Laporan Pelaksanaan PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR KOMPONEN PRODUKTIF SMK (KIMIA ANALISIS INSTRUMEN)
Penanggung Jawab
:
Dr. Herry Widyastono, APU.
Koodinator
:
Dra Etty Sofyatiningrum, MEd.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM JAKARTA 2010
DAFTAR ISI Daftar Isi
...................................................................................................................
i
Abstrak
...................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang ………………………………………....................
1
B.
Tujuan ................................. ………………………………………
4
C.
Hasil Yang Diharapkan.................................................................
4
D.
Ruang Lingkup.............................................................................
4
E.
Unsur Yang Terlibat.....................................................................
4
BAB II
KERANGKA BERFIKIR
6
A.
Landasan Yuridis…………………………………………………..
6
B
Landasan Teoritis…………………………………………………..
7
Pendidikan kejuruan………………………………………………
7
Struktur Kurikulum……………………………………………….
8
Bahan Ajar……………………………………………………….
9
Belajar Aktif………………………………………………………..
10
Budaya Karakter bangsa……………………………………………
12
Ekonomi Kreatif…………………………………………………...
15
Kimia Analis…………………………………………………...…..
22
Kerangka Berpikir Logis…………………………………………..
30
C BAB III
BAB IV
METODOLOGI
33
A.
Strategi Pengembangan .................................................................
33
B.
Jadwal Kegiatan ...........................................................................
35
KESIMPULAN DAN SARAN
36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
i
Abstrak
Kegiatan “Pengembangan Model Pengembangan Model Bahan Ajar Komponen Produktif SMK (Kimia Analisis Instrumen)” disusun selama tahun anggaran 2010, yang diselenggarakan di beberapa tempat, shooting dan finishingnya di SMAKBO, Bogor. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk menyusun pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun, tentang “Pengembangan Model Pengembangan Model Bahan Ajar Komponen Produktif SMK (Kimia Analisis Instrumen)” . Kegiatan tahun ini, dimulai dengan penyusunan desain pengembangan model bahan ajar, dilanjutkan dengan penyusunan kerangka dan pengembangan model bahan ajar. Model Kerangka yang dihasilkan ternyata diputuskan pada materi dari mata pelajaran Kimia Analisa Instrumen, karena saat ini dunia industry banyak memerlukan tenaga operator instrument, untuk quality control.
Kegiatan selanjutnya mereview kembali apa yang sudah ditulis, ditambah dengan pengembangan model dengan menyusun bahan ajar , melalui strategi ICARE . Pada kegiatan ini, juga ditambah paparan ahli instrumen kimia analitik, untuk menambah wawasan tim pengembang. Kegiatan tahap ini sangat padat, karena ada jadwal shooting di SMAKBO, Bogor. Review model dilakukan pada tahap berikutnya, dilanjutkan dengan penyusunan instrument penilaian bahan ajar, untuk ujicoba model bahan ajar di satuan pendidikan, di 5 provinsi (Jabar, DI Yogyakarta, Jatim, Sumbar, Kaltim). Setelah
dilakukan uji coba, diadakan penelahaan dan perbaikan model bahan ajar berdasarkan masukan dari ujicoba tersebut.
Khusus untuk penelaahan kembali model, Di tahap inilah yang diluar dugaan. Ternyata para evaluator, hampir 90%, video praktikumnya minta diulang, jadi video praktikumnya diulang di SMAKBO.
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pusat Kurikulum merupakan salah satu unit kerja di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan dengan visi untuk ”menjadi institusi pengembang kurikulum serta layanan profesional dalam pengembangan kurikulum dan sarana pendukung pembelajaran yang profesional dan kompetitif”, sedangkan misi Pusat Kurikulum, sesuai dengan fungsi dan tugas pokoknya sebagai berikut: 1. melakukan bantuan profesional pengembangan kurikulum dan sarana pendukung pembelajaran; 2. melakukan
pengembangan
model-model
kurikulum
dan
sarana
pendukung
pembelajaran; 3. melakukan kajian kurikulum dan kajian mata pelajaran setiap satuan pendidikan. 4. melakukan pemantauan dan evaluasi efektifitas pengembangan dan pelaksanaan kurikulum pada tingkat provinsi/kabupaten/kota/satuan pendidikan; 5. meningkatkan sistem manajemen mutu Pusat Kurikulum agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Tujuan strategis Pusat Kurikulum tahun 2010–2014 diprioritaskan untuk melakukan 1. penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan sekolah dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan; dan 2. penyempurnaan kurikulum dalam rangka penerapan metodologi pendidikan secara menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya – bahasa Indonesia. Dua indikator pencapaian tujuan tersebut adalah: 1. Terpenuhinya berbagai model kurikulum dan pembelajaran dengan penerapan metodologi pendidikan untuk pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, dan kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia dan kewirausahaan. 2. Terpenuhinya berbagai hasil/produk Pusat Kurikulum berupa hasil pengembangan, kajian dan penelitian yang dipublikasikan melalui berbagai media kepada berbagai stakeholder pendidikan.
1
Salahsatu rumusan dari strategi tersebut adalah system pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan; yaitu sistem pembelajaran dan penilaian dengan menerapkan metodologi pendidikan akhlak mulia dan karakter bangsa dan mengembangkan metodologi pendidikan yang membangun manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha. Kenyataan di lapangan, sistem pembelajaran saat ini dipandang belum secara efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya degradasi moral seperti penyalahgunaan narkoba, radikalisme pelajar, pornografi dan pornoaksi, plagiarisme, dan menurunnya nilai kebanggaan berbangsa dan bernegara. Permasalahan tersebut memerlukan suatu tindakan yang bijaksana yang menyeluruh. Kebijakan untuk menanggulangi masalah ini antara lain sebagai berikut: 1. menanamkan pendidikan moral yang mengintegrasikan muatan agama, budi pekerti, kebanggaan warga negara, peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban dalam penyelenggaraan pendidikan; 2. mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan soft skills yang meningkatkan akhlak mulia dan menumbuhkan karakter berbangsa dan bernegara 3. menumbuhkan budaya peduli kebersihan, peduli lingkungan, 4. ketertiban melalui pembelajaran aktif di lapangan; 5. penilaian prestasi keteladanan peserta didik yang mempertimbangkan aspek akhlak mulia dan karakter berbangsa dan bernegara; 6. peralatan instrumen sangat mahal sehingga keberadaan alat-alat untuk praktikum tidak merata. Untuk itu perlu inisiatif dari para guru di lapangan untuk membuat alat sederhana buatan sendiri. Rencana kerja prioritas Depdiknas sesuai arah kebijakan tersebut ditekankan pada beberapa hal, salahsatunya adalah pengembangan model kurikulum dan model bahan ajar yang diprioritaskan pada penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budayabahasa Indonesia melalui penyempurnaan kurikulum sekolah dasar – menengah sebelum tahun 2011 yang diterapkan di 25% sekolah pada tahun 2012 dan 100% pada tahun 2014.
2
Kegiatan pengembangan sarana pembelajaran yang berupa model bahan ajar merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Pusat Kurikulum yang hasilnya digunakan sebagai acuan satuan pendidikan dalam mengembangkan atau menggunakan bahan ajar dalam pembelajaran secara berkelanjutan, aktual, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan. Pengembangan model ini perlu dilakukan sehingga satuan pendidikan dapat menerapkan dan menjalankan secara efektif dan efisien kurikulum sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Pada tahun 2010 salah satu model yang dikembangkan adalah model bahan ajar mata pelajaran Kimia Analisis Instrumen kelompok produktif SMK dengan pendekatan belajar aktif berbasis budaya dan karakter bangsa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Model ini meliputi analisis Spektrofometri UV-VIS, analisis Kolorimetri, dan contoh bahan ajar Kimia Instrumen SMK berbasis Kewirausahaan/Ekonomi Kreatif. Model ini dipilih karena metode spektrofotometri telah digunakan secara luas di lembaga penelitian dan industri untuk menyelesaikan masalah analisis bahan pangan dan lingkungan. Dengan demikian sekolah perlu menyediakan metode serupa di sekolah agar relevan dengan industri yang pada akhirnya membawa dampak pada pesera didik dimana setelah menyelesaikan studi di program kimia SMK langsung mendapatkan pekerjaan di industri. Keluaran dari kegiatan ini (penyusunan bahan ajar mata pelajaran Kimia Analis Instrumen) adalah tersusunnya model bahan ajar yang dapat diadopsi, diadaptasi, ataupun inovasi oleh satuan pendidikan dalam mengembangkan bahan ajar mandiri yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan, situasi dan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan atau daerah setempat. Pemilihan jenis bahan ajar ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan dan kedalaman materi, ciri khas materi pelajaran, kerumitan dalam pemilihan strategi pembelajaran, karakter siswa, kondisi sarama dan prasarana pembelajaran yang tersedia. Oleh karena itu, bahan ajar yang dihasilkan seharusnya: 1. fleksibel dan handal untuk diterapkan pada satuan pendidikan dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan peserta didik yang bervariasi, 2. mudah untuk diadopsi atau diadaptasi oleh satuan pendidikan, 3. memberi inspirasi bagi pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih . elaboratif, inovatif dan efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran. Kegiatan pengembangan model bahan ajar ini dilakukan mulai bulan Januari sampai bulan Mei 2010 dengan keluaran berupa naskah model bahan ajar hard copy dan CD
3
interakrif, serta video praktikum fotometri di laboratorium.
Adapun langkah-
langkah kegiatan untuk menghasilkan naskah bahan ajar ini adalah: •
penyusunan desain untuk mengarahkan kegiatan,
•
penyusunan kerangka dan pengembangan model, termasuk pengambilan foto/video,
•
review model yang melibatkan berbagai pihak lain,
•
penyusunan instrumen penilaian untuk uji coba,
•
ujicoba model kurikulum untuk memvalidasi naskah model (Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat).
•
penelaahan dan perbaikan model, dan
•
penyusunan laporan.
B. Tujuan Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan membantu dan meningkatkan kemampuan profesional tenaga pendidik dan kependidikan dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar tersebut diharapkan dapat diimplementasikan secara efisien dan efektif oleh satuan pendidikan, agar pengembangan dan penerapan kurikulum/pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dengan tersedianya model ini, dapat dijadikan acuan bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan bahan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan, lebih inovatif dan lebih efektif untuk diimplemetasikan dalam kegiatan pembelajaran.
C. Hasil Yang Diharapkan Kegiatan ini akan menghasilkan dua naskah model bahan ajar manual, satu naskah dalam bentuk CD, dan contoh pembelajaran ekonomi kreatif satuan pendidikan SMK. Model ini diharapkan dapat membantu satuan pendidikan SMK dalam mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan belajar aktif berbasis budaya dan karakter bangsa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup pengembangan model bahan ajar ini, dibatasi hanya untuk model bahan ajar mata pelajaran Kimia Analitis Instrumen, Kompetensi Keahlian Analisis Kimia; Program Studi Keahlian Teknik Kimia; Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa, kelompok Produktif. Tempat uji coba diselenggarakan di 5 provinsi, 3
4
provinsi dalam jawa dan 2 provinsi luar jawa (Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat)
E. Manfaat Kegiatan Manfaat dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah: 1.
meningkatnya kemampuan profesional pengembang kurikulum Pusat dalam pengembangan berbagai model bahan ajar;
2.
meningkatnya kemampuan profesional pengembang kurikulum satuan pendidikan (SMK,
SMTI)
dalam
pengembangan
model
bahan
ajar
sehingga
dapat
mengembangkan bahan ajar secara mandiri dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan serta sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan; 3.
orangtua dan stakeholders pendidikan yang terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi hasil belajar siswa sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri.
F. Unsur Yang Terlibat Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan dan pengembangan Model Bahan Ajar Kimia Analis Instrumen, adalah: 1. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas; 2. Dikmenjur 3. Perguruan Tinggi (ITB, Gunadarma) 4. PATIR-BATAN Jakarta; 5. Kasek, guru, analis, para siswa SMAKBO, Bogor (tempat shooting praktikum) 6. HKI (Himpunan Kimia Indonesia); 7. Guru-guru SMK 13 Bandung; SMK Caraka Nusantara Jakarta; SMK 3 Madiun 8. Guru-guru SMTI Padang; SMTI Pontianak 9. Dinas pendidikan, pengawas, kasek dan guru-guru SMK, SMA, SMTI di 5 provinsi, sebagai evaluator dalam uji coba bahan ajar.
5
BAB II KERANGKA TEORI
A. Landasan Yuridis 1. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 3. Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 4. Peraturan Presiden No. 18 tahun 2007 tentang Rencana Kerja Pemerintah 5. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 6. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 7. Peraturan Mendiknas No. 32 tahun 2005 tentang Renstra Depdiknas tahun 2005 – 2009 8. Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi 9. Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 10. Peraturan Mendiknas No. 24 tahnun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 tahun 2007 11. Peraturan Mendiknas No. 40 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas 12. Peraturan Mendiknas No. 37 tahun 2007 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di lingkungan Balitbang Depdiknas 13. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP
C. Landasan Teoritis 1. Pendidikan Kejuruan Secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Terdapat banyak definisi yang diajukan oleh para ahli tentang pendidikan kejuruan dan definisi-definisi tersebut berkembang seirama dengan persepsi dan harapan masyarakat tentang peran yang harus dimainkannya (Samani, 1992:14). Evans
6
& Edwin (1978:24) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan. Harris seperti yang dikutip oleh Slamet (1990:2), menyatakan pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya. Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL), pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan (Malik, 1990:94). Dari definisi tersebut terdapat satu pengertian yang bersifat universal yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki lapangan kerja. Salah satu ciri pendidikan kejuruan dan yang sekaligus membedakan dengan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja. Secara historis pendidikan kejuruan merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang (apprenticeship) (Evans & Edwin, 1978:36). Pada pola latihan dalam pekerjaan peserta didik belajar sambil langsung bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Walaupun demikian pola latihan dalam pekerjaan memiliki keunggulan karena dapat langsung belajar pada keadaan yang sebenarnya sehingga mendorong peserta didik belajar secara inkuiri (Elliot, 1983:15). Banyak sekolah atau latihan kejuruan yang pada saat tertentu menerapkan latihan dalam pekerjaan atau magang di perusahaan yang sesuai dengan programnya. Adapun tujuan pendidikan kejuruan adalah: a. memberikan bekal keterampilan individual dan keterampilan yang laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang kehidupannya, b. membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkannya, c. mendorong produktivitas ekonomi secara regional maupun nasional,
7
d. mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang perkembangan ekonomi dan industri, e. mendorong dan meningkatkan kualitas masyarakat. Menurut Miner (1974:48-56) bekal yang dipelajari dalam pendidikan kejuruan akan merupakan bekal untuk mengembangkan diri dalam bekerja. Dengan bekal kemampuan mengembangkan diri tersebut diharapkan karier yang bersangkutan dapat meningkat dan pada gilirannya kehidupan mereka akan makin baik (Karabel & Hasley, 1977:14). Bagi masyarakat Indonesia misi atau tujuan pendidikan kejuruan tersebut sangat penting, karena pada umumnya siswa sekolah kejuruan berasal dari masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah (Brotosiswoyo, 1991:8), sehingga apabila sekolah kejuruan berhasil mewujudkan misinya berarti akan membantu menaikkan status sosial ekonomi masyarakat tingkat bawah. Dengan kata lain sekolah kejuruan dapat membantu meningkatkan mobilitas vertikal dalam masyarakat (Elliot, 1983:42). Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam kaitan dengan bagaimana sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia kerja, Evans seperti yang dikutip oleh Hadiwiratama (1980:60-69) membagi sekolah kejuruan menjadi lima kategori, yaitu a. program pengarahan kerja (pre vocational guidance education), b. program persiapan kerja (employability preparation education), c. program persiapan bidang pekerjaan secara umum (occupational area preparation education), d. program persiapan bidang kerja spesifik (occupational specific education), dan e. program pendidikan kejuruan khusus (job specific education). Tilaar (1991:12) menegaskan, bahwa pendidikan sekolah kejuruan seharusnya menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi siap latih yang kemudian diteruskan dengan program pelatihan, baik di dalam industri atau lembaga pelatihan tertentu.
