PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh LANGGA CINTIA DESSI NIM 11510089
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
i
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh LANGGA CINTIA DESSI NIM 11510089
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Langga Cintia Dessi
NIM
: 11510089
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul
: PENERAPAN KOOPERATIF TOGETHER
MODEL TIPE
PEMBELAJARAN
NUMBERED
(NHT)
HEAD UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga, 12 Januari 2015 Pembimbing
iv
SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015 DISUSUN OLEH LANGGA CINTIA DESSI NIM : 11510089 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Panitia
: Peni Susapti, M.Si.
Sekretaris Penguji
: Dr. Winarno, S.Si., M.Pd.
Penguji I
: Drs. Bahroni, M.Pd.
Penguji II
: Sri Guno Najib Caqoqo. S.Pd.I., MA. Salatiga, 20 Februari 2015 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 19670112 199203 1 005
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Langga Cintia Dessi
NIM
: 11510089
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 12 Januari 2015 Yang menyatakan,
Langga Cintia Dessi
vi
MOTTO
... .... ...
Artinya: (2) ... Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. (3) Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya .... (4) ... Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath-Thalaq: 2,3,4 )
PERSEMBAHAN
vii
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Somo Santoso dan Ibu Yuliyanti yang selalu memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga. Terimakasih Ibu... Terimakasih Bapak... 2. Kedua adikku tersayang, adik Ria dan Wicak yang selalui mewarnai hidupku dengan canda dan tawa. 3. Lek Nawir, Lek Lia, Lek Ronah, yang telah menjadi orang tua kedua bagiku yang selalu memberikan dukungan dan nasehat. 4. Dosen pembimbing skripsiku Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. 5. Para Dosenku. 6. Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2010 yang telah berjuang bersama.
KATA PENGANTAR
viii
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya pada yaumul akhir nanti. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015”. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAIN Salatiga. 3. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan bijaksana sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat hingga studi ini selesai. 5. Bapak dan Ibu staf perpustakaan yang telah membantu menyediakan fasilitas untuk mencari sumber yang relevan dengan skripsi ini. 6. Bapak Arifin, S.Pd.I.,MM., selaku Kepala MI Nurul Huda Raji yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang Beliau pimpin.
ix
7. Bapak Sulaiman S.Pd.I., selaku Guru Kelas III MI Nurul Huda Raji yang telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung. 8. Bapak (Somo Santoso) dan Ibu (Yuliyanti) tercinta yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat untuk penulis. 9. Adik-adik tersayang Ria dan Wicak yang selalu menjadi sumber motivasi bagi penulis. Atas jasa mereka, penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika untuk pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Salatiga, 12 Januari 2015 Penulis
x
ABSTRAK
Dessi, Langga Cintia. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Hubungan Antar Satuan Kelas III Di MI Nurul Huda Raji Demak Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si.,M.Pd. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif NHT dan hasil belajar Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, yang ditunjukkan dengan nilai sebagian besar siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pokok bahasan hubungan antar satuan. Hal ini diduga dikarenakan kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Peneliti ingin mencoba menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Penelitian yang peneliti ambil adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompok untuk berpikir bersama dengan ciri utamanya penunjukan siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015. Guna menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Nurul Huda Raji Demak yang berjumlah 25 siswa , terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga kali siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data dalam penelitian ini diambil melalui tes, wawancara, observasi, serta dokumentasi. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015. Terbukti pada siklus I terdapat 8 siswa atau 34,78% siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata 49,13. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar ada 16 siswa atau 66,7% dengan nilai rata-rata 62,5. Pada siklus III terdapat 22 siswa yang tuntas belajar atau 91,67% dengan nilai rata-rata 85,20. Hasil belajar pada siklus III menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang diharapkan sudah tercapai yaitu (91,67%) siswa yang tuntas belajar.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................i LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ii JUDUL ...............................................................................................................iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iv PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...........................................................vi MOTTO ..............................................................................................................vii PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ix ABSTRAK ..........................................................................................................xi DAFTAR ISI .......................................................................................................xii DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1 B. Rumusan Masalah...............................................................................7 C. Tujuan Penelitian ................................................................................7 D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ................................8 E. Kegunaan Penelitian ...........................................................................8 F. Definisi Operasional ...........................................................................10 G. Metode Penelitian ...............................................................................13 H. Sistematika Penulisan .........................................................................20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif .........................................................22 1. Pembelajaran ...............................................................................22 xii
a. Definisi Pembelajaran ............................................................22 b. Tujuan Pembelajaran .............................................................23 c. Unsur-Unsur Pembelajaran ....................................................24 d. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar ....................25 2. Model Pembelajaran ....................................................................26 a. Definisi Model Pembelajaran ................................................26 b. Macam-macam Model Pembelajaran ....................................27 3. Pembelajaran Kooperatif .............................................................28 a. Definisi Pembelajaran Kooperatif .........................................28 b. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ...............................30 c. Perbedaan antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil .......................................................................................32 d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ...........................................33 e. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif .34 f. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif .......................38 g. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ........................39 h. Pengelompokan dalam Pembelajaran Kooperatif ..................42 B. Numbered Head Together (NHT).......................................................43 1. Definisi Numbered Head Together (NHT) ..................................43 2. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ...........................................................................................44 3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ...........................................................................47 C. Hasil Belajar .......................................................................................48 1. Belajar ..........................................................................................48 a. Definisi Belajar ......................................................................48 b. Prinsip-prinsip Belajar ...........................................................49 c. Tujuan Belajar .......................................................................50 2. Hasil Belajar ................................................................................50 a. Definisi Hasil Belajar ............................................................50 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..................52
xiii
D. Mata Pelajaran Matematika ................................................................54 1. Hakikat Matematika ....................................................................54 2. Pembelajaran Matematika di SD/MI ...........................................55 3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI ............56 4. Ruang Lingkup ............................................................................58 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI Kelas III Semester I .....................................................................59 E. Materi Hubungan Antar Satuan ..........................................................60 1. Hubungan Antar Satuan Waktu ...................................................60 2. Hubungan Antar Satuan Panjang .................................................62 3. Hubungan Antar Satuan Berat .....................................................63 F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Dalam Pembelajaran Matematika ..........................................64
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...........................................................68 B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II .........................................................73 C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ........................................................79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...................................................................................86 B. Pembahasan ........................................................................................111
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................114 B. Saran ...................................................................................................114 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................116 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ...........................................31 Tabel 2.2 Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil .........32 Tabel 2.3 Langkah-langkah Penerapan Numbered Head Together (NHT) .......45 Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI Kelas III Semester I ...........................................................................59 Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I ....................................................86 Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ........................................................88 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I .......................................................91 Tabel 4.4 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ..................................................97 Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II .......................................................99 Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II .....................................................101 Tabel 4.7 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III .................................................106 Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Guru Siklus III .....................................................108 Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Siswa Siklus III ....................................................110 Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa .....................................................111
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan .................................................14 Gambar 2.1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif .....................30 Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I .................88 Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ................98 Gambar 4.3 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ..............107
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Siklus II Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Siklus III Lampiran 7 Lembar Pre Test Siklus I Lampiran 8 Lembar Post Test Siklus I Lampiran 9 Lembar Post Test Siklus II Lampiran 10 Lembar Post Test Siklus III Lampiran 11 Lembar Pedoman Wawancara Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian Lampiran 13 Pembagian Kelompok Lampiran 14 Nilai Ulangan Harian Tahun Ajaran 2013/2014 Lampiran 15 Surat Tugas Pembimbing Lampiran 16 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 19 Nilai SKK Mahasiswa Lampiran 20 Riwayat Hidup Penulis
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Semua kemajuan zaman, perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia tidak terlepas dari unsur matematika. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini (Fathani, 2009:5). Senada dengan pendapat di atas Jannah (2011:52) mengemukakan bahwa matematika merupakan dasar bagi ilmu-ilmu lain, terutama ilmu yang berkutat dengan angka dan hitung-hitungan. Sehingga mempelajari matematika secara tidak langsung juga membuka pintu bagi ilmu-ilmu eksak lainnya untuk dipelajari. Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 5:
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui” (QS. Yunus:5).
1
Ilmu matematika sebagai ilmu hitung pada dasarnya adalah ilmu yang memiliki fungsi luas dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, baik orang bodoh maupun pandai secara akademik, tanpa sadar selalu menggunakan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari, meski dalam konsep yang sederhana (Jannah, 2011:21). Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, Daryanto dan Rahardjo (2012:240) menyatakan bahwa, “Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama”. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif (Susanto, 2013:183). Harus diakui, selama ini memang tidak mudah mengajarkan matematika kepada siswa. Dalam realita di lapangan matematika menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian siswa. Dalam lingkup matematika, berhitung, rumus-rumus, angka, merupakan hal yang menakutkan, membuat kepala pusing, membosankan, menguras pikiran dan sangat tidak disukai oleh siswa. Dalam hal ini Jannah (2011:25) berpendapat bahwa, “Yang membuat matematika kelihatan susah dan menjadi momok menakutkan dikalangan siswa adalah adanya faktor lain dari matematika itu sendiri, seperti lingkungan, metode pembelajaran, guru, dan lain sebagainya”. Memang tidak
2
bisa dipungkiri bahwa selama ini penggunaan metode yang kurang bervariasi dan cenderung bersifat monoton dengan menggunakan metode konvensional ceramah masih menjadi permasalahan klasik dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Ahmadi dan Amri (2011:95). Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan, prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti, kondisi pembelajaran seperti di atas peneliti temukan dalam proses pembelajaran matematika di MI Nurul Huda Raji. Guru masih menerapkan metode konvensional ceramah, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung masih ditemukan ada siswa yang tengah mengantuk terutama siswa yang duduk di barisan belakang, mengerjakan tugas lain, bermain, mengobrol dengan temannya, dan berceloteh sendiri. Peneliti juga menemukan bahwa siswa sangat pasif sekali dan merasa enggan bila diminta oleh guru untuk maju ke depan mengerjakan tugas yang telah diberikan. Kondisi seperti ini mengakibatkan kurangnya perhatian dan aktivitas siswa
dalam
pembelajaran sehingga
dapat
mengakibatkan rendahnya daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan dan dapat mempengaruhi hasil belajar yang belum sesuai dengan KKM yang diharapkan.
3
Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti dengan wali kelas III selain menggunakan metode konvensional ceramah, guru juga menerapkan metode kerja kelompok, namun metode kelompok yang diterapkan masih sebatas kerja kelompok yang bersifat tradisional yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Metode semacam ini tentu kurang memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil belajar siswa dikarenakan kurang memperhatikan keterlibatan seluruh anggota kelompok, sering ditemukan ada beberapa siswa yang santai hanya sekedar ikut-ikutan dan tidak berkontribusi dalam kegiatan diskusi kelompok. Hubungan antar satuan merupakan pokok bahasan yang diajarkan pada siswa kelas III semester I. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas III hasil belajar pada pokok bahasan tersebut kurang memuaskan. Pada pokok bahasan tersebut siswa masih mengalami kesulitan. Hal tersebut dikarenakan siswa masih kurang paham dengan dasar-dasar satuan tersebut sehingga kesulitan bila diminta untuk mengubahnya ke satuan yang lain. Berdasarkan pengamatan tentang pembelajaran matematika pada ulangan harian pokok bahasan hubungan antar satuan pada tahun ajaran 2013/2014 di MI Nurul Huda Raji diperoleh data dari 30 siswa hanya 13 siswa yang mencapai ketuntasan minimal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa baru 43,33% siswa yang mencapai KKM. KKM untuk mata pelajaran matematika di MI Nurul Huda adalah 65. Berdasarkan data di atas sudah selayaknya guru membuat suatu terobosan dalam hal pemilihan model dan metode yang tepat dalam
4
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika. Menurut Bourne dalam Fathani (2009:19) matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hanbury dalam Yamin dan Ansari (2009:94) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran matematika yang sesuai dengan teori konstruktivisme, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) belajar matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bermanfaat, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dengan temannya. Salah satu model pembelajaran yang berbasiskan teori konstruktivisme sosial dan dapat mengakomodasi kepentingan untuk melibatkan siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya dalam mengatasi masalah rendahnya hasil belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompokkelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. (Roger dalam Huda, 2013:29). Melalui pembelajaran kooperatif akan membantu mempermudah pemahaman siswa. Interaksi antar anggota kelompok memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling
5
bertanya, dan saling menjelaskan. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atau guru (Yamin dan Ansari, 2009:15). Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok.
Ada
unsur-unsur
dasar
pembelajaran
kooperatif
yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Unsur-unsur tersebut antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi promotif, komunikasi antar anggota dan pemrosesan kelompok (Suprijono, 2013:58). Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan varian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2009:82) Numbered Head Together (NHT) dirancang untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ciri khasnya adalah guru menunjuk salah satu nomor (siswa) secara acak untuk mempresentasikan hasil kegiatan berpikir besama kelompoknya. Pemanggilan siswa secara acak akan menjamin keterlibatan total semua siswa, karena dengan pemanggilan secara acak siswa menjadi siap semua. Model Numbered Head Together (NHT) juga dapat meningkatkan tanggung jawab dan kerjasama diantara anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok selain bertanggung jawab atas pembelajarannya juga bertanggung jawab atas pembelajaran anggota kelompoknya. Tanggung jawab tersebut dapat
6
diwujudkan dengan memberikan bantuan berupa penjelasan dari siswa yang lebih mampu kepada siswa yang kurang mampu. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah ini sangat menarik untuk diangkat menjadi suatu penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN KELAS III DI MI NURUL HUDA RAJI DEMAK TAHUN AJARAN 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak Tahun ajaran 2014/2015.
7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010:110). Berdasarkan definisi di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015”. 2. Indikator Keberhasilan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang dapat dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut: hasil belajar siswa kelas III
yang
mencapai KKM pada pokok bahasan hubungan antar satuan mengalami peningkatan pada setiap tahapan siklus pembelajaran dengan ketuntasan klasikal mencapai
siswa yang tuntas belajar pada akhir
pelaksanaan siklus pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
8
Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan dalam pemilihan model pembelajaran, khususnya pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada pelajaran matematika di MI Nurul Huda Raji Demak. 2. Manfaat praktis Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru, siswa dan sekolah. a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman secara langsung dalam proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sehingga dapat diterapkan dan dikembangkan kelak saat terjun di lapangan sebagai model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togethter (NHT) dalam pelajaran matematika pada pokok bahasan lain sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
9
c. Bagi siswa 1) Memperoleh
pengalaman
suasana
belajar
baru
yang
menyenangkan dan berkesan pada pelajaran matematika sehingga akan meningkatkan hasil belajar matematika. 2) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya khususnya pada materi hubungan antar satuan. 3) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam kegiatan diskusi. d. Bagi sekolah 1) Memberikan kontribusi bagi perbaikan dalam proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada khususnya dan kemajuan sekolah pada umumnya. 2) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran MI Nurul Huda Raji, karena terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran judul di atas, maka akan dijelaskan arti kata-kata yang terangkum di dalamnya, yaitu:
10
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif Menurut Poerwadarminta (2006:1258) penerapan adalah pemasangan; pengenaan; perihal mempraktekkan. Menurut Poerwadarminta (2006:773) model adalah contoh; pola; acuan; ragam (macam). Menurut Trianto (2009:17) pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Huda
(2013:31)
menyatakan
bahwa
dalam
konteks
pengajaran,
pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain. Jadi, penerapan model pembelajaran kooperatif adalah mempraktekkan pola pembelajaran dengan mengarahkan siswa dalam hal pembentukan kelompok-kelompok
kecil
untuk
saling
bekerja
sama
dalam
meningkatkan pembelajaranya dan anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Numbered Head Together (NHT) Numbered Head Together (NHT) yaitu teknik belajar mengajar kepala bernomor. Teknik yang dikembangkan oleh Russ Frank ini merupakan teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing
11
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda, 2013:138). Ciri utama dari Numbered Head Together (NHT) yaitu pembagian siswa ke dalam kelompok-kelompok dan diberi nomor. Setiap kelompok akan diberi tugas dan diminta untuk berpikir bersama. Kemudian, guru akan memanggil salah satu nomor secara acak untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya. 3. Meningkatkan Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat (produksi dsb) (Poerwadarminta, 2006:1280). 4. Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005:22). Hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai post test pada akhir proses pembelajaran. 5. Matematika Matematika adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan angkaangka untuk menghitung berbagai benda ataupun yang lainnya (Jannah, 2011:17). Dalam penelitian ini, materi matematika yang menjadi obyek penelitian adalah tentang hubungan antar satuan.
