LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT
di RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI MEDAN
OLEH : TRISNA KURNIA, S.Farm. Nim : 083202088
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Halaman Pengesahan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh: TRISNA KURNIA, S. Farm. NIM: 083202088
Disetujui Oleh Pembimbing,
Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
Drs. Juangga Tobing, Apt Staf IFRS RSU Dr. Pirngadi Kota Medan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt NIP : 195311281983031002 Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Latihan Kerja Profesi di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan dan dalam menyusun laporan ini. Latihan kerja Profesi ini merupakan salah satu program pendidikan di tingkat
Apoteker
Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara dalam
menyelesaikan studinya. Selesainya latihan kerja profesi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan tarima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan arahan selama melakukan Latihan Kerja Profesi Apoteker di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum ( BPK RSU) Dr. Pirngadi kota Medan kepada: 1. Bapak dr. Sjahrial R. Anas, MHA. sebagai Kepala Badan Peayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi kota Medan yang telah berkenan memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Latihan Kerja Profesi. 2. Ibu Dra. Azwinar, Apt. Sebagai Kepala Instalasi sekaligus pembimbing dari Instalasi Farmasi Badan P elayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi kota Medan yang telah memberikan fasilitas, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan Latihan Kerja Profesi. 3. Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. sebagai pembimbing dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama melakukan Latihan Kerja Profesi dan proses penyusunan laporan ini.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
4. Bapak Drs. Juangga Tobing, Apt. sebagai pembimbing praktek kerja profesi di Instalasi Farmasi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Parngadi Medan. 5. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Wiryanto MS, Apt. Sebagai koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Latihan Kerja Profesi. 6. Bapak dan Ibu Apoteker, Staf, dan karyawan Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan petunjuk dan bantuan selama melaksanakan Latihan Kerja Profesi. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas budi baik Bapak dan Ibu. Akhir kata penulis berharap agar laporan ini dapat menjadi bacaan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Medan, Juli 2009
Penulis
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL…………………………………………………………………
i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………
ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………
iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...
vii
BAB I. PENDAHULUAN………………….……………………….…
1
1.1 Latar Belakang .…… ………………………………………
1
1.2 Tujuan..………………………………….. …………………
2
BAB II. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ….. ……………..…..
3
2.1 Defenisi Rumah Sakit...………………………………………
3
2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit..……………………………..
3
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit.……………………………………..
4
2.4 Rekam Medik......................................................………..…....
6
2.5 Komite Medik dan Panitia Farmasi Dan Terapi (PFT)...…......
7
2.6 Sistem Formularium...…………………………………..…….
8
2.7 Instalasi Farmasi Rumah Sakit....………………………..……
9
2.7.1 Pelayanan Farmasi Minimal.……………………….......
10
2.7.2 Pelayanan Farmasi Klinis.......………………………….
14
2.8 Central Sterilization Supply Department (CSSD)....……….....
14
BAB III. TINJAUAN KHUSUS BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN......
17
3.1 Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan………………
17
3.2 Struktur Organisasi.....................……………………………...
18
3.3 Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan..……..
18
3.3.1. Sub Instalasi Perbekalan...........................………..…....
19
3.3.2. Sub Instalasi Distribusi.........................................…......
22
3.3.2.1 Pelayanan Farmasi Rawat Inap/Rawat Jalan...…….
24
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
3.3.2.2 Pelayanan Farmasi untuk Pasien Askes/Jamkesmas/Medan Sehat Rawat Inap....……………………....…..……
26
3.3.2.3 Pelayanan Farmasi untuk Pasien Jamkesmas/Medan Sehat Rawat Jalan................................………..……
29
3.3.2.4 Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)...
29
3.3.2.5 Pelayanan Farmasi Central Operation Theatre (COT)/Instalasi Bedah Sentral (IBS).………..……
32
3.3.2.6 Distribusi Ruangan………………...…………..…...
33
3.3.3 Sub Instalasi Farmasi Klinis……………………….…..
33
3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Administrasi…...…………….…
37
3.4 Central Sterilization Supply Department (CSSD)…………...
42
BAB IV. PEMBAHASAN………………………………………………. 43 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..
47
5.1 Kesimpulan..………………………………………………….
47
5.2 Saran..…………………………………………………………
48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 49 LAMPIRAN…………………………………………………………….. 50
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Struktur Organisasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan...............
50
2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSU Dr. Pirngadi Kota Medan ..........................................................................................................
51
3. Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSU Dr. Pirngadi Kota Medan ........................................................................................................... 52
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Rumah
Sakit
adalah
salah
satu
dari
sarana
kesehatan
tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik; pelayanan penunujang medik dan non medik; pelayanan dan asuhan keperawatan; pelayanan rujukan; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; serta administrasi umum dan keuangan (Siregar,2004). Pelayanan farmasi Rumah Sakit dikelola oleh Instalasi Farmasi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang merupakan sarana pelayanan kesehatan yang berkewajiban untuk mengadakan, menyiapkan, meracik, mendistribusikan obat yang aman dan rasional di rumah sakit, dibawah pimpinan seorang apoteker yang bertanggung jawab terhadap Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Upaya peningkatan sumberdaya manusia untuk ditempatkan sebagai tenaga kerja kesehatan yang handal ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, salah satunya adalah latihan kerja profesi bagi calon apoteker. Dengan pertimbangan ini, Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) Rumah Sakit
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Umum Dr. Pirngadi Medan mengadakan Praktek Kerja Profesi (PKP) bagi calon apoteker. Setelah pelaksanaan PKP di Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan diharapkan seorang calon apoteker dapat memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai tugas dan fungsi apoteker di sarana kesehatan, khususnya dalam lingkup kerja rumah sakit.
1.2. Tujuan tujuan dilakukannya Praktek Kerja Profesi (PKP) ini adalah untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan Apoteker di Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, sehingga nantinya mampu melaksanakan tugas sebagai Apoteker dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien di rumah sakit.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya
kesehatan
adalah
setiap
kegiatan
untuk
memelihara
dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang
diselenggarakan
secara
menyeluruh,
terpadu
dan
berkesinambungan (Siregar, 2004). 2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan pedoman organisasi rumah sakit umum, maka rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanankan upaya kesehatan, dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanankan upaya rujukan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, rumah sakit umum berdasarkan SK MenKes RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992 mempunyai fungsi: a. Menyelenggarakan pelayanan medis b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keungan
2.3. Klasifikasi Rumah Sakit Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Berdasarkan Kepemilikan a. Rumah Sakit Pemerintah, terdiri dari : 1) Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan. 2) Rumah Sakit Pemerintah Daerah. 3) Rumah Sakit Militer 4) Rumah Sakit BUMN b. Rumah Sakit Swasta yang dikelola oleh masyarakat. 2. Berdasarkan Jenis pelayanan Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas: a. Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kesehatan kepada pasien dengan beragam penyakit. b. Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin. 3. Berdasarkan afiliasi pendidikan
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Terdiri atas 2 jenis, yaitu: a. Rumah Sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi b. Rumah Sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki hubungan kerjasama dengan universitas. 4. Berdasarkan lama tinggal dirumah sakit Berdasarkan lama tinggalnyadirumah sakit, rumah sakit dibagi atas: a. Rumah Sakit Perawatan Jangka Pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari b. Rumah Sakit Perawatan Jangka Panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan. 1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas. 2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas. 3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar. 2.4. Rekam Medik Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari setiap pasien, baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologi, sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, seperti konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja, penanganan medik atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut, dan temuan otopsi (Siregar, 2004). Kegunaan rekam medik: 1. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita. 2. Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan penderita. 3. Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan penanganan/pengobatan selama dirawat di rumah sakit. 4. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita. 5. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
6. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan. 7. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita (Siregar, 2004). 2.5. Komite Medik dan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Staf Medik Fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di rumah sakit. Komite Medik berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. PFT adalah organisasi yang berada di bawah komite medik rumah sakit yang diketuai oleh dokter dan dibantu seorang sekretaris yaitu kepala IFRS atau apoteker lain yang ditunjuk oleh kepala IFRS. Anggota PFT terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional (SMF) dan apoteker sebagai sekretaris yang mewakili farmasi serta tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit. PFT rumah sakit bertugas membantu direktur rumah sakit dalam menentukan kebijakan pengobatan dan penggunaan obat. PFT ini meningkatkan penggunaan obat secara rasional melalui pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat, pengadaan, penggunaan, dan melalui edukasi tentang obat bagi penderita dan staf profesional. Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah: 1. Menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para dokter dalam memberi terapi kepada pasien. Pemilihan obat untuk dimasukkan ke dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
meminimalkan duplikasi produk obat yang sama. PFT berdasarkan kesepakatan dapat menyetujui atau menolak produk obat atau dosis obat yang diusulkan oleh SMF. 2. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit 3. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan meneliti rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. 4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat. 5. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat. 6. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional (Siregar, 2004). 2.6. Sistem Formularium Untuk kepentingan perawatan pasien yang lebih baik, rumah sakit harus mempunyai suatu program evaluasi pemilihan dan penggunaan obat yang objekif di rumah sakit. Program ini adalah dasar dari terapi obat yang tepat dan ekonomis, yang tertuang kedalam suatu pedoman yang disebut formularium rumah sakit. Formularium Rumah Sakit adalah daftar obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasional dan dilengkapi penjelasan, sehingga merupakan informasi obat yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit, terdiri dari obatobat yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan beberapa jenis obat yang sangat diperlukan oleh rumah sakit, serta dapat ditinjau kembali
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
sesuai dengan perkembangan bidang kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah sakit yang bersangkutan (SK Dirjen YanMed No. 0428/ YanMed /RSKS/SK/89
tentang
petunjuk
pelaksanaan
permenkes
nio.
085/Menkes/Per/I/1989) Kegunaan sistem formularium di rumah sakit: 1. Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit. 2. Sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar. 3. Memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal (Siregar, 2004). 2.7. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan fasilitas penyelenggara pelayanan penunjang medis, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah sakit (Siregar, 2004). Adapun tugas seorang apoteker di rumah sakit adalah melaksanakan kegiatan kefarmasian seperti mengawasi pembuatan, pengadaan, pendistribusian obat/ perbekalan farmasi serta berperan dalam program pendidikan dan penelitian, pembinaan kesehatan masyarakat melalui pemantauan keamanan, efektifitas, efisiensi biaya dan ketepatan penggunaan obat oleh pasien. Dengan demikian
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
apoteker di rumah sakit dapat membantu tercapainya suatu pengobatan yang aman dan rasional yang berorientasi pada pasien dan bukan hanya berorientasi pada produk. 2.7.1. Pelayanan Farmasi Minimal a. Perbekalan Perbekalan dilaksanakan oleh unit pelaksana Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat. Pedoman perencanaan berdasarkan: 1. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)/Formularium, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku. 2. Data catatan medik. 3. Anggaran yang tersedia. 4. Penetapan prioritas. 5. Siklus penyakit. 6. Sisa stok. 7. Data pemakaian periode lalu. 8. Perencanaan pengembangan. Pembelian perbekalan farmasi berpedoman pada: 1. Surat pesanan yang ditanda tangani oleh Apoteker. 2. Barang harus berasal dari sumber dan jalur distribusi yang resmi. 3. Perjanjian pembayaran. Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
4. Kualitas barang. Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk: 1. Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu dan kelembaban. 2. Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad. 3. Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu disusun berdasarkan FIFO (First In First Out). 4. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. b. Distribusi Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran obatobatan dan alat kesehatan. Distribusi obat rumah sakit dilakukan untuk melayani: 1. Pasien Rawat Jalan Pasien/Keluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasien/keluarga pasien. 2. Pasien Rawat Inap Ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu: a. Resep perorangan (Individual Prescription) Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Keuntungan sistem ini adalah: 1. Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker 2. Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat 3. Adanya legalisasian persediaan Kelemahan sistem ini adalah: 1. Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya 2. Obat dapat terlambat ke pasien b. Floor stock Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi. Keuntungan sistem ini adalah: 1. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia. 2. Meniadakan obat yang return. 3. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih. 4. Tidak perlu tenaga yang banyak. Kelemahan sistem ini adalah: 1. Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau adanya kesalahan penulisan etiket. 2. Persediaan obat di ruangan harus banyak. 3. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
c. One Day Dose Dispensing Didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan dibayar dalam dosis perhari, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan kerjasama antara dokter, apoteker dan perawat. Keuntungan sistem ini adalah: 1. Pasien hanya membayar obat yang dipakai. 2. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat. 3. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat. 4. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada. d. Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian di atas. Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara: 1. Sentralisasi: semua obat dari farmasi pusat 2. Desentralisasi: adanya pelayanan farmasi/depo farmasi Sistem distribusi obat harus menjamin: 1. Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat 2. Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat 3. Kemasan yang menjamin mutu obat d. Administrasi Administrasi
yang
teratur
sangat
dibutuhkan
untuk
menjamin
terselenggaranya sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu, tugas administrasi di Instalasi Farmasi dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Pelayanan Farmasi Klinis Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian yang lebih berorientasi kepada pasien daripada orientasi kepada produk dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual. Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat, karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan keamanan terapi obat. Menurut SK MenKes No.436/MenKes/SK/VI/1993 pelayanan farmasi klinis meliputi: 1. Melakukan konseling 2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 3. Pencampuran obat suntik secara aseptik 4. Menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi 5. Penentuan kadar obat dalam darah 6. Penanganan obat sitostatika 7. Penyiapan Total Parenteral Nutrisi (TPN) 8. Pemantauan dan pengkajian penggunaan obat 9. Pendidikan dan penelitian (Aslam, 2002). 2.8. Central Sterilization Supply Department (CSSD) Instalasi CSSD merupakan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan sterilisasi yang bertujuan untuk melayani semua kebutuhan steril dan unit-unit yang
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
membutuhkan, yaitu alat-alat medik dan alat-alat lainnya yang diperlukan untuk tindakan steril. Fungsi utama CSSD adalah menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Fungsi CSSD secara lebih rinci adalah menerima, memproses, menstrerilkan, menyimpan, serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan, pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi, hingga proses distribusi keunit-unit yang membutuhkan. Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatarbelakangi oleh: 1. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial 2. Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit. 3. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan fungsi CSSD sangat penting. Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan: 1. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna. 2. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit. 3. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Adapun fungsi CSSD di rumah sakit adalah: 1. Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan penunjang medis. 2. Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril. 3. Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril. 4. Mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrument atau jumlah bahan habis pakai yang disterilkan). Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nasokomial di rumah sakit. Untuk mengendalikan dan mengurangi terjadinya infeksi nasokomial ini maka dibentuklah suatu pusat sterilisasi.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB III TINJAUAN KHUSUS BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN
3.1 Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTA ZIEKEN HUIS yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh seorang bocah berusia 10 tahun dan bernama Maria Constanta Macky, anak dari Walikota Medan saat itu dan diangkat sebagai direktur Dr. W. Bays. Kemudian, masuknya Jepang ke Indonesia dan mengambil alih Rumah Sakit ini sehingga nama Rumah Sakit ini berganti menjadi SYURITSU BYUSONO INCE dan sebagai direkturnya dipercayakan kepada Putra Indonesia bernama Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putra, yang akhirnya disahkan menjadi nama Rumah Sakit ini. Sejak tanggal 27 Desember 2001 dikelola oleh Pemerintah Kota Medan dengan status Rumah Sakit Swadana dan Swakelola dengan nama Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan beberapa subspesialis. BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin, kelurahan Perintis kecamatan Medan Timur. Kepegawaian BPK RSU Dr. Pirngadi
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Kota Medan meliputi tenaga medis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga non medis dan tenaga umum. 3.2. Struktur Organisasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Kepala Badan Pelayanan Kesehatan (Ka. BPK) yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 1 orang sekretaris dan 5 orang Kepala Bidang (Kabid) yaitu: •
Kepala Bidang Perencanaan dan Rekam Medik
•
Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang Medis
•
Kepala Bidang Keperawatan
•
Kepala Bidang Pendidikan dan Penelitian
•
Kepala Bidang Pemeliharaan Selain itu ada juga Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Staf
Medik Fungsional (SMF) dan Instalasi yang bertanggung jawab kepada Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Salah satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi yang bertugas mengatur dan menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) di BPK RSU Dr.Pirngadi Kota Medan bertugas dalam penyusunan formularium rumah sakit yang disepakati bersama sebagai pedoman penggunaan obat di rumah sakit. Untuk pasien Askes diberikan obat sesuai dengan Daftar Plafon Harga Obat (DPHO), sedangkan pasien Jamkesmas/Medan Sehat sesuai dengan Formularium Jamkesmas. 3.3. Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu unit fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. 3.3.1. Sub Instalasi Perbekalan Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit. Sub Instalasi Perbekalan dibagi 2 bagian, yaitu : a. Unit Perencanaan dan Pengadaan Unit Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas yaitu: 1
Merencanakan seluruh kebutuhan rumah sakit akan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang didasarkan atas data pemakaian periode yang lalu, sisa stok, siklus penyakit dan kemudian ditambahkan sebesar 10%.
