LAPORAN PENELITIAN
Jamu Registri
Lucie Widowati, Nurhayati (No. Keanggotaan Apkesi: 20140210573)
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta, 2014
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Telp.: (021) 4259860, Fax.: (021) 4244375 Email:
[email protected]
SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK NOMOR: HK.02.04/ III / 119} /2014 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANAAN PENELITIAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2014 KEPALA PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
MENIMBANG
:1. Bahwa untuk melaksanakan kegiatan penelitian pada Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014 perlu ditunjuk Tim Pelaksanaan Penelitian pada Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014. : 2. Bahwa pembentukan tim tersebut pada butir (1) perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014.
MENGINGAT: 1. DIPA Pusat Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014 Nomor: 024.11.2.416191/2014 tanggal 5 Desember 2013 2.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran Pusat Teknologi Terapan Kehatan dan Epidemiologi Klinik yang diterbitkan oleh Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
MEMUTUSKAN MENETAPKAN Pertama
Membentuk Tim Pelaksana Penelitian untuk melaksanakan kegiatan penelitian pada Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014
Kedua
Menunjuk petugas yang namanya tersebut dalam Daftar Lampiran Keputusan ini sebagai Tim Pelaksana Penelitian Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014
Ketiga
Tim Pelaksana Penelitian bertugas untuk melaksanakan penelitian seperti tersebut dalam Daftar Lampiran Keputusan ini sampai selesai, dengan menyerahkan Laporan Kemajuan Penelitian, Laporan Pelaksanaan Penelitian dan Laporan Akhir Penelitian kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014
KEMENTER1ANKESEHATANRI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK JL Dr. Sumeru 63 Bogor 16125, Telp.: (0251) 8321763, Fax.: (0251) 8326348 Email:
[email protected]
Keempat
:
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
Ditetapkan di : Bogor Pada tanggal : 18 Februari 2014
Tembusan disampaikan kepada Yth
I.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan 2 Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 4. Sekretaris Jenderal Kemenkes R! 5. Inspektur Jenderal Kemenkes RI 6. Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 7. Kepala Biro Keuangan Sekjen Kemenkes RI 8. Kepala Bagian Perencanaan dan Anggaran, Badan Litbang Kesehatan 9. Bendaharawan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Bogor 10. Masing-masing yang bersangkutan untuk dilaksanakan II. Arsip.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Telp.: (021) 4259860, Fax.: (021) 4244375 Email:
[email protected]
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK NOMOR : HK.02.04 / III / U9J-/ 2014 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANAAN PENELITIAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2014 NAMA KEGIATAN I PENELITIAN: “Jamu Registri”
No
Nama
Uraian Tugas
Kedudukan Dalam
Lama Bertugas
1
dr, Siswanto, MHP, DTM
tim Koordinator Peneliti
Koordinator kegiatan penelitian
8 bulan
2
Dra. Lucie Widowati, M.Si,
Ketua Pelaksana
Bertanggung jawab pada seluruh proses
10 bulan
Apt 3
penelitian
drg. Sekar Tuti, M.Kes
Koordinator
Bertanggung jawab pada Rekam Medik Jamu
10 bulan
(RMJ) 4
dr. M. Karyana, M.Kes
5
dr. Delima, M.Kes
Koordinator Web
Bertanggung jawab pada sistem web registri
10 bulan
Peneliti Madya
Bertanggung jawab pada analisis lanjut tiga
10 bulan
penyakit 6
Dra, Retno Gitawati, MS,
Peneliti Madya
Apt 7
Bertanggung jawab pada pencatatan adverse
10 bulan
event dan efek samping
Ully Adhie Mulyani, M.Si,
Peneliti Muda
Bertanggung jawab pada pengumpulan data
10 bulan
Bertanggung jawab pada pengumpulan data
10 bulan
Apt 8
dr. Hadi Siswoyo, M.Epid
Peneliti Muda
9
dr. F.X. Suharyanto
Peneliti Madya
Bertanggung jawab pada analisis lanjut tiga
10 bulan
penyakit 10
dr. Tetra Fajarwati, MS
Peneliti Muda
Membantu dalam pengelolaan data empat
10 bulan
penyakit atau keluhan 11
dr. Siti Nurhasanah
Peneliti Muda
Membantu dalam pengelolaan data tiga
10 bulan
penyakit atau keluhan 12
Nurhayati, SKM, MKM
Pengolah Data
13
Agus Dwi Harso, S.Si
Pembantu Peneliti Pusat
14
Aris Yulianto, S.Si
15
Fitriawaty
Pembantu Peneliti Pusat
Sekretariat
Bertanggung jawab pada pengolahan data
10 bulan
Bertanggung jawab pada analisis data
10 bulan
Bertanggung jawab pada program web
10 bulan
Bertanggung jawab pada administrasi
10 bulan
penelitian 16
Susanti
Sekretariat
Membantu administrasi kegiatan
10 bulan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOG! TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Telp.: (021) 4259860, Fax. : (021) 4244375 Email:
[email protected] No
Mama
Kedudukan Dalam
Uraian Tugas
Lama Bertugas
17
Setiawati
tim Sekretariat
18
dr. Cicih Opitasari
Pembantu Peneliti Pusat
19
Anggita Bunga Anggraini,
Pembantu Peneliti
Membantu pelaksanaan penelitian
10 bulan
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Sumsel
8 bulan
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DIY
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jakarta
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Membantu administrasi kegiatan Bertanggung jawab pada pengolahan data
10 bulan 10 bulan
S. Farm, Apt
20
dr. Akhirudin Syam
21
dr. Agus Rahmadi
22 23
d r. Agus Sudarmanto, M.Kes dr. Andy Setiawan
24
dr. Agus Tiiyono
25
dr. Anton Budi Hermawan
26
d r. Budi Mulyono
27
dr. Danang Ardiyanto
28
d r. Darlina
29
dr. Deo Hadinand
30
dr. Desiana Putong
31
dr. Dodik Tri Anggono
32
dr. Dodik Pramono MSi.
33
dr. Dona Suzanna
34
dr. Dwi Rahayu
35 36 37 38
dr. Dwi Ratna Sari H dr. Dwi Yuliawati dr. Eddy Suhartono d r. Efi Afifah
39
dr. Endah Puspitorini
40
dr. Ema Ciptaningsih
41
dr. Ema Hayati
42
dr. Fajar Novianto
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jabar
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan ,
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK Jl. Dr. Sumeru 63 Bogor 16125, Telp.: (0251) 8321763, Fax.: (0251) 8326348 Email:
[email protected]
No
Nama
Kedudukan Dalam
Uraian Tugas
tim 43
dr. Fenny Yunita
44
dr, Fenti Gitariati
45
dr. Finuril Hidayati
46
dr. Fira Amaris
47
dr. Grace Santhy Sasnan
48
dr. Hadi Sarosa
49
dr Hargiyanto
50
dr. Harifin Hafid
51
dr. Hendras
52
dr. Henry Naland
53
dr. Hertina Silaban
54 55
dr. Ida Bagus Kesnawa Mm dr. Ina Tri Lestari
56
dr. Inggrid Tania
57
dr. Ipak Ridmah Rikenawaty dr. Ita Kusumawati, M.Kes dr. Jantie, Akp
58 59 60
dr. Johnny Irawan Mph
61
dr. Katarina Iswati
62
dr. Khairunas
63
dr. Liana Dewi
64
dr. Lily Kresnowati M.Kes
65
dr. Marfuah Nuraini
66
dr Maria Retno
67
dr. Marissa
68
dr. Michele Astrid
Lama Bertugas
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Sulsel
8 bulan
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Bali
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Bali
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Banten (Pandeglang) Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jabar
8 bulan
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
8 bulan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK Jl. Dr. Sumeru 63 Bogor 16125, Telp.: (0251) 8321763, Fax. : (0251) 8326348 Email:
[email protected]
No
Nama
Kedudukan Dalam
Uraian Tugas
tim 69
dr. Mimi Darmiyati
70
dr. Muhamad Arief Fauzan
71
74
dr. Ngakan Putu, Ds, M.Kes dr. Nizmawardini Yaman, Mkes dr. Noor Wijayahadi, Mkes. Ph.D dr. Nurhastuti
75
dr. Prapti Utami
76
dr. Ratna Asih
77
d r. Reggie Sri Kusumadevi
78
dr. Retno Sawartuti, M.Kes
79
dr. Riswahyuni Widhawati
80 81
dr. Robert Gandasentana, Ms dr. Salilul
82
dr. Satriawati
72 73
83 84 85
dr. Sinung Pribadi MM dr. Siti Mahfudah dr. Sri Rejeki Endang
86
dr. Suci Wuryanti
87
dr. Sugiarto Puradisastra
88
dr. Sunu Pamadyo
89
dr. Syarief Hudaya, Mh.Kes
90
dr. Tjokorda Gde Dharmayuda Sp.Pd Khom
91
dr. Toni Sutono.Mph
92 93
dr Triatmi Dyah Wahyuningsih dr. Udayanti Proborini, M.Kes
Lama Bertugas
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Banten
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jabar
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Sumsel
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Banten
8 bulan
Dokler Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jabar (Bekasi)
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jabar
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Bali
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DIY
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
-j
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK Jl. Dr. Sumcru 63 Bogor 16125, Tetp.: (0251) 8321763, Fax. : (0251) 8326348 Email:
[email protected]
No
Nama
94
dr. Ulfatun Nisa
Kedudukan Dalam
Uraian Tugas
tim
95
dr. Vivi Kurniati Tjahjadi
96
dr. Widhi Astana
97
dr. Yuliarni, M.Kes
98
dr. Zizi Tamara
99
dr. Zuraida Zulkamain
Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan Dokter Pembantu Lapangan
Lama Bertugas
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Sumsel
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi DKI
8 bulan
Dokter Praktek Jamu Provinsi Jateng
8 bulan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI
KLINIK Jl. Dr. Sumeru 63 Bogor 16125, Telp.: (0251) 8321763, Fax.: (0251) 8326348 Email:
[email protected]
SURAT PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN Nomor : HK.02.04/ III /IM/2014 Persetujuan Pelaksanaan Penelitian ini diberikan atas dasar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal di bawah ini.
BAB I - IKHTISAR Jamu Registri 1
Judul Penelitian
2
Maksud dan tujuan Umum
Khusus
3
Ketua Pelaksana
4 Waktu Pelaksanaan
Dapat diterapkannya pencatatan penelitian berbasis pelayanan jamu melalui Rekam Medik Jamu (RMJ) untuk sepuluh penyakit yang berada di pelayanan kesehatan, sebagai sarana pelaporan untuk menilai keamanan dan kemanfaatan jamu, sebagai bagian pengembangan informasi dan perlindungan HKI Jamu a Menilai faktor demografi pasien dalam pelayanan dengan jamu b. Mengevaluasi kegiatan komplementer dan alternatif c. Membandingkan kemanfaatan jamu antara berbagai ramuan jamu. d. Menilai kualitas hidup pasien setelah minum jamu e Menilai kemanan pelayanan jamu Dra. Lucie Widowati, M.Si, Apt 10 bulan
BAB II - BIAYA 1. Biaya yang disediakan untuk penelitian mi dibebankan pada DIPA Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Nomor 024 11.2.416191 /2014 tanggal 5 Desember 2013.
2. Biaya tersebut merupakan biaya maksimum yang tidak boleh terlampaui Dirinci dalam pos pengeluaran sebagai berikut: - Belanja Bahan (521211) Rp 30 001 000 - Honor Output Kegiatan (521213) 227 920.000 Rp - Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219) 75.000.000 Rp - Belanja Jasa Profesi (522151) 19.300.000 Rp - Belanja Jasa Lainnya (522191) 50 000 000 Rp - Belanja Perjalanan Biasa (524111) 72.100.000 Rp - Belanja perjalanan Dinas Dalam Kota (524113) 3.300.000 Rp - Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting (524114) 109 200 000 Rp Dalam Kota - Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting (524119) 582.000.000 Rp Luar Kota Jumlah seluruhnya „ : Rp 1.168.821.000 Penyediaan biaya untuk keperluan penelitian yang dimaksud akan diberikan
secara bertahap
dan merupakan uang-uang yang harus dipertanggungjawabkan oleh Ketua Pelaksana.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOG
KLINIK Jl. Dr. Sumeru 63 Bogor 16125, Telp.: (0251) 8321763, Fax.: (0251) 8326348 Email:
[email protected]
4.
Cara pertanggungjawaban harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan untuk diberikan petunjuk seperlunya oleh Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik atau pejabat lain yang ditunjuk olehnya BAB III - PELAKSANAAN
1
Ketua Pelaksana berkewajiban mengajukan nama-nama tim peneliti dan petugas lainnya yang akan membantu pelaksanaan penelitian, disertai penjelasan tugas-tugasnya dan lamanya penugasan untuk ditetapkan dengan Surat Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik dan Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian yang telah ditandatangani berlaku sebagai dasar pengeluaran biaya
2
Ketua Pelaksana wajib membuat dengan segera Protokol Penelitian lengkap yang menjelaskan seluruh aspek penelitian untuk digunakan sebagai pegangan dalam pelaksanaan penelitian, dengan lampiran jadwal kegiatan penelitian per bulan secara rinci, kebutuhan biaya per bulan, tabel-tabel penelitian yang akan muncul dalam laporan penelitian, kuesioner penelitian. Protokol dikirim kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melalui Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
3. Mengenai pelaksanaan pembiayaan diatur sebagai berikut: a.
Ketua Pelaksana mengajukan Surat Permintaan Pembayaran kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik untuk membiayai kegiatan penelitian setiap bulan
b.
Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik memberikan persetujuan pembayaran setelah persyaratan yang dikaitkan dengan laporan kegiatan penelitian dan penyelesaian pertanggungjawaban keuangan bulan yang lalu sudah dipenuhi secara lengkap.
BAB IV - PENGAWASAN 1
Pembinaan teknis dan administratif serta pengawasan terhadap pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
2
Pembinaan teknis dan administratif serta pengawasan dilakukan secara terus menerus Ketua Pelaksana wajib memberikan kesempatan serta memberikan keterangan-keterangan yang diminta Pembinaan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk Progress Report dan Supervisi ke lokasi penelitian Supervisi dilakukan oleh Tim Panitia Pembina Ilmiah (PPI) dan pejabat struktural.
3. Apabila dipandang perlu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dapat melakukan atau menunjuk pejabat lain untuk melakukan pengawasan. BAB V - PELAPORAN 1 Ketua Pelaksana Penelitian wajib menyelesaikan/mempertanggungjawabkan keuangan untuk setiap bulan dan harus diterima oleh Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi selambat-lambatnya tanggal 25 bulan berjalan Penyelesaian pertanggungjawaban keuangan menjadi syarat untuk pemberian biaya bulan berikutnya. 2.
Ketua Pelaksana Penelitian wajib memberikan laporan kemajuan penelitian setiap triwulan sesuai dengan ketentuan pelaporan dan sudah diterima oleh Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya setelah triwulan bersangkutan berakhir.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI
KLINIK JI. Dr. Sumeru 63 Bogor 16125, Telp.: (0251) 8321763, Fax.: (0251) 8326348 Email:
[email protected]
3.
Ketua Pelaksana Penelitian wajib membuat dan menyampaikan draft laporan akhir hasil penelitian sebanyak 10 copy untuk dibahas oleh Panitia Pembina Ilmiah (PPI) dan disampaikan dalam seminar di lingkungan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik.
4
Ketua Pelaksana Penelitian wajib menyempurnakan laporan akhir penelitian sesuai dengan saran dan petunjuk PPI, kemudian menyerahkan sebanyak 5 copy kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
5
Laporan akhir penelitian yang sudah disempurnakan harus disertai dengan naskah ilmiah dalam bentuk siap untuk dipublikasi
6.
Ketua Pelaksana Penelitian pada akhir penelitian wajib menyerahkan barang- barang/peralatan hasil pengadaan penelitiannya kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik untuk diserahterimakan bersama-sama dengan Laporan Penelitian, menjadi barang milik Negara dengan Berita Acara Serah Terima
BAB VI - PERSYARATAN LAIN 1
Segala penemuan dan hasil penelitian ini menjadi milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2.
Hasil Penelitian ini harus diterbitkan di dalam Buletin Penelitian Kesehatan atau Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan Apabila naskah ilmiah hendak diajukan ke majalah lain, atau suatu pertemuan ilmiah, supaya terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
BAB VII - SANKSI 1
Apabila protokol penelitian, laporan penggunaan uang, laporan kemajuan penelitian tidak masuk pada waktunya, maka akan diberikan teguran tertulis melalui atasannya dan pemberian uang muka ditangguhkan
2
Apabila Ketua Pelaksana atau Peneliti yang terlibat dalam penelitian belum menyelesaikan naskah ilmiah dari hasil penelitian, maka akan diberi sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
3
Apabila Ketua Pelaksana belum menyelesaikan laporan akhir penelitian maka ia tidak akan dipertimbangkan menjadi Ketua Pelaksana atau Peneliti Utama untuk penelitian lain serta kegiatan ilmiah lain yang ditentukan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
4
Apabila seorang peneliti menerbitkan hasil penelitian milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di luar Buletin Penelitian Kesehatan tanpa seizin Kepala Badan Litbang Kesehatan, maka yang bersangkutan aAkan diadakan teguran b
5
tertulis melalui atasannya
Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat usulan penelitian tahun-tahun berikutnya
sebelumnya, apabila
ia
mengajukan
Apabila seorang peneliti membawakan hasil penelitian yang belum dapat persetujuan Kepala Badan Litbang Kesehatan di dalam suatu pertemuan yang bersifat umum, maka kepada yang bersangkutan aAkan diadakan teguran
tertulis melalui atasannya.
b. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat usulan penelitian tahun-tahun berikutnya.
sebelumnya, apabila
ia
mengajukan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI
KLINIK JI. Dr. Sumeru 63 Bogor 16125, Telp.: (0251) 8321763, Fax.: (0251) 8326348 Email:
[email protected]
BAB VIII - KETENTUAN PENUTUP
Apabila penyelesaian penelitian ini tidak dapat dilaksanakan pada waktunya karena sesuatu yang berada di luar kekuasaan Ketua Pelaksana, maka Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik melaporkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan mengusulkan untuk mempertimbangkan kemungkinan perpanjangannya.
SUSUNAN TIM PENELITI
NO
1.
Nama
Keahlian/Kesarjanaan
Kedudukan dalam Tim
Uraian Tugas
dr. Siswanto MHP.DTP
Dokter,KcsehatanMasy.
Koordinatorpeneiitian
Sebagaikoordinatorkegialanpenelitian
2. dra. Lucie Apt. MSi.
Widowati Bahan alam/Apoteker
3. dr. Hadi Siswoyo MEpid
Epidemiologi/dr
4. Dr. M. Karyana MKes
Dokter, Stroke Registri
5. dr. Delima M.Kes
Bertanggung jawab pada pengelolaananalisis data Epidemiologi/drg
6. drg. Sekartuti MKes. 7. dra.RetnoGitawati Apt. 8. dra.
Ully MSc.Apt 9. Nurhayati, SKM.MKM
MS. Farmakologi/ Apoteker
Adhie
S. Farmasi care/Apoteker Pengolah data
KetuaPelaksana Peneliti Ulama Koordinatorpuldai
Bertanggung jawab pada pengumpulan datadanpencatatanholistik Koordinator web Bertanggung jawab pada sistem web jamuregistri Koordinator Analisis data Bertanggung jawab pada Analisis lanjut konvensional Koordinatorlaporan Bertanggung jawab pada pencatatatnjamu Peneliti Madya
Bertanggung jawab pada pencatatan efek samping (keamananjamu) danramuanjamu
Peneliti Muda
BertanggungjawabpadaAnalisisLanjuto baikonvenional Bertanggung Jawab pada managemen data
10
dr. Frans Suharyanto
Pengolah data
Koordi naiormanageme n data Peneliti Madya
11
dr. Tetra Fajarwati MS
dokter
Peneliti Muda
12 Aris SSi
PembantuPeneliti
PembantuPenelili
13 Dr.Tjitjih
dokter
PembantuPeneliti
14 Dra. Anggita Bunga Apt
Apoteker
PembantuPeneliti
15 Agus Dwi HArso S.Si
Biologi
PembantuPeneliti
16 Fitriawaty 17 Susanti 18 Seliawati
SI ekonomi Sekretaris SI administrasi
Sekretariat Sekretarial Sekretariat
19 Dokler (PKM, RS CAM, Dokter praktik jamu Klnik SJ): 80 | orang
Bertanggung jawab pada seluruh proses penelitian
Bertanggung jawab pada Analisis lanjut 3 penyakit/keluhan Membantu dalam pengelolaan data 4 penyakit/keluhan Bertanggung jawab pada pengelolaan data kiriman Bertanggung jaw r ab pada pengelolaan data kiriman Bertanggung jawab pada pengelolaan data kiriman Bertanggung jawa pada pengelolaan data kiriman Membantu administrasi kegiatan Membantu administrasi kegiatan Membantu administrasi kegiatan
PERSETUJUAN ATASAN
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL: Studi Jamu Registri
Menyetujui Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan Pengusul Dan Epidemiologi Klinik
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, karena telah terselesaikannya penyusunan laporan Studi Jamu Registri.
Studi Jamu Registri 2014, merupakan implementasi dari Studi pencatatan Pelayanan Jamu Oleh Dokter Praktik Jamu, tahun 2012, dimana pada studi tersebut telah disusun Catatan Medik Jamu yang telah diuji coba. Catatan medik dokter praktik jamu menjadi standar tatalaksana pelayanan kesehatan tradisional dan minimal dapat menjadi penilaian keamanan dan kemanfaatannya. Hasil studi studi inventarisasi dan pencatatan empiris penggunaan jamu oleh dokter praktik dalam upaya saintifikasi jamu, se Jawa Bali tahun 2010, diperoleh data diantaranya adalah sebagai berikut: menurut pengakuan dokter, sebanyak 70 % dokter menggunakan jamu. Sementara masyarakat mengunjungi dokter untuk meminta pelayanan dengan jamu atas keinginan sendiri (91.2%). Hasil Riskesdas 2013. masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional sebanyak 30.4 % dan 49% diantaranya memilih penggunaan jamu. Dengan kondisi sebagaimana diatas, belum ada database jamu/obat tradisional yang digunakan oleh dokter untuk terapi pasien, dan bagaimana upaya untuk dapat menilai keamanan dan kemanfaatan terapi dengan jamu atau jamu-obat konvensional atau jamu-obat konvensionalkesehatan tradisional. Disamping itu, umpan balik dari dokter praktik jamu sangat diperlukan sebagai dasar untuk pedoman ramuan untuk dokter pada praktik kesehatan tradisional. Melalui kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, atas sumber pembiayaan yang telah disediakan, dan kepada seluruh tim peneliti, dan seluruh 77 orang dokter yang terlibat pada Studi ini di 7 provinsi, sebagai responden yang melaksanakan implementasi Studi Jamu Registri, sehingga studi berjalan sebagaimana mestinya, tepat waktu sehingga laporan penelitian dapat diselesaikan pada waktunya.
Jakarta, 5 Januari 2015 Ketua Pelaksana Penelitian
Lucie Widowati
v
RINGKASAN EKSEKUTIF Judul Penelitian: Studi Jamu Registri Penyusun : Lucie Widowati Data riskesdas 2010, sebanyak 59,12 % penduduk Indonesia berusia 15 tahun keatas pernah minum jamu dan merasakan manfaat minum jamu sebanyak 95,6 persen. Pemetaan penggunaan jamu oleh dokter praktik jamu di Jawa dan Bali 2010, menunjukkan data bahwa menurut pengakuan dokter, sebanyak 70 % dokter menggunakan jamu. Hasil penelitian tahun 2012, menunjukkan data bahwa 91.6 % pasien memilih sendiri pelayanan kesehatan tradisional kepada dokter atas keinginan sendiri. Data Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa sebanyak 30,6% Rumah Tangga memilih pelayanan kesehatan tradisional, dan 40,9 % diantaranya memilih jamu. Tahun 2014, pemerintah menerbitkan PP no. 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad), dimana dokter sebagai tenaga kesehatan diatur pada pelayanan integrasi di pelayanan kesehatan formal. Kementerian Kesehatan melalui Badan Litbang Kesehatan telah menyusun Catatan Medik Jamu, yang telah diimplementasikan pada dokter praktik jamu, sebagai bagian pengembangan sistem informasi dan perlindungan HKI jamu. Catatan medik standar tersebut dapat digunakan sebagai perangkat (tools) untuk menilai keamanan dan kemanfaatan pelayanan jamu, walaupun dalam tingkat ilmiah yang rendah. Responden adalah dokter praktik jamu di Puskesmas , Rumah Sakit, Klinik Mandiri, Klinik bersama dan Klinik Jamu yang berada di 7 provinsi, yaitu DKI, jamu pasien dikirimkan melalui website Jamu Registri
Banten, Jabar, Jateng, Bali,Sumsel,
Pusat TeknologiTerapan dan Epidemiologi
Klinik. Keluhan penyakit yang dikirimkan adalah pada kasus artritis, hiperglikemia. dispepsia, hemorhoid, hepatitis, hiperlipidemia, hipertensi, h i peruri semi a. kanker/tumor, kegemukan. Dari 77 dokter sebagai responden, jumlah pasien 908 orang dan 1452 kunjungan sebagai data catatan medik. Dari 908 pasien, fasyankes, sebaran fasyankes yang dipilih yaitu: Klinik jamu (43%); Praktik bersama (2.2%); Praktik mandiri (34.3%), Puskesmas (17.2%) dan Rumah Sakit (3.4%), terbagi menjadi kunjungan awal dan kunjungan follow up (kunjungan II, III dan IV).
vi
Jumlah pasien adalah 908 , dalam 1452 kunjungan. Persentase usia pasien, terbesar pada kelompok usia 45-59 tahun (43.7%); jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada pria (59.3) dan pendidikan tertinggi adalah Perguruan Tinggi (36.6%), serta pekerjaan terbanyak adalah pegawai swasta (23.8%). Berdasarkan hal tersebut, dapat digambarkan bahwa jamu sudah bukan merupakan pilihan masyarakat menengah kebawah. Gambaran gejala umum dan lainnya pada anamnesa awal, akan digunakan untuk penilaian perubahan gejala pada anamnesa setelah dilakukan terapi. Kasus terbanyak berturut turut kasus hipertensi, hiperglikemia dan dispepsia. Diperoleh 1382 ramuan baik bentuk tunggal, bentuk formula godog maupun bentuk kapsul sebagai jamu yang beredar di pasaran. Bentuk formula terbanyak di Dapat ditetapkan komponen utama ramuan untuk ke sepuluh keluhan penyakit yaitu hiperglikemia: sambiloto, brotowali (7,8%); hiperlipidemia jati belanda, kemuning (9.1%); hipertensi: seledri, kumis kucing (8.3%), seledri, kumis kucing, pegagan (4.2%); arthritis: alang-alang, rumput bolong (3.2); hiperurisemia: kepel, tempuyung (1.9%); dyspepsia : sembung, kapulogo (3.4%); hepatitis: produk industri : buah cardui mariae, daun cynarae, kunyit (0.7); hemorrhoid: daun ungu, daun iler, daun duduk (3.9%); produk industri: daun ungu, citrus flavonoid (3.8%); obesitas :jati belanda, kemuning, kelembak (4.1%), jati belanda, jati cina (3.7%); tumor/kanker : rumput mutiara, kunir putih (4.1%), Tanaman obat tunggal yang banyak digunakan adalah terbanyak adalah temulawak (28.3%) diikuti oleh daun kumis kucing (21.8%), rimpang kunyit (21.8%) dan daun sambiloto (20.6%). Penilaian kemanfaatan dinilai dari jumlah gejala pada anamnesa dan hasil penilaian Quality of Life (QoL) dari kunjungan pertama dan setelah kunjungan follow up. Penurunan gejala Gejala umum; gejala kardiovaskular; gejala muskoloskeietal; saluran nafas; saluran pencernaan; neurologi dan saluran kemih berturut turut 49.2; 11.5; 15.7; 6.3; 23.8; 27.1; dan 7.1%. Hasil penilaian QoL antara penggunaan jamu, dibandingkan dengan jamu dan konvensional maupu jamu, konvensional dan kesehatan tradisional terbagi atas modalitas jamu, jamu kombinasi konvensional, jamu kiombinasi konvensioan serta kesehatan tradisional. Terjadi peningkatan nilai QoL membaik untuk jamu, jamu-konvensional. dan jamu-konvensional-kestrad. Untuk jamu, membaik meningkat dari 54.8% menjadi 72%, menetap menurun dari 42.6% menjadi 25.1% dan skor memburuk turun dari 1.6% menjadi 0.4%.dari. Ketiga terapi, pada
vii
kujungan akhir, meningkat perbaikannya. Untuk jamu-konvensional dan jamu-konvensional- kestrad mempunyai pola yang sama. Guna menilai keamanan, pada kuesioner ditanyakan mengenai keluhan yang disampaikan oleh pasien, terkait jamu yang telah diberikan kepada pasien. Terdapat 6.5% keluhan pasien, misalnya kembung, mual, diare dan lainnya, yang terlihat hanya terjadi kasus per kasus, dan bersifat sementara. Jamu registri dapat dijadikan model pelayanan kesehatan tradisional oleh dokter, Dengan jamu registri, dapat dinilai keamanan dan manfaat terapi, walaupun masih dalam tingkat ilmiah yang rendah. Dapat dinilai perbaikan gejala pada anamnesa dan perubahan nilai Quality of Life (QoL) dibandingkan antar kunjungan pertama dan kunjungan akhir (follow up). Kesimpulan: 1. Berdasarkan persentase diagnosis emik dan etik, diagnosis emik pasien dan diagnosis etik menunjukkan angka tidak berbeda , dibawah angka 5%. 2. Terapi terbaanyak menggunakan modalitas jamu (57.9%), disusul oleh jamu - obat konvensional (23.6%) dan jamu - kesehatan tradisional (8.7%). 3. Sebaran penggunaan jamu untuk 10 keluhan, berkisar antara 87% hingga 97.2 %, tertinggi adalah untuk keluhan hiperglikemia dan terendah adalah untuk hepatitis. 4. Jenis terapi terbanyak , adalah jamu yang beredar di pasaran 41%, disusul dengan bentuk ramuan 39.5% . Tanaman obat tunggal yang banyak digunakan adalah terbanyak adalah temulawak (28.3%) diikuti oleh daun kumis kucing (21.8%), rimpang kunyit (21.8%) dan daun sambiloto (20.6%).