2. Struktur Kurikulum SMK Mata pelajaran pada struktur kurikulum SMK dikelompokkan ke dalam kelompok Normatif, Adaptif, dan Produktif. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran kelompok Normatif dan Adaptif disusun oleh BSNP yang tertuang dalam Standar Isi. Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata
8
pelajaran kelompok Produktif disusun oleh Asosiasi Profesi yang mendapat lisensi dari Badan Sertifikasi. Standar Kompetensi Program Produktif ditetapkan mengacu ke Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku di dunia kerja, terdiri dari dari Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Format struktur kurikulum disajikan sebagai berikut: No I
Komponen
Durasi
Normatif 1.1 Pendidikan Agama 1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 1.3 Bahasa Indonesia 1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 1.5 Seni Budaya
II
Adaptif 2.1 Matematika 2.2 Bahasa Inggris 2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial 2.5 KKPI 2.6 Kewirausahaan
III
Produktif 3.1. Unit Kompetensi 1 3.2. Unit Kompetensi 2 3.3. Unit Kompetensi 3 3.4. Unit Kompetensi 4 3.5. Unit Kompetensi 5
Diambil langsung dari standar kompetensi kerja internasional sesuai dengan jenjang kualifikasinya
3.6. Unit Kompetensi 6 3.7.
9
IV
Muatan Lokal
V
Pengembangan Diri
Salahsatu mata pelajaran dari berbagai unit kompetensi kelompok Produktif adalah Kimia Analis Instrumen.
3. Bahan Ajar Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Menurut Walter Dick dan Lou Carey bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Pengertian lain bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). Bahan ajar disusun dengan tujuan: •
menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum,
•
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik,
•
dapat membantu guru/peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh,
•
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran,
•
sebagai laboratorium virtual, pengganti sementara untuk sekolah yang belum mempunyai laboratorium dan peralatannya.
10
Adapun manfaat bahan ajar bagi guru, sebagai berikut: •
diperoleh bahan ajar yang sesuai baik dengan kurikulum maupun peserta didik.
•
tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh
•
dapat memperluas wawasan guru, karena dikembangkan dengan berbagai alternatif,
•
menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, karena dapat membuat baru berdasarkan bahan ajar yang ada,
•
membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara pengembang pusat, penulis, pereview, dan para pengguna di lapangan.
Berbagai bentuk bahan ajar antara lain: y Bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart y Audio Visual seperti: video/film,VCD y Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH y Visual: foto, gambar, model/maket. y Multi Media: CD interaktif, computer Based, Inte Adapun dalam kegiatan ini yang dibuat adalah bahan cetak berupa hand out, dan audio visual berupa video dan CD.
4. Belajar Aktif. Penerapan pendekatan belajar aktif yang ditunjang pelaksanaan manajemen berbasis sekolah memiliki dasar hukum yang bersumber dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang berlaku. Undang-Undang ini selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah berikut ini. z
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi
peserta
didik
untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (PP No. 19 / 2005: Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, Ayat 1). z
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
11
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. (PP No. 19 / 2005: Standar Nasional Pendidikan, Pasal 49, butir 1). Pendekatan belajar aktif dewasa ini amat dominan dilaksanakan di berbagai negara maju dan juga diikuti oleh banyak negara berkembang. Anutan pendekatan ini pada dasarnya dipengaruhi oleh aliran konstruktivisme dalam teori belajar. Perkembangan teori belajar berdasarkan riset selama hampir 100 tahun secara bertahap mengubah paradigma tentang bagaimana seharusnya guru mengajar dan siswa belajar. Rentangan riset itu terutama dimulai dari eksperimen Ivan Pavlov (1849 – 1936) dengan air liur anjing yang diberi stimulus. Kemudian, Jean Piaget (1896 – 1980) mencapai ‘puncak’ riset melalui temuannya tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia. Temuan Piaget kemudian diperkaya dengan gagasan Lev Vygotsky (1896 – 1936) tentang perkembangan kognitif anak dalam hubungannya dengan bahasa dalam konteks historis, kultural, dan sosial tempat anak hidup. Temuan teori yang dewasa ini amat populer dan berdampak luas pada skala internasional adalah teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme memantapkan teori-teori belajar sebelumnya dan memberikan pencerahan bagi peralihan dari konsep belajar yang berpusat kepada guru (teacher-centred learning) ke arah konsep belajar yang berpusat kepada siswa (student-centred learning). Orientasi yang berpusat kepada siswa pada akhirnya diwujudkan dalam pendekatan belajar aktif (active learning approach). Inilah paradigma yang mempengaruhi beragam inovasi pendidikan yang dilakukan di berbagai penjuru dunia sejak awal dasawarsa 1970 sampai sekarang ini.
12
Gambar berikut ini menunjukkan perkembangan kontribusi teori-teori belajar terhadap paradigma belajar aktif.
Gb 2.1. Kontribusi teori belajar terhadap paradigma belajar aktif (S Belen, 2010) Teori-teori belajar yang ditemukan pada akhirnya berkulminasi pada teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme pada dasarnya: z Menyesuaikan aplikasi teori dengan cara kerja otak seperti yang dilaporkan oleh temuan riset neurosains. z Mengadopsi hasil riset biologi tentang cara kerja tubuh. z Mengadopsi temuan riset fisika tentang alam semesta yang bersinergi sebagai satu sistem. z Menyelaraskan aplikasi nilai-nilai dan pandangan historis, kultural, dan sosial, terutama melalui bahasa, dalam penerapan belajar aktif, baik dari hasil riset ilmuilmu sosial maupun dari segi konsepsi filsafat, teologi agama, dan humaniora. z Mengadaptasi temuan dan praksis yang relevan dari dunia kerja.
13
Penerapan teori belajar konstruktivisme secara kumulatif tampil dalam istilah active learning (belajar aktif). Temuan teori lanjutan dan hasil uji coba penerapan dalam proses belajar-mengajar tampil dengan beragam istilah, seperti brain-based learning, multiple intelligences learning approach, cooperative learning, contextual teaching and learning, dan quantum learning. Penerapannya sebenarnya hanya menekankan salah satu aspek, unsur, atau bidang khusus belajar aktif. Hampir semuanya bernaung di bawah paradigma belajar aktif. Ada 5 teori belajar yang berkembang, yaitu teori behaviorisme, teori kognitivisme, teori rekonstruktivisme, teori belajar informal dan post-modern, dan teori-teori belajar yang lain. Dari teori behaviorisme dan teori kognitivisme, pendekatan belajar aktif yang dikembangkan menurut teori rekonstruktivisme mengadopsi gagasangagasan yang relevan dengan tuntutan dan prasyarat pendekatan belajar aktif ini.
5. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. (Sumber Utama: Pusat Kurikulum: 2010) Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar tersebut tidak boleh dilepaskan dari lingkungan dimana peserta didik berada terutama dari lingkungan budayanya (Ki Hajar Dewantara; Pring; Oliva) karena peserta didik hidup dalam lingkungan tersebut dan bertindak sesuai dengan kaedah-kaedah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya. Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (keluarga, kampung, RT, RW, desa.. dst) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsanya dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing terhadap budaya terdekatnya maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsanya dan dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian maka dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma (anomi) dan
14
nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan tersebut. Semakin kuat dasar pertimbangan yang dimilikinya akan semakin kuat pula kecenderungannya untuk tumbuh dan berkembang menjadi warganegara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya tersebut secara kolektif dalam konteks makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsanya. Dengan demikian peserta didik sebagai anak bangsa dan warganegara Indonesia akan memiliki wawasan, pola berpikir, pola sikap, dan pola tindak dan menyelesaikan masalah yang sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-Indonesia-annya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas yaitu “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa…” . Oleh karena itu aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Secara kultural pendidikan berfungsi untuk mewariskan nilai-nilai dan prestasi masa lalu ke generasi muda melalui proses enkulturasi. Nilai-nilai dan prestasi tersebut akan menjadi kebanggaan bangsa dan pada gilirannya akan menjadikan bangsa tersebut lebih dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain berfungsi mewariskan nilai, pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu pendidikan. Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter tersebut menghendaki suatu proses yang berkelanjutan (never ending process), dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Prof Dr Sartono Kartodirdjo secara tegas menyatakan bahwa kesadaran yang lebih dalam dapat terbangun dengan baik melalui pendidikan sejarah karena sejarah dapat memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa dirinya dan bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu dalam pendidikan karakter bangsa harus terbangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan dimana dirinya dan
15
bangsanya hidup (geografi), nilai yang hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang (sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan,
dan
politik
(ketatanegaraan/politik/kewarganegaraan),
bahasa
Indonesia dengan cara berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan terhadap kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan kurikulum yang demikian maka nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan dirinya, masyarakat, bangsa dan bahkan ummat manusia. Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan (virtue) yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilainilai yang berasal dari pandangan hidup/ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Adapaun fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah sebagai berikut: • wahana pengembangan, yakni: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi berperilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa; • wahana perbaikan, yakni: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk lebih bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan • wahana penyaring, yakni: untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut: • Mengembangkan potensi kalbu/nurani atau afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; • Mengembangkan kebiasaan dan perilaku (habituasi) peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious; • Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
16
• Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; • Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber sebagai berikut: •
Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.
•
Pancasila: negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945 tersebut. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni yang diatur dalam pasal-pasal UUD 1945. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan,
dan
menerapkan
nilai-nilai
Pancasila
dalam
kehidupannya sebagai warga negara. •
Budaya: adalah suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat tersebut.
•
Tujuan Pendidikan Nasional: tujuan pendidikan nasional mencerminkan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan ketiga sumber yang disebutkan di atas.
17
Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut maka teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini: •
Religius : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
•
Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
•
Toleransi: Sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis,pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya •
Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
•
Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
•
Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan apa yang telah dimiliki
•
Mandiri: Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
•
Demokratis: cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
•
Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
•
Semangat
kebangsaan:
cara
berpikir,
bertindak,
dan
wawasan
yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. •
Cinta tanah air: Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. •
Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain
•
Bersahabat/komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
18
•
Cinta damai: Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
•
Senang membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
•
Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
•
Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
•
Tanggungjawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
6. Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan Ekonomi Kreatif. "Ekonomi kreatif merupakan keunggulan Indonesia. Jangan disia-siakan karena kita unggul di tingkat dunia. Terutama produk-produk kreatif yang menggunakan nilai budaya, warisan pusaka, dan nilai -nilai lokal," (Presiden dalam acara pawai budaya Nusantara 2008). Ajakan Presiden tersebut agar kita mulai memperhatikan ekonomi kreatif yang memadukan ide, seni dan teknologi cukup beralasan, mengingat ekonomi kreatif merupakan tuntutan perkembangan dunia di abad ke-21 ini. Di beberapa negara, ekonomi kreatif memainkan peran signifikan. Di Inggris, yang pelopor pengembangan ekonomi kreatif, industri itu tumbuh rata-rata 9% per tahun, dan jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara itu yang 2%-3%. Sumbangannya terhadap pendapatan nasional mencapai 8,2% atau US$ 12,6 miliar dan merupakan sumber kedua terbesar setelah sektor finansial. Ini melampaui pendapatan dari industri manufaktur serta migas. Di Korea Selatan, industri kreatif sejak 2005 menyumbang lebih besar daripada manufaktur. Di Singapura ekonomi kreatif menyumbang 5% terhadap PDB atau US$ 5,2 miliar.
19
Ekonomi kreatif termasuk ekonomi gelombang keempat. Alvin Toffler menyebut, ekonomi gelombang pertama bertumpu pada sektor pertanian, ekonomi gelombang kedua pada sektor industri, dan ekonomi gelombang ketiga pada sektor informasi. Menurut Presiden, selain menggerakan roda perekonomian, ekonomi kreatif dan industri kreatif juga sekaligus bisa mengenalkan budaya Indonesia ke mancanegara. Untuk Indonesia, menurut Presiden, ekonomi kreatif merupakan sumber ekonomi baru, di samping pertanian, perindustrian, serta sektor jasa dan perdagangan. Diyakini Presiden, ekonomi kreatif bisa membuka lapangan pekerjaan baru dan memberikan sumbangan terhadap perekonomian Indonesia. Tiga kelompok besar unggulan dalam 14 sektor industri kreatif tersebut, antara lain fesyen, kerajinan dan kriya serta musik dan film yang melahirkan karya animasi, piranti lunak, dan permainan komputer. Seperti kita ketahui, sejak dulu hingga kini, banyak sekali pelaku industri kreatif di Indonesia dan tersebar di berbagai daerah, Indonesia kaya akan budaya, serta banyak industri kerajinan yang membuat produk khas daerahnya seperti Yogyakarta, Bali, dan lainnya. Sekarang tinggal mengembangkan ke arah ekonomi kreatif yang dapat diminati dan dijual di tingkat nasional maupun internasional.. Pemerintah sudah berusaha membantu ekonomi kreatif ini, misalnya dengan menunjuk beberapa bank untuk membantu industri kreatif skala kecil dan menengah, dengan syarat-syarat tertentu. Mari juga mengingatkan bahwa tantangan yang berat terhadap industri kreatif di masa depan justru dapat dijadikan sebagai peluang. Harapannya, melalui semangat dan kerja sama mengembangkan industri kreatif, Indonesia mampu mendapat sumber kekuatan ekonomi baru setelah gelombang krisis dalam bidang pertanian, industri manufaktur, dan pertambangan. Ekonomi kreatif harus digalakkan mulai sekarang dengan meningkatkan kualitas hasil karya dan cipta. Bagaimana agar budaya lokal seperti cerita rakyat, disukai anak-anak kita? Disamping mereka juga menyukai budaya luar seperti komik Jepang yang terkenal. Hal ini juga menjadi bahan refleksi para pengarang cerita anak-anak, sehingga dapat
20
bersaing dengan produk luar. Salah satu solusinya, mungkin dimodifikasi dengan kreativitas baru yang lebih menarik. Pawai Budaya Nusantara yang diselenggarakan di bali beberapa waktu lalu, merupakan salahsatu usaha pemerintah dalam mengembangkan budaya lokal sebagai daya tarik pariwisata. Mengenai pentingnya ekonomi kreatif dikembangkan di sekolah, tercantum dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif dukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 20092015, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan sasaran, arah, dan strategi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Instruksi Presiden ini. Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 6 Tahun 2009 Tertanggal : 5 Agustus 2009 Tentang “ Sasaran, Arah, Dan Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009 – 2015 Sasaran I.
