KUASA KATA-KATA
dan KEAJAIBAN ALLAH
Editor Umum:
John Piper Justin Taylor
Penerbit Momentum 2013
Kuasa Kata-Kata dan Keajaiban Allah Oleh: John Piper dan Justin Taylor, editor umum Penerjemah: Soemitro Onggosandjojo Editor: Yosephin Widhi Tata Letak: Patrick Serudjo dan Djeffry Pengoreksi: Jessy Siswanto Desain Sampul: Patrick Serudjo Editor Umum: Solomon Yo Originally published in English under the title: The Power of Words and the Wonder of God Copyright © 2009 by Desiring God Ministries Translated and printed with permission from Crossway Books, a publishing ministry of Good News Publishers 1300 Crescent Street Wheaton, Illinois 60187, U.S.A. All rights reserved. Hak cipta terbitan bahasa Indonesia © 2010 pada Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature) Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia. Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275 e-mail:
[email protected] website: www.momentum.or.id
Perpustakaan: Katalog dalam Terbitan (KDT) Piper, John
Kuasa kata-kata dan keajaiban Allah / John Piper dan Justin Taylor, editor umum; penerjemah, Soemitro Onggosandjojo; editor, Yosephin Widhi – cet. 1 – Surabaya: Momentum, 2013. xiii + 198 hlm.; 24 cm. Judul Asli: The Power of Words and the Wonder of God ISBN 978-602-????-??-? 1. Komunikasi Lisan – Aspek-aspek Religius – Kekristenan I. Judul
II.
Soemitro Onggosandjojo
2013
III. Yosephin Widhi 241’.672–dc22
Cetakan pertama: Juni 2013 Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi atau kebutuhan nonkomersial dengan jumlah tidak sampai satu bab.
Untuk mengenang John Bunyan Yang dalam bukunya yang hebat Pilgrim’s Progress (Perjalanan Seorang Musafir), dia dengan sungguh-sungguh menulis: Buku ini ditulis dalam suatu dialek sedemikian rupa Supaya banyak orang yang tak bergairah terpengaruh: Tampaknya seperti hiburan, namun Berisi tidak lain daripada kualitas Injil yang benar dan jujur.
DAFTAR ISI
Para Kontributor
ix
Penghargaan
xiii
Pendahuluan
1
1. Perang dengan Kata-Kata: Menilik Hati demi Allah Paul David Tripp
9
2. Besi Kendali, Tali Kekang, dan Berkat: Tafsiran atas Yakobus 3:1-12 Sinclair B. Ferguson
37
3. Apakah Ada Kefasihan Kristen? Kata-Kata yang Jelas dan Keajaiban Salib John Piper
65
4. Setajam Apa Mata Pisaunya? Kristus, Kontroversi, dan Kata-Kata yang Tajam Mark Driscoll
83
5. Cerita yang Membentuk Iman Daniel Taylor
115
6. Kata-Kata yang Ajaib: Apa yang Terjadi Ketika Kita Menyanyi? Bob Kauflin
135
Percakapan dengan Para Kontributor (Bagian Satu)
155
John Piper, Mark Driscoll, Sinclair Ferguson, dan Justin Taylor Percakapan dengan Para Kontributor (Bagian Dua)
173
John Piper, Bob Kauflin, Paul Tripp, Daniel Taylor, dan Justin Taylor Catatan-Catatan
193
PARA KONTRIBUTOR
Mark Driscoll adalah pendeta pendiri dan pengkhotbah utama Mars Hill Church di Seattle. Dia adalah presiden Act 29 Church Planting Network (www.acts29network.org) dan pemimpin The Resurgence Missional Theology Cooperative (www.theresurgence.com). Bukubukunya meliputi Vintage Jesus; Death by Love; Vintage Church; dan Religion Saves. Mark dan istrinya, Grace, memiliki lima orang anak. Sinclair B. Ferguson adalah pelayan senior First Presbyterian Church di Columbia, Carolina Selatan, dan seorang profesor Theologi Sistematik di Redeemer Seminary di Dallas. Dia adalah penulis beberapa buku, yang terbaru adalah In Christ Alone: Reflections on the Heart of the Gospel, and Westminster Directory of Public Worship (bersama Mark Dever). Sinclair dan istrinya, Dorothy, memiliki empat orang anak yang sudah dewasa. Bob Kauflin adalah direktur