PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASSROOM ACTION RESEARCH )
Disusun oleh : BUDIYANTI ELIZABETH, S. Pd NIP : 195907041984042002
DINAS PENDIDIKAN DASAR PROVINSI DKI JAKARTA 2011
ABSTRAKSI BUDIYANTI. ELIZABETH, S. Pd, NIP. 195907041984042002, “ Penerapan Model Pembelajaran PAKEM Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur “. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta : Juni 2011. Keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran, bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu setiap akan mengajar guru diharuskan untuk menerapkan strategi atau metode tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia dengan diterapkannya model pembelajaran PAKEM ? (b) Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PAKEM terhadap prestasi belajar siswa ? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, (b) Ingin mengetahui pengaruh prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran PAKEM.
ABSTRAKSI Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdapat dua kali pertemuan, penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I presentase ratarata aktivitas siswa (26,8%) dan Siklus II presentase rata-rata aktivitas siswa (42,5%) sehingga peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran PAKEM menjadi 78,5% dengan nilai cukup. Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran PAKEM dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran pada bidang studi Bahasa Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak dalam arti bahwa orang tua, guru, tokoh masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. Khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa guru memiliki peranan yang cukup besar dalam rangka membelajarkan subyek didik dalam beragam pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Sekolah (khususnya para guru), mengembangkan pembelajaran yang terencana, sistematis dan terkoordinasi. Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan.
Sejalan dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Sekolah Dasar, yaitu: PAKEM. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu, interaksi belajar mengajar dengan paradigma PAKEM menuntut anak :
Berbuat Terlibat dalam kegiatan Mengamati secara visual Menyerap informasi secara verbal
Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik berdasarkan problem based learning, authentic instruction, inquiry based learning, project based learning, service learning, and cooperative learning. Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif.
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu tindakan melalui penelitian pendidikan. Dalam hal ini, penulis mengangkat satu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini, yaitu : “ Penerapan Model Pembelajaran PAKEM Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur.”
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat penulis kemukakan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : – –
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia dengan diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur ? Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PAKEM terhadap motivasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur ?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : – – –
Mengetahui peningkatan prestasi belajar bidang studi Bahasa Indonesia setelah diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. Mengetahui pengaruh motivasi belajar bidang studi Bahasa Indonesia setelah diterapkan model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran bidang studi Bahasa Indonesia dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur.
D. Kegunaan Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan diharapkan dapat berguna sebagai : – – – – –
penelitian
ini
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Bahasa Indonesia dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar Bahasa Indonesia. Sumbangan pemikiran bagi guru Bahasa Indonesia dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Bahasa Indonesia. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada bidang studi Bahasa Indonesia. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Bahasa Indonesia.
E. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut : –
–
–
Model pembelajaran PAKEM adalah : Model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip yaitu : aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Motivasi belajar adalah : Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Prestasi belajar adalah : Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah Untuk mengantisipasi luasnya permasalahan yang akan dibahas, penulis membuat batasan-batasan permasalahan yang akan dipaparkan, yaitu meliputi : Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan pertanian
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Model PAKEM Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip, yaitu: aktif, efektif, dan menyenangkan. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang senantiasa berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning). Model ini dapat dikembangkan secara sederhana oleh guru dengan memperhatikan prinsip PAKEM. Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi proses dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan bekerja sama untuk mengasah emosional. Persaingan yang sehat ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan.
