LAPORAN KINERJA BADAN SAR NASIONAL
1
KATA PENGANTAR
Badan SAR Nasional merupakan Institusi Pemerintah yang melaksanakan tugas di bidang pencarian dan pertolongan. Badan SAR Nasional mempunyai tugas pokok mencari, menolong dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan / atau penerbangan, atau bencana dan musibah lainnya. Dalam rangka melaksanakan Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, Undang-undang Nomor 28 tahun 1999, dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Badan SAR Nasional telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan SAR Nasional Tahun Anggaran 2014 sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dengan disusunnya Laporan akuntabilitas ini diharapkan dapat mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah yang baik sebagai salah satu prasyarat terciptanya pemerintahan yang bersih, terpercaya serta akuntabel sehingga tugas pokok dan fungsi dapat berjalan secara efisien, efektif, transparan serta responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan (good governance). Dengan segala kendala yang dihadapi, diharapkan pelaksanaan tugas di masa mendatang
dapat berjalan lebih baik lagi sehingga program yang telah disusun
dapat terlaksana dengan baik. Jakarta,
Februari 2015
Kepala Badan SAR Nasional
FHB Soelistyo, S.Sos. Marsekal Madya TNI 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................
2
Daftar Isi ...........................................................................................................
3
Ikhtisar Eksekutif
.............................................................................................
4
PENDAHULUAN ……………………………………………………….
6
…………………………………………………….…….
8
I.2. Kelembagaan ……………………………………………………………………
8
I.3. Landasan Hukum ……………………………………………………………….
15
I.4. Aspek Strategi ……………………………………………………………………
16
I.5. Permasalahan Utama …………………………………………………………..
23
PERENCANAAN KINERJA ……………………………………………
25
II.1. Ikhtisar Rencana Strategis (RENSTRA) 2010 – 2014 ……………….……
26
II.2. Perjanjian Kinerja ………………………………………………………..…….
29
…………….
32
III.1. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………………..…….
33
III.2. Analisis Capaian Kinerja ……………………………………………..……….
34
BAB I
I.1. Gambaran Umum
BAB II
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BADAN SAR NASIONAL
III.3. Realisasi Anggaran
…………………………………………….………. 110
III.4. Capaian Kinerja Sesuai dengan RPJMN dan Renstra Basarnas ………… 111
BAB IV PENUTUP
………………………………………………………………… 117
3
IKHTISAR EKSEKUTIF Seiring dengan bergulirnya arus reformasi sejak tahun 1998, tuntutan masyarakat makin meningkat terhadap adanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam upaya mewujudkan Good Governance. Salah satu perwujudan Good Governance adalah hasil pelaksanaan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang menentukan bahwa setiap Instansi Pemerintah, Eselon I, Eselon II, sampai tingkat Unit kerja mandiri wajib membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan, berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Badan SAR Nasional sebagai instansi pemerintah bertanggung jawab di bidang Pencarian dan Pertolongan (Search And Rescue) telah melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan serta Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan SAR Nasional dalam Tahun Anggaran 2014 secara umum telah dapat terlaksana dengan baik. Hal tersebut terlihat pada pencapaian ketiga Indikator Kinerja Utama (IKU) yang melebihi target, yaitu : - Pada Indikator Kinerja Utama (IKU) “Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana” terealisasi response time selama 46 menit dengan capaian kinerja sebesar 148% dari target 1 jam 30 menit. Indikator Kinerja Utama (IKU) ini didukung oleh 2 (dua) sasaran strategis, yaitu : Meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR dengan indikator kinerja : Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran (1 jam 4 menit) Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan (41 menit) Rata-rata response time pada penanganan bencana (31 menit) Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain (47 menit)
Meningkatnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR (10 menit) Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR (50,00%) Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau (103,00%)
4
-
Pada Indikator Kinerja Utama “Persentase keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR” terealisasi sebesar 98,62% dengan capaian kinerja sebesar 103,81% dari target 95%. Indikator Kinerja Utama (IKU) ini didukung oleh 1 (satu) sasaran strategis, yaitu : Tercapainya keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR (94,69%) Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraan operasi SAR (98,62%)
-
Pada Indikator Kinerja Utama “Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR” terealisasi sebesar 115,65% dengan capaian kinerja sebesar 165,21% dari target 70%. Indikator Kinerja Utama (IKU) ini didukung oleh 2 (dua) sasaran strategis, yaitu : Meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR (1242 orang) Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR maritime (94,06%) Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat (92,42%) Meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR (71,29%) Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina (159,02%).
Dilihat dari evaluasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari tiap-tiap pelaksanaan sasaran (sesuai formulir Penetapan Kinerja dan Pengukuran Kinerja) maka tingkat capaian kinerja Badan SAR Nasional secara keseluruhan dapat dikatakan sangat baik (A), dimana rata-rata tingkat capaian sasaran kinerja Badan SAR Nasional terealisasi sebesar 139,14%. Dengan demikian, capaian kinerja Basarnas secara keseluruhan dapat dikatakan baik, sehingga dimasa mendatang kiranya kondisi ini dapat dipertahankan dan bahkan jika mungkin ditingkatkan.
5
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Gambaran Umum Badan SAR Nasional dibentuk sebagai lembaga yang menangani bidang pencarian dan pertolongan pada musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya. Badan SAR Nasional lahir pada tanggal 28 Februari 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1972 sebagai suatu lembaga yang bernama Badan SAR Indonesia (Basari). Selanjutnya, pada Tahun 2007 Badan SAR Nasional berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sesuai dengan Peraturan Presiden tersebut, Badan SAR Nasional bertugas untuk membantu pemerintah dalam tugas-tugas di bidang pencarian dan pertolongan. Keberhasilan tugas pencarian dan pertolongan itu juga sesuai dengan tuntutan dari ICAO (International Civil Aviation Organization) dan IMO (International Maritime Organization) serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan. Dalam
mengantisipasi
kemungkinan
terjadinya
musibah
penerbangan,
pelayaran maupun musibah lainnya, diperlukan kesiapan di bidang pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) baik dari segi sarana/ prasarana, peralatan SAR maupun sumber daya manusia (SDM). Tolok ukur keberhasilan pelayanan SAR terletak pada kecepatan dalam menanggapi musibah yang dapat terlihat dari tindakan awal saat pencarian dan pengerahan unsur-unsur dalam upaya operasi pencarian serta pertolongan di tempat
terjadinya
musibah.
Operasi
pencarian
dan
pertolongan
dalam
menyelamatkan jiwa manusia merupakan kegiatan spesifik yang memerlukan kecepatan, ketepatan, dan keandalan dari Badan SAR Nasional. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 99 tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional, Badan SAR Nasional mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue) yang selanjutnya disebut SAR sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, Badan SAR Nasional memiliki tugas untuk melaksanakan
6
pembinaan, pengoordinasian, dan pengendalian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR. Dalam rangka meningkatkan rasa aman bagi pengguna jasa transportasi, kegiatan SAR yang cepat dan tepat membutuhkan operasi pencarian dan pertolongan yang andal, khususnya angkutan laut dan udara. Usaha dan kegiatan tersebut
di
antaranya
meliputi
kegiatan
berikut:
mencari,
menolong,
dan
menyelamatkan jiwa manusia yang dikhawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan penerbangan serta musibah lainnya. Operasi SAR dilakukan segera setelah diketahui adanya musibah atau keadaan darurat. Operasi SAR akan dihentikan apabila korban musibah telah berhasil diselamatkan atau tidak ada harapan lagi untuk menyelamatkan korban berdasarkan hasil analisis/evaluasi. Seiring dengan bergulirnya arus reformasi sejak tahun 1998, tuntutan masyarakat makin meningkat terhadap adanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam upaya mewujudkan Good Governance.
Salah satu
perwujudan Good Governance adalah hasil pelaksanaan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel). Hasil pelaksanaan tugas yang akuntabel tersebut antara lain dapat dilihat dari laporan akuntabilitas yang setiap tahun disusun. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang menentukan bahwa setiap Instansi Pemerintah, Eselon I, Eselon II, sampai tingkat Unit kerja mandiri wajib membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan, berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Guna memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut di atas, disusunlah Laporan Kinerja Basarnas sebagai salah satu perwujudan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Basarnas Tahun Anggaran 2014.
7
I.2. Kelembagaan Organisasi SAR pertama di Indonesia diatur dalam Keputusan Presiden nomor 11 tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang Badan SAR Indonesia (BASARI) dengan tupoksi menangani musibah kecelakaan penerbangan dan pelayaran. Basari berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden serta sebagai pelaksana di lapangan kepada PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) yang dipimpin oleh seorang pejabat dari Departemen Perhubungan. Pada Tahun 1980, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.91/OT.002/Phb-80 dan KM.164/OT.002/Phb-80 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, PUSARNAS diubah menjadi Badan SAR Nasional. Perubahan struktur organisasi Badan SAR Nasional mengalami perbaikan pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 80 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional dan KM. 81 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Pada tahun 2001, struktur organisasi Badan SAR Nasional diubah sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2002 tentang organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Berdasarkan kajian dan analisis kelembagaan yang mengacu pada perkembangan dan tuntutan tugas yang lebih besar, pada tahun 2007 dilakukan perubahan Kelembagaan dan Organisasi Badan SAR Nasional menjadi Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang diatur secara resmi sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sebagai LPND, Badan SAR Nasional bertanggungjawab
langsung
kepada
Presiden.
Sesuai
dengan
Peraturan
Pemerintah Nomor 39 tahun 2009, pada perkembangannya, sebutan LPND berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), sehingga Badan SAR Nasional pun berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK). Sebagai LPNK, Badan SAR Nasional secara bertahap melepaskan diri dari struktur Kementerian Perhubungan. Pada tahun 2009, pembinaan administratif dan teknis pelaporan masih melalui Kementerian Perhubungan. Selanjutnya Badan SAR Nasional bertanggungjawab langsung kepada Presiden mulai tahun 2007.
8
a.
Kedudukan Kedudukan Badan SAR Nasional sesuai Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional, berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia.
b. Tugas Pokok Badan
SAR
Nasional
memiliki
tugas
membantu
Presiden
dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pencarian dan Pertolongan (Search And Rescue). c.
Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut diatas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1) perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang SAR; 2) perumusan kebijakan teknis di bidang SAR; 3) koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang SAR; 4) pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR; 5) pelaksanaan siaga SAR; 6) pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR; 7) pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR; 8) pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang SAR; 9) penelitian dan pengembangan di bidang SAR; 10) pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang SAR; 11) pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR; 12) pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Badan SAR Nasional; 13) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum; 14) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan SAR Nasional; dan 15) penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR.
d. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional, struktur organisasi Badan SAR Nasional yang telah diubah dengan Peraturan Kepala
9
Badan SAR Nasional Nomor PK.07 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional dan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.18 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional terdiri atas sebagai berikut : 1) Kepala Badan Kepala Badan SAR Nasional ditunjuk langsung oleh Presiden yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Presiden. 2) Sekretariat Utama Sekretariat Utama adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Sekretariat Utama dipimpin oleh Sekretaris Utama yang terdiri atas tiga Biro yaitu Biro Umum, Biro Perencanaan dan KTLN, serta Biro Hukum dan Kepegawaian. 3) Deputi Bidang Potensi SAR Deputi Bidang Potensi SAR adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Badan SAR Nasional di bidang potensi SAR yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Deputi Bidang Potensi SAR dipimpin oleh deputi yang terdiri atas 2 (dua) direktorat yaitu Direktorat Sarana dan Prasarana serta Direktorat Pendidikan dan Pelatihan, dan Pemasyarakatan SAR. 4) Deputi Bidang Operasi SAR Deputi Bidang Operasi SAR adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Badan SAR Nasional di bidang operasi SAR yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Deputi Bidang Operasi SAR dipimpin oleh deputi yang terdiri atas 2 (dua) Direktorat yaitu Direktorat Operasi dan Latihan serta Direktorat Komunikasi.
10
5) Pusat Data dan Informasi Pusat Data dan Informasi adalah unsur penunjang Badan SAR Nasional yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional melalui Sekretaris Utama. Pusat Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala. 6) Inspektorat Inspektorat adalah unsur pengawasan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional melalui Sekretaris Utama. Inspektorat dipimpin oleh Inspektur. 7) Unit Pelaksana Teknis Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas SAR dan administratif Badan SAR Nasional di daerah, dibentuk Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional.
11
KEPALA BASARNAS SEKRETARIAT UTAMA
BIRO HUKUM & KEPEGAWAIAN
BIRO UMUM
DEPUTI BIDANG POTENSI SAR
DIT. SARANA & PRASARANA
BIRO REN & KTLN
DEPUTI BIDANG OPERASI SAR
DIT. BINA KETENAGAAN & PEMASYARAKATAN SAR
INPEKTORAT
DIT. OPERASI & LATIHAN
DIT. KOMUNIKASI
PUSDATIN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BALAI DIKLAT
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Basarnas
12
KANTOR SAR KELAS A SUB BAGIAN UMUM SEKSI OPERASI SAR
SEKSI POTENSI SAR
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Gambar 1.2. Struktur Organisasi Kantor SAR Kelas A
KANTOR SAR KELAS B URUSAN UMUM SUB SEKSI OPERASI SAR
SUB SEKSI POTENSI SAR
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Gambar 1.3. Struktur Organisasi Kantor SAR Kelas B
13
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, Pemerintah membentuk Badan Nasional Pencarian
dan
Pertolongan
(Basarnas)
untuk
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang Pencarian dan Pertolongan. Kedudukan Badan pencarian dan Pertolongan (Basarnas) sebagai Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) bertugas: a.
menyusun
dan
menetapkan
norma,
standar,
prosedur,
kriteria,
serta
persyaratan dan prosedur perizinan dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; b.
memberikan pedoman dan pengarahan dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan;
c.
menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d.
melakukan koordinasi dengan instansi terkait;
e.
menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi;
f.
menyampaikan informasi penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan kepada masyarakat;
g.
menyampaikan informasi penyelenggaraan Operasi Pencarian dan pertolongan secara berkala dansetiap saat pada masa penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan kepada masyarakat;
h.
melakukan pembinaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan;
i.
melakukan pemasyarakatan Pencarian dan Pertolongan.
Dalam UU Nomor 29 Tahun 2014 ini disebutkan bahwa Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memiliki kewenangan untuk mengerahkan personel dan peralatan yang dibutuhkan dari Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melaksanakan Operasi Pencarian dan Pertolongan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
14
I.3. Landasan Hukum Penyelenggaraan
SAR
Nasional
dilaksanakan
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan yang meliputi: 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penerbangan. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan. 7. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.08 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.24 Tahun 2012. 8. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008 tentang Organisasi dan Tata Laksana Badan SAR Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.18 Tahun 2012. 9. Keputusan Kepala Badan SAR Nasional No: KEP/103/XII/2002 tentang Standar Kebutuhan Minimal Peralatan SAR pada Kantor SAR, Badan SAR Nasional, 2002. 10. International Convention for the Safe of Live at Sea (SOLAS), 1974. 11. International Aviation & Maritime Search and Rescue (IAMSAR), ICAO/IMO, 1998. 12. “Search and Rescue”, International Civil Aviation Organization, Annex 12, Tahun 2000. 13. UNCLOS-82 yang diratifikasi dengan Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2002, Indonesia diterima dan diakui sebagai negara kepulauan yang memiliki laut pedalaman, namun Indonesia harus menyediakan jalur laut internasional.
15
I.4. Aspek Strategis I.4.1. Sarana dan Prasarana Keberhasilan Badan SAR Nasional dalam melaksanakan tugas ditentukan oleh sarana dan prasarana yang dimilikinya. Sarana dan Prasarana bukanlah unsur yang paling utama dalam keberhasilan Operasi SAR namun Operasi SAR tidak akan berhasil maksimal tanpa dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang dimaksud meliputi beberapa hal sebagai berikut. 1. Sistem Komunikasi SAR Salah satu fasilitas SAR yang memegang peranan utama dalam pelaksanaan kegiatan SAR adalah sistem komunikasi SAR Nasional. Sistem komunikasi ini tidak lepas dari semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana pertukaran informasi baik berupa voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem komunikasi yang digelar memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. a. Jaringan Penginderaan Dini Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah pelayaran penerbangan serta bencana atau musibah lainnya dapat dideteksi
sedini
mungkin,
agar
usaha
pencarian,
pertolongan
dan
penyelamatan dapat dilaksanakan dengan cepat. Oleh karena itu setiap informasi yang diterima harus memiliki kemampuan dalam hal kecepatan, kebenaran, dan aktualisasinya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu kepada peraturan International Maritime Organization (IMO) dan International Civil Aviation Organization (ICAO) untuk memonitor musibah penerbangan. Hingga saat ini, Badan SAR Nasional memiliki alat deteksi sinyal yang mengindikasikan lokasi musibah yang bernama LUT (Local User Terminal) sebanyak dua buah berupa perangkat stasiun bumi kecil yang mengolah data dari Cospas-Sarsat.
16
b. Jaringan Koordinasi Komunikasi
sebagai
sarana
koordinasi,
dimaksudkan
untuk
dapat
berkoordinasi dalam mendukung kegiatan operasi SAR baik internal antara kantor pusat Badan SAR Nasional dengan Kantor SAR dan antar Kantor SAR, dan eksternal dengan seluruh potensi SAR dan Rescue Coordination Centers (RCCs) negara tetangga secara cepat dan tepat. c. Jaring Komando dan Pengendalian Jaring
ini
merupakan
sarana
komando
dan
pengendalian
untuk
mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR. d. Jaring Pembinaan, Administrasi, dan Logistik Jaring ini digunakan oleh Badan SAR Nasional untuk pembinaan dan administrasi perkantoran. Untuk memaksimalkan fungsi komunikasi SAR, Badan SAR Nasional telah dilengkapi peralatan-peralatan komunikasi seperti berikut.
Fixed Line Telecommunication,
Radio Communication,
AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network),
SATCOM (Satellite Communication).
Koordinasi antarunit SAR selama operasi SAR akan menentukan suksesnya operasi SAR. Keandalan seluruh alat komunikasi mencakup transfer data maupun suara dalam segala kondisi dan cuaca menjadi keharusan. 2. Sarana dan Peralatan SAR Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi SAR, sarana dan peralatan SAR telah diupayakan untuk selalu tetap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Secara umum, gambaran kondisi sarana dan prasarana Badan SAR Nasional dapat dijabarkan sebagai berikut:
17
a. Sarana SAR Udara Untuk menunjang penyelamatan korban di lautan, Badan SAR Nasional telah memiliki helikopter (rotary wing) BO-105yang berkategori “ringan” (light type) dan dua buah helikopter dauphinAS 365 N3+ yang berkategori “menengah” (medium range). Kondisi saat ini, cakupan wilayah udara Badan SAR Nasional meliputi Medan, Tanjung Pinang, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Berikut ini disajikan peta kekuatan sarana SAR Udara Badan SAR Nasional.
Gambar 1.4. Wilayah Lokasi Jangkauan Helikopter
b. Sarana SAR Laut Untuk menunjang penyelamatan korban di lautan, Badan SAR Nasional telah memiliki Rescue Boat dan Rigid Inflatable Boat. Selain sebagai sarana angkut tim penolong (rescue team) yang akan memberikan pertolongan, sarana laut juga harus memiliki kemampuan mencari dan mengarungi lautan pada berbagai kondisi alam dan cuaca. Berikut ini disajikan peta kekuatan sarana SAR laut Badan SAR Nasional:
18
Gambar 1.5. Lokasi Jangkauan Wilayah Rescue Boat
c. Sarana SAR Darat Sebagai sarana penunjang operasi pertolongan terhadap musibah dan bencana, secara garis besar sarana SAR darat yang telah dimiliki oleh Badan SAR Nasional mencakup Rescue Truck dan Rescue Car. Dalam rangka mendukung kecepatan mobilisasi tim penolong, kendaraan-kendaraan tersebut telah dilengkapi dengan rescue tool. d. Peralatan SAR (SAR Equipment) Peralatan SAR adalah bagian penting bagi rescuer dalam melaksanakan pertolongan terhadap korban musibah dan atau bencana sehingga dukungan peralatan yang memadai akan membantu proses pertolongan. Kantor-kantor SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR yang disesuaikan dengan lokasi dan kondisi setempat.
19
Gambar 1.6. Lokasi Jangkauan Wilayah Rescue Boat60 M
3. Prasarana SAR a. Prasarana Kantor (Gedung) Prasarana fisik gedung dan bangunan adalah penunjang utama yang merupakan
awal
dari
segala
aktivitas
mulai
dari
perencanaan,
pengoordinasian, sampai evaluasi. Tersedianya gedung yang memadai akan menjadi salah satu unsur pemacu etos kerja sekaligus memberikan kemudahan bagi masyarakat pengguna jasa SAR.
20
10
Kansar Lampung
Gambar 1.7. Lokasi Kantor SAR
b. Gedung Badan SAR Nasional Gedung Kantor Pusat Badan SAR Nasional berlokasi Jl Angkasa B 15 Kemayoran, Jakarta Pusat. c. Gedung Kantor SAR UPT Badan SAR Nasional yang bernama kantor SAR, saat ini berjumlah 33 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. d. Prasarana Hanggar Badan SAR Nasional telah memiliki hanggar untuk penyimpanan NBO-105 yang berlokasi di Lanud Atang Senjaya Bogor yang dibangun pada tahun 1982. Selain itu, Badan SAR Nasional juga menggunakan fasilitas yang dimiliki TNI-AL di Lanud AL Juanda untuk penyimpanan NBO-105 di Tanjung Pinang.
