LAPORAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN NON GELAR KENTENG LOGAM DI STUDIO 76 HOUSE OF ART KOTAGEDE YOGYAKARTA
OLEH Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si 196512301992031002
Dilaksanakan atas biaya I-MHERE Sub-Component B.1. Batch III Institut seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2010 Kontrak Nomor: 141/I-MHERE ISI DPS/VII/2010,Tanggal 20 Juli 2010
JURUSAN KRIYA SENI FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR TAHUN 2010
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PENDIDIKAN NON GELAR KENTENG LOGAM DI STUDIO 76 HOUSE OF ART KOTAGEDE YOGYAKARTA A. Judul
: Laporan Pelaksanaan Pendidikan Non Gelar Kenteng Logam di Studio 76 House Of Art Kotagede Yogyakarta
B. Peserta Pelatihan/Pendidikan Non Gelar a. Nama : Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si b. NIP : 196512301992031002 c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Pangkat/Golongan : Pembina TK I/Va e. Jurusan/PS. : Kriya Seni/Kriya Kayu f. Fakultas : FSRD ISI Denpasar g. Institusi : Institut Seni Indonesia Denpasar C. Tempat Pelatihan : Studio 76 House Of Art Kota Gede Yogyakarta D. Lama Pelatihan : 2 (dua) bulan E. Pendanaan Pelatihan/Pendidikan Non Gelar Biaya yang diusulkan : Rp. 15.000.000,Biaya yang disetujui : Rp. 15.000.000,-
Mengetahui Ketua Jurusan Kriya Seni
Drs. I Ketut Muka, M.Si NIP: 196112311993111001
Denpasar, 6 September 2010 Peserta Pelatihan
Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si NIP: 196512301992031002
Mengetahui Direktur Eksekutif I-MHERE Batch III ISI Denpasar
I Made Berata, S.Sn., M.Sn. NIP: 196904022001121006
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya laporan pelatihan magang “Kenteng Logam di Studio 76 House Of Art Kotagede Yogyakarta” bisa terlaksana dan diselesaikan dengan baik. Terlaksananya kegiatan Pendidikan Non Gelar ini dibiayai oleh program hibah I-MHERE sub-component B.1. Batch III ISI Denpasar. Dalam kesempatan ini saya tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai, S., MA. selaku Rektor ISI Denpasar 2. Bapak Drs. I Ketut Murdana, M.Sn, selaku PR I ISI Denpasar 3. Ibu Dra. Ni Made Rinu, M.Si, selaku Dekan FSRD ISI Denpasar 4. Bapak I Made Berata, S.Sn., M.Sn, selaku Direktur Eksekutif I-MHERE ISI Denpasar 5. Bapak Drs. I Ketut Muka, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kriya Seni FSRD ISI Denpasar 6. Bapak Agus Budiyanto selaku instruktur yang sekaligus pemilik Studio 76 House of Art, yang telah banyak memberikan bimbingan terkait dengan pelaksanaan pendidikan non gelar kenteng logam, dari proses awal sampai akhir kegiatan ini dilaksanakan, serta semua fihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, mudah-mudahan mendapatkan pahala yang baik dari Tuhan Yang Maha Esa. Laporan pendidikan non gelar ini masih banyak kekurangannya, namun demikian, mudah-mudahan laporan hasil pelatihan ini ada manfaatnya, terutama bagi Jurusan Kriya Seni FSRD ISI Denpasar, dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
Denpasar 6 Desember 2010 Penulis
Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si
LAPORAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN NON GELAR KENTENG LOGAM DI STUDIO 76 HOUSE OF ART KOTAGEDE YOGYAKARTA
I. Latar Belakang ISI Denpasar sebagai pusat pembinaan, penciptaan, pengkajian, dan penyaji seni, yang tertuang dalam visi dan misinya, sudah sepatutnya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi, terutama para staf dosen yang menjadi fasilitator utama terlaksananya proses pembelajaran yang baik. Untuk mencapai hal tersebut, upaya yang ditempuh yakni dengan memenangkan berbagai hibah kompetisi (PHK), salah satunya adalah hibah I-MHERE, yang dimenangkan oleh Program Studi Kriya Seni dan Jurusan Karawitan ISI Denpasar. Program Studi Kriya Seni yang berada dibawah naungan Fakultas Seni Rupa dan Desain memberikan materi kuliah pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan kekriyaan, baik yang terwujud dalam bentuk