Lesson 5 for April 29, 2017
Petrus mengundang kita untuk menghidupkan kehidupan Yesus, karena penghakiman telah tiba.
Hidup sebagai teladan. 1 Petrus 3:8-12. Hidup dalam penderitaan. 1 Petrus 3:18-4:2.
Hidup baru. 1 Petrus 4:3-6. Hidup dalam kasih. 1 Petrus 4:7-11.
1 Petrus 3:8-12 “Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” (1 Petrus 3:8-9)
Petrus mengundang para anggota Gereja untuk seia sekata, seperti yang Paulus katakan saat membandingkan Gereja dengan satu tubuh (1 Korintus 12: 12-26). Bagaimana kita dapat seia sekata? 1. 2. 3. 4. 5.
Seperasaan. Saling mengasihi. Memperlakukan orang lain dengan baik. Bersikap ramah. Saling memberkati, membalas kejahatan dengan kebaikan. Petrus mengutip Mazmur 34: 12“…Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu 16, mendorong kita agar hidup terhadap ucapan-ucapan yang menipu. jauhilah yang dengan cara yang dapat dicontoh jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya.” setiap hari.
1 Petrus 3:18-4:2 “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.” (1 Petrus 4:1)
Yesus menderita “sekali untuk selama-lamanya” (1Pet 3:18 NLT) untuk mengampuni dosa-dosa kita, dan Dia dibangkitkan untuk memberi kita keselamatan (ayat 21). Petrus menggunakan Air Bah sebagai kiasan untuk baptisan (1Pes 3: 19-20). Bagi orang Kristen, baptisan adalah gambaran penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus. Sejak kita ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus melalui baptisan, kita mengakhiri hubungan kita dengan dosa dan mulai hidup bagi Kristus (1 Petrus 4: 1; Roma 6:11).
1 Petrus 4:3-6 “Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.” (1 Petrus 4:3)
Allah menciptakan seks dan memberikan itu sebagai berkat. Dalam pernikahan, seksualitas adalah gambaran tentang persatuan Allah dan umat-Nya (Yeremia 3; Yehezkiel 16; Hosea 1-3). Meskipun demikian, dosa membawa penyimpangan seksual: “hawa nafsu,” “keinginan,” “pesta pora,” “penyembahan berhala yang terlarang.” Mereka yang telah dibaptis di dalam Kristus tidak akan merusak hidup mereka dengan hal-hal buruk itu lagi.
1 Petrus 4:3-6 “Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu” (1 Petrus 4:4)
Saat kita memulai hidup baru di dalam Kristus, kita berhenti dari dosa-dosa seksual, kemabukan, dan pesta pora. Orang-orang yang biasa bersama dengan kita akan kaget dengan perubahan dalam hidup kita dan akan mengolok-olok kita. Janganlah kita berkecil hati, karena mereka akan dimintai pertanggungjawaban pada hari penghakiman (1 Pet 4: 5). Bagi Petrus, para pencemooh adalah “orang mati” (lihat Efesus 5:14). Oleh karena itu, kita memberitakan Injil kepada mereka dengan kehidupan baru kita, sehingga mereka juga dapat hidup “menurut kehendak Allah.” (1 Ptr 4: 6).
1 Peter 4:7-11 “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.’” (1 Petrus 4:7-8)
Karena kedatangan Yesus sudah dekat, Petrus mendorong kita untuk hidup dengan bijaksana dan berjaga-jaga dalam doa-doa kita.
Kita dipanggil untuk memiliki kasih yang sungguh-sungguh satu sama lain, karena “kasih menutupi banyak sekali dosa.” (Ayat 8). Bila kita saling mengasihi satu sama lain, kita senantiasa melupakan kesalahan orang lain dengan mengampuni mereka. Dalam ayat 9 sampai 11, Petrus memberi kita beberapa nasehat tentang bagaimana untuk hidup dalam kasih.
Memberi tumpangan.
Menggunakan karunia kita untuk melayani orang lain.
Menyingkirkan gosip.
Menyampaikan Firman Allah.
Memuliakan Allah dalam segala sesuatu melalui Yesus Kristus.
“Karena rencana penebusan dimulai dan diakhiri dengan suatu pemberian, maka itu harus tetap dilakukan. Semangat pengorbanan yang sama yang membayar keselamatan bagi kita akan tinggal di dalam hati semua orang yang ikut ambil bagian dari karunia surgawi. Rasul Petrus berkata: “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” Yesus berkata kepada muridmurid-Nya ketika Dia mengutus mereka: “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” Di dalam dia yang sepenuhnya bersimpati dengan Kristus maka tidak akan ada yang bersifat egois atau eksklusif. Dia yang minum air hidup akan menemukan bahwa “mata air di dalam dirinya, yang terusmenerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Roh Kristus di dalam dirinya seperti sebuah mata air yang mengalir di padang gurun, mengalir untuk menyegarkan semuanya, dan membuat mereka yang hampir binasa, bersemangat untuk meminum air kehidupan.” E.G.W. (Testimonies for the Church, vol. 5, cp. 88, pg. 730)