21
e. Prasarana Labuh Untuk menambatkan Rescue Boat yang dimiliki Badan SAR Nasional, telah dijalin kerjasama antara Badan SAR Nasional dengan berbagai instansi yang memiliki sifat sebagai potensi SAR dan memiliki fasilitas pelabuhan antara lain TNI-AL, ASDP, dan Administrator Pelabuhan agar Rescue Boat dapat berlabuh. I.4.2. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan kegiatan SAR. Penyediaan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang SAR bertujuan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, kompeten, disiplin, bertanggungjawab, dan memiliki integritas. Untuk mencapai tujuan tersebut, Badan SAR Nasional telah melakukan perencanaan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan, pemeliharaan kompetensi, serta pengawasan, pemantauan, dan evaluasi. SDM yang dimiliki Badan SAR Nasional relatif masih kurang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya jika dibandingkan dengan luas wilayah cakupan NKRI. a. Kepegawaian SDM yang dimiliki Basranas sampai dengan 30 Januari 2014 adalah sejumlah 2916 orang, sudah termasuk 961 tenaga penolong (rescuer) dan tenaga teknis pusat dan daerah. b. Pendidikan, Pelatihan, dan Pembinaan Dalam rangka meningkatkan kemampuan personil Badan SAR Nasional serta UPT di daerah dan Potensi SAR, telah dilakukan pendidikan dan pelatihan, penyuluhan kepada masyarakat serta pembinaan SDM Potensi SAR. Sejak awal 2013, telah dilaksanakan pembangunan Balai Diklat Badan SAR Nasional untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pelatihan secara mandiri Badan SAR Nasional. Balai Diklat ini direncanakan mulai dapat digunakan pada awal tahun 2015 dan rampung sepenuhnya pada tahun 2018.
22
I.4.3. Aspek Kelembagaan Badan SAR Nasional dalam bidang Kelembagaan adalah kerja sama dengan K/L, instansi, organisasi atau lembaga lain yang sudah berjalan baik, tetapi perlu diperkuat lagi terutama dengan K/L yang berkaitan secara langsung dengan Badan SAR Nasional seperti BNPB, BMKG, MENPAN, BAPPENAS, dll. Kerjasama dengan luar negeri yang sudah terjalin dengan baik merupakan salah satu kekuatan pendukung Badan SAR Nasional. Walaupun demikian, dalam kenyataannya, memang masih perlu ditingkatkan lagi. Kekuatan selanjutnya adalah seluruh program kegiatan berdasarkan Renstra sebelumnya telah terlaksana dengan baik. Status kinerja yang disandang Badan SAR Nasional sekarang ini adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). I.5. Permasalahan Utama Permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh Basarnas adalah sebagai berikut : a. Penataan kelembagaan Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) yang kurang optimal. Dalam kaitan itu kurangnya sumber daya manusia sehingga telah terjadi tumpang tindih dari beberapa unit kerja karena tugas pokok dan fungsi dari masing-masing unit kerja . b. Dana cadangan operasional khusus yang bersifat bencana masih bergantung kepada BNPB sehingga menghambat kinerja terutama dalam bidang operasi yang
bersifat
bencana.
Pelaksanaan
operasi
SAR
terkait
penanganan
kecelakaan pesawat udara dan kapal laut adalah murni menjadi tanggungan Badan SAR Nasional. c. Sarana dan prasarana telah diupayakan agar mampu memiliki kekuatan yang sangat memadai untuk mendukung operasi SAR, namun sebaran sarananya belum optimal karena penambahan Pos SAR dan Kantor SAR baru setiap tahun. Sarana dan prasarana Badan SAR Nasional juga belum didukung oleh pengawakan yang sesuai dengan kebutuhan. d. Kemampuan sumber daya manusia Badan SAR Nasional sudah diakui internasional. Namun sertifikasi international yang ada belum merata, sehingga timbul kesenjangan antar wilayah kerja Badan SAR Nasional. Kesenjangan yang muncul itu dinilai dari adanya para rescuer yang sudah memiliki sertifikasi internasional dan ada yang belum mendapatkan sertifikasi tetapi sudah dapat
23
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penolong. Kuantitas SDM Badan SAR Nasional cukup besar tetapi tidak memiliki kapasitas yang cukup sebagai rescuer, sehingga potensi lain SAR sebagai tenaga pendukung dalam operasi penyelamatan, terutama dari TNI, masih diperlukan.
24
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007, Basarnas mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) yang selanjutnya disebut SAR sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang
berlaku.
Disamping
itu
mempunyai
tugas pula
melaksanakan pembinaan pengkoordinasian, dan pengendalian potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau
menghadapi
bahaya
dalam
pelayaran
dan/atau
penerbangan,
serta
memberikan bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional. Peningkatan pelayanan SAR yang dituntut dari Basarnas memerlukan suatu perencanaan yang mempunyai perspektif lebih panjang, karena berbagai masalah yang dihadapi saat ini baik yang menyangkut kelembagaan, sumber daya manusia, sarana/ prasarana dan peralatan, sistem SAR nasional, koordinasi dan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat, memerlukan penanganan secara bertahap Dalam rangka membuat arah kebijakan jangka panjang tersebut maka dibuatlah Rencana Strategis Basarnas 2010-2014sebagai dasar acuan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan pengembangan kelembagaan Basarnas, hukum dan kewenangan, sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan, sarana/ prasarana, penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat, kerjasama nasional dan internasional serta dalam rangka pelayanan jasa pencarian dan pertolongan yang terlaksana secara terpadu dengan program pembangunan nasional, dan bersifat komprehensif dan responsif terhadap perkembangan lingkungan serta berpegang kepada pendekatan kesisteman.
25
II.1.Ikhtisar Rencana Strategis (RENSTRA) 2010 – 2014 a. Visi Basarnas mempunyai visi yaitu “Berhasilnya pelaksanaan operasi SAR pada setiap waktu dan tempat dengan cepat, andal dan aman”. b. Misi Untuk
mewujudkan
visi
tersebut,
Basarnas
mempunyai
misi
menyelenggarakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan efisien melalui upaya tindak awal yang maksimal serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang mantap dalam mewujudkan visi Basarnas. c. Tujuan dan Sasaran Strategis Dalam rangka mencapai visi dan misi Basarnas seperti yang dikemukakan terdahulu, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis organisasi. Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Basarnas dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misinya dengan diformulasikannya tujuan strategis ini dalam mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Basarnas untuk mengukur sejauh mana visi dan misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi dan misi organisasi. Oleh karena itu, tujuan strategis Basarnas adalah mendukung terwujudnya penyelenggaraan operasi SAR yang efektif dan efisien melalui upaya tindak awal yang maksimal serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh SDM yang profesional, fasilitas SAR yang memadai dan prosedur kerja yang mantap. Selanjutnya dirumuskan sasaran strategis untuk dapat mengukur pencapaian tujuan dimaksud. Pengukuran keberhasilan ini dilakukan melalui indikator kinerja yang terukur.
26
Tabel 2.1. Sasaran Strategis Basarnas
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran
Indikator Kinerja Utama (IKU): Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana 1.
Meningkatkan pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR
Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan Rata-rata response time pada penanganan bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain
2.
Meningkatkan
Rata-rata waktu tindak awal dalam
kesiapsiagaan dalam
penyelenggaraan operasi SAR
mengantisipasi terjadinya
Persentase kecukupan personil siaga
musibah/ bencana
rescuer pada Kantor SAR Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau
Indikator Kinerja Utama (IKU): Persentase keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR 3.
Meningkatkan
Persentase jumlah korban
keberhasilan
terselamatkan dalam
penyelamatan korban
penyelenggaraan operasi SAR
dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraan operasi SAR Indikator Kinerja Utama (IKU): Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR 4.
Meningkatkan peran serta
Jumlah keterlibatan personil potensi 27
No
Sasaran Strategis organisasi potensi SAR
Indikator Kinerja Sasaran SAR pada pelaksanaan latihan SAR
dalam penyelenggaraan Persentase keterlibatan potensi SAR
operasi SAR
dalam penyelenggaraan operasi SAR maritim Persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat 5.
Meningkatkan kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanakan operasi SAR
Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina
d. Program Berdasarkan Rencana Strategis Badan SAR Nasional tahun 2010-2014, Basarnas didukung dengan 2 (dua) program generik dan 1 (satu) program teknis sebagai berikut : Program
dukungan
manajemen
pelaksanaan
tugas
teknis
lainnya
Basarnas. Program ini menitikberatkan pada terlaksananya kegiatan perencanaan dan program termasuk kerjasama luar negeri, tersusunnya peraturan perundangundangan, terlaksananya pengelolaan administrasi perkantoran, keuangan, data, informasi, serta terlaksananya pengawasan dan pembinaan internal Basarnas. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Basarnas. Program ini lebih menekankan pada pembinaan dan peningkatan sarana dan prasarana aparatur Basarnas dalam mencapai visi dan misi.
28
Program pengelolaan pencarian, pertolongan dan penyelamatan. Program ini bertujuan pada pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana SAR serta pembinaan pengawakan, terselenggaranya diklat SAR, pengelolaan operasi dan Latihan SAR, dan terlaksananya pengelolaan sistem peralatan komunikasi SAR II.2. Perjanjian Kinerja Perjanjian Kinerja merupakan kontrak kerja dalam pelaksanaan tugas yang tertuang dalam Penetapan Kinerja. Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang mempresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Penetapan Kinerja adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dan pemberi amanah, sebagai dasar penilaian keberhasilan/ kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja, dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Basarnas telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2014 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir Tahun 2014. Penetapan Kinerja Basarnas Tahun 2014 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun 2014 yang telah ditetapkan sehingga secara substansial Penetapan Kinerja Tahun 2014 tidak ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Tahun 2014. Adapun Penetapan Kinerja dapat dilihat pada tabel berikut ini.
29
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 Basarnas
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran
Indikator Kinerja Utama (IKU): Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana Rata-rata response time pada 1. Meningkatkan penanganan musibah pelayaran pelayanan dalam Rata-rata response time pada penyelenggaraan penanganan musibah operasi SAR penerbangan Rata-rata response time pada penanganan bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain Rata-rata waktu tindak awal 2. Meningkatkan dalam penyelenggaraan operasi kesiapsiagaan dalam SAR mengantisipasi terjadinya musibah/ Persentase kecukupan personil bencana siaga rescuer pada Kantor SAR Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau Indikator Kinerja Utama (IKU): Persentase keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR 3.
Meningkatkan keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraanoperasi SAR
Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraanoperasi SAR Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraanoperasi SAR
Indikator Kinerja Utama (IKU): Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR 4.
5.
Meningkatkan peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraanoperasi SAR
Meningkatkan kemampuan organisasi
Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR Persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraanoperasi SAR maritim Persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR
Target 1 Jam 30 Menit 2 jam 1 jam 1 jam 2 jam 10 menit
100% 84% 95%
90% 95%
70%
475 orang 90%
90% 50%
30
No
Sasaran Strategis potensi SAR dalam melaksanakan operasi SAR
Indikator Kinerja Sasaran Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina
Target 50%
Dengan perincian Pagu Anggaran untuk melaksanakan kegiatan pada tahun anggaran 2014 adalah sebagai berikut : Program dukungan manajemen dan
Rp.
331.357.529.000,-
Rp.
112.471.954.000,-
pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan SAR Nasional Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur badan SAR Nasional Program pengelolaan pencarian, pertolongan
Rp. 1.447.333.604.000,-
dan penyelamatan Jumlah Total
Rp. 1.891.163.087.000,-
31
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja merupakan langkah strategis dalam menerapkan kinerja yang berorientasi pada hasil (result oriented). Kebijakan pemerintah yang berorientasi pada hasil akan lebih difokuskan pada kepentingan masyarakat pada umumnya. Akuntabilitas kinerja dapat dipertanggungjawabkan apabila disertai dengan adanya informasi mengenai hasil-hasil yang diperoleh. Hasil-hasil yang diperoleh tersebut kinerjanya harus diukur sampai sejauh mana pencapaiannya melalui pengukuran kinerja. Berdasarkan analisa terhadap akuntabilitas kinerja tersebut dapat dijadikan landasan untuk penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program, kegiatan dan kebijakan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi dengan memperhatikan rencana kerja dan realisasi kerja dalam program Basarnas 2014. Di dalam penilaian pencapaian kinerja Badan SAR Nasional dilakukan pengelompokan kategori, yaitu : Tabel 3.1. Penilaian Pencapaian Kinerja
No.
Kategori
Nilai Angka (%)
Interprestasi
1.
A
86 – 100
Sangat Baik
2.
B
66 – 85
Baik
3.
C
51 – 65
Cukup
4.
D
0 – 50
Kurang
Secara garis besar capaian kinerja Basarnas dapat dikatakan sangat baik dengan kategori A dan sudah memenuhi target capaian kinerja. Target Kinerja dimaksud dicapai melalui Indikator Kinerja Utama dengan cara perhitungan sebagai berikut .
32
III.1. Prosedur Pengumpulan Data Pengukuran Capaian Kinerja Basarnas Tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara Target (rencana) dan Realisasi dari tiap-tiap indikator. Pencatatan dan pengumpulan data diperoleh dari seluruh Unit Kerja di lingkungan Basarnas dari tiap eselon pada Kantor Pusat Basarnas, 13 (tiga belas) Kantor SAR Kelas A, 21 (dua puluh satu) Kantor SAR Kelas B serta 65 (enam puluh lima) Pos SAR yang tersebar di seluruh Indonesia, baik data administratif maupun data teknis. Data-data tersebut kemudian dianalisa dan dievaluasi sehingga didapatkan data realisasi dari indikator yang telah ditetapkan. Adapun prosedur pengumpulan data tersebut sebagaimana pada gambar 3.1.
Kantor Pusat Basarnas 34 Kantor SAR Sekretariat Utama Deputi Bidang Potensi SAR 65 Pos SAR Deputi Bidang Operasi SAR
PUSAT DATA
Proses Analisa & Evaluasi
Data Realisasi Tiap-tiap Indikator
Gambar 3.1. Prosedur Pengumpulan Data
33
III.2. Analisis Capaian Kinerja Pencapaian kinerja Basarnas Tahun 2014 diukur dari 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) yang diterangkan pada tabel berikut. Tabel 3.2. Indikator Kinerja Utama Basarnas
Indikator Kinerja Utama
Capaian
Target
Realisasi
1 jam
46 menit
148,40%
95%
98,62%
103,81%
70%
115,65%
165,21%
Kinerja
Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana
30 menit
Persentase keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR
Berikut penjelasan masing-masing indikator kinerja utama beserta sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran yang mendukungnya.
III.2.1. Indikator Kinerja Utama Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana (46 menit). -
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2014 Capaian dari indikator kinerja utama response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana pada tahun 2014 adalah sebesar 46,44 menit dari target capaian 1 jam 30 menit, sehingga telah memenuhi target.
-
Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2014 dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka capaian indikator kinerja utama response time pada operasi SAR dalam 34
penanganan musibah/ bencana pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Tabel 3.3. Tabel Perbandingan Indikator Kinerja Utama Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana
-
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
5 jam 30 menit
3 jam 47 menit
Tahun 2011
4 jam 30 menit
1 jam 57 menit
Tahun 2012
3 jam 30 menit
1 jam 29 menit
Tahun 2013
2 jam 30 menit
48 menit
Tahun 2014
1 jam 30 menit
46 menit
Analisis keberhasilan / peningkatan kinerja serta usaha yang telah dilakukan EKSTERNAL Dilaksanakannya Kerjasama Luar Negeri yang mencakup kegiatan kerjasama teknis operasional dan bantuan luar negeri melalui kerjasama secara bilateral, regional maupun multilateral. Adapun kerjasama tersebut meliputi: 1. The 2nd ASEAN Transport SAR Forum; Dalam rangka menindaklanjuti hasil pertemuan the 1st ASEAN Transport SAR Forum yang diselenggarakan pada tanggal 5-7 Maret 2013 di Bali, Indonesia, dan sesuai implementasi dari kerangka acuan (TOR) ASEAN Transport SAR Forum (ATSF), Indonesia dalam hal ini Basarnas telah menyelenggarakan the 2nd ASEAN Transport SAR Forum pada tanggal 11-13 Maret 2014 di Yogyakarta. ASEAN Transport SAR Forum merupakan tindak lanjut dari pertemuan ASEAN SAR EXPERT Group Meeting yang dilaksanakan di Yangon, Myanmar pada tanggal 16-17 Oktober 2012 yang diprakarsai oleh Badan SAR Nasional. Hasil pertemuan ASEAN SAR Expert Group Meeting tersebut diperkuat dari hasil
35
pertemuan ASEAN Senior Transport Official Meeting (STOM) ke-34, dan ASEAN Transport Ministers (ATM) Meeting ke-18, 2. ASEAN Transport SAR Exercise Planner Meeting Sebagai tindak lanjut dari 2nd ASEAN Transport SAR Forum guna mempersiapkan penyelenggaraan Command Post Exercise (CPX) dan Table Top Exercise (TTX), Basarnas (Bagian KTLN) telah menyelenggarakan
ASEAN
Transport SAR
Exercise
Planner
Meeting pada tanggal 14-16 Juli 2014 di Bogor, Jawa Barat. Pertemuan
tersebut
dihadiri
oleh
perwakilan
dari
Indonesia
(Basarnas), Singapura, Thailand, Kamboja dan Australia. Adapun pokok bahasan dalam pertemuan dimaksud adalah sebagai berikut: ASEAN Transport SAR ExercisePlan and Scenario;Controller and Evaluator Handbook;Sesi Akademis; danASEAN Transport SAR Forum Standard and Operating Procedures. 3.
Peningkatan Kapasitas di bidang Urban SAR; Basarnas menyelenggarakan Forum Group Discussion untuk rencana pembentukan forum kerja sama regional ASEAN di bidang Urban SAR, Forum ini merupakan wadah bagi negara-negara anggota ASEAN dalam rangka peningkatan kapasitas nasional tim Urban SAR sesuai dengan standar INSARAG. Pencapaian tersebut dapat dilaksanakan antara lain melalui : a. Perumusan perjanjian kerjasama yang bersifat teknis; b. Penyederhanaan procedure clearance untuk operasi bersama (joint operation); c. Pendidikan dan pelatihan untuk semua personel SAR di ASEAN; d. Melaksanakan latihan bersama (joint exercise) simulasi secara rutin; dan e. Melaksanakan workshop dan seminar. Inisiatif Basarnas tersebut diharapkan dapat mendorong kerjasama ASEAN di bidang kebencanaan yang dikoordinasikan oleh BNPB sebagai national focal point;
36
4. Diplomasi pada Sidang Kerjasama Luar Negeri Basarnas berpartisipasi aktif dalam berbagai pertemuan berskala Internasional dan juga menyelenggarakan beberapa pertemuanpertemuan baik tingkat Bilateral, Regional maupun Multilateral. antara lain : a. Pada
tanggal
19-22
Juli
2011,
Basarnas
telah
menyelenggarakan pertemuan InternationalSearch and Rescue Forum-INSARAG Asia Pacific Regional Meeting yang telah menghadirkan sebanyak 150 Orang yang terdiri dari Organisasi Pemerintah,
Organisasi
Non
Pemerintah,
serta
delegasi
Internasional baik dari UN-OCHA maupun perwakilan Badan asing lainnya; b. Pada
tanggal
29
Mei-1
Juni
2012,
Basarnas
telah
menyelenggarakan International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) Asia Pacific Regional Earthquake Response Exercise, yang diselenggarakan di Padang-Sumatera Barat. Pertemuan ini merupakan Latihan penanganan gempa bumi INSARAG merupakan salah satu implementasi resolusi Sidang Umum PBB 57/150 mengenai ” Strengthening the Effectiveness and Coordination of Urban Search and Rescue Assistance “, dan bertujuan untuk mempraktekkan INSARAG Guidelines and Methodology, terutama dalam masa tanggap darurat bencana gempa bumi. Selain itu, dalam rangka memberikan pemahaman mengenai prosedur dan mekanisme di dalam INSARAG Guidelines and klasifikasi
dan
Methodology, sertifikasi
terutama
mengenai
internasional
IEC,
proses maka
diselenggarakan pula Workshop on INSARAG Guidelines and Methodology. Latihan ini menghadirkan peserta dari 26 Negara Asia Pasifik dan 9 organisasi/lembaga internasional, latihan INSARAG dihadiri oleh delegasi dari Secretariat,
UN-OCHA, INSARAG
Kepala Kantor SAR, dan beberapa instansi
37
pemerintah maupun swasta, seperti BNPB, BPBD, Jakarta Rescue, PMI, dll; c. Pada
tahun
2013
dan
2014,
Basarnas
juga
telah
menyelenggarakan pertemuan tingkat regional ASEAN, yakni ASEAN Transport SAR Forum. Forum ini merupakan forum teknis di bawah sektor transportasi yang bertujuan untuk melahirkan suatu kesepakatan bersama negara-negara anggota ASEAN dalam bidang pelayanan jasa SAR Transportasi. 5.
