LAPORAN PENELITIAN KARAKTERISTIK WISATAWAN KOREA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI
Peneliti: Ketua Tim : Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc. Anggota : 1. Made Witari, S.ST.,Par. 2. D. Ayu Made Lily Dianasari, ST., M.Si.
Dibiayai dari Dana DIPA Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali Tahun Anggaran 2012
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2012
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadikan pariwisata sebagai sektor penghasil devisa terbesar kedua setelah minyak dan gas. Keberadaan ini didukung oleh geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan kaya akan sumber daya alam serta suku dan budaya yang beragam yang menjadikan Indonesia menjadi salah satu tujuan wisata dunia yang menarik. Letak Indonesia yang berada di dua benua besar di dunia yaitu Australia dan Asia turut mendukung keberadaan Indonesia sebagai destinasi pariwisata. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi salah satu destinasi pariwisata yang sangat terkenal di dunia karena keunikan budaya Bali dan sumber daya alam yang melimpah. Bali telah menjadi ikon pariwisata Indonesia dan Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata di Indonesia yang pertumbuhan pariwisatanya sangat pesat yang perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1 Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Bali Menurut Kebangsaaan Tahun 2006-2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kebangsaaan Australia Jepang Cina Malaysia Taiwan Korea Selatan Perancis Inggris USA Singapura Lainnya Total
2006 132.236 255.767 40.687 72.724 141.979 89.911 50.858 62.72 47.071 40.664 271.648 1.206.317
2007 204.421 351.604 84.254 104.949 138.842 134.454 61.805 70.841 56.208 40.929 416.547 1.664.854
2008 308.698 354.817 129.121 129.669 129.176 132.559 76.062 82.440 68.887 51.696 505.767 1.968.892
2009 446.042 139.473 199.538 132.835 119.143 123.879 110.244 92.898 74.010 55.028 556.585 2.229.945
2010 647.872 246.465 196.863 155.239 122.682 124.964 106.113 104.375 72.149 94.791 531.549 2.493.058
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2011
1
Kunjungan wisatawan ke Bali mengalami kemajuan yang positif setiap tahun berdasarkan data kunjungan wisatawan tahun 2005-2010. Keadaan ini tentu membawa dampak positif bagi perekonomian Bali yang dalam pengembangan pariwisata mengedepankan pariwisata budaya yang akan membawa Bali menjadi destinasi Bali Mandara (Maju, Aman, Damai dan Sejahtera). Keberadaan Bali sebagai salah satu destinasi wisata unggulan memungkinkan berbagai jenis wisatawan berkunjung ke Bali yang salah satunya adalah wisatawan Korea. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Bali Ida Komang Wisnu di Denpasar (2011) menyebutkan bahwa wisatawan Korea Selatan menempati urutan ketiga terbanyak memasok pelancong ke Bali, selain Australia dan Jepang”, Jumlah wisatawan asal Korea Selatan (Korsel) yang menikmati panorama alam, keunikan seni budaya sambil berlibur di Bali selama 2010 mencapai 123.879 orang, meningkat menjadi 124.964 orang pada Tahun 2010. Selanjutnya disebutkan pula bahwa kerja sama Pemerintah Propinsi Bali dengan Korea Selatan di bidang seni budaya, pariwisata dan pertanian memberikan dampak positif terhadap kunjungan masyarakat Korea Selatan ke Bali. Ida Komang Wisnu menjelaskan, wisatawan Korea Selatan yang berlibur ke Bali seluruhnya masuk melalui Bandara Ngurah Rai, dan hampir tidak ada yang melalui pelabuhan laut, seperti halnya wisatawan Australia. Menyebarnya budaya kontemporer Korea dalam tren "Korean Wave" bagi negeri asal Kimchi itu memang mendatangkan berkah tersendiri khususnya bagi total pendapatan negara yang sedang beranjak menyaingi Jepang sebagai salah satu macan Asia yang disegani. Daya tarik yang dibangun dari basis kreativitas para pesohornya menjadikan negara tersebut memiliki potensi pendapatan baru khususnya dari sektor pariwisata hingga bisnis ikutannya. Di luar semua itu, Korea Selatan dinilai potensial untuk menyumbang lebih banyak wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.
2
Direktur Sarana Promosi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Esthy Reko Astuti (2011), mengatakan, Korea Selatan merupakan salah satu target market yang potensial "Korea Selatan salah satu target market yang potensial yang memberikan "share" terhadap perolehan target kunjungan wisman yang signifikan," Dari tahun ke tahun jumlah wisman asal negeri di Semenanjung Asia
Timur itu yang melancong ke Indonesia terus bertambah. Beliau mengatakan bahwa negara asal "Winter Sonata" itu memiliki karakter pasar dengan minat terutama pada produk-produk atau paket wisata honeymoon, golf, dan leisure yang sangat pas dengan segmen pasar Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki daya tarik yang lebih dalam hal destinasi wisata untuk bulan madu, golf, ataupun leisure dibandingkan negara kompetitor di kawasan Asia Tenggara yang lain. "Produkproduk tersebut di Indonesia sangat wonderful, kompetitif, dan affordable," . Korea Selatan juga dinilai tidak termasuk negara yang terdampak resesi global secara signifikan seperti halnya Jepang. Mempertimbangkan berbagai potensi tersebut, pihaknya bertekad akan lebih intensif dan serius menggarap pasar Korea Selatan yang selama ini menjadi 10 besar negara penyumbang wisman utama ke Indonesia. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini ditujukan untuk meneliti karakteristik wisatawan Korea Selatan (Korsel) yang berkunjung ke Bali dan implikasinya terhadap perkembangan pariwisata di Bali sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menggarap pasar Korsel secara serius dan lebih intensif.
3
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah karakteristik wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali? 2. Bagaimanakah implikasi dari kunjungan Wisatawan Korea Selatan terhadap perkembangan pariwisata di Bali ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali dan implikasinya terhadap perkembangan pariwisata di Bali.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang karakteristik wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan eksistensi wisatawan Korea Selatan di Bali 2. Praktis Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Pariwisata Provinsi Bali dalam menentukan kebijakan dalam pengembangan pariwisata khususnya dalam menangani wisatawan Korea Selatan di Bali.
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Karateristik Secara etimologis, istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yaitu characteristic, artinya sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Chaplin
dalam blog.uin-
malang.ac.id menjelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian di antaranya: 1. Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, dan suatu kejadian. 2. Integrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau kesatuan. 3. Kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
B. Karakteristik Wisatawan Wisatawan memang sangat beragam; tua muda, miskin kaya, asing domestik, berpengalaman maupun tidak, semua ingin berwisata dengan keinginan dan harapan yang berbeda-beda. Wisatawan didefinisikan sebagai orang yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam ke tempat di luar tempat tinggalnya untuk waktu kurang dari 12 bulan berturut-turut, selain mencari nafkah tetap (McIntosh & Goeldner, 1995). Jika perjalanan yang dilakukan kurang dari 24 jam, maka pelaku perjalanan tersebut disebut pelancong.