2
Memesan dan menyediakan permintaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit.
Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai. Proses pengadaan kebutuhan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut: 1. Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Formulir Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Jika barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang dan daftar permohonan pembelian dari gudang) maka gudang membuat Permohonan
Pembelian
Barang
dan
menyerahkannya
pada
unit
pengadaan.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
2. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesanan/order pembelian kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala BPK Rumah Sakit. Untuk obat Askes, surat pesanan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala BPK Rumah Sakit dan PT. Askes. Pemesanan obatobat Askes sesuai dengan yang ada di DPHO dan kepada PBF yang telah ditentukan.
Untuk
obat
Jamkesmas/Medan
Sehat,
surat
pesanan
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala BPK Rumah Sakit. Pemesanan Obat-obat Jamkesmas/Medan Sehat sesuai dengan yang ada di Formularium Jamkesmas dan kepada PBF yang ditentukan. 3. Untuk pengadaan obat golongan narkotika (seperti codein, pethidin) dan psikotropika (seperti diazepam, luminal) dilakukan oleh unit pengadaan menggunakan form N-9 kepada Kimia Farma. b. Unit Gudang Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi. Ada dua jenis gudang yaitu: 1. Gudang obat-obatan Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi misalnya sediaan parenteral, sediaan oral, sediaan topikal dan lain-lain. Gudang obat-obatan ada dua jenis yaitu gudang obat Askes dan gudang obat Umum. 2. Gudang alat kesehatan habis pakai.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dan alat-alat kesehatan habis pakai seperti plester, kapas, infus set, dan lainlain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, H2O2 juga disimpan di gudang alat kesehatan habis pakai. Pihak
gudang
mencatat
dan
meminta perbekalan
farmasi
yang
persediaannya hampir habis ke pengadaan setiap 1 bulan sekali yang ditulis dalam lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P.1) rangkap dua. Akan tetapi pada keadaan tertentu, permintaan perbekalan Farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam satu bulan. Setelah Permohonan Pembelian Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan membuat order pembelian. PBF mengantar barang yang diorder disertai faktur rangkap 7, yang ditujukan untuk: -
Satu lembar untuk gudang
-
Satu lembar untuk pengadaan, faktur untuk pengadaan harus mendapat stempel dari gudang.
-
Lima lembar untuk pembayaran. Oleh petugas gudang, barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan
surat pesanan meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, kondisi barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku barang masuk disertai potongan harganya, kemudian dicatat di kartu gudang. Harga di kartu gudang sudah disesuaikan dengan harga discount ditambah PPn 10%. Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang harus dicatat dalam Buku Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub instalasi
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
distribusi dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dan alat kesehatan berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus di gudang alat kesehatan. Obat-obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang. 3.3.2. Sub Instalasi Distribusi Sub Instalasi Distribusi di BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang apoteker. Distribusi obat dan alat kesehatan (perbekalan farmasi) merupakan fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription). Untuk pasien rawat inap umum dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription), sedangkan untuk pasien rawat inap ASKES, JAMKESMAS dan MEDAN SEHAT dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing (ODDD). Namun untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dilakukan sistem floor stock. One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
apoteker dalam memonitor penyampaian seluruh perbekalan farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai. Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut: 1. Sub instalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dan keadaan stok barang setiap minggu melalui formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). 2. Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya ke ruang rawat, ruang bedah, ruang rawat intensif, poliklinik, dan pasien ambulatori (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi, Kartu Obat, Resep). Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan pihak sub instalasi administrasi setiap bulan. Untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan pendistribusian perbekalan farmasi dan pelayanan kepada pasien, maka distribusi perbekalan farmasi dilaksanakan melalui: 1. Pelayanan Farmasi Rawat Inap/Rawat Jalan 2. Pelayanan Farmasi untuk pasien Askes/Jamkesmas/Medan Sehat Rawat Inap 3. Pelayanan Farmasi untuk pasien Jamkesmas/Medan Sehat Rawat Jalan 4. Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) 5. Pelayanan Farmasi Central Operation Theatre (COT)/Instalasi Bedah Sentral (IBS) 6. Distribusi Ruangan
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
3.3.2.1. Pelayanan Farmasi Rawat Inap/Rawat Jalan Pelayanan farmasi rawat jalan melayani pasien umum. Permintaan obat dengan menggunakan resep. Pasien umum ini berasal dari poliklinik seperti poliklinik THT, gigi, paru, mata, neurology, obgyn, dan lain-lain. Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan: 1. Pasien memberi resep kepada asisten apoteker. 2. Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju maka obat segera disiapkan. 3. Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua) dimana lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek. 4. Resep asli dan kuitansi disimpan pihak apotek untuk diserahkan ke bagian administrasi agar diperiksa kembali dan diarsipkan. Nomor resep sesuai dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan diambil oleh juru pungut keesokan harinya. Pelayanan farmasi rawat inap melayani pendistribusian obat untuk pasien umum, pasien kredit/perusahaan dengan menggunakan kartu obat. Sistem pendistribusian obat untuk pasien umum dan kredit menggunakan sistem individual prescription. a. Pasien Umum 1. Perawat membawa kartu obat ke pelayanan farmasi rawat inap. 2. Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, diinformasikan harganya kepada pasien,
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke bagian kasir agar dibuat kuitansi (rangkap dua). 3. Obat diserahkan kepada perawat atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan penagihan biaya obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien. Sedangkan lembar copy kuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal di apotek. Kartu obat diserahkan kepada perawat kembali dan setelah pasien pulang disimpan ke bagian administrasi. Jika pasien belum memiliki dana yang cukup, maka biaya obat atau resep dimasukkan ke opname brief. b. Pasien Kredit 1. Perawat/Keluarga pasien membawa kartu obat dan surat keterangan dari perusahaan yang telah disetujui oleh bagian keuangan Rumah sakit yang menjamin pasien ke pelayanan farmasi rawat inap. 2. Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke bagian kasir agar dibuat kuitansi. 3. Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi. Tanda tangan perawat/keluarga pasien pada copy resep.. 4. Penagihan biaya obat dilakukan dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari perusahaan, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Kemudian bagian keuangan rumah sakit akan melakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Pemakaian obat golongan narkotika untuk pasien rawat inap dicatat ke Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Karena kartu obat pasien dikembalikan ke ruangan maka ditulis formulir sementara sebagai bukti pertinggal di sub instalasi distribusi (untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotika). Dimana pada Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika tertera nama pasien, alamat pasien, nomor rekam medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotika yang digunakan. Obat diminta dari gudang dengan menggunakan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi) setiap minggu. Arus keluar masuk barang dicatat di Kartu stok obat, kemudian dicatat dalam kartu stok dan di cross check setiap bulan dengan sub instalasi administrasi. 3.3.2.2 Pelayanan Farmasi untuk Pasien Askes/Jamkesmas/Medan Sehat Rawat Inap Peserta Askes yaitu semua PNS (Pegawai Negeri Sipil) beserta keluarga yang meliputi istri dan 2 orang anak. Untuk anak maksimum sampai umur 21 tahun, kecuali masih kuliah bisa sampai umur 25 tahun dengan adanya surat keterangan masih aktif kuliah. Peserta Jamkesmas adalah setiap orang yang mempunyai kartu Jamkesmas masing-masing. Peserta Medan Sehat adalah setiap warga Kota Medan dengan membawa Kartu Medan Sehat. Pelayanan obat untuk pasien Askes rawat inap di Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dimulai sejak 1 Mei 2004. Pelayanan Askes rawat inap dilayani di IGD, COT, Unit Stroke, ICU, ICCU,VIP, kelas 1 plus, dan kelas 1,2, dan 3. Pelayanan pasien Jamkesmas rawat inap dilayani pada ruangan Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
(bangsal) dan pelayanan obatnya disesuaikan dengan Sistem Formularium Jamkesmas. Pelayanan obat yang diberikan kepada pasien Askes sesuai dengan yang tercantum dalam DPHO (Daftar Plafon Harga Obat). Pelayanan obat untuk pasien Medan Sehat disesuaikan dengan Sistem Formularium Jamkesmas. Pelayanan obat Askes/Jamkesmas/Medan Sehat Rawat Inap menggunakan sistem ODDD (One Day Dose Dispensing), permintaan obat oral yang ditulis dalam resep khusus maksimum untuk tiga hari dan pelayanan ke pasien diberikan untuk pemakaian setiap hari. Untuk obat injeksi, resep ditulis dan diberikan ke pasien per hari. Untuk resep alat kesehatan habis pakai ditulis terpisah dari resep obat dan resep alat kesehatan langsung dilayani, namun resep obat harus disetujui oleh Tim legalisasi Askes terlebih dahulu. Setiap obat yang diberikan kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat (CPO). Untuk mempercepat proses pelayanan obat pasien Askes/Jamkesmas/Medan Sehat, maka dilakukan sistem floor stock di setiap ruangan rawat inap. Pelayanan ini dilakukan untuk mempermudah dan meningkatkan pelayanan obat terhadap pasien Askes/Jamkesmas/Medan Sehat dikarenakan obat yang diperlukan segera telah langsung
berada
di
setiap
ruangan
setiap
waktu
sehingga
pasien
Askes/Jamkesmas/Medan Sehat dapat langsung dilayani setiap waktu (obat di lemari floor stock tersebut umumnya digunakan pada malam hari/situasi darurat). Resep
penggunaan
obat
floor
stock
dilakukan
pagi
hari
ke
bagian
Askes/Jamkesmas/Medan Sehat untuk proses administrasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melayani resep Askes: 1. Kertas resep rangkap tiga. 2. Periksa status pasien.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga R/ 4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di sebelah kanan. 5. Ditandatangani oleh Tim legalisasi resep Askes. 6. Ada jaminan rawatan. 7. Bila anak sudah berumur 21-25 tahun harus ada surat keterangan masih aktif kuliah. 8. Obat sesuai dengan DPHO. 9. Jumlah obat yang diberikan. 10. Obat-obat yang memerlukan protokol terapi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melayani resep Jamkesmas/Medan Sehat: 1. Kertas resep rangkap tiga 2. Periksa status pasien 3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga R/ 4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di selah kanan 5. Obat sesuai dengan Formularium Jamkesmas 6. Kartu Obat dan Obat-obat yang memerlukan protokol terapi 7. Jika hendak pulang diberikan SJPKM/SJPMS Pasien yang baru masuk pada sore dan malam hari dilayani di Farmasi satelit IGD dengan menggunakan resep dan kartu obat hanya untuk satu kali pemakaian, kemudian pada hari kerja berikutnya dibuat CPO (Catatan Pemberian Obat) dan obat diambil ke pelayanan farmasi Askes/Jamkesmas/Medan Sehat rawat inap. Untuk obat yang perlu protokol terapi dan atau obat-obat lain yang resepnya belum memenuhi syarat di atas tetap dapat dilayani, namun perawat
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
pasien tersebut perlu membuat surat pernyataan pada formulir yang sudah disediakan. Pengklaiman ke kantor PT. Askes Cabang Utama Medan pada akhir bulan berdasarkan jumlah pemakaian obat per pasien yang dapat dilihat pada CPO dengan melampirkan resep pasien, Catatan Pemberian Obat (CPO) pasien, dan Surat Jaminan Pelayanan (SJP) pasien. 3.3.2.3 Pelayanan Farmasi untuk Pasien Jamkesmas/Medan Sehat Rawat Jalan Pelayanan farmasi ini khusus melayani pasien Jamkesmas rawat jalan. Permintaan obat dengan menggunakan resep khusus dan pasien Jamkesmas berasal dari berbagai poliklinik. Yang berhak mendapatkan pelayanan Jamkesmas adalah setiap orang yang dapat menunjukkan kartu Jamkesmas. Prosedur pelayanan farmasi pasien Jamkesmas: i. Pasien memberikan resep khusus, kartu Jamkesmas/Medan Sehat dan surat keabsahan peserta Jamkesmas kepada asisten apoteker. ii. Pasien mengambil nomor antrian resep. iii. Apoteker memeriksa kelengkapan dan melegalisasi resep obat. iv. Obat disiapkan oleh asisten apoteker, dikemas dan diberi etiket. v. Sebelum obat diberikan kepada pasien terlebih dahulu diperiksa kembali kesesuaian obat dengan resep. vi. Obat diserahkan dengan meminta tanda tangan pasien. 3.3.2.4 Pelayanan Farmasi Instalasi Gawat Darurat ( IGD) Pelayanan Farmasi IGD dipimpin oleh seorang staf penanggung jawab apoteker. Pelayanan Farmasi IGD buka 24 jam, dilayani oleh petugas yang dibagi atas 3 shift, yaitu pagi, sore, dan malam hari dan dilakukan serah terima barang Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
