LAPORAN PENELITIAN PENGARUH H TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT EKONOMI TERHADAP TINGKAT MELEK POLITIK DI JAKARTA TIMUR
2015 i
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Politik
menurut
teori
klasik
sebagaimana
dikemukakan
oleh
Aristoteles, adalah sebagai suatu asosiasi warga negara yang berfungsi membicarakan dan menyelenggarakan hal ihwal yang menyangkut kebaikan bersama. Maka berbicara politik adalah membicarakan dan merumuskan tujuan bersama. Tujuan bersama bangsa Indonesia diantaranya adalah mencapai keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan politik menurut teori behavioralisme
politik sebagai kegiatan apa adanya yang
berupaya menjelaskan mengapa gejala politik dan memperkirakan gelaja politik apa yang akan terjadi. Dalam perkembangan metodologi politik muncul post behavioralisme yang menekankan pada relevansi politik yang ada. Politik merupakan hal yang melekat dalam hidup dan mempengaruhi kehidupan sebagai individu atau kelompok masyarakat. Disadari atau tidak politik akan selalu hadir dalam kehidupan. Maka menjadi tuntutan adanya rumusan konsep politik yang sejauh mungkin dapat diterapkan dalam sebanyak mungkin pada tempat dan waktu (Ramlan Surbakti: 2010). Namun dalam implementasi politik, kekuasaam sering diperebutkan. Demikian juga dalam pengambilan kekuasaan terkadang terjadi perselisihan dan pertentangan, perebutan dan tak sedikit yang memaksakan kehendak
2
dengan menempuh tindakan amoral. Di sisi lain orang yang berada dalam kekuasaan memiliki kepentingan dan mencoba mempertahankan status quonya sehingga menghadirkan situasi yang membungkam politik bagi orang lain atau bahkan warga negaranya. Terdapat pula partai politik memberlakukan setoran bagi calon peserta legislatif atau eksekutif yang diusungnya. Dan negara yang memiliki monopoli kadang memaksakan keputusannya tak peduli apalah salah atau benar, sehingga sebagaian masyarakat teropini politik itu ditempuh dengan cara kotor. Fenomena kondisi negatif ini memang terkadang mewarnai kehidupan politik. Pandangan bahwa politik kotor biasanya terjadi pada tingkat pendidikan dan ekonomi yang masih rendah. Ketika mereka melihat kondisi politik yang tidak sesuai dengan harapan, masyarakat menjadi tak peduli akan politik. Mereka tidak mampu melihat bahwa sesungguhnya politik justru kekuasaan yang mengatur urusan mereka dalam kehidupan publik, dalam mengelola sumber daya alam, produksi atau distribusi. Kondisi masyarakat yang buta akan politik biasanya menyebabkan mereka tidak mau memiliki kesadaran/melek politik. Dan akhirnya tidak memiliki partisipasi dalam politik Sesungguhnya politik bukan hanya sekedar kekuasaan semata tapi politik adalah dipahami sebagai pengaturan segala urusan warga negara baik di dalam negeri atau di luar negeri. Politik tidak identik dengan perebutan kekuasaan semata atau aktivitas yang ditembuh dengan jalan yang kotor. Politik adalah bagian kehidupan yang sangat penting. Tanpa politik sebuah
3
negara tanpa strategi. Tanpa strategi negara bagaikan kapal tanpa kendali. Maka politik sangat penting bagi kehidupan manusia. Kondisi perpolitikan di Indonesia sejak masa reformasi tak lagi terjadi pembungkaman politik. Maka peluang untuk berpartisipasi dalam politik terbuka lebar. Kesadaran politik pada masyarakat tampak semakin meningkat, terlebih-lebih tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat juga mulai merangkak naik. Maka adanya peningkatan pendidikan dan ekonomi masyarakat berdampak secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan politik (melek politik). Melek politik terus meningkat dan berkembang khususnya di kalangan masyarakat di wilayah kotamadya Jakata Timur. Hal ini dilihat dari tingkat partisipasi pada pemilu 2014 yang cukup tinggi di bandingkan wilayah kotamadya lain di provinsi DKI Jakarta. Menurut data statistik Komite Pemilihan Umum (KPU) di kotamadya Jakarta Timur mencatat bahwa terdapat 2.068.164 orang usia yang tergolong sebagai peserta pemilu. Namun yang terdata sebagai peserta pemilu sebanyak 1,980,556 orang (96%). Dan yang menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Presiden tahun 2014 ada 1.559.920 orang (75%), dan pada Pemilihan Anggota DPD sebanyak 1,386,684 0rang (70%). Besar angka partisipasi Pemilihan Umum tahun 2014 di Jakarta Timur tersebut merupakan angka partisipasi tertinggi di provinsi DKI Jakarta. Ini adalah kondisi yang perlu mendapat apresiasi dan dijadikan rujukan untuk wilayah lain di provinsi DKI Jakarta.
4
Walaupun demikian dalam proses Pemilihan Umum di Jakarta Timur tahun 2014 bukan berarti tanpa kelemahan. Terdapat Peserta Pemilih Umum yang tidak terdata sebanyak 18.608 orang (4%). Dan saat proses Pemilihan Presiden terdapat suara rusak sebesar 1,380 (0,07%), suara tidak digunakan sebesar 419.256 (20,23%), suara yang tidak sah sebanyak 15.415 (0,7%) di luar angka partisipasi tersebut.Sekiranya ini bisa diperbaiki maka tentunya dapat diharapkan adanya peningkatan angka partisipasi Pemilihan Umum di tahun 2019. Dari uraian di atas maka perlulah diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi melek politik atas keberhasilan Pemilihan Umum di Jakarta Timur tahun 2014 sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan tingkat angka partisipasi dalam Pemilihan Umum memdatang. Atas dasar inilah maka peneliti mengambil judul penelitian sebagai
berikut: “PENGARUH
TINGKAT EKONOMI DAN JENJANG PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT MELEK POLITIK DI JAKARTA TIMUR”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi menengah?
5
2. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah? 3. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah? 4. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan menengah? 5. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar? 6. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar? 7. Adakah pengaruh interaksi antara tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik? 8. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi menengah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi? 9. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi? 10. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi?
6
11. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi menengah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah? 12. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah? 13. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah? 14. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi menengah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar? 15. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar? 16. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar? 17. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan menengah pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas?
7
18. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas? 19. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas? 20. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan menengah pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah? 21. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah? 22. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah? 23. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan menengah pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah? 24. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah?
8
25. Adakah perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah? 26. Bagaimana melek politik masyarakat Jakarta Timur terbentuk? 27. Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik masyarakat Jakarta Timur?
C. Kegunaan Hasil Penelitian Berkaitan dengan upaya meningkatkan melek politik masyarakat khususnya masyarakat di Jakarta Timur maka bagi stake holder hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1. Menjadi bahan masukan dalam mengatasi berbagai kelemahan yang terjadi di dalam pelaksaan Pemilihan Umum khususnya yang berkaitan dengan tingkat melek politik. 2. Menjadi rujukan bagi setiap wilayah yang tingkat melek politiknya masih rendah. 3. Sebagai masukan pada penyusunan anggaran dalam menetapkan program/kegiatan bagi KPU di masa mendatang sehingga akan lebih bermakna. 4. Sebagai
masukan
untuk
penyusunan
kebijakan
dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu selanjutnya.
upaya
8
BAB II LANDASAN TEORETIK
A. Melek Politik Miriam Budiardjo mendefinisikan politik sebagai berikut: “Ilmu yang mempelajari politik atau kepolitikan, Politik adalah usaha mengapai kehidupan yang lebih baik”. Hal ini sesuai dengan ungkapan Plato dan Aristoteles yang menamakannya sebagai “The good life”. Dengan demikian secara otomatis menepis pandangan bahwa politik itu kotor.Tidak semua politik itu buruk, politik justru menjadi bidang yang sangat penting dalam kehidupan. Ilmu politik menurut Miriam Budiardjo adalah: “Ilmu yang mempelajari politik dalam suatu negara (state), berkaitan dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, alokasi dan distribusi”. Sedangkan menurut Peter Merkl sebagai berikut: “Politik dalam bentuk yang paling baik adalah mencapai tatanan sosial dan berkeadilan”. Menurut Rod Haque politik adalah “Kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggotaangotanya”. Sementara menurut Andrew Heywood: “Politik adalah suatu bangsa yang membuat mempertahankan dan mengamandemen peraturan-
9
peraturan umum yang menyangkut kehidupannya yang berarti tidak akan terlepas dari gejala konflik atau kerjasama”. Ramlan Surbakti (2010) menyatakan bahwa ada 5 konsep politik yaitu: (1) Klasik yang menekankan pada “apa yang seharusnya” dan “dengan cara apa sebaiknya”. Dengan kata lain lebih menekankan aspek filosofis (idea dan etika) dari pada aspek politik. Maka berbicara politik adalah membicarakan dan merumuskan tujuan bersama. (2) Menurut kelembagaan politik sebagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Dalam hal ini Max Weber merumuskan negara sebagai komunitas manusia yang secara sukses memonopoli penggunaan paksaan fisik yang sah dalam wilayah tertentu. Menurutnya ada 3 aspek ciri Negara: (a) Berbagai struktur yang memiliki fungsi, tugas, yang jelas, bersifat kompleks, formal dan permanen. (b) Memiliki monopoli putusan yang final yang mengikat warga negaranya. (c) Memiliki paksaan fisik dalam batas wilayah negaranya. (3) Menurut kekuasaan
politik
sebagai
kegiatan
mencari
dan
mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat. Oleh karena itu ilmu politik dirumuskan sebagai ilmu memperoleh dan pertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan,
mempengaruhi
kekuasaan
sebagaimana
pihak
lain
dikemukakan
dan oleh
menentang Ronson.
pelaksanaan (4)
Menurut
fungsionalisme memandang bahwa politik sebagai kegiatan merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum. (5) Menurut konflik bahwa perbedaan pendapat, perdebatan, persaingan bahkan pertentangan dan perebutan di
10
dalam upaya mendapatkan nilai-nilai dalam masyarakat merupakan gejala proses politik. Hal ini menunjukkan bahwa politik bukanlah aspek yang sempit tapi justru merupakan aspek yang sangat luas. Berdasarkan metodologinya ke lima konsep tersebut digolongkan ke dalam 3 pendekatan yaitu: (1) Tradisionalisme yaitu pendekatan yang cenderung menganalisis institusi pemerintah, (2) Behavioralisme yaitu pendekatan menekankan kepada pentingnya mengungkapkan perilaku politik, (3) Post-Behavioralisme menekankan ilmu pengetahuan yang bebas nilai bukan sekedar normatif. Maka bicara tentang politik terdiri dari konsep idealnya, menjawab bagaimana terjadi dan kemudian memperkirakan ada yang terjadi sampai pada hal yang menjadi tuntutan dalam relevansinya. Ramlan Surbakti menambahkan ada sembilan rumusan konsep politik yaitu: (1) Ada keterbatasan sumberdaya yang ada sehingga timbul konflik dalam distribusinya, (2) Ada kelompok yang dominan yang mengelola distribusi dengan keputusan politik, (3) Pemerintah mengelola berbagai kelompok an individu dalam distribusi sumberdaya tersebut secara merata, (4) Ada tekanan dari kelompok yang tiak puas, (5) Ada tekanan dari kelompok yang puas untuk mempertahankan struktur, (6) Pemerintah bersama kelompok yang diuntngkan semakin mantap posisinya, (7) Politik merupakan kebijakan ideal api sulit dilaksanakan dalam kenyataan, (8) Dalam politik tidak ada yang gratis semua membutuhkan biaya, (9) Kondisi kendalilan oleh pemerintah .
11
Dari uraian di atas maka dapat disintesiskan sebagai berikut: “Politik memiliki arti yang sangat luas mulai dari merumuskan tujuan bersama, dan aktivitas
yang
berkaitan
dengan
masalah
kekuasaan,
pengambilan
keputusan, kebijakan publik, alokasi dan distribusi, perdebatan, persaingan bahkan pertentangan dan perebutan di dalam upaya mendapatkan nilai-nilai dalam masyarakat dan Negara”. Menurut Ramlan Surbakti bahwa perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Kegiatan politik tersebut dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.
Fungsi pemerintah dipegang pemerintah, dan fungsi
politik
dipegang oleh masyarakat. Tindakan dan wewenang yang melekat pada lembaga
yang
bertujuan
untuk
nilai-nilai
politikseperti
tujuan
bersama.Sedangkan tindakan dan keputusan masyarakat atau individu dipengaruhi oleh kepribadian (keinginan , dorongan, persepsi dan motivasi, sikap dan orientasi harapan dan cita-cita, ketakutan dan pengalaman masa lalu). Dalam menyelesaikan konflik di antara kelompok dan masyarakat mungkin kepribadian individulah yang lebih menonjol dari pada lembaga. Menurut Ramlan Surbakti, ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku politik yaitu: (1) Lingkungan social politik tak langsung seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa, (2) lingkungan social politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian
12
seseorang.(3) Struktur kepribadian, (4) lingkungan social langsung berupa situasi dan kondisi. Perilaku politik salah satunya terwujud dalam partisipasi politik. Menurut Herbet McClosky berpendapat: “Partisipasi politik adalah kegiatankegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukkan kebijakan umum’. Sedangkan menurut Samuel P Huntington dan Joan M Nelson berpendapat: “Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah”. Di Negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham kedaulatan
ada di tangan ada di tangan rakyat yang dilaksanakan melalui
kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan serta masa depan masyarakat dan untuk menentukan orang yang akan memegang tampuk pemimpin. Jadi partisipasi politik merupakan pengejawantahan penyelenggaraan kekuasaan. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka yang tersalur atau sekurang-kurangnya diperhatikan dan mereka sedikit banyaknya dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwewenang unuk membuat keputusan mengikat.
