LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PENGARUH RETRIKSI NATRIUM DAN EKSPRESI QEN AGT M235T TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI ETNIK MINANGKABAU
Desmnwati Rony Yuliwansyah Yuniar Lestari
Fakultas Kedokteran TJniversitas Andalas Padar.g Desember
2012
•
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PENGARUH RETRIKSI NATRIUM DAN EKSPRESI GEN AGT M235T TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI ETNIK MINANGKABAU
'l· .
t .....
No. L
l -l0?;�--=.J� �- · =- ; l �(
-·
,.�s
(
---
---�
Desmawati Rony Yuliwansyah Yuniar Lestari
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Desember 2012
l
Pengesahan lnstitusi Penanggung Jawab Dengan ini kami: •
menyatakan persetujuan pelaksanaan rise! sesuai judul.penelitian yang diajukan oleh institusi kami dan bersedia untuk bertanggung jawab terhadap riset tersebut;
•
menyatakan bahwa rise! ini sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang ada pada institusi kami dan bersedia untuk mendukung rise! ini dalam hal tersebut.
Nama Pit Dekan/Direktur/Kepala
Prof. Dr. Fadil Oenzil Ph.D Sp.GK NIP.
194806121976021001
lnstitusi
Fakultas Kedokteran Universitas And alas Padang
Tanggal
A LEMBAR UTAMA
1. Nama Peneliti Nama
Gelar
Desmawati
dr
Nama
Gelar
Roni Yuliwansyah
dr,SpPD
Nama
Gelar
Yuniar Lestari
Dr,dr,MS,SpGK
2. Judul Penelitian Pen garuh Retriksi Natrium Dan Ekspresi Gen AGT M235T Terhadap Tekanan Darah Pad a Penderita Hipertensi Etnik Minangkabau 3. Fokus Penelitian 0
,?[ Gizi
0
Penyakit Menular
Penyakit Tidak Menular
4.
Jenis Penelitian
� llmu Pengetahuan
0
Ilmu Pengetahuan
0
Teknologi Kesehatan
Terapan
Dasar
5. Kata Kunci
I natrium, gen EGT M235T,tekanan darah 6.
Jangka Waktu Penelitian dan Anggaran Biaya 0
D 7.
1 (satu) tahun
Tahun-1
2 (dua) tahun
Tahun-2
lmplikasi Etik
� Eksperimentasi dengan subyek
0
Eksperimentasi dengan hewan
manus1a 8.
A. lnstitusi Penanggung Jawab
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jln Perintis Kemerdekaan, PO BOX 49, Padang /kode pos: 25127 I Telp : 075 1 -31746 / Fax: 0751-32838 atau Fax Dekan 075139844
I e-mail:
[email protected]
8B. Fakultas Kedokteran/Ked okteran Gigi Negeri Terkait (hanya diisi apabila 7A bukan fakultas kedokteranlkedokteran gigi negeri)
9. Peneliti Nama
Gelar Desmawati
Dr,
Tempat lahir Agam
Tanggal lahir
Kelamin
13 Desember 1981
Perempuan
Jabatan: StafPengajar
Golongan: IW b
Bagian Ilmu Gizi
Bagian!Divisi :
.
Institusi asal : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Telepon
Faksimile
0751-39223
0751-39223
Alamat Korespondeni Pos Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Unand, Jl.Perintis Kemerdekaan, P O BOX 49 , Padang, Sumatera Barat Alarnat E-mail tl<
[email protected]
I desma
wati81�ahoo.com
Telepon Rumah
Telepon Genggam (HP)
0751- 7056733
085274467797
Kualifikasi Akademik Tahun
Institusi
Gelar
2008
FK.Unand
Dokter
20 Jam per rrunggu
Waktu yang te . rsedia untuk riset ini Peneliti
1
Gelar
Nama Roni Yuliwansyah T empat lahir
Dr,SpPD
I Tanggal lahir
Kelamin: Laki- laki
GoIongan
Jabatan: StafPengajar Bagian/Divisi : Bagian Ilmu Penyakit Da!am Institusi asal : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Faksimile
Telepon
0751-39223
0751-39223 Alamat Korespondeni Pos Alamat E-mail fk2unand@pdg.
vision.net. id I desma
[email protected] Telepon Genggam (HP)
Telepon Rumah
085274467797
0751- 7056733
Kualifikasi Akademik
I
Tahun
I
I
Institusi FK.Unand
II
Gelar Dokter
Peneliti 2 Nama
Gelar
Yuniar Lestari Tempat lahir Padang
dr,MK.es Tanggal lahir
Kelamin
14 Juni 1967
Perempuan
Jabatan: StafPengajar
GoIongan:
Illfd
Bagian!Divisi: Ilmu Kesehatan Masyarakat Institusi asal: Fakultas Kedokteran Unand Telepon
Faksimile
0751- 39223
0751-39223
Alamat Korespondeni Pos Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Andalas, Jl.Perintis Kemerdekaan, PO Box 49, Padang, Sumatera Barat Alamat E-mail yu niarrnadar@yahoo. co. id Te!epon Rumah
Telepon Genggam (HP)
0751-26406
081363482291
Kualifikasi Akademik Institusi
Gelar
1993
FK.Unand
Dokter
Tahun
Institusi
Gelar
2002
FK.UGM
MKes
Tahun
Institusi
Gelar
2010
FK.Unand
Sedang dalam pendidikan
Tahun
Waktu yang tersedia untuk riset ini
20 Jam per minggu
Konsultan/Supervisor
1
Nama
Padang
--
DR.Dr.MS.SpGK
Delmi Sulastri T empat lahir
Gelar
Tanggal lahir
Kelamin
10 Juni 1967
Perempuan Golongan: IV a
Jabatan: StafPengajar Bagian/Divisi : Bagian Ilmu Gizi Institusi asal : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Faksimile
TeJepon
0751-39223
0751-39223 AJamat Korespondeni Pos
Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Unand, Jl.Perintis Kemerdekaan, PO BOX 49 , Padang, Sumatera Barat
111
Alamat E-mail
[email protected]. vision.net. id I delmisulastri@yahoo. com Telepon Rumah
Telepon Genggam (HP)
0751-499245
081363482291
Kualifikasi Akademik
Tahun
Institusi
Gelar
1993
FK.Unand
Dokter
2000
Pascasarj ana FK.UI
MS
2010
Pascasarj ana Unand
Doktor
IV
--
. ...._... .. _... _.. .
_:: /�:. ..::��--�. . :· :· .)�... ..: ..:.:_.:_. ...· . '-: -' : � . - ·. :_:· ._·. . . _- � - ·-:· .:_. . . ._ . KEMENTERIAN KESEHATAN· :' : .. . - _-..<-' :. · - . . _ : � ). >.'.�: .·� . BADAN-PENELt f:IAN DAN.PENGEMBANGAtt:I�ESEHAT AN·:: . · · = ·. · · . ' · ·· .•· i :,�, • �a �> . . ._. ' .. . ' . .: . ' ' . . :_-�·:. -:_-�? -�·_: -.· :. _, · - .. .. ; ·· . · · .. . ,,· . · . . _ _ . . ' : .. :--::> : >· .. ..... _:. • ; ' . - . . ,. · . .·· · . .. - _,_ _ - : -. . . . : . S . :' /=::.. · : .: , , : = · : · tAN:<=: �Hil NGAN KE K . AN .:.,. · EPALA:SAO . · · ·· . . . PI:NeL1TIAN�-bAN PEN.GEMBA . ,: ' /: . : · · · · · , .. . :,_-.-_:_i, \ · .= . < ·NoM6Ff r �etio5i2112·t3/2thi = . . ' . ·· · ._,_ : � .. :_.: ' . ·: .:· < : .· > :: : ' ' :· · :_: :: ·_. ..·. . · · ·�:: .: ' . ' . <.: " ' ' . · . . : . -. .. : " ' · .. . _ .. • . :·_. .:· · _ . .. ' : . . .- ··_:.- TAt. .:.: -· -...·:..·.·:::::-.··..-· .:.-. . . . :'·: · .·.. .. ::, . _.. ,, '. G. . ... . . . . · . ..,_. . . . ·.-':-: . .·. .- . . . . ._:..· ·· .T.:.E: N : :" :> . · . .· . : : : . ·; . : ·: ·..''_: . · . . ·. . E E ·:_ _ ·.·� ::<__: �_:_':-:. . . ,,_·:. _ _'_,:_-· ' ,� : ._ ; .A> . . _ S -T ��� � AN _ K . , . � H TAPAN J · . . ' .. . . . ·· RISET PEMBtNAAN n.�PJiu PENserA'HliAt(o.A� TEKNOL..oGi KeooKtERAN:: · : :. :_,' ·);.._ : . :.:: . . ·. . . . . · .. · :._.=: ·= :· .· : .::;· _ _< i.· · · - . . �· ::.·· : .: · <. . .. _.. :TAti'liN·2o1� · . _ _ _. _ _ · : , . . . . : : : . . . .- ·. · . ·- . . . K�PA� eAbA� P�EL���6�� ;�N�EMB���N K��iA � •• • • '' · .• --.· ·. Menlmban9 . .- .- · ...· · .· . . . ' . ' . ..
::
=.
�i���;�r!irg ;Zl ; �E�:l�! . . •. • ::�:i��� ;
; : \ . - ..
._
.
: :- ·-.· :
\:.
::. :.
..
.
.
.
.
. .
.. : .:.�:....
..
_.
.
:
: ,2� -•
-. ::< ··����riJsA'ti(::: H
'
�\)//{_' .i,:;\} ·:::'-:<=·..:
;
.
•
•
- /{/:r \(} .. ,c:.{\�i?:(/.i:'
7[!)
.'
-
.
-
.
-�
.·.. .·
, . , '' · -:·· ·
M�in�at
.
' .' ,
.
·
>
::
· Pembinaan· .. 'itmu .. · · . .... . . P er1g�ta'h u�H.dan: T�i
: .. .-_ ··
<
. •
. :_ P.etriber-ttuka� : ..
1
· · .· : · · ··
· ·
tli'n
··
·Peiaksana - Rbet ·,
���:����%=��j����!�t�0 ��2 �:�:rP��iJ:�� · ·· · �
' Peng.�tahu an • · dan· _ tekn61.o9i :_(L &ihar�n- .Negara · R�publik . ··.zob2c.t·4omor s4. T�m · .. bahafi · Lembarari"' · ·· · · : · -R.�iJUblik ,Negara. · · . .• · . .. . . -· . ' . · .· · · . .··.·. . ·:.· ·2� ··ullda�g-Urid?ris·Nomo� io Tah·J�(2qo9t · e.nt� · � .. . . ·.-.. ,' : Ta_hon 2009 · ·Nom6r. · t44� :_ : . . . . (Lern baran . ':- , .. . ·. - ·.· . . · ·· so6i);:.: · .· · ...:. · · · .., _ . -·:· ' .- .. ·3. P�rkttiran · ·.Nornor 39 Tahun 1995 .te ntang . . · •· ·· .. ..... . .. . ·. . . · · .· ·rambanari: ·· · N()mor.:· · · N�ga.rf{ . . ,:3609}; ... . .. ·- -� - - � - - :· -. · · . . .. . · -: . . - .. . ,' :� .- . ' Presidsn t�orncit i€r_. Tph On. :i011 '4:' . .·· ·· · · · . entan T .'. : No�tior:4/ .. · · ' . . ' . .' g · ·· a . .· :..· · :--- . ,PeJn'6enlukan N��'i ;: · .. . . ' .· ·· ·
·
lhdonesia .f�h�h
lndone�i�'Nomo./'42.19};
� Kes�hat�rn. Tah'lbahai{
Neaara L�m�ar?n: N�9;ra:No�_o(
Pe�erintBh ;.6,b ��� • . n k� ; �1h;� · �; h Ta ga �d���j �:��� � �Re��Bn��� Rr;pt. db!ik' lndorie�ia· ie�b�ran:
:
:
-
�
:f'eru[?ahan� atas'· Peraturatr . Perature1il· Presiden.' T�h u.h' ·._· 2boe d�n orga:nis�siKement�ri�ti .
. ·.-:
.
.
. .
-
.
�
•
. . .
KEIVIENTERIAN KESEHATAN BAD AN PENELITIAN DAN PENGEM13ANGAN KESEHATAN Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Telepon: (021) 4261 08& Faksimite: (021) 4243933 E-mail: [email protected], W�!bsite: http://v.'WW.litbang.depkes.go.id
5. Keputusan
ten tang
791/Menl<es/SKNII/1999 Penelitian
Penyelenggaraan
Nom or
Kesehatan
Menteri
dan
Koordinasi
Pengembang an
Kesehatan;
6. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
tentang Organisasl
1144/Menkes/PerNIU/2010
Tata
dan
Kerja Kementerian Kesehatan Rl; MEMUTUSKAN : ,--
,__
Menetapkan
KEPUTUSAN
KEPAlA
BADAN
PENELITfAN
DAN
PENGEMBANGAN KESEHATAN TENTANG TIM PELAK.SANA RISET PEMBINAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN TAHUN 2012;
KESATU
Tim
Pe laksana
Riset Pembinaan !lmu Pengetahuan
Teknotogj Kedokteran Jptekdok
2012)
T
ahun
dan
2012 (selanjutnya disebut Risbin
sebagaim�na
keputusan in i bertugas;
tercantum
1. Mefaksanakan p�nelitian sesuai kaidah
dalam
lampiran
ilmiah dan etika
dengan waktu yang telah ditetapkan;
2. Mempertanggungjawabkan penggunaan an gga ran
sesuai
peraturan yang ber1aku;
3. Membuat dan menyampail
al
--. ,_
4. W.embuat ringkasan eksekutif beidasarkan hasil penelitian sebagai bahan masukan kepada pengambiJan keputusan
dan pengelola program yang 1erl
KEDUA
Tim P elaksana
Risbin
lptekdok
Tahun 2012
s.qbagaimana
dimaksuct pada diktum kesatu diberikan honor sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
KETIGA
Dalam melak:sanakan tugasnya1 Tim F'e!aksana Risbin lptekdok
Tahun 2012 berpedoman pada peraturan perundang·undangan yang bertaku;
KEEMPAT
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana Risbin lptekdok
Tahun 2012 dapat berkonsultasi dan berkoor9inasi dengan Tir.1 Panel Pakar dan Tim Pengelola Administrasi Risbin lptekdok;
KELt.MA
Biaya keglatan Tim Pelaksana Risbin lptekdok Tahun 2012
dibeb anka n pada DIPA Sekretariat Bad<:m Utbangkes tahun
anggaran 2012 Nomor: 06821024-11.1.01/00/20'12 Tangga• 9
Oesember 2011;
KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELI!IAN DAN .PENGEMBANGAN KESEHATAN Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Tclepon: (021) 42610S8 Faksimile: (021) 4243933 E-mail: [email protected]. Website: http:/iww.litbang.depkes.go.id w
KEENAM
Dengan
berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan HK03.05/1/39312011
Tanggal
19
Januari
2011
Nqmor : tentan g
Penetapi.ln Tim Pelaksana Riset Pembinaan llmu Pengetahuan
dan Tekoologi Kedokteran Tahun 2011 dinyatakan Udak berlaku lagi;
KETUJUH
Keputusan ini berfaku sejak tanggal ditetapkan.
