LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 08 APRIL 2009 Oleh : Stasiun Klimatologi Pondok Betung – Tangerang
1 PENDAHULUAN Pada hari Senin tanggal 08 April 2009 antara pukul 12.00 – 15.00 WIB Wilayah DKI Jakarta telah diguyur hujan lebat, dilaporkan dibeberapa titik di sekitar Jakarta Pusat telah terjadi angin kencang yang menyebabkan tumbangnya beberapa pohon, kemudian di wilayah Jakarta Selatan telah terjadi genangan air (banjir) setinggi 20 cm. Pada analisis ini kami coba untuk mengurai kejadian curah hujan ekstrim tersebut dengan menggunakan data intensitas curah hujan yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, data observasi permukaan (synoptik) Stamet Kemayoran (96745), data Radiosonde Cengkareng Jam 00 dan 12 UTC, Radar Cuaca, Satelit Cuaca dan TLAPS. Tujuan analisis ini hanya memberikan gambaran secara umum seberapa ekstrim keadaan cuaca yang terjadi dan bagaimanakah sebaran curah hujan yang terjadi.
2 DATA DAN PEMBAHASAN A. Satelit Cuaca Citra Satelit Cuaca menunjukkan pertumbuhan awan cukup signifikan mulai pukul 06.00 – 09.00 UTC. Pergerakan pertumbuhan awan bergerak dari arah Barat ke arah Timur. (gambar 1)
03.00 UTC
09.00 UTC Sumber : www.bom.gov.au
05.00 UTC
11.00 UTC
06.00 UTC
12.00 UTC
B. DATA SYNOPTIK (UDARA PERMUKAAN) Data observasi permukaan yang diambil yaitu data Stasiun Meteorologi Kemayoran (96745) pada jam 07.00 s/d 22.00 UTC (tabel 1) Tabel 1. Data Pengamatan Unsur Cuaca Stamet Kemayoran Tanggal 15 Maret 2009 No
Unsur Cuaca 07 0 Sc -
1 2 3 4
Jam Pengamatan (Waktu Lokal) 10 13 16 19 0 50 32 Cu Cb CuSc Sc √ -
Curah Hujan(mm) Awan Rendah Petir Angin - Arah 080 - Kecepatan CALM 04 (knot) 5 Suhu (°C) 27.0 31.6 6 Tekanan (mb) 1011.7 1012.8 7 Cuaca Bermakna Sumber : Stasiun Meteorologi Kemayoran (96745)
22 Sc -
210 04
240 05
220 03
CALM
26.0 1012.1 TSRA
25.2 1011.0 RA
26.6 1011.4 RE TS
25.6 1013.1 -
Awan Cumulunimbus (Cb) mulai terjadi pada pukul 13.00 WIB disertai Hujan dan petir kecepatan angin 04 knot dengan arah dari 210°. Perkembangan awan cumulunimbus ini tidak lama, karena pada jam berikutnya sudah hilang dan menjadi awan cumulus dan strato cumulus. C. INTENSITAS CURAH HUJAN Curah hujan wilayah DKI Jakarta tanggal 8 Juni 2009 tertinggi yang dicatat Pos Hujan Pasar Minggu tercatat sebesar 66 mm. Data curah hujan seperti pada tabel 3. Tabel 3. Curah Hujan di Wilayah DKI Jakarta Tanggal 08 juni 2009 (diukur tanggal 09 Juni Jam 07.00 WIB) NO POS HUJAN LINTANG BUJUR CURAH HUJAN (mm) 1 Katulampa 2.0 Depok 2 -6.4500 106.8300 6.0 3 Manggarai -6.2075 106.8487 72.0 Karet 4 -6.1984 106.8101 50.0 Setiabudi 5 -6.2046 106.8293 83.0 6 7 8 9 10
Melati Istana Krukut Hulu Sunter Hulu Pesanggrahan
-6.4884 -6.1800 -6.3520 -
106.3723 106.8400 106.8093 -
82.0 58.0 4.5 1.0 10.0
11 12 13 14
Angke Hulu Tanjungan Tomang Barat Teluk Gong
-6.2413 -6.0952
106.8804 106.7195
15.0 0.0 91.0 0.0
Ket
15
Pulo Gadung
-6.1911
106.9046
32.0
16 17 18 19 20
Kodamar Rawa Badak Pakubuwono Pdk Betung Ragunan
-6.1551 -6.1209 -6.2391 -6.2500 -6.2939
106.8870 106.8966 106.7996 106.7600 106.8205
14.0 9.0 31.0 18.5 76.1
21 Rorotan -6.1326 22 Ps. Minggu -6.2884 23 Kedoya -6.1779 24 Lebak Bulus -6.2900 Sumber : Data masing-masing Pos Hujan
106.9055 106.8385 106.7548 106.7700
36.0 125.0 14.4
Gambar 2. Distribusi curah hujan spasial wilayah Jabodetabek
Dari gambar spasial tanggal 8 Juni 2009 distribusi hujan dengan intensitas > 50 mm mendominasi di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. C. ANALISIS SATELIT 1. Tampilan IR1 Pertumbuhan awan mulai terjadi pukul 05.45 UTC sampai pukul 07.45 UTC. Distribusi awan mulai tumbuh di bagian Jakarta Barat bergerak menuju Jakarta Timur. Pertumbuhan awan maksimum terjadi pada pukul 06.45 UTC (14.45 WIB).