5
Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor) (Seaton dan Bennet, 1996). 1. Trip Descriptor; wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi: perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996). Smith (1995) menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar kelompok lainnya. 2. Tourist Descriptor; memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan “Who wants what, why, when, where and how much?” Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik di antaranya adalah sebagai berikut : a. Karakteristik Sosio-Demografis Karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan “who wants what”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang termasuk dalam karakteristik sosio-demografis di antaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut. b. Karakteristik Geografis Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, provinsi, maupun negara
6
asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran (size) kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota tersebut dan lain-lain. c. Karakteristik Psikografis Karakteristik ini membagi wisatawan kedalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda (Smith, 1989).
C. Perilaku Konsumen Konsumen dalam dunia pariwisata dikenal dengan sebagai wisatawan yang memiliki peran penting dalam aktivitas wisata. Setiap wisatawan memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam memilih produk dan jasa. Tabel 1.3 Human Motives and Needs in Psychology Theory and Research Theorist/Researcher
Theoretical Approach
Sigmund Freud
Psychoanalytic theory
Carl Jung
Psychoanalytic approach
Alfred Adler
Modified Psychoanalytic
Harry Stack Sullivan
Modified Psychoanalytic
Karen Horney
Modified Psychoanalytic
Clark Hull
Learning Theory
Gordon Allport
Trait Theory
Albert Bandura, David McClelland, John Atkinson Carl Rogers Abraham Maslow
Social Learning Theory, Social Approaches Humanistic Humanistic
Motives or Needs Emphasized Need for sex, need for aggression. Emphasis on unconscious needs Need for arousal, need to create and self-actualize Need for competence, need for mastery to overcome incompetence Need for acceptance and love Need to control anxiety, need for love and security Need to reduce tension Need to repeat intrinsically satisfying behaviors Need for self-eficacy or personal mastery. Need for achievement. Need for self-development Hierarchy of needs from physiological needs, ot 7
D.E.Berlyne
Cognitive Approaches
Rom Harre
Ethogenic (Social and Philosophical)
Stanley Cohen and Laurie Taylor
Sosiologycal Theory
George Kelly
Personal Construct Theory
safety needs, to love and relationship needs, to selfesteem, to selfactualization Need to satisfy curiousity, seek mental stimulation Need to earn respect and avoid contempt of others Need to escape, need for excitement and meaning Need to predict and explain the world
Mihaly Humanistic Approach Need for peak experiences Csikszentmihalyi Sumber: Tourism (Principles, Practices, Philosophies) Tabel 1.3 menjelaskan berbagai motivasi manusia yang dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan untuk mencari pengalaman baru, aktualisasi diri, kebutuhan untuk melarikan diri, kebutuhan untuk dicintai merupakan beberapa contoh motivasi dimiliki manusia untuk beraktivitas. Motivasi berwisata terdiri dari motivasi wisatawan,
pengambilan keputusan, product satisfaction, overall acceptability dari pengalaman liburan, kegembiraan di destinasi liburan, dan interaksi dengan masyarakat lokal, singkatnya wisatawan berwisata dengan berbagai alasan seperti spiritual, status sosial, escape, dan culture enrichment (Goeldner dan Ritchie, 2009:248). Perilaku konsumen menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2001) adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan dan mengkonsumsi barang atau jasa. Pengertian perilaku konsumen menurut Belch (1998) menjelaskan pengertian perilaku konsumen sebagai berikut: “……. consumer behavior is ‘the process and activities people engage in when searching for, selecting, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and services so as to satisfy their needs and desires”. Belch menjelaskan perilaku konsumen sebagai sebuah proses dan aktivitas untuk menyeleksi barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang yang menyeleksi, mempertimbangkan, membeli dan menggunakan produk dan jasa. 8
Balckwell (2006:6) menyatakan perilaku konsumen adalah: “Activities people undertake when obtaining, consuming and disposing of products and services”. Perilaku sebagai aktivitas dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Minat setiap konsumen untuk menggunakan produk dan jasa dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa faktor,yaitu faktor psikis yang berasal dari dalam diri konsumen itu sendiri yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan sikap. selain itu, faktor sosial yang merupakan proses dimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh keluarga, status sosial, dan kelompok acuan. Menurut Kotler (2001:197-218) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu: 1. Budaya Kata budaya merupakan karakter penting dari suatu sosial yang membedakannya dari kelompok budaya lainnya. Kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 2. Sosial Perilaku konsumen (customer behaviour) dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial antara lain : a.
Kelompok Acuan Perilaku konsumen umumnya di pengaruhi oleh individu yang lainnya, individu yang mempengaruhi tersebut dapat dimasukan sebagai kelompok primer yang terdiri atas kelompok terdekat dari individu tersebut misal keluarga, teman dan tetangga.
b. Keluarga Menurut Mangkunegara (2002:49) keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli. 9
3. Faktor Psikologis Pilihan-pilihan seseorang dalam melakukan pembelian dipengaruhi juga oleh faktor psikologis yaitu : a. Motivasi Motivasi individu merupakan faktor yang terpenting dalam memulai dan mengatur kegiatan. Motivasi dapat mempengaruhi seorang dalam melakukan pembelian. Menurut Hudson (2007:41) motivasi adalah : “…………..inner drives that cause people to take action to satisfy their needs.” Motivasi sebagai pemegang kendali konsumen dalam mengambil keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk dan jasa. Hudson (2007:41) juga menjelaskan bahwa: “………..motivation is the concept of need. Needs are seen as the forces that arouse motivated behavior.” Motivasi sebagai konsep dari kebutuhan konsumen terhadap barang dan jasa. b. Persepsi Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterprestasikan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang berarti mengenai dunia. Orang yang sudah mempunyai motivasi untuk bertindak akan dipengaruhi persepsinya pada situasi dan kondisi yang sedang dihadapi (www.masbow.com). Menurut Taniputera, 2005 persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan informasi dan pengalaman yang ada, kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti. Hudson (2001:43) menjelaskan persepsi sebagai:
10
“………an overall mind-picture of the world, shaped by information that people filter and then retrieve”. Gambaran tentang dunia dalam bentuk informasi yang akan dipilah. Informasi yang berbeda-beda dipilah karena setiap orang mengartikan dan memahami informasi dengan cara yang berbeda. Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, dan
pandangan luasnya bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
persepsi
menurut
Thoha (1993) pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu, sikap, kebiasaan, dan kemauan. Faktor eksternal berasal dari luar individu meliputi stimulus baik sosial maupun fisik. Persepsi dan penilaian individu terhadap suatu hal banyak dipengaruhi oleh pengandaian yang diambil mengenai keadaan internal hal tersebut (Robbins, 2003). c. Pembelajaran Pembelajaran adalah perubahan pada perilaku individu yang muncul dari pengalaman, dalam melakukan tindakan seorang individu tidak lepas dari pembelajaran, perubahan perilaku individu dalam pembelian juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pembelajaran. Menurut Lamb dan Daniel (2001:231) pembelajaran (learning) adalah proses penciptaan perubahan perilaku melalui pengalaman dan latihan. Hudson menjelaskan pengertian kata “learning” sebagai berikut:
11
“………the way in which visitors receive and interpret a variety of stimuli” Pembelajaran diartikan bermacam dorongan dalam mengetahui sesuatu hal yang baru. d. Keyakinan dan Sikap Keyakinan membentuk citra suatu hal, orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut dan sikap akan mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang relatif konsisten terhadap objek-objek yang sama. Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriftif seseorang mengenai sesuatu. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Hudson (2001:44) menjelaskan bahwa: “….attitudes are more difficult to change, as they are ingrained feelings about various factors of an experience”. Sikap merupakan susah untuk diubah karena menjadi suatu hal yang melekat pada diri seseorang, sikap berhubungan juga dengan pengalaman pribadi seseorang. Hudson (2001:44) juga mengemukakan bahwa: “………consumer attitudes are a consumer attitudes are a consumer’s enduring favourable or unfavourable cognitive evaluations, emotional feelings, and action tendencies toward some object or idea..” Sikap konsumen meliputi perasaan emosional, tindakan terhadap objek dan ide. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, keyakinan dan sikap sangat berpengaruh dalam menentukan suatu hal. D. GAMBARAN UMUM KOREA SELATAN Korea Selatan merupakan negara Republik yang dikepalai oleh seorang Presiden. Presiden Korea Selatan saat ini adalah Lee Myung-bak dan Kepala Pemerintahannya PM Han Seung – Soo, dengan ibukota Seoul.
