LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
PEMODELAN SISTEM INFORMASI WEB SERTIFIKASI KOMPETENSI DI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI MENGGUNAKAN METODOLOGI MODELDRIVEN UWE (UML-BASED WEB ENGINEERING)
Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun
Lalang Erawan, M.Kom 0631087101 (Ketua) Agus Winarno, M.Kom 0631017101 (Anggota) Ajib Susanto, M.Kom 0615127404 (Anggota)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG November 2015
ii
RINGKASAN
Penelitian tentang pemodelan sistem informasi web mengenai sertifikasi kompetensi di salah satu lembaga sertifikasi bidang teknik informatika yaitu LSP MIKA Semarang telah menyelesaikan tahun pertama penelitian. Hasil dari kegiatan penelitian di tahun pertama ini adalah Dokumen Persyaratan Sistem dan Prototype Sistem. Dokumen Persyaratan Sistem berisi persyaratan fungsional dan nonfungsional untuk sistem yang akan dibangun. Sedangkan prototype sistem merupakan sistem awal yang bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pemilik sistem tentang sistem yang akan dibangun. Sumber data penelitian diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Administrasi Umum dan Kepala Bidang Sertifkasi. Sumber data lainnya diperoleh dari mengkaji berbagai dokumen dan prosedur kerja yang digunakan oleh lembaga sertifikasi. Proses menganalisa data yang berhasil dikumpulkan dilakukan menggunakan beberapa alat analisa yaitu Diagram Alir Dokumen (Flow of Document), dan Use Case Analisis. Dokumen Persyaratan Sistem yang dihasilkan akan digunakan untuk melakukan kegiatan pada penelitian tahun kedua. Kegiatan penelitian tahun kedua meliputi rangkaian kegiatan analisis, desain, dan implementasi sistem.
iii
PRAKATA
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah akhirnya penelitian tahun pertama telah selesai. Dengan selesainya penelitian tahun pertama maka laporan tahunan ini disusun. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak Dikti yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian hibah bersaing ini. Peneliti berharap dapat memanfaatkan kesempatan yang diberikan ini dengan
sebaik-baiknya
dan
berusaha
sesuai
kapasitas
peneliti
untuk
menyelesaikan penelitian sampai dengan tahun kedua. Terima kasih peneliti ucapkan juga kepada pihak LP2M perguruan tinggi peneliti yang telah banyak membantu dengan berbagai informasi dan sumbang saran yang diberikan. Peneliti berharap pihak LP2M tidak akan pernah bosan untuk membimbing para peneliti yang berada dibawah naungannya. Laporan tahunan ini dibuat sebagai bentuk tanggung jawab peneliti kepada pihak pemberi dana penelitian. Laporan tahunan ini berisi hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan peneliti sampai dengan laporan akhir ini disusun. Pada akhir tahun pertama, hasil dari penelitian adalah Dokumen Persyaratan Sistem yang berisi persayaratan fungsional yang dibutuhkan sistem baru. Untuk memberikan gambaran kepada calon pengguna tentang sistem yang akan dibangun, prototype sistem juga dibuat pada penelitian tahun pertama ini. Hasil penelitian tahun pertama ini juga sudah diseminarkan dalam Seminar Nasional Teknologi dan Informatika Snatif 2015 bertempat di Kudus pada tanggal 12 September 2015 dengan tema “Pemanfaatan Teknologi Untuk Manajemen Kelistrikan Kota”. Untuk menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepada peneliti, maka peneliti akan berusaha keras agar penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pada khususnya para pengguna layanan sertifikasi kompetensi LSP MIKA Semarang. Setelah penelitian di tahun pertama selesai, maka tanggung jawab berikutnya yang diemban peneliti adalah meyakinkan pemberi dana untuk melanjutkan kegiatan iv
penelitian di tahun kedua. Penelitian di tahun kedua akan menggunakan Dokumen Persyaratan Sistem yang telah dihasilkan dari penelitian tahun pertama untuk merancang dan membangun sistem secara penuh. Maka kegiatan penelitian yang akan dilakukan pada tahun kedua adalah proses membangun sistem sertifikasi berbasis web di LSP MIKA Semarang sampai selesai.
Akhir kata jika ada beberapa kekurangan, itu tidak lepas dari diri peneliti sebagai manusia biasa. Berbagai masukan dan saran dari berbagai pihak atas kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti akan diterima dengan tangan terbuka.
November 2015
Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii PRAKATA.......................................................................................................... iv DAFTAR ISI....................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Tujuan Khusus ...............................................................................
5
1.3 Keutamaan Penelitian ....................................................................
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
7
2.1 Sistem Pelatihan Kerja Nasional....................................................
7
2.2 Dasar Penyusunan Pelatihan Kerja ................................................
8
2.3 Prosedur Standar LSP ....................................................................
9
2.4 Rekayasa Web................................................................................ 10 2.5 Model-driven Web Engineering (MIDWE) .................................. 11 2.6 Metodologi UWE .......................................................................... 12 2.7 Peta Penelitian................................................................................ 14 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ......................................... 15 3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................... 15
vi
3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................... 15 BAB 4. METODE PENELITIAN....................................................................... 17 4.1 Data Penelitian ............................................................................... 17 4.2 Metode Pengumpulan Data............................................................ 19 4.3 Pengembangan Sistem Web........................................................... 20 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI ...................................................................... 23 5.1 Profil Obyek Penelitian.................................................................. 23 5.1.1 Visi dan Misi Lembaga ...................................................... 23 5.1.2 Tugas dan Fungsi Lembaga ............................................... 24 5.1.3 Kebijakan Lembaga ........................................................... 24 5.1.4 Struktur Organisasi ............................................................ 27 5.1.5 Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi ........ 29 5.1.6 Sistem Manajemen............................................................. 31 5.1.7 Subkontrak ......................................................................... 31 5.1.8 Rekaman............................................................................. 32 5.1.9 Kerahasiaan ........................................................................ 32 5.1.10 Keamanan........................................................................... 33 5.1.11 Persyaratan Personil Permanen dan Kontrak...................... 33 1. Umum............................................................................. 33 2. Persyaratan Asesor Kompetensi..................................... 34 5.1.12 Proses Sertifikasi................................................................. 35
vii
1. Permohonan ................................................................... 35 2. Evaluasi.......................................................................... 36 3. Keputusan Sertifikasi ..................................................... 36 4. Survailen ........................................................................ 37 5. Sertifikasi Ulang ............................................................ 37 6. Penggunaan Sertifikat .................................................... 38 5.1.13 Prosedur Sistem Sertifikasi ................................................. 39 1. Prosedur Pendaftaran Ujian........................................... 39 2. Prosedur Pelaksanaan Ujian Kompetensi...................... 42 3. Prosedur Proses Sertifikasi............................................ 44 4. Prosedur Sertifikasi Ulang ............................................ 49 5. Prosedur Penundaan/Pencabutan Sertifikat................... 49 6. Prosedur Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikat ........................................................................ 51 7. Prosedur Pengembangan MUK ..................................... 53 5.2 Tahap Analisis Kebutuhan Sistem ................................................. 55 5.2.1 Daftar Aktor......................................................................... 55 5.2.2 Daftar Use Case.................................................................... 56 5.2.3 Diagram Use Case ................................................................ 60 5.2.4 Skenario Use Case................................................................ 61 1.
Use Case Mendaftar ke Sistem...................................... 62
viii
2.
Use Case Login ............................................................. 63
3.
Use Case Mendaftar Ujian ............................................ 64
4.
Use Case Menjadwal Ujian ........................................... 65
5.
Use Case Membuat Surat Tugas ................................... 66
6.
Use Case Membuat Surat Ijin Penggunaan TUK.......... 68
7.
Use Case Mempublikasikan Jadwal Ujian .................... 69
8.
Use Case Melihat Jadwal Ujian .................................... 70
9.
Use Case Mengunduh Dokumen Ujian ......................... 71
10. Use Case Merekap Nilai Ujian...................................... 72 11. Use Case Membuat Berita Acara Ujian ........................ 73 12. Use Case Membuat Sertifikat........................................ 74 13. Use Case Merekomendasikan Penundaan/Pencabutan Sertifikat ........................................................................ 75 14. Use Case Membuat SK Penundaan/Pencabutan Sertifikat ........................................................................ 76 15. Use Case Membuat Skema Sertifikasi .......................... 77 16. Use Case Membuat MUK ............................................. 79 17. Use Case Mengelola Sistem .......................................... 80 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ............................................. 81 6.1 Penelitian Tahun Berikutnya.......................................................... 81 6.1.1 Pembentukan Tim Rekayasa ................................................ 81
ix
6.1.2 Pembangunan Sistem ........................................................... 83 6.1.3 Pengujian Sistem .................................................................. 85 6.1.4 Penyusunan Laporan ............................................................ 85 6.1.5 Pembuatan Artikel Jurnal ..................................................... 86 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 87 7.1 Kesimpulan .................................................................................... 87 7.2 Saran .............................................................................................. 87 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 88
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Prosedur Proses Sertifikasi Pada Bidang Sertifikasi ...................
10
Gambar 2.2
Ikhtisar 6 Metamodel UWE.........................................................
14
Gambar 2.3
Roadmap Penelitian.....................................................................
14
Gambar 4.1
Diagram Proses Pemodelan Dalam Metodologi UWE ...............
21
Gambar 5.1
Struktur Organisasi LSP MIKA Semarang .................................
27
Gambar 5.2
Flow of Document Pendaftaran Sertifikasi .................................
40
Gambar 5.3
Lanjutan Flow of Document Pendaftaran Sertifikasi ..................
41
Gambar 5.4
Diagram Alir Dokumen Pelaksanaan Ujian Kompetensi ...........
43
Gambar 5.5
Diagram Alir Dokumen Proses Sertifikasi ..................................
45
Gambar 5.6
Lanjutan Diagram Alir Dokumen Proses Sertifikasi...................
46
Gambar 5.7
Diagram Alir Dokumen Proses Surveilan ...................................
47
Gambar 5.8
Lanjutan Diagram Alir Dokumen Proses Surveilan ....................
48
Gambar 5.9
Diagram Alir Dokumen Proses Penundaan/Pencabutan Sertifikat
50
Gambar 5.10 Diagram Alir Dokumen Pembuatan Skema Sertifikasi...............
52
Gambar 5.11 Diagram Alir Dokumen Pengembangan MUK ...........................
54
Gambar 5.12 Diagram Use Case Sistem ...........................................................
61
Gambar 5.13 Skenario Use Case Mendaftar ke Sistem.....................................
62
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, paradigma baru peningkatan kualitas tenaga kerja bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu: (1) standar kompetensi kerja; (2) pelatihan berbasis kompetensi; (3) sertifikasi kompetensi oleh lembaga yang independen. Standar kompetensi kerja disusun dan dikembangkan di berbagai sektor atau bidang profesi dengan mengacu pada kebutuhan industri atau perusahaan agar standar kompetensi kerja dapat diterima di dunia kerja atau pasar kerja, baik secara nasional maupun internasional. Untuk mengetahui lulusan pelatihan telah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan, dilakukan sertifikasi kompetensi melalui uji kompetensi. Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifikasi kompetensi yang independen untuk menghindari konflik kepentingan antara penyelenggara pelatihan sebagai produsen dan lembaga sertifikasi sebagai penjamin mutu lulusan. Melalui Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2004, pemerintah mendirikan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) yang berkewajiban untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. BNSP dapat memberikan lisensi kepada Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang memenuhi ketetapan persyaratan untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2004 tentang Pedoman Penyiapan dan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Profesi menyebutkan bahwa LSP adalah lembaga pelaksana pengembangan standar kompetensi, sertifikasi kompetensi dan pelaksana akreditasi unit-unit Tempat Uji Kompetensi (TUK) pada suatu bidang profesi dan memiliki tanggung jawab teknis dan administrasi atas implementasi, pembinaan dan pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi kompetensi maupun LSP terkait. 1
Objek penelitian adalah sebuah lembaga sertifikasi dibawah BNSP yang berlokasi di Semarang, yaitu LSP Multimedia dan Informatika (MIKA). Tugas dan fungsi LSP MIKA adalah melakukan pelaksanaan uji kompetensi dan proses sertifikasi kompetensi profesi bidang Multimedia dan Informatika, melakukan verifikasi TUK Multimedia Informatika, dan membuat dan/atau memperbarui (renewable) SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) agar selalu sesuai dengan perkembangan teknologi terkini guna diajukan ke BNSP untuk verifikasi. Pihakpihak yang berkepentingan dengan LSP MIKA adalah asesor kompetensi, TUK (Tempat Uji Kompetensi), dan asesi. Asesor kompetensi adalah seseorang yang mempunyai kualifikasi yang relevan dan kompeten untuk melaksanakan penilaian kompetensi. TUK adalah suatu tempat kerja profesi atau tempat yang memiliki sarana dan prasarana dengan kriteria setara dengan tempat kerja profesi yang diakreditasi oleh LSP untuk menjadi tempat uji kompetensi. Asesi adalah peserta uji kompetensi yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk ikut serta dalam proses sertifikasi. Sistem yang digunakan oleh LSP MIKA untuk melakukan kegiatan sertifikasi masih belum didukung dengan teknologi informasi yang optimal. Pengolahan data kegiatan sertifikasi menggunakan semi komputerisasi berupa perangkat lunak pengolah kata (word processing) dan pengolah lembar kerja (spreadsheet). Pengarsipan data menggunakan banyak kertas dan dikelompokkan dengan menggunakan odner bindex lalu disimpan dalam filling cabinet. Proses pendaftaran asesi dilakukan oleh TUK yang kemudian menyerahkan berkasnya ke kantor LSP MIKA. Berkas yang diterima digunakan oleh LSP untuk menentukan materi uji kompetensi dan asesor. Proses ini memerlukan komunikasi yang intensif yang saat ini dilakukan melalui telepon. Disisi lain, asesor perlu menyerahkan hasil penilaiannya ke LSP setelah melakukan penilaian terhadap hasil uji kompetensi yang dilakukan asesi. Proses ini juga melibatkan banyak kertas dan penggunaan banyak waktu untuk menyerahkan hasil tersebut langsung ke LSP.
2
Dengan menggunakan sistem sertifikasi semacam ini, banyak sekali kekurangan dan kendala yang muncul selama pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan datanya. Beberapa masalah utama yang ditimbulkan adalah: kesulitan dalam melakukan pendaftaran bagi asesi yang bertempat tinggal di luar kota atau bahkan luar propinsi; inkonsistensi data sertifikasi berhubung penyimpanan data tersebar di beberapa komputer; dan proses pendaftaran maupun uji kompetensi yang memerlukan waktu lebih lama dari yang seharusnya karena pengetahuan yang masih kurang tentang berkas dan prosedur pelaksanaan kegiatan tersebut. Berdasarkan berbagai kendala pelaksanaan kegiatan sertifikasi dan uji kompetensi diatas, maka sudah selayaknya jika LSP MIKA mulai mempertimbangkan untuk meningkatkan sistem pelaksanaan kegiatan sertifikasi dan uji kompetensi dengan menggunakan dukungan teknologi informasi yang optimal. Karena jika dibiarkan berjalan seperti saat ini, waktu yang terbuang semakin besar, calon asesi, TUK, dan asesor mengalami kesulitan melakukan dan menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Dampak akhirnya, LSP MIKA akan sulit berkembang dengan kondisi penanganan proses kegiatan seperti ini. Berdasarkan pemikiran diatas, penelitian ini mengusulkan sebuah sistem sertifikasi kompetensi dengan dukungan teknologi informasi. Sistem direncanakan dapat digunakan oleh LSP, asesor, TUK, dan asesi untuk mendukung tugas masing-masing. Karena lokasi masing-masing yang terpisah, maka sistem menggunakan media internet sebagai basis transmisi data dan sebagai saluran koneksi untuk mengakses sistem. Sistem dirancang untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan
sertifikasi
kompetensi
berikut
kegiatan-kegiatan
pendukungnya dalam LSP agar kecepatan, ketelitian, dan produktifitas meningkat. Sistem juga akan menyediakan layanan dan informasi yang dibutuhkan tentang sertifikasi dan uji kompetensi bagi masyarakat. Pendekatan pengembangan menggunakan jenis pemodelan berbasis obyek yang dapat menghasilkan rancangan dengan level abstraksi yang tinggi sehingga berpotensi mudah dikembangkan dan diperluas sesuai tuntutan perkembangan teknologi dan kebutuhan.
