LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI Senin, 28 April 2014
Disusun Oleh: MA’WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073)
WIDYA FITRIANI (1112016200046)
YASA ESA YASINTA (1112016200062)
SAVIRA AULIA (1112016200076)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,13). Kadar vitamin C dalam larutan dapat diukur menggunakan titrasi redoks iodimetri, dengan menggunakan larutan indikator kanji (starch) yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit larutan iodin (I2) yang diketahui molaritasnya sampai mencapai titik keseimbangan yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru pekat. PENDAHULUAN Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Bebrapa contoh dari titrasi redoks antara lain adalah titrasi permanganometri dan titrasi iodometri/iodimetri. Titrasi iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu oksidator sebagai larutan standar. Larutan iodium dengan konsentrasi tertentu dan jumlah berlebih ditambahkan ke dalam sampel, sehingga terjadi reaksi antara sampel dengan iodium. Selanjutnya sisa iodium yang berlebih dihiung dengan cara mentitrasinya dengan larutan standar yang berfungsi sebagai reduktor (Sinaga, 2011). Sistem redoks iodin : I3- + 2e 3IIodin mempunyai potensial standar sebesar + 0,54 V. Karena itu iodin adalah sebuah agen pengoksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium permanganat, senyawa serium (IV) dan kalium dikromat. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yangjauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah(II) dan ferosianida. Kekuatan reduksi yag dimiliki oleh beberapa dari substansi ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen , dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH (Underwood, 1998: 296). Warna dari sebuah larutan iodin cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indicator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi (Underwood, 1998:297).
Metode titrasi langsung dinamakan iodimetri mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar .Sedangkan metode titrasi tak langsung dinamakan iodometri adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod ,digunakan suatu larutan iod dalam kalium iodide, dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion triiodida. Zat-zat pereduksi yang kuat ( zat-zat dengan potensial yang jauh lebih rendah), seperti timah(II)klorida, asam sulfat, hydrogen sulfida, dan natrium tiosulfat bereaksi lengkap dan cepat dengan iod, bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalent, atau stibium trivalent, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit suasana asam. Pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum, atau daya mereduksinya adalah maksimum (Sinaga, 2011). Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap (Pratama, 2011). Iod dalam jumlah kecil dapat diperoleh dari ganggang laut yang dikeringkan, karena beberapa tanaman laut dapat meneyerap dan memekatkan I-, secara selektif dari kehadiran Cl- dan Br-. Dari sumber ini oksidasi I- dengan bermacam pengoksidasi dimungkinkan.dari segi komersial , iod kurang penting dari brom dan klor sekalipun senyawanya dapat diterapkan sebagai katalis (petrucci, 1987 : 53). ALAT dan BAHAN alat yang digunakan pada pratikum adalah: Lumpang alu Kaca arloji Neraca analitik Gelas kimia Gelas ukur Labu Erlenmeyer Corong
Buret Statif klem Bahan yang digunkan praktikum adalah: Vitamin C Aquades H2SO4 10 % Indikator amilum 1 % Larutan Iodin 0,1 M
pada
LANGKAH KERJA Langkah kerja yang dilakukan yaitu: 1. 2. 3. 4.
Menghaluskan vitamin C menggunakan lumpang alu Menimbang 0,5 gram dan melarutkan dengan 100 ml aquades Mengambil 25 ml sampel dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer Menambahkan dengan 5 ml H2SO4 10 % dan 6 tetes indikator amilum 1 % 5. Menitrasi dengan larutan iodin 0,1 M hingga terbentuk warna biru. Melakukan titrasi secara duplo. HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN Data hasil pengamatan: Perlakuan
Pengamatan
Vitamin C 0,5 gram + 100 ml aquades
Larutan jernih agak kekuningan.