Kerja sama Indonesia-China Dalam kerangka kerja sama bilateral antara Indonesia dengan China di bidang maritim. Berdasarkan hasil pertemuan 9th Technical Commitee
Meeting
(TCM)
on
Maritime
Cooperation
yang
diselenggarakan pada tanggal 15-16 Januari 2015 di Beijing. Basarnas dengan Ministry of Transportation China, China Academy of Space Technology (CAST) dan China National Space Authority (CNSA) membahas hal-hal sebagai berikut: a. China-Indonesia Joint Table Top Maritime SAR Exercise Ministry of Transportation China akan menyusun rencana dan jadwal pelaksanaan “China-Indonesia Joint Table Top Maritime SAR Exercise”. Pada bulan April 2015 pihak China akan berkunjung ke Basarnas untuk membahas skenario TTX tersebut dan pada bulan Mei 2015 pihak Indonesia diundang untuk berkunjung ke China untuk kembali membahas skenario. “China-Indonesia Joint Table Top Maritime SAR Exercise” akan di laksanakan di China pada bulan Agustus 2015. b. Indonesia – China Maritime Search and Rescue Information System Kedua belah pihak telah membahas proposal China-Indonesia Maritime Search and Rescue Information System (SRIS) dan bertukar informasi terkait hal-hal teknis kerjasama informasi di bidang SAR. Kedua belah pihak lebih lanjut menyepakati untuk membahas finalisasi tentang project SRIS tersebut pada pertemuan 3rd Maritime Cooperation Committee di China.
38
Selain daripada itu, Basarnas juga menjalin kerja sama dengan China dalam kerangka ASEAN-China Maritime Cooperation. Dalam kerangka kerja sama tersebut, Basarnas dengan China Academy of Space Technology (CAST) dan China National Space Authority (CNSA) bermaksud untuk membangun kerja sama di bidang Satellite Information Maritime Application Center (SIMAC) Project 6.
Kerja sama Indonesia-Australia Basarnas telah melakukan kerja sama dibidang SAR dengan Australia dalam hal ini Australia Maritime Safety Authority (AMSA) dengan ditandanganinya Arrangement for the Coordination of SAR Services pada tanggal 5 April 2004. Kerja sama antara Indonesia dan
Australia
dalam
kerangka
Indonesia
Transport
Safety
Assistance Package (ITSAP), Adalah sebuah paket bantuan dari Australia untuk keselamatan transportasi di indonesia yang sudah dilaksanakan
sejak
tahun
2008
berdasarkan
MoU
bidang
transportasi yang ditandatangani oleh para Menteri Transportasi kedua negara. Proyek ITSAP yang saat ini berjalan berdasarkan MoU bidang transportasi untuk tahun 2012-2014 adalah sebagai berikut: a. Exchange officer antara Basarnas dan AMSA dalam rangka mendukung pelaksanaan operasi SAR; b. Peningkatan kemampuan Ship Tracking Information dan system komunikasi satelit. Program ini akan dilaksanakan Jakarta berupa
pelatihan
kepada
pesonel
Basarnas
terhadap
penggunaan Inmarsat-C safety Net services; c. Additional capacity building berupa pelaksanaan latihan SAR; d. Pelaksanaan SAR Exercise Ausindo pada tanggal 21 Mei 2014 di Lombok – Nusa Tenggara Barat; e. Demonstration SARMAP System; f.
The 3rd Indonesia-Australia SAR Forum;
g. English Language Training.
39
7. INSARAG Regional Group Asia/Pasific Meeting; Basarnas telah menghadiri pertemuan INSARAG Regional Group Asia/Pasific Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 15-17 September 2014 di Seoul, Korea Selatan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 37 peserta dari 16 negara di kawasan Asia dan Pasifik, Sekretariat INSARAG, Ketua Kelompok Kerja dan perwakilan dari kantor UN-OCHA. Negara-Negara yang hadir diantaranya Korea Selatan (tuan rumah), Indonesia, Australia, Bangladesh, China, Jepang, Nepal, Malaysia, Thailand, Philipina, Singapura, Selandia Baru dan Uni Emirate Arab. Pertemuan INSARAG Regional Asia-Pacific tahun 2014 membahas hal-hal masalah-masalah yang muncul dalam Pertemuan INSARAG Asia-Pasifik tahun 2013 di Singapura serta isu-isu INSARAG global yang meliputi : a. Review terhadap INSARAG Guidelines; b. Review terhadap INSARAG External Classification/Reclasification (IEC/IER); Program pengembangan kapasitas USAR yang sedang berlangsung di
negara-negara
Asia
Pasifik,
yaitu
Pakistan,
Mongolia,
Bangladesh, India, Malaysia, Thailand dan Singapura.
INTERNAL Beberapa pelatihan Internal yang dilaksanakan oleh Internal BASARNAS antara lain : Latihan operasi SAR Karuna Nisevanam ke-169 Dilaksanakan di: Padang Tanggal 16 s/d 23 Maret 2014 Jumlah peserta adalah 150 orang terdiri dari Kantor Pusat & BSG, Kan SAR Padang, Kantor SAR Medan, Kantor SAR Pekanbaru, Kan SAR Banda Aceh, Kantor Jambi, Kantor SAR Jakarta, Kru Heli, SAR Gurila Padang, Pramuka Padang dan Padang Baywatch
40
Latihan operasi SAR Karuna Nisevanam ke-168 Dilaksanakan di: Bengkulu, Tanggal 24 s/d 28 Maret 2014 Jumlah peserta adalah 150 orang terdiri dari Kantor Pusat, Kantor SAR Bengkulu, Kantor SAR Palembang, Kantor SAR Lampung dan Potensi SAR 60 org, Bengkulu 5 org Latihan Operasi SAR Maritime Pollution Exercise (Marpolex) Dilaksanakan di:Dumai, Tanggal 17 s/d 20 Juni 2014 Jumlah peserta adalah 180 orang terdiri dari Kantor Pusat, Kru Heli BO, ABK RB Pekanbaru, Kantor SAR Pekanbaru dan Bulsi (Kantor SAR 5 org, Pekanbaru 7 org Latihan Proficiency Awak Kapal Dilaksanakan di:Denpasar, Tanggal 16 s/d 19 Juni 2014 Jumlah peserta adalah 175 orang terdiri dari Kantor Pusat, Kru Heli Dauphin, Kru Heli BO, Kru RB Denpasar, Kantor SAR Denpasar dan Balawista8 org Latihan Operasi SAR Australia – Indonesia (Ausindo) Dilaksanakan di:Mataram, Tanggal 19 s/d 23 Mei 2014 Jumlah peserta adalah 140 orang terdiri dari Kantor Pusat, Perwakilan, Kedubes Australia, Perwakilan AMSA,Kantor SAR Mataram, Kasi Ops Denpasar, Kasi Ops Semarang, Kasi Ops Surabaya, Kasi Ops Lampung, Ops Bandung, Kasubsi Ops Kupang, Ops Merauke, Kasubsi Ops Ambon, Ops Timika, Kru Heli Dauphin Surabaya, ABK KAL TNI AL, ABK Kapal KPLP 12 org Latihan SAR (Indopura) Dilaksanakan di:Tanjung Pinang Tanggal 8 s/d 10 Oktober 2014 Pihak Indonesia:Kantor Pusat, Kantor SAR Tanjung Pinang, Instansi militer di Provinsi Riau dan sekitarnya, Kepolisian Daerah Prov. Kepri, Dishub Prov. Kepri, BMKG Tanjung Pinang, PT Angkasa Pura I, Bea Cukai Tanjung Pinang, Imigrasi Tanjung Pinang, Pemerintah
41
Prov. Kepri, Potensi SAR Tanjung Pinang, Ormas Tanjung Pinang, SROP Tanjung Pinang Dari Singapur : Civil Aviation Authority of Saingapore (CAAS), National Environment Agency, Republic of Singapore Air Force (RSAF), Republic of Singapore Navy (RSN), Maritime Porth Authority (MPA), Ministry of Defence (MINDEF), Singapore Civil Defence Force (SCDF), Ministry of Health (MOH), Singapore Police Force, Immigration and Check Point Authority (ICA) Jumlah keseluruhan: 150 org Latihan Operasi SAR Indonesia –Malaysia (Malindo) Dilaksanakan di:Banda AcehTanggal 23 s/d 28 Nov 2014 Pihak Indonesia:Kantor Pusat, Kantor SAR Banda Aceh, TNI Polisi Setempat Aceh, Badan Meteorologi Aceh, Potensi SAR Setempat Pihak Malaysia:Jabatan Penerbangan Awam Malaysia, Tentera Udara di Raja Malaysia, Agensi Penguat Kuasaan Maritim Malaysia Tentera Laut Di Raja Malaysia, Polisi Di Raja Malaysia, Majlis Keselamatan Negara, Tentera Darat Malaysia, Jabatan Meteorologi Malaysia, Pejabat/Ketua Menteri/pihak berkuasa tempatan Jumlah keseluruhan: 130 org
-
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Personil yang saat ini dimilik oleh Basarnas masih belum memenuhi kebutuhan akan personil yang sesungguhnya. Dari 4430 personil yang dibutuhkan, hanya terpenuhi 3044 personil. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi ketersediaan peralatan, sarana dan prasarana, Pengadaan sarana dan prasarana kantor pusat dan kantor SAR belum terkoordinasi baik dengan Direktorat Sarana dan Prasarana, terutama
42
begitu pula dari sisiSpesifikasi. Salah satu sarana yang dirasakan kurang antara lain adalah
No
Sarana Laut
Kebutuhan (unit)
Kondisi Saat Ini (unit)
Kekuranga n (Unit)
1.
Rescue Boat
64
39
25
2.
Rigid Inflatable Boat
122
82
40
3.
Rubber Boat
385
271
114
Kurangnya jumlah dan kualifikasi ABK untuk mengawaki rescue boat. Hal ini diantisipasi dengan memberikan pelatihan singkat tentang mesin kapal, perawatan dan penggunaan Rescue Boat FamiliarisasiSaranadanPeralatanSAR yangdiadakanDirektoratSaranadanPrasaranabe;um seluruhnya diketahui oleh seluruh pegawai kantor SAR, karena itu penyebaran ilmu tersebut dilaksananakan dengan sistem transfer knowlodge diantara pegawai yang sudah mengikuti pelatihan dengan yang belum.
-
Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja Program pengelolaan pencarian, pertolongan dan penyelamatan Program ini memberikan penekanan kepada pelaksanaan pengelolaan sarana
dan
prasarana
SAR
serta
pembinaan
pengawakan,
terselenggaranya diklat SAR, pengelolaan operasi dan Latihan SAR, dan terlaksananya pengelolaan sistem peralatan komunikasi SAR, selain ini program ini juga berisikan antra lain :
Pelaksanaan pengendalian operasi SAR
Pemeliharaan sarana SAR
Pengadaan peralatan SAR
Pemeliharaan peralatan SAR komunikasi
43
Capaian kinerja response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana ini berasal dari sasaran strategis sebagai berikut : 1) Meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR; 2) Meningkatkan
kesiapsiagaan
dalam
mengantisipasi
terjadinya
musibah/
bencana Penjelasan dari perhitungan sasaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) Meningkatnya
pelayanan
dalam
penyelenggaraan
operasi
SAR.
Pencapaian sasaran ini dapat dilihat dari capaian 4 (empat) indikator kinerja sasarannya, sebagai berikut : Tabel 3.4. Indikator Kinerja Sasaran Meningkatnya Pelayanan Dalam Penyelenggaraan Operasi SAR
Indikator Kinerja Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan Rata-rata response time pada penanganan bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain
Target 2 jam
Realisasi 1 jam 4 menit
1 jam
41 menit
1 jam
31 menit
2 jam
47 menit
Rata-rataresponse time adalah ukuran seberapa cepat upaya pencarian dan pertolongan pada tindak awal musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lain-lain yang ditentukan berdasarkan diterimanya berita musibah hingga kesiapan personil/SAR Rescue Unit (SRU) untuk mobilisasi ke lokasi. Rumus perhitungan dari response time dapat dilihat di bawah ini. Keterangan : T1 = Waktu Precom-Excom T2 = Waktu Briefing T3 = Waktu Persiapan Keberangkatan Tim/ Personil SAR
44
Data response time dari musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.5. Data Response Time Tahun 2014
NO.
KANTOR SAR
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Kantor SAR Banda Aceh Kantor SAR Medan Kantor SAR Pekanbaru Kantor SAR Padang Kantor SAR Tanjung Pinang Kantor SAR Palembang Kantor SAR Jakarta Kantor SAR Semarang Kantor SAR Surabaya Kantor SAR Denpasar Kantor SAR Mataram Kantor SAR Pontianak Kantor SAR Banjarmasin Kantor SAR Balikpapan Kantor SAR Kupang Kantor SAR Makassar Kantor SAR Manado Kantor SAR Kendari Kantor SAR Ambon Kantor SAR Sorong Kantor SAR Timika Kantor SAR Biak Kantor SAR Jayapura Kantor SAR Merauke Kantor SAR Bengkulu Kantor SAR Jambi Kantor SAR Pangkal Pinang Kantor SAR Lampung Kantor SAR Bandung Kantor SAR Gorontalo Kantor SAR Palu Kantor SAR Ternate Kantor SAR Manokwari RATA - RATA
Musibah Pelayaran 88,33 162,00 93,33 67,63 39,65 80,00 11,08 46,00 56,42 86,03 96,33 34,35 26,16 14,60 78,35 36,86 118,61 31,63 161,88 75,80 62,10 47,52 30,83 25,00 28,33 41,67 24,37 75,00 75,00 102,50 43,60 141,58 35,00 64,77 1 jam 4 menit
REALISASI CAPAIAN (menit) Musibah Bencana Penerbangan 0 11,58 0 18,33 0 25,00 0 25,83 0 0 0 0 0 39,27 0 25,32 0 47,58 0 11,25 70,00 23,22 0 32,50 0 60,00 50,00 75,00 0 20,00 0 18,75 20,00 26,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8,50 58,17 0 0 0 30,00 0 27,50 0 22,67 0 0 60,00 55,72 0 15,00 0 24,67 0 30,00 0 35,00 41,70 31,61 41 menit
31 menit
Musibah lain-lain 57,32 103,91 36,92 42,61 15,00 25,42 76,67 67,11 20,09 34,17 53,85 33,64 52,84 52,49 22,72 24,53 26,98 24,33 33,00 87,81 42,50 91,50 25,42 68,50 59,04 32,06 67,08 43,75 82,89 25,00 27,13 95,75 21,00 47,67 47 menit
45
Tabel 3.6. Data Response Time Tahun 2013
NO
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember RATA-RATA
PELAYARAN
PENERBANGAN
BENCANA
LAINNYA
32 95 23 34 75 79 28 14 35 83 28 16
0 0 0 80 5 28 0 0 58 0 0 15
55 60 68 50 74 31 162 18 11 23 78 47
66 67 14 76 19 78 118 66 24 102 97 112
66 menit
42 menit
33 menit
51 menit
1 jam 6 menit
42 menit
33 menit
51 menit
PELAYARAN
PENERBANGAN
BENCANA
LAINNYA
283,95 154,30 182,27 175,39 140,61 279,53 141,37 244,97 453,72 213,60 181,90 367,02
15,00 238,00 107,50 15,00 305,00 195,00 5,00 43,00
18,50 187,56 45,44 28,83 51,43 15,00 45,00 174,17 28,33 55,00 64,65 48,56
107,62 109,27 63,72 85,30 37,71 104,91 78,17 58,09 88,48 210,32 63,30 125,05
170 menit
67 menit
50 menit
71 menit
2 jam 50 menit
1 jam 7 menit
50 menit
1 jam 11 menit
Tabel 3.7. Data Response Time Tahun 2012
NO
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember RATA-RATA
46
Tabel 3.8. Data Response Time Tahun 2011
NO
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember RATA-RATA
Berikut
penjabaran
PELAYARAN
PENERBANGAN
BENCANA
LAIN-LAIN
41,79 293,79 129,40 375,36 289,82 316,05 187,86 284,70 169,88 162,32 98,61 240,41 215 menit
15 40 0 0 910 0 0 35 24,67 0 85 0 92 menit
37,5 21,33 203,33 32,5 41,67 20 123 80 37,5 46,67 60,5 107,14 67 menit
83,56 65,45 29,04 192,79 98,11 100,79 90,38 83,72 84 139,66 39 105,03 92 menit
3 Jam 35 Menit
1 Jam 32 Menit
1 Jam 7 Menit
1 Jam 32 Menit
dari
indikator-indikator
yang
mendukung
sasaran
meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR pada tahun 2014. a) Response Time pada musibah pelayaran Rata-rata response time pada musibah pelayaran Tahun 2014 adalah 1 jam 4,77 menit dari target sebesar 2 jam, sehingga telah memenuhi target dengan capaian kinerja sebesar 146,02%. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka rata-rata response time pada musibah pelayaran pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 5 jam 10 menit pada tahun 2010, 3 jam 35 menit pada tahun 2011, 2 jam 50 menit pada tahun 2012, 1 jam 6 menit pada tahun 2013 menjadi 1 jam 4menit pada tahun 2014.
47
Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Response Time Pada Musibah Pelayaran 6:00:005:10:00 4:48:00
3:35:00 2:50:00
3:36:00 2:24:00
1:06:00
1:04:00
2013
2014
1:12:00 0:00:00 2010
2011
2012
Gambar 3.2. Perbandingan Response Time pada Musibah Pelayaran Tabel 3.9. Tabel Perbandingan Response Time pada Musibah Pelayaran
Berikut
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
6 jam
5 jam 10 menit
Tahun 2011
5 jam
3 jam 35 menit
Tahun 2012
4 jam
2 jam 50 menit
Tahun 2013
3 jam
1 jam 6 menit
Tahun 2014
2 jam
1 jam 4 menit
prosentase
jumlah
korban
terselamatkan
pada musibah
pelayaran.
Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Pada Musibah Pelayaran 150,00%
100,00%
83,31%
87,38%
93,39%
93,65%
2011
2012
2013
85,87%
50,00%
0,00% 2010
2014
48
Tabel Perbandingan Response Time dengan Persentase Jumlah Korban Terselamatkan pada Musibah Pelayaran
Tahun
Target
Realisasi
Persentase Jumlah Korban Terselamatkan
Tahun 2010
6 jam
5 jam 10 menit
83,31%
Tahun 2011
5 jam
3 jam 35 menit
87,38%
Tahun 2012
4 jam
2 jam 50 menit
93,39%
Tahun 2013
3 jam
1 jam 6 menit
93,65%
Tahun 2014
2 jam
1 jam 4 menit
85,87%
b) Response Time pada musibah penerbangan Rata-rata response time pada musibah penerbangan Tahun 2014 adalah 41 menit dari target 1 jam, sehingga telah memenuhi target. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka rata-rata response time pada musibah penerbangan pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 2 jam 05 menit pada tahun 2010, 1 jam 32 menit pada tahun 2011, 1 jam 07 menit pada tahun 2012, 42 menit pada tahun 2013 menjadi 41 menit pada tahun 2014. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Response Time Pada Musibah Penerbangan 2:24:00
2:05:00
1:55:12
1:32:00
1:26:24
1:07:00
0:57:36
0:42:00
0:41:00
2013
2014
0:28:48 0:00:00 2010
2011
2012
Gambar 3.3. Perbandingan Response Time pada Musibah Penerbangan
49
Tabel 3.10. Tabel Perbandingan Response Time pada Musibah Penerbangan
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
5 jam
2 jam 05 menit
Tahun 2011
4 jam
1 jam 32 menit
Tahun 2012
3 jam
1 jam 07 menit
Tahun 2013
2 jam
42 menit
Tahun 2014
1 jam
41 menit
Berikut
prosentase
jumlah
korban
terselamatkan
pada musibah
penerbangan.
Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Pada Musibah Penerbangan 150,00% 99,34% 100,00%
92,87%
94,66%
79,19%
78,46%
50,00%
0,00% 2010
2011
2012
2013
2014
Tabel Perbandingan Response Time dengan Persentase Jumlah Korban Terselamatkan pada Musibah Penerbangan
Tahun
Target
Realisasi
Persentase Jumlah Korban Terselamatkan
Tahun 2010
5 jam
2 jam 05 menit
99,34%
Tahun 2011
4 jam
1 jam 32 menit
79,19%
Tahun 2012
3 jam
1 jam 07 menit
92,87%
Tahun 2013
2 jam
42 menit
94,66%
Tahun 2014
1 jam
41 menit
78,46%
50
c) Response Time pada bencana Rata-rata response time pada bencana Tahun 2014 adalah 31 menit dari target 1 jam, sehingga telah memenuhi target. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka rata-rata response time pada bencana pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 1 jam 7 menit pada tahun 2011, 50 menit pada tahun 2012, 33 menit pada tahun 2013 menjadi 31 menit pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2010 ratarata response time pada bencana selama 3 jam 11 menit. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Response Time Pada Bencana 3:11:00
3:21:36 2:52:48 2:24:00 1:55:12
1:07:00
1:26:24
0:50:00
0:57:36
0:33:00
0:31:00
2013
2014
0:28:48 0:00:00 2010
2011
2012
Gambar 3.4. Perbandingan Response Time pada Bencana Tabel 3.11. Tabel Perbandingan Response Time pada Bencana
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
5 jam
3 jam 11 menit
Tahun 2011
4 jam
1 jam 7 menit
Tahun 2012
3 jam
50 menit
Tahun 2013
2 jam
33 menit
Tahun 2014
1 jam
31 menit
51
Berikut prosentase jumlah korban terselamatkan pada bencana.
Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Pada Bencana 150,00% 98,39%
99,23%
98,88%
2012
2013
2014
100,00% 44,19%
51,50%
50,00%
0,00% 2010
2011
Tabel Perbandingan Response Time dengan Persentase Jumlah Korban Terselamatkan pada Bencana
Tahun
Target
Realisasi
Persentase Jumlah Korban Terselamatkan
Tahun 2010
5 jam
3 jam 11 menit
44,19%
Tahun 2011
4 jam
1 jam 7 menit
51,50%
Tahun 2012
3 jam
50 menit
98,39%
Tahun 2013
2 jam
33 menit
99,23%
Tahun 2014
1 jam
31 menit
98,88%
d) Response Time pada musibah lain-lain Rata-rata response time pada musibah lain-lain Tahun 2014 adalah 47 menit dari target 2 jam, sehingga telah memenuhi target. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka rata-rata response time pada musibah lainnya pada tahun 2014 mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 1 jam 32 menit pada tahun 2011, 1 jam 11 menit pada tahun 2012, 51 menit pada tahun 2013 menjadi 47 menit pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2010 rata-rata response time pada musibah lainnya selama 4 jam 44 menit.
52
Pada musibah lainnya sebagian besar berita yang diterima berasal dari masyarakat sehingga diperlukan konfirmasi ke tempat yang dilaporkan telah terjadi musibah. Konfirmasi tersebut dimaksudkan selain untuk memastikan kebenaran musibah, juga untuk memastikan musibah apa yang terjadi sehingga dapat dijadikan acuan penyiapan personil dan peralatan SAR pada musibah dimaksud.
Response Time Pada Musibah Lainnya 6:00:00
4:44:00
4:48:00 3:36:00 2:24:00
1:32:00
1:11:00
1:12:00
0:51:00
0:47:00
2013
2014
0:00:00 2010
2011
2012
Gambar 3.5. Perbandingan Response Time pada Musibah Lainnya Tabel 3.12. Tabel Perbandingan Response Time pada Musibah Lainnya
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
6 jam
4 jam 44 menit
Tahun 2011
5 jam
1 jam 32 menit
Tahun 2012
4 jam
1 jam 11 menit
Tahun 2013
3 jam
51 menit
Tahun 2014
2 jam
47 menit
Berikut prosentase jumlah korban terselamatkan pada musibah lainnya. Persentase Jumlah Korban Terselamatkan Pada Musibah Lainnya 150,00% 80,83%
100,00% 59,22% 50,00%
50,84%
60,65%
30,76%
0,00% 2010
2011
2012
2013
2014
53
Tabel Perbandingan Response Time dengan Persentase Jumlah Korban Terselamatkan pada Bencana
Tahun
Target
Realisasi
Persentase Jumlah Korban Terselamatkan
Tahun 2010
5 jam
3 jam 11 menit
30,76%
Tahun 2011
4 jam
1 jam 7 menit
59,22%
Tahun 2012
3 jam
50 menit
80,83%
Tahun 2013
2 jam
33 menit
50,84%
Tahun 2014
1 jam
31 menit
60,65%
Persentase capaian kinerja rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lain-lain sudah mencapai target atau lebih dari 100%. Hal tersebut dapat menggambarkan kinerja
Basarnas
yang
semakin
baik,
Berikut
ini
adalah
data
yang
menggambarkan semakin cepat response time yang dimiliki Basarnas, semakin banyak jumlah korban yang terselamatkan dan ditemukan. Tabel 3.13. Tabel Perbandingan Persentase Korban Terselamatkan dan Persentase Korban Ditemukan Tahun 2010-2014
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Persentase korban terselamatkan 83,31% 87,38% 93,39%
Persentase korban ditemukan 91,81% 95,22% 95,21%
Tahun 2013
93,65%
96,49%
Tahun 2014
85,87%
92,45%
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
99,34% 79,19% 92,50% 94,66% 78,46% 44,19% 51,50% 97,18% 99,23%
Tahun 2014
98,88%
100% 100% 100% 100% 93,85% 86,17% 94,74% 99,73% 99,93% 99,85%
Jenis Musibah
Pelayaran
Penerbangan
Bencana
54
Jenis Musibah
Musibah Lainnya
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Persentase korban terselamatkan 30,76% 59,22% 81,55% 50,84% 60,65%
Persentase korban ditemukan 91,28% 92,66% 98,22% 92,73% 95,98%
Dari uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa pencapaian kinerja melalui sasaran strategis “Pelayanan dalam Penyelenggaraan Operasi SAR”meningkat baik dilihat dari sisi pencapaian target kinerja Tahun 2010-2014. Peningkatan kinerja ini terjadi karena adanya sosialisasi yang terus dilakukan oleh Basarnas dan Kantor SAR di daerah dan selalu siap siaga dalam melaksanakan tindak awal yang maksimal serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang mantap.
2) Meningkatnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana.
Pencapaiansasaran ini dapat dilihat dari capaian 3 (tiga) indikator
kinerja sasarannya yaitu sebagai berikut : Tabel 3.14. Indikator Kinerja Sasaran Meningkatnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana
Indikator Kinerja Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau
Target
Realisasi
10 menit
10 menit
100%
50%
84%
103%
Untuk mewujudkan keberhasilan dalam penyelenggaraan setiap operasi SAR, maka harus didukung dengan adanya kesiapsiagaan personil dan sarana SAR yang memadai. Siaga SAR adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
55
memonitor, mengawasi, mengantisipasi, dan mengkoordinasikan kegiatan SAR dalam musibah dan bencana. Berikut penjabaran dari indikator-indikator pendukung sasaran strategis meningkatkan
kesiapsiagaan
dalam
mengantisipasi
terjadinya
musibah/
bencana. a) Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR Waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR adalah untuk mengukur seberapa cepat upaya mencari kebenaran informasi musibah/ bencana yang diterima dengan alat komunikasi (dimana tahapan ini disebut preliminary communication – extended communication) untuk dapat ditindaklanjuti. Tindak awal pelaksanaan operasi SAR dilakukan apabila laporan berita terjadinya musibah/ bencana berasal dari sumber yang dianggap belum jelas kebenarannya, misalnya adanya signal distress yang diterima oleh satelit atau laporan dari individu/ perusahaan.
Tabel 3.15. Perbandingan rata-rata waktu tindak awal
Tahun
Target
Realisasi
2010
20 menit
21 menit
2011
15 menit
15 menit
2012
10 menit
10 menit
2013
10 menit
10 menit
2014
10 menit
10 menit
Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR pada Tahun 2014 tetap apabila dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013 sedangkan jika dibandingkan dengan rata-rata waktu tindak awal tahun 2011 dan 2010 mengalami kenaikan, yaitu 15 menit pada tahun 2011 dan 21 menit pada Tahun 2010. Berikut grafik perbandingan rata-rata tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR Tahun 2010 - 2014.
56
Rata-rata waktu tindak awal 0:28:48 0:21:00 0:21:36 0:15:00 0:14:24
0:10:00
0:10:00
0:10:00
2012
2013
2014
0:07:12 0:00:00 2010
2011
Gambar 3.6. Perbandingan Rata-rata Waktu Tindakan Awal
b) Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR Kesiapsiagaan
yang
dilakukan
dalam
mengantisipasi
terjadinya
musibah/ bencana dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam yang meliputi siaga rescuer, siaga komunikasi, siaga Awak Buah Kapal (ABK), dan siaga kepala jaga harian (Kajahar). Kecukupan personil siaga terutama siaga rescuer berpengaruh besar pada keberhasilan operasi SAR yang efektif dan efisien. Saat ini pelaksanaan siaga rescuer pada Kantor SAR rata-rata dilaksanakan oleh 6 (enam) personil, sedangkan standar siaga rescuer sebanyak 12 (duabelas) personil hal tersebut dikarenakan masih terbatasnya ketersediaan anggaran siaga rescuer yang ada dalam DIPA Basarnas. Di samping itu jumlah personil siaga masih belum sesuai dengan kebutuhan. Masih kurangnya personil dalam siaga rescuer sangat berpengaruh terhadap kinerja Basarnas khususnya response time dikarenakan apabila terjadi musibah/ bencana, maka masih harus menunggu kelengkapan jumlah rescuer untuk berkumpul karena personil yang melakukan siaga rescuer rata-rata hanya 6 (enam) personil. Untuk mengatasi kekurangan personil rescuer tersebut Basarnas telah mengajukan penambahan tenaga rescuer dari penerimaan pegawai baru pada
Tahun
Anggaran
2014,
namun
belum
dapat
menambah
kekurangan personil karena personil rescuer baru belum dapat mulai
57
melaksanakan tugas pada tahun 2014. Berikut grafik perbandingan persentase kecukupan personil siaga rescuer Tahun 2010 – 2014.
PROSENTASE KECUKUPAN PERSONIL SIAGA RESCUER PADA KANTOR SAR
50,00%
50,00%
50,00%
50,00%
50,00%
2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3.7. Perbandingan Persentase Kecukupan Personil Siaga Rescuer Pada Kantor SAR
c) Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau Kecepatan dan keberhasilan operasi SAR juga sangat dipengaruhi oleh jumlah sebaran kantor SAR yang berada di seluruh Indonesia, semakin banyak jumlah Kantor SAR maka pelaksanaan operasi SAR akan semakin cepat. Apabila dilihat dari jumlah provinsi maka jumlah kantor SAR yang dirasa masih kurang, karena masih ada beberapa kantor SAR yang memiliki wilayah tanggungjawab 2 (dua) sampai 3 (tiga) provinsi, sehingga masih perlu diadakan penambahan Kantor SAR. Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : PK. 20 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.19 Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Search And Rescue (SAR), serta Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : B/3546/M.PAN-RB/9/2014 tanggal 23 September 2014 Perihal : Kriteria Klasifikasi Kantor SAR dan Peningkatan Eselon Kantor SAR, jumlah Kantor SAR dan Pos SAR terdiri atas : -
13 (tiga belas) lokasi Kantor SAR Kelas A;
-
21 (dua puluh satu) lokasi Kantor SAR Kelas B;
58
-
65 (enam puluh lima) lokasi Pos SAR.
Dari 34 Kantor SAR yang dimiliki Basarnas maka persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau terealisasi sebesar 103% dari target sebesar 84% atau telah memenuhi target. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2012 dan 2013 maka Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau mengalami kenaikan, yaitu sebesar 72,72 pada tahun 2012 dan sebesar 100% pada tahun 2013. Berikut koordinat letak 34 (tiga puluh empat) Kantor SAR dan 65 (enam puluh lima) Pos SAR. Tabel 3.16. Koordinat Kantor SAR dan Pos SAR
NO 1
2
KANTOR SAR
KOORDINAT
MEDAN
03⁰ 33' 7.62'' LU - 098⁰ 31' 11.82'' BT
Pos SAR Tanjung Balai
02⁰ 59' 33.48'' LU - 099⁰ 50' 57.9'' BT
Pos SAR Sibolga
01⁰ 42' 7.44'' LU - 098⁰ 49' 24.3'' BT
Pos SAR Nias
01⁰ 13' 55.86'' LU - 097⁰ 39' 8.22'' BT
PADANG
00⁰ 48' 29.8''LS - 100⁰ 19' 32.5'' BT
Pos SAR Pasaman
00⁰ 07' 46.4''LU - 099⁰ 52' 19.3'' BT
Pos SAR Kepulauan 2⁰ 58' 44" LS - 100⁰ 21' 50" E Mentawai 3
BENGKULU
03⁰ 52' 42.3''LS - 102⁰ 20' 52.5'' BT
4
JAKARTA
06⁰ 07' 35.00'' LS - 106⁰ 39' 20'' BT
Pos SAR Sukabumi
06⁰ 54' 46.00'' LS - 106⁰ 56' 01'' BT
Pos SAR Banten
05⁰ 56' 07.00'' LS - 106⁰ 00' 02'' BT
BANDUNG
06⁰ 57' 58.00'' LS - 107⁰ 40' 30'' BT
Pos SAR Cirebon
06⁰ 40' 24.58'' LS - 108⁰ 25' 17'' BT
SEMARANG
07⁰ 00' 03'' LS - 110⁰ 20' 23.84'' BT
5
6
Pos SAR Jepara
06⁰ 37' 41'' LS - 110⁰ 42' 30'' BT
Pos SAR Cilacap
07⁰ 43' 9.47'' LS - 109⁰ 01' 2.32'' BT
Pos SAR Surakarta
07⁰ 34' 24'' LS - 110⁰ 48' 59'' BT
59
NO 7
8
9
KANTOR SAR SURABAYA
07⁰ 22' 15.79'' LS - 112⁰ 46' 41.82'' BT
Pos SAR Trenggalek
08⁰ 05' 14.59'' LS - 111⁰ 42' 38.98'' BT
Pos SAR Jember
08⁰ 06' 20.48'' LS - 113⁰ 44' 15.02'' BT
DENPASAR
08⁰ 47' 25'' LS - 115⁰ 09' 48'' BT
Pos SAR Karangasem
08⁰ 28' 56'' LS - 115⁰ 37' 20'' BT
Pos SAR Jembrana
08⁰ 20' 36.8'' LS - 114⁰ 34' 03.7'' BT
Pos SAR Buleleng
08⁰ 6' 43" LS - 115⁰ 5' 28" BT
MANADO
01⁰ 24' 05.16'' LU - 125⁰ 00' 52.00'' BT
Pos SAR Amurang
01⁰ 11' 25.66'' LU - 125⁰ 34' 46.96'' BT
Pos SAR Tahuna 10
GORONTALO Pos SAR Gorontalo Utara
11
MAKASSAR Pos SAR Bone
12
13
KOORDINAT
03⁰ 37' 0'' LU - 125⁰ 29' 0'' BT 00⁰ 33' 21.86'' LU - 123⁰ 03' 59.63'' BT 00⁰ 49' 39'' LU - 122⁰ 55' 8'' BT 05⁰ 04' 19.26'' LS - 119⁰ 32' 39.42'' BT 04⁰ 34' 14.58'' LS - 120⁰ 22' 48'' BT
Pos SAR Selayar
06⁰ 08' 28.2'' LS - 120⁰ 27' 12.12'' BT
Pos SAR Mamuju
2⁰ 41' 53” LS - 118⁰ 51' 50” BT
BIAK
01⁰ 11' 17'' LS - 136⁰ 7' 7'' BT
Pos SAR Nabire
03⁰ 18' 00'' LS - 135⁰ 34' 00'' BT
Pos SAR Serui
01⁰ 52' 00'' LS - 136⁰ 13' 30'' BT
BANDA ACEH
05⁰ 31' 12.04'' LU - 95⁰ 19' 21.97'' BT
Pos SAR Kutacane
03⁰ 25' 10.80'' LU - 97⁰ 53' 07.56'' BT
Pos SAR Meulaboh
04⁰ 08' 26.14'' LU - 96⁰ 9' 39.15'' BT
Pos SAR Langsa
04⁰ 08' 43'' LU - 97⁰ 57' 30'' BT
Pos Simeuleu
05⁰ 55' 0'' LU - 95⁰ 0' 29'' BT
PEKANBARU
00⁰ 28' 10'' LU - 101⁰ 27' 05'' BT
Pos SAR Bengkalis
01⁰ 28' 31'' LU - 102⁰ 08' 42'' BT
PALEMBANG
02⁰ 53' 54'' LS - 104⁰ 42' 56'' BT
Pos SAR Pagar Alam
04⁰ 0' 57'' LS - 103⁰ 14' 58,3'' BT
16
LAMPUNG
05⁰ 18' 42'' LS - 105⁰ 11' 15'' BT
17
TANJUNG PINANG
14
15
00⁰ 54' 9.36'' LU - 104⁰ 29' 12'' BT
Pos SAR Pulau Natuna 03⁰ 54' 43.92'' LU - 108⁰ 20' 41.58'' BT Besar
60
NO
KANTOR SAR
KOORDINAT
Pos SAR Tanjung Balai 01⁰ 01' 26.46'' LU - 103⁰ 23' 33.06'' BT Karimun Pos SAR Batam Pos SAR Anambas 18
01⁰ 02' 38'' LU - 104⁰ 1' 51'' BT 03⁰ 13' 50,2'' LU - 106⁰ 13' 46.2'' BT
MATARAM
08⁰ 37' 53'' LS - 116⁰ 07' 34'' BT
Pos SAR Kayangan
08⁰ 28' 51'' LS - 116⁰ 40' 42'' BT
Pos SAR Wadu Mbolo
08⁰ 31' 2.5'' LS - 118⁰ 41' 21.6' BT
(Bima)
19
KUPANG
10⁰ 10' 19.2''LS - 123⁰ 39' 18.66'' BT
Pos SAR Mabar Labuan 08⁰ 32' 00''LS - 119⁰ 52' 00'' BT Bajo
20
21
Pos SAR Maumere
08⁰ 36' 00'' LS - 122⁰ 12' 00'' BT
Pos SAR Waingapu
09⁰ 38' 372'' LS - 120⁰ 15' 180'' BT
KENDARI
04⁰ 02' 26.3'' LS - 122⁰ 29' 19.05'' BT
Pos SAR Bau-bau/ Buton
05⁰ 30' 43.25'' LS - 122⁰ 33' 38.70'' BT
Pos SAR Kolaka
04⁰ 03' 55'' LS - 121⁰ 36' 29'' BT
Pos SAR Wakatobi
05⁰ 18' 59'' LS - 123⁰ 35' 00'' BT
PONTIANAK
00⁰ 08' 10.38'' LS - 109⁰ 24' 26.7'' BT
Pos SAR Sintete
01⁰ 11' 07.98'' LS - 109⁰ 03' 03.73'' BT
Pos SAR Ketapang 22
23
24
01⁰ 46' LS - 109⁰ 56' BT
BALIKPAPAN
01⁰ 15' 35'' LS - 116⁰ 53' 53'' BT
Pos SAR Tarakan
03⁰ 20' 44'' LU - 117⁰ 34' 15'' BT
Pos SAR Sangatta
00⁰ 30' 50'' LU - 117⁰ 34' 34'' BT
Pos SAR Nunukan
04⁰ 3' 32'' LU - 117⁰ 39' 57'' BT
BANJARMASIN
3⁰ 27' LS - 114⁰ 46' BT
Pos SAR Sampit
02⁰ 33' LS - 112⁰ 57' BT
Pos SAR Kotabaru
03⁰ 14' LS - 116⁰ 15' BT
PALU Pos SAR Luwuk Banggai
0⁰ 54' 2,94” LS - 119⁰ 53' 5,4” BT 2⁰ 20' 0'' LU - 124⁰ 20' 0'' BT
61
NO 25
26
KANTOR SAR TERNATE
01⁰ 57' 0'' LU - 128⁰ 17' 0'' BT
AMBON
3⁰ 42' 18'' LS - 128⁰ 05' 24'' BT
Pos SAR Namlea
03⁰ 16' LS - 127⁰ 05' BT
Pos SAR Banda
04⁰ 31' LS - 129⁰ 54' BT
Pos SAR Tual
05⁰ 38' LS - 132⁰ 40' BT
00⁰ 53' 23.3'' LS - 131⁰ 19' 23.2'' BT
Pos SAR Fak-fak
02⁰ 55' 25.44'' LS - 132⁰ 13' 6.96'' BT
TIMIKA Pos SAR Agats Pos SAR Kaimana
29
30
0⁰ 48' 4” LS - 130⁰ 26' 35” BT 04⁰ 31' 30" LS - 136⁰ 52' 07" BT 05⁰ 31' LS - 138⁰ 09' BT 03⁰ 38' 43” LS - 133⁰ 42' 20” BT
JAYAPURA
2⁰ 44' 11.86'' LS - 140⁰ 31' 58.71'' BT
Pos SAR Wamena
4⁰ 05' 46.29'' LS - 138⁰ 56' 52.50'' BT
Pos SAR Sarmi
1⁰ 51' 33.88'' LS - 138⁰ 44' 45.40'' BT
Pos SAR Oksibil
05⁰ 4' 48” LS - 137⁰ 10' 48” BT
MERAUKE
08⁰ 31' 7.08'' LS - 140⁰ 24' 43.74'' BT
Pos SAR Okaba
08⁰ 05' 42.8'' LS - 139⁰ 43' 15.4'' BT
Pos SAR Boven Digoel 31
7⁰ 58' 18” LS - 131⁰ 19' 18” BT
SORONG
Pos SAR Raja Ampat
28
00⁰ 45' 43,64” LS - 127⁰ 19' 00,77” BT
Pos SAR Tobelo
Pos SAR Saumlaki 27
KOORDINAT
05⁰ 48' LS - 140⁰ 18' BT
PANGKAL PINANG
02⁰ 07' LS - 106⁰ 06' 17'' BT
Pos SAR Belitung
02⁰ 44' 1'' LU - 107⁰ 38' 07'' BT
32
MANOKWARI
00⁰ 53' 29.28'' LS - 134⁰ 02' 35.82'' BT
33
JAMBI
01⁰ 37' 59,04'' LS - 103⁰ 38' 51,42'' BT
34
Yogyakarta
07° 48' 48.89" LS - 110° 15' 44.36" BT
62
III.2.2.Indikator Kinerja Utama Keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR (98,62%) -
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2014 Capaian dari indikator kinerja utama keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR sebesar 98,62% dari target capaian sebesar 95% telah memenuhi target.
