PS3 12
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA RADIASI Dl RUMAH SAKIT
·Frans X. Suharyanto H., dan Tim
PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI KESEHATAN MASYARAKAT BADAN LITBANGKES KEMENKES Rl
JL. PERCETAKAN NEGARA No. 29 JAKARTA PUSA T TAHUN
2011
KEMENTERIAN KESEHATAN
.
�ADAN·PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN · n. Percetalcan Ncgara No. 29 Kotak Pos 1226 Jakarta 10560 Indonesia Telp.: �021) 42872392, �241921 Fax.: (021) 42872392,4241921 .
E-mail : p3�tbang.depkes.go.td; Website
:
�ttp:llwww.pusat3.litbang.depkes.go.id
SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI KESEHATAN MASYARAKAT NOMOR � IOC03.05/IV.l/253 /2011 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENELITIAN TAHUN 2011 PADA PUSAT �OLOGI INTERVENSI .KESEBATAN MASYARAKAT
Menimbang
dal�
�
Bah� rangka melaks kcgiatan penelitian pada Pusat ·Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2011 perlu dibentUk Tim Pelaksana · Penelitian di masing masing Penelitian pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan . Masyarakat.
: 1.
·
Susunan
2.
Mengingat .
Bahwa untuk me1aksanakan penelitian tersebut diperlukan adanya tim pelaksanaan ·
: 1.
Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2002
Penelitian ·Pengembangan dan Penerapan 1PTEK
tentang Sistem.
.
·peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/MENKESIPER/XIf2005 tanggal l6November 2005 tentang Organisasi dan . . Tata KeJja DepkesRI. . ·'1
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144 !MENKES/ PERl .VIII /2010 tangga1.19 Agusttis 2010 Organisasi dan . · Tata Keija Kementrj.an
3
tentang
Surat Persetlij\l8Il Pelaksanaan Penelitian (SPJ) sebagaimana
4
Ju� eli masing-masing ·
5.
.
22 Februari 2011
Penelitian y�g dilakukan Tertang2al
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (PIPA) Pusat
Teknologi
Intervensi KeS'ehatan Masyarakat No. 0684/024.11.1.01/00. 201 tanggal20 Desember 2010
�
6
Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI
Nomor
:
HK.
03.05/4122112011 Tgl. 07 Januari 2011 tentang Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat yang melakukan tindakan
yang mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja/Pembuat Komitmen, Pejabat Pengujian dan Perintah membayar/penandatangan SPM · dan Bendahara pengeluaran •
pada Pusat Tahun 20l1
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
II
KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
n. Percetakan Negara No. 29 Kotak Pos 1226 Ja,Jcarta 10560 Indonesia Telp. : (021) 42872392, 4241921 Fax. : (021) 42872392, 4241921 B.-mail:
[email protected]; Website_: http://www.pusat3.litbang.depkes.go.id �·
..�
-�
�
-----� ... ..
·�
... .... ...
-
�.
·.
.
.
MEMUTUSKAN MENETAPKAN
Membentuk Tun Pe)aksana Penelitian untuk melaksanakan kegiatan pcnelltian dcngan susunan sebagaimana Daftar lembar terlampir:
Pertama
•
Kedua
·
·
Tim Pelalcsana Penelitian bertugas untuk melaksanakan pcnelitian
Ketiga
Biaya
Keempat
Kcputusan ini mulai berlaku sejak bulan Maret s/d Descmber 2011 dan akan ditinjau kcmbali apabila di kemudian hari · tcmyata terdapat keke�.dalam penetapan ini
untuk pclaks� penelitian dibebankan pada DIPA Pusat Tcknologi . Intcrvcnsi Kescbatan Masyarakat Tahun Anggaran 2011 Anggaran
Ditetapkan di Pada Tanggal-
Jakarta 2 Maret 2011
Pusat Teknologi lnt
Kepala, •..__ i n.Jr.�"
ervens
�/
,
D. Anwar Musadad, SKM. M.Kes. , N[P. 195709A$1980121002
Tembusan Yth.: 1. Sekretaris Jenderal RI 2. Inspektar JeilaeraJ. Kementerian Kesehatan .
RI . 3. ·Kepala Bm:lan Litbang Kesehatan 4. Kepala Bito Keuangan · Kementerian Kesehatan RI 5.
SetnmL Kep-ala Pusat
di.Lingkungan Badan Litbangkes
6. KepalaKantor PerbendaharaanN egaraJakatta V
1: B� Pengawasan Keuangan dan Pembangunan . 8. Badan· �emeriksa Keuangan Negara. . 9. Pejabat Pembuat Komitmen Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat H>. Yang bers'angkutan untuk diketahui dan dilak$anakan.sebagaimana mestinya
ii\
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas pertolonganNya sehingga pelaksanaan penelitian dan lapo.ran akhir penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini merupakan tahapan akhir penelitian pada tahun 2011 dari tahun pertama penilaian risiko keselamatan keija radiasi di rumah sakit.
Laporan penelitian ini
merupakan keijasama tim peneliti pusat dan daerah (tiap-tiap rumah sakit) pada
9 rumah sakit
sampel di pulau Jawa dan Bali. Oleh karena itu Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan sembilan rumah sakit yang telah menjadi tempat penelitian, yaitu RS Kan.ker Dharmais dan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Kariadi, Semarang, RS Moewardi, Solo, RS Saijito, Yogyakarta, RS Saiful Anwar, Malang, RS Sutomo, Surabaya, dan RSUP Sanglah, Denpasar.
Secara khusus kepada instalasi radiologi dan
responden dari bagian radiodiagnostik , radioterapi serta kedokteran nulkir. Kami juga mengucapakan terima kasih kepada Bapak D. Anwar Musadad, SKM, MSi , sebagai Kepala Pusat Intervensi Kesehatan Masyarakat yang telah membiayai penelitian ini melalui anggaran DIPA tahun 2011 dan juga sebagai konsultan dalam penelitian ini serta berbagai pihak terkait dan rekan-rekan peneliti dan administrasi yang telah berusaha maksimal sehingga penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan rencana. Laporan ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan penelitian ini
Jakarta,
Desember 2012
Tim Peneliti
iv
Ringkasan Eksekutif
Penilaian risiko perlu dilakukan pada rumah sakit - rumah sakit yang memiliki fasilitas radiasi pengion mengingat hal tersebut akan berpotensi menghasilkan pajanan radiasi yang cukup besar hila tidak dikelola dengan baik. Kecelakaan radiasi yang dilaporkan oleh United State Energy Atomic Commision dari tahun 1960-1968 disebakan oeh kesalahan operator (68%), kesalahan prosedur (8%), kerusakan perlengkapan (15%) dan lain-lain (9%). Bila dilihat secara rinci kesalahan operator yaitu tidak melakukan survey radiasi ( 46%), tidak mengikuti prosedur (36%), tidak menggunakan peralatan proteksi (6%), kesalahan manusiawi (6%), dan kesalahan menghitung paparan radiasi (6%). Penelitian ini bertujuan mengkaji besarnya risiko pajanan radiasi pada pekerja medis di rumah sakit, Penelitian ini dilaksanakan pada 9 rumah sakit di 6 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Jogjakarta, Jawa Timur serta Bali. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 97 responden. Waktu penelitian selama 8 bulan pada tahun 2011 dengan biaya dari anggaran DIPA tahun 2011 sebesar Rp 275.618.000,-. Penelitian ini direncanakan beberapa tahun, pada tahun pertama (2011) dilakukan penilaian risiko keselamatan kerja radiasi di rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, observasi dan pengukuran pajanan radiasi di tempat kerja (pada waktu sedang mengoperasikan peralatan yang dugunakan). Kuesioner yang digunakan meliputi pertanyaan- pertanyaan yang mencakup karakteristik rumah sakit, kuesioner individu ( data umum responden, basil pemeriksaan kesehatan berkala, alat pelindung diri, pemeriksaan radiodiagnostik dan radioterapi ), kuesioner untuk pengelola RS, selanjutnya dilakukan analisis secra deskriptif Jumlah responden dalam peneliian ini sebanyak 115 orang dari 9 rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah laki-laki (51 ,3 %) dan kelompok umur terbanyak 40-44 tahun (27 %) dengan status menikah (98,2 %). Pendidikan terbanyak adalah lulusan D-3 (44,3 %) dengan jenis pekerjaan adalah radiografer (59,1 %). Lama bekerja pada unit terakhir terbanyak pada kelompok dengan lama kerja 11-15 tahun sebesar 26,1 %. Hasil pemeriksaan hemoglobin darah pada perempuan rata-rata 12,42 g/dL sedangkan pada Iaki-laki 14,93 gldL Hasil pemerksaan darah rutin lainnya juga masih dalam batas normal. Pemakaian alat pelindung diri (APD) terutama apron yang tak memakai cukup banyak sebesar 43,5%, karena mereka merasa tempat kerja aman 31,3 %, tak nyaman 9,6 % dan rusak 2,6%.. Hasil penghitungan estimasi besamya pajanan radiasi di 9 RS antara 0,000008- 0,49 mSv per bulan, kecuali satu orang mencapai 5,13 mSv per bulan karena melakukan tugas yang bukan bidang keahliannya. ( Nilai Batas Dosis tidak melebihi 50 mSv per tahun, atau 4 mSv per bulan). Pemakaian film badge sebagai alat monitor perorangan sebesar 88,7 % dan sebagian besar tidak pemah mendapat dosis maksimum, hanya seorang yang mendapat dosis maksimum karena melakukan pekerjaan yang bukan bidang keahliannya.
v
Kesimpulan dari penelitian ini peraturan dan kebijakan proteksi radiasi untuk melindungi para pekerja radiasi di semua rumah sakit ( 9 RS) sudah diterapkan, kecuali untuk SOP pengoperasian peralatan radiasi 88,89%, penanganan limbah radiasi 88,89% dan rekaman keadaan darurat 55,5%. Pajanan radiasi yang diterima para pekeija radiasi per bulan di hampir semua rurnah sakit (88,89%) masih di bawah Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditentukan yaitu 50
mSv per tahun ( 4 mSv per bulan). Besarnya pajanan radiasi pada waktu alat sedang digunakan yang terbesar adalah pada wak:tu melakukan kateterisasi jantung, dan posisi dokter merupakan
posisi dengan pajanan terbesar, kemudian perawat dan radiographer yang terendah. Hasil pemeriksaan kesehatan yang didapat dari pemeriksaan kesehatan berkala masih dalam batas normal, hanya saja pelaksanaan pemantauan kesehatan untuk tenaga medis belum sesuai dengan
Peraturan Kepala BAPETEN No.6 tahun 2010. Saran pada penelitian ini agar penerapan peraturan dan kebijakan proteksi radiasi termasuk pemakaian APD (safety culture ) harus terus menerus disosialisasikan dengan menerapkan secara konsisten faktor keselamatan pasien, pekeija radiasi dan lingkungan. Lebih mengaktifkan peran organisasi proteksi radiasi serta peningkatan pengawasan internal oleh kepala instalasi terhadap pelaksanaan proteksi radiasi. Pemantauan kesehatan untuk pekeija radiasi secara berkala harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan kepala Bapeten No. 6 tahun 2010 dan pada pemeriksaan darah lengkap ditambahkan pemeriksaan gambaran darah tepi.
vi
Abstrak Penilaian risiko perlu dilakukan pada rumah sakit - rwnah sakit yang memiliki fasilitas radiasi pengion mengingat hal tersebut ak:an berpotensi menghasilkan pajanan radiasi yang cukup besar hila tidak dikelola dengan baik. Kecelak:aan radiasi yang dilaporkan oleh United State Energy Atomic Commision dari tahun
1960-1968 disebak:an oeh kesalahan operator ( 68%), kesalahan prosedur (8%), kerusakan perlengkapan (15%) dan lain-lain (9%). Penelitian ini bertujuan mengkaji besarnya risiko pajanan radiasi pada peketja medis di rumah sakit,
Penelitian ini merupakan penelitian non-intervensi, jadi hanya melak:ukan wawancara dan observasi serta melalukan pengukuran besar radiasi yang ada di lingkungan tempat kerja. Disain penelitian ini potong lintang. Populasi penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang terpajan radiasi di sembilan
rumah sak:it yaitu RS Kanker Dharmais dan RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita, Jakarta, RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Kariadi, Semarang, RS
Moewardi, Solo, RS Sarjito, Yogyak:arta, RS Saiful Anwar, Malang, RS Sutomo, Surabaya, dan RSUP Sanglah, Denpasar.
115 orang dari 9 rumah sakit. Hasil penelitian %) dan kelompok umur terbanyak 40-44 tahun (27 %) dengan status menikah (98,2 %) . Pendidikan terbanyak adalah lulusan D-3 (44,3 %) dengan jenis peketjaan adalah radiografer (59,1 %). Lama beketja pada unit terakhir terbanyak pada kelompok dengan lama kerja 11-15 tahun sebesar 26,1 %. Hasil pemeriksaan hemoglobin darah pada perempuan rata-rata 12,42 g/dL sedangkan pada laki-laki 14,93 g/dL
Jurnlah responden dalam penelitian ini
menunjukkan sebagian besar responden adalah laki-laki (51,3
Hasil pemerksaan darah rutin lainnya juga masih dalam batas normal. Pemak:aian alat pelindung
diri (APD) terutarna apron yang tak memakai cukup banyak: sebesar 43,5%, karena mereka merasa tempat kerja aman 31,3 %, tak nyaman 9,6 % dan rusak 2,6%.. Hasil penghitungan estimasi besamya pajanan radiasi di 9 RS antara 0,000008- 0,49 mSv per bulan, kecuali satu orang mencapai 5,13 mSv per bulan karena melak:ukan tugas yang bukan bidang keahliannya. (Nilai Batas Dosis 50 mSv per tahun, atau 4 mSv per bulan ). Pemakaian film badge sebagai alat monitor perorangan sebesar 88,7 % dan mayoritas tidak pemah mendapat dosis maksimum, hanya seorang yang mendapat dosis mak:simum karena melakukan pekerjaan yang bukan bidang keahliannya.
