KONTRIBUSI ISTRI NELAYAN BAJO TERHADAP RUMAHTANGGA DAN KOMUNITASNYA DI DESA LATAWE KECAMATAN NAPANO KUSAMBI KABUPATEN MUNA BARAT
SKRIPSI
Oleh:
LA BAI NIM. D1A112029
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016 1
KONTRIBUSI ISTRI NELAYAN BAJO TERHADAP RUMAHTANGGA DAN KOMUNITASNYA DI DESA LATAWE KECAMATAN NAPANO KUSAMBI KABUPATEN MUNA BARAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakutas Pertanian Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi pada Jurusan Agribisnis
Oleh: LA BAI NIM. D1A112029
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
2
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PERGURUAN
SEBAGAI TINGGI
SKRIPSI ATAU
ATAU
KARYA
LEMBAGA
ILMIAH
MANAPUN.
PADA
APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Maret 2016
LA BAI D1A1 12 029
ii
iii
iv
ABSTRAK
La Bai (D1A1 12 029), “Kontribusi Istri Nelayan Bajo terhadap Rumahtangga dan Komunitasnya di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat”. Dibimbing Oleh Hartina Batoa Selaku Pembimbing I dan Muhammad Aswar Limi Selaku Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kontribusi istri nelayan bajo terhadap rumahtangganya dan (2) kontribusi istri nelayan bajo terhadap komunitasnya. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua istri nelayan bajo yang berkontribusi terhadap rumahtangga dan komunitasnya di Desa Latawe. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mengikuti arahan dari Kepala Desa dengan pertimbangan bahwa generalisasi populasi diketahui karakteristiknya oleh Kepala Desa. Sampel ditentukan secara random sampling (acak sederhana) yaitu dengan mengambil 25% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 48 responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2002), bahwa apabila subjek penelitian lebih dari 100 orang maka dapat diambil sampel minimal 10-15% atau 20-25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Kontribusi istri nelayan bajo terhadap pendapatan rumahtangga dominan berada dalam kategori sangat rendah yaitu sebanyak 22 responden memperoleh kontribusi pendapatan berkisar 1% - 19% atau 45,83% responden memiliki pendapatan yang sangat rendah. Kontribusi istri nelayan bajo terhadap komunitasnya meliputi kegiatan pernikahan, selamatan, akikah dan kematian. Bentuk kontribusi responden yang paling dominan dalam bentuk barang dengan frekunsi kontribusi kategori selalu yaitu sebanyak 25 responden dengan persentase 52,18%. Kata Kunci: Kontribusi, Istri Nelayan Bajo, Rumahtangga, Komunitas, Pendapatan
v
ABSTRACT
La Bai ( D1A1 12 029 ), "The Contribution of the Fisherman 's wife of Bajo to Household and Community at Latawe Village Napano Kusambi Subdistrict West Muna Regency". This Research under guidance by Hartina Batoa and Muhammad Aswar Limi. The purpose of this research was to determine were (1) a contribution of fisherman's wife of Bajo to the household and (2) the contribution of fisherman's wife of Bajo to the community. This research was conducted in the Latawe Village Napano Kusambi Subdistrict West Muna Regency. The population of this research was all of the fisherman's wife of Bajo which had a contribution to the household and community in Latawe Village. The sample determining of this research was doing in purposive by follow suggesting of subdistrict head in judgment that the generalization of population be understand by subdistrict head. Sampling determined of this research was by random sampling method, namely from 25% of population research (48 respondent). It was suitable with Arikunto (2002) opinion that if research subject more than 100 person that could take 1015% minimum or 20-25%. The result of this research looked that the contribution of the fisherman's wife of Bajo have lowest category dominant, namely 22 respondent in income contribution around 1-19% or 45,83% respondent by lowest income. The contribution of the fisherman's wife of Bajo to the community included weeding, salvation, akikah, death ceremony. Forms of respondent contribution was as the most dominant in things by always category contribution namely 25 respondent (52,18%). Key words:
Contributions, fisherman's communities, revenue
vi
wife
of
Bajo,
households,
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi hingga dalam wujud sekarang ini. Ucapan terima kasih dengan bangga penulis persembahkan kepada orang tua, Bapak La Libu dan Ibu Wa Imba yang telah membesarkan, menyayangi, mencintai, mendukung, memotivasi, memfasilitasi, dan mengontrol serta semua kebaikan yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi penulis. Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada pembimbing, yaitu Hartina Batoa, SP., M.Si sebagai Pembimbing I dan Muhammad Aswar Limi, S.Pi., M.Si Sebagai Pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas dalam membimbing memotifasi dan menasehati dalam penyelesaian studi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1.
Rektor Universitas Halu Oleo, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Pengelola Jurusan/Program Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo beserta staf, Dosen di lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis secara khusus dan pada umumnya Dosen Fakultas Pertanian, yang telah memberikan kesempatan belajar bagi penulis, dan dukungan sarana dan prasaran dalam kelancaran proses kuliah.
vii
2.
Dosen pengajar pada Jurusan/Program Studi Agribisnis yang telah berperan aktif dalam proses pembelajaran, pembentukan pola pikir dan karakter penulis.
3.
Bapak Iskandar, SP., M.Si selaku Penasehat Akademik selama penulis mengikuti pendidikan pada Fakultas Pertanian UHO.
4.
Seluruh dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan pada saat pelaksanaan seminar dan ujian skripsi.
5.
Pegawai administrasi Jurusan Agribisnis dan Fakultas Pertanian atas urusan admnistrasi yang mendukung penulis dalam masa pendidikan.
6.
Kepala Desa Latawe, Sekertaris Desa, Perangkat Desa dan semua masyarakat Desa Latawe yang telah membantu, melayani dengan baik dan memberikan informasi dan wawasan baru selama peneliti melakukan kegiatan penelitian di lokasi.
7.
Kepala Desa Abenggi, Sekertaris Desa, Perangkat Desa dan semua masyarakat Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan yang telah membantu, melayani dengan baik dan memberikan informasi dan wawasan baru selama peneliti melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di lokasi.
8.
Kakak tercinta Ali Jaya, S.Pd, Rusman Libu, S.Pd, Rahmi, S.Kom dan Sumardin, ST serta adikku tersayang Hasniarti atas kasih sayang, dukungan, do’a dan inspirasinya.
viii
9.
Paman dan bibi saya Ir. Ali Bain, M.Si dan Sarinah, SP. M.Si sebagai orang tua wali saya selama mengikuti proses perkuliahan yang telah banyak memberikan nasehat, motifasi, bantuan moriil dan material.
10. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis 012 kelas A, yaitu La Ode Dawid, Mulianton, Ayu Ansyari, Nur Tani, Risna, Waode Herlianti A., Mustika, Israwati, Hasnawati Sarfan, Minartin, Mega S. Arif, Amrin Aksa, Indri Sulfianatasari, Awwal R. Hartono, Ika R. Martin, Wana Rukmana, Juhardin, Hardianti, Syamsiah, Riski Amaliah, Bayu P. Aji, Tafahudin, Hardiman Arif, Al Munir, Armansyah, Abdul Hamid, Dina Rachmayanti, Ifan, Irma S. Pratiwi. Rizal Endriansyah, Maria T. Sarigana yang selalu mendukung, menyemangati, dan membantu. 11. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis Angkatan 2009, 2010, 2011, 2013, 2014 serta terkhusus 2012, yaitu Lukman Inta, Muh. Yakup, Muh. Yakub, La Ode Abdul Asis Hasidu, La Yoreni, Herdin, La Ode Firman, Esmit Dayanto, L.M. Yamin, La Ode Tandowuna, Untung, La Ode Alam Damai, La Ode Tasrin, Intan R. Udin, Rudi Hartono, Yusriadin, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah mendukung menyemangati dan
membantu. 12. Teman dan sahabat organisasi MPM Al-Zaytun, BEM FP-UHO, HMJAgribisnis, UKKI UHO, KAMMI-UHO dan HIMACALA A’MANUKIA yang telah banyak memberikan pemahaman, memotifasi, mendidik dan mengajarkan kepribadian sebagai rahmatanlilaalamiin.
ix
13. Pengurus Mahasiswa Bidikmisi UHO, Asrama Ibnu Sina UHO dan temanteman mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi angakatan 2012 UHO atas dukungan, motifasi, do’a, nasehat dan kasih sayangnya. 14. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis baik selama mengikuti proses perkuliahan maupun proses penelitian berlangsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya bisa berdoa agar semua amal dan kebaikan yang telah diberikan dalam penyelesaian studi penulis diganjar dengan kebaikan dan bernilai pahala dari sisi Allah SWT. Amin. Penulis menyadari dalam skripsi yang disusun penulis masih memiliki kekurangan dan kelemahan sehingga bimbingan dan arahan sangat diharapkan penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan informasi dan ingin meningkatkan pemahamannya. Kendari,
Maret 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ABSTRAK ................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................. UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... I.
i ii iii iv v vi vii viii ix x xi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................. C. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................
1 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Istri Nelayan Bajo ................................................................. B. Dinamika Kontribusi Istri Nelayan Bajo............................................ C. Kontribusi Istri Nelayan Bajo Terhadap Rumahtangganya ............... D. Kontribusi Pendapatan Istri Nelayan Bajo dalam Meningkatkan Ekonomi Rumahtangga ...................................................................... E. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat Bajo .................................... E.1. Tradisi Melaut............................................................................. E.2. Perilaku Memperoleh Hasil Tangkapan...................................... E.3. Pengetahuan Tentang Gejala Alam............................................. F. Kontribusi Istri Nelayan Bajo Terhadap Komunitasnya .................... G. Konsep Biaya .................................................................................... H. Konsep Modal .................................................................................... I. Konsep Pendapatan ............................................................................ J. Penelitian Terdahulu .......................................................................... K. Kerangka Pikir Penelitian...................................................................
8 15 17 19 21 21 23 23 24 29 31 32 36 39
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................. B. Populasi dan Sampel ......................................................................... C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ E. Variabel Penelitian ............................................................................ viii
41 41 42 43 43
F. Analisis Data ..................................................................................... G. Konsep Operasional ...........................................................................
44 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah................................................................. A.1 Letak dan Luas Wilayah ............................................................. A.2 Keadaan Iklim dan Tpografi ....................................................... A.3 Keadaan Penduduk...................................................................... A.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.............................................................. A.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...... A.3.3 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi .............................. B. Karakteristik Masyarakat Bajo di Desa Latawe ................................. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan....................................................... C.1 Identitas Responden..................................................................... C.1.1 Umur.................................................................................. C.1.2 Tingkat Pendidikan Formal ............................................... C.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................... C.1.4 Pengalaman Berusaha........................................................ D. Kontribusi Istri Nelayan Bajo ............................................................ D.1. Pendapatan Keluarga Istri Nelayan Bajo .................................. D.2. Kontribusi Istri Nelayan Bajo Terhadap Pendapatan Rumahtangga ............................................................................ D.3. Kontribusi Istri Nelayan Bajo Terhadap Komunitasnya ...........
49 49 49 50 50 52 54 56 59 59 59 61 62 64 65 66 70 78
V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Saran ..................................................................................................
86 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN .................................................................................................
88 92
ix
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman
Jumlah Produksi Hasil Penangkapan Ikan Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2014.................................................................
2
2.
Kriteria Kontribusi Istri Nelayan Bajo....................................................
34
3.
Kriteria Pendapatan Istri Nelyan Bajo ....................................................
45
4.
Indikator dan Parameter Dari Variabel Penelitian ..................................
48
5.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2014 .........................
51
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2014 ......
52
Kondisi Sarana dan Prasarana di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2014 ..........................
55
Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2015..............................................
60
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2014 ...................
61
6. 7. 8.
9.
10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tanggungan keluarga di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2015..............................................
63
11. Pengalaman Responden Dalam Melakukan Usahanya di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2015....................
64
12. Besarnya Pendapatan Responden Dari Beberapa Usaha Yang Dilakukan di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 ............................................................................................. 67 13. Besarnya Pendapatan Suami Dari Usaha Sebagai Nelayan di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 ....... 69 14. Kontribusi Responden Terhadap Pendapatan Rumahtangga di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2015....................
ix
73
15. Kontribusi Responden Dalam Bentuk Uang di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2015.................................................................
80
16. Kontribusi Responden Dalam Bentuk Tenaga di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2015..............................................
81
17. Kontribusi Responden Dalam Bentuk Barang di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Tahun 2015..............................................
82
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Halaman
Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................
x
40
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Riwayat Hidup ........................................................................................
92
2.
Identitas Responden di Desa Latawe Tahun 2015 ..................................
93
3.
Total Pendapatan Responden di Desa Latawe Tahun 2015 ...................
95
4.
Total Pendapatan Keluarga Responden di Desa Latawe Tahun 2015 ..
97
5.
Dokumentasi Penelitian di Desa LataweTahun 2015 ............................
101
xi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Luas wilayah perairan Indonesia merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat besar untuk dimanfaatkan bagi pembangunan nasional. Pembangunan nasional saat ini diarahkan pada sektor perikanan yang memberikan kontirbusi penting dalam perekonomian regional dan nasional. Alasan pokok pentingnya kontribusi dalam perikanan diantaranya bahwa produk perikanan
merupakan
pemasok utama
jumlahnya
protein hewani bagi
penduduk Indonesia yang
253,60 juta jiwa (BPS Indonesia, 2015), dimana 2.360.611
jiwa terdapat di
daerah Sulawesi Tenggara (BPS Sultra, 2014). Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Data perikanan
pada
tahun 2013
memperlihatkan total produksi perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 127.776,90 ton, terdiri atas produksi perikanan laut 124.548,20 ton dengan nilai produksi mencapai Rp 1.473.482.572,- dan produksi perikanan darat 3.228,70 ton dengan nilai produksi Rp 42.524.152,- (BPS Sultra, 2014). Hasil produksi perikanan merupakan potensi sumberdaya
yang dapat dimanfaatkan oleh
perempuan atau istri nelayan baik dalam bentuk usaha dagang ikan maupun melalui usaha pengolahan hasil perikanan. Perempuan yang bermukim di wilayah pesisir biasanya lebih banyak memilih mengusahakan hasil-hasil perikanan dibanding yang lainnya, terutama oleh perempuan yang bersuamikan nelayan.
2
Berdasarkan potensi perikanan Sulawesi Tenggara, Kabupaten Muna Barat secara umum dan khususnya Kecamatan Napano Kusambi pula ikut serta dalam menyumbangkan produksi perikanan. Kecamatan Napano Kusambi memiliki beberapa produksi hasil penangkapan ikan diantaranya adalah ikan tangkap, tambak, rumput laut, kepiting, udang dan kerang. Beberapa hasil penangkapan yang
memberi sumbangan hasil produksi terbesar yaitu
ikan
tangkap. Sektor usaha ikan tangkap dari tahun ke tahun mengalami peningkatan produksi, bahkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar lebih dari 100% dari tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Jumlah produksi hasil penangkapan ikan Kecamatan Napano Kusambi menurut jenisnya Tahun 2014. Tahun
Ikan Tambak/ Tangkap Kolam 2011 160 3 2012 405 29 2013 550 0 2014 11.554 0 (Sumber : BPS Sultra, 2014) Besarnya
Produksi (Ton) Rumput Kepiting Laut 15 0 487 0 494 0 494 0
potensi perikanan
Udang 0 4,32 5,19 7,19
Kerang 0 0 0 0
di Kecamatan Napano Kusambi
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sumber penghasilan utama. Berdasarkan potensi perikanan yang ada di Kecamatan Napano Kusambi, sebagian besar nelayan terdapat di Desa Latawe. Desa Latawe memiliki luas 12,83 km2 dengan jumlah penduduk 1.416 jiwa, dengan rincian laki-laki 704 jiwa dan perempuan 712 jiwa. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak 198 jiwa dan perempuan sebagai istri dari nelayan yang turut serta dalam membantu suami sebanyak 192 jiwa.
3
Nelayan
yang
ada di Desa Latawe merupakan nelayan dengan
menggunakan alat tangkap tradisional dan sederhana. Menggunakan alat tangkap tradisinal dan sederhana terkadang pendapatan yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Keadaan ini memaksa wanita nelayan sebagai istri nelayan mencari alternatif usaha untuk menambah pendapatan keluarga melalui kegiatan produktif yang dapat menghasilkan uang. Desa Latawe merupakan salah satu desa yang mayoritas penduduknya bersuku bajo. Masyarakat bajo secara umum, memiliki
karakteristik
kurangnya
sistem
manajemen
keuangan
dalam
rumahtangga. Berapapun jumlah pendapatan yang mereka dapatkan pada hari tersebut, mereka akan membelanjakan semuanya serta mereka tidak memiliki penyimpanan untuk dimasa yang akan datang sehingga meskipun pendapatan seorang suami sebagai nelayan tergolong tinggi maka diperlukan pula kontribusi seorang istri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Usaha perikanan
memberikan kesempatan kerja bagi seluruh anggota
keluarga termasuk istri dari nelayan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa istri nelayan dari berbagai lapisan sosial yang berbeda ikut serta dalam usaha perikanan maupun non perikanan dengan berbagai motivasi. Diantaranya menurut Ulhaq (2008) menjelaskan bahwa dibandingkan masyarakat lain, kaum perempuan di pesisir atau isti nelayan bajo mengambil kedudukan dan peranan sosial yang sangat penting, baik disektor domestik maupun disektor publik. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan pemikiran, diantaranya: Pertama, dalam sistem pembagian kerja secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum perempuan atau istri nelayan mengambil peranan yang besar dalam kegiatan
4
sosial-ekonomi didarat, terutama kegiatan perdagangan ikan, sedangkan kegiatan melaut merupakan pekerjaan laki-laki. Inilah sistem gender yang berlaku dalam masyarakat nelayan. Kedua, dampak dari sistem pembagian kerja di atas, mengharuskan kaum perempuan pesisir untuk selalu terlibat dalam kegiatan publik, mencari nafkah untuk keluarga sebagai antisipasi jika suami mereka tidak memperoleh penghasilan saat melaut. Kegiatan melaut merupakan kegiatan yang spekulatif, oleh karena itu, nelayan yang melaut belum bisa dipastikan memperoleh penghasilan. Ketiga, Sistem pembagian kerja masyarakat pesisir dan tidak adanya kepastian penghasilan setiap hari dalam rumah tangga nelayan telah menempatkan istri dari nelayan sebagai salah satu pilar penyangga kebutuhan hidup rumahtangga. Sebagian besar istri nelayan melakukan kegiatan
produksi
untuk
memberikan tambahan nafkah dengan curahan waktu yang cukup besar. Ikut sertanya wanita dalam kegiatan ekonomi akan menyebabkan perubahan pendapatan keluarga dengan bertambahnya jumlah mata pencaharian
yang
berimplikasi pada bertambahnya jumlah uang yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Kontribusi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam meningkatkan PDB Indonesia juga tidak luput dari peran perempuan baik sebagai pelaku usaha (pengusaha) maupun sebagai tenaga kerja. Meskipun tidak ada data yang pasti tentang UMKM yang dikelola perempuan, tetapi bisa dikatakan bahwa peran
perempuan
dalam
pengembangan
sektor UMKM sangat penting.