-
Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2014 dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Jumlah kejadian musibah/ bencana yang ditangani oleh Basarnas pada tahun 2014 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jumlah kejadian musibah/ bencana yang ditangani Basarnas pada tahun 2013, yaitu sebanyak 1733 pada tahun 2013 menjadi 1639 Pada tahun 2014. Hal tersebut disebabkan karena jumlah kejadian musibah/ bencana tidak dapat diprediksi oleh manusia. Berikut perbandingan realisasi indikator kinerja utama keberhasilan evakuasi pada operasi SAR. Tabel 3.17. Tabel Perbandingan Indikator Kinerja Utama Keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
95%
91%
Tahun 2011
95%
95,06%
Tahun 2012
95%
97,59%
Tahun 2013
95%
98,66%
Tahun 2014
95%
98,62%
63
-
Analisis penyebab keberhasilanpeningkatan kinerja serta usaha-usaha yang telah dilakukan Pembinaan Potensi Kantor SAR Dalam salah satu nomenklaturnya, Direktorat Bina Ketenagaan dan Pemasyarakatan SAR (Ditbinga) melalui Kantor SAR mempunyai tanggung jawab melakukan pembinaan terhadap potensi SAR yang ada di daerah. Selama tahun 2014, setiap Kantor SAR Kelas A mendapat jatah 3 kali melaksanakan pelatihan SAR bagi Potensi SAR dan untuk Kantor SAR Kelas B mendapat jatah 2 kali. Dalam pelaksanaannya, pelatihan dibuka oleh pimpinan dari Kantor Pusat, dalam hal ini Deputi Bidang Potensi (Eselon 1) dan Direktur Bina Ketenagaan dan Pemasyarakatan SAR atau jika keduanya berhalangan dibuka oleh pejabat eselon III di Ditbinga atau jika berhalangan lagi oleh Kepala Kantor SAR setempat. Pelatihan bagi potensi SAR di masing-masing Kantor SAR tersebut harus mendapat asistensi atau melibatkan petugas observasi (observer) dari Ditbinga. Observasi ini mencakup semua aspek, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga pengakhiran pelatihan. Sedangkan jenis pelatihan bagi potensi SAR yang sudah dibakukan dan menjadi pedoman pelaksanaan pelatihan meliputi pelatihan water rescue, jungle rescue dan medical first responder Rapat Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD) Rapat Forum Koordinasi SAR Daerah yang telah dikembangkan menjadi Rapat Forum Koordinasi Potensi SAR Daerah (FKPSD) dilaksanakan untuk meningkatkan fungsi koordinasi seluruh stake holder bidang SAR di daerah. Dengan adanya FKPSD ini harapkan akan ada kesamaan pola pikir dan pola tindak dalam pelaksanaan operasi SAR dimana kekuatan Basarnas yang ada di daerah atau Kantor SAR dapat terintegrasi dengan potensi SAR sehingga pelaksanaan operasi SAR dapat berjalan efektif dan efisien serta mampu meminimalisir jumlah korban jiwa saat terjadi musibah baik kecelakaan, bencana maupun kondisi yang membahayakan jiwa manusia. Potensi SAR yang ada di daerah diantaranya unsur TNI, Polri, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD, PMI,
64
Pemadam Kembakaran, Orari, Mapala, Pramuka, dan organisasi/institusi penggiat SAR Rapat FKPSD masih relevan dilaksanakan guna menyamakan persepsi, pola pikir maupun pola tindak dalam pelaksanaan operasi SAR. FKPSD ini juga menjadi wadah untuk koordinasi lintas sektoral dan merekatkan jalinan silaturahmi antara Kantor SAR dengan potensi SAR yang ada maupun
antar
Potensi
SAR.
Dengan
FKPSD
diharapkan
akan
mempercepat response time dan kerja sama di lapangan, sehingga pelaksanaan operasi SAR dapat berjalan optimal -
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Basarnas dan Kantor SAR dapat terintegrasi dengan potensi SAR sehingga pelaksanaan operasi SAR dapat berjalan efektif dan efisien serta mampu meminimalisir jumlah korban jiwa saat terjadi musibah baik kecelakaan, bencana maupun kondisi yang membahayakan jiwa manusia. Potensi SAR yang ada di daerah diantaranya unsur TNI, Polri, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD, PMI, Pemadam Kembakaran, Orari, Mapala, Pramuka, dan organisasi/institusi penggiat SAR
-
Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Basarnas. -
Program ini lebih menekankan pada pembinaan dan peningkatan sarana dan prasarana aparatur Basarnas dalam mencapai visi dan misi.
Program pengelolaan pencarian, pertolongan dan penyelamatan. -
Program ini bertujuan pada pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana SAR serta pembinaan pengawakan, terselenggaranya diklat SAR, pengelolaan operasi dan Latihan SAR, dan terlaksananya pengelolaan sistem peralatan komunikasi SAR
65
Perhitungan indikator kinerja utama ini mengukur persentase keberhasilan Basarnas dalam mengevakuasi korban pada operasi SAR yang ditangani pada Tahun 2014. Pengevakuasian korban yang dimaksud terdiri dari korban selamat, luka-luka maupun korban yang telah meninggal dunia. Pencapaian indikator kinerja utama ini didukung dari sasaran “Tercapainya keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR”. Penjelasan lebih lanjut dari pencapaian sasaran ini adalah sebagai berikut: 1) Tercapainya keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR.Pencapaian sasaran ini dapat diukur dari 2 (dua) indikator kinerja sasarannya, sebagai berikut : Tabel 3.18. Indikator Kinerja Sasaran Tercapainya keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR
Indikator Kinerja Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraan operasi SAR
Target
Realisasi
90,00%
94,69%
95,00%
98,62%
Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka persentase capaian sasaran tercapainya keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR pada tahun 2014relatif mengalami kenaikan, namun mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013. Berikut penjabaran dari indikator-indikator yang mendukung sasaran tercapainya keberhasilan penyelamatan korban dan penyelenggaraan operasi SAR. a) Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR Tolok ukur keberhasilan Basarnas dalam melaksanakan operasi SAR dapat dilihat dari persentase jumlah korban yang terselamatkan dan ditemukan pada pelaksanaan operasi SAR. Dalam hal ini pengukuran
66
tersebut diambil dari rata-rata persentase jumlah korban pada musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya. Untuk persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR diukur dari jumlah korban selamat baik dalam keadaan sehat, luka ringan dan luka berat dari jumlah total korban musibah/ bencana yang terdata pada pelaksanaan tanggap darurat. Berikut ini dapat dilihat rumus perhitungan persentase jumlah korban terselamatkan.
Pada tahun 2014 jumlah korban selamat yang berhasil dievakuasi oleh Basarnas dari total 1.639 kejadian musibah/ bencana yang ditangani Basarnas sebanyak 31.444 korban dari total korban sebanyak 33.208 korban atau sebesar 94,69%. Sehingga capaian kinerja pada indikator ini telah memenuhi target sebesar 90%. Berikut perbandingan jumlah korban selamat yang telah ditangani oleh Basarnas dari tahun 2010-2014. Tabel 3.19. Perbandingan Persentase Jumlah Korban Selamat Tahun 2010-2014
Jumlah Total
Jumlah Korban
Korban
Selamat
2010
4948
3180
64,27%
2011
6071
4922
81,07%
2012
23016
21581
93,77%
2013
42101
40239
95,58%
2014
33208
31444
94,69%
Tahun
Persentase
67
b) Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraan operasi SAR Untuk persentase jumlah korban yang ditemukan diukur dari jumlah korban yang selamat dan meninggal dari jumlah total korban musibah/ bencana yang dilaporkan/ terdata. Berikut ini dapat dilihat rumus perhitungan persentase jumlah korban yang ditemukan dalam pelaksanaan operasi SAR :
Pada tahun 2014 jumlah korban yang ditemukan dari total musibah/ bencana yang ditangani Basarnas sebanyak 32751 korban dari total korban sebanyak 33208 korban atau sebesar 98,62%. Sehingga capaian kinerja pada indikator ini memenuhi target sebesar 95%. Berikut perbandingan jumlah korban yang ditemukan oleh Basarnas dari tahun 2010-2014. Tabel 3.20. Perbandingan Persentase Jumlah Korban Yang Ditemukan
Jumlah Total
Jumlah Korban
Korban
Ditemukan
2010
4948
4494
90,82%
2011
6071
5771
95,06%
2012
23016
22462
97,59%
2013
42101
41536
98,66%
2014
33208
32751
98.62%
Tahun
Persentase
68
Data musibah yang ditangani Basarnas dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 dijelaskan dibawah ini. Tabel 3.21. Data Musibah Yang Ditangani Basarnas Tahun 2014
NO
JENIS MUSIBAH
JUMLAH
JUMLAH
KEJADIAN
KORBAN
(KALI)
(ORANG)
JUMLAH KORBAN KORBAN SELAMAT (ORANG)
1
2
PERSEN TASE
KORBAN MENINGGAL (ORANG)
PERSE NTASE
PERSENTA KORBAN HILANG (ORANG)
PERSEN
SEHSL.
TASE
OPS
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
M.Pelayaran
607
4317
3707
85,87%
284
6,58%
326
7,55%
92,45%
2
M. Penerbangan
11
65
51
78,46%
10
15,38%
4
6,15%
93,85%
3
Bencana
189
26689
26390
98,88%
258
0,97%
41
0,15%
99,85%
4
M. Lainnya
832
2137
1296
60,65%
755
35,33%
86
4,02%
95,98%
1639
33208
31444
94,69%
1307
3,94%
457
1,38%
98,62%
TOTAL IV
Dari tabel di atas dapat dilihat data musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2014. -
Pada musibah pelayaran jumlah penanganan musibah sebanyak 607 kejadian dengan jumlah korban 4317 yang terdiri dari 3707 korban selamat (85,98%), 284 korban meninggal dunia (6,58%) dan 326 korban hilang (7,55%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 92,45%.
-
Pada musibah penerbangan jumlah penanganan musibah sebanyak 11 kejadian dengan jumlah korban 65 yang terdiri dari 51 korban selamat (78,46%), 10 korban meninggal dunia (15,38%) dan 4 korban hilang (6,15%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 93,85%.
-
Pada bencana jumlah penanganan musibah sebanyak 189 kejadian dengan jumlah korban 26689 yang terdiri dari 26390 korban selamat (98,88%), 258 korban meninggal dunia (0,97%) dan 41 korban hilang (0,15%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 99,85%.
-
Pada musibah lain-lain jumlah penanganan musibah sebanyak 832 kejadian dengan jumlah korban 2137 yang terdiri dari 1296 korban selamat (60,65%), 755 korban meninggal dunia (35,33%) dan 86 korban hilang (4,02%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 95,98%.
69
Tabel 3.22.
NO
Data Musibah Yang Ditangani Basarnas Tahun 2013
JENIS MUSIBAH
JUMLAH KEJADIAN (KALI)
JUMLAH KORBAN
JUMLAH KORBAN
KORBAN
(ORANG)
SELAMAT (ORANG)
1
2
PERSENTA SE
KORBAN MENINGGAL (ORANG)
PERSENTA SE
KORBAN HILANG
PERSENTA PERSENTA
SE HSL.
SE
OPS
(ORANG)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
M. Pelayaran
617
11850
11098
93,65%
336
2,83%
416
3,51%
96,49%
2
M. Penerbangan
11
281
266
94,66%
15
5,34%
0
0,00%
100,00%
3
Bencana
896
28182
27966
99,23%
197
0,699%
19
0,067%
99,96%
209
1788
909
50,84%
749
41,89%
130
7,27%
92,73%
1733
42101
40239
95,58%
1297
3,08%
565
1,34%
98,66%
4
Musibah Lainlain
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat dilihat data musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2013. -
Pada musibah pelayaran jumlah penanganan musibah sebanyak 617 kejadian dengan jumlah korban 11850 yang terdiri dari 11098 korban selamat (93,65%), 336 korban meninggal dunia (2,83%) dan 416 korban hilang (3,51%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 96,49%.
-
Pada musibah penerbangan jumlah penanganan musibah sebanyak 11 kejadian dengan jumlah korban 281 yang terdiri dari 266 korban selamat (94,66%) dan 15 korban meninggal dunia (5,34%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 100%.
-
Pada bencana jumlah penanganan musibah sebanyak 896 kejadian dengan jumlah korban 28182 yang terdiri dari 27966 korban selamat (99,23%), 197 korban meninggal dunia (0,699%) dan 19 korban hilang (0,067%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 99,96%.
-
Pada musibah lain-lain jumlah penanganan musibah sebanyak 209 kejadian dengan jumlah korban 1788 yang terdiri dari 909 korban selamat (50,84%), 749 korban meninggal dunia (41,89%) dan 130 korban hilang (7,27%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 92,73%.
70
Tabel 3.23.
Data Musibah Yang Ditangani Basarnas Tahun 2012 JUMLAH KORBAN
NO
JENIS MUSIBAH
JUMLAH
JUMLAH
KEJADIAN
KORBAN
KORBAN
PERSEN
(KALI)
(ORANG)
SELAMAT (ORANG)
1
2
PERSEN TASE
KORBAN MENINGGAL (ORANG)
PERSEN TASE
KORBAN HILANG (ORANG)
PERSEN
TASE
TASE
HSL. OPS
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
M. Pelayaran
460
9451
8826
93,39%
168
1,78%
457
4,84%
95,16%
2
M. Penerbangan
21
968
899
92,87%
69
7,13%
0
0,00%
100,00%
3
Bencana
171
9530
9377
98,39%
128
1,34%
25
0,26%
99,74%
581
3067
2479
80,83%
516
16,82%
72
2,35%
97,65%
1233
23016
21581
93,77%
881
3,83%
554
2,41%
97,59%
4
Musibah Lainlain
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat dilihat data musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2012. -
Pada musibah pelayaran jumlah penanganan musibah sebanyak 460 kejadian dengan jumlah korban 9451 yang terdiri dari 8826 korban selamat (93,39%), 168 korban meninggal dunia (1,78%) dan 457 korban hilang (4,84%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 95,16%.
-
Pada musibah penerbangan jumlah penanganan musibah sebanyak 21 kejadian dengan jumlah korban 968 yang terdiri dari 899 korban selamat (92,87%) dan 69 korban meninggal dunia (7,13%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 100%.
-
Pada bencana jumlah penanganan musibah sebanyak 171 kejadian dengan jumlah korban 9530 yang terdiri dari 9377 korban selamat (98,39%), 128 korban meninggal dunia (1,34%) dan 25 korban hilang (0,26%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 99,74%.
-
Pada musibah lain-lain jumlah penanganan musibah sebanyak 581 kejadian dengan jumlah korban 3067 yang terdiri dari 2479 korban selamat (80,83%), 516 korban meninggal dunia (16,82%) dan 72 korban hilang (2,35%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 97,65%.
71
Tabel 3.24.
Data Musibah Yang Ditangani Basarnas Tahun 2011 JUMLAH KORBAN
JENIS
NO
MUSIBAH
JUMLAH
JUMLAH
KEJADIAN
KORBAN
KORBAN
PERSEN
(KALI)
(ORANG)
SELAMAT (ORANG)
1 1 2 3 4
2 M. Pelayaran M. Penerbangan Bencana Musibah Lainlain
JUMLAH
PERSEN TASE
KORBAN MENINGGAL (ORANG)
PERSEN TASE
KORBAN HILANG (ORANG)
PERSEN
TASE
TASE
HSL. OPS
3
4
5
6
7
8
9
10
11
320
4556
3981
87,38%
357
7,84%
218
4,78%
95,22%
16
322
255
79,19%
67
20,81%
0
0,00%
100,00%
92
266
137
51,50%
115
43,23%
14
5,26%
94,74%
396
927
549
59,22%
310
33,44%
68
7,34%
92,66%
824
6071
4922
81,07%
849
13,98%
300
4,94%
95,06%
Dari tabel di atas dapat dilihat data musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2011. -
Pada musibah pelayaran jumlah penanganan musibah sebanyak 320 kejadian dengan jumlah korban 4556 yang terdiri dari 3981 korban selamat (87,38%), 357 korban meninggal dunia (7,84%) dan 218 korban hilang (4,78%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 95,22%.
-
Pada musibah penerbangan jumlah penanganan musibah sebanyak 16 kejadian dengan jumlah korban 322 yang terdiri dari 255 korban selamat (79,19%) dan 67 korban meninggal dunia (20,81%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 100%.
-
Pada bencana jumlah penanganan musibah sebanyak 92 kejadian dengan jumlah korban 266 yang terdiri dari 137 korban selamat (51,50%), 115 korban meninggal dunia (43,23%) dan 14 korban hilang (5,26%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 94,74%.
-
Pada musibah lain-lain jumlah penanganan musibah sebanyak 396 kejadian dengan jumlah korban 927 yang terdiri dari 549 korban selamat (59,22%), 310 korban meninggal dunia (33,44%) dan 68 korban hilang (7,34%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 92,66%.
72
Tabel 3.25.
Data Musibah Yang Ditangani Basarnas Tahun 2010 JUMLAH
NO
JENIS MUSIBAH
JUMLAH
KEJADIAN KORBAN (KALI)
JUMLAH KORBAN KORBAN PROSENSELAMAT
TASE
(ORANG) 1
2
1 M. Pelayaran 2 M. Penerbangan 3 Bencana 4 Musibah Lain-lain
JUMLAH
3
KORBAN MENINGGAL
TASE
(ORANG) 6
PROSEN-
PROSEN- KORBAN
PROSEN-
TASE
TASE
HSL.OPS
10
11
HILANG (ORANG)
4
5
7
8
9
154
1684
1403
83.31%
143
8.49%
138
8.19%
91.81%
7
755
750
99.34%
5
0.66%
0
0.00%
100.00%
92
1901
840
44.19%
798
41.98%
263
13.83%
86.17%
397
608
187
30.76%
368
60.53%
53
8.72%
91.28%
650
4948
3180
64.27%
1314
26.56%
454
9.18%
90.82%
Dari tabel di atas dapat dilihat data musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2010. -
Pada musibah pelayaran jumlah penanganan musibah sebanyak 154 kejadian dengan jumlah korban 1684 yang terdiri dari 1403 korban selamat (83,31%), 143 korban meninggal dunia (8,49%) dan 138 korban hilang (8,19%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 91,81%.
-
Pada musibah penerbangan jumlah penanganan musibah sebanyak 7 kejadian dengan jumlah korban 755 yang terdiri dari 750 korban selamat (99,34%) dan 5 korban meninggal dunia (0,66%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 100%.
-
Pada bencana jumlah penanganan musibah sebanyak 92 kejadian dengan jumlah korban 1901 yang terdiri dari 840 korban selamat (44,19%), 798 korban meninggal dunia (41,98%) dan 263 korban hilang (13,83%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 86,17%.
-
Pada musibah lain-lain jumlah penanganan musibah sebanyak 397 kejadian dengan jumlah korban 608 yang terdiri dari 187 korban selamat (30,76%), 368 korban meninggal dunia (60,53%) dan 53 korban hilang (8,72%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 91,28%.
73
Berikut grafik perbandingan jumlah kejadian musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2010 – 2013. Jumlah Musibah Pelayaran 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Jumlah Musibah Penerbangan 25
617
607
21
20
16
460 15 320 10
11
2013
2014
154 5 0 2010
2011
2012
2013
2014
2010
Jumlah Bencana
800 600 400 92
92
2010
2011
189
171
0 2012
2011
2012
Jumlah Musibah Lainnya 896
1000
200
11 7
2013
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
2014
832 581 397
396 209
2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3.8. Perbandingan Jumlah Kejadian Musibah Yang Ditangani Basarnas
Berikut grafik perbandingan jumlah korban musibah yang ditangani Basarnas Tahun 2010 – 2014. Jumlah Korban Pada Musibah Pelayaran 14000
1200
11850
12000
968 1000
9451
10000
800
8000 4556
6000 4000
Jumlah Korban Pada Musibah Penerbangan
4317
755
600 322
400 1684
2000
200
0
0 2010
2011
2012
2013
2014
28182
65 2010
Jumlah Korban Pada Bencana 30000
281
2011
2012
2013
2014
Jumlah Korban Pada Musibah Lainnya 26689
4000 3067
25000 3000 20000
2137
15000
9530
10000 5000
1901
1788
2000 1000
608
927
266
0
0 2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3.9. Perbandingan Jumlah Kejadian Musibah Yang Ditangani Basarnas
74
Adapun perbandingan persentase korban yang selamat, ditemukan dalam keadaan meninggal dunia dan hilang dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Prosentase Jumlah Korban Musibah/ Bencana 93,77%
100,00%
95,58%
94,69%
81,07%
80,00% 64,27%
60,00% 40,00%
26,56%
20,00%
9,18%
13,98% 4,94%
3,83% 2,41%
0,00% 2010
2011 2012 Selamat Meninggal dunia
3,08% 1,34%
2013 Hilang
3,94% 1,38%
2014
Gambar 3.10. Perbandingan Persentase Jumlah Korban Musibah/ Bencana
75
Berikut beberapa kejadian musibah dari 1639 kejadian yang terjadi pada tahun 2014. Tabel 3.26.
