Laporan Penelitian
ANALISIS P A J A K PENGHASILAN PERUSAHAAN PT,
SEMEN
(PPH
BADAN)
INDARUNG PADANG
,
.-.---.--
I : ,., ,
... , . .
',
.,
j
:-kt--
--.-.
.,,..
: : - = ? a :-SJ.!..L,+/?~ C.5) : . _ _.__ ....., ; ....-. i i .e.,*.x
oleh
Drs. Hasdi Aimon, M.Si
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT KEGURUAN PADANG
DAN ILMU PENDIDIKAN
- SUMATERA BARAT 1998
.:
%
'
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan perkenan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
yang menganalisis tentang Pajak Penghasilan
Perusahaan
(PPh Badan) PT. Semen Indarung Padang. Penulis
menyadari
bahwa penelitian ini
dari kesempurnaan, baik isi, tata bahasa maupun Oleh
karena
kebaikan
itu
kritik dan saran
yang
masih
jauh
susunannya.
membangunan
penelitian ini, dengan senang hat.i penulis
demi harap-
kan. Semoga penelitian ini adn manfaatnya bagi kita semua. Amin.. .
Padang, Juni 1998 Penulis,
DAFTAR IS1
Halaman
......................................... IS1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR
ABSTRAK BAB
. 1. 2. I
3.
................................................ PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I 1 . TINJAUAN PUSTAKA 1
.
Sist.em Pajak
............................... Penghasilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
i ii
iv v vi 1
1 10 11
12 12
2 . Keseimbangan Pendapatan dan Sistem Pajak Pengha-
.......................................... 3 . Efisiensi dan Keadilan Pajak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 . Beban Akhis Pajak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 . Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . silan
BAB I 1 1 . METODOLOGI 1.
2.
. 4. 3
.................................... Ruang Lingkup Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Sumber Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Defenisi Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Model Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13 18 20
24
25
25 25 26 28
B A B IV
.
................
36
....
36
..................
41
..........
44
.....................
44
......................
46
HASIL P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N
1 . Efektivitas dan ~ n t e n s i v i t a sPernungutan P P h 2
.
Elastisitas P a j a k Penghasilan
3 . Fungsi Permintaan dan Penawaran S e m e n a . Fungsi Permintaan S e m e n b . Fungsi Penawaran S e m e n 3
.
Distribusi Beban Akhir P P h B a d a n Antara Konsumen
....................
48
........................ 1 . Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 . Implikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
52
Dan P e m i l i k Faktor Produksi
BAB V
.
XESIMPULAN D A N IMPLIMASI
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
.....................................
................................................
53
53
56
58
Ha 1aman Tabel 1.1 Produksi dan Konsumsi Semen PT. Semen Indarung Padang 1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 Tabel 1.2 Perkembangan Harga Pedoman Setempat (HPS) di Padang Tahun 1979 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
Tabel IV.l Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh Badan) UU No. 7 Tahun 1983 dan UU No. 7 Tahun 1991 PT. Semen Indarung Padang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39 Tabel IV.2 Efektivitas dan Intensivitas Pernungutan PPh Badan PT. Semen Indarung Padang Periode 1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 Tabel IV.3 Pph Badan PT. Semen Padang dan Pendapatan Nasional Periode 1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 Tabel IV.4 Pergeseran Beban PPh Badan PT. Semen Padang Antara Konsumen dan Produsen . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
Gambar 1 . Pengaruh P a j a k Penghasilan terhadap Pendapatan G a m b a r 2. Dampak Pajak Perusahaan T e r h a d a p Penjualan
....
17 22
G a m b a r 3. Pengaruh PPh Badan atas Harga d a n Jurnlah Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan pada pajak penghasilan perusahaan (PPh Badan) pada PT. Semen Indarung Padang. Data diperoleh melalui observasi langsung dan studi kepastakaan. Data primer digunakan untuk mengetahui efektivitas dan intensivitas pernungutan PPh Badan. elastisitas, seria distribsi bebnn beban akhir PPh Badan PT. Semen Indarung PaGang. Ternuan penelitian menunjukkan bahwa efektivitas d a n intensivitas pemungutan PPh Rndan P T . Semen Indarung Padang merupakan suatu pajak y a n g baik. Elastisitas PPh B z d a n adazah clastis. Distribr1si bebnn akhir menunjukkan bahwa: PPh Badan PT, Sarnen Indarung Padang 5 8 . 7 2 % bebannya di tanggung oleh produsen !pemilik f2ktr)x. produksi) clan 41,2?.?i d i ta~;gg!ing 0 1 e h k o n s u m ~ n . I meningkntkan I ) P r a n % I 1 PPh Sadan P'T. S~?n;en Indarung Padang, implikasinya terhada~) pengempurnaan sistem admi i l i s t r a s i pengenaan . I n n pc.mun,grLr.an PPtl R a c l a n dengan m c n g a p l i k a s i k a n s i s t e m kornput~r :;zing tprintegrasi. Sehingga a s p e k ke;~clil a i l r!an ;tr;pefi pemrralaan : i . : n ~ , t r l .zh di capai d a p n t . d i t l n g k a t 1 : a n menja:?i l t V , i h b a i k .
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah UUD 1945 pada pasal 33 ayat ( 2 ) dan ( 3 1 , menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai
hajat hidup orang banyak
dikuasai
oleh
negara. Bumi dan air beserta kekayaan yang terkandung dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk
di
sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan amanat konstitusi tersebut, maka peranan pemerintah dalam perekonomian Indonesia sangat menentukan.
Real isasi da.ri pesan konst i tusi tersebut,, penerintah ikut campur t,angan dalam kegiatan ekonomi baik lui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kegiatan oleh
produksi barang dan jasa
pribadi
mela-
(APBK),
dan
dilaksanakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMU), maupun
pengaturan
kegiatan ekonomi melalui berbagai kebijakan pemerintah.
Dipertegas Negara
(GBHN
lagi
oleh
Garis-Garis
1993) yang menyatakan
Besar
bahwa
pengembangan
perangkat fiskal meliputi perpajakan dan berbagai patan
Haluan
penda-
negara lainnya dilaksanakan berdasarkan atas
"keadilan"
dan "pemerataan" dengan meningkatkan
azas
peranan
pajak,
sehingga berfungsi sebagai alat
untuk
rnenunjang
pembangunan.
Pengembangan perangkat perpajakan tersebut
sesuai
dengan fungsi utama perpajakan yaitu (Musgrave, 1981, 6)
p.
;
a) Fungsi Alokasi Proses pembagian keseluruhan sumberdaya untuk kan
sebagai
barang pribadi dan
barang
diguna-
sosial,
dan
bagaimana kornposisi "barang sosial" ditentukan. b) Fungsi Distribusi Merapakan
proses
penycsuaian
pendapat,an clan kekayaan untuk apa
yang
terhadap menjamin
dianggap masyarakat sebagai
distribusi terpenuhinya
suatu
keadaan
yang
tinggi,
distribusi yang merata dan adil. C)
Fungsi Stabilisasi Upaya
mempertahankan
kesempatan kerja
tingkat "stabilitas" yang semestinya, dan laju pertumbuhan
ekonomi
segala
yang
akibatnya
tepat,
terhadap
dengan
memperhitungkan
perdagangan
dan
neraca
pembayaran.
Pelaksanaan Pendapatan selalu
dan
fungsi
tersebut
rnelalui
Eelanja Negara (APEX),
Anggaran
setiap
rneningkat. Pada APBN 1995/96 tersaji
tahunnya
sebesar
78.024,2 milyar yang berarti terjadi peningkatan
Rp
sebesar
11,867: dari APBN 1994/95. Peningkatan tersebut dihasilkan
dari
peningkatan penerimaan dalam negeri sebesar
10,93%
yang terdiri dari peningkat penerimaan migas 3,3% dan non migas
13,02%, serta peningkatan
penerimaan
pembangunan
(hutang luar negeri) sebesar 17,45%. Komposisi pertumbuhan sisi penerimaan migas
menunjukkan semakin surutnya
dalam anggaran pemerintah dan
non migas (Mulyani dan Jasmina, 1995
peranan
menguatnya :
peranan
p. 9).
Sistem dan prosedur perpajakan untuk pendapatan negara terus disempurnakan dan
meningkatkan disederhanakan
memperhatikan azas keadilan, pemerataan,
dengan
manfaat
dan kemampuan pelayanan yang bertanggung jawab. Upaya ini telah memberikan hasil berupa peningkatan penerimaan pada APBN
1995/96 yaitu; Pajak Pertambahan Nilai 25.813,
dan
Pajak Bumi dan Bangunan 18,09%.
Penyempurnaan Undang-undang rangi
sistem perpajakan dan
pernberlakuan
pajak baru tersebut ternyata tidak
penerimaan pajak. Bahkan rata-rata naik
mengu-
18%
dari
semula (Syahriful, 1996, p. 2 ) . Penyempurnaan sistem prosedur
perpajakan
yang
baru,
merupakan
salah
dan satu
strategi bidang pembiayaan pembangunan. Pemerintah semenjak
tahun
nasional,
1984
telah
melakukan
pembaruan
meliputi satu undang-undang tentang
perpajakan ketentuan
umum dan tata cara, dan empat undang-undang pajak masingmasingnya;
Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan
Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai.
Nilai,
Tujuan utama pernbaruan perpajakan nasional
adalah
untuk
meningkatkan penerimaan pemerintah melalui
perpa-
jakan
dari
Dari
sumber-sumber di luar minyak dan
k e empat pajak yang diperbarui itu
gas
alam.
terlihat
peme-
rintah
meletakkan harapan yang besar pada Pajak
silan,
Pajak
Pertambahan Nilai, dan
Bea
Pengha-
Meterai
yang
selama ini rnasih relatif kecil.
Keberhasilan
pemerintah dalarn
upaya
peningkatan
penerimaan pajak melalui usaha intensifikasi dan
eksten-
sifikasi perpajakan atau dengan kata lain melalui penyempurnaan p.
perangkat. perpajakan. Sebaliknya
1 ) mengemukakan kewajiban masyarakat
pajak
Esmara untuk
(1997,
nembayar
seringkali dirasakan sebagai beban. Karena
pajak,
masyarakat j u g a dibebani berbagai macam
selain pungutan
yang tidak jelas pertanggungjawabannya.
Selanjutnya jika
pernungutan
kualitas saja. rintah
Karimi pajak
pelayanan,
(1997,
dimaksudkan
p.
2)
untuk
tidak ada persoalan
mengemukakan, meningkatkan dan
baik-baik
Karena untuk pelayanan yang lebih baik itu, membutuhkan
biaya (pendapatan). "Tapi
layanan tidak baik, maka kenaikan pajak ini akan beban bagi masyarakat".
peme-
jika
pe-
menjadi
Lebih publik
lanjut
merupakan
ia
rnengemukakan
faktor
produksi
bahwa
dan
pelayanan
input
kegiatan
ekonomi. Karena itu, pelayanan publik harus ada kepastian dan
waktunya harus jelas dan cepat. Ini diperlukan
bagi
pengusaha dan masyarakat agar rnakin jelas dalam mengarnbil keputusan, sehingga biaya bisa ditekan. "Jika pelayanan publik
tidak ada kepastian dan tidak jelas,
rnaka
hasil
bahwa
pajak
akhirnya merupakan beban".
hiusgrave
(1981, p. 2 3 0 ) nlenyebutkan
dapat dibagi atas; ( 1 ) pajak langsung (direct t a x e s ) 2
dan
pajak tidak langsung (indirect taxes). Pajak
sang
(direct
rumah
tangga
t.axes) yaitupajak
yang
dikenakan
atau perorangan yang rnemiku!
beban
atas pajak
(indirect
taxes),
yaitu pajak yang dikenakan pada tftik pembebanan
lainnya
tersebut.
Dan
pajak tidak
langsune
lang-
tetapi dimaksudkan untuk dialihkan kepada siapa saja yang menjadi pihak penanggung akhir dari beban pajak tersebut.
