LAPORAN HASIL SURVEY
PERILAKU PEMILIH TERHADAP INTEGRITAS PEMILU DAMPAKNYA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU DI KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2014
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARAWANG Jl. Pangkal Perjuangan, By Pass Tanjungmekar, Karawang
PERILAKU PEMILIH TERHADAP INTEGRITAS PEMILU DAMPAKNYA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU DI KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2014
Ringkasan Eksekutif
Pemilu sebagai praktik politik praktis merupakan faktor penting yang dapat menjadi instrumen kontrol masyarakat terhadap penguasa dalam menjalankan amanat rakyat. Pemilu bertujuan dapat melahirkan pemimpin dan partai politik yang mengemban amanah untuk mensejahterakan masyarakatnya dan juga menjadi saringan terhadap para politisi berdasarkan preferensi tertentu dari pemilih, termasuk integritasnya. Kenyatan lapangan, setiap periode pemilu memiliki permasalahan-permasalahan yang kadang sama. Permasalahan tersebut perlu dikaji dan diketahui, untuk memiliki pijakan akademik atas penanganan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan riset, riset pemilu merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen pemilu. Banyaknya kasus-kasus korupsi yang melibatkan politisi di eksekutif dan legislatif dapat menjadi indikasi bahwa pemilu belum efektif dalam menghasilkan politisi-politisi dan partai-partai
politik yang berintegritas, yang mampu meperjuangkan rakyat. Untuk
mengetahui pengetahuan dan persepsi masyarakat dalam membantu mewujudkan para pemimpin dan partai politik yang berintegritas maka dilakkukan survei. Survei Persepsi Masyarakat terhadap Integritas Pemilu (SPM Integritas Pemilu) tahun 2015 berusaha untuk memperlihatkan gambaran persepsi, tingkat pemahaman, sikap dan kecenderungan perilaku masyarakat terhadap integritas para peserta pemilu, survei ini
diharapkan juga dapat menjadi alat ukur tingkat pemahaman dan ekspektasi masyarakat mengenai pemilu dan partisipasi peserta pemilu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan survey dalam mengumpulkan data dan informasi, gambaran tentang pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap integritas pemilu. Pengumpulan data primer SPM Integritas Pemilu tahun 2015 menggunakan metode questioner dengan responden yang tersebar di seluruh Kabupaten Karawang. Pada tahun 2015 ada 30 kecamatan di Kabupaten Karawang yang melaksanakan Pemilu. Agar lebih fokus pada hasil yang diharapkan dan keterbatasan waktu serta biaya yang tersedia maka pengambilan sampel dilakukan secara acak di 30 kecamatan dengan mengambil sampel 10 orang perkecamatan Survei secara umum mengukur 3 (tiga) variabel yakni; Variabel perilaku pemilih, variabel kedua berkaitan variabel perilaku yang dipilih (calon/partai) dan variabel ketiga berkaitan dengan variabel integritas dalam memilih. Kesatuan dan keselarasan akan pikiran, sikap dan perilaku terhadap nilai-nilai tertentu dalam tingkat individu (pemilih) yang dilakukan dengan penuh komitmen secara konsisten. Sedangkan nilai-nilai yang dimasukkan dalam survei ini adalah Kejujuran, Keadilan, dan Tanggungjawab. Catatan penting bahwa untuk pertanyaan pada variabel 2 (dua) butir 19 yang berbunyi “Seorang pemilih melakukan pencarian informasi mengenai rekam jejak seluruh calon pemimpin/parpol untuk menentukan pilihan dukungannya” dan butir 20 yang berbunyi “Seorang pemilih melakukan pencarian informasi mengenai visi, misi, program seluruh calon pemimpin/parpol untuk menentukan pilihan dukungannya” merupakan butir yang tidak valid, sehingga harus disingkirkan.
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karenaNya maka laporan Survei Perilaku Pemilih Terhadap Integritas Pemilu Dampaknya Terhadap Partisipasi Masyarakat Pada Pemilu Di Kabupaten Karawang Tahun 2014 dapat terselesaikan dengan baik. Survei ini bertujuan untuk memperlihatkan gambaran persepsi, tingkat pemahaman, sikap dan kecenderungan perilaku masyarakat terhadap integritas para peserta pemilu, Survei ini diharapkan juga dapat menjadi alat ukur tingkat pemahaman dan ekspektasi masyarakat mengenai pemilu yang berintegritas dalam upaya mewujudkan sistem politik yang berintegritas, dan meningkatkan minat peserta pemilu untuk mnggunakan hak suaranya. Dalam pelaksanaannya, masih ada beberapa kekurangan yang terjadi, hal itu dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu masukan dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan maupun pembuatan laporan. Kiranya kerjasama yang telah terjalin dapat terbangun lebih baik dan efektif lagi dalam rangka upaya pemberantasan korupsi di masa mendatang.
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Partisipasi pemilih sejak 1999 sampai dengan pemilu 2014 bergerak fluktuatif. Terwujudnya politik yang berintegritas merupakan modal berharga demi terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari korupsi. Sebaliknya, rendahnya integritas dalam berpolitik dapat membuat kekuasaan hanya menjadi alat untuk memenuhi kepentingan pribadi dan golongan dengan mengorbankan kepentingan publik. Dalam era demokrasi, pemilu sebagai praktik politik praktis merupakan faktor penting yang dapat menjadi instrumen kontrol masyarakat kepada penguasa. Pemilu melahirkan pemimpin yang mengemban amanah untuk mensejahterakan masyarakatnya. Pemilu juga dapat menyaring para calon pemimpin tersebut berdasarkan referensi tertentu dari pemilih, termasuk referensi tingkat integritas calon pemimpin tersebut. Partisipasi politik adalah hal yang mempengaruhi sistem politik sebuah negara yang demokratis, karena sistem politik yang demikratis tidak akan ada artinya tanpa adanya partisipasi politik. Partisipasi poltik mempunyai hubungan dengan kepentingan masyarakat. Sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam partisipasinya menunjukkan derajat kepentingan mereka. Sebenarnya apa yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan politiknya, tidak lebih dari sebuah ungkapan tanggung jawab mereka terhadap keberlangsungan gerak dari pemerintah. Banyak masyarakat merefleksikannya dalam bentuk partisipasi politik aktif. Gejala ini sesuai dengan konsep partisipasi politik itu sendiri, dimana kegiatan dan aktifitas individu sebagai warga negara yang berusaha mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah. Pengaruh terhadap pemerintah dapat mewujudkan perubahan dalam sistem politik Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan kekuatan politik. Salah satu kekuatan politik yang ada adalah masyarakat dan partisipasinya.
Masyarakat merupakan kelas-kelas yang beragam. Mulai dilihat dari status sosial, kasta, pendidikan, sampai pada status ekonominya. Setiap gejala sosial dalam masyarakat kan ikut mempengaruhi semua komponen penting pemerintah termasuk bidang politik. Sehingga keberagaman yang ada dalam masyarakat menjadi suatu fenomena ada atau tidaknya partisipasi dalam politik. Peran masyarakat dalam panggung politik bukanlah hal yang baru. Peran masyarakat sebenarnya sudah lama mengakar dalam kehidupan politik bangsa sejak Indonesia merdeka. Namun bentuk partisipasi masyarakat masa itu masih dalam belenggu, demokrasi hanya masih untuk para penguasa. Namun setelah lepasnya masa orde baru dan dimulai dengan pemerintahan reformasi yang baru, partisipasi masyarakat mulai menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hal yang paling menonjol menunjukkan adanya demokrasi besarbasaran adalah diadakanya Pemilu di era reformasi yaitu Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden mulai tahun 2004 lalu. Partisipasi politik masyarakat lebih terbuka, hal ini dikarenakan pada Pemilu era reformasi yang dimulai pada tahun 2004 masyarakat dapat memilih wakilnya di DPD, DPR dan DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden masing-masing sesuai dengan pilihan. Dilain hal, masyarakat juga dapat lebih mengenal dan mengetahui calon pilihannya. Keaadan yang demikian juga terjadi di Kabupaten Karawang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan bahwa seiring dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pilpres, kebanyakan masyarakat Kabupaten Karawang memberikan partisipasi politiknya, terutama dalam menggunakan hak suara. Bentuk-bentuk aktifitas partisipasi politik lainnya adalah kampanye, menjadi tim sukses, dan menjadi saksi atau pengawas pada saat pemilihan berlangsung. Yang menjadi menarik dari fenomena politik ini adalah tidak semua masyarakat melakukan partisipasi politiknya secara aktif, banyak faktor yang mempengaruhi serta tidak sedikit pula masyarakat yang tidak mau ambil peduli dalam kegiatan partisipasi politik. Sebagian
mereka banyak yang menghabiskan waktu dirumah atau dilokasi tempat bekerja. Fenomena yang terjadi menjadi sebuah pertanyaan tentang apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat partisipasi politik dan bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut. Sebenarnya belum ada jawaban yang pasti terhadap pertanyaan tersebut, namun berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan tampak kecenderungan bahwa partisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu peran penyelenggara pemilu dan model sosialisasi. Partisipasi masyarakat yang cukup signifikan terjadi pada golongan masyarakat menengah keatas. Dikarenakan pada golongan ini masyarakat rata-rata memiliki pendidikan dan pengretahuan politik yang cukup memadai. Masih banyaknya kasus-kasus korupsi yang melibatkan pemimpin baik dieksekutif, legislatif dan yudikatif dapat menjadi indikasi bahwa proses pemilihan pemimpin yang ada belum efektif dalam menghasilkan pemimpin yang berintegritas. Pemilu yang merupakan salah satu proses memilih pemimpin, memiliki peran strategis karena melibatkan rakyat secara langsung. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam membantu mewujudkan para pemimpin yang berintegritas melalui pemilu yang berintegritas semakin signifikan dalam agenda pemberantasan korupsi.