3
Dari berbagai pendekatan pengembangan sistem yang tersedia, pendekatan pengembangan perangkat lunak model-driven (MDA, MDE, MDD) saat ini dikatakan telah matang dan diadopsi secara luas oleh kalangan industri (Wasowski, 2010). Model-driven Engineering (MDE) merupakan metodologi rekayasa perangkat lunak yang mendorong penggunaan model yang fokus pada kompleksitas mendasar sistem. Dalam berbagai studi terbaru, MDE telah terbukti meningkatkan produktivitas dan secara signifikan meningkatkan aspek-aspek penting
proses
pengembangan
perangkat
lunak
seperti
maintainability,
consistency, dan traceability (Kolovos et al., 2013). Dalam penelitiannya tentang berbagai metodologi MDWE (Model-driven Web Engineering), Aragon et al. (2012) menyatakan bahwa paradigma model-driven yang sukses diterapkan pada rekayasa perangkat lunak berpotensi menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam dalam rekayasa web. Masalah-masalah tersebut antara lain: sangat beragamnya metodologi pengembangan web yang menyulitkan pencapaian homogenitas dan standar; tidak adanya pendekatan yang mencakup seluruh siklus hidup pengembangan; minimnya dukungan alat untuk berbagai metodologi pengembangan web. Berbagai masalah ini dapat diselesaikan dengan mengadopsi paradigma pengembangan model-driven MDWE. Salah satu dari berbagai jenis MDWE yang tersedia adalah UWE (UML-based Web Engineering) yang paling sering dikutip dan merupakan salah satu teknik pertama yang dikembangkan lebih lanjut menggunakan paradigma MDE (Modeldriven Engineering). UWE adalah suatu pendekatan web yang mencakup siklus hidup yang lengkap meskipun fokus utamanya pada tahap analisis dan desain. Salah satu kelebihan paling penting dari pendekatan ini adalah semua model dalam pendekatan ini merupakan perluasan formal dari UML. UWE menggunakan notasi grafis yang seluruhnya didasarkan pada UML yang memungkinkan penggunaan alat berbasis UML dan mengurangi waktu belajar pengembang web yang sudah akrab dengan UML. Alat dukungan untuk UWE tersedia dalam bentuk MagicUWE yang dapat dipasang kedalam MagicDraw (Aragon, G. et al., 2012).
4
1.2 Tujuan Khusus Sistem diharapkan dapat meningkatkan layanan kepada pengguna LSP MIKA. Peningkatan layanan berpengaruh terhadap kepuasan pengguna. Dengan media infrastruktur berupa internet, hambatan geografis lebih minimal sehingga jangkauan akses dan penyebaran kegiatan sertifikasi dapat lebih diperluas sampai ke daerah-daerah. Dengan kemampuan sistem yang baru ini diharapkan jumlah masyarakat yang mengetahui dan menggunakan layanan LSP MIKA akan semakin meningkat pesat. Selain itu, asesor-asesor daerah juga akan dapat lebih diberdayakan dalam kegiatan sertifikasi didaerahnya masing-masing.
1.3 Keutamaan Penelitian Kompetensi
seseorang
dibidangnya
menjadi
isu
utama
dalam
bidang
ketenagakerjaan. Kompetensi menjadi syarat utama seorang tenaga kerja untuk berhasil memenangkan persaingan kerja. Tingkat persaingan yang harus dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia semakin bertambah dengan akan dilaksanakannya kesepakatan integrasi ekonomi (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015. Berdasarkan kesepakatan ini, setiap tenaga kerja dari negara-negara ASEAN dapat bebas keluar masuk dari satu negara ke negara lain untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju. Dalam kesepakatan ini yang dimaksud tenaga kerja adalah tenaga kerja terampil (skilled labour) yang secara umum dapat didefinisikan sebagai pekerja yang mempunyai ketrampilan atau keahlian khusus, pengetahuan, atau kemampuan dibidangnya, yang bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademisi, atau sekolah teknik atau dari pengalaman kerja (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2014). Dengan melihat permasalahan kompetensi ketenagakerjaan diatas, kiranya dukungan dari berbagai pihak dalam berbagai bentuk, baik dari dunia usaha, pendidikan, maupun masyarakat, sangat dbutuhkan untuk mendukung strategi dan kebijakan pemerintah dalam usaha mempersiapkan tenaga kerja Indonesia yang kompeten.
5
Hasil penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu wujud kontribusi kecil kami terhadap strategi kebijakan ketenagakerjaan pemerintah tersebut.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pelatihan Kerja Nasional Peraturan Pemerintah nomor 31 tahun 2006 pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa Sistem Pelatihan Kerja Nasional yang selanjutnya disingkat Sislatkernas, adalah keterkaitan dan keterpaduan berbagai komponen pelatihan kerja untuk mencapai tujuan pelatihan kerja nasional. Sislatkernas bertujuan untuk : 1. mewujudkan pelatihan kerja nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja; 2. memberikan arah dan pedoman dalam penyelenggaraan, pembinaan, dan pengendalian pelatihan kerja; 3. mengoptimalkan pendayagunaan dan pemberdayaan seluruh sumber daya pelatihan kerja. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Prinsip dasar pelatihan kerja adalah berorientasi pada kebutuhan pasar kerja dan pengembangan SDM serta berbasis pada kompetensi kerja serta tanggung jawab bersama antara dunia usaha, pemerintah dan masyarakat. Pelatihan berbasis kompetensi kerja merupakan pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
7
2.2 Dasar Penyusunan Pelatihan Kerja Program pelatihan kerja disusun berdasarkan SKKNI, Standar Internasional dan/atau Standar Khusus. Program pelatihan kerja dapat disusun secara berjenjang atau tidak berjenjang. Program pelatihan kerja yang disusun secara berjenjang mengacu pada jenjang KKNI. Program pelatihan kerja yang tidak berjenjang disusun berdasarkan unit kompetensi atau kelompok unit kompetensi. KKNI merupakan
kerangka
penjenjangan
kualifikasi
kompetensi
yang
dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Pelatihan kerja nasional yang diinginkan pemerintah kemudian diwujudkan oleh BNSP dalam bentuk sertifikasi kompetensi kerja yang merupakan proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Internasional dan/atau Standar Khusus. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. BNSP akan memberikan sertifikat kompetensi kerja kepada lulusan pelatihan dan/atau tenaga kerja berpengalaman setelah lulus uji kompetensi yang merupakan bukti tertulis yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi terakreditasi yang menerangkan bahwa seseorang telah menguasai kompetensi kerja tertentu sesuai dengan SKKNI. Sedangkan pengertian SKKNI itu sendiri adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8
2.3 Prosedur Standar LSP Untuk mencapai tujuan pelatihan kerja nasional pemerintah membentuk lembaga independen BNSP untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. Dalam melaksanakan fungsinya, BNSP dapat memberikan lisensi kepada LSP yang memenuhi ketetapan persyaratan untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. LSP didirikan berdasarkan berbagai pedoman yang dikeluarkan oleh BNSP. Demikian pula dengan kegiatan yang harus diselenggarakan oleh LSP. Secara umum, LSP dikepalai oleh seorang direktur dan dibagi menjadi 4 bidang yaitu: bidang adminsitrasi umum, manajemen mutu, sertifikasi, dan standarisasi. Selain itu, LSP mempunyai sebuah komite skema sertifikasi yang bertugas menetapkan metode dan mekanisme untuk digunakan dalam mengevaluasi kompetensi calon. Masing-masing bidang memiliki berbagai dokumen dan prosedur standar pelaksanaan kegiatan. Terkait prosedur standar, bidang manajemen mutu memiliki 12 prosedur, administrasi umum 2 prosedur, standarisasi 5 prosedur, dan bidang sertifikasi memiliki 13 prosedur. Berbagai prosedur tersebut terdiri dari langkahlangkah yang disusun sesuai dengan pedoman BNSP. Sebagai contoh, salah satu prosedur standar yang terdapat di bidang sertifikasi adalah prosedur Proses Sertifikasi yang langkah-langkahnya digambarkan melalui diagram berikut ini (LSP MIKA, 2011).
9
Gambar 2.1 Prosedur Proses Sertifikasi Pada Bidang Sertifikasi
2.4 Rekayasa Web Definisi rekayasa perangkat lunak menurut IEEE adalah: “(1) Penerapan sistematis, disiplin, pendekatan kuantitatif untuk pengembangan, operasi, dan pemeliharaan perangkat lunak; (2) Studi pendekatan dari poin (1).” (Pressman, 2010). Menurut Pressman et al. (2001) dalam Pressman (2009), rekayasa web berhubungan dengan pembentukan dan penggunaan kaidah ilmiah, teknik, dan prinsip-prinsip manajemen dan pendekatan disiplin dan sistematis untuk keberhasilan pengembangan, penyebaran, dan pemeliharaan sistem dan aplikasi berbasis web berkualitas tinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa rekayasa web bukan merupakan tiruan sempurna dari rekayasa perangkat lunak, tetapi banyak meminjam konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar rekayasa perangkat lunak serta menekankan pada teknik dan kegiatan manajemen yang sama. Ada perbedaan yang halus dalam cara kegiatan 10
ini dilakukan, namun filosofi utama yang menentukan pendekatan disiplin untuk pengembangan sistem berbasis komputer adalah identik.
2.5 Model-driven Web Engineering (MDWE) Model-driven Software Development (MDSD) telah menjadi sebuah pendekatan yang diterima secara luas untuk mengembangkan aplikasi yang kompleks, terutama Object-Oriented Programming (OO-P) yang perlu memodelkan objek dan kolaborasi antar item. Fitur dari MDSD adalah membagi perhatian pengembangan kedalam beberapa bagian yang berbeda sebagai artefak kunci dalam semua tahap pengembangan. Tujuan dari MDSD adalah mengotomatisasi (semi) proses pengembangan perangkat lunak mulai dari tahap analisis persyaratan sampai implementasi kode dengan aturan standar dan terutama berfokus pada transformasi model. Rekayasa Web atau Web Engineering (WE) merupakan salah satu domain spesifik yang dapat menerapkan MDSD dengan berhasil dan disebut sebagai Model-driven Web Engineering (MDWE). Karena model dalam MDWE memainkan peran penting dalam pembangunan, maka model harus bisa efektif mengekspresikan
konsep
sistem
dan
mudah
bagi
pengembang
untuk
menggunakannya. Ada beberapa pendekatan dalam rekayasa web berbasis model ini yang secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori: pemodelan berbasis UML, dan model berbahasa khusus dan alat. Model berbasis UML menggunakan mekanisme perluasan UML untuk memperluas model terhadap pemodelan dengan domain tertentu. Model berbahasa khusus menggunakan Domain Specific Language (DSL) yang cenderung mendukung abstraksi dengan tingkat yang lebih tinggi daripada bahasa pemodelan umum dan lebih dekat ke domain masalah daripada domain implementasi. Model berbahasa khusus sering diusulkan bersama
dengan
alatnya,
seperti
WebML/WebRatio,
OO-H/VisulWade,
UsiXML/IdealXML dan sebagainya (Huang, 2011).
11
Pleuss et al. (2013) dalam penelitian berjudul “Model-driven Development and Evolution
of
Customized
User
Interface”
menggunakan
metodologi
pengembangan model-driven untuk membangun UI families yang didukung kustomisasi secara sistematis. Tujuannya adalah untuk membangun berbagai varian user interface untuk berbagai user, device, platform, dan konteks yang berbeda dengan cara yang lebih baik. Pendekatan model-driven yang digunakan dapat mendukung seluruh aspek UI (User Interface) termasuk elemen, screen, dan navigasi. Produk UI families yang dihasilkan dapat dikembangkan secara efisien karena setiap varian user interface dapat diregenerasi tanpa kehilangan kustomisasi yang telah dibuat sebelumya. Lenk dan Vitzthum (2012) dalam penelitiannya menggunakan salah satu pendekatan Model-driven Development (MDD) yaitu SSIML, yang diperluas untuk dipergunakan sebagai pendekatan rekayasa full round-trip untuk pengembangan 3D terstruktur. Rekayasa round-trip yang dilakukan adalah menggabungkan fase forward, yang menghasilkan kode secara otomatis dari model abstrak aplikasi, dengan fase reverse, yang mengedit kode secara manual lalu digabungkan kembali ke dalam model abstrak. Pendekatan yang diusulkan disertai dengan demonstrasi pengembangan aplikasi web 3D berdasarkan X3D/X3DOM dan Javascript.
Tavares dan Vale (2013) dalam penelitiannya mengusulkan penggunaan pendekatan model-driven untuk pengembangan layanan web RESTful semantik yang meningkatkan level abstraksi pengembangan, menyediakan metamodel layanan yang tidak tergantung kepada bahasa tertentu dan sumber daya semantik. Penelitian juga menyatakan bahwa melalui transformasi model dimungkinkan untuk mengembangkan layanan yang kompleks dan bersifat interoperabilitas.
2.6 Metodologi UWE UML-based Web Engineering (UWE) adalah pendekatan metodologis untuk pengembangan aplikasi web yang berbasis pada berbagai proses terpadu. 12
Pendekatan ini terutama didasarkan pada konsep yang paling relevan yang disediakan oleh metode lain, tetapi juga mendefinisikan sendiri notasi UML (UML profile), menggunakan teknik diagram yang diusulkan oleh UML dan mendefinisikan sebuah proses desain yang sistematis dan semi- otomatis. UWE mencakup seluruh siklus hidup aplikasi Web dan berfokus pada aplikasi adaptif. Pendekatan UWE menggunakan tahap rekayasa persyaratan dimana elisitasi persyaratan, spesifikasi dan validasi ditangani sebagai kegiatan yang terpisah dari proses. Hasil akhir dari tahap rekayasa persyaratan adalah model use case yang dilengkapi dengan dokumentasi yang menggambarkan pengguna aplikasi, aturan adaptasi, interface dan rincian use case yang berhubungan dengan penerapan use case, yang dapat digambarkan secara tekstual atau dimodelkan oleh diagram aktivitas UML. UWE mengklasifikasikan persyaratan menjadi dua kelompok: fungsional dan non-fungsional. UWE menggunakan berbagai teknik seperti wawancara, kuesioner dan checklist untuk menangkap persyaratan, dan diagram use case untuk spesifikasi persyaratan. UWE menggunakan proses audit dan prototipe untuk melakukan validasi (Aggarwal dan Soni, 2013). Pendekatan pemodelan web menggunakan strategi pengembangan yang membagi sistem web kedalam beberapa titik perhatian seperti seperti konten, struktur hypertext, presentasi, dan proses. Pendekatan UWE menyediakan satu set elemen model yang domain-spesifik web untuk pemodelan. Elemen-elemen model ini dan hubungan antara mereka dispesifikasikan oleh metamodel. Metamodel dalam metodologi UWE ada 6 paket yang masing-masing mewakili titik perhatian yang berbeda dalam UWE. Keenam paket metamodel tersebut adalah: presentation, navigation, process, content, user model, dan pattern (Kroiß, Koch, dan Kozuruba, 2011). Berikut ini diagram yang menggambarkan ringkasan 6 metamodel didalam metodologi UWE.