Dengan kata lain mereka percaya bahwa kegiatan
mereka mempunyai efek politik.
13
Jelaslah bahwa partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik. Perasaan kesadaran dimulai dengan orang yang berpendidikan, dan ekonominya lebih baik. Dan partisipasi menjangkau semua sector masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki hak untuk bersuara. Tingkat partisipasi yang rendah umumnya dianggap sebagai tanda yang buruk. Di mana masyarakat tidak menaruh perhatian terhadap permasalahan kenegaraan,
Maka partisipasi rendah diangap
menunjukkan legitimasi yang rendah pula. Dari uraian di atas dapat disintesiskan sebagai berikut “Melek politik adalah kesadaran masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsung atau tidak langsung”.
B. Ekonomi Menurut Sugiarto berpendapat: “Ilmu ekonomi adalah suatu telaah mengenai individu-individu dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan sumber daya yang terbatas sebagai konsekuensi dari adanya kelangkaan”. Kelangkaan berarti tidak semua kebutuhan manusia dapat dipenuhi, sehinga memaksa manusia untuk membuat pilihan. Dengan melakukan pilihan, pemenuhan atas suatu kebutuhan tertentu memiliki implikasi mengobankan kebutuhan lain. Maka fungsi ilmu ekonomi adalah berpikir untuk mengorganisir kemungkinan dilakukannya pilihan-pilihan yang
14
terbaik. Menurut Iswardono berpendapat: Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu masyarakat tertentu memecahkan masalah ekonomi”. Masalah ekonomi muncul ketika ada kelangkaan akan factor produksi. Ekonomi adalah salah satu cabang ilmu social.
Pemikirannya
berpangkal dari factor kelangkaan yang menyebabkan ilmu ekonomi berorentasi kuat terhadap kebijakanyang rasional, khususnya penentuan hubungan antara tujuan dan cara mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu ilmu social dikenal sebagai ilmu social yang sangat planning oriented, pengaruhnya meluas hingga ke politik, sperti misalnya pengertian pembangunan ekonomi yang telah mempengaruhi pengertian pembangunan politik, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Miriam Budiardjo. Oleh karena pilihan tentang kebijakan yang terus ditempuh sering kali terbatas adanya, maka ilmu ekonomi dikenal sebagaiilmu social yang bersifat choice oriented, hal mana telah berpengaruh pada pengkhususanpenelitian mengenai decision making dalam ilmu politik modern. Pemikiran ekonomi yang berpangkal dari factor kelangkaan juga telah memaksa ilmu ekonomi untuk lebih banyak berupaya ke arah ramalan berdasarkan perhitungan seksama, sehingga ilmu ekonomi modern jaranng bersifat spekulasi. Upaya menyusun ramalan ini berpengaruh terhadap ilmu politik untuk mendasarkan teorinya dan metodologinya pada suatu pendekatan yang lebih ilmiyah (pendekatan Behavioral).
15
Dalam mengajukan kebijakan atau siasat ekonomi tertentu, seorang ekonom akan bertanya pada pakar politik tentang politik manakah kiranya yang paling baik disusun guna mencapai tujuan ekonomi tertentu. Sebaliknya seorang politisi akan meminta bantuan ekonom tentang syaratsyarat ekonomis yang harus ditempuh guna mencapai tujuan politis tertentu khususnya yang menyanut pembinaan kehidupan demokratis. Maka dengan pesatnya perkembangan ilmu ekonomi modern, khususnya ilmu ekonomi internasional, kerja sama antara ilmu politik dan ekonomi
makin
membutuhkan
untuk
menganalisis
siasat-siasat
pembangunan nasional. Dari uraian di atas di dapat sintesiskan bahwa Ilmu ekonomi adalah aspek yang tertitik tolak pada kelangkaan yang bertujuan untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya dan memiliki pengaruh terhadap politik.
C. Pendidikan Menurut UU
nomor 20 tahun 2003 dikatakan: “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaranpeserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bangsa dan Negara. Pendidikan di Indonesia memiliki tiga jalur yaitu jalur informal, nonformal dan formal. Pendidikan formal adalah jalur yang terstruktur dan
16
berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencerdaskan pendidikan harus meningkatkan kompetensi intelektual, kepribadian, dan ketrampilan dalam proses pembelajarannya. Menurut Umar Tirtarahardja fungsi pendidikan terdiri dari: (1) sebagai proses transformasi budaya, (2) Proses pembentukan pribadi, (3) Penyiapan warga Negara, (4) Penyiapan tenaga kerja. Adapun gejala dan upaya pendidikan, Muhammad Ali berpendapat: “Pendidikan gejala pendidikan timbul sebagai gejala prilaku manusia diatas individual dan social dalam memenuhi kebutuhan dasar dan primer, bertahan hidup, sebagai peningkatan kehidupan agar lebih bemakna dan bernilai”. Pendidikan membentuk kedewasaan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Kedewasaan perkembangan individual, social dan moral, (2) Bertanggung jawab, (3) Stabil dalam emosi (4) Apresiasi
atas hak dan martabat, (5)
Memiliki kepedulian, dan (6) Memahami norma yang ada. Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional. Menurut Tilaar bahwa reformasi pendidikan meliputi: (1) Penyelenggaraan pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan, (2) perubahan peran manusia dari sumberdaya manusia menjadi subjek pembangunan, (3) terintegrasi dngan lingkungan sosialnya, (4) diperlukan acuan dasar. Menurut Rusli Yusuf memberikan pemahaman tentang Pendidikan sebagai Investasi adalah sebagai berikut: “Investasi social yang terbaik
17
adalah pendidikan” Di sini pendidikan memiliki investasi yang tidak hanya bagi dirinya saja tapi sangat luas yaitu mampu memperbaiki masyarakat, bangsa dan negaranya. Dari uraian di atas maka dapat disintesiskan bahwa pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (ekonomi) dan memiliki tujuan bersama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta berdampak pada peningkatan kepedulian terhadap social lingkungannya (politik)”
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teoretik yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi menengah. 2. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah. 3. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah. 4. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan menengah. 5. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar.
18
6. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan menengah lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar. 7. Terdapat pengaruh interaksi antara tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik. 8. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi menengah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi. 9. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi. 10. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi. 11. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi menengah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah. 12. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah. 13. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah.
19
14. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi menengah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar. 15. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar. 16. Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar. 17. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari
masyarakat
jenjang
pendidikan
menengah
pada
kelompok
masyarakat tingkat ekonomi atas. 18. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas. 19. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan menengah lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas. 20. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari
masyarakat
jenjang
pendidikan
masyarakat tingkat ekonomi menengah.
menengah
pada
kelompok
20
21. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah. 22. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan menengah lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah. 23. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari
masyarakat
jenjang
pendidikan
menengah
pada
kelompok
masyarakat tingkat ekonomi bawah. 24. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah. 25. Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan menengah lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah.
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empirik yang akurat dan dapat dipercaya yang berkaitan dengan tingkat melek politik (political literacy) masyarakat Jakarta Timur dan pengaruh tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik di Jakarta Timur. Secara operasional atau khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi menengah. 2. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah. 3. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah. 4. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan menengah. 5. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar. 6. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar.
19
7. Pengaruh interaksi antara tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik. 8. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan
masyarakat
tingkat
ekonomi 18
menengah
pada
kelompok
masyarakat jenjang pendidikan tinggi 9. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi 10. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi. 11. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan
masyarakat
tingkat
ekonomi
menengah
pada
kelompok
masyarakat jenjang pendidikan menengah. 12. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah. 13. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah.
20
14. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan
masyarakat
tingkat
ekonomi
menengah
pada
kelompok
masyarakat jenjang pendidikan dasar. 15. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar. 16. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar. 17. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan menengah pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas. 18. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas. 19. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas. 20. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan menengah pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah.
21
21. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah. 22. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah. 23. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan menengah pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah. 24. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah. 25. Perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah. 26. Melek politik masyarakat Jakarta Timur terbentuk. 27. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya melek politik masyarakat Jakarta Timur. 28. B. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah seluruh wilayah administrasi Jakarta Timur yang terdiri dari 10 Kecamatan yaitu: (a)
22
Kecamatan Cipayung, (b) Kecamatan Kramat Jati, (c) Kecamatan Kampung Makassar, (d) Kecamatan Jatinegara, (e) Kecamatan Pulogadung, (f) Kecamatan Cakung, (g) Kecamatan Matraman, (h) Kecamatan Pasar Rebo, (i) Kecamatan Duren Sawit dan (j) Kecamatan Ciracas. Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Juni 2015 sampai Juli 2015.
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex-postfacto dengan pendekatan kausal yang kemudian dianalisis dengan menggunakan Anova (analysis of varians) satu jalur dan dua jalur. Analisis tersebut digunakan untuk memudahkan pengaruh atau kausal dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini dilaksanakan tanpa adanya satu perlakuan khusus terhadap data tertentu oleh peneliti. Dalam pelaksanaan penelitian ini akan dianalisis pengaruh dari satu variabel terhadap variabel yang lain. Adapun variabel yang dikaji terdiri dari 3, yaitu: (1) Tingkat Ekonomi, (2) Jenjang Pendidikan dan (3) Tingkat melek politik. Dari ke 3 variabel tersebut, tingkat melek politik masyarakat dijadikan sebagai variabel criterion atau sebagai variabel terikat, sedangkan 2 variabel yang lain, yaitu tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan dijadikan sebagai variabel prediktor atau sebagai variabel bebas.
23
Sebelum dilakukan analisis data dengan Anova (analysis of varians) satu jalur dan dua jalur, maka data diuji terlebih dahulu asumsi normalitas dan homogenitasnya. Kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data penelitian ada kuesioner yang dikembangkan berdasarkan pada dimensi dan indikator melek politik. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa penelitian ini melibatkan dua variabel bebas yaitu tingkat ekonomi (A) dan jenjang pendidikan (B) dan satu variabel terikat yaitu tingkat melek politik (Y). Jadi penelitian ini akan membandingkan 3 taraf atau level pada faktor tingkat yaitu tingkat ekonomi atas (A1), tingkat ekonomi menengah
(A2) dan tingkat
ekonomi bawah (A3). Di samping itu juga membandingkan 3 taraf atau level pada faktor jenjang pendidikan yaitu jenjang pendidikan tinggi (B1), jenjang pendidikan menengah (B2), dan jenjang pendidikan dasar (B3), untuk melihat tingkat melek politik masyarakat. 2. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rancangan atau prosedur yang digunakan untuk mempermudah proses penelitan. Adapun desain yang akan digunakan adalah rancangan desain satu Factorial Anova satu jalan dan desain dua Factorial anova 2 jalan 3x3. Secara sederhana rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut:
24
Table 3.1 Rancangan Penelitian Desain Faktorial Anava Satu Jalan Variabel Tingkat Ekonomi Tingkat Ekonomi (A) Tingkat Ekonomi Atas (A1)
Tingkat Ekonomi Menengah (A2)
Tingkat Ekonomi Bawah (A3)
Y11
Y21
Y31
Y12
Y22
Y32
Y1,n1
Y2,n2
Y2,n3
Jumlah Data
Y1.
Y2.
Y3.
Banyak Data
n1.
n2.
n3.
Hasil Pengamatan
Keterangan: A1
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas.
A2
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah.
A3
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah.
25
Table 3.2 Rancangan Penelitian Desain Faktorial Anava Satu Jalan Variabel Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan (B) Jenjang Pendidikan Tinggi (B1)
Jenjang Pendidikan Menengah (B2)
Jenjang Pendidikan Dasar (B3)
Y11
Y21
Y31
Y12
Y22
Y32
Y1,n1
Y2,n2
Y2,n3
Jumlah Data
Y1.
Y2.
Y3.
Banyak Data
n1.
n2.
n3.
Hasil Pengamatan
Keterangan : B1
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi.
B2
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah.
B3
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar.
26
Table 3.3 Rancangan penelitian desain Dua Faktorial Anava 3x3 Tingkat Ekonomi (A) Tingkat Ekonomi Atas (A1)
Tingkat Ekonomi Menengah (A2)
Tingkat Ekonomi Bawah (A3)
Jenjang Pedidikan Tinggi (B1)
A1B1
A2B1
A3B1
Jenjang Pedidikan Menengah (B2)
A1B2
A2B2
A3B2
Jenjang Pedidikan Dasar (B3)
A1B3
A2B3
A3B3
Variabel Bebas
Jenjang Pendidikan (B)
Keterangan: A1
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas.
A2
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah.
A3
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah.
B1
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi.
B2
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah.
B3
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar.
A1B1
:
Kelompok masyarakat tingkat ekonomi tinggi dan jenjang pendidikan tinggi.
A2B1
:
Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang pendidikan tinggi.
27
A3B1
:
Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah dan jenjang pendidikan tinggi.