Untuk lebih mengoptimalkan peran serta masyarakat, maka perlu adanya persepsi dan pemahaman yang benar dalam masyarakat mengenai perbuatan/tindakan apa saja yang terkait dalam tindak pidana korupsi sesuai dengan pasal 41 ayat (1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan ayat (3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Salah satu upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan melalui pelaksanaan pemilu yang berintegritas. Survei Persepsi Masyarakat terhadap Integritas Pemilu (SPM Integritas Pemilu) tahun 2015 mengungkap gambaran partisipasi, persepsi dan tingkat pemahaman, sikap dan kecenderungan perilaku masyarakat terhadap integritas para calon pemimpin dan
partai politik. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemimpin adalah seluruh politisi calon legislatif maupun eksekutif. Survei ini diharapkan juga dapat menjadi alat ukur tingkat partisipasi, pemahaman dan ekspektasi masyarakat mengenai pemilu yang berintegritas dalam upaya mewujudkan sistem politik yang berintegritas 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan survei persepsi masyarakat terhadap integritas pemilu adalah: 1. Umum: a. Mentradisikan kebijakan berbasis riset atas persoalan-persoalan yang berkaitan dengan manajemen pemilu b. Bahan penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperkuat partisifasi warga dalam pemilu dan setelahnya. 2. Khusus: a. Menemukan akar masalah atas persoalan-persoalan yang terkait dengan partisipasi dalam pemilu. b. Terrumuskanya kebijakan atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kaitanya dengan partisipasi dalam pemilu. Selain itu, dengan adanya riset ini diharapkan kita mendapat gambaran mengenai pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap integritas calon/kandidat legislatif dan eksekutif serta pemilih dalam pemilu.
Mengetahui kecenderungan sikap dan perilaku
masyarakat terhadap integritas calon/kandidat legislatif dan eksekutif serta pemilih dalam pemilu. 1.3 Metodologi Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan survei dalam mengumpulkan informasi,
gambaran tentang pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap integritas pemilu. Hasil penelitian ini akan dijadikan baseline bagi pengukuran integritas pemilu di tahun berikutnya. 1.3.1 Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data dilakukan pada Kecamatan-kecamatan di wilayah kabupaten karawang Pengumpulan data primer Integritas Pemilu tahun 2014 menggunakan metode Alat bantu yang digunakan adalah kuesioner terstruktur, yang diserahkan kepada responden yang tersebar di kecamatan, dengan tidak melihat apakah dia dari desa tertentu. 1.3.2 Lokasi Survei Lokasi survey merupakan tempat dimana survey akan dilakukan dalam hal ini lokasi survey ditentukan di tingkat kecamatan dengan mengambil sampel sebanyak 10 orang perkecamatan. 1.3.3 Kriteria dan Jumlah Responden Kriteria responden adalah: a) Usia minimal 17 tahun atau sudah menikah; b) Sehat Rohani dan Jasmani; Berdasarkan data KPU, jumlah pemilih dalam Pemilu terakhir (2015) sebanyak 1.660.252 orang. Dengan menggunakan rumus Slovin dengan asumsi populasi berdistribusi normal, sebagai berikut: Dimana :
n
= Ukuran sampel
N = Ukuran populasi e
=
Presisi
(persen
kelonggaran
ketidaktelitian
karena
kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan), pada penelitian ini digunakan 5%. Sehingga didapatkan: n = 1 660.252 / (1 + 1 660.252 (0.05)2) = 400
Dari penghitungan statistik tersebut terlihat bahwa jumlah minimum responden adalah 400. Namun, dengan pertimbangan, ketersediaan anggaran dan sumber daya, maka jumlah responden untuk survei ini ditetapkan minimal berjumlah 300 orang.
Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Karawang
NO.
LAKILAKI
PEREMPUAN
(JIWA)
(JIWA)
JUMLAH
KECAMATAN (JIWA)
DESA
1
KARAWANG BARAT
69,926
66,159
136,085
8
2
PANGKALAN
16,268
15,453
31,721
8
3
TELUKJAMBE TIMUR
53,439
50,276
103,715
9
4
CIAMPEL
16,488
15,391
31,879
7
5
KLARI
69,865
66,720
136,585
13
6
RENGASDENGKLOK
49,186
46,132
95,318
9
7
KUTAWALUYA
24,841
22,735
47,576
12
8
BATUJAYA
34,886
33,135
68,021
10
9
TIRTAJAYA
29,125
27,593
56,718
11
10
PEDES
32,213
30,491
62,704
12
11
CIBUAYA
21,834
20,540
42,374
11
12
PAKISJAYA
16,826
15,951
32,777
8
13
CIKAMPEK
49,399
46,419
95,818
10
14
JATISARI
33,288
31,880
65,168
14
15
CILAMAYA WETAN
35,566
34,097
69,663
12
16
TIRTAMULYA
20,114
19,427
39,541
10
17
TELAGASARI
28,364
27,859
56,223
14
18
RAWAMERTA
22,912
22,153
45,065
13
19
LEMAHABANG
28,501
27,110
55,611
11
20
TEMPURAN
27,102
26,524
53,626
14
21
MAJALAYA
20,056
19,246
39,302
7
22
JAYAKERTA
26,316
24,520
50,836
8
23
CILAMAYA KULON
28,501
27,120
55,621
12
24
BANYUSARI
23,785
22,737
46,522
12
25
KOTA BARU
53,874
50,557
104,431
9
26
KARAWANG TIMUR
53,099
49,696
102,795
8
27
TELUKJAMBE BARAT
22,306
20,968
43,274
10
28
TEGALWARU
15,971
14,718
30,689
9
29
PURWASARI
27,275
26,007
53,282
8
30
CILEBAR
18,824
17,904
36,728
10
970,150
919,518
1,889,668
309
TOTAL
HAK PILIH
HAK PILIH TERDAFTAR DAN TPS PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TAHUN 2014 DI KABUPATEN KARAWANG PEMILIH TERDAFTAR
JUMLAH
NAMA KECAMATAN
Lakilaki
1
Karawang Barat
56.187
55.789
111.976
274
2
Pangkalan
13.838
14.195
28.033
70
3
Telukjambe Timur
41.639
40.724
82.363
202
4
Ciampel
15.593
15.756
31.349
77
5
Klari
56.902
54.957
111.859
339
6
Rengasdengklok
41.427
40.707
82.134
199
7
Kutawaluya
24.215
23.963
48.178
116
8
Batujaya
29.183
28.629
57.812
137
9
Tirtajaya
26.347
26.981
53.328
140
10
Pedes
29.645
29.778
59.423
140
11
Cibuaya
20.367
20.698
41.065
101
12
Pakisjaya
15.871
15.733
31.604
75
13
Cikampek
38.574
37.642
76.216
192
14
Jatisari
28.093
28.252
56.345
143
15
Cilamaya Wetan
31.866
32.501
64.367
158
16
Tirtamulya
19.049
19.642
38.691
96
17
Talagasari
25.883
26.834
52.717
125
18
Rawamerta
19.862
20.583
40.445
104
19
Lemahabang
25.640
26.053
51.693
134
20
Tempuran
24.524
25.821
50.345
130
21
Majalaya
16.395
16.684
33.079
81
22
Jayakerta
24.668
24.584
49.252
116
23
Cilamaya Kulon
25.240
25.952
51.192
134
24
Banyusari
20.769
20.905
41.674
104
25
Kotabaru
43.346
42.477
85.823
210
26
Karawang Timur
41.270
39.503
80.773
222
27
Telukjambe Barat
19.444
19.096
38.540
90
28
Tegalwaru
14.020
13.878
27.898
66
29
Purwasari
23.817
23.631
47.448
117
30
Cilebar
16.827
17.803
34.630
88
829.751 1.660.252
4.180
NO
JUMLAH Sumber : KPU Kab. Karawang
830.501
Perempuan
Jumlah
TPS
1.3.4 Karakteristik Responden Jumlah Responden dalam penelitian ini adalah 300 orang yang tersebar di 30 Kecamatan kabupaten Karawang propinsi Jawa Barat, dengan mengambil sampel sama setiap kecamatan sejumlah 10 orang, ditinjau dari tingkat pendidikan rata-rata adalah tamatan SLTA dengan usia rata-rata adala 25 tahun, dengan banyaknya pemilih adalah laki-laki
Dari Grafik Pendidikan responden dan usia responden dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden adalah merupakan yang tergolong terhadap pada pemilih pemula yang kemungkinan baru mengikuti pemilihan pada pertamakalinya, dengan tingkat pendidikan adalah SLTA dimana dengan kemampuan daya analitis dan kebebasasn dalam bersosialisasi dan memahami dari aturan aturan pesta demokrasi, selain itu pula memiliki integritas.