Arah
Insan A.
Strategi
Penanggung Jawab
1. Meningkatkan anggaran
Menteri Pendidikan
kreatif
Peningkatan
pendidikan untuk
Nasional (Koordinator)
dengan
jumlah
mendukung penciptaan
Menteri Keuangan
poIa pikir
Sumber Daya
insan kreatif Indonesia
Menteri Negara
dan
dan Manusia
Perencanaan Pembangunan
mood set (SDM) kreatif
Nasional /Kepala Badan
kreatif
Perencanaan Pembangunan
yang berkualitas
2.Melakukan kajian dan
Menteri Pendidikan
secara
revisi kurikulum
Nasional (koordinator)
berkesinambu
pendidikan dan pelatihan
Menteri…..
ngan dan
agar lebih berorientasi
tersebar
pada pembentukan
merata di
kreativitas dan
21
wilayah
kewirausahaan pada anak
Indonesia
didik sedini mungkin 3. Meningkatkan kualitas
Menteri Pendidikan
pendidikan nasional yang
Nasional (koordinator)
mendukung
Menteri…
penciptaan kreativitas dan kewirausahaan pada anak didik sedini munglun 4. menciptakan akses
Menteri Komunikasi dan
pengetahuan informasi dan
Informasi
pengetahuan ekonomi
Menteri Pendidikan
kreatif di masyarakat.
Nasional Menteri Perdagangan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Menteri Perindustrian Menteri Pertanian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
B.
1. Membangun lembaga
Menteri Pendidikan N a s i d
Peningkatan
pendidikan dan pelatihan
(koordinator)
jurnlah dan
formal dan informal yang
Menteri Tenaga Kerja dan
perbaikan
terkait dengan
Transmigrasi
kualitas
Pengembangan Ekonomi
Menteri Perindustrian
lembaga
Kreatif, di daerah yang
Menteri Pertanian
pendidikan
berpotensi untuk
Menteri Kebudayaan dan
dan pelatihan
dikembangkzn sebagai
Pariwisata
formal
Master
dan informal
industri di bidang ekonorni
yang
kreatif
22
mendukung penciptaan
2. Memperbaiki
Menteri Pendidikan
insan kreatif
infrastruktur dan kualitas
Nasional (koordinator)
dalam
pembelajaran di
Menteri Tenaga Kerja dan
Pengembanga
lembaga pendidikan dan
Transmigrasi
n
pelatihan
Menteri Perindustrian
Ekonomi
Menteri Pertanian
Kreatif
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 3. Membangun mekanisme
Menteri Pendidikan
kemitraan antara
Nasional (koordinator)
pemerintah, lembaga
Menteri Perindustrian
pendidikan, dan pelatihan
Menteri Pertanian
dengan pelaku usaha untuk
Menteri Negara Badan
mengernbangkan
Usaha Milik Negara
pendidikan dan pelatihan berkualitas dalarn Pengembangan Ekonorni Kreatif 4. Mendorong pihak
Menteri Pendidikan
swasta untuk membangun
Nasional (koordinator)
lembaga
Menteri Keuangan
pendidikan dan pelatihan khususnya yang terkait kebutuhan SDM dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif yang berkualitas dengan biaya terjangkau 5. Menciptakan
Menteri Pendidikan
keterhubungan dan
Nasional (koordinator)
keterpaduan antara lulusan
Menteri Tenaga Kerja dan
23
pendidikan tinggi dan
Transmigrasi
sekolah menengah
Menteri Kebudayaan dan
kejuruan yang terkait
Pariwisata
dengan Pengembangan
Menteri Perindustrian
Ekonomi Kreatif yang
Menteri Pertanian
membutuhkan
Menteri Negara Koperasi clan Usaha Kecil dan Menengah
6.Menciptakan dan
Menteri Pendidikan
menjaga sistem
Nasional
standardisasi mutu pendidikan tinggi dan sekolah menengah kejuruan yang terkait dengan Pengembangan Ekonomi Kreatif C.
5. Memberikan
Menteri Pendidikan
Peningkatan
apresiasi/penghargaan
Nasional
penghargaan
kepada insan kreatif secara
kepada
berkesinambungan
insan kreatif oleh Pemerintah
Ekonomi Kreatif dan Kewirausahaan Visi ekonomi kreatif Indonesia yaitu “Bangsa Indonesia yang Berkualitas Hidup dan Bercita Kreatif di Mata Dunia”. Apa arti ekonomi kreatif? Menurut John Howkins (dalam Zumar, 2008) dalam The Creative Economy: How People Make Money From Ideas, ekonomi kreatif diartikan sebagai segala kegiatan ekonomi yang menjadikan kreativitas (kekayaan intelektual), budaya dan warisan budaya maupun lingkungan sebagai tumpuan masa depan. Sedangkan, industri kreatif adalah berbasis kreativitas, keterampilan, dan talenta yang memiliki potensi peningkatan kesejahteraan serta penciptaan lapangan kerja dengan menciptakan dan mengeksploitasi Hak Kekayaan
24
Inteletual (HKI). Analoginya,ekonomi kreatif adalah kandangnya, industri kreatif adalah binatangnya. Masih dalam Zumar (2008) dinyatakan, ekonomi kreatif punyai 14 subsektor industri, yaitu periklanan (advertising), arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, video/film/animasi/fotografi, game, musik, seni pertunjukan (showbiz), penerbitan/percetakan, software, televisi/radio (broadcasting), dan riset & pengembangan (R&D). Saat ini industri kreatif di dunia tumbuh pesat. Ekonomi kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per tahun, akan berkembang dari US$ 2,2 triliun pada Januari 2000 menjadi US$ 6,1 triliun tahun 2020. Di Indonesia, ekonomi kreatif cukup berperan dalam pembangunan ekonomi nasional. Hanya, ia belum banyak tersentuh oleh campur tangan pemerintah. Ini karena pemerintah belum menjadikannya sebagai sumber pendapatan negara yang penting. Pemerintah masih fokus pada sektor manufaktur, fiskal, dan agrobisnis. Padahal aktor utama penggerak lahirnya kreatifitas, ide ilmu pengetahuan dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif adalah intelektual, bisnis dan pemerintah. Lalu apa yang dapat dilakukan? Salah satu pemikirannya adalah membuat komunitas masyarakat dengan dunia usaha. Prof. John Hertleg mengisahkan suksesnya ekonomi kreatif di Australia dan pembelajaran yang melibatkan lebih dari 4.000 mahasiswa dari 11 jurusan dengan dukungan dana dari pemerintah. Kittiratama dan Pitipanieh dari Thailand Creatife and Design Center dan Prof Martin Peiser dari Nanyang Technology University Singapore berbagi pengalaman ekonmi kreatif dari negara Thailand dan Singapore. Ekonomi kreatif berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan kehalian bakat dan kreatifitas sebagai kekayaan intelektual. Ini harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit dan meraih keungulan dalam ekonomi global. Ekonomi kreatif bertumpu pada 14 subsektor industri kratif yaitu : periklanan, penerbitan dan percetakan, TV dan radio, film. Vidio dan fotografi, musik, seni pertunjukkan, arsitektur, desain, faysion, kerajinan, pasar barang seni, permainan interkatif, layanan komputer dan piranti lunak, penelitian dan pengembangan. Berdasarkan studi pemetaan industri kreatif yang dilaksanakan Departemen Perdagangan Tahun 2007 diperoleh informasi bahwa kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat pada lima indikator utama, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, jumlah perusahaan, ekspor dan dampak terhadap sektor lain. Badan Pusat Statistik (BPS) telah menganalisis bahwa
25
industri kreatif memberikan kontribusi PDB pada urutan ke 7 dari 10 sektor lapangan usaha, yaitu rata-rata sebesar Rp. 104.638 triliun (6,28%) pada tahun 2002-2006 di atas rata-rata kontribusi sektor (1) pengangkutan dan komunikasi (2) bangunan (3) listrik, gas dan air bersih. Aksi lain yang harus dilakukan adalah menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru. Pembentukan wirausaha baru amat ditentukan oleh kemerdekaan ekonomi suatu daerah atau negara. Pemikiran selanjutnya, menumbuhkan industri kreatif, energi dan kreatifitas generasi muda, sangat potensial untuk diarahkan menjadi “Bola Salju Industri” kreatif. Pertumbuhan industri kreatif perlu difasilitasi karena industri kreatif merupakan masa depan industri dunia. Generasi muda ini sekarang berada di Universitas-Universitas dan sekolah-sekolah kejuruan. Bagaimana dengan wirausaha? Apa hubungan ekonomi kreatif dengan wirausaha? Mengacu dari Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan usaha kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa: •
Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
•
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan atau dalam bahasa perancis disebut entrepreneurship dan kalau
diterjemahkan secara harfiah punya pengertian sebagai perantara, diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal . Menurut Stoner, James: kewirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja dan modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuanpenemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan
kekayaan
bukan
tujuan
utama.Secara
sederhana
arti
wirausahawan
(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka
26
usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18). Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: Richard Cantillon (1775). Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (selfemployment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian Jean Baptista Say (1816). Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya. Dalam konteks bisnis, seorang entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan munculnya produk baru arau ide tentang penyelenggaraan jasajasa. Karakteristik tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr, 1999) : •
Lokus pengendalian internal
•
Tingkat energi tinggi
•
Kebutuhan tinggi akan prestasi
•
Toleransi terhadap ambiguitas
•
Kepercayaan diri
•
Berorientasi pada action Karakteristik Wirausahawan (Masykur W)
•
Keinginan untuk berprestasi
•
Keinginan untuk bertanggung jawab
•
Preferensi kepada resiko menengah
27
•
Persepsi kepada kemungkian berhasil
•
Rangsangan untuk umpan balik
•
Aktivitas Energik
•
Orientasi ke masa depan
•
Ketrampilan dalam pengorganisasian
•
Sikap terhadap uang
Wirausahawan yang berhasil mempunyai standar prestasi (n Ach) tinggi. Potensi kewirausahaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (Masykur, Winardi) •
Kemampuan inovatif
•
Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
•
Keinginan untuk berprestasi
•
Kemampuan perencanaan realistis
•
Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
•
Obyektivitas
•
Tanggung jawab pribadi
•
Kemampuan beradaptasi (Flexibility)
•
Kemampuan sebagai pengorganisator dan administrator
•
Tingkat komitmen tinggi (survival)
Ada delapan anak tangga menuju puncak karir berwirausaha (Alma, 106 – 109), terdiri atas •
mau kerja keras (capacity for hard work)
•
bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people)
•
penampilan yang baik (good appearance)
•
yakin (self confidence)
•
pandai membuat keputusan (making sound decision)
•
mau menambah ilmu pengetahuan (college education)
•
ambisi untuk maju (ambition drive)
•
pandai berkomunikasi (ability to communicate)
28
7. Kimia Analisis Instrumen Pengantar: Sejalan dengan perkembangan industri yang sangat pesat pada era globalisasi, maka diperlukan penjaminan mutu produk yang dihasilkan maupun jasa analisisnya. Kualifikasi produk pada berbagai bidang meliputi makanan, minuman, farmasi, lingkungan, perminyakan, pertambangan, tekstil, kesehatan, dan produk lainnya. Kualitas produk akan terjamin apabila tersedia sarana-prasarana dan sumberdaya manusia handal
yang memenuhi persyaratan industri. Untuk menghasilkan
sumber daya manusia handal, maka diperlukan para fasilitator/instruktur yang handal dan
bahan ajar yang memadai sehingga output siswa akan lebih
professional, sesuai dengan perkembangan industri di era globalisasi. Bahan ajar yang akan dibahas adalah metoda analisis instrumental. Metoda analisis kimia instrumental sangat luas penggunaannya sehingga dimungkinkan dapat memberi peluang untuk mengembangkan jasa analisis dalam menjawab tuntutan dan kebutuhan analisis terhadap sample yang semakin kompleks, diantaranya dalam pengujian kualitas air minum sesuai standar yang ditetapkan. Contoh lain menganalisis logam berat yang terkandung di dalam berbagai produk makanan, untuk mengetahui apakah produk makanan tersebut layak konsumsi yang memenuhi standar kesehatan. Dalam pelaksanaan pembelajaran analisis instrumental dikembangkan berbagai sikap jujur, kerja keras, disiplin, tanggung jawab, mandiri, peduli lingkungan, selalu hidup sehat dan lainnya pada diri siswa yang merupakan nilai budaya dan karakter bangsa Metoda analisis kimia konvensional dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut dikembangkan metoda analisis kimia secara instrumental diantaranya metoda analisis secara fotometri.
Pendahuluan Metoda analisis terdiri dari analisis konvensional dan analisis instrumental. Contoh analisis konvensional antara lain volumetri dan gravimetri. Analisis instrumental terdiri dari cara optik dan cara listrik. Cara optik bekerja
29
berdasarkan penyerapan sinar misalnya pada kolorimeter Nessler dan pemancaran sinar, misalnya pada fotometer nyala; sedangkan cara listrik menggunakan energi listrik, misalnya potensiometri dan konduktometri. Analisa instrumen cara optik berdasarkan penyerapan sinar, terdiri dari : •
Kolorimeter Nessler, Hehner, Dubosq
•
Spektrofotometer sinar nampak dan ultra violet
•
Spektrofotometer serapan atom
•
Spektrofotometer infra merah
Analisis instrumental dikenal juga sebagai analisis Fisiko-Kimia dengan ciri-ciri : memakai instrumen dan penentuan zat berdasarkan sifat-sifat fisiko-kimia dari molekul atau atom sampel yang dianalisis Analisis Instrumental berkembang pesat karena : •
Adanya tuntutan dan kebutuhan analisis terhadap matriks sampel yang sulit, jumlahnya sedikit, waktu analisis yang singkat, tidak diperlukan macam-macam pereaksi.
•
Kesahihan analisis instrumental didukung oleh kecermatan, ketelitian, keterulangan, sensitivitas, kelurusan dan kestabilan dari suatu metode analisis yang dipakai.
Kelebihan Analisis Instrumental antara lain •
Sahih : memberikan hasil dengan kecermatan dan ketelitian yang memadai.
•
Cermat (presisi): kedekatan hasil yang diperoleh dengan nilai sebenarnya, dinyatakan dengan % perolehan kembali (recovery).
•
Ketelitian (akurasi):simpangan baku dari beberapa kali penentuan kuantitatif thd sampel yang dianalisis dengan metode yang sama.
•
Keterulangan : pengulangan thd sampel yang sama dan metode yang sama dengan hasil analisis memenuhi persyaratan statistik.
•
Sensitivitas : batas kadar terkecil yang dapat ditentukan, LOD (low of detection).