pengembangan ibadah untuk Sovereign Grace Ministries di Gaithersburg, Maryland. Setelah menerima gelar dalam performa piano dari Temple University pada tahun 1976, dia bepergian selama delapan tahun bersama kelompok Kristen kontemporer GLAD sebagai penulis lagu, pembicara, dan pengaransemen. Perannya kini termasuk memperlengkapi para pendeta dan musisi dalam bidang theologi dan praktik ibadah kongregasional, menjadi kontributor dari perusahaan rekaman Sovereign Grace, dan menjadi salah satu pemimpin ibadah di Covenant Life Church, yang dia layani sejak tahun 1977. Bukunya yang pertama, Worship Matters: Leading Others to Encounter the Greatness of God, diterbitkan oleh Crossway pada tahun 2008, dan blog-nya diberi nama yang sama (www.worshipmatters.com). Bob dan istrinya, Julie, memiliki enam anak dan tujuh cucu.
Kuasa KATA-KATA DAN KEAJAIBAN ALLAH
John Piper adalah pendeta pengkhotbah di Bethlehem Baptist Church di Minneapolis, Minnesota, yang dia layani sejak tahun 1980 untuk “menyebarkan semangat bagi supremasi Allah dalam segala hal untuk sukacita semua orang melalui Yesus Kristus.” John telah menulis lebih dari empat puluh buku, termasuk Desiring God [Mendambakan Allah (Penerbit Momentum, 2008)]; Don’t Waste Your Life; The Passion of Jesus Christ: Fifty Reasons Why Jesus Came to Die [Penderitaan Yesus Kristus: Lima Puluh Alasan Mengapa Dia Datang untuk Mati (Penerbit Momentum, 2005)]; What Jesus Demands from the World; When I Don’t Desire God; dan God Is the Gospel. John dan istrinya, Noël, memiliki lima anak dan cucu-cucu yang terus bertambah. Daniel Taylor adalah profesor literatur dan kepenulisan di Bethel University di Saint Paul, Minnesota sejak tahun 1977. Dia berbicara secara internasional mengenai isu-isu terkait cerita, nilai, karakter, iman, dan budaya kontemporer. Di antara buku-bukunya adalah Tell Me a Story: The Life-Shaping Power of Our Stories; Letters to My Children: A Father Passes on His Values; dan yang terbaru, In Search of Sacred Places: Looking for Wisdom on Celtic Holy Islands. Taylor juga salah satu pendiri The Legacy Center (www.thelegacycenter.net), yang mendorong orang-orang dan organisasi untuk mengenali dan melestarikan nilai-nilai dan kisah-kisah yang telah membentuk hidup mereka. Dan dan istrinya, Jayne, memiliki empat anak dan dua cucu perempuan. Justin Taylor adalah direktur editorial penerbit Crossway Books di Wheaton, Illinois. Sebelum menduduki jabatan ini, dia melayani sebagai direktur riset theologis dan pendidikan di Desiring God Ministries. Bersama John Piper, dia menyunting lima buku konferensi, dan bersama Kelly Kapic, menyunting dua edisi karya John Owen. Dia menulis artikel di blog setiap hari di Between Two Worlds. Justin dan istrinya, Lea, memiliki tiga anak yang masih kecil. Paul David Tripp memiliki pelayanan ceramah yang ekstensif, baik secara nasional maupun internasional, sebagai presiden Paul Tripp Ministries (www.paultrippministries.org). Dia juga merupakan staf pastoral di Tenth Presbyterian Church di Philadelphia, di mana ia berkhotbah pada hari Minggu petang dan memimpin x
Para Kontributor
Ministry to Center City. Dia penulis dari banyak buku. Yang paling jelas terkait dengan tema buku ini adalah bukunya War of Words: Getting to the Heart of Our Communication Struggles [Perang dengan Kata-Kata: Mengenali Inti Pergumulan dalam Komunikasi (Penerbit Momentum, 2004)]. Baru-baru ini dia telah menulis A Quest for More; Whiter Than Snow; dan A Shelter in the Time of Storm. Paul dan istrinya, Luella, mempunyai empat anak yang sudah dewasa.