12
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang istilah dalam Bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2010:16). Sedangkan pendapat lain mengemukakan PTK adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya (Kunandar, 2011:46). Penelitian Tindakan kelas ini, dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif oleh peneliti dalam praktik pembelajarannya. Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas karena melalui penelitian ini peneliti dapat berkolaborasi dan berpartisipasi dalam merancang, melaksanakan dan merefleksikan pembelajaran guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Model yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini berdasarkan pada model yang dikembangkan Kemmis & Mc Taggart. Terdapat empat tahap dalam PTK yaitu: penyusunan rencana, tindakan,
13
observasi, dan refleksi. Skema PTK dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini: Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian Tindakan Diambil dari Arikunto (2010:137)
2. Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Nurul Huda Raji yang beralamat di Desa Raji RT.04, RW.02, Kecamatan/Kabupaten Demak. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Nurul Huda Raji Demak yang berjumlah 25 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Karakteristik siswa secara lebih detail dapat digambarkan sebagai berikut: a.
Usia rata-rata 8 tahun.
14
b.
Tingkat kemampuan siswa rata-rata sedang ( 8 siswa masuk kategori prestasi tinggi, 14 siswa kategori sedang, dan 3 siswa kategori rendah).
c.
1 orang siswa sering tidak masuk.
d.
Siswa sering tidak mengerjakan PR.
e.
Siswa kurang memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.
f.
Siswa malu bertanya.
g.
Latar belakang ekonomi orang tua sebagian besar buruh tani dan tani. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I yaitu bulan Oktober-
November yang terdiri dari 3 siklus. Penelitian pembelajaran matematika dilaksanakan beberapa kali sesuai dengan jam pelajaran matematika yang ada di MI Nurul Huda Raji yaitu pada hari Selasa dan Rabu. Waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: a) Kegiatan siklus I, tanggal 28 Oktober 2014. b) Kegiatan siklus II, tanggal 29 Oktober 2014. c) Kegiatan siklus III, tanggal 4 November 2014. 3. Langkah-langkah Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting, meliputi: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut saling berkaitan dalam pelaksanaan penelitian yang disebut dengan istilah satu siklus.
15
a. Perencanaan (planning) Perencanaan merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi: 1) Merancang desain pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), yaitu dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2) Mempersiapkan media yang akan digunakan. 3) Membuat lembar kerja siswa (LKS), lembar evaluasi siswa serta lembar pengamatan. 4) Membuat topi penomoran siswa. 5) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok heterogen. b. Tindakan (acting) Tindakan (acting) adalah implementasi isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2010:139). Pada tahap ini guru mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya. c. Pengamatan (observing) Kegiatan pengamatan (observing) dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara lengkap dan objektif tentang
16
perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan (aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. d. Refleksi (reflecting) Refleksi adalah kegiatan merenungkan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap refleksi guru dan tim pengamat melakukan upaya evaluasi dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah dirancang. Melalui refleksi ini maka peneliti akan menentukan keputusan untuk siklus lanjutan ataukah berhenti karena masalahnya telah terpecahkan. 4. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah: a. Soal Tes. b. Lembar pedoman wawancara. c. Lembar pedoman pengamatan (observasi). 5. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data-data yang berhubungan dengan hasil belajar siswa. Pengumpulan data sebagai berikut: a. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
17
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes digunakan untuk data tentang hasil belajar siswa. b. Wawancara Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewer) (Arikunto, 2010:198).
Wawancara
digunakan untuk mendapatkan data tentang pokok bahasan yang kurang memenuhi KKM dan metode yang sering diterapkan di kelas sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. c. Observasi Menurut
Arikunto
(2010:199),
“Observasi
adalah
metode
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”. Menurut Kunandar (2011:73) objek observasi adalah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya, keadaan dan kendala tindakan direncanakan pengaruhnya, serta persoalan lain yang timbul dalam konteks terkait. d. Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
18
sebagainya (Arikunto, 2010:201). Dokumentasi dapat berupa fotofoto kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, data diri siswa, dan jadwal mata pelajaran. 6. Analisis Data Analisis data adalah menganalisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2011:85). Analisis data dilakukan peneliti bersama dengan kolaborator yaitu guru matematika kelas III dengan cara memberikan tes formatif berupa tes tertulis pada setiap akhir proses pembelajaran (post test). Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis. Kemudian data dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang telah dicapai. Dalam hal ini, untuk membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan analisis menggunakan statistik untuk menghitung ketuntasan klasikal dengan menggunakan rumus persentase: P= Keterangan : P
: Angka persentase
F
: Frekuensi siswa yang tuntas
N
: Jumlah total siswa (Djamarah, 2000:226)
19
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian awal, bagian inti, bagian akhir laporan. Dari bagian-bagian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian tulisan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. 2. Bagian isi skripsi, terdiri dari lima bab yaitu: Bab I.
Pendahuluan, dalam hal ini peneliti, menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II.
Kajian pustaka, terdiri dari analisa teori yang berkaitan dengan penelitian, yaitu model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT), hasil belajar
dan
pelajaran matematika. Bab III.
Pelaksanaan penelitian, yaitu bab yang menguraikan tentang deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus II, dan siklus III.
Bab IV.
Hasil
penelitian
dan
pembahasan,
yaitu
bab
yang
menguraikan deskripsi per siklus (data hasil pengamatan,
20
refleksi keberhasilan dan kegagalan), dan pembahasan hasil penelitian. Bab V.
Penutup, yaitu bab yang menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
3. Bagian akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pembelajaran a. Definisi Pembelajaran Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009:17). Daryanto
dan
Rahardjo
(2012:19)
berpendapat
pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi
dari
bahwa konsep
mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponenkomponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Adapun menurut Hamalik (2010:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
22
material,
fasilitas,
perlengkapan,
dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk mengarahkan siswanya belajar secara aktif dengan melakukan interaksi dua arah dengan penyediaan sumber belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. b. Tujuan Pembelajaran Tujuan
pembelajaran
adalah
pernyataan
tentang
hasil
pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinu khusus (Uno, 2006:19). Menurut Robert F. Mager dalam Uno (2006:35) tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Sedangkan Fred Percival dan Henry Ellington dalam Uno (2006:35) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapai dicapai sebagai hasil belajar. Berdasarkan beberapa definisi tujuan pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku atau keterampilan apa yang hendak dicapai oleh siswa pada tingkat kompetensi tertentu sebagai hasil belajar.
23
c. Unsur-unsur Pembelajaran Daryanto dan Rahardjo (2012:20) mengemukakan semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), penampilan hasil (performance). 1) Persiapan (preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. 2) Penyampaian (presentation) Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. 3) Latihan (practice) Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. 4) Penampilan hasil (performance) Belajar
adalah
proses
mengubah
pengalaman
menjadi
pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Tujuan tahap penampilan
hasil
ini
adalah
untuk
memastikan
pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan.
24
bahwa
d. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar Menurut Susanto (2013:87-88) pembelajaran di sekolah dasar mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 2) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memerhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan. 3) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. 4) Prinsip
keterpaduan,
guru
dalam
menyampaikan
materi
hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar. 5) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang yang dihadapkan pada masalah-masalah.
25
6) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. 7) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru. 8) Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang. 9) Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar yang memerhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga. 10) Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. 2. Model Pembelajaran a. Definisi Model Pembelajaran Joyce
dalam
Trianto
(2009:22)
menyatakan
model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
26
komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Menurut
Arends
dalam
Suprijono
(2013:46)
model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menurut Suprijono (2013:46) model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas peneliti
menyimpulkan
model
pembelajaran
adalah
kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pola atau pedoman dalam kegiatan
pembelajaran
untuk
mencapai
tujuan
belajar
yang
diharapkan, yang termasuk di dalamnya adalah langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran (sintaksnya), tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan lingkungan pembelajaran. b. Macam-macam Model Pembelajaran Arends dalam Trianto (2009:25) menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,
27
yaitu:
presentasi,
pengajaran
langsung,
pengajaran
konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. 3. Pembelajaran Kooperatif a. Definisi Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Slavin dalam Isjoni (2013:12) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Johnsons, et al (2010:4) menyebutkan pembelajaran kooperatif (cooperative
learning)
adalah proses belajar mengajar yang
melibatkan
penggunaan
kelompok-kelompok
kecil
yang
memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Sedangkan Riyanto (2012:267) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Menurut
Artzt
&
Newman
dalam
Trianto
(2009:56)
menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
28
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Parker dalam Huda (2013:29) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompokkelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2009:56). Berdasarkan
berbagai
pendapat
mengenai
definisi
pembelajaran kooperatif di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif
adalah
model
pembelajaran
yang
menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling berdiskusi memahami suatu konsep dan saling bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah. Pembelajaran kooperatif dapat mengasah kemampuan siswa untuk berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
29
Secara ringkas struktur pemikiran pembelajaran kooperatif dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1:
Landasan Teori
Teori Belajar Kontruktivis
CTL
Learning Community Hasil Belajar Akademik
Hasil Belajar Siswa Keterampilan Sosial Sintaks
Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Enam Fase Utama
Proses Demokrasi dan Peran Siswa Aktif
Hakikat Sosiokultural
Vygotsky Konsep-konsep Sulit Keterampilan Kooperatif Lihat Tabel 2.1
Berpusat Pada Guru
Siswa Belajar dalam Kelompok Kecil
Gambar 2.1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif Diambil dari Suprijono (2013:68)
b. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase. Keenam fase tersebut dapat diketahui pada tabel 2.1 di bawah ini:
30
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase
Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set. Menyampaikan
tujuan
Menjelaskan
tujuan
dan pembelajaran
dan
mempersiapkan peserta didik.
mempersiapkan
peserta
didik
agar siap belajar. Fase 2: Present information.
Mempresentasikan
Menyajikan informasi.
kepada
peserta
informasi didik
secara
verbal. Fase 3: Organize students into Memberikan penjelasan kepada learning teams.
peserta didik tentang tata cara
Mengorganisir peserta didik ke pembentukan tim belajar dan dalam tim-tim belajar.
membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and Membantu
tim-tim peserta
belajar
study.
selama
didik
Membantu kerja tim dan belajar.
mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials.
Menguji
Mengevaluasi.
didik mengenai berbagai materi
pengetahuan peserta
pembelajaran atau kelompokkelompok hasil kerjanya.
31
mempresentasikan
Fase-fase
Perilaku Guru
Fase 6: Provide recognition. Memberikan
pengakuan
Mempersiapkan
cara
untuk
atau mengakui usaha dan prestasi
penghargaan.
individu maupun kelompok.
(Suprijono, 2013:65)
c. Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan kelompok Kecil Kelompok kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok kecil, Ellis dan Whalen mengungkapkan perbedaan-perbedaan mendasar antara pembelajaran kooperatif dan belajar kelompok kecil, yaitu: Tabel 2.2 Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil Kelompok Kooperatif
Kelompok Kecil
Interpedensi positif. Interaksi Tidak verbal berhadap-hadapan.
bekerja
ada
intepedensi.
sama
hanya
Siswa untuk
kesuksesannya sendiri. Bahkan tak jarang
mereka
mencocokkan
jawaban mereka dengan jawaban teman-temannya
hanya
untuk
memperoleh nilai yang maksimal bagi diri mereka sendiri. Akuntabilitas individu. Setiap Sekadar
32
ikut-ikutan.
Beberapa
Kelompok Kooperatif anggota
kelompok
Kelompok Kecil
harus siswa membiarkan saja jika ada
menguasai materi pelajaran.
teman satu kelompoknya bekerja sendiri, sementara mereka tinggal mencopy-paste-nya
jika
sudah
selesai. Guru
memonitor
perilaku Guru
siswa
tidak
secara
mengobservasi
langsung
perilaku
siswa.
Selama proses diskusi antar siswa tak jarang guru mengerjakan tugastugas lain tanpa memerhatikan perilaku siswa dalam proses diskusi tersebut. Guru
mengajarkan Keterampilan sosial tidak diajarkan
keterampilan
sosial
yang secara sistematis.
dibutuhkan siswa untuk dapat bekerja sama secara efektif.
(Huda, 2013:80)
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (2000) dalam Isjoni (2013:27), yaitu:
33
1) Hasil belajar akademik Dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan
lain
model
pembelajaran
kooperatif
(cooperative
learning) adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. e. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto (2009:60), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
34
1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. Menurut Huda (2013:47) interpedensi positif dapat dipahami dengan merujuk pada dua indikator utama, bahwa: a) Setiap usaha anggota kelompok sangat dibutuhkan karena turut menentukan keberhasilan kelompok tersebut mencapai tujuannya (tidak ada satu pun anggota yang boleh bersantai ria, sementara anggota lain bekerja keras). b) Setiap anggota pasti memiliki kontribusi yang unik dan berbeda-beda bagi kelompoknya karena masing-masing dari mereka bertanggung jawab atas setiap tugas yang dibagi secara merata (tidak boleh ada satu pun anggota yang merasa diperlakukan tidak adil oleh anggota lain). 2) Kedua, interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang
35
dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. Menurut Suprijono (2013:60) interaksi yang semakin meningkat atau interaksi promotif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Saling membantu secara efektif dan efisien. b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan. c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d) Saling mengingatkan. e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi
serta
meningkatkan
kemampuan
wawasan
terhadap masalah yang dihadapi. f) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 3) Ketiga, tanggung jawab individual (akuntabilitas individu). Tanggung jawab belajar individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya. Menurut Suprijono (2013:60) beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah (a) kelompok belajar jangan
36
terlalu besar; (b) melakukan assesmen terhadap setiap siswa; (c) memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas; (d) mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok; (e) menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya; (f) menugasi peserta didik mengajar temannya. 4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. 5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran
37
lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin dalam Trianto ( 2009:61), adalah sebagai berikut: a)
Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
b) Tanggung
jawab
individual,
bermakna
bahwa
suksesnya
kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain. c)
Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,
sedang,
dan
rendah
sama-sama
tertantang untuk
melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. f. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman (Isjoni, 2013:13). Sadker dan sadker dalam Huda (2013:66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif:
38
1) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi; hal ini khususnya berlaku bagi siswa-siswa SD untuk mata pelajaran matematika. 2) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar. 3) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interpedensi positif) untuk proses belajar mereka nanti. 4) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda. g. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Kelemahan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu: 1) guru harus mempersiapkan
pembelajaran
secara
matang,
disamping
itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi
kelompok
berlangsung,
39
ada
kecenderungan
topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif (Isjoni, 2013:25). Slavin dalam Huda (2013:68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dengan pembelajaran kooperatif: 1) Free rider: jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru berdampak pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider di sini adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya; mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani satu lembar kerja, satu proyek, atau satu laporan tertentu. Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa anggota yang mengerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain justru “bebas berkendara”, berkeliaran kemana-mana. 2) Diffusion of responsibility: yang dimaksud dengan diffusion of responsibility (penyebaran tanggung jawab) ini adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang “lebih
40
mampu”. Misalnya, jika mereka ditugaskan untuk mengerjakan tugas matematika, beberapa anggota yang dipersepsikan tidak mampu berhitung atau menggunakan rumus-rumus dengan baik seringkali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain. Bahkan, mereka yang memiliki skill matematika yang baik pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada temantemannya yang kurang mahir di bidang matematika. Bagi mereka, hal ini hanya membuang-buang waktu dan energi saja. 3) Learning a part of task specialization: dalam beberapa metode tertentu, seperti jigsaw, group investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antar satu sama lain. Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain. Menurut Slavin dalam Huda (2013:69), ketiga kendala ini bisa diatasi jika guru mampu: (1) mengenali sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswa-siswanya, (2) selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja kelompok, dan
41
yang paling penting (3) mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain. h. Pengelompokan dalam Pembelajaran Kooperatif Menurut Huda (2013:173) berdasarkan jenisnya, ada dua opsi yang bisa digunakan guru untuk melakukan pengelompokan di ruang kelas mereka, yaitu: 1) Pengelompokan Permanen Dinamakan pengelompokan permanen karena kelompokkelompok yang dibentuk oleh guru ini akan bekerja sama beberapa pertemuan. Kelompok-kelompok permanen cenderung memiliki anggota yang tetap. Kelebihan kelompok permanen ini, salah satunya adalah guru bisa benar-benar membentuk kelompok-kelompok yang comparable karena didasarkan pada pertimbangan yang cukup matang akan performa akademik siswa-siswanya. Kelompok ini juga sangat menghemat waktu, memudahkan pengelolaan kelas, dan meningkatkan semangat kerjasama karena siswa sudah saling mengenal dengan cukup baik dan terbiasa dengan cara belajar teman-teman satu kelompoknya. Akan
tetapi,
kelemahan
kelompok
ini
adalah
dibutuhkannya waktu yang tidak sebentar karena guru perlu mengatur sedemikian rupa untuk membentuk kelompok-kelompok
42
yang sekiranya bisa berfungsi untuk beberapa pertemuan ke depan. Perselisihan juga kemungkinan sering terjadi. 2) Pengelompokan Non Permanen Berkebalikan dengan kelompok permanen, kelompok non permanen sifatnya sementara. Kelebihan kelompok ini adalah proses pembentukannya yang tidak membutuhkan waktu lama sehingga guru bisa lebih cepat menjalankan proses pembelajaran. Akan tetapi, kekurangan kelompok non permanen adalah sulitnya membangun interaksi antara siswa satu dengan siswa lain dalam satu kelompok karena komposisi kelompok mereka selalu berubah-ubah setiap kali pertemuan. Selain itu, kelompok non permanen
cenderung
melibatkan
siswa
dalam
proses
pembentukannya sehingga sangat sulit bagi guru untuk menyeleksi siswa-siswa berdasarkan performa akademik mereka.