30
•
Kestabilan : mempunyai ketahanan thd pengujian dg merk instrumen berbeda, waktu dan tempat berbeda.
Disamping kelebihan di atas, ada juga kekurangannya, yaitu •
Harga alat relatif mahal
•
Perawatan rumit, seperti kalibrasi rutin
•
Pengoperasian sulit (perlu tenaga ahli atau operator khusus)
•
Kondisi ruangan menuntut : suhu, kelembaban tertentu
•
Memerlukan sarana prasarana pendukung seperti instalasi listrik yang stabil (UPS)
•
Harga analisa mahal, karena harus menggunakan bahan kimia yang pure analisis dan air demineralisasi
Pengamatan secara visual menggunakan mata pada analisis kolorimetri (Nessler dan Du-Boscq), memiliki keterbatasan dan kesalahan pengamatan yang sangat subyektif. Oleh karena itu muncul ide menggantikan peran mata dengan alat yang disebut fotolistrik. Metode ini memiliki kepekaan sangat tinggi, yang didasarkan pada interaksi foton dengan molekul yang diimplementasikan dalam bentuk listrik. Instrumen yang menggunakan fotolistrik ini antara lain spektrofotometer visibel dan UV. Teknik analisis secara fotolistrik ini dikembangkan tidak hanya analisis dalam bentuk molekul, namun juga dapat menganalisis dalam bentuk atom, maka muncul instrumen fotometer emisi nyala (flame photometer) dan spektrofotometer serapan atom (SSA).
Prinsip Dasar Analisis Secara Fotometri Reading
Monokromator
Sumber cahaya
Detector
Sampel 0.12 3
31
( Sumber cahaya polikromatik dilewatkan kedalam monokromator sehingga hanya panjang gelombang tertentu atau monokromatik yang akan berinteraksi dengan sampel. Intensitas sinar yang ditransmisikan akan dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam rekorder dengan skala %Transmitan atau absorbans)
Kolorimetri Kolorimetri adalah cara analisis yang didasarkan atas kesamaan warna larutan sampel dengan larutan standar menggunakan sinar polikromatis dengan pengamatan secara visual (mata). Untuk mendapatkan kesamaan warna dapat digunakan metode deret larutan standar , misalnya dengan cara Nessler dan DuBoscq. Pengamatan secara visual dengan mata dapat digantikan dengan metode fotolistrik yang didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yang menyatakan bahwa harga penyerapan sinar (absorbans) oleh suatu larutan sebanding dengan konsentrasi dan tebalnya sel. Secara umum, kolorimetri terdiri dari kolorimetri visual dan kolorimetri fotolistrik. Contoh kolorimetri visual adalah tabung Nessler dan Du-Boscq, sedang kolorimetri fotolistrik terdiri dari spektrofotometri visibel, UV, emisi nyala, dan serapan atom
Kolorimetri Visual Dalam metode ini, biasanya digunakan tabung gelas tak berwarna yang memiliki keseragaman ukuran yang disebut dengan tabung Nessler. Larutan sampel yang akan ditentukan konsentrasinya dibuat dengan volume tertentu, kemudian warna sampel dibandingkan dengan warna seri larutan standar. Sejumlah 50 atau 100 mL larutan sampel dan standar dimasukkan ke dalam tabung Nessler, kemudian warna larutan sampel di dibandingkan dengan seri larutan standar yang sesuai dengan cara melihat secara tegak lurus terhadap tabung. Konsentrasi larutan
32
sampel sama dengan konsentrasi larutan standar yang memiliki warna yang sama. Jika warna larutan sampel berada di antara dua larutan standar, maka dibuat lagi larutan deret standar dengan konsentrasi di antara interval hingga diperoleh warna yang sama. Untuk menghidari penggunaan tabung Nessler dan deret larutan standar yang bervariasi, maka dibuat terlebih dahulu larutan sampel, kemudian larutan standar dibuat hanya satu konsentrasi dengan cara menambahkan larutan standar ke dalam tabung Nessler yang berisi reagen tetes demi tetes menggunakan buret. Jika warna larutan yang terbentuk sama dengan larutan sampel, tetesan dihentikan. Konsentrasi larutan sampel dihitung berdasarkan volume larutan standar yang diteteskan dari buret. Metode dengan menggunakan satu larutan standar, lebih sering digunakan dibandingkan dengan menggunakan deret larutan. Cara analisa berdasarkan hukum Lambert-Beer. Jika dua larutan yang mengandung partikel yang sama mempunyai warna yang sama, maka absorbansnya akan sama. Proses pengamatan : Misalnya : Didapat bahwa warna larutan x (tinggi hx) sama dengan warna larutan standar c2 (tinggi h2) maka harga cx : Ax = k . hx . cx A2 = k . h2 . c2 Karena warna zat/larutan sama, maka Ax = A2, sehingga : k . hx . cx = k. h2 . c2
(k = jenis zat sama)
h2 cx = ------------- x c2 hx
33
Ada dua cara penentuan : a. Cara tinggi larutan konstan (constant depth method), digunakan tabung Nessler.
Gambar 3. Tabung Nessler Cari warna standar yang sama dengan cuplikan, jika tidak ada yang sama harus membuat lagi larutan standar. b. Cara tinggi larutan berubah-ubah (variable depth method), digunakan silinder Hehner dan alat Kolorimeter Duboscq. Cara penggunaan silinder Hehner, selalu menggunakan sepasang (dua buah) alat silinder Hehner. Satu silinder diisi larutan standar zat x dengan konsentrasi diketahui, c1. silinder yang satunya lagi diisi dengan larutan cuplikan zat x yang konsentrasinya cx (belum diketahui). Dari bawah tabung dilewatkan sinar tampak, dan dari bagian atas amati kedua warna larutan dalam kedua silinder tersebut. Kemudian tinggi larutan standar pada silinder satu diatur hingga didapat warna yang sama pada kedua silinder, dengan cara menambah atau mengurangi larutan standar tersebut. Bila hal ini tercapai, maka berlaku : A1 = Ax k. b1 . c1 = k . bx . cx
(k = jenis zat sama), jadi :
b1 . c1 = bx .cx b1 cx = -------- x c1
b1, bx = diukur pada skala kedua silinder.
34
bx
c1 = diketahui
Alat Kolorimeter Duboscq. Gambar 5. Alat Kolorimeter Dubosq Prinsip kerjanya sama dengan prinsip kerja silinder Hehner. Perbedaannya dengan silinder Hehner adalah mengubah panjang jalannya sinar, tidak dengan jalan mengurangi sebagian dari salah satu larutan, tetapi dengan mengatur jarak antara alas bejana berisi larutan dengan bagian bawah alat plunger G. Perbedaan lainnya adalah dalam menyamakan warna pada alat kolorimeter Duboscq warna yang diamati adalah pada tempat pengamatan S (splitfield image), bidang sebelah kiri dan sebelah kanan splitfield ini harus diusahakan sama terangnya dengan mengubah-ubah tinggi rendahnya bejana yang berisi larutan. Bila keadaan ini tercapai, berarti warna kedua larutan sudah menunjukkan absorbans yang sama, sehingga berlaku A1 = Ax atau b1 . c1 = bx . cx dan cx dapat dihitung (bila b1 dan bx dapat dibaca pada suatu skala.
Spektrofotometer Spektrofotometer adalah instrument yang dipakai pada teknik analisis spektroskopi. •
Spektrometer : Instrument yang mempunyai
sitem optis yang dapat
menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnet yang masuk, kemudian kuantitas radiasinya diukur pada λ terpilih.
35
•
Fotometer : alat untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan.
•
Spektrofotometer : mengukur selisih antara radiasi yang diteruskan oleh bahan pembanding dan radiasi yang diteruskan oleh contoh pada λ terpilih.
Spektrofotometer UV-VIS •
•
Pengukuran serapan cahaya oleh suatu senyawa di daerah : -
ultraviolet (200 – 350 nm)
-
sinar tampak (350 – 800 nm)
Penyerapan cahaya uv atau tampak akan menyebabkan terjadinya transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar (energi rendah) ke orbital keadaan tereksitasi (energi lebih tinggi).
Transisi Elektronik E = hv = hc/ λ Molekul yang memerlukan E> akan menyerap pada λ pendek. Absorpsi pd 100 nm(uv)
750 nm(tampak)
Pemilihan panjang gelombang •
λ maks: panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum.
•
Pada λ maks : kepekaan maksimum, signal kuat pada larutan dengan konsentrasi tertentu.
•
Perbedaan absorban sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombang disekitar panjang gelombang absorban maksimum sehingga kesalahan pengukuran sangat kecil.
36
Keterangan: Sumber Cahaya, berfungsi : a. Memberikan energi radiasi pada λ yang tepat untuk pengukuran b. Mempertahankan intensitas sinar yang tetap selama pengukuran Sumber radiasi : •
VISIBEL : λ
•
UV
Wolfram/Tungstein
350 – 780 nm :
Deuterium
λ 180 – 350 nm Monokromator, berfungsi untuk: • •
memperoleh radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis. Monokromator terdiri dari susunan : celah masuk – filter – kisi (grating difraksi) atau prisma – celah keluar.
Kuvet (tempat sampel) o
Sampel pada pengukuran ini umumnya berbentuk larutan
37
o
Bahan kuvet harus transparan :
Kaca : VIS (380 – 1100 nm)
silika : UV-VIS (190 – 1100 nm)
o
Posisi kuvet harus tegak lurus terhadap sinar datang
o
Kuvet untuk blanko dan kuvet untuk sampel harus matched
Detektor, berfungsi untuk: mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut. Syarat detektor adalah : a. Mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diterima. b. Mempunyai kemampuan memberikan respons terhadap radiasi pada daerah panjang gelombang yang lebar (uv-vis). c. Memberikan respons terhadap radiasi dalam waktu yang serempak. d. Signal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus dapat diamplifikasi oleh penguat (amplifier) ke recorder (pencatat). Rekorder Signal listrik yang keluar dari detektor diterima pada sirkuit potensiometer yang dapat langsung mengukur transmitans atau absorban. Rekorder dapat menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi pada kertas rekorder. Aplikasi Spektrofotometer UV-VIS Analisis Kualitatif : dipakai untuk data sekunder atau data pendukung. 1. Pemeriksaan kemurnian : dibandingkan dengan standar. 2. Identifikasi : pengukuran λ maks dan absorpsivitas molar. 3. Elusidasi struktur : informasi adanya gugus kromofor dan gugus fungsi melalui profil spektrum
38
Analisis Kuantitatif
1.
Senyawa Tunggal : Dengan membandingkan absorban senyawa yang
dianalisis dengan reference standard pada panjang gelombang maksimum. 2.
Senyawa multikomponen : mengukur absorban campuran pada panjang
gelombang maksimum masing-masing A λ1 = a1(λ1). C1 + a2(λ1). C2 A λ2= a1(λ2). C1 + a2(λ2). C2
DAFTAR PUSTAKA (Hanya untuk Kimia Analisa Instrumen) 1. Day, R .A, Underwood A. l, 1998, Quantitative Analysis, Sixth Edition, Prentice-Hall, USA. 2. Skoog, Douglas, 1971, Principles of Instrumental Analisys, 3th edition, New York, Saunder College Publishing. 3. Hendrayana Sumar,dkk, 2008, Kimia Analitik Instrumen, cetakan ke enam, Universitas Terbuka
C.Kerangka Berfikir Logis.
Kegiatan Belajar mengajar (Pendekatan Belajar Aktif)
Bahan Ajar
Siswa yang berjiwa kreatif, berbudaya, mandiri.
Belajar Aktif (integrasi) Budaya, karakter bangsa
(integrasi)
Entrepreneurship Input --------------Æ
Proses --------------------------Æ Output
39
BAB III METODOLOGI
A. Strategi Pengembangan
1.Metode Pelaksanaan Kegiatan
dilaksanakan
dalam
bentuk
workshop
meliputi
pengkajian
konsep/pustaka dan kebutuhan kegiatan, ekspose/pemaparan, diskusi fokus, kerja individu, dan kerja kelompok, serta praktek langsung pengembangan bahan ajar dalam bentuk pembelajaran dan penilaian.
2. Tahapan pelaksanaan Untuk mencapai keluaran dan indikator keluaran seperti yang diharapkan, secara rinci, kegatan ini dilakukan melalui langkah-langkah berikut: a. Penyusunan desain Kegiatan Kegiatan
ini
mencakup
rancangan
kegiatan,
identifikasi
berbagai
karakteristik satuan pendidikan, peserta didik, dan daerahnya,
untuk
menetapkan fokus bahan ajar dan jumlah sasaran kegiatan. Melibatkan tim kegiatan, peserta dan nara sumber profesional untuk membantu menghasilkan desain operasional dan sesuai fokus kegiatan untuk mendapatkan model bahan ajar yang ideal sesuai kondisi, potensi, kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan. Dalam desain juga diidentifikasi praktik penerapan sebenarnya pada tingkat satuan pendidikan sehingga dapat diperoleh data dan informasi
kelebihan,
kekurangan,
permasalahan
penggunaan
dan
pengembangan bahan ajar atau peluang yang dapat dimanfaatkan satuan pendidikan. b. Penyusunan Kerangka dan Pengembangan Model Bahan Ajar Kegiatan menyusun kerangka model yang berupa sistematika atau silabi naskah model, silabus mata pelajaran atau bahan ajar, diperlukan pada setiap tahap awal pengembangan model, yang juga digunakan sebagai panduan dalam menyelesaikan model. Pengembangan model merupakan tahapan utama dalam penyusunan model bahan ajar atau pengembangan sarana pendukung pembelajaran yang
40
diperlukan secara keseluruhan. Kualitas dan volume dalam kegiatan ini ditentukan oleh kuantitas dan kedalaman beban kompetensi dalam Standar Isi dan SKL. Kegiatan diselenggarakan melibatkan tim kegiatan dan nara sumber. Hasil kegiatan berupa naskah model bahan ajar. c. Review Model Bahan Ajar Draft awal naskah perlu direview kembali untuk dikaji, ditelaah dan disempurnakan agar lebih sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan dan karakteristiknya. Kegiatan ini melibatkan tim kegiatan, peserta dan nara sumber d. Penyusunan Instrumen Penilaian Model bahan ajar merupakan model yang akan dijadikan acuan satuan pendidikan (sekolah) dalam menyusun kurikulum, silabus dan sarana pembelajaran dan juga mungkin akan diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan. Sehingga model ini harus memenuhi kualitas dan fleksibel digunakan sebagai referensi oleh satuan pendidikan yang beragam kondisi, kebutuhan dan karakteristiknya secara meluas. Model ini perlu dikaji, diuji kelayakannya oleh berbagai stakeholder, terutama yang akan menggunakan model ini. Untuk itu perlu dikembangkan instrumen penilaian atau instrumen pengkajian untuk dikaji berbagai pihak agar sesuai dengan karakteristik setiap model kurikulum, silabus mata pelajaran atau sarana pendukung pembelajaran yang dikembangkan. e. Ujicoba Model Bahan Ajar Model bahan ajar merupakan model yang akan dijadikan acuan satuan pendidikan
(sekolah)
dalam
melaksanakan
pembelajaran
sehingga
memungkinkan untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan. Sehingga model ini harus memenuhi kualitas dan fleksibel digunakan sebagai referensi oleh satuan pendidikan yang beragam kondisi, kebutuhan dan karakteristiknya secara meluas. Model ini perlu dikaji, diuji kelayakannya oleh berbagai stakeholder, terutama yang akan menggunakan model ini. Untuk itu perlu dikaji dan diujicoba sesuai dengan karakteristik setiap model kurikulum, silabus mata pelajaran atau sarana pendukung pembelajaran yang dikembangkan.