A1B2 : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dan jenjang pendidikan menengah. A2B2 : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang pendidikan menengah. A3B2 :
Kelompok
masyarakat
tingkat ekonomi bawah
dan
jenjang
pendidikan menengah. A1B3 : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dan jenjang pendidikan dasar. A2B3 : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang pendidikan dasar. A3B3 :
Kelompok
masyarakat
tingkat ekonomi bawah
dan
jenjang
pendidikan dasar.
D. Prosedur Metode Kuantitatif 1. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga Jakarta Timur yang telah wajib pilih dalam
penyelenggaraan
Pemilihan
Presiden
1.544.505 orang yang tersebar di 10 Kecamatan.
yang
berjumlah
28
b. Sampel Sampel adalah bagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multi stage random sampling, penentuan lokasi diplih secara purposive, dimulai dari penentuan Kecamatan. Setelah diketahui kerangka sampel (sampling frame) berupa jumlah Kecamatan, selanjutnya penentuan jumlah sampel yang terpilih dihitung berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 95%. Rumus Slovin sebagai berikut :
Keterangan :
݊=
ܰ 1 + ܰ݁ଶ
N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel e = Batas eror Setelah diketahui jumlah sampel yang akan diteliti, selanjutnya sampel dibagi secara merata ke dalam satuan-satuan yang besar yang disebut dengan cluster yang terbagi menjadi 10 bagian. Bagian atau wilayah tersebut adalah kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Timur. Dengan demikian maka jumlah anggota sampel pada setiap kelompok yang dijadikan sebagai unit analisis sesuai dengan desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
29
Tabel 3.4 Pengelompokkan Sampel dengan Sistem Blok Pada Variabel Tingkat Ekonomi Tingkat Ekonomi (A) Tingkat Ekonomi Atas (A1)
Tingkat Ekonomi Menengah (A2)
Tingkat Ekonomi Bawah (A3)
176
142
80
Dengan demikian dari jumlah 398 (tiga ratus sembilan puluh delapan) responden terbentuk 3 kelompok (taraf) dari variabel tingkat ekonomi yakni: (1) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas (A1) dengan jumlah sampel 176 orang, (2) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah (A2) dengan jumlah sampel 142 orang, dan (3) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah (A3) dengan jumlah sampel 80 orang. Tabel 3.5 Pengelompokkan Sampel dengan Sistem Blok Pada Variabel Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan (B) Jenjang Pendidikan Tinggi (B1)
Jenjang Pendidikan Menengah (B2)
Jenjang Pendidikan Dasar (B3)
237
130
31
30
Dengan demikian dari jumlah 398 (tiga ratus sembilan puluh delapan) responden terbentuk 3 kelompok (taraf) dari variabel jenjang pendidikan yakni: (1) Kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi (B1) dengan jumlah sampel 237 orang, (2) jenjang pendidikan menengah (B2) dengan jumlah sampel 130 orang, dan (3) Kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar (B3) dengan jumlah sampel 31 orang. Tabel 3.6 Pengelompokkan Sampel dengan Sistem Blok Pada Desain Faktorial 3x3 Tingkat Ekonomi (A) Tingkat Ekonomi Atas (A1)
Tingkat Ekonomi Menengah (A2)
Tingkat Ekonomi Bawah (A3)
Jenjang Pedidikan Tinggi (B1)
30
3
0
Jenjang Pedidikan Menengah (B2)
41
77
13
Jenjang Pedidikan Dasar (B3)
12
62
162
83
142
175
Variabel Bebas
Jenjang Pendidikan (B)
Jumlah
Jumlah Total Responden
400
31
Dengan demikian dari jumlah 400 (empat ratus) orang responden terbentuk 9 sel dari variabel tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan yakni: (1) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dan jenjang pendidikan tinggi (A1B1) dengan jumlah sampel 30 orang, (2) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang pendidikan tinggi (A2B1) dengan jumlah sampel 3 orang, (3) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah dan jenjang pendidikan tinggi (A3B1) yang tidak memiliki sampel, (4) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dan jenjang pendidikan menengah (A1B2) dengan jumlah sampel 41 orang, (5) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang pendidikan menengah (A2B2) dengan jumlah sampel 77 orang, (6) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah dan jenjang pendidikan menengah (A3B2) dengan jumlah sampel 13 orang, (7) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dan jenjang pendidikan dasar (A1B3) dengan jumlah sampel 12 orang, (8) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang pendidikan dasar (A2B3) dengan jumlah sampel 62 orang, dan (9) Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah dan jenjang pendidikan dasar (A3B3) dengan jumlah sampel 162 orang. 2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah seperangkat pertanyaan atau
32
pernyataan yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang variabel-variabel yang diteliti. Kuesioner diberikan kepada sampel untuk mendapatkan informasi tentang seberapa besar tingkat melek politik warga dan faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik warga. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket sesuai dengan variabel yang diangkat di dalam penelitian ini yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Sebelum dinyatakan dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data di lapangan, instrumen tersebut terlebih dahulu dilakukan construct validity (validitas bangun) melalui uji pakar (experts judgment) dan uji penelis. Hal ini dimaksudkan
untuk
menilai apakah butir-butir instrumen tersebut telah mengukur sasaran ukurnya. Setiap pakar memberi penilaian atas butir demi butir pada instrumen dengan menggunakan skala 1 – 5. Skala 1 menunjukkan butir pernyataan tidak cocok, sedangkan skala 5 menunjukkan butir pernyataan sangat cocok. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini adalah instrumen non tes dalam bentuk angket/kuesioner dengan menggunakan skala Likert yang dikembangkan dari dimensi dan indikator melek politik.
33
4. Pengujian Validitas Instrumen Uji validitas teoritik dilakukan untuk menentukan instrumen yang disusun memiliki ketepatan dan kecermatan sebagai alat ukur dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas konstruk (construct validity). Uji validitas konstruk dilakukan dengan uji pakar atau penelaahan ahli dalam bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini (expert judgement). Uji
validitas
konstruk
dilakukan
dengan
cara
mengajukan
instrumen yang disusun kepada beberapa pakar atau panelis untuk mendapatkan penilaian atau penelaahan apakah butir-butir pernyataan atau pertanyaan yang disusun telah sesuai atau mencerminkan indikator variabel yang akan diteliti. Hasil penilaian pakar/panelis dikategorikan dalam dua kategori, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Kategori kualitatif ditransformasikan dalam wujud skor dan dilakukan analisa validitas. 5. Teknik Analisis Data Kuantitatif Untuk keperluan menganalisis data yang telah dikumpulkan, digunakan teknik analisis data secara deskriptif dan inferensial. Penggunaan teknik analisis data secara deskriptif untuk memperoleh gambaran karakteristik penyebaran nilai setiap variabel yang diteliti. Analisis deskriptif digunakan dalam hal penyajian data, ukuran kecenderungan memusat (tendensi sentral) dan ukuran penyebaran (variabilitas). Penyajian data menggunakan data distribusi dan histogram.
34
Ukuran kecenderungan memusat meliputi mean, median, dan modus. Ukuran penyebaran meliputi varians dan simpangan baku (standard deviation). Sedangkan, statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini digunakan teknik analisis varians (Anava) satu jalur dan dua jalur 3x3 pada taraf signifikan = 0,05. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan teknik Liliefors, dan uji homogenitas varians dengan menggunakan teknik Uji Barlett. Pada analisis homogenitas varians data homogen jika p > 0,05 dan tidak homogen jika p < 0,05. Apabila setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan Anava dan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari setiap faktor dan interaksinya, maka selanjutnya akan dilanjutkan dengan uji lanjut (post hoc test) dengan menggunakan uji t-Dunnet. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer. Program yang digunakan merupakan program pengolah data, yaitu: Microsoft Excel. 6. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
35
a. Hipotesis untuk Anova satu jalur pengaruh variabel tingkat ekonomi terhadap tingkat melek politik: 1) Ho : µA1 = µA2 = µA3 H1 : Ada tanda µAi tidak sama dengan atau bukan Ho 2) Ho : µA1 ≤ µA2 H1 : µA1 > µA2 3) Ho : µA1 ≤ µA3 H1 : µA1 > µA3 4) Ho : µA2 ≤ µA3 5) H1 : µA2 > µA3 b. Hipotesis untuk Anova satu jalur pengaruh variabel jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik: 1) Ho : µB1 = µB2 = µB3 H1 : Ada tanda µBi tidak sama dengan atau bukan Ho 2) Ho : µB1 ≤ µB2 H1 : µB1 > µB2 3) Ho : µB1 ≤ µB3 H1 : µB1 > µB3 4) Ho : µB2 ≤ µB3 5) H1 : µB2 > µB3
36
c. Hipotesis untuk Anova dua jalur pengaruh variabel tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik: Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H0 : ߤܣଵ ≤ ߤܣଶ
H1 : ߤܣଵ > ߤܣଶ
2. H0 : ߤܣଵ ≤ ߤܣଷ
H1 : ߤܣଵ > ߤܣଷ
3. H0 : ߤܣଶ ≤ ߤܣଷ
H1 : ߤܣଶ > ߤܣଷ
4. H0 : ߤܤଵ ≤ ߤܤଶ
H1 : ߤܤଵ > ߤܤଶ
5. H0 : ߤܤଵ ≤ ߤܤଷ
H1 : ߤܤଵ > ߤܤଷ
6. H0 : ߤܤଶ ≤ ߤܤଷ
H1 : ߤܤଶ > ߤܤଷ
7. H0 : = ܤ ܺ ܣ0 H1 : ≠ ܤ ܺ ܣ0
8. H0
:
ܣଵܤଵ ≤ ܣଶܤଵ
H1 : ܣଵܤଵ > ܣଶܤଵ
9. H0
:
ܣଵܤଵ ≤ ܣଷܤଵ
H1 : ܣଵܤଵ > ܣଷܤଵ
10. H0
:
ܣଶܤଵ ≤ ܣଷܤଵ
H1 : ܣଶܤଵ > ܣଷܤଵ
11. H0
:
ܣଵܤଶ ≤ ܣଶܤଶ
H1 : ܣଵܤଶ > ܣଶܤଶ
12. H0
:
ܣଵܤଶ ≤ ܣଷܤଶ
H1 : ܣଵܤଶ > ܣଷܤଶ
37
13. H0
:
ܣଶܤଶ ≤ ܣଷܤଶ
H1 : ܣଶܤଶ > ܣଷܤଶ
14. H0
:
ܣଵܤଷ ≤ ܣଶܤଷ
H1 : ܣଵܤଷ > ܣଶܤଷ
15. H0
:
ܣଵܤଷ ≤ ܣଷܤଷ
H1 : ܣଵܤଷ > ܣଷܤଷ
16. H0
:
ܣଶܤଷ ≤ ܣଷܤଷ
H1 : ܣଶܤଷ > ܣଷܤଷ
17. H0
:
ܣଵܤଵ ≤ ܣଵܤଶ
H1 : ܣଵܤଵ > ܣଵܤଶ
18. H0
:
ܣଵܤଵ ≤ ܣଶܤଷ
H1 : ܣଵܤଵ > ܣଶܤଷ
19. H0
:
ܣଵܤଶ ≤ ܣଵܤଷ
H1 : ܣଵܤଶ > ܣଵܤଷ
20. H0
:
ܣଶܤଵ ≤ ܣଶܤଷ
H1 : ܣଶܤଵ > ܣଶܤଷ
21. H0
:
ܣଶܤଵ ≤ ܣଶܤଷ
H1 : ܣଶܤଵ > ܣଶܤଷ
22. H0
:
ܣଶܤଶ ≤ ܣଶܤଷ
H1 : ܣଶܤଶ > ܣଶܤଷ
23. H0
:
ܣଷܤଵ ≤ ܣଷܤଶ
H1 : ܣଷܤଵ > ܣଷܤଶ
24. H0
:
ܣଷܤଵ ≤ ܣଷܤଷ
H1 : ܣଷܤଵ > ܣଷܤଷ
25. H0
:
ܣଷܤଶ ≤ ܣଷܤଷ
H1 : ܣଷܤଶ > ܣଷܤଷ
38
E. Prosedur Penelitian Kualitatif 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang sesuai dengan fokus penelitian, maka di dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yaitu: (1) wawancara, (2) observasi partisipatif yang pasif serta terus terang dan tersamar, (3) studi dokumentasi terpilih. Ketiga teknik tersebut digunakan untuk saling melengkapi antara satu teknik dengan teknik yang lainnya. 2. Analisis Data Kualitatif Teknik analisis data untuk instrumen penelitian pada metode kuantitatif dengan menggunakan angket (kuesioner), ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis hasil penelitiannya, yaitu sebagai berikut: a. Editing, yaitu penelitian kembali terhadap catatan-catatan yang terkandung didalam angket, angket itu diolah dan harus diedit terlebih dahulu agar meningkatkan mutu data yang akan diolah dan dianalisis. b. Skoring, yaitu untuk dapat menentukan skor dari hasil angket yang telah diisi oleh responden. c. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel yang disediakan. Peneliti setelah mengetahui data hasil dari angket, kemudian peneliti melakukan triangulasi terhadap data hasil penelitian, proses ini
39
digunakan untuk memvalidasi informasi yang didapatkan dari hasil angket, observasi dan wawancara, sehingga informasi yang didapatkan sesuai dengan hasil yang ada di lapangan, sehingga dalam menentukan kesimpulan atau keputusan, sesuai dengan kebutuhan. Proses analisis data yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah proses penyederhanaan data-data yang terkumpul ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami yang meliputi: a. Reduksi data (data reduction) Pada tahapan ini, data-data yang sudah diberi kode (coding), dan dikelompokkan kemudian dirangkum dan disajikan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil penelitian.Sehingga pada penelitian ini data yang telah terkumpul kemudian dibuatkan transkripnya, yakni dengan menyederhanakan informasi/datake dalam bentuk tulisan (catatan lapangan) yang mudah dipahami.Setelah itu data-data yang terkumpul dipilih sesuai dengan fokus penelitian dan diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam mengkategorikan atau mengelompokkan data yang terkumpul. b. Penyajian data (data display) Data yang sudah terangkum atau terkategorisasi kemudian diberi interpretasi dan dijelaskan untuk mendeskripsikan fokus penelitian yaitu: (1) Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi terhadap tingkat melek politik masyarakat di Jakrata Timur,
40
(2) Seberapa besar tingkat melek politik masyarakat Jakarta Timur. (3) Bagaimana melek politik masyarakat Jakarta Timur terbentuk. (4) Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik masyarakat Jakarta Timur. (5) Kebijakan Politik apa yang akan dirumuskan untuk meningkatkan melek politik masyarakat Jakarta Timur.Pada tahap ini, data yang tersajikan berbentuk uraian teks atau bersifat naratif. c. Penarikan kesimpulan (conclution) Pada tahap ini peneliti memberikan kesimpulan dari data yang telah tersaji sebelumnya. Kesimpulan dalam penelitian ini tentunya akan dapat menjawab rumusan masalah sebagaimana yang tertuang pada bab 1 (satu). Kesimpulan dalam penelitian ini diharapkan adalah merupakan suatu temuan (tesis) baru yang dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas.
