LAPORAN PENELITIAN YANG DIAJUKAN KE LEMBAGA PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UNIVERSITAS TARUMANAGARA
STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN BRAND IMAGE ECO-TOURISM PULAU LOMBOK
Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos, M.Si Yugih Setyanto, S.Sos,M.Si Septia Winduwati, S.Sos, M.Si
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA JUNI 2016
HALAMAN PENGESAHAN
1.
2.
Judul Penelitian
Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Jabatan Struktural e. Jabatan Fungsional f. Fakultas/Jurusan g. Telepon/Faks. h. Email i. Alamat Rumah
:
Strategi Public Relations dalam Membangun Brand Image Eco-tourism Pulau Lombok
: : : : : : : : : :
Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos, M.Si Perempuan 10915001 FIKom 021 569 60586
[email protected] Jl.Tanjung Gedong Raya No.8b, RT002/ RW09, Kelurahan Tomang, Grogol, Jakarta Barat
3. Anggota Penelitian
:
1) Yugih Setyanto, S.Sos, M.Si 2) Septia Winduwati, S.Sos, M.Si
4. Rencana Belanja Total UNTAR/LPPI
:
Rp. 15.000.000
Jakarta, 29 Juni 2016 Mengetahui, Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Komunikasi
Dr. Riris Loisa, M.Si
Ketua Peneliti
Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos,M.Si 10915001
Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Jap Tji Beng, PhD. NIP: 100381047
ii
RINGKASAN DAN SUMMARY Lombok merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik terutama dari segi eco-tourism. Eco-tourism sangat sesuai dengan visi kepariwisataan berkelanjutan di Lombok yaitu “Lombok menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya, yangberdaya saing dan berkelanjutan”.Eco-tourism adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke daerah alami dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Tidak seperti pariwisata yang biasanya, eco-tourism sangat mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan. Tidak hanya keberlanjutan lingkungan, eco-tourism juga mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Penelitian ini fokus untuk mengetahui strategi public relations pada eco-tourism di Pulau Lombok dan untuk mengetahui bagaimana strategi tersebut memberikan kontribusi dalam membangun brand image eco-tourism Pulau Lombok. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik deskriptif. Kata Kunci: Eco-tourism, Brand Image, Lombok
iii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga tim peneliti dapat melaksanakan penelitian di Lombok dan menyelesaikan penulisan laporan akhir penelitian ini. Kegiatan penelitian ini merupakan salah satu perwujudan dari salah satu tri darma perguruan tinggi khususnya di Universitas Tarumanagara. Kegiatan penelitian ini juga dibantu dan didukung oleh banyak pihak. Oleh sebab itu, tim ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut terlibat dan telah membantu tim, yaitu: 1. Kementerian Pariwisata Pusat dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB yang telah bersedia untuk menjadi narasumber ahli dalam penelitian ini. 2. Pelaku industri eco-tourism Lombok yang telah bersedia menjadi informan mengenai pariwisata yang ada di Lombok. 3. Fakultas Ilmu Komunikasi UNTAR yang telah memberikan dukungan kepada tim peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. 4. LPPI UNTAR yang menyediakan dana sehingga penelitian ini dapat terwujud dan terlaksana. Tim peneliti mengharapkan bahwa laporan ini dapat menambah wawasan pihak lain. Di akhir kata tim mengucapkan sekian dan terima kasih.
Jakarta, 29 Juni 2016
Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos., M.Si Ketua Peneliti
iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN DAN SUMMARY PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Komunikasi Public Relations B. Brand Image C. Konsep Eco-tourism BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian B. Manfaat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Sifat Penelitian C. Strategi Pemilihan Informan D. Metode Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data F. Keabsahan Data Penelitian G. Keterbatasan Penelitian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Pembangunan Pariwisata NTB B. Menciptakan Ecotourism Sebagai Brand Image BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ii iii iv v vi vii 1 5 6 10 14 17 17 18 19 20 21 22 22 23 25 31 36 37 39
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Air Terjun Benang Kelambu di Geopark Kaki Gunung Rinjani 28 Gambar 5.2 Poster Promosi Geopark Rinjani dan Air Terjun di Bandara
29
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Transkrip Wawancara Narasumber
42
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pariwisata kini merupakan sebuah industri besar yang juga digunakan untuk mengenalkan negara ke dunia internasional. Industri pariwisata juga menjadi salah satu sumber devisa negara yang cukup besar, seperti di negara Thailand, Filipina, Singapura, Korea Selatan, atau di teritori Hawaii, Galapagos, Kepulauan Karibia, dan sebagainya. Pariwisata pun telah menjadi salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam dua puluh tahun terakhir.UNWTO mencatat rekor jumlah wisatawan internasional (wisatawan yang bepergian ke luar negeri) pada tahun 2012mencapai 1 milyar orang dengan pendapatan ekspor internasional sebesar 1,3 triliun US$. Jumlah ini meningkat menjadi1,08 milyar pada tahun 2013, dan lebih dari 6 milyar wisatawan melakukan perjalanan di dalam negeri mereka masing-masing.Jumlah wisatawan internasional diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4 milyar pada tahun 2020, dan menjadi1,8 milyar pada tahun 2030 (Saufi, dkk. dalam RIPPARDA Lombok, 2015). Perkembangan teknologi membuat dunia seakan tanpa jarak sehingga mobilitas masyarakat semakin mudah. Dampaknya adalah makin berkembangnya bisnis pariwisata sebagai primadona pemasukan devisa. Namun hal lain yang patut menjadi catatan bahwa pariwisata dapat memberi positioning sebuah negara (atau loksai wisata) secara global.
Sebagai contoh bagaimana Malaysia
menyatakan dirinya sebagai “The heart of Asia” sebagai tagline dari promosi pariwisatanya yang seakan ingin menempatkan negara tersebut sebagai pusat dari Asia. Cara seperti ini sah-sah saja dalam persaingan. Itu pulalah yang seharusnya dilakukan destinasi wisata yang ada di Indonesia. Peran public relations dalam mempromosikan sebuah destinasi wisata merupakan salah satu cara mewujudkan hal tersebut. Bukan saja Indonesia sebagai sebuah negara yang menjadi tujuan
1
wisata terkemuka namun juga bagaimana tujuan-tujuan wisata menarik di Indonesia juga harus dapat mempromosikan “dirinya” kepada masyarakat. Banyak negara, termasuk Indonesia menjadikan pariwisata ini sebagai sektor andalan dalam membangun perekonomian negara. Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia memiliki daya tarik tersendiri untuk menjadi destinasi wisata dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas wilayah terbesar, jumlah penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya. Terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, Indonesia memiliki laut dan hamparan pantai yang indah tempat wisatawan melakukan aktivitas wisata bahari seperti diving, snorkeling dan surfing. Ditunjang dengan iklim tropis, Indonesia mendapat sinar matahari sepanjang tahun karena berada pada lintasan garis khatulistiwa,sehingga aktivitas kepariwisataan tidak dipengaruhi oleh pergantian musim. Selain itu, Indonesia terdiri atas lebih dari 500 suku (etnis), dengan bahasa dan budaya yang beraneka ragam. Keragaman suku dan budaya tersebut menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia karena memiliki atraksi wisata budaya dan kuliner yang sangat unik dan beragam. Salah satu keunggulan yang dimiliki Indonesia untuk pariwisata adalah sumber daya alamnya yang indah. Keberagaman ekosistem alam menyediakan obyek yang menarik bagi wisatawan. Oleh karenanya pariwisara berbasis alam (nature) menjadi andalan dalam industri pariwisata Indonesia. Sayangnya, meskipun dapat diperbaharui, sumber daya bersifat terbatas. Jika pemanfaatan melebihi daya dukung, sumber daya tersebut tidak dapat pulih dan akhirnya rusak.Sumber daya memiliki sifat terbatas sedangkan manusia sebagai pemanfaat memiliki keinginan yang tidak terbatas.Adanya keterbatasan sumberdaya serta permintaan pariwisata yang semakin tinggi akhirnya membuahkan konsep wisata baru berwawasan lingkungan, yaitu eco-tourism (ekowisata). Eco-tourism pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The Ecotourism Society. Menurut The Ecotourism Society, eco-tourism adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke daerah alami dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Lebih lanjut, Wood (1999) mendeskripsikan eco-tourism sebagai bentuk baru dari