41
Langkah ujicoba model diperlukan untuk mendapatkan data, informasi dan masukan mengenai kelayakan model. Masukan hendaknya mewakili sebagian besar pengguna yang akan menggunakan model ini dari segi kondisi budaya, sosial ekonomi sekolah dan daerah, kebutuhan maupun ciri khas setiap sekolah. Ujicoba model di selenggarakan di daerah yang mewakili berbagai unsur pengguna bahan ajar, kondisi daerah, dan karakteristik lainnya. Hasil langkah kegiatan ini berupa masukan-masukan yang berkenaan dengan kelayakan implementasi model. Daerah uji coba meliputi 5 provinsi (Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat). f.
Penelaahan dan Perbaikan model Bahan Ajar Hasil pengembangan model tentu perlu telaah secara kualitatif maupun kuantitatif. Fokus penelaahan ditekankan, terutama untuk mendapatkan data penyempurnaan model agar lebih praktis, layak digunakan sebagai referensi bagi satuan pendidikan. Revisi model dilakukan untuk mengakomodasi masukan-masukan dari stakeholder dengan menggunakan kriteria yang dihasilkan berdasarkan analisis hasil pengembangan model. Kegiatan diselenggarakan dengan melibatkan peserta setempat, tim kegiatan dan nara sumber. Hasil langkah kegiatan ini berupa Naskal model yang sudah ditelaah dan diperbaiki sehingga layak untuk didiseminasikan dan diimplementasikan.
g. Penyusunan Laporan Laporan pengembangan model mencakup deskripsi dari tahap identifikasi sampai diperoleh model yang telah disempurnakan. Hasil langkah kegiatan ini berupa naskah laporan penyusunan model bahan ajar beserta lampirannya. (Langkah Kegiatan, Tujuan Khusus, Tempat, Waktu, Peserta, Strategi dan Hasil Yang Diharapkan Tiap Langkah) No. 1.
Langkah
Tujuan
Tempat
Peserta
Strategi
Hasil yang
Kegiatan
Khusus
& Waktu
Pelaksanaan
Diharapkan
Penyusun
Menyusun
Kantor
Wk ketua
Paparan,
Tersusunnya
an Desain
Panduan
Februari
Nara
kerja
panduan
Kegiatan
2010,
sumber
mandiri,
kegiatan dan
42
No.
Langkah
Tujuan
Tempat
Kegiatan
Khusus
& Waktu
untuk Tim
(5 hari)
Puskur
Peserta
Strategi
Hasil yang
Pelaksanaan
Diharapkan
dl Jw(2)
presentasi,
gambaran
Peserta (5)
Perbaikan
umum dalam
Jml: 7 org) 2.
Bogor,
•
endisku
Februari
kerangka
sikan
- Maret
dan
bentuk
ara
pengemba
model
sumber
ngan
bahan
dl.Jw(2
model
ajar
)
bahan ajar
2.
Penyusun
1.
an
M
M
bentuk word Konsinyerin
Draft awal
k ketua
g
naskah model
•
workshop
bahan ajar
Diskusi,
Naskah bahan
W N
Peserta
enyusu
{pusat: 3,
n draft
dl jw 4)
bahan
(jml: 9)
ajar. 3.
Review
Meninjau
Bogor,
•
model
ulang lay
Maret
k ketua
kerja
ajar yang sudah
bahan ajar
out bahan
•
mandiri,
direview
ajar..
ara
Melanjutk
sumber
an
/2
penyusuna
Peserta:
n bahan
Pst/3. Dl
ajar.
Jw/7.
W N
presentasi
L.Jw: 9 (19 ) 4.
Penyusun
Alat
Kantor,
•
an
menilai
April
k ketua
W
Workshop
Naskah
presentasi
instrumen
43
No.
Langkah
Tujuan
Tempat
Kegiatan
Khusus
& Waktu
instrument
bahan ajar
Peserta •
penilaian
N
ara
Strategi
Hasil yang
Pelaksanaan
Diharapkan
Perbaikan
penilaian bahan
hasil
ajar
sumber /2 Peserta/6 (8)
5.
6.
7.
Ujicoba
Mendapat
Dalam
Tim
Bahan ajar
Masukan yang
model
kan
(3) dan
Pusat/3
dipraktekkan
berkenaan
bahan ajar
masukan
Luar
Peserta
di sekolah
dengan
di satuan
mengenai
jawa (2
Daerah/2
pendidika
kelayakan
Prov)
0
n
model.
April
Penelahaa
Menyemp
Bogor,
•
n dan
urnakan
Mei
perbaikan
kelayakan.
Memperbai
Dokumen bahan
k ketua
ki naskah
ajar yang telah
dan
•
berdasarkan
final.
model
memfinalk
ara
bahan ajar
an
sumber
dokumen
’2
W N
model
Ppeserta/
bahan ajar
10
uji coba
Penyusun
Penyusuna
Kantor,
Wk
Kerja
Laporan akhir
an
n laporan
Mei
Ketua
mandiri,
pengembangan
Laporan
akhir
menyusun
model yang
pengemba
laporan
dilampiri
ngan
dokumen bahan
model
ajar yang sudah
bahan ajar
final.
44
B. Jadwal Kegiatan a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bulan mulai Februari – Mei 2010 b. Matriks pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut.
NO
KEGIATAN
1
Penyusunan desain
2
Penyusunan Kerangka dan
BULAN 1
2
3
4
5
Pengembangan model 3
Review model
4
Penyusunan Instrumen Penilaian
5
Ujicoba Model
6
Penelaahan dan Perbaikan Model
7
Penyusunan Laporan
45
IV. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Secara umum selama pengembangan Model Bahan Ajar Komponen Produktif (Kimia Analisis Instrumen) tidak ada kendala serius, hanya dalam revisi finishing kekurangan dana, karena revisi shooting memerlukan waktu, tenaga dan dana tambahan. Hal ini dapat diatasi dengan bantuan guru dan siswa SMAKBO yang ikut berpartisipasi dengan mengadakan revisi finishing di SMAKBO, Bogor. Hasil kegiatan selama tahun 2010, berupa dua naskah model bahan ajar manual (word) dengan strategi ICARE, satu naskah dalam bentuk video dan animasi, dan contoh pembelajaran ekonomi kreatif satuan pendidikan SMK dalam bentuk kerja projek akhir semester. Model ini diharapkan dapat membantu satuan pendidikan SMK dalam mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan belajar aktif berbasis budaya dan karakter bangsa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Saran Sebagai saran, sebaiknya Pusat Kurikulum mempunyai program lanjutan , yaitu pengembangan lanjutan dan sosialisasi model bahan ajar, sesuai dengan permintaan para evaluator di 5 provinsi.
46
Lampiran:
•
dua naskah model bahan ajar manual (word) dengan strategi ICARE,
•
satu naskah dalam bentuk video dan animasi, dan
•
contoh pembelajaran ekonomi kreatif satuan pendidikan SMK dalam bentuk kerja projek di akhir semester. .
47
Daftar Pustaka. …………… Rencana Strategis Pusat Kurikulum. (2010). Jakarta: Puskur http://kumpulantugaskuliah.wordpress.com. Langkah-langkah pemilihan Bahan Ajar. diakses tanggal 15 Agustus 2009. Belen (2010). Belajar Aktif. Jakarta: Pusat Kurikulum. Brotosiswoyo, Suprapto. (1991, Agustus). Pendidikan menengah. Makalah Pengantar Diskusi Kelompok Rapat Kerja Nasional. Jakarta: Depdikbud. Camp, G. C. & Hillison, J. H. (1984). Prosser’s six-sixteen theorem: Time for reconsideration. Journal of Vocational and Technical Education, 1, 13-21. Cecep (dalam http://www.jembranakab.go.id/main.php?module=detailberita&id=463) Clinton, R. E. (1984). A rationale for collaboration: The view from industry. Collaboration vocational education and the privat sector (pp.43-53). Arlington, VA: The American Vocational Association. Dick, Walter and Lou Carey. The Systematuc Design of Instruction. Florida: Harper Collins College Publisher. 1996. hal 229. Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 20052009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. _____. (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Elliot, Janet. (1983). The organization of productive work in secondary technical and vocational education the united Kingdom. London: Unesco. Evans, R. N. & Edwin, L. H. (1978). Foundation of vocational education. Columbus, OH: Charles E. Merril Publishing Company. Finch, Curtis R. & Crunkilton, John R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Glover, R. W. (1984). Collaboration in apprentice program: Experience with inschool apprenticeship. Collaboration vocational education and the private sector (pp.141-149). Arlington, VA: The American Vocational Association.
48
IEES. (1986). Indonesia Education and Human Resources Sector Review. Chapter VII-Vocational/Technical Education. Jakarta: Depdikbud and USAID. Karabel, R. L. & Hasley, R. A. (1977). Vocational Education Outcomes: Perspective for Evaluation. Columbus: NCRVE. Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti. Miner, Jacob. (1974). Family Insvesment in Human Capital: Earning of Woman. Journal of Political Economy 82 (2). Pp.48-56. National Council for Research into Vocational Education (NCRVE). (1981). Towards a theory of vocational educational. Columbus, Ohio: NCRVE Publication. Nurhadi, Mulyani A. (1988). The effects of schooling factor on personal earning within the context of internal labor market in PT. Petrokimia Gresik (Persero) Indonesia. Yogyakarta: PPS IKIP Yogyakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Samani, Muchlas. (1992). Keefektifan program pendidikan STM: Studi penelitian pelacakan terhadap lulusan STM rumpun mesin tenaga dan teknologi pengerjaan logam di Kotamadya Surabaya tahun 1986 dan 1987. Disertasi doktor IKIP Jakarta, 1992. Semiawan, Cony R. (1991, Januari). Pengembangan kirikulum untuk SMKTA menyongsong era tinggal landas. Makalah pada seminar pengembangan kurikulum PMK. Jakarta: Balitbang Dikbud. Slamet.
(1990).
Pondasi
pendidikan
kejuruan.
Lembaran
perkuliahan.
Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta. Sukandi, Ujang (2010). Belajar Aktif. Jakarta: 2010. Tilaar, H.A.R. (1991, September). Sistem pendidikan yang modern bagi pembangunan masyarakat industri modern berdasarkan Pancasila. Makalah pada KIPNAS V, Jakarta. Thorogood, Ray. (1982). Current themes in voational education and training policies, Part I. Industrian and Commercial Training 9, pp. 328-331. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
49
Wenrich, Ralph C. & Wenrich, William J. (1974). Leadership in administration of vocational education. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Co. Zulbakir & Fazil. (1988, Juli). Program pendidikan menengah teknologi dan perkembangan IPTEK di Indonesia. Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional Pendidikan 1988, Bandung.
50
ANALISIS KOLORIMETRI
Pendahuluan Pengantar: Kolorimetri adalah cara analisis yang didasarkan atas kesamaan warna larutan sampel dengan larutan standar menggunakan sinar polikromatis dengan pengamatan secara visual (mata). Untuk mendapatkan kesamaan warna dapat digunakan metode deret larutan standar , misalnya dengan cara Nessler dan DuBoscq. Pengamatan secara visual dengan mata dapat digantikan dengan metode fotolistrik yang didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yang menyatakan bahwa harga penyerapan sinar (absorbans) oleh suatu larutan sebanding dengan konsentrasi dan tebalnya media. Secara umum, kolorimetri terdiri dari kolorimetri visual dan kolorimetri fotolistrik. Contoh kolorimetri visual adalah tabung Nessler dan Du-Boscq , sedang kolorimetri fotolistrik terdiri dari spektrofotometri visibel, UV, emisi nyala, dan spektrofotometri serapan atom. Prasyaratan Analisis kolorimetri : Cara Menghitung Konsentrasi semua zat atau unsur yang dapat menghasilkan larutan berwarna dan jernih dengan pereaksi tertentu, dapat dianalisis dengan kolorimetri visual.
Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan dasar-dasar analisis kolorimetri 2. Mempersiapkan sampel dan standar 3. Melaksanakan analisis
1
4. Menghitung hasil analisis 5. Mampu melaporkan hasil analisis Pertanyaan Kunci ( Sebagai Alternatif , Siswa ditugaskan menyusun pertanyaan di rumah atau di sekolah ) Apakah yang dimaksud dengan analisis kolorimetri ? Bagaimana melaksakan analisis dengan metode kolorimetri? Apakah Kelemahan deteksi visual ? Bagaimana cara perhitungan hasil analisis dengan metode kolorimetri? Apa Perbedaan kolometri dengan Spektrometri ?
Petunjuk Umum Kegiatan dilaksanakan secara pleno untuk teori dan pratikum dilakukan secara kelompok atau individual
Sumber dan Bahan Handout
: Melaksanakan analisis kolorimetri
Alat dan bahan praktekum : •
Internet
•
Buku
Waktu No
Materi / kegiatan
Jumlah Jam Teori (menit)
1.
Kolorimetri
2 x 2 x 45
Total Praktek
jam
(menit)
(menit)
4 x 45
8 x 45
2
Viisual 2.
Evaluasi
dan 1 x 45
4 x 45
5 x 45
pengayaan Total jam
13 x 45
Waktu yang digunakan untuk
satu kali pertemuan teori 2 x 45 menit.
Sedangkan praktikum satu kali pertemuan 4 x 45 menit
ICT o Proyektor LCD o Laptop atau personal computer untuk presentasi o Layar proyektor LCD o Fasilitator harus tetap siap dengan persiapan alternatif apabila peralatan yang diharapkan tidak tersedia.
Ringkasan Sesi
Introduction (Pembukaan) 5 menit I Menjelaskan latar belakang dan tujuan analisis kolorimetrii
Connection (Pengaitan) 30 menit Mengumpulkan gagasan tentang analisis kolorimetri
Application (Praktek) 140 menit
Reflection (Refleksi) 5 menit
Berdiskusi dan Melakukan percobaan Penetapan kadar logam Fe dalam sampel
Cek tujuan sesi Menarik kesimpulan dari hasil percobaan.
Extension (Perluasan) Berlatih menentukan kadar logamlogam lain dengan metode ini
3
Introduction ……………………………………………………………………………………………… ………….
……………………………………………………………………………………………… ………….
I
Introduction (Guru menjelaskan latar belakang, tujuan, Ruang Lingkup, Dasar-dasar reaksi ) •
Reaksi-reaksi kompleks
C
Connection (30 menit)
Ungkap Pengalaman Peserta menyimak tayangan video suatu pembelajaran atau seorang melakukan análisis dengan metode kolorimetri Dengan tayangan video tersebut, peserta diminta mengungkapkan gagasan atau pengalamannya untuk menjawab pertanyaan: •
Apa prinsip dasar analisis kolorimetri pada tayangan tadi?
