LAMPIRAN Bagan I1 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Dilem BPD
KEPALA DESA
SEKRETARIS DESA
KAUR
KAUR
UMUM
KEUANGAN
KEPETENGAN
MODIN
KEBAYAN
KUWOWO
KASUN LEMAH
KASUN NGANTRU
DUWUR
1
Selayang Pandang Desa Dilem Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, 2014
Berikut kami gambarkan masing-masing pejabat disertai dengan nama-nama yang berkuasa di wilayah tersebut:2 NO
NAMA
JABATAN
1.
Suhadi Rofiq a. Ma
Kepala Desa
2.
Abd. Rochman
Sekretaris Desa
3.
Ismudriyah
Kaur Umum
4.
Sudiharjo
Kaur Keuangan
5.
Umbar Hariyanto
Kaur Pemerintahan/Bayan
6.
Sultoni
Kaur Ekonomi Pembangunan/Kuwowo
7.
Hariyanto
Kaur Trantib/Kepetengan
8.
Riyanto
Kaur Kesra/Modin
9.
Suyitno
Kasun/Kamituwo Ngantru
10.
Qomari
Kasun/Kamituwo Lemah Duwur
Bagan II3 Nama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Dilem Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang
NO
2 3
NAMA
JABATAN
1.
Mukafi
Ketua
2.
Ivan Ismawan
Wakil Ketua
3.
Wiwik Hadarini
Sekretaris
4.
Jainul Fanani
Bendahara
5.
Triono
Anggota
Selayang Pandang Desa Dilem Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, 2014 Selayang Pandang Desa Dilem Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, 2014
6.
Saiful Ghozi
Anggota
7.
Ali Nafian
Anggota
Bagan III4 Nama-nama LPMD Desa Dilem Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang
NO
4
NAMA
JABATAN
1.
Hanafi
Ketua
2.
Aminudin
Wakil Ketua
3.
Supadi
Sekretaris
4.
Matasim
Bendahara
5.
Marsidi
Anggota
6.
Gatot
Anggota
7.
Puryono
Anggota
8.
Sunarto
Anggota
9.
Sumarto
Anggota
10.
Ahmad Asy’ari
Anggota
11.
Ahmad Syaifuddin
Anggota
12.
Abu Hanifah
Anggota
Selayang Pandang Desa Dilem Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, 2014
WAWANCARA DENGAN PARA INFORMAN 1. Wawancara Bapak Syihabbuddin5 Pas ape kawin terus ada tiyang sepah wonten kang pejah. Gak ada…gak ada… hanya adat…kalau niatnya….nawaitu hormat pada leluhur ya gak papa….tetap harus tawakkal pada Allah SWT…tawakalnya itu pada Allah………maksudnya kan kalau ada keluarganya kang pejah (meninggal), maka harus ditunda hingga tahun berikutnya itu kawinnya. Itungane sesuai mbek perhitungan Jawa. Nek ninggale pas taun suro, berarti baru bisa nikah lagi yo pas tahun suro maneh. Nek pejahe pas taon besar, berarti nikahe yo diundur sampek taon besar ngarep. Biasae nek wes kejadian ngunu kuwi, wong kene iku dibarengne mbek matine mayit ku mau, jarena she ben dadi saksi nek anake wes nikah waktu iku. Gak onok ndek islam seng ngunu kuwi. Kerubuhan gunung gak ada hubungan dengan kawin mayit karena sejatinya adat tidak harus mengikat masyarakat. Lagi-lagi, mek adat loro karone kuwi. Koyok kembang mayang iku asline yo adat. Tuntunane ganok ndek islam. Pokok hormat leluhur kita ae. Hormat kan lain mbek nyembah. Seandainya di orang-orang sekalian gak gunakan ya gak masalah. Jika di lingkungan itu akan timbul gejolak, maka dilakukan saja, tetapi tetap tawakal pada Allah. Tapi jika menimbulkan gejolak, ya dilaksanakan saja. Ngko nek gak ngene, dadine ngene. Nanti takutnya musyrik. Podo karo iku loh…….nentokne dino kawin. Ngko uwong tuwek ora wani nek gak nentokne dino kawin disik. Yo ngunu kuwi. Seng utama nek geblake wong tuwo, seng bener dungakne, shodaqoh. Lha lek geblake wong tuwo terus hura-hura iku malah seng gak tepak. Apike ncen diundur sampek taon ngarep ae….selain hormat pada si mayit,,,, yo ben rumah tanggane lancar… gak kebayang sedone tiyang sepah terus… mosok nikah seumur hidup pisan harus dibarengne mbek kesusahan. Mending diunru setaon ae… masio sembarange wes siap kabeh… seng penting gak sampek menimbulkan gejolak di masyarakat. 