Fenomena wanita bekerja untuk mencari nafkah terjadi karena dorongan
5
kebutuhan, kemauan dan kemampuan serta kesempatan kerja yang tersedia dan akses wanita atas kesempatan tersebut. Status ekonomi wanita dilihat dari aktivitasnya dalam kegiatan mencari
nafkah, akses terhadap faktor produksi,
tingkat pendapatan yang dihasilkan dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga. Peran perempuan di sektor UMKM umumnya terkait dengan bidang perdagangan dan industri pengolahan seperti: warung makan, toko
kecil
(peracangan), pengolahan makanan dan industri kerajinan, karena usaha ini bisa dilakukan di rumah sehingga tidak melupakan peran perempuan sebagai
ibu
rumah tangga. Meskipun awalnya UMKM yang dilakukan perempuan lebih banyak sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu suami dan untuk menambah penadapatan rumah tangga, tetapi bisa menjadi sumber pendapatan rumah tangga utama apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh (Priminingtyas, 2011). Dinamika peran istri nelayan bajo dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya. Hal ini misalnya dapat kita lihat dari penjelasan Ulhaq (2008) bahwa bagi istri-istri nelayan bajo yang membuka usaha warung makanan-minuman, seperti yang terdapat di sebagian besar wilayah pesisir madura, tingkat pendapatan yang diperoleh juga sangat tergantung dari fluktuasi pendapatan nelayan dari kegiatan melaut. Artinya, usaha warungnya itu akan menghadapi masa sepi jika musim paceklik atau masa terang bulan tiba. Pada masa-masa ini, penghasilan nelayan dari melaut tidak bisa dipastikan atau mungkin tidak ada sama sekali, sehingga mempengaruhi tingkat konsumsinya.
6
Peran perempuan sebagai sasaran upaya cukup menonjol. Berdasarkan desain, umumnya upaya tidak membedakan sasaran laki-laki dengan perempuan (71%), sedangkan yang dikhususkan atau diutamakan pada perempuan 29%. Dalam pelaksanaannya, upaya yang sasarannya khusus atau dominan perempuan adalah 56%, seimbang 23% dan yang lebih banyak laki-laki 21% (SMERU, 2013). Kusnadi (2001) berpendapat perekonomian di kawasan
bahwa,
sebagian besar aktivitas
pesisir melibatkan kaum perempuan dan
pembagian kerja. Pekerjaan di laut merupakan
sistem
ranah kaum laki-laki, dan
perempuan di darat. Peran tersebut telah menempatkan kaum perempuan sebagai penguasa aktivitas ekonomi pesisir. Dampak dari sistem pembagian kerja ini adalah kaum perempuan mendominasi dalam urusan ekonomi rumahtangga dan pengambilan keputusan penting di rumahtangganya. Rumahtangga sebagai suatu unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan suatu
lembaga yang paling bertanggungjawab dalam menjamin
kesejahteraan anggota keluarganya, baik itu kesejahteraan sosial, ekonomi, serta kelestarian hidupnya. Keluarga terbentuk dalam suatu rumahtangga, yang bukan hanya ibu, bapak, dan anak-anaknya, namun kemungkinan terdapat anggota keluarga lain didalam rumahtangga tersebut. Dengan demikian persoalan didalam suatu rumahtangga dapat semakin besar dan semakin kompleks, dan berbagai persoalan itu dapat diatasi secara bersama-sama oleh semua anggota keluarga dan semua anggota keluarga dapat berkontribusi sesuai kemampuannya masingmasing.
7
Istri nelayan bajo di Desa Latawe selain berperan sebagai ibu rumahtangga dan membantu suami dalam pendapatan ekonomi rumahtangga seperti: berdagang ikan, menjual kayu bakar, menjual kue dan menjual rumput laut karang, juga memiliki peran ganda lainnya. Peran lain yang dilakukan oleh istri nelayan bajo berupa kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatankegiatan sosial yang sering dilakukan dilingkungan masyarakat baik dalam bentuk komunitas atau kelompok-kelompok yang bersangkutan tentunya tidak luput dari peran wanita sebagai ibu rumahtangga. Secara umum, setiap kegiatan atau acara yang sering dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk komunitas, diantaranya acara selamatan, pernikahan, akikah, arisan dan acara sosial lainnya . Perempuan sebagai ibu rumahtangga memiliki kontribusi atau partisipasi penting dalam mendukung pelaksanaan dan keberhasilan setiap kegiatan atau acara yang pernah dilakukan dilingkungan masyarakat setempat. Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian
tentang
kontribusi istri nelayan bajo terhadap rumahtangga dan komunitasnya di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan antara lain: 1. Bagaimana
kontribusi
istri
nelayan
bajo
terhadap
rumahtangganya? 2. Bagaimana kontribusi istri nelayan bajo terhadap komunitasnya?
pendapatan
8
C. Tujuan dan Kegunaan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kontribusi istri nelayan bajo terhadap pendapatan rumahtangganya. 2. Mengetahui kontribusi istri nelayan bajo terhadap komunitasnya. Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi pengambilan kebijakan dalam
upaya menyusun
dan
merencanakan
pembangunan subsektor pertanian dalam hal ini sektor perikanan, khususnya istri nelayan bajo. 2. Bagi produsen baik nalayan maupun istri nelayan bajo, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
informasi yang dapat membantu dalam pengambilan
keputusan untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga dan komunitas. 3. Bagi peneliti lain, penilitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan informasi dalam penyusunan penelitian penelitian yang sejenis.
selanjutnya atau penelitian-
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Istri Nelayan Bajo Istri nelayan bajo yaitu istri nelayan yang membantu suami dalam pendapatan rumahtangga dan berkontribusi terhadap komunitasnya. Secara umum bahwa perempuan menghadapi persoalan yang spesifik gender, yaitu persoalan yang hanya muncul karena seseorang atau kelompok orang adalah perempuan demikian pula dengan istri nelayan bajo. Tidak saja di kalangan laki-laki, tapi kaum perempuan sendiri yang
masih banyak tidak menyadari hal tersebut,
sehingga memandang tidak perlu
persoalan perempuan harus dibahas dan
diperhatikan secara khusus. Hal ini terjadi karena mendalamnya penanaman nilainilai mengenai peran laki-laki dan perempuan, yang menganggap sudah kodratnya perempuan sebagai ratu rumahtangga, sebagai pengendali urusan domestik saja begitu dominan di masyarakat kita, sehingga adanya pikiran dan keinginan mengenai kesempatan beraktivitas di luar domain rumah tangga dianggap sesuatu yang mengada-ada, sehingga tidak aneh muncul paradigma perempuan tidak perlu sekolah tinggi toh akhirnya hanya akan mengurus sekitar kasur, sumur, dan dapur (Lestari, 2007). Upaya dengan sasaran dominan perempuan banyak dijumpai pada upaya yang menggunakan sistem kelompok. Sementara upaya yang didominasi oleh laki-laki umumnya dari sektor
perbankan yang biasanya menerapkan sistem
perorang. Ada kecenderungan bahwa jenis usaha mikro yang digeluti perempuan adalah bidang perdagangan dan industri pengolahan yang terkait dengan makanan. Hal ini disebabkan usaha tersebut relatif tidak memerlukan keahlian khusus dan
10
umumnya dilakukan di rumah, sehingga mereka dapat sekaligus melaksanakan tugas sebagai ibu rumahtangga. Peranan usaha mikro antara lain dapat meredam gejolak sosial, menjadi katup pengaman kebutuhan rumahtangga, sebagai alternatif usaha, dan meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat, khususnya rumah tangga pelaku usaha mikro. Sedangkan dampak khusus bagi perempuan adalah meningkatkan kondisi ekonomi perempuan
khususnya dan ekonomi
keluarga pada umumnya, menciptakan lapangan kerja bagi perempuan, serta meningkatkan keberanian perempuan dalam mengemukakan pendapat dan tidak terlalu bergantung kepada suami, khususnya secara ekonomi (SMERU, 2013). Perspektif perempuan yang digunakan dalam penelitian ini yang menurut Poerwandarminto (2011) adalah untuk mengangkat suara-suara perempuan dan mengungkapkan pengalaman-pengalaman perempuan. Hal ini didasari oleh kondisi riil bahwa perempuan selama ini tidak terbiasa dijadikan subjek dan tidak berani mengungkapkan pengalaman pribadinya, karena itu diperlukan metode khusus dan perspektif yang menjiwai persoalan perempuan. Realitas kehidupan perempuan dalam
hal ini istri nelayan bajo yang
kompleks pada akhirnya “mengajak” untuk memperhatikan segala bentuk peran yang mereka mainkan. Damayanti (2009) menggunakan konsep “tiga peran rangkap” untuk membedakan tipe peran istri nelayan. Menurutnya, istri nelayan memiliki tiga peran yang dijalankan sekaligus, yaitu peran reproduktif, produktif dan sosial masyarakat. Peran reprodukti istri nelayan yaitu mengurus anak dan keluarga, sedangkan peran produktif yaitu sebagai pengasin ikan, penjual ikan dan
11
pembuat jenis makanan yang berbahan dasar ikan. Adapun peran sosial masyarakat yang digeluti hanya sebatas mengikuti pengajian. Dalam konteks kehidupan masyarakat nelayan, keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan publik adalah hal biasa sekaligus merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangga nelayan. Sistem pembagian kerja secara seksual yang berlaku didalam masyarakat nelayan,dimana tugas-tugas didarat sepenuhnya menjadi tanggung jawab perempuan atau istri nelayan, sedangkan laut merupakan ranah laki-laki, telah memberikan peluang yang besar bagi perempuan atau istri nelayan bajo untuk terlibat secara intensif dalam kegiatan publik (Ulhaq, 2008). Mengkaji peran perempuan bukan berarti mengabaikan peran laki-laki karena peran yang dimainkan oleh kedua jenis kelamin ini dipedomani oleh budaya yang mereka miliki. Pembagian peran ini dikonseptualisasi dengan istilah peran gender, yaitu peran yang dijalankan oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan yang dikonstruksi secara sosial budaya. Karena peran ini adalah konstruksi sosial budaya, maka pelakunya menjalankan peran berdasarkan gagasan yang sifatnya normatif, yaitu apa yang boleh dan tidak boleh diperankan oleh perempuan maupun laki-laki. Dengan demikian, peran yang dijalankan oleh kaum perempuan pada masyarakat yang satu dapat berbeda dengan peran perempuan pada masyarakat lainnya karena mereka memiliki budaya yang berbeda (Abdullah, 2006). Konstruksionisme sosial menekankan peran gender sebagai konstruksi sosial, yaitu proses pembentukan realitas dan pemahaman mengenai suatu
12
pengalaman melalui interaksi sosial. Ditekankan bahwa realitas keadaan dan pengalaman tentang sesuatu diketahui dan diinterpretasikan melalui aktivitas sosial. Dengan demikian, realitas kehidupan perempuan, yang meliputi pemahaman dan prakteknya dalam kehidupan sehari-hari merupakan sesuatu hal yang dibentuk melalui interaksi sosialnya, sehingga realitas tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kontek dimana realitas itu ditemukan (Abdullah, 2006). Realitas kehidupan perempuan bukan sesuatu yang sederhana karena terbentuk oleh unsur-unsur yang kompleks serta proses sejarah yang panjang (Abdullah, 2006). Untuk memahami kompleksitas tersebut, perlu melakukan peninjauan dari dua sudut. Pertama, realitas itu tersusun dari unsur-unsur yang begitu luas sehingga diperlukan langkah sistematis untuk mengindentifikasi serta melihat kaitannya satu sama lain. Unsur-unsur tersebut bisa berupa ekonomi, politik, lingkungan fisik atau hal lain yang mereka hadapi. Kedua, realitas kehidupan kaum perempuan tersusun dari unsur-unsur yang berlapis-lapis sehingga kita harus mengupas lapis-lapis tersebut satu-persatu agar dapat mengetahui realitas yang sesungguhnya. Unsur-unsur yang berlapis-lapis ini terutama disebabkan oleh proses sejarah, sehingga untuk mengupasnya diperlukan pemahaman sejarah dari tiap lapisan yang ada. Peranan perempuan dalam suatu masyarakat juga dapat dilihat sebagai bentuk struktur yang memiliki fungsi tertentu dalam masyarakatnya. Strukturalfungsionalisme memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat struktur, status dan peran, norma, nilai dan institusi serta fungsi itu sendiri (Saifuddin, 2005). Individu yang menempati suatu status memiliki hak dan
13
kewajiban tertentu yang merupakan peranan dalam status tersebut. Peranan perempuan
tidak
terlepas
dari
struktur-struktur
lain
yang
ada
dalam
masyarakatnya yang mana hal ini merupakan hasil kesepakatan bersama dan memiliki fungsi-fungsi tertentu. Meskipun laki-laki dan perempuan memiliki peranan yang berbeda, tetapi hal ini tidak berarti bahwa mereka itu terpisah dan memiliki tujuan yang berbeda. Namun, berbeda dengan struktural-fungsionalisme yang menekankan keseimbangan, realitis tersebut harus dilihat sebagai sesuatu yang dinamis seiring perubahan pada unsur-unsur lain, seperti sistem ekonomi, budaya, atau hal lain yang signifikan. Penjelasan tentang unsur-unsur pembentuk realitas kehidupan perempuan tersebut dapat berarti bahwa realitas itu mengalamai transformasi atau pergeseran berdasarkan realitas sosial yang dihadapi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa peran istri punggawa di pulau Bone Tambung mengalami pergeseran seiring dengan perubahan sosial yang terjadi, terutama perubahan pada aktivitas ekonomi mereka. Hal ini senada dengan hasil penelitian Andayani (2006) di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Sumatra Utara. Menurutnya, peranan perempuan di daerah tersebut telah mengalami perubahan. Sebelumnya, mereka hanya berperan sebagai ibu rumahtangga dan penjual di kios campuran. Sekarang hal itu telah berubah, mereka telah menjadi nelayan atau terjun langsung dalam aktivitas menangkap ikan sebagaimana yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Perubahan peranan perempuan yang telah menjadi nelayan menurut Andayani (2006) terutama disebabkan oleh dua faktor. Pertama, mereka menjadi nelayan karena penghasilan suaminya tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
14
Munculnya teknologi destruktif seperti pukat harimau serta penebangan hutan mangrove di lingkungan mereka menyebabkan penghasilan yang diperoleh suaminya semakin berkurang. Kedua, untuk menjadi nelayan tidak dibutuhkan modal yang besar, bahkan mereka dapat melakukannya tanpa modal sama sekali. Untuk menggunakan sarana dan prasarana penangkapan seperti perahu, alat tangkap, bahan bakar serta biaya produksi lainnya dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu sewa dan atau bagi hasil. Bagi perempuan yang yang memiliki modal untuk membeli bahan bakar dan komsumsi selama menangkap ikan, mereka dapat menyewa perahu (yang disewa hanya perahu) yang dibayar setelah memperoleh hasil tangkapan. Sementara mereka yang tidak memiliki modal dapat menempuh model bagi hasil, yaitu seluruh modal (perahu, alat tangkap, bahan bakar dan konsumsi) ditanggung oleh pemilik perahu. Bila memperoleh hasil tangkapan, hasilnya akan dibagi dua, satu bagian untuk diberikan kepada pemilik perahu dan bagian lainnya juga harus dijual ke pemilik perahu. Adapun Kusnadi, dkk (2006) menggunakan istilah peran publik dan peran
domestik. Peran domestik
perempuan meliputi tugasnya sebagai istri, ibu dari anak-anaknya, sedangkan peran publik dilihat sebagai aktivitas istri dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Hasil penelitian di atas memberi gambaran bahwa peranan perempuan tidak terbentuk dengan sendirinya atau terpisah dari sistem sosialnya. Hal ini juga berarti bahwa peranan perempuan tidak terlepas dari status ekonomi mereka. Peranan yang dimainkan oleh perempuan yang berstatus ekonomi atas akan berbeda dengan peranan perempuan yang berstatus ekonomi bawah. Menurut
15
Fakih (2007), gender dipahami sebagai sifat-sifat yang bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari satu kelas ke kelas yang lain. Dengan demikian, perempuan yang ekonominya rendah akan aktif mencari penghasilan tambahan karena pendapatan suaminya tidak mencukupi. Sedangkan perempuan yang ekonominya tinggi dapat berperan bersama suami menjalankan usaha atau justru lebih banyak berperan dalam konteks sosial yang sifatnya nonproduktif, dimana peran yang dimainkan tersebut berbeda dengan peran perempuan pada kelas yang lain, yaitu perempuan yang berekonomi rendah. B. Dinamika Kontribusi Istri Nelayan Bajo Ulhaq (2008) menjelaskan bahwa dibandingkan masyarakat lain, kaum perempuan di pesisir dalam hal ini istri nelayan bajo mengambil kedudukan dan peranan sosial yang sangat penting, baik disektor domestik maupun disektor publik. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan pemikiran, diantaranya: Pertama, dalam sistem pembagian kerja secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum perempuan atau istri nelayan mengambil peranan yang besar dalam kegiatan sosial-ekonomi didarat, terutama kegiatan perdagangan ikan, sedangkan kegiatan melaut merupakan pekerjaan laki-laki. Inilah sistem gender yang berlaku dalam masyarakat nelayan. Kedua, dampak dari sistem pembagian kerja di atas, mengharuskan kaum perempuan pesisir untuk selalu terlibat dalam kegiatan publik, mencari nafkah untuk keluarga sebagai antisipasi jika suami mereka tidak memperoleh penghasilan saat melaut. Kegiatan melaut merupakan kegiatan yang spekulatif, oleh karena itu, nelayan yang melaut belum bisa dipastikan
16
memperoleh penghasilan. Ketiga, Sistem pembagian kerja masyarakat pesisir dan tidak adanya kepastian penghasilan setiap hari dalam rumahtangga nelayan telah menempatkan perempuan sebagai salah satu pilar penyangga kebutuhan hidup rumahtangga. Sedangkan menurut Susoliwati (2006), ada tiga hal yang menjadi motivasi para istri nelayan untuk ikut terjun melakukan kegiatan ekonomi yaitu: 1) Dorongan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumahtangga; 2) Memanfatkan ketrampilan yang ia miliki; dan 3) Merasa bertanggung jawab terhadap keluarga. Hal yang senada juga dijelaskan oleh Ulhaq (2008) bahwa alasan mereka menjual ikan karena pekerjaan tersebut adalah kewajibannya sebagai istri dan merupakan kesepakatan bersama dengan suami. Kondisi yang dihadapi oleh masyarakat nelayan menjadi pemicu terhadap perubahan bentuk peran istri nelayan. Hal ini sebagaimana hasil penelitian Andayani (2006) di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Sumatra Utara. Menurutnya, peranan perempuan di daerah tersebut telah mengalami perubahan. Sebelumnya, mereka hanya berperan sebagai ibu rumahtangga dan penjual di kios campuran. Sekarang hal itu telah berubah, mereka telah menjadi nelayan atau terjun langsung dalam aktivitas menangkap ikan sebagaimana yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Hasil penelitian di atas memberi gambaran bahwa peranan perempuan tidak terbentuk dengan sendirinya atau terpisah dari sistem sosialnya. Hal ini juga berarti bahwa peranan perempuan tidak terlepas dari status ekonomi mereka. Peranan yang dimainkan oleh perempuan yang berstatus ekonomi atas akan
17
berbeda dengan peranan perempuan yang berstatus ekonomi bawah. Menurut Fakih (2007), gender dipahami sebagai sifat-sifat yang bisa dipertukarkan antara laki-laki perempuan, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari satu kelas ke kelas yang lain. Dengan demikian, perempuan yang ekonominya rendah akan aktif mencari penghasilan tambahan karena pendapatan suaminya tidak mencukupi. Dinamika peran istri nelayan dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya. Hal ini misalnya dapat kita lihat dari penjelasan Ulhaq (2008) bahwa bagi istri-istri nelayan yang membuka usaha warung makanan-minuman, seperti yang terdapat di sebagian besar wilayah pesisir madura, tingkat pendapatan yang diperoleh juga sangat tergantung dari fluktuasi pendapatan nelayan dari kegiatan melaut. Artinya, usaha warungnya itu akan menghadapi masa sepi jika musim paceklik atau masa terang bulan tiba. Pada masa-masa ini, penghasilan nelayan dari melaut tidak bisa dipastikan atau mungkin tidak ada sama sekali, sehingga mempengaruhi tingkat konsumsinya. C. Kontribusi Istri Nelayan Bajo terhadap Rumahtangganya Kontribusi ekonomi
istri terhadap ekonomi rumahtangga memiliki
proporsi yang cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Irzalinda (2010) yang menyatakan bahwa rata-rata kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total rumahtangga adalah sebesar 16,4 dan 46,2 persen pada desa dan kota Bogor. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Ukoha (2003) yang menyebutkan bahwa kontribusi perempuan terhadap pertanian rumahtangganya adalah sebesar 66,6 persen, merupakan angka yang cukup
18
signifikan. Fadah et al. (2004) juga mengungkapkan bahwa kontribusi ekonomi buruh perempuan terhadap pendapatan rumahtanganya sebesar 52,3 persen. Motivasi perempuan bekerja pada saat ini semakin kompleks, namun yang lebih utama adalah untuk mengatasi persoalan ekonomi keluarganya. Kontribusi pendapatan merupakan sumbangan yang diberikan kepada rumahtangganya oleh perempuan bekerja, dengan indikator jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah uang yang diberikan kepada rumahtangganya. Sedangkan ekonomi keluarga merupakan keseluruhan kebutuhan ekonomi keluarga, yang terdiri dari kebutuhan ekonomi sehari-hari /pangan, kebutuhan pendidikan dan kebutuhan kesehatan. Namun juga akan dijelaskan kebutuhan lainnya (konsumsi non pangan dan kebutuhan pribadi). Hal tersebut diatas berhubungan dengan fungsi dan peranan rumahtangga yang bertujuan untuk mensejahterakan seluruh anggota kelurganya. Pendapat tersebut didukung oleh Sasmita dkk (1992), bahwa fungsi keluarga adalah: 1) Mempersiapkan anaknya agar bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat tempat tinggal (sosialisasi); 2) Mengusahakan terselenggarakan kebutuhan ekonomi rumahtangga sehingga keluarga dikenal sebagai unit-unit produksi; 3) Melindungi anggota dari berbagai gangguan; dan 4) Meneruskan keturunan (reproduksi). Herawati (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Chen (2010) mengungkapkan bahwa semakin
19
banyak jumlah peran yang dimiliki perempuan, semakin sering kontak dengan tetangga dan banyak aktivitas grup lainnya maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif perempuan. Penelitian Rambe (2004) menyatakan bahwa faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumahtangga, umur kepala rumahtangga, persepsi kerja, dan pendapatan. Perempuan yang memiliki peran ganda akan berusaha untuk melakukan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga untuk mencapai keluarga yang sejahtera. D. Kontribusi Pendapatan Istri Nelayan Bajo dalam Meningkatkan Ekonomi Rumahtangga Kontribusi penghasilan wanita pesisir, terhadap pemenuhan kebutuhan rumah tangga cukup besar. Dominasi wanita pesisir dalam pengelolaan keuangan keluarga sudah menjadi keharusan, sebagai mekanisme sosial yang kontekstual dengan usaha perikanan. Menurut Septina (2009), peran wanita dalam rumahtangga berkaitan erat dengan telaah pekerjaan yang dilakukan dalam rumahtangga. Perannya dalam mencari nafkah dapat dilihat dari curahan jam kerja untuk menghasilkan pendapatan. Zen (2009) berpendapat bahwa kecendrungan jika pendapatan suami meningkat atau besar, maka curahan kerja isteri untuk mecari nafkah menurun. Peranan wanita semakin nyata bila anggota lain dalam rumahtangga yang dapat menggantikan tugasnya kontribusi penerimaam wanita nelayan terhadap penerimaan total keluarga merupakan gambaran dari peranan wanita nelayan dalam kegiatan ekonomi rumahtangga. Peranan istri terhadap penerimaan total keluarga cenderung menurun dengan semakin baiknnya kondisi rumahtangga.
