KUMPULAN MATERI KULIAH SEMESTER III PERTEMUAN I – VII 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sejarah Pendidikan Islam Bahasa Arab III (Nahwu) Ilmu Pendidikan Islam Ilmu Komputer Fiqih Muamalah Hadits Tarbawi Materi PAI Bahasa Inggris III Dasar-Dasar Pendidikan
Disusun oleh: Para Mahasiswa JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH BOGOR – INDONESIA 2014 M./1436 H.
Penyusun
:
Para Mahasiswa
Penyunting dan Penata Letak
:
Haristian Sahroni Putra
Pewajah Sampul
:
Imam Maulana
Penanggung Jawab Pengumpulan Rangkuman
:
Maulana Rofi’ul Fadhli
Sirkulasi Dana
:
Dede Rofiadin
Distributor
:
M. Hilmi Aslam
Cetakan
:
Pertama, November 2014
Penerbit
:
Koperasi Syariah (Maqshof Ma'had Huda Islami) Jl. Raya Cimangglid Gg. Purnama, Tamansari, Sukamantri, Bogor.
Diperbolehkan untuk memperbanyak buku ini tanpa izin penerbit!
[ii]
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah l, Rabb yang menurunkan risalah Islam sebagai ad-din yang sesuai dengan fitrah manusia yang membawa kemaslahatan sepanjang kehidupan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah, Muhammad `, pembawa risalah Islam, teladan yang baik bagi kehidupan, dan pemimpin umat manusia menuju cahaya yang terang benderang. Buku yang ada di hadapan para pembaca ini adalah salah satu dari upaya Mahasiswa Semester III di Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Al-Hidayah Bogor untuk ikut merancang bangunan pemikiran kependidikan Islam, dengan menawarkan materi perkuliahan yang ringkas dan mudah dipahami dalam bentuk rangkuman materi kuliah pertemuan I - VII. Beberapa materi dasar disajikan untuk mempermudah pemahaman, di antaranya (1) Sejarah Pendidikan Islam, (2) Bahasa Arab III (Nahwu), (3) Ilmu Pendidikan Islam, (4) Ilmu Komputer, (5) Fiqih Muamalah, (6) Hadits Tarbawi, (7) Materi PAI, (8) Bahasa Inggris III, dan (9) Dasar-Dasar Pendidikan. Buku ini pada awalnya dijadikan sebagai pegangan bagi para mahasiswa semester III untuk mengahadapi Ujian Tengah Semester (UTS). Penyusun berharap semoga Allah l memberikan kemudahan dan kekuatan kepada para mahasiswa untuk menghadapi ujian di kelas dan ujian kehidupan di dunia luas. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh komponen, personal maupun komunal yang telah memberikan kontribusi yang positif, baik berupa materi, tenaga, waktu, motivasi, dsb.
Bogor, November 2014 Penyusun
[iii]
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
vi
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM I. Definisi, Objek dan Metode Sejarah Pendidikan Islam II. Kegunaan dan Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam III. Masa Pembinaan Islam di Awal Keislaman IV. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam
1 1 1 2 3
BAHASA ARAB III (NAHWU) I. Isim II. Halatu Raf’il Ismi III. At-Tawaabi’ lismil Marfu’ IV. Al-Ismul Manshub V. At-Tawaabi’ lismil Manshub VI. Al-Ismul Majrur
7 7 12 17 19 24 25
ILMU PENDIDIKAN ISLAM I. Hakikat Pendidikan II. Dasar-Dasar Pendidikan Islam III. Tujuan Pendidikan Islam IV. Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Sistem V. Karakter dan Tugas Pendidik VI. Pendidik Dalam Pendidikan Islam VII. Hakikat Peserta Didik
27 27 29 31 33 34 35 37
ILMU KOMPUTER
41
FIQIH MUAMALAH
44
HADITS TARBAWI
47
MATERI PAI I. Tarikh Tasyri’ Pada Masa Zaman Nabi ` II. Penyusunan Sunnah dan Pengaruhnya Terhadap Tasyri’ III. Pebudakan di Dalam Islam IV. Hukum Ta’dzir di Dalam Islam V. Ijma’
49 49 52 52 55 56
BAHASA INGGRIS III I. Auxiliarly Verb II. Conjunction
58 58 59
[iv]
III.
Passive Voice
60
DASAR-DASAR PENDIDIKAN I. Pengertian Kependidikan II. Komponen Pendidikan III. Unsur-Unsur Pendidikan IV. Kemungkinan Implikasi Pendidikan V. Kemungkinan Pendidikan VI. Pusat-Pusat Pendidikan
64 64 65 70 73 74 75
GORESAN TINTA MAHASISWA PENUH KARYA
78
[v]
[vi]
I. DEFINISI, OBJEK DAN METODE SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM A. Definisi Sejarah Pendidikan Islam Sejarah Pendidikan Islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di dunia Islam dari waktu ke waktu, dari suatu negara ke negara lain dari masa Rosululloh sampai masa sekarang. B. Objek Sejarah Pendidikan Islam Objek sejarah pendidikan Islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik formal maupun non formal. C. Metode Sejarah Pendidikan Islam Metode Sejarah Pendidikan Islam berisi kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual, diantaranya : 1. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau peristiwa yang berupa catatan, transkip, buku, natulen arsip dan sebagainya. b. Wawancara Wawancara, yaitu cara mengumpulkan data untuk memperoleh informasi langsung disumbernya 2. Teknik Analisis Data a. Content Analysis Teknik ini dikenal juga dengan istilah literature study yang lazim dilakukan dalam penelitian kepustakaan. b. Hermeneutic Analysis hermeneutic dipahami sebagai cara untuk menafsirkan teks masa silam dan menerangkan perbuatan pelaku sejarah. 3. Metode Penulisan Sejarah a. Metode deskriptif Metode ini menggambarkan apa adanya tentang Sejarah Pendidikan Islam, contohnya : Penggambaran ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur‟an dan Sunnah b. Metode komparatif Metode ini merupakan metode yang berusaha membandingkan sebuah pekembangan pendidikan Islam dengan lembaga-lembaga Islam lainnya. II. KEGUNAAN DAN PERIODESASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM A. Kegunaan Sejarah Pendidikan Islam Kegunaan sejarah pendidikan Islam meliputi dua aspek: 1. Kegunaan Bersifat Umum Maksud dari kegunaan secara umum ialah, sejarah pendidikan Islam mempunyai kegunaan sebagai factor keteladanan. Hal ini sejalan dalam firman Allah SWT:
ٌ ٌ ُ ََ ْ َ َ َُ ْ َ ُ ٌ ه ...اَّلل أ ْط َىة َخ َظ َىت ِ ِ للد وان لىم ِفي زطى
[1]
2.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian…” (Q.S. Al-Ahzab: 21) Ayat2 lain yg senada dianataranya : (Q.S. Ali-Imran: 31), (Q.S. Al-„Araf: 158) Kegunaan Bersifat Akademis Bersifat akademis maksudnya ialah kegunaan sejarah pendidikan Islam selain memberikan perbendaharaan, perkembangan ilmu pengetahuan (teori dan praktek), juga untuk menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari relevansi pendidikan Islam terhadap segala bentuk perubahan dan perkembangan ilmu tekhnologi. Dan kegunaan studi sejarah pendidikan Islam yaitu dapat: a. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang. b. Mengambil manfaat dari proses pendidikan Islam, guna memecahkan problematika pendidikan Islam pada masa kini. c. Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuanpembaharuan system pendidikan Islam.
B. Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam Sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam oleh sebab itu periodisasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri. Dr. Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Dan perinciniannya di bagi menjadi 5 periode, yaitu: 1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad SAW (571-632 M). 2. Periode pertmbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa akhir bani Umaiyah, yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu naqliyah (632-750 M). 3. Periode puncak kejayaan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak berdirinya daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad, yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu akliyah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam (750-1250 M). 4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat (1250-1924 M). 5. Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam (1924 M-sampai sekarang). III. PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM DI AWAL KEISLAMAN
A. Pembinaan Pendidikan Islam pada Fase Makkah Setelah Rasulullah mendapat wahyu pertama Beliau mendakwahkan Islam secara rahasia dan perorangan. Setelah itu turun wahyu untuk berdakwah secara terangterangan untuk seruan dakwah yang lebih luas. Adapun materi pendidikan Islam pada fase Makkah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. materi pendidikan tauhid dan
[2]
2. materi pengajaran al-Qur‟an. Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua tempat yaitu: 1. rumah Arqam bin Arqam dan 2. Kuttab. Faktor Penerimaan masyrakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara adalah: 1. adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul 2. suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi 3. konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka . Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah : 1. Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia dan perorangan 2. Tahap Pendidikan Islam Secara Terang- terangan 3. Tahap Pendidikan Islam Untuk Umum Metode Pendidikan Islam 1. Metode ceramah 2. metode diskusi 3. dialog 4. perumpamaan 5. kisah-kisah 6. pembiasaan 7. hafalan. B. Pembinaan Pendidikan Islam pada Fase Madinah 1. lembaga pendidikan Islam pada fase Madinah adalah Masjid yang multifungsi. 2. materi pendidikan Islam di Madinah terfokus kepada pendidikan ukhuwah, kesejahteraan sosial, kesejahteraan kaum kerabat, pertahanan dan keamanan dakwah Islam atau biasa disebut dengan Hankam. IV. MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM A. Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Khulafa‟ al-Rasyidin 1. Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Abu Bakar Shiddiq a. Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga pendidikan pada masa Nabi SAW, namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami perkembangan, seperti: 1) Kutab 2) Masjid: (1) tingkat menengah, gurunya belum mencapai status ulama besar, (2) tingkat tinggi, para pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui oleh masyarakat. b. Materi Pendidikan 1) Kutab: (1) membaca dan menulis, (2) membaca al-Qur`an dan mengahafalnya, (3) pokok-pokok agama Islam seperti keimanan, ibadah, akhlak dan muamalah. 2) Masjid: (1) al-Qur`an dan tafsirnya, (2) Hadits dan syarahnya, (3) fiqih (tasyri‟).
[3]
2.
3.
4.
Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Umar Ibn Khattab a. Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan pada masa khalifah Umar ibn Khattab, sama dengan masa Abu Bakar. Namun dari segi kemajuan lembaga pendidikan begitu pesat, sebab selama Umar ibn Khattab memerintah negara berada dalam keadaan stabil dan aman. Pendidikan pada masa itu berada di bawah pengaturan gubernur. Sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari hasil yang dikelola daerah yang ditaklukkan dan dari baitul mal. b. Materi Pendidikan Materi pendidikan pada masa Umar ibn Khattab adalah materi pada Kutab masa Abu Bakar ditambah dengan beberapa mata pelajaran dan keterampilan. Materi keterampilan: (1) berenang, (2) mengendarai onta, (3) memanah, (4) membaca, menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa. Materi pendidikan di Masjid: (1) al-Qur`an dan tafsirnya, (2) Hadits dan mengumpulkannya dan (3) fiqih (tasyri‟). c. Pendidik Umar merupakan seorang pendidik yang sering melakukan penyuluhan di kota Madinah. Menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar. Mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan, dengan tugas mengajarkan isi al-Qur`an dan ajaran Islam lainnya, seperti fiqih kepada penduduk yang baru masuk Islam. Abdurrahman ibn Ma‟qal dan Imran ibn al-Hashim, ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman ibn Ghannam dikirim ke Syiria dan Hasan ibn Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Utsman Ibn „Affan Pada masa khalifah Utsman ibn „Affan pelaksanaan pendidikan Islam ditinjau dari aspek lembaga dan materi, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah SAW yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar ibn Khattab, oleh Utsman ibn „Affan diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerahdaerah yang mereka sukai. Pola pendidikan pada masa Utsman ibn „Affan ini lebih merakyat dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin mempelajari ajaran Islam. Pelaksanaan pendidikan diserahkan kepada masyarakat, dan masyarakatlah yang lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan pendidikan termasuk pengangkatan para pendidik. Terjadinya kodifikasi al-Qur`an yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan Islam di masa yang akan datang Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Ali Ibn Abi Thalib Pada masa Ali ibn Abi Thalib tidak terlihat perkembangan pendidikan yang berarti karena pada masa ini telah terjadi kekacauan politik dan pemberontakan, sehingga dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan.
[4]
5.
Ali ibn Abi Thalib tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiaannya ditumpahkan kepada masalah keamanan di dalam pemerintahannya. Pusat-Pusat Pendidikan dan Para Ulama yang Terkenal pada Masa Khulafa Al-Rasyidin a. Madrasah Mekah Muadz ibn Jabal, guru pertama di madrasah ini yang mengajarkan al-Qur`an, hukum-hukum halal dan haram dalam Islam. Abdullah ibn Abbash, pembangun Madrasah Mekah. Murid-murid beliau: 1) Mujahid ibn Jabbar, ahli tafsir al-Qur`an yang meriwayatkan dari ibn Abbas. 2) Atha‟ ibn Abi Rabbah, yang termasyhur keahliannya dalam ilmu fiqih. 3) Tawus ibn Kaisan, seorang fuqoha dan mufti di Mekah. Murid-murid berikutnya: Sufyan ibn Uyainah dan Muslim ibn Khalid al-Zanji. b. Madrasah Madinah Sahabat yang mengajar di Madrasah Madinah ini adalah; (1) Umar ibn Khattab, (2) Ali ibn Abi Thalib, (3) Zaid ibn Tsabit dan (4) Abdullah ibn Umar. c. Madrasah Bashrah, dengan pengajar Abu Musa al-Asy‟ari dan Anas ibn Malik d. Madrasah Kufah, dengan pengajar Abdullah ibn Mas‟ud e. Madrasah Damsyik, dengan pengajar Muadz ibn Jabbal, Ubadah dan Abu Darda` f. Madrasah Fistat (Mesir), dengan pengajar Abdullah ibn Amr ibn al-„Ash.
B. Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah Selama kurang lebih 90 tahun kekuasaan Daulah Bani Umayyah telah banyak memberikan sumbangsih perubahan dan pembaruan yang mereka lakukan. Adapun kholifah-kholifah dinasti Bani „Umayyah adalah : 1. Dari keluarga Abi Sufyan a. Mu‟awiyah bin Abi Sufyan b. Yazid bin Mu‟awiyah c. Mu‟awiyah bin Yazid 2. Dari keluarga Bani Marwan a. Marwan bin Hakam b. „Abdul Malik bin Marwan bin Hakam c. Walid bin „Abdul Malik d. Sulaiman bin „Abdul Malik e. „Umar bin „Abdul „Aziz bin Marwan f. Yazid bin „Abdul Malik\ g. Hisyam bin „Abdul Malik h. Walid bin Yazid bin „Abdul Malik i. Yazid bin Walid bin „Abdul Malik j. Ibrohim bin Walid bin „Abdul Malik k. Marwan bin Muhammad bin Marwan Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Daulah Umayyah Diantara para kholifah yang memberikan dorongan dalam bidang pendidikan adalah : 1. Mu‟awiyah bin Abi Sufyan 2. „Abdul Malik bin Marwan
[5]
3. „Umar bin „Abdul „Aziz 4. Hisyam bin „Abdul Malik Lembaga Pendidikan pada Masa Daulah Umayyah Diantara lembaga pendidikan yang berkembang pada masa Daulah Umayyah yaitu: 1. Kuttab 2. Istana 3. Badiah 4. Perpustakaan 5. Bamaristan (Rumah Sakit) Pengembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Umayyah Pada masa Daulah Umayyah ilmu pengetahuan juga berkembang, hal ini didukung oleh para kholifah dan meningkatnya perekonomian negara. Menurut George Zaidan beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu adalah : 1. Pengembangan Bahasa Arab. 2. Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu 3. Ilmu Qiro‟at 4. Ilmu Tafsir 5. Ilmu Hadits 6. Ilmu Fiqh 7. Ilmu Nahwu 8. Ilmu Jughrafi dan Tarikh 9. Usaha Penerjemahan
[6]
I. ISIM Definisi Isim 1. Isim Menurut etimologi ( bahasa ) yaitu : ” ما دٌ ؽلى مظمىsuatu yang menunjukan kepada yang diberi nama” . 2. Menurut terminologi ( istilah ) ahli nahwu Yaitu : َ ًَى ول ولمت جدٌ ؽلى ئوظان أو خيىان أو هباث أوحماد أو ميان أو شمان أو صفت أو مؾجى مجسد م الصمان Identitas Isim 1. وطؿisim ( bentuk pemernahan ) Ketentuan banyaknya huruf isim adalah tidak kurang dari tiga, jika berbentuk mujarrod maksimal lima huruf, jika berbentuk maazid maksimal tujuh huruf. ّ ومىخهى اطم خمع ئن ججسد * وئن ًصد فيه فما طبؾا ؽدا 2. Hukum isim Hukum asal dari isim adalah mu‟rob, ما ال ٌشبه الخسف. ومؾسب ألاطماء ما كد طلما_مً شبه الخسف هأزض وطما Isim mu‟rab ialah lafadz yang terbebas dari keserupaan dengan huruf seperti lafadz “ardhin“ dan “suma”. Tetapi ada isim – isim yang mabni karena menyerpuai haraf, ""ماٌشبه الخسف. . ّ ( tidak butuh ). 3. Makna isim, yaitu: غجي 4. Tabi‟at isim, yaitu: ( جأثس بالؾاملterpengaruhi oleh amil ). Pembentukan Kata Isim Asal kata isim diambil dari sighat masdhar, tetapi ada ikhtilaf para ulama pada penetapan asal kata isim ini : 1. Pendapat „ulama bisriyyin, bahwa masdar kalimat isim diambil dari tsulatsi mujarrod bab ke satu ( bab nashoro ) bina naqish wawu, ( ) طمى ٌظمىا طمىاyang berarti bermakna ( الؾلىوإلازجفاؼtinggi ) Artinya tinggi. 2. Pendapat „ulama kufiyyin, bahwa masdhar kalimat isim diambil dari tsulatsi mujarrod bab ke dua ( bab dhoroba ) bina mitsal wawu, ( ) وطم ٌظم طمت ووطماyang berarti bermakna الؾالمتArtinya tanda. Ciri-Ciri Khas Isim 1. I‟rab Jaar Baik disebabkan oleh huruf, idhafah, dan tabaiyyah, contoh : مسزث بغالم شٍد الفاطل ُ ًا 2. Nida, contoh: شٍد ُ ّال 3. Alif lam, contoh:سحل ٌ ٌ شٍد 4. Musnad atau musnad ilaih, contoh كائم Pembagian Isim Ada beberapa macam pembagian isim dilihat dari sudut pandang masing masing pembagian, yaitu menurut sudut pandang dzohir, dhomir, dan mubham menurut sudut pandang mu‟rab dan mabni, dan menurut sudut pandang ma‟rifat dan nakirahnya.
[7]
Isim dibagi menjadi tiga menurut sudut pandang dzohir, dhomir, dan mubham 1. Isim dzohir ُّ ّ ُ َ ً غائب أو َخ ً ّ ” ماisim Adapun definisi dari isim dzhohir ialah طاب الخيلم أو كيد ِ دٌ ؽلى مظ ّمه بال yang menunjukan kepada yang diberi nama oleh isim itu tanpa menggunakan qayyid/qarinah ( indikasi )mutakalim ( pembicara ),ghoib ( yang dibicarakan ), mukhataab ( lawan bicara )”. Isim dzohir dibagi menjadi dua, yaitu : َ ُ ً ًخخاج الى ْجأوٍل فى وىنه a. Sharih ( ) صسٍذ: اطما “ ما الisim yang tidak membutuhkan ِ ِ penakwilan dalam pembentukan keisimannnya “. Contoh : ٌكام زيد َ ّ ُ ّ ً ًخخاج الى ْجأوٍل فى وىنه ٌمإ b. Muawwal bissharih ( بالصسٍذ ) :اطما “ ماisim yang ِ ِ membutuhkan penakwilan dalam pembentukan keisimannnya “.contoh : ٌ ٌعجبج ْي ِ ُ قي َ ٌعجبج ْي. ٌ أنٌيقومٌزيدmu‟awal bisshorihnya adalah : ٌامٌزيد ِ 2. Isim dhomir Adapun definisi dari isim dlhomir itu sendiri ialah ُّ ّ َ ً ُ َ ّ ما غائب أو خطاب الخيلم أو بليد ِ دٌ ؽلى مظ ّمه ”isim yang menunjukan kepada yang diberi nama oleh isim itu dengan menggunakan qayyid/qarinah ( indikasi ) mutakalim ( pembicara ), ghoib ( yang dibicarakan ), mukhataab ( lawan bicara )”. Maksudnya, isim yang menunjukan pada yang dimaksudkan dengan bantuan ّ ُ qarinah (indikasi), مخيلم ِ ( pembicara ), مخطب/ ( مخطبتorang yang diajak bicara laki– laki / perempuan), غائب/ ( غائبتyang dibicarakan laki-laki/ perempuan ). Dan menurut pembagiannya isim dhomir itu terbagi menjadi dua macam, yaitu : a. Dhomir muttasil ّ Definisi dhomir muttasil adalah : “ ما ال ًبخدء به وال ًلؿ بؾد ئال فى إلا خخيازdhomir yang tidak dijadikan permulaan dan tidak terletak setelah lafadz illa dalam keadaan leluasa ( tidak dalam keadaan darurat)”. Dhomir muttasil dibagi menjadi dua, : baariz (Nampak), dan mustatir ( tersembunyi ). 1) Mutasil baarij بازشnampak Definisi baarij : ما له صىزة فى لفػdhomir yng memiliki gambaran pada lafadznya ( pengucapannya ). ّ ّ )الخاء ها الىاو ألالف Dhomir muttasil baarij ada Sembilan: (الىىن الياف الياء الهاء َا 2) Mutasil mustatir ( مظخترsembunyi ) Definisi mustatir : ماليع له صىزة فى لفػdhomir yng tidak memiliki gambaran ّ ملد ًا فى ّ ًّ pada lafadznya ( pengucapannya). ومىىٍا ًَالد “ بل وان زmelainkan ditakdirkan didalam hati dan diniatkan”. dhomir mustatir dibagi menjadi dua: a) Mustatir wujub ّ ّ “ ّالري ال ًصح أنdhomir yang Definisi mustatir wujub : ًدل مدله الاطم الغاَس tidak bisa digantikan tempatnya oleh isim dohir”. b) Mustatir jawaz ّ ّ “ ّالري ًصح أنdhomir yang Definisi mustatir jawaz : ًدل مدله الاطم الغاَس bisa digantikan tempatnya oleh isim dohir”.
[8]
b.
3.