B. Numbered Head Together (NHT) 1. Definisi Numbered Head Together (NHT) Menurut Trianto (2009:82-83) Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
43
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT: a. Fase 1 : Penomoran Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. c. Fase 3 : Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Fase 4 : Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Menurut
Hamid
(2011:219)
langkah-langkah
guru
dalam
pembelajaran NHT adalah: a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok tersebut mendapat nomor kelompok.
44
b. Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok mengerjakannya bersama kelompoknya. c. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok tersebut. d. Untuk membahas hasil dari setiap kelompok, guru memanggil nomor kelompok tertentu untuk membahas jawaban mereka, kemudian memanggil nomor kelompok yang lain untuk memberi tanggapan atas jawaban dari kelompok yang mempresentasikan jawabannya. e. Terakhir guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya pembahasan dan pembelajaran tersebut. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran NHT di atas peneliti memodifikasi langkah-langkah pembelajaran NHT pada tabel 2.3 sebagai berikut: Tabel 2.3 Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah NHT Langkah 1
Pendahuluan
a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok Penomoran yang
beranggotakan
4
sampai
5
orang.
Kemudian, setiap siswa diberi nomor. b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
45
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah NHT
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai dan menginformasikan metode yang akan digunakan. c. Memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran. Kegiatan Inti
Langkah 2
d. Guru mengajukan pertanyaan atau lembar kerja Mengajukan siswa (LKS) untuk dipecahkan bersama dalam Pertanyaan kelompok. e. Guru
meminta
siswa
kelompoknya
untuk
menyatukan
pendapat
berdiskusi
berpikir untuk
bersama Langkah 3
bersama
dan Berpikir Bersama
membahas
pertanyaan atau LKS yang diajukan guru. f. Setiap
kelompok
harus
memastikan
setiap
anggota kelompoknya mengetahui jawabannya. g. Guru mengecek pemahaman siswa dengan Langkah 4 memanggil salah satu nomor siswa secara acak Menjawab dari salah satu kelompok, siswa yang dipanggil Pertanyaan mengacungkan tangan dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, jawaban dari siswa yang ditunjuk merupakan wakil dari jawaban kelompok. h. Kelompok lain menanggapi, terutama siswa yang memiliki nomor yang sama dengan siswa yang
46
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah NHT
ditunjuk. i. Guru memberikan penghargaan berupa tanda bintang pada kelompok yang menjawab dengan betul. Kegiatan Penutup j. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. k. Guru
memfasilitasi
siswa
membuat
rangkuman/kesimpulan pembelajaran. l. Memberikan tes evaluasi.
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Menurut Hamdani dalam Ratri (2013:12) model Numbered Head Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan. a. Kelebihan Numbered Head Together (NHT) (1) Setiap siswa menjadi siap semua. (2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. (3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan Numbered Head Together (NHT) (1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
47
(2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. (http://library.ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/3cc6365ee507e46 c.pdf)
C. Hasil Belajar 1. Belajar a. Definisi Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995:2). Menurut
Uno
(2011:15)
belajar
adalah
pemerolehan
pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar. Susanto (2013:4) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
48
Berdasarkan definisi belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan baru yang diperoleh melalui interaksi interaktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat menetap. b. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip belajar menurut Riyanto (2012:62) adalah landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antardidik dan pendidik yang dinamis dan terarah. Suprijono (2013:4) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip belajar yaitu: Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. 2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. 4) Positif atau berakumulasi. 5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6) Permanen atau tetap. 7) Bertujuan dan terarah. 8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
49
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. c. Tujuan Belajar Menurut Suprijono (2013:5) tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effect. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. 2. Hasil Belajar a. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:3).
50
Hamalik
(2010:159)
berpendapat
bahwa
hasil
belajar
menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nawawi dalam Susanto (2013:5) hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013:5). Selanjutnya, Susanto menyatakan anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil
mencapai
tujuan-tujuan
pembelajaran
atau
tujuan
instruksional. Berdasarkan definisi hasil belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar berdasarkan tujuan
pembelajaran
yang telah
ditetapkan
dan
dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil tes setelah menjalani proses pembelajaran. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007:113) keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri:
51
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. 2) Perilaku yang digariskan dalam Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. 3) Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya. Menurut Depdikbud dalam Trianto (2009:341) setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa
, dan suatu kelas dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat siswa yang telah tuntas belajarnya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:28) secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Yang tergolong faktor internal ialah: 1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi: a) Faktor intelektual terdiri atas
52
(1) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat. (2) Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi. b) Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya. c) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis. Sedangkan yang tergolong faktor eksternal ialah: 1) Faktor sosial yeng terdiri atas: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, faktor kelompok. 2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya. 3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya. 4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pelaksanaan model pembelajaran NHT ini yang mengutamakan interaksi sosial untuk aktif dalam kelompok.
53
D. Mata Pelajaran Matematika 1. Hakikat Matematika Sujono dalam Fathani (2009:19) mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Jannah (2011:17) mengartikan matematika sebagai ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan angka-angka untuk menghitung berbagai benda ataupun lainnya. Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim Nasution dalam Fathani (2009:21) berpendapat bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika). Menurut Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman (2003:252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan
kuantitatif
dan
keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
54
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan matematika adalah cabang ilmu pengetahuan tentang penalaran logik yang berhubungan dengan bilangan yang berfungsi mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. 2. Pembelajaran Matematika di SD/MI Menurut Susanto (2013:186) pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan
baru
sebagai
upaya
meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Cockroft dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
55
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. 3.
Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geometri, dan pengolahan data. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel (Depag, 2004:173). Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana disajikan oleh Depdiknas dalam Susanto (2013:190), sebagai berikut: a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
56
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, meyelesaikan model, dan menafsirkan model yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. e. Memiliki
sikap
menghargai
penggunaan
matematika
dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Depdiknas dalam Susanto (2013:189), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut: a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan. b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume. c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat. d. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran. e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,
terendah,
rata-rata,
modus,
mengumpulkan,
dan
menyajikannya. f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.
57
4. Ruang Lingkup Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Bilangan b. Geometri dan pengukuran c. Pengolahan data Berdasarkan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang standar lulusan matematika mencakup: a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data,
58
rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan. g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI Kelas III Semester I Berdasarkan panduan KTSP MI tahun 2007 terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika kelas III MI seperti tertera pada tabel 2.4 berikut. Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika MI Kelas III Semester I
Standar Kompetensi
1.1 Menentukan letak bilangan pada garis
Bilangan 1. Melakukan hitung
Kompetensi Dasar
operasi
bilangan.
bilangan 1.2 Melakukan penjumlahan dan pengurangan
sampai tiga angka.
tiga angka. 1.3 Melakukan bilangan
perkalian tiga
angka
yang dan
hasilnya pembagian
bilangan tiga angka. 1.4 Melakukan operasi hitung campuran. 1.5 Memecahkan
59
masalah
perhitungan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar termasuk yang berkaitan dengan uang.
dan 2.1 Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya
Geometri
(meteran, timbangan, atau jam).
Pengukuran 2. Menggunakan pengukuran
2.2 Menggunakan alat ukur dalam pemecahan waktu,
panjang
dan
dalam
pemecahan
masalah.
berat 2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu,
masalah.
antar satuan panjang, dan antar satuan berat.
E. Materi Hubungan Antar Satuan 1. Hubungan Antar Satuan Waktu a. Hubungan Hari, Minggu, Bulan, dan Tahun 1) Nama-nama hari Nama-nama hari terdiri atas Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at. Sabtu, dan Minggu. 2) Nama-nama bulan Nama-nama bulan terdiri atas Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. 1 Tahun = 12 Bulan 1 Bulan
= 30 Hari
1 Bulan
= 4 Minggu 60
1 Minggu = 7 Hari b. Hubungan Hari, Jam, Menit, dan Detik 1 Hari
= 24 Jam
1 Jam
= 60 Menit
1 Menit
= 60 Detik
Jadi, 1 Jam
= 3.600 Detik
c. Menentukan Hubungan Antar Satuan Waktu 1) 2 minggu Jawab 2) 3 bulan Jawab 3) 4 hari Jawab 4) 6 menit Jawab 5) 3 minggu + Jawab
=
...
=2
hari
7 hari = 14 hari
=
...
= 3
30 hari = 90 hari
=
...
=4 =
hari
jam
24 jam = 96 jam ...
=6
detik
60 detik = 360 detik
10 hari
=
= 21 hari + 10 hari
...
hari
= 31 hari
d. Menggunakan Satuan Waktu dalam Pemecahan Masalah Sehari-hari Contoh: Kak Yani berlibur ke rumah Nenek Mirah selama 2 minggu. Kemudian Ia melanjutkan ke rumah Paman Sani selama 3 hari. Berapa hari Kak Yani berlibur? Jawab:
61
2 minggu + 3 hari = 14 hari + 3 hari = 17 hari Jadi, kak Yani berlibur selama 17 hari (Fajariah & Triratnawati, 2008:119-123). 2. Hubungan Antar Satuan Panjang
1 km
= 1.000 m
1 m
= 10 dm
1 dm
= 10 cm
1 cm
= 10 mm
1 m
= 10 dm = 100 cm
a. Menentukan Hubungan Antar Satuan Panjang Contoh soal: 1) 3 km =
...
hm
Jawab = (3 10) hm = 30 hm 2) 500 cm
=
Jawab 3) 4 m
= (500 =
...
...
dm 10) dm = 50 dm
cm
62
Jawab = (4 4) 2 m + 2 dm Jawab = (2
100) cm = 400 cm =
...
cm
100) cm + (2
10) cm = (200 + 20) cm = 220 cm
b. Menggunakan Satuan Panjang dalam Pemecahan Masalah Sehari-hari Contoh: Ima membeli kain biru sepanjang 300 m. Ia juga membeli kain merah sepanjang 500 m. Berapa cm-kah panjang masing-masing kain yang dibeli Ima ? Jawab: Kain biru 300 cm = 3 m Kain merah 500 cm
=5m
Jadi, panjang kain biru adalah 3 m dan panjang kain merah 5 m. (Fajariah & Triratnawati, 2008:125). 3. Hubungan Antar Satuan Berat a. Hubungan Kg, Ons, dan Gram 1 kg
= 10 ons
1 ons
= 100 g
= 10 hg
b. Menentukan Hubungan Antar Satuan Berat Contoh soal:
63
1) 3 kg
=
Jawab = (3 2) 3 ons = Jawab = (3 3) 60 ons = Jawab = (60
...
ons
10) ons = 30 ons ...
gr
100) gr = 300 gr ...
kg
10) kg = 6 kg
c. Menggunakan Satuan Berat dalam Pemecahan Masalah Sehari-hari Contoh: Kiki ke toko membeli 3 kg gula pasir dan 5 ons gula merah. Berapa gram-kah berat masing-masing belanjaan kiki? Jawab: Gula pasir 3 kg
= 3000 g
Gula merah 5 ons = 500 g Jadi, berat belanjaan kiki adalah 3000 g gula pasir dan 500 g gula merah. (Fajariah & Triratnawati, 2008:127).
F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam Pembelajaran Matematika Matematika selama ini masih dianggap sebagai pelajaran yang rumit dan memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Untuk itulah peran guru sangat dibutuhkan dalam memilih model pembelajaran yang tepat.
64
Menurut Bourne dalam Fathani (2009:19) matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hanbury dalam Yamin dan Anshari (2009:94) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran matematika yang sesuai dengan teori konstruktivisme, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) belajar matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bermanfaat, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dengan temannya. Berdasarkan kedua pendapat di atas memiliki kesamaan bahwa dalam belajar matematika dapat dilakukan dengan berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam hal ini siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan berdiskusi dengan temannya. Oleh karena itu, model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2013:12) pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
65
Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk semua jenis tugas akademik termasuk matematika. Dalam hal ini menurut Cohen dalam Huda (2013:20) interaksi yang berlangsung antar anggota kelompok bergantung pada struktur penyelesaian tugas tersebut. Misalnya, tugas-tugas yang sudah terstruktur dengan baik, seperti tugas matematika dan komputer, biasanya memiliki prosedur tersendiri yang harus diikuti untuk memperoleh jawaban yang tepat sehingga kecil kemungkinan ada informasi atau gagasan yang perlu didiskusikan bersama. Dalam kasus seperti ini, jenis bantuan yang paling efektif tentu saja adalah memberikan penjelasan (providing explanation). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa dalam memahami materi yaitu model NHT. Menurut Trianto (2009:82) model NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Dalam model NHT guru akan mengecek pemahaman siswa terhadap materi dengan cara memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan untuk itulah tiap anggota kelompok selain bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri juga bertanggung jawab atas pembelajaran anggota kelompoknya. Model NHT lebih cocok diterapkan dalam pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2006 (KTSP) dibandingkan kurikulum 2013. Hal ini berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan
66
menengah bahwa karakteristik pembelajaran dalam kurikulum 2013 berdasarkan pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran) dan tematik (dalam suatu mata pelajaran). Berdasarkan hal tersebut model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning), dan model pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (problem based learning).
67
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus I ini dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu dengan alur perencanaan (planning), implementasi tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting), secara garis besar pelaksanaan dapat didiskripsikan sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Selasa, 28 Oktober 2014. b. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi, absensi, lembar observasi, lembar kerja siswa (LKS) dan soal tes evaluasi (pre test dan post test). c. Berkonsultasi dengan guru kelas dalam pembagian kelompok. d. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan. 1) Topi penomoran siswa. 2) Kalender. 3) Jam dinding. 4) Tabel hubungan antar satuan waktu. 5) Potongan bintang kecil-kecil sebagai tanda penghargaan.
68
6) Buku gemar belajar matematika untuk SD/MI kelas III, Buchori, dkk. e. Menyiapkan materi matematika kelas III semester I yaitu hubungan antar satuan waktu. f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai pedoman dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran.
Adapun
standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus I ini adalah: Standar Kompetensi
: 2.
Menggunakan pengukuran waktu, panjang,
dan
berat
dalam
pemecahan masalah. Kompetensi Dasar
: 2.3 Menghitung
hubungan
antar
satuan waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. Indikator Kompetensi
: a.
Menjelaskan
hubungan
hari,
minggu, bulan, dan tahun. b.
Menjelaskan hubungan hari, jam menit, dan detik.
c.
Menentukan satuan waktu.
69
hubungan
antar
d.
Menyelesaikan soal cerita yang mengandung satuan waktu.