20
Berdasarkan jenis usaha yang dilakukan wanita nelayan terlihat adanya perbedaan kontribusi dari berbagai jenis usaha yang dikelolah. Pendapatan dari isteri nelayan diperoleh dari hasil berbagai jenis usaha yang dilakukan
untuk mencukupi
kebutuhan rumahtangga. Istri nelayan pengolah ikan dan rumput laut, berdagang ikan dan bekerja di industri pengolahan serta usaha lainnya. Aktivitas pengolahan ikan dan rumput laut dilakukan tergantung dari ada atau tidaknya aktivitas melaut yang dilakukan oleh nelayan serta ada tidaknya hasil tangkapan. Sementara wanita nelayan yang berjualan atau berdagang ikan asin dan mereka yang menjadi buruh pada perusahaan industri pengolahan ikan aktivitasnya dilakukan setiap hari. Besar kecilnya pendapatan nelayan pengolah ikan dan pedagang ikan sangat tergantung sekali kepada besar kecilnya hasil tangkapan sebagai bahan, hasil tangkapan sangat tergantung kepada keadaan cuaca. Jika musim ikan, istri nelayan yang melakukan pengolahan ikan untuk berbagai bahan makanan dan pembuat ikan asin memperoleh pendapatan yang cukup besar akan tetapi pada musim paceklik mereka hanya mengolah sedikit, bahkan sama sekali tidak melakukan pengolahan sehingga mereka juga tidak mempunyai pendapatan. Sedang bagi istri nelayan yang bekerja sebagai buruh industri pengolahan ikan akan mempunyai penghasilan lebih besar, apabila mereka lebih banyak melakukan lembur (Zen, 2009).
21
E. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat Bajo E.1. Tradisi Melaut Sumberdaya laut dengan keragaman hayatinya menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat bajo. Kedekatan emosional masyarakat bajo dengan sumberdaya laut memunculkan adanya tradisi yang disebut Mamia Kadialo. Tradisi mamia kadialo berupa pengelompokan orang ketika ikut melaut dalam jangka waktu tertentu serta sarana/perahu yang digunakan. Ada 3 (tiga) kelompok tradisi ini yaitu; palilibu, bapongka dan sasakai. Palilibu,adalah kebiasaan melaut yang menggunakan perahu jenis soppe yang digerakkan dengan dayung, kegiatan melaut ini hanya dalam satu atau dua hari kemudian kembali kepermukiman untuk menjual hasil tangkapan dan sebagian dinikmati bersama keluarga. Bapongka atau disebut juga Babangi adalah kegiatan melaut selama beberapa minggu bahkan bulanan dengan menggunakan perahu besar berukuran kurang lebih 4 x 2 m yang disebut Leppa atau Sopek, sering mengikutsertakan keluarga (istri dan anak-anak) bahkan ada yang hingga melahirkan anak di atas perahu, dan yang penting ditatati selama bapongka adalah pantangannya (Ramli dan Alwiah, 2008). Sasakai, yaitu kebiasaan melaut menggunakan beberapa perahu untuk melaut selama beberapa bulan dengan wilayah jelajah antar pulau. Selama kelompok menjalani mamia kadialo (melaut) ada pantangan yang boleh dilakukan baik oleh keluarga yang ditinggal maupun mereka yang sedang melaut. Pantangan itu antara lain dilarang membuang ke perairan laut seperti: air cucian teripang, arang kayu atau abu dapur, puntung dan abu rokok, air cabe, jahe dan air perasan jeruk, dan juga larangan mencuci alat memasak (wajan) di perairan laut. Air
22
cucian maupun bahan-bahan tersebut hendaknya ditampung kemudian dibuang di daratan. Ada pula pantangan memakan daging penyu, jika ini dilanggar maka dapat mendatangkan malapetaka, bencana badai, gangguan roh jahat bahkan mereka yang pergi melaut tidak mendapatkan hasil apa-apa. Penyu dipercaya banyak menolong manusia yang mengalami musibah, karena itu satwa ini tidak boleh dibunuh (Harun, 2011). Masyarakat Bajo (generasi lanjut usia) masih mempercayai gugusan karang tertentu sebagai tempat bersemayam arwah para leluhur. Orang tua melarang anggota keluarganya menangkap ikan dan biota lainnya di sekitar gugusan karang, kecuali terlebih dahulu harus melakukan ritual tertentu dengan menyiapkan sajian bagi leluhur. Kecerdasan ekologis dalam tradisi lokal (mamia kadialo) ini antara lain, adanya larangan membuang limbah ke perairan laut yang dapat mengakibatkan pencemaran laut dan mengganggu kehidupan biota. Membuang abu dapur, abu rokok, air cabe, air jahe ke perairan dapat mematikan ubur-ubur. Air cucian wajan dan alat memasak mengandung arang dan jelaga yang dapat menyebabkan air keruh, sehingga dapat mengganggu kehidupan lamun dan terumbu karang. Pantangan dalam menjalani Mami kadialo merupakan upaya pemanfaatan sumberdaya laut dalam jangka waktu tertentu. Larangan bagi penduduk membunuh penyu, dan mendekati gugusan terumbu karang tertentu mengandung nilai pelestarian satwa guna mendukung eksistensi ekosistem perairan laut dan pesisir.
23
E.2. Perilaku Memperoleh Hasil Tangkapan Penduduk
sebagian
masih
menggunakan
cara
sederhana
dalam
penangkapan ikan. Alat-alat yang digunakan misalnya memancing ikan dengan menggunakan sejenis benang katun tanpa mata pancing, yang mereka sebut bina (Harun, 2011). Alat ini khusus memancing ikan Sori yang memiliki paruh panjang dan banyak geriginya, benang akan terlilit paruh ikan tersebut sehingga mudah terjerat. Selain memancing, penduduk juga menggunakan tombak atau panah khusus menangkap ikan di terumbu karang. Panah dan tombak mengarah pada ikan tertentu yang menjadi sasaran. Ikan yang hidup di sekitar permukiman tidak dikonsumsi penduduk setempat kecuali dijadikan umpan untuk pemancingan di perairan lepas. Penggunaan peralatan penangkapan yang sederhana, selain penyiapannya mudah dan murah, peralatan ini selektif terhadap ikan dan biota dalam ukuran tertentu dan sudah dapat dikonsumsi. Tombak dan panah misalnya, hanya melukai ikan tertentu yang menjadi sasaran. Kecerdasan ekologisnya adalah, biota (ikan) diberi kesempatan untuk mencapai suatu stadium dewasa hingga dapat berkembangbiak. Dengan demikian, sumberdaya hayati (biota) laut berpeluang untuk meningkatkan populasinya guna mempertahankan spesiesnya. E.3. Pengetahuan Tentang Gejala Alam Kedekatan masyarakat Bajo dengan laut dan pesisir memungkinkan mereka memiki berbagai pengetahuan lokal tentang gejala-gejala alam, pengetahuan mana diketahui dan diterapkan sejak dari generasi penduhulu. Di tengah terjadinya kerusakan atmosfer bumi yang berakibat perubahan cuaca yang
24
sulit diprediksi, ada gejala alam dan tanda-tanda atmosfer yang masih digunakan oleh masyarakat Bajo saat melaut. Perairan terumbu karang dikenal dari gejalagejala seperti: permukaan laut sekitar cukup tenang, arus kurang kencang, banyak buih atau busa putih dan bau anyir, dan ketika dayung perahu berdesir saat berperahu. Gugusan karang dapat dikenal dari kilauan cahaya bulan pada malam hari. Peralihan pasang surut alir laut pada siang hari, ketika burung elang turun mendekati permukaan air laut pertanda air mulai surut. Pengetahuan masyarakat terhadap gejala alam ini memiliki nilai ekologis. Terumbu karang antara lain berfungsi sebagai penahan arus dan gelombang, sebab itu di sekitar kawasan menunjukkan kondisi perairan laut yang cukup tenang, sementara kilauan cahaya bulan akibat pantulan permukaan air yang cukup tenang. Aktivitas burung elang mendekati permukaan laut karena ketika air surut lebih banyak tampak biota laut yang menjadi mangsa burung elang (Ramli, 2012). F. Kontribusi Istri Nelayan Bajo Terhadap Komunitasnya Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute atau contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan (partisipasi),
melibatkan diri
maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain.
Dengan demikian kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha
25
meningkatkan efisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, tenaga, sosial, finansial, barang dan lainnya. Dari rumusan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi. Kontribusi yang dimasud dalam penelitian ini yaitu kontribusi dalam bentuk partisipasi. Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Partisipasi dapat diartikan juga sebagai bentuk keterlibatan aktif seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi. Perempuan di sekitar pesisir umumnya bermata pencaharian sebagai perempuan usaha mikro dengan membuka usaha untuk mencari tambahan penghasilan, telah memberikan kontribusi terhadap kondisi ekonomi rumahtangga serta kondisi sosial masyarakat sekitar (komunitasnya).
26
Mikkelsen (1999) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu: 1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan; 2) Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan; 3) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri; 4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu; 5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial; dan 6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka. Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi. Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991) sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
27
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (DFID) dalam Sumampouw (2004) adalah a) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan; b) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak; c) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog; d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi; e) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing
28
Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya; f) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain; g) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia. Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif. Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif. Beberapa bentuk partisipasi menurut Hamijoyo (2007), yaitu: 1) Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi
29
pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan; 2) Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program; 3) Partisipasi pikiran merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya; dan 4) Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Sedangkan bentuk partisipasi menurut Chapin (2002), yaitu: 1) Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama; dan 2) partisipasi representatif dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia. G. Konsep Biaya Pada umumnya semua skala usaha pasti membutuhkan biaya-biaya baik dalam mendukung kegiatan operasional maupun sekedar antisipasi berbagai kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh istri nelayan bajo. Keberadaan biaya dalam berbagai usaha yang dijalankan sangat penting dikarenakan tanpa adanya biaya dipastikan hampir semua kegiatannya tidak dapat berjalan normal.
30
Secara normal dapat dikatakan bahwa biaya adalah semua dana yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Jika kegiatan yang dimaksud suatu proses produksi, dana yang digunakan disebut biaya produksi. Jika kegiatan yang dimaksud adalah perdagangan, dana yang digunakan disebut biaya pemasaran (Padangaran, 2013). Menurut peranannya, biaya merupakan faktor dasar dalam penentuan harga yang minimal, sebab tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian (Hasan, 2014). Setiap usaha memiliki sistem yang telah tersegmen menurut kedudukan dan fungsinya dan memiliki pembagian biaya sesuai dengan kepastiannya. Menurut Padangaran (2013), biaya dalam suatu perusahaan dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari : 1. Segi operasi perusahaan. 1) Biaya operasional (operating cost) misalnya biaya penjualan dan biaya administrasi. 2) Biaya non operasional (non operating cost) misalnya biaya bunga pinjaman dan biaya penyusutan. 2. Segi tercapainya tujuan atau kesempatan. 1) Suck cost yaitu biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan beroperasi misalnya biaya studi kelayakan. 2) Opportunity Cost yaitu pendapatan yang dikorbankan akibat penggunaan uang pada pilihan tertentu. 3. Segi hubungan dengan produk. 1) Biaya yang berhubungan langsung dengan proses produksi suatu barang disebut biaya produksi (production cost = manufacturing cost = factory cost). 2) Biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk (commercial cost).
31
4. Segi hubungan dengan pemasaran, biaya yang dikeluarkan disebut beban komersil (commercial expends) yang terdiri dari biaya beban pemasaran (marketing/selling expends) dan beban administrasi (administration expends). 5. Segi hubungan dengan volume produksi, dikenal: 1) Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah yang diinginkan; 2) Biaya tetap (fixed cost) adalah baiaya yang jumlahnya sama meskipun jumlah produksi berubah-ubah; 3) Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biaya variabel dengan biaya tetap; 4) Biaya rata-rata (average cost) adalah jumlah biaya total dibagi dengan jumlah produk; dan 5) Biaya marginal (marginal cost) adalah kenaikan biaya yang disebabkan oleh kenaikan satu satuan produk.
H. Konsep Modal Secara singkat, modal dapat didefinisikan sebagai barang-barang bernilai ekonomi yang digunakan dalam proses produksi, dalam proses pengolahan hasil pertanian, dan dalam proses pemasaran produk hasil pertanian. Bertolak dari pengertian modal, fungi modal dalam perusahaan termasuk pada perusahaan pertanian adalah untuk bersama-sama dengan faktor produksi lain menghasilkan, mempercepat, meningkatkan, dan mengawetkan barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan (Padangaran, 2013). Kedudukan modal yang begitu strategis dalam usaha sehingga penting dibagi berdasarkan keperluannya. Ihsana dan Amir (2013), mengemukakan modal yang diperlukan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: modal investasi awal, modal
32
kerja dan modal opersional. Sala satu yang penting dalam permodalan adalah sumber-sumber permodalan, diantaranya dapat berasal dari: modal milik sendiri, pinjaman dari keluarga, pinjaman ke pegadaian, pinjaman ke lembaga keuangan, kartu kredit, hibah dan kerja sama. Modal dalam perusahaan pertanian dapat diklasifikasikan ke dalam bebepa kelas tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Berkaitan dengan menajemen pembiayaan perusahaan pertanian, modal dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu: 1) Klasifikasi berdasarkan frekuensi penggunaanya, terdiri dari modal tetap (fixed capital) dan modal tidak tetap (variable capital); 2) Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari modal sendiri (equity capital) dan modal luar
perusahaan
(external
capital);
3)
Klasifikasi
berdasarkan
waktu
penggunaannya, terdiri dari modal investasi (investment capital) dan modal kerja (working capital) dan 4) Klasifikasi berdasarkan kemudahan pemindahannya, terdiri dari modal bergerak dan modal tidak bergerak (Padangaran, 2013). I. Konsep Pendapatan Pendapatan atau income adalah hasil berupa uang atau hasil-hasil material yang dicapai akibat penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia. Soekartawi (2002) mengemukakan bahwa pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan suatu usaha. Pendapatan suatu usaha mengukur imbalan yang diperoleh dari penggunaan faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan dalam usaha.
