Kualitas Kompos Berbahan Baku Lokal Yang Diaplikasikan Dengan Substrat Mikro Organisme Lokal (MOL) 1 1
SYAHDI MASTAR, 1 HERI KUSNAYADI
Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Samawa
ABSTRAK Kabupaten Sumbawa merupakan daerah pertanian yang banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang kaya akan unsur hara. Namun demikian sumber bahan kompos dari sisa tanaman agak lama di dekomposisi. Salah satu dekomposer yang dapat dimanfaatkan adalah Mikro Organisme Lokal (MOL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : pengaruh macam bahan baku kompos terhadap kualitas kompos; jenis substrat MOL terhadap kualitas kompos; kombinasi macam bahan baku dan jenis substrat MOL terhadap kualitas kompos. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan percobaan di rumah percobaan dan analisis mutu kompos di laboratorium. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu : (1) Faktor Macam Bahan Baku Lokal Kompos sebanyak 4 aras : M1 (Rumput rumputan ilalang), M2 (Daun Tanaman Gamal), M3 (Seresah Tanaman Jagung), M4 (Jerami Padi); (2) Faktor MOL (M) terdiri dari 2 aras : M1 (Campuran Air Cucian Beras, dan Buah Maja) dan M2 (Campuran Bonggol Pisang, dan Buah Tomat). Dari dua faktor tersebut dikombinasikan sehingga diperoleh 8 (delapan) kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 24 (dua puluh empat) plot percobaan. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis keragaman (anova) pada taraf 95% dan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 95%. Parameter penelitian adalah : N-Total, C-Organik, pH Tanah dan C/N rasio. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi jenis MOL dan macam bahan lokal kompos tidak berinteraksi nyata terhadap kualitas kompos. Faktor tunggal jenis MOL tidak berpengaruh nyata terhadap pH kompos, kadar C-organik kompos, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar N-total dan C/N rasio kompos, dimana N-total tertinggi dan C/N rasio terendah pada MOL bonggol pisang dan buah tomat. Faktor tunggal macam bahan lokal kompos berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter kualitas kompos (pH, C-organik, N-total dan C/N rasio), dimana bahan kompos paling berkualitas adalah daun gamal dengan nilai pH 8,36; C-organik 31,88%; Ntotal tertinggi 1,77% dan C/N rasio terendah yaitu 18,31. Kata Kunci : Kompos, Bahan Baku Lokal, Mikroorganisme Lokal
101
yang berbahan dasar dari berbagai sumber
PENDAHULUAN Kabupaten
Sumbawa merupakan
daya
yang
tersedia.
Larutan
MOL
daerah pertanian yang banyak ditumbuhi
mengandung unsur hara mikro dan makro
oleh berbagai jenis tanaman yang kaya
dan juga mengandung bakteri yang
akan unsur hara. Melimpahnya bahan
berpotensi
tanaman tersebut terutama daunnya dapat
organik, perangsang pertumbuhan, dan
digunakan
sebagai
untuk
membuat
kompos.
sebagai
agen
perombak
pengendali
bahan
hama
dan
Kompos memiliki peranan sangat penting
penyakit tanaman, sehingga MOL dapat
bagi tanah karena dapat mempertahankan
digunakan baik sebagai dekomposer,
dan
tanah
pupuk hayati, dan sebagai pestisida
melalui perbaikan sifat kimia, fisika dan
organik terutama sebagai fungisida. (Tim
biologinya (Djuarnani, dkk.,2005).
PKM Sekolah Hayati, 2010). MOL ini
meningkatkan
kesuburan
sumber
secara aktif dapat menurunkan rasio C/N
bahan organik namun sisa tanaman agak
kompos dan memperkayanya dengan
lama
bakteri
Walaupun
di
merupakan
dekomposisi.