Pajak penghasilan (PPh) perusahaan (badan) rnerupakan
pajak
langsung yang dikenakan
terhadap
keuntungan
(laba)
perusahaan setelah dikurangi dengan biaya
sinya.
Namun
tersebut
dapat
demikian tidak digeser
tertutup
bebannya
kepada pemilik faktor produksi.
opera-
kemungkinan
kepada
konsumen
PPh dan
PPh perusahaan bersumber dari kegiatan yang dilaksanakan perusahaan yang bergerak di berbagai sektor nomi.
penting
adalah
industri. Dalam ha1 ini perhatian difokuskan pada
indus-
tri
Salah
semen
satu
sektor ekonomi
PT. Semen Indarung
yang
eko-
Padang
mengingat
bahwa
tersebut merupakan salah satu andalan
daripada
propinsi Sumatera Barat. Produksi dan penjualan
(konsum-
industri
si)
semen
daripada
PT. Semen
Indarung
Padang
secara
selalu neningkat seperti terlihat. pada Tabel 1.1
absolut
berikut ini. Tabel 1.1 Produksi, dan Konsumsi Semen PT. Semen Indarung Padang 1985 - 1995
I
II
Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
Sumber
:
/.
Juml ah Produksi Semen (ton)
0/
Perturnbuhan
9.817.431 10.940.822 11.836.618 12.242.133 14.099.027 15.780.656 16.153.351 17.279.843 19.450.000 1 22.088.895 23.727.790
1
11,44 8,19 3,48 15,17 11,93 2,36 6,97 12,56 13,57 11,95
Jumlah Konsnmsi Semen (ton) 9.174.000 9.478.000 9.922.113 10.130.629 11.365.003 13.778.659 15.378.751 16.140.902 18.066.453 20.705.338 23.344.243
1 . PT. Semen Indarung Padang.
a( ,'a
Per-t umbuhan
3,31 4,65 2,12 12,19 21,24 11,61 4,96 11,93 14,61 12,74
Tabel 1.1 di atas menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi
terjadi pada tahun 1989 yaitu sebesar
sedangkan
konsumsi
tahun
1990
sebesar 2 1 , 2 4 % . Dan hasil persandingan produksi dan
kon-
sumsi
tersebut
tertinggi terjadi
menunjukkan bahwa
pada
15,17%,
antara
produksi
konsumsi semen PT. Semen Indarung Padang dari tahun
-
1995 pertumbuhannya meningkat secara proporsional.
dangkan
PPh badan (perusahaan) dihitung dari
tumbuhan
yang
seimbang
dcngan
produksi
dan
semen. Timbul pertanyaan bagi kita; Bagaimakah
oleh badar, atau
per-
elastisi-
rung Paclang? dan Apakah PPh badan ( P T . Semen Padang) ditanggung
Se
konsumsi
tas permintaan dan penawaran harga semen PT. Semen
sepenuhnya
1985
keuntungan
set,elah biaya operasi, juga menunjukkan
perusahaan
dan
nlereka
Indaini
geser
kepada konsumen?.
Menurut Mangkoesoebroto (1993, p. 1911, dapat atau tidaknya
suatu pajak digeser kepada konsumen
kepada 4 (empat.) faktor
:
a) Elas t isi t.as penawar-an b ) Elastisitas permintaan C )
Bentuk pasar
d ) Motivasi pengusaha.
tergantung
posisi pasar semen PT.
Dimanakah Padang? produk
Semen
Indarung
Apakah pasar persaingan sempurna? Apabila semennya,
merupakan pasar
persaingan
Mangkoesoebroto,
(1983, p. 2 2 8 )
sepenuhnya
menjadi tanggungan
akan
mengatakan
pasar
sempurna, bahwa
perusahaan,
PPh
karena
pihak perusahaan tidak mampu untuk menggeser PPh tersebut kepada konsumen atau pemilik faktor produksi dan sebaliknya bersifat monopoli, maka PPh sepenuhnya rnenjadi
tang-
gungan konsumen.
HPS (Harga Pedoman Setempat) merupakan harga dari
industri
secara
semen
kepada
konsumen
yang
bersama-sama oleh; ( 1 ) Industri semen
sangkutan, ( 2 ) Pemerintah Daerah Setempat, ( 3 )
jual
ditetapkan yang
ber-
Assosiasi
Semen Indonesia, dan ( 4 ) Pemerintall Pusat.
Dalam melalui
ha1 ini terlihat ada
intervensi
pengaturan harga semen dengan
pemerintah
menetapkan
pedoman setempat (HPS) dari harga jual semen. HPS harga
pagu (ceiling price) yang lebih rendah dari
keseimbangan mum.
yang diperlukan untuk mencapai laba
Tujuannya
adalah untuk melindungi
konsumen
harga adalah harga maksidalam
negeri, dan mendorong produsen untuk meningkatkan
jumlah
produksi melalui peningkatan persentase kapasitas
terpa-
kai (Lains, 1991, p. 4 ) .
Sehubungan dengan kebijakan tersebut mengintervensi
agar
struktur pasar semen
di
Indonesia
berbentuk
oligo-polistik
dan Asosiasi Semen Indonesia (AS11
mampu
struktur tersebut ke
merobah
Dengan
kata
lain
industri
arah
semen
tidak
monopolistik.
Indonesia
mempunyai
kekuatan monopoli potensial.
Gambaran perkembangan harga pedoman setempat (HPS) semen
di
Padang, dapat dilihat pada Tabel
1.2
berikut
ini. Tabel 1.2 Perkembangan Harga Pedoman Setempat (HPS) Semen PT. Semen Indarung Padang Tahun 1979 - 1995 Tahun
!
I
1979 1980 1982 1983 1983 1984 1986 1988 1990 1991 1993 1995 19'35
Bulan
'
Padang
I
April j May Januari i Januari April Januar i Oktober November Maret 1 Juli 1 Januar i I Maret April
i
'
2,300 2,650 2,825 3,350 3,725
~~~ 5,425 5,930 8,290 7,461
L
I I I
X Naik
17.95 15.22 18.58 11.19 10.07 21.95 8.50 9.31 39.80 (10.00)
Sumber : Departemen Perdagangan, 1979-1995, Berdasarkan
HPS
tertinggi
Tabel 1 . 2 di atas
baik di
Padang adalah
diolah PDBI.
terlihat pada
Maret
sebesar 3 9 , 8 0 % . Tetapi pada April 1995 HPS turun menjadi
Rp
7.461,-
per sak.
Dan
apabila
kenaikan 1995
kembali
dibandingkan
dengan
Januari
Selain
dari
1993, maka kenaikan HPS
pada itu secara umum terjadi
secara terus menerus dari tahun 1979 kenaikan
adalah
HPS
tersebut terjadi
-
25,82%.
kenaikan
HPS
1995. Apakah da-lam
penggeseran
PPh
kepada
konsumen semen?
Kondisi di
yang demikian memungkinkan industri menggeser PPh
Indonesia
pihak
lain.
per-usahaan
Untuk i t u penelitian
ini
semen
(badan) akan
kepada
memberikan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas.
2. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian-uraian di atas
mengenai
pajak penghasilan, menjadi pertanyaan bagi kita
bagaima-
nakah sesungguhnya kondisi PPh PT. Semen Indarung
Padang
tersebut?. Dalam ha1 ini secara khusus dilihat pada pajak penghasilan perusahaan PT. Semen Indarung Padang
sebagai
salah
satu penyumbang penerimaan pajak penghasilan
cukup
bermakna. Untk itu
permasalahan penelitian
yang dapat
dirumus sebagai berikut : a. Sejauhmanakah efekt.ivitas dan intensivitas
pernungutan
PPh Perusahaan PT. Semen Indarung Padang? b. Bagaimanakah
peranan
elastisi tas
PPh
PT. Semen
Indarung Padang? c. Bagaimanakah
distribusi PPh PT.Semen Indarung
antara konsumen dan pemi 1 ik faktor produksi?
Padang
3. T u j u a n Penelitian Sesuai
dengan
permasalahan di atas,
penelitian ini adalah untuk melihat a. Tingkat
maka
tujuan
:
e f e k t i ~ i ~ adan s intensivitas
pernungutan
PPh
P T . Semen Indarung Padang. b. Peranan
elastisitas
PPh PT.
Semen
Indarung
Padang
sebagai suatu s u m b e r penerin~aan n e g a r a .
c. Distribusi
beban akhir P P h PT. S e m e n Indarung
antara konsumen dan pemilik faktor produksi.
Padang
BAB I 1
TINJAUAN PUSTAKA
1. S i s t e m Pajak Penghasilan
Dalam
usaha meningkatkan pendapatan
nasional
beberapa kebijaksanaan fiskal yang dapat ditempuh intah
dalam rangka mernbelanjakan uangnya
guna
ada
pemer-
mencapai
tujuan negara dan dalam rangka mendapatkan dana-dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaran tersebut (Jhingan, 1934 : h. 8 6 ) .
Keberhasi lan kebi jaksarlaan fis1ia.l dalam
rneningkat-
kan laju pertumbuhan ekonomi tergantung pada pe-ningkatan jumlah penerimaan negara sex-ta jumlah dan arah ran
negara.
pemerintah surplus bank.
Sarana
fiskal yang
dapat
untuk meningkatknn sumber
digunakan
penerimaan
penerin~aanpajak, pinjan~an dari
Dari
Pajak
diartikan
:
oleh adalah
masyarakat
semua sarana tersebut pajak
paling efektif (Boediono, 1994
pengelua-
merupakan
dan yang
h. 1 1 0 ) .
sebagai pungutan
yang
dilakukan
oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang secara tidak
langsung
memberikan
umum balas
jasanya kepada pembayarnya, dan pada pelaksanaannya perlu dipaksakan (Usman dan Subroto,
Musgrave pajak
1980
h. 16).
:
(1984,h. 577) mengemukakan bahwa
penghasilan adalah fleksibel dimana
bila
sistem
antara
pajak
dengan pendapatan ada keselarasan. Lebih lanjut ia rnenyatakan
sistem
tersebut
sebagai
sistem
yang
dimana penerimaan pajak tergantung dari pada
realistis pendapatan.
Sejalan dengan pendapat tersebut Soediyono (1988, h. 103) Inenyatakan
-
bahwa
antara pajak
dan
tingkat
pendapatan
terdapat hubungan fungsional yang dapat ditulis
T
sebagai:
f ( Y ) dimana T adalah pajak, dan Y adalah pendapatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan dan sesuai dengan Undang-undang No. 10 tchun 1994 bahwa pajak adalah
iuran
dari wajib pajak (objek pajak) yang harus diserahkan pada pemungut pajak (pemerintah) dimana penetapannya
ditentu-
kan oleh si wajib pajak (self assessment) dan juga berdasarkan
ketetapan pemerintah tanpa mernperhitungkan
beban
atau kesanggupan si wajib pajak.
2. Keseimbangan Pendapatan dan Sistem Pajak Penghasilan
Sistem
perpajakan yang berlaku pada
suatu
sangat menentukan sistem pembiayaan negara yang kutan.
Sistem
pajak
penghasilan
adalah
negara
bersang-
proporsional
terhadap
pendapatan,
(Soediyono, 1992
sehingga
persamaan
fungsi
pajak
h. 145-150), dan (Dernburg, 1992 :
:
h.
114) menjadi :
T
= tY
......................................
(1)
dimana t adalah koefisien pajak.
Dengan fungsi pajak yang dernikian itu fungsi konsumsi rumah tangga yakni
mempengaruhi
:
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3a)
Yd = (1 - t)Y C = a + cYd
atau
C = a + c(l - t)Y
............................
i3b?
Efek pajak ini berlanjut pada pendapatan ekuilibrium.
Menurut Froyen (1993, h . 34-95) dan Dernburg
105-1061
pada perekonornian tertutup dengan tiga
(1992, sektor,
pendapatan nasional digunakan untuk konsumsi rumah tangga ( C ) , investasi ( I ) , dan pengeluaran pemerintah (GI yakni:
Y = C + I + G
.................................