karya murni maupun terapan. Program Studi Kriya seni bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan seni rupa dan keterampilan kekriyaan dengan memanfaatkan berbagai material yang ada, sehingga menghasilkan produk kriya yang variatif dan kompetitif. Selain mata kuliah Kriya Kayu sebagai mata kuliah pokok keahlian, Program Studi Kriya seni juga memberikan mata kuliah Kriya Logam sebagai mata kuliah minor, oleh karena kriya yang berkembang di masyarakat tidak hanya memanfaatkan material kayu semata, akan tetapi berbagai material lainnya seperti logam bisa diterapkan menjadi produk kriya seni. Mata kuliah Kriya logam yang diajarkan pada Program Studi Kriya Seni memiliki bobot 2 sks yang muncul tiap semester V (ganjil), dengan materi
perkuliahan : kenteng, tatah logam dan teknik etsa. Untuk mewujudkan hal tersebut harus didukung oleh kualifikasi dan kompetensi dosen yang cukup memadai. Dengan demikian langkah yang ditempuh oleh program studi Kriya Seni FSRD ISI Denpasar, yakni dengan menugaskan staf dosen untuk mengikuti program non degree atau magang sesuai dengan kompetensi dan mata kuliah yang diampu. Salah satu dari program non degree tresebut adalah “Magang Kenteng Logam di Studio House of Art Kotagede Yogyakarta”, yang dibiayai oleh program hibah I-MHERE sub-component B.1. Batch III ISI Denpasar, dilaksanakan selama 2 bulan mulai tanggal 6 Juli s/d 6 September 2010. Dipilihnya Studio 76 House Of Art Kotagede Yogyakarta sebagai tempat magang oleh karena studio tersebut memiliki fasilitas belajar yang baik, instruktur yang berpengalaman dan berpendidikan kriya logam ISI Yogyakarta. Selain hal tersebut, Studio 76 House of art memiliki komitmen untuk mendidik para generasi muda Kotagede Yogyakarta untuk menekuni profesi sebagai perajin kenteng dan tatah logam, yang dewasa ini kurang diminati, oleh karena peluang kerja disektor-sektor yang lain bermunculan dan lebih menjanjikan. Studio 76 House of Art ingin membangkitkan kembali citra Kotagede yang dahulu menjadi pusat kerajinan logam cukup terkenal di Yogyakarta dan di mancanegara.
II. TUJUAN Pendidikan non gelar (non degree) yang memilih tempat di Studio 76 House Of Art Kotagede Yogyakarta bertujuan mempelajari proses dan teknik kenteng logam, yang bisa diwujudkan menjadi peralatan rumah tangga dan souvenir. Hasil yang diperoleh selama mengikuti pelatihan ini, nantinya bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar mata kuliah kriya logam di Program Studi Kriya Seni FSRD ISI Denpasar. Pendidikan non gelar (non degree) secara substasi bertujuan meningkatkan keterampilan dosen sesuai
kompetensinya, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan.
III. HASIL DAN LUARAN Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan pendidikan non gelar (non degree) ini, adalah dapat meningkatkan kemampuan dosen dalam penguasaan keterampilan kenteng logam dari awal mendisain, membuat ukuran, potongan, proses pembentukan, pematrian, penerapan ornamen, sampai menghasilkan barang jadi yang sudah difinishing. Hasil dari pelatihan ini akan berimplikasi kepada peningkatan kemampuan dan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Kriya Seni terutama mata kuliah kriya logam, dalam menciptakan produk kriya seperti peralatan rumah tangga dan souvenir yang memanfaatkan material logam dengan teknik kenteng. IV. JADWAL Month of the First implementation Year Task :
Bulan I 1
1. Preparation 2. Development, Selection Of Candidate) 3. Aplikation and regristration of training
4. Training 5. Monitoring and Reporting
2
3
Bulan II 4
1
2
3
4
V. BIAYA Biaya yang ditimbulkan dalam kegiatan ini menurut aturan yang berlaku dari BAPPENAS sejumlah RP 15.000.000,- dengan rincian sebagai berikut :
N0.
Activities
Volume
Unit Cost -
Sub Cost
1.
Bench Fee
2 Months
Rp. 8.000.000,-
2.
Travel Cost (return)
6 kali
Rp. 1.200.000,-
3.
Accommodation
2 Months
Rp. 1.000.000,-
4.
Living Allowance
2 Months
Rp. 2.700.000,-
5.
Miscellanneous
1 package
Rp. 1.600.000,-
6.