dan uang setiap penggantian shift. Permintaan barang ke gudang IFRS dengan membawa Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi dan biasanya pengadaan dilakukan seminggu sekali. Tugas dan fungsi dari Pelayanan Farmasi IGD : 1. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD yaitu: Pasien Umum, Pasien Kredit, Pasien Jamkesmas, Pasien tanpa Identitas, dan dari ruangan Rawat Inap pada waktu diluar jam kerja dan pada hari libur khusus. 2. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah di KBE (Kamar Bedah Emergensi), yaitu tindakan bedah yang dilakukan 24 jam untuk yang tidak terjadwal. Prosedur pelayanan farmasi di IGD: a. Pasien Umum 1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat. 2. Perawat IGD membawa kartu obat tersebut ke pelayanan farmasi IGD. 3. Petugas pelayanan farmasi IGD memberikan perbekalan farmasi yang diminta dan menagih pembayarannya kepada keluarga pasien. a. Pembayaran langsung di apotek IGD, dibuat kuitansi, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan satu rangkap lagi sebagai pertinggal di apotek. 4. Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
b. Pasien Askes/Jamkesmas/Medan Sehat 1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep sementara. 2. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut. 3. Setelah pasien diberi perbekalan farmasi tersebut, dokter menulisnya di blanko resep Askes/Jamkesmas/Medan Sehat rangkap tiga dan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan
yang
harus
dipenuhi
yaitu
membawa
kartu
Askes/Jamkesmas/Medan Sehat. c. Pasien tanpa identitas (Mr/Ms.X) 1. Untuk pasien Mr/Ms.X dilakukan pelayanan seperti pada pasien Jamkesmas. Petugas IGD melaporkan kepada bagian pelayanan medis agar membuat surat keterangan bahwa pasien tersebut pasien Jamkesmas apabila tidak ada sanak saudaranya. 2. Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi dengan memakai sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus. Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang bersangkutan sedangkan untuk KBE dilakukan oleh petugas farmasi IGD. Setiap obat-obatan yang dipakai dari lemari emergensi harus diganti segera mungkin.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
3.3.2.5 Pelayanan Farmasi Central Operation Theatre (COT)/Instalasi Bedah Sentral (IBS). Pelayanan farmasi COT bertugas melayani bagian Central Operation Theatre (COT). Pengelolaan obat-obat di COT atau pembedahan yang direncanakan adalah dibawah pengawasan pelayanan farmasi COT. Pasien umum yang mengambil obat membayar secara tunai yang kemudian akan disetor ke juru pungut IFRS sedangkan untuk pasien Askes pengobatan ditanggung oleh PT. Askes. Perbekalan farmasi yang terdapat di Pelayanan Farmasi COT adalah obatobatan sediaan injeksi terutama anastesi dan alat kesehatan habis pakai. Obat-obat dan alat-alat kesehatan di Pelayanan Farmasi COT ini berasal dari gudang Instalasi Farmasi yang diminta sekali seminggu dengan menggunakan Formulir Permintaan dan Pengeluaran Farmasi (B-2). Demikian juga dengan permintaan obat-obat narkotika menggunakan Daftar Permintaan dan Pengeluaran Narkotika. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam Buku Pemasukan dan Pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan di cross check dengan Sub Instalasi Administrasi setiap bulan. Untuk kebutuhan obat anastesi dan perlengkapannya di kamar bedah, petugas apotek COT mendistribusikan berdasarkan Formulir pemakaian obatobatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi. Dosis pemakaian obat anastesi dimonitor oleh petugas COT dalam kamar bedah yang dicatat dalam formulir pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi. Pemakaian golongan obat narkotika di kamar bedah contohnya pethidin, dicatat dalam Formulir Pemakaian Pethidin di Kamar Bedah yang ditandatangani
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
oleh dokter yang bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi sebagai pengganti kartu obat untuk pelaporan. 3.3.2.6 Distribusi Ruangan Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik, ruang perawatan, dan
non
perawatan
misalnya
Nefrologi/Hemodialisis.
Obat-obat
yang
didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruang perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti Kapas, Plaster, Perban, Alkohol 70%, Formalin 3,5% dan 40%, Antiseptik berupa Povidon Iodida, First aid, dan sebagainya.
Perbekalan
ruangan/poliklinik
adalah
farmasi
yang
berdasarkan
dibutuhkan formulir
didistribusikan
Daftar
Permintaan
ke dan
Penggunaan Farmasi yang ditandatangani oleh kepala ruangan, dokter ruangan dan instalasi rawat jalan/ rawat inap. Permintaan ini dilakukan satu kali seminggu, kecuali ada kasus-kasus emergensi atau kejadian yang luar biasa. Pengadaan barang berasal dari gudang Instalasi Farmasi, yang diminta sekali seminggu dengan formulir Permintaan dan Pengeluaran Farmasi (B-2), dan pendistribusian ke ruang poliklinik atau ruang perawatan berdasarkan kebutuhan masing-masing ruang atau poliklinik perminggu. 3.3.3 Sub Instalasi Farmasi Klinis Instalasi Farmasi RSU Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki Sub Instalasi Farmasi Klinis yang dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan bagian ini meliputi konseling di bagian pelayanan farmasi rawat inap dan rawat jalan, pemberian informasi obat kepada pasien rawat jalan dan Clinical Ward. Pelayanan Farmasi Klinis di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan terbagi menjadi 4 unit fungsional, yaitu :
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
a. Unit Konsultasi Obat Unit konsultasi ini telah mulai dijalankan di RSU BPK Dr. Pirngadi Kota Medan walaupun belum terlaksana sepenuhnya seperti yang diharapkan. Kegiatan di unit konsultasi obat ini meliputi pemberian konseling kepada pasien terutama pasien rawat jalan karena pasien menggunakan obat tanpa pengawasan dari ahli medis. Konseling yang diberikan berupa penggunaan obat, efek samping, dan informasi lain yang mungkin dibutuhkan oleh pasien. Dengan adanya unit konsultasi obat ini diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan terapi. b. Unit Clinical Ward Fungsi dari pada unit ini telah terbukti dengan adanya peningkatan peranan apoteker dalam pemantau rasionalisasi penggunaan obat untuk rawat inap dan rawat jalan. Peranan ini telah dibuktikan dengan dibentuknya Tim Legalisasi resep, disamping itu apoteker juga bekerjasama dengan dokter dan perawat untuk secara bersama-sama melakukan evaluasi obat. c. Pemberian Informasi Obat Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah pemberian informasi obat kepada pasien rawat jalan. Pemberian informasi obat hanya dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di Pelayanan Farmasi rawat jalan/rawat inap. Dengan adanya pemberian informasi obat tentang indikasi obat, efek samping obat, kontra indikasi obat dan informasi tambahan lain tentang obat diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan obat sehingga tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai, mewaspadai efek yang tidak diinginkan yang mungkin muncul atas pemakaian obat, mengerti manfaat dari obat yang telah
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
diberikan. Contoh Pemberian Informasi Obat yang dilakukan pada instalasi rawat jalan : BADAN PELAYANAN KESEHATAN RSU DR.PIRNGADI KOTA MEDAN INSTALASI RAWAT JALAN KARTU OBAT PASIEN RAWAT JALAN (KHUSUS UNTUK DILAYANI DI INSTALASI FARMASI) Poliklinik Nama dokter R/ R/ R/
: THT :
No. Tanggal
tab Cefat mg 500 S 2 dd tab I tab Prednison mg 4 S 2 dd tab I tab lapifed S 3 dd ½
: 200657 : 21 Pebruari 2009 No. X No. X No. X Tanda tangan dokter
Pasien Umur Alamat
: Dicky danu wijaya : 31 tahun :
Pelayanan informasi: 1. Cefat a. Komposisi
: tiap tablet mengandung 500 mg cefadroksil
b. Indikasi
: sebagai antibiotik
c. Bentuk obat
: tablet
d.Cara Pemakaian
: 2 kali sehari 1 tablet
e. Hal-hal yang perlu diinformasikan : -
Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi telah membaik.
-
Obat diberikan sesudah makan atau bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
2. Prednison a. Komposisi
: tiap tablet mengandung 4 mg prednison
b. Indikasi
: untuk antiinflamasi golongan steroid
c. Bentuk obat
: tablet
d. Cara pemakaian
: 2 kali sehari 1 tablet
e. Hal-hal yang perlu diinformasikan -
Obat harus diminum secara teratur sesuai dengan aturan pakainya.
-
Obat digunakan sesudah makan.
3. Lapifed a. Komposisi
: tiap tablet mengandung triprolidine HCL 2,5 mg; pseudoefedrin HCL 60 mg
b. Indikasi
: meringankan gejala peradangan saluran nafas atas
c. Bentuk obat
: tablet
d. Cara pemakaian
: 3 kali sehari 1/2 tablet
e. Hal-hal yang perlu diinformasikan: -
Obat diminum secara teratur, sesuai dengan aturan pakainya.
-
Dapat menyebabkan kantuk, hati-hati bila berkendaraan.
d. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Dilakukan terhadap obat-obatan yang dicurigai memiliki efek samping yang serius. Setiap terjadi kasus akibat reaksi efek samping obat maka dilaporkan ke instalasi farmasi rumah sakit, selanjutnya hal ini akan dilaporkan ke panitia MESO nasional.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
e. Pendidikan dan Penelitian (DikLit) RSUD Dr. Pirngadi merupakan Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan. Fungsi ini ditunjukkan dengan adanya Kegiatan Pendidikan dan Penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi yang meliputi : 1. Kegiatan pelatihan kerja lapangan bagi calon tenaga kesehatan, seperti Dokter, Apoteker, Perawat dan Kebidanan. 2. Evaluasi peralatan kesehatan baru yang masih dipromosikan oleh rekanan untuk digunakan di rumah sakit. 3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Administrasi Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi 2 yaitu : a. Umum, Kepegawaian dan Rumah Tangga Tugasnya antara lain : 1. Mencatat surat-surat yang masuk ke Instalasi Farmasi dan mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk dicatat: tanggal, asal surat, isi ringkas dan sebagainya. 2. Mencatat
surat-surat
yang
keluar
dari
Instalasi
Farmasi
dan
menyampaikannya ke alamat yang dituju dengan pertanggung-jawaban yang jelas dan mengarsipkan filenya. 3. Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi. 4. Membuat dan mengatur jadwal dinas pagi, sore dan malam khususnya di Pelayanan Farmasi IGD. 5. Mengatur mutasi pegawai di IFRS bekerja sama dengan staf yang lain.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
6. Mengarsip resep dan kuitansi penjualan resep. 7. Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi misalnya meja, alat-alat tulis dan mengurus kerusakan alat-alat rumah tangga. b. Akuntansi, Laporan dan Statistik Tugasnya antara lain : 1. Mencatat semua data pengeluaran dan pemasukan obat/alat kesehatan dalam suatu pola administrasi yang sesuai dengan kebutuhan Instalasi Farmasi. 2. Melakukan pemeriksaan silang (cross check) dengan gudang dan sub instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu Administrasi Persediaan Farmasi. 3. Membuat laporan bulanan penjualan obat-obat yang terjual melalui resep setiap bulan. 4. Membuat laporan pengeluaran obat-obatan dan alat kesehatan yang dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan. 5. Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan resep yang akan disetor ke Bagaian Keuangan Rumah Sakit setiap hari. Neraca rugi laba dibuat dengan mengumpulkan data dari semua bagian tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat diketahui Persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Harga Pokok Penjualan (HPP) kemudian dapat dihitung dengan menambahkan persediaan awal tahun dengan pembelian barang selama setahun lalu dikurangi dengan persediaan akhir tahun. Semua dana yang keluar dan masuk direkapitulasi. Kemudian dihitung rugi labanya setiap tahun. Dari hasil tersebut dilakukan evaluasi. Sub Instalasi Administrasi membuat, mengatur dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Pada prinsipnya seluruh perbekalan farmasi yang Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
didistribusikan harus dapat dikembalikan dananya, misalnya melalui prinsip unit cost. Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas, plester dan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai
berikut: a. Pasien rawat jalan/operasi Unit cost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan Jumlah pasien yang berkunjung setiap bulan
Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan kemudian diambil rata-ratanya. b. Pasien rawat inap Unit cost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan Jumlah hari rawatan setiap bulan
Biaya unit cost ini untuk pasien Askes dan Umum besarnya sama. Jumlah biaya unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui Opname Brief, dihitung jumlahnya oleh petugas Intalasi Farmasi dan pembayarannya langsung diklaim oleh Instalasi Farmasi ke RSUPM. Setiap bulan dibuat neraca Rugi/Laba untuk unit cost sehingga dapat dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan yang signifikan.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Contoh biaya yang termasuk unit cost: Perhitungan Besarnya Unit Cost untuk Instalai Farmasi pada pasien Askes dan Askes Kin untuk Partus Normal 1. Rincian Perbekalan Farmasi-nya adalah sebagai berikut: NO.
NAMA
KEMASAN
PERBEKALAN
HARGA
PEMAKA
HARGA
SATUAN
IAN
PEMAKAIA
FARMASI
N
1.
Lidocain
Amp
Rp. 863,-
2 amp
Rp. 1.726,-
2.
Kapas
1 kg
Rp. 31.460,-
1 ons
Rp. 3.146,-
3.
Iodin Povidon / 60 cc
Botol
Rp. 3.500,-
¼ botol
4.
