UNGGULAN PERGURUAN TINGGI-HIBAH BERSAING
LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN UNGGULAN PERRGURUAN TINGGI HIBAH BERSAING (TAHUN KE-1) TAHUN ANGGARAN 2012
Judul
: PENINGKATAN KADAR CURCUMINOID RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza) MELALUI APLI KASI KOMBINASI N, K DAN KETERSEDIAAN UNSUR MIKRO
Ketua
: Ir Ellis Nihayati, MS.
Anggota
: Wisnu Eko Murdiono SP., MP.
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Melalui DIPA Universitas Brawijaya nomor : 0636/02304.2.16/15/2012, tanggal 9 Desember 2011, dan berdasarkan SK Rektor Universitas Brawijaya Nomor : 058/SK/2012 tanggal 8 Pebruari 2012
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya 2012
i
ii
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi unsur makro N dan K serta ketersediaan unsur mikro dalam meningkatkan produksi dan kadar curcumin temulawak. Penelitian ini dilaksanakan bulan Pebruari – September 2012 pada dua lokasi, yaitu di lapang untuk perlakuan kombinasi unsur makro N dan K serta di laboratorium untuk perlakuan menggunakan unsur mikro. Pada penelitian dilapang dilaksanakan di screen house yang terletak di Ds. Tlogomas dengan ketinggian tempat 550 m dpl. Desain penelitiannya menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang merupakan kombinasi dua jenis perlakuan, yaitu jenis tanah (dari Jember dan Sumenep) serta level unsur makro (kontrol, N, K dan kombinasi NK). Total ada 8 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan non-destruktif dilaksanakan setiap bulan sekali mulai bulan ke-3 dengan parameter : jumlah daun, panjang tanaman dan luas daun. Pengamatan destruktif dilakukan pada umur 6 dan 8 bulan dengan parameter pengamatan : berat basah dan kering rimpang serta analisis kadar kurkumin. Penelitian unsur mikro menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan (kontrol, tanpa B, tanpa Fe dan tanpa Zn) dan masing-masing diulang 10 kali. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan non-destuktif tiap 1 bulan sekali terhadap jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah akar. Pengamatan yang dilakukan setelah panen pada bulan ke-8 adalah bobot basah dan bobot kering tanaman dan rimpang serta kadar curcuminoid micro-rimpang temulawak. Kadar kurkumin dan hasil rimpang temulawak semakin meningkat melalui manipulasi lingkungan, antara lain penambahan unsur N dan K secara kombinasi dan ketersediaan unsur mikro B, Fe dan Zn dengan karakteristik tanah tertentu dan saat panen yang tepat. Penambahan unsur N dan K secara tunggal dan kombinasi pada temulawak memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan, hasil dan kadar kurkumin. Salah satu faktor lingkungan adalah karakteristik tanah yang secara fisik dan kimia juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil rimpang dan kadar kurkumin tanaman temulawak. Panjang tanaman temulawak yang ditanam pada tanah jember pada semua umur pengamatan dan penambahan unsur N dan K secara tunggal maupun kombinasi lebih tinggi dibandingkan pada tanah sumenep. Tanah jember yang secara fisik berstruktur lebih remah dibanding sumenep dan secara kimia memiliki unsur hara tersedia lebih tinggi, memberikan pengaruh pertumbuhan organ akar lebih baik. Bobot akar dan unsur hara tersedia lebih tinggi pada tanah jember tersebut mengakibatkan pengambilan dan translokasi unsur hara lebih banyak sehingga meningkatkan kecepatan pertambahan tinggi tanaman dan luas daun di semua umur pengamatan dan semua penambahan unsur N dan K secara tunggal maupun kombinasi. Pada jumlah daun, temulawak tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap umur pengamatan maupun penambahan unsur N dan K secara tunggal maupun kombinasi pada tanah jember dan sumenep. Jumlah daun lebih dipengaruhi oleh genetik daripada lingkungan tanaman (Devy, 2009). Kurkumin adalah hasil metabolit sekunder yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, dikarenakan lingkungan tertentu akan meningkatkan enzim PAL yang mengkatalisis pembentukan kurkumin (Taiz dan Zeiger, 2007). Faktor lingkungan tersebut diantaranya adalah sifat fisik yaitu struktur tanah, yang berkaitan dengan porositas. Aktivitas PAL meningkat pada kondisi lingkungan yang ekstrim, diantaranya kadar nutrisi yang rendah dan kadar air tanah rendah. Hal ini mendukung tingginya kadar kurkumin pada temulawak di sumenep dibanding di jember. Selain penambahan unsur N dan K secara tunggal dan kombinasi, ketersediaan unsur B, Fe dan Zn mempengaruhi pertumbuhan dan kadar kurkumin temulawak. Planlet yang dikultur pada media MS memiliki pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan planlet yang dikultur pada media MS tanpa unsur B, Fe dan Zn. Planlet temulawak yang dikultur pada media MS tanpa Fe menunjukkan pertumbuhan panjang tanaman, jumlah anakan dan daun terendah dibandingkan pada media MS tanpa unsur mikro yang lain, sehingga menghasilkan bobot basah maupun kering juga paling rendah. Kadar kurkumin terendah pada media MS tanpa B dibanding pada media MS tanpa unsur mikro yang lain. Keberadaan Zn pada temulawak tidak hanya meningkatkan Zn tetapi juga meningkatkan serapan unsur K dimana unsur K akan meningkatkan tranlokasi kurkumin dari daun ke rimpang. Peningkatan Zn (ZnSO4) dari 0 menjadi 0,05 g/m3 dapat meningkatkan kadar kurkumin dan minyak atsiri sebesar 1,46 – 3,02 % dan 1,26 – 6,4 % (Srivastava et al., 2006). iii
