LAPORAN PRAKTIKUM I - VI Basic Science In Nursing 2 Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Basic Science In Nursing 2
Disusun Oleh:
Eva Fauziyah 220110120132
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN JATINANGOR 2012
Praktikum I Pemeriksaan Glukosa Puasa + Tes Toleransi Glukosa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya orang Indonesia tidak dapat meninggalkan kebiasaan makan nasi yang merupakan makanan pokok. Bahkan, ada yang merasa belum makan kalau belum makan nasi. Padahal makanan yang menjadi sumber gula(glukosa) tidak hanya nasi, makanan lain yang mengandung atau terbuat dari tepung seperti ketan, mi, bihun,singkong, ubi, kentang, roti, serta berbagai kue juga menjadi sumber dari glukosa. Karena itu, penderita diabetes harus waspada ketika mengkonsumsi makanan tersebut. Kadar gula darah yang berlebihan disebabkan oleh tidak sempurnanya proses metabolisme zat makanan dalam sel tubuh. Zat gizi dan sari makanan diserap di usus halus dan dibawa darah ke dalam sel. Di dalam sel, sari-sari makanan tersebut diubah menjadi energi atau pun zat lain yang diperlukan tubuh. Jika proses pengangkutan zat gula darah (glukosa) kedalam sel terganggu, maka glukosa tidak dapat terserap kedalam sel dan tertinggal didalam darah. Inilah yang menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi.Penyerapan glukosa ke dalam sel dibantu oleh sejenis hormon yang disebut insulin. Untuk memelihara kadar gula darah yang normal dalam tubuh pada makanan yang dikonsumsi harus membatasi konsumsi makanan yang manis-manis dan asupan karbohidrat. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon,kortisol, sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenisdan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup yangcenderung mengacu pada gaya hidup tidak sehat. Konsumsi makanan siap saji (junk food) dan makanan instan semakin meningkat di kalangan masyarakat Indonesia terutama pada daerah-daerah yang mengalami akulturasi. Selain itu karena terjadinya peningkatan kesibukan kerja menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengurangi aktivitas fisik seperti olah raga. Perubahan pola hidup ini tidak hanya dapat kita jumpai pada masyarakat perkotaan saja tetapi sudah mulai merambah ke daerah pinggiran kota yang merupakan masyarakat semi-urban. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka dan memicu terjadinya berbagai penyakit kronis seperti DM.
Selama ini diagnosis DM hanya diperoleh dari masyarakat/ pasien yang datang ke pusatpusat kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit. Upaya deteksi diniterhadap penyakit ini seperti skrining kadar gula darah belum pernahdilakukan. Perlunya deteksi dini dilakukan adalah untuk pengendalian dan mencegah terjadinya komplikasi. Menyadari hal ini, deteksi dini terhadap penyakit-penyakit kronis seperti DM sangat perlu dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai faktor risiko baik karena pola hidup tidak sehat dan faktor keturunan. Deteksi dini terhadap DM dapat dilakukan melalui skrining dengan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. Selain itu, keberhasilan dalam pencegahan timbulnya DM dan pengendalian kadar gula darah pada penderita DM tergantung pada prilaku masyarakat. Perubahan prilaku menuju pola hidup sehat dalam rangka pencegahan dan pengendalian DM yang benar akan dapatdiwujudkan apabila masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang DM. Oleh karena itu, selain melalui skrining untuk deteksi dini, juga dapat dilakukan penyuluhan DM sehingga masyarakat mempunyai pengetahuanyang cukup tentang DM B. Rumusan Masalah 1. Apa pengaruh asupan karbohidrat sederhana terhadap kadar glukosa darah? 2. Apakah perubahan kadar glukosa darah saat naracoba berpuasa dan setelah menkonsumsi karbohidrat normal? C. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh asupan karbohidrat sederhana terhadap kadar glukosa darah 2. Mahasiswa dapat menilai perubahan kadar glukosa darah pada naracoba. D.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami glukosa disebut juga dekstrosa, terutama dalam industry pangan. Glukosa memiliki berat molekul 180.18, termasuk dalam heksosa yaitu monosakarida yang mengandung enam atom karbon (lehnginer,1982) Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis (Murray 2003). Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam makanan. Pasokan glukosa yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energy, khususnya bagi system saraf dan eritrosit. Glukosa merupakan satu-satunya bahan bakar yang memasok energo bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray 2003) Glukosa dijumpai di dalam aliran darah (disebut Kadar Gula Darah) dan berfungsi sebagai penyedia energi bagi seluruh sel-sel dan jaringan tubuh. Pada keadaan fisiologis Kadar Gula Darah sekitar 80-120 mg %. Kadar gula darah dapat meningkat melebihi normal disebut hiperglikemia, keadaan ini dijumpai pada penderita DM (Erliensty, 2009). Kadar gula darah puasa merupakan salah satu metode penegakan diagnosis DM tipe 2. kadar glukosa darah puasa lebih sensitif untuk memprediksi resiko timbulnya DM tipe 2. Kadar glukosa darah puasa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain konsumsi makanan yang tinggi lemak, karbohidrat sederhana dan makanan olahan dengan kurang aktifitas fisik dan olah raga berkaitan dengan peningkatan kadar gula darah puasa Kadar gula didalam darah tidak boleh lebih tinggi dari 180 mg/dL dan jangan lebih rendah dari 60 mg/dl. Untuk mengatur hal ini tubuh mempunyai mekanisme pengaturannya. Apabila mekanisme ini tidak berjalan dengan baik maka akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus. Orang dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus bila kadar glukosa darah saat puasa diatas 130 mg% atau kadar gula darah 2 jam pp di atas 160 mg%, kadar gula darah yang meningkat maupun menurun tidak baik untuk keselamatan kita.
Nilai Rujukan Kadar gula darah puasa atau glucose fasting, yaitu hasil pemeriksaan kadar gula darah dari darah yang diambil pertama kali saat masih puasa, harga normalnya 60-100 mg/dL. Kadar gula darah setelah makan atau glucose post prandial adalah kadar gula darah dari darah yang diambil 2jam setelah makan, harga normalnya 80-120 mg/dL. Kadar gula darah sewaktu adalah kadar gula darah saat kapan saja, harga normalnya 70110mg/dL KADAR GULA DALAM DARAH (KONDISI)
NORMAL
DIABETES
IGT
IFG
< 6.1 mmol/l
> 7.0 mmol/L
< 7.0 mmol/L
6.1 < X< 7.0 mmol/L
< 110 mg/dL
> 126 mg/dL
< 126 mg/dL
110 < X< 126 mg/dL
atau
dan
dan
> 11.1 mmol/L
7.8 < X < 11.1 mol/L
< 7.8 mmol/L
> 200 mg/dL
140 < X < 200 mg/dL
< 140 mg/dL
METODE PENGUKURAN GULA DARAH PUASA (FASTING GLUCOSE)
GULA DARAH 2 JAM SETELAH MAKAN
Tidak spesifik. Nilai yang sering dipakai
(2-h GLUCOSE)
< 7.8 mmol/L
(Jika diukur)
< 140 mg/dL
Mekanisme Pengaturan Gula Darah Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosadidalam darah dimonitori oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon,hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini
mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebutglikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen (proses ini disebut glikogenosis),yang mengurangi level gula darah. Bila kita memakan asupan karbohidrat, kadar glukosa akan meninggi. Untuk menurunkannya tubuh akan melakukan reaksi, diantaranya : 1. 2. 3. 4.
Menaikkan produksi insulin Mengeluarkan glukosa melalui urin Dibakar segera Dideponir di jaringan
Pada orang sehat, gula darah dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa bergerak dari darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Guladarah yang tinggi menunjukkan bahwa pankreas tidak dapat membuatcukup insulin. Namun beberapa orang dapat membuat cukup banyak insulin tetapi tubuhnya tidak menanggapinya secara normal. Kondisi ini disebut resistansi insulin. Apa pun alasannya, sel tidak memperoleh glukosa yang cukup untuk dijadikan tenaga, dan glukosa menumpuk dalam darah. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yangtidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan (resistensi insulin). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat di dalam darah.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM A. Setting Penelitian Tempat Praktikum Waktu Praktikum Subjek Praktikum B. Alat dan Bahan
: Laboratorium Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363 : Kamis, 20 Desember 2012 : kadar glukosa darah naracoba
1. Alat :
Gelas ukur Alat Glukosure digital Lanset steril Bahan Stik glukosa Kapas alcohol Kertas dan ballpoint untuk mencatat
2. Bahan : Cairan untuk diminum: 3. Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum) C. Langkah Kerja Pemeriksaan glukosa puasa dan 2 jam post pandrial 1. Diet 3 hari cukup karbohidrat 2. Puasa 12 – 14 jam sebelum pemeriksaan 3. Periksa kadar glukosa puasanya 4. Naracoba dipersilahkan makan berat (Co: Nasi) 5. Setelah 2 jam naracoba diperiksa lagi kadar glukosanya Tes toleransi glukosa 1. Diet 3 hari cukup karbohidrat 2. Puasa 12-14 jam kemudian diperiksa gula darah puasanya 3. Minum air gula (75 gr dilarutkan dalam 300 ml air minum) selama 5 menit gula darah diperiksa kembali setelah 30 menit, 1 jam, dan setelah 2 jam. 4. BAB IV 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 6. 7. 8. 9.
Pelaksana praktikum Elva Sujana Eva Fauziyah Time keeper
(220110120128) (220110120132)
10. Cynthia Gevistara (220110120125) 11. Maulidya Ninda P (220110120137) A. Hasil Praktikum Pemeriksaan glukosa puasa dan 2 jam PP 12. Glukosa puasa = 77 mg/dL 13. Glukosa 2 jam PP = 98 mg/dL Tes toleransi glukosa 1. Waktu
Glukosa
5. 5” setelah minum
Darah 4. 71 mg/dL 6. 82 mg/dL
air gula 7. 30” setelah
8. 119 mg/dL
minum air gula 9. 60” setelah
10. 113 mg/dL
3. Awal
14.