33
Analisis pendapatan dapat dijadikan indikator mengenai sejauh mana perusahaan yang sedang dijalankan telah berjalan dengan efisien. Menurut Padangaran (2013), bahwa untuk sampai pada perhitungan meneganai pendapatan rumahtangga, ada beberapa istilah yang perlu diperhatikan terlebih dahulu, yaitu 1) Penerimaan (revenue), yaitu hasil penjualan produk selama satu tahun; 2) Pengeluaran (expense), yaitu semua dana yang dikeluarkan oleh perusahaan selama satu tahun. Pengeluaran perusahaan pertanian terdiri dari pengeluaran berupa biaya operasional atau biaya variabel (Variabel Cost = VC) dan pengeluaran tetap atau biaya tetap (Fixed Cost = FC) yang biasanya berbentuk biaya penyusutan dari mesin dan peralatan atau asset-aset jangka panjang lainnya; 3) Pendapatan bersih operasi (net operating income), yaitu selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran operasional. Pada net operating income, biaya tetap (FC) belum dikeluarkan memang hanya memperhitungkan pendapatan setelah dikurangi dengan biaya variabel; dan 4) Pendapatan bersih perusahaan (net firm income), yaitu sisa dari pendapatan bersih operasi dikurangi dengan pengeluaran tetap (FC) dan pajak. Menurut Soerwiatmoko dalam Yusria (2004), pendapatan merupakan selisih antara nilai produksi dengan seluruh biaya usaha yang benar-benar dikeluarkan. Selanjutnya Suratiyah (2009) menjelaskan untuk menghitung pendapatan suatu usaha dapat digunakan pendekatan nominal, yaitu pendekatan yang memakai harga yang berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses produksi. Formula menghitung pendapatan nominal adalah sebagai berikut:
34
Pendapatan Penerimaan Py Y Biaya total
= = = = =
Kontribusi
Penerimaan – Biaya total Py . Y Harga Produksi (Rp/Kg) Jumlah Produksi (Kg) Biaya tetap + Biaya variabel
pendapatan
istri
nelayan
terhadap
total
pendapatan
rumahtangga dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
K Pd P Pd RT
=
100%
= Kontribusi (%) = Pendapatan Perempuan (Rp) = Pendapatan Total Rumah Tangga (Rp)
Selanjutnya kontribusi pendapatan istri nelayan bajo (wanita nelayan) diklasifikasikan berdasarkan kriteria Sumantri dkk (2004): Tabel 2. Kriteria Kontribusi Pendapatan Istri Nelayan Bajo (Wanita Nelayan). No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Rentang Kontribusi Istri Nelayan Bajo atau Wanita Nelayan (%) 1 – 19 20 – 39 40 – 59 60 – 79 ≥ 80
Menurut Soekartawi (2002), besar kecilnya pendapatan yang diperoleh dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jumlah produksi, biaya produksi dan harga. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Soerwiatmoko dalam Yusria (2004) bahwa pendapatan yang diperoleh dari suatu produksi tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan tiap jenis dan harga satuan dari tiap jenis barang. Asiati et al. (2011) mengungkapkan bahwa pendapatan rumah tangga ialah total pendapatan dari semua anggota rumah tangga yang bekerja, baik dari pekerjaan utama atau tambahan. Sama dengan hal tersebut Mardiana (2004)
35
mengungkapkan bahwa pendapatan rumah tangga berasal dari tiga sumber, yaitu dari istri, suami, dan sumber lainnya. Perempuan yang bekerja berarti memiliki kontribusi
dalam
meningkatkan
pendapatan
rumah
tangganya.
Dalam
penelitiannya di Desa Juru Seberang, Wawansyah et al. (2012) menjabarkan bahwa pendapatan keluarga nelayan buruh ialah Rp1.902.875 yang diperoleh dari pendapatan suami sebesar Rp1.152.875 dan dari pendapatan istri Rp750.000. Hal ini menunjukan bahwa kontribusi pendapatan perempuan cukup besar yaitu 39,45%. Sementara dalam hasil penelitian yang dilakukan Sihotang (2011) respondennya yang bekerja sebagai tenaga administrasi atau sudah PNS yang memiliki pendapatan tetap memiliki pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp 3.549.720,6 dan dengan kontribusi pendapatan istri sebesar 46,1%. Namun pendapatan yang didapat oleh seorang istri bukanlah untuk digunakan sendiri oleh mereka melainkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan rumah tangga, biaya anak sekolah, arisan dan sosial lainnya (Haryanto 2008). Diketahui dari hasil penelitian Suhartini (2010) yaitu kontribusi pendapatan dalam keluarga miskin tentunya sangat besar. Meskipun dengan pendapatan yang tidak besar namun pendapatan tersebut memang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu 40% dan menabung 60% dan sisanya dari pendapatan suami. Hal ini menunjukan bahwa peran istri sangatlah besar dalam mempertahan kehidupan keluarganya. Sehingga bila tanpa pendapatan dari seorang istri dapat dikatakan keluarga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka.
36
J. Penelitian Terdahulu Nisran (2008) melakukan penelitian dengan judul Partisipasi Wanita Tani dalam Kegiatan Usahatani Padi Sawah di Kelurahan Ranomeeto, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan dengan tujuan mengetahui partisipasi wanita tani dalam kegiatan usahatani padi sawah di Kelurahan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa wanita tani mempunyai tingkat partisipasi dalam kegiatan usahatani padi sawah tergolong tinggi. Hal ini menandakan bahwa wanita tani sudah cukup menyadari arti pentingnya berpartisipasi dalam kegiatan usahatani padi sawah. Hal ini menandakan bahwa wanita tani sudah cukup menyadari arti pentingnya berpartisipasi dalam kegiatan usahatani padi sawah. Sitorus (2008) dengan judul skripsi Peranan Wanita Tani dalam Usahatani Padi sawah dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Medan yang bertujuan untuk mengetahui curahan tenaga kerja pria dan wanita dalam usahatani padi sawah dan pekerjaan rumahtangga, besarnya pendapatan rumahtangga petani padi sawah dan besarnya kontribusi pendapatan wanita dari usahatani padi sawah dan non usahatani padi sawah terhadap total pendapatan keluarga dengan menggunakan alat analisis curahan waktu kerja, pendapatan dan kontribusi pendapatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa curahan tenaga kerja pria dalam usahatani padi sawah lebih besar dari pada curahan jam kerja wanita, karena pada lokasi penelitian usahatani padi sawah merupakan mata pencaharian utama dalam keluarga sehingga pria dituntut untuk terlibat pada semua tahapan pekerjaan
37
usahatani padi sawah, sedangkan wanita hanya terlibat pada tahapan-tahapan tertentu saja, pendapatan rumahtangga petani padi sawah di Desa Sionggang Utara masih rendah karena sekitar 60% petani padi sawah di daerah penelitian berada pada garis kemiskinan hal ini sesuai dengan standar ukuran pendapatan keluarga menurut Suyagyo, serta kontribusi pendapatan wanita sekitar 91,24%, sedangkan kontribusi pendapatan pria 8,75%, hal ini menunjukkan bahwa wanita memberikan kontribusi pendapatan yang sangat tinggi. Lewa (2014) melakukan penelitian tentang Kontribusi Curahan Tenaga Kerja Wanita Tani pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wuliwalo Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo dengan tujuan untuk mengetahui curahan tenaga kerja wanita tani pada usahatani padi sawah serta kontribusinya terhadap pendapatan usahatani keluarga. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan wanita tani di Desa Wuliwalo pada kegiatan usahatani padi sawah yaitu sebesar 54,97%. Persentase tersebut menggambarkan bahwa peranan wanita cukup besar dalam kegiatan usahatani padi sawah karena setiap tahapan usahatani padi sawah melibatkan wanita serta kontribusi curahan tenaga kerja wanita terhadap pendapatan usahatani padi sawah di Desa Wuliwalo Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo adalah sebesar Rp 57.692.479.26-, dengan rata-rata Rp.1.109470,75-,/petani. Raodah (2013) melakukan penelitian dengan judul Peran Istri Nelayan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Kelurahan Lapulu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan tujuan untuk mengungkapkan peran isteriisteri nelayan dalam aktivitas domesitik, sosial dan ekonomi publik, untuk
38
mengetahui faktor-faktor yang mendorong sehingga isteri-isteri nelayan melakukan peran ganda tersebut, dan besarnya kontribusi yang diberikan isteri nelayan dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri-istri nelayan di Kelurahan Lapulu selain berperan di ranah domestik sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anak, mereka juga meluangkan waktunya untuk membantu suami bekerja sebagai, pengolah ikan asin, pembuatan terasi, berbagai makanan olahan dari rumput laut dan ikan, serta bekerja sebagai buruh di industri pengolahan ikan. Penghasilan yang diperoleh istri-istri nelayan memberi kontribusi yang cukup besar dalam membantu mengatasi biaya kebutuhan rumah tangga nelayan. Hartina, dkk (2015) melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Perempuan Usaha Mikro terhadap Usaha, Keluarga dan Komunitasnya dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan: a) menganalisis faktor kultural dan struktural yang dihadapi Perempuan Usaha Mikro (PUM), b) menganalisis kontribusi PUM terhadap usaha, keluarga, dan komunitasnya, dan c) merumuskan strategi pengembangan PUM. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara kultural, PUM di Sulawesi Tenggara mendapat dukungan penuh dari keluarganya terutama dukungan suami, dan pekerjaan tersebut kurang lebih telah sesuai dengan apa yang diharapkan. Disamping itu, masyarakat sekitar menunjukkan respon positif terhadap usaha yang dilakukan oleh PUM. Sementara faktor struktural yang turut mempengaruhi usaha PUM secara umum adalah belum terdaftarnya usaha PUM di tingkat pemerintah setempat yang berakibat pada lemahnya pelayanan perbaikan usaha melalui
39
pembinaan maupun penyediaan fasilitas usaha. Disisi lain, PUM memiliki kontribusi penting bagi keluarga yang dibuktikan dengan rutinitas usaha PUM yang bahkan dilakukan setiap harinya, dengan curahan waktu kerja mencapai 6,35 jam per hari. Namun demikian, kesejahteraan PUM di Sulawesi Tenggara masih tergolong rendah. PUM yang telah hidup sejahtera hanya mencapai 9% sedangkan yang cukup sejahtera baru mencapai 40%, dan sisanya sebanyak 51% masih dalam kondisi kehidupan yang kurang sejahtera. Sulitnya PUM mencapai kesejahteraan disebabkan selain aspek manajemen usaha yang masih lemah juga disebabkan rendahnya modal usaha sehingga PUM cenderung melakukan usaha berskala kecil. Dengan demikian strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan PUM diantaranya yakni pembentukan dan penguatan kelompok PUM, penguatan kompetensi PUM, membangun mitra dengan lembaga-lembaga perkreditan dan semua stakeholder dalam menciptakan produk sesuai permintaan pasar. K. Kerangka Pikir Pembangunan sektor perikanan telah memberikan kontirbusi penting dalam perekonomian regional dan nasional. Keberhasilan dalam pembangunan perikanan sangat ditentukan oleh kemampuan dan semangat kerja nelayan dan istri dari nelayan. Usaha perikanan memberikan kesempatan kerja bagi seluruh anggota keluarga termasuk wanita. Beberapa penelitian menyatakan bahwa wanita nelayan dari berbagai lapisan sosial yang berbeda ikut serta dalam usaha perikanan maupun non perikanan dengan berbagai motivasi. Sebagian besar wanita nelayan melakukan kegiatan produksi untuk memberikan tambahan nafkah
40
dengan curahan waktu yang cukup besar. Ikut sertanya wanita dalam kegiatan ekonomi
akan
menyebabkan
perubahan
pendapatan
keluarga
dengan
bertambahnya jumlah mata pencaharian yang berimplikasi pada bertambahnya jumlah uang yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga seharihari. Secara naluriah, manusia pada dasarnya dalam menjalankan aktivitas seharihari tentunya tidak luput dari bantuan dan partisipasi dari orang lain. Demikian halnya dengan wanita nelayan (istri nelayan bajo), untuk mempermudah dan menciptakan harmonisasi dilingkungan sekitar maka masyarakat tidak terlepas dari kerjasama dan partisipasi yang baik oleh individu atau komunitas. Kontribusi perempuan
bajo dapat dikategorikan dalam hal bentuk partisipasi. Bentuk
partisipasi yang dimaksud, yaitu : partisipasi uang, partisipasi tenaga, partisipasi barang, partisipasi pikiran dan partisipasi sosial. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan hasil kajian dari tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Secara sistematis model kerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut:
Istri Nelayan Bajo
Kontribusi Pendapatan Rumahtangga
Pendapatan Istri
Komunitas
Partisipasi: - Uang - Tenaga - Barang - Pikiran - Sosial
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Kontribusi Istri Nelayan Bajo terhadap Rumahtangga dan Komunitasnya.
41
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini
dilaksanakan pada Bulan November sampai dengan
Desember 2015 di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi. Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) dengan dasar pertimbangan bahwa: 1) Desa Latawe merupakan salah satu daerah yang penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan; 2) Desa Latawe merupakan salah satu desa yang mayoritas penduduknya bersuku bajo dan bermata pencaharian sebagai nelayan yang memiliki karakteristik secara umum, kurangnya manajemen dalam mengelola keuangan keluarga, kurangnya sistim perencanaan kehidupan kedepannya dan keadaan sosial budaya yang kental dalam pengkapan ikan , usaha rumahtangga dan kegiatan kemasyarakatan; 3) Diketahui bahwa seorang istri nelayan tidak hanya mengandalkan seorang suami untuk mencari nafkah dikarenakan
dalam
kehidupan
nelayan
penuh
dengan
spekulasi
atau
ketidakpastian sehingga sangat diperlukan kontribusi seorang istri nelayan dalam membantu suami mencari pendapatan dalam keluarga; 4) Kontribusi terhadap komunitas dalam bentuk partisipasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas setempat. Bentuk partisipasi Istri nelayan diantaranya partisipasi uang, partisipasi tenaga, partisipasi pikiran, barang dan partisipasi sosial. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua istri nelayan bajo
yang
berkontribusi terhadap rumahtangga dan komunitasnya di Desa Latawe. Jumlah
42
populasi dalam penelitian ini menurut hasil survei awal adalah sejumlah 192 istri nelayan bajo. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mengikuti arahan dari Kepala Desa
dengan pertimbangan bahwa generalisasi populasi
diketahui karakteristiknya oleh Kepala Desa dan untuk memperkuat ketepatan informasi yang akan diperoleh dari responden. Sampel ditentukan secara random sampling (acak sederhana) yaitu dengan mengambil 25% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 48 responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2002), bahwa apabila subjek penelitian lebih dari 100 orang maka dapat diambil sampel minimal 10-15% atau 20-25%. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa deskripsi kata atau kalimat yang berisikan informasi dari wanita nelayan atau istri nelayan bajo mengenai kontribusinya terhadap rumahtangga dan komunitasnya. Data kuantitatif yang dimaksud adalah data yang digunakan untuk menganalisis kontribusi pendapatan istri nelayan bajo terhadap total pendapatan rumahtangga. Sumberdata dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui survei awal, wawancara dan observasi dengan istri nelayan bajo responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran informasi kepustakaan yang bersumber dari
43
literatur buku, artikel, jurnal dan beberapa instansi yang berkaitan dengan penelitian ini. D.Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari dua sumber, yaitu : data primer dan data sekunder . Teknik pengumpulan data untuk data primer dilakukan dengan melalui survei dan wawancara mendalam dengan panduan kuesioner untuk memperoleh informasi tentang kontribusi istri nelayan bajo. Teknik pengumpulan data untuk data sekunder dilakukan dengan melakukan pengumpulan informasi dengan mencermati berbagai referensi, seperti : buku-buku teks, jurnal-jurnal penelitian dan bahan lainnya yang relevan dengan landasan teori penelitian, serta melakukan data pendukung dari instansi terkait. E. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Identitas reponden Identitas responden dalam penelitian ini, adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha sebagai istri nelayan bajo. 2. Variabel Kontribusi Variabel kontribusi dalam penelitian ini, adalah kontribusi terhadap rumahtangga dan kontribusi terhadap komunitas. Kontribusi terhadap rumahtangga terdiri dari: penerimaan istri nelayan bajo responden, penerimaan suami, penerimaan anak, penerimaan anggota keluarga, biaya operasional istri nelayan
bajo dalam menjalankan usahanya dan pendapatan rumahtangga
44
nelayan. Sedangkan kontribusi terhadap komunitas dengan melalui bentukbentuk partisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas. F. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasi menurut variabel yang diamati dan dipresentasikan kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Kontribusi istri nelayan terhadap rumahtangga dianalisis dengan menggunakan analisis kontribusi pendapatan istri nelayan terhadap total pendapatan rumah tangga. Oleh karena itu terlebih dahulu dihitung besarnya pendapatan istri nelayan, pendapatan suami, dan pendapatan anggota keluarga lain dengan menggunakan rumus pendapatan (Soekartawi, 2002) sebagai berikut: Pd = TR – TC Keterangan: Pd = Pendapatan (Rp/tahun) TR = Total Penerimaan (Rp/tahun) TC = Total Biaya (Rp/tahun) Kontribusi pendapatan istri nelayan terhadap total pendapatan rumah tangga dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
K Pd P Pd RT
= = =
=
100%
Kontribusi (%) Pendapatan Perempuan (Rp) Pendapatan Total Rumah Tangga (Rp)
Selanjutnya kontribusi pendapatan istri nelayan bajo diklasifikasikan berdasarkan kriteria Sumantri dkk (2004):
45
Tabel 3. Kriteria Kontribusi Pendapatan Istri Nelayan Bajo No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Rentang Kontribusi Pendapatan Istri Nelayan Bajo atau Wanita Nelayan (%) 1 – 19 20 – 39 40 – 59 60 – 79 ≥ 80
2. Kontribusi terhadap kominitas dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas dalam pendekatan bentuk partisipasi. G. Konsep Operasional Konsep operasional merupakan pengertian dari istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini dan juga merupakan batasan yang digunakan untuk mempermudah pengumpulan data dan memperjelas ruang lingkup penelitian, yang terdiri dari: 1.