(
5. Terdapat 2% efek samping/efek yang tidak diinginkan, 65% dokter tidak menanyakan dan 33 % menyatakan tidak ada keluhan. 6. Secara umum, anamnesa gejala menurun dari 29.2% pada kunjungan I, menjadi 12.9; 10.6 dan 6.1% pada kunjungan ke II, III dan IV. 7. Secara umum, QoL buruk 2.1 %, menurun menjadi 0.7 % ; QoL kategori baik, meningkat dari 55% t menjadi membaik dengan angka76,2 %; QoL kategori sedang menurun dari 49 % menjadi 20.5%. Artinya pasien yang semula kondisinya sedang, meningkat kesehatannya , menjadi kelompok skore membaik,
viii
8. Pada terapi dengan jamu, QoL membaik meningkat dari 54.7 % menjadi 72%. QoL menetap menurun dari 42.6% menjadi 25.5%, QoL buruk menurun dari 1.6% mendjadi 0. 4%. Terapi dengan jamu - obat konvensional, QoL membaik meningkat dari 53.9 menjadi 78.3%, QoL sedang menurun dari 43.1% menjadi 18.8%. Terapi dengan jamu - obat konvensional-terapi kestrad, QoL baik meningkat dari 46.8% menjadi 67.5%, QoL sedang menurun dari 44.6% menjadi 25.0% dan QoL buruk menurun dari 4.2% menjadi 2.5%. 9. Diperoleh 309 jenis ramuan, untuk 10 penyakit, dan dapat ditetapkan komponen utama ramuan untuk ramuan 10 penyakit. 10. Diperoleh data efek samping jamu atau efek yang tidak diinginkan, dapat membantu program MESOT dari Badan POM dan juga feed back kepada dokter. Saran 1. Ramuan untuk 10 penyakit dapat dikaji untuk menilai kerasionalan, dan dapat diteruskan dalam program Saintifikasi Jamu. 2. Dilakukan analisis lebih lanjut untuk menilai keamanan dan manfaat masing-masing keluhan penyakit. 3. Dilakukan sosialisasi kegiatan Jamu registri. agar dokter praktik jamu dapat mengirimkan data ramuan secara berkala ke web Pusat Registri Jamu, di Pusat TTKEK, kegiatan JAmu registry dapat dilakukan secara berkala
ix
AB ST RAK
Telah dilakukan studi jamu registry, bertujuan dapat diterapkannya pencatatan penelitian berbasis pelayanan jamu melalui Rekam medik jamu untuk 10 penyakit yang berada di pelayanan kesehatan, sebagai sarana pelaporan untuk menilai keamanan dan kemanfaatan jamu, sebagai bagian pengembangan sistem informasi dan perlindungan HKI jamu. Studi dilakukan pada 77 responden dokter di RS, Puskesmas, Klinik Jamu, Praktik Msndiri atau Praktik bersama, di 7 provinsi DKI. Banten, Jabar, Jateng, Bali, Sumsel, Sulsel. Sampling penelitian ditentukan secara purposif. Catatan medic jamu dikirimkan oleh responden ke web Registri Pusat Teknologi Terapan dan Epidemiologi Klinik. Diperokeh 1452 kunjungan pasien, yang terbagi atas kunjungan pertama dan follow up. Kemanfaatan jamu pada jamu registry dinilai pada jumlah gejala pada anamnesa, serta penilaian Quality of Life (QoL) pasien melalui angka skore pada kuesioner. Terdapat peningkatan atau perbaikan nilai QoL pasien antara sebelum terapi dan setelah terapi dengan jamu, atau kombinasi jamu-obat konvensional atau kombinasi jamu-obat konvensional-kesehatan tradisional. Terdapat 309 jenis ramuan jamu dalam bentuk godog/rebus atau kapsul yang beredar di pasaran, dan telah diperoleh 12 komponen utama tanaman obat untuk ramuan 10 penyakit. Ramuan atau tanaman obat yang digunakan untuk terapi dokter, menjadi database di Pusat TTKEK. Penilaian keamanan jamu, berdasarkan yang disampaikan pasien kepada responden, Terdapat 2% pasien yang mengeluh mendapatkan efek samping atau efek yang tidak diinginkan setelah terapi, namun bersifat sementara. Walaupun demikian keluhan akan dicatat sebagai feed back pada responden.
x
DAFTAR ISI
Halaman
Judul Penelitian SK Penelitian Susunan Tim Peneliti
i ii
Persetujuan Etik
iii
Persetujuan Atasan
iv
Kata Pengantar
v
Ringkasan eksekutif
vi
Abstrak
x
Daftar isi
xi
Daftar Tabel
xiii
Daftar Gambar
xvii
Daftar Lampiran I.
D.
xviii
PENDAHULUAN A. Latar belakang ............... .............................. ................
1
B. Tujuan penelitian ...........................................................
6
C. Manfaat penelitian ............................. ...........................
6
METODE PENELITIAN A. Kerangka konsep, hipotesis dan definisi operasional
7
B. Tempat dan waktu penelitian ......................... ........ ........
10
C. Desain penelitian . ............. ..........................................
10
D. Populasi dan sampling ................. . ......................... ......
10
E. Kriteria inklusi dan eksklusi ......... .................................
10
F. Variabel . ...................... ............. .................................
11
G. Cara pengumpulan data ................ ......................... .....
11 xi
III.
CARA A. Cara ............................................................................
11 13
B. Alur kegiatan ............................................................... IV.
HASIL dan PEMBAHASAN
14
V.
KESIMPULAN dan SARAN
80
VI.
UCAPAN TERIMA KASIH
82
VII.
DAFTAR PUSTAKA
82
Lampiran ...... .......................................................................
85
xii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.
Sebaran kunjungan pasien di fasyankes
15
Tabel 2
Karakteristik Pasien di 7 Provinsi
15
Tabel 3.
Jumlah Pasien Menurut Jenis Fasyankes dan Kunjungan
17
Tabel 4.
Persentase kunjungan kembali pasien terhadap kunjungan pertama
17
Tabel 5.
Keluhan utama pasien pada 10 penyakit
20
Tabel 6.
Penilaian gejala pada anamnesa kunjungan awal
21
Tabel 7.
Anamnesa gejala umum yang ditetapkan oleh dokter pada kunjungan awal
21
Tabel 8. Gambaran anamnesa gejala pada kardiovaskular pada kunjungan 22 pertama Tabel 9.
Gambaran anamnesa gejala muskoloskeletal pada kunjungan pertama
23
Tabel 10.
Gambaran anamnesa gejala pada saluran nafas pada kunjungan pertama
23
Tabel II.
Gambaran anamnesa gejala pada saluran cema pada kunjungan pertama
24
Tabel 12.
Gambaran anamnesa gejala pada neurologi pada awal pertama
24
Tabel 13.
Gambaran anamnesa gejala pada saluran kencing pada kunjungan pertama
25
Tabel 14.
Persentasepemeriksaan penunjang terhadapkunjungan pasien
26
Tabel 15.
Pesersentase pemeriksaan penunjang lainnya terhadap kunjungan
27
xiii
pasien Tabel 16.
Gambaran persentase diagnosis emik dan etik
28
Tabel 17.
Distribusi kasus berdasarkan kunjungan pasien
30
Tabel 18.
Gambaran jenis pelayanan pada praktik dokter komplementer alternatif
31
Tabel 19
Persentase pasien yang mendapatkan terapi jamu dan terhadap kasus
33
Tabel 20
Tabel 20. Proporsi terapi secara komplementer atau alternatif pada 10 keluhan terhadap jumlah kunjungan
34
Tabel 21.
Sebaran bentuk modalitas jamu yang digunakan oleh dokter
35
Tabel 22
Gambaran sediaan ramuan jamu yang digunakan untuk 10 keluhan terhadap seluruh kunjungan
36
Tabel 23.
Gambaran Bentuk Sediaan Jamu yang Beredar di Pasaran sebagai Pilihan
37
Tabel 24
Ramuan yang banyak digunakan oleh dokter untuk 10 keluhan penyakit
40
Tabel 25.
Gambaran komponen ramuan terbanyak untuk setiap kasus
42
Tabel 26.
Tanaman Obat yang sering digunakan dalam jamu yang diresepkan
44
Tabel 27.
Gambaran terapi kestrad pada pasien untuk 10 penyakit
45
Tabel 28.
Penilaian gejala pada anamnesa kunjungan akhir
46
Tabel 29.
Pengurangan/Peningkatan jumlah gejala pada anamnesa
47
Tabel 30.
Anamnesa gejala umum pada kunjungan akhir
48
Tabel 31.
Anamnesa gejala kardiovaskular pada kunjungan akhir
49
Tabel 32.
Anamnesa gejala muskoloskeletal pada kunjungan akhir
50
Tabel 33.
Anamnesa gejala saluran nafas pada kunjungan akhir
50
kestrad
xiv
Tabel 34.
51 Anamnesa gejala saluran cerna pada kunjungan akhir
Tabel 35.
Anamnesa gejala neurologi pada kunjungan akhir
52
Tabel 36.
Anamnesa gejala pada saluran kemih pada kunjungan akhir
53
Tabel 37.
Gambaran hasil penilaian QoL pada seluruh kunjungan
54
Tabel 38.
Gambaran penilaian QoL secara umum pada kunjungan I untuk semua keluhan
55
Tabel 39.
Gambaran penilaian QoL pada kunjungan II, 111 dan IV untuk semua keluhan
55
Tabel 40.
Hubungan antara Jenis terapi dan penilaian QoL Pada kunjungan awal
56
Tabel 41.
Hubungan antara Jenis terapi dan penilaian QoL Pada kunjungan Follow up
57
Tabel 42.
Gambaran hasil penilaian QoL untuk 10 penyakit pada kunjungan awal
58
Tabel 43.
Nilai QoL untuk 10 penyakit pada kunjungan Ke II, III atau IV
59
Tabel 44.
Data pasien dengan kunjungan Follow up dengan penilaian QoL terhadap ramuan jamu
60
Tabel 45.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hiperglikemia
64
Tabel 46.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hyperlipidemia
65
Tabel 47.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hipertensi
67
Tabel 48.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus artritis
69
Tabel 49.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hiperurisemia
70
Tabel 50.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hepatitis
71
XV
Tabel 51.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow
up
71
untuk kasus dyspepsia
Tabel 52.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow untuk kasus hemorrhoid
up
73
Tabel 53.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow untuk kasus obesitas
up
74
Tabel 54.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow untuk kasus tumor/kanker
up
76
Tabel 56.
Kejadian tidak diinginkan secara umum untuk 10 penyakit setelah minum jamu
Tabel 57
Data efek samping/ efek yang tidak diinginkan
77
Tabel 58
Ramuan yang menimbulkan efek samping/efek yang tidak diinginkan
78
xvi
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 1 Sebaran kunjungan pasien ke fasyankes
16
Gambar 2 Diagram perbedaan jumlah gejala pada kunjungan 1,11, III dan IV
47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1
Penjelasan mengenai Studi Jamu Registri
85
Lampiran 2
Form Persetujuan Setelah Penjelasa (Informed consent)
87
Lampiran 3
Form Request Informed consent, Permintaan pelayanan jamu
88
Lampiran 4
Rekam Medik Jamu, Penelitian Berbasi Pelayanan untuk Rumah Sakit.
89
Lampiran 5
Puskesmas, Klinik, Praktik Mandiri. Untuk kunjungan pertama
104
Lampiran 6
Rekam Medik Jamu, Penelitian Berbasi Pelayanan untuk Rumah Sakit,
116
Lampiran 7
Puskesmas, Klinik, Praktik Mandiri, Untuk kunjungan follow up
118
Lampiran 8
Instrumen wellness (versi SJ)
120
Lampiran 9
Penilaian Skor Dispepsia, NEPEAN
121
Lampiran 10
Penilaian fungsional pada Hemarhoid (Sikirov)
122
Lampiran 11
Penilaian Skor nyeri pada Hiperurisemia
123
Lampiran 12
Penilaian Skor nyeri pada Artritis
124
Lampiran 13
Gambaran Diagnosis Emik dari pasien
125
Lampiran 14
Daftar ramuan yang digunakan dokter
130
xviii
I
I.PENDAHULUAN
A. Latar belakang Integrasi pelayanan kesehatan tradisional dalam pelayanan kesehatan formal merupakan suatu program pemerintah utamanya Kementerian Kesehatan, melalui Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Alternatif Komplementer (Yankestradkom) dan Badan Litbangkes sebagai koordinator penelitian berbasis pelayanan. Diketahui bahwa menurut UU Kesehatan no 39 tahun 2009, pelayanan kesehatan tradisional dibagi menjadi pelayanan obat tradisional/jamu serta pelayanan keterampilan ( dengan alat, tanpa alat dan dengan pikiran). Dalam 5 tahun terakhir berkembang pesat mengenai penggunaan jamu di masyarakat, baik masyarakat sebagai pengguna maupun masyarakat profesi tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa pelayanan. Dari kalangan profesi tenaga kesehatan, perhatian terhadap obat tradisional mulai dirasakan, dengan berdirinya berbagai perhimpunan tenaga dokter seminat, misalnya Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI), Persatuan
Kedokteran
Koniplemeter
Alternatif
Indonesia
(PPKKAI),
Persatuan
Dokter
Pengembangan Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT), dan lainnya, yang intinya menggunakan obat tradisional/jamu sebagai modalitas terapi. Menyikapi situasi yang ada, kementerian kesehatan menerbitkan Permenkes 003/PERMEN/1/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam penelitan berbasis pelayanan
(l)
. Pada tahun yang sama dilakukan
pemetaan dokter praktik jamu se Jawa Bali, dan sebagai hasil gambarannya adalah adanya 159 dokter dari profesi seminat, sebanyak 76,9 % melakukan praktik dengan obat tradisional atau jamu, sebagai alternatif maupun sebagai komplementer
<2
’. Dalam dua tahun telah secara rutin, dilakukan
seminar untuk membahas mengenai mekanisma kerja obat tradisional terhadap penyakit tertentu, untuk dokter. Situasi tersebut menunjukkan bahwa banyaknya perhatian dokter untuk menggunakan obat tradisional dan secara ilmiah dapai dijelaskan. Sementara pada situasi lain, meskipun pelayanan jamu sudah terlihat cukup banyak digunakan oleh tenaga kesehatan profesional, namun banyak tenaga profesional kesehatan yang menyangsikan terhadap keamanan dan kemanfaatan pengobatan dengan jamu. Hal ini terkait dengan adanya Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan harus memenuhi standar pelayanan medik
(J)
, yang pada prinsipnya harus
memenuhi kaidah praktik kedokteran berbasis bukti (evidence bcised medicine). Banyak pihak yang berpendapat bahwa bukti-bukti ilmiah tentang mutu, 1
keamanan dan kemanfaatan jamu dinilai belum adekuat untuk dapat dipraktikkan pada pelayanan kesehatan formal. Dengan kata lain, pengobatan jamu masih memerlukan bukti ilmiah yang cukup untuk dapat digunakan oleh tenaga kesehatan profesional, serta ditambah bahwa saat ini belum ada payung hukum yang pasti. Terkait dengan adanya Permenkes no 3 tahun 2010, kementerian kesehatan melalui Badan Litbang Kesehatan, telah memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) mengenai penelitian berbasis pelayanan kepada dokter di puskesmas dan RS CAM (Complementer Alternatif Medicine) . Hingga tahun 2013, jumlah Dokter Saintifikasi Jamu (DSJ) adalah 298 dokter yang tersebar di berbagai provinsi, dan akan bertambah setiap tahun. Keadaan lain, Bina Yankestradkom, dalam renstranya mempunyai cakupan kab/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional sebanyak 30 % atau 150 kabupaten dan 300 di wilayah perkotaan di tahun 2012 dan mencapai 50 % yang diharapkan akan berjalan di tahun 2014, atau sebanyak 70 RS
(4)
.
Kondisi ini akan memperluas penggunaan obat tradisional/jamu dalam pelayanan kesehatan formal, dan sebagai perangkat untuk penilaian keamanan dan kemanfaatan jamu /obat tradisional yang digunakan, adalah dokumen catatan medik jamu atau rekam medik jamu. Secara konvensional, rekam medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
l7)
. Umumnya terdiri dari: identitas lengkap pasien, catatan tentang penyakit
(diagnosis, terapi, pengamatan perjalanan penyakit), catatan dari pihak ketiga, hasil pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, serta resume. Dengan rekam medik yang lengkap, dokter dapat mendapatkan informasi mengenai keadaan pasien dan penyakit yang pernah dideritanya sehingga dapat membantu dokter untuk mengambil langkah pengobatan yang tepat untuk pasien. Hasil rekam medik pasien sangat menentukan tindakan medik selanjutnya yang perlu dilakukan dokter untuk proses penyembuhan pasien. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Data rekam medik pasien merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pengambilan keputusan dalam dunia kedokteran untuk menentukan tindakan medik selanjutnya yang harus dilakukan dokter terhadap pasien. Penyimpanan data rekam medik pasien dengan sistem komputer membuat pengelolaan data menjadi lebih mudah dan terjamin sehingga informasi yang dibutuhkan dokter dapat diperoleh dengan cepat. Informasi tentang
2
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal: 1. untuk kepentingan kesehatan pasien; 2. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan: 3. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri; 4. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan 5. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medik, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien. Untuk kepentingan penelitian dan pendidikan, identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya. Secara khusus, dalam hal kepentingan penelitian dan pendidikan untuk kepentingan negara, tidak diperlukan persetujuan pasien
t7,8)
.
Saat ini belum terdapat catatan medik atau rekam medik pelayanan jamu. Pada tahun 2012, telah dilakukan studi yang bertujuan untuk untuk memperoleh model catatan medik jamu, yang kemudian bisa diusulkan digunakan sebagai standar catatan medik jamu pada pelayanan kesehatan formal. Catatan medik jamu diharapkan dapat dapat digunakan sebagai sumber data dalam penelitian berbasis pelayanan untuk jamu di dokter praktik jamu, maupun pada praktik kesehatan tradisional, khususnya yang menggunakan ramuan. Untuk dapat digunakan sebagai sumber data dalam rangka mendapatkan evidence based pelayanan jamu, perlu dibuat suatu model catatan medik jamu yang berbeda dengan catatan medik pelayanan konvensional. Rekam medik jamu disusun dengan dasar bahwa jamu selalu terkait dengan budaya dan kepercayaan masyarakat. Pengobatan jamu bersifat holistik (lebih kepada healing dan curing), dan terapi bersifat simultan (body, mind and spirit), hubungan pengobat dan pasien sangat inten dan bersifat individual
,6
‘. Struktur diagnosis
Pengobatan Tradisional Indonesia meliputi:!). Diagnosis berdasarkan emik yang meliputi keluhan subjektif pasien (illness) dan apa yang disebutkan oleh orang lain tentang penyakitnya/intersubject i vity (sickness)-, 2). Diagnosis berdasarkan etik, yaitu diagnosis yang berdasarkan analisis medik konvensional/ obyektif (disease); 3). Diagnosis karakter individu, berdasarkan sifat dari setiap individu/personalitas; 4). Diagnosis PNI, berdasarkan keseimbangan psikoneuroimunologis 5). Diagnosis
Penyembuhan
berdasar
pemberdayaan
bagian
tubuh
yang
masih
sehat
untuk
menyembuhkan bagian yang sakit dan 6) Diagnosis kebugaran, berdasarkan Wellness Index (Indeks Kebugaran) atau disebut penilaian kualitas 3
hidup
(9)
. Catatan medik jamu mempunyai struktur pencatatan konvensional dikombinasikan dengan
pencatatan penilaian Quality of Life (QoL) dari pasien, dan merupakan gambaran apa yang dirasakan pasien (emik) dan apa yang dirasakan dokter (etik). Dalam konsep Body of Knowledge Pengobatan Tradisional Indonesia, disebutkan bahwa penanganan penyakit/keluhan umumnya dilakukan secara holistik yang bertujuan untuk mencari penyebab dari suatu penyakit sehingga usaha untuk memperbaiki akar masalah bisa tercapai, dibanding dengan hanya sekedar mengobati. Uji coba catatan medik jamu dan evaluasinya telah dilakukan pada dokter praktik jamu di 14 provinsi. Dari hasil evaluasi tersebut, telah tersusun rekam medik jamu yang akan dijadikan standar bagi dokter praktik jamu, khususnya dokter Saintifikasi Jamu untuk menangani 10 penyakit
(5)
Rekam medik jamu akan akan menjadi panduan bagi dokter praktik dengan jamu dalam ranah penelitian, terhadap 10 penyakit/keluhan yang ditentukan, yaitu hiperkolesterol, hipertensi, hiperurisemia, hiperglikemia, obesitas, kanker, artritis, hemorhoid, hepatitis dan obesitas. Data pelayanan pasien yang berada pada dokter praktik jamu diharapkan akan menjadi sumber data untuk penelitian lebih lanjut, dan pencatatan rekam medik juga dapat menghasilkan data base resep yang diberikan dokter pada pasien. Data base resep ramuan jamu yang diberikan pada pasien sangatlah bermanfaat bagi pembuktian kerasionalan dan kemanfaatan penggunaan ramuan jamu.
Pembuktian
kemanfaatan
jamu
dengan
cara
ini,
merupakan
metodologi
“reverse
pharmacology”, artinya pembuktian keamanan dan kemanfaatan berdasarkan apa yang diberikan pada pasien, dimana hal ini tentunya akan menguntungkan dari segi biaya dan waktu
(6)
.
Untuk mendapatkan data “reverse pharmacology”, konsep yang diusulkan adalah Studi “Jamu registri”. Jamu registri, merupakan suatu sistem pencatatan penggunaan jamu dan pelayanan dokter dengan jamu pada dokter di klinik Rumah Sakit , Puskesmas dan Klinik Mandiri yang telah memiliki pelayanan kesehatan tradisional. Registri didefinisikan sebagai suatu pengumpulan dan pencatatan sistematik data yang diperoleh dari pasien yang mendapat pengobatan di rumah sakit. Registri pasien adalah suatu sistem terorganisir yang menggunakan studi observasional dalam mengumpulkan data, bertujuan mengevaluasi outcome tertentu, pada target populasi, menurut penyakit, pajanan, atau kondisi tertentu, untuk tujuan ilmiah, klinis. Cara registri pasien dapat dilakukan dengan sistem aktif dan pasif. Sistem aktif dilaksanakan dengan mengunjungi fasilitas untuk mendata penyakit pasien sesuai dengan kebutuhan, biaya lebih mahal, dan dapat menekan adanya 4
under reporting
,l0
^ Sistem pasif dilaksanakan melalui laporan kasus, dimana dokter akan melengkapi
data rekam medik jamu ketika menanggani kasus dan mengirimkan form tersebut ke Pusat Registri. Pencatatan kasus di rumah sakit secara lengkap termasuk data individu, pekerjaan, faktor resiko, riwayat penyakit, perilaku, riwayat penyakit keluarga, serta dampak yang ditimbulkannya. Pengembangan Jamu Registri, secara konsep dapat menggunakan cara registri pasien, merupakan modifikasi pencatatan yang berlaku untuk penyakit yang ditangani secara konvensional. Pesatnya kemajuan teknologi harus dimanfaatkan sebesar besarnya, salah satunya penggunaan komputer dalam bidang pelayanan kesehatan. Penggunaan teknologi dapat sebagai sarana penilaian atas kualitas dari pelayanan di sebuah klinik dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan kepada pasiennya
dan
keahlian
dokter
dalam
mendiagnosa
penyakit
pasien.
Pengumpulan
data
memanfaatkan teknologi informasi akan dilakukan melalui Web site yang digunakan untuk sistem Registri penyakit di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (TTKEK). Kegiatan Studi Jamu Registri dengan tools Rekam Medik Jamu yang digunakan oleh dokter praktik jamu dapat digunakan sebagai perangkat penelitian berbasis pelayanan, menggunakan teknologi sistem informasi ot . Dengan semakin meluasnya pelayanan jamu oleh dokter praktik jamu secara alternatif-komplementer, dan sebelum payung hukum terkait terbit, maka studi ini akan berlanjut, dokter praktik jamu secara bertahap melaporkan semua pelayanannya kepada Badan Litbang Kesehatan melalui web registri di Pusat TTKEK. Berdasarkan hasil studi tahun 2012, dari 12 provinsi yang menjadi jejaring pelayanan kesehatan tradisional, terdapat 7 provinsi menggunakan ramuan secara aktif, yaitu DKI, Jabar, Jateng, Banten, Jatim. Bali dan Sumsel, yang tersebar di Puskesmas, RS dan Praktik Mandiri. Dengan demikian, dalam studi jamu registri akan dibatasi pada 7 provinsi terpilih. Dari studi Jamu registri, ramuan yang digunakan dokter, akan menjadi sumber data base ramuan jamu nasional (sebagai jalur dari reverce pharmacology), dan dengan hasil analisis berupa ramuan yang aman dan bermanfaat secara holistik. Dengan proses kajian terpilah dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan evidence base sesuai kaidah ilmiah. Ramuan jamu yang evidence base akan ditetapkan menjadi jamu yang dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Studi Jamu Registri secara nasional, terkait dengan Roadmap Pengembangan jamu tahun 2011-2015, dimana dari 10 faktor strategis pengembangan jamu, terdapat 2 faktor
5
strategis yaitu pengembangan sistem informasi dan perlindungan HKI jamu, serta peningkatan pemanfaatan dan integrasi Jamu dalam pelayanan kesehatan
l4)
.
B. Tujuan Studi Tujuan Umum Dapat diterapkannya pencatatan penelitian berbasis pelayanan jamu melalui Rekam medik jamu untuk 10 penyakit yang berada di pelayanan kesehatan, sebagai sarana pelaporan untuk menilai keamanan dan kemanfaatan jamu, sebagai bagian pengembangan sistem informasi dan perlindungan HKI jamu.
Tujuan Khusus 1. Menilai faktor demografi pasien dalam pelayanan dengan jamu 2. Mengevaluasi pengobatan komplementer atau alternatif 3. Membandingkan kemanfaatan jamu antara berbagai ramuan jamu 4. Menilai kualitas hidup pasien setelah minum jamu 5. Menilai keamanan pelayanan jamu
C. Manfaat Studi Secara nasional, menjadi konsep pelaporan untuk penilaian keamanan dan kemanfaatan jamu yang digunakan oleh dokter praktik jamu, sumber informasi pengembangan jamu serta perlindungan HKI. Digunakan oleh Direktorat Bina Yankestradkom, dalam menjamin keamana dan kemanfaatan jamu dalam program pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas dan RS CAM. Sebagai percepatan perolehan jamu aman dan berkhasiat berdasarkan keamanan dan kemanfaatan jamu (holistic) yang dapat dikembangkan untuk perolehan evidence base agar dapat digunakan dalam sistem pelayanan kesehatan formal. Lebih lanjut, ramuan jamu merupakan sumber paten dalam bidang obat tradisional dan produk jamu bagi industri dengan evidence base, sebagai kekayaan bangsa.
6
SFVDFDFFEFEGFREGRE
C. Ukuran Keberhasilan Keamanan dan Kemanfaatan Jamu
Gejala awal yang dinilai berdasarkan gejala awal penyakit secara umum, contoh diatas adalah untuk keluhan arthritis, gejala awal yang dinilai adalah gejala umum, neurologi, dan muskoloskleletal. Diagnosis emik oleh pasien, berdasarkan apa yang dirasakan oleh pasien dan dikeluhkan kepada dokter. Contoh diagnosis untuk keluhan arthritis adalah nyeri ketika jalan, sulit duduk atau membungkuk, sendi disentuh agak hangat, sendi kaku pagi hari, nyeri terasa di dalam sendi dan lainnya. Kemanan dinilai berdasarkan variable etek samping yang mungkin dapat muncul setelah minum jamu. Kualitas hidup dinilai berdasarkan kuesioner QoL versi Saintifikasi Jamu yang telah diuji coba, terdiri dari kuesioner umum, dan QoL khusus untuk hiperurisemia dan arthritis (VAS); hemorrhoid (SIKIROV ) dan dispep>:.i NEPE A N i.
9
A.