Beberapa Kejadian Musibah Yang Ditangani Basarnas Tahun 2014
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH Musibah
Kapal Tongkang Posh Mogami Tenggelam di Perairan
Pelayaran
Tanjung Pinggir Sekupang, Batam
Pada hari Jumat tanggal 18 Juli 2014 pada pukul 23.45 WIB Kantor SAR Tanjungpinang menerima telepon dari Bpk. Faisal (Ka Ops PLP TUB) bahwa kapal tongkang Type Semi Summersible Barge Posh Mogami tenggelam pada tanggal 18 Juli 2014 pukul 22.00 Wib di perairaan Tanjung Pinggir Sekupang Batam dengan POB 9 (sembilan) orang, 6 (enam) orang selamat dan 3 (tiga) orang dalam pencarian. Dan telah dilakukan pencarian bersama anggota PLP TUB dan Pol Air Polda Kepri. Selanjutnya Kantor SAR Tanjungpinang diminta bantuan untuk melaksanakan pencarian tehadap musibah tersebut. Setelah menerima informasi terjadinya musibah pelayaran tersebut diatas dan diyakini akan kebenaran informasi/data yang diperoleh. Berdasarkan data/informasi yang diperoleh maka Kepala Kantor SAR Tanjungpinang memerintahkan Koordinator Pos SAR Batam segera berkoordinasi dengan pihak unsur potensi SAR. Pada tanggal 18 Juli 2014 pukul 76
JENIS MUSIBAH
KEJADIAN MUSIBAH 23.55 WIB, RIB Pos SAR Batam dengan POB 5 (lima) orang bergerak ke lokasi terjadinya musibah untuk melakukan pencarian musibah tersebut. Setelah diyakini kebenaran berita musibah tersebut, Kantor SAR Tanjungpinang melaporkan kejadian tersebut ke Kantor Pusat Badan SAR Nasional melalui Telegram Kantor SAR Tanjungpinang Nomor: 145 / SAR-106 /0414 TW 0719 10.40 G. Disamping itu juga berupaya melakukan koordinasi dengan instansi berpotensi SAR, yaitu Pol Air Polda Kepri dan PLP TUB untuk mengerahkan unsur SAR laut bagi pelaksanaan Operasi SAR. Setelah informasi yang diperlukan terkumpul serta kesiapan unsur SAR yang akan dikerahkan dalam pelaksanaan Operasi SAR. Selanjutnya Kepala Kantor SAR Tanjungpinang segera menggelar Operasi SAR. Pada tanggal 18 Juli 2014 pukul 23.55 WIB, RIB Pos SAR Batam berangkat ke lokasi terjadinya musibah untuk melakukan pencarian terhadap korban. Pada pukul 00.30 wib, RIB Pos SAR Batam tiba di lokasi musibah. Informasi dari lokasi kejadian yang dilaporkan akan melaksanakan pencarian bersama anggota PLP TUB dan diperkirakan 3(tiga) orang korban terjebak didalam kapal. Operasi SAR hari pertama di hentikan sementara dengan hasil nihil. Operasi hari kedua, tim SAR berhasil menemukan 2 (dua) orang korban dalam keadaan meninggal dunia. Kemudian korban dievakuasi ke Rumah Sakit Otorita Batam. Operasi hari ketiga, tim SAR berhasil menemukan 1 (satu) orang korban dalam keadaan meninggal dunia dan dievakuasi ke Rumah Sakit Otorita Batam. Dengan telah menemukan korban, maka operasi SAR dinyatakan ditutup.
77
JENIS MUSIBAH
KEJADIAN MUSIBAH Musibah KM. Andeswara di sungai Lumpur
Telah terjadi musibah KM. Andeswara tenggelam di sungai lumpur perairan Selat Bangka Pulau Mas Pari dan sungai Lumpur tujuan Tobali Bangka sebayak 37 orang, 24 orang selamat, 9 orang di ketemukan dalam keadaan meninggal Dunia sedangkan 4 orang belum diketemukan, unsur yang terlibat Tim Rescuer Kantor SAR Palembang, Pol Airut Cenggal serta Masyarakat setempat, sarana yang digunakan Rescue Truck, Rescue Car, Ruber Boat, 2 set alat selam, RB 219 Kantor SAR Palembang, Kapal Polisi Perairan, Kapal Nelayan setempat seta 8 unit HT.
Musibah
Pesawat Pilatus 31 PK-IWT yang jatuh di Kota Tual, Maluku
Penerbangan
Tenggara tanggal 19 Januari 2014
TW. 0119 1305-I menerima laporan dari Koordinator Pos SAR Tual bahwa telah terjadi musibah terhadap Pesawat Pilatus 31
78
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH
PK-IWT di Kota Tual Maluku Tenggara posisi 05º38’00’’ S – 132º45’00’’E, jarak dari Pos SAR Tual ke lokasi musibah ± 1,5 NM. TW. 0119 1315- I Team Rescue Pos SAR Tual menuju lokasi musibah menggunakan Rescue Car Compartment. TW. 0119 1330-I Kantor SAR Ambon melakukan koordinasi dengan Koordinator Pos SAR Tual untuk identitas korban dan posisi Pesawat Pilatus 31 PK-IWT yang jatuh dan terbakar di Kota Tual. TW. 0119 1340-I Kantor SAR Ambon melakukan koordinasi dengan GM Bandara Internasional Pattimura Ambon tentang route penerbangan Pesawat Pilatus 31 PK-IWT Jayapura – Tual. Nama – nama korban pesawat Pilatus 31 PK-IWT yang ditemukan : 1. Widi Kurniawan (Capt. Pilot) : Meninggal 2. Arief (DSKU)
: Meninggal
3. Evi (Teknik Enginering)
: Meninggal
4. Jefry (Ground Staf)
: Meninggal
Korban Pesawat Pilatus 31 PK-IWT dievakuasi ke Rumah Sakit Umum (RSU) Karel Sadsuitubun Langgur Maluku Tenggara. Dengan ditemukan 4 (empat) orang korban Pesawat Pilatus 31 PK-IWT maka operasi SAR dinyatakan selesai dan Unsur SAR yang dikerahkan dikembalikan ke satuannya masing–masing dengan ucapan terima kasih.
79
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH
Pesawat Air Asia Hilang Kontak
Pada hari Minggu tanggal 28 Desember 2014 Jam 10.00 Wita, Kantor
SAR
Banjarmasin
menerima
berita
dari
IDMCC
Basarnas perihal Pesawat Air Asia dengan Flight Number AWQ8501 seri Air Bus 320 rute Surabaya- Singapore mengalami Lost contact di koordinat 03°22’46” S - 111°28’20” E di daerah Selatan Teluk Kumai. Tim Kantor SAR Banjarmasin segera berkoordinasi dengan instansi/potensi terkait yang ada di daerah Pangkalan Bun, dan membentuk posko SAR yang berlokasi di Lanud Iskandar Pangkalan Bun. Pada hari Minggu tanggal 28 Desember 2014 Jam 12.30 Wita tim Rescue Pos SAR berangkat menuju lanud Iskandar Pangkalan Bun dengan menggunakan sarana Rescue D-Max Box, rescue Truck Personil, perahu karet dan perlengkapan penunjang operasi SAR lainnya. Pada jam 18.30 Wita, Tim Rescue Pos SAR Sampit tiba di Posko Lanud Iskandar Pangkalan Bun dan langsung berkoordinasi dengan instansi SAR terkait. Pada hari Senin tanggal 29 Desember 2014 Jam 07.00 Wita Tim Rescue Kantor SAR Banjarmasin berangkat menuju Pangkalan Bun dengan sarana 1 (satu) unit RIB (Rigid Inflatable Boat), Alkom, Search Cam dan perlengkapan penunjang operasi SAR lainnya. Pada hari Senin tanggal 29 Desember 2014 Jam 20.00 Wita, Tim Rescue Kantor SAR Banjarmasin, Tim Rescue Pos SAR Sampit bersama dengan TNI AU, TNI AL, BPBD Pangkalan Bun dan ATC Bandara Iskandar masih melakukan pemantauan
80
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH
terkait pesawat Air Asia yang lost contact. Pada
hari Rabu
tanggal 31 Desember 2014 jam 09.00 Wita diberangkatkan kembali tim Rescue Kantor SAR dengan sarana 1 (satu) unit mobil Rescue Mitsubishi Strada, 1 (satu) unit mobil Toyota Fortuner, alat evakuasi dan alat dokumentasi menuju Pangkalan Bun. Jumlah personil Kantor SAR Banjarmasin dan Pos SAR Sampit yang terlibat dalam melaksanakan operasi SAR berjumlah 33 orang. Operasi SAR masih terus berlanjut ke tahun 2015.
Bencana
Banjir Naibonat
Pada hari Selasa tanggal 18 Pebruari 2014 pukul 18.30 Wita, menerima berita via Pak Mexi mengenai banjir yang terjadi di desa Naibonat Kab Kupang. Kansar Kupang mengirimkan tim rescue dengan membawa 2 unit truk personil, 2 buah rubber boat dilengkapi palsar menuju ke lokasi musibah untuk melaksanakan ops SAR. Ops SAR berjalan dengan baik, hingga pukul 21.00 Wita sejumlah warga berhasil dievakuasi dengan selamat dan dibawa ke Posko BPBD Kab Kupang di Naibonat Pada hari Jumat tanggal 05 Desember 2014 pukul 21.00 Wita, menerima berita telegram dari BMKG Klas I Kupang bahwa
81
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH
pada pukul 19.26 Wita telah terjadi gempa bumi tektonik berkekuatan 4,7 SR. Pusat gempa di laut terletak di posisi ± 51 km barat laut Sumba Barat Daya, dengan kedalaman 10 km. Dari hasil koordinasi, gempa ini tidak menyebabkan kerusakan material maupun korban jiwa.
Musibah banjir di Desa Hutanabolon Kec. Tuka Kab. Tapteng
Pukul 19.00 WIB Tim Rescue Pos SAR Sibolga berjumlah 7 (tujuh) orang bergerak menuju ke lokasi musibah untuk melakukan pencarian dan evakuasi terhadap musibah banjir di Desa Hutanabolon Kecamatan Tuka Kabupaten Tapanuli Tengah. Tim rescue Pos SAR Sibolga dibantu oleh warga dalam pengevakuasian korban banjir hingga pukul 05.00 pada titik koordinat 01°41’098” N 098°50’07” E, tidak terdapat korban jiwa pada musibah banjir. Pada pukul 08.30 WIB Operasi SAR terhadap banjir dinyatakan selesai dan ditutup.
82
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH Musibah
Musibah Gedung Runtuh Di Perumahan Cendrawasih
Lainnya
Samarinda, Kalimantan Timur
Kantor SAR Balikpapan menerima informasi dari Bapak Muryanto salah satu anggota dari BPBD Provinsi Kaltim, pada Selasa (3/6/2014) bahwa telah terjadi musibah gedung runtuh. Gedung ruko berlantai 3 tersebut berada di Jl. Ahmad Yani 2, Perum.
Cendrawasih
Permai,
Kelurahan
Temindung,
Kecamatan Sei. Pinang. Diperkirakan terdapat belasan orang yang tertimpa reruntuhan gedung tersebut. Sesaat setelah menerima berita tersebut Kepala Kantor SAR Balikpapan Hendra Sudirman, S.E., M.Si. segera menyiapkan tim rescuenya untuk bergerak menuju lokasi kejadian musibah. Dengan dibekali peralatan Urban SAR seperti Search Cam, Thermal Detector dan peralatan SAR lainnya selanjutnya 1 tim rescue diberangkatkan menuju lokasi. Pada hari pertama pencarian pukul 14.29 WITA tim SAR berhasil menemukan 1 orang korban selamat bernama Paiman (49) dan pukul 16.00 WITA tim SAR kembali menemukan 2 orang pekerja bangunan dalam keadaan meninggal dunia yaitu Kasiran (50) dan Kadori
83
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH
(35). Pukul 19.30 WITA korban bernama Suyadi (40) selamat dengan kondisi patah kaki. Pukul 22.40 WITA tim SAR berhasil menemukan Surani (25) dan Abdul Makrub (26) dalam kondisi meninggal dunia. Hingga malam hari diperkirakan masih ada sejumlah korban yang masih tertimbun reruntuhan gedung. Dari data yang dihimpun humas Kantor SAR Balikpapan jumlah korban selamat berjumlah 72 orang, meninggal dunia 4 orang dan 8 orang masih dalam pencarian. Operasi SAR memasuki hari kedua (4/6/2014), pada pukul 04.30 WITA tim SAR kembali menemukan korban bernama Jarwo (45). Pagi harinya tim rescue mendapat bantuan 1 unit kendaraan alat berat berupa excavator jack hammer untuk membantu mempermudah proses pencarian dan evakuasi korban dengan memecah reruntuhan gedung. Dengan bantuan kendaraan tersebut tim rescue berhasil menemukan 2 orang korban lagi dalam keadaan meninggal dunia. Kedua korban tersebut bernama Sugianto (35) dan Toyo (45) sehingga menyisakan 5 orang yang masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan. Di hari ketiga (5/6/2014) tim rescue Kantor SAR Balikpapan menemukan kembali 2 korban reruntuhan yaitu Rudi Surianto (32) dan Peron Pamudi (40) dalam keadaan meninggal dunia pada pukul 17.45 WITA dan 21.50 WITA, dan operasi dilanjutkan hingga hari keempat (6/6/2014). Pada siang hari pukul 11.50 WITA korban bernama Toni (35) ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan pukul 15.00 WITA korban bernama Jono (50) ditemukan dengan kondisi yang sama. Dengan proses evakuasi yang cukup lama dan memakan tidak membuat tim SAR gabungan lelah dalam melakukan proses pencarian korban. Hingga hari keempat jumlah korban yang berhasil selamat berjumlah 72 Orang, meninggal dunia 11 Orang dan masih
84
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH
dalam pencarian 1 orang sehingga jumlah total korban berjumlah 84 Orang. Tim rescue Kantor SAR Balikpapan mendapat bantuan dari unsur potensi lainnya seperti, Korem 091/ASN, Polresta Samarinda, Tagana Samarinda, Brimob Samarinda, DVI Polda Kaltim, BPBD Prov Kaltim, BPBD Kota Samarinda, Orari/ RAPI Samarinda, SENKOM Samarinda, Ormas Pemuda Pancasila, dan tim ERT dari beberapa perusahaan di Samarinda. Hingga pada malam hari pukul 20.55 WITA korban terakhir bernama Jarno (35) ditemukan oleh tim rescue Balikpapan, dan berhasil
di
keluarkan
dengan
dibantu
excavator.
Sabtu
(7/6/2014) akhirnya operasi ditutup oleh insiden commander dari BPBD Samarinda dan tim rescue Kantor SAR Balikpapan kembali ke Balikpapan.
Musibah Orang Hilang Di Gunung Tandikek Kab. Tanah Datar Sumatera Barat
Pada tanggal 13 Oktober 2014 Pukul 08.00 Wib terima Informasi dari Ibu Iyen (Teman Survivor) bahwa telah terjadi Musibah 5 (lima) hilang saat melakukan pendakian di Gunung Tandikek Kab.Tanah Datar Sumatera Barat, dengan rencana Survivor turun pada tanggal 12 Oktober 2014, namun para pendaki merasa tersesat dan sempat berkomunikasi. Kontak
85
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH
terakhir dengan survivor melalui SMS mereka berada pada titik koordinat 0°26'30.00" S - 100°20'5.08" E, Maka perlu menunjuk Tim Rescue Kantor SAR Padang untuk melaksanakan Operasi tersebut. Tim Kantor SAR Padang Mengadakan Breafing dan Precom ( Pengecekan dengan Instansi Terkait) dan di lanjutkan dengan mempersiapkan peralatan Tim Kantor SAR Padang Bergerak menuju
Tempat
Kejadian
Musibah
(
TKM
)
dengan
menggunakan peralatan lengkap ( Palsar Darat ). Rencana setelah sampai di TKM langsung berkoordinasi dengan BPBD dan Masyarakat setempat. Hasil Operasi orang hilang di Gunung Tandikek Kabupaten Tanah Datar Sumbar adalah 5 (Lima) Selamat.
Musibah 1 Orang Jatuh Ke Sumur Di Dusun Karang Sari Lombok Timur.
Pada tanggal 25 Maret 2014
terjadi musibah lainnya pada
Kantor SAR Mataram. Berita diterima tanggal 25 Maret 2014 pada pukul 17.30 FKSD Lombok Timur, perihal telah terjadi Musibah 1 orang Jatuh ke sumur di dusun Karang Sari Lombok Timur. Tim SAR berangkat menuju tempat kejadian
pada
tanggal 25 Maret 2014 pada pukul 17.30. Dilakukan operasi SAR selama 1
hari, dibantu oleh tim SAR dari Kantor SAR
Mataram dan masyarakat sekitar dengan hasil meninggal dunia 1 orang. Korban dievakuasi menuju Rumah Sakit Umum Daerah
86
JENIS
KEJADIAN MUSIBAH
MUSIBAH
dan jenasahnya di berikan pada pihak keluarga. Operasi SAR ditutup 25 Maret 2014 pada pukul 19.30 semua unsur yang terlibat dikembalikan ke kesatuan masing-masing.
III.2.3.Indikator Kinerja Utama Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR (115,65%). Indikator kinerja utama ini mengukur persentase keterlibatan potensi SAR dalam semua kegiatan SAR yang dilaksanakan oleh Basarnas baik di Kantor Pusat maupun di daerah. Kegiatan SAR yang dimaksud yaitu operasi SAR, latihan SAR, pendidikan dan pelatihan SAR serta pembinaan SAR. -
Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun 2014 Capaian dari indikator kinerja utama persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR sebesar 115,65% dari target capaian 70%.
-
Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2014 dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka capaian indikator kinerja utama persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR pada tahun 2014 mengalami kenaikan.
87
Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Tabel 3.27. Tabel Perbandingan Indikator Kinerja Utama Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR
-
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
43,3%
41,14%
Tahun 2011
50%
55,26%
Tahun 2012
56,6%
73,89%
Tahun 2013
63,3%
82,67%
Tahun 2014
70%
115,65%
Analisis penyebab keberhasilan/ peningkatan kinerja serta usahausahayang telah dilakukan Seksi Pengerahan Potensi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana penyelenggaraan dan dalam
operasi
SAR,
pelaksanaan
pengerahan potensi SAR
pemetaan
instansi/
organisasi
berpotensi SAR, kerja sama dan bantuan operasi SAR dalam dan luar negeri serta pemantauan dan bimbingan pengerahan potensi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR. Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Seksi Pengerahan Potensi adalah sebagai berikut: a) Pengerahan SRU (SAR Rescue Unit) pada saat operasi SAR; b) Pemetaan instansi/ organisasi berpotensi SAR c) Melakukan kerjasama dan bantuan operasi SAR dalam dan luar negeri. Bentuk kerjasama dan bantuan operasi SAR ini telah dilaksanakan saat pelaksanaan operasi SAR musibah lost contactnya pesawat MH370 dengan mengirimkan 2 (dua) orang Liasion Officer (LO) ke dan operasi SAR di Perairan Aceh pada bulan Maret tahun 2014. d) Melaksanakan program ITSAP bekerjasama dengan Biro KTLN dalam penyegaran petugas pendamping pelaksana operasi SAR di kantor AMSA Australia e) Pengamanan SAR dalam rangka Sail Raja Ampat di Raja Ampat Wilayah Kerja Kantor SAR Sorong, bulan Agustus 2014; 88
f) Melaksanakan Rapat Koordinasi SAR Nasional tanggal 9 dan 10 Desember 2014.
-
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Peningkatan Pengerahan Potensi dan Pengendalian Operasi SAR di Kantor SAR melalui sosialisasi Petunjuk penyelenggaraan Operasi SAR, Menguji Kesiapan dan kemampuan SRU Basarnas dan teknis laporan penyelenggaraan operasi SAR. Adapun Sasaran dari kegiatan ini adalah semua Kantor SAR, akan tetapi pada tahun 2014 kegiatan peningkatan kemampuan operasi SAR Kantor SAR hanya tercapai pada 11 Kantor SAR.
-
Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja Program pengelolaan pencarian, pertolongan dan penyelamatan. Program ini bertujuan pada pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana SAR serta pembinaan pengawakan, terselenggaranya diklat SAR, pengelolaan operasi dan Latihan SAR, dan terlaksananya pengelolaan sistem peralatan komunikasi SAR
Capaian kinerja persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR ini berasal dari sasaran strategis sebagai berikut : 1) Meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR, 2) Meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanaan operasi SAR
89
Penjelasan dari perhitungan sasaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) Meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR.
Pencapaiansasaran ini dapat diukur dari 3 (tiga) indikator
kinerja sasarannya, sebagai berikut : Tabel 3.28. Indikator Kinerja Sasaran Meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR
Indikator Kinerja Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR maritim
Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat
Target
Realisasi
475 orang
1245 orang
90%
94,06 %
90%
92,42 %
Dengan adanya organisasi potensi SAR yang cukup maka pelaksanaan operasi SAR dapat ditangani lebih maksimal. Apabila musibah/ bencana yang terjadi di daerah yang memiliki jarak yang jauh dan sulit dijangkau oleh Kantor SAR dan Pos SAR dengan adanya organisasi potensi SAR yang terlatih maka akan membantu penyelenggaraan operasi SAR. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka persentase capaian sasaran meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR pada tahun 2014 mengalami kenaikan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
90
Berikut
penjabaran
dari
indikator-indikator
yang
mendukung
sasaran
meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR. a) Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR Untuk membentuk organisasi potensi SAR yang terlatih maka diperlukan pembinaan yaitu dengan mengikutsertakan organisasi potensi SAR tersebut dalam latihan SAR, diharapkan dengan latihan tersebut seluruh personil potensi SAR dapat turut serta aktif dalam pelaksanaan operasi SAR. Pada Tahun 2014 telah dilaksanakan latihan SAR dengan melibatkan potensi SAR, yaitu antara lain:
Latihan INDOPURA digelar di Tanjungpinang pada tanggal 8 s.d 10 Oktober 2014.