•
Sikap apa yang harus dimiliki untuk melakukan analisis sesuai tayangan tadi?
4
Catatan untuk Fasilitator • Empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan analisis kolorimetri yaitu : menyiapkan sampel dan menyiapkan standar, membandingkan warna larutan sampel dengan warna larutan standar , memastikan kesamaan warna dan menentukan konsentrasi larutan sampel dengan mengunakan rumus.
Diskusi kelompok berpandu pada pertanyaan di atas Fasilitator menayangkan gambar alat kolorimetri
A
Application (140 menit)
Praktikum Penentuan kadar besi dengan metode KSCN Cara Nessler
A. Tujuan Percobaan
: Siswa mampu menerapkan teori analisis
kandungan suatu bahan dengan menggunakan alat kolorimeter Nessler. B. Prinsip Dasar : Besi (III) bereaksi dengan tiosianat menghasilkan sederet senyawa berwarna merah tua, tergantung pada konsentrasi besi, dapat diperoleh sederet senyawa kompleks berwarna merah dengan rumus [Fe(SCN)n]3-n, dengan n= 1,...6 Pada konsentrasi tiosianat yang rendah spesi berwarna melimpah adalah [Fe(SCN)]2+, pada konsentrasi tiosianat 0,1 M sebagian besar adalah [Fe(SCN)2]+. Pada konsentrasi tiosianat yang sangat tinggi rumusnya adalah [Fe(SCN)6]3-. Dalam analisis harus digunakan tiosianat berlebih, karena kelebihan ini akan meningkatkan intensitas dan kemantapan warna. Asam-asam kuat seperti asam klorida maupun asam nitrat dengan konsentrasi 0,05 sampai 0,5 M harus ada untuk mencegah hidrolisis. C. Reaksi : Fe3+ + 6 KSCN Æ [Fe(SCN)6]3- + 6 K+
5
D. Alat dan Bahan : Alat :
1. Tabung Nessler (2 buah) 2. Timbangan analitik (1 unit) 3. Labu ukur 100 ml ( 2 buah) 4. Buret 50 ml (1 buah) 5. Pipet tetes (1 buah) 6. Gelas piala 400 ml (2 buah) 7. Botol semprot plastic (1 buah) 8. Pipet filer (bulb)(1 buah) 9. Sendok spatula (1 buah) 10. Corong D=5cm (1 buah) 11. Pipet volum 10 ml dan 25 ml (@1 buah) 12. Pengaduk berulir (2 buah) Bahan :
1. Larutan standar Fe3+ 1000 bpj (ppm) 2. KSCN 20% 3. HNO3 4N 4. A kuades 5. Sampel air yang mengandung besi.
E. Prosedur Kerja : 1. Persiapan standar a. Pembuatan larutan standar Fe3+ 1000 Ppm V dengan sedikit A kuades, tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan encerkan dengan A kuades dengan cara menimbang 860,7 mg tawas feri amonium sulfat dilarutkan ke dalam labu ukur sampai volume 100 mL tepat. b. Larutan standar Fe3+ 1000 A dodekahidrat bpj dipipet 10 ml ke dalam labu ukur 100 ml diencerkan dengan A kuades sampai tanda batas dan dihomogenkan (Fe3+ 100 Ppm)
6
2. Persiapan sampel dan pengukuran a. Sampel dipipet sebanyak 10 atau 25 ml, dimasukkan ke dalam tabung Nessler 100 ml, ditambahkan 5 ml asam nitrat 4 N dan 5 ml KCNS 20% diencerkan dengan aqua DM sampai tanda batas kemudian dihomogenkan b. Disiapkan tabung Nessler untuk standar, dimasukkan ke dalamnya 5 ml asam nitrat pekat dan 5 ml KCNS 20%, kemudian ditambahkan larutan standar besi (III) tetes demi tetes melalui buret sampai warna larutan standar sama dengan sampel. c. Dipastikan warna larutan standar sama dengan larutan sampel dengan cara membandingkan keduanya. c. Volume larutan standar dibaca dan dicatat pada lembar kerja siswa.
7
………………………………………………………………………….
(KOP DAN NAMA LEMBAGA) LABORATORIUM ANALISIS INSTRUMEN TAHUN AJARAN 2009 - 2010
==============================================================
LEMBAR KERJA SISWA
Nama
:
Tanggal :
Kelas
:
Nilai
:
Menentukan kadar besi dalam sampel I.Tujuan Percobaan (5) : II. Prinsip Analisis (15) : III. Reaksi (10) IV. Persiapan Larutan Standar (15) Penimbangan tawas feri amonium sulfat : …. Gram ( agar mendapatkan Fe3+ 1000 ppm ) Volume larutan :…
mL
Volume pengenceran .... mL V. Persiapan Larutan Sampel (15) Volume sampel : .... mL
8
Volume pengenceran .... mL Volume larutan standar yang ditambahkan : ... mL VI. Data Hasil Pengamatan (10) Tabel Hasil Pengamatan sampel dan standar No
Sampel
Volume larutan standar
Konsentrasi Larutan
yang ditambahkan
Standar, mg/L
(mL) 1 2 3
VII. Perhitungan Hasil Analisis (20) Hitunglah konsentrasi besi dalam sample air : Csampel = C standar x V standar / V sampel VIII. Pembahasan IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka .......,................2010 Tanda tangan Pemeriksa
(
)
Tanda tangan siswa
(
)
9
II.1.2 Penentuan kadar besi dengan metode KSCN Cara Du-Boscq Seluruh prosedur penyiapan standar dan sampel sama dengan metode KSCN cara Nessler, hanya penggunaan alat dan cara pengukuran yang berbeda. Pada cara Du-Boscq yang diukur ketebalan media/volume media (sampel dan standar). Mulai dari tahap awal sampai tahap 2 a sama dengan Tabung Nessler, selanjutnya
b.Disiapkan tabung Nessler untuk standar, dimasukkan ke dalamnya 5 ml asam nitrat 4 N dan 5 ml KCNS 20%, kemudian ditambahkan larutan standar besi (III) tetes demi tetes melalui buret sampai warna larutan standar sama dengan sampel. c. Dipipet 5 ml sampel dan standar dari tabung Nessler ke dalam tabung Du Bosq. d. Dipastikan warna larutan standar sama dengan larutan sampel dengan cara menaik turunkan batang penyelam pada alat Du Bosq. d. Skala pada alat Du Boscq dibaca dan dicatat pada lembar kerja siswa.
10
.............................................................................................................
(KOP DAN NAMA LEMBAGA) LABORATORIUM ANALISIS INSTRUMEN TAHUN AJARAN 2009 - 2010
===============================================================
LEMBAR KERJA SISWA
Nama
:
Tanggal :
Kelas
:
Nilai
:
Menentukan kadar besi dalam sampel I.Tujuan Percobaan (5) : II. Prinsip Analisis (15) : III. Reaksi (10) IV. Persiapan Larutan Standar (15) Penimbangan tawas feri amonium sulfat : …. gram Volume larutan :…
mL
Volume pengenceran .... mL V. Persiapan Larutan Sampel (15) Volume sampel : .... mL
11
Volume pengenceran .... mL Volume larutan standar yang ditambahkan : ... mL VI. Data Hasil Pengamatan (10) Tabel Hasil Pengamatan sampel dan standar No
Sampel
Ketebalan media (mm)
Konsentrasi Larutan Standar, mg/L
1 2 3
VII. Perhitungan Hasil Analisis (20) Hitunglah konsentrasi besi dalam sample air : Csampel = C standar x V standar / V sampel VIII. Pembahasan IX. Kesimpulan X. Daftar Pustaka ........,................2010 Tanda tangan Pemeriksa
(
)
Tanda tangan siswa
(
)
12
R
Reflection (5 menit)
Fasilitator menanyakan kepada peserta: 1. Apakah tujuan sesi ini sudah tercapai? 2. Hal apa saja yang masih membingungkan? 3. (Lihat Penilaian)
E
Extension (Tugas, PR, bacaan lanjutan, penelitian, latihan, penilaian, dsb Peserta diminta untuk mencari penerapan analisis secara Kolorimetri uv-vis pada berbagai jenis produk industri. Penilaian Sikap Untuk menilai sikap peserta dapat digunakan sebagai berikut. Penilaian sikap (sebelum, selama, dan setelah kegiatan) Nilai budaya dan karakter bangsa serta wirausaha didapat dari pengamatan guru terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Contoh:
No
1
Indicator budaya dan karakter bangsa/skor
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aam
2
Keterangan Indikator: 1. Jujur 2. Teliti
13
3. Kerja keras 4. Toleransi 5. Rasa ingin tahu 6. Komunikatif 7. Tanggung Jawab 8. Peduli lingkungan 9. Percaya diri 10. Berorientasi tugas dan hasil
No
1
Indicator unjuk kerja
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aam
2
Keterangan unjuk kerja : 1. cara menimbang 2. cara mengukur volume 3. cara memipet 4. cara mengencerkan 5. mengimpitkan 6. menghomogenkan
Pesan Utama …………………………………………………………….. Contoh Pertanyaan Pemahaman Lengkapi pernyataan berikut dengan singkat dan tepat 1. Apa syarat tabung yang digunakan pada analisis kolorimetri ?
14
2. Kenapa pengamatan oleh mata harus dilatarbelakang benda putih
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar 1. Sebutkan dan jelaskan fungsi pereaksi yang digunakan pada analisis besi metoda Kolonimetri! 2. 860,7 mg tawas feri yang dilarutkan jadi 100 mL, buktikan konsentrasinya 1000 ppm Fe ! •
Penilaian laporan hasil percobaan (2)
Laporan individu dinilai berdasarkan criteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Kriteria ini sebaiknya didiskusikan terlebih dulu bersama siswa. Contoh kriteria untuk menilai laporan hasil percobaan, misalnya
Kriteria Laporan
Skor
Tujuan
5
Prinsip Kerja
10
Reaksi
10
Alat dan Bahan
5
Prosedur Kerja
30
Data Analisis
10
Pengolahan Data
25
Kesimpulan
5
Jumlah
100
15
Evaluasi kolorimetri Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar !
1.
Sebanyak 20 ml sampel air yang mengandung besi dioksidasi lalu ditambahkan pereaksi KSCN kemudian diencerkan hingga 100 ml. Warna yang dihasilkan dibandingkan terhadap deret larutan standar besi. Hasil pengamatan sesuai dengan dengan larutan standar besi dengan konsentrasi 10 ppm. Kadar besi dalam 20 ml sampel air adalah … a.
2 ppm
b.
10 ppm
X c.
50 ppm
d.
2.
200 ppm
Untuk mengoksidasi ion Fe2+ menjadi ion Fe3+ menggunakan pereaksi … a. Air Brom b. HONH2HCl
X
c. H2SO4
d. HCl
3.
Fungsi pereaksi KSCN 20% adalah … a. Reduktor b. Oksidator
X
c. Pengompleks d. Pengatur pH
4.
Kelemahan analisis kolorimetri visual yaitu …
X
a. Detektor menggunakan mata b. Teliti c. Memenuhi hukum Lambert-Beer d. Akurasinya tinggi
5.
Yang bukan merupakan peralatan kolorimeter visual adalah … a. Tabung Nessler
16
b. Tabung Hehner c. Kolorimeter Duboscq
X d. Kuvet Kolorimetri Visual Dalam metode ini, biasanya digunakan tabung gelas tak berwarna yang memiliki keseragaman ukuran yang disebut dengan tabung Nessler. Larutan sampel yang akan ditentukan konsentrasinya dibuat dengan volume tertentu, kemudian warna sampel dibandingkan dengan warna seri larutan standar. Sejumlah 50 atau 100 mL larutan sampel dan standar dimasukkan ke dalam tabung Nessler, kemudian warna larutan sampel di dibandingkan dengan seri larutan standar yang sesuai dengan cara melihat secara tegak lurus terhadap tabung dengan berlatarkan benda putih. Konsentrasi larutan sampel sama dengan konsentrasi larutan standar yang memiliki warna yang sama. Jika warna larutan sampel berada di antara dua larutan standar, maka dibuat lagi larutan deret standar dengan konsentrasi di antara interval hingga diperoleh warna yang sama. Untuk menghidari penggunaan tabung Nessler dan deret larutan standar yang bervariasi, maka dibuat terlebih dahulu larutan sampel, kemudian larutan standar dibuat hanya satu konsentrasi dengan cara menambahkan larutan standar ke dalam tabung Nessler yang berisi reagen tetes demi tetes menggunakan buret. Jika warna larutan yang terbentuk sama dengan larutan sampel, tetesan dihentikan. Konsentrasi larutan sampel dihitung berdasarkan volume larutan standar yang diteteskan dari buret. Metode dengan menggunakan satu larutan standar, lebih sering digunakan dibandingkan dengan menggunakan deret larutan
Cara analisa berdasarkan hukum Lambert-Beer. Jika dua larutan yang mengandung partikel yang sama mempunyai warna yang sama, maka absorbansnya akan sama. Proses pengamatan : Misalnya : Didapat bahwa warna larutan x (tinggi hx) sama dengan warna larutan standar c2 (tinggi h2) maka harga cx : Ax = k . hx . cx A2 = k . h2 . c2
17
Karena warna zat/larutan sama, maka Ax = A2, sehingga : k . hx . cx = k. h2 . c2
(k = jenis zat sama)
h2 cx = ------------- x c2 hx Ada dua cara penentuan : a. Cara tinggi larutan konstan (constant depth method), digunakan tabung Nessler.
Gambar 3. Tabung Nessler
Cari warna standar yang sama dengan cuplikan, jika tidak ada yang sama harus membuat lagi larutan standar. b. Cara tinggi larutan berubah-ubah (variable depth method), digunakan silinder Hehner dan alat Kolorimeter Duboscq. Selalu digunakan sepasang (dua buah) alat silinder Hehner. Satu silinder diisi larutan standar zat x dengan konsentrasi diketahui, c1. Silinder yang satunya lagi diisi dengan larutan cuplikan zat x yang konsentrasinya cx (belum diketahui). Dari bawah tabung dilewatkan sinar tampak, dan dari bagian atas amati kedua warna larutan dalam kedua silinder tersebut. Kemudian tinggi larutan standar pada silinder satu diatur hingga didapat warna yang sama pada
18
kedua silinder, dengan cara menambah atau mengurangi larutan standar tersebut. Bila hal ini tercapai, maka berlaku : A1 = Ax k. b1 . c1 = k . bx . cx
(k = jenis zat sama), jadi :
b1 . c1 = bx .cx b1, bx = diukur pada skala kedua
b1 cx = -------- x c1 bx
silinder. c1 = diketahui
Alat Kolorimeter Duboscq.