Tempat
dan waktu penelitian
Studi Jamu Registri diusulkan dapat dilakukan setiap tahun berkesinambungan, pada tahun pertama (2014) dilakukan sebagai pilot stud; dengan mengumpulkan dala untuk 10 penyakit yang dipilih yang diobati dengan jamu dan atau obat konvensional sebagai komplementer atau jamu sebagai alternatif. Penelitian dilakukan pada dokter praktik jamu di RS, Puskesmas, dan Praktik Mandiri di 7 Pro\ insi dengan adanya dokter praktik jamu, mulai bulan Februari - Desember 2014.
B.
Disain penelitian
Disain studi adalah Cross sectional, non intervensi
C. Populasi dan sampling Populasi penelitian adalah dokter praktik jamu di Rumah Sakit. Puskesmas.Praktik Mandiri yang berada pada jejaring dokter di 7 provinsi, yaitu DKI. Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Sulawesi Selatan. Sampling penelitian ditentukan secara purposif
D. Cara pemilihan dan penarikan sampel Kriteria dokter sebagai responden, berdasarkan seleksi dari dokter Saintifikasi Jamu, Dokter Praktik Alternatif Komplementer yang berada di 7 provinsi.
E. Analisis data Data dianalisis secara deskriptif analitik dengan program SPSS antar variable, terhadap untuk 10 keluhan penyakit.
F. Kriteria inklusi dan ekslusi dokter sebagai responden Kriteria inklusi dokter sebagai responden. -
Dokter adalah penduduk yang tinggal di provinsi berada
-
Praktik sebagai dokter komplementer -alternatif dengan jamu
-
Mempunyai fasilitas komputer dan jaringan internet di tempat praktik atau wilayah keija.
-
Memandatangani tangani infortned consent.
Kriteria ekslusi dokter sebagai responen Dokter yang belum mempunyai ijin praktek (SIP) atau SIP sudah habis masa berlakunya.
10
L Unit analisis adalah: Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran data sekunder dari rekam medik jamu. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik individu, pekerjaan, perilaku, riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, hasil pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, hasil pemeriksaan QoL dan keamanan penggunaan jamu untuk 10 penyakit, serta tanaman obat/ramuan yang digunakan oleh responden.
J. Cara pengumpulan data 1. Pengisian catatan medik pasien oleh dokter praktik jamu (tanpa intervensi). 2. Pengiriman catatan medik pasien ke Pusat Jamu Registri 3. Evaluasi dilakukan setiap bulan selama 10 bulan, dan pada akhir tahun dilakukan analisis lanjut data yang terkirim. Bahan dan instrument (terlampir) Rekam medik dokter praktik jamu. Template pada website Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik.
III. Cara A.Kegiatan yang dilakukan: 1. Penyempurnaan Rekam Medik Jamu untuk dokter praktik jamu dan pedomannya 2. Membuat website dan program data enlry 3. Mensinkronkan Rekam Medik Jamu dengan Rekam Medik di website 4. Melakukan seleksi dokter yang akan digunakan sebagai responden berdasarkan kriteria inklusi 5. Melakukan pertemuan sosialisasi dengan dokter praktik jamu untuk 7 provinsi. 6. Melakukan pelatihan pengisian Rekam medik Jamu dan pengisiannya melalui Computer dan pengiriman ke web site bagi dokter praktik jamu. 7. Melakukan pertemuan rutin berkala setiap bulan dalam tim untuk monitoring dan evaluasi. Keberhasilan ditetapkan berdasarkan data catatan medik jamu pasien, yang terkirim melalui web site Pusat 2. 8. Melakukan monitoring dan supervisi dalam penelitian pelayanan dan teknis bila terjadi hambatan pada pengiriman data. 9. Melakukan pengolahan data secara deskriptif pada seluruh variable pada Rekam Medik Jamu, yaitu melalui faktor demografi pasien dalam pelayanan dengan 11
jamu; evaluasi pengobatan komplementer atau alternatif, membandingkan kemanfaatan jamu antara berbagai ramuan jamu ; menilai kualitas hidup pasien setelah minum jamu melaui penilaian kondisi pasien setelah pengobatan dengan jamu, menilai keamanan dan kemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional dengan data efek samping. 10. Menilai pemilihan ramuan yang digunakan oleh dokter berdasarkan penggunaan turun menurun, uji preklinik atau uji klinik. 11. Penyusunan laporan penelitian. 12. Mengirim feedback ke Rumah Sakit. Puskesmas, Klinik Mandiri.
H. Alur kegiatan
13
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
Studi ini dilakukan untuk mencatat apa yang terjadi di masyarakat, khususnya pada tenaga kesehatan (dokter) dalam melakukan pelayanan dengan jamu, mengingat bahwa berdasarkan Permenkes 1109 tahun 2007, telah disebutkan bahwa dokter dapat melakukan pelayanan dengan obat tradisional secara komplementer
111
Sebanyak 80 responen dokter yang disertakan untuk
berpartisipasi dalam studi ini, terdapat 3 dokter yang tidak melakukan aktivitas pelaporan, dengan alasan tertentu, sehingga jumlah dokter sebagai responden adalah 77 dokter. Studi ini merupakan implementasi dari Rekam Medik Jamu Penelitian Berbasis Pelayanan Untuk Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Praktik Mandiri yang telah disusun tahun 2012
(U)
, diisi oleh
responden, dalam bentuk kuesioner sebagai perangkat penelitian. Terdapat 2 jenis kuesioner, yaitu kuesioner kunjungan awal (I) dan kuesioner kunjungan follow up yang terdiri dari kunjungan II, III dan IV. Kedua jenis kuesioner mempunyai struktur yang terdiri atas 8 bagian, yaitu identitas pasien, demografi pasien, anamnesa, pemeriksaan penunjang, diagnostik holistik (diagnostik emik dan diagnosis etik), penilaian kualitas hidup (QoL), penatalaksanaaan (terapi dengan obat konvensional, terapi jamu, terapi kesehatan tradisional), kejadian yang tidak diinginkan, termasuk efek samping yang ditimbulkan pada pasien. Kuesioner untuk kunjungan awal dan kunjungan follow up dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2. Pengumpulan data melalui kuesioner yang dikirimkan melalui website Pusat Registri, Pusal TTKEK, Balitbangkes. Dokter sebagai responden memiliki kode login yang spesifik, dan mempunyai jaringan internet di tempat kerja dan dapat menjalankan komputer. Responden, tersebar di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), baik pada lini pertama, kedua atau ketiga, yaitu di Rumah Sakit, Puskesmas maupun praktik mandiri. Sebagian responden adalah dokter yang sudah mengikuti pelatihan dokter Saintifikasi Jamu (SJ), yang melakukan praktik dengan terapi menggunakan jamu. Terdapat 908 pasien yang tersebar di fasyankes. Gambaran sebaran pasien di fasyankes responden dapat dilihat pada Tabel 1.
14
Tabel 1. Sebaran kunjungan pasien di f'asvankes Tempat praktik
Tempat praktik responden Jumlah (N=908) 390
Persentase 43.0
Praktik Bersama
20
2.2
Praktik mandiri
311
34.3
PKM
156
17.2
RS
31
3.4
Klinik jamu
Dari 77 dokter sebagai responden, sebagian besar adalah dokter praktik mandiri, yang berpraktik di Klinik Jamu, Praktik Mandiri dan Praktik Bersama dan sebagian bekerja di instansi pemerintahan, yaitu di Puskesmas dan Rumah Sakit. Responden mempnyai pasien berasal dari beberapa wilayah Provinsi di Indonesia, yaitu Banten, DKI, Jawa Barat. Jawa Tengah, Bali, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan. Pencatatan tatalaksana terapi pasien yang diharapkan dapat dikirimkan adalah dari kunjungan pertama dan kunjungan follow up , yang terdiri dari kunjungan ke II, ke III dan dibatasi hingga kunjungan ke IV. Dilakukan ekstraksi data terkirim, dari jumlah 1530 data yang telah dikirimkan, setelah diekstraksi terhadap kiriman data yang sama, maka jumlah yang dianalisis adalah 1452 kunjungan pasien. Hal ini dapat terjadi, mengingat bahwa pada saat pengiriman data, dapat terjadi masalah pada jaringan internet di lokasi responden, sehingga yang dianggap belum terkirim, sehingga dikirimkan ulang untuk memastikan dokumen terkirim. Karakteristik pasien dari responden di 7 provinsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 . Karakteristik Pasien di 7 Provinsi
Karakteristik Usia (tahun) <15 15-24 25-44 45-59 > 60 Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan
Jumlah (N=908)
%
4 40 256 392 213
0.4 4.4 28.2 43. 23.4
370 538
40.7 59.3 15
Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Perguruan Tinggi
15 29 114 108 307 332
I. 3.2 12.6 II.
Pekerjaan Tidak Beket}a Sekolah Tentara/Po 1 isi/PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Buruh/Petani/N el avan Lainnya
164 25 124 216 181 112 86
18.1 2.8 13.7 23.8 19.9 12.3 9.5
7
9 33.6 366
Persentase usia pasien, terbesar pada kelompok usia 45-59 tahun (43 7%); jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada pria (59.3%) dan pendidikan tertinggi adalah Perguruan Tinggi (36 6%), serta pekerjaan terbanyak adalah pegawai swasta (23.8%) . Berdasarkan hal tersebut, dapat digambarkan bahwa jamu sudah bukan merupakan pilihan masyarakat menengah kebawah Jumlah kunjungan pasien secara keseluruhan adalah 1452 kali, terbagi menjadi kunjungan I, II. III dan IV Gambaran sebaran kunjungan pasien dapat dilihat pada Gambar 1.
Jumlah kunjungan pertama menggambarkan jumlah kunjungan terbanyak, dan kunjungan II, III dan IV, menurun secara signifikan Kunjungan pasien yang pertama hingga kunjungan ke IV. terbagi dalam lasyankes, dapat dilihat pada Tabel 3.
16
Tabel 3. Jumlah Pasien Menurut Jenis Fasyankes dan Kunjungan
No
Jenis fasyankes
Jumlah % Pasien pada kunjungan Jumlah kunjungan N (1-
1
II
III
IV
N (908)
N (372)
N(119)
N (53)
31 (50.8)
20 (32.8)
8(13.1)
2(3.3) 8(3.0)
1
RS
152) 61 (4.2)
2
Puskesmas
266(18.3)
156 (58.6)
82 (30.8)
20(7.5)
3
Praktik mandiri
606 (41.7)
311 (51.3)
182 (30.0)
74 (12.2)
4
Praktik bersama
42 (2.9)
20(47.6)
13 (31.0)
6(14.3)
3(7.1)
5
Klinik jamu
477(32.9)
390(81.8)
75 (15.7)
11 (2.3)
1 (0.2)
62.5
25.6
8.2
3.7
Jumlah
39 (6.4)
Kunjungan terbanyak pada praktik mandiri (41.1%), disusul dengan klinik jamu (33.0%) dan Puskesmas (18.3%), yang tersebar pada kunjungan 1 sampai IV. Gambaran persentase kunjungan kembali dari pasien terhadap kunjungan i, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase kunjungan kembali pasien terhadap kunjungan pertama
Kunjungan
Kunjungan kembali terhadap kunjungan I (908)
Kunjungan II
372
41.0%
Kunjungan III
119
13.1%
Kunjungan IV
53
5.9%
Penurunan kunjungan pasien dapat disebabkan berbagai faktor, namun tidak ditanyakan pada responden. Beberapa kemungkinan yang terjadi adalah: pasien sudah merasa membaik, pasien tidak yang sama. Menurut hasil penelitian, alasan pasien berobat dengan jamu adalah berturut -turut karena kepercayaan (85.1%), lebih murah (63.2%) dan karena penyakitnya belum parah (50.9%)
. UU praktik kedokteran mengatakan pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk:
memberikan perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi: dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi Dalam undang-undang praktik 17
kedokteran tersebut, jelas bahwa untuk praktik dokter harus mempunyai surat registrasi. Registrasi dokter praktik obat tradisional telah diatur dalam Permenkes 1109 tahun 2007 yang mengatur tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, namun masih terkendala faktor bahwa obat tradisional yang dapat diberikan kepada pasien, adalah yang telah mempunyai evidence base. Kenyataan di lapangan, bahwa sudah banyak dokter yang melakukan
praktik
mandiri
dengan
pelayanan
menggunakan
jamu/obat
tradisional,
sejak
diterbitkannya Permenkes 003 tahun 2010. sudah sekitar 350 dokter mendapatkan pelatihan dan mendapatkan kompetensi sebagai dokter Saintifikasi Jamu. Dengan dorongan dan upaya berbagai pihak, tahun 2014 telah terbit PP no. 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
tl3)
,
didalamnya dijelaskan bahwa dokter dapat melayankan obat tradisional (kesehatan tradisional) secara integrasi, dengan menggabungkan pelayanan kesenatan komplementer dengan pelayanan kesehatan konvensional, baik sebagai pelengkap atau pengganti. Pelayanan Kesehatan komplementer dilakukan dengan dasar ilmu biokultural dan biomedis yang manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. Data pada studi jamu registr, Rumah Sakit yang telah melaksanakan pelayanan dengan jamu masih terbatas, yaitu 4.2 %, sementara pelayanan dengan jamu diluar RS adalah di Puskesmas (18.3%). Kedepan melalui PP tersebut, pelayanan jamu diatur dengan rekomendasi tim yang dibentuk oleh Dinas Kesehatan setempat. Dokter pada klinik jamu, menggunakan pelayanan dengan acuan Permenkes No. 03 tahun 2010. dan seluruh dokter di Klinik jamu, sudah mendapatkan sertifikat penelitian berbasis pelayanan. Yang perlu mendapat perhatian adalah, bagaimana payung hukum yang dapat digunakan oleh dokter praktik mandiri. Situasi pada masyarakat tidak dapat dipungkiri, hasil penelitian tahun 2010 menyatakan bahwa alasan dokter melakukan terapi dengan jamu berturut-turut adalah atas permintaan masyarakat (91.2%); terapi alternatif (80.7%) dan melestarikan budaya leluhur (74.6%)
tl2)
. Walaupun atas permintaan masyarakat, namun penting bagi
dokter untuk memastikan bahwa pasien memilih jamu berdasarkan keinginannya sendiri, dan dokter perlu meminta pasien mengisi formulir informed consent kepada pasien. Dalam studi ini seluruh dokter telah melaksanakan jaminan tersebut, pasien mengisi informed consent (contoh dapat dilihat pada lampiran). Dalam studi ini, pelayanan dengan jamu yang dicatat, dibatasi untuk 10 penyakit, yaitu untuk kasus hiperglikemia, hiperlipidemia, hipertensi, artritis, hiperurisemia, hepatitis, dispepsia, hemorhoid, obesitas dan tumor/kanker. Pemilihan tersebut berdasarkan hasil pemetaan pengobatan jamu tahun 2010
(2>
. WHO merekomendasikan penggunaan obat 18
tradisional termasuk obat herbal (jamu) dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative dan kanker. Sementara pola penyakit sudah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi ke enyakit metabolic degenerative, diantaranya diabetes, hiperlipidemia, hepatitis dan lainnya, sedangkan penyakit degenerative diantaranya artritis, tukak lambung, hemorrhoid. Untuk penyakit degenerative, biasanya pasien memerlukan terapi obat dengan jangka waktu yang lama, sehingga kemungkinan menjadi alasan pasien memilih terapi dengan jamu, menganggap jamu tidak mempunyai efek samping selayaknya obat konvensional
(l4)
. Menurut hasil penelitian tahun 2012, alasan pasien memilih obat tradisional
karena percaya (97%), takut tindakan medis/obat konvensonal (86%) dan lebih murah (76%) (l " ) . Dokter berkedudukan lebih tinggi dari pasien, namun komunikasi personalistik sangat penting diterapkan karena dokter harus menggali informasi pada pasien mengenai keluhannya. Terlebih pada terapi dengan jamu, harus ada kompetensi khusus bagi dokter mengenai obat tradisional dan terapi dengan obat tradisional. Pada tahap ini sebaiknya seorang dokter sudah mulai memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan dengan keluhan utama tersebut. Dokter yang bijak adalah yang mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien. Mau mendengarkan keluhan pasien, menjawab pertanyaan dan menjelaskan situasi pasien, memberi nasihat
cukup
tidak
sekadar
memberi
resep
sehingga
pasien
merasa
puas.Kemampuan
berkomunikasi merupa kan inti dari pekerjaan dokter. Kepandaian sebenarnya nomor dua saja. Pasalnya, 60 persen pasien sebenarnya tidak sakit, tetapi mengalami kelainan fungsional . Hanya 40 persen yang benar - benar sakit, itu pun 20 persen sembuh sendiri (l5) . Dalam studi ini, terlihat bahwa kadangkala pasien datang dengan beberapa keluhan sekaligus. Karena itu maka dokter perlu melakukan diagnosis keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya. Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Dalam menjalankan praktik pelayanan kesehatan, anamnesa merupakan hal penting yang perlu diputuskan dokter. Setiap pasien dapat menyampaikan lebih dari I keluhan penyakit, sehingga dokterpun dapat menetapkan lebih dari satu diagnose. Dalam analisis, peneliti menetapkan diagnose utama yang ditetapkan berdasarkan keluhan utama, obat konvensional atau jamu yang diberikan oleh dokter. Keluhan utama untuk 10 keluhan dapat dilihat pada Tabel 5.
19
Tabel 5. Keluhan utama pasien pada 10 penyakit
Dalam
Keluhan
Keluhan Utama
Hiperglikemia
Badan lemas, gula darah tinggi, kesemutan
Hiperlipidemia
Kolesterol tinggi, pegal-pagal, kesemutan, pusing
Hipertensi
Sakit kepala, pusing
Artritis
Nyeri sendi, bengkak sendi
Hiperurisemia
Nyeri sendi, pegal-pegal
Hepatitis
Badan lemas, mual
Dispepsia
Nyeri perut, nyeri ulu hati, perut kembung
Hemorhoid
BAB berdarah, benjolan di anus
Obesitas
Kegemukan
Tumor/kanker
Benjolan di payudara, benjolan di leher
Permenkesnomor
1109/Menkes/Per/IX/2007
dikaiakan
bahwa
dalam
pelaksanaan
pengobatan komplementer alternatif, harus sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan kesehatan komplementer alternatif dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnose terapi , dan proses rujukan. Pada anamnesa, keluhan utama tentunya perlu didukung dengan anamnesa gejala. Anamnesa gejala terdiri atas gejala umum, kardiovaskular, muskoloskeletal, saluran nafas, saluran pencernaan, neurologi , saluran kencing. Gambaran gejala umum dan lainnya pada anamnesa awal, akan digunakan untuk penilaian perubahan gejala pada anamnesa selelah dilakukan terapi. Dari gejala umum, pada kunjungan pertama dengan jumlah 908 pasien, secara keseluruhan dapat digambarkan pada Tabel 6.
20
Tabel 6. Penilaian gejala pada anamnesa kunjungan awal
Kunjungan awal (N= 90f ) Tidak Ada gejala Ada gejala % gejala
Gejala Umum
362
546
60.1
Kardiovaskular
803
105
11.5
Muskoloskeletal
555
353
38.9
Saluran nafas
851
57
6.3
Saluran percemaan
624
284
31.3
Neurologi
492
417
45.9
Saluran Kemih
809
99
10.9
Tabel 7. Anamnesa gejala umum yang ditetapkan oleh dokter pada kunjungan awal
Gejala umum
Jumlah (N=908)
Persentase
Tidak ada gejala
362
39.9
Ada gejala
546
61.1
• Tidak nafsu makan
106
11.7
• Sulit tidur
82
9.0
• Lemah/letih
168
18,5
• Penurunan berat badan
29
3.2
• Lainnya
161
17.7
Anamnesa terhadap pasien, merupakan hubungan interpersonal yang seharusnya dimiliki oleh dokter, untuk menggali keluhan pasien sehingga didapatkan diagnose yang tepat. Ahli psikologi, menyatakan bahwa ada tiga prinsip dalam hubungan interpersonal yang terjadi, maka makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya. Makin dalam dan makin lama seorang dokter berbicara dengan pasien, untuk meneliti perasaan seseorang, maka makin dalam akan diketahui masalah yang dialami pasien, sehingga tatalaksana anamnesa semakin efektif, dan tingkat kepercayaan yang diberikan pasien kepada dokter ll
M
. Yang pertama kali dilakukan pada kunjungan pasien adalah
melakukan anamnesa gejala umum, sebelum
responden menetapkan diagnosis penyakit, melalui melalui penilaian diagnosis emik dan diagnosis etik. Dari 908 pasien kunjungan 1, sebanyak 362 pasien dianggap tidak menunjukkan adanya gejala. Berdasarkan gejala umum, keluhan terbanyak adalah lemah/letih disusul oleh tidak nafsu makan dan sulit tidur. Gejala umum tersebut merupakan gejala yang berkaitan dengan kebugaran tubuh pasien, yang berkaitan dengan “wellness”. Menurut hasil penelitan tahun 2010 a\ beberapa informan yang lelah minum jamu menyatakan bisa berjalan setelah minum jamu, bisa sholat yang semula sakit, dan lainnya yang terkait dengan keadaan sisi sehat dari pasien. Sudah menjadi pernyataan yang umumnya digunakan seseorang menyatakan dirinya sehat, bila tidur enak, makan enak dan BAB/BAK lancar. Gejala umum lainnya sebagaimana umumnya pasien adalah sesuai dengan keluhan utama yang disampaikan pasien, yang dimasukkan dalam kelompok lainnya. Anamnesa lain adalah yang terkait dengan gangguan yang terkait dengan kardiovaskular, muskoloskeletal, saluran nafas, saluran pencernaan, neurologi dan saluran kencing. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 hingga Tabel 14.
Tabel 8, Gambaran anamnesa gejala pada kardiovaskular pada kunjungan pertama Gejala kardiovaskular
N =908
%
Tidak ada gejala
803
88.4
Ada gejala
105
11.6
• Dada berdebar
43
4.7
• Denyut nadi melemah
2
0.2
• Denyut nadi menguat
15
1.7
• Nyeri dada
14
1.5
• Pucat
6
0.7
• Sesak
17
1.9
• Lainnya
8
1.0
22
Tabel 9.
Gambaran anamnesa gejala muskoloskeletal pada kunjungan pertama N = 908
%
Tidak ada gejala
555
61.1
Ada gejala
353
38.9
• Kekakuan sendi
22
2.4
• Kekakuan otot
7
3.5
* Kelemahan otot
32
3.5
• Kesemutan
4
0.4
• Nyeri otot
101
11.1
• Nyeri sendi
158
17.4
• Sendi bengkak
23
2.5
6
07
Gejala muskoloskeletal
• Lainnya
Tabel 10. Gambaran anamnesa gejala pada saluran nafas pada kunjungan pertama Gejala pada saluran nafas
N = 908
%
Tidak ada gejala Ada gejala
851 57
93.7 6.3
• Batuk
29
3.2
• Nyeri tenggorokan
2
0.2
• Pilek
6
0.4
• Sesak nafas
17
1.9
• Lainnya
3
0.3
23
Tabel 11. Gambaran anamnesa gejala pada saluran cerna pada kunjungan pertama
N = 908
%
Tidak ada gejala
624
68.7
Ada gejala
284
31.3
2
0.2
7
0.8
31
3.4
• Diare
2
0.2
• Mual
50
5.5
5
0.1
89
9.8
67
7.4
22
2.4
9
0.1
Gejala pada saluran cerna
• Benjolan di anus • Kembung * BAB berdarah
• Nyeri di dubur • Nyeri perut * Sembelit • Sering minum • Lainnya
Tabel 12. Gambaran anamnesa gejala pada neurologi pada awal pertama
Gejala neurologi
N = 908
%
Tidak ada gejala
492
54.2
Ada gejala
416
45.8
• Gangguan sensibilitas (kesemutan, kebas)
83
9.1
• Ganguan motorik
11
1.2
• Nyeri
51
5.6
• Pusing
130
14.3
• Sakit kepala
131
14.4
• Lainnya
10
1.1
24
Tabel 13. Gambaran anamnesa gejala pada saluran kencing pada kunjungan pertama
Gejala pada saluran kencing
N=908
%
Tidak ada gejala
809
89.1
Ada gejala
99
10.9
• BAK tidak tuntas
5
0.2
• Kencing masih agak coklat
3
0.1
• Nyeri saat BAK
7
0.8
• Perdarahan saluran peranakan
4
0.2
• Sering BAK
75
8.3
• Sulit BAK
5
0.6
• Lainnya
4
0.4
Anamnesa dialas hanya menunjukkan kaitan antara keluhan utama dan bagaimana perbedaan proporsi gejala dalam tiap tabel yang dapat dikaitkan dengan kasus. Keluhan atau gejala dapat dinilai dengan melihat perbaikan yang adakan dinaytakan pasien pada kunjungan ke II, ke III atau ke IV. Pada anamnesa, selain anamnesa gejala, dilakukan juga pemeriksaan fisik, sebagaimana tatalaksana yang dilakukan oleh tenaga dokter pada pelayanan konvensional. Pemeriksaan Fisik berupa tanda vital, berupa pemeriksaan misalnya kesadaran, pernafasan, BB, TB, suhu, tek darah dan nadi. Pemeriksaan organ berupa pemeriksaan kepala, mata. THT, sistem pernafasan, sistem kardio, sistem abdomen, sistem pencernaan, sistem saraf dan sistem motorik. (Data pengukuran dapat dilihat pada lampiran). Hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada pasien melalui dukungan pemeriksaan laboratorium, merupakan data pendukung obyektif yang selalu dilakukan oleh dokter pada pelayanan konvensional. Beberapa pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan kimia darah, biokimia darah dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gambaran pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan pasien dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15.
25
Tabel 14. Persentase pemeriksaan penunjang terhadap kunjungan pasien Pemeriksaan darah
Junilah
Kunjungan (N=1452) 1
III
Hb
(N=908) 59 (6.5)
II (N = 372) 11 (3.0)
(N=l 19) 8(6.7)
III (N=53) 2(3.8)
80(5.5)
SGOT
47(5.2)
9 (2.4)
3 (2.5)
3 (5.7)
62 (4.3)
SGPT
46(5.1)
10(2.7)
3(2.5)
1 (1.9)
58 (4.0)
Ureum
44 (4.8)
11(17.7)
3 (4.2)
5 (9.4)
61 (4.2)
Kreatinin
47 (5.2)
11 (3.0)
5(2.5)
1 (1-9)
62 (4.3)
155(17.1)
40(10.8)
3(2.5)
1 (19)
205 (14.1)
Trigliserida
41 (4.4)
17(4.6)
3(4.8)
1 (16)
62 (4.3)
HDL
32 (3.5)
13(3.5)
2(1.7)
2(3.8)
49 (3.4)
LDL
38 (4.2)
13 (3.5)
2(1.7)
1 (1-9)
54(3.7)
GDS
184(20.3)
58(15.6)
11 (9.2)
9(17)
262(18.0)
GDP
1 (0.1)
0 (0.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
l (0.1)
146(16.1)
42(11.3)
11 (9.2)
5 (9.4)
204(14.0)
Kolesterol total
Asam urat
Bita dilihat dari jumlah pasien untuk 10 penyakit, pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh pasien atas perinlah dokter, untuk melihat fungsi organ yang terkait dengan keluhan pasien, terbanyak secara berurutan adalah untuk hiperglikemia (GDS), hiperlipidemia (kolesterol total), asam urat (kadar asam urat) dan hepatitis (SGOT, SGPT). Dari 908 pasien, pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan sebanyak 14 %. Disamping pemeriksaan penunjang laboratorium (darah), diperoleh data pemeriksaan penunjang lain untuk organ lain (organ tubuh), sebagai pendukung diagnose, dapat dilihat pada Tabel 15.
26
Tabel 15.
Pesersentase pemeriksaan penunjang lainnya terhadap kunjungan pasien Jenis pemeriksaan
Patologi anatomi
1 (N=908) 13(1.4)
Kunjungan (N=1452) II III (N = 372) (N=119) 2 (0.5) 2(1.7)
III (N=53) 1 (1.9)
Jumlah 18(1.2)
Biomarker
7 (0.8)
2 (0.5)
0 (0.0)
1 (1.9)
10(0.7)
Radiologi
1 (0.1)
0(0.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
1 (0-1)
USG
40 (4.4)
4(1.1)
2(1.7)
1 (1.9)
47(3.2)
Endoskopi
4 (0.4)
2 (0.5)
0 (0.0)
0(0.0)
6 (0.4)
Lainnya
8 (0.9)
2(0.5)
1 (0.8)
0 (0.0)
11 (0.75)
Jumlah
73 (8.0)
12(3.2)
5(4.2)
3(5.6)
93 (6.4)
Pemeriksaan patologi anatomi, biomarker dan USG, dilakukan pada pasien dengan keluhan terkait tumor/kanker, sementara pemeriksaan endoskopi terkait dengan keluhan gastritis dan hepatitis, jumlahnya 10,2% .