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of a combination of macro elements N and K as well as the availability of micro-elements in increasing production levels of curcumin and ginger. This study was conducted in February - September 2012 at two locations, namely in the field for treatment combination of macro elements N and K as well as in the laboratory for treatment using micro elements. In studies conducted in the screen house dilapang located in Ds. Tlogomas with altitude 550 m asl. Design research using randomized block design (RBD), which is a combination of two types of treatment, the type of soil (from Jember and Sumenep) as well as macro-level element (control, N, K and NK combination). A total of eight treatments were repeated 3 times. Nondestructive observations carried out once a month starting in the 3 with parameters: number of leaves, plant length and leaf area. Observations destructive performed at 6 and 8 months with observation parameters: wet and dry weight of rhizomes and curcumin content analysis. Research micro elements using completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatments (control, no B, no Fe and without Zn) and each repeated 10 times. The observations made are non-destuktif observation every 1 month to the number of leaves, number of tillers and number of roots. The observations made after the harvest in the 8th month is wet weight and dry weight of plants and rhizomes as well as micro-level curcuminoid ginger rhizome. Levels of curcumin and ginger rhizome yield increased through manipulation of the environment, including the addition of N and K in combination, and the availability of micro-B, Fe and Zn with certain soil characteristics and crop right now. The addition of N and K in single and combined the ginger gives a different effect on the growth, yield and curcumin content. One of the environmental factors that are characteristic of soil physical and chemical properties also provide a different effect on rhizome yield and curcumin content of turmeric plants. The length of ginger plants grown on soil muddy at all ages observation and addition of N and K alone or a combination of higher than on the ground Sumenep. Muddy soil is physically structured more crumbs than Sumenep and chemical nutrients available have higher influence organ growth roots better. Weight of roots and nutrients available in the soil muddy higher uptake and translocation results in more nutrients thereby increasing the speed increase plant height and leaf area in all ages and all additional observations of N and K alone or in combination. On the number of leaves, ginger showed no significant difference at any age observation and the addition of N and K alone or in combination on the muddy ground and Sumenep. The number of leaves are more influenced by genetics than environment of plants (Devy, 2009). Curcumin is the result of secondary metabolites is influenced by environmental conditions, due to a particular environment will increase the PAL enzyme that catalyzes the formation of curcumin (Taiz and Zeiger, 2007). The environmental factors include the physical properties of the soil structure, which is related to the porosity. PAL activity increased in extreme environmental conditions, such as low nutrient levels and low soil moisture content. It supports high levels of curcumin in turmeric in Sumenep than in dirty. Besides the addition of N and K in single and combination, the availability of B, Fe and Zn affect the growth and levels of curcumin turmeric. Plantlets were cultured on MS medium had greater growth than the plantlets were cultured on MS medium without the element of B, Fe and Zn. Ginger plantlets were cultured on MS medium without Fe indicate growth of plant length, number of tillers and the lowest leaves than on MS medium without any other micro elements, resulting in wet and dry weight was also the lowest. Lowest levels of curcumin on MS medium without B than in MS medium without any other micro elements. The presence of Zn in ginger not only increase but also increase the uptake of Zn K elements where the elements of K will increase tranlokasi curcumin from the leaves to the roots. Increased Zn (ZnSO4) from 0 to 0.05 g/m 3 can increase levels of curcumin and essential oil of 1.46 to 3.02% and from 1.26 to 6.4% (Srivastava et al., 2006).