Responden adalah istri nelayan bajo yang terlibat langsung dalam membantu pendapatan rumahtangga dan berkontribusi terhadap komunitasnya.
2.
Istri nelayan bajo yaitu istri nelayan yang membantu suami sebagai nelayan dalam pendapatan keluarganya.
3.
Rumahtangga bajo yaitu semua anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak dan anggota keluarga lain yang turut serta berpatisipasi dalam pendapatan rumahtangganya.
4.
Komunitas bajo yaitu sekelompok orang yang menghuni suatu tempat dalam jangka waktu yang relatif lama, memiliki ciri-ciri dan kepentingan tertentu
46
yang diatur dengan seperangkat norma-norma atau nilai-nilai yang disepakati untuk mencapai tujuan bersama. 5.
Jumlah anggota keluarga yaitu banyaknya orang yang tinggal dalam keluarga petani responden terdiri dari ayah, istri dan anak serta yang tinggal dan masuk dalam tanggungan petani responden tersebut yang dihitung dalam satuan jiwa.
6.
Umur adalah usia responden yang terhitung sejak lahir sampai saat penelitian ini dilaksanakan (tahun).
7.
Tingkat pendidikan formal adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani responden (jenjang pendidikan) dihitung dalam satuan tahun.
8.
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya (Rp).
9.
Total penerimaan adalah hasil dari jumlah produksi dikali dengan harga (Rp).
10. Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi (Rp) yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 11. Biaya tetap adalah jumlah keseluruhan biaya yang nilainya tetap dan tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi (Rp). 12. Biaya variabel adalah jumlah keseluruhan biaya yang nilainya berubah-ubah menurut besarnya jumlah produksi serta habis terpakai dalam satu kali produksi (Rp). 13. Total pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan baik yang berasal dari pekerjaan atau usaha yang dilakukan yang dihasilkan oleh suami maupun istri (Rp).
47
14. Kontribusi pendapatan istri nelayan adalah besarnya sumbangan (kontribusi) pendapatan istri nelayan terhadap total pendapatan keluarga (%). 15. Pengalaman berusaha adalah lamanya responden melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang diukur dalam satuan tahun. 16. Kontribusi terhadap komunitas adalah keterlibatan aktif oleh istri nelayan bajo responden untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh keluarga, tetangga dan masyarakat setempat. 17. Bentuk partisipasi adalah partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif. 18. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi seseorang untuk memperlancar usaha-usaha bagian pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan dana (Rp). 19. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan sesorang dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan kegiatan dikomunitasnya dan dapat menunjang keberhasilan kegiatan tersebut. 20. Partisipasi barang adalah partisipasi berupa sumbangan harta benda yang dilakukan oleh seseorang baik berupa beras, ayam, telur, ikan dan sebagainya dalam rangka mempermudah dan meringankan beban bagi yang mempunyai keperluan.
48
21. Partisipasi pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif
untuk memperlancar
pelaksanaan
kegiatan di
komunitasnya dan untuk mewujudkannya dilakukan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. 22. Partisipasi sosial adalah bentuk partisipasi yang dilakukan oleh seseorang dalam komunitas, misalnya: pernikakahan, selamatan arisan, menghadiri kematian, majelis ta’lim dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Mengetahui indikator serta para meter dari setiap variabel penelitian tentang kontribusi istri nelayan bajo dan komunitasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Indikator dan Parameter Dari Variabel Penelitian Variabel Umur
Tingkat pendidikan
Jumlah tanggungan keluarga Pengalaman berusaha
Indikator Parameter Usia istri nelayan bajo - Usia produktif (15-54) responden saat ini tahun - Usia tidak produktif (>54) tahun Tingkat pendidikan formal - S1 - D1 - D2 - D3 - SMA - SMP - SD Banyaknya orang yang di - Kecil (2-4) tanggung istri nelayan bajo - Besar (>4) responden Lamanya istri nelayan bajo - Kurang berpengalaman responden berusaha (<5) - Cukup berpengalaman (5-10) - Berpengalaman (>10)
49
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah A.1. Letak dan Luas Wilayah Desa Latawe merupakan salah satu desa yang ada di wilayah administrasi Kabupaten Muna Barat yang berada di Kecamatan Napano Kusambi. Secara geografis, Desa Latawe memiliki batas-batas desa sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Tobea - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kombikuno - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tangkumaho - Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Tiworo Desa Latawe merupakan desa yang mempunyai luas ± 12,83 Km2 dengan luas pemukiman ± 2,26 Km2, luas pekarangan 1,81 Km2, perkebunan 4,23 Km2 dan hutan mangrove 3,105 Km2. A.2. Keadaan Iklim dan Topografi Secara umum keadaan iklim di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim pada beberapa wilayah lain yang ada di wilayah Indonesia. Ciri iklim tropis dengan dua jenis musim dalam setahun merupakan sifat kondisi iklim secara umum yang terjadi di Indonesia khususnya di Desa Latawe. Dua jenis musim yang dimaksud adalah musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai bulan Juni sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juli sampai bulan
50
Oktober dan terkadang musim hujan dan musim kemarau terjadi pada bulan November sampai bulan Maret. Kedua musim ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Desa Latawe, hal ini disebabkan oleh dampak yang ditimbulkan oleh kedua musim tersebut. Selain itu, berkaitan dengan mata pencaharian pokok masyarakaaat di Desa Latawe sebagai nelayan maka dikenal pula musim barat (musim banyaknya pendapatan ikan) dan musim timur (musim berkurangnya pendapatan ikan). Sementara itu, Desa Latawe berada di ketinggian 11 m di atas permukaan laut. A.3. Keadaan Penduduk A.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Pada hakekatnya penduduk dengan segala potensi yang dimilikinya akan sangat mendukung kelancaran dalam pelaksanaan segala bidang. Potensi yang dimaksud adalah sumberdaya manusia. Dengan dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas akan sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai pembangunan terlebih lagi dengan adanya dukungan sumberdaya alam, modal dan sumberdaya lainnya yang sangat potensial untuk menjalankan pembangunan dengan baik. Jumlah penduduk yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja produktif yang berkualitas akan merupakan modal pembangunan yang handal dan dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha pembangunan bangsa. Penduduk Desa Latawe pada tahun 2014 sebesar 1.416 jiwa yang terdiri dari 321 kk. Penduduk laki-laki berjumlah 704 jiwa dan jumlah penduduk
51
perempuan sebesar 712 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Desa Latawe menurut umur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2014 Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) 1. ≤ 15 506 2. 16-54 811 3. > 54 99 Jumlah 1.416 Sumber : Data Potensi Desa Latawe, 2014
Persentase (%) 35,73 57,27 6,99 100,00
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Latawe merupakan usia produktif untuk bekerja. Penduduk yang memiliki usia produktif untuk bekerja sebesar 811 jiwa (57,27%). Dimana pada usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sehingga mampu bekerja dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984) dimana kriteria produktif tidaknya umur seseorang terbagi dalam tiga golongan. Golongan tersebut adalah usia 0 – 14 tahun dikatakan katagori umur yang belum produktif, 15 – 54 tahun katagori umur produktif dan golongan diatas 54 tahun adalah katagori umur tidak produktif. Produktif tidaknya umur seseorang tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan kerja, cara berpikir dan tingkat respon terhadap sesuatu. Seseorang dengan usia yang relatif muda (produktif) biasanya lebih terampil dan dinamis dalam bertindak dibandingkan orang yang berusia tidak produktif. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa penduduk di Desa Latawe dalam melakukan kegiatan usaha sehari-hari akan berhasil karena sebagian besar berada
52
pada usia produktif. Usia produktif akan menciptakan kondisi atau iklim kerja yang bardaya saing dan proaktif dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. A.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencarian merupakan unsur penting untuk menunjang kehidupan ekonomi manusia karena dengan mata pencaharian tersebut manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata pencaharian suatu wilayah tergantung dari potensi sumberdaya alam, tingkat pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat tersebut. Mata pencaharian penduduk Desa Latawe sangat bervariasi, namun
sebagian besar penduduk bergerak
disektor penangkapan ikan (nelayan). Untuk mengetahui lebih jelas dari keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2014 Jumlah penduduk (0rang) 1 Buruh tani 6 2 Petani 70 3 Peternak 194 4 Tukang kayu 7 5 Tukang Batu 3 6 Tukang Jahit 3 7 Buruh Nelayan 59 8 Nelayan 198 9 Pegawai Negeri 5 10 Perdagangan 55 Jumlah 600 Sumber: Data Potensi Desa Latawe, 2014 No. Jenis Mata Pencaharian
Persentase (%) 1 11,83 32,33 1,17 0,5 0,5 9,83 33 0,83 9,17 100,00
Tabel 6 menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Latawe bermata pencaharian sebagai jumlah
Nelayan, yaitu sebesar 198 orang (33 %). Berdasarkan
penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan
53
maka sektor perikanan dijadikan sebagai mata pencaharian utama penduduk Desa Latawe. Hal ini disebabkan karena Desa Latawe terletak di pesisir pantai dan sebagain besar penduduknya suku bajo. Secara umum, masyarakat yang hidupdipesisir pantai terutama bagi suku bajo pasti semua orang berpikir bahwa jenis mata pencaharian sehari-hari yang dilakukan berhubungan dengan laut atau sebagai nelayan. Hal yang paling menarik bagi suku bajo yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia atau bahkan seluruh belahan dunia mereka pasti memiliki jenis mata pencaharian dan kebudayaan yang sama. Mata pencaharian selanjutnya yang tidak
jauh berbeda dengan mata
pencaharian pokok (nelayan) sebagai peternak yaitu 194 orang (32,33%). Jenis peternakan yang diusahakan di Desa Latawe yaitu kambing, ayam kampung, dan sapi. Mata pencaharian selanjutnya sebagai petani yaitu 70 orang (11,83%). Masyarakat Desa Latawe memilki beberapa etnis diantaranya suku Muna, suku Bajo, suku Buton dan suku Bugis. Masyarakat yang tinggal disekitar pantai di dominasi oleh suku bajo dan bugis yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Kemudian masyarakat Desa Latawe yang tinggal di daratan di dominasi oleh suku Muna yang bermata pencaharian sebagai petani dan peternakan. Masyarakat di Desa Latawe pula memiliki mata pencaharian sebagai pedagang yaitu 55 orang (9,17%). Jenis perdagangan yang mereka geluti yaitu pedang ikan, kayu bakar, rumput laut karang, aneka kue dan sembako. Perdagangan tersebut mayoritas dilakukan oleh kaum hawa atau kalangan perempuan dalam hal ini ibu rumahangga.
54
A.3.3. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi Keadaan sarana dan prasarana di suatu daerah sangat menentukan tingkat kemajuan suatu daerah. Hal ini terkait dengan akses informasi transportasi di suatu wilayah. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka semakin baik pula akses masyarakat terhadap informasi-informasi baru khususnya yang terkait dengan bidang perikanan. Salah satunya mengenai pemasaran hasil-hasil perikanan merupakan suatu kegiatan yang tidak kalah pentingnya dalam usaha peningkatan pendapatan. Semakin panjang rantai pemasaran hasil-hasil perikanan dari sentral produksi ke konsumen akan menimbulkan biaya yang semakin besar yang pada akhinya akan mempengaruhi penerimaan hasil usahanya. Salah satu yang menunjang dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya adalah adanya infrastruktur berupa sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai. Sarana dan prasarana tentunya sangat berpengaruh dalam distribusi, penyediaan modal usaha dan kenyamanan dalam melakukan usaha. Dalam memenuhi segala aktifitasnya, masyarakat Desa Latawe memiliki sarana dan prasarana penunjang yang mendukung kelancaran aktivitas tersebut. Sarana dan prasarana yang baik tentunya sangat mendukung kelancaran aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat setempat. Sarana prasarana yang baik, selain sebagai faktor penunjang kegiatan masyarakat setempat juga akan memudahkan kalangan masyarakat lain yang sempat menggunakan atau sekedar lewat diwilayah tersebut. Lebih jelasnya mengenai keadaan sarana dan prasarana sosial ekonomi di Desa Latawe dilihat pada Tabel 7 berikut.
55
Tabel 7. Kondisi Sarana dan Prasarana di Desa Latawe Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2014 No. Sarana N dan Prasarana 1. Sarana Pendidikan a. Raudhatul Athfal b. SD c. SMP 2. Sarana Kesahatan a. Puskesmas pembantu b. Posyandu 3. Sarana Agama Masjid 4. Prasarana 1. Jembatan Beton 2. Pelabuhan Kapal Penumpang 5. Sarana Pemerintahan a. Meja b. Kursi c. Almari arsip d. Kendaraan Dinas 6. Sarana Olahraga Lapangan Sepak Bola
Satuan Fisik
Napano
Jumlah Fisik Keterangan
Unit Unit Unit
1 1 1
Baik Baik Baik
Unit Unit Unit
1 1 1
Baik Baik Baik
Buah buah
2 1
Baik Baik
Buah Buah Buah Buah
2 7 2 1
Baik Baik Baik Baik
Buah
1
Baik
Sumber: Data Potensi Desa Latawe, 2014 Tabel 7 menunjukan bahwa sarana dan prasaran Desa Latawe dalam keadaan baik sehingga dapat menunjang aktivitas masyarakat Desa Latawe yang salah satunya dibidang usaha perikanan. Sarana pendidikan di Desa Latawe belum memadai dengan jumlah SD 1 unit dan SMP 1 unit. Belum adanya sarana pendidikan yang memadai dapat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk melanjutkan sekolah. Sarana pendidikan merupakan faktor yang mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik. Keberdaan sarana kesehatan di Desa Latawe juga merupakan kebutuhan yang penting bagi masyarakat setempat. Sarana kesehatan yang tersedia saat ini adalah puskesmas pembantu 1 unit dan posyandu 1 unit. Keberadaan sarana dan prasarana kesehatan
56
membentuk kenyamanan dalam masyarakat termasuk dalam melakukan usaha sehari-hari oleh istri nelayan bajo. B. Karakteristik Masyarakat Bajo di Desa Latawe Masyarakat bajo adalah sekelompok orang yang tinggal diwilayah sekitar pantai yang hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber daya diwilayah sekitar pantai dan laut. Masyarakat yang hidup disekitar pantai umumnya memiliki karakteristik secara sosial ekonomi sangat terkait dengan sumber perekonomian dari wilayah laut. Demikian pula jenis mata pencaharian yang memanfaatkan sumberdaya alam atau jasa-jasa lingkungan yang ada diwilayah pesisir atau pantai seperti nelayan, buruh nelayan, pedagang ikan, kepiting, udang dan sejenisnya. Sama halnya dengan masyarakat bajo yang ada di Desa Latawe jenis mata pencaharian yang mereka geluti diantaranya yaitu: nelayan, buruh nelayan, pedagang ikan, penjual kayu bakar, tukang kayu, penjual rumput laut karang, berternak dan penjual BBM. Masyarakat bajo yang tinggal diwilayah pantai atau sering disebut masyarakat pesisir menjadi bagian penting dalam ekosistem pesisir pantai. Komponen terbesar dari masyarakat bajo adalah nelayan yang memiliki ketergantungan yang besar terhadap keberlanjutan sumberdaya alam pesisir pantai. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat bahwa pada beberapa waktu yang lalu masyarakat bajo yang tinggal disekitar pantai dipindahkah kedaerah daratan namun tidak lama kemudian mereka tidak betah tinggal didaratan dan sulit mencari matapencaharian lain sehingga pada waktu bersamaan
57
masyarakat bajo banyak yang meninggal dunia. Pada dasarnya masyarakat bajo sudah dikutuk bahwa hidup dan matinya mereka berada dilaut sehingga ketika berlaih mata pencaharian atau pindah kedaratan tidak akan bertahan lama. Masyarakat bajo pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan atau marine resource based, seperti nelayan, pembudidaya ikan, pembudidaya rumput laut, penambang pasir dan transportasi laut. Ditinjau dari kondisi lingkungan masyarakat bajo, khususnya sebagai nelayan masih belum tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Masyarakat bajo juga dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal dalam melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas masyarakat bajo dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir pantai tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Karakteristik
masyarakat
bajo
pada
umumnya
berbeda
dengan
karakteristik masyarakat agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat bajo yang mata pencahariannya didominasi dengan nelayan. Nelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang
58
mereka inginkan tidak bisa dikontrol. Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko tinggi. Hal tersebut menyebabkan masyarakat bajo yang bermata pencaharian sebagai nelayan cenderung memiliki karakter yang tegas, keras dan terbuka. Masyarakat bajo
di Desa Latawe termasuk masyarakat yang masih
terbelakang dan berada pada posisi marginal. Selain itu, banyak dimensi kehidupan yang tidak diketahui oleh orang luar tentang karakteristik masyarakat bajo. Masyarakat bajo mempunyai cara yang berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial, dan struktur sosialnya. Sementara itu, dibalik kemarginalannya, masyarakat bajo tidak mempunyai cara dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Masyarakat bajo pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang pluralistis tapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur masyarakat bajo rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Karena struktur masyarakat bajo sangat plural, sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akulturasi budaya dari masing-masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Hal yang menarik bagi masyarakat bajo di Desa Latawe, hidup didekat pantai merupakan hal yang paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Masyarakaat bajo mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang khas atau unik. Sifat ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha dibidang perikanan itu
59
sendiri. Karena sifat-sifat dari usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti lingkungan, musim, pasar dan faktor-faktor lainnya. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah istri nelayan bajo yaitu
melihat kontribusi istri nelayan bajo terhadap
rumahtangga dan komunitasnya. C.1. Identitas Responden
Identitas responden yang termasuk dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman berusaha. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: C.1.1. Umur Umur merupakan usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian dilaksanakan. Umur bagi seorang wanita sangat mempengaruhi kemampuan fisik dalam mengelola suatu usaha atau kegiatan. Umumnya seorang wanita yang masih berumur muda dan sehat akan mempengaruhi kemampuan berfikir yang lebih maju, dinamis dan lebih kuat, lebih bersemangat dibandingkan dengan seorang yang usianya lebih tua dimana kemampuan kerja seseorang akan bertambah dan pada suatu tingkatan umur tertentu akan mulai menurun. Menurut Soeharjo dan Patong (1984), bahwa katagori umur produktif adalah mulai dari
60
usia 15-54 tahun dan selebihnya masuk katagori umur non produktif. Untuk lebih jelasnya data disajikan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 No. 1. 2.