2. Wawancara Bapak Bibit6 Yang jelas dalam syariat islam gak ada istilah kerubuhan gunung itu. orang meninggal ya orang meninggal, orang menikah ya menikah. Itu tradisi jawa. emmm…..kerubuhan gunung itu tradisi jawa, artinya itu kalau ada orang yang mau menikah terus ada keluarganya yang meninggal maka nikahnya harus ditunda hingga tahun berikutnya. Begitu juga ketika membangun rumah atau apa….juga harus yang seperti itu. Tahun berikutnya itu ngitungnya dari bulan suro/muharom. Jika bulan besar, maka waktu untuk bisa melakukan nikahpun juga akan lama, karena harus dihitung mulai bulan suro. Tetapi tetap saja dalam ajaran islam itu gak ada. Jelas gak sesuai dengan syariat. Tapi masyarakat itu kadang-kadang merasa gak enak. Ngko diwadani diwadani terus takuttt….alasan anuuu anu dan anu… mamange iku loh seng gak oleh. Dicaci…takut…mamange iku loh seng gak oleh. Opo iku bahasa Indonesia mamange. Keraguannya/galaunya yang gak boleh.bismillah bismillah. Galau itu gak boleh. 5 6
Syihabbuddin, wawancara (Malang: 6 Februari 2015) Bibit, wawancara (Malang: 6 Februari 2015)
Kalau dicerca orang banyak iku lah galau aa…. Lek dicacat wong akeh, gak kuat mental. Biyen tambah akeh kejadian seperti ini. Tapi sekarang sudah mulai pudar. Kan kadang-kadang masyarakat seneng nyacat nek gak sesuai mbek seng wes tau dipraktekne ndek kampung koyo nginiki.. 3. Wawancara Bapak Suhadi7 Sebenarnya Islam tidak pernah membahas tentang tradisi ini. Disebut dengan istilah kerubuhan gunung karena seseorang yang terkena musibah. Ada yang meninggal keluarganya. Maka perkawinan yang sudah direncanakn harus ditunda terlebih dahulu pelaksanaannya. Gitu kan bu…. Lha enggeh niku… wong ya namanya tradisi. Itu bawaane leluhur yang katanya membawa dampak besar jika tidak dilaksanakan.. itu karena banyak yang sudah merasakan dampaknya jika tidak mengikuti apa yng dikatakan para leluhur terdahulu. Wajarlah kita kan orang jawa. Pasti yang namanya tradisi itu tidak akan lepas dari kehidupan ini, meskipun jaman modern seperti ini. Wong jaman modern y owes ngene ngene iki. Kabeh wes enek masane dewe-dewe. Dadine, yo ngene iki. Tradisi mlaku, modern yo mlaku. Memang sejauh ini belum ada pertentangan yang berarti untuk pelaksanaan tradisi ini, semua berjalan dengan baik, saling menerima dan menghargai membuat masyarakat sini saling mengerti satu sama lain sehingga jikalau ada yang keluar dari tradisi yang telah diyakini, maka mereka akan salingmeningatkan dan memberi penjelasan yangmembangun. Dan jika mereka tidak mau mendengarkan satu sama lain,maka pernah terjadi waktu lampau, orang itu diacuhkan oleh yang lain 4. Wawancara Bapak Abd. Rochman8 Jenenge tradisi kuwi mergakne dilakoni bolak-balik. Terus wes kaet biyen enek. Berarti tradisi iki ncen gawanane poro leluhur. Wong biyen yo percoyo ae opo seng diomongne mbah-mbahe. Wong