,.-- �
"·
--�---
t
)
l.AMI'IHAN KI!PUTUSAN KIJPALA OAOAN LI1'UANG I(E.SliiAlfiN
NOM OR ! HI< 03.05/2/127�/��12 l'ANGGAL: 17 Fobruarl2012 SUSUNAN TIM PELAKSANA RISET PEM BINAAN ILM:.i PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEOOKTERAN (R!S81N IPTeKDOI{) 2012.
2 3
4
BALAI UTBANG, P2B2 BANJARNEGARA 1
Dyah WidiastuU, SSI, MSc
FK UNIVERSITAS ANDALAS, PAOANG 1 Desmawali. dr
2
Eka Nolita. dr
R. Agos Wibowo, SSi. MSc T aufiq Hidayot. dr
Cat11r Wijayanti, AMd
Bina lkawati, SKM, MKes
Endang Setyani, AMAK I
Utami Mulyaningrum, or,
.
M$c
RonyY., dr, SpPD
Yuniar Lastarf, dr, MKes
Jonl Ham18n, SE
Nora Harmlnanl, dr,
Maria Magdalena Martini
Fitra Mauledl, S Sos
MBiomed
PeogaJ"Jh Suplemantasl Mixroalgae SpiMina terhad'c.p Status Kilnis GAKI dan Fungsi Tiroid
Produksi Antlbodl Moroldonal Spesiflk :..epto�pln� ·
Penoaruh Relfiksl Nattium dan Ef·.:;presi Gen AGT M235T lerhadap Yokl.�nan Darah pa::la Penderita Hipertr:.nsr Ell'llk Mlnangkab;;u
Kaisar, SSi
ldentifikasi Sui>lipe Giastocystis pada
· lndlvidu dengan Dian! dan Tanpa Diarc
149.883,500
140,521,000 14{l,760,000
'134,514,050
den . gan Mlmggunakan PCR
5
FK UNIVERSITAS ATMAJAYA, JAKARTA 1 Stefanua Letnbar, dr. SpPK
Lllis.SpPA
SheaHa R. Sororing, dr,
Romanah
SpPK
Studi Protein !Jisulfidt1 lsomerasa Family A Member
(PDIA4) pada Kars-inoma
104,527,000
Mtinnnaa: ldontHikesl MtJtasi Gon PDIA4
sebagai lndikator plilia Det{'k:si Dint
Metastasis Karsinorna Marnmaa
5
FK UNIVERSIIAS BRAWiJAVA, MJ\LANG 1 Yulian Wiji Utami, SKp, Ml<es Wi.,.,.ik Agustincl, Sl
Ana Lu\fla, SSos
Respon ir,1Uil slgA molekul ad hea in Shige!ta ctysenleriae 7,9 kDa dan 49,8 kOa terhadap sekresi
7
2
Tit in Andri· Wihastuti, SKp, MKe5
Satuman, SSI, MKas
Novi l
caican usus li'lenclt
Optimalisasl dan ll)i Potensi Mesenchymaf Stsm Cell (MSC) untuk Perbaikan Pankreas Pads TJkus Model Dlab!lles Mellitus yang
Diinduksi Str�:ptozotocyn
�age 1 of S
t
....
i 38,400,000
110,000.000
llubungan !(odor Vitamin _j dongnn Sol Dendrilik cran Jurnlah Sal Th17 p2da Pasion Lupus Erilematosus Si<;lemlk
MBiomed
9
UNIVERSITAS OIPONEGORO, SEMARANG 1
Ninr.mg Rose Diana K. dr, SpA, . MSiMed
Adliyan Pram on<:�, SGz, MSi -
Galuh Hardanlngsih, dr
SUci Rornadhona, MSiMed, SpA
Rlitrtasari Ow'i Cahyantl, d.r. MS!Med, SpOG
Putri S&k
Nur Zarit �ya S.. dr
Wiwik Lestar1
10
2.
H
3
12
4
Eko Adhi Pangaraa, rlr, SpPD
Nu� Farhannah, de, SpPD
13
5
Awal Prasetyo, dr, MKes, SpTHT-KL
MKes. SpTHT-KL
14
15
\
FK
Hanny Kartilcawati, dr,
FK UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA 1 Hevi Wihadmadyataml, drh, Rlzka Humardewayantl Asdie, dr, SpPO-KPTf MSc
2
N·arendra Yoga Hem'jarta, ST. MBioteoll
R. Ludhang Predipta Rizkl, dr, MSiotech
'•
labbalka Maul ida Fauzani Adityo Agung Wibowo
Vega Karlowee. dr, MSiMad, SpPA
EttyWidayanU, SSi, MBiolech SiU HelmyaU, OCN, MKes
�age� ot6
Fitrf· Sulistyaningrum, SE
Oyah Kusumaningrum, SE
Sr.ktl BektJ Panca PLJtri Lest!lrl, SPd
Eli Supriyani
Sujiyanto ,
Pengaruh lnleNensi Die>! pada FibrO!liS Cint10sis Index (FCI) Pend�rita No� Alcoholic Fa tty Liver Disease (NAfLD)
Pengaruh Sup!emer:taGi l\ap$ul Ekslrak lkan Gabus (Ophiocepha/us striatt1s) Dibandingkan lnfus Human Albumin pada Sindroma Nefrotik l�ubungan Kadar Vit<mtin 0 clan Vascular Endotttetial Growth Factor (VEGF) dalam Memlcu Progresiiitas dari Preeklamp&ia Berat
Kadar P Setectiot1,1\DAMTS13 dan fakjor von Wilebrand, p�da gangguan hemostasis penderita Leplo:;pirosis dangan pendarahan Perbundingan Faktur Rosrkv, Tlta; AntibocU Serum EpstB!n Bar Virus, El<spresl LMPc 1 dan CD 99 antara Panderita NGsoraring d()ngan lnuivldu Sehal Beresiko
145,228,000
150,000,000
147,484,425 .
147,920,000
ii.\0,925,000
Pengembangan proiotipt kit diagnosis Leptospi�osis dengar! menggunal<en metoda ELISA barb1sis pad!l protein rekornbinan Upl32
150.000,000
Pengembangan multipiex dips!ik untuk deteksi dini HIV-1 dan HBV berbasis komb!oasi mulliplex Rev.>.-se Transcript Loop M�iated Isothermal Amplification (mRT-LAMP) dan Lat�ral Flew Olstick (LFD)
150,000,000
Ponnombanoan oenyawa dorlvat kalk on MPHKA aebugnl agen ko-kemoterapi pada sell<� nker Payudara yfltlg ResistGn
MSo, Apt
17
18
19
4
Dox.orubicin Shanti Llstyawati, SSI, MSi
.
Nita Etlkawati, SSi, MSi
1'1< UNIVERSITAS HASANUDDIN1 MAKASAR . 1 Nadra i h Rasyid Ridha, dr, Sa'diyah MT, dr MKes, SpA 2
Andi YMmin Sya ukl, dr, MSc
An�ng S., dr, MPPM
Widl HartaM)
Ufy Trisnawaty,?r
Abdul Salam, SKM, MKes
Ety; AMd Muh. Nur Hn.san Syah,
SGz 20
3
Man:liana. dr
FK UNIVERSITAS INDONESIA, JAKARTA
21
1
Erf, Prafiantlnl, dr, MKoa
Nut Ashad, dr
Ntirul Ralna, dr, MGiz:i
Ni Mc:de D'vvi Asfl Lestarl, dr Emma, AMd
RR. Dyah Pumamasari, dr,
Purwanlo
SpPD 22
2
E:slhika Dewlasty, dr, SpPC
Kunqoro Hatimurti, Or, SpPO
23
3
Rahyussalhn. dr, SpOT(K)
Tti l
Potons1 ckstraK otanol tfJil)U kuncl illoesenbergla pandursta) S:l:'bagal agan kemoprovensi kanker kuiit terioduksi WB
Hubungan Anl..llr Kadar l-lepcid . rn dan Staius
Besi, .engtullnflamasi paoa An�ll<
Obesitas
Pengan;h P.;mootfan Tf.lpung Da�m Kolar
100,000,000
95, 178�000
kepada lbu H a mil terhadap Pencegatlan
149,090,750
Pengaruh p\'lrnberi;m komt,lnf.l5l fish Oil dan kL,'fkumin pada Psrboikan Resistcnsi Insulin pendarita pr�li!.!Xlte:>
f45;790,000
P.:1ngaruh Pamberfan ME�kanan Uji :t3W
i4e,99o,ooo
Keru::akar. DHA lbu dan Burat lahir Bayi
K.::�cfar Hur'mon Gl.P·1 Endogen pada Subjek OM Tipe 2 dan Non Kalori terhadap
Si!i Rizny Fitriana Saldi, Apt, Winda Malmrani, SE
MSc
Arni Diana rilri, drh
Juwariyah, SE
OM
Dlstnllu�i Serotype Strep(OCl1CC�IS pneu;noniae pada Pasien HIV di RSCM
L45,309,84t
Jdonlilikasi Marker Sel Ostt>obrast padu
149,&96,558
,Jakarta
Derek Vertebra Spondilitis TB Kellnci yang dit;:Jrapi Sel Punca mcsenl(lma! sebaga:
Ianda le�adinya dlferenslasi sal menuju
24
4
Nadia Ayu Mulansari, dr, SpPD
pembentukan tulang baru
Franslska Hard!, dr
Purwan1o
Perbnnc.lin:gan antibocli anti glikoprotein permuka<Jn trombosit dar. a nti •HlA pada
purpurn trombositopenra imun· pr!rn9r
dengan trombosi\openia pada lnfei<sl viru;.
hepatitill c
l>�ge:�oiG
149,8�5.000
uk�l)rodf a�·Mi.m at�no&tJ
a !luporoxlde diM1Uiao (MnSOD} pada sal punen l
Malorned
26
8
Wulyo Rajabto, dr. SpPD
Ll�mawati, dr. SpPA(K),.'
Adi Surya t
Pur.wanto
Nindya Shinta, dr, Mt<.ed
Sllrnadi, AMd
27
FK UNIVERSITAS JEMBER, JgMSER 1 Azham PUIWaridhono. dr
28
FK UNIVER.SITAS LAMBUNG MANGKURAT, BANJARMASIN. 1 Triawanti, dr, MKes Eko Suhatto�o. Drs, MSi
M. Ariflli, SSos
29
Fl< UNIVERSITAS'MUL.AWARMAN, Si\MARINOA 1 NHrul Hasanah, dr. MKes Yoniati, dr, MKes
Yun1e Saiitri, 8Sf
30
FK UNIVERSITAS PAOJADJAMN, BANPUNG Sumartini Oe\.vi, dr, SpPD-KR, Laz.uardi Dwipa, dr, SpPD 1
MKes.
31
?:
Candra Bumi, or, MSi
.
Sllvita Fitri Risw-
lceu Dimas 1\ulsum. dr,
Restu P:�dj<mi
Yovita Ha.rti,lrrtri, dr, SpPO
Restu Pudjani
SpPD
Rik f y W fl.achman, MSi
Kai!en Ek$presi Rer.eptot Activator ot Nuclmlr Factor·k� (flANK) daN Ostecprotegerin pada Sei�Sel K.;Ml!(er Payudara Pta-Ter<.pi ser'la Tro111bositosfs Pra-Ter�pi dala!n kaitannya dengan K�jadlan Met;;;�tar;is Tulang Peran Ekstrak 6uiith Pafe (Momordlca charan.tia) tGthadap Regsnerasl Sel2ndotel Pcmbuluh Darall pad: SiqrJi J)ada T�ws Wlstar Jantan dengarr Diet Athero{Jflliik Peran Creb dafam proses AQipogenesis tolGIOiJui. aktivasi P70s6ki oleh mawmalian target ofRapamycln C(lmplst;x 1 (1'1lTORv1}
ill
149,l:l9i3, 1Ci(}
100,000,000
Poter\Si Ekstrak Etafloll31!\8ng
150,000,000
Hubt;ngr� l,ldi!Jk_s Me;;s,l Tubuh
136,A70,00G
Oraconton'lmlon dao sebagsi Antioakl:ert. Anllokslctan, dar11munotlrnu!ator
(iMT) dunlr:ftama:>i Kronik Slsieruik dengan l<epadatan Ma!isa Tutang pada Laki..Jianaar• atat Llfi EUSA berbiil.sis lgM
lintuk menctetcl<si lnfeksi virus Ciliku11gunya.