1. Makna Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan Aktif – – – –
Selalu mencoba Tidak ingin menjadi penonton Memanfaatkan modalitas belajar (visual, auditorial, atau kinestika) Penuh perhatian dalam setiap proses pembelajaran
Kreatif – – – – – – –
Menginginkan adanya perubahan yang baru Ingin mengadakan inovasi Mempunyai banyak cara untuk melakukan sesuatu Tidak cepat putus asa Tidak mudah puas dengan hasil kerjanya dan selalu ingin berbuat terus Menumbuhkan motivasi, percaya diri, dan kritis Mempunyai banyak cara
Efektif – – – – – –
Memanfaatkan alat peraga yang ada di sekitar Diajak ke sumber belajar, melakukan observasi Memanfaatkan waktu yang ada Memanfaatkan rangkuman yang tepat Mengoptimalkan panca indera Mengatur stategi pembelajaran
Menyenangkan – – – – – – – –
Penampilan guru yang menarik Suasana belajar tidak searah Kaya dengan metode Desain kelas yang tidak membosankan Belajar sambil bermain dan bernyanyi Hasil belajar anak dipajang di kelas Didekatkan ke alam nyata Ada penghargaan bagi yang berprestasi
2. Pelaksanaan pembelajaran PAKEM a. Persiapan Berpusat pada siswa Perubahan paradigma pembelajaran sangat terasa saat ini. Dulu guru lebih dominan dalam proses pembelajaran atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning). Saat ini pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning)
Guru membuat persiapan matang Persiapan bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak harus dikerjakan. Tanpa persiapan guru akan kehilangan arah dalam proses pembelajaran. Berbagai metode dengan karakter materi yang akan diajarkan sudah dipersiapkan sebelum diajarkan.
Skenario pembelajaran secara rinci dan matang Skenario merupakan salah satu dari persiapan yang harus dibuat oleh guru. Skenario pembelajaran juga sering disebut dengan langkah-langkah pembelajaran atau strategi pembelajaran. Dengan disusun skenario pembelajaran, seorang guru sudah membuat format pada setiap pertemuan dengan siswa. Bukan hanya sekedar format, melainkan guru sudah mendesain pola pembelajaran yang ideal dengan karakter materi yang sedang diajarkan.
Menerapkan asas fleksibilitas Asas fleksibilitas, artinya lebih lentur dalam memahami kondisi yang akan dihadapi. Seorang guru tidak bisa kaku dalam menerapkan pola pembelajaran di kelas. Berbagai hambatan dalam proses pembelajaran akan dihadapi. Untuk itu, berbagai alternatif terutama berbagai metode harus disiapkan. Seorang guru tidak hanya terpaku pada satu metode yang ada. Jika hal itu sudah diantisipasi maka akan terjadi proses pembelajaran yang mengasyikkan.
Melayani perbedaan individual Semua memaklumi bahwa anak mempunyai perbedaan, baik perbedaan cara belajar maupun perbedaan kecerdasan. Untuk itulah, dalam menangani anak sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak bisa membuat anak sama seperti gerigi sisir, tetapi disesuaikan dengan karakter dan kepribadian yang khas yang dimiliki anak. Sebagaimana berbagai teori sudah disepakati oleh para pakar pendidikan bahwa setiap anak mempunyai modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda. Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga, yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Dengan berpedoman pada kenyataan bahwa murid mempunyai kelebihan serta kekurangan sendiri, jelas tidak bijak bagi guru (terutama orang tua) untuk memaksa anak yang tidak ingin pada bidang-bidang tertentu. Orang tua atau guru yang demikian telah bertindak di luar realitas psikologi tentang perkembangan inteligensi anak dan mungkin lebih dipengaruhi oleh motif sendiri.
B. Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Bahasa Indonesia Untuk mengetahui pengertian bahasa, kita meninjau dari dua segi, yaitu dari segi teknis dan segi praktis. Secara teknis, bahasa adalah seperangkat ujaran yang bermakna, yang dihasikan dari alat ucap manusia. Pengertian secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna, yang dihasilkan dari alat ucap manusia. Dari pengertian secara praktis ini dapat kita ketahui bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna. Bahasa disebut sistem bunyi atau sistem lambang bunyi karena bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar atau kita ucapkan itu sebenarnya bersistem atau memiliki keteraturan. Dalam hal ini istilah sistem bunyi hanya terdapat di dalam bahasa lisan, sedangkan didalam bahasa tulis bahasa sistem bunyi itu digambarkan dengan lambang-lambang tertentu yang disebut huruf. Dengan demikian bahasa selain dapat disebut sistem bunyi, juga disebut sistem lambang.[1] [1] Mustakim, Membina Kemampuan Berbahasa, (Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama, 1994 ). hal.2
2.