xi
PENDAHULUAN Justin Taylor
KATA-KATA. Kita memikirkan kata-kata, mendengar kata-kata, mengucapkan kata-kata, menyanyikan kata-kata, menuliskan katakata, dan membaca kata-kata – sepanjang waktu. Setiap hari. Apa kaitan kata-kata dengan Kekristenan? Nyaris segala sesuatu. Pada setiap tahap sejarah penebusan – sejak saat sebelum adanya waktu, sampai masa penciptaan, sampai kejatuhan manusia, sampai penebusan oleh Kristus, dan sampai masa pengangkatan – “Allah ada di sana dan Ia tidak diam.”1 Perkataan Allah secara tegas menciptakan, mengonfrontasikan, menuduh, menobatkan, mengoreksi, dan menghibur. Dengan kata-kata (firman)-Nya, Ia menafsirkan dan mengajar.
ADEGAN-ADEGAN PEMBUKA ALKITAB Jika Anda ingin membangun suatu theologi alkitabiah dari katakata, Anda dapat berjalan cukup jauh hanya dari beberapa halaman awal Alkitab Anda. Pasal-pasal awal Kitab Kejadian penuh dengan Allah yang menggunakan kata-kata untuk menciptakan dan mengatur, memberi nama dan mengartikan, memberkati dan mengutuki, mengajar dan memperingatkan. Allah berkata (“Berfirmanlah Allah, ‘Jadilah ...’”), dan kenyataan pun terjadilah (“lalu ... itu jadi” “Dan jadilah demikian”). Dia menamai (“Allah menamai ...”), dan semua itu teridentifikasi secara umum. Selanjutnya kita belajar bahwa “dengan firman kuasa-Nya” Anak Allah, Yesus Kristus, menyokong dan “menopang segala yang ada” (Ibr. 1:3).
Kuasa KATA-KATA DAN KEAJAIBAN ALLAH
Sebelum Allah menciptakan manusia, pertama-tama Ia menggunakan kata-kata untuk mengumumkan maksud-Nya (“Baiklah Kita menjadikan ...”). Dan begitu Adam dan Hawa tercipta, pengalaman mereka yang pertama dengan Allah meliputi kata-kata, pada saat Ia memberi mandat budaya kepada mereka (Beranakcuculah, bertambah banyak, penuhilah bumi, taklukkanlah itu, berkuasalah), menjelaskan kebebasan mereka (“Boleh kau ...”), dan memperingatkan mereka terhadap ketidaktaatan pada perintah-Nya (“Janganlah kau ...”). Ketika Iblis merayap masuk ke adegan itu sebagai seekor ular yang licik, tindakannya yang pertama ialah berbicara, dan katakatanya yang jahat dirancang untuk mempertanyakan kata-kata Allah. Langkah pertamanya adalah menyebarkan benih keraguan (“Tentulah Allah berfirman ..., bukan?”). Dan langkah yang kedua adalah satu tuduhan terbuka bahwa Allah itu penipu (“Sekali-kali kamu tidak akan mati”). Ketika Adam dan Hawa memberontak terhadap satu-satunya larangan yang diberikan kepada mereka, untuk pertama kalinya mereka menyatakan kata-kata yang begitu lazim bagi kita sekarang ini: takut (“aku menjadi takut”), malu (“aku bersembunyi”), dan menyalahkan orang lain (“Perempuan yang Kautempatkan di sisiku”). Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka tentang dunia mereka yang baru jatuh – dan memberi mereka kata-kata Injil yang pertama, meramalkan satu saat ketika Dia akan mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya dan meremukkan kepala musuh-Nya. Allah menggunakan kata-kata untuk memberitahukan kedatangan Firman yang menjadi daging (Yoh. 1).