Reporting
500.000,Total
Rp. 15.000.000,-
VI. PELAKSANAAN PENDIDIKAN NON GELAR DI STUDIO 76 HOUSE OF ART KOTAGEDE YOGYAKARTA a. Sekilas Tentang Kotagede Sebagai Pusat Kerajinan Logam ternama di Yogyakarta Semula, Kotagede adalah nama sebuah kota yang merupakan ibu kota Kerajaan Mataram Islam. Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Kecamatan Kotagede sebagian merupakan bagian dari bekas Kota Kotagede ditambah dengan daerah sekitarnya. Sedangkan bagian lain dari bekas Kota Kotagede berada di wilayah Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Kondisi seperti ini kadang-kadang menyulitkan untuk membangun Kotagede
dalam konteks sebagai bekas Kota yang masyarakatnya mempunyai kesatuan sosiologis dan antropologis. Sampai sekarang masyarakat bekas Kota Kotagede dalam kegiatan sosial sehari-hari masih sangat solid dalam kesatuan itu. Kesulitan pembangunan oleh pemerintah muncul ketika penanganan dilakukan oleh stake-holder pemerintah di tingkat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pemerintah Kota Yogyakarta hanya mampu menyentuh wilayah bekas Kota Kotagede yang masuk wilayah Kota Yogyakarta. Demikian juga Pemerintah Kabupaten Bantul hanya bisa meneyentuh wilayah yang masuk Kabupaten Bantul. Soliditas masyarakat tersebut mewujudkan sebuah kesatuan wilayah yang tak terpisahkan sebagaimana dulu batas wilayah Kota Kotagede ini masih eksis. Wilayah bekas Kota Kotagede harus ditangani oleh dua unit pemerintah yang berbeda. Dalam konteks otonomi daerah sekarang ini, ketika kewenangan tingkat Kabupaten dan Kota relatif besar, makin terasakan betapa mereka harus menghadapi 2 (dua) kebijakan yang berbeda untuk satu kesatuan wilayah tersebut. Salah satu contoh permasalahan yang segera dapat dilihat atau dirasakan masyarakat adalah bila menyangkut penanganan kawasan heritage. Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mempunyai perbedaan prioritas. Dengan demikian sebagian masyarakat Kotagede harus lebih sering berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai kota tua bekas ibu kota kerajaan, Kota Kotagede merupakan kota warisan (heritage) yang amat berpotensi bagi kemakmuran masyarakatnya. Namun hambatan pembagian wilayah pemerintahan akan terus menjadi permasalahan yang tak pernah dibahas dalam tingkat kemauan politik, kecuali masyarakatnya
menghendaki. Kotagede dikenal sebagai pusat kerajinan logam terutama peraknya yang terletak di sepanjang Jalan Kemasan hingga pertigaan ex-Bioskop Istana. Selain itu di Kotagede juga terdapat makam raja-raja terdahulu Mataram antara lain makam Panembahan Senopati (pendiri Mataram). Namun kemudian makam raja-raja Mataram tersebut dipindahkan ke daerah Imogiri oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo (raja Mataram yang menyerang Batavia). Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini, misalnya terlihat di kompleks Mesjid Agung Kotagede yang terasa masih seperti di lingkungan keraton, dimana lengkap dengan pagar batu berelief mengelilingi mesjid, pelataran yang luas dimana terdapat beberapa pohon sawo kecik, serta sebuah Bedug berukuran besar yang umurnya sudah sangat tua, setua Mesjid Agung Kotagede sendiri. Apabila keluar dari Kompleks makam raja-raja kita akan disambut oleh kemeriahan Pasar Kotagede yang selalu ramai setiap hari. Namun anda akan menemukan suatu suasana lain apabila anda datang ke Pasar Kotagede di kala tanggalan Jawa menunjukkan pasaran/hari Legi. Pasar Kotagede akan bertambah ramai dan sesak baik oleh penjual maupun pembeli, bahkan area pasar bisa meluas hingga depan Kantor Pos/TK ABA. Oleh karena itu, sebagian besar penduduk setempat, pasar ini lebih dikenal dengan sebutan Pasar Legi. Kotagede identik dengan kota kerajinan logam seperti kenteng, cor kuningan, tembaga dan perak. Kerajinan perak paling banyak ditekuni oleh masyarakat Kotagede, sehingga dijuluki Kota Perak. Memang sejak dahulu bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam ini terkenal dengan kerajinan peraknya. Bahkan kerajinan perak Kotagede juga menembus pasar mancanegara.
Suasana Kotagede Sepanjang Jalan Utama Sebagian besar masyarakat Kotagede mengantungkan hidupnya dari kerajinan logam. Lihat saja, di sepanjang jalan utama di wilayah yang terletak 7 km, arah tenggara pusat Kota Yogyakarta ini berjajar toko-toko yang menjajakan kerajinaan perak. Kata “perak” dan “silver” tertera di kanan-kiri Jalan Kemasan, Jalan Mondorakan, hingga Jalan Tegalgendu. Sebelum tahun 1990-an hanya pengusaha perak yang beromset besar saja yang membuka showroomnya
di pinggiran jalan utama seperti: Tom
Silver, MD Silver, HS Silver, Narti Silver dan sebagainya. Namun menginjak pertengahan dekade 90-an, pengusaha kecil dan menengah mulai meramaikan bisnis kerajinan logam ini. Banyak diantara mereka yang sebelumnya pernah bekerja sebagai pengrajin logam terutama perak pada perusahaan-perusahaan besar yang ada di daerah tersebut. Pengrajin perak di Kotagede terkenal dengan produknya yang unik, tatahannya yang halus, rapi dan telaten dalam menggarap produk peraknya sehingga menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Ratusan jenis kerajinan perak dihasilkan, mulai dari peralatan rumah tangga, cincin, giwang, bros, miniatur sepeda,
becak, andhong, kapal-kapalan, wayang, dan berbagai hiasan lainnya yang tidak hanya terbuat dari bahan perak.