Golongan Umur (tahun) Produktif (15 - 54) Non Produktif (diatas 54) Jumlah Sumber: Data Primer Setelah Diolah
Jumlah (orang) 44 4 48
Persentase (%) 91,67 8,33 100,00
Tabel 8 menunjukkan bahwa sekitar 44 (91,67 %) responden masuk dalam kategori umur produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984), bahwa katagori umur produktif adalah mulai dari usia 15-54 tahun dan selebihnya masuk katagori umur non produktif. Hal ini berarti bahwa kemampuan fisik dan kemampuan berfikir Istri Nelayan di Desa Latawe masih dalam kondisi produktif. Produktifnya umur responden yang berada di lokasi sangat mempengaruhi prestasi kerja dalam hal ini kemampuan fisik, pengalaman dan cara berpikir dalam memecahkan masalah terkait dengan kegiatan usaha sehari-hari. Sementara jumlah responden yang masuk dalam kategori tidak produktif sebanyak 4 (8,33%) responden. Oleh karena itu, masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan fisik maka seharusnya pihak-pihak yang bersangkutan memberikan lapangan pekerjaaan sesuai dengan kemampuan baik secara fisik ataupun secara psikis. Sehingga dapat diharapkan masyarakat memperoleh penghidupan yang layak dan berkelanjutan.
61
C.1.2. Tingkat Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan salah satu aspek yang menentukan kemampuan dan cara berpikir responden dalam mengelola usahanya. Semakin tinggi pendidikan formal responden, maka pengetahuan dan wawasannya luas serta cara berpikirnya akan semakin rasional. Selain itu, penddikan pula merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan dan merangsang seseorang untuk kreatif dan inofatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang berkaitan dengan usaha yang digeluti. Dengan demikian akan mempercepat proses adopsi informasi dan inovasi dalam upaya mengembangkan usaha yang dikelolanya. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh istri nelayan bajo responden. Mengenai keadaan pendidikan formal yang pernah diikuti oleh istri nelayan bajo responden di Desa Latawe dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 No. 1 2 3 4
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Tidak Sekolah 16 Tamat SD/Sederajat 24 Tamat SMP/Sederajat 6 Tamat SMA/Sederajat 2 2 Jumlah 48 Sumber : Data Primer Setelah Diolah
Persentase (%) 33,33 50 12,55 4,12 100,00
Tabel 8 menunjukkan bahwa istri nelayan bajo responden di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi
pada umumnya telah menempuh pendidikan
formal, baik pendidikan dasar, menengah maupun atas. Dengan hasil presentase
62
istri nelayan responden yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal sebanyak 16 responden (33,33%) dan yang pernah mengikuti pendidikan formal sebanyak 24 responden (50%) hanya menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), sebanyak 6 responden (12,55%) menempuh jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) dan sebanyak 2 responden (4,12%)
menempuh jenjang
pendidikan sekolah menengah atas (SMA). Berdasarkan penelitian
di Desa
Latawe maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan istri nelayan bajo responden lebih dominan pada tingkat SD. Sehingga dapat dikatakan bahwa istri nelayan bajo responden telah memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan usahanya. Soehardjo dan Patong (1984) beliau menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang mudah menyebabkan sesorang lebih cenderung dinamis yang tercermin melalui cara kerja, pola berfikir dan mudah tidaknya dalam menerima inovasi dan informasi baru yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan nilai tambah pada usaha yang dilakukan. C.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dimana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit manajemen. Besarnya jumlah tanggunagan keluarga sangat terkait dengan tingkat pendapatan sesorang. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan sesorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Anggota keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
kegiatan usaha
yang dilakukan seseorang, sebab selain
63
merupakan sumber tenaga kerja juga sering pula melibatkan anggota keluarga dalam melakukan
pengambilan keputusan sehingga keputusannya merupakan
keputusan keluarga. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga berarti semakin besar pula usaha yang dilakukan oleh seorang istri nelayan dalam membantu suami untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tetapi jika anggota keluarga tersebut telah cukup produktif, maka pertambahan anggota keluarga akan mengurangi
beban
keluarga
dalam
mengatasi
pemenuhan
kebutuhan
rumahtangga. Soeharjo dan Patong (1984) mengemukakan bahwa yang termasuk anggota keluarga kecil yaitu berkisar 2-4 orang sedangkan anggota keluarga >4 orang termasuk keluarga besar. Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai jumlah anggota keluarga istri nelayan bajo responden berkisar antara 1-6 orang seperti pada Tabel 10 berikut. Tabel
10. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015
Jumlah Tanggungan Keluarga 1. 2– 4 (kecil) 2. >4 (besar) Jumlah Sumber: Data Primer Setelah Diolah No.
Jumlah Responden (orang) 23 25 48
Persentase (%) 47,92 52,08 100,00
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan untuk masing-masing responden lebih dominan pada kategori keluarga besar sebanyak 25 orang dengan persentase 52,08%. Dengan besarnya jumlah tanggungan keluarga tersebut, istri nelayan bajo yang membantu suami dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menghasilakan nilai
64
tambah untuk pendapatan rumahtangganya. Sedangkan yang termasuk dalam kategori keluarga kecil sebanyak 23 orang dengan persentase 47,92%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2. C.1.4. Pengalaman Berusaha Pengalaman berusaha adalah semua hal-hal yang pernah diperoleh istri nelayan
selama melakukan usahanya yang diperoleh diluar bangku sekolah.
Pengalaman berusaha akan memberikan motivasi kepada istri nelayan untuk mengoreksi dan mengevaluasi diri tentang usahanya. Makin lama istri nelayan dalam berusaha maka akan terampil dalam menentukan sikap kearah berusaha yang lebih baik dan menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984) bahwa pengalaman berusaha dikatakan cukup berpengalaman apabila telah menggeluti usahanya selama 5-10 tahun, sedangkan sepuluh tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5 tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Gambaran mengenai istri nelayan responden berdasarkan pengalaman dalam kegiatan berusaha dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Pengalaman Responden dalam Melakukan Usahanya di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 No
Kategori
Jum. Responden (orang)
1. 2. 3.
Kurang berpengalaman (< 5) Cukup berpengalaman (5 – 10) Berpengalaman (> 10)
20 28
Persentase (%) 41,67 58,33
48
100,00
Jumlah Sumber: Data Primer Setelah Diolah
Tabel 11 menunjukkan bahwa istri nelayan responden lebih dominan pada kategori berpengalaman (lebih dari 10 tahun) dengan persentase 58,33%, sehingga
65
dapat dikatakan bahwa istri nelayan bajo responden
berpengalaman dan
mempunyai pengetahuan lebih untuk meningkatkan pendapatan keluarganya. Banyaknya pengalaman dalam berusaha oleh istri nelayan
responden sangat
berpengaruh dalam keterampilannya memelihara dan mengelola usaha yang dijalankannya. Pengalaman dalam berusaha akan selalu membawa perubahan bagi istri nelayan dalam
mengelola usahanya. Seorang istri nelayan bajo yang
mempunyai pengalaman akan dapat menentukan alternatif yang lebih baik sehubungan dengan usahanya, pengalaman yang lebih akan memberikan suatu pelajaran dan manfaat bagi istri nelayan serta dengan adanya pengalaman yang sudah dilalui akan menjadi bahan referensi untuk melakukan kegiatan usaha kearah yang lebih baik. D. Kontribusi Istri Nelayan Bajo Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute atau contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan,
melibatkan diri maupun
sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Dengan demikian kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang
66
yaitu pemikiran, tenaga, sosial, finansial, barang dan lainnya. Dari rumusan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi. Kehidupan masyarakat bajo Desa Latawe sangat kental dengan adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku. Masyarakat bajo secara umum memiliki latar belakang pendidikan yang minim sehingga berpengaruh terhadap pola hidup mereka,
diantaranya
kurangnya
sistem
manajemen
keuangan
keluarga.
Berdasarkan hal tersebut meskipun pendapatan seorang suami tergolong tinggi maka dapat dipastikan mereka selalu mengeluh dengan kondisi keuangan keluarga dan berakibat pada taraf kehidupan berjalan ditempat yang disebabkan kurangnya manajemen keuangan keluarga yang baik. Oleh karena itu, dibutuhkan kontribusi seorang istri dalam rumahtangga yang sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas dan taraf hidup keluarga. D.1. Pendapatan Keluarga Istri Nelayan Bajo Pendapatan
keluarga merupakan
sumberdaya ekonomi yang sangat
penting yang memungkinkan keluarga istri nelayan responden memiliki akses ekonomi untuk memperoleh segala kebutuhan anggota rumah tangga. Pendapatan ini bisa berasal istri, suami dan anak dari berbagai macam usaha yang dilakukan oleh anggota rumahtangga. Pendapatan keluarga akan berpengaruh terhadap pola kunsumsi keluaraga sehari-hari. Makin tinggi pendapatan rumahtangga maka pola pemenuhan gizi dalam rumahtangga semakin lengkap dan gaya hidup atau live
67
style semakin tinggi.Untuk melihat pendapatan istri nelayan bajo di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Besarnya Pedapatan Responden Dari Beberapa Usaha yang Dilakukan di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 Jenis Pekerjaan
Jumlah Responden Orang
Persentase (%)
Menjual 27 56,25 Kayu Bakar Menjual 7 14,58 Rumput Laut Karang 8 16,67 Menjual Ikan 6 12,5 Menjual Kue Sumber: Data Primer Setelah Diolah
Pendapatan Istri (Rp) Total
Rata-Rata
Min
Max
43.276.168
1.602.821
891.549
2.393.079
2.677.123
382.446
202.262
684.448
16.390.695 1.617.457
2.048.837 269.576
579.167 202.873
3.592.292 553.730
Tabel 12 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden di Desa Latawe yang paling dominan menjual kayu bakar yaitu sebanyak 27 responden dengan persentase 56,25%. Usaha menjual kayu bakar, responden memperoleh total pendapatan Rp 43.276.168,- dengan rata-rata pendapatan dari usaha yang sama sebesar Rp1.602.821,- serta pendapatan yang terendah (minimal) sebesar Rp 891.549,- dan pendapatan yang paling tinggi (maksimal) sebesar Rp 2.393.079,-. Pekerjaan responden selanjutnya disusul dengan menjual ikan yaitu sebanyak 8 responden dengan persentase 16,67%. Perolehan pendapata dari usaha tersebut yaitu total pendapatan Rp 16.390.695,dengan rata-rata pendapatan Rp 2.048.837,- serta pendapatan yang paling rendah sebesar Rp 579.167,- dan pendapatan paling tinggi Rp 3.592.292,-. Dari usaha menjual ikan mempunyai pendapatan rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dengan usaha lain yang dilakukan oleh responden.
68
Jumlah responden yang menjual rumput laut karang sebanyak 7 orang dengan persentase 14,58%. Berdasarkan usaha tersebut responden memiliki total pendapatan sebesar Rp 2.677.123,- dengan
perolehan rata-rata pendapatan
sebesar Rp 382.446,- serta pendapatan yang paling rendah sebesar Rp 202.262,dan pendapatan yang paling tinggi sebesar Rp 684.448,-. Jenis usaha yang paling sedikit di usahakan oleh responden di Desa Latawe yaitu menjual kue dengan jumlah responden sebanyak 6 0rang dengan persentase 12,5%. Berdasarkan usaha tersebut total pendapatan yang didapat responden sebesar Rp 1.617.457,- dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 269.576,- dan pendapatan yang paling rendah sebesar Rp 202.873,- serta pendapatan yang paling tinggi sebesar Rp 553.730,-. Jenis usaha menjual kue memperoleh rata-rata pendapatan yang paling rendah dibandingkan dengan jenis usaha lain yang dilakukan oleh responden. Pendapatan yang diperoleh dari istri nelayan sebagai penunjang dalam pemenuhan kebutuhan keluarga sekaligus sebagai sumber penghasilan utama pada saat musim paceklik tiba (musim timur). Pada musim timur atau biasa disebut nelayan sebagai musim paceklik biasanya terjadi ombak yang besar sehingga para nelayan tidaka turun melaut. Pendapatan istri nelayan bajo dari usaha yang dilakukan berasal dari jumlah penerimaan yang diterima istri nelayan dikurangi dengan semua biaya yang digunakan pada saat proses melakukan usaha. Jenis usaha yang dilakukan oleh responden diantaranya yaitu: menjual ikan, menjual kayu bakar, menjual rumput laut karang dan menjual kue dan roti. Pendapatan yang diterima responden merupakan hasil dari usaha yang telah digelutinya dengan menggunakan beberapa faktor produksi. Hal ini sesuai
69
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartasapoetra (1988) bahwa pendapatan bersih usaha menunjukkan imbalan yang diperoleh dari pengeluaran faktor-faktor produksi yang berupa tenaga kerja, pengelolaan dan modal sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan. Untuk lebih jelanya dapat dilihat pada lampiran 3. Rumahtangga yang tersusun atas suami, istri, anak dan anggota keluarga lain meiliki tugas dan tanggungjawab untuk menghidupi secara finansial seluruh anggota kelauarga yang ada dalam rumahtangga. Tanggungjawab yang paling besar dalam sebuah rumahtangga adalah seorang suami sebagai pemimpin dalam keluarga. Desa Latawe mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Pekerjaan sebagai nelayan rata-rata dilakukan oleh kaum laki-laki sebagai suami dalam sebuah keluarga. Besarnya pendapatan yang di dapatkan oleh nelayan sebagai suami berfluktuasi tergantung pada jenis alat tangkap yang dilakukan. Untuk melihat besarnya pendapatan nelayan sebagai suami responden di Desa Latawe dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Besarnya pendapatan suami Dari Usaha Sebagai Nelayan di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 Pendapatan Suami (RP) < 3.000.000 3.000.000 - 6.000.000 > 6.000.000 Total Rata-Rata Min Max Sumber: Data Primer Setelah Diolah
Jumlah Responden Orang Persentase (%) 5 10,42 42 87,5 1 2,08 48 100,00 Rp 4.470.833,Rp 2.000.000,Rp 9.000.000,-
70
Tabel 13 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan
suami adalah
sebesar Rp 4.470.833,- dan pendapatan suami yang paling rendah sebesar Rp 2.000.000,- serta pendapatan suami yang paling tinggi sebesar Rp 9.000.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dari suami sebagai nelayan berfluktuasi ada yang tinggi dan ada pula yang rendah tergantung jenis dan alat tangkap yang digunakan. Jenis dan alat tangkap yang digunakan oleh suami responden sebagai nelayan yaitu bagan, jaring, bubu dan pancing. Berapapun pendapatan yang didapatkan oleh nelayan bajo, kehidupan mereka rata-rata biasa saja bahkan ada yang yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Hal ini terjadi karena masyarakat bajo secara umum memiliki kebudayaan kurangnya manajemen keuangan dan sistem perencanaan kedepannya dalam keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4. D.2. Kontribusi Istri Nelayan Bajo terhadap Pendapatan Rumahtangga Kontribusi pendapatan istri nelayan adalah besarnya sumbangan pendapatan istri nelayan yang berasal dari usaha yang dilakukan terhadap total pendapatan keluarga yang dihitung dalam persen (%). Kontribusi penghasilan wanita pesisir pantai, terhadap pemenuhan kebutuhan rumah tangga secara umum cukup besar. Dominasi wanita pesisir pantai dalam pengelolaan keuangan keluarga sudah menjadi keharusan, sebagai mekanisme sosial yang kontekstual dengan usaha perikanan dan usaha lainnya. Menurut Sayogyo (1983), peran wanita dalam rumahtangga berkaitan erat dengan telaah pekerjaan yang dilakukan dalam rumahtangga. Perannya dalam mencari nafkah dapat dilihat dari curahan jam kerja untuk menghasilkan
71
pendapatan. Diperkuat lagi pendapat Zen (2009) bahwa kecendrungan jika pendapatan suami meningkat atau besar, maka curahan kerja isteri untuk mecari nafkah menurun. Peranan wanita semakin nyata bila anggota lain dalam rumah tangga yang dapat menggantikan tugasnya. Kontribusi penerimaam istri nelayan terhadap penerimaan total keluarga merupakan gambaran dari peranan wanita nelayan dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. Peranan isteri terhadap penerimaan keluarga cenderung menurun dengan semakin baiknnya kondisi rumah tangga. Berdasarkan jenis usaha yang dilakukan istri nelayan bajo di Desa Latawe terlihat adanya perbedaan kontribusi dari berbagai jenis usaha yang dikelolah. Pendapatan dari isteri nelayan diperoleh dari hasil berbagai jenis usaha yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Jenis usaha yang dilakukan oleh Istri nelayan bajo di Desa Latawe diantaranya penjual rumput laut karang, berdagang ikan, penjual keu dan berdagang kayu bakar serta usaha lainnya. Aktivitas istri nelayan bajo dalam menjalankan usahanya tergantung dari ada atau tidaknya aktivitas melaut yang dilakukan oleh nelayan serta ada tidaknya hasil tangkapan. Besar kecilnya pendapatan istri nelayan pedagang ikan sangat tergantung sekali kepada besar kecilnya hasil tangkapan sangat tergantung kepada keadaan cuaca. Jika musim ikan, isteri nelayan yang melakukan penjualan ikan memperoleh pendapatan yang cukup besar akan tetapi pada musim paceklik mereka hanya menjual sedikit, bahkan sama sekali tidak melakukan penjualan dikarenakan kehabisan produk sehingga mereka juga tidak mempunyai pendapatan.
72
Kontribusi penghasilan isteri nelayan berbeda-beda sesuai dengan aktivitas pekerjaan yang dilakukan. Bagi isteri nelayan yang melakukan penjualan ikan memperoleh pendapatan yang berfluktuasi.
