KRISTENISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT MUSLIM (Studi Analisis di Kecamatan Sidoharjo Sragen)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama
Oleh: Bahaudin Al-Hadiq 4102141
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
KRISTENISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT MUSLIM (Study Analisis Di Kecamatan Sidoharjo Sragen)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama (PA)
Oleh : Bahaudin Al Hadiq Nim: 4102141
Semarang, 15 Januari 2007 Disetujui oleh: Pembimbing I
Drs. Moch. Parmudi Msi. Nip 150 299 644
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa dengan taufiq dan hidayahnya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
”Kristenisasi dan Pengaruhnya Terhadap
Masyarakat Muslim (Studi Analisis di Kecamatan Sidoharjo, Sragen) ” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.I) Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisonga Semarang. Penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Abdul Jamil, MA. Selaku rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. H. Muhayya, MA. Selaku dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 3. Drs. Moch. Parmudi, Msi. Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas kepada penulis selama belajar di fakultas ushuluddin IAIN walisongo semarang. 5. Segenap karyawan dan karyawati di lingkungan fakultas ushuluddin IAIN walisongo semarang. 6. Bapak dan Ibu selaku pimpinan perpustakaan Institut, Fakultas, TPM, dan wilayah yang telah memberikan izin dan layanan kepustakaan yang di perlukan dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibuku yang senantiasa memberikan segala yang penulis butuhkan selama ini dan terima kasih atas seluruh kasih sayang dan pengorbanannya 8. Pihak Gereja yang ada di lingkungan kecamatan Sidoharjo, Sragen yang telah ikut membantu lancarnya penelitian penulis.
9. Dan semua pihak yang tak bisa penulis sebut satu-persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini sesuai dengan kemampuan mereka.
Do’aku untuk mereka ”semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan pada diriku”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik, saran maupun masukan sangat penulis harapkan. Meskipun dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin.
Semarang, 10 Januari 2008 Penulis
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam refrensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 10 Januari 2008 Deklarator
Bahaudin Al Hadiq
ABSTRAKSI Setiap agama pasti mempunyai misi untuk menyebarkan agamanya masing-masing, dalam agama Islam penyebaran agamanya disebut dakwah atau Islamisasi sedangkan dalam agama Kristen disebut dengan Kristenisasi atau misionaris. Kristenisasi merupakan tindakan atau prilaku atau upaya-upaya yang dilakukan pribadi atau kelompok dalam situasi sosial keagamaan yang mana perbuatan atau tindakan tersebut mempunyai tujuan untuk mengadakan perubahan atau bisa juga diartikan sebagai aspek prilaku manusia yang dapat diperhitungkan dari sudut keagamaan. Kecamatan Sidoharjo adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah yang mempunayi keberagaman agama. Setiap agama pasti mempuyai kegiatan (aksi) tersendiri. Di Kristen Katolik dalam rangka Kristenisasi, aksi ini juga dapat dijadikan pendorong bagi umat muslim untuk dapat mengadakan aksi sosial seperti yang dilakukan gereja. Dengan adanya aksi tersebut di samping untuk penyebaran agama juga diharapkan agar kehidupan beragama dapat berjalan secara harmonis, akan tumbuh perasaan saling menghargai orang yang tidak seiman dan jauh dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana upayaupaya atau metode yang di gunakan misionaris atau pihak gereja dalam penyebaran agamanya dan bagaimana respon masyarakat muslim dengan adanya Kristenisasi serta bagaimana dampak Kristenisasi terhadap masyarakat muslim. Metode dalam pembahasan skripsi ini adalah metode kualitatif, yaitu dengan metode pengumpulan data: observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari tokoh gereja yang ada di kecamatan Sidoharjo untuk mengetahui pelaksanaan aksi tersebut, serta dari para tokoh muslim, masyarakat desa, aparat pemerintahan untuk mendapatkan respon masyarakat muslim. Sedangkan metode deskriptif menggunakan metode analisis data yaitu untuk menguraikan penelitian dan menggambarkan secara lengkap hasil dari penelitian tersebut. Hasil dari penelitian ini mendapatkan gambaran bahwa kristenisasi yang ada di kecamatan Sidoharjo dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan aksi-aksi yang bersifat rutin dan melalui bantuan yang bersifat insidental. Sedangkan respon masyarakat muslim terhadap adanya kristenisasi, rata- rata berpendapat bahwa upaya-upaya kristenisasi yang di lakukan terbilang bagus karena dengan adanya aksi tersebut bisa menambah hubungan yang baik antar penduduk meskipun berbeda agama, tetapi juga ada sebagian masyarakat yang merasa risih karena dengan adanya aksi tersebut akan mengurangi keyakinan umat muslim.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN ABSTRAKSI .............................................................................
iii
HALAMAN DEKLARASI .............................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
BAB I
: PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ..............................................
1
B.
Pokok Masalah ............................................................
6
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................
7
D.
Tinjauan Pustaka .........................................................
7
E.
Metode Penelitian .......................................................
10
F.
Sistematika Penulisan .................................................
12
BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG KRISTENISASI A.
Gambaran Umum tentang Kristen dan Kristenisasi di Indonesia ................................................................................ 13
B.
Sejarah Perkembangan Kristen dan Kristenisasi di Indonesia ................................................................................
20
C.
Misi dan Srategi Kristenisasi ...................................
26
D.
Bentuk-bentuk Kristenisasi di Indonesia .................
30
BAB III : GAMBARAN GEOGRAFIS DAN KRISTENISASI DI SIDOHARJO
A. Kondisi Kecamatan Sidoharjo .................................................
35
1. Kondisi Geografis .............................................................
35
2. Kondisi Demografis ..........................................................
36
3. Kondisi Ekonomi ..............................................................
37
4. Kondisi Sosial Agama .......................................................
38
B. Sejarah dan Perkembangan Kristenisasi di Sidoharjo Sragen
39
1.
Sebelum Kemerdekaan ................................................
39
2.
Setelah Kemerdekaan .................................................
40
C. Bentuk- bentuk Kristenisasi Sidoharjo, Sragen .....................
42
BAB IV : PENGARUH KRISTENISASI TERHADAP MASYARAKAT MUSLIM DI KEC, SIDOHARJO, SRAGEN A.
Respon Masyarakat Muslim terhadap Kristenisasi .....
46
1.
Respon Positif ....................................................
46
2.
Respon Negatif ...................................................
52
B.
Dampak Kristenisasi terhadap Masyarakat Muslim di Kecamatan Sidoharjo, Sragen .................................................
54
1. Dampak Positif .................................................................
54
2. Dampak Negatif ...............................................................
55
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................
56
B. Saran-saran ...................................................
57
C. Penutup .........................................................
58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Lampiran 1
INSTRUMEN INTERVIEW KEPADA TOKOH MUSLIM KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN (Drs. M. Ali Mustofa ZA. Msi)
1. Menurut anda apa yang di ketahui tentang Kristenisasi? 2. Apakah anda mengetahui adanya Kristenisasi di Kecamatan Sidoharjo Sragen? 3. Bagaimana bentuk-bentuk Kristenisasi di Kecamatan Sidoharjo Sragen? 4. Bagaimana pendapat dan pandangan anda tentang Kristenisasi?
INSTRUMEN INTERVIUW KEPADA TOKOH KRISTEN DI KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN (Pendeta Suhanto BA) 1. Bagaimana pandangan dan pendapat bapak tentang Kristenisasi? 2. Bagaimana gambaran Kristenisasi yang mereka lakukan? 3. Sebenarnya Kristenisasi adalah sebuah realitas atau fenomena? 4. Bagaimana peta Kristenisasi di Sidoharjo Sragen? 5. Bagaimana gambaran umum mengenai gerakan gereja lima tahun terakhir? 6. Bagaimana peluang missionaris dalam menghadapi umat muslim? 7. Adakah ancaman yang dihadapi dalam proses Kristenisasi?