2
perjalanan yang bertanggung-jawab ke daerah alami dan berpetualang, serta dapat menciptakan industri pariwisata. Yulianda (2007) memberikan gambaran lebih praktis, eco-tourism merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Eco-tourism meliputi wisata alam (natural tourism) dan wisata budaya (cultural tourism). Tidak seperti pariwisata yang biasanya, eco-tourism sangat mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan. Tidak hanya keberlanjutan lingkungan, eco-tourism juga mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Artinya, konsep eco-tourism tidak dapat dilepaskan dari peran saling mempengaruhi antara eco-tourismitu sendiri dengan manusia disekitarnya.Eco-tourism memiliki beberapa
aspek
kunci
yang harus
selalu
diperhatikan
demi
menjaga
keberlanjutannya, antara lain; jumlah pengunjung yang terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial budaya masyarakat, nilai konservasi, nilai edukasi dan wisata, nilai ekonomi, serta nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi. Tanpa disadari sektor pariwisata termasuk eco-tourism sebenarnya sangat menguntungkan secara ekonomis. Seperti yang diungkapkan Yoeti (2008) dalam Yassiranda (2011) bahwa dalam industri pariwisata, terbuka peluang untuk meningkatkan perolehan devisa negara. Hal ini terbukti dari perkembangan jumlah pemasukan perjalanan wisata nusantara sejak tahun 2009 hingga 2013 meningkat 39,13 triliun (Pusdatin Kemenparekraf dan BPS). Peningkatan jumlah wisatawan tersebut, bukan berarti sektor pariwisata sudah cukup kokoh untuk dijadikan sumber devisa negara yang strategis. Eco-tourism biasanya terletak didaerah yang jauh dari daerah urban atau pusat kota sehingga diperlukan suatu strategi komunikasi berupa promosi maupun strategi public relations kepada khalayak untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Pulau Lombok bersama dengan Bali telah ditetapkan sebagai pintu gerbang pariwisata Nasional dalam MP3EI Koridor V (MasterplanPercepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Lombok sendiri merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik terutama dari segi eco-tourism. Eco-tourism sendiri sangat sesuai dengan visi kepariwisataan berkelanjutan di Lombok yaitu
3
“Lombok menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya, yang berdaya saing dan berkelanjutan”. Guna mewujudkan visi tersebut disusunlah tujuan yang didasarkan pada empat pilarutama kepariwisataan seperti yang digariskan dalam Perda No. 7 tahun 2013 mengenai Rencana Induk PembangunanKepariwisataan Daerah Nusa Tenggara Barat (RIPPARDA NTB) 2013 – 2028 meliputi destinasi, promosi, industri, dankelembagaan. Tujuan masing-masing pilar yakni: 1. Membangun destinasi pariwisata yang didukung penuh oleh masyarakat lokal, unik, bersih, berkarakteristik lokal, danberorientasi lingkungan; aman dan nyaman. 2. Membangun promosi yang dapat meningkatkan kualitas kunjungan, membangun citra pariwisata Lombok yang dapat diterima oleh masyarakat lokal, menciptakan rasa bangga bagi pemangku kepentingan pariwisata. 3. Mengembangkan Kelembagaan & SDM yang profesional dan berdaya saing, didukung oleh pengusaha pariwisata secaraberkelanjutan, mampu berkoordinasi dan bekerja sama antara sesama pemangku kepentingan pariwisata Lombok. 4. Mendorong terciptanya industri yang menghasilkan produk/jasa yang kreatif dan inovatif, berorientasi pada prinsipkepariwisataan berkelanjutan, serta, mendorong munculnya pengusaha pariwisata lokal. Setelah melihat tujuan yang didasarkan pada empat pilarutama kepariwisataan di Lombok, maka memang diperlukan suatu strategi komunikasi berupa promosi maupun strategi public relations kepada khalayak untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Melalui penelitian ini, akan dilihat bagaimana strategi public relations yang digunakan memberikan kontribusi dalam membangun brand image eco-tourism di Pulau Lombok.
4
B. Rumusan Masalah: Setelah melihat latar belakang permasalahan, maka diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimana strategi public relations pada eco-tourism di Pulau Lombok?
2.
Bagaimana strategi tersebut memberi kontribusi dalam membangun brand image eco-tourism Pulau Lombok?
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Komunikasi Public Relations Startegi dapat bermanfaat melalui kegiatan taktiknya yang mampu membangun dan menciptakan kekuatan melalui kontinuitas serta konsistensi. Selain itu arah strategi yang jelas dan kesepakatan bersama akan menyebabkan perencanaan taktis menjadi lebih mudah dan cepat. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan hanya untuk menunjukkan arah, taktik operasional yang harus mampu menunjukkan arah yang tepat.(Effendy,2000:32). Strategi
komunikasi
merupakan paduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu dilakukan secara praktis (diterapkan dalam praktek) sesuai petunjuk operasionalnya, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) dapat berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Peran dan fungsi public relations dapat diwujudkan dalam program kegiatan kehumasan yang telah dirancang sebelumnya dengan strategi yangtepat agar program dapat berjalan dengan baik. Berpikir strategis meliputi tindakan memperkirakan atau membangun tujuan masa depan yang diinginkan, menentukan kekuatan-kekuatan
yang akan
membantu
atau
yang akan
menghalangi tercapainya tujuan, serta merumuskan rencana untuk mencapai keadaan yang di adakan (Morissan, 2008: 152). Seperti yang diungkapkan oleh Stephen Robbins (1990), mendefinisikan strategi sebagai: “The determination of the basic long-term goals and objectives of an enterprise, and the adoption of course of action and the allocation of resources necessary for carrying out thisgoals.”(Penentuan
6
tujuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber- sumber yang diperlukan untuk mencapaitujuan.) Strategi public relations adalah manajemen hubungan antara organisasi dan khalayak atau stakeholder yang bervariasi dengan skala prioritas yang berbeda dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi makro dan mikro, serta studi manajemen lingkungan telah menambah penekanan pada ranah public relations dalam dimensi organisasi yang lebih dari sekedar memperoleh keuntungan dan untuk memasukkan tanggung jawab sosial sebagai salah satu ukuran kesuksesan korporat. Kegiatan public relations berperan penting bagi kebijakan organisasi berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas bisnis perusahaan. Faktor-faktor ini termasuk stratifikasi sosial, kesejahteraan sosial, serta proses-proses politik, hukum, dan peraturan yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Semua faktor ini perlu dipahami karena dapat mempengaruhi reputasi organisasi dan penerimaan publik (Oliver, 2007: 13). Public relations merupakan bagian dari fungsi stratejik dalam organisasi dan untuk menentukan strategi, diperlukan perencanaan dalam penyusunan program Public relations (Cutlip, Center, & Broom, 2006: 309). Ada empat alasan penting yang dikemukakan oleh Jefkins (1998) mengapa perencanaan itu diperlukan,yaitu: 1. Untuk menentukan target operasi PR – di mana hasilnya dapatdiukur. 2. Untuk memperkirakan jam kerja dan biaya-biaya lain yangberkaitan. 3. Untuk menentukan prioritas yang akan mengontrol jumlah serta pengaturan waktu operasi-operasi yang berbeda dalam suatuprogram. 4. Memutuskan tingkat kemampuan melaksanakan tujuan yang telah dideklarasikan menurut ketersediaan sumber daya manusia, alat-alat fisik seperti mesin atau kendaraan, dan anggaran yangsesuai. Perencanaan strategis dalam public relations melibatkan pengambilan keputusan tentang tujuan dan sasaran program, pengenalan publik utama, penetapan kebijakan atau aturan untuk menjadi pedoman pemilihan strategi, dan penentuan strategi. Harus ada hubungan yang dekat antara keseluruhan tujuan
7
program, sasaran untuk ditetapkan bagi setiap publik, dan strategi untuk dipilih. Kuncinya adalah bahwa strategi dipilih untuk
mewujudkan hasiltertentu.