2. Tahap Tindakan Tindakan siklus I dilaksanakan pada semester I, pada hari Selasa 28 Oktober 2014 selama 4 jam pelajaran (10.05-12.55). Pada tahap tindakan siklus I ini ada 23 siswa yang hadir. Pada tahap ini guru kelas III MI Nurul Huda sebagai rekan sejawat peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berpedoman pada Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya, antara lain: a. Kegiatan pendahuluan 1) Guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan berdo’a bersama. 2) Guru menanyakan kabar siswa sekaligus melakukan presensi. 3) Apersepsi. Siswa ditanya “anak-anak siapa yang tahu sekarang hari, tanggal, bulan, dan tahun berapa?” “anak-anak siapa yang punya jam tangan?” “jam berapa sekarang?”. Langkah 1 : Penomoran 4) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pagi hari ini dan menjelaskan model NHT yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.
70
5) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang heterogen (masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang). Ada kelompok segitiga, bintang, belah ketupat, persegi, dan lingkaran. 6) Guru mengatur posisi duduk kelompok. 7) Guru membagikan topi penomoran kepada masing-masing siswa. Siswa diminta untuk menamai topi penomorannya masing-masing. b. Kegiatan inti 1) Eksplorasi Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pre test secara individu. 2) Elaborasi (a) Bernyanyi lagu nama-nama hari. (b) Guru memberikan penjelasan materi dengan bantuan media tabel hubungan antar satuan waktu, kalender dan jam dinding. Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan (c) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dalam hal ini guru meminta siswa mengerjakan LKS. (d) Guru memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok untuk berdiskusi dan menyatukan pendapat serta memastikan anggota kelompoknya mengetahui jawabannya. Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan (e) Guru memanggil salah satu nomor dalam kelompok secara acak.
71
(f) Siswa yang dipanggil nomornya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok yang lain menanggapi. (g) Guru memberikan bintang bagi kelompok yang berhasil menjawab dengan betul. 3) Konfirmasi (a) Memberikan
penguatan
dan
meluruskan
jika
terjadi
kesalahpahaman. (b) Guru memberikan hukuman menyayi di depan kelas bagi kelompok yang mendapat bintang paling sedikit. c. Kegiatan penutup 1) Siswa mengerjakan soal evaluasi. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan datang. 3) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan berdo’a bersama. 3. Tahap Observasi/Pengamatan Tahapan selanjutnya setelah tahap pelaksanaan adalah tahap observasi/pengamatan. Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model NHT dan partisipasi siswa pada saat pembelajaran.
72
4. Tahap Refleksi Tahap akhir dari siklus I ini adalah tahap refleksi. Peneliti mencatat hal-hal yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran untuk dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan siklus II mengacu pada hasil siklus I. Kekurangan yang terdapat pada siklus I diperbaiki dalam siklus II ini. Dalam tahap perencanaan pada siklus II peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu hari Rabu 29 Oktober 2014 selama 2 jam pelajaran (10.05-11.15). b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang mencakup daftar absensi, lembar pengamatan dan soal post test. c. Menyiapkan alat dan media yang di perlukan 1) Tabel tangga satuan panjang. 2) Potongan bintang kecil-kecil sebagai tanda penghargaan. 3) Buku gemar belajar matematika untuk SD/MI kelas III, Buchori, dkk. d. Menyiapkan materi matematika kelas III semester I yaitu hubungan antar satuan panjang. e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
73
Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai pedoman dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran.
Adapun
standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus I ini adalah: Standar Kompetensi
: 2.
Menggunakan
pengukuran
waktu,
panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar
: 2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah.
Indikator Kompetensi
: a. b.
Menyebutkan urutan satuan panjang. Menjelaskan hubungan antar satuan panjang.
c.
Menentukan hubungan antar satuan panjang.
d.
Menyelesaiakan soal
cerita
yang
mengandung hubungan antar satuan panjang. 2. Tahap Tindakan Tindakan siklus II dilaksanakan pada semester I, pada hari Rabu 29 Oktober 2014, selama 2 jam pelajaran (10.05-11.15). Pada tahap
74
tindakan siklus II ini ada 24 siswa yang hadir. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai guru sekaligus pengamat terhadap partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Sementara pengamatan terhadap guru selama mengelola pembelajaran dilakukan oleh rekan guru sejawat. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berpedoman pada Rencana
Pelaksanakan
Pembelajaran (RPP)
yang telah
disusun
sebelumnya, antara lain: a. Kegiatan Pendahuluan 1) Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap belajar. 2) Guru memberikan salam dengan suara keras, jelas dan bersemangat serta bersama-sama siswa membaca “basmalah” sebelum memulai pelajaran. 3) Presensi. 4) Guru mengulas pelajaran pada pertemuan sebelumnya. 5) Apersepsi. Siswa ditanya ”anak-anak sebelum pelajaran matematika jam pelajaran pertama tadi apa?” “anak-anak tadi habis olahraga apa?”. Langkah 1 : Penomoran 6) Menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran hari ini. 7) Guru menjelaskan dengan jelas model NHT yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. 8) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk memakai topi penomorannya, dan berkumpul bersama kelompoknya.
75
9) Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kelompoknya dan menginformasikan pemberian hukuman bagi kelompok yang mendapat bintang paling sedikit. b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi a) Guru menempelkan gambar tangga satuan panjang di papan tulis, siswa diminta mengamati gambar. b) Guru mengecek pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan secara klasikal tentang satuan panjang. 2) Elaborasi a) Guru menjelaskan materi satuan panjang secara jelas dengan menggunakan media penggaris dan gambar tangga satuan panjang. Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan b) Guru mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelompok dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) materi hubungan antar satuan panjang. Langkah 3 : Berpikir Bersama c) Guru menunjuk salah satu siswa menjadi ketua yang bertugas sebagai pengawas dalam kelompok. d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa selama 15 menit untuk berpikir bersama anggota kelompoknya setiap kelompok
76
harus memastikan semua anggota kelompoknya mengetahui jawabannya dan mengetahui cara mengerjakannya. e) Guru memonitor siswa dalam berdiskusi kelompok. f) Guru memberikan bimbingan secara bergantian kepada semua kelompok. Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan g) Guru memanggil salah satu nomor secara acak. Siswa yang dipanggil nomernya yang pertama kali mengacungkan tangan diminta maju kedepan untuk menjawab pertanyaan dan menjelaskannya dengan suara keras (sesekali guru dapat meminta semua siswa yang memiliki nomer kepala yang sama untuk maju secara bersamaan menuliskan jawaban kelompok di papan tulis). h) Sementara kelompok yang lain dengan nomor yang sama menyimak dan menanggapi jawaban dari kelompok lain. i) Guru memberikan bintang kemudian menempelkannya di topi penomoran siswa dan meminta seluruh siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi temannya yang berani maju kedepan dan berhasil menjawab dan menjelaskan dengan benar. 3) Konfirmasi a) Guru memberikan penjelasan ulang dan mengkonfirmasi jika ada jawaban yang kurang tepat.
77
b) Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya jika ada hal yang kurang paham/jelas terutama bagi siswa yang kurang mampu. c) Siswa menyimpulkan materi pelajaran dibimbing oleh guru. d) Guru memberikan hukuman menyayi bagi kelompok yang mendapat bintang paling sedikit. c. Kegiatan Penutup 1) Guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi (post test) dan mengingatkan siswa untuk tidak saling mencontek. 2) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu tentang hubungan antar satuan berat, dan meminta siswa mempelajarinya di rumah. 3) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan berdo’a bersama. 3. Tahap Observasi/Pengamatan Pada
tahap
ini
dilakukan
observasi/pengamatan
terhadap
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, antara lain: 1. Digunakan lembar observasi oleh peneliti yang bertindak sebagai guru
untuk
mengamati
partisipasi
siswa
pada
saat
proses
pembelajaran. 2. Digunakan lembar observasi oleh rekan sejawat untuk mengamati aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
78
4. Tahap Refleksi Tahap akhir dari siklus II ini adalah tahap refleksi. Peneliti mencatat hal-hal yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran. Hasil dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Penelitian ini berhasil jika terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada siklus II ini akan digunakan sebagai bahan acuan untuk merencanakan tindakan kelas siklus III.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III 1. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu 4 November 2014 selama 4 jam pelajaran (07.15-10.05). b. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi, absensi, lembar observasi, dan soal tes. c. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan. 1) Tabel hubungan antar satuan berat. 2) Potongan bintang kecil-kecil sebagai tanda penghargaan. 3) Buku gemar belajar matematika 3 untuk SD/MI oleh Buchori,dkk. d. Menyiapkan materi matematika kelas III semester I dengan materi hubungan antar satuan berat.
79
e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai pedoman dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran.
Adapun
standar
kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus III ini adalah: Standar Kompetensi
: 2.
Menggunakan pengukuran waktu, panjang,
dan
berat
dalam
pemecahan masalah. Kompetensi Dasar
: 2.3 Menghitung
hubungan
antar
satuan waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. Indikator Kompetensi
: a. b.
Menyebutkan urutan satuan berat. Menjelaskan
hubungan
antar
hubungan
antar
satuan berat. c.
Menentukan satuan berat.
d.
Menyelesaikan soal cerita yang mengandung satuan berat.
2. Tahap Tindakan Tindakan siklus III dilaksanakan pada semester I, pada hari Selasa 4 November 2014, selama 4 jam pelajaran (07.15-10.05). Pada tahap
80
tindakan siklus III ini ada 24 siswa yang hadir. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai guru sekaligus pengamat terhadap partisipasi siswa. Sementara pengamatan terhadap keterampilan mengajar guru dilakukan oleh rekan guru sejawat. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berpedoman pada Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya, antara lain: a. Kegiatan pendahuluan 1) Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap belajar. 2) Guru memberikan salam dengan suara keras dan jelas serta meminta ketua kelas memimpin do’a bersama. 3) Guru menanyakan kabar siswa sekaligus mengecek kehadiran siswa. 4) Guru mengulas pelajaran pada pertemuan sebelumnya. 5) Apersepsi. Siswa ditanya “anak-anak siapa yang tadi pagi sarapan lauk telur?” “siapa yang pernah disuruh ibunya pergi membeli telur, gula, tepung di warung?” “disuruh beli berapa?” “anak-anak siapa yang pernah menimbang berat badannya?”. 6) Guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran hari ini. Langkah 1 : Penomoran 7) Guru menjelaskan secara jelas langkah-langkah model NHT. 8) Guru meminta siswa segera mempersiapkan diri bersama kelompoknya dan memakai topi penomorannya masing-masing.
81
9) Guru memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran. b. Kegiatan inti 1) Eksplorasi a) Guru menempel media gambar satuan berat di papan tulis. b) Guru meminta siswa mengamati gambar tangga satuan berat. c) Guru memberikan pertanyaan secara klasikal kepada siswa tentang satuan berat. 2) Elaborasi a) Guru menjelaskan materi satuan berat dengan menggunakan media gambar tangga satuan berat dengan jelas dan suara keras. b) Bersama menyanyikan lagu tangga satuan berat sebanyak 3 kali. c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dimengerti terutama bagi siswa yang lemah pemahamannya. d) Guru memberikan penjelasan ulang tentang materi yang kurang dipahami oleh siswa. Langkah 2 : Mengajukan pertanyaan e) Guru mengajukan pertanyaan hubungan antar satuan berat dalam bentuk lembar kerja serta membagikan lembar kerja siswa dan meminta siswa mengerjakan bersama kelompoknya.
82
Langkah 3 : Berpikir bersama f) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi bersama anggota kelompoknya selama 25 menit dan mengingatkan bahwa setiap kelompok harus memastikan semua anggota kelompoknya mengetahui jawabannya dan proses memperoleh jawaban tersebut. g) Guru menunjuk siswa sebagai ketua untuk mengawasi sekaligus membantu temannya yang kurang mampu. h) Guru berkeliling kelas untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok. i) Guru memastikan semua anggota kelompok terlibat dalam diskusi kelompok. Langkah 4: Menjawab pertanyaan j) Guru menunjuk nomer secara acak, dan bagi siswa yang mengacungkan
tangan
duluan
diminta
maju
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya dengan suara keras dan jelas (sesekali guru dapat meminta semua siswa yang memiliki nomer kepala yang sama untuk maju secara bersamaan menuliskan jawaban kelompok di papan tulis). j) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain yang memiliki nomer kepala yang sama menanggapi jawaban temannya yang maju ke depan kelas.
83
k) Guru memberiakan hadiah dua bintang bagi siswa yang berhasil mempresentasikan hasil diskusi dengan jawaban yang tepat dengan suara keras dan jelas. l) Guru meminta semua siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi temannya yang berani maju ke depan kelas. 3) Konfirmasi a) Guru mengkonfirmasi jawaban yang kurang tepat. b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal yang belum jelas. c) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini. c. Kegiatan penutup 1) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru memberikan tindakan yang tegas terhadap siswa yang mencontek. 2) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan berdo’a bersama. 3. Tahap Observasi /Pengamatan Pada
tahap
ini
dilakukan
observasi/pengamatan
terhadap
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, antara lain: a. Digunakan lembar observasi oleh peneliti yang bertindak sebagai guru untuk mengamati partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran. b. Digunakan lembar observasi oleh rekan sejawat untuk mengamati aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
84
4. Tahap Refleksi Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III mengalami peningkatan yang signifikan. Kendala-kendala yang terjadi pada siklus II dapat diatasi pada siklus III ini. Penelitian dihentikan sampai siklus III, karena penelitian ini dianggap telah berhasil dan hasilnya memuaskan. Untuk data hasil penelitian yang diperoleh akan dipaparkan pada bab hasil penelitian dan pembahasan.
85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Hasil Belajar Siswa Pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar
pada
siklus
I
dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Oktober 2014 dengan jumlah 23 siswa yang hadir dengan materi pokok hubungan antar satuan waktu. Adapun proses belajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Sebagai patokan ketuntasan digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas III pada mata pelajaran matematika yaitu 65. Berdasarkan hasil pre test dan post test diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I Kode Siswa KKM Pre test Post test ARK 65 30 60 IR 65 20 30 AA 65 20 70 BZ 65 10 50 DS 65 45 80 FM 65 20 40 LCA 65 40 70 MAR 65 20 30 MES 65 30 30 NN 65 20 30 NA 65 0 50 NS 65 0 30 NLA 65 30 50 86
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I Kode Siswa KKM Pre test Post test RZ 65 35 70 SI 65 30 70 SZ 65 SS 65 10 30 UN 65 40 70 ZFR 65 10 80 SW 65 0 0 TTDH 65 30 40 DA 65 30 70 UA 65 20 40 AAR 65 MA 65 20 40 Jumlah ⅀510 ⅀1130 Nilai rata-rata 22,17 49,13 Jumlah siswa yang tuntas 0 siswa/0% 8 siswa/34,78% Jumlah siswa yang belum 23 siswa/100% 15 siswa/65,21% tuntas Peningkatan yang terjadi 8 siswa/34,78%
No 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa antara pre test dan post test mengalami peningkatan. Pada siklus I ini hasil pre test siswa menunjukkan belum ada siswa yang tuntas dalam belajar dengan rata-rata kelas 22,17. Setelah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model NHT hasil post test menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar sebanyak 8 siswa atau 34,78% siswa yang tuntas dalam belajar dengan rata-rata 49,13. Namun demikian, masih ada siswa yang belum tuntas sebanyak 15 siswa atau 65,21%. Perbandingan hasil belajar antara siswa tuntas dan belum tuntas tersaji pada gambar 4.1.
87
Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Hasil belajar pada siklus I belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I ini terdapat faktor pendukung dan penghambat dari guru dan siswa beserta ide perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Berikut ini tabel hasil pengamatan dan penjelasannya b. Hasil Pengamatan Guru Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Kegiatan
Memberi salam dan memimpin do’a.
Skala Hal yang Hal yang penilaian mendukung menghambat 4 3 2 1 Guru ikut berdo’a Guru tidak bersama siswa. menyiapkan siswa.
Apersepsi.
Sudah tepat.
88
Rencana perbaikan Guru menyiapkan siswa sebelum mengucapkan salam.