Instrumen Wawancara
A. Tokoh Kristen 9 Bagaimana kondisi gereja di Sidoharjo Sragen? 9 Kegiatan / aksi sosial apa yang dilakukannya? 9 Bagaimana cara menyebarkan agamanya? 9 Apa tujuan dan manfaatnya? 9 Selama ini apa kegiatan Kristenisasi berjalan sesuai dengan yang direncanakan? 9 Bagaimana tanggapan atau respon masyarakat muslim dengan adanya aksi tersebut? B. Tokoh Muslim 9 Menurut anda apa itu Kristenisasi? 9 Bagaimana pandangan dan pendapat anda tentang Kristenisasi? 9 Sebenarnya Kristenisasi adalah sebuah realitas atau fenomena? 9 Bagaimana gambaran Kristenisasi yang mereka lakukan? 9 Bagaimana peta Kristenisasi di Sidoharjo? 9 Aksi apa saja yang dilakukan umat kristen? C. Tokoh Masyarakat 9 Apakah anda mengetahui tentang Kristenisasi? 9 Bagaimana pendapat anda dengan adanya Kristenisasi? D. Perangkat 9 Bagaimana kondisi Kecamatan Sidoharjo? a) Kondisi geografis b) Kondisi demgrafis c) Kondisi ekonomi d) Kondisi sosial keagamaan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI 1. Nama
: Bahaudin Al Hadiq
2. Tempat/tgl. Lahir
: Kebumen, 15 Januari 1983
3. Agama
: Islam
4. Jenis Kelamin
: Laki-laki
5. Status
: Belum menikah
6. Alamat Asal
: Desa Jemur Rt 02 Rw 03 Pejagoan Kebumen
7. Alamat Sekarang
: Jl. Wismasari XIII Rt 5 Rw 8 Ngaliyan Semarang
B. JENJANG PENDIDIKAN 1. MI jemur Kec. Pejagoan Kab. kebumen Tahun 1989 – 1995. 2. MTs N II Kec. Kebumen Kab. Kebumen Tahun 1995 – 1998. 3. MAN I Kec. Kebumen Kab. Kebumen Tahun 1998 – 2001. 4. IAIN Walisongo Semarang Tahun 2002 – 2008
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita temukan bermacam agama. Setiap agama pada hakekatnya merupakan tanggapan manusia terhadap wahyu Tuhan atau sesuatu yang dianggap sebagai realitas mutlak. Dengan agama, manusia dapat menyadari hakekat keberadaanya di dunia. Selain itu, agama menawarkan jalan menuju keselamatan dan menghindari penderitaan. Oleh karena itu, tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan: ia senantiasa mendorong manusia untuk berbuat kebajikan. Sejak dulu, pertemuan antar penganut berbagai agama telah terjadi. Dari perjumpaan itu telah dihasilkan banyak kerja sama, namun tak sedikit pula yang menyebabkan perselisihan, bahkan peperangan. Dari sudut keyakinan, perselisihan antar pemeluk agama biasanya terjadi akibat adanya klaim eksklusif atas wahyu keselamatan yang dimiliki. Pada awalnya klaim eksklusif merupakan penegasan akan identitas khas suatu kelompok agama yang berbeda dengan agama kelompok lain. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, suatu kelompok agama berusaha
menunjukkan, bahkan
memaksakan, klaim keselamatan eksklusif tersebut pada orang lain yang sebenarnya juga telah memiliki suatu klaim keselamatan eksklusif. Pertentangan eksklusif inilah yang merupakan salah satu sebab, disamping sebab-sebab yang lain, hingga timbulnya peperangan antar agama. Untuk mengurangi ketegangan akibat klaim keselamatan eksklusif diperlukan pembicaraan dan dialog. Memang, dialog bukan segala-galanya. Tetapi dengan dialog sedikit banyak dapat meningkatkan rasa saling memahami, dengan dialog berbagai macam agama eksklusif bisa dibicarakan, dan perbedaan dapat dilihat sebagai potensi untuk meningkatkan dan saling
1
2
tukar pengalaman beragama, perbedaan agama tidak lagi dipandang sebagai pemicu konflik tetapi justru sebagai landasan kerja sama.1 Tujuan dialog intra-agama adalah pemahaman. Bukan maksudnya untuk mengalahkan yang lain atau untuk mencapai kesepakatan penuh atau pada suatu agama yang universal. Cita-citanya adalah komunikasi untuk menjembatani jurang ketidaktahuan dan kesalahpahaman timbal balik antara budaya
yang
berbeda-beda,
membiarkan
mereka
berbicara
dan
mengungkapkan pandangan mereka dalam bahasa mereka sendiri. Sementara orang mungkin berharap mencapai persekutuan, tetapi ini sama sekali tidak berarti bahwa yang menjadi tujuan keseragaman bentuk atau reduksi dari kebermacam-ragaman manusia dalam agama, system, idiologi atau tradisi yang satu-satunya. Pluralitas berdiri antara pluralitas yang tidak saling berhubungan dan suatu kesatuan yang monolitik. Hal ini berarti bahwa kondisi manusia dalam realitasnya yang sekarang ini tidak boleh telantarkan, apalagi diremehkan demi keadaan yang ideal (?) dari kesatuan bentuk atau keseragaman manusia, sebaliknya hal ini membuat keadaan faktual kita sebagai yang riil dan menegaskan bahwa dalam pluralitas aktual dari eksistensi manusiawi, kita menemukan keberadaan kita yang sebenarnya. Berhadapan dengan arus pemikiran modern, bisa diibaratkan bahwa setiap agama harus selalu bergulat, baik dengan persoalan adaptasi maupun identitasnya. Pada satu sisi agama harus tetap menancap kokoh pada tradisi dan ‘tanah’ sejarahnya, namun pada sisi lain ia juga dituntut untuk mampu menjadi kekuatan yang handal dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang menghadang. Respon kreatif yang dalam Islam disebut ijtihad, kiranya perlu dihidupkan terus.2 Agama Islam berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an. Dalam keyakinan umat Islam, Muhammad SAW. Membawa misi sebagai rahmat bagi semesta alam, sehingga mereka selalu berupaya menyebarkan agama ini ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke Indonesia. Ada empat tema pokok, yang menjadi kategori utama pandangan Al-Qur’an tentang pluralisme 1
Ali Nur Zaman , Agama Untuk Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. V. Fatimah Usman, Wahdat al-Adyan Dialog Pluralisme Agama, (Yogyakarta: LKIS, 2002), hlm. 69. 2
3
agama; yakni (1) tidak adanya paksaan dalam beragama;(2) pengakuan atas eksistensi agama-agama; (3) kesatuan kenabian; dan (4) kesatuan pesan keTuhanan.3 Setiap agama membawa misi sebagai pembawa kedamaian dan keselarasan hidup bukan saja antar manusia, tetapi juga antar sesama mahluk Tuhan penghuni semesta ini. Di dalam terminologi Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, misi suci ini di sebut rahmat li al-‘alamin (rahmat bagi kedamaian semesta). Tidaklah kami mengutus (Muhammad) kecuali untuk memberi rahmat dan kedamaian bagi semesta’’ demikian dijelaskan dalam salah satu ayat Al-Qur’an 4. Setiap agama mempunyai agresivitas ajaran untuk disiarkan, namun, agresivitas ajaran agama tidak harus ditafsirkan secara monolitik dengan serta merta atau, bahkan, semena-mena menganggap umat agama lain keluar dari, “jalan yang lurus” kiranya, tentang agresivitas ajaran agama ini urgen untuk didiskusikan. Sebab, setiap agama meniscayakan pemeluknya untuk menyiarkan kebenaran dan keimanannya kepada orang lain yang, dalam prakteknya, sering melahirkan keretakan dan konflik antar umat agama. Bagaimana menyiarkan kebenaran keimanan tersebut dalam terminologi Islam, disebut ‘dakwah’ dan setiap pemeluk Islam memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan dakwah kapanpun dan dimanapun ia berada. Titahnya antara lain di tegaskan dalam Al-Qur’an surah an-nahl ayat 125.5
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
3
Ibid, hlm. 70. M quraish shihab dkk Atas Nama Agama, (Bandung: Pustaka Hidayah,1998), hlm.51. 5 Ibid, hlm. 134. 4
4
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl: 125) Dalam rentang waktu sekitar dua ribu tahun misi Kristen secara dinamis telah mengalami evolusi, pergeseran, dan perubahan yang tidak terlepas dari aneka faktor. Hasil interaksi dengan kebudayaan setempat, interpretasi inovatif terhadap gerakan reformis dalam tubuh gereja, kesemuanya memberi sumbangsih dalam memformulasikan garis misi Kristen. Pada masa formatif Kristen, misi atau ajakan (dakwah) Kristiani tidak melampaui batas suatu aktifitas sederhana yang dilakukan oleh kelompok tertentu. Mereka mengajak sesama untuk bergabung dalam keluarga besar pengikut Yesus . Betapapun ragamnya pengertian misi Kristen, puncaknya terekspresi pada abad ke-19 dan ke-20 dengan memfokuskan pada teks Mattew 28:18-20 yang berbunyi: “ pergilah dan ciptakan pengikut dari segala bangsa, lakukan pentahbisan (baptis) terhadap mereka atas nama bapak dan anak serta ruh kudus….”jelas, pengertian misi berarti tugas suci (holy burden) untuk mematuhi perintah Tuhan. Misi ini juga dikenal sebagai Great Commission (perintah agung) bagi setiap penganut Yesus untuk meng-kristen-kan siapapun, dimanapun dan kapanpun jika kesempatan memungkinkan. Tidak dapat disangkal bahwa Great Commission telah membuahkan hasil positif dan sekaligus menciptakan dampak negatif. Hasil positif tercermin dalam tersebarnya institusi pendidikan dan kesehatan atas nama Yesus. Namun, pada masa yang sama, benih konflik dan permusuhan juga tumbuh dalam tubuh agama lain yang menjadi sasaran Great Commission. Menyadari dampak negatif ini, beberapa tokoh Kristen melakukan refleksi mendalam tentang esensi misi yang sesuai tuntutan masa kini. Mereka berupaya untuk memperkenalkan suatu paradigma baru yang menawarkan teologi misi yang dapat mempertahankan aspek positif dan mengikis dampak negatif.
6
6
Ibid, hlm.140-145.