Fungsi dan Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia Didalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut : – Sebagai lambang kebanggaan nasional – Sebagai lambang jati diri atau identitas nasional – Sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya – Sebagai alat perhubungan antar budaya dan antar daerah
b. Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari beberapa aspek-aspek sebagai berikut : 1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis
3. Prestasi Belajar Prestasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan.[2] Dalam kamus Bahasa Indonesia secara etimologis belajar memiliki arti ” berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.” Definisi ini memiliki arti belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. [2] W.J.S. Poerwadarmita, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, h. 768
C. Kerangka Berfikir Prestasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa Indonesia sangat penting untuk ditingkatkan karena prestasi belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur memiliki prestasi belajar Bahasa Indonesia yang masih rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya respon siswa saat guru memberikan pertanyaan atau instruksi, siswa takut untuk bertanya atau berpendapat, kurangnya interaksi siswa dengan siswa lain berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia, serta kurang diikutsertakannya siswa dalam membuat kesimpulan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Oleh karena itu, diperlukan usaha perbaikan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa Indonesia.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada interaksi siswa dan kerjasama kelompok. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah model Pembelajaran secara Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap untuk persiapan kehidupan masa depannya.
PAKEM termasuk pembelajaran yang lebih interaktif. Dalam kelompok, dan tugas tugas praktik yang lebih banyak, siswa diharapkan dapat berpikir lebih banyak untuk dirinya sendiri, alih-alih diberitahukan jawabannya. Para siswa juga diberi kesempatan untuk menulis dengan menggunakan bahasanya sendiri, dan bukan sekedar menyalin dari papan tulis atau buku. Lingkungan kelas dirancang sedemikian rupa sehingga dirasakan lebih “ bersahabat ” dengan siswa, misalnya dengan menyiapkan pajangan hasil karya siswa, tersedianya alat peraga yang menarik. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa Indonesia kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas dalam arti luas. Suharsimi Arikunto (2006 : 2)[3] memandang Penelitian Tindakan Kelas sebagai bentuk penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penelitian harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. PTK, selain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar, juga untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, PTK bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi yang lebih penting adalah memberikan pemecahan berupa tindakan untuk mengatasi masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan upaya meningkatkan proses serta hasil belajar. [3] Suharsimi Arikunto, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara Team Pelatih Penelitian Tindakan 2000, Penelitian Tindakan (Action Research), Universitas Negeri Yogyakarta.
B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. Sedangkan objek penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III dengan penerapan model PAKEM. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Prosedur Penelitian Menurut prosedur Penelitian Tindakan Kelas, maka penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kurt Lewin dalam Depdikbud (1999 : 21).[4] 1. Rencana Tindakan a. Menetapkan jumlah siklus yaitu dua siklus, tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan tatap muka. b. Menetapkan kelas yang dijadikan objek penelitian, yaitu kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur. c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilakukan penelitian. d. Menyusun perangkat pembelajaran, meliputi : Rencana Pembelajaran Lembaran Kerja Siswa Merancang alat pengumpul data
e. Menetapkan observer [4]
Kurt lewin, lewin, (1999) Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Umum. Hal 21
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 a. Kegiatan Pendahuluan – –
Menyampaikan pelaksanaan penelitian tindakan kelas Sebagai apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan dengan materi yang dipelajari – Memberikan motivasi agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran – Menyebutkan dan menuliskan judul pembelajaran – Menyebutkan dan menuliskan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Kegiatan Inti 1). Tahap Interaktif – Siswa dibagi dalam enam kelompok kecil yang anggotanya empat orang dan diberi nomor kepala A,B,C,D. – Kepada setiap kelompok dibagikan tugas yang tidak sama, masingmasing nomor kepala mendapat tugas yang berbeda. – Tugas disajikan dalam bentuk Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang dipersiapkan oleh peneliti.