Bioaktivator
(dekomposan) perombak bahan organik
penambat
nitrogen
seperti
azotobacter. (Setyorini, dkk.2006).
dapat mempercepat proses pengomposan
Mikroorganisme perombak bahan
dan perombak bahan organik. Salah satu
organik merupakan aktivator biologis
dekomposer yang dapat dimanfaatkan
yang tumbuh alami atau sengaja diberikan
adalah Mikro Organisme Lokal (MOL).
untuk mempercepat pengomposan dan
MOL
dengan
meningkatkan
menggunakan beberapa substrat seperti
memanfaatkan
air cucian beras, ekstrak kentang, ekstrak
tanah. Jumlah dan jenis mikroorganisme
kedebong pisang, ekstrak buah Maja,
menentukan
ekstrak keong mas, substarat tersebut
dekomposisi atau pengomposan. Proses
berfungsi
dekomposisi bahan organik dialam tidak
dapat
sebagai
diperbanyak
menyediakan media
untuk
energi
dan
perkembangan
dilakukan
mikroorganisme
perombak
bahan
monokultur
organik.
ini
jarang
konsursia
penelitian
Selama yang
masih
menguji
efektifitas
substrat tersebut. (Saraswati, dkk,. 2006). Larutan MOL (Mikro Organisme
jenis
mutu
kompos
seperti
kandungan
Nitrogen
keberhasilan
oleh
satu
tetapi
proses
mikroorganisme dilakukan
mikroorganisme.
mikroorganisme
oleh
Beberapa
yang
dapat
merombak bahan organik adalah bakteri dan fungi. (Saraswati, dkk,. 2006).
Lokal) adalah larutan hasil fermentasi 102
penelitian ini adalah Rancangan Acak
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang
Lengkap (RAL) dengan 2 faktor sebagai
diajukan pada penelitian ini adalah :
berikut :
Bagaimanakah
- Faktor Macam Bahan Baku Lokal
baku
pengaruh macam bahan
kompos dan jenis substrat MOL
Kompos 4 aras :
serta kombinasinya terhadap kualitas
B1 (Rumput rumputan ilalang)
kompos ?
B2 (Daun Tanaman Gamal)
Tujuan Penelitian
B3 (Seresah Tanaman Jagung)
Berdasarkan
rumusan
masalah,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
B4 (Jerami Padi) Faktor MOL (M) terdiri dari 2 aras :
mengetahui pengaruh macam bahan baku
M1 (Campuran Air Cucian Beras, dan
kompos dan
Buah Maja)
jenis substrat MOL serta
kombinasinya terhadap kualitas kompos.
M2 (Campuran Bonggol Pisang, dan Buah Tomat)
METODE PENELITIAN
Dari
Tempat dan Waktu Penelitian
dua
faktor
tersebut
dikombinasikan sehingga diperoleh 8
Penelitian ini dilaksanakan pada
(delapan) kombinasi. Setiap perlakuan
bulan Mei sampai dengan Juli 2015.
diulang 3 kali sehingga diperoleh 24 (dua
Proses pengomposan dilakukan di rumah
puluh empat) plot percobaan.
percobaan di Kelurahan Brang Bara Kecamatan
Sumbawa
Kabupaten
Data
hasil
menggunakan
penelitian analisis
dianalisis keragaman
Sumbawa dasn analisis mutu kompos
(Anova). Apabila antar perlakuan berbeda
dilaksanakan di Laboratorium Umum
nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut
Fakultas Pertanian Universitas Samawa
menggunakan Uji Beda Nyata Jujur pada
Sumbawa Besar dan Laboratorium Ilmu
taraf 5 %. Tabel Anova disajikan pada
Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Tabel 1 (Kusriningrum, 2008).
Mataram.
Perlaksanaan Penelitian
Rancangan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental
melakukan
berasal dari potensi lokal, pembuatan
percobaan di rumah percobaan dan
MOL, pembuatan kompos dan analisis
analisis mutu kompos di laboratorium.
laboratorium.
Rancangan
dengan
kegiatan penyiapan bahan kompos yang
yang
digunakan
dalam
103
1. Penyiapan
Bahan
Baku
Kompos;
Bahan baku pembuatan kompos adalah
2. C-Organik pengukuran menggunakan metode Walkey and Black.
bahan baku yang banyak terdapat di
3. Penambahan/Pengurangan kadar N-
Kabupaten Sumbawa yaitu rumput
total; dihitung dengan mencari selisih
ilalang, daun tanaman gamal, jerami
antara kadar N-total kompos dengan
padi dan seresah tanaman jagung yang
kadar N-total bahan dasar pembuatan
diambil dilokasi sentra yang banyak
kompos.
menghasilkan bahan baku tersebut.