Disisi lain pendapata:~ digunakan untuk
Y = C + S + T
(4)
:
...................................
(5)
Dalam kesimbangan pendapatan menjadi; C + I + G = Y = C + S + T
I + G = S + T
atau
..................................
(6)
Dilihat dari sudut pendapadatan disposibel, maka Y d = C + S = a + c Y d + S
S
-
= (1 - c)Yd
a
= ( 1 - c ) (1 - t)Y - a maka
-
I + G = (1 - c)(1
-
dan Y C ( 1 YC1
-
c)(l
c(l
-
-
t)Y
-
t) + t]
t)
a + tY
-
a = I + G
= a + I + G
sehingga keseimbangan pendapatan menjadi;
Perubahan pengeluaran pemerintah, akan mempengaruhi pendapatan
nasional,
dimana
sifat
pengeluaran
adalah
ekspansif. Besarnya perubahan pendapatan nasional
akibat
perubahan pengeluaran pemerintah adalah sebagai Serikut.
Dari persamaan keseimbangan pendapatan dapat hat
besar pengaruh koefisien pajak
(multiplier
karena dalam sistem pajak penghasilan terdapat
dilipajak),
keselara-
san dalam perekonomian. Dari kesimbangan pendapatan dapat
diturunkan
multiplier
pajak
yang
bersifat
restriktif
(menurunkan pendapatan) sebagai berikut.
Soediyono
(1988, h.
menyatakan
171:
koefisien
pajak menyebabkan pajak yang terpungut naik bila pendapatan naik dan turun bila pendapatan turun. Jadi naik turun penerimaan pajak selaras dengan tingkat pendapatan.
Setelah bersifat
mengetahui
ekspansif
kenaikan
sementara
pengeluaran
kenaikan
pajak
adalah bersifat
restriktif, maka perlk dipertimbangkan perrlbahan anggaran berimbang
seperti
[l/l-c(1-t)ldG, luaran
=
Kenaikan
dT.
pendapatan
=
yakni efek ekspansif dari kenaikan penge-
pemerintah.
C-c/l-c(1-t!ldT
dG
sen~entara penurunan
(Musgrave, 1984
:
pendapatan
=
h. 484).
Sehubungan dengan itu pertambahan pendapatan persis sama dengan kenaikan pengeluaran pemerintah, dan pengganda
anggaran berimbang sama dengan 1 (satu). Jika
faktor
pengganda anggaran berimbang lebih besar dari satu,
maka
marjinal wajib pajak lebih kecil dari
pada
kecendrungan
kecenclrungan marjinal dari penerima pendapatan.
Penerimaan pemerintah dari sistem pajak penghasilan yang proporsional merupakan ha1 yang berbeda bila dibandingkan dengan yang berasal dari sistem pajak Pengenaan
"lump-sum".
pajak proporsional ini tidak menggeser
fungsi
konsumsi secara paralel, sebagaimana halnya dengan sistem pajak "lump-sum". Tetapi bergerak ke bawah, berputar pada titik potong dengan sumbu vertikal. Karena pajak sional bertambah sejalan dengan bertambahnya maka
perlu
pendapatan,
kemiringan fungsi konsumsilah dan bukan
tong-nya
yang
menurun. Agar pendapatan
propor-
titik
meningkat
penurunan pajak, seperti terlihat pada
pomaka
Gambar
berikut ini. Pengeluaran
I
F
P
Pendapatan
dY
Gambar 1 . Pengaruh Pajak Penghasilan (PPh) terhadap Penclapatan.
1.
Pada
Gambar 1 di atas terlihat C ' C 1 adalah
fungsi
konsumsi sebelum penurunan pajak dan C'C., se-telah
penu-
&
runan
pajak, dimana pendapatan meningkat dari OP k e
OF.
Proses
ini diperlihatkan pada persamaan ( 1 ) sampai
(8),
dimana penerimaan pajak (T) sama dengan tY yang rnerupakan fungsi dari Y. Dengan naiknya pendapatan naik pula pajzk, sehingga
memperkecil Yd dan C . Hal ini
bisa
meniadakan
efek ekspansi yang ditimbulkan oleh G.
Apabila
pemerintah
nenaikkan
anggaran
setelah
menyadari kenaikan pengeluaran bersifat ekspansif tara
kenaikan
pajak
bersifat
restriktif
semen-
(rnenurunkan
pendapatan nasional), maka perlu mempertimbangkan perubahan anggaran dG = d T .
3. Efisiensi dan Keadilan Pajak
Analisis dalam dan
efisiensi perpajakan pada mulanya
rnenentukan yang mana di antara pajak pajak
mengurnpulkan
atas penghasilan yang sejurnlah
penerimaan
paling
atas efisien
pemerintah
adalah barang dalam
tertentu.
Untuk mengukur efisiensi ini digunakan beban pajak
lebi-
han (excess burden). Suatu pajak dikatakan efisien apabila menimbulkan beban lebihan yang paling kecil.
Sehubungan
dengan
itu perlu
adanya
suatu
pajak
optimal yang merupakan kombinasi pajak yang dapat menaikkan penerimaan pemerintah dan sekaligus menimbulkan beban lebihan
minimal.
Untuk
itu ada
beberapa
menghasilkan pajak yang demikian yaitu
aturan
:
( 1 ) Kebalikan elastisitas. Tarif pajak atas suatu
bergantung
pada elastisitas permintaan barang
supaya
beban
dengan
elastisitas
tinggi, tarif
dan
lebihan
yang
kecil
ditimbulkan dikenakan
barang
tersebut,
kecil.
tarif
barang dengan elastisitas
agar
Barang
pajak
besar
yang
dikenakan
yang rendah. B,~umoldan Bradford, ( 1 9 7 0
:
h.
telah membuktikan bahwa elastisitas adalah penentu
326)
untuk
nenghasilkan beban lebihan yang paling kecil. (2)
Pengurangan
proporsional. Rarnsey
(1972 :
h.
172)
mengemukakan suatu teori yang menyatakan bahwa pajak yang optimal
adalah
suatu pajak yang
mengurangi
permintaan
terhadap semua barang secara proporsional. (3)
Penjumlahan langsung utilitas. Jika fungsi
utilitas
seseorang dapat ditulis sebagai penjumlahan langsung maka tarif dengan
pajak
optimal
elastisitas
berkebalikan permintaan
secara
proporsional
terhadap
penghasilan
(Hyman, 1993 : h. 2 0 6 ) . ( 4 ) Optimaljtas pajak penghasilan. Pajak penghasilan
pajak barang
atas barang dengan tarif yang seragam untuk akan optimal jika elatisitas permintaan
penghasilan
untuk
semua barang sama
dengan
dan semua
terhadap satu,
dan
perubahan
dalam tenaga kerja tidak mernpengaruhi
substitusi marginal tiap barang (Boadway, 1979
:
tingkat h. 343).
4. Beban Akhir Pajak
Analisis Seban akhir pajak (tases incidence) adalah suatu kajian yang berusaha menentukan siapa yang akhirnya menanggung atau mengorbankan sumber-sumber untuk
dialih-
kan k e sektor publik. Dengan analisis ini dapat diketahui dampak perubahan suatu pajak atas dist.ribusi penghasilan, efisierisi penggunaan sumber, clan efek makrv lainnya diperlukan
dalam
menetukan
kebijakan
perpnjakan
yang dan
transfer .
Definisi Musgrave
beban
akhir pajak menurut
Musgrave
(1984, h. 227) adalah penernpatan
beban
dan pajak
pada pembayar pajak yang terakhir atau tempat beban akhir suatu
pajak.
distribusi
Beban
akhir
pajak
merupakan
penghasilan yang diakibatkan
oleh
perubahan perubahan
kebijaksanaan anggaran belanja pemerintah.
Pajak penghasilan (PPh) perusahaan dikenakan terhadap keuntungan/laba perusahaan (badan hukum) dalam periocle terTt.entu.Dapat atau tidaknya PPh perusahaan digeserkan
kepada
konsumen tergantung
kepada
suatu ini
struktur*
pasar atau motivasi pengusaha (Mangkoesoebroto, 1993 : h. 226)
. Pada pasar persaingan sempurna PPh perusahaan dalam
jangka pendek tidak dapat digeserkan kepada konsumen, ha1 ini
disebabkan produsen tidak dapat
rnempengaruhi
harga
dan harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran
selu-
ruh industri serta pengusaha tidak dapat berpindah
usaha
kepada yang tidak dikenakan PPh perusahaan. Dalam keseimbangan jangka panjang
perusahaan tidak memperoleh
tungan ekonomi, sebab dalani jangka panjang tidak ada
keunPPh
yang dibayar oleh perusahaan karena mereka tidak memperoleh keuntungan ekonorni (Mangkoesoebroto, 1933
:
h. 2 3 0 ) .
Lebih lanjut Mangkoesoebroto (1993, h. 2 3 1 1 , mengemukakan
bahwa dalam pasar monopoli PPh
dikenakan
pada
motivasi
pengusaha.
keuntungan
keuntungan
maksimum,
perusahaan
Apabila
perusahaan
yang
bergantung
pada
perusahaan
maka ia menetapkan
motivasi-nya produksi
biaya marginal sama dengan penerirnaan marginal (MC = dan
keuntungan
dengan
penerimaan
biaya total (TR - TC). PPh perusahaan tidak
pengaruhi PPh
adalah selisih antara
penerimaan total rnaupun biaya total,
perusahaan
penghasilan.
tidnk
dapat
mengubah
posisi
atas
MR) total rnern-
sehingga maksirnum
Kaitan (omzet)
antara
pajak perusahaan
dengan
penjualan
dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva TC,
TR,
OAB menunjukkan biaya total, penerimaan total, dan tungan perusahaan. Agar tingkat keuntungan yang kan
maksimum, maka barang yang dijual
OQ9
dan perusahaan akan mendapatkan
maka
keun-
diingin-
haruslah
sebesar
keuntungan
sebesar
AQO (=CD). Sebaliknya apabila perusahaan ingin maksimum
dan
jumlah barang yang harus
dijual
penjualan sebesar
OQ1. Tingkat penjualan sebesar OQt ini tidak akan dipilih oleh
rnanajer
maksimum
perusahaan sebab
pada
tingkat
keuntungan sama dengan no1 (TR =
TC)
penjualan sehingga
keadaan ini tidak memuaskan pemilik perusahaan. Rupiah
0
QO
Q3
Q2
Q1 Jumlah Barang
Gambar 2. Dampak Pajak Perusahaan Terhadap Penjualan
Untuk memuaskan para pemilik modal (pemegang saham) pimpinan
perusahaan
penjualan.
untuk
memaksimumkan
Misalkan keuntungan minimum yang
dikehendaki
saham sebesar OL maka pimpinan perusahaan
pemegang menjual
akan berusaha
barang
yang diproduksinya sebesar
akan Dengan
OQ2.
adanya PPh sebesar 20 persen, maka pimpin-an akan menjual produk-nya sebesar OQ3, sehingga total keuntungan menjadi
FQ3
dan 20 persen PPh dari keuntungan ( 2 0 % x FQ,) .,
FG dan keuntungan nettu perusahaan
sebesar
( \ I a n g k . ; . o r s o c ~ b r n(1, f 1
Sebagaimana
11
yaitu
sebesar
GQ3
lh9'
yang telah dikernukakan di atas
rangnn penjualan atau produksi akan rnenyebabkan harga
barang pada pasar nunopoli atau
tidak
sempurna
pasar
lainnya. Akibat pengenaan
pengu-
kenaikan
persaingan
PPl: produksi
barang akan semakin sedikit, artinya PPh dapat digeserkan sebagian atau seluruhnya kepada konsumen dengan
mernbayar
harga
tersebut
yang
digeserkan elastisitas Semakin
lebih tinggi. Seberapa
besar
kepada konsurnen akan sangat permintaan
akan
barang
PPh
bergantung yang
elastis permintaannya akan semakin
pada
dihasilkan. sedikit
PPh
yang dapat digeserkan kepada konsumen. Sebaliknya sernakin inelastis
kurva
permintaannya, maka semakin
yang dapat digeserkan kepada konsumen.
besar
PPh
5. Hipotesis
Hipotesis yang dapat ditarik dan sekaligus menjadi jawaban
sementara
didasarkan
dari permasalahan
pada tinjauan pustaka yang
adalah sebagai berikut
penelitian. sudah
serta
dipaparkan
:
a. Efektivitas dan intensivitas pemungutan PPh Perusahaan
PT. Semen Indarung tinggi. b. Peranan PPh Perusahaan PT. Semen Indarung Padang cukup berarti sebngai srlatu sumber penerimaan n e g a r a .
c. Beban
akhir PPh Perusahaan PT. Semen Indarung
dialokasikan
lebih
besar
kepada
kcinsumen
Fadnng pengguna
produk tersebut dari pada pcmi 1 ik faktor produksj
.