P�ge4Qf6
74,367,956
149,942,400'
s�
33
34
35
\. FK UNIVERSITAS SY!AH KUAL.A, ACEH 1 Tristla RiAatld.,_, dr, MSI ;
Yllllana Herl Su&elo, dr
F.nna Damayanti. AMd
Analisis Gene!il< Matrlpt�se-2 sebaQai Usaha. Menear! POfiyebab Kstidllk.berhasilan Suplement.asl flesi pade lb�Hamll
149.914,000
Yunlta Arilny, dr, SpP, MKes
Rima Ristianti, SSi
Aoalisis Molskuler Ras!stensi Isoniazid, Rifamplslrt, Pirat.inamid, Etambutol, dan Stre!'lOI'niCill dari isolat Mycobacteri1.1m u t bercu losis pada penderita tetsengka TB paru reslsten ganda di Acoh
�24.011,000
FK UNIVERSITAS UOAYANA, OEN'PASAR I Wayan SUardana, dm. MSI 1 Komang Januartha Pu{la PlnaUn,
2
Made Agus HendrayllJla, dr, MKed
Zainul Muttaqin., Ort
FK!K UNIVERSITAS JENO. SOEOIRtMN, PURWOKERTO. 36 AgUJ.'lg Saprasetya Owl Laksana, Vltasari lndrianl, dr 1 dr, MScPH
37
2
Pugud Samodro, dr, SpPD
Jol<.o Setyono, dr, MSc
38
3
Fltranlo Arjadl, dr, MK1.1s
Saefuddin 'Aziz, $51, MSI
Ni luh Ketut Ayu Ratnawati, Nl Ketut Partiwl dr
Nl Made Adl. Tl'llini, dr, SpMK
t.uh Putu VIIT3 lodah Pertlanawau,. SE
Pengembangar, ?robe Diagno�lik Berbssis Kloning Gen untuk Deteksf Shiga
150,000,000
2 Producin{l Escherichia call sebagal Agen Zoonosis Pcnyebab. Gag!ll Glnjal
Kai'W.lerisasl molekuler molekul adhesln HeUcobacterpylori mer.ggunakan I
144,340,000
Caco-z Pengaruh Polirr.orti.sme Gen Na+/K+ ATP.. Ase a2, Rcseptor Vitamin D serta 6-ALAD terhadap Kejadian 1-:\pe:tensi Akibat P aparan Pb pada Awal< AngKulan Kota Purwokl.i!M
Sri l'!Starl, SSi, MSi
Tian Tittn·owati, SP
Alfi Muotaflah, dr
Titik lndrawall, AMd
PoiimOtfruma Gena Transcription Faclo1· 7like 2 (TCF"ll2}, Fat Mas$ and O�sity Associated (FTO) den Potes�ium lnwarttly Reacljlying Channel Sub Family J Mamber 11 (KCNJ 11) p[;!C:a Pengidap OM npe 2 Obes. tfek polimorlisme gena ni\rit oks ida siAiase3 (NOS3) da11 malriks melaloproteinasa-S {MMP-9) tarhadap peningka!nll resiko aterosklc;osls pada
paslen danga11 hirertensi
PaEe 5 of6
I
Uka Toxin-
'l30,0DO.OOO
140,363,341
1 �S.221,850
39
40
41
2
Luh Ar.le Wltan Krisna, SSI,
Laksml Wulandarl. dr,
MKed\
.SpP(K)
Pr1yo Bud.i Purwono, dr .
Rendra Bramanthl, dr
Aldlse MaroUI Nasri, SKM
Ek:.pre:;l C095 dan Apoptosls pacla Sol yang Terinfeksi Virus I nfluenza A sublipe
Zonl Ramlla, SE
H1N1 den H5N1 (Studi lnvilfo)
Yulta Sari, SSi, MSI
Suyatmi, dr, MBiomed
Stud I Analisis Mole!
144,930,000
Protein Rekombin-an V'Lrus hepali�s B
150,000.000
Moehammad Amin, SSI
WltriUtami
l escap0 Mut<�nl virus SubTIPEi· serta Vacc na Hepatitis !3 pasc;.; Program lmunloasi anak di Sarong, Indonesia
Lely Saptawati, dr. SpMK
Sari Filriani, AMd
(HBc) - Vir'ls Hepafiti;� C-Core yang
LPPM UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA 1
�24,453,500
Core
berpotensi membsntuk Vll\Js like particle
R6U KIJPANG. · 1 Simeon Penggoam, SSi 42
(VLP)
Marselinus Laga Nur, SKM T heoli lus Rongga, SSI
Pooderita TB dangan MD.R MTI3 df Kupang
Dwi Diana Sari
dan distrlbusi belbagal polimorpl'\lsm paCla
gen TLH2, VDR2, NRAM1, IFN',TNF,INFGR datom panel inieksHmmunologi metcde PCR BGads
:::.;�· �:��; -,:·· �···-:-".:<._·�'·"c·�"�.... �., (i;�r·J,�<�;,'Ytt�-.-�� : \( ,.
¥'/ I
K11pala ,
t :. t: t"A. .
'�'
/)
".Y
, , 11. �\ .
.·� \ \"�--· TP.r5 . Jt '.J.57'�·r"-"·,yJ.f :�
'
"'-::.' ''HI::li
\� l't.� .. ... . .. ..n • "'• l fl..;�r.•t:M··)t � �� , (\\
•
•'" ' •'
�\tfs�x �-� i�.s�; ;/-.
Pas�6Qf6
,
H•
149,541,000
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayahNya penulis telah dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul "Pengaruh Retriksi Natrium
�
Dan Ekspresi Gen Agt M235T Terhadap Tekanan Darah Pada Pen erita Hipertensi Etnik Minangkabau" yang didanai oleh Balitbangkes Depkes melalui riset pembinaan iptekdok tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah terdapat pengaruh retriksi natrium dan polimorfisme gen AGT M235T terhadap tekanan darah dan ekspresi gen AGT M235T pada penderita hipertensi dan normotensi etnik Minangkabau. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Badan Litbangkes Departemen Kesehatan RI yang telah memberikan dana untuk penelitian ini. Ucapa terima kasih juga penulis sampaikan kepada para reviewer dari panel gizi dan kepada Ibu DR.dr. Delmi Sulastri, MS, SpGK sebagai konsultan atas saran, arahan dan bimbingannya selama penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga hasil-hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Padang, Desember 2012
Penulis
v
ABSTRAK Gen AGT polimorfisme M235T adalah salah satu kandidat gen yang berhubungan kuat dengan kejadian hipertensi esensial . Peningkatan angiotensinogen akan menyebabkan peningkatan
tahanan perifer karena efek vasokonstriktor sedangkan aldosteron akan
menimbulkan retensi air dan natrium. Peningkatan konsumsi natrium terutama pada individu yang memiliki gen AGT M235T akan lebih berisiko untuk menderita hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah terdapat pengariih retriksi natrium dan polimorfisme gen AGT M235T terhadap tekanan darah dan ekspresi gen AGT
M235T
pada penderita hipertensi dan normotensi etnik Minangkabau. Penelitian ini adalah studi kasus kontrol yang dilakukan di 4 kecamatan di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, dimulai dari bulan Juni
2012 s/d November
2012.
Sebanyak 75 orang penderita hipertensi berusia 3 0-65 tahun dan 75 kontrol sehat diambil secara porposif Pada seluruh subyek dilakukan pemeriksaan gen AGT polimorfisme M235T, ekspresi gen AGT polimorfisme M235T, dan asupan natrium/kalium dinilai dari asupan makanan. Rerata tekanan darah sistolik pada kelompok kasus adalah 154.51
±
20,78 mmHg
dan diastolik 90.60 ± 8.75 mmHg, sedangkan pada kelompok kontrol rerata tekanan darah sistolik 1 19.03
±
1 0 . 93 mmHg dan diastolik 70.65
±
6.56 mmHg. Tidak terdapat perbedaan
jenis kelain dan umur antara kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan nilai p > 0.05, tetapi terdapat perbedaan yang bermakna tingkat pendidikan antara kedua kelompok penelitian. Dari hasil analisis asupan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan natrium , kalium serta ratio Na/K antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Rata-rata kadar AGT serum kelompok normotensi adalah 95, 19 kelompok
hipertensi
98,74
±
90,42
pg.
Pada subyek
±
73,822 pg dan pada
penelitian
tidak
ditemukan
polimorfisme gen AGT M235T. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan bermakna asupan natrium, kalium dan ratio Na/K serta kadar AGT serum antara penderita hipertensi dan normotensi.
Dan
tidak
ditemukan
polimorfisme
gen
AGT
M235T
pada
Minangkabau. Kata kunci
:
Hipertensi, gen AGT M23 5T, angiotensinogen serum, natrium, kalium.
VI
etnik
ABSTRACT AGT M235T gene polymorphism is one of the candidate genes that are strongly associated with the incidence of essential hypertension. Increased angiotensinogen would lead to increased peripheral resistance due to vasoconstrictor effect while aldosterone would cause retention of water and sodium. Increased sodium intake, especially in individuals who have the AGT M235T gene will be more at risk for hypertension. This study aimed to determine whether there is an influence of sodium restriction and AGT M235T gene polymorphisms on blood pressure and AGT M235T gene expression in patients with hypertension and normotensive Minangkabau ethnic. This study is a case-control study conducted in four districts in the city of Padang West Sumatra province, starting in June 2012 s I d November 2012. A total of 75 people with hypertension aged 30-65 years and 75 healthy controls taken porposif In all subjects examined gene polymorphism AGT M235T, M235T polymorphism of AGT gene expression, and the intake of sodium I potassium assessed food intake. The mean systolic blood pressure in the case group was 154.51 90.60
±
119.03
8.75 mmHg diastolic, whereas
±
10.93
±
±
20.78 mmHg and
in the control group average systolic blood pressure
70.65 mmHg and diastolic mmHg 6:56. No difference between the type
of disorder and the age of the case group and the control group with p> 0.05, but there is a significant difference in education levels between the two study groups. From the analysis of intake there was no significant difference between the intake of sodium, potassium and the ratio Na
IK
between cases in the control group. Average serum levels of AGT
normotensive group was 95.19
±
73.822 pg and 98.74
M23 ST gene polymorphisms was not found.
±
90.42 pg in the hypertensive. AGT
In conclusion, there is no significant difference in the intake of sodium, potassium
and the ratio Na
IK
and AGT serum levels between hypertensive and normotensive.
AGT M235T polimorfism was not found in Minangkabau Ethnic.
Keywords
: Hypertension, AGT M235T gene, serum angiotensinogen, sodium, potassium
Vll
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ........................... .............................. ............. ................................ v ABSTRAK
· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·· · · · · · · · · · · · · · · · - � · - · · · · · · · · · · · · · · · · . . · · · · · · · · · · ·
DAFTAR lSI
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
vi
viii
DAFTAR TABEL.................................. ........ ............. ..................................................... ix DAFTAR G�AR
...................
.
. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
.
...
. . ..
...
..
....................
.
....
X
PENDAHlJLUAN ............................................................................................................ 1 1.1.
Latar Belakang ......................... ........................................................................... 1
1.2.
Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . . . . . . . ............................. ...................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................... ............... ................................................................ 4 2. 1 .
Hipertensi ........................................................................................................... 4
2.2.
Faktor Risiko ...................................................................................................... 7
METODE PENELITIAN ................... .............................................................................. 1 6 3. 1.
Desain Penelitian ............................................................................................... 1 6
3.2.
Lokasi dan waktu penelitian .................... ........................................................... 1 6
3. 3 .
Populasi dan
sampel ............................... ............................................................ 1 6
3.4.
Sampel ............................................................................................................... 16
3. 5.
Kriteria inklusi dan eksklusi . . . . . . . . . . .................................................................... 16
3.6.
Variabel Penelitian .......... ................................................. ................ .................. 1 7
3. 7.
Pengumpulan data .............................................................................................. 1 7
3.8.
Pengolahan dan Analisis Data ................ ........................................ .................... 17
3.9.
Jaminan Mutu (Quality Control) ........................................................................ 18
3.10.
Cara Kerja ......................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...................................................... 18
3. 1 1 .
Skema alur penelitian
3.12.
..........................................
..
...........
.
..............
.
22
..............
lmp!ikasi Etik pada Manusia .......................................................................... 22
HASII.., PENELITIAN ................................... ................... ................................................23 4. 1 .
Gambaran umum daerah penelitian ...... .............................................................. 23
4.2.
Setaran subjek penelitian berdasarkan karakteristik . . . . . . . . ................................... 24
4.3 .
Polimorgisme gen AGT M235T . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .................................... 26
4.4.
Pemeriksaan kadar AGT serum . ................ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ........................... 28
PE.tvfBAHASAN ............................... . . . . . . . . .............................................. ......................... 29 5. 1 .
Hubungan Gula Darah dengan Hi pertensi
5.2.
Hubungan Profil Lipid dengan Hipertensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
5 .3.
Hubungan IMT dengan Hipertensi . . . . . . . . . ............. ............................................... 29
5.4.
Hubungan Asupan Na, K dan Ratio Na/K dengan Hipertensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
5.5.
Hubungan polimorfisme gen AGT M235T dengan hipertensi .................. ........... 3 3
......
..
......
.
......
.
.............
.
..............
..
. . .
. 29 . .
KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..................................................................... .34 UCAPAN TERTh1AKASTII ............................. . . . . .......................................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 5 DAFTAR PUSTAKA ............................... ........................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......................... 36
Vlll
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1 . Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan JNC VII Tahun 2003 . . . . . . . . . . . . . .... 5 Tabel 2. Polimorfisme, posisi, primer dan enzim retriksi rum gen AGT . Tabel 3. Karakteristik Lokasi Penelitian
.............. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......................
Tabe1 4. Sebaran Karakteristik. Subjek Penelitian . . . .
Tabel 5.
....
.
Perbedaan Rerata Profil Lipid dan
...........
.
....
..
...
.
......
.
....
.20 .23
. 24 .
Antropometri (IMT dan
Lingkaran Perut) Pada Subjek Penelitian . .. . . . . .. . . . . .
. .
..
.
.
.
.
.
..
.
.....
. . . .
.
...
25
Tabel 6. Asupan Natrium, Kaliwn dan Ratio Na!K Pada Subjek Penelitian 26 Tabel 7. Sebaran polimorfisme gen AGT M235T pada subyek penelitian . 28 .
lX
..