5
Teologi misi yang ditawarkan ini sama sekali tidak berarti bahwa komitmen keagamaan penganut Kristen memudar, tetapi justru menunjukkan bahwa semangat cinta kasih dan persaudaraan yang diajarkan Yesus akan tampak lebih nyata dan terasa. Menurut Paul Knitter, konversi (peng-Kristenan) bukanlah tujuan akhir gereja tetapi yang lebih penting adalah upaya untuk mengangkat derajat manusia agar lebih dekat kepada Tuhan, dan upaya ini harus dilakukan secara kolektif kooperatif oleh semua penganut agama. Kalau saja paradigma baru dalam pengertian misi Kristen ini dapat dimengerti dan dipahami oleh pemuka agama Kristen dunia, jelas warna hubungan Islam-Kristen akan mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Apa yang selama ini menjadi titik rawan yang utama dalam hubungan Kristen-Islam adalah keberatan umat Islam terhadap pengertian ”tugas suci” (yang berorientasi pada peng-kristen-an ) yang masih diyakini oleh mayoritas umat Kristen. Memang
benar,
perubahan
suatu
paradigma-khususnya
yang
menyangkut pengertian keagamaan-bukanlah hal yang mudah. Ia merupakan proses yang membutuhkan keberanian, pandangan jauh, dan teristimewa kejernihan pikiran akan semangat ajaran agama itu sendiri. Keberanian yang dimaksud adalah upaya untuk melakukan koreksi atas suatu kekeliruan yang telah mapan diterima, pandangan jauh dalam kejernihan membina suatu suasana keakraban dengan penganut agama lain; kejernihan pemahaman tidak lain adalah penekanan terhadap sasaran dan tujuan akhir dari ajaran yang dianut. Negara Indonesia yang terletak di Asia Tenggara ini, merupakan, sebuah negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia. Sekitar 200 juta Muslim hidup di negara ini. Artinya sekitar 90 persen dari total populasi negara ini adalah Muslim. Jumlah Muslim yang amat besar, yang berada di sebuah negara dengan hasil alam yang amat kaya, terutama gas dan minyak, menjadikan Indonesia sebagai sebuah target penting bagi para Misionaris.7 Akan tetapi masih menjadi ganjalan bagi kita terutama kaum muslim sendiri, 7
http;// www.irib.ir/world service/ Melayu RADIO/misionaris/19misionaris.htm
6
bahwa masyarakat yang mayoritas penduduknya Muslim hidupnya berada pada garis kemiskinan bahkan berada di bawah garis kemiskinan (baca; ekonomi) hal ini menjadi pemikiran para ilmuwan muslim untuk berupaya agar masyarakat Muslim meningkat dalam hal apa saja seperti pendidikan, teknologi, ekonomi dan lain-lain. Terutama ekonomi namun lagi-lagi bangsa kita (Muslim) tidak berdaya. Keadaan tersebut, dimanfaatkan oleh gerakan Misionaris (Kristenisasi) untuk memasuki wilayah Muslim yang notabenenya berada pada garis kemiskinan. Dengan strategi, metode, sistem yang diterapkan oleh para misionaris tersebut. Membawa hasil yang signifikan bahkan melebihi target dari misionaris itu sendiri. Dan akhirnya banyak masyarakat Muslim yang berbondong-bondong untuk menjadi murtad (masuk agama Kristen). Berpijak dari paparan di atas, di Kabupaten Sragen tepatnya di Kecamatan Sidoharjo ada beberapa pergerakan misionaris yang
telah
membawa hasil secara signifikan. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian di Kabupaten Sragen tepatnya di Kecamatan Sidoharjo, fokus penelitian ini ditekankan pada Kristenisasi dan pengaruhnya pada masyarakat muslim.
B. Pokok Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Upaya-upaya Kristenisasi yang dilakukan terhadap masyarakat Muslim di Kecamatan Sidoharjo, Sragen ? 2. Bagaimana metode yang digunakan dalam Kristenisasi terhadap masyarakat Muslim di Kecamatan Sidoharjo, Sragen ? 3. Apa pengaruh Kristenisasi terhadap masyarakat Muslim di Kecamatan Sidoharjo, Sragen ?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya-upaya Kristenisasi yang dilakukan terhadap masyarakat Muslim di Kecamatan Sidoharjo, Sragen ? b. Untuk mengetahui bagaimanakah metode yang digunakan dalam Kristenisasi terhadap masyarakat muslim di Kecamatan Sidoharjo, Sragen ? c. Untuk mengetahui pengaruh Kristenisasi terhadap masyarakat muslim di Kecamatan Sidoharjo, Sragen ? 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah memberikan deskripsi tentang Kristenisasi secara kronologis di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Jawa Tengah, dan mengetahui bagaimana upaya-upaya Misionaris dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim serta sekaligus sebagai sumbangan pemikiran terhadap keilmuan yang terkait dengan pluralitas keagamaan di Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan informasi dasar rujukan yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi plagiats dan pengulangan dalam penelitian. Berdasarkan survei yang penulis lakukan, ada beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang berjudul “Kristenisasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim (studi kasus di Kecamatan Sidoharjo Sragen) “ Adapun penelitian dan tulisan-tulisan tersebut adalah sebagai berikut: •
John Stanbugh, Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula, PT Gunung Mulia, Jakarta, 1994. Selain latar belakang sejarah yang dimulai dari zaman dunia Yunani sejak Alexander sampai Hadrianus memuat tentang ciri-ciri sosial dari misi Kristen hal ini sengaja penulis angkat dengan melihat fenomena
8
yang ada, langkanya buku-buku ataupun karya-karya ilmiah yang mengetengahkan
tentang Kristenisasi
dan pengaruhnya terhadap
masyarakat Muslim di Kabupaten Sragen tepatnya di Kecamatan Sidoharjo mendorong penulis untuk mengadakan penelitian ini. •
M. Quraisy Shihab, Abdurrahman Wahib dkk., Atas Nama Agama, Pustaka Hidayah dan IKAPI, Bandung, 1998. dalam buku tersebut tidak hanya tentang pesan-pesan spiritual agama, pembumian agama dalam kultur keindonesiaan, problem pemaknaan dan penyampaian bahasa Tuhan , simbolisasi agama dalam konflik antar kepentingan , tetapi buku ini mencoba menampilkan masalah dialog antar umat beragama yang telah menjadi korban sejarah manusia yang telah menjadikan agama sendiri sebagai kedok bagi kepentingan hewaninya, pembahasan mengenai paradigma misi Kristen diuraikan oleh Alwi Shihab. pada bagian ini sejarah hubungan Islam-kristen serta sejarah misi Kristen sampai teologi misi yang ditawarkan melalui paradigma baru.
•
Dr. M. Al-Husaini Ismail, Menangkal Propaganda Misionaris, Pustaka al Kautsar, Jakarta, Cet pertama, 2004, buku ini menguraikan secara rinci semua kebenaran Al-Qur’an dan kesalahan yang ada pada alkitab, menjelaskan juga metode formal yang diajarkan di fakultas-fakultas teologi, seperti menggunakan ayat-ayat Al- Qur’an agar mudah diselewengkan dari arti yang sebenarnya, mempelajari kelompokkelompok (al-firaq al- Islamiyah) yang menyimpang dari Islam dan menganggapnya sebagai pemikiran Islam benar serta mengacu pada bukubuku orientalis dan antek-anteknya yang memperburuk citra Islam.
•
Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si. Sosiologi Agama, PT, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, buku ini mencoba mengungkap bagaimana seseorang mengekspresikan keberagamaannya dihadapan penganut agama lain dengan tanpa ada benturan itu. Di samping itu dalam buku ini menampilkan 16 bagian tulisan. Tulisan-tulisan tersebut, antara lain mengungkap secara konseptual mulai teori-teori sosiologi tentang asalusul agama hingga bagaimana melakukan kajian agama dengan
9
pendekatan
sosiologi.
Kemudian
penulis
buku
ini
mengakhiri
pembahasannya dengan menurunkan tulisan tentang konsep kerukunan antar umat beragama di Indonesia. •
Drs. D. Hendopuspito, O.C. Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1983, dalam buku ini tidak saja sebagai pengantar sosiologi agama, tetapi lebih dari itu. Karena melalui buku ini, tidak hanya diperkenalkan dengan apa itu sosiologi agama, apa fungsinya, dan bagaimana metode kerjanya. Di samping itu Anda akan menemukan serangkaian idea, konsepsi, generalisasi (kesimpulan) yang telah di hasilkan berdasarkan riset oleh sejumlah sarjana yang berwenang dalam bidang ini, dalam hal ini pengkajian yang berkaitan dengan tema skripsi ada dalam bab 3 dan 5 yaitu dalam bab3 dibahas tentang; masuk agama dan kedewasaan kelompok agama yang mencakup beberapa poin. Sedangkan dalam bab 5 dikaji tentang agama sebagai institusi dalam dilemma.