Gambar 5. Alat Kolorimeter Dubosq Prinsip kerjanya sama dengan prinsip kerja silinder Hehner. Perbedaannya dengan silinder Hehner adalah mengubah panjang jalannya sinar, tidak dengan jalan mengurangi sebagian dari salah satu larutan, tetapi dengan mengatur jarak antara alas bejana berisi larutan dengan bagian bawah alat plunger G. Perbedaan lainnya adalah dalam menyamakan warna pada alat kolorimeter Duboscq warna yang diamati adalah pada tempat pengamatan S (splitfield image), bidang sebelah kiri dan sebelah kanan splitfield ini harus diusahakan
19
sama terangnya dengan mengubah-ubah tinggi rendahnya bejana yang berisi larutan. Bila keadaan ini tercapai, berarti warna kedua larutan sudah menunjukkan absorbans yang sama, sehingga berlaku A1 = Ax atau b1 . c1 = bx . cx dan cx dapat dihitung (bila b1 dan bx dapat dibaca pada suatu skala. 5. Cara Membuat larutan Standar BPJ 1. Dari Kristal / Padatan V x C x Mr Senyawa x 10‐6
g senyawa =
N x Ar Unsur
Keterangan . g Senyawa = berat senyawa yang akan ditimbang .(g) V = Volume larutan standar yang akan dibuat ( mL) C = konsentrasi unsur yang akan dibuat( ppm unsur ) Mr Senyawa = Molekul relatif senyawa termasuk molekul relatif H2O bila senyawa mengandung air kristal n = jumlah unsur yang akan dibuat ppm terdapat dalam senyawa contoh : n = 1 untuk membuat ppm Na bila ditimbang Na Cl n = 2 untuk membuat ppm Na bila ditimbang Na2So4 n = 3 untuk membuat ppm Na bila ditimbang Na3Po4 Ar unsur = Atom relatif unsur yang dibuat ppm 6. Untuk sempel air yang diduga ada Fe+3 zat pengkompleknya KSCN sukar terbentuk komplek , Karena Fe+3 dalam air <, ganti dengan pengomplek o – fenaatrolina.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Vogel, Arthur, Quantitatif Inorganic Chemistry 2. Skoog, Douglas, Instrumental Analisys
21
Model Bahan Ajar
ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Pendahuluan Pembelajaran analisis spektrofotometri UV-Vis meliputi penjelasan konsep dasar, prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Vis dan prosedure kerja analisis. Prosedure kerja analisis memuat persiapan larutan sampel dan larutan standar , pengukuran, pembuatan kurva kalibrasi standar, melakukan pengolahan data serta perhitungan.
Prasarat yang harus dicapai sebelum melaksanakan standar
kompetensi ini yaitu : o Membuat dan menstandarisasi larutan kerja o Analisis Fotometri o Bekerja berdasarkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja / K3
Tujuan Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan dasar-dasar analisis spektrofotometri UV-Vis 2. Menjelaskan tahapan analisis 3. Melaksanakan analisis 4. Melakukan perhitungan hasil analisis 5. Melaporkan hasil Analisis Pertanyaan Kunci Apakah yang dimaksud dengan analisis spektrofotometri UV-Vis ? Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan analisis Spektrofotometri UV-Vis? Syarat apa saja yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan analisis Spektrofotometri UV-Vis?
1
Apa yang diukur oleh alat spektrofotmeter ? Mengapa larutan jernih dapat diukur konsentrasinya dengan λ-UV Mengapa besi (III) harus direduksi dalam menjadi besi (II) ? Apa perbedaan antara fotometer dengan Spektrofotometer ? Apa perbedaan antara kolorimeter visual dengan kolorimeter fotolistrik ? Apa perbedaan antara daerah ukur UV dan VIS ?
Petunjuk Umum Kegiatan dilaksanakan secara pleno untuk meteri teori dan pratikum dilakukan dalam kelompok kecil dengan penugasan sampel perorangan.
Sumber dan Bahan Handout
: Melaksanakan analisis Spektrofotometri UV-Vis
Waktu No
1.
Materi
Jumlah Jam
Total jam
Teori
Praktek
(menit)
(menit)
Spektrofotometer UV- 2 x 2 x 45
(menit)
2 x 4 x 45
12 x 45
8 x 45
10 x 45
Vis 2.
Evaluasi
dan 2 x 45
pengayaan Total jam
22 x 45
Waktu yang digunakan untuk satu kali pertemuan teori 2 x 45 menit. Sedangkan praktikum satu kali pertemuan 4 x 45 menit
2
ICT o Proyektor LCD o Laptop atau personal computer untuk presentasi o Layar proyektor LCD o Fasilitator harus tetap siap dengan persiapan alternatif apabila peralatan yang diharapkan tidak tersedia.
Ringkasan Sesi Contoh untuk penetapan kadar Fe dalam sampel dengan metode spektrofotometri Visible untuk 1 x pertemuan (6 x 45 menit, terdiri dari Teori 2 x 45 menit dan Praktik 4 x 45 menit) Introduction (Pembukaan) 10 menit Menjelaskan latar belakang dan tujuan analisis spektrofoto metri
Connection (Pengaitan) 60 menit Mengumpul kan gagasan tentang ana lisis spektro fotometri UVVis dan Diskusi
Application (Praktik) 180 menit
Reflection (Refleksi) 20 menit
Melakukan Analisis Penetapan kadar logam Fe dalam sampel dan membuat KKS
Cek tujuan sesi Menarik kesimpulan dari hasil Analisis.
Extension (Perluasan) Berlatih menentukan kadar logamlogam lain dengan metode ini
Perincian Langkah-langkah Kegiatan
3
I
Introduction (5 menit)
Fasilitaitor menjelaskan latar belakang dan tujuan sesi dengan menggunakan informasi dari bagian pendahuluan dan tujuan.
C
Connection (30 menit)
Ungkap Pengalaman Peserta menyimak tayangan animasi, power point dan
video suatu
pembelajaran atau seseorang melakukan análisis dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Dengan tayangan animasi, power point dan video tersebut, peserta diminta mengungkapkan gagasan atau pengalamannya untuk menjawab pertanyaan: •
Apa prinsip dasar analisis spektrofotometri UV-Vis pada tayangan tadi?
•
Kompetensi apa yang harus dimiliki untuk melakukan analisis sesuai tayangan tadi?
Catatan untuk Fasilitator • Empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan analisis yaitu : menyiapkan sampel dan standar, mengukur dengan alat, membuat kurva kalibrasi standar (KKS), melakukan perhitungan untuk mendapatkan konsentrasi sampel.
Diskusi kelompok mengacu pada pertanyaan di atas Fasilitator menayangkan gambar alat spektrofotometer UV-Vis dan alat pendukungnya.
4
A
Application (180 menit)
PENETAPAN KADAR BESI DENGAN METODE ORTO FENANTROLIN PADA SAMPEL GARAM BESI ( VIS ) Kegiatan 1: Menyiapkan larutan sampel a. Sampel garam besi ditimbang 0,1 gram, dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, ditambahkan 5 ml larutan asam sulfat 4 N, diencerkan dengan air suling sampai tanda batas, dan dihomogenkan (disebut larutan C) b. Larutan C dipipet 5 ml ke dalam labu ukur 100 mL
Kegiatan 2. Menyiapkan larutan standar a. Timbang teliti 700 miligram garam tawas fero ( garam Mohr) amonium fero sulfat ( NH4)2 Fe(SO4)2. 6H2O dan larutkan dengan akuades sampai batas tera labu ukur 100 mL, larutan induk ini adalah 1000 mg/mL besi (II) b. Larutan standar besi (II) 1000 μ g/ml dipipet 5 ml ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan air suling sampai tanda batas dan dihomogenkan (disebut larutan D) c. Sebanyak 6 buah labu ukur 100 ml disiapkan, dibuat deret larutan standar besi (II) dengan memipet larutan D ke dalam labu ukur masing-masing 0; 0,5; 1; 2; 5; dan 10 ml
Kegiatan . 3 Persiapan Larutan Kerja dan Pengukuran a. Pada setiap labu ukur 1.b dan 2.b ditambahkan masing-masing 4 ml larutan hidroksilamin hidroklorida, 5 tetes larutan CH3COONa 10 % dan 5
5
ml pereaksi orto fenantrolin 0,1%. Larutan diencerkan dengan air suling sampai tanda batas dan dihomogenkan. b. Deret larutan standar dan larutan sampel diukur Absorbannya dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 515 nm. c. Cara menentukan panjang gelombang maks..............................
Kegiatan. 4 Membuat kurva Kalibrasi Standar dan penetapan konsentrasi a. Dibuat tabel data penukuran No
Konsentrasi (mg/L)
1.
0,0
2.
0,5
3.
1.0
4.
2,0
5.
5,0
6.
10.0
Absorban (A)
b. Dibuat kurva hubungan konsentrasi (mg/L) sebagai sumbu X dengan Absorban (A) sebagai sumbu Y c. Plotkan absorban sampel (Ax) ke kurva kalibrasi standar d. Tentukan konsentrasi sampel terukur dan tetapkan kadarnya
Gambar kurva kalibrasi (KKS) Larutan standar Fe Konsentrasi
Absorban
0
0
0,5
0,05
2
0,14
3
0,21
4
0,28
6
0,42
8
0,55
6
Cara membuat kurva kalibrasi dengan program excel : 1. Buka layar excel 2. Buat tabel konsentrasi dan absorbans larutan standar yang telah didapat dari data pengamatan 3. Range data konsentrasi dan absorban 4. Pilih chart wizard lalu di clik 5. Pilih xy (scatter) lalu clik 6. Pilih gambar paling atas clik next 2 x 7. Muncul tampilan chart wizard lalu pada chart title isikan nama kurvanya (kurva kalibrasi standar larutan Fe), pada Value (X) axis isikan konsentrasi (mg/L) dan pada Value (Y) isikan Absorban (A) klik finish 8. Letakkan kursor di dalam grafik , pada menu pilih chart lalu clik,pilih add Trendline pilih options kemudian aktifkan (V) Display equation on chart dan Display R-squared value on chart clik ok 9. Akan muncul kurva dengan persamaan garis y= ax + b dimana a = slop dan b sebagai intersep dan nilai regresi (R2). Cara membuat kurva kalibrasi dengan perhitungan kalkulator, dengan cara sebagai berikut : 1. Tekan On 2. Tekan Menu, mode (untuk regresi Linier) 3. Masukkan Nilai Konsentrasi untuk sumbu X 4. Masukkan Nilai Absorbansi pada Menu data (Sumbu Y) 5. Setelah semua data di input cari intersep dan slope (mencari nilai A dan B sesuai dengan spesifikasi kalkulator) 6. Masukkan kedalam rumus persamaan garis : y= ax + b
7
Penentuan Kadar Thiamin Dalam Tablet Vitamin B1 Secara Spektrofotometri Ultra Violet Tujuan :
Siswa mampu menerapkan teori analisis kandungan suatu bahan dengan menggunakan alat spektrofotometer ultra violet.
Prinsip Analisis : Thiamin dapat larut sempurna dalam larutan HCl 1 : 60 menyerap maksimum sinar ultra violet pada panjang gelombang 246,5 nm. Reaksi : -
A.
Alat dan Bahan Alat :
a. Timbangan Analitik b. Kaca arloji atau botol timbang c. Labu semprot d. Pengaduk e. Corong kecil f. Mortar g. Labu ukur 100 mL h. Pipet ukur 3 mL, pipet gondok 5 mL i. Buret 50 mL dengan ketelitian 0.01 mL j. Spektrofotometer UV k. Piala gelas Bahan: 1. Larutan HCl 1:60 2. Larutan standar induk thiamin 1000 ppm 3. Contoh tablet vitamin B1 4. Aquadest (air suling)
8
B. Prosedur Kerja:
1. Persiapan Sampel : a. Ditimbang 5 butir tablet Vit .B1 dan dihitung bobot rata-rata b. Sebanyak 1-2 tablet dihaluskan, ditimbang sebanyak kurang lebih 0.1 gram c. Dilarutkan dengan HCl 1: 60 kedalam labu ukur 50 mL sampai tanda tera. d. Sampel siap diuji 2. Persiapan Standar : a. Ditimbang 1 gram thiamin dilarutkan dengan larutan HCl 1:60 pada labu ukur 1000 mL ditambahkan aquadest hingga tanda tera (Standar induk Thiamin 1000 mg/L) b. Dipipet 10 mL larutan Thiamin 1000 mg/L, diencerkan dan diimpitkan dengan larutan HCL 1:60 hingga 100 mL (Standar induk Thiamin 100 mg/L) c. Diturunkan dari buret standar induk thiamin 100 mg/L sejumlah 0 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL, 25 mL masing-masing diencerkan dengan HCl 1:60 hingga 100 mL (Larutan standar thiamin 0 mg/L, 1 mg/L, 5 mg/L, 10 mg/L, 15 mg/L, 25 mg/L) 3. Pengukuran Diukur larutan standar dan sampel dengan alat spektrofotometer ultra violet pada panjang gelombang 246,5 nm.
9
4. Hasil Pengamatan NO
STD/Sampel
Volume STD
Conc (ppm)
Abs
(mL) 1
Std-1
2
Std-2
3
Std-3
4
Std-4
5
Std-5 Sampel-1 Sampel-2
…………………………………………..2010 Tanda Tangan Pemeriksa
(…………………………………….)
Tanda Tangan Siswa
(……………………………..)
10
Kegiatan 5 . Membuat laporan analisis Pengolahan Data dan Pelaporan Nama
:………………………………
Kelas
:……………………………….
No. Sampel :………….
Hari/Tanggal :………………………………. I.
Judul :
II. Tujuan : III. Prinsip Penetapan: IV. Reaksi : V. Alat dan Bahan : 1.
Alat Instrumen : Seperangkat alat Spektrofotometer UV-VIS a. Spesifikasi alat : Merk :………………………. Tipe :…………………………. Voltase :……………………… b. Kondisi operasional : Panjang gelombang :……… nm
2.
Alat Gelas : a……….. b……….. c……….
3.
Bahan : a…………. b………….. c…………..
VI.
Bagan Kerja
1.
Persiapan sampel
2.
Persiapan larutan induk
11
3.
Persiapan larutan kerja dan standar
VII. Data Analisis 1.
Bobot penimbangan sampel = ………g
2.
Volume larutan sampel terukur =…………..ml
3.
Faktor pengenceran =………..
4.
Konsentrasi larutan standar, absorbans larutan standard dan absorbans larutan sampel terukur. C (mg/l)
Abs
0 0,5 1 2 5 10 Sampel
VIII. Pengolahan Data dan Perhitungan 1.
Kurva Kalibrasi a =……….. b =……….. R2 =………… C terukur =……….. mg/l
12
2.
Rumus Penetapan Kadar fp. V sampel (ml) x C sampel terukur (mg/l) 1000
Kadar = ---------------------------------------------------------------------- x 100% Bobot sampel (mg) Fp = factor pengenceran (250/2) V sampel terukur = Volume sampel terukur (100 ml) C sampel terukur = Konsentrasi sampel terukur IX. Pembahasan X.
Kesimpulan Kadar besi dalam sampel garam besi adalah ……%
XI. Daftar Pustaka ---------,---------------------Mengetahui,
Siswa,
Pembimbing Praktik,
………………………
R
…………………………..