4. Penambahan/Pengurangan kadar C-
Untuk bahan baku rumput ilalang dan
organik; dihitung dengan mencari
daun gamal diambil langsung dari
selisih
antara
tanaman
kompos
dengan
dalam
bentuk
segar,
selanjutnya tanaman segar tersebut dikeringkan sampai beratnya konstant. 2. Pembuatan MOL; MOL yang dibuat
kadar kadar
C-organik C-organik
bahan dasar pembuatan kompos. 5. pH
kompos
menggunakan
metode
pH pH
H2O
adalah (1) MOL campuran buah maja
dengan
dan air cucian beras, dan (2) MOL
Penngukuran dan analisis pH kompos
campuran Bonggol Pisang dan Buah
dilakukan untuk mengetahui pengaruh
Tomat.
MOL terhadap perubahan jumlah nilai
2. Pembuatan Kompos
menggunakan
pengukuran
meter.
pH kompos.
3. Analisis Laboratorium; Kompos yang
6. C/N rasio, perhitungan dilaksanakan
telah matang selanjutnya dianalisis
dengan menghitung N Total dengan
kadar N-Total, C-Organik, pH dan
C-Organik kompos, kemudian dibuat
C/N rasionya. Analisis dilakukan di
rasionya.
Laboratorium
Umum
Fakultas
Pertanian Universitas Mataram dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laboratorium
Kemasaman (pH) Kompos
Umum
Fakultas
Pertanian Universitas Samawa. Parameter Penelitian Adapun parameter penelitian adalah sebagai berikut :
Rerata kemasaman (pH) tanah pada kombinasi faktor jenis MOL dan macam bahan baku lokal kompos disajikan pada tabel 1.
1. N-Total; pengukuran menggunakan metode Kjeldjal dengan tiga tahap yaitu destruksi, destrilisasi dan titrasi. 104
Tabel 1. Rerata Kemasaman (pH) tanah pada Kombinasi Jenis MOL dan Macam Bahan Lokal Kompos Kombinasi Kemasaman (pH) tanah Perlakuan M1B1 7.14 M1B2 8.44 M1B3 7.16 M1B4 7.04 M2B1 7.38 M2B2 8.27 M2B3 6.86 M2B4 7.62 Sumber : Data primer diolah 2015
MOL dan macam bahan lokal kompos disajikan pada tabel 2 dan tabel 3. Tabel 2. Rerata Kemasaman (pH) tanah pada Perlakuan Jenis MOL Faktor Jenis Kemasaman (pH) MOL tanah M1 7.45 M2 7.53 Sumber : Data primer diolah (2015) Dari data tabel 2 diperoleh secara statistik
bahwa
pada
parameter
kemasaman (pH) pada uji lanjut Dari data Tabel 1 diperoleh secara statistik
bahwa
pada
parameter
kemasaman (pH) kompos kombinasi jenis MOL dan macam bahan lokal kompos semua perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata.
kompos berada pada kisaran antara 6.868.45.
Hal
ini
menunjukkan
hasil
pengomposan bereaksi netral sampai basa (alkalis).
Menurut Setyorini dkk (2006)
hasil kompos terbaik mempunyai pH mendekati netral atau sedikit kearah allkali. Pada suasana netral sampai basa (alkali) mikro organisme yang aktif pada proses pengomposan yang terdapat pada kedua
MOL
adalah
jenis
bakteri.
Setyorini, dkk (2006) menjelaskan bakteri lebih
MOL semua perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bahan pembuat MOL tidak mampu mengubah pH kompos secara nyata dan cenderung rerata nilai pH yang diakibatkan
Hasil penelitian menunjukkan pH
menyukai
pengomposan
pada
suasana netral dan agak basa. Data rerata kemasaman (pH) tanah untuk masing –masing
perlakuan jenis
jenis
MOL tersebut sangat tipis
sekali. Tabel 3. Rerata Kemasaman (pH) tanah pada Perlakuan Macam Bahan Lokal Kompos Faktor Macam Kemasaman (pH) Bahan Lokal tanah Kompos M1 7.26 a M2 8.36 b M3 7.01 a M4 7.33 a Sumber : Data primer diolah (2015) Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata Dari data tabel 3 diperoleh secara statistik
bahwa
pada
parameter
kemasaman (pH) untuk masing-masing macam bahan lokal kompos pada semua perlakuan menunjukkan berbeda nyata, 105
dimana bahan kompos dari daun gamal
bahan lokal kompos semua perlakuan
(B2) memiliki nilai pH tertinggi yaitu
menunjukkan tidak berbeda nyata (tidak
8.36. Kompos daun
berinteraksi).
jagung memiliki
nilai pH terendah dibanding jenis lainnya dengan nilai 7,01.
Pemberian berbagai substrat MOL tidak berpengaruh terhadap jumlah C-
Tingkat kemasaman (pH) yang
Organik
dalam
kompos.
Hal
cukup tinggi dari kompos daun yang
disebabkan
berasal dari tanaman legume (gamal)
mempunyai C-Organik sesuai dengan
merupakan keuntungan sehingga cocok
sifat
digunakan pada daerah dengan pH tanah
karbohidrat maka daun tanaman tersebut
rendah
semakin banyak mengandung C-Organik.
(masam)
meningkatkan
pH
sehingga tanah
mampu (Setyorini,
dkk.,(2006).
masing-masing
ini
genetiknya.
Semakin
banyak
(Hanafi, 2011). Data rerata kompos
Persentase C-Organik Kompos
bahan
porsentase C-organik
untuk
masing
–masing
Rerata persentase C-organik pada
perlakuan jenis MOL dan macam bahan
kombinasi faktor jenis MOL dan macam
lokal kompos disajikan pada tabel 5 dan
bahan lokal kompos disajikan pada tabel
tabel 6.
4.
Tabel 5. Rerata Persentase C-Organik pada Perlakuan Jenis MOL Faktor Jenis C-Organik Kompos MOL (%) M1 31.98 M2 31.19 Sumber : Data primer diolah (2015)
Tabel 5. Rerata Persentase C-Organik pada Kombinasi Jenis MOL dan Macam Bahan Lokal Kompos Kombinasi C-Organik Perlakuan Kompos (%) M1B1 33.44 M1B2 32.07 M1B3 33.63 M1B4 28.77 M2B1 32.54 M2B2 31.68 M2B3 32.00 M2B4 28.53 Sumber : Data primer diolah 2015 Dari data tabel 4 diperoleh secara statistik bahwa pada parameter porsentase C-Organik
pada
kombinasi
untuk
masing-masing jenis MOL dan macam
Dari data tabel 5 diperoleh secara statistik bahwa parameter persentase COrganik pada masing-masing jenis MOL menunjukkan tidak berbeda nyata. Tabel 6. Rerata C-Organik pada Perlakuan Macam Bahan Lokal Kompos Faktor Macam C-Organik Kompos Bahan (%) Kompos B1 32.99 b B2 31.88 b B3 32.82 b B4 28.65 a 106
Sumber : Data primer diolah (2015) Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata. Dari data pada tabel 6 diperoleh secara statistik
bahwa presentase C-
Organik pada masing-masing macam bahan lokal kompos semua perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Kadar Corganik tertinggi adalah pada perlakuan B1 (rumput rumputan) dengan rerata 32,99%, sedangkan yang terendah adalah perlakuan
B4 (jerami) dengan rerata
28.65%. Kandungan C-organik yang berbeda nyata menunjukkan bahwa kandungan senyawa C kompleks (jenis karbohidrat polisakarida)
pada
rerumputan
lebih
tinggi dinadingkan dengan bahan lainnya. Disamping itu rerumputan juga cukup sulit
dirombat
oleh
mikroorganisme
dibandingkan bahan lainnya karena ikatan C kompleks nya lebih kuat. Menurut Dwidjosepoetro merupakan
(1982)
karbohidrat
senyawa
kompleks
merupakan ikatan karbon dan hidrat dan setiap ikatan mengandung 2 sampai 10 zat karbon baik dari jenis monosakarida, disakarida maupun polisakarida, Ikatan karbon
yang
banyak
menunjukkan
banyaknya karbon pada kompos daun tersebut. Persentase N-Total Kompos
macam bahan lokal kompos
disajikan