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1 . Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah
Gambar 2. Pengaruh sistem rennin angiotensin terhadap teK:anan darah . ..
Gambar 3. Hasil Elektroforesis DNA subjek penelitian . .
....
.
. . .
.....
. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
.7
26
Gambar 4. Hasil pemeriksaan gen AGT sebanyak 18 sampel dengan primer gen AGT Gambar
5.
27
...................................................... ....... ............................
Hasil
RFLP
menggunakan L 10
Gen
AGT
Polimorfisme
M235T
dengan 27
............ ...............................................................
X
BAB l
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas nilai nonnal, dengan nilai sistolik � 140 mmHg dan '
I JNC VII, 2003). Saat ini hipertensi sudah menjadi
masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di beberapa negara di dunia (Arm.!lawati et al, 2007). Data dm The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan dari tahun 1999 - 2000 insiden hipertensi pada orang dewasa adalah 29% - 32%, ini berarti bahwa terdapat 58 - 65 juta orang menderita hipertensi di Amerika dan teijadi peningkatan 1 5 juta dari data tahun 1988 - 1991 (Woodwell, 2000). Prevalensi hipertensi di seluruh dunia sekitar 15 - 20% sedangkan di Asia sudah mencapai 8 - 18%. Pada tahun 2025 diperkirakan terjadi kenaikan kasus hipertensi sekitar 80 %, yaitu dari 639 juta kasus di tahun 2000, menjadi
I , 15
milyar kasus pada tahun 2025
(Woodwell., 2000 ; Hadi, 2005 ). Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 17% sampai 21%, sedangkan menurut
laporan Depkes
RI
(2007) prevalensi hipertensi di
Indonesia sudah mencapai 29,8%. (Darmojo, 2001 ; Armilawati et al, 2007). Prevalensi hipertensi di Sumatera Barat cenderung meningkat . Pada tahun 1977 prevalensi hipertensi hanya 7,3% (Darmojo, 2001), sedangkan data terakhir yaitu hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan departemen kesehatan
Rl
tahun 2007 melaporkan bahwa
prevalensi hipertensi di Sumatera Barat sudah mencapai 3 1,2%. Sembilan puluh lima persen penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya dan dikenal sebagai hipertensi primer atau esensial. Faktor utama yang berperan dalam patofisiologi hipertensi adalah interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan (Kumala, 2000). Sampai saat ini sudah teridentifikasi beberapa gen yang berkaitan dengan hipertensi esensial (HE). Gen AGT polimorfisme M235T adalah salah satu kandidat gen yang berhubungan kuat dengan kejadian terletak pada kromosom
1
HE.
Gen ini berukuran
12
kb,terdiri dari 4 exon dan
(l q42-q43). Gen ini mengatur sintesis salt
disebut dengan angiotensinogen.Gen AGT M23 5T adalah gen yang telah rnengalami mutasi asam amino Metionin menjadi Treonin pada posisi 235 dan hal ini dihubungkan dengan peningkatan kadar dan aktivitas dari angiotensinogen plasma. Beberapa penelitian melaporkan
bahwa pada individu yang
memiliki gen
ini
temyata
produksi
angiotensinogen 15% lebih tinggi dari orang yang tidak mempunyai gen tersebut.
Angiotensinogen adalah suatu hermon peptide. Hermon ini disekresikan oleh ginjal sebagai prohonnon dan diaktivasi ekstraseluler oleh renin dan angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin akan teraktivasi menjadi angiotensinogen
ll ,
ini merupakan
vasokonstriktor yang sangat poten dan stimulator dari sintesis aldosteron. Peningkatan angiotensinogen
akan
menyebabkan
peningkatan
tahanan
12erifer
karena
efek
vasokonstriktor sedangkan aldosteron akan menimbulkan retensi air dan natrium. (Azizi., 2000 : Laloel, 2001 ; Mondry, 2005) Peningkatan kadar natrium plasma, baik berasal dari retensi natrium urin maupun peningkatan asupan natrium berhubungan erat dalam pathogenesis hipertensi Konsentrasi natrium yang tinggi dalam sirkulasi menyebabkan konsentrasi cairan ekstraseluler meningkat sehingga untuk menonnalkannya maka tubuh
akan
menarik cairan intraseluler
yang mengakibatkan beban sirkulasi naik dan awal dari peningkatan tekanan darah (Guyton, 2006). Sampai saat ini penggunaan natrium pada produk makamm industri marak dilakukan. Penelitian
Amri
(2003) di Jakarta Timur menemukan 49,0gt>/o subjek hipertensi
mengkonsumsi garam dapur lebih dari 5 gram/hari, dimana 90% subjek penelitian mengkonsumsi bahan makan sumber natrium berasal dari selain garam dapur. Hasil :penelitian Intersalt
menunjukkan bahwa mengkonsumsi natrium 100 mEq/hr dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 2,2 mmHg. (Krummel, 1996). Peningkatan asupan natrium pada masyarakat yang mempunyai gen AGT polimorfisme M235T, akan merangsang peningkatan tekanan darah lebih berat (Mondry, 2005) Peningkatan konsumsi natrium terutama pada individu yang memiliki gen AGT M235T tentu akan lebih berisiko karena dalam kondisi konsumsi normal saja sudah terjadi peningkatan rerensi natrium apalagi kalau konsumsi natrium bertambah. Berdasarkan latarbelakang di atas serta belum adanya penelitian tentang pengaruh retriksi natrium terhadap ekspresi gen AGT M235T pada penderita hipertensi,
maka
peneliti ingin melakukan penelitian ini pada etnik Minangkabau yang bertempat tinggal di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Kota Padang merupakan daerah dengan prevalensi tertinggi di Sumatera Barat saat ini.
2
1.2.
Tuj uan dan Manfaat Peoelitian 3.1.1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh retriksi natrium terhadap ekspresi gen AGT M23 5T pada penderita hipertensi dan normotensi etnik Minangkabau.
3.1.2.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui polimorfisme gen AGT M235T pada penderita hipertensi dan normotensi etnik Minangkabau. 2.
Mengetahui
ekspresi gen AGT M235T
(kadar
AGT
plasma)
penderita
hipertensi dan normotensi etnik Minangkabau. 3.
Mengetahui
perbedaan kadar AGT plasma berdasarkan polimorfisme gen
AGT pada penderita hipertensi dan normotensi etnik Minangkabau.
4. Mengetahui perbedaan asupan Na/K berdasarkan polimorfisme gen AGT pada penderita hipertensi dan normotensi etnik Minangkabau.
,.,
.)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi
2.1.1. Pengertian
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan telah lama dikenal sebagai penyakit
yang
dapat memperpendek umur. Pada stadium dini penyakit ini
seringkali tanpa keluhan dan gejala, serta tidak disadari oleh penderita tetapi Iambat laun dapat menyebabkan komplikasi yang berat pada organ tubuh (Chehab, 1993). Definisi hipertensi secara umum adalah peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau
lebih dan
atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Peningkatan
tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer mempunyai peranan terhadap peningkatan curah jantung dan diikuti kenaikan tahanan perifer (Kumala,2000). Hipertensi merupakan masalah kesehatan terbanyak yang ditemukan di negara berkembang. Hipertensi yang tidak terkendali akan berisiko besar untuk berbagai jenis penyakit degeratif. Hipertensi merupakan penyebab yang paling sering dari gagal jantung, dan faktor risiko utama untuk aterosklerosis dan perdarahan otak, yang merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di seluruh dunia (Krumme� 1996 ; Underwood, 2000 ; Kumala, 2000). 2.1.2. Klasifikasi Berdasarkan etiologi
hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer, adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat S.;!kitar 95% kasus. Faktor
yang mempengaruhi
merupakan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan seperti
diet, stres, ras, merokok, obesitas, alkohol serta aktivitas fisik. 2.
Hipertensi
seku nd er atau
kasus. Penyebab hipertensi
hipertensi yang diketahui penyebabnya,
terdapat
sekitar 5%
spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit gi nj al,
vaskuler
renal,
hiperaldosteron
primer
dan
sindroma
Cushing,
feokromositoma, koarotasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain (Kap lan Dari
et a!,
2002).
Joint National Committee
risiko terhadap penyakit
VII (2003) hipertensi diklasifikasikan berdasarkan
cardiovaskuler seperti terlihat pada tabel berikut :
4
Tabel 1. Klasiflkasi Hipertensi Berdasarkan JNC Vll Tahun 2003 Sistolik ( <
Prempertensi Hipertensi Derajat I Hipertensi Derajat II
120
120 - 1 39 140 - 159
2: 160
2: 100
Sumber : Join National Commitee IJNC VII ; 2003
2.1.3. Patogenesis Dinding pembuluh darah adalah salah satu jalur pasif bagi sirkulasi sistem endokrin, tetapi perkembangan biologi molekuler dan vaskuler dalam penelitian hipertensi telah menunjukkan pentingnya peran
pembuluh darah
sebagai
organ vital
dalam
patogenesis hipertensi. Saat ini paradigma biologi molekuler vaskuler telah bergeser dari tekanan darah yang diregulasi oleh otak dan ginjal ke salah satu organ terluas dalam tubuh yaitu endotelium (Sargowo, 2008). Sel pembuluh darah mempunyai spesial mekanisme dalam
ka.aal ion yang berguna
sebagai baroreseptor yang dapat mengubah fungsi sel sesuai dengan kondisi hemodinamik.
Lebih dari itu, sel pemb uluh darah dapat mengintegrasikan sinyal ini dan merespon dengan lokal mediator yang dapat mengubah tonus ataupun struktur vaskuler. Gangguan pada sistem seluler ini diduga mempunyai peranan penting dalam terjadinya hipertensi. Pembuluh darah
dapat mengatur tonusnya sendiri melalui berbagai mekanisme yang
sebelumnya tidak diketahui yaitu melaiui
mekanisme autokrin dan atau parakrin sistem
vasoaktif. Salah satu mekanisme pengaturan dari pembuluh darah adalah kemampuan endotel
pembuluh
darah untuk
memproduksi
relaxing factor,
karakteristik sebagai gas vasoaktif . Faktor tersebut adalah
yang
mempunyai
nt i rit oksid, yang mengatur
tonus basal dan mempunyai kemampuan cloning gen untuk mengkode sistesis nitrit oksid. Faktor parakrin ini diduga berperan dalam patogenesis hipertensi. Blok farmakologi jangka panjang pada nitrit oksid dapat menyebabkan hipertensi dengan kerusakan organ tahap akhir, sebaliknya pernberian substrat L
arginin
-
dapat memperbaiki kembali kadar nitrit
oksid (Dzau et al. , 1993 ; Sargowo, 2008). H ipe rtensi essensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor risiko. Kaplan (2002) menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang (Gambar 1):
5
m empengaruhi
rumus dasar yaitu
TEKANAN DARAH
=
CURAH JANTUNG X TAHANAN PERIFER
l
Autoregu ,Hl l a � S I I .-
-.
-
Tekanan darah
Hipertensi
Asupan Na
=
=
curah
jantung
curah jantung
•
j
dan/atau
jj
Tahanan Perifer
J
Tahanan perifer ti
Ko triksi
Faktor genetik
•
Hip1ertropi struktural
Stres
Gambar l. Faktor-fuktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah Sumber : Kaplan's Cinical l Hypertension,2002
Pada HE
, kadar NO plasma berkurang sampai di bawah nilai basal.
Hal ini akan
menyebabkan efek vasodilatasi vasuler menurun, tahanan perifer meningkat. Peningkatan tahanan perifer
akan mempengaruhi aliran darah ke ginjal. Glomerulus filtration rate
(GFR) berkurang sehingga sistem renin angiotensin teraktivasi.
Sitem renin angiotensin mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengaturan
natrium dan air di ginjal. Sistem ini umumnya mengatur tekanan darah
dengan rnengontrol
volume cairan ektraseluler dan melalui kerja zat vasoaktif angiotensin II. Renin dilepaskan
dari aparatus jukstaglomeruler ginjal. Masuj\: ke dalam darah melalui arteriol eferen dan
kemudian berperan pada plasma globulin yang disebut renin substrat atau angitensinogen melepaskan angiotensin I. enzyme
Ini diubah menjadi angiotensin
(ACE) . Angiotensin
II oleh
angiotensin converting
IT merupakan vasokonstriktor kuat dan karenanya mampu
menimbulkan hipertensi (Guyton,
2006) (Gambar 2).
6
Gambar 2. Pengaruh sistem rennin angiotensin terbadap tekanan darah Sumber :
Guyton, 2006
Angiotensin IT akan mempengaruhi kontraksi otot jantung, merangsang pelepasan aldosteron dan katekolamin dari medulla adrenal, meningkatkan aktivitas saraf simpatis, mempengaruhi penyerapan garam dan air pada epitel usus halus dan ginjal (Prieto
et al.,
2007) 2.2. Faktor Risiko Faktor keturunan dan pola hidup tertentu memegang peranan penting dalam tetjadinya hipertensi esensial. Pada umumnya semakin banyak faktor risiko yang dimiliki
semakin besar kemungkinan mendapat hipertensi. Faktor risiko hipertensi dibagi atas faktor yang dapat dikendalikan dan faktor yang tidak dapat dikendalikan.