BAB I 1 1
M E T O D O L O G I
1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang yang
lingkup penelitian meliputi
segala
sesuatu
berkaitan dengan pajak penghasilan PT. Semen
Inda-
rung Padang, terutama yang dapat menjelaskan tentang
:
a. Efektivitas dan intensivitas pernungutan; b . Struktur,
dan
elastisitas
PPh
Perusahaan
Industri
Semen; dan c. Distribusi
beban
akhir antara konsumen
dan
pemilik
faktor produksi .
2. Sumber Data Data yang diolah dan dianallsis berupa data primer berupa biaya produksi (jumlah dan kon~posisinya), penerimaan
yang diperoleh, keuntungan, dan PPh Perusahaan
Semen IndarSung Padang dari tahun 1984/55 sampai
PT.
1994/95.
Dat,a sekunder diperoleh dari Biro Pusat
Statistik
yang
dipublikasikan.
clipublikasikan
maupun yang
tidak
baik
Selain
itu
data
sekunder
juga
diperoleh
dari
lembaga dan instansi terkait seperti Departemen Perindustrian, dan Departemen Keuangan.
3. Definisi Variabel
Untuk
mencapai keseragaman penafsiran atas
varia-
bcl-variabel yang diteliti, maka penulis berikan definisi varibel berikat ini
batasnn
:
a. Beban Akhir Pajak Tempat atau
kepada
siapa beban akhir
suatu
pajak
penempatan behail pajak p a d n pemhayar pajaf;
terakhir
(Musgrav?, 1 9 8 4
:
h . 227). Eeban
Sang
akhir
ini
diukur' besarannya berdasarkan tarif pajaf;, e1astisit:as permintaan dan elastisitas pennwarari semen.
b. Pajak Penghasilan Perusahaan Beban atas
pajak yang dikenakan kepada
keantungan yang diperolehnya
perusahaan,
setelah
dikurangi
dengan biaya operasi per-usnhaan tersebut. Asunisi bahwa beban pajak tersebut dialokasikan kedalam produksi per unit Undang (PPh
seagai
penarnbah biaya produksi.
Perpajakan Pasal
Dalam
dikenal dengan istilah
2 9 ) . Diukur berdasarltan
Undang-
PPh
persentase
Eadan yang
d i t ~ t a p k a noleh Undang-Undang Perpajakan yang Derlaku.
c. Efektivitas Pemungutan Pajak Persentase
pencapaian penorimaan
pajak
sekarang dibandingkan penerimaan pajak tahun nya.
Apabila nilainya positif dikatakan
tahun
sebelum-
efektif
dan
jika nilainya negatif dikatakan inefektif.
d. Intensivitas Pemungutan Pajak Persentase beban pajak sctelah dikurangi dengan pajak
terutang.
Cntuk mengetahui
tingka.t
perolehan
tunai beban pajak pada p ~ r i o d et . Xpabila intensivitas pernungutan pa jak besarnya: 0-30°; = kurang bail;, 21-40%
=
a g a k baik, 41-60% = baik, 61-80% = l e b i h
baik, dan
81-100". = sangat baik atnu diseb~lt intensivitas
pemu-
nguten PPh Badan ideal.
e. Elastisitas Pajak Repekaan perubahan nasional
variabel
penerimaan
pendapatan nasional. diukur
berdasarkan
pajak
Sedangkan
Produk
terhadap pendapatan
Domestik
Bruto
(PDB) Rerdasarkan Harga Eerlaku.
f. Pergeseran Pajak Pendistribusian
beban pajak kepada pihak
lain
seperti; kepada konsumen atau pernilik faktor produlisi. Atau dengan kata lain suatu proses dimana beban
pajak
dipindahkan
melalui
penyesuaian
harga
dari
pengenaannya k e tempat akhir pembebanannya 1984
:
h. 2 3 0 ) . Penggeseran beban pajak
tempat
(Musgrave, ini
berdasarkan tarif rata-rata pajak, elatisitas
diukur permin-
taan dan elastisitas penawaran. 4 . Model Analisis
Kajian dan analisis dipusatkan pada masalah
efelc-
tifitas dan intesivitas, annlisis struktitr, d a n analisis dis t.ribusi beban akhir. PPh perusallaan indus tr-i semen.
a . Analisis Efektivitas dan Intesivitas Pemungutan Kaj ian ngliput i n s p e k tujuan pengenaan, objek PPh B a d a n d a n tar-if PPh Radan.
subjek
Dalam
dan
kaitannya
dcngan bes?~rnq'abeban PPh Baclan Periocle yang bersangkr~tan dan
PPii Badan terutang HPS, serta
proses
admi nistrasi .
Dalanl kajiar~ ini efekt ivi tas dilihat derlgan men;bandingkan antara
beban
PPh
Radan d a r - i
periode
t.ertentu
periode
sebelumnya. Apabila hasilnya
positif
efektif
dan jika negatif dikatakan tidak efektif
dengan
dikatakan (inef-
fec.tive).
Sedangkan intensivitas dilihat dengan
mernbanding-
kan antara beban PPh badan dengan PPh Radan terutang p a d a per-iocle
tertentu.
Sekiranya
hasi lnya
posi tif
be~-art j
intensif
upaya pemungutan P P h Badan, dan tidak
intensif
upaya pemungutan PPh badan apabila hasi lnya negatif.
Kemudian dilihat perlakuan yang seharusnya menurut teori
dan
seperti yang
hal-ha1 lain yang
penting
untuk
diterapkan
yang diingini oleh undang-undang dengan
terjadi. Sehingga dapai diketahui bagaimana
penetapan
PPh tersebut ditetapkan, apakat~sesuai
undang-undang
yang
berlaku. Jika
tidak
praktek sistem decgan
dicari
faktor
penyebab dan imp1 ikasinya atas PPh Eaclan indus t r i senion.
b. Elastisitas PPh Elastisitas pertthahan
PPh
adalah
~erhandingan p e l - s e n t a s e
PPh terhadnp p e r - s e n t a s e
nasional (Choudry, 1979
:
pe1'115ahan perlciapa t n r l
h . 8 8 1 , d q p a t dirumuskan
dinlana Eppi, adalah elastisitas P P h , dan Y
adalah
:
penda-
patan nasional pada harga berlaku.
c. Elatisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas permintaan adalah perbandingan persentase
perubahan jumlah barang yang diminta terhadap
per-
sentase
perubahan
harganya,
yang
diruinuskan
sebagai
berikut :
dimana
Ec.
adalah elastisitas permintazn, p adalah
harga
dan q adalah jumlah barang yang diminta.
Elastisitas p?nawaran adalah perbandingan tase
perubahan
j u m l a h barang yang
ditawarkan
persentase harganga, !rang dapat dirumuskan
dimana E,
perserterhadap
:
adalah elastisitas penawnran.
d. Beban Akhir PPh Perusahaan Pengenaan
PPh Badan (perusahaan) atas
keuntungan
(laba) perusahaan, akan mengurangi keuntungan perusahaan. Sehubungan
dengan
perusahaan
diasumsikan
itu beban atas PPh Eadan sebagai
pajak
yang
oleh
pihak
merupakan
penambah biaya produksi. Sehingga PPh Badan akan menambah biaya marginal perusahaan, seperti terlihat pada Gambar 3 berikut ini.
Harga
MC + P P h B a d a n
Qt
0
Jumlah
Q:-I
Gambar 3 . P e n g a r u h PPh B a d a n a t a s H a r g a dan Jumlah P r o d u k s i
Berdasarkan
Gambar
3 d i atas
pengaruhnya
jelas
kepada b i a y a p r o d u k s i , h a r g a , dan jumlah p r o d u k s i .
Peru-
bahan t e r s e b u t memotivasi pengusaha untuk menggeser beban PPh Badan k e p a d a p i h a k l a i n , b a i k k e p a d a konsumen harga
produk
yang l e b i h t i n g g i
maupun
kepada
dengan pernilik
f a k t o r p r o d u k s i d e n g a n rnernbayarnya d e n g a n l e b i h m u r a h
P e n g a l o k a s i a n b e b a n a k h i r PPh p e r u s a h a a n
.
industri
s e m e n a d a l a h p e m b a g i a n b e b a n a n t a r a konsurnen d a n p r o d u s e n y a n g d i t e n t u k a n dengan rumus
( I c h s a n , 1959, h. 5 2 ) :
I[; = 1 IP
-
dan
IP
= (t - 1) Ed/{Es
dalam
+ (t
-
1 ) Eel)
mana I k adalah beban akhir yang ditanggung
konsu-
men, dan I p adalah beban akhir yang ditanggung produsen.
Biaya
pemungutan
atas
PTh
PT. Semen
Indarung
diperkirakan berdasarkan jumlah biaya yang
Padang luarkan
pemerintah
dan subjek PPh
atas
pemasukan
dikePPh
setiap tahunnya.
( 1 ) Estimasi fungsi permintaan dan penawaran I3entu.k
urnunl
d n r i f r ~ n g is
ba1-ang
(Maurice, 1982
adalah
:
:
pel-mintclan akan
h . 16 dan Rosen, 1 9 8 5
s t i a ti1
: 11.
5601
substitusi
atau
dimana Qcl adalah Ruantitas barang yang diminta Po adalah harga barang per unit P,
adalah
adalah
harga
barang
komplementer per unit. Y p adalah pendapatan perkapita
U
adalah selera konsumen
V
adalah ekspektasi konsumen.
Sedangkan bentuk operasional persamaan yang sering digunakan
adalah berbentuk log linear. Bentuk
persamaan
log linear merniliki banyak keuntungan antara lain;
mudah
s e c a r a ernpiris, dapat mengatasi nilai
negatif,
dapat mengatasi rnasalah heteroskedatisitas yang
biasanya
ditaksir
timbul
dalam analisa yang menggunakan data
sgri
parameter dapat langsung diinterpretasi, dan
rnenghampiri
naksimasi kepuasan individu (Waiters. 1968 h. 2 2 1 : clan
Johnsan,
1976.
117). Sehubungan
dengan
fungsi permintaan ynng d i g u n + ~ k a nberbe~ituk
bentuk operasionalnya adalah
ysrtg
Penawaran harga
suatu
waktu,
Itu
Hasan makd
:
:
barring ditentukan
barang tersebnt ( P o ) , harga fafitor
oleh produksi
digunakan ( P i ! , dan teknologi sang digunakan dzlarn
faktor yang dalam
proses produksi barang tersebut ( 2 ) (Maurice, dkk. 1982
h.
36;
dan R o s e n , 1985
:
h. 563). nalam
hubungan ditulis sebagai berikut
:
bentuk
:
fungsi
Karena perusahaan
analisis
beban
akhir
pajak
penghasilan PPh
dilakukan untuk melihat distribusi beban
perusahaan pada suatu periode tertentu, maka pengaruh dianggap tetap. Dengan demikian penentu yang perlu mengestimasi fungsi penatkaran adalah harga barang
Pi
untuk terse-
but dan teknologi yang digunakan. Dengan demikian besaran teknologi
akan
dinakili oleh data. berupa
falitor input
yang digunakan dalam proses p r o d ~ ~ k s i barang
tersebut.