Dhomir munfasil ّ Definisi dhomir munfasil adalah : “ما ًبخدء به و ًلؿ بؾد ئالdhomir yang dijadikan permulaan dan terletak setelah lafadz illa”. Isim mubham Isim mubham adalah ( ما ليع بغاَس والمظمisim selain isim dohir dan dhomir). Isim mubham dibagi menjadi dua : a. Isim isyarah: ( ما وطؿ ملشاز ئليهisim yang ditempatkan untuk musyar ilaih)Isim isyarah dibagi menjadi dua: 1) Syakhsiyyah semuanya ada sepuluh : a) Mufrad mudzakar : ذا b) Mufrad muanas : ذي ذٍ حى جا c) Tasniyyah mudzakar mahal rafa‟ : ذان d) Tasniyyah mudzakar mahal nashab dan jaar : ًًذ e) Tasniyyah muanas mahal rafa‟ : جان f) Tasniyyah muanas mahal nashab dan jaar : جحن g) Jamak mudzakar dan muanas : أولى برا ملفسد مرهس أشس _ بري وذٍ حى جا ؽلى ألا هثى اكخصس وذان جان للمثجى املسجفؿ _ وفى طىاٍ دًً جحن اذهس جطؿ وبأولى أشس لجمؿ مطلم _ واملد أولى ولدي البؾد اهطلا 2) Makaniyyah , ada dua macam : a) Qorib : َىا َهىا َ b) Baa‟id : َىان َهىان ََىا َىالً ثم َِىا وبهىا أو َهىا أشس ألى _ داوى امليان وبه الياف صال فى البؾد أو بثم فه أو َىا _ أو بهىا لً اهطم أو َىا b. Isim maushul Isim maushul adalah : ( ما دٌ ؽلى مؾحن بىاططت حملت أو شبههاجرهسبؾدٍ حظمى صلتisim yang menunjukan kepada sesutau yang tentu dengan menggunakan perantara jumlah atau sibhul jumlah, yang diceritakan setelahnya yang disebut dengan silah maushul ) Isim maushul dibagi menjadi dua : 1) Maushul harfi: ( ما ًفخلس ئلى صلت فلطmaushul yang membutuhkan silah saja ), ada lima bentuk : a) أن مصدزٍتcontoh : عجبذ مً ْأن كام شٍد b) ما مصدزٍتcontoh : ال أصخبً مادمذ مىطللا c) أن مشددةcontoh : عجبذ مً أن شٍدا كائم d) وي مصدزٍتcontoh : حئذ ليي جىسم شٍدا e) لى مصدزٍتcontoh : صددث لى دزض شٍد 2) Mausul ismi adalah:( ما ًفخلس ئلى صلت وؽائدmaushul yang membutuhkan silah dan aid ). Silah maushul bisa dibentuk dari tiga, yaitu : jumlah ismiyyah, jumlah fi‟liyyah, dan syibhul jumlah. وحملت أو شبههاالري وصل * به همً ؽىدي الري ابىه هفل
[9]
Silah jumlah ismiyyah : ّ a) Musbat :حاء الري َى دازض ّ b) Manfi :حاء الري ماَى دازض Silah jumlah fi‟liyyah ّ a) Maadiyyah musbat :حاء الري كام ّ b) Maadiyyah manfi :حاء الري ما كام ّ c) Mudhori‟iyyah musbat : حاء الري ًلىم ّ d) Mudhori‟iyyah manfi : حاء الري ما ًلىم Silah Syibhul jumlah ّ a) Dhorof :حاءث التى ؽىدَا دزَم ّ حاء ّالري فى b) Jaar majrur :الداز Isim maushul ismi dibagi menjadi dua : a) ( هاصnaash), maksudnya: ّ ماال ًىخفى بالفػ واخد ّالري جفسد وججمؿ وجثجى وجأهث وجرهس بدظب امللخع الىالم Isim maushul ismi yang naash semuanya ada dua belas : ّ Mufrad mudzakar mahal rafa‟, nashab, jaar :الري
Tasniyyah mudzakar mahal rafa‟
Tasniyyah mahal nashob, jaar
Jamak mudzakar mahal rafa‟ nashab, jaar
Jamak mudzakar mahal rafa‟, nashab, jaar
ُ :ألاولى ّ :ًًالر
Mufrad muannas mahal rafa‟, nashab, jaar
:التى
Mufrad muannas mahal rafa‟, nashab, jaar
:ذاث
Tasniyyah muannas mahal rafa‟
Tasniyyah muannnas mahal nashab, jaar
:اللخان َ :اللخحن
Jamak muannas mahal rafa‟, nashab, jaar
:الالث
Jamak muannas mahal rafa‟, nashab, jaar
:الالء
:اللران :ًًاللر ِ
Jamak muannas mahal rafa‟, nashab, jaar :ذواث ّ Tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa lafadz ًً الرketika dalam ّ keadaam marfu‟ maka diganti dengan lafadz الرونseperti didalam contoh : ّ ً ّ صبدىالصباخا * ًىم ّ هدً الرون الىخيل غازة ِملخاخا Kami adalah orang-orang yang mengadakan serangan fajar, yaitu pada perang nukhail dengan serangan sangat gencar. ّ b) مشترنmusytarak : ما ًىخفى بالفػ واخدIsim maushul ismi yang musytarak semuanya ada tujuh : Lafadz man untuk yang berakal, Tetapi ada penggunaan lafadz man untuk yang tidak berakal, seperti didalam contoh : أشسب اللطا َل مً ٌؾحر حىاخه * لؾلى ئلى مً كد َىٍذ أجحر Lafadz maa untuk yang tidak berakal, Tetapi ada penggunaan lafadz maa untuk yang berakal, seperti didalam contoh :
[10]
ّ ......فاهىدىا ما طاب لىم ّمً اليظاء مثجى Alif laam untuk yang berakal maupun yang tidak berakal, contoh yang ْ berakal : حاءوى الس ِاهبyang tidak berakal : حاءوى السهب ّ ذو: حائخجي دو دزطذ5. ما ذا6. مً ذا7. أي طئيت
Syarat ما ذاdan مً ذاmenjadi isim maushul : بأن ال ججؾل ما مؿ ذا أو مً مؿ ذا ولمت واخدة ومً وما وأٌ حظاوي ما ذهس * وَىرا دو ؽىد طيء شهس ومثل ماذا بؾد مااطخفهام* أومً ئذا لم جلغى فى الىالم Menurut sudut pandang ma‟rifat dan nakirahnya ّ دٌ ؽلى ّ “ ماsesuatu yang menunjukankepada yang 1. Isim ma‟rifat, adalah: مؾحن ditentukan”. Isim ma‟rifat dibagi menjadi dua golongan: a. Ma‟rifat biddzat, ada empat: isim dhomir, isim „alam,isim isyarat, dan isim maushul. b. Ma‟rifat biladawat, ada tiga: isim yang ber alif lam, munada nakirah maksudah, isim yang idhafah kepada yang ma‟rifat. Jadi, keseluruhan isim ma‟rifat ada tujuh dan masing-masing telah dijelaskan dipenjelasan sebelumnya. Sebagai mana tercantum didalam sya‟ir berkenaan jumlah isim ma‟rifat sebagai berikut: ّئن املؾازف طبؾت فيها طهل * أها صالح ذا مالفتى ابجى ًا زحل 2. Isim nakirah, adalah: هىسة كابل اٌ مإثسة * او واكؿ مىكؿ ما كدذهسintinya nakirah itu adalah isim yang menerima al, lalu al memberi makna takrif. Atau isim yang menduduki tempat ٌ menjadi ّالسحل. isim yang menerima al. Contoh زحل Menurut sudut pandang mu‟rab dan mabni 1. Isim mu‟rob adalah: ما ال ٌشبه الخسف.isim yang tidak menyerupai huruf. Contoh seperti: berbentuk sohih أزضberakhiran huruf „illatطمى. ومؾسب ألاطماء ما كد طلما_مً شبه الخسف هأزض وطما Isim mu‟rab ialah lafadz yang terbebas dari keserupaan dengan huruf seperti lafadz “ardhin“ dan“suma”. 2. Isim mabni adalah:""ماٌشبه الخسف. isim yang menyerupai huruf, contoh seperti ta َ dalam lafad طسبذ atau diletakan dalam bentuk dua huruf, seperti naa dalam lafadz َ طسبىا . وإلاطم مىه مؾسب ومبجى_لشبه مً الخسوف مدوى Sebagian isim ada yang mu‟rab dan ada pula yang mabni karena kemiripannya yang dekat dengan huruf. لشبه مً الخسوف مدوىmaksudnya, karena isim tersebut mempunyai kemiripan yang dekat dengan huruf. Segi kemiripan isim dengan huruf terdapat pada empat tempat, yaitu : 1. Kemiripan denga huruf dalam bentuk dan letaknya, seumpama karena isim yang َ bersangkutan diletakan dalam bentuk satu huruf yaitu seperti ta dalam lafad طسبذ َ atau diletakan dalam bentuk dua huruf, seperti naa dalam lafadz طسبىا . inilah yang diisyaratkan Ibnu Malik dalam perkataan فى اطمى حئدىا. Karena bentuk isim ta dan na mirif dengan huruf yaitu terbentuk dari satu dan dua huruf seperti layaknya huruf.
[11]
2.
3.
4.
Kemiripan isim dengan huruf dalam hal makna; terbagi menjadi dua bagian. Salah satunya isim yang mirip dengan huruf yang ada, yang kedua ialah isim yang mirip dengan huruf yang tidak ada. Contoh pertama seperti lafadz ( متىbila ). Lafadz ini mabni karena kemiripannya dengan huruf dalam hal makna, sebab متىdapat dipakai untuk makna istifham, seperti متى جلىم. Dapat juga dipakai untuk makna syarat. Contoh : ( متى جلىم أكىمbila kamu berdiri , maka aku pun berdiri pula ). Kemiripannya, dalam penggunaan kata tanya lafadz متىmirip dengan hamzah istifham, dan dalam penggunaan syarat mirip dengan in syartiyyah. Termasuk juga kedalam golongan ini adalah isim isyarah. Keserupaan isim dengan huruf karena menggantikan kedudukan fi‟il dan tidak ً terpengaruh oleh amil-nya, seperti isim-isim fi‟il yang terdapat pada lafadz دزان شٍدا (susulah zaid). Lafad daraki mabni karena mirip dengan huruf, yaitu dipandang dari segi bahwa lafadz ini beramal ( dapat mempengaruhi ), tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh yang lainnya. Sama perihalnya dengan huruf. Kemiripan dengan huruf dalam hal membutuhkan yang lain; sebagaimana yang telah diisyaratkanoleh ibnu malik dengan dengan perkataan: ووافخلاز أصالyang termasuk golongan ini adalah isim maushul, karena isim maushul membutuhkan shilah maka sama dengan isim dalam hal ketergantungannya kepada yang lain. Isim mabni ada enam macam, yaitu; isim dhomir, isim isyarat, isim istifham, isim fi‟il, isim syarath, dan isim maushul. II. HALATU ROF‟IL ISMI
A. Definisi فا ؽلAtau Subjek 1. Fail adalah isim yang marfu‟ yang didahului oleh fi‟il ma‟lum (kata kerja aktif) atau yang semakna dengannya. Dan isim ini menunjukan kepada subjek (pelaku pekerjaan) atau yang mensifatinya. Contoh-contoh Fa‟il كاٌ الىبيNabi telah bersabda
ٍ ًا طليما صدزWahai yang selamat hatinya َى الطهىز ماءٍ الخل ميدخهAirnya suci bangkainya halal ٍ عهسالفظد في البر والبدسtelah tampak kerusahan didarat dan dilaut 2.
Ketentuan-Ketentuan Fa’il a. Fail harus selamanya marfu‟. Adapun tanda marfu‟nya disesuaikan dengan macam isimnya. Contoh : ( خظس املدزضGuru telah datang). b. Fa‟il harus senantiasa didahului oleh fi‟il ma‟lum (kata kerja aktif), baik madhi (kata kerja lampau) atau mudhori‟ (kata kerja waktu sekarang). Contoh : ( حسي السحلSeorang laki-laki telah berlari).
( ًسكد اخى نSaudara laki-lakimu sedang tidur). c.
Fa‟il tidak selamanya harus bersambung dengan fi‟ilnya, terkadang diselingi oleh kalimat lain.
[12]
d. e.
Contoh : ( طألجي باألمع في الظىق زحلTelah bertanya kepadaku seorang laki-laki kemarin di pasar). Jika susah mencara fa‟il, maka gunakanlah pertanyaan “APA” atau “SIAPA”. Jika fa‟ilnya muannats, maka fi‟ilnya harus diberi tanda muannats, yaitu: 1) Jika fi‟il madhi dengan ta ) ( ثdiakhirnya. Contoh :
ذَبذ مسٍم
(Maryam telah pergi).
2) Jika fi‟il mudhari‟ dengan ta ) ( ثdiawal fi‟ilnya. f.
Contoh : ( جسحؿ فاطمتFatimah sedang pulang). Jika fa‟ilnya mustanna atau jama‟, maka fi‟il tetap dalam keadaan mufrod. Contoh : ذَب املظلمان الي املسجد (Telah pergi dua orang muslim ke masjid).
( ذَب املظلمىن الي املسجدTelah pergi orang-orang muslim ke masjid). Fa‟il boleh ditempatkan setelah maf‟ul bih (objek). Contoh : ( طأٌ الىبي زحلTelah bertanya seorang laki-laki kepada Nabi).) Bentuk-Bentuk Perintah Yang Bisa Menjadikan Fa’il. a. الفؾل : صدق هللا الؾطيم g. 3.
اطم الفاؽل c. الصفت املشبهت d. املصدز e. اطم الخفظل f. اطم الفؾل b.
: ًا هافؾا ؽلمه و ًا حميال خلله : شٍد خظً وحهه : في البدس َى الطهىز ماءٍ الخل ميدخه : ٍمسزث باألفظل أبى
: َيهاث الؾليم B. Naibul Fa’il (Pengganti Subjek) 1. Definisi Naibul fa‟il artinya pengganti fa‟il (subjek), yaitu isim marfu‟ yang terletak setelah fi‟il majhul (kata kerja pasif) dan menunjukan kepada orang yang dikenai suatu perbuatan (objek penderita). Contoh:
هائب الفاؽل اليلب 2.
فؾل طسب
مفؾىٌ به اليلب
فاؽل ؽلي
فؾل طسب
Sebab-Sebab Dibuangnya Fa’il a. Tidak diketahui siapa pelakunya, seperti ada barang yang dicuri dan tidak diketahui siapa pencurinya. Maka di ungkapkan ( طسق الثىبbaju itu dicuri). b. Sudah sama-sama tahu dan tidak perlu disebutkan fa‟ilnya supaya ringkas dan singkat, contoh: ( هخب ؽليىم الصيامtelah di wajibkan kepadamu shaum, tentu saja yang mewajibkannya Allah SWT.
[13]
Karena takut kepada pelaku (subjek), contoh: طسب فالن. Jika engkau telah mengetahui sang pemukulnya, tetapi engkau takut kepadanya maka engkau tidak menyebutkan namanya. d. Karena takut kepada pelaku, contoh: طسكذ الظاؽتpadahal engkau telah mengetahui sang pencurinya, tetapi engkau tidak menyabutkan namanya karena takut. Hal-Hal yang Dapat Membentuk Naibl Fa‟il. a. Fi‟il majhul, contoh: ( خسمذ ؽليىم امليختTelah diharamkan atas kalian bangkai). c.
3.
Isim maf‟ul, contoh: ( واملدمىد خلله مىسومDan yang dipuji akhlaknya, dimuliakan). c. Isim yang dinisbatkan, contoh: (صاخب زحال هبىٍا خللهOrang yang memiliki sahabat laki-laki seperti nabi akhlaknya) 4. Ketentuan-Ketentuan Naibul Fa’il. a. Naibil fa‟il harus senantiasa marfu‟. b. Naibul fa‟il harus selamanya didahului oleh fi‟il yang majhul. c. Naibul fa‟il itu berasal dari maf‟ul bih, tetapi karena fa‟ilnya tidak ada, maka ia menggantikan tempat fa‟il. d. Jika naib fa‟ilnya mustatsna atau jama‟, maka fa‟ilnya tetap dalam keadaan mufrod. e. Jika naibul fa‟ilnya muannats, maka fa‟ilnya harus diberi tanda muannats pula. f. Setiap ada naib fa‟il maka fa‟il mesti tidak ada. Sementara dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, fa‟il masih bisa disebutkan. Seperti contoh berikut: “Saya dipukul oleh Ali.” Dalam bahasa Arab tidak bisa diungkapkan dengan kalimat: طسبذ بؾلي. g. Keberadaan Naibul fa‟il tidak diharuskan berada setelah fi‟ilnya secara langsung, tapi boleh terselingi oleh satu kalimat atau lebih. Contoh: ( ًلصد باالحس ول ما ٌؾطي للؾامل للاء ؽملهYang dimaksud dengan balasan adalah setiap sesuatu yang diberikan kepada yang bekerja atas pekerjaannya). C. Mubtada ()املبخدأ Mubtada‟ adalah setiap kalimat yang dimulai dengan isim yang marfu‟, maka isim tersebut menduduki jabatan sebagai Mubtada. 1. Pembagian Mutada. Mubtada terbagi kepada empat bagian: a. عاَس : Mubtada yang terdiri dari isim dzahir. b.
b. طمحر
: Mubtada yang terdiri dari isim dhamir.
ألاطماء املبيياث: Mubtada yang terdiri dari isim-isim yang mabni. d. ٌاملإو : Mubtada yang terdiri dari jumlah muawwal. c.
Contoh-contoh :
عاَس هللا طميؿ
طمحر َى غجي
ألاطماء املبيياث والرًً امىىا أشد خبا هلل [14]
ٌاملإو وأن جصىم خحرلىم أي وصيامىم
D. Khobar Mubtada ()خبر املبخدأ 1. Definisi Khobar adalah suatu kalimat yang menyempurnakan makna Mubtada. Contoh: ( املدزض خاطسGuru telah datang)
( الؾيىان مبصسجانKedua mata itu melihat) ( الفال خىن ماحدونPara petani itu rajin) a. b.
c.
2. Ketentuan-Ketentuan Khobar Wajib rofa‟. Khobar pada asalnya terbentuk dari isim nakiroh yang diambil dari suatu akar kata. Namun terkadang khobar dibentuk dari isim jamid (tidak ada sumber katanya). Contoh: ( َرا حجسini adalah batu). Wajib mengikuti mubtadanya, baik dalam keadaan mufrod , mutsanna, jama‟, dan pada bentu mudzakar atau muannatsnya. Contoh:
مفسد الطالب مجتهد
مثجى الطالبان مجتهدان
حمؿ الطالب مجتهدون
Seorang santri itu bersungguhsungguh.
Dua santri itu bersungguhsungguh.
Santri-santri itu bersungguh-sungguh.
غحر املفسدyaitu khobar yang terdiri dari jumlah atau menyerupai jumlah. Yang menyerupai jumlah adalah fi‟il dan fa‟il yang bisa disebut jumlah fi‟liyyah atau mubtada khobar yang biasa disebut Jumlah ismiyyahi. Yang termasuk menyerupai jumlah adalah jar dan majrur atau dzorof (keterangan tempat) seperti lafadz : ً( أمامdidepanmu), ً( خلفdibelakangmu).
حملت ئطميت ؽلي أبىٍ غجي
حملت فؾليت الجازواملجسوز أبىن في املسجد املسٍع ًظؾف بدهه
الغسف ًألاطخاذ أمام
Ali ayahnya kaya.
Yang sakit itu Ayahmu ada Gurumu itu ada lemah badannya dimasjid di depanmu E. Kana dan saudara-saudaranya 1. Definisi a. Fi‟il yang masuk kedalam jumlah ismiyyah (mubtada dan khobar), yang merofa‟kan kalimat yang pertama dan dinamakan sebagai isim kana, kemudian manashobkan kalimat yang kedua dan dinamakan sebagai khobar kana. Contoh: ووان هللا طميؾا بصحرا (Dan sesungguhnya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Melihat). 2. Kana dan saudara-saudaranya serta makna-maknanya. MAKNA DAN CONTOH Mensifati musnad dan musnad ilaihnya pada waktu lampau
هىذ مسٍظا Mensifati dengannya pada waktu sore
[15]
JENIS
وان أمس ى
MAKNA DAN CONTOH
JENIS
أمظذ الظماء ممطسة Mensifati dengannya pada waktu dluha
أطحى
أطحى املهىدطىن مهخمحن بؾلمهم Mensifati dengannya pada waktu siang
عل
عل الؾامل مىبا ؽلي ؽمله Mensifati dengannya pada waktu malam
باث
باث الىجم المؾا Menunjukan perubahan
صاز
طاز اللطً وظيجا Peniadaan
ليع
ليع الىجح طهال Terus menerus
ٌما شا
ما شاٌ الظالم أمال مدببا Penjesan waktu
ال حؾبر الظازؼ مادامذ إلاشازة خمسا
ما دام
Terus menerus
ًما اهف
ما اهفً الطفل هاءما Terus menerus
ما بسح الصازوخان مىطللحن الي اللمس 3.
ما بسح وما فتئ
Pembagian isim kana a. Kana yang terdiri dari isim dzohir, contoh :
وان هللا طميؾا b. Kana yang terdiri dari isim dlomir, contoh: هىذ مسٍظا 4.
Pembagian kana a. Kana naaqishoh adalah kana yang membutuhkan isim dan khobarnya, contoh: ( وان دمحم هبياMuhammad ` adalah nabi).
Kana membutuhkan fa‟il. Contoh: ( هيف وان ؽاكبت املىربحنbagaimana akibat orang yang mendustakan). F. Khobar Inna dan saudara-saudaranya 1. Definisi Inna Inna adalah setiap khobar mubtada yang termasuki Inna atau salah satu saudaranya. Khobar Inna selamanya dibaca marf‟u. Contoh: ( ئن شٍدا كائمZaid berdiri). 2. Saudara-Saudara Inna, makna-makna dan contoh-contohnya. b.
MAKNA DAN CONTOH Meyakinkan
ئن هللا ؽليما خىيم Menyerupakan
JENIS
ئن وأن هأن
هأن دمحما أشد [16]
MAKNA DAN CONTOH Merevisi
JENIS
ًلى
ؽلي غجي لىىه بخيل Harapan palsu
ليذ
ليذ املظا فس كادم Mengharap sesuatu yang mungkin terjadi
لؾل
ًلؾل املسٍع َال Peniadaan
ال
ال طسوز دائم 3.
Bentuk-bentuk Khobar Inna a. Isim dzohir, contoh: ئن شٍدا كائم b. Shibhul jumlah (dzhorof dan jar majrur), contoh: ( ئن الساخذ بؾد الخؾيبsesungguhnya istirahat itu setelah capek).
( ال زحل في الدازtidak ada seseorang dirumah). c. Jumlah ismiyyah, contoh: ئن املصباح طىؤٍ شدًد d.