Dalam pelayanan kesehatan tradisional dengan jamu, pada kuesioner telah ditetapkan adanya diagnose yang berbeda dengan pelayanan konvensional. Perbedaan tersebut adalah, adanya diagnose emik dan etik. Diagnosa emik adalah diagnosis berdasarkan keluhan subjektif pasien (illness) dan apa yang disebutkan oleh orang lain tentang penyakit pasien/ intersubjectivity (sickness). Pasien seringkali dapat mendiagnosa mengenai apa yang terjadi pada tubuhnya. Diagnosa etik adalah yaitu diagnosis berdasarkan analisa medis konvensional/ obyektif (disease). Jadi walaupun pasien dapat mendiagnosa diri sendiri, keputusan bahwa apa yang diderita pasien, merupakan hak mutlak dari dokter. Perbedaan persentase diagnosis emik dan etik dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Gambaran persentase diagnosis emik dan etik No
Keluhan
1
Diagnosis Fmik (N=1452)
Diagnosisi etik (N=1452)
Hiperglikemia
234(16.1)
209(14.4)
2
Hiperlipidemia
144 (9.9)
146(10.1)
3
Hipertensi
289(19.9)
283 (19.5)
4
Artritis
136(9.4)
126(8.7)
5
Hipemrisemia
69 (4.8)
76(5.2)
6
Hepatitis
39 (2.7)
50(3.4)
7
Dispepsia
148(10.2)
153 (10.5)
8
Hemorhoid
149(10.3)
152(10.5)
9
Obesitas
119(8.2)
117(8.1)
10
Tumor/kanker
125 (8.6)
132 (9.1)
11
Lainnya
0 (0.0)
8 (0.6)
Dari gambaran diatas, terlihat bahwa antara diagnosis emik dan diagnosis etik tidak menunjukkan banyak perbedaan, namun terdapat 10 keluhan yang tidak sesuai dengan diagnosis emik, dimasukkan dalam kelompok lainnya. Yang termasuk dalam kelompok lainnya adalah: batu ginjal (3 kasus), infeksi saluran kencing (I kasus), infeksi saluran nafas (2 kasus), dermatitis (2 kasus). Dalam pengobatan dengan jamu, pendekatan yang dilakukan seyogyanya adalah diagnostik holistik. Penyakit muncul akibat ketidak seimbangan, yaitu keseimbangan naturalistik dan personalistik. Naturalistik diakibatkan karena cuaca, alam, makanan atau kuman dan lainnya, sementara personalistik disebabkan oleh adanya intervensi gen aktif. Untuk menyeimbangkan tubuh, yang penting adalah berjalannya sistem redoks, dimana yang merugikan digantikan oleh yang menguntungkan. Penyakit disebabkan karena ketidak seimbangan fisik, emosional, spiritual, sosial dan lingkungan, yang keseluruhannya adalah bersifat individualistik. Hal lain yang berpengaruh adalah perilaku sehat, yang dipengaruhi oleh biopsikososiokultural, diamping adanya empat karakter individu yaitu kholeris,
28
sanguine, malankûlik, dan plagmatis. Pada konsep naturopati, manusia dengan karakter tertentu, sebaiknya diberi penanganan dengan bahan tanaman obat yang bersifat kebalikannya
(4)
. Kolerik
adalah salah satu sifat dari pasien, dari 4 tipe dasar manusia. Dalam diagnosa kesehatan tradisional, diharapkan dokter dapat menilai karakter kepribadian pasiennya. Terdapat 4 sifat dasar manusia yaitu: sanguinis (hangat, bersahabat, responsive, antusias, ramah, banyak bicara), kholeris (berkemauan keras, praktis, produktif, tegas, pemimpin), melankolis (perfeksionis, berbakat, analistis, tekun, disiplin, rela berkorban) dan dan plegmatis ) tenang, obyektif, diplomatis, efisien, teratur, tidak peduli, praktis humoris, dapat diandalkan). Disamping sisi positif karakter tersebut, terdapat sisi negatifnya. Setiap individu mempunyai karakter, sehingga dalam penatalaksanaan diperlukan pengenalan lebih dekat pada pasien. “Lebih penting mengetahui siapa yang sakit daripada mengetahui penyakit apa yang dideritanya”
(16)
.
Indonesia telah memiliki Body of Knowledge Pengobatan Tradisional, yang disusun oleh Komisi Saintifikasi Jamu Nasional. Struktur diagnosis Pengobatan Tradisional lnonesia meliputi: Diagnosis berdasarkan emik, keluhan subjektif pasien Diagnosis berdasarkan etik, yaitu diagnosis berdasarkan analisa medis konvensional Diagnosis karakter individu, berdasarkan sifat dari setiap pasien Diagnosis PNI, berdasarkan keseimbangan Psiko, Neuro, Imunologi Diagnosis kebugaran, berdasarkan Wellness Index. Contoh diagnosis dapat digambarkan sbb:
( 10.
15).
Emik : sakit kepala Etik
: hipertensi
Diseases : sindrom metabolic Karakter : kholerik PNEI
: ketidak seimbangan endokrin
Wellness : unfit wellness Diagnosa : darah tinggi dengan syndrome metabolic pro kholerik pro endokrin. Konsep diatas adalah yang diterapkan pada pelatihan dokter Saintifikasi Jamu, dan sesuai dengan terbitnya PP no. 103 tahun 2014, maka kedepan, perlu disiapkan tenaga kesehatan komplementer alternatif sebagai profesi tenaga kesehatan berpendidikan. Diagnosis yang digunakan masih menggunakan konsep konvensional, yaitu dengan anamnesa gejala. Dari
29
1452 data kunjungan pasien, distribusi kasus pada kunjungan awal dan folio w up dapal dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Distribusi kasus berdasarkan kunjungan pasien Jenis diagnosa
I (N=908)
11 (N=372)
111 (119)
IV (53)
1452
1
HG
130(14.3)
54(14.5)
15(12.6)
10(18.9)
219(15.1)
2
HL
98(10.7)
39(10.5)
8(6.7)
2(3.8)
147(10.1)
3
HT
180(19.8)
74(19.9)
20(16.8)
9(17.0)
280(19.3)
4
Art
91 (10.0)
24 (6.5)
7(5.9)
4(7.5)
138 (9.5)
5
HU
45 (5.0)
20(5.4)
8 (6.7)
3 (5.7)
77(5.3)
6
Hep
24 (2.6)
20(5.4)
4(3.4)
2(3.8)
31 (2.1)
7
Disp
104(11.5)
35(9.4)
12(10.1)
2(3.8)
155(10.7)
8
Hmd
90 (9.9)
39(10.5)
16(13.4)
7(13.2)
152(10.5)
9
Obes
66(7.3)
33(8.9)
13 (10.9)
5 (9.4)
119(8.2)
10
Ca
74(8.1)
33(8.9)
16(13.4)
9(17.0)
129(8.9)
11
Lain
7 (0.8)
1 (0.3)
0(0.0)
0 (0.0)
8 (0.6)
No
Jumlah % pasien pada kunjungan
Keterangan: HG = hiperglikemia; HL = hiperkolesterol; HT = hipertensi; Art = artritis; HU = hiperurisemia; Hep = hepatitis; Disp = dispepsia; Hmd = hemorhoid; Obes = obesitas; Ca= tumor/kanker
Jumlah kasus untuk 10 keluhan adalah pada 908 pasien, dari 1452 kunjungan. Jumlah kasus terbanyak pada kunjungan I (908 pasien) maupun kunjungan jollow up (kunjungan II, III dan IV) berturut turut adalah adalah kasus hipertensi, hiperglikemia dan dispepsia. Kasus terendah adalah pada pasien hepatitis. Manusia juga mempunyai daya resiliemi, yaitu daya tubuh untuk menolak penyakit yang masuk, disamping adanya daya vital foree. Jadi dalam menangani suatu terapi dengan tanaman obat, jangan melihat sisi sakitnya, tetapi dilihat sisi sehatnya. Seseorang yang menderita kanker, harus ditangani secara konvensional, tetapi sisi sehat yang perlu dimunculkan dapat dilakukan dengan obat tradisional, misalnya untuk meningkatkan nafsu makan, mudah tidur dsb. Perlunya ditekankan pada dokter, bahwa dengan obat tradisional, sangat dihindarkan menggunakan kata mengobati, tetapi gunakan kata revitalisasi ,Q) .
Dengan diagnose tersebut, dokter melakukan tatalaksana pelayanan pada pasien. Dokter sebagai responden telah dipilih pada yang telah menjalankan pelayanan, baik sebagai komplementer maupun alternatif. Tata laksana pelayanan kesehatan tradisional terdiri atas 3 jenis modalita, yaitu konvensional, jamu atau kesehatan tradisional (keterampilan dengan alat atau tanpa alat), berdasarkan permintaan pasien. Saat ini pelayanan kesehatan tradisional yang sudah resmi diakui dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, adalah akupunktur medic dan hiperbarik, sementara terapi dengan keterampilan yang lain, diperoleh dokter melalui pendidikan formal maupun non formal. Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 30.4 % rumah tangga di Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional baik jamu atau dengan keterampilan dengan alat maupun tanpa alat. Sebanyak 30.4 % rumah tangga di Indonesia, memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional dan 49 % diantaranya memilih penggunaan jamu
(18)
. Data ini menambah
keyakinan bahwa jamu sudah menjadi pilihan masyarakat untuk menjaga/menangani kesehatannya. Dalam tatalaksana terapi dengan jamu, dan dengan kesehatan tradisional lain, maka intervensi yang dilakukan oleh peneliti kepada responden adalah , bahwa harus digunakan informed consent, sebagai pegangan bahwa dokter memberikan terapi permintaan pasien. Undang-undang no. 36 tahun 2009, tentang kesehatan menyatakan bahwa pasien mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai keinginan pasien. Pelayanan kesehatan. Gambaran pelayanan kesehatan yang dilakukan responden dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Gambaran jenis pelayanan pada praktik dokter komplementer alternatif Jenis Modalitas
Kunjungan
(N=1452)
I (N=908)
II (N = 372)
III (N=l 19)
IV (N=53)
Konv
3 (0.3)
8 (2.2)
1 (0.8)
0 (0.0)
12 (0.8)
Jamu
570 (62.8)
183 (49.2)
63 (52.9)
25 (47.2)
841 (57.9)
5(0.6)
4(1.1)
0(0.0)
2(3.8)
11 (0.8)
204(22.5)
106(28.5)
22 (18.5)
10(18.9)
342 (23.6)
Jamu + Konv + Kestrad
47(5.2)
25 (6.7)
8(6.7)
7(13.2)
87(0.6)
Jamu + Kestrad
66(7.3)
34 (9.1)
19(16.0)
7(13.2)
126(8.7)
Kestrad Jamu + Konv
31
Konv + Kestrad
8 (0.9)
2 (0.5)
2(0.5)
1 d.9)
13 (0.9)
Tidak ada
5 (0.6)
10(2,7)
4(3.4)
1(1.9)
20(1.4)
Ket: Konv = obat konvensional Kestrad = keterampilan dengan alat dan tanpa alat
Pada kunjungan pertama, dimana pasien datang dengan keluhan awal, jumlah pasien adalah 908 orang. Pelayanan dengan jamu merupakan pilihan dari pasien (62.8%), yang tidak dapat terhindarkan, diikuti oleh pelayanan komplementer obat konvensional komplementer dengan jamu (22.5%). Kombinasi antara ketiga modalitas, konvensional, jamu dan pelayanan kesehatan tradisional mempunyai proporsi yang berbeda. Pelayanan kesehatan tradisional , termasuk didalamnya adalah modalitas keterampilan meliputi keterampilan pikiran, manual (tanpa alat) dan penggunaan alat. Pada kunjungan pertama, ternyata ada 5 pasien yang tidak mempunyai data terapi yang diberikan, walaupun di kunjungan berikutnya dilakukan terapi dengan jamu. Pelayanan kesehatan tradisional, selain jamu yang menjadi pilihan dokter adalah terapi dengan modalitas keterampilan dengan alat atau tanpa alat, yang terdiri dari akupunktur, akupresure, prana, pijat, bekam, chiropraktik atau lainnya. Sejumlah dokter pada kunjungan ke II atau ke III sudah tidak memberikan terapi, diduga karena pasien sudah merasa membaik dan tidak perlu mendapatkan terapi kembali. Gambaran kunjungan pasien dengan terapi jamu dan kesehatan tradisional, dapat dilihat pada Tabel 19.
32
Tabel 19 Persentase pasien yang mendapatkan terapi jamu dan kestrad terhadap kasus No
Penyakit
Jumlah kunjungan (N= =1452) Jumlah terhadap kunjungan
kasus Terapi jamu terhadap jumlah kasus
Terapi keterampilan terhadap jumlah kasus
1
Hiperglikemia
209 (14.4)
206 (98.6)
49 (22.3)
2
Hiperlipidemia
146(10.1)
139 (95.2)
31 (21.5)
3
Hipertensi
283 (19.5)
267 (94.3)
36(12.8)
4
Artritis
126(8.7)
122 (95.6)
34 (24.6)
5
Hiperurisemia
76 (5.2)
71 (93.4)
1 I (14.2)
6
Hepatitis
50 (3.4)
47(87.0)
3 (9.6%)
U
Dispepsia
153 (10.5)
144(94.1)
35 (22.5)
1
Hemorhoid
152(10.5)
149 (98.0)
8(5.2)
8
Obesitas
117(8.1)
114(97.4)
21 (17.6)
9
Tumor/kanker
132(9.1)
131 (99.2)
9 (7.5%)
10
Lain
8 (0.6)
8(100)
1 (12.5)
11
Jumlah
1452 (100)
1
1398 (95.2)
238 (16.3)
Jenis terapi jamu merupakan tindakan yang utama, disamping lerapi kesehatan tradisional dan konvensional. Sejumlah 95.2% terapi adalah dengan jamu, diikuti dengan kestrad 16.3%. Kombinasi diamani lerapi dengan jamu, kestrad dan konvensional dapat dilihat pada Tabel 20.
33
Tabel 20. Proporsi terapi secara komplementer atau alternatif pada 10 keluhan terhadap jumlah kunjungan
Kasus J
K
J+K
Kv +J
Kv + K Kv +J + K
Kn
TT
Tidak ada
Jumlah (N=1452)
HG
93 11.1)
0 (0.0)
19(15.1)
67(19.6)
4 (30.8)
23 (26.4)
1(8.3)
0 (0.0)
2(40)
209(14.1)
HD
88(10.5)
0 (0.0)
20(15.9)
23 (6.7)
7(53.8)
12 13.8)
3 (25.0)
3 (20.0)
0 (0.0)
146(10.1)
HT
146(17.4) 6 (54.5)
12(9.5)
88 (25.7)
1 (7.7)
16(18.4)
1 (8.3)
4 (26.7)
1 (20.0)
283 (19.3)
Art
80(9.5)
3 (27.3)
18 (14.3)
10(2.9)
0 (0.0)
13 (14.9)
3 (25.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
126 (8.7)
HU
37(4.4)
0(0.0)
6(4.8)
26(7.6)
0 (0.0)
2 (2.3)
0 (0.0)
2 (13.3)
0 (0.0)
76 (5.2)
liep
25 (3.0)
0 (0.0)
3 (2.4)
19(5.6)
1 (7.7)
0 (0.0)
3 (25.0)
2(13.3)
1 (20.0)
50 (3.4)
Dsp
94(11.2)
0 (0.0)
21 (16.7)
21 (6.1)
0 (0.0)
12 (13.8)
0(0.0)
0 (0.0)
1 (20.0)
153 (10.5)
1 Imd
80 (9.5)
0 (0.0)
3 (2.4)
62 (18.1)
0 (0.0)
4 (4.6)
0 (0.0)
3 (20.0)
0 (0.0)
152(10.5)
Obe
95(11.3)
2(18.2)
19(15.1)
0(0.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
1 (6.7)
0 (0.0)
117(8.1)
Ca
97(11.5)
0 (0.0)
4(3.2)
25 (7.3)
0 (0.0)
5 (5.7)
0 (0.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
132 (9.1)
Lairtny a
6(0.7)
0 (0.0)
1 (0.8)
1 (0.3)
0 (0.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
8 (0.6)
1 (8.3)
Ket:
J : Jamu K : Kestrad dicatat Kv : Obai konvensional
TT : tanpa terapi Tidak ada : Data
tidak
34
Dalam terapi menggunakan jamu, terdapat beberapa jenis modalitas , yaitu jamu ramuan, jamu yang beredar di pasaran, suplemen dan lainnya yang tidak termasuk dalam kategori tersebut. Proporsi modalitas jamu yang digunakan dokter dapat dilihat pada Tabel
Tabel 21. Sebaran bentuk modalitas jamu yang digunakan oleh dokter Bentuk jamu
Jumlah
%
Ramuan
574
39.5
Jamu di pasaran
595
41.0
Suplemen
11
0.8
Lainnya
13
0.9
Ramuan, jamu di pasaran, suplemen
10
0.7
Ramuan, jamu di pasaran, lainnya
7
0.5
Ramuan, suplemen, lainnya
3
0.2
Ramuan, jamu di pasaran, suplemen, lainnya
4
0.3
Ramuan, jamu di pasaran
46
3.2
Ramuan, suplemen
13
0.9
Ramuan, lainnya
7
0.5
Jamu di pasaran, suplemen, lainnya
3
0.2
Jamu di pasaran, suplemen
71
4.9
Jamu di pasaran, lainnya
54
3.7
Tidak ada
41
2.8
Total
1452
100.0
Jamu ramuan, merupakan jamu yang penggunaannya dengan digodog (rebus), bentuk juice atau dimakan dalam bentuk mentah (lalap), merupakan ramuan dengan formula yang diberikan praktik mandiri, atau yang diberikan pada Rumah Sakit, Puskesmas maupun Klinik 35
Jamu (Klinik Hortus Medicus B 2P 2TO 2T). Hal ini dikarenakan bahwa dokter sebagai responden, selain dokter praktik mandiri, juga terdapat dokter yang sudah mengikuti pelatihan (diklat) dokter Saintifikasi Jamu (dokter SJ). B 1P 2TO 2T yag menjadi rujukan pelayanan jamu, dan hingga saat ini merupakan satu-satunya pemasok jamu untuk dokter SJ. Sementara bentuk yang beredar di pasaran, adalah sediaan kapsul/pil/tablet/sirup yang dapat berasal dari industri Farmasi, Industri Obat Tradisional atau Klinik dimana dokter berpraktik. Jenis ramuan godog untuk ke 10 penyakit, dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22
Gambaran sediaan ramuan jamu yang digunakan untuk 10 keluhan terhadap seluruh kunjungan
Kasus
Jumlah kasus
Jenis sediaan ramuan Lalap Rebus/ Seduh Godog
Juice
Hiperglikemia
209(14.4)
11 (32.5)
1(20)
100(16.6)
12
127
Hiperlipidemia
146(10.1)
4(10.0)
0 (0.0)
59 (9.8)
(100)
63
Hipertensi
283 (19.5)
4 (10.0)
4 (80)
109(18.1)
0(0.0)
117
Artritis
126(8.7)
3 .(7.5)
0 (0.0)
72(12.0)
0 (0.0)
75
Hiperurisemia
76 (5.2)
4(10.0)
0 (0.0)
31 (5.2)
0 (0.0)
35
Hepatitis
50 (3.4)
2 (5.0)
0 (0.0)
5 (0.8)
0(0.0)
7
Dispepsia
153 (10.5)
2 (5.0)
0 (0.0)
71(11.8)
0 (0.0)
73
Hemorhoid
152(10.5)
3 (7.5)
0 (0.0)
55 (9.2)
0 (0.0)
58
Obesitas
117(8.1)
4(10.0)
0 (0.0)
33 (5.5)
0 (0.0)
37
Tumor/kanker
132(9.1)
2(5.0)
0 (0.0)
62 (10.3)
0 (0.0)
64
Lainnya
8 (0.6)
0 (0.0)
0 (0.0)
2 (0.3)
0 (0.0)
2
Jumlah
1452
41
5
601
12
659
(2.8)
(0.3)
(41.5)
(0.8)
(45.4)
Jumlah
Pemberian jamu bentuk rebusan/godog adalah yang terbanyak, berlaku untuk semua penyakit. Bentuk rebusan/godog merupakan warisan nenek moyang, masyarakat biasanya
36
mengikuti cara penggunaan seperti penggunaan empiris. Untuk 10 penyakit, terdapat 659 ramuan yang digunakan, dimana antara dokter satu dan lainnya seringkali memberikan ramuan yang sama untuk penyakit tertentu. Selain bentuk ramuan, bentuk sediaan kapsul merupakan jamu yang beredar di pasaran sebagai produk industri farmasi atau industri obat tradisional, bentuk kapsul yang merupakan produk klinik, dan bentuk kapsul racikan pribadi dokteri. Gambaran sediaan produk yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Gambaran Bentuk Sediaan Jamu yang Beredar di Pasaran sebagai Pilihan
Kasus
Jumlah kasus
Bentuk sediaan jamu yang berdar di pasaran Cair
Kapsul
Pil
Tablet
Jumlah
Hiperglikemia
209 (14.4)
0 (0.0)
9(45.5)
0 (0.0)
3(1.4)
209
Hiperlipidemia
146(10.1)
0 (0.0)
84 (57.5 )
0(0.0)
0(0.0)
81
Hipertensi
283 (19.5)
0 (0.0)
156 (55.1)
3(1.1)
2 (0,7)
157
Artritis
126(8.7)
1(0.4)
50(39.7)
0(0.0)
2(1.6)
61
Hiperurisemia
76 (5.2)
1(1.3)
43 (55.8)
0 (0.0)
0 (0.0)
44
Hepatitis
50 (3.4)
0 (0.0)
20 (64.5)
0 (0.0)
5 (17.9)
25
Dispepsia
153 (10.5)
1 (0.6)
70 (45.2)
0(0.0)
1(0.6)
72
Hemorhoid
152(10.5)
0 (0.0)
95 (62.5)
0(0.0)
1 (0.7)
96
Obesitas
117(8.1)
0 (0.0)
85(71.4)
0 (0.0)
0 (0.0)
85
Tumor/kanker
132(9.1)
0 (0.0)
71(55)
0 (0.0)
0 (0.0)
71
8 (0.6)
0 (0.0)
6(75)
0 (0.0)
0 (0.0)
6
782(53.8)
3 (0.2)
15 (1.0) 804 (55.4)
Lain Jumlah
1452 (100)
4(0.3)
Bentuk yang beredar di pasaran terbesar adalah bentuk kapsul, sebanyak 782 (97.2%) dari 804 item. Tidak dijelaskan apakah substansi dalam kapsul adalah bentuk ekstrak atau serbuk. Bila berasal dari industri Farmasi atau Obat Tradisional, tentunya bentuknya
adalah ekstrak, mengingat peraturan Badan POM, melarang jamu serbuk masuk dalam kapsul, bila diedarkan secara luas. Selain bentuk ramuan jamu dan bentuk sediaan yang beredar di pasaran (bentuk kapsul jamu), suplemen juga menjadi pilihan para dokter untuk menggunakannya sebagai ajuvant, umumnya adalah produk yang beredar di pasaran dan bukan mengandung jamu (obat tradisional), contohnya madu, gamat, vitamin dan lain sebagainya. Dari sejumlah 1452 kunjungan, berdasarkan jumlah terapi dengan jamu bentuk sediaan godog/rebus dan sediaan kapsul dengan komponen tanaman obat, telah diidentifikasi seluruh tanaman obat baik bentuk tunggal maupun bentuk formula, yang berasal dari Klinik Hortus Medicus B 2P 2TO 2T, Jamu produksi industri Farmasi dan industri Obat Tradisional, maupun dari Klinik praktik dokter. Bentuk godog/rebus adalah 574 dan 595 untuk bentuk kapsul, dengan keseluruhan kunjungan dengan terapi menggunakan jamu adalah 1169 kali. Dalam penggunaannya ramuan jamu dikategorikan menjadi panas dan dingin. Setiap individu mempunyai karakter tersendiri, demikian juga tanaman. Maka untuk mencapai tingkat keseimbangan dilakukan persilangan dalam penatalaksanaannya. Individu yang mempunyai karakter panas akan diberikan jenis tanaman yang mempunyai sifat dingin atau sejuk. Demikian juga sebaliknya, individu yang mempunyai karakter dingin diberikan jenis tanaman yang bersifat panas atau hangat. Kandungan ramuan dapat berupa daun, bunga, kulit batang, akar, biji atau bahkan seluruh unsur tanaman. Dalam penggunaannya jamu dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: kandungan utama, unsur pendukung dan penyedap rasa atau bau. Kombinasi ketiga kelompok tersebut harus dapat memberikan interaksi secara mutualistik dalam mengatasi gejala atau penyakit dari individu tersebut. Resep jamu hams dapat memenuhi dan merangkum 4 fungsi dasar, yaitu
(9)
:
• Untuk mengatasi masalah atau penyakit yang terjadi pada seseorang seperti darah tinggi, kencing manis, asma sampai kanker. •
Untuk mempertahankan tingkat kesehatan dengan upaya meningkatkan sirkulasi darah dan metabolism.
•
Untuk menenangkan/mendinginkan sistem tubuh yang sedang bermasalah seperti radang, nyeri ataupun gangguan saluran cerna.
•
Untuk melakukan restorasi fungsi tubuh, seperti bau badan, gangguan hormonal. berkurangnya air susu ibu atau juga bisa sebagai tonikum untuk menambah nafsu makan atau vitalitas.
38
Didalam prakteknya resep jamu dapat memenuhi lebih dari satu unsur fungsi dasar tersebut diatas, misalnya selain untuk mengobati atau mengatasi masalah pasien juga dapat diberikan campuran untuk meningkatkan vitalitas orang yang sakit. Dalam filosofi praktis sehari hari para peramu jamu menganut prinsip bahwa bila sesorang itu sakit, tidak berarti seluruh tubuhnya sakit. Didalam tubuh yang sakit juga terdapat sisi yang sehat, sehingga didalam pembuatan ramuan juga diramu resep untuk mengupayakan agar sisi tubuh yang sehat lebih diperkuat. Dengan demikian tubuh yang kuat dapat melakukan revitalisasi pada sisi yang sakit. Secara konseptual masyarakat, penggunaan jamu lebih banyak dirasakan manfaat secara emik daripada secara etik. Perasaan tubuh yang sudah merasa lebih enak, dimana gejala gejala penyakit sudah tidak muncul merupakan dampak utama yang dirasakan dari penggunaan jamu. Tubuh mempunyai mekanisme untuk melakukan kesehatannya sendiri. Tujuan utama penggunaan jamu untuk mendukung mekanisme internal tubuh sekaligus mempertahankan fungsinya agar tubuh menjadi sehat. Sebagian besar penyakit bersumber dari ketidakberesan fungsi pencernaan dalam melakukan fungsi pengambilan sumber makanan bagi tubuh. Keberadaan suatu kekuatan quasi-material yang disebut humor akan menggambarkan kepribadian dan karakter dasar dari tubuh sekaligus organnya yang penting untuk status kesehatan. Dengan mengetahui karakter dari organ atau individu yang sakit maka akan dengan mudah menentukan ramuan yang akan diberikan untuk merestorasi keseimbangan dan harmonisasi tubuh. Pemberian ramuan atau jamu dapat diberikan baik dari luar maupun dari dalam. Mengingat kepekaan sistem saluran cerna maka pemberian dari dalam dengan diminum harus secara hati hati. Tujuan utama memberikan ramuan atau jamu dari dalam adalah untuk melakukan evakuasi zat zat asing dari tubuh, mencegah keluarnya zat zat penting dari tubuh, modifikasi sistem humor organ tubuh. Diperingatkan kepada setiap pengobat untuk tidak selalu melakukan perubahan ramuan pada saat terjadi perubahan minor dari keluhan pasien
l9)
.
Jumlah tanaman obat bentuk tunggal atau bentuk ramuan dari kedua kunjungan tersebut adalah 354 jenis (lihat di lampiran), dan ramuan yang banyak digunakan oleh dokter untuk ke 10 keluhan penyakit dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Ramuan yang banyak digunakan oleh dokter untuk 10 keluhan penyakit
No 1
Diagnosa Hiperglikemia
biji mahoni, daun salam
0.5
9
0.8
lidah buaya, mimba, daun sendok, brotowali
8
0.7
mimba, mengkudu
8
0.7
32
2.7
meniran sambiloto,brotowali, meniran, temulawak
12
1.0
sambiloto, brotowali, salam
39
3.3
5
0.4
hitam daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun, jintan hitam.