Sehingga
clalnnl
fungsi penawaran dapat dinyatakan
log linear berikut ini
;node!
:
yang dalam bentuk operasionalnya dinyatakan sebagai
:
Penentuan harga dan kuantitas keseimbangan terjadi secara bersamaan, pada saat
:
Persarnaan ( 5 1 ,
( 6 1 , dnn ( 7 1 mernbentuk suatu sistern
persamaan yang "exactly identified".
( 2 ) Elastisitas Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan parameter-parameter
persamaan-persamaan
di
atas,
maka
fungsi permintaan dan penawaran dapat
dihitung, selanjatnya dihitung elastisitas permintaan dan penawaran semen dengan menggunakan persamaan ( 2 ) clan ( 3 ) .
( 3 ) Alokasi Beban Akhir PPh Perusahaan
Untuk perusahaan
mendapatkan
distribusi
k e p a d a k o n s u r n e n d a n pemi l ik:
beban
aktlir
faktor
PPh
prcdalcs i
d i g u n ~ k a npersamaan ( 4 ) un?u!.< m e 1 i h a t hesaran alokasi .
BAB IV HASIL PENELITIAN D A N PEMBAHASAN
1. Efektivitas dan Intensivitas Pemungutan PPh Ketentuan
2 3 ayat ( 2 )
Undang-Undang
Dasar
1915, mengenai k~tentuan-ketentuanperpajakan yang
meru-
pakan
Pasal
landasan pemungutan pajak harus ditetapkan
undang-undang.
Berdasarkan
LTndang-undang perpajakan
ketentuan
tahun 1933
dengan
tersebut, tela!?
nalia
diundangkaq
Undang-unclang Nomor 7 Tahun 1983 tentsng Pajak Penghasilan,
sebagai landasan hukum pengenaan
Pajak
Penghasilan
j.ang b ~ r l a k use jak tahun 195.2.
Sistem pajak penghasilan ( P P h l berdasarlian undang
Pajak
petlghasilan du.
1983 tidak lagi
rnemb~dakan antara
perusahaan dengan pajali penghasilan
Pajal; penghasilan perusahaan dimaksud
penghasilan berbadan
Undang-
pajak indivi-
adalah
!PPh) yang dikenakan kepada perusahaan
hukum (PT), sehingga dalam
istilah
pajak Fang
perpajakan
dikenal dengan FPh Badan (PPh Pasal 1 9 ) .
PPh badan tersebut dikenakan pada keuntungan (laba)
perusahaan.
Tarif
marjinal
PPh
mpnurut
Undang-undang
Pajak 1983 ditetapkan menjadi 3 (tigal kelornpok, yaitu:
-
15% dari keuntungan di bawah Rp. 10 juta.
-
25% dari keuntngan antara Rp. 10
-
35% dari keuntungan di atas Rp. 50 juta.
Dengan
demikian
PPh merupakan
-
5 0 juta.
sumber
penerimaan
negara yang sangat potensial. Walaupun dernikian persoalan pajak
tetap
Kendala
fundamental
adalah sistern administrasi dan hukum,
dihadapi aparat
masih kompleks.
perpajakan,
dan
kepatuhan
yang
kualitas
masyarakat
rnembayar
pajak.
Agar
efektivitas dan intensivitas
pemungutan
PPh
dapat tercapai, diperlukan prasyarat perangkat perpajakan yang baik, yaitu melalui penyempurnaan sistem perpajakan. Misalnya yang
pemerintah harus menciptakan
standar,
serta
mendorong
sistem
pembukuan
pelaksanaannya
melalui
sistem komputerisasi yang terintegrasi.
Untuk mencapai tujuan efektivitas dan pemungutan
Pajak
penghasilan
perusahaan
intensivitas (PPh
pemerintah antara lain mengeluarkan Undang-undang tahun
1991
sebagai
upaya
penyempurnaan
Nomor
7 Tahun 1983. Tarif marjinal PPh
Badan), No.
7
Undang-undang
menurut
Undang-
undang No.7 tahun 1991 ditetapkan menjadi 3 (tigal kelompok, yaitu:
-
10% dari keuntungan di bawah Rp. 25 juta 15% dari keuntungan antara Rp. 25
-
.
50 juta.
30% dari keuntungan di atas Rp. 50 juta.
Pemberlakuan berlaku
tahun
Sehingga
tarif
PPh ini secara
efektif
1995 untuk industri semen
temuan
yang bisa
di
dibandingkan
mulai
Indonesia.
kedua
Undang-
undang itu adalah untuk tahun 1994 dan 1995.
Temuan
perhitungan
pajak
penghasilan
perusahaan
(PPh
Badan)
dari PT. Semen [ndarung Padang
yang
diberlakukan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991,
tahun
1995
dan
untuk tahun 1994 yang diberlakukan Undang-undang Nomor
7
tahun 1983, dapat dilihat pada Tabel IV.1.
Efektivitas
pemungutan PPh Eadan pada
tahun
ditunjukkan oleh peningkatan penerimaan PPh Badan sar Rp. 7.8511.009 (110,04%). Dan jika dilihat tas
pemungutan
jumlah
PPh
PPh
Badan tahun
terhutang Intensivitas
8.515.055.
tahun PPh
terpungut
F'P~+ 7 . PPhU,. x 1(30%
PPh
:
sebe-
intensivi-
ditemukan
adalah
1995
dengan menggunakan formula berikut
IP = -
1995
1995
bahwa
sebesar
dapat
RP.
dihitung
Tabel IV. 1 Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh Badan) UU No. 7 Tahun 1983 dan UU No. 7 Tahun 1991 PT. Semen Indarung Padang ( 000 Keterangan Laba sebelum pajak Ditambah atau (Dikurangi) - Koreksi beban untuk perhitungan PPh (netto) - Deviden (Anak Perush.
1
1994
Rp. 49.751.531
Rp. 12.374.467
Rp. (Rp.
Laba kena pajak
552.481 69.0671
Rp. 8.130.783
-
Rp. 50.234.945 Rp. 20.505.250
I
Perhitungan Pajak PenghasiIan Perusahaan PPh Badan Tahun 1995 :
1995
I
1994
RP RP Rp. 15.055.596
= =
lm x Rp. 25.000 15% x Rp. 25.000 3076xRp. 50.184.945
=
1 I
Rp. 15.061.846
Jumlah PPh Badan 1995
I
PPh Badan Tahun 1994 : 15% x Rp. 10.000 25% x Rp. 40,000 35% x Rp. 20.455.250
I
1995
I = =
=
1 %:
!
1 .500 10.000 Rp. 7.159.337
Rp. 7.170.837
Jumlah PPh Badan Tahun 1994
i
Surnber
:
1. PT. Semen Padang. 2. Diolah.
Hal ini berarti intensivitas PPh sebesar 46,83% dihitung dari
terpungut
adalah
:
Rp. 15.061.846 - Rp. 8.008.768
IP =
x 100%
Rp. 15.061.846
= 46,83%
dimana :
IP
= Intensivitas Pernungutan Pajak.
PPht
= Beban PPh Badan pada tahun t.
PPhUt = PPh Badan Terhutang pada tahun t.
Dan perkembangan efektivitas
dan intensivitas
PT. Semen Indarung Padang untuk sepuluh
tahun
PPh
terakhir
dapat dilihat pada Tabel I V . 2 berikut ini. Tabel IV.2 Efektivitas dan Intesivitas Pemungutan PPh Badan PT. Semen Indarung Padang Periode 1985 - 1995 r
Reban PPh Badan
Tahun
(Rp. 000)
Efekti- I Intenvi tas i sivitas
PPh Badan Teru tang (Rp. 0 0 0 )
1
(
-1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
Rata-rata
( % I
-
1,568,887 2,461,463 2,201,279 2,506,370 4,586,732 17,339,793 18,592,785 23,438,708 16,799,986 7,170,837 15,061,846
0 0 1,554,180 634,530 3,380,922 10,480,895 2,989,171 4,407,342 10,808,712 L,331,684 8,000,768
56.89 (10.57) 13.86 83.00 278.04 7.23 26.06 (28.32) (57.32) 110.04
100.00 100.00 29.40 71.68 26.29 39.56 83.92 81.20 35.66 81.43 46.83
10,157,120
3,963,291
43.54
63.54
L
Sumber
:
PT. Semen Padang.
Dari
Tabel
IV.2 di atas
kelihatan
perkembangan,'
peningkatan efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 1990 yaitu
sebesar
2 7 8 , 6 4 % dan yang
terendah
terjadi
pada
tahun
dengan
1994
tingkat
efektivitas
negatif
yaitu
(57,32%). Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pernungut-
an
PPh
secara Semen
industri semen
sangat
berfluktuasi.
efektivitas pernungutan PPh
rata-rata
Sedangkan PT.
Badan
Indarung Padang adalah 43,547;. Kondisi ini
nienun-
jukkan efektivitas adalah katagori baik.
Dari sisi intensivitas pernungutan PPh badan tri
semen
(yaitu tahun
tertinggi terjadi pada tahun
1985
indus-
dan
1007;), dimana pada saat itu Undang-undang
1986
No.
1983 baru diberlakukan 2 (dual tahun dalam
7
perhi-
tungan PPh badan PT. Semen Indarung Padang. Dan intesifitas
terendah
Sedangkan adalah
rata-rata
63,54%.
pemungutan
terjadi pada tahun 1989 sebesar
PPh
intensivitas pernungutan
Hal ini menunjukkan
bahwa
Badan PT. Semen Indarung
26,
PPh
39%.
badan
intensivitas Padang
adalah
katagori lebih baik.
2. Elastisitas Pajak Penghasilan Estimasi dilakukan ries)
penerirnaan Pajak Penghasilan (PPh)
dengan menggunakan data seri waktu
dari tahun 1985
yang dinyatakan
:
-
1995 dan memakai
yang
(time
fungsi
se-
linear
agar
secara sekaligus dapat melihat elastisitasnya
maka
persamaan fungsinya menjadi :
-
T
= a. ynB atau
In T = In a + B In Yn
dimana
T mewakili penerimaan PPh
Badan.
Sedangkan
Yn
adalah pendapatan Nasional menurut harga berlaku. Gambaran PPh Badan, dan Pendapatan Nasional
dapat dilihat pada
Tabel IV.3 berikut ini. T a b e l IV.3 PPh Badan PT. Semen Padang dan Pendapatan Nasional Periode 1985 - 1995 ( R p . milyar)
Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
Rata-rata
PPh
Yn
1.57 2.46 2.20 2.51 4.59 17.34 18.59 23.44 16.80 7.17 15.06
80,125.60 88,296.90 104,920.50 121,605.95 142,454.71 166,518.40 192,803.10 227,795.41 269,385.30 283,465.20 298,734.70
10.06
179,645.98
r
Sumber
:
Keterangan
1. PI'. Semen Padang. 2. Ministry of Finance. 3. BAPPENAS. :
PPh
= PPh Badan PT. Semen Indarung Padang
Yn
= Pendapatan Nasional Berdasarkan Harga Berlaku.
Berdasarkan atas
Tabel IV.3 di atas
dilakukan
pendapatan nasional 7). Hasil estimasi
terhadap
Pendapatan
Nasional dengan
regresi
PPh
model
yang
Badan telah
ditetapkan pada persarnaan log linear di atas adalah :
In T =
-
19,877 + 1,8155 In Yn
(51
(4,6877) (4,6511) R~ = 0,7062
t-Ratio = 4,6511 dan
F = 21,633
et, = 0,2938
DW = 1,0484
Hasil pada
Rho = 0,47016
tersebut secara ekonometrik sangat
derajat
(autoregressive)
tidak
t
kepercayaan 99% baik melalui uji
rnaupun uji F. Akan tetapi menunjukkan adanya dalam
persarnaan fungsi
oleh DM' = 1,0484. Sesuatu
ditunjukkan
berrnakna Ratio
swahubungan
ini.
fungsi
Hal
ini
dikatakan
terdapat auto regresi, apabila DW = 3,OO. Menurut
Supranto,
(1984 : h. 164) dan Gujarati, (1995 : h.