YESUS, FIRMAN YANG MENJADI DAGING Ketika pada akhirnya Anak Allah masuk ke dalam sejarah manusia sebagai Allah-manusia, Dia hidup seturut Firman Allah (Luk. 4:4); menuruti Firman-Nya (Yoh. 8:55), dan memberitakan Firman-Nya (Mrk. 2:2). Bapa memberi Yesus firman, Yesus memberikannya kepada para pengikut-Nya, dan para pengikut-Nya menerima firman itu (Yoh. 17:8). Kata-kata Yesus tidak terpisahkan dari pribadi-Nya2 dan dengan demikian dapat diidentifikasikan memiliki atribut ilahi. Malu 2
Pendahuluan
atas kata-kata Kristus sama dengan malu atas Kristus sendiri (Luk. 9:26). Kata-kata-Nya kekal: tidak seperti langit dan bumi, kata-kata Kristus tetap selamanya (Mat. 24:35). Kata-kata-Nya berkuasa: Yesus dapat mengusir roh-roh dengan “sepatah kata” (Mat. 8:16); Dia cukup mengatakan “sepatah kata” dan seseorang akan disembuhkan. Perkataan Yesus adalah “roh dan hidup,” “perkataan hidup yang kekal” (Yoh. 6:63, 68). Perkataan Yesus berdiam atau tinggal di dalam mereka yang disatukan dengan Kristus dan tinggal di dalam Dia (Yoh. 8:31; Yoh. 15:7; Kol. 3:16). Hanya mereka yang mendengar dan memelihara perkataan Yesus yang menerima berkat dan hidup yang kekal (Luk. 11:28; Yoh. 5:24; 8:47, 52). Mereka yang mendengarkan Dia “tercengang mendengar perkataan-Nya” (Mrk. 10:24), ingin mendengarkan Dia dan heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya (Luk. 9:48; 4:22). Mereka menyadari bahwa perkataan-Nya memiliki suatu kuasa yang khas (Luk 4:32). Tetapi Yesus mengkritik mereka yang menggunakan kata-kata dalam doanya untuk menutupi kemunafikan hatinya, “bertele-tele” dan menyangka bahwa “karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan” (Mat. 6:7). Dia menuduh mereka menggunakan adat istiadat mereka untuk menyatakan “firman Allah ... tidak berlaku” (Mat. 15:6). Kata-kata-Nya sendiri tidak mendapatkan tempat dalam hati mereka – beberapa orang tidak mau mendengar firmanNya dan beberapa orang mendengarkan firman-Nya tetapi menolak untuk memelihara firman itu (Yoh. 8:37, 43; 14:24). Sebagai tanggapan, musuh-musuh Yesus “berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan” (Mat. 22:15). Yesus memperingatkan bahwa bagaimana seseorang mendengarkan dan menanggapi perkataan Yesus menyatakan garis pembagian akhir sejarah keselamatan: pada hari penghakiman, setiap kita akan memberi pertanggungjawaban atas “setiap kata sia-sia yang diucapkan,” entah dibenarkan atau dihukum oleh karena perkataan kita (Mat. 12:36-37), karena “apa yang keluar dari mulut berasal dari hati” (Mat. 15:18). Jika Anda mendengarkan dan melakukan perkataan Kristus, Anda sama seperti orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu sehingga dapat tetap berdiri sekalipun hujan badai melandanya. Tetapi mendengarkan perkataan Kristus dan tidak melakukannya sama seperti
3
BAB SATU
PERANG DENGAN KATA-KATA: MENILIK HATI DEMI ALLAH Paul David Tripp
S
AYA TIDAK BANYAK MENGENAL ANDA, tetapi ada tiga hal yang saya ketahui tentang Anda.