iv
RINGKASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi unsur makro N dan K serta ketersediaan unsur mikro dalam meningkatkan produksi dan kadar curcumin temulawak. Penelitian ini dilaksanakan bulan Pebruari – September 2012 pada dua lokasi, yaitu di lapang untuk perlakuan kombinasi unsur makro N dan K serta di laboratorium untuk perlakuan menggunakan unsur mikro. Pada penelitian dilapang dilaksanakan di screen house yang terletak di Ds. Tlogomas dengan ketinggian tempat 550 m dpl. Desain penelitiannya menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang merupakan kombinasi dua jenis perlakuan, yaitu jenis tanah (dari Jember dan Sumenep) serta level unsur makro (kontrol, N, K dan kombinasi NK). Total ada 8 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan non-destruktif dilaksanakan setiap bulan sekali mulai bulan ke-3 dengan parameter : jumlah daun, panjang tanaman dan luas daun. Pengamatan destruktif dilakukan pada umur 6 dan 8 bulan dengan parameter pengamatan : berat basah dan kering rimpang serta analisis kadar kurkumin. Penelitian unsur mikro menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan (kontrol, tanpa B, tanpa Fe dan tanpa Zn) dan masing-masing diulang 10 kali. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan non-destuktif tiap 1 bulan sekali terhadap jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah akar. Pengamatan yang dilakukan setelah panen pada bulan ke-8 adalah bobot basah dan bobot kering tanaman dan rimpang serta kadar curcuminoid micro-rimpang temulawak. Kadar kurkumin dan hasil rimpang temulawak semakin meningkat melalui manipulasi lingkungan, antara lain penambahan unsur N dan K secara kombinasi dan ketersediaan unsur mikro B, Fe dan Zn dengan karakteristik tanah tertentu dan saat panen yang tepat. Penambahan unsur N dan K secara tunggal dan kombinasi pada temulawak memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan, hasil dan kadar kurkumin. Penambahan N secara tunggal menghasilkan panjang tanaman dan luas daun tanaman temulawak lebih tinggi, berbeda dengan penambahan K secara tunggal, namun tidak berbeda dengan pemberian N dan K secara kombinasi. Hasil rimpang temulawak lebih tinggi pada penambahan N dan K secara kombinasi dan berbeda dengan penambahan K secara tunggal namun tidak berbeda dengan pemberian N secara tunggal. Kadar kurkumin temulawak tertinggi pada penambahan K secara tunggal, berbeda dengan pemberian N secara tunggal meskipun tidak berbeda dengan pemberian N secara kombinasi. Hasil tersebut diatas akan menunjukkan bahwa pemberian Nitrogen akan meningkatkan pertumbuhan organ yang berkaitan dengan fotosintesis, yaitu daun, terutama parameter luas daun, sehingga tanaman mampu menghasilkan karbohidrat yang cukup untuk menopang pertumbuhan vegetatif (Taiz dan Zeiger, 2007). Kombinasi N dan K akan memacu aktivitas fotosintesis sehingga meningkatkan luas daun dan translokasi fotosintat ke organ tanaman. Salah satu faktor lingkungan adalah karakteristik tanah yang secara fisik dan kimia juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil rimpang dan kadar kurkumin tanaman temulawak. Panjang tanaman temulawak yang ditanam pada tanah jember pada semua umur pengamatan dan penambahan unsur N dan K secara tunggal maupun kombinasi lebih tinggi dibandingkan pada tanah sumenep. Pola pertumbuhan dan panjang tanaman dengan umur tanaman memiliki keeratan hubungan yang lebih tinggi baik pada tanah jember maupun sumenep. Tanah jember yang secara fisik berstruktur lebih remah dibanding sumenep dan secara kimia memiliki unsur hara tersedia lebih tinggi, memberikan pengaruh pertumbuhan organ akar lebih baik. Bobot akar dan unsur hara tersedia lebih tinggi pada tanah jember tersebut mengakibatkan pengambilan dan translokasi unsur hara lebih banyak sehingga meningkatkan kecepatan pertambahan tinggi tanaman dan luas daun di semua umur pengamatan dan semua penambahan