217)
bahwa untuk rnelihat adanya auto regresi tidak cukup hanya dengan milihat DW yang hampir rnendekati 2 saja, tapi juga harus dilihat kalau
r
(Rho) = 0 baru berarti tidak terda-
pat serial korelasi.
Secara perangkat dimana
Rho
ekonornetrik
lunak
=
Shazam
F Rho
(Rho)
dengan
langsung
0,4706 atau dapat
juga
menggunakan
dapat
diketahui
dihitung
dengan
menggunakan rumus berikut ini (Supranto, 1984
:
h. 165).
Hasil perhitungan baik dengan Shazam rnaupun rumus
r
di atas
menunjukkan Rho kecil dari 0,5
autoregresi yang terjadi dalam
dengan berarti
hubungan fungsi dapat
di
abaikan.
Dengan demikian makna ekonomi dari persamaan fungsi tersebut,
berupa
elastisitas Yn terhadap
PPh
bersifat
elastis. Dimana setiap kenaikan pendapatan 1 persen
akan
menaikan penerimaan PPh Badan sebesar 1,8155 persen.
3. Fungsi Permintaan dan Penawaran Semen
(a) Fungsi Permintaan Semen
Fungsi
permintaan
semen
yang
diestimasi
adalah
fungsi agregatif dengan menggunakan data seri waktu tahun 1985 - 1995. Besarnya jumlah permintaan yang
dari dies-
timasi, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
:
dimana
:
= Jumlah permintaan semen yang diestimasi
Q~
St-l = Jumlah stok semen sebelum tahun t Prodt = Jumlah produksi semen pada tahun t Xt
= Jumlah ekspor semen pada tahun t
St
= Jumlah stok semen pada tahun t.
Setelah jumlah permintaan semen yang akan diestimasi dapat diketahui, model fungsi permintaan yang kan untuk meregres adalah
dimana
diguna-
:
:
Po = HPS rata-rata Semen (Rp/zak)
Yp = Pendapatan perkapita dalam harga berlaku ( R p . ribu).
Hasil pengolahan data menunjukkan fungsi permintaan dalam bentuk fungsi log linear adalah sebagai berikut
In Qd = 8,9125
- 0,75180 In
:
Po + 0,64903 In Y p
(0,43846) (0,26265)
(0,14038)
R~ = 0,9402 t-Ratio Po = -2,8624 t-Ratio Yi,= 4,6233 et = 0,0598
DW = 2,4193
F = 62,917 Rho = -0,28773
(91
Secara ekonometrik, dilihat secara
(Uji 95%
sendiri-sendiri
t-ratio) harga signifikan pada tingkat dan pendapatan signifikan pada
tingkat
kepercayaan kepercayaan
Fl
99%.
Sedangkan
pada
tingkat kepercayaan 99%. Selain itu hasil
sesuai
secara bersama-sama (Uji
dengan teori permintaan, dimana
harga
negatif
dan tanda parameter
signifikan
tanda
tersebut parameter
pendapatan
positif.
Dalam bentuk fungsi pzngkat dapat ditulis:
Nilai elastisitas yang diperoleh menunjukkan tisitas maupun
elas-
permintaan adalah inelastis baik terhadap pendapatan perkapita. Perbedaannya,
harga
apahila
ke-
naikan harga 1 persen akan memperkecil permintaan 0 , 7 5 1 8 0 persen dan setiap kenaikan pendapatan perkapita 1
persen
akan memperbesar permintaan 0,64903 persen.
(b) Fungsi Penawaran Semen Fungsi penawaran semen yang diestimasi adalah fungsi dari
agregatif dan masih menggunakan data tahun 1985
-
1995. Besarnya jumlah
seri
penawaran
juga waktu yang
diestimasi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
dimana
:
= Jumlah penawaran semen yang diestimasi.
Q~
Setelah jumlah penawaran semen yang akan diestimasi dapat
diketahui, model fungsi penawaran
untuk meregres adalah
dimana
yang
digunakan
:
:
Po = HPS rata-rata Semen (Rp/zak) Z
= Teknologi (faktor input produksi).
Hasil pengolahan data rnenunjukkan fungsi
penawaran
dalam bentuk fungsi log linear adalah sebagai berikut :
ln Qs = 3,7626 + 0,37004 In Po + 0,47433 In Z (0,69527) (0,12083)
(0,13301
R~ = 0,9625 t-Ratio Po = 3,0624 t-Ratio Z = 3,5660 et = 0,0375
DW = 2,7168
Secara maupun
F = 102,590 Rho = -0,42833
ekonometrik,
(13)
Secara bersama-sama
secara parsial (Uji t-Ratio) harga dan
menunjukkan
signifikan
pada
tingkat
(Uji
F)
teknologi
kepercayaan
99%.
48
Dalam bentuk fungsi pangkat dapat ditulis
Nilai elastisitas yang diperoleh menunjukkan tisitas
penawaran adalah inelastis baik
terhadap
:
elasharga
maupun teknologi. Apabila terjadi kenaikan harga 1 persen akan
memperbesar
penawaran 0,37004
persen
dan
penambahan (perubahan) teknologi 1 persen akan
setiap
memperbe-
sar pernawaran 0,47433 persen.
Dalam ha1 kaitannya dengan hipotesis 2 yang
menya-
takan peranan PPh perusahaan industri semen cukup berarti sebagai
suatu sumber penerimaan negara sangat
terbukti.
Oleh karena itu hipotesis diterima.
4. Distribusi Beban Akhir PPh Badan
Antara Konsumen dan Pemilik Faktor Produksi
Undang-undang Undang-undang Badan yang
Nomor 7 Tahun
Nomor 7 Tahun 1991 menetapkan
(Pajak Penghasilan Perusahaan)
adalah
laba
dari
menghasilkan
Dengan
Perpajakan
demikian
(keuntungan)
perusahaan (produsen)
1983
dan
subjek
PPh
perusahaan operasinya.
menderita
beban
pertama dari PPh Badan, yaitu sebagai pihak yang melunasi PPh Badan terutang kepada pemerintah.
Besarnya pemerintah
jumlah PPh Badan yang
dibayarkan
kepada
merupakan pengeluaran perusahaan yang
rnengu-
rangi
keuntungan
Badan
tersebut.
secara
(laba) perusahaan yang Sehubungan dengan
itu
dikenakan para
PPh
pengusaha
ekonomi sesuai dengan perkembangan ekonomi
akan berupaya menggeser beban PPh Badan tersebut
mikro sebaha-
gian atau seluruhnya kepada pihak lain.
Penggeseran
itu
dapat dilakukan
dua
arah
yaitu
kepada pemakai semen (konsurnen) dan kepada pemilik faktor produksi sebagai badan yang memasok faktor produksi dalam ha1
ini
dilihat
hanya sebatas
pemilik
modal.
Dengan
asumsi bahwa industri semen di Indonesia; (1) memperhatikan
kesejahteraan tenaga kerja, sehingga
penggeseran kapur
dapat
kepada
tenaga kerja, ( 2 )
tidak
bahan
dieksploitasi secara bebas,
terjadi
baku
batu
sehingga
juga
tidak terjadi penggeseran kepada bahan baku.
Sehubungan dengan itu penggeseran PPh Badan kedepan adalah kepada konsurnen dan kebelakang hanya kepada
pemi-
lik
dapat
modal perusahaan. Industri semen
dibagi Usaha
kepemilikan
atas 2 golongan (1) swasta, dan ( 2 )
BUMN
Milik Negara. Kapasitas produksi dan pangsa
(Badan pasar
semen
63,92%
dikuasai oleh swasta dan
36,0876 dikuasai
oleh BUMN (Business News, 1994 h. 4 ) .
Sarnpai kepada
pihak
ditentukan yang
seberapa lain
oleh
besar
beban
(konsumen),
PPh
Badan
secara
digeser rnikro
ekonomi
posisi dan kekuatan pasar
dihasilkan produsen. Dalam ha1 ini
dari
barang
tercerrnin
dari
elastisitas permintaan dan penawaran barang tersebut. Dan semakin
kuat
posisi produsen maka
akan
untuk menggeserkan beban PPh
kemampuannya
semakin
besar
Badan
kepada
pihak lain.
Ichsan, menunjukkan
(1989 : h. 5 2 ) d a n T a n , (1967
besarnya beban pajak yang
dapat
:
h.
89)
digeserkan
kepada pihak lain (konsumen) ditentukan oleh tarif Pajak, elastisitas permintaan dan penawaran barang yang bersangkutan
seperti yang telah dikemukakan pada persamaan
(4)
pada Bab I XI.
Dari hasil perhitungan maka dapat diketahui seberapa
besar
digeser
kepada
produsen.
Hasil
penggeseran tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.4
beri-
konsumen
kut ini.
PPh Badan industri semen
itu
dan seberapa besar ditanggung
Tabel IV.4 Pergeseran Beban P P h Badan PT. Semen Padang Antara Produsen dan Konsumen
Surnber : D i o l a h . Keterangan : Ip
= B e b a n p r o d u s e n a t a s PPh R a d a n P T . Semen P a d a n g .
I k = B e b a n konsumen a t a s PPh B a d a n PT. Semen P a d a n g .
Tabel sarkan
IV.4 d i a t a s , rnenunjukkan
pada
dikenakan
tarif rata-rata
pergeseran
PPh B a d a n t a h u n
p a d a PT. Semen I n d a r u n g P a d a n g
dida-
1995
yaitu
yang
sebesar
29,987;.
J a d i p e r g e s e r a n PPh B a d a n k e p a d a
sebesar
58,727;. Dan b e b a n PPh B a d a n y a n g d i g e s e r
kepada
k o n s u m e n s e b e s a r 41,28%. Jabvaban a t a s h i p o t e s i s 3
menya-
takan
pexiilik
bahwa PPh B a d a n P T . Semen I n d a r u n g P a d a n g
modal
ditang-
g u n g o l e h p e m i l i k modal l e b i h b e s a r d a r i p a d a k o n s u r n e n .
BAB V
KES I MWLAN DAN I MPL I KAS I
1 . Kesimpulan
Sebagaimana
telah diuraikan berbagai
temuan
sistem PPh Badan pada PT. Semen Indarung Padang,
dari
tentang
efektivitas dan intensivitas pemungutan PPh Badan,
pera-
nan
serta
PPh
Badan yang dilihat
melalui
elastisitas
alokasi beban akhir PPh Badan. Temuan tersebut melihatkan sisi positif penerapan dari PPh Badan (Pasal 2 9 ) pada PT. Semen
Indarung Padang. Dari berbagai temuan
yang
telah
dibahas pada Bab IV s e b e l u m n ~ a ,maka dapnt diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Efektivitas pemungutan PPh Eadan
menunjukkan
tingkat
efektivitas pemungutan yang sangat positif bagi pemerintah
sebagai
salah satu sumber
penerimaan
Kadar efektivitas secara rata-rata untuk 11 tahun 43,547G.
terakhir yaitu dari tahun 1985 Demikian
juga
halnya
-
negara. (sebelas) sebesar
1995
dengan
intensivitas
pemungutan PPh Badan, secara rata-rata tingkat sivitasnya
adalah 6 3 , 5 4 % . Hal. ini
menunjukkan
dengan sistem "self assesment", intensivitas tan PPh Badan pada PT. Semen Padang adalah (intensivitas 61-80%).
intenbahwa
pemungulebih baik
Artinya
kesadaran
dunia PT.
Semen
Indarung
Padang
dalam membayar pajak cukup tinggi. b. Elastisitas
PPh
Badan
PT. Semen
Indarung
Padang.
terhadap pendapatan nas ional adalah elat is (ynl f 8 l S 5 ) Arti
ekonominya
bahwa
setiap
kenaikan
pendapatan
1 persen akan menaikan penerimaan PPh
nasional
.