TIGA HAL YANG SAYA KETAHUI TENTANG ANDA 1) Anda Berbicara Pertama, saya tahu Anda berbicara. Ya ampun, betapa banyaknya Anda berbicara. Beberapa dari kita berbicara lebih banyak ketimbang yang lain – beberapa di antara kita mengalami kesulitan untuk berhenti berbicara – tetapi kita semua berbicara setiap hari. Ya, walaupun terkadang kita tidak selalu menyadari hal itu, namun setiap hari hidup kita diisi dengan percakapan. Setiap momen dipengaruhi oleh percakapan. Setiap hubungan dan situasi diwarnai dengan perkataan. Kita adalah manusia yang berkatakata. Akan sangat sulit bagi Anda untuk menemukan aspek yang lebih formatif dalam kehidupan kita sehari-hari daripada dunia perkataan kita. Namun, setiap kali saya mulai memikirkan, membicarakan atau menulis mengenai topik ini, saya mengalami sedikit frustrasi. Apa yang membuat saya frustrasi adalah kosakata dalam komunikasi. Istilahnya begitu duniawi – kata-kata, pembicaraan, dialog, percakapan, komunikasi. Kelihatannya semuanya
Kuasa KATA-KATA DAN KEAJAIBAN ALLAH
itu tidak menanggung beban mengenai betapa dalam, signifikan dan pentingnya bidang ini dalam kehidupan yang sebenarnya. Marilah kita berpikir mengenai betapa signifikannya bagian hidup kita yang satu ini. Ktia harus memulai dengan mengakui bahwa kata-kata pertama yang pernah diucapkan bukan diucapkan oleh manusia. Kata-kata pertama yang pernah diucapkan, diucapkan oleh Allah. Barangkali salah satu hal yang paling jelas bahwa saya seperti Allah ialah bahwa seperti halnya Allah, saya berbicara. Anda dan saya tidak akan pernah memahami betapa pentingnya kata-kata, kecuali jika kita memulainya di sini. Katakata itu milik Tuhan. Ini berarti bahwa pada saat Anda mengambil kata-kata itu sebagai milik Anda, maka perkataan Anda kehilangan pelindungnya dari kesulitan. Anda tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun milik Anda sendiri karena kata-kata itu milik Tuhan. Kita berpikir bahwa kata-kata itu tidak begitu penting karena kita berpikir bahwa kata-kata merupakan satu alat kecil yang bermanfaat untuk membuat hidup kita lebih mudah dan efisien, padahal sebenarnya kata-kata itu adalah suatu karunia yang berkuasa yang diberikan oleh Allah yang berkomunikasi untuk maksud-maksud ilahi-Nya. Kita semua terkecoh ke dalam pemikiran bahwa sebenarnya kata-kata itu tidak begitu penting karena kata-kata itu mengisi saat-saat yang tampak tak berarti dalam hidup kita. Mungkin justru karena itulah perkataan itu begitu penting. Saya tidak ingin melukai perasaan Anda, tetapi Anda hanya membuat tiga atau empat keputusan penting di dalam hidup Anda. Kebanyakan dari kita tidak akan tertulis dalam buku-buku sejarah. Beberapa dekade setelah Anda meninggal, orang-orang yang Anda tinggalkan akan sulit mengingat peristiwa-peristiwa di dalam hidup Anda. Anda menjalani hidup Anda benar-benar secara biasa-biasa saja. Dan jika Allah tidak mengatur kelaziman hidup Anda, berarti Dia tidak mengatur hidup Anda, karena di situlah Anda hidup. Dalam banyak cara, Kitab Amsal adalah suatu risalah tentang pembicaraan. Saya menyimpulkannya seperti ini: kata-kata memberi kehidupan; kata-kata membawa kematian – pilihlah sendiri. Apa artinya ini? Ini berarti bahwa Anda tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun yang netral di dalam hidup Anda. Kata-kata Anda memiliki arah. Jika kata-kata Anda bergerak ke arah kehidupan, maka kata-kata itu akan menjadi kata-kata dukungan, 10