a. Sekilas Tentang Agus Budiyanto sebagai pemilik Studio 76 House Of Art Kotagede Yogyakarta Agus Budiyanto adalah seorang Agustus 1976
pemuda asal Kotagede, lahir tanggal 21
ia membuka Studio 76 House of Art yang khusus mengajarkan
pembuatan kerajinan logam terutama perak dan kuningan yang telah lama menjadi daya tarik wisata di Kotagede, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Banyak wisatawan asing maupun domistik datang langsung ke studio 76 miliknya untuk mempelajari proses pembuatan kerajinan logam. Studio 76 House Of Art didirikan tahun 1999 dengan komitmen awal untuk membangkitkan minat belajar generasi muda Kotagede untuk terus mempelajari kerajinan logam yang sudah menjadi “Trade Mark “ Kotagede. Agus juga melihat minat generasi muda untuk menekuni kerajinan logam semakin berkurang dewasa ini, seiring dengan berkembangnya sektor-sektor kerja lain yang lebih menjanjikan. Sementara itu, kerajinan logam Kotagede saat ini masih ditekuni oleh generasi tua, seandainya mereka itu tidak mampu lagi melakoni pekerjaan tersebut, dikhawatirkan kerajinan logam Kotagede akan mengalami kemunduran bahkan kemandegan. Dilihat dari segi lokasi, Studio 76 sebenarnya relatif tidak strategis, bahkan cenderung ngumpet dalam artian masuk ke dalam tidak berada dipinggir jalan raya. Letaknya persis berada di sebelah selatan sebuah kompleks kuburan. Walaupun demikian, studio 76 House Of Art milik Agus Budiyanto yang rambutnya dikucir tersebut sudah cukup terkenal. Di kawasan Kotagede, semua warga
sudah tahu lokasi studio tersebut. Di samping itu, Agus Budiyanto patut berbangga, oleh karena studio tersebut sudah dimuat dalam buku wajib para traveler dunia, yakni Lonely Planet edisi Indonesia dan Asia Tenggara. Di situ dijelaskan secara lengkap mulai lokasi studio, fasilitas, suasana belajar, proses pelatihan dan sebagainya. Dengan demikian, wisatawan domestik maupun asing yang ingin belajar kerajinan logam tidak akan susah mencari lokasi studio tersebut. Tidak heran, Studio 76 selalu ramai dengan pengunjung, baik domestik maupun dari berbagai belahan dunia.
Melihat ke dalam Studio 76, kesan pertama muncul adalah bersih, rapi dan tenang. Meskipun lantai bangunannya terbuat dari plesteran semen tanpa keramik, barang-barang peralatan yang ada di dalamnya tertata dengan rapi. Ruang studio tersebut memanjang ke belakang dengan ukuran
± 5m x 10m. Ada tiga meja
berukuran besar yang ditata berjajar di dalam ruangan, setiap meja bisa memuat 6-8 orang. Di sisi samping kiri dan kanan meja terdapat jajaran laci berisi peralatan. Di samping laci ada tonjolan papan kayu berukuran kecil untuk ngikir dan ngergaji plat logam. Di bagian depan yakni ditembok terpasang sebuah white board, sebagai p±eralatan penunjang mengajar pengetahuan teori dan praktek mendisain. Sedangkan di samping kanan dan kiri, juga menempel ditembok terdapat beberapa foto mantan murid Agus Budiyanto, terutama wisatawan asing yang pernah belajar kerajinan logam. Peralatan lain yang juga melengkapi studio tersebut, seperti mandrel, yakni alat untuk membuat lingkaran cincin, peralatan solder, balok besi untuk tempat tempa/kenteng, palu berbagai ukuran yang terbuat dari besi sebagai alat tempa, gunting dan tang berbagai ukuran sebagai alat potong plat diletakan di bawah. Agus Budiyanto yang hidup dilingkungan keluarga perajin logam, dan kini masih tercatat
sebagai mahasiswa akhir alumnus jurusan kriya logam Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu tidak kesulitan dalam mengajarkan cara membuat kerajinan logam kepada murid-muridnya, oleh karena tidak terkendala dengan bahasa pengantar dalam mengajar. Di balik penampilan yang sederhana, pria yang juga seorang tour guide tersebut fasih berbahasa Inggris, Prancis, dan Belanda. Agus Budiyanto dengan tekun mengajar murid-muridnya tentang pengetahuan dan keterampilan terkait dengan kerajinan logam yang ingin dipelajari. Di Studio 76 House of Art inilah dilaksanakan kegiatan magang kenteng logam selama 2 bulan, mulai tanggal 6 Juli s/d 6 September 2010
b. Proses Kenteng Logam Tembaga Dalam Pembuatan Peralatan Rumah Tangga dan Souvenir Kerajinan logam tembaga/kuningan merupakan satu-satunya kerajinan dengan sistem
hammered
pattern
di
Indonesia.