unsur N dan K secara tunggal maupun kombinasi. Pada jumlah daun, temulawak tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap umur pengamatan maupun penambahan unsur N dan K secara tunggal maupun kombinasi pada tanah jember dan sumenep. Jumlah daun lebih dipengaruhi oleh genetik daripada lingkungan tanaman (Devy, 2009). Akan tetapi luas daun temulawak yang pertumbuhan maksimum dicapai pada umur 5 bst sangat dipengaruhi oleh karakteristik tanah. Luas daun tertinggi diperoleh pada tanah jember pada semua umur pengamatan dan semua perlakuan dibanding tanah sumenep. Hal ini diakibatkan oleh adanya perkembangan akar yang mendukung translokasi suport unsur hara v
terhadap perkembangan luas daun pada tanah jember lebih tinggi dibandingkan pada tanah sumenep. Kurkumin adalah hasil metabolit sekunder yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, dikarenakan lingkungan tertentu akan meningkatkan enzim PAL yang mengkatalisis pembentukan kurkumin (Taiz dan Zeiger, 2007). Faktor lingkungan tersebut diantaranya adalah sifat fisik yaitu struktur tanah, yang berkaitan dengan porositas. Aktivitas PAL meningkat pada kondisi lingkungan yang ekstrim, diantaranya kadar nutrisi yang rendah dan kadar air tanah rendah. Kondisi lingkungan tersebut tentunya tidak mendukung pertumbuhan organ vegetatif diantaranya daun dan terutama luas daun. Secara fisik tanah sumenep memiliki kadar liat yang lebih tinggi daripada tanah jember, sehingga porsi pori mikro lebih tinggi yang berakibat pada rendahnya air tersedia bagi tanaman meskipun potensial air tanahnya lebih tinggi. Hal ini mendukung tingginya kadar kurkumin pada temulawak di sumenep dibanding di jember. Selain penambahan unsur N dan K secara tunggal dan kombinasi, ketersediaan unsur B, Fe dan Zn mempengaruhi pertumbuhan dan kadar kurkumin temulawak. Planlet yang dikultur pada media MS memiliki pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan planlet yang dikultur pada media MS tanpa unsur B, Fe dan Zn. Planlet temulawak yang dikultur pada media MS tanpa Fe menunjukkan pertumbuhan panjang tanaman, jumlah anakan dan dauan terendah dibandingkan pada media MS tanpa unsur mikro yang lain, sehingga menghasilkan bobot basah maupun kering juga paling rendah. Kadar kurkumin terendah pada media MS tanpa B dibanding pada media MS tanpa unsur mikro yang lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa selain ketersediaan unsur tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan biosintesis kurkumin, masing-masing unsur mikro memiliki kriteria fungsi yang berbeda. Fe adalah mikronutrisi yang berpengaruh pada proses fotosintesis, seperti biosintesis klorofil, sistem transportasi elektron fotosintesis, aktivitas enzim fotosintesis dan kandungan karotenoid, sehingga dengan berkurangnya unsur tersebut akan mengakibatkan menurunnya fotosintat yang mengakibatkan rendahnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Marschener, 1989). Tanpa adanya Fe, pertumbuhan tanaman temulawak pada parameter jumlah daun, jumlah akar, jumlah tunas, jumlah anakan, bobot basah dan bobot kering masing-masing turun. Boron berpengaruh pada jalur metabolisme terpenoid seperti komponen struktural dari dinding sel yang berpengaruh pada stabilitas membran dan metabolisme sekunder lainnya (Marschener, 1989). Ketidaktersediaan B mengakibatkan kerusakan membran kloroplas yang mempengaruhi kapasitas fotokimia dan translokasi asimilat (Hudak dan Herich, 1976). Keberadaan Zn pada temulawak tidak hanya meningkatkan Zn tetapi juga meningkatkan serapan unsur K dimana unsur K akan meningkatkan tranlokasi kurkumin dari daun ke rimpang. Peningkatan Zn (ZnSO4) dari 0 menjadi 0,05 g/m3 dapat meningkatkan kadar kurkumin dan minyak atsiri sebesar 1,46 – 3,02 % dan 1,26 – 6,4 % pada daun keempat dan rimpang kunyit. Defisiensi Zn dapat menurunkan luas, bobot segar, bobot kering daun dan klorofil tanaman kunyit (Srivastava et al., 2006).
