LAPORAN INDIVIDU PENGUSULAN PORTIR DI RUANG PERWIRA RUMAH SAKIT TNI AU DR. M. SALAMUN BANDUNG Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Dalam Mata Ajar Stase Manajemen Keperawatan
Disusun oleh :
JUNITA ROMIAN PPN XV / 15337
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2016
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat, rahmat, dan karunianya saya dapat menyelesaikan Laporan Individu Pengajuan Portir di Ruang Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Bandung dengan baik. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas praktik profesi Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung. Penyusunan proposal ini dilakukan berdasarkan hasil observasi, wawancara, dokumentasai serta koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan harapan berguna bagi Rumah Sakit Tni AU Dr. M. Salamun Bandung pada umumnya dan ruangan Perwira pada khususnya. Saya sangat menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan baik dari tata penulisan maupun penggunaan tata bahasa dari makalah ini, sehingga kiranya masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan memotivasi dari semua pihak guna kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
Bandung, Februari 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………. Latar belakang ……………………………………………................ Rumusan Masalah………………………………………………........ Tujuan Penulisan ………………………………………………........ Waktu.............. ………………………………………………........... Sistematika Penulisan…………………………………………......... TINJAUAN TEORITIS……………………………………………. Konsep Dasar ...........………………………………………............ Teori Porter......…………………………….................................... Analisa SWOT………………………………………...................... Analisis Fish Bone……………………………………................
1 1 2 3 3 3 5 8 11 11 18
Perhitungan BOR dan LOS……………………………………..... KAJIAN SITUASI …………………………………………………. Profil Rumah Sakit ………………..........………………........... Pengkajian Situasi Ruang Perwira...…………………………....... Kajian Situasi Internal dan Eksternal ......…………….................... Matriks SWOT……………………………………………………… Pembobotan Matriks IFE.……………………………………….......
23 25 25 25 25 37 41
BAB IV
IMPLEMENTASI & EVALUASI …………………………………
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………
53
BAB II
BAB III
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik secara profesional yang merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Ilmu keperawatan dasar meliputi keperawatan
profesional
(professional nursing), konsep dasar keperawatan (fundamental of nursing), kebutuhan dasar manusia (basic human needs), proses keperawatan (nursing process) dan manajemen keperawatan (nursing management). Keperawatan adalah suatu profesi sebagaimana halnya kedokteran, keperawatan juga mempunyai ciriciri dan kriteria sebagai suatu profesi diantaranya memiliki body of knowledge, dan berbentuk pelayanan yang berorientasi pada masyarakat. Semua orang yang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Undang Undang Dasar (UUD) negara Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia, namun perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan (Asmuji, 2012). Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber dayan maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 2004). Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan maupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah – masalah yang berkaitan dengan manager. Oleh karena itu, masalah ini berisikan uraian
1
tentang perkembangan (evolusi), teori manajemen dari masa ke masa. Selain memberikan gambaran bagaimana aliran pikiran masa lalu diharapkan tulisan ini dapat memberikan sumbangan terhadap ruang lingkup dan perkembangan ilmu manajemen. Dalam sebuah rumah sakit tenaga porter sangat dibutuhkan untuk membantu pemindahan/ambulasi pasien dari satu ruangan ke ruangan lain. Tenaga porter juga dapat membantu tenaga medis dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga beban kerja perawat sedikit berkurang dan dapat meningkatkan kinerja perawat sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Stase kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam tahapan profesi ners merupakan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang di padukan secara komprehensif dengan kemampuan intelektual, kemampuan tekniks keperawatan dan kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata, yaitu ruang rawat inap. Dalam konteks belajar inilah mahasiswa diberikan satu ruang rawat untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperawatan, dalam hal ini Ruang Perwira Rumah Sakit Tni Au Dr. M. Salamun Bandung dibawah arahan dan bimbingan intensif darin pembimbing akademik dan pembimbing klinik. Ruang Perwira merupakan ruang rawat inap kelas I, VIP dan VVIP. Ruang Perwira terdiri dari 25 kapasitas tempat tidur dengan pavilion Buana 18 tempat tidur, ruang isolasi 2 tempat tidur, ruang pavilion Dirgantara 4 tempat tidur, pavilion Firdaus 1 tempat tidur. Jumlah perawat di Ruang Perwira 16 orang dengan klafikasi pendidikan Ners 1 orang, S1 Keperawatan 1 orang dan DIII Keperawatan 14 orang (Komite Keperawatan, 2016) B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dirumuskan adalah “ “Bagaimana Pengusulan Portir di Ruang Perwira Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Bandung ?”
2
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan selama 18 hari dinas, mahasiswa program profesi ners mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan di ruang Perwira sesuai dengan konsep dan langkah- langkah manajemen keperawatan. 2. Tujuan Khusus Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan selama 18 hari dinas, mahasiswa program profesi ners mampu : a. Melakukan kajian situasi di Ruang Perwira sebagai dasar untuk menyusun rencana strategis dan operasional unit. b. Melakukan analisa SWOT sesuai dengan hasil temuan kajian situasi. c. Membuat prioritas masalah berdasarkan matriks SWOT. d. Membuat Fish Bone Analisis berdasarkan prioritas masalah waktu e. Membuat Planning Of Action dari masalah yang ada. d. Waktu Praktik mata ajar kepemimpinan dan manajemen keperawatan ini dilaksanakan selama 21 hari sejak tanggal 18 Januari sampai tanggal 6 Februari 2016, di Ruang Perwira Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Bandung. e.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Observasi Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan, inventaris ruangan ( alat dan bahan), penerimaan pasien baru timbang terima pasien, pelaksanaan operan , discharge planning dan pendidikan kesehatan yang diberikan perawat pada pasien saat pulang, sesuai dengan standar operasional prosedur 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan pengatur ruangan, penanggungjawab shift, perawat pelaksana dan klien serta keluarga klien terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan 3. Studi Dokumentasi
3
Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang dokumentasi proses keperawatan, standar prosedur tindakan keperawatan . 4. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman wawancara f.