2. Kadar
15. 16.
minum air gula 11. 120” setelah
12. 84 mg/dL
minum air gula
140 120 100 80 Kadar Glukosa Darah (mg/dL) 60 40 20 0 awal5'30'60' 120' menit sebelum dan sesudah minum air gula
21.
17. 18. 19. 20.
B. Pembahasan Pemeriksaan glukosa puasa dan 2 jam PP 22. Kadar glukosa dalam darah Elva pada saat puasa menunjukkan 77 mg/dL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Elva pada saat puasa normal. Setelah 2 jam Elva makan berat gula darahnya menunjukkan 98 mg/dL. Hasil tersebut masih menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Elva normal karena setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah akan meningkat dalam periode 30 menit sampai 1 jam sekitar 120 -140mg/dL. Dan konsentrasi glukosa dalam darah akan kembali menurun setelah 2 jam, karena
setelah 2jam produksi insulin dalam tubuh Elva sudah meningkat. Tes toleransi glukosa 140 120 100 80 Kadar Glukosa Darah (mg/dL) 60 40 20 0 awal5'30'60' 120' menit sebelum dan sesudah minum air gula
23.
Kadar
glukosa
dalam darah Eva saat puasa menunjukkan 71 mg/dL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Eva pada saat puasa normal. Setelah 5 menit minum air gula, glukosa darah menunjukkan 82 mg/dL (normal). Pada menit ke 30 setelah minum air gula, glukosa dalam darah naik secara tajam menjadi 119. Namun pada menit ke 60 kadar glukosa mulai turun kembali dan menunjukkan 113 mg/dL. Hasil akhir yang didapatkan setelah 120 menit yaitu 84 mg/dL. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Eva normal. 24. Hal tersebut terlihat dari perubahan kadar glukosa darah milik Eva,. Pada menit ke 5 setelah minum air gula kadar glukosa darah mulai naik sebab sitem regulasi kadar gula darah memang seperti itu akan segera meningkat sesudah diberi asupan karbohidrat. Sama halnya seperti praktikum PP dalam periode waktu 30 menit sampai 1 jam kadar gula darah akan terus meningkat, pada
praktikum ini pun begitu pada menit ke 30 kadar gula darah mencapai puncaknya yaitu 119 mg/dL. Karena kadar glukosa darah semakin meninggi, tubuh eva pun melakukan reaksi untuk menyeimbangkan kadar glukosa dengan cara meningkatkan produksi insulin sehingga pada menit ke 120 kadar glukosa Eva sudah kembali normal seperti nilai pengukuran kadar glukosa darah sewaktu. 25. 26.
Makanan memegang peranan dalam peningkatan kadar gula darah. Pada
proses makan, makanan yang dimakan akan dicerna di dalam saluran cerna (usus) dan kemudian akan diubah menjadi suatu bentuk gula yang disebut glukosa. Selanjutnya gula ini diserap oleh dinding usus dan kemudian beredar di dalam aliran darah. Inilah sebabnya setelah makan akan terdapat kenaikan kadar gula didalam darah lalu gula tersebut akan didistribusikan kedalam sel-sel tubuh 27. Tanpa bantuan hormon, kadar gula darah akan mengalami fluktuasi yang besar. Kadar gula darah akan segera meningkat sesudah makan, dan sebaliknya bila tidak ada asupan makanan pada periode tertentu, kadar gula darah akan turun sangat rendah. Untuk mencegah terjadinya fluktuasi yang membahayakan ini, tubuh akan meregulasi glukosa darah dengan menggunakan hormon insulin dan glukagon. 28. Hormon insulin disekresikan oleh sel-sel beta pankreas apabila kadar gula darah meninggi (hiperglikemia), yang biasanya terjadi sesudah rnakan, seperti nasi, roti, gula, dan lain sebagainya. Peninggian kadar gula darah ini, akan merangsang sekresi insulin dari sel-sel β pulau Langerhans pankreas. Sekresi Insulin ini berlangsung dalam dua rase, pada rase pertama kadar insulin melonjak tinggi seketika. Hal ini terjadi 10 menit sesudah kenaikan kadar gula darah, dan dimungkinkan karena ada simpanan insulin dalam granula. Kemudian terjadi rase ke dua yang bersifat lambat, berlangsung selama lebih dari 10 menit sampai 2 jam. Dalam jam pertama sesudah makan, gula darah meningkat sampai 160 11 mg%, dan kemudian menurun lagi berkat pengaruh insulin, sehingga 2 jam sesudah makan kadar gula darah normal kembali, yakni 120 mg%. Insulin akan merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan dan kemudian memecahnya menjadi enersi, menyimpannya dalam bentuk glikogen dan mengubahnya menjadi lemak. Dengan proses tersebut diatas, kadar gula darah akan menurun dan kembali normal 2 sampai 2 ½ jam sesudah makan.
29.
Sebaliknya bila kadar gula darah rendah, hormon glukagon yang
dihasilkan sel-sel α pankreas akan rnenstimulasi sintesa glukosa dari asam amino, rnenyebabkan terlepasnya glikogen dari hepar, yang akan rneninggikan kadar gula darah. Jadi, aktifitas hormon insulin dan glukagon berlawanan satu sama lain.
30. 31.
Ada juga hormon lain yang dapat rnernbantu rneninggikan kadar gula darah, salah
satu yang paling penting adalah epinefrin (adrenalin) yang merangsang pernbebasan glukosa dari glikogen. Hormon epinefrin ini akan disekresikan pada situasi dimana tubuh dalam keadaan stress ataupun dalarn keadaan bahaya. Peningkatannya akan menaikkan kadar gula darah, yang akan membantu tubuh untuk berkelahi atau berlari langkah seribu. 32. Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan Kadar Gula Darah 33. Asupan karbohidrat adalah banyaknya asupan dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi perhari. Kebutuhan energi berlangsung terus sehingga karbohidrat harus sering dikonsumsi sepanjang hari. Setiap gram karbohidarat memberikan 4 kalori. Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan selingan lebih penting dari pada sumber atau tipe karbohidrat tersebut. Hal ini disebabkan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan selingan mempengaruhi kadar glukosa darah dan sekresi insulin (American Diabetes Association, 2004). 34. Mekanisme hubungan konsumsi karbohidrat dengan kadar gula darah sebagai berikut : karbohidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida, terutama glukosa. Penyerapan glukosa menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin (Linder, 2000). 35. Sekresi insulin yang tidak mencukupi dan resistensi insulin yang terjadi pada DM tipe II menyebabkan terhambatnya proses penggunaan glukosa oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan glukosa didalam darah (Arora, 2005).
36.
Karbohidrat sederhana (kecuali gula buah) lebih mudah dikonversi menjadi
glukosa karena struktur molekul terurai lebih cepat di dalam perut dan usus kecil. Oleh karena itu karbohidrat ini meningkatkan kadar glukosa dalam aliran darah sangat cepat (kurang dari 30 menit) (Annecollin, 2009). 37. Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu untuk diubah tubuh menjadi energi. Dengan demikian, makanan diproses pelan-pelan dan tenaga diperoleh sedikit demi sedikit. Dengan demikian, kita tidak cepat lapar dan energi tersedia dalam waktu lama, cukup untuk aktivitas sehari penuh. Karbohidrat kompleks tidak disaring dan memiliki lebih banyak serat, sehingga tubuh kita memprosesnya lebih lama. Contoh dari karbohidrat kompleks adalah : buah segar, sayur, roti gandum, nasi merah, dan ubi manis (Akubugar, 2009). 38. Pengurangan konsumsi karbohidrat diperlukan bagi pasien DM tipe 2 dengan obesitas. Pengurangan konsumsi karbohidrat pada DM tipe 2 dengan obesitas berhubungan dengan penurunan berat badan dan kadar gula darah. Hasil penelitian Samaha dkk menyatakan bahwa pengurangan konsumsi karbohidrat dapat meningkatkan sensitivitas insulin pada individu sehat dan penurunan kadar glukosa darah (Arora, 2005). Jadi jenis karbohidrat sederhana adalah jenis karbohidrat yang mudah diubah menjadi glukosa, sehingga karbohidrat ini sangat cepat meningkatkan kadar glukosa darah.
39. BAB V 40. PENUTUP A. Kesimpulan 41. Dari praktikum glukosa puasa dan tes toleransi glukosa dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil praktikum pada naracoba Elva dan Eva keduanya menunjukkan perubahan kadar glukosa darah yang normal setelah mendapatkan asupan karbohidrat sederhana. 2. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen.Faktor endogen yaitu 42. humoral factor seperti hormon insulin, glukagon,kortisol; sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. 3. Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Hal tersebut terbukti dari perubahan kadar glukosa darah naracoba yang mengalami kenaikan saat setelah diberi asupan dan kembali mengalami penurunan setelah itu. 4. Mekanisme kadar gula orang puasa adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh. 5. Kadar gula darah orang yang setelah makan akan naik, hal ini dikarenakan kandungan karbohidrat yang akan dipecah menjadi glukosa sebagai energi dalam tubuhnya untuk aktifitas otak. Hal ini akan menstimulasi sekresi insulin dan supresi glukagon. 6. Bila kita memakan asupan karbohidrat, kadar glukosa akan meninggi. Untuk menurunkannya tubuh akan melakukan reaksi, diantaranya : menaikkan produksi insulin, mengeluarkan glukosa melalui urin, dibakar segera, dideponir di jaringan 7. Pada orang sehat, gula darah dikendalikan oleh insulin 8. Kadar glukosa darah saat puasa nilai normalnya yaitu 60-120 mg/dL, dan 2 jam setelah makan nilai normalnya 80-140 mg/dL 43.
44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. PRAKTIKUM II 51. PENGARUH AKTIVITAS PADA KADAR GLUKOSA DARAH 52. 53.