2.2.1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan a) Ras Ras merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang tidak bisa dikendalikan. Di Amerika Serikat, hipertensi paling banyak terdapat pada orang
kulit hitam keturunan
Afrika-Amerika dibandingkan dengan kelompok ras lain. Data dari
Third National Health
7
and Nutrition Examination Survey (NHANES
III, 1988-1991) menunjukkan bahwa jumlah
penderita hipertensi berkulit hitam 40% Iebih tinggi dibandingkan dengan berkulit putih. Di antara orang berumur 18 tahun ke atas, perbandingan jumlah penderita hipertensinya adalah 32,4% berkulit hitam dan 23,3% berkulit putih. Menurut data American Heart Association,
30% dari semua kematian pada laki-laki berkulit hitam dan 20% kematian
wanita berkulit hitam disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Depkes, 2006)
b) Usia Pertambahan usia akan menyebabkan risiko menderita hipertensi meningkat. Meski penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia di
atas
35 tahun atau lebih. Diantara orang Amerika berkulit hitam dan berkulit
putih yang berusia 65 tahun atau lebih separuhnya menderita penyakit ini. Peningkatan tekanan darah pada usia lanjut sering disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi (Depkes, 2006)
c) Faktor Genetik Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan . Jika salah satu dari orang tua menderita hipertensi maka 25% anaknya akan menderita penyakit yang sama. Apabila kedua orang tua menderita hipertensi, maka kemungkinan 60% anaknya akan menderita hlpertensi (Shep, 2005). Penelitian terhadap penderita hipertensi di kalangan orang kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan bahwa pada kasus-kasus tertentu ada faktor keturunan yang berperan. Peran faktor genetik terhadap timbu!:1ya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) dari pada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya (Basha, 2005). Berbagai hipotesis dikemukakan untuk mencoba menerangkan keiurunan pada penderita hipertensi esensial. Pada dasarnya ada tiga kemungkinan utama yaitu model poligenetik dimana hipertensi terjadi karena interaksi gen dengan faktor lingkungan, model
8
ambang yang menggambarkan perbedaan antara normotensi dan hipertensi bila melewati limit maksimal normal yang menetap dan merupakan efek komulatif dari gen minor, dan hipotesis dominan yaitu ditemukannya fluks kation yang abnormal pada eritrosit penderita hipertensi esensial sehingga kurang rnampu memelihara konsentrasi natrium intrasel (Sidabutar, 1989). Gen AGT polimorflsme M236T Gen AGT adalah �alah satu kandidat gen yang dihubungkan dengan hipertensi esensial. Gen ini berukuran 12 kb, terdiri dari 4 exon dan terletak pada kromosom 1 (1q42q43). Gen AGT mengatur sintesis salah satu protein yang disebut dengan angiotensinogen. Angiotensinogen merupakan suatu harmon peptide Horman ini disekresikan oleh ginjal sebagai prohormon dan diaktivasi ekstraseluler oleh renin dan angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensinogen akan merangsang pelepasan angiotensin I yang akan teraktivasi menjadi angiotensinogen II. Angiotensinogen
II
merupakan vasokonstrioktor
yang sangat poten dan stimulator dari sintesis aldosteroiJ . (Liu, 1984) Pada individu yang mempunyai gen AGT M235T, teJjadi mutasi asam amino Metionin menjadi Treonin pada posisi 235. Hal ini akan menyebabkan perubahan ekspresi dari gen AGT , sehingga kadar dan aktivitas angiotensinogen meningkat dalam darah. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kadar angiotensinogen plasma, 10-30% lebih tinggi pada subjek dengan genotip homozigot T235
dibandingkan homozigot M235.
Peningkatan AGT plasma yang kronis akan menstimulasi peningkatan tekanan darah dan menyebabkan hipertensi. Pada subjek Caucasia frekuensi homozigot T235 sebesar 36%, hal ini lebih rendah bila dibandingkan dengan subjek Jepang (Azizi, 2000 ; Lalouel, 2001, Mondry, 2005). Varian Gen AGT M235T dideteksi menggunakan PCR. Primer diperoleh dari Russ et al sedangkan
parameter PCR dijabarkan oleh Kiema et a! : tiga mikroliter produk PCR
ditambahkan kedalam 10 111 buffer yang mengandung 5 suhu
U
of Tth 1 1 1 I and digested pada
65°C overnight. Hasil PCR dilihat melalui elektroforesis dengan menggunakan
agarose 3% dengan ethidium bromide . (Rakinen, 2000 : Toledo, 2011)
d) Jenis kelamin Kejadian hipertensi lebih banyCJk ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 : 1 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga mempunyai gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan
9
wanita , namun setelah memasuki menopause prevalensi hipertensi pada wanita meningkat (Basha, 2005). Beberapa penelitian melaporkan bahwa penduduk Amerika yang berumur di atas 1 8 tahun, 34% pria dan 3 1 % wanita menderita hipertensi sedangkan
keturunan
Asia dan suku-suku di kepulauan Pasifik ditemukan hanya 10% pria dan 8% wanita menderita hipertensi.
Suku Indian Amerika, kejadian hipertensi pada laki-laki dan
perempuan adalah sama yaitu 27%. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi hipertensi 6,0% untuk pria dan 1 1 ,6% untuk perempuan dan di Sumatera Barat t 8,6% pria dan
17,4% perempuan sedangkan untuk daerah perkotaan di
Jakarta
(Petukangan) ditemukan 14,6% pria dan 13,7% perempuan (Depkes, 2006) 2.2.2.
a.
Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan
Obesitas Obesitas atau kegemukan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan
berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 . Hal ini merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi v�lume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau
normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah (Syahbudin, 2003 : Depkes, 2006). Makin besar masa tubuh, maka makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. Kelebihan berat badan berisiko 2 - 6 kali menderita hipertensi.
Pada populasi barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan
obesitas
diperkirakan 30% - 36%. Setiap kenaikan berat badan 10 kg maka akan diikuti dengan peningkatan
tekanan darah sistolik 2 - 3 mmHg dan diastolik I - 3 mmHg (Padmiari ,
2001 : Basha, 2005 : Depkes, 2006) Menurunkan tekanan darah pada orang Jengan obesitas dapat dila!rukan dengan menurunkan berat badan . Penurunan berat badan rata-rata 9,2 kg dihubungkan dengan penuruan tekanan darah sistolik 6,3 mrnHg dan 3 , 1 mmHg tekanan darah diastolik (Kotchen, 2006).
10
b.
Aktivitas fisik Energi yang dikeluarkan untuk melakukan aktifitas merupakan jumlah energi yang
dibutuhkan otot yang bekerja ditambah dengan energi yang diperlukan untuk peningkatan kerja jantung dan alat pernafasan pada saat kegiatan tersebut
berlangsung.
Jumlah energi
yang dibutuhkan tergantung pada ukuran tubuh dan intensitas serta lama aktifitas tersebut . .
Kurangnya a.ktifitas fisik
meningkatkan risiko menderita
hipertensi karena meningkatnya frekuensi
risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai denyut jantung yang kontraksi. Makin
lebih tinggi sehingga
keras
otot jantung harus bekerja lebih keras pada tiap
dan sering otot jantung
memompa, maka makin besar
tekanan
pada arteri (Sheps, 2005). Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Depkes, 2006) c.
Merokok Merokok dapat meningkatkan risiko hipertensi. Zat-zat
kimia dalam
tembakau
dapat merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau
juga membuat
jantung bekerja lebih
keras
karena dapat menyempitkan pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi jantung serta tekanan darah.
Hal ini
terjadi karena nikotin
dapat merangsang sekresi
hermon epinefrin. Karbonmonoksida yang terdapat dalam asap rokok akan menggantikan oksigen dalam darah, sehingga tekanan darah meningkat karena jantung terpaksa bekerja lebih kuat untuk memasok cukup oksigen ke seluruh organ dan jaringan
tubuh
(Depkes,
2006).
Disampiii.g sebagai faktor risiko utama pada semua tingkatan hipertensi, rokok yang mengandung nikotin akao meningkatkan tekanan darah. Seseorang yang rr..crokok dua batang, tekanan darahnya meningkat 10-8 mmHg selama 15 menit. Kebiasaan merokok 1,5 - 2 bungkus per hari, tekanan darah akan meningkat selama 7-10 jam dalam satu hari. Pengurangan kebiasaan merokok akan dapat menurunkan tekanan darah tinggi (Mahon, 1984). Penelitian Hatma (2001) yang merokok di
ditemnkan jurnlah
laki-laki dewasa etnis minang
kota Pada�g mencapai 76,7 %. Yunis menemukan 39,4% perokok
mengalami hipertensi, lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok yaitu 32,2% (Yunis, 2003). 11
d. Alkohol Kebiasaan mmum alkohol berhubungan erat dengan teijadinya obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Rata-rata tekanan darah meningkat hila intake alkohol diatas 3 gelas perhari (Budiman, 1999). Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5 - 20 % dari .
semua kasus hipertensi di AS. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman beralkohol perhari meningkatkan risiko hipertensi dua kali lipat (Vandongen, 1989; Sheps, 2005). Persentase penduduk dewasa yang pernah mengkonsumsi alkohol di Padang sangat kecil yaitu 4,6 % (Hatma,2001).
e. Asupan Natrium Natrium yang termasuk mineral makro adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler 35 - 40% Natrium terdapat dala kerangka tubuh dan di dalam cairan saluran cema, cairan empedu dan pankreas (Aimatsier, 2004). 90 - 99% natrium yang dikonsumsi diabsorpsi di usus halus secara aktif, kemudian dibawa aliran darah ke ginjal untuk disaring dan
dikembalikan ke aliran
darah dalam jumlah
yang
untuk
cukup
mempertahank.an taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan dieksresikan melalui urine. Pengeluaran natrium ini diatur oleh hermon aldosteron, yang dihasilkan kelenjar adrenal ginjal bila kadar natrium menurun. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluarkan melalui urine sejajar dengan natrium yang dikonsumsi (Krummel, 1 996). Fungsi natrium sebagai kation utama dalam cairan ekstraseluler adalah menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut, mengatur tekanan osmotik yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel. Natrium juga menjaga keseimbangan
asam basa di dalam tubuh, berpera11 dalam transmisi saraf dan kontraksi
otot. Natrium berperan pula dalam absorpsi glukosa dan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium (Almatsier, 2004). Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhk:an tubuh sehingga sehari
tidak ada penctapan kebutuhan natrium sehari. Taksiran
kebutuhan
,
natrium
untuk remaja dan orang dewasa adalah 500 mg. Kebutuhan natrium didasarkan
pada kebutuh an untuk pertumb uhan, kehilangan natrium melalui keringat dan sekresi lain. Penduduk di negeri panas membutuhk:an lebih banyak natrium daripada penduduk di negeri dingin. Sumber utama natrium adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap
12
masakan (monosodium glutamat=MSG), pengawet makanan (sodium benzoat dan sodium karbonat), dan makanan yang diawetkan dengan garam (Astawan, 2005).
WHO
menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari atau ekivalen dengan 2400 mg natrium
(Krummel, 1996). Namun Amri (1 994) melaporkan bahwa 49,1
% responden yang diteliti mengkonsumsi garam dapur lebih dari 5 gram per hari (Amri et.a.l., 1994). Sementara itu konsumsi NaCl untuk negara maju jauh lebih tinggi seperti dinyatakan Altschul ( 1980) rata-rata asupan NaCl di Amerika adalah 9,7 gram/hari, di Iran mencapai 10,2 gr/hari, di Jerman 1 1 ,3 gr/hari, bahkan di Jepang mencapai 18� 1 gr/hari (Altschul, 1980). Peranan natrium dalam patogenesis hipertensi telah lama diketahui. Pada populasi dengan konsumsi garam natrium yang tinggi hipertensi lebih banyak ditemukan. Beberapa penelitian menunjukan adanya peningkatan hipetensi sesuai dengan peningkatan eksresi natrium urin. Menurut Tee Khaw rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat berbanding lurus dengan peningkatan asupan natrium. Rasio kejadian hipertensi dengan tekanan
darah
di
atas 160 mmHg mencapai 2,48 kali lebih besar bila dibandingkan
dengan orang yang konsumsi natriumnya rendah (Tee-Khaw et.al. , 2004). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraselular meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraselular ditarik keluar sehingga volume cairan ekstrselular meningkat. Meningkatnya volume cairan intraselular tersebut menyebabkan
meningkatnya
volume
darah
sehingga
menimbulkan
hipertensi
(Astawan,2005). Peranan natrium dalam meningkatkan tekanan darah dapat dihubungkan dengan beberapa mekanisme diantaranya NaCl dapat mengaktitkan Angiotensin II, mempengaruhi fungsi
sel endothelia dan vaskuler
dan mempengaruhi
struktur arteri yang
Jkan
menimbulkan kekakuan arteri (Kotchen, 2006). Pa
13
konsumsi Natrium 100 mEq/hari dapat menurunkan 2,2 mmHg tekanan darah sistolik: (Krummel, 1996). f
Asupan Kalium Kalium adalah kation utama dalam catran intraseluler. Perbandingan natrium
kalium di dalam cairan intraselular adalah 1
:
10, sedangkan di dalam cairan ekstraselular
28 : 1 (Almatsier, 2004). Fungsi kalium bersama natrium memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Di dalam sel kalium berfungsi sebagai katalisator terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein. Kalium juga berperan dalam pertumbuhan sel dan menjaga tekanan darah (Almatsier, 2004). Mekanisme kerja kalium menurunkan tekanan darah melalui
peranan kalium
dalam menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga terjadi penurunan resistensi perifer dan meningkatkan curah jantung, kalium juga berfungsi sebagai nartriuretika sehingga pengeluaran natrium dan cairan meningkat. Kalium menghambat pelepasan renin yang menyebabkan
aktifitas sistem renin-angiotensin menurun. Kalium juga dapat
mengatur syaraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah ( Budiman, 1999 ). Disamping
itu kali um juga menurunkan produksi vasokonstriktor thromboxane dan
meningkatkan prodnksi vasodilator kallidin (Kotchen,2006). Kalium mempunyai pengaruh yang besar dalam menghambat pembentukan radikal bebas dari vaskuler, sel endotel dan
macrophages,
menghambat agregasi platelet dan trombosis serta menurunkan resistensi
vaskuler renal dan meningkatkan filtrasi glomerular. Konsumsi kalium yang adekuat akan meningkatkan konsentrasinya dalam intraselular, sehingga cenderung menarik cairan dari ekstraselular dan menurunkan tekanan darah (Krummel, 1996). Kalium menyebabkan turunnya tekanan darah. Penurunan tekanan darah lebih nyata pada orang dengan intake garam NaCl yang tinggi dan pada penderita hipertensi dibandingkan dengan orang normotensi (Budiman, 1999). Penelitian Sasaki di Jepang Utara terhadap dua daerah yang penduduknya mengkonsumsi tinggi natrium, ditemukan perbedaan prevalansi hipetensi. Penduduk yang tinggal di daerah prevalensi hipertensinya rendah ternyata makanannya banyak mengandung kalium (Gunawan, 2005).
