Pengamatan kebakaran dan penyebaran asapnya dari angkasa: Sebuah catatan kejadian kebakaran hutan/lahan di Sumatera Selatan tahun 2014 *Yenni Vetrita, Parwati Sofan, Any Zubaidah, Suwarsono, M. Rokhis Khomarudin, Kusumaning Ayu D., M.Priyatna
*Tim kebakaran, Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana, Pusfatja, LAPAN
Tahun 2014 ini merupakan tahun yang agak luar biasa karena pada awal tahun sudah diwarnai oleh kebakaran yang umumnya mencatat Sumatera sebagai lokasi yang “biasa” terbakar, namun kali ini juga diikuti oleh Kalimantan, tepatnya di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Hotspot di kedua wilayah tersebut mengalami peningkatan tajam sejak akhir bulan Januari dengan puncaknya terjadi pada bulan Maret 2014. Berdasarkan data MODIS yang diterima oleh stasiun bumi LAPAN Pare-pare periode tanggal 1-28 September 2014, akumulasi hotspot tertinggi terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), yang diikuti oleh Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), dan Kalbar (baca artikel: http://lapan.go.id/index.php/subblog/read/2014/838/KEKERINGAN-TAHUN-2014-NORMAL-ATAUKAHEKSTRIM/berita). Peningkatan jumlah tersebut diakibatkan oleh kebakaran yang diikuti oleh produksi asap. Walaupun tidak dapat dikatakan beruntung karena asap tidak menyeberang ke negara tetangga seperti yang terjadi pada tahun lalu, namun tak pelak mengakibatkan penderitaan bagi warga yang berada di sekitarnya. Pemerintah Indonesia telah berupaya serius menangani masalah tersebut untuk menjaga kestabilan negara dan keamanan warganya. Sebut saja akibat yang telah ditimbulkan oleh situasi ini, yang tidak hanya menggangu stabilitas ekonomi, melainkan juga sosial, seperti terganggunya aktivitas belajar mengajar di sekolah, peningkatan pasien ISPA, gangguan jadwal penerbangan, dsb. Saat ini semua mata tertuju pada dua lokasi kebakaran yang sedang berlangsung di Kalteng dan Sumsel. Kami akan fokus membahas kondisi di Sumsel berdasarkan hasil pantauan citra satelit penginderaan jauh. Pada tahun 2013 yang lalu, provinsi ini tidak tercatat sebagai penyumbang emisi terbesar sebagaimana provinsi lainnya yang rawan kebakaran, yaitu Riau dan Kalteng. Namun tahun ini, yang dimulai sejak akhir Agustus 2014, Provinsi Sumsel telah menanggung kesengsaraan akibat kebakaran yang tak kunjung padam. Pemerintah sempat menetapkan darurat asap di provinsi ini pada akhir September 2014. Media massa memberitakan terganggunya sejumlah penerbangan di beberapa provinsi yang juga terkena dampak, seperti Jambi, Sumatera Barat, Riau, bahkan hingga Kualanamu, Sumatera Utara. LAPAN yang memiliki kemampuan untuk merekam beberapa citra satelit penginderaan jauh beserta informasi lainnya yang terkait, telah mencatat rangkaian proses perkembangan api di lokasi utama sumber kebakaran besar yang telah terjadi di sana. LAPAN melihat bahwa inisiasi kebakaran ini tampak terjadi sekitar tanggal 31 Agustus dan tanggal 2 September, yang ditandai dengan keberadaan titik panas yang dideteksi oleh hotspot SNPP-VIIRS (Suomi National Polar Partnership-Visible Infrared Imaging Radiometer Suite, NASA-NOAA) hasil akuisisi LAPAN pada malam hari (Gambar 1).
1 LAPAN| Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Gambar 1. Sebaran hotspot SNPP-VIIRS tanggal 2 September 2014 yang menunjukkan indikasi suhu yang tinggi (sumber: http://modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/infokatalog)
Informasi hotspot yang diakuisisi malam hari ini dapat memberikan informasi yang lebih detail tentang suhu dan estimasi area sumber panas seperti yang terlihat pada Gambar 2. Tahun ini LAPAN bekerjasama dengan NOAA melakukan validasi hotspot yang dideteksi dari SNPP-VIIRS, yang akan dioperasionalisasikan untuk publik dalam waktu dekat. Hasil deteksi pada pukul 18.43 UTC tanggal 31 Agustus (pukul 01.43 WIB, 1 September 2014) o 2 menunjukkan adanya sumber panas pada 885 K seluas 56.48 m . Suhu ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan suhu di sekitarnya, yang ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 2.