Badan
SAR
Nasional
melalui
program
kerja
tahun
2014
menyelenggarakan latihan bersama dengan Rescue Coordinator
91
Center (RCC) Singapura pada tanggal 8 s/d 10 Oktober 2014, yang diikuti oleh 150 peserta yang berasal pihak Indonesia dan pihak Singapura dengan rincian instansi/ organisasi sebagai berikut : PihakIndonesia: -
Instansi militer di Provinsi Riau dan sekitarnya
-
Kepolisian Daerah Prov. Kepri
-
Dishub Prov. Kepri
-
BMKG Tanjung Pinang
-
PT Angkasa Pura I
-
Bea Cukai Tanjung Pinang
-
Imigrasi Tanjung Pinang
-
Pemerintah Prov. Kepri
-
Potensi SAR Tanjung Pinang
-
Ormas Tanjung Pinang
-
SROP Tanjung Pinang
Pihak Singapura: -
Civil Aviation Authority of Saingapore (CAAS)
-
National Environment Agency
-
Republic of Singapore Air Force (RSAF)
-
Republic of Singapore Navy (RSN)
-
Maritime Porth Authority (MPA)
-
Ministry of Defence (MINDEF)
-
Singapore Civil Defence Force (SCDF)
-
Ministry of Health (MOH)
-
Singapore Police Force
-
Immigration and Check Point Authority(ICA)
Latihan yang merupakan program kerja rutin Badan SAR Nasional setiap tahun ini diberi nama SAR EXERCISE INDOPURA XXXII. Latihan
ini
diarahkan
kepada
penanggulangan
musibah
92
kecelakaan
pesawat
udara
yang
mengalami
musibah
di
perbatasan kedua Negara.
Latihan AUSINDOdiselenggarakan di Mataram pada tanggal 19 s.d 23 Mei 2014.
Pada Latihan Ausindo ini memiliki Tema yaitu “ Melalui Latihan SAR Ausindo Tahun 2014, Kita Tingkatkan Kemampuan Teknis, Manajerial dan Kerjasama antara Basarnas dan Potensi SAR dengan RCC Australia dalam Penyelenggaraan Operasi SAR dalam musibah pelayaran di Wilayah Kerja Kantor SAR Mataram”. Latihan ini diikuti oleh 140 peserta. Hal ini sesuai dengan tujuan diselenggarakannya acara ini yaitumelatih dan mengembangkan kemampuan Kantor SAR Mataram dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan Operasi SAR bersama dengan potensi SAR dan RCC Australia, di wilayah perbatasan Australia dan Indonesia. Seiring dengan banyaknya kejadian Imigran Gelap tersebut ataupun musibah pelayaran dan penerbangan lainnya yang membutuhkan bantuan SAR, maka menjadi tuntutan tugas dari Badan SAR Nasional untuk mampu cepat dan tepat dalam memberikan
pertolongan
dan
penyelamatan
terhadap
jiwa
manusia yang mengalami musibah/bencana.
93
Latihan MALINDOdiselenggarakan di Banda Aceh pada tanggal 23 - 28 November 2014.
Dalam
Rangka
meningkatkan
kerjasama
dalam
hal
pengkoordinasian dibidang pencarian dan pertolongan pada musibah penerbangan dan pelayaran internasional, Badan SAR Nasional (Basarnas) melalui Kantor SAR Banda Aceh menggelar latihan SAR Malindo ke 38 Tahun 2014. Latihan antar kedua negara Indonesia dan Malaysia ini diselenggarakan di Kantor SAR Banda Aceh dan Kantor Malaysian Strategic Research Centre (MRSC) Langkawi, yang diikuti oleh 150 peserta dengan rincian instansi/ organisasi sebagai berikut : Pihak Indonesia: -
Kantor Pusat
-
Kantor SAR Banda Aceh
-
TNI Polisi Setempat Aceh
-
Badan Meteorologi Aceh
-
Potensi SAR Setempat
94
Pihak Malaysia: -
Jabatan Penerbangan Awam Malaysia
-
Tentera Udara di Raja Malaysia
-
Agensi Penguat Kuasaan Maritim Malaysia
-
Tentera Laut Di Raja Malaysia
-
Polisi Di Raja Malaysia
-
Majlis Keselamatan Negara
-
Tentera Darat Malaysia
-
Jabatan Meteorologi Malaysia
-
Pejabat/Ketua Menteri/pihak berkuasa tempatan
Latihan yang berlangsung selama dua hari ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antar kedua negara khususnya dalam hal penyelenggaraan operasi SAR.
Latihan Karuna Nisevanam 168diselenggarakan di Bengkulu pada tanggal 24 s.d 28 Maret 2014.
Latihan SAR Karuna Nisevanam ( KN ) ke – 168 di Kantor SAR Bengkulu berlangsung dari tanggal 24 s.d 28 Maret 2014. Kegiatan ini mengangkat Tema : ke-168
tahun
2014,
”Melalui Latihan SAR Karuna Nisevanam Kita
Tingkatkan
Kemampuan
Teknis,
Manajerial dan Kerjasama antara Kantor SAR dengan Potensi SAR dalam Penyelenggaraan Operasi SAR Bencana Gempa Bumi di Wilayah Kerja Kantor SAR Bengkulu “. Bertempat di Aula Hotel Nala
Bengkulu
dilaksanakan
pembukaan
Latsarda
Karuna
Nisevanam ke – 168 oleh Direktur Operasi Basarnas Brigjend TNI
95
Tatang Zainudin kegiatan tersebut diikuti oleh 150 peserta yang terdiri dari perwakilan personel TNI AD, AL, Polri, perwakilan Rescuer dari kantor SAR Palembang, perwakilan Rescuer dari Kantor SAR Lampung dan instansi terkait yang ada di Bengkulu. Hadir dalam acara tersebut Gubernur Bengkulu yang diwakili oleh Staf Ahli bidang Hukum dan Politik, Pejabat dari Basarnas, Kapolda Bengkulu, Danrem 041/Gamas Bengkulu,
Danlanal
Bengkulu, Kakan SAR Bengkulu, dan undangan lainnya.
Latihan SAR Karuna Nisevanam 169diselenggarakan di Padang pada tanggal 16 s.d 23 Maret 2014.
Badan SAR Nasional menyelenggarakan latihan bersama melalui Latihan SAR Karuna Nisevanam (KN) 169 guna mendukung Mentawai
Megathrust
Direx
2014
di
Padang.
Latihan
ini
berlangsung mulai dari tanggal 16 s/d 23 Maret 2014 yang diikuti oleh
150
peserta.
Latihan
yang
bertujuan
meningkatkan
kesiapsiagaan antar kantor SAR dan instansi/lembaga berpotensi SAR dalam operasi SAR terhadap bencana ini melibatkan 136 orang yang terdiri dari personil Kantor Pusat Basarnas, Kantor SAR (Kansar) Padang, Kansar Medan, Kansar Pekanbaru, Kansar Aceh, Kansar Jambi, Kansar Jakarta, Basarnas Spesial Group (BSG) serta crew heli Basarnas.
96
Latihan Operasi SAR Maritime Pollution Exercise (Marpolex) diselenggarakan diDumai Tanggal 17 s/d 20 Juni 2014. Latihan ini diikuti oleh 180 peserta dengan sasaran dan tujuan : -
Melatih dan meningkatkan kerjasama dan kapabilitas dalam operasi
pengamanan,
pencarian
dan
pertolongan,
pemadaman kebakaran , penanggulangan dampak tumpahan minyak di laut; -
Membina kemampuan SMC dan staf SMC kantor SAR Pekanbaru
dalam
mengkoordinasikan
merencanakan, dan
mengendalikan
mengerahkan, SRU
dalam
pelaksanaan operasi SAR terhadap musibah pelayaran tumpahan minyak di laut; -
Meningkatkan
koordinasi
dan
kerjasama
kantor
SAR
komando
dan
Pekanbaru dan Potensi SAR; -
Melatih
personil
dalam
perencanaan,
pengendalian dalam suatu operasi integrasi; -
Menguji coba dan mengevaluasi prosedur penanggulangan tumpahan minyak;
-
Menguji
coba
dan
mengevaluasi
kemampuan
dalam
penanggulangan tumpahan minyak.
Latihan Proficiency Awak Kapal dilaksanakan di Denpasar Tanggal 16 s/d 19 Juni 2014 Latihan ini diikuti oleh 185 peserta, dengan sasaran dan tujuan : -
Pembekalan kepada awal RB dalam penyelenggaraan operasi SAR;
-
Menguji kemampual ABK dan rescuer dalam menangani ops SAR pelayaran;
-
Menguji kemampuan koordinasi dengan potensi SAR dalam penyelenggaraan ops SAR pelayaran;
-
Proficiency ABK dalam mendukung kegiatan Joint Meeting Cospas Sarsat tahun 2014.
97
ASEAN Transport SAR Exercisedilaksanakan di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta Pusat Latihan ini diikuti oleh 150 peserta dengan sasaran dan tujuan : -
Meningkatkan ketrampilan dan kemampuan komando dalam proses pengambilan keputusan;
-
Latihan mengembangkan rencana secara spesifik, kebijakan prosedur negara ASEAN dalam operasi SAR;
-
Evaluasi komando kontrol dan organisasi SAR antar negara ASEAN dalam proses perencanaan operasi SAR;
-
Meningkatkan informasi mekanisme pembagian utk ops SAR antara negara-negara ASEAN.
Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR pada tahun 2014sebanyak 1245 orang, sehingga memenuhi jumlah keterlibatan personil yang ditargetkan sebanyak 425 orang. Perbandingan
jumlah
keterlibatan
personil
potensi
SAR
pada
pelaksanaan latihan SAR dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel 3.29. Perbandingan Jumlah Keterlibatan Personil Potensi SAR Pada Pelaksanaan Latihan SAR
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
175 orang
168 orang
Tahun 2011
250 orang
326 orang
Tahun 2012
325 orang
576 orang
Tahun 2013
400 orang
695 orang
Tahun 2014
475 orang
1245 orang
98
Berikut grafik perbandingan jumlah keterlibatan personil potensi SAR dalam pelaksanaan latihan SAR Tahun 2010-2014. Jumlah Keterlibatan Personil Potensi SAR dalam Pelaksanaan Latihan SAR 1245
1400 1200 1000 695
800
576
600
326
400 200
168
0 2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3.11. Perbandingan Jumlah Keterlibatan Personil Potensi SAR dalam Pelaksanaan Latihan SAR
b) Rata-rata
persentase
keterlibatan
potensi
SAR
dalam
penyelenggaraan operasi SAR Setiap pelaksanaan operasi SAR pasti di dalamnya
melibatkan
organisasi potensi SAR baik pada operasi SAR maritim maupun operasi SAR di darat, di mana rata-rata persentase keterlibatan organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR dihitung dari rata-rata persentaseketerlibatan organisasi potensi SAR setiap kejadian musibah/ bencana pada setiap Kantor SARterhadap jumlah organisasi potensi SAR pada setiap Kantor SAR yang terdata. Keterlibatan organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR maritim dan di darat memiliki perbedaan. Organisasi potensi SAR maritim lebih spesifik karena harus memiliki sarana, prasarana dan personil yang mempunyai kemampuan khusus, misalnya kemampuan menyelam dan teknik pertolongan di air. Sedangkan dari segi sarana harus memiliki peralatan di air, misalnya rubber boat, rigid inflatable boat, rescue boat dan lain-lain. Sedangkan untuk pelaksanaan operasi
99
SAR di darat hampir seluruh organisasi potensi SAR dapat dikatakan memiliki kemampuan dalam segi sarana, peralatan maupun personil. Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR pada penyelenggaraan operasi SAR maritim pada tahun 2014 sebesar 94,06% dari yang ditargetkan sebesar 90% atau dengan capaian kinerja sebesar 104,51%.Sedangkan rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR pada penyelenggaraan operasi SAR darat pada tahun 2014 sebesar 92,42% dari yang ditargetkan sebesar 90% atau dengan capaian kinerja sebesar 104,51%. Tabel 3.30. Perbandingan Rata-rata Persentase Keterlibatan Potensi SAR dalam Penyelenggaraan Operasi SAR Maritim
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
50%
50%
Tahun 2011
60%
60,05%
Tahun 2012
70%
71,68%
Tahun 2013
80%
93,82%
Tahun 2014
90%
94,06%
Tabel 3.31. Perbandingan Rata-rata Persentase Keterlibatan Potensi SAR dalam Penyelenggaraan Operasi SAR Darat
Tahun
Target
Realisasi
Tahun 2010
50%
50%
Tahun 2011
60%
61%
Tahun 2012
70%
71,87%
Tahun 2013
80%
94,09%
Tahun 2014
90%
92,42%
100
2) Meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanaan operasi SAR.
Pencapaian sasaran ini diukur dari 2 (dua) indikator kinerja
sasaran sebagai berikut : Tabel 3.32. Indikator Kinerja Sasaran Meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanaan operasi SAR
Indikator Kinerja Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina
Target
Realisasi
50%
71,29%
50%
59,02%
Keberhasilanpenyelenggaraan operasi SAR bergantung pada keberhasilan Basarnas dalam mengkoordinasikan organisasi potensi SAR dan kemampuan organisasi potensi SAR itu sendiri. Oleh karena itu kemampuan organisasi potensi SAR secara kualitas maupun kuantitas menjadi point yang sangat penting. Salah satu tugas Basarnas adalah memberikan pembinaan terhadap organisasi potensi SAR agar memiliki personil yang berkualitas SAR. Pembinaan tersebut dilakukan dengan cara menyelenggarakan pendidikan dan latihan selain itu juga melaksanakan sosialisasi, pameran, rapat koordinasi dan workshop di bidang SAR. Dengan meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR, maka diharapkan dapat mengurangi jumlah korban yang meninggal pada saat pelaksanaan pertolongan. Berikut
penjabaran
dari
indikator-indikator
yang
mendukung
sasaran
meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanaan operasi SAR. a) Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR Dalam membantu kinerja Basarnas pada pelaksanaan operasi SAR, organisasi potensi SAR diharapkan memiliki tenaga rescuer yang 101
berkualitas dan kompeten. Untuk mewujudkan hal tersebut, Basarnas telah melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk organisasi potensi SAR disesuaikan dengan klasifikasi dan jenjang pelatihan SAR sesuai dengan permintaan dari organisasi potensi SAR bersangkutan dan hasil pendidikan dan pelatihan tersebut peserta mendapatkan sertifikat. Pelatihan yang dilaksanakan pada tahun 2014 antara lain Latihan Dasar SAR, Water Rescue, Pelatihan Crisis Management dan Publicity, Pelatihan SAR Management dan ERP, Pelatihan Peliputan Bencana, serta Pelatihan Basic Sea Survival. Pada tahun 2014 ditargetkan terdapat 50% organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR dari seluruh organisasi potensi SAR yang terdata. Sampai dengan tahun 2014 Basarnas telah mengeluarkan sertifikat SAR pada 72 organisasi potensi SAR atau sebesar 71,29% dari 101 organisasi potensi SAR yang terdata. Berikut grafik perbandingan jumlah organisasi yang memiliki personil bersertifikasi SAR Tahun 2010-2014.
Jumlah Organisasi Potensi SAR yang Memiliki Personil Bersertifikasi SAR 100 90 80 70 60 50 40 27 30 20 10 0
69
72
2013
2014
54 43
2010
2011
2012
Gambar 3.12. Perbandingan Jumlah Organisasi Potensi SAR yang Memiliki Personil Bersertifikasi SAR
102
Tabel 3.33. Pelaksanaan Sertifikasi Diklat SAR Eksternal
NO
INSTANSI
LAMA KEGIATAN
JUMLAH
KETERANGAN
1
POTENSI SAR SITU BOJONGSARIDEPOK
17-20 FEBRUARI 2014
69
WATER RESCUE
2
PT. KASONGAN BUMI KENCANA
10 - 24 FEBRUARI 2014
23
PELATIHAN OPEN MINING RESCUE
3
KANSAR PALU
17 S/D 20 MARET 2014
30
PELATIHAN PERTOLONGAN DI AIR BAGI POTENSI SAR PALU
4
POTENSI SAR
GN.SALAK-BOGOR, 22-27 APRIL 2014
77
JUNGLE RESCUE
5
NIRWANA RESORT, PULAU BINTAN
27 - 31 AGUSTUS 2014
33
PELATIHAN WATER RESCUE BAGI LIFEGUARD
6
POTENSI SAR
WADUK KEDUNG OMBO, PURWODADI-JAWA TENGAH, 12-16 MEI 2014
70
WATER RESCUE
7
PERTAMINA
TARAKAN, 6-8 MEI 2014
22
WATER RESCUE
8
KANSAR JAMBI
23 S/D 26 JUNI 2014
35
PELATIHAN PERTOLONGAN DI AIR BAGI POTENSI SAR JAMBI
9
POTENSI SAR
GN. MAHAWU, TOMOHON SULAWESI UTARA
82
JUNGLE RESCUE
10
KANSAR PALEMBANG
22-25 AGUSTUS 2014
34
PELATIHAN PERTOLONGAN DI KETINGGIAN
11
KANSAR P.PINANG
25-28 AGUSTUS 2014
44
PELATIHAN PERTOLONGAN DI AIR
103
NO
INSTANSI
LAMA KEGIATAN
JUMLAH
KETERANGAN
12
BALAI DIKLAT
15-19 SEPTEMBER 2014, PALABUHAN RATU, SUKABUMI
80
WATER RESCUE
13
KANSAR MEDAN
01 S/D 05 SEPTEMBER 2014
35
PELATIHAN PERTOLONGAN DI AIR
40
PELATIHAN POTENSI SAR TK. DASAR
32
Pelatihan Pertolongan di medan vertikal bagi Potensi SAR
30
PELATIHAN PERTOLONGAN DI AIR BAGI POTENSI SAR PALEMBANG
14
KANSAR ACEH
29 SEPT - 02 OKT 2014
15
KANSAR MANADO
Minahasa Utara, Sulawesi Utara, 15 s/d 19 September 2014
16
KANSAR PALEMBANG
PALEMBANG, 24-26 NOVEMBER 2014
17
KANSAR JAMBI
11 S/D 13 NOVEMBER 2014
36
PELATIHAN PERTOLONGAN DI KETINGGIAN BAGI POTENSI SAR JAMBI
18
KANSAR SURABAYA
SURABAYA DAN GUNUNG RINGGIT PASURUAN, 11-13 NOVEMBER 2014
29
PELATIHAN JUNGLE RESCUE
19
KANSAR LAMPUNG
LAMPUNG, 25 S/D 27 NOVEMBER 2014
29
PELATIHAN TEKNIK PERTOLONGAN DI KETINGGIAN
20
KANSAR P.PINANG
28-30 NOVEMBER 2014
41
PELATIHAN PERTOLONGAN DI KETINGGIAN
21
BALAI DIKLAT + KANSAR YOGYAKARTA
YOGYAKARTA, 16 - 21 NOVEMBER 2014
51
PELATIHAN MFR
104
NO
INSTANSI
LAMA KEGIATAN
JUMLAH
KETERANGAN
22
BALAI DIKLAT + KANSAR YOGYAKARTA
YOGYAKARTA, 16 - 21 NOVEMBER 2014
53
HART
23
BALAI DIKLAT + KANSAR YOGYAKARTA
YOGYAKARTA, 16 - 21 NOVEMBER 2014
52
JR
24
BALAI DIKLAT + KANSAR YOGYAKARTA
YOGYAKARTA, 16 - 21 NOVEMBER 2014
54
WR
b) Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina Mengukur persentase peningkatan jumlah organisasi potensi SAR yang dibina BASARNAS per tahun, yang dihitung dari selisih jumlah organisasi potensi SAR yang dibina tahun ini dengan tahun sebelumnya dibandingkan jumlah total organisasi potensi SAR yang terdata. Pembinaan
potensi
SAR
dilaksanakan
dengan
kegiatan
Forum
Komunikasi SAR Daerah (FKSD), serta berbagai kegiatan pendidikan dan latihan potensi SAR yang dilaksanakan oleh Kantor SAR. Rapat Forum Koordinasi SAR Daerah yang telah dikembangkan menjadi Rapat Forum Koordinasi Potensi SAR Daerah (FKPSD) dilaksanakan untuk meningkatkan fungsi koordinasi seluruh stake holder bidang SAR di daerah. Dengan adanya FKPSD ini harapkan akan ada kesamaan pola pikir dan pola tindak dalam pelaksanaan operasi SAR dimana kekuatan Basarnas yang ada di daerah atau Kantor SAR dapat terintegrasi dengan potensi SAR sehingga pelaksanaan operasi SAR dapat berjalan efektif dan efisien serta mampu meminimalisir jumlah korban jiwa saat terjadi musibah baik kecelakaan, bencana maupun kondisi yang membahayakan jiwa manusia. Potensi SAR yang ada di daerah
diantaranya
unsur
TNI,
Polri,
Pemerintah
Provinsi
dan
105
Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD, PMI, Pemadam Kembakaran, Orari, Mapala, Pramuka, dan organisasi/institusi penggiat SAR. Selama tahun 2014, Ditbinga telah melaksanakan Rapat FKPSD sebanyak 4 (empat) kali, yaitu: -
Green Q Hotel Gorontalo tanggal 18-19 Maret 2014.
Rapat FKPSD di Gorontalo dibuka oleh Direktur Binga Marsekal Pertama TNI SB Supriyadi dan dihadiri oleh seluruh stake holder di bidang SAR yang ada di Provinsi Gorontalo. Kegiatan ini dihadiri oleh 35 instansi/ organsasi potensi SAR.