54. BAB I 55. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 56.
Latihan fisik seringkali dianjurkan oleh para dokter kepada pasiennya
dengan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dari pasien tersebut. Melakukan aktivitas fisik dalam hal ini berolahraga sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya bagi kesehatan tubuh. Hal ini juga menjadi dasar pemikiran dari masyarakat secara umum. Dosis olah raga setiap orang mempunyai tingkat keamanan tertentu yang bersifat teknisfisiologis, salah satunya adalah tercapainya intensitas denyut jantung submaksimal yaitu antara 60-80% dari denyut jantung maksimal prediksi berdasar usia. Namun tingkat keamanan dari dosis olah raga setiap orang masih belum diketahui dengan jelas. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar glukosa darah? 2. Apakah perubahan kadar glukosa darah pada naracoba setelah melakukan aktivitas fisik normal? C. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar glukosa darah 2. Mahasiswa dapat menilai perubahan kadar glukosa darah pada naracoba. 3.
57. BAB II 58. TINJAUAN PUSTAKA 59.
Tubuh menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi untuk aktivitas sel.
Karbohidrat dapat ditemukan dalam makanan yang mengandung pati seperti roti, nasi, kentang, dan lain-lain. Karbohidrat terdiri dari : 1. Karbohidrat sederhana yang terdiri dari 6 karbon monosakarida, dan termasuk ke dalam monosakarida dalam glukosa, galaktosa, dan fruktosa. 2. Disakarida seperti laktosa dan sukrosa 3. Polisakarida atau karbohidrat kompleks seperti pati. 60.
Dua bentuk karbohidrat yang digunakan tubuh sebagai energi adalah
glukosa darah dan glikogen otot (Fox, 1993 : 178). Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang paling penting. Glukosa merupakan karbohidrat dalam makanan yang diserap dalam jumlah besar ke dalam darat serta dikonversikan di dalam hati (Mayers, 2007: 7). Glukosa dalam tubuh dipecah untuk menyediakan energi pada sel atau jaringan dan dapat disimpan sebagai simpanan energi dalam sel, sebagai glikogen (Pocock, 2004: 11). 61.
Glukosa merupakan bahan bakar utama bagi jaringan tubuh yang pada
akhirnya digunakan oleh sel tubuh untuk membentuk ATP. Walaupun banyak sel tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi, saraf, dan sel darah merah mutlak memerlukannya (Marieb, 2007: 300). Jadi, glukosa merupakan bentuk dasar bahan bakar karbohidrat yang dipakai dalam tubuh (Patellongi, 2000: 93). 62.
Jaringan pengguna glukosa terbesar adalah otot dan otak. Pada otot yang
sedang aktif, kebutuhan akan energi sangat tinggi, glukosa akan diambil secara cepat dari glukosa dan dirubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan kemudian dengan bantuan enzimenzim glikolisis dirubah menjadi piruvat yang pada akhirnya masuk ke sistem respirasi sel atau siklus kreb untuk menghasilkan energi (pada keadaan cukup oksigen). Tetapi sebaliknya , apabila otot atau tubuh secara keseluruhan sedang tidak aktif atau sedang istrirahat, glukosa yang dalam hati akan dirubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan dirubah menjadi glikogen hati sebagai cadangan glukosa. 63.
Untuk dapat masuk ke dalam sel otot, glukosa perlu bantuan insulin yang
merupakan pembawa pesan pertama, yang akan berikatan dengan reseptor insulin dalam
membran sel. Apabila ikatan hormon dan insulin terbentuk maka glukosa melalui gerbang protein G dapat menembus membran sel untuk dipakai selanjutnya. 64.
Sering sekali, karena adanya kegemukan, kurang aktifitas dan konsumsi
gula sederhana yang terlalu banyak dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan reseptor insulin sel otot sebagai pemakai terbesar glukosa menjadi kurang atau bahkan tidak sensitif terhadap insulin, menyebabkan glukosa yang ada dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dan bertumpuk dalam darah, hal ini disebut hiperglikemia. Kandisi menurunnya sensitifitas reseptor insulin sering menyertai penyakit Diabetes Melitus tipe II. 65.
Pengaruh Intensitas Latihan Fisik Terhadap Glukosa Darah
1. Pengaruh latihan Fisik Intensitas Rendah Terhadap Glukosa Darah 66.
Pada latihan dengan intensitas rendah selama 40 menit (VO2 maks 40%)
tidak terjadi penurunan kadar gula secara signifikan (Cooper, 1989). Sedangkan pada penelitian oleh Marlis (2002: 271), dengan latihan fisik intensitas rendah (<60% VO2 maks), glukosa darah konstan selama latihan fisik post absorbsi dan menurun selama post pandrial. Pada latihan fisik intensitas rendah dalam keadaan puasa, glukosa yang digunakan awalnya disuplai oleh asam lemak, sehingga asam laktat yang meningkat lebih sedikit. Namun apabila lipolisis dihambat oleh respon insulin setelah makan atau mengonsumsi karbohidrat selama latihan fisik, glukosa menjadi energi yang utama. 67.
Dan dari penelitian yang dilakukan Fatoni (2005), menunjukkan bahwa
latihan fisik intensitas ringan durasi 20 menit yang dilakukan pada penderita diabetes mellitus sama-sama dapat menurunkan glukosa darah. 2. Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang Terhadap Glukosa Darah 68.
Pada latihan fisik submaksimal yang berdurasi lebih dari 20 menit,
glukosa merupakan sumber energi yang dominan. Pada latihan fisik intensitas sedang post absorpsi terjadi keseimbangan antara peningkatan utilitasi glukosa dan produksi glukosa. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sukamoto (1999) latihan dengan intensitas sedang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah ini berhubungan dengan peningkatan glukosa transporter karena simulasi oleh hormon insulin.
69.
Sedang pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2004: 22),
menyimpulkan bahwa latihan fisik intensitas sedang interval dan kontinyu dapat meningkatkan penurunan glukosa darah pada 30-60 pospandrial, tetapi tidak meningkatkan penurunan kadar glukosa darah pada 60-120 menit pospandrial. 3. Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Tinggi Terhadap Glukosa Darah 70. Latihan fisik dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang pendek (2-20 detik). Produksi ATP didominasi oleh sistem ATP-PC sehingga kadar glukosa darah relatif konstan. Sedangkan bila aktivitas lebih dari 20 menit produksi ATP didominasi oleh glikolisis anaerob. Glikolisis anaerob sumber utamanya adalah glikogen atau glukosa, sehingga glukosa darah akan menurun. Pada aktvitas intensitas tinggi lebih dari 45 detik produksi ATP berasal dari kombinasi ATP-PC, glikolisis anaerob, dan sistem aerobik. 71. Pada penelitian yang dilakukan Copper (1989) pada latihan dengan intensitas tinggi (80% VO2 maks) terjadi penurunan glukosa darah yang signifikan sedangkan pada penelitian yang dilakukan Guelfi (2007: 292) pada latihan dengan intensitas tinggi selama 30 menit dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan. Namun bila dibanding dengan latihan dengan intensitas sedang, penurunan gula darah lebih signifikan dibandingkan dengan latingan dengan intensitas tinggi. 72.
73.
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang
kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala DM 74. Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain: 1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah
2. 3. 4. 5.
Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa Membantu menurunkan berat badan Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular 75.
Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani 76. 77. BAB III 78. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Setting Penelitian 79. Tempat Praktikum 80. 81. Waktu Praktikum 82.
: Laboratorium Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363 : Kamis, 20 Desember 2012 Subjek Praktikum : Kadar glukosa darah pada naracoba
yang melakukan aktivitas fisik B. Alat yang Diperlukan 1. Stopwatch 2. Alat pemeriksaan kadar gula darah 3. Kertas dan ballpoint untuk mencatat C. Langkah Kerja Praktikum 1. Mintalah orang percobaan untuk relax, periksa glukosa darah sewaktu 2. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit selama 12 menit tanpa istirahat. 3. Periksa glukosa darah segera setelah aktivitas, menit ke-30, menit ke-60, dan menit ke-120 setelah melakukan aktivitas. 83.
84. BAB IV 85. HASIL DAN PEMBAHASAN 86. Pelaksana praktikum 87. Siwi K P (220110120090) 88. Time keeper 89. Lisdian Widowati (220110120088) A. Hasil Praktikum 13. Waktu
90.
14. Kadar
91.
Glukosa 15. Istirahat/ sewaktu 17. 1’ paska-latihan 19. 30’ paska-latihan 21. 60’ paska-latihan 23. 120’ paska-latihan
Darah 16. 60 mg/dL 18. 67 mg/dL 20. 83 mg/dL 22. 80 mg/dL 24. 72 mg/dL
92. 93. 94. 95. 96. 97. Pembahasan
100 80 60 Kadar Glukosa Darah (mg/dL)
40 20 0 sewaktu 1'30' 60' 120'
menit paska-latihan
98.
Kadar
glukosa
darah
istirahat atau sewaktu menunjukkan bahwa kadar glukosa sebelum beraktivitas dan dalam keadaan tidak puasa. Hasil pengamatan menunjukkan kadar glukosa 60 mg/dL. Hal tersebut berarti kadar gula darah naracoba mengalami hipoglikemia, hal ini mungkin disebabkan karena Siwi sebagai naracoba belum sarapan. Selama pemeriksaan kadar gula darah Siwi terus meningkat dan mulai menurun di menit ke 60 paska-latihan. Terlihat seperti pada grafik. 99. 100. 101. 102.
Terjadinya peningkatan dan penurunan kadar gula darah disebabkan oleh
keadaan tubuh yang sedang menyeimbangan kadar gula darah di dalam tubuh. Tetapi
melihat perubhan kadar glukosa Siwi sebagai naracoba sepertinya ada gangguan dalam proses metabolism glukosa darahnya, karena seharusnya setelah beraktivitas kadar glukosa darah menurun terlebih dahulu. Kadar glukosa darah menurun akibat dari proses latihan yang dilakukan membuat produksi insulin meningkat. 103.
Pada menit ke-30 kadar glukosa mencapai titik tertinggi paska latihan. Hal
ini membuktikan bahwa tubuh mempertahankan stabilitas kadar glukosa darah. Menit ke60 dan ke-120 kadar glukosa darah menurun kembali. 104.