vi
SUMMARY The purpose of this study was to determine the effect of a combination of macro elements N and K as well as the availability of micro-elements in increasing production levels of curcumin and ginger. This study was conducted in February - September 2012 at two locations, namely in the field for treatment combination of macro elements N and K as well as in the laboratory for treatment using micro elements. In studies conducted in the screen house dilapang located in Ds. Tlogomas with altitude 550 m asl. Design research using randomized block design (RBD), which is a combination of two types of treatment, the type of soil (from Jember and Sumenep) as well as macro-level element (control, N, K and NK combination). A total of eight treatments were repeated 3 times. Nondestructive observations carried out once a month starting in the 3 with parameters: number of leaves, plant length and leaf area. Observations destructive performed at 6 and 8 months with observation parameters: wet and dry weight of rhizomes and curcumin content analysis. Research micro elements using completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatments (control, no B, no Fe and without Zn) and each repeated 10 times. The observations made are non-destuktif observation every 1 month to the number of leaves, number of tillers and number of roots. The observations made after the harvest in the 8th month is wet weight and dry weight of plants and rhizomes as well as micro-level curcuminoid ginger rhizome. Levels of curcumin and ginger rhizome yield increased through manipulation of the environment, including the addition of N and K in combination, and the availability of micro-B, Fe and Zn with certain soil characteristics and crop right now. The addition of N and K in single and combined the ginger gives a different effect on the growth, yield and curcumin content. The addition of N in a single plant produces long and broad leaves of the plant Curcuma higher, in contrast to the addition of a single K, but no different than giving N and K in combination. Results ginger rhizome was higher in the addition of N and K in different combinations and with the addition of a single K, but no different than giving a single N. Highest levels of curcumin in turmeric singly additional K, in contrast to the single administration N different though not giving N in combination. The above results would indicate that the administration of nitrogen will increase the growth of organs associated with photosynthesis, the leaves, especially the leaf area parameters, so that the plant can produce enough carbohydrates to sustain vegetative growth (Taiz and Zeiger, 2007). The combination of N and K will spur activity thus increasing the leaf photosynthesis and photosynthate translocation to plant organs. One of the environmental factors that are characteristic of soil physical and chemical properties also provide a different effect on rhizome yield and curcumin content of turmeric plants. The length of ginger plants grown on soil muddy at all ages observation and addition of N and K alone or a combination of higher than on the ground Sumenep. Growth patterns and long plant with plant age have a higher close relationship both on the ground muddy and Sumenep. Muddy soil is physically structured more crumbs than Sumenep and chemical nutrients available have higher influence organ growth roots better. Weight of roots and nutrients available in the soil muddy higher uptake and translocation results in more nutrients thereby increasing the speed increase plant height and leaf area in all ages and all additional observations of N and K alone or in combination. On the number of leaves, ginger showed no significant difference at any age observation and the addition of N and K alone or in combination on the muddy ground and Sumenep. The number of leaves are more influenced by genetics than environment of plants (Devy, 2009). However, the leaf area of ginger which reached maximum growth at age 5 bst strongly influenced by the characteristics of the soil. Highest leaf area obtained on muddy ground observations at all ages and all treatments compared Sumenep