Kuliah II Bias Gender dalamTafsir Al Qur’an 16 Februari 2009 Anita Rahman Kulia h II Kuliah II Bias dalamT afsir A l Q ur’an 16 F ebruari 2009
Berbagai Model Pemahaman Islam
Al-Qur’an & Hadis Nabi
UMAT
UMAT
UMAT
UMAT
Pemahaman Islam dalam Masyarakat • Islam ideal normatif (Al Qur’an) >< Fakta empiris (dilihat dalam kenyataan) (tokoh-tokoh Islam Kontemporer) • Shariat Islam tercermin dalam berbagai aturan dalam fikih (Sering dipengaruhi oleh budaya) • Perilaku umat Islam, sesuai dengan siapa dia mengacu (Ustadz, pemahamaan sendiri, sesuai dengan pemahaman banyak orang
Konsep dasar Ajaran Islam • 1. Ketauhidan:Pengakuan akan keesaan Allah Swt,semua keagungan hanya bagiNya, ibadahibadah semua bagiNya, kesetaraan manusia, kemuliaan diukur dengan ketakwaannya & ajaran keadilan • Kenabian:Iman kpd seluruh nabi2, Iman kepada kitab2 suci, surga-neraka, dosa, kasih sayang, pemuliaan orang tua dan larangan kekerasan • Kekhilafahan: Pemakmuran bumi, ajaran kesejahteraan, politik, kemaslahatan, ilmu pengetahuan, pemeliharaan alam, penguatan ekonomi, pengembangan peradaban
A.Bias Gender Dalam Al Qur’an • Ada 10 Bias Gender (Nasaruddi Umar) • 1. Pembakuan tanda huruf, tanda baca dan Qira’at • 2. Pengertian Kosa kata (Mufrodat) • 3. Penetapan Rujukan kata Ganti (Dhamir) • 4. Penetapan Batas Pengecualian • 5. Penetapan Arti Huruf “Atf” • 6. Bias dalam Struktur Bahasa Arab • 7. Bias dalam Kamus Bahasa Arab • 8. Bias dalam Metode Tafsir • 9. Pengaruh Riwayat Isra’illiat • 10.Bias dlm pembukuan dan pembakuan tafsir.
Ad. 1. Pembakuan Tanda Huruf, Tanda Baca dan Qira’at • Ketika Rasulullah Wafat, meninggalkan, Al Qur’an msh dalam keadaan huruf gundul. • Kemudahan dalam Al Qur’an, “Bacalah yang mudah bagimu dari Al Qur’an” (Al Muzammil 20),….karena itu bacalah yang mudah dari Al Quran….maka bacalah apa yang mudah dari Al Quran…. • sehingga dikenal ada bacaan tujuh (Qira’ah sab’ah) • Semasa Usman (30H/650M), dibuatkan kodifikasi Al Qur’an yang pertama dan • bacaan tujuh lama-lama kurang
Ad. 2. Penetapan Kosa Kata (mufrodat) • Perbedaan makna suatu kata memberi dampak dalam pengambilan hukum • Misalnya kata Quru’ dalam surat Al Baqarah 228: “Perempuan yang diceraikan hendaklah menunggu tiga kali ‘quru’. • Pengertian I : bersih, suci, berdampak masa iddah lebih panjang • Pengetian II: kotor atau haid, berdampak masa iddah lebih pendek.
• Contoh lain, kata lamassa dalam Surat Al Maidah ayat 6 yang berarti menyentuh atau bersetubuh. • Bila artinya menyentuh : batal wudhunya (Imam Syafii), sedangkan menurut Abu Hanifah, kalau hanya menyentuh tak batal • Artinya bersetubuh, menurut Abu Hanifah sama dengan jima’a, baru batal • Jadi Abu Hanifah lebih longgar
Lanjutan • Kata lamasa, juga berdampak dalam menilai al Quran itu: asli atau copinya yang ada di dunia atau aslinya ada di lauh mafuz • Misalnya dalam memahami Surat Al Waqiah ayat al Qur’79 • Imam Syafii: Al Qur’an yang ada, asli, jadi jika menyentuh harus wudhu • Imam Hanafi: Al Qur’an yang ada, bukan asli, yang aslinya, yang awal ada di Lauh Mahfuz, • Sehingga kalau menyentuh Al Qur’an tidak harus wudhu dahulu
Ad. 3. Penetapan Rujukan Kata ganti (dhamir)
• Terdapat banyak perbedaan muncul di kalangan ulama, karena berbeda dalam penunjukan tempat kembalinya sebuah kata ganti • Misal kembali pada siapa kata minha pada Surat An Nisa 1: “…Wa khalaqa minha jaujaha” (Dan Kami ciptakan dari padanya (nafsin wahidat) pasangannya Versi I : Adam, sehingga Eva diciptakan dari tulang rusuk Adam? Versi II: Persamaan substansi kejadian Adam dan Hawa Versi III: Perempuan, karena jaujaha, bukan jaujahu
• Versi ke IV: Adam tidak dikenal oleh bangsa-bangsa lain atau kepercayaan lain, karena ayat tersebut ditujukan utk seluruh manusia • Versi ke V: Adam yang mana? Dalam Al Baqarah 30: ketika Adam akan diciptakan disanggah oleh Malaikat, karena dia selalu berbuat kerusakan dan menumpahkan darah…..
