Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA
PEMROSESAN INFORMASI MAHASISWA DALAM MERENCANAKAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN KECERDASAN SPASIAL Wasilatul Murtafiah1), Titin Masfingatin2) 1,2
FKIP, UNIVERSITAS PGRI MADIUN
email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemrosesan informasi mahasiswa dengan kecerdasan spasial tinggi, sedang dan rendah dalam merencanakan pemecahan masalah geometri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI MADIUN semester 2 yang terdiri dari 3 mahasiswa. Kriteria pemilihan subjek didasarkan pada tingkat kecerdasan spasial, yaitu kecerdasan spasial tinggi, sedang dan rendah serta kelancaran berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Adapun teknik pengumpulan data adalah metode tes tertulis dan wawancara berbasis tugas. Analisis data dilakukan Berdasarkan data tes tertulis dan wawancara berbasis tugas. Selanjutnya untuk mendapatkan data yang valid dilakukan triangulasi metode dari data hasil tertulis dan hasil wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah pemrosesan informasi mahasiswa berdasarkan tingkat kecerdasan spasial-nya dalam menyusun rencana pemecahan masalah adalah mahasiswa dengan tingkat kecerdasan spasial tinggi dalam melaksanakan rencana pemecahan menggunakan pemrosesan informasi asimilasi kurang sempurna dan akomodasi. Mahasiswa dengan kecerdasan spasial sedang dalam menyusun rencana pemecahan menggunakan pemrosesan infomasi asimilasi dan akomodasi namun kurang sempurna. Mahasiswa dengan kecerdasan spasial rendah dalam dalam membuat rencana pemecahan masalah menggunakan pemrosesan informasi asimilasi kurang sempurna. Kata Kunci: pemrosesan informasi,pemecahan masalah geometri, kecerdasan spasial.
PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran saintifik (scientific approach) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan oleh kurikulum 2013. Penerapan pendekatanini diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikannya dalam materi pembelajaran. Untuk itu, pentingnya pembelajaran berbasis pemecahan masalah diberikan kepada mahasiswa calon guru. Mahasiswa calon guru ini selanjutnya akan mengajarkan pemecahan masalah kepada peserta didiknya.
Salah satu cabang dari mata pelajaran matematika yangmasuk dalam kurikulum pembelajaran matematika adalah geometri. Banyak konsep keruangan yang termuat di dalam geometritermasuk abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Geometri juga menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah yang berupa gambar-gambar.
142
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Dalam memecahkan masalah terjadilah pemrosesaninformasi sehingga seseorang dapat memperolehpenyelesaian. Hal ini sejalan dengan Herman Hudojo (2005) yang menyatakan bahwa dengan pemecahan masalah seseorang akan berlatih memproses data atau informasi. Dalam pemrosesaninformasi terjadilah pengolahan antara informasi yang masuk dengan skema (struktur kognitif) yang ada di dalam otak manusia. Informasi baru yang telah masuk akan diolah melalui adaptasi dengan proses asimilasi maupun akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang terjadi pada saat seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, maupun pengalaman barunya ke dalam skema yang telah ada pada pikirannya. Apabila pengalaman baru itu tidak sesuai dengan skema maka terjadilah akomodasi. Akomodasi terjadi melalui dua hal, diantaranya: (1) pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan yang benar, atau (2) pemodifikasian skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 2001). Pemrosesaninformasi oleh mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah merupakan hal yang penting untuk diketahui dosen. Dengan mengetahui proses tersebut, kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proses pemecahan masalah dapat diidentifikasi dosen lebih jauh. Kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dijadikan sebagai sumber informasi belajar dan pemahaman bagi mahasiswa terutama dalam memecahkan masalah. Dosen juga dapat memperbaiki perangkat pembelajaran sesuai dengan pemrosesan informasi mahasiswa. Pemecahan masalah membutuhkan proses kognitif tingkat tinggi. Polya (1973) dalam Ruseffendi (1988) mengembangkan langkah-langkah pemecahan masalah yang meliputi pemahaman masalah, penyusunan rencana pemecahan/penyelesaian masalah, pelaksanaan rencana penyelesaian, serta pemeriksaan kembali terhadap hasil penyelesaian. Dalam menyelesaikan masalah terutama dalam menyusun rencana pemecahan, mahasiswa dimungkinkan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki guna diterapkan dalam pemecahan masalah yang sifatnya tidak rutin.