•
Uswatun Niswah dalam “ Strategi Dakwah Yayasan Majelis Muhtadin Yogyakarta dalam Menghadapi Kristenisasi” (2006) membahas tentang aktivitas Yayasan Majelis Muhtadin Yogyakarta sebagai salah satu lembaga dakwah yang secara khusus membina dan mengorganisir muallaf. Dalam penelitian itu juga mengkaji dan meneliti lebih dalam, terutama mengenai strategi dakwah yayasan majelis Muhtadin yogyakarta dalam menghadapi kristenisasi sebagai upaya penguatan aqidah muallaf dan membendung arus kristenisasi, baik sebelum ataupun sesudah terjadi gempa bumi di Yogyakarta pada tanggal 27 mei 2006. Berbeda dengan penelitian yang sudah ada dan sudah dibukukan di
atas. Penelitian ini lebih menggunakan dengan secara langsung atau penulis terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan pendekatan penelitian
10
Janis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.8 Dalam konteks ini, penulis tidak mengejar yang terukur dan tidak menggunakan logika matematik.dalam penelitian ini penulis tidak mewujudkan data yang diperoleh ke dalam bentuk angka, tetapi data-data penelitian disajikan dalam bentuk uraian dan penjelasan secara tertulis. Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis, artinya bahwa fenomena-fenomena di lapangan dijadikan obyek penelitian yang diamati. Fenomenologis merupakan salah satu dasar filosofis dari penelitian kualitatif yang berpendapat bahwa kebenaran sesuatu itu dapat diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari obyek yang diteliti.9 2. Sumber Dan Jenis Data Berdasarkan sumbernya, data dalam penelitian dikelompokkan menjadi 2, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder a. Sumber Data Primer Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Menurut lexy J. Moloeng, sumber data primer dalam penelitian kualitatif adalah “kata-kata” dan “tindakan”.10 Berkaitan dengan hal itu, dalam penelitian ini “kata-kata” diarahkan pada proses wawancara dengan masyarakat di daerah yang rawan kristenisasi, selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan pihak gereja dalam hal ini pendeta yang mewakili sebagai pihak Kristen. b.Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak secara langsung diperoleh oleh penulis dari obyek penelitiannya.11 Sumber data sekunder dapat berupa data tertulis, seperti 8
Saefudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997), hlm.5. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002),Edisi Revisi V, hlm.11. 10 lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 112. 11 Saefudin Azwar, op.cit, hlm. 91 9
11
buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar dan foto. Sumber-sumber data tersebut dalam aplikasinya dapat berbentuk buku-buku, majalah maupun dokumen yang terkait dengan kristenisasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim, studi analisis di Kecamatan Sidoharjo, Sragen. 3. Metode pengumpulan data Adapun untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut. a. Observasi Dalam penelitian ini penulis berupaya mengamati secara terbuka yaitu model pengamatan dimana subyek yang diamati mengetahui dan memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang sedang diamati.12 Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung yang terjadi di masyarakat kecamatan Sidoharjo Sragen b. Penentuan Sample dan Populasi Sebelum penyusun menentukan populasi dan sampel dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu penyusun akan memberikan pengertian tentang populasi dan sampel. Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.13 Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud diatas adalah masyarakat desa secara keseluruhan. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.14 Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan purposive sample. Pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Karena
12
Wardi Bachtiar, op.cit, hlm.125 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 115. 14 Ibid, hlm. 117. 13
12
penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif, maka yang dijadikan sampel adalah sumber yang dapat memberikan informasi. c. Interview Interview adalah tehnik dalam upaya menghimpun data-data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.15 Interview atau wawancara perlu dilakukan sebagai upaya penggalian data dari sumber untuk mendapatkan informasi atau data secara langsung dan lebih akurat dari orang-orang yang berkompeten (berkaitan atau berkepentingan) dalam hal ini mengenai kristenisasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim. Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur, artinya wawancara yang hanya memuat garis besar mengenai hal-hal yang akan di tanyakan. d. Dokumentasi Metode in i merupakan tehnik pengumpulan data dengan melihat dan mencatat dokumen-dokumen yang tertulis serta sumber data arsip lainnya.16 Artinya mencari data yang mengenai hal-hal atau variable berupa transkip, buku, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk menggali data-data langsung dari obyek penelitian (khususnya data yang diperoleh dari pihak yang terkait , dalam hal ini pihak masyarakat Sidoharjo) Dokumen yang diterapkan dalam penelitian ini adalah tentang keberadaan atau kondisi Kecamatan Sidoharjo yang meliputi sejarah masuknya agama Kristen di Sidoharjo, serta penyebaran agama Kristen di Sidoharjo. 4. Tehnik analisis data Setelah melalui tahapan pengolahan data, tahapan selanjutnya adalah analisis data. Dalam proses analisis, data yang diperoleh dari hasil
15 16
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, PT Logos, Jakarta, 1997, Hlm. 72 Ibid hlm 19
13
penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif . Metode yang dirancang untuk menggambarkan sifat suatu keadaan atau fenomena kehidupan sosial masyarakat yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan. 17 Data yang diperoleh akan dianalisis dan digambarkan secara menyeluruh dari fenomena yang terjadi pada praktek kristenisasi yang terjadi
di kecamatan Sidohajo Sragen
kesimpulan yang jelas bagaimana praktek
Sehingga akan diperoleh kristenisasi di Kecamatan
Sidoharjo Kabupaten Sragen F. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang bersifat utuh dan menyeluruh serta adanya keterkaitan antara bab yang satu dengan bab yang lain, serta untuk mempermudah proses penelitian ini, maka penulis akan memaparkan sistematika penelitian ini sebagai berikut: BAB I latar belakang
:Merupakan pendahuluan dari skripsi ini yang memuat, masalah, pokok masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II
:Merupakan Gambaran umum tentang Kristenisasi yang
meliputi gambaran serta sejarah Kristen dan Kristenisasi di Indonesia .yang kemudian difokuskan kepada misi Kristenisasi. BAB III
:Merupakan fokus penelitian. Deskripsi hasil penelitian
yang menggambarkan tentang gambaran umum Kabupaten Sragen tepatnya Kecamatan Sidoharjo, kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi ekonomi, kondisi sosial keagamaan,. Pembahasan ini kemudian difokuskan kepada sejarah Kristenisasi, kegiatan gereja serta bentuk-bentuk Kristenisasi di daerah tersebut.
17
Sanapiah Faisal, op.cit, hlm. 20.
14
BAB IV
:Merupakan analisa dari tema Kristenisasi dan pengaruhnya
terhadap masyarakat muslim, yang akan menjawab pokok masalah yang terdiri dari apa pengaruh Kristenisasi terhadap masyarakat muslim. Hal ini merupakan pengolahan dari bab-bab sebelumnya dengan menggunakan “alat peracik” hingga pokok permasalahan pada kegiatan penelitian dapat ditemukan jawabannya. BAB V
:Merupakan penutup, yang mencakup kesimpulan, saran-
saran dan penutup, sebagai akhir dari penelitian ini.
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KRISTENISASI
A. Gambaran Umum tentang Kristen dan Kristenisasi di Indonesia Indonesia merupakan negara Pancasila yang menjamin kebebasan bagi tiap penduduk dalam beragama dan untuk beribadah sesuai dengan agama yang diyakininya. Menurut ketetapan pemerintah orde baru, agama yang resmi diakui dan sah untuk hidup serta boleh dianut oleh bangsa dan penduduk Indonesia ada lima yang terdiri atas Islam, Kristen (Katholik dan Protestan), Hindu, dan Budha serta ditambah dengan Aliran kepercayaan. Dilihat secara historis dan geneologis, agama-agama tersebut di atas tidak ada satupun yang merupakan agama asli Indonesia, melainkan agamaagama itu merupakan agama “impor” atau agama pendatang yang menurut para sejarawan agama ada dua agama asli Indonesia, yakni Animisme1 dan Dinamisme2 dua agama yang sering disebut sebagai agama primitive itu 1
Animisme berasal dari kata anima animae,dari bahasa latin “animus”dan bahasa Yunani “Avepos” dalam bahasa sansekerta disebut “prana” dalam bahasa Ibrani disebut “ruah” yang artinya nafas atau jiwa. Ia adalah ajaran atau doktrin tentang realitas jiwa. Dalam perspektif sejarah agama, istilah animisme digunakan dan diterapkan dalam suatu pengertian untuk menunjukkan suatu kepercayaan terhadap adanya mahluk-mahluk spiritual yang erat sekali hubungannya dengan tubuh atau jasad. Mahluk spiritual tersebut merupakan suatu unsur yang membentuk jiwa dan kepribadian yang tidak lagi dengan suatu jasad yang membatasinya. Animisme mengandung adanya dua keyakinan kepercayaan pada orang-orang primitif, yaitu keyakinan kepercayaan akan adanya jiwa pada setiap mahluk yang dapat terus berada sekalipun mahluk tadi sudah meninggal atau tubuhnya sudah hancur dan keyakinan akan adanya banyak roh yang berpangkat-pangkat dari terendah sampai yang tertinggi. Dengan kata lain animisme merupakan suatu kepercayaan yang dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan terhadap roh leluhur. Orang yang telah meninggal dianggap yang maha tinggi, menentukan nasib dan mengontrol perbuatan manusia. Kemudian pemujaan semacam ini berkembang menjadi penyembah terhadap roh-roh. Roh orang yang telah meninggal dianggap dan dipercaya sebagai mahluk kuat yang menentukan segala kehendak dan kemauannya harus dilayani. Lebih lanjut lihat Zakiyah Daradjat,dkk, perbandingan agama I, (Jakarta ; bumi aksara, 1996), hlm,24-26 dan hlm 39. 2 Dinamisme berasal dari kata yunani “dinimos” dalam bahasa Inggris disebut dynamic yang secara umum diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kekuatan, kekuasaan atau khasiat dan dapat juga diterjemahkan dengan daya. Dengan kata lain istilah Dinamisme diartikan sebagai “kepercayaan terhadap suatu daya kekuatan atau kekuasaan yang keramat dan tidak berpribadi yang dianggap halus atau berjasad, yang dapat dimiliki maupun yang tidak dimiliki oleh benda, binatang, dan manusia. TSG mulia menerangkan dinamisme sebagai “suatu kepercayaan bahwa pada berbagai benda terdapat suatu kekuatan atau kesaktian. Misalnya dalam api, batu, tumbuh-tumbuhan, pada beberapa hewan dan juga manusia. Kekuatan ini todak dibayangkan sebagai suatu tokoh atau orang halus. Hal ini oleh honig disebut tidak berpribadi. Ibid, hlm. 98-99.