Perang dengan Kata-Kata: Menilik Hati demi Allah
pengharapan, kasih, perdamaian, kesatuan, pengajaran, kebijaksanaan, dan koreksi. Tetapi jika perkataan Anda bergerak ke arah kematian, maka kata-kata itu akan berupa kata-kata kemarahan, dengki, fitnah, iri hati, gosip, perpecahan, kejijikan, rasisme, kekerasan, penghakiman, dan kutukan. Kata-kata Anda memiliki arah. Jika Anda mendengar kata berbicara, seharusnya Anda mendengar sesuatu yang luhur, dan kudus, dan signifikan, dan penting. Kiranya Allah menolong kita agar kita tidak pernah menganggap kata-kata sebagai sesuatu yang tidak berarti. 2) Momen-momen yang Paling Menyedihkan dan Paling Menyenangkan di dalam Hidup Anda disertai dengan Perkataan Ada hal kedua yang saya ketahui tentang Anda. Saya tahu bahwa saat-saat yang paling menyedihkan dan paling menggembirakan di dalam hidup Anda disertai dengan perkataan. Ketika saya berdiri untuk berbicara atau duduk untuk menulis, saya merasa seperti ada 100 orang teman yang berdiri di belakang saya, yang semuanya berkontribusi kepada segala sesuatu yang saya ketahui, segala sesuatu yang saya bicarakan, dan segala sesuatu yang saya pikirkan mengenai jalan Tuhan saya. Orang-orang ini telah menuliskan, dan berbicara di telinga saya mengenai kebenaran yang mulia dan menggembirakan yang telah menyusup ke dalam hati saya dan mengubah segala sesuatu dalam hidup saya. Saya akan merayakan karunia perkataan dari Allah atas orang-orang ini untuk selamanya. Saya juga pernah duduk dengan orang berusia 35, 45, atau 55 tahun yang berbicara kepada saya mengenai hal-hal mengerikan yang dikatakan oleh ibu dan ayah mereka puluhan tahun yang lalu. Ketika mereka mengingat kembali kata-kata buruk yang mereka dengar di tahun-tahun yang lalu, mereka akan menangis, seolah-olah hal itu terjadi kemarin. Pada saat-saat seperti ini, saya diperhadapkan kembali kepada kehidupan pribadi yang menakutkan, menyakitkan, penuh kata-kata buruk, penuh kebencian dan penghinaan yang berkepanjangan. Di pihak lain, apa yang lebih menyenangkan ketimbang menantikan seorang anak mengucapkan kata pertamanya? Si kecil Jimmy merangkak ke dalam kamar dan mulai bla-bla-bla-bla. Dan si ayah berkata kepada istrinya, “Aku rasa dia berkata ‘John Cal11
Kuasa KATA-KATA DAN KEAJAIBAN ALLAH
vin.’ Aku yakin itu adalah ‘John Calvin.’” Nah, barangkali itu hanya sekadar celotehan, tetapi orang tua itu berharap dan senang karena Jimmy berada pada kondisi yang sangat manusiawi – dia siap berbicara! Apa yang paling menyedihkan di dalam kehidupan selain jika orang menjadi terdiam? Saya benar-benar ingat ketika hal itu terjadi pada ibu saya yang tercinta. Sebenarnya kami sudah mempersiapkan diri. Ibu sudah sakit selama beberapa waktu, dan kami dipanggil ke sekeliling tempat tidurnya. Kami tahu bahwa itu adalah akhir hayatnya, tetapi kami memiliki