biyen kan sek manut, gak koyok saiki. Hehehehe….. jenenge tradisi kuwi yo gak selawase apik, elek e pasti yo enek. Tapi tergantung awake dewe ae, piye nek nyaring. Lek uwong biyen ngarani tradisi iku meh podo mbek kebiasaan seng memang kudu dilakoni saben uwong. Secara jelas, bahwa kerubuhan gunung itu pancene gak enek ndek islam dewe. Tapi mesti ngunu, qur’an yo jelasne lek awake urip kudu hormat marang siji neng liyane. Dadi yo gak sak enake dewe, wong trahe urip bareng yo ngnu kuwi. Asline masio gak nglakoni, yo gakpopo…. Maksude iku gak enek pasal seng menjerat orang yang berbuat demikian. Tapi biasane, sangsi seng bakal dirasakne mbek uwong seng gak nglakoni tradisi biasane dadi rasan-rasan tonggo liyane. Seng ngene lah…seng ngunu lah…. Pokoke ndek pandangane wong kampung nek wes gak patuh mbek tradisi seng onok ndek kunu, bakalan enek guneman antar uwong. Pastine guneman kuwi njluntruhe neng sesuatu seng elek. Malah tau enek kejadian uwong kang gak nglakoni tradisi, mbek tonggo-tonggo liyane gak disraungi. Dijarne sak karepe. Bah ngene bah ngunu. Pokok nek kape jaok tolong 7 8
Suhadi, wawancara (Malang: 2 Januari 2015) Abd. Rochman, wawancara (Malang: 2 Januari 2015)
gak usah ditulungi. Secara jelas, tradisi kerubuhan gunung memang tidak terdapat dalam Islam. Tetapi pada dasarnya hal itu telah tersirat dalam ayat alQur’an sendiri bahwa antar sesama kita harus peduli dan saling membantu. Hal ini mengindikasikan bahwa jika seseorang sedang dalam keadaan bersusah, maka kita harus bisa berpartisipasi di dalamnya. Jangan malah mengadakan pesta, apalagi sampai menghadirkan hiburan yang mahal. Itu akan menjadi kecaman hebat di lingkungan masyarakat awam seperti kita. Jika dipandang dari sudut sanksi yang diakibatkan, maka sejatinya pelanggaran pelaksanakan tradisi ini hanya mengakibatkan sanksi moral dalam masyarakat. Sudah tidak sedikit masyarakat yang terkena sanksi moral saat ia tidak melaksanakan tradisi ini (dikuatkan dengan paparan bahwa orang seperti itu lebih mementingkan dirinya sendiri daripada harus sedikit menyalurkan kepeduliannya terhadap sesama). Lihat saja Bapak Tris yang tetap saja melangsungkan pernikahan saat sanak saudaranya ada yang meninggal kala itu. Tak hanya digunjing masyarakat sekitar, dia pun saat ini terbaring sakit yang tak kunjung datang pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya saat ini. 5. Wawancara Bapak Sultoni9 Memang benar adanya tradisi kerubuhan gunung itu. Yang jelas, dari tradisi ini tidak ada yang dipaksakan, karena pada dasarnya keberlakuan tradisi inipun juga menyangkut keselamatan kedua belah pihak. Jika tidak melakukannya pun maka, dampak yang akan terasa juga terletak pada kedua keluarga tersebut. Dalam istilah jawa, kerubuhan gunung menandakan bahwa seseorang telah terkena musibah yang amat berat, yaitu ditinggal oleh salah seorang keluarganya. Jadi disini seseorang dituntut untuk berempati terhadap penderitaan yang dirasakan oleh orang lain. Bukan malah bersenang-senang atas penderitaan orang lain. Tidak baik hal itu. Meskipun bukan kita yang terkena musibah, setidaknya lah kita ikut berduka dengan musibah yang menimpa orang lain, apalagi calon keluarga besar kita juga. Kalau dibilang