Salah satu kecerdasan yang diduga berpengaruh terhadap kemampuan dalam memecahkan masalah geometri adalah kecerdasan spasial. Kecerdasan spasial merupakan kecerdasan yang mencakup kemampuan berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Menurut Indra (dalam Musfiroh, 2004: 67) seorang anak yang memiliki kemampuan spasial mampu mengenali identitas objek ketika objek itu terdapat pada sudut pandang yang berbeda, dan mampu memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek. Kecerdasan spasial sangat penting dalam proses belajar mengajar bagi mahasiswa seperti kemampuan hubungan keruangan yang merupakan bagian penting dalam belajar matematika khususnya geometri.Dengan demikian perlunya diamati pemrosesan informasi yang dilakukan mahasiswa dalam menyusun rencana pemecahan masalah geometriyang ditinjau dari kecerdasan spasial. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berupa kata-kata tertulis serta lisan dari seseorang yang dapat teramati. Data dan sumber data penelitian ini merupakan data tes tertulis yang diperoleh dari hasil jawaban subjek penelitian dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah Geometri dan data wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan matematika semester 2 yang memenuhi kriteria: (1) telah memperoleh materi geometri, (2) dapat berkomunikasi dengan baik, dan (3) memenuhi kriteria tingkat kecerdasan spasial. Untuk menentukan subjek penelitiandilakukan tes
143
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA kecerdasan spasial.Selanjutnya berdasarkan hasil tes diambil masing-masing 1 subjek, mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan spasial tinggi, sedang dan rendah sesuai kriteria menurut Jambak (2007). Adapun instrumen yang digunakan pada penelitan ini antara lain: peneliti sebagai instrumen utama, instrumen bantu kedua berupa tes pemecahan masalah geometri, dan instrumen bantu kedua berupa pedoman wawancara. Validitas data pada penelitian ini dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data dengan memanfaatkan data lain di luar data penelitian yang berfungsi sebagai pembanding. Teknik triangulasi data yang digunakan triangulasi metode. Triangulasi metode merupakan triangulasi yang dilakukan dengan membandingkan serta mengecek kembali suatu informasi yang diperoleh melalui metode wawancara dan tes (Moleong, 2012).
Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan model Miles dan Huberman (1992) dalam Yuwono (2010) dengan langkah-langkah yang meliputi: reduksi data, pengklasifikasian dan identifikasi serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil analisis data tertulis dan data wawancara dibandingkan atau dilakukan triangulasi untuk mendapatkan data yang valid. Data yang valid tersebut digunakan untuk mengetahui pemrosesan informasi yang dilakukan mahasiswa dalam menyusun rencanapemecahan masalah geometri. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memperoleh data tertulis dan wawancara dari subjek dengan kecerdasan spasial tinggi, sedang, dan rendah. Data dianalisis sehingga diperoleh deskripsi pemrosesan informasi oleh mahasiswa dalam menyusun rencana pemecahan masalah geometri. Berikut hasil pekerjaan tertulis dalam memecahkan masalah geometri dari subjek dengan kecerdasan spasial tinggi, sedang, dan rendah.
Gambar 1. Hasil Pekerjaan Tertulis Subjek dengan Kecerdasan Spasial Tinggi
Gambar 2. Hasil Pekerjaan Tertulis Subjek dengan Kecerdasan Spasial Sedang
Gambar 3. Hasil Pekerjaan Tertulis Subjek dengan Kecerdasan Spasial Rendah
Selanjutnya setelah diperoleh data tertulis, dilakukan wawancara terkait penyusunan rencana pemecahan masalah geometri. Dari hasil tertulis dan wawancara kemudian dilakukan analisis
144
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian terhadap pemrosesan informasi yang dilakukan mahasiswa. Setelah itu dilakukan triangulasi dari data tertulis dan wawancara untuk mendapatkan data valid yang disajikan pada Tabel 1. berikut. Tabel 1. Data Valid Hasil Penelitian dalam Menyusun Rencana Pemecahan Masalah Subjek Kecerdasan Spasial Tinggi
Kecerdasan Spasial Sedang
Kecerdasan Spasial Rendah
Menyusun Rencana Pemecahan Masalah - mengaitkan hal-hal yang diketahui dengan pengetahuan lain, namun beberapa konsep yang digunakan kurang tepat. - tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki sehingga tidak dapat memberikan penjelasan secara tepat tentang panjang PN sama dengan setengah ON - mampu membuat kaitan dari hal-hal yang diketahui dengan pengetahuan yang telah dimiliki (luas trapesium dengan luas segitiga) - subjek mampu menyusun rencana pemecahan masalah dengan menggunakan konsep luas keseluruhan dikurangi luas sebagian. - membuat kaitan antara hal-hal yang diketahui namun tidak tepat dan alasan yang diberikan juga tidak benar. - menuliskan pengetahuan lain (rumus luas segitiga) dengan tepat yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah - membuat kaitan dari hal-hal yang diketahui dengan konsep tinggi segitiga namun kurang tepat, sehingga tidak tepat dalam menentukan alas dan tinggi segitiga ANP
- dapat membuat kaitan antara hal-hal yang diketahui untuk menentukan panjang AN, yang merupakan tinggi segitiga ANP. - dapat menentukan panjang AN yang diperoleh dari KN +AD + DK meskipun kurang tepat dalam menentukan panjang AN. - mampu mengaitkan rumus luas segitiga yang telah diketahui oleh subjek sebelumnya untuk menentukan luas segitiga ANP - tidak dapat membuat rencana pemecahan masalah dengan benar
Subjek dengan kecerdasan spasial tinggi melakukan pemrosesan informasi asimilasi kurang sempurna dan akomodasi. Akomodasi diidentifikasi ketika subjek mampu memodifikasi pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Subjek dengan kecerdasan spasial tinggi ketika mengalami kesulitan dalam menentukan luas segitiga, menggunakan konsep yang berbeda yaitu luas keseluruhan dikurangi dengan luas sebagian, yaitu luas trapesium dikurangi dengan luas segitiga untuk mendapatkan luas segitiga yang dimaksud. Proses asimilasi kurang sempurna dapat dianalisis dari penggunaan rumusluas trapesium yang kurang tepat.