12
Negara Korea Selatan terdiri dari 9 propinsi (Kyonggi-do, Kangwon-do, Chungchongbuk-do,
Chungchongnam-do,
Kyongsangbuk-do,
Chollabuk-do,
Kyongsangnam-do, Chollanam-do, Cheju-do), dan 6 Kota Metropolitan setingkat Propinsi (Incheon, Seoul, Taejon, Pusan, Ulsan, Taegu), dengan luas wilayah kirakira 99,480 km2. (45% dari luas Semenanjung Korea). Sebagian besar penduduk Korea Selatan yang berjumlah + 49,232,844 dari tingkat pertumbuhan penduduk 0.371% hanya 4% Tingkat Pengangguran dari 24.22 juta Jumlah Angkatan Kerja/Tahun.Keadaan perekonomian Korea Selatan sangat maju dengan GDP: $969.9 triliun dan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar $20,045 dengan tingkat Inflasi 2.5% dengan andalan Komoditas Utama Ekspornya antara lain Semikonduktor, peralatan komunikasi nirkabel, kendaraan bermotor, komputer, besi, kapal, petrokimia, kapal laut, tekstil, pakaian jadi, dan hasil laut dengan tingkat income perkapitanya yang mencapai $20,045 dan daya beli sebesar $19,751. Hubungan bilateral Indonesia-Republik Korea (Republik Korea/Republik Korea) yang diawali dengan pembukaan hubungan diplomatik pada tahun 1966, terus mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup signifikan di berbagai bidang dari tahun ke tahun. Hubungan yang erat ini terlihat dengan adanya peningkatan kerjasama yang pesat dalam 5 (lima) tahun terakhir yang tercermin dari semakin bertambahnya ikatan kerjasama antara kedua negara di berbagai bidang yang mencakup politik, pertahanan dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan sosial budaya. Dalam konteks hubungan bilateral, Indonesia–Republik Korea berada pada posisi yang saling melengkapi. Di satu pihak, Indonesia memerlukan modal/investasi, teknologi dan produk-produk teknologi. Di lain pihak, Republik Korea memerlukan sumber alam/mineral, tenaga kerja dan pasar Indonesia yang besar. Selain itu, 13
Republik Korea merupakan alternatif sumber teknologi khususnya di bidang heavy industry, teknologi informasi dan telekomunikasi. Kedekatan hubungan kedua negara makin dipertegas pada saat kunjungan Presiden Republik Korea, Roh Moo-Hyun ke Indonesia, pada tanggal 2-4 Desember 2006, sejalan dengan ditandatanganinya Joint Declaration on Strategic Partnership between RI and ROK to Promote Friendship and Cooperation in the 21st Century oleh kedua pemimpin negara. Kunjungan Presiden ROK, Lee Myung-bak pada tanggal 6-8 Maret 2009 juga menghasilkan sejumlah perjanjian kerjasama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MOU) di bidang pendidikan, pariwisata, riset dan teknologi, dan kehutanan; dan Letter of Intent (LOI) di bidang pertahanan.
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Menurut Sugiyono dalam Sutrisno Hadi (1999:139) metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun proses biologis, psikologis dan proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini akan digunakan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung sambil menyebarkan kuesioner terhadap wisatawan Korea Selatan yang berkunjung di Bali. 2. Kuesioner Kuesioner merupakan alat pengukuran data yang berupa serangkaian pertanyaan untuk
dijawab
responden
(Triton,2007:61).
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan kuesioner untuk memperoleh data karakteristik wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali.
B. Metode Pengambilan Sampel Penelitian ini dilakukan metode Accidental sampling (pengambilan sampel secara kebetulan), yaitu anggota sampel yang diambil tidak direncanakan terlebih dahulu tetapi didapatkan secara atau dijumpai secara tiba-tiba. (Sugiyono, 2009:85). Peneliti menggunakan sampling ini dengan menentukan anggota sampel yaitu wisatawan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1 persen, 5 persen, dan 10 15
persen. Peneliti mengambil responden jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali Tahun 2010 sejumlah 124.964 orang, sehingga berdasarkan Tabel 1.2 dengan tingkat kesalahan 10% pada jumlah sampel 100.000 maka jumlah sampel yang diambil adalah 270 responden. Lokasi pengambilan sampel akan dilakukan di 3 daerah yaitu Kabupaten Badung, Kotamadya Denpasar dan Kabupaten Gianyar mengingat ketiga daerah tersebut paling besar jumlah kunjungan wisatawannya. Berikut Tabel 1.2 tentang Penentuan Jumlah Sampel menurut Sugiyono (2009). Tabel 1.2 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10% N
1%
5%
10%
N
1%
5%
10%
N
1%
5%
10%
50
47
44
42
250
182
146
130
1000
399
258
213
60
55
51
49
260
187
149
133
2000
498
297
238
70
63
58
56
280
197
155
138
3000
543
312
248
80
71
65
62
300
207
161
143
4000
569
320
254
90
79
72
68
320
216
167
147
5000
586
326
257
100
87
78
73
360
234
177
155
6000
598
329
259
120
102
89
83
400
250
186
162
7000
606
332
261
130
109
95
88
440
265
195
168
8000
613
334
263
150
122
105
97
500
285
205
176
9000
618
335
263
160
129
110
101
550
301
213
182
10000
622
336
263
180
142
119
108
600
315
221
187
100000
659
347
270
200
154
127
115
650
329
227
191
∞
664
349
272
Sumber: Sugiyono (2009:87)
16
C. Teknik Analisis Data Pengumpulan data menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk memaparkan data yang telah diketahui melalui pengumpulan data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan. Teknik analisis ini digunakan untuk menjelaskan atau memaparkan data yang didapatkan baik data kualitatif maupun data kuantitatif. (Kusmayadi, Sugiarto 2000:29). Fungsi dari analisis deskriptif adalah memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh (www.inparametric.com). Hasil analisis deskriptif berguna untuk mendukung interpretasi terhadap hasil analisis dengan teknik lainnya.