Sistematika Penulisan Penulisan Proposal ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Terdiri dari latar belakang, tujuan, waktu dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teori Terdiri dari konsep manajemen dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang ditemui di ruangan yaitu seperti sarana dan prasarana, penataan ruangan, penerimaan pasien baru BAB III Kajian Situasi Manajemen Keperawatan Ruang Perwira Terdiri dari profil rumah sakit, profil ruangan, pengkajian situasi lingkungan, analisis SWOT, matrik IFE, matrik EFE, matrik IE, rumusan masalah, scoring, hasil analisa fish bone, planning of action. BAB IV Implementasi meliputi implementasi dan evaluasi BAB V Kesimpulan meliputi kesimpulan dan saran
4
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. Pengertian Manajemen Manajemen keperawatan adalah proses penggunaan waktu yang efektif melalui perencanaan dan pengaturan kinerja perawat klinis dengan sistem manajerial untuk mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis bagi pelayanan keperawatan, sesuai dengan teori, sistematik, prinsip dan metode yang saling berkaitan dan berada pada tataran institusi yang besar dengan organisasi keperawatan yang ada di dalamnya sampai ke level unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi masih
membutuhkan
pengembangan
atau
perbaikan
keterampilan
manajerial hingga ke tingkat divisi keperawatan. Keterampilan manajemen ini diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori dan keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi penguasaan metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok (Swanburg, 2000). Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses
keperawatan,
dalam
manajemen
keperawatan
terdiri
atas
pengumpulan data, identifkasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil 2. Tujuan dan Sasaran Manajemen a. Tujuan Manajemen Menurut Gillies (2004) tujuan manajemen yakni : 1) Memiliki dan mengembangkan nilai seta sikap pengetahuan, kecerdasan,
ketrampilan,
serta
kemampuan
sebagai
tenaga
pembangunan di bidang manajemen. 2) Memiliki keuletan, kesabaran, dan kemandirian dalam bekerja baik secara individu maupun berkelompok.
5
3) Mengamati dan menganalisa suatu masalah serta menerapkan ilmu pengetahuannya untuk melaksanakan praktik di bidang manajemen, baik untuk kepentingan usahanya ataupun peran sertanya menjadi seorang profesional. b. Sasaran Manajemen Sasaran manajemen menurut Gillies (2004), adalah : 1) Human Resources Dalam setiap aktivitas manajemen yang dilakukan seharusnya selalu memperhatikan tentang potensi-potensi yang ada pada sumber daya manusia.Hal ini disebabkan sumber daya manusia merupakan
faktor
yang
paling
penting
dalam
kegiatan
manajemen.Tanpa adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik, maka dapat dipastikan kegiatan manajemen tidak dapat berjalan dengan maksimal. Sasaran terhadap sumber daya manusia, bentuk kegiatannya dapat berupa memimpin, memotivasi, dan mengarahkan orang-orang agar aktivitasnya mengarah pada tujuan yang akan dicapai.. 2) Non Human Resorces Sasaran manajemen yang kedua adalah non human resources atau segala bentuk fasilitas yang ada untuk menunjang pencapaian tugas manajemen.Bentuk
kegiatan
non
human
resources
adalah
mengadakan dan memelihara serta mengendalikan segala fasilitas yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.Misalnya : tempat, alat, metode kerja dan sebagainya. 3. Prinsip-prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan Menurut Nursalam (2007), prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah: a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana. b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
6
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial. 1) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan. 2) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan. 3) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan. 4) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik. 5) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai. 6) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan. 7) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan. 4. Fungsi-fungsi Manajemen Secara ringkas fungsi manajemen Nursalam (2007) sebagai berikut : a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi sampai
dengan menyusun
dan
7
menetapkan
rangkaian
kegiatan
untuk
mencapainya,
melalui
perencanaan yang akan daoat ditetapkan tugas- tugas staf. Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas- tugasnya b. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia. d. Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. e. Staffing adalah kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian meliputi: rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf. 5. Proses Manajemen Keperawatan Menurut Suarti S (2010) proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol, dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajem keperawatan antara lain informasi, personal, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manejer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
Output
adalah
asuhan
keperawatan,
pengembangan staf dan riset. 6. Lingkup Manajemen Keperawatan
8
Menurut Nursalam (2007) mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan 7. Hubungan Antara Manajemen Keperawatan Dengan Proses Keperawatan Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen Keperawatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien. a. Proses Manajemen Keperawatan (Nursalam,2007) 1) Pengkajian – pengumpulan data Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi
(rumah
sakit/puskesmas),
tenaga
keperawatan,
administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi bagi efisiensi salah satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi. 2) Perencanaan Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan memutuskan
tujuan, ukuran
mengalokasikan dan
tipe
tenaga
anggaran
belanja,
keperawatan
yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan
9
dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah ditetapkan. 3) Pelaksanaan Pada tahap ini manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri
dari dan bagaimana
memimpin
orang lain
untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan. 4) Evaluasi Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
B. Portir Rumah sakit Menurut Kosasih (2002) sumber daya manusia rumah sakit terdiri dari tiga kelompok, yaitu kelompok professional, kelompok manajerial, dan kelompok pekarya. Kelompok professional bertugas mengupayakan penyembuhan pasien yang dirawat, yang termasuk keolmpok ini adalah dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, dan lain-lain. Kelompok manajerial bertugas membantu memperlancar jalannya pelayana kesehatan rumah sakit, yaitu para pejabat structural, akuntan, dan lain-lain. Kelompok pekarya adalah tukang cuci, petugas kebersihan, porter, dan pesuruh. C. Analisa SWOT Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
10
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Focus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu SWOT. Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua data tentang tenaga keperawatan, adimistrasi dan bagian keuangan yang akan mepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Setiap data akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan ataukah merupakan ancaman bagi organisasi. 1. Matriks SWOT Matriks SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis dari suatu kegiatan yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dari suatu kegiatan yang dapat
disesuaikan
dengan
kekuatan
dan
kelemahan
yang
dimilikinya. Matriks SWOT Menurut Hunger – Wheelen (1996), dapat digambarkan sebagai berikut : IFAS EFAS
OPPORTUNITIE S (O)
STRENGTHS (S)
WEAKNESS (W)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Strategi yang
Strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk memanfaatkan
kelemahan dan
peluang
memanfaatkan peluang
11
THREATS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Strategi yang
Strategi yang
menggunakan kekuatan
meminjamkan
untuk mengatasi
kelemahan dan
ancaman
menghindari ancaman
Tahapan penentuan startegi dengan matriks SWOT adalah sebagai berikut a. Buat daftar peluang eksternal perusahaan b. Buat ancaman ekternal perusahaan c. Buat daftar kekuatan kunci internal perusahaan d. Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan e. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dlam sel startegi SO f. Cocokkan kelemahan-kelemahan dan peluang-peluang eksternal, dan catat hasilnya dalam sel startegi WO g. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strtegi ST h. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi WT. Strategi
SO
menggunakan
kekuatan
internal
perusahaan
untuk