Kegiatan
Skala Hal yang penilaian mendukung 4 3 2 1 Keterampilan menggunakan model NHT. a. Mengelompok Guru sudah baik kan dan dalam mengatur mengelompokkan siswa ke siswa. dalam kelompok belajar heterogen. b. Menjelaskan langkahlangkah pembelajaran NHT.
c. Membimbing kelompok mengerjakan LKS. d. Mendorong siswa untuk aktif dalam diskusi. e. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran. Kemampuan dalam menjelaskan materi.
Guru kurang paham dengan langkahlangkah NHT sehingga kurang jelas dalam menjelaskan langkahlangkah pembelajaran NHT.
Guru kurang dalam memotivasi siswa. Pengawasan guru kurang optimal.
Penguasaaan materi oleh guru sudah bagus.
89
Rencana perbaikan
Kurang sabar Guru harus lebih dalam mengatur sabar dalam kelompok. mengatur kelompok.
Belum optimal.
Hal yang menghambat
Guru kurang jelas dan terlalu singkat dalam memberikan penjelasan materi (kurang
Sebelum memulai pembelajaran guru harus mempelajari langkah-langkah NHT dengan seksama sehingga dapat menjelaskan langkah-langkah pembelajaran NHT dengan jelas. Lebih ditingkatkan dalam membimbing siswa. Guru harus bersemangat memotivasi siswa. Guru harus sering berkeliling dan mengawasi kelompok. Guru harus lebih jelas dalam menjelaskan materi dan memberikan contoh soal
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1
Penggunaan media.
Penggunaan bahasa (lancar, sopan, intonasi) Pemberian pertanyaan.
Menyimpulkan materi pembelajaran.
Penggunaan media sudah tepat dan sesuai materi.
Hal yang menghambat
Rencana perbaikan
dalam memberikan contoh soal). Guru kurang mengoptimalka n penggunaan media papan tulis.
yang cukup.
Guru kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya dan tidak ada inisiatif dari guru untuk memancing siswa mengajukan pertanyaan sehingga mengakibatkan siswa malu untuk bertanya. Waktu mengerjakan evaluasi melebihi dari waktu yang ditetapkan.
Memberikan kesempatan seluas-luasnya dan harus bisa memancing siswa agar berani bertanya.
Guru tidak memberikan kesimpulan hasil pembelajaran.
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Harus mengoptimalkan media papan tulis.
Sudah baik.
Kemampuan melakukan evaluasi.
Memberikan penghargaan individu dan kelompok.
Hal yang mendukung
Soal yang diberikan jelas.
Pelaksanaannya harus sesuai waktu yang ditetapkan.
Guru memberikan tanda bintang bagi kelompok yang berhasil menjawab dengan benar.
90
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1
Kemampuan guru dalam menutup pembelajaran.
Ketepatan menggunakan jam pelajaran.
Hal yang mendukung
Hal yang menghambat
Guru memimpin do’a dan ikut berdo’a bersama siswa.
Rencana perbaikan
pembelajaran. a. Guru tidak a. guru menginformasi memberikan kan materi yang informasi materi akan dipelajari yang akan selanjutnya dipelajari b. Guru belum selanjutnya. mengkondisika b. n kelas ketika mengkondisikan mengucapkan kelas sebelum salam. menutup pelajaran. Kegiatan Guru harus diskusi pandai mengatur menghabiskan waktu. banyak waktu.
c. Hasil Pengamatan Siswa Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1
Siswa menjawab salam dan berdo’a.
Siswa memperhatikan penjelasan materi.
Hal yang mendukung
91
Hal yang menghambat
Rencana perbaikan
Masih ada beberapa siswa yang belum siap memulai pelajaran (masih jalan-jalan) dan tidak menjawab salam dari guru. Sebagian siswa tidak fokus/tidak memperhatikan (ada yang ngantuk,
Sebelum memulai pelajaran guru mengkondisikan siswa.
Guru harus tegas dan menegur siswa yang tidak memperhatikan
Kegiatan
Siswa mengajukan pertanyaan.
Siswa menjawab pertanyaan.
Siswa aktif dalam kegiatan diskusi.
Keberanian dalam mempresentasik an hasil diskusi di depan kelas.
Siswa mengerjakan soal evaluasi
Skala penilaian 4 3 2 1
Hal yang mendukung
Hal yang menghambat
Rencana perbaikan
melamun, bermain/bergurau). Siswa pasif dan takut bertanya.
dan memotivasi siswa. Guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya dan memancing rasa ingin tahu siswa agar tidak takut bertanya. Beberapa siswa Guru harus tidak menjawab memotivasi pertanyaan yang siswa. diajukan guru. Hanya siswa yang a. Guru pintar saja yang membimbing mendominasi siswa yang pasif dalam kelompok, agar aktif dalam siswa yang kurang kelompok. pasif dalam b. guru kelompok. menunjuk siswa yang pintar menjadi penanggung jawab kelompok. Ada siswa yang a. Ada siswa belum Memotivasi bersemangat siap dan masih siswa agar tidak maju karena akan malu-malu bila malu. mendapat hadiah diminta maju. bintang. b. Sebagian siswa berani maju tapi tidak berani mempresentasikan dengan suara keras.
Siswa mengerjakan dengan tertib.
92
Masih banyak siswa yang mencontek anggota kelompoknya yang pintar.
Guru harus menegur dan mengingatkan siswa agar jujur dalam mengerjakan
Skala penilaian 4 3 2 1
Kegiatan
Siswa menjawab salam.
Hal yang mendukung
Hal yang menghambat
Rencana perbaikan
soal evaluasi. Ada beberapa Guru mengulang siswa yang tidak salam sampai menjawab salam siswa menjawab guru.
1) Hal-hal yang mendukung Guru: a) Guru ikut berdo’a bersama siswa. b) Guru dalam menyampaikan apersepsi sudah tepat. c) Guru sudah baik dalam mengelompokkan siswa. d) Penguasaan materi oleh guru sudah bagus. e) Penggunaan media sudah tepat dan sesuai materi. f) Penggunaan bahasa sudah lancar dan sopan. g) Soal evaluasi yang diberikan jelas. h) Guru memberikan tanda bintang bagi kelompok yang menjawab dengan benar. i) Guru memimpin do’a dan ikut berdo’a bersama siswa. Siswa: a) Ada siswa yang bersemangat maju demi mendapatkan bintang. b) Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tertib. 2) Hal-hal yang menghambat Guru: a) Guru tidak menyiapkan siswa sebelum mengucapkan salam.
93
b) Guru kurang sabar dalam mengatur kelompok. c) Guru kurang jelas dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran NHT. d) Belum optimal dalam membimbing siswa mengerjakan LKS. e) Guru belum optimal dalam mendorong siswa untuk aktif dalam diskusi. f) Pengawasan guru dalam diskusi kelompok kurang optimal. g) Guru kurang jelas dan terlalu singkat dalam memberikan penjelasan materi. h) Guru kurang mengoptimalkan penggunaan media papan tulis. i) Guru kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya dan tidak ada inisiatif dari guru untuk memancing siswa mengajukan pertanyaan sehingga mengakibatkan siswa malu bertanya. j) Guru tidak memberikan kesimpulan hasil pembelajaran. k) Guru tidak menginformasikan materi yang akan dipelajari selanjutnya. l) Waktu mengerjakan evaluasi melebihi dari waktu yang ditentukan. Siswa: a) Masih ada beberapa siswa yang belum siap memulai pelajaran dan tidak menjawab salam dari guru.
94
b) Sebagian siswa tidak fokus memperhatikan (ada yang ngantuk, melamun, bergurau). c) Siswa pasif dan takut bertanya. d) Beberapa siswa tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. e) Hanya siswa yang pintar saja yang mendominasi dalam kelompok, siswa yang kurang pintar pasif dalam kelompok. f) Ada siswa yang belum siap dan masih malu-malu bila diminta maju. g) Siswa tidak berani mempresentasikan dengan suara keras. h) Dalam mengerjakan soal evaluasi masih banyak siswa yang mencontek anggota kelompoknya yang pintar. 3) Ide Perbaikan Guru: a) Guru
terlebih
dahulu
menyiapkan
siswa
sebelum
mengucapkan salam. b) Guru harus lebih sabar dalam mengatur kelompok. c) Guru terlebih dahulu mempersiapkan diri mempelajari langkah-langkah model NHT sehingga dalam memberikan instruksi kepada siswa dapat menjelaskan dengan jelas. d) Guru menunjuk ketua dalam kelompok untuk mengawasi temannya.
95
e) Lebih ditngkatkan dalam membimbing siswa mengerjakan LKS. f) Guru harus lebih memotivasi siswa agar aktif dalam diskusi. g) Guru harus sering berkeliling dan mengawasi kelompok. h) Guru harus lebih jelas dalam menjelaskan materi dan mengoptimalkan penggunaan media papan tulis. i) Guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya dan memancing siswa agar berani bertanya. j) Memberikan teguran kepada siswa yang ketahuan mencontek dan memperhatikan ketepatan waktu. k) Guru harus membimbing siswa dalam membuat kesimpulan pembelajaran. l) Guru
menginformasikan
materi
yang
akan
dipelajari
selanjutnya. m) Guru harus mengkondisikan siswa sebelum menutup pelajaran.
2. Siklus II a. Hasil Belajar Siswa Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Oktober 2014 dengan jumlah 24 siswa yang hadir dengan materi pokok hubungan antar satuan panjang. Berdasarkan evaluasi pembelajaran siswa pada siklus II setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diperoleh data sebagai berikut:
96
Tabel 4.4 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II Kode Siswa KKM Post test Keterangan ARK 65 75 Tuntas IR 65 60 Belum Tuntas AA 65 70 Tuntas BZ 65 60 Belum Tuntas DS 65 75 Tuntas FM 65 65 Tuntas LCA 65 95 Tuntas MAR 65 10 Belum Tuntas MES 65 40 Belum Tuntas NN 65 70 Tuntas NA 65 20 Belum Tuntas NS 65 70 Tuntas NLA 65 85 Tuntas RZ 65 50 Belum Tuntas SI 65 95 Tuntas SZ 65 85 Tuntas SS 65 70 Tuntas UN 65 20 Belum Tuntas ZFR 65 85 Tuntas SW 65 0 Belum Tuntas TTDH 65 80 Tuntas DA 65 85 Tuntas UA 65 65 Tuntas AAR 65 MA 65 70 Tuntas Jumlah ⅀1500 Rata-rata 62,5 Jumlah siswa yang tuntas 16 siswa/66,7% Jumlah siswa yang belum tuntas 8 siswa/33,3%
Berdasarkan data dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa siswa yang telah tuntas sebanyak 16 siswa atau 66,7% dari seluruh siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa atau 33,3%
97
dengan nilai rata-rata kelas yaitu 62,5. Perbandingan hasil belajar antara siswa tuntas dan belum tuntas tersaji pada gambar 4.2.
Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Hasil belajar pada siklus II sudah menunjukkan hasil yang memuaskan, namun hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu
siswa yang tuntas belajar. Oleh
karena itu perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus II ini, terdapat faktor pendukung dan penghambat dari guru dan siswa beserta ide perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Berikut ini tabel hasil pengamatan dan penjelasannya:
98
b. Hasil Pengamatan Guru
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1 Memberi salam dan memimpin do’a.
Hal yang mendukung a.Guru menyiapkan siswa sebelum berdo’a. b. Guru ikut berdo’a bersama siswa. c. suara guru keras. Apersepsi. Sudah bagus. Keterampilan menggunakan model NHT a. Menyiapkan Guru sudah baik siswa dalam dalam menyiapkan kelompok. siswa dalam kelompok. b. Menjelaskan langkahlangkah pembelajaran NHT. c. Membimbing kelompok mengerjakan LKS d. Mendorong siswa untuk aktif dalam diskusi e. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran. Kemampuan dalam menjelaskan
Sudah jelas.
baik
Beberapa siswa ramai ketika diminta menyiapkan diri.
Guru mengkondisi kan siswa.
Belum optimal.
Harus lebih telaten.
Belum optimal.
Guru harus sering berkeliling.
Guru sudah dapat mengenali nama siswa sehingga mudah berinteraksi.
Perbaikan
dan
Hal yang menghambat
a. Guru menyampaikan tujuan
99
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1
materi.
Penggunaan media. Penggunaan bahasa (lancar, sopan, intonasi). Pemberian pertanyaan.
Kemampuan melakukan evaluasi.
Memberikan penghargaan individu dan kelompok.
Hal yang mendukung pembelajaran. b. Guru menguasai materi ajar dengan baik dan menyampaikan materi dengan jelas. c. Guru memberikan penjelasan ulang bagi siswa yang kesulitan memahami materi. Penggunaan media sudah tepat. Penggunaan bahasa sudah lancar, dan sopan.
Hal yang menghambat
Guru sudah bisa Beberapa memancing siswa siswa masih mengajukan takut bertanya pertanyaan.
Perbaikan
Intonasi suara perlu diperbaiki.
Guru mengajukan pertanyaan pada siswa yang tidak memperhatikan. a. Soal yang Masih ada Guru diberikan jelas. beberapa siswa memperingat b. Kemandirian mencontek kan siswa dalam temannya. yang mengerjakan mencontek evaluasi sudah akan diambil meningkat. lembar jawabnya. a. Guru memberikan tanda bintang bagi kelompok yang berhasil menjawab dan mempresentasikan dengan benar dan suaranya keras. b. Memberi tepuk 100
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1
Menyimpulkan materi pembelajaran.
Kemampuan guru dalam menutup pembelajaran.
Hal yang mendukung tangan yang meriah bagi siswa yang berani maju ke depan. Guru dan siswa bersama-sama merumuskan materi pembelajaran. Guru sudah mengkondisikan siswa sebelum mengucapkan salam.
Ketepatan menggunakan jam pelajaran
Hal yang menghambat
Perbaikan
Penggunaan waktu masih melebihi dari waktu normal.
c. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1
Siswa menjawab salam dan berdo’a.
Siswa memperhatikan penjelasan materi.
Siswa mengajukan pertanyaan.
Hal yang mendukung Siswa bersemangat dan kompak menjawab salam dari guru. Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan materi dari guru. Siswa sudah mulai berani bertanya.
101
Hal yang menghambat
Rencana perbaikan
Beberapa siswa masih ada yang kurang memperhatikan (melamun). Masih ada siswa yang malu bertanya
Guru harus lebih tegas terhadap siswa yang kurang memperhatikan. Guru harus lebih memotivasi agar siswa tidak malu
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1
Siswa menjawab pertanyaan.
Siswa aktif dalam kegiatan diskusi.
Keberanian mempresentasik an hasil diskusi di depan kelas Siswa mengerjakan soal evaluasi
Siswa menjawab salam
Hal yang mendukung
Hal yang menghambat
Sebagian besar siswa sudah menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Ada beberapa siswa yang diam, masih takut salah/ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan dari guru. Sebagian besar Masih ada siswa sudah beberapa siswa mulai aktif dalam yang tidak aktif kelompoknya dalam proses masing-masing. berdiskusi (bermain sendiri).
Sebagian siswa sudah bersemangat maju.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan suara yang sangat pelan. Sebagian siswa Masih ada sudah memiliki beberapa siswa kemandirian yang tidak jujur dalam dalam mengerjakan mengerjakan soal soal evaluasi evaluasi.
Siswa menjawab salam dari guru dengan kompak.
102
Rencana perbaikan bertanya. Guru harus meyakinkan/me motivasi siswa agar berani dan tidak takut salah. Guru lebih memberikan motivasi pada siswa yang pasif agar aktif dalam kelompok dan meminta teman sekelompoknya membimbing temannya yang pasif. Guru meminta siswa mempresentasik an dengan suara keras. Guru memperingatkan untuk bekerja sendiri dan akan mengambil lembar jawaban siswa yang ketahuan mencontek.
1) Hal-hal yang mendukung Guru: a) Guru terlebih dahulu menyiapkan siswa, suara guru keras dan semangat dalam mengucapkan salam dan ikut berdo’a bersama. b) Apersepsi sudah tepat. c) Guru sudah baik dan jelas dalam menjelaskan langkah-langkah NHT. d) Guru sudah baik dalam menyiapkan siswa dalam kelompok. e) Guru sudah baik dalam menjelaskan langkah-langkah NHT. f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. g) Guru menguasai materi ajar dengan baik dan memberikan penjelasan ulang bagi siswa yang lemah/kesulitan dalam memahami materi. h) Guru sudah dapat mengenali nama siswa sehingga mudah berinteraksi. i) Guru sudah memancing siswa agar berani bertanya. j) Guru
bersama-sama
siswa
memyimpulkan
materi
pembelajaran. Siswa: a) Siswa bersemangat dalam menjawab salam dari guru. b) Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan materi dari guru.