Chromic 2/0
Sachet
Rp. 11.477,-
2 bh
Jumlah
Rp. 875,Rp. 22.954,Rp. 28.801,-
2. Contoh Alat kesehatan habis pakai (AHP) memakai unit cost pasien ASKES rawat inap Abbocath no.16,18,20,22,24 SET Spuit 1,3,5,10,20,50,60 cc
set
Foley cath No.16,18,8/10
set
Infus set dewasa/anak-anak
set
NGT No. 5,8 baik pendek/panjang
set
NGT No. 14,16,18
set
Urine bag
set
Wing nald No.23,25
set
Wing nald Int No.23
set
Suction Catheter
set
3. Contoh unit cost perbekalan farmasi rawat inap KAPAS (KG) Plester 1,2,3 inchi (Rol)
Talkum 250g (bks)
Kj.jelly (tube)
Alkohol 70%,96% (ltr)
H2O2 3% (ltr)
First Aid (ltr)
Verband (Rol) Jelly Aquasonic (Rol)
Cydex 5ltr (gallon) Lidokain 2% (amp)
Nald Hecting 6030/6036 (lsn)
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Scalpel blade No.11,15,20- 24
Nasal O2 (set)
4. Contoh unit cost perbekalan farmasi operasi sedang pasien THT di COT Xylocain spray (fls)
Plester (rol)
Nald (bh)
Verband (rol)
Kapas (g)
Scapel (bh)
5. Contoh unit cost perbekalan farmasi operasi besar di COT Ethrane (ml)
Plester (rol)
Suction catheter (set)
Kj.Jelly (tube)
Nald Hecting (bh)
Kapas (Kg)
Scapel (bh)
6. Unit cost untuk pengawetan satu jenazah Formalin (ltr)
Spuit (pcs)
Alkohol (mL)
Kapas (Kg)
Selain unit cost tesebut diatas juga terdapat unit cost untuk tindakan alat canggih antara lain: Jenis tindakan USG
Gastroskopi
Kolonoskopi
EKG Spirometri
Bahan
Satuan
UPC 110 HD
rol
Jelly
galon
UPS 21 L
lembar
Xylocain
cc
Paper UPC 21 L
lembar
Xylocain
cc
Paper EKG
meter
Jelly
cc
Paper Spirometri
rol
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
3.4 Central Sterilization Supply Department (CSSD) Sejak 7 Januari 2005 berdasarkan nota tugas Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Medan No. 217/009/1/2005, CSSD terpisah dari instalasi farmasi dan menjadi instalasi tersendiri. CSSD dipimpin oleh seorang apoteker yang dibantu oleh tenaga lain yang terdiri dari asisten apoteker, perawat, administrasi dan teknisi. Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu : a. Sistem titipan Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkannya kembali dalam keadaaan steril kepada ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah poliklinik atau ruang perawatan yang membutuhkan. Sistem pelayanan ini memakai bon. b. Sistem distribusi Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai dari pencucian, pengeringan, setting alat, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusiannya. Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE (Kamar Bedah Emergensi), kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit. Jenis barang yang akan disterilkan yaitu : -
Metal dan alat-alat bedah
-
Linen/katun/dressing (pakaian)/masker/tutup kepala.
-
Rubber (handschoen/gloves)
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB IV PEMBAHASAN
Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan yang telah swadana, dimana BPK RSU Dr. Pirngadi memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung demi perkembangan rumah sakit. BPK RSU Dr. Pirngadi Medan termasuk Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya menjadi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 6 September 2002 pimpinannya adalah Kepala Badan Pelayanan Kesehatan yang dalam melaksanakan tugasnya tidak lagi dibantu oleh Wakil Direktur melainkan oleh 5 Kepala Bidang dan 1 orang Sekretaris. Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan memiliki 4 Sub Instalasi yaitu: Perbekalan, Distribusi, Administrasi dan Farmasi Klinis. Setiap Sub Instalasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya. Pada dasarnya setiap Sub Instalasi telah berusaha untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. BPK RSU Dr. Pirnagadi Kota Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit (FRS) yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium Rumah Sakit ini disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dibawah Komite Medis yang terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker sebagai sekretaris dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Formularium Rumah Sakit ini disusun dengan mempertimbangkan perkembangan di bidang kedokteran dan farmasi. Formularium Rumah Sakit yang digunakan di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah Formularium Rumah Sakit tahun 2007. Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Pada kenyataannya di BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia Farma di luar Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Sejak tanggal 1 Mei 2004, Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan mengadakan pelayanan farmasi Askes rawat inap. Pelayanan pasien Askes rawat inap berada dibawah Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. Mulai Januari 2005, pelayanan farmasi Askes rawat inap melayani pasien Askes Kin. Dan pada Juli 2007 Pelayanan Jamkesmas mulai dilaksanakan di BPK RSU Dr. Pirngadi. Pelayanan pasien Medan Sehat mulai dilaksanakan pada November 2008. Pelayanan Askes/Jamkesmas/Medan Sehat rawat inap untuk pesertanya menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Pada pasien umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan pasien harus setiap hari membayar karena belum adanya penagihan secara sentral. Pembagian Pelayanan Askes BPK RSU Dr. Pirngadi Medan dibagi atas beberapa depo untuk mengefisiensikan pelayanan. Depo Farmasi lantai 3 dan 5 melayani resep Askes, Jamkesmas dan Medan Sehat rawat inap.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Pada pelayanan resep Askes, ada kalanya dokter meresepkan obat-obatan yang terdapat di luar DPHO. Bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes harus membayar harga obat tersebut setelah pasien diinformasikan bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO. Demikian halnya untuk pasien Jamkesmas dan Medan Sehat, adakalanya dokter meresepkan obat-obatan di luar sistem Formularium Jamkesmas seperti obat-obat paten. Akan tetapi, pasien tetap tidak mengeluarkan biaya dengan cara mengganti obat-obat paten dengan obat-obat generik yang mempunyai kelas terapi yang sama. Farmasi Klinis di BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan telah dilaksanakan terbatas pada konseling, pemberian informasi obat, monitoring efek samping obat, pemantauan dan pengkajian penggunaan obat secara rasional dan analisis efektifitas biaya. Namun pelaksanaan Farmasi Klinis lainnya seperti pencampuran obat suntik secara aseptis, penentuan kadar obat dalam darah, penanganan obat sitostatika, dan penyiapan total parenteral nutrisi belum terlaksana. Pengelolaan administrasi di Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan dengan baik sebagai pengelola pembukuan dan pelaksana fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check pada setiap sub Instalasi Farmasi. Dari neraca Rugi/Laba yang dibuat setiap tahun dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui instalasi
farmasi mengalami Rugi/Laba. Jika dari neraca
Rugi/Laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan maka sistem operasional yang dijalankan dalam periode ini dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka dilakukan evaluasi pada bagian mana yang mengalami kerugian dan dilakukan pembenahan di bagian tersebut.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat pesanan yang disetujui oleh Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit kepada PBF. Sedangkan untuk alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit .
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan yang telah swadana dan swakelola begitu juga Instalasi Farmasi rumah sakitnya. 2. Pelayanan Farmasi klinis dilakukan di Instalasi Farmasi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. 3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang ada di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem satu pintu. Hal ini ditandai dengan adanya Apotek Kimia Farma Pembantu yang ada di dalam rumah sakit itu sendiri, yang berada diluar Instalasi Farmasi. 4. Instalasi CSSD telah melaksanakan kegiatan sterilisasi dalam memenuhi kebutuhan seluruh unit di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. 5. Pelayanan distribusi obat dengan sistem ODDD sudah dilaksanakan pada pasien Askes/Jamkesmas/Medan Sehat rawat inap, sedangkan pada pasien umum belum dilaksanakan. 6. Sistem pengadaan perbekalan obat dan alat kesehatan dilakukan dengan menggunakan sistem FIFO dan FEFO.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
5.2 Saran 1. Agar RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dapat meningkatkan pelayanan farmasi klinis melalui: a. Meningkatkan kompetensi seluruh apoteker dalam pelayanan farmasi klinis melalui pendidikan, pelatihan, atau seminar khusus farmasi klinis. b. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh kegiatan pelayanan farmasi klinis. 2. Farmasis diharapkan dapat memantau pelaksanaan sistem distribusi obat dan penyampaian obat dan seluruh perbekalan farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Aslam, M.; Chik, .Kaw Tan., dan Prayitno, Adji. (2003), Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy). Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Buku saku, 2006, Obat-obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian, Edisi Revisi, Laboratorium Manajemen Farmasi dan Farmasi masyarakat, Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Depkes RI, Keputusan MenKes RI No. 1197/ MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Indonesia. Jakarta. Hidayat, E.T. (2003). Panduan CSSD Modern. Cetakan Pertama. Jakarta : RS Pusat Pertamina. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). (2004). Standar Kompetensi Farmasisi Indonesia. Jakarta : ISFI. Koentjoro, Tjahjono. (2007). Regulasi Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Seto, Soerjono; Nita. Yunita; Triana, Lily. (2004). Manajemen Farmasi. Surabaya : Erlangga University Press. Siregar C. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori Dan Terapan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Trisnantoro, Laksono. (2005). Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT
STUDI KASUS STROKE NON HAEMORRAGIK + SPONDYLOSIS + PARKINSON
OLEH : TRISNA KURNIA , S.Farm. Nim : 083202088
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL…………………………………………………………………
i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………..…
iv
DAFTAR TABEL………………………………….………………….
v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...
vi
BAB I. PENDAHULUAN………………….……………………….…
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………..…..
4
2.1 STROKE……………………………………………………………
4
2.1.1 Pendahuluan…………………………………………………..
4
2.1.2 Pembagian Stroke……………………………………………..
5
2.1.2.1 Stroke Non Haemorragik (Stroke Iskemik)………..….... 5 2.1.2.2 Stroke Haemorragik………………………………......
6
2.1.3 Simptom………………………………………………..…….
7
2.1.4 Diagnosis………………………………………………..……
9
2.1.4.1. Pemeriksaan Penunjang……………………………..
9
2.1.5 Patofisiologis…………………………………………….......
10
2.1.5.1 Patofisiologi Stroke Iskemik……………………………….
10
2.1.5.2 Patofisiologi Stroke Haemorragik……………………….....
10
2.1.6 Perawatan………………………………………………..……
11
2.2 SPONDYLOSIS……………………………………...…………..…... 14 2.2.1 Gejala…………………………………………………….…..
15
2.2.2 Pemeriksaan……………………………………………….…
15
2.2.3 Terapi………………………………………………………...
16
2.2.4 Penyebab……………………………………………………..
16
2.2.5 Pencegahan…………………………………………………...
17
2.3 PARKINSON……………………………………………………...
18
2.3.1 Klasifikasi Parkinson………………………………………...
18
2.3.2 Patologi dan Patofisiologi……………………………………
19
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
2.3.3 Terapi Obat……………………………………………….…..
19
BAB III. STUDI KASUS……………………………………………….
21
3.1 Identitas Pasien……………………………………………………..
21
3.2 Keadaan Pasien Sewaktu Masuk RSU Dr. Pirngadi Medan………..
21
3.3 Pemeriksaan Yang Dilakukan………………………………………
22
3.3.1 Hasil Pemeriksaan Fisik…………………………………........
22
3.3.2 Pemeriksaan Laboratorium…………………………………...
22
3.3.3 Pemeriksaan Radiologis………………………………………
24
3.4 Riwayat Penyakit Pasien……………………………………………
24
3.5 Diagnosa Penyakit………………………………………………….
24
3.6 Terapi Obat………………………………………………………….
24
BAB IV. PEMBAHASAN……………………………………………...
25
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..
31
5.1 Kesimpulan………………………………………………………….
31
5.2 Saran…………………………………………………………………
32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
33
LAMPIRAN……………………………………………………………..
34
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Stroke Non Haemorragik/Iskemik....................................................... 6 2. Stroke Haemorragik...........................................................................
8
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Hasil Pemeriksaan Fisik per 18 Pebruari 2009.................................. 22 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik Sub Bagian Hematologi........................................................................................
22
3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik Sub Bagian Kimia Klinik...................................................................................... 23 4. Hasil Pemeriksaan Radiologis dan CT Scan...................................... 24
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Terapi Obat Pasien...........................................................................
34
2. Tinjauan Umum Tentang Obat......................................................... 38
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu bentuk penyakit kardiovaskular yang mempengaruhi aliran darah ke otak. Juga berhubungan dengan penyakit pembuluh darah otak atau apoplexy, stroke biasanya juga menunjukkan sejumlah penyakit tertentu yang mempengaruhi sebagian besar orang di dunia. Ketika dokter menyatakan kata stroke, umumnya pada mereka yang telah mengalami gangguan fungsi otak yang biasanya permanen yang disebabkan oleh adanya rintangan atau juga karena akibat pecahnya suatu pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak. Agar otak dapat berfungsi dengan baik, sel-sel saraf dalam otak harus mendapatkan suplai darah, oksigen, dan glukosa (gula darah) yang terus menerus. Jika asupan ini tidak seimbang, maka sebagian dari otak akan berhenti berfungsi untuk sementara. Jika ketidakseimbangan ini berlangsung seketika, atau dalam waktu yang cukup lama maka sel otak akan mati, yang dikuti oleh kerusakan yang permanen. Karena pergerakan dan fungsi berbagai jaringan tubuh ditentukan oleh oleh sel otak, maka sel-sel tersebut juga akan terpengaruh. Gejala-gejala yang dialami oleh pasien akan tergantung pada bagian mana dari otak yang dipengaruhinya. Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke yang menyerang kelompok usia di atas 40 tahun adalah setiap kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifat primer karena kelainan congenital
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
maupun degeneratif atau sekunder akibat proses lain seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes mellitus. Osteoartritis (Artritis Degeneratif, Penyakit Sendi Degeneratif) adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun. Bisa terjadi pada pria dan wanita, tetapi pria bisa terkena pada usia yang lebih muda. Pada beberapa sendi (misalnya sendi lutut), ligament (yang mengelilingi dan menyokong sendi) teregang sehingga sendi menjadi tidak stabil. Menyentuh atau menggerakkan sendi ini bisa menyebabkan nyeri yang hebat. Sendi panggul menjadi kaku dan kehilangan daya geraknya sehingga menggerakkan sendi panggul juga menimbulkan nyeri. Osteoartritis sering terjadi pada tulang belakang. Gejala utamanya adalah nyeri punggung. Biasanya kerusakan sendi di tulang belakang hanya menyebabkan nyeri dan kekakuan yang sifatnya ringan. Osteoartritis pada leher atau punggung sebelah bawah bisa menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri dan kelemahan pada lengan atau tungkai, jika pertumbuhan tulang berlebih menekan persarafannya. Kadang pembuluh darah yang menuju ke otak bagian belakang tertekan, sehingga timbul gangguan penglihatan, vertigo, mual dan muntah. Pertumbuhan tulang juga bisa menekan kerongkongan dan menyebabkan kesulitan menelan. (http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=17)
Parkinsonism atau gejala-gejala yang mengarah pada Parkinson ditandai oleh adanya tremor/gemetar terutama pada tangan, rigiditas atau kekakuan, Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
kesulitan bergerak, dan hilangnya refleks postural (hal ini yang menyebabkan kenapa seorang penderita Parkinson mudah mengalami jatuh). Perlu diingat bahwa diagnosis Parkinson adalah berdasarkan gejala yang timbul bukan sematamata dari MRI atau CT scan. Setelah pemastian diagnosis dari penyakit Parkinson sering ditekankan agar pasien jangan panik dan sebaiknya rileks, karena kecemasan sama sekali tidak membantu penyembuhan, malah menambah kekakuan dan tangan gemetar.