memanfaatkan peluang eksterna. Semua manager akan lebih suka bila organisasi mereka berada
Pada posisi dimana kekuatan internal dapat
memanfaatkan tren dan kejadian eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST atau WT agar dapat mencapai situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan menjadikannyua kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang terdapat peluang
12
eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan eksternal secara langsung. Strategi WT adalah taktik defensit yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagau acaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman. Kenyataannya perusahaan seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi. 2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi atau operasi. Tahapan kerja matriks IFE adalah sebagai berikut : a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknessesi). b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan sakala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya. c. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing factor yang memiliki nilai : 1 = sangat lemah 2 = tidak begitu lemah
13
3 = cukup kuat 4 = sangat kuat Jadi rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot mengacu pada industry dimana perusahaan berada. d. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing factor untuk menentukan nilai skornya. e. Jumlahkan semua skor untuk mendpatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5 manandakan bahwa secara internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berda doatas 2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. jumlah factor-faktornyidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0. 3. Matriks EFE (External Factor Evaluation) Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor
eksternal
perusahaan berkaitan dengan opportunities (peluang) dan threat (ancaman) bagi perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persainagan dipasar industry dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena factor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Tahapan kerja dari matriks EFE adalah sebagai berikut : a. Buatlah daftar critical success factors
(factor-faktor utama yang
menpunyai dampak yang penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk aspek eksternal yang mencangkup perihal opportunities (peluang) dan threat (ancaman) bagi perusahaan. b. Tentuka weight dan critical success factor tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
14
c. Tentuka rating setiap critical success factors antara 1-4, dimana ; 1 = dibawah rata-rata 2 = rata-rata 3 = diatas rata-rata 4 = sangat bagus Jadi rating ditentukan berdasarkan efektifitas strategis perusahaan, dengan demikian nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan. d. Alikan nilai bobot dengan ratingnya untuk mendaoatkan skor semua critical success factors e. Jumlahkan semua skors untuk mendapatkan skors total bagi perusahaan yang dinilai. Skor total 4.0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara ynag luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman dipasar industrinya. Semntara itu, skorr total sebesar 1.0 mengindikasikan bahwa perusahaan tidak menmanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancamn-ancaman eksternal. 4. Matriks Internal Eksternal (IE) Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dari 9 sel dengan memperhatikan nilai total EFE dan IFE. Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis, sehingga disebut matriks portofolio. Matriks IE dengan sumbu horizontal X adalah nilai IFE yang dibagi menjadi 3 daerah yaitu : 1,0 – 1,99 = IFE lemah 2,0 – 2,99
= IFE rata-rata
3,0 – 4,0 = IFE kuat Matriks IE dengan sumbu vertikal Y adalah nilai EFE yang dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : 1,0 – 1,99
= EFE rendah
2,0 – 2,99
= EFE rata-rata
3,0 – 4,0= EFE kuat. IE matriks menghasilkan 3 implikasi strategi yang berbeda yaitu :
15
1. SBU yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Grow dan Build. Strategi yang cocok bagi SBU ini adal strategi intensif (market penetration, market development, dan product development) dan strategi integratif (backward integration, forward integration, dan horizontal integration). 2. SBU yang berada pada sel III, V, VII paling baik dikendalikan dengan strategi-startegi hold dan maintain. Staregi yang umum dipakai adalah strategi market penetration dan product development. 3. SBU yang berada pada sel VI, VIII, IX dapat menggunakan strategi harvest atau divestiture. 5. Prioritas Masalah Prioritas merupakan sebuah proses individu atau kelompok dalam memberikan item rangking. Proses untuk memprioritaskan masalah dengan metode pembobotan yang memperhatikan aspek : 1.
Magnetude (Mg)
: Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi
2.
Severy (Sv)
: Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari
masalah ini 3.
Manageability (Mn) : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahan
4. Nursing Consent (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat 5. Affability (Af)
: Ketersediaan sumber daya
Rentang nilai yang digunakan adalah 1- 5 : 1. Sangat penting
:5
2. Penting
:4
3. Cukup penting
:3
4. Kurang penting
:2
5. Sangat kurang penting
:1
16
Tabel Prioritas Masalah No MASALAH 1
Mg
Sistem perawat
penugasan 5 yang
Sv
Mn
Nc
Af
SKOR
KET
5
5
4
4
I
5
4
3
3
II
4
3
3
3
IV
3
3
4
3
III
belum
efektif yang diterapkan di ruang elisa (SP2KP)
2
Pelaksanaan
Asuhan 5
Keperawatan yang belum optimal
3
Komunikasi
dan 4
koordinasi
pemesanan
tempat untuk penerimaan pasien baru belum efektif 4
Dalampelaksanaan discharge
4
planning
tidakdisertakanpemberian leaflet Hamel dan Prahalad (2000), Proritas Masalah D. Analisa Fish Bone Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang
17
mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya. 1. Langkah-langkah a. Menyiapkan sesi sebab-akibat b. Mengidentifikasi akibat c. Mengidentifikasi berbagai kategori. d. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. e. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama f. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin 2. Manfaat analisa tulang ikan Memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan Langkah-langkah penerapan : Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan a. Analisa Tulang Ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50-60 menit. b. Peserta dibagi dalam kelompok, maksimum 6 orang per kelompok. c. Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa. d. Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok. e. Buatlah gambar pada flipchart berdasarkan contoh dibawah ini. f. Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi diagram tulang ikan. Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah paling kanan diagram tulang ikan. Misalnya Proposal Anggaran Akhir bulan terlambat. Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama a.
Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi "cabang". Setiap cabang mewakili "sebab utama" dari masalah yang
b.
ditulis. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa
diringkas seperti : c. Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Mesin, Materi, Pengukuran d. Metode, Mesin, Material, Manusia - (4M)
18
e.
Tempat (Place), Prosedur (Procedure), Manusia (People), Kebijakan
f.
(Policy) - (4P) Lingkungan (Surrounding), Pemasok (Supplier), Sistem (System),
Keterampilan (Skill) - (4S) g. Kategori tersebut hanya sebagai saran; bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kotak. Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran a.
Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan
b.
menggunakan curah pendapat. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam Diagram tulang ikan. (yaitu, tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.
c.
Misalnya di kategori mesin.) Sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak "tulang"
kecil keluar dari garis horizontal utama. d. Suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama (misalnya, menerima data yang terlambat bisa diletakkan dibawah manusia dan sistem). Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori. Sebab - sebab inilah yang merupakan petunjuk "sebab yang tampaknya paling mungkin " lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada diagram. Catat jawabannya pada kertas flipchart terpisah. Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin a. Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin. b. Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , "Mengapa ini sebabnya ?" c. Pertanyaan "Mengapa ?" akan membantu Anda sampai pada sebab pokok dari permasalahan teridentifikasi.
19
Tanyakan "Mengapa ?" sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi.Kalau sudah sampai kesitu sebab pokok telah terindentifikasi. 1.
Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP 1) Peran Kepala Ruangan (Karu) a. Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya serta mengobservasi keadaan infuse, tetesan infus dan bila ada obat yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan memberikan motivasi kepada pasien tentang kegunaan obat. b. Memimpin sharing pagi c. Memimpin operan pagi d. Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh Kepala Tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu. e. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (hasil Lab), dll f. Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan. g. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung jawabnya. h. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer. 2)
Ketua Tim (KATIM) Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya. a. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh
pasien
yang
dikoordinirnya pada saat Pre Confrence b. Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk setiap pasiennya. c. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat PP d. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien dibawah koordinasinya pada saat Post Confrence. 3)
Penanggung Jawab Shift (PJ Shift) Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari libur. 20
a. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam. b. Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya c. Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang telah dibuat PP d. Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan e. Membuat Proposal kejadian kepada pengatur ruangan. 4)
Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA) : Tugas Utama :Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien. a. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh PA b. Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
F. Perhitungan BOR dan LOS a. BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman (dalam Arwani, 2006) adalah “the ratio of patient service days toinpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
BOR =
JUMLAH PASIEN
X 100
JUMLAH TEMPAT TIDUR b. LOS (Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat LOS menurut Huffman (dalam Arwani, 2006) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”.LOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
21
pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai LOS yang ideal antara 69 hari (Depkes RI, 2005). LOS =
Jumlah lama dirawat (jumlah pasien keluar(hidup+mati)
c. Cara Perhitungan Jumlah Perawat Dengan Jumlah Pasien Menurut Douglas, 2007, ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan per pasien untuk dinas pagi, sore dan malam dengan rumus: Tabel 2.1 Perhitungan Jumlah Perawat Dengan Jumlah Pasien Waktu Klasifikasi Minimal Parsial Total
Pagi
Sore
Malam
0,17 0,27 0,36
0,14 0,15 0,30
0,07 0,10 0,20
Menurut metode Thailand dan Filipina dalam Arwani (2006), tenaga perawat dapat dihitung sebagai berikut: Jadi, 3,4x 52 minggu x 7 harixTTx BOR 41 minggu kerja efektif x 40 jam kerja dalam 1 minggu Menurut Wesler (dalam Arwani, 2006) untuk mengetahui jumlah kebutuhan tenaga perawat dapat dikelompokan menjadi; untuk dinas pagi 47%, dinas siang 36%, dinas malam 17%.
22
23
BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG PERWIRA A. Pengkajian Situasi Ruangan Perwira Ruangan perwira merupakan unit perawatan kelas I, VIP, dan VVIP untuk umum. Ruangan ini dikelola oleh seorang kepala ruangan dengan lulusan Ners. Ruangan perwira memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 25 unit tempat tidur. Pembagian tempat tidur tersebut terdiri dari 19
tempat tidur di paviliun Buana, 4 tempat tidur di paviliun
Dirgantara, 1 tempat tidur di paviliun Firdaus, 1 tempat tidur di ruang isolasi.Ruangan perwira memiliki jumlah tenaga kerja diantaranya kepala ruangan 1 orang, perawat pelaksana sebanyak 15 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, dari semua perawat terdiri dari 14 lulusan D3 Keperawatan, 1 orang lulusan S1 Keperawatan, 1 orang lulusan Ners. Untuk jadwal dinas di ruang Perwira sudah tersusun dan dibuat oleh Kepala Ruangan dengan beban kerja sesuai dengan pembagian tim. Ruangan Perwira memiliki 16 kamar mandi (toilet ) untuk pasien dan keluarga dan 1 kamar mandi khusus untuk perawat. Ruang perwira juga dilengkapi dengan ruang ganti perawat
1. SDM Tabel 3.1 Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan Terakhir, Lama Bekerja Di Ruang Perwira (Data Kepegawaian Ruang Perwira, 2016)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Erlien M, AMK Lus S,S.Kep Yunani S, AMK Lilis A, AMK Praka Yayat S, AMK Raka Tarmizi Rizka I, AMK Efran R, AMK Silvia T, AMK Ade I, AMK Dwi R, AMK Noeriska , AMK Niko W, AMK Nunik N, S.Kep.,Ners Yasinta M, AMK Siti Z.AMK Ihdi S, AMK
Jabatan/fungsi
Pendidikan
Pengatur PP PP PP PP Administrasi PP PP PP PP PP PP PP PP PP PP PP
D3 S1 D3 D3 D3 SMA D3 D3 D3 D3 D3 D3 D3 Ns D3 D3 D3
Lama Bekerja 10 Th 8 Th 8 Th 8 Th 10 Th 10 Th 5 Th 5 Th 5 Th 5 Th 4 Th 4 Th 3 Th 3 Th 24 2 Th 3 Th 5 bln
2. Fasilitas Ruangan Perwira Tabel 3.3 Sarana Dan Prasarana NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Fasilitas Kantor Kepala Ruangan Nurse Station Kamar Mandi Perawat Wastafel Perawat Jam dinding Perangkat Komputer Telepon Tempat Sampah Ruang Tindakan Tempat Tidur Gudang Softa man Lemari Obat Tempat Sampah Pasien Lemari pasien Lemari alat tenun Lemari loker Lemari persediaan barang Lemari ALKES Lemari arsip-arsip Kursi pasien
JUMLAH ALAT 1 1 1 1 1 1 1 4 1 25 1 4 1 17 25 2 1 1 1 1 25
Tabel 3.4 Alat Kesehatan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NAMA ALAT Ambu Bag Klem Autoclave Bak injeksi Bak instrumen besar Bak instrumen sedang Bengkok stainless Gunting jaringan Gunting verban Irigator Kereta injeksi Kom alkohol Kom kecil Kursi roda Lampu emergensi
JUMLAH ALAT 1 buah 3 buah 1 buah 2 buah 1 buah 2 buah 3 buah 2 buah 1 buah 1 buah 3 buah 3 buah 2 Buah 4 Buah 1 Buah
KONDISI Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus 25
18 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26 27 28 29 30 31 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pinset anatomis Pinset sirurgis Regulator central Regulator set Standard infus Stetoskop Tensi meter duduk Termometer air raksa Termometer digital Termometer rektal Tromol sedang Win Ring Tongue Spatel Tensi indale Monitor TTV Mesin EKG Syringe Pump Infus Pump Senter Nebulizer Oxymetri Hubdic temperature Urinal Pispot sodok
3 Buah 2 buah 2 Buah 25 Buah 12 Buah 3 Buah 2 buah 2 Buah 1 Buah 2 Buah 1 buah 1 Buah 2 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 2 buah 1 buah 21 buah 15 buah
Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus
3. Prosedural Ruang Perwira terdiri dari SPO sebanyak 311 buah, dengan rincian sebagai berikut : a. b. c. d. e. f.
SPO Tindakan : 82 buah SPO PPK (Pendidikan Pasien dan Keluarga) : 34 buah SPO PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) : 43 buah SPO SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) : 49 buah SPO APK : 65 buah SPO PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) : 38 buah
4. Penyakit 5 Besar pada Bulan Januari 2014 Tabel 3.5 Distribusi 5 Besar Penyakit yang ada di Ruang Perwira
26
No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Penyakit Tumor jaringan lunak DHF Stroke Dispepsia DM
5. Fungsi Manajemen Ruang Perwira a. Perencanaan Ruangan Perwira sudah memiliki Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan Keperawatan secara mandiri. b. Pengorganisasian Struktur Organisasi (Terlampir) c. Ketenagaan Perhitungan jumlah tenaga perawat Jumlah BOR BOR = Jumlah pasien
x 100%
Jumlah tempat tidur 76 % =
Jumlah pasien
x 100%
25 Jumlah pasien = 25 x 76% = 19 pasien Diketahui: Partial Care
= 80% x 19 Pasien = 15,2(15 Pasien)
Total care
= 15% x 19 Pasien = 2,85 (3 Pasien)
Minimal Care
= 5% x 19 Pasien = 0,95 (1 Pasien)
Jumlah jam keperawatan langsung Ketergantungan minimal = 1 orang x 1 jam = 1 jam Ketergantungan partial = 15 orang x 3 jam = 45 jam Ketergantungan total = 3 orang x 6 jam = 18 jam Jumlah jam = 64 jam Jumlah keperawatan tidak langsung 19 orang klien x 1 jam = 19 jam Pendidikan Kesehatan = 19 orang klien x 0,25 = 4,75 jam (5 jam) Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari : 64 jam + 19 jam + 5 jam = 4,6 Jam/klien/hari 19 orang
Pagi
Minimal Care
Partial Care
Total Care
Jumlah Perawat
0,17 x 8 = 1,36
0,27 x 6 = 1,62
0,36 x 7 = 2,52
5,5 (6 orang)
27
Sore
0,14 x 8 = 1,12
0,15 x 6 = 0,9
0,30 x 7 = 2,1
4,12 (4 orang)
Malam
0,07 x 8 = 0,56
0,10 x 6 = 0,6
0,20 x 7 = 2,8
3,96 (4 orang)
Loss Day :
Faktor Koreksi = (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25% = ( 16+4) x 25 % = (20) x 25 % =5
Jumlah tenaga yang dibutuhkan : tenaga perawat yang tersedia + faktor koreksi 16 orang + 5 = 21 = 21 orang perawat Untuk cadangan 20% menjadi 21 x 20% = 4orang Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 21 + 4 = 25 orang /ruangan Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 5% : 95 % = 1:15 orang d. Pengarahan Pengarahan diberikan oleh kepala ruangan pada saat sharing pada pagi hari, saat pergantian shif malam ke shift pagi. Di dalam sharing tersebut kepala ruangan membahas masalah yang terjadi di ruangan dan
28
memberi pengarahan dan solusi jika terjadi kesalahan serta memberi pengumuman/ informasi/ kebijakan terbaru dari Rumah Sakit kepada perawat di Ruang Perwira. Kepala ruangan juga melakukan pengarahan tentang pelaksanaan SAK dan SPO agar tetap dijalankan dengan baik. Kepala ruangan selalu memberi motivasi kepada pegawai untuk terus semangat dalam melakukan tugas yaitu memberi pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya dan memotivasi anggota agar menghindari
kesalahan-kesalahan
dalam
pemberian
asuhan
keperawatan. Pemberian pengarahan dan motivasi dilakukan dengan menggunakan komunikasi terbuka dengan anggota. e. Pengendalian Pengendalian dilakukan oleh kepala ruangan. Kepala ruangan mengawasi pelaksanaan SAK dan SPO. Penerapan displin dan manajemen waktu adalah hal-hal yang mendukung pengendalian di ruangan Perwira. Displin kerja dibuktikan dengan absensi dan penerapan aturan oleh setiap anggota. Kepala ruangan melakukan penilaian PA setiap 3 bulan. Apabila melakukan kesalahan maka kepala ruangan melakukan teguran secara lisan dan jika kesalahan fatal maka kepala ruangan akan memberikan SP kepada staff yang bersangkutan.
29
f. Denah ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun D1
F
D2 R.k D3 N.s
R.t
Wc
R.a D4
B1 D
B11
B10 B2 Pa
Keterangan Ruangan Perwira : D1 : Dirgantara 1
F
: Firdaus
D2 : Dirgantara 2
N.s
: Ners station
D3 : Dirgantara 3
R.t
: Ruang tindakan
D4 : Dirgantara 4
Wc
: Water closet
B1 : Buana 1
R.a
: Ruang alat
B2 : Buana 2
D
: Dapur
B3 : Buana 3
Pa
: Pencucian alat
B3
B4
B5
B6
B7
B4 : Buana 4 B5 : Buana 5
B8
B6 : Buana 6 B7 : Buana 7
B9
B8 : Buana 8 B9 : Buana 9 C. Kajian Situasi B10 : Buana 10 Internal dan Eksternal B11 : Buana 11 30
1.
STRENGTH (S) : a. RS TNI AU Dr. M.Salamun sudah terakreditasi paripurna. b. Kapasitas tempat tidur 25 TT c. Ruang Perwira merupakan ruang rawat penyakit dalam dan bedah d. e. f. g.
untuk laki-laki dan perempuan Terdapat 1 kamar isolasi, Jumlah rata-rata BOR 76% Lokasi strategis dekat dengan LAB, IGD,dan ruang OK Terdapat ruang obat, ruang alat, ruang perawat, dan ruang gizi yang
terpisah h. Staf yang siggap dan ramah i. Kondisi ruang rawat yang terjaga kebersihan dan kerapiannya j. Penempatan handsrcab yang strategis dan mudah dijangkau baik oleh pengunjung dan staf k. Terdapat protap cuci tangan yang sesuai dengan standar operasional disetiap wastafel l. Mendapat piagam juara I cuci tamgan antar seksi dilingkungan RS.AU Dr.Salamun m. Terdapat APAR diruang keperawatran n. Penempatan mading dan leaflet dilokasi yang strategis sehingga mudah dibaca oleh pengunjung o. Memiliki ALKES yang sudah canggih p. Memiliki tenaga perawat 17 orang, dengan klasifikasi pendidikan Diploma 14 orang, S1 Keperawatan 1 orang, Ners 1 orang. q. Mempunyai 2 orang tenaga pelaksana administrasi, 2 orang bagian gizi, dan 2 orang tenaga kebersihan. r. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi untuk memudahkan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. s. Adanya kunjungan rutin untuk memberi dukungan doa bagi setiap pasien. t. Terdapat kotak penyimpanan obat untuk masing- masing pasien u. Alat-alat habis pakai seperti kassa, kapas alkohol, cairan betadin, dan lainnya sudah mencukupi kebutuhan ruangan. v. Tersedianya SOP dan SAK w. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri. x. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk membantu system informasi manajemen di ruangan. y. Adanya mahasiswa PPN yang praktek stase Manajemen di ruangan 2.
WEAKNESS (W) : a. Lulusan S1 Keperawatan dan Ners belum memadai .