(sesunguhnya lampu itu cahayanya sangat terang). Jumlah fi‟liyyah, contoh: (ليذ الشباب ٌؾىد ًىماseandainya masa muda itu terulang sehari lagi). III. AT-TAWAABI‟ LI ISMI AL-MARFUU‟
A. Definisi At-Tawaabi‟ 1. Bahasa: bentuk plural dari At-taabi‟, yaitu isim faa‟il dari taba‟a-yatba‟u yang berarti yang mengikuti. 2. Istilah: (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i‟rab lafadz sebelumnya secara mutlak. B. Pembagian At-Tawabi‟ 1. An-Na‟tu a. Definisi
الىؾذ أو الصفت َى جابؿ ًرهس لبيان صفت مً صفت اطم كبله أوماًخؾلم به Na‟at atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim sebelumnya. b. Ketentuan Na‟at ٌ َ ُ ٌ 1) Dalam i‟rab: َح َاء أ ْطخاذ َح ِد ًْد
َ َح َاء َز ُح ٌل 2) Dalam mudzakkar dan muannats: ص ِال ٌح َ َح َاء َز ُح ٌل 3) Dalam ma‟rifat dan nakirah: ص ِال ٌح 4) Dalam mufrad, mutsanna dan jama‟:
الس ُح ُل ه َح َاء ه الص ِال ُح
َ َح َاء َز ُح ٌل ٌ ص ِال ٌح– َح َاء َز ُح َالن ُم ْظ ِل َمان – َح َاء ز َح اٌ ُم ْظ ِل ُم ْى َن ِ ِ ِ
c.
Pembagiaan Na‟at 1) Na‟at haqiqi, yaitu na‟at yang menjelaskan salah satu sifat kata yang َ ٌ َ َ َ ُ ًْ ألا ِد diikutinya. Contoh: ب حاء خ ِالد
[17]
2) Na‟at sababi, yaitu na‟at yang disebut setelahnya atau na‟at yang menjelaskan salah satu sifat dari kata yang mempunyai hubungan dan َح َاء ه pertalian dengan kata yang diikutinya (man‟utnya). Contoh: الس ُح ُل
ْ ْ ُّ َ هmenjadi man‟ut. ال َخ َظ ًُ خط ُه. Kata ًُ ال َخ َظmenjadi na‟at dan kata الس ُح ُل
2.
Al-Athfu a. Definisi
b.
ّ جابؿ ًخىطط بيىه وبحن مخبىؽه خسف مً أخسف الؾطف
Athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf. Huruf dan Contoh Athaf
َو ف ثم أو أم ختى لىً ال بل ً ماث دمحم ثم خظ- ً أهخب َرا امللاٌ دمحم أم خظ- حاء دمحم و طؾيد
c.
3.
Ketentuan Apabila mengathafkan (menghubungkan) dengan huruf athaf pada ma‟thuf „alaih yang beri‟rab rafa‟ maka ma‟thufnya dirafa‟kan. Al-Badhlu a. Definisi
البدٌ َىالخابؿ امللصىد بالخىم بال واططت بيىه وبحن مخبىؽه
4.
Badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya). b. Ketentuan Badal I‟rabnya badal itu mengikuti mubdal minhu. Apabila mubdal minhunya rafa‟ maka badalnya ikutnya rafa, c. Pembagian Badal 1) Badal kul minal kul, yaitu badal yang mencakup sesuatu yang lainnya. Contoh: كام شٍد أخىن 2) Badal Ba‟dh minal kul, yaitu badal yang merupakan bagian dari mubdal ُ ُ ْ اج ه ُ َ ُّ َ َْ minhu. Contoh: صفه ِ ( ِاهىظ َس الصحKacanya sudah pecah, yakni setengahnya) 3) Badal Isytimal, yaitu badal yang termuat dalam mubdal minhu, dengan syarat badal tersebut bukan juz (bagian) dari mubdal minhunya. Contoh: ْ َ ( ه َف َؾ ِج ْي َشٍْ ٌد ِؽل ُم ُهZaid bermanfaat bagiku, yakni ilmunya) 4) Badal ghalath, adalah badal yang digunakan untuk menggantikan mubdal ُ ( َح َاء َشٍْ ٌد ْال َف َسZaid telah datang, yakni kuda) minhu yang keliru. Contoh: ض At-Taukiidu a. Definisi
الخىهيدَىجابؿ ًرهس بؾد مخبىؽه ليإهدٍ وٍصٍل ماًمىً أن ًخىَمت الظامؿ b.
Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar. Ketentuan Taukiid Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma‟rifatnya.
[18]
c.
Pembagian Taukiid 1) Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi‟il, atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad ََْ ُ ََْ ُ atau lafazh lain, contoh: هللا أهب ُر هللا أهب ُر 2) Taukid ma‟nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu, َ ُ ُْ ْ ُ ْه َ َ ْ َ diantaranya: ع ال َؾحن و ُّل أ ْح َم ُؿ ِهال ِولذ الىفdan kata-kata yang mengikuti أ ْح َم ُؿ,
ُ
َْ ٌ َ
َ
َ ك yaitu اهخمؿ ابخؿ ابصؿ. Contoh: ام شٍْد هف ُظه
IV. AL-ISMUL MANSHUB A. Maf‟ul Bih Maf‟ul Bih adalah ism yang menunjukkan kepada objek penderita, contoh:
هخب الىلد الدزض Setiap maf‟ul bih harus senantiasa manshub. Maf‟ul bih terbagi menjadi dua bagian, yaitu; ً 1. ;عاَسmaful bih yang terdiri dari isim dzohir, contoh; طسب ؽلي ولبا 2. طمحرmaful bih yang terdiri dari isim dhomir, contoh: ًطألخ B. Maf‟ul LiٌAjlihi Maf‟ul Li Ajlihi adalah isim yang berfungsi untuk menjelaskan sebab atau motif terjadinya perbuatan, contoh:
ّ ً صليذ ئًماها باهلل
Ketentuan-ketentuan maf‟ul liajlihi Terdapat beberapa ketentuan maf‟ul Li Ajlihi, diantaranya; Maful Li Ajlihi harus senantiasa menggunakan masdar, mengapa, yang berhubungan dengan hati. C. Maf‟ul Fihi (dzorf zaman dan dzorof makan) Maf‟ul Fihi atau Dzorf adalah isim yang menunjukkan keterangan waktu atau tempat terjadinya suatu perbuatan, contoh:
ُ ذَبذ ًىم ألاخد
ُ كمذ أمام ألاطخاذ
Keterangan-keterangan waktu
ً اهفا
كبل
ً فدًما
غدا
أمع بؾد ِ
Keterangan-keterangan tempat
أمام
وزاء
جدذ فىق
Dzorf terbagi ke dalam dua bagian; ً ّ 1. مخصسفا lafadz yang terkadang berfungsi sebagai dzaraf dan juga tidak. Contoh sebagai dzaraf;
صمذ ًىم إلاثىحن Contoh bukan sebagai dzaraf;ًىم الجمؾت ًىم مبازن 2.
ّ مخصس ٍف غحرlafadz-lafadz yang hanya digunakan untuk dzaraf atau majrur dengan ًم seperti; بؾد,كبل,ؽىد. [19]
Keterangan; Lafadz-lafadz tersebut selamanya pasti berfungsi sebagai dzaraf atau majrur dengan ًم, contoh;
ًّ ُ ؽليا بؾدن شزث
D. Maf‟ul Muthlaq (Penguat Suatu Perbuatan) Maf‟ul Muthlaq adalah isim yang berfungsi sebagai; Penguat suatu perbuatan, atau menjelaskan bilanganya, atau menjelaskan macamnya. Contoh sebagai penguat;هغسث هغسا
ً
ُ
Contoh sebagai penjelas bilangan;أولذ أولت
ً
ً
ُ
Contoh sebagai penjelas macamnya;أولذ أهال هثحرا Ketentuan-ketentuan Maf‟ul Muthlaq Terdapat beberapa ketentuan maf‟ul Muthlaq, di antaranya; 1. Maf‟ul Muthlaq harus selalu menggunakan mashdar. Tetapi tidak setiap masdar menjadi maf‟ul muthlaq. 2. Maf‟ul muthlaq harus selalu manshub, sedangkan masdar tergantung pada kedudukannya dalam kalimat. 3. Jika maf‟ul muthlaq yang berfungsi sebagai “pengeras arti” ditambah sifat atau diidhofahkan, maka statusnya akan berubah menjadi Li Nau‟ihi (menjelaskan macamnya). ً 4. Untuk membuat maf‟ul muthlaq Li adadihi, disesuaikan dengan wazan فؾلت. Contoh; ً ُ طسبذ طسبا adalah ٍللخأهيد
ً ً ُ طسبذ طسبا شدًدا ً ُ طسبذ طسبت
adalah لىىؽه
adalah ٍلؾدد Masdar terbagi kepada dua bagian; ً 1. ;لفغيmasdar yang sama lafadz masdar dan lafadz fi‟ilnya, contoh; حلىطا 2.
ُ حلظذ
;مؾىىيmasdar yang lafadz masdar dan lafadz fi‟ilnya tidak sama, tetapi bermakna ً ُ sama, contoh;حلظذ كؾىدا
E. Maful Ma‟ah (yang menyertai) Maful ma‟ah adalah isim yang terdapat setelah huruf ( )وyang artinya “bersama”, untuk menunjukkan sesuatu yang terjadi bersamaan dengannya, contoh; حاء أبي وغسوب الشمع Keterangan; Maful ma‟ah selalu menggunakan ( مؾيت, )وyang artinya “bersama”, bukan
) (و ؽطفyang artinya “dan”. Perbedaan waw athaf dan waw maful ma‟ah ialah; 1. Waw ma‟iya selalu manshub sedangkan waw athaf tergantung kepada ma‟tufnya (yang diikutinya). 2. Pelaku pada waw athaf terdiri dari dua belah pihak, sedangkan pelaku pada waw ma‟iya hanya satu pihak.
[20]
3.
Jika sekiranya tepat dijadikan waw athaf, maka jadikanlah waw athaf, contoh; طاز
ؽلي و أخمد tetapi jika tidak dapat, jadikan waw ma‟iya seperti; ( طاز ؽلي و الجبلali berjalan bersama [sepanjang] gunung). 4. Susunan waw ma‟iya tidak ada padananya dalam bahasa Indonesia. F. Haal (penjelas keadaan) Hal adalah isim manshub yang berfungsi untuk menjelaskan “keadaan” fa‟il atau ً maf‟ul ketika terjadinya suatu perbuatan. Contoh; أول الىلد كائما Untuk mengetahui hal penggunaan lafadz yang sekiranya tepat sebagai jawaban dari pertanyaan “bagaimana”. hal terbagi kepada dua bagian; 1. مفسدhal yang terdiri dari kalimat tunggal, baik mutsanna atau jama‟, contoh; صلى
الاوالد حالظحن ّ 2. مسه ٌبhal yang terdiri dari jumlah, baik jumlah ismiah atau fi‟liyah, contoh; ال حشسب و ٌ أهذ كائم Rumusan; Untuk membedakkan antara hal atau bukan, perhatikan kaidah berikut ini; ّ 1. ول حملت وكؾذ بؾد الىاهسة فهي صفت (setiap jumlah yang terdapat setelah isim nakiroh adalah sifat) صالح ًدؽى له (atau anak sholeh yang mendoakan orang tua) ٍ أو ولد 2.
ّ ٌ ول حملت وكؾذ بؾد املؾسفت فهي ٌخا
(setiap jumlah yang terdapat setelah isim ma‟rifat adalah hal)
حاء الىلد ًبيي Keterangan; Lafadz ( ًدؽىjumlah fi‟liiyah) yang berada setelah lafadz صالح (isim nakiroh) adalah ٍ sifat. Sedangkan lafadz ( ًبييjumlah fi‟liiyah) yang berada setelah ( الىلدisim ma‟rifat) adalah hall. Ketentuan-ketentuan hal Terdapat beberapa ketentuan tentang hal, yaitu; 1. Hal selamanya harus manshub 2. Pada umumnya hal dibentuk dari isim fa‟il atau isim maf‟ul 3. Hal biasanya diterjemahkan “sambil” atau “dalam keadaan”. 4. Hal terdiri dari isim nakiroh, sedangkan shohibul halnya harus terdiri dari isim ma‟rifat. 5. Jika keduanya nakiroh atau ma‟rifat, maka itu adalah sifat, contoh;
ً ال حشسب ًّ ماءا خازا ّ ال حشسب املاء الخاز
6.
Hal mesti mengikuti shahibul hal-nya dalam; a. Mudzakkar atau Muannatsnya b. Mufrad, mutsanna, jama‟nya.
[21]
G. Tamyiz (penjelas atau kesamaran) Tamyiz adalah isim yang disebut setelah isim/keadaan yang mubham (samar) dan ً ُ berfungsi untuk menjelaskan kesamaran lafadz tersebut, contoh; ئشترًذ ؽشسًٍ هخابا
ً
Kalau hanya sampai makna هيلى غساماitu masih samar belum ada penguatan terhadap makna tersebut, maka harus ada makna seterusnya. Mumayyaz terbagi kepada dua; 1. ;ملفىظtersurat, diantaranya;
;أطماء الىيلisim-isim yang menunjukkan bentuk takaran, atau sukatan, ًّ ً ُ seperti; ئشترًذ لترا زشا ُ b. ;أطماء الىشنisim-isim yang menunjukkan bentuk timbangan, seperti; ئشترًذ هيلى غساما لخما ً ئشترًذ c. ;أطماء املظاختisim-isim yang menunjukkan bentuk ukuran, seperti; مترا كماشا ُ d. ;أطماء الؾددisim-isim yang menunjukkan bentuk bilangan, seperti; ًٍئشترًذ ؽشس هخابا 2. ;ملخىظyang tersirat; contoh;أها أهثر مىً ماال a.
H. Mustatsna (pengecualian) Mustastna adalah isim yang berada setelah adat/alat istitsna yang keadaan hukumnya berbeda dengan hukum mustatsna minhu, yaitu lafadz yang disebut sebelum alat istitsna, contoh;ؽاد املظافسون ئال دمحمًا Ketentuan-ketentuan mustatsna 1. Mustatsna dengan ()ئال, yaitu;
( جامامىحباsempurna dan positif) maka mustastna wajib manshub, contoh;هجح الطالب ئال خظىا b. Jika keadaan kalimatnya ( جاما مىفياsempurna tapi negatif), maka mustatsna ٌ boleh mansub. contoh;)ً(خظ ما هجح الطالب ئال خظىا c. Jika keadaan kalimatnya ( هاكصkurang), yaitu tidak disebut mustatsna minhunya, ًما هجح ئال خظ 2. Mustatsna dengan ( طىي,)غحر Adapun mustatsna dengan غحرdan طىي, maka selamanya harus majrur sebagai a.
3.
Jika keadaan kalimatnya
mudhofun ilaih. Mustatsna dengan )خاشا, ؽدا,(خال Adapun mustatsna dengan menggunakan lafadz
ّ dan boleh majrur. )(ؽلي ٍ هجح الطالب خال ؽليا [22]
خاشا, ؽدا,خال, maka boleh manshub
I. Kana dan Saudara-Saudaranya Kana dan saudara-saudaranya adalah isim yang masuk kepada mubatada‟ dan khabar. Berfungsi membuat marfu‟ mubtada‟ dan disebut ئطم وانserta membuat manshub khabar dan disebut خبر وانcontoh;وان هللا ؽليما Saudara-saudara kana
أمس ى أصبذ
ليع مابسح مادام ماشاٌ باث
صاز
أطحى
ًمافتئ ماأهف
عل
J. sim Inna Inna dan saudara-saudaranya adalah isim yang masuk kepada mubtada‟ dan khabar berfungsi membuat manshub mubtada‟ dan disebut isim inna serta membuat marfu‟ khabar dan disebut khabar inna , contoh;ئن هللا ؽصٍص Saudara-saudara inna yaitu lafadz-lafadz atau huruf-huruf yang berfungsi seperti inna, ialah;
ًلؾل لى
أن
ليذ
هأن
K. Dzanna dan saudara-saudaranya Dzanna dan saudara-saudaranya adalah fi‟il yang biasa masuk kepada mubtada‟ dan khabar. Berfungsi menashabkan kedua-duanya contoh;عىيذ ؽليا مجتهدا Saudara-saudara dzanna
خظب
ئجدد
وحد
ؽلم طمؿ
شؽم
ٌخا
حؾل
زاي
L. Isim Laa La adalah huruf nafi yang berfungsi untuk meniadakan/menyatakan sesuatu tidak ada. contoh; ال زحل فى الداز tiada laki-laki di rumah Hukum Isim Laa Ketentuan-ketentuan isim laa, yaitu; Jika isim laa nya nakiroh, 1. Jika isim laa nya nakirah dan laa nya diulang (disebut dua kali), yaitu boleh mabni dan boleh marfu‟, contoh;
ال خى ٌَ وال كىة ئال باهللا
2.
ال خى ٌٌ وال كىة ئال باهللا
Jika isim laanya ma‟rifat, maka harus marfu‟ dan laanya harus diulang, contoh;
ال الصوج فى البيذ وال الصوحت Isim laa terbagi kepada dua bagian, yaitu; mu‟rab dan mabni Isim laa dinyatakan mua‟rab apabila; 1. Isim laanya diidhafahka, contoh;ال صاخب ؽلم مرمىم 2.
Jika isim laanya menyerupai mudhaf, contoh;ٍال طاؽيا فى الخحرمىسو
3.
Isim laa mabniy kepada tanda nashab semula diwaktu manshub, contoh;
ال جلمير
خاطس؛ مبجي ؽلى الفخذ M. Munada (yang dipanggil) Munada adalah isim yang disebut setelah huruf nida (kata seru), contoh; Yang termasuk ke dalam huruf munada‟, yaitu;
[23]
,ٍَمص,ًا,أًا, اي, َيا,وا:
َ ًا ؽبد هللا
Ketentuan Munada‟ I‟rab munada hendaklah manshub, apabila; 1. ;مظافاdisandarakan, seperti; ًا هبي هللا
;شبيها باملظافmenyerupai Mudhaf, seperti; ًا طالؾا حبال 3. ;هىسة غحر ملصىدةnakirah yang tidak tentu (siapa yang dipanggilnya), contoh ًاؽاملا 2.
Mabniy atas dhammah, jika; 1. ;ؽلما مفسداnama tunggal, seperti;
ًا دمحم
2. ;هىسة ملصىدةnakiroh tetapi tertuju kepada orang tertentu, seperti; ًا أطخاذ N. Thawabii‟ Tawabi‟ adalah kalimat-kalimat yang ketentuan i‟rabnya mengikuti i‟rab kalimat sebelumnya baik itu marfu‟, manshub atau majrur. 1. An-Na‟tu Na‟at yaitu tabi‟ yang menyempurnkan makna lafazh yang diikutinya dengan menjelaskan salah satu diantara sifat-sifatnya, atau dengan menjelaskan sebagian dari lafazh yang berta‟alluq kepadanya, sedangkan ia menjadi penyebabnya. Contoh; زأًذ الخلمير املجتهدaku melihat murid yang sungguh-sungguh 2. Al-Athfu Athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf. Contoh; زأًذ خالدا و طليما 3. Al-Badlu Badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya). َ َ ُ Contoh; أولذ الخبز هصفه 4. At-Taukiidu Taukid adalah tabi‟ yang menguatkan mathbu‟nya َ كابلذ ُ ُ ًاملل Contoh; هفظه V. AT-TAWĀBI‟ LI ISMI AL-MANSHŪB 1. 2.
3. 4. 5. 6.
Tawābi‟ adalah kalimat-kalimat yang ketentuan i‟rabnya mengikuti i‟rab kalimat sebelumnya baik itu marfu‟, manshūb atau majrur. Macam-macam At-Tawābi‟ li ismi al-Manshūb ada 4, diantaranya : (1) Na‟at/pensifatan, (2)„Athaf/pengikutan, (3) Taukīd/penguatan dan (4) Badal/penggantil. َ َ ُْ َ ْ ْ ُ َ Contoh At-Tawābi‟- Na‟at, : ( َزأ ًْذ ال ِخل ِم ْير امل ْجت ِهدSaya melihat murid yang sungguhsungguh) َْ (( َطم ْؾ ُذ هSaya mendengar pelajaran ْ ض ُم َ الد ْز Contoh At-Tawābi‟- „Athaf : ص ِغ ًيا َو ُمخف ِه ًما ِ dengan fokus dan faham) ُ َ ً ً Contoh At-Tawābi‟ - Taukīd : ( َزأ ًْذ ُم َد همدا ُم َد همداAku melihat Muhammad, Muhammad) َ َ ْ َ َ Contoh At-Tawābi‟- Badal : اَ ْي ُم أ ُب ْىن ِ ( خظ َس ِاب َسIbrahim yang merupakan bapakmu telah hadir)
[24]
V. AL-ISMUL MAJRUR Pengertian huruf jar Huruf Jar adalah huruf-huruf yang berfungsi untuk membuat isim sesudahnya menjadi َ َ ُ َْ َ majrur. Sebagai contoh: صلذ ِئلى امل ْس ِج ِد ( وSaya telah sampai ke masjid) Tanda-tanda jar, diantaranya: 1. Denagan kasrah ketiaka dalam keadaan mufrod, jama‟ taksir, dan jama‟ muanat tsalim, seperti dalam contoh:
َ ْ َ ْ َ َّ ُ َ ُ ّ َ َ ُ َْ ََْ َ َ ْ َ َ ه اث أ- ٌالس َح ِا ِ صغذ الطا ِل َباث ِئلى املؾ ِل َم ِ جددثذ مؿ- وصلىا ِئلى الفص ِل
2.
Dengan ya‟ ketika dalam keadaan matsana, jama‟ mudzakar salim, dan asmaul khamsah. Seperti dalam contoh:
َ ْ َ ُْ ئ َط َل ْؾ ُذ َؽ َلى ِك ه ًَ ج َد هدث ُذ َم َؿ أ ِخ ْي- َم َس ْز ُث ِبا مل َه ْى َد ِط ْح َن- ص َخ ْح ِن ِ
3.
Dengan fatha ketiaka dalam keadaan mufrod, jama‟ taksir. Ciri ini khusus bertempat pada isim ghair munsharif.
َ ُ َ َ َ َ ُش ْز ُث َخ َدا ِئ َم ف َي َد َاء- ه َخ َب ُم َؾا ِو ٍَت ِئلى َؽا ِئشت
Majrur Dengan Huruf Jar Isim menjadi majrur apabia didahului oleh salah satu huruf dari huruf-huruf ilah yaitu:
ْ ّ - جاء اللظم- واو اللظم- الياف- الالم- الباء- ؽلى-ً ؽ- فى- ختى- ئلى-ًم خاشا- ؽدا- خال- مر- مىر-زب
Huruf-huruf Qosam (sumpah) Huruf qasam (sumpah) ialah huruf yang dipergunakan untuk bersumpah dan berfungsi memajrurkan kata sesudahnya. Diantara huruf-hurufnya: الخاء-الىاو- الباء Majrur Dengan Idhafat Idhafat adalah menyadarkan atau menisbatkan sesuatu kepada sesuatu, seperti:
َ َ َ َْ خاج َم ذ َِ ٍب- َب ْي ُذ َؽ ْم ٍسو- َدفت ُر َؽ ِل ّ ِي
َْ َ
Isim yang pertama ( )دفترdisebut ( مضافyang disandarkan), sedangkan isim yang kedua disebut
( مضافٌإليهyang disandarinya). Keadaan مضافٌإليهharuslah majrur, sedangkan
مضافtergantung kedudukan dalam jumlah. Bisa jadi marfu‟, mansub, atau majrur. Kandunngan makna idhafat Isim yang majrur karena idhafat. Jenisnya ada 3 macam diantaranya: pertama, pengidhafahan yang mengandung makna ًم. Kedua, pengidhafahan yang mengandung makna الالم. Ketiga, pengidhafahan yang mengandung makna في. Contoh;
ُ َح هب ُت ُ - بل مىس الليل- ص ْى ٍف شٍد ٍ غالم
Syarat-syarat idhafat 1. Tidak boleh Tanwin. 2. Membuang Nun Mutsana atau Jama‟. 3. Membuang Alif lam dari mudhaf. Catatan: Jika terdapat dua lafazh yang kedua-duanya memakai tanwin, Alif lam atau nun, maka lafadz yang kedua bukan Mudhaf ilaihi tetapi sifat, contoh:
الظؾيف الخدًث في ِ ِ خس ِ ِ واليىم ألا
طؾيف خدًث في ٍ ٍ ً أليم ٍ ؽراب [25]
Majrurr dengan tawaabi‟ Isim juga bisa menjadi majrur apabila di ikuti oleh isim yang majrur. 1. ( الىؾذkata sifat) contoh; بؾيدة ؽً املدًىت اللسٍت كظيىا الصيف في ٍ ِ
ُ 2. ( الؾطفkata sambung) contoh; مجالت ََا ٌِ املدزطيت و بالصخافت أعخبذ ِ ِ 3. ( الخى هيدkata penguat) contoh; ٌِ اللائد نفس جيلمذ مؿ ِ َ ُ 4. ٌ( البدkata pengganti) contoh; مسزث بأخيً عادل
[26]
I. HAKIKAT PENDIDIKAN Definisi Dalam wacana pendidikan Islam, istilah pendidikan diambil dari beberapa kata, diantaranya: ُ َ ه ً َ ّ 1. الت ْرِب َيت----- > ج ْسِب َيت- َزهبى – ًُ َسِبي 2. 3. 4. 5. 6. 7.
َ َ ّ ه ا هلخ ْؾ ِل ْي ُم---- > ح ْؾ ِل ْي ًما- َؽل َم – ٌُ َؾ ِل ُم َ ْ َ َْ َ ا هلخأ ِد ًْ ُب---- > أ هد َب – ًُإ ِ ّد ُب – جأ ِد ًْ ًبا َ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َْ َ صال ُح ِإلا---- > صال ًخا ِئ- أصلح – ًص ِلح َ ْ ---- > ََ هر َب – ُي َه ِّر ُب – ت ْه ِر ًْ ًبا الته ِر ًْ ُب َ ْ َ ْ َ َ ا هلخط ِه ْح ُر---- > جط ِه ْح ًرا- ط هه َس – ًُط ِّه ُس ُ َ ه ً َ ّ ه الت ْز ِه َيت---- > َشوى – ًُ َص ِو ْي – ج ْص ِه َيت
Definisi Tarbiyah Secara etimologis (bahasa), kata tarbiyah mengandung beberapa arti yang seluruhnya menunjukkan kegiatan-kegiatan dalam proses tarbiyah itu sendiri, yaitu: َ ْ َ 1. صال ُح ( ِإلاperbaikan), dari kata ًَ ُس ُّب- َزهبى.
َْ َ ه َزهبى الش ْي َءberarti صل َخ ُه ( أmemperbaikinya). َ ْ ُ Kata إلاصالح ِ terkadang tidak harus berarti adanya penambahan ( )الصٍادة, tetapi ia berarti ( الخؾدًلpelurusan) dan ( الخصخيذperbaikan).
2.
Menurut arti ini maka tarbiyah berarti usaha memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik agar dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.1 ( الىماءtumbuh) dan ( الصٍادةbertambah), dari kata زبا – ًسبىberarti ( شادbertambah) dan
( هماtumbuh).
3.
َْ َ ََ َ َْ َ َْ َ ْ َْ َ َ ً ُ َ ألا ْز وجسي ض ََ ِام َدة ف ِاذا أه َصل َىا َؽل ْي َها امل َاء ْاَت هز ْث َو َز َب ْذ َوأه َبد ْذ ِم ًْ و ِ ّل َش ْو ٍج َب ِه ٍيج
“Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu, subur menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”. (QS. al-Hajj [22]:5). Dari sini maka kata tarbiyah dapat berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.2 ََ َ َ ( وشأberkembang) dan ( ج َس ْؽ َس َؼtumbuh dewasa), dari kata ًَ ْسَبى- َزِب َي.
1 Lihat: Khālid Hāmid al-Hāzimī, Ushūl al-Tarbiyah al-Islāmiyyah, 1420H/ 2000. al-Madīnah alMunawwarah: Dār „Ālim al-Kutub, hlm. 17-18. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, 2000, Jakarta: Kencana, hlm. 8 2 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 8
[27]
Hal ini sebagaimana dalam sebuah sya‟ir Ibn al-„Arabī:
َ ْ َ ه ّ َ ُ ً ِب َمىت َمج ِزِل ْي َو ِب َها َزِب ْي ُذ# ف َم ًْ ًَى ًْ َطا ِئال َؽ ِ ّج ْي ف ِا ِو ْي
4.
Barangsiapa bertanya tentangku # Mekkah adalah tempat tinggalku, disanalah aku tumbuh dewasa. Dengan mengacu pada arti ini maka tarbiyah berarti usaha menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik baik secara fisik, sosial, maupun spiritual. َ ْ ََ ه ْ َ ( َطmemimpin) dan ألا ْم َس اض ( جىلىmengatur suatu urusan). Jika dikatakan َزَب ْي ُذ ا َلل ْى َم
5.
( الخؾليمpengajaran).
ُ
berarti ( ُط ْظت ُه ْمaku memimpin mereka), berarti pula „aku diatas mereka‟.
َ ه ا هلسبـ ِاو ُّيadalah: الؾالم املؾلم الري ٌغرو الىاض بصغاز الؾلىم كبل هبازَا
Ibn al-A‟rābī mengatakan bahwa seorang rabbānī
seorang yang berilmu lagi pendidik yang mengajarkan kepada manusia ilmu-ilmu dasar sebelum ilmu-ilmu yang lebih rumit. Definisi Pendidikan Secara Bahasa al-tarbiyah yaitu:
جبليغ الش يء ئلى هماله شيئا فشيئا menyampaikan sesuatu menuju kesempurnaannya sedikit demi sedikit. Atau:
ئوشاء الش يء خاال فداال ئلى خد الخمام mengembangkan sesuatu sedikit demi sedikit hingga batas kesempurnaan. Hāmid al-Hāzimi menyimpulkan bahwa dari berbagai definisi etimologis tersebut maka kata tarbiyah memiliki arti seputar kegiatan memperbaiki, mengatur urusan peserta didik (al-mutarabbi), memperhatikan dan menjaga perkembangannya. 3 Abuddin Nata menegaskan bahwa jika kata-kata tersebut diintegrasikan maka akan diperoleh pengertian bahwa al-tarbiyah berarti: “Proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi; fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spiritual, yang terdapat pada peserta didik sehingga dapat tumbuh dan terbina dengan optimal, melalui cara memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan”. Dengan demikian kata al-tarbiyah mengandung cakupan tujuan pendidikan, yaitu; menumbuhkan dan mengembangkan potensi; dan proses pendidikan, yaitu memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya. 4 Khālid Hāmid al-Hāzimi memberikan arti terminologis al-tarbiyah sebagai :
جيشئت إلاوظان شيئا فشيئا في حميؿ حىاهبه ئبخغاء طؾادحي الدازًٍ وفم املىهج إلاطالمي
1.
mengembangkan diri manusia setahap demi setahap dalam seluruh aspeknya dalam rangka mencari kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai dengan metode yang islami. Beberapa hal mendasar dalam pengertian al-tarbiyah, tarbiyah adalah sebuah pekerjaan yang terarah. Ia memiliki tujuan, target, dan sasaran;
3 4
Khālid Hāmid al-Hāzimī, Ushūl al-Tarbiyah al-Islāmiyyah, hlm. 18. Lihat: Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 8
[28]
2.
3.
4.
Murabbi (pendidik) yang hakiki secara mutlak adalah Allah Sang Pencipta, Dia Pencipta fitrah, pemberi berbagai anugerah, dan Dia yang telah menentukan berbagai ketentuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan fitrah dan anugerah tersebut, sebagaimana Dia telah menentukan syariah untuk mewujudkan kesempurnaan, kebaikan, dan kebahagiaannya; tarbiyah mengharuskan adanya perencanaan yang bertahap yang dijalankan oleh pekerjaan-pekerjaan terkait pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan aturan yang tersusun dan meningkat, bergerak bersama peserta didik dari satu kondisi kepada kondisi berikutnya, dari satu tingkat kepada tingkat berikutnya; pekerjaan seorang pendidik mengikuti penciptaan Allah sebagaimana mengikuti syariah dan agama-Nya.5 II. DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Makna Dasar Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar adalah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai. Dengan fungsi yang sangat penting inilah pendidikan suatu bangsa disusun. Dasar Ideal Pendidikan Islam Dasar ideal pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam, karena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu al-Qur‟an dan al-hadits, bahkan pendidikan Islam merupakan bagian dari ajaran Islam itu sendiri. “Pendidikan dan pengajaran umat Islam haruslah bersumber kepada aqidah Islamiyyah. Jika pendidikan umat Islam tidak didasarkan kepada aqidah yang bersumber kepada al-Qur‟an dan al-hadits maka pendidikan yang dilaksanakan bukanlah pendidikan Islam tetapi pendidikan asing” 6 Sumber Pendidikan Islam 1. Al-Qur‟an 2. Al-Hadits 3. Perkataan, perbuatan dan sikap para Sahabat. 4. Ijtihad; dengan ijma‟, qiyas, dan istihsan. Prinsip-Prinsip yang Menjadi Dasar Pandangan Islam terhadap Alam Semesta 1. Kepercayaan bahwa pendidikan adalah proses dan usaha mencari pengalaman dan perubahan yang diinginkan oleh tingkah laku. Pendidikan hanya akan berhasil melalui interaksi seseorang dengan lingkungan. 2. Kepercayaan bahwa jagat raya (alam semesta) berarti selain Allah SWT. Alam semesta adalah seluruh makhluk yang Allah SWT ciptakan. Diantaranya; langit, bumi, bintang, gunung, lautan, hewan, tumbuhan, termasuk makhluk-mahluk ghaib (jin, malaikat).
5 „Abd al-Rahmān al-Nahlāwī, Ushūl al-Tarbiyah al-Islāmiyyah wa Asālibuha fi al-Bayt wa alMadrasah wa al-Mujtama‟, 1426H/ 2005, Damaskus: Dar al-Fikr, hlm. 17. 6 (Abu al-Hasan al-Nadwi, Nahwa al-Tarbiyah al-Islamiyyah al-Hurrah)
[29]
Manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk memakmurkan alam semesta. 3. Kepercayaan bahwa wujud yang mungkin adalah dengan benda dan ruh. Artinya, kehidupan tidak akan terlaksana kecuali dengan aspek jasadi dan ruhani. Alam semesta terdiri dari alam yang syahadah (dapat diindera) dan alam ghaib (yang tak dapat diindera). Ajaran Islam mencakup kedua sisi alam tersebut. 4. Kepercayaan bahwa jagat raya ini berubah dan berada dalam gerakan terus menerus. Alam berkembang dan bergerak terus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Contoh: Manusia melalui proses pertumbuhan; janin – bayi – anak kecil – remaja – dewasa – tua. 5. Kepercayaan bahwa alam semesta ini berjalan menurut aturan yang pasti. 6. Kepercayaan bahwa ada hubungan antara sebab dan akibat. Contoh: Proses bercocok tanam yang baik menghasilkan proses penuaian yang baik. 7. Kepercayaan bahwa alam ini adalah teman terbaik bagi manusia dan alat terbaik bagi kemajuannya. 8. Kepercayaan bahwa alam ini baru, ada karena diciptakan oleh Allah SWT. 9. Kepercayaan bahwa Allah SWT Dia-lah Pencipta alam semesta. 10. Kepercayaan bahwa Allah SWT bersifat dengan segala sifat yang sempurna. Prinsip-Prinsip Dasar Pandangan Islam terhadap Manusia 1. Kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk termulia di alam semesta. 2. Kepercayaan akan kemuliaan manusia. 3. Kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk yang berfikir. 4. Kepercayaan bahwa manusia mempunyai tiga dimensi; badan, akal dan ruh. 5. Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruh oleh faktor-faktor warisan dan lingkungan. 6. Kepercayaan bahwa manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan. 7. Kepercayaan bahwa ada perbedaan diantara masing-masing individu manusia. 8. Kepercayaan bahwa manusia mempunyai keluwesan sifat dan selalu (dapat) berubah. Prinsip yang Menjadi Dasar Pandangan Islam terhadap Masyarakat 1. Kepercayaan bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan tanah air (negara), kebudayaan dan agama. 2. Kepercayaan bahwa masyarakat Islam mempunyai identitas khas dan ciri (karakter) tersendiri. 3. Kepercayaan bahwa dasar pembinaan masyarakat Islam adalah akidah, keimanan dan pandangan yang benar tentang alam semesta, dan keimanan akan keesaan Allah SWT. 4. Kepercayaan bahwa agama Islam mencakup akidah, ibadah dan muamalah. 5. Kepercayaan bahwa ilmu adalah dasar yang terbaik bagi kemajuan masyarakat sesudah agama. 6. Kepercayaan bahwa masyarakat selalu berubah. 7. Kepercayaan pada pentingnya individu dalam masyarakat. 8. Kepercayaan pada pentingnya keluarga dalam masyarakat.
[30]
9.
Kepercayaan bahwa segala yang menuju kesejahteraan bersama, keadilan dan kemaslahatan antar manusia termasuk diantara tujuan syariat Islam. III. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Pengantar Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Tujuan berfungsi sebagai standar untuk mengarahkan usaha yang dilalui, juga merupakan titik pangkal mencapai tujuan-tujuan lain dan pada akhirnya mengakhiri suatu usaha. Tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang terpenting dapat memberi penilaian pada usaha-usahanya. Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan. Tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan maka usaha/ proses pendidikan menjadi tanpa arah, bahkan bisa sesat dan salah langkah. Deskripsi Kata tujuan/ sasaran/ maksud 1. B.Arab: ghayah, hadf/ ahdaf [j], maqshud/ maqashid [j]. 2. B. Inggris: goal, purpose, objective atau aim. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. (Zakiah Daradjat) Tujuan menunjukkan kepada masa depan (futuritas) dengan suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu. (H.M. Arifin) Tahap-Tahap Tujuan Tujuan Pendidikan Islam meliputi: 1. Tujuan Tertinggi/ Akhir. Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum karena sesuai dengan konsep dasar Islam yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi Pendidikan Islam adalah sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dan perannya sebagai makhluk ciptaan Allah. a. Mentauhidkan Allah (Menjadi hamba Allah dengan mentauhidkan-Nya). Pendidikan harus menjadikan manusia memahami dan menghayati bahwa Allah adalah Rabb-nya, dimana manusia harus menunaikan hak-hak Allah dengan mewujudkan peribadahan yang dilakukan dengan kekhusyuan kepadaNya, serta tunduk pada syariah-Nya. b. Menjadi khalifah yang berperan menegakkan tauhid, memakmurkan bumi, mewujudkan rahmat bagi alam semesta sesuai dengan tujuan penciptaannya dan sebagai konsekwensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup. c. Meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. d. Lahirnya insan yang berkarakter Islami. Keempat tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena pencapaian tujuan yang satu memerlukan pencapaian tujuan yang lain, bahkan secara ideal semuanya harus dicapai secara bersama melalui proses pencapaian yang sama.
[31]
2.
3.
Tujuan tertinggi sebagai sesuatu yang ideal dan dapat memotivasi usaha pendidikan, dan bahkan dapat menjadikan aktivitas pendidikan lebih bermakna. Tujuan Umum Yaitu tujuan yang berlaku umum bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik. Tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik Tujuan Umum Pendidikan Islam Menurut al-Abrasyi: a. Membentuk akhlak mulia. Pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam bukan hanya menitikberatkan pada keagamaan saja atau keduniaan saja tetapi pada kedua-duanya. c. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi manfaat. Saat ini dikenal dengan tujuan vokasional dan profesional. d. Menumbuhkan semangat ilmiah pada diri pelajar, memuaskan keingintahuan, dan memungkinkannya mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. Menurut an-Nahlawy: a. Pendidikan akal dan persiapan pemikiran. Allah memerintahkan manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat beriman kepada-Nya. b. Menumbuhkan potensi dan bakat asal pada anak-anak, yaitu sesuai fitrah penciptaannya. c. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya. d. Berusaha untuk menyumbangkan segala potensi dan bakatt-bakat manusia. Tujuan Khusus Tujuan Khusus adalah pengkhususan atau operasional dari tujuan tertinggi/ terakhir dan tujuan umum. Tujuan Khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada: a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa. b. Minat, bakat dan kemampuan subyek/ peserta didik. c. Tuntutan situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu. Hasan Langgulung: Tujuan khusus yang dapat dimasukkan dalam penumbuhan semangat agama dan akhlak antara lain: a. Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam, dasar-dasarnya, prinsip dasar ibadah dan cara melaksanakannya dengan benar. b. Menanamkan keimanan kepada Allah, para malaikat-Nya, para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan takdir-Nya.
[32]
c.
4.
Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam hal adab dan ilmu-ilmu Islam, dan untuk mentaati hukum-hukum syariah dengan cinta dan kerelaan. Tujuan Sementara Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan, atau adanya perencanaan tertentu. Tujuan sementara merupakan tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. (Zakiah Daradjat) Aspek-Aspek Tujuan Aspek tujuan pendidikan Islam meliputi empat hal: a. Tujuan Jasmaniah (al-Ahdaf al-Jismiyyah) b. Tujuan Rohaniyah (al-ahdaf al-Ruhiyyah) c. Tujuan Akal (al-Ahdaf al-Aqliyyah) d. Tujuan Sosial (al-Ahdaf al-Ijtima‟iyyah) VI. PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SEBUAH SISTEM
Definisi Sistem Sistem berasal dari bahasa Latin systēma atau bahasa Yunani sustēma yang berarti suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Beberapa definisi „sistem‟ yang dikemukakan oleh para ahli: 1. Sistem adalah sekelompok bagian atau komponen-komponen yang bekerja sama sebagai suatu kesatuan fungsi. 2. Sistem merupakan suatu seri atau rangkaian beberapa bagian yang berhubungan dan bergantung sedemikian rupa, hingga menimbulkan interaksi dan saling pengaruh. Sistem Pendidikan Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi komponen-komponen yang esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta interaksi unsur esensial pendidikan, pada tahap operasional sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Pendidikan Islam Pendidikan Islam merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar yang dilakukan oleh si pendidik kepada si terdidik secara terus menerus terhadap perkembangan jasmani dan rohaninya demi terciptanya kepribadian utama, yaitu kepribadian muslim. Marimba (1982) Dengan kata lain pendidikan Islam merupakan usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh pendidik dalam membina dan membentuk generasi muslim sesuai dengan tujuan syariah Islam. Pengertian Komponen Pendidikan Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan suatu sistem.
[33]
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem/ proses pendidikan yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. Komponen-Komponen Pendidikan Islam 1. Asas/ dasar pendidikan 2. Tujuan pendidikan 3. Program/ kurikulum pendidikan 4. Pendidik 5. Peserta didik 6. Sarana dan prasarana pendidikan 7. Strategi, metode, pendekatan pendidikan 8. Evaluasi pendidikan V. KARAKTER DAN TUGAS PENDIDIK Pengantar Pendidik bukanlah semata-mata profesi untuk menghasilkan suatu materi, tetapi pada hakikatnya ia melakukan hal-hal utama, antara lain: 1. melaksanakan seruan dan perintah di dalam Islam. 2. mendekatkan diri kepada Allah. 3. menghidupkan syiar Islam. 4. melanjutkan tugas/ peran Rasulullah dalam memperbaiki kondisi ummat. Karakter Pendidik Karakter pendidik menurut Ibn Jama‟ah: 1. Pendidik harus berkepribadian Islami, yaitu memelihara dan menegakkan syariah Islam, termasuk dalam menjaga adab dan hal-hal yang disunnahkan baik ucapan maupun perbuatan, spt: berdzikir, membaca al-Qur‟an, dll. 2. Berinteraksi dengan akhlak yang terpuji, spt: mengendalikan amarah, berlemah lembut, gemar berbuat kebaikan, amar ma‟ruf nahi munkar, dll. Karakter pendidik menurut Muhamad „Athiyah al-Abrasyi: 1. Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi, mengajar karena mengharap keridhaan Allah semata. 2. Pribadinya bersih dari dosa-dosa besar, riya‟, dengki, permusuhan, dan sifat tercela lainnya. 3. Ikhlas dan jujur dalam menunaikan pekerjaannya. 4. Bersikap pemaaf terhadap peserta didiknya, menahan amarah, lapang dada. 5. Mencintai peserta didik seperti mencintai anak-anaknya sendiri dengan memikirkan keadaan mereka seperti terhadap anak-anaknya sendiri. 6. Mengetahui tabiat/ kebiasaan dan pemikiran peserta didiknya agar ia tidak keliru dalam mendidiknya. 7. Menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya, serta terus memperdalam pengetahuannya sehingga penyampaian tidak bersifat dangkal. Karakter pendidik menurut Abdurrahman an-Nahlawy: 1. Tingkah laku dan pola pikir pendidik harus bersikap rabbani. (Lihat: QS. Ali Imran: 79.
[34]
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pendidik seorang yang ikhlas. Pendidik harus bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik. Pendidik harus jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. Pendidik senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesediaan membiasakan untuk mengkajinya. Pendidik mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Pendidik mampu mengelola peserta didik, tegas dalam bertindak serta meletakkan berbagai perkataan secara proporsional. Pendidik mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan masa perkembangannya. Pendidik harus bersikap adil.
Tugas & Peran Pendidik 1. Tugas dalam Bidang Profesi Bertanggungjawab dalam membantu peserta didik mencapai kedewasaannya. Hal tersebut terwujud dengan melakukan; a. Mendidik dan mengajar mengembangkan ilmu pengetahuan. b. Melatih mengembangkan keterampilan 2. Tugas dalam Bidang Kemanusiaan membantu mengembangkan potensi peserta didik, dimana pendidik berperan sebagai fasilitator, motivator, dsb. 3. Tugas dalam Bidang Kemasyarakatan Pendidik berkewajiban mencetak generasi yang sholih dan mencerdaskan bangsa menuju manusia yang seutuhnya VI. PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM Definisi Pendidik Secara bahasa, pendidik adalah orang yang mendidik, atau orang yang melakukan kegiatan dalam hal mendidik. Secara istilah, pendidik adalah; 1. Orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. 2. Orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Kedudukan Pendidik di dalam Islam Islam sangat menghormati orang yang berilmu dan menjadi pendidik.
َ َ ْ ْ ُ ُ َ َ هُ ه َ ُ ْ ُ ه )11(... اث ٍ ًَ ْسف ِؿ اَّلل ال ِرًً َآمىىا ِمىى ْم َوال ِرًً أوجىا ال ِؾل َم د َزح
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11) Rasulullah SAW bersabda:
َ ْ َ ْ ُ ََ َْ ََ َ ْ َ اؽ ِل ِه ِ مً د هٌ ؽلى خح ٍر فله ِمث ُل أح ِس ف
“Barangsiapa menunjukkan pada suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti yang diraih oleh pelakunya” (HR. Muslim).
[35]
َ َ َُ َ َ ً ُ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ُ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ ألا ْحس م ْث ُل ُأ ُح ىز َِ ْم ش ْي ًئا ِ ِ ًمً دؽا ِئلى َدي وان له ِم ِ ىز مً ج ِبؾه ال ًىلص ذ ِلً ِمً أح ِ
“Barangsiapa menyeru pada suatu petunjuk (ilmu/ hidayah) maka ia mendapatkan pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR. Muslim, Abu Dawud).
Peranan Pendidik dalam Proses Belajar Mengajar Peran pendidik yang paling dominan antara lain: 1. Peran pendidik sebagai demonstrator. Sebagai demonstrator/ lecturer/ pengajar, pendidik hendaknya menguasai bahan/ materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan kemampuan/ ilmu yang dimilikinya. Seorang pendidik harus menyadari bahwa dirinya sendiri adalah pelajar, artinya ia harus terus-menerus belajar. Dengan demikian ia akan memperkaya dirinya dengan ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. 2. Peran pendidik sebagai pengelola kelas. Pendidik hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang perlu diorganisasi. Lingkungan belajar harus diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Salah satu manajemen kelas yang baik adalah menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya kepada pendidik sehingga mampu melakukan kegiatannya sendiri. Self control dan self activity secara bertahap. 3. Peran pendidik sebagai mediator dan fasilitator. Dalam peran ini, hendaknya pendidik memiliki dan melakukan hal-hal sbb: a. Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan. b. Memiliki keterampilan memilih, menggunakan dan mengusahakan media pendidikan dengan baik. c. Memiliki keterampilan dalam pola interaksi dan komunikasi. Tujuannya agar pendidik dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. d. Membantu peserta didik agar mau dan mampu untuk mencari, mengolah dan memakai informasi. Juga meningkatkan mutu pemberian tugas, pekerjaan rumah, ujian, dll yang mampu membiasakan peserta didik mencari dan mengoptimalkan media-media pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan. 4. Peran pendidik sebagai evaluator. Kegiatan evaluasi/ penilaian dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum. Hal-hal yang dapat diketahui setalah proses evaluasi: a. Keberhasilan pencapaian tujuan. b. Tingkat penguasaan peserta didik terhadap pelajaran. c. Ketepatan/ efektifitas metode mengajar. d. Kedudukan seorang peserta didik di dalam kelas atau kelompoknya. Dalam peran ini, pendidik hendaknya terus-menerus mengikuti hasil evaluasi belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu. Info tersebut sebagai feedback terhadap proses BM, yang selanjutnya dijadikan tolak ukur untuk memperbaiki dan meningkatkan proses BM. 5. Peran pendidik sebagai administrator.
[36]
Dalam peran ini, pendidik bertindak sebagai dan dituntut melakukan hal-hal sbb: a. Sebagai pengambil inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Berarti pendidik turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang terencana serta sistem penilaiannya. b. Sebagai wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah pendidik harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik. c. Sebagai orang yang ahli dalam mata pelajaran, dimana pendidik bertanggung jawab mewarisi kebudayaan kepada generasi muda berupa pengetahuan. d. Sebagai penegak disiplin. e. Sebagai pelaksana administrasi pendidikan. 6. Peran pendidik sebagai pribadi. Dalam hal ini, pendidik berperan sebagai: a. Sebagai petugas sosial, yaitu orang yang membantu untuk kepentingan masyarakat. b. Sebagai pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa menuntut ilmu dengan berbagai cara dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. c. Sebagai orangtua, yaitu mewakili orangtua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. d. Sebagai sosok teladan/ panutan, sebab pendidik menjadi ukuran norma tingkah laku. VII. HAKIKAT PESERTA DIDIK Definisi Tarbiyah Khālid Hāmid al-Hāzimi memberikan arti terminologis al-tarbiyah sebagai :
جيشئت إلاوظان شيئا فشيئا في حميؿ حىاهبه ئبخغاء طؾادحي الدازًٍ وفم املىهج إلاطالمي mengembangkan diri manusia setahap demi setahap dalam seluruh aspeknya dalam rangka mencari kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai dengan metode yang islami. Definisi lain: “Proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi; fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spiritual, yang terdapat pada peserta didik sehingga dapat tumbuh dan terbina dengan optimal, melalui cara memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan”. Dengan demikian kata al-tarbiyah mengandung cakupan tujuan pendidikan, yaitu; menumbuhkan dan mengembangkan potensi; dan proses pendidikan, yaitu memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya. Peserta didik merupakan raw material (bahan mentah) dalam proses pendidikan. Dalam diri peserta didik terdapat hal-hal (potensi) yang akan dikembangkan, diharapkan kelak ia dapat menerapkan/ mengamalkan ilmu yang diperolehnya. Istilah-Istilah Beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut peserta didik; 1. Siswa, murid, pelajar: Umumnya digunakan untuk menyatakan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah. 2. Mahasiswa: digunakan pada jenjang pendidikan tinggi. 3. Santri: digunakan bagi peserta didik di pondok pesantren.
[37]
Peserta didik disebut thalib (b.Arab): pencari, penuntut ilmu. Terkandung makna adanya keinginan untuk mencari dan menemukan ilmu. Dalam UU no. 20/ th 2003 ttg SISDIKNAS; Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Ingat… Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga. Murid/ siswa adalah peserta didik di sekolah. Anak-anak warga/ penduduk/ masyarakat secara umum adalah peserta didik dalam masyarakat. Dimensi-Dimensi Peserta Didik Zakiah Daradjat membagi manusia kepada tujuh dimensi pokok; 1. Dimensi Jasmani Mendidik jasmani di dalam Islam mempunyai tujuan; a. Membina tubuh sehingga mencapai pertumbuhan secara sempurna. b. Mengembangkan energi potensial yang dimiliki manusia yaitu fisik sesuai dengan perkembangannya. 2. Dimensi Akal Fungsi akal antara lain: a. Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal, manusia dapat mengerti apa yang tidak dikehendaki/ tidak selaras dengan amanah yang dibebankan kepadanya sebagai sebuah kewajiban. b. Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi sesuatu, baik yang tampak jelas maupun tidak jelas. c. Akal adalah alat petunjuk yang dapat membedakan antara hidayah dan kesesatan. d. Akal adalah daya ingat, mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang sedang dihadapi. Ia menyimpan, mewadahi, memulai, dan mengulangi semua pengertian yang pernah disimpan. Mendidik akal tidak lain adalah mengaktualkan potensi dasarnya yang telah ada sejak manusia lahir. Akan tetapi masih berada dalam pilihan; berkembang menjadi akal yang baik, atau sebaliknya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Dengan pendidikan yang baik, akal yang masih berupa potensi akan menjadi siap dipergunakan dan mampu berperan sebagaimana yang diharapkan, yaitu berfikir (tafakkur/ tadabbur), berdzikir, untuk mengenal Allah SWT. QS. An-Nahl: 12 :
َ ٌ ه َ َ َ ه ُ َ َ هَ َُ ُ ه الن َه َاز َو ه ُّ ع َو ْال َل َم َس َو الل ْي َل َو ه ُ الى ُج َ الش ْم اث ِل َل ْى ٍم ٌَ ْؾ ِللى َن وسخس لىم ٍ ًَ ىم ُم َسخ َساث ِبأ ْم ِس ٍِ ِئن ِفي ذ ِلً َل
3.
“Dan Dia telah menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untuk kalian. Dan bintang-bintang itu juga ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berfikir”. Dimensi Agama Dalam perspektif Islam, manusia sejak lahir sudah memiliki fitrah Islam, mengakui adanya Allah Yang Maha Pencipta.
َ َ َ َ ُ َ ُ ََ ُ ْ َ َْ َ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ ىز َِ ْم ذ ّ ِزهٍ َت ُه ْم َوأش َه َد َُ ْم َؽلى أه ُف ِظ ِه ْم أل ْظ ُذ ِب َسِّبى ْم كالىا َبلى ش ِه ْدها أ ْن ِ وِئذ أخر زبً ِمً ب ِجي آدم ِمً عه ْ ُ َ ُ َ َ ج ُلىلىا ًَ ْى َم ال ِل َي َام ِت ِئ هها ه هىا َؽ ًْ ََرا غا ِف ِل َحن [38]
“Dan ingatlah ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi”. Yang demikian agar pada hari kiamat kalian tidak mengatakan “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A‟raf: 172).
َ ّ َ ُ ْ َ َ ّ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ُ َ ُ ُ ْ َ ُّ ُ )ص َس ِاه ِه أ ْو ًُ َم ِ ّج َظا ِه ِه (زواٍ البخازي ومظلم ٍ ول مىل ِ ىد ًىلد ؽلى ال ِفطس ِة فأبىاٍ يه ِىد ِاه ِه أو ًى ئ ّو ْي َخ َل ْل ُذ ؽ َباد ْي ُخ َى َف َاء َف َج َاء ْج ُـه ُم ه:ًلىٌ هللا حؾالى ْ الش َياط ْح ُن َف َاح َخا َل ْت ُه ْم َؽ ًْ د ًْنه ْم َو َخ هس َم ْذ َؽ َل ْيه ْم ما ِ ِ ِ ِِ ِ ِِ ِ َ َْ َ )(زواٍ مظلم.أ ْخلل ُذ ل ُه ْم
4.
Pandangan Islam terhadap fitrah inilah yang membedakan kerangka nilai dasar pendidikan Islam dengan pendidikan umum. Pendidikan Islam bertujuan membentuk insan bertakwa yang memiliki keseimbangan dalam segala hal berdasarkan iman yang kokoh untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dimensi Akhlak Pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan pendidikan akhlak. Seorang muslim dikatakan sempurna agamanya bila mempunyai akhlak mulia.
َ ُُ َْ ُْ أه َم ُل امل ْإ ِم ِى َحن ِئ ًَم ًاها أ ْخ َظ ُن ُه ْم خل ًلا
5.
6.
“Mu‟min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi). Dimensi Kejiwaan Pada dimensi kejiwaan (mental spiritual) manusia sering mendapati masalah karena kesalahan dalam merespon berbagai problem kehidupan, sehingga mereka tidak bahagia. Pendidikan Islam menjadi kunci meraih kebahagiaan. Pendidikan Islam tidak hanya sebagai upaya membekali peserta didik dengan pengetahuan Islam, tetapi sekaligus upaya untuk menanamkan rasa keislaman dan membentuk sikap keislaman sehingga menjadi bagian dari kepribadian mereka. Dimensi Seni Seni merupakan bagian dari hidup manusia, karena Allah SWT telah menganugerahkan manusia potensi ruhani dan berbagai potensi inderawi (penglihatan, pendengaran, dll). Seni bagi seorang muslim adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan keimanan, dan bukan menjadi sesuatu yang dapat menimbulkan kelalaian, kemungkaran, dan kesombongan. QS. An-Nahl: 5-6
َ َ َ ُ ُ َ ٌ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ ٌ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َن )6( ٍدىن َو ِخ َحن ح ْظ َس ُخىن ) ولىم ِفيها حماٌ ِخحن ج ِس5( وألاوؾام خللها لىم ِفيها ِدفء ومىا ِفؿ و ِمنها جأولى
7.
“Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kalian; padanya ada bulu yang menghangatkan, berbagai manfaat, dan sebagiannya kalian makan. Dan kalian memperoleh pandangan yang indah padanya ketika kalian membawanya kembali ke kandang dan ketika kalian melepasnya ke tempat penggembalaan” Dimensi Sosial Setiap individu adalah bagian dari kelompok sosialnya. Kelompok sosial terkecil dalam masyarakat adalah keluarga. Setiap orang tua harus menyadari bahwa setiap interaksinya dengan anak merupakan kesempatan terbaik untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam aspek sosial sehingga dapat menjadi kepribadiannya. Contoh nilai-nilai Islami dalam aspek sosial:
[39]
َ ْ َ ْ َ ُ َ َ ُ ُْ َ ْ ََ ُْ ُ ْ َ امل ْإمى َحن فى َج َى ّادَ ْم َو َج َس ُ ظ ٌى ج َد َاعى ل ُه َطا ِئ ُس ال َج َظ ِد اخ ِم ِه ْم َوح َؾاط ِف ِه ْم َمث ُل ال َج َظ ِدِ ،ئذا اشخيى ِمىه ؽ ِ ِ مثل ِ ِ ِ ْ ب ه الظ َه ِس َوال ُخ همى. ِ َ ْ ْ ْاملُ ْإم ًُ لل ُم ْإمً َوال ُب ْي َيان ٌَ ُش ُّد َب ْؾ ُ ظ ُه َب ْؾ ً ظا َ(و َش هب ًَ َب ْح َن أ َ ص ِاب ِؾ ِه). ِ ِ َِ ِِ َ َ ُ ال ًُ ْإ ِم ًُ أ َخ ُده ْم َخ هتى ًُ ِد هب ِأل ِخ ِيه َما ًُ ِد ُّب ِل َى ْف ِظ ِه.
][40
Pengertian Komputer 1. Komputer berasal dari bahasa Latin yaitu Computare atau to Compute yang artinya menghitung. Merupakan suatu alat pengolah data secara elektronik yang dikendalikan oleh sekumpulan intruksi (program) yang tersimpan di dalam memori. 2. Sekumpulan alat elektronik yang saling bekerja sama, dapat menerima data (input), mengolah data (proses) dan memberikan informasi (output) serta terkoordinasi di bawah kontrol program yang tersimpan di memorinya. Fungsi Komputer 1. Membantu manusia dalam melakukan pengolahan data yang besar dan rumit 2. Membantu pekerjaan rutin yang berulang ulang dan konsisten 3. Membantu pekerjaan yang tidak bisa langsung / tidak terjangkau oleh manusia. 4. Membantu pekerjaan yang memerlukan proses cepat dan detail. Komponen-komponen Komputer 1. Input merupakan proses memasukkan data ke dalam proses komputer lewat alat input. 2. Processing merupakan proses pengolahan dari data yang sudah dimasukkan yang dilakukan oleh alat pemroses dapat berupa proses menghitung, mengklasifikasi, membandingkan, mengurutkan, mengendalikan, atau mencari di strorage. 3. Strorage adalah proses perekaman hasil pengolahan ke simpanan luar. 4. Output adalah proses menghasilkan output dari hasil pengolahan data ke alat output yang berupa informasi. Tambahan: 1. Input Device: perangkat-perangkat keras komputer yang berfungsi untuk memasukkan data ke dalam memori komputer, seperti keyboard, mouse, joystick dan lain-lain. 2. Prosesor, adalah perangkat utama komputer yang mengelola seluruh aktifitas komputer itu sendiri. 3. Memori adalah suatu tempat penyimpanan informasi yang sedang digunakan oleh sistem operasi, program perangkat lunak, alat perangkat keras, dan atau pemakai. (RAM, ROM) 4. Output Device, adalah perangkat komputer yang berguna untuk menghasilkan keluaran, apakah itu ke kertas (hardcopy), ke layar monitor (softcopy) atau keluaran berupa suara. Contohnya printer, speaker, plotter, monitor dan banyak yang lainnya. Perangkat Komputer 1. Hardware (Perangkat Keras) Hardware (perangkat keras), merupakan komponen elektronik dan mekanik yang menyusun sebuah komputer atau peralatan komputer yang dapat dilihat dan diraba. Hardware ini terdiri dari ; a. Input Device 1) Peralatan Input merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk memasukan data kedalam komputer. 2) Ada beberapa contoh peralatan input yang dapat digunakn untuk memasukkan data, seperti untuk memasukan data berbentuk teks atau berbentuk image, suara, video, dan petunjuk (pointer).
[41]
2.
3.
3) Alat-alat ini bisa bekerja kalau ada driver (Hardware dan software) yang bentuknya terpisah atau built in dalam motherboard. 4) Input Langsung: Keyboard, Pointing Device, Scanner, Sensor, Voice/Speech Recognizer. Input Tidak Langsung: Floppy Disk, Removable Disk, CD/DVD ROM. b. Output Device 1) merupakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan informasi hasil pengolahan data. 2) Bentuk Output : tulisan, image, suara dan bentuk lain yang dapat dibaca oleh mesin (machine readable form). 3) Bentuk Alat Output: a) Hardcopy Device (tulisan dan image); media hard b) Softcopy Device ; media soft (signal elektronik) 4) Monitor, Printer, Speaker. c. Processing Device Merupakan bagian pengolah data yang dimasukan kedalam komputer. Terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut : 1) Processor (CPU sesungguhnya) 2) Memory 3) Motherboard 4) Harddisk 5) Expansion Slots 6) Devices Controller (Multi I/O, VGA Card, Sound Card) 7) Komponen lainnnya (Fan, Baterai, Conector, dll) 8) Powersupply d. Storage Device (perangkat penyimpanan) Software (Perangkat Lunak) Software (perangkat lunak), merupakan program-program komputer yang berguna untuk menjalankan suatu pekerjaan sesuai dengan yang dikehendaki. a. Sistem Operasi (Operating System/OS) program komputer yang dibuat untuk mengendalikan kerja komputer secara mendasar, seperti mengatur kerja media input, proses, output, mengatur penjadwalan processor dll. b. Program Office c. Program Internet d. Program Game e. Program Multimedia f. Program Virus dan Antivirus Brainware Adalah personil-personil yang terlibat langsung dalam pemakaian komputer. a. System Analis : Orang yang merancang suatu system b. Progammer : Orang yang membuat program c. End-User : Orang yang menggunakan komputer secara langsung
[42]
SATUAN KAPASITAS MEMORI KOMPUTER Satuan Memori
Kapasitas
1 Byte
8 bit atau 1 karakter
1 KB (Kilobyte)
1.024 byte
1 MB (Megabyte)
1.024 KB atau 1.048.576 byte
1 GB (Gigabyte)
1.024 MB atau 1.048.576 KB atau 1.073.741.824 byte
1 Terabit
1.099.511.627.776 bit atau 137.438.953.472 byte.
Mainframe
Desktop
Mikrokomputer
Laptop
Komputer
Netbook/Notebook
[43]
RIBA Definisi Riba 1. Secara bahasa, riba berasal dari kata rabaa – yarbuu – rabwan - warabaa-an – warubuwan yang berarti bertambah. (A.W. Munawwir) 2. Secara istilah, riba adalah pertukaran benda dengan benda lain yang tidak jelas persamaannya menurut aturan agama ketika akad atau salah satu benda ditangguhkan atau kedua benda ditangguhkan. (Istilah Fiqih) Hukum Riba Riba hukumnya haram bahkan tergolong dosa besar berdasarkan dalil Al-Qur‟an, hadits yang shohil dan ijma‟. 1. Al-Qur‟an
2.
“Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276) As-Sunnah
ّ ّ لؾً زطىٌ هللا صلى هللا ؽليه وطلم آول السبا ومىوله وواجبه وشاَدًه وكاٌ َم طىاء
Dari Jabir bin Abdilah, “Rosulullah melaknat pemakan riba, pemberi riba, penulisnya dan dua orang saksinya.” Beliau bersabda, “Mereka semua sama.” (HR. Muslim) 3. Ijma‟ Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, “Riba hukumnya adalah haram dengan kesepakatan kaum muslimin.” Bahaya Riba dalam Al-Qur‟an 1. Allah mengancam mereka dengan neraka. (QS. Ali Imran: 130-131) 2. Dihapusnya keberkahan harta meraka. (QS. Al-Baqarah: 276) 3. Pelaku riba tidak mendapat pahala saat hartanya diinfakkan fisabilillah. (QS. ArRum: 39) Bahaya Riba dalam As-Sunnah 1. Pelaku riba diceburkan di sungai darah 2. Penyebab datangnya laknat Allah dan dijauhkan dari rahmat-Nya 3. Mengalami kerugian Jenis Riba 1. Riba Nasi‟ah, tambahan yang diambil penjual dari pembeli sebagai ganti atas penundaan pembayaran hutang. 2. Riba Fahdl, melebihkan penjualan barang yang diimbang atau ditukar dengan jenis yang sama
[44]
Bentuk Muamalah yang Dikategorikan Riba 1. Penghasilan haram disebabkan transaksi yang batil 2. Menjual perak dengan emas dalam bentuk hutang 3. Menjual emas dengan emas tunai dengan beda timbangannya 4. Penjual barang yang belum jelas 5. Usaha yang diragukan halal dan haramnya Dampak riba bagi individu: 1. Dosa riba melahirkan perbuatan dosa selanjutnya 2. Dosa riba menghalangi seseorang untuk berbuat ketaatan dan kebajikan 3. Dosa riba menghilangkan keberkahan 4. Dosa riba mempersulit berbagai problematika kehidupan Dampak riba terhadap keluarga 1. Riba menyebabkan orang terbelenggu oleh hutang yang tidak ada yang tahu kecuali hanya Allah 2. Barangsiapa yang memberi nafkah yang haram dari hasil riba kepada anggota keluarganya maka tunggulah kerusakan anak-anaknya Dampak riba terhadap masyarakat Azab Allah akan datang dikalangan mereka bertubi-tubi menimpa mereka. Hukum-Hukum Muamalah 1. Bunga bank Jika kita melihat pengertian riba yang tercantum dalam surat al-Rum ayat 39, Maka “riba adalah nilai atau harga yang ditambahkan kepada harta atau uang yang dipinjamkan kepada orang lain.” Dengan demikian bunga bank sama dengan riba. Oleh karena itu wajarlah jika MUI dan OKI mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank adalah haram. 2. BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Bahwa sebagian besar dengan adanya BPJS ini sangat baik dan bagus dari pemerintah terhadap rakyatnya, hanya saja karena ada 1 akad yang mengandung unsur ribawi yakni bila terjadinya keterlambatan pembayaran maka pada bulan berikutnya akan dikenakan denda sekian rupiah (Rp. 10 ribu, misalnya). Unsur inilah yang pada akhirnya dipermasalahkan dan menjadikan BPJS: HARAM. 3. Pinjaman dana tunai 4. Kredit di LKS (Lembaga Keuangan Konvensional) spt. Adira 5. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional Bank Syari‟ah Bank Konvensional bank yang beroperasi berdasarkan bank yang beroperasi tidak berdasarkan syariah atau prinsip agama Islam. syariah atau prinsip agama Islam. beroperasi berdasarkan kemitraan pada beroperasi berdasarkan kemitraan pada
[45]
semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya tidak dikenal adanya bunga, tapi dengan system bagi hasil dalam hal pembagian keuntungan
semua aktivitas bisnis tidak atas dasar kesetaraan dan keadilan. melaksanakan system bunga dalam seluruh aktivitasnya. kerugian besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya. Pembagian keuntungan dengan system riba, dan tidak menggunakan system bagi hasil.
[46]
HAFALAN HADITS
َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ً ََْ ُ ْ ْ ً َ ه ُ ْ ُ َ اٌ َك َ َؽ ًْ َأب ْي َُ َسٍْ َس َة َك هللا ل ُه ط ِسٍْ ًلا ِئلى مً طلً ط ِسٍلا ًلخ ِمع ِفي ِه ِؽلما طهل: ` هللا ِ ٌاٌ َزطى ِ ْ ال َج هى ِت
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ` bersabda, “Barang siapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke surga” (HR. Muslim, At-tirmidzi, Ahmad dan Al-Baihaqi)
ُ َ ٌ َ ْ َ ْ ْ ُ ََ ُ ْ ُ َ اٌ َك َ َؽً ُخ َظ ْحن ْبً َؽل ّي َك ظت َؽلى و ِ ّل ُم ْظ ِل ٍم ٍهللا صلى هللا ؽليه وطلم طلب ال ِؾل ِم ف ِس ِ ٌاٌ َزطى ٍ ِ ِ ِ ِ
Hasan bin Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah ` bersabda, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap orang Islam.” (HR. Baihaqi)
َ َْ ُ َ ْ ْ َ َ َ ُ ه ّ ؽً أبي َسٍسة ًْ ان اهلط َؿ َؽ َمل ُه ِئال ِم أن زطىٌ هللا صلى هللا ؽليه وطلم كاٌ ِئذا ماث ِالاوظ َ َ ص َد َكت َحازٍَت َأ ْو ؽ ْلم ًُ ْي َخ َف ُؿ به َأ ْو َو َل ٍد َ ًْ َث َال َثت م ص ِال ٍح ًَ ْد ُؽ ْىل ُه ِِ ِ ٍ ٍ ِ ٍ ِ ٍ
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ` Bersabda, “Apabila manusia telah meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan (orang tua) nya.” (HR. Muslim)
ُ ؽً أبي َسٍسة كاٌ كاٌ زطىٌ هللا صلى هللا ؽليه وطلم َم ًْ ُطئ َل َؽ ًْ ؽ ْلم َف َى َخ َم ُه َأ ْل َج َم ُه هللا ِ ٍ ِ ْ َ ِب ِل َج ٍام ِم ًْ ه ٍاز ًَ ْى ِم ال ِل َي َام ِت
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ` Bersabda, “Siapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu ia mnyembunyikannya (tidak menjawabnya), Allah akan mengekangnya dengan kekangan api neraka pada hari kiamat nanti” (HR. Abu Dawud & Ahmad)
َ ْ َ َ ْ ََْ َ ُْ ُ ه ٌاض ال َج هىت فلا ؽً أبي َسٍسة كاٌ ُط ِئ َل زطى ٌُ هللا صلى هللا ؽليه وطلم ؽً أهث ِر ما ًد ِخل الى ْ ْ َ اض ه وطئ َل َؽ ًْ َأ ْه َثر َما ًُ ْدخ ُل ه ََْ ُ ُُ ْ ُ ْ ُ َ الى فلاٌ ال َف ُّم وال َف ْس ُج الى َاز ِ ِ هللا وخظً الخل ِم ِ جلىي ِ Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ` ditanya tentang penyebab utama yang dapat memasukkan (seseorang) ke dalam surga. Beliau menjawab, “Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak mulia” beliau ditanya pula tentang penyebab utama yang dapat membawa orang ke neraka. Beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan.” (HR. AtTirmidzi) FAIDAH HADITS JIBRIL 1. Dalam hadits jibril dinyatakan bahwa jibril datang mengajarkan agama pada sahabat nabi. Dalam proses ini, jibril berfungsi sebagai guru, nabi sebagai narasumber, dan para sahabat sebagai peserta didik.
[47]
2.
3.
Dalam proses pembelajaran, jibril sebagai guru menggunakan metode tanya jawab. Metode ini efekltif untuk menarik minat dan memusatkan perhatian para peserta didik. Materi pengajaran agama islam dalam hadits jibril tersebut meliputi aspek aspek pokok dalam ajaran islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Dari ketiganya, aspek yang didahulukan adalah akidah. Ajaran islam diajarkan secara integral, tidak secara parsial.
PENDIDIKAN IBADAH SEBAGAI TUJUAN PENDIDIKAN Ibadah merupakan salah satu bentuk ketakwaan manusia kepada Allah l, ibadah dijadikan tujuan pendidikan karena di dalamnya ada proses pengajaran, pelatihan dan bimbingan dalam pengamalannya. Penjelasan mengenai pentingnya ibadah harus disampaikan secara benar lengkap dengan rukun-rukunnya. TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAKٌ Pendidikan akhlak bertujuan untuk membina seseorang agar memiliki budi pekerti yang mulia (akhlaqul karimah).
[48]
I. TARIKH TASYRI‟ PADA MASA RASULULLAH SAW A. Sejarah Arab Pra-Islam Sejarah penetapan hukum Islam tidak terlepas dari pengaruh kondisi dan fenomena sosio-kultural masyarakat Arab Jahiliyah yang tidak teratur dan cenderung menimbulkan ketidakadilan, kehadiran Islam membawa sebuah reformasi dan perbaikan dalam sistem kehidupan bermasyarakat dan beragama. B. Tasyri‟ Periode Mekkah Dan Madinah Dasar tasyri‟: Artinya : “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orangorang yang tidak mengetahui.” (Al-Jatsiyah: 18) Tasyri‟ secara istilah adalah pembentukan undang-undang untuk mengetahui hukumhukum bagi perbuatan orang dewasa dan ketentuan-ketentuan hukum serta peristiwa yang terjadi dikalangan mereka. Hukum islam pada masa Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam ada dua fase: 1. Tasyri‟ Periode Mekkah Adapun masyarakat pada fase Mekkah dapat di cirikan sebagai berikut: a. Jumlah muslim masih minoritas b. Kekuatan yang dimiliki masih sangat lemah c. Dikucilkan dari masyarakat Mekkah saat itu (blokade ekonomi) Oleh karena itulah langkah awal yang dilakukan Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam saat itu adalah menguatkan akidah terlebih dahulu. Dalam al-Qur‟an fase Mekkah ayat yang turun rata-rata seputar penolakan terhadap syirik dan mengajak kepada ketauhidan dan hikmah dari kisah terdahulu. Pada fase ini al-Qur‟an masih sedikit membahas masalah ibadah kecuali setelah hijrah. Dan ada beberapa hal yang menyebabkan ajaran Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam tidak diterima oleh masyarakat Mekkah: a. Ajaran tauhid menyalahkan kepercayaan dan praktek menyembah berhala. b. Ajaran Islam mengecam perilaku ekonomi masyarakat Mekkah yang mempunyai ciri pokok penumpuk harta dan mengabaikan fakir miskin serta anak yatim. 2. Tasri‟ Periode Madinah Ciri-ciri masyarakat fase Madinah sebagai berikut: a. Jumlahnya telah banyak serta berkualitas b. Mengeliminasi permusuhan dalam rangka mengesakan Allah SWT c. Membentuk aturan damai dalam perang Pada periode ini tasyri‟ Islam sudah berorientasi pada tujuan pensyari‟atan yang meliputi semua situasi dan kondisi, yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan, baik individu maupun kelompok pada setiap daerah, baik dalam Ibadah,
[49]
muamalah, jihad, pidana, mawaris, wasiat, perkawinan, thalak, sumpah, peradilan dan segala hal yang menjadi cakupan ilmu fiqih. C. Sumber Tasyri‟ pada Masa Rasulullah Shollallohu „Alaihi Wa Sallam 1. Al-Quran adalah sumber hukum pertama dan utama. Ia memuat kaidah-kaidah hukum fundamental (asasi) yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut. 20. “Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”( Q.S. Al-Jatsiyah ; 20) 2. As-Sunnah atau al-Hadist adalah sumber hukum islam kedua setelah al-Qur‟an. Menurut ulama ahli ushul, hadis adalah “segala perkataan, segala perbuatan, dan segala ketetapan Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam, yang berkaitan dengan hukum”. Fungsi hadits: a. Merinci yang umum (seperti perincian tata cara shalat) b. Membatasi yang mutlak (seperti batasan wasiat, sepertiga) c. Hadis memuat hukum baru yang tidak disebutkan dalam al-Qur‟an secara jelas. Ulama Hanafiyah membagi hadis menjadi tiga, yaitu: a. Hadis mutawatir, yaitu hadis yang diriwayatkan dari Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam. Pada masa sahabat, tabi‟in, tabi‟it-tabi‟in oleeh orang banyak dan tidak munkin mereka berdusta, b. Hadis masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan dari Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam. Pada masa sahabat oleh orang banyak tetapi tidak sampai batasan mutawatir, c. Hadis ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan dari Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam. Pada masa sahabat, tabi‟in, dan tabi‟it-tabi‟in oleh orang yang jumlahnya tidak sampai batas mutawatir D. Kedudukan Ijtihad Pada Masa Rasulullah Shollallohu „Alaihi Wa Sallam. Apabila terjadinya suatu peristiwa yang menghendaki adanya hukum mungkin timbul karena adanya suatu pertanyaan atau perselisihan bahkan atas permintaan Rasul Shollallohu „Alaihi Wa Sallam, maka Allah „Azza Wa Jalla mewahyukan kepada RasulNya ayat-ayat al-Qur‟an yang menjelaskan hukum yang dikehendaki untuk disampaikan kepada umatnya. Tetapi jika hukum yang dikehendaki itu tidak ada dalam al-qur‟an, maka Rasulullah Shollallohu „Alaihi Wa Sallam melakukan Ijtihad. Yang mana apabila Ijtihad rasul Shollallohu „Alaihi Wa Sallam itu salah, maka Allah „Azza Wa Jalla akan mengingatkan dan membenarkannya. Contoh ijtihad yang dilakukan Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam, diantaranya sebagai berikut: 1. Ketika ditanya tentang cara memperlakukan anak-anak Musyrikin yang ikut dalam berperang, Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam menjawab, ”Mereka diperlakukan seperti bapak-bapaknya.” 2. Qiblat umat Islam sebelum ditetapkan oleh Allah „Azza Wa Jalla adalah Bait alMaqdis. Umat Islam shalat menghadap ke Bait al-Maqdis selama 16 atau 17 bulan. Shalat ke Bait al-Maqdis adalah ijtihad Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam. 3. „Abd Allah ibn Ubai (tokoh munafik) datang kepada Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam dan meminta beliau agar beristighfar (memohonkan ampunan
[50]
kepada Allah „Azza Wa Jalla) untuk-Nya. Kemudian nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam memohon kepada Allah „Azza Wa Jalla agar „Abd Allah ibn Ubai diampuni. Di samping itu, Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam memohon kepada Allah „Azza Wa Jalla agar Abd Allah ibn Ubai diberi petunjuk oleh Allah „Azza Wa Jalla. Kemudian Allah „Azza Wa Jalla berfirman; “kamu memmohonkan ampun bagi mereka (orang-orang munafik) atau kamu tidak memohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja).” (QS. al-Taubah: 80) E. Ijtihad Shahabat Pada Masa Rasulullah Shollallohu „Alaihi Wa Sallam Pada masa Rasullah Shollallohu „Alaihi Wa Sallam sudah ada Ijtihad yang dilakukan oleh para shahabat, akan tetapi Ijtihad yang dilakukan oleh para shahabat tersebut hanya terbatas pada waktu-waktu tertentu saja. Karena sulitnya untuk dikembalikan kepada Rasul Shollallohu „Alaihi Wa Sallam sebab jarak atau khawatir akan hilangnya kesempatan dan waktu. Diantara shahabat yang melakukan ijtihad pada zaman Nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam adalah mereka yang diutus untuk mennjadi qadli atau hakim. Diantaranya „Ali ibn Abi Thalib Rodhiyallohu „Anhu yang diutus oleh Rasul Shollallohu „Alaihi Wa Sallam untuk menjadi hakim di Yaman; Mu‟adz ibn Jabal Rodhiyallohu „Anhu yang diutus oleh Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam menjadi hakim di Yaman; dan Hudzaifah al-Yamani Rodhiyallohu „Anhu yang diutus oleh Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam. Di antara ijtihad shahabat yang dilakukan pada zaman nabi Muhammad Shollallohu „Alaihi Wa Sallam adalah sebagai berikut: 1. Suatu hari shahabat Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam berkunjung ke Bani Quraizhah. Kepada mereka, Nabi bersabda, “La Yushaliyanna ahadukum al-„Ashra illa fi bani Quraizhah; jangan sekali-kali kamu melaksanakan shalat asar kecuali di Bani Quraizhah. “sebelum sampai ke Bani Quraizhah, waktu Asar hampir habis. Sebagian shahabat berijtihad dengan melakukan shalat di perjalanan. Berdasarkan ijtihadnya, perintah tersebut adalah supaya shahabat melakukan perjalanan secara cepat sehingga bisa sampai di Bani Quraizhah sebelum waktu shalat Asar habis. Sebagian shahabat lagi berpegang kepada makna tersurat sabda Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam tersebut, sehingga mereka shalat Asar di bani Quraizhah pada malam hari. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, mereka adalah ahl al-zhahir pertama dan ahl al-ma‟na pertama. Muhammad Salam Madkur mangatakan, ketika berita ikhtilaf itu sampai kepada Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam, beliau membenarkan kedua tindakan shahabat tersebut. 2. Dua orang shahabat melakukan perjalanan. Ketika waktu shalat tiba, mereka tidak mendapatkan air untuk berwudlu. Keduanya bertayamum dan kemudian shalat. Setelah shalat selesai, mereka mendapatkan air. Seorang shahabat berwudlu dan kemudian shalat kembali; sedangkan shahabat yang satu lagi tidak. Kemudian keduanya datang kepada Rasul Shollallohu „Alaihi Wa Sallam dan menceritakan pengalamannya. Kepada yang tidak berwudlu dan tidak mengerjakan shalat, Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam bersabda, “Ashabta al-Sunnah”; Engkau mengerjakan sesuai Sunnah.” Sedangkan kepada shahabat yang berwudlu dan mengerjakan shalat, Nabi Shollallohu „Alaihi Wa Sallam bersabda, “al-Ajr marratain; Engkau mendapatkan pahala dua kali.”
[51]
II. PENYUSUNAN SUNNAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP TASYRI‟ Mohon maaf, makalah dan rangkuman tidak tersedia... Silahkan rujuk ke referensireferensi yang menyajikan teman penyusunan sunnah terjadap tasyri‟. III. PERBUDAKAN DALAM ISLAM A. Pengertian Perbudakan (riqq) Kata riqq bermakna kepemilikan dan perbudakan. Sedangkan kata raqiq bermakna budak yang dimiliki. Kata raqiq diambil dari kata riqq yang berarti lembut lawan kata ghilzhah yang berarti keras. B. Hukum Perbudakan (riqq) Riqq hukumnya Mubah, berdasarkan firman Allahl: “....Dan hamba sahayamu.” Juga berdasarkan sabda Rasulullah ` : “Barangsiapa menampar budaknya atau memukulnya,maka kaffaratnya adalah memerdekakanya.” C. Sejarah dan Asal usul perbudakan Riqq sudah di kenal manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu, dan telah di jumpai di kalangan bangsa-bangsa kuno seperti: Mesir, Cina, India, Yunani dan Romawi, juga hal itu di sebutkan dalam kitab-kitab suci samawi seperti Taurat dan Injil. Hajar, ibunda Ismail bin Ibrahim p asalnya adalah seorang budak wanita yang di hadiahkan oleh raja Mesir kepada sarah, istri Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrohhim lalu menggaulinya yang kemudian melahirkan Nabi Ismail p untuknya. Asal-usul perbudakan: 1. Perang. Jika sekelompok manusia memerangi kelompok manusia lainnya dan berhasil mengalahkannya, maka mereka menjadikan para wanita dan anak-anak kelompok yang berhasil dikalahkan sebagai budak. 2. Kefakiran. Tidak jarang kefakiran mendorong manusia menjual anak-anak mereka untuk di jadikan sebagai budak bagi manusia lainnya. 3. Perampokan dan pembajakan. Pada masa lalu rombongan besar bangsa-bangsa eropa singgah di afrika dan menangkap orang-orang negro, kemudian menjual mereka di pasar-pasar budak eropa. Alasan agama Islam membolehkan para pemeluknya memperbudak para wanita dan anak-anak kaum yang di kalahkannya Ialah: Pertama: untuk memelihara kelangsungan hidup mereka, Kedua: untuk membahagiakan dan memerdekakan mereka. D. Hukum memerdekakan Budak (‘itq) „Itq adalah memerdekakan budak yang di miliki dan membebaskan seorang budak dari perbudakan. „Itq hukumnya sunnah,berdasarkan firman Allah l, “(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, Kemudian Nabi Muhammad ` bersabda: “Barangsiapa memerdekakan budak mukmin, maka Alloh memerdekakan setiap tubuhnya dengan anggota tubuh budak tersebut hingga Allah memerdekakan tangan dengan tangan, kaki dengan kaki dan kemaluan dengan kemaluan.”
[52]
Di antara hikmah „Itq adalah Membebassan manusia yang terpelihara dari mudharat perbudakan, sehingga ia dapat memiliki dirinya sendiri dan mendapatkan manfaatnya, menyempurnakan hukum-hukumnya dan memungkinkannya bertindak atas nama dirinya sendiri dan memperoleh manfaatnya sesuai dengan kehendak dan pilihannya. Beberapa ketentuan hukum tentang „Itq 1. „Itq harus di lakukan dengan bahasa yang jelas, seperti: “Kamu merdeka” atau “Kamu adalah budak yang merdeka” atau “Aku telah memerdekanmu. 2. „Itq sah dilakukan oleh orang yang dibolehkan mengelola hartanya, yaitu: orang yang berakal, baligh dan dewasa. Dengan demikian tidak sah memerdekakan budak yang di lakukan oleh orang gila, anak kecil atau orang boros yang terkena hajr, karena mereka itu termasuk orang orang yang tidak di perbolehkan mengelola hartanya. E. Tadbir Tadbir adalah mengaitkan kemerdekakan seorang budak dengan kematian tuannya (pemiliknya), seperti pemilik budak berkata kepada budaknya, “Kamu merdeka setelah kematianku.” Jika pemilik budak tersebut meninggal dunia, maka budaknya merdeka. Tadbir hukumnya dibolehkan, kecuali jika seseorang tidak memiliki harta selain budak yang ditadbirkannya itu. Diantara hikmah tadbir adalah: memberikan kemudahan kepada orang islam,karena ia bisa jadi ia memiliki budak dan bermaksud memerdekakannya, akan tetapi ia melihat dirinya sangat membutuhkan bantuan budak tersebut. Beberapa ketentuan hukum tentang tadbir Adapun hukum-hukum tadbir adalah sebagai berikut: 1. Tadbir itu harus di ucapkan, misalnya: “Kamu merdeka sepeninggalku” atau “Kamu merdeka setelah kematianku” atau “Jika aku meninggal dunia,maka kamu merdeka” dan ucapan-ucapan lainnya yang setera dengan ucapan-ucapan tersebut. 2. Budak ditadbir dimerdekakan setelah kematian pentadbirnya dengan ketentuan nilai budak tersebut adalah sepertiga dari harta pentadbirnya. Jika nilainya kurang atau sama dengan sepetiga, maka budak tersebut boleh dimerdekakan. 3. Boleh menjual hamba mudabbar dan boleh menghibahkannya 4. Pemilik budak diperbolehkan menggauli budak wanita yang telah ditadbirnya,karena budak wanita tersebut adalah miliknya, 5. Jika budak yang ditadbir membunuh pemiliknya, maka tadbirnya menjadi batal dan budak tersebut tidak jadi dimerdekakan. F. Kitabah Kitabah adalah memerdekakan seorang hamba dengan catatan si hamba harus menyerahkan uang sekian jumlahnya dalam sekian masa kepada tuannya. Hukum kitabah :Jika seorang hamba berkata kepada tuannya, “Merdekakanlah saya secara katabah,” maka tuannya wajib memenuhi permintaannya, bila ia memandang budaknya mampu berusaha mencari dana. Kapan hamba mukatab bisa merdeka: Kapan saja hamba mukatab melunasi tanggungannya kepada tuannya, atau dimerdekakannya olehnya, maka ia jadi merdeka. Boleh menjual hamba sahaya mukatab, manakala ia ridha. G. Ummu Walad Ummu walad ialah budak wanita yang digauli oleh pemiliknya dan melahirkan anak darinya, baik laki-laki ataupun perempuan. Hukum menggauli ummu walad
[53]
Pemilik budak wanita boleh menggauli budak wanitanya, dan jika budak wanitanya tersebut melahirkan anak, maka ia menjadi ibu dari anaknya tersebut. “Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.”(al-Ma‟arij:29-30). Juga dikarenakan Rasulullah ` pun menggauli Maryah al-Qibtiyah, kemudian ia melahirkan Ibrahim. Lalu beliau bersabda, “Mariyah dimerdekakan oleh anaknya.”(HR. Ibnu Majjah). Hikmah menggauli budak wanita 1. Ungkapan kasih sayang terhadap budak wanita dengan memenuhi kebutuhan syahwatnya. 2. Menjadikannya sebagai Ummu Walad yang akan merdeka dengan kematian pemiliknya. 3. Dengan digauli pemiliknya, maka pemilik budak wanita tersebut akan semakin peduli kepada budak wanitanya itu dengan memperhatikan kebersihannya, pakainnya, kamar tidurnya, makanannya, dan lain-lain. 4. Memberi kemudahan kepada orang Islam, karena bisa jadi dia tidak mampu menikahi wanita merdeka, maka ia diberi kemudahan dengan dibolehkan dengan menggauli budak wanitanya untuk meringankan dan sebagai ungkapan kasih sayang terhadapnya. Beberapa ketentuan hukum tentang ummu walad 1. Ummu walad sama seperti budak wanita lainnya dalam hal pelayanannya, hubungan seksualnya, kemerdekaan dirinya, batasan auratnya, dan pernikahannya. Akan tetapi ummu walad tidak boleh dijual, karena Rasulullah ` telah melarang perjualan ummu walad. Hal itu dikarenakan, bahwa penjualan ummu walad bertentangan dengan kemerdekaan dirinya kelak sepeninggal dirinya. 2. Ummu walad dimerdekakan dengan kematian pemiliknya, berdasarkan sabda Rasulullah `, “Budak wanita manapun yang melahirkan anak dari pemiliknya (tuannya), maka ia dimerdekakan setelah kematian pemiliknya.” 3. Budak wanita tetap dihukumi ummu walad, meskipun ia mengalami keguguran, jika hal itu terjadi setelah janinnya sempurna penciptaannya dan bentuknya bisa dibedakan, karena Umar berkata, “Jika budak wanita melahirkan anak dari pemiliknya maka ia dimerdekakan meski mengalami keguguran.” H. Wala’ Wala‟ adalah kekerabatan karena seseorang memerdekakan budak. Jadi barangsiapa yang memerdekakan budak dengan cara apapun, maka ia menjadi kerabat budak tersebut. Jika budak yang telah dimerdekakannya itu meninggal dunia dania tidak memiliki ahli waris dari nasabnya, maka orang yang telah memerdekakanya dan kerabatnya menjadi ahli warisnya. Hal tersebut berdasarkan sabda Rasul: “sesungguhnya wala‟ ituadalah milik orang yang memerdekakan.” Hukum wala‟ Wala‟ di syariatkan berdasarkan Firman Allah l: “Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maulamaulamu”(al-Ahzab:5) Kemudian sabda Rasul `: “Wala‟ itu adalah milik orang yang memerdekakan.” Beberapa ketentuan hukum tentang Wala‟
[54]
1.