Kesimpulan dari penelitian ini peraturan dan kebijak:an proteksi radiasi untuk melindungi para
( 9 RS) sudah diterapkan, kecuali untuk SOP 88,89%, penanganan limbah radiasi 88,89% dan rekaman
pekerja radiasi di semua rwnah sakit pengoperasian peralatan radiasi
55,5%. Pajanan radiasi yang diterima para peketja radiasi per bulan di hampir (88,89%) masih di bawah Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditentukan yaitu 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan). Besamya pajanan radiasi pada waktu alat sedang digunak:an keadaan darurat
semua rumah sakit
yang terbesar adalah pada wak:tu melakukan kateterisasi jantung, dan posisi dokter merupak:an posisi dengan pajanan terbesar, kemudian perawat dan radiographer yang terendah. Hasil pemeriksaan kesehatan yang didapat dari pemeriksaan kesehatan berkala masih dalam batas normal, hanya saja pelak:sanaan pemantauan kesehatan untuk tenaga medis belurn sesuai dengan
Peraturan Kepala BAPETEN No.6 tahun
201
vii
Daftar Anggota Tim Peneliti
No.
Nama
Pendidikan
Jabatan I Posisi
1.
D. Anwar Musadad, SKM, MSi
Magister Public Health
Konsultan
2.
Reno Alamsyah, MSc
Magister Nuclear Safety
Konsultan
(Bapeten)
3
dr. Frans X. Suharyanto H. MS,
(KeselamatanNuklir/Radiasi)
Dokter, Magister K3
Sp.Ok
4.
dr. Lusianawaty Tana, MS,
Ketua Pelaksana
Dokter, Magister K3
Peneliti
Akademi Penata Rontgent,
Peneliti
SpOk 5.
Drs.Mulyono Notosiswoyo, MSi
Sl- STIA LAN I S2Antropologi Kes.
6.
Ratih Oemiati, AFM, S.Pd
Fisikawan Medis
Peneliti
7.
Miko Hananto, SKM, M.Kes
Magister Public Health
Peneliti
8.
Ora. Athena Anwar, MSi.
Magister Toksikologi Analisis
Peneliti
& Farmasi
9.
Yuni Nuraini, SE
Sarjana Ekonomi
Administrasi
10
Rosita, SKM
Sarjana Kes. Masyarakat
Administrasi
viii
DAFTARISI Halaman Halamanjudul SK Penelitian
11
Kata Pengantar
lV
Ringkasan Eksekutif
v
Abstrak
Vll
Daftar anggota tim peneliti
Vlll
Daftar lsi
IX
Daftar Tabel dan Gam bar
X
Daftar Lampiran
Xl
1
I. Pendahuluan II. Tujuan Penelitian
5
a.
Tujuan Umum
5
b.
Tujuan Khusus
5
ill.Manfaat penelitian
5
IV. Metoda Penelitian
6
V. Hasil Penelitian
9
VI. Hasil Observasi
16
VII. Pembahasan
20
VIII.Kesimpulan
24
IX. Saran
24
X. Kesepakatan
25
XI.Ucapan Terimakasih
26
XII. Daftar Pustaka
27
XIII. Lampiran
28
Lampiran A
28
LampiranB
30
Lampiran C
31
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel l.Karakteristik Demografi Pekerja Radiasi di 9 RS
9
Tabel 2.Karakteristik Lokasi Penelitian dan Lama Bekerja
10
Tabel3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Darah Rutin)
11
Tabel4.Penerapan Peraturan dan Kebijakan Proteksi 12
Radiasi di Rumah Sakit Tabel 5. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan Monitor Radiasi (film badge atau TLD)
13
Tabel 6. Hasil Pajanan Radiasi terhadap Pekerja Radiasi 14
di Rumah Sakit
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Denah Ruangan RS JPD Harapan Kita
28
Gambar 2. Surveimeter
29
X
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A. Gambar
28
LampiranB.
30
Lembar Pengesahan
31
Lampiran C Kuesioner .
xi
I. Pendahuluan Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm Conrad Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Penemuan sinar-X ini ternyata mampu mengantarkan ke arah terjadinya perubahan mendasar dalam bidang kedokteran. Dalam kegiatan medik sinar-X dapat dimanfaatkan untuk diagnosa maupun terapi. Aplikasi radiasi atau teknik nuklir secara umum dalam bidang kedokteran terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Demikian pula jenis radiasi yang digunakan. Jika sebelumnya hanya dikenal sinar-X dan sinar gamma, kini beberapa jenis partikel nuklir juga telah diaplikasikan dalam kegiatan medis. Pemanfaatan teknik nuklir ini meliputi tindakan-tindakan radiodiagnosis, radioterapi dan kedokteran nuklir t,2). Rumah sakit memang salah satu pengguna cukup besar dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Data dari Bapeten menunjukkan sebanyak 24 rumah sakit di Indonesia memanfaatkan radiasi untuk pemeriksaan dan pengobatan. Beberapa bahan radioaktif yang banyak digunakan rumah-rumah sakit tersebut, adalah Co (Cobalt 60), Ra-226, Cs-137, lr-192, 1125, SR-90, Am-241, 1-153, dan lainnya 3) . Meski manfaatnya san gat luas, tak dipungkiri, tenaga nuklir juga memiliki potensi bahaya yang tidak kecil bagi kesehatan maupun keselamatan manusia. Penyakit-penyakit yang timbul akibat radiasi, misalnya kanker, leukimia, rusaknya jaringan otak, serta kerugian fisik lainnya. International Atomic Energy Agency (IAEA) dan World Health Organization (WHO), memberikan informasi menarik tentang luka yang akan timbul akibat terkena radiasi. Disebutkan, luka radiasi tidak memiliki tanda dan gejala yang khusus sehingga sangatlah penting bagi masyarakat atau dokter --terutama dokter umum- untuk mengetahui efek dari kecelakaan radiasi 3>. Dijelaskan IAEA dan WHO, bahwa pancaran radiasi dapat berupa ekstemal ke tubuh, yakni pancarannya ke seluruh tubuh atau terbatas untuk bagian besar atau bagian kecil di anggota tubuh. Bisa juga berupa internal karena kontaminasi dengan material radioaktit: jika termakan, terminum, terhirup, atau menempel di dalam luka. Pancaran itu sendiri dapat bersifat akut, berlarut-larut atau kecil, tergantung pada dosis radiasinya 3>. Mengingat dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan radiasi sangat berbahaya, semua pihak yang terkait dengan urusan ketenaganukliran haruslah searah dan sepemahaman. Catatan dari Bapeten menjelaskan, kecelakaan-kecelakaan yang teijadi akibat radioaktif, disebabkan adanya kecerobohan operator ataupun perangkat proteksi radiasi yang kurang memadai dalam suatu fasilitas, sistem pengawasan nasional yang tidak mencukupi, serta kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap zat radioaktif dan sumber radiasi 3) . Badan Tenaga Atom Intemasional (BTAI) sendiri mengeluarkan standar keselamatan radiasi yang sangat lengkap dan menyeluruh. Yang menarik adalah semua pihak hams memahami 3 prinsip dasar proteksi radiasi. Pertama, pembenaran. Artinya, kegiatan yang menggunakan zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan resiko yang diterima. Kedua, optimisasi, yaitu penerimaan pancaran radiasi diusahakan serendah-rendabnya dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi. Ketiga, pembahasan. Menentukan agar dosis radiasi total yang diterima seseorang tidak boleh melebihi angka yang ditetapkan badan pengawas3>. 1
Nilai batas dosis untuk pekelja radiasi dalam standar yang disusun BTAI sendiri
(
diturunkan dari 50 mSv pertahun menjadi 20 mSv rata-rata dalam 5 tahun). Dan dalam satu tahun tidak boleh menerima lebih dari 50 mSv 3•4>· Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekeija serta masyarakat dalam pemanfaatan tenaga nuklir pada instalasi
kesehatan, hams diperhatikan antara lain persyaratan desain, operasi, kalibrasi, dosimetri,
dan jaminan kualitas. Masyarakat disamping pekeija mendapat perlindungan utama, nilai
batas dosis dalam suatu kelompok kritis masyarakat diturunkan menjadi 1 mSv/tahun dari 5 mSv/tahun 3>.
Hasil review data epidemiologik risiko kanker dari 8 studi kohort di berbagai negara yang melibatkan lebih dari 270.000 radiologist dan teknisi radiologik, temuan yang paling konsisten yaitu meningkatnya kematian karena leukemia diantara pekeija yang bekeija
sebelum tahun 1950, ketika pajanan radiasi tinggi 5>.
Kecelakaan akibat radiasi bisa teijadi karena sumber radiasi (zat radioaktif ataupun limbah radioaktif) yang digunakan industri maupun rumah sakit itu, hilang, dicuri, ataupun lepas dari pengelolaan atau pengawasan yang
semestinya.
Hampir di seluruh
dunia yang melakukan kegiatan pemanfaatan radiasi, pemah mengalami kecelakaan yang disebabkan zat ataupun limbah radioaktif 3>.
Kecelakaan radiasi yang dilaporkan oleh
USEAC (United State Energy Atomic
Cornmision ) dari tahun 1960-1968 disebakan oeh kesalahan operator (68%), kesalahan prosedur (8%), kerusakan perlengkapan (15%) dan lain-lain (9%). Bila dilihat
secara
rinci kesalahan operator yaitu tidak melakukan survey radiasi (46%), tidak mengikuti
prosedur (36%), tidak menggunakan peralatan proteksi (6%), kesalahan manusiawi (6%),
dan kesalahan menghitung paparan radiasi (6%) 1>.
Pada pemeriksaan radiodiagnostik, dosis radiasi
yang diterima dari berbagai jenis
pemerik.saan, yang terbesar adalah kateterisasi jantung sebesar 45.000 pemeriksaan barium enema : 870
mrem,
mrem,
kemudian
abdominal CT : 760 mrem, bone scan : 400
mrem, chest X-ray: 5 mrem dan radiasi kosmik selama penerbangan dari Los Angeles ke
New York sebesar 2,5 mrem 6>.
Sedangkan radioterapi adalah pengobatan dengan menggunakan sinar pengion. Di Indonesia saat ini terdapat sebanyak 24 rumah sakit yang menggunakan sumber radiasi
untuk keperluan radioterapi. Jenis peralatan radioterapi yang digunakan saat ini yaitu alat teleterapi (dengan zat radioaktif Cobalt-60, Cesium-137, dan LINAC), brakiterapi manual
(dengan Cesium -137, Cobalt-60, dan Radium-226), brakiterapi afterloading (dengan
Cesium-137dan (dengan
Iridium-192),
terapi
orthovoltage
pesawat
dan
Untuk memantau besarnya dosis radiasi yang diterima oleh
tempi
kontak
/superficial sinar-X)7>·
pekerja mdiasi setiap bulan,
setiap pekeija radiasi harus menggunakan alat pemantau perorangan. Umumnya alat
2
pemantau yang digunakan di rumah sakit adalah film badge. Berdasarka basil evaluasi film badge yang dipakai, pada umumnya dosis radiasi yang diterima oleh peketja radiasi masih dibawah nilai batas yang diizinkan, antara 0,1 sampai 0,3 mSv per bulan 7) Penelitian di RSUP Dr.Kariadi, Semarang pada petugas radioterapi dan radiodiagnostik, hasilnya dengan menggunakan t-test menunjukkan ada perbedaan yang bermakna jumlah leukosit (p=0,0016) dan kadar limfosit darah (p-0,036) antara peketja radioterapi dan peketja radiodiagnostik. Namun berdasarkan uji korelasi rank spearman tidak terdapat hubungan yang bennakna antara lama kontak dengan jumlah lekosit dan kadar limfosit darah antara peketja radioterapi dan peketja radodiagnostk dengan (p>0,05) 8>.
Kecelakaan radiasi yang pemah tetjadi menyangkut peralatan radioterapi tetjadi di berbagai negara di dunia, juga teijadi di Indonesia.
Kecelakaan radiasi yang tetjadi di
Indonesia yaitu pertama kecelakaan radiasi yang terkait dengan brachyterapi konvensional, tahun 1994, ke dua adalah kecelakaan radiasi yang terkait dengan teleterapi LINAC, tahun 1998 dan ke tiga yaitu kecelakaan radiasi yang terkait dengan "remote afterloading" tahun
2000 9>.