Ad. 4. Penetapan Batas Pengecualian • Batas pengecualian dalam penerjemahan “tuduhan palsu” dalam Surat An Nur ayat 4-5 dalam kalimat: “…kecuali orang-orang yang sudah bertobat sesudah itu….” Pertentangannya pada tobat sesudah yang mana di antara batas pengecualiannya : - Pelaku didera 80 kali atau - Tidak diterima kesaksiannya selamanya - Dikategorikan sebagai orang fasik
Ad. 5. Penetapan huruf Atf • Bias Gender dapat terjadi dalam penafsiran huruf wau (atf) • Huruf wau berfungsi sebagai dan, penambahan atau perkalian, tapi sebagai penambahan dan perkalian, tidak populer di kalangan mayoritas ulama • Contoh: dalam mengartikan jumlah isteri pada Surat An Nisa ayat 3 • Bila wau diartikan dan, maka isteri terbanyak ketika itu adalah 4, bukan dengan penambahan menjadi 10 orang atau 24 karena perkalian, dan ini tidak ditemukan dalilnya.
Ad. 6 . Bias dalam Struktur Bahasa Arab • Bahasa Arab “dipinjam” sebagai bahasa pengantar Tuhan dalam dalam menyampaikan pesannya dlm Al Qur’an. • Bias terjadi, ketika dalam kata ar rajul, yang artinya laki-laki tapi sering berarti laki-laki dan perempuan, atau sebagai nabi atau rasul (lihat An Nur 35, Yasin 20) • Tapi kata Al Nisa dan imra’ah, hanya sebutan untuk perempuan (lihat An Nisa 34)
• Bias bisa pula terjadi pada pereduksian makna, ketika penafsiran, karena ketika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Lihat An Nisa 34 Arti kata qawwamuuna= berarti pemimpin Kata pemimpin dalam bahasa Indonesia, tidak identik dengan qawwamuuna. • Dalam Holly Qur’an (terj. Yusuf Ali): qawwamuuna, diartikan: protector and maintainer (pelindung dan pemelihara)
Lanjutan • Riffat Hassan: menemukan 20 arti dari kata qawwamuuna • Pengaruh tradisi Arab juga terjadi, pada sasaran pembicaraan laki-laki dan perempuan digunakan bentuk muzakkar: • Misalnya: Aqimush sholat bukan aqimna sholat (menegakkan sholat) Assalamualaikum , bagi semua bukan assalaikunna, tapi khusus bagi perempuan
Lanjutan • Bias gender dalam teks, juga terjadi karena Allah dinisbatkan dengan huwa (he), atau muzakkar dalam bahasa Arab. • Misal: Dalam Al Ikhlas ayat 1, Allah dinisbatkan seolah-oleh laki-laki, hal ini bertentangan dengan tauhid.
Ad. 7 Bias dalam Kamus Bahasa Arab • Kamus Bahasa Arab, sering dijadikan rujukan dalam membuat terjemahan untuk bahasa Indonesia, sehingga bias gender dapat terjadi. • Misal dalam kata Imam dan khalifah Imam berkonotasi kepemimpinan atau pemimpin sholat, sehingga dianggap untuk lakilaki Kata khalifah, ditujukan hanya untuk laki-laki tapi kata nya bersifat mu’annas • Kata untsa dalam Bahasa Arab, artinya perempuan, yang artinya: lembek, lemas dan tidak keras • Kata dzakar, berarti laki-laki, yang arti kata tersebut: keras,mengingat, menyebut Allah
Ad. 8 Bias dalam Metode Tafsir • Metode tafsir yang yang paling dominan adalah Metode Tahlili yang membuat analisis kronologis dan aspek yang terdapat di dalam ayat itu saja, sehingga teks dijadikan fokus • Metode Tematis/Maudu’i=tafsir yang menetapkan tema tertentu, dengan jalan menghimpun semua ayat yang terkait dengan tema tersebut, baru disimpulkan, dan akan diperoleh kesimpulan yang holistik, menurut pandangan Al Qur’an.