25 ml larutan vit. C + H2SO4 5 ml 10 Larutan tetap jernih kekuningan % + 20 tetes indikator amilum
Larutan menjadi putih
Titrasi dengan iodin
Warna larutan ungu
Volume iodin pada titasi 1 : 0,8 mL Volume iodin pada titrasi 2 : 0,5 mL Volume iodin rata-rata : 0,65 mL Perhitungan: M Iodin x V iodin = M sampel X Vsampel 0,1 M X 0,65 ml = M sampel x 25 ml M sampel = 0,0026 M Mvit C x Vvit C = Miodin x Viodin
x V vit C = Miodin x Viodin grvit C = (Miodin x Viodin) x BMvit C grvit C = (0,1 M x 0,65 mL) x 176,13 grvit C = 11,44 gram Persamaan reaksi: C6H8O6 + I2 → C6H6O6 + 2I- + 2H+ Kadar vitamin C ditetapkan berdasarkan prinsip reduksi oksidasi yaitu dengan menggunakan titrasi iodimetri atau titrasi langsung. Dalam hal ini I2 atau iod adalah sebagai titrant. Prinsip titrasi ini adalah analat atau contoh dioksidasi oleh I2 sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida. I2 merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum dengan perubahan warna dari tak berwarna menjadi biru. Iod sebagai zat padat sukar larut dalam air tetapi sangat mudah larut dalam larutan KI karena membentuk I3- . Larutan iod dibuat dengan KI sebagai pelarut. Larutan iod ini bersifat tidak stabil sehingga perlu distandarisasi berulangkali terutama apabila akan dipakai sebagai titrant. Ketidakstabilan larutan iod disebabkan oleh penguapan iod, reaksi iod dengan karet, gabus dan bahan organic lain yang mungkin masuk dalam larutan lewat debu dan asap, serta disebabkan oleh oksidasi olleh udara pada pH rendah. Oksidasi ini dipercepat oeh cahaya dan panas. Maka hendaknya larutan ini disimpan pada tempat yang sejuk dengan botol berwarna gelap. Selain itu juga harus dihindarkan kontak dengan bahan organic maupun gas mereduksi seperti SO2 dan H2S. Bahan baku primer yang digunakan untuk menstandarisasi iod adalah Na2S2O3 dan As2O3. Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan preparasi sampel. Preparasi sampel dilakukan dengan cara menghaluskan sampel dengan menggunakan mortar, selanjutnya menimbang 5 g sampel yang telah dihaluskan lalu memasukkannya dalam labu erlenmeyer 100 mL. Diencerkan dengan aquadest sampai tanda tera. Tujuan dari pengenceran ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi analat yang sekecil mungkin. Kocok agar larutan homogen. Pipet sebanyak 25 mL larutan sampel kedalam Erlenmeyer. Tambahkan 1 mL indikator amilum 1% kemudian dititrasi dengan larutan iodium 0,1 M. Titrasi dilakukan hingga tercapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna biru kehitaman.
KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkn bahwa: 1. Percobaan titrasi redoks iodimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar vitamin C, indikator yang digunakan adalah amilum. 2. Vitamin C dititrasi dengan larutan iodin (I2) setetes demi setetes sampai larutan berwarna biru kehitaman. 3. Kadar vitamin C yang terkandung dalam suplemen vitamin C sebesar 11,44 gram. DAFTAR PUSTAKA A.L. Underwood, Day Jr. 1998. ANALISIS KIMIA KUANTITATIF. Jakarta: Erlangga. Petrucci, Ralph H. 1987. KIMIA DASAR. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Anggi Pratawa. Aplikasi Labview Sebagai Pengukur Kadar Vitamin C Dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. http://eprints.undip.ac.id/25483/1/ML2F003483.PDF. 2011. Diakses pada jum’at 25 april 2014 pukul 16.00 WIB. Sinaga, Ridwan Habibi. Studi Kandungan Vitamin C pada Tumbuhan Kol (Brassica Oleracia L. ) dengan Berbagai Pengolahan. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22943/3/Chapter%20II.pdf. 2011. Diakses pada jum’t 25 april 2014 pukul 15.00 WIB.