ground. This is caused by the presence of root development that supports suport translocation of nutrients to the development of leaf area on ground higher than the muddy ground Sumenep. Curcumin is the result of secondary metabolites is influenced by environmental conditions, due to a particular environment will increase the PAL enzyme that catalyzes the formation of curcumin (Taiz and Zeiger, 2007). The environmental factors include the physical properties of the soil structure, which is related to the porosity. PAL activity increased in extreme environmental conditions, such as low nutrient levels and low soil moisture content. Environmental conditions are certainly not support the growth of vegetative organs such as leaves and especially the leaf area. vii
Physically Sumenep soil has a higher clay content than the muddy ground, so that a higher share of micro pores which result in low water available to plants despite higher soil water potential. It supports high levels of curcumin in turmeric in Sumenep than in Jember. Besides the addition of N and K in single and combination, the availability of B, Fe and Zn affect the growth and levels of curcumin turmeric. Plantlets were cultured on MS medium had greater growth than the plantlets were cultured on MS medium without the element of B, Fe and Zn. Ginger plantlets were cultured on MS medium without Fe indicate growth of plant length, number of tillers and the lowest dauan than on MS medium without any other micro elements, resulting in wet and dry weight was also the lowest. Lowest levels of curcumin on MS medium without B than in MS medium without any other micro elements. These results suggest that in addition to the availability of the much-needed for growth and biosynthesis of curcumin, each micro elements have different criterion functions. Fe is a micronutrient that affects the process of photosynthesis, such as chlorophyll biosynthesis, electron transport system of photosynthesis, photosynthetic enzyme activities and carotenoid content, so by reducing the element will result in reduced photosynthate which resulted in low growth and development of plants (Marschener, 1989). Without the presence of Fe, ginger plant growth on the parameter number of leaves, number of roots, number of shoots, number of tillers, wet weight and dry weight of each drop. Boron effect on terpenoid metabolic pathways such as the structural component of the cell wall that affect the stability of the membrane and other secondary metabolites (Marschener, 1989). Unavailability of B result in damage to the chloroplast membrane that affect the capacity of photochemical and translocation asimilat (Hudak and Herich, 1976). The presence of Zn in ginger not only increase but also increase the uptake of Zn K elements where the elements of K will increase tranlokasi curcumin from the leaves to the roots. Increased Zn (ZnSO4) from 0 to 0.05 g/m3 can increase levels of curcumin and essential oil of 1.46 to 3.02% and from 1.26 to 6.4% in the fourth leaf and turmeric. Zn deficiency can reduce the size, fresh weight, dry weight and leaf chlorophyll turmeric plant (Srivastava et al., 2006).
viii
DAFTAR PUSTAKA
Abadia, J., Morales, M., Abadia, A. 1999. Photosystem II efficiency in low chlorophyll, iron -deficient leaves. Plant and Soil 215 : 183-192 Abadia, J. 1992. Leaf responses to Fe deficiency. J. Plant Nutr. 15: 1699-1713 Abadia, A., A. Poc, J. Abadia. 1991. Could iron nutrition status be evaluated through photosynthetic pigment change. J. Plant Nutr 14:987-999 Akamine, H., Md. A. Hossain, Y. Ishimine, K. Yogi, K. Hokama, Y. Iraha and Y. Aniya. 2007. Effect of application of N, P dan K alone or in combination on growth, yield and curcumin content of turmeric (Curcuma longa L.). Plant prod. Sci10(1):151154 Araujo, C.A.C dan L.L. Leon. 2001. Biological activities of Curcuma longa L. Inst. Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro 96 (5):723-728 Bermawie, Nurliani, Ma’mun, Hernani. 2007. Quality Standard of Medical Plants in Indonesia. Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute (ISMECRI). Bogor Barmawie, N., M. Rahardjo, D. Wahyuno dan Ma’mun. 2006. Status teknologi budidaya dan pasca panen tanaman kunyit dan temulawak sebagai penghasil kurkumin. Buletin perkembangan teknologi tanaman rempah dan obat. 18(2):84-99 Behura, S. 2001. Effect of nitrogen and potassium on growth parameters and rhizomatic. Indian J. Agron. 46:747-751 Blevins, D.G., K.M. Lukaszewski. Boron in plant structure and fuction. Plant . Plant mol. Biol . 49: 481-500Physiol Colom, M.R., C. Vazzana. 2001. Drought Stress Effect on three cultivars of Eragrostis curvula: photosynthesis and wáter relation. Plant Growth Regulation 34:195-202 Chattopadhyay, I., Biswas, K., Bandyopadhyay, U. dan Banerjee, R.K.. 2004. Tumeric and Kurkumin : Biological actions ans medicinal applications. Current Science. 87 (1) : 44-53 Chandra, R., A.R. Desai, S. Govind, V.N Gupta. 1997. Metroglyph analysis in turmeric (Curcuma longa L.) germplasm in India. Scientia Hortc. (70):211-222 Chempakam, B. dan V.A. Parthasarathy. 2008. Turmeric. Chemistry of spices. International. P97-112
CAB
Colom, M.R., C. Vazzana. 2001. Drought stress effects on three cultivars of Eragrostis curvula:phosynthesis and water relation. Plant Growth Regulation 34:195-202 Devy, L. 2009. Analisis keragaman dan stabilitas genetik temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Indonesia. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. p. 1 – 2 Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. 2010. Statistik produksi hortikultura tahun 2009. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. Jakarta. p. 53 – 56 Dexit, D., N. K. Srivastava and S. Sharma. 2002. Boron defisiensi induced change in translocation of CO2 photosynthate into primery metabolites in relation to essential oil and curcumin accumulation in turmeric (Curcuma longa ) photosynthetica 40(1):109-113 ix
Dexit, D., N. K. Srivastava. 2000. Partitioning of photosynthetically fixed CO2 into oil and curcumin accumulation in Curcuma longa grown under iron deficiency. Photosynthetica 38 (2):193-197 Ekelӧf, J. 2007. Potato yield and tuber set as affected by phosphorus fertilization. Department of Horticultural Programme at Swedish University of Agricultural Sciences. Swedish. pp. 38 Gang, R.D. and X.Q. Ma. 2008. Genomics of tropical crop plants. Springer. P 299-309 Govindarajan, V.S. 1990. Turmeric-chemestry, technology and quality. Food sci. Nutr. 12:199-300. Hossain, A.M dan Y. Ishimine. 2005. Growth yield and quality of turmeric (Curcuma longa L) cultivated on Dark-red soil, Gray soil and Red soil in Okinawa, Japan. Plant Prod. Sci. 8(4):482-486 Hudak, J., R. Herich. 1976. Effect of Boron on the ultrastructure of sunflower chloroplasts. Photosynthetica 10:463-465 Hwang, J.K., J.S. Shim, H.K. Park, S.N.M. Kim dan H.J. Ahn. 2002. Xanthorrhizol from curcuma xanthorrhiza as a novel anticariogenic agent against streptococcus mutans. Yonsei Univ. Imas, P., M. Assaraf, P.K. Karthikeyan, M. Ravichandran. 2006. Application of potassium and magnesium on turmeric (Curcuma longa) to increace productivity in inceptisols. Departement of soil science and Agricultural chemistry, Faculty of Agriculture Annamalai University, Chidambaram-608002, Tamil Nadu, India. Joe, B.; M. Vijaykumar dan B.R. Lokesh. 2004. Biological properties of curcumin –cellular and molecular mechanism of action. Food science and nutrition 44(2):97-112 Kemala, S.,. Sudiarto, E.R. Pribadi, J.T. Yuhono, M. Yusron, L. Mauludi, M. Raharjo, B. Waskito dan H. Nurhayati. 2003. Studi serapan pasokan dan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia. Balitro-Bogor. pp61 Khaerana. 2007. Pengaruh cekaman kekeringan dan umur panen terhadap pertumbuhan dan kandungan xanthorrhizol tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). IPB Kita, T., S. Imai; H. Sawada, H. Kumagai dan H. Seto. 2008. The biosynthetic pathway of curcuminoid in turmeric (Curcuma longa). Biosci. Biotechnol. Biochem., 72 (7), 1789–1798 Khartikeyan , P.K., M. Ravichandran, P. Imas and M. Assaraf. 2006. Application of Potassium and Magnesium on Turmeric (Curcuma longa) to Increase Productivity in Inceptisols. Departement of Soil Science and Agricultural Chemistry, Faculty of Agriculture Annamalai University, Chidambaram-608002. Tamil Nadu, India. p. 73 – 76 Kristina, N., N. R. Noveriza, S.F. Syahid dan M. Rizal. 2007. Peluang peningkatan kadar kurkumin pada tanaman kunyit dan temulawak. Buletin perkembangan teknologi tanaman rempah dan obat. 18(1):1-12 Marschner, H. 1986. Mineral nutrition in higher plant. Academic press inc Orlando, Florida. P:173-195 Mengel, K. dan Kirby. 1979. Principles of plant nutrition. International Potash Institute. P.O. Box CH-3048 Worblaufen – BERN. Switzerland Mendel, R.R. dan R. Hansch. 2002. Molybdoenzymes and molybdenum cofactor in plants. Journal of experimental Botany. 53(375):1689-1698 x