D. Jadual Pelaksanaan Bulan (Tahun 2012)
September
Oktober
November
Penyiapan Proposal Pengajuan Proposal Perbaikan Proposal
Pengumpulan Data Pengolahan Data
Penyiapan Laporan
Penyerahan Hasil Perbaikan Penelitian
17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Karakteristik wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali dapat dilihat dari aspek berdasarkan teori Tourist Descriptor yaitu karakteristik demografis dan karakteristik psikografis. Pada bab ini akan dijelaskan juga perilaku wisatawan (Consumer Behavior) Korea Selatan selama kunjungan mereka di Bali. 1. Karakteristik Sosio-Demografis Wisatawan Korea Selatan Karakteristik sosio-demografis wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali dapat ditinjau dari jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan. Berikut akan disajikan grafik dari variabel karakteristik sosio-demografis sesuai hasil temuan di lapangan. Gambar 1 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Berdasarkan Usia n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012
19
Gambar 1 menunjukkan wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali 44 persen berusia 26-30 tahun. Wisatawan dengan rentang usia > 40 tahun menduduki urutan ke dua dengan persentase 32 persen, usia 31 – 35 tahun menduduki tingkat ketiga yaitu 20 persen dan peringkat terakhir wisatawan Korea Selatan yang berumur 36 – 40 tahun yaitu 4 persen. Wisatawan Korea Selatan pada umumnya berasal dari kalangan muda yang memiliki jiwa petualang dan rasa ingin tahu yang tinggi serta tidak ingin terikat dalam paket wisata tertentu yang mengekang kebebasan mereka. Gambar 2 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Berdasarkan Jenis Kelamin n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 2 menunjukkan wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali didominasi oleh kaum perempuan yaitu sebanyak 64 persen dibandingkan dengan jumlah wisatawan Korea Selatan laki-laki yang berjumlah 36 persen dari keseluruhan responden yang diteliti. Jadi, perempuan lebih memiliki minat yang tinggi dalam berwisata.
20
Gambar 3 Persentase Wisatawan Korea Selatan Mancanegara yang Berkunjung ke Bali Berdasarkan Status Pernikahan n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 3 menunjukkan bahwa persentase wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali sebagian besar berstatus menikah, yaitu sebesar 80 persen sedangkan persentase untuk wisatawan Korea Selatan yang belum menikah sebesar 20 persen. Data tersebut menunjukkan wisatawa Korea Selatan pada umumnya tidak berjiwa bebas atau sudah terikat dengan pernikahan. Wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali sebagian besar dengan keluarga atau teman (couple). Gambar 4 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Berdasarkan Pekerjaan n = 200
21
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 200 wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali, 35 persen merupakan pekerja profesional, 25 persen adalah karyawan, 20 persen sebagai ibu rumah tangga, 10 persen pelajar dan 5 persen berprofesi sebagai bisnis manager dan di bekerja pemerintahan. Jadi wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali sebagian besar memiliki pekerjaan di negara asalnya dan tidak ada yng berstatus pengangguran. Jumlah terbesar berasal dari kalangan pekerja profesional seperti dokter, guru, dosen, pengacara, psikiater, dan lain-lain. Hal ini terkait dengan karakteristik dilihat dari kategori usia dimana jumlah usia produktif yaitu 26 – 30 tahun dari wisatawan Korea Selatan yang paling banyak berkunjung ke Bali Gambar 5 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Berdasarkan Tingkat Pendidikan n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012
22
Gambar 5 menggambarkan bahwa dari ke 200 wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali sebanyak 50 persen adalah lulusan Bachelor’s Degree (Sarjana/Sarjana Muda), 22 persen adalah lulusan associate degree dan 20 persen no degree (tidak memiliki gelar pendidikan). Sisanya sebanyak 8 persen adalah lulusan Professional Degree (Program Master) sedangkan dari 200 responden tidak dijumpai lulusan doctorate.
Data di atas menunjukkan wisatawan
Korea Selatan yang berkunjung ke Bali di dominisi oleh wisatawan lulusan sarjana/sarjana muda. Dilihat dari sudut pandang tingkat pendidikan, wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali berasal dari kaum terpelajar dan memiliki pendidikan tinggi.
Tingkat
pendidikan
yang
tinggi
mendorong mereka untuk lebih “smart” dalam berwisata. Pendidikan yang tinggi juga mendukung mereka untuk melakukan perjalanan wisata yang bertanggung jawab baik bagi diri mereka sendiri, lingkungan alam dan masyarakat lokal.
23
Gambar 6 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Berdasarkan Tingkat Pendapatan n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 6 menggambarkan bahwa dari ke 200 wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali mayoritas berpendapatan $31,000$40,000/tahun yaitu sebanyak 52 persen, sebanyak 40 persen berpendapatan kurang dari $30,000/tahun, 6 persen berpendapatan $41,000- $50,000/tahun dan 2 persen dengan tingkat pendapatan > $50,000/tahun. Jika dilihat dari tingkat pendapatan, wisatawan Korea Selatan rata-rata melakukan kegiatan berwisata pada hari libur mereka sebagai insentif dari rutinitas kerja sehari-hari.
2. Karakteristik Psikografis Karakteristik psikografis wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali dapat dilihat dari aspek life style dan karakteristik personal. Kedua aspek diatas diuraikan kedalam beberapa variabel seperti, pola perjalanan, waktu bepergian, teman perjalanan, lama tinggal, jumlah kunjungan, aktivitas wisata, akomodasi dan transportasi. 24
a. Pola Perjalanan Wisatawan Korea Selatan Gambar 7 Persentase Waktu Melaksanakan Kunjungan yang dipilih Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 7 menjelaskan bahwa wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali sebagian besar melakukan kunjungan pada waktu berlibur yaitu dengan persentase sebesar 72 persen dan sisanya adalah pada waktu kerja sebesar 4 persen dan lainnya seperti waktu magang/internship yaitu dengan persentase sebesar 24 persen. Keadaan di atas menunjukkan wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali memanfaatkan waktu luang yang mereka miliki pada saat liburan untuk berkunjung ke Bali. Mayoritas wisatawan Korea Selatan yang berprofesi sebagai profesional dan pelajar sangat bergantung dengan waktu liburan untuk melakukan kunjungan wisata. b. Jumlah Kunjungan dan Aktivitas Wisata
25
Gambar 8 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Berdasarkan Jumlah Kunjungan ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 8 menunjukkan dari 200 responden sebanyak 64 persen wisatawan merupakan wisatawan yang pertama kali datang ke Bali, sebanyak 32 persen merupakan wisatawan yang telah dua kali datang ke Bali, sebanyak 4 persen wisatawan merupakan wisatawan yang telah tiga kali datang ke Bali. Jadi, mayoritas wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali baru melakukan kunjungan pertama kali ke Bali. Berdasarkan data di atas wisatawan Korea Selatan merupakan jenis wisatawan drifter dimana wisatawan ini mengunjungi daerah yang belum diketahui dalam grup yang kecil dan menyukai perjalanan wisata ke tempat baru.