13
Gambar 2.2 Ikhtisar 6 Metamodel UWE
2.7 Peta Penelitian Sistem Web Manajemen Sertifikasi Kompetensi dikembangkan melalui beberapa tahap pengembangan sebagai berikut:
Gambar 2.3. Roadmap Penelitian
14
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bermaksud untuk mengembangkan sistem informasi sertifikasi kompetensi pada sebuah lembaga sertifikasi yaitu Lembaga Sertifikasi Profesi Multimedia dan Informatika disingkat LSP MIKA. Rancangan berbasis obyek dengan harapan sistem yang dihasilkan bersifat fleksibel sehingga relatif mudah untuk mengalami perubahan dan perluasan di kemudian hari sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi dan kebutuhan. Sistem berbasis web ini dikembangkan berdasarkan rendahnya kinerja sistem lama yang masih belum berbasis teknologi informatika. Beberapa penyebab yang berhasil diidentifikasi adalah penggunaan kertas yang masih dominan, file-file penting disimpan dalam bentuk berbagai file spreadsheet dan pengolah kata, prosedur kerja yang sering dikeluhkan oleh para pengguna jasa lembaga sertifikasi karena membuat layanan yang diberikan lambat dan menyusahkan, serta proses komunikasi selama proses sertifikasi yang belum berjalan efektif dengan menggunakan alat komunikasi perangkat genggam, dan email. Dengan mendasarkan sistem pada berbagai teknologi informatika yang tersedia khususnya yang berbasis web, diharapkan kinerja layanan yang diberikan oleh lembaga sertifikasi LSP MIKA akan meningkat. Berbagai kesalahan cetak dapat dikurangi, data lembaga tersimpan secara terpusat, layanan dapat diberikan dengan segera, serta proses komunikasi berjalan dengan lebih lancar dan cepat.
3.2 Manfaat Penelitian Sistem yang akan dihasilkan dari penelitian berupa sistem informasi berbasis web untuk mendukung proses sertifikasi kompetensi yang menjadi tugas dan tanggung 15
jawab lembaga sertifikasi profesi obyek penelitian. Para pengguna jasa lembaga sertifikasi ini datang tidak hanya dari wilayah sekitar Jawa Tengah saja, tetapi juga berasal dari beberapa daerah yang berlokasi diluar pulau jawa. Dengan sistem yang ada sekarang ini, proses sertifikasi untuk daerah yang jauh dari lokasi lembaga sertifikasi tentu memberikan dampak negatif pada layanan yang diberikan, yang tentunya akan berjalan lebih lambat dan banyak kendala. Sistem berbasis web berpeluang besar dapat mengurangi kelemahan ini karena sistem tidak dibatasi oleh kondisi geografis. Dengan semakin meningkatnya layanan yang diberikan oleh lembaga, diharapkan para pengguna jasa lembaga akan merasa lebih puas dengan layanan yang diberikan. Dengan meningkatnya kecepatan layanan dan kepuasan para pengguna jasa lembaga, diharapkan akan semakin banyak para pengguna yang dapat dilayani oleh lembaga dalam satu waktu. Dengan semakin banyaknya masyarakat produktif yang tersertifikasi kompetensinya, maka nilai mereka dalam kancah persaingan kerja akan membaik, dan kondisi akan memberikan dampak positif terhadap daya saing tenaga kerja Indonesia melawan arus tenaga kerja asing dari negara-negara ASEAN karena adanya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean).
16
BAB IV METODE PENELITIAN
Penelitian telah diawali dengan kajian terhadap berbagai literatur tentang berbagai pendekatan atau metodologi dalam rekayasa web. Tujuan penelitian untuk menentukan metodologi pengembangan yang sesuai untuk sistem web yang akan dibangun dalam penelitian ini. Hasil kajian menunjukkan metodologi yang sesuai adalah berdasarkan paradigma model-driven. Metodologi UWE merupakan metodologi berbasis model-driven yang paling banyak dikutip dan paling lengkap meliputi seluruh siklus pengembangan perangkat lunak berbasis web adalah UWE atau UML-based Web Engineering. Metodologi ini yang akan digunakan sebagai pendekatan pengembangan sistem.
4.1 Data Penelitian Data penelitian untuk kebutuhan penentuan persyaratan sistem terdiri dari data utama dan pendukung. Pengertian data utama disini adalah sebagian besar data penelitian yang diperoleh dari sumber utama yaitu LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. LSP ini merupakan salah satu dari 3 (tiga) LSP yang menguji kompetensi bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dua LSP lainnya berlokasi di Jakarta dan Surabaya. Sedangkan data pendukung adalah data dari sejumlah TUK, asesor, dan asesi. Data utama meliputi berbagai prosedur dan dokumen yang digunakan LSP MIKA dalam operasional kegiatannya yang terdiri dari: 1. Panduan Mutu Panduan mutu ini merupakan ketentuan umum LSP Multimedia dan Informatika (MIKA), sehingga sertifikasi kompetensinya dapat diterima di 17
tingkat nasional maupun internasional. Panduan mutu digunakan bersama dengan SKKNI bidang Multimedia dan informatika, serta pedomanpedoman BNSP lainnya. Panduan mutu ini sebagai pedoman bagi LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) untuk dapat menambah ruang lingkup lisensi oleh BNSP, yang mengatur persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Profesi. 2. Skema Sertikasi Disusun dengan acuan asosiasi Industri untuk membangun profesi berbasis kompetensi, menciptakan professionalitas multimedia dan informatika Indonesia serta sebagai media publikasi kualifikasi multimedia dan informatika di Indonesia. Berisi pedoman dalam pelaksanaan uji kompetensi dan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. 3. Dokumen Keluar Masuk Surat, Pengelolaan Pendapatan dan Keuangan, Sub Kontrak Assesmen, Pelatihan Personil LSP, Penilaian kerja personil, Manajemen Review,
Pengendalian
Dokumen
dan
Rekaman,
Internal
Audit,
Penanganan Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan, Teknik Statistik, Kaji Ulang
Manajemen,
Persiapan
Uji
Kompetensi,
Pelaksanaan
Uji
Kompetensi, Proses Sertifikasi, Proses Survailen, Proses Sertifikasi Ulang, Pelaporan Sertifikasi, Penanganan Keluhan dan Banding, Penambahan dan Pengurangan Ruang Lingkup Sertifikat, Penundaan dan Pencabutan Sertifikat, Pelaporan dan Evaluasi Asesor, Pengelolaan Database Peserta UK, Pencegahan Konflik Kepentingan, Menyimpan dan Mengeluarkan MUK, Pemilihan dan Penetapan Personil LSP, Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi, Pengembangan MUK dan SKK, Pembuatan Materi Uji, dan Verifikasi TUK.
18
4. Prosedur Penanganan Keluar Masuk Surat, Pengelolaan Pendapatan & Pengeluaran Keuangan, Kontrak Asesmen, Sub Kontrak Asesmen, Pelatihan LSP, Penilaian Kinerja Personil, Manajemen Review, Pengendalian Dokumen dan Rekaman, Internal Audit, Penanganan Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan, Teknik Statistik, Kaji Ulang Manajemen, Penyimpanan dan Pengamanan
Dokumen
Rekaman,
Kerahasiaan,
Persiapan
UK,
Pelaksanaan UK, Proses Sertifikasi, Survailen, Proses Sertifikasi Ulang, Pelaporan Sertifikasi, Penanganan Keluhan dan Banding, Penambahan dan Pengurangan Ruang Lingkup Sertifikat, Penundaan dan Pencabutan Sertifikat, Pelaporan dan Evaluasi Asesor, Pengelolaan Database Peserta UK, Pencegahan Konflik Kepentingan, Menyimpan dan Mengeluarkan MUK, Pemilihan Personil LSP, Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi, Pengembangan MUK dan SKK, Pembuatan MUK, dan Verifikasi TUK.
4.2 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian meliputi wawancara, penyebaran angket, dan studi literatur. Metode wawancara dilakukan terhadap kepala bidang Administrasi Umum, dan Kepala Bidang Sertifikasi dari LSP MIKA. Kepala bidang Administrasi Umum mengetahui berbagai dokumen yang digunakan dalam proses sertifikasi. Kepala Bidang Sertifikasi mengetahui proses pelaksanaan sertifikasi dan skema sertifikasi yang digunakan. Pada umumnya data yang terkumpul terkait dengan spesifikasi proses bisnis dalam sistem. Selain melakukan wawancara dengan kepala bidang, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara menyebarkan angket terhadap sejumlah stakeholders yang terdiri dari, sejumlah TUK, Asesor, dan Asesi. Penyebaran angket bertujuan untuk memperoleh data pendukung penelitian yang berguna untuk menyusun spesifikasi
19
persyaratan pengguna. Penyebaran angket menggunakan media pos jika stakeholder berada di luar kota dan diantar langsung jika berada didalam kota.
4.3 Pengembangan Sistem Web Pendekatan pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan UWE yang berbasis UML. Pendekatan UWE menerapkan prinsipprinsip MDA (Model-driven Architecture) yang bertujuan untuk membentuk satu set CIM (Computer-Independent Model), PIM (Platform-Independent Model), dan PSM (Platform-Specific Model) sebagai hasil tahap analisis, desain, dan implementasi dari proses model-driven. Proses inti pengembangan UWE ditunjukkan melalui diagram berikut ini.
20
Gambar 4.1 Diagram Proses Pemodelan Dalam Metodologi UWE
21
Penjelasan tahapan didalam diagram: 1. Tahap pertama berupa pengumpulan persyaratan fungsional dengan menggunakan alat pemodelan diagram alir dokumen, diagram konteks beserta diagram alir data, dan use case. Untuk memperoleh persyaratan data atau konten akan menggunakan model domain. 2. Tahap kedua berupa pembentukan serangkaian model untuk konten, navigasi, proses, presentasi, dan aspek adaptif. 3. Tahap ketiga berupa proses transformasi yaitu proses pembentukan secara sistematis model-model yang saling tergantung satu sama lain dengan membangkitkan model-model default yang dapat dimodifikasi lebih lanjut kemudian. 4. Tahap keempat mengintegrasikan seluruh model dalam satu “Big Picture” 5. Tahap terakhir berupa transformasi model-model desain kedalam platform teknologi tertentu.
22
BAB V HASIL YANG DICAPAI
5.1 Profil Obyek Penelitian Objek yang menjadi sasaran kegiatan penelitian berupa sebuah lembaga yang menjalankan kegiatan sertifikasi yang disebut Lembaga Sertifikasi Profesi Multimedia dan Informatika (LSP MIKA). Lembaga ini adalah salah satu LSP yang ada di Indonesia sebagai kepanjangan tangan dari BNSP untuk melakukan sertifikasi profesi dibidang multimedia
dan informatika kepada masyarakat
umum, dunia pendidikan dan industri. Tujuan kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh LSP ini adalah untuk meningkatkan daya saing SDM berbasis kompetensi di bidang Multimedia dan Informatika. LSP MIKA didirikan di Semarang pada tahun 2010 atas inisiatif para pelaku Asosiasi Profesi Telematika Indonesia (APTI), Asosiasi Guru Telematika Indonesia, Ikatan Guru Jawa Tengah, BKSP, serta beberapa pemangku kepentingan dibidang Multimedia dan Informatika. Lembaga independen ini adalah sebuah organisasi tingkat Nasional yang berkedudukan di Kota Semarang dan memiliki kewenangan meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, lembaga pelaksana sertifikasi telematika ini menggunakan pedoman dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Nomor 201 dan 202 Tahun 2005.
5.1.1 Visi dan Misi Lembaga Visi LSP MIKA adalah “Pengembangan sumber daya manusia yang berbasis kompetensi di bidang Multimedia dan Informatika secara berkelanjutan yang bertujuan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia”. Misi LSP MIKA sebagai berikut: 23
1. Menetapkan kebijakan, dan menerapkan pedoman BNSP 201 dan 202 atau ISO 17024 secara menyeluruh tanpa pengecualian. 2. Menjadi lembaga independen dan terpercaya oleh dunia industri secara global dan masyarakat dalam melaksanakan uji kompetensi dan sertifikasi profesi bidang Multimedia dan Informatika. 3. Memberikan pelayanan uji kompetensi yang mengutamakan mutu dan kepuasan pelanggan serta menjamin bahwa pekerjaan pengujian dilaksanakan dengan kejujuran teknik, teliti, cepat, tepat dan akurat serta efisien dalam menggunakan sumber daya. 4. Meningkatkan kerjasama dengan perusahaan dan lembaga pendidikan dalam melakukan uji dan sertifikasi kompetensi pada karyawan untuk meningkatkan daya saing pada dunia pendidikan secara global. 5. Ikut berpartisipasi mendukung propinsi jawa tengah sebagai propinsi vokasi dengan melakukan uji dan sertifikasi kompetensi pada masyarakat khususnya dunia pendidikan agar lebih diakui dunia industri secara global.
5.1.2 Tugas dan Fungsi Lembaga Adapun tugas dan fungsi LSP MIKA adalah: 1. Melaksanakan uji kompetensi dan proses sertifikasi kompetensi profesi bidang multimedia dan informatika 2. Melakukan verifikasi TUK (Tempat Uji Kompetensi) Multimedia Informatika 3. Membuat dan atau memperbarui SKKNI agar selalu sesuai dengan perkembangan teknologi terkini guna diajukan ke BNSP untuk verifikasi
5.1.3 Kebijakan Lembaga Sesuai dokumen Panduan Mutu lembaga, LSP MIKA memiliki kebijakan berikut: 24
1. Struktur organisasi dalam LSP MIKA disusun berdasarkan upaya untuk memberikan
kepercayaan
kepada
pihak
terkait
atas
kompetensi,
ketidakberpihakan dan integritasnya. Secara khusus, lembaga ini: 1. Independen dan tidak memihak terkait dengan pemohon, calon, dan profesi
yang
disertifikasi
termasuk
dengan
pemilikan
dan
pelanggannya dan harus mengambil langkah yang dapat menjamin operasi yang layak. 2. Bertanggung jawab atas keputusannya yang berkaitan dengan pemberian, pemeliharaan, perpanjangan, penundaan, dan pencabutan sertifikasi serta perluasan atau pengurangan ruang lingkup yang diajukan. 3. Mengidentifikasi manajemen (kelompok atau profesi) yang memiliki tanggung jawab menyeluruh untuk: a. Evaluasi, sertifikasi, dan survailen sebagaimana ditetapkan dalam pedoman ini, dalam persyaratan kompetensi dan dalam dokumen relevan lain yang berlaku. b. Perumusan kebijakan operasi LSP MIKA yang berkaitan dengan sertifikasi profesi. c. Keputusan sertifikasi. d. Penerapan kebijakan dan prosedurnya. e. Keuangan lembaga sertifikasi dan f. Pendelegasian kewenangan kepada beberapa komite atau perorangan untuk melakukan kegiatan yang ditetapkan atas namanya. 4. Memiliki dokumen legalitas hukum atau bagian dari legalitas hukum berupa Akte Notaris Lembaga Sertifikasi Profesi Multimedia dan Informatika tanggal 4 Oktober 2010 No. 3, Notaris Agustinus Andy Toryanto, SH, Sp.N, M.Kn, Semarang 2. LSP
Multimedia
dan
Informatika
(MIKA)
memiliki
struktur
terdokumentasi yang menjaga ketidakberpihakan termasuk ketentuan yang menjamin
ketidakberpihakan
pengoperasian
LSP
Multimedia
dan
25
Informatika (MIKA). Struktur ini melibatkan partisipasi semua pihak penting yang terkait dalam pengembangan kebijakan dan prinsip-prinsip tentang substansi dan fungsi sistem sertifikasi, tanpa adanya pihak yang mendominasi. 3. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) membentuk komite skema atau nama lain, yang
bertanggung jawab dalam pengembangan dan
pemeliharaan skema sertifikasi untuk setiap jenis sertifikasi yang dipertimbangkan. Komite skema diwakili oleh pihak penting terkait secara seimbang (tanpa ada pihak yang lebih mendominasi). Jika ada skema sertifikasi yang dikembangkan oleh organisasi selain lembaga sertifikasi, maka pengembangan skema tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip yang sama. 4. LSP MIKA: a. Memiliki sumber keuangan yang diperlukan untuk operasi sistem sertifikasi dan untuk membiayai pertanggunggugatan (liability) yang mungkin timbul. b. Memiliki kebijakan dan prosedur yang membedakan antara kegiatan sertifikasi profesi dan kegiatan lainnya. c. Menjamin
bahwa
kegiatan
lembaga
yang
terkait
tidak
mengkompromikan kerahasiaan objektivitas dan ketidakberpihakan dari sertifikasinya. 5. LSP MIKA tidak menawarkan atau memberikan pelatihan atau membantu pihak lain dalam penyiapan jasa tersebut. 6. LSP MIKA menetapkan kebijakan dan prosedur (seperti pedoman pelaksanaan) untuk penyelesaian banding dan keluhan yang diterima dari pemohon, calon, profesi yang disertifikasi dan atasan/institusi tempat profesi yang disertifikasi bekerja serta dari pihak lain mengenai proses kriteria sertifikasi, termasuk kebijakan dan prosedur untuk kinerja profesi yang disertifikasi. Kebijakan dan prosedur tersebut harus menjamin bahwa banding dan keluhan diselesaikan secara independen, tegas dan tidak berpihak.