Dari 300 responden sebanyak 92% terdaptar sebagai peserta pemilu sisanya sebanyak 8% tidak terdaptar sebagai peserta pemilu, dan dari 92% yang mengikuti proses pemilu sebanyak 86,7% yang mengikuti proses pemilu, sehingga yang tidak memberikan hak suaranya sebanyak 6%. Hal tersebut dikarnenakan tidak memiliki kartu pemilih sebanyak 30% sepertihalnya tergambar dalam table berikut
Pengalokasian Hak Pilih 100.00% 80.00%
a. Terdaftar
60.00%
b. Tidak terdaftar
40.00%
a. Ikut memilih
20.00%
b. Tidak ikut memilih
0.00% 1
Responden yang tidak menggunakan hak suaranya lebih banyak didasarkan oleh ketidak punyanya kartu pemilih, seperti halnya grapik dibawah ini
2. ANALISA POINT BUTIR QUESIONER Survey pemilu yang berintegritas ini dikelompokan menjadi tiga variabel, variabel pertama berkaitan Pengetahuan dan kesadaran pentingnya pemilu yang kedua berkaitan dengan persepsi pemilih terhadap integritas calon dan partai yang ketiga berkaitan dengan integritas calon sepertihalnya diagram variabel dibawah ini
Perlukah adanya pemilu Pengetahuan dan kesadaran pentingnya pemilu Indeks Integritas dan Prilaku pemilih dalam menentukan pilihan dalam pemilu
Pengetahuan kondisi partai Pengaruh agama, ras, dan ekonomi Pemahaman tentang aturan pemilu Pemahaman tentang politik uang
Janji & Pemberian Calon Pilihan nurani yang melakukan pemberian
Persepsi pemilih terhadap integritas calon dan partai
Usaha pemilih untuk mengetahui calon Tanggapan terhadap calon yang memiliki isu negatif Pembiaran terhadap tim sukses
Sikap dan latar belakang calon Kondisi dan latar belakang partai
Integritas Calon
Visi dan Misi partai dan calon Calon Yang memberikan dan menjanjikan
Diagram 1. Variabel penelitian Analisa Sikap Pemilih
2.1 Pengetahuan dan Kesadaran Pentingnya Pemilu 2.1.1. Perlukah adanya pemilu Hasil rekap jawaban responden terhadap questioner yang disebarkan
akan
pentingnya pemilu sepertihalnya ditampilkan dalam table frequensi jawaban responden di bawah ini Pertanyaan pertama berkaitan dengan derajat
kepercayaan dan pentingya pemilu. Dari questioner yang disebarkan didapatkan jawaban responden seperti halnya di dalam grafik di bawah ini
Masyarakat kabupaten Karawang 83,3% mempercayai dan merasa perlu dilakukan pemilu sementara yang menyatakan keraguan terhadap pemilu sebanyak 12%, sementara sisanya tidak 3,3% dan tidak tahu 1,3%. Melihat dari responden merupakan pemilih pemula, maka disimpulkan mereka menaruh harapan besar terhadap mekanisme pemilu untuk mendapatkan pemimpin yang dirasa dapat memberikan perubahan yang besar dalam bernegara.
2.1.2. Pengetahuan Kondisi Partai Pengetahuan responden terhadap kondisi partai berkaitan visi dan misi partai, apakah partai dirasa sudah memperjuangkan aspirasi masyarakat, serta sosialisasi yang dilakukan partai apakah diketahui oleh masyarakat, selain itu jug aberkait dengan rekruitmen politik yang dilakukan partai terhadap calon clon pemimpinya apakah sudah dijalankan, serta komunikasi terhadap yang tergambar dalam pertanyaan 2 sampai dengan pertanyaan 6 dan dari jawaban responden tergambarkan dalam grafik berikut di bawah ini :
6 5 4 3 2
Pada jawaban point 1 butir 3 dari pertanyaan dengan jawaban ya dari responden sangat sedikit. Pertanyaan tersebut berkisar perjuangan partai politik yang dipilih responden apakah sudah memperjuangkan kepentingan pemilih, dan dari 100% yang menjawab ya hanya 8% yang mengandung makna bahwa derajat kepercayaan terhadap wakilnya sangat kecil, dan 50% menjawab bahwa partai politik tidak memperjuangkan kepentingan rakyat, dan 33% meragukan akan peran dari partai politik dan 9% tidak tahu. Walaupun demikian dapat dilihat visi dan misi partai politik berpengaruh pada 37% pemilih, artinya pemilih meperhatikan visi dan misi dari partai politik tersebut walaupun pada aplikasinya masyarakat
sudah
memahami
bahwa
adanya
partai
politik
tidak
memperjuangkan kepentingan masyarakat, 32% responden menyatakan visi dan misi partai tidak mempengaruhi responden dalam memilih dan 24% meragukan akan keputusanya apakah dipengaruhi oleh visi dan miski atau tidak dan 5% menyatakan tidak tahu. 31% responden menyatakan bahwa pattai politik sudah melakukan sosialisasi politik, dan 28,30% meragukan dan dari 10% hanya 23% yang mengatakan
bahwa patai politik tidak melakukan sosialisai kepada masyarakat seperti tergambar pada grafik 4 dan 17.30% menyatakan tidak tahu atas usaha yang dilakukan partai politik. Pada poin 5 dan 6 prosentase responden meragukan akan usaha partai dalam hal melakukan rekruitmen calon dan komunikasi politik terhadap masyarakat pada butir 5 sebesar 34.30% responden meragukan usaha rekruitmen caleg dari partai dan pada butir 6 sebesar 36% responden meragukan komunikasi politik partai terhadap masyarakat, hal tersebut menandakan masih lemahnya pola rekruitmen partai terhadap caleg yang berqualitas yang sesui dengan harapan masyarakat serta masih lemahnya usaha komunikasi politik yang dilakukan partai terlihat dari prosentasi jawaban responden yang menjawab ya untuk poin 5 sebanyak 12.30% dan untuk butir pertanyaan 6 sebanyak 20.0%
2.1.3 Pengaruh Agama Ras dan Ekonomi Jawaban responden terhadap isu-isu yang mempengaruhi pengalokasian hak pilih tergambar dalam grafik dibawah ini .