kesempatan istimewa untuk menghabiskan minggu terakhir bersamanya. Kami menyanyikan setiap kidung pujian dalam Kekristenan kepadanya. Akhirnya saya membungkuk di atas tempat tidurnya dan berbisik di telinganya, “Bu, kami kehabisan kidung pujian, kami akan menyanyikan lagu-lagu Beatles untuk ibu.” Dia tersenyum. Tetapi dengan semua persiapan yang ada, saya tidak siap menghadapi momen ketika Ibu terdiam. Ada sesuatu yang mengerikan dan tidak manusiawi pada saat itu. Saya ingin mendengar dia mengatakan, “Ibu mengasihimu” sekali lagi. Saya ingin menyelesaikan percakapan kami yang tidak pernah terselesaikan. Ada banyak hal yang ingin saya katakan, dan banyak hal yang ingin saya dengarkan. Tetapi Ibu telah mengucapkan perkataannya yang terakhir. Jadi, Anda mengerti bahwa perkataan merupakan satu dimensi yang sangat-sangat penting di dalam kemanusiaan Anda, ke-seperti-Allah-an Anda. Dengan demikian, saat yang paling menyedihkan dan paling menyenangkan di dalam hidup Anda disertai dengan perkataan. 3) Dunia Perkataan Anda Adalah Dunia Masalah Ada hal ketiga yang saya ketahui tentang setiap orang yang membaca buku ini: dunia perkataan Anda adalah dunia masalah. Saya yakin akan hal ini bukan karena saya mengenal Anda, melainkan karena saya mengenal diri saya sendiri. Saya merasa sedih karena saya tidak menuliskan kata-kata ini sebagai seorang ahli. Tidak. Saya menulis ini sebagai seorang yang setiap saat memerlukan karunia yang membebaskan dari Penebus saya. Dan Anda membaca kata-kata ini juga sebagai orang dengan kebutuhan yang sama. Siapa di antara Anda yang merasa nyaman jika saya me12
Perang dengan Kata-Kata: Menilik Hati demi Allah
mutar kembali di depan umum, semua rekaman perkataan yang pernah Anda katakan selama satu bulan terakhir? Saya rasa tidak ada di antara Anda yang mau menjadi relawan. Istri saya, Luella, dan saya telah menikah selama 37 tahun. Selama 37 tahun itu, Luella dan saya memiliki satu pergumulan tertentu di dalam pernikahan kami. Sebenarnya itu adalah pergumulan saya. Itu adalah masalah waktu. Luella dibesarkan di Cuba, dan ia memiliki kombinasi pandangan mengenai waktu di kepulauan itu dan pandangan mengenai waktu sebagai orang Latin. Dia hidup agak lamban. Orang pergi ke kepulauan itu karena di sana waktu berjalan lambat. Di lain pihak, saya dibesarkan oleh seorang pria yang berpikir bahwa tolok ukur seorang manusia adalah ketepatan waktunya. Jika Anda tepat waktu, Anda bisa hidup. Agak meremehkan jika mengatakan bahwa tepat waktu adalah bagian kecil dari suatu perjuangan. Perkenankan saya melukiskannya untuk Anda. Suatu saat, ketika anak-anak kami masih kecil, kami memutuskan untuk pergi bertamasya ke taman, dan kami sepakat bahwa kami akan berangkat pukul 3. Bagi saya, waktu yang ditetapkan itu sudah tidak bisa diganggu gugat. Tetapi bagi Luella, itu adalah perkiraan kasar. Kira-kira pukul 3.15 saya menyadari bahwa kami tidak akan dapat pergi tepat pada waktunya, dan saya mulai uringuringan. Dan Luella memberi tahu saya sesuatu yang radikal: bahwa kami tidak pernah membuat janji di taman itu. Tidak akan ada orang yang akan menyingkirkan meja kami dan