Tehnik
pengerjaan
kerajinan
tembaga/kuningan dalam pembuatan peralatan rumah tangga dan souvenir, sebenarnya sangat unik. Bahan bakunya adalah plat lembaran tembaga/kuningan. Adapun tahapantahapan proses pengerjaannya adalah sebagai berikut : pertama-tama membuat disain, selanjutnya membuat mal pola, pada tahapan ini perajin biasanya menerapkan ukuran detail yang sebenarnya. Tahapan berikutnya, bahan tembaga/kuningan yang sudah di mal atau dipola sesuai ukuran kemudian di bakar dengan kompor tangan atau solder hingga memerah. Tujuan dari pembakaran tersebut adalah untuk membuat plat logam tembaga/kuningan menjadi lebih lentur, agar bisa dikenteng atau dibentuk dengan baik. Hal ini dilakukan
berulang ulang untuk mendapatkan hasil tempaan/kenteng sesuai bentuk yang dinginkan. Setelah proses tersebut di atas, bahan plat tembaga/kuningan yang telah di dinginkan, selanjutnya dilakukan tahapan pematrian/penyambungan. Pada tahapan ini bahan plat tembaga/kuningan yang telah dimal/dipola tadi akan disambung dengan teknik patri atau las sesuai bentuk disain. Proses selanjutnya adalah tahapan teknik kenteng atau hammered yang dibentuk sesuai dengan pola awal, misalnya berbentuk vas, washtavel, tempayan, bath tube, dll. Dalam proses pengentengan ada dua tehnik yang bisa diterapkan antara lain : buko (pengetengan melebar) dan ngimpes (pengentengan kedalam). Sedangakan alat yang di gunakan dalam proses pengentengan ini adalah pukul/hammer dengan alas besi rel kereta api. Tahapan selanjutnya adalah proses hammered atau membuat tekstur sesuai bentuk yang diinginan. Ada beberapa bentuk pattern tekstur antara lain : babaran, cacahan, acakan, tekstur jeruk dan lain lain. Setelah selesai proses pembuatan tektur, kemudian baru menghasilkan bentuk peralatan rumah tangga dan souvenir yang utuh. Tahap selanjutnya masuk pada tahapan terakhir yakni finishing, yaitu dimulai dari pengamplasan dan pemolesan. Di sinilah proses krusial penuh ketelitian, oleh karena kualitas barang sangat menentukan. Perlu skil keterampilan dan kesabaran yang tinggi dalam pengamplasan dan pemolesan ini, karena sangat mempengaruhi keindahan bentuk dan kualitas barang yang dihasilkan. Adapun amplas yang digunakan dari amplas kasar hingga halus. Sedangkan untuk pemolesan menggunakan batu hijau dan bensin/minyak tanah untuk menghasilkan
warna.
Proses
selanjutannya
adalah
penjemuran
dan
proses
coating/pelapisan. Dalam tahapan ini menggunakan sistem semprot kompresor adapun coating yang pilih yaitu sikkens untuk shinny dan petelac untuk yang glossy. Untuk komposisi takaran campurannya yaitu 3 banding 2 (3 clear, 2 hairdenerr dan 3 thinner), sehingga menghasilkan lapisan yang kuat, mengingat sifat tembaga itu oksidan. Dengan demikian maka barang yang di hasilkan kuat terhadap cuaca, baik panas matahari maupun air hujan, sehingga dapat ditaruh di dalam dan luar ruangan.
1. Bahan Utama Bahan yang digunakan dalam pembuatan barang-barang kerajinan adalah : emas, perak, aluminium, kuningan dan tembaga. Semua jenis bahan logam tersebut mudah diolah, melalui proses pembakaran untuk diwujudkan menjadi barang kerajinan seperti peralatan rumah tanngga, produk perhiasan dan souvenir. Sedangkan dalam pembuatan barang-barang yang menerapkan teknik kenteng seperti pembuatan peralatan rumah tangga dan souvenir, ada dua bahan baku logam yang sering digunakan antara lain , logam kuningan dan tembaga. Kedua jenis logam ini mudah diolah seperti dituang, disambung/dipatri, ditarik, digiling, dan ditempa/dikenteng. Sesuai dengan namanya, logam kuningan memperlihatkan warna kuning mengkilap. Kuningan sangat baik dikenteng dijadikan produk peralatan rumah tangga maupun dijadikan perhiasan lapis emas dan perak. Sifat logam ini hampir sama dengan tembaga, yaitu ulet tidak mudah patah, tetapi sedikit lebih keras dibandingkan tembaga. Kuningan merupakan campuran dari tembaga dan zeng, komposisi campurannya berubah-ubah tergantung tujuan penggunaannya. Titik lebur kuningan 5000C sampai 1.1350C.