31
b. Berdasarkan perhitungan gilies ruang perwira memerlukan perawat 25 orang, saat ini tenaga keperawatan berjumlah 16 orang. c. Beban kerja perawat yang berlebih. d. Peran Katim kurang terlihat saat operan dinas karena Operan dinas e. f. g. h. i. 3.
dilakukan secara general Kurang efektifnya pengaturan jam besuk Belum efektifnya penkes terhadap pasien pulang Masih terdapat pasien yang terkena phlebitis Pendataan inventaris alkes belum optimal Penggunaan handscoen steril pada perawatan luka belum dilakukan
OPPURTUNITIES (O) a. Adanya RUU Keperawatan, UU kesehatan, SKN. b. Adanya Etika Profesi Keperawatan c. Adanya Standar Praktik Keperawatan
4. a.
THREATS (T) Adanya program pasar bebas dari pemerintah yang mengizinkan
b.
perawat luar negri bekerja di indonesia Kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
c.
sehingga masyarakat lebih kritis. Adanya RS Advent Bandung yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap
32
33
D. Matriks SWOT
Internal
Strength (S) Sudah
Weakness (W) terakreditasi Masih kurangnya lulusan S1
paripurna. Kapasitas tempat tidur 25
Keperawatan dan Ners. Berdasarkan perhitungan
TT Ruang Perwira merupakan
gilies
ruang rawat penyakit dalam
orang,
dan bedah untuk laki-laki
keperawatan berjumlah 17
dan perempuan Terdapat 1 kamar isolasi, Jumlah rata-rata BOR 76% Letak ruangan strategis
orang. Belum terdapatnya kejelasan
dekat dengan OK, IGD,
asuhan
Lab, dan Radiologi. Memiliki tenaga perawat 17
ruangan. Kurang efektifnya pengaturan
orang, dengan klasifikasi
jam besuk dan banyak anak
pendidikan
kecil
Diploma
orang, dan Ners 1 orang. Mempunyai 1 orang tenaga pelaksana administrasi, 1 orang bagian gizi, dan 1
memerlukan
15
orang, S1 Keperawatan 1
orang tenaga kebersihan Terdapat kotak
ruang
perawat
saat
ini
yang
masuk. Tidak dibatasinya pasien Belum
di
diperbolehkan
yang
jumlah
menunggu
efektifnya
terhadap pasien pulang
masing- masing pasien Alat-alat habis pakai seperti kassa, kapas alkohol, cairan betadin, dan lainnya sudah mencukupi
tenaga
keperawatan
penyimpanan obat untuk
28
tentang penggunaan metode
keluarga
perwira
kebutuhan
34
penkes
Eksternal
ruangan. Tersedianya SOP dan SAK Ruangan memiliki persediaan
alat
tenun
sendiri. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk membantu system
informasi
manajemen di ruangan. Kondisi ruang rawat yang terjaga
kebersihan
dan
kerapihannya. Adanya protap cuci tangan
di setiap wastafel Letak handscrub strategis dijangkau
dan baik
yang mudah untuk
pengunjung maupun staff Alkes yang canggih Perawat yang sigap dan
ramah Adanya mahasiswa PPN yang praktek stase Manajemen di ruangan
35
Oppurtunities (O) Adanya RUU
WO strategi Membuat suatu bagan
Keperawatan, UU
pelayanan kesehatan di
struktur organisasi Ruang
kesehatan, SKN. Adanya Etika
Ruang perwira dengan
perwira Memberi masukan kepada
Profesi
SO strategi Meningkatkan mutu
Keperawatan Adanya Standar
Praktik Keperawatan
pelatihan pelatihan yang ada Peningkatan pelayanan
perawat di Ruang perwira
keperawatan berdasarkan
ntuk memperjelas metode
SPO dan SAK yang ada Melaksanakan penelitian
asuhan keperawatan yang
dan pendidikan di ruang
perwira Melaksanakan dan
perawat tentang pentingnya
memaksimalkan metode
memotivasi perawat untuk
keperawatan yang
melakukan penkes pada
digunakan di ruangan yaitu
pasien pulang. Meningkatkan tata tertib
metode keperawatan Tim. Meningkatkan kepuasan
patient safety dan
jadwal kunjungan dengan
pelayanan kesehatan pada
Threats (T) Adanya
pasien Meminimalisir tingakat
membuat label tata tertib
pengadaan leaftlet di tempat
pasien
pasien.
WT Strategi Memberikan masukan
perawat dan kualitas
kepada kepala bidang
letaknya berdekatan pelayanan keperawatan Adanya program Meningkatkan evaluasi baik pasar
bebas
pemerintah
kunjungan Menggalakkan kembali
kejadian infeksius pada
ST strategi Meningkatkan kinerja
RS.ADVENT yang
digunakan. Memberi masukan kepada
keperawatan dalam meningkatkan kompetensi
dari
secara internal dari kepala
tenaga perawat di RS AU
yang
ruangan dan eksternal dari
Dr.Salamun Membuat penyuluhan
mengizinkan perawat luar negri bekerja di indonesia
supervisor bagian keperawatan Meningkatkan tenaga kerja
mengenai infeksi nosokomial terhadap
36
Kesadaran
yang professional
masyarakat terhadap
bidang keperawatan untuk
pelayanan kesehatan yang
mengadakan beasiswa
berkualitas
untuk meningkatkan jenjang
sehingga masyarakat lebih kritis. Adanya RS daerah yang
keluarga pasien Memberikan usulan kepada
pendidikan di
cimbeuluit memiliki
fasilitas yang lebih lengkap
E. Pembobotan Matrik IFE Tabel 3.8 Matrik IFE Faktor
Bobot
As
Skor
37
Kekuatan (Strenght) 1) RS TNI AU Dr. M.Salamun sudah
0,06
4
0,24
0,03 0,02
2 2
0,06 0,04
0,02 0,02
3 3
0,06 0,06
0,04
2
0,08
0,02
3
0,06
0,04 0,04
4 4
0,16 0,16
perawat, dan ruang gizi yang terpisah 8) Staf yang siggap dan ramah 9) Kondisi ruang rawat yang terjaga
0,03
3
0,09
kebersihan dan kerapiannya 10) Penempatan handsrcab yang strategis
0,04
2
0,08
0,04
2
0,08
0,02 0,02
2 2
0,04 0,04
0,03 0,02
3 2
0,09 0,04
0,02
4
0,08
0,04
4
0,16
0,02
2
0,04
0,02
3
0,06
0,04
3
0,12
terakreditasi paripurna. 2) Kapasitas tempat tidur 25 TT 3) Ruang Perwira merupakan ruang rawat penyakit dalam dan bedah untuk laki-laki dan perempuan 4) Terdapat 1 kamar isolasi, 5) Jumlah rata-rata BOR terakhir76% 6) Lokasi strategis
dekat
tiga
hari
dengan
LAB,
IGD,dan ruang OK 7) Terdapat ruang obat, ruang alat, ruang
dan
mudah
dijangkau
baik
oleh
pengunjung dan staf 11) Terdapat protap cuci tangan yang sesuai dengan
standar
operasional
disetiap
wastafel 12) Mendapat piagam juara I cuci tamgan antar
seksi
dilingkungan
RS.AU
Dr.Salamun 13) Terdapat APAR diruang keperawatran 14) Penempatan mading dan leaflet dilokasi yang strategis sehingga mudah dibaca oleh pengunjung 15) Memiliki ALKES yang sudah canggih 16) Memiliki tenaga perawat 17 orang, dengan klasifikasi pendidikan Diploma 14 orang, S1 Keperawatan 1 orang, Ners 1 orang. 17) Mempunyai 2 orang tenaga pelaksana administrasi, 2 orang bagian gizi, dan 2 orang tenaga kebersihan.
