LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PENGUJIAN AKTIVITAS METABOLIT BAKTERI YANG HIDUP DALAM JARINGAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Burm.f) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Oleh : 1. Ririn Puspadewi, S.Si., M.Si., Apt 2. Putranti Adirestuti, Dra., M.S., Apt 3. Ignasius Sembiring M., S. Farm.
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FAKULTAS MIPA JURUSAN FARMASI CIMAHI – BANDUNG NOVEMBER, 2011 i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN LEMBAGA 1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu Penelitian 3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar b. NID./Golongan c. Strata/Jab. Fungsional d. Jurusan/Fakultas 4. Jumlah Anggota Peneliti a. Nama Anggota Peneliti 1 NID./Jab. Fungsional Nama Anggota Peneliti 2 NID./Jab. Fungsional 5. Lokasi Penelitian 6. 7. 8. 9.
: Pengujian Aktivitas Metabolit Bakteri Yang Yang Hidup Dalam Jaringan Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera (L.) Burm.f) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli : Farmasi
Ririn Puspadewi, S.Si., M.Si., Apt : 412170277 / III/ b : S2 / Asisten Ahli : Farmasi/MIPA : 2 Orang : Putranti Adirestuti, Dra., M.S., Apt : 412146960 / Lektor Kepala : Ignasius Sembiring M, S.Farm :: Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Kerjasama dengan Institusi Lain : Lama Penelitian : 6 (enam) bulan Biaya dari Lembaga : Rp 1.500.000,Biaya dari lain :-
Mengetahui : Dekan Fakultas MIPA
Cimahi, November 2011 Ketua Peneliti
(Eddie Krishna Putra, Drs., MT.) NID. 412110561
(Ririn Puspadewi, S.Si., M.Si., Apt) NID. 412170277
Menyetujui : Ka. LPPM UNJANI
Dr. Sayu Putu Yuni Paryati, drh., M.Si. NID. 412165265
ii
ABSTRAK Telah dilakukan isolasi, identifikasi dan pengujian aktivitas metabolit sekunder bakteri yang hidup dalam jaringan daun lidah buaya (Aloe vera) yang tumbuh secara liar di daerah Sadang Serang, Bandung. Tahap penelitian meliputi isolasi bakteri pada media Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar untuk kapang, kemudian dikultivasi untuk meningkatkan produksi metabolitnya. Bakteri isolat yang didapat termasuk dalam golongan actinomycetes, sub golongan actinoplanetes, sedangkan isolasi kapang tidak dilanjutkan karena pertumbuhan yang tidak jelas. Pengujian aktivitas metabolit bakteri dilakukan dengan metode uji difusi menggunakan pencadang kertas cakram. Pemilihan metode ini dilakukan karena efek penghambatan terhadap bakteri uji tampak lebih jelas. Diameter hambat yang didapat adalah 2,63 mm terhadap Escherichia coli dan 4,50 mm terhadap Staphylococcus aureus. Aktivitas yang ditunjukkan cukup baik walaupun diikuti dengan pertumbuhan mikroba lain yang bersifat antagonis terhadap bakteri uji. Fenomena ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi positif antara mikroba yang hidup dalam jaringan dengan tanaman inangnya. Sebaliknya terjadi interaksi negatif terhadap serangan hama atau penyakit tanaman. Kata kunci : Aloe vera, jaringan tanaman, bakteri, actinomycetes, metabolit sekunder bakteri.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas terselesaikannya penyusunan laporan Penelitian Dosen. Laporan diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi, dan sebagai salah satu bentuk dari Tri Dhaarma Perguruan Tinggi. iv
Banyak pihak telah memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, rasa terima kasih saya tujukan kepada beberapa pihak berikut : 1. Bapak Eddie Krishna Putra, Drs. MT, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani, beserta para pembantu dekan. 2. Ibu Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani. 3. Ibu Putranti Adirestuti, Dra., MS., Apt selaku Tim Penelitian yang telah memberikan bantuan selama penelitian ini. 4. Ignasius sembiring Meliala, S. Farm selaku anggota Tim Penelitian yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian ini. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani. 6. Para petugas laboratorium yang telah banyak membantu dalam proses penelitian, Pak Wawan, Pak Marso, Pak Ayi, Pak Soleh, Bu Ati, dan Bu Anne. 7. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Demikian telah selesai penelitian sekaligus penyusunan laporan sebagai bentuk pertanggung jawaban. Semoga dapat di terima dan bermanfaat.