(http://www.tanyadokter.com/newsdetail.asp?id=1000531)
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke 2.1.1 Pendahuluan Stroke termasuk penyakit serebrovascular (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. WHO mendefenisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit sebagai fungsi susunan saraf pusat yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak. Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah stroke disebut dengan Faktor Resiko Stroke. Penyakit tersebut antara lain hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan hiperlipidemia. Stroke biasanya tidak bediri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati, misalnya, gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. (www. klinikmandiristrokecenter.com) Stroke merupakan suatu kematian dari lapisan atau jaringan dari otak, terjadi ketika otak tidak dapat mendapat suplai darah dan oksigen dengan tanda dan gejala sesuai bagian otak yang terkena. Hemiplegi merupakan manifestasi klinis dari stroke dimana terjadi kelumpuhan atau kelemahan otot-otot dengan tungkai berikut wajah pada salah satu sisi tubuh kanan atau kiri yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kapasitas fisik maupun fungsional.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
2.1.2 Pembagian Stroke 2.1.2.1 Stroke Non Haemorragik (Stroke Iskemik) Pada stroke non haemorragik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukkan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi disepanjang jalur pembuluh darah arteri, yang menuju keotak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria interna dan dua arteri vertebralis. Penyebab stroke iskemik Ada beberapa penyebab stroke iskemik antara lain : 1.Ateroma Ateroma merupakan endapan lemak bisa berada dalam pembuluh darah arterikarotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar daerah di otak. 2. Emboli Pembuluh
darah
arteri
karotis
dan
arteri
vertebralis
beserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral. 3. Infeksi dan obat-obatan Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan juga dapat
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
menyebabkan stroke, seperti kokain dan amfetamin, dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah diotak dan memyebabkan stroke. 4. Hipotensi Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan, bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak yang akhirnya dapat menyebabkan seseorang menjadi pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendah dan sangat parah dan menahun, misalnya pembedahan atau cedera, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal. Gambar 1. Stroke Non Haemorragik/iskemik :
2.1.2.2 Stroke Haemoragik Stroke haemorragik terjadi apabila suatu pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskemia (pengurangan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Terhalangnya suplai darah ke otak dapat disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah, misalnya karena tekanan darah yang mendadak tinggi. Pembuluh yang pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
balon yang disebut aneurisma, atau arteri yang luka bekas arterosklerotik. Perdarahan otak dapat terjadi di dalam otak yang disebut sebagai haemorragik otak, sehingga otak tercemar oleh kumpulan darah (haemotonom). Pada pembuluh darah yang pecah dapat terjadi kontraksi atau vasokontriksi, yaitu pengecilan lumen atau saluran arteri yang dapat menghambat aliran darah otak, dan gejala yang timbul tergantung pada daerah otak mana yang dipengaruhinya. Stroke perdarahan dibagi dalam : 1. Perdarahan Subarkhnoid (PSA) 2. Perdarahan Intraserebral (PSI); intraparenkim dan intraventrikel. 2.1.3 Simptom Simptom pada stroke sangat tergantung pada tipe dan area otak yang rusak. Iskemik stroke biasanya hanya mempengaruhi area otak yang dituju oleh arteri yang terblokade. Simptom yang umum adalah kelemahan otot (hemiplagia), kaku otot, serta terjadinya penurunan kemampuan sensorik dan motorik. Berdasarkan bagian otak yang rusak, maka simptom dapat dikelompokkan menjadi : Kerusakan pada Susunan Saraf Pusat (SSP) : •
Gangguan atau bahkan kehilangan kemampuan panca indera
•
Otot menjadi lemah
•
Penurunan kemampuan refleks, pupil menjadi lebih terang, kesulitan menelan, dan berbicara.
•
Gangguan keseimbanagan
•
Lidah dan leher tidak bisa digerakkan
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Kerusakan pada cerebral cortex : •
Aphasia : tidak dapat berbicara dan tidak dapat memahami
•
Aphraxia : gerakan tubuh menjadi tidak terbatas
•
Kemampuan melihat menurun
•
Kemampuan mengingat (memori) menjadi terbatas.
•
Pikiran tidak terbatas
•
Kerusakan pada cerebellum
•
Gangguan keseimbangan
•
Ganguan berjalan, koordinasi pergerakan sulit dikendalikan
•
Vertigo
•
Hilang kesadaran sakit, sakit kepala, mual muntah, dan tekanan darah naik.
Gambar 2. Stroke Haemorragik
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
2.1.4 Diagnosis Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu penentuan lokasi kerusakan otak. Gambaran klinis yang dapat digunakan untuk menentukan jenis stroke :
Jenis stroke Stroke iskemik/infarc Stroke perdarahan (PIS) Stroke perdarahan (PSA)
Defisit fokal/kelainan/ kelumpuhan Berat
Nyeri Kepala
Gangguan kesadaran
Ringan/ tidak ada
Ringan/ tidak ada
Berat
Berat
Berat
Berat
Sedang
Ringan/ tidak ada
Perbedaan stroke perdarahan dan iskemik : Gejala dan tanda Gejala : Saat kejadian/onset Peringatan TIA Nyeri kepala Kejang Muntah
Stroke perdarahan
Stroke iskemik
Sedang aktif Tidak ada Hebat Ada Ada
Sedang istirahat Ada Ringan/sangat ringan Tidak ada Tidak ada
++ (sejak awal) + (sering) + ++
+/- (hari ke-4) -
Tanda : Nadi bradikardia/lambat Edema papil mata Kaku kuduk Kemig/brudzinski
2.1.4.1 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan CT-scan harus segera dilakukan pada semua penderita dengan dugaan stroke akut. CT-scan tanpa kontras dapat membedakan stroke perdarahan dengan stroke non perdarahan/iskemik. Pada stroke perdarahan, gambaran lesi berupa hiperdens, sedangkan pada stroke iskemik/infark, gambaran lesi hipondens atau normal. Perlu diperhatikan bahwa sekitar 5% stroke Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
perdarahan subarakhnoid gambaran CT-scannya dapat normal, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan punksi lumbal. Cairan serebrospinal pada perdarahan subarakhnoid berwarna merah darah. 2.1.5 Patofisiologi 2.1.5.1 Patofisiologi Stroke Iskemik Stroke iskemik disebabkan oleh karena kehilangan suplai darah pada daerah bagian otak. Fungsi jaringan otak akan menurun jika kekurangan oksigen selama 60-90 detik dan setelah beberapa menit akan terjadi cedera irreversibel yang mengarah kepada kematian jaringan otak. Karena adanya sirkulasi kolateral, dengan terkenanya beberapa bagian otak karena iskemia, terjadi beberapa keparahan otak seperti kematian segera jaringan otak, sementara bagian lain mungkin hanya cedera dan mungkin dapat sembuh. Daerah iskemia pada daerah jaringan yang dapat sembuh sendiri disebut juga iskemik penumbra. Oksigen ataupun glukosa yang menghasilkan fosfat berenergi tinggi atau ATP akan berkurang pada otak yang iskemik, sehingga akan mengarah pada kegagalan jaringan dalam mempertahankan fungsinya masing-masing. 2.1.5.2 Patofisiologi Stroke Haemorragik Keluarnya darah ke ruang subarakhnoid akan menyebabkan reaksi yang cukup hebat berupa sakit kepala yang cukup hebat. Gejala ini ditemukan pada sebagian besar kasus. Pada penderita ini selanjutnya, terjadi penurunan kesadaran pada 50% kasus (Vernenlen,1984) yang disertai dengan kegelisahan. Rangsang meningeal dengan gelisah ditemukan pada 10% kasus. Gejala ini timbul dihari-hari pertama. Selain itu pada perdarahan subarakhnoid terjadi rebleeding, pada 2 minggu
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
pertama. Penelitian epidemiologi menunjukkan menunjukkan bahwa rebleeding timbul; pada 50-60% kasus, dalam 6 bulan pertama setelah perdarahab awal, dan menurun 10% pada hari ke 30 dan berkurang 3% setiap tahun. Vasospasme yang timbul dalam ruang subarakhnoid sangat mempengaruhi prognosis. Keadaan ini umumnya timbul pada hari ketiga dan meningkat pada hari ke 7-10. Gangguan kesadaran dan defisit neurology focal menyebabkan kematian pada 12,5% kasus. Komplikasi yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid adalah hidrosefalus karena tersumbatnya aliran likuor intraventrikel dan keadaan ini perlu tindakan operatif. 2.1.6 Perawatan Penting untuk mengidentifikasi stroke sesegera mungkin. Karena pasien yang dirawat dengan segera akan lebih mungkin untuk bertahan hidup dan mempunyai harapan untuk pulih kembali. Rehabilitasi yaitu proses dimana pasien menjalani perawatan untuk membantu mereka untuk kembali hidup normal, dengan mempelajari kembali aktivitas sehari-hari. Perlu untuk membuat pasien mengerti akan keadaannya dan membantu pasien agar dapat beradaptasi dengan kesulitan yang dihadapinya. Untuk mencegah kekambuhan, maka perlu untuk mendidik keluarga pasien, untuk mendukung rehabilitasi pasien. Tim rehabilitasi umumnya berasal dari berbagai disiplin ilmu yang saling bekerja sama dalam membantu pasien, yaitu perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi bicara, dokter, dan beberapa tim juga terdiri dari dari psikolog, pekerja sosial, dan apoteker yaitu pasien yang mengalami depresi.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Perawatan untuk pasien yang dilakuakan antara lain, menjaga kebersihan tubuh, memberi makan, minum, mengatur posisi tidur pasien, dan memonitor, tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah dan suhu tubuh. Terapi fisik dalam proses rehabilitasi adalah yang paling umum. Pasien bisa dibantu dengan kursi roda, standing frame, dan lain-lain. Terapi lain adalah Occupational Therapy (OT), yaitu latihan melakukan kegiatan sehari-hari, sepeti makan, minum, membaca, menelan, mandi, menulis, berpakaian, dan lain-lain. Terapi bicara dilakukan untuk pasien yang mengalami kesulitan berbicara, biasanya pasien dilatih membaca dan merangkai kalimat. Rehabilitasi stroke memakan waktu dari beberapa minggu sampai bebrapa bulan.
Bagaimanapun
pasien
harus
terus
berlatih
dan
meningkatkan
kemampuannya untuk menjadi sedia kala karena bukan mustahil untuk terjadinya pemulihan total. Terapi standart bagi penderita stroke menurut standart pelayanan medis : •
Perawatan umum : 1. Jalan nafas dibebaskan dari lendir dan ludah 2. Koreksi kelainan gas darah 3. Tensi darah dipertahankan pada tingkat optimal, 3 hari pertama tensi tidak perlu diturunkan, kecuali bila Mean Arterial Pressure (MAP) lebih dari 150 mmHg, sampai diturunkan perlahan-lahan sampai tingkat hipertensi ringan (150-170/90-100) 4. Masukkan kalori dan keseimbangan cairan/elektrolit 5. Hindarkan cairan infus dekstrosa 6. Posisi berbaring diubah setiap 24 jam
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
7. Pada stroke haemoragik kepala ditinggikan 30º 8. Kandung kemih dikosongkan. •
Terapi khusus :
1) Stroke Nonhaemorragik : 1. Antiedema : diberikan pada 5 hari pertama pada stroke hemorrage dan non haemorragik. 2. Gliserol 10% (1-1,5 g/kgBB)/hari diberikan dalam 6-8 jam atau gliserin oral 3-4 x 15 cc. 3. Manitol 15-20 % (0,5-1 g/kg BB)/hari. 4. Antiagregasi platelet 5. Asetosal 80-300mg/hari, atau kombinasi dengan dipiramidol 3x 50-75 mg, antagonis kalsium; Nimodipin 4x1 tablet selama 20 hari. 6. Nootropik ; pintinol, kodergokrin, nisergolin, citicholin, diberikan obat sekunder. 2) Stroke Haemorragik : 1. Antiedema : seperti pada SNH, bisa juga dipakai dexametason : 10 mg bolus IV, disusul 5 mg setiap 6 jam, selama 3 hari, lalu diturunkan bertahap sampai hari ketujuh ( awasi tensi, gula darah, dan stress ulcer). 2. Antifibrinolitik : Diberikan pada perdarahan subarakhnoid untuk mencegah rebleeding : Tranexamic acid 1-1,5 g/hari, selama 7-10 hari, 3. Antispasme: Diberikan pada perdarahan subarakhnoid 4. Antagonis Kalsium (nimodipin), seperti diatas diberikan selama 2 minggu. 5. Nootropik : dibeerikan seperti diatas.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Rehabilitasi : Fisioterapi, speech theraphy, terapi okupasi, psikoterapi Penyulit
: -
Edema/infark makin luas
-
Infark diikuti perdarahan
-
Penyakit lain seperti : infeksi saluran pernafasan, saluran kemih, jantung, ginjal, keseimbangan asam basa, cairan dan elektrolit, serta stress ulcer.
Lama perawatan :
2 minggu untuk Stroke Nonhaemorragik 3-4 minggu untuk Stroke Haemorragik
2.2 SPONDYLOSIS Spondylosis adalah sejenis penyakit rematik yang menyerang tulang belakang (spine osteoarthritis) yang disebabkan oleh proses degenerasi sehingga mengganggu fungsi dan struktur tulang belakang. Spondylosis dapat terjadi pada level leher (cervical), punggung tengah (thoracal), maupun punggung bawah (lumbal). Proses degenerasi dapat menyerang sendi antar ruas tulang belakang, tulang dan juga penyokongnya (ligament). (http://www.qvida.co.id/index.php/news/detil/119) Pada penyakit ini terdapat perubahan tulang-tulang vertebra yang berbentuk pertumbuhan tulang baru semacam duri. Dengan
demikian maka
tulang vertebra pada bagian pinggir meruncing dan perubahan ini dinamakan Lipping. Kadang-kadang terjadi perlekatan antara vertebra yang berdekatan, sehingga mengakibtkan punggung kaku, tidak dapat bergerak. Umumnya penyakit ini hanya didapatkan pada usia 40 tahun keatas. Dalam sinar-X terlihat jelas perubahan-perubahan tadi dan ada pula kalanya terdapat pembengkokan dalam
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
bentuk Skiolosis atau Kyphosis. Penyakit ini dapat memberikan rasa nyeri akan tetapi perubahan tadi dapat pula diketemukan secara kebetulan tanpa adanya keluhan sedikitpun dari penderita. (Soeharso, R., 1978) 2.2.1 Gejala Manifestasi spondylosis ini bermacam-macam. Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas tulang belakang, maka dapat terjadi penipisan sendi dan ruas tulang merapat satu sama lain, sehingga tinggi badan bisa berkurang. Selain itu juga jaringan yang terdapat di dalam sendi antar ruas tersebut bisa menonjol ke luar yang disebut hernia discus. Bila terjadi seperti ini maka penderita spondylosis akan merasa nyeri di punggungnya akibat penekanan struktur tersebut ke jaringan sekitarnya. Selain itu hernia discus juga dapat menekan ke dalam sumsum tulang belakang sehingga menimbulkan gangguan saraf baik motorik, sensorik, maupun otonom sehingga bisa saja bermanifestasi menjadi kelumpuhan, gangguan sensori seperti kesemutan dan mati rasa, dan gangguan otonom seperti gangguan berkeringat, gangguan buang air besar maupun kecil. Bukan hanya itu saja, proses degenerasi bisa menimbulkan penipisan rawan sendi dan penonjolan tulang yang disebut osteophyte atau awam biasa menyebutnya pengapuran. Akibatnya otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat teriritasi oleh tonjolan tulang tersebut dan penderita akan merasakan nyeri dan kaku. 2.2.2 Pemeriksaan Apabila menemukan gejala tersebut dokter biasanya menanyakan keluhan dan melakukan pemeriksaan fisik seperti nyeri tekan dan jangkauan gerak. Setelah
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
itu apabila dianggap perlu, dokter akan menyarankan penderita melakukan berbagai pemeriksaan misalnya X-ray, CT-scan atau MRI. 2.2.3 Terapi Penanganan bervariasi tergantung penilaian dokter akan kondisi dan gejala pasiennya. Secara umum ada penanganan bedah dan non-bedah. Penanganan bedah baru disarankan apabila penderita menampilkan gejala gangguan neurologis yang mengganggu kualitas hidup penderita. Selain itu dokter juga memperhatikan riwayat kesehatan umum pasien dalam menyarankan tindakan bedah. Apabila tidak perlu, maka dokter akan menyarankan penanganan non bedah yang meliputi pemberian obat antiradang (NSAID), analgesik, dan obat pelemas otot. Selain itu apabila perlu dokter dapat menganjurkan pemasangan alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya untuk meregangkan dan menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan stimulasi listrik juga dapat membantu melemaskan otot. Dan yang tak kalah pentingnya adalah exercise. Dengan exercise maka otototot yang lemah dapat diperkuat, lebih lentur dan memperluas jangkauan gerak. 2.2.4 Penyebab Tidak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan pada seseorang terjadi proses degenerasi pada sendi tersebut sedangkan orang lain tidak. Tapi ada beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mencetuskan penyakit ini. Faktor usia dan jenis kelamin salah satunya, semakin tua semakin banyak penderita spondylosis. Faktor lain yang turut meningkatkan kejadian spondylosis adalah faktor trauma, ’wear and tear’ atau pengausan, dan genetik. Perlu diingat bahwa tulang punggung adalah penahan berat, jadi tentunya berhubungan dengan pekerjaan dan
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
obesitas. Misalnya orang yang mempunyai pekerjaan sering mengangkat beban berat maka kecenderungan terkena spondylosis lebih tinggi, dan orang yang gemuk dengan sendirinya juga memberi beban lebih pada sendi di ruas tulang punggung sehingga meningkatkan kemungkinan terkena spondylosis. Merokok juga dilaporkan merupakan faktor resiko penyakit ini. 2.2.5 Pencegahan Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat proses degenerasi terjadi pada tulang punggung kita, maka ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya spondylosis. Data ini diambil dari website Mayo Clinic.
1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari. Pilih jenis olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan dan kelenturan. 2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan otot, kelenturan, dan jangkauan gerak. 3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu lama. Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja di depan komputer, ataupun mengemudi. 4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu pada satu kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat barang berat lebih baik tekuk tungkai dan tetap tegak. 5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu mencegah terjadinya cedera bila ada trauma.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya spondylosis. (http://www.qvida.co.id/index.php/news/detil/119)
2.3 Parkinson Parkinson mencakup berbagai kondisi dengan beragam etiologi dengan gejala klinik yang serupa atau hampir serupa. Kriteria yang menggolongkannya kedalam sindrom parkinson ialah adanya rigiditas, tremor, dan bradikinesia; gejala yang dapat dijumpai pada banyak penyakit neurologi kronis dan dapat pula dicetuskan oleh obat tertentu atau toksin tertentu. Johnson dan kawan-kawan mengemukakan bahwa diagnosis klinis penyakit parkinson dapat ditegakkan bila dijumpai sekurang-kurangnya 2 dari 4 gejala berikut, yaitu: tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. 2.3.1 Klasifikasi Parkinson Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 bagian besar, yaitu: 1. Primer atau idiopatik Merupakan bentuk parkinson yang paling sering dijumpai, yang sering disebut sebagai paralisis agitans. Kira-kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk jenis ini. 2. Sekunder atau simtomatik Pada jenis ini, penyebab penyakit dapat diketahui. Berbagai kelainan atau penyakit dapat
mengakibatkan sindrom parkinson, diantaranya ialah
arterosklerosis, anoksia atau iskemia serebral, obat-obatan zat toksik, penyakit (ensefalitis viral, sifilis meningo-vaskular, pasca ensefalitis) 3. Paraparkinson atau ’Parkinson Plus’ Pada kelompok ini, gejala parkinson hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakir secara keseluruhan. Dari segi terapi dan prognosis perlu Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
dideteksi penyakit ini, yang misalnya didapat penyakit Wilson, Hutington, sindrom Shy Drager, Hidrosefalus normotesif. 2.3.2 Patologi dan Patofisiologi Gejala utama sindrom Parkinson adalah bradikinesia, rigiditas dan tremor, yang sebagian disebabkan oleh tidak seimbangnya aktivitas sistem motor alfa dengan motor gamma. Didapatkan depresi aktivitas gamma dan peningkatan aktivitas alfa. Saat ini belum dapat diungkapkan dengan baik bagaimana berkurangnya dopamin distriatum sehingga menyebabkan tremor, rigiditas dan akinesia. Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyususn rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basal (kaudatus, putamen, palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substantia nigra, nukleus rubra, lokus seruleus). 2.3.3 Terapi Obat Sindrom parkinson dapat dianggap sebagai keadaan dimana didapatkan insufisiensi relatif dari dopamin disusunan saraf pusat. Sistem dopaminergik serebral tertekan dan didapatkan ketidakseimbangan
aktivitas dan interaksi
antara sistem dopaminergik dengan sistem lain diotak. Mungkin
interaksi
mayor
ialah
antara
jalur
nigrostriatal
yang
dopaminergik dengan jalur polidotalamus yang kholinergik. Namun, integrasi refleks diganglia basal sangat kompleks dan sistem lainnya yang dipengaruhi zat
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
biokimiawi masih ada yang terlibat dalam patogenesis sindrom Parkinson. Saat ini terapi obat terutama ditujukan untuk memperbaiki sistem dopaminergik di otak. Contoh obat-obat yang diberikan ialah: 1. Levodopa 2. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa 3. Bromokriptin 4. Obat antikolinergik 5. Antihistamin 6. Amantadin (Symmetrel) 7. Selegilline (suatu inhibitor MAO jenis B) (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Editor : Harsono), 1996)
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB III STUDI KASUS
Studi Kasus Oleh Trisna Kurnia, S.Farm. 3.1 Identitas Pasien Nama
:
RS
Jenis Kelamin/Umur :
Perempuan / 59 tahun
Agama/Suku
:
Kristen / Batak
Status perkawinan
:
Kawin
Pekerjaan
:
Pensiunan PNS
Tanggal Masuk RS
:
18 Pebruari 2009, Pukul 17.45 WIB
Jenis Pelayanan
:
ASKES
No. Rekam Medik
:
64-96-36
Ruangan
:
Lantai VI ruang 602
Alamat
:
Jln. Kapten Muslim Gg. Perrtama No. 28 Medan Helvetia
3.2 Keadaan Pasien Sewaktu Masuk RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Pasien masuk ke Rumah Sakit Dr. Pirngadi Kota Medan pada tanggal 18 Pebruari 2009 jam 17.45 WIB dalam keadaan sadar, dengan kondisi fisik lemah, mengalami vertigo, tangan bergetar dan kebas-kebas, serta seluruh tubuh lemah. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter, diketahui bahwa pasien memiliki tekanan darah yang tinggi yaitu 150/100 mmHg, sedangkan denyut nadi pasien rendah yaitu 68 kali/menit. Dokter menyimpulkan diagnosa sementara pasien adalah Stroke + Vertigo + Parkinson.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
3.3 Pemeriksaan yang Dilakukan 3.3.1 Hasil Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan ditunjukkan pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik per 18 Pebruari 2009 No
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Presens
-
1.
Sensorium
2.
Tekanan Darah (TD)
150/100 mmHg
120 / 80 mmHg
3.
Nadi (Heart Rate/HR)
68 kali/menit
70-90 kali / menit
4.
Pernafasan (Respiratory
20 kali/menit
10-20 kali / menit
36,7 0C
37 ± 0,5 0C
Rate/RR) 5.