26
7. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memperkerjakan personil permanen atau personil kontrak dalam jumlah yang memadai dengan pendidikan, pelatihan, pengetahuan teknis dan pengalaman yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi sertifikasi sesuai dengan jenis, rentang dan volume pekerjaan yang dilakukan di bawah tanggung jawab manajemen.
5.1.4 Struktur Organisasi Struktur organisasi LSP MIKA sebagai berikut:
Gambar 5.1 Struktur Organisasi LSP MIKA Semarang
Tugas dan wewenang masing-masing:
27
1. Dewan Pengarah LSP Multimedia dan Informatika Mempunyai tanggung jawab atas keberlangsungan LSP Multimedia dan Informatika dengan menetapkan Visi, misi dan tujuan LSP Multimedia dan Informatika, program kerja, anggaran belanja, mengangkat dan memberhentikan Ketua LSP Multimedia dan Informatika dengan stakeholder dan mobilisasi sumber daya. 2. Direktur LSP Multimedia dan Informatika 1) Menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengarah 2) Melaksanakan program kerja LSP MIKA 3) Melakukan monitoring dan evaluasi 4) Menyiapkan Rencana program dan Anggaran 5) Memberikan laporan kegiatan kepada Dewan Pengarah 6) Bertanggung jawab kepada Dewan Pengarah
3. Kepala Bidang Manajemen Mutu 1) Mengembangkan, menerapkan sistem manajemen mutu LSP MIKA sesuai Pedoman BNSP 201, 2) Memelihara berlangsungnya sistem manajemen agar tetap sesuai dengan standar dan pedoman yang diacu, 3) Melakukan audit internal dan kaji ulang manajemen LSP Multimedia dan Informatika. 4. Kepala Bidang Sertifikasi 1) Memfasilitasi penyusunan Materi Uji Kompetensi dan kualifikasi, 2) Melaksanakan kegiatan asesmen, 3) Melaksanakan verifikasi TUK, 4) Melakukan rekruitmen assesor serta pemeliharaan kompetensi assesor baik assesor manajemen mutu maupun assesor kompetensi
28
5. Kepala Bidang Standarisasi 1) Memfasilitasi kegiatan identifikasi kebutuhan jenis kompetensi tenaga dari industri, 2) Memfasilitasi kegiatan pengembangan standar kompetensi, 3) Memfasilitasi pengusulan standar kompetensi baru untuk ditetapkan sebagai SKKNI. 6. Kepala Bidang Administrasi 1) Memfasilitasi unsur-unsur organisasi LSP Multimedia dan Informatika guna terselenggaranya program sertifikasi profesi. 2) Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan organisasi LSP Multimedia dan Informatika. 7. Komite Skema Sertifikasi Terdiri dari ketua merangkap anggota dari perwakilan asosiasi, industri, pelaksana LSP Multimedia dan Informatika yang bertugas menetapkan metode dan mekanisme untuk digunakan dalam mengevaluasi kompetensi calon.
5.1.5 Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Skema sertifikasi adalah persyaratan sertifikasi spesifik yang berkaitan dengan kategori profesi yang ditetapkan dengan menggunakan standar dan aturan khusus yang sama, serta prosedur yang sama. Ketentuan tentang skema sertifikasi sebagai berikut: 1. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menetapkan metode dan mekanisme untuk digunakan dalam mengevaluasi kompetensi calon dan menetapkan kebijakan dan prosedur yang sesuai untuk pengembangan awal dan pemeliharaan berkelanjutan dari metode dan mekanisme tersebut.
29
2. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menetapkan suatu proses pengembangan dan pemeliharaan skema sertifikasi yang mencakup kaji ulang dan validasi skema yang dilakukan oleh komite skema. 3. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) segera memberikan informasi mengenai setiap perubahan di dalam persyaratan kepada wakil-wakil komite. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) mempertimbangkan pendapat yang disampaikan oleh komite skema sebelum memutuskan bentuk perubahan yang tepat dan tanggal efektif berlakunya perubahan. Setelah pengambilan keputusan dan publikasi mengenai perubahan persyaratan, LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait dan profesi yang disertifikasi. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memverifikasi bahwa setiap profesi yang disertifikasi memenuhi persyaratan yang diubah dalam periode waktu, yang penetapannya harus mempertimbangkan pendapat komite skema. 4. Kriteria kompetensi peserta uji kompetesi yang dievaluasi harus ditetapkan oleh LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) sesuai dengan pedoman ini dan dokumen relevan lainnya. Jika diperlukan penjelasan untuk penerapan dokumen tersebut terhadap skema sertifikasi yang spesifik, maka penjelasan tersebut harus dirumuskan oleh para ahli, disahkan oleh komite skema dan dipublikasikan oleh lembaga sertifikasi. 5. Sertifikasi tidak boleh dibatasi atas dasar keuangan atau kondisi lain yang tidak semestinya, seperti keanggotaan dalam asosiasi atau kelompok. Sertifikat kelulusan suatu lembaga pelatihan yang diakui dapat menjadi persyaratan skema sertifikasi. Pengakuan atau persetujuan tersebut oleh LSP Multimedia dan Informatika (MIKA), tidak boleh dilakukan dengan mengkompromikan ketidakberpihakan atau mengurangi bobot persyaratan evaluasi dan sertifikasi.
30
5.1.6 Sistem Manajemen 1. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) mengevaluasi metode ujian calon.
Penyelenggaraan
ujian
jujur,
absah
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Minimum 1 (satu) tahun sekali, metodologi dan prosedur yang tepat (seperti pengumpulan dan pemeliharaan data statistik) ditetapkan untuk menegaskan kembali kejujuran, keabsahan, kepercayaan dan kinerja umum setiap ujian dan semua perbaikan perbedaan yang teridentifikasi. 2. LSP
Multimedia
dan
Informatika
(MIKA)
menggunakan
sistem
manajemen yang didokumentasikan dan mencakup semua persyaratan pedoman ini serta menjamin efektifitas penerapan persyaratan tersebut. 3. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menjamin bahwa: sistem manajemen ditetapkan dan dipelihara sesuai dengan pedoman ini, dan; sistem manajemennya dimengerti dan diterapkan pada semua tingkat organisasi. 4. LSP
Multimedia
dan
Informatika
(MIKA)
mempunyai
sistem
pengendalian dokumen dan audit internal serta kaji ulang manajemen yang sudah diterapkan termasuk ketentuan untuk perbaikan berkelanjutan, tindakan koreksi dan pencegahan.
5.1.7 Subkontrak Jika
LSP
Multimedia
dan
Informatika
(MIKA)
memutuskan
untuk
mensubkontrakkan pekerjaan yang berkaitan dengan asesmen kepada asesor subkontrak, maka perjanjian terdokumentasi yang mencakup pengaturan, termasuk kerahasiaan dan pencegahan konflik kepentingan harus dituliskan. Keputusan sertifikat tidak boleh disubkontrakkan.
Sehubungan dengan
subkontrak ini maka LSP Multimedia dan Informatikan (MIKA): 1. bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang disubkontrakkan dan tetap bertanggung jawab atas pemberian, pemeliharaan, perpanjangan, 31
perluasan dan pengurangan ruang lingkup, penundaan atau pencabutan sertifikasi. 2. menjamin bahwa subkontraktor tersebut kompeten dan memenuhi ketentuan yang berlaku dalam pedoman ini, dan tidak terlibat baik secara langsung atau melalui atasannya dengan pelatihan atau pemeliharaan sertifikasi personel sedemikian rupa sehingga kerahasiaan dan kenetralan dapat dikompromikan. 3. memelihara daftar subkontraknya dan menilai serta memantau kinerjanya sesuai prosedur yang didokumentasikan.
5.1.8 Rekaman LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memelihara sistem rekaman sesuai dengan kondisi dan peraturan perundang-undangan, termasuk cara-cara untuk mengkonfirmasikan status profesi yang disertifikasi. Rekaman membuktikan bahwa proses sertifikasi telah dipenuhi secara efektif, khususnya yang berkaitan dengan formulir permohonan, laporan evaluasi, kegiatan survailen, dan dokumen lain yang terkait dengan pemberian, pemeliharaan, perpanjangan, perluasan, pengurangan, penundaan dan pencabutan sertifikasi. Rekaman diidentifikasi, diatur dan dimusnahkan dengan cara yang sesuai untuk menjamin integritas proses dan kerahasiaan informasi tersebut. Rekaman disimpan selama periode waktu tertentu untuk memberikan jaminan kepercayaan berkelanjutan, minimal satu siklus sertifikasi penuh, atau sebagaimana yang dipersyaratkan dalam perjanjian pengakuan, kontrak, hukum dan kewajiban lainnya.
5.1.9 Kerahasiaan LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menjaga kerahasiaan semua informasi yang diperoleh selama proses kegiatannya, melalui komitmen terhadap peraturan 32
perundang-undangan yang berlaku. Komitmen tersebut harus dilaksanakan oleh semua individu/personil yang bekerja di lembaga sertifikasi, termasuk anggota komite dan lembaga atau individu dari luar yang bekerja atas namanya. Informasi tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak yang tidak berwenang tanpa persetujuan tertulis dari organisasi atau individu dari mana informasi diperoleh, kecuali bila perundang-undangan mensyaratkan informasi tersebut harus diungkapkan. Bila lembaga sertifikasi disyaratkan oleh peraturan perundangundangan untuk mengumumkan informasi tersebut, organisasi atau individu yang bersangkutan harus diberitahu sebelumnya tentang informasi yang diberikan.
5.1.10 Keamanan Seluruh soal-soal ujian dan bahan-bahan yang terkait harus dipelihara dalam suatu lingkungan yang aman oleh LSP Multimedia dan Informatika (MIKA), atau subkontraktornya untuk melindungi kerahasiaan bahan-bahan tersebut selama masa pakainya.
5.1.11 Persyaratan Personil Permanen atau Kontrak 1. Umum LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menetapkan persyaratan kompetensi bagi personil permanen atau yang dikontrak yang terlibat dalam proses sertifikasi. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) mewajibkan personil permanen atau yang dikontrak untuk menandatangani dokumen yang menyatakan komitmennya untuk memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kerahasiaan dan kebebasan dari pengaruh komersial dan pengaruh lainnya dari setiap hubungan sebelum dan/atau saat ini dengan profesi yang diuji yang dapat mengkompromikan kenetralannya.
33
Uraian tugas dan tanggung jawab yang terdokumentasi dengan jelas tersedia bagi setiap profesi permanen atau yang dikontrak. Mereka dilatih sesuai dengan bidang tugasnya, sehingga yang bersangkutan menyadari pentingnya sertifikasi yang ditawarkan. Semua personil yang terlibat dalam setiap aspek kegiatan sertifikasi memiliki kualifikasi pendidikan, pengalaman dan keahlian teknis yang sesuai dengan kriteria kompetensi untuk tugas yang ditetapkan. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) membuat dan memelihara dokumentasi mutakhir mengenai kualifikasi setiap personil. Informasi tersebut dapat diakses oleh personil permanen atau yang dikontrak yang mencakup: 1. nama dan alamat; 2. organisasi dan jabatannya; 3. pendidikan, jenis dan status personil; 4. pengalaman dan pelatihan yang relevan dengan bidang tugasnya; 5. tanggung jawab dan kewajibannya dalam lembaga sertifikasi; 6. penilaian kinerja; 7. tanggal pemuktakhiran rekaman 8. tanggal pemutakhiran rekaman
2. Persyaratan Asesor Kompetensi Asesor kompetensi memenuhi persyaratan LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) berdasarkan persyaratan kompetensi yang berlaku dan dokumen relevan lainnya. Dalam proses pemilihan asesor yang ditugaskan untuk suatu ujian atau bagian dari suatu ujian harus dijamin bahwa asesor kompetensi tersebut minimal : 1. mengerti skema sertifikasi yang relevan; 2. memiliki pengetahuan yang cukup mengenai metode ujian dan dokumen ujian yang relevan; 3. memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang yang akan diuji; 34
4. mampu berkomunikasi dengan efektif baik secara lisan maupun tulisan dalam bahasa yang digunakan dalam ujian, dan 5. bebas dari kepentingan apapun sehingga dapat melakukan penilaian (asesmen) dengan tidak memihak dan tidak diskriminatif. Jika seseorang asesor kompetensi mempunyai potensi konflik kepentingan dalam ujian dengan calon, LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) akan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa kerahasiaan dan kenetralan ujian tidak dikompromikan. Langkah-langkah tersebut harus direkam.
5.1.12 Proses Sertifikasi Proses sertifikasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga untuk melayani pendaftaran ujian, melaksanakan ujian kompetensi terhadap asesi, sampai dengan pemberian sertifikat kepada kepada asesi yang lolos ujian. Proses tersebut memiliki ketentuan sebagai berikut: 1. Permohonan 1. Berdasarkan permintaan pemohon, LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memberikan uraian rinci yang mutakhir mengenai proses sertifikasi untuk setiap skema sertifikasi yang sesuai (termasuk biaya). Di samping itu LSP MIKA memberikan dokumen yang memuat persyaratan sertifikasi, hak pemohon, serta kewajiban profesi yang disertifikasi termasuk kode etik profesi. 2. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) mensyaratkan kelengkapan permohonan, yang ditandatangani oleh pemohon yang meminta sertifikasi dan mencakup : a. lingkup sertifikasi yang diajukan; b. pernyataan bahwa profesi yang bersangkutan setuju memenuhi persyaratan sertifikasi dan memberikan setiap informasi yang diperlukan untuk evaluasi;
35
c. rincian kualifikasi yang relevan didukung dengan bukti dan rekomendasi; d. informasi umum pemohon, seperti nama, alamat dan informasi lain yang disyaratkan untuk identifikasi Profesi. 2. Evaluasi 1. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) mengkaji ulang permohonan sertifikasi untuk menjamin bahwa: a) LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) mempunyai kemampuan untuk memberikan sertifikasi sesuai ruang lingkup yang diajukan; b) LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menyadari kemungkinan adanya kekhususan kondisi pemohon dan dengan alasan yang tepat dapat mengakomodasikan keperluan khusus pemohon seperti bahasa dan/ atau ketidakmampuan (disabilities) lainnya; c) pemohon mempunyai pendidikan, pengalaman dan pelatihan yang disyaratkan dalam skema. 2. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menguji kompetensi profesi berdasarkan persyaratan skema melalui satu atau lebih metode seperti tertulis, lisan, praktek, pengamatan atau cara lain. 3. Ujian direncanakan dan disusun sedemikian rupa sehingga dapat menjamin bahwa semua persyaratan skema diverifikasi secara objektif dan sistematis dengan bukti terdokumentasi sehingga memadai untuk menegaskan kompetensi calon. 4. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) membuat prosedur pelaporan yang menjamin kinerja dan hasil evaluasi termasuk kinerja dan hasil ujian, yang didokumentasikan secara tepat dan dimengerti. 3. Keputusan Sertifikasi 1. Keputusan sertifikasi yang ditetapkan untuk seorang calon oleh LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama proses sertifikasi. Personel yang membuat keputusan sertifikasi tidak boleh berperan serta dalam pelaksanaan ujian atau pelatihan calon.
