L1 LAMPIRAN
Transkrip Wawancara Key Informant
: Hermawan Sutanto (HS)
Jabatan
: Direktur Pemasaran (Director of Marketing)
ZL
: selamat sore Pak Hermawan, saya Zukarlita dari Binus University Pak, saya ingin mewawancarai Bapak terkait tentang pertanyaan buat skripsi saya. Bisa dimulai Pak ya?
HS
: Go ahead
ZL
: yang pertama Pak, apa sebenarnya tujuan dari adanya divisi Public Relations (PR) di Intel Indonesia Corporation?
HS
: Okay, bisnis Intel cukup menarik karena Intel itu adalah brand ingredients, jadi setiap PC yang terjual itu bukan brandnya Intel. Tapi di-powered oleh Intel processor di dalamnya. Bukan finish good, yang jual finish good adalah brand Acer, Asus, HP, Lenovo dan seterusnya. Mereka yang jual finish good-nya, Intel adalah ingredients-nya. Karena itu, PR sangat penting sekali, karena tugas Intel secara garis besar adalah membuat pasar itu jadi butuh komputer. Terlepas brand-nya apa. Jadi kalau bisa dianalogikan, jadi sebenarnya yang terjadi adalah kalau di industri mobil contohnya, tugasnya Intel itu membangun jalan, karena begitu ada jalan, orang butuh mobil dan Honda, Toyota dan seterusnya bisa masuk dan bisa jualan. Jadi, tugasnya Intel itu kayak gitu. Jadi tugasnya Intel harus memastikan bahwa setiap orang punya keinginan untuk membeli PC atau istilahnya PC
L2 Purchase Intent sehingga partner-partner multinational kayak Acer, HP, Lenovo dan seterusnya bisa jual produknya mereka. Masuk akal ga? Sehingga fungsi PR disini adalah tugas PR di Intel ini sangat crucial karena membantu edukasi pasar dan audiences bahwa komputer itu penting buat masa depan mereka. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh PR. ZL
: okay, nah menurut Bapak kalau demikian, apakah pesannya terlalu general Pak? I mean kayak gini Pak, apakah Bapak tidak takut produk kompetitor juga diuntungkan dalam hal ini Pak? Brand ingredient kompetitor kita.
HS
: Oh, iya dan tidak. Maksudnya iya adalah memang sengaja dibikin sedikit generik karena yang diutamakan adalah basic needs/kebutuhan dasar mengenai teknologi untuk masa depan. Jadi tidak bisa dibuat spesifik, karena Intel itu brand agnostic, artinya brandnya apapun Intel juga di dalamnya. Jadi utamanya memang dibuat sedikit generik. Tapi not necessarily membantu kompetitor, karena di setiap PR messaging itu selalu akan ada Intel relevance. Jadi contohnya ya, pada saat kita seeding story bahwa orangtua harus mengutamakan pembelian komputer untuk masa depan anak-anak, maka ada conversation disana secara data, termasuk ada third party endorser segala macam, ujung-ujungnya di akhir kesimpulannya selalu ada orang Intel yang memberikan pendapat juga. Sehingga akan ada Intel relevance. Mengarah kepada orang Intel yang menguatkan fakta bahwa komputer itu penting. Tapi karena orang Intelnya sendiri yang menjadi spokesperson-nya, maka orang bisa melihat koneksi antara komputer dengan Intel. Tapi tidak secara eksplisit atau gamblang bahwa Intel ingin semua orang membeli PC Intel karena itu akan jadinya iklan bukan PR.
L3 ZL
: okay, terus selanjutnya saya ingin mengarah ke First Time Buyer (FTB) PR Campaign Pak, bisa dijelaskan Pak mengapa FTB ini yang notabenenya below the line activity ini tetap didukung dengan PR Campaign Pak? Apakah related dengan yang Bapak bilang tadi yang terkait dengan membangun jalan itu Pak?
HS
: karena below the line itu adalah proses memberikan akses untuk konsumen membeli PC, padahal keputusan membeli PC itu adalah keputusan akhir yang seharusnya dimulai dari perasaan bahwa mereka butuh PC. Dan perasaan penting bahwa mereka butuh PC itu dilakukan oleh PR. Jadi PR adalah alpha dan BTL itu adalah omega-nya. Kedua itu satu sequence.
ZL
: Kalau melihat FTB PR Campaign yang telah dilakukan di kuartal sebelumnya, strategi PR seperti apa saja sih Pak yang telah dijalankan?