Praktisi PR bekerja sama dengan manajer-manajer lain untuk mengembangkan rencana program strategis. (Cutlip, 2005: 295). Proses perencanaan strategis public relations terdiri dari empat langkah, yaitu (Cutlip, 2005: 268): 1.
Mendefinisikan masalah Langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan pemantauan pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku mereka yang peduli dan terpengaruh
oleh
tindakan
dan
kebijakan
organisasi.
Intinya
merupakan fungsi kecerdasan organisasi. Langkah ini memberi landasan bagi semua langkah proses pemecahan masalah lainnya dengan menentukan, “Apa yang sedang terjadi saat ini?” Dalam proses analisis situasi, perlu analisis rinci atas faktor internal dan eksternal dalam situasi masalah memberi praktisi informasi yang dibutuhkan untuk menilai kekuatan (strength, S) dan kelemahan (weakness, W) organisasi, dan untuk mengidentifikasi peluang (opportunity, O), dan ancaman (threat, T) dalam lingkungan eksternal. (Cutlip, 2005: 276). 2.
Membuat rencana dan program Informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang publik program, tujuan, tindakan, serta strategi, taktik, dan tujuan komunikasi. Untuk itu penemuan dari langkah pertama harus dijadikan sebagai faktor kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua dari proses ini menjawab, “Berdasarkan situasi yang telah kita pelajari, apa yang sebaiknya kita ubah, lakukan dankatakan?” Pembuatan rencana dan program adalah membuat keputusankeputusan strategis dasar atas apa yang akan dilakukan dengan urutan apa dalam menanggapi atau mengantisipasi masalah atau peluang. (Cutlip, 2005: 291). Kebanyakan organisasi beroperasi berdasarkan
8
manajemen oleh sasaran (management by objectives atau MBO) atau dengan istilah lain manajemen menurut tujuan dan hasil (management by
objectives
MBOsecarasistematis
and
results
atau
mengaplikasikan
MOR). Sederhananya,
teknik-teknik
manajemen
yang efektif untuk menjalankan organisasi. MBO menetapkan hasil (konsekuensi, akibat, dampak) yang akan dicapai, sehingga dengan demikian menetapkan kriteria untuk memilih strategi, memantau kinerja dan kemajuan, serta mengevaluasi keefektifan program. MBO kini beroperasi dengan dua tingkat hasil, yaitu tujuan dan sasaran. Tujuan (goal) adalah
pernyataan ringkas
yang menyebutkan
keseluruhan hasil dari suatu program. Sasaran (objective) adalah hasil pengetahuan spesifik, opini tertentu, dan perilaku spesifik yang hendak dicapai untuk masing-masing publik sasaran yang telah didefinisikan dengan jelas. (Cutlip, 2005: 297). 3.
Bertindak dan berkomunikasi Langkah ketiga mencakup pelaksanaan program tindakan dan komunikasi yang dirancang untuk mencapai tujuan spesifik bagi setiap publik demi mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah, “Siapa yang harus melakukan dan mengatakannya, serta kapan, di mana, dan bagaimana?” Dalam melaksanakan tindakan, kegiatan public relations harus mencakup tujuh C komunikasi public realtions, yaitu credibility (kredibilitas), context (konteks), content (isi), clarity (kejelasan), continuity dan consistency (kesinambungan dan kekonsistenan), channels (saluran), dan capability of the Audience (kesanggupan khalayak). Komunikasi dan tindakan bukan merupakan tujuan, melainkan cara mencapai tujuan. Tujuan public relations adalah hasil yang diuraikan dalam sasaran program. (Cutlip, 2005: 336).
4.
Mengevaluasi program Langkah terakhir dari proses ini mencakup penilaian persiapan, pelaksanaan, dan hasil program. Saat program sedang dilaksanakan,
9
dibuat penyesuaian berdasarkan evaluasi umpan balik tentang bagaimana program berjalan atau tidak berjalan. Program diteruskan atau dihentikan setelah mempelajari, “Bagaimana kita sekarang, atau dulu?” Evaluasi merupakan proses yang terus-menerus dan penting dilaksanakan. Dalam analisis terakhir, evaluasi program melibatkan banyak pengetahuan di luar teknik riset ilmiah. Prinsip dalam praktik adalah mengumpulkam bukti terbaik yang tersedia untuk mengelola dan mengevaluasi program public relations.
B. Brand Image Pengertian dari brand imageadalah:“animpression created by brand messages and experiences and assimilated into a perception or impression of the brand “ (Duncan, 2004: 82). Yang artinya suatu kesan yang diciptakan oleh pesan brand dan pengalaman yang diasimilasi ke sebuah persepsi atau kesan dari brand itu sendiri. Image suatu produkdikelola oleh sebuah perusahaan tidak terlepas dari peran dari pelanggan baik secara langsung maupun tidak langsung. Image yang bagus dapat memperkokoh brand suatu perusahaan begitu pula image yang buruk akan berakibat fatal bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut. Brand image merepresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Kotler & Fox mendefinisikan citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek. Citra terhadap merk berhubungan dengan sikap yang berupa dengan keyakinan dan referensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih menungkinkan untuk melakukan pembelian. Manfaat dari citra merek (brand image) yang positif, perusahaan bisa mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra yang positif yang telah terbentuk dari produk lama (Sutisna,2003: 83).
10
Keller & Houston berpendapat bahwa brand image adalah pengertian dan pemahaman pelanggan terhadap merek atau brand suatu produk (Prisgunanto,2006: 10). Menurut Aaker definisi brand image adalah (1991: 109): “A brand image is a set of associations, usually organized in some meaningful way. Brand image refers to the schematic memory of brands which contains the target market’s interpretation of the product attributes, benefit, usage situations, users and manufacturer or marketer characteristics.” Berdasarkan definisi tersebut, brand image ada dalam ingatan seseorang dan diinterpretasikan dalam atribut produk, manfaat, situasi penggunaan, karakteristik pengguna serta produsen atau pemasarnya. Secara implisit di dalamnya pun terkandung sisi emosional konsumen yang perlu diarahkan oleh pemasar menuju sekumpulan asosiasi tertentu yang diinginkannya. Brand image menurut Dr. Paul Temporal dan Rod Davies (brandingAsia.com) adalah kumpulan persepsi konsumen mengenai brand tersebut atau bagaimana konsumen melihat brand tersebut. Persepsi didefinisikan sebagai proses dengan mana individu memilih, mengorganisir, dan mengartikan rangsangan (stimulus) ke dalam suatu makna atau arti dalam gambaran nyata (Schiffman dan Kanuk, 2000:158). Ketika konsumen dihadapkan kepada suatu stimulus (brand, produk, atribut produk, dsb) maka ia akan memberikan respon yang bergantung pada persepsinya. Karena itu, konsumen yang berbeda akan merespon suatu stimulus yang sama bergantung pada persepsinya masing-masing. Konsumen bereaksi dan beraksi atas dasar persepsinya. Jadi pembuatan keputusan pembelian didasarkan pada persepsi dan bukan pada fakta-fakta aktual. Oleh karena itu, pembentukkan persepsi konsumen melalui brand image menjadi sangat penting. Image mengandung sekumpulan persepsi atau konsep publik akan sebuah institusi, individu atau
11
obyek. Perusahaan yang sukses berpendapat bahwa image lebih penting dalam menjual produk dari pada fitur produk itu sendiri. Brand image membantu pemasar dalam mengakumulasikan sekumpulan konsumen yang loyal dari suatu brand tertentu agar tetap melakukan pembelian ulang. Sedangkan pengertian dalam (Rangkuti,2002: 244) Brand Image atau brand personality adalah sekumpulan assosiasi merek yang dan
melekat
di
terbentuk
benak konsumen. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa citra merek (brand image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Brand image yang efektif akan mencerminkan tiga hal (Rangkuti, 2002: 312) yaitu: 1) Membangun karakter produk dan memberikan value proposition. 2) Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dari pesaing. 3) Memberikan kekuatan emosional lebih dari kekuatan rasional. Ketika brand image mampu membangun karakter produk dan memberikan value proposition, kemudian menyampaikan karakter produk kepada konsumennya secara unik, berarti brand tersebut telah memberi kekuatan emosional lebih dari kekuatan rasional yang dimiliki oleh produk tersebut. Hal ini akan membuat konsumen mengasosiasikan serangkaian hal yang positif dalam pikirannya ketika mereka memikirkan brand tertentu.