26
Gambar 9 Persentase Jenis Kegiatan Budaya yang Dilakukan oleh Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 9 menggambarkan bahwa wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali memiliki minat yang besar akan peninggalan arkeologi dengan persentase sebesar 32 persen. Mengunjungi museum dengan persentase 26 persen, mengunjungi event budaya 19 persen, dan menikmati pertunjukan budaya 16 persen. Dan persentase terendah adalah pilgrim dengan persentase 7 persen. Pertunjukkan budaya yang diminati wisatawan antara lain tarian-tarian tradisional dan acara kebudayaan seperti ngaben, mesangih dan odalan. Wisatawan Korea Selatan tertarik dengan pertunjukkan budaya Bali yang unik seperti tarian tradisional Bali. Ketertarikan mereka yang tinggi akan budaya masyarakat setempat mendorong mereka untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan Bali.
27
Gambar 10 Persentase Minat Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Berdasarkan Gambar 10 sebanyak 68 persen wisatawan Korea Selatan yang mengunjungi Bali tertarik untuk berinteraksi dan merasakan kehidupan masyarakat lokal. Interaksi yang tinggi dengan masyarakat lokal memperkaya pengetahuan mereka akan budaya suatu destinasi. Interaksi mereka juga mendukung adanya pertukaran budaya antara masyarakat lokal dan wisatawan Korea Selatan yang berkunjung. 1) Kegiatan Wisata Berbasis Alam Kegiatan wisata berbasis alam dibagi dalam beberapa variabel yaitu petualangan (hiking dan cycling), bahari (selancar/surfing, snorkeling, menyelam, memancing, rafting, dan sebagainya), agrowisata dan ekowisata.
28
Gambar 11 Persentase Jenis Kegiatan Alam yang Dilakukan oleh Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 11 menunjukkan kegiatan wisata bahari menjadi aktivitas wisata berbasis alam yang banyak diminati oleh wisatawan dengan persentase 63 persen. Kegiatan wisata agrowisata menjadi pilihan wisatawan Korea Selatan yang berikutnya dengan persentase 13 persen, lainnya 12 persen, petualangan 8 persen dan sebanyak 4 persen wisatawan Korea Selatan memilih kegiatan ekowisata. Wisatawan Korea Selatan yang mengunjungi Bali juga memiliki keinginan yang besar untuk melakukan kegiatan surfing, snorkeling dan diving. Wisatawan ini mengawali aktivitas mereka di pagi hari dengan surfing, snorkeling ataupun diving dan berjemur di pantai, setelah itu mereka kembali ke hotel untuk bersantai sambil berinteraksi dengan masyarakat lokal, di malam hari wisatawan Korea Selatan akan bersantai di bar, café atau pub yang berada di sekitar homestay untuk bersenang-senang.
29
Aktivitas wisata alam seperti hiking juga sangat diminati oleh wisatawan Korea Selatan. Wisatawan ini melakukan hiking di Ubud dan Kintamani. Mereka sangat menyukai pemandangan Bali yang indah dan sejuk dan tropis yang sangat berbeda iklim dan cuaca di negara mereka. Wisatawan Korea Selatan juga memiliki perhatian yang tinggi akan ekowisata. Mereka ingin melakukan perjalanan wisata yang bertanggungjawab dan menurut mereka Bali dapat menjadi lebih baik bila mengaplikasi konsep ekowisata dalam mengembangkan pariwisata.
2) Aktivitas wisata lain Aktivitas wisata lainnya terdiri atas belanja, hiburan, jalan-jalan dan mengunjungi teman. Persentase dari aktivitas wisata lainnya yang dilakukan oleh wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali dapat dilihat pada gambar berikut ini:
30
Gambar 12 Persentase Jenis Kegiatan Wisata Lainnya yang Dilakukan oleh Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012
Gambar 12 menunjukan persentase minat wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali. Dari gambar tersebut diketahui bahwa sebesar 56 persen datang ke Bali karena ingin jalan-jalan. Selain jalan-jalan aktivitas wisata lainnya yang diminati oleh wisatawan Korea Selatan adalah aktivitas belanja dengan persentase 42 persen dan aktivitas hiburan seperti berkunjung ke café, pub dan bar persentasenya sebesar 3 persen. Aktivitas jalan-jalan yang dimaksud adalah aktivitas melihat pemandangan alam dan aktivitas budaya masyarakat lokal Bali yang tidak mungkin mereka temukan di Negara Korea Selatan. Sedangkan aktivitas belanja lebih banyak pada berbelanja barang-barang seni khas Bali di pasar-pasar seni tradisional dan juga pasar seni modern yang banyak tersebar di Bali.
31
Gambar 13 Persentase Jenis Hiburan yang diminati Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 13 menjelaskan bahwa jenis hiburan yang paling diminati oleh wisatawan Korea Selatan mancanegara yang berkunjung ke Bali yaitu kafe dengan persentase sebesar 32,5 persen, berikutnya adalah bar dengan persentase 28 persen dan pub 15,50 persen. Sedangkan untuk club dan lainnya menempati posisi terakhir dengan persentase masing-masing 12 persen. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali lebih banyak pada kegiatan bersantai di bar maupun café sambil mendengarkan musik yang membuat mereka relax. Karena kebanyakan dari mereka di negaranya untuk bersantai datang ke tempat-tempat seperti diatas. Shopping merupakan salah satu kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan Korea Selatan yang berlibur ke Bali. Suvenir khas Bali merupakan salah satu produk yang diminati oleh Korea Selatan untuk
32
dibeli. Berikut adalah persentase souvenir yang diminati Korea Selatan di Bali. Gambar 14 Persentase Suvenir yang diminati Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Berdasarkan Gambar 14, Batik/Garmen merupakan jenis suvenir yang paling diminati oleh wisatawan Korea Selatan yaitu 29,33 persen. Suvenir lainnya seperti DVD, makanan dan peralatan Spa cukup diminati oleh wisatawan Korea Selatan yang berkunjung yaitu 26,67 persen. Wisatawan Korea Selatan juga menyukai kerajinan jenis ukiran khas Bali dengan persentase 25,33 persen. Sedangkan untuk souvenir seperti bahan kulit,
keramik,
batuan,
lukisan dan sculpture
persentasenya sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan Korea Selatan menyukai souvenir yang berbeda dengan Negara asalnya.
33
3) Transportasi dan Akomodasi Gambar 15 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Berdasarkan Jenis Transportasi yang Digunakan n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 15 menggambarkan bahwa dari ke 200 wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali 68 persen memilih menggunakan jasa penyewaan mobil, dan sebagai
alat
transportasi
oleh
Pemilihan rent car
wisatawan
Korea
Selatan
dikarenakan mereka tidak mau direpotkan dengan alat transportasi lain dan cenderung mereka sudah menggunakan jasa biro perjalanan dari negaranya. Akomodasi merupakan salah satu fasilitas yang sangat diperlukan oleh wisatawan Korea Selatan. Gambar 16 yang disajikan berikut akan menjelaskan persentase jenis akomodasi yang digunakan oleh wisatawan Korea Selatan selama kunjungan mereka di Bali.
Gambar 16 Persentase Jenis Akomodasi yang digunakan Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200 34
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 16 menggambarkan bahwa dari ke 200 wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali 92 persen menginap di hotel berbintang dan 8 persen menggunakan akomodasi lainnya seperti villa. Hotel berbintang menjadi tempat mereka menginap karena seluruh perjalanan sudah diatur oleh biro perjalanan dari negaranya. Restoran merupakan salah satu fasilitas yang digunakan Korea Selatan pada saat melakukan kegiatan berwisata. Berikut persentase jenis restoran yang digunanakan oleh wisatawan Korea Selatan di Bali.