Logam kuningan dapat diperoleh dalam bentuk lembaran ataupun kawat, dengan ukuran sesuai kebutuhan. Logam tembaga berwarna merah kecokelat-cokelatan, sifatnya ulet, tidak mudah patah, sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan. Titik leburnya sedikit berada di atas logam perak, yaitu 1.0830C. Tembaga merupakan penghantar listrik atau panas yang baik sehingga hampir semua kawat listrik terbuat dari tembaga. Tembaga adalah bahan campuran terbaik untuk perhiasan emas dan perak, disamping juga baik dijadikan perhiasan lapis emas dan perak. Banyak seniman dan perajin menggunakan tembaga sebagai media kreasi tidak hanya karya perhiasan tetapi juga dalam bentuk relief, patung, lukis, disain interior dan mebel (mebel tembaga tempa). Kelemahan tembaga adalah warnanya cepat berubah sehingga ketika proses finishing harus diberi lapisan khusus untuk melindungi warna khasnya agar tidak cepat berubah. Tembaga bisa diperoleh dalam bentuk kawat, lempengan dan lembaran plat dengan berbagai ukuran seusuai tujuan penggunaan. Sedangkan material/bahan baku yang digunakan dalam kegiatan magang di Studio 76 House Of Art Kotagede Yogyakarta adalah logam tembaga plat dengan ketebalan 0,8mm. 2. Bahan Pendukung Dalam pembuatan peralatan rumah tangga dan souvenir, selain bahan utama seperti logam tembaga/kuningan, juga diperlukan bahan pendukung lainnya :
a. Patri perak Patri perak dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu jenis patri dengan titik lebur tinggi, sedang, dan rendah. Patri dengan beberapa titik lebur berbeda sangat berguna jika harus mematri beberapa kali pada satu tempat yang berdekatan. Pematrian pertama menggunakan patri dengan titik lebur tinggi, kemudian sedang, dan selanjutnya rendah agar objek yang sudah dipatri sebelumnya tidak meleleh kembali. Para pemula dapat membuat patri dengan komposisi patri titik lebur sedang. Proses pembuatannya sama dengan proses pembuatan lempengan perak. Lempengan patri perak yang sudah ada dipotong-potong dengan ukuran 3x4mm untuk mempermudah saat digunakan. Patri perak yang sudah berbentuk potongan-potongan kecil dapat disimpan dalam wadah tertutup agar mudah dipakai sewaktu-waktu. b. Flux Flux harus selalu digunakan jika sedang mematri perak. Flux dapat dibeli dalam bentuk bongkahan atau stik. Flux yang masih berbentuk bongkahan harus diproses agar lebih mudah digunakan dengan mencampur air perbandingan 1 : 1, kemudian baru direbus sampai mendidih. Campuran yang telah mendidih tadi diangkat dari api, kemudian diaduk sampai dingin. Selanjutnya flux siap dipakai dengan menambahkan air secukupnya setiap akan digunakan. c. Larutan Asam Sulfat
Larutan ini berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada logam, baik karena penggunaan maupun prores pembuatan. Cara membuat asam sulfat yaitu dengan mencampurkan 10% asam sulfat (H2SO4) dan air bersih. Tunggu ± 30 menit, sampai kedua bahan benar-benar tercampur. Larutan disimpan baik-baik dalam wadah yang kuat, tetapi jangan menggunakan wadah yang berbahan logam, karena asam bersifat korosif. Larutan asam sulfat dapat digunakan berulang-ulang dan sangat berguna untuk proses pembuatan ataupun perawatan kerajinan logam. Larutan asam sulfat disimpan di tempat yang aman, jauh dari jangkauan anak-anak. Oleh karena itu, berilah label nama bahan kimia dan tanda peringatan pada wadah. Pada saat logam dicelupkan ke dalam larutan asam, akan timbul asap yang kurang baik bagi kesehatan, jauhkan wajah pada saat pencelupan, sehingga terhindar dari zat-zat kimia yang berbahaya. 3. Alat Peralatan merupakan suatu hal yang penting dalam membuat barangbarang kerajinan baik perabotan rumah tangga maupun souvenir. Kalau kita lihat peralatan perajin sebenarnya cukup banyak, akan tetapi tidak semua peralatan tersebut digunakan untuk membuat produk kerajinan. Adapun alat-alat perlengkapan yang digunakan dalam praktek kenteng logam tembaga adalah : balok besi untuk landasan, biasanya menggunakan potongn baja rel kereta api karena memiliki kekerasan dan tidak mudah patah waktu melakukan penempaan/kenteng. Kompor tangan atau peralatan solder, yang siap dipakai sebagai alat bantu dalam proses pembakaran logam tembaga.