menyedot seluruh air dari danau, dan menggulung hamparan rumput dan menyingkirkan semua pohon. Tidak akan apa-apa jika kami datang sedikit terlambat. Nah, semua latar belakang itu akan menolong Anda memahami situasi khusus yang akan saya bagikan kepada Anda. Saat itu adalah pagi Paskah di keluarga Tripp. Saya rasa Anda yang memiliki anak dapat merasakan hal ini; sering kali hari Minggu pagi bukanlah waktu yang paling santai selama seminggu. Kita memasukkan anak-anak di dalam mobil dan berkata, “Diam! Kita akan pergi beribadah.” Tetapi ini bukan sekadar hari Minggu seperti biasanya; ini adalah pagi Paskah, dan gereja kami, dengan alasan yang tidak saya pahami, telah memutuskan bahwa cara terbaik untuk merayakan kebangkitan adalah dengan makan pagi bersama sebelum kebaktian, yang berarti bahwa kami harus ba13
Kuasa KATA-KATA DAN KEAJAIBAN ALLAH
ngun dan berangkat satu setengah jam lebih awal dari hari Minggu biasa. Saya bangun dengan perasaan tak bersemangat sama sekali. Kira-kira 45 menit kemudian, saya masuk ke kamar mandi yang tadi digunakan oleh Luella bersama putra kami yang waktu itu berumur sembilan tahun, dan dengan melihat cara dia berdandan, saya dapat mengatakan bahwa dia masih jauh dari siap. Jadi saya mulai mengatakan hal-hal yang berguna bagi dia, seperti memberi tahu dia bahwa ini bukanlah acara makan malam Paskah, melainkan makan pagi Paskah. Dia mendapati bahwa itu sangat menolong. Saya juga memberi tahu dia bahwa kedua anak kami sudah ada di dalam mobil, dan menunggu, seperti biasanya. Saya mengingatkan dia bahwa saya adalah penatua di gereja dan kehadiran saya sebelum makan pagi itu siap, sangatlah penting di dalam pelayanan saya. Kira-kira pada saat itu, anak saya yang berumur 9 tahun berkata, “Yah, bolehkah aku berbicara?” Seharusnya saya berkata tidak saja. Namun saya berkata, “Tentu, kamu boleh berbicara.” Dia berkata, “Yah, apakah ayah benar-benar merasa bahwa beginilah cara seorang suami Kristen berbicara kepada istrinya?” Nah, saya adalah seorang konselor. Saya cukup pandai dalam percakapan seperti ini, jadi saya balik bertanya, “Bagaimana pendapatmu?” untuk mencoba melarikan diri dari pengakuan. Dan si kecil Darnay, bukan bermaksud tidak sopan, mengungkapkan iman dari hati kecilnya, “Yah, tidak jadi masalah mengenai apa pendapatku. Tetapi bagaimana pendapat Allah?” Saya menyelinap keluar dari kamar mandi sambil merasa tertegur habis, dan ketika saya sampai di ambang pintu, saya mendengar suara kecilnya berkata kepada saya, “Yah, bolehkah saya mengatakan hal lain?” Sebenarnya saya ingin berkata, “Jangan!” Dia berkata, “Maksudku, Yah, apa kata Alkitab mengenai hal itu?” Saya masuk ke kamar saya dan langsung dihantam dengan dua pikiran. Pertama, kesombongan saya meningkat. Saya ingin menjadi pahlawan bagi anak saya. Saya merasa malu bahwa dia dapat melihat melalui komunikasi saya yang kasar, dan dia merasa terluka demi ibunya. Tetapi pemikiran itu tidak bertahan lama. Saya merasa kagum atas pertanyaannya. Bagaimana mungkin Allah mengasihi saya dengan begitu besar sehingga Dia memberi secercah perhatian mengenai peristiwa kecil yang tampak tak 14