Gambar 17 Persentase Jenis Tempat Makan yang digunakan Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200 35
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 17 menggambarkan bahwa dari 200 wisatawan Korea Selatan mancanegara yang berkunjung ke Bali sebanyak 64 persen memilih restauran, 16 persen memilih fastfood, 4 persen memilih makan di pasar tradisional, dan 16 persen adalah memilih sarana lainnya. Gambar di atas menggambarkan Korea Selatan mancanegara
yang
berkunjung
ke
Bali
sebagian
besar
menggunakan restoran dalam memilih sarana untuk makan dan minum karena biasanya ada beberapa restoran yang menyediakan menu-menu khas Korea Selatan terutama kimchi (makanan khas Korea Selatan, yang biasanya selalu ada sebagai makanan pendamping bagi menu-menu utama di Korea Selatan). Hal ini disebabkan karena beberapa wisatawan Korea Selatan sangat fanatik dengan makanan mereka terutama kimchi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata mereka membawa makanan kimchi ini dalam kemasan plastic yang dibawa dari negaranya. Namu ada juga beberapa wisatawan Korea Selatan lainnya yang
36
ingin merasakan jenis makanan yang lain seperti makanan Eropa (37%), makanan Lokal (16%), Jepang (16%) dan China (8%) Persentase jenis makanan yang mereka minati dapat dilihat di Gambar 18 berikut. Gambar 18 Persentase Jenis F&B yang Diminati Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n = 200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Nasi goreng, mie goreng, gado-gado, nasi campur dan bakso merupakan jenis makanan lokal yang sering dikonsumsi mereka, bahkan mereka menjadikan nasi goreng dan mie goreng sebagai makanan favorit mereka yang wajib mereka nikmati pada saat berada di Bali.
4) Sumber Informasi Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi wisatawan Korea Selatan untuk mengunjungi suatu tempat. Tanpa bantuan informasi seseorang tidak akan bisa mendapatkan informasi mengenai sesuatu yang ingin dicari. Sebelum melakukan kegiatan wisata, wisatawan Korea Selatan pada umumnya mencari informasi tentang 37
destinasi yang akan dikunjungi. Banyak media yang dapat dijadikan sumber informasi seperti internet, buku, majalah, TV, dan sebagainya. Berikut adalah persentase sumber informasi yang mereka gunakan sebelum berkunjung ke Bali. Gambar 19 Persentase Sumber Informasi yang digunakan Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 19 menunjukkan bahwa internet merupakan sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh wisatawan Korea Selatan yaitu sebesar 57,89 persen, sedangkan yang paling minim adalah melalui radio, majalah dan Koran sejumlah 2,81 persen. Wisatawan Korea Selatan memilih internet sebagai sumber informasi karena internet memberikan informasi dengan cepat, jelas serta mudah ditemukan dan digunakan.
38
Perkembangan internet yang sangat pesat mempermudah setiap orang dengan mudah memperoleh informasi dengan cepat. Selain itu, internet telah menjadi salah satu saran promosi yang digunakan oleh banyak perusahaan dalam memasarkan produk yang mereka miliki. Bali merupakan salah satu destinasi wisata dunia yang banyak dipromosikan di internet, sehingga informasi tentang Bali sangat mudah ditemukan. Pengalaman teman dan keluarga juga menjadi sumber informasi penting bagi mereka (lainnya 11,23 persen). Rekomendasi teman dan keluarga memotivasi mereka untuk melakukan perjalanan wisata ke Bali.
1. Pengeluaran Wisatawan Gambar 20 Persentase Tingkat Pengeluaran Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Berdasarkan temuan lapangan, rata-rata pengeluaran wisatawan Korea Selatan selama berlibur di Bali dengan rata-rata lama tinggal 5
39
sampai 6 hari sebesar US$ 201- 300 (33 persen). Dan 26 persen ratarata pengeluarannya lebih besar dari US$ 400,
sebesar 22 persen
dengan pengeluaran US$ 100 – 200 sedangkan hanya sebesar 19 persen yang rata-rata pengeluarannya sebesar US$ 301-400. Sebagian besar pengeluaran dihabiskan untuk akomodasi, transportasi dan shopping. Wisatawan Korea Selatan bersedia membayar mahal untuk sesuatu yang dirasa sangat bermanfaaat bagi mereka dalam kunjungan wisata mereka.
a. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen yang dalam hal ini adalah wisatawan Korea Selatan merupakan aspek yang perlu diperhatikan karena perilaku ini menunjukkan aktivitas mereka dalam menyeleksi dan menggunakan produk dan jasa sedemikian rupa di sebuah destinasi guna memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka (Winardi,1991: 141). Pada bagian ini, perilaku wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali akan dibagi dalam dua bagian yaitu motivasi dan persepsi mereka dalam melakukan kunjungan ke Bali. i. Motivasi Motivasi Wisatawan Korea Selatan dalam mengambil keputusan untuk berwisata merupakan faktor yang terpenting dalam memulai dan mengatur kegiatan wisatanya. Motivasi mempengaruhi dan mendorong seorang wisatawan untuk menganalisa keputusan atas kebutuhannya.
40
Wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali termotivasi akan keindahan alam dan keunikan budaya.
ii. Persepsi Persepsi wistawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali dapat dilihat dari penilaian mereka atas kualitas pelayananan dan produk yang dinikmati mereka di Bali seperti Akomodasi, F & B, hospitality, Kebersihan, Transportasi, Informasi dan Money Changer.
1. Penilaian Akomodasi Gambar 21 Persentase Penilaian Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Terhadap Kualitas Akomodasi n=200
Sumber : Data Olahan Penelitian 2012 Berdasarkan gambar 21 di atas wisatawan Korea Selatan telah memberikan penilaian terhadap akomodasi yang digunakan selama berkunjung ke Bali. Sebanyak 38 persen wisatawan Korea Selatan menilai bahwa akomodasi yang ada di Bali memiliki kualitas yang bagus, 35 persen menilai kualitas akomodasi cukup
41
bagus, 22 persen menilai sangat bagus dan 5 persen memberikan nilai kurang untuk akomodasi yang mereka gunakan. Hal ini dikarenakan mereka menginginkan akomodasi yang hampir mirip seperti yang ada di negaranya.
2. Penilaian F&B Gambar 22 Persentase Penilaian Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Terhadap Kualitas dan Pelayanan F&B n=200
Sumber : Data Olahan Penelitian 2012 Berdasarkan Gambar 22 sebagian besar wisatawan Korea Selatan menilai F&B yang tersedia di Bali memiliki kualitas yang cukup bagus dengan persentase sebesar 47 persen, 24 persen menilai bagus, 17 persen menilai kurang dan 12 persen untuk F&B yang memiliki kualitas sangat bagus. Penilaian tentang F & B ini menunjukkan bahwa wisatawan Korea Selatan sangat menginginkan pelayanan dan kualitas yang bagus.