13
14
merupakan agama yang dianut oleh bangsa Indonesia sebelum hadirnya agama-agama dunia di atas3 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami beberapa fase proses agamaisasi, mulai dari Hinduisasi, Budhaisasi, Islamisasi sampai Kristenisasi. Secara sosiologis, proses perjalanan penyebaran agama itu mengalami pasang surut (fluktuatif) antara hegemonik-dominatif sebagai mayoritas sampai inferior-subordinatif sebagai minoritas4 berdasarkan beberapa proses agamaisasi yang terjadi di Indonesia, penelitian ini hanya akan membahas mengenai Kristenisasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim. Kristenisasi adalah proses masuk dan tersebarnya pengaruh Kristen di kawasan tertentu, Kristenisasi di Indonesia dapat diartikan sebagai proses pengkristenan yang terjadi di Indonesia.5 Akhir-akhir ini gerakan Kristenisasi terhadap umat Islam yang dilancarkan oleh para missionaris semakin agresif, baik melalui cara yang halus sampai pada cara yang kasar. Menurut Abu Deedat Syihab, strategi misi Kristen dapat disebut sebagai “segitiga imperalisme” yang memuat sembilan setrategi penghancuran kaum muslimin. Cara-cara tersebut adalah pemiskinan, penguasaan aset-aset ekonomi, penguasaan kekayaan alam, penguasaan aset informasi, pengusaan sistem politik dan hukum, penghancuaran moral, Deislamisasi, penghancuran militansi Islam dan konversi agama atau pemurtadan agama.6 Kristenisasi merupakan merupakan sebuah realitas. Hal ini ditegaskan dan diperkuat oleh ungkapan yang disampaikan oleh Berkhof dalam bukunya yang berjudul sejarah gereja; “ boleh kita simpulkan bahwa Indonesia adalah suatu daerah pekabaran Injil yang diberkati Tuhan dengan hasil yang indah dan besar atas penyuburan bibit firman Tuhan. Jumlah orang Kristen sudah 13
3 Waryono Abdul Ghofur, Kristenisasi Di Muka Cermin Dakwah Islam ; Telaah Histories Sosiologis Praktik Kristenisasi di Indonesia, dalam Andi al Dermawan et., Metodologi Ilmu dakwah, (Yogyakarta ; LESFI, 2002), hlm. 191 4 ibid 5 Ibid, hlm, 199 6 Abu Deedat Syihab, Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam: Dokumen Kristenisasi, (Jakarta :Pustaka Takziya Az Zahra, 2005), hlm. 4-5.
15
juta lebih, akan tetapi jangan lupa kita berada di tengah-tengah 200 juta penduduk”7 Lebih lanjut ia mengatakan; “jadi, tugas zending gereja-gereja muda di benua masih luas dan berat. Bukan saja sisa kaum kafir yang tidak seberapa banyak itu yang perlu mendengar kabar gembira, tetapi juga kaum muslimin yang besar yang merupakan benteng agama yang sukar sekali dikalahkan oleh pahlawan-pahlawan Injil. Bukan saja rakyat jelata, lapisan bawah yang harus ditaklukkan oleh Kristus, namun terutama para pemimpin masyarakat, kaum cendekiawan, golongan atas dan tengah”.8 Indonesia merupakan pusat Kristenisasi untuk wilayah Asia Pasifik. Informasi ini dapat diketahui melalui hasil seminar kerja sama Global Mission Singapura and Galilea Ministry Indonesia di hotel Shangrila Jakarta pada tanggal 9-12 Juni 1998. Pendeta George Anatorae dari The Lord Family Church sebagaimana dikutip oleh Yusuf Ismail Al Hadid dalam bukunya yang berjudul Menghalau Missionaris dan Misi Sucinya Mengkiristenkan Dunia,
merepresentasikan
bahwa
Indonesia
akan
dijadikan
pusat
9
perkembangan Kristen di Asia Pasifik.
Selain itu, Bambang Widjaja mengatakan bahwa Indonesia merupakan ladang yang sedang menguning yang besar tuwaiannya. Indonesia siap menerima tranformasi
10
yang besar. Menurut dia hal ini bukan suatu
kerinduan yang hampa, melainkan suatu pernyataan iman terhadap janji firman Tuhan. Hal ini juga bukan impian di siang bolong, tetapi suatu ekspresi keyakinan akan kasih dan kuasa Tuhan. Dengan memeriksa firman Tuhan 7
H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1991), hlm. 321. Ibid. 9 Yusuf Ismail Al Hadid, Menghalau Misionaris dan Misi Sucinya Mengkristenkan Dunia, (yogyakarta : Pustaka Fahima, 2005), hlm 201 10 Arti tranformasi menurut gereja sebagimana di kutip oleh Yusuf Ismail Al Hadid dari majalah Kristen spirit No 10 Th II 2003 hlm 13, gembala siding Rehobat Pendeta Erastus Sabdono mengrtakan “ Kita berubah dari manusia dinia menjadi manusia rohani . misalnya pada zaman kekaisaran Kontsantinus agung terjadi pembebasan orang-orang kristiani dan klimaknya tahun 203 M. lewat kekaisaran Theodosius Agung berhasil mengkristenkan seluruh romawi atau istilah gereja memasehikan dunia. Inilah yang dimaksud tranformasi” jadi tujuan mencenangkan program tranformasi di Indonesia tidak lain adalah dalam rangka memasehikan (memgkristenkan) indonesia sebagaimana kejayaan yang mereka alami pada zaman kaisar Theoosius. Lebih lanjut lihat Yusuf Ismail Al Hadid, ibid, hlm 260-261. 8
16
maka akan sampai pada kesimpulan bahwa Indonesia memiliki pra kondisi yang sangat cocok bagi tuwaian besar yang ia rencanakan11 Lebih lanjut Jeff Hammond berpendapat bahwa sejak bulan Mei 1997 terdapat banyak nubuat yang sangat signifikan tentang rencana Tuhan untuk membawa tranformasi ke Indonesia. Nubutan yang sangat penting yang terjadi pada bulan Mei pada tahun 1997 itu berisi lima hal pokok, yakni : 1. Akan terjadi goncangan ekonomi di Indonesia 2. Goncangan itu akan menyebabkan presiden yang menjabat digulingkan. 3. Setelah itu akan muncul seorang presiden didalam masa transisional. 4. Akan ada presiden wanita. 5. Indonesia akan mengalami tuaian besar. Satu persatu nubuat itu sedang digenapi.12 Dalam perspektif Islam, sebenarnya Kristenisasi sudah diinformasikan oleh al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah ayat 120 yang berbunyi :
ﻯﻬﺪ ﻮ ﺍﹾﻟ ﻯ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻫﻫﺪ ﻢ ﹸﻗ ﹾﻞ ِﺇﻥﱠ ﺘﻬﻊ ِﻣﻠﱠ ﺘِﺒﺗ ﻰﺣﺘ ﻯﺎﺭﻨﺼﻭﻟﹶﺎ ﺍﻟ ﺩ ﻮﻴﻬﻚ ﺍﹾﻟ ﻨﻋ ﻰﺮﺿ ﺗ ﻦ ﻭﹶﻟ ﺼ ٍﲑ ِ ﻧ ﻭﻟﹶﺎ ﻲ ﻭِﻟ ﻦ ﻦ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﻣ ﻚ ِﻣ ﺎ ﹶﻟﻦ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠ ِﻢ ﻣ ﻙ ِﻣ ﺎ َﺀﺪ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﺟ ﻌ ﺑ ﻢ ﻫ ﺍ َﺀﻫﻮ ﺖ ﹶﺃ ﻌ ﺒﺗﻭﹶﻟِﺌ ِﻦ ﺍ ﴾120﴿ “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: “sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)” dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan dating kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (QS. Al-Baqarah: 120).13 Ayat di atas memberitahukan kepada umat Islam bahwa orang-orang Nasrani dan Yahudi tidak akan pernah berhenti melakukan usaha pemurtadan terhadap umat Islam sampai mengikuti millah mereka. Millah di sini tidak 11
Bambang Widjaja, Indonesia siap menerima tranformasi, dalam Niko et.al Njotoraharjo, Tranformasi Indonesia, (Jakarta : Metanoia, 2003), hlm, 13. 12 Jeff Hammond, Tranfornasi-Kairas bagi Indonesia, dalam Niko NJotohardjo et.al, Tranformasi Indonesia, (Jakarta : Metanoia, 2003), hlm. 26-27. 13 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : proyek pengadaan kitab suci al-Qur’an, 1982), hlm 32.