38
18) Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi untuk memudahkan perawat dalam pemberian
asuhan
keperawatan
0,04 0,03
3 2
0,12 0,06
3
0,09
yang
berkualitas. 19) Adanya kunjungan rutin untuk memberi
0,03
dukungan doa bagi setiap pasien. 20) Terdapat kotak penyimpanan obat untuk masing- masing pasien 21) Alat-alat habis pakai seperti kassa, kapas alkohol, cairan betadin, dan lainnya sudah mencukupi kebutuhan ruangan. 22) Tersedianya SOP dan SAK 23) Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri. 24) Ruangan untuk
dilengkapi membantu
dengan system
computer informasi
manajemen di ruangan.
39
Kelemahan (Weakness/CA) 1) Lulusan S1 Keperawatan dan Ners belum memadai . 2) Berdasarkan perhitungan
gilies
0,05
1
0,05
0,03
2
0,06
0,03
3
0,09
0,03
2
0,06
0,02
2
0,04
0,03
3
0,09
0,03
2
0,06
0,02
3
0,06
0,03
3
0,09
1
85
2,71
ruang perwira memerlukan perawat 25
orang,
saat
ini
tenaga
keperawatan berjumlah 16 orang. 3) Beban kerja perawat yang berlebih. 4) Peran Katim kurang terlihat saat operan dinas karena Operan dinas dilakukan secara general 5) Kurang efektifnya pengaturan jam besuk 6) Belum efektifnya penkes terhadap pasien pulang 7) Masih terdapat pasien yang terkena phlebitis 8) Pendataan inventaris alkes belum optimal 9) Penggunaan handscoen steril pada perawatan luka belum dilakukan
Jumlah
Rating (nilai) antara 1-4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai : 1 = Sangat lemah 2 = Tidak begitu lemah 3 = Cukup kuat 4 = Sangat kuat
40
Jadi, rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot mengacu pada industry dimana perusahaan berada. a. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya. b. Jumlah semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks EFE, matriks IFE terdiri cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0. F. MATRIKS EFE No 1. Peluang
2.
Faktor
Bobot
As
Skor
1) Adanya RUU Keperawatan, UU
0,2
3
0,6
kesehatan, SKN. 2) Adanya mahasiswa PPN yang praktek
0,1
3
0,3
stase Manajemen di ruangan 3) Adanya Etika Profesi Keperawatan 4) Adanya Standar Praktik Keperawatan
0,2 0,1
3 3
0,6 0,3
0,1
3
0,3
0,2
3
0,6
0,1
2
0,2
1
20
2,9
Ancaman
1) Adanya program pasar bebas dari pemerintah yang mengizinkan perawat luar negri bekerja di Indonesia 2) Kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga masyarakat lebih kritis. 3) Adanya RS Advent Bandung yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap
Jumlah
41
Rating setiap critical success factors antara 1 sampai 4 dimana : 1 = di bawah rata-rata 2 = rata-rata 3 = di atas rata-rata 4 = sangat bagus Rating ditentukan berdasarkan efektifitas strategi perusahaan. Dengan demikian, nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan. a. Kalikan nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk medapatkan skor critical factor success. b. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Skor 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman di pasar industry. Sementara itu, skor total sebesar 1,0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.
G. Matriks Internal Eksternal (IE) Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU perusahaan kedalam matriks yang terdiri dari 9 sel dengan memperhatikan nilai total EFE dan IFE. Matriks IER menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis, sehingga disebut matriks portofolio. Matriks IE dengan sumbu horizontal X adalah nilai IFE yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1,0 – 1,99 = IFE rendah 2,0 – 2,99 = IFE rata-rata 3,0 – 4,0 = IFE kuat Matriks IE dengan sumbu vertical Y adalah nilai EFE yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1,0 – 1,99 = EFE rendah 2,0 – 2,99 = EFE rata-rata 3,0 – 4,0 = EFE kuat H. Perumusan Masalah 1. Belum optimalnya pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan metode tim. 2. Tindakan keperawatan mengganti balutan luka infeksi yang belum sesuai SPO. 42
3. 4. 5. 6. 7.
Belum tersedia spoel hoek yang sesuai dengan standar kesehatan. Alat kesehatan masih kurang memadai. Pengawasan jam besuk belum optimal. Tidak tersedianya penomoran bed secara spesifik di pavilion buana. Belum memadainya jumlah portir untuk membantu mobilitas pasien
dikarenakan lokasi ruang periwira yang cukup jauh. 8. Belum optimalnya pelaksanaan penerimaan dan pemulangan pasien sesuai SOP.
Proses untuk memprioritaskan masalah dengan metode pembobotan yang memperhatikan aspek : Magnetude (Mg)
: Kecenderungan besar dan seringnya masalah
terjadi Severy (Sv)
masalah ini. Manageability (Mn) : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat
diatur untuk perubahan Nursing Consent (Nc): Melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat Affability (Af)
: Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari
: Ketersediaan sumber daya
Rentang nilai yang digunakan adalah 1- 5 : 1. Sangat penting :5 2. Penting :4 3. Cukup penting :3 4. Kurang penting :2 5. Sangat kurang penting :1
I. SCORING No 1.
MASALAH
Mg
Sv
Mn
Nc
Af
SKOR
KET
4
4
5
5
5
23
I
18
III
Belum optimalnya pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan metode tim.
2.
Tindakan
4
4
4
4
2
43
keperawatan mengganti balutan luka infeksi yang belum sesuai SPO. 3.
Belum tersedia spoel 5 hoek
yang
dengan
4
3
4
3
19
II
5
4
3
3
3
18
V
jam 3
4
2
3
3
15
VI
3
2
2
2
3
12
VIII
4
3
2
2
3
14
VII
4
3
4
3
3
17
IV
sesuai standar
kesehatan.
4.
Alat kesehatan masih kurang memadai.
5.
Pengawasan
besuk belum optimal.
6.
Tidak
tersedianya
penomoran secara
bed
spesifik
di
pavilion buana.
7.
Belum
memadainya
jumlah porter untuk membantu mobilitas pasien
dikarenakan
lokasi ruang periwira yang cukup jauh.
8.