3. Penilaian Hospitaliti
42
Gambar 23 Persentase Penilaian Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung Terhadap Kualitas Hospitaliti n=200
Sumber : Data Olahan Penelitian 2012 Hospitality adalah komponen penting dalam industri pariwisata dimana hospitality yang terwujud dalam keramahan, kesopanan, keakraban dan rasa saling menghormati menjadi salah satu senjata yang menunjang kenyamanan wisatawan yang berkunjung. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar wisatawan Korea Selatan menilai hospitality pariwisata di Bali memiliki kualitas yang bagus dengan persentase sebesar 45 persen dan 30 persen untuk Hospitalty yang memiliki kualitas cukup bagus. Sedangkan persentase hospitality yang sangat bagus yaitu 25 persen. Wisatawan Korea Selatan sangat menyukai keramah-tamahan masyarakat Bali yang sangat terbuka dan membantu
mereka
dalam
mengumpulkan
informasi
yang
memperkaya pengetahuan mereka tentang kebudayaan Bali.
4. Penilaian Transportasi
43
Gambar 24 Persentase Penilaian Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Terhadap Kualitas Transportasi
Sumber : Data Olahan Penelitian 2012 Dari penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar wisatawan Korea Selatan menilai bahwa transportasi umum yang ada di Bali memiliki kualitas yang cukup buruk dengan persentase sebesar 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menginginkan transportasi yang lebih bagus dan lebih nyaman seperti yang ada di negara mereka. Untuk kualitas transportasi kurang yaitu 25 persen, dan 16 persen untuk transportasi umum yang memiliki kualitas bagus. Sebanyak 7 persen wisatawan Korea Selatan memberikan penilaian yang sangat buruk terhadap kualitas dan pelayanan transportasi di Bali dikarenakan kurangnya fasilitas angkutan umum, selain itu kemacetan yang terjadi memberikan kesan negatif.
5. Penilaian Informasi 44
Gambar 25 Persentase Penilaian Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Terhadap Kualitas dan Pelayanan Informasi
Sumber : Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 25 menunjukan sebanyak 56 persen wisatawan Korea Selatan memberikan
penilaian cukup buruk terhadap kualitas
pelayanan dan informasi. Sebanyak 20 persen wisatawan memberikan penilaian bagus, 12 persen memberikan penilaian sangat bagus dan 8 persen menilai buruk serta 4 persen menyatakan sangat buruk. Penilaian terhadap kualitas pelayanan dan informasi di karenakan oleh keberadaan papan penunjuk arah yang kurang, serta kurangnya tempattempat informasi yang dapat memberikan penjelasan tentang suatu daya tarik yang ada di Bali.
6. Penilaian Kebersihan
45
Gambar 26 Persentase Penilaian Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali Terhadap Kebersihan n=200
Sumber : Data Olahan Penelitian 2012 Kebersihan merupakan hal yang sangat penting untuk sebuah destinasi. Kebersihan dapat membuat wisatawan merasa nyaman apabila mengunjungi suatu destinasi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kebersihan di Bali dinilai cukup buruk oleh wisatawan Korea Selatan dengan persentase sebesar 44 persen, sedangkan 24 persen memberi penilaian bagus. Keberadaan tempat sampah di tempattempat umum yang kurang serta kesadaran masyarakat lokal yang kurang dalam menjaga kebersihan mengakibatkan masalah sampah masih menjadi masalah yang susah untuk ditangulangi. Selain masalah sampah, wisatawan Korea Selatan juga banyak menyoroti kurang bersihnya toilet di tempat-tempat yang mereka kunjungi. Masalah kebersihan toilet adalah masalah yang paling utama dan sangat vital bagi sebagian wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali.
7. Penilaian Money Changer
46
Gambar 27 Persentase Penilaian Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali terhadap Kualitas dan Pelayanan Money Changer n=200
Sumber : Data Olahan Penelitian 2012 Berdasarkan gambar 27 di atas dapat dilihat bahwa wisatawan Korea Selatan telah memberikan penilaian terhadap kualitas money changer yang ada di Bali. Sebanyak 60 persen menilai kualitas money changer yang ada di Bali cukup buruk dan 20 persen untuk keberadaan money changer bagus. Sebesar 16 persen menilai sangat bagus dan 4 persen memberikan penilaian buruk. Wisatawan
Korea
Selatan
mengungkapkan
kurang
seragamnya nilai mata uang di masing-masing money changer. Di samping itu pula ada beberapa wisatawan yang merasa tertipu oleh pihak money changer, sehingga sebagian dari uang mereka hilang. Hal ini menimbulkan kesan yang buruk sehingga memutuskan menggunakan credit card dan ATM. iii. Sikap
47
Sikap atau attitude adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau gagasan. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, sikap sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merk, dan pelayanan. Sikap wisatawan Korea Selatan dapat dilihat dari rekomendasi wisatawan kepada teman dan keluarga di negara asal serta kemungkinan mereka untuk mengunjungi Bali setelah kunjungan ini. Sikap wisatawan juga dapat ditinjau dari perilaku mereka terhadap lingkungan sekitar. Wisatawan Korea Selatan sangat peduli dengan kebersihan dan kelestarian lingkungan.
1. Rekomendasi Gambar 28 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali dalam Merekomendasikan Bali kepada Teman dan Keluarga di Negara Asal
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Gambar 28 menunjukkan sebanyak 92 persen wisatawan Korea Selatan merekomendasikan Bali ke teman dan keluarga di negara asal. Sikap mereka yang ingin merekomendasikan Bali kepada teman dan keluarga di negara asalnya menunjukkan Bali masih
48
memiliki reputasi yang baik bagi wisatawan Korea Selatan.. Rekomendasi tersebut memungkinkan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Bali.
2. Kunjungan Kembali Gambar 29 Persentase Wisatawan Korea Selatan yang Berkunjung ke Bali terhadap Kemungkinan Mereka Berkunjung Kembali ke Bali n=200
Sumber: Data Olahan Penelitian 2012 Berdasarkan Gambar 29 dapat dilihat bahwa tingkat kunjungan wistawan Korea Selatan kembali ke Bali sebesar 96 persen, sebagian besar wisatawan Korea Selatan menginginkan kembali lagi ke Bali karena ingin merasakan kembali keindahan alam Bali. Sebanyak masing-masing 4 persen memilih mungkin dan tidak kembali ke Bali, karena mereka ingin mengunjungi tempat-tempat wisata lain yang belum mereka kunjungi.
49
B. Implikasi Dari Kunjungan Wisatawan Korea Selatan Terhadap Perkembangan Pariwisata Bali Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi bagi daerah tujuan wisata seperti Bali, yang memang sudah terkenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia, tidak perlu dipertanyakan lagi. Dengan tidak tersedianya sumber daya alam seperti migas, hasil hutan ataupun industri manufaktur yang berskala besar, maka pariwisata telah menjadi sektor andalan dalam pembangunan Bali. Apabila dikaitkan dengan kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Bali, implikasinya terhadap perkembangan pariwisata Bali adalah dalam hal penyerapan tenaga kerja dan juga semakin meningkat pula jumlah investasi yang dilakukan oleh orang Korea Selatan ke Bali. Salah satu hal yang paling mudah dapat ditemukan adalah keberadaan restoran Korea yang menyajikan makananmakanan khas Korea sehingga dapat melengkapi keragaman jenis restoran di Bali. Implikasi kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Bali selain dicerminkan oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja, meningkat pula pendapatan masyarakat pada umumnya yang dihasilkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu akomodasi, konsumsi makanan, angkutan wisata dan jasa-jasa lainnya. Penelitian Cooper (1993) di Inggris menyebutkan bahwa 81, 27 % total pengeluaran wisatawan asing dialokasikan untuk akomodasi, makanan dan belanja lainnya (shopping). Terkait dalam hal ini, dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan akan berpengaruh pula pada meningkatnya
50
kinerja perrekonomian daerah yaitu meningkatnya pendapatan sektor-sektor ekonomi dan berkembangnya lapangan kerja. Dengan meningkatnya pendapatan tersebut maka berpengaruh pula terhadap kesejahteraan masyarakat Bali sehingga akses terhadap kesehatan dan pendidikan akan meningkat pula.