1) Brand Image dalam Ranah Public Relations
Brand Image sering diidentikkan dengan dunia marketing. Namun kenyataannya brand image juga menjadi sebuh konsep yang mengaitkan dengan public relations.
Public relations memberikan kontribusi pada
pembentukan image dari sebuah brand. Untuk itu perlu dijelaskan terlebih dahulu peran public relations dalam branding. Menurut Levine (2003.15) dikatakan bahwa: “Public relations can help create a brand, established it, promote it, develop it, and keep it healthy, all without being detected by general 12
public. It is central of branding as any other, and its importance is immasurable.” Dijelaskannya, public relations dapat membantu dalam menciptakan sebuah brand, mempertahannya, mempromosikannya, mengembangkannya, dan menjaganya tetap baik, dan kesemuanya tanpa disadari oleh khalayak secara umum.
Ditambahkannya keterkaitan antara public relations dan
branding yaitu: “The concept of branding and public relations are closely intertwined. The job of public relations is to encourage the public to have positive thought about particular company, product, service or individual. Branding is the idea that particular set of atributes will encourages the public to have positive thought about particular company, service, or individual. It’s subtle distinction but essential one.” (Lenvine, 2003:16) Public relations harus mampu menciptakan pemikiran yang positif dalam benak khalayak terkait perusahaan, produk, pelayanan atau individu. Dalam kaitan dengan penelitian ini yang ingin dihasilkan melalui kegiatan public relations adalah terbentuknya opini positif mengenai ecotourism sebagai daya tarik indutri pariwisata di NTB khususnya Pulau Lombok. Kemudian disampaikan Houtman dikutip Davis (2007:134) lima syarat bagaimana membangun brand melalui public relations: 1. Know what the product and campaign that surround it, stand for 2. Target those buyers who have passion for your product 3. Understand how the industry to which your product belongs has evolved 4. Integrate the timeless qualities that have helped make the brand 5. Reduce cross-considerations by targeting an exclusive market and audience.
13
Lima aturan di atas menggambarkan bagaimana public relations membangun brand mengenai sebuah produk yang bila dikaitkan dengan penelitian adalah brand image dari ecotourism.
C. Konsep Eco-tourism Eco-tourism merupakan salah satu aspek yang sangat terkait dengan lingkungan, perkembanganya diharapkan mampu melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan (Sukma : 2009). Berbagai kajian sudah banyak dilakukan terkait dengan eco-tourism yang sekaligus memberikan pandangan-pandangan yang sangat penting terhadap kelestarian lingkungan. Dalam kajian-kajian mengenai eco-tourism
tersebut
banyak
disimpulkan
bahwa
eco-tourism
dalam
pengembanganya sangat terkait denganpelestarian lingkungan dan budaya yang berada pada suatu daerah. Kemudian, Zamrano, dkk (2010:63) menjelaskan bahwa eco-tourism merupakan kegiatan pariwisata yang bertangung jawab secara lingkungan alam, memberikan kontribusi yang positif terhadap konservasi lingkungan, dan memperhatikan kesejateraan masyarakat lokal. Yoeti (1997: 39) menyatakan bahwa ada empat unsur yang dianggap sangat penting dalam eco-tourism yaitu unsur proaktif, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup, keterlibatan penduduk lokal, dan unsur pendidikan. Wood dalam Pitana (2005:49) menyebutkan bahwa eco-tourism harus mengandung komponen yaitu : Memberikan kontribusi terhadap pelestarian biodiversitas, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, mengandung muatan interpretasi, pembelajaran dan pengalaman, adanya pelaku yang bertanggung jawab dari wisatawan dan industri pariwisata, lebih banyak ditunjukan kepada kelompok-kelompok kecil, dan umumnya pada usaha skala kecil, menuntut adanya pemanfaatan yang serendah-rendahnya pada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan menekankan pada adanya partisipasi masyarakat lokal, termasuk pemilikan dan pengelolaan, khususnya bagi masyarakat pedesaan. Kannan (2012) menjelaskan bahwa eco-tourism merupakan pariwisata yang berbasis pada ekologi yang sangat terkait dengan sumber daya alam, sumber
14
budaya, dan infrastruktur alam untuk melestarikan lingkungan. Di samping itu juga, Wardhana (2004: 11) menyebutkan bahwa ada beberapa komponen yang sangat terkait dengan keberlangsungan ekologi lingkungan yaitu komponen manusia (penduduk), komponen daya dukung alam, komponen ilmu pengetahuan dan teknologi, dan komponen organisasi. Arida
(2009)
menjelaskan
bahwa
ada
beberapa
prinsip-prinsip
pengembagan eco-tourism yang didasarkan kepada TIES (The InternationalEcotourism Standards) seperti : Memiliki kepedulian, komitmen dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan budaya untuk tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan, penggunaan teknologi ramah lingkungan, melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya dan memperhatikan keberadaan endemis. Memberikan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaan kepada alam seperti menyediakan pramuwisata yang profesional dan berlisensi, menyediakan fasilitas pendukung informasi yang memadai terkait dengan daya tarik eco-tourism, melibatkan lembaga desa setempat. Memberikan kontribusi secara berkelanjutan kepada masyarakat setempat dan memberdayakan masyarakat setempat seperti memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlianya, memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional kegiatan eco-tourism. Memiliki kepekaan dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi masyarakat setempat yaitu pembangunan dan operasional harus disesuaikan dengan tata krama, norma setempat dan kearifan lokal, keberadaan dan kegiatan eco-tourism tidak mengganggu aktivitas masyarakat. Menaati perundang-undangan yang berlaku, menaati undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pengembagan harus didasarkan atas musyawarah dan dengan persetujuan masyarakat setempat seperti pembangunan perlu mendapatkan persetujuan masyarakat dan lembaga desa setempat, menjalin komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat dan lembaga setempat dalam pengembangan eco-tourism. Memiliki sikap konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen yaitu menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada wistawan,
15
menyediakan media untuk memperoleh umpak balik dari konsumen. Melakukan pemasaran dan promosi dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan wisatawan seperti melakukan pemasaran dengan materi yang akurat, jelas dan berkualitas,
melakukan
pemasaran
dengan
jujur
dan
sesuai
dengan
kenyataan.Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang dengan konsep Tri Hita Karana yaitu memperhatikan keselarasaran antara manusia dengan Tuhan, memperhatikan
keselarasan
hubungan
antara
manusia
dengan
manusia,
memperhatikan keselarasan antara manusia dengan lingkungan.
16
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Dari pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana strategi public relations pada ecotourism di Pulau Lombok.
2.
Untuk mengetahui bagaimana strategi tersebut memberi kontribusi dalam membangun brand image eco-tourism Pulau Lombok.
B. Manfaat Penelitian Berikut adalah manfaat penelitian: 1. Praktis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
bagi
pengembangan analisis strategi komunikasi khususnya dalam public relations.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak lain yang terkait, seperti institusi pariwisata yang juga menjalankan strategi komunikasi tertentu untuk promosi pariwisatanya.
2. Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman dalam ilmu public relations khususnya mengenai strategi komunikasi dalam public relations.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pihak lain yang terkait, seperti institusi pendidikan dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian dengan tema serupa.