Reflection (20 menit)
Fasilitator menanyakan kepada peserta: 1. Apakah tujuan sesi ini sudah tercapai? 2. Hal apa saja yang masih membingungkan? 3. Apa kendala saat praktikum? 4. Apa saran saudara terhadap pembelajaran ini ?
13
5. Bandingkan dengan metode konvensional . Apa kelebihan dan kekurangannya
E
Extension (Tugas, PR, bacaan lanjutan, penelitian, latihan, penilaian, dsb)
Peserta diminta untuk mencari penerapan analisis secara spektrofotometri uv-vis pada berbagai jenis produk industri. Evaluasi : Penilaian Sikap Untuk menilai sikap peserta dapat digunakan sebagai berikut. Penilaian sikap (sebelum, selama, dan setelah kegiatan) Nilai budaya dan karakter bangsa serta wirausaha didapat dari pengamatan guru terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Contoh: Indikator budaya dan karakter bangsa/skor Nama No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Siswa
1
Aam
2
Keterangan Indikator: 1. Jujur 2. Teliti 3. Kerja keras 4. Toleransi 5. Rasa ingin tahu
14
6. Komunikatif 7. Tanggung Jawab 8. Peduli lingkungan 9. Percaya diri 10. Berorientasi tugas dan hasil Penilaian keterampilan keterangan indikator Nama No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Siswa
1
Aam
2
Penilaian keterampilan keterangan indikator : 1. Cara menimbang 2. Cara menera 3. Cara memipet 4. Cara mengimpitkan 5. Cara mengukur
Pesan Utama Lengkapi pernyataan berikut dengan singkat dan tepat 1. Pengecekan kondisi dan status kalibrasi alat 2. Nilai bilangan oksidasi Ion besi pada analisis metoda o-fenantrolin 3. O-fenantrolin berfungsi sebagai pembentuk senyawa kompleks yang berwarna 4. Panjang gelombang yang dipakai pada Pengukuran besi o-fenantrolin
15
5. Harus menerapkan prinsip Kesehatan Keselamatan Kerja (K 3) Jawablah pertanyaan berikut dengan benar 1. Sebutkan dan jelaskan fungsi pereakasi yang digunakan pada analisis besi metoda o-fenantrolin! 2. Jelaskan fungsi kurva kalibrasi ! 3. Apa yang dimaksud Kurva Absorpsi ( spectrum Absorption ) •
Penilaian laporan hasil percobaan (2)
Laporan individu dinilai berdasarkan criteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Kriteria ini sebaiknya didiskusikan terlebih dulu bersama siswa. Contoh kriteria untuk menilai laporan hasil percobaan, misalnya Kriteria Laporan
Skor
Tujuan
5
Prinsip Kerja
10
Reaksi
10
Alat dan Bahan
5
Prosedur Kerja
30
Data Analisis
10
Pengolahan Data
25
Kesimpulan
5
Jumlah
100
Pembahasan
16
SOAL LATIHAN SPEKTROFOTOMETRI SOAL A PILIHAN GANDA Lingkari jawaban yang paling tepat diantara 5 pilihan jawaban berikut! 1) Pengukuran serapan cahaya di daerah ultra violet adalah pada panjang gelombang … a. 200 – 350 nm
√b.
350 – 800 nm
c. 200 – 800 nm d. 200 – 1100 nm e. 350 – 1100 nm
2) Keadaan dasar suatu molekul mengandung elektron-elektron valensi dalam tiga jenis utama orbital molekul, yaitu…. a. Orbital sigma, betha dan omega b. Orbital sigma, betha dan gama
√c.
Orbital sigma, phi dan non bonding
d. Orbital sigma, phi dan bonding e. Orbital sigma, bonding dan non bonding 3) Gugusan atom pada molekul yang mengabsorpsi radiasi disebut .... a. Gugus auksokrom
√b.
Gugus kromofor
c. Gugus fungsi d. Batokromik e. Hiperkromik 4) Berikut yang bukan merupakan persyaratan pelarut yang digunakan untuk spektrofotometri adalah…. a. Melarutkan analat b. Sesuai dengan bahan kuvet c. Transparan
√d.
Tidak mempengaruhi spektrum serapan zat
17
e. Mendekati nilai cut off pelarut 5) Susunan konfigurasi dasar spektrofotometer uv-vis adalah …. a. Sumber radiasi-kuvet-monokromator-detektor-rekorder
√b.
Sumber radiasi- monokromator- kuvet-detektor-rekorder
c. Sumber radiasi- monokromator- detektor-kuvet- rekorder d. Sumber radiasi-kuvet- detektor-monokromator- rekorder e. Sumber radiasi- detektor-kuvet-monokromator- rekorder
6) Sumber radiasi yang digunkan untuk pengukuran di daerah sinar tampak adalah … a. Deuterium b. Tungstein c. Neon d. Xenon
√e.
Halogen
7) Bagian alat dari spektrofotometer yang membedakan spektrofotometer dengan kolorimeter atau fotometer adalah…. a. Sumber radiasi b. Tempat sampel
√c.
Monokromator
d. Detektor e. Rekorder 8) Pengaturan celah (slit) pada spektrofotometer akan berpengaruh terhadap .... a. Pemisahan analat b. Pemisahan senyawa pengganggu c. Radiasi polikromatis
√d.
Resolusi panjang gelombang
e. Serapan radiasi 9) Berikut yang bukan merupakan persyaratan detektor yang digunakan untuk spektrofotometer adalah….
18
a. Mempunyai kepekaan yang tinggi
√b.
Memberikan noise yang maksimal
c. Memberikan respon terhadap radiasi dalam waktu serempak d. Memberikan respon kuantitatif e. Memberikan respon pada panjang gelombang yang lebar 10) Kuvet dengan bahan dasar kaca hanya dapat digunakan pada pengukuran didaerah sinar tampak, hal ini disebabkan…. a. Kuvet kaca mudah tergores b. Kuvet kaca lebih tebal c. Radiasi yang dilewatkannya kurang dari 70%
√d.
Mengabsorpsi radiasi ultraviolet
e. Mengabsorpsi radiasi pada panjang gelombang yang lebar
SOAL ESSAY 1. Jelaskan prinsip dasar metode spektrofotometri Uv-Vis! Jelaskan pula hukum dasar dan perumusannya! 2. Mengapa pengukuran absorpsi harus dilakukan pada panjang gelombang maksimum? 3. Jelaskan instrumentasi dasar yang menyusun spektrofotometer Uv-vis! 4. Jelaskan persyaratan yang menunjukan kualitas dan fungsi detektor yang baik pada spektrofotometer Uv-Vis! 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan spektrum absorpsi! KUNCI JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA No
Jawaban
No
Jawaban
1
A
6
B
2
C
7
C
3
B
8
D
4
E
9
B
5
B
10
D
19
KUNCI JAWABAN SOAL ESSAY 1. Jika radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu media yang homogen, maka Hukum yang mendasari sebagian radiasi itu ada yang dipantulkan,
diabsorpsi, dan ada
yang transmisikan. Radiasi yang dipantulkan dapat diabaikan, sedangkan radiasi yang dilewatkan benar sebagian diabsorpsi dan sebagian lagi ditransmisikan. Jika intensitas awal radiasi yang datang adalah I dan intensitsas radiasi yang dilewatkan adalah I, maka berlaku Hukum Lambert - Beer : Log (I0 / I ) = abc A
= abc
A
= έbc
Besaran spektroskopik yang diukur adalah transmitan T : T = (I / I ) A = log (1/T) dimana
a = absorptivitas ; b = tebal medium ; c = konsentrasi senyawa yang mengabsorpsi radiasi.
2.
a. Kepekaan maksimum dapat diperoleh jika larutan dengan konsentrasi tertentu memberikan signal yang kuat pada panjang gelombang tersebut. b. Perbedaan absorban sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombang
disekitar panjang gelombang absorban maksimum sehingga
kesalahan pengukuran sangat kecil.
3
a. Sumber radiasi Untuk pengukuran di daerah sinar tampak (350–780 nm) digunakan lampu kompak halogen-tungstein yang dibungkus kwarsa atau lampu filamen tungsten biasa. Untuk pengukuran di daerah ultra violet (180–350 nm)
20
digunakan lampu deuteurium. Dalam spektrometer yang diukur adalah intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi, maka emisinya harus tetap yang dapat diperoleh bila tegangan listrik yang digunakan tetap.
b. Monokromator Alat ini berfungsi untuk memperoleh radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis. Sinar Polikromatif di despersikan oleh monokromator menjadi beberapa sinar Monokromatis , terdiri dari susunan : celah masuk – filter – kisi (grating difraksi) atau prisma – celah keluar.
c. Tempat sampel Sel atau kuvet adalah wadah berbentuk kotak empat persegi panjang atau silinder untuk menyimpan larutan yang diukur. Sel harus transparan dan dapat melewatkan kurang-kurangnya 70% radiasi yang mengenainya serta tidak boleh menyerap radiasi yang digunakan dalam pengukuran. Kuvet untuk blanko dan kuvet untuk sampel harus ”matched”. Kuvet kaca digunakan untuk pengukuran di daerah sinar tampak (380 – 1100 nm) karena bahan dari kaca mengabsorpsi radiasi UV. Kuvet silika dapat digunakan untuk pengukuran di daerah ultra violet dan sinar tampak (190 – 1100 nm). d. Detektor Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut. Radiasi diubah menjadi energi listrik oleh sel tabung foto, fotovoltaik atau silicon fotodida.
21
e. Rekorder Signal listrik yang keluar dari detektor diterima pada sirkuit potensiometer yang dapat langsung mengukur transmitans atau absorban. Rekorder dapat mengggambarkan secara otomatis kurva absorpsi pada kertas rekorder.
4. Beberapa persyaratan yang menunjukan kualitas dan fungsi detektor, diantaranya a. Detektor harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diterima,
tetapi
harus
memberikan derau (noise) yang sangat minimum.
b. Detektor harus mempunyai kemampuan untuk memberikan respons terhadap radiasi pada daerah panjang gelombang yang lebar (uv-vis). c. Detektor harus memberikan respons terhadap radiasi dalam wakt yang serempak. d. Detektor harus memberikan jaminan terhadap respons kuantitatif dan signal elektronik
yang
dikeluarkan
harus berbanding lurus dengan signal
radiasi yang diterima. e. Signal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus dapat diamplifikasi oleh penguat 5.
(amplifier)
ke
recorder (pencatat).
Spektrum absorpsi (kurva absorpsi) adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara absorban atau transmitan suatu larutan terhadap panjang gelombang atau frekuensi radiasi. Spektrum ini dibuat dengan cara merajah absorban (sumbu y) terhadap panjang gelombang (sumbu x). Kurva ini mempunyai bentuk yang khas tetapi tidak mempunyai puncak yang lancip dan dikarakterisasi oleh posisi panjang gelombang absorban maksimum ?maks (panjang gelombang radiasi yang diabsorpsi maksimum) dan oleh intensitas absorpsi yang dapat diinterpretasikan sebagai absorpsivitas.
Handout: Spektrofotometer Spektrofotometer adalah instrument yang dipakai pada teknik analisis spektroskopi.
22
Spektrometer : Instrument yang mempunyai menghasilkan sebaran
sitem optis yang dapat
(dispersi) radiasi elektromagnet yang masuk,
kemudian kuantitas radiasinya diukur pada λ terpilih. Fotometer : alat untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan. Spektrofotometer : mengukur selisih antara intensitas radiasi yang diteruskan oleh bahan
pembanding dan intensitas radiasi yang
diteruskan oleh contoh pada λ terpilih. Spektrofotometer UV-VIS Pengukuran serapan cahaya oleh suatu senyawa di daerah : - ultraviolet (200 – 350 nm) - sinar tampak (350 – 800 nm) Penyerapan cahaya uv atau tampak akan menyebabkan terjadinya transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar (energi rendah) ke orbital keadaan tereksitasi (energi lebih tinggi). Transisi Elektronik E = hv = hc/ λ Molekul yang memerlukan E> akan menyerap pada λ pendek. Absorpsi pd 100 nm(uv)
750 nm(tampak)
Pemilihan panjang gelombang λ maks: panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan Absorban maksimum. Pada λ maks : kepekaan maksimum, signal kuat pada larutan dengan konsentrasi tertentu. Perbedaan Absorban sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombang disekitar panjang gelombang Absorban maksimum sehingga kesalahan pengukuran sangat kecil.
23
1. Sumber Cahaya Fungsi : a. Memberikan energi radiasi pada λ yang tepat untuk pengukuran b. Mempertahankan intensitas sinar yang tetap selama pengukuran Sumber radiasi : VISIBEL :
Wolfram/Tungsten dan Halogen λ 350 – 780 nm
UV
:
Deuterium λ 180 – 350 nm
2. Monokromator Fungsi : untuk memperoleh radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis. Monokromator terdiri dari susunan : celah masuk – filter – kisi (grating difraksi) atau prisma – celah keluar. 3. Kuvet (tempat sampel)
24
Sampel pada pengukuran ini umumnya berbentuk larutan Bahan kuvet harus transparan : ¾ Kaca : VIS (380 – 1100 nm) ¾ silika : UV-VIS (190 – 1100 nm) Posisi kuvet harus tegak lurus terhadap sinar datang Kuvet untuk blanko dan kuvet untuk sampel harus matched 4. Detektor Fungsi : mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut. Syarat : a. Mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
radiasi yang diterima.
b. Mempunyai kemampuan memberikan respons terhadap radiasi pada daerah panjang gelombang yang lebar (uv-vis). c. Memberikan respons terhadap radiasi dalam waktu yang serempak. d. Signal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus dapat diamplifikasi oleh penguat (amplifier) ke recorder (pencatat).
1. Rekorder Signal listrik yang keluar dari detektor diterima pada sirkuit potensiometer yang dapat langsung mengukur transmitans atau absorban. Rekorder dapat menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi pada kertas rekorder.
Aplikasi Spektrofotometer UV-VIS Analisis Kualitatif : dipakai untuk data sekunder atau data pendukung. 1. Pemeriksaan kemurnian : dibandingkan dengan standar.
25
2. Identifikasi : pengukuran λ maks dan absorpsivitas molar. 3. Elusidasi struktur : informasi adanya gugus kromofor dan gugus fungsi melalui profil spektrum
Analisis Kuantitatif 1. Senyawa Tunggal : Dengan membandingkan Absorban senyawa yang dianalisis dengan reference standard pada panjang gelombang maksimum. 2. Senyawa multikomponen : mengukur Absorban campuran pada panjang gelombang maksimum masing-masing A λ1 = a1(λ1). C1 + a2(λ1). C2 A λ2= a1(λ2). C1 + a2(λ2). C2
26
DAFTAR PUSTAKA 1. Day, R .A, Underwood A. l, 1998, Quantitative Analysis, Sixth Edition, Prentice-Hall, USA. 2. Skoog, Douglas, 1971, Principles of Instrumental Analisys, 3th edition, New York, Saunder College Publishing. 3. Hendrayana Sumar,dkk, 2008, Kimia Analitik Instrumen, cetakan ke enam, Universitas Terbuka
27