Belum
optimalnya
pelaksanaan penerimaan
dan
pemulangan
pasien
sesuai SOP
J. Hasil Analisa dan Assesment 1. Belum tersedia porter untuk membantu ambulansi pasien dari dan ke luar ruangan perwira. Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama 3 hari ditemukan bahwa belum tersedianya porter untuk membantu ambulansi pasien di ruang perwira.
44
Ruang perwira yang letaknya cukup jauh dan jalan yang menanjak, serta kebanyakan perawatnya berjenis kelamin perempuan membuat ambulansi pasien menjadi sulit tanpa adanya bantuan tenaga porter.
45
K. ANALISIS FISHBONE Analisis Fish Bone Belum tersedia porter untuk membantu ambulansi pasien dari dan ke luar ruangan perwira.
MAN
MONEY
MATERIAL
Kesibukan perawat di ruangan. Kekurangan perawat pada saat shift. Menambah beban kerja perawat. Belum tersedia porter untuk membantu ambulansi pasien dari dan ke luar ruangan perwira.
METHOD
MACHINE
ENVIRONTMENT
Metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruang perwira adalah model tim. Diskusi dengan kepala ruangan dalam mengajukan usul menambah tenaga ambulatori. 49
L. PLANNING OF ACTION (POA) NO 1.
MASALAH
TUJUAN
Belum tersedia porter Tujuan jangka untuk
membantu panjang :
Sampai akhir tahun 2016 sudah dan ke luar ruangan tersedianya tenaga perwira. porter di ruang perwira. Tujuan jangka pendek : Sampai akhir bulan Februari 2016 sudah tersedianya tenaga porter di ruang perwira. ambulansi pasien dari
STRATEGI 1. Menjelaskan manfaat dari adanya tenaga porter di ruang perwira kepada kepada kepala ruangan. 2. Mengusulkan adanya penambahan tenaga perter di ruang perwira.
KEGIATAN Melakukan komunikasi efektif dengan clinical instruktur dan kepala ruangan tentang penambahan tenaga porter di ruang perwira dan meminta umpan balik dari CI dan kepala ruangan.
SASARAN Ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun,
WAK
PENANGGUNG
BIAY
TU
JAWAB
A
30 Januar i–6 Februa ri 2016
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
-
50
BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI
A. IMPLEMENTASI 1. Perencanaan Pengusulan Portir Sebelum melaksanakan implementasi terkait perencanaan pengusulan portir, kelompok terlebih dahulu mengidentifikasi dokumen ruangan dan berkonsultasi dengan pengatur ruangan terkait masalah pelayanan di ruangan tersebut. Dalam masalah ini kelompok melakukan kolaborasi dengan pengatur ruangan dalam memimpin sharing dan berdiskusi mengenai ide yang diberikan yaitu memberikan ide kepada kepala ruangan untuk mengajukan proposal kepada pihak rumah sakit dalam pengajuan adanya portir. Selain mensosialisasikan rencana adanya portir, kelompok juga memotivasi tenaga perawat untuk segera mengajukan proposal dan memberikan ide mengenai contoh spoel hoek yang sesuai standar kesehatan, dalam melakukan implementasi ini dilaksanakan pada tanggal 03-02-2016 dengan penanggung jawab Junita. Dalam pelaksanaan implementasi kelompok tidak mengalami hambatan karena kepala ruangan dan wakil kepala ruangan dan dapat diajak bekerja sama selama proses implementasi berlangsung, dan setelah dilaksanakan implementasi perawat dan mahasiswa berusaha agar adanya perencanaan portir di ruangan tersebut.
B. Rencana Tindak Lanjut 1. Tersedianya Spoel Hoek yang Sesuai Standar Kesehatan
51
Optimalisasi Manajemen Waktu dan Tata Tertib.
No 1
Masalah
Penanggung
Rencana tindak lanjut
jawab
1. Kepala Ruangan dan penanggung Jawab Shift dan
Kurangnya peran
perawat pelaksana berkewajiban memberikan
perawat
proposal kepada pihak rumah sakit akan adanya
dalam
pengadaan portir di ruangan perwira
1. Kepala Ruangan 2. Penanggung Jawab Shift 3.
memberikan perencanaan dalam pengajuan portir
di
ruang Perwira
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
KESIMPULAN 52
Kegiatan praktik klinik Program Profesi Ners mata ajar manajemen keperawatan di ruang Perwira telah selesai dilaksanakan. Implementasi terhadap masalah-masalah yang diangkat pun telah selesai dilakukan. Hasil dari implementasi ini dapat disimpulkan: bahwa manajemen pelayanan akan diterapkan melalui proposal yang diberikan oleh kepala ruangan kepada pihak rumah sakit dalam pengajuan adanya portir. Secara keseluruhan, diharapkan ide yang diberikan akan diterapkan kemudian dalam manajemen pelayanan di ruang Perwira dan akan membawa perubahan yang signifikan, meskipun pada kondisi tertentu seperti adanya keterbatasan waktu dan banyaknya kegiatan yang harus segera dilakukan dalam satu waktu tertentu menyebabkan terabaikannya ide pengajuan portir yang seharusnya disegerakan pengadaannya oleh pihak rumah sakit. Namun demikian, baik Pengatur, PJ shift maupun Perawat Pelaksana berusaha agar tujuan dari tindakan tersebut tetap tercapai. B.
SARAN Ruangan Perwira sebagai ruang belajar telah sangat kooperatif dengan mahasiswa PPN XV yang menjalani praktek. Harapan penulis adalah agar hal-hal yang telah menjadi kesepakatan bersama terkait masalah-masalah yang diangkat, mendapat perhatian lebih agar dapat dilaksanakan dengan baik, dipertahankan dan menjadi kebiasaan baik sehingga nantinya tidak lagi menjadi kendala yang menghambat proses pemberian asuhan keperawatan profesional dan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan yang optimal kepada pasien sesuai dengan tata tertib dan waktu berkunjung pasien dan keluarga yang berlaku di Rumah Sakit Dr. M. Salamun Ciumbuleuit.
53
DAFTAR PUSTAKA Ayuningtyas, Dumilah.2005. Manajemen Strategi Rumah Sakit. Jakarta : Modul Respira, Kars FKM Akdon. 2007. Manajemen Strategi Untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta David, F. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba 4 Griffin, Ricky. 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga Kotler P dan Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga Nursalam.2011.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta: Salemba Medika. Gillies, Dee Ann. 2000. Manajemen Keperawatan: Sebagai Suatu Pendekatan Sistem.Bandung: Yayasan IAPKP. La Monica, Elaine. L, 1998. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran Marquis, L. Bessie dan Huston, J. Carol. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC. Nursalam.2011.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta: Salemba Medika. Sitorus, R. Ratna, 2006. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Suarli, S. dan Bahtiar, Y. 2007. Manajemen Keperawatan. Bandung : Balatin Pratama. Tisnawati, E. dan Saefullah K. 2008. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana. Yoga, T. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: Universitas Indonesia.
54