17
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena peneliti melakukan penelitian langsung secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu serta dengan pengamatan obyek (kegiatan atau
peristiwa) yang diteliti secara
mendalam (Abdurahman,2003: 51). Melalui penelitian kualitatif, maka data yang akan dihasilkan adalah data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan (Moleong, 2006: 23). Bogdan dan Taylor (1975: 5) dalam Lexy J. Moleong (2004: 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Penelitian kualitatif menekankan pada kriteria kredibilitas sebagai pengganti Kredibilitas
validitas
dan dependabilitas
penelitian
kualitatif
mengantikan kriteria
meliputi
dapat
reliabilitas.
dilakukannya
transfer
(transferability), ketergantungan (Dependability), dan kemampuan untuk dapat dikonfirmasi (confirmability) (Kasali 2008 : 145). Hasil wawancara dengan narasumber dan observasi di lapangan harus dapat di check kembali oleh peneliti lain dalam penelitiannya. Dependabilitas dalam penelitian kualitatif, dilakukan dengan audit trail dan decision trail yaitu: catatan berisi dokumen yang rinci mengenai data, keputusan, dan metode yang telah dibuat selama penelitian berlangsung. Sehingga memungkinkan peneliti lain mengikuti proses yang sama; memudahkan pembaca untuk memahami keputusan yang dibuat peneliti; memberi atau mengilhami cara
18
menentukan dan mengindikasikan kualitas riset;
dan menyajikan
cara
mengevaluasi keseluruhan penelitian (Kasali 2008 :140). Menurut para ahli ada beberapa tujuan dari penelitian kualitatif, antara lain: bagaimana mempelajari perilaku manusia dan menafsirkan realitas sosial yang ada (Bryman,1988); dan untuk menginterpretasikan fenomena dari makna yang ada sehingga memperoleh pemahaman, yang selanjutnya adanya aksi, dan juga dapat menjelaskan situasi atau kondisi sehari-hari (Miles and Huberman, 1994). Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif membantu peneliti untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana strategi public relations pada ecotourism di Pulau Lombok. Juga untuk mengetahui bagaimana strategi tersebut memberikan kontribusi dalam membangun brand image eco-tourism Pulau Lombok dengan menguraikan ucapan, uraian, data, tulisan dan data-data deskriptif lainnya sesuai dengan yang dipaparkan Bogdan dan Taylor mengenai pendekatan kualitatif (Sudikin, 2002: 2).
B. Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Consuelo G. Servilla.1993:71). Penelitian deskriptif mencoba membahas “How” dan “Who”, pola tentang gejala secara rinci dan pada sejumlah informasi data-data yang dikumpulkan bukan berupa penyajian angka-angka melainkan kata-kata dan gambar. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau
memeriksa
kondisi
dan
praktek-praktek
yang
berlaku,
membuat
perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
19
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Rachmat R, 2009: 87). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan secermat mungkin suatu fenomena. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi (Hidayat, 2004). Penelitian yang bersifat deskriptif merupakan suatu cara untuk melakukan pengamatan di mana indikator-indikator mengenai variabel merupakan jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan secara lisan maupun tulisan (Walizer, 1993: 255). Oleh karena itu, dalam penelitian ini mencoba mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai strategi public relations pada eco-tourism di Pulau Lombok terutama untuk membangun brand image-nya. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan melalui jawaban-jawaban pertanyaan yang diajukan kepada informan.
C. Strategi Pemilihan Informan Pemilihan informan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk pemilihan informan dilakukan dengan strategi purposeful sampling dengan tipe criterion sampling dengan menetapkan kriteria tertentu yang sesuai dengan topik dan kasus penelitian. Sampling purposif yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Ruslan, 2004: 156) Metode purposif tidak mementingkan ukuran jumlah informan yang representatif (populasi) untuk diwawancarai karena penelitian kualitatif tidak bisa digeneralisasikan. Pemilihan informan dengan metode purposif berarti mencari informan yang dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian kualitatif, yaitu informative richness (Patton, 2001: 230).
20
Mengenai pemilihan subjek, fokus penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah yang sedikit (Banister dkk, 1994 dalam E. Kristi Poerwandari, 2005: 92). Menurut Sarantakos, 1993 (dalam E. Kristi Poerwandari,2005: 95)prosedur penentuan subjek dan/ atau sumber data dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik sebagai berikut: 1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian. 2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian. 3. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada kecocokan konteks. Agar sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka yang menjadi subjek penelitian ditentukan berdasarkan karakteristik sebagai berikut: 1. Subjek ditentukan dari jabatannya. 2. Subjek terlibat dalam pelaksanaan strategi public relations dalam membangun brand image eco-tourism Pulau Lombok. 3. Subjek memiliki pengetahuan yang memadai mengenai strategi komunikasi public relations dalam membangun brand image ecotourism Pulau Lombok. 4. Memiliki kesediaan untuk diteliti dan menceritakan pengalamannya selama pelaksanaan strategi komunikasi tersebut.
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (In-depth Interview) sebagai pengumpulan data primernya. Wawancara mendalam merupakan suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapat data yang lengkap dan mendalam. Wawancara ini dapat dilakukan dengan frekuensi tinggi
21
secara intensif (Rachmat R, 2009: 100). Peneliti bertujuan menggali pandangan atau pendapat narasumber mengenai topik tertentu dengan menggunakan interview guide yang semi-terstruktur dengan topik pertanyaan yang berhubungan dengan rumusan masalah. Untuk data sekunder bersumber dari berbagai catatan-catatan yang berguna untuk melengkapi data penelitian. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka melalui data
yang
didapatkan dari sumber
literatur kepustakaan berupa buku-buku, surat kabar, artikel/tulisan pada media massa dan internet, foto, dokumen organisasi, website organisasi, serta hasil penelitian yang menjadi referensi dan yang berhubungan dengan strategi public relations.
E. Teknik Analisis Data Sumber untuk menganalisis data adalah transkrip rekaman hasil wawancara mendalam (in depth interview) dengan para informan. Analisis bukti (data) yang telah didapat terdiri atas pengujian, pengkategorian, ataupun pengkombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal suatu penelitian (Yin, 2008: 133). Data yang didapat pada saat pengumpulan data di lapangan maupun setelah data terkumpul yang diolah agar lebih sistematis. Peneliti mengorganisasikan data mentah dalam kategori konseptual untuk selanjutnya dianalisis. Proses tersebut merupakan bagian integral dari analisis data dan dipandu berdasarkan pertanyaan-pertanyaan baru (Neuman, 1997: 421). Melalui analisis ini peneliti dapat menjawab pertanyaan mengenai strategi Public Relations yang digunakan dan bagaimana strategi tersebut memberikan kontribusi dalam membangun brand image Lombok.
F. Keabsahan Data Penelitian Dalam teknik keabsahan data penelitian dibagi menjadi empat kriteria, yaitu
derajat
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Kriteria teknik
22
keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah derajat kepercayaan (credibility). Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota. Dalam hal ini kriteria derajat kepercayaan (credibility) diperiksa dengan melakukan triangulasi, yaitu cek silang data dan interpretasi melalui penggunaan beberapa sumber data dan/atau teknik pengumpulan. (Moleong, 2007: 330). Model triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi data, yaitu menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Melalui teknik ini, data yang telah diperoleh diperiksa dengan menggunakan hal lain yang berada di luar data tersebut untuk menjadi pembanding. Teknik triangulasi sumber data mengunakan data-data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi. Teknik ini dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh dari informan penelitian melalui kroscek dengan data lain yang berasal dari tulisan atau artikel yang telah dipublikasikan di media.
G. Keterbatasan Penelitian Seperti penelitian-penelitian yang lain, pada penelitian ini pun mempunyai keterbatasan yang terkadang tidak bisa dihindari, sehingga menyebabkan proses pengumpulan data yang dilakukan tidak maksimal. Hal tersebut di antaranya dipengaruhi oleh adanya kesulitan menemui narasumber yang berada jauh di luar kota. Kemudian adanya keterbatasan waktu dalam pelaksanaan turun lapangan (wawancara mendalam), sehingga mempercepat proses analisa penelitian yang merupakan interpretasi subjektif peneliti dan tafsiran-tafsiran yang ada sifatnya terbatas. Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, subyektivitas peneliti akan terlibat pada proses penelitian. Untuk menjaga kualitas penelitian, maka
23
digunakanlah kriteria kualitas data dan keabsahan data sehingga dapat meminimalisir segala keterbatasan yang peneliti miliki dan hadapi.