6
0.5
jati bel anda, jati cina
15
1.3
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning
U
0.9
jati belanda, kemuning
15
1.3
jati belanda, kemuning, kelembak
24
2.0
jali belanda, kemuning, kelembak. tempuyung
34
2.9
14
1.2
15
1.3
9
0.8
rosela jati belanda , temulawak, meniran
9
0.8
kacang kedele, kunyit, daun kelor
10
0.8
39
3.3
sambiloto, brotawali, kumis kucing, temulawak, kunyit,
sambiloto, daun dewa, pegagan, bawang pulih, zaitun, jintan
2
jati belanda, kemuning, kunyit, temulawak. meniran jati belanda, jati cina, kelembak, kunyit, temulawak, meniran
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning, sirih, kelembak,
3
Hipertensi
%
6
sambiloto, brotowali, salam, daun pepaya, mimba, pare
Hiperlipidemia
I
Ramuan jamu
seledri, kumis kucing, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
40
seledri, kumis kucing
40
3.4
11
0.9
adas seledri, kumis kucing, tempuyung
8
0.7
alang-alang, rumput bolong, jahe
24
2.0
alang-alang, rumput bolong, temulawak
14
1.2
24
2.0
meniran sidaguri, tempuyung
9
0.8
kayu seeang, tempuyung, kepel
13
1.1
salam, tempuyung, kepel, temulawak. kunyit, meniran
10
0.8
11
0.9
seledri, kumis kucing, pegagan. pala, salam, alang-alang,
4
Artritis
kumis kucing, rumput bolong, adas, temulawak , kunyit,
5
Hiperurisemia
salam, jahe, laos, lempuyang wangi, eqiuseta, kumis kucing
6
Hepatitis
buah cardui mariae, daun cynarae, kunyit
8
0.7
7
Dispepsia
kunyit, kayu manis, sembung, temulawak. meniran, adas
37
3.2
sembung, kapulogo, pulosari
18
1.5
11
0.9
12
1.0
8
0.7
6
0.5
29
2.5
10
0.9
meniran daun ungu, citrus flavonoid (produk pasar)
45
3.8
jati belanda, jati cina
15
1.3
jati belanda, kemuning
15
1.3
sembung, kapulogo, kayu legi, sere, legundi, buah kedawung , kulit kayu manis, cengkeh sembung, kapulaga, pulosari, temulawak, kunyit, meniran
temu hitam, kunyit, temu giring, daun ungu, kedawung, 8
Hernorhoid
lempuyang daun ungu, daun iler, daun duduk, pegagan, adas, jati cina daun ungu, daun iler, daun duduk daun ungu, daun iler, daun duduk, temulawak, kunyit,
9
Obesitas
41
jati belanda, kemuning, temulawak, kunyit, meniran
14
1.2
jati belanda, temulawak, meniran
9
0.8
jati belanda, kemuning, bangle. buah mahkota dewa, teh
8
0.7
15
1.3
24
2.0
9
0.8
rosela jati belanda, kemuning, jati cina, tempuyung
19
1.6
keladi tikus, kunir putih, rumput mutiara, sambiloto
13
1.1
8
0.7
33
2.8
5
0.4
hitam rumput mutiara, kunir putih, sambiloto
6
0.5
jumlah
861
73.7
jati belanda, kemuning, kelembak, temulawak, kunyit, meniran jati belanda. kemuning, kelembak
jati belanda, kemuning, kelembak, sirih, tempuyung, jati cina,
10
Tumor/kanker
keladi tikus, rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, temulawak rumput mutiara, kunir putih, bidara upas sambiloto, rumput mutiara, kunir putih, daun dewa, jinten
Selain bentuk ramuan, terapi jamu juga menggunakan simplisia tunggal. Terdapat 35 jenis simplisia tunggal, namun sebagian besar adalah bentuk yang beredar di pasaran. Dalam menggunakan ramuan, komposisi ramuan umumnya mempunyai satu atau dua tanaman obat yang sudah diketahui khasiat dan keamanannya, karena merupakan ramuan turun menurun. Penggunaan komponen ramuan terbanyak untuk setiap kasus, dengan kombinasi yang berbeda dapat digambarkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Gambaran komponen ramuan terbanyak untuk setiap kasus
Kasus
Komponen utama
%
hiperglikemia
sambiloto, brotowali
7.8
42
hiperlipidemia
jati belanda, kemuning
hipertensi
9.1 8.3
seledri, kumis kucing seledri, kumis kucing, pegagan 4.2 hipertensi
alang-alang, rumput bolong
3.2
hiperurisemia
kepel, tempuyung
1.9
dispepsia
sembung, kapulogo
3.4
hepatitis
produk industri : buah cardui mariae, daun cynarae, kunyit
0.7
hemorhoid
3.9 daun ungu, daun iler, daun duduk produk industri: daun ungu, 3.8 citrus llavonoid
obesitas
4.1 jati belanda, kemuning, kelembak jati belanda, jati cina 3.7
tumor/kanker
rumput mutiara, kunir putih
4.8
Beberapa ramuan merupakan ramuan yang berasal diluar ramuan turun menurun. Ramuan yang bukan turun menurun adalah: buah cardui mariae, daun cynarae, kunyit untuk kasus hepatitis, serta ramuan daun ungu, citrus llavonoid untuk kasus hemorrhoid. Produk industri menjadi pilihan dokter, kedua ramuan tersebut merupakan produk industri farmasi, yang mengandung tanaman obat yang bukan obat asli Indonesia. Terapi hiperlipidemia dan untuk obesitas menggunakan komponen ramuan yang sama, yaitu jati belanda dan kemuning. Daun jati belanda dan daun kemuning memiliki zat yang berefek mempercepat eksresi asam empedu dan mempercepat proses perubahan lemak dalam darah menjadi asam empedu sehingga akan menurunkan kolesterol darah. Dan ramuan simplisia kedua bahan utama tadi akan berefek menurunkan kolesterol darah pada subyek hiperkoleslerolemia
(l4 20)
-
. Dengan demikian ramuan tersebut rasional dapat digunakan untuk terapi
kedua jenis kasus tersebut. Selain bentuk komponen ramuan yang digambarkan diatas, dapat diambarkan pula penggunaan tanaman obat bentuk tunggal, baik yang diberikan sendiri maupun digabung dengan tanaman obat lain. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 26.
43
Tabel 26.
Tanaman Obat yang sering digunakan dalam jamu yang diresepkan No
Tanaman obat
Jumlah
Persentase
1
alang-alang
45
3.8
2
daun ungu
156
13.3
3
daun jati belanda
211
18.0
4
daun jati cina
62
5.3
5
daun kemuning
115
9.8
6
umbi keladi tikus
37
3.1
7
daun kumis kucing
255
21,8
8
rimpang kunyit
246
21.1
9
daun pegagan
110
9.4
10
herba rumput mutiara
92
7.9
11
daun salam
77
6.6
12
daun sambiloto
241
20.6
13
seledri
214
18.3
14
temulawak
331
28.3
Tanaman obat yang banyak digunakan berturut turut: temulawak (28.3%); kumis kucing (21.8%), kunyit (21.1%); sambiloto (20.6%) dan seledri (18.3 %). Rimpang temulawak masih menjadi tanaman obat unggulan. karena memiliki berbagai efek farmakologi, antara lain menurunkan peradangan, menurunkan lipid darah, merangsang pengeluaran produksi cairan empedu, manambah nafsu makan dan lainnya. Dalam suatu ramuan umumnya terdiri atas beberapa jenis tanaman obat, yang meiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektifitas pengobatan. Formulasi dan komponen tersebut setepat mungkin agar tidk menimbulkan kontra indikasi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang paling menunjang terhadap efek yang dikehendaki. Seagai ilustrasi, suatu formulasi terdiri atas komponen utama sebagai unsur pokok dalam tujuan pengobatan,
ditambah unsur penunjang, membantu menguatkan etek dan pelengkap atau penyeimbang. Setiap unsur dapat terdiri lebih dari 1 tanaman obat, sehingga ramuan obat tradisional (jamu) cukup komplek. Contoh, untuk ramuan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah, dapat terdiri atas vasodilator, diuretika , Ca antagonis dan sedative ‘ :ii . Demikian pula dengan ramuan untuk kasus penyakit yang lain, akan ditelaah pada analisis lanjut ramuan untuk 10 keluhan penyakit. Terapi kesehatan tradisional menjadi pilihan dokter dalam menjalankan pelayanan praktik komplementer alternatif. Pada permenkes No. 1109 tahun 2007, dikatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional komplementer alternatif pada dokter mengenai keterampilan, bahwa pada saat ini, yang dapat masuk dalam pelayanan kesehatan adalah akupuntur. Sementara pelayanan kestrad lain, ternyata dilakukan oleh dokter, namun dalam kuesioner, tidak ditanyakan mengenai pendidikan yang telah dilakukan terkait pelayanan kesehatan tradisional tersebut. Gambaran terapi kesehatan tradisional yang dilakukan dalam terapi, dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Gambaran terapi kestrad pada pasien untuk 10 penyakit
Kasus
Jumlah kasus
Jenis pelayanan kesehatan tradisional Aku
Aku
Prana
Pijat
Bekam
punktur
Chiro
Jumlah
pratik
HG
219(15.1)
presure 31 (14.2) 1 1 (5.0) 1 (0.5)
HL
144 (9.9)
18(12.5)
2(1.4)
-
7(4.9)
10(6.9)
-
37
HT
280(19.3)
33(11.8)
2(1.4)
1 (0.4)
6(2.1)
3(1.1)
-
45
Art
138(9.5)
28(12.5)
3 (2.2)
-
13 (9.4)
3 (2.2)
-
47
HU
77(5.3)
9(11.7)
1(1.3)
-
1 (1-3)
4 (5.2)
-
15
Hep
31 (2.1)
3 (9.7)
-
1 (3.2)
-
-
-
1
Disp
155(10.7)
29(18.7)
3(1.9)
-
5(3.2)
3(1.9)
1 (0.6)
7
Hmd
152(10.5)
7(4.6)
1 (0.7)
-
-
-
-
6
Obe
119(8.2)
21 (17.6)
-
-
-
-
-
-
Ca
129(8.9)
5 (3.9)
4(3.1)
4(3.1)
-
-
-
4
Lain
8 (0.6)
1(12.5)
-
-
-
-
-
-
Jumlah
1452
185
27
7
43
40
1
303
(12.7)
(1-9)
(0.5)
(3)
(2.8)
(0.1)
II (5)
17(7.8)
-
71
Keterangan: HG = hiperglikemia; HL = hiperlipidemia; HT = hipertensi; Art = arthritis HU = hiperurisemia; Hep = hepatitis; Disp = dispepsia; Hmd = hemorhoid; Obes = obesitas; Ca= tumor/kanker 45
Terapi kesehatan tradisional terbanyak adalah lerapi akupunktur (12.7%) disusul oleh pijat (3%) dan bekam (2.8%). Penggunaan akupunktur untuk lerapi kasus, terbanyak adalah untuk dispepsia dan obesitas. Bekam digunakan untuk kasus hiperlipidemia dan hiperglikemia. Pada kunjungan follow up (ke II, III dan IV), dapat dinilai kembali persentase mengenai gejala pada anamnesa pasien, baik terhadap gejala umum dan gejala lain. Disayangkan data kunjungan kembali tidak mencapai 50 % dari kunjungan pertama, dan tidak didapatkan informasi mengenai hal tersebut. Persentase gejala umum dan gejala lain, pada saat kunjungan pertama dan kunjungan akhir ( II, III dan IV), dapat dilihat pada Tabel 28 dan Gambar 2.
Tabel 28. Penilaian gejala pada anamnesa kunjungan akhir
Gajala pada anamnesa
Gejala umum
I (908) Tida Ada k Ada
Kunjungan II (372) III (119) Tida Ada Tida Ada k k Ada Ada
362
259
113
350
(30.3 ) 22
546 (60.1)
Gejala
803
kardiovaskular Gejala
(11.5) 555
muskoloskeletal Saluran nafas
105
353
275
97
357
(26.1 ) 15
57 (6.3)
Saluran
624
492
417
293
79
278
(21.2 ) 94
341
(25.3 ) 31
(45.9) Saluran Kemih
Rata-rata
809
99
116
47
3
6 (11.3)
53
0
46
7
(2.5) 102
17 (14.2)
117
(4.0)
(31.3)
pencernaan Neurologi
284
23 (19.3)
(5.9)
(38.9) 851
96
IV (53) Tidak Ada Ada
2
(13.2) 53
0
49
4
(1.7) 102
17 (14.3)
94
25
(7.5) 43
(21.0) 117
2
10 (18.8)
51
2
(10.9)
(8.3)
(1.7)
(3-8)
29.1%
12.9 %
10.6%
6.1%
46
Gambar 2 Diagram perbedaan jumlah gejala pada kunjungan 1,11. III dan IV Keterangan; GU : gejala umum GK : gejala kardiovaskular GM : Gejala muskoloskelelal GSN : Gejala saluran nafas
GSP GN GSK
: gejala saluran pencernaan : Gejala neurologi : gejala saluran air kemih
Berdasarkan jumlah gejala pada setiap kunjungan, terjadi penurunan pada seluruh gejala namun terjadi peningkatan pada gejala di saluran kemih (2 1%), pada kunjungan IV. Bila dikailkan dengan 10 keluhan penyakit, keluhan pada saluran kemih tidak terlihat langsung hubungan peningkatan tersebut, namun apabila dinilai dari kunjungan pertama ke kunjungan ke IV. semua gejala mengalami penurunan, terbesar pada gejala umum (49.2%), disusul oleh gejala neurologi (27.1%). Besarnya penurunan pada gejala umum menunjukkan besarnya penurunan gejala pada wellness, yaitu tidak nafsu makan, sulit tidur, lemah letih. Berdasarkan data pada tabel dialas, dapal dilihat adanya penurunan persentase gejala umum dan gejala lain, yang merupakan hasil tatalaksana terapi. Secara umum, semua gejala menunjukkan persentase yang berkurang, sesuai dengan berkurangnya jumlah kunjungan pada kunjungan akhir Melalui penilaian selisih penurunan jumlah gejala anamnesa. dapat dinilai gambaran kemanfaatan, namun tidak dapat dijadikan dasar untuk menilai manfaat dan terapi. Pengurangan gejala dapat dilihat pada Tabel 29
47
Tabel 29. Pengurangan/Peningkatan jumlah gejala pada anamnesa
Gajala pada anamnesa
Persentase berkurangnya/bertani balinya jumlah gejala pada kunjungan ke IV II III
Persentase berkurangnya/bertambah nya jumlah gejala dari kunjungan awal ke akhir
Gejala umum
-29.8
-11.0
-8
l-IV -49.2
Gejala kardiovaskular
-5.6
-3.4
-2.5
-11.5
Gejala muskoloskeletal
-12.8
-11.9
-1
-15.7
Saluran nafas
-2.3
-2.3
-1.7
-6.3
Saluran pencernaan
-10.1
-6.9
-6.8
-23.8
Neurologi
-20.6
-4.3
-2.2
-27.1
Saluran Kemih
-2.3
-6.6
+2.1
-7.1
Keterangan: tanda - = menurun; tanda+ = meningkat
Kelemahan dari data yang dikirimkan, bahwa jumlah kunjungan pasien ke II, III dan IV menurun, dan tidak diketahui penyebabnya. Gambaran gejala anamnesa untuk kunjungan follow up dapat dilihat pada Tabel 30 sampai Tabel 36, dimana pada setiap tabelnya dicantumkan data pada kunjungan pertama, guna menilai penurunan atau peningkatan gejala.
Tabel 30. Anamnesa gejala umum pada kunjungan akhir Gejala umum
Kunjungan 11
Tidak ada gejala
N= 908 362
% 39.9
N= 372 259
I I % 69.6
N= 119 96
IV %
80.7
N= 53 47
% 88.7
48
546
61.1
• Tidak nafsu makan
106
11.7
• Sulit tidur
82
9.0
* Lemah/letih
168
• Penurunan berat badan • Lain
Ada gejala
113
30.4
13
11.0
6
11.3
3.2
4
3.4
-
-
13
3.5
3
2.5
-
-
18.5
38
10.2
4
3.4
3
5.7
29
3.2
7
1.9
-
-
-
-
161
17.7
43
11.5
2
1.7
3
5.7
12
Tabel 31. Anamnesa gejala kardiovaskular pada kunjungan akhir
Gejala kardiovaskular
Kunjungan II
I N= 908
%
Tidak ada gejala
803
Ada gejala
III
N= 372
%
88.4
35.0
105
11.6
43
• Denyut nadi melemah
V
N= 119
%
N= 63
%
94.1
116
97.5
63
-
22
5.9
3
2.5
-
4.7
9
2.4
1
0.8
-
2
0.2
1
0.3
-
-
• Denyut nadi menguat
15
1.7
-
-
-
-
-
• Nyeri dada
14
1.5
3
0.8
-
-
-
• Pucat
6
0.7
4
1.1
-
-
-
• Sesak
17
1.9
4
1.1
I
0.8
-
8
1.0
1
0.3
1
0.8
-
• Dada berdebar
• Lainnya
49
Tabel 32. Anamnesa gejala muskoloskeietal pada kunjungan akhir
Gejala muskoloskeietal
Kunjun ean 11 III
I N= 908
%
N= 372
%
N= 119
Tidak ada gejala
555
61.1
276
73.9
102
Ada gejala
353
38.9
96
26.1
• Kekakuan sendi
22
2.4
10
• Kekakuan otot
7
3.5
• Kelemahan otot
32
• Kesemutan
IV N= 53
%
85.7
46
86.8
17
14.3
7
13.2
2.7
1
1.7
1
1.9
1
0.3
-
-
-
-
3.5
7
1.9
2
1.7
I
1.9
4
0.4
-
-
-
-
-
-
• Nyeri otot
101
11.1
27
7.3
6
5.0
-
9.4
• Nyeri sendi
158
17.4
45
12.1
8
6.7
5
86.8
• Sendi bengkak
23
2.5
5
1.3
-
-
-
-
6
07
1
03
• Lainnya
Tabel 33. Anamnesa gejala saluran nafas pada kunjungan akhir
Gejala pada saluran nafas
Kunjun gan
I N=
1] 11
II %
908
N=
%
372
IV
N=
N=
119
53
%
Tidak ada gejala
851
93.7
357
96.0
117
98.3
53
100
Ada gejala
57
6.3
15
4.0
2
1.7
-
-
• Batuk
29
3.2
9
2.4
2
1.7
-
-
• Nyeri tenggorokan
2
.2
1
0.3
-
-
-
-
• Pilek
6
0.4
-
-
-
-
-
-
50
• Sesak nafas
17
1.9
-
-
-
-
-
-
• Lainnya
3
0.3
1
0.3
-
-
-
-
Tabc) 34.
Anamnesa gejala saluran cerna pada kunjungan akhir Gejala saluran cerna
Kunjungan
N= 908
%
N= 372
II %
I] II N= 119
IV N= % 53
Tidak ada gejala
624
68.7
293
78.8
102
85.7
49
92.5
Ada gejala
284
31.3
79
21.2
17
14.3
4
7.5
• Benjolan di dubur
2
0.2
6
1.6
3
2.5
1
1.9
• Kembung
7
0.8
8
2.2
-
-
-
-
• BAB berdarah
31
3.4
2
5
1
0.8
-
-
• Diare
2
0.2
2
0.5
-
-
-
-
• Mual
50
5.5
12
3.2
2
1.7
-
-
• Nyeri di dubur
5
0.1
2
0.3
1
0.8
• Nyeri perut
89
9.8
27
7.3
4
3.4
3
5.7
• Sembelit
67
7.4
9
2.4
4
3.4
-
-
• Sering minum
22
2.4
2
0.5
1
0.8
-
-
• Lainnya
9
0.3
10
2.6
1
0.8
*
'
*
.
51
Tabel 35. Anamnesa gejala neurologi pada kunjungan akhir
Gejala neurologi
Kunjungan II III
1 %
908
N=
%
372
IV
N=
II r**, Z. 'r>
N=
119
%
Tidak ada gejala
492
54.2
278
74.7
94
85.7
43
81.1
Ada gejala
416
45.8
94
25.3
25
21.0
10
18.9
83
9.1
29
7.8
10
8.4
8
15.1
• Ganguan motorik
11
1.2
5
1.3
3
2.5
-
-
• Nyeri
51
5.6
14
3.8
1
0.8
1
1.9
• Pusing
130
14.3
25
6.7
5
4.2
1
1.9
• Sakit kepala
131
14.4
15
4.0
5
4.2
-
-
• Lainnya
10
1.1
6
1.6
1
0.8
• Gangguan sensibilitas (kesemutan, kebas)
•
52
Tabel 36. Anamnesa gejala pada saluran kemih pada kunjungan akhir
Gejala pada saluran kemih
Kunjungan I N=
II %
908
N=
III %
372
IV
N=
N=
119
53
%
Tidak ada gejala
809
89.1
341
91.7
117
983
51
96.2
Ada gejala
99
10.9
31
8.3
2
1.7
2
3.7
• BAK tidak tuntas
5
0.2
1
0.3
-
-
-
-
• Kencing masih agak
3
0.1
1
0.3
-
-
-
-
• Nyeri saat BAK
7
0.8
4
1.1
-
-
-
-
• Perdarahan saluran
4
0.2
1
0.3
1
0.8
1
1.9
• Sering BAK
75
8.3
16
4.3
I
0.8
1
1.9
• Sulit BAK
5
0.6
2
0.5
-
>
-
-
• Lainnya
4
0.4
6
1.6
coklat
peranakan
Dalam studi ini, diharapkan responden melaksanakan latalaksana pelayanan jamu sesuai dengan konsep Body of Knowledge Kesehatan Tradisional, bahwa penilaian Quality of Life (QoL) secara umum, berupa merupakan penunjang, selain diagnosis emik dan etik. Penilaian QoL didasari pada kuesioner yang diharapkan digunakan oleh responden dalam pelayanannya. Kuesioner QoL merupakan standar yang dimiliki oleh Komisi Saintifikasi Jamu Nasional, yang berasal dari QoL SF 36 WHO, sehingga dianggap dapat diterapkan pada dokter dengan mempertimbangkan budaya, penerimaan pasien dan penggunaan waktu wawancara pada pasien. Tentunya untuk kedepan. akan diusulkan dengan konsep pelayanan kesehatan tradisional. Dalam penilaian perbaikan pasien, penilaian ditambah dengan diagnosis kebugaran, yaitu berdasarkan Wellness Index (Indeks Kebugaran). Pasien diminta untuk menjawab kondisi tubuhnya, sesuai dengan kuesioner QoL u Dalam penilaian perbaikan pasien, penilaian ditambah dengan diagnosis kebugaran, yaitu berdasarkan Wellness Index (Indeks
53
Kebugaran). Pasien diminta untuk menjawab kondisi tubuhnya, sesuai dengan kuesioner QoL umum, dengan penilaian menggunakan skore. Setelah penilaian pertama pada kunjungan awal, penilaian QoL dilakukan kembali pada kunjungan ke II, ke III atau ke IV. Dalam penilaian QoL, terdapat 4 aspek yang dinilai yaitu aspek fisik, psikis, spiritual dan sosial. Aspek fisik berupa nilai beratnya keluhan dan seberapa tergantungnya pasien kepada orang lain; aspek psikis berupa perasaan sedih/tertekan serta cemas dengan kondisi yang dideritanya; aspek spiritual berupa adanya semangat hidup dan arti hidup, apakah menjadi beban orang lain dalam keluarga atau sekitar, serta aspek sosial berupa terpenuhinya kebutuhan hidup dan kondisi pasien dalam aktivitas, apakah memerlukan pertolongan orang lain, Penilian dengan skore 1 hingga 4, dibagi menjadi 3 kategori, yaitu buruk, sedang dan baik. Nilai skore untuk kunjungan I adalah baik, buruk; dan sedang. Kunjungan II, III dan IV mempunyai skore membaik, tetap dan memburuk. Secara umum, hasil penilaian QoL pada seluruh kunjungan (1452 kunjungan), dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Gambaran hasil penilaian QoL pada seluruh kunjungan
Kategori QoL
Jumlah
Kunjungan awal
N = 908
%
Baik
499
55.0
Sedang
380
41.9
Buruk
19
2.1
N = 544
%
Membaik
417
76.7
Menetap
112
20.7
Memburuk
4
0.7
Tidak Dinilai
11
1.9
1452
100.0
Kunjungan akhir
Total
54
Setelah penilaian pertama pada kunjungan awal, penilaian QoL dilakukan kembali pada kunjungan ke II, ke III atau ke IV. Dalam penilaian QoL, terdapat 4 aspek yang dinilai yaitu aspek fisik, psikis, spiritual dan sosial. Aspek fisik berupa nilai beratnya keluhan dan seberapa tergantungnya pasien kepada orang lain; aspek psikis berupa perasaan sedih/tertekan serta cemas dengan kondisi yang dideritanya; aspek spiritual berupa adanya semangat hidup dan arti hidup, apakah menjadi beban orang lain dalam keluarga atau sekitar, serta aspek sosial berupa terpenuhinya kebutuhan hidup dan kondisi pasien dalam aktivitas, apakah memerlukan pertolongan orang lain. Penilaian dengan skore 1 hingga 4, dibagi menjadi 3 kategori, yaitu buruk, sedang dan baik. Nilai skore untuk kunjungan I adalah baik, buruk dan sedang. Kunjungan II, III dan IV mempunyai skore membaik, tetap dan memburuk. Gambaran QoL kunjungan pasien pada kunjungan I dan saat follow up, dapat dilihat pada Tabel 38 dan Tabel 39. Tabel 38.
Gambaran penilaian QoL secara umum pada kunjungan 1 untuk semua keluhan
Jumlah
Kunjungan I (N= 908) Baik
Sedang
Buruk
Tidak dinilai
499
380
19
10
908
(55.0%)
(41.9)
(2.1%)
(1.1%)
(100)
Tabel 39. Gambaran penilaian QoL pada kunjungan II, III dan IV untuk semua keluhan Kondisi
Kunjungan Folio« up (N= 544) II (N=372)
III (N=l 19)
IV (N=53)
Membaik
279 (75)
92 (77.3)
46(86.8)
417(76.7)
Tetap
81 (21.8)
25(21)
6(11.3)
112 (20.7)
4 (0.7)
Memburuk
4(1.1)
Tidak dinilai
8 (2.2)
2(1.7)
1(1.9)
372 (68.4)
119(21.9)
53 (9.7)
Jumlah
Jumlah
11 (1.9) 544(100)
55
Jumlah pasien yang melakukan kunjungan follow up, berjumlah 544 atau hanya sekitar 37.5% dari junlah kunjungan 1452 pasien. Kunjungan tersebut terbagi atas kunjungan II, III dan IV, dengan berkurangnya jumlah kunjungan pasien. Beberapa responden tidak melakukan penilaian terhadap pasien (1.5%) dari 544 kunjungan. Secara keseluruhan erjadi perubahan dari kondisi baik (55%), pda kunjungan follow up, meningkat menjadi 76.7%; nilai sedang (41.9%) mengalami perubahan menjadi menetap (20.7%), dan kondisi buruk (2.1%) menjadi memburuk (0.7%). Untuk menilai masing-masing kasus penyakit, diperlukan pasien yang sama untuk kunjungan II, III atau IV. Selain itu, peneliti dapat menilai hubungan antara jenis terapi dengan nilai QoL. Jenis terapi dapat berupa pemberian obat secara konvensional, komplementer dengan jamu atau kesehatan tradisional lain atau kombinasi diantaranya. Gambaran hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Hubungan antara Jenis_terapi dan penilaian QoL Pada kunjungan awal
Jenis Terapi
Jamu Kestrad
Penilaian QoL (N= 908) Baik Sedang Buruk (N=499) (N=38Q) (N=19)
Tidak dinilai
312(54.7)
6(1.1)
3 (0.6)
243 (42.6)
9(1.6)
2 (0.5)
41 (62.1)
21 (31.8)
2 (3.0)
Konvensional dan jamu
110(53.9)
88 (43.1)
6 (2.9)
6(1.2)
2 (0.5)
Konvensional, jamu, kestrad
22 (46.8)
21 (44.6)
Konvensional
2 (66.6)
1 (33.3)
570(62.8) 5 (0.6)
Jamu dan kestrad
Konvensional dan kestrad
Jumlah
2 (3.0)
2(20)
66 (7.3) 204 (22.4)
2 (4.2)
47(5.2)
2 (4.2)
47(5.2) 3 (0.3)
56
Tabel 41. Hubungan antara Jenis_terapi dan penilaian QoL Pada kunjungan Follow up
Jenis terapi
Penilaian QoL (N= 544)
Jumlah
Membaik (N= 417)
Menetap (N=112)
Buruk (N=4)
Jamu
195 (72.0)
69 (25.5)
1(0.4)
Kestrad
6(100.0)
Jamu dan kestrad
57 (95.0)
2(3.3)
Konvensional dan jamu
108 (78.3)
26(18.8)
Konvensional dan kestrad
4(80.0)
1 (20.0)
Konvensional, jamu, kestrad
27 (67.5)
10(25.0)
Konvensional
7 (77.8)
2 (22.2)
9
Tidak ada
13 (86.7)
2(13.3)
15
Tidak dinilai (N=ll) 6 (2.2)
271 6
2(1.4)
1(1.7)
60
2(1.4)
138 5
1(2.5)
2 (5.0)
40
Terlihat perubahan persentase QoL dari kunjungan pertama dikaitkan dengan kunjungan follow up, dimana pada terapi dengan jamu, terjadi perbaikan QoL membaik meningkat dari 54.7 % menjadi 72%, dan yang menetap menurun dari 42.6% menjadi 25.5%, demikian pula dengan yang memburuk, menurun dari 1.6% mendjadi 0.4%. Terapi dengan jamu - obat konvensional, QoL membaik meningkat dari 53.9 menjadi 78.3%. QoL sedang menurun dari 43.1% menjadi 18.8%. Pada terapi dengan jamu - obat konvensional-terapi kestrad, QoL baik meningkat dari 46.8% menjadi 67.5%, QoL sedang menurun dari 44.6% menjadi 25.0% dan QoL buruk menurun dari 4.2% menjadi 2.5%. Terlihat juga angka dimana dokter tidak menilai QoL pada kunjungan follow up. Data yang tidak terisi, tidak ditindak lanjuti dengan mengkonfirmasi kepada responden, mengingat bahwa studi ini tanpa intervensi. Pencatatan tatalaksana adalah bagian yang dinilai. Untuk 10 jenis keluhan penyakit, gambaran nilai QoL pasien pada kunjungan I dapat dilihat pada Tabel 42.
57
Tabel 42.
