2016
Kumpulan Makalah Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawanan “Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar”
Kerjasama: Badan Standardisasi Nasional dan Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek Jakarta, 30 Maret 2016
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
DAFTAR ISI Halaman Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar (Keynote Speech)…………………….. Abdul Rahman Saleh
1
Kajian Permintaan Standar Nasional Indonesia (SNI) melalui PNBP di Perpustakaan BSN Abdul Rahman Saleh, Erni Sumarni, Muhammad Bahrudin, Nursidik Fadillah
3
Persepsi Masyarakat Ilmiah terhadap Pengetahuan Ilmiah IPTEK Nuklir di Indonesia…... Noer ‘Aida, Irawan dan R. Suhendani
19
Peran Pustakawan dalam Meningkatkan Sitasi Publikasi di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI………………………………………………………………………………………………... Dwi Untari
33
Kajian Kepuasan Pelanggan di Perpustakaan Badan Standardisasi Nasional………………. Erni Sumarni dan Nihayati
45
Budaya Literasi Peneliti Kita……………………………………………………………………. Suherman
65
Pentingnya Manajemen Waktu dalam Peningkatan Kinerja Pustakawan…………………... Hadiyati Tarwan
73
Film Animasi sebagai Media Promosi Perpustakaan………………………………………….. Sutarsyah
83
Pemasyarakatan Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi Melalui Portal Website: Pengalaman Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI…………………………………. Tupan
93
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
KONTRIBUSI PUSTAKAWAN BERBASIS KAJIAN DAN STANDAR1 Oleh: Abdul Rahman Saleh Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi - BSN Yth. Ibu Deputi Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi Bapak/Ibu serta hadirin yang saya muliakan. Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh. Tahun ini merupakan tahun ketiga setelah terbentuknya Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek. Tujuan dibentuknya Forum ini adalah untuk mewadahi kegiatan pustakawan di lingkungan Kemenristek, khususnya kegiatan terkait kajian dan pengembangan profesi. Dengan wadah Forum ini, maka para pustakawan dapat tampil menyajikan hasil kajian dan pemikiran-pemikirannya di bidang kepustakawan dan tentunya bisa mendapatkan angka kredit. Bapak/Ibu serta hadirin sekalian yang saya hormati, Beberapa tahun terakhir K/L disibukkan dengan Reformasi Birokrasi. Apa sebenarnya RB tersebut? Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Ada delapan area yang harus dilakukan perubahan diantaranya peningkatan layanan publik. Karena perpustakaan melayani pemustaka yaitu masyarakat atau publik, maka perpustakaan berada di wilayah ini yaitu harus meningkatkan kualitas layanan publik. Untuk melakukan peningkatan kualitas layanan publik tersebut maka perpustakaan harus melakukan kajian-kajian. Kajian-kajian yang harus dilakukan oleh perpustakaan cukup banyak areanya. Misalnya yang menyangkut kepuasan pelanggan, yang menyangkut pemanfaatan koleksi perpustakaan, yang menyangkut perilaku petugas layanan dan lain-lain. Dari kajian-kajian tersebut akan diketahui
Disampaikan sebagai keynote speech pada “Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawanan dengan Tema Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar”, Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek, Rabu 30 Maret 2016 di Jakarta 1
1
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
“current condition” dari layanan publik yang diselenggarakan oleh perpustakaan tersebut. Jika dilakukan analisis kesenjangan atau “gap analysis” maka akan diketahui bagian mana yang masih belum baik dan perlu dilakukan peningkatan, dan bagian mana yang sudah baik untuk dilakukan upaya-upaya untuk mempertahankan. Untuk melakukan kajian tersebut, maka pustakawan memerlukan kemampuan atau kompetensi yang baik. Melakukan kajian, selain melatih daya analisis pustakawan, juga dapat meningkatkan kemampuan pustakawan tersebut untuk melakukan kajiankajian berikutnya. Penggunaan standar sebagai acuan didalam melakukan kegiatan di perpustakaan juga tidak kalah pentingnya. Misalnya bagaimana mengukur output layanan perpustakaan yang kemudian dapat dikaji efektifitas layanannya merupakan contoh didalam melakukan kajian. Oleh karena itu penggunaan standar terkait kegiatan atau layanan perpustakaan dengan kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh pustakawan sering beriringan. Selain itu, pemahaman pustakawan tentang standar juga perlu ditingkatkan. Dunia kepustakawan terus berkembang dan seiring dengan hal itu fungsi standardisasi dalam dunia kepustakawanan juga terus berkembang. Di Indonesia sebut saja adanya SNI tentang perpustakaan dan komite teknis perumusan standar yang menangani bidang perpustakaan yang meskipun saat ini masih ditunggu produk-produk standarnya. Sementara itu, di dunia internasional standar mengenai perpustakaan, dokumentasi dan informasi juga semakin pesat. Sebut saja ISO 11620 tentang indikator kinerja perpustakaan yang terus diperbarui; ISO 16499 tentang metode dan prosedur penilaian dampak perpustakaan; ISO 28118 tentang indikator kinerja perpustakaan nasional dan sebagainya. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi perpustakaan dan profesional yang bekerja di dalamnya untuk terus mengikuti perkembangan dunia standardisasi agar bisa mengimplementasikan secara praktis di perpustakaan yang dikelolanya. Akhirnya, saya mengucapkan selamat berseminar dalam rangka knowledge sharing kepustakawanan. Semoga acara ini bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh.
2
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
KAJIAN PERMINTAAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) MELALUI PNBP DI PERPUSTAKAAN BSN Oleh: Abdul Rahman Saleh1, Erni Sumarni2, Muhammad Bahrudin3, Nursidik Fadilah4 Abstrak Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). SNI tersebut didistribusikan oleh BSN dengan beberapa cara antara lain pada tahun pertama ditetapkan, maka SNI dapat diakses melalui website BSN. Selain itu SNI juga didistribusikan ke sekretariat Komite Teknis yang ada di kementerian/lembaga untuk dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan sesuai dengan fungsinya. Cara distribusi yang alain adalah melalui PNBP atau Pendapatan Negara Bukan Pajak. Dengan cara PNBP ini maka pengguna harus mengganti biaya reproduksi senilai tertentu. Kajian ini dimaksudkan mempelajari permintaan SNI oleh pemangku kepentingan yang diminta melaui PNBP selama 2012-2015. Hasil kajian menemukan bahwa masih banyak SNI dengan penetapan lama masih diminta oleh pemangku kepentingan. Kata Kunci: Standardisasi; SNI; Standar Nasional Indonesia; Badan Standardisasi Nasional; BSN.
Pendahuluan Istilah standar mengacu pada persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun bertdasarkan konsensus semua pihak/pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan,
keamanan,
kesehatan,
lingkungan
hidup,
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya (Badan Standardisasi Nasional, 2015). Standardisasi adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara dan mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pemangku kepentingan. Badan Standardisasi Nasional (selanjutnya disebut BSN) adalah lembaga pemerintah Pustakawan Utama yang sedang dibebaskan sementara. Saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi, Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2 Pustakawan Madya pada Perpustakaan Badan Standardisasi Nasional (BSN) 3 Pustakawan Pertama (sedang dalam proses pengangkatan) pada Perpustakaan Badan Standardisasi Nasional (BSN) 4 Calon Pustakawan pada Perpustakaan Badan Standardisasi Nasional (BSN) 1
3
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
nonkementerian di Indonesia yang saat ini bertugas dan bertanggung jawab di bidang standardisasi ini. Dalam rangka menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, BSN menetapkan produk standar yang disebut SNI (Standar Nasional Indonesia). SNI merupakan standar yang berlaku secara nasional di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. BSN memiliki peran untuk menyebarluaskan budaya standar dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya standar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu unit kerja BSN yang berperan dalam penyebarluasan budaya standar ini adalah perpustakaan. Perpustakaan BSN mengelola koleksi dokumen standar, baik itu SNI maupaun standar mancanegara seperti ISO, IEC, ASTM dan lain-lain. Dokumen standar (Badan Standardisasi Nasional, 2015)merupakan salah satu jenis koleksi perpustakaan belum begitu populer bagi banyak perpustakaan. Terbukti banyak perpustakaan yang belum menjadikan dokumen standar sebagai salah satu koleksinya. Dokumen standar merupakan dokumen yang berisi ketentuan atau spesifikasi atau suatu persyaratan tertentu yang digunakan secara umum oleh masyarakat. Pengertian yang lebih spesifik adalah dokumen yang berisi spesifikasi teknis yang dibuat berdasarkan kesepakatan (konsensus) para pengguna suatu barang/jasa (stakeholders) dan digunakan secara berulang (Badan Standardisasi Nasional, 2015). Perpustakaan BSN merupakan perpustakaan yang salah satu tugasnya adalah melayankan distribusi dokumen SNI tersebut ke masyarakat, khususnya yang menjadi pemangku kepentingan bidang standardisasi. Jumlah koleksi SNI perpustakaan BSN adalah sebesar 10.660 SNI pada tahun 2015. Sebagian dari SNI tersebut sudah diabolisi atau ditarik dari peredaran karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan baik ilmu pengetahuan, teknologi maupun kebutuhan masyarakat. Jumlah SNI yang diabolisi adalah sejumlah 1.866 SNI. Dengan demikian, SNI yang masih aktif dan bisa digunakan oleh masyarakat adalah sebesar 8.794 SNI. Berdasarkan data jumlah SNI tersebut, penulis ingin mengkaji seberapa banyak jumlah SNI yang benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat melalui Perpustakaan BSN. Penulis membatasi kajian ini berdasarkan permintaan dokumen SNI melalui layanan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang menjadi salah satu layanan yang diberikan oleh Perpustakaan BSN.
4
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tujuan dan Manfaat Kajian Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui peta permintaan SNI melalui layanan PNBP selama 2012-2015. 2. Mengetahui SNI yang tidak pernah diminta selama 2012-2015. 3. Mengetahui peta pengguna SNI sesuai dengan kelompok pemangku kepentingan. Berdasarkan tujuan tersebut, kajian ini akan bermanfaat untuk: 1. Menghasilkan rekomendasi bagi pihak terkait untuk melakukan kaji ulang SNI. 2. Memberikan masukan bagi BSN terkait strategi pemasyarakatan SNI. 3. Memberikan masukan bagi BSN, khususnya Perpustakaan untuk mengatur strategi distribusi SNI.
Metodologi Kajian Kajian ini merupakan kajian deskriptif komparatif. Menurut Whitney (Nazir, 2005), menyatakan bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi termasuk hubungan, kegiatan sikap pandangan
serta proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh dari suatu fenomena (Hasan, 2004). Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan studi komparatif. Menurut Nazir (2005), penelitian komparatif adalah sejnis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab yang dijadikan dasar pembanding, sebab penelitian komparatif tidak mempunyai kontrol. Metode penelitian komparatif merupakan ex post facto. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian selesai berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab-akibat dari data yang tersedia. Kajian ini mempelajari permintaan SNI kepada Perpustakaan BSN oleh masyarakat pemangku kepentingan melalui PNBP selama tahun 2012-2015. Data
5
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
permintaan SNI kepada Perpustakaan BSN melalui PNBP dari masyarakat pada tahun 2012 sampai 2015 diambil dari basisdata SIM Pustaka. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan basisdata koleksi SNI yang ada dalam Sistem Informasi SNI. Jika data SNI ada dalam kedua basisdata tersebut, maka data dicatat dalam tabel SNI yang pernah diminta dalam kurun waktu 2012-2015. Sisanya adalah SNI yang tidak pernah diminta lagi selama kurun 2012-2015. Tabel tersebut kemudian dianalisis dan dibuat kesimpulannya.
Tinjauan Pustaka Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah Menurut SNI 7496:2009, perpustakaan khusus instansi pemerintah merupakan salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga pemerintah yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan materi perpustakaan/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pencapaian misi instansi induknya. Kemudian untuk mendukung misi tersebut, perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki fungsi sebagai berikut: a) mengembangankan koleksi yang menunjang kinerja lembaga induknya; b) menyimpan semua terbitan dari dan tentang lembaga induknya; c) menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya; d) menjadi pusat referal dalam bidang yang sesuai dengan lembaga induknya; e) mengorganisasi materi perpustakaan; f) mendayagunakan koleksi; g) menerbitkan literatur sekunder dan tersier dalam bidang lembaga induknya, baik cetak maupun elektronik; h) menyelenggarakan pendidikan pengguna; i) menyelenggarakan
kegiatan
literasi
informasi
untuk
pengembangan
kompetensi SDM lembaga induknya; j) melestarikan materi perpustakaan, baik preventif maupun kuratif; k) ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan informasi; l) menyelenggarakan otomasi perpustakaan; m) melaksanakan digitalitasi materi perpustakaan;
6
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
n) menyajikan layanan koleksi digital; o) menyedikan akses informasi pada tingkat lokal, nasional, regional dan global (Badan Standardisasi Nasional, 2009). Terkait dengan topik kajian ini, Perpustakaan BSN termasuk dalam jenis perpustakaan khusus instansi pemerintah. Tugas dan fungsi yang relevan terkait peran Perpustakaan BSN dalam mendistribusikan SNI sebagai proses penyebarluasan budaya standar kepada masyarakat adalah terkait dengan tugasnya untuk memberikan jasa perpustakaan dan informasi serta fungsinya untuk menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya. Dalam hal ini SNI merupakan produk terbitan BSN. Fokus kajian ini pada peran Perpustakaan BSN dalam mendistribusikan SNI melalui layanan PNBP kepada masyarakat.
Standar dan Manfaat Standar Dokumen standar merupakan salah satu jenis koleksi perpustakaan yang termasuk ke dalam kelompok literatur primer (Saleh & Mustafa, 2009). Namun demikian, tidak banyak perpustakaan yang menyadari pentingnya peran dokumen standar didalam mendukung referensi informasi dalam bidang industri dan perdagangan. Saat ini, ketika era perdagangan bebas dimulai, maka standar memegang peranan penting dalam meningkatkan daya saing produk dan jasa yang diperdagangkan. Secara umum standar didefinisikan sebagai (1) ukuran tertentu yg dipakai sebagai patokan; (2) sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai (harga); atau (3) baku (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008). Sedangkan pengertian yang lebih spesifik diberikan oleh Sunarya seperti berikut: Dokumen tertulis yang berisi spesifikasi/ ketentuan teknis yang digunakan secara berulang dan disepakati secara konsensus oleh pihak-pihak yang mempengaruhi pasar (produsen dan konsumen) yang juga melibatkan fasilitator, yaitu regulator dan para pakar (Sunarya, 2012). Saat ini peran standar semakin dirasakan sangat penting terutama dalam rangka meningkatkan kualitas produk untuk meningkatkan daya saing dalam perdagangan. Selain itu, kontribusi istimewa standar diantaranya untuk melindungi masyarakat terkait kesehatan, keselamatan, keamanan, dan pelestarian lingkungan hidup atau yang dikenal dengan K3L. Secara umum penggunaan standar memberikan manfaat seperti (Badan Standardisai Nasional, 2014):
7
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
1. Memperlancar transaksi arus barang dan jasa dalam perdagangan domistik maupun internasional dalam menghilangkan hambatan teknis dalam perdagangan melalui harmonisasi standar. 2. Membantu mempercepat diseminasi sistem manajemen, teknologi dan inovasi, khususnya di kalangan Usaha Kecil dan Menengah di banyak negara termasuk di negara-negara berkembang. 3. Meningkatkan daya saing bisnis dengan fokus pada mutu, keamanan, keselamatan, kesehatan, dan pelestarian lingkungan. 4. Memfasilitasi penilaian dan pembuktian kesesuaian. 5. Optimalisasi infrastruktur standardisasi
Prinsip Penerapan Standar Penerapan standar merupakan kegiatan menerapkan persyaratan standar terhadap barang, jasa, sistem, proses atau personel. Suatu standar dibuat melalui kesepakatan atau consensus, memberikan sifat yang pada dasarnya ialah voluntary (sukarela) (Badan Standardisai Nasional, 2014). Penerapan standar secara voluntary didasarkan oleh inisiatif dari organisasi/personel sendiri. Tentunya upada untuk menerapkan standar tersebut dilakukan dengan tujuan tertentu, misalnya untuk memberi jaminan bahwa produk sesuai dengan keinginan konsumen atau pembeli karena konsumen menginginkan produk dengan mutu tertentu. Dengan demikian, penerapan standar akan memberikan kontribusi nyata terhadap keuntungan suatu organisasi dan meningkatkan daya saing produk. Namun, adakalanya standar yang dikeluarkan terkait dengan faktor keselamatan, keamanan, kesehatan dan fungsi lingkungan hidup. Maka standar yang dimaksud dapat diberlakukan secara wajib (mandatory/compulsory). Berbeda dengan penerapan standar secara voluntary, standar yang diberlakukan wajib bersifat mengikat. Dalam artian, harus dipenuhi oleh seluruh pihak yang terkait, yaitu produsen, pengedar barang/jasa atau pengguna standar lainnya. Pemberlakuan standar secara wajib diatur oleh suatu regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah (regulator/kementerian/lembaga).
8
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Jenis Standar Berdasarkan lingkup beroperasinya standar maka standar digolongkan menjadi: (1) Standar individu; (2) Standar perusahaan; (3) Standar asosiasi; (4) Standar Nasional; (5) Standar regional; dan (6) Standar internasional (Badan Standardisai Nasional, 2009). SNI merupakan standar yang memiliki ruang lingkup operasi di tingkat nasional yaitu Republik Indonesia.
Pengguna Standar Nasional Indonesia (SNI) Pengguna Standar Nasional Indonesia atau SNI terdiri dari empat kelompok seperti: (1) Pelaku Usaha/Industri; (2) Pemerintah atau regulator; (3) Pakar dan akademisi; dan (4) Masyarakat umum atau termasuk konsumen. Pengguna SNI tersebut dapat memperoleh dokumen SNI dari berbagai saluran yang berujung di Perpustakaan BSN. BSN melalui perpustakaan BSN mendistribusikan SNI ke masyarakat yang menjadi pemangku kepentingannya seperti ke sekretariat komite teknis, kementerian/lembaga, universitas yang memiliki kerjasama dengan BSN, dan lain-lain.
PNBP Pada dasarnya, penerimaan negara terbagi atas dua jenis penerimaan, yaitu penerimaan dari pajak dan penerimaan bukan pajak yang disebut penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. PNBP merupakan lingkup keuangan negara yang dikelola dan dipertanggungjawabkan sehingga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga audit yang bebas dan mandiri turut melakukan pemeriksaan atas komponen yang mempengaruhi pendapatan negara dan merupakan penerimaan
negara
sesuai
dengan
undang-undang
(Wikipedia,
2015).
Penyelenggaraan PNBP ini biasanya dilakukan terhadap layanan-layanan yang belum mampu dibiayai oleh negara melalui APBN. Dalam hal ini instansi pemerintah penyelenggara PNBP mengenakan biaya terhadap layanan yang diberikan kepada masyarakat. PNBP dipungut atau ditagih oleh instansi pemerintah dengan perintah undangundang atau peraturan pemerintah atau penunjukan dari menteri keuangan berdasarkan rencana PNBP yang dibuat oleh pejabat instansi pemerintah tersebut.
9
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
PNBP yang telah dipungut atau ditagih tersebut kemudian disetorkan ke kas negara dan wajib dilaporkan secara tertulis oleh pejabata instansi pemerintah kepada menteri keuangan dalam bentuk Laporan Realisasi PNBP. BSN memberikan layanan reproduksi SNI kepada masyarakat dengan PNBP yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2007 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Standardisasi Nasional.
Hasil dan Pembahasan Pengguna Dokumen SNI Permintaan SNI melalui PNBP selama empat tahun dari tahun 2012-2015 dilakukan oleh sebanyak 2.998 pemangku kepentingan dimana sejumlah 1.943 adalah lembaga atau perusahaan dan 1055 pemangku kepentingan berupa individu/ pribadi dengan jumlah transaksi sebesar 16.257 permintaan SNI. Tabel 1 berikut memperlihatkan komposisi pemangku kepentingan yang melakukan transaksi permintaan SNI. Tabel 1. Jumlah Kelompok Pemangku Kepentingan Pengguna SNI tahun 2012-2015 Kelompok Jumlah Pelaku Usaha 1.605 Pemerintah 181 Akademisi 157 Masyarakat/Konsumen 1.055 2.998 Total
Sebagian besar permintaan SNI melalui PNBP kepada Perpustakaan BSN datang dari kelompok Pelaku Usaha yaitu sebesar 10.365 transaksi atau 63,76 % pada tahun 2012-2015, diikuti oleh kelompok Akademisi sebesar 2.513 transaksi atau sebesar 15,46 %. Sedangkan posisi ketiga adalah permintaan dari instansi pemerintah dengan jumlah transaksi sebesar 2.324 atau sebesar 14,30 %, dan terakhir permintaan dari masyarakat umum atau konsumen yaitu sebesar 1.055 transaksi atau sebesar 6,49 %. Tabel 2 berikut memperlihatkan gambaran jumlah permintaan SNI dari masingmasing kelompok pengguna.
10
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 2. Jumlah Transaksi Permintaan SNI oleh Kelompok Pemangku Kepentingan Tahun 2012-2015 Kelompok Pemakai
Jumlah Permintaan
% 10.365 2.324 2.513 1.055 16.257
Pelaku Usaha Pemerintah Akademisi Masyarakat/Konsumen Total
63,76 14,30 15,46 6,49 100
Dokumen SNI yang Diminta Dokumen SNI diperoleh melalui berbagai macam cara antara lain: 1. Melalui pengunduhan satu tahun pertama semenjak SNI ditetapkan 2. Melalui permintaan ke Perpustakaan BSN via PNBP 3. Melalui Sekretariat komite teknis yang ada di kementerian 4. Melalui saluran-saluran lain Pemanfaatannya
tentu
bermacam-macam
juga
tergantung
dari
jenis
pemakainya antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai referensi untuk menjamin mutu produk, seperti penerapan SNI dalam proses produksi, SMM, SNI Produk. 2. Sebagai acuan pengujian, sertifikasi SNI, Mutual Recognition Arrangement (MRA) dan Multi Lateral Recognition Arrangement (MLA). 3. Adopsi SNI menjadi regulasi teknis, berperan dalam penerapan SNI, pengawasan dan pembinaan. 4. Sebagai acuan/referensi penelitian, inovasi teknologi dan produk. 5. Referensi menjamin keamanan, keselamatan dan kesehatan. 6. Sebagai acuan/ referensi pendidikan dan penelitian profesi (mahasiswa, dosen, peneliti, pustakawan).