36
2. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memberikan sertifikasi kepada semua Profesi yang disertifikasi. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memelihara kepemilikan sertifikat. Sertifikat tersebut dapat dalam bentuk surat, kartu atau media lainnya, yang ditandatangani atau disahkan oleh personel LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) yang bertanggung jawab. 3. Sertifikat tersebut minimal harus memuat informasi berikut: a. nama Personel yang disertifikasi dan nomor sertifikat; b. nama lembaga sertifikasi; c. acuan persyaratan kompetensi atau dokumen relevan lain, termasuk hal-hal yang menjadi dasar dalam sertifikasi; d. ruang lingkup sertifikasi termasuk batasannya; e. tanggal efektif sertifikasi dan masa berlaku; 4. Survailen 1. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menetapkan proses survailen untuk memantau pemenuhan profesi yang disertifikasi dengan persyaratan skema sertifikasi yang relevan. 2. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memiliki prosedur dan aturan untuk pemeliharaan sertifikasi sesuai dengan skema sertifikasi. Aturan tersebut termasuk frekuensi dan cakupan kegiatan survailen harus disahkan oleh komite skema. Aturan tersebut harus cukup menjamin adanya evaluasi yang jujur untuk mengkonfirmasikan kompetensi Personel yang disertifikasi. 5. Sertifikasi Ulang 1. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) menetapkan persyaratan sertifikasi ulang sesuai dengan persyaratan kompetensi dan dokumen relevan lain untuk menjamin bahwa profesi yang disertifikasi selalu memenuhi sertifikasi yang mutakhir. 2. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) memiliki prosedur dan aturan untuk pemeliharaan sertifikat sesuai dengan skema sertifikasi. Aturan tersebut termasuk frekuensi dan cakupan kegiatan sertifikasi ulang harus
37
disahkan oleh komite skema. Aturan tersebut harus cukup menjamin adanya evaluasi yang jujur untuk mengkonfirmasikan kompetensi profesi yang disertifikasi. 6. Penggunaan Sertifikat 1. LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) mensyaratkan bahwa profesi yang disertifikasi menandatangani persetujuan untuk: a. memenuhi ketentuan skema sertifikasi yang relevan; b. menyatakan bahwa sertifikasinya hanya berlaku untuk ruang lingkup sertifikasi yang diberikan; c. tidak menyalahgunakan sertifikasi yang dapat merugikan LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) dan tidak memberikan persyaratan yang berkaitan dengan sertifikasi yang menurut LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) dianggap dapat menyesatkan atau tidak sah; d. menghentikan penggunaan semua pernyataan yang berhubungan dengan sertifikasi yang memuat acuan LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) setelah dibekukan atau dicabut sertifikasinya serta mengembalikan sertifikat kepada LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) yang menerbitkannya, dan e. tidak menyalahgunakan sertifikat. 2. Acuan sertifikasi yang tidak sesuai atau penyalahgunaan sertifikat dalam publikasi, katalog, dan lain-lain, harus ditangani oleh LSP Multimedia dan Informatika (MIKA) dengan tindakan perbaikan seperti penundaan atau pencabutan sertifikasi, pengumuman pelanggaran dan, jika perlu tindakan hukum lainnya.
5.1.13 Prosedur Sistem Sertifikasi Sistem sertifikasi yang sedang berjalan memiliki prosedur untuk menjalankan berbagai kegiatan sertifikasi. Prosedur-prosedur tersebut antara lain pendaftaran 38
ujian, pelaksanaan ujian, proses sertifikasi, dan penundaan dan pencabutan sertifikat. Berikut ini narasi dan diagram alir dokumen dari berbagai prosedur tersebut: 1. Prosedur Pendaftaran Ujian I. Narasi 1. Calon asesi mendatangi kantor LSP MIKA untuk melengkapi persyaratan yang sudah ditetapkan serta melampirkan bukti kesesuaian yang dimiliki untuk mendukung permohonan Uji Kompetensi yang diajukan. 2. Calon asesi melakukan pembayaran sesuai bidang uji yang dipilih. 3. Semua berkas persyaratan diterima oleh staf Administrasi Umum dan dilakukan pengecekan berkas. Setelah dinyatakan lengkap memenuhi persyaratan, Staf Administrasi Umum memberikan dokumen Uji Kompetensi untuk di isi oleh Calon asesi. 4. Setelah diisi, dokumen Uji Kompetensi dikembalikan pada Staf Administrasi Umum dan asesi dipersilahkan untuk pulang dan menunggu pemberitahuan berupa undangan pemberitahuan untuk tahap berikutnya. Staf Administrasi Umum
memeriksa kelengkapan dokumen dan
selanjutnya menyiapkan daftar peserta yang lolos verifikasi dan menyerahkannya kepada Kabid Sertifikasi. 5. Berdasarkan berkas yang diterima, Kabid Sertifikasi membuat surat tugas untuk Asesor, menyiapkan TUK lalu menyerahkannya kepada Asesor. 6. Setelah Asesor menerima surat tugas dari Kabid Sertifikasi, Asesor membuat MUK dan melaksanakan konsultasi pra-uji dengan Staf Administrasi Umum untuk menentukan jadwal Uji Kompetensi. 7. Setelah jadwal Uji Kompetensi disepakati, maka Staf Administrasi Umum membuat undangan Uji Kompetensi yang ditujukan untuk kepada Asesi. 8. Asesi memenuhi undangan dan siap untuk melakukan uji Kompetensi sesuai undangan yang diterimanya. II. Diagram Alir Dokumen
39
Asesi
Staf Adm.Umum
Kabid.Sertifikasi
A
Asesor
E
F
Bukti diri Bukti kesesuaian Bukti bayar
Bukti diri
FK Surat Tugas Asesor Dok. Pemakaian TUK yang ditunjuk
Daftar asesi lolos verifikasi
Bukti kesesuaian Bukti bayar
Buat surat tugas untuk asesor dan siapkan TUK
A
Diterima dan menyerahkan FPUK untuk diisi asesi
B
Daftar asesi lolos verifikasi Bukti diri
FPUK
Konsultasi pra uji dengan staf Adm. Umum
FK Surat Tugas Asesor Dok. Pemakaian TUK yang ditunjuk
Bukti kesesuaian Bukti bayar
FPM Jadwal sementara
FPUK
Mengisi FPUK
N G
FPUK
F
C B
C
N
N
FPUK
Diterima, cek kelengkapan dokumen, verifikasi, dan buat daftar peserta lolos verifikasi
D
Gambar 5.2 Flow of Document Pendaftaran Ujian
40
Asesi
Staf Adm.Umum
Kabid.Sertifikasi
Asesor
D Bukti diri Bukti kesesuaian
FPUK FK check list kelengkapan persyaratan UK
Bukti bayar
Daftar asesi lolos verifikasi
A
N
E B G FPUK
Jadwal sementara Mengisi FPUK
FPUK
Buat surat undangan untuk asesi C FK Surat Undangan Uji Kompetensi
H
FK Surat Undangan Uji Kompetensi
H
N
Gambar 5.3 Lanjutan Flow of Document Pendaftaran Ujian
41
2. Prosedur Pelaksanaan Ujian Kompetensi I. Narasi 1. Staf Adm. Umum memberikan dokumen ujian berupa Form Daftar Hadir Asesor dan Asesi, MUK, dan form umpan balik kepada Asesor. 2. Asesor menandatangani daftar hadir kemudian menyerahkan dokumendokumen ujian kepada asesi. 3. Asesi mengerjakan mengisi daftar hadir, menyelesaikan ujian, dan menulis umpan balik. 4. Asesor kemudian menerima hasil ujian asesi berikut daftar hadir dan form umpan balik yang telah diisi dari asesi lalu membuat rekomendasi sesuai hasil ujian setiap asesi. 5. Asesor menyerahkan dokumen-dokumen dan hasil ujian kompetensi serta rekomendasi asesi kepada Staf Adm. Umum. II. Diagram Alir Dokumen
42
Asesi
Asesor
B
Staf Adm. Umum
A MUK MUK
MUK
Daftar Hadir Asesi dan Asesor
Daftar Hadir Asesi dan Asesor
Daftar Hadir Asesi dan Asesor Form Umpan Balik
Form Umpan Balik
Form Umpan Balik
Absen Absen, menyelesaikan ujian dan mengisi umpan balik
A MUK Daftar Hadir Asesi dan Asesor Form Umpan Balik
MUK Daftar Hadir Asesi dan Asesor
D
MUK Daftar Hadir Asesi dan Asesor
Form Umpan Balik
B
Hasil UK
C
Form Umpan Balik Hasil UK
MUK Daftar Hadir Asesi dan Asesor C
Form Umpan Balik
N
Hasil UK
D
Gambar 5.4 Diagram Alir Dokumen Pelaksanaan Ujian Kompetensi
43
3.
Prosedur Proses Sertifikasi Bertujuan untuk memastikan pelaksanaan sertifikasi kompetensi oleh LSP Multimedia dan Informatika berjalan efektif & efisien sesuai dengan confirmed to) pedoman dan regulasi teknis terkait. Prosedur ini mengatur mekanisme dan tatacara proses sertifikasi mulai
dari menyerahkan hasil
rekapan dokumen uji kompetensi dari asesor ke LSP Multimedia dan Informatika kemudian menyerahkan hasil rekomendasi kompetensi ke BNSP yang untuk selanjutnya dapat diterbitkan sertifikat kompetensi serta penyerahan sertifikat kepada asesi. I. Narasi 1. Staf Administrasi Umum menerima dan menyimpan salinan berita acara ujian kompetensi serta menerima rekapan dokumen hasil uji kompetensi dari asesor. 2. Staf Administrasi umum kemudian mengidentifikasi dan menyimpan rekapan dokumen hasil uji kompetensi tersebut pada Logbook. 3. Staf Administrasi Umum menyerahkan salinan rekapan dokumen hasil uji kompetensi kepada Kepala Bidang Sertifikasi. 4. Berdasarkan rekapan dokumen hasil uji kompetensi Kepala Bidang Sertifikasi membuat dan menyiapkan rekomendasi kompetensi beserta pas foto asesi untuk dikirim ke BNSP. 5. BNSP memverifikasi rekomendasi tersebut kemudian menerbitkan Sertifikat Kompetensi dan menyerahkannya kepada Kepala bidang sertifikasi. 6. Setelah Sertifikat
Kompetensi
diterima oleh Kepala
Bidang
Sertifikasi, maka Direktur LSP menyerahkannya kepada asesi. 7. Staf Administrasi Umum kemudian mendokumentasikan pemegang sertifikat dan memasukkannya ke database.
44
II. Diagram Alir Dokumen Asesor
Staf Adm. Umum
Kabid. Sertifikasi
A
BNSP
B
C
BAUK* Rekapan hasil ujian
BAUK*
Rekapan hasil 2 ujian
Rekapan hasil ujian
Berkas rekomendasi asesi
A Menyiapkan berkas rekomendasi asesi
Logbook
Rekapan hasil 2 ujian
Simpan & dokumentasikan dlm logbook
N
C
Rekapan hasil 1 ujian Rekapan hasil 2 ujian
Sertifikat
Berkas rekomendasi asesi
BAUK* Logbook
Verifikasi rekomendasi
Berkas rekomendasi asesi
D N
Buku surat keluar masuk
D
Sertifikat N
B
Catat dlm buku surat keluar masuk
E *BAUK:
Berita
Acara
Ujian Kompetensi
Gambar 5.5 Diagram Alir Dokumen Proses Sertifikasi
45
Asesi
Asesor
Staf Adm. Umum
Kabid.
BNSP
Sertifikasi E
F
Sertifikat
Sertifikat
Buku surat keluar masuk
N
N
Mendokumentasi kan pemegang sertifikasi
Sertifikat Daftar pemegang sertifikat
F
Simpan ke database
Daftar pemegang sertifikat
N
Gambar 5.6 Lanjutan Diagram Alir Dokumen Proses Sertifikasi 46
Pemegang
Staf Adm. Umum
Asesor
Direktur LSP
sertifikat A Dokumen penggunaan sertifikat
B
Dokumen penggunaan sertifikat
D
Logbook pemeliharaan kompetensi
Rekomendasi pemeliharaan kompetensi
A
Logbook pemeliharaan kompetensi
Mengkaji pemeliharaan kompetensi pemegang sertifikat
Meyetujui rekomendasi
Rekomendasi pemeliharaan kompetensi
Menerima dokumen dan mengisi logbook pemeliharaan kompetensi
Logbook pemeliharaan kompetensi Rekomendasi pemeliharaan kompetensi
Dokumen penggunaan sertifikat
Surat Ketetapan status pemeliharaan kompetensi
D
Logbook pemeliharaan kompetensi
C E
N B
C
Logbook pemeliharaan kompetensi
N
Gambar 5.7 Diagram Alir Dokumen Proses Surveilan 47
Pemegang
Staf Adm. Umum
Asesor
Direktur LSP
sertifikat F
E
Rekomendasi pemeliharaan kompetensi
Surat Ketetapan status pemeliharaan kompetensi
Surat Ketetapan status pemeliharaan kompetensi
Form tanda terima penyerahan
N G
Membuat formulir tanda terima penyerahan
Rekomendasi pemeliharaan kompetensi Surat Ketetapan status pemeliharaan kompetensi Form tanda terima penyerahan N G
F
Form tanda terima penyerahan
N
Gambar 5.8 Lanjutan Diagram Alir Dokumen Proses Surveilan 48
4. Prosedur Sertifikasi Ulang Prosedur sertifikasi ulang berisi langkah-langkah yang merupakan gabungan dari prosedur pendaftaran ujian, pelaksanaan ujian, dan proses sertifikasi
5. Prosedur Penundaan atau Pencabutan Sertifikat I. Narasi 1. Prosedur dimulai dari rekomendasi yang dibuat oleh Kabid. Sertifikasi berdasarkan masukan dari masyarakat, lembaga profesi, atau pihak-pihak yang berkompeten. 2. Rekomendasi kemudian diajukan ke Direktur LSP. 3. Diadakan rapat pleno untuk membahas rekomendasi 4. Direktur menerbitkan SK Penundaan/Pencabutan Sertifikat 5. Kabid. Administrasi mengarsip salinan SK dan menyerahkan SK kepada pemegang sertifikat. II. Diagram Alir Dokumen
49
Pemegang
Kabid. Sertifikasi
Staf Adm. Umum
Direktur LSP
Sertifikat C
SK Penundaan /pencabutan
1
A
Hasil rapat pleno
Rekomendasi penundaan/pencabu tan
Rekomendasi penundaan/pencabu tan Identifikasi Usulan
Menerimai
SK Penundaan /pencabutan
B
Usulan proses penundaan /pencabutan sertifikat
1
SK Penundaan /pencabutan
Usulan proses penundaan/pencabu tan sertifikat
Sertifikat
Rekomendasi penundaan/pencabu tan
Hasil rapat pleno
Mendokument asikan SK
Menerbitkan SK penundaan/pe ncabutan sertifikat
Hasil rapat pleno Rekomendasi penundaan/pencabu tan
D N
N
A
SK Penundaan /pencabutan
2
Hasil rapat pleno
SK Penundaan /pencabutan
N
D
Rekomendasi penundaan/pencabu tan
1
SK Penundaan/pencabu tan
C B
Sertifikat
N
Gambar 5.9 Diagram Alir Dokumen Prosedur Penundaan / pencabutan Sertifikat 50
6. Prosedur Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi I. Narasi 1. Kabid. Sertifikasi mengajukan rekomendasi pembuatan Skema Sertifikasi ke Direktur LSP berdasarkan permintaan sertifikasi tenaga kompetensi dari masyarakat, lembaga profesi, atau pihak lain. 2. Berdasarkan rekomendasi tersebut, Direktur LSP membuat Surat Penugasan ditujukan ke Komite Skema Sertifikasi. 3. Komite Skema Sertifikasi menyusun dan memvalidasi skema sertifikasi lalu mengajukannya ke Direktur LSP 4. Direktur LSP menetapkan Skema Sertifikasi lalu menyerahkan skema sertifikasi dan Surat Ketetapan ke Kabid. Administrasi 5. Kabid. Administrasi membuat Surat Pemberitahuan yang ditujukan kepada Kabid.
Sertifikasi
dan
mengarsip
Skema
Sertifikasi
dan
Surat
Ketetapannya. II. Diagram Alir Dokumen
51
Kabid. Sertifikasi
Komite S.S.