Cimahi, Mei 2011
Penulis
v
BAB I PENDAHULUAN
Tanaman merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Sampai saat ini seperempat dari obat-obat modern yang beredar di dunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tanaman. Sebagai contoh, aspirin adalah analgesik yang paling populer yang diisolasi dari tanaman Salix dan Spiraea, demikian pula paclitaxel yang berasal dari tanaman Taxus brevifolia dan vinblastine dari tanaman Vinca rosea yang sangat potensial sebagai obat anti kanker.
Indonesia yang dikenal sebagai salah satu dari 7 negara yang keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil, tentu sangat potensial dalam mengembangkan obat herbal yang berbasis pada tanaman obat asli Indonesia. Lebih dari 1000 spesies tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Tumbuhan tersebut menghasilkan metabolit sekunder dengan struktur molekul dan aktivitas biologik yang beraneka ragam sehingga dapat dipromosikan memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi obat berbagai penyakit.
Permasalahannya adalah bagaimana menjaga tingkat produksi dengan bahan baku yang terbatas, karena sebagian besar diambil dari tanaman induknya. Berkaitan dengan hal tersebut, dikhawatirkan sumber daya hayati ini akan musnah karena adanya kendala dalam budidayanya. Beberapa informasi menunjukkan bahwa bahan obat herbal yang diproduksi dan diedarkan di Indonesia saat ini sebagian besar bahan bakunya sudah mulai diimpor dari beberapa negara lain.(1)
Salah satu tanaman yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat adalah lidah buaya. Tanaman ini digunakan sebagai obat alternatif untuk berbagai penyakit 1
seperti penghilang rasa gatal (antipruritik), pereda rasa sakit (anestetik), penurun rasa panas (antipiretik), anti jamur, anti bakteri, mengurangi radang dan rasa sakit, sekaligus mempercepat penyembuhan dan meningkatkan aliran darah pada bagian yang terluka (antiinflamasi). Di samping itu lidah buaya juga diyakini dapat mengobati berbagai penyakit termasuk maag, sembelit, ambeien, kolesterol, diabetes, bronkitis, radang tenggorokan, radang usus buntu, rematik dan flu/pilek. Publikasi di atas menunjukkan bahwa tanaman lidah buaya (Aloe vera) memiliki potensi yang baik untuk dipormosikan dalam bidang pengobatan di masyarakat.(2)
Secara biologis, pemanfaatan senyawa bioaktif dari tanaman lidah buaya secara langsung membutuhkan sangat banyak biomassa atau bagian dari tanamannya. Rasio pemanfaatannya yaitu 50 : 1, artinya diperlukan bahan baku tanaman 50 kg bahan segar untuk mendapatkan 1 kg simplisia. Maka untuk efisiensi perolehan senyawa bioaktif tersebut, diperlukan inovasi alternatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan menggunakan hasil metabolit dari mikroba yang hidup dalam jaringan tanaman tersebut, yang lebih popular dikenal sebagai mikroba endofit. Untuk pengembangan produksi bahan obat di masa yang akan datang, diharapkan mikroba endofit mampu menghasilkan sejumlah senyawa bioaktif yang dibutuhkan.