Kadar glukosa darah dipertahankan tidak saja selama puasa, tetapi juga
sewaktu kita berolahraga saat sel otot menyerap glukosa dari darah dan mengoksidasinya untuk memeroleh energi. Selama berolahraga, hati memasok glukosa ke dalam darah melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. 105. 106. 107. 108.
109. 110. 111. 112. 113. 114. 115.
Praktikum III
Pengaruh Berbagai Penutup Terhadap Penguapan
116. 117.
118. 119.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 120.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. 121.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu
mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). B. Rumusan Masalah 122. Apa pengaruh lemak terhadap kehilangan panas tubuh? C. Tujuan Praktikum 123. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak terhadap kehilangan panas 4.
125. 126.
124. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Sejumlah besar lemak disimpan dalam dua jaringan tubuh utama, jaringan
adiposa dan hati. Jaringan adiposa biasanya disebut deposit lemak, atau jaringan lemak saja. Fungsi utama jaringan adiposa adalah menyimpan trigliserida sampai diperlukan untuk membentuk energi dalam tubuh. Fungsi tambahan adalah untuk menyediakan penyekat panas untuk tubuh. 127.
Klasifikasi jaringan adiposa
Jaringan adiposa putih 128.
Jaringan ini menyusun 20-25% berat badan orang dewasa yang memiliki gizi
baik. Jumlah jaringan adiposa pada individu ditentukan oleh keseimbangan antara masukkan dan pengeluaran energi. Jaringan ini ditemukan pada ginjal dan mata, antara otot serat dan di bawah kulit. Jaringan ini bekerja sebagai penyekat suhu dan penyimpan energi.
Jaringan adiposa coklat 129.
Jaringan ini terdapat pada bayi baru lahir. Jaringan ini memiliki jaringan kapiler
yang lebih banyak daripada jaringan adiposa putih. Saat jaringan ini di metabolisme, jaringan ini menghasilkan energi yang lebih sedikit dan panas yang lebih banyak daripada lemak lainnya sehingga berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh. Pada sebagaian orang dewasa, lemak ini ditemukan dalam jumlah kecil. 130.
Suhu tubuh normal 131. Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada lingkungan yang
ekstrim, karena pada pengaturan suhu tidak 100% tepat. Bila bentuk panas yang berlebihan karena kerja fisik yang berat maka suhu rektal akan meningkat sampai setinggi 34-40˚C. Sebaiknya ketika tubuh terpapar dengan suhu yang dingin maka suhu rektal dapat turun dibawah 35,6˚C. 132. Mekanisme Keseimbangan Suhu Tubuh 133. Menurtu Kozier (1991) menyatakan bahwa suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas yang dihasilkan oleh tubuh dengan kehilangan panas dalam tubuh. Mekanisme keseimbangan suhu ini sangat berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh. 134.
Pengaturan Suhu Tubuh
135.
Konsep Set-Point Dalam pengaturan Suhu Tubuh 136.
Pada tingkat yang hampir tepat 37,1ºC terjadi perubahan drastis pada
kecepatan kehilangan panasdan kecepatan pembentukan panas. Pada suhu diatas tingkat ini, kecepatan kehilangan panas lebih besar dari pada kecepatan pembentukan panassehingga suhu tubuh turun dan mencapai kembali tingkat 37,1ºC. Sebaliknya pada suhu dibawah tingkat ini, kecepatan pembentukan panaslebih besar dari pada kecepatan kehilangan suhu panas sehingga suhu tubuh meningkat dan kembali mencapai suhu 37,1ºC. Tingkat temperatur kritis ini disebut set-pointdari mekanisme pengaturan suhu tubuh, yaitu semua mekanisme pengaturan temperatur yang terus menerus berupaya untuk mengembalikan suhu tubuh ke tingkat set-point (Guyton&Hall, 1997) 137.
Mekanisme pengaturan Suhu Tubuh 138.
Sistem yang mengatur suhu tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu: deteksi
suhu kulit dan suhu inti tubuh, penggabungan di hippotalamus, dan sistem efektor yang mengatur produksi panas dan kehilangan panas. 139.
Sistem deteksi suhu tubuh terdiri dari dua bagian yaitu deteksi suhu tubuh
di kulit dan deteksi suhu tubuh di jaringan dalam (inti tubuh). Kulit memiliki reseptor dingin dan pana. Reseptor dingin jauh lebih banyak dari pada reseptor panas, tepatnya terdapat sepuluh kali lebih banyak di seluruh kulit. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama menyangkut deteksi suhu sejuk dan dingin dari pada suhu hangat (Guyton&Hall, 1997). 140.
Reseptor suhu tubuh bagian dalam ditemukan pada baian tertentu dalam
tubuh. Terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen, atau disekitar vena-vena besar. Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih banyak terpapar dengan suhu inti dari peda suhu permukaan tubuh, reseptor inti tubuh lebih banyak mendeteksi dingin dari pada hangat. Hal ini dimungkinkan karena reseptor kulit dan reseptor bagian dalam tubuh berperan mencegah hipotermi, yaitu mencegah suhu tubuh yang rendah. 141.
Integrator hipotalamus merupakan pust yang mengatur suhu inti tubuh,
terletak di area pre-optik dari hipotalamus bagian anterior (Kozier, 1991). Pusat ini berfungsi untuk meng integrasikan antara input yang bearasal dari berbagai macam reseptor suhu yang terletak di tubuh dengan output yangmerespon terjadinya merespon
terjadinya peningkatan pembentukan panas tubuh atau peningkatan kehilangan panas tubuh (Porth, 1990). Area-pre-optik ini mengundang sejumlah neuron-neuron yang sensitif terhadap panas kira-kira sepertiga dari jumlah neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron ini berfungsi mjengantarkan sinyal dan reseptor suhu kulit dan meresponnya kembali melalui mekanisme umpan balik. 142.
Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi panas (set-point
berada di atas tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim singyal untuk menurunkan set-point dengan cara menghambat produksi panas tubuh dan meningkatkan pelepasan panas tubuh ke lingkungan. Akibatnya suhu tubuh menurun dan mencapai tingkat temperatur kritis (Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang timbul dari stimulus suhu panas adalah berupa vasodilatasi pembuluh darah di seluruh tubuh, berkeringat, dan penghambatan termogenesisi kimia seperti hormon epinefrin dan tiroksi oleh sistim saraf pusat (Kozier, 1991). 143.
Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi dingin (set-point
berada di bawah tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk menaikanproduksi panas tubuh dan menghambat pelepasan pelepasan panas tubuh ke lingkungan. Akibatnya suhu tubuh meningkat dan mencapai kembali tingkat temperatur kritis (Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang timbul dari adanya stimulus suhu dingin adalah terjadinya vasokontriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit telihat pucat, piloereksi (rambut berdiri pada akarnya), menggigil, pelepasan epinefrin dan norepinefrin, pelepasan trioksin oleh hormon tiroid yang dapat meningkatkan metabolisme tubuh (Kozier, 1991). 144.
Selain mekanisme bawah sadar untuk pengaturan suhu tubuh, tubuh
memiliki mekanisme pengaturan temperatur lain berupa perilaku pengaturan suhu tubuh. Perilaku ini meliputi emilihan jenis pakaian, pengaturan suhu lingkungan dengan menggunakan mesin penghangat atau AC, minim minuman hangat disaat tubuh kedinginan, posisi tubuh “meringkuk” yang bertujuan untuk menghambat pelepasan panas disaat udara dingin dan sebagainya (Porth, 1990). 145.
Mekanisme Produksi Panas
146.
Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Faktor-faktor
yang berperan penting dalam metabolisme tubuh diantaranya yaitu :
1. Laju metabolisme basal dari semua sel tubuh 2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan karena kontruksi otot yang disebabkan oleh menggigil 3. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh trioksin (dan oleh sebagian kecil hormon pertumbuhan dan testosteron) terhadap sel 4. Metabolisme tambahan yang disebabkan efekepnefrin dan norepinefrin 5. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi dalam sel. 147.
148.
Berbagai cara panas hilang dari kulit ke lingkungan yaitu :
1. Radiasi 149. Adalah perpindahan panas dari area permukaan benda yang satu dengan permukaan yang lain tanpa adanya kontak langsung antara dua buah benda (Kozier, 1991). 2. Konduksi 150. Adalah perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain yang disertai kontak langsung antara dua buah benda (Taylor, 1997). 3. Konveksi 151. Adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara diantara dua area yang berbeda kepadatannya (Taylor, 1997). 4. Evaporasi 152. Adalah kehilangan panas melalui penguapan yang terjadi terus-menerus dari traktus respiratorius, mukosa mulut dan dari kulit (Kozier, 1991). 153. 1. Usia 154.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh : Menurut Donna (1993) menyatakan bahwa pengaturan suhu tubuh pada usia
toodler sudah mulai stabil dibandingkan dengan infant. Orang berusia lanjut (diatas 75 tahun) lebih mudah terjadi hipotermi dikarenakan faktor penuaan sehingga kontrol pengaturan suhu tubuh kurang optimal (Taylor,1997). 2. Varias diurnal 155. Suhu tubuh secara normal mengalami perubahan setiap hari bervariasi sebesar 2˚C diantara pagi hari dan siang hari. Suhu tubuh berada pada tingkat paling tinggi diantara pukul 20.00 dan 24.00 WIB dan berada pada tingkat paling rendah diantara pukul 04.00 dan 06.00 (Kozier, 1991). 3. Exercise 156. Kerja yang berlebihan dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 38,3 – 40˚C diukur secara rektal (Kozier, 1991). 4. Hormon 157. Wanita memiliki pengaturan suhu tubuh yang berfluktuatif dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormonal pada wanita terutama peningkatan progesteron pada saat ovulasi. Perubahan hormon meningkatkan suhu tubuh sebesar 0,5 – 1˚C (Taylor, 1997). 5. Stress 158. Tubuh berespon baik terhadap stress fisik dan stress emosional. Adanya stress menyebabkan rangsangan terhadap epinefrin dan norepinefrin sehingga kecepatan
metabolisme akan meningkat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan suhu tubuh (Kozier, 1991). 6. Suhu Lingkungan 159. Suhu tubuh yang ekstrim dapat berpengaruh terhadap sistem pengaturan suhu tubuh seseorang. Pada dasarnya, ketika tubuh terpapar udara dingin yang ekstrim tanpa baju pelindung yang adekuat maka terjadi kehilangan panas yang dapat meningkatkan hipotermi, jika tubuh terpapar pada udara panas yang ekstrim maka akan terjadi hipertermi (Taylor, 1997). 7. Cairan 160. Aliran darah ke kulit menentukan kehilangan panas dari tubuh dan dengan cara ini mengatur suhu tubuh. Kehilangan sejumlah besar cairan dari traktus gastrointestinal, kulit, dan ginjal yang berlangsung secara abnormal dan dehidrasi dapat menyebabkan menurunnya volume cairan intravaskuler. Berkurangknya cairan intravaskuler akan menyebabkan
menurunnya
volume
darah.