Gambar 3. Time Series IR1 Tanggal 08 April 2009 jam 03.45 – 10.45 UTC. 2. Suhu Puncak Awan dan stabilitas atmosfer
Gambar 4. Kontur Suhu puncak awan dan Cross Section Puncak Awan. Keadaan Suhu Puncak awan yang berada di wilayah DKI Jakarta pada pukul 14.45 WIB berada pada interval – 45 °C sampai – 70 °C, dengan distribusi cross section Utara-Selatan pada ketinggian 200 – 150 Hpa. Sesuai dengan Metode Arkin, bahwa wilayah yang berada pada dibawah nilai – 38 °C adalah wilayah distribusi hujan. Nilai – 70 °C merupaka cell awan Cumulunimbus (Cb).
Gambar 5. Profil Vertikal dan Stabilitas Atmosfer Profil Suhu vertikal menunjukkan stabilitas atmosfer yaitu memiliki nilai SSI 0.1 °C, KI 30.7 °C, CAPE 1135 J/Kg dan CIN 34 J/Kg. Dapat dijabarkan bahwa potensi terjadinya petir dan labilitas udara dalam tahap sedang, dengan energi yang cukup dan konvektivitas tinggi ditunjukkan dalam nila CAPE dan CIN. E. RADAR CUACA
13.00
13.30
14.00
Gambar 6. Radar Cuaca Jamstec jam 13.00 s/d 14.00 WIB Analisis dari tampilan radar cuaca Jamstec dengan produk CAPPI (Contant Altitude Plan Position Indicator) dengan ketinggian 2 km, menunjukkan pertumbuhan cell Cumulunimbus (Cb) terlihat maksimum pada pukul 13.30 – 14.00 WIB dengan nila reflektivity 55 – 60 Dbz.
3 KESIMPULAN Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Sebaran distribusi awan terlihat signifikan mulai pukul 14.00 sampai pukul 17.00 WIB, dengan pergerakan awan mulai dari barat menuju ke arah timur. Perkembangan cell Cumulunimbus (Cb) yang menyebabkan angin kencang
dari analisis satelit terjadi antara mulai pukul 13.30–14.30 WIB, sebarannya diwilayah Jakarta Barat dan Pusat. Pada tampilan radar cuaca, nilai reflektivity yang memungkinkan adanya cell cumulunimbus (Cb) kuat yaitu pada range 55 – 60 Dbz terjadi antara pukul 13.30 – 14.00. b. Sebaran hujan terlihat sebagian merata di wilayah DKI Jakarta, dengan intensitas tertinggi/ekstrim (> 50 mm) di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Sebagian Besar Jakarta Selatan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya genangan air (banjir) disekitar wilayah tersebut. c. Analisis stabilitas atmosfer masih menunjukkan tingkat kelabilan yang cukup sedang dengan tingkat energi dan konvektifitas yang cukup tinggi. Sehingga dampak angin kencang akibat awan cumulunimbus (Cb) tersebut tidak terlalu parah dibandingkan dengan kejadian angin kencang (Putting Beliung) di DKI jakarta tanggal 21 April 2009.
4 PENUTUP Fenomena cuaca ekstim merupakan keadaan cuaca yang memiliki nilai yang melebihi ambang batas rata-rata disuatu wilayah, seperti terjadinya suhu tinggi, intensitas curah hujan tinggi dan kecepatan angin diatas ambang batasnya. Kejadian cuaca ekstrim pada saat sekarang ini sudah memiliki distribusi yang merata, baik pada musim hujan, musim kemarau maupun pada saat peralihat musim baik dari hujan ke kemarau ataupun sebaliknya. Dengan demikian diharapkan kepada piha-pihak terkain dan masyarakat diminta terus mewaspadai perkembangan fenomena cuaca ekstrim tersebut. BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) diharapkan akan selalu memberikan informasi berupa early warning (peringatan dini) kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing melalui kantor-kantor UPT baik pusat maupun daerah.
Tangerang, 10 juni 2009 Kepala Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang
URIP HARYOKO, MSi. NIP. 120 108 039