Gambaran hasil penilaian QoL untuk 10 penyakit pada kunjungan awal
Kasus
Baik
Sedang
Buruk
Tidak
Jumlah
dinilai HG
79 (58.5)
53 (39.3)
2(1.5)
1 (0.7)
135
HD
55 (56.7)
40 (41.2)
=
2(2.1)
97
HT
88 (49.2)
88 (49.2)
1 ( 0 .6 )
2(1.1)
179
Art
55(55.0)
42 (42.0)
1 (1.0)
2 (2.0)
100
HU
28 (63.6)
13 (29.5)
3 (6.8)
=
44
Hep
5 (31.3)
10(62.5)
1 (6.3)
=
16
Dsp
42 (40.4)
57 (54.8)
4(3.8)
1(1.0)
104
Hmd
51(57.3)
37(41.6)
1 (1.1)
-
89
Obe
53 (81.5)
11 (16.9)
=
1 (1-5)
69
Ca
37(51.4)
28 (38.9)
6(8.3)
1(1.4)
72
Lain
6(85.7)
1 (14.3)
-
=
7
Jumlah
499(55.0)
380(41.9)
19(2.1)
10(1.1)
908
Keterangan: HG = hiperglikemia; HD = hiperlipidemia; HT = hipertensi; Art - arthritis Hlj hiperurisemia; Hep hepatitis; Disp = dispepsia; Hmd = hemorhoid; Obes = obesitas; Ca= tumor/kanker
Skore pasien pada kunjungan awal umumnya menunjukkan nilai kategori baik (31.3 % hingga 81.5%). Hal ini dapat menunjukkan bahwa pasien yang mengunjungi dokter bukanlah pasien dengan kondisi yang berat. Hanya beberapa pasien yang dikategorikan dalam keadaan buruk, terutama pada pasien kanker. Secara keseluruhan, kondisi dengan kategori buruk hanya 2.1 % dan kondisi baik 55%, kondisi sedang 41,9 %. Beberapa dokter tidak menanyakan kuesioner pada pasien (1.1%). Seletah kunjungan i’ollow up, gambaran perubahan QoL untuk 10 keluhan penyakit, dapat dilihat pada Tabel 43.
58
Tabel 43. Nilai QoL untuk 10 penyakit pada kunjungan Ke II, III atau IV Kasus
Penilaian QoL Membaik
Tetap
Memburuk
Tidak dinilai
Jumlah
HG
66 ( 79.5)
16(19.3)
1 (1.2)
=
83
HD
27 (55.1)
17(34.7)
2(4.1)
3(6.1)
49
HT
75 (74.3)
23 (22.8)
=
3 (3.0)
101
Art
31 (77.5)
5(12.5)
=
4(10.0)
40
HU
31 (9 3.9)
2(6.1)
=
=
33
Hep
14(100.0)
=
=
=
14
Dsp
42 (82.4)
8(15.7)
=
1(2.0)
51
Hmd
49 (77.8)
11 (17.5)
1(1.6)
1(1.6)
63
Obe
34 (64.2)
19(35.8)
=
=
53
Ca
46 (79.3)
11(19.0)
=
1(1.7)
58
Lain
1 (100.0)
-
-
=
1
Jumlah
416(76.2)
112(20.5)
4 (0.7)
13(2.4)
546 (100.0)
Keterangan: HG = hiperglikemia; HD = hiperlipidernia; HT = hipertensi; Art 7 arthritis HU hiperurisemia; Hep = hepatitis; Disp = dispepsia; Hmd = hemorhoid; Obes = obesitas; Ca= tumor/kanker
Berdasarkan data QoL kunjungan awal dan kunjungan akhir untuk 10 keluhan penyakit, dapat dinilai perubahan perbaikan dari nilai QoL, terutama pada kategori buruk , PAda kunjungan awal, untuk 10 keluhan penyakit, QoL buruk 2.1 %, menurun menjadi 0.7 % pada kunjungan akhir. Kategori baik, semula 55% meningkat menjadi membaik dengan angka76.2 %, sementara untuk skore sedang semula 49 % menurun menjadi 20.5%. Artinya pasien yang semula kondisinya sedang, meningkat kesehatannya , menjadi kelompok skore membaik.
59
Tabel 44. Data pasien dengan kunjungan Folio« up dengan penilaian QoL terhadap ramuan jamu Initial Pasien
Ramuan
Mbr
T
M b
AP
jati belanda, kemuning
3
A
jati belanda, jati cina
2
AK
mengkudu, temulawak
AMD
kunyit, kayu manis, sembung, temulawak, meniran, adas
2
sambung nyowo, alang-alang, tapak liman, pegagan
1
An
keladi tikus, rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, temulawak
3
Ak
daun ungu
2
jati belanda, jati cina
3
AA
temulawak
3
AK
seledri
2
AS I
daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun, jintan hitam
1
AW
keladi tikus, rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, temulawak
3
BA
seledri
2
BS
pegagan,jahe
BG
sambiloto
BMT
seledri, kumis kucing, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
1
seledri, kumis kucing, tempuyung, temulawak, kunyit, meniran
3
M
sambiloto, brotawali, kumis kucing, temulawak, kunyit, meniran
2
S
seledri, kumis kucing
I
SH
kunyit, temulawak
2
DM
bawang putih, seledri, akar valeria
2
DA
daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun, jintan hitam
1
DSI
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning
2
DA
jati belanda, kemuning
1
jati belanda. kemuning, herbalife
1
DW
pegagan
1
E
salam
3
El
salam
2
ESI
daun ungu, citrus flavonoid
3
H
jati belanda, kemuning, temulawak
1
kumis kucing, meniran, salam
2
seledri, kumis kucing
1
daun ungu
1
IKA
3
3 2
60
Ramuan
Initial Pasien T
Mbr
T
M b
kumis kucing
!
kumis kucing, mimba
I
sambiloto
1
seledri
1
seledri, kumis kucing
2
IN
jati belanda
2
IP
sambiloto
3
KR
lidah buaya, mimba, daun sendok, brotowali
2
Kr
kunyit, kayu manis, sembung, temulawak, meniran, adas
1
L
kunyit
3
LI
kunyit
2
mimba, mengkudu
3
seledri, kumis kucing
2
MA
kunyit, kayu manis, sembung, temulawak, meniran, adas
MR
kayu manis
2
MY
jati belanda, jati cina
3
MSI
kunyit, kayu manis, sembung, temulawak, meniran, adas
1
MAR MU MAI
2
daun pepaya, daun mimba, brotowali, sambiloto, daun salam, pare
2
sambiloto, brotawali, kumis kucing, temulawak. kunyit, meniran
2
kepel, salam, tempuyung, temulawak, kunyit, meniran
1
salam, jahe, laos, lempuyang wangi, eqiuseta,, kumis kucing
1
NA
daun ungu, daun iler, daun duduk
3
NH
alang-alang, ciplukan, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
1
sambiloto, daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun, jintan hitam NNS
jati belanda, kemuning, kelembak, kunyit, temulawak, meniran
NA1 IRS
keladi tikus, kunyit putih, sambiloto, daun sirsak, kulit manggis, temulawak jati belanda, kemuning, kelembak
NH
jati belanda, kemuning jati belanda. kemuning, kelembak, kunyit, temulawak, meniran
1 2
1 1 1
NS
jati belanda, kemuning,kelembak, lidah buaya
2
J
sembung, kapulogo, pulosari
2
N
daun ungu, daun iler, daun duduk
1
S
daun ungu, daun iler, daun duduk daun ungu, daun iler, daun duduk, temulawak, kunyit, meniran
S1
1 1
kunyit, kayu manis, sembung, temulawak, meniran, adas
1 1
kunyit, sembung, kapulaga, pulosari Y DE
sambiloto, brotawali, kumis kucing, temulawak, kunyit, meniran daun ungu, daun iler, daun duduk, temulawak, kunyit, meniran
3 2
61
Initial Pasien T
Ramuan
Mbr
T
jahe
M b 1
salam, pule, sambiloto, kunyit, jahe, cabejawa. k. kucing, cengkeh
1
SK
daun ungu
2
OLH
mimba, mengkudu
2
P
kumis kucing, rumput bolong, adas, temulawak, kunyit, meniran
2
PS
keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara, sambiloto, daun ungu
2 1
PP
keladi tikus, kunir putih, rumput mutiara, sambiloto, tapak dara, daun ungu jati belanda, kemuning
RS
kulit manggis
R
sidaguri, tempuyung
3
RI
rumput mutiara, kunyit putih, bidara upas
3
RR
kunyit, kayu manis, sembung, temulawak, meniran, adas
2
R2
kunir putih, temulawak Jombang
1
kunir putih, temulawak Jombang, sambiloto, daun dewa, rumput mutiara kunir putih, temulawak Jombang, sambiloto, daun ungu
1
RM
daun ungu, citrus flavonoid
3
S2
sambiloto, kumis kucing, temu item, kulit delima, pegagan
1
3 2
1
seledri, kumis kucing, tempuyung, temulawak, kunyit, meniran
2
SS
mengkudu
SW SM
keladi tikus, temulawak, benalu teh, sambiloto, bidara upas, temu mangga sambiloto, daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun Jintan hitam
SR
jati belanda, kemuning, temulawak, kunyit, meniran
SS2
daun ungu, citrus flavonoid
SS3
temulawak
1
SK
ikan gabus, putih telur
2
S3
jati belanda, kemuning, kelembak
1
S4
seledri
S5 S7
salam, jahe, laos, lempuyang wangi, eqiuseta,, kumis kucing
2 2 2 3 2 1 1 2
daun ungu, citrus flavonoid
1
seledri, kumis kucing, pegagan
1
S8
temulawak
3
S9
kayu secang, tempuyung, kepel
1
seledri
1
sembung, kapulogo, pulosari, temulawak, kunyit, meniran
1
SIO
daun ungu, citrus flavonoid
3
Sll
sembung, kapulogo, pulosari, temulawak, kunyit, meniran
SWD
salam , pare, toge , wortel, kacang panjang
2
62
Initial Pasien
Ramuan
Mbr
T
Mb
TM
keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara, sambiloto
3
TR
lidah buaya, mimba, daun sendok, brotowali
3
T
keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara, sambiloto
2
TRI
keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara, sambiloto
2
keladi tikus, kunir putih, rumput mutiara, sambiloto, tapak dara
1
T1
keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara, sambiloto, daun ungu
2
TS
daun ungu, citrus flavonoid
AS HS
hemocralis, cengkeh, kunyit, laos, pegagan. kunir pulih, kedelai, buah makasar alang-alang, rumput bolong, jahe
HR
seledri
2
T2
jati belanda, jati cina
3
UY
alang-alang, cipiukan, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
2
WP
biji mahoni, salam
3
W
jati belanda, temulawak, meniran
2
seledri, kumis kucing
5
RS
salam, jahe, laos, lempuyang wangi, eqiuseta,, kumis kucing
2
YC
sambiloto
1
YMK
jati belanda
2
YR
jati belanda
2
Yi
biji mahoni, salam
1
Jumlah
1 2 2
1
1
1
36 200
Data diatas menunjukkan bahwa angka I artinya, pasien kembali berobat pada kunjugan ke II; angka 2 menyatakan bahwa pasien kembali berobat pada kunjungan II dan III; angka 3 menyatakan bahwa pasien kembali berobat pada kunjungan II, III dan IV, Nilai QoL dengan kategori terhadap kunjungan I sebesar 38 (3.25%) dan dengan ketegori membaik sebanyak 200 ramuan (17.4%). Namun dari initial pasien, terdapat beberapa pasien yang jumlah kunjungannya lebih dari 1 kali, namun setiap kunjungan diberikan ramuan yang berbeda dengan yang diberikan pada saat kunjungan pertama. Untuk menilai QoL pada 10 kasus, dapat dilihat pada Tabel 45 sampai Tabel 54. Sebagai penilaian, digunakan skore untuk kunjunganpertama: B = baik, S = sedang dan Br = buruk . Skore untuk kunjungan follow up adalah Mb - membaik, T = lelap dan Mb = memburuk
63
Tabel 45. Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hiperglikemia
No
Ramuan
Kunjungan awal B
S
1
Br
Fo ow up l T
y
X
Mb
1
2
1
1
1
4
1
1
1
2
2
2
2
2
i
biji mahoni
2
biji mahoni, salam
3
binahong
4
bratawali, pare, sambiloto, kumis kucing
5
daun afrika
6
daun afrika, brotawali
1
1
1
1
7
daun gedi, daun afrika
1
1
1
I
8
daun insulin
9
daun pepaya, mimba, brotowali, sambiloto, salam, pare
1 2
3
2
5
2
1
3
3
3
1
2
2
1
1
1
1
1
2
11
kayu manis, kulit salak
1
12
kayumanis, “diatesmin”
13
biji duwet, salam, temulawak
14
jintan hitam, tapak dara, temulawak, ciplukan
15
kulit manggis
16
kulit buah manggis , rosella
17
kumis kucing
18
kumis kucing, mimba
19
lidah buaya, mimba, daun sendok, brotowali
1
1
2
5
20
mengkudu
1
1
2
1
21
mimba, mengkudu
1
I
2
5
22
okra
6
6
6
23
meniran, jinten hitam, pare
24
pare
1
1
1
25
pare, sambiloto, kumis kucing
1
1
2
26
pare, sambiloto, kunyit
27
salam , pare, toge , wortel, kacang panjang
29
hitam sambiloto, brotowali
30
sambiloto
31
sambiloto, brotawali, kumis kucing, temulawak. kunyit,
5
1
kayu manis
pule pandak, buah m. dewa, kumis kucing, sembung, temu
1
1
10
28
i
1 2
1
2
4
2 1
I
1
2
1 1
1
1
1
1
1
1
1 1
6 1
1
6 6
1
l
1
1
l
1
1 1
3
1
1
2
2
1
1
1
3
1
4
3
9
8
18
9
1
1
1 3
6
15
meniran 32
sambiloto, brotawali, k.kueing, temulawak, kunyit, meniran,
1
1
kayii manis
64
33 sambiloto, daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun, jintan hitam 34 sambiloto, brotowali, kunyit, meniran
l
1
2
2
35 sambiloto, brotowali, meniran, temulawak 37 sambiloto, jinten hitam, brotowali, mimba 38 sambiloto, brotowali, salam , pare, jinten hitam , daun
1
1
pepaya, mimba 39 sambiloto, brotowali, salam, temulawak
5
5
1
11
1
1
16
30
3
3
1
1
1
1
1
40 sambiloto, brotowali, salam, temulawak, kunyit, meniran
1
I
41 sambiloto, brotowali. temulawak, kunyit, meniran
2
2
42 sambiloto, kumis kucing, pule, mahkota dewa, sembung,
1
1
temu ireng 43 sambiloto, salam
1
1
44 sambiloto, salam, temulawak
1
1
45 sambiloto,daun pepaya, pare, kulit manggis
I
1
46 sambiloto,daun salam.temu poh
1
1
47 daun sendok, binahong, sambung nyawa
1
1
48 temulawak, sambiloto, rumput mutiara, pegagan
i
1
49 teh hitam 50 Jumlah
3
2
1 0 1 4 1
36 sambiloto, brotowali, salam
3
7 7
50
2
12 9
66
15
81
Pada Tabel 46 terlihat empat ramuan yang hanya diberikan pada kunjungan akhir, yaitu daun afrika; kumis kucing, mimba dan teh hitam, sehingga dalam kolom tidak mepunyai pasangan, Sedangkan pada kunjungan akhir, terdapat 17 ramuan yang tidak berpasangan. Dua buah kasus kondisi QoL buruk, kasus pertama diberi ramuan sambiloto, brotavvaii, kumis kucing, temulawak, kunyit, meniran; kasus kedua diberi sambiloto, daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun, jintan hitam, keduanya bernilai QoL membaik pada penilaian QoL akhir. Tabel 46.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hipcrlipidcmia Ramuan
K u n j u gan n
Follow up
B awa S
y.
bawang putih
2
2
bawang putih, daun sendok, jati beianda
2
2
jati beianda
4
A
4
jati beianda, jati cina, tempuyung, kemuning
1
7
3
6
Mb
T
X
Mbr
4 1
4 65
jati belanda, jati cina, temulawak, kunyit, pegagan
1
0
1
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning, sembung
1
jati belanda, jati cina, kelembak
3
umbi dewa, daun dewa
2
mengkudu, kulit manggis
1
jati belanda, kemuning
1
jati belanda, kemuning, temulawak, kunyit, meniran
4
jati belanda, kemuning, tempuyung jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning, sirih, kelembak,
1 0
rosela jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning, kayu secang, kepe! jati belanda, kemuning, tempuyung. pegagan, mimba
1
3 2
4
jati belanda, kemuning, kumis kucing
4
8
1
4
5
1
1
0
1
1
1
1 1 1
7
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1 1
2
1
3
4
2
6
jati belanda, kemuning, sirih, kelembak
3
0
3
mengkudu
1
2
3
2
jati belanda, kemuning, temulawak
1
I
1
jati belanda, kulit manggis, temulawak, kunyit, meniran
I
1
jati belanda, mengkudu
1
jati belanda, pulosari, seledri
I
1
jati belanda, temulawak, meniran
6
6
jati belanda, temulawak, meniran, secang
1
1
1
1 1
1
mengkudu, binahong, kunyit
1
1
mengkudu, kulit manggis, akar alang2, kunyit, zaitun
J
1
pegagan, jinten hitam
1
bawang putih, “kolesterol cap” salam, daun jeruk, jeruk purut, kayu secang, akar alang-alang,
1
sambiloto, rumput mutiara, kunyit putih, daun dewa, j inten hitam sambiloto, jahe, temulawak, rumput mutiara, minyak zaitun,
1
4
2
6
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1 1
1
5
1
1
1
4
1
kumis kucing, meniran, salam
pegagan
1
2
jati belanda, salam, temulawak, meniran kemuning, pegagan, meniran
4 1
kacang kedele, kunyit, daun kelor
kacang kedele, kunyit, daun kelor, mengkudu
2
1
seledri.temulawak, kunyit jati belanda, kemuning, temulawak, kunyit jati belanda, kemuning, kelembak, kunyit, temulawak, meniran
2
1
1
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning,
1
1 1
1
1
1
2
kulit manggis sambiloto, kumis kucing, daun ungu, senna, salam, temu item,
1
marinox
66
seledri, kumis kucing, pegagan, temulawak
1
1
temulawak, meniran, jati belanda, mahkotadewa, kulit manggis
1
1
binahong, kunyit, jati cina
1
1
temulawak, kunyit
1
Jumlah
54
41
95
1
30
16
2
48
Pada Tabel 46, dari 95 ramuan kunjungan I, ramuan yang diberikan pada kunjungan I, berjumlah 24, dan dari 48 kunjungan II. ramuan yang hanya diberikan pada kunjungan kedua berjumlah 5 ramuan. Terdapat 1 kasus pada kunjungan akhir, mempunyai nilai QoL memburuk, yaitu pada ramuan jati belanda, kemuning, kelembak, kunyit, temulawak, meniran.
Tabel 47, Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hipertensi Ramuan
Kunjungan awal B
S
angel ica alang-alang, seledri, pegagan. meniran, kumis kucing,
1
temulawak bawang putih
1
bawang putih, seledri, akar valeria
1
B r
kunyit, daun afrika
2
ling zhi
l
daun dewa, pegagan, sambung nyawa, habbatussauda
1
kulit manggis
1
1
Mbr
7, i
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
I
1
1
I
1
1 1 1 l
meniran kunyit
1
1
pegagan, daun dewa, angelica
1
1
pegagan, sambung nyawa, daun sukun meniran, mahkotadewa. mengkudu
T
1
2
1
kumis kucing, rumput bolong, adas, temulawak, kunyit,
Mb
1
1
bawang putih, seledri, tempuyung, akar alang-alang,
X
Follow u p
1
1
3
mengkudu, temulawak
3
mengkudu, pare
11
1
1
mengkudu, kulit manggis, pegagan salam
1
1
mentimun
1
1
1
pegagan
4
4
1
1 1
1
1
1 1
1
2
67
sambiloto, mengkudu
1
pegagan, daun dewa
1
1
sambung nyawa, jinten hitam
1
sambiloto
4
sambiloto, jati beianda
I
sambiloto, pegagan, cipiukan, temulawak seledri seledri, kumis kucing, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
seledri, kumis kucing, tempuyung, temulawak, kunyit, meniran seledri, kumis kucing, pegagan
2
6
meniran seledri, kumis kucing, pegagan, pala seledri, kumis kucing, pegagan, pala, salam, alang-alang, adas seledri, kumis kucing, pegagan, salam, alang-alang, pala
2
6
8
l
1
10
II
21
18
1
21
1
5
6
8
2
10
3
8
11
5
11
25
31
3
1
5
1
I
1 13
seledri, kumis kucing, jati beianda seledri, kumis kucing, pegagan, alang-alang, temulawak,
1
I
seledri, bawang putih seledri, kumis kucing
1
10
23
1
1
1
1
1
1
13
13
1
1
seledri, kumis kucing, pegagan, tempuyung
1
1
1
I
meniran, kunyit seledri, pegagan, bawang putih
1
1
seledri, pegagan, meniran
1
1
seledri, kumis kucing, pegagan, timy, menta, temulawak,
seledri, pegagan, temulawak, meniran
1
1
seledri, pegangan, temulawak
1
1
seledri, pulosari
3
3
seledri, temulawak , kunyit, meniran
1
1
seledri, tempuyng
1
I
Jumlah
82
73
2
149
51
5 1
18
1
72
Pada Tabel 47, dari 149 ramuan kunjungan I, yang hanya diberikan pada kunjungan I berjumlah 24, dan dari 72 ramuan kunjungan II, yang hanya diberikan pada kunjungan kedua berjumlah 7 ramuan. Terdapat 1 kasus pada kunjungan akhir, mempunyai nilai QoL memburuk, yaitu pada ramuan jati beianda, kemuning, kelembak, kunyit, temulawak, meniran.
68
Tabel 48. Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus artritis Ramuan
Kunjungan
Follow up
awal B S
X
Mb
7,
jahe
1
1
I
l
alang-alang, rumput bolong, jahe
8
3
3
alang-alang, rumput bolong, temulawak
8
1 21 3 8
1
1
alang-alang, rumput bolong, temulawak, kunyit
6
6
T
alang-alang, rumput bolong, temulawak, kunyit, pegagan
1
1
daun sukun, pegagan
1
1
1
1
1
1
daun sukun, pegagan, sambung nyawa
2
2
beluntas, sidaguri, rumput mutiara dan Q-netic oil
1
1
daun sendok, jahe, tapak liman, kumis kucing, sidaguri jahe, pala, laos, kunyit, akar Saussureae lappae, temu giring, cabe jawa
I
jahe,temulawak,rumput mutiara,sidaguri,kumis kucing pegagan,jahe
1
1
daun sendok, seledri
1
1
daun sendok, temulawak, kulit manggis
1
1
jahe, sereh, lengkuas jahe,temulawak,rumput mutiara,sidaguri,kumis kucing
1 1
kepel, secang, temulawak, kunyit, meniran kepel, secang, temulawak, kunyit, meniran, pegagan
1
1
1
1
1 1
1 1
salam, pule, sambiloto, temulawak, jahe, kunyit, cabe jawa, kumis
1 1
1
I
3 1
4
4
2
2
2
3
5
5
1
I
1
3
3
1 1
sidaguri, tempuyung tempuyung, brotowali, rumput mutiara, jahe merah, cabe jawa,
8
1
1
kucing, cengkeh sambiloto, tempuyung, sidaguri, kunyit, greges otot, alang sidaguri
2
2
remapo salam
5
1
pegagan, tymi, camomail pulosari
3
1
kunyit, sidaguri
pegagan, kunyit, salam
3
1
kunyit, kayu manis, sembung, temulawak, meniran, adas
lempuyang, beluntas dan curcumag
1
1
7 15
lempuyang wangi, sidaguri, kunyit, jahe merah, sambiloto, alang2
1
1 1
kumis kucing, rumput bolong, adas, temulawak, kunyit, meniran
1
1 1
1
1 1
1
1
temulawak 69
temulawak, daun dewa, temu giring, pegagan, mimba
1
I
temulawak, kumis kucing, pegagan, rumput bolong, cabe jawa 51
1
1
36
87
1
1
28
4
34
Pada Tabel 48, dari 87 ramuan pada kunjungan I, ramuan yang hanya diberikan pada kunjungan I, berjumlah 17, dan yang hanya diberikan pada kunjungan kedua berjumlah 3 ramuan, dari 34 ramuan.
Tabel 49. Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follovv up untuk kasus hiperurisemia Ramuan
Kunjungan
Follow up
awal B jahe, laos, lempuyang wangi, eqiuseta, kumis kucing
S
Br
1
7,
Mb
1
2
alang-alang, ciplukan, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
T
2
3
3
daun gedi
1
1
1
1
daun sendok, jahe, tapak liman, kumis kucing, sidaguri
1
1
1
1
kayu secang, jati belanda, meniran, temulawak, kunyit
1
1
1
1
2
kayu secang, meniran
1
1
kayu secang, tempuyung, kepel
8
2
0
2
1
1
kayu secang, tempuyung, kepel, temulawak, kunyit, meniran kayu secang, tempuyung, kepel, seledri, pegagan, kumis kucing
l
9
1
1
2
2
kayu secang, tempuyung, temulawak, cabe jawa
1
1
kepel, salam, tempuyung, temulawak, kunyit, meniran
5
7
kumis kucing, sambung nyawa, pegagan, puratik, jintan hitam pegagan
1
salam
2
salam, jahe, laos, lempuyang wangi, eqiuseta,, kumis kucing sambiloto, kumis kucing, temu item, kulit delima, pegagan
1
13
!
1 1
1
1
1
3
3
3
4
0
4
7
7
1
0
1
1
1
I
1
i
3
3
1
1
1
44
25
sambiloto, tempuyung, sidaguri, kunyit, greges otot, alang-alang sidaguri, tempuyung
1
sirsak (buah)
1
Jumlah
29
12
3
2
27
Pada Tabel 49, dari 44 ramuan, yang hanya diberikan pada kunjungan I, berjumlah 7, dan dari 27 ramuan, yang hanya diberikan pada kunjungan kedua berjumlah 1 ramuan. Terdapat 3 kasus dengan QoL buruk.
70
Tabel 50. Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hepatitis Ramuan
Kunjungan awal
Follow u p
B
S Br
7
Mb
buah cardui mariae, daun cynarae, kunyit
2
I
3
4
4
kunyit
2
I
3 1
1
kunyit, temulawak, meniran, spirulina, minyak jinten hitam,sambiloto temu lawak, kunyit temulawak
3
temulawak, adas, kulit manggis, pegagan, meniran,
1
1
l
7
1 0 1
sambiloto temulawak, kulit manggis, mahkotadewa temulawak, salam, kulit
1
13
7
1
1
2
1 5 1
1
1
2 2
manggis
temulawak, kunyit, jambu
1
1
temulawak, kunyit, kulit manggis
1
1
temulawak, sambiloto, kulit manggis, keladi tikus, daun
1
1
dewa, jinten hitam temulawak, sambiloto, rumput mutiara, pegagan
1
1
1 4
1 23
Jumlah
T
8
19
3
24
Pada Tabel 50, dari 23 ramuan, yang hanya diberikan pada kunjungan I, berjumlah 1, dan yang hanya diberikan pada kunjungan kedua berjumlah 2 ramuan.