11
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 3. Jumlah SNI yang Diminta melalui PNBP selama 2012-2015 Berdasarkan Tahun SNI Tahun SNI diminta
Jumlah SNI diminta pada Tahun 2012
2013
2014
1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
16 157 35 71 75 61 75 90 3 110 63 116 54 154 23 34 73 60 18 75 128 77 84 29 -
31 143 49 157 54 85 74 7 132 43 158 81 168 36 61 100 55 45 103 169 102 258 131 70 -
33 189 55 152 29 75 61 4 110 55 94 39 95 22 40 90 38 43 74 129 70 115 91 122 58 -
2015 34 139 25 46 95 47 51 225 7 105 25 70 22 91 24 59 79 60 4 105 161 117 161 135 122 118 66
Total permintaan selama 4 tahun 50 64 628 60 221 479 191 286 450 21 457 186 438 196 508 105 194 342 213 110 357 587 366 618 386 314 176 66
Permintaan SNI yang dicatat oleh BSN yang paling lengkap adalah permintaan via PNBP. Data permintaan PNBP pertahun selama 4 tahun terakhir (2012-2015) terlihat seperti pada tabel 3 berikut. Dari tabel 3 tersebut terlihat bahwa SNI yang ditetapkan di atas lima tahun terakhir masih banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Padahal menurut teori, sebuah standar idealnya setiap lima tahun terakhir dikaji ulang. Hal ini karena agar sebuah
12
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
standar dapat terus sesuai dengan perkembangan jaman baik dari aspek perkembangan ilmu, teknologi, maupun aspek kebutuhan pasar. Dari tabel 3 tersebut terlihat bahwa SNI yang ditetapkan pada tahun tertentu dan diminta pada tahun yang sama jumlahnya sangat sedikit. Sebagai contoh pada tahun 2012 SNI penetapan tahun 2012 yang diminta hanya berjumlah 29 SNI. Padahal jumlah SNI yang ditetapkan pada tahun 2012 berjumlah 500 SNI. Begitu juga pada tahun-tahun berikutnya, seperti pada tahun 2013 hanya 70 SNI; tahun 2014 hanya 58; dan tahun 2015 hanya 66 SNI. Ada dua hal yang mungkin menyebabkan hal demikian yaitu: 1. Kemungkinan SNI yang baru ditetapkan tersebut belum dikenal/ diketahui oleh masyarakat sehingga belum banyak diminta. 2. Kemungkinan karena SNI tersebut dapat diperoleh secara gratis dengan mengunduhnya dari situs web BSN. Jika penyebab pertama yang terjadi, maka pihak BSN harus lebih gencar lagi mempromosikan SNI yang baru ditetapkan supaya masyarakat bisa lebih cepat mengetahui dan menggunakan. Namun demikian, penerapan standar baru biasanya tidak serta merta menggantikan penerapan standar yang lama. Perlu proses dan penyesuaian-penyesuaian. Apalagi penerapan standar di perusahaan atau lembaga yang telah tersertifikasi dengan standar sebelumnya. Karena itulah maka standar baru atau yang baru ditetapkan tidak serta merta diminta oleh masyarakat atau pengguna standar. Jika kemungkinan kedua yang terjadi, maka wajar jika pengguna standar tidak segera meminta via PNBP karena pengguna masih bisa memperoleh dokumen standar baru tersebut secara gratis dengan mengunduhnya dari situs webnya BSN.
Tabel 4. Jumlah Permintaan SNI per Tahun dari tahun 2012-2015 Tahun Permintaan 2012 2013 2014
Permintaan
Jumlah permintaan % terhadap total dokumen Jumlah permintaan % terhadap total dokumen Jumlah permintaan
1.681 18,0 2.312 23,7 1.883
13
Total Dokumen SNI 9.337 9.765 10.161
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
2015
% terhadap total dokumen Jumlah permintaan % terhadap total dokumen
18,5 2.193 20,6
10.661
Dalam kurun waktu empat tahun yaitu 2012 – 2015 dokumen SNI yang diminta tersebut ada yang selalu diminta setiap tahun, tetapi ada yang hanya muncul di satu tahun, di dua tahun, atau di tiga tahun. Karena itu jumlah permintaan selama empat tahun tersebut tidak bisa langsung dijumlah dari permintaan masing-masing tahun, namun harus dilihat permintaan selama empat tahun terakhir. Jumlah tersebut adalah sebesar 4.691 judul dokumen SNI atau sebesar 44 % dari total judul SNI, atau 53,3 % terhadap SNI aktif, dengan total transaksi sebanyak 14.452 permintaan. Daftar SNI yang diminta selama kurun waktu 4 tahun terakhir (2012-2015) dapat dilihat pada lampiran 1. Yang menarik adalah cukup banyak dokumen SNI yang tidak pernah diminta melalui PNBP selama 4 tahun terakhir yaitu berjumlah 5.981 dokumen atau sebesar 56 % dari total SNI. SNI tidak diminta karena antara lain: 1. Sudah diabolisi sehingga tidak digunakan lagi. 2. Sudah kedaluarsa dan tidak sesuai dengan kebutuhan walaupun belum diabolisi. 3. Tidak dibutuhkan karena tidak sesuai dengan perkembangan teknologi. 4. Pemakai tidak tahu bahwa SNI tersebut ada. Jumlah transaksi permintaan SNI yang dipenuhi oleh Perpustakaan BSN selama periode 2012 – 2015 adalah sebesar 14.452 transaksi. SNI yang paling banyak diminta adalah SNI ISO/IEC 17025:2008 dengan judul “Persyaratan umum untuk kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi” yaitu dengan jumlah 266 permintaan. Tabel 5 berikut memperlihatkan 10 judul SNI paling banyak diminta selama 2012-2015. Tabel 5. 10 Judul SNI Paling Banyak Diminta selama 2012 - 2015 No
Nomor SNI
Judul
1 SNI ISO/IEC 17025:2008
Persyaratan umum untuk kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi
2 SNI ISO 9001:2008(E) 3 SNI ISO/IEC 17065:2012
Sistem manajemen mutu - Persyaratan Penilaian kesesuaian - Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa
14
Jumlah diminta 266
178 141
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
No
Nomor SNI
4 SNI ISO/IEC 17020:2012 5 SNI 0225:2011 6 SNI ISO 9000:2008 7 SNI ISO 50001:2012 8 SNI ISO 15189:2012 9 SNI ISO/IEC 17021:2011 10 SNI ISO 19011:2012
Judul Penilaian kesesuaian - Persyaratan untuk pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL 2011) Sistem manajemen mutu - Dasar-dasar dan kosa kata Sistem manajemen energi - Persyaratan dengan pedoman penggunaan Laboratorium medik - Persyaratan mutu dan kompetensi Penilaian kesesuaian - Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen
Jumlah diminta 111
Panduan audit sistem manajemen
106 72 71 66 64
58
Judul-judul SNI tersebut memang judul-judul SNI yang sangat populer. Terbukti sebanyak lima judul SNI dari 10 yang paling populer tersebut di atas diminta setiap tahun selama kurun waktu 2012-2015. Judul-judul tersebut adalah sebagai berikut: 1 SNI ISO/IEC 17025:2008
Persyaratan umum untuk kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi
2 SNI ISO 9001:2008(E) 3 SNI 0225:2011 4 SNI ISO 9000:2008
Sistem manajemen mutu - Persyaratan Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL 2011) Sistem manajemen mutu - Dasar-dasar dan kosa kata
5 SNI ISO/IEC 17021:2011
Penilaian kesesuaian - Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem manajemen
Empat judul SNI diminta setiap tahun selama tiga tahun pada kurun waktu 2012-2015 yaitu: 1 SNI ISO/IEC 17065:2012 2 SNI ISO/IEC 17020:2012 3 SNI ISO 50001:2012 4 SNI ISO 19011:2012
Penilaian kesesuaian - Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa Penilaian kesesuaian - Persyaratan untuk pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Sistem manajemen energi - Persyaratan dengan pedoman penggunaan Panduan audit sistem manajemen
15
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Hanya satu judul SNI saja dari 10 judul SNI terpopuler tersebut diminta setiap tahun pada dua tahun selama 2012-2015 yaitu SNI ISO 15089:2012 dengan judul “Laboratorium medik - Persyaratan mutu dan kompetensi”.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Jumlah SNI yang diminta selama kurun waktu 2012-2015 berjumlah 4.691 judul SNI dari total 10.660 judul SNI atau dari 8.794 judul SNI yang masih aktif. Artinya ada sebanyak 5.981 judul SNI yang tidak pernah diminta lagi selama kurun tersebut. 2. Masih banyak SNI bertahun lama yang masih dibutuhkan oleh masyarakat, terbukti masih banyak permintaan SNI bertahun di bawah 2010. 3. Pemangku kepentingan pengguna terbesar adalah dari kelompok Pelaku usaha yaitu sebesar 1.605 pengguna, diikuti oleh kelompok masyarakat umum yaitu sebanyak 1.055 pengguna, kemudian pemerintah atau regulator sebanyak 181 pengguna, dan akademisi sebanyak 157 pengguna.
Saran Dari kajian ini dapat disarankan sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan kaji ulang terhadap SNI-SNI yang lebih dari 5 tahun, khususnya yang masih dibutuhkan oleh pengguna. 2. Perlu dipertimbangkan untuk mengabolisi SNI-SNI yang tidak pernah lagi dibutuhkan oleh pemakai. 3. Kajian ini baru dilakukan terhadap permintaan SNI melalui PNBP. Perlu dilakukan kajian yang lebih menyeluruh dengan melibatkan data yang lebih luas seperti data distribusi SNI melalui pengunduhan dari basisdata SISNI, data dari distribusi ke komite teknis, data dari distribusi untuk pengguna internal BSN, data dari distribusi SNI yang dilakukan oleh pihak-pihak lain di luar BSN, dan lainlain.
16
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Daftar Pustaka Badan Standardisai Nasional. (2009). Pengantar Standardisasi. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Badan Standardisai Nasional. (2014). Pengantar Standardisasi. Edisi ke 2. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional. (2009). SNI 7496:2009 Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional. (2015). Manfaat Ekonomi Standar (Economic Benefit of Standards). Jakarta, Indonesia: Badan Standardisai Nasional. Badan Standardisasi Nasional. (2015). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. Jakarta, Indonesia: Badan Standardisasi Nasional. Hasan, I. (2004). Analisis data penelitian dengan statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional RI. Retrieved 02 25, 2016, from KBBI Daring: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php Saleh, A. R., & Mustafa, B. (2009). Bahan Rujukan Umum. Jakarta: Universitas Terbuka. Sunarya, S. (2012). Standardisasi dalam industri dan perdagangan: Konsep dan penerapan dalam globalisasi. Depok: Papas Sinar Sinanti. Wikipedia. (2015). Wikipedia: Ensiklopedia bebas. Retrieved 02 25, 2016, from Penerimaan Negara Bukan Pajak: https://id.wikipedia.org/wiki/Penerimaan_Negara_Bukan_Pajak
17
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
18
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
PERSEPSI MASYARAKAT ILMIAH TERHADAP PENGETAHUAN INFORMASI ILMIAH IPTEK NUKLIR DI INDONESIA Noer’Aida, Irawan, R. Suhendani PPIKSN-BATAN
ABSTRAK Hingga saat ini, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan iptek nuklir masih relatif rendah. PPIKSN sebagai liaison officer basis data International Nuclear Information System (INIS) di Indonesia telah melakukan sosialisasi ke 40 perguruan tinggi di Indonesia. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat ilmiah di perguruan tinggi terhadap pengetahuan informasi ilmiah iptek nuklir. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama. Populasi pengkajian adalah civitas akademika dari perguruan tinggi yang pernah dilakukan diseminasi oleh PPIKSN BATAN. Sampel diambil dari peserta sosialisasi tahun 2010-2015 sebanyak 350 responden. Kuesioner yang dikembalikan sebanyak 260 responden. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 86,54% responden mengetahui BATAN, 91,54% responden sudah tahu PLTN, 87,69% sudah tahu tujuan PLTN, dan sikap terhadap rencana pembangunan PLTN sebanyak 81,54% menyatakan sangat setuju dan setuju. Alasan tertinggi responden tidak setuju terhadap PLTN terbanyak adalah karena masih banyak sumber energi lain. Persepsi positif responden tertinggi mengatakan banyak manfaat untuk kesejahteraan masyarakat, sedangkan pendapat negatif mengatakan bahwa warga negara Indonesia belum disiplin, hanya menguntungkan negara lain, dan negara koruptor belum pantas buat PLTN. Sedangkan pendapat responden terhadap INIS yaitu dapat menjadi sumber referensi atau rujukan. Jenis literatur yang sering digunakan responden adalah artikel ilmiah yang diterbitkan dalam prosiding, diikuti buku teks dan artikel yang diterbitkan dalam jurnal. Basis data INIS yang diharapkan responden apabila dapat diakses melalui internet. Kegiatan sosialisasi perlu dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh hasil yang optimal. Kata kunci: persepsi, informasi ilmiah, iptek nuklir, basisdata INIS, BATAN, PLTN
PENDAHULUAN Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Sugihartono, dkk (2007:8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata [1]. Demkian pula persepsi masyarakat terhadap iptek nuklir masih beragam. Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Ferhat Aziz mengatakan bahwa hingga saat ini, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan iptek nuklir masih relatif rendah. Hal ini dimungkinkan terjadi karena masyarakat masih belum banyak yang mengetahui kegiatan sosialisasi iptek nuklir yang telah dilakukan di berbagai media. Masyarakat justru lebih tahu bahwa manfaat nuklir untuk senjata dan pembangkit listrik,” BATAN, melalui satuan kerja yang dipimpinnya, sudah banyak melakukan kegiatan sosialisasi iptek nuklir, termasuk dengan menggandeng tokoh-tokoh agama [2]. Namun dari hasil jajak pendapat beberapa bulan lalu menggambarkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat iptek nuklir, meskipun dukungan terhadap rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) makin meningkat dari 49,5% pada tahun 2011 menjadi 52,93%. Sehingga sampai saat ini, BATAN terus aktif mensosialisasikan Iptek Nuklir untuk tujuan damai kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar
19
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
negeri dengan mengadakan kegiatan seminar nasional maupun internasional membuatnya dikenal berbagai media. Bahkan setelah dilakukan jajak pendapat sejak tahun 2010, pada tahun 2015 didapatkan 75,3% masyarakat menerima pembangunan PLTN sebagai salah satu alternatif penyedia kebutuhan listrik di Indonesia [3]. Dalam keputusan Kepala BATAN Nomor: 093/KA/IV/2009 menjelaskan bahwa kebijakan dan program diseminasi iptek nuklir senantiasa perlu dikaji ulang dan disesuaikan dengan dinamika dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial politik dan budaya masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar kemajuan serta keberhasilan yang telah dicapai dalam pembangunan dan pemanfaatan serta pendayagunaan iptek nuklir dapat berkontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat [4]. Kegiatan diseminasi iptek nuklir memegang peranan penting dalam proses alih teknologi dan pemanfaatan hasil litbangyasa BATAN oleh para pengguna dan pelaku kegiatan ekonomi. Selain itu, publikasi ilmiah hasil litbangyasa BATAN secara reguler dikirim ke IAEA melalui International Nuclear Information System (INIS) agar dapat di-shared dengan komunitas ilmiah dari negara lain (anggota INIS). Melalui Pejabat Penghubung (liaison officer) INIS berkewajiban mendiseminasikan INIS ke masyarakat ilmiah Indonesia agar dapat dimanfaatkan sebagai acuan litbangyasa. Secara garis besar kegiatan diseminasi iptek nuklir dapat dibagi dalam 4 (empat) kelompok kegiatan yaitu: 1). kelompok kegiatan penyampaian informasi tentang iptek nuklir dan hasil litbangyasa, 2). kelompok kegiatan pendayagunaan hasil litbangyasa, 3). Kelompok kegiatan kemitraan iptek nuklir yang bersifat komersial, dan 4). Kelompok khusus kegiatan diseminasi publikasi ilmiah hasil litbang iptek nuklir, khususnya diseminasi INIS-IAEA [4]. Salah satu sasaran kegiatan diseminasi yang antara lain adalah terselenggaranya kegiatan diseminasi iptek nuklir serta promosi hasil litbangyasa BATAN, melalui kegiatan ceramah, seminar, diskusi panel dan dialog publik, gelar teknologi, lokakarya, pameran, publikasi, dan program kunjungan masyarakat ke berbagai fasilitas nuklir yang ada di BATAN dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan persepsi positif masyarakat tentang iptek nuklir [4]. Sedangkan organisasi pelaksana kegiatan diseminasi selain salah satunya adalah Kepala Pusat Pendayagunaan Informatika dan Kawasan Strategis Nuklir (PPIKSN) bertindak sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan sistem dan layanan serta pemutakhiran informasi hasil litbangyasa iptek nuklir berbasis teknologi informasi dalam rangka mendukung penyebarluasan informasi demi keberhasilan kegiatan diseminasi. Kepala PPIKSN sebagai Pejabat Penghubung (liaison officer) INIS-IAEA berkewajiban mendiseminasikan INIS ke masyarakat ilmiah Indonesia, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan lain-lain. Diseminasi informasi ilmiah iptek nuklir dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memberikan pemahaman serta penerimaan masyarakat terhadap manfaat iptek nuklir untuk maksud damai, sehingga diseminasi kepada masyakarat ilmiah khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi perlu dilakukan untuk menumbuhkan minat mahasiswa melakukan penelitian di bidang iptek nuklir sehingga
20
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
akan tercipta regenerasi pakar nuklir atau pelaku kegiatan di BATAN dalam masa 10 tahun mendatang akan pensiun. Hingga saat ini, diseminasi basis data INIS ke Perguruan Tinggi telah dilakukan ke 40 perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar Jawa dengan nama kegiatan Pengenalan Informasi Ilmiah Iptek Nuklir ke Perguruan Tinggi. Nama kegiatan ini dibuat karena materi yang disampaikan didahului oleh materi tentang iptek nuklir sebagai pengantar agar terdapat kesepahaman tentang apa itu INIS. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang manfaat teknologi nuklir agar diperoleh pemahaman yang utuh terhadap pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk mengetahui efektifitas tujuan, hasil atau dampak kegiatan Pengenalan Informasi Ilmiah Iptek Nuklir ke Perguruan Tinggi, kepada setiap peserta diberikan kuesioner yang harus diisi. Hasil kuesioner tersebut menjadi bahan kajian untuk mengetahui persepsi civitas akademika terhadap iptek nuklir serta membuat strategi yang efektif pada kegiatan selanjutnya. Pada tahun 2005 [5] dan 2006[6] telah dilakukan evaluasi terhadap kegiatan Sosialisasi Informasi Iptek Nuklir ke 18 Perguruan Tinggi di Indonesia. Dari hasil isian kuesioner dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan sosialisasi sangat bermanfaat dan memberikan persepsi yang positif dan dukungan serta saran yang membangun. Pengkajian tentang evaluasi hasil pengenalan informasi iptek nuklir ke perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia sejak tahun 2010 sampai dengan 2015 dilakukan kembali untuk mengetahui persepsi masyarakat ilmiah terhadap pengetahuan innformasi ilmiah iptek nuklir dari 7 (tujuh) perguruan tinggi yaitu: Universitas Negeri Surabaya (UNESA); Universitas Negeri Malang (UM) Malang; Universitas Tadulako (UNTAD) Palu; Universitas Halu Oleo (UNHALU) Kendari; Universitas Bangka Belitung (UBB) Bangka Belitung; Universitas Riau (UNRI) Pekanbaru; Universitas Mataran (UNRAM) Mataram. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam pengkajian ini adalah: sejauh mana persepsi masyarakat ilmiah terhadap pengetahuan informasi ilmiah iptek nuklir. Adapun tujuan dari pengkajian ini adalah: untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi responden tentang BATAN, tentang PLTN, tentang sistem informasi ilmiah iptek nuklir internasional (INIS), mengetahui penilaian responden terhadap kegiatan sosialisasi INIS, untuk mengetahui jajak pendapat responden terhadap manfaat iptek nuklir terhadap kesejahteraan manusia.
METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama / pokok (data primer). Dalam pengkajian ini yang dijadikan objek pengkajian adalah peserta kegiatan diseminasi atau pengenalan informasi Ilmiah Iptek Nuklir ke Perguruan Tinggi di Indonesia yang dilakukan oleh PPIKSN BATAN sebagai variabel penelitian merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Populasi pengkajian adalah civitas akademika dari perguruan tinggi yang pernah dilakukan diseminasi oleh PPIKSN BATAN. Sampel pengkajian adalah peserta diseminasi ke 7 Perguruan Tinggi
21
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
di Indonesia sejak tahun 2010-2015 yaitu dari perguruan tinggi: Universitas Negeri Surabaya (UNESA); Universitas Negeri Malang (UM) Malang; Universitas Tadulako (UNTAD) Palu; Universitas Halu Oleo (UNHALU) Kendari; Universitas Bangka Belitung (UBB) Bangka Belitung; Universitas Riau (UNRI), Pekanbaru; dan Universitas Mataran (UNRAM) Mataram sebanyak 350 rersponden.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari kuesioner yang di bagikan kepada responden, yang mengembalikan kuesioner sebanyak 260 responden. Dalam kuesioner ini ditanyakan pengetahuan tentang BATAN dan PLTN selain pertanyaan tentang INIS [7]. Adapun uraian hasil singkat dari hasil pengolahan kuesioner adalah sebagai berikut:
ANALISIS DATA 1. Analisis Biodata Responden Karakteristik atau identitas responden yang diambil dalam pengkajian ini meliputi pekerjaan / profesi responden, tingkat pendidikan responden, dan bidang studi bidang studi atau keahlian responden. a. Biodata pekerjaan / profesi responden Sebaran responden berdasarkan pekerjaan (profesi) ditunjukkan pada Tabel 1. Secara umum profesi terbanyak dari responden adalah dosen 152 orang atau 58.46%, diikuti oleh mahasiswa adalah 74 orang atau 28.46% dan pustakawan 10%. Data ini menunjukkan ragam profesi yang mempunyai minat terbesar untuk hadir adalah para dosen, diikuti mahasiswa, pustakawan dan karyawan. Tabel 1. Biodata pekerjaan / profesi responden
b. Tingkat pendidikan responden Pendidikan terakhir responden cukup beragam yaitu Sarjana Strata II (S2) 111 orang, (SMA/K) 67 orang, Sarjana Strata III (S3) 54 orang, Sarjana Strata I (S1) 26 orang dan Diploma 2 orang seperti ditampilkan pada Tabel 2.
22
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 2. Biodata berdasarkan tingkat pendidikan responden
Data ini menunjukkan ragam tingkat pendidikan peserta yang memiliki animo untuk menghadiri acara sosialisasi. Animo terbesar adalah dari peserta dengan tingkat pendidikan S2 sebesar 42,69%, dilanjutkan dengan mahasiswa yang menjawab tingkat pendidikan masih SMA/K sebesar 25,77%, S3 sebesar 20,77%, S1 sebesar 10% dan diploma sebesar 0.77%. Selain itu juga terlihat komposisi perbedaan tingkat pendidikan terakhir responden dari setiap PTN. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peserta yang diharapkan hadir pada sosialisasi tersebut sesuai dengan rencana. Dengan demikian, hasil isian kuesioner yang kembali cukup memiliki bobot dan kualifikasi yang memadai.
c. Bidang Studi Responden Selanjutnya latar belakang keahlian atau kepakaran atau bidang studi responden sangat beragam yang terdiri atas 29 bidang studi. Urutan tiga besar teratas dari keahlian responden, yaitu: bidang studi fisika 26.54%, diikuti oleh 16,92% bidang studi kimia, 16,54% bidang biologi dan selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut, terlihat bahwa responden mempunyai kredibilitas yang baik karena bidang studi responden sangat, termasuk ada pustakawan sebanyak 18 orang aatau 6,92% yang dapat mendiseminasikan kembali informasi ilmiah iptek nuklir yang ada dalam basis data INIS ke pemustaka di perpustakaan jurusan atau fakultas. Secara umum terlihat bahwa komposisi perbedaan bidang studi responden dari setiap PTN, di mana urutan 6 teratas mempunyai keahlian di bidang MIPA yaitu Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, Farmasi dan pustakawan.
2. Analisis Pengetahuan dan Persepsi Responden Dalam rangka mendukung visi misi BATAN, dalam kuesioner ditanyakan pengetahuan responden tentang BATAN dan PLTN selain mengenai penelusuran informasi iptek nuklir atau INIS.
a. Pengetahuan Responden tentang BATAN Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner terhadap responden tentang pengetahuan terhadap BATAN dapat dilihat pada Tabel 4. Ternyata tidak semua responden mengenal BATAN. Sebanyak 86,54% responden sudah mengetahui BATAN, namun masih ada yang belum mengetahui apakah BATAN itu yaitu sebanyak 13,46%.
23
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 3. Biodata berdasarkan bidang studi / keahlian responden
Tabel 4. Pengetahuan responden tentang BATAN
Atas dasar kenyataan tersebut maka sosialisasi institusi BATAN ke Perguruan Tinggi harus ditingkatkan. Upaya-upaya kerja sama seperti ceramah, seminar, diskusi panel dan dialog publik, gelar teknologi, lokakarya, pameran, “open house”, penyebaran publikasi dan informasi tercetak dan elektronik, dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan persepsi positif masyarakat tentang iptek nuklir harus ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
b. Pengetahuan Responden tentang PLTN Selanjutnya mengenai PLTN, ternyata juga tidak semua responden mengenal PLTN seperti terlihat pada Tabel 5. Sebanyak 91,54% responden sudah mengetahui PLTN namun masih ada yang belum mengetahui PLTN sebesar 8,08%. Hal menarik yang perlu diperhatikan adalah ternyata responden lebih mengenal PLTN dibandingkan dengan BATAN.
24
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 5. Pengetahuan responden tentang PLTN
c. Pengetahuan Responden tentang tujuan PLTN Responden yang tidak mengetahui tujuan PLTN ditampilkan pada Tabel 6. Berdasarkan data pada tabel tersebut, sebanyak 87,69% responden sudah mengetahui tujuan PLTN, dan 11,54% tidak tahu dan terdapat 0,77% responden abstain. Hal ini lebih memperlihatkan secara umum bahwa pengetahuan responden terhadap tujuan PLTN adalah positif. Namun masih terdapat yang belum mengetahui tujuan PLTN. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sosialisasi informasi mengenai PLTN dan manfaatnya masih kurang dan upaya-upaya sosialisasi informasi mengenai PLTN ke Perguruan Tinggi perlu ditingkatkan. Tabel 6. Pengetahuan responden terhadap tujuan PLTN
d. Sikap responden terhadap rencana pembangunan PLTN Jajak pendapat mengenai rencana pembangunan PLTN ditanyakan kepada responden, dan dari hasil penghitungan data kuesioner diperoleh sikap responden yang ditampilkan pada Tabel 7. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 31.54% menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju. Namun terdapat sebesar 10% yang menyatakan tidak setuju dan 1,54% menyatakan sangat tidak setuju serta sebesar 6,92% menyatakan abstain. Terdapat berbagai alasan responden yang menyatakan tidak setuju yang diajukan dalam jawaban terbuka yang dirangkum secara terpisah. Tabel 7. Sikap responden terhadap rencana pembangunan PLTN
25
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
3. Analisis pengetahuan dan kebutuhan jenis literatur responden Untuk mengetahui minat dan kebutuhan masyarakat ilmiah di lingkungan PTN terhadap hasil penelitian dan pengembangan iptek nuklir yang diwujudkan dalam bentuk
6 pertanyaan tertulis
mengenai INIS dan satu pertanyaan mengenai jenis literatur yang sering digunakan responden, dalam kuesioner yang dibagikan di UM, UNHALU, UNESA, UNTAD, UNRI, UBB dan UNRAM, dan menghasilkan informasi sebagai berikut:
a. Pengetahuan responden tentang Basis data INIS Pengetahuan responden terhadap basis data INIS sebagian besar masih belum mengetahui seperti terlihat pada Tabel 8 yaitu sebanyak 65,38% menyatakan tidak mengetahui apa itu basis data INIS, hanya sebanyak 34,23% responden menyatakan mengetahui, dan 0.38% tidak menjawab atau abstain, sehingga secara umum sebagian besar responden tidak mengetahui apa itu basis data INIS. Tabel 8. Pengetahuan responden terhadap basis data INIS
b. Pengetahuan responden tentang lingkup bidang ilmu pada INIS Selanjutnya adalah pengetahuan peserta terhadap lingkup bidang ilmu yang terdapat pada basis data INIS dan diperoleh hasil sebanyak 65% belum mengetahui lingkup bidang INIS, dan hanya 33,46% yang sudah mengetahui seperti ditampilkan pada Tabel 9. Pengetahuan responden terhadap lingkup bidang ilmu INIS sebagian besar menjawab tidak tahu. Tabel 9. Pengetahuan responden terhadap lingkup bidang ilmu INIS
c. Jenis literatur yang sering digunakan responden Jenis literatur yang sering digunakan oleh responden cukup beragam seperti terlihat pada Tabel 10. Sebagian besar responden membutuhkan informasi dari jenis literatur artikel ilmiah yang diterbitkan dalam prosiding seminar sebesar 62,39%, diikuti buku teks sebesar 20,90% dan artikel yang diterbitkan dalam jurnal sebesar 14,03%.
26
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 10. Jenis literatur yang sering digunakan responden
d. Jenis media yang diharapkan responden Basis data INIS akan digunakan oleh 176 orang atau 59,46% responden apabila dapat diakses melalui internet, dan 70 orang atau 23,65% dapat diakses melalui intranet dan yang lainnya seperti terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis media yang diharapkan untuk penelusuran basis data INIS
e. Alasan tidak menggunakan basis data INIS Selanjutnya adalah alasan mengapa responden tidak mengetahui dan menggunakan basis data INIS seperti ditampilkan pada Tabel 11. Sebanyak 47,67% mengatakan karena tidak tahu bahwa INIS menawarkan informasi ilmiah dengan cuma-cuma, sebanyak 37,33% mengatakan karena tidak pernah mendengar tentang sumber informasi INIS, dan sebanyak 12,33% mengatakan karena tidak tahu lingkup bidang ilmu pada basis data INIS. Tabel 11. Alasan responden tidak menggunakan basis data INIS
4. Penilaian responden terhadap kegiatan sosialisasi INIS Peserta responden menilai sosialisasi INIS sangat bermanfaat dan bermanfaat seperti terlihat pada Tabel 12. Artinya sebanyak 93.84% mengatakan kegiatan sosialisasi ini sangat bermanfaat dan bermanfaat bagi responden karena memperoleh pengetahuan tentang iptek nuklir dan literature tentang iptek nuklir dalam basis data INIS.
27
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 12. Penilaian responden kegiatan Sosialisasi INIS
B. ANALISIS HASIL KUESIONER PERTANYAAN TERBUKA Terdapat 2 (dua) pertanyaan terbuka yang diajukan kepada responden yaitu tentang alasan responden tidak setuju terhadap rencana pembangunan PLTN dan pendapat yang juga merupakan persepsi dari responden mengenai Informasi Ilmiah Iptek Nuklir. 1. Alasan responden tidak setuju dengan rencana pembangunan PLTN Jajak pendapat mengenai rencana pembangunan PLTN ditanyakan kepada responden, dan dari hasil penghitungan data kuesioner diperoleh sikap responden yang ditampilkan pada Tabel 7. Terdapat berbagai alasan responden yang menyatakan tidak setuju yang diajukan dalam jawaban terbuka secara lengkap. Namun untuk lebih mudah memahami alasan dan saran yang diberikan oleh responden, selanjutnya dikelompokkan berdasarkan alasan yang mirip atau sama dengan hasil seperti ditampilkan pada Tabel 13. Berdasarkan data pada Tabel 13 terlihat bahwa alasan-alasan tersebut menunjukkan responden kurang memahami PLTN. Pemahaman bahwa masih banyak sumber energi lain paling banyak dijadikan alasan oleh 18,18% responden, diikuti SDM BATAN yang dianggap belum memadai, perilaku warna Negara kurang disiplin dan adanya kecelakaan nuklir di negara maju menjadi alasan dari sebanyak 11,36% responden. Sehingga teknologi PLTN yang sudah “Proven” mapan, aman dan bebas polusi dan yang dapat mengatasi masalah langkanya sumber energi, sementara permintaan energi terus meningkat, masih harus ditanamkan di kalangan Perguruan Tinggi. Pemahaman akan meningkatkan apresiasi masyarakat ilmiah khususnya di kalangan Perguruan Tinggi yaitu mahasiswa, sehingga dan persetujuan mereka terhadap pembangunan PLTN akan tercapai.
2. Pendapat responden terhadap sistem informasi ilmiah iptek nuklir setelah mengikuti sosialisasi Terakhir kepada peserta ditanyakan bagaimana pendapatnya tentang sistem informasi ilmiah iptek nuklir setelah mengikuti sosialisasi. Terdapat berbagai pendapat yang disajikan secara lengkap. Namun untuk lebih mudah memahami pendapat dan saran yang diberikan oleh responden, selanjutnya dikelompokkan berdasarkan pendapat yang mirip atau sama. Terdapat pendapat dari responden yang berkaitan dengan INIS dan PLTN. Dari 246 responden yang menjawab saran atau pendapat, sebanyak 79 responden memberikan saran atau pendapat tentang INIS, dan 167 responden memberikan saran atau pendapat yang berkaitan dengan PLTN baik yang positif maupun negatif.
28
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 13. Alasan responden tidak setuju dengan rencana pembangunan PLTN
Saran responden yang berkaitan dengan INIS diperoleh dari 79 responden yang ditampilkan pada Tabel 14. Lima urutan tertinggi saran dari responden yaitu sebanyak 17,72% memberikan pendapat bahwa INIS dapat menjadi sumber referensi atau rujukan, sebanyak 15,19% mengatakan INIS membantu untuk memperoleh literatur, sebanyak 15,19% mengatakan INIS dapat menambah pengetahuan, sebanyak 12,66% responden mengatakan bahwa basis data INIS dapat memperoleh jurnal atau artikel internasional, dan sebanyak 11,39% responden mengatakan INIS sangat diperlukan. Tabel 14. Pendapat responden terhadap INIS No.
Pendapat
Jumlah
%
1
Sumber referensi
14
17.72
2
Membantu memperoleh literatur
12
15.19
3
Menambah pengetahuan
12
15.19
4
Dapat memperoleh jurnal / artikel internasional
10
12.66
5
Diperlukan
9
11.39
6
Bagus, menjadi tahu cara mengakses data dari INIS
8
10.13
7
Sangat lengkap
6
7.59
8
Harus ada tindak lanjut
3
3.80
9
Bagus, dapat mengirimkan paper
2
2.53
10
Bermanfaat untuk sosialisasi nuklir
1
1.27
11
Terus dikembangkan di Indonesia
1
1.27
12
Paten belum ada
1
1.27
Jumlah
79
100
29
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Selanjutnya adalah pendapat responden terhadap PLTN yang diperoleh dari 167 responden dan dikelompokkan menjadi pendapat positif dan pendapat negatif seperti ditampilkan pada Tabel 15. Pendapat positif dengan 5 urutan teratas adalah sebesar 30% responden mengatakan banyak manfaat untuk kesejahteraan masyarakat, sebanyak mengatakan 26,95% responden mengatakan sangat bermanfaat, sebanyak 10,18% responden mengatakan menambah pengetahuan, sebanyak 5,39% responden mengatakan segera operasikan PLTN dan 5,39% mengatakan sosialisasi diperluas di semua kalangan. Sedangkan pendapat negatif dari responden terhadap PLTN meskipun hanya sedikit tetapi perlu dijadikan masukan yang baik. Adapun pendapat negatif responden adalah sebanyak 1,20% responden mengatakan bahwa Warga Negara Indonesia belum disiplin, sebanyak 0,60% responden mengatakan hanya menguntungkan Negara lain dan 0,60% responden mengatakan bahwa Negara koruptor belum pantas buat PLTN. Tabel 15. Pendapat responden terhadap PLTN No.
Pendapat-pendapat
Jumlah
%
Positif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Banyak manfaat untuk kesejahteraan manusia Sangat bermanfaat Menambah pengetahuan Segera dioperasikan PLTN Sosialisasi di perluas di semua kalangan Perlu disampaikan dampak positif dan negatifnya Dikembangkan terus Mendukung pengembangan penelitian Cukup bermanfaat Aplikasi teknologi nuklir Terlalu global Harus sesuai standard Gunakan IT yang terkini Pengelolaan dan metode yang cocok Limbahnya dikelola dengan baik
50 45 17 9 9 5 5 5 5 4 1 1 1 1 1
30 26.95 10.18 5.39 5.39 2.99 2.99 2.99 2.99 2.40 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60
16 17 18 19
Perlu model sosialisasi khusus untuk PT SOP yang ketat Mengurangi efek berbahaya dari CO2 Sosialisasikan ke FMIPA
1 1 1 1
0.60 0.60 0.60 0.60
Negatif 1 2
Watak WNI belum disiplin Hanya menguntungkan negara lain
2 1
1.20 0.60
3
Negara koruptor belum pantas buat PLTN
1
0.60
167
100
Jumlah
30
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat ilmiah dari 7 (tujuh) perguruan tinggi khususnya civitas akademika UM dan UNHALU, UNESA, UNTAD, UNRI, UBB dan UNRAM terhadap pengetahuan informasi ilmiah iptek nuklir adalah positif baik terhadap pengetahuan tentang BATAN, PLTN maupun basis data INIS. Oleh karena itu PPIKSN melalui basis data INIS harus terus aktif mensosialisasikan Iptek Nuklir untuk tujuan damai kepada masyarakat ilmiah khususnya perguruan tinggi baik dalam bentuk sosialisasi maupun kegiatan sejenisnnya agar dapat membantu BATAN untuk meningkatkan peran nyata iptek nuklir bagi peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidup masyarakat melalui program pemanfaatan hasil litbangyasa.
UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada kepala subbidang MPN, Kepala Bidang SIMN dan kepala PPIKSN selaku INIS liaison officer di Indonesia yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan kajian ini sebagai evaluasi untuk mengetahui sejauh mana efektifitas kegiatan sosialisasi iptek nuklir ke perguruan tinggi yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers, 2007. 2. http://www.biskom.web.id/2012/12/19/ferhat-aziz-sosialisasi-pltn-pakai-jejaring-sosial.bwi,
Ditulis
pada 19 December 2012, diakses 12 Desember 2015. 3. http://www.BATAN.go.id/index.php/id/kedeputian/manajemen/hhk/1971-75-masyarakat-indonesiatelah-siap-menerima-pltn, diakses 10 Desember 2015. 4. Keputusan Kepala BATAN Nomor: 093/KA/IV/2009 tentang petunjuk pelaksanaan manajemen penelitian, pengembangan, perekayasaan, diseminasi, dan penguatan kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir. 5. PPIN, Laporan teknis sosialisasi informasi iptek nuklir di Indonesia, Serpong, 2005. 6. PPIN, Laporan teknis sosialisasi informasi iptek nuklir di Indonesia, Serpong, 2006. 7. PPIKSN, Laporan evaluasi hasil pengenalan informasi ilmiah iptek nuklir ke perguruan tinggi di Indonesia, BATAN, Serpong, 2015.
31
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
32
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENINGKATKAN SITASI PUBLIKASI DI PUSAT PENELITIAN EKONOMI LIPI DWI UNTARI1 Abstrak Salah satu indikator kinerja bagi peneliti adalah meningkatnya jumlah sitasi dari karya yang dihasilkannya. Keterbukaan akses terhadap karya peneliti melalui media online mampu meningkatkan sitasi karya peneliti. Sitasi menjadi bukti bahwa hasil karya nya memiliki dampak bagi ilmu yang dikaji oleh peneliti tersebut. Dampak ini lah yang sedang ditingkatkan oleh LIPI sebagai salah satu indikator kinerja peneliti, Perjanjian kinerja tahun anggaran 2016 di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI mencantumkan peningkatan sitasi dari publikasi sebanyak 55 sitasi sebagai salah satu indikator dalam perjanjian kinerja. Pustakawan sebagai mitra kerja peneliti berupaya memberikan dukungan kepada peneliti dalam rangka meningkatkan sitasi tersebut. Tujuan artikel ini adalah memaparkan peran pustakawan dalam mendukung peneliti untuk meningkatkan sitasi. Pustakawan selain membantu peneliti untuk mendapatkan referensi, juga dapat membantu melakukan diseminasi hasil karya peneliti untuk bisa diakses secara terbuka melalui media online. Media online terutama google scholar banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan sitasi karya peneliti, selain itu RePEc (Research Papers in Economics) membantu diseminasi dalam bentuk database bibliografi. Research gate selain menjadi media diseminasi hasil karya peneliti juga dapat menjadi media untuk berbagi pengetahuan dan memiliki fitur laporan sitasi. Tidak semua peneliti memiliki waktu untuk mengumpulkan hasil karya nya yang sudah diterbitkan dalam bentuk cetak kemudian melakukan alih media dan menyimpan dalam pangkalan data. Setelah disimpan dalam pangkalan data. Pangkalan data tersebut lah yang kemudian bisa diintegrasikan dengan google scholar, RePec ataupun Research Gate. Peran tersebut sangat mungkin dilaksanakan oleh pustakawan dalam membantu peneliti mendiseminasikan hasil karyanya melalui media online. Dengan memanfaatkan semua media online tersebut, karya peneliti di Pusat Penelitian Ekonomi akan semakin tersebar dan banyak diakses oleh masyarakat, baik di dalam negeri atau di luar negeri, dan tentunya keterbukaan akses akan mampu meningkatkan sitasi dari peneliti di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI.
Kata Kunci : Sitasi, Penelitian, Diseminasi, Pustakawan.
1
Pustakawan pada Pusat Penelitian Ekonomi Indonesia (P2EI) - LIPI
33
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
PENDAHULUAN Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI memiliki target untuk menjadi lembaga penelitian di bidang ekonomi yang memiliki kualitas dunia (world class university). Target tersebut tentunya harus didukung oleh civitas yang memiliki keahlian dan kemampuan yang juga berkualitas dunia. Peneliti sebagai salah satu civitas memiliki peranan yang sangat besar untuk mewujudkan target P2E- LIPI menjadi world class university, dan tentunya harus didukung dengan tenaga administrasi yang handal dimana salah satunya adalah pustakawan. Salah satu indikator untuk menjadi lembaga penelitian dunia adalah memiliki peneliti dengan hasil karya yang banyak disitasi oleh publik. Sitasi ini menjadi bukti bahwa hasil penelitian memiliki dampak terhadap ilmu yang dikaji oleh peneliti tersebut, dan dampak ini yang sedang ditingkatkan oleh LIPI sebagai salah satu indikator kinerja peneliti. Dalam sasaran strategis yang terdapat di dokumen perjanjian kinerja P2E-LIPI tahun 2015, salah satunya mencantumkan meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya saing bangsa berbasis hasil penelitian yang diturunkan dalam indikator berupa jumlah sitasi dari publikasi sebanyak 508 cantuman. Pada tahun 2015 tersebut diperoleh realisasi sebesar 547 sitasi atau 107,7%. Data dalam laporan tahunan P2E-LIPI tahun 2015, menunjukkan bahwa dari 40 orang peneliti yang terdapat di P2E-LIPI, 23 orang peneliti sudah terindeks dalam google scholar yang artinya ada 23 orang yang karya tulisnya telah disitasi oleh penulis lain. Indikator kinerja bagi peneliti dengan meningkatkan jumlah sitasi dari karya yang dihasilkannya untuk perjanjian kinerja tahun anggaran 2016 di P2E-LIPI mencantumkan peningkatan sitasi dari publikasi sebanyak 55 sitasi. Peningkatan sitasi ini membutuhkan upaya lain, yaitu meningkatkan keterbukaan akses dari hasil karya peneliti. Keterbukaan akses terhadap hasil penelitian akan mempermudah publik untuk membaca dan memanfaatkan hasil penelitian tersebut. Sebagaimana dikatakan Romy Satrio Wahono, bahwa salah satu kunci menduduki peringkat di Webometrics bagi Universitas adalah bagaimana universitas bisa memperbanyak konten (scientific paper) yang dibagi ke publik, diindeks di mesin pencari, dan sedikit kepintaran universitas memainkan Search Engine Optimization (SEO) untuk
34
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
mengarahkan mesin pencari ke situs universitas. Wahono (2007). Hal ini tentu berlaku pada lembaga penelitian dalam mencapai world class university. Dalam pernyataan Wahono (2007), upaya untuk memperbanyak konten yang dibagi ke publik merupakan salah satu tugas pustakawan. Pustakawan di P2E-LIPI berjumlah dua orang. Pustakawan dalam struktur organisasi berada dibawah Sub Bidang Pengelolaan Hasil Penelitian yang sebelumnya bernama Sub Bidang Dokumentasi dan Informasi. Sub Bidang Pengelolaan Hasil Penelitian memiliki tugas yaitu (1) Pengelolaan dokumentasi, data dan hasil-hasil penelitian, (2) Pengelolaan hak kekayaan intelektual, dan (3) Pengelolaan sistem informasi, Peran pustakawan di P2E-LIPI tidak lagi hanya mengelola perpustakaan dan koleksi dalam bentuk tercetak , tetapi juga mengelola sistem informasi. Di sini peran pustakawan bertambah sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi pustakawan. Tantangan tersebut adalah penguasaan perkembangan teknologi dan literasi informasi. Pustawakan di lembaga penelitian merupakan mitra kerja peneliti, hal ini menuntut pustakawan untuk mampu menyediakan informasi dan membantu peneliti untuk mendiseminasikan hasil karya peneliti kepada publik. Diseminasi yang dilakukan melalui publikasi tercetak dan publikasi digital. Upaya untuk mendiseminasikan publikasi digital baru mulai dilakukan pada tahun 2010. Peran pustakawan dalam melakukan diseminasi tersebut bisa diterjemahkan sebagai upaya dalam memperbanyak konten dan memberikan keterbukaan akses kepada publik, sekaligus sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan sitasi peneliti di P2ELIPI.
TUJUAN Tujuan penulisan artikel ini adalah memaparkan peran pustakawan dalam mendukung peneliti untuk meningkatkan sitasi. Pustakawan selain membantu peneliti untuk mendapatkan referensi, juga dapat membantu melakukan diseminasi hasil karya peneliti untuk bisa diakses secara terbuka melalui media online. Kedua peran tersebut merupakan upaya pustakawan dalam mendukung peneliti untuk meningkatkan sitasi publikasi yang telah diterbitkan oleh Satuan Kerja.
35
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
TINJAUAN PUSTAKA Pustakawan sebagai orang yang mengelola perpustakaan memiliki beragam peran tergantung dari jenis perpustakaannya. Crosby (2000) menyebutkan ada empat perpustakaan yang menentukan peran dari pustakawan. 1. Perpustakaan umum, dimana pustakawan bekerja dalam populasi yang berbeda. 2. Perpustakaan sekolah, dimana pustakawan bekerja dengan siswa dan guru; pustakawan memiliki keahlian dalam mengajarkan literasi dan kemampuan meneliti 3. Perpustakaan akademik, dimana pustakawan bekerja dengan mahasiswa dan professor pada universitas, pustakawan biasanya sudah terkonsentrasi pada satu subjek area seperti seni, biologi atau sejarah dunia. 4. Perpustakaan khusus, dimana pustakawan bekerja untuk organisasi, seperti pustakawan di rumah sakit yang membantu doctor melakukan penelitian. Pustakawan mengumpulkan dan menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan. Pustakawan dibedakan berdasarkan , baik yang bekerja di perpustakaan sekolah, perpustakaan umum atau perpustakaan khusus, harus beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan teknologi. Teknologi membantu pustakawan dalam menyediakan informasi yang berguna, dan mengelola informasi tersebut. Rao (2001) menyebutkan bahwa peran baru pustakawan di lingkungan internet dan world wide web adalah sebagai perantara penelusuran, fasilitator, trainer produk akhir, pengelola website, knowledge manager dan penyaring informasi. Perkembangan teknologi internet memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap berbagai bidang, termasuk penelitian dan perpustakaan. Keterbukaan akses terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan internet untuk mendiseminasikan hasil penelitian kepada dunia yang lebih luas. Sitasi terhadap publikasi peneliti kemudian menjadi indikator terhadap kinerja peneliti itu sendiri.
36
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Cooper (2015) menyatakan bahwa penghitungan sitasi adalah jumlah berapa kali publikasi tersebut disitir. Cooper juga mengatakan Web of Science merupakan sumber yang popular untuk penghitungan sitasi. Namun untuk penghitungan sitasi yang memasukkan buku telah dilakukan oleh Google. PEMBAHASAN Peneliti membutuhkan pustakawan sebagai mitra kerja dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Tugas utama yang dituntut oleh peneliti kepada pustakawan selama ini adalah untuk menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan. Namun dengan adanya penetapan indikator kinerja peneliti yaitu meningkatnya sitasi publikasi, hal ini juga berdampak pada bertambahnya tugas pustakawan. Pustakawan di P2E-LIPI merupakan pustakawan yang bekerja di perpustakaan khusus di lembaga pemerintah. Perpustakaan berada dibawah Sub Bidang Pengelolaan Hasil Penelitian yang memiliki tugas yaitu (1) Pengelolaan dokumentasi, data dan hasil-hasil penelitian, (2) Pengelolaan hak kekayaan intelektual, dan (3) Pengelolaan sistem informasi. Pengelolaan dokumentasi, data dan hasil-hasil penelitian, dan hak kekayaan intelektual sejalan dengan kegiatan pengelolaan perpustakaan. Tugas sebagai pengelola sistem informasi menempatkan pustakawan sebagai ahli informasi dalam era informasi. Olivia Crossby (2000) Peran pustakawan di P2E-LIPI secara umum bisa digambarkan dalam gambar berikut ini:
Menyediakan data dan informasi untuk kebutuhan penelitian
Pustakawan
Pustakawan KEGIATAN PENELITIAN
Gambar 1: Peran Pustakawan dalam kegiatan penelitian di P2E-LIPI Sumber:penulis
37
Mendiseminasikan hasil penelitian kepada publik
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Gambar diatas menjelaskan bahwa pustakawan melakukan dua peranan
pada kegiatan
penelitian di P2E-LIPI, yaitu 1. Pustakawan berperan dalam menyediakan data dan informasi bagi peneliti dalam sebuah kegiatan penelitian, dan 2. Mendiseminasikan hasil penelitian kepada publik.
Menyediakan data dan informasi bagi Peneliti Kegiatan penelitian yang dilaksanakan di P2E-LIPI membutuhkan banyak data dan informasi sebagai referensi penelitian. Salah satu data yang banyak digunakan adalah data statistik, terutama statistik yang diperoleh dari BPS. Selain itu peneliti juga banyak menggunakan buku buku mengenai ekonomi, artikel di jurnal-jurnal ekonomi, dan lain-lain. Peneliti akan meminta pustakawan untuk mengumpulkan seluruh data, informasi dan sumber referensi yang terkait dengan subjek penelitiannya. Hal ini dirasakan oleh peneliti dapat mempermudah mereka dalam menseleksi data, informasi dan sumber referensi yang akan mereka gunakan, sekaligus menghemat waktu dalam melakukan penelusuran. Perkembangan teknologi informasi membawa internet ke dalam berbagai bidang termasuk perpustakaan. Dampak dari internet sangat kuat dan membawa perubahan dalam bidang kerja perpustakaan. Peranan pustakawan dalam mengumpulkan data dan memilahnya sesuaid engan kajian yang dibutuhkan merupakan salah satu peranan sebagai fasilitator dan sebagai peneliti.
Mendiseminasikan hasil penelitian kepada publik. Pustakawan selain berperan dalam membantu peneliti untuk mendapatkan referensi, juga berperan dalam membantu melakukan diseminasi hasil karya peneliti untuk bisa diakses publik. Diseminasi dilakukan melalui publikasi tercetak dan publikasi digital. Publikasi digital memberikan keuntungan lebih banyak bagi peneliti karena dapat memberikan akses secara terbuka kepada publik melalui media online.
38
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Diseminasi publikasi tercetak dilakukan dengan mengirimkan publikasi kepada stakeholder, lembaga yang menjadi objek penelitian, dan juga kepada publik yang mengirimkan permintaan kepada P2E-LIPI. Pameran juga menjadi ajang untuk mendiseminasikan publikasi kepada publik karena banyak pengunjung pameran yang tertarik pada publikasi hasil penelitian dari P2E-LIPI. Pustakawan bertanggung jawab untuk melakukan pengiriman publikasi dan melaksanakan pameran. Diseminasi publikasi dalam bentuk digital baru mulai dilakukan pada tahun 2010. Tujuan melakukan digitalisasi publikasi adalah melakukan efisiensi ruang penyimpanan. Kondisi ruang perpustakaan yang berukuran 20x5 m dikhawatirkan tidak lagi dapat menampung koleksi perpustakaan. Selain itu kondisi fisik publikasi sudah ada yang rusak karena termakan usia. Pustakawan bertugas untuk menginventaris seluruh koleksi hasil penelitian P2E-LIPI dari tahun 1986 hingga tahun 2010. Setelah proses tersebut selesai, dilaksanakan proses alih media dan baru selesai setelah lima tahun. Publikasi dalam bentuk digital ini kemudian diupload kedalam pangkalan data. Pangkalan data ini lah yang menjadi media diseminasi berbasis online. Untuk meningkatkan akses terhadap publikasi di pangkalan data, pangkalan data didaftarkan pada google scholar agar masuk dalam indeks dan mesin pencari akan mengarahkan pencarian kata kunci terkait ekonomi kepada laman pangkalan data. Media online lain yang digunakan untuk mendiseminasikan publikasi hasil penelitian adalah RePec (Research Paper in Economic). RePec mengumpulkan bibliografi dari kertas kerja (working papers), artikel jurnal, buku, bagian buku, dan perangkat lunak pendukung (blog) yang semuanya dikelola oleh volunteer. Layanan yang diberikan oleh RePec selain database bibliografi diatas adalah blog aggregator untuk diskusi tentang penelitian ekonomi, direktori institusi ekonomi,, pengecekan plagiarism, analisis sitas, dan beberapa layanan lain yang bisa dilihat pada laman RePec. Gambar berikut adalah keberadaan Pusat Penelitian Ekonomi pada direktori Institusi di laman RePec.
39
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Gambar berikut adalah artikel dari salah satu peneliti P2E-LIPI yang ditampilkan dalam lamar Repec.
40
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Media online lain yang digunakan sebagai media diseminasi adalah Researchgate. Researchgate ini berbeda dengan RePec. Perbedaan utamanya adalah untuk pengelolaan konten di Researchgate adalah pada individu masing-masing. Semakin banyak publikasi yang ditampilkan maka akan semakin banyak publik yang bisa membaca hasil penelitian dari peneliti tersebut. Kemungkinan untuk meningkatkan sitasi dari publikasi peneliti tersebut akan semakin terbuka. Researchgate menyediakan koneksi terhadap reviewer, dan ahli pada bidang kajian, juga menyediakan laporan mengenai sitasi dari publikasi peneliti. Terakhir adalah tersedianya bagian untuk diskusi. Researchgate mengarahkan peneliti untuk berbagi pengetahuan dan mengakses hasil penelitian, pengetahuan dan pengalaman. Open Jurnal Sistem Open jurnal sistem merupakan software yang digunakan untuk mengelola jurnal mengelola penerbitan jurnal. Riyanto (2016) mengatakan bahwa pengelolaan jurnal dan sistem penerbitan yang dikembangkan oleh Public Knowledge Project untuk memperluas dan meningkatkan akses ke penelitian.
41
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tidak semua peneliti memiliki waktu untuk mengumpulkan publikasi nya yang sudah diterbitkan dalam bentuk cetak kemudian melakukan alih media dan menyimpan dalam pangkalan data. Pustakawan dapat melakukan pengumpulan publikasi tersebut dengan mudah, karena sudah terkelola di perpustakaan. Setelah selesai dikumpulkan, pustakawan melakukan alih media terhadap publikasi tersebut ke dalam bentuk digital. Pangkalan data menjadi tempat penyimpanan awal untuk publikasi yang sudah dalam bentuk digital. Publikasi tersebut dapat diupload pada Researchgate atau untuk publikasi yang diterbitkan di jurnal JEP atau RIEBS bisa di tempatkan di OJS. Untuk data yang disimpan dalam pangkalan data, pangkalan data sudah diintegrasikan dengan google scholar dan RePec. Pemanfaatan media online memberikan akses yang lebih terbuka kepada publik terhadap hasil penelitian P2E-LIPI. DIharapkan pada akhir tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah sitasi terhadap publikasi yang dimiliki oleh peneliti P2E.
KESIMPULAN Pustakawan memiliki peranan yang besar bagi peneliti dalam sebuah kegiatan penelitian. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, tuntutan terhadap kinerja peneliti semakin beragam. Peneliti tidak hanya menghasilkan publikasi, tetapi publikasi tersebut harus dapat memberikan dampak terhadap ilmu yang dikaji yaitu publikasi tersebut disitasi oleh publik. Tidak semua peneliti memiliki waktu untuk mengumpulkan hasil karya nya yang sudah diterbitkan dalam bentuk cetak kemudian melakukan alih media dan menyimpan dalam pangkalan data. Peran tersebut sangat mungkin dilaksanakan oleh pustakawan dalam membantu peneliti mendiseminasikan hasil karyanya melalui media online dan meningkatkan sitasi dari publikasi tersebut. Dengan memanfaatkan semua media online tersebut, karya peneliti di Pusat Penelitian Ekonomi akan semakin tersebar dan banyak diakses oleh masyarakat, baik di dalam negeri atau
42
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
di luar negeri, dan tentunya keterbukaan akses akan mampu meningkatkan sitasi dari peneliti di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI.
Daftar pustaka Cooper, Diane. (2015) Bibliometric Basic. Jurnal Medical Library Association. 103 (4) 217-218 Crossby, Olivia. (2000). Librarians: Informations expert in the information age. Occupational Outlook Quarterly. Diakses dari http://www.bls.gov/careeroutlook/2000/Winter/art01.pdf
Hadisaputro, Widodo. (2011). Kuantitas dan Kualitas Publikasi Jurnal. Diakses dari http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/public/pustaka/201111LPPM/KuantitasdanKualitasJurnal.p df Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. (2015). Perjanjian Kinerja Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. (2016). Perjanjian Kinerja Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. (2015). Laporan Tahunan 2015 Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. Rao, K. Nageshwara. (2001). Role of Librarian in Internet and World Wide Web Environment. Informing Science 4 (1), 25-34 Wahono, Romy Satrio. (2007).Teknik Perangkingan Universitas Ala Webometrics. Diakses dari http://romisatriawahono.net/2007/09/26/teknik-perangkingan-universitas-ala-webometrics/
43
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
44
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Kajian Kepuasan Pelanggan di Perpustakaan Badan Standardisasi Nasional Oleh: Erni Sumarni dan Nihayati *)
I. PENDAHULUAN
Badan Standardisasi Nasional-BSN menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang perumusannya dilakukan secara konsensus oleh stakeholder (produsen, konsumen, ahli/akademisi, serta pemerintah). SNI merupakan dokumen yang berisi suatu kegiatan atau hasilnya. SNI berlaku secara nasional di wilayah Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi atau Pusido mempunyai tugas untuk melayani masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi standardisasi, khususnya SNI. Layanan tersebut umumnya dalam hal penyediaan informasi standar dapat dilakukan dengan dua bentuk dokumen seperti dokumen tercetak dan dokumen elektronik. Sedangkan dalam memberikan layanan tersebut dapat dilakukan secara off-line atau dengan cara online. Layanan secara off-line adalah layanan dimana pemangku kepentingan atau pemakai harus datang sendiri ke Perpustakaan BSN untuk mendapatkan kebutuhan informasinya. Beberapa variasi dari layanan off-line juga dapat dilakukan seperti permintaan informasi yang dilakukan melalui surat (termasuk surat elektronik), telepon, faksimil dan sebagainya. Sedangkan layanan online adalah layanan dimana pemakai dalam memperoleh informasi standar tidak harus datang ke Perpustakaan BSN, namun pemakai dapat langsung berinteraksi melalui komputer yang tersambung ke komputer server BSN melalui internet. Dalam melayani para pemangku kepentingannya (stakeholders) BSN dilengkapi dengan koneksi informasi dalam bentuk tercetak dan dalam bentuk elektronik yang dilayangkan oleh Perpustakaan BSN. Jenis-jenis informasi tercetak tersebut antara lain adalah: dokumen SNI, buku-buku referensi yang berkaitan dengan stdardisasi, artikel jurnal ilmiah maupun non ilmiah berkaitan dengan standardisasi.
45
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Dalam melayani “stakeholders”nya PUSIDO tentu saja memiliki kelebihan kekurangan dari segi fasilitas, kemampuan Untuk mengetahui apakah stakeholders yang dilayani merasa puas atau tidak, maka PUSIDO melakukan kajian kepuasan pelanggan. dengan menggunakan metode Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur
Negara
dan
Reformasi
Birokrasi
sesuai
Nomor
KEP/25/M.PAN/2/2004.
1. Tujuan Kajian Tujuan penelitian yang ingin dicapai untuk mengetahui kepuasan pelanggan terhadap layanan terhadap layanan perpustakaan BSN yang diberikan kepada para pengguna layanan, Secara khusus tujuab yabf diingan dalam kajian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kepuasan pelanggan terhadap layanan yang diberikan oleh Perpustakaan BSN kepada para pelanggan atau pemangku kepentingan (stakeholder) BSN. b. Untuk mengetahui Indeks Kepuasan Pelanggan (IKP) terhadap layanan Perpustakaan BSN yang diberikan kepada pengguna.
2. Target kajian layanan
Pelayanan Perpustakaan BSN merupakan aktivitas jasa nirlaba dimana aktivitas ini sebagai ujung tombak dalam memberikan kepuasan pelanggan berkaitan dengan perolehan sumber informasi tentang standardisasi, khususnya SNI. Target kajian ini adalah dapat diketahui posisi kepuasan pelanggan dalam mendapatkan layanan informasi standardisasi dari Perpustakaan BSN. Dengan diketahuinya posisi kepuasan pelanggan dalam mendapatkan informasi di Perpustakaan BSN maka Perpustakaan BSN dapat membuat strategi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
46
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
3. Manfaat kajian layanan
Dokumen hasil kajian dapat digunakan sebagai tidak lanjut kebijakan dalam operasional layanan Perpustakaan BSN khususnya peningkatan kualitas layanan Perpustakaan BSN. Hasil kajian ini untuk dijadikan dasar dalam melakukan perbaikan manajemen dalam rangka perbaikan secara terus menerus. Selain itu dokumen ini dapat juga menjadi referensi bagi pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau mendalam.
4. Ruang lingkup kajian layanan
BSN di dalam tugas pokok dan fungsinya memiliki lima fungsi layanan publik yakni layanan publik untuk akreditasi standardisasi, layanan pendidikan dan pelatihan standardisasi, layanan Informasi standardisasi yang ditangani oleh Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi, pusat ini memiliki beberapa macam layanan. Kajian ini hanya dilakukan terbatas terhadap layanan Perpustakaan BSN saja yaitu yang mencakup layanan perpustakaan khususnya pada layanan penyediaan dokumen standar baik SNI maupun standar luar negeri.
47
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
II TINJAUAN PUSTAKA
Kotler mendefinisikan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja atau hasil produk yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan.Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas.Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas.Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Jadi tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan, semakin sesuai antara kinerja atau hasil yang diperoleh dengan harapan, maka akan semakin tinggi kepuasan yang akan didapat. Mowen dan Minor menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh atau menggunakannya. Pelanggan akan merasa puas jika barang yang dibelinya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Definisi lain mengenai kepuasan pelanggan yaitu menurut Oliver dalam Supranto yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Kepuasan pelanggan akan tercapai jika hasil yang dirasakan sesuai dengan harapan. Dari berbagai referensi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa, keseluruhan sikap, dan respon pelanggan yang muncul dengan membandingkan jasa yang diterima dan jasa yang diharapkan. Untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan maka perlu adanya kriteria kualitas layanan, seperti pada kebijakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat harus dilaksanakan
48
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
secara konsisten, terus-menerus dan berkelanjutan semua jajaran aparatur negara pada semua tingkatan. Pelayanan pemerintah kepada masyarakat diberikan secara cepat, tepat, murah, terbuka, sederhana dan mudah dilaksanakan serta tidak diskriminatif. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat Kementerian Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi menetapkan kebijakan tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap unit pelayanan instansi pemerintah. Pedoman ini sebagai acuan untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing instansi pemerintah, juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menilai kinerja unit pelayanan publik.
Pada Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004.tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, ada
14 unsur penilaian indek kepuasan
masyarakat atau pengguna (IKM) mencakup : 1) prosedur pelayanan; 2) persyaratan pelayanan; 3) Kejelasan petugas pelayanan; 4) kedisiplinan petugas pelayanan; 5) tanggung jawab petugas pelayanan; 6) kemampuan petugas pelayanan; 7) kecepatan pelayanan; 8) keadilan mendapatkan pelayanan; 9) kesopanan dan keramahan petugas; 10) kewajaran biaya pelayanan; 11) kepastian biaya pelayanan; 12) kepastian jadwal pelayanan; 13) kenyamanan lingkungan; dan 14) keamanan pelayanan. Berkenaan dengan 14 unsur penilaian
tersebut di atas, maka
dapat digunakan untuk
mengukur keberhasilan kepuasan pelanggan di unit pelayanan instansi pemerintah.
49
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
III METODE KAJIAN KEPUASAN PELANGGAN
1. Desain Kajian
Desain kajian ini merupakan disain kajian deskriptif dengan model survey terhadap pemangku kepentingan (stakeholder) BSN yang menggunakan jasa Perpustakaan BSN – Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi (PUSIDO).
Kajian kepuasan pelanggan ini menggunakan metode yang dikembangkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor KEP/25/M.PAN/2/2004. Responden diambil secara acak dengan metode accidental sampling yaitu dengan memberikan kuesioner kepada pengguna perpustakaan yang datang untuk menggunakan Perpustakaan BSN atau meminta informasi kepada Perpustakaan BSN sampai jumlah responden yang dipersyaratkan tercapai.
2. Jumlah responden
Sesuai dengan Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara maka responden dipilih secara acak dengan jumlah sebanyak 150 responden. Jumlah tersebut diperoleh dari rumus sebagai berikut:
Jumlah sampel = (jumlah unsur pertanyaan + 1) × 10. Waktu dan Tempat
50
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Kajian ini dilakukan di Perpustakaan Badan Standardisasi Nasional selama bulan Maret November 2015, jadwal kegiatan kajian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kajian Layanan Perpustakaan BSN
No.
1 2 3
Bulan
Kegiatan
5
6
7
8
9
10
11
Penyusunan instrumen (kuesioner) Uji coba kuesioner Penyebaran dan pengumpulan kuesioner
4
Pengolahan data
5
Penyusunan laporan
6
Penyajian laporan
3. Instrumen kajian kepuasan pelanggan
Instrumen kajian kepuasan pelanggan ini adalah berupa daftar pertanyaan yang berjumlah 14 pertanyaan sesuai Pedoman Menpan sebagai berikut: a. Prosedur layanan di Perpustakaan BSN sangat mudah untuk diikuti. b. Perpustakaan BSN tidak memberikan persyarataan yang sulit dalam
memberikan
layanan. c. Petugas Perpustakaan BSN merupakan Staf tetap yang ditugaskan di bagian layanan. d. Staf Perpustakaan BSN memberikan informasi layanan dengan jelas dan mudah diperoleh/diakses.
51
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
e. Anda selalu dilayani oleh Staf Perpustakaan BSN dengan penuh tanggung jawab sampai selesai. f. Staf Perpustakaan BSN memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu
menjawab
pertanyaan Anda. g. Staf Perpustakaan BSN melayani permintaan Anda dengan cepat. h. Staf Perpustakaan BSN memberikan perhatian personal kepada penggunanya. i. Staf Perpustakaan BSN bersikap ramah dan sopan dalam melayani permintaan Anda. j. Perpustakaan BSN menetapkan tarif biaya yang wajar untuk setiap layanan. k. BSN menetapkan tarif layanan sesuai dengan peraturan tarif yang ada dan diumumkan kepada publik. l. Perpustakaan BSN selalu konsisten memberikan layanannya secara tepat waktu. m. Fasilitas fisik (ruang dan perabot) untuk menunjang layanan di Perpustakaan BSN sangat baik dan nyaman. n. Anda merasa yakin dalam bertransaksi di Perpustakaan BSN.
Model kuesioner menggunakan skala likert 1-5, setiap pertanyaan diberikan pilihan score dari terendah 1 yang berarti sangat tidak setuju sampai yang tertinggi dengan score 5 sangat setuju rincian sebagai berikut: 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Baik 5. Sangat baik
Pertanyaan-pertanyaan yang ajukan kepada responden pengguna layanan informasi standardisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
52
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 3.2 Instrumen Kajian Layanan Perpustakaan Penilaian *) No
Anda terhadap layanan Perpustakaan BSN 1 2 3 4 5
Elemen Pertanyaan
1
Prosedur Layanan di Perpustakaan BSN sangat mudah untuk diikuti
2
Perpustakaan BSN tidak memberikan persyaratan yang sulit dalam memberikan layanan. Staf Perpustakaan BSN memberikan informasi layanan dengan jelas dan mudah diperoleh/diakses. Staf Perpustakaan BSN memberikan informasi layanan dengan jelas dan mudah diperoleh/diakses. Anda selalu dilayani oleh Staf Perpustakaan BSN dengan penuh tanggung jawab sampai selesai. Staf Perpustakaan BSN memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menjawab pertanyaan Anda. Staf Perpustakaan BSN melayani permintaan Anda dengan cepat
3 4 5 6 7 8
Staf Perpustakaan BSN berlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada para penggunanya.
9
Staf Perpustakaan BSN bersikap ramah dan sopan dalam melayani permintaan Anda. Perpustakaan BSN menerapkan tarif biaya yang wajar untuk setiap layanan. BSN menerapkan tarif layanan sesuai dengan peraturan yang ada dan diumumkan kepada publik. Perpustakaan BSN selalu konsisten memberikan layanannya secara tepat waktu. Fasilitas fisik (ruangan dan perabot) untuk menunjang layanan di Perpustakaan BSN sangat baik dan nyaman. Anda merasa yakin dalam bertransaksi di Perpstakaan BSN.
10 11 12 13 14
*) Keterangan : 1 = Sangat Tidak Setuju; 5 = Sangat Setuju
4. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari daftar isian responden
pengguna layanan pewrpustakaan
kemudian diolah dan dicari nilai rata-ratanya untuk setiap pertanyaan. Setelah nilai rata-rata
53
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
setiap pertanyaan diketahui, maka Indeks Kepuasan Pelanggan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
1 IKP N j n j 1 n
Keterangan: IKP : Indeks Kepuasan Pelanggan N : Nilai rata-rata tiap pertanyaan kuesioner n
: Jumlah pertanyaan kuesioner
j
: Pertanyaan kuesioner ke j dimana nilai j = 1 ... n
5. Uji Validasi dan Uji Reliabilitas Instrumen a. Uji validasi instrumen Pengujian validasi instrument ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa instrumen yang kita gunakan tersebut valid adalah dengan mengujinya. Uji Validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan Uji validitas product moment Pearson sebagai berikut:
54
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Keterangan: rxy = koefisien korelasi n = jumlah responden uji coba X = skor tiap item Y = skor seluruh item responden uji coba
Untuk mengetahui kuesioner yang akan dipakai untuk pengumpulan data sebelum kuesioner disebarluaskan kepada pengguna layanan informasi standardisasi terlebih dahulu dilakukan uji cobakan kepada 20 orang yang bukan menjadi reponden untuk pengumpulan data. Hasil uji coba dilakukan uji validasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Hasil validasi instrumen Pertanyaan nomor Nilai thitung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
0.55 0.625 0.696 0.499 0.809 0.845 0.754 0.822 0.849 0.860 0.883 0.830 0.727 0.848
55
Nilai ttabel 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44
Status validasi
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
a. Uji reliabelitas instrumen Untuk mengetahui kuesioner yang akan disebarluaskan tersebut reliable maka harus dilakukan uji reliabilitas instrument. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.4 Hasil uji reliabelitas instrumen Reliabilitas SperamenBrown (R-hitung)
R-tabel
0.943
Kesimpulan
0.444 Reliabel
56
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
IV Hasil dan Pembahasan Perhitungan dengan rumus yang ada dalam Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara diperoleh hasil seperti pada tabel 3.1 berikut: Hasil responden yang terkumpul dari pengguna layanan perpustakaan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah
%
1.
Laki-laki
84
56%
2.
Perempuan
66
44%
150
100%
Total
Pada tabel tersebut di atas, respoden dari kelompok laki-laki sebesar 56% sedangkan kelompok perempuan sebesar 44%.
Data responden yang terkumpul dari pengguna layanan perpustakaan berdasarkan kelompok pengguna dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
57
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 4.2 Data Responden Berdasrkan Kelompok Pengguna Layanan Perpustakaan
No.
Kelompokj Pengguna
Jumlah
%
1
Produsen/barang/jasa (pelaku usaha)
58
38,67
2
Regulator (pemerintah)
29
19,33
3
Akademisi (dosen, mahasiswa)
29
19,33
4
Konsumen (masyarakat umum)
14
11.30
5
Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)
17
9,33
6
Anggota Panitia Teknis/Sub Panitia Teknis
3
2
150
100
Total
Pengguna informasi SNI terdiri dari 6 kelompok pengguna, kelompok terbanyak yang memanfaatkan
layanan informasi SNI yakni dari kelompok pelaku usaha sebesar 38,67%
selanjutnya diikuti oleh pengguna dari kelompok regulataor (19,33%), akademisi, (19,33%), konsumen (11,30%) dan lembaga penilaian kesesuaian (LPK) ( 9,33%), serta anggota Komite Teknis (Komtek)/Sub Komite Teknis (2%).
Hasil responden yang terkumpul dari pengguna layanan perpustakaan berdasarkan perhitungan dengan rumus yang ada dalam Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara diperoleh hasil seperti pada tabel 4.3 berikut:
58
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Indeks Kepuasan Pelanggan Sesuai Pedoman Menpan
Jasa Informasi No
Elemen Pertanyaan Score
IKP
1
Kemudahan prosedur layanan
4,07
81,30
2
Persyaratan Pelayanan sesuai dengan ketentuan
4,12
82,40
3
Kejelasan petugas pelayanan
3,92
78,60
4
Kedisiplinan petugas
4,01
80,27
5
Tanggung jawab petugas
4,11
82,10
6
Kemampuan petugas
3,79
75,87
3,79
75,87
7
Kecepatan pelayanan
8
Keadilan dalam pelayanan
3,71
74,13
9
Keramahan petugas
4,17
83,30
3,90
78
4,09
81,87
10 11
Kewajaran biaya layanan Kesesuaian biaya dengan ketentuan yang berlaku
12
Waktu layanan
3,81
76,13
13
Kenyamanan tempat layanan
4,46
89,20
14
Keamanan saat layanan
4,22
84,40
4,02
80.32
Rata-rata
59
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Dari tabel di atas nampak score rata-rata kepuasan pelanggan adalah 4,02, dengan score ekivalen sebesar 80,32 Sedangkan score terendah adalah pada pertanyaan nomor 8 memperoleh score 3,71, pertanyaan nomor 6 dan pertanyaan nomor 7 dengan score yang sama sebesar 3,79, pertanyaan nomor 12, score 3,81 dan pertanyaan nomor 3 mendapat score 3,92.
Pertanyaan nomo 8 terkait dengan Staf Perpustakaan BSN berlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada para penggunanya mendapat score 3,71,
pertanyaan nomor 6 tentang Staf
Perpustakaan BSN memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menjawab pertanyaan Anda serta pertanyaan nomor 7 terkait dengan Staf Perpustakaan BSN melayani permintaan Anda dengan cepat, keduanya memiliki score yang sama yakni sebesar 3,79.
Berikutnya adalah pertanyaan nomor 13 terkait dengan pertanyaan fasilitas fisik (ruangan dan perabot) untuk menunjang layanan di Perpustakaan BSN sangat baik dan nyaman dengan score sebesar 89,2 dan pertanyaan berikutnya nomor 14 tentang pertanyaan Anda marasa yakin dalam bertansaksi di Perpustakaan BSN memperoleh score 84,4 serta pernyaan nomor 2 yakni pertanyaan tentang Perpustakaan BSN tidak memberikan persyaratan yang sulit dalam memberikan layanan dengan score sebesar 82,4.
Untuk score terendah, hal ini mungkin terjadi karena pada saat layanan diselenggarakan dilakukan pengguna sedang penuh atau banyak yang berkunjung sehingga petugas sibuk melayani yang pada akhirnya petugas kurang memperhatikan pengguna layananan. Diakui bahwa bahwa staf yang bertugas dilayanan masih terbatas jika salah satu petugas tidak masuk maka penyelenggaraan layanan sedikit terlambat. Untuk pertanyaan terkait kamampuan staf, memang harus diakui bahwa kompetensi petugas harus terus ditingkatkan, khususnya kompetensi yang berkaitan dengan materi standardisasi. Misalnya saja petugas harus mampu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan SNI mainan anak yang diregulasi wajib oleh pemerintah. Terkait dengan penggunaan tarif reproduksi walaupun sudah dilakukan melalui beberpa cara seperti menerbitkan buku tentang tarif reproduksi SNI, namun jumlah dan jangkauannya masih terbatas. Begitu juga
60
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
informasi tarif yang diunggah melalui internet belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh pengguna perpustakaan. Score terbaik adalah pada pertanyaan nomor 13 yaitu pertanyaan yang menyangkut Fasilitas fisik (ruangan dan perabot) untuk menunjang layanan di Perpustakaan BSN sangat baik dan nyaman. dengan score sebesar 4,46. Berikutnya adalah yang menyangkut pertanyaan nomor 14
tentang Anda merasa yakin dalam bertransaksi di Perpustakaan BSN dengan score 4,22. Untuk kedua hal ini sudah sangat baik sehingga prestasi ini harus dipertahankan. Jika dimungkinkan harus bisa ditingkatkan.
61
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
V SIMPULAN DAN SARAN
1. SIMPULAN
Berdasrkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa sebagai berikut:
a.
Kepuasan pelanggan Perpustakaan BSN yang berada di bawah Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi adalah bernilai 80,32 dengan score sebesar 4,02.
b. Score terendah adalah sebesar 3,71, 3,79, dan 3,81 serta 3,90 terkait dengan pertanyaan nomor 8 tentang Staf Perpustakaan BSN berlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada para penggunanya, pertanyaan nomor 6 yaitu Staf Perpustakaan BSN memiliki pengetahuan yang luas sehingga mampu menjawab pertanyaan Anda, nomor 7 tentang Staf Perpustakaan BSN melayani permintaan Anda dengan cepat dan pertanyaan nomor 12, Perpustakaan BSN selalu konsisten memberikan layanannya secara tepat waktu serta pertanyaan nomor 10 terkait dengan Perpustakaan BSN menerapkan tarif biaya yang wajar untuk setiap layanan. Walaupun pada
pertanyaan tersebut di atas masih pada kisaran 76,40 masuk kategori baik , namun tetap perlu ditingkatkan. c. Score tertinggi adalah sebesar 4,46 terkait dengan fasilitas fisik (ruangan dan perabot) untuk menunjang layanan di Perpustakaan BSN sangat baik dan nyaman. Score ini berada pada kisaran
89,20, dengan demikian perlu terus dipertahankan.
2. SARAN
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil kajian sebagai berikut: a. Hasil score tertendah harus diperbaiki melalui peningkatan capacity building terkait kompetensi sdm untuk pelayanan prima, penguatan content informasi standardisasi dan
62
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
penilaian kesesuaian dan kecepatan dalam pemberian pelayanan serta peninjauan kembali jam operasi layanan. b. Hasil score tertinggi harus dipertahankan terkait dengan fasilitas layanan, keramahan petugas layanan, persyaratan layanan. Hal ini harus dipertahankan.
63
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Mowen, Jhon, C., Minor Michael, Perilaku Organisasi, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2002 Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia, terjemahan Benyamin Molan, Edisi 12, Jilid 1, Jakarta : PT. Indeks, 2009. Sugiono, Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alfabet, 2014. V. Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto, Statistik untuk penelitian, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012.
64
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Budaya Literasi Peneliti Kita1 Oleh: Suherman Pustakawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ketua Masyarakat Literasi Indonesia (MLI)
“Riset-riset Minus Penerapan” (Kompas, 14 Desember 2011), “Kebutuhan Industri dan Hasil Lembaga Riset Belum Sesuai” (Kompas, 8 Desmber 2011), “Sulitnya Sinergi Industri dan Lembaga Riset” (Media Indonesia, 2 November 2011), “Indonesia Masih Sulit Berdayakan Peneliti” (Pikiran Rakyat, 1 November 2011), “Kebijakan Pendidikan Tak Berdasarkan Riset: Penelitian Badan Litbang Belum Jadi Penunjuk Arah” (Kompas, 24 Oktober 2011), “Riset Indonesia Kurang Diminati” (Media Indonesia 15 Juli 2010). Itulah beberapa judul berita dan judul artikel atau opini yang pernah dimuat di surat kabar. Deretan judul di atas memberikan gambaran minimnya kegunaan hasil penelitian untuk masyarakat. Yang paling baru adalah kritikan yang dilontarkan oleh Wakil Presiden Budiono yang mengatakan bahwa konsep pembangunan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dinilai tidak penah dijabarkan dalam rencana yang konkret dan terarah. Kalaupun ada perencanaan, isinya tak lebih dari kompilasi rencana kegiatan (Kompas, 10 Mei 2013). Kritik-kritikyang dilontarkan tersebut seolah-olah bahwa para peneliti mengidap penyakit authis, tidak berhasil menjembatani antara kebutuhan masyarakat dengan penelitian yang sedang dikerjakannya. Kritik dilontar mulai oleh manyarakat umum sampai para pejabatan tinggi negara. Mereka sering mengatakan bahwa hasil penelitian hanya menjadi kertas yang kemudian di simpan menjadi arsip atau hanya sekadar mengumpulkan angka kredit semata supaya tunjangan fungsionalnya tetap ada. Benarkah hasil penelitian kita
separah itu?Dari hasil wawancara dan diskusi
(focussed group discussion) dengan para peneliti dan para kepala lembaga penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonseia (LIPI), judul-judul berita dan opini seperti di atas dinilai
terlalu propokatif dan tendensius.
1
Sebenarnya para
peneliti ingin sekali
Disampaikan pada Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawanan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar - Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek. Jakarta, Badan Standardisasi Nasional, 30 Maret 2016
65
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
memberikan tanggapan terhadap opini yang menyudutkan seperti di atas, namun sayangnya rata-rata mereka tidak memiliki keahlian menulis secara populer untuk dapat dimuat di media massa. Mereka pun mengakui kelemahan tersebut. Akibatnya tidak bisa membela diri di hadapan publik.Di samping itu, terkadang para peneliti (teknolog) sendiri tidak peduli dengan masalah pencitraan, berbeda dengan para politisi. Suatu waktu saya bertanya kepada mereka kira-kira adakah rakyat yang menangis apabila lembaga riset dibubarkan?. Mereka malah balik bertanya, “jangankan lembaga riset, negara ini dibubarkan kami kira tidak bakalan ada rakyat yang menangis” Sebenarnya semua hasil penelitianbermanfaat. Tergantung siapa yang akan menggunakannya. Setiap bidang memiliki masyarakatnya sendiri. Sangat jarang sekali hasil penelitian yang dapat di dirasakan oleh semua lapisan masyarakat sebagaimana telah dilakukan oleh ilmuwan dunia sekaliber Edison, Steve Jobs, dan lain-lain. Apalagi kalau penelitian tersebut bersifat penelitian dasar yang tidak secara langsung terasa hasilnya, karena lebih kepada pengembangan keilmuan bukan untuk langsung diterapkan di industri. Misalnya, baru-baru ini LIPI meneliti tentang kayu keruing (Dipterocarpus cinereus). Jenis kayu keras yang dinyatakan telah punah oleh Lembaga Konservasi Alam Dunia (IUCN) yang ternyata masih ada di Pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Tentu saja hasil penelitian ini tidak memiliki dampak langsung secara ekonomi. Akan tetapi harus melalui masa inkubasi dan penyempurnaan penelitian yang berkesinambungan. Siapa menyangka bahwa kelapa sawit, kopi, teh, karet, dan kina yang pada awalnya tidak dilirik orang, sekarang menjadi tanaman komoditas yang penting. Terkesan bahwa banyak orang, termasuk tokoh nasional, para eksekutif, dan juga para anggota legislatif, yang terlalu pragmatis dalam melihat hasil penelitian. Mereka melihat kegunaan hasil penelitiaan hanya dari aspek bisnis dan dapat dirasakan sekarang juga. Padahal besarnya dana yang dianggarkan dengan besarnya ekspektansi yang diharapkan sangat tidak berbanding.Indikator dukungan yang paling terlihat adalah alokasi dana riset di dalam APBN. Di antara semua kementrian, yang paling kecil anggarannya adalah kementrian Riset dan Teknologi. Kemudian apabila kita cermati pidato kenegaraan presiden SBY, ternyata kata-kata Iptek hanya disebutdua kali saja. Lebih gamblang Hari Susanto dalam Investor Daily 15 Juni 2012 dengan sangat jelas menggambarkan dalam bentuk angka bagaimana lemahnya keberpihakan negara
66
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
terhadap penelitian, “rasio dana riset dengan APBN hanya 0,08%. Untuk Lembagan Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saja, misalnya, dari dana sebesar Rp 670 miliar, 40% digunakan untuk kegiatan riset dan teknologi, sementara 60% lainnya untuk anggaran rutin. Ini berarti dana untuk anggaran riset ilmu pengetahun dan teknologi di Indonesia hanya 0,03% dari PDB Indonesia yang mencapai Rp 6.300 triliun”Dana riset dan pengembangan Indonesia adalah 0,15% dari PDB, jauh di bawah Jepang sebesar 3,5% dan India 1,5%, dan bahkan Malaysia sebesar 0,5%.” Bandingkan dengan dana proyek pembangunan sara olah raga Hambalang yang besarnya 1,52 triliun. Selain kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah, harus diakui juga penghalang kemajuan Iptek datang dari peneliti sendiri. Dengan kata lain kompetensi peneliti yang lemah. Banyak peneliti yang meneliti hanya untuk mengumpulkan angka kredit semata. Tidak diadasarkan pada panggilan rasa ingin tahu yang membuncah atau menjadi seorang peneliti karena panggilan jiwa. Mungkin bisa disebut peneliti semacam ini adalah “peneliti administratif”. Yang meneliti hanya supaya Log Book-nya terisi setiap hari, yang entah apa isinya. Pokoknya semua persyaratan administrasi terpenuhi sesuai dengan petunjuk teknis dan regulasi maka sudah merasa memenuhi kewajiban sebagai peneliti, dan akhir dari semua itu adalah merasa aman dan tentram untuk mendapatkan tunjangan fungsional. Ada juga peneliti yang bekerja dengan sepenuh hati. Kekurangan dana dan fasilitas tidak terlalu menjadi halangan, terkadang tidak peduli dengan pengumpulan angka kredit. Kekurangan dana dan fasilitas dapat diatasi dengan mengirimkan proposal kepada pusat-pusat pendanaan riset dari luar negeri. Bahkan ada yang mengeluarkan dana sendiri untuk membeli peralatan yang medesak harus dibeli dari Pasar Glodok Jakarta. Itu semua karena ingin segera melihat hasil penelitiannya. Obsesi membuat penelitian unggulan telah terpateri dalam jiwanya sehingga tidak lagi memperhitungkan waktu dan biaya. Inilah yang saya sebut dengan “peneliti inspiratif.” Dan rata-rata hasil penelitiannya inovatif dan bermanfaat bagi kemanusiaan serta menjadi solusi terhadap problematika Iptek di tanah air. Tentang bagaimana cara membuat catatan harian penelitian (Log Book), alangkah baiknya apabila para penelitii kita membaca buku klasik The Malay Archipelago telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan Kajian Alam dan Manusia (2009). Buku yang ditulis oleh seorang naturalis berkebangsaan Inggris, Alfred Russel Wallace yang berisikan petualangan
67
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
keilmuannya, selama 8 tahun penjelajahannya di bumi Nusantara (1854 hingga 1862).Buku tersebut tiada lain adalah log book Wallace, di dalamnya berisi perjalanan pengalaman pengarang dalam mengumpukan specimen flora dan fauna untuk dikumpukan menjadi koleksi dunia yang akan diwarisi pada penduduk bumi setelah dia mati. Wallace adalah seorang naturalis yang visioner yang mencintai profesi lebih dari diri dan negaranya sendiri. Dia bukan hanya pandai membuat deskripsi ilmiah tentang hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Tapi dia pun cermat dalam menggambarkan kehidupan sosial, budaya, ekonomi politik, dan ideologi masyarakat yang dia kunjungi. Saya memabayangkan, apabila log book para peneliti kita ditulis dengan cara seperti itu tentu akan menjadi media komunikasi ilmiah yang sangat menarik. Faktor lain yang menyebabkan peneliti kita tidak inovatif adalah karena kurangnya pengetahuan dan wawasan para peneliti. Minat baca para peneliti kita rata-rata rendah. Mereka jarang membaca buku, apalagi buku-buku yang disangka tidak berhubungan dengan bidangnya. Referensi utama para peneliti kita adalah jurnal (e-journal) dan juga proseding hasil seminar. Padahal apabila kita membaca biografi para ilmuwan besar, untuk menjadi seorang ilmuwan tidak cukup hanya membaca bidang spesialisasinya saja. Lihat misalnya Einstein, Steve Jobs, dan Habibie.
Ketiga orang ini memiliki satu
kesamaan yaitu: kutu buku. Einstein terkenal bukan hanya teori relativitasnya tapi juga pandangan-pandangannya tentang kemanusiaan, filsafat, dan agama. Kata penulis biografinya Steve Jobs berhasil mengawinkan sepotong chip dengan sebait puisi, piawai memadukan antara dunia sastra dengan teknologi. Habibie pun selain terkenal dengan kepakarannya dalam bidang dirgantara juga dikenal ketokohannya dalam bidang politik dan kenegarawanannya dibuktikan dengan menjadi seorang presiden. Dalam kenyataannya, walaupun dengan dana riset yang cekak, ternyata tidak dijadikan hambatan oleh sebagaian peneliti untuk berkarya. Banyak peneliti yang berhasil melahirkan inovasi atau
karya-karya unggulan yang sangat berguna bagi
masyakarat. Bahkan sebagian dari hasil temuan itu sudah begitu menyatu dengan masyarakat. Misalnyatentang ragi tempe. Seluruh masyarakat sudah begitu akrab dengan makanan ini. Tapi belum tentu mereka mengetahui bahwa pabrik ragi tempe ditemukan dan dibangun oleh peneliti LIPI. Bahkan sudah ratusan hasil penelitian LIPI dalam bentuk teknologi sederhana yang
diterapkan di daerah dengan program Iptekda
(Penerapan Iptek di daerah). Saya kira orang Irian tidak akan lupa bagaimana mereka
68
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
diajari menggunakan cangkul dan membuat mesin-mesin sederhana untuk bidang pertaniandan juga otomotif yang dimulai pada tahun delapan puluhan. Dari beberapa sumber dikatan bahwa Irian mengurungkan niatnya untuk memisahkan diri salah satunya berkat pendekatan semacam ini. Akan tetapi prestasi-prestasi hasil penelitian ini tidak terpublikasikan secara massif kepada masyarakat. Sepertinya apabila tidak ada inisiatif dari pihak media massa nama LIPIpun tidak akan dikenal oleh masyarakat. Harus diakui bahwa institusi riset tidak memiliki tenaga marketing dan humas yang handal untuk mensosialisasikan hasil-hasil riset kepada masyarakat. Berkaca pada institusi lain seperti Kepresidenan dan Komite Pemberantasan Korupsi (KPK), mereka memiliki juru bicara yang tugasnya memberikan informasi kepada masyarakat tentang aktivitas lembaganya. Dahulu memang pernah dicoba menunjuk duta Iptek, yang dengan serampangan menunjuk artis yang tidak faham tentang Iptek, hanya ikut latah saja. Untung saja pada saat artis tersebut terkena kasus hukum, masyarakat banyak yang tidak mengetahui bahwa dia adalah duta Iptek. Memang, untuk membuat tulisan ilmiah populer yang layak muat di media massa tidaklah mudah. LIPI sangat menyadari persoalan ini. Untuk itu setiap tahun diadakan Diklat khusus tentang penulisan ilmiah populer yang diikuti oleh para peneliti maupun non peneliti. Akan tetapi tetap saja para peneliti tidak bisa melakukannya. Pihak penyelenggara lupabahwa untuk mampu menulis ilmiah populer tidak cukup hanya berbekal bidang ilmu yang menjadi spesialisasinya kemudian ditambah dengan teknik penulisan ilmiah populer. Sesungguhnyan ada persoalan fundamental yang ditinggalkan yaitu bekal pengetahuan tentang humaniora yang tentu saja tidak dapat diperoleh dengan hanya mengikuti Diklat. Pengetahuan tambahan dalam bidang humaniora memerlukan waktu panjang dengan banyak membaca.Sejatinya bagian Humas bisa mengambil alih tugas ini atau bekerja sama dengan peneliti untuk membuat tulisan ilmiah populer. Akan tetapi masalahnya adalahbagian Humastidak memiliki keahlian tersebut. Akibatnya adalah kiprah institusi tidak tersosialisasikan kepada masyarakat dan hasilnya pun tidak terdesiminasikan dengan baik. Maka, terbentuklah citra di masyarakat bahwa LIPI merupakan lembaga penelitian yang eksklusif, bagaikan menara gading yang jauh dari masyarakat. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah mencoba mempopulerkan peneliti yang memliki potensi untuk dipopulerkan. Dengan kata lain ingin menyelebritiskan peneliti
69
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
supaya menjadi “peneliti selebriti”—jangan diartikan seseorang yang pekerjaannya meneliti kaum selebriti. Peneliti selebriti ini dibentuk dengan cara diekspose terusmenerus oleh media massa, internet, dan media jejaring sosial. Dengan harapan apabila peneliti menjadi populer nama lembaga risetnya pun akan terbawa populer juga dan akhirnya masyarakat juga akan tertarik dengan pekerjaan-pekerjaan ilmiah. Strategi menyelebritiskan peneliti merupakan upaya sosialisasi Iptek pada masyarakat dengan mempertimbangan kedigdayaan media massa dalam membentuk opini publik. Bayangkan, bagaimana digdayanya media massa,hanya dalam hitungan hari masyarakat dapat mengenal Eyang Subur dengan profesi kleniknya daripada Dr. Ir. Nurul Taufiqu Rochman, Ph.D, M.Eng., seorang inovator muda berbakat ahli nanoteknologi, yang bercita-cita ingin menciptakan revolusi industri baru pada abad ke-21 di Indonesia. Gagasan menyelebritiskan peneliti ini sudah dilakukan oleh BPPT dan Kementrian Riset dan Teknologi. Kedua lembaga ini menjalin kerjasama dengan salah satu surat kabar nasional untuk memuat tulisan-tulisan dari para penelitinya. Dari hasil pemantauan pemuatan artikel di surat kabar, ternyata tulisan yang paling sering dimuat di media adalah tulisan para peneneliti LIPI, akan tetapi tulisan dalam bidang sosial dan politik. Peneliti yang sering muncul di media massa di antaranya adalah Ikrar Nusa Bhakti, R. Siti Zuhroh, Asvi Warman Adam, yang ketiganya peneliti dalam bidang sosial (politik dan sejarah). Jarang sekali muncul tulisan dalam bidang sains dan teknologi. Sehingga tidak heran apabila ada masyarakat yang menyangka apabila LIPI singkatan dari ”Lembaga Ilmu Politik Indonesia.” Ada korelasi yang signifikan antara budaya literasi dengan kompetensi para peneliti. Apabila peneliti memiliki budaya literasi yang baik maka dia memiliki kompetensi yang baik juga
dengan menghasilkan penelitian yang inovatif.
Dan sebaliknya, jangan
berharap para peneliti akan menghaslkan karya yang inoatif apabila mereka tidak suka membaca
atau
budaya
literasinya
rendah.
Banyak
kata-kata
mutiara
yang
menggambarkan betapa pentingnya membaca, misalnya “ita adalah apa yang kita pikirkan” atau “anusia berjalan di atas pengetahuannya.’ Kata-kata tersebut menggambarkan bahwa seseorang tidak akan berbuat keluar dari bingkai pikirannya. Dan pikiran bisa terbentuk manaka banyak informasi yang masuk ke dalam memorinya yang kemudian mengkristal menjadi ide. Instrumen utama untuk mengakuisi infomasi ke dalam memori adalah membaca.
70
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Jadi untuk mengubah penelitia menjadi inovatif maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengubah fikirannya yaitu dengan membangun budaya literasi yang kunci utamanya adalah membaca.
71
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
72
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
PENTINGNYA MANAJEMEN WAKTU DALAM PENINGKATAN KINERJA PUSTAKAWAN Oleh : Hadiyati Tarwan Pustakawan BPPT
Abstrak Waktu merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Merugilah orang-orang yang tidak dapat memanfaatkan waktunya dengan optimal. Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan atau manajemen waktu yang tepat dalam menjalankannya. Manajemen waktu sangatlah penting dalam pencapaian sebuah keberhasilan. Dengan manajemen waktu yang baik, seluruh kegiatan dapat terjadwal rapi dan semuanya dapat terselesaikan. Membiasakan diri untuk disiplin dalam mengerjakan semua pekerjaan, mendorong kita untuk segera menyelesaikannya langsung tanpa harus menunda-nunda, sebab semakin lama kita menunda sebuah pekerjaan, maka semakin besar pula rasa malas yang kita bangun. Hal inilah yang membuat pekerjaan akan menumpuk, tanpa ada yang terselesaikan dengan tuntas. Membangun disiplin diri menjadi langkah awal untuk bisa sukses. Sebagai Pustakawan dan +seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang dikenal sekarang dengan istilah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas memberikan pelayanan pada masyarakat, sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan kinerja atau prestasi kerjanya . Prestasi kerja pegawai ini salah satunya dapat dicapai melalui pemanfaatan manajemen waktu yang baik. Menajemen waktu yang tepat dapat mengurangi terbuangnya waktu kerja dengan sia-sia, sehingga kinerja atau prestasi kerja dapat diraih dengan maksimal. Dengan menghargai waktu sesuai dengan porsinya, maka setiap detik, menit bahkan jam yang dilewati akan memberikan manfaat.
Kata kunci : Pustakawan, manajemen waktu, disiplin, prestasi kerja
PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang memiliki modal waktu yang sama yaitu 24 jam dalam sehari semalam. Tapi mengapa ada sebagian orang yang dengan aktifitasnya mengaku “sangat sibuk”, padahal jadwal kegiatannya “tidak sesibuk” orang lain yang jauh lebih padat. Sebenarnya, jika kita ingin mengatur kehidupan dan membuatnya menyenangkan, sebagai permulaan yang kita butuhkan adalah mengatur waktu kita sendiri. Tak perlu dipertanyakan lagi, pengaturan waktu yang efektif merupakan hal mendasar untuk lingkup berbagai wilayah kehidupan dan seberapa banyak diantara kita yang benar-benar dapat memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya.
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan semasa hidup kita. Berapa banyak nafas yang kita hembuskan, sebanyak itu pula waktu kita telah berlalu. Ini bukan masalah yang remeh, tapi ini akan menjadi sejarah hidup kita dan akan dipelajari oleh generasi setelah kita. Waktu memang selalu berjalan dan akan terus berjalan. Waktu tidak dapat diciptakan oleh manusia, tapi waktu bisa kita 73
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
manfaatkan bersama. Begitu banyak waktu yang ada di kehidupan kita, tapi pertanyaannya adalah sudah berapa persen waktu yang telah kita manfaatkan untuk kemajuan diri kita. Pengelolaan waktu dikenal juga dengan istilah Manajemen Waktu. Manajemen waktu merupakan alat yang efektif dalam membantu seseorang untuk mencapai tujuannya, untuk itu dibutuhkan pemahaman yang tepat untuk mengamalkan ilmu manajemen waktu tersebut, agar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Manajemen waktu ini juga sangat dibutuhkan oleh kita sebagai Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan tugas sehari-hari sebai pelayan masyarakat. Agar waktu yang hanya tersedia selama 7,5 jam sehari selama 5 hari kerja itu dapat digunakan sebaik mungkin dalam memberikan palayanan yang terbaik pada masyarakat.
PEMANFAATAN MANAJEMEN WAKTU Waktu merupakan komoditi yang terbatas (Keenan, 1995). Semua orang mempunyai sumber waktu yang sama yaitu 24 jam atau 86.400 detik. Namun ada sebagian orang yang mengaku tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan sesuatu, sebagian lagi justru dapat menyelesaikan banyak hal dibandingkan dengan orang lain. Kebiasaan-kebiasaan yang seringkali dilakukan bahkan menjadi sumber masalah dalam pemborosan waktu. Kebiasaan seperti melakukan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dikerjakan sama sekali tanpa disadari adalah sesuatu yang sering dilakukan.
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seuruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaaan berada atau berlangsung. Dari hal tersebut dapat dikatakan skala waktu merupakan interval atau jarak antara dua buah keadaan atau kejadian atau bisa juga merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Manajemen waktu adalah suatu kemampuan untuk mengalokasikan waktu dan sumber-sumber untuk mencapai tujuan (Dejanasz, 2002). Keterampilan dalam mengelola waktu adalah bagaimana kita meluangkan waktu untuk memprioritaskan dan mencapai beberapa tujuan kehidupan serta menghasilkan kesejahteraan.
Dalam rentang waktu yang sama, bisa jadi 2 orang yang berbeda menghasilkan output yang berbeda, baik jumlah maupun kualitasnya. Kondisi itulah yang menunjukan bahwa adanya manajemen waktu sangatlah penting dalam pencapaian sebuah keberhasilan. Sebab dengan manajemen waktu yang baik, seluruh kegiatan dapat terjadwal dengan rapi dan semuanya dapat terselesaikan. 74
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Manajemen waktu adalah pengelolaan suatu rangkaian atau proses yang akan terjadi pada masa sekarang ataupun pada masa yang akan datang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, bagaimana cara mengelola waktu dengan baik? Menurut Trihono (2005), model manajemen yang paling sederhana adalah model PIE yaitu planning (perencanaan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi). Model pertama adalah planning (perencanaan).
Dalam manajemen waktu sangat dibutuhkan perencanaan dalam mengerjakan sesuatu sesuai dengan prioritasnya. Merencanakan apa yang akan kita lakukan membantu kita untuk lebih mudah mengerjakan pekerjaan tersebut dan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Model yang kedua adalah implementation (implementasi). Rencana yang telah disusun pada model pertama, dilaksanakan sesuai dengan tingkat prioritas tertinggi. Dalam pelaksanaan rencana ini hindari untuk melakukan perkerjaan lain padahal pekerjaan dengan prioritas pertama belum selesai. Fokus adalah kunci dalam melakukan pekerjaan yang direncanakan. Model yang ketiga adalah evaluation (evaluasi). Mengevaluasi pekerjaan atau tugas yang telah dilaksanakan sangat penting untuk perencanaan selanjutnya. Evaluasi ini berupa seberapa besarkah usaha kita dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas, seberapa banyakkah pekerjaan yang dapat kita kerjakan, ataupun bagaimanakah hasil dari pengerjaan tugas-tugas kita, apakah mencapai target atau tidak.
a. Pentingnya Manajemen Waktu Adapun alasan pentingnya me-manage waktu antara lain : 1) Membantu dalam membuat prioritas Mana pekerjaan yang harus didahulukan, dikerjakan setelah pekerjaan pertama selesai atau dapat ditunda penyelesaiaanya. 2) Waktu itu sangat berharga Waktu adalah harta yang sangat mahal. Waktu lebih mahal dari uang. Untuk menghargai waktu diperlukan kegiatan-kegiatan yang positif agar waktu tidak terbuang dengan percuma. 3) Memberi kebebasan dan kendali Kita yang memegang kendali atas waktu bukan waktu yang mengendalikan kita. Waktu dapat menjadi anugrah jika kita dapat mengendalikan dan mengelolanya secara benar dan bijaksana.
75
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
b.Wab. Pnsip Manajemen Waktu b. Prinsip Manajemen Waktu Agar dapat me-manage waktu dengan tepat, diperlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar manajeman waktu, antara lain : 1) Menetapkan Tujuan (A goal) Tujuan atau target merupakan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam melakukan sesuatu hal. Tujuan memberikan arah terhadap apa yang dilaksanakan. Tujuan dapat dibedakan atas : tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. 2) Menetapkan Rencana (A plan) Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai suatu tujuan. Perencanaan memberikan gambaran apa yang akan dilaksanakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Rencana memberikan peta terhadap pencapaian tujuan. 3) Tindakan ( Take action) Melakukan apa yang telah direncanakan. Target dan rencana yang telah dibuat tidak akan berarti jika tidak dilakukan/kerjakan.
c. Faktor Penghambat Manajemen Waktu Ada kalanya rencana-rencana yang telah disusun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sering muncul hal-hal penting maupun tidak penting yang menghambat kelancaran Pengelolaan waktu. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Mengerjakan pekerjaan yang disukai terlebih dahulu terutama di awal waktu, baru menyelesaikan pekerjaan yang kurang diminati di penghujung waktu. 2) Mengerjakan pekerjaan yang mudah terlebih dahulu di awal waktu dan mengerjakan pekerjaan yang sulit di akhir waktu 3) Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang cepat waktu penyelesaiannya, sebelum mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan waktu penyelesaian yang lama. 4) Mengerjakan pekerjaan darurat/mendesak sebelum mengerjakan pekerjaan penting. 5) Menunda-nunda pelaksanaan pekerjaan hingga mendekati batas waktu. 6) Menyusun skala prioritas bukan berdasarkan tingkat kepentingannya. 7)Terperangkap dalam situasi memenuhi tuntutan yang mendesak dan memaksa. 76
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
7) Kemampuan dalam memanajemen waktu berkaitan erat dengan kebiasaan sehari-hari. Jika telah terbiasa dengan hidup tanpa planning atau suka menunda-nunda waktu untuk penyelesaian suatu pekerjaan akan sangat sulit mendisiplinkan diri dengan jadwal waktu yang terencana. Keberhasilan hanya akan dapat diraih jika dapat merubah kebiasaaan kearah yang lebih baik terutama dalam hal manajemen waktu
PRESTASI KERJA Kinerja atau prestasi kerja adalah : “hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”. Sedangkan menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2002), prestasi kerja adalah : “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Sementara Moenir (2005) berpendapat bahwa prestasi kerja adalah : “Suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan “
Berdasarkan defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang, melalui totalitas kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja antara lain sebagai berikut : 1) Faktor Kemampuan. Secara psikologis, kemampuan (ability) seseorang terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realiti (knowledge + skill). Artinya, seseorang yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 - 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu penempatan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man on the right place, the right man on the right job).
77
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
2) Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seseorang dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri seseorang, yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
Selain itu sikap mental juga berperan dalam pencapaian prestasi kerja. Sikap mental merupakan suatu kondisi mental yang mendorong diri seseorang untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Berkenaan dengan hal tersebut seorang pegawai harus memiliki sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi). Disini dimaksudkan seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja aman dan nyaman antara sesama pegawai.
TIPS-TIPS MANAJEMEN WAKTU Langkah apa sajakah yang perlu dilakukan dalam mengatur waktu yang baik dan efektif ? Mari kita bahas
bersama
tips-tips
manajemen
waktu
yang
bisa
diterapkan
setiap
harinya.
1. Mulailah membuat skala prioritas. Ketika tugas atau pekerjaan kita menumpuk, waktu 24 jam per hari rasanya tidak cukup untuk menyelesaikan semua tugas-tugas tersebut. Untuk itu buatlah skala prioritas pekerjaan manakah yang paling penting dan harus segera diselesaikan, serta pekerjaan manakah yang bisa dikerjakan belakangan. Dengan begitu semua target dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Belajar disiplin dan tidak menunda pekerjaan. Membiasakan diri untuk disiplin dalam mengerjakan semua pekerjaan, mendorong kita untuk segera menyelesaikannya langsung tanpa harus menunda-nundanya. Sebab semakin lama kita menunda sebuah pekerjaan, maka semakin besar pula rasa malas yang kita bangun. Hal inilah yang membuat pekerjaan kita hanya akan menumpuk, tanpa ada yang terselesaikan dengan tuntas.
3. Buatlah jadwal sebagai alat bantu dalam manajemen waktu. Salah satu alat bantu yang dapat mengingatkan segala pekerjaan yang harus diselesaikan yaitu jadwal kegiatan kita sendiri. Usahakan memiliki jadwal rencana kegiatan harian, dan pastikan kita mencantumkan pekerjaan apa saja yang harus diselesaikan pada hari ini.
78
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
4. Upayakan selalu fokus dan tuntaskan setiap pekerjaan . Mengerjakan lebih dari satu tugas dalam waktu yang bersamaan tentunya tidak akan menghasilkan output yang optimal. Lebih baik kita fokus untuk menuntaskan satu tugas terlebih dahulu, baru kemudian kita mengerjakan tugas yang berikutnya. Cara ini sangat membantu untuk bekerja secara efektif, sehingga semua tujuan dapat tercapai sesuai dengan target waktunya.
5. Hargailah setiap waktu yang kita habiskan. Manfaatkan setiap waktu yang kita habiskan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya saja saat jam kerja, maka gunakan tenaga dan pikiran kita untuk fokus menyelesaikan pekerjaan dan tugas. Begitu juga pada saat jam istirahat, hargai serta manfaatkanlah untuk refresing dan sejenak mengistirahatkan pikiran. Sehingga pada saat masuk jam kerja, pikiran dan tenaga sudah siap digunakan untuk bekerja kembali secara optimal.
Pastikan tidak ada waktu yang terbuang sia-sia, karena manajemen waktu merupakan awal sebuah keberhasilan Anda.
KESIMPULAN
Sukses merupakan hasil dari kebiasaan. Oleh sebab itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperlancar bagaimana kita menggunakan waktu, yakni dimulai dengan kebiasaan mengontrol diri. Sekali kita bisa, seterusnya kebiasaan bagus ini jadi hal alami. Dalam banyak kasus, sukses bukan dihasilkan dari hal yang tak biasa, tapi lebih sebagai hasil dari kemampuan seseorang untuk "menguasai keduniawian". Dengan konsisten menampilkan seluruh tugas penting yang belum sempurna, sejalan dengan waktu aktivitas ini akan berubah jadi pencapaian besar.
Hentikan Kebiasaan Menunda. Kebiasaan untuk menunda adalah kebiasaan buruk yang harus kamu hilangkan mulai kini! Selain tidak produktif, kebiasaan ini akan membuat hariharimu berantakan dan mencegahmu untuk sukses dalam segala hal.
Sikap disiplin harus ditanamkan sejak dini mulai dari kita masih kecil. Disiplin sangat berpengaruh bagi keberhasilan kita dimasa datang. Orang sukses adalah orang yang selalu disiplin. Untuk kualitas hidup yang lebih baik dan tertata maka perilaku disiplin harus 79
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
ditanamkan, disiplin dalam hal apapun. Salah satu perilaku disiplin yang harus selalu dijalankan yaitu disiplin waktu.
Mengelola waktu dengan baik berarti mengelola hidup Anda dengan baik pula. Manusia tidak semua diberkahi dengan kecemerlangan, penampilan yang baik, atau banyak uang, tapi kita masing-masing mendapatkan jumlah waktu yang sama setiap hari. Ada banyak yang dapat dicapai dalam 24 jam, dan ada juga yang tidak mencapai apapun sama sekali. Semuanya terserah Anda untuk memanfaatkan waktu secara optimal karena ini adalah hidup Anda.
Waktu adalah hidup dan modal kita, dengan kata lain waktu adalah umur kita. Maka, janganlah menyia-nyiakannya. Waktu juga ibarat pedang. Bila kita tidak mahir menggunakan dan memainkannya, bukan tidak mungkin suatu hari nanti ia akan melukai atau bahkan membunuh diri kita sendiri. Jadi, belajarlah cara memainkan pedang, dalam arti mengelola waktu agar ia tidak menjadi senjata makan tuan.
Dalam kehidupan moderen seperti sekarang ini, semua orang dituntut untuk dapat lebih profesional dalam bekerja maupun menjalani kehidupan pribadi. Tuntutan tersebut sangat dirasakan ketika upaya pelayanan dalam berbagai bidang menjadi hal yang sangat vital. Untuk itu, dalam menjalani kehidupan terutama dalam menyelesaikan pekerjaannya, seseorang perlu melakukan manajemen diri. Manajemen waktu merupakan salah satu manajemen diri dalam upaya agar seseorang dapat lebih professional bekerja.
Daftar Pustaka
Covey, Stephen R. 1994. 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif (The 7 Habits of Highly Effective People). Jakarta : Binarupa Aksara. Dejanasz, S.C. 2002. Interpersonal Skills in Organization. Boston : Mc-Graw Hill. Kamus Besar Bahasa Indonesia .1997 Keenan, Kate. 1995. Management Guide to Making Time (terjemahan). West Sussex: Ravette Books Limited. Treacy, Declan. 1992. Successful Time Management in a Week (terjemahan). Inggris: Hodder &
80
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Stoughton. Trihono. 2005. MANAJEMEN PUSKESMAS BERBASIS PARADIGMA SEHAT. Jakarta: CV. Sagung Seto.
81
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
82
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PROMOSI PERPUSTAKAAN Oleh: Sutarsyah, S.Sos. MP. Pustakawan Madya Kebun Raya Bogor - LIPI ABSTRAK Di era digitalisasi sekarang ini, pemanfaatan teknologi digital menjadi tuntutan utama dalam layanan perpustakaan, makalah ini memaparkan tentang promosi perpustakaan dengan memanfaatkan film animasi sebagai media layanan digital di perpustakaan yang lebih interaktif dan mudah dipahami. Tujuannya agar perpustakaan sebagai media layanan informasi dapat menarik lebih banyak pengguna. Pembahasan tentang dampak teknologi informasi dan multimedia sebagai sarana promosi di perpustakaan dan deskripsi beberapa produk film multimedia yang dihasilkan perpustakaan dengan content yang berbeda, hal ini terkait dengan fungsi perpustakaan sebagai tempat rekreasi dan sumber pengetahuan. Diharapkan dengan pembuatan film multimedia ini fungsi perpustakaan sebagai tempat rekreasi menjadi tempat yang menyenangkan untuk mendapatkan dan berbagi informasi, sehingga dapat mengajak lebih banyak pemustaka berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan. Kata kunci: perpustakaan, perpustakaan digital, promosi, multimedia, film animasi
Latar Belakang Di era digitalisasi sekarang ini, pemanfaatan teknologi digital tuntutan
utama
dalam
layanan
perpustakaan,
oleh
karena
itu
menjadi pengelola
perpustakaan dalam hal ini pustakawan perlu lebih melek teknologi dan menyikapinya dengan memberikan layanan berbasis digital. Layanan digital menjadi trend layanan menarik saat ini, karena pemustaka mendapatkan informasi secara mudah dan cepat. Perpustakaan sebagai tempat mendapatkan informasi dan mencerdaskan masyarakat harus terus kreatif dan berinovasi dalam memberikan dan meningkatkan layanannya, Pendidikan dan Kebudayaan
hal ini didukung oleh pernyataan Menteri
Anies Baswedan (2016),
bahwa “Perpustakaan
seharusnya tidak hanya seperti gudang penyimpanan koleksi buku. Perpustakaan harus terus menyesuaikan diri dan berubah terlebih lagi di era digital saat ini. Perpustakaan seharusnya menjadi knowledge center bagi seluruh komunitas yang ada di sekitarnya”. Terkait dengan pernyataan Anies bahwa perpustakaan sebagai knowledge center atau sumber pengetahuan, menuntut pengelolanya dalam hal ini
83
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
para pustakawan untuk dapat memberikan layanan perpustakaan yang lebih menarik dan atraktif sehingga tidak ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya. Item perpustakaan juga semakin meningkat dan mengarah kepada dokumendokumen multimedia yang menuntut manajemen layanan perpustakaan yang jauh lebih dinamis dan kreatif. Tuntutan ini disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, semakin memicu pemanfaatan TI dan multimedia dalam meningkatkan layanan perpustakaan (Seminar, 2004). Multimedia mempermudah menyampaikan informasi dalam bentuk audio dan visual, tampilan konten informasi/pembelajaran lebih menarik dan dinamis dibanding dalam bentuk buku. Oleh karena itu film animasi menjadi salah satu pilihan dari layanan yang diberikan perpustakaan, dan juga sebagai media promosi untuk mengajak masyarakat berkunjung ke perpustakaan. Promosi kegiatan
merupakan
bentuk
kegiatan
pemasyarakatan
perpustakaan,
ini penting dilakukan kepada pengguna perpustakaan dan masyarakat
pada umumnya, agar koleksi dan layanan yang tersedia di perpustakaan dimanfaatkan secara maksimal oleh penggunanya, sehingga pengguna dan masyarakat
dapat merasakan pentingnya keberadaan perpustakaan dalam
menunjang kebutuhan informasi, menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan mereka. Promosi adalah proses berkomunikasi mengenalkan tujuan, fungsi dan kegiatan perpustakaan serta mengajak masyarakat datang ke perpustakaan secara terus menerus, diharapkan masyarakat akan terbiasa memenuhi kebutuhan informasinya di perpustakaan dan berdampak pada meningkatnya keterampilan dan kecerdasan masyarakat disekitarnya. Sehingga amanah yang tertuang dalam Undang-Undang Perpustakaan no. 43 tahun 2007 pasal 3, yaitu “Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi,
dan
rekreasi
untuk
meningkatkan
kecerdasan
dan
keberdayaan bangsa”. dapat terlaksana dengan baik. (Sutarsyah, 2015). Perpustakaan Kebun Raya Bogor (KRB) sebagai unit pelaksana pengelola informasi lembaga berkepentingan untuk memasyarakatkan perpustakaan dengan menyebarluaskan informasi dan memberdayakan sumber pengetahuan yang dimiliki. Kebun Raya Bogor merupakan institusi konservasi ex-situ tertua di Indonesia yang memiliki nilai sejarah tinggi sebagai tonggak dalam perkembangan institusi dan penelitian pertanian di Indonesia dan merupakan pilar utama bagi usaha penyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari kepunahan. Fungsi Kebun Raya dalam hal
84
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
pendidikan lingkungan
dan penelitian dibidang perkebunrayaan dan tumbuhan,
perlu diinformasikan kepada masyarakat agar fungsi rekreasi yang selama ini lebih menonjol dapat diimbangi. (Sutarsyah, 2015). Sejak tahun 2013 Perpustakaan KRB menerima magang, pelajar SMK dari jurusan multimedia hal ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan perpustakaan untuk meningkatkan layanan perpustakaannya kepada pemustaka khususnya untuk segmen pelajar, layanan ini perlu dilakukan karena Perpustakaan KRB memiliki fasilitas pojok anak dan koleksi yang diperuntukkan untuk anak-anak dan pelajar pada umumnya, selain itu perpustakaan juga sering diundang untuk mengikuti pameran perpustakaan yang banyak dikunjungi pelajar. Oleh karena itu media film animasi ini menjadi salah satu pilihan sebagai media promosi kepada pemustaka, agar pemustaka tertarik untuk berkunjung dan memanfaatkan Perpustakaan KRB. Namun keterbatasan SDM perpustakaan dan kemampuan SDM perpustakaan membuat layanan ini tidak dapat terlaksana. Sementara itu Kebun Raya Bogor menjadi tempat menarik bagi sekolah dan perguruan tinggi untuk menempatkan siswa dan mahasiswanya
melakukan praktek kerja lapangan/magang di Kebun
Raya Bogor, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh perpustakaan untuk menerima pelajar/siswa dari jurusan multimedia yang memiliki kemampuan membuat film animasi. Berikut pemaparan beberapa produk film animasi Perpustakaan Kebun Raya Bogor, hasil kerjasama dengan siswa SMK jurusan multimedia yang magang di perpustakaan, dari tahun 2013 s.d. 2015. Tujuan 1. Mengenalkan produk layanan Perpustakaan KRB 2. Film animasi sebagai media promosi 3. Mengajak pemustaka berkunjung ke perpustakaan Dampak Teknologi Informasi dan Multimedia di Perpustakaan Saat
ini
pengembangan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
(TIK)
memungkinkan layanan perpustakaan lebih beragam dan aktraktif. Dengan melalui visualisasi multimedia yang meliputi teks, citra suara, video, dan animasi/film, layanan perpustakaan lebih menarik, interaktif, dan mudah dipahami. Dengan multimedia telah mengubah paradigma layanan perpustakaan dari hanya melihat dan membaca, menjadi
melihat, mendengar, mengamati dan mengerjakan.
85
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
(Seminar, 2004). Perkembangan TIK juga memungkinkan dokumen multimedia dapat di disimpan di situs web, sehingga layanan perpustakaan dapat dilihat, ditelusur dan digunakan oleh masyarakat yang lebih luas dan tidak dibatasi lokasi. Dengan fenomena perpustakaan digital, layanan perpustakaan dapat diakses dimana saja dan kapan saja,
Perpustakaan digital
adalah perpustakaan yang
menyediakan sumber-sumber informasi dalam format terbacakan mesin yang dapat diakses melalui jarak jauh dengan menggunakan jaringan komputer (SKKNI. 2012). Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada abad informasi ini harus ditanggapi oleh pelaku informasi yaitu pustakawan yang mempunyai peranan dalam mata rantai informasi.
Pustakawan
sebagai salah satu pelaku dalam mata rantai informasi harus melengkapi atau membekali dirinya dengan keahlian maupun pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan abad informasi agar dapat tetap berada dalam jalur mata rantai informasi untuk mendukung kegiatan organisasinya. abad informasi dengan teknologi digitalnya banyak memberikan kemudahan dan kelebihan dalam menghasilkan, menyebarkan dan menggunakan pola pikir para pelaku informasi (Suwahyono. 2000). Karena dengan perpustakaan digital penyajian informasi akan mengalami perubahan format dari analog menjadi digital, begitupun untuk meningkatkn pendayagunaan
informasi
harus
juga
dilakukan
perubahan
dalam
mengkomunikasikan dan mempublikasikan informasi dari media tercetak menjadi media teknologi digital. Fenomena ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan yang baik bagi pustakawan. Pada perpustakaan digital koleksi multimedia dan intelegensi artifisial sangat
memainkan
mensyaratkan
peranan
pustakawan
penting, digital
maka
untuk
sifat
memiliki
multimedia kompetensi
inilah
yang
bagaimana
mengembangkan,mengelola, menyimpan, dan mendayagunakan sumber elektronik tersebut secara efektif dan efisien (Sumiati, 2014). Di Era digital meningkatnya tuntutan kualitas layanan informasi yang semakin tinggi dari pemustaka, hal ini perlu disikapi dengan baik agar perpustakaan tidak ditinggalkan dan tergantikan oleh media lain yang lebih menarik. Promosi Perpustakaan Promosi perpustakaan adalah kegiatan memperkenalkan, menyebarluaskan dan mendayagunakan sumber daya serta layanan perpustakaan kepada masyarakat
86
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
(SKKNI, 2014). Perpustakaan perlu melakukan promosi sebagai bagian penting dari pemasaran dan bagian dari kegiatan pemasyarakatan perpustakaan. Tujuan utama promosi adalah memberitahu, membujuk, dan mengingatkan. Peranan promosi dalam kegiatan pemasaran perpustakaan merupakan bagian yang sangat penting dalam mengkomunikasikan pesan-pesan pada individu, kelompok atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung tentang suatu produk informasi yang dihasilkan oleh lembaga perpustakaan (Rachmawati. 2004). Diharapkan dengan promosi yang berkesinambungan dapat meningkatkan kunjungan masyarakat ke perpustakaan, dan layanan perpustakaan dapat dimanfaatkan masyarakat secara maksimal. Promosi merupakan media
berkomunikasi kepada masyarakat, dengan
memberi penjelasan dan meyakinkan masyarakat tentang layanan dan produkproduk perpustakaan yang dapat dimanfaatkan, sehingga masyarakat terbujuk untuk datang ke perpustakaan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Seminar (2004) bahwa “Salah satu fungsi vital perpustakaan adalah bagaimana dapat menarik lebih banyak pengguna perpustakaan, bagaimana menolong pengguna mencari dan mendayagunakan item dan fasilitas perpustakaan dengan kesulitan yang minimal, menginformasikan item dan layanan baru, membangkitkan minat baca dan belajar, serta menjangkau masyarakat luas tanpa kendala geografis”. Terkait dengan fungsi membangkitkan minat baca dan belajar perlu adanya media promosi di perpustakaan. Agar perpustakaan tidak ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya pustakawan perlu melakukan terobosan dalam hal layanannya, salah satunya dengan membuat film animasi yaitu yaitu berupa tayangan yang meliputi suara dan gambar. Film animasi menjadi salah satu media aktraktif, dinamis dan menarik yang dapat dijadikan media promosi untuk mengajak pemustaka berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan. Latar belakang pembuatan topik film disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Kebun Raya Bogor, dalam hal ini pustakawan perlu mengidentifikasi, mengumpulkan data, menelusur dan mendapatkan data/informasi, mengolah dan menganalisis data yang akan menjadi tema dari film animasi. Hal ini dilakukan untuk memilih skala prioritas tema film yang akan dibuat.
Selain itu
pustakawan juga perlu membuat alur cerita, skenario, dan penyutradaraan dalam pembuatan film animasi tersebut. Berikut beberapa produk film animasi dari Perpustakaan Kebun Raya Bogor-LIPI:
87
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
1. Perpustakaan Sumber Ilmu Banyak Baca Banyak Tahu
Pada film ini, digambarkan sekelompok pelajar SMA yang sedang berjalan-jalan dan melihat poster lomba cerdas cermat yang diadakan Perpustakaan KRB, mereka tertarik untuk mengikuti lomba tersebut. Sesampai di rumah salah satu pelajar mencari informasi tentang tanaman dengan mengunjungi situs web Perpustakaan KRB.
Esok
harinya
para
pelajar
mengunjungi
Perpustakaan
KRB,
untuk
mendapatkan beberapa informasi dalam bentuk buku tentang tanaman yang ada di KRB dan informasi lainnya sebagai persiapan untuk mengikuti lomba cerdas cermat. Pertandingan cerdas cermat dimulai, dan hasil akhirnya mereka mendapatkan juara pertama. Pada film ini pesan yang ingin disampaikan bahwa keberadaan perpustakaan sangat penting sebagai media untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dan seseorang yang siap dan unggul di bidang informasi, akan lebih tahu, lebih cerdas, dan lebih mudah mendapatkan cita-cita yang diinginkan, sehingga keberhasilan akan selalu menyertainya. 2. Tempat-Tempat Menarik di Kebun Raya Bogor
Film ini menggambarkan beberapa lokasi menarik dan memiliki nilai sejarah di KRB yang perlu dikunjungi oleh pengunjung yang datang ke KRB , lokasi-lokasi yang ditayangkan seperti: a. Perpustakaan, tempat mendapatkan berbagai jenis informasi tentang tanaman dan informasi perkebunrayaan dalam bentuk buku, majalah dsb. b. Garden shop, adalah sebuah toko yang disediakan Kebun Raya Bogor, di toko ini pengunjung Kebun Raya Bogor bisa membeli aneka tanaman, suvenir, dan barangbarang lainnya.
88
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
c. Museum Zoologi, adalah tempat display
berbagai koleksi artefak satwa yang
telah diawetkan dan fosil hewan lainnya, disajikan pula
informasi dari masing-
masing artefak satwa tersebut. d. Taman Teijsmann, sebuah taman yang dibuat untuk mengenang jasa Direktur Kebun Raya Bogor, J.E. Teijsmann periode tahun 1831 s.d. 1867. Pesan yang ingin disampaikan memberikan pilihan tempat yang bisa dikunjungi dan mengubah image kebun raya di masyarakat sebagai tempat untuk “berpacaran” berangsur dapat meningkat menjadi tempat wisata yang memiliki aspek ilmiah dan aspek edukasi. 3. Perbedaan Amorphophallus titanum dan Rafflesia patma
Film ini menjelaskan tentang perbedaan bunga bangkai, Amorphophallus titanum dan Rafflesia patma, habitat dan cara hidupnya. Pembuatan film ini berdasarkan keprihatian pustakawan membaca dan menemukan beberapa buku yang masih salah mendeskripsikan kedua jenis tanaman tersebut, padahal buku tersebut dibaca dan dirujuk oleh beberapa guru,
pelajar, orang tua siswa, dan
pembaca lainnya. Dikhawatirkan informasi yang salah tersebut berdampak pada perkembangan pengetahuan selanjutnya. Koleksi kedua tanaman tersebut terdapat di KRB, dan menjadi icon penting dan menarik bagi KRB karena tanaman tersebut menjadi objek penelitian bagi para peneliti di Kebun Raya. Selain itu keberadaan tanaman tersebut juga sebagai “icon” Kebun Raya Bogor untuk menarik lebih banyak pengunjung . keberadaan kedua tanaman ini juga menjadi media edukasi bagi masyarakat untuk mengenal tanaman unik dan langka di Indonesia. 4. Kantong semar, ayo banyak tahu dengan membaca buku di perpustakaan
89
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Kantong semar adalah tanaman dari suku nepenthes, tanaman ini unik dan menarik karena memiliki kantong. Tanaman ini dikoleksi dan diteliti di Kebun Raya Bogor. Dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung Kebun Raya. Oleh karena itu perpustakaan berkepentingan mengenalkan tanaman ini kepada masyarakat sebagai media edukasi tentang tanaman unik dan langka. Untuk mendapatkan tanaman ini pengunjung KRB bisa membelinya di Garden Shop/toko yang ada di KRB. 5. Manfaat kelelawar bagi penyebaran tanaman
Kebun Raya Bogor selain dikenal karena memiliki banyak tanaman unik dan langka, juga terkenal karena disinggahi oleh kelelawar. Pada film ini dijelaskan jenis dan fungsi kelelawar sebagai media penyebaran tanaman. Peran kelelawar dan jumlah kelelawar di Kebun Raya Bogor. Pesan yang ingin disampaikan
adalah
hewan juga berfungsi sebagai agen penyebar tanaman, sehingga kita harus menyayangi dan melindungi hewan-hewan tersebut dari kepunahan. Produk film animasi Perpustakaan KRB sudah di unggah/ upload di YouTube di kanal/channel Perpustakaan Kebun Raya Bogor, sejak Mei tahun 2015 silahkan untuk melihat dan mengunduh/mendowloadnya, dengan tampilan di YouTube seperti berikut ini:
90
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Kesimpulan Pemanfaatan teknologi digital
menjadi tuntutan utama dalam layanan
perpustakaan, dan menjadi trend layanan menarik saat ini, karena pemustaka mendapatkan informasi secara mudah dan cepat. Item perpustakaan juga semakin meningkat dan mengarah kepada dokumen-dokumen multimedia yang menuntut manajemen layanan perpustakaan yang jauh lebih dinamis dan kreatif. Multimedia mempermudah menyampaikan informasi dalam bentuk audio dan visual, tampilan konten informasi/pembelajaran lebih menarik dan dinamis dibanding dalam bentuk buku. Oleh karena itu film animasi menjadi salah satu pilihan dari layanan yang diberikan perpustakaan, Makalah ini menjelaskan tentang dampak teknologi informasi dan multimedia, promosi perpustakaan dan deskripsikan lima film animasi produk Perpustakaan KRB, film ini juga sebagai media promosi untuk mengajak pemustaka berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan.
Daftar Pustaka: 1. Anies Baswedan. Perkaya peran pustakawan. Pikiran Rakyat. Senin, 21 Maret 2016. Hal. 6. 2. Rachmawati, Tine Silvana. 2004. Faktor 4P, 3P dan 4C serta aplikasinya dalam kegiatan pemasaran perpustakaan (library marketing). BACA vol. 28 no.1 juni 2004. Hal. 40-49. 3. SKKNI. 2012. Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI no. 83 tahun 2012 tentang penetapan rancangan standar kompetensi kerja nasional Indonesia sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya bidang perpustakaan menjadi standar kompetensi kerja nasional Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. 4. Seminar, Kudang B. 2004. Manajemen layanan perpustakaan dengan dokumen multimedia. Jurnal Pustakawan Indonesia. Vol. 4 no. 1. Hal. 12-21. 5. Sumiati, Opong. 2014. Kompetensi pustakawan pengelola sumber elektronik. Media pustakawan. Vol. 21 no. 1. Hal. 1 6. Sutarsyah. 2015. Pemasyarakatan perpustakaan dokumentasi dan informasi dengan mendekatkan layanan perpustakaan pada pengguna: studi kasus
91
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Perpustakaan Kebun Raya Bogor-LIPI. Visipustaka, vol. 17 no. 3. Hal. 179189 7. Suwahyono, Nurasih, 2000. Mempersiapkan sumberdaya manusia bidang dokinfo memasuki abad informasi. BACA. vol. 25, no.1-2.
92
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Pemasyarakatan Perpustakaan Dokumentasi dan Informasi Melalui Portal Website: Pengalaman Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI Oleh: Tupan Pustakawan Madya PDII LIPI
Abstrak Dalam rangka memenuhi kebutuhan pemustaka tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat, PDII LIPI sekarang lebih banyak mengadakan bahan pustaka atau sumber informasi secara online. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan informasi bagi pemustaka dapat dipenuhi secara cepat dengan jenis koleksi yang beragam. Koleksi yang dilanggan PDII LIPI secara online diantara e- journal dari sciendirect serta e-book dan e-journal dari springer link. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang dimilki oleh PDII LIPI, dilakukan kegiatan pemasyarkatan perpustakaan dokumentasi dan informasi melalui website yang dimiliki PDII LIPI yaitu http://www.pdii.lipi.go.id/. Tulisan ini menyajikan cara pemasyarakan perpustakaan dokumentasi dan informasi yang meliputi sosialisasi, publisitas dan pameran. Kata Kunci : Pemasyarakatan perpusdokinfo; Sosialisasi; Publisitas; Pameran
Pendahuluan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI), yang sebelumnya bernama Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional (PDIN), mulai berdiri pada tanggal 1 Juni 1965. PDII LIPI merupakan salah satu pusat dibawah organisasi LIPI. Misi PDII-LIPI adalah membangun masyarakat yang adil, cerdas, kreatif, integratif, dan dinamis berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang humanistik. Sedangkan tugas pokoknya adalah melaksanakan pembinaan dan pemberian jasa dokumentasi dan informasi (dokinfo) ilmiah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh ketua LIPI, melalui kegiatan jasa dokinfo, pembinaan dan pengembangan di bidang dokumentasi ilmiah. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, seperti meningkatnya jaringan otomasi perpustakaan, pemustaka dapat dengan mudah menelusuri informasi secara cepat melalui jaringan internet. Agar informasi yang diberikan dapat diterima oleh pemustaka secara cepat, maka pemasyarakatan dokumentasi dan informasi lebih banyak disampaikan secara elektronik. Untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka yang semakin meningkat maka PDII-LIPI mengadakan koleksi bahan pustaka secara online. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan informasi dapat terpenuhi secara cepat dengan variasi koleksi yang beragam jenisnya. Pengadaan literatur secara elektronik ini menjadikan koleksi PDII-LIPI semakin lengkap, yang meliputi buku teks (text book) dan referensi, majalah ilmiah luar dan dalam negeri, koleksi
93
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
audio visual dan e-book/e-journal, laporan penelitian, koleksi paten, Riset Unggulan Terpadu (RUT), makalah seminar/prosiding, karya ilmiah peneliti LIPI, tesis, dan disertasi. PDII LIPI saat ini memliki koleksi yang cukup lengkap dalam bidang iptek dan ilmu ilmu sosial yang terdiri dari 73315 makalah ilmiah, 75245 laporan penelitian, 86848 buku, 32852 tesis/disertasi dan 6859 paten, dan 195.000 artikel jurnal. Untuk mendayagunakan koleksi yang ada di Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, perlu dilakukan sossialisasi atau pemasyarakatan kepada pemustaka. Pada dasarnya masyarakat pengguna perpustakaan (pemustaka) ini akan datang bila ada rasa ketertarikan. Ketertarikan yang dimaksud bisa diartikan sebagai ketertarikan terhadap tempat, lingkungan, koleksi, pelayanan dan bagaimana promosi yang dilakukan. Rasa ketertarikan akan meningkat menjadi senang apabila kebutuhan dapat terpenuhi, sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan dan menimbulkan rasa senang serta kepuasan, maka pemustaka akan datang kembali. Sarana yang efektif dalam usaha pengenalan dan pendekatan perpustakaan kepada masyarakat, yaitu dengan sosialisasi. Dengan adanya sosialisasi diharapkan masyarakat akan mengenal perpustakaan secara dekat dan pada akhirnya masyarakat akan menjadi pemustaka yang giat dalam memanfaatkan jasa perpustakaan (Vicha Handayani, 2013). Pemasyarakatan Perpusdokinfo di PDII LIPI Menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 2 Tahun 2008 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya , dikatakan bahwa pemasyarakatan perpusdokinfo meliputi kegiatan penyuluhan, publisitas dan pameran. Penyuluhan/Sosialisasi Layanan Jasa Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi Penyuluhan adalah suatu kegiatan pemberian keterangan atau penjelasan kepada masyarakat tentang kegunaan dan pemanfaatan perpusdokinfo. Misalnya: Sosialisasi Web Perpustakaan, pada saat orientasi mahasiswa baru, sosialisasi standar/peraturan baru, dan lain-lain. Kegiatan penyuluhan meliputi: 1. Identifikasi potensi wilayah adalah kegiatan identifikasi situasi, permasalahan dan potensi suatu wilayah sasaran yang akan menjadi obyek penyuluhan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. 2. Menyusun materi penyuluhan adalah kegiatan penyiapan dan pembuatan materi yang akan dipakai sebagai bahan penyuluhan perpusdokinfo. 3. Melaksanakan penyuluhan tentang kegunaan dan pemanfaatan perpusdokinfo melalui media. Beberapa media penyuluhan yang digunakan antara lain: Televisi, radio, penyuluhan massal menggunakan alat bantu audio visual, tanpa alat bantu/ceramah, dan penyuluhan tatap muka dalam kelompok.
94
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
4. Evaluasi pasca penyuluhan adalah kegiatan melakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan penyuluhan mulai dari topik, penyusunan materi, penyajian sampai dengan penyelenggaraan penyuluhan. Sebagai salah satu lembaga pengelola dokumentasi dan informasi ilmiah, PDII mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan dan pemberian jasa dokumentasi informasi ilmiah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan ketua LIPI. Untuk merealisasikan tugas pokok tersebut PDII melakukan tiga jenis kegiatan utama yaitu jasa dokumentasi, jasa informasi, pembinaan dan pengembangan di bidang dokumentasi informasi. Kegiatan jasa informasi mencakup semua upaya untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan pengguna baik dikerjaan sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain. Untuk itu, PDII berusaha menggali sumber informasi yang ada pada koleksi sendiri serta mengakses berbagai pangkalan data di luar negeri melalui internet. Untuk memasyarakatkan jasa perpustakaan dokumentasi dan informasi, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah mengadakan penuyuluhan atau sosialisasi terhadap tujuh menu jasa online yang dapat dimanfaatkan pengguna. Tujuh menu jasa informasi online di portal website PDII, diantaranya yaitu katalog perpustakaan, jurnal ilmiah Indonesia(ISJD), jasa ISSN online, info baru, e-library, indonesiana dan paket informasi. Berikut ini tampilan menu-menu jasa online di website PDII.
Menu jasa online
Gambar 1. Tampilan menu Jasa online website PDII 1. Gunakan Katalog Perpustakaan (http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/)
Katalog Perpustakaan PDII LIPI, saat ini sudah tersedia lebih dari 74268 makalah ilmiah, 76134 laporan penelitian, 87816 buku, 32900 tesis/disertasi dan 6859 paten. Informasi koleksi perpustakaan PDII LIPI adalah : Koleksi Umum (Buku dan Prosiding/Makalah) di Lantai 4; Koleksi Referensi dan TTG di Lantai
95
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
3;Koleksi Karya LIPI di Lantai 3; Koleksi tentang Ilmu Perpustakaan di Lantai 3; Koleksi Wanita dan Anak di Lantai 4; Laporan Penelitian di Lantai 5; Tesis dan Disertasi di Lantai 5; Jurnal/Majalah Ilmiah Indonesia di Lantai 5 dan Artikel Elektronik/Digital di Lantai 3.
Untuk melakukan
penelusuran
melalui katalog perpustakaan PDII
LIPI
gunakan website
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog. Sebagai contoh, gunakan kata kunci makanan tradional untuk mendapat artikel yang berhubungan dengan makanan trasional seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. berikut. Hasil penelusuran mengenai penelusuran mengenai makanan tradisional ditampilkan pada gambar 3.
Ketik makanan tradisional lalu klik
Gambar 2. Tampilan Katalog Perpustakaan PDII
Tampilan hasil penelusuran dan pilih yang sesuai
Gambar 3. Tampilan hasil penelusura. 2. Gunakan http://isjd.pdii.lipi.go.id/ 96
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Pangkalan data jurnal ilmiah Indonesia (ISJD) berisi kumpulan jurnal ilmiah yang terbit di Indonesia dan diserahkan ke PDII LIPI untuk didiseminasikan. Sampai April 2014 tercatat lebih dari 7.000 jurnal ilmiah yang diterbitkan dan kurang lebih 4000 jurnal secara kontinyu mengirim terbitannya. Jurnal yang saat ini dapat diakses ada sekitar 6.100 jurnal dengan jumlah artikel lebih dari 195.000 judul yang dapat diakes melalui judul artikel, pengarang, penerbit dan berdasarkan nama jurnal. Seperti terlihat pada gambar 4. Untuk mencari artikel jurnal ketik kata kunci tepung ikan pada kotak pencarian kemudian klik cari. Tampilan hasil penelusuran tentang tepung ikan dapat dilihat pada gambar 5.
Ketik kata kunci lalu kli cari
Gambar 4. Tampilan pangkalan data jurnal ilmiah Indonesia (ISJD)
Pilih yang sesua lalu klik
Gambar 5. Tampilan hasil penelusuran tentang tepung ikan.
97
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Pada pangkalan data jurnal ilmiah Indonesia (ISJD) , pemustaka dapat menggunakan layanan jasa ISSN online seperti ditampilkan pada gambar 6. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) LIPI memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan pemantauan atas seluruh publikasi terbitan berkala yang diterbitkan di Indonesia. Sebagai bagian dari tanggung-jawab tersebut, PDII menerbitkan ISSN (International Standard of Serial Number) yang merupakan tanda pengenal unik setiap terbitan berkala yang berlaku global. (International Standard of Serial Number) yang merupakan tanda pengenal unik setiap terbitan berkala yang berlaku global. ISSN diberikan oleh ISDS (International Serial Data System) yang berkedudukan di Paris, Perancis. ISSN diadopsi sebagai implementasi ISO-3297 di tahun 1975 oleh Subkomite no. 9 dari Komite Teknik no. 46 dari ISO (TC 46/SC 9). ISDS mendelegasikan pemberian ISSN baik secara regional maupun nasional. Untuk regional Asia dipusatkan di Thai National Library, Bangkok, Thailand. PDII LIPI merupakan satu-satunya ISSN National Centre untuk Indonesia.
Gambar 6. Tampilan jasa ISSN online Pada portal layanan ISSN online dicantumkan daftar ISSN yang telah diterbitkan, informasi lengkap
mengenai ISSN dan prosedurnya, formulir permohonan ISSN baru dan akses untuk pemohon ISSN seperti ditampilkan pada gambar 6. 3. Gunakan http://www.sciencedirect.com/science/search Dalam pencarian artikel dengan topik khusus disarankan mengklik tombol "advanced search" yang berada di bagian atas halaman web Sciencedirect
(Gambar 7). Setelah halaman web baru terbuka,
mengingat judul-judul jurnal yang tercakup dalam Science Direct begitu banyak, maka pencarian artikel dibatasi pada judul-judul jurnal yang dilanggan. Dengan demikian Anda akan mengurangi temuan yang tidak bisa diakses full text-nya. Untuk itu, pada kotak "Refine your search" Anda harus memilih "Subscribed publications" (Gambar 8). Kemudian ketikkan medicinal plant pada kotak "Search for" yang 98
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
tersedia dengan memilih kata ”title’. Barulah klik tombol "Search" yang ada di bagian bawah halaman web. Untuk mendapat artikel full text di klik pdf pada artikel yang dingingkan seperti pada gambar 9.
Gambar 7. Halaman Web Science Direct dengan Tombol Advanced Search
Ketik kata kunci : Medicinal plant
Klik Search
Gambar 8. Cara melakukan penelusuran melalui Sciendirect
99
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Pilih yang sesuai
Gambar 9. Tampilan hasil penelusuran medicinal plant 4. Gunakan http://link.springer.com/ Untuk melakukan penelusuran pada website spingerlink ketikan kata decentralization in Indonesia pada kotak pencarian (Gambar 10.). Untuk mendapat artikel full text di klik download pdf pada artikel yang dingingkan seperti pada Gambar 11.
Ketik Decentralizaion in Indonesia
Gambar 10. Halaman web sringerlink
100
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Pilih yang sesuai
Gambar 11. Tampilan hasil Penelulusuran Decentralization in Indonesia Publisitas yang dilakukan oleh PDII LIPI Publisitas adalah kegiatan perancangan, penyusunan, penerbitan dan penyebarluasan naskah penyuluhan atau promosi tentang kegiatan perpusdokinfo kepada masyarakat. Publikasi dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik berupa artikel, brosur, film, slide, CD, situs web dan lain-lain. Kegiatan publisitas meliputi: 1. Menyusun materi publisitas, kegiatannya menghimpun bahan publisitas, mengolah dan menyajikan dalam bentuk; cerpen, skenario, artikel, berita, sionopsis, brosur, leaflet, poster/gambar peraga slide, dan bahan pandang dengar. 2. Melakukan publisitas, adalah kegiatan menyebarluaskan materi publisitas tentang kegiatan perpustakaan, dokumentasivdan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik seperti artikel, brosur, film, silde, dan situsweb. 3. Melakukan evaluasi pasca publisitas, adalah kegiatan yang ditunjukan untuk memantau dan menilai efektifitas kegiatan publisitas yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, wawancara atau gabungan keduanya. Untuk meningkatkan pendayagunaan pemustaka,
PDII
LIPI
melakukan
jasa perpustakaan, dokumentasi dan informasi
publisitas
melalui
101
melaui
portal
website
PDII
kepada LIPI
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
(http://www.pdii.lipi.go.id/). Publistas yang dilakukan PDII diantaranya adalah info baru, paket informasi, dan koleksi indonesiana. 1. Info buku baru Publikasi Info Buku Baru adalah publikasi buku-buku baru yang dimilki oleh PDII baik yang elektronik maupun yang tercetak. Dengan adanya publikasi info buku baru diharapakan dapat membantu pemustaka untuk memperoleh informasi buku terbaru yang dimiliki oleh PDII LIPI.
Gambar 12. Tampilan Info Buku Baru 2. Info Baru Kawasan Publikasi Info Baru Kawasan diterbitkan oleh Unit Pelaksana Jasa PDII LIPI Serpong yang memuat informasi baru dari berbagai sumber informasi, baik yang dimilki PDII LIPI maupun dari sumber lain. Publikasi ini diharapkan mampu menjadi media komunikasi untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkesinambungan.
102
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Gambar 13. Tampilan Info Baru Kawasan 4. Info Baru Sari Karangan Publikasi ini diterbitkan oleh Unit Pelaksana Jasa PDII LIPI Serpong yang menyajikan abstrak hasil penelitian di kawasan Puspiptek Serpong. Publikasi ini diharapkan mampu menjadi media komunikasi untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkesinambungan
Gambar 14. Tampilan Info Baru Sari Karangan 5. Paket Informasi Paket Informasi Teknologi adalah salah layanan yang disediakan oleh PDII LIPI bagi peminat informasi bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Paket informasi teknologi ini merupakan kumpulan informasi dari berbagai sumber, antara lain laporan penelitian, artikel makalah/jurnal ilmiah, maklah seminar/konferensi
103
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
dan paten yang dilengkapi dengan saran literatur yang dapat dipesan melalui PDII LIPI apabila berminat memperoleh artikel lengkapnya. Paket ini telah tersedia dalam bentuk digital atau CD ROM.
Gambar 15. Tampilan Paket Informasi Teknologi
6. Koleksi Indonesiana Koleksi Indonesiana adalah koleksi yang disediakan oleh PDII LIPI berupa buku, tesis, disertasi dan artikel asing tentang Indonesia yang diambil dari berbagai sumber antara lain sciendirect, springerlink, proquest, dan database tesis dan disertasi luar negeri. Koleksi tersebut dapat diakses melalui www. pdii.lipi.go.id.
Koleksi Indonesiana
Gambar 16. Menu koleksi indonesiana Pameran Pameran adalah satu sarana yang dapat memenuhi sifat kodrati manusia, seperti keinginan untuk menonton, mengetahui, memperhatikan sesuatu, mendalami sesuatu, memahami atau menghayati. Dalam 104
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
arti sempit, pameran adalah suatu pengaturan, penyusunan, dan penyajian benda-benda sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan serta pengertian tertentu bagi orang yang melihatnya. Dalam arti luas, pameran adalah suatu cara penyediaan informasi dan penyampaian informasi yang mencakup segala aspek kegiatan yang secara sadar dan aktif serta diusahakan dalam bentuk visu!isasi dan atau peragaan baik yang bersifat statis maupun dinamis sehingga menimbulkan suatu perhatian, interes, keinginan, keputusan, dan tindakan bagi masyarakat yang menjadi sasarannya (Nooriko, 2004). Sedangkan menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 2 Tahun 2008 pameran adalah kegiatan mempertunjukkan dan memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang berbagai kegiatan, kemampuan serta peran perpusdokinfo. Kegiatannya meliputi : 1. Membuat rancangan/desain pameran adalah kegiatan membuat tata letak, gambar dan pengaturan materi yang akan dipamerkan. 2. Menyiapkan materi dan penataan pameran, adalah kegiatan menyiapakan alat dan menyeleksi bahan pameran berupa media cetak maupun elektronik serta menatanya sesuai tema pameran dan kondisi lapangan. 3. Menyelenggarakan pameran, kegiatan adalah kegiatan penyelenggaraan pameran yang terdiri dari penanggung jawab pameran dan pemamdu pameran. 4. Evaluasi pasca pameran, adalah kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap kinerja pameran yang telah dilaksanakan.
Pameran perpustakaan merupakan media komunikasi visual yang tercermin dalam bentuk peragaan foto, gambar, rekaman video dan lain sebagainya. Visualisasi pameran perpustakaan dapat berupa:
1. Demo menggunakan software perpustakaan Demo software perpustakaan bertujuan untuk membantu pemustaka dalam proses temu kembali informasi. Dalam demo tersebut, dijelaskan
kemampuan dan kelebihan yang dapat diperoleh dari software dan
aplikasinya di perpustakaan.
Contoh demo penggunaan Software Laras yang dikembangkan oleh PDII LIPI
105
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Gambar17. Demo mencari literatur melalui software Laras
2. Display koleksi buku dan jurnal terbaru.
Untuk menarik minat pemustaka PDII LIPI menyediakan rak display yang menarik dan teratur untuk menyususun koleksi terbaru yang dimilki. Selain itu koleksi-koleksi yang menjadi andalan perpustakaan PDII LIPI juga dipamerkan. .
Gambar 18. Display koleksi buku dan jurnal terbaru
3. Sistem pelayanan yang disediakan. Memberikan visualisasi tentang sistem pelayanan perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dilakukan oleh PDII LIPI. Sistem layanan yang dilakukan oleh PDII LIPI adalah layanan terbuka (open acces) dan layanan tertutup ( close acces). Sistem layanan terbuka (open access) memberikan kebebasan kepada pemustaka untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkan dari rak. Koleksi PDII LIPI yang dilayankan secara terbuka adalah koleksi buku, referensi, majalah dan jurnal.
Adapun sistem
layanan koleksi tertutup adalah sistem layanan dimana pemustaka tidak boleh langsung mengambil koleksi
106
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
bahan pustaka yang diinginkan di rak, tetapi harus melalui petugas perpustakaan. Pemustaka dapat memlih koleksi bahan pustaka yang diinginkan melalui katalog online yang disediakan.
Gambar 19. Pemustaka sedang mencari bahan pustaka melalui katalog online 4. Visualisasi gedung dan ruang perpustakaan. Sarana yang ada di perpustakaan dijelaskan kepada pemustaka saat mengadakan pameran perpustakaan. Gedung perpustakaan PDII LIPI memunyai ruang penitipan barang/tas, ruang sirkulasi, meja informasi, ruang buku koleksi umum, ruang referensi, ruang teknologi tepat guna, ruang majalah dan jurnal; ruang koleksi laporan penelitian, tesis dan disertasi dan dilengkapi ruang fotokopi, mushola, kamar kecil, dan sebagainya.
Gambar 20. Gambar Ruang Referensi
5. Visualisasi pemprosesan bahan pustaka. Untuk menarik minat pemustaka pada saat pameran perlu dilakukan visualisasi pemprosesan bahan pustaka. Visualisasi pemrosesan ini mulai registrasi, pengkatalogan, pengklasiran, masuk data base, labeling 107
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
hingga shelving di rak. Selain visualisasi, perlu juga membuat leaflet, brosur, booklet mengenai perpustakaan yang dipamerkan. Penataan
ruang pameran ditata dengan baik
dan menarik sehingga
pemustaka berkeinginan untuk berkunjung (Nooriko, 2004).
Gambar 21. Visualisasi pemrosesas bahan pustaka
Penutup Untuk meningkatkan pendayagunaan
jasa perpustakaan, dokumentasi dan informasi
kepada
pemustaka, PDII LIPI melakukan pemasyarakatan jasa perpustakaan dokumentasi dan informasi melalui melalui portal website PDII LIPI (http://www.pdii.lipi.go.id/) yang meliputi penyuluhan/sosialisasi, publisitas dan pameran. Kegiatan sosialisasi meliputi sosialisasi pengunaan katalog online koleksi dalam negeri, dan sossialisai e-journal sciendirect, e-book dan e-journal springer link yang dilanggan. Selain sosialisasi, PDII LIPI juga melakukan publistas yang berupa info baru, paket informasi, dan koleksi indonesiana serta melakukan pameran perpustakaan dalam berbagai iven kegiatan. Dartar Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2008. Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 2 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Retno Widuri, Nooriko. 2004. Pameran, media komunikasi antara perpustakaan dengan pengguna. BACA Vol. 28, No.2, Desember 2004: 120-126
108
Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawan: Kontribusi Pustakawan Berbasis Kajian dan Standar Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek - Jakarta, 30 Maret 2016
Vicha Handayani, Vicha dan Ardoni. 2013. Persepsi Masyarakat terhadap pelaksanaan promosi Perpustakaan Umum Kota Padang di Kantor Perpustakaan dan Dokumentasi Kota Padang. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1, September 2013, Seri B
www. pdii.lipi.go.id. Info Buku Baru. Akses tanggal 4 Agustus 2014
www.pdii.lipi.go.id. Info Baru Kawasan. Akes tanggal 23 Juli 2014
www.pdii.lipi.go.id. Info Baru Sari Karangan. Akes tanggal 21 Juli 2014
109
FORUM PERPUSDOKINFO LPNK RISTEK Sekretariat: Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I, Lantai 11, Jalan M.H. Thamrin No.8, Kebon Sirih, Jakarta Pusat 10340 Telp. +6221-3927422 ext. 166 | Fax. +6221-3927527