pada tabel 7. Tabel 7. Rerata Persentase N-Total Kompos pada Kombinasi Jenis MOL dan Macam Bahan Lokal Kompos Beserta Notasi Kombinasi Persentase N-Total Perlakuan Kompos M1B1 1.24 M1B2 1.65 M1B3 1.14 M1B4 1.09 M2B1 1.13 M2B2 1.89 M2B3 1.46 M2B4 1.27 Sumber : Data primer diolah 2015 Dari data pada tabel 7 diperoleh secara statistik bahwa presentase N-Total kompos pada kombinasi masing-masing jenis substrat MOL dan macam bahan lokal kompos menunjukkan tidak berbeda nyata. Data rerata N-total kompos untuk masing –masing
perlakuan jenis MOL
dan Daun Tanaman
Legume disajikan
pada tabel 8 dan tabel 9. Tabel 8. Rerata Persentase N-Total Kompos pada Perlakuan Jenis MOL Faktor Jenis N-Total Kompos MOL (%) M1 1.28 a M2 1.44 b Sumber : Data primer diolah (2015) Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata Dari data pada tabel 8 diperoleh
Rerata persentase N-total kompos
secara statistik bahwa presentase N-Total
pada kombinasi faktor jenis MOL dan
kompos pada masing-masing jenis MOL 107
menunjukkan berbeda nyata, dimana
yang
perlakuan M2 (MOL bonggol pisang)
kandungan N nya lebih tinggi.
dengan jumlah N-total tertinggi. Hal ini
mengandung
Menurut
protein
Hanafi,
sehingga
(2011)
daun
diduga substrat MOL bonggol pisang
gamal memiliki kandungan unsur hara
membawa
mikroorganisme
yang
nitrogen 2,4-3,7 %, sedangkan menurut
mempunyai
kemampuan
merombak
Setyorini, dkk (2006) jenis tanaman
macam bahan lokal kompos lebih baik
legumee seperti
sehingga
kandungan
C-organik
dalam
jaringan
N
gamal mempunyai lebih
banyak
jika
tanaman lebih cepat berkurang yang pada
dibandingkan dengan jenis tanaman lain
akhirnya meningkatkan jumlah N-total
seperti tanaman penutup tanah.
kompos. Proses pengomposan yang baik
C/N Rasio
akan mengurangi jumlah C-organik hasil
Rerata C/N rasio kompos pada
pengomposan dan menambah jumlah N
kombinasi faktor jenis MOL dan Macam
hasil pengomposan.
bahan lokal kompos disajikan pada tabel
Tabel 9. Rerata Persentase N-Total pada Perlakuan Macam Bahan Lokal Kompos Faktor Macam N-Total Kompos Bahan Lokal (%) Kompos B1 1.19 a B2 1.77 b B3 1.30 a B4 1.18 a Sumber : Data primer diolah (2015) Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
10.
Dari data pada tabel 9 diperoleh secara statistik bahwa presentase N-Total kompos pada masing-masing macam bahan
lokal
kompos
pada
semua
perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Perlakuan B2 (daun gamal) mempunyai kandungan
N-total
lebih
banyak
dibandingkan dengan bahan kompos yang lain. Hal ini disebabkan daun gamal
Tabel 10. Rerata C/N Rasio Kompos pada Kombinasi Jenis MOL dan Macam Bahan Lokal Kompos Kombinasi C/N Rasio Perlakuan M1B1 27.06 M1B2 19.77 M1B3 29.89 M1B4 26.29 M2B1 28.80 M2B2 16.86 M2B3 22.50 M2B4 22.68 Sumber : Data primer diolah 2015 Dari data pada tabel 10 diperoleh secara statistik bahwa C/N rasio kompos pada kombinasi masing-masing jenis MOL dan macam bahan lokal kompos pada semua perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata.
Hasil ini menunjukkan
bahwa pengomposan yang dilakukan
merupakan salah satu tanaman legum 108
terhadap beberapa macam macam bahan
kandungan C nya tinggi. Hal ini juga
lokal
menggunakan
disebabkan air cucian beras dan buah
substrat MOL yang berbeda tidak mampu
maja merupakan sumber karbohidrat
memberikan perbedaan yang nyata antar
karena
perlakuan dalam merubah C/N rasio.