Pada kecelakaan yang pertama tahun 1994 terjadi kesalahan prosedur pengangkutan sumber radi.oaktif yaitu radimn tidak dimasukkan dalam kontainer khusus yang terproteksi dengan
baik. Tim inspeksi dari Badan Pengawas menyimpulkan bahwa dua orang yang mengangkut
sumber radium tersebut telah terpapar radiasi tinggi selama dalam pengangkutan. Untuk meyakinkan perkiraan penerimaan dosis, maka paparan radiasi diukur dengan surveymeter. Padajarak sekitar 10 em dari sumber Ra-226, paparan radiasi sebesar
4 R/jam 9>.
Kecelakaan ke dua yang terkait dengan teleterapi LINAC tahun 1998 adalah kecelakaan radi.asi yang terjadi karena kesalahan prosedur yang dibuat oleh radiographer (satu orang meninggal karena dosis tinggi). Tindakan radiografer dengan mengubah energy selector secara bergantian antara elektron dengan sinar-X sekitar enam kali, yang mengakibatkan berkas radiasi yang dipancarkan tidak terkendali. Akhirnya penyinaran dihentikan setelah mendengar jeritan pasien yang mengeluh panas sedemikian tinggi pada bagian tubuh yang disinar, selanjutnya pasien dikeluarkan dari ruang penyinaran. Selang beberapa minggu kemudian pasien tersebut menderita luka bakar pada lengan dan dada sebelah kiri. Luka bakar tersebut sebagai akibat dosis berlebihan dari berkas elektron. Kondisi pasien tersebut semakin hari bertambah kritis dan akhirnya meninggal 7•9>. Pada kecelakaan yang ke tiga adalah
kecelakaan radiasi yang terkait dengan "remote
afterloading" tahun 2000 dengan sumber radiasi Cs-137, tak ada korban manusia, sumber dapat dikembalikan ke wadahnya. Sedangkan menurut perhitungan matematis dengan aktivitas total 3 sumber Cs-137 ( 799, 785 dan 773 mCi) : 2357 mCi, Faktor gamma Cs-137 : 0,33 R.m2 I Ci-Jam, jarak sumber yang ada
di ujung aplikator dengan konektor: 10 em dan
waktu Operator saat memegang konektor aplikator dan kabel smnber selama 3 menit, maka dosis radiasi pada tangan kira-kira
4 Rem 7•9).
3
Kecelakaan radiasi tersebut terjadi karena beberapa hal seperti : sumber radiasi bekas tidak dikelola dengan semestinya sehingga luput dari pengawasan, keluaran radiasi tidak dikaliberasi dengan semestinya, perawatan alat tidak dilakukan dengan baik, tidak mengikuti prosedur kerja, tidak menggunakan alat monitor radiasi dan alat monitor radiasi tidak berfungsi 7)_ Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari inti radionuklida buatan untuk mempelajari perubahan fisiologik dan biokimia sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostic, terapi, dan penelitian ( 10)_ World health Organization ) Pada kedokteran nuklir, petugas dapat memperoleh penyinaran luar selama preparasi radiofarmaka, penyuntikan radiofarmaka dan pembuatan citra. Disamping itu petugas dapat memperoleh kontaminasi internal melalui inhalasi atau penelanan yang tak disengaja ataupun tertusuk jarum suntik yang telah berisi zat radioaktif. Bahaya radiasi ekstemal dapat diperkecil dengan menerapkan prinsip waktu, jarak dan pelindung radiasi 10) Penilaian risiko perlu dilakukan pada rumah sakit - rumah sakit yang mempunyai fasilitas radiodiagnostik ( terutama yang dapat melakukan kateterisasi jantung, fluoroscopy, angiografi , CT-scan dan C-arm X-ray ), radioterapi serta kedokteran nuklir mengingat berpotensi menghasilkan pajanan radiasi yang baik.
Dengan
melakukan
penilaian
risiko
cukup besar bila tidak dikelola dengan dapat mengkaji
bagaimana penerapan
perundang-undangan yang berlaku, ada tidaknya prosedur pelaksanaan baku (SOP), mengetahui besarnya paparan radiasi yang diterima para petugas kesehatan, melakukan identifikasi kelainan-kelainan yang terjadi pada petugas kesehatan ( melihat basil pemeriksaan kesehatan berkala
=
data sekunder) , alat pelindung diri yang digunakan
serta kelengkapan lainnya yang dibutuhkan agar para petugas kesehatan serta sekitarnya
aman
lingkun�
dari pengaruh radiasi yang ada. Dengan demikian, dari basil penilaian
risiko dapat diidentifikasi potensi bahaya yang dapat teijadi sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan dan antisipasi dari potensi bahaya yang dapat teijadi.
4
II. TUJUAN PENELITIAN a.
Tujuan umum
Mengetahui dampak radiasi pada peketja medis di rumah sakit Tahun pertama (2011) : Mengkaji besarnya risiko pajanan radiasi pada pekeija medis
b.
Tujuan khusus
di rumah sakit
1. Mengkaji kebijakan dan peraturan yang diterapkan untuk melindungi pekerja medis yang terpajan radiasi di rumah sakit ( tennasuk SOP bekerja I mengoperasikan peralatan radiologi ) 2. Menganalisis besarnya paparan radiasi yang diterima para peketja : Menilai besarnya rata-rata radiasi yang diterima para peketja medis yang terpajan radiasi per bulan selama satu tahun. 3. Mengukur besarnya radiasi pada waktu alat sedang digunakan
4. Mengidentifikasi kelainan-kelainan yang teijadi pada para pekeija medis yang terpajan radiasi di rumah sakit.
5. Menilai apakah gedung I ruangan yang digunakan kedap radiasi 6. Menilai apakah tersedia perlengkapan keamanan radiasi 7. Menilai bagaimana pengelolaan limbah radiasi
IR MANFAATPENELITIAN Bagi tenaga medis - Sebagai upaya melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pajanan radiasi di tempat kerja dan pajanan terhadap dirinya sendiri, hila telah melebihi batas yang telah ditentukan maka dapat dilakukan pemindahan posisi tempat kerja secara sementara dan melacak kemungkinan penyebabnya.
Bagi rumah sakit - Sebagai upaya melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pajanan radiasi di tempat kerja dan terhadap tenaga medis yang bekeija di dalamnya, serta terhadap penerapan regulasi, SOP & pemakaian APD secara benar - Sebagai dasar kebijakan untuk melakukan
penanganan masalah pajanan radiasi di
tempat kerja terhadap para tenaga medis yang bekeija di dalamnya serta sebagai dasar perencanaan dalam penanganan peralatan radiasi dan proteksi terhadap tenaga medis di masa yang akan datang.
Bagi peneliti - Sebagai dasar pelaksanaan penelitian lebih lanjut - Merupakan sumber infonnasi untuk penanganan Jebih lanjut
5
IV.
Metoda Penelitian
"Risk Assessment" atau penilaian risiko keselamatan kerja radiasi di rumah sakit adalah suatu kegiatan yang penting dilakuk:an karena dengan melakuk:an penilaian risiko mak:a dapat melakukan identifikasi bahaya dan manajemen dari bahaya tersebut.
Penilaian risiko juga
merupakan suatu proses yang berkesinambungan , artinya setelah dapat dilakukan identifikasi bahaya yang ada mak:a secepatnya dilakukan koreksi agar bahaya tidak: meluas dan dapat diatasi. Kerangka konsep
Sumber Pajanan Radiasi di Rumah Sakit Radiodiagnostik, Radioterapl dan Kedokteran nukllr
Penerapan Peraturan dan Kebijakan Proteksi Radiasi di Rumah Sakit (termasuk SOP)
Besarnya pajanan Radiasi (Dose Respons)
Ketersediaan dan
Karakteristik Pekerja Radiasi
Pemakaian *
Hasil film badge I
Alat Pelindung
TLD per bulan •
Diri (APD)
Hasil penghitugan
Umur, Jenis kelamin, pendidikan, dan lama keJja
estimasi pajanan radiasi per bulan ( beban keJja per bulan x basil pengukuran radiasi di tempat keJja )
Evaluasi /Monitoring
Manajemen
Karakteristik Risiko
Risiko
Manajemen Risiko
6
Kerangka konsep dari penelitian ini sebagai sumber pajanan radiasi di rumah sakit berasal dari kegiatan radiodiagnostik (pemeriksaan fluoroskopi, kateterisasi jantung, CT scan, C-arm X-Ray, dll ), radioterapi (teleterapi dengan Cobalt 60 , LINAC, simulator serta brakhiterapi) serta kedokteran nuklir. Sumber pajanan radiasi akan menimbulkan bahaya terhadap pekerja medis di rumah sakit bila regulasi, alat pelindung diri dan SOP tidak diterapkan secara benar. Hal yang penting bahwa pajanan radiasi tersebut perlu diketahui berapa besarnya ( dose respons), hal ini dapat diketahui dari hasil pemeriksaan film badge I Thermo Luminescence Dosimetry (TLD) yang dilakukan tiap bulan dan dari hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi per bulan ( beban kerja x besar pajanan radiasi hasil pengukuran di tempat kerja). Karakteristik dari pekerja radiasi juga perlu diperhatikan yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, serta lama bekerja. Sebagai evaluasi dari pajanan tersebut dilakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mengetahui bagaimana karekteristik dari risiko tersebut serta melakukan risk assessment , kemudian dilakukan manajemen dari kemungkinan risiko yang terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian non-intervensi, jadi hanya melakukan observasi, pengumpulan data dengan wawancara (kuesioner) serta melaluk:an pengukuran besar radiasi yang ada di lingkungan tempat kerja. Disain penelitian ini potong lintang (cross-sectional). Populasi penelitian ini adalah tenaga kesehatan I pekerja medis yang terpajan radiasi di rumah sakit. Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu meliputi : dokter spesialis radiologi, radiographer serta paramedis lainnya yang terlibat pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan kateterisasi jantung dan fluoroscopy bisa juga melibatkan dokter spesialis jantung, paru, bedah serta penyakit dalam. Penelitian ini dilakukan pada rumah sakit yang mampu melakukan pemeriksaan radiodiagnostik seperti kateterisasijantung, fluoroskopi, CT scan serta tersedia C-arm X-ray, karena pemeriksaan ini menimbulkan paparan radiasi yang besar dan pemeriksaan ini perlu waktu yang relatif lebih lama, radioterapi serta kedokteran nuklir. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu pada beberapa rumah sakit ( 9 RS ) di enam provinsi yaitu: DKI Jakarta ( Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dan Rumah Sakit Kanker Dharmais ) , Jawa Barat ( Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung ), Jawa Tengah ( Rumah Sakit Kariadi, Semarang dan Rumah Sakit Moewardi, Solo ) , D.I. Yogyakarta ( Rumah Sakit Sarjito ) , Jawa Timur ( Runah Sakit Sutomo, Surabaya dan Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang) , dan Bali ( Rumah Sakit Umum Pusat, Sanglah, Denpasar ) . Waktu penelitian selama 8 bulan pada tahun 2011. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus : Za2pq N =
7
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar Bila nilai p belum diketahui, maka p dianggap diinginkan
95% , maka Za
0,5 dan nilai d
=
=
1 ,96.
ketepatan absolut yang
10% selanjutnya setelah dihitung didapatkan jumlah sampel minimal sebesar 97 .
Kriteria inklusi dan eksklusi dari responden yaitu Kriteria inklusi
:
a). Tenaga kesehatan
yang terpajan radiasi , yang bekerja di bagian radiologi maupun diluar bagian radiologi b).Telah bekerja lebih dari satu tahun di tempat kerja dengan pajanan radiasi
c).
Menggunakan badge untuk mengetahui pajanan radiasi yang telah diterima. Sedangkan Kriteria eksklusi adalah a). Dalam keadaan sakit berat b).Tidak menggunakan badge untuk mengetahui pajanan radiasi yang diterima c). Dalam keadaan cuti
Cara pengumpulan data yaitu setelah ditetapkan rumah sakit sesuai kriteria yang di.inginkan yaitu terdapat fasilitas radiodiagnostik ( untuk pemeriksaan kateterisasi jantung, fluoroskopi,
CT
scan
dan terdapat
C-arm X ray ), radioterapi dan kedokteran nuklir maka selanjutnya
dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner
dan pengukuran pajanan radiasi di
tempat kerja (pada waktu sedang mengoperasikan
peralatan yang dugunakan). Data
pemeriksaan kesehatan ( data sekunder) dapat diperoleh dari hasil pemeriksaan kesehatan secara berkala dari tenaga kesehatan tersebut. Kuesioner yang digunakan meliputi pertanyaan - pertanyaan yang mencakup : karakteristik rumah sakit/ tempat penelitian
, kuesioner
individu ( data umum responden, basil pemeriksaan kesehatan berkala, alat pelindung diri, pemeriksaan radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir ), kuesioner untuk pengelola RS, serta keterangan pengumpul data. Keterbatasan pada penelitian ini adalah belum dapat dilaksanakan pada semua rumah sakit yang dapat melakukan radiodignostik, radioterapi dan kedokteran nuklir. Selain itu, penelitian ini terbatas pada rumah sakit pemerintah, sedangkan rumah sakit swasta belum terjangkau.
Selain itu hasil pemeriksaan kesehatan yang merupakan data sekunder, datanya
tidak lengkap.
8
V. Hasil Penelitian Dari sembilan rumah sakit yang diambil sebagai sampel terdapat 1 15 responden yang diwawancarai dengan karakteristik demografi sebagaimana yang dipaparkan pada tabel 1.
Tabel 1 . Karakteristik Demografi Pekerja Radiasi di 9 Rumah Sakit KARAKTERISTIK
VARIABEL
N
%
Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
59 56
51,3 48,7
Kelompok umur
24-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
10 10 15 31 26 18 2 3
8,7 8,7 13,0 27,0 22,6 15,6 1,8 2,6
Status perkawinan
Kawin Belurn
1 13 2
98,2 1,8
Pendidikan
D-3 S-1 S-2 S-3 Tidak diisi
51 36 15 3 10
44,3 31,3 13,0 2,6 9,7
Jenis Pekerjaan
Dr Radiolog Dr Kedokteran Nk Dr Spesialis Onk Dr Kardiolog Fisikawan Medis Radiografer Perawat Lainnya Tidak diisi
14 2 2 1 12 68 10 4 2
12,2 1,7 1,7 0,9 10,4 59,1 8,7 3,5 1,7
Dari Tabel 1. terlihat bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki (51,3 %) dan kelompok umur terbanyak 40-44
tahun
(27 %) dengan status menikah (98,2 %). Pendidikan
9
terbanyak adalah )ulusan D-3 (44,3 %) dengan jenis pekerjaan adalah radiografer (59,1 %). Sedangkan berdasarkan lokasi rurnah sakit dan lama bekerja dapat dilibat pada tabel 2.
Tabel 2. Kakarteristik Lokasi Penelitian dan Lama Bekerja
KARAKTERISTIK
VARIABEL
N
%
Lokasi RS
RS Kanker Dbarmais, Jkt RS Jantung Harapan Kita, Jkt RS Hasan Sadikin, Bandung RS Kariadi, Semarang RS Moewardi, Solo RS Sardjito, Yogyakarta RS Sutomo, Surabaya RS Saiful Anwar, Malang RS Sanglah, Denpasar
16 16 12 12 12 12 12 11 12
14,0 14,0 10,4 10,4 10,4 10,4 10,4 9,6 10,4
Lama bekerja total
<
3 17 15 32 26 18 3 1
2,6 14,8 13,0 27,9 22,6 15,6 2,6 0,9
13 25 30 24 11 7 3 2
1 1 ,3 21,7 26,1 20,9 9,5 6,1 2,6 1,8
5 tahun 5-10 1 1-15 1 6-20 2 1-25 26-30 30-35 Tidak diisi
Lama bekerja di Unit Terakhir < 5 tahun 5-10 1 1-15 16-20 2 1 -25 26-30 30-35 Tidak diisi
Pada tabel 2 terlihat bahwa responden tersebar merata di 6 RS sebesar 10,4 % dan 2 RS sebesar 14 % sedangkan yang sedikit ada di RS Saiful Anwar Malang.
bekerja bekerja
Berdasarkan lama
secara keseluruhan terbanyak kelompok 16-20 tahun sebesar 27,9 %.
Namun lama
pada unit terakhir terbanyak pada kelompok 1 1-15 tahun sebesar 26,1 %.
kesehatan responden dapat dilihat pada tabel 3. 10
Status
Tabel
3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ( Darah Rutin)
KARAKTERISTIK.
VARIABEL
N
%
Hemoglobin
< 12 12-14 14,1-16,0 16,1-18,0
12 49 34 11 9
10,4 42,6 29,6 9,6 7,8
1 101 2 11
0,9 87,7 1,8 9,6
14 70 2 29
12,2 60,8 1,8 25,2
1 87 1 26
0,9 75,6 0,9 22,6
Tidak tersedia data Leukosit
< 3.8 3.8 - 10.6 >10.6 Tidak tersedia data
< 4.4 4.4-5.9 >5.9
Eritrosit
Tidak tersedia data Trombosit
<150 150-440 >440 Tidak tersedia data
Kadar hemoglobin darah sebagian besar di atas bawah
12 g/dL
12 gldL (81,8 %), sedangkan yang di
(
1 0,4%) semuanya adalah perempuan ( Lihat Tabel 3). Sedangkan kadar _ hemoglobin rata-rata pada perempuan 1 2,42 g/dL (SD 1 ,006) dan pada laki-laki 14,93 g/dL (SD 1,151). Nilai Lekosit, eritrosit, dan trombosit sebagian besar masih dalam batas normal.
Penerapan Peraturan dan Kebijakan Proteksi Radiasi di Rumah Sakit ( lihat Tabel semua rumah sakit
4.),
(9 RS) sudah ada dokumen dan juga dari hasil observasi sudah diterapkan,
kecuali untuk rekaman penanggulangan darurat hanya
5 RS yang memiliki (55,5%). Tunjangan
bahaya radiasi sudah diberikan pada semua RS, hanya saja tidak semua RS memberikan asupan makanan TKTP, yang sudah diberikan radiasi sudah diterapkan pada
5 RS ( 55,5%). SOP peralatan radiasi dan SOP limbah
8 RS ( 88,9%)
11
Tabel 4. Penerapan Peraturan dan Kebijakan Proteksi Radiasi di Rumah Sakit Nama Rumah Sakit
Dokumen
Dokumen
Program
Program
Memiliki Sertifikat
Jaminan Mutu
Kaliberasi/ Pengujian
Proteksi dan Keselamatan Radiasi
Kanker Dharmais,
Pemberian
SOP
SOP
Bahaya
Makanan /
Peralatan
Darurat akibat
Radiasi ( TBR)
Limbah Radiasi
Radiasi
Sumber Radiasi
Rumah Sakit
Tunjangan Penanggulangan
Asupan Makanan
Radiasi
TKTP
·
Ada
Ada
Dokumen
Rekaman
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Jakarta Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta Rumah Sakit Hasan Sadi.kin , Bandung Rumah Sakit Kariadi, Semarang Rumah Sakit Muwardi, Solo Rumah Sakit Sardjito, Jogyakarta Rumah Sakit Sutomo, Surabaya Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang Rumah Sakit Sanglah, Denpasar Keterangan
:
+
ada
- tidak ada 12
+
+
+
+
+
Tabel
5. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan Monitor Radiasi ( film badge atau TLD)
KARAKTERISTIK
VARIABEL
Ya pakai
Pemakaian Apron
Tidak memakai
Alasan tidak pakai
Rusak Tidak nyaman Tidak pernah memakai
N
%
65 56,5 50 43,5
3 2,6 1 1 9,6 36 3 1,3
(karena tempat kerja aman )
Film badge
Memakai
102 88,7 13 1 1 ,3
Tidak Mendapat dosis maksimum Ya Tidak Tidak ada data
1 0,9 101 61,7 13 1 1,3
Secara umum seluruh RS sampel ( 9 RS ) menyediakan alat pelindung diri, namun hanya
56,5 % responden yang menggunakan apron. Adapun alasan tidak menggunakan apron karena merasa tidak nyaman dipakai sebanyak 31,3
9,6 % dan rusak 2,6 %. Sedangkan yang tidak pemah memakai
% karena merasa tempat kerja aman. Pemakaian film badge sebagai alat monitor
perorangan sebesar 88,7
% dan sebagian besar tidak pemah mendapat dosis maksimum, hanya
seorang yang mendapat dosis maksimum
(
0,9 %) lihat Tabel 5. Hal ini terjadi karena
mengerjakan tugas yang bukan bidang keahliannya. Mengenai besarnya pajanan radiasi yang diterima para pekerja radiasi dapat diketahui dari hasil pemeriksaan film badge tiap bulan dan dari basil penghitungan estimasi besainya pajanan radiasi per bulan. Film badge harus dipakai selama bekerja dan tisp bulan dilakukan peneriksaan untuk mengetahui berapa besar radiasi yang diterima pekerja tersebut. Sedangkan penghitungan estimasi besarnya pajanan radiasi dapat diketahui dari beban kerja ( berapa pasien yang diperiksa per hari, per minggu dan per bulan kemudian dikalikan dengan lama terkena 13
pajanan radiasi per pasien dan besarnya radiasi yang ada di tempat kerja ) Kemudian hasil .
besarnya pajanan radiasi tersebut dibandingkan dengan nilai batas dosis (NBD) yang ditentukan oleh Keputusan Ka BAPETEN
No. 01/Ka.BAPETEN I V-99 tentang Keselamatan Kerja
terhadap Radiasi yaitu dalam setahun tak boleh melebihi 50 mSv ( 4 mSv per bulan ). Hasil pajanan radiasi terhadap para pekerja radiasi di 9 RS dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pajanan Radiasi terhadap Pekerja Radiasi di Rumah Sakit
Nama Rumah Sakit
Hasil penghitungan
Hasil pemeriksaan Film
Nilai Batas Dosis (NBD)
estimasi pajanan
Badge per bulan
pekerja radiasi sesuai Keputusan Ka BAPETEN
radiasi per bulan
No. 01/Ka. BAPETEN N99 tentang Keselamatan Kerja thd Radiasi Rumah Sakit Kanker Dharmais,
0,000 1 5 s/d 0,00414
0,1 m Sv
m Sv
50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan )
Jakarta Rumah Sakit Jantung Harapan
0,0029 s/d 0,49 m Sv
0,1 mSv
50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan )
Rumah Sakit Hasan
Tak ada data karena
0,1 s/d 0,58 mSv
50 mSv per tahun
Sadikin , Bandung
surveymeter sedang
Kita, Jakarta ( 4 mSv per bulan )
dikaliberasi Rumah Sakit Kariadi, Semarang
0,00008 s/d 0,20 mSv
0,1 mSv
50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan )
0,000008 s/d 0,10
0,1 mSv
( 4 mSv per bulan )
Rwnah Sakit Muwardi, Solo
50 mSv per tahun mSv
Rumah Sakit Sardjito, Jogyakarta
50 mSv per tahun 0,0003 s/d 0,088 mSv
0,1 mSv
( 4 mSv per bulan )
0,026 s/d 0,1598 mSv
0,1 mSv
( 4 mSv per bulan )
0,1 s/d > 4 mSv
50 mSv per tahun
Rumah Sakit Sutomo, Surabaya Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang
50 mSv per tahun
0,0024 s/d 5,13 mSv
( 4 mSv per bulan )
Rumah Sakit Sanglah, Denpasar
50 mSv per tahun 0,0003 s/d 0,079 mSv
0,1 mSv
14
( 4 mSv per bulan )
Besamya pajanan radiasi yang diterima para peketja dari 9 RS, terdapat seorang peketja radiasi di RS Saiful Anwar, Malang yang mendapat pajanan radiasi yang melebihi NBD yang ditentukan baik dari basil pemeriksaan film badge yang diperiksa per bulan maupun dari basil penghitungan estimasi. Hasil dari film bagde melebibi 4 mSv per bulan dan dari penghitungan estimasi pajanan radiasi yang diterima per bulan mencapai 5,13 mSv
.
Hal
ini tetjadi karena
peketja radiasi tersebut bertugas ganda yaitu selain sebagai seorang fisika medis juga merangkap sebagai tehnisi yang mencoba memperbaiki kerusakan yang terjadi di pesawat radiasi Co60. Jadi dia mengerjakan tugas yang bukan bidang keahliannya. Sedangkan beasarnya pajanan radiasi berdasarkan basil penghitungan estimasi yang terbesar diterima para peketja di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita , Jakarta yang beketja melakukan kateterisasi jantung, besarnya antara 0,0029 s/d 0,49 mSv per bulan , narnun bila dibandingkan dengan NBD masib di bawah batas yang ditentukan. Hasil penghitungan estimasi besarnya pajanan radiasi di RS Hasan Sadikin, Bandung tak dapat dilakukan karena surveymeter untuk mengetahui besarnya pajanan radiasi di tempat kerja sedang dilakukan kaliberasi., namun hasil dari pemeriksaan film badge yaitu 0,1 s/d 0,58 mSv per bulan masib di bawah NBD yang ditentukan.
15
VI.
Observasi , pengukuran dan temuan di
9 rumah sakit
Hasil observasi, pengukuran dan temuan di 9 rumah sakit sebagai berikut : 1.
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, J- akarta Paparan radiasi di daerah operator/dokter antara 82 - 92 J.1Svlh mSvlh), di area perawat antara 28 - 35 J.1Svlh
perawat 1 1 - 1 2 J.1Svlh
(
0,082 - 0,092
mSvlh) dan di area
( 0,0085 - 0,012 mSv/h) , tapi kalau diukur di 14-15 J.1Sv/h ( 0,0 1 4 - 0,0 1 5 mSvlh) , dibelakang
radiographer antara 8,5 - 12 J.1Svlh belakang operator/dokter menjadi
( 0,028 - 0,035
(
0,0 1 1 - 0,012 mSvlh) dan dibelakang radiographer 4 - 4,5
J.1Sv/h ( 0,004 - 0,0045 mSv/h).
Di area pintu penghubung ke ruang monitor dan pintu masuk pasien hila terbuka paparan radiasi antara 1,5
-
6 J.1S/h
(
0,0015 - 0,006 mSvlh) ,
sedangkan hila
tertutup aman. Di ruang monitor paparan radiasi juga aman , sarna dengan radiasi latar yaitu 85 - 95 nSvlh ( 0,000085 mSv/h - 0,000095 mSv/h). Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terhadap para pekelja antara 0,0029 mSv - 0,49 mSv per bulan, sedangkan basil pemeriksaan mSv per bulan.
Hasil tersebut masih di bawah
film badge I TLD
Nilai Batas Dosis
rata-rata 0,1
(NBD) yang
ditentukan sesuai Ka. BAPE'IEN No. 0 1/Ka. BAPETEN /V -99 yaitu sebesar 50 mSv
per tahun ( 4 mSv per bulan ).
Walaupun paparan radiaisi yang diterima masih dibawah batas yang ditentukan namun penggunaan Alat Pelindung diri (APD) belum semuanya diterapkan yaitu : pemakaian
Thyroid
shield
belum
semua
petugas
menggunakannya
karena
keterbatasan APD. Sedangkan Lead googles atau kaca mata Pb dan sarung tangan timbal belum tersedia. Lampu tanda bahaya radiasi di depan pintu pada saat pesawat sedang "operating" tidak menyala Pintu penghubung ke ruang monitor serta pintu masuk pasien sebaiknya tertutup, karena hila terbuka paparan radiasi 1,5 - 6 J.1Svlh Di area dekat pintu penghubung ke ruang monitor ada meja komputer dan petugas yang bekelja di tempat tersebut
menerus ( Di Ruang Cath lab 3).
akan terpajan radiasi dalam waktu lama secara terus
16
2. Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta
Dibagian Radiodiagnostik dan radioterapi, pada umumnya di ruang operator pekerja tidak menggunakan APD karena merasa aman. Ketersediaan APD seharusnya tetap ada walaupun mereka bekerja di ruang yg aman , diperlukan pada saat "emergency". Lampu tanda bahaya radiasi yang ada di depan pintu sebagian ada yang mati. Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi yang diterima petugas radiasi per bulan di bagian radiodiagnostik antara 0,000 15 mSv - 0,0012 mSv, sedangkan di bagian radioterapi antara 0,000535 mSv - 0,004 14 mSv. Sedangkan basil pemeriksaan flrn badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Keduanya masih di bawah NBD yang ditentukan sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan). 3.
Rumah Sa kit Umum Pusat Sanglah, Denpasar - Bali Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi di bagian radiodiagnostik 0,0003 0,079 mSv per bulan dan di bagian radioterapi 0,0056 - 0,0185 mSv per bulan. Sedangkan basil pemeriksaan film bagde rata-rata 0,1 mSv per bulan.
Keduanya
masih di bawah NBD yang ditentukan sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan ) Pada ruang CT Scan , pintu penghubung ke ruang monitor pada saat operating terdapat kebocoran dengan pajanan radiasi 10 - 11,7 J!Sv/ jam
(0,01 - 0,0117
mSv/jam) . Pada saat pesawat "operating" lampu tanda ada bahaya pajanan radiasi banyak yang mati. Di ruang cath-lab APD yang tersedia hanya apron dan thyroid shield , jumlah thyroid shield terbatas. Pada waktu pemeriksaan kesehatan berkala, hanya pemeriksaan laboratorium saja yang dilakukan. 4. Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung Pada saat melakukan penelitian tidak dapat melakukan pengukuran besarnya pajanan radiasi karena alat surveymeter sedang dikaliberasi. Penelitian hanya dapat dilakukan di bagian radiodiagnostik dan kedokteran nuklir. Pemakaian APD , karena merasa aman di ruang operator tak dilakukan, juga di ruang kedokteran nuklir. Ketersediaan APD seharusnya tetap disediakan. 5.
Rumah Sakit Kariadi, Semarang Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terhadap para pekerja radiasi di bagian radiodiagnostik dan radioterapi 0,00008 - 0,20 mSv per bulan. Sedangkan hasil 17
pemeriksaan film badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Kedua hasil tersebut masib di bawah NBD yang ditentukan yaitu sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan )
.
Data basil pemeriksaan laboratorium yang direkapitulasi tidak lengkap sesuai yang telah ditentukan. 6. Rumah Sakit Moewardi, Solo
Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terhadap
para pekerja radiasi di bagian
radiodiagnostik dan radioterapi 0,000008 - 0,1 mSv per bulan. Sedangkan basil pemeriksaan film badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Kedua basil tersebut masib di
bawah NBD yang ditentukan yaitu sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan ).
Ada karyawan laki-laki (28 tahun) menderita leukemia pada tahun 2009 namun saat ini sudah sembuh, dan bekeija di bagian radioterapi, di pesawat simulator. Residen bedab selalu minta foto rontgen dengan luas lapangan yang berlebih dan selalu diulang. 7.
Rumah Sa kit Sarjito, Y ogyakarta Responden pada radioterapi dan radiodiagnostik tidak menggunakan apron karena proteksi radiasi di tempat ketja sudah baik. Alat pelindung diri (APD) seperti apron tersedia namun jumlah tidak cukup karena ada yang dalam kondisi rusak, sehingga dokter radioloog memakai yang tidak rusak, sedangkan residen memakai yang rusak. Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terbadap
para peketja radiasi
0,0003 -
0,088 mSv per bulan. Sedangkan basil pemeriksaan film badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Kedua basil tersebut masib di bawah NBD yang ditentukan yaitu sebesar 50 mSv per tahun
( 4 mSv per bulan ).
Pemeriksaan berkala di lakukan setiap tahun untuk dokter, fisika medis, radiografer, hanya tidak semua pekerja radiasi tersebut badir pada saat pemeriksaan berkala atau walau hadir namun tidak melakukan pemeriksaan secara lengkap. Kematian petugas radiasi yang dikarenakan
keganasan tidak ditemukan di rumah
sakit ini sampai saat ini. 8. Rumah Sa kit Sutomo, Surabaya
Pajanan radiasi hambur untuk sekeliling ruang pemeriksaan ( non pekeija radiasi) masih dibawah batas dosis radiasi.
18
Pajanan radiasi bambur untuk ruang kontrol ekspose dengan 1 shielding
: 122
J.!Sv/jam. Pajanan radiasi bambur untuk ruang kontrol ekspose dengan 2 shielding 1 0 J.!Sv/jam. Hasil penghitungan estimasi pajanan radiasi terbadap para pekerja radiasi di bagian radiodiagnostik dan radioterapi 0,026 - 0,1598
mSv per bulan. Sedangkan basil
pemeriksaan film badge rata-rata 0,1 mSv per bulan. Kedua basil tersebut masih di
bawah NBD yang ditentukan yaitu sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan ). 9. Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang
Hasil pengbitungan estimasi pajanan radiasi terhadap para pekerja radiasi di bagian radiodiagnostik dan radioterapi 0,0024 - 5,13 pemeriksaan film badge
antara
mSv per bulan. Sedangkan hasil
0,1 mSv s/d > 4 mSv per bulan. Dari kedua basil
tersebut ada satu orang pekerja radiasi yang di atas NBD yang ditentukan yaitu
sebesar 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan ).
Petugas yang basil penghitungan estimasi pajanan radiasi dan film badge melebihi
batas yang ditentukan adalah petugas fisika medis yang berfungsi ganda. Pertama
dia bertugas sebagai pengukur radiasi di bagian Radiologi rumahsakit. Kedua
kadang- kadang dia melakukan perbaikan lampu kolimator pada pesawat Co60. Hal ni disebabkan Petugas tersebut merasa kasihan bila pesawat Co60 tidak beroperasi maka pasien
akan
menumpuk dan banyak yang kecewa. Sedangkan Tehnisi yang
sebenamya harus didatangkan dari Jakarta , yang belum tentu dalam 1 0 hari sudah dating. Petugas tsb memang pemah dapat latiban servis kecil dari Vendor pesawat tsb. Dampaknya petugas mendapat dosis radiasi yang cukup besar, sementara itu dia
juga sering dapat dosis akumulatif selama melakukan pengukuran. Pemeriksaan Kesehatan terhadap petugas medis , tampaknya belum sesuai dengan anjuran dari Bapeten atau Batao, misalnyajenis pemeriksaan yang diperiksa.
19
VII. Pembahasan Peraturan dan kebijakan proteksi radasi yang diterapkan rumah sakit untuk melindungi
para pekerja medis yang terpajan radiasi, semua rumah sakit ( 9 rumah sakit)
sudah menerapkan ( lihat Tabel 4.), yaitu semua rumah sakit sudah memiliki dokumen program proteksi dan keselamatan radiasi ( 100%), dokumen program jaminan mutu( 100%), memiliki surat izin pemanfaatan alat serta sertifikat kaliberasi I pengujian sumber radiasi ( 1 00%). Demikian pula semua rumah sakit juga sudah memiliki dokumen penanggulangan darurat ( 1 00%), namun belurn semua rwnah sakit memilki rekaman keadaan darurat, hanya 5 RS yang memiliki rekaman keadaan darurat (55,5%). Alasan 4 rumah sakit belum memiliki rekaman keadaan darurat karena belum pernah ada kejadian atau keadaan darurat, akan tetapi hal ini sebetulnya setiap hari apa saja yang telah dikerjakan
di masing-masing tempat kerja harus ada catatan tentang
penggunaan peralatan yang ada serta apa saja yang telah diakukan termasuk kejadian kejadian emergency Biasanya buku catatan semacam ini disebut log-book. .
Tunjangan bahaya radiasi terhadap para pekerja radiasi sesuai Kepres RI No.48 tahun 1995
ll)
sudah dilaksanakan pada semua rumah sakit (100%) lihat pada Tabel 4,
sedangkan pemberian asupan makanan tinggi kalori dan tinggi protein tergantung kebijakan masing-masing rumah sakit, 5 RS sudah memberikan asupan makanan TKTP (55,5%), 4 RS belum memberikan asupan makanan TKTP.. SOP pengoperasian peralatan yang menimbulkan radiasi yang digunakan di rumah sakit , hampir semua rumah sakit sudah ada (88,89%) , demikian pula SOP rencana tanggap darurat pada kecelakaan radiasi, SOP penanganan limbah radiasi pada umumnya juga sudah ada ( 88,89%). Persyaratan ruangan untuk pesawat radiasi telah diberi pelindung, demikian pula ruangan tersebut telah sesuai dengan persyaratan standar serta semua ruangan juga telah memiliki tanda bahaya radiasi pada 9 rumah sakit. Persyaratan peralatan pada 9 rumah sakit, semua pesawat radiasi telah memiliki ijin dari BAPETEN dan ijin tersebut masih berlaku. Ada satu rurnah sakit yang belum memilki alat ukur radiasi, sedangkan 8 rumah sakit memiliki alat ukur radiasi yang semuanya memiliki seritifikat kalibrasi dan masih berlaku. Cukup banyak pekerja radiasi
di bagian radiodiagnostik, radioterapi maupun
kedokteran nuklir tidak menggunakan apron( 43,5%) karena mereka merasa aman di tempat kerjanya yaitu di ruang operator atau ruang control (3 1 ,3% ), merasa tidak nyaman waktu diapakai ( 9,6% ) dan apron dalam keadaan rusak (2,6%) lihat Tabel 5. Walaupun tempat kerja mereka aman, tetapi seharusnya APD harus tetap disediakan di tempat kerja tersebut karena hila terjadi keadaan darurat atau pasien anak/dewasa
20
membutuhkan bantuan pada waktu pemeriksaan dilakukan maka APD sangat diperlukan. Di ruang cath-lab I kateterisasi jantung mereka menggunakan apron dan thyroid shield , tetapi thyroid shield jumlahnya terbatas sehingga belurn semua dapat memakainya. Pajanan radiasi yang diterima para pekerja radiasi per bulan, berdasarkan estimasi beban kerja per bulan dan pengukuran besarnya pajanan radiasi di tempat keija, hampir semua RS (88,89%) masih dibawah NBD yang ditentukan yaitu 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan) sesuai
Keputusan Ka BAPETEN No. 0 1/Ka-BAPETENN-99 tentang
ketentuan Keselamatan Keija Terhadap Radiasi 4). Petugas yang basil penghitungan estimasi pajanan radiasi dan film badge melebihi batas yang ditentukan adalah petugas fisika medis yang berfungsi ganda. Pertama dia bertugas sebagai pengukur radiasi di bagian Radiologi rumahsakit. Kedua kadang kadang dia melakukan perbaikan lampu kolimator pada pesawat Co60. Hal ni disebabkan Petugas tersebut merasa kasihan hila pesawat Co60 tidak beroperasi maka pasien akan menumpuk dan banyak yang kecewa. Sedangkan Tehnisi yang sebenarnya harus didatangkan dari Jakarta , yang belurn tentu dalam 1 0 hari sudah datang. Petugas tsb memang pemah dapat latihan servis kecil dari Vendor pesawat tsb.
Akibatnya
berdasarkan penghitungan estimasi pajanan radiasi mencapai 5,13 mSv per bulan dan hasil pemeriksaan film badge melebihi 4 mSv per bulan. Hal ini terjadi karena petugas fisika medis tersebut melakukan tugas yang bukan bidang keahliannya. Pajanan yang diterima para peketja radiasi per bulan berdasarkan estimasi beban kerja dan pengukuran besarnya pajanan radiasi di tempat keija dari 9 RS, yang terbesar yaitu di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta yaitu di ruang penyadapan atau Cath-Lab, besarnya antara 0,0029 mSv- 0,49 mSv per bulan. Khusus di ruang cath-lab tersebut posisi tempat ketja sangat menentukan, karena di posisi dokter pajanan radiasi paling besar, kemudian posisi perawat dan yang paling rendah yaitu posisi radiographer. Sehingga profesi pekeija radiasi menetukan besarnya pajanan radiasi yang diterima ( lihat Gambar 1 ) Demikian juga pada Analisis Keselamatan ketja Radiasi Pesawat Sinar-X di Unit Radiologi RSU Kota Yogjakarta, pajanan yang diterima pekerja radiasi dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 adalah 1 1 9,5 mrem/tahun ( 1,195 rnSv/tahun ) 12>, masih di
bawah NBD yang ditentukan sebesar 5000 mrem/tahun (50 mSv per tahun) 4>·
Hasil perneriksaan film badge yang diperiksa pada umumnya menunjukkan hasil masih dibawah NBD yaitu rata-rata 0. 1 mSv per bulan, sehingga dalam setahun hanya 1,2 rnSv.
Bila dilihat besarnya pajanan radiasi yang diterima pekerja dari hasil
perneriksaan film badge tampaknya hampir semua pkerja radiasi rnenerima dosis yang sama, padahal mereka terpajan radiasi berbeda-beda tergantung tempat kerja dan profesinya. Sehingga sekarang ada beberapa RS yang sudah mulai mengganti film badge 21
dengan TLD agar bisa diharapkan basil pemeriksaan pajanan radiasi yang diterima pekerja sesuai dengan beban kerja dan pajanan radiasi di ternpat kerjanya. Pemeriksan kesehatan yang dilakukan terhadap para pekerja radiasi di 9 RS hanya melakukan pemeriksaan Iaboratorium saja, padahal sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi, pemeriksaan kesehatan umum meliputi sebagai berikut : a) Anamnesis b) Riwayat
penyakit dan keluarga c) Pemeriksaan fisik d) Pemeriksaan laboratorium 13). Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan juga tidak sesuai dengan peraturan tersebut. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan
Radiasi Pengion Dan Keamanan Surnber Radioaktif 14), pasal 1 1 disebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan untuk pekerja wajib dilakukan secara berkala paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, tetapi secara terattur setiap tahun.
para pekerja tersebut
tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan
Hasil pemeriksaan laboratorium pekerja radiasi di 9 RS menunjukkan basil pemeriksaan darah yaitu hemoglobin
darah
pada perempuan rerata 12,42 g/d.L dengan
simpang baku 1,006. Sedang kadar hemoglobin darah pada laki-laki 14,93 g/d.L dengan simpang baku 1,51
(lihat Tabel 3.). Pemeriksaan hemoglobin darah ini baik pada
perempuan maupun laki-laki masih dalam batas normal.
Sedangkan basil pemeriksaan
darah rutin lainnya yaitu jumlah lekosit, laju endap darah, hitung jenis lekosit, jumlah eritrosit, hematokrit dan jumlah trombosit masih dalam batas normal. Pemeriksaan kimia darah dan urin rutin tidak dilakukan pada semua rumah sakit. Berdasarkan basil review data epiderniologik risiko kanker dari 8 studi kohort di berbagai negara yang melibatkan lebih dari 270.000 radiologist dan teknisi radiologik, temuan yang paling konsisten yaitu meningkatnya kematian karena leukemia diantara pekerja yang bekerja sebelum tahun 1950, ketika pajanan radiasi tinggi 7), sehingga untuk memantau lebih awal akan kejadian leukemia tersebut perlu pemeriksaan
darah lengkap
5• dengan gambaran darah tepi 1 16>, dirnana pemeriksaan ini belurn tercantum pada
Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2010 13>.
Dalam pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi di rumab sakit peran Petugas Proteksi Radiasi
(PPR) sangatlah penting seperti yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif disebutkan bahwa PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Ijin dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi 14), yang dalam kenyataannya peran tersebut perlu didukung dan ditingkatkan. Berdasarkan observasi, pengukuran pajanan radiasi di tempat kerja dan temuan temuan di 9 RS, mulai dari peraturan-peraturan dan kebijakan proteksi radiasi, banyak hal-hal yang masih belum diterapkan seperti pemakaian APD di ruang cath-lab hanya 22
apron, sedangkan thyroid shield belurn
semua
memakai karena keterbatasan jumlahnya,
demikian pula lead goggles, sarong tangan timbal tidak pernah dipakai karena bel urn ada.
Pintu-pintu penghubung di ruang cath-lab juga tidak pemah ditutup, demikian pula pintu tempat pasien masuk kadang-kadang tidak terttutup rapat. Lampu di depan ruang cath lab, ruang CT-Scan, fluoroscopy maupWl mammography di berbagai RS banyak yang tidak menyala pada saat pesawat radiasi sedang "operating", hal ini membuktikan bahwa kesadaran akan proteksi radiasi terhadap diri sendiri maupun perlindWlgan terhadap pasien dan lingkWlgan masih sangat kurang, sehingga perlu adanya sosialisasi secara terns menerus atau berkala baik proteksi radiasi terhadap diri sendiri, pasien maupun terhadap lingkWlgan (patient safety, staff safety and environmental safety ).
23
VIII. Kesimpulan I.
Peraturan dan kebijakan proteksi radiasi untuk melindungi para pekerja radiasi d i semua rumah sakit ( 9 RS)
sudah menerapkan, kecuali untuk SOP pengoperasian peralatan
radiasi 88,89%, penanganan limbah radiasi 88,89% dan rekaman keadaan darurat 55,5% 2.
Pajanan radiasi yang diterima para pekerja radiasi per bulan di hampir semua rumah sakit (88,89%) masih di bawah Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditentukan yaitu 50 mSv per tahun ( 4 mSv per bulan).
3.
Besamya pajanan radiasi pada waktu alat sedang digunakan yang terbesar adalah pada waktu melakukan kateterisasi jantung, dan posisi dokter merupakan posisi dengan pajanan terbesar, kemudian perawat dan radiographer yang terendah.
4.
Hasil pemeriksaan kesehatan yang didapat dari pemeriksaan kesehatan berkala masih
dalam batas normal, hanya saja pelaksanaan pemantauan kesehatan untuk tenaga medis
belum sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN No.6 tahun 20 l 0. 5.
Persyaratan ruangan yang digunakan untuk pesawat radiasi di 9 rumah sakit semuanya telah memenuhi syarat dan semuanya memiliki ijin dari BAPETEN yang masih berlaku.
6.
Pemakaian alat pelindung diri (APD) untuk proteksi radiasi baru mencakup 56,5% untuk pemakaian apron, dan 43,5% tidak menggunakan apron karema merasa tempat kerja aman 3 1 ,3%, merasa tak nyaman 9,6% dan apron dalam keadaan rusak 2,6%.
IX. 1.
Saran
Penerapan peraturan dan kebijakan proteksi radiasi termasuk pemakaian APD harus terns menerus disosialisasikan ( Safety culture) dengan menerapkan secara konsisten faktor keselamatan pasien, pekerja radiasi dan lingkungan.
2.
Lebih mengaktifkan peran organisasi proteksi radiasi pada setiap fasilitas pelayanan kesehatan.
3.
Pemantauan kesehatan untuk pekerja radiasi secara berkala harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan kepala Bapeten No. 6 tahun 2010. Pada pemeriksaan darah lengkap ditambahkan pemeriksaan gambaran darah tepi.
4.
Perlu ditingkatkan pengawasan internal oleh kepala instalasi terhadap pelaksanaan proteksi radiasi.
24
X.
Kesepakatan Kesepakatan ini d.ibuat pada waktu diadakan pertemuan presentasi basil penelitian
dengan mengundang peserta yang mewakili dari 9 RS, Dit.Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan, Poltekkes Jakarta II,
BPFK , konsultan serta para peneliti yang
terlibat dalam penelitian ini. Adapun kesepakatan yang d.ibuat sebagai berikut: 1.
Implementasi proteksi radiasi pada sarana pelayanan kesehatan dengan
mengutamakan
faktor keselamatan pasien, pekerja radiasi, dan lingkungan. 2.
Sosialisasi safety culture dan proteksi radiasi harus dilaksanakan secara berkala.
3.
Pemantauan kesehatan untuk pekerja radiasi secara berkala harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan Kepala Bapeten No. 6 tahun 2010. Pada ditarnbahkan pemeriksaan gambaran darah tepi.
4.
pemeriksaan
darah lengkap
Upaya pembinaan proteksi radiasi harus dilaksanakan secara terns menerus oleh tim monitoring tingkat provinsi dan organisasi proteksi radiasi (PPR).
XI.
Ucapan terima kasih
Kami mengucapakan terima kasih kepada Bapak D. Anwar Musadad, SKM, MSi , sebagai Kepala Pusat Intervensi Kesehatan Masyarakat yang telah membiayai penelitian ini melalui anggaran DIPA tahun 2011 dan juga sebagai konsultan dalam penelitian ini. Juga kami ucapkan terima kasih atas masukan dan saran kepada Bapak Reno Alamsyah sebagai konsultan dan Bapak Jerri Noor dari Bapeten , walaupun tidak sampai akhir dari penelitian ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada pimpinan sembilan rumah sakit yang telah menjadi tempat penelitian, yaitu RS lKanker Dharmais dan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, RS Hasan Sadikin, Bandung, RS Kariadi, Semarang, RS Moewardi, Solo, RS ·
Srujito, Yogyakarta, RS Saiful Anwar, Malang, RS Sutomo, Surabaya, dan RSUP Sanglah, Denpasar. Secara khusus kepada instalasi radiologi dan responden dari bagian radiodiagnostik , radioterapi serta kedokteran nulkir. Kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Pusat Teknoogi Intervensi Kesehatan Masyarakat DR Ekowati Rahajeng, MKes dan penggantinya Bapak DR. Didik Budijanto, drh, MKes kami ucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya sehingga penelitian ini dapat beijalan lancar. Kepada Ketua PPI , Dr.Ir Inswiasri kami ucapkan terima kasih atas segala masukan, bimbingan dan dukungannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana serta berbagai pihak terkait dan rekan rekan peneliti dan administrasi yang telah berusaha maksirnal sehingga penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan rencana.
XII. Daftar Pustaka 1.
2. 3. 4.
Iskandar
ER.
Keselamatan
kerja
dan
proteksi
radiasi.
Diunduh
dari
http:/Ieddyrumhadi. blogdetik. com/2008/09/04/keselamatan-kerja-dan-tindakan proteksi radiasi/ Gondhowiardjo S, Aman RA. Peran radiasi dalam penanganan adenoma hipofise. Makara, Kesehatan, Vol 8, No. I , Juni 2004: 14-20. Pusat Data dan informasi PERSI. Pemanfaatan Radioaktif, Bak Pisau Bermata Dua. Diunduh dari: http://wwwp . dpersi.co.id. 15 Oktober 2010.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 0 1/Ka-BAPETENN-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terbadap Radiasi
5.
Yoshinaga S, Mabuchi K, Sigurdson AJ, Doody M:M, and Ron E. Cancer Risks among
Radiologists and Radiologic Radiology, January 29, 2004 6.
Technologists:
Review
of Epidemiologic
Studies.
Busbberg IT, Miller KL. Hospital Responses to Radiation Casualties. Chapter 25.
7. Azhar. Keselamatan radiasi di fasilitas radioterapi. Buletin ALARA, Vol 4 (edisi khusus), Agustus 2002, 15-19. 8.
Sadida A Perbedaan Kadar Limfosit Darah Akibat Paparan Radiasi Antara Pekerja
Radjoterapi dan Pekerja Radiodiagnostik di Rumab Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang Thun 2001. Diunduh dari : http://www.fkm.undip.ac.id , tesis Universitas 9.
Diponegoro, Semarang, 2001. Marpaung T, Kecelakaan Radiasi yang Terkait dengan Peralatan Radioterapi. Bapeten, Jakarta, 2000.
10. Wiharto K. Kedokteran nuklir dan aplikasi teknik nuklir dalam kedokteran. Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan , 20 -21 Agustus 1996. 1 1 . KEPPRES Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1995 tentang Tunjangan Bahaya Radiasi Bagi Pekerja Radiasi
12. Maryanto D, Solichin dan Abidin Z. Analisis Keselamatan Kerja Radiasi Pesawat Sinar-X di Unit Radiologi RSU Kota Yogjakarta. Disampaikan pada Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogjakarta , 25-26 Agustus 2008. 13. Peraturan Kepala Badan PengawasTenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. 1 5 . Universitas Sumatra Utara. Tinjauan Pustaka : Leukemia. Diunduh dari http://repository. usu. ac. id/bitstream/123456789/20969/4/Chapter<>lo20IT.pdf 16. Scumdoctor.
Bagaimana
Leukemia
Terdeteksi
?
Diunduh
dari
http:/Iwww. scumdoctor. com/Indonesian/disease-prevention/cancer/leukemia/How-Is Leukemia-Detected. html
27
XIII.
Lampiran A ( Gam bar 1
-2)
Gam bar 1. Denab ruang penyadapan RSJPD Harapan Kita, Jakarta
41-t
..
.u7-
Poslsi Ookter Poslsi Plt'awat Po$151 Radlografer "Shleldlnl" s. Tabuns Pesawat
1. 2. 3. 4.
·4
r-s--t
k)Nil4_
1
I.
0
6. Tem�Nt lnfus
7. Monitor
8
0
8. Ternpat paslen
9.
Meja op.rator
·
10. Jendela observasl
11. Plntu penahubuna 1u1 Ruana operator
6..r- � 3 0
12. Plntu masuk paslen
10
28
Gam bar
2.
Surveimeter
XIII. Lampiran B
( Lembar pengesahan )
P ERS ETUJUAN ATAS AN YANG BERWENANG Jakarta ,
April 20 1 1
Pengusul I Ketua Pelaksana
dr. Frans X Suharyanto H, MS, SpOk · NITP. 195504 171980031005
Mengetahui I menyetujui Panitia Pembina flmiah Ketua,
Bid Sumber Daya Kesehatan Kepala,
4� 1,
DR.Ir. Inswiasri, MKes mP. 1954I007I983112001
DR. Ekowati Rahajeng, MK.es
NIP. 1960061 0 1 982022001
PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI KESEHATAN MASYARAKAT Kepala,
D. Anwar Musadad, SKM, MSc NIP. 195709 151980121002 30
XDI.
Lampiran
C.
Kuesioner
Penilaian Risiko Keselamatan Kerja Radiasi di Rumah Sakit
2
Nama Rumah sakit
3.
Alamat Rumah Sakit
4.
4. 01 Jogjakarta
1. DKI Jakarta 2. Jawa Ba:at 3. Jawa Tengah
Provinsi
5.Jawa Timur 6. Bali
I fax Rumah saki!
3.
5.
D
Kedokteran Nuklir
4. Kardiovakular
Nama
2 3.
4.
5.
1.
Janis Kelamin Tanggal lahir I Umur
Status
awinan
1.
Kawin.
2.
Tidak kawin
Janda
7.
D
4. Ouda
Jurusan ... . . . . . . . . . . . . . .
4. .Tamat S3
5. Fisikawan Medis 9. Residen Radiologi
2. Dokter Sp.Kedok Nuklir 6. Radiografer 3. Dokter Sp Onkologi 7. Perawat
Pekerjaan
4.
DO
. . . . . . tahun
3. Tamat S2
l . Tamat 03 2. Tamat S l
Pendidikan
3.
1. Dokter Sp Radiologi
6.
D
laki-laki 2. Perempuan
Dokter S Kardiolo ·
8. 03 Anestesi
D
10. Lainnya, sebutkan
. . . . . . . . . . . .. . . . .
.
...
0
a
8.
Unit Kerja
9.
Nomor !aepon kantor
10
Nomor HP
11
lama kerja keseluruhan
12
lama kerja di unit terakhir
13
Riwayat kerja
DO DO
a.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . tahun . . . . . . . . . . . .. bulan
b.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . tahun
c.
.
.
..
.
. . . . . . . . . .. . . . .bulan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . tahun ................. bulan
31
D D-00 DO-DD
DO-DD
*)
B. HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN
1
( Diperoleh dari hasll pemeriksaan kesehatan secara berkalal khusus) *Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan untuk Pekerja Radiasi Tanggal pemeriksaan kesehatan dllakukan ....................................... Anamnesis a.Keluhan sekarang
. . . . . . ............. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . .. . . . . . . . .. . .. .. . . .. . . .. ... .. .. .. . . . . . . . .. .... . .. ........