Staf Adm. Umum
B
C
Permintaan sertifikasi tenaga kompetensi
Direktur LSP A
Surat penugasan Surat penugasan
Surat penugasan
Rekomendasi pembuatan skema sertifikasi
B E Membuat Rekomendasi pembuatan skema sertifikasi
Menyusun dan memvalidasi skema sertifikasi
Ketetapan Skema sertifikasi
Mengesahkan penugasan
Skema sertifikasi Permintaan sertifikasi tenaga kompetensi
Surat penugasan
Surat penugasan
Skema sertifikasi
Rekomendasi pembuatan skema sertifikasi
Membuat surat pemberitahuan ketetapan skema sertifikasi D
N
Rekomendasi pembuatan skema sertifikasi
C
D
N
N A
Skema sertifikasi Ketetapan Skema sertifikasi
F
Skema sertifikasi Surat pemberitahuan ketetapan skema sertifikasi
Surat pemberitahuan ketetapan skema sertifikasi
Penetapan skema sertifikasi
Ketetapan Skema sertifikasi F
Skema sertifikasi
N N
SS: Skema Sertifikasi
E
Gambar 5.10 Diagram Alir Dokumen Pembuatan Skema Sertifikasi
52
7. Prosedur Pengembangan MUK I. Narasi 1. Kabid. Standarisasi merekomendasikan pembuatan atau revisi MUK berdasarkan usulan yang masuk. 2. Rekomendasi diterima oleh Asesor yang kompeten yang kemudian menyusun draft MUK. 3. Draft MUK diserahkan kepada Kabid. Standarisasi untuk dilakukan validasi. Setelah divalidasi, draft diserahkan kepada Direktur LSP 4. Direktur LSP menetapkan MUK lalu menyerahkan MUK tersebut kepada Kabid. Sertifikasi yang kemudian mengarsipnya. II. Diagram Alir Dokumen
53
Kabid.
Asesor
Standarisasi
Kompetensi
Kabid. Sertifikasi
Direktur LSP
D
C
A Usulan pembuatan/revi si MUK
Rekomendasi tindak lanjut
MUK
MUK
Merekomend asikan Membuat MUK
Menetapkan MUK N
Rekomendasi tindak lanjut Rekomendasi tindak lanjut
MUK
Draft MUK A
B
D Draft MUK N
B
Validasi
MUK
C
Gambar 5.11 Diagram Alir Dokumen Pengembangan MUK
54
5.2 Tahap Analisis Kebutuhan Sistem Tahap pengembangan sistem berdasarkan metode UWE pada prinsipnya terdiri dari 4 tahap yaitu analisis kebutuhan, analisis, desain, dan implementasi. Pada tahap analisis kebutuhan ditentukan spesifikasi kebutuhan sistem yang meliputi persyaratan fungsional dan nonfungsional. Oleh karena itu, uraian selanjutnya akan menjelaskan spesifikasi kebutuhan fungsional sistem. Untuk menentukan kebutuhan fungsional sistem alat yang digunakan yaitu diagram use case. 5.2.1 Daftar Aktor Analisis kebutuhan sistem dengan menggunakan diagram use case diawali dengan menentukan aktor-aktor sistem yang akan berinteraksi dengan sistem untuk tujuan tertentu. Berikut ini daftar aktor yang telah diidentifikasikan dari hasil analisis terhadap data-data penelitian yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan kajian literatur. Nama Admin
Penjelasan Personil yang bertanggung jawab mengelola dan memelihara sistem informasi sertifikasi kompetensi berbasis web
Kabid. Administrasi
Entitas yang bertugas melakukan pendataan proses sertifikasi mulai dari pendaftaran, ujian, sampai dengan pemberian sertifikat kepada asesi
Kabid. Sertifikasi
Entitas yang bertugas antara lain memasukkan data skema sertifikasi yang telah disahkan oleh BNSP
Asesor
Personil yang bertanggung jawab merekap nilai ujian kompetensi dan memasukkannya ke sistem.
Asesi
Individu atau organisasi yang ingin mengikuti ujian sertifikasi kompetensi.
TUK
Organisasi yang bertanggung jawab menyediakan tempat uji kompetensi. TUK berinteraksi dengan
55
dengan LSP dalam proses sertifikasi mulai dari pendaftaran sampai penyerahan sertifikat kompetensi kepada asesi
5.2.2 Daftar Use Case Setelah daftar aktor telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan apa saja yang dapat dilakukan oleh aktor-aktor tersebut pada sistem. Dengan kata lain, layanan atau fungsi apa saja yang dapt dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan aktor. Berikut ini daftar use case yang telah berhasil diidentifikasi dari data-data yang terkumpul: No 1
Nama
Penjelasan
Mendaftar ke Sistem
Mendeskripsikan kejadian proses registrasi yang
Aktor Pengguna sistem
dilakukan oleh pengguna sistem: Direktur LSP, Kabid. Administrasi, Kabid. Sertifikasi, Kabid. Standarisasi, Asesor, TUK, dan Asesi 2
Masuk
ke
(Login)
Sistem Mendeskripsikan kejadian pengguna melakukan login ke
Pengguna sistem
sistem. 3
Mendaftar ujian
Mendeskripsikan kejadian
Asesi
berupa proses pendaftaran
TUK
yang dilakukan oleh asesi. Asesi mengisi formulir pendaftaran dan melengkapi dengan portofolio berupa sertifikat atau ijasah atau
56
dokumen sejenisnya. 4
Menjadwal ujian
Mendeskripsikan kejadian
TUK
menyusun jadwal
Kabid.
pelaksanaan ujian oleh TUK
Administrasi
kemudian mengirimkannya kepada Kabid. Administrasi 5
Membuat
Surat Mendeskripsikan kejadian
Penugasan Asesor
setelah Kabid. Administrasi
Kabid. Administrasi
memperoleh informasi
Asesor
pendaftaran dan jadwal
TUK
pelaksanaan ujian dari TUK. Berdasarkan informasi ini, Kabid. Administrasi membuat surat penugasan untuk asesor 6
Membuat Surat Ijin Mendeskripsikan kejadian Penggunaan TUK
setelah Kabid. Administrasi
Kabid. Administrasi
memperoleh informasi
Asesor
pendaftaran dan jadwal
TUK
pelaksanaan ujian dari TUK. Berdasarkan informasi ini, Kabid. Administrasi membuat surat ijin penggunaan TUK 7
Mempublikasikan
Mendeskripsikan kejadian
Jadwal Ujian
menyebarkan informasi jadwal pelaksanaan ujian oleh
Bidang Administrasi Asesi
Kabid. Administrasi kepada calon asesi 8
Melihat Jadwal Ujian
Mendeskripsikan kejadian
Bidang
57
asesi memperoleh informasi jadwal ujian kompetensi yang
Administrasi Asesi
akan diikutinya 9
Mengunduh Dokumen Mendeskripsikan salah satu ujian
Asesor
kejadian pelaksanaan ujian berupa asesor mengunduh dokumen-dokumen yang diperlukan untuk melaksanakan ujian kompetensi
10
Merekap Nilai Ujian
Mendeskripsikan salah satu
Asesor
kejadian pelaksanaan ujian
Kabid.
ketika ujian sudah
Administrasi
dilaksanakan dan asesor memasukkan data-data penilaian ujian untuk direkap sistem 11
Membuat Berita Acara Mendeskripsikan salah satu
Asesor
Ujian
Kabid.
kejadian pelaksanaan ujian ketika ujian sudah
Administrasi
dilaksanakan dan asesor membuat laporan pelaksanaan ujian dalam bentuk Berita Acara Ujian 12
Membuat Sertifikat
Mendeskripsikan kejadian membuat sertifikat dengan
Kabid. Administrasi
dasar Berita Acara Ujian yang TUK dibuat asesor. Sertifikat
Asesi
diserahkan kepada TUK untuk dibagikan kepada asesi.
58
13
Membuat Surat
Mendeskripsikan kejadian
Rekomendasi
pembuatan Surat
Penundaan/Pencabutan Rekomendasi Sertifikat
Penundaan/Pencabutan
Kabid. Administrasi Kabid. Sertifikasi
Sertifikat setelah memperoleh
Direktur LSP
persetujuan dalam rapat
Asesi
organisasi 14
Membuat SK
Mendeskripsikan proses
Penundaan/Pencabutan pembuatan SK Penundaan / Sertifikat
Kabid. Administrasi
Pencabutan Sertifikat setelah
Kepala LSP
rekomendasinya memperoleh
Asesi
persetujuan
Kabid. Sertifikasi
15
Membuat
Skema Mendeskripsikan kejadian
Sertifikasi
membuat skema sertifikasi oleh Kabid. Sertifikasi.
Kabid. Sertifikasi BNSP
Skema sertifikasi dimasukkan kedalam sistem setelah disahkan oleh BNSP. Skema sertifikasi dapat berupa skema baru atau revisi dari skema yang sudah ada. 16
Membuat MUK
Mendeskripsikan kejadian membuat MUK (Mata Uji
Kabid. Standarisasi
Kompetensi) atas usulan dari
Asesor
Kabid. Standarisasi. MUK
Direktur LSP
dibuat oleh Asesor yang kompeten. Setelah memperoleh persetujuan dan ditetapkan oleh Direktur LSP,
59
MUK tersebut dimasukkan kedalam sistem 17
Mengelola sistem
Mendeskripsikan kejadian
Admin
pemeliharaan sistem yang dilakukan oleh admin.
5.2.3 Diagram Use Case Untuk menggambarkan masing-masing use case digunakan diagram use case. Dalam diagram use case terdapat berbagai aktor dan kejadian serta hubungan diantara aktor dengan kejadian tersebut. Dengan diagram use case dapat terlihat dengan lebih jelas hubungan diantara aktor dengan kejadian. Jumlah aktor yang teridentifikasi sebanyak 6 (enam) dan 17 (tujuh belas) use case. Berikut ini bentuk diagram use case yang disusun:
60
uc Use Case Model
Buat MUK Lihat Jadw al Uj ian
Unduh Dokumen Uj ian Asesi
Mendaftar Uj ian
Mendaftar Sistem
Rekap Nilai Uj ian Asesor
«extend» Mengelola Sistem
Admin
Login
Buat BA Uj ian
Buat Surat Tugas
Buat Surat Ij in TUK
Kabid. Adm
Buat Rekomendasi Tunda/Cabut
Kabid. Sertifikasi
Publikasi Jadw al Uj ian
Buat Skema Sertifikasi
Buat Sertifikat Menj adw al Uj ian
TUK Buat SK Tunda/Cabut
Gambar 5.12 Diagram Use Case Sistem 5.2.4 Skenario Use Case Setiap use case menunjukkan suatu kejadian, aktor yang menginisiasi kejadian use case serta hubungan diantara keduanya. Bagaimana kejadian dalam suatu use case dijelaskan selanjutnya dalam bentuk narasi atau disebut skenario use case. Dalam skenario use case akan dijelaskan bagaimana bentuk interaksi antara aktor dengan sistem. Selain itu, dijelaskan juga prioritas use case dalam proses pengembangan sistem, kondisi awal atau prakondisi sebelum kejadian use case dapat berlangsung, aturan bisnis, dan batasan spesifikasi dan implementasi. Berikut skenario dari masing-masing use case diatas.
61
1. Use Case Mendaftar ke Sistem Nama Use Case
: Mendaftar ke Sistem
ID Use Case
: SSK-UCPB001
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Pengguna Pengguna Admin Use case mendeskripsikan kejadian proses registrasi yang dilakukan oleh pengguna sistem: Direktur LSP, Kabid. Administrasi, Kabid. Sertifikasi, Kabid. Standarisasi, Asesor, TUK, dan Asesi Use case diinisiasi pengguna mendaftarkan diri ke sistem Pelaku Sistem Langkah 1: Pengguna Langkah 2: Sistem memilih fitur registrasi menampilkan form registrasi Langkah 2: Pengguna Langkah 3: Sistem memasukkan data-data memeriksa kebenaran data yang diminta kedalam yang dimasukkan form Langkah 4: Sistem merekam data yang dimasukkan Langkah 5: Sistem mengirim konfirmasi pendaftaran yang berisi data akun ke email pengguna Alt-langkah 3: Jika data tidak benar, sistem akan mengeluarkan pesan untuk memperbaiki data yang tidak benar kemudian menampilkan isian form kembali. Pengguna yang telah melakukan registrasi akan memperoleh akun untuk login ke sistem Pengguna telah terdaftar dan memperoleh akun login Pengguna sistem dikategorikan berdasarkan hak akses yang diberikan oleh sistem Antarmuka sistem berupa form registrasi
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif
Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
62
2. Use Case Login Nama Use Case
: Masuk ke Sistem (Login)
ID Use Case
: SSK-UCPB002
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Pengguna Pengguna -
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif
Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian pengguna masuk ke sistem atau melakukan login. Pengguna telah terdaftar di sistem Use case diinisiasi calon pengguna mendaftarkan diri ke sistem Pelaku Sistem Langkah 1: Calon Langkah 2: Sistem pengguna memilih fitur menampilkan form registrasi registrasi Langkah 2: Calon Langkah 3: Sistem pengguna memasukkan memeriksa kebenaran data data-data yang diminta yang dimasukkan kedalam form Langkah 4: Sistem merekam data yang dimasukkan Langkah 5: Sistem mengirim konfirmasi pendaftaran yang berisi data akun ke email calon pengguna Alt-langkah 3: Jika data tidak benar, sistem akan mengeluarkan pesan untuk memperbaiki data yang tidak benar kemudian menampilkan isian form kembali. Calon pengguna yang telah melakukan registrasi akan memperoleh akun untuk login ke sistem Calon pengguna telah terdaftar dan memperoleh akun login Pengguna sistem dikategorikan berdasarkan hak akses yang diberikan oleh sistem Antarmuka sistem berupa form login
63
3. Use Case Mendaftar Ujian Nama Use Case
: Mendaftar Ujian
ID Use Case
: SSK-UCPB003
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Asesi Asesi TUK
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian berupa proses pendaftaran yang dilakukan oleh asesi. Asesi mengisi formulir pendaftaran dan melengkapi dengan portofolio berupa sertifikat atau ijasah atau dokumen sejenisnya. Use case diinisiasi saat asesi melakukan pendaftaran ujian sertifikasi Pelaku Sistem Langkah 1: Asesi memilih Langkah 2: Menampilkan menu pendaftaran ujian form pendaftaran Langkah 3: Asesi Langkah 4: Memeriksa menginputkan data-data kebenaran data yang yang diminta dalam form dimasukkan asesi Langkah 5: Menyimpan data pendaftaran ke database sistem Langkah 6: Memberikan konfirmasi bahwa pendaftaran telah berhasil dan kode pendaftaran asesi. Langkah 7: Jika asesi menyertakan alamat email, informasi data pendaftaran asesi akan dikirim ke email asesi. Alt-langkah 4: Jika data tidak benar, sistem akan mengeluarkan pesan untuk memperbaiki data yang tidak benar kemudian menampilkan isian form kembali. Alt-langkah 7: Jika asesi tidak menyertakan alamat email, sistem tidak akan mengirim informasi data pendaftaran 64
Kesimpulan
Pascakondisi
Aturan Bisnis
Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
tetapi akan menyediakan link untuk mengunduh file pdf berisi informasi pendaftaran Pendaftaran dikatakan sukses jika asesi menerima informasi tentang data pendaftaran baik lewat email atau file pdf Asesi telah terdaftar sebagai calon peserta ujian sertifikasi kompetensi dan memperoleh email pemberitahuan data pendaftaran atau dalam bentuk file pdf yang dapat diunduh Asesi perlu menyiapkan hasil scan dokumen pendaftaran berupa sertifikat, jasah atau dokumen lainnya misalnya surat rekomendasi dari pihak yang berkapasitas memberikan rekemondasi tentang keahlian asesi. Antarmuka sistem berupa formulir pendaftaran elektronik disertai dengan fasilitas untuk mengunggah file dalam bentuk file .doc atau .pdf
4. Use Case Menjadwal Ujian Nama Use Case
: Menjadwal Ujian
ID Use Case
: SSK-UCPB004
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Kabid. Administrasi TUK -
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian proses menyusun jadwal pelaksanaan ujian oleh TUK berdasarkan data pendaftaran yang kemudian dikirim ke Kabid. Administrasi Telah ada data pendaftaran yang mencukupi kuota pelaksanaan ujian sertifikasi kompetensi Use case diinisiasi oleh TUK saat memilih menu penjadwalan ujian Pelaku Sistem Langkah 1: TUK memilih Langkah 2: Menampilkan menu penjadwalan ujian form penjadwalan ujian Langkah 3: TUK Langkah 4: Memeriksa
65
memasukkan data jadwal ujian
Aliran Alternatif
Kesimpulan
Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
kebenaran data yang dimasukkan asesi Langkah 5: Menyimpan data pendaftaran ke database sistem Langkah 6: Mengirimkan email pemberitahuan ke Kabid. Administrasi tentang jadwal ujian