Tabel 51. Penilaian QuL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus dispepsia Ramuan
Kunjungan awal B
S Br
Follow up I
M
T
I
b mimba, temulawak, kulit delima, adas
1
1
kunir putih, temulawak , jombang
1
1
curcuma, patikan kebo
1
1
kunir putih, temulawak Jombang, sambiloto, daun dewa, rumput mutiara kunir putih, temulawak Jombang, sambiloto, daun ungu daun alpukat
I
1 1
1
1
1
1
I
1 71
umbi dewa, daun dewa
1
kunyit, kayu manis, sembung, temuiawak, meniran, adas, kunir
4
I 1
5
putih kunyit, jahe
1
jahe kunyit, kayu manis, sembung, temuiawak, meniran, adas
1 6
kunir putih, temuiawak, tapak liman kunyit, sembung, kapulaga, pulosari kunyit
5
1 6
1 1
23
l
1
2
2
4
9
labu parang (pumpkin) kunyit, pulosari
2 1 I 1
kunyit, mengkudu, patikan
1
1
labu parang (pumpkin)
1
I
1
1
1
pegagan
1
I
pegagan, kunyit
1
1
pegagan, pulosari
1
1
salam, mahkota dewa
1
1
4
sembung, kapulogo, kayu legi, sere, legundi, buah kedawung, kulit 11 kayu manis, cengkeh sembung, kapulogo, pulosari, temuiawak, kunyit, meniran
1
sembung, kunyit, temuiawak sembung, tempuyung, temuiawak, meniran
lempuyang, mengkudu, meniran temu hitam, kunyit, temu giring, daun ungu, kedawung, lempuyang
3
temuiawak, pegagan, mimba
1
temuiawak, tapak liman, kunyit, daun saga,secang ,mimba, sambiloto, kunyit putih Jumlah
1
1
1 1
15
4
5
1
1
1
temu hitam, kunyit, temu giring, daun ungu, biji kedawung,
41
1
1 5
I
1
1
1 2
1
1
3
3
2
mengkudu, pulosari
sembung, kapulogo, pulosari
1 4
1
kunyit, jahe
sembung, kapulogo, bidara upas
3
1
sambung nyowo, alang-alang, tapak liman, pegagan kunyit, binahong
1 1
2
salam, kunyit kunyit, temuiawak
1
11 5
2
7
1 1
1
2
2
1
4
1
1
1
I
1
2
2
1
1
5 6
4 101
3 9
5
4 4
Pada Tabel 51, dari 101 ramuan, yang hanya diberikan pada kunjungan I, berjumlah 18, dan yang hanya diberikan pada kunjungan kedua berjumlah 5 ramuan. 72
Tabel 52. Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus hemorhoid Ramuan
Kunjungan
1
Follow up
awal
1
B
S Br
I Mb
daun ungu, perasan bengkuang 9
dauri dewa daun unsu daun ungu, citrus flavonoid daun ungu, daun duduk, kelembak daun ungu, daun iler, alang-alang, bawang sabrang, kunyit pegagan, temulawak daun un.su, daun iler, daun duduk darin ungu, daun iler, daun duduk, temulawak. kunyit meniran daun ungu, daun iler, daun duduk, adas
1 4
daun ungu, mahkotadewa ____________________________
1
daun ungu, pegagan, sambiloto, daun dewa, mimba
#4
1
%
31
11
1133
14
24
1 1
1 1
5 5
1 20 7
-
1
114
17
1
21
ps 1 5 3 2 1
11
1 8 3
I 6
11 1
1
, 1
daun ungu, kulit manggis daun ungu, rumput laut daun ungu, kunyit temulawak
1
daun ungu, kurkuminoid, diosmin, hesperdin jati belanda, kemuning, rhei radix, lidah buaya daun ungu, oesagan, kunvit seledri
1
daun ungu, sambiloto
daun unsu. lidah buava
1 2
1 2
1
2
2
3
1
1
1
1
daun ungu, seledri daun ungu, “jamu henorboid uroduk pasar“
1 1
1
1
I
1 51
1 2
21 2
11
1
pegagan, temu putih , bawang dayak, sambiloto, mimba salep pegagan temulawak. kunyit daun wungu Jumlah
Mb 7 r
1
6
daun ungu, daun iler, daun duduk, pegagan, adas, jati cina
T
38
1 1 90
1
50 9
1
1 62
Pada Tabel 52, dari 90 ramuan kunjungan L ramuan yang hanya diberikan pada kunjungan pertama adalah 11 ramuan, dan dari 62 kunjungan follow up, ramuan yang hanya di kunjungan follow up adalah digunakan adalah 3 ramuan.
73
Tabel 53.
Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus obesitas Ramuan
Kunjungan awal B 8
i belanda at ¡a belanda, bengie, daun sukun t ja belanda, green tea t ja belanda, jati cina t ja belanda, jeruk nipis t ja belanda. jati cina, tempuyung, rosela t ,a belanda, jati cina, secang, meniran, temu lawak l ja belanda, kemuning, bangle, buah mahkota dewa, teh t ja belanda, kemuning t ja belanda, kemuning, herbalife t ja belanda, kemuning, kelembak t ja belanda, kemuning, kelembak, tempuyung t ja belanda, kemuning, kelembak, sirih t ja belanda, kelembak, t ramuan dayet
S
Follow up 7 Mb 8
I
v
T 9
9
1
1
2 4
4
l
1
11 1
1 1 1
1
1
1
1
6
6
2
2
6
7
7
5
1
Jumlah
1
5
2
7
4
4
8
8
5 13
2
5
7
6
6
9
9
1
1
1
1
1
1
65
31
25
12
18 49
Pada Tabel 53, dari 65 ramuan, yang hanya diberikan pada kunjungan I, berjumlah 5, dan yang hanya diberikan pada kunjungan kedua berjumlah 2 ramuan.
Tabel 54. Penilaian QoL untuk ramuan pada kunjungan awal dan follow up untuk kasus tuinor/kanker Ramuan
Kunjungan awal B
S
Follow up
Br
Mb
benalu teh
1
1
daun dewa, binahong
1
1
daun sirsak
i
daun sirsak, kulit manggis
1 1
1 1
1
1
1
1
1 1
daun sirsak, kunir putih, jinten hitam
buah makasar ikan gabus, putih telur
7
1
daun sirsak, kulit belimbing
hemocralis, cengkeh, kunyit, laos, pegagan, kunir putih, kedelai,
T
1 1 1
i
1
1
1
1
2
2
1
3
3 74
1
keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara, sambiloto, daun ungu keladi tikus, daun dewa, sambiloto, sisik naga keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara, sambiloto
1
1
keladi tikus, kunir putih, rumput mutiara, sambiloto, tapak dara,
1
2
1
l
1
2
2
2
3
1
1
daun ungu keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara,
7 1
keladi tikus, kunir putih, sambiloto, daun sirsak, kulit manggis,
3
1
8
1
temulawak keladi tikus, kunir putih, sambloto, rumput mutiara, tapak dara keladi tikus, kunir putih, rumput mutiara, sambiloto, tapak dara, daun ungu
1
1
keladi tikus, temu giring, temu putih, mahkota dewa, daun sirsak,
1
1
1
1
1
2
2
2
2
6
6
benalu teh, sarang semut, daun sukun, lempuyang mangga keladi tikus, rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, temulawak
l
kencur, sambiloto
1
kunir putih, pegagan
t
kulit manggis kunyit putih, bidara upas, temu mangga, benalu
1
l
keladi tikus, temulawak, benalu teh, sambiloto, bidara upas, temu
I 1 1
5
2
5
kunir putih
l
rumput mutiara, bidara upas
1
kunyit putih, pegagan, tapak liman, daun sukun rumput mutiara, brotowali, sidaguri rumput mutiara, kunir putili, bidara upas rumput mutiara, kunir putih, pegagan
1 3 3
rumput mutiara, kunir putih, sambiloto
5
sambiloto, rumput mutiara, kunyit putih, daun dewa, jinten hitam
1 1
9
1
I
4 26
5
3
1
1
5
2
2
2
2
2
2
1 1
1
temu item, kulit delima, bidara upas
1
temu mangga, tapak dara, temulawak, meniran
1
temulawak, kunyit, ekinase, temu mangga, teh hijau, benalu
1
8
1
l
1
1
1
1
2
2 1
38
1
1
zchizandrae (siccum) Jumlah
3
1
temu mangga, tapak dara, meniran, kunyit putih
keladi tikus, sambiloto, temu putih, daun dewa, kunyit
1
2
temu mangga, keladi tikus, mahkota dewa, kitolod, tapak dara, sambiloto, jinten hitam rumput mutiara, temumangga, temulawak
1
28
2
1
3
1
6 73
45 13
58
Pada Tabel 54, dari 73 ramuan, yang hanya diberikan pada kunjungan I, beijumlah 12, dan dari 58 ramuan kunjungan II, yang hanya diberikan pada kunjungan kedua berjumlah 8 75
ramuan. Terdapat 6 kondisi QoL buruk, dan pada kunjungan akhir, masih mempunyai nilai QoL buruk. Tabel 46 hingga 54 tidak menggambarkan persentase, namun menyatakan jumlah ramuan vang digunakan sebelum dan setelah terapi. Pada kasus penyakit yang sama . terapi iamu-obat konvensional, pada pasien vang sama, pemberian ramuan awal dan pada kunjungan follow up menggunakan ramuan yang berbeda. Hal tersebut dapat saia terjadi, karena banyaknya data empiris ramuan obat tradisional untuk suatu keluhan tertentu. Namun sebaiknya tidak dilakukan coba-coba, perlu kajian mendalam bagi dokter untuk memilih ramuan yang akan digunakan untuk terapi. Dokter perlu pengetahuan mengenai interaksi obat. Contoh vang sangat dikenal dunia, adalah penggunaan warfarin dengan gingko biloba, bawang putih, menyebabkan perdarahan ( ~ ()l Dalam tatalaksana terapi dengan secara konvensional, dapat terjadi suatu reaksi vang tidak diinginkan ataupun efek samping vang muncul terhadap pasien. Kejadian vang tidak di inginkan atau reaksi yang tidak dikehendaki merupakan respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan tidak diharapkan serta terjadi pada dosis lazim yang dipakai oleh manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi. Reaksi obat yang tidak dikehendaki ini dapat berupa kontraindikasi maupun efek samping obat (adverse drug reactions). Reaksi obat yang tidak dikehendaki ini dapat muncul dari faktor tenaga kesehatan, kondisi pasien maupun obat itu sendiri. Efek samping obat adalah efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan (efek sekunder), namun efek ini dapat bermanfaat ataupun mengganggu (merugikan) tergantung dari kondisi dan situasi pasien. Pada kondisi tertentu, efek samping obat ini dapat juga membahayakan jiwa pasien. Efek samping obat ini pada dasarnya terjadi setelah pemberian obat tersebut, yang kejadiannya dapat diramalkan atau belum dapat diramalkan sebelumnya. Sebagai contoh, penggunaan kortikosteroid (deksametason) dalam waktu lama dapat menimbulkan efek moonface dan peningkatan nafsu makan. Keadaan diatas dinilai juga pada tatalaksana terapi dengan jamu, dengan menanyakan kondisi pasien mengenai adanya efek samping atau efek yang tidak diinginkan, serta bagaimana cara penanganannya. Disini tidak dipisahkan mengenai kejadian tidak diinginkan dan efek samping akibat terapi jamu, karena untuk jamu, belumlah jelas balasannya. Kejadian tidak diinginkan atau adanya efek samping, dapat dilihat pada Tabel 55.
76
Tubei 56. Kejadian tidak diinginkan secara umum untuk 10 penyakit setelah minum jamu Kunjungan Ada
N = 514 Tidak ada
II
29 (5.6)
319(51.7)
III
4(0.7)
110(21.4) 52(10.1)
IV
0 (0.0) 33
481 (93.5)
Jumlah
(6.5)
Jumlah pasien pada kunjungan I adalah 908 pasien dan jumlah kunjungan pasien 1452, namun responden yang menanyakan adanya efek samping atau efek yang tidak diinginkan hanya pada 481 kunjungan, yang terbagi pada kunjungan ke II, III dan IV, dan 33% diantaranya menyatakan ada kejadian yang tidak diinginkan/efek samping. Gambaran mengenai efek samping dan efek yang tidak diinginkan dapat dilihat pada Tabel 57.
Tabel 57 Data efek samping/ efek yang tidak diinginkan Efek samping
Kunjungan 11 III
Jumlah
Alergi
2
2
BAB lebih lancar
1
i
BAK sering
1
1
Batuk
I
1
Berdebar
1
1
Diare
7
1
8
Mengantuk
1
1
2
Kembung
2
2
Mual
5
5
Cepat kenyang
1
1
2
Pusing
1
1
2
Lainnya
6
Jumlah
29
6 4
35 77
Berdasarkan data yang dikirimkan, keluhan yang disampaikan peasien. ditindak lanjuti oleh dokter dihentikan sementara atau diteruskan. Dari 35 keluhan. 28.6 % diminta untuk meneruskan minum jamu dan 71.4% dihentikan sementara, dan 25% diantaranya diberi obat. Dapat digambarkan ramuan yang menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada pasien. Dapat dilihat pada Tabel 58.
Tabel 58 Ramuan yang menimbulkan efek samping/efek yang tidak diinginkan No
ES/ETD
Ramuan
Jenis terapi
1
Alergi
2
Alergi
temulawak sambiloto, brotowali, meniran, temu lawak
hiperglikemia
3
Diare
daun ungu, daun iler, daun duduk
hemorhoid
4
Diare
daun ungu, rumput laut
hemorhoid
5
Diare
6
Diare
kunyit, meniran jati belanda, kemuning, kelembak
pelangsing
7
Diare
jati belanda, kemuning, temulawak, kunyit
pelangsing
8
Diare
jati belanda, kemuning, kelembak, tempuyung
pelangsing
9
Diare
10
Kembung
daun ungu, daun iler, daun duduk
hemorhoid
11
Kembung
jati belanda
pelangsing
12
Kembung
pegagan, kunir putih, rumput mutiara
tumor/kanker
11
Mual
12
Mual
meniran jati belanda, green tea
pelangsing
13
Mual
rumput mutiara, kunyit putih, bidara upas
tumor/kanker
14
Mual
daun ungu, citrus flavonoid
hemorhoid
15
Pusing
keladi tikus, rumput mutiara, bidara upas, sambiloto,
jati belanda, kemuning, akar kelembak, temulawak,
jati belanda, kemuning, temulawak, kunyit, meniran
seledri, kumis kucing, pegagan, temulawak, kunyit,
kunyit, kayu manis .sembung.meniran. temulawak,
kanker
pelangsimg
pelangsing
hipertensi
dispepsia
adas 78
16
Cepat mengantuk
sambiloto
hiperglikemia
17
Cepat kenyang
jati belanda
pelangsing
Nafsu makan
kumis kucing, pegagan. seledri, meniran, temulawak,
19
meningkat BAK meningkat
kunyit jinten
hiperlipidemia
20
BAB lancar
mengkudu
hiperglikemia
18
hipertensi
Kejadian tidak diinginkan terbanyak adalah pada terapi dengan jamu untk pelangsing, dimana pasien menyampaikan adanya keluhan diare, 5 pasien yang menggunakan jamu pelangsing, serta 2 pasien yang menggunakan jamu untuk hemorhoid. Hal tersebut memang dianggap belum melebihi batas, karena daun ramuan hemorhoid dan pelangsing memang mengandung tanaman obat yang dapat bekerja sebagai laksan, dalam hal ini daun ungu dan daun jati belanda. Untuk pasien hemorrhoid memperlembek feces, dan pada ramuan pelangsing untuk mengeluarkan makanan dalam usus segera. Namun kejadian diare pada pasien tertentu, mungkin dianggap kasus, karena jamu atau obat tradisional kadangkala bekerja kasus per kasus, dan tidak diperhatikan pula konsumsi makanan. Adanya efek mual untuk terapi jamu, dianggap sudah biasa, mengingat rasa jamu yang pahit, akan menimbulkan rasa mual. Perlu dikaji secara khusus mengenai ramuan yang menimbulkan efek samping atau tidak diinginkan, dengan kemungkinan dapat memberikan feed back bagi dokter, maupun Badan POM. Dokter perlu memiliki informasi mengenai tanaman obat yang dilarang digunakan untuk obat tradisional, dan data keamanan tanaman obat. Contohnya walaupun temulawak dan sambiloto banyak digunakan sebagai komponen ramuan jamu, namun data keamanannya, sambiloto sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil , ibu menyusui dan anak2; temulawak dosis besar akan mengiritasi lambung
l2n
. Laporan Badan POM, selama tahun 2013 keluhan efek samping
dari kegiatan Monitoring Efek Samping Obat Tradisional (MESOT), terbanyak adalah penggunaan jati belanda. sambiloto dan brotowali. Dokter perlu memahami adanya interaksi obat, efek samping, ketoksikan tanaman obat dan lainnya yang terkait. Interaksi dapat berupa efek sinergis (seledri + kumis kucing), over Iapping ( jinten hitam + meniran/sambiloto) atau antagonis (sena + daun teh)
(22)
.
Laporan adanya efek samping obat atau efek yang tidak diinginkan, menjadi hal yang perlu didukung bersama.
79
Masyarakat menyadari bahwa khasiat penggunaan jamu bukanlah reaksi satu malam seperti makan cabe sehingga diperlukan penggunaan secara terus menerus. Dalam konsumsi ramuan atau jamu atau secara umum bahan-bahan alam lainnya akan diperoleh reaksi yang beragam: 1.
Reaksi “healing crisis” adalah suatu keadaan dimana terjadi reaksi yang bersifat sesaat seolah-olah bertambah buruk, seperti berkeringat banyak, pusing alau sakit kepala, muntah, buang air besar. Reaksi ini tidak lebih dari 24 jam, biasanya hanya sesaat setelah mengkonsumsi ramuan atau jamu tersebut.
2.
Reaksi “aggravasi” adalah gambaran terjadinya reaksi perburukan yang bersifat perlahan-lahan tetapi berkelanjutan sampai lebih dari 3 hari. Reaksi ini merupakan indikasi bahwa pemberian ramuan atau jamu tersebut tidak sesuai.
3.
Reaksi “ameliorasi” adalah gambaran positif adanya perbaikan dan kesesuaian terhadap pemberian ramuan atau jamu tersebut |9) .
Kegiatan jamu registry merupakan bagian dari upaya memasukkan terapi jamu dalam pelayanan kesehatan formal. Sesuai dengan stategy WHO, bahwa capaian WHO dalam obat tradisional tahun 2014-2023 adalah memanfaatkan potensi dan kontribusi Tradilional & Complementary medicine (T&CM), memusatkan kesehatan individu pada ' l w r ellness”, dan mempromosikan penggunaan yang aman, efektif melalui regulasi, penelitian dan integrasi T&CM kedalam system pelayanan kesehatan t2Jl
.
V. KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan 1. Jumlah pasien adalah 908 , dalam 1452 kunjungan. Persentase usia pasien, terbesar pada kelompok usia 45-59 tahun (43.7%); jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada pria (59.3) dan pendidikan tertinggi adalah Perguruan Tinggi (36.6%), serta pekerjaan terbanyak adalah pegawai swasta (23.8%) . Berdasarkan hal tersebut, dapat digambarkan bahwa jamu sudah bukan merupakan pilihan masyarakat menengah kebawah. 2. Berdasarkan persentase diagnosis emik dan etik, diagnosis emik pasien dan diagnosis etik menunjukkan angka tidak berbeda , dibawah angka 5%. 3. Dalam tatalaksana, pemeriksaan penunjang pada laboratorium dilakukan pada 22,4 % dan pemeriksaan penunjang lain sebanyak 14 %. 4. Terapi terbaanyak menggunakan modalitas jamu (57.9%). disusul oleh jamu - obat konvensional (23.6%) dan jamu - kesehatan tradisional (8.7%).
5. Sebaran penggunaan jamu untuk 10 keluhan, berkisar antara 87% hingga 97.2 %, tertinggi adalah untuk keluhan hiperglikemia dan terendah adalah untuk hepatitis. 6. Bentuk sediaan jamu pada terapi, merupakan kombinasi antara bentuk godog /ramuan, kapsul/beredar di pasaran, suplemen dan bentuk lainnya. Terbanyak jamu yang beredar di pasaran 41%, dan bentuk ramuan 39.5% dan sisanya adalah merupakan kombinasi keempat bentuk sediaan. Tanaman obat tunggal yang banyak digunakan adalah terbanyak adalah temulawak (28.3%) diikuti oleh daun kumis kucing (21.8%), rimpang kunyit (21.8%) dan daun sambiloto (20.6%). 7. Terdapat 2% efek samping/efek yang tidak diinginkan, 65% dokter tidak menanyakan dan 33 % menyatakan tidak ada keluhan. 8. Jamu registri dapat dijadikan model pelayanan kesehatan tradisional oleh dokter. 9. Dengan jamu registri, dapat dinilai keamanan dan manfaat terapi, walaupun masih dalam tingkat ilmiah yang rendah. Dapat dinilai perbaikan gejala pada anamnesa dan perubahan nilai Quality of Life (QoL) dibandingkan anatar kunjungan pertama dan kunjungan akhir (follow up). 10. Secara umum, anamnesa gejala menurun dari 29.2% pada kunjungan I. menjadi 12.9; 10.6 dan 6.1% pada kunjungan ke II, III dan IV. 11. Secara umum, QoL buruk 2.1 %, menurun menjadi 0.7 % ; QoL kategori baik, meningkat dari 55% t menjadi membaik dengan angka76.2 %; QoL kategori sedang menurun dari 49 % menjadi 20.5%. Artinya pasien yang semula kondisinya sedang, meningkat kesehatannya , menjadi kelompok skore membaik. 12. Pada terapi dengan jamu, QoL membaik meningkat dari 54.7 % menjadi 72%, QoL menetap menurun dari 42.6% menjadi 25.5%. QoL buruk menurun dari 1.6% mendjadi 0.4%. Terapi dengan jamu - obat konvensional, QoL membaik meningkat dari 53.9 menjadi 78.3%, QoL sedang menurun dari 43.1% menjadi 18.8%. Terapi dengan jamu - obat konvensional-terapi kestrad. QoL baik meningkat dari 46.8% menjadi 67.5%, QoL sedang menurun dari 44.6% menjadi 25.0% dan QoL buruk menurun dari 4.2% menjadi 2.5%. 13. Diperoleh 309 jenis ramuan, untuk 10 penyakit, dan dapat ditetapkan komponen utama ramuan untuk ramuan 10 penyakit. 14. Diperoleh data efek samping jamu atau efek yang tidak diinginkan, dapat membantu program MESOT dari Badan POM dan juga feed back kepada dokter.
81
Saran 1. Ramuan untuk 10 penyakit dapat dikaji untuk menilai kerasionalan, dan dapat diteruskan dalam program Saintifikasi Jamu. 2. Dilakukan analisis lebih lanjut untuk menilai keamanan dan manfaat masing-masing keluhan penyakit. 3. Dilakukan sosialisasi kegiatan Jamu registri, agar dokter praktik jamu dapat mengirimkan data ramuan secara berkata ke web Pusat Registri Jamu, di Pusat TTKEK, kegiatan JAmu registry dapat dilakukan secara berkala
VI. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih tak terhingga disampaikan kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, atas kepercayaan yang diberikan untuk pelaksanaan studi ini. Selain itu, kepada teman2 peneliti dalam studi ini, juga kepada dokter-dokter praktik jamu di 7 provinsi sebagai peneliti lapangan yang telah berperan aktif sebagai responden dan mengirimkan data catatan medik pasien,
VII. DAFTAR PUSTAKA 1.
—, Pcrmenkcs No. 003/Menkes/Per/I/20I0, tentang Saintifikasi Jamu dalam Pelayanan Kesehatan
2.
Delima, Lucie Widowati, Yun Astuti dkk. Gambaran Praktik Penggunaan Jamu oleh
dokter di enam provinsi di Indonesia, Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 40 no. 3 tahun 2012. 3. 4.
—, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran , Roadmap Pengembangan jamu, dibawah koordinasi Kemenko Kesra dan Kemenko Perekonomian, 2011.
5.
Lucie Widowati dkk, Laporan Penelitian Observasi Pencatatan Jamu pada dokter
praktik jamu, Badan Litbang Kesehatan, 2012 6.
Siswanto, Suwijiyo Pramono, Nani Sukasediati dkk. Pedoman Metodologi Saintifikasi
Jamu untuk Evaluasi Keamanan dan Kemanfaatan Jamu, Badan Litbang Kesehatan, 2011. 7.
—, Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam
medik. 82
8. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara no, 135 tahun 2002 .
9. Siswanto, Amarullah Siregar, Rusmin Tumanggor dkk, Body of Knowledge,
Pengobatan Tradisional Indonesia, Badan Litbang Kesehatan, 2010 10. Yulius Oonassis. Aplikasi pendaftaran dan rekam medik pasien pada klinik
menggunakan Java 2 Standard Development Kit (J2SDK) dan Mysql, Gunadarma University library : http://library.gunadarma.ac.id 11. Permcnkes 1109/ Menks/Per/IX/2007, tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2008. 12. Lucie Widowati, Siswanto, Delima. HadiSiswoyo. Evaluasi Praktik Dokter Yang
Meresepkan Jamu Untuk Pasien Penderita Penyakit Degenerative di 12 Provinsi, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 24. No. 2 Juni 2014. 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 103 tahun 2014, tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional. 14. WHO, Action Plan for the global strategy for prevention and control of non
communicable diseases, WHO 2008. WHO 20 Avenue 1211 Geneva 27, Switzerland. Dede 15. Mulkan, Pola ideal hubungan dokter dengan pasien, pentingnya seorang
dokter memahami komunikasi (Analis kritis pendekatan kualitatif). Fakultas Imu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, 2012. 15. Arikha, Noga, 2007. Passions and Tempers: A History of the Humours. Harper Collins. 16. Laporan Riskesdas 2013, Badan Litbang Kesehatan. 17. Bambang Wahjoedi, Sa’roni, Lucie Widowati dkk. Kajian Potensi Tanaman Obat, Badan Litbang Kesehatan, 2004. 18. Komnas Saintifikasi Jamu, Vademicum Tanaman Obat Saintifikasi Jamu, jilid I , 2010. 19. Masyhari, Negeri Jamu, Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembanagn
industri obat tradisional, PT. Harfa Media Komunika, Cetakan Pertama, 2013. 20. Manuchair Ebadi, Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, School of Medicine and Health Sciences, University of North Dakota. Grand Forks. CRS Pres, Washington DC,2001. 21. Norman R. Farnsworth, Nuntavan Bunyapraphatsara, Thai Medicicinal Plants,
Recomended for Primary Health Care System. Bangkok, Thailand, 2008
22. Noor Wijayahadi, Potensi Interaksi Jamu dengan Obat, makanan dan jamu
lain. Materi ajar diklat dokter SJ, 2014, 23. WHO Tradistional Medicine Strategy 2(114-2023. World Health Organi/ation,
84
LAMPIRAN
PENJELASAN MENGENAI STUDI JAMU REGISTRI Tim peneliti di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik , Badan Litbangkes, sedang melakukan studi untuk mendapatkan data keamanan dan kemanfaatan jamu, melalui penilaian holistik. Hasil penilaian holistik berdasarkan terapi konvensional dan jamu atau kesehatan tradisional lainnya. Kegiatan Studi Jamu Registri dengan tools Rekam Medik Jamu akan disinergikan ke Web registri di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik dengan menggunakan teknologi sistem informasi. Rekam medik jamu disusun untuk 10 penyakit/keluhan yaitu : tumor/ kanker, diabetes mellitus, hipertensi, hepatitis, dislipidemia, hiperurisemia, hemorhoid, dispepsia, kegemukan dan artritis. Delapan puluh dokter berasal dari dokter SJ, dan jejaring dokter praktik jamu di 7 (tujuh ) provinsi, yaitu yaitu DKI, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Sulsel, akan diikutsertakan dalam studi ini. Dasar hukum yang digunakan adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 009/Menkes/Per/lX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, termasuk didalamnya adalah pelayanan dengan jamu. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, menyatakan bahwa upaya kesehatan termasuk pelayanan kesehatan tradisional (termasuk jamu) di Puskesmas dan RS. Pelayanan dengan jamu boleh dilaksanakan sepanjang dalam payung riset. Hal ini pernah tertuang pada MOU antara Badan Litbangkes dan PB IDI. No. HK.06.01/2/8623/2010 dan No. 1563/PB/A.3/12/2010, sebagai dasar pembentukan jejaring dokter praktisi jamu sebagai profesi peneliti berbasis pelayanan kesehatan Catatan medik jamu yang disusun oleh tim peneliti, merupakan modifikasi antara catatan medik konvensional dan dikombinasikan dengan konsep Body of Knowledge Kesehatan Tradisional Indonesia, mempunyai struktur sbb: 1. Diagnosis berdasarkan emik yang meliputi keluhan subyektif pasien (illness) dan apa yang disebutkan oleh orang lain tentang penyakitnya/ mtersubject'mty (skkness); 2. Diagnosis berdasarkan etik, yaitu diagnosis yang berdasarkan analisa medis konvensional/ obyektif (disease); 3. Penilaian kualitas hidup, berdasarkan QoL umum dan QoL khusus. 4. Keamanan penggunaan jamu Rekam medik jamu akan diimplementasikan pada jejaring dokter praktik jamu, mulai bulan April hingga Oktober 2014. Hasil pengisian kuesioner dikirimkan pada awal dan setelah Follow Up. Pengumpulan data berdasarkan apa yang diberikan dokter kepada pasien dan hasil studi akan menghasilkan data keamanan dan kemanfaatan jamu (secara holistik).
Jamu yang dinilai aman dan bermanfaat, dapat diusulkan untuk dilanjutkan dalam program Saintifikasi Jamu, sebagai percepatan perolehan jamu saintifik, sebagai modalitas produk yang dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Partisipasi dokter bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak berkenan dapat menolak. Bila dokter telah memutuskan untuk ikut serta, anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun dan tanpa menyebabkan berubahnya kualitas pelayanan dari dokter. Bila dokter bersedia berpartisipasi dalam studi ini, maka Badan Litbangkes akan menyertakan dokter sebagai pembantu lapangan pada tim peneliti, sesuai dengan aturan yang terdapat pada Standar Biaya Umum 2014 untuk mendapatkan honorarium sesuai ketentuan yang berlaku. Semua informasi mengenai catatan medik jamu dokter akan dijaga kerahasiaannya dan akan disimpan di Badan Litbang Kesehatan dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kerahasiaan dokter akan dijamin dan semua data tidak akan dihubungkan dengan identitas dokter. Apabila dokter memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai studi ini, dapat menghubungi: Dra. Lucie Widowati MSi. Apt. Telp. 081 8983561, email :
[email protected] dr, Hadi Siswoyo MEpid Telp. 081398000996, email :
[email protected].¡d Dr. Delima MKes Telp. 08164824070, email :
[email protected] Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Jl. Percetakan Negara 29, Jakarta 10560 Apabila Bapak/Ibu/Sdr/Sdri memerlukan penjelasan atau ingin mengadukan hal-hal yang berhubungan dengan etik penelitian mengenai penelitian ini, dapat menghubungi: Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi K l i n i k dr. Siswanto MHP. DTM Jl. Percetakan Negara 29, Jakarta 10560 Telp. 0811335017, email :
[email protected] Telp kantor: 021 -4244375
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya, yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : ________________________________________________________________ Alamat : _______________________________________________________________ Telpon : _______________________________________________________________ Pekerjaan : ____________________________________________________________ Pendidikan : ___________________________________________________________ Telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang berkaitan dengan Studi Jamu Registri oleh Dokter Praktik Jamu yang dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epiemiologi Klinik, Badan Litbang Kesehatan, dan saya menyatakan
setuju untuk berpartisipasi dalam studi ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila saya inginkan saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun. .................... 2014
Nama Responden :
TT:
( ......... ...................... )
REQUEST INFORMED CONSENT
PERMINTAAN PELAYANAN JAMU Yang betanda tangan dibawah ini: Nama : ................................... .................... ...... ................ Umur/Kelamin : ...................................... ................................................. Alamat : ........ .................... ......................................... ....... No. KTP : ........ .................................. ............................ ....... Setelah mendapat penjelasan dokter sepenuhnya tentang kemungkinan yang dapat terjadi dan telah saya mengerti seluruhnya, dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa saya :
MEMINTA Pada dokter untuk diberikan pelayanan penyakit dengan jamu/ obat konvensional dan jamu Terhadap : diri saya sendiri / isteri / keluarga lainnya Yang bernama Umur/Kelamin Alamat
: .............. .... .................... ................................. : ............................................................................... : ........................... ............ .....................................