Morales, F., A. Abadia, J. Abadia. 1998. Photosynthesis, quenching oh chlorophyll fluorerscence and thermal energy dissiption in iron-deficient sugar beet leaves. Aust J Plant Phsiol 25, 403-412 Nitisapto, M. dan S. A. Siradz. 2005. Evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan jahe pada beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jurnal ilmu tanah dan lingkungan 5(2):15-19 Nurjanah, N.S,. Yuliani; A.B. Sembiring. 1994. Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) Balai penelitian tanaman rempah dan obat. (2):43-57 Novizan. 2005. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agro Media Pustaka. Pribadi, R.E. dan M. Rahardjo. 2008. Efisiensi pemupukan NPK pada temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. 14 ()4):162-170 Rahardjo, M.dan O. Rostiana. 2003. Standar prosedur oprasional budidaya temulawak. Balai penelitian tanaman obat dan rempah. Balittro-Bogor. P 33-38 Raharjo, M. dan O. Rostiana. 2005. Budidaya tanaman kunyit. Balai penelitian tanaman obat dan aromatika. Sirkuler 11:1-7. Http://Www.Balittro.Go.Id Ramadhani, D., E. Nihayati, E. Widaryanto. 2012. The Growth and Yield Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) at various Potasium dosage. (skripsi) non publish Rethinam, P., K. Sivaraman, P.K. 1994. Nutrition of turmeric in Chadha. Advances in Hort.9:477-489 Roughley, P.J., and D.A. Whiting. 1973. Experiment in the boisynthesis of curcumin. J.Chem. Soc., Perkin trans. 1:379-388. Rosita, S.M.D., M. Raharjo dan U. Kosasih. 2005. Pola pertumbuhan dan serapan hara N, P dan K tanaman bangle (Zingiber purpureum. Balitro-Bogor. Pp 12 Sirait, M. 1985. Pemikrasaan kadar xanthorrhizol dalam Curcuma xanthorrhizal Roxb. Pros. Symp. Nas. Temulawak. Bandung Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. FP-UB. Gajah Mada Press. pp. 265-269. Srivastava, N.K., R.Luthra. 1993. Influence of Boron deficiency on 14CO2 and [U-14C] Saccharose incorporation in primary metabolites in relation to essential oil accumulation in Mentha piperita. Photosynthetica 29: 437 – 445. Srivastava, N.K., S. Sharma dan A. Misra. 2006. Influence of Zn on allocation of leafassimilated 14 CO2 into primary metabolites in relation to production of essential oil and curcumin in turmeric (Curcuma longa L.). World Journal of Agricultural Sciences. 2(2):201-207. Stankovic, I. 2004. Curcumin. Chemical and technical assessment (CTA). FAO. P.1-8. Ftp://Ftp.Fao.Org/Es/Esn/Jecfa/Cta/CTA-61-kurkumin.Pdf. Sugiyama, Y., S. Kawasaki dan T. Osawa. 1996. Involvement of the B diketone moiety in the antioxidative mechanism of tetrahydrocurcumin. Biochem. Pharmacol. 52:519-525 Sofianingsih, D., E. Nihayati, E. Widaryanto. 2012. The Growth and Yield of temulawak (Curcuma xanthorrhiza) on variouse Nitrogen. (skripsi ) non publish Taryono, E.M., S. Rahmat dan A. Sardina. 1987. Plasma nutfa tanaman temu-temuan. Balitro. 3 (1):47-56 Taiz, L. and E. Zeiger. 2007. Plant Physiology. Springer-Verlag Berlin Heidelberg xi
Vickery, M.L. and B. Vickery. 1981. Secondary plant metabolisme. University park press imore USA. pp.328 Wardiyati, T., Yudi Rinanto, Titik Sunarni dan Nur Aziza. 2010. Identifikasi hasil dan kurkumin pada Curcuma xanthorhiza dan Curcuma domestica hasil koleksi di Jawa dan Madura. Agrivita 32 (1): 1-11 Watanabe, R., Chorney, W., Skok, J., Wender, S., 1964. Effect of boron deficiency on polyphenol production in sunflower. Phytochemistry 3: 391-396. Yamagishi, M., Yamamoto, Y. 1994. Effects of boron on nodule development and symbiotic nitrogen fixation in soybean plants. Soil Sci. Plant Nutr 40: 265-274.
xii