103
c) Sebagian siswa sudah berani bertanya. d) Sebagian siswa sudah berani menjawab pertanyaan dari guru. e) Siswa sudah bersemangat maju ke depan kelas. f) Sebagian siswa sudah terbiasa dengan model NHT dan mulai aktif dalam kelompoknya masing-masing. g) Sebagian besar siswa sudah memiliki kemandirian dalam mengerjakan soal evaluasi. h) Siswa menjawab salam penutup dari guru dengan kompak. 2) Hal-hal yang menghambat Guru: a) Ada siswa yang ramai ketika diminta menyiapkan diri. b) Kegiatan membimbing siswa mengerjakan LKS belum optimal. c) Kegiatan pengawasan terhadap jalannya evaluasi belum optimal sehingga masih ada siswa yang mencontek. d) Penggunaan waktu masih melebihi dari waktu normal. Siswa: a) Beberapa siswa masih ada yang kurang memperhatikan. b) Masih ada siswa yang malu bertanya. c) Ada beberapa siswa yang masih takut/ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan dari guru. d) Masih ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam proses diskusi.
104
e) Masih ada beberapa siswa yang malu jika diminta maju ke depan kelas dan kurang keras/berani dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. f) Ada beberapa siswa yang tidak ikut dalam meyimpulkan materi. g) Masih ada beberapa siswa yang tidak jujur dalam mengerjakan soal evaluasi. 3) Ide perbaikan a) Guru
harus
lebih
telaten
dalam
membimbing
siswa
mengerjakan LKS. b) Lebih memberikan perhatian pada siswa yang pasif dan memberikan hukuman menyanyi
bagi
kelompok yang
mendapat bintang paling sedikit. c) Guru memotivasi siswa untuk ikut serta meyimpulkan materi. d) Guru
mengajukan
pertanyaan
pada
siswa
tidak
memperhatikan. e) Guru memperingatkan siswa yang ketahuan mencontek akan diambil lembar jawabnya. f) Guru memberikan dua bintang bagi siswa/kelompok yang dapat mempresentasikan dengan suara keras dan memberikan motivasi untuk menambah rasa percaya diri siswa.
105
3. Siklus III a. Hasil Belajar Siswa Siklus III dilaksanakan pada hari Selasa, 4 November 2014 dengan jumlah 24 siswa yang hadir dengan materi pokok hubungan antar satuan berat. Adapun hasil dari evaluasi (post test) setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat diketahui pada tabel 4.7 di bawah ini: Tabel 4.7 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III Kode Siswa KKM Post Test Keterangan ARK 65 45 Belum Tuntas IR 65 95 Tuntas AA 65 100 Tuntas BZ 65 85 Tuntas DS 65 90 Tuntas FM 65 90 Tuntas LCA 65 100 Tuntas MAR 65 80 Tuntas MES 65 70 Tuntas NN 65 85 Tuntas NA 65 75 Tuntas NS 65 85 Tuntas NLA 65 80 Tuntas RZ 65 95 Tuntas SI 65 90 Tuntas SZ 65 95 Tuntas SS 65 75 Tuntas UN 65 95 Tuntas ZFR 65 100 Tuntas SW 65 40 Belum Tuntas TTDH 65 85 Tuntas DA 65 100 Tuntas UA 65 100 Tuntas AAR 65 MA 65 90 Tuntas Jumlah ⅀2045
106
No
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III Kode Siswa KKM Post Test Keterangan Rata-rata 85,20 Jumlah siswa yang tuntas 22 siswa/91,67% Jumlah siswa yang belum tuntas 2 siswa/8,3%
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh data terdapat 22 siswa atau 91,67% yang tuntas dalam belajar, dan 2 siswa atau 8,3% belum tuntas dalam belajar dengan nilai rata-rata kelas yaitu 85,20. Perbandingan hasil belajar siswa yang tuntas dan belum tuntas tersaji pada gambar 4.3.
Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III Tuntas Belum Tuntas
Gambar 4.3 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.3 ketuntasan klasikal sudah mencapai
Siswa yang tuntas belajar dalam siklus III ini
sudah mencapai 91,67%. Berdasarkan pengamatan faktor pendukung mengalami peningkatan, sedangkan faktor penghambat berkurang
107
pada pelaksanaan siklus III ini. Berikut tabel hasil pengamatan beserta penjelasannya: b. Hasil Pengamatan Guru
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Guru Siklus III
Kegiatan
Skala Hal yang penilaian mendukung 4 3 2 1 Memberi salam dan Guru kreatif memimpin do’a mengkondisikan (mengkondisikan siswa sebelum kelas). berdo’a. Apersepsi. Sudah bagus. Keterampilan menggunakan model NHT a. Menyiapkan siswa Sudah baik. dalam kelompok. b. Menjelaskan Sudah baik dan jelas. langkah-langkah pembelajaran NHT. c. Membimbing Sudah bagus dan siswa mengerjakan telaten. LKS d. Mendorong siswa Sudah baik. untuk aktif dalam diskusi. e. Mengawasi setiap Guru sering kelompok secara berkeliling. bergiliran. Kemampuan dalam a. Guru menjelaskan materi. menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Guru menguasai materi ajar dengan baik dan menyampaikan materi dengan jelas. Penggunaan media. Penggunaan media sudah tepat.
108
Hal yang menghambat
Perbaikan
Kegiatan
Penggunaan bahasa (lancar, sopan, intonasi). Pemberian pertanyaan. Kemampuan melakukan evaluasi. Memberikan penghargaan individu dan kelompok.
Skala Hal yang penilaian mendukung 4 3 2 1 Penggunaan bahasa sudah lancar, sopan.
Sudah baik.
Soal yang diberikan jelas. Guru mengapresiasi siswa dengan memberikan dua bintang dan tepuk tangan yang meriah bagi siswa yang berani maju ke depan dan memperesentasikan hasil diskusi dengan suara jelas dan keras. Guru sudah berinteraksi dengan siswa. Guru sudah mengkondisikan siswa sebelum mengucapkan salam. Sudah sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Menyimpulkan materi pembelajaran.
Kemampuan guru dalam menutup pembelajaran.
Ketepatan menggunakan jam pelajaran.
109
Hal yang menghambat
Perbaikan
intonasi suara perlu diperbaiki.
Masih ada 2 siswa yang kurang berani mempresenta sikan dengan suara jelas dan keras.
c. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Siswa Siklus III
Kegiatan
Skala penilaian 4 3 2 1
Siswa menjawab salam dan berdo’a.
Siswa aktif dalam kegiatan diskusi.
Siswa mengerjakan soal evaluasi. Siswa menjawab
Hal yang menghambat
a. Pembiasaan membaca Asmaul Husna/mengaji selama 15 menit sebelum memulai pelajaran. b. Siswa menjawab salam dengan kompak. Siswa sangat Ada 1 siswa antusias dengan yang tidur saat penjelasan dari guru. guru menjelaskan. Siswa sudah berani bertanya.
Siswa memperhatikan penjelasan materi. Siswa mengajukan pertanyaan. Siswa menjawab pertanyaan.
Keberanian mempresentasik an hasil diskusi
Hal yang mendukung
Siswa sangat antusias menjawab pertanyaan guru. Siswa sudah terbiasa berdiskusi dan tidak canggung dalam mengutarakan pendapatnya serta kerjasama antar anggota kelompok meningkat. Siswa semangat dan berani mempresentasikan dengan suara keras. Siswa paham dengan soal yang diberikan guru. Siswa menjawab 110
Masih ada 2 siswa yang presentasi dengan suara pelan.
Rencana perbaikan
Skala penilaian 4 3 2 1
Kegiatan
salam.
Hal yang mendukung
Hal yang menghambat
Rencana perbaikan
salam dari guru dengan kompak.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus III hal-hal yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran sudah berkurang. Guru sudah terampil dalam menerapkan model pembelajaran NHT dan partisipasi siswa sudah menunjukkan peningkatan, dari segi evaluasi hasl belajar menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Untuk itu penelitan berhenti pada siklus III ini.
B. Pembahasan Berdasarkan analisis pengumpulan data maka diperoleh kesimpulan tentang data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini: Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Ketuntasan Belajar Tuntas Belum tuntas Nilai rata-rata siswa
Siklus I
Post Test
Post Test
Pre test
Post test
Siklus II
Siklus III
0 (0%)
8 (34,78%)
16 (66,7%)
22 (91,67%)
23 (100%) 15 (65,21%)
8 (33,3%)
2 (8,3%)
62,5
85,20
22,17
49,13
111
Analisis data tentang nilai siswa dalam tabel 4.10 menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar setelah diadakannya tindakan. Dari analisis data tentang hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan hasil pre test belum ada siswa yang tuntas dalam belajar, setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebanyak 8 siswa atau 34,78% tuntas dalam belajar. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 66,7%, yang belum tuntas berkurang menjadi 33,3%. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas mencapai 91,67%, dan yang belum tuntas hanya 8,3% saja. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 49,13 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 62,5, dan pada siklus III nilai rata-rata juga meningkat mencapai 85,20. Pada pelaksanaan siklus III ketuntasan klasikal telah tercapai yaitu 91,67% siswa tuntas secara klasikal yang mana telah melebihi dari kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan sebasar
siswa tuntas secara klasikal.
Meningkatnya hasil belajar dari siklus I ke siklus III disebabkan karena pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat menambah/memperjelas pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari dan merangsang partisipasi siswa dalam diskusi kelompok. Dengan memerhatikan pembahasan hasil penelitian di atas peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya, dengan kata lain penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) di MI Nurul Huda Raji dapat meningkatkan hasil
112
belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan.
113
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan melalui beberapa rangkaian tindakan dimulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III serta berdasarkan seluruh pembahasan dan hasil analisis data yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III mata pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan. Indikator tersebut dapat terlihat dari nilai post test siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I terdapat 8 siswa atau 34,78% siswa yang tuntas dalam belajar dan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa atau 65,21% dengan nilai rata-rata 49,13. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 16 siswa atau 66,7% dan yang belum tuntas berkurang menjadi 8 siswa atau 33,3% dengan nilai rata-rata 62,5. Pada pelaksanaan siklus III jumlah siswa yang tuntas mencapai 22 siswa atau 91,67% dan yang belum tuntas hanya 2 orang siswa saja atau 8,3% dengan nilai rata-rata 85,20.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai masukan , antara lain:
114
1. Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah hendaknya selalu memotivasi dan memfasilitasi guru untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya dengan mengikuti seminar-seminar dan pelatihan tentang model pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi Guru a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) hendaknya diterapkan kembali pada pokok bahasan yang lain pada pelajaran matematika pada khususnya dan mata pelajaran yang lain pada umumnya karena terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika. b. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya guru melakukan persiapan yang matang dengan telebih dahulu memahami langkah-langkah yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yang berpedoman pada RPP yang telah disusun sebelumnya. c. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang jelas tentang langkahlangkah model Numbered Head Together NHT agar siswa tidak bingung dan menyamakannya dengan model diskusi biasa.
115
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ahmadi, Lif Khoiru, & Sofan Amri. 2011. Paikem Gembrot Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (Sebuah Analisis Teoritis, Konseptual, dan Praktik). Jakarta: PT Prestasi Pustaka Karya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Buchori, Jumadi, & Erna Juliatun. 2007. Gemar Belajar Matematika. Semarang: Aneka ilmu. Daryanto, & Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media. Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Dimyati, & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Fajariah, Nur, & Defi Triratnawati. 2008. Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI Kelas 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Departeman Pendidikan Nasional. Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: ArRuzz Media. Fathurrohman, Pupuh, & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami. Bandung: PT Refika Aditama. Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamid, Moh Sholeh. 2011. Metode Edutainment. Jogjakarta: Diva Press. Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
116
Isjoni. 2013. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Jannah, Raodatul. 2011. Membuat Anak Cinta Matematika dan Eksak Lainnya. Jogjakarta: Diva Press. Johnson, W David, Roger T Johnson, & Edythe Johnson Holubec. 2004. Colaborative Learning: Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama. Terjemahan oleh Narulita Yusron. 2010. Bandung: Nusa Media. Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Lulusan Matematika. Jakarta. --------------------------. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Ratri, Dian kartika. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Materi Sifat Bangun Ruang, (Online), (http://library.ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/3cc6365ee507e46c.pdf, diakses 6 Mei 2014). Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Susilo. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
117
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. ------------------. 2011. Teori Motivasi & pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, Martinis, & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
118
LAMPIRAN 119
Lampiran RPP Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: MI Nurul Huda Raji Demak
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: III/I
Alokasi Waktu
: 4 x 35 menit
Hari Pelaksanaan
: Selasa, 28 Oktober 2014
Jam
: 10.05-12.55
A. STANDAR KOMPETENSI Geometri dan pengukuran 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah. B. KOMPETENSI DASAR 2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat. C. INDIKATOR a. Menjelaskan hubungan hari, minggu, bulan, dan tahun. b. Menjelaskan hubungan hari, jam, menit, dan detik. c. Menentukan hubungan antar satuan waktu. d. Menyelesaikan soal cerita yang mengandung hubungan antar satuan waktu.
120
D. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Dengan penjelasan dari guru siswa dapat menjelaskan hubungan hari, minggu, bulan, dan tahun dengan benar. b. Dengan penjelasan dari guru siswa dapat menjelaskan hubungan hari, jam, menit, dan detik dengan benar. c. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat menentukan hubungan antar satuan waktu dengan benar. d. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung hubungan antar satuan waktu dengan benar. E. MATERI AJAR 1) Hubungan hari, minggu, bulan, dan tahun (a) Nama-nama hari Nama-nama hari terdiri atas Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at. Sabtu, dan Minggu. (b) Nama-nama Bulan Nama-nama bulan terdiri atas Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. 1
tahun
= 12 bulan
1
bulan
= 30 hari
1
minggu
= 7 hari
1
bulan
= 4 minggu
121
2) Hubungan hari, jam, menit, dan detik 1 hari
= 24 jam
1 jam
= 60 menit
1 menit
= 60 detik
Jadi, 1 jam
= 3.600 detik
3) Menentukan hubungan antar satuan waktu Contoh soal: Tentukan hubungan antar satuan waktu berikut ini! a. 2 minggu = Jawab
...
=2
b. 3 bulan = Jawab
c. 3 bulan = Jawab
=3
e. 4 hari Jawab
=
f. 6 menit = Jawab
g. 3 minggu + Jawab h. 2 bulan Jawab
jam.
24 jam = 96 jam. ...
=6
bulan.
12 bulan = 24 bulan. ...
=4
minggu.
4 minggu = 12 minggu. ...
=2
hari.
30 hari = 90 hari. ...
d. 2 tahun = Jawab
7 hari = 14 hari. ...
= 3
hari.
detik.
60 detik = 360 detik. 10 hari =
...
= 21 hari + 10 hari +
20 hari =
hari.
= 31 hari. ...
hari.
= 60 hari + 20 hari = 80 hari. 122
4) Menggunakan satuan waktu dalam pemecahan masalah sehari-hari Contoh: Kak Yani berlibur ke rumah Nenek Mirah selama 2 minggu. Kemudian Ia melanjutkan ke rumah Paman Sani selama 3 hari. Berapa hari Kak Yani berlibur? Jawab: 2 minggu + 3 hari = 14 hari + 3 hari = 17 hari Jadi, kak Yani berlibur selama 17 hari. F. METODE PEMBELAJARAN Model pembelajaran kooperatif : ceramah, tanya jawab, NHT, penugasan. G. LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN NO 1.
URAIAN KEGIATAN
KARAKTER
Kegiatan Pendahuluan (15 menit) a. Guru memberikan salam dan memulai Religius pelajaran dengan berdo’a bersama. b. Guru menanyakan kabar siswa sekaligus Disiplin melakukan presensi. c. Apersepsi Siswa ditanya “anak-anak siapa yang Perhatian tahu sekarang hari, tanggal, bulan, dan Rasa ingin tahu tahun berapa?” “anak-anak siapa yang punya
jam
tangan?”
“jam
sekarang?”