14
g.
Rasio Na/K Konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan
kalium yang dianjurkan adalah 1 : 1,5 (Kumala, 2000).
Secara alamiah banyak bahan
makanan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dari natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya, contohnya rasio kalium terhadap natrium pada tomat segar adalah 100
: 1, menjadi 1
:
28 pada saus tomat (Astawan 2004).
Hasil penelitian Intersalt menunjukkan dengan mengurangi rasio Kalium : Natrium urin selama 24 jam dari 3 : 1 (170 mmol natrium/ 55 mmol kalium) menjadi 1
:
1 (70
mmol natrium/70 mmol kalium) berkaitan dengan pengurangan tekanan darah sistolik sebesar 3,4 mmHg (Gunawan, 2005). h.
Stres Stres atau keteganga11 jiwa adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya
transaksi
antara
individu dengan
lingkungannya yang mendorong
seseorang untuk
mempersep sikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dengan sumber daya. Keadaan ini dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Penelitian Framingham dalam Yusida tahun 2001 melaporkan bahwa wanita yang berusia 45 - 64 tahun
dengan sejumlah gangguan psikososial
berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah. Studi eksperimental pada binatang telah membuktikan bahwa faktor
psikologis
stress
merupakan
faktor lingkungan
mcnyebabkan tekanan darah tinggi (Depkes, 2006))
15
sosial
yang
penting
dalam
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian : Penelitian ini adalah studi komperatif dengan desain penelitian
case control study. 3.2.
Lokasi dan waktu penelitian
:
Penelitian dilakukan di 4 kecamatan di Kota Padang
Provinsi Sumatera Barat, dimulai dari bulan Juni 2012 s/d November 2012.
3.3. Populasi dan sampel : Populasi adalah semua penderita hipertensi dan normotensi yang berusia antara 30 - 65 tahun, etnik Minang (berdomisili di Sumatera Barat, kedua orang tua dan kakek nenek berasal dari Sumatera Barat) dan subjek penelitian diperoleh melalui penjaringan terhadap populasi yang tersebar di 4 kecarnatan di Kota Padang Prov. Sumatera Barat. Sampel diambil dengan menggunakan rumus untuk
nl=n2=(za�2PQ
+
zfi�PJQJ
+
P2Q2/ I (PJ-P2)
, didapatkan jumlah n l
=
n2
=
75
orang, dengan pertimbangan DO 10% maka total sampel untuk n l dan n2 adalah 150 orang.
3.4. Sampel diambil dengan cara porposif untuk menentukan kecamatan yang mewakili . . Dari
ke · 4 kecamatan
dengan cara
dilakukan pemilihan daerah
multi stage random sampling
tempat pengambilan sampel
sedangkan untuk mendapatkan
pada tiap - tiap lokasi yang sudah ditentukan dilakukan dengan metoda
sampel
sistematik
random sampling. 3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.5. 1 .
Kriteria inklusi Usia 30 - 65 tahun Etnik Minangkabau ( berdornisili di Sumatera Barat, kedua orang tua dan kakek nenek berasal dari Sumatera Barat Berdomisili di kecamatan terpii.ih Bersedia menjadi subyek penelitian
16
Kriteria eksklusi
3.5.2.
Menderita
hipertensi
sekunder (diagnosis dtegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium) Menjalani operasi saluran cerna (keterangan dokter) Demam, menjalani Diet dan atlit
3.6. Variabel Penelitian 3.6.1.
Variabel dependen Gen AGT polimorfisme M23 ST Ekspresi gen AGT polimorfisme M235T
3.6.2.
Variabe1 independen - Asupan natrium/kalium dinilai dari asupan makanan
3.7. Pengumpulan data Gen amplifikasi
AGT polirnorfisme M235T diperoleh dengan
menggunakan PCR dan dilajutkan dengan RFLP dan
Sanger). Kadar ACE plasma diperoleh dari hasil perneriksaan 5 cc Biomedik Fakultas Kedokteran Unand dengan menggunakan untuk
data
karakteristik,
aktivitas
fisik dan
wawancara menggunakan kuesioner serta
kebiasaan
analisis DNA dan
cara
sequencing
(metoda
serum di laboratorium
teknik ELISA, sedangkan
merokok
diperoleh
dengan
asupan natrium dan kalium diniiai dengan
SemikuantitatifFood Questionaire (FFQ).
3.8. Pengolahan dan Analisis Data Setelah manual,
ent1y dan cleaning dengan menggunakan
Analisis dan
data dikumpulkan kemudian dilakukan proses
univariat,
untuk
kemudian disajikan
melihat dalam
dan
coding
secara
komputer.
distribusi
bentuk
editing
tabel
data atau
masing - masing variabel diagram . Data terdiri dari
karakteristik, gen AGT polimorfisme M235T, ekspresi gen AGT polimorfisme M235T dan data asupan N2/K. Analisis bivariat, untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen , UJl
korelasi
men&:, aunakan uji korelasi Pearson, apabila distribusi data nonnal, dan Spearman
Rank
untuk
distribusi data tidak normal,
dengan
derajat
kepercayaan 95%. Uji korelasi dilakukan terhadap data asupan Na/K dengan ekspresi gen
17
AGT polimorfisme M235T. T -test
untuk melihat perbedaan kadar ACE plasma antara
penderita hipertensi dengan normotensi. Analisis multivariat, untuk melihat variabel yang paling dominan. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik.
3.9.
Jaminan Motu (Quality Control)
Jaminan mutu terhadap data yang akan dihasilkan, dengan
cara
melakukan uji validitas
dan reabilitas terhadap pelaksana, prosedur dan sarana prasarana yang akan digunakan. a.
Prosedur pemeriksaan laboratorium yang digunakan adalah prosedur yang sudah stan dar.
b.
Pelaksana -
Tenaga yang melakukan pemeriksaan laboratorium adalah laboran yang ahli dibidang pemeriksaan serta sudah
terlatih melakukannya. Setiap satu jenis
pemeriksaan, diharapkan dapat dilakukan oleh satu orang tenaga laboratorium. -
Enumerator yang akan mengambil data ke lapangan terdiridari gizi,
5 orang tenaga
yang sebelumnya telah dilakukan pelatihan dan uji coba kuesioner agar
terdapat persamaan persepsi terhadap semua pertanyaan yang sudah disediakan. -
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan alat yang sudah dikalibrasi sebelumnya. Tekanan darah diperiksa pada saat sampel istirahat sebanyak 2 kali dan kemudian diambil nilai rata-rata.
-
Pemeriksaan antropometri dilakukan oleh tenaga gizi yang sudah terlatih,
menggunakan alat yang
sudah
dikalibrasi sebelunya. Pemeriksaan dilakukan
sebanyak 2 kali, dan diambil nilai rata-rata.
3.10.
Cara Kerja
3 . 1 0. 1 Tahap
I:
Setelah mendapat izin dari komite etik penelitian (Ethical Clearance) dan
pemerini.ah daerah, maka dilakukan survei untuk mengetahui proporsi kejadian hipertensi pada masyarakat Minang di kota Padang Sumatera Barat. Dengan memperkirakan proporsi hipertensi sebesar 25%, maka diharapkan dari 600 orang yang disurvei akan diperoleh
150
orang penderita hipertensi dan 150 orang
normotensi. Dari basil penjaringan , dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi dipiiih secara acak sampel sesuai
18
dengan jumlah yang sudah ditetapkan
(nl=n2=150 orang). Terhadap semua sampel dijelaskan tujuan dan prosedur penelitian, kemudian diminta kesediaannnya untuk menjadi responden dengan menandatangani inform
concent.
3 . 10.2 Tahap II : Terhadap subyek penelitian dilakukan a.
Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti dibantu dua orang ahli gizi (Dietisien). Dari
hasil wawancara diperoleh data mengenai : Data
karakteristik
(u sia,
pendidikan,
status
ekonorni),
aktivitas
fisik,
kebiasaan merokok dan riwayat penyakit . Data mengenai frekuensi dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi 6 bulan
terakhir
(semi
quantitative
food
selama
frequency questionnaire/FFQ)
dengan menggunakanfoodmodel.
b.
Pemeriksaan tekanan darah Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam posisi duduk, istirahat dan tanpa adanya faktor emosional. Subyek penelitian tidak. sedang makan, merokok dan minum kafein atau alk.ohol 30 menit sebelum pengukuran. Untuk mengukur tekanan darah manset dipasang pada lengan atas sedemikian rupa., jangan longgar dan jangan terlalu ketat. Palpasi atau raba denyut
arteri brakhialis, lalu dilakukan
pemompaan alat dengan kecepatan 2-3 mmHg perdetik sampai denyut nadi tersebu t tidak lagi teraba dan berapa mmHg tekanan pada alat tersebut merupakan estimasi tekanan darah sistolik. Letakkan bel stetoskop pada daerah
arteri brakhialis .
Tekanan alat diturunkan dengan mengeluarkan udara pada pompa secara perlahan lahan dan tekanan darah sistolik dicatat pada fase I bunyi
korotkoff, dan tekanan
bunyi tidak terdengar lagi. Pengukuran ulang dilakukan
darah diastolik pada saat
dengan selang waktu 1-2 menit. ( Moerdowo, 1 984 ; Sheps, 2005).
c.
Pemeriksaan laboratorium Semua sampel penelitian diambil
darah
sebelumnya kulit
pengambilan
di
tempat
menggunakan alkohol. Darah plasma
dan
segera
dibawa
sebanyak 6 mL di daerah vena cubiti, didesinfektan
dulu
dengan
tersebut langsung disentrifus untuk mendapatkan ke
laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
19
Universitas Andalas, untuk pemeriksaan gen AGT polimorfisme M235T dengan menggunakan PCR dan pemeriksaan kadar AGT plasma (Teknik ELISA).
1 ) Prosedur pemeriksaan gen AGT polimorfisme M235T 1.
Ektraksi DNA (Genomik DNA Purification) Ektraksi
menggunakan
DNA
metode
Guanidine
isothiocyanate,
kemudian
dilanjutkan dengan reaksi berantai polimerase (Polymerase Chain Reaction!PCR). Secara prinsip, PCR merupakan proses yang diulang-ulang
antara 20-30 kali.
Setiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu tahap peleburan (denaturasi), tahap penempelan (annealing) dan tahap pemanjangan (elongasi). 11.
Deteksi gen AGT polimorfisme M23 ST Gen
AGT polimorfisme
menggunakan
Primer
M235T
dianalisis
menggunakan
PCR
dengan
5'-CCG-TTT-GTG-CAG-GGC-CTG-3' (sence) dan 5'
TGC-TGT-CCA-CAC-TGG-ACC-CC-3 ' (antisence). DNA (100 ng) diamplifikasi pada volume akhir 10 uL dengan suhu annealing 95oC. Produk PCR dipotong denga� 5 U enzim retriksi Tth l l l I (New England BioLabs, Missisauga, ON, Canada) pada suhu 65°C selama 5 jam dan menghasilkan 2 fragmen. Produk PCR yang sudah dipotong dan dilihat dengan metode elektroforesis pada gel agarose 1,5% (Perkin-Elmer, Norwalk, CT) 111.
Sekuensing gen AGT polimorfisme M235T (Metode Sanger) Untuk memfiksasi posisi polimorfisme pada setiap gen AGT polimorfisme M235T di!al'Ukan
sekuensing
terhadap produk amplifikasi DNA Metoda ini hanya
dilakukan terhadap 20 sampel (1 0 kelompok kasus dan l 0 kelompok kontrol).
Tabel 2. Polimorfi sme, posisi, primer dan enzim retriksi dari gen AGT
Polimo.-frs 2en AGT M235T
Primer
Posisi Region
5'-CCG-TTT-GTG-CAG-GGC-CTG-3'
promotor
(sence) dan 5'-TGC-TGT-CCA-CAC-TGG-
Enzim Retriksi Tthl l l I
ACC-CC-3' (antisenc�
20
--- --- ���--
2) Analisis DNA ( Metode Guanid ine isothiocyanate)
1 . Siapkan tabung mikrosentrifus 2 m l yang telah berisi 900 ,..L Cell Lysis. 2. Kocok tabung berisi darah dan ambi;l 300 11L masukkan ke tabung yang telah berisi Cell Lysis, bolak balik 5-6 kali. 3.
Inkubasi 10 menit pada temperaturruang (bolak balik 2-3 kali selama inkubasi), sentrifus
13000-16000 g selamam 20 detik.
4.
Buang supematan sebanyak mungkin, hati-hati pelletnya ikut terbuang .
5.
Ulangi
1 -4 sampai pelletnya menjadi putih.
6. Tambahkan 500 j..IL Cell Lysis, inkubasi 10 menit dan sentrifuse 15000 g selama 20 detik. 7.
Vortex tabung selama
8.
Tambahkan
10-15 detik sehingga pelletnya kembali tercampur rata.
300 11L larutan Nuclei Lysis, pipet larutan 5-6 kali untuk melisis sel
darah, inkubasi selama I jam pada temperatur masih terlihat gumpalan sel tambahkan
3 70C. Jika setelah diinkubasi
100 IlL Iarutan Nuclei Lysis dan ulangi
inkubasi. 9.
Tambahkan 200 JlL Iarutan Protein Presipitasi.
10. Vertex selama 10-20 detik. 1 1 . Sentrifuse 15000 g selama 3 menit. 12. Pindahkan supernatant ke dalam tabung sentrifus yang telah berisi 300 JlL isipropanolol temperatur ruang.