2). Tahap Ahli Siswa Yang menerima wacana yang sama (yang berasal dari masing-masing kelompok interaktif), membahas wacana / tugas dengan diskusi / bekerja sama dan mempersiapkan diri untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada masing-masing anggota kelompok interaktif asal. 3). Tahap Interaktif Asal • Setiap anggota kembali ke kelompok kooperatif masing-masing yang telah menjadi ahli dan mengajarkan / menginformasikan hasil diskusi kelompok ahli secara bergiliran • Setiap kelompok menyusun laporan secara tertulis • Mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menunjuk salah satu kelompok c. Kegiatan Penutup – Memberi penekanan tentang konsep penting yang harus dikuasai siswa – Membantu siswa menarik kesimpulan – Memberikan tugas rumah berdasarkan topik pada rencana pembelajaran
E. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa instrumen untuk mencatat semua aktivitas siswa selama tindakan berlangsung. Ada tiga macam alat pengumpul data yang digunakan, yaitu : a. Lembaran Observasi Aspek-aspek yang diamati adalah : - Mengajukan pertanyaan - Menjawab pertanyaan siswa maupun guru - Memberi saran - Mengemukakan pendapat - Menyelesaikan tugas kelompok - Mempresentasikan hasil kerja kelompok
b. Catatan Lapangan c. Kuesioner Siswa
F. Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa secara kolaboratif dengan teman sejawat dan hasilnya dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana tindakan berikutnya. Analisa data dilakukan setiap selesai 1 kali pertemuan tatap muka dan setiap akhir siklus. Data dianalisa secara kualitatif yaitu lembaran observasi dan catatan lapangan. Analisa kualitatif untuk catatan lapangan dan lembaran observasi dilakukan dengan jalan membandingkan keaktifan siswa pada siklus satu dengan keaktifan siswa siklus dua.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pertemuan 1 1.
Perencanaan Tindakan Materi pelajaran yang dibahas pada siklus I ini adalah : “ Tema Pertanian ”, dengan perencanaan penelitian sebagai berikut : • Menyiapkan rencana pembelajaran • Menyiapkan wacana / tugas • Menyiapkan format observasi • Membagi kelompok siswa, yaitu kelompok interaktif asal empat orang anggota dan kelompok ahli lima orang anggota
2.
Pelaksanaan Tindakan Pendahuluan (membuka pelajaran) Kegiatan Inti Kegiatan Penutup
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pertemuan II • Pendahuluan • Kegiatan Inti • Kegiatan Penutup
3. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu penerapan model pembelajaran PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa Indonesia kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur, maka pemantauan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut: 1) Lembaran Observasi 2) Catatan Lapangan Berikut ini dipaparkan satu persatu : 1) LEMBARAN OBSERVASI Observasi ini peneliti lakukan bersama dengan teman sejawat pada tanggal 10 Januari 2011 dan 7 Februari 2011 (Siklus I). Aktivitas yang diamati adalah :
Hasil observasi dapat kita lihat pada Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 1 dibawah ini : Siklus 1 No.
Aktivitas Yang Diamati
1.
Mengajukan Pertanyaan
2.
Menjawab Pertanyaan Siswa
Pertemuan 1
Pertemuan 2
3 (14%) 3 (14%)
6 (27%) 7 (32%)
(0%) 4 (19%) 12 (57%)
1 (5%) 7 (32%) 15 (68%)
3 (14%)
4 (19%)
Maupun Guru 3.
Memberi Saran
4.
Mengemukakan Pendapat
5.
Menyelesaikan Tugas Kelompok
6.
Mempresentasikan Hasil
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada pertemuan I aktivitas siswa masih rendah. Untuk diketahui pada pertemuan I ini peneliti belum menerapkan model pembelajaran PAKEM, tetapi hanya berbentuk ceramah bervariasi disertai dengan penugasan. Di akhir pembelajaran baru peneliti membentuk kelompok untuk persiapan pembelajaran PAKEM pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan 2 peneliti telah menggunakan model pembelajaran PAKEM, ternyata seperti yang kita lihat dalam tabel, terjadi peningkatan aktivitas siswa. Peningkatan terjadi pada semua aspek, namun yang paling rendah aktivitasnya adalah dalam hal memberi saran. Ini disebabkan karena tingkat pengetahuan siswa yang masih rendah. Kemudian peningkatan aktivitas yang agak tinggi adalah dalam menjawab pertanyaan siswa maupun guru. Ini disebabkan karena siswa diberi dorongan atau motivasi, sehingga secara bertahap timbul keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan.
2). CATATAN LAPANGAN Pada awal pembelajaran terlihat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Prasyarat pengetahuan dan motivasi yang diberikan guru saat membuka pelajaran membuat siswa terbawa ke suasana belajar. Apalagi siswa dapat memahami bahwasanya Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani timbulah demonstrasi (unjuk rasa). Setelah siswa terpancing dengan suasana belajar, barulah peneliti memberi tahu topik atau kompetensi dasar yang akan dipelajari. Namun setelah guru memberi tugas sesuai dengan model pembelajaran yang dibawakan, mulai timbul permasalahan. Berikut ini diuraikan masalah-masalah tersebut : 1) Siswa tidak mampu menyelesaikan tugas dengan waktu yang telah ditentukan, 2) Masih banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, 3) Siswa cenderung mencatat saja tanpa diskusi pada tahap kelompok ahli, 4) Frekuensi bertanya maupun menjawab pertanyaan masih rendah, 5) Pada tahap presentasi hanya satu orang yang berani memberi saran.
Refleksi Siklus I Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan teman sejawat serta catatan lapangan yang ada pada peneliti, ternyata sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan tugas dengan optimal, baik pada tahap interaktif asal (tahap I), tahap ahli (tahap II), maupun (tahap ke III). Tingkat keaktifan siswa sangat rendah dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan tindakan ini belum tercapai secara optimal. Menurut pengamatan peneliti kegagalan siswa tampak dengan jelas dalam memanfaatkan waktu. Siswa belum mampu memanfaatkan waktu sesuai dengan yang dialokasikan untuk setiap tahapan. Agar siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tersebut, maka perlu diberikan perpanjangan waktu.
Akibat dari perpanjangan waktu ini adalah sedikitnya waktu yang tersedia untuk kegiatan presentasi hasil kerja kelompok. Bila dicermati, penyebab dari kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas saat proses pembelajaran bersumber dari hal-hal berikut : 1. Siswa belum memahami tentang langkah-langkah kerja atau tahapan-tahapan pembelajaran yang harus dilalui. Misalnya apa yang seharusnya dilakukan dalam tahapan I (interaktif asal), tahapan II (interaktif ahli), dan seterusnya. 2. Pada tahap III, ada siswa yang tidak mampu menyampaikan ilmu yang didapatnya dari kelompok ahli secara sistematis, sehingga teman sekelompoknya tidak dapat menyerap pelajaran sebagaimana mestinya. 3. Masih ada siswa yang suka mengganggu teman, sehingga terkendala dalam menyelesaikan tugas.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Lembaran Observasi dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2011 dan 16 Mei 2011. aktivitas yang diamati sama dengan siklus I, yaitu : - Mengajukan pertanyaan, - Menjawab pertanyaan siswa maupun guru, - Memberi saran, - Mengemukakan pendapat, - Menyelesaikan tugas kelompok, - Mempresentasikan hasil kerja kelompok. Hasil yang diperoleh pada observasi ini dapat kita lihat pada Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2 dibawah ini :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2
Siklus 2 No.
Aktivitas Yang Diamati
Pertemuan 1
Pertemuan 2
1.