Wala‟ adalah milik orang yang memerdekakan dengan cara apapun, baik dengan cara mukatab, atau tadbir, atau cara lainnya. 2. Wala‟ tidak boleh di jual atau di hibahkan, dengan demikian wala‟ tidak pindah dari pemiliknya kepada orang lain dengan jual beli atau hibah, karena wala‟ itu seperti nasab, sedang nasab itu tidak boleh dijual atau dihibahkan, apapun alasannya. 3. Tidak boleh mewarisi wala‟ kecuali orang yang telah memerdekakan budak, baik laki laki maupun perempuan, dan keluarga laki laki dari orang yang memerdekakan budak, sebagaimana hal tersebut telah di jelaskan secara rinci dalam pembahasan ilmu waris. I. Cara Memperlakukan Budak Perlakuan terhadap budak : pertama, Islam mewasiatkan pemeluknya untuk menjaga mereka. Kedua, Islam melarang panggulan dan sapaan atas mereka dengan sapaan yang memojokkan dan menunjukkan bahwa mereka hanyalah seorang budak. Ketiga, Islam memerintahkan seorang tuan untuk memberikan pakaian dan makanannya. Keempat, Islam melarang seseorang untuk menzalimi atau menyakit budak. Kelima, Islam menyeru kepada tuan dari budak untuk memberikan mereka hak pengajaran, serta mendidik mereka. IV. HUKUM TA‟DZIR DI DALAM ISLAM A. Pengertian Ta’zir Ta‟zir menurut bahasa yang bermakna pemuliaan dan pertolongan. Hal ini sesuai dengan firman Allah k: "Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya.” (Q.S. al-Fatah:9) Sedangkan secara istilah dalam ilmu fiqih, kata ta‟zir itu bermakna; “Hukuman yang tidak ditetapkan ketentuannya secara syar‟i, baik terkait hak Allah atau hak adami, umumnya berlaku pada setiap maksiat yang tidak ada hukum hudud atau kaffarah.” B. Hukum Ta’zir Dasar pensyari‟atan hukum ta‟zir ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa‟i bahwa Nabi ` memenjarakan orang yang tertuduh. [Dishahihkan oleh Al-Hakim dan dihasankan Al-Bani dalam Irwa Al-ghalil (8/55). Disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa Umar bin Al-Khattab z menta‟zir dan memberi pelajaran terhadap seseorang dengan mencukur rambut, mengasingkan, dan memukul pelakunya. C. Hikmah Pensyari‟atan Hukum Ta’zir Ubadah bin Shamit z meriwayatkan dan berkata; suatu ketika, kami duduk bersama Rasulullah ` didalam suatu majelis lalu beliau bersabda; “Berjanjilah kamu sekalian di hadapanku untuk tidak menyekutukan Allah, untuk tidak berzina, untuk tidak mencuri dan untuk tidak membunuh nyawa yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan haq. Barangsiapa yang teguh dengan janjinya, maka balasan tersedia di tanagan Allah. Tetapi barangsiapa yang masih saja melanggar salah satu dari janji-janjinya itu,maka dia akan dikenai hukuman sebagai penghapus dosa tersebut baginya barangsiapa yang masih juga melanggar janji-janji itu, tetapi di tutup oleh Allah, maka persoalannya terserah juga kepeda Allah. Jika dia menghendaki untuk mengampuninya, maka ia
[55]
diampuninya dan jika sebaliknya, maka orang yang bersangakutan itu akan disiksa.” (H.R. Bukhari dan Muslim) Selain dapat menghapus dosa-dosa pelakunya, ta‟zir juga dapat menjadi pencegah terjadinya kemaksiatan dan kriminalitas kembali. Karena itu, ta‟zir merupakan penghapus dosa dan pencegah terjadinya kriminalitas secara sekaligus. D. Tata Cara Hukuman Ta’zir 1. pukulan dalam ta‟zir yang melebihi sepuluh pukulan 2. Ta‟zir dengan membunuh 3. Ta‟zir dengan menyita harta E. Bentuk-bentuk Hukuman Ta’zir Yang Dibenarkan 1. Hukuman mati 2. Hukum cambuk 3. Penjara 4. Pengasingan F. Bentuk Hukuman Ta'zir Yang Diharamkan 1. Dilarang melakukan penyiksaan 2. Dilarang memotong anggota tubuh 3. Dilarang memukul di wajah 4. Dilarang memotong jenggot G. Pihak Yang Berhak Menetapkan Sanksi Ta’zir 1. Bapak 2. Tuan (majikan). 3. Suami. H. Jaminan Dalam Ta’zir Tidak ada tanggungan bagi ayah ketika menta‟zir anaknya, tidak ada tanggungan bagi suami ketika menta‟zir istrinya, dan tidak ada tanggungan bagi hakim ketika menghukum terdakwa dengan syarat tidak berlebihan dan tidak menambahkannya sesuai dengan tercapainya maksud I. Perbedaan Sanksi Ta’zir Dengan Sanksi Kriminal (Hudud) 1. Berkenaan dengan sanksi hudud 2. Berkenaan dengan sanksi hudud 3. Kematian yang disebabkan oleh sanksi ta‟zir ditanggung (diganti dengan diyat). IV. IJMÂ 1.
2.
Ijmâ‟ adalah Kesepakatan para mujtahid umat ini sepeninggal Nabi ` mengenai suatu hukum syar‟i. Adapun landasan hukum Ijmâ‟ terdapat pada QS. Surat AlNisa‟ [4]: 115, Surat Al-Baqarah [2]: 143, Surat Ali-„Imran [3]: 110, Surat Ali„Imran [3]: 103, Surat Al-Nisa‟ [4]: 59, Adapun dalil dari Sunnah, ada beberapa hadits Nabi ` yang menyebutkan tentang hujjahnya Ijmâ‟, antara lain “Apa yang dilihat kaum muslimin baik maka ia disisi Allah baik.”dan “Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan.” Ijmâ‟ berfungsi menetapkan hukum atas dasar taufik Allah yang telah dianugerahkan kepada ulama yang melakukan Ijmâ‟ tersebut. Berdasarkan ulama ushul fiqih Ijmâ‟ terbagi menjadi dua yaitu Ijmâ‟ shârih (jelas) yaitu kesepakatan para mujtahid yang secara jelas terhadap suatu hukum syar‟i bagi sebuah permasalahan yang mereka hadapi. Sedangkan Ijmâ‟ sukûtî (diam) adalah suatu
[56]
3.
pendapat yang dikemukakan oleh seorang mujtahid, kemudian pendapat tersebut telah diketahui oleh para mujtahid yang hidup semasa dengan mujtahid di atas, akan tetapi tidak ada seorangpun yang mengingkarinya.. Adapun rukun-rukun Ijmâ‟ berdasarkan ulama ushul fiqih adalah (1) Adanya sejumlah para mujtahid pada saat terjadinya suatu peristiwa. (2) Adanya kesepakatan seluruh mujtahid di kalangan umat Islam terhadap hukum Syara‟ mengenai suatu kasus. (3) Bahwasanya kesepakatan mereka adalah dengan mengemukakan pendapat masing-masing orang dari para mujtahid itu tentang pendapatnya yang jelas mengenai suatu peristiwa. (4) Bahwa kesepakatan dari seluruh mujtahid atau suatu hukum itu terealisir. Adapun syarat-syarat Ijmâ‟ diantaranya (1) Yang melakukan Ijmâ‟ tersebut adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan ijtihad. (2) Kesepakatan itu muncul dari para mujtahid yang bersifat adil [berpendirian kuat terhadap agamanya].(3) Para mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha menghindarkan diri dari ucapan atau perbuatan bid‟ah.
[57]
I. AUXILIARY VERB To Be (Is, Am, Are, Was, Were) Linking Verb > I am sick Menerangkan bentuk waktu > I am studying English Passive Voice > My book is borrowed by my friend To Do ( Do, Does, Did dan Done) Pola Negative > She does not speak English every day Pola Interogative > Do you always read a book every day ? Yes, I do. verb yang berarti mengerjakan > She always does the assignments from her teacher every week. To Have ( Has, Have dan Had ) Helping Verb (kata kerja bantu) > I have received a letter from my friend verb (kata kerja) yang berarti mempunyai >I have 2 books that I bought from bookstore yesterday. Can Menyatakan kemampuan >She can run quickly Permintaan izin > Can I know your address, please ? Kemungkinan > Don‟t you disturb that wolf, it can bite you. Modal Auxiliaries Could Bentuk lampau dari Can >I could not go to school 2 days ago because I was sick Izin yang sangat sopan > Could you help me,please ? Menyatakan kemungkinan yang kurang dari 50% > He could be at home May Permintaan yang sopan > May Iborrow your pen, please ? Menyatakan pengharapan >May God bless you Would & Will Menyatakan pekerjaan yang akan dilakukan > I will study hard Would + like, menunjukkan arti keinginan > She would like to study hard to face the exam. Must Keinginan yang kuat >You must (have to) study hard to face the exam. Larangan > You must not speak loudly, because my father is sleeping ! Bentuk lampau must adalah had to> I had to go to hospital yesterday. Shall & SHOULD Pertanyaan sopan untuk memberi usulan atau tawaran > Shall I do this ? Sebagai kata bantu future untuk subjek I dan We, yang berarti akan > We shall go to Semarang tomorrow. Menyatakan nasehat > You should study hard. Bentuk lampau dari Shall > I should go to your house before you visited my house. Ought to, Dare, Need and Used to
[58]
Ought to Kata kerja bantu yang artinya sebaiknya > You ought to speak English Used to Menyatakan pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang di masa lampau, sekarang tidak lagi dikerjakan > He used to run in the morning when he was still young. Need Sebagai bentuk negative dari must > I need not sleep now. Sebagai kata kerja biasa yang artinya perlu > I need your help. Dare Sebagai kata kerja bantu yang berarti berani > She dare to go with you II. CONJUNCTION Conjunction merupakan salah satu jenis kata (parts of speech) yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata lainnya,kalimat dengan kalimat lainnya, sehingga bisa membentuk suatu pengertian atau makna yang jelas dan lengkap. Bentuk/type of conjunction: 1. Coordinate Conjunction Adalah kata penghubung yang digunakan untuk menggabungkan dua buah klausa yang sederajat atau setara, maksudnya adalah antara kalimat yang satu tidak bergantung pada kalimat yang lain. Pembagian Coordinate Conjunctions a. Cumulative Conjunctions (Kata Penghubung Bertambahan). Kata yang termasuk cumulative conjunction adalah: and (dan), both...and (dan...juga), also (juga), as well as (dan juga) , less than (dan...sama tarafnya), not only...but (tidak hanya...tetapi). Contoh Kalimat She is young and pretty. (Dia muda dan cantik). I saw not only a deer but also a lion. (Saya tidak hanya melihat seekor kijang, tetapi juga seekor singa). She can both sing and dance. (Dia dapat menyanyi dan juga menari). b. Alternative Conjunctions (Kata Penghubung Pilihan). Kata yang termasuk alternative conjunctions adalah: Either...or (...atau), Neither...nor (bukan...ataupun) Or (kalau, kalau tidak), Else (kalau tidak), Otherwise (kalau tidak). Contoh Kalimat Neither I nor my friends were late last week. (Baik saya maupun teman-teman saya terlambat minggu lalu). You my rest or read this newspaper. (kamu beristirahat atau membaca koran ini) He must take rest, otherwise he will lose your health. (dia harus beristirahat jika tidak kesehatan dia akan menurun). c. Adversative Conjunctions (Kata Penghubung Berlawanan). Kata yang termasuk adversative conjunctions adalah: But (tetapi), Still (namun, tetapi...masih), Yet (namun, sekalipun begitu)
[59]
d.
e.
Nevertheless (namun), However (tetapi) Contoh Kalimat I am happy, but she is sad. (Saya bahagia tetapi dia sedih). however I haven‟t the time. (Saya senang pergi tetapi saya tidak punya waktu). You may sit down, while I stand. (Anda boleh duduk, sementara saya berdiri). illative Conjunctions (Kata penghubung berkesimpulan). Kata yang termasuk kedalam illative conjunctions adalah: Therefore (oleh karena itu), So (oleh sebab itu), So then (maka), Then (maka), For (karena) Contoh Kalimat It is time to go so let‟s start. (ini saatnya untuk pergi, oleh sebab itu mari kita berangkat). If you wrong, then you must admit it. (jika kamu bersalah, maka kamu harus mengakuinya). Subordinate Conjunction Subordinate Conjunction kata yang menghubungkan dua kalimat yang tidak sederajat, dua kalimat tersebut masing-masing berkedudukan sebagai anak kalimat dan induk kalimat. Kata yang termasuk subordinate: after (setelah, sesudah) although (walaupun, meskipun, kendatipun) though (walaupun, meskipun, kendatipun) as (karena) because (karena) before (sebelum) if (jika, kalau, seandainya) since (sejak, karena) Contoh Kalimat She can do as I do. (Dia dapat mengerjakan seperti yang kukerjakan). You will pass you exam if you study hard. (Kamu akan lulus ujian jika kamu belajar giat). He didn‟t come because he was ill. (Dia tidak datang karena dia sakit). III. PASSIVE VOICE
Active
Present Tense Simple
Continues
Perfect
S + V1 + O
S + to be + V1 + ing + O
S + have/has + V3 + O
She writes a letter.
He is closing the window.
They have played the ball.
[60]
Perpect Continous S + have/has + been + V1 + ing +O Fuad has been writing the lesson
Passive
S + (is, am, are) + V3
S + (am, is, are) + being + V3
S + have/has + been + V3
A letter is written by her.
The window is being closed by him.
The ball has been played by them.
Simple
Continues
Perfect
S + V2+ O
S + Was/Were +V1 +ing + O Rifki was drinking some water. S + was/were + being + Past Participle Some water was being drunk by him.
S + Had + V3 + O Acep had written a letter.
Continues
Perfect
S + Will/ Shall + V1 + O
S + will + be + V1 + ing O
S + Have/ Has + V3 + O
My wife will make some cake.
Nanda will be playing the ball.
S + will + be + Past Participle
S + will + be + being + Past Participle The ball will be being played by him.
They will have finished that work. S + will + have been + Past Participle That work will have been finished by them.
S + have/has + been + being + Past Participle The lesson has been being writing by Fuad
Passive
Active
Past Tense
Syah Rozak opened the door. S + was/were + Past Participle The door were opened by him.
Passive
Active
Future Tense Simple
Some cake will be made by my wife.
Active
Future Past Tense Simple
S + had been + Past Participle A letter had been written by him.
Continues
Perfect
S+ Would/Should V1 + O
S+ Would/Should + be + V1 + Ing + O
S+ Would/Should + V3 + O
He would open the door
They would be playing tennis.
Hudzaifah would have finished that
[61]
Perpect Continous S + Had + Been + V1 + O Enteng had been riding a motorcycle. S + had been + being + Past Participle A motorcycle has been being ridden by him. Perpect Continous S + Will + Have/Has + V1 +O Nur Kalam will have playing volly ball. S + will + have been + being + Past Participle Volly ball will have been being played by him.
Perpect Continous S+ Would/Should +Have/Has +been + V1 +ing +O Rahmat would have been
Passive
work. S + would + be + Past Participle
S + would + be + being + Past Participle
S + would + have been + Past Participle
The door would be opened by him
Tennis would be being played by them.
That work would have been finished by her.
painting the house. S + would + have been + being + Past Participle The house would have been being paintet by him.
TERJEMAH I 1. kami sedang membaca al-qur'an sekarang 2. mahasiswa pbsq dapat menghapal al-qur'an setiap hari 3. kami punya cita-cita menghafal al-qur'an 30 juz, kami akan menghafal al-qur'an setiap hari 4. teman saya telah menghafal al-qur'an 30 juz 5. bolehkah saya meminjamkan al-qur'an kamu 1. 2. 3. 4. 5.
we are reading the Qur'an today pbsq students can memorize the Qur'an every day we have a goal to memorize the Qur'an 30 chapters, we will memorize the Qur'an every day my friend had memorized the Qur'an 30 juz may I lend you the Qur'an
TERJEMAH II 1. kami akan menghafal al-qur'an 30 juz sebelum menikah dengan seorang muslimah. 2. kami telah menghafal Al-qur'an sebanyak 15 juz sejak masuk kampus pbsq dua tahun yang lalu. 3. mereka bekerja sambil menghafal Al-Qur'an. 4. teman-teman saya banyak yang tidak kuliah hari ini karena sakit. 5. mari kita belajar bahasa inggris bersama pak Ari sampai matahari terbenam. 1. 2. 3. 4. 5.
we will memorize the Qur'an 30 chapters before marrying a Muslim. we have memorized the Qur'an as much as 15 chapters since entering college pbsq two years ago. their work while memorizing the Quran. of my friends who did not go to many these days due to illness. let us learn English with Ari pack until sunset.
[62]
TERJEMAH III Buat kalimat fasif 1. AYAH memanggil andi. Andi dipanggil oleh ayah. 2. ibu sedang memasak kue di dapur. Kue sedang dimasak ibu di dapur. 3. paman akan mengecat ruman besok. Rumah akan dicat paman besok. 4. saya telah menyelesaikan PR bahasa inggris saya. PR bahasa inggris saya telah dikerjakan oleh saya. 5. kami telah sedang menghafal al-Qur‟an setiap hari. Al-Qur‟an telah sedang dihafal oleh kami setiap hari. 1. 2. 3. 4. 5.
FATHER call andi Andi called by father The mother was cooking a cake in the kitchen. The cake was cooked in the kitchen mom uncle will repaint homework tomorrow The house will be painted tomorrow uncle I have completed my english homework Idioms English Idioms my homework has been done by me we have're memorizing the Koran every day The Qur'an was being memorized by us every day
[63]
I. PENGERTIAN KEPENDIDIKAN A. Secara Bahasa Istilah pendidikan dalam bahasa inggris adalah education, berasal dari kata to educate, yaitu mengasuh, mendidik. Dalam dictionary of education, makan education adalah kumpulan semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemamapuan, sikap, dan tingkah laku yang bernilai positif didalam masyarakat. Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendididkan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat-kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagaiaan yang setinggi-tingginya. B. Batasan Pengertian Pendidikan Ditinjau dari Proses dan Tempat Berlangsungnya Pendidikan Batasan ini dapat dikelompokkan menjadi : 1. Batasan yang luas 2. Batasan yang sempit 3. Batasan yang luas terbatas Ditinjau Dari Sasaran Pendidikan dibagi menjadi; 1. Pendidikan Islam Secara Umum 2. Pendidikan Islam Secara Khusus Pendidikan Islam secara khusus dapat pula dibagi berdasarkan tingkatan peserta didik, sebagai berikut: 1. Pendidikan prenatal 2. Pendidikan anak 3. Pendidikan remaja 4. Pendidikan orang dewasa 5. Pendidikan orang tua Pendidikan khusus berdasarkan jenis kelamin, yaitu: 1. Pendidikan untuk kaum perempuan 2. Pendidikan untuk kaum laki-laki Pendidikan khusus berdasarkan tingkat kecerdasan; 1. Pendidikan luar biasa, teruntuk kepada perserta didik yang memiliki kemampuan. 2. Pendidikan biasa, teruntuk peserta didik yang meiliki tingkat kecerdasan normal Pendidikan khusus berdasarkan lingkungan sosial yang melaksanakan, yaitu: 1. Pendidikan in-formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan didalam keluarga. 2. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan didalam lingkungan sekolah 3. Pendidikan non-formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat, seperti TPA. C. Ruang Lingkup Pendidikan Dalam ilmu pendidikan terdapat beberapa hal penting, yaitu sebagai berikut : 1. Pendidik dan Perbuatan Mendidik
[64]
Secara umum, tugas pendidik dalam pendidikan adalah sebagai berikut: a. Pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program pendidikan. b. Pendidik yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah yang menciptakannya. c. Pemimpin, mengendalikan diri sendiri, anak didik dan masyarakat terkait, yang menyangkut uapaya pengarahan, penagwasan, pengorganisasian, pengontrol, dan partisipasi atas program yang dilakukan. 2. Anak didik dan materi pendidikan 3. Dasar dan tujuan pendidikan 4. Metode pendidikan 5. Evalusai pendidikan 6. Alat-alat pendidikan 7. Lingkungan pendidiakan D. Fungsi Tujuan Pendidikan 1. Sebagai arah pendidikan 2. Tujuan sebagai titik akhir 3. Tujuan sebagai awal mencapai tujuan lainnya 4. Memberi nilai usaha yang dilakukan E. Macam-Macam Tujuan Pendidikan 1. Tujuan Umum, Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal. 2. Tujuan Khusus, a. Terdapat perbedaan individual anak didik, misalnya: perbedaan dalam bakat, jenis kelamin, intelegensi, minat, dan sebagainya. b. Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat, misalnya: tujuan khusus untuk masyarakat pertanian, perternakan, dan lain-lain. c. Perbedaan berhubungan tugas lembaga pendidikan, misalnya: tujuan khusus untuk pendidikan keluarga, sekolah dan dalam perkembangan pemuda. d. Perbedaan berhubungan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa. 3. Tujuan Tak Lengkap Adalah tujuan pembentukan kecerdasan tanpa memperhatikan yang lainnya. 4. Tujuan Sementar Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidaklah dapat dicapai secara sekaligus, karena perlu ditempuh setingkat demi setingkat. Tingkatan demi tingkatan yang diupayakan untuk menuju tujuan akhir itulah yang dimaksud tujuan sementara, 5. Tujuan Isidentil, Ialah tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara kebetulan. 6. Tujuan intermedier, Ialah sering pun disebut tujuan perantara, ia merupakan tujuan yang dilihat sebagai alat yang harus dicapai terlebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya. II. KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN A. Pengertian Komponen Pendidikan Komponen adalah merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses. Sedangkan komponen pendidikan adalah
[65]
bagian- bagian dari sistem proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya atau ada atau tidaknya proses pendidikan. B. Komponen-Komponen Pendidikan Sebagai suatu sistem yang komplek maka pendidikan memiliki beberapa komponen yang menjadi pembangun pendidikan itu sendiri, adapun yang menjadi komponen tersebut di antaranya: 1. Tujuan pendidikan; Dilihat dari segi kebahasaan, kata tujuan berakar dari kata dasar tuju yang berarti arah satu jurusan. Maka, tujuan berarti maksud atau sasaran, atau dapat juga berarti sesuatu yang hendak dicapai. Sementara pengertian tujuan secara istilah sebagaimana yang di kemukakan oleh Al-Syaibany adalah perubahan yang diinginkan yang diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan alam sekitar tempat individu itu hidup, atau pada proses pendidikan dan pengajaran, sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi yang ada dalam masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan tujuan pendidikan ialah hasil akhir yang diinginkan atau ingin dicapai melalui proses pendidikan. Adapun tujuan pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut. a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Berbudi pekerti luhur. c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan. d. Sehat jasmani dan rohani. e. Kepribadian yang mantap dan mandiri. f. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa. 2. Pendidik; a. pengertian pendidik Dari segi bahasa pendidik adalah orang yang mendidik.Adapun pengertian menurut istilah adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mancapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai Khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. b. Karakteristik Pendidik Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksakan tugasnya dalam mendidik, yaitu sebagai berikut. 1) Kematangan diri yang stabil; memhami diri sendiri, menciantai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab sendiri atas hidupnya, tidak menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain. 2) Kematangan sosial yang stabil, dalam hal ini seorang pendidik dituntut memiliki pengetahuan yagn cukup tentang masyarakatnya, dan memiliki kecakapan membina kerja sama dengan orang lain. 3) Kematangan professional (kemampuan mendidik); yakni menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan
[66]
c.
d.
perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik. Guru sebagai Pendidik Formal Di dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan No. 4 tahun 1950 Pasal 15 ditetapka bahwa: Syarat-syarat utama untuk menjadi guru, selain ijazah, dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran, yaitu: 1) Syarat profesional (Ijazah); 2) Syarat biologis (kesehatan jasmani); 3) Syarat psikologis (kesehatan mental); 4) Syarat paedagogis-didaktis (pendidikan dan pengajaran) Selain harus memiliki syarat-syarat sebagai manusia dewasa, harus pula memenuhi persyaratan lain yang lebih berat, yang dapat dikelompokkan menjadi: persyaratan pribadi dan persyaratan jabatan. Hal yang termasuk persyaratan pribadi, di antaranya: 1) Berbudi pekerti luhur dan berbadan sehat; 2) Memiliki kecerdasan yang cukup; 3) Memiliki tempramen yang tenang; 4) Kestabilan dan kematangan emosional. Sementara itu yang termasuk persyaratan jabatan, adalah: 1) Pengetahuan tentang manusia dan masyarakat seperti, antropologi, sosiologi, sosiologi pendidikan dan psikologi. 2) Pengetahuan dasar fundamental jabatan profesi seperti ilmu keguruan dan ilmu pendidikan. 3) Pengetahuan keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. 4) Keahlian dalam kepemimpinan pendidikan yang demokratis seperti human public relation yang luas dan baik. 5) Memiliki filsafat pendiidikan yang pasti dan tetap serta dapat dipertanggungjawabkan. Orang Tua sebagai Pendidik di Rumah Secara senderhana keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak dan kerena itu disebut primary communit. Orang tua merupakan pendidikan pertama, utama, kodrati. Keluarga merupakan pendidikan tertua dan utama yang dialami anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat dan melindungi serta mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik Di dalam Islam Rosulullah Shallallahu„alaihiwasallam secara jelas mengingatkan akan pentingnya pendidikan keluarga ini, sebagaimana hadist yang berbunyi
ما من مى لى د يىلد اال على الفطرة فابىاه يهدانو اوينصرانو اويمجسانو 3.