Gunting besi berbagai ukuran, digunakan untuk memotong logam sesuai ukuran mal, penggaris besi, jangka besi, untuk mengukur besaran dan diameter dari produk yang akan dibuat. Tang besi berbagai ukuran, digunakan untuk alat pegangan dan memotong logam saat di bakar. Pinset, digunakan sebagai alat batu untuk pemasangan bahan patri dalam proses pematrian/penyambungan. Tanggem meja, digunakan untuk pegangan dalam proses pembentukan. Sedangkan martil/palu besi, berbagai ukuran, baik yang biasa maupun lonjong, digunakan untuk pembentukan atau kenteng dalam membuat peralatan rumah tangga. Selain alat tersebut di atas, juga digunakan seperangkat kikir, amplas, untuk menghaluskan, sebelum produk kerajinan tersebut difinishing.
Gb. Seperangkat peralatan seperti: alas tempa, palu besi dll., sebagai alat tempa/kenteng logam
4. Teknik Penyambungan (pematrian) Ada beberapa teknik menyambung/patri yang bisa diterapkan dalam proses pembuatan produk peralatan rumah tangga dan souvenir. Jenis-jenis patri tersebut adalah : patri rejoso, patri kuningan, patri tembaga (hari, dan patri perak. Dalam hal ini jenis patri yang digunakan pembuatan produk peralatan rumah tangga dan souvenir yang berbahan plat tembaga adalah patri perak, mengingat teknik patri perak ini lebih mudah dan daya rekatnyapun sangat kuat, akan tetapi biayanya agak mahal bila dibangdingkan dengan jenis patri yang lain. Adapun proses dari penyambungan/pematrian patri perak adalah sebagai berikut: pertama siapkan potongan patri perak berukuran kecil-kecil dan flux letakan dua bagian yang akan dipatri dalam posisi rapat, yakni ujung-ujung yang akan disambung harus benar-benar saling menempel, baru dilakukan pmatrian. Apabila dua ujung yang dipatri belum dapat menempel rapat, harus disempurnakan kembali dengan cara dikikir sesuai garis sambungannya. Bila kedua ujung yang akan dipatri sudah saling menempel tanpa rongga, pada garis sambungan kedua ujung tersebut, baru diolesi flux menggunakan kuas kecil. Kemudian baru dilanjutkan dengan proses pematrian. Besaran api disesuaikan dengan objek yang akan dipatri. Besarnya api untuk mematri tentu berbeda-beda, antara mematri sebuah lingkaran kawat kecil dan sebuah lempengan tebal. Api yang berwarna kuning walaupun memiliki nyala besar sebenarnya tidak terlalu panas jika dibandingkan dengan api yang berwarna biru. Ketika api sudah nyala, jangan langsung diarahkan ke patri, akan tetapi disekitar objek yang akan dipatri.
Tujuannya adalah untuk mengeringkan flux sampai berubah warna menjadi putih kering. Selanjutnya api baru boleh diarahkan ke bagian dekat patri hingga patri meleleh. Setelah patri meleleh dengan sempurna, api dimatikan, barang yang dipatri dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat. Kunci sukses pematrian sangat ditentukan oleh pendistribusian api yang baik. Dalam hal ini pematri harus dapat merasakan karakter api dengan baik, sehingga tahu kapan dan dibagian mana api harus diarahkan. Usahakan panas logam yang melelehkan patri, bukan api yang melelehkan patri tersebut.
5.
Finishing Setelah berbagai jenis produk, baik peralatan rumah tangga maupun souvenir
tersebut selesai dikejakan, tahapan berikutnya baru dilakukan proses finishing. Tujuan dari penyelesaian akhir atau finishing ini adalah untuk menambah nilai dari produk yang dibuat, sehingga bisa dipasarkan dengan harga pantas, karena memenuhi standar kualitas dan kebutuhan pasar. Proses finishing
dimulai dari pengamplasan dan
pemolesan pelapisan warna. Di sinilah proses krusial, penuh ketelitian dari perajin, oleh karena tahapan ini kualitas barang sangat ditentukan. Perlu skil keterampilan dan kesabaran yang tinggi dalam pengamplasan dan pemolesan ini karena sangat mempengaruhi keindahan bentuk dan kualitas barang. Adapun amplas yang digunakan adalah mulai dari amplas kasar hingga halus. Sedangkan untuk pemolesan menggunakan batu hijau dan bensin/minyak tanah untuk menghasilkan
warna.
coating/pelapisan.