Dokter yang merawat
Dr ............................................................ Tanda tangan & Nama Jelas Saksi
( ................................................ ) Tanda tangan & Nama Jelas
( ......................................................................... ) Tanda tangan&NamaJelas
REKAM MEDIK JAMU PENELITIAN BERBASIS PELAYANAN UNTUK RUMAH SAKIT, PUSKESMAS, KLINIK, PRAKTIK MANDIRI
REKAM MEDIK JAMU PENELITIAN BERBASIS PELAYANAN IJNTUK RUM\H SAKIT, PUSKESMAS, KLINIK. PRAKTIK MANDIRI L IDENTITAS RESPONDEN PENELITIAN BERBASIS PELAYANAN
VII.B.. Terapi Kesehatan Tradisional Lainnya
VIII.. KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN SETELAH MINUM JAMU (diisi pada saat Follow Up)
INSTRUMEN WELLNESS (8 dimensi) versi SJ
ASPEK/ DIMENSI Aspek Fisik
Point dari aspek 1. Gejala fisik
Pertanyaan Seberapa berat keluhan yang anda rasakan saat ini, sehingga anda mengunjungi klinik ini?
Definisi Operasional
SKOR 1 Sangat
Banyak
Sedikit
Tidak
Gejala fisik
Gejala fisik
Gejala fisik
Tidak
sangat
mengganggu
kadang- kadang
Seberapa banyak aktivitas sehari- hari anda tergantung bantuan orang lain?
Definisi Operasional
4
mengganggu
mengganggu
mengganggu 2. Kemandirian
3
2
Sangat
Banyak
Sedikit
Tidak
Semua
Sebagian besar
Sebagian kecil
Semua aktivitas
aktivitas
aktivitas
aktivitas
tidak ada yang
tergantung
tergantung
dibantu orang
bantuan orang
bantuan orang
lain (dapat
lain
lain
melakukan
tergantung orang lain (tidak dapat melakukan
sendiri)
apa-apa)
Aspek Psikis
3. Sedih/tertekan
Seberapa sering anda merasa sedih/tertekan Sangat sehubungan dengan keluhan anda dalam satu minggu terakhir ini?
Definisi Operasional
Banyak
Sedikit
Tidak
Kadangkadang
Sekali-sekali sedih
Tidak pernah
Sangat
Banyak
Sedikit
Tidak
Setiap saat
Kadang- kadang
cemas
cemas
Terus menerus
sedih
sedih
4. Cemas
Definisi Operasional
Seberapa sering anda merasa cemas sehubungan dengan penyakit anda dalam satu minggu terakhir ini?
Sekali-sekali cemas
Tidak pernah cemas
1
Aspek Spiritual
5. Tujuan hidup
Seberapa jauh tujuan hidup anda tercapai? semangat hidup?
Definisi Operasional
6. Arti hidup
Tidak punya
Tidak memiliki tujuan hidup/putus asa Apakah saat ini anda merasa menjadi beban Sangat orang lain?
Definisi Operasional
Punya, Punya dan sebagian sudah tercapai tercapai Mempunyai Mempunyai Mempunyai tujuan hidup tapi tujuan hidup dan tujuan hidup dan tidak terealisasi sebagian terealisasi terealisasi Punya, tidak tercapai
Banyak
Sedikit
Tidak
Merasa
Merasa
Merasa
Merasa
selalu
banyak
sedikit
banyak
membebani
membebani
membebani
memiliki
orang lain
orang
orang
kontribusi terhadap lingkungan
Aspek Sosial
7. Kebutuhan
Tidak
Sedikit
Banyak
Sangat
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Apakah anda mendapat dukungan dari orang disekitar ?
Tidak
Sedikit
Banyak
Sangat
Dukungan meliputi materiil dan ¡materiil
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Apakah kebutuhan hidup anda sehari-hari terpenuhi?
Definisi Operasional
8. Dukungan Definisi Operasional
PENILAIAN
- 16 : Buruk 1 7 - 2 4 : Sedang 25-32 : Baik
2
PENILAIAN SKOR DISPEPSIA, NEPEAN Indeks Dispepsia Nepean
5 tidak
4 ringan
3 sedang
5 hampir tidak pernah
4 Kadang kadang
3 sering
2 berat
1 sangat berat
2
1 selalu
Tensión (ketegangan) 1. Apakah mengalami gangguan emosi akibat keluhan lambung dalam 2 minggu terakhir? 2. Apakah anda sensitif, tegang atau frustasi akibat keluhan lambung dalam 2 minggu terakhir?
Pembatasan aktifitas sehari-hari 3. Apakah kemampuan untuk kegiatan yang menyenangkan (rekreasi, jalan-jalan, hobi, olah raga dan sebagainya) terganggu akibat keluhan lambung dalam 2 minggu terakhir? 4 Apakah kenikmatan dalam kegiatan yang menyenangkan (rekreasi, jalan- jalan, hobi, olah raga dan sebagainya) terganggu akibat keluhan lambung dalam 2 minggu terakhir?
Makan/minum 5 Apakah kemampuan untuk makan dan minum terganggu akibat keluhan lambung dalam 2 minggu terakhir"? 6 Apakah kenikmatan dalam makan dan minum terganggu akibat keluhan
Pengetahuan/pengendalian 7.Apakah anda berfikir bahwa anda akan selalu mengalami keluhan lambung dalam 2 minggu terakhir? 8 Apakah anda berfikir bahwa keluhan lambung anda disebabkan karena sakit sangat serius (kanker atau jantung) dalam 2 minggu terakhir?
sangat sering
Kerja/studi 9. Apakah kemampuan anda dalam bekerja atau studi terganggu oleh keluhan lambung dalam 2 minggu terakhir? 10. Apakah kesenangan anda dalam bekerja atau studi terganggu oleh keluhan lambung dalam 2 minggu terakhir
SKOR QoL DISPEPSIA 1 0 - 2 3 : buruk; 24 - 37 : sedang; 38 - 50 : baik
--
5 tidak
4 ringan
3
2
1
sedang
berat
sangat berat
vitl M
K PA HAEMORRHOID fSIKIROV) 1
'T* ''i"' ' ! ■ : 'l ". 'i f ’ - ' * '
!:Ä, .
Untuk setiap kejadian, silakan centang SATU saja pilihan jawaban yang sesuai mengenal status kesehatan anda HARI INI, pada kotak yang tersedia GEJALA
Tidak sama sekali 5
Sangat ringan 4
Ringan 3
Sedang 2
Berat 1
Bila BAB tidak berdarah
Bila BAB sedikit berdarah
Bila BAB berdarah banyak
Darah keluar walaupun tanpa BAB
Darah keluar banyak walaupun tanpa BAB
Tidak nyeri saat BAB
Nyeri bila BAB
Sangat nyeri bila BAB
Nyeri walaupun tanpa BAB
Sangat Nyeri walaupun tanpa BAB
Tidak prolaps saat BAB
Prolaps bila BAB
Sedikit prolaps bila mengedan
Prolaps tidak permanen
Prolaps permanen
Tidak ada iritasi
Sedikit iritasi
Iritasi sedang
Iritasi parah
Iritasi sangat parah
Tidak ada gatal
Sedikit gatal
Gatal sedang
Gatal parah
Gatal sangat parah
PERDARAHAN
NYERI
PROLAPS
IRITASI
GATAL
Penilaian Grade Haemorrhoid () 1. Grade I perdarahan 2. Grade II perdarahan 3. Grade III perdarahan 4. Grade IV perdarahan
Score: 5 - 1 1 : buruk; 12- 18 : sedang; 1 9 - 2 5 : bagus
+ prolaps + prolaps + prolaps
masuk sendiri masuk dibantu tdk dpt masuk
dgn tangan lagi
PENILAIAN SKC R NYERI PADA HIPERURESEMIA (Penilaian sederhana Internationa! untuk menentukan derajat nyeri berdasarkan vssociation for the / Study of Pain (IASP) .
Seberapa Berat Nyeri Anda?
PENILAIAN SKOR NYERI PADA ARTRITIS (Penilaian sederhana untuk menentukan derajat nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP)
Seberapa Berat Nyeri Anda?
Gambaran Diagnosis Emik dari Pasien
Tidak ada gejala
764
52,6
Ada benjolan di dubur
3
,2
Aktifitas terhambat
2
,1
Baal di tangan dan kaki
2
,1
Bab berdarah
8
,6
Bab keras dan sulit
2
,1
Badan kesemutan
1
,1
Badan pegal
2
,1
Badan saki, kaku
1
,1
Badan terasa lemas, mengantuk terus menerus
1
,1
Badan terasa tidak nyaman
I
,1
Benjolan di dubur
6
,4
Benjolan di leher
1
,1
Benjolan di sendi
1
,1
Benjolan pada payudara
3
,2
Berat badan berlebih
11
,8
Berat badan ideal
1
,1
Boyok keju kemeng
1
,1
Cengeng-cengeng
2
,1
Gatal-gatal
7
,5
Gatal dan nyeri pada daerah anus setelah BAB
1
,1
Jimpe
3
,2
Kaki keju
1
,1
Kaki kemeng dan kaku
3
.2
Kaki sakit
2
,1
Keluar cairan
1
,1
Kembung
1
,1
Kemeng-kemeng
!
,1
Kenceng tengkuk belakang dan pusing
1
,1
Kepala pusing
3
,2
Keseimbangan belum stabil
1
,1
Kesemutan
6
,4
Leher cengeng, tangan kanan baal
1
,\
Lemah/letih
213
14,7
Linu
2
,1
Lutut sakit
4
,3
Mata kabur
1
,1
Mata kabur, kurang bisa ereksi
1
,1
Meriang
1
,1
Mual
3
,2
Mudah capek
4
,3
Mudah mengantuk
1
,1
Nafsu makan kadang berlebih
4
,3
2
,1
Nyeri buang air besar
2
,1
Nyeri di daerah sendi lutut
1
,1
Nyeri di dubur
1
,1
Nyeri di payudara
2
,1
Nyeri kaki
2
,1
Nyeri kepala
2
,1
Nyeri kepala dan mata kanan
1
,1
Nyeri lutut
1
,1
Nyer otot
2
,1
Nyeri pada hidung
1
,1
Nyeri pada jari-jari tangan pada pagi hari
1
,1
Nyeri pada payudara sebelah kanan
1
,1
Nyeri pergelangan kaki kiri dan ibu jari kaki kiri, sulit berjalan
1
,1
Nyeri
Nyeri persendian
1
,1
Nyeri perut
4
,3
Nyeri punggung
1
,1
Nyeri seluruh badan
1
,1
Nyeri sendi
13
,9
Nyeri tengkuk
2
,1
Nyeri tengkuk belakang,nyeri sendi
1
,1
Nyeri ulu hati
1
,1
Nyeri untuk jalan
!
,1
Nyeri waktu buang air kecil dan nyeri perut kiri atas
1
,1
Pandangan kabur
2
,1
Pegal-pegal
8
,6
Penurunan berat badan
37
2,5
Perih pada ulu hati, senep, agak mual
1
,1
Perut kembung
1
,1
Perut mual, perih, kembung
1
,1
Perut perih
7
,5
Perut sebah
7
,5
Pusing
12
,8
Pusing tengkuk kenceng
1
,1
Pusing, leher cengeng
1
,1
Pusing, nyeri tengkuk, sakit sendi
1
,1
Pusing, sakit kepala
1
,!
Pusing, tengkuk kaku
1
,1
Rasa gatal di dubur
1
,1
Sakit kepala
4
Sakit perut
1
,1
Sakit perut dan kembung
1
,1
Semutan dan nyeri di kedua tungkak kaki ka-ki
1
,1
Sering buang air kecil
!
,1
Sering kencing di malam hari
i
,1
Sering kesemutan dan kebas pada jari-jari tangan
1
,1
Sering mengantuk pada siang hari
1
,1
Sudah tidak ada keluhan
I
,1
Sulit tidur
98
6,7
Telapak kaki kebas
1
,1
Tengkuk pegal
3
,2
Tidak nafsu makan
122
8,4
Tungkai nyeri
2
,1
Vertigo
3
,2
Total
1452
100, 0
DAFTAR RAMUAN YANG DIGUNAKAN DOKTER Ramuan
Jumlah
jahe, laos, lempuyang wangi, eqiuseta,, kumis kucing
3
kumis kucing, sambung nyawa, pegagan. puratik. jintan hitam
1
rumput mutiara, kunyit, bidara upas adas air buah bangkuang alang-alang, ciplukan, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
1 1 1 2
alang-alang, ciplukan, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
1
alang-alang, alang-alang, alang-alang, alang-alang, alang-alang, alang-alang,
1 24 8 6 1 1
rumput bolong, temulawak, secang rumput bolong, jahe rumput bolong, temulawak rumput bolong, temulawak, kunyit rumput bolong, temulawak, kunyit, pegagan seledri, pegagan, meniran, kumis kucing, temulawak
angelica bawang putih bawang putih, daun sendok, jati belanda
1 6 2
bawang putih, seledri, akar valeria bawang putih, seledri, tempuyung, akar alang-alang, kunyit, beluntas, sidaguri, rumput mutiara dan Q-netic oil
3 1 1
benalu teh biji mahoni biji mahoni, salam binahong bratawali, pare, sambiloto, kumis kucing buah cardui mariae, daun cynarae, kunyit
1 2 6 2 1 7
curcuma, patikan kebo, minyak hangat daun afrika daun afrika, brotawali daun alpukat daun dewa daun dewa, binahong daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun, jintan hitam
1 6 2 1 3 1 1
daun daun daun daun daun daun
6 1 2 2 1 9
dewa, pegagan. bawang putih, zaitun, jintan hitam. dewa, pegagan, sambung nyawa, habbatussauda gedi gedi, daun afrika insulin pepaya, daun mimba, brotowali, sambiloto, daun salam, pare
1
daun sendok, jahe, tapak liman, kumis kucing, sidaguri
2
daun daun daun daun daun daun daun daun
4 1 2 2 2 3 26 45
sirsak sirsak, kulit belimbing sirsak, kuiit manggis sirsak, kunyit putih, jinten hitam sukun, pegagan sukun, pegagan, sambung nyawa ungu ungu, citrus flavonoid
daun ungu, daun duduk, kelembak daun ungu, daun iler, alang-alang, bawang sabrang, kunyit, pegagan, temulawak daun ungu, daun iler, daun duduk
1 2 28
daun ungu, daun iler, daun duduk, seledri, pegagan , kumis kucing daun ungu, daun iler, daun duduk, pegagan, adas, jati cina daun ungu, daun iler, daun duduk, temulawak, kunyit, meniran
I 6 10
daun ungu, kulit manggis daun ungu, kunyit, temulawak
1 1
daun daun daun daun
I 2 3 1
ungu, ungu, ungu, ungu,
kurkuminoid, diosmin, hesperdin mahkotadewa pegagan, kunyit pegagan, sambiloto, daun dewa, mimba
daun ungu, rumput laut daun ungu, sambiloto daun ungu, seledri daun ungu, sophora japónica, rubia cordifolia, coleus artropurpureus, sanguisorba, kaempferia angustifolia, curucuma hey daung ungu, lidah buaya d iatesm i n, gastrimin. kayu manis
1 I 3 2 1 1
gastrimin,kunir putih gastrimin,kunir putih,migramin,pegagan
4 1
gotu-k,jahe
4 2
Hemocralis Folium 20g Caryophylli FIos 6g Amomi Fructus 10g Curcumae domesticae Rhizoma 100g Kaempheria Rhizoma 20g Cent hemocralis, cengkeh, adas, kunyit, laos, pegagan, temu putih, temulawak, bidara upas, kedelai, sembung Herbal Alamai : aradiab Herbal alami : masataru, Borobudur ; cellery Herbal alami : masataru, Borobudur : curcumag, Xamthone (liquid) Herbal Alami Semarang : Aradiab
i
ikan gabus, putih telur
4
l 1 t 1
2
jahe jahe merah, bengie (tapel)
2 1
jahe, pala, laos, kunyit, akar Saussureae lappae, temu giring, cabe jawa
1 1
jahe, pala, laos, kunyit, akar Saussureae lappae, temu giring, cabe jawa, mengkudu, kulit manggis jahe, sereh, lengkuas jahe.temulawak,rumput mutiara,sidaguri,kumis kucing
1 2
jati belanda jati belanda, jati cina, temu lawak, kunyit, pegagan
21 1
jali belanda, bengie, daun sukun
1
jati belanda, green tea jati belanda, jati cina jati belanda, jati cina, tempuyung, rosela
2 15 1
jati belanda, jati cina, kelembak
3
jati belanda, jati cina, secang, meniran, temu lawak
1
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning
11
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning, kayu secang, kepel jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning, seledri,temulawak, kunyit
2 1
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning, sembung
1
jati belanda, jati cina, tempuyung, kemuning, sirih, kelembak, rosela
11
jati jati jati jati jati jati jati jati
I 15 15 8 I 15 9 9
belanda, belanda, belanda, belanda, belanda, belanda, belanda, belanda,
jeruk nipis kemuning kemuning, kelembak, kunyit, temulawak, meniran kemuning, bangle, buah mahkota dewa, teh kemuning, herbalife kemuning, kelembak kemuning, kelembak, sirih kemuning, kelembak, sirih, tempuyung, jati cina, rosela
jati belanda, kemuning, kelembak, tempuyung jati belanda, kemuning, kumis kucing jati belanda, kemuning, kunyit, temulawak, meniran
19 I 14
jati belanda, kemuning, kelembak, lidah buaya
5
jati belanda, kemuning, tempuyung jati belanda, kemuning, tempuyung, pegagan, mimba
2 1
jati belanda, kemuning, temulawak
2 3
jati belanda, kulit manggis, temulawak, kunyit, meniran
1
jati belanda, mengkudu jati belanda, pulosari, seledri
2 1
jati belanda, salam, temulawak, meniran jati belanda, temulawak, meniran jati belanda, temulawak, meniran, secang jatibelanda, kelembak, jintan hitam, tapak dara, temulawak, ciplukan jinten hitam kacang kedele, kunyit, daun kelor kacang kedele, kunyit, daun kelor, mengkudu kayu manis kayu manis, kulit salak kayu secang, jati belanda. meniran, temulawak, kunyit
1 9 1 1 1 1 9 1 6 3 1
kayu secang, meniran kayu secang, tempuyung, kepel
1 11
kayu secang, tempuyung, kepel, temulawak, kunyit, meniran
1
kayu secang, tempuyung, kepel, seledri, pegagan, kumis kucing
2
kayu secang, tempuyung, temulawak, cabe jawa kayumanis,diatesmin keladi tikus , kunir putih, rumput mutiara, sambiloto, daun ungu
1 1 4
keladi tikus, daun dewa, sambiloto, sisik naga
2
keladi tikus, kunyit putih, rumput mutiara, sambiloto keladi tikus, kunyit putih, rumput mutiara, sambiloto, daun ungu
11 2
keladi tikus, kunyit putih, rumput mutiara, sambiloto, tapak dara kunyit putih, rumput mutiara, sambiloto, tapak dara, daun
1 2
kunyit putih, sambiloto, daun sirsak, kulit manggis,
3
rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, kunyit putih, tapak
1
rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, temulawak
7
keladi tikus, ungu keladi tikus, temulawak keladi tikus, dara keladi tikus,
keladi tikus, sambiloto, temu putih , daun dewa, kunyit keladi tikus, temu giring, temu putih, mahkota dewa, daun sirsak, benalu teh, sarang semut, daun sukun, lempuyang keladi tikus, temulawak, benalu teh, sambiloto, bidara upas, temu mangga kemuning, pegagan, meniran kencur, sambiloto
1 1 3 1 1
4
kepel, salam, tempuyung, temulawak, kunyit, meniran kepel, secang, temulawak, kunyit, meniran
10 1
kepel, secang, temulawak, kunyit, meniran, pegagan
1
kulit buah manggis , rosella kulit manggis kumis kucing kumis kucing, meniran, salam kumis kucing, mimba kumis kucing, rumput bolong, adas, temulawak, kunyit, meniran
1 7 2 3 1 24
kunir putih kunir putih, temulawak , jombang
1 2
kunir putili, temulawak Jombang, sambiloto, daun dewa, rumput mutiara
1
kunir putih, temulawak , jombang, sambiloto, daun ungu kunir putih, temulawak, tapak liman kunyit kunyit, pulosari kunyit putih, pegagan kunyit putih, pegagan, tapak liman, daun sukun kunyit putih, bidara upas, temu mangga, benalu
1 1 18 1 1 1 5
kunyit, kunyit, kunyit, kunyit,
3 1 3 37
temulawak binahong jahe kayu manis, sembung, temulawak, meniran, adas
kunyit, mengkudu, patikan kunyit, pulosari kunyit, sembung, kapulaga, pulosari
1 1 3
kunyit, sidaguri kunyit, temulawak, meniran, spirulina, minyak jinten hitam,sambiloto
1 1
labu parang (pumpkin) laos, teki, pulosari lempuyang wangi, sidaguri, kunyit, jahe merah, sambiloto, alang2
2 1 4
lempuyang, beluntas dan eurcumag lidah buaya, mimba, daun sendok, brotowali
1 8
ling zhi mengkudu mengkudu, binahong, kunyit
3 10 1
mengkudu, pare mengkudu, pulosari mengkudu, temulawak mengkudu,kulit manggis, akar alang2, kunyit, zaitun
2 1 3 1 5
meniran, jinten hitam, pare
1
meniran, mahkotadewa, mengkudu mentimun mentimun (jus) mimba, mengkudu okra pala, cengkeh, pegagan, cabe jawa
1 3 1 8 12 1
pare pare, sambiloto, kumis kucing pare, sambiloto, kunyit pegagan pegagan, kunyit, salam pegagan, temu putih , bawang dayak, sambiloto, mimba + salep pegagan
2 4 1 10 1 2
pegagan, daun dewa pegagan, daun dewa, angelica
1 2
pegagan, pegagan, pegagan, pegagan,
2 1 1 1
jinten hitam kunyit pulosari sambung nyawa, daun sukun
pegagan, tymi, camomail pule pandak, buah mahkota dewa, kumis kucinf, sembung, temu hitam
j 1
pulosari ramuan dayet remapo rumput mutiara, bidara upas
l 2 6 2
rumput mutiara, brotowali, sidaguri
1
rumput mutiara, kunyit putih, bidara upas
33
rumput mutiara, kunyit putih, pegagan
4
rumput mutiara, kunyit putih, sambiloto
6
rumput mutiara, temumangga, temulawak
1
salam salam , pare, toge , wortel , kacang panjang
16 3
salam,
1 2
salam, pule, sambiloto, temulawak, jahe, kunyit, cabe jawa, kumis kucing, cengkeh salam, daun jeruk, jeruk purut, kayu secang, akar alang-alang,
1 6
salam, jahe, laos, lempuyang wangi, eqiuseta,, kumis kucing
11
salam, kunyit salam, mahkota dewa sambiloto sambiloto, brotawali, kumis kucing, temulawak, kunyit, meniran
1 1 21 32
sambiloto, brotawali, kumis kucing, temulawak, kunyit, meniran, kayu manis sambiloto, brotowali sambiloto, brotowali, kunyit, meniran
I
sambiloto, brotowali, meniran, temulawak
12
sambiloto, brotowali, salam
33
sambiloto, brotowali, salam , pare, jinten hitam , daun pepaya, mimba sambiloto, brotowali, salam , temulawak
1 6
sambiloto, brotowali, salam, temulawak, kunyit, meniran sambiloto, brotowali, temulawak, kunyit, meniran sambiloto, daun dewa, pegagan, bawang putih, zaitun, jintan hitam
1 2 5
sambiloto, jahe, temulawak, rumput mutiara, minyak zaitun, kulit manggis sambiloto, jati belanda sambiloto, jinten hitam, brotowali, mimba
1
sambiloto, kumis kucing, daun ungu, senna, salam, temu item, marinox: vit a, c, e, zn, selenium sambiloto, kumis kucing, pule, mahkota dewa, sembung, temu ireng sambiloto, kumis kucing, temu item, kulit delima, pegagan sambiloto, mengkudu sambiloto, pare sambiloto, pegagan, ciplukan, temulawak sambiloto, rumput mutiara, kunyit putih, daun dewa, jinten hitam sambiloto, salam sambiloto, salam, temulawak sambiloto, tempuyung, sidaguri, kunyit, greges otot, alang-alang sambiloto,daun pepaya, pare (jus), kulit manggis (digodhog)
3
sambiloto,daun salam,temu poh, minyak hangat
I
sambung nyawa, jinten hitam sambung nyowo, alang-alang, tapak liman, pegagan dan dyspepsia
1 1
sari kacang hijau seledri seledri, kumis kucing, pegagan, pala, salam, alang-alang, adas
1 42 2
2 2
1 2
1 2 1 1 1 5 1 1 2 1
7
seledri, kumis kucing
40
seledri, kumis kucing, jati belanda
1
seledri, kumis kucing, pegagan
42
seledri, kumis kucing, pegagan, pala, salam, alang-alang, adas
1
seledri, kumis kucing, pegagan, alang-alang, temulawak, meniran
1
seledri, kumis kucing, pegagan, pala seledri, kumis kucing, pegagan, pala, salam, alang-alang, adas
1 10
seledri, kumis kucing, pegagan, salam, alang-alang, pala
1
seledri, kumis kucing, pegagan, tempuyung
1
seledri, kumis kucing, pegagan, temulawak
1
seledri, kumis kucing, pegagan, temulawak, kunyit, meniran
39
seledri, kumis kucing, pegagan, timy, menta, temulawak, meniran, kunyit seledri, kumis kucing, tempuyung, temulawak, kunyit, meniran
1
seledri, pegagan, bawang putih
1
seledri, pegagan, kumis kucing seledri, pegagan, meniran
1
seledri, pegagan, temulawak, meniran
1
seledri, pegangan, temulawak seledri, pulosari seledri, temulawak , kunyit, meniran
1
sembung, kapulogo, bidara upas sembung, kapulogo, pulosari
I 18 11
sembung, kapulogo, kayu legi, sere, legundi, buah kedawung , kulit kayu manis, cengkeh sembung, kapulogo, pulosari, temulawak, kunyit, meniran
1
12
sembung, kunyit, temulawak
1
sembung, tempuyung, temulawak, meniran sidaguri sidaguri, tempuyung sirih, meniran, secang, daun kepel, kunyit sirsak (buah) teh hitam
1 1
tempuyung, brotowali, rumput mutiara, jahe merah, cabe jawa, temulawak tempuyung, salam, kepel, temulawak, kunyit, meniran
1 1 1 2 5
tempuyung, kumis kucing, keji beling, alang-alang
2
tempuyung, salam, kepel, secang, temulawak, kunyit, meniran
1
temu hitam, kunyit, temu giring, daun ungu, kedawung, lempuyang
8 8
temu item, kulit delima, bidara upas
1
temu lawak, kunyit
2 1
temu mangga, keladi tikus, mahkota dewa, kitolod, tapak dara, sambiloto, j inten hitam temu mangga, tapak dara, meniran, kunyit putih
2
temu mangga, tapak dara, temulawak, meniran
1
temulawak temulawak , pegagan, mimba temulawak, adas, kulit manggis, pegagan, meniran, sambiloto
25 1 2
temulawak, daun dewa, temu giring, pegagan, mimba temulawak, kulit manggis, mahkotadewa temulawak, kumis kucing, pegagan, rumput bolong, cabe jawa
2 1 1
temulawak, temulawak, temulawak, temulawak, temulawak, temulawak, temulawak, temulawak, temulawak,
i 1 1 1 1 l 1 1 2 1
kunyit kunyit, daun wungu kunyit, ekinase, temu mangga, teh hijau, benalu kunyit, jambu kunyit, kulit manggis meniran, jati belanda meniran, jati belanda, mahkotadewa, kulit manggis pegagan, mimba salam, kulit manggis
temulawak, sambiloto, kulit manggis, keladi tikus, daun dewa, jinten hitam temulawak, tapak liman, kunyit, daun saga,secang ,mimba. sambiloto, kunyit putih umbi dewa, daun dewa zchizandrae (siccum) Total
3 2 1 1382
9