Alt-langkah 4: Jika data tidak benar, sistem akan mengeluarkan pesan untuk memperbaiki data yang tidak benar kemudian menampilkan form penjadwalan ujian kembali. Proses penjadwalan dikatakan sukses bila email pemberitahuan jadwal ujian telah terkirim ke Kabid. Administrasi Jadwal ujian telah tersusun dan konfirmasi jadwal ujian telah terkirim melalui email ke Kabid. Administrasi Antarmuka sistem berupa formulir penjadwalan elektronik
-
5. Use Case Membuat Surat Tugas Nama Use Case
: Membuat Surat Tugas
ID Use Case
: SSK-UCPB005
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Asesor Kabid. Administrasi -
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian setelah Kabid. Administrasi memperoleh informasi pendaftaran dan jadwal pelaksanaan ujian dari TUK. Berdasarkan
66
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
informasi ini, Kabid. Administrasi membuat Surat Tugas untuk asesor Informasi jadwal ujian telah dibuat oleh TUK Use case diinisiasi oleh Kabid. Administrasi saat jadwal ujian sudah dikirim oleh TUK Pelaku Sistem Langkah 1: Kabid. Langkah 2: Sistem Administrasi memeriksa menampilkan informasi informasi jadwal ujian jadwal ujian terbaru terbaru Langkah 2: Kabid. Langkah 3: Sistem Administrasi memilih Menampilkan data profil salah satu jadwal ujian seluruh asesor terbaru Langkah 4: Kabid. Langkah 5: Sistem Administrasi memilih menampilkan form membuat asesor dan Surat Tugas menghubunginya untuk mengkonfirmasi kesediaannya menguji Langkah 6: Kabid mengisi Langkah 7: Sistem data penugasan asesor ke menyimpan data penugasan form dan menampilkan fitur mencetak Surat Tugas Langkah 8: Kabid. Administrasi memilih fitur mencetak Surat Tugas
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis
Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Langkah 9: Sistem mencetak Surat Tugas
Proses pembuatan surat tugas berhasil jika Surat Tugas sudah dapat dicetak Data Penugasan sudah tersimpan dan Surat Tugas tercetak Jadwal ujian sudah dibuat dan dikirim oleh TUK ke Kabid. Administrasi Asesor yang dipilih kompeten dalam bidang yang diuji Antarmuka sistem berupa formulir pembuatan surat tugas elektronik dengan fitur cetak -
67
6. Use Case Membuat Surat Ijin Penggunaan TUK Nama Use Case
: Membuat Surat Ijin Guna TUK
ID Use Case
: SSK-UCPB006
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis
Kabid. Administrasi TUK Kabid. Administrasi -
Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif Kesimpulan
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian setelah Kabid. Administrasi memperoleh informasi pendaftaran dan jadwal pelaksanaan ujian dari TUK. Berdasarkan informasi ini, Kabid. Administrasi membuat Surat Ijin Penggunaan TUK Informasi jadwal ujian telah dikirim oleh TUK Use case diinisiasi oleh Kabid. Administrasi saat jadwal ujian sudah dikirim oleh TUK Pelaku Sistem Langkah 1: Kabid. Melihat Langkah 2: Sistem informasi jadwal ujian menampilkan informasi terbaru yang akan seluruh jadwal ujian terbaru dibuatkan surat ijin penggunaan TUK Langkah 3: Kabid. Langkah 4: Sistem Administrasi memilih menampilkan form untuk salah satu informasi membuat Surat Ijin jadwal ujian Penggunaan TUK Langkah 5: Kabid. Langkah 6: Sistem merekam Administrasi memasukkan data ijin penggunaan TUK data ijin penggunaan TUK dan menampilkan fitur cetak ke form Langkah 7: Kabid. Langkah 8: Sistem mencetak Administrasi memilih fitur Surat Ijin Penggunaan TUK cetak Selesainya proses pembuatan surat ijin penggunaan TUK ditandai dengan sudah dapat dicetaknya Surat Ijin 68
Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Penggunaan TUK Data ijin penggunaan TUK sudah tersimpan dan Surat Ijin Penggunaan TUK tercetak Antarmuka sistem berupa formulir pembuatan surat ijin penggunaan TUK disertai fasilitas cetak -
7. Use Case Mempublikasikan Jadwal Ujian Nama Use Case
: Mempublikasikan Jadwal Ujian
ID Use Case
: SSK-UCPB007
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Asesi Kabid. Administrasi -
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian penyebaran informasi jadwal ujian kepada asesi. Penugasan asesor dan pengajuan ijin penggunaan TUK telah dilakukan Use case diinisiasi oleh Kabid. Administrasi saat penugasan asesor dan permohonan ijin TUK sudah beres Pelaku Sistem Langkah 1: Kabid. Langkah 2: Sistem Administrasi memeriksa menampilkan informasi informasi jadwal ujian seluruh jadwal ujian terbaru terbaru Langkah 3: Kabid. Langkah 4: Sistem merekam Administrasi memilih jadwal ujian yang dipilih lalu salah satu informasi menampilkan informasi jadwal ujian seluruh data profil asesor Langkah 5: Kabid. Langkah 6: Sistem merekam Administrasi memilih data profil asesor yang dipilih salah satu data profil lalu menampilkan form untuk asesor dan menghubungi membuat Surat Tugas
69
asesor tersebut untuk meminta kesediaannya menguji. Langkah 7: Kabid. Administrasi memasukkan data asesor dan data jadwal ujian kedalam form Surat Tugas Langkah 9: Kabid. Administrasi mencetak Surat Tugas
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Langkah 8: Sistem merekam Surat Tugas dan menampilkan fasilitas cetak Surat Tugas
Proses pembuatan surat tugas berhasil jika Surat Tugas sudah dapat dicetak Data Penugasan sudah tersimpan dan Surat Tugas tercetak Asesor terpilih harus sesuai kompetensinya dengan kompetensi ujian Antarmuka sistem berupa formulir pembuatan surat tugas elektronik dan fasilitas cetak surat tugas -
8. Use Case Melihat Jadwal Ujian Nama Use Case
: Melihat Jadwal Ujian
ID Use Case
: SSK-UCPB008
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Asesi Asesi Asesor TUK Use case mendeskripsikan kejadian melihat jadwal ujian oleh Asesi untuk mengetahui kapan, dan dimana ujian sertifikasi kompetensi dilaksanakan Jadwal ujian sudah dipublikasikan
Prakondisi
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
70
Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Use case diinisiasi oleh Asesi Pelaku Sistem Langkah 1: Asesi memilih Langkah 2: Sistem fasilitas untuk menampilkan form untuk nmemperoleh informasi memasukkan kode jadwal ujian pendaftaran asesi Langkah 3: Asesi Langkah 4: Sistem memasukkan kode menampilkan informasi pendaftaran jadwal ujian asesi yang disertai fasilitas cetak jadwal ujian Langkah 5: Asesi memilih Langkah 6: Sistem mencetak fitur cetak jadwal ujian jadwal ujian Di akhir use case asesi telah mengetahui jadwal ujiannya Informasi jadwal ujian sudah dipublikasikan Antarmuka sistem berupa form untuk memasukkan kode pendaftaran asesi dan format cetak jadwal ujian -
9. Use Case Mengunduh Dokumen Ujian Nama Use Case
: Mengunduh Dokumen Ujian
ID Use Case
: SSK-UCPB009
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Asesor Asesor -
Prakondisi Pemicu
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian proses mengunduh dokumen-dokumen yang diperlukan oleh asesor untuk melaksanakan ujian sertifikasi kompetensi Jadwal ujian sudah dipublikasikan Use case diinisiasi oleh Asesor ketika mengunduh dokumen-dokumen ujian
71
Aliran Utama
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Pelaku Langkah 1: Asesor memilih fasilitas untuk mengunduh dokumendokumen ujian
Sistem Langkah 2: Sistem menampilkan daftar dokumen ujian dilengkapi fitur untuk mengunduhnya
Langkah 3: Asesor mengunduh dokumendokumen ujian Akhir use case ditandai dengan dokumen-dokumen telah diunduh Dokumen-dokumen ujian telah diunduh asesor Antarmuka sistem berupa format daftar dokumen yang mengandung sarana untuk mengunduh -
10. Use Case Merekap Nilai Ujian Nama Use Case
: Merekap Nilai Ujian
ID Use Case
: SSK-UCPB0010
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Kabid. Administrasi Asesor -
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian proses merekap nilai hasil ujian kompetensi yang telah dilakukan oleh Asesor kepada Asesi Proses ujian sertifikasi kompetensi sudah selesai dilaksanakan Asesor Use case diinisiasi oleh Asesor ketika membuat Berita Acara Ujian Pelaku Sistem Langkah 1: Asesor Langkah 2: Sistem
72
memilih fasilitas untuk membuat Berita Acara Ujian Langkah 3: Asesor memasukkan nilai-nilai ujian kompetensi
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
menampilkan form penilaian
Langkah 4: Sistem merekap dan menyimpan data nilai ujian kompetensi serta menyediakan fitur untuk mencetak
Langkah 5: Asesor mencetak Rekap Nilai Ujian Akhir use case ditandai dengan disimpannya data rekapan nilai ujian kompetensi Data rekap nilai ujian kompetensi tersimpan Antarmuka sistem berupa form pengisian nilai hasil ujian kompetensi asesi -
11. Use Case Membuat Berita Acara Ujian Nama Use Case
: Membuat Berita Acara Ujian
ID Use Case
: SSK-UCPB0011
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Kabid. Administrasi Asesor -
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian proses pembuatan Berita Acara Ujian oleh Asesor Proses ujian kompetensi sudah selesai dilaksanakan Asesor Use case diinisiasi oleh Asesor ketika membuat Berita Acara Ujian Pelaku Sistem Langkah 1: Asesor Langkah 2: Sistem
73
memilih fasilitas untuk membuat Berita Acara Ujian Langkah 3: Asesor memasukkan data Berita Acara Ujian
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
menampilkan form pembuatan Berita Acara Ujian Langkah 4: Sistem menyimpan data nilai ujian kompetensi dan menyediakan fitur untuk mencetak
Langkah 5: Asesor mencetak Berita Acara Ujian Akhir use case ditandai dengan tersimpannya data Berita Acara Ujian Data Berita Acara Ujian tersimpan Antarmuka sistem berupa form pembuatan Berita Acara Ujian -
12. Use Case Membuat Sertifikat Nama Use Case
: Membuat Sertifikat
ID Use Case
: SSK-UCPB012
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Asesi Kabid. Administrasi TUK
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian proses pembuatan sertifikat kompetensi untuk Asesi yang lolos ujian kompetensi Berita Acara Ujian sudah dibuat Asesor Use case diinisiasi oleh Kabid. Administrasi untuk mencetak Sertifikat Kompetensi Pelaku Sistem Langkah 1: Kabid. Langkah 2: Sistem
74
Adminsitrasi memilih fasilitas untuk membuat sertifikat kompetensi Langkah 3: Kabid. Administrasi memilih pilihan mencetak Aliran Alternatif
Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
menampilkan pilihan mencetak sertifikat satu persatu atau per kelompok uji Langkah 4: Berdasarkan pilihan pengguna, sistem mencetak sertifikat
Alt-langkah 4: Jika pengguna memilih cetak satu persatu, sistem akan menampilkan form untuk memilih asesi yang akan dicetakkan sertifikatnya. Jika yang dipilih adalah cetak per kelompok uji, sistem akan menampilkan pilihan kelompok uji yang akan dicetak sertifikatnya Akhir use case ditandai dengan tercetaknya sertifikat asesi yang lolos uji kompetensi Sertifikat kompetensi asesi yang lolos uji kompetensi tercetak Kelompok uji kompetensi digolongkan berdasarkan kesamaan jadwal ujian Antarmuka berupa form untuk mengisi data asesi yang akan dicetak sertifikatnya Antarmuka berupa menu pilihan kelompok uji yang akan dicetak sertifikatnya -
13. Use Case Merekomendasikan Penundaan/Pencabutan Sertifikat Nama Use Case
Tipe Use Case
ID Use Case
: Merekomendasikan Pencabutan / Penundaan Sertifikat : SSK-UCPB013
Prioritas
: Sedang
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Kabid. Administrasi Kabid. Sertifikasi Kepala LSP Asesi Use case mendeskripsikan kejadian proses membuat Surat Rekomendasi Pencabutan atau Penundaan Sertifikat oleh Kabid. Sertifikasi -
Prakondisi
Persyaratan Bisnis
75
Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Use case diinisiasi oleh Kabid. Sertifikasi untuk membuat Surat Rekomendasi Pencabutan/Penundaan Sertifikat Pelaku Sistem Langkah 1: Kabid. Langkah 2: Sistem Sertifikasi memilih fitur menyediakan form membuat untuk membuat Surat Surat Rekomendasi Rekomendasi Langkah 3: Kabid. Langkah 4: Sistem merekam Sertifikasi memasukkan data rekomendasi dan data rekomendasi kedalam menyediakan fitur untuk form mencetak Surat Rekomendasi Langkah 5: Kabid. Sertifikasi mencetak Surat Rekomendasi Akhir use case ditandai dengan tercetaknya Surat Rekomendasi Surat Rekomendasi tercetak Rekomendasi telah disetujui dalam rapat organisasi yang dihadiri oleh para Kabid. dan Kepala LSP Antarmuka berupa form untuk mengisi data rekomendasi yang disertai fitur mencetak Surat Rekomendasi -
14. Use Case Membuat SK Penundaan/Pencabutan Sertifikat Nama Use Case ID Use Case
: Membuat SK Pencabutan / Penundaan Sertifikat : SSK-UCPB014
Prioritas
: Sedang
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis
Kepala LSP Asesi Kabid. Administrasi Kabid. Sertifikasi
Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian proses pembuatan SK Pencabutan/Penundaan Sertifikat oleh Kabid. Administrasi 76
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis
Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
untuk dicetak dan disahkan oleh Kepala LSP Surat Rekomendasi telah dibuat oleh Kabid. Sertifikasi Use case diinisiasi oleh Kabid. Administrasi untuk membuat SK Pencabutan/Penundaan Sertifikat Pelaku Sistem Langkah 1: Kabid. Langkah 2: Sistem Administrasi memilih fitur menyediakan form membuat untuk membuat SK SK Penundaan/Pencabutan Penundaan/Pencabutan Sertifikat Sertifikat Langkah 3: Kabid. Langkah 4: Sistem merekam Administrasi mengisi data data SK dan menyediakan SK fitur mencetak SK Langkah 5: Kabid. Administrasi mencetak SK Penundaan/Pencabutan Sertifikat Akhir use case ditandai dengan tercetaknya SK Penundaan / Pencabutan Sertifikat SK Penundaan/Pencabutan Sertifikat tercetak Setelah SK dicetak kemudian diserahkan ke Kepala LSP untuk memperoleh pengesahan. Setelah disahkan, SK kemudian diserahkan kepada Asesi yang bersangkutan Antarmuka berupa form untuk mengisi data SK yang disertai fitur mencetak SK -
15. Use Case Membuat Skema Sertifikasi Nama Use Case
: Membuat Skema Sertifikasi
ID Use Case
: SSK-UCPB015
Prioritas
: Sedang
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem
BNSP Kabid. Sertifikasi
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
77
Pelaku partisipan lain Deskripsi