Penurunan
volume
darah
akan
mengganggu proses transportasi dari tubuh ke lingkungan. Akibatnya temperatur tubuh akan meningkat (Guyton & Hall, 1997). 161.
163. A. Setting Penelitian 164. Tempat Praktikum
162. BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
:
Laboratorium
Keperawatan
Universitas
Padjadjaran 165. Jl. Raya Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363 166. Waktu Praktikum : Kamis, 20 Desember 2012 167. Subjek Praktikum : perubahan suhu pada air panas B. Alat yang Diperlukan 1. Thermometer air 2. Gelas dengan ukuran 200 ml 3 buah 3. Minyak goreng 100 ml 4. Kain wool untuk penutup gelas 5. Kain tipis dari katun penutup gelas 6. Panci berisi air dan kompor untuk memasak air C. Langkah Kerja Praktikum 1. Panaskan 500 ml air hingga mendidih 2. Masukkan kedalam ketiga 3 gelas masing-masing sampai berisi 2/3 bagian 3. Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun 168. Gelas II ditutup dengan kain wool 169. Pada Gelas III ditambahkan minyak goreng 50 ml 4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap 15 menit selama 2 jam dan catatlah hasilnya. 170.
171. 172.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
173. Pelaksana praktikum 174. Prahasticha Salsabela 175. Rosana Dwirianti Hermawan A. Hasil Praktikum
(220110120098) (220110120118)
176.
177.
178.
180.
181.
182.
G
S
¼
¼
¼
¼
186.
187.
188.
179. 183.
184.
I 185.
I
6
5
4
3
3
189.
190.
191.
192.
193.
194.
I
6
5
4
3
3
195.
196.
197.
198.
199.
200.
I
6
4
4
3
3
201. B. Pembahasan 202.
Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun, gelas II ditutup dengan kain
wool, pada gelas III ditambahkan minyak goreng 50 mlPada waktu yang bersamaan setiap gelas diukur suhunya menggunakan termometer air. Setiap ¼ jam suhu diukur kembali. 203.
Berdasarkan hasil praktikum, data menunjukkan bahwa gelas III dapat
menyerap kalor lebih cepat, gelas III yaitu gelas dengan penutup minyak sebanyak 50ml. gelas ini menunjukkan bagaimana proses homeostasis tubuh kita dalam mempertahankan suhu tubuh. Minyak ini diibaratkan sebai lemak pengatur suhu tubuh manusia, saat suhu tubuh sangat tinggi dengan cepat minyak ini berusaha membuat suhu tersebut kembali stabil. Sedangkan hasil dari gelas I dan gelas II menunjukkan hasil yang sama (cara penstabilan suhu yang mirip)
204.
Minyak dapat menyerap panas lebih cepat karena minyak merupakan
salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama. Minyak juga mempunyai kerapatan yang besar. Sehingga dapat menyerap panas lebih cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan panas adalah temperatur, angin, dan kualitas air. 205. 206.
207. 208. 209.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
210. Berdasarkan praktikum III kesimpulan yang didapat adalah : 1. Kehilangan panas dapat disebabkan oleh radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan panas adalah temperatur, angin, dan kualitas air. 3. Dari hasil praktikum gelas yang dapat menstabilkan suhu dalam air lebih baik adalah gelas III dengan menggunakan minyak 50 ml sebagai penutupnya. 4. Minyak dapat menyerap panas lebih cepat karena minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid 211.
212. 213. 214. 215. 216. 217. 218.
Praktikum IV
PENGARUH CAIRAN HIPOTONIS,
ISOTONIS, DAN HIPERTONIS TERHADAP JARINGAN TUBUH 219. 220.
221. 222.
BAB I
PENDAHULUAN
D. Latar Belakang 223.
Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena dua hal, yaitu
adanya perubahan aktivitas sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung terus-menerus. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma) E. Rumusan Masalah 1. Apa pengaruh dimasukannya cairan hipotonis kedalam darah? 2. Apa pengaruh dimasukannya cairan isotonis kedalam darah? 3. Apa pengaruh dimasukannya cairan hipertonis kedalam darah? F. Tujuan Praktikum 5. Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada sel akibat cairan hipotonis yang berada di lingkungan sel 6. Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada sel akibat cairan isotonis yang berada di lingkungan sel 7. Mahasiswa dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada sel akibat cairan hipertonis yang berada di lingkungan sel 225.
224. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
226.
Cairan akan bergerak dan terjadi pertukaran antara cairan intersel, cairan
intersisial, dan cairan intravaskuler secara menetap.Cairan intrasel dipisahkan oleh membrane sel dari cairan intersisial, dan cairan intravaskuler dipisahkan oleh dinding kapiler dari cairan intersisial. Perbedaan struktur pemisah ini memungkinkan perbedaan dalam perpindahan cairan diantara kompaartemen ini. 227.
Pergerakan Cairan Antara Interstitial dengan Intravaskuler
228.
Untuk mempertahankan kehidupan sel yang sehat, harus terjadi
perpindahan cairan diantara intravaskuler (plasma = bagian dari darah) dengan interstitial secara menetap. Darah berperan dalam pengangkutan zat ked an dari sel. Zat-zat yang akan dikirim ke sel harus melewati interstitial, begitu juga sisa metabolisme dari sel yang akan dikirim keorgan pembuangan melewati cairan interstitial akan dipindahkan ke plasma. Tanpa adanya mekanisme yang bertanggung jawab dalam pertukaran ini, zat-zat tersebut akan bertumpuk di interstitial dan akan membahayakan bagi kehidupan sel. 229.
Perpindahan cairan anatara interstitial dengan intravaskuler dipengaruhi oleh :
Permiabilitas dinding kapiler 230. Kemampuan dinding kapiler untuk dilewati suatu zat. atau Dalam keadaan normal dinding kapiler adalah semipermiabel, artinya tidak semua zat bisa melewatinya. Molekul-molekul akan berpindah dari konsentrasi yang tinggi menuju konsentrasi
yang rendah atau disebut juga dengan difusi. Tekanan darah kapiler 231. Dorongan atau desakan yang berasal dari darah pada dinding kapiler yang mendesak air dari pembuluh darah dan cenderung mendorong molekul-molekul
keluar dari kapiler atau disebut juga dengan filtrasi. Tekanan osmotik koloid 232. Tarikan pada air yang berasal dari protein yang berada pada pembuluh darah, cenderung menarik air yang berada di interstisial untuk masuk ke dalam pembuluh darah kapiler, jadi berlawanan dengan tekanan darah kapiler, atau disebut juga dengan osmosa.
233.
Adanya ketiga hal tersebut menyebabkan pergerakan cairan antara
interstisial dan cairan intravaskuler. Pada bagian proksimal karena tekanan darah kapiler lebih besar dari tekanan osmotic koloid maka cairan dan eberapa zat yang dapat melewati dinding kapiler keluar dari kapiler menuju interstisial. Cairan ini yang akan memberikan makanan dan oksigen bagi kehidupan sel. Dengan keluarnya cairan maka tekanan darah kapiler makin keujung kapiler makin kecil, sementara tekanan osmotic koloid tidak berubah, sehingga pada ujung kapiler (distal kapiler) tekanan osmotic koloid lebih besar dari tekanan darah kapiler. Hal ini menyebabkan cairan beserta molekul-molekul yang berada di interstisial (sisa metabolisme:CO2, urea) bergerak masuk ke intravaskuler. Untuk menghindari penumpukan di interstisial tidak semua cairan interstisial masuk ke kapiler melalui cara ini, sebagian akan masuk ke pembuluh darah vena yang besar melalui kapiler limfe. Adanya perubahan dari ketiga hal diatas dapat menyebabkan penumpukan cairan di interstisial yang dikenal dengan edema.s 234.
Pergerakan Cairan Antara Intrasel dengan Interstisial 235.
Dalam upaya mempertahankan homeostasis, cairan intrasel harus
mendapatkan kebutuhannya dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang bukan saja tidak berguna bagi sel tetapi juga membahayakan kehidupan sel. Oleh karena itu CIS melakukan pertukaran cairan dengan interstisial untuk mendapatkan O2, nutrient, dan mengeluarkan sisa metabolisme. 236.
Membrane sel yang memisahkan CIS dengan cairan interstisial terbentuk
dari 2 lapisan lemak. Struktur ini menyebabkan tidak semua zat bisa melewatinya dengan mudah. Terdapat 3 mekanisme perpindahan zat saat melintasi membrane sel yaitu :
Difusi sederhana (simple diffusion) : 237. Zat-zat yang larut dalam lemak saja yang dapat keluar masuk dengan mudah seperti O2, CO2, ure, alcohol, Cl, dan molekul kecil bermuatan negative
lainnya. Difusi difasilitasi (facilitated diffusion) : beberapa zat tak dapat menembus membrane tanpa bantuan zat lain. Sebagai contoh : glukosa pindah dari interstitial ke intrasel melalui ikatan dengan carrier phosphate pada membrane sel, setelah glukosa
dilepaskan ke intra sel, carrier phosphate kembali ke membrane dan mengambil glukosa lainnya dan seterusnya. 238.
