekal istiqomah di jalan Allah swt. Pada umumnya kata perjuangan itu identik dengan sosok seorang laki-laki yang dikenal pemberani dalam membela yang benar. Namun, dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza ini menceritakan seorang perempuan yang berjuang hidup menghadapi para tentara Israel dan bahkan ada sosok relawan dari Negara Rusia yang datang secara langsung ke tanah Palestine. Menurut Abu Hurairah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan murabathah ialah teguh dalam perang menghadapi musuh, menjaga pantai-pantai Islam dan memeliharanya, agar musuh-musuh Islam tidak menerobos ke dalam negeri-negeri kaum Muslimin.9
9
Tafsir Keteguhan dan Kesabaran http://majalah-alkisah.com/index.php/zawiyah/tafsirsurah/3300-tafsir-surah-ali-imran-200-sabar-teguh-dan-bertaqwa. Diakses Pada Hari Senin, Tanggal 16 Juni 2014, Pukul. 19.00 WIB.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza ini seorang perempuan yang dinarasikan pengarang dalam bentuk dialog antar tokoh serta paparan-paparan kejadian atau peristiwa yang dialami. Tokoh yang dinarasikan dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza juga menggambarkan sosok yang kuat, pemberani, serta teguh pada pendiriannya dan banyak akal. Didalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W, terdapat gambaran kehidupan tentang gadis kecil. Sosok seorang gadis yang berjuang dengan penuh keberanian, hanya dengan bekal istiqomah di jalan Allah swt. Pada umumnya kata perjuangan itu identik dengan sosok seorang laki-laki yang dikenal pemberani dalam membela yang benar. Dalam penelitian ini peneliti menemukan narasi tentang seorang gadis dengan menggunakan model Tzvetan Todorov dapat diketahui bahwa setiap narasi memiliki plot atau alur cerita yang didasarkan pada kesambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi dalam hubungan sebab akibat. Dalam analisisnya Tzvetan Todorov membedah sebuah karakter dalam cerita melalui sebuah alur cerita, didalamnya tersusun menjadi tiga alur awal, alur tengah dan alur akhir. Karakter dalam narasi mempunyai keterkaitan dengan struktur narasi yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Hasil dari analisis narasi peran perempuan yang menjadi sebuah sorotan utama dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza lebih banyak dinarasikan pengarang dalam bentuk alur cerita antar tokoh serta paparan-paparan kejadian 59
60
atau peristiwa yang dialami. Perempuan yang merupakan prilaku atau sifat seorang perempuan yang memiliki unsur kedekatan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari karena seorang perempuan memiliki dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat dan menjadi sebuah pandangan yang indah dilihat karena menampilkan baginya suatu bimbingan dan inspirasi yang diperlukan untuk meraih kesempurnaan dan tetap mulia di antara perempuan-perempuan lain di masanya. Dari tokoh dalam novel yang mengangkat cerita sebagai peran perempuan adalah tokoh Palestine. Dalam novel dinarasikan bahwa gadis kecil itu, adalah gadis pejuang intifadah.
B. Saran 1. Menutut penulis, novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W ini, mencontohkan salah satu novel islami, serta mengangkat derajat seorang perempuan yang biasa dikenal sebagai makhluk yang lemah, namun dalam novel ini perempuan tersebut bersifat pemberani dan selalu istiqomah dijalan Allah swt. Novel ini merupakan sebuah sarana untuk berdakwah sekaligus memberikan informasi pada para pembaca tentang apa yang terjadi dan bagaimana keadaan yang sebenarnya di tanah Palestina. 2. Model penelitian ini menggunakan satu dari beberapa model Naratif yang ada, yaitu Tzvetan Todorov, yang lebih menekankan pada pembahasan struktur dalam narasi. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan analisis Naratif, bisa menggali lebih luas dengan model yang berbeda dan bisa menggunakan metode observasi secara mendalam, sehingga mengetahui lebih luas tentang narasi dalam cerita dan bisa
61
mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih mendalam. Dari adanya penilitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagai penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rhineka cipta. 1998. As Sudi, pendapat Mujahid, dan Zaid bin Aslam. Lihat Tafsir Al Qur‟an Al „Azhim, Ibnu Katsir 7/177. Dar Thoyyibah. cet ke-2. 1420. Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Tafsir Tematis Surabaya: Halim Jaya. 2012. Jilid 2 Chrisma W, Vanny. Gadis Kecil di Tepi Gaza. Jogjakarta: DIVA Press, 2012. Eriyanto, Analisis Naratif, dasar-dasar dan penerapannya dalam analisis teks berita media Jakarta: Kencana. 2013. Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.Yogyakarta: LkiS. 2002. Eogleton, Terry. Teori Sastra Sebuah Pengantar Komperhensif Jakarta dan Bandung: Jalan Sutra. 2006. Gorys, Keraf. Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT. Gramedia. 1986. Hall, Stuart. REPRESENTATION Cultural Representations and Signifying Practices, London: SAGE Publications. 1997. Ibrahim, Farid L. Perempuan dan Hijab. PT.MAPAN,2009. Kasiram, Moh. Metodologi penelitian kualitatif-kuantitatif. Malang: UIN Maliki press. 2010. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005 Nurgyantoro. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Yogyakarta: BPFE. 2009. Edisi ke-3. cet 2. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarta: 2009. Purba, Antilan. Pengantar Ilmu Sastra, Medan : USU Press. 2010. Rajab, Ibnu. Struktur narasi Todorov adalah Al-Hambali Jaami‟ul „Ulum wal Hikam Darul Muayyid. cet,1. 1424 H. Rasyid Ridha, Imam Muhammad. Tafsir al-Qur`an al-Hakim al-Syahir bi Tafsir al-Manar, juz. 10. Bierut: Dar al-Fikr, tt. Ratna, Nyoman Kutha. Estetika Sastra dan Budaya Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006 Salim, Agus. Teori dan Penelitian Sosial Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. 62
63
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah Jakarta: Lentera Hati. 2002 Volume 1 Stokes, Jane. HOW TO DO MEDIA AND CULTURAL STUDIES: Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian Dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta: BENTANG. 2003. Stafford, Roy. Gill Braston. The Media Student‟s Book London dan New York: Routledge. 2003. Sudjiman, Panuti. Kamus Istilah Sastra Jakarta: PT Gramedia. 1984. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011. Tafsir Al-Karimir Rahman. Tafsir Al Qur‟an Al „Azhim, 7/177. Tahruddin, Alam. “Analisis Pendekatan Struktur dan Nilai Budaya dalam Kumpulan Cerita Pendek Jodoh Karya A. A Navis” Tesis Program Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2011. Taringan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra Bandung: Angkasa. 1986. Wicaksono, Andri. Pengkajian Prosa Fiksi Jakarta: Garudhawaca. 2014 Ya’qub, H. Hamzah. Publistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, Bandung: C.V. Diponegoro. 1981. Yunus, Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 2004 Cet. VII http://majalah-alkisah.com/index.php/zawiyah/tafsir-surah/3300-tafsir-surah-aliimran-200-sabar-teguh-dan-bertaqwa. http://simomot.com/2014/07/14/sejarah-dan-latar-belakang-konflik-israelpalestina-dari-2000sm-sampai-sekarang. http://informationalert.blogspot.com/2012/06/empat-paradigma-penelitiankomunikasi.html
LAMPIRAN Foto Vanny Chrisma W
Foto Sidang
Foto Sidang
Gambar Sampul Depan Novel