HS
: ya, ada berbagai macam angle, tapi yang utama adalah First Time Buyers itu mereka akan melihat cerita yang humanis. Cerita tentang orang, karena itu anglenya ada beberapa hal. Salah satunya yang sudah kita lakukan adalah aspirational dari segi small business. Gara-gara komputer, dia bisa jualan di internet dan bisa lebih sukses. Ada lagi cerita tentang family. Bagaimana PC bisa menjadi center dari sebuah family dan merekatkan diantara anggota keluarga. Terus ada lagi cerita tentang bagaimana anak yang ikut di ISEF (Intel International Science and Engineering Fair) itu bisa punya inovasi dan semuanya dimulai dari PC. Jadi semua ceritanya tentang human, tentang orang. PR memang selalu tentang cerita.
ZL
: bagaimana dari Intel Indonesia untuk mengukur kinerja PR?
HS
: kinerja PR bisa diukur dari banyak angle, tapi yang umum dilakukan adalah: 1.
Pertama adalah relevansi dari story yang dikeluarkan;
L4 2. Impresi yang didapatkan, dan 3. Advertising value. Advertising value maksudnya begini, kalau misalnya cerita itu dibikin advertorial harus bernilai berapa. ZL
: apakah Bapak melihat adanya keterkaitan antara KPI ini dengan visi misi yang dibawakan oleh PR itu sendiri? Relevansi story akan berbeda setiap bulannya atau sama sepanjang tahunnya Pak?
HS
: angle dari story atau tema dari story setiap bulan harus berbeda, karena kita harus memberikan cerita yang berbeda ke Intel audiences supaya mereka selalu tetap engage. Maksud relevansi itu adalah coverage yang keluar itu harus sesuai dengan tema yang ditentukan.
ZL
: berarti dari awal tahun sudah dinilai ya Pak bulan ini harus apa dan bentuk evaluasinya seperti apa?
HS
: bukan dinilai, tapi ditargetkan.
ZL
: terus bagaimana menurut Bapak terhadap strategi PR yang telah diterapkan sebelumnya Pak? Apakah sudah cukup sesuai dengan harapan Bapak atau bagaimana Pak?
HS
: sudah cukup.
ZL
: mengapa Bapak? Apakah karena semua kriteria yang tadi Bapak bicarakan sudah tercukupi?
HS
: iya.
ZL
: bagaimana peranan evaluasi PR itu terhadap pentingnya bisnis Bapak ini di Intel Indonesia?
L5 HS
: jadi saya melihat bahwa PR itu adalah alpha-nya, jadi segala sesuatu di bisnis komputer ini, dimulai dari PC purchase intent-nya timbul lewat PR dan diteruskan hingga orang bisa beli lewat below the line atau retail atau exhibition atau apa yang merupakan omega-nya. Jadi PR untuk menimbulkan PC Purchase Intent itu adalah trigger dari satu sequence. Karena itu satu sequence, maka itu sangat essential. Orang ga akan beli kalau merasa itu tidak penting.
ZL
: okay, terima kasih Pak.
Penulis bersama Director of Marketing (Pak Hermawan Sutanto)
L6 Key informant: Dhyoti Rororasmi Basuki (DRB) Jabatan
ZL
: Manager of Public Relations
: selamat pagi Mba Dhyoti
DRB : Pagi ZL
: Saya Zukarlita dari Binus University Mba, meminta kesediaan waktu Mba untuk wawancara guna laporan skripsi saya ya Mba. Apa tujuan dari adanya divisi PR di Intel Indonesia Corporation ini?
DRB : jadi kalau sebenarnya PR itu, kan di Intel itu sudah lebih established functionnya rather than other companies. Kalau other companies itu masih ‘oh PR itu yauda hanya buat launching doang’. Kalau di Intel, sudah lebih established, jadi PR itu bagian dari business process untuk meningkatkan awareness produk kita, awareness inisiatif kita dalam education, CSR (Corporate Social Responsibility). Jadi dia itu sudah lebih strategic function-nya di Intel as a global dan di Indonesia juga. Jadi bukan cuman product launch saja kita pakai PR, ini kalau tidak ada product launch saja kita bisa bikin PR entah mengenai inisiatif education tadi, inisiatif teknologi kita, dan inisiatif macem-macem deh misalnya how we reach FTB (First Time Buyer). Jadi itu sudah menjadi business process, it’s a seamless story that we created tiap tahun ya. Kalau product launch kan it’s only like once a year, twice a year. Ini tidak, setiap ada apapun kita ada PR Campaign. Karena we want to bring awareness, we want to bring information
L7 dan educate our consumer about the benefit of technology. Garis besarnya whatever technology that we are introducing gitu. ZL
: kalau saya bisa bilang, PR itu sudah menjadi koalisi dominannya ya Mba, jadi bukan sebagai pelengkap saja tetapi juga ikut menentukan jalannya arah business process ya Mba?