Mengajukan Pertanyaan
7 (30%)
11 (48%)
2.
Menjawab Pertanyaan
8 (34%)
11 (48%)
2 (9%) 8 (34%)
6 (26%) 12 (52%)
Siswa Maupun Guru 3.
Memberi Saran
4.
Mengemukakan Pendapat
5.
Menyelesaikan Tugas Kelompok
18 (72%)
19 (82%)
6.
Mempresentasikan Hasil
5 (100%)
5 (100%)
Dari tabel di atas terlihat sudah terjadinya perubahan yang cukup berarti untuk semua aktivitas yang diteliti. Khusus aktivitas yang ke enam, yaitu mempresentasikan hasil kerja kelompok memang tidak ada perubahan, karena presentase berdasarkan kelompok yang terdiri dari lima kelompok, sehingga yang tampil satu orang per kelompok. Untuk lebih jelasnya gambaran perubahan antara siklus satu dengan siklus dua, lebih lanjut peneliti paparkan pada tabel berikut :
Tabel: 4.3 Pengolahan Data Lembaran Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus Satu dan Siklus Dua.
No
Aktivitas Yang Diamati
Siklus 1
Siklus 2
Pertemuan
Pertemuan
1
2
1
2
Peningkatan(%)
Siklus 1
Siklus 2
RataRatarata(%)
1
Mengajukan pertanyaan
14
27
30
48
20,5
39
18,5
2
Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
14
32
34
48
23
41
18
3
Memberi saran
0
5
9
26
2,5
17,5
15
4
Mengemukakan pendapat
19
32
34
52
25,5
38
12,5
5
Menyelesaikan tugas kelompok
57
68
72
82
62,5
77
14,5
6
Mempresentasikan hasil kerja kelompok*
100
100
100
100
100
100
100
Jumlah
134
212,5
78,5
Rata-rata
26,8
42,5
15,7
Keterangan : * Presentasi dalam bentuk kelompok
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Aspek dalam mengajukan pertanyaan pada awal (pertemuan 1, siklus 1) sangat kurang sekali, yaitu hanya tiga orang siswa yang berani dari 30 siswa yang ada (14%). Kemudian dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan motivasi dalam proses pembelajaran, maka terjadilah peningkatan aktivitas belajar pada pertemuan berikutnya. Selanjutnya aktivitas yang sangat kurang bahkan tidak sama sekali pada awal (siklus 1) yaitu dalam hal memberi saran. Menurut pengamatan peneliti hal ini terjadi karena keterbatasan ilmu dan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Dan yang sangat menentukan sekali adalah siswa tidak terbiasa dan tidak berani tampil untuk mengajukan pendapat, menjawab pertanyaan, apalagi memberi saran. Namun setelah penerapan model pembelajaran PAKEM ini secara perlahan timbul keberanian siswa, sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan, yaitu pada siklus 1 rata-rata aktivitas siswa 26,8 %, pada siklus 2 rata- rata aktivitas siswa menjadi 42,5 %. Berarti terjadi peningkatan rata-rata 15,7 %. Sehingga ketuntasan pada aspek keaktifan belajar siklus 1 dan siklus 2 menjadi 78,5 % dengan nilai cukup.
CATATAN LAPANGAN Sebagaimana pada siklus I, pada siklus II saat membuka pelajaran secara keseluruhan siswa tertarik mengikuti pelajaran. Permasalahan yang muncul pada siklus I, pada siklus II sudah jauh berkurang. Secara rinci kondisi proses pembelajaran dan keaktifan siswa sebagai berikut : 1. Siswa sudah dapat mennyelesaikan tugas sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. 2. Secara komprehensif siswa sudah mampu menyelesaikan konsep-konsep yang dibahas secara utuh. 3. Pada kegiatan kelompok tahap II (kelompok ahli) maupun tahap III (penyatuan hasil dari kelompok ahli), siswa sudah dapat berdiskusi dengan baik dan mencatat hasil diskusinya. 4. Frekuensi bertanya dan menjawab sudah meningkat. Bahkan muncul pertanyaan kritis, misalnya : Mengapa Petani menggunakan insektisida untuk membunuh serangga? Bolehkah kita menggantikannya dengan baygon karena baygon merupakan obat pembunuh serangga juga? Dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti berasumsi bahwa siswa cukup paham dengan materi pelajaran yang dipelajari.