Badan
PT. Semen Padang 1,8155 persen. c. Elastisitas
dan elastisitas harga penawaran semen
yaitu
Elastisitas
harga permintaan bersifat
berhubungan
negatif. Yaitu apabila
harga
persen maka permintaan
1
persen.
-
harga permintaan semen adalah
Elastisitas
harga
0.37004.
inelastis
terjadi
akan
penawaran
0,75180
kenaikan
turun juga
0,75180
bersifat
inelastis tapi ada berhubungan positif. Yaitu harga
naik
1 persen maka penawaran semen
dan
apabila
akan
naik
sebesar 0,37004 persen. d. Distribusi menunjukkan semen,
beban bahwa
akhir PPh Badan 41,28%
PT.
ditanggung
Semen oleh
Padang
konsumen
dan 58,72% ditanggung oleh produsen. Dan
dari
41,28%.
2. Implikasi Saran dan implikasi dari temuan penelitian ini juga penulis kelompokkan atas (a) efektivitas dan
intesivitas
pemungutan PPh Badan, (b) elastisitas PPh Badan, dan Alokasi
beban akhir PPh Badan. Saran-saran
dari
(c)
temuan
ini
tidak
meneliti
lebih
masukan dalam
hanya ditujukan kepada lanjut,
tapi
dan pertimbangan
yang
juga
diharapkan
bagi para pengambil
perpajakan di Indonesia
bidang
berminat
untuk sebagai
keputusan
umumnya
dan
PT.
Semen Indarung Padang khususnya. a. Implikasi temuan penelitian ini dalam bidang efektivitas
dan
intesivitas pemungutan PPh Badan
PT.
Semen
Padang telah menunjukkan secara rata-rata adalah baik. Namun demikian bila dilihat secarn periodik tas
pemungutan
yaitu
tahun
1 9 9 3 , dan 1994. Sehubungan dengan ha1 ini
penu-
lis sarankan untuk tetap meningkatkan pelayanan
admi-
1987,
nistrasi
masih ada yang
negatif
efektivi-
Badan ini. Sebab apabila
PPh
dilihat
suclut produksi clan konsumsi dari pada semen
dari
kecende-
rungannya adalah menitigkat terus. Dalam ha1 ini
tentu
sekaligus
harus
akan
meningkatkan
penerimaan
PPh,
diiringi dengan peningkatan efektivitas pemungutan PPh Badan. b. Elastisitas PPh badan bersifat elastis, tetapi elasti-
sitas
harga permintaan dan penawaran
inelastis.
Hal
semen
ini menunjukkan dari sisi
bersifat
PPh
Badan
sebagai sumber penerimaan negara sangat menguntungkan, namun
dari
konsumen dengan pihak
sis i rumah
semen
kondisi
kurang
tangga
(masyarakat
menguntungkan.
ini penulis
ingin
yang terkai t dalam ha1 semen
sebagai
Dalam
kaitan
menyarankan sebagai
pada
komodi t i
strategis, perlu memperhatikan pihak konsumen
(masya-
rakat) pemakai komoditi ini.
c. Alokasi beban akhir PPh Badan diharapkan dapat mempertahankan
perirnbangan
konsumen
dan produsen. Dalam ha1 ini disarankan
dengan
beban
saran memperkecil beban lebihan yaitu
perbaikan Dengan
dalam menanggung
fungsi
permintaan
dan
penawaran
kata lain meningkatkan jumlah
antara sarna
melalui semen.
produksi
semen
dan menurunkan HPS. d . Sehubungan
dengan saran dan implikasi di
atas,
maka
penelitian PPh individu dan pajak lainnya perlu
dila-
kukan
dalarn
agar
aplikasinya informasi
dapat
rnelihat
sifat-sifat
pajak
di Indonesia. Selain itu semakin dalarn
bidang
perpajakan
yang
lengkap
diperoleh,
tentu akan mewujudkan sistem perpajakan Indonesia yang progresi f .
DAlTAR KEPUSTAKAAN
Aimon, H. 1997. Analisis Beban Akhir Pajak Penghasilan Perusahaan (PPh Badan) : Kasus Industri Semen di Indonesia, Tesis (tidak dipublikasikan), Universitas Syiay Kuala, Banda Aceh. Bank Indonesia. 1995. Statistik Ekonomi-Keuangan volume XXVIII, Jakarta.
Indonesia,
Boadway, W.R. 1979. Public Sector Economic, Winthrop lishers, Inc., Cambridge, Massachusetts.
Pub-
Boediono. 1994. Ekonomi Makro, Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 2 , Edisi 1, BBPFE, Yogyakarta.
Ilmu
Business News. 1994. "Mengamati Harga-Harga Romoditi Strategis", Ruang Angka & Grafik, No. 270, h. 4-7, Jakarta. Dernburg, D.F. 1985. Macroeconomics: Concepts, Theories, and Policies, McGraw-Hill, Inc., Alih Bahasa: Earyaman Muchtar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Departernen Keuangan. 1991. Undang-Undang No.7 Tahun 1991, Depaternen Keuangan, Jakarta.
. 1994. Undang-Undang Departernen Keuangan, Jakarta.
No.
10
Tahun
Dernburg, T.F. 1986. Macroeconomics, Alih Bahasa, bfuchtar, hfakro Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
1994,
Karyaman,
Esmara, H. 1997. "Peningkatan Pajak Harus Diimbangi Pelayanan Publik": Masyarakat Mengeluh, Kompas Online, corn/9701/EKONO~~I/peni.htm.,h. 1, http://www.kompas. Jakarta. Froyen, T.R. 1993. Macroeconomics Theories and Macrnillan Publishing Company, New York.
Policies,
Jhingan M.L. 1994. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Gujarati, D . 1995. Basic Econometrics, Alih Bahasa, Sumarno, Ekonornetrika Dasar, Erlangga, Jakarta.
Zein
Hyman, N.D. 1972. Public Finance : A Contemporary Application of Theory to Policy, T h e Dryden Press, Chicago.
'
. 1993. The Economics of Govermental Activity, Holt Kinehart and Winston, Inc., San Francisco. Ichsan, C. 1989. Struktur Dan Beban Akhir Cukai di Indonesia : Kasus Tembakau dan Qula, Disertasi (tidak dipublikasikan), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
. 1993. Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan Perubahan Output, Fakultas Ekonomi Unsyiah, Banda Aceh. Karimi, S. 1997. "Peningkatan Pajak Harus Diimbangi Pelayanan Publik,: Pelayanan Publik, Kompas Online, h. 2, http://www.kompas. com/9701/EKONOh!I/peni.htrn., Jakarta Lains, A . 1991. Kapasitas Produksi Terpasang Optimal dan Kebijaksanaan Harga pada Industri Semen di Indonesia, Pusat Penelitan Universitas Andalas, Padang. hfangkoesoebroto, G., 1994. Kebijakan Ekonomi Publik Di Indonesia Substansi dan Urgensi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
. 1993. Ekonomi Publik, Edisi
3, BPFE,
Yogya-
karta.
.
1979. Tax Incidence in a Developing Country: The Case of Indonesia, Dissertation (Unpublished), University of Colorado, Boulder. Mulyani, S.I. dan Jasmina, T. 1995. "Tinjauan Triwulan Perekonomian Indonesia", Ekonorni dan Keuangan Indonesia, Volume XLIII, h. 4-12, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Musgrave, R.A. 1984. The Theory of Public Finance, Mc. Hills, New York. Ramsey, F.P. 1972. "A Contribution to The Theory tion", Economic Journal, No. 37, h. 37-61.
of
Soediyono, R. 1988. Ekonomi Makro Pengantar Analisa patan Nasional, Liberty, Yogyakarta.
Graw TaxaPenda-
Syahriful. 1996. "Penurunan Tarif Pajak Tidak Pengaruhi Januari Pendapatan", Harian S i n g g a l a m , Edisi 11 1996.) h. 2, Padang. -
Usman, B. dan Subroto, K. 1980. Yayasan Eina Pajak, Jakarta.
Pajak-pajak
Indonesia,
Lampiran 1 Print Out Regresi Fungsi Permintaan Semen Periode 1985 - 1995
UNIT 6 IS NOW ASSIGNED TO: c:\mon-2\demand,out : FILE 4 c:\mon-?\demand.prn UIL'IT 4 IS NOW ASSIGNED TO: c:\man-2\demand .prn -S W L 1 1 1 -READ(4) QD PO M 3 VARIABLES AND 11 OBSERVATIONS STARTING AT OBS I I
REQUIRED MEMORY IS PAR= OLS ESTIM4TION 11 OBSERVATIONS
2 CVRRENT PAR=
1
182
DEPE3TIENT Fr.AF.IABLE= LQD
R-SQUARE = 0.9402 R-SQU-XE .ADJU.STED = 0.7253 V.?\RIANCEOF THE ESTIMATE-SIGhlA**2 = 0.12473E-02 STANDARD ERROR OF THE ESTIMATE-SIGbi-4= 0.35317E-01 SLTM OF SQUARED ERRORS-SSE= 0.99781E-02 MWnJ OF DEPENDENT YARIABLE = 11 .581 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTIOn! = 2.2.9206 hlODEL SELECTION TESTS - SEE JLDGE ET.AL. (1985, P .241) AKAIKE (1969) FINAL PREDICTIOR ERROR- FPE = 0.15871E-02 (FPE ALSO KNOWN AS MlEMIYA PREDICTION CRITERION -PC) AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERIO8- LOG AIC = -6.4598 SCHWARZ(1978) CRITERIOV-LXX3 SC = -6.3513 MODEL SELECTION TESTS - SEE RAKANATHAN(1989,P.166) CUVEN-WAHBA(1979) GENER4LIZED CROSS VALIDATION(1979) -GCV= 0.17150E-02 H4NNkN AND QU INN ( 1979) CRITERIOPi -HQ= 0.14616E-02 RICE (1984) CRITERION-RICE 0.19956E-02 SHIBATA ( 1981) CRITERIOM-SHIBATAz 0.14019E-02 SCHW.4RTZ (1978) CRITERION-SC= 0.17445E-02 AKAIKE (1974)INFOR~TIONCRITERION-AIC= 0.15651E-03
REGRESSION ERROR
TOTAL
REGRESSIO?! ERROR
PJTMi
ANALYSIS OF V.ARIAVCE - FROM hE4N SS DF MS 0.78173s-01 0.15695 2. 0.99781E-02 8. 0.12473E-02 10. 0.16692E-01 0.16692 ANALYSIS OF VARIANCE - FROM ZERO SS DF MS 1475.6 3. 191.85 0.99781E-02 8. 0.12473E-02 1495 , & 11 134, I d n