13. Campur larutan dengan membolak balik secara berlahan tabung sampai terlihat benang-benang DNA.
14. Sentrifuse 15000 g selama 1 menit, DNA akan terlihat sebagai pellet putih 1 5 . Buang supernatant, tambahkan 300 11L ethanol 70% suhu ruang, bolak-balik tabung secara perlahan untuk mencuci pellet. Sentrifus 15000 g selama 1 menit 16. Buang ethanol menggunakan pipet secara hati-hati, balikan tabung di atas kertas tissue steril.Kering anginkan selama 1 5 menit. 17. Tambahkan larutan 100/50 f.lL DNA Rehydration, typing tabung sehingga ° pellet larut, atau inkubasi pada suhu 4 C semalaman. 18. Elektroforesis untuk melihat konsentrasiDNA dan simpan pada temperatur ° 20 C.
21
3 . 10.3 Tahap Ill. Setelah semua data dikumpulkan, maka dilakukan pengolahan dan analisis data.
3.11.
Skema alur penelitian Etnik Minang usia 30-65 tahun
Pemeriksaan Tekanan Darah
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Analisis NDA dan sequensing gen AGT M235T Pemeriksaan kadar AGT plasma Wawancara tentang karakteristik, kebiasaan merokok dan asupan Nai.K
Analisis Data y
Kesimpulan
3.12.
lmplikasi Etik pada Manusia Penelitian akan dilakukan pada manus1a yang dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok hipertensi dengan riwayat keluarga hipertensi (+) dan kelompok kedua adalah kelompok normotensi dengan riwayat keluarga hiperten"'i (-). Sebelum penelitian dimulai kepada kedua kelompok diberikan penjelasan ter.tang prosedur yang akan dilakukan serta selurul1 keuntungan dan kerugian yang akan dialami oleh subyek penelitian. Subyek penelitian berhak menolak apabila tidak bersedia menjadi sampel penelitian setelah mendengarkan penjelasan atau mengundurkan diri
selama penelitian
berlangsung. Dan bagi subyek yang bersedia, diharapkan dapat menandatangani
concent yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.
22
inform
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran umum daerah penelitian Kota Padang adalah ibukota Provinsi Sumatera Barat dengan luas wilayah 694,96 km2, memiliki penduduk sebanyak 784.740 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 1 . 129 2 jiwalkm . Kota ini terdiri dari 1 1 Kecamatan dan 104 Kelurahan (BPS Provinsi Sumatera Barat, 2004). Kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian terdiri dari 4 kecamatan , dengan ketentuan 2 kecamatan berlokasi dekat pantai dan dua kecamatan lagi jauh dari pantai. Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan Koto Tangah yang dipilih secara simpel
random sampling mewakili kecamatan yang dekat dari pantai dan Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Kuranji yang terpilih mewakili kecamatan yar.g jauh dari pantai. Karakteristik keempat lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 3. Karakteristik Lokasi Penelitian
Karakteristik
Padang Selatan
Padang Timur
Kuranji
Koto Tangah
57.342
79.413
105.370
141.038
5.717
9.744
1.937
610
12
10
9
13
Jumlah penduduk
Kepadatan Penduduk Jumlah kelurahan
Sumber. 1 .
Padang Dalam Angka tahun 2004 BPS Propinsi sumatera Barat Kantor Kecamatan Kecau.atan Padang Selatan, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Kuranj i dan Kecamatan Koto Tangah. 20 1 1 .
2.
Di
setiap kelurahan dilakukan skrining populasi dengan memperhatikan kriteria
inklusi dan eksklusi dipilih secara acak kelompok kasus dan kontrol. Dari hasil p enj aring an diperoleh 281 orang sampel yang terdiri dari 127 orang kasus dan 154 orang kontrol. Penderita hipertensi perempuan lebih banyak yaitu 150 orang (73%) dan lak.i-laki 77 orang (27%).Terhadap
sampel yang
terpilih dilakukan pengambilan sampel
23
darah untuk
pemeriksaan gula darah sewaktu dan profil lipid . Setelah dilakukan penyamaan umur dan jenis kelamin antara kelompok kasus dan kelompok kontrol, akhimya sampel yang tersisa terdiri dari 254
orang,
yang terdiri
dari
127
kasus (hipertensi)
dan
127
kontrol
(normotensi). 4.2.
Sebaran subjek penelitian berdasarkan karakteristik Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan jenis kelain dan umur
antara kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan nilai p > 0.05, tetapi terdapat perbedaan yang bermakna tingkat pendidikan antara kedua ke!ompok penelitian
Tabel 4. Sebaran Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik
Subjck
K asus
Kontrol
f
%
f
•;.
Pria
33
50
50
Wanita
94
so
33 94
50
2
12.5
7
87.5
125
51.5
120
49.0
Rendah
51
39.5
78
60.5
Tinggi
76
60.8
49
39.2
Peoelitian
p value
Jenis Kelamin 0.56
Umur < 40
tahun
� 40 tahun
0.06
Tingkat pendidikan 0.01
Pada kedua kelompok , subjek penelitian dengan jenis kelamin wanita dan laki-laki sama bany::k antara kelompok kasus dan kelompok kontrol yaitu rnasing-rnasing 94 orang wanita (50%) dan laki-laki 33 oprang (50%), sebaran subjek penelitian berusia 2:: 40 tahun pada kelornpok kasus dan kontrol hampir sarna yaitu 125 orang (5 1 . 5%) pada kelompok kasus dan
120 orang (49.0%) kelompok kontrol.
pendidikan rendah lebih banyak ditemukan pada
Subjek penelitian dengan tingkat kelompok kontrol yaitu 78 orang
(60.5%). Lebih dari separoh subjek penelitian tidak bekerja yaitu 55.4% pada kelompok kasus dan 52.3% pada kelompok kontrol (Tabel 3). Rerata tekanau darah sistolik pada kelompok kasus adalah 1 5 4 . 5 1 dan diastolik 90.60 sistolik 1 1 9.03
±
±
±
20,78 mmHg
8.75 mmHg, sedangkan pada kelompok kontrol rerata tekanan darah
10.93 mmHg dan diastolik 70.65
24
±
6.56 mmHg.
Tabel 5.
Perbedaan Rerata Profil Lipid dan
Antropometri (IMT dan Lingkaran Perut)
Pada Subjek Penelitian Variabel Kol-Total
Kelompok
Kasus Kontrol Kasus Kontrol
(J1!g/dL)
1-IDL-K
(mg/dL) L DL-K ( mg/dL)
Kasus
TG
(mg/dL)
G u la Darah
Kontrol Kasus Kontrol Kasus Kontrol
IMT
(kg/m)
Ling.perut
Kasus Kontrol
Kasus Kontrol
Mean
SD
Min
p value
221.85 213.76 5 1.73 5 1 .6 144.83 143.75 161 .34 134.45
63.79 49.08 12.22 10.78 44.28 36.82 79.67 60.8
45 58 18 11 20 70 47 38
437 344 88 90 293 270 483 350
141.70
88.98
66
698
0.003
1 19.88 26.35 26.14
67.65 5.47 4.43
68 15.56 15.94
528 52.37 4 1 .08
0.271
9 1.72
10.56
60.00
121 .00
89.51
12.15
25.80
1 2 1 .00
Tabel 4 menunjukkan rerata profil lipid dan data penelitian.
Mak •
0.020 0.133 0.083 0.011
0.535
antropometri kedua kelompok
Rerata kadar kolesterol total pada kedua kelompok berada diatas normal
dengan kadar HDL-K plasma di atas nilai normal pada kedua kelompok, sedangkan kadar LDL-K
kedua kelompok
adalah normal. Terdapat perbedaan bermakna rerata
kadar
kolesterol total, trigliserida dan gula darah sewaktu antara kedua kelompok penel itian. Rerata
IMT kedua kelompok sama-sama menunjukkan status gizi lebih
serta rerata
l ingkaran perut pada kelompok kasus lebih dari 90 em atau obesitas sentral. Tidak terdapat perbedaan rerata imt dan rerata
lingkaran perut antara kelompok kasus' dan kelompok
kontrol (p>0.05) Pada tabel 5 dapat kita lihat besar asupan natrium, kalium dan ratio NaJK subjek penelitian yang dinilai menggunakan FFQ.
25
Tabel 6. Asupan Natrium, Kalium dan Ratio Na/K Pada Subjek Penelitian Variabel
Kelompok
Na
Kasus
K
Kasus
(mglhr)
(mg/hr) Na!K
Kontrol
Kontrol Kasus Kontrol
Mean
639.65 725.89 1 1 82.38 1294.99 0.60 0.61
SD 371.93 458.20 652.84 630.69 0.31 0.28
Min
Mak
2.27 98.53 137.74 218.58 0.00 0.18
1859.09 2678.62 3555.96 3307.41 2.05 1.93 •
p value
0. 1 4 0.81 0.68
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan natrium , kalium serta ratio Na/K antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol. 4.3. Polimorgisme geo
AGT M235T
Polimorfisme gen diperoleh dari hasil analisis DNA dari 300 � darah subjek penelitian. Ekstraksi DNA dilakukan terhadap semua sampel penelitian (n=270) oleh peneliti dibantu seorang analisis menggunakan promega kit di laboratorium Biomedik FK Unand. Selanjutnya hasil ekstraksi DNA dietektroforesis menggunakan agarose 1 %. (Gambar 1)
Gambar 3. Hasil Elckt roforesis DNA subjek penelitian
(M = marker, 1
-
5 adaJah nomor san1pel
)
Gambar 1 menunjukkan basil elektroforesis DNA dari lima sampel penelitian. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa intensitas DNA yang diperoleh cukup baik, karena memiliki konsentrasi 3 kali
l
DNA (marker).Setelah DNA diperoleh, maka selanjutnya dilakukan
proses amplitikasi dengan menggunakan PCR. Gambar 2 menunjukkan hasil amplifikasi
DNA dengan menggunakan primer AGT.
26
150 bp Gambar 4. Hasil pemeriksaan gen AGT sebanyak 18 sampel dengan primer gen AGT (1-9, a-i adalah nomor sampel) Pada gambar 2 dapat kita lihat basil amplifikasi PCR
18
sampel penelitian dengan
menggunakan primer AGT M235T . Dari gambar tersebut dapat kita simpulkan bahwa DNA hasil amplifikasi adalah DNA dari allel M235T dengan ukuran 165 bp.
150 bp Gambar 5. Hasil RFLP Gen AGT Polimorfisme M235T dengan menggunakan LlO (I-9, a-i adalah nomor sampel) Pada gambar 3 dapat dilihat basil RFLP delapan betas sampel gen AGT polimorfisme M235T menggunakan enzim Psyl pada suhu 37°C selama 2 jam 26 menit. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terdapat dua band, kecuali pada satu sampel. Pemotohgan terjadi pada 160 bp. Seharusnya pemotongan terjadi pada
141
bp dan 44 bp.
Setelah dilakukan sekuensing, ternyata tidak ditemukan pemotongan pada DNA. Hasil RFLP pada seluruh sampel ternyata menunjukkan hasil yang sama, sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat polimorfisme gen AGT M235T pada etnik Minangkabau.
27
Tabel 7. Sebaran polimorfisme gen AGT M235T pada subyek penelitian Aiel
Homozigot MM
Kelompok
Nilai P
Hipertensi
Normotensi
n
%
n
%
75
100
75
100
1,000
4.4. Pemeriksaan kadar AGT serum. Pemeriksaan kadar angiotensinogen serum dilakukan dengan menggunakan prinsi p elisa. Rata-rata kadar AGT serum kelompok normotensi adalah 95,19 pada kelompok hipertensi 98,74 ± 90,42 pg.
28
±
73,822 pg dan
BAB5 PEMBAHASAN 5.1.
Hubungan Gula Darah dengan Hipertensi
Peningkatan kadar gula darah yang terjadi pada penderita diabetes mellitus .
merupakan salah satu factor risiko terjadinya hipertensi. Diabetes Melitus dapat mempengaruhi metabolisme lipid dan lipoprotein sehingga terjadi dislipidemia. Kadar insulin yang rendah atau resistensi insulin akan menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat sehingga sumber energi diperoleh dari lemak dan protein, akibatnya terjadi peningkatan pembentukan kolesterol darah (Garg, 1998).Hal ini akan memicu terjadinya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, yang berdampak terhadap peningkatan tahanan perifer. Peningkatan tahanan perifer mempakan penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah. Pada penelitian ini ditemukan perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah antara kelompok kasus' dan kontrol. 5.2.
Hubungan Profil Lipid dengan Hipertensi
Perubahan pola makan dianggap merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya� insiden PJK. Beberapa studi epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara diet khususnya diet tinggi lemak dan asam lemak dengan profil lipid. Hubungan asupan asam lemak dan penyakit jantung koroner merupakan efek dari perubahan kadar kolesterol plasma. Asumsi ini berdasarkan studi epidemiologi yang menunjukkan suatu hubungan yang signifikan dan konsisten antara peningkatan kolesterol total dan LDL dengan konsumsi asam lemak tertentu (Caggiula dan Mustad 5.3.
,
1997).
Hubungan IMT decgan Hipertensi
Pada penelitian ini
didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna rerata imt
maupun lingkaran perut antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol (p>O.OS) (Tabel 4). Obesitas merupakan suatu keadaan kelebihan lemak, baik secara keseluruhan maupu n pada lokasi tertentu. Obesitas sering dihubungkan dengan beberapa penyakit seperti PJK, diabetes melitus, hipertensi , penyakit saluran empedu dan beberapa kanker. Pada penderita obesitas akan terjadi peningkatan sintesis VLDL, produksi Apo-B dan penmunan Apo-Al dari HDL. Obesitas sentral
ditandai penumpukan lemak intra peritoneal yaitu lemak yang
disirnpan pada daerah omentum dan mesenterika yang dipercaya merupakan indikator yang
29
sangat kuat penyebab terjadinya PJK dan komplikasi metabolik lainnya (Khor, 1997). Pada penderita obesitas sentral, aktivitas lipolisis meningkat, mungkin disebabkan gangguan sensitivitas insulin pada efek penekanan lipolisis. Teijadi peningkatan aliran asam lemak bebas dari pembuluh darah portal ke hati yang akan memacu sintesis TG hati dan meningkatkan VLDL. VLDL yang tinggi akan meningkatkan pertukaran ester kolesterol dan TG dari VLDL ke HDL dengan bantuan enzim CETP. Keadaan ini akan meningkatkan kadar HDL yang kaya TG dan merupakan substrat yang baik untuk lipase hati, sehingga IIDL cepat dibersihkan dari darah (Purnell
dkk, 2000). Pada penelitian ini tidak terdapat
hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian hipertensi (p>0,05).