DRB : iya jadi ikut menentukan Intel kemana, karena kalau PR itu kan quote unquote lebih kredibel, karena we don’t pay, right? For any insertion or whatever, kita jual news value dari yang mau kita share ke consumer melalui media. Jadi, we can not control it. Misalnya, bikin produk gitu, kalau produknya jelek ya si wartawannya bilang jelek, dia nulis jelek. Ga bisa bilang produknya bagus, dia nulis bagus, karena kita tidak bayar. Terserah dia dong. Kita cuman kasih produk, nih ada ini terbaru gitu, tolong di-review dong yaudah dia bilang IC-nya panas yauda ditulis panas. Kita ga bisa kontrol dia untuk kasih kita “nih Mba aku mau nulis ini, lu approve ga?”. Kalau advertising kan segala macam creative you approve ya. ‘Approve ga nih Mba gitu, oh kurang ini kurang ini’ direvisi, dia masukin ke advertising. Kalau PR kan dia belum terbit, kita gak dikasi lihat. ‘Pokoknya gua uda dapat ini gua review ya Mba’. Setelah tiga minggu dia review, dibalikin produknya, dan artikelnya naik uda kelar. ZL
: tapi value dari PR jauh lebih gede ya Mba?
DRB : jauh lebih gede in terms of credibility. Karena sekarang kan consumer sudah pintar ya, they don’t trust advertising, they don’t even trust kadang-kadang
L8 sekarang yang influencer gitu-gitu. Mereka mikir oh influencer ini dibeli nih, jadi ga percaya juga. ZL
: bisa dijelaskan perihal FTB PR Campaign yang sudah dijalankan periode
kemarin Mba? Sebenarnya apa sih FTB PR Campaign itu? DRB : First Time Buyer PR adalah bagaimana menjelaskan ke masyarakat awam bahwa komputer atau teknologi itu beneficial untuk dia. Gitu karena kan FTB ini kebanyakan ada di second dan third tier cities. Banyak orang yang masih belum tahu quote unquote komputer itu apa, bisa buat apa banyak yang belum tahu. Terus ada juga consumer yang ‘gua uda tahu koq komputer, itu gua pakai di kantor’ udah that’s it. Dia (konsumen) belum melihat benefit-nya bagaimana itu bisa digunakan dan bisa beneficial di dia selain dengan yang dikerjakan di kantor. Itu kan pasti dipakai koq di kantor, tapi di kantor doang. Pas di rumah atau apa gitu mereka lihatnya ‘oh itu cuman alat pembantu kerja’. Jadi kita berusaha meningkatkan awareness dan educate consumer bahwa lu beli komputer itu ada benefit-nya koq untuk macem-macem. Terserah what line of life you are working on gitu. Apakah pekerja, apakah ibu rumah tangga, apakah student/mahasiswa, apakah pengusaha atau SMB (small medium business). Jadi capturing all those segments. Jadi kita mau educate benefit of computer atau technology untuk semua kalangan gitu. ZL
: berarti itu yang diturunkan menjadi strategi-strategi PR ya?
