BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Sekolah Dasar (SD) yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) menyatakan bahwa pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Isi, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat (long life education), (7) seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diberlakukan di SD bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. Disamping itu, KTSP memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan pengalaman belajar bagi siswa. (http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/10/tesis-penerapan-pendekatan.html)
1
Dalam pelaksanaan KTSP, secara umum pemerintah hanya menetapkan rambu-rambu,
untuk
selanjutnya
instansi
sekolah
menjabarkan
dan
mengembangkan sendiri dalam pembelajarannnya. Rambu-rambu tersebut berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil refleksi, pemikiran, dan pengkajian ulang dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam
kondisi
yang
penuh
dengan
berbagai
perubahan,
persaingan,
ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Ki Hajar Dewantara
(Mudyahardjo, 2010: 302) menyatakan pendidikan
sebagai proses pembudayaan kodrat alam setiap individu yang kemampuankemampuan bawaan untuk mempertahankan hidup, yang tertuju pada pencapaian kemerdekaan lahir dan batin, sehingga memperoleh keselamatan dalam hidup lahiriah dan batiniah. Pendidikan sebagai proses pembudayaan kodrat alam merupakan usaha untuk memelihara dan memajukan, serta mempertinggi dan memperluas kemampuan-kemampuan kodrati untuk bertahan hidup. Proses pembudayaan tersebut bertujuan membangun kehidupan individual dan sosial. Masnur Muslich (2007: 161) menyatakan bahwa siswa yang berada di sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami
2
hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah, setiap tahun ajaran baru Sekolah Dasar di Gugus 1 Kecamatan Srandakan selalu mendapatkan siswa baru yang berbeda tingkat kemampuannya. Hal tersebut mambawa konsekuensi bagi guru. Guru harus bekerja keras untuk mengoptimalkan pembelajaran sehingga potensi siswa dapat berkembang di tengah perbedaan yang ada. Untuk mengoptimalkan pembelajaran di sekolah guru memerlukan sarana dan prasarana yang mendukung. Permasalahan yang ada di SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan adalah kurangnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang tersedia di sekolah. Pada kegiatan pembelajaran sehari-hari, guru harus mengusahakan sendiri sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran tersebut. Salah satu sarana dan prasarana pendukung tersebut adalah media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pembelajaran untuk membentu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak. Berdasarkan pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran, guru cenderung menggunakan metode konvesional, sebab tidak memerlukan alat dan media pembelajaran, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku pelajaran. Pembelajaran di kelas masih didominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri menemukan, menguasai, mengolah, dan mengembangkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal aspek tersebut sangat dibutuhkan oleh peserta didik ketika menemui masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu
3
model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran tematik merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di SD terutama pada Anak Usia Kelas Awal, yaitu kelas I, II, dan III. Menurut Rusman (2010: 254), pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Masnur Muslich (2007: 165) menyatakan pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Model pembelajaran tematik adalah solusi terbaik guna melatih anak untuk berpikir kreatif. Akan tetapi sesuatu yang baru belum tentu dapat dilakukan dengan baik. Secara umum masih sedikit guru yang menerapkan model pembelajaran tematik di kelasnya. Hal tersebut karena masih kurangnya pengetahuan tentang model pembelajaran tematik itu sendiri. Namun demikian, guru kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan sudah berupaya menerapkan model pembelajaran tematik. Tentunya sesuai dengan pengetahuan tentang model pembelajaran tematik yang beliau miliki.
4
Model pembelajaran tematik menghadirkan berbagai mata pelajaran yang dikaitkan dengan suatu tema yang relevan. Dengan suasana tersebut, sejak dini anak sudah terlatih mengaitkan informasi yang satu dengan infomasi yang lain sehingga secara wajar dapat menghadapi situasi silang lingkungan, silang pengetahuan, ataupun silang perangkat dengan meyenangkan, dan sekaligus menjadikan mereka belajar aktif dan terlibat langsung dalam kehidupan nyata. Berangkat dari asumsi tersebut penulis merasa perlu mengadakan penelitian tentang implementasi pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Belum maksimalnya pembelajaran di SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan. 2. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran belum bervariasi. 3. Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran di SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan. 4. Secara umum, guru kelas III SD di Gugus 1 Kecamatan Srandakan sudah menerapkan model pembelajaran tematik, namun belum ada penelitian yang mengungkap fakta tentang implementasi model pembelajaran tematik di kelas tersebut.
5
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah serta kondisi dan masalah yang kompleks, maka penelitian ini dibatasi pada implementasi model pembelajaran tematik di SD khususnya di kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan yang meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran tematik, model penilaian pembelajaran tematik, dan hambatan-hambatan dalam implementasi model pembelajaran tematik.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tematik di Kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan? 3. Model penilaian apakah yang digunakan dalam pembelajaran tematik di kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan? 4. Apakah hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam implementasi model pembelajaran tematik di kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan?
6
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran tematik di Kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan. 3. Mendeskripsikan model penilaian yang digunakan dalam pembelajaran tematik di kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan. 4. Mendeskripsikan hambatan-hambatan
yang ditemui oleh guru dalam
implementasi model pembelajaran tematik di kelas III SD pada Gugus 1 Kecamatan Srandakan.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kejelasan teoritis dan pemahaman yang mendalam tentang model pembalajaran tematik, sehingga dapat memperkaya model-model pembelajaran di SD dan meningkatkan pengembangannya. b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam sebagai pengembang disiplin ilmu ke arah berbagai spesifikasi.
7
2. Manfaat Praktis a. Bagi guru SD, menambah pengetahuan tentang implementasi model pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar. b. Bagi siswa, meningkatkan minat belajar siswa di kelas. c. Bagi sekolah, mengetahui fakta tentang implementasi model pembelajaran di sekolah. Selanjutnya, hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan pihak sekolah berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah tersebut.
G. Definisi Operasional Variabel 1. Implementasi dalam penelitian ini menunjuk kepada upaya yang dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran temati di kelas, meliputi penyusunan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP),
pelaksanaan
pembelajaran tematik, penilaian pembelajaran tematik, dan hambatanhambatan dalam implementasi model pembelajaran tematik. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik merupakan proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Komponen RPP tematik adalah: (1) tema atau judul yang akan dipelajari dalam pembelajaran, (2) identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam
8
pertemuan yang dialokasikan), (3) kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan, (4) materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator, (5) strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber balajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator), (6) alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, dan (7) penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian). 3. Pelaksanaan pembelajaran tematik adalah upaya yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dan dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar
berdasrkan
tema.
Pelaksanaan
pembelajaran
yang
dilakukan
menggunakan tiga tahapan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, serta memiliki karakteristik: (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel (luwes), (6) hasil belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 4. Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang
9
proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan belajar. 5. Hambatan-hambatan dalam implementasi model pembelajaran tematik adalah faktor-faktor yang menyebabkan pelaksanaan pembelajaran tematik tidak berjalan lancar. Hambatan-hambatan tersebut meliputi hambatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, dan hambatan dalam penilaian pembelajaran tematik.
10