Temperatur
3.3.2 Pemeriksaan Laboratorium Pasien melakukan pemeriksaan Hematologi di Laboratorium Instalasi Patologi Klinik pada tanggal 19 Pebruari 2009. Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub Bagian Hematologi Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal
Leukosit (WBC)
5,0 H103/mm3
4.00–11.00 H 103/mm3
Erithrosit (RBC)
4,45 H 106/mm3
4.00–5.40 H 106/mm3
Hemoglobin (HGB)
12,9 L g/dl
12.00 – 16.00 L g/dl
Hematokrit (HCT)
39,3 L %
36.00 – 48.00 L %
Trombosit (PLT)
311 103/mm3
150 – 400 103/mm3
Hasil pemeriksaan darah diatas menunjukkan bahwa nilai hasil pemeriksaan masih berada dalam batas normal yang mengindikasikan bahwa kondisi darah pasien masih baik dan tidak menunjukkan infeksi atau kelainan. Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Pasien juga menjalani pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, lipid profile, dan metabolisme gula pada tanggal 19 pebruari 2009 Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik sub bagian Kimia Klinik Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
- Bilirubin Total
0,9
0,00-1,20 mg/dl
- Bilirubin Direct
0,15
0,05-0,3 mg/dl
- SGOT
16
0-40 U/I
- SGPT
14
0-40 U/I
- Alkali Phosphatase
62
35-104 U/I
23
10-50 mg/dl
- Creatinin
0,68
0,6-1,20 mg/dl
- Uric Acid
5,5
3,5-7,0 mg/dl
- Cholesterol Total
214
140 – 200 mg/dl
- Trigliserida
71
10 – 190 mg/dl
- HDL-Cholesterol
39
35 – 55 mg/dl
- LDL-Cholesterol
161
< 190 mg/dl
Darah
Nilai normal
Gula Puasa
39
<60-100 mg/dl
2 Jam PP
138
<140 mg/dl
90 mg/dl
80-100mg/dl
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal - Ureum
Lipid Profile
Metabolisme Glukosa
Kadar Gula Darah
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di atas dapat dilihat bahwa fungsi hati dan ginjal pasien dalam keadaan baik, hal ini dapat dilihat dari hasilnya masih dalam batas normal. Hasil pemeriksaan metabolisme glukosa dari pasien juga masih dalam batas normal. Namun, pada hasil pemeriksaan kolesterol, jumlah kolesterol total pasien melebihi batas normal, meskipun hasilnya tidak Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
terlalu jauh. Keadaan ini dapat mengindikasikan kalau pasien memiliki kecenderungan mengalami arterosklerosis. 3.3.3 Pemeriksaan Radiologis Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Radiologis dan CT Scan Tanggal
Bagian yang Diperiksa
19 Pebruari 2009
Tulang Punggung
Osteophyte pada L 1-5
(Photo Lumball)
menimbulkan Spondylosis
Head CT-Scan
Infark lakuner pada nukleus
21 Pebruari 2009
Hasil dan Diagnosa
lentikularis kiri
3.4 Riwayat Penyakit Pasien Pasien memiliki riwayat hipertensi beberapa tahun belakangan ini. Stroke yang dialami pasien saat ini adalah serangan stroke yang pertama kali dialami pasien. Pasien mengalami rasa sakit dibagian punggung bagian bawah, rasa sakit ini juga masih baru pertama kali dialami pasien. 3.5 Diagnosa Penyakit Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Klinik yang dilakukan pada tanggal 19 dan 21 Pebruari 2009, serta melihat kondisi pasien, Dokter mendiagnosa pasien mengalami Stroke Non Hemorragik, Parkinson, dan Spondylosis. 3.6 Terapi Obat Setelah dilakukan pemeriksaan maka pasien diberikan terapi obat-obatan seperti tercantum pada lampiran 1 halaman 35.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB IV PEMBAHASAN
Pasien masuk ke Rumah Sakit Dr. Pirngadi Kota Medan pada tanggal 18 Pebruari 2009 jam 17.45 WIB dan langsung dirawat di ruang IGD. Kondisi pasien saat itu dalam keadaan sadar, dengan kondisi fisik lemah, kepala oyong-oyong, tangan bergetar dan kebas-kebas, serta seluruh tubuh lemah. Setelah diperiksa, pasien mempunyai tekanan darah yang tinggi yaitu 150/100 mmHg, denyut nadi 68x/menit, pernafasan 20x/menit, dan suhu tubuh 36,7oC. Dokter menyimpulkan diagnosa sementara pasien adalah Stroke + Vertigo + Parkinson. Pada tanggal 19 dan 21 Pebruari 2009 dilakukan pemeriksaan Radiologis Photo Lumball dan CT-Scan Kepala. Hasil pemeriksaan Photo Lumball dan CTScan kepala menunjukkan pasien menderita Spondylosis dan terkena Stroke Non Haemorragik. Berdasarkan hasil tersebut pasien didiagnosa menderita Stroke Non Haemorragik, Spondylisis dan Parkinson. Pasien juga mendapatkan pemeriksaan darah, fungsi hati dan ginjal, lipid profile, dan metabolisme glukosa pada tanggal 19 Pebruari 2009. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut, menunjukkan bahwa pasien tidak menderita infeksi dan kelainan darah. Demikian juga hasil pemeriksaan pada fungsi hati dan ginjal serta metabolisme glukosa pasien masih dalam keadaan normal dan tidak ada kelainan. Sementara pemeriksaan terhadap profil lipid pasien, jumlah kolesterol totalnya lebih besar dari batas normal, yaitu sebesar 214 mg/dl, yang mengindikasikan pasien cenderung mengalami arterosklerosis. Hasil
25
pemeriksaan terhadap trigliserida, HDL, dan LDL masih berada dalam range yang normal. Selama proses penyembuhan pasien diberikan latihan-latihan fisik yang ditangani oleh bagian Laboratorium Fisioterapi, yaitu pada tanggal 23 hingga 26 Pebruari 2009. Latihan fisik yang diberikan adalah naik sepeda, latihan gerak kaki dan tangan, dan exercise. Latihan-latihan fisik yang dilakukan bertujuan untuk melatih alat pergerakan pasien yang mulai kaku dan mengalami instabilitas postural. Hal ini penting dilakukan pasien karena otot-otot yang lemah dapat diperkuat,
lebih
lentur
dan
memperluas
jangkauan
gerak,
membantu
mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi dan kekuatan otot-otot di sekitarnya sehingga otot menyerap benturan dengan lebih baik pada penderita Stroke.. (http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=17) Terapi pengobatan diberiksan sejak hari pertama pasien masuk rumah sakit, yaitu pada tanggal 18 Pebruari 2009. Pengobatan menggunakan KAEN 3B, Ranitidin, dan Neurotam sudah diberikan mulai tanggal 18 Pebruari 2009 hingga tanggal akhir pengamatan kondisi pasien, yaitu tanggal 28 Pebruari 2009. KAEN 3B diberikan dengan tujuan memelihara keseimbangan elektrolit pada kondisi pasien yang lemah. Pemberian KAEN 3B dalam terapi ini cukup tepat sebab kondisi pasien memang benar-benar lemah dan membutuhkan asupan nutrisi yang ada didalam KAEN 3B. Ranitidin diberikan karena kesadaran pasien yang menurun, dan tingkat stres yang dialami pasien dapat meningkatkan asam lambung. Sementara injeksi Neurotam (piracetam) diberikan untuk memperbaiki aliran darah ke otak dengan cara memperbaiki metabolisme sel dan mikrosirkulasi
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
sehingga neurotransmisi serebral dapat diperbaiki. Pemberian Neurotam (pirasetam) dianggap tepat sebab pasien adalah penderita Stroke Non haemorragik yang mengalami sirkulasi darah yang buruk pada otak. Klobazam, Mertigo, dan Amdixal diberikan pada tanggal 18 Pebruari 2009. Klobazam diberikan sebagai antidepresan pada pasien yang seringkali mengeluh takut mati, stres, dan sedih, sehingga obat tersebut dapat memberikan ketenangan pada pasien. Pemberian obat ini sudah tepat, sebab keadaan pasien yang depresif dapat memperburuk kondisinya. Klobazam digunakan sebagai terapi pasien dimulai dari tanggal 18 hingga 26 Pebruari 2009. Mertigo diberikan untuk mengatasi keluhan oyong/vertigo pada pasien. Amdixal diberikan untuk mengatasi hipertensi pada pasien karena tekanan darahnya cukup tinggi (150/100 mmHg). Pasien mengeluh rasa sakit di punggung bagian bawahnya, sehingga pada tanggal 19 Pebruari 2009 dilakukan pemeriksaan Radiologis. Hasil radiologis menyatakan pasien mengalami spondylosis (low back pain), hal inilah yang menimbulkan rasa sakit pada punggung bawah pasien. Dokter memberikan Voltadex, suatu AINS yang dapat mengurangi rasa sakit pada punggung bawah pasien. Obat tambahan lain yang diberikan pada hari itu antara lain Leparson, Triheksifenidil, ISDN, dan Adalat Oros. Leparson mengandung Levodopa yang berfungsi untuk meningkatkan kadar Dopamin diotak. Pemberian Leparson baik untuk pasien karena pasien menderita Parkinson, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan Dopamin di otak. Triheksifenidil diberikan untuk mendukung pengobatan parkinson yang dilakukan oleh levodopa, sebab kombinasi Triheksifenidil dengan Levodopa seringkali berguna untuk pengobatan parkinson.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
(Tan Hoan Tjay, 2002). Tekanan darah pasien yang tinggi yaitu 130/80 mmHg perlu diturunkan. ISDN (Isosorbit Dinitrat) digunakan untuk mengurangi serangan iskemik pada jantung, yaitu bertindak sebagai vasodilator koroner dan mengurangi kebutuhan jantung akan oksigen. Obat ini digunakan secara sublingual untuk mempermudah absorpsinya oleh tubuh. Sementara Adalat oros diberikan untuk menurunkan tekanan darah yang bertindak sebagai vasodilator pada otot jantung dengan cara menghambat masuknya Ca kedalam sel-sel otot jantung dan sel-sel otot polos dinding arteri. Penggunaan Adalat oros (Nifedipin) dengan Voltadex (Na Diklofenak) menimbulkan interaksi pada kedua obat. Diklofenak merupakan suatu AINS yang non selektif, dan keadaan ini sangat berkaitan dengan efek yang ditimbulkannya yaitu menghambat pelepasan Prostaglandin yang memberikan efek vasodilatasi, sehingga dengan dihambatnya Prostaglandin ini akan menyebabkan tekanan darah meningkat. Diklofenak juga menurunkan level serum Nifedipin dalam darah, sehingga menurunkan bahkan menghilangkan efek antihipertensi dari Nifedipin. Disarankan agar pemberian kedua obat dipantau dan bila perlu dosis Diklofenak dikurangi dari dosis normal. (Stockley, 2006) Terapi pengobatan yang dilakukan pada tanggal 20 Pebruari 2009 masih sama dengan hari sebelumnya, namun pasien diberikan obat tambahan injeksi Lasix. Ini bertujuan untuk mengurangi edema perifer sebagai efek samping aktivitas vasodilatasi akibat penggunaan ISDN dan Adalat Oros yang diberikan pada hari sebelumnya. (Mary J. Mycek, et al, 2001) Terapi pengobatan yang diberikan pada tanggal 21 Pebruari 2009 masih sama dengan hari sebelumnya, namun pasien diberikan obat tambahan infus
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Kalbamin, yaitu suatu parenteral nutrisi yang mengandung asam amino esensial dan non-esensial. Hal ini sangat penting bagi pasien, mengingat kondisinya yang lemah dan kurangnya asupan asam amino dalam tubuh pasien akibat menurunnya nafsu makan. Terapi pengobatan yang diberikan pada tanggal 22 Pebruari sama dengan terapi pengobatan pada 23 Pebruari 2009. obat-obat yang diberikan masih sama dengan hari sebelumnya, namun pasien diberikan obat tambahan tablet Sifrol, yaitu suatu obat antiparkinson yang mengandung pramipeksol, yang bekerja dengan cara mempengaruhi SSP sehingga stimulus terhadap reseptor dopamin ditingkatkan.(Tan Hoan Tjay, 2002) Terapi pengobatan yang diberikan pada tanggal 24 Pebruari 2009 masih sama dengan hari sebelumnya. Terapi pengobatan yang diberikan pada tanggal 25 Pebruari 2009 masih sama dengan hari sebelumnya, namun pasien diberikan obat tambahan kapsul Kalxetin (Fluoksetin), yaitu suatu antidepresan yang bekerja menghambat re-uptake serotonin secara selektif. Obat ini diberikan sebab secara fisik kondisi pergerakan pasien yang lemah, dan tremor yang masih terlihat jelas. Penggunaan Fluoksetin dengan Nifedipin secara bersamaan dapat menimbulkan interaksi. Mekanisme interaksi yang terjadi adalah Fluoksetin menghambat kerja dari isoenzim Sitokrom P450 CYP3A4, yaitu suatu enzim yang memetabolisme Nifedipin, sehingga kadar Nifedipin dalam darah meningkat. Keadaan ini juga dapat menimbulkan reaksi yang merugikan, seperti hipotensi, edema, pusing, dan mual. Disarankan agar penggunaan bersamaan kedua obat harus dipantau dan diberikan interval waktu dalam penggunaan masing-masing obat. (Stockley, 2006)
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
Terapi pengobatan yang diberikan pada tanggal 26 Pebruari 2009 masih sama dengan hari sebelumnya, namun pasien diberikan obat tambahan Mertigo dan Cholespar. Cholespar yaitu suatu obat yang mengandung Natrium Pravastatin, yang berfungsi menurunkan kolesterol total dan kolesterol LDL. Ini sudah tepat sebab hasil pemeriksaan profile lipid menunjukkan kadar kolesterol total melebihi batasan normal, yaitu 214 mg/dl. Terapi pengobatan yang diberikan pada tanggal 27 dan 28 Pebruari 2009 masih sama dengan hari sebelumnya, namun penggunaan Klobazam dihentikan dan diganti dengan Alprazolam dan diberikan injeksi Diazepam secara i.m jika pasien gelisah dan takut. Hal ini sangat baik bagi pasien, karena pasien selalu mengeluh ketakutan dan cemas jika penyakitnya ini akan membuat dia tidak bisa bertemu lagi dengan kelurganya. Alprazolam diberikan tiap malam, dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan. Alprazolam dan Diazepam adalah antidepresan golongan Benzodiazepin untuk ansietas yang hebat. Penggunaan kedua obat ini perlu dikaji ulang, karena bersifat over prescribing.sebaiknya pilih salah satu obat yang dianggap tepat. (Mary J. Mycek, et al, 2001) Perlu diperhatikan bahwa penggunaan Alprazolam secara bersamaan dengan Kalxetin (Fluoksetin) dapat menimbulkan interaksi. Mekanisme kerjanya menurut beberapa ahli ialah Fluoksetin menghambat metabolisme Alprazolam melalui reaksi oksidasi sehingga meningkatkan dan memperpanjang efek dari Alprazolam. Untuk itu disarankan agar dosis Alprazolam diturunkan, setidaknya setengah dari dosis normal. Ini juga baik dilakukan untuk mengurangi reaksi buruk yang terjadi, seperti gangguan ingatan, gangguan pergerakan, dan rasa mengantuk. (Stockley, 2006)
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Dokter
mendiagnosa
pasien
mengalami
penyakit
Stroke
Non
Haemorragik, Parkinson dan disertai dengan Spondylosis. 2. Adapun terapi yang digunakan untuk penatalaksanakan masing-masing penyakit tersebut meliputi : •
Terapi untuk penyeimbangan elektrolit diberikan infus KAEN 3B
•
Untuk mengatasi stroke, pasien diberikan Piracetam dan Cholespar.
•
Untuk terapi Spondylosis diberikan suatu analgetik dan antiradang yaitu Voltadex yang mengandung Na Diklofenak.
•
Terapi yang dilakukan untuk mengatasi Parkinson adalah pemberian Triheksifenidil dikombinasikan dengan Levodopa, dan pemberian Sifrol yang mengandung pramipeksol.
3. Riwayat stroke pasien kemungkinan disebabkan oleh adanya beberapa faktor resiko stroke yaitu Hipertensi dan Hiperkolesterol. 4. Penanganan Spondylisis dinilai cukup efektif sebab penanganan Spondylisis secara nonbedah adalah cukup dengan memberikan suatu analgetik atau antiinflamasi untuk mengurangi rasa sakit dan timbulnya peradangan. 5. Perlu bagi Apoteker untuk bekerjasama dengan Dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan pengobatan yang tepat bagi pasien
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
serta memantau kondisi pasien, sehingga pelayanan kesehatan bagi pasien dapat memberikan penyembuhan. 6. Terdapat 3 interaksi obat selama pasien mendapat terapi pengobatan, yaitu interaksi Kalxetin (Fluoksetin) dengan Adalat oros (Nifedipin), Kalxetin (Fluoksetin) dengan Alprazolam, dan Adalat oros (Nifedipin) dengan Voltadex (Na Diklofenak).
5.2 Saran 1. Dilakukan pemilihan obat yang sesuai dan rasional terhadap penggunaan obat-obat penenang, yaitu tidak perlu menggunakan kedua obat penenang (alprazolam dan diazepam) yang mempunyai efek yang sama secara bersamaan. Pilih salah satu penggunaan obat yang dianggap paling tepat dalam terapi. 2. Diperlukan komunikasi yang bermanfaat antara Dokter, Apoteker dan ahli kesehatan lainnya untuk kemajuan pengobatan pasien dan literatur yang cukup untuk mencegah dan menanggulangi resiko interaksi obat.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Informasi Spesialite Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Anonim, 2006, Indonesia Index of Medical Specialities . Edisi Indonesia; MIMS Petunjuk Konsultasi, CMP Medica. Singapura. Anonim.
2008.
Manajemen
Stroke.
Online:
Maret
2009.
http://doctor2008.wordpress.com/2009/02/20/mending-a-stroke-intime/&usg Anonim.
2008.
Parkinson
Pada
Usia
Lanjut.
Online:
Maret
2009.
http://www.papdi.org/main/papdi/cpd/index.php?do=admin.pdf&ID=20 Anonim.
2008.