Rendahnya C/N rasio pada M2 (Bonggol
kompos
dengan
Data rerata C/N rasio dengan notasi
banyak
pisang
+
buah
mengandung
tomat)
pati.
disebabkan
hasil uji lanjut untuk masing –masing
kandungan
perlakuan jenis MOL dan pupuk hijau
dibanding dengan M1.
disajikan pada tabel 11 dan tabel 12.
Tabel 12. C/N Rasio Kompos pada Perlakuan Macam Bahan Lokal Kompos Faktor Macam Bahan Lokal C/N Kompos Kompos B1 27.93 c B2 18.31 a B3 26.19 b B4 24.19 b Sumber : Data primer diolah (2015) Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
Tabel 11. Rerata C/N Rasio Kompos pada Perlakuan Jenis MOL Faktor Jenis C/N Rasio Kompos MOL M1 25.75 b M2 22.71 a Sumber : Data primer diolah (2015) Ket. Huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata Dari data pada tabel 11 diperoleh
proteinnya
lebih
tinggi
secara statistik bahwa C/N Rasio kompos pada masing-masing jenis MOL pada semua perlakuan menunjukkan berbeda nyata, dimana M1 mempunyai nilai C/N rasio lebih besar dan
berbeda nyata
rasio
pada
faktor
M1
merupakan MOL M1 (air cucian beras + buah maja) dibandingkan dengan faktor M2 (bonggol pisang + buah tomat) diduga
disebabkan
kandungan
karbohidrat pada faktor M1 lebih banyak dibanding dengan M2 sehingga C/N rasionya
menjadi
lebih
banyak.
Karbohidrat merupakan polimer dengan ikatan
C
secara statistik bahwa C/N rasio kompos pada masing-masing macam bahan lokal kompos
antar perlakuan menunjukkan
berbeda nyata, dimana C/N rasio tertinggi
dengan M2. C/N
Dari data pada Tabel 12 diperoleh
yang
kompleks
sehingga
adalah pada B1 (rumput-rumputan) dan terendah adalah pada perlakuan B2 (daun tanaman gamal) Tingginya C/N rasio pada kompos rerumputan tidak lepas dari tingginya kandungan C-organik rerumputan dan rendahnya kadar N-total akibat dari rendahnya kadar protein pada tanaman rerumputan.
Tingginya
C/N
rasio
rerumputan juga didukung oleh proses dekomposisi
rerumputan
lebih
lama
109
dibandingkan dengan perlakuan B2 (daun
rendah dari standar tersebut. Hal ini
gamal) karena ikatan kompleks dari
menunjukkan bahan tanam jenis legume
karbohidrat pada rerumputan yang lebih
baik
sulit didekomposisi.
dikomposkan. Nilai C/N rasio yang
C/N rasio yang lebih rendah pada
untuk
rendah
pupuk
tersebut
organik
juga
yang
menunjukkan
daun gamal menunjukkan bahwa secara
kompos tersebut telah terdekomposisi.
genetik daun gamal merupakan tanaman
Menurut Setyorini, dkk, (2006) kompos
legume yang mempunyai kandungan N
telah matang jika nilai C/N rasio lebih
cukup banyak dan mempunyai teksturr
rendah dari bahan dasarnya.. Yang (1996)
lebih lunak dibandingkan dengan bahan
dalam Setyorini, dkk, (2006) menjelaskan
kompos lainnya. Selain itu
proses
bahwa indikator kematangan kompos
pengomposan
daun
terjadi
adalah jika C/N rasio kurang dari 20.
dekomposisi
yang
dibandingkan
dengan
gamal cukup bahan
baik kompos
lainnya. Penyebab dari hal tersebut adalah MOL yang dihasilkan oleh substrat mampu merombak daun gamal
lebih
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai
cepat sehingga terjadi oksidasi yang akan
berikut :
melepaskan
CO2
1. Kombinasi jenis MOL dan macam
mengakibatkan kadar C dalam kompos
bahan lokal kompos tidak berinteraksi
menjadi berkurang. Menurut Saraswati,
nyata terhadap parameter kualitas
dkk.,
CO2.