17
hanya mengandung makna agama atau ajaran mereka, tetapi juga dapat diartikan cara berpakaian, kebiasaan, budaya dan perangai mereka, di samping itu, dalam ayat di atas juga terkandung pengertian bahwa umat Islam harus mengetahui sepak terjang para missionaris. Namun sampai saat ini belum banyak para kalangan yang mengenal Kristologi dan mengetahui gerakan Kristenisasi. Sehingga ketika berinteraksi dengan para penginjil sering kali umat Islam hanya mempertahankan diri dari serangan mereka dan kurang bisa menyerang balik serta menangkis tuduhan-tuduhan mereka terhadap ajaran Islam. Para missionaris dalam melancarkan misinya menggunakan metode Paulus, yaitu seperti musang berbulu ayam atau serigala berbulu domba. Sebagai mana pendeta R. Muhammad Nurdin yang mengaku ahli Islam dan konon dirinya masih keturunan dari kerajaan Islam Demak mengatakan bahwa dalam penyebaran Injil harus mengikui jejak Paulus seperti yang tertulis dalam Matius (10): 16, yaitu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.14 Lebih lanjut ia mengungkapkan supaya Injil dapat diterima semua orang, maka kita harus mengikuti ajaran Paulus di dalam kitab 1 Karintus (9): 20 yang berbunyi “Demikian bagi orang Yahudi aku seperti orang Yahudi supaya aku memenangkan orang Yahudi. Dengan demikian untuk menjala atau memenagkan orang Islam aku harus seperti orang Islam supaya memenangkan orang Islam”.15 Gambaran mengenai Kristenisasi di Indonesia dapat dilihat dari pemahaman gereja mengenai tanggung jawabnya yang disebut denagn istilah “mandat”. Mandat mempunyai arti perinatah atau arahan yang diberiakan oleh orang banyak (rakyat, perkumpulan dan sebaginya) kepad sesorang (atau beberapa orang) untuk dilaksanakan sesuai kehendak orang banyak itu. Arti lain kata mandat adalah “kekuasaan untuk melakukan wewenang, kekuasaan
14 15
Lembaga Al Kitab Indonesia, Al kitab, jakerta : LAI,2005, hlm. 11. Abu Deedat Syihab, Op. cit, hlm. iii-iv
18
dari suatu badan atau organ kekuasaan atas nama badan atau organ kekuasaan tersebut”16 Pada umumnya umat Kristen mengenal dua mandat yang berbeda, yakni mandat budaya atau sosial dan mandat penginjilan atau pemuridan. Pada dasarnya ada empat pola yang menghubungkan antara kepedulian sosial dan penginjilan. Pertama, gereja melihat penginjilan sebagai mandat yang paling utama di dalam misinya. Kepedulian sosial dilakukan (“diperalat”) demi kesuksesan mandat pengijilan. Kedua, gereja melihat keadilan sosial didalam kehidupan masyarakat sebagi akibat (“buah”) pengInjilan. Ketiga gereja melihat bahwa dirinya melihat dua mandat yang
berbeda.mandat yang
pertama adalah mandat budaya atau sosial mandate kedua adalah mandat pengInjilan atau pemuridan. Keempat gereja melihat bahwa misinya (mandate) yang paling utama adalah memberitakan Injil, tetapi Injil itu harus dipahami secara utuh dan menyeluruh, menyangkut dua sisi pengInjilan ( keselamatan jiwa) dan kepedulain sosial.17 Dengan demikain dapat diketahui secara jelas bahwa setiap gereja memilikim mandat
tranformasi yang disebut mandat Ilahi
mandate), yakni mandat ilahi rohani
Ganda (dual
atau mandat ilahi pembaharuan.
Pertama, mandat ini berhubungan dengan perbaikan fisik dan mental manusia, kedua, mandat ini berhubungan dengan roh atau jiwa manusia melalui Injil keselamata. Hal ini sesuai dengan kejadian (1) : 28 yang berbunyi: “Allah memberkati mereka, lalu allah berfirman kepada mereka : “beranak cuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”.18 Ayat Injil di atas menjelaskan mengenai mandat yang diberitakan oleh Tuhan kepada manusia yang dijelaskan dengan 5 (lima) kata kerja, yaitu 16
Rahmat T. Manuliang, Gereja Sekota Yang Mentranfornasi Kaot, (Jakarta: Metanoia, 2003), hlm. 26. 17 Ery Prasadja, Tranformasi: Visi Allah Bagi Gereja, Masyarakat Dan Dunia (refleksi histories dan teologis), dalam Niko Njotorahardjo et. Al, tranformasi Indonesia, (Jakarta \: Metanoia,2003), hlm. 74. 18 Lembaga alkitab Indonesia, Al kitab, Jakarta : LAI, 2005, hlm. 1
19
beranak cuculah, bertambah banyak, penuhilah bumi, taklukanlah dan berkuasalah. Beranak cuculah menjelaskan mandat pertama gereja, yaitu pengInjilan untuk melahirkan jiwa-jiwa ke dalam kerajaan Allah dengan menerima Yesis Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat. Bertambah banyak menjelaskan mandat kedua gereja, yaitu pemuridan untuk membangkitkan murid-murid Kristus melalui pengajaran, pengayoman, pelatihan dan pembentukan. Penuhilah bumi menjelaskan mandat ketiga gereja, untuk pergi kepada bangsa-bangsa sampai ke ujung bumi dengan mengutus murid-murid Tuhan yang ada di dalam jemaat. Taklukanlah menjelaskan mandat keempat gereja untuk maju dan menghancurkan musuh, kuasa roh-roh melalui do’a syafaat dengan otoritas Yesus Kristus yang sudah mengalahkan syetan di Galgota. Berkuasalah menjelaskan mandat kelima gereja, untuk “memerintah” dengan otoritas Kristus atas setiap kota sehingga mengalami tranformasi menuju masyarakat yang berkerajaan sorga, yaitu masyarakat yang memiliki nilai-nilai kerajaan Allah didalam segala aspek kehidupan, baik bidang sosial, politik, budaya,hukum, ekonomi dan keamanan.19 Secara nyata umat Kristen mengaharapkan adanya tranformasi di Indonesia. Gencarnya Kristenisasi di Indonesia disebabkan karena mereka beranggapan bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristen, sehingga jalan satusatunya untuk memperoleh keselamatan dengan mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat. Menurut umat Kristen hanya ada satu juru selamat dan satu nama yang olehnya bisa diselamatkan dalam Yohanes (14) : 6 disebutkan: “kata Yesus kepadanya: “aku jalan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui aku”.20 Selain itu yang lebih menarik lagi adalah keyakinan mereka bahwa Yesus akan turun ke bumi sebagai juru selamat jika Injil sudah dikabarkan ke segala penjuru dunia. Sehingga mereka sangat semangat dalam pengInjilan karena merindukan dan mengharapkan Yesus segera turun ke bumi.
19 20
Rahmat T. Manulang, Op.cit, hlm.27. Lemaga Alkiiab Indonesia, Op.cit, hlm. 131.