Berdasarkan hasil wawancara
menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari istri memberi kontribusi yang besar dari pendapatan suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa peran wanita dalam memenuhi kebutuhan ekonomi bukan sekedar sebagai penghasilan tambahan, melainkan sudah menjadi pendapatan utama dalam keluarga. Sementara bagi isteri nelayan yang melakukan pekerjaan sebagai pedagang kayu bakar
pendapatannya sifatnya lebih tetap, karena mereka
memperoleh pendapatan sesuai dengan kemampuan fisiksehari-hari dan bisa dihitung rata-rata pendapatan meraka. Sebagai pedagang kayu bakar dalam memenuhi kebutuhan keluarga memperoleh pendapatan yang cukup signifikan. Kontribusi ekonomi yang diberikan kepada keluarga sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kontribusi pendapatan isteri nelayan yang bekerja sebagai penjual kayu bakar dapat mengatasi kesulitan ekonomi rumah tangga nelayan ketika suami mereka tidak melaut. Dalam perhitungan kontribusi istri nelayan bajo dari pendapatan usaha yang dilakukan terhadap pendapatan rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
73
Tabel 14. Kontribusi Responden terhadap Pendapatan Rumahtangga di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 No
Kriteria
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat rendah (1% - 19%) Rendah (20% - 39%) Sedang (40% - 59%) Tinggi (60% - 79%) Sangat Tinggi (≥ 80%) Jumlah Sumber: Data Primer Setelah Diolah
Jumlah Responden (orang) 22 21 5 0 0 48
Persentase (%) 45,83 43,75 10,42 0 0 100,00
Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa kontribusi istri nelayan bajo terhadap pendapatan rumahtangga yang paling besar persentasenya berada pada kategori sangat rendah yaitu 45,83% dengan jumlah responden sebanyak 22 0rang. Kontribusi istri nelayan bajo yang masuk dalam kategori rendah yaitu 43,75% dengan jumlah responden 21 orang. Selanjutnya yang masuk dalam kategori sedang yaitu 10,42% dengan jumlah responden sebanyak 5 orang. Hal ini sesuai dengan kriteria pengukuran Sumantri (2004) bahwa apabila rentang kontribusi pendapatan istri nelayan
terhadap pendapatan
keluarga 1-19%
tergolong dalam kategori sangat rendah, 20-39% tergolong dalam kategori rendah dan 40-59% tergolong dalam kategori sedang. Beberapa hal yang menyebabkan besar kecilnya pendapatan yang diperoleh diantaranya yaitu, jumlah modal yang digunakan sangat kecil, jumlah produksi yang rendah dan harga yang relatif rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2002) bahwa, besar kecilnya pendapatan yang diperoleh dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jumlah produksi, biaya produksi dan harga. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Soerwiatmoko dalam Yusria (2004) bahwa pendapatan yang diperoleh dari suatu produksi
74
tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan tiap jenis dan harga satuan dari tiap jenis barang. Meskipun pendapatan yang disumbangkan istri nelayan di Desa Latawe tidak besar, namun dengan adanya pendapatan dari istri nelayan tersebut sangat berkontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Apalagi seorang istri nelayan responden yang bersuamikan sebagai nelayan tentunya pada saat musim timur atau musim paceklik tentunya seorang suami tidak turun melaut sehingga harapan pokok untuk kebutuhan keluarga yaitu hasil pendapatan dari istri nelayan. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhartini (2010) yaitu kontribusi pendapatan dalam keluarga miskin tentunya sangat besar. Meskipun dengan pendapatan yang tidak besar namun pendapatan tersebut memang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu 40% dan menabung 60% dan sisanya dari pendapatan suami. Hal ini menunjukan bahwa peran istri sangatlah besar dalam mempertahan kehidupan keluarganya. Sehingga bila tanpa pendapatan dari seorang istri dapat dikatakan keluarga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi isteri nelayan bajo di Desa Latawe untuk bekerja pada sektor ekonomi publik yaitu: tuntutan kebutuhan, besarnya tingkat konsumsi keluarga dan faktor kebudayaan. Pada umumnya masyarakat Desa Latawe sebagian besar bersuku bajo, yang memiliki karakteristik kurangnya sistem manajemen dalam mengelola keuangan
keluarga dan
kurangnya perencanaan hidup kedepannya sehingga berapapun pendapatan yang didapatkan oleh anggota keluarga dalam sehari, akan dihabiskan
pada hari
75
tersebut pula. Hal itulah yang mendasari masyarakat bajo secara umum memiliki tingkat dan taraf kehidupan yang stagnan sejak dahulu kala sampai pada saat ini. Meskipun pendapatan
rata-rata oleh suami sebagai nelayan tergolong besar
namun dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga tidak mengesampingkan pendapatan dari seorang istri dari nelayan tersebut. Rumahtangga merupakan suatu
unit
terkecil
berhak
mencari
penghidupan
yang
layak
dan
bertangggungjawab untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Sebagai isteri nelayan, mereka tidak dapat berpangku tangan sambil menunggu suami pulang. Waktu yang ada diisi dengan kegiatan yang bersifat produktif, penghasilan suami yang belum pasti untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, diperlukan penunjang lewat kontribusi isteri nelayan untuk berkiprah di ekonomi rumahtangga. Menurut pendapat dari beberapa isteri nelayan yang bekerja melakukan berbagai aktivitas produktif dalam perdagangan ikan, penjual rumput laut karang, penjual kayu bakar dan penjual kue dan roti, mengatakan bahwa: penghasilan suami mereka sebagai nelayan terkadang tidak mencukupi untuk membiayai semua kebutuhan rumah tangga, apalagi pada musim tertentu mereka tidak melaut sehingga otomatis mereka tidak berpenghasilan. Kondisi seperti ini menuntut kami sebagai isteri untuk dapat melakukan aktivitas produktif agar dapat membiayai kebutuhan sehari-hari yang mutlak harus terpenuhi (hasil wawancara). Melihat kenyataan tersebut peran ganda isteri nelayan sangat produktif dalam memberi kontribusi pendapatan keluarga. Perubahan peran isteri nelayan yang seringkali dianggap kontroversial, namun ternyata menyimpan arti yang
76
lebih dalam, dengan bekerjanya isteri sebagai pencari nafkah (ekonomi publik) si isteri dapat mempunyai penghasilan sendiri yang dapat mengatasi kebutuhan ekonomi keluarga. Faktor lingkungan aktivitas isteri nelayan untuk bekerja pada sektor lain produktif sangat ditunjang oleh kondisi lingkungan tempat tinggal mereka di wilayah pesisir. Pada masyarakat nelayan seperti di Desa Latawe, laut pada dasarnya merupakan sumber kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Hal ini berkaitan dengan keberadaan di dalam laut senantiasa mengandung berbagai sumber alam yang dapat digunakan sebagai sarana untuk pemenuhan kelangsungan hidup. Artinya potensi sumberdaya yang ada di dalam laut itu tidak akan berarti jika tidak ada uluran tangan manusia untuk memberi arti terhadapnya. Karena itulah potensi yang demikian itu akan bernilai apabila manusia berusaha untuk memanfaatkannya, dengan demikian untuk mengembangkan dan penggalian sumberdaya laut yang tersedia itu diperlukan adanya sumberdaya manusia yang terampil. Ketersediaan sumberdaya laut untuk dikelola, memberi peran isteri nelayan untuk bekerja disektor ekonomi lain. Faktor kemandirian dan aktualisasi diri, kemampuan isteri nelayan dengan bekerja sebagai pemenuhan ekonomi keluarga sudah dapat mengatasi ketergantungan hidup pada suami. Mereka bebas mengatur keuangan tanpa meminta bantuan kepada suami, misalnya dalam pembelian perabot, alat-alat dapur, ongkos sekolah anak-anak, dan kebutuhan lainnya. Kemandirian dalam mengatur keuangan rumah tangga membuat istri nelayan percaya diri dan berani mengambil keputusan.
77
Kemandirian
isteri nelayan yang dapat memenuhi kebutuhan rumah
tangganya tanpa membebani suami, walaupun tanggungjawab sepenuhnya dalam mencari nafkah ada pada suami. Pekerjaan suami sebagai nelayan yang pendapatannya tidak menentu sangat mendukung apabila isteri produktif di sektor ekonomi, itu pula yang menyebabkan isteri-isteri nelayan di Desa Latawe melakukan pekerjaan tambahan, bukan hanya sekedar untuk membantu ekonomi keluarga, akan tetapi lebih dari itu untuk kemandirian dalam mengaktualisasikan diri dalam keluarga dan masyarakat. Kebebasan wanita untuk dapat memajukan dirinya sebagai individu, ternyata juga untuk dapat memerankan secara optimal sisi lain identitas kodratinya yang tergantung pada lingkungannya (suami dan anaknya). Itu berarti kebebasan wanita adalah konteks kesadaran akan keterikatan dirinya dengan suami anak-anak dan orang-orang disekitarnya. Menurut isteri-isteri nelayan setempat bahwa, mendapatkan uang dari hasil bekerja baik melakukan penjualan ikan, penjual rumput laut karang, penjual kayu bakardan penjual kue, menimbulkan perasaan senang karena mampu mengaktualisasikan diri seperti mampu mengikuti arisan baik di lingkungan keluarga maupun arisan antar tetangga, mampu mengisi amplop apabila ada keluarga atau tetangga yang melakukan pesta, maupun menyumbang pada keluarga atau tetangga yang berduka.
78
D.3. Kontribusi Istri Nelayan Bajo terhadap Komunitasnya Kontribusi terhadap komunitas adalah keterlibatan aktif dari responden dalam kegiatan kelompok masyarakat secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam berbagai kegiatan atau acara yang dilakukan oleh keluarga, tetangga atau masyarakat setempat. Pada dasarnya manusia ditakdirkan untuk hidup selalu berdampingan, bergotong royong dan bekerjasama satu sama lain. Seiring dengan perkembangan globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, semangat gotong royong dan kerjasama tersebut lambat laun semakin menurun serta berdampak pula pada pola pranata sosial dan kebudayaan masyarakat setempat yang semakin terkikis. Berbeda dengan kondisi sosial yang ada di Desa Latawe, dengan perkembangan globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini, masyarakat setempat terus mempertahankan kebudayaan dan pranata sosial yang ada, dengan banyaknya antusias dari masyarakat terutama istri nelayan responden yang turut serta mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh keluarga, tetangga dan masyarakat setempat. Jenis kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat Desa Latawe adalah pernikahan, syukuran (selamatan), akikah, dan kematian. Dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat setempat, secara umum masyarakat memiliki kontribusi baik dalam bentuk uag, barang, tenaga, pikiran maupun secara sosial. Demikian pula halnya dengan istri nelayan yang ada di Desa Latawe, secara umum setiap kegiatan yang dilakukan dilingkungan masyarakat setempat mereka sering berpartisipasi secara sukarela tanpa adanya intervensi dari pihak
79
lain. Hal ini dikarenakan, istri nelayan responden pahami sudah menjadi kebiasaan secara turun-temurun bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sudah menjadi keharusan untuk berpartisipasi meskipun hanya membantu secara tenaga. Namun pada umumnya, istri nelayan responden bentuk keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan dalam bentuk uang, barang dan tenaga. Dengan ketiga bentuk kontribusi tersebut, yang paling banyak dilakukan oleh istri nelayan responden bentuk partisipasi dalam bentuk barang. Hal ini dikarenakan agar masyarakat yang mengadakan kegiatan tersebut tidak direpotkan lagi untuk membeli barang sebagai keperluan kegiatan, serta masyarakat yang membawa barang
tersebut
secara
bersama-sama
untuk
dikerjakan
sesuai
dengan
keperluannya. Beberapa bentuk kontribusi yang dilakukan oleh responden terhadap komunitasnya yaitu: a. Kontribusi Dalam Bentuk Uang Kontribusi dalam bentuk uang adalah bentuk kontribusi seseorang untuk memperlancar usaha-usaha bagian pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan dana (Rp). Masyarakat yang berkontribusi dalam bentuk uang umumnya masyarakat yang mempunyai ekonomi menengah keatas. Kontribusi dalam bentuk uang pada umumnya dilakukan dalam kegiatan pernikahan , syukuran (selamatan), akikah dan kematian. Menurut Martin dan Pear (2007), kategori besarnya frekuensi kontribusi responden dalam bentuk uang terhadap komunitasnya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
80
Tabel 15. Kontribusi Responden Dalam Bentuk Uang di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 Frekuensi Kontribusi Selalu (>20) Sering (10-20) Kadang-kadang (1-10) Tidak Pernah (0) Jumlah
Jumlah Responden (Orang) 16 22 10 48
Persentase (%) 33,33 45,83 20,84 100,00
Tabel 15 menunjukkan bahwa frekuensi kontribusi dalam bentuk uang yang paling dominan dilakukan oleh istri nelayan bajo terhadap komunitasnya berada pada kategori kontribusi sering yaitu sebanyak 22 responden dengan persentase 45,83%. Frekuensi kontribusi selanjutnya berada pada kategori selalu yaitu sebanyak 16 orang dengan persentase 33,33%. Frekuensi kontribusi dalam bentuk uang
yang paling rendah berada pada kategori kadang-kadang yaitu
sebanyak 10 orang responden dengan persentase 20,84%. Kontribusi dalam bentuk uang yang dominan berada pada frekuensi kontribusi kategori sering, hal ini terjadi karena kontribusi dalam bentuk uang merupakan suatu alat kontribusi yang paling mudah dilakukan dalam membantu memenuhi kebutuhan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh keluarga, tetangga dan masyarakat setempat. Hal yang paling mendasari seseorang berkontribusi dalam bentuk uang yaitu suatu alat konteribusi yang paling tidak merepotkan dan mudah disimpan dan dibawa dimana-mana. b. Kontribusi Dalam Bentuk Tenaga Kontribusi tenaga adalah kontribusi bentuk tenaga untuk pelaksanaan
yang diberikan sesorang dalam
kegiatan dikomunitasnya dengan penuh
kesadaran secara sukarela sehingga dapat membantu keberhasilan dalam
81
pelaksanaan kegiatan yang berlangsung. Masyarakat yang berkontribusi dalam bentuk tenaga biasanya masyarakat pedesaan yang masih memiliki sifat gotong royong yang masih kental. Desa Latawe merupakan salah satu desa yang masyarakatnya masih sangat kental dengan sifat gotong royong yang menjadi kebiasaan secara turun temurun sampai pada saat ini. Kontribusi dalam bentuk tenaga yang sering dilakukan oleh responden dalam kegiatan pernikahan, akikah, selamatan dan kematian. Menurut Martin dan Pear (2007) kategori besarnya frekuensi kontribusi responden terhadap komunitasnya dalam bentuk tenaga untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. Tabel 16. Kontribusi Responden Dalam Bentuk Tenaga di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 Frekuensi Kontribusi Selalu (>20) Sering (10-20) Kadang-kadang (1-10) Tidak Pernah (0) Jumlah
Jumlah Responden (Orang) 24 13 11 48
Persentase (%) 50 27,08 22,92 100,00
Tabel 16 menunjukkan bahwa kontribusi dalam bentuk tenaga yang paling dominan berada pada frekuensi kontribusi dalam kategori selalu yaitu sebanyak 24 responden dengan persentase 50%. Frekuensi kontribusi selanjutnya berada dalam kategori sering yaitu sebanyak 13 responden dengan persentase 27,08%. Frekuensi kontribusi paling rendah berada dalam kategori kadang-kadang yaitu sebanyak 11 responden dengan persentase 22,92%. Kontribusi dalam bentuk tenaga yang paling dominan berada dalam kategori frekuensi kontribusi selalu, hal ini terjadi karena masyarakat desa secara umum dan Desa Latawe secara khusus masih sangat kental dengan kondisi sosial
82
budaya terutama
sikap gotong royong dalam membantu sesama masyarakat.
Sikap gotong royong dalam masyarakat muncul secara spontan dan sadar untuk membantu tanpa adanya intervensi dari pihak lain dan tanpa mengharapkan imbalan imbalan dan belas kasihan dari pihak yang bersangkutan. c. Kontribusi Dalam Bentuk Barang Kontribusi barang adalah kontribusi berupa sumbangan harta benda yang dilakukan oleh seseorang baik berupa beras, ayam, telur, ikan dan sebagainya dalam rangka mempermudah dan meringankan beban bagi yang mempunyai keperluan. Masyarakat yang berkontribusi dalam bentuk barang biasanya masyarakat yang memiliki kesadaran penuh untuk membantu secara sukarela. Kontribusi dalam bentuk barang dilakukan agar masyarakat yang membuat kegiatan dapat terbantu secara penuh serta tidak merepotkan lagi untuk mempersiapkan barang-barang kebutuhan yang diperlukan. Menurut Martin dan Pear (2007) kategori besarnya frekuensi kontribusi dalam bentuk barang terhadap komunitasnya dapat dilihat pada Tabel 17 berikut. Tabel 17. Kontribusi Responden Dalam Bentuk Barang di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 Frekuensi Kontribusi Selalu (>20) Sering (10-20) Kadang-kadang (1-10) Tidak Pernah (0) Jumlah
Jumlah Responden (Orang) 25 20 3 48
Persentase (%) 52,18 41,67 6,25 100,00
Tabel 17 menujukkan bahwa frekuensi kontribusi dalam bentuk barang yang paling dominan berada pada kategori selalu yaitu sebanyak 25 responden dengan persentase 52,18%. Frekuensi kontribusi selanjutnya berada pada kategori
83
sering yaitu sebanyak 20 responden dengan persentase 41,67%. Frekuensi kontribusi dalam bentuk barang yang paling rendah berada pada kategori kadangkadang yaitu sebanyak 3 responden dengan persentase 6,25%. Kontribusi dalam bentuk barang yang paling dominan dilakukan dalam kategori selalu, hal ini terjadi karena masyarakat Desa Latawe secara umum masih sangat kental dengan semangat untuk saling membantu secara sukarela tanpa adanya motif lain. Kontribusi dalam bentuk barang yang dilakukan diharapkan dapat memantu secara menyeluruh bagi masyarakat yang membuat kegiatan. Barang-barang yang dibawa oleh responden dikerjakan secara bersama-sama dengan masyarakat setempat sehingga selain meringankan beban masyarakat yang melakukan kegiatan juga memperoleh manfaat sosial lainnya. d. Kontribusi Dalam Bentuk Pikiran Kontribusi pikiran adalah kontribusi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif
untuk memperlancar
pelaksanaan
kegiatan di
komunitasnya dan untuk mewujudkannya dilakukan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Kontribusi dalam bentuk pikiran, biasanya dilakukan responden pada kegiatan pernikahan, selamatan, akikah dan kematian. Responden yang melakukan kontribusi dalam bentuk pikiran yang hanya memiliki keterampilan dan kemampuan yang khusus dalam berbagai kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa responden hanya sekitar 6% responden yang berkontribusi dalam bentuk pikiran. Bentuk kontribusi responden dalam bentuk pikiran terhadap komunitas misalnya, dalam kegiatan pernikahan atau selamatan
84
ada salah satu yang berprofesi sebagai juru masak dengan tugas mengarahkan dan memberikan ide berupa resep memasak serta cara penyajiannya. Kontribusi pikiran dalam kegiatan kematian yaitu salah satu dipercaya tata cara memandikan samapai pada penguburan jenazah yang dipandu bagi yang memeliki pengetahaun dan pengalaman berkaitan dengan hal tersebut. Beberapa bentuk kontribusi yang paling dominan dilakukan oleh responden terhadap komunitasnya kontribusi dalam bentuk barang dengan frekuensi kontribusi dalam kategori selalu yaitu sebanyak 25 responden dengan persentase 52,18%. Hal ini terjadi karena responden secara umum berpikiran bahwa dalam membantu masyarakat yang membuat kegiatan tidak memberikan beban apalagi merepotakan serta mereka membantu secara menyeluruh. Misalnya dalam kegiatan pernikahan atau selamatan masyarakat yang berkontribusi dalam bentuk barang berupa, ayam, telur, beras dan lainnya tentunya masyarakat yang membuat kegiatan tidak perlu membeli barang kebutuhan kegiatan serta responden yang membawa beberapa barang tersebut langsung dikerjakan secara bersama-sama. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Latawe memiliki berbagai nilai manfaat baik untuk masyarakat yang mengadakan kegiatan, istri nelayan yang berpartisipasi maupun semua lapisan masyarakat di Desa Latawe. Jenis mannfaat yang di dapat oleh masyarakat yang melakukan kegiatan diantaranya dapat terpenuhi semua kebutuhan yang diperlukan, biaya yang dikeluarakan terminimalisir baik materi, tenaga dan pikiran sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Sementara bagi istri nelayan yang
85
berpatisipasi dalam setiap kegiatan selain akan dibantu pula pada saat ada kegiatan yang akan dilakukan, juga akan menambah tali persaudaraan dan harmonisasi antara kedua bela pihak. Manfaat yang paling besar dengan adanya kegiatan dan partisipasi dari sebagian masyarakat setempat, keadaan sosial Desa Latawe semakin kental, diantaranya keadaan masyarakat yang ramah, santun, saling menghargai dan harmonis, sehinngga sampai saat ini kondisi masyarakat Desa Latawe sangat aman, tentram dan kondusif.