dengan era modern saat ini, tentunya hal ini sudah tidak jamannya lagi. Apalagi percaya sama katakata yang tidak bisa dinalar dengan akal. Tentunya sangat tidak sesuai dengan perkembangan saat ini. Sekarang saja, semua serba pasti dan memang ada bukti nyatanya. Tidak hanya sekedar warisan orang tua terdahulu dan memang bisa dipastikan kebenarannya. Jika memang selama ini didapati kebenaran daripada dampak-dampak yang ditimbulkan ketika tidak melaksanakan tradisi ini, saya rasa itu hanya kebetulan saja. Karena semua ini akan kita kembalikan kepada Allah SWT. Lagi-lagi dalam sebuah tradisi, kita harus menaati apa yang dikatakan oleh orang terdahulu sebelum kita. Bukan apa-apa, tapi apa yang telah terjadi merupakan sebuah bukti yang cukup untuk membuktikan pernyataanpernyataan orang-orang terdahulu menurut mereka. Tradisi iku yoooo kebiasaan adat istiadat yang ada di warga masyarakat…. Yang ada di suatu daerah. Biasanya berhubungan dengan nenek moyang… kan suatu kebiasaan, memang biasanya berhubungan dengan leluhur kita. Kerubuhan gunung iku kan istilane seumpama kita mau menikah itu yaa, terus ada salah satu 9
Sultoni, wawancara (Malang: 2 Januari 2015)
keluarga ketika hari sudah dtentukan,,, kan namanya takdir kita juga nggak tahu.,… tiba-tiba ada salah satu kelaurga yang meninggal…..itu biasanya ada yang sebagian memang melakukan emmmm nikah disamping mayit…disebelah mayit,,, ada juga yang mundur satu tahun…….. pelakunya jelas ada… itu yang pernah memang itu disaksikan sama si mayit yang sudah meninggal…. Alasan disaksikan ya.. itu kan berhubungan dengan suatu kepercayaann… mitos itu soal kepercayaan…ya sebenarnya jika dilihat dari segi agama ya tidak ada…itu memang tradisi yang sduah berjalan di masyarakt…bisa jadi saksi yang kuat…atau juga ada permintaan…. Aku pengen nyekseni awakmu menikah karena itu yang mengusahakan… karena kehendak kuasa… permintaan biasanya…. Saya kira dampak jika tidak melakukan kayaknya tidak ada….. biasanya hal itu merupakan permintaan kelaurga. Dampak kemasyarakat secara langsung jug tidak ada…. Sudah karena hari sudah ditentukan…daripada mundur satu tahuna tau apa.. teteplah nikah waktu itu dengan disaksikan si mayit itu…. Jika dihubungkan dengan islam itu kalau kita lihat dalam istilahnya dalam islam kayaknya gak ada..selama ini saya belum pernah dengar…kerubuhan gunung itu gak ada selama ini. Kalau kita sih tinggal mengikuti yang sudah ada saja…tinggal mengikuti saja…kan memang tidak ada dampak ke masyarakt secara langsung…. Selama tidak melanggar norma dan tidak ada pertentangan, saya kira bisa tetap dijalankan di masyarakat. 6. Wawancara Bapak Riyanto10 Jenenge wong nikah iku yo gak harus piya piye. Kudu ngunu lah,,, kudu ngene lah… enggak… gak ngunu kuwi. Seng bener iku… selama sudah memenuhi syarat dan rukun nikah yang telah ada, berarti memang harus dilangsungkan pernikahan tersebut. Samean tahu kan, apa saja persyaratan nikah? Hehehehe…… yo enek calon mempelaine, akadi nikah utowo sighat, wali lan mahar. Pokok nek papat kuwi wes lengkap, yo monggo segera melangsungkan pernikahan. Gak usah ngenteni weton lah, geblake bapak ibu lah. Secara tidak langsung tradisi yang telah berkembang di dalam masyarakat Desa