123
berapa
Langkah 1 : Penomoran d. Guru menginformasikan materi yang Rasa ingin tahu akan
dipelajari
pagi
hari
ini
dan
menjelaskan model NHT yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. e. Guru
membagi
siswa
menjadi
5 Toleransi
kelompok yang heterogen (masingmasing kelompok terdiri dari 5 orang). Ada kelompok segitiga, bintang, belah ketupat, persegi, dan lingkaran. f. Guru mengatur posisi duduk kelompok. g. Guru
membagikan
topi
penomoran
kepada masing-masing siswa. Siswa diminta
untuk
menamai
topi
penomorannya masing-masing. 2.
Kegiatan Inti (100 menit) a. Eksplorasi Guru meminta siswa untuk mengerjakan Jujur soal pre test secara individu. b. Elaborasi 1) Bernyanyi lagu nama-nama hari. 2) Guru memberikan penjelasan materi Perhatian dengan
bantuan
media
124
tabel
hubungan
antar
satuan
waktu,
kalender, dan jam dinding. Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan 3) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa
dengan
meminta
siswa
mengerjakan LKS. Langkah 3 : Berpikir Bersama 4) Guru
memberikan
kesempatan
kepada kelompok-kelompok untuk Kerjasama berdiskusi dan menyatukan pendapat Menghargai serta
memastikan
kelompoknya
anggota Tekun mengetahui Tanggung jawab
jawabannya. Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan 5) Guru memanggil salah satu nomor dalam kelompok secara acak. 6) Siswa yang dipanggil nomornya mempresentasikan
hasil
diskusi Keberanian
kelompoknya, kelompok yang lain Menghargai menanggapi. 7) Guru
memberikan
bintang
bagi
kelompok yang berhasil menjawab dengan benar.
125
8) Konfirmasi a) Memberikan
penguatan
meluruskan
jika
dan terjadi Perhatian
kesalahpahaman. b) Guru
memberikan
hukuman
menyanyi di depan kelas bagi kelompok
yang
mendapat
bintang paling sedikit. 3.
Kegiatan Penutup (25 menit) a. Siswa mengerjakan soal evaluasi. b. Guru
mengakhiri
Jujur
pembelajaran Religius
dengan berdo’a bersama.
H. SUMBER BELAJAR dan MEDIA PEMBELAJARAN 1) Sumber Belajar a. Buku Gemar Belajar Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Buchori dkk. b. Buku paket BSE Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Fajariyah dan Triratnawati. 2) Media Pembelajaran Kalender, jam dinding, tabel hubungan antar satuan waktu, topi penomoran siswa, potongan bintang, lembar kerja siswa, lembar evaluasi. I.
PENILAIAN Teknik
: tertulis
126
Bentuk Instrumen: latihan soal J.
EVALUASI Evaluasi terlampir Kunci jawaban evaluasi: 1. 21 hari
6. 72 jam
2. 60 hari
7. 300 detik
3. 8 minggu
8. 360 menit
4. 48 bulan
9. 95 menit
5. 15 bulan
10. 3 bulan + 2 minggu + 10 hari = 114 hari
K. PEDOMAN PENSKORAN Nilai = jumlah benar x 10 = 100 Demak, 28 Oktober 2014 Peneliti
Guru kelas III
Langga Cintia Dessi
(Sulaiman, S.Pd.I)
NIM: 11510089
NIY. 91.00.0017 Mengetahui, Kepala MI Nurul Huda Raji
(Arifin, S.Pd.I.,MM) NIP. 198107152007101001
127
Lampiran RPP Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: MI Nurul Huda Raji
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: III/I
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Hari Pelaksanaan
: Rabu, 29 Oktober 2014
A. STANDAR KOMPETENSI Geometri dan pengukuran 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. B. KOMPETENSI DASAR 2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat. C. INDIKATOR a. Menyebutkan urutan satuan panjang. b. Menjelaskan hubungan antar satuan panjang. c. Menentukan hubungan antar satuan panjang. d. Menyelesaikan soal cerita yang mengandung hubungan antar satuan panjang.
128
D. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Dengan penjelasan dari guru dan mengamati gambar siswa dapat meyebutkan urutan satuan panjang dengan benar. b. Dengan penjelasan dari guru siswa dapat menjelaskan hubungan antar satuan panjang dengan benar. c. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat menentukan hubungan antar satuan panjang dengan benar. d. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung hubungan antar satuan panjang dengan benar. E. MATERI AJAR a. Hubungan antar satuan panjang
1 km = 1.000 m 1 m = 10 dm 1 dm = 10 cm
129
1 cm = 10 mm 1 m = 10 dm = 100 cm b. Menentukan hubungan antar satuan panjang Contoh soal: Tentukan hubungan antar satuan panjang berikut ini! 1. 3 km Jawab 2. 4 km Jawab 3. 4 m Jawab 4. 20 cm Jawab 5. 500 cm Jawab
=
=
...
dam.
= (4 x 100) dam = 400 dam. =
...
cm.
= (4 x 100) cm = 400 cm. =
...
dm.
= (20 : 10) dm = 2 dm. =
...
dm.
= (500 : 10) dm = 50 dm. =
...
cm.
= (2 x 100) cm + (2 x 10) cm = (200 + 20) cm = 220 cm
7. 4 m + 12 cm Jawab
hm.
= (3 x 10) hm = 30 hm.
6. 2 m + 2 dm Jawab
...
=
...
cm.
= (4 x 100) cm + 12 cm = (400 + 12) cm = 412 cm.
c. Menggunakan satuan panjang dalam pemecahan masalah sehari-hari Contoh soal:
130
Ima membeli kain biru sepanjang 300 m. Ia juga membeli kain merah sepanjang 500 m. Berapa cm-kah panjang masing-masing kain yang dibeli Ima? Jawab: Kain biru
300 cm
= 3m
Kain merah 500 cm = 5 m Jadi, panjang kain biru adalah 3 m dan panjang kain merah 5 m. F. METODE PEMBELAJARAN Model pembelajaran kooperatif: ceramah, tanya jawab, NHT, penugasan. G. LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN NO 1
URAIAN KEGIATAN
KARAKTER
Kegiatan Pendahuluan (10 menit) a. Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap belajar. b. Guru memberikan salam dengan suara keras Religius dan jelas serta bersama-sama siswa membaca “basmalah” sebelum memulai pelajaran. Disiplin
c. Presensi d. Guru
mengulas
singkat
pelajaran
pada
pertemuan sebelumnya. e. Apersepsi Siswa ditanya ”anak-anak sebelum pelajaran Perhatian matematika jam pelajaran pertama tadi apa?”
131
“anak-anak tadi habis olahraga apa?” Langkah 1 : Penomoran f. Menginformasikan
materi
dan
tujuan
pembelajaran hari ini. g. Guru menjelaskan secara jelas model NHT yang
akan
diterapkan
dalam
proses
pembelajaran. h. Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk memakai topi penomorannya, dan berkumpul bersama kelompoknya. i. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kelompoknya
dan
menginformasikan
pemberian hukuman bagi kelompok yang mendapat bintang paling sedikit. 2
Kegiatan Inti (50 menit) a. Eksplorasi 1) Guru menempelkan gambar tangga satuan Perhatian panjang di papan tulis, siswa diminta Keberanian mengamati gambar.
Keingintahuan
2) Guru mengecek pengetahuan awal siswa Kreatif dengan mengajukan pertanyaan secara klasikal tentang satuan panjang.
132
b. Elaborasi (1) Guru menjelaskan materi satuan panjang dengan
menggunakan
media
gambar
tangga satuan panjang. Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan (2) Guru
mengajukan
pertanyaan
untuk Aktif
seluruh kelompok dalam bentuk lembar Tanggung jawab kerja siswa (LKS) materi hubungan antar satuan panjang. Langkah 3 : Berpikir Bersama (3) Guru menunjuk salah satu siswa menjadi Tanggung jawab ketua kelompok.
Kerja keras
(4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa selama 15 menit untuk berpikir Rasa ingin tahu menemukan jawaban yang tepat bersama Bersahabat anggota kelompoknya. Setiap kelompok Kerjasama harus
memastikan
kelompoknya
semua
mengetahui
anggota Aktif
jawabannya
dan mengetahui cara mengerjakannya. (5) Guru memonitor siswa dalam berdiskusi kelompok. (6) Guru
memberikan
bimbingan
secara
bergantian kepada semua kelompok.
133
Langkah 4 : Menjawab Pertanyaan (7) Guru memanggil salah satu nomor secara acak. Siswa yang dipanggil nomernya Keberanian yang pertama kali mengacungkan tangan diminta maju ke depan untuk menjawab pertanyaan dan menjelaskannya dengan suara keras (sesekali guru dapat meminta semua siswa yang memiliki nomor kepala yang sama untuk maju secara bersamaan menuliskan jawaban kelompok di papan tulis). (8) Kelompok yang lain menyimak dan menanggapi jawaban dari kelompok yang mempresentasikan. (9) Guru memberikan bintang menempelkannya siswa
dan
di
meminta
topi
kemudian penomoran Menghargai
seluruh
siswa prestasi
memberikan tepuk tangan yang meriah bagi temannya yang berani maju ke depan dan berhasil menjawab dan menjelaskan dengan benar. c. Konfirmasi (1) Guru memberikan penjelasan ulang dan
134
mengkonfirmasi jika ada jawaban yang kurang tepat. (2) Guru memberikan kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk bertanya jika ada hal yang kurang paham/jelas terutama bagi siswa yang kurang mampu. (3) Siswa menyimpulkan materi pelajaran dibimbing oleh guru. (4) Guru memberikan hukuman menyanyi bagi kelompok yang mendapat bintang paling sedikit. 3
Kegiatan Penutup (10 menit) a. Guru meminta
siswa
mengerjakan soal Kejujuran
evaluasi (post test) dan mengingatkan siswa Mandiri untuk tidak saling mencontek. b. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu tentang hubungan antar satuan berat, dan meminta siswa mempelajarinya di rumah. c. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan Religius berdo’a bersama.
135
H. SUMBER BELAJAR dan MEDIA PEMBELAJARAN 1) Sumber Belajar a. Buku Gemar Belajar Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Buchori dkk. b. Buku paket BSE Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Fajariyah dan Triratnawati. 2) Media Pembelajaran Topi penomoran siswa, gambar tangga satuan berat, lembar kerja siswa, lembar evaluasi. I. PENILAIAN Teknik
: tertulis
Bentuk Instrumen : latihan soal J. EVALUASI Evaluasi terlampir Kunci Jawaban: 1. 50 hm
6. 4 dm
2. 900 m
7. 90 dm
3. 60 cm
8. 70 mm
4. 700 dam
9. 630 cm
5. 30 dm
10. 65 dm = 650 cm
136
K. PEDOMAN PENSKORAN Nilai : benar x 10 = 100
Demak, 29 Oktober 2014 Peneliti
Guru kelas III
(Langga Cintia Dessi)
(Sulaiman, S. Pd.I)
NIM : 11510089
NIY. 91.00.0017
Mengetahui, Kepala MI Nurul Huda Raji
137
Lampiran RPP Siklus III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: MI Nurul Huda Raji Demak
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: III/I
Alokasi Waktu
: 4 x 35 Menit
Hari Pelaksanaan
: Selasa, 4 November 2014
A. STANDAR KOMPETENSI Geometri dan pengukuran 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. B. KOMPETENSI DASAR 2.3 Menghitung hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat. C. INDIKATOR a. Menyebutkan urutan satuan berat. b. Menjelaskan hubungan antar satuan berat. c. Menentukan hubungan antar satuan berat. d. Menyelesaikan soal cerita yang mengandung satuan berat.
138
D. TUJUAN PEMBELAJARAN. a. Dengan penjelasan dari guru dan mengamati gambar tangga satuan berat siswa dapat meyebutkan urutan satuan berat dengan benar. b. Dengan penjelasan dari guru siswa dapat menjelaskan hubungan antar satuan berat dengan benar. c. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat menentukan hubungan antar satuan berat dengan benar. d. Dengan penjelasan dari guru dan melalui metode NHT siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung satuan berat dengan benar. E. MATERI AJAR a. Hubungan antar satuan berat
1 kg = 10 ons = 10 hg 1 ons = 100 g b. Menentukan hubungan antar satuan berat Contoh soal: 1. 3 kg Jawab 2. 5 kg
=
...
ons.
= (3 x10) ons = 30 ons. =
...
hg. 139
Jawab 3. 6 hg Jawab 4. 3 ons Jawab 5. 60 ons Jawab
= (5 x 10) hg = 50 hg. =
=
...
gr.
= (3 x 100) gr = 300 gr. =
...
kg.
= (60 : 10) kg = 6 kg. ...
ons.
= (5 x 10) ons + 5 ons = (50 + 5 ) ons = 55 ons.
7. 2 dag – 3 gr = Jawab
gr
= (6 x 100) gr = 600 gr.
6. 5 kg + 5 ons = Jawab
...
...
gr.
= (2 x 10) gr – 3 gr = (20 – 3 ) gr = 17 gr.
c. Menggunakan satuan berat dalam pemecahan masalah sehari-hari Contoh soal cerita Kiki ke toko membeli 3 kg gula pasir dan 5 ons gula merah. Berapa gramkah berat masing-masing belanjaan Kiki? Jawab: Gula pasir 3 kg
= 3000 gr
Gula merah 10 ons
= 500 gr
Jadi, berat belanjaan Kiki adalah 3000 gr gula pasir dan 500 gr gula merah. F. METODE PEMBELAJARAN Model pembelajaran kooperatif: ceramah, tanya jawab, NHT, penugasan.
140
G. LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN NO 1
URAIAN KEGIATAN
KARAKTER
Kegiatan Pendahuluan (15 menit) a. Guru mengkondisikan siswa.
Disiplin
b. Guru memberikan salam dengan suara keras dan
jelas
serta
meminta
ketua
kelas Perhatian
memimpin do’a bersama. c. Guru menanyakan kabar siswa sekaligus Disiplin mengecek kehadiran siswa. d. Guru mengulas pelajaran pada pertemuan sebelumnya. e. Apersepsi Siswa ditanya “anak-anak siapa yang tadi pagi Rasa ingin tahu sarapan lauk telur?” “siapa yang pernah Kreatif disuruh ibunya pergi membeli telur, gula, tepung di warung?” “disuruh beli berapa?” “anak-anak siapa yang pernah menimbang berat badannya?” f. Guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran hari ini. Langkah 1 : Penomoran g. Guru menjelaskan secara jelas langkahlangkah model NHT.
141
h. Guru meminta siswa segera mempersiapkan diri bersama kelompoknya dan memakai topi penomorannya masing-masing. i. Guru memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran. 2
Kegiatan Inti (100 menit) a. Eksplorasi (1) Guru menempel media gambar satuan Rasa ingin tahu berat di papan tulis.
Perhatian
(2) Guru meminta siswa mengamati gambar tangga satuan berat. (3) Guru
memberikan
pertanyaan
secara
klasikal kepada siswa tentang satuan berat. b. Elaborasi (1) Guru menjelaskan materi satuan berat dengan menggunakan media gambar Konsentrasi tangga satuan berat dengan jelas. (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum Semangat dimengerti terutama bagi siswa yang lemah pemahamannya. Langkah 2 : Mengajukan pertanyaan (3) Guru mengajukan pertanyaan hubungan
142
antar satuan berat dalam bentuk lembar kerja serta membagikan lembar kerja siswa dan meminta siswa mengerjakan bersama kelompoknya. Langkah 3 : Berpikir bersama (4) Guru memberikan kesempatan kepada Tanggung jawab siswa untuk berdiskusi bersama anggota Toleransi kelompoknya selama 25 menit dan Perhatian mengingatkan setiap kelompok harus Ketekunan memastikan
anggota
kelompoknya Kerjasama
mengetahui
jawabannya
dan
proses
memperoleh jawaban tersebut. (5) Guru menunjuk siswa sebagai ketua untuk mengawasi sekaligus membantu Tanggung jawab temannya yang kurang mampu. (6) Guru
berkeliling
kelas
untuk
mengarahkan dan membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok. (7) Guru
memastikan
kelompok
terlibat
semua
anggota
dalam
diskusi
kelompok. Langkah 4: Menjawab pertanyaan (8) Guru menunjuk nomer secara acak, dan
143
bagi siswa yang mengacungkan tangan Keberanian duluan
diminta
mempresentasikan
maju hasil
untuk diskusinya
dengan suara keras dan jelas (sesekali guru dapat meminta semua siswa yang memiliki nomer kepala yang sama untuk maju
secara
bersamaan
menuliskan
jawaban kelompok di papan tulis). (9) Guru memberikan kesempatan kepada Demokratis siswa dari kelompok lain yang memiliki Bersahabat nomer kepala yang sama menanggapi Komunikatif jawaban temannya yang maju ke depan kelas. (10)
Guru memberikan bintang bagi
siswa yang berhasil mempresentasikan hasil diskusi dengan jawaban yang tepat dengan suara keras dan jelas. (11)
Guru
meminta
semua
siswa
memberikan tepuk tangan yang meriah bagi temannya yang berani maju ke depan kelas. c. Konfirmasi (1) Guru
memberikan
144
konfirmasi
dan
penjelasan ulang.