F. Uji Keabsahan Data Untuk memperoleh tingkat kepercayaan dalam penelitian kualitatif, peneliti berpegang pada kriteria kredibilitas (credibility), transferabilitas (transferability), (confirmability).
dependabilitas
(dependability),
dan
konfirmabilitas
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian Kuantitatif Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari: (a) Deskripsi data hasil penelitian, (b) Pengujian
persyaratan
analisis
data
berupa
uji
normalitas
dan
uji
homogenitas, (c) Pengujian hipotesis, (d) Pembahasan hasil penelitian dan (e) Keterbatasan penelitian. A. Deskripsi Data Data penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat melek politik masyarakat di kota Jakarta Timur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: (1) tingkat ekonomi yang terdiri dari tiga taraf atau level yaitu tingkat ekonomi atas, menengah dan bawah, dan (2) jenjang pendidikan yang terdiri dari tiga taraf atau level yaitu jenjang pendidikan tinggi, menengah dan dasar. Setelah dilakukan penelitian di lapangan dengan cara menyebarkan angket/kuesioner kepada sejumlah responden maka diperoleh data berupa skor (angka). Kumpulan data hasil penelitian dari masing-masing kelompok selanjutnya akan digunakan sebagai bahan analisis, seperti pada tabel berikut:
38
Tabel 4.1 Deskripsi Data Tingkat Melek Politik Ditinjau Dari Tingkat Ekonomi Tingkat Ekonomi (A)
Hasil Pengamatan
Total
Tingkat Ekonomi Atas (A1) ∑݊ܣଵ= 176
Tingkat Ekonomi Menengah (A2) ∑݊ܣଶ= 142
Tingkat Ekonomi Bawah (A3) ∑݊ܣଷ= 80
∑݊ܤଵ= 398
∑ܻଶ= 746879
∑ܻଶ= 609905
∑ܻଶ= 321713
∑ܻଶ= 1678487
= ̅ݔ64,73
= ̅ݔ65,01
= ̅ݔ62,76
= ̅ݔ64,17
∑ܻ= 11393
∑ܻ= 9231
∑ܻ= 5021
∑ܻ= 25645
Keterangan: A1
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas.
A2
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah.
A3
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah. Tabel 4.2
Deskripsi Data Tingkat Melek Politik Ditinjau Dari Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan (B)
Hasil Pengamatan
Jenjang Pendidikan Tinggi (B1) ∑݊ܤଵ= 237 ∑ܻ= 15499
Jenjang Pendidikan Menengah (B2) ∑݊ܤଶ= 130 ∑ܻ= 8309
Jenjang Pendidikan Dasar (B3) ∑݊ܤଷ= 31 ∑ܻ= 1825
Total
∑݊ܤଵ= 398
∑ܻ= 25633
39
∑ܻଶ= 1027495
∑ܻଶ= 540031
∑ܻଶ= 110873
∑ܻଶ=1678399
= ̅ݔ65,40
= ̅ݔ63,92
= ̅ݔ58,87
= ̅ݔ62,73
Keterangan : B1
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi.
B2
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah.
B3
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar.
Tabel 4.3 Deskripsi Data Tingkat Melek Politik Ditinjau Dari Tingkat Ekonomi dan Jenjang Pendidikan Tingkat Ekonomi (A)
Jenjang Pendidikan (B)
Jenjang Pedidikan Tinggi (B1)
Jenjang Pedidikan Menengah (B2)
Tingkat Ekonomi Atas (A1)
Tingkat Ekonomi Menengah (A2)
Tingkat Ekonomi Bawah (A3)
Total
∑݊ܣଵܤଵ= 162 ∑ܻ=10566
∑݊ܣଶܤଵ= 62 ∑ܻ= 4159
∑݊ܣଷܤଵ= 12
∑ = 236
∑ܻଶ= 697240
∑ܻଶ= 283211
∑ܻଶ= 46705
= ̅ݔ65,22
= ̅ݔ67,08
∑ܻ=847
∑݊ܣଶܤଶ= 77
= ̅ݔ61,92
∑ࢅ= 1027156
∑ܻ= 4898
∑݊ܣଷܤଶ= 41 ∑ܻ= 2609
∑ܻଶ= 55965
∑ܻଶ=316320
∑ܻଶ=170135
∑݊ܣଵܤଶ= 13
∑ܻ= 743
∑ࢅ= 15468
ഥ=64,74 ࢞
∑ = 131 ∑ࢅ= 8354
∑ࢅ= 542420
40
Jenjang Pedidikan Dasar (B3)
= ̅ݔ65,15
= ̅ݔ63,61
∑ܻ= 186
∑݊ܣଷܤଷ= 30
ഥ=64,13 ࢞
∑ܻ= 0
∑݊ܣଶܤଷ= 3
= ̅ݔ63,63
∑ܻ= 1849
∑ࢅ= 2035
∑ܻଶ= 0
∑ܻଶ= 11826
∑ܻଶ= 116219
= ̅ݔ0
= ̅ݔ62,00
= ̅ݔ61,63
∑ࢅ= 11413
∑ࢅ= 9243
∑ࢅ= 5201
∑݊ܣଵܤଷ= 0
∑= 175 Total
∑= 142
∑= 83
∑࢚= 400
∑ࢅ= 25857
∑ࢅ= 333059
∑ࢅ=1697621
ഥ= 43,46 ࢞
ഥ= 64,23 ࢞
ഥ= 62,34 ࢞
ഥ= 56,68 ࢞
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas.
A2
: Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah. : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah.
B1
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi.
B2
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah.
A1B1
ഥ= 41,21 ࢞
∑ࢅ= 611357
A1
B3
∑ࢅ= 128045
∑ࢅ= 753205
Keterangan:
A3
∑ = 33
: Kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar. :Kelompok
masyarakat tingkat ekonomi tinggi dan jenjang pendidikan
tinggi. A2B1
:Kelompok
masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang
pendidikan tinggi.
41
A3B1
:Kelompok
masyarakat tingkat ekonomi bawah dan jenjang pendidikan
tinggi. A1B2 : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dan jenjang pendidikan menengah. A2B2 : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang pendidikan menengah. A3B2 :
Kelompok
masyarakat
tingkat ekonomi bawah
dan
jenjang
pendidikan menengah. A1B3 : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dan jenjang pendidikan dasar. A2B3 : Kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dan jenjang pendidikan dasar. A3B3 :
Kelompok
masyarakat
tingkat ekonomi bawah
dan
jenjang
pendidikan dasar. Selanjutnya dari masing-masing kelompok penelitian tersebut dapat dideskripsikan lebih lengkap sebagai berikut: Anova Satu Jalan 1. Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Atas (A1) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 176 orang, diperoleh data kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dengan perolehan skor tertinggi 87, skor terendah 47, ratarata 64,56, nilai median 64,241, nilai modus 63,848, dan simpangan baku
42
7,793.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat TingkaT Ekonomi Atas (A1) Nilai 47 - 53 54 - 60 61 - 67 68 - 74 75 - 81 82 - 88 Jumlah
f 10 47 58 46 10 5 176
f.kum 10 57 115 161 171 176
fr 5,68 26,70 32,95 26,14 5,68 2,84
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram seperti pada gambar berikut:
43
140 120 100 80 Series2
60
Series1
40 20 0 1
2
3
4
5
6
Gambar 4.1. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok A1
2. Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Menengah (A2) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 142 orang, diperoleh data kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan perolehan skor tertinggi 89, skor terendah 48, rata-rata 64,85, nilai median 65,106, nilai modus 70,284, dan simpangan baku 7,973.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
44
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat TingkaT Ekonomi Menengah (A2) Nilai 48 - 54 55 - 61 62 - 68 69 - 75 76 - 82 83 - 89 Jumlah
f 14 40 33 46 8 1 142
fr 9,86 28,17 23,24 32,39 5,63 0,70
f.kum 14 54 87 133 141 142
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram
seperti pada gambar berikut: 140 120 100 80 Series2
60
Series1
40 20 0 1
2
3
4
5
6
45
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok A2 3. Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Bawah (A3) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 80 orang, diperoleh data kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah dengan perolehan skor tertinggi 86,skor terendah 41, rata-rata61,80, nilai median 61,83, nilai modus 61,36, dan simpangan baku 9,392.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat TingkaT Ekonomi Bawah (A3) Nilai 41 - 48 49 - 56 57 - 64 65 - 72 73 - 80 81 - 88 Jumlah
f 6 18 24 23 7 2 80
f.kum 6 24 48 71 78 80
fr 7,50 22,50 30,00 28,75 8,75 2,50
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram seperti pada gambar berikut:
46
100 90 80 70 60 50
Series2
40
Series1
30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok A3
4. Kelompok Masyarakat Jenjang Pendidikan Tinggi(B1) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 237 orang, diperoleh data kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan perolehan skor tertinggi 89, skor terendah 46, rata-rata65,47, nilai median 66,45, nilai modus 68,45, dan simpangan baku 7,765.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
47
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat Jenjang Pendidikan Tinggi (B1) Nilai 46 - 50 51 - 55 56 - 60 61 - 65 66 - 70 71 - 75 76 - 80 81 - 85 86 - 90 Jumlah
f 5 18 50 32 71 44 11 4 2 237
f.kum 5 23 73 105 176 220 231 235 237
fr 2,11 7,59 21,10 13,50 29,96 18,57 4,64 1,69 0,84
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram
seperti pada gambar berikut:
48
160 140 120 100 80
Series2
60
Series1
40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gambar 4.4. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok B1 5. Kelompok Masyarakat Jenjang Pendidikan Menengah(B2) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 130 orang, diperoleh data kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan perolehan skor tertinggi 86, skor terendah 46, rata-rata64,18, nilai median 64,105, nilai modus 66,5, dan simpangan baku 8,502.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
49
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat Jenjang Pendidikan Menengah (B2) Nilai 46 - 52 53 - 59 60 - 66 67 - 73 74 - 80 81 - 87 Jumlah
f 10 30 38 38 8 6 130
f.kum 10 40 78 116 124 130
fr 7,69 23,08 29,23 29,23 6,15 4,62
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram
seperti pada gambar berikut: 120 100 80 60
Series2 Series1
40 20 0 1
2
3
4
5
6
Gambar 4.5. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok B2
50
6. Kelompok Masyarakat Jenjang Pendidikan Bawah(B3) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 31 orang, diperoleh data kelompok masyarakat jenjang pendidikan bawah dengan perolehan skor tertinggi 79, skor terendah 41, rata-rata57,92, nilai median 57, nilai modus 52,5, dan simpangan baku 10,408.Selanjutnya
rangkuman
deskripsi
data
kelompok
tersebut
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat Jenjang Pendidikan Bawah (B3) Nilai 41 - 48 49 - 56 57 - 64 65 - 72 73 - 80 Jumlah
f 7 8 7 6 3 31
f.kum 7 15 22 28 31
fr 22,58 25,81 22,58 19,35 9,68
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram
seperti pada gambar berikut:
51
90 80 70 60 50
Series2
40
Series1
30 20 10 0 1
2
3
4
5
Gambar 4.6. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok B3
Anova Dua Jalan. 1. Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Atas (A1) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 175 orang, diperoleh data kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas dengan perolehan skor tertinggi 87, skor terendah 52, ratarata 65,09, nilai median 65, nilai modus 65,83, dan simpangan baku 7,298.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
52
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat TingkaT Ekonomi Atas (A1) Nilai 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75 76 - 81 82 - 87 Jumlah
f 30 41 62 29 8 5 175
f.kum 30 71 133 162 170 175
fr 17,14 23,43 35,43 16,57 4,57 2,86
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram seperti pada gambar
berikut: 140 120 100 80 Series2
60
Series1
40 20 0 1
2
3
4
5
6
Gambar 4.7. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok A1
53
2. Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Menengah (A2) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 142 orang, diperoleh data kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan perolehan skor tertinggi 89, skor terendah 48, rata-rata 64,85, nilai median 65,106, nilai modus 70,284, dan simpangan baku 7,973.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat TingkaT Ekonomi Menengah (A2) Nilai 48 - 54 55 - 61 62 - 68 69 - 75 76 - 82 83 - 89 Jumlah