Dari jawaban responden yang paling berpengaruh terhadap pengalokasian hak pilih adalah ekonomi sebesar 29,30% sementara untuk isu agama
sebesar
25,70% dan keluarga hanya 15,70% berpengaruh terhadap pemilih didalam melakukan pencoblosan, sementara yang menyatakan dengan tegas bahwa mereka memilih tidak terpengaruh dengna isu ekonomi sebanyak 44.30% dan isu agama sebanyak 50.30% dan yang menyatakan bahwa tidak terpengaruh keluarga dalam hal memilih sebanyak 73.50% sementara yang ragu-ragau untuk isu agama 17,3% isu ekonomi sebanyak 18.3% dan 9,30 % untuk pengaruh keluarga, sisanya menyatakan tidak tahu. Dari prosentase jawaban responden isu ekonomi lebih dominan mempengaruhi dibanding dengan isu agama dan keluarga hal itu dakarenakan kondisi ekonomi para pemilih yang memerlukan perhatian dari partai politik, sehingga isu ekonomi ini sering dimanfatkan untuk melakukan politik uang.
2.1.4 Pemahaman Tentang Politik Uang Politik uang merupakan segala bentuk pemberian (janji, uang/barang dan atau jasa) dari calon pemimpin, caleg, partai politik maupun tim suksesnya kepada masyarakat menjelang dan atau saat pemilu dengan tujuan mempengaruhi masyarakat untuk memilih calon atau partai tertentu dalam pemilu.
Dari jawaban responden dapat kita ketahui seperti halnya grafik di bawah ini :
Pengetahuan Politik Uang Series1
Tidak Tahu
6.70%
Tidak Ragu-ragu YA
Series2
18.70% 65.00%
12.70% 15.30%
Series3
9.30% 31.30%
16.70%
12.70%
19.30%
33.30% 58.70%
58.70% masyarakat mengerti apa yang dimaksud dengan politik uang, sementara yang memahami peraturan-peraturan yang mengatur
integritas (mutu)
penyelenggaraan pemilu sebanyak 33,30% Integritas merupakan kesatuan dan keselarasan akan pikiran, sikap dan perilaku terhadap nilai-nilai tertentu dalam tingkat individu (pemilih) yang dilakukan dengan penuh komitmen secara konsisten. Nilai-nilai yg dimasukkan adalah Kejujuran, Keadilan, Bertanggung jawab, atas dasar tersebut maka yang terpengaruh dengan adanya politik uang sebesar 15,30% dan 12,70% responden menyatakan keraguan atas pengaruh dari politik uang dalam menentkan suara, 65% menyatakan ketegasanya bahwa mereka tidak terpengaruh dengan adanya politik uang. Sebanyak 6,70% menyatakan ketidak tahuan atas sikap adanya politik uang, hal tersebut dimungkinkan dikarnakan sebanyak 9,3% responden menjawab tidak tahu apa itu politik uang, dan sebanyak 19,30% ragu-ragu atas pemahaman tentang politik uang dan 12.70% menyatakan tidak tahu apa itu politik uang sehingga berpengaruh terhadap masih adanya yang terpengaruh dengan adanya
politik uang, selain itu juga apa bila kita bandingkan dengan pengaruh ekonomi terhadap pengambilan keputusan dalam hal menentukan hak suara cukup signipikan besar yaitu sebesar 29.30% dimungkinkan adanya pengaruh politik uang dimungkinkan dari pengaruh ekonomi masyarakat itu sendiri.
2.1.5 Tabel Jawaban Responden Jawaban responden secara keseluruhan dapat kita tuangkan dalam table berikut. Tabel 1.1 Frequensi Jawaban Responden
No 1 2 3 4 5 6 7 8
PEMAHAMAN
Apakah anda mempercayai dan merasa perlu untuk mengikuti Pemilu? Apakah visi dan misi yang diberikan oleh masing-masing partai politik mempengaruhi anda untuk tidak memilih? Apakah anda merasa partai politik dalam Pemilu Legislatif sudah memperjuangkan kepentingan anda? Apakah partai politik dalam Pemilu Legislatif sudah melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat? Apakah partai politik sudah melakukan rekruitmen politik untuk dijadikan caleg yang diinginkan masyarakat? Apakah partai politik dalam Pemilu Legislatif sudah melakukan komunikasi politik yang baik kepada masyarakat? Apakah isu agama dari partai politik mempunyai pengaruh kepada anda untuk tidak ikut memilih? Apakah isu ekonomi dari partai politik mempunyai pengaruh kepada anda untuk tidak ikut memilih?
Ya
Ragu ragu
Tidak
Tidak Tahu
83,3%
12,0%
3,3%
1,3%
37,7%
24,7% 32,7%
5.0%
8,0%
33,0% 50,0%
9,0%
31,0%
28,3% 23,3% 17,3%
12,3%
34,3% 26,0% 27,3%
20,0%
36,0% 32,7% 11,3%
25,7%
17,3% 50,3%
6,7%
29,3%
18,3% 44,3%
8,3% 6,7%
9
Apakah di dalam menentukan pilihan, anda dipengaruhi oleh pemberian uang maupun barang dari calon yang anda pilih
15,3%
12,7% 65,3%
10
Apakah anada Mengetahui peraturan-peraturan yang mengatur integritas (mutu) penyelenggaraan Pemilu? Apakah pihak keluarga anda memberikan pengaruh kepada anda dalam hal tidak ikut memilih pada pemilu legislatif?
33,3%
16,7% 31,3% 18,7%
15,7%
9,3%
73,5%
1,7%
Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan politik uang?
58,7%
19,3% 12,7%
9,3%
11 12
2.2. Persepsi Pemilih terhadap Integritas Calon dan Partai 2.2.1. Janji dan Pemberian Calon Janji politik, visi, misi, dan program artinya janji politik, visi, misi dan program yang ditawarkan oleh calon pemimpin atau parpol, yang digunakan oleh calon untuk mempengaruhi pemilih agar memilihnya, tanggapan responden terhadap janji dan pemberian calon beragam seperti tergambar pada grafik di bawah ini.
Hanya 6.30% yang menganggap bahwa janji dan pemberian dari calon merupakan hal yang baik sementara yang secara tegas menyatakan tidak baik sebanyak 46.70% sementara yang mengatakan kurang baik sebanyak 24.70% dan yang ragu-ragu sebanyak 22.30%. Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu dengan alasan masyarakat bisa mendapatkan sesuatu secara langsung dari calon pemimpin/parpol/tim sukses hanya saat pemilu, tanggapan responden sebanyak 6,7% itu baik dan 17,7% biasa saja sedangkan 28,0% kurang baik dan 47,0% memandang hal tersebut tidak baik. Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu dengan alasan kebutuhan ekonomi sehari-hari 10% responden
menyatakan hal tersebut baik, sementara 24,7% memandang hal tersebut sudah biasa dan 12,2% memandang hal tersebut kurang baik dan 42,7% memandang tidak baik, Seorang pemilih memberikan suaranya kepada calon pemimpin/parpol yang dapat memberikan/menjanjikan sesuatu paling besar kepadanya menjelang pemilu sebanyak 19,3% menganggap hal tersebut baik dan 25,3% memandang hal tersebut merupakan hal yang biasa sementara yang menyatakan kurang baik sebanyak 24,0% dan yang menganggap hal tersebut tidak baik sebanyak 30,3%. Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu namun tidak memberikan suaranya kepada calon pemimpin/parpol tersebut responden memberikan tanggapan atas pertanyaan tersebut 13,3% responden menyatakan hal tersebut baik dan sebanyak 29,0% menyatakan hal tersebut merupakan hal yang biasa dan sebanyak 19,3% responden menyatakan bahwa pemberian dari calon dianggap kurang baik sementara sebanyak 38,3% menegaskan bahwa pemberian dari calon tidak baik dalam menjelang pemilu.
Bila diperhatikan dari jawaban responden atas pertanyaan rata-rata responden menganggap bahwa pemberian dan janji yang diberikan oleh calon dipandak merupakan hal yang kurang baik apa bila digunakan hanya untuk mempengaruhi hak pilih.