Penanganan
Stroke.
Online:
Maret
2009.
Maret
2009.
http://digilib.ums.ac/id/com Anonim.
2008.
Rawatan
Stroke.
Online:
http://www.yayasanstrokeindonesia.com Anonim.
Anonim.
2008. Tanya Jawab Kesehatan. Online: Maret http://www.tanyadokter.com/newsdetail.asp?id=1000531 2008.
Terapi
Pada
Penderita
Stroke.
Online:
Maret
2009.
2009.
http://www.clinicmandiristrokcenter.com. Buku saku, 2006, Obat-obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian, Edisi Revisi, Laboratorium Manajemen Farmasi dan Farmasi masyarakat, Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Mycek, M.J., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi 2, Penerbit Widya Medika, Jakarta Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Editor: Harsono), 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soeharso, R., 1978, Pengantar Ilmu Bedah Orthophedi, Yayasan Essentia Medica. Jakarta. Stockley (Editor: Karen Baxter), 2006, Drug Interactions. Pharmaceutical Press. United State of America.
Trisna Kurnia : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009.
LAMPIRAN Lampiran 1. Terapi Obat Pasien (Tanggal 18 Pebruari 2009 hingga 23 Pebruari 2009) Keluhan Keadaan Umum Demam Nafsu makan Sensorium Pemeriksaan TD (mmHg) DN (kali/menit) P (kali/menit) Suhu Tubuh (°C) Diagnosa
18/2
19/2
20/2
21/2
22/2
23/2
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Present
Keterangan
Sadar
150/100 68 20 36,7 Stroke + Vertigo + Parkinson
110/80 98 20 36,5 Stroke Non Hemorragik + Parkinson
130/90 80 20 36,5 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
110/80 80 20 37 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
140/80 80 20 37 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
110/70 80 20 37 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
Tekanan darah Denyut Nadi Pernafasan
Terapi KAEN 3B Ranitidin Neurotam Klobazam
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Amdixal
√
20 tetes/menit 1 ampul/8 jam 1 gr/12 jam 1 tablet tiap malam 5 mg/hari
i
Lampiran 1. Terapi Obat Pasien (Tanggal 18 Pebruari 2009 hingga 23 Pebruari 2009) Lanjutan Mertigo Leparson Triheksifenidil Voltadex
√
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
ISDN
√
√
√
√
√
Adalat Oros Lasix Kalbamin Cholespar
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
Sifrol Kalxetin Alprazolam Diazepam
ii
2 tablet/hari 3 tablet/hari 3 tablet/hari 2 tablet @50 mg/hari 2 tablet @5 mg/hari 30 mg/hari 1 ampul/hari 1 flash/hari 2 tablet @20 mg/hari 20 mg/hari 5 mg/hari 0,5mg/hari 1 ampul/hari
Lampiran 1. Terapi Obat Pasien (Tanggal 24 Pebruari 2009 hingga 28 Pebruari 2009) Keluhan Keadaan Umum Demam Nafsu makan Sensorium Pemeriksaan TD (mmHg) DN (Kali/menit) P (kali/menit) Suhu Tubuh (°C) Diagnosa
Terapi KAEN 3B Ranitidin Neurotam Klobazam
24/2
25/2
26/2
27/2
28/ 2
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Present
Keterangan
Sadar
120/80 84 20 37 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
120/82 80 20 36,5 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
120/70 81 20 36,5 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
140/80 80 20 36,5 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
120/82 80 20 37 Stroke Non Hemorragik + Parkinson + Spondylosis
Tekanan darah Denyut Nadi Pernafasan
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
20 tetes/menit 1 ampul/8 jam 1 gr/12 jam 1 tablet tiap malam
iii
Lampiran 1. Terapi Obat Pasien (24 Pebruari 2009 hingga 28 Pebruari 2009) Lanjutan Mertigo Leparson Triheksifenidil Voltadex
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
ISDN Adalat Oros Kalbamin Cholespar
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Sifrol Kalxetin Alprazolam Diazepam
√
√ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √
iv
2 tablet/hari 3 tablet/hari 3 tablet/hari 2 tablet @50 mg/hari 2 tablet @5 mg/hari 30 mg/hari 1 flash/hari 2 tablet @20 mg/hari 20 mg/hari 5 mg/hari 0,5 mg/hari 1 ampul/hari
Lampiran 2. Tinjauan Umum Tentang Farmakologi Obat Nama obat KAEN 3B
Bentuk sediaan Larutan infus 500 ml
Dosis Dewasa: 5001000 ml pada 1x pemberian secara IV drip
Ranitidine
Ampul 2ml @ 25 mg/ml
50 mg/2 ml tiap 6-8 jam.
Neurotam (Pirasetam)
Ampul 5 3x/hari 1 gr i.m ml atau i.v @200mg /ml
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping
Mekanisme kerja
Menyalurkan atau memelihara keseimbangan air dan elektrolit pada keadaan dimana asupan makanan peroral tidak mencukupi atau tidak mungkin. Mengobati segala bentuk tukak pada saluran cerna
Hiperkalemia, oligouria, penyakit Addison, luka baker berat & azotemia. Kelebihan Na, sindrom malabsorpsi glukosa,-galaktosa, cedera hati yang berat, aritmia jantung. Wanita hamil, menyusui, dan pasien dg gangguan fungsi hati.
Alkalosis, edema otak, paru & perifer, intoksikasi air & hiperkalemia, tromboflebitis.
-
Sakit kepala, pusing, & gatal pada kulit
Kemunduran daya pikir,asthenia, gangguan adaptasi, gangguan reaksi psikomotor, dan Terapi infark serebrum.
Penderita kerusakan ginjal parah (bersihan kreatinin <20 ml), hipersensitivitas terhadap piracetam.
Keguguran, lekas marah, sukar tidur, gelisah & gemetar, agitasi, gangguan GI, sakit kepala & vertigo, kadang mulut kering, libido meningkat, menambah berat badan, hipersensitifitas kulit.
Menghambat sekresi lambung dg cara menghambat secara kompetitif kerja histamine pada semua reseptor H2 (antagonis reseptor H2) Memperbaiki aliran darah keotak dan metabolisme glukosa tanpa mempengaruhi daerah yang normal.
v
Lampiran 2. Tinjauan Umum Tentang Farmakologi Obat (Lanjutan) Triheksifenidil
Tablet 2 mg
Efektif Untuk pengobatan segala bentuk antara 6-10 penyakit Parkinson mg
-
Gangguan saluran cerna, mulut kering, gangguan penglihatan, gelisah, sukar tidur dan halusinasi. Mual, muntah, diare, dyspepsia, konstipasi, kembung, rabdomolisis, miopati, sakit kepala.
Cholespar (Natrium pravastatin)
Tablet 20 mg
Dewasa: 10-40 mg/hari menjelang tidur
Memperlambat terjadinya aterosklerosis koroner & menurunkan insiden penyakit jantung pada pasien dg hiperkolesterolemia
Hipersensitif komponen obat. Penyakit hati aktif, hamil dan laktasi.
Sifrol (Pramipeksol)
Tablet 0,25 mg
Pengobatan tanda-tanda dan gejala penyakit Parkinson idiopatik.
Hipersensitivitas
Mual, konstipasi, rasa ngantuk, halusinasi, bingung, pusing.
Voltadex
Tablet 50 mg
Dosis awal 0,37mg/hri Dosis maksimum 4,5 mg/hari Dewasa: 75-100 mg/hari
Peradangan dan bentuk degeneratif pada peradangan, arthritis rheumatoid, spondilitis ankilosa, osteoarthritis, & spondilitis arthritis, sindroma nyeri kolumna vertebralis, reumatik non artikular, serangan akut gout.
Tukak lambung
Tukak lambung
vi
Bekerja langsung di SSP dengan cara meningkatkan kadar Dopamin di Otak
Berdasarkan penghambatan enzim HMG-CoA-reduktase, yg berperan esensial dalam hati untuk pengubahan HMGCoA mjd asam mevalonat. Meningkatkan kadar dopamine dengan cara menstimulasi reseptor dopamine secara langsung dan selektif. Mengurangi rasa sakit dan peradangan dengan cara menghambat kerja siklooksigenase.
Lampiran 2. Tinjauan Umum Tentang Farmakologi Obat (Lanjutan) Lasix Ampul (Furosemida) 2 ml
1 tblt/hari, dosis maks: 40mg/hari
Edema, liver ascites, hipertensi ringan sampai dg sedang.
Gagal ginjal akut dg anuria, koma hepatic, hipokalemia, hiponatremia, hipovolamia,. Gangguan fungsi ginjal & hati. Hipertensi, angina pectoris kronik stabil, Syok KV, hamil, pasca infark (kecuali pasca infark miokard laktasi, infark akut) miokard, termasuk 8 hari pertama sesudah infark miokard.
Adalat Oros (Nifedipin)
Tablet 30 mg
Dewasa: 30 mg/hari
Klobazam
Tablet 10 mg
20-30 Mengatasi keadaan yang berhubungan dg mg/hari ansietas, ketegangan, gangguan tidur tiap malam disebabkan kelainan mental & emosional.
vii
Hipersensitivitas, penderita miastenia gravis. & glaucoma, pasien yg mengalami depresi CNS/koma, penderita psikotik, & gangguan depresi mental,penderita gangguan pernafasan, kehamilan trimester I.
Gangguan saluran cerna, kadangkadang reaksi alergi. Vasodilata si ringan & sepintas, hipotensi, gangguan GI, dan reaksi kulit.
Sebagai diuretic yg bekerja dg mengurangi reabsorpsi natrium & air, sehingga pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Sebagai antagonis Ca yaitu melakukan vasodilatasi koroner & perifer, menekan kerja jantung.
Mempengaruhi secara langsung SSP, sehingga menimbulkan efek sedative, hipnotik, dan antikonvulsi.
Lampiran 2. Tinjauan Umum Tentang Farmakologi Obat (Lanjutan) Amdixal (Amlodipin maleat)
Tablet 5 mg
ISDN
Tablet sublingu al 5 mg
Leparson (Levodopa)
Tablet 100 mg
5 mg/hari, dosis maks: 10 mg/hari
Hipertensi,arterial, terapi profilaksis, angina pectoris
Hipersensitif terhadap amlodipin & dihidropiridin. Syok kardiogenik, stenosis aorta berat, angina pectoris tdk stabil, infark miokard akut, hipotensi berat, gangguan hati. 1-2 Angina pectoris, Hipotensif berat, obstruksi tablet/hari gangguan angina kardiomiopati hipertropik, sesudah infark otot perikarditis kontriktif, stenosis jantung, aorta & mitral, pencegahan infarkumolaudium dg preload serangan angina rendah. pd penderita koroner kronik. Dewasa: 2- Antiparkinson Glaucoma sudut sempit, 6 psikosis, endokrin tak tablet/hari terkompensasi yg berat, gangguan ginjal, hati, paru & jantung. Penggunaan bersama simpatomimetik amin atau penghambat MAO. Pasien ≤25 thn, hamil, laktasi.
viii
Ganggauan GI, hati, muskuloskeletal, saluran kelamin & kemih, kelainan kulit, system saraf, sensorik, KV, Sakit kepala, mual muntah, pusing, lemah, takikardia.
Sebagai antagonis Ca yaitu melakukan vasodilatasi koroner & perifer, sehingga menekan kerja jantung.
Anoreksia, aritmia kordis & hipotensi ortostatik. Diskinesia, termasuk gerakan involunter abnormal.
Bekerja sebagai precursor metabolic dopamine yg mudah menembus SSP & diubah mjd dopamine dlm otak.
Sebagai vasodilator koroner yang memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukan darah serta O2, shg meringankn beban jantungyaitu mengurangi frekuensi serangan.
Lampiran 2. Tinjauan Umum Tentang Farmakologi Obat (Lanjutan) Kalbamin (Asam amino esensial dan nonesensial)
Larutan infuse 500 ml 10%
Berdasarkan kenutuhan metabolic, pengeluaran energi & status klinik pasien.
Malnutrisi, trauma injury (sebelum & sesudah operasi)
Metabolisme asam amino abnormal, komahepatik, kerusakan ginjal berat,.
Alprazolam
Tablet 0,5 mg
0,5-4,0 mg/ hari dlm dosis terbagi.
Kalxetin
Kapsul 10mg
20mg/hari
Gejala ansietas termasuk ansietas yg disertai gejala depresi panic disorder dg atau tanpa agoraphobia. Antidepresan
Diazepam
Ampul
Hipersensitifitas terhadap golongan benzodiazepine, glaucoma sudut sempit akut, miastenia gravis. Hipersensitivitas, Mual, diare, mulut kering, pasien gagal ginjal hilang nafsu makan, berat. insomnia, mengantuk, gelisah, tremor, pusing. Mengantuk, termenung, pusing, dan kelemahan otot.
Mertigo (Metahistin besylate)
Tablet 6 mg
Dewasa: 2-6 tablet/hari
Menurunkan ansietas, bersifat sedative & hipnotik, antikonvulsan, dan pelemas otot. Vertigo dan pusing
ix
Reaksi hipersensitif, asidosis berat, gagal jantung kongestif, mual, muntah, rasa tdk enak didada, palpitasi, peningkatan SPGT, bilirubin total. Intoksikasi fungsi saraf.
Penderita tukak peptic, Gangguan saluran cerna & asma bronchial, ruam kulit feokromasitoma.
-
Antidepresan yg mempengaruhi secara langsung SSP. Antidepresan yg menghambat reuptake serotonin secara selektif. -
-
Lampiran 2. Tinjauan Umum Tentang Farmakologi Obat (Lanjutan) Amdixal Tablet (Amlodipine 5 mg maleat)
5 mg/hari, dosis maks: 10 mg/hari
Hipertensi,arterial, Hipersensitif terapi profilaksis, terhadap amlodipin & angina pectoris dihidropiridin. Syok kardiogenik, stenosis aorta berat, angina pectoris tdk stabil, infark miokard akut, hipotensi berat, gangguan hati.
x
Ganggauan GI, hati, muskuloskeletal, saluran kelamin & kemih, kelainan kulit, gangguan system saraf, gangguan sensorik, gangguan KV, sensasi panas & kemerahan pd wajah, keringat berlebihan, ginekomastia, disfungsi seksual, nyeri.
Sebagai antagonis Ca yaitu melakukan vasodilatasi koroner & perifer, sehingga menekan kerja jantung.