Refleksi Siklus II Sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap deskripsi data yang dipaparkan di atas. Di mana pada lembaran observasi aktivitas belajar siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup berarti. Pada awalnya (siklus I) siklus belum berani dan ragu-ragu untuk menyampaikan pendapat, namun pada siklus II sudah ada keberanian. Demikian juga dalam mengerjakan tugas kelompok atau diskusi, secara keseluruhan siswa sudah menunjukkan aktivitas yang baik. 3) KUESIONER Setelah berakhirnya siklus II, diedarkan kuesioner kepada 30 orang siswa (kuesioneris). Kuesioner ini dilaksanakan untuk melihat bagaimana tanggapan siswa setelah mengikuti model pembelajaran PAKEM, dan juga untuk melihat apakah siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia.
Selanjutnya data yang menunjukkan memperoleh hasil yang baik adalah mengenai model pembelajaran yang diterapkan. Menurut pengakuan siswa, model pembelajaran PAKEM disenangi oleh siswa. Sehingga membawa dampak positif terhadap yang lain, seperti dapat melatih siswa untuk bertanggungjawab. Kemudian dampak lain yang sangat berpengaruh dengan disenanginya model pembelajaran yang diberikan adalah siswa menjadi termotivasi untuk bertanya, terutama saat berdiskusi. Dengan termotivasinya siswa saat berdiskusi, akhirnya aktivitas belajar siswa menjadi meningkat, sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Data yang menunjukkan memperoleh hasil yang rendah adalah dalam hal menyampaikan informasi pelajaran kepada teman, maupun menerima informasi pelajaran dari teman.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa Indonesia kelas III SDN Cawang 07 Pagi Jakarta Timur dalam penerapannya dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM mengalami peningkatan. Adapun beberapa hasil yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa terjadi peningkatan dan penurunan tertentu karena disesuaikan dengan penerapan model pembelajaran PAKEM melalui lembar observasi siswa pada bidang studi Bahasa Indonesia. Aktivitas mengajukan pertanyaan meningkat dari 20,5% menjadi 39%. Aktivitas menjawab pertanyaan meningkat dari 23% menjadi 41%. Aktivitas memberikan saran meningkat sebesar 2,5% dari siklus I, menjadi 17,5%. Aktivitas mengemukakan pendapat meningkat dari 25,5% menjadi 38%. Aktivitas menyelesaikan tugas kelompok meningkat dari 62,5% menjadi 77%. Dan aktivitas mempresentasikan hasil kerja kelompok* 100%.
2. Hasil penilaian penerapan model pembelajaran PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Bahasa Indonesia adalah : siklus I skor peningkatan 134 dan pada siklus II skor peningkatan 212,5 sehingga rata-rata skor persentase menjadi 78,5%. 3. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM sangat positif. Mereka sangat antusias ketika sedang mempresentasikan hasil kerja kelompok, karena menurut mereka belajar dengan model ini lebih aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan karena hasil karya mereka dipajang atau dipamerkan di dinding kelas.
B. Saran-saran Sebaiknya siswa memiliki buku pokok ataupun buku penunjang, sehingga dalam melaksanakan diskusi tidak kekurangan bahan. Pembagian kelompok siswa sebaiknya dilakukan sebelum masuk materi pelajaran, bahkan kalau memungkinkan kelompoknya permanen. Lembaran kerja siswa sebaiknya dibagikan beberapa hari sebelum PBM dimulai, bersamaan dengan informasi kompetensi dasar (KD) atau materi yang akan diberikan.