Dilem sendiri memang sudah diyakini kebenarannya karena memang benar memiliki beberapa makna, seperti menumbuhkan sikap toleran antar satu dengan yang lain. Menawi gak enek sikap toleran, yo maleh urip dewe-dewe mengko. Dan sejauh ini memang tidak terdapat orang yang keberatan tentang pelaksanaan tradisi ini, arena memang telah terbukti kebenarannya oleh orang-orang yang tidak mematuhi petuah para leluhur. Seperti pernikahan yang seumur jagung, tidak bisa langgeng, adanya sanak saudara yang meninggal dengan waktu yang tak jauh dari waktu pernikahan tersebut. Biasanya, jika memang sudah sangat mengharuskan pernikahan tersebut dilakukan, maka akan dilakukan dengan istilah nikah mayit, dimana mempelai melaksanakan ijab qabul di samping mayit yang akan dikuburkan. Tapi hal ini jarang sekali terjadi karena lagi-lagi sikap 10
Riyanto, wawancara (Malang: 2 Januari 2015)
toleran yang tinggi oleh penduduk Dilem sendiri. mereka jarang sekali tidak melaksanakan apa yang telah diriwayatkan oleh para sesepuh. Sangat amat meyakini apa yang disampaikan oleh para sesepuh, meskipun di dalam ajaran agama tidak terdapat hal yang demikian. Antara nikah dan kematian seseorang tiadalah hubungan di dalamnya. 7. Wawancara Ibu Kasminah11 Wong mati iku tah…. Yo kerubuhan gunung katene mantu gak oleh. Mergo kerubuhan gunung wong tuwek mati iku te yok opo??? Lek anu yo genti taon eneh…nglamar neh…nakokne maneh…yo anu pane tahune wes ganti yo oleh. Wong kuno mbiyen gak oleh. Yo ngunuku wong tuwek biyen, aku gak eroh…. Iku anu…seng ape nikah gak sido wong kulon iku…..adikne bojone Mail iku looh.. ngulon iki lohh…sopo se, jenenge… lali aku…ngarepe omahe Hartini…… yo lek wong kuno biyen yo sek dilakoni tenan…gak oleh yo gak oleh….yo gak dilakoni…. Lek saiki gak dilakoni ngunu…. Masio gak dilakoni yo ora popo…. Yo gak enek dampake opo-opo… yo mek biasane bakan dicelathu mbek wong-wong liyane….biasanae yo dadi rasan-rasan uwong….opo o kok nyleneh dewe. Biyen yo manut biyen….saiki yo melu saiki….. ngko nek manut biyen yo maleh ketinggalan arek saiki. Maleh gak gaul ngko jarene. Koyok putu-putuku saiki… tak kandani ngene ngunu yo gak tau gelem kok wesan…. Alasane ngko gak gaul mak…. Padahal lek jareku ngunu kuwi yo bener kok… wong kadang seng tak kandakno neng arek-arek iku yo akeh benere kok,,, tapi kok yo gak digugu omonganku. 8. Wawancara Ibu Riyanti12 Tradisi kerubuhan gunung…sepengetahuan saya apabila ada seorang anak yang mau menikah, tiba-tiba waktunya sudah ditentukan ada ayah atau ibunya meninggal dunia. Biasanya yang urutannya ke atas, misalnya kakek, nenek…. Saya kira sepengetahuan saya yang urutan ke bawah enggak…ya yaya…biasanya iya… sudah ada apa…orang tua sudah ada rembugan.. sudah dipinang,,,, sudah ditentukan hari H nya pernikahan…..terus sebelum pernikahan itu dilaksanakan, terus salah satu diantara ibu bapak, kakaek nenek ada yang meninggal. Ini ada dua,,, ada yang diajukan tahun depan, ada juga yang dilaksanakan waktu orang tuanya meninggal. Jadi hari pernikahannya itu diajukan ketika meninggalnya orang tua. Ya itu makanya tidak sesuai dengan hari yang ditentukan. Biasnaya disebut dengan nikah mayit orang sini menyebutnya. Alasannya ya itu, kalau menunggu 1 tahun kan terlalau lama. Kalau di masyarakat biasanya menjadi gunjingan di masyarakat. Menjadi pembicaraan dari masyarakat. Kalau dari keluarga, biasanya malah menuruti apa yang ada di masyarakat, menuruti, biasanya kebanaykan dituruti. Selama disini saya baru menjumpai. Pelakunya bernama Mbak Ririn dan mas Muhajir. Diajukan pada saat meninggalnya ayahnya mas muhajir. 11 12