(2006)
Pelepasan
proses
pengomposan senyawa
oksidasi
pada
kompos seperti pH, C-organik, N-
organik
akan
total dan C/N rasio.
melepaskan CO2 dan senyawa lain
2. Faktor tunggal jenis MOL tidak
sehingga akan mengurangi jumlah C
berpengaruh
nyata
terhadap
pH
dalam kompos.
kompos, kadar C-organik kompos, pupuk
tetapi berpengaruh nyata terhadap
organik yang dikeluarkan oleh Food and
kadar N-total dan C/N rasio kompos,
Fertilizer
Centre/FFTC,
dimana N-total tertinggi dan C/N
(1997) C/N rasio yang dipersyaratkan
rasio terendah pada MOL bonggol
minimal pupuk organik adalah kurang
pisang dan buah tomat.
Berdasarkan
baku
Technology
mutu
dari 20. Berdasarkan hal tersebut maka
3. Faktor tunggal macam bahan lokal
nilai C/N rasio daun gamal (B2) lebih
kompos berpengaruh nyata terhadap
110
seluruh parameter kualitas kompos (pH, C-organik, N-total dan C/N rasio), dimana bahan kompos paling berkualitas adalah daun gamal dengan nilai pH 8,36; C-organik 31,88%; Ntotal tertinggi 1,77% dan C/N rasio terendah yaitu 18,31. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disarankan : untuk dapat melakukan kajian lebih mendalam tentang bakteri yang terdapat dalam MOL dan berperan dalam mengomposan bahan baku lokal serta melakukan identifikasi sumberdaya bahan lokal untuk bahan
Kusriningrum R.S, 2008. Perancangan Percobaan. Untuk Bidang Penelitian Biologi, Pertaanian, Peternakan, Perikanan, Kedokteran dan Farmasi. Airlangga University Press. Surabaya. Garcia, C., Hernandez T., Costa F and Ceccanti B., 1994. Biocemicals Parameters in Soils Regenerated by the Addition of Organic Wastes. Wastes Management and Res. Gaur, A.C., 1980. Rapid Composting in Compost Technology. Project Field Document No. 13. Food and Agriculture Organization of The United States. Hanafi,
pengomposan untuk mengetahui potensi pengembangan kompos sebagai pupuk organik.
DAFTAR PUSTAKA Alaexander, 1977. Introduction to Soil Microbiology. New York, Jhon Wiley and Sons Dwidjosepoetro, D., 1982. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Djuarnani, N., Kristian, dan Setiawan B.S., 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Cetakan II.Agromedia Pustaka. Jakarta. FAO, 1987. Principles of Composting in Soil Management. Compost Productions and use in Tropicals and Sub-Tropical Environment. FAO Soil Bulletin 56.
2011. Macam-Macam Bahan yang Digunakan sebagai Pupuk Hijau. Diakses dari internet pada tanggal 15 Oktober 2011.
Hakim N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Hugroho, M. A. Diha, Go Ban Hong, dan H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas lampung. Lampung. 488h. Rao, , N.S.S., 2007. Mikro Organisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi II. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Rustian, 2010. Pupuk Organik Tantangan dan Peluang. Buletin Berkala Pupuk No. 3, Juli – September 2010. Asosiasi Produsen Pupuk. Jakarta. Salim,
T., dan Sriharti., 2008. Pemanfaatan Ampas Daun Nilam Sebagai Kompos. Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008. Balai Besar Pengembangan
111
Teknologi Jakarta.
Tepat
Guna
LIPI.
Saraswati. R., Santoso, E., dan Yuniarti, E., 2006. Organisme Perombak Bahan Organik. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Seni, I.A.Y., Atmaja, I.W.D., 2013. Analisis Kualitas Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) Berbasis Daun Gamal (Gliricidea Sepium). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. ISSN : 2301-6515. Vol. 2, No. 2, 2 April 2013. Denpasar Bali. Setyorini D., Saraswati R., dan Anwar, E.K., 2006. Kompos. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Tan, K.H., 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker Inc. New York. Tim PKM Sekolah Hayati. 2010. MOL (Mikro Organisme Lokal). (Online, http//www/Google.com). di akses tanggal 8 Maret 2011.
112