Berdasarkan fakta tersebut maka telah dilakukan pengujian terhadap metabolit mikroba endofit dalam jaringan tanaman lidah buaya. Isolasi bakteri dari jaringan tanaman tersebut menggunakan metode pelat dengan sistem “tanam ulang” untuk mendapatkan isolat yang diduga memiliki aktivitas dalam menghambat aktivitas bakteri. Metabolit yang dihasilkan kemudian diujikan terhadap aktivitas bakteri gram positif dan negatif yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
2
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Mikroba Endofit
Mikroorganisme yang hidup di alam ini tersebar luas, sebagian hidup dengan melakukan kontak langsung dengan lingkungan dan sebagian lain hidup di dalam jaringan hidup manusia, hewan, dan tanaman. Adanya ruang lingkup kehidupan yang dekat dapat mengakibatkan interaksi yang kuat
antar
organisme,
misalnya
antara
tanaman
dan
mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat menyerang tanaman sehingga menyebabkan penyakit, sementara ada pula mikroorganisme yang bersimbiosis sangat baik dengan tanaman induknya. Berdasarkan cara hidupnya, beberapa jenis mikroorganisme hidup di permukaan tanaman, disebut epifit dan mikroorganisme yang lain tinggal di dalam tanaman, disebut endofit.(3)
Mikroba endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Mikroba endofit yang umum ditemukan berupa bakteri dan jamur. Mikroba ini hidup bersimbiosis saling menguntungkan, dalam hal ini mikroba endofit mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan memproteksi tanaman melawan herbivora, serangga, atau jaringan yang patogen sedangkan tanaman mendapatkan derivat nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik dari tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit.(1)
Banyak penelitian yang mempelajari tentang kemampuan mikroba endofit berada di dalam tumbuhan dan hubungannya dengan inang. Endofit ini di dalam tanaman
4
berada di ruang antarsel. Awalnya sebagian endofit berada di luar tubuh tanaman, kemudian dapat masuk jika terjadi luka pada tanaman. Jika sudah berada dalam tanaman, endofit akan menetap. Endofit berkembang biak di dalam tanaman tanpa menyebabkan penyakit bagi tanaman inangnya. Belum ada penelitian khusus tentang cara metabolisme bakteri endofit dan kemampuan bakteri endofit menetap selamanya di tanaman. Masih belum ada penelitian yang membuktikan apakah endofit memiliki spesifikasi tertentu, misalnya apakah satu jenis endofit selalu muncul pada jenis tumbuhan yang sama di tempat yang berbeda. Banyak faktor luar seperti curah hujan dan polusi yang mempengaruhi populasi endofit dalam tanaman.
Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan mikroba endofit mempunyai arti ekonomi yang penting di masa depan. Dari studi yang telah banyak dilakukan terhadap mikroba endofit dari jaringan tanaman yang kontak langsung dengan udara (daun, ranting, cabang, dan batang), memberikan indikasi bahwa endofit sangat prospektif sebagai sumber metabolit sekunder baru seperti enzim-enzim perombak, zat pengatur tumbuh tanaman, dan antibiotik yang bermanfaat di bidang bioteknologi dan pertanian, maupun farmasi.(6)
2.2
Tinjauan Botani Tanaman Lidah Buaya(3,8,9)
2.2.1
Klasifikasi Tumbuhan Kerajaan
: Plantae (Tumbuhan)
Subkerajaan
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Suku
: Asparagales
Keluarga
: Asphodelaceae (dalam Prosea)
Marga
: Aloe
Jenis
: Aloe vera L Burm. f.
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari program ini adalah sebagai berikut : mengenal dan mempelajari morfologi dan fisiologi salah satu jenis bakteri yang ditemukan hidup dalam jaringan tanaman (disebut bakteri endofit), melakukan isolasi sekaligus mengidentifikasi bakteri endofit tersebut, melakukan kultivasi sehinggga diperoleh hasil metabolismenya, kemudian melakukan pengujian aktivitas metabolit bakteri isolat tersebut terhadap bakteri flora normal pada kulit (Staphylococcus aureus) dan saluran pencernaan (Escherichia coli).
3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peran serta bakteri endofit bagi kehidupan manusia, mendapatkan gambaran adanya bahan aktif yang berasal dari metabolit bakteri endofit dan mempersiapkan peluang metabolit bakteri endofit tersebut sebagai bahan farmasi antimikroba.
13
14
BAB IV METODE PENELITIAN
Tahap penelitian meliputi : penyiapan bahan dan alat, penyediaan sampel tanaman berupa daun tanaman lidah buaya, isolasi mikroba dari jaringan tanaman sampel, identifikasi bakteri dan kapang, kultivasi dan fermentasi bakteri endofit dan pengujian aktivitas metabolit bakteri endofit terhadap bakteri normal kulit dan bakteri normal saluran pencernaan. 4.1 Penyiapan Alat dan Bahan Alat-alat yang telah dibersihkan kemudian di bungkus dengan kertas (bagian mulut pipet, erlenmeyer dan gelas ukur disumbat dengan kapas dan kasa, barulah dibungkus). Alat yang telah terbungkus dimasukan ke dalam autoklaf, kemudian di sterilisasi dengan suhu 121 OC selama 15 menit. Bahan – bahan seperti media perbenihan dan air juga disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. 4.2 Pengambilan Sampel Tanaman Tanaman yang di ambil adalah daun lidah buaya (Aloe vera (L.) Burm.f)) yang segar, diperoleh dari sekumpulan tanaman lidah buaya yang tumbuh liar di daerah Sadang Serang, Bandung. Kriteria tanaman yang di pilih adalah yang berwarna hijau agak tua, dengan tingkat kematangan sedang (tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua)
4.3 Isolasi Mikroba Endofit Sampel tanaman yang telah diperoleh kemudian dibersihkan dari kotoran dengan cara mencucinya dengan air mengalir. Bagian daun dipotong-potong (sekitar ± 3 cm3) dan selanjutnya „disterilisasi‟ permukaannya dengan cara digosok menggunakan larutan etanol 70% selama 1 menit, Natrium Hipoklorit 0,525% selama 5 menit, dan terakhir dengan etanol kembali selama 30 detik. Sampel tanaman yang sudah bersih kemudian di potong dengan cara berikut :
15
i) Metode I (Tanam Langsung) Sampel tanaman yang telah bersih di bilas dengan air steril beberapa kali, kemudian di sayat memanjang sekitar 3 cm dan di inokulasi pada media “Nutrient Agar” (NA) dan “Potato Dekstrose Agar” (PDA) yang sudah padat dengan posisi telungkup. Cawan petri yang sudah mengandung sampel tanaman kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu kamar selama 3 hari sampai 3 minggu. Mikroba yang tumbuh secara bertahap di isolasi pada media NA dan PDA sehingga dihasilkan pertumbuhan koloni isolat yang benar-benar terpisah (tunggal). ii) Metode II (Dilusi/ Pengenceran) Sampel tanaman yang telah bersih (steril), dicelupkan dalam aquadest steril. Sebanyak 1 ml air celupan sampel tanaman ditambahkan ke dalam 9 mL aquadest steril lainnya. Proses ini dikenal dengan pengenceran (dilusi) 10 kali. Proses dilakukan beberapa kali sampai diperoleh rasio dilusi maksimal 1/10.000. Semua larutan hasil pengenceran di inokulasikan dalam media NA dan PDA, kemudian di inkubasi selama 3 hari sampai 3 minggu pada suhu kamar. Mikroba endofit yang tumbuh secara bertahap pada kedua media dimurnikan melalui beberapa kali pemindahan pada media yang sama. Hasilnya berupa koloni tunggal yang disebut isolat murni. 4.4 Kultivasi Mikroba Endofit Isolat murni yang didapat kemudian dikultivasikan dalam media cair untuk mendapatkan metabolit sekundernya. i) Kultivasi Bakteri Endofit Koloni bakteri diinokulasi ke dalam tabung reaksi yang berisi 4 mL medium cair (“Nutrient Broth”) untuk membuat kultur semalam (“overnight culture”). Kultur semalam adalah kultur yang di inkubasi pada suhu kamar dengan bantuan pengocok “rotary shaker” dan kecepatan 200 rpm selama semalam (± 24 jam). Kultur semalam kemudian diencerkan dengan perbandingan 1 : 5 (1 mL dengan aquadest menjadi 5 mL), lalu di ukur kekeruhan suspensinya pada λ 580 nm.
19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Determinasi Tanaman Lidah Buaya Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman lidah buaya yang hidup liar di daerah Sadang Serang, Bandung, dengan tujuan untuk memperoleh tanaman yang memiliki ‘kemampuan adaptasi’ lebih baik dibandingkan tanaman yang di budidaya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hampir sebagian besar bakteri endofit tumbuh lebih beraneka ragam dalam tanaman yang memiliki habitat tidak biasa atau unik. Kemungkinan besar faktor perubahan musim, masa hidup dan lingkungan juga dapat mempengaruhi karakteristik biologi mikroba endofit.(13) Untuk mendapatkan kepastian jenis tanaman sampel, dilakukan determinasi tanaman. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman termasuk dalam keluarga Lilliaceae, dengan nama jenis Aloe vera (L.) Burm. f. atau Aloe barbadensis Miller dan nama Indonesia adalah Lidah Buaya. Secara lengkap hasil determinasi dan gambar tanaman lidah buaya dapat di lihat pada Lampiran 1. 5.2 Isolasi Mikroba Endofit Hasil isolasi yang diperoleh pada metode I (Tanam Langsung) dan II (Dilusi/Pengenceran) menunjukkan bahwa pertumbuhan dengan menggunakan metode I atau tanam langsung menghasilkan populasi bakteri yang tidak terlalu padat. Akhirnya pada penelitian menggunakan metode tanam langsung, agar pada proses isolasi tidak sulit memisahkan koloni yang di inginkan dengan koloni yang lain. Proses isolasi dilakukan beberapa kali dalam media yang sama yaitu Nutrient Agar. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri isolat memiliki ciri yang sama antara satu dengan yang lainnya. Sebaliknya hasil isolasi kapang pada media PDA menunjukkan adanya pertumbuhan, tetapi isolat yang di dapat selalu menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. Selain itu, hasil isolasi kapang juga tidak
20
jelas pertumbuhannya sehingga dapat menyulitkan pada saat identifikasi. Berdasarkan keadaan tersebut, maka penelitian lebih fokus kepada bakteri isolat. Gambar koloni bakteri endofit dan kapang endofit hasil isolasi dengan menggunakan metode I (tanam langsung) dapat dilihat pada Lampiran 2, Gambar V.2 dan V.3. 5.3 Identifikasi Mikroba Isolat / Endofit Identifikasi makroskopis terhadap bakteri isolat / endofit dan mikroskopisnya terdiri dari : pewarnaan Gram, uji biokimia IMVIC (Indol, Metil merah, VogesProskauer dan Citrate), serta uji menggunakan media TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri isolat termasuk dalam Gram negatif, bereaksi negatif terhadap uji indol, metil merah dan voges proskauer, serta memberikan nilai uji positif untuk uji Citrate.
Hasil identifikasi bakteri isolat
dapat dilihat pada Lampiran 3, Gambar V.4 dan Tabel V.1. Berdasarkan data identifikasi yang sudah diperoleh, diduga bakteri isolat merujuk kepada bakteria golongan Actinomycetes, subgolongan Actinoplanetes yaitu Actinoplanes. Hal ini didukung dengan adanya beberapa kesamaan dengan pustaka, antara lain karena morfologi pertumbuhannya yang terlihat pucat, disebabkan secara umum Actinoplanes memiliki habitat
pada daerah bagian
dalam jaringan tanaman. Secara morfologi, kebanyakan Actinomycetes merupakan bakteri gram positif, tetapi khusus Actinoplanes memiliki pengecualian dimana sel vegetatifnya merupakan gram negatif. Selain itu dengan usia pertumbuhan hingga 2-4 minggu serta terjadinya pembentukan ‘pola’ tertentu pada media setelah terjadi evaporasi, ikut mendukung asumsi bahwa bakteri isolat / endofit yang diperoleh merupakan golongan Actinomycetes. 5.4 Kultivasi Bakteri Isolat / Endofit Bakteri isolat / endofit yang diperoleh kemudian di kultivasi untuk mendapatkan metabolit sekundernya. Proses fermentasi menggunakan media Nutrient Broth dan dilakukan pada suhu kamar selama 24 jam dengan dibantu pengocokan oleh alat ‘rotary shaker’ untuk membantu metabolisme bakteri.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka disimpulkan bahwa : i) Bakteri yang berhasil di isolasi dari jaringan daun lidah buaya berhasil di identifikasi sebagai bakteri golongan Actynomycetes. ii) Bakteri isolat hidup dalam getah daun lidah buaya sehingga sering disebut sebagai bakteri endofit iii) Metabolit sekunder bakteri endofit hasil isolasi mampu memberikan aktivitas hambat terhadap pertumbuhan bakteri uji, yaitu 4,50 mm terhadap Staphylococcus aureus 2,63 mm terhadap pertumbuhan Escherichia coli iv) Adanya kemampuan aktivitas antimikroba dari bakteri endofit akan memberikan peluang besar pada daun lidah buaya untuk di promosikan sebagai tanaman obat bagi gangguan kulit dan saluran pencernaan.