24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Pembangunan Pariwisata NTB Untuk mengetahui program kebijakan pembangunan pariwisata di NTB perlu melihat dulu Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah diatur pewilayahan Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) menjadi Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Lombok dan Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Sumbawa. Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Lombok terdiri dari 4 (empat) Kawasan Startegi Pariwisata Daerah (KSPD) dan Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Sumbawa terdiri dari 7 (tujuh) Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD). Berdasarkan informasi yang dimuat dalam situs resmi Dinas Budaya dan Pariwisata
provinsi
NTB
(http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/sosialisasi-
ripparda-ntb/), Kawasan Startegis Pariwisata Daerah (KSPD) pada Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) Lombok, terdiri atas :
MATARAM METRO dsk, meliputi Kota Mataram; Islamic Center; Loang Baloq; Taman Mayura; Sekarbela; Taman Narmada; Suranadi; dan Lingsar. Kawasan ini secara administratif berada pada wilayah Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner, wisata belanja dan wisata MICE.
SENGGIGI-TIGA GILI dsk, meliputi Batu Layar; Batu Bolong; Senggigi; Tiga Gili; Sendang Gile; Senaru; dan Dusun Tradisional Segenter. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari, wisata budaya, wisata religi dan wisata kuliner.
KUTA MANDALIKA dsk, meliputi Gili Gede; Gili Nanggu; BangkoBangko; Selong Belanak; Sade; Kuta; dan Gili Indah. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Barat, dan
25
Kabupaten Lombok Timur, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari dan wisata budaya.
RASIMAS-SEMBALUN dsk, meliputi Benang Stokel; Gili Sulat; Sembalun; Gunung Rinjani; dan Otak Kokoq. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata agro, wisata pegunungan dan wisata kuliner. Kawasan Startegis Pariwisata Daerah (KSPD) pada Destinasi Pariwisata
Daerah (DPD) Sumbawa, terdiri atas :
ALASUTAN dsk, meliputi Agrotamasa; Pulau Bedil, Pulau Keramat; Pulau Temudong dan Pulau Bungin. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Sumbawa, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata agro, wisata budaya dan wisata kuliner.
POTOTANO-MALUK dsk, meliputi Pototano dan Maluk. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata olah raga berbasis bahari, wisata budaya dan wisata kuliner.
BATU HIJAU-DODORINTI dsk, meliputi Batu Hijau dan Dodorinti. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pegunungan, wisata tambang, wisata budaya dan wisata kuliner.
SAMOTA (Teluk Saleh-Moyo-Tambora) dsk, meliputi Aibari; Moyo; Batu Bulan; Tambora; dan Teluk Saleh. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata pegunungan.
HU’U dsk, meliputi Lakey Hu’u. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Dompu, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai,
26
wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari, wisata budaya dan wisata kuliner.
TELUK BIMA dsk, meliputi Lawata; Amahami; dan Kota Bima. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Bima dan Kota Bima, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata olah raga berbasis bahari, wisata budaya dan wisata kuliner.
WAWORADA-SAPE dsk, meliputi Waworada, Sape dan Wane. Kawasan ini berada pada wilayah Kabupaten Bima, dan diperuntukkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata bawah laut, wisata olah raga berbasis bahari dan wisata kuliner. Bila mengamati Rippida NTB di atas, hampir semua destinasi wisata yang
menjadi rencana pembangunan kepariwisataan mengarah pada ecotourism, yakni seperti penjelasan Yulianda (2007), ecotourism meliputi wisata alam (natural tourism) dan wisata budaya (cultural tourism). Tidak seperti pariwisata yang biasanya, eco-tourism sangat mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan juga mempertimbangkan sisi sosial-kultural. Artinya, konsep ecotourism tidak dapat dilepaskan dari peran saling mempengaruhi antara eco-tourism itu sendiri dengan manusia disekitarnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa memang ecotourism adalah benar merupakan andalan dari pariwisata di NTB dan diperkuat dengan penyataan Utria Salim selaku Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB.
”kami gunung, pantai sama ya, sempet awalnya kami jual dan di sini kami punya Gunung Rinjani namanya, di Pulau Sumbawa ada gunung Tambora (?). Kami ada teridiri dari 3 etnis di pulau Lombok ini. Ada etnis Sasak yang mendiami pulau Lombok. Pulau Lombok ini ada 5 kabupaten kota, 1 kota ada 4 kabupaten: Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara dan Kota Mataram. Ini termasuk Kota Mataram. Kalo di Sumbawa ada kota Bima, kabupaten Bima. Dongku, Sumbawa dan Sumbawa Barat. Itu ya, jadi disana ada etnis, di Pulau Sumbawa ada 2 Etnis, etnis Bojo yang mendiami Bima, Bima-Dongku. Klo etnis Sumbawa adanya di Pulau Sumbawa.” (Utria Salim, Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB).
27
Salah satu lokasi yang menjadi penelitian kami adalah Rinjani geopark di Kabupaten Lombok Barat. Di lokasi tersebut terdapat lima air terjun yang berada di kawasan hutan lindung di Kaki Gunung Rinjani. Wisatawan datang ke objek wisata ini untuk melihat keindahan air terjun alami yang terbentuk akibat patahan permukaan Bumi. Selain itu, pengunjung tertarik untuk datang untuk melakukan treking ke puncak Gunung Rinjani.
Gambar 5.1 Air Terjun Benang Kelambu di Geopark Kaki Gunung Rinjani
Lokasi wisata ini merupakan salah satu andalan wisata NTB. Bukti awal yang memperkuat adalah saat tiba di Bandara Praya Lombok para penumpang sudah diperlihatkan poster-poster berisi tulisan dan gambar yang mempromosikan Rinjani Geopark serta flora dan fauna yang menjadi khas NTB. Di lokasi wisata dan tempat-tempat strategis juga selalu menampilkan poster-poster yang sama.
28
Gambar 5.2 Poster Promosi Geopark Rinjani dan Air Terjun di Bandara
Hal ini dinyatakan pula oleh Kepala Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB Utria Salim yang mengakui bahwa andalan utama pariwisata di NTB adalah berbasis alam dan budaya. mempromosikan objek-objek wisata.
Alam menjadi daya tarik dalam
Menurutnya wisatawan lebih menyukai
keindahan alam yang ada di Propinsi NTB seperti Pantai Senggigi, Pantai Kuta, dan gili-gili yang ada di sekitar Pulau Lombok. Menurut Utria, NTB, khususnya
29
di pulau Lombok, para wisatawan menyukai berwisata di Lombok karena lalu lintasnya yang lancar dengan sarana jalan raya yang mendukung, dan khususnya karena pemandangan alam alaminya yang paling indah. “Lombok gak macet. Jalannya paling bagus, panoramanya paling indah, paling indah, mau waterfall banyak dan tidak terlalu jauh. Klo Bali mungkin crowded dan banyak wisata buatan disana. Kalo disini alam betul-betul alam makannya waktu diciptakan Lombok ini Tuhan lagi senang. Kita ini punya ada 3 fast boat, bisa sewa fast boat itu untuk siapa namanya, water blast itu bisa keliling Gili Air, Gili Minu, Gili Trawangan. Kalo mau yang redup, yang tidak terlalu bising Gili Minu. Kalo mau yang rame, liat kehidupannya Trawangan. Disitu disebut Gili Three, Gili Trawangan,” (Utria Salim, Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB)
Pariwisata juga menjadi sektor prioritas pembangunan di NTB setelah pertanian.
Program ini menjadi perhatian utama karena memberi dampak
ekonomi bagi provinsi.