20
B. Sejarah Perkembangan Kristen Dan Kristenisasi Di Indonesia Periode Kristenisasi secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni periode Katholik (periode pertama) dan periode Protestan (periode kedua). Secara garis besar sejarah misi Kristen di Indonesia dibagi menjadi tiga periode, periode pertama terjadi pada abad XVI-XVII, yaitu ketika Portugis dan Spanyol memasuki wilayah Maluku setelah sebelumnya “mampir” ke Malaka. Pada periode pertama ini ada dua pendapat tentang kapan persisnya hal itu terjadi. Pendapat pertama menegaskan bahwa Kristen masuk ke Indonesia sejak periode Bapa-Bapa Kristen awal. Muller Kruger mengatakan bahwa menurut sumber-sumber Arab kuno pada pertengahan kedua abad ke VII sebuah komunitas umat Kristen hidup di Sibolga Sumatera dan membangun gereja.21 Sementara itu, rute perdagangan darat dan laut dari Asia Tengah
ke Asia Timur dilewati orang-orang Eropa
yang beberapa di
antaranya adalah misionaris. Namun demikian setelah periode awal ini untuk jangka waktu yang lama nasib agama Kristen tidak begitu jelas di wilayah ini.22 Pendapat kedua mengatakan bahwa masuknya Kristen ke Indonesia bersamaan dengan era kolonialisme internasional pada akhir abad ke XV, yaitu sejak Colombus menemukan jalan ke Amerika pada tahun 1542 M. hal itu dilakukan oleh orang-orang portugis yang menemukan rute perjalanan menuju Asia lewat Afrika Selatan. Vasco De Gama tiba di pantai India pada tahun 1498 dan pada tahun 1511, kapan-kapal Portugis sampai pada kepulauan Malaka di sebelah utara kepulauan Nusantara dan di pulau rempah-rempah (Maluku) di sebelah selatan. Missionaris yang pertama-tama menginjakkan kakinya dipulau Maluku adalah beberapa rahib Franciskan yang mendarat di Ternate, pada tahun 1522. sejak tahun 1522 mereka menetap di Ternate. 21
Bapa- bapa Kristen awal merupakan para misionaris atau pengInjil yang pertama dating ke Indonesia. Sebagai mana pernyataan Kurt Koch bahwa pengInjil Thomas yang bekerja didi India mungkin saja berlayar ke Indonesia bersama pedagang India. Lihat Alwi Syihab, membendung arus : Respon gerakan muhamadiyah terhadap penetrasi misi Kristen di Indonesia, ( Bandung, Mizan, 1998), hlm. 31.untuk informasi lebih detail mengenai kedatangan awal agama Kristen di Indonesia, lihat Theodor Muller Kruger, Sejarah Gereja Di Indonesia, (Jakarta : badan penerbit Kristen,1959),hlm. 7-21. 22 Ibid.
21
Ambon dan Banda. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa daerah-daerah tersebut agama Kristen berakar dengan kuat dan merupakan mayoritas.23 Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa agama Kristen masuk dan menyebar ke wilayah-wilayah (yang sekarang di sebut Indonesia bagian timur) itu melalui jalur penaklukan Portugis. Sebagai symbol eksistensinya, maka pada tahun 1522 di Maluku dibangunlah gereja Katholik pertama. Tidak lama kemudian sejumlah misionaris dari India mulai datang., salah satunya adalah Francis Xafier (1506-1522 M )yang sejak kelahirannya mendapat kelahiran “rosul” untuk orang-orang Indonesia. Pada ahir abad ke XVI umat Katholik di Indonesia berjumlah sekitar 50.000 orang. Bagian terbesar pemeluknya berada di Indonesia bagian timur, seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.24 Ditinjau dari masa berlakunya Kristenisasi dan hasilnya yang tidak maksimal, dapat ditegaskan bahwa periode pertama Kristenisasi di Indonesia di pandang gagal atau kurang berhasil. Hal ini disebabkan karena para misionaris Katolik tidak toleran tehadap orang-orang non Katholik, terutama dari orang Islam. Di samping itu, praktek perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Portugis bersifat monopolis sehingga menjadikan masyrakat kurang simpatik kepadanya.25 Periode kedua dalam sejarah Katholik adalah tahun 1808-1900 M. pada priode ini Kristenisasi berada pada satu vikariat (keuskupan), yaitu vikariat Batavia. Periode ini ditandai dengan mulai diperbolehkanya kembali para misionaris Katholik untuk melakukan misinya setelah sempat diberhentikan karena masuknya penjajah Belanda
(yang
Protestan) ke wilayah Indonesia, maka dimulai periode kedua Kristenisasi dalam corak yang berbeda. Misi Protestan di Indonesia ini bersamaan dengan masuknya ekspansi ekonomi dominasi politik bangsa Belanda atau Eropa Utara pada umumnya. Politik keagamaan Belanda bertumpu pada kepentingan pengerukan keuntungan ekonomi. Hal ini di sebabkan karena agama berada di bawah kendali pemerintah. Fungsi pemerintah di Hindia Belanda (Indonesia) 23
Waryono Abdul Ghofar, Op.cit, hlm. 200 H Berkhof, Op.cit, hlm235. 25 Waryono Abdul Ghofur,Op.cit, hlm.202. 24
22
diserahkan pada Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Oleh karena itu, sehingga zending atau misi dipandang sebagai bagian dari perusahaan. Dengan tujuan demikian maka mereka lebih mementingkan keuntungan komersial daripada mengkonversikan orang-orang Indonesia. Periode ketiga, terjadi pada tahun 1900 M sampai sekarang, yaitu periode pembagian wilayah gerejani. Pada periode ini wilayah Indonesia dibagi menjadi beberapa daerah misi. Berdasarkan pembagian ini, maka di Indonesia di kenal beberapa wilayah yang didominasi oleh agama-agama tertentu. Meskipun misi Protestan lebih mementingkan keuntungan ekonomi, namun memasuki abad ke XIX penyebaran agama Kristen Protestan semakin intensif- ekstentif,26 sehingga pada era tersebut disebut sebagai era misi (age of mission). Semakin gencarnya misi itu, atas inisiatif pihak swasta dan lembaga-lembaga misi non-gerejani dan non pemerintah. Periode ini dimulai ketika refles berkuasa di Indonesia.27 Setelah pemerintah pusat mengambil tanggung jawab langsung menggantikan VOC dan mengurusi gereja, semangat Kristen barupun tumbuh. Era konsolidasi agama Kristen bermula dengan dibentuknya Masyarakat Missionaris Belanda (Netherland Missionary Society) yang merupakan organisasi misi tertua dan dalam jangka waktu yang lama merupakan satusatunya di Belanda. Tidak lama kemudian hasilnya dapat dilihat seluruh gereja Protestan di wilayah ini disatukan dibawah bendera “Gereja Indonesia” berkat upaya keras para missionaris Kristen, era barupun tumbuh di Indonesia. Sejak itu agama Kristen berhasil meraih apa yang dahulu terlantarkan, dan akhirnya agama itu kembali memperoleh kekuatannya yang semula dan berhasil mempertahankan cengkramannya di wilayah ini hingga dewasa ini. Berdasarkan deskripsi di atas dapat dikemukakan bahwa Indonesia diletakan sebagai prioritas, bukan hanya disebabkan karena kekayaan sumber
26
Instentif berarti secara sungguh-sungguh. Sedangkan ekstentif bersifat menjangkau secara luas, instentif-ekstentif diartikan bahwa penyebaran agama Kristen yang dilakukan semakin insten secara sungguh-sungguh dan semakin menjangkau daerah-daerah secara luas. Lebh lanjut lihat S. Wojowasito, kamus bahasa Indonesia, (Jakarta : CV. Pengarang ,tt), hlm 82 dan 132. 27 Waryono Abdul Ghofur, Op.cit, hlm 205-206
23
daya alam dan manusianya saja, melainkan juga karena Indonesia merupakan wilayah yang didominasi oleh Islam. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kristenisasi merupakan salah satu proyek besar dan kelanjutan dari perang salib.28 Dalam perkembangan menurut pandangan di kalangan misi Kristen di Indonesia adalah negara tempat kegiatan misi mencapai kemajuan yang luar biasa. Tahun 2005 merupakan tahun penting bagi perkembangan misi mereka, karena inilah tahun pijakan dan tahun peralihan keimanan. Untuk mempersiapkan tahun ini tidak main-main mereka menyelenggarakan acara resmi Natioanal Prayer Converence (NPC) di Senayan sekitar bulan Mei 2003. Pada waktu itu semua aliran atau sekte Kristen berkumpul dan merumuskan masalah ini. Bahkan mereka membuat heboh dengan mengundang
K.H.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk memberikan sambutannya menyangkut masalah tahun tranformasi ini. Gus Dur juga memberikan selamat kepada umat kristiani untuk tahun yang istimewa ini. Dan sebagai balas jasa mereka mengundang Pendeta Cindy Crayford dari Amerika untuk memberkati Gus Dur.29 Kalangan umat Kristiani berpijak pada sejarah bahwa tahun 1965 M di Indonesia terjadi transisi kepemimpinan dari Orde Lama ke Orde Baru. Pergantian ini membawa perubahan terhadap tatanan masyarakat, kebijakan strategis dan program pembangunan. Tahun 2005 adalah 40 tahun dari 1965.
28
Penyebaran agama Kristen di Indonesia dibawa oleh portugis, spanyol dan Belanda dalam satu kerangka semangat eropa yang ditandai oleh nafsu perang yang berkobar-kobar. Pada penghujung abad ke-15, sebagian besar di antara bangsa-bangsa eropa sedang keranjingan agama Kristen. semuu bangsa yang beragama Islam dianggap sebagai musuh dan harus di tumpah. Menyiarkan agama Kristen adalah tugas utama dan penundukan agama-agama Islam adalah menjadi perangsang sesuai dengan anjuran paus di Roma “perang salib telah lampau, tiba masanya memperluas agama Kristen”. Dengan demikian dapat disangkal bahwa yang mendorong hasrat mereka adalah hasrat untuk memasehikan daerah-daerah yang ditemukan dan ditaklukkan itu, yang mereka lakukan merupakan perang salib, hanya saja tidak lagi mengikuti jalan –jalannya semula. pemimpin dalam ekspedisi ini adalah pejuang-pejuang dalam perang salib, para ksatria dan perkumpulan Kristus. Penyebaran Injil menjadi tujuan utama. Lebih lanjut lihat Sjamsudduha,Agama Islam, Kristen, dan Katholik di Indonesia : perbandingan semangat misi dan interaksi Agama-Agama, dalam jurnal ilmu dakwah, fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, vol. 7, No.1, April 2003,hlm. 8. 29 Lebih lanjut lihat VCD “Gerakan Gereja Tahun 2005-2020” Copright Arimatea, Solo Jawa Tengah.