· · · · · · · ·············· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · · · · · · · · ·
...............
b.Riwayat penyakit dulu
diderita
.
..............
.......
..
..
....
..
.......
.
.................
.....
.........................................
.
.........
.
.
....
.
. . ..
.
. c.Penyakit yang
....
....
.....
.. . .
. . ..
.
.................................
..........................
.
.
.
. .. .
...........
. . . . ......................
.
................
.....................
............................
.
.
.
.
.
...............
.. . . .
......
.
..............
.
..............
.
.
.
..................
.
. . . . . .......
.
.......
. . .. .
.............
.
...
...
. . ...
...
........
.....
.
.
.
.......
..................
.
.
........ .......................... . . . . . . . . . . . . .......
....................................................
.
..................
keluarga
...............
.....
2
.
. . ...
.........
.
.....
........... . . . . . . . . . . . . . .
.
. .. .. .
....
...
..............
.
.
.
...................
.
....
.........................
.
......
. .
.. . ..
.
. . ..................... ....................
.....................
.
..........
.
.........
. . ...
....
Pemeriksaan Flsik a.Keadaan umum
1. 2.
0
3. Tampak sakit sedang Tak tampak sakit Tampak sakti ringan 4. Tampak sakit berat
b.Tinggi badan
.................. em
c.Berat badan
.................... kg
000.0 000.00
d.Tekanan darah .. ·
1). Sistolik:
. . . . . . . ..... mmHg
DOD
2).Diastolik
...... ....... mmHg
ODD
e.Denyut nadi
.................. X per menit
ODD
f.Frekuensi pemafasan
. ..
X per menit
DOD
..............
g Suhu badan
1 . Normal
2. Demam
0
h.Mata : Conjuctiva anemis
1.
Ya
2. Tidak
0
1).Jantung
1.
Normal 2. Ada kelainan
D
2).Paru-paru
1.
Normal 2. Ada kelainan
D
.
I
.
i.Thorax
.32
j.Abdomen
k.Kulit
1.
Pembesaran liver Pembesaran Lien Pembesaran liver & lien Normal Normal 2. Ada kelainan
I.Sistem urogenital
1.
Normal 2.
m.Sistem syaraf
1.
Normal
1.
2.
3.
4.
3
Ada kelainan
2. Ada kelainan
Pemeriksaan Laboratorium
a.Oarah Rutin 1) Hanoglobin
2) Jumlah lekosit 3) Laju endap darah 4) Hitung janis lem;it 5) Jumlah eritrosit
6) H001atokrit 7) Jumlah trombosit b.Kimia Darah 1) Glukosa puasa 2) Glukosa 2 j<m PP 3) Ureum 4) Kreatinin 5) AS<m Ural
6) Kclestercl total
7) Bilirubin total 8) SGOT 9) SGPT
c.Urine Rutin 4.
Kesimpulan Diagnosis
. 33
0 0 D D
C. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
01
Apakah pada saat mengopecasikan
1.Ya
alai radiasi memakai APD?
Alai Pelindung Diri? 02
D
JenisAPD
Kondisi
Frekuensi Penggunaan
Alasan
yang
1.Rusek
1.Selalu dipakai
digunakan 1.Ya
2.Bila dipakai tidak nyanan
2.Kadang·kadang
1.Tidak tersedia 2.Tidak nyaman
2.Tidck
3.Tidak pernah
3.Tidak pernah pakai
.Apron
a
b. Sarung Iangan timbal
2.Tidak
I
c. Lead Goggles d. Thyroid shield e. Lead glass arm
f. Lannya . ..................
7ke kolom berikutnya
dipakai
D D D D D D
3.Malas
7ke kolom berikutnya
D D D D D D
D D D D D D
D D D D D D
D. RADlODIAGNOSTlK 01
Sudah berapa lama bekerja di bagian
DO
.........................tahun
Radiodiaonostik ?
PERHITUNGAN BEBAN KERJA
2: pasien I hari
Behan Kerja Kumulatif 02
CI' Scan
.
............pasien/ bari
� 2: jam kerja i
j········ jam
I hari
i ! I '
Behan kerja pekerja radiasi A
Jumlah jam kerja per hari
B
Jumlah hari kerja per minggu
c
Jumlah. rerata pasien per hari
. .. ... .
D
Jwnlah rerata eksposi per pasien
. . . . .. .
E
Waktu rerata per eskposi
.......
..............................
· · · · · · · · · · · · · · · ···············
..
Tempat pengukuran
. .
G
Nama alat ukur radiasi
. . .. .
H
Faktor kalihrasi
. ..
.
. . .
.
.
' 34
.
. .
.
I han.
j hari/minggu
1 1
pasienlhari eksposi/pasien
i detik/eksposi
daerah kerja F
.
!; Jam i
Hasil pengukuran I Survey radiasi
r
I minggu
I
·I
Laju paparan radiasi latar
mSv/jam
.. .. .. .. .. .. ..
J
Laju paparan radiasi hasil pengukuran
K
Laju paparan netto
L
Sertifikat kalibrasi (sld)
M
Kumulatif beban kerja
.
.. ..
.
. .
mSv/jam
.
j mSv/jam
. , . . . , .
. . .
..
N
.
. .
...........
Jam/ hari ketja
...........
hari/ minggu
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No
Pengukuran
Paparan mSv /jam
1.
Luar ruangan arah samping kiri tabung
.......................................... ........................
2.
Luar ruangan arah samping kanan tabung
. . ..... . . ... . ........ .. . . . . . . . . . . . . . . . . ............. . . . . . . . . . . . .. .
3
Luar ruangan arah belakang tabung
4
Luar ruangan arah depan tabung
5
Tempat operator pesawat
6
Buat denah masing2 alat dan pekerja,
.
.......... ...... . .. . . . . . . ...... . .
. . .....
.... . ..... . .....
.
..
.
nya siapa, posisi pekerja terhadap alat
8
Rata-rata setiap pasien ....... eksposi
03
Fluoroskopi
..
. . ...
..
detik
j I I !
i ............ pasien /hari ; ..... jam I hari
!
.Beban kerja peketja radiasi A
J umlah jam kerja per hari
B
Jumlah hari kerja per minggu
c
Jumlah rerata pasien per hari
D
Jumlah rerata eksposi per pasien
E
Waktu rerata per eskposi
..
. .....
..
.
..
......
.
. . . . . .
.
. .
.
. . .
. .
.
.
: jam I hari I 1 hari/minggu · pasienlhari I
j eksposilpasien I
. . .
Hasil pengukuran I Survey radiasi
detik/eksposi
I I I
daerah kerja F
Tempat pengukuran
. . . . . . .
G
Nama alat ukur radiasi
. . . . . . .
H
Faktor kalibrasi
. . .
I
Laju paparan radiasi latar
J
Laju paparan radiasi hasil
.
.
. . .
. .
.
. . .
..
I
.
. . . .
.
.. .
.. ........ .........
tabung mengarah kemana, dibalik
Rata-rata setiap eksposi
..
. . . ........ . . . ...
·································································· .
7
. . .
.
mSv/jam mSv/jam
...
.......
..
.......
. .
.. .
pengukuran K
Laju paparan netto
L
Sertifilcat kaJibrasi (s/d)
M
KumuJatifbeban kerja
mSv/jam
. . . . . . .
· - · - · - ·
Jamlkerja
··········
N
Harilminggu
.............
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR No
Pengukuran
Paparan mSv /jam
1.
Luar ruangan arab samping kiri tabWlg
2.
Luar ruangan arab samping kanan tabung
3
Luar ruangan arab belakang tabung
4
Luar ruangan arab depan tabung
. ... .... . . . . . . . ..................... ...... ............. . . . .
5
Tempat operator pesawat
............. .....................................................
6.
Buat denah masing2 alat dan pekelja,
•••••••••••••••••••••••••u o••••ooooo•o•oooo•••••••••••oooooooooo
..................................................................
.
. .
.
..
tabung mengarah kernana, dibalik nya siapa, posisi pekerja terhadap alat
7
Rata-rata setiap eksposi ......... detik
8
Rata-rata setiap pasien ...... eksposi
04
C-arm X ray
............ pasien lbari
..... jam/ hari
Behan kerja pekelja radiasi A
Jumlahjam kelja per hari
B
Jmnlah hari kelja per minggu
c
Jumlah rerata pasien per hari
·····--·-
.........
· · · · · · ·
i
D
Jwnlah rerata eksposi per pasen
E
Waktu rerata per eskposi
.
.
.
.................................. . . . . . . . ....... . . . . . . ........
.......
. . . . . . .
jam I hari harilminggu pasienlhari
eksposilpasjen detik/eksposi
Hasil pengukuran I Survey radiasi daerah kerja F
Ternpat pengukuran
G
Nama alat ukur radiasi
H
Faktor kalibrasi
I
Laju paparan radiasi latar
J
Laju paparan radiasi hasil pengukuran
. . . . . . .
mSv/jam
K
Laju paparan netto
. . . . . .. .
mSvljam
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
· · · · · · ·
36
mSvljam
.
.
·L
Sertifikat kalibrasi (s/d)
M
Kumulatif beban keija
.. . .
.
. .
Jam/ hari keija
···········
N
Hari/minggu
�' ' - " . . . " ".
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR No 1.
Luar ruangan arab samping kiri tabung
2.
Luar ruangan arab samping kanan tabung
3
Luar ruangan arah belakang tabung
.... . ................ ................
4
Luar ruangan arab depan tabung
.. ... ...
5
Tempat operator pesawat
6
Buat denah masing2 alat dan pekerja,
Paparan mSv jam /
Pengukuran
......................................................................
.
.....
... .. . . . .. . .. .. .
.
. ...
. ..
.
...
..
.
..
....
.
......
... . . .. . . .
. . . ..
.
.
.
. ..
..
nya siapa, posisi pekerja terhadap alat
Rata-rata setiap eksposi ..... detik
8
Rata-rata setiap pasien ...... eksposi
05
Angiografi
I
i
!
............ pasienlb:ui
....•
jam I hari
Beban keija pekerja radiasi A
Jwnlah jam keija per hari
B
Jumlah hari keija per minggu
c
Jumlah rerata pasien per hari
D
Jumlah rerata eksposi per pasien
E
Waktu rerata per eskposi
.
.
..
....
I jam I hari
.
I
·
.. . . . ..
.
'"',\'''
. . .
.
.. .. .. ..
...
.
. .
hari/minggu pasienlhari
1 eksposilpasien detik/eksposi
Hasil pengukuran I Survey radiasi daerah kerja F
Tempat pengukuran
G
Nama alat ukur radiasi
H
Faktor kalibrasi
I J K
Laju paparan radiasi latar Laju paparan radiasi hasil
pengukuran Laju paparan netto
...
.
.
.
. . .
. . .. .
.
.
. . .
.. mSv/jam
. . .
.
.
. .
mSv/jam
. . . . . . .
rnSv/jam
.
.
.
.
.
.
.
..... ...
... .......
...................
...
.
.... .
. .
.
..
.. .
.
..
...
..
.
.. ..
.
..
..
..
.....
.. .. ... .. . . . . .. . ......
tabung mengarah kemana, dibalik
7
.
... .
.. .. . ... ....... . ....
..... . . . ..
....... ..
....
.
..
-L
Sertifikat kalibrasi (s/d)
M
Kumulatifbeban kerja
. .
.
. . .
.
Jam/ hari kerja
············
N
i Harilminggu
. .. . . ., .. . . . . .
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR No
Pengukuran
Paparan mSv jam /
1.
Luar ruangan arah samping kiri tabung
2.
Luar ruangan arab samping kanan tabung
3
Luar ruangan arah belakang tabung
4
Luar ruangao arab depan tabung
5
Tempat operator pesawat
6
Buat denah masing2 alat dan pekerja,
.....................................................................
..................................................................
·························•········································
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ··················
·-
... . ......... . . ...... .. . . . . ......... . ... . .... . . . .... ... ... ... . ... .
tabung mengarah kemana, dibalik nya siapa, posisi pekerja terhadap alat 7
Rata-rata setiap eksposi ..... detik
8
Rata-rata setiap pasien ...... eksposi
06
Kateterisasi jantung
'
I
I I
i ............pasien I hari
....•
jam I hari
Beb8.11 kerja pekerja radiasi A
Jumlah jam kerja per hari
B
Jwnlah hari kerja per minggu
c
Jumlah rerata pasien per hari
D
Jumlah rerata eksposi per pasien
E
Waktu rerata per eskposi
·······-·
· - · - · · ·
. . . . . . .
. . . . . . .
G
Nama alat ukur radiasi
H
Faktor kalibrasi
I
Laju paparan radiasi latar
J
harilminggu
i pasienlhari
I
I eksposi/pasien
i
I detikleksposi !
I
daerah kerja Tempat pengukuran
!
!
Hasil pengukuran/ Survey radiasi
F
jam I hari
... . . . . ..
. .
. . .
. .
. . . . . . .
. . .
. .
.
.
· · · · · · ·
Laju paparan radiasi basil · · · · · · ·
pengukuran
K
Laju paparan netto
. . . . . . .
L
Sertifikat kalibrasi (s/d)
. . .
38
.
.
.
.
j mSv/jam mSvljam mSvljam
M
Kumulatifbeban kelja
N
Hari!minggu
..............
A. No
Jamlhari kerja
···············
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
Paparan mSv liam
Pengukuran
1.
Luar ruangan arab samping kiri tabung
2.
Luar ruangan arab samping kanan tabung
3
Luar ruangan arah belakang tabung
4
Luar ruangan arab depan tabung
5
Tempat operator pesawat
6
Buat denab masing2 alat dan pekerja,
........................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
........ .........................................................
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·
.
............................................................. . . . .
...............................