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Kabid. Administrasi Use case mendeskripsikan kejadian membuat skema sertifikasi oleh Kabid. Sertifikasi. Skema sertifikasi dimasukkan kedalam sistem setelah disahkan oleh BNSP. Skema sertifikasi dapat berupa skema baru atau revisi dari skema yang sudah ada. Use case diinisiasi oleh Kabid. Sertifikasi ketika Skema Sertifikasi yang diusulkan disahkan oleh BNSP Pelaku Sistem Langkah 1: Kabid. Langkah 2: Sistem Sertifikasi memilih fitur menyediakan form untuk untuk memasukkan data memasukkan data Skema Skema Sertifikasi Sertifikasi Langkah 3: Kabid. Sertifikasi memasukkan Langkah 4: Sistem merekam data Skema Sertifikasi data Skema Sertifikasi dan kedalam form menyediakan fitur mencetak Skema Langkah 5: Kabid. Administrasi mencetak Skema Akhir use case ditandai dengan tersimpan dan tercetaknya data Skema Sertifikasi Skema Sertifikasi tersimpan dan tercetak Skema Sertifikasi baru dimasukkan jika sudah mendapat pengesahan dari BNSP Antarmuka berupa form untuk memasukkan Data Skema Sertifikasi -
78
16. Use Case Membuat MUK Nama Use Case
: Membuat MUK
Tipe Use Case
ID Use Case
: SSK-UCPB016
Prioritas
: Sedang
Persyaratan Bisnis
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Kabid. Standarisasi Asesor Direktur LSP
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Use case mendeskripsikan kejadian membuat MUK (Mata Uji Kompetensi) atas usulan dari Kabid. Standarisasi. MUK dibuat oleh Asesor yang kompeten. Setelah memperoleh persetujuan dan ditetapkan oleh Direktur LSP, MUK tersebut dimasukkan kedalam sistem Use case diinisiasi oleh Kabid. Standarisasi saat membuat MUK Pelaku Sistem Langkah 1: Asesor Langkah 2: Sistem memilih fitur untuk menyediakan form untuk memasukkan data MUK memasukkan data MUK Langkah 3: Asesor memasukkan data MUK Langkah 4: Sistem merekam Langkah 5: Asesor data MUK dan menyediakan mencetak MUK fitur mencetak MUK
Akhir use case ditandai dengan tersimpan dan tercetaknya data MUK MUK tersimpan dan tercetak MUK dibuat oleh Asesor yang kompeten MUK telah disahkan oleh Direktur LSP Antarmuka berupa form untuk memasukkan Data MUK
-
79
17. Use Case Mengelola Sistem Nama Use Case
: Mengelola Sistem
ID Use Case
: SSK-UCPB017
Prioritas
: Tinggi
Penyusun
: Peneliti
Tanggal
: 01 Juli 2015
Versi
: 1.00
Pelaku bisnis Pelaku sistem Pelaku partisipan lain Deskripsi
Admin Admin -
Prakondisi Pemicu Aliran Utama
Aliran Alternatif Kesimpulan Pascakondisi Aturan Bisnis Batasan & spesifikasi implementasi Asumsi
Tipe Use Case Persyaratan Bisnis
Use case mendeskripsikan kejadian proses pemeliharaan sistem oleh Admin Use case diinisiasi oleh Admin ketika mengelola sistem Pelaku Sistem Langkah 1: Admin Langkah 2: Sistem memilih fitur menampilkan berbagai pemeliharaan sistem pilihan pemeliharaan sistem Langkah 3: Admin Langkah 4: Sistem merekam memilih salah satu pilihan hasil pemeliharaan sistem pemeliharaan sistem Berbagai aspek sistem diakomodasi untuk memperoleh perawatan Aspek sistem terpelihara Jenis-jenis pemeliharaan sistem akan dikembangkan dalam tahap perancangan sistem Berbagai antarmuka pemeliharaan sistem
-
80
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Penelitian Tahun Berikutnya Sesuai dengan proposal penelitian, masa penyelesaian penelitian ini selama 2 tahun. Tahun pertama penelitian menghasilkan Dokumen Persyaratan Sistem berisi rincian persyaratan yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem informasi sertifikasi kompetensi berbasis web yang direncanakan. Dokumen Persyaratan Sistem tersebut menjadi landasan sekaligus sumber referensi bagi tahap pembangunan sistem pada tahun kedua. Pada tahun tersebut, pekerjaanpekerjaan yang akan dilakukan sebagai berikut: 1. Pembentukan tim rekayasa 2. Pembangunan sistem 3. Pengujian sistem 4. Penyusunan laporan 5. Pembuatan artikel jurnal, poster, profil, penyusunan Borang Evaluasi Capaian, dan mengajukan hak atas kekayaan intelektual atas sistem yang dihasilkan. 6.1.1 Pembentukan Tim Rekayasa Sistem web memiliki beberapa perbedaan dengan sistem non web. Dalam proyek pengembangan sistem web, beberapa keahlian khusus diperlukan, seperti keahlian desain grafis, dan beberapa keahlian lain yang berkaitan dengan teknologi web. Tim rekayasa sistem dalam penelitian ini disusun berdasarkan karakteristik dari sistem web tersebut. Susunan tim rekayasa untuk penelitian di tahun kedua terdiri dari:
81
1. Pengguna Pengguna adalah personil atau bagian dari organisasi yang akan berinteraksi dengan sistem, secara langsung atau tidak langsung. Pengguna dalam hal ini diwakili oleh Kabid. Administrasi dan Asesor. 2. Analis Sistem Analis sistem bertanggung jawab dalam menerjemahkan kebutuhan bisnis kedalam spesifikasi persyaratan sistem. Analis sistem bertugas menganalisa sistem berjalan, menangkap berbagai peluang dan masalah yang dihadapi sistem berjalan untuk kemudian disusun solusi untuk mengatasinya. Analis sistem juga bertanggung jawab terhadap spesifikasi sistem yang disusun dan proses implementasinya menjadi komponen-komponen atau modul-modul sistem. Analis sistem dalam penelitian ini juga berperan sebagai manajer proyek. 3. Arsitek Jaringan Arsitek jaringan bertanggung jawab dalam hal implementasi perangkat lunak maupun keras jaringan komputer, khususnya internet, yang akan digunakan oleh sistem. Arsitek jaringan bertugas mendesain, menginstall, dan menangani jaringan sistem. Hal-hal seperti pemilihan layanan hosting yang tepat, tingkat keamanan jaringan yang diperlukan, kapasitas pita lebar yang dibutuhkan sistem, menjadi pekerjaan dan tanggung jawabnya. 4. Administrator Database Sistem web menggunakan database yang dapat bekerja dengan baik di lingkungan jaringan komputer, khususnya internet. Tanggung jawab dipegang oleh Administrator Database yang memiliki spesialisasi dalam bahasa dan teknologi database serta membangun, memodifikasi, dan menguji struktur database serta program yang menggunakan dan memelihara database tersebut.
82
5. Desainer Grafis Sistem web tidak lepas dari susunan antarmuka sistem yang menarik dan memiliki nilai estetika. Pembuatan antarmuka yang berestetika ini memerlukan keahlian seorang desainer grafis. Anggota tim ini memiliki keahlian spesial dalam teknologi grafis dan metode yang digunakan untuk mendesain dan membangun antarmuka yang kuat serta mudah digunakan ke sistem. 6. Ahli Keamanan Data yang mengalir dalam saluran publik tentu membutuhkan rancangan keamanan data yang lebih kompleks. Tanggung jawab ini dibebankan kepada Ahli Keamanan yang akan memastikan keamanan data dan sistem. Ahli keamanan memiliki spesialisasi dalam hal teknologi dan metode yang digunakan untuk memastikan keamanan data dan jaringan. 7. Webmaster Webmaster bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sistem web yang dikembangkan akan dapat berjalan dengan optimal pada media jaringan internet yang digunakan. Web master juga bertanggung jawab untuk menguji sistem sebelum masuk ke tahap operasional, memastikan proses hosting dilakukan secara tepat dan mendokumentasikan sistem. 8. Programmer Web Programmer Web bertanggung jawab dalam pelaksanaan konversi persyaratan bisnis dan persyaratan masalah dan prosedur ke dalam bahasa komputer. Mengembangkan dan menguji program untuk menangkap dan menyimpan data serta mencari dan mendapatkan kembali data untuk aplikasi komputer. 6.1.2 Pembangunan Sistem Pada tahun sebelumnya dihasilkan Dokumen Persyaratan Sistem. Dalam dokumen ini terdapat spesifikasi persyaratan sistem yang akan dibangun berdasarkan sudut 83
pandang pengguna. Pada tahun kedua spesifikasi persyaratan sistem ini menjadi dasar kegiatan pengembangan sistem tahap selanjutnya, yaitu tahap perancangan, dan tahap implementasi. Dalam tahap perancangan disusun berbagai rancangan komponen sistem yang meliputi komponen presentasi, proses, navigasi, konten, dan user profil. 1. Komponen presentasi Komponen presentasi merepresentasikan aspek visual dari sistem yang berinteraksi langsung dengan pengguna. Wujud dari komponen ini antara lain berupa desain tampilan halaman-halaman web yang menyusun sistem. 2. Komponen proses Komponen proses merepresentasikan prosedur sistem. Mencakup tahapan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dari sistem. Aspek proses ini dimodelkan dengan menggunakan diagram aktifitas UML. Prosedur yang dirancang meliputi antara lain prosedur pendaftaran ujian, prosedur ujian, dan pembuatan sertifikat. 3. Komponen navigasi Sistem berbasis web berciri khas memiliki aspek navigasi yang perlu dirancang sedemikian rupa sehingga mudah digunakan untuk menemukan informasi yang diinginkan pengguna. Jumlah klik yang diperlukan untuk mencapai informasi yang diinginkan optimalnya tidak boleh lebih dari 5 klik. 4. Komponen konten Konten dalam sistem berbasis web sangat penting. Komponen ini diperoleh dengan mencari kata benda didalam use case. Perancangan komponen konten menggunakan diagram class UML.
84
5. Komponen user profil Pengguna sistem dalam berinteraksi dengan sistem mempunyai karakteristik yang berbeda. Pengguna memiliki berbagai tujuan ketika mengakses sistem, memiliki kebutuhan informasi yang berbeda, serta tingkat literasi terhadap sistem web yang juga bervariasi. Berdasarkan hal-hal diatas calon pengguna sistem web perlu diidentifikasi dengan jelas agar dapat digunakan untuk merancang sistem yang mudah digunakan dan membantu pengguna dalam menyelesaikan pekerjaannya dalam sistem. Tahap pembangunan sistem ini diberikan alokasi waktu selama 6 bulan. Selama jangka waktu tersebut tim yang dibentuk bekerja sesuai dengan keahliannya masing-masing dalam satu kerjasama yang efektif. Metode yang digunakan dalam tahap pembangunan sistem ini menggunakan metode Rekayasa Web Berbasis UML atau UML-based Web Engineering (UWE). Metode ini terdiri dari tahap analisis kelayakan, analisis, desain, dan implementasi. Metode membagi titik perhatian pembangunan sistem kedalam 5 aspek: presentasi, proses, navigasi, konten, dan user profil. 6.1.3 Pengujian Sistem Melakukan pengujian terhadap sistem. Pengujian tidak hanya dilakukan saat sistem selesai dikoding, tetapi juga selama proses konversi rancangan sistem kedalam kode program. Pengujian memastikan sistem telah memenuhi persyaratan fungsional yang telah ditentukan dan memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang masing terkandung dalam sistem. 6.1.4 Penyusunan Laporan Setelah sistem dibangun dan diuji, langkah berikutnya adalah menyusun laporan penelitian.
85
6.1.5 Pembuatan Artikel Jurnal Pada tahap terakhir ini dilakukan kegiatan pembuatan artikel jurnal, poster, profil, penyusunan Borang Evaluasi Capaian, dan mengajukan hak atas kekayaan intelektual atas sistem yang dihasilkan.
86
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Seperti yang telah direncanakan, penelitian tahun pertama ini telah menghasilkan Dokumen Persyaratan Sistem dan Prototype Sistem. Hasil pertama berisi spesifikasi persyaratan fungsional dan non fungsional sistem yang akan dibangun. Prototype Sistem dibuat bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pemilik sistem tentang bentuk sistem yang akan dibangun. Selain itu, pada tahun pertama ini juga, hasil penelitian tahap ini telah diseminarkan dalam Seminar Nasional bertema “Pemanfaatan Teknologi Untuk Manajemen Kelistrikan Kota” di Kudus.
7.2 Saran Penelitian di tahun kedua menggunakan Dokumen Persyaratan Sistem untuk melakukan tahap analisis, desain, dan implementasi. Oleh karena menjadi basis proses penelitian, dokumen ini perlu dipastikan telah memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan sistem, sehingga jika diimplementasikan menjadi sebuah sistem, maka sistem yang dihasilkan benar-benar memenuhi kebutuhan pengguna dan membantu meningkatkan kinerja mereka. Dokumen Persyaratan Sistem yang dihasilkan masih memerlukan beberapa penyempurnaan agar dapat merepresentasikan kebutuhan pengguna dengan tepat. Maka pada tahun kedua penelitian, selain melakukan kegiatan seperti yang telah dijadwalkan, perlu dipertimbangkan untuk mengawali kegiatan penelitian dengan mengevaluasi Dokumen Persyaratan Sistem.
87
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, Neha dan Soni, Rana. 2013. Comparative Study of Requirement Engineering Methods. International Journal of Advanced Research in Computer Science and Software Engineering 3(7):325-327. Aragon, G., Escalona, M.J., Lang, M., dan Hilera, J.R.. 2012. An Analysis of Model-Driven Web Engineering Methodologies. International Journal of Innovative Computing, Information and Control 8(12):1-10. Comai, Sara, dan Mazza, Davide. 2012. A Model-driven Methodology to the Content Layout Problem in Web Applications. ACM Trans 6(3): Artikel 10. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2014. Menuju Asean Economic Community 2015. Jakarta. Huang, Yen-Chieh, Wu, Chia-Chan, Chu, Chih-Ping. 2011. A New Approach for Web Engineering Based on Model Driven Architecture. ACM. Koch, Nora. 2010. Model-Driven Web Engineering UWE Approach. LudwigMaximilian-Universität München (LMU). Germany. Kolovos, Dimitrios S., Rose, Louis M., Matragkas, Nicholas, Paige, Richard F., Guerra, Esther, Cuadrado, J. Sánchez, Lara, Juan De, Ráth, István, Varró, Dániel, Tisi, Massimo, Cabot, Jordi. 2013. A Research Roadmap Towards Achieving Scalability in Model Driven Engineering. Proceedings of the Workshop on Scalability in Model Driven Engineering. June 17, 2013. Budapes, Hungary. Kroiß, Christian, Koch, Nora, dan Kozuruba, Sergej. 2011. UWE Metamodel and Profile User Guide and Reference. Version 1.9. Programming and Software Engineering Unit (PST), Institute for Informatics, Ludwig-MaximiliansUniversität. München, Germany.
88
Laudon, Kenneth C. dan Laudon, Jane P. 2012. Management Information Systems: Managing the Digital Firm. 12th ed. Pearson Prentice Hall. USA. LSP MIKA. 2011. Panduan Mutu Lembaga Sertifikasi Profesi Kompetensi dan Lisensi Tempat Uji Kompetensi. Semarang. Lenk, Matthias dan Vitzthum, Arnd. 2012. Model-Driven Iterative Development of 3D Web-Applications Using SSIML, X3D and JavaScript. ACM. Pleuss, Andreas, Wollny, Stefan, Botterweck, Goetz. 2013. Model-driven Development and Evolution of Customized User Interfaces. The 5th ACM SIGCHI symposium on Engineering interactive computing systems. Pressman, S. Roger. 2010. Software Engineering: A Practisioner’s Approach. 7th ed. McGraw-Hill. New York. Pressman, S. Roger, Lowe, David. 2009. Web Engineering: A Practisioner’s Approach. McGraw-Hill. New York. Tavares, Nirondes A.C. dan Vale, Samyr. 2013. A Model Driven Approach for the Development of Semantic RESTful Web Services. ACM Wasowski A., Truscan D., Kuzniarz L.. 2010. 8th Nordic Workshop on ModelDriven Software Engineering (NW-MODE 2010). Proceedings of the Fourth European Conference on Software Architecture: Companion Volume:243-244.
89