Transport Aktif 239. Beberapa zat dapat bergerak antara interstisial dan intrasel melewati membrane sel dengan melawan gradient konsentrasi melalui mekanisme pompa aktif misalnya pompa untuk mengatur natrium dan kalium di interstisial dan di ekstrasel. Dalam keadaan normal natrium banyak dijumpai dalam cairan ekstrasel, sedangkan kalium paling banyak berada di intrasel. Jika kalium keluar ke ekstrasel dan natrium masuk ke intrasel pompa Na – K akan menariknya kembali ke kompartemen semula. Mekanisme ini membantu distribusi komponen cairan dalam keadaan normal dan
membantu dalam mempertahankan homeostasis. Osmosis : 240. Osmosis adalah pegerakan cairan melewati membrane semi permeabel dari konsentrasi yang rendah menuju konsentrasi tinggi.
241.
Perbedaan larutan hipotonis, isotonis & Hipertonis
Larutan Hipotonis 242. Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lain. Bahasa mudahnya, suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang lainnya lebih banyak. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah setengah normal saline (1/2 NS). 243. Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel
– sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Hemolisa Larutan Isotonis 244. suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis
(ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl ). Larutan isotonis
mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik yang sama.
245.
Isotonis adalah suatu yang larutan yang kita buat konsentrasinya sama
besar dengan cairan dalam tubuh dalam sel darah merah.Harus disamakan agar tidak
terjadi pertukaran. Larutan Hipertonis 246. Turunn Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang lainnya. Bahasa mudahnya, suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan. Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien. 247. titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel – sel darah merah. 248. Peristiwa demikian disebut Plasmolisa. Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3.
249.
251. D. Setting Penelitian 252. Tempat Praktikum
250. BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
:
Laboratorium
Keperawatan
Universitas
Padjadjaran 253. Jl. Raya Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363 254. Waktu Praktikum : Kamis, 20 Desember 2012 255. E. Alat yang Diperlukan 1. Tabung reaksi 3(tiga) buah 2. Berbagai cairan dengan kekuatan yang berbeda terdiri dari: 256. Cairan hipotonis : NaCl 0.45 % cairan 257. Cairan isotonis : NaCl 0.9 % 258. Cairan hipertonis : NaCl 3% 3. Spuit diposible 5 ml 4. Kapas Alcohol 5. Basin Kidney F. Langkah Kerja Praktikum 5. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl 0.45%, NaCl 0.9%, dan NaCl 3% 6. Mintalah salah satu mahasiswa untuk secara sukarela diambil darah vena sejumlah 3ml 7. Masukan darah volunteer ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi 8. Kocok campuran tadi secara perlahan-lahan 9. Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada 3 tabung reaksi tersebut? 10. Jelaskan mengapa dan bagaimana terjadinya perubahan tersebut! 259. 260.
.
261. 262.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
263.
Pelaksana praktikum
264.
Aisyah Arrasyid M.L (220110120139)
265.
Lovi Meilina
(220110120141)
266.
Retno Ayu P.
(220110120130)
A. Hasil Praktikum 1. Campuran darah dengan cairan hipotonis NaCl 0.45 % menghasilkan: 267.
warna merah pekat kehitaman, tanpa adanya endapan. Jia didiamkan darah
di dalam tabung akan lebih cepat mengental. 2. Campuran darah dengan cairan isotonis NaCl 0.9 % menghasilkan: 268. warna merah pekat, sedikit lebih pudar warnanya, tidak mengendap. Ketika didiamkan darah akan mengental sedikit lebih lama dari tabung pertama. 3. Campuran darah dengan cairan hipertonis NaCl 3% menghasilkan: 269. warna merah terang, adanya endapan. Ketika didiamkan tidak mengental. B. Pembahasan 270. Cairan NaCl 0,45% termasuk cairan hipotonis (larutan yang memiliki osmolalitas efektif lebih kecil dari cairan tubuh). Cairan NaCl 0,9% termasuk cairan isotonis (larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektifnya dengan cairan tubuh). Cairan NaCl 3% termasuk cairan hipertonis (larutan yang osmolalitasnya efektif lebih besar dari cairan tubuh). 271. Darah yang dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,45% akan mengalami hemolisis (pecahnya sel darah merah). Terlihat dari hasil praktikum tabung I memiliki warna merah pekat kehitaman, tanpa adanya endapan. Jika didiamkan darah di dalam tabung akan lebih cepat mengental. Warna merah pekat itu ada karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Hemolisis dalam cairan ini terjadi disebabkan cairan NaCl 0,45% membuat perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi NaCl 0,45%, sehingga beberapa cairan dari NaCl 0,45% masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel darah merah). 272. Sedangkan pada tabung II terdapat Larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9% yang telah dicampurkan dengan sel darah merah. Pada tabung ini menghasilkan warna merah pekat, sedikit lebih pudar warnanya dan tidak mengendap. Tetapi jika campuran tersebut didiamkan terlalu lama darah akan membeku dan terbentuklah benang-benang fibrin yang akan membuat
darah tersebut menjadi kental dan tidak dapat tembus cahaya. Hal ini disebabkan NaCl 0,9% dan sel darah memiliki konsentrasi yang sama atau isotonis. 273. Pada tabung III terdapat NaCl 3% yang dicampurkan dengan sel darah. Campuran cairan ini akan mengalami krenasi, karena NaCl 3% merupakan cairan hipertonis. Jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari sel tersebut. 274. 275. 276. 277.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
278. Berdasarkan praktikum IV kesimpulan yang didapat adalah : 5. Hipotonis adalah larutan yang memiliki osmolalitas efektif lebih kecil dari cairan tubuh. 279. Jika cairan hipotonis ini bercampur dengan darah maka akan terjadi hemolisis 6. Isotonis adalah larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektifnya dengan cairan tubuh. Jika cairan isotonis ini bercampur dengan darah tidak akan terjadi perubahan apapun dalam waktu singkat, dalam waktu lama kedua cairan ini akan bergabung karena darah mengenali cairan ini sebagai sesamanya. 7. Hipertonis adalah larutan yang osmolalitasnya efektif lebih besar dari cairan tubuh. Jika cairan hipertonis ini bercampur dengan darah maka akan terjadi krenasi pada sel darah 280.
281.
282. 283. 284. 285. 286. 287. 288.
Praktikum V
PERHITUNGAN ANGKA KECUKUPAN GIZI
289. 290.
291. 292.
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang 293.
Penilaian staus gizi suatu kelompok individu atau masyarakat perlu
memperhatikan dua masalah dasar, yaitu: pertama, mengukur bagaimana hubungan antara pola hidup keluarga dengan status gizi masyarakat. Kedua, menelaah tingkat gizi secara individu atau perorangan. Didalam menilai status gizi masyarakat perlu memperoleh keterangan melalui dua cara yakni langsung (direct asssesment) yang meliputi: pengamatan, gejala klinik, pengukuran antropometri, pemeriksaan laboratorium biokimia dan pemeriksaan biofisik. Sedangkan cara kedua adalah tidak secara tidak langsung (indirect assessment) yang meliputi: konsumsi makanan sehari-hari, ragam jenis bahan pangan, vital statistik kesehatan, faktor ekologi (produksi bahan pangan, pemasaran, ekonomi, biaya hidup, budaya, agama, kepercayaan, takhyul dan cara makan). 294.
Adakalanya penilaian status gizi masyarakat tidak bisa dilakukan secara
lengkap sehingga perlu pembatasan, sehingga dilakukan secara terpisah tergantung dari tujuan yang ingin dicapai, biaya, dan fasilitas yang tersedia. 295.
Adapun indikator yang diapakai untuk menilai status gizi masyarakat
dapat meliputi: kemiskinan, perumahan, sanitasi lingkungan, staus kesehatan, penyakit, kebudayaan, suku, perseduiaan pangan, kualitas bahan pangan, harga barang pangan di pasaran, daya beli masyarakat, ekologi, demografi, epidemiologi, dan lain-lain. 296.
Kumpulan data yang diperoleh akan dapat membantu mengidentifikasi
bagaimana status gizi masyarakat diu suatu wilayah. Dan Penilaian status gizi masyarakat dapat menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat. H. Rumusan Masalah 4. Berapa angka kecukupan gizi pada ibu hamil dan bayi? 5. Bagaimana rancangan diet harian bagi ibu hamil dan bayi? I. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat menentukan angka kecukupan gizi pada ibu hamil dan bayi
2. Mahasiswa dapat membuat rancangan diet untuk ibu hamil dan bayi. 297.
300.
298. BAB II 299. TINJAUAN PUSTAKA Gizi seimbang adalah keadaan yang menjamin tubuh memperoleh
makanan yang cukup mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan. 301. Fungsi pemberian makanan adalah : 1. Fungsi fisiologis 302. Memberikan nutrisi sesuai kebutuhan agar tercapai tumbuh kembang yang optimal 2. Fungsi psikologis 303. Penting dalam pengembangan hubungan emosional ibu dan bayi sejak awal 3. Fungsi sosial/edukasi 304. Melatih anak mengenal makanan, dan keterampilan makan. 305.
Gizi Ibu dan Anak 306. Menurut Mosley dan Chen, factor social ekonomi dan budaya
mempengaruhi kelangsungan hidup anak melalui berbagai factor. Faktor faktor tersebut antara lain adalah factor ibu, factor lingkungan, kekurangan gizi, trauma dan upaya pencegahan dari individu itu sendiri. Faktor ibu adalah termasuk umur ibu, paritas dan jarak kehamilan, factor lingkungan yaitu berhubungan dengan media penyebaran penyakit seperti udara, air, makanan, kulit, tanah, serangga, dll. Kekurangan gizi seperti kurang kalori, protein, vitamin dan mineral, sedangkan uapaya pencegahan penyakit individu termasuk imunisasi dan pengobatan. 307. Program pokok pembangunan kesehatan, sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.25 tahun 2000 tentang Propenas 2000-2004 antara lain adalah program upaya kesehatan yang meliputi peningkatan pencapaian Universal Child Immunization (UCI), eradikasi polio, peningkatan cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan, dan program perbaikan gizi masyarakat seperti menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita, menurunnya anemia pada Balita, WUS, remaja putri dan wanita pekerja. 308. Kebutuhan Gizi Pada Ibu Hamil 1. Kalori 309. Selama hamil, ibu membutuhkan tambahan energi/kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, juga plasenta, jaringan payudara, cadangan lemak, serta untuk perubahan metabolisme yang terjadi. Di trimester II dan III, kebutuhan kalori tambahan ini berkisar 300 kalori per hari dibanding saat tidak hamil. Berdasarkan perhitungan, pada akhir kehamilan dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari kebutuhan kalori sebelum hamil.