Kasminah, wawancara (Malang: 4 April 2015) Riyanti, wawancara (Malang: 4 April 2015)
Kalau menurut saya kalau di Islam itu gak ada mbak…gak ada tuntunannya..tapi yo memang tradisi jawanya…adat lah… kalaupun gak dilaksanakan juga gak papa…gak ada pengaruhnya….. Saya kira itu tidak perlu..masak kita menikah di hadapan jenazah. Kan menurut saya sebagai muslim, kok kesannya gimana gitu..padahal kalaupun memang sudah meninggal….ya sudah meninggal…. Kita urus yang meninggal… kalau yang menikah ya diurus untuk menikah… keduanya tidak hubungannya. Masing-masing sudah ada tempatnya sendiri. Lebih baik jangan dicampur antara kesusahan dan kebahagiaan. Sudah, kalau ketika susah, ya susah, ketika bahagia ya monggo bahagia. Kalau saya ya jika dihadapkan pada kondisi di mana harus memilih antara dibarengkan sama yang meninggal dengan diajukan untuk tahun depannya, maka saya akan lebih memilih untuk tahun depannya, meskipun banyak kerugian dalam hal itu. Lebih baik mendahulukan yang susah atau bersusah dahulu daripada harus dicampurkan antara keduanya. 9. Wawancara Bapak Bambang Ikh.13 Tradisi menurut saya adalah suatu kebiasaan yang dilakukan sudah sejak lama dan menjadi bagian dalam kehidupan suatu masyarakat. Ooohh iya… dari leluhur gitu….katanya dari mbahnya mbahnya dan seterusnya gitu… bisa juga karena mitos…. Disebut juga mitos gitu. Wong namanya juga orang jawa tau sendiri kan orang jawa kental dengan tradisi-tradisi Kalau kerubuhan gunung itu katanya mbahe wong nemoni kesusahan seng gedhe banget…atau bencana besar sekali. Itu dari mbah saya ….pokoknya gitu ya udah…. Belum tahu secara jelas dari mana asalnya. Pokoknya kata mbahnya dulu gitu… Kalau menurut saya itu gimana ya…. Kayak gak menghormati lah….. si meninggal itu maksudnya. Masak ada kesusahan….pernikahan dilanjutkan.. mungkin gimana ya… masih dalam suasana berduka lah. Pernah saya jumpai malahan, dulu pas saya masih kuliah dibangku S1, ketika pas pernikahan, ada keluarganya yang meninggal waktu itu juga. Akhirnya salon pernikahan tersebut diberhentikan hingga pernikahan berakhir…. Tetap dilanjutkan tetapi tidak menggunakan salon yang umumnya orang menikah. Jenazahnya juga dirawat sebagaimana orang meninggal pada umumnya. Lucu ketika saya melihatnya… tetapi ya gimana lagi, mau diajukan untuk tahun depannya lagi… ya sudah terlanjur akad pengantinnya…… kalau diteruskan bunyi-bunyiannya ya gak hormat lah….. Kalau di islam sendiri, saya belum menjumpai yang mengatur tradisi ini yaaa… setahu saya sih gitu…gak ada yang mengatur….gak ada memang… hampir semua yang ada di jawa khususnya di Desa Dilem tradisi-tradisinya memang gak diatur dalam agama islam sendiri…..
13
Bambang, wawancara (Malang: 6 Februari 2015)
DOKUMENTASI
WAWANCARA DENGAN BAPAK SULTONI
WAWANCARA DENGAN IBU RIYANTI
WAWANCARA DENGAN IBU KASMINAH
WAWANCARA DENGAN M.BAMBANG IKH