DRB : itu kan strategi besarnya, trus tactical-nya begini, untuk First Time Buyer mereka belum terlalu tahu komputer. Masih belum tahu. Kita tidak bisa ngomong
L9 ke mereka ‘eh, komputer Intel itu Core i5, Hyper Trading, overclock gini gini gini kemudian graphic capability-nya seperti ini’. Tidak bisa, they don’t get it. Even maksudnya me, I don’t get it. Kalau gua orangnya ga geek gitu, tiba-tiba ditawarin gitu, bakal mikir ‘nih orang ngomong apaan sih’. They won’t understand. Jadi kita simplify the message bahwa ‘oke, Pak, Bu, kalau kamu beli komputer, kamu bisa melakukan hal ini, benefit-nya ini ini ini, riilnya seperti ini, contohnya ini ada Cak Oney. Dia jualan, dia punya laptop harganya dua juta terus dia nyicil terus dia bikin toko online di Facebook jualan sate. Cuman modal dua juta (rupiah) sama internet connection, berapaan sih gitu kan. Terus sudah gitu, dia sukses, dia hariannya bisa beberapa juta dengan jualan itu’. Ada return of investmentnya gitu. Mungkin menurut orang, persepsinya adalah ‘oke lu beli komputer kan mahal, trus buat apa, gua ga bisa ngehasilin duit nih lewat komputer. Beda nih kalau gua beli motor, kan gua bisa jalan-jalan. Kalau komputer buat apa’. Cak Oney (nama orang) adalah salah satu contoh yang membuktikan bahwa gua juga membeli PC 2 juta koq, gua sekarang harian berapa ribu tusuk sate terus berapa juta sehari gitu. Orang yang kerja jadi tukang ojek misalnya belum tentu dapat berapa juta per hari gitu sih. Cak Oney dia cuma modal beli ini, dia beli bahan sate, yauda dia ga punya gudang, dia ga nyewa toko kan karena tokonya online. Jadinya kan bisa tinggal pesennya online. ‘Cak, pesen 500 tusuk kirim ke sini sini’, yauda dia bikin by order, dia ga stok bahan gitu. Jadi bener-bener fresh juga. Dia jual dan kelar. Dan untung. Banyak sih contoh, jadi kita mau share contoh-contoh seperti itu ke masyarakat. Bahwa dengan komputer bisa menjadi pengusaha online. Itu Cak Oney salah satunya. Banyak lagi, kayak kemarin kita coba nerangin bahwa komputer itu bisa berguna
L10 juga buat anak-anak. Misalnya kayak anak-anak ISEF (Intel Science and Engineering Fair), mereka kan bisa menang karena research di komputer. Karena dia nyoba-nyoba cari bahan segala macam dan akhirnya mereka menang dan dikirim ke Amerika. Itu bisa juga dari sisi edukasinya, apalagi yang anakanak zaman sekarang, bikin paper cari di Google. Mau apa cari di sini, it’s beneficial for them as well. Jadi itu yang kita coba share ke masyarakat awam gitu, untuk First Time Buyers, mereka tahu ada komputer tapi mereka belum convinced bisa buat apa komputer itu buat gua, buat anak gua, buat usaha gua, something like that. ZL
: bagaimana cara mengukur kinerja divisi PR dari FTB PR Campaign kemarin?
DRB : kita biasanya kalau gitu kita ngukur how many coverage we received, artikelnya, kemudian message-nya positif atau negatif. Jadi kita sebelum bikin PR collaterals kalau top three key messages adalah ini. Expected headline-nya ini. Itu kalau masuk semua dan ter-captured di media, itu sudah bagus berarti positif, ga ada yang negatif oh Intel gini jelek, itu ga ada. Jadi key message-nya harus positif. Kalau key message-nya negatif tidak terhitung coverage. Jadi top three key messages-nya masuk, headline-nya masuk, beritanya positif. Trus ada yang namanya advertising value atau ads value. Jadi kita compare sama advertising, kalau misalnya lu place advertising lu bayar 5 juta misalnya. Kalau place PR lu bayar nol karena kan lu memang ga bayar, nol tapi impression-nya bisa reach-nya sama dengan pembaca yang baca advertising ini. Yang baca advertising ini misalnya di Radar Depok, yang baca sepuluh ribu orang, lu place
L11 advertising bayar lima ratus ribu (rupiah) yang baca sepuluh ribu. Lu place PR, lu ga bayar tapi yang baca sama juga yaitu sepuluh ribu (orang) juga. Ada juga yang dikaitkan dengan marketing research, jadi tiap tahun itu biasanya ada yang namanya brand tracking, nah itu mengukur awareness brand lu di masyarakat. Nah brand tracking itu kan maksudnya awareness-nya tinggi hasil dari PR, hasil dari advertising if you place an ads, hasil dari collateral retail. Nah PR juga termasuk komponen di situ juga, brand tracking tiap tahun. Nielsen biasanya (yang digunakan sebagai acuan brand tracking result). ZL
: bagaimana pendapat Mba terhadap strategi evaluasi yang sudah diterapkan, apakah diperlukan penambahan faktor-faktor lain atau Mba sudah cukup puas dengan yang sekarang ini?