-
Green Aquila Hotel, Bandung, Jawa Barat tanggal 8-9 September 2014
Rapat FKPSD di Bandung dibuka oleh Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsekal Madya TNI FHB Sulistyo. Hadir juga 106
pada kesempatan tersebut Deputi Bidang Operasi Mayjen Tatang, Direktur Sarpras Laksamana Rudy Hendro, serta sejumlah pimpinan Kantor Pusat Basarnas. Kegiatan ini dihadiri oleh 79 instansi/ organsasi potensi SAR. FKPSD
di
Bandung
menjadi
moment
pertama
dari
pengembangan dari Rapat Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD) menjadi Forum Koordinasi Potensi SAR (FKPSD). Sebelumnya, FKSD memiliki orientasi untuk mendorong dibuatnya Peraturan Daerah (Perda) sebagai payung dalam pelaksanaan operasi SAR. Namun, dalam implementasinya, Rapat FKSD yang sudah berkalikali dilaksanakan di berbagai daerah, belum menghasilkan satupun Perda tentang SAR. Karena itulah, substansi FKSD berorientasi pada FKPSD dimana esensi kegiatan ini pada peningkatan koordinasi guna mendukung pelaksanaan operasi SAR dan pembinaan terhadap Potensi SAR dalam bentuk pelatihan-pelatihan SAR. FKPSD ini akan mengacu pada pembuatan Peraturan Kabasarnas yang mengatur tentang Potensi SAR pada pelaksanaan operasi SAR.
-
Amurang, Manado, Sulawesi Utara tanggal 16-17 Oktober 2014 Rapat
FKPSD
di
Amurang
dihadiri
oleh
Direktur
Bina
Ketenagaan dan Pemasyarakatan SAR Marsekal Pertama TNI Supriyadi dan dibuka oleh Gubernur Sulawesi Utara Gubernur yang diwakili oleh Asisten I Kabupaten Minahasa Selatan. Kegiatan ini dihadiri oleh 112 instansi/ organsasi potensi SAR.
-
Lombok Plaza Hotel, Mataram Nusa Tenggara Barat tanggal 28-29 Oktober 2014
107
Rapat FKPSD dibuka oleh Kepala Subdit Pemasyarakatan SAR dan Sertifikasi I Ketut Parwa dan ditutup secara resmi oleh Direktur Binga Brigjen TNI (Mar) Suprayogi. Kegiatan ini dihadiri oleh 44 instansi/ organsasi potensi SAR.
Rapat FKPSD masih relevan dilaksanakan guna menyamakan persepsi, pola pikir maupun pola tindak dalam pelaksanaan operasi SAR. FKPSD ini juga menjadi wadah untuk koordinasi lintas sektoral dan merekatkan jalinan silaturahmi antara Kantor SAR dengan potensi SAR yang ada maupun
antar
Potensi
SAR.
Dengan
FKPSD
diharapkan
akan
mempercepat response time dan kerja sama di lapangan, sehingga pelaksanaan operasi SAR dapat berjalan optimal. Sedangkan rincian kegiatan pendidikan dan pelatihan potensi SAR yang dilaksanakan oleh Kantor SAR disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.34. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Potensi SAR yang dilaksanakan oleh Kantor SAR
NO
KANTOR SAR
JENIS PELATIHAN
JUMLAH POTENSI
WAKTU PELAKSANAAN
1
Kansar Biak
Rescue Game /Challenge
60ORG
18-20 Februari 2014
2
Kansar Palu
Pertolongan Di Air
35ORG
17-20 Maret 2014
3
Kansar Pontianak
Teknik Pencarian Didarat
40ORG
27-29 Maret 2014
4
Kansar Ambon
Medical First Responder
40ORG
20-22 Maret 2014
5
Kansar Mataram
Pertolongan Di Air
27ORG
2-5 April 2014
6
Kansar Merauke
Pertolongan Di Air
43ORG
14-17 April 2014
7
Kansar Surabaya
Pertolongan Di Air
55ORG
15-17 April 2014
8
Kansar Gorontalo
Pertolongan Di Air
40 ORG
27-30 April 2014
9
Kansar Banjarmasin
Pertolongan Di Air
35ORG
30 April-2 Mei 2014
10
Kansar Bandung
Teknik Pencarian Didarat
41ORG
11-14 Mei 2014
11
Kansar Medan
Pertolongan Di Air
30ORG
19-21 Mei 2014
12
Kansar Manokwari
Pertolongan Di Air
60ORG
19-21 Mei 2014
13
Kansar Balik Papan
Teknik Pencarian Didarat
46ORG
20-23 Mei 2014
14
Kansar Palembang
Pertolongan Di Air
35ORG
20-23 Mei 2014
15
Kansar Pekan Baru
Pelatihan Selam
60ORG
2-5 Juni 2014
16
Kansar Aceh
Pelatihan Selam
12ORG
2-5 Juni 2014
17
Kansar DenpASAR
SAR Plan
30ORG
4-14 Juni 2014
18
Kansar Ternate
High Angle Rescue Tehnique
38ORG
10-13 Juni 2014
19
Kansar Timika
Rescue Game /Challenge
24ORG
9-12 Juni 2014
108
NO
KANTOR SAR
JENIS PELATIHAN
JUMLAH POTENSI
WAKTU PELAKSANAAN
20
Kansar Jayapura
Pertolongan Di Air
37ORG
11-14 Juni 2014
21
Kansar Makasar
Pertolongan Di Air
60ORG
17-20 Juni 2014
22
Kansar Jambi
Pertolongan Di Air
35ORG
23-26 Juni 2014
23
Kansar Lampung
Pertolongan Di Air
34ORG
24-26 Juni 2014
24
Kansar Padang
Pertolongan Di Air
48 ORG
24-26 Juni 2014
25
Kansar Sorong
Medical First Responder
30 ORG
12-15 Agustus 2014
26
Kansar Palembang
High Angle Rescue Tehnique
32 ORG
22-25 Agustus 2014
27
Kansar Pangkal Pinang
Pertolongan Di Air
44 ORG
25-28 Agustus 2014
28
Kansar Makasar
Pertolongan Di Air
47 ORG
25-28 Agustus 2014
29
Kansar Tanjung Pinang
Pertolongan Di Air
34 ORG
26-31 Agustus 2014
30
Kansar Medan
Pertolongan Di Air
35 ORG
02-05 September 2014
31
Kansar Kupang
Teknik Pencarian Didarat
115 ORG
05-09 September 2014
32
Kansar Mataram
High Angle Rescue Tehnique
37 ORG
16-20 September 2014
33
Kansar Ambon
Pertolongan Di Air
40 ORG
17-21 September 2014
34
Kansar Pekan Baru
Pertolongan Di Air
41 ORG
23-26 September 2014
35
Kansar Jakarta
Pertolongan Di Air
40 ORG
25-28 September 2014
36
Kansar Biak
Pertolongan Di Air
30 ORG
26-28 September 2014
37
Kansar Padang
Pertolongan Di Air
35 ORG
29 Sept-03 Okt 2014
38
Kansar Aceh
Pengenalan SAR
40 ORG
30 Sept-03 Okt 2014
39
Kansar Bandung
Medical First Responder
30 ORG
6-7 September 2014
40
Kansar Palu
Pertolongan Di Air
53 ORG
8-11 September 2014
41
Kansar Manado
High Angle Rescue Tehnique
45 ORG
14-19 September 2014
42
Kansar Pontianak
Pengenalan CSSR
45 ORG
20-22 Oktober 2014
43
Kansar Kupang
Pertolongan Di Air
30 ORG
26-29 Oktober 2014
44
Kansar Bengkulu
Pertolongan Di Air
45 ORG
10-13 Oktober 2014
45
Kansar Surabaya
Teknik Pencarian Didarat
30 ORG
11-13 Oktober 2014
46
Kansar Padang
High Angle Rescue Tehnique
40 ORG
11-14 Oktober 2014
47
Kansar Jambi
High Angle Rescue Tehnique
37 ORG
11-14 Oktober 2014
48
Kansar Bengkulu
High Angle Rescue Tehnique
40 ORG
14-16 Oktober 2014
49
Kansar Palembang
Pertolongan Di Air
30 ORG
24-27 November 2014
50
Kansar Lampung
High Angle Rescue Tehnique
29 ORG
24-27 November 2014
51
Kansar Tanjung Pinang
Pertolongan Di Air
30 ORG
24-27 November 2014
52
Kansar Medan
Pertolongan Di Air
37 ORG
25-28 November 2014
53
Kansar Ternate
Medical First Responder
40 ORG
26-28 November 2014
54
Kansar Kendari
Medical First Responder
30 ORG
28 Nov-1 Des 2014
55
Kansar Pangkal Pinang
High Angle Rescue Tehnique
41 ORG
28 Nov-1 Des 2014
56
Kansar Gorontalo
Teknik Pencarian Didarat
33 ORG
5-9 Desember 2014
Pada tahun 2014 total instansi/ organisasi potensi SAR yang dibina oleh Basarnas sebanyak 326 instansi/ organisasi, sedangkan pada tahun 2013 total instansi/ organisasi potensi SAR yang dibina oleh Basarnas sebanyak 205 instansi/ organsasi. Sehingga persentase peningkatan 109
organisasi potensi SAR yang dibina tahun 2014 sebesar 59,02%, memenuhi target sebesar 50%. Prosentase Peningkatan Organisasi Potensi SAR yang Dibina 100,00% 74,43%
80,00%
59,02%
53,47%
60,00% 40,00% 27,00%
34,65%
20,00% 0,00% 2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3.13. Perbandingan Persentase Peningkatan Organisasi Potensi SAR yang Dibina
III.3. Realisasi Anggaran Dalam rangka mencapai sasaran strategis Basarnas, pada Tahun Anggaran 2014 telah dianggarkan pendanaan APBN melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
dengan
total
anggaran
sebesarRp.
1.992.617.295.000,-
Sedangkan
terealisasi sebesar Rp. 1.920.347.661.570,- atau sebesar 96,37%. Tabel 3.35. Akuntabilitas Keuangan Basarnas Tahun 2014 Sasaran Strategis Meningkatkan pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR
Indikator Kinerja Sasaran Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran
Pagu
Realisasi
131.528.846.000
109.998.301.564
Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan
Rata-rata response time pada penanganan bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain Meningkatkan keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR
Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR
110
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Sasaran
Pagu
Realisasi
Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR
246.478.553.000
213.342.776.677
Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR
131.528.846.000
109.998.301.564
131.528.846.000
109.998.301.564
35.750.000.000
33.069.464.924
Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraan operasi SAR Meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana
Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau Meningkatkan peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR
Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR maritime Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat
Meningkatkan kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanakan operasi SAR
Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina
III.4. Capaian Kinerja Sesuai dengan RPJMN dan Renstra Basarnas Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) merupakan tahapan pencapaian visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. RPJPN 2005-2025 secara garis besar memberikan pedoman dan arah pembangunan dalam visi dan misi untuk periode 20 tahun ke depan, untuk mencapai tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945, dan merupakam acuan dari setiap tahap RPJMN yang berkesinambungan dan berkelanjutan. RPJMN merumuskan permasalahan, sasaran serta arah kebijakan pembangunan yang akan diambil oleh bangsa ini dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Dengan demikian, RPJMN 2010-2014 ini 111
merupakan pedoman bagi seluruh komponen bangsa baik itu pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional secara sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi. Penerapan dalam perencanaan jangka menengah (RPJMN) menghendaki adanya perumusan permasalahan, sasaran serta arah kebijakan pembangunan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa dalam periode jangka menengah dengan sistematis dan terstruktur. Sehingga kebijakan pembangunan yang dirancang dapat terukur kinerja pelaksanaannya dan terjamin keberhasilan pencapaiannya. Perumusan indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran dari setiap tahap kebijakan pembangunan merupakan bagian yang penting dalam perumusan RPJMN 2010-2014. Keberhasilan pencapaian sasaran pada setiap tingkatan dapat diukur dengan menggunakan indikator kinerja dan target-target yang direncanakan. Melalui monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dalam periode berikutnya. Menindaklanjuti hal tersebut, maka perumusan indikator kinerja Basarnas telah tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah Basarnas/ Rencana Strategis Basarnas 2010-2014, sebagai berikut : Tabel 3.36. Indikator Kinerja Basarnas Tahun 2010-2014 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
SASARAN STRATEGIS
TARGET INDIKATOR KINERJA
Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana Meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR
2010
2011
2012
2013
2014
5 JAM 30 MENIT
4 JAM 30 MENIT
3 JAM 30 MENIT
2 JAM 30 MENIT
1 JAM 30 MENIT
1.
Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran
6 JAM
5 JAM
4 JAM
3 JAM
2 JAM
2.
Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan
5 JAM
4 JAM
3 JAM
2 JAM
1 JAM
3.
Rata-rata response time pada penanganan bencana
5 JAM
4 JAM
3 JAM
2 JAM
1 JAM
112
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
SASARAN STRATEGIS
Meningkatnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana
TARGET INDIKATOR KINERJA 2013
2014
6 JAM
5 JAM
4 JAM
3 JAM
2 JAM
1.
Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggaraan operasi SAR
20 MENIT
15 MENIT
10 MENIT
10 MENIT
10 MENIT
2.
Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR
50%
63%
75%
88%
100%
3.
Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau
75%
75%
78%
81%
84%
95%
95%
95%
95%
95%
1.
Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggaraan operasi SAR
90%
90%
90%
90%
90%
2.
Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggaraan operasi SAR
95%
95%
95%
95%
95%
43,3%
50,0%
56,6%
63,3%
70%
Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR maritim Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR darat
175 ORG
250 ORG
325 ORG
400 ORG
475 ORG
50%
60%
70%
80%
90%
50%
60%
70%
80%
90%
Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina
30%
35%
40%
45%
50%
30%
35%
40%
45%
50%
1.
2.
3.
Meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanaan operasi SAR
2012
Rata-rata response time pada penanganan musibah lain-lain
Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR Meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR
2011
4.
Keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR Meningkatnya keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR
2010
1.
2.
113
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kinerja sesuai perumusan indikator kinerja Basarnas yang telah tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah Basarnas/ Rencana Strategis Basarnas 2010-2014, maka capaian target adalah sebagai berikut : Tabel 3.37. Capaian Indikator Kinerja Basarnas Tahun 2010-2014 2010 NO.
1.
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
SASARAN STRATEGIS
Response time pada operasi SAR dalam penanganan musibah/ bencana Meningkatnya pelayanan dalam penyelenggaraan operasi SAR
2011
2012
2013
2014
INDIKATOR KINERJA
1
2
3
4
Rata-rata response time pada penanganan musibah pelayaran Rata-rata response time pada penanganan musibah penerbangan Rata-rata response time pada penanganan bencana Rata-rata response time pada penanganan musibah lainlain
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
5 JAM 30 MENIT
3 JAM 47 MENIT
131,21%
4 JAM 30 MENIT
1 JAM 57 MENIT
156,62%
3 JAM 30 MENIT
1 JAM 29 MENIT
157,62%
2 JAM 30 MENIT
48 MENIT
168%
1 JAM 30 MENIT
46 MENIT
148,40%
6 JAM
5 JAM 10 MENIT
113,89%
5 JAM
3 JAM 35 MENIT
128,33%
4 JAM
2 JAM 50 MENIT
129,17%
3 JAM
1 JAM 6 MENIT
163,33%
2 JAM
1 JAM 4 MENIT
146,67%
5 JAM
2 JAM 05 MENIT
158,33%
4 JAM
1 JAM 32 MENIT
161,67%
3 JAM
1 JAM 7 MENIT
162,78%
2 JAM
42 MENIT
165%
1 JAM
41 MENIT
131,67%
5 JAM
3 JAM 11 MENIT
136,33%
4 JAM
1 JAM 7 MENIT
172,08%
3 JAM
50 MENIT
172,22%
2 JAM
33 MENIT
172,5%
1 JAM
31 MENIT
148,33%
6 JAM
4 JAM 44 MENIT
121,11%
5 JAM
1 JAM 32 MENIT
169,33%
4 JAM
1 JAM 11 MENIT
170,42%
3 JAM
51 MENIT
171,67%
2 JAM
47 MENIT
160,83%
114
2010 NO.
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
SASARAN STRATEGIS
Meningkatnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana
1
2
3
2.
Rata-rata waktu tindak awal dalam penyelenggar aan operasi SAR Persentase kecukupan personil siaga rescuer pada Kantor SAR Persentase cakupan wilayah yang mampu dijangkau
Keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR Meningkatnya keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan operasi SAR
2011
2012
2013
2014
INDIKATOR KINERJA
1
2
Persentase jumlah korban terselamatkan dalam penyelenggar aan operasi SAR Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam penyelenggar aan operasi SAR
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
20 MENIT
21 MENIT
95,24%
15 MENIT
15 MENIT
100%
10 MENIT
10 MENIT
100%
10 MENIT
10 MENIT
100%
10 MENIT
10 MENIT
100%
50%
50%
100%
63%
50%
79,37%
75%
50%
66,67%
88%
50%
56,82%
100%
50%
50%
75%
72%
96%
75%
72%
96%
78%
72%
92,31%
81%
100%
123,45%
84%
103%
122,62%
95%
91%
96%
95%
95,06%
100,06%
95%
97,59%
102,73%
95%
98,66%
103,85%
95%
98,62%
103,81%
90%
64,27%
71,41%
90%
81,07%
90,08%
90%
93,77%
104,89%
90%
95,58%
106,2%
90%
94,69%
105,21%
95%
90,82%
95,60%
95%
95,06%
100,06%
95%
97,59%
102,73%
95%
98,66%
103,85%
95%
98,62%
103,81%
115
2010 NO.
3.
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
SASARAN STRATEGIS
1
2
3
Meningkatnya kemampuan organisasi potensi SAR dalam melaksanaan operasi SAR
2012
2013
2014
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
Target
Realisasi
Capaian
43,3%
41,14%
95,02%
50,0%
55,26%
110,52%
56,6%
73,89%
130,56%
63,3%
82,67%
130,60%
70%
115,65%
165,21%
Jumlah keterlibatan personil potensi SAR pada pelaksanaan latihan SAR Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggar aan operasi SAR maritim Rata-rata persentase keterlibatan potensi SAR dalam penyelenggar aan operasi SAR darat
175 ORG
168 ORG
96,00%
250 ORG
326 ORG
130,40%
325 ORG
576 ORG
177,23%
400 ORG
695 ORG
173,75%
475 ORG
1242 ORG
261,47%
50%
50,00%
100,00%
60%
60,05%
100,08%
70%
71,68%
102,40%
80%
93,82%
117,28%
90%
94,06%
104,51%
50%
50,00%
100,00%
60%
61,00%
101,67%
70%
71,87%
102,67%
80%
94,09%
117,61%
90%
92,42%
102,68%
Persentase organisasi potensi SAR yang memiliki tenaga rescuer bersertifikasi SAR Persentase peningkatan organisasi potensi SAR yang dibina
30%
26,73%
89,10%
35%
42,57%
161,63%
40%
53,47%
133,68%
45%
68,32%
151,82%
50%
71,29%
142,58%
30%
27,00%
90,00%
35%
34,65%
99,00%
40%
53,47%
133,68%
45%
74,43%
165,4%
50%
59,02%
118,04%
Persentase keterlibatan potensi SAR dalam kegiatan SAR
Meningkatnya peran serta organisasi potensi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR
2011
INDIKATOR KINERJA
1
2
116
BAB IV PENUTUP IV.1. Kesimpulan Secara garis besar tingkat capaian kinerja Badan SAR Nasional Tahun 2014 dapat dikatakan baik karena telah memenuhi target. Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan SAR Nasional
Tahun 2014 ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, laporan ini merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas Badan SAR Nasional. Tugas pelayanan SAR yang diemban oleh Badan SAR Nasional
telah
dilaksanakan dengan baik pada Tahun Anggaran 2014, hal ini tidak terlepas dari dukungan dan kerja sama dengan unsur-unsur lainnya baik di lingkungan Badan SAR Nasional maupun seluruh instansi/organisasi potensi SAR. Kerja sama yang telah terjalin dengan baik ini
diharapkan dapat
lebih ditingkatkan lagi sehingga
kinerja Badan SAR Nasional secara keseluruhan dapat berlangsung secara maksimal. Kiranya Laporan Kinerja Tahun 2014 ini dapat memenuhi kewajiban akuntabilitas dan sekaligus menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan guna peningkatan kinerja bagi Badan SAR Nasional, Laporan Kinerja ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan penting dalam penyusunan dan implementasi : rencana kerja, rencana kinerja, rencana anggaran dan rencana strategis dimasa yang akan datang. Badan SAR Nasional akan melakukan berbagai langkah untuk lebih menyempurnakan laporan ini agar terwujud transparansi dan akuntabilitas yang kita ingin wujudkan bersama. IV.2. Upaya Perbaikan Suatu operasi SAR dinilai berhasil, efektif dan efisien, apabila dipenuhinya persyaratan, yaitu cepat menanggapi informasi musibah yang diterima, tepat menentukan lokasi musibah, segera mengambil langkah pertolongan dan berhasil melakukan pertolongan serta meminimalkan jumlah korban. Keberhasilan kinerja operasi SAR ditentukan oleh kecepatan, ketepatan dan kompetensi personil SAR yang mampu dan terampil.
117
Salah satu tugas dan tanggung jawab Basarnas adalah melaksanakan siaga SAR 24 jam yang meliputi siaga rescuer, siaga komunikasi, siaga ABK dan siaga kepala jaga harian (Kajahar). Kecukupan personil siaga terutama siaga rescuer berpengaruh pada keberhasilan operasi SAR yang efektif dan efisien. Upaya perbaikan ke depan untuk mewujudkan keberhasilan operasi SAR adalah dengan mengajukan penambahan personil untuk tingkat rescuer kepada Kementerian PAN & RB.
118