2.2.2. Pilihan Nurani yang Melakukan Pemberian Pemberian yang bersumber dari calon baik dari calon bukan pilihanya maupun calon yang memang merupakan pilihan hatinuraninya memiliki tanggapan beragam dari responden, dari jawaban responden ata spertanyaan jikalau yang melakukan pemberian ataupun janji merupakan tipe pimpinan ideal yang bersumber dari hatinuraninya maka tanggapan responden seperti berikut:
Pilihan Nurani yang Memberikan Janji/Pemberian BAIK
Biasa saja
Kurang Baik
Tidak Baik
17% 42% 16%
25%
Sebanyak 16.0% responden memandang hal tersebut kurang baik dan 42.0% baik sementara 17.0% menganggap hal tersebut tidak baik dan sebanyak 25.0% mengangap hal tersebut biasa saja. Bila kita perhatikan atas pertanyaan tersebut maka responden berharap pemberian dari calon yang memang muncul dari pilihan hati nuraninya terhadap demokrasi indonesia sehingga diperlukan komitmen pada setiap calon untuk tidka melakukan politik uang.
2.2.3. Usaha Pemilih untuk Mengetahui Calon Dalam usaha yang dilakukan pemilih untuk mengetahui calon baik tentang latar belakang maupun visi dan misi calon maupun dalam partai maka usaha tersebut dianggap oleh responden adalah sebagai berikut :
Jawaban responden atas usaha yang dilakukan untuk mengetahui visi dan misi dipandang baik sebanyak 73.30% dan 68.30% sementara usaha tersebut dipandang sebagai usaha biasa saja sebanyak 18.70 % dan 10.0% dan kurang baik sebanyak 8.0% dan 6.7% sisanya menganggap kurang baik.
2.2.4. Tanggapan terhadap calon yang memiliki isu
Seandainya partai pendukung (kader lain) kandidat yang saya dukung terlibat dalam kasus korupsi dan atau tindakan asusila sebanyak 6,3% responden
memandang baik 13,3% biasa dan 9,0% kuranng baik dan sebanyak 71,3% tidak baik, bila berkaitan dengan prilaku tidak mendapatkan kesempatan sama sekali, sama juga dengan isu agama dan ras dan budaya ternyata jawaban responden menyebar sebanyak 16,7% memandang baik dan 29,3% biasa dan 24,3% kurang baik dan sebanyak 29,7% memandang hal tersebut kurang baik.
2.2.5. Pembiaran Terhadap Tim Sukses Kandidat/calon pemimpin membiarkan tim sukses kampanyenya melakukan kecurangan aturan karena tim sukses kandidat lain juga melakukanyajawaban responden sebnayak 5% baik dan 10,7% biasa 10,0% kurang baik dan sebanyak 79,3% responden menyatakan hal tersebut kurang baik.
Apabila kita amati prilaku pemilih rata-rata sanngat rentan dengan isu-isu negative calon dan partai, akan tetapi lain tanggapanya terhadap isu-isu pemberian atau iming-iming imbalan yang dapat diberikan kepada para pemilih didalam mengambil keputusan dalam menentukan hak pilihnya responden memandang tidak terlalu mempermasalahkan.
2.2.6 Tabel Prosentase Jawaban Responden Tabel 1.2 Frequensi Jawaban Responden VARIABEL 2
No 1
2
3
4
5
6
7
8 9 10 11 12
Perilaku Calon pemimpin menjanjikan / memberikan uang atau materi kepada masyarakat menjelang pemilu dengan alasan memenuhi kebutuhan/keinginan masyarakat Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu dengan alasan masyarakat bisa mendapatkan sesuatu secara langsung dari calon pemimpin/pemimpin hanya saat pemilu Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu dengan alasan kebutuhan ekonomi sehari-hari Seorang pemilih memberikan suaranya kepada calon pemimpin/parpol yang dapat memberikan/menjanjikan sesuatu paling besar kepadanya menjelang pemilu Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu namun tidak memberikan suaranya kepada calon pemimpin/parpol tersebut Seorang pemilih menerima pemberian dari calon pemimpin/parpol/tim sukses menjelang pemilu karena calon pemimpin/parpol/tim sukses tersebut memang pilihan nuraninya Seorang pemilih melakukan pencarian informasi mengenai rekam jejak seluruh calon pemimpin/parpol untuk menentukan pilihan dukungannya Seorang pemilih melakukan pencarian informasi mengenai visi, misi, program seluruh calon pemimpin/parpol untuk menentukan pilihan dukungannya Seandainya partai pendukung (kader lain) kandidat yang saya dukung terlibat dalam kasus korupsi dan atau tindakan asusila Seandainya kandidat yang saya dukung memberikan sumbangan sembako pada warga di lingkungan saya sambil berkampanye agar warga memilihnya Kandidat /calon pemimpin menonjolkan agama/ras/suku/ profesi dirinya untuk meraih simpati dukungan masyarakat. Kandidat/calon pemimpin membiarkan tim sukses kampanyenya melakukan kecurangan aturan karena tim sukses kandidat lain juga melakukanya
BAIK
Biasa Saja
Kurang Tidak Baik Baik
6,3%
22,3%
24,7%
46,7%
6,7%
17,7%
28,0%
47,7%
10,%
24,7%
22,7%
42,7%
19,3%
25,3%
25,0%
30,3%
13,3%
29,0%
19,3%
38,3%
41,3%
25,3%
16,0%
17,3%
68,3%
18,7%
6,7%
6,3%
73,3%
10,0%
8,0%
8,7%
6,3%
13,3%
9,0%
71,3%
18,3%
31,3%
25,3%
25,0%
16,7%
29,3%
24,3%
29,7%
5,0%
10,7%
10,0%
79,3%
3.1. Integritas Calon 3.1.1. Sikap dan Latar Belakang Calon Pemilih
berkeinginan
memilih
wakil-wakil
yang
memiliki
integritas,
menjungjungtinggi nilai nilai kemanusiaan sehingga pola perilaku pemilih sangat ditentukan oleh sikap dan latar belakang dari calon yang akan dipilihnya dari table berikut dapat dianalisa bahwa mereka tidak akan memilih kandidat yang memiliki sikap dan latar belakang yang kurang baik baik diri sendirinya maupun keluarganya, sepertihalnya ditampilkan dalam table berikut ini :
Variabel selanjutnya berkaitan dengan integritas calon yang mengakibatkan peserta pemilu mengambil keputusan pilihan terhadap calon dan partai yang diangap memiliki integritas, seperti halnya pertanyaan Seandainya kandidat yang didukung terbukti berbohong mengenai kisah pribadi hidupnya atau rumah tangganya ternyata responden 76,6% tidak akan memilih sementara 6,6% menyatakan tidak tahu, sementara yang akan memilih sebanyak 2,0% dan menyatakan keraguanya sebanyak 14,7%. Sementara apabila kandidat yang didukung disangkakan melakukan perbuatan
asusila responden yang akan memilihnya sebanyak 5,0% dan ragu-ragu sebanyak 24,3% dan tidak akan memilihnya 64,3% , sisanya sebanyak 6,3% menyatakan tidak tahu. Ketika kandidat yang didukung terbukti tidak memenuhi kewajiban melaporkan harta kekayaannya kepada KPK secara jujur 67,3% responden menyatakan tidak akan memilih, dan 6,3% akan memilih,dan sebanyak 20% menyatakan ragu-ragu sementara sisanya sebanyak 6,3% tidak tahu, selain itu seandainya kandidat terkait suatu
kecurangan dalam usaha/bisnis responden merespon bahwa 72,7% tidak akan memilih dan 5,0% akan tetap memilih dan 14,0% menyatakan keraguanyadan sisanya 8,3% tidak tahu. Lain halnya jika kandidat disangkakan melakukan tindakan korupsi, responden mendanggapi hanya 2,3% yang akan memilihnya sementara 23% ragu-ragu hal itu karena baru disangkakan belum ditetapkan, sementara 65% menyatakan tidak akan memilih dan sebanyak 9,7% tidak tahu. Dampak prilaku kandidat mempengaruhi keputusan pengalokasian hak pilih, dan ternyata tidak prilaku pribadinya saja yang mempengaruhi melainkan berkaitan dengan keluarga dekat seperti istri atau suami atau anaknya yang berkait dengan keluarga berdampak terhadap pengambilan keputusan untuk pengalokasian hak pilih, ternyata 3,7% akan memilih dan 19,0% ragu-ragu dan 67,7% tidak akan memilih dan 9,7% tidak tahu.