Subjek dengan kecerdasan spasial sedang, dalam menyusun rencana pemecahan masalah melakukan pemrosesan informasi asimilasi dan akomodasi keduanya kurang sempurna. Proses asimilasi yang kurang sempurna dapat diamati ketika subjek memberikan jawaban namun tidak memberikan alasan secara jelas. Subjek tidak dapat mengklarifikasikan jawaban dari yang dituliskan dalam lembar jawaban, juga ketika dalam wawancara. Akomodasi tidak sempurna diamati ketika subjek tidak dapat memodifikasi/mengembangkan konsep tentang tinggi segitiga, sehingga tidak tepat dalam menentuka tinggi sebuah segitiga. Subjek dengan kemampuan spasial rendah melakukan pemrosesan informasi asimilasi tetapi kurang sempurna. Subjek menggunakan konsep yang kurang tepat, informasi/konsep yang digunakan tidak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
145
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA Temuan lain diperoleh bahwa subjek dengan kecerdasan spasial tinggi meskipun tanpa membuat sketsa mampu melihat konsep luas dari sudut pandang yang berbeda, yaitu selain menggunakan rumus luas segitiga. Subjek dengan kecerdasan spasial tinggi menggunakan konsep luas sebagian adalah luas keseluruhan suatu bangun dikurangi dengan luas sebagian yang lain. Pendapat ini diperkuat oleh Gardner dalam Musfiroh (2004) yang menyatakan bahwa hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Suparno (2001) yang menyatakan bahwa asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Sedangkan Berliner& Gage (1984) menjelaskan konsep assimilation is the process of changing what is perceived so that it fits presents cognitive structures. Asimilasi adalah suatu proses perubahan terhadap apa yang diketahui sehingga perubahan tersebut sesuai dengan struktur kognitif. Dalam melakukan asimilasi seseorang tidak perlu mengubah skema yang sudah ada, karena struktur masalah telah sesuai dengan skema yang telah tersedia. Sedangkan akomodasi terjadi jika seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman baru yang diperoleh dengan skema yang sudah ada. Hal ini terjadi karena pengalaman baru itu sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada (Paul Suparno, 2001). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemrosesan informasi mahasiswa yang mempunyai tingkat kecerdasan spasial tinggi dalam menyusun rencana pemecahan masalah adalahdengan asimilasi kurang sempurna dan akomodasi.
2. Pemrosesan informasi mahasiswa yang mempunyai tingkat kecerdasan spasial sedang dalam menyusun rencana pemecahan masalah adalah dengan asimilasi kurang sempurna dan akomodasi kurang sempurna. 3. Pemrosesan informasi mahasiswa yang mempunyai tingkat kecerdasan spasial rendah dalam menyusun rencana pemecahan masalah, mahasiswa menggunakan proses asimilasi akan tetapi asimilasi yang kurang sempurna. Saran
Dosen hendaknya mengajarkan pemecahan masalah dalam pembelajaran Geometri, salah satunya melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Dosen hendaknya juga memperhatikan tingkat kecerdasan spasial mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran Geometri. DAFTAR PUSTAKA
Berliner & Gage. 1984. Educational Psychology Third Edition. USA: HoughtonMifflin Company.
Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM.
Jambak, W. 2007. Langkah Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Disampaikan Pada MGMP SMP Negeri 2 Sirandorung. (http://wannefjambak.wordpress.com/2007/02/12/langkahlangkah-menetapkan-kkm/, diakses tanggal 9 Maret 2014). Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Musfiroh, T. 2004. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
146
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Ruseffendi. 1988. Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajarkan Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Yuwono, A. 2010. Profil Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian. Tesis. Surakarta: Program Pasca Sarjana UNS.
147