2. Protein 310. Kebutuhan protein bagi wanita hamil adalah sekitar 60 gram. Artinya, wanita hamil butuh protein 10-15 gram lebih tinggi dari kebutuhan wanita yang tidak hamil. Protein tersebut dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, maupun plasenta dan janin. 311. Beberapa sumber protein hewani yang bisa dikonsumsi adalah ikan, seafood, unggas, daging sapi, hati, dan telur. Sedangkan untuk sumber protein nabati adalah tahu, tempe, kacang polong, kacang-kacangan, dan serealia. Susu dan produk olahannya, seperti keju dan yogurt, juga merupakan sumber protein yang baik. 3. Lemak 312. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga yang vital dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. 313. Jika mengkonsumsi makanan berlemak terlalu banyak, berat badan akan cepat sekali naik. Makanan yang tinggi lemak antara lain daging berlemak, susu, keju, mentega, margarin, dan minyak. 4. Karbohidrat dan Serat 314. Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan karbohidrat sebagai sumber kalori utama. Pilihan yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serealia, nasi dan pasta. 315. Serat sangat penting, terutama bagi wanita hamil yang sering mengalami konstipasi. Makanan berserat tinggi seperti misalnya padi-padian, buah segar, dan sayuran segar bisa mengatasi kesulitan buang air besar (konstipasi) tersebut. 5. DHA 316. Selama masa kehamilan, asam lemak dokosaheksaenoat (DHA) sangat penting untuk perkembangan otak bayi. Penelitian menunjukkan bahwa suplementasi DHA dari ibu dapat meningkatkan status DHA bayi. Para ahli menganjurkan agar wanita hamil mengkonsumsi 300 mg DHA per hari. 6. Vitamin dan Mineral 317. Seorang wanita hamil memiliki kebutuhan vitamin dan mineral lebih tinggi dari biasanya. Buah-buahan dan sayuran memberikan berbagai vitamin dan mineral lebih banyak dibanding makanan lain. 318. Konsumsi buah dan sayuran segar lebih disarankan dibanding buah/sayuran kaleng, karena jumlah gizinya yang lebih banyak serta tidak mengandung tambahan gula, garam dan lemak. a. Vitamin B2
319.
Membantu melepas energi dari proterin serta membantu memenuhi
kebutuhan protein yang meningkat selama hamil. Jenis makanan : telur dan keju cheddar. b. Vitamin B12 - Menjaga kerja sel-sel sumsum tulang belakang, sistem saraf dan saluran -
penceranan. Membantu kelancaran pembentukan sel darah merah. Jenis makanan : produk
olahan kacang kedelai tahu dan tempe, susu dan produk lainnya. c. Vitamin C - Membantu penyerapan zat besi kacang-kacangan, buah serta sayuran. - Meningkatkan penyerapan asam folat, mengurangi risiko pre-eklampsia, meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Jenis makanan : jeruk, kiwi, blimbing, paprika. d. Vitamin D - Memperbaiki penyerapan kalsium (Ca) dan membantu keseimbangan mineral -
dalam darah. Untuk pembentukan tulang dan gigi. Jenis makanan : Ikan salmon, ikan hering
dan susu. 7. Asam Folat 320. Asupan asam folat yang cukup sebelum pembuahan dan beberapa minggu awal kehamilan dapat membantu mencegah cacat lahir saluran syaraf (NTD). Salah satu jenis vitamin B ini berperan dalam proses pembentukan sistem saraf pusat, termasuk otak. 8. Zat Besi 321. Zat besi adalah komponen utama hemoglobin, yaitu bagian darah yang mengangkut oksigen ke sel-sel tubuh anda dan bayi. 9. Seng 322. Seng sangat penting bagi kesehatan anda dan bayi. Defisiensi seng bisa menimbulkan komplikasi pada saat hamil dan melahirkan. Kadar seng rendah pada bayi telah dihubungkan dengan NTD dan berat lahir rendah. a. Cairan Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah. Minum setidaknya 6 hingga 8 gelas setiap harinya. b. Garam Garam dapat membantu mengatur air dalam darah. Kebutuhan tubuh akan garam sedikit, sekitar 2000 hingga 8000 mg per hari. 323. 324.
Kebutuhan Gizi pada Bayi
1. AKG pada Bayi Usia 0-6 bulan 325. Pada saat bayi, semua kebutuhannya akan gizi sudah terpenuhi dengan baik oleh ASI. Sehingga, tidak diperlukannya makanan tambahan sebelum bayi usia 6 bulan. Peranan ASI dalam mencakupi kebutuhan bayi pun berkurang ketika bayi berusia 6 bulan. Ketika itu, ASI hanya mampu mencukupi sekitar 70% dari nutrisi bayi, sementara sisanya harus terpenuhi dari makanan tambahan yang diberikan sebagai pendamping ASI. 326. Berikut ini adalah AKG pada bayi 0-6 bulan, berdasarkan jenis zat gizi : 1. Energi 2. Protein 3. Vit A 4. Vit D 5. Vit E 6. Vit K 7. Thiamin 8. Riboflavin 9. Niasin 10. Asam folat 11. Piridoksin 23.
: 550 kkal : 10 g : 375 RE : 5 ug : 4 mg : 5 ug : 0,3 mg : 0,3 mg : 2 mg : 65 ug : 0,1 mg
12. Vit B12 : 0,4 ug 13. Vit C : 40 mg 14. Kalsium : 200 mg 15. Fosfor : 100 mg 16. Magnesium: 25 mg 17. Besi : 0,5 mg 18. Yodium : 90 ug 19. Seng : 1,3 mg 20. Selenium : 5 ug 21. Mangan : 0,003 mg 22. Flour : 0,01 mg
2. AKG pada Bayi Usia 6 bulan-1 tahun 24. Tahun pertama merupakan masa penting dalam masa pertumbuhan dan perkembangan bayi. Biasanya, bayi mengalami pertumbuhan yang pesat pada masa ini, sehingga AKG pun bertambah. Selain itu, bayi juga mulai diberikan makanan tambahan sebagai pendamping ASI 1. Energi 25. Kebutuhan energi bayi usia ini adalah 2-4 kali lebih besar dibandingkan energi yang dibutuhkan orang dewasa. 2. Protein 26. Protein yang terdapat dalam ASI mengandung asam amino essensial yang penting bagi pertumbuhan. Meskipun merupakan zat yang sangat dibutuhkan tubuh, namun jumlah asupan protein tidaklah melebihi 20% dari asupan total makanan. 3. Lemak 27. Dari tortal keseluruhan energi, lemak yang dibutuhkan tubuh adalah sekitar 3050%. 4. Vitamin dan Mineral 28. Vitamin K merupakan vitamin essensial yang berperan dalam hal pencegahan terhadap risiko terjadinya pendarahan pada bayi baru lahir. Yodium dan seng adalah jenis mineral penting yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan bayi. 5. Air 29. Kebutuhan air pada bayi sekital 1,5 ml untuk setiap kalori yang terkandung dalam 30.
makanannya. Berikut adalah AKG pada bayi 6 bulan-1 tahun
1. Energi 2. Protein 3. Vit A 4. Vit D 5. Vit E 6. Vit K 7. Thiamin 8. Riboflavin 9. Niasin 10. Asam folat 11. Piridoksin
: 650 kkal : 16 g : 400 RE : 5 ug : 4 mg : 10 ug : 0,4 mg : 0,4 mg : 4 mg : 80 ug : 0,3 mg
12. Vit B12 : 0,5 ug 13. Vit C : 40 mg 14. Kalsium : 400 mg 15. Fosfor : 225 mg 16. Magnesium: 55 mg 17. Besi : 7 mg 18. Yodium : 90 ug 19. Seng : 7,5 mg 20. Selenium : 10 ug 21. Mangan : 0,6 mg 22. Flour : 0,4 mg 23. BAB III 24. KASUS DAN PEMBAHASAN
25. Pelaksana praktikum
26.
Nahrullia Endah R
(220110120094)
27.
Wita Lestari
(220110120168)
28. 29. Kasus
Ny I (33 tahun sedang hamil usia kehamilan 11 minggu, TB 150 cm, BB 56 kg),
hitunglah dengan menggunakan tabel AKG : 1. Berapa IMT nya dan berapa penambahan berat seharusnya? 2. Kebutuhan energi 3. Kebutuhan protein 4. Kebutuhan lemak By O (usia 12 bulan) dengan BB 10kg, TB 65 cm, masih mendapatkan ASI. Hitunglah kebutuhan : 1. Kalori 2. Protein 3. Karbohidrat 4. Lemak 30. Pembahasan 31. Kasus 1 :
1. IMT dan Berat badan seharusnya 32. IMT = BB = 56 = 56 = 56 = 24,89 (normal) 33. (TB/100)2 (150/100)2 (1,5)2 2,25 34. IMT normal, Penambahan berat badan seharusnya = 11,5kg – 16 kg 2. Kebutuhan Energi 35. Kebutuhan energy normal + Usia kehamilan (11 minggu/Trimester1) 36. = 1800 kkal + 180kkal 37. = 1980 kkal 38. = 495 gr (dikonversikan ke karbohidrat) 39. 3. Kebutuhan Protein 40. 11 minggu (Trimester I) +17 gr 41. Ibu normal 33 tahun = 50 gr (belum dengan janin) rumus ini tidak dipakai 42. Ibu hamil (+ janin) = 1gr/1 kg BB/hari 43. = 56 gr/56 kg/hari 44. = 56+17 45. = 73 gr 4. Lemak 46. 11 minggu (Trimester I) 25-30% dari total kebutuhan energi 47. (karena 25%-3l% merupakan rentang, maka saya mengambil jawaban berupa rentang) 48. Energi ibu hamil = 1980 kkal
56. 1.