Menghargai
(2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk prestasi menanyakan hal yang belum jelas. (3) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini. 3
Kegiatan Penutup (25 menit) a. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara Mandiri individu. b. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan Religius berdo’a bersama.
H. SUMBER BELAJAR dan MEDIA PEMBELAJARAN 1) Sumber Belajar a. Buku Gemar Belajar Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Buchori dkk. b. Buku paket BSE Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI kelas III oleh Fajariyah dan Triratnawati. 2) Media Pembelajaran Gambar tangga satuan berat, lembar kerja siswa, lembar evaluasi. I. PENILAIAN Teknik
: tertulis
Bentuk Instrumen : latihan soal
145
J. EVALUASI Lembar evaluasi terlampir Kunci Jawaban: 1. 50 ons
6. 40 dg
2. 70 ons
7. 5 kg
3. 200 gr
8. 35 ons
4. 700 gr
9. 440 gr
5. 30 mg
10. 8 ons = 800 gr
K. PEDOMAN PENSKORAN Nilai : benar x 10 = 100
Demak, 4 November 2014 Peneliti
Guru kelas III
(Langga Cintia Dessi)
(Sulaiman, S. Pd.I)
NIM : 11510089
NIY. 91.00.0017 Mengetahui, Kepala MI Nurul Huda Raji
(Arifin, S.Pd.I.,MM) NIP. 198107152007101001
146
Lampiran 4
Nama Anggota : ............................................................. ................................................................ ............................................................... ............................................................... ............................................................... KELOMPOK : ...............................................................
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SIKLUS I Kerjakan soal-soal di bawah ini secara berkelompok! 1. 9 minggu
=
...
hari
2. 5 tahun
=
...
bulan
3. 6 bulan
=
...
hari
4. 7 bulan
=
...
minggu
5. 4 bulan + 15 hari
=
...
6. 3 jam
=
...
menit
7. 2 menit
=
...
detik
8. 3 jam
+ 20 menit =
9. 2 jam + 6 menit
=
hari
...
menit
...
menit
10. Bapak berkunjung ke rumah paman di Bandung selama 2 minggu lebih 3 hari. Berapa hari-kah bapak berkunjung ke rumah paman ? 147
Lampiran 5
Nama Anggota : ............................................................. ................................................................ ............................................................... ............................................................... ............................................................... KELOMPOK :
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SIKLUS II
Kerjakan soal-soal di bawah ini secara berkelompok! 1. 5 m
=
...
dm
2. 7 km
=
...
hm
3. 4 dm
=
...
cm
4. 8 m
=
...
cm
5. 300 cm
=
...
dm
6. 9 dm
=
...
mm
7. 2 hm
=
...
m
8. 600 mm
=
...
dm
9. 3 m + 15 cm =
...
cm
10. Ratna membuat rangkaian bunga sepanjang 15 dm. Berapa cm-kah panjang rangkaian bunga Ratna? 148
Lampiran 6
Nama Anggota : ............................................................. ................................................................ ............................................................... ............................................................... ............................................................... KELOMPOK : ...............................................................
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) SIKLUS III Kerjakan soal-soal di bawah ini secara berkelompok! 1. 8 kg
=
...
ons
2. 2 ons
=
...
gr
3. 9 kg
=
...
hg
4. 3 hg
=
...
gr
5. 3 kg
=
...
dag
6. 30 ons
=
...
kg
7. 4 ons
=
...
dag
...
gr
8. 4 ons + 6 dag =
9. Bu Narita membeli beras 6 kg. Berapa ons-kah beras yang dibeli bu Narita? 10. Pak Duloh pergi ke kota untuk berbelanja. Ia membeli makanan ayam sebanyak 5 kg lebih 2 ons. Berapa ons-kah makanan ayam yang dibeli pak Duloh? 149
Lampiran 7
Nama
:
No Absen
:
Kelas
:
Hari/Tanggal
:
Nilai :
SOAL PRE TEST SIKLUS I
Coba kerjakan soal-soal berikut dengan benar! 1. 1 minggu
=
...
hari.
2. 1 bulan
=
...
hari.
3. 3 bulan
=
...
minggu.
4. 1 tahun
=
...
bulan.
5. 1 tahun + 2 bulan
=
...
6. 2 hari
=
...
jam.
7. 2 jam
=
...
menit.
8. 7 menit
=
...
detik.
9. 2 jam + 20 menit
=
...
bulan.
menit.
10. Bu marni tinggal di Solo selama 2 tahun lebih 3 bulan. Berapa bulan-kah Bu Marni tinggal di Solo? 150
Lampiran 8
Nama
:
No Absen
:
Kelas
:
Hari/Tanggal
:
Nilai :
LEMBAR POST TEST SIKLUS I
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! 1. 3 minggu
=
...
hari.
2. 2 bulan
=
...
hari.
3. 2 bulan
=
...
minggu.
4. 4 tahun
=
...
bulan.
5. 1 tahun
3 bulan
=
6. 3 hari
=
...
jam.
7. 5 menit
=
...
detik.
8. 6 jam
=
...
menit.
9. 1 jam
+
+
35 menit
=
...
...
bulan.
menit.
10. Warga Bangu dapat mendirikan gedung dalam waktu 3 bulan lebih 2 minggu dan 10 hari. Berapa hari-kah mereka dapat membangun gedung itu?
151
Lampiran 9
Nama
:
No Absen
:
Kelas
:
Nilai :
Hari/Tanggal :
LEMBAR POST TEST SIKLUS II Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! 1. 5 km
=
...
hm
2. 9 hm
=
...
m
3. 6 dm
=
...
cm
4. 7 km
=
...
dam
5. 3 m
=
...
dm
6. 40 cm
=
...
dm
7. 900 cm
=
...
dm
8. 7 cm
=
...
mm
9. 6 m + 3 dm =
...
cm
10. Budi memotong tali senar sepanjang 65 dm untuk memancing. Berapa cm-kah tali senar yang dipotong Budi?
152
Lampiran 10 Nama
:
No Absen
:
Kelas
:
Nilai:
Hari/Tanggal :
LEMBAR POST TEST SIKLUS III Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! 1. 5 kg
=
...
ons
2. 7 kg
=
....
hg
3. 2 hg
=
...
gr
4. 7 ons
=
...
gr
5. 3 cg
=
...
mg
6. 4 gr
=
...
dg
7. 50 ons
=
...
kg
8. 3 kg + 5 ons
=
...
ons
9. 4 ons + 40 gr
=
...
gr
10. Bella akan membuat kue. Bella membeli 8 ons tepung terigu. Berapa gram-kah berat tepung terigu yang dibeli Bella?
153
Lampiran 11 LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA
1.
Materi apa yang selama ini siswa masih merasa kesulitan?
2.
Berapa nilai KKM untuk mata pelajaran matematika di MI Nurul Huda?
3.
Metode apa yang biasa bapak terapkan dalam pembelajaran matematika selama ini?
4.
Kendala apa saja yang sering bapak hadapi ketika proses pembelajaran berlangsung?
5.
Pada waktu proses pembelajaran apakah ada siswa yang mengganggu temannya?
6.
Tindakan apa yang bapak lakukan sebagai seorang guru untuk siswa yang kurang memperhatikan?
7.
Bagaimana sistem evaluasi dalam pembelajaran matematika?
8.
Bagaimana nilai matematika selama ini pak?
9.
Usaha apa yang bapak lakukan untuk memperbaiki nilai siswa yang kurang memenuhi KKM?
10. Bagaimana kemampuan akademik siswa selama ini pak? 11. Apakah bapak sudah mengenal model pembelajaran kooperatif ? 12. Apakah bapak sudah mengenal Numbered Head Together (NHT) ? 13. Bagaimana pendapat bapak tentang model pembelajaran ini ?
154
Lampiran 12 Kondisi MI Nurul Huda Raji Demak
155
Kondisi Awal Proses Pembelajaran Matematika di MI Nurul Huda Raji Demak
156
Proses Pembelajaran Matematika Menggunakan Model NHT
157
158
159
Lampiran 13 DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK Kemampuan Tinggi
Sedang
Rendah
Kelompok 1 (Segitiga) LCA RZ UN ARK SW
Rangking 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kelompok 2 (Bintang) TTDH MA IR MAR AAR
Nama LCA TTDH DS ZFR AA RZ MA SI SZ NN NS FM SS IR UN ARK MAR NLA DA BZ NA UA MES AAR SW
Kelompok 3 (Belah ketupat) DS SI SS NLA MES
160
Kelompok 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 5 4 3 2 1
Kelompok 4 (Persegi) ZFR SZ FM DA UA
Kelompok 5 (Lingkaran) AA NN NS BZ NA
Lampiran 14 Daftar Nilai Ulangan Harian Pokok Bahasan Hubungan Antar Satuan Tahun Ajaran 2013/2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama AS YP AR AS AF ARF ADZ AY ABM AA DAA ES IA ILN LK MM MIY MYS MH RMZ RSS RS S SA SA WR RFS YA NRN AWU
KKM 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
161
Nilai 40 80 70 60 100 60 90 60 60 80 55 60 100 90 40 55 60 50 40 75 60 50 90 80 90 60 70 40 90 60
Ketuntasan Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas
Lampiran 15
162
Lampiran 16
163
Lampiran 17
164
Lampiran 18
165
Lampiran 19 DAFTAR SKK
Nama
: Langga Cintia Dessi
NIM
: 11510089
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/PGMI
Dosen PA
: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
No Jenis Kegiatan 1 Orientasi pengenalan akademik dan kemahasiswaan (OPAK) STAIN Salatiga tahun 2010 dengan tema “Optimalisasi Nalar Kritis Mahasiswa: Upaya Mengawal Perubahan Bangsa ke Arah yang Lebih Baik”. 2 User Education (Pendidikan Pemakai). 3 National Workshop of Enterpreneurship and Basic Cooperation 2010. 4 PUBLIC HEARING Dengan tema; “Optimalisasi Demokrasi Kampus Sebagai Upaya Integrity Oriented”. 5 Kegiatan Lomba Perayaan Hari Kartini 6 Kegiatan Lomba Perayaan Hari Kemerdekaan RI Yang Ke-66 7 Kegiatan Lomba Takbir Keliling Idul Fitri 1432 H 8 Grand Opening Nisa’ “Hypnotherapy” (Concentrate Your Mind, Get Your Achievement). 9 Daurah Mar’atus Shalihah (DMS) dengan tema; “Let’s be an inspiring women”. 10 Latihan Dasar Kepemimpinan VIII (LDK VIII) pemuda Dusun Bungkus Desa Turirejo. 11 Kegiatan Lomba Perayaan Hari Kartini 2012. 12 Daurah Mar’atus Shalihah (DMS)
166
Pelaksanaan 25 – 27 Agustus 2010
Jabatan Nilai Peserta 3
20-25 September 2010
Peserta
3
19 Desember 2010
Peserta
6
09 Maret 2011
Peserta
2
24 April 2011
Panitia
2
21 Agustus 2011
Panitia
2
30 Agustus 2011
Panitia
2
22 September 2011
Peserta
3
26 November 2011
Peserta
3
17-18 Maret 2012
Peserta
3
22 April 2012
Panitia
2
26 Mei 2012
Peserta
3
No
13 14 15 16
17
18 19
20 21
22
23
24 25 26 27
Jenis Kegiatan dengan tema “Unbreakable Muslimah”. Pengajian Akbar Memperingati Isra’ Mi’raj . Perayaan Hari Kemerdekaan RI Ke-67. Pengajian Akbar Dalam Rangka Maulid Nabi SAW Latihan Dasar Kepemimpinan XI (LDK XI) pemuda Dusun Bungkus Desa Turirejo. Seminar Nasional dalam Rangka Pelantikan Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga Periode 2013 – 2014 dengan tema “Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa”. Lomba perayaan Hari Kartini 2013 Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan tema “Menjalankan perintah Allah”. Pengajian Akbar Dalam Rangka Halal Bi Halal Seminar sehari tentang peningkatan partisipasi politik perempuan “Mendorong partisipasi aktif perempuan untuk menggunakan hak pilihnya dalam setiap pesta demokrasi”. Seminar Nasional Bahasa Arab Inovasi Pembelajaran Bahasa: “Upaya Menjaga Eksistensi dan Masa Depan Pembelajaran Bahasa Arab”. Pengajian Peringatan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1435 H Dengan Tema “Tahun Baru? Semangat Baru”. Lomba perayaan Hari Kartini 2014 Lomba Takbir Keliling Idul Fitri 1435 H Lomba Perayaan Hari Kemerdekaan RI yang ke-69. Seminar Nasional yang Bertema “Optimalisasi Sumber Daya Insani Terhadap Lembaga Keuangan 167
Pelaksanaan
Jabatan
Nilai
12 Juli 2012
Panitia
2
17 Agustus 2012
Panitia
2
26 Januari 2013
Panitia
2
23-24 Februari 2013
Peserta
3
23 Februari 2013
Peserta
6
21 April 2013 06 Juni 2013
Panitia Panitia
2 2
24 Agustus 2013
Panitia
2
29 September 2013
Peserta
4
09 Oktober 2013
Peserta
6
5 November 2013
Panitia
2
20 April 2014 27 Juli 2014
Panitia Juri
2 2
17 Agustus 2014
Panitia
2
14 Oktober 2014
Peserta
6
No 28 29
30
31 32
33
34
35
Jenis Kegiatan
Pelaksanaan
Syari’ah”. “Seminar Nasional Entrepreneurship”. Seminar Pendidikan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga Komisariat Walisongo dengan tema “Mempertegas Peran Pendidikan dalam Mencerahkan Masa Depan Anak Bangsa”. Seminar Kajian Intensif Mahasiswa dengan Tema “Fenomena Islam di Salatiga”. Training Personality Plus Regional Jawa Tengah. Seminar PERBASIS (Perbandingan Bahasa Arab Bahasa Inggris) / CEA (Comparison English Arabic)”. Seminar Nasional “Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Menghadapi Pasar Bebas ASEAN”. WORKSHOP NASIONAL “Sukses Akademik, Sukses Bakat dan Hidup Bermartabat dengan Karya”. Seminar Kewirausahaan “Meraih Kesuksesan dengan Berwirausaha”. Jumlah
Jabatan
Nilai
16 Nopember 2014
Peserta
6
19 November 2014
Peserta
4
21 November 2014
Peserta
3
23 November 2014
Peserta
4
27 November 2014
Peserta
3
10 Desember 2014
Peserta
6
16 Desember 2014
Peserta
6
21 Desember 2014
Peserta
3 114
Salatiga, 14 Januari 2015 Mengetahui, Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan & Kerjasama
Moh. Khusen, M.Ag.,M.A. NIP. 19741212 199903 1 003
168
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: Langga Cintia Dessi
2. Tempat dan tanggal lahir
: Demak, 27 Desember 1987
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Warga negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: Ds. Turirejo, RT 01 RW 12 Kec. Demak, Kab. Demak
7. Riwayat pendidikan a. TK Korindo Group, Sulung, Kalimantan Tengah, lulus tahun 1993 b. MI Miftahul Huda I Turirejo, Demak, lulus tahun 1999 c. SMP Negeri 4 Demak, lulus tahun 2002 d. SMA Negeri 1 Mijen, Demak, lulus tahun 2005 Demikian riwayat hidup penulis, penulis buat dengan yang sebenar-benarnya. Salatiga, 12 Januari 2015 Penulis
Langga Cintia Dessi NIM: 11510089
169
170