3.1.2. Kondisi dan latar belakang partai Responden tidak hanya terpengaruh terhadap perilaku calon saja serta perilaku keluarganya saja selian itu juga responden memandang bahwa kondisi dan latar belakang parta sangat berpengaruh terhadap responden, seperti halnya digambarkan dalam grafik berikut ini.
Responden tidak hanya melihat calon yang didukunya saja, ternyata partai pendukung (kader lain) kandidat yang terlibat dalam kasus korupsi dan atau tindakan asusila berdampak pada keputusan dalam menentukan hak pilih, sebanyak 3,0% akan memilih dan 16,3% ragu-ragu an 74,7% tidak akan memilih, dan 6,0% tidak tahu.
3.1.3. Visi dan Misi Calon dan Partai
Seandainya kandidat yang saya dukung memiliki visi misi program pro-rakyat yang tidak lebih baik dari kandidat lain saya akan hal ini ternyata mempengaruhi keputusan pemilu, sebanyak 12,3% akan memilihnya, dan 31,7% orang ragu-ragu dan 46,7% tidak akan memilih dan 9,3% tidak tahu,
3.1.4. Calon Yang memberikan dan menjanjikan
Usaha
kandidat yang didukung memberikan sumbangan sembako pada warga di
lingkungan berkampanye agar warga memilihnya ternyata tidak signifikan merubah keputusan dalam menentukan hak pilih, sebanyak 13,0% akan memilih dan 33,0% raguragu dan 43,7% tidak akan memilih dan 10,3% tidak tahu. Bila diperhatikan jawaban responden terhadap questioner berkaitan dengan pengmabilan keputusan dalam pengalokasian suara dalam pemilu tidak terpengaruh dengan politik uang dan sangat signifikan terpengaruh dengan isu-isu negatif calon maka yang perlu dilakukan adalah dengan jalan mengamankan persaingan antar calon jangan sampai terjadi saling merendahkan dan melempar isu-isu yang tidak benar terhadap calon lain.
3.1.5. Tabel jawaban responden atas pertanyaan integritas Tabel 1.3 Frequensi Jawaban Responden VARIABEL 3
No
Prilaku
Memilih nya
Ragu ragu
Tidak memilih nya
Tidak Tahu
1
Seandainya kandidat yang saya dukung terbukti berbohong mengenai kisah pribadi hidupnya atau rumah tangganya apakah Saya akan
2.0%
14,7%
76,7%
6,7%
2
Seandainya kandidat yang saya dukung disangkakan melakukan perbuatan asusila apakah anda akan
5,0%
24,3%
64,3%
6,3%
6,3%
20,0%
67,3%
6,3%
5,0%
14,0%
72,7%
8,3%
3 4
Seandainya kandidat yang saya dukung terbukti tidak memenuhi kewajiban melaporkan harta kekayaannya kepada KPK secara jujur saya akan Seandainya kandidat yang saya dukung pernah terkait suatu kecurangan dalam usaha/bisnis Saya akan
5
Seandainya kandidat yang saya dukung disangkakan melakukan korupsi saya akan
2,3%
23,0%
65,0%
9,7%
6
Seandainya keluarga (istri dan anak) kandidat yang saya dukung terlibat dalam masalah hukum dan atau asusila saya akan
3,7%
19,0%
67,7%
9,7%
7
Seandainya partai pendukung (kader lain) kandidat yang saya dukung terlibat dalam kasus korupsi dan atau tindakan asusila saya akan
3,0%
16,3%
74,7%
6,0%
8
Seandainya kandidat yang saya dukung memiliki visi misi program pro-rakyat yang tidak lebih baik dari kandidat lain saya akan
12,3%
31,7%
46,7%
9,3%
9
Seandainya kandidat yang saya dukung memberikan sumbangan sembako pada warga di lingkungan saya sambil berkampanye agar warga memilihnya saya akan
13,0%
33,0%
43,7%
10,3 %
4. Kesimpulan dan Rekomendasi 4.1 Kesimpulan Pemilu merupakan wadah penyaringan terhadap calon pemimpin yang dipercaya dapat memperjuangkan rakyatnya, penentuan siapa yang akan berhak untuk memimpin ditentukan dengan secara demokratis yaitu diperoleh dari suara terbanyak dari para pemilih, atas dasar tersebut keterlibatan masyarakat yang memang sudah memenuhi syarat untuk mengikuti
proses pemilu sangatlah dibutuhkan sehingga calon pemimpin mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang telah memilihnya, dari data kpu didapatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu dari periode ke periode selalu pluktuatif, seperti halnya di kabupaten Karawang berkisar antara 70-80% 1. Dari hasil analisa atas jawaban responden yang terdaftar sebagai peserta pemilu sebanyak 92% dan tidak terdaftar sebanyak 8%, dari 92% yang terdatar sebagai peserta pemilu sebanyak
87% yang memberikan suaranya di TPS (Tempat
Pemungutan Suara)/mengikuti proses pemilu, sementara hanya 6% yang tidak mengikuti proses/memberikan suaranya di TPS (Tempat Pemungutan Suara) dan apabila di analisa total yang tidak mengikuti proses pemilu dari hasil survey sebanyak 13%. Hal tersebut lebih banyak disebabkan oleh tidak PUNYA KARTU UNDANGAN sebanyak 30%, kemudian HARUS BEKERJA sebanyak 20%, kemudian tidak adanya calon yang faforit sebanyak 13% selain itu juga ada yang tidak mempercayai bahwa pemilu dapat menyebakan memperbaiki keadaan sebanyak 13% selain itu juga 10% responden mengatakan bingungg memilih calon legislatif. 2. Referensi dalam memilih calon pemimpin parpol adalah apa yang menjadi dasar responden memilih calon pemimpin atau parpol dalam pemilu. Terkait integritas pemilu, referensi yang dinilai adalah: perilaku dan karakter kader calon pemimpin atau parpol; visi, misi dan program calon pemimpin atau parpol; rekam jejak kader calon pemimpin atau parpol; dan kemampuan calon pemimpin atau kader parpol.
Untuk variabel Memilih Pemimpin
Yang Berintegritas, hasilnya ternyata cukup positif. Secara umum masyarakat sepakat menginginkan figur calon pemimpin yang berintegritas. Hal ini terlihat dalam survei ini antara lain bahwa ketika responden dihadapkan pada beberapa contoh perilaku negatif kandidat, maka jawaban responden cenderung tidak mendukung kandidat yang bersangkutan, akan tetapi jikalau calon tersebut
merupakan calaon pilihan hati nuraninya yang memberikan dan atau menjanjikan sesuatu maka responden menyambut dengan baik, 3. Untuk variabel Memilih Dengan Cara Yang Berintegritas, sudah tercatat beberapa hal positif yang menunjukkan bahwa masyarakat memiliki keinginan untuk memilih dengan cara yang berintegritas.