5.4.
Bubungan Asupan Na, K dan Ratio Na/K dengan Hipertensi Natrium yang termasuk mineral makro adalah kation utama dalam ca.u-an
ekstraseluler 3 5 - 40% Natrium terdapat dala kerangka tubuh dan di dalam cairan saluran cerna, cairan empedu dan pankreas (Almatsier, 2004). 90 - 99% natrium yang dikonsumsi diabsorpsi di usus halus secara aktif, kemudian dibawa aliran darah ke ginjal untuk disaring
dan
dikembalikan
ke
aliran
darah
dalam
jumlah
yang
cukup
untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan dieksresikan melalui urine. Pengeluaran natrium ini diatur oleh hermon aldosteron, yang dihasilkan kelenjar adrenal ginjal bila kadar natrium menurun. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluarkan melalui urine sej ajar dengan natrium yang dikonsumsi (Krummel, 1996). Fungsi natrium sebagai kation utama dalam cairan ekstraseluler adalah menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut, mengatur tekanan osmotik yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel. Natrium juga menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, berperan dalam transmisi saraf can kontraksi otot. Natrium berperan pula dalam absorpsi glukosa dan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium (Almatsier, 2004). Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natriui!l sehari. Taksiran
kebutuhan
natrium
sehari untuk remaja dan orang dewasa adalah 500 mg. Kebutuhan natrium didasarkan pada kebutuhan Utltuk pertumbuhan, kehilangan natrium melalui keringat dan sekresi lain. Penduduk di negeri panas membutuhkan lebih banyak natrium daripada penduduk di negeri dingin. Sumber utama natrium adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap
30
masakan (monosodium glutamat=MSG), pengawet makanan (sodium benzoat dan sodium karbonat), dan makanan yang diawetkan dengan garam (Astawan, 2005).
WHO
menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari atau ekivalen dengan 2400 mg natrium (Krummel, 1996). Namun Amri ( 1994) melaporkan bahwa 49,1 % responden yang diteliti mengkonsumsi garam dapur lebih dari 5 gram per hari (Amri et.a.l., 1994). Sementara itu konsumsi NaCI untuk negara maju jauh lebih tinggi seperti
dinyatakan Altschul ( 1980) rata-rata asupan NaCl di Amerika adalah 9, 7 grarnlhari, di Iran mencapai 10,2 gr/hari, di Jerman 1 1 ,3 grlhari, bahkan di Jepang mencapai 18, 1 gr/hari (Altschul, 1980). Pada penelitian ini didapatkan rerata asupan natrium pada kelompok kasus adalah 635.85 ± 3 7 1 .93 mg/hr dan kelompok kontrol 725.83±458.20 mglhr. Tidak terdapat perbedaan bermakna asupan natrium antara kedua kelompok penelitian. Pada kelompok kasus asupan natrium lebih rendah dari kelompok kontrol. Hal ini diduga karena setiap penderita hipertensi dalam terapi gizinya semuanya dianjurkan retr.k:si natrium. Peranan natrium dalam patogenesis hipertensi telah lama diketahui. Pada populasi dengan konsumsi garam natrium yang tinggi h.ipertensi lebih banyak ditemukan. Beberapa penelitian me?unjukan adanya peningkatan hipetensi sesuai dengan peningkatan eksresi natrium urin. Menurut Tee Khaw rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik: �eningkat berbanding lurus dengan peningkatan asupan natrium. Rasio kejadian hipertensi dengan tekanan
darah
di
atas 160 mmHg mencapai 2,48 kali lebih besar hila dibandingkan
dengan orang yang konsumsi natriumnya rendah (Tee-Khaw et.al. , 2004). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraselular meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraselular ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraselular meningkat. Meningkatnya volume cairan intraselular tersebut menyebabkan
meningkatnya
volume
darah
sehingga
menimbulkan
hipertensi
(Astawan,2005). Peranan natrium dalam meningkatkan tekanan darah dapat dihubungkan dengan beberapa mekanisme diantaranya NaCl dapat mengaktifkan Angiotensin II, mempengaruhi fungsi
sel
endothelia
dan
vaskuler
dan
mempengaruhi
struktur arteri yang akan
menimbulkan kekakuan arteri (Ketchen, 2006). Pada usia lanjut, asupan garam natrium lebih peka terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah. Secara umum diet rendah garam berguna pada penderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darah, efek hipotensi dari diet rendah gararn makin nyata. Anjuran asupan
31
natrium pada masyarakat umum yang sehat adalah kurang dari 100 mmol atau 6 gr garam NaCI perhari. Asupan natrium yang ideal adalah antara 30-50 mmol perhari biasanya akan menurun.kan tekanan darah pada hipertensi (Budiman, 1999). Dari hasil penelitian Intersalt ditemukan hubungan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan asupan Natrium, konsumsi Natrium 100 mEq/hari dapat menurunkan 2,2 mmHg tekanan darah sistolik (Krummel, 1996). Kalium adalah kation utama dalam ca1ran intraseluler. Perbandingan natrium kalium di dalam cairan intrasetular adalah 1
:
10, sedangkan di dalam cairan ekstraselular
28 : 1 (Almatsier, 2004). Fungsi kalium bersama natrium mernelihara keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Di dalam sel kalium berfungsi sebagai katalisator terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein. Kalium juga berperan dalam pertumbuhan sel dan menjaga tekanan darah (Almatsier, 2004). Mekanisme kerja kalium menurunkan tekanan darah melalui
peranan kalium
dalam menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga terjadi penurunan resistensi perifer dan meningkatkan curah jantung, kalium juga berfungsi sebagai nartriuretika sehingga pengeluaran natrium dan cairan meningkat. Kalium menghambat pelepasan renin yang menyebabkan
aktifitas sistem renin-angiotensin menurun. Kalium juga dapat
mengatur syaraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah ( Budiman, 1 999 ). Disamping itu kalium juga menurunkan produksi vasokonstriktcr
thromboxane
dan
meningkatkan produksi vasodilator kaWdin (Kotchen,2006). Kalium mempunyai pengaruh yang besar dalam menghambat pembentukan radikal bebas dari vaskuler, sel endotel dan macrophages, menghambat agregasi platelet dan trombosis serta menurunkan resistensi vaskuler renal dan meningkatkan filtrasi glomerular. Konsumsi kalium yang adekuat akan meningkatkan konsentrasinya dalam intraselular, sehingga cenderung menarik cairan dari ekstraselular dan menurunkan tekanan darah (Krummel, 1996). Kalium menyebabkan turunnya tekanan darah. Penurunan tekanan darah lebih nyata pada orang dengan intake garam NaCI yang tinggi dan pada penderita hipertensi dibandingkan dengan orang normotensi (Budiman, 1999). Penelitian Sasaki di Jepang Utara terhadap dua daerah yang penduduknya mengkonsumsi tinggi natrium, ditemukan perbedaan prevalansi hipetensi. Penduduk yang tinggal di daerah prevalensi hipert�nsinya rendah ternyata makanannya banyak mengandung kalium (Gunawan,2005).
32
Konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1 : 1,5 (Kumala, 2000).
Secara alamiah banyak bahan
makanan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dari natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya, contohnya rasio kalium terhadap natrium pada tomat segar adalah 100
: 1, menjadi 1 : 28 pada saus tomat (Astawan 2004). Hasil penelitian Intersalt menunjukkan dengan mengurangi rasio Kalium : Natrium urin selama 24 jam dari 3 : 1 (170 mmol natrium/ 55 m.mol kalium) menjadi 1
:
1 (70
mmol natrium/70 mmol kalium) berkaitan dengan pengurangan tekanan darah sistolik sebesar 3,4 mmHg (Gunawan, 2005). Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan bermakna asupan kalium dan ratio Na/K pada kedua kelompok penelitian. 5.5.
Hubungan polimorfisme gen AGT M235T dengan hipertensi
Pada penelitian ini tidak ditemukan polimorfisme gen AGT M235T. Hal ini mungkin disebabkan oleh terbatasnya jumlah sampel. Selanjutnya diperlukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan daerah penelitian yang lebih luas. Dengan tidak ditemukannya polimorfisme gen AGT M235T pada subyek penelitian, maka analisis lanjut tidak bisa dilakukan. Kadar angiotensinogen serum dipengaruhi oleh polimorfisme gen AGT M235T. Pada penelitian ini kadar AGT serum penderita hipertensi dan normotensi tidak berbeda bermak.na (p>0,05).
Hal ini mungkin disebabkan karena seluruh subyek penelitian
mempunyai aiel MM:, sehingga kadar angiotensinogen serurnnya hampir sama.
33
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1 . Terdapat perbedaan yang bermakna
antara kadar gula darah, LDL-K dan HDL-K
antara penderita hipertensi dengan normotensi. 2. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna IMT dan lingkaran perut antara penderita hipertensi dengan normotensi. 3.
Tidak terdapat perbedaan bermakna asupan natrium, kalium dan ratio Na!K antara penderita hipertensi dan normotensi.
4. Tidak terdapat polimorfisme gen AGT M235T pada Etnik Minangkabau
34
UCAPAN
TERIMAKASill
Kami mengucapkan terima kasih kepada Risbin Iptekdok tahun 2012 dari Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Departemen Kesehatan RI. Penelitian ini terlaksana karena adanya bantuan dana dari Risbin Iptekdok Balitbangkes Depkes Rl.
35
DAFTAR PUS TAKA
H, Amiruddin (2007) Hipertensi dan epidemiologi.Bagian Epidemiologi , FKM UNHAS
Armi lawaty, Amalia
faktor risikonya dalam Kajian
Azmi S (2005) Peran Angiotensin II Reseptor Antagonis dalam Pengobatan Hipertensi.
Naskah Lengkap Pertemuan 1/miah Berkala VI Ilmu Penyaliit Dalam. Padang, FK Unand , hal l 6-25.
Bonnardeaux
A,
Nadaud S, Charm A {1995) Lack of Evidence for Linkage of the
Endotheiial
Cell
Nitric
Oxide
Synthase
Gene
to
Essential
Hypertension.
Circulation, 9 1 , hal 96 - 102. Casas J.P., Cavalieri G.L., Bautista L.E., et al (2006) Endothelial Nitric Oxide Synthase Gene Polymorphisms and Cardiocascular Disease : A Huge Review. Colombo M.G., Paradossi U., Andreassi M.G
et al (2003)
Endhotelial Nitric Oxide
Synthase Gene Polymorphisms and Risk of Coronary Artery Disease. Clinical
chemistry.49 : 3, hal 389-95. Cook S., Olivier H., Marc E., et Oxide
a/ (2004) Partial Gene Diletion of Endothelial Nitric
Synthase Predisposes to Exaggerated High Fat Diet-Induced
Insulin
Resistance and Arterial Hypertension.Diabetes, Vol 53, p 2067-2072 Darmojo B(2001 )Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia.
Medika,
No.7, Tahun XXVII Juli 2001. hal 442-448 Delmi S., Rahayu S., Astuty P (2004) Pengaruh pola makan terhadap profil lipid dan �ADA plasma Iaki-laki etnik Minangkabau, dalam Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 32,
hal 1 - 5 Decroli E, Manaf A dan Syahbuddin S (2005) Hypertension and Impaired Glucose Tolerance i n West Sumatera. AFES Congress, Manila Fatini C., Sofi F., Gori A.M., et a! (2005) Endothelial Nitric Oxide Synthase -786T>C, but Not
894G>T
and
4a4b,
Polymorphism
Influences
Plasma
Homocysteine
Concentrations in Persons with Normal Vitamin Status, Clinical Chemistery; 51, p 1 1 59-1 164 Hadi H (2005) Beban Ganda Masa1ah Gizi dan Implikasinya
Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasion::� I. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta
Hatma R.D., (2001) Nutrien intake and their relation to lipid profile in diverse ethnic population, Disertation. Post Graduate Program, University oflndonesia, Jakarta. Kumala
M.,
(2000)
Penatalaksanaan
nutrisi
pada
hipertensi.
Penatalaksanaan Nutrisi Pasien, Jakarta . hal 92 - 96
36
Dalam
Pegangan
Lipoeto N.I., Agus Z., Oenzil F., et al (2001) Contenporary Minangkabau food culture in West Sumatara, Indonesia. Asia Pacific.J Clin.Nutr. 10, hal 10 - 16 Livius V.D., Sheldon M., Darcy R . , at al (2003) Long Term Vitamin C Treatment Increases Vascular Tetrahydrobiopterin Levels and Nitric Oxide Synthase Activity.
Circulation Research, Vol 92, p 88 Lopez D, Orta
X, Kelly C (2004) Upregulation of endothelial nitric oxide synthase in rat
aorta after ingestion of fish oil-rich diet. Circulatory Physiology Miyamoto Y., Saito Y., kajiyama N., et al (1998) Endhothelial Nitric Oxide Synthase Gene is Positively Associated With Essential Hypertension. Hypertension, 32, hal 3 - 8. Rankinen T, Rice T, Perusse L., et al (2000) NOS3 Glu298Asp Genotype and Blood Pressure Response to Endurance Training. Hypertension, 32, hal 885-97 Sibel U., Pascal P., McKeown., et al (2003) Vitamins Reverse Endothelial Dysfunction Through Regulation of eNOS and NAD(P)H Oxidase Activities. Hypertension, Vol 4l, p 534 Vinod A., Cam T.L.T., Francesca A.G., et al (2002) all-trans-Retinoic Acid In creases Nitric Oxide Synthesis by Endothelial Cells. Circulation Research, Vol 90, p 764 Woodwell DA (2000) Advance data from vital and health statistics, in National
ambulatory Medical Survey. National Centerfor Health Statistics
37