51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Karakteristik wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali dilihat dari karakteristik Sosio Demografis dapat disimpulkan, bahwa wisatawan Korea Selatan yang berkunjung lebih banyak dalam rentang usia 26-30 tahun. Dilihat dari jenis kelamin, wisatawan Korea Selatan yang ke Bali didominasi oleh perempuan karena perempuan Korea lebih memiliki minat yang tinggi dalam berwisata. Apabila dilihat dari status pernikahan, wisatawan Korea Selatan yang datang ke Bali rata-rata sudah berstatus menikah. Dilihat dari pekerjaan, wisatawan Korea Selatan didominasi oleh wisatawan yang bekerja sebagai pekerja professional kemudian sebagai karyawan biasa, ada yang berprofesi hanya sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai pelajar. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali rata-rata memiliki tingkat pendidikan sarjana/sarjana muda. Sedangkan jika dilihat dari tingkat pendapatan, wisatawan Korea Selatan yang datang berkunjung ke Bali memiliki tingkat pendapatan rata-rata US$ 31.000-US$ 40.000. Apabila dilihat dari karakteristik psikografis, wisatawan Korea Selatan lebih banyak menggunakan waktu liburan mereka untuk melakukan kegiatan wisata. Sedangkan dilihat dari jumlah kunjungan rata-rata, mereka baru pertama kali datang berkunjung ke Bali. Aktivitas alam yang paling mereka minati adalah kegiatan wisata bahari selain itu mereka juga sangat menyukai kegiatan wisata alam yang lainnya seperti hiking karena mereka sangat menyukai pemandangan alam di Bali dengan keunikan budaya yang dimiliki. Sebagai souvenir kepada saudara dan teman-teman mereka, wisatawan Korea Selatan 55
paling berminat untuk membeli barang-barang kerajinan khas Bali. Wisatawan korea Selatan menyatakan bahwa informasi tentang Bali paling banyak menyebutkan didapatkan melalui internet. Sedangkan sangat sedikit yang menyebutkan dari media televisi, radio, majalah, koran maupun brosur. Persepsi Wisatawan Korea Selatan terhadap kualitas pelayananan dan produk yang dinikmati mereka di Bali seperti Akomodasi, F & B, hospitality, Kebersihan, Transportasi, Informasi dan Money Changer rata –rata adalah baik. Namun pada sisi kebersihan, wisatawan Korea Selatan menyebutkan bahwa masih ada beberapa tempat yang mereka lihat masih kurang bersih karena banyak sampah. Hal ini disebabkan karena kurangnya keberadaan tempat sampah dan kurang sadarnya masyarakat lokal dalam membersihkan lingkungannya.
B. SARAN 1. Kegiatan promosi untuk menyasar wisatawan Korea Selatan harus lebih ditingkatkan terutama lewat media televisi, koran, majalah ataupun brosur. Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu di Korea, pada acara televisi di Korea, Negara Asia Tenggara yang aktif melakukan kegiatan promosi pariwisata ke Korea Selatan adalah Negara Malaysia dan Singapura. Selain itu pula keberadaan brosur tentang promosi pariwisata di Kedutaan Indonesia untuk Korea Selatan sangat minim. 2. Mengingat potensi wisatawan Korea Selatan yang datang berkunjung ke Bali sangat besar, pelatihan-pelatihan / kursus bahasa asing Korea harus ditingkatkan, karena keberadaan tempat kursus Bahasa Korea di Bali sangat minim. Selain itupula, Sekolah Tinggi Pariwisata sebagai salah satu institusi pencetak tenaga-tenaga
55
pariwisata, dapat mengaktifkan kembali Bahasa Korea sebagai salah satu bahasa yang bisa dipelajari oleh mahasiswa melalui mata kuliah bahasa asing pilihan. 3. Bali sebagai salah satu destinasi wisata yang terkenal harus dapat mempertahankan rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan khususnya wisatawan Korea Selatan yang berkunjung ke Bali. Selain itu pula, faktor kebersihan dari tiap destinasi wisata di Bali harus tetap dijaga kebersihannya dengan cara memperbanyak jumlah tempat sampah sekaligus melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan tentang arti penting kebersihan lingkungan kepada masyaraklat lokal yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait.
55
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Purnomo Setiady dan Husaini Usman. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Andi. 2009. Pengertian Pariwisata. (http://andysaiful.blogspot.com/2009/01/pengertianpariwisata.html diakses 13 Agustus 2011). Anonim. 2010. Teknik Analisis Deskriptif. (http://www.scribd.com diakses 04 September 2011). Anonim. 2011. Consumer Behaviour. (http://anapriyangga.blogspot.com/diakses 5 Oktober 2011). Anonim. 2010.Profil Wisatawan. (http://madebayu.blogspot.com.html/ diakses 27 September 2011) Anonim. 2010.Perilaku Konsumen. (http://materikuliah.edublog.org/diakses 5 Oktober 2011). Anonim. 2009. Persepsi. (http://masbow.com.html/diakses 6 Oktober 2011) Anonim. 2010. Profil Wisatawan. (http://madebayu.blogspot.com/diakses 6
Oktober 2011)
Blackwell,dkk. 2006. Consumer Behaviour an Asia Pacific Approach.Victoria. Thomson. ChabibMusthofa. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif (Jurnal). Fakultas Dakwah. Doni Koesoema. 2007. Apa Itu Karakter?. (http://karakterbangkit.blogspot.com/2009/12/apa-itukarakter.html diakses 13 Agustus 2011). Goeldner, Charles R. dan J.R. Brent Ritchie.2009. Tourism (Principles, Practices,Philosophies).Wiley.New Jersey. Iva Zuhriyah. 2011. Pengartian Karakteristik Tafsir. (http://blog.uinmalang.ac.id/ivageje/2011/01/01/pengertian-karakteristik-tafsir/ diakses 13 Agustus 2011). Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Masyhuri dan M. Zainudin. 2009. Metode Penelitian. Malang: Refika Aditama. Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiarto, Endar dan Kusmayadi. 2000. Metode Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suwena, I Ketut. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Udayana University Prees. 55
Wikipedia. 2010. Multistep random sampling. (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembicaraan:Multistep_random_sampling&action =edit&redlink=1 diakses 20 Agustus 2011). Winardi. 1991. Marketing dan Perilaku Konsumen. Bandung. Mandar Maju. Wisnawa, I Made Bayu. 2010. Sejarah Perkembangan Pariwisata. (http://madebayu.blogspot.com/search/label/SEJARAH%20%20PERKEMBANGAN%20PA RIWISATA diakses 19 Agustus 2011).
55