DRB : aku bilang sih uda cukup and I think it applies to divisi PR dimana-mana. Karena itu memang yang termasuk di international measurement seperti itu. How many articles, is it positive or negative, how many percent of your messages are in the article, sama yang ads value. Malah kadang-kadang company lain mereka ga hitung ads value, mereka cuman hitung oke 50 coverage, 100% positif, that’s it. Padahal ada komponen seperti ads value, kadang-kadang mereka tidak mau compare, they think ‘oh seperti ini kita sudah cukup koq’. ZL
: bagaimana apabila PR menemukan kegagalan dari hasil evaluasi dan bagaimana caranya untuk memperbaikinya?
DRB : kalau begitu next stepnya oke target proyek ini 500 coverage misalnya, cuman so far ga achieve nih, medianya tidak tertarik, Mba susah nih tulisnya mereka ga
L12 tertarik sama story kita, yauda berarti next step-nya kita bikin story baru yang bisa generate interest-nya media. Karena tadi kan kita bilang kita jualan news value, kita jualan stories, kita jualan headline ke mereka. Jadi kek misalnya cerita mengenai anak-anak dan komputer kurang menarik nih Mba, si media bilang ‘alah sudah tahu koq anak-anak pasti suka komputer’, jadi ke depannya kita pikirkan ‘oke angle apa yang kira-kira relevan untuk media ini’. ZL
: kalau boleh saya simpulkan berarti kita langsung ke strategi yang baru ya Mba daripada bergumul di strategi yang lama itu ya?
DRB : iya, karena si media juga bisa ngasi feedback ke kita. Mba berita lu jelek nih, gua ga bisa masukin. Oke Mas, trus kira-kira yang relevan itu seperti apa Mas yang relevan untuk pembaca Mas misalnya di Sorong. Di Sorong lagi issue apa nih yang lagi hits yang berhubungan dengan teknologi misalnya atau ga issue kemasyarakatan apa yang menjadi perhatian di sana. Mereka akan ngasi feedback ke kita, oh kalau di Sumatera, Sulawesi gitu-gitu mereka lagi seneng omongin online shopping misalnya. Yauda, gua bikinin cerita mengenai online shopping. ‘Oh ada orang yang bisa jualan online, karena kan kita juga mau create bahwa komputer itu bisa menjadi alat produktivitas, bukan alat konsumsi saja’. Makanya itu tadi, kalau online shopping kan masih konsumsi, tapi kalau online shop kan jadi produktif. You get money out of it. Kayak kemarin, kita cerita mengenai anak, (kata media) ‘kurang menarik nih Mba’, ‘yaudah next month kita bikin apa nih Mas?’ ‘Karena next month mengenai April itu Hari Kartini. Kalau kita cerita mengenai perempuan yang sukses melalui teknologi, oke ga mas dengan pembaca Mas’. ‘Oh oke Mba dibikin aja’.
L13 ZL
: thank you banget ya Mba, semoga sukses selalu ya di Intel Indonesia
DRB : Sama-sama. Amin.
Penulis bersama Public Relations Manager (Ibu Dhyoti Rororasmi Basuki)
L14 Key informant: Edbert Chandra (EC) Jabatan
: Digital Marketing Associate
ZL
: selamat pagi Pak Edbert
EC
: selamat pagi Bu
ZL
: perkenalkan saya Zukarlita dari Binus University, Pak. Saya ingin meminta kesediaan waktu Bapak untuk wawancara tugas akhir saya ya. Okay, bisa kita mulai Bapak?
EC
: boleh-boleh silakan.
ZL
: apa yang dimaksud dengan First Time Buyer PR Campaign sebenarnya?
EC
: jadi lebih kita singkat menjadi ke FTB PR Campaign, dimana Campaign ini sebenarnya mempunyai tujuan untuk mengedukasi target masyarakat yang sebenarnya pada dasarnya itu mereka sudah melek IT, namun saja mereka itu belum ada kesadaran tinggi atau mungkin bisa juga dipengaruhi oleh karena minat mereka PC itu bukan sebagai prioritas utamanya mereka. Jadi kepemilikan PC-nya itu masih rendah tapi knowledge-nya sudah tinggi.
ZL
: bagaimana peranan Digital Marketing itu sendiri dalam menyukseskan FTB PR Campaign ini?