Proses
selanjutannya
adalah
penjemuran
dan
proses
Dalam tahapan ini menggunakan sistem semprot kompresor adapun coating yang pilih yaitu sikkens untuk shinny dan petelac untuk yang glossy. Untuk komposisi takaran campurannya yaitu 3 banding 2 (3 clear, 2 hairdenerr dan 3 thinner), sehingga menghasilkan lapisan yang kuat, mengingat sifat tembaga itu oksidan. Dengan demikian maka barang yang di hasilkan kuat terhadap cuaca, baik panas maupun lembab. Selain finising tersebut di atas juga menerapkan model finishing lain yaitu teknik sangling, prosesnya dengan menggosokan stik baja pada permukaan barang secara berulang-ulang, agar produk peralatan rumah tangga dan souvenir kelihatan halus dan mengkilap.
VII. PENUTUP a. Kesimpulan Kerajinan logam terutama perak, cor dan kenteng logam merupakan jenis kerajinan yang sebagian besar ditekuni oleh masyarakat Kotagede Yogyakarta. Hal inilah yang menjadi daya tarik wisatawan domistik maupun asing ingin berkunjung dan belajar kerajinan logam di daerah tersebut. Belajar kerajinan logam terutama kenteng logam di studio 76 House of Art Kotagede Yogyakarta, sebenarnya tidak cukup dengan waktu 2 bulan, oleh karena pekerjaan tersebut cukup rumit dan memerlukan keterampilan yang tinggi terutama dari proses awal mendisain, pengolahan bahan, pembuatan mal, proses kenteng/pembentukan, pematrian beberapa elemen yang harus disambung sehingga menjadi bentuk yang utuh sesuai disain. Setelah
menyelesaikan
tahapan
tersebut,
kemudian
dilakukan
tahapan
penghalusan dan penerapan hiasan ornamen. Proses yang terakhir baru dilakukan
fnishing. Walaupun demikian banyak pengalaman serta pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti pelatihan atau magang di Studio 76 Huose of Art Kotagede Yogayakarta, terkait dengan proses penciptaan produk peralatan rumah tangga dan souvenir, keterampilan yang diperoleh ini bisa diaplikasikan dalam proses belajar mengajar kriya logam di PS Kriya Seni FSRD ISI Denpasar.
b. Saran-saran Kegiatan pendidikan non gelar dalam bentuk pelatihan (magang) yang dibiayai oleh hibah I-MHERE ISI Denpasar sangat penting dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) terutama kompetensi dosen dalam bidangnya. Hasil yang diperoleh dari pelatihan ini berdampak positif terhadap peningkatan proses belajar mengajar di Program Studi Kriya Seni FSRD ISI Denpasar. Setelah berakhirnya hibah kompetisi I-MHERE ini, lembaga atau institusi diharapkan terus mampu meningkatkan kualitas stafnya melalui dana hibah atau sumber dana lain, hasil dari kegiatan magang ini, diharapkan akan berimplikasi terhadap kualitas lulusan. Dalam merancang kegiatan pendidikan non gelar perlu mempertimbangkan waktu dan biayanya, lebih-lebih kegiatan tersebut dilaksanakan di luar Bali, sebaiknya kegiatan dijadwalkan setelah akhir semester, sehingga tidak mengganggu kegiatan perkuliahan di Kampus.
LAMPIRAN GAMBAR
Gb. Relief Studio 76 terpasang di tembok depan studio milik Agus Budiyanto
Gb. Agus Budiyanto sedang berbincang-bincang dengan staf karyawannya
Gb. Di dalam Studio terpasang sebuah whiteboard sebagai peralatan mengajar teori dan mendisain
Gb. Di dalam studio terpasang foto-foto wisatawan asing yang pernah belajar kerajinan logam
Gb. Mendisain produk peralatan rumah tangga
Gb. Membuat mal dengan kertas sesuai ukuran
Gb. Menggunting plat tembaga sesuai ukuran mal
Gb. Proses pengikiran sebelum tembaga dibakar
Gb. Proses pembakaran logam tembanga sebelum di kenteng
Gb. Proses pembentukan sebelum pematrian
Gb. Proses perakitan dengan teknik patri perak
Gb. Lanjutan proses pematrian dengan patri perak
Gb. Pembentukan dengan teknik kenteng menggunakan martil
Gb. Proses pematrian dengan patri perak
Gb. Lanjutan proses pematian dengan patri perak
Gb. Pengukuran untuk menyesesuaikan produk dengan disain
Gb. Proses kenteng logam tembaga dalam pembuatan peralatan rumah tangga
Gb. Produk rumah tangga bahan tembaga dengan teknik kenteng yang siap diberi hiasan ornamen dan difinishing.
Gb. Produk lampu tidur dari kuningan dilapis perak, karya Agus Budiyanto
Gb. Tempat buah dari kuningan, karya Agus Budiyanto
Gb. Produk perhiasan berupa anting-anting terbuat dari perak dengan teknik kenteng
Gb. Relief dari kuningan, karya Agus Budiyanto