lanjutan • • • • •
Metode ini memusat pada: 1. Apa kata-kata dalam ayat ttg suatu tema 2. Memperhatikan keberadaan teks 3. Tidak terfokus pada satu ayat 4. Menganalisis sabab nuzul ayat/sebab mengapa suatu kesimpulan topik yang dibahas Contoh Metode Hermeneutic- Amina Wadud Muhsin, yang mengaitkannya pula dengan hukum/aturan yang berlaku secara global
4.Amina Wadud Muhsin/ Fazlur Rahman Pendekatan yang digunakan:
Teori Hermenetic:
-Melihat Asbabun Nuzul/Teks dan Konteks -Komposisi Gramatical -“Welstanschaung” (Current World View): Anti diskriminasi terhadap perempuan (CEDAW), Pengakuan HAM Perempuan, Kesetaraan gender, dll Pokok Bahasan : Misal An Nisa 34 : -Faddalla : Diberikan Allah pada laki-laki & pr -Qawwamuuna : memenuhi 2 kriteria (Bi..ma)/illatnya atau penyebabnya =bertanggungjawab -Darajat: Mampu memenuhi hak pr. dan mampu berbuat makruf terhadap perempuan (2:228)
9. Pengaruh Riwayat Isra’illiat • Isra = hamba, El = Tuhan • Pengaruh “alat bantu”, dari hukum adat Nasrani & Yahudi, yang hidup di Madinah, mempengaruhi mufassir dalam menterjemahkan Al Qur’an. • Yang mencolok adalah penerjemahan ayat penciptaan manusia yang cenderung merujuk pada Kitab Perjanjian Lama tentang Kejadian, yang dijelaskan dalam KItab Talmud.
Contoh: Surat An Nisa 1 “ Wahai sekalian manusia bertakwalah kamu terhadap Tuhanmu yang telah menjadikan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah ciptakan pasangannya (zaujaha/her spouce) dan dari keduanya, Allah ciptakan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu sekalian saling meminta dengan menyebut namaNYA, dan peliharalah hubungan keluarga. Sesungguhnya Allah adalah sangat memperhatikan kamu”.
Lanjutan • Ayat ditujukan pada seluruh manusia/bangsa • Adam tidak terkenal untuk slrh bangsa • Nafsin Wahidah, bukanlah Adam • Dengan Nafsin saja sudah cukup • Bila dimaksud Adam, akan menggunakan bentuk Muzakkar (, di sini menggunakan Mua’nnas, sebagaimana digunakan untuk kata benda alam
• Muhammad Abduh (Dalam Tafsir Al Manar, jilid IV): - Menolak dengan tegas, nafsin wahidat adalah Adam - Nafsin wahidat berlaku universal - Silsilah keturunan Adam/Eva/Hawa sebagai nenek moyang hanya bagi Yahudi Nashrani - BIla dianggap Adam, Adam yang mana? (Lihat Al Baqarah 2:30) - Menurut para filosof, nafsin dan ruh punya arti sama dan non materi, atau genus
• Kata wa khalaqa minha jaujaha, menimbulkan multi tafsir: * Bila dari perempuan: merupakan tantangan besar * Lihat pula Surat Mukminun 12-14, manusia diciptakan dari tanah ->nutfah-> dalam rahim dst * Feminis muslimah: laki-laki dan perempuan dari unsur/substansi yang sama * Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di muka bumi (Al Baqarah 30) * Perkataan perempuan kurang akal dan agama dalam beberapa hadits hanya menunjukkan peran yang berbeda ketika zaman dulu • Adam dan Hawa sama-sama terlibat dalam Drama Kosmis • Laki-laki dan Perempuan sama-sama berpotensi meraih potensi
10. Bias Gender Pembukuan dan Pembakuan Kitab Fikih • Fikih adalah penafsiran kultural terhadap hukum shariat, yang dimotori oleh: Abu Hanifah (50H), Imam Hanbali, Imam Maliki dan Imam Syafii (150H) • Semakin mendekat pada zaman Nabi semakin moderat pemikirannya. • Ketika zaman Usman, perempuan datang bersama beliau, masuk ke mesjid duduk bersama-sama (Islamologi, 1980) • Fikih sesudah itu banyak mengukuhkan tradisi dari pada mendalami dan pengembangan ilmunya sendiri. • Perpindahan pemerintahan dari Medinah ke Damaskus, banyak terjadi persinggungan budaya dan Hukum Bizantium dan Budaya Persian yang bias gender yang masuk dalam penafsiran Qur’an dan hadist sehingga berdampak pada fikih yng dihasilkan ketika itu.
Lanjutan • Refomasi I, reformasi Tanzimat di Turki th. 1800an oleh Mustafa Rasyid Pasha, Sultan Mahmud I, pucaknya oleh Kemal Attarturk, yang menilai pendapat ulama lama sudah tidak relevan • Qosim Amin th. 1945an, dari Mesir dalam bukunya Tahrirur al Mar’ah, yang menyim pulkan bahwa Al Qur’an memberikan posisi yang tinggi pada perempuan • Diikuti oleh Tunisia, melarang poligami • Somalia, menetapkan waris yang sama antara laki-laki dan perempuan
• Contoh-contoh: • Fikih Munakahat (perkawinan) -Kedudukan perempuan?, peran perempuan?, tanggung jawab, pemimpin keluarga?, pemenuhan seksual suami? masalah “nusyus” • Fikih Waris?, bagaimana budaya Indonesia? • Fikih Politik? Perempuan jadi pemimpin? • Masalah haid perempuan? • Semua penulis Fikih adalah laki-laki