EC
: ya jadi yang namanya PR Campaign pasti harus di-support dari berbagai media, terutama disini kita membahas digital marketing-nya. Dimana digital marketing ini men-support melalui bidang social media dan website online. Secara online maksudnya. Jadi bisa memberikan wadah belajar yang lebih besar, wadah cakupan yang lebih besar, yang berhubungan dengan teknologi-teknologi.
L15 ZL
: bagaimana strategi yang diturunkan dari tim digital marketing? Maksudnya pekerjaan riilnya dari tim digital marketing itu seperti apa?
EC
: ya itu dia Bu. Jadi kita melakukan campaign di FB dan di Twitter, ya seperti regular posting, lalu kita juga ada microsite yang berisi video-video tutorial, video-video ulasan mengenai teknologi-teknologi ter-update. Dan itu juga sangat membantu untuk First Time Buyers yang benar-benar belum melek IT dan yang sudah melek IT tapi belum aware. Jadi itu juga bisa memotivasi keinginan mereka terhadap kepemilikan komputer.
ZL
: berarti ada tiga ya Facebook, Twitter dan Website Pak untuk saat ini,. Bagaimana cara tim Bapak untuk mengukur kinerja tim Bapak ini?
EC
: karena ini mengukur kinerja digital marketing ini kan seperti kita menembak pada target yang bergerak. Jadi kalau misalnya target di kuartal ini adalah sepuluh ribu, sedangkan daily-nya itu bergerak, kita agak sedikit sulit untuk menargetkannya itu. Dan kita berdasarkan day to day observation, kayak misalnya untuk likes. Hari ini likes-nya berapa kita bisa monitor dari postingannya.
ZL
: likes terhadap Facebook Intel atau postingannya Intel?
EC
: dua-duanya kita bisa track.
ZL
: apakah ada jam tutupnya (indikator) gitu Pak? Maksudnya gini, dihitungnya per jam 5 sore misalnya.
EC
: oh itu nanti biasanya agency kita yang mengurus. Jadi kita sudah men-set targetnya.
ZL
: itu kan dari segi likes tuh Pak, ada lagi dari segi yang lain?
EC
: dari segi lain misalnya klout score untuk Twitter.
L16 ZL
: itu apa Pak klout score?
EC
: jadi klout score itu untuk mengecek seberapa engaging, seberapa aktif, seberapa Anda bisa membuat virality dan sebagainya.
ZL
: oh jadi kalau misalnya saya meng-posting tweet, jadi seberapa sering tweet tersebut di-retweet ya Pak?
EC
: bukan, bukan posting-an Anda, tapi twitter Anda. Twitter account Anda itu bernilai berapa skor. Itu dilihat dari aktivitas yang Anda lakukan. Seberapa anda tanggap, maksudnya dalam merespon followers Anda.
ZL
: saran untuk kampanye PR selanjutnya menurut Bapak? Apakah cukup dengan social media saja atau diperlukan engagement dari tempat lain? Dari sisi digital marketing Pak.
EC
: engagement di tempat lain sudah cukup, sudah ada (media cetak). Di blog kita belum, tapi kita sudah merencanakan untuk masuk ke social media platform lainnya tapi masih akan didiskusikan lagi kembali dengan regional, seperti di instagram dan di pinterest. Jadi kita akan masuk ke kedua platform tersebut. Sekarang Indonesia masih heavily use FB dan Twitter.
ZL
: bagaimana Bapak melihat perkembangan atau prospek di bidang digital marketing khususnya di bidang perusahaan di Indonesia?
EC
: bagus perkembangannya.
ZL
: bisa dijelaskan lebih lanjut Pak? Bagus seperti apa ya maksud Bapak?
EC
: ya dikarenakan Indonesia itu kan banyak ya penduduknya. Jadi kalau viralitynya pasti nomor satu ya apalagi di bagian online. Sepuluh persen yang main Facebook saja virality-nya sudah besar sekali.
L17 ZL
: berarti ini saran untuk semua perusahaan, kalau untuk memajukan bisnis tetap harus menggunakan digital marketing ya Pak?
EC
: oh itu tergantung dari mereka punya business portfolio.
ZL
: terima kasih atas waktunya Bapak, semoga sukses selalu di Intel ya.
Penulis bersama Digital Marketing Associate (Pak Edbert Chandra)
L18 Kliping Publikasi dari FTB PR Campaign
L19
L20