Wakil Gubernur NTB
Muhammad Amin dikutip
kompas.com menyatakan bahwa ada beberapa alasan pariwisata menunjukkan peningkatan sebagai potensi ekonomi unggulan, di antaranya daya tarik obyek wisata NTB yang sangat beragam, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner dan lain sebagainya.1 M Amin mengatakan di tahun 2015 ini pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata telah menetapkan NTB sebagai daerah pengembangan wisata syariah atau wisata halal selain Provinsi Sumatera Barat dan Aceh. "Ini tentu semakin membuka peluang pengembangan pariwisata NTB karena tampil dengan brand yang lebih kompetitif," ucapnya. Dari pengamatan yang kami lakukan bahwa memang sektor ecotourism mendominasi destinasi wisata di NTB.
Hal ini sesuai pernyataan yang
disampaikan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi dikutip okezone.com bahwa secara konsep, ecotourism diyakini akan banyak menguntungkan NTB. 1
(http://travel.kompas.com/read/2015/12/11/182500627/Tren.Pariwisata.NTB.Ter
us.Meningkat)
30
Model pariwisatanya ramah lingkungan. Ada basis budaya setempat yang diangkat sebagai penguat objek destinasinya. Model pariwisata ini menjadi ideal karena berfungsi ganda. Selain itu, sebagai konservasi, observasi, serta sarana pendidikan.
(http://news.okezone.com/read/2016/03/26/65/1346140/kampus-as-
siap-bantu-kembangkan-ecotourism-ntb). Pernyataan gubernur menjadi penanda arah kebijakan industri pariwisata NTB. Jumlah wisatawan yang datang ke NTB untuk tahun 2015 totalnya 2.210.527 wisatawan yang terdiri dari wisatawan mancanegara berjumlah 1.061.292
dan
wisatawan
(http://www.disbudpar.ntbprov.go.id).
nusantara
1.149.235
Jumlah ini terus bertambah setiap
tahunnya. Keunggulan Pulau Lombok di NTB sebagai tujuan wisata makin nyata setelah dianugerahi beragam penghargaan tingkat dunia seperti dapatkan World's Best Halal Honeymoon Destination dan World's Best Halal Tourism Destination pada World Halal Travel Summit and Exhibition 2015 di Abu Dhabi, 19-21 Oktober 2015.
B. Menciptakan Ecotourism Sebagai Brand Image Arah kebijakan pariwisata NTB yang mengedepankan ecotourism kemudian perlu didukung melalui upaya nyata dengan membuat beberapa kegiatan. Untuk mendukung upaya tersebut perlu diciptakan brand image akan keindahan alam di NTB. Menurut Kabag Pemasaran Utria Salim upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan ecotourism adalah dengan kegiatan: 1. Publikasi media Pemanfaatan media sebagai sarana publikasi dan promosi kegiatan serta destinasi wisata yang dapat menarik wisatawan.
Sebagai contoh saat
memperingati 200 tahun dahsyatnya Gunung Tambora meletus melalui event “Tambora Menyapa Dunia”.
Event ini bekerja sama dengan
Harian Kompas untuk mempublikasikannya kepada masyarakat. Tentu kerja sama dengan media ini sebagai upaya yang dapat memperluas
31
pengenalan masyarakat kepada NTB dimana Gunung Tambora berada serta event-event yang diadakan oleh Dinas Pariwisata NTB. Hal tersebut dinyatakan oleh Kepada Bidang Pemasaran, Utria Salim demikian: “Kita bekerjasama dengan, apa namanya, media2 baik nasional. Ya, jadi memakai Trans TV kadang memakai tentang Lombok, kadang mereka My Trip My Adventure (acara televisi0, ini mereka lagi buat, udah selesai itu, the Lost Paradise. Itu My Trip My Adventure, itu juga ada dukungan kami bersama media, kami juga ada kerjasama dengan media online, media online ini kan yang biasa lebih cepet ya, juga blogger. iya, kami akomodir mereka jadi supaya cepet nyampe ke masyarakat jadi kerjasama dengan mereka.” (Utria Salim, Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB)
Dalam kajian public relation kegiatan ini adalah bentuk media relations yang berujung pada publikasi positif.
Media relations mempunyai
manfaat dalam penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan mampu memberikan pencerahan bagi publik (Nova, 2009, h.211). Dalam hal ini apa yang dilakukan Disbudpar NTB adalah sebuah fungsi public relations dalam memanfaatkan hubungan yang baik dengan media untuk dapat mempublikasikan kegiatan “Tambora Menyapa Dunia” agar dikenal masyarakat. Namun yang paling penting dari publikasi kegiatan ini adalah makin dikenalnya Gunung Tambora sebagai salah satu lokasi ecotourism yang bukan saja karena keindahan alamnya, namun juga peristiwa alam yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanik gunung tersebut. Publikasi ini sekaligus dapat memperkuat citra Gunung Tambora sebagai salah satu destinasi wisata di NTB.
2. Menyelenggarakan kegiatan rutin Guna mempromosikan destinasi wisata di NTB agar menarik wisatawan untuk datang adalah dengan menyelenggarakan kegiatan tahunan. Pemda NTB didukung pemerintah pusat dalam rangka program “Wonderful Indonesia” menyelenggarakan beberapa kegiatan pariwisata yang berbasis pada alam seperti “Tambora Menyapa Dunia” dalam rangka memperingati 200 tahun letusan dahsyat Gunung Tambora, Marathon “Rinjani Ultra 100 32
2016”, perayaan Festival Bau Nyale di Pantai Kuta Lombok, Putri Mutiara NTB, dll.
Semua kegiatan pariwisata ini diselenggarakan ini dapat
memperkuat brand image NTB sebagai destinasi ecotourism. “klo internasional MRU. Mount Ultra Rinjani, itu lari yang 35negara di gunung Rinjani dan itu pass nya jam 12 malam kami biasa surfing, international surfing di Lake. Didukung dinas pariwisata yang surfing itu tetep, ada kalo dukungan kementrian. Kita ada bulan budaya Lombok Sumbawa, itu walaupun nasional biasanya yang dating seluruh propinsi yang ada di Indonesia dan itu satu bulan penuh kita dari permainan rakyat, pesta kuliner, pesta kesenian, pentas seninya, parade budaya nusantara ada itu selama 1 bulan. murni program pariwisata yang didukung dengan APBD, dan itu ada kegiatan festival Qasidahnya, mulai yang religi sampe yang permainan rakyat yang main Hadang, Patok Lele, main Gasing . kita ada setahun sekali tetap ada selama satu bulan misalnya ini di kampung ini, pindah pindah pindah di seluruh pulau Lombok. Ada yang di Sumbawa juga ada. Kemarin kita pas Tambora, pra Tambora kan ada event di handle Kompas.”(Utria Salim)
Melaksanakan sebuah event dalam kaitannya dengan kegiatan public relations diulas oleh Firsan Nova (2009) mengutip Ruslan bahwa event merupakan bagian dari strategi public relations atau yang lebih dikenal dengan bauran public relations. Event disampaikannya sebagai upaya memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri kepada publik, dan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi opini publik. Masih menurut Ruslan dikutip Firsan Nova bahwa jenis events adalah calender event yaitu yang bersifat rutin, special event contohnya seperti launcing produk, peresmian pabrik, dll dan moment event yaitu acara yang bersifat momentum contohnya pesta emas. Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kegiatan (event) rutin yang diselenggarakan Pemda NTB adalah sebuah strategi public relation dengan tujuan memperkuat opini bahwa NTB sangat dekat dengan ecotourism.