f 14 40 33 46 8 1 142
f.kum 14 54 87 133 141 142
fr 9,86 28,17 23,24 32,39 5,63 0,70
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram
seperti pada gambar berikut:
54
140 120 100 80 Series2
60
Series1
40 20 0 1
2
3
4
5
6
Gambar 4.8. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok A2
3. Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Bawah (A3) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 83 orang, diperoleh data kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah dengan perolehan skor tertinggi 86, skor terendah 41, rata-rata 61,66, nilai median 61,3, nilai modus 61,3, dan simpangan baku 9,688.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
55
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat TingkaT Ekonomi Bawah (A3) Nilai 41 - 48 49 - 56 57 - 64 65 - 72 73 - 80 81 - 88 Jumlah
f 6 21 24 22 7 3 83
f.kum 6 27 51 73 80 83
fr 7,23 25,30 28,92 26,51 8,43 3,61
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram seperti pada gambar berikut: 100 90 80 70 60 50
Series2
40
Series1
30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
Gambar 4.9. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok A3
56
4. Kelompok Masyarakat Jenjang Pendidikan Tinggi(B1) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 236 orang, diperoleh data kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan perolehan skor tertinggi 89, skor terendah 46, rata-rata 65,78, nilai median 66,345, nilai modus 67,71, dan simpangan baku 7,440.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat Jenjang Pendidikan Tinggi (B1) Nilai 46 - 50 51 - 55 56 - 60 61 - 65 66 - 70 71 - 75 76 - 80 81 - 85 86 - 90 Jumlah
F 4 17 37 48 71 42 11 4 2 236
f.kum 4 21 58 106 177 219 230 234 236
fr 1,69 7,20 15,68 20,34 30,08 17,80 4,66 1,69 0,85
57
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram
seperti pada gambar berikut: 160 140 120 100 80
Series2
60
Series1
40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gambar 4.10. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok B1
5. Kelompok Masyarakat Jenjang Pendidikan Menengah(B2) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 131 orang, diperoleh data kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengahdengan perolehan skor tertinggi 86, skor terendah 41, rata-rata 63,19, nilai median 62,916, nilai modus 62,72, dan simpangan baku 9,73.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
58
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat Jenjang Pendidikan Menengah (B2) Nilai 41 - 48 49 - 56 57 - 64 65 - 72 73 - 80 81 - 88 Jumlah
f 7 20 48 40 10 6 131
fr 5,34 15,27 36,64 30,53 7,63 4,57
f.kum 7 27 75 115 125 131
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram
seperti pada gambar berikut: 120 100 80 60
Series2 Series1
40 20 0 1
2
3
4
5
6
Gambar 4.11. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok B2
59
6. Kelompok Masyarakat Jenjang Pendidikan Bawah(B3) Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari responden sebanyak 33 orang, diperoleh data kelompok masyarakat jenjang pendidikan bawah dengan perolehan skor tertinggi 79, skor terendah 50, rata-rata 62,68, nilai median 62,1, nilai modus 54,409 dan 69,9, dan simpangan baku 8,281.Selanjutnya rangkuman deskripsi data kelompok tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Tingkat Melek Politik Masyarakat Jenjang Pendidikan Bawah (B3) Nilai 50 - 55 56 - 61 62 - 67 68 - 73 74 - 79 Jumlah
f 9 7 5 9 3 33
f.kum 9 16 21 30 33
fr 27,27 21,21 15,15 27,27 9,09
Distribusi frekuensi tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah
selanjutnya dapat disajikan dalam histrogram seperti pada
gambar berikut:
60
90 80 70 60 50
Series2
40
Series1
30 20 10 0 1
2
3
4
5
Gambar 4.12. Histogram Distribusi Frekuensi Kelompok B3
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data Pengujian
hipotesis
dalam
penelitian
ini
dlakukan
dengan
menggunakan Analisis Varians(ANAVA) Satu Jalan dan Dua Jalan.Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Anava Satu Jalan 1. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.Maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors.Syarat uji normalitas data yakni H0 diterima apabila Lhitung< Ltabel dan H0 ditolak apabila Lhitung> Ltabel.
61
Perumusan hipotesissnya adalah sebagai berikut: H0= Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1= Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal Berdasarkan hasil perhitungan normalitas data pada semua kelompok penelitian diketahui bahwa Lhitung untuk semua kelompok lebih kecil dari Ltabel, ini berarti bahwa pada semua kelompok penelitian berdistribusi normal.Hasil perhitungan uji normalitas dengan uji Lilliefors secara keseluruhan dapat dilihat pada tableberikut. Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Sampel dengan Uji Lilliefors pada Taraf α = 0,05 Kelompok
Jumlah
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
Sampel
(L0)
(Lt: α=0,05)
A1
176
0,0633
0,067
Normal
A2
142
0,0692
0,074
Normal
A3
80
0,0706
0,099
Normal
B1
237
0,0509
0,058
Normal
B2
130
0,0652
0,078
Normal
B3
31
0,0985
0,159
Normal
62
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil uji normalitas sampel dengan uji Lilliefors di atas, dalam uji normalitas setiap kelompok sampel penelitian secara lengkap dijelaskan sebagai berikut: a. Uji Normalitas Kelompok Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Atas (A1) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak 176 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0633 dan Lt = 0,067 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atasberasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Kelompok Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Menengah (A2) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak 142 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0692 dan Lt = 0,074 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah
63
sampel pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. c. Uji Normalitas Kelompok Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Bawah (A3) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak 80 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0706 dan Lt = 0,099 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. d. Uji
Normalitas
Kelompok
Masyarakat
Jenjang
Pendidikan
Tinggi(B1) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak 237 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0509 dan Lt = 0,058 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
64
e. Uji
Normalitas
Kelompok
Masyarakat
Jenjang
Pendidikan
Menengah(B2) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan
jumlah
sampel
sebanyak
130
responden
pada
taraf
signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0652 dan Lt = 0,078 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. f. Uji
Normalitas
Kelompok
Masyarakat
Jenjang
Pendidikan
Dasar(B3) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak 31 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0985 dan Lt = 0,159 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
65
2. Uji Homogenitas Dalam penelitian ini uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlett yang dilakukan terhadap tiga kelompok data variabel yaitu uji homogenitas varians pada kelompok A1, A2dan A3 (tingkat ekonomi), dan tiga kelompok data variabel yaitu uji homogenitas varians pada kelompok B1, B2dan B3(jenjang pendidikan).Uraian secara lengkap dapat disajikan sebagai berikut: a. Uji Homogenitas antar Kelompok A1, A2dan A3 (Tingkat Ekonomi) Pengujian homogenitas varians dari tiga kelompok yaitu kelompok A1, A2dan A3 (tingkat ekonomi) menggunakan kriteria pengujian H0 (H0 :σA12 = σA22= σA32) diterima dan H1 (H1 : bukan H0) ditolak bilaX2hitung<X2tabel yang artinya data-data dalam kelompok yang diuji adalah homogen. Sebaliknya, jika H0 ditolak H1 diterima bila X2hitung >X2tabel yang artinya data-data dalam kelompok yang diuji tidak homogen. Perhitungan pengujian ketiga kelompok pada taraf signifikansi α = 0,05 disajikan pada tabel berikut:
66
Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas A1, A2dan A3 (Tingkat Ekonomi) Sampel A1 A2 A3 Jumlah
N 176 142 80 398
db 175 141 79 395
1/db 0,01 0,01 0,01 0,03
si2 7,32 8,35 9,13
db.si2 1280,97 1177,00 721,12 3179,09
log si2 0,86 0,92 0,96
db.log(si2) 151,29 129,94 75,87 357,10
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Bartlett diperoleh X2hit = 1,51.Dari daftar tabel distribusi Chi-Kuadrat, X2tab(α=0,05)(1) = 5,99. Dengan demikian diperoleh X2hit ≤ X2tab, H0 diterima, ini berarti tingkat melek politik dari ketiga kelompok tersebut berasal dari populasi yang homogen. b. Uji
Homogenitas
antar
Kelompok
B1,B2
dan
B3
(Jenjang
Pendidikan) Pengujian homogenitas varians dari tiga kelompok yaitu kelompok B1, B2 dan B3 (jenjang pendidikan) menggunakan kriteria pengujian H0 (H0 :σB12 = σB22= σB32) diterima dan H1 (H1 : bukan H0) ditolak bilaX2hitung <X2tabel yang artinya data-data dalam kelompok yang diuji adalah homogen. Sebaliknya, jika H0 ditolak H1 diterima bila X2hitung >X2tabel yang artinya data-data dalam kelompok yang diuji tidak homogen. Perhitungan pengujian ketiga kelompok pada taraf signifikansi α = 0,05 disajikan pada tabel berikut:
67
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas B1,B2 dan B3 (Jenjang Pendidikan) Sampel B1 B2 B3 Jumlah
N 237 130 31 398
db 236 129 30 395
1/db 0,00 0,01 0,03 0,05
si2 7,68 8,33 10,70
db.si2 1812,02 1074,98 320,94 3207,94
log si2 0,89 0,92 1,03
db.log(si2) 208,92 118,78 30,88 358,58
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Bartlett diperoleh X2hit =1,66.Dari daftar tabel distribusi Chi-Kuadrat, X2tab(α=0,05)(1) = 5,99. Dengan demikian diperoleh X2hit ≤ X2tab, H0 diterima, ini berarti tingkat melek politik dari ketiga kelompok tersebut berasal dari populasi yang homogen. Tabel 4.19 Rekapitulasi Uji Homogenitas pada Kelompok-Kelompok Penelitian Menggunakan Uji Bartlett No
Kelompok Sampel
X2hitung
X2tabel
Kesimpulan
(α=0,05) 1
Kelompok A1, A2 dan A3
1,51
5,99
Homogen
2
Kelompok B1,B2dan B3
1,66
5,99
Homogen
68
Anava Dua Jalan 1. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.Maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors.Syarat uji normalitas data yakni H0 diterima apabila Lhitung< Ltabel dan H0 ditolak apabila Lhitung> Ltabel. Perumusan hipotesissnya adalah sebagai berikut: H0= Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1= Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal Berdasarkan hasil perhitungan normalitas data pada semua kelompok penelitian diketahui bahwa Lhitung untuk semua kelompok lebih kecil dari Ltabel, ini berarti bahwa pada semua kelompok penelitian berdistribusi normal.Hasil perhitungan uji normalitas dengan uji Lilliefors secara keseluruhan dapat dilihat pada tableberikut.