VARIABLE
NAME
ESTIMATED STANDARD COEFFICIENT ERROR
LPO
-0.75180 0.64903 CONSTANT 8.9125
0.26265 0.14038 0.43846
LYD
T-RATIO 8 DF
PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY CORR. COEFFICIENT AT MEANS
-2.8624 4.6233 20.327
-0.7113 0.8530 0.9905
-0.54860 -1.4904 2.4073 0.77905 0.00000E+00 0.76956
DURBIN-WATSON = 2.4193 VON NEUMANN RATIO = 2.6612 RHO = -0.28773 RESIDU-AL SmI = -0.24356E-14 RESIDLYAL VARIAMCE = 0.12473E-02 SUM OF M3SOLVTE ERRORS= 0.28429 R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDInED = 0.9402 8RUNS, 6 POSITIVE, 5 NEGATIVE, NORMALSTATISTIC= 0.9915 RUNS TEST: COEFFICIEXT OF SKEWNESS = 0.4151 WITH STA?iDARD DEVIATION OF 0.6607 COEFFICIENT OF EXCESS KURTOSIS = -0.5120 WITH ST.U!.W DEYIATIO!! OF 1.2794 GOODNESS OF FIT TEST FOR NORWLIn OF RESIDUALS OBSERVED 0.0 1.0 4.0 5.0 1.0 0 . 0 EXPECTED 0 . 3 1.5 3 . 8 3.8 1.5 0.3 1.2587 WITH 1 DEGREES OF FlXEDO~f CHI-SQUARE =
6 GROUPS
' -AUTO LQD LPO L Y D N DN I
REQUIRED MEMORY IS PAR=
3 CLRREET P.U=
182
DEPENDENT V.AJ?I.#3LE= LQP 9%OPTION IN EFFECT - DIVISOR IS N KAXIhic91 LIKELIHOOD ESTIMATION 11 OBSERVATIONS BY COCHRANE-ORCUTT TYPE PROCEDLRE WITH CONWRGENCE = 0.0(3100 ITERATION 1 2 3 4 5 6 7 8
LOG L.F. =
RHO
L.F. 22.9206 23.5968 23.8437 23.8964 23.903 1 23.9038 23.9038 23.9039
RHO 0.00000 -0.27305 -0.43458 -0.50936 -0.53601 -0.54432 -0.54679 -0.54752
23.9039
ESTIMATE -0.54752
ATRHO=
-0.51753,
ASIMPTOTIC ASYWTWl"IC AS-IC ST. ERROR T-RAT I0 VARI AWE 0.2.5230 -2.17007 0.06366
R-SQUARE = 0.9516 R-SQUARE ADJltTSTED = 0.9395 VARIANCE OF THE ESTIhlATE-SIGhLA**2 = 0.73442E-(33 STANDARD ERROR OF THE ESTIMATE-SIGMA = 0.27100E-01 SUM OF SQUARED ERRORS-SSE= 0.80786E-02 h E A N OF DEPENDENT VARIAI3LE = 11.581 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = 23.9039 MODEL SELECTION TESTS - SEE JlDGE ET..4L.(1985, P.212)
SSE 0.99781E-02 0.87618E-02 0.82774E-02 0.81308E-02 0.80927E-02 0.80821E-02 0.80795E-02 n.80786E-02
AKAIKE (1969) FINAL PREDICTION ERROR- FPE = 0.93472E-03 (FPE ALSO KNOWN AS AWIYA PRDICTION CRITERION -PC) AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERION- LOG AIC = -6.6710 SCHWARZ(1978) CRITERION-LOG SC = -6.5625 MODEL SELECTION TESTS - SEE RAMANATHAN ( 1989,P .I66) CRAVEN-WAHBA ( 1979) GENERAL1ZED CROSS VALID.4TION( 1979) -GCV= HANNAN AND QUINN(1979) CRITERION -HQ= 0.11834E-03, RICE (1984) CRITERION-RICE= 0.16157E-02 SHIBATA (1981) CRITERION-SHIBATAz 0.11350E-02 SCHWARTZ (1978) CRITERION-SC= 0.14121E-03, AKAIKE (1974)INFORhUTION CRITERION-AIC= 0.12672E-02
REGRESSION ERP.OR TVrAL
REGRESSION ERROR TO?'AL
VARIAElLE
NAm LPO
ANALYSIS OF VARIANCE - FROM BiE4X SS DF MS 0.15885 2. 0.79423E-01 0.80736E-02 11. 0.73442E-03 0.16692 10. 0.16692E-01 AWAL.k'SISOF SS 1475.6 0.80786E-02 1475.6
I
VARIAUCE - FRO\! ZERO DF \fS 3. 491.85 11. 0.73342E-03 11. 131.1P
ASYMPTOTIC ESTIMATED STANDARD T-RATIO COEJTICIENT ERROR
-0.48860 0.51782 CONSTANT 8.5130 ' -S M P
LYD
0.1388SE-02
0.18661 0.98230E-01 0.28393
-2.6183 5.2715 29.983
PARTIALSTAND~IZED~STICITY O R R . COEFFICIENT AT MEANS
-0.6793 -0.96862 -0.35654 0.8812 1.9206 0.62155 0.9956 O . ~ E + O O0.73506
Lampiran 2 Print Out Regresi Fungsi Penawaran Semen Periode 1985 - 1995 UNIT 6 IS NOW ASSIGNED TO: c:\mon-2\supply-1.out :-FILE 4 c:\mon-2\supply-l.prn UNIT 4 IS NOW ASSIGNED M: c:\mon-2\supply-l.prn -S!PL 1 11 I -RE;U)(4) QS PO Z 3 VARIABLES A h ' 11 OBSERVATIONS STARTING AT OBS I
1
-GEP!! LQS=LOG (QS -GEJ'R LPO=LOG(PO ' GENR LZ=LDG(Z) I I
I
1
-OLS WS LPO LZ/ RSTAT
REQUIRED MEMORY IS PAR= OLS FSTIMATION 1 1 OBSERVATIONS
2 CURRENT PAR=
182
DEPEXDEXT V.4RI.4BLE = M S
R-SQUARE = 0.9625 R-SQU.4RE .ADJli,STED = 0.9531 V.4RI.U1CEOF THE ESTIMATE-SIGX4xx2 = 0.19418E-02 STX42).U?D ERROR OF THE ESTIMTE-SIC3dA = 0.43066E-01 SUM OF SQUARED ERRORS-SSE= 0.15535E-01 MEAN OF DEPENDENT VARIABLE = 12.001 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = 20.4858 h!ODEL SELECTION TESTS - SEE J U X E ET.AL.(1985, P.243,) .MIKE (1969) FINAL PREDICTION ERROR- FPE = 0.24714E-02 (FPE ALSO KNOWN AS AWIYX PREDICTION CRITERION -PC) X4IKE (1973) INFORh(ATI0N CRITERION- LOG AIC = -6.0171 SCHWARZ( 1978) CR ITERION-LOG SC = -5.9086 MODEL SELECTION TESTS - SEE: RZhKWATH4V(1989,P.166) CRAVER-W.AHB.4( 1979 GENERAL1ZED CROSS V.4LID.4TION ( 1979 -GCV= HXVNA!! Ah?> QUINN ( 1979) CRITERION -HO= 0.22756E-02 RICE (1984) CRITERION-RICE= 0.31069E-02 SHIBATA (1981) CRITERION-SHIBATA= 0.21826E-02 SCHIY;IRTZ (1978) CRITERION-SC= 0.271MIE-02 AKAIKE (1974)INFORMATION CRITERION-AIC= 0.21367E-02
REGRESSION ERROR TOTAL
REGRESSION ERROR TOTAL
0
- FROM h(EZN MS 0.19921 0.19418E-02 0.41396E-01
F 102.590
ANALYSIS OF VARIANCE - FROM ZERO SS DF MS 3. 528.18 1584.5 0.15535E-01 8. 0.19418E-02 1584.6 11. 144.05
F 271998.845
A!!.ALYSIS OF VARIANCE SS Dl? 0.39843 2. 0.15535E-01 8. 10. 0.11396
VARIABLE NAME
ESTIMATED STANDARD C O ~ I C I E N T ERROR
LFQ LZ
0.37004 0.47433 CONSTANT 3.762.6
T-RATIO 8 DF
0.12083 0.13301 0.69527
PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY CORR. COEFFICIEKT AT MEANS 0.7346 0.7835 0.8863
3.0624 3.5660 5.4117
0.46583 0.54243 0.00000E+00
0.26060 0.42587 0.31353
DURBIN-WATSON = 2.7168 VON NEUXANN RATIO = 2.9885 RHO = -0.42833 RESIDUAL, SUM = 0.68556E-14 RESIDUAL VIUIIARCE= 0.19318E-02 SLM OF AEISOLUTE ERRORS= 0.35458 R-SQUARE BMNEEN OBSERVED AMD PREDICTED = 0.9625 RUNS TEST: 7 RUNS, 4 WSITIVE, 7 NEGATIVE, NORMAL STATISTIC = COEFFICIENT OF SKERNESS = 0.7561 WITH STANIIARD DEVIATION OF 0.6607 COEFFICIEYT OF EXCESS KURTOSIS = -0.6381 WITH. ST.AND.4RD DEXrIATION OF 1 GOODNESS OF FIT TEST FOR NORMALITI' OF RESIDLr.4LS OBSERVED 0.0 1 . 0 6 . 0 2.0 2.0 0.0 EXPECTED 0.3 1 . 5 3 . 8 3.8 1.5 0 . 3 CHI-SQLIIZRE = 2.9992 WITH 1 DEGREES OF FREEDO\{
6 GROUPS
'-AUTO LQS LPO LZ/ML DN 1
IEQrlIRE'DMEMORY IS PAR=
3 CtURRENT P.==
182
DEPEWENT VARIABLE = MS DN OPTION IY EFFECT - DIVISOR IS 3 \'14YIhK!lll LIKELIHWD ESTI\L4TION 11 OBSERV.ATIOMS EY COCHRQVE-ORCUTT TYPE PROCEDLRE WITH COPIVERGEYCE = 0.00100 I TEF-ATI O?! 1 2 3 4 5
LOG L.F.
RHO
=
RHO 0.00000 -0.39146 -0.46750 -0.47308 -0.47343
21.7170
EST1MATE -0.47313
LOG L.F. 20.4858 21.6712 21.7167 21.7170 21.7170 .$T RHO
ASYMPTOTIC VARIANCE 0.07053
=
SSE 0.15535E-01 0.12335E-01 0.12144E-01 0.12136E-01 0.12136E-01
-0. 47343
ASYMPTOTIC ASYUPTOTIC T-RATIO ST. ERROR -1 .78264 0.26558
R-SQUARE = 0.9707 R-SQUARE ADNSTED = 0.9634 VARIANCE OF TKE ESTIMATE-SIGKA**2 = 0.11033E-02 STAh9ARD ERROR OF THE ESTIhlATE-SIGMA = 0.33215E-01 SUM OF SQUARED ERRORS-SSE= 0.12136E-01 MEAN OF DEPEP'ENT VARIABLE = 12.001 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = 21.7170
MODEL SELECTION TESTS - SEE JUDGE ET.AL.(1985, P.242) M I K E (1969) FINAL PREDICTION ERROR- FPE = 0.14041E-02
(FPE ALSO KXOH'N AS MEMIYA PREDICTIO?! CRITERION -PC) AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERION- COG AIC = -6.2640 SCHWARZ(1978) CRITERION-LOG SC = -6.1555 MODEL SELECTION TESTS - SEE RAMANATIL4N ( 1989,I?. 166) CRAVEN-WAHBA(1979) GENERALIZED CROSS VALIDATION(1979) -GCV= HAYNAN Ah9 QUINN(1979) CRITERION -HQ= 0.17777E-02 RICE (1984) CRITERION-RICE= 0.24272E-02 SHIBATA (1981) CRITERION-SHIBATAz 0.17050E-02 SCHWARTZ (1978) CRITERION-SC= 0.31217E-02 AKAIKE (1974~INFORhiATIOMCRITERION-AIC= 0.19036E-02
REGRESSIOM ERROR TOTAL
REGRESSION ERROR l-72T.a
i'.NALYSISOF SS 0.40183 0.12136E-01 0.41396
0.20858E-02
VARIANCE - FROM MEAN DF MS 2. 0.20091 11. 0.11033E-02 10. 0.11396E-01
ANALYSIS OF VARIM'CE - FROM ZERO SS DF hiS 1584.5 3. 528.18 0.12136E-01 11. 0.11033E-02 1581.6 11. 144.05 ASYMPTOTIC
VARIABLE
NAME
ESTIMATED STANDARD COEFF ICIENT ERROR
LPO 0.42566 LZ 0.4268'1 CONSTANT 3.8057 ' -STOP I
0.69626E-01 0.75643E-01 0.38668
T-RATI 0 6.1135 5.6424 9.8421
PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY CORR. COEFFICIENT AT MEANS 0.9076 0.53581 0.29976 0.8940 0.48809 0.38321 0.9611 0.00000E+00 0.31713