“Anak itu dlahirkan dalam keadaan fitroh, maka orang tuanyalah yang dapat menjadikannya yahudi, nasroni, ataupun majuis.” (HR. Muslim) Peserta Didik Dalam pengertian umum, Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
[67]
4.
5.
Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya a. Belum memilki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik; b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik; Sebagian manusia memiliki sifat–sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicra, perbedaan individual, dan sebagainya. Alat Pendidikan Alat pendidikan adalah suatu faktor atau tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya tujuan pendidikan tertentu seuai apa yang diinginkan. Macam- macam Alat Pendidikan Yang dimaksud dengan alat di sini ialah segala perlengkapan yang dipakai dalam usaha pendidikan. Abu Ahmadi dan Suwarno membedakan alat pendidikan ini menjadi beberapa kategori, yaitu sebagi berikut: a. Alat Pendidikan Positif dan Negatif Alat pendidikan positif misalnya, pujian agar anak mengulang pekerjaan yang menurut ukuran adalah baik. Alat pendidikan negatif misalnya, larangan atau hukuman agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menurut norma adalah buruk. b. Alat Pendidikan Preventif dan Korektif Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak mengerjakan suatu yang tidak baik, misalnya peringatan atau larangan. Sedangkan alat pendidikan korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang dilakukan anak didik misalnya hukuman. c. Alat Pendidikan Yang Menyenangkan dan Tidak Menyenangkan Tujuan alat ini ialah agar pesrta didik menjadi senang, misalnya hadiah atau ganjaran. Sedangkan alat pendidikan yang tidak menyenangkan tujunnya agar anak didik merasa tidak senang dan nyaman melakukan sesuatu karena aktivitasnya tidak produktif, misalnya hukuman atau celaan. Ditinjau dari segi wujudnya maka alat pendidikan bisa berupa: a. Perbuatan pendidik (software), mencakup nasihat, teladan, larangan , perintah, pujian, teguran, ancaman, hukuman. b. Benda-benda sebagai alat bantu (hardware), mencakup meja, kuri, papan tulis penghapus, kapur, buku, peta, OHP dan sebagainya. Penggunaan alat pendidikan yang tampak dalam bentuk tindakan: 1) Teladan, 2) Anjuran dan perintah, 3) Larangan, 4) Pujian dan hadiah, 5) Teguran, 6) Perintah dan ancaman, 7) Hukuman “Dalam hal pemberian hukuman ini paling tidak ada dua prinsip dasar mengapa diadakan. a. Hukuman diadakan karena adanya pelanggaran atau ada salah yang diperbuat. b. Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran.” lingkungan pendidikan Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) yang dimaksud dengan lingkungan (enivironment) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life Processes. Pada dasarnya lingkungan mencakup: a. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah dan keadaan alam.
[68]
b.
6.
Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup dan pengetahuan. c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa dan perkumpulan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan–lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda yang ia sebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. a. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan pendidikan tertua dan utama yang dialami anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua, orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat dan melindungi serta mrndidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik . b. Lingkungan Sekolah Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan belajar secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kedapanya. Karena itu, sebagai sumbangan sekolah terhadap pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. 2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah. 3) Sekolah melatih anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan. 4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan benar dan salah, dan sebagainya. c. Lingkungan Organisasi Pemuda Peran organisasi pemuda ini utamanya adalah dalam upaya pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi ini berkembanglah semacam kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan dalam pergaulan dengan sesama kawan (social skill) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Menurut Al-Khauly dalam Muhaimin menjelaskan bahwa kurikulum identik dengan kata almanhaj yang berfungsi sebagai seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujukan tujuan pendidikan yang diinginkan. b. Ciri Kurikulum dalam Islam Sebagaimana pendapat al-Syaibany yang dikutip oleh Nata bahwa ciri-ciri kurikulum dalam pendidikan Islam adalah; 1) Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan dan kandungannya, metode, alat dan tekniknya bercorak agama. 2) Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat pemikiran dan ajaran menyeluruh.
[69]
3) Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengembangan individual dan sosial. 4) Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik. 5) Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik. c. Prinsip Kurikulum dalam Islam Kurikulum pendidikan Islam memiliki beberapa prinsip yang harus ditegakkan. al-Syaibani dalam Nata berpendapat bahwa prinsip-prinsip kuirukulm pendidikan Islam, yaitu; 1) Prinsip pertautan yang sempurna dengaan agama, termasuk ajarannya dan nilai-nilainya. 2) Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungankandungan kurikulum. 3) Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum. 4) Prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemapuan daan kebutuhan pelajar. 5) Prinsip pemeliharan perbedaan-perbedaan individu di antara para pelajar, baik dari segi minat maupun bakatnya. 6) Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat. 7) Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalamanpengalaman dan aktifitas yang terkandung dalam kurikulum. Ingat ....Komponen-komponen pembangun sistem pendidikan adalah ibarat suatu tubuh manusia dengan organ tubuhnya. Jika salah satu hilang atau pun bermasalah maka sistem tersebut akan rusak dan tidak seimbang. Maka tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa seluruh komponen dalam suatu sistem pendidikan satu sama lain tidak dapat dipisahakan. III. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN A. Tujuan Pendidikan Tujuan umum pendidikan adalah untuk membentuk manusia sempurna. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia dan anggota masyarakat, dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Tujuan akhir pendidikan islam adalah meraih keridoan Allah k atau meraih kebahagiaan atau kebaikan dunia dan akhirat. Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan utama pendidikan adalah membentuk manusia Indonesia yang bisa mandiri dalam kehidupan pribadinya, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta kehidupan yang beragama. B. Peserta Didik (Subjek Didik) Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz (murid), maksudnya “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab (mencari), maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”.
[70]
Peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik. Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa, Warga Belajar, Palajar, Murid serta Santri. 1. Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 2. Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan tinggi. 3. Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). 4. Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat atas. 5. Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa. 6. Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal, C. Pendidik Yang dimaksud dengan pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. 1. Ahmad Tafsir Pendidik ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik. 2. Ahmad D Marimba Pendidik ialah orang yuag memikul pertanggung jawaban untuk mendidik yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik. D. Interaksi Edukatif Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain interkasi edukatif adalah sebagai interkasi belajar mengajar. Adapun Fungsi Interaksi Edukatif adalah sebagai berikut : 1. Dapat mentransfer pengetahuan (kognitif) secara optimal. 2. Memungkin terjadinya transfer norma (affektif). 3. Dapat mendukung pengetahuan yang diterima peserta didik. 4. Mengarahkan perbuatan atau tingkahlaku peserta didik sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya. 5. Dapat meningkatkan atau menciptakan hubungan yang baik. E. Materi Pendidikan Adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik dalam proses pendidikan. Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut. 1. Fakta; adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi namanama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.
[71]
2.
Konsep; adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya. 3. Prinsip; adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. 4. Prosedur; merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. 5. Sikap atau Nilai; merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja, dsb. F. Alat dan Metode Pendidikan Metode Pendidikan Meta (melalui) dan hodos (jalan atau car), bila ditambah logi sehingga menjadi metodologi berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan”, oleh karena kata logi yang berasal dari kata Yunani (Greek) logos berarti “akal” atau “ilmu”. Secara umum metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara.. Alat pendidikan ialah suatu upaya atau tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda/alat yang dengan sengaja digunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam proses pendidikan. G. Lingkungan Pendidikan Pengertian lingkungan pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada di luar diri individu. Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, lingkungan dibedakan atas: 1. Keluarga. 2. Sekolah 3. Masyarakat H. Evaluasi Pendidikan 1. Pengertian evaluasi pendidikan Dilihat dari segi bahasa, evaluasi berasal dari kata Bahasa Inggris; evaluation. Sedang dalam Bahasa Arab; al-Taqdir ()التقدير, dan dalam Bahasa Indonesia; penilaian. Secara harfiah evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan. Yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan (proses) yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan, dan tenaga ajar untuk menilai kegiatan pendidikan secara berkesinambungan dan sistematis. 2. Tujuan Evaluasi Pendidikan a. Tujuan umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan kurikuler serta bertujuan untuk mengukur, menilai tingkat efektifitas mengajar dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam proses pendidikan. b. Tujuan khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menempuh program pendidikan (memunculkan sikap untuk memperbaiki dan menigkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pendidikan.
[72]
3.
4.
Fungsi Evaluasi Pendidikan Evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut: a. Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahua, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru. b. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. c. Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar. d. Sebagai sarana umpan balik seorang guru, yang bersumber dari siswa. e. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. f. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa. Metode Evaluasi Pendidikan a. Tes objektif Berguna mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang di antaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi. yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan. b. Tes Esai Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan peserta didik. Item tes esai dapat dikontruksi dengan menggunakan kata bantu pertanyaan tertentu yang mengandung unsur 4W + 1H. IV. KEMUNGKINAN IMPLIKASI PENDIDIKAN
A. IMPLIKASI PENDIDIKAN DALAM KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP 1. Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus dari bayi sampai meninggal dunia. 2. Pendidikan seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. 3. dalam UU no. 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, pendidikan dibagi 2 yaitu (1) Pendidikan Sekolah (formal), dan (2) Pendidikan Luar Sekolah (informal). Adapun pendidikan luar sekolah terbagi antara pendidikan luar sekolah yang dilembagakan (non formal) dan tidak dilembagakan (keluarga) 4. pendidikan seumur hidup sangat penting karena Semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk dapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilannya. 5. Pendidikan seumur hidup memungkinkan terciptanya peningkatan produktivitas, Memilihara dan mengembangkan sumber-sumber (potensi) yang di miliki serta adanya motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anak secara tepat
[73]
B. IMPLIKASI PENDIDIKAN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN (INSTITUSI) 1. Institusi berarti lembaga, lembaga dapat terbagi menjadi lembaga sekolah (formal) dan badan-badan masyarakat (non-formal) seperti instansi-instansi pemerintahan, kursus, rumah ibadah, dan badan masyarakat lainnya serta beberapa media masa. 2. Institusi pendidikan (sekolah) di anggap sebagai lembaga yang paling bernilai strategis ketimbang lembaga-lembaga pendidikan lainnya 3. Sebagai contoh bentuk implikasi (hubungan) pendidikan dalam lembaga pendidikan adalah dengan adanya mata pelajaran pendidikan agama islam pada lembaga pendidikan umum mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Selain itu adanya lembaga pendidikan mulai dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. 4. Lembaga pendidikan umum berada di bawah naungan departemen pendidikan nasional sedangkan lembaga pendidikan islam ada di bawah naungan departemen agama dimana keduanya menempatkan pendidikan agama sebagai sebuah bidang studi. C. IMPLIKASI PENDIDIKAN DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN 1. Kurikulum dapat dipandang sebagai “suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu 2. Kurikulum pendidikan berfungsi : (1) Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. (2) Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari. 3. Isi program kurikulum dari suatu lembaga pendidikan (sekolah) dapat dibedakan atas dua hal yaitu: (1) Jenis-jenis bidang studi yang diajarkan, dan (2) Isi program setiap bidang studi 4. Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh didalam melaksanakan pengajaran, cara dalam mengadakan penilaian, cara dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan jug cara didalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan. VI. KEMUNGKINAN PENDIDIKAN Pendidikan sama sekali tidak mempunyai kekuatan. Pendidkan hanyalah semata-mata mengubah lapis permukaan atau kulit dari watak anak didik sedang lapis yang lebih dalam dari kepribadian anak tidak perlu ditentukan. Singkatnya, apa yang patut dihargai dari pendidikan atau manfaat yang dapat diberikan oleh pendidikan tidak boleh dari sekedar memoles lapis permukaan peradaban dan tingkah laku sosial. Pandangan dengan corak demikian disebut “pendidikan pesimis” (pedagogisch pesimisme). Pendidikan pesimis dapat berjalan seiring dengan pandangan optimisme alamiah (naturalistisch optimisme), artinya membiarkan anak terdidik secara alami yang sejalan atau senada dengan proses alam. Memang benar bahwa manusia itu tidak dapat dididik karena memang pada dasarnya manusia itu tidak memerlukan pendidikan, sebab sesungguhnya sifat asli manusia adalah baik. Dari titik tolak itu, hukum perkembangan proses alami akan berlangsung sewajarnya. Bukan orang tua, guru maupun para ulama, melainkan alam, hidup dan pengalamannya sendirilah yang akan memimpin dan membimbing seseorang ke arah kedewasaan. Teori Konvergensi Masih ada aliran yang disebut teori konvergensi, yang berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan sama pentingnya, keduanya sama berpengaruh. Pada diri manusia meski
[74]
dalam keadaan pembawaan yang sama, pengaruh lingkungan itu dapat dibuktikan. Beberapa orang kembar yang ketika lahirnya sudah dapat ditentukan oleh dokter bahwa pembawaan mereka sama, jika dibesarkan dalam lingkungan yang berlainan, maka akan berlainan pula perkembangan jiwanya. Aliran Pesimisme dalam Pendidikan Beberapa ahli biologi dan psikologi berpendapat bahwa peluang bagi para pendidik untuk memperoleh hasil pendidikan amat sedikit, untuk tidak mengatakan tidak ada sama sekali. Boleh dikatakan tidak ada peluang untuk mendidik (anak) manusia. Mereka memandang bahwa evolusi (perkembangan kejadian) anak seluruhnya ditentukan oleh hukum-hukum pewarisan. Sifat-sifat dan pembawaan orang tua dan nenek moyang mengalir sepanjang perkembangan dan membentuk kemandirian seseorang sehingga kecil sekali kemungkinannnya untuk dapat diubah melalui pendidikan. Anak ini memang dilahirkan untuk menjadi orang jahat, anak itu untuk menjadi orang baik, sedang anak lainnya untuk menjadi seniman, dan sebagainya. Yang tampak amat menentukan bagi seseorang untuk menjadi apa ia kelak adalah pengaruh yang kuat dari bakat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir. Pandangan yang demikian ini, mewakili suatu aliran yang disebut “Nativisme”. Psikolog Austria, H. Rohracher mengemukakan : “Manusia hanyalah produk dari hukum proses alamiah yang berlangsung sebelumnya yang bukan buah dari pekerjaannya dan bukan pula menurut keinginannya”. VII. PUSAT-PUSAT PENDIDIKAN Pusat-pusat Pendidikan Islam (pada masa Khulafa`Ar rasyidin) Menurut Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam , bahwa pusat-pusat pendidikan tersebar di kota-kota besar sebagai berikut: 1. Kota Mekah dan kota Madinah (Hijaz) 2. Kota Bashrah dan Kuffah (Irak) 3. Kota Damsyik (Damaskus) dan Palestina (Syam) 4. Kota Fistat ( Mesir) A. Madrasah Mekkah Guru pertama yang mengajar di Mekkah, ialah Mu‟adz bin Jabal. Beliau mengajarkan Al-Qur‟an, Hukum-hukum Halal dan Haram dalam Islam, pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwah (65-86 H), Abdullah bin Abbas pergi ke Makkah, lalu mengajar disana. Beliau mengajarkan Tafsir, Hadist, Fiqh, dan Sastra. Abdullah bin Abbaslah yang merupakan pembangun madrasah Mekkah yang kemudian menjadi termashur ke seluruh penjuru negeri Islam. Diantara murid-murid Ibnu Abbas yang menggatikannnya sebagai guru di Madrasah Makkah ini adalah : 1. Mujahid bin Jabbar, seorang ahli tafsir Al-Qur`an yang meriwayatkannya dari ibn Abbas, 2. Ata` bin Abu Rabah, yang termashur keahliannya dalam Ilmu fiqh dan 3. Tawus bin Kaisan, seorang fuqaha dan Mufti di Mekkah..
[75]
B. Madrasah Madinah Di antara sahabat yang mengajar di madrasah Madinah ini adalah : 1. Umar Ibn Khattab, 2. Ali bin Abi Tholib. 3. Zaid bin Sabit adalah seorang ahli Qira at dan Fiqih dan beliaulah yang mendapatkan tugas memimpin penulisan kebali Al-Qur‟an di zaman Abu Bakar dan di zaman Usman bin Affan. 4. Abdullah bin Umar adalah seorang ahli hadist dan dianggap sebagai pelopor mazhab Ahl al Hadist yang berkembang pada masa-masa berikutnya. Setelah ulama-ulama tersebut wafat, kemudian digantikan oleh murid-muridnya (tabi‟in), yang terkenal adalah: Sa‟ad bin Musayab dan Urwah bin Al Zubair bin Al Awwan, C. Madrasah Bashrah Ulama sahabat yang terkenal di Basrah ialah : 1. Abu Musa Al Asy`ari, yang terkenal sebagai akli Fiqh, Hadits dan ilmu Al-Qur`an 2. Anas bin Malik, yang termashur dalam Ilmu Haditsnya. Diantara guru-guru yang terkenal adalah : 1. Hasan Al Basri adalah perintis madzhab Ahl Al Sunnah dalam lapangan Ilmu Kalam selain itu beliau juga adalah seorang ahli Fiqih, pidato dan kisah. 2. Ibn Sirin adalah seorangahli Hadits dan Fiqih yang belajar langsung dari Zaid ibn Tsabit dan Anas ibn Malik. D. Madrasah Kuffah Ulma sahabat yang terkenal di Kuffah adalah: 1. Ali bin Abi Tahlib yang mengusrui masalah politik dan pemerintahan. 2. Abdullah bin Mas‟ud sebagai guru agama yang diutus langsung oleh Khalifah Umar, disamping itu beliau adalah seorang ahli fiqih, Tafsir dan banyak meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah SAW. Diantara murid-murid Ibn Mas`ud yang terkenal yang kemudian menjadi guru di Kuffah adalah; Alqamah, Al Aswad, Masruk, Al Harri bin Qais dan amr bin Syurahbi. Madrasah Kuffah ini kemudian melahirkan Abu Hanifah, salah seorang imam mazhab yang terkenal, dengan penggunaan Ra`yu dalam berijtihad. E. Madrasah Damsyik/Damaskus Diantara Ulama yang terkenal di Damsyik/Damaskus adalah; Mu`adz Ibn Jabbal, Ubadah dan Abu Darda`. Ketiga sahabat ini mengajar di Syam pada tempat-tempat yang berbeda yaitu; Abu Darda` di Damsyik, Mu`adz Ibn Jabbal di Palestina dan Ubadah di Hims. Kemudian mereka digantikan oleh murid-muridnya (Tabi`in) seperti Abu Idris Al Khailany, Makhul Al Damsyik, Umar bin Abdul Aziz dan Raja` bin Khaiwah. Akhirnya Madrasah ini melahirkan imam penduduk syam yaitu Abdurrahman Al-Auza‟i yang ilmunya sederajat dengan Imam Malik dan Abu Hanifah. F. Madrasah Fistas (Mesir) Sahabat yang semula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin Amr Al-Ash. Ia merupakan seorang yang ahli dalam ilmu Hadits yang tidak hanya menghafal Hadits-hadits yang didengarnya dari Nabi Muhammad SAW. Melainkan juga menuliskannya dalam catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf dalam meriwayatkan Hadits itu kepada murid-muridnya. Kemudian guru yang termasyhur setelah nya adalah Yazid bin Abu Habib Al-Nuby dan Abdillah bin Abu Ja‟far bin Rabi`ah. Diantara murid Yazid yang terkenal adalah Abdullah bin Lahi`ah dan al-Lais bin Said.
[76]
Keterangan: Pusat-pusat pendidikan di atas ditinjau berdasarkan periode yang merupakan pendekatan sejarah pendidikan islam, sedangkan dalam kajian dasar-dasar pendidikan lebih menekankan pada lembaga, di antaranya: 1. Masjid 2. Sekolah 3. Keluarga 4. Masyarakat, dll.
Alhamdulillah beres juga baca buku ini... Saya yakin dengan kemampuan yang saya miliki dan pertolongan Allah, Saya yang bernama
bisa mengisi soal ujian
Dengan gentle, jujur dan penuh dengan keyakinan. Tak ada yang bisa menjawab soal dengan sempurna Kecuali SAYA... Jaga selalu ke-pe-de-anmu Sobat...!!!
15 November 2014 Akan Segera Datang... Insya Allah...
[77]
Goresan Tinta Mahasiswa Penuh Karya... (Tulis apa ajja yang ada di otak kamu di sini.!!)