69
Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Sampel dengan Uji Lilliefors pada Taraf α = 0,05 Kelompok
Jumlah
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
Sampel
(L0)
(Lt: α=0,05)
A1
175
0,0605
0,067
Normal
A2
142
0,0692
0,074
Normal
A3
83
0,0875
0,097
Normal
B1
236
0,0547
0,058
Normal
B2
131
0,0563
0,077
Normal
B3
33
0,1448
0,154
Normal
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil uji normalitas sampel dengan uji Lilliefors di atas, dalam uji normalitas setiap kelompok sampel penelitian secara lengkap dijelaskan sebagai berikut: a. Uji Normalitas Kelompok Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Atas (A1) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel
sebanyak
175
responden
pada
taraf
signifikansi
α
=
70
0,05menunjukkan L0 = 0,0605 dan Lt = 0,067 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Kelompok Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Menengah (A2) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak 142 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0692 dan Lt = 0,074 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat tingkat ekonomi menengah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. c. Uji Normalitas Kelompok Kelompok Masyarakat Tingkat Ekonomi Bawah (A3) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat tingkat ekonomi bawah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel
sebanyak83responden
pada
taraf
signifikansi
α
=
0,05
menunjukkan L0 = 0,0875 dan Lt = 0,097 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok
71
masyarakat
tingkat
ekonomi
bawah
berasal
dari
populasi
yang
berdistribusi normal. d. Uji Normalitas Kelompok Masyarakat Jenjang Pendidikan Tinggi(B1) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak 236 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0547 dan Lt = 0,058 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan tinggi berasal dari populasi yang berdistribusi normal. e. Uji
Normalitas
Kelompok
Masyarakat
Jenjang
Pendidikan
Menengah(B2) Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak 131 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,0563 dan Lt = 0,077 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan menengah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. f. Uji Normalitas Kelompok Masyarakat Jenjang Pendidikan Dasar(B3)
72
Uji normalitas kelompok ini dimaksudkan untuk menguji apakah kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian yang diperoleh dengan jumlah sampel sebanyak33 responden pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan L0 = 0,1448 dan Lt = 0,154 yang berarti L0< Lt, maka H0 diterima. Kesimpulan hasil pengujian adalah sampel pada kelompok masyarakat jenjang pendidikan dasar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Dalam penelitian ini uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlett yang dilakukan terhadap tiga kelompok data variabel yaitu uji homogenitas varians pada kelompok A1, A2dan A3 (tingkat ekonomi), dan tiga kelompok data variabel yaitu uji homogenitas varians pada kelompok B1, B2dan B3(jenjang pendidikan).Uraian secara lengkap dapat disajikan sebagai berikut: a. Uji Homogenitas antar Kelompok A1, A2dan A3 (Tingkat Ekonomi) Pengujian homogenitas varians dari tiga kelompok yaitu kelompok A1, A2dan A3 (tingkat ekonomi) menggunakan kriteria pengujian H0 (H0 :σA12 = σA22= σA32) diterima dan H1 (H1 : bukan H0) ditolak bilaX2hitung<X2tabel yang artinya data-data dalam kelompok yang diuji adalah homogen. Sebaliknya, jika H0 ditolak H1 diterima bila
73
X2hitung >X2tabel yang artinya data-data dalam kelompok yang diuji tidak homogen. Perhitungan pengujian ketiga kelompok pada taraf signifikansi α = 0,05 disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas A1, A2dan A3 (Tingkat Ekonomi) Sampel A1 A2 A3 Jumlah
N 175 142 83 400
Db 174 141 82 397
1/db 0,01 0,01 0,01 0,03
si2 7,15 8,30 9,34
db.si2 1243,65 1170,44 765,73 3179,83
log si2 0,85 0,92 0,97
db.log(si2) 148,62 129,60 79,56 357,78
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Bartlett diperoleh X2hit = 2,19.Dari daftar tabel distribusi Chi-Kuadrat, X2tab(α=0,05)(1) = 5,99. Dengan demikian diperoleh X2hit ≤ X2tab, H0 diterima, ini berarti tingkat melek politik dari ketiga kelompok tersebut berasal dari populasi yang homogen. b. Uji
Homogenitas
antar
Kelompok
B1,B2
dan
B3
(Jenjang
Pendidikan) Pengujian homogenitas varians dari tiga kelompok yaitu kelompok B1, B2 dan B3 (jenjang pendidikan) menggunakan kriteria pengujian H0 (H0 :σB12 = σB22= σB32) diterima dan H1 (H1 : bukan H0) ditolak bilaX2hitung <X2tabel yang artinya data-data dalam kelompok yang diuji adalah
74
homogen. Sebaliknya, jika H0 ditolak H1 diterima bila X2hitung >X2tabel yang artinya data-data dalam kelompok yang diuji tidak homogen. Perhitungan pengujian ketiga kelompok pada taraf signifikansi α = 0,05 disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.22 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas B1,B2 dan B3 (Jenjang Pendidikan) Sampel B1 B2 B3 Jumlah
N 236 131 33 400
db 235 130 32 397
1/db 0,00 0,01 0,03 0,04
si2 7,54 8,63 8,97
db.si2 1771,00 1121,62 287,16 3179,78
log si2 0,88 0,94 0,95
db.log(si2) 206,13 121,67 30,50 358,29
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Bartlett diperoleh X2hit =1,01.Dari daftar tabel distribusi Chi-Kuadrat, X2tab(α=0,05)(1) = 5,99. Dengan demikian diperoleh X2hit ≤ X2tab, H0 diterima, ini berarti tingkat melek politik dari ketiga kelompok tersebut berasal dari populasi yang homogen. Rekapitulasi dari hasil perhitungan uji homogenitas data dengan menggunakan Uji Bartlett dimana X2hitung ≤ X2tabel pada taraf signifikansi α = 0,05 terhadap tiga kelompok di atas dapat dilihat pada tabel berikut:
75
Tabel 4.23 Rekapitulasi Uji Homogenitas pada Kelompok-Kelompok Penelitian Menggunakan Uji Bartlett
No
Kelompok Sampel
X2hitung
X2tabel
Kesimpulan
(α=0,05) 1
Kelompok A1, A2 dan A3
2,19
5,99
Homogen
2
Kelompok B1,B2dan B3
1,01
5,99
Homogen
Dari
hasil
pengujian
normalitas
dan
homogenitas
data
penelitian, dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.
C. Pengujian Hipotesis Pengujian
hipotesis
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan analisis varians (ANAVA) satu jalan dan dua jalan.Analisis varianssatu jalan digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan rata-rata dan Analisis varians dua jalan digunakan untuk menguji pengaruh utama (main effect), pengaruh interaksi (interaction effect), maupun pengaruh sederhana
76
(simple effect) antara masyarakat tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik. Selanjutnya jika hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya interaksi antara tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik, maka dilakukan perhitungan post-hoc-testdengan formulasi Uji t-Dunnet. 1. Anava Satu Jalan a. Pengaruh Tingkat Ekonomi Terhadap Tingkat Melek Politik Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan secara manual menggunakan ANAVA satu jalan diperoleh analisis seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4.24 Hasil Analisis Varians Menggunakan ANAVA Satu Jalan Sumber variasi Antar Dalam Total
db 2 395 397
JK 285,87 25783,93 26069,80
RJK 142,94 65,28
Fhit 2,19
Ftab α0,05 3,02
Keterangan: db
: derajat kebebasan
JK
: jumlah kuadrat
RJK
: rerata jumlah kuadrat
Kriteria pengujian yang digunakan yaitu tolak H0 jika Fhitung> Ftabel.
Kesimpulan Terima H0
77
Berdasarkan hasil analisis varians (ANAVA) satu jalur di atas, maka pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: Dari hasil analisis diketahui nilai Fhitung = 2,19. Dari tabel Daftar-G pada db(A)/db(D) = 1/395 dan α = 0,05 diketahui nilai Ftabel = 3,02. Karena Fhitung = 2,19< Ftabel = 3,02 atau H0 diterima, jadi tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara kelompok masyarakat tingkat ekonomi atas, tingkat ekonomi menengah dan tingkat ekonomi bawah.Besarnya pengaruh tingkat ekonomi terhadap tingkat melek politik dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,01, hal ini berarti bahwa faktor tingkat ekonomi hanya dapat menjelaskan sebesar 1 % variansi tingkat melek politik. Karena tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas, tingkat ekonomi menengah dan tingkat ekonomi bawah, maka tidak perlu dilakukan uji lanjut untuk hipotesis dua, tiga dan empat. b. Pengaruh Jenjang Pendidikan Tingkat Melek Politik Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan secara manual menggunakan ANAVA satu jalan diperoleh analisis seperti pada tabel di bawah ini:
78
Tabel 4.25 Hasil Analisis Varians Menggunakan ANAVA Satu Jalan Sumber variasi Antar Dalam Total
db 2 395 397
JK 1213,60 26304,27 27517,87
RJK 606,80 66,59
Fhit 9,11
Ftab α0,05 3,02
Kesimpulan Tolak H0
Keterangan: db
: derajat kebebasan
JK
: jumlah kuadrat
RJK
: rerata jumlah kuadrat
Kriteria pengujian yang digunakan yaitu tolak H0 jika Fhitung> Ftabel. Berdasarkan hasil analisis varians (ANAVA) satu jalur di atas, maka pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: Dari hasil analisis diketahui nilai Fhitung = 9,11. Dari tabel Daftar-G pada db(A)/db(D) = 1/395 dan α = 0,05 diketahui nilai Ftabel = 3,02. Karena Fhitung = 9,11> Ftabel = 3,02 atau H0 ditolak, jaditerdapat perbedaan ratarata tingkat melek politik antara kelompok masyarakat jenjang pendidikan
tinggi,
jenjang
menengah
dan
jenjang
pendidikan
dasar.Besarnya pengaruh jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,04, hal ini berarti bahwa faktor jenjang pendidikan hanya dapat menjelaskan sebesar 4 % variansi tingkat melek politik.
79
Karena terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi, jenjang pendidikan menengah dan jenjang pendidikan dasar, maka dilakukan uji lanjut (post hoc test)dengan uji t-dunnet untuk menguji hipotesis dua, tiga dan empat atau untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara signifikan. Adapun hasil pengujian dengan t-dunnetnyaadalah sebagai berikut: To (B1 – B2) To (B1 – B3) To (B2 – B3)
1,662 4,189 3,096
Kesimpulan: 1) Karena thit (1,662) > ttab pada taraf signifikansi α = 0,05 (1,645) maka H0 ditolak, dengan demikian tingkat melek politik masyarakat pada kelompok masyarakat yang jenjang pendidikannya tinggi lebih tinggi dari pada yang jenjang pendidikannya menengah. 2) Karena thit (4,189) > ttab pada taraf signifikansi α = 0,05 (1,645)maka H0 ditolak, dengan demikian tingkat melek politik masyarakat pada kelompok masyarakat yang jenjang pendidikannya tinggi lebih tinggi dari pada yang jenjang pendidikannya rendah. 3) Karena thit (3,096) > ttab pada taraf signifikansi α = 0,05 (1,645)maka H0 ditolak, dengan demikian tingkat melek politik masyarakat pada kelompok
80
masyarakat yang jenjang pendidikannya menengah lebih tinggi dari pada yang jenjang pendidikannya rendah.
2. Anava Dua Jalan Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan secara manual menggunakan ANAVA dua jalan diperoleh analisis seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 4.26 Hasil Analisis Varianss Menggunakan ANAVA Dua Jalan Sumber varians Antar A Antar B Interaksi AB Dalam Total
JK
Db
RJK
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
411,765 582,838 -62,722 25227,996 26159,877
2 2 4 391 399
205,882 291,419 -15,680 64,522
3,191 4,517 -0,243
3,019 3,019 2,395
Ho ditolak Ho ditolak Ho diterima
Keterangan: db
: derajat kebebasan
JK
: jumlah kuadrat
RJK
: rerata jumlah kuadrat
Kriteria pengujian yang digunakan yaitu tolak H0 jika Fhitung> Ftabel. Berdasarkan hasil analisis varianss (ANAVA) dua jalur di atas, maka pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pengaruh Utama (Main Effect)
81
1) Dari hasil analisis diketahui nilai F(ΟA) = 3,191. Dari tabel Daftar-G pada db(A)/db(D) = 2/391 dan α = 0,05 diketahui nilai Ftabel = 3,019. Karena F(OA) = 3,191 > Ftabel = 3,019 atau H0 ditolak, jadi terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara kelompok masyarakat yang tingkat ekonomi atas, tingkat ekonomi menengah dan tingkat ekonomi bawah. Besarnya pengaruh tingkat ekonomi terhadap tingkat melek politik dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,02, hal ini berarti bahwa faktor tingkat ekonomi hanya dapat menjelaskan sebesar 2 % variansi tingkat melek politik. 2) Dari hasil analisis diketahui nilai F(ΟB) = 4,517. Dari tabel Daftar-G pada db(A)/db(D) = 2/391 dan α = 0,05 diketahui nilai Ftabel = 3,019. Karena F(OB)= 4,517 > Ftabel = 3,019 atau H0 ditolak, jadi terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara kelompok masyarakat yang jenjang pendidikan tinggi, jenjang pendidikan menengah dan jenjang pendidikan dasar. Besarnya pengaruh jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,02, hal ini berarti bahwa faktor jenjang pendidikan hanya dapat menjelaskan sebesar 2 % variansi tingkat melek politik. b. Pengaruh Interaksi (Interaction Effect) Dari hasil analisis diketahui nilai F(ΟAB) = -0,243. Dari tabel DaftarG pada db(A)/db(D) = 4/391 dan α = 0,05 diketahui nilai Ftabel = 2,395
82
Karena F(OAB) = -0,243 < Ftabel = 2,395 atau H0 diterima, jadi tidak terdapat pengaruh interaksi antara faktor A (tingkat ekonomi) dan faktor B (jenjang pendidikan) terhadap tingkat melek politik.Karena tidak terdapat pengaruh interaksi antara faktor A (tingkat ekonomi) dan faktor B (jenjang pendidikan) terhadap tingkat melek politik maka tidak perlu dilakukan uji lanjut untuk menguji hipotesis delapan sampai dua puluh lima. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Anava satu jalan dan Anava dua jalan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan uji hipotesis sebagai berikut: Anava Satu Jalan a. Pengaruh Tingkat Ekonomi Terhadap Tingkat Melek Politik 1) Hipotesis Pertama; Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi menengah 2) Hipotesis Kedua; Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi atas lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah 3) Hipotesis Ketiga; Tingkat melek politik masyarakat tingkat ekonomi menengah lebih tinggi dari masyarakat tingkat ekonomi bawah Hipotesis ini ditolak setelah diperoleh melalui hasil perhitungan data menggunakan ANAVA satu jalan dengan menggunakan kriteria pengujian: (1) H0(H0: µA1 ≤ µA2) ditolak dan H1 (H1: µA1> µA2), (2) H0(H0: µA1 ≤ µA3) ditolak dan H1 (H1: µA1> µA3), dan (3) H0(H0: µA2 ≤ µA3)
83
ditolak dan H1 (H1: µA2> µA3)diterima pada α = 0,05.Jadi, berdasarkan hasil perhitungan ANAVA satu jalan diketahui bahwa nilai Fhitung = 2,19>Ftabel = 3,02 yang berarti H0 diteriam dan H1 ditolak pada α = 0,05.Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat
perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas, tingkat ekonomi menengah dan tingkat ekonomi bawah. b. Pengaruh Jenjang Pendidikan Terhadap Tingkat Melek Politik 1) Hipotesis Keempat; Tingkat melek politik masyarakat jenjang pendidikan tinggi lebihtinggi dari masyarakat jenjang pendidikan menengah. Hipotesis ini diterima setelah didapat melalui hasil perhitungan data menggunakan ANAVA satu jalan dengan menggunakan kriteria pengujian H0 (H0: µB1 ≤ µB2) ditolak dan H1 (H1: µB1> µB2) diterima pada α = 0,05 berdasarkan hasil perhitungan ANAVA satu jalan diketahui bahwa nilai Fhitung = 1,662 > Ftabel = 1,645 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada α = 0,05.Dengan demikian dapat disimpulkan pendidikan
bahwa tinggi
tingkat
lebih
melek
tinggi
dari
politik
masyarakat
jenjang
pada
masyarakat
jenjang
politik
masyarakat
jenjang
pendidikan menengah. 2) Hipotesis
Kelima;
Tingkat
melek
pendidikan tinggilebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar.