Gambar 2. Hotspot akusisi malam hari yang dideteksi sebagai inisiasi awal kebakaran di lokasi kebakaran besar Sumsel
Selanjutnya gambar-gambar berikut ini mengilustrasikan bagaimana proses berkembangnya kebakaran di salah satu lokasi utama penghasil asap di Sumatera Selatan, sejak inisiasi awal hingga kondisi terkini (5 Oktober 2014). Lokasi yang diamati ditunjukkan oleh kotak merah pada Gambar 1. Kami menggunakan 2 LAPAN| Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
beberapa sumber data citra (Terra/Aqua MODIS dari NASA dan akusisi LAPAN serta Landsat 8 OLI hasil akuisisi LAPAN). Secara visual penyebaran asap mulai terlihat pada tanggal 5 September menggunakan citra Terra MODIS (Gambar 3), dari sejak inisiasi awal panas yang terbentuk yang kami perkirakan dimulai sejak tanggal 1 September. Kebakaran ini tampak masih berlangsung hingga 5 Oktober yang berlokasi di Ogan Komering Ilir. Dari tampilan citra Terra MODIS tanggal 24 September sudah terlihat bahwa asap semakin jauh bergerak ke arah Provinsi Jambi, yang berarti bahwa sejak awal terjadinya kebakaran hingga 3 minggu sesudahnya, asap telah menyebar dan mencapai lebih dari 160 km dari titik pusat kebakaran.
Jarak >160km
Gambar 3. Citra Terra MODIS tanggal 24 September 2014 (NASA). Kotak merah merupakan lokasi yang diamati perkembangannya.
Dari Gambar 4 dapat diperhatikan bahwa kebakaran di satu lokasi saja dapat memakan waktu yang sangat panjang. Bahkan bila diperhatikan lebih jauh tampak bahwa sebaran asap pada suatu ketika dapat berubah arah yang disebabkan oleh arah angin (dari Barat Laut dan berbelok ke arah Barat Daya), seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4F (panah ungu). Hal ini justru dapat memperparah kondisi masyarakat di sekitarnya akibat adanya perluasan daerah yang terdampak sebaran asap. Pada Gambar 4G kita bahkan dapat menyaksikan secara lebih jelas bahwa titik api semakin banyak dan meluas (panah kuning).
3 LAPAN| Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
B
A
05-09-2014
07-09-2014
C
10-09-2014
D
12-09-2014
E
F
17-09-2014
19-09-2014
G
24-09-2014
H
02-10-2014 4
LAPAN| Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Gambar 4. Proses berkembangnya api dan asap di wilayah Sumsel selama satu bulan (5 September-5 Oktober 2014). Titik merah merupakan hotspot yang bersumber dari Terra/Aqua MODIS sedangkan asap ditunjukkan oleh warna putih yang diikuti oleh hotspot.
Secara lebih detail informasi lain tentang kondisi kebakaran di lokasi ini dapat dipantau menggunakan citra Landsat 8 OLI yang diakuisisi LAPAN pada tanggal 12 September 2014 (Gambar 5). Kebakaran terlihat bermula dari lokasi perkebunan (Gambar 6a). Titik kebakaran terlihat juga berada di beberapa lokasi yang menyebar di sekitarnya, termasuk beberapa diantaranya berada di batas atau luar perkebunan (Gambar 6b). Bila dihitung estimasi luas kebakaran hanya pada lokasi yang terbakar sejak awal September hingga tanggal 12 September diperkirakan telah terbakar sekitar 1000 ha.
asap
5 LAPAN| Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Kebakaran sedang berlangsung C A
B
Gambar 5. Citra komposit RGB 754 Landsat 8 OLI, akuisisi LAPAN tanggal 12 September 2014.
A
Estimasi luas >1000 ha
Perkebunan
Api dan asap
6 LAPAN| Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
B
Api dan asap
Awan dan bayangannya
Perkebunan
C Perkebunan Batas Perkebunan
Coklat tua menandakan bekas kebakaran baru
Gambar 6. Ini merupakan perbesaran Gambar 5 yang menunjukkan informasi detail dimana lokasi kebakaran yang ditunjukkan oleh warna merah (seperti api membara) yang disertai asap serta warna coklat gelap sebagai bentuk bekas terbakar.
7 LAPAN| Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Gambar 7 . Kondisi sebaran asap pada tanggal 3 Oktober 2014. Garis merah menunjukkan sebaran asap yang meliputi beberapa provinsi, yaitu Sumsel, Jambi, Riau dan sebagian Sumbar.
Kebakaran di lahan gambut yang dikategorikan sebagai salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia dan tengah berlangsung di Provinsi Sumsel, perlu pencegahan dan penanganan yang tepat terkait pengelolaan lahannya. Penginderaan jauh yang memiliki kemampuan untuk memantau menggunakan berbagai sensor dengan waktu relatif cepat, sangat bermanfaat untuk membantu para pengambil keputusan maupun petugas lapangan dalam tindakan pencegahan perluasan kebakaran maupun penanganannya di lapangan.
8 LAPAN| Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh