Kuliah ke 3 ANALYSIS PROSES-PROSES GEOMORFIK
• Proces geomorphic adalah semua perobahan fisika dan khemis yang mempengaruhi modifikasi bentuk permukaan bumi. • Agent geomorphic adalah suatu media alamiyang mampu menguras dan memindahkan bahan bumi. • Jadi pengaliran air, termasuk kedua alitan permukaan yang tercdonsentrasi dan tideakterkonsentrasi, air tanah, gletser, angin, dan pergerakan di dfalam tubuh air tergenang termasuk, gelombang, pasang, dan tsunami merupakan agen geomorfik yang besar. • Agen-agen itu mungkin lebih lanjut ditandai sebagai agen bergerak karena mereka memindahkan bahanbahan dari satu bagian kulit bumi dan memindahkan kembali dan mengendapkannya dimana saja.
• Agen-agen itu menunjukkan dan proses yang menampilkan agen berasal dari luar kulit bumi, dan untuk alasajn itu ditandai oleh Lawson sebagai epigene dan oleh Peck sebagai gaya eksogen • Untuk agen-agen yang siap ditambahkan sebagai agen tambahan seperti manusia dan organisme lain. Walaupun pada beberapa daerah dipertanyakan apakah manusia sebagai agen tambahan. Proses geomorfik lain mempunyai asal di dalam kulit bumi dan diklasifikasikan oleh Lawson sebagai gaya hypogen dan oleh Peck sebagai gaya endogen. • Volcanisme dan diastrophism termasuk dalam klass ini. Suatu proses geomorfik dapat mempunyai perbedaan lokal dan tidak termasuk dalam kategori di atas adalah dampak meteorit. Tidak nama tunggal yang bagus dimasukan untuk proses ini.
Garis besar proses-proses geomorfik •Geomorphic processes. •Epigene or exogenous processes. •Gradation. •Degradation. •Weathering. •Mass wasting or gravitative transfer. Erosion (including transportation) by: Running water. •Groundwater. •Waves, currents, tides, and tsunami. Wind. •Glaciers. •Aggradation by: •Running water. •Groundwater. •Waves, currents, tides, and tsunami. Wind. •Glaciers. •Work of organisms, including man. Hypogene or endogenous processes. •Diastrophism. •Vulcanism. •Extraterrestrial processes. •Infall of meteorites.
Proses-proses Gradasional • Degradasi. Tiga proses degradasional adalah pelapukan, mass-wasting, dan erosi. • Pelapukan dapat didifinisikan sebagai pelapukan fisik (disintegrasi) or pelapukanh kimia (dekomposisi) batuan pada tempatnya. Proses itu sebenarnya merupakan nama dari kelompok proses yang beraksi secara kolektif pada permukaan bumi dan menurunkan massa batuan padat ke keadaan elastis. Proses itu merupakan proses statis dan tidak melibatkan pemindahan posisi dan pemindahan bahan oleh agen transportasi.
• Mass-wasting melibatkan pemindahan massa batuan ke bawah lereng di bawah pengaruh gravitasi langsung. • Mass-wasting biasanya dibantu oleh adanya air, tetapi air itu tidak sejumlah diperkirakan suatu media transportasi. Arah antara mass-wasting dan erosi aliran mungkin kelihatan sederhana, tetapi sebenarnya sulit untuk menyatakan kapan waktu jumlah air yang ada cukup berfungsi sebagai agen transportasi dan kapan tidak cukup. Jadi sulit untuk menggambarkan garis antara aliran lumpur dan alir ekstrem berlumpur,
Proses proses gradasional adalah sebagai berikut: • Landslides (longsor): dicirikan oleh sedikit air dan banyak muatan bergerak dengan kecepatan sedang pada kemiringan tinggi. • Debris avalanches • Earthflows • Mudflows • Sheetfloods • Slope wash • Streams: dicirikan oleh banyak air dan muatan relatif kecil bergerak lambat dengan sudut lereng rendah.
• Erosi (Bahasa Latin, erodere, to membawa jauh) merupakan suatu istilah komprehensif dipakai pada berbagai cara oleh agenbergerak mendapatkan dan memindahkan tumpukan batuan. Jika kita ingin menguraikan secara teknis kita mungkin membatasi erosi pada akusisi bahan oleh agen bergerak dan tidak mempertimbangkan trasportasi sebagai suatu bagian integral darii erosi. • Walapun perluasan tertentu istilah pelapukan terlalu jauh mempertimbangkan sebagai bagian erosi, walaupun sering kurang tepat dilakukan. • Dua proces-proses itu seluruh jelas. Pelapukan dapat beraksi tampa erosi subsekuen, dan erosi dapat terjadi tampa diawali oleh pelapukan. Itru tentu benar, bahwa pelapukan merupakan proses persiapan dan membuat erosi lebih mudah, tetapi pelapukan tidak selalu diikuti oleh erosi.
Pelapukan batuan •
•
•
Faktor Kondisian (Conditioning factors). Paling sedikit 4 peubah mempengaruhi jenis dan laju pelapuklan batuan. Yakni struktur batuan, iklim, topgrafi, dan vegetasi. Struktur batuan digunakan secara luas termasuk banyak ciri batuan secara fisik dam kimia. Termasuk komposisi mineral sebaik gambaran fisik seperti rengkahan, bidang datar, patahan, dan intergasi celah dan ruang pori. Pembentukan batuan dalam bagian menentukan apakah batuan itu lebih peka terhadap pelapukan fisika atau pelapukan. Gambaran fisik seperti rengkahan, kurang berstruktur, bidang belahan, dan patahan berderajat besar menentukan kemudahan kelembaban masuk ke dalam batuan. Faktor iklim utama dari suhu dan kelembaban menentukan tidak hanya laju proses pelapukan tetapi apakah proses pelapukan kimia atau fisika yang mendominasi. Topgrafi mempengaruhi jumlah batuan yang tersingkap dan juga mempunyai pengaruh penting bergantung kepada jumlah dan macam presipitasi, suhu, dan secara tidak langsung macam dan jumlah vegetasi.
• Jumlah dan jenis vegetasi, banyak laju dan jenis pelapukan menentukan luasan batuan dan jumlah bahan organik mati menurunkan atau menghasilkan karbon dioksida dan asam humik. Karena beberapa faktor yang mempengaruhi laju pelapukan, kita menemukan bahwa daerah relatif dari berbagai batuan yang tidak dideteksi oleh mata memnjadi bukti melalui pelapukan berbeda. Ini khusus benar dengan keragaman jenis batuan yang ada.
Proses Pelapukan fisik • Empat, atau lima kemungkinan proses pelapukan fisik di alam dan mengarha ke fragmentasi batuan. Menurut Reiche (1950), dapat ditandai: Pemuaian hasil dari pertumbuhan kristal, aktivitas organik, dan kolloid. • Pemuaian bergabung dengan massa batuan khususnya batuan beku terbentuk pada kedalaman besar mengarh pada perkembangan celah berskala besar yang terpusat secara kasar dengan permukaan topografi (Farmin, 1937). Struktur lapis pada batuan granitoid dihasilkan dengan cara itu. Lapisan individu biasanya menjadi lebih dekat ruang permukaan bumi yang didekati.
Proses Pelapukan kimia • Proses pelapukan kimia utama adalah hydrasi, hydrolysis, oxidasi, carbonasi, and pelarutan (solution). • Pada umumnya, mungkin benar pelapukan kimia lebih penting daripada pelapukan fisika. • Ini Mungkin benar pada satu daerah, walapun lebih banyak proses pelapukan kimia lanjut tidak nyat disini. Ternyata bahwa pada satu daerah sering dilaporkan bukti dominasi pelapukan fisik dibandingkan pelapukan kimia. Itu mungkin lebih benar mengatakan bahwa pelapukan kmia lanjutan tidak khas dari daerah itu.
• Hydration sebenarnya melibatkan dua proses yaitu hydration dan hydrolysis. Proses hydration melibatkan penyerapan air. Itu digambarkan konversi anhydrite menjadi gypsum menurut persamaa berikut; • CaSO4 + 2H2O --> CaSO4-2H20 • Konversi hematite menjadi limonite juga meliobatkan prosess ini: • 2Fe2O3 + 3H2O ---> 2FC203.3H20
• Hydrolysis melibatkan pembentukan hydroxyl dan mewakili perobahan kimiawi. Umumnya dalam pelapukan mineral feldspars dan micas dan digambarkan oleh reaksi berikut melibatkan orthoclase dan hydroxyl: • KAISi3Os + HOH , HAIS130,s + KOH • Asam aluminosilicic terbentuk tidak mantap dan mengalami perobahan lebih lanjut untuk menghasilkan silika colloidal dan Komplek kolloidal dibawah kondisi pembentukan mineral liat. • Hydroxide (KOH) yang terbentuk akan bereaksi pada keadaan adanya carbon dioxide untuk membentuk potassium carbonate menurut persamaan berikut; • 2KOH + HCO3 — K2CO3 + 2HOH • Reaksi ini dibedakan dengan carbonation. Potassium carbonate begitu terbentuk larut dalam air dan akan dibawah keluar larutan. • Reaksi itu ditekankan bahwa berbagai proses pelapukan saling beruhubungan. Dengan perkataan lain, pelapukan akan menjadi proses ekstrim lambat.
• Pengaruh oksidasi biasanya pertama tercatat, dan umumnya diassumsikan pertama terjadi. Sebenarnya, proses hydrolysis biasanya mendahuluinya. Pengaruh oksidasi paling jelas pada batuan yang mengandung dalam bentuk sulfida, carbonate, dan bentuk silicate. Perobahan warna karena oksida tercatat. Mineral amphiboles dan pyroxenes dipengaruhi oleh proses ini. Proses oksidasi olivine menggambarkan secara baik proses ini dalam reaksi ;
• Hydrolysis telah menghasil pembentukan magnesium hydrate, silicic acid, dari besi ferrous dari mineral olivine. Besi ferrous kemudian berreaksi sebagai berikut :limonite: • 4FeO + 3H20 + 02 - 2Fe2O3-3H2O • Pengaruh hidrasi, hydrolysis, dan oxidasi pada mineral feldspars, olivine, mineral lain menyebabkan minerakl tersebut lunak dan menghilangkan sifat pengelompokan dan elastisitasnya. Biasanya peningkatan kelompoknya terjadi hasil penambahan air. Perbedaan hasil merupakan mineral yang terbentuk lebi siap terserang oleh proses pelapukan kimia dan fisik.
• Mungkin banyak reaksi pelarutan adalah kalcium carbonat dilarutkan membentuk is bicarbonate sebagi berikut; • CaCO3 + H20 + CO2 --- Ca(HCO3)2 • Mineral karbonate dan bicarbonate paling umum menerima pelarutan dan menurunkan karbon dioxide khususnya dari kematian bahan organik membantu sangat besar dalam reaksinya. • Bahkan mineral umumnya dipertimbangkan tidak larut atau mungkin secara lambat menjadi larutan koloidal, seperti ketika mineral feldspars hancur menjadi kolloids dan akhirnya membentuk mineral liat.
Mass-Wasting atau Transfer bahan secara gravitative • Hanya baru baru ini mass-wasting mendapat perhatian. Pengabaian proses geomorphik ini hasil bagian dari kenyataan bahwa hanya lebih banyak jenis presipitasi dari transfer gravitatif menghasilkan dibicarakan. • Kita mendebat teori Sharpe untuk analysis dari aspek gradasi. Walaupun ada kebenaran klasifikasi jenis mass-wasting Sharpe's terlihat paling baik tersedia dan menjadi penggunaan lebih umum.
• Sharpe memperkenalkan empat klas mass-wasting, yang dia kenal sebagai Aliran lambat( slow flowage), aliran cepat (rapid flowage),longsor( landslides), dan penurunan permukaan ( subsidence). Berbagai jenis dan sub jenis diperkenalkan dibawah tiap klas dan ditetapkan sebagai berikut; • Jenis Aliran Lambat (Slow flowage types). • Perayapan (Creep): Pergerakan lambat menuruni lereng tanah dan batuan yang biasanya tidak dapat dihargai kecuali pengamatan yang luas. Perayapan tanah; pergerakan tanah kebawah lereng. • Perayapan campuran batu dan tanah (Talus creep): pergerakan talus kebawah lereng. • Perayapan Batuan (Rock creep): pergerakan blok individu batuan kebawah lereng. . • Perayapan batuan oleh glacier (Rock-glacier creep): Pergerakan buangan batuan kebawah lereng.
• Solifluction: Aliran lambat dari massa pecahan batuan kebawah lereng yang dijenuhi dengan air dan tidak tetap pada satu saluran. • Jenis Aliran Cepat (Rapid flowage types). • Earthflow: pergerakan bahan tanah berliat atau berdebu kebawah teras bersudut rendah atau sisi bukit. • Mudflow: Pergerakan lambat sampai cepat pecahan batuan yang jenuh air kebawah melalui saluran yang jelas. • Debris avalanche: suatu pengaliran pecahan batuan dalam jejak sempit kebawah lereng yang terjal. • Landslides: Jenis pergerakan yang besar dan melibatkan masa relatif kering dari pecahan batuan dan tanah. • Slump: Jatuhan kebawah dari satu atau beberapa satuan pecahan batuan biasanya dengan pemutaran arah dengan harap melampaui lereng.
• Debris slide: Penggulingan atau gelinciran yang cepat dari pecahan batuan dan tanah yang tidak kompak tanpa pemutaran arah dari massa. Debris fall: Jatuhan bebas dari pecahan tanah secara vertikal • Rockslide: Gelinciran atau jatuhan massa batuan individu kebawah permukaan lantai, rengkahan atau permukaan patahan. • Rockfalls; jatuhan bebas blok batuan pada lereng terjal • Subsidence: pemindahan kearah bawah dari bahan tanah tanpa permukaan bebas dan pemindahan horizontal.
• Longsoran merupakan bagian dari gerakan tanah yang menyebabkan berpindah atau bergesernya massa tanah dari daerah berenergi potensial tinggi ke daerah dengan potensial rendah. longsoran merupakan hal umum terjadi sejak bumi ada. jadi longsoran adalah fenomena alam yang biasa dalam sejarah bumi. Menurut Fery Hernandy dkk ( • Tanah Longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. • Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
• Disamping kawasan dengan karakteristik tersebut di atas, beberapa kawasan yang dikatagorikan sebagai kawasan rawan longsor, meliputi: • Lereng-lereng pada Kelokan Sungai, akibat proses erosi atau penggerusan oleh aliran sungai pada bagian kaki lereng. • Daerah Tekuk Lereng, yaitu peralihan antara lereng curam ke lereng landai, yang ada permukimaannya, karena berdasarkan penelitian pada kondisi hidrologi lereng, (Karnawati, 2000) menjelaskan bahwa daerah tekuk lereng cenderung menjadi zona akumulasi air yang meresap dari bagian lereng yang lebih curam. Akibatnya daerah tekuk lereng sangat sensitif mengalami peningkatan tekanan air pori, yang akhirnya melemahkan ikatan antar butir-butir partikel tanah dan memicu terjadinya longsoran. • Daerah yang dilalui Struktur Patahan (Sesar), yang menjadi kawasan permukiman. Daerah ini dicirikan oleh adanya lembah/sungai dengan lereng curam (> 40o) dan dan tersusun oleh batuan yang terkekarkan (retak-retak) secara intensif atau rapat, serta ditandai dengan munculnya beberapa mata air pada sungai/lembah tersebut. Retakan-retakan batuan tersebut dapat mengakibatkan lereng mudah terganggu kestabilannya, sehingga dapat terjadi jatuhan atau luncuran batuan apabila air meresap dalam retakan saat hujan, atau apabila terjadi getaran pada lereng.
Gambar 1. Jenis Longsor. Pemendekan Klasifikasi perpindahan lereng versi Varnes (Varnes, 1978). Jenis Bahan Jenis Perpindahan
GELINCIRAN
Rakayasa tanah Batuan Dasar
Predominan kasar
Predominan Halus
JATUHAN
Jatuhan batu
Jatuhan batuan
Jatuhan tanah
RUBUHAN
Rubuhan batu
Gellinciran batuan
Gelinciran tanah
Gelinciran batu
Gellinciran batuan
Gelinciran tanah
Sebaran batu
Sebaran batuan
Sebaran tanah
Aliran batuan
Aliran batuan
Aliran tanah
PERPUTARAN TRANSLASI SEBARAN LATERAL ALIRAN
KOMPLEKS
(rayapan dalam )
(Rayapan tanah)
Kombinasi dari dua atau lebih jenis utama perpindahan
Source: Cruden, D.M., 1993, The Multilingual Landslide Glossary, Bitech Publishers, Richmond., British Columbia, for the UNESCO Working Party on World Landslide Inventory in 1993
Jenis-jenis Longsoran • Longsoran akan teraktivasi akibat perubahan cuaca berhubungan dengan peningkatan penyerapan air-seperti pada musim penghujan-, gempa bumi atau aktivitas manusia. Secara umum longsoran dikelompokkan menjadi 5 tipe longsoran, yaitu: jatuhan, rubuhan, gelinciran, sebaran lateral, dan aliran (Pustekom,2007)
a. Longsoran Gelinciran • Longsoran gelinciran merupakan bencana yang sering terjadi di indonesia dan intensif terjadi pada musim penghujan. Longsor gelinciran ini dikenali dengan adanya retakan di permukaan. Pergerakan ini dikenali dengan bentuk permukaan berupa lingkaran atau bentuk sendok. Setelah terjadi kerusakan massa dengan adanya gawir longsoran di permukaan pada bagian mahkota longsoran, longsoran gelincir ini mulai bergerak dan akan membagi dalam beberapa blok yang terpisahkan oleh retakan seperti pada Gambar 1. Pada daerah kepala blok ini akan menggelincir ke bawah dan membentuk daerah datar. Bagian paling bawah akan bergerak muncul ke atas membentuk lidah di permukaan. Gelinciran ini dapat terjadi dengan kecepatan beberapa centimeter per tahun hingga beberapa meter per bulan bahkan dapat terjadi tiga meter dala satu detik. Rayapan tanah merupakan indikator adanya pergerakan longsoran gelinciran yang ditunjukkan dengan keadaan vegetasi yang membengkok. Daerah seperti ini semestinya tidak diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman penduduk.
Gambar 1. Skematis gelinciran
b. Jatuhan • Jatuhan adalah gerak bebas material yang berasal dari lereng curam seperti bukit. Tipe ini memiliki asal kata "jatuh", yang membedakan dengan tipe lain adalah keadaan dimana material jatuh bebas dari lereng mengalami tumbukan berulang dengan lereng yang berada dibawahnya dengan kecepatan tinggi. Lebih mudahnya adalah adanya sebuah pecahan batuan yang jatuh dari sebuah lereng yang menggelinding dan menerjang serta merusakkan apa saja yang dilewatinya. • Diantara tipe jatuhan ini adalah seperti pada gambar 1, dimana bukit curam tersusun oleh batuan bersipat getas yang mengalami erosi gelombang laut pada bagian bawahnya yang menyebabkan terjadinya jatuhan. Perhatikan retakan pada permukaan atasnya yang merupakan gejala sebelum terjadi jatuhan. • Tipe longsoran jatuhan ini juga harus diwaspadai pada daerah pemukiman yang berada dibawah lereng yang memiliki batu-batu besar dan terpisah-pisah. Antisipasi yang dapat dilakukuan adalah membangun pagar-pagar kawat, atau dengan mengikat batu yang membahayakan tersebut.
Gambar 2. Skematis jenis longsor jatuhan (Rockfall)(D), Rubuhan (Topple)(E), dan aliran batuan sedang (F)
c. Rubuhan • Rubuhan adalah gerak rotasi ke depan dari massa batuan, runtuhan atau tanah dengan sumbu yang berhimpit pada lereng bukit. Rubuhan merupakan gabungan dari gerak jatuhan dengan gelinciran tetapi bergerak tanpa adanya tumbukan. Gerakan ini terjadi akibat tekanan interaksi antar blok kolom. Blok-blok tersebut terjadi akibat adanya bidang perlapisan iregular, belahan, kekar atau retakan tension dengan arah jurus relatif sejajar dengan arah jurus lereng. Rubuhan mungkin hanya terdiri dari satu fragmen dengan volume 1 m3 hingga 109 m3. Perubahan umumnya terjadi di batuan schist dan gamping tetapi juga terdapat pada batuan sedimen tipis dan juga batuan beku dengan kekar kolom. • Gambar 2 E merupakan sketsa rubuhan pada batu gamping. Retakan pada batu gamping yang sejajar dengan jurus kemiringan lereng menyebabkan terjadi rubuhan ini.
d. Aliran • Aliran dalam gerakan permukaan adalah berpindahnya partikel yang bergerak dalam pergerakan massa. Material tersebut mungkin merupakan batuan dengan retakan yang banyak dan menghasilkan runtuhan yang tertanam dalam matrik atau materi yang berukuran halus. Longsoran ini terjadi pada tanah atau pasir yang memiliki kandungan air yang besar. Longsoran ini terjadi terus-menerus seperti air yang mengalir dalam jumlah besar dengan densitas cairan yang besar pula seperti pada gambar 3 H dan 3 G. Densitas yang tinggi inilah yang sangat berbahaya, karena dapat mengapungkan batu-batu besar dan tentunya bangunan beton yang dilewatinya. Aliran lahar merupakan contoh pada tipe ini. Longsoran ini jarang terjadi, tetapi jika terjadi hal ini akan sangat merusakkan.
Gambar 3. Aliran dan sebaran lateral
e. Sebaran Lateral (Lateral Spread) • Sebaran lateral adalah perluasan lateral dari batuan kohesif atau masa tanah akibat deformasi massa yang dikontrol bagian dasar yang bersifat plastis. Sebaran ini adalah hasil dari deformasi plastis yang dalam massa batuan yang menyebabkan perluasan di permukaan. Gerakan ini disebabkan oleh tekanan gravitasi. Berbeda antara batuan dan tanah adalah dampak dan periode waktu. Umumnya morfologi sebaran lateral ini dicirikan dengan adanya pariparit yang memisahkan massa batuan tersebut seperti pada gambar J
Agensi Erosi dan Transportasi • Tiap tiap agen pengerosi bersama dengan erosi dalam satu atau lebih cara. Untuk beberapa agen prosen melibatkan kepentingan yang sama; untuk agen lain jelas berbeda karena perbedaan sifat fisik yang melekat atara agen pengerosi. Nama spesifik yang diberikan pada berbagai proses erosi tetapi dapat dipertimbangkan membingungkan dan kehilangan penggunaan. Suatu percobaan dibuat dalam mengabungkan garis besar sistematika pwengistilahan, sebaik untuk menunjukkan antarhubungan proses itu.
EROSIONAL PROCESSES Agency Involved
running water
groundwater Waves and currents
Wind
Glaciers
Processes by Which Loosened Material Is Acquired Hydraulic action or fluviraption
Processes by which Earth surfaces are Eroded by materials transit
Process of Wear of Materials while in Transit
Methods of Transport
Attrition
Traction Saltation Suspension Solution Flotation
Attrition Attrition
Solution Traction Saltation Suspension Solution Flotation Traction Saltation Suspension Traction Suspension
Corrasion or abrasion Corrosion Corrasion
Hydraulic action Corrasion or abrasion Corrosion Deflation
Scouring Plucking or sapping
Corrasion or abrasion Corrasion abrasion gouging
Attrition
or Attrition
• Kondisi yang menyenangkan bagi mass-wasting cepat dibagi oleh Sharpe (1938) kedalam penyebab pasif dan aktif atau penyebab awal. Penyebab passive termasuk: • (a) Lithologic factors, bahan lemah atau tidak kompak menjadi peluncur dan beraksi sebagai pelumas ketika basah , • (b) stratigraphic factors, Batuan berlembar atau tipis dan alternatif batuan lemah dan kuat atau lapisan permeable atau impermeabel • (c) structural factors, Rengkahan beruang dekat, patahan, zona tertekan, bidang lembaran dan geser, dan dasar terjal terangkat. • (d) topographic factors, Lereng terjal atau tebing vertical; • (e) climatic factors, Kisaran suhu tahunan dan bulanan besar dengan frekuensi pembekuan pencairan, jumlah banyak curah hujan, dan hujan banyak; dan • (f) organic factors, Kecukupan vegetasi. • Penyebab aktif adalah: pemindahan sokongan melalui media alami atau buatan, Keterjalan lereng mengalirkan air, kelebihan kejenuhan air atau melalui pengisian buatan.