33
3. Direct Promotion Pemda NTB merasa perlu melakukan promosi pariwisata langsung ke sasaran. Sasaran yang dituju adalah calon wisatawan agar tertarik untuk berkunjung ke NTB. Untuk itu Pemda sudah memilih kota-kota besar di Indonesia yang menjadi sasaran dari promosi langsung. Kota tersebut adalah Jakarta, Surabaya, Makassar, Bandung, Batam dan Balikpapan. Di kota-kota tersebut dilakukan pertemuan dengan para pengusaha di industri pariwisata diantaranya agen perjalanan dll. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Utria Salim sebagai berikut:
“Makassar? kemarin ada direct promotion dan itu dari Sekda sana. Ini kami mau contoh kegiatannya pariwisata NTB katanya bahwa pemerintahnya melakukan direct promotion, dalam bungkusan direct promotion itu ada kegiatan table talk (?/07:09). Kita ajak apa namanya, PRI INCA. iya otomatis, itu kan yang dari travelnya Asita, cepet juga kan. Disitu ada kami kegiatan Table Top, pertemuan antara seller dan buyer. Kami kemarin ada seller kami adalah 30 tapi buyernya banyak kami kemarin ada 70. Biasa itu terjadi transaksi. Kalo buyernya itu kalo kita kan NTB, klo kita kesana kan kita seller. Mereka buyer, mereka membeli jadi biasa kita kerjasama dengan Hasita setempat ke daerah mana yang dituju. Tahun ini kami punya 5 tujuan direct promo sell itu Balikpapan, Surabaya. Surabaya itu pangsa pasar kami juga, Makassar, Balikpapan, Makassar, Batam besok. Jakarta ada. Klo biasa kemarin tahun kemarin, kami di Bandung, 2015 di Bandung. Itu juga sukses besar itu dan itu apa namanya, banyak lah walikotanya malah katanya akan melaksanakan direct promotion kesini tahun 2016 ntar.” (Utria Salim)
Menurut Levine (2003) public relations can create a brand, establish it, promote it, develop it, and keep it healthy, all without detected by general public. Salah satu yang dapat diciptakan oleh public relations adalah brand yang kemudian brand tersebut dipromosikan. Tentu jika mengacu pada pendapat Levine upaya direct promotion adalah usaha menciptakan brand pariwisata di Lombok yang berbasis pada alam. Di samping tiga kegiatan tersebut, menurut Utria Salim dilakukan juga upaya yang dapat memberi kekuatan dan daya tarik NTB sebagai destinasi
34
ecotourism seperti memanfaatkan media sosial misalnya dengan menggalang para blogger yang mengulas tentang traveling dengan mengakomodir mereka untuk dapat memberikan testimoni mengenai keindahan alam di Lombok dan Sumbawa.
35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, berikut Tim peneliti menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, destinasi pariwisata daerah di NTB terdiri atas empat kawasan strategi pariwisata daerah di Lombok dan 7 kawasan strategi pariwisata daerah di Sumbawa yang kesemuanya mengarah pada Ecotourism. Karena kontribusinya yang besar terhadap penerimaan daerah, pariwisata menjadi sektor prioritas pembangunan di NTB setelah pertanian. 2. Andalan utama pariwisata di NTB adalah berbasis alam dan budaya. Alam menjadi daya tarik dalam mempromosikan objek-objek wisata. Wisatawan lebih menyukai keindahan alam yang ada di Propinsi NTB seperti Pantai Senggigi, Pantai Kuta, dan Gili-Gili yang ada di sekitar Pulau Lombok. Wisata alam dan budaya tersebut digambarkan melalui branding logo “Pesona Lombok” yang menggunakan simbol gunung Tambora, ombak laut Senggigi dan kijang (sebagai penghuni hutan sekitar lereng Rinjani). 3. Pemerintah daerah NTB melalui Dinas Pariwisata dan Budaya provinsi NTB melakukan sosialisasi branding wisata ecotourism melalui beberapa strategi dan kegiatan yang berfokus pada promosi keindahan alam dan budaya di NTB. Kegiatan yang dilakukan antara lain: publikasi media, penyelenggaraan kegiatan (event-event) rutin dan direct promotion. 4. Publikasi media dilakukan dengan cara menjalin kerja sama dengan media-media lokal, dan media-media luar negeri sebagai sarana publikasi event dan program-program yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Budaya
36
NTB. Selain itu, publikasi dan sosialisasi juga dilakukan dengan membuat materi-materi promosi di tempat-tempat umum seperti bandara. 5. Event-event atau kegiatan pariwisata yang dilakukan berkaitan dengan Ecotourism di NTB dilakukan tahunan dengan mendapat dukungan dari pemerintah pusat melalui rangkaian program “Wonderful Indonesia”. Perayaan festival-festival budaya dan ajang perlombaan marathon yang melintasi lereng Rinjani diselenggarakan untuk memperkuat brand image NTB sebagai destinasi ecotourism. 6. Promosi wisata langsung atau direct promotion dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan para pengusaha di industri pariwisata untuk menarik minat wisatawan potensial untuk berwisata ke NTB. Selain itu, pemerintah daerah NTB melalui Dinas Pariwisata dan Budaya NTB juga memanfaatkan media sosial dan para pelancong seperti travel blogger untuk memberikan testimoni dan ulasan mengenai wisata alam dan budaya di NTB.
B. Saran Melalui penelitian ini, Tim peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB yang menaungi pariwisata di Lombok harus semakin aktif dalam menggunakan media baru sebagai sarana melakukan promosi pariwisatanya, karena jangkauan media baru yang sangat luas. Namun begitu, kerjasama dengan mediamedia konvensional juga tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan guna menyebarkan informasi yang luas mengenai pariwisata yang ada di NTB khususnya eco-tourism di Lombok sendiri. 2. Selanjutnya juga perlu semakin menggencarkan promosi tidak hanya di dalam negeri saja namun juga ke luar negeri misalnya dengan cara bekerja sama dengan kedutaan-kedutaan asing yang ada di Indonesia dan aktif
37
melakukan promosi selain lewat media juga dengan melakukan direct promotion ke lembaga-lembaga tersebut. 3. Hal lain, perlu dikembangkan pula eco-cultural tourism sehingga tidak hanya wisata alam saja yang menjadi fokus namun juga ditambah dengan wisata alam dan budaya, agar wisatawan baik dalam maupun luar negeri dapat lebih mengenal juga budaya yang ada di Lombok atau secara keseluruhan di Nusa Tenggara Barat. 4. Terakhir, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTB juga perlu melibatkan atau bekerja sama dengan para pelaku industri eco-tourism dan komunitas masyarakat lokal untuk memajukan pariwisata daerahnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kegiatan-kegiatan seperti sosialisasi, penyuluhan, atau dengan memberikan bantuan dana. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan membangun eco-tourism yang berbasis pada masyarakat.
38
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. (1991). Managing Brand Equity. New York: Free Press.
Arida, Nyoman Kusuma. (2009). Meretas Jalan Ekowisata Bali Proses Pengembangan, Partisipasi Lokal dan Tantangan Ekowisata di Tiga Desa Kuno Bali. Denpasar: Udayana University Press.
Cutlip, Scott M., Center, Allen H., & Broom, Glen M. (2006). Effective Public Relations. UK: Pearson Prentice Hall.
Effendy, Onong Uchjana. (2000). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hennink, Monnique, Inge Hutter, ajay Bailey. (2011). Qualitative Research Methods. London: Sage.
Jefkins, Frank & Yadin, Daniel. (1998). Public Relations. UK: Prentice Hall.
Miles, Matthew B &A. Michael Huberman. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook. London : Sage. Morissan, M.A. (2008). Manajemen Public Relations. Jakarta: Kencana.
Oliver, Sandra. (2007). Public Relations Strategy, Second Edition. London: Kogan Page.
Patton, Michael Quinn. (2002). Qualitative Research & Evaluation Methods. London: Sage. Pitana, IG & Gayatri, PG. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
39
Prisgunanto, Ilham. (2006). Komunikasi Pemasaran: Strategi dan Taktik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia. Rangkuti, Freddy (2002). Measuring Customer Satisfaction Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Robbins, Stephen P. (1990). Organization Theory: Structure, Design, and Applications. US: Prentice Hall.
Saufi, A., Teguh, F., Ristanto, H., Basuki, P., Oehms, O., Vitriani, D., Creutz, S., & Nuzullay, B.H. (2015). Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Pulau Lombok 2015-2019. Mataram: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. (2000). Consumer Behavior, 5th Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Sutisna. (2003). Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wardhana, W.A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan, Cetakan keempat. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Wood, Megan Epler. (1999). Ecotourism: Principles, Practices and Policies for Sustainability. US: U N Environmental Programme.
40
Yassiranda AB. (2011). Strategi Komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Yoeti, Oka A. (1997). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari
sebagai
Alternatif
Pemanfaatan
Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
41