86
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kontribusi istri nelayan bajo terhadap rumahtangga dan komunitasnya di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Kontribusi istri nelayan bajo terhadap pendapatan rumahtangganya dominan berada dalam kategori sangat
rendah yaitu
sebanyak 22 responden
memperoleh kontribusi pendapatan berkisar 1% - 19% atau 45,83% responden memiliki pendapatan yang sangat rendah. 2.
Kontribusi istri nelayan bajo terhadap komunitasnya meliputi
kegiatan
pernikahan, selamatan, akikah dan kematian. Bentuk kontribusi responden yang paling dominan dalam bentuk barang dengan frekuensi kontribusi kategori selalu yaitu sebanyak 25 responden dengan persentase 52,18%.
B. Saran Beberapa hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini, yaitu : 1.
Dengan melihat rendahnya kontribusi istri nelayan bajo terhadap pendapatan rumahtangga maka pihak yang berwenang diharapkan untuk mengadakan sosialiasasi dan
pelatihan
pendampingan secara intensif
pengelolaan keuangan
serta melakukan
sehingga masyarakat dapat memahami
pentingnya sistem pengelolaan keuangan yang baik.
87
2.
Kepada para istri nelayan bajo diharapakan tetap mempertahankan dan terus meningkatkan
kualitas dan kuantitas usahanya sehingga mendapatkan
pendapatan yang layak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. 3.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang berkaitan dengan motif masyarakat bajo kurangnya pengelolaan keuangan dalam keberlanjutan kehidupan keluarga.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Andayani, T. 2006. Perubahan Peranan Wanita Dalam Ekonomi Keluarga Nelayan Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli. Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS). Indonesia Dalam Angka. 2015. BPS Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS). Sulawesi Tenggara dalam Angka. 2014. BPS Sultra. Kendari. Chapin. 2002. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Angkasa. Bandung. Chen. 2010. Perencanaan Sosial di Dunia ketiga. Erlangga.Yogyakarta. Conyers, D. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia ketiga. UGM Press. Yogyakarta. Damayanti, Y. 2009. Tiga Peran Rangkap Perempuan Nelayan.Studi Pada Keluarga Nelayan di lingkungan Kapuran Kelurahan Pasar Madang Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Djojohadikusumo, S. 1985. Indonesia Dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Depan. LP3ES. Jakarta. Fakih, M. 2007. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hamijoyo. 2007. Panduan Penguatan Masyarakat. Jakarta.
Menejemen
Lembaga
Swadaya
Harsosumarto. 2007. Koperasi dan Pemberdayaan Perempuan, Kasubid Evaluasi dan Pelaporan serta Peneliti Muda Bidang Perkoperasian, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Pekalongan. Hartina, B., Arimbawa, P., Munirwan, Z., Awaluddin, H., dan M. Aswar, L. 2015. Kontribusi Perempuan Usaha Mikro terhadap Usaha, Keluarga dan Komunitasnya dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Sulawesi Tenggara. Balitbang. Kendari.
89
Harun, R. 2011. Kearifan Lokal Masyarakat Bajo dalam Melestarikan Lingkungan Pesisir di Desa Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. Tesis. PPs-UNG. Gorontalo. Haryanto. 2008. Pemberdayaan Wanita Nelayan. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang. Hasan, A. 2014. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Center For Academic Publishing Service (CAPS). Jakarta. Ihsana, I dan S. Amir. 2013. Sukses Memiliki Restoran Tanpa Modal. Laskar Askara. Jakarta. Isbandi, R. A. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. FISIP UI Press. Depok. Kusnadi. 2000. Nelayan. Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora Utama Press. Bandung. Lembaga Penelitian SMERU. 2013. Upaya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan di Indonesia. SMERU bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Jakarta. Lewa, 2014. Kontribusi Tenaga Kerja Wanita Tani Pada Usahatani Padi Sawah Di Desa Wuliwali Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo.Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin. Makassar. Lestari, S. 2010. Pembentukan Norma dan Nilai Baru Dalam Pranata Keluarga (Studi Tentang Peran Ganda Perempuan di Kelurahan Cibaduyut). Penerbit Kepel Press. Yogyakarta. Martin, G. dan Pear, J. 2007. Behavior Modification: what it is and how do it. Pear Education. New Jersey. USA Mikkelsen, B. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Nisran, 2008. Partisipasi Wanita Tani dalam Kegiatan Usahatani Padi Sawah Di Kelurahan Ranomeeto, Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Kendari. Padangaran, A. M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan Pertanian. IPB Press. Bogor.
90
Poerwandarminto. 2011. Peran Perempuan dalam Pengembangan Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hasil Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Priminingtyas, D. 2011. Akses Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Dari Lembaga Perbankan Di Kota Malang. Prosiding Seminar Internasional "The Future of Small Businesses from Accounting, Management and Economics Perspectives" Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Purwokerto. Ramli dan Alwiah. 2008. Studi Nilai Pendidikan Pelestarian Ekosistem Laut dan Pesisir pada Masyarakat Bajo. Journal Matsains, Vol. 12, No.3, Hal.108-120. Raodah. 2013. Peranan Istri Nelayan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Kelurahan Lapulu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Al-Qalam, Vol. 19, No.2, Hal. 305-315. Salusu. 2006. Pengambilan Keputusan Strategi. PT gramedia Widiantara, Indonesia. Jakarta. Saifuddin, A. F. 2005. Antropologi Kontemporer. Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Kencana. Jakarta. Septina, M. 2009. Kontribusi Ekonomi Produktif Wanita Nelayan terhadap Pendapatan Keluarga Nelayan ( Studi Kasus di Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat). Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung. Siagian. 2005. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suhartini. 2010. Pemberdayaan Perempuan Pada Sektor Industri Kecil Dalam Mengatasi Ekonomi Keluarga. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta. Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Bina Grafika. Jakarta. Sumampouw, M. 2004. Perencanaan Darat-Laut yang Terintegrasi dengan Menggunakan Informasi Spasial yang Partisipatif. Department For International Development (DFID).Jakarta. Sumantri. 2004. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Terhadap Pendapatan Keluarga. Jurnal Agrisep, Vol. 2, No.2, Hal.106-111.
91
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Susoliwati, S. P. 2006. Peranan Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rumah Tangga (di desa Kabongan Lor Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang). Skripsi. Jurusan Sosiologi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Semarang. Tahir, I. 1999. Analisis Tingkat Kesejahteraan Transmigrasi Pola Nelayan di UPT Lapulu Kota Kendari. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo. Kendari. Tangkilasan, N. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi (Konsep, Strategi dan Kasus). Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik. Yogyakarta. Tonton, W. S. 1995. Kemiskinan dan Upaya Penanggulangannya. Ekstensia. Jakarta. Ulhaq, M. Z. 2008. Kehidupan Perempuan Pesisir Pantai di Pulau Bawean. Gresik. Yusria. 2004. Analisis Ekonomi Rumah Tangga Petani Jambu Mete di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Tesis Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Zen. 2009. Analisis Kontribusi Pendapatan Wanita Nelayan di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, Mangrove dan Pesisir. Padang.
92
Lampiran 1. Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Wabintingi pada tanggal 4 Maret 1993, penulis merupakan anak ke 5 (lima) dari 6 (enam) bersaudara dari pasangan Bapak La Libu dan Ibu Wa Imba. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN
12
Lohia
pada
tahun
2006
dan
melanjutkan pendidikan di SMPN 6 Raha tamat pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan di SMKN 1 Raha dan tamat pada tahun 2012. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Halu Oleo Kendari dan di terima di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari melalui jalur SNMPTN pada tahun 2012. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, penulis melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi Istri Nelayan Bajo terhadap Rumahtangga dan Komunitasnya di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat”.
93
Lampiran 2. Identitas Responden di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015. No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Responden
Saena Mariana Norma Mana Sumarna Nyei Irmayanti Ikayanti Ondeng Murni Wa Ode Tele Arni Mulo Sardiana Erna Leni Kamariah Ermin Marnia Masnah Wa Ode Sunarman Siah Rosdian Wa Ode Haslin Herda Ece Salamia Darna Sumiah Yola
Jumlah Pengalaman Umur Tanggungan Berusaha Pendidikan (Tahun) Keluarga (Tahun) (Tahun) (Jiwa) 61 6 6 20 25 6 3 10 46 6 7 20 58 4 20 34 6 6 15 42 3 15 29 6 5 15 32 9 4 15 34 6 4 20 38 9 6 21 60 3 22 36 9 4 15 47 5 20 40 6 4 15 40 6 5 17 38 6 7 15 45 9 6 18 32 6 3 10 37 6 3 15 43 6 4 15 41 6 6 10 50 6 5 25 28 9 4 10 36 12 6 10 30 6 4 19 38 5 5 47 5 5 45 8 5 45 4 5 49 7 5
94
Lanjutan lampiran 2.
No
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Nama Responden
Karmina Wa Ode Sunarna Boya Nursiah Ana Fitriani Sunartin Armawati Nawan Rukama Ati Mariam Sitti Maryam Hasminah Yusma Herni Murni Bege Total Rata-rata
Jumlah Pengalaman Umur Pendidikan Tanggungan Berusaha (Tahun) (Tahun) Keluarga (Tahun) (Jiwa) 40 6 4 10 40 6 7 15 48 6 9 15 30 6 3 10 43 6 20 24 6 4 10 42 7 16 36 6 3 5 54 3 20 37 4 15 48 4 6 15 31 6 5 10 39 12 10 10 45 3 10 39 5 5 35 9 9 10 65 3 20 43 6 2 10 1965 220 239 658 40,94 6,88 4,98 13,71
95
Lampiran 3. Total Pendapatan Responden di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015. No. Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
TFC (Rp)
TVC (Rp)
TR (Rp)
π (Rp)
6,164 8,451 6,000
-
1,500,000 900,000 1,800,000
1,493,836 891,549 1,794,000
7,738 16,667 9,028 6,806 8,926 7,396 6,921 8,889 7,042 9,208 9,643 10,604 9,167 7,729 5,234 16,270 10,139 7,708 7,326 18,472 14,896 17,257 8,715 6,310 9,333 8,958 5,552 6,042 20,833 7,944 15,347
210,000 33,000,000 210,000 210,000 930,000 23,400,000 33,000,000 670,000 365,000 210,000 19,800,000 35,400,000 210,000 670,000
420,000 36,000,000 1,500,000 1,200,000 2,100,000 900,000 2,400,000 480,000 1,200,000 1,200,000 1,800,000 1,200,000 2,400,000 600,000 2,100,000 1,500,000 2,400,000 27,000,000 2,400,000 36,000,000 900,000 600,000 1,500,000 1,500,000 1,800,000 1,800,000 900,000 22,500,000 36,000,000 750,000 900,000
202,262 2,983,333 1,490,972 1,193,194 2,091,074 892,604 2,393,079 261,111 1,192,958 1,190,792 1,790,357 1,189,396 2,390,833 382,271 2,094,766 553,730 2,389,861 3,592,292 2,392,674 2,981,528 215,104 217,743 1,491,285 1,493,690 1,790,667 1,791,042 684,448 2,693,958 579,167 532,056 214,653
96
Lanjutan Lampiran 3. No. Resp. 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Total RataRata Max Min
TFC (Rp)
TVC (Rp)
TR (Rp)
π (Rp)
15,347 10,139 8,604 8,150 9,444 16,646 6,729 9,028 6,875 8,299 18,333 10,774 17,127 12,222 8,472 483,557
670,000 210,000 670,000 25,200,000 210,000 35,400,000 530,000 21,300,000 231,805,000
900,000 1,200,000 1,200,000 600,000 1,800,000 900,000 1,200,000 27,000,000 450,000 900,000 36,000,000 1,500,000 750,000 22,500,000 2,100,000 296,250,000
214,653 1,189,861 1,191,396 381,850 1,790,556 213,354 1,193,271 1,790,972 233,125 891,701 581,667 1,489,226 202,873 1,187,778 2,091,528 63,961,443
10,074
4,829,271
6,171,875
1,332,530
20,833
35,400,000
36,000,000
3,592,292
5,234
-
420,000
202,262
97
Lampiran 4. Total Pendapatan Keluarga Responden di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015 Jenis Usaha
Pendapatan Dari Usaha (Rp)
No Suami 1
Nelayan
2
Nelayan
3
Nelayan
4
Nelayan
5
Nelayan
6
Nelayan
7
Nelayan
8
Nelayan
9
Nelayan
10
Nelayan
11
Nelayan
12
Nelayan
13
Nelayan
14
Nelayan
15
Nelayan
Istri Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Rumput Laut Karang Berdagang Ikan Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Rumput Laut Karang Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Kayu
Total Pendapatan RT (Rp)
Kontribusi (%)
Suami
Istri
4,500,000
1,493,836
5,993,836
24.92
4,500,000
891,549
5,391,549
16.54
4,500,000
1,794,000
6,294,000
28.50
2,400,000
202,262
2,602,262
7.77
3,300,000
2,983,333
6,283,333
47.48
4,500,000
1,490,972
5,990,972
24.89
4,500,000
1,193,194
5,693,194
20.96
3,000,000
2,091,074
5,091,074
41.07
6,000,000
892,604
6,892,604
12.95
2,000,000
2,393,079
4,393,079
54.47
3,000,000
261,111
3,261,111
8.01
6,000,000
1,192,958
7,192,958
16.59
4,500,000
1,190,792
5,690,792
20.92
6,000,000
1,790,357
7,790,357
22.98
9,000,000
1,189,396
10,189,396
11.67
98
Lanjutan Lampiran 4. Jenis Usaha No Suami 16
Nelayan
17
Nelayan
18
Nelayan
19
Nelayan
20
Nelayan
21
Nelayan
22
Nelayan
23
Nelayan
24
Nelayan
25
Nelayan
26
Nelayan
27
Nelayan
28
Nelayan
29
Nelayan
30
Nelayan
31
Nelayan
32
Nelayan
Istri Berdagang Kayu Berdagang Rumput Laut Karang Berdagang Kayu Berdagang Kue Berdagang Kayu Berdagang Ikan Berdagang Kayu Berdagang Ikan Berdagang Kue Berdagang Kue Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang rumput Laut Karang Berdagang Ikan Berdagang Ikan
Pendapatan Dari Usaha (Rp) Suami
Istri
Total Pendapatan RT (RP)
4,500,000
2,390,833
6,890,833
34.70
4,500,000
382,271
4,882,271
7.83
6,000,000
2,094,766
8,094,766
25.88
6,000,000
553,730
6,553,730
8.45
4,500,000
2,389,861
6,889,861
34.69
2,500,000
3,592,292
6,092,292
58.96
4,500,000
2,392,674
6,892,674
34.71
4,500,000
2,981,528
7,481,528
39.85
6,000,000
215,104
6,215,104
3.46
6,000,000
217,743
6,217,743
3.50
4,500,000
1,491,285
5,991,285
24.89
3,000,000
1,493,690
4,493,690
33.24
6,000,000
1,790,667
7,790,667
22.98
3,000,000
1,791,042
4,791,042
37.38
6,000,000
684,448
6,684,448
10.24
6,000,000
2,693,958
8,693,958
30.99
2,500,000
579,167
3,079,167
18.81
Kontribusi (%)
99
Lanjutan Lampiran 4. Jenis Usaha
Pendapatan Dari Usaha (Rp)
No Suami 33
Nelayan
34
Nelayan
35
Nelayan
36
Nelayan
37
Nelayan
38
Nelayan
39
Nelayan
40
Nelayan
41
Nelayan
42
Nelayan
43
Nelayan
44
Nelayan
45
Nelayan
46
Nelayan
47
Nelayan
48
Nelayan
Istri Berdagang Rumput Laut Karang Berdagang kue Berdagang Kayu Berdagang Kayu Berdagang Rumput Laut Karang Berdagang Kayu Berdagang Kue Berdagang Kayu Berdagang Ikan Berdagang Rumput Laut Karang Berdagang Kayu Berdagang Ikan Berdagang Kayu Berdagang Kue Berdagang ikan Berdagang Kayu
Total Pendapatan RT (Rp)
Suami
Istri
6,000,000
532,056
6,532,056
3,000,000
214,653
3,214,653
2,400,000
1,189,861
3,589,861
6,000,000
1,191,396
7,191,396
4,500,000
381,850
4,881,850
3,000,000
1,790,556
4,790,556
4,500,000
213,354
4,713,354
6,000,000
1,193,271
7,193,271
4,500,000
1,790,972
6,290,972
3,000,000
233,125
3,233,125
4,500,000
891,701
5,391,701
6,000,000
581,667
6,581,667
3,000,000
1,489,226
4,489,226
4,500,000
202,873
4,702,873
3,000,000 1,187,778
4,187,778
3,000,000
5,091,528
2,091,528
Kontribusi (%)
8.15 6.68 33.15 16.57 7.82 37.38 4.53 16.59 28.47 7.21 16.54 8.84 33.17 4.31 28.36 41.08
100
Lanjutan Lampiran 4. ∑
214,600,000
63,961,443
278,561,443
1,089
Rata-Rata
4,470,833 9,000,000 2,000,000
1,332,530 3,592,292 202,262
5,803,363 10,189,396 2,602,262
23 59 3
Max Min
101
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Masuk Pada Lokasi Penelitian
Gambar 3. Berkunjung di Rumah Masyarakat untuk melakukan wawancara
Gambar 2. Meminta izin secara resmi kepada kepala Desa Latawe
Gambar 4. Wawancara langsung dengan istri nelayan pedagang ikan
102
Lanjutan Lampiran 5.
Gambar 5. Wawancara dengan istri nelayan penjual kue
Gambar 6. Wawancara dengan istri nelayan penjual rumput laut karang
Gambar
Gambar 8. Wawancara dengan istri nelayan responden penjual ikan
7. Berkunjung ke lokasi pengambilan ikan untuk dijual di pasar
103
Lanjutan Lampiran 5.
Gambar 9. Wawancara dengan istri nelayan penjual kayu bakar
Gambar 10. Wawancara dengan istri nelayan penjual kayu bakar
Gambar 11. Wawancara dengan istri nelayan penjual rumput laut karang
Gambar 12. Wawancara dengan istri nelayan penjual kayu bakar