6.2 Saran Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik terutama yang terkait dengan kemampuan aktivitas antimikroba, maka perlu dilakukan proses penghilangan kandungan air dalam tanaman tersebut, sehingga tidak mengganggu pengujian aktivitasnya. Prosesnya dikenal dengan nama ‘freeze-dried’, setelah itu, barulah jaringan tanaman di uji aktivitas antimikrobanya. Selain itu identifikasi kandungan senyawa kimia dalam daun lidah buaya dan metabolit bakteri endofit juga perlu dilakukan sehingga interaksi antara bakteri dan tanaman inangnya lebih jelas diketahui.
23
24
DAFTAR PUSTAKA 1. Maksum Radji, Review Artikel: Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.II,No.3,Desember2005,113-126. http://jurnal.farmasi.ui.ac.idpdf2005v02n03maksum0203.pdf 2. Nicklin, J., Graeme-Cook, K., and R. Killington.. Microbiology (Second Edition), (Oxford: BIOS Scientific Publishers Ltd.). 2002. 102-106, 219-220. http://kembangbungaku.blogspot.com/2009/03/lidah-buaya-aloe-vera-linn.html 3. Ermin K.Winarno, Produksi Alkaloid Oleh Mikroba Endofit yang Diisolasi
dari Batang Kina Cinchona ledgeriana Moens dan Cinchona pubescens Vahl (Rubiceae). http://students.chem.itb.ac.id/journal/Articles/Ermin%20HKI%202006.doc 4. Strobel, G. A. Microbial Gifts from Rainforests. A Contribution to The Symposium Beneficial Uses of Plant Pathogens_Anticancer and Drug Agents held during the joint meeting of The Canadian Phytopatological Society and The Pacific Division of The American Phytopatological Society, Victoria, B.C. 2000. 5. Tanaka M, Sukiman H, Takebayashi M, Saito K, Suto M, Prana MS, dan Tomita F. Isolation, Screening and Phylogenetic Identification of Endophytes from Plants in Hokaido Japan and Java Indonesia. 1999. Microbes and Environment 14(4): 237–241. 6. Endang Sukara, Pemanfaatan Biodiversity. Biotrends: Majalah Populer Bioteknologi. Vol I No 2 tahun 2006. 7. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (1977) : Materia Medika, Jilid 1, Jakarta. 8. Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Bunda), 105-109. 2008. http://wiki.medpedia.com/Staphylococcus_epidermidis 9. Bakteri Patogen Pada Mata dan Kulit. http://www.scribd.com/doc/30437138/bakteri-patogen-irfan 10. Pelczar, M. J., dan E. C. S. Chan, Dasar-dasar Mikrobiologi, Terjemahan Ratna, S. H., dkk., ed 1, UI Press, Jakarta, 1986, 47,110.
25
11. Sulistiyaningsih, Rr, Potensi Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) Sebagai Inhibitor Terhadap Pseudomonas aeruginosa Multi Resistant dan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. Laporan Penelitian Mandiri. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Bandung. 2009. 12. Harborne,J.B., Metode Fitokimia, terjemahan K. Padmawinata dan I. Sudiro, Penerbit ITB, Bandung.1984. 13. Simarmata, Rumella., Sylvia Lekatompessy, dan Harmastini Sukiman. Isolasi Mikroba Endofitik dari Tanaman Obat Sambung Nyawa (Gynura procumbens) dan Analisis Potensinya Sebagai Antimikroba. 2007. LIPI,Cibinong-Bogor. http://pangerancakeb.files.wordpress.com200804journal_isolasi-mikrobaendofitik-antimikroba.pdf
26
LAMPIRAN 1 DETERMINASI TUMBUHAN
27
LAMPIRAN 1 (LANJUTAN)
Gambar V.1 : Daun lidah buaya (Aloe vera (L.) Burm.f)