2.
3.
4.
49. 25/100x1980 = 495 50. 30/100x1980 = 594 51. Jadi kebutuhan lemak = 25%-30% dari kebutuhan energi 52. = 495-594 kkal dari 1980 kkal 53. = 495/9 s/d 594/9 54. = 55 s/d 66 gr. 55. Kasus 2 : Kalori 57. 100-120/kg BB = 10x100 s/d 10x120 kkal 58. = 1000 kkal s/d 1200 kkal 59. = 1000/4 s/d 1200/4 60. = 250 gr s/d 300 gr 61. Protein 62. 1,5-2 gr/kg BB = 10x1,5 s/d 10x2 63. = 15 gr s/d 20 gr 64. 1,5 – 20 gram per kilogram berat badan 65. (10 x 1,5 / 2) : 4 = 3,75 kg s/d 5 gram Karbohidrat 66. 50% - 60% dari total kebutuhan kalori sehari 67. 50/100x1000 kkal = 500 kkal/4 = 125 gr 68. 60/100x1000 kkal = 600 kkal/4 = 150 gr 69. 50/100x1200 kkal = 600 kkal/4 = 150 gr 70. 60/100x1200 kkal = 720 kkal/4 = 180 gr 71. Jadi kebutuhan karbohidratnya = 500-720 kkal. Atau, 125-180 gr. Lemak 72. 20% dari total kalori 73. Bila kebutuhan kalori sehari 1000, maka 74. 20/100x1000 kkal = 200kkal/9 = 22,22 gr = 22 gr 75. 20/100x1200 kkal = 240 kkal/9 = 26,66 gr = 27 gr 76. Jadi kebutuhan lemaknya 200-240 kkal. Atau, 22-27 gr. 77. 78. RANCANGAN DIET PADA IBU HAMIL 79. 80. Pagi: 100 gram nasi
86.
15 gram madu
81.
50 gram ubi jalar merah
87. Siang
82.
100 gram wortel
83.
110 gram pepaya
88.
100 gram kentang
84.
2 sendok susu skim
89.
100 gram bayam merah
85.
40 gram ayam tanpa kulit
90.
125 gram mangga muda
:
100
gram
daun
singkong
91.
50 gram pisang
95.
100 gram labu siam
92.
15 gram ikan asin
96.
110 gram jeruk
93.
35 gram keju
97.
20 gram teri kering
98.
2 sendok susu skim
99.
2,5 gram minyak
94. Sore/malam bubur kacang hijau 100.
:
100
gram
101.
102.
RANCANGAN DIET PADA BAYI 12 BULAN
103.
Pagi
: ASI
104.
Nasi Tim
105.
makanan selingan (biskuit)
106. 107. 108. 109. 110. 111.
Siang : Nasi Tim Makanan selingan Sore/malam
: Bubur saring / nasi tim ASI
112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120.
Praktikum VI ANTROPOMETRI
J. Tujuan Praktikum 121. untuk memberikan keterampilan bagi mahasiswa dalam mengukur bagian-bagian tubuh tertentu 122. 123. 124. 125.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran
tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ukuran tubuh manusia bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, suku bangsa, bahkan kelompok pekerjaan. Interaksi antara ruang dengan manusia secara dimensional dapat menimbulkan dampak antropometris, yaitu kesesuaian dimensi-dimensi ruang terhadap dimensi tubuh manusia. Secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. 126.
Tujuan penggunaan antropometri adalah :
untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja dan meminimasi potensi kecelakaan kerja ( Mustafa,Pulat, Industrial ergonomics case studies, 1992) 127.
Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :
1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak. 2. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak. 128. Hal-hal yang mempengaruhi dimensi antropometri manusia adalah : Umur 129. Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Jenis kelamin 130. Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali 131.
bagian dada dan pinggul. Rumpun dan Suku Bangsa Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh Kondisi waktu pengukuran
132.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: 133. 134.
a.
Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. 135.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah
tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month). 136. 137.
b.
Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badann dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan makanan. 138.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada
tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun. 139.
Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh.
Sedangkan adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. 140. 141.
c.
Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Microtoice yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. 142.
d.
Lingkar Lengan Atas
143.
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain: 144.
Baku lingkar lengan atas yang dugunakan sekarang belum mendapat pengujian
yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain. 145.
Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan. 146.
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan. Alat ukur yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. 147. 148.
e.
Lingkar Pinggang dan Pinggul
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang
terlatih dan posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi penguuran akan memberikan hasil yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki. 149. 150.
f.
Tebal Lemak di Bawah Kulit
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah
kulit(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas (biceps dan triceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medial calf). 151.
152. 153. D. Setting Penelitian 154. Tempat Praktikum
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
:
Laboratorium
Keperawatan
Universitas
Padjadjaran 155. Jl. Raya Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363 156. Waktu Praktikum : Kamis, 20 Desember 2012 157. E. Alat yang Diperlukan 1. Timbangan Seca (mengukur berat badan) 2. Microtoice (mengukur tinggi badan) 3. Pita ukur/ meteran 4. Skinfold Caliper F. Prosedur pengukuran : a. Berat Badan 1. Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal) serta tidak mengenakan alas kaki. 2. Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0. 3. Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan. Usahakan tetap tenang. 4. Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat. b. Tinggi Badan 1. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan subjek tepat di bawah Microtoice. 2. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan bahu menyentuh dinding vertikal. 3. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding vertikal. Tangan dilepas ke samping badan dengan telapak tangan menghadap paha. 4. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang. Usahakan bahu tetap santai. 5. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara horisontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik napas maksimum, dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan. 6. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.
c. Lingkar Pinggang 1. Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yag digunakan. 2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks. 3. Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan bagian terkecil dari tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar menentukan bagian paling kecil, maka daerah yang diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat. 4. Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak menekan kulit. 5. Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat. d. Pengukuran Skapula 158. Subscapula terletak pada bagian punggung pada angulus inferior scapulae. Ketebalan lemak pada bagian scapula diukur dengan cara mencubit tepat pada bagian angulus inferior scapulae, arah cubitan miring ke lateral bawah membentuk sudut 45° terhadap garis horizontal. e. lemak kulit 1. Pegang Skinfold Caliper dengan tangan kanan. 2. Untuk triceps, pengukuran dilakukan pada titik mid point sedangkan untuk subscapular, pengukur meraba scapula dan meencarinya ke arah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula. 3. Angkat lipatan kulit pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah kulit pada pengukuran triceps (ibu jari dan jari telunjuk menghadap ke bawah) atau ke arah diagonal untuk pengukuran subscapular. 4. Jepit lipatan kulit tersebut dengan Caliper dan baca hasil pengukurannya dalam 4 detik penekanan kulit oleh Caliper dilepas. 159. 160.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
161. Pelaksana praktikum 162. Zelly Bakry (220110120123) 163. Dinni P. (220110120113) B. Hasil Praktikum 164. TB : 148 165. BB : 45
166.IMT = BB = 45 = 2 167. (TB/100) (148/100)2 168. 169. No
170.
174. 1.
175.
Bagia n tubuh
179.
Gela mbir Lengan 180.
184.
185.
189.
190.
194. 2. 199.
195.
Pung gung 200.
204.
205.
209.
210.
214. 3. 219.
45 = 45 = 20,547 = 20,55. (1,48)2 2,19
215.
Pingg ang 220.
224.
225.
229.
230.
171. Pe ngukur an ke 176. 1
172. Kanan
173. Kiri
177. 19
178. 20
181.
2
186.
3
182. 20 187. 21 192. 20 197. 23 202. 20 207. 19 212. 20,7 217. 21 222. 22 227. 20 232. 21
183. 19 188. 21 193. 20 198. 18 203. 19 208. 18 213. 18,3 218. 22 223. 20 228. 21 233. 21
191.
Rat a-rata 196. 1 201.
2
206.
3
211.
Rat a-rata 216. 1 221.
2
226.
3
231.
Rat a-rata
234. C. Pembahasan
[( ) ]
4,76 −4,28 x 100 Db
235.
%BF =
236.
Db = 1,0897 – 0,00133 (rata” gelambir lengan kanan + rata”
punggung kanan) 237. = 1,0897 – 0,00133 (20+20,7) 238. = 1,0897 – 0,00133 (40,7) 239. = 1,0897 – 0,05413 240. = 1,03557
241.
Maka,
242.
%BF =
243.
=
244. 245.
−4,28 x 100 ([ 4,76 ] Db ) 4,76 ([ 1,03557 )−4,28 ] x 100
= 31,65% Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 31,65 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka Zelly
sebagai naracoba termasuk dalam kategori fat. 246.
247.
DAFTAR PUSTAKA
248.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31003/4/Chapter%20II.pdf
249.
http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh/
250.
http://digilib .unimu.ac.id.pdf
251.
http://rumahdiebetes.com/2010/09/memahami-pengukuran-kadar-gula-darah
252.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah
253.
Djodjo, Darmanto. 2001. “Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (General Medical
Checkup) Bagaimana Menyikapi Hasilnya”. Jakarta : Pustaka Populer Obor 254.
Hayati, Aslis Wirda. 2009. “”buku Saku gizi Bayi”. Jakarta : EGC
255.
Marks, Dawn B, Dkk. 200. “ Biokimia Kedokteran Dasar”. Jakarta :EGC
256.
Muray, Robert. 2009. Biokimia harper edisi 27, EGC : Jakarta
257.
Sloane, Ethel. 2004. “Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula”. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC 258.
Soetjiningsing. 1995. “tumbuh kembang anak” Jakarta : buku kedokteran EGC
259.
Suhardjo. 2010. “Prinsip – Prinsip Ilmu Gizi”. Jakarta : KANISIUS
260.
“Penuntun diet”. 2004 Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
261.
http://www.infobalita.net/126/makanan-yang-seimbang-untuk-bayi-diatas-1-
tahun.html 262.
http://lakesma.ub.ac.id/?p=618
263.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/11/buku-sk-antropometri-
2010.pdf