84
Hipotesis ini diterima setelah didapat melalui hasil perhitungan data menggunakan ANAVA satu jalan dengan menggunakan kriteria pengujian H0 (H0: µB1 ≤ µB3) ditolak dan H1 (H1: µB1> µB3) diterima pada α = 0,05 berdasarkan hasil perhitungan ANAVA satu jalan diketahui bahwa nilai Fhitung = 4,189> Ftabel = 1,645 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada α = 0,05.Dengan demikian dapat disimpulkan pendidikan
bahwa tinggi
tingkat
lebih
melek
tinggi
dari
politik
masyarakat
jenjang
pada
masyarakat
jenjang
politik
masyarakat
jenjang
pendidikan dasar. 3) Hipotesis
Keenam;
Tingkat
melek
pendidikan menengah lebih tinggi dari masyarakat jenjang pendidikan dasar Hipotesis ini diterima setelah didapat melalui hasil perhitungan data menggunakan ANAVA satu jalan dengan menggunakan kriteria pengujian H0 (H0: µB2 ≤ µB3) ditolak dan H1 (H1: µB2 > µB3) diterima pada α = 0,05 berdasarkan hasil perhitungan ANAVA satu jalan diketahui bahwa nilai Fhitung = 3,096 > Ftabel = 1,645 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada α = 0,05.Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa
tingkat
melek
politik
masyarakat
jenjang
pendidikan menengah lebih tinggi dari pada masyarakat jenjang pendidikan dasar.
85
Anava Dua Jalan 1) Hipotesis Ketujuh; Terdapat pengaruh interaksi antara tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik Hipotesis ini ditolak setelah diperoleh melalui hasil perhitungan data menggunakan ANAVA dua jalan dengan menggunakan kriteria pengujian H0 (H0: A × B = 0) ditolak dan H1 (H1: A × B ≠ 0) diterima pada α = 0,05 berdasarkan hasil perhitungan ANAVA dua jalan diketahui bahwa nilai Fhitung = -0,243 < Ftabel = 2,395 yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak pada α = 0,05. Berarti tidak terdapat pengaruh interaksi antara tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan terhadap tingkat melek politik.
Penelitian Kualitatif D.
Pembahasan Hasil Penelitian Wilayah Kotamadya Jakarta Timur terdiri dari sepuluh kecamatan yaitu
Kecamatan Wilayah Jakarta Timur yaitu : (1) Matraman, (2) Pulo Gadung, (3) Jati Negara, (4) Kramat Jati, (5) Pasar Rebo, (6) Cakung, (7) Duren Sawit, (8) Makasar, (9) Ciracas, (10) Cipayung. Dari statistik KPU di Jakarta Timur diketahui peserta Pemilu tahun 2014, sebanyak 2.068.164 orang yang terdiri dari 1,042,629 orang laki-laki dan 1,025,535 orang perempuan. jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Lebih
86
Tabel 1 Jumlah Pemilihan Umum Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2014 No
Kecamatan
1
Matraman
2
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
65.958
66.512
132.470
Pulogadung
107,116
107,200
214,316
3
Jati Negara
126,353
112,232
238,585
4
Kramat Jati
100,473
99,240
199,713
5
Pasar Rebo
66,185
69,840
136,025
6
Cakung
179,066
170,799
349,865
7
Duren sawit
148,231
148,295
296,526
8
Makasar
67,240
70,555
137,795
9
Ciracas
98,761
97,953
196,714
10
Cipayung
83,246
82,909
166,155
1,042,629
1,025,535
2,068,164
TOTAL
Sumber : Statistik KPU Jakarta Timur
Dari jumlah peserta Pemilihan Umum tahun 2014 di atas tidak semua tercatat sebagai peserta dalam Pemilihan Umum anggota DPD, tercatat ada 1,980.487 orang atau sekitar 95,8%, ini berarti ada sekitar 87.677 orang atau sekitar 4,2% tidak terdata. Adapun jumlah pemilih pada Pemilihan Umum Anggota DPD adalah terinci pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Peserta Pemilu Anggota DPD Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2014
87
No Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Matraman
63,397
64,140
127,537
2
Pulogadung
102,356
102,781
205,137
3
Jati Negara
118,737
107,627
226,364
4
Kramat Jati
96,565
95,397
191,962
5
Pasar Rebo
63,815
67,134
130,949
6
Cakung
170,665
162,917
333,582
7
Duren sawit
141,398
141,447
282,845
8
Makasar
63,946
67,269
131,215
9
Ciracas
95,506
94,828
190,334
10
Cipayung
80,499
80,063
160,562
996,884
983,603
1,980,487
Sumber: Statistik KPU Jakarata Timur
Dari jumlah peserta Pemilihan Umum Anggota DPD tahun 2014 di atas tidak semua menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum anggota DPD, tercatat ada 1,386,684 orang, ini berarti ada sekitar 593,803 orang atau sekitar 30% tidak menggunakan hak pilihnya. Ini adalah angka yang cukup besar.
Adapun rincian data pengguna hak pilihnya
pada
Pemilihan Umum Anggota DPD adalah terinci pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Jumlah Pengguna Hak Pilih Pemilu Anggota DPD Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2014 No
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Matraman
40,962
45,570
86,532
2
Pulogadung
66,937
73,149
140,086
88
3
Jati Negara
79,084
76,686
155,770
4
Kramat Jati
63,334
69,446
132,780
5
Pasar Rebo
44,461
51,651
96,112
6
Cakung
113,204
117,559
230,763
7
Duren sawit
93,787
101,990
195,777
8
Makasar
45,759
51,827
97,586
9
Ciracas
63,290
69,918
133,208
10
Cipayung
56,664
61,406
118,070
667,482
719,202
1,386,684
Sumber: Statistika KPU Jakarta Timur.
Dari berbagai hasil wawancara beberapa warga masyarakat di wilayah Jakarta Timur bulan Juni 2014 dan hasil Focus Group Discussion (FGD) tentang Riset Tingkat Patisipasi Masyarakat dalam Pemilu tahun 2014 pada tanggal 6 Juli 2015 yang menyebabkan angka patisipasi Pilkada 30% tidak digunakan adalah karenakan
masyarakat tidak banyak mengenal calon
legislatif DPD. Sementara itu, jumlah peserta Pemilihan Umum tahun 2014 di atas yang tercatat sebagai peserta dalam Pemilihan Presiden yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 1,559,920 orang , terdiri dari 758.364 orang laki-laki dan 801,556 wanita, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4 Jumlah Pengguna Hak Pilih Pilpres Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2014
89
No
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Matraman
47,232
50,826
98,058
2
Pulogadung
76,148
81,338
157,486
3
Jati Negara
88,643
86,781
175,424
4
Kramat Jati
73,356
78,181
151,537
5
Pasar Rebo
50,277
57,200
107,477
6
Cakung
126,253
128,883
255,136
7
Duren sawit
109,639
115,557
225,196
8
Makasar
51,408
57,748
109,156
9
Ciracas
72,068
77,574
149,642
10
Cipayung
63,340
67,468
130,808
758,364
801,556
1,559,920
Sumber: Statistika KPU Jakrta Timur
Dari total penduduk sebanyak 2,068,164. Yang terdata sebagai pemilih Pemilihan Presiden ada 1,980,556orang
(96%) dan yang tidak
terdata sebanyak18.608 orang (4%). Dan yang menggunakan hak pilihnya adalah 1.559.920 orang (75%), dan yang tidak menggunakankan hak pilihnya sebanyak 508.244 orang
(25%). Besarnya angka partisipasi Pemilihan
Presiden tahun 2014 di Jakarta Timur sebesar 75% merupakan angka partisipasi tertinggi di provinsi DKI Jakarta. Ini adalah kondisi yang perlu mendapat apresiasi sekaligus terus diupayakan untuk peningkatannya
90
mengingat masih ada 25% yang belum berpastisipasi dalam Pemilihan Presiden. Dalam proses pemilihan Presiden tahun 2014 diketahui bahwa suara yang diterima sebesar 1,980,556 (96%) , suara rusak sebesar 1,380 (0,07%), suara tidak digunakan sebesar 419.256 (20,23%), suara yang tidak syah sebanyak 15.415 (0,7%) dan suara yang syah ada 1.544.505 (75%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5 Perolehan Suara pada Pemilih Pilpres tahun 2014 N o
Kecamatan Suara yang diterima
Suara Rusa k
Suara tidak digunaka n
Suara yang digunakan Syah
Tidak
Total
Syah 1
Matraman
128,318
43
30,217
96,916
1,142
98,058
2
Pulogadun
204,839
95
47,258
155,870
1,616
157,486
g 3
Jati Negara
228,735
420
52,891
173,644
1,780
175,424
4
Kramat Jati
188,670
124
37,009
150,083
1,454
151,537
5
Pasar Rebo
130,682
71
23,134
106,456
1,021
107,477
6
Cakung
333,274
190
77,948
253,094
2,042
255,136
7
Duren sawit 285,008
134
59,678
222,932
2,264
225,196
8
Makasar
130,182
89
20,937
108,104
1,052
109,156
9
Ciracas
190,426
80
40,704
147,953
1,689
149,642
10
Cipayung
160,422
134
29,480
129,453
1,355
130,808
91
1,980,55
1,38
6
0
419,256
1,544,50
15,41
1,559,92
5
5
0
Sumber: Statistika KPU Jakrta Timur
Sedangkan hasil jumlah perolehan suara Pilihan Presiden sebagai berikut: Tabel 6 Jumlah Perolehan Suara Pemilihan Presiden No Kecamatan
1
Matraman
H. Prabowo Subianto - Ir. H.M. Hatta Rajasa 51,239
2
Pulogadung
74,138
81,732
155,870
3
Jati Negara
91,053
82,591
173,644
4
Kramat Jati
84,430
65,653
150,083
5
Pasar Rebo
61,182
45,274
106,456
6
Cakung
140,278
112,816
253,094
7
Duren sawit
117,132
105,800
222,932
8
Makasar
56,742
51,362
108,104
9
Ciracas
78,752
69,201
147,953
10
Cipayung
56,525
56,525
129,453
827,874
716,631
1,544,505
Sumber: Statistika KPU Jakrta Timur
Ir. H. Joko Widodo - Drs. H.M. Jusuf Kalla 45,677
Jumlah Suara Sah Calon Presiden dan Wakil Presiden 96,916
92
Dari uraian di atas didapat informasi bahwa hasil Pemilu tahun 2014 di Jakarta Timur paling tinggi angka patisipasinya di bandingkan wilayah lain di provinsi DKI Jakarta. Adapun Pemilihan Presiden yaitu sebesar 1,544,505 partisipan (75%) dan ini lebih tinggi angka partisipasinya dibandingkan dengan Pimilihan Anggota DPD yaitu sebesar 1,386,684 partisipan (70%). Dalam proses Pemilihan Presiden diluar angka partisipasi yang dicapai, terdapatsuara rusak sebesar 1,380 (0,07%), suara tidak digunakan sebesar 419.256 (20,23%), suara yang tidak syah sebanyak 15.415 (0,7%). Sekiranya cacat suara dalam Presiden dapat diperbaiki tentunya dalam pemilu mendatang akan dapat ditingkatkan sebesar 1,980,556 (96%). Untuk dapat meningkatkan angka partisipasi dalam Pilpres pada tahun 2019 maka tentunya perlu diketahui faktor2 apa yang mempengaruhi keberhasilan dari angka partisipasi yang sudah tercapai. Dalam penelitian ini peneliti
mencoba
mengamati
dua
factor
yang
diperkirakan
akan
mempengaruhi tingkat angka partisipasi Pilpres, atau dalam hal ini dipopulerkan dengan istilah melek politik yaitu “kesadaran masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsung atau tidak langsung”. Faktor pertama yang disorot adalah tingkat pendidikan yaitu “aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
93
(ekonomi)dan memiliki tujuan bersama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta berdampak pada peningkatan kepedulian terhadap social lingkungannya (politik)”.Dan factor kedua yang disorot adalah tingkat ekonomi yaitu “aspek yang tertitik tolak pada kelangkaan yang bertujuan untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya dan memiliki pengaruh terhadap politik”. Dalam penelitian terkait tingkat pendidikan masyarakat Jakarta timur dari penyebaran angket sebanyak 400 responden terdapat 31 orangp pemilih atau 7,75% yang berpendidikan dasar, 130 orang pemilih atau 32.50% yang berpendidikan menengah dan 239 orang pemilih atau 59,75% yang berpendidikan tinggi. Dari responden yang disebarkan secara acak maka ditemukan tingkat pendidikan masyarakat pemilih Pilpres di Jakarta timur relative memiliki pendidikan tinggi. Dari penelitian terkait tingkat pendidikan masyarakat pemilih di Jakarta timur diketahui bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat melek politik, hanya saja pengaruhnya kecil yaitu sebesar 0,4%. (terlampir) Sedangkan untuk tingkat ekonomi masyarakat di Jakarta Timur dari 400 responden terdapat 80 orang pemilih atau 20% yang memiliki penghasilan di bawah UMR, dan 142 orang yang atau 35,5% memiliki pengasilan sesuai UMR dan 178 orang pemilih 44,5% memiliki penghasilan di atas UMR. Dari penelitian terkait tingkat ekonomi masyarakat pemilih di
94
Jakarta timur diketahui bahwa tidak berpengaruh terhadap tingkat melek politik. Karena di dapat pengaruh -0,031% (terlampir). Dari kondisi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan masih mempengaruhi tingkat melek politik sedangkan tingkat ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat melek politik di Jakarta Timur. Maka pendidikan bisa diambil dalam upaya peningkatan tingkat melek politik. Jika menurut UU nomor 20 tahun 2003 dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik, maka pengetahuan terkait melek potilik dapat buat dalam perencanaan pendidikan sehingga pendidikan terintegrasi dalam proses belajar.