4.2. Rekomendasi Jika dilakukan analisa usia bahwa rata-rata yang dalam survey ini adalah berusia muda yang tergolong menjadi pemilih pemula, dengan tingkat pendidikan sma sehingga memiliki idealisme dan harapan yang tinggi terhadap keberlangsungan berbangsa dan bernegara maka atas dasar tersebut dari survey ini dapat direkomendasikan: 1. Untuk menjaga dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu, sebaiknya dilakukan sosialisasi dan pendataan dengan seksama dengan menggunakan media dan program yang dapat mempermudah pendaftaran sebagai peserta pemilu, sehingga tidak ada yang terlewat, dan apa bila peserta pemilu yang berktp diluar wilayah
administrative maka dapat dilakukan pendaftaran secara onlin dan
mendapatkan kartu pemilih secara online dengan menggunakan NIK KTP, serta undangan melalui no hp yang dapat digunakan sebagai dasar mengikut pemilu 2. Bagi peserta yang sudah terdaftar sebagai peserta pemilu diharapakan dapat melakukan pemungutan suara pada waktu yang telah ditentukan akan tetapi terkadang kepentingan seperti halnya bekerja tidak dapat dihindarkan dikarenakan aktifitas perusahaan tidak dapat terhenti sepenuhnya ketika pemilu dilakukan seperti jawaban responden atas survey yang telah dilakukan bahwa 20% responden tidak mengikuti proses pemungutan suara dalam pmeilu dikarnakan harus bekerja maka sebaiknya disediakan TPS (Tempat Pemungutan Suara) diwilayah sekitar
perusahaan atau menyedikan TPS bergerak sehingga aktifitas perusahaan dapat berjalan terus sementara proses pemungutan suara juga dapat teratasi. 3. Perlunya dilakukan pengawasan terhadap calon dan partai yang merupakan objek yang akan dipilih oleh masyarakat agar tidak menggunakan politik uang dan perlu adanya tindakan tegas agar mereka para pemilih pemula tidak merasa kecewa terhadap proses pemilu, walaupun memang mereka merupakan pilihan nurani masyarakat, akan tetapi penggunaan politik uang bila dibiarkan akan berdampak pada buruknya system demokrasi, maka diperlukan pengawas dan pengelola pemilu yang berintegritas. 4. Partai dalam hal menentukan calon-calaon kadernya yang akan disodorkan kepada pemilih hendaknya melakukan saringan masuk dengan berintegritas sehingga menyodorkan calon-calon yang memiliki qualitas yang diharapkan oleh masyarakat, selain itu juga perlunya informasi lebih mendalam terhadap calon-calon yang disodorkan oleh partai kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang nantinya KPU akan mensosialisasikan kepada masyarakat dengan jangka waktu yang cukup dan bagi masyarakat yang memiliki informasi negatif dan bukti yang cukup terhadap calon yang diusung partai dapat melaporkan kepada penyelenggara pemilu untuk selanjutnya oleh Komisi Pemilihan Umum dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menetapkan siapa-siapa saja yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.
Tabel 1.4 Correlations Validitas variabel 1 Variabel Butir_1 Spearman'
Butir_ Correlation Coefficient
s rho
1
Sig. (1-tailed) N
Butir_2
Butir_3 Butir_4 Butir_5 Butir_6 Butir_7 Butir_8 Butir_9
Butir_10
Butir_11
Butir_12
_1
1.000
.032
.057
.099
*
.019
.050
.019
.071
.035
-.067
-.003
.021
.
.291
.164
.044
.374
.194
.370
.110
.271
.122
.479
.359
.001
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
*
.074
-.056
**
-.012
.073
**
.032
1.000
.086
.047
.052
.045
.131
2
Sig. (1-tailed)
.291
.
.068
.209
.186
.218
.012
.099
.166
.000
.416
.103
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Butir_ Correlation Coefficient
.057
.086
1.000
**
.013
-.003
-.071
**
.016
.044
3
Sig. (1-tailed)
.164
.068
.
.000
.000
.000
.409
.479
.111
.007
.389
.224
.000
N
300
300
300
300
300
300
*
**
.304
**
.226
.141
.377
**
Butir_ Correlation Coefficient
.254
.229
.182
.447
**
300
300
300
300
300
300
300
Butir_ Correlation Coefficient
.099
*
.047
**
1.000
**
**
*
*
.094
.022
-.005
.108
4
Sig. (1-tailed)
.044
.209
.000
.
.000
.000
.014
.036
.052
.353
.469
.031
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Butir_ Correlation Coefficient
.019
.052
**
1.000
**
.040
.110
**
-.010
.033
5
Sig. (1-tailed)
.374
.186
.000
.000
.
.001
.244
.028
.003
.001
.431
.283
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
**
1.000
**
*
.023
.102
*
.049
.007
.254
.304
.226
**
.290
.272
.290
.186
.272
.186
.126
.108
*
.161
**
.172
.519
.526
**
**
.050
.045
6
Sig. (1-tailed)
.194
.218
.000
.000
.001
.
.004
.031
.347
.038
.200
.454
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Butir_ Correlation Coefficient
.019
.131
*
.013
.126
*
.040
**
1.000
**
-.055
7
Sig. (1-tailed)
.370
.012
.409
.014
.244
.004
.
.000
.006
.171
.007
.013
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
.194
**
.144
.142
**
.129
*
.448
**
Butir_ Correlation Coefficient
.151
.151
.104
.420
**
*
.110
*
Butir_ Correlation Coefficient
.071
.074
-.003
.104
8
Sig. (1-tailed)
.110
.099
.479
.036
.028
N
300
300
300
300
300 **
*
1.000
**
.022
.077
-.025
.031
.000
.
.002
.354
.090
.330
.000
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
1.000
-.086
.130
*
*
.023
.194
.094
9
Sig. (1-tailed)
.271
.166
.111
.052
.003
.347
.006
.002
.
.068
.012
.015
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
-.067
**
**
.022
**
*
-.055
.022
-.086
1.000
.130
*
*
10
.100
.393
**
Sig. (1-tailed)
.122
.000
.007
.353
.001
.038
.171
.354
.068
.
.012
.041
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
.077
.130
*
*
1.000
.001
Butir_ Correlation Coefficient 11
.102
.222
**
-.071
.172
-.125
**
-.056
.141
.169
.412
.035
.229
.144
.169
Butir_ Correlation Coefficient
Butir_ Correlation Coefficient
.161
**
.108
.142
.130
-.012
.016
-.005
-.010
.049
Sig. (1-tailed)
.479
.416
.389
.469
.431
.200
.007
.090
.012
.012
.
.495
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
*
.033
.007
.129
*
-.025
-.125
*
*
.001
1.000
.021
.073
.044
.108
12
Sig. (1-tailed)
.359
.103
.224
.031
.283
.454
.013
.330
.015
.041
.495
.
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
1.000
Varia
Correlation Coefficient
bel_1
Sig. (1-tailed)
.001
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
.377
.447
.519
.526
.448
.420
.412
.222
.393
.251
.292
.292
**
Butir_ Correlation Coefficient
.182
.100
.251
**
-.003
TABEL 1.5 Correlation Validitas variabel 2
Butir_1 Spearm Butir_1 Correlation Coefficient an's rho
1.000
Sig. (1-tailed)
Butir_2 .528
**
Butir_3 .476
**
Butir_4 .246
Butir_5
**
.057
Butir_6 .270
**
Butir_7 -.138
Butir_8
**
-.024
Butir_9 .181
**
Butir_1
Butir_1
Butir_1
Variabel_
0
1
2
2
.250
**
.185
**
.132
*
.590
**
.
.000
.000
.000
.161
.000
.008
.337
.001
.000
.001
.011
.000
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
1.000
Sig. (1-tailed)
.000
.
.000
.000
.041
.000
.008
.012
.000
.000
.001
.000
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
1.000
**
**
**
-.061
.016
.113
*
**
**
*
N Butir_2 Correlation Coefficient
Butir_3 Correlation Coefficient
.528
.476
.605
.605
**
.289
.329
**
.100
.165
*
.219
.313
**
-.139
**
-.130
*
.280
**
.193
.255
**
.188
.162
**
.196
**
.110
.610
.642
**
**
Sig. (1-tailed)
.000
.000
.
.000
.002
.000
.145
.394
.025
.000
.002
.029
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
1.000
**
-.026
.001
Butir_4 Correlation Coefficient
.246
**
.289
**
.329
.165
**
.187
.195
**
.243
**
.230
**
.138
**
.571
**
Sig. (1-tailed)
.000
.000
.000
.
.002
.001
.326
.490
.000
.000
.000
.008
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Butir_5 Correlation Coefficient
.057
.100
*
**
**
1.000
**
-.035
-.025
.123
*
*
.045
**
Sig. (1-tailed)
.161
.041
.002
.002
.
.000
.272
.334
.016
.049
.220
.000
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
1.000
**
.062
.045
*
-.031
Butir_6 Correlation Coefficient
.270
**
.219
**
.165
.313
**
.165
.187
**
.258
.258
.222
.096
.198
**
.101
.198
.388
.542
**
**
Sig. (1-tailed)
.000
.000
.000
.001
.000
.
.000
.142
.221
.000
.040
.299
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
-.061
-.026
-.035
**
1.000
**
**
-.058
.006
**
Butir_7 Correlation Coefficient
-.138
-.139
.222
.467
-.147
-.270
.103
*
Sig. (1-tailed)
.008
.008
.145
.326
.272
.000
.