.
tabung mengarah kemana, dibalik nya siapa, posisi pekelja terhadap alat
7
Rata-rata setiap eksposi ..... detik
8
Rata-rata setiap pasien ...... eksposi
E. RADJOTERAPI Beban kerja kumulatif
•••�·•• 0 ... 0..... - ...... ·---
...............
1.
.
........
Jumlah jam kerja
B
Jumlah hari keija per minggu
c
Jumlah rerata pasien per hari
D
Jumlah rerata penyinaran per pasien
E
Waktu rerata per penyinaran
per hari
Jamlhari Hari!minggu
!
Teleterapi: Cobalt-60, LINAC
A
j I
· · · · · · ·
. . . . . . .
. . . . . .
..
. . .
.
. .
. . . . . . .
1 jam/hari
! hari/minggu I
.I
pasienlhari
I penyinaranlpasien I menit/penyinaran I
Hasil pengukuran!Survey radiasi daerah kerja F
Tempat pengukuran
G
Nama alat ukur radiasi
H
Faktor kalibrasi ALAT UKUR
I
Laju
I
paparan radiasi Iatar
- - - - - - ·
. . . . .
..
· · · · · · ·
. . . . . . .
Laju paparan radiasi basil pengukuran
I
I
. . . . . .
.
mSv/jam mSv/jam
.
................................
.
K
Laju paparan radiasi netto
L
Sertifikat kalibrasi pesawat (s/d)
M
Kumulatif beban kerja pesawat
mSv/jam
.. . . . . . ..
· · · · · · ·
Jamlkerja
'''"'''"''"
N
.
...
... . . . .
hari/minggu
.
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR No
Pengukuran
1.
Luar ruangan arab samping kiri tabung
2.
Luar
3
Luar ruangan arab belakang tabung
4
Paparan mSv liam · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·
ruangan arah samping kanan tabung
...... .. . .. . . . ..
. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .
.....................
....
Luar ruangan arab depan tabung
. .
..
.
....
.
..
..
.
..
.......
..
.
..
.
...
.
. . .. . .. ..
...
..
......
.....
....
.
..
. ... . .. .................. . . ... .. . ..
.
. . .. . ...... .. .. . . .
.
...
..
.
. .
...
... .
.. .
....
......................
.
. .. ...
..
..
.
. . .......
. . ..
............
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · ·· · ·· ·
5
Tempat operator pesawat
6
Buat denah masing2 alat dan pekerja,
.
............. .. . .
..
.....................
...
tabung mengarah kemana, dibalik nya siapa, posisi pekerja terhadap
alat "
7
Rata-rata setiap eksposi ..... detik
8
Rata-rata setiap pasien ...... eksposi
02
Brakblterapi (Bracbyterapi)
� jam kerja per hari
A
Juml
B
J�ah hari kerja per minggu
c
Jumlah rerata pasien per hari
· · · · · · ·
D
Jumlah rerata penyinaran per pasien
.. ....
Penyinaran f pasien
E
Waktu rerata per penyinaran
.......
Menit I penyinaran
.... . .
.
· · · · · · ·
.
jam/hari Hari I minggu pasien/hari
Hasil pengukuran/Survey radiasi daerah kerja F
Tempat pengukumn
G
Nama alat ukur radiasi
H
Faktor kalibrasi ALAT UKUR
I
Laju paparan radiasi Jatar
J
. . . .
.
· · · · · · ·
.. ... .
. . . . . .
Laju paparan radiasi hasil pengukuran
. .
.
.
. .
.
.
.
. .
mSv/jam mSv/jam
.
.
............
. . . ...
..
·K
Laju paparan radiasi netto
····•4•
L
Sertifikat kalibrasi pesawat (s/d)
..
M
Kumulatif beban
mSv/jam
. .. . .
kerja pesawat
Jamlkerja
N
Hari/minggu BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR
No
1.
Pengukuran Luar ruangan arah samping kiri tabllllg
2.
Luar ruangan arah samping kanan tabun.g
3
Luar ruangan arah belakang tabun.g
4
Luar ruangan arah depan tabung
5
Tempat operator pesawat
6
Buat denah masing2 alat dan pekerja,
Paparan mSv liam
tabllllg mengarah kemana, dibalik nya siapa, posisi pekerja terhadap alat 7
Rata-rata setiap eksposi ..... detik
8
Rata-rata setiap pasien ...... eksposi ·-
03
Simulator /CT Simulator
1 jamlhari
A
Jumlah jam kelja per hari
.. ....
B
Jumlah hari kerja per minggu
....
c
Jwnlah rorata pa.sien per hari
.......
pasicnlhari
D
Jumlah rerata penyinaran per pasien
.. . . . . .
pert}inaran/pasien
E
Waktu rerata per peyinaran
...... .
.
...
Hasil pengukuran/ Survey radiasi
harilminggu
1 menit/penyinaran ! I
daerah kerja F
Tempat pengukuran
... ....
G
Nama alat ukur radiasl
..
H
Faktor kalibrasi ALAT UKUR
... ....
I
Laju paparan radiasi Iatar
... ....
mSv/jam
J
Laju paparan radiasi hasil pengukuran
.......
mSv/jain
K
Laju paparan radiasi netto
......
.
mSv/jam
l
Sertifikat kalibrasi pesawat (s/d)
.
M
Kumulatif beban kerja pesawat
........ ..
Jam/ hari kerja
. ... .........
Hari/minggu
N
. ... .
.. ....
41
--
--------�--
BESAR PAJANAN RADIASI HAMBUR No
Paparan mSv/jam
Pengukuroo
1.
Luar ruangan arab samping .kiri tabung
2.
Luar ruangan arah samping kanan tabung
3
Luar ruangan arah belakang tabung
4
Luar ruangan arab depan tabung
..........
5
Tempat operator pesawat
......... ........ ..
6
Buat denah masing2 alat dan pekelja,
. . . . . . . . . . .............. ......................... .................
· · · · ············· · · · · · · · · · ········································
· · · · ······························································
.
.
.......
.. . . ... . ... . . ...
. . .
. ... ..
.. .... .
.
tabung mengarah kemana, dibalik nya siapa, posisi pekelja terhadap alat
7
Rata-rata setiap eksposi ..... detik
8
Rata-rata setiap pasien ...... eksposi
JENIS ORGAN YANG DILAKUKAN RADIOTERAPI A
Kepala dan Ieber
............pasien I hari
Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per
..... jam I hari
treatment (pekeija) ........mSv/jam B
Ca Mammae
............pasienlhari
Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per
..... jamlhari
treatment (pekeija) ........mSv/jam c
Ca Cervix/Abdomen
............ pasienlhari
Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per
..... jamlhari
treatment (pekeija) ........mSv/jam D
Ca Paru
............pasienlhari
Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per
..... jamlhari
treatment (pekeija) ........mSv/jam
E
Ca Ekstremitas
............pasienlhari
Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per treatment (pekeija) ........mSv/jam
..... jamlhari
.. .
. ..........
......
..
... .........
...
...
. ....................
F
I
Apakab anda bekerja shift ?
l . Ya
D
2.Tidak
F. KEDOKTERAN NUKLIR A
Laboratorium radiofarma.ka
I
Paparan radiasi
2
� Beban kerja kumulatif i '
'
3
·
4
.....................
.. . . . . . . .
mSv/jam
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Jamlhari
..
Hari!minggu
.......
...
.......
.
......
.
.
Jenis radiofarmaka
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .
Aktivitas per pasien
..............................................................mCi
Denah
B
I I
Ruang "treatment"
I
Paparan radiasi
2
Beban kerja kumulatif
.. . . .. . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . ..
... . . .... .
..
.......
mSv/jam Jam/hari
. . .. . . . . .
I
Hari/minggu
······························
Denah
I c
OTAK
............ pasien I hari
- Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per
- Aktivitas radiofarmaka ..........mCi
treannent (pekerja)
..... jam I hari
........mSv/jam D
THYROID
............pasienlhari
- Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per
- Aktivitas radiofannaka ..........mCi
treatment (pekeija) ........mSv/jam
E
JANTUNG
............pasienlhari
- Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per
- Aktivitas radiofarmaka ..........mCi
treatment (pekerja) ........mSv/jam
:, 43
.
..
..
jamlhari
'
..... jam/hari
--
F
HATI
............pasienlhari
- Treatment ........ menit (pasien)
Paparan radiasi per
- Aktivitas radiofarmaka ..........mCi
tteattnent (pekecya)
..... jamlhari
........mSv/jam G
PARU
............pasienlhari
- Treatment ........ menit (pasien) . . . , Aktlvttas rad10r.annaka ..........mc1
r
_
!
H
i
I I I
..... jamlhari
Paparan radiasi per treatment (peketja) ........mSv/jam ............pasien/hari
EKSTREMITAS -
Treatment ........ menit (pasien)
· farmaka ..........mc1 - Aktmtas · · ract10
..... jamlhari
Paparan radiasi per treatment (pekeija) ........mSv/jam
G. PAJANAN RADIAS I YANG DITERIMA 01
l Apakah anda menggunakan film
1 Ya
2.Tidak
badge/TLD untuk mengetahui dosis
D
radiasi yang diterima setiap bulan ? .......... mSv
ODD
ATahun 2009
.......... mSv
DOD
B.Tahun 2008
.......... mSv
DOD
C.Tahun 2007
.......... mSv
ODD
02 ! Berapa besar dosis yang diterima
J pada tahun 2010 ? ! Bagaimana dengan besar dosis yang I
03
diterima tahun - tahun sebelumnya ? ! J I
04
Apakah anda pemah menerima dosis
l .Ya 2. Tidak
radiasi maksimal yg diperbolehkan? ( 4 mSv/ bulan atau 50 mSv/ tahun)
..
05
Jika ya , berapa dosis yang diterima ?
06
Menurut sdr, mengapa bisa
........... mSv
0 DOD
menerima dosis yang besar tsb.
'·
- -
44
--·- -·------
III. KUESIONER UNTUK PENGELOLA 1
! Nama Responden Jabatan IPosisi
2
Nama Ruman Sakit
3.
4.
Nama! Rumah Saki!
5
No.Tel.ka-�tor I No.HP
A.
No.Telp:
...
. . . ..
.
.....
. . .. . . . ..
..
...
..
I
NO. HP :
................................
.
REGULASI RUMAH SAKIT
1
Apakah ada dokumen program proteksi dan keselamatan radiasi?
1.
Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
2
Apakah ada dokumen program jamnM mutu? i
1.
Ya
2. Tldak
3. Tidak tahu
3.
Apakah RS memiliki rekaman surat izin pemanfaatan
1.
Ya
2. Tidak
3. Tidaktahu
4.
Apakah RS memiliki sertifikat kalibrasi/pengujian sumber radiasi?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
2.
Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Apakah sudah ada dokumen yang berkaitan dengan
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Apakah ada pemberian
2. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
alat?
5. 6. 7.
8. 9.
Apakah RS memiliki
I
dokumen penanggulangan darurat ?
Apakah RS memiliki rekaman keadaan darurat?
I
Apakah sudah ada dokumen yang berkaitan dengan regulasi �ngkungan ke�a radiasi mengenai alat pelirldung diri (APD)yang digunakan ? regulasi mengenai tunjangan bahaya radiasi bagi tenaga kesehatan?
makanan ( asupan TKTP) bagi petugas medis yang terpajan radiasi ?
Bila jawaban ya, berapa kaH dalam seminggu pemberian
makanan tersebut ? .. .. .. . . x I minggu .
.. ..
B. Standard Operating Procedure (SOP) DI Bagiao ........................
1. 2.
1
3.
4. 5.
Radiodlagnostik Radloterapl
3. Kedokteran Nukllr
4. Kardiologi
Apakah sudah ada SOP tentang pengoperaslan peralatan yang menimbulkan radiasi yang digunakan di rumah sakit ?
Apakah sudah ada SOP rencana tanggap darurat pada kecelakaan radiasi ?
Apakah sudah ada SOP penooganan limbah radiasi di rumah sakit? Apakah sudah ada SOP penanganan limbah B3 di rumah sakit?
1.
Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
1.
Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
1.
Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
1.
Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
•
C. PERSYARATAN RUANGAN
1
1. Ya
2. Tidak
Apakah ruangan untuk pesawat radiasi telah diberi pelindung? ya, berapa tebal lapisan Pb dan dinding j Bila awaban pada ruangan tersebut?
- Tebal lapisan Pb - Tebal dinding
3
Apakah ruangan sesual dengan persyaratan standar?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
4.
Apakah ruangan memniki tanda bahaya radiasi?
1. Ya
2. TKiak
3. Tidak tahu
2.
3. Tidak tahu
: ................................... em
:..................................... em
D. PERSY ARA TAN ALAT
1. 2.
Berapa pesawat radiasi yang dimiliki? (tanya dan pengamatan)
......................................
1. Ya
Apakah pesawat radiasi memiliki ijin dari BAPETEN ? Pesawat radiasi
2. Tidak
pesawat 3. Tidak tahu ljin ( masih belaku sld)
Tahun pembuatan
a. Pesawat 1 b. .Pesawat 2 c.
Pesawat 3
3
Apakah ijin tersebut masih berlaku ?
1.
Ya
2. Tldak
3. Tidak tahu
4
Apakah memiUki alat ukur radiasi ?
1.
Ya
2. Tldak
3. Tldak tahu
5
Apakah alat ukur radiasi tersebut dikalibrasi secara rutin ?
1 . Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
IV. KETERANGAN PENGUMPUL DATA 1
Nama Pengumpul Data:
2
Tgl. Pengt.mpulan data:
3
(tgl-bln-thn) tangan Pengumpul Data
0 0-00-00 std0 0-00-DD
Tanda
4
Nama Ketua Tim:
5
T�. Pengecekan: (t�..bln-thn)
6
46
Tanda
Iangan Ketua
PeiS<sana
D O-DO-DD