Disaat sedang teropini pendidikan sistemik yaitu
pendidikan yang menyeluruh dan terintegrasi dengan semua aspek, maka aspek
politikpun
bisa
diintegrasikan
kedalam
tujuan
kurikulum
pendidikan.Tidak harus menjadi mata pelajaran atau mata kuliah wajib tapi lebih pada kurikulumnya yang berbasis melek politik. Kalaupun dalam acara FGD terungkap telah ada Relawan Demokrasi yang
mencoba membangun sosialisasi tentang melek politik terkait
Pemilihan Umum yang ditujukan kepada (1) pemilih pemula, (2) tokoh agama, (3) kaum terpinggirkan, (4) perempuan, (5) disabilitas, sudah sangat baik, tetapi akan semakin lebih dan optimal bila dilakukan melalui kurikulum pendidikan berbasis Karakter pada pendidikan formal adalah jalur yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
95
menengah dan pendidikan tinggi. Dimana tujuan dari pendidikan berbasis melek politik adalah mencerdaskan kehidupan berpolitik bangsa. Hal ini sejalan dengan Umar Tirtarahardja yang mengatakan bahwa fungsi pendidikan terdiri dari: (1) sebagai proses transformasi budaya, (2) Proses pembentukan pribadi, (3) Penyiapan warga Negara, (4) Penyiapan tenaga kerja. Maka dengan kurikulum berbasis melek politik akan menyiapkan warga Negara yang mau lebih maju dan lebih baik khususnya dalam melek politik. Demikian pula sejalan dengan Muhammad Ali yang berpendapat bahwa gejala pendidikan timbul sebagai gejala prilaku manusia diatas individual dan social dalam memenuhi kebutuhan dasar dan primer, bertahan hidup, sebagai peningkatan kehidupan agar lebih bemakna dan bernilai, maka
Pendidikan berbasis melek politik akan membentuk kedewasaan
berpolitik bagi semua warga Negara yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Kedewasaan perkembangan individual, social dan moral, (2) Bertanggung jawab, (3) Stabil dalam emosi (4) Apresiasi
atas hak dan martabat, (5)
Memiliki kepedulian, dan (6) Memahami norma yang ada. Demikian pula sejalan dengan Tilaar yang mengatakan bahwa reformasi pendidikan meliputi: (1) Penyelenggaraan pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan, (2) perubahan peran manusia dari sumberdaya manusia menjadi subjek pembangunan, (3) terintegrasi dngan lingkungan sosialnya, (4) diperlukan acuan dasar. Maka pendidikan berbasis
96
melek politik dapat diharapkan akan ada peningkatan pemberdayaan politik dan kepedulian perbaikan secara meluas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika
menurut
Rusli
Yusuf
memberikan
pemahaman
tentang
Pendidikan sebagai Investasi social maka pendidikan berbasis melek politikmemiliki investasi yang tidak hanya bagi dirinya saja tapi sangat luas yaitu mampu memperbaiki masyarakat, bangsa dan negaranya sebagaimana yang diinginkan dari Dengan kata lain menjawab harapan bagi pihak POLRES saat FGD bahwa permasalahan masih ada 25% yang belum berpartisipasi dalam Pemilihan Presiden atau 20% dalam Pemilihan Anggota DPD. Bila pendidikan berbasis melek politik itu diterapkan dan warga intelektual, maka kaum intelektual akan memiliki pemahaman melek politik yang benar sehingga dapat diharapkan angka tidak berpartisipasi dalam politik tersebut akan menurun. Pendapat KPU Jakarta Timur dalam FGD yang mengatakan bahwa untuk Pemilihan Presiden dalam lapangan empiris sepertinya tidak ada pengaruhnya dalam ekonomi benar dan telah dibuktikan melalui hasit riset, Namun ternyata harus diakui bagaimanapun pendidikan masih memiliki pengaruh. Sehingga anggapan bahwa Pemilihan Presiden hanya kepada figuritas kepada ketokohan siapa calon Presiden dan Wakil Presiden tentunya bisa lebih diarahkan secara rasionalis bukan kepada memilih sosok
97
figurnya semata tapi lebih pada bagaimana perbaikan kesejahteraan bangsa dan Negara yang akan dilakukan dari calon presiden dan calon wakil Presiden.
Pengarahan tersebut akan lebih benar dan peduli kepada
kehidupan yang semakin baik, berkembang, maju dan sejahtera bagi bangsa dan Negara. Dengan pemahaman masyarakat akan politik yang benar sejalan dengan pandangan Miriam Budiardjo yang mendefinisikan politik
adalah
usaha mengapai kehidupan yang lebih baik”. Hal ini sesuai dengan ungkapan Plato dan Aristoteles yang menamakannya sebagai “ The good life”. Dengan demikian secara otomatis menepis pandangan bahwa politik itu kotor.Karena tidak semua politik itu buruk, politik justru menjadi bidang yang sangat penting dalam kehidupan. Politik yang benar sejalan dengan pandangan Peter Merkl yang memandang Politik dalam bentuk yang paling baik adalah mencapai tatanan sosial dan berkeadilan”. Dan menurut Rod Haque politik yang memandang sebagai kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggotaangotanya”. Sementara menurut Andrew Heywood: “Politik adalah suatu bangsa yang membuat mempertahankan dan mengamandemen peraturanperaturan umum yang menyangkut kehidupannya yang berarti tidak akan terlepas dari gejala konflik atau kerjasama”.Oleh karena itu memberdayakan
98
melek politik baik yaitu politik yang menyangkut pada kegiatan bersama untuk mencapai keputusan damai bersama yang membawa tatanan social, berkeadilan dan kehidupan yang lebih baik. Melalui pendidikan berbasis melek politik
maka
berarti telah
menciptakan lingkungan langsung yang membentuk lingkungan melek politik senagaimana
menurut
Ramlan
Surbakti,
ada
empat
faktor
yang
mempengaruhi perilaku politik diantaranya adalah lingkungan social politik langsung beruba situasi dan kondisi yang mempengaruhi dan membentuk pemahaman melek politik. Untuk mencapai peningkatan melek politik di luar aspek pendidikan maksudnya melek politik dilakukan secara terpisah bisa saja dilakukan. Namun dalam Pendekatan Sosial Struktural
di mana perilaku pemilu
menurut Seymour Martin Lipset dan Stein Rokkan menelaan perilaku pemilu di seluruh tingkat atau lapisan masyarakat secara keseluruhan. Menurut teori Georg Simmel setiap manusia terikat di berbagai lingkaran sosial yang mempengaruhi
keputusan
sang
pemilih.
Dan
Talcott
Parson
yang
mengatakan yang mempengaruhi keputusan pemilu bisa dibangun melalui system-sistem
(2)
Pendekatan
social
psikologis,
berusaha
untuk
menerangkan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pemilu jangka pendek. Hal ini dijelaskan mmaka pelaksanaanya lebih meluas dampaknya kepada perlakukan oleh system.Pendidikan telah memiliki
99
system yang kuat. Maka pendidikan berbasis melek politik adalah hal yang paling sesuai Pendidikan Berbasis melek politik juga sesuai dengan efektif dan efisiensi sebagaimana dalam Pendekatan Rational-Choice, yaitu terletak pada perhitungan biaya dan manfaat.Yaitu hasilpenilaian rasional dari warga negara yang cakap.Keputusan pemilih yang rasional senantiasa berorentasi kepada hasil yang dicapai partai atau kandidat tertentu. Dengan
pendidikan
berbasis
melek
politi
diharapkan
akan
memunculkan perilaku politik salah satunya terwujud dalam partisipasi politik. Menurut Herbet McClosky berpendapat: “Partisipasi politik adalah kegiatankegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukkan kebijakan umum’. Sedangkan menurut Samuel P Huntington dan Joan M Nelson berpendapat: “Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah”. Di Negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham kedaulatan
ada di tangan ada di tangan rakyat yang dilaksanakan melalui
kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan serta masa depan masyarakat dan untuk menentukan orang yang akan memegang tampuk pemimpin.Jadi partisipasi politik merupakan pengejawantahan penyelenggaraan kekuasaan.
100
Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka yang tersalur atau sekurang-kurangnya diperhatikan dan mereka sedikit banyaknya dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwewenang untuk membuat keputusan mengikat.
Dengan kata lain mereka percaya bahwa kegiatan
mereka mempunyai efek politik. Jelaslah bahwa partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran
politik.Perasaan
kesadaran
dimulai
dengan
orang
yang
berpendidikan, maka pentingnya memasukkan upaya peningkatan melek politik melalui pengintegrasian dengan pendidikan
melalui kurikulum
pendidikan berbasis melek politik. Maka peningkatan partisipasi menjangkau semua sector masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki hak untuk bersuara. SEkaligus mengatasi tingkat partisipasi yang rendah di mana
masyarakat
tidak
menaruh
perhatian
terhadap
kenegaraan dan menunjukkan legitimasi yang rendah pula
permasalahan
75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Anava Satu Jalan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Tidak terdapat
perbedaan
rata-rata
tingkat
melek
politik
antara
masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi menengah, tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah dan juga tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi menengah dengan masyarakat tingkat ekonomi bawah. Hal iniberdasarkanperhitungandengan Anava satu jalan yang menunjukkanbahwanilaiFhitung (2,19)
Hal iniberdasarkanperhitunganuji lanjut dengan uji tmenunjukkanbahwanilaiFhitung
padatarafsignifikansi α = 0,05.
(1,662)
>Ftabel
(1,645)
76
3. Terdapat perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar. Hal iniberdasarkanperhitunganuji
lanjut
dengan
uji
t-dunnetyang
menunjukkanbahwanilaiFhitung (4,189) >Ftabel (1,645) padatarafsignifikansi α = 0,05. 4. Terdapat perbedaan tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan menengah dengan masyarakat jenjang pendidikan dasar. Hal iniberdasarkanperhitunganuji
lanjut
dengan
uji
t-dunnetyang
menunjukkanbahwanilaiFhitung (3,096) >Ftabel (1,645) padatarafsignifikansi α = 0,05.
Anava Dua Jalan 1. Terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara masyarakat tingkat ekonomi atas, masyarakat tingkat ekonomi menengah dan masyarakat
tingkat
iniberdasarkanperhitungandengan
ekonomi Anava
bawah. dua
jalan
Hal yang
menunjukkanbahwanilaiFhitung (3,191) >Ftabel (3,019) padatarafsignifikansi α = 0,05. 5. Terdapat perbedaan rata-rata tingkat melek politik antara masyarakat jenjang pendidikan tinggi, masyarakat jenjang pendidikan menengah dan masyarakat
jenjang
iniberdasarkanperhitunganAnava
pendidikan dua
dasar. jalan
Hal yang
77
menunjukkanbahwanilaiFhitung (4,517) >Ftabel (3,019) padatarafsignifikansi α = 0,05. 6. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan
terhadap
iniberdasarkanperhitungandengan
tingkat
melek
Anava
dua
politik.Hal jalan
yang
menunjukkanbahwanilaiFhitung (-0,243) Ftabel (2,395) padatarafsignifikansi α = 0,05.
Karenaterbuktiadapengaruhdalamaspekpendidikanmaka
factor
untukmeningkatkantingkatmelekpolitikadalahaspekpendidikan.Melekpolitik yang benaryaitupolitikmampumemandangbahwapartisipasidalampolitikadalahuntuk tercapainyapeningkatantatanan
social,
keadilandankesejahteraansertaaspekkehipupan
yang
baikdanlebihluas.Peningkatanmelekpolitiktersebutharusdibangundanditumbu hkansecaraefektifdanefisiensimelaluiupayasistemiktanpamengurangiupaya yang sudahada.Melaluipemberdayaanpendidikanberbasismelekpolitikmakaakanme nurunkantingkatpartisipasipolitik yangmasihadadankehidupanperpolitikanakansemakinbenar, majudanmenopangtercapainyatujuan yaitumasyarakatadildanmakmur.
Negara
rasional, Indonesia
78
IMPLIKASI
1.
Kebijakanpemberdayaanmelekpolitikdilakukansecarasistemikmelaluipe ngintegrasiandalamkurikulumpendidikan yang telahada.
2.
MakaditerapkankebijakanPendidikanBerbasisMelekPolitik
3.
UntukituperluadanyakerjasamadansinergidenganDikmenKemdikbud RI danPendidikanTinggisertapemerintah
Daerah
yang
memilikiotonomipendidikandalamdaerahnya.
SARAN
MenjalinkerjasamadansinergidenganDikmenKemdikbud danPendidikanTinggisertapemerintah memilikiotonomipendidikandalamdaerahnya.
Daerah
RI yang