.000
.005
.158
.462
.000
.038
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Butir_8 Correlation Coefficient
-.024
-.130
*
.016
.001
-.025
.062
Sig. (1-tailed)
.337
.012
.394
.490
.334
N
300
300
300
300
300
**
**
*
**
*
Butir_9 Correlation Coefficient
.113
.195
.123
.142
.000
.
300
300
300
.045
**
**
-.147
-.406
*
-.057
.000
.045
300 1.000
-.406
**
**
.082
.161
.001
.079
300
300
300
300
**
**
**
-.098
.217
.195
-.184
.361
.377
**
.001
.000
.025
.000
.016
.221
.005
.000
.
.000
.000
.000
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
**
**
*
**
-.058
-.098
*
**
1.000
**
**
.250
.193
.255
.243
.096
.198
.217
.374
.197
.535
**
Sig. (1-tailed)
.000
.000
.000
.000
.049
.000
.158
.045
.000
.
.000
.000
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
**
**
.045
.101
*
.006
-.057
**
**
1.000
**
Butir_1 Correlation Coefficient 1
.280
1.000
Sig. (1-tailed)
Butir_1 Correlation Coefficient 0
.181
**
.467
.185
.188
.162
.230
.195
.374
.226
.496
**
Sig. (1-tailed)
.001
.001
.002
.000
.220
.040
.462
.161
.000
.000
.
.000
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
*
**
*
**
**
-.031
**
**
**
**
**
1.000
.132
2
Sig. (1-tailed)
.011
.000
.029
.008
.000
.299
.000
.001
.000
.000
.000
.
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
**
**
**
**
*
.082
**
**
**
**
1.000
.590
.196
.571
.198
.388
.542
-.270
.103
-.184
.361
.377
.197
.535
.226
.496
.350
.350
Correlation Coefficient
el_2
Sig. (1-tailed)
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.038
.079
.000
.000
.000
.000
.
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
.642
.138
Variab
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
.610
.110
**
Butir_1 Correlation Coefficient
Tabel 1.6 Correlation Validitas variabel 3 Butir_1 Spearman Butir_1
Correlation Coefficient
's rho
Sig. (1-tailed) N Butir_2
Butir_3
Butir_4
Butir_5
Butir_6
Butir_7
Butir_2
1.000
.164
Butir_3 **
.147
Butir_4 **
.255
Butir_5 **
Butir_6
.122
*
.144
Butir_7 **
.184
Butir_8
Butir_9
Variabel
**
.048
.016
.334
**
.
.002
.005
.000
.018
.006
.001
.206
.389
.000
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
1.000
**
**
**
**
**
*
*
Sig. (1-tailed)
.002
.
.001
.000
.000
.000
.005
.021
.011
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
1.000
**
.051
.100
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
.164
.147
**
.180
.180
.262
.213
**
.347
.255
.245
.149
*
.117
.145
**
.131
.145
**
.501
.422
**
**
Sig. (1-tailed)
.005
.001
.
.000
.000
.189
.042
.006
.006
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
**
1.000
**
**
**
**
**
Correlation Coefficient
.255
.262
.213
.183
.286
.225
.210
.163
.498
**
Sig. (1-tailed)
.000
.000
.000
.
.001
.000
.000
.000
.002
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
1.000
*
.
.000
.000
.000
.000
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
**
.051
**
**
1.000
**
**
**
.245
.250
.201
.561
**
.001
.314
.210
**
.000
.332
.210
**
.000
.286
.332
**
.018
.245
.183
**
Sig. (1-tailed)
.144
.255
**
.122
Correlation Coefficient
.347
**
Correlation Coefficient
.516
**
Sig. (1-tailed)
.006
.000
.189
.000
.000
.
.000
.000
.000
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**
1.000
Correlation Coefficient
.184
**
.149
**
.100
*
.225
**
.210
**
.314
.169
**
.297
**
.503
**
Sig. (1-tailed)
.001
.005
.042
.000
.000
.000
.
.002
.000
.000
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Butir_8
Butir_9
*
**
1.000
.000
.002
.
.000
.000
300
300
300
300
300
300
**
**
**
**
1.000
.000
.000
.
.000
300
300
300
300
300
**
**
**
**
1.000
.206
.021
.006
.000
.000
N
300
300
300
300
Correlation Coefficient
.016
.131
*
**
**
Sig. (1-tailed)
.389
.011
.006
.002
.000
.000
N
300
300
300
300
300
**
**
**
**
**
.334
.501
.422
.498
.250
.561
.245
**
Sig. (1-tailed)
.163
.210
**
.117
.145
.210
**
.048
Variabel Correlation Coefficient
.145
**
Correlation Coefficient
.201
.516
.169
.297
.503
.450
.626
.450
.620
**
.626
.620
**
**
Sig. (1-tailed)
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.
N
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Tabel 1.7 Correlation Validitas variabel construck Variabel_1 Spearman's rho
Variabel_1
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed)
VAR00004
Konstruk
.184
VAR00004 **
.182
Konstruk **
.649
**
.
.001
.001
.000
300
300
300
300
**
1.000
Sig. (1-tailed)
.001
.
.000
.000
N
300
300
300
300
**
**
1.000
N Variabel_2
Variabel_2
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
.184
.182
.202
.202
**
.749
.566
**
**
Sig. (1-tailed)
.001
.000
.
.000
N
300
300
300
300
**
1.000
Correlation Coefficient
.649
**
.749
**
.566
Sig. (1-tailed)
.000
.000
.000
.
N
300
300
300
300
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Dari Tabel hasil uji validitas didapatkan angka sebagai berikut Tabel 1.8 Validitas variabel 1 No
Butir
Nilai r Hitung
Nilai r Tabel
Valid /Tidak
1
Butir_1
0,182
0.113
valid
2
Butir_2
0,377
0.113
valid
3
Butir_3
0,477
0.113
valid
4
Butir_4
0,519
0.113
valid
5
Butir_5
0,526
0.113
valid
6
Butir_6
0,448
0.113
valid
7
Butir_7
0,420
0.113
valid
8
Butir_8
0,412
0.113
valid
9
Butir_9
0,222
0.113
valid
10
Butir_10
0,393
0.113
valid
11
Butir_11
0,251
0.113
valid
12
Butir_12
0,292
0.113
valid
Tabel 1.9 Validitas variabel 2
No
Butir
Nilai r Hitung
Nilai r Tabel
Valid /Tidak
1
Butir_1
0,590
0.113
Valid
2
Butir_2
0,610
0.113
Valid
3
Butir_3
0,642
0.113
Valid
4
Butir_4
0,571
0.113
Valid
5
Butir_5
0,388
0.113
Valid
6
Butir_6
0,542
0.113
Valid
7
Butir_7
0,103
0.113
Tidak valid
8
Butir_8
0,082
0.113
Tidak valid
9
Butir_9
0,377
0.113
Valid
10
Butir_10
0,535
0.113
Valid
11
Butir_11
0,496
0.113
Valid
12
Butir_12
0,350
0.113
Valid
Tabel 1.10 Validitas variabel 3 No
Butir
Nilai r Hitung
1
Butir_1
0,334
Nilai r 5% Tabel 0.113
2
Butir_2
0,501
0.113
Valid
3
Butir_3
0,422
0.113
Valid
4
Butir_4
0,498
0.113
Valid
5
Butir_5
0,561
0.113
Valid
6
Butir_6
0,516
0.113
Valid
7
Butir_7
0,503
0.113
Valid
8
Butir_8
0,626
0.113
Valid
9
Butir_9
0,620
0.113
Valid
Valid /Tidak Valid
Tabel 1.10 Validitas Construck No
Butir
Nilai r Hitung
Nilai r Tabel
Valid /Tidak
1
Butir_1
0.649
0.113
Valid
2
Butir_2
0.749
0.113
Valid
3
Butir_3
0.566
0.113
Valid
Reliability Statistics Variabel 1 Cronbach's Alpha
N of Items .678
12
Reliable Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .529
12
Reliable Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .681
9
Reliable
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .400
3
Reliable
b
Model Summary
Change Statistics
Std. Error of Mode l 1
R .299
a
R
Adjusted R
the
R Square
F
Square
Square
Estimate
Change
Change
.089
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
.083
3.076
.089
14.544
Sig. F df1
df2 2
297
Change .000