24
Angka 40 di dalam Alkitab merupakan angka yang mengungkapkan sesuatu yang baru, generasi yang baru. Yesus berdo’a puasa selama 40 hari. Dengan demikian, umat Kristen percaya bahwa mengharapkan terjadinya tranformasi di Indonesia pada tahun 2005 merupakan sesuatu ynag masuk akal karena ada janji Tuhan pada negeri ini. Tuhan memberi nubuatan bahwa pada tahun 2005 penduduk Indonesia akan menjadi umatnya.30 Doktrin mengenai tahun tranformasi semakin kuat tertanam dalam hati setiap missionaris di Indonesia. Terbukti dari semua tokoh gereja dari semua sekte tidak berbeda pendapat mengenai masalah ini, dan mereka memiliki optimisme yang sama akan proses tranformasi ini, sehingga wajar jika tahun 2006 merupakan titik awal bagi usaha mereka melakukan penuaian jiwa. Bahkan tidak tanggung-tanggung mereka memiliki optimisme yang kuat bahwa akan semakin banyak umat Islam yang akan kembali kepada Yesus, sebagaimana terdapat dalam Matius (9) : 35-38 yang berbunyi : “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; dia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil kerajaan sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati yesys oleh belas kasihan kepada mereka karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-NYA kepada murid-murid-Nya : “Tuaian memang banyak, tapi pekerja sedikit. Karena itu ,mintalah kepada tuanyang empunya tuain, supaya mereka mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”.31 Dengan keyakinan yang tinggi mereka yakin bahwa janji Tuhan akan mereka rasakan, sehingga mereka mengumpamakan Indonesia seperti ladang yang sedang menguning dan siap untuk dipanen. Gebrakan selanjutnya adalah mulai tahun 2006 mereka akan semakin aktif menyerukan kepada semua pengInjil dan gembala sidang di seluruh Indonesia untuk lebih giat bekerja di ladang Kristus dan menuai jiwa-jiwa muslim yang siap mereka panen pada tahun 2020.32
30
Rahmat T. Manullang,Op.cit, hlm. 3-4. Lembaga Al Kitab Indonesia, Op.cit, hlm. 11. 32 Yusuf Ismail Al Hadid, Op.cit, hlm.263-264. 31
25
Secara umum fase target tranformasi dibagi menjadi dua, yakni tahun 2005 mulai masa tuaian dan tahun 2006-2020 sebagai tahun penggenapan Amanat Agung di Indonesia yamg berangsur-angsur mulai berubah dari impian menjadi realitas. Adapun tahapan tranformasi tahun 2005-2020 adalah pertama, Indonesia akan mengalami instabilitas politik, tetapi semuanya itu adalah untuk mempersiapkan keadaan dan situasi di mana roh kudus menempatkan orang-orang-Nya dalam posisi dan keadaan iman untuk menggenapi rencana-Nya. Kedua,akan terjadi peningkatan dalam kehausan rohani yang besar. Hal ini terjadi karena perubahan situasi dan instabilitas dunia sejak 11 september 2001, perang Afganistan, perang Irak, Bom Bali dan SARS. Hasilnya adalah tuaian besar secara khusus diantara orang-orang yang bimbang, kecewa dan ketakutan. Ketiga, setelah berbagai goncangan, ekonomi Indonesia akan mengalami pemulihan dengan cepat dan akan menjadi lebih kaut dan lebih makmur daripada masa sebelum krisis moneter. Keempat, akan terjadi gerakan tranformasi moral, bukan dengan kekerasan tetapi dengan pertobatan sejati yang akan membawa berjuta-juta untuk mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat pribadi. Kelima, Nama Indonesia akan dipulihkan dan akan sangat dihormati oleh bangsabangsa lain. Indonesia tidak lagi dikenal sebagai bangsa korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), kekerasan, perang, rasisme, penganiayaan agama dan sebagainya. Bangsa Indonesia akan mempunyai reputasi internasional sebagi bangsa yang ditransformasi oleh kuasa Allah sehingga akan ditempatkan sebagai salah satu bangsa terkemuka yang memimpin masyarakat dunia. Orang akan dengan sangat bangga berkata “saya orang Indonesia”.33 Bahkan untuk mendukung misi yang mereka canangkan dalam rangka perubahan Kristen di Indonesia ke depan mereka melakukan langkah kongkrit, yaitu penguasaan ekonomi di Indonesia pertemuan
antara
pihak
gereja
dengan
dan secara rutin mengadakan pengusaha-pengusaha
mendukung kelancaran dan kesuksesan misi tersebut.
33
Jeff Hamman, op.cit, hlm. 28.
untuk
26
C. Misi dan Strategi Kristen. 1. Misi Istilah misi didefinisikan sebagi setiap usaha yang ditujukan dengan sasaran untuk menjangkau, melampaui kebutuhan gereja dengan tujuan untuk melaksanakan Amanat Agung dengan menyatakan kabar baik dari Yesus Kristus, menjadikan murid dan dikaitkan dengan kebutuhan yang utuh dari manusia baik jasmani maupun rohani.34 Uskup Stephen Neil mengungkapkan pendapatnya tentang definisi misi, yaitu Mission is the intentional crossing of barriers from church to non church in word and deed for the sake of the proclamation of Gospel (Misi adalah setiap usaha yang sengaja untuk melintasi atau menerobos rintangan-rintangan demi proklamasi Injil dalam kata dan karya gereja kepada non gereja).35 Setiap umat Kristiani percaya mendapat hak istimewa untuk ambil bagian dalam pekerjaan misi. Hal ini dikarenakan Kristen sebagai agama misi mempunyai ajaran yang mewajibkan bagi umatnya untuk melakukan penyebaran agama. Sebagaimana yang tertulis dalam Matius (28) : 18-19 yang berbunyi: Yesus mendekati mereka dan berkata: “kepada-Ku telah kuberikan segala kuasa di surga dan bumi, karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-KU dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus”.36 Berdasarkan ajaran Al-Kitab tersebut, umat Kristen percaya bahwa kegiatan misi Kristen atau yang lazim disebut sebagai penyampaian kabar gembira atau pengkabaran Injil merupakan tugas suci yang wajib diemban oleh setiap umat Kristen. Misi dipandang sebagai tugas pribadi bagi setiap orang Kristen, yang disebut tugas dari dirinya sesuai dengan pengInjilan umat Kristen.
34
Bagus Surjantoro, hati misi: kesaksian misionaris Indonesia menjelajah 5 benua, (Yogyakarta : ANDI, 2005), hlm. 32. 35 Ibid, hlm. 33. 36 Lembaga Al-kitab Indonesia, Al-kitab, (Yogyakarta : LAI, 2005), hlm. 40.
27
Sedangkan menurut uskup dari Karachi United Church of Pakistan, Arne Rudvin, motivasi yang sebenarnya mengenai misi yang di dalam Kitab Perjanjian Baru adalah bahwa Yesus sebagai Tuhan disalib dan diangkat ke langit. Motif misi ini merupakan penentuan masing-masing individu manusia yang harus diterima. Sehingga masing-masing mengatakan bahwa manusia harus bersamanya, dan mengatakan bahwa seluruh manusia di sayanginya.37
2. Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani “stratego” yang berarti “merencanakan pemusnahan musuh lewat penggunaan sumber-sumber yang efektif.38 Pada awalnya strategi merupakan istilah yang digunakan di kalangan militer. Dalam kontek ini strategi diartikan sebagai cara yang terbaik untuk mempergunakan dana, daya, dan peralatan yang tersedia untuk memenangkan suatu peperangan.39 Sementara James Brain Quin mengemukakan konsep strategi sebagai berikut : “A strategy is the pattern or plan that integrates on organization’s mayor goals, policies, and action sequences into a cohesive whole. A well-formulated strategi help to marshal and allocate an organization’s resources into a unique and viable poster based on its relative internal companies and shortcomings, anticipated change in the environment, and contingent moves by intelligent opponent”. Berdasarkan kutipan mengenai konsep strategi yang didefinisikan oleh Quin, strategi dapat dipahami sebagai sebuah pola perencanaan yang mengintegrasikan tujuan utama organisasi, kebijakan-kebijakan dan urutan kegiatan ke dalam satu kesatuan. Dengan demikian, sebuah strategi yang dirumuskan dengan baik akan membantu untuk menyusun dan 37 Arne Rudvin, “Konsep Dan Pelaksanaan Misi Kristen” dalam Ahmad Von denffer dan Emilio Castro (ed) Dakwah Islam Dan Misi Kristen : Sebuah Dialog Internasioanal, (Bandung : Risalah,1984), hlm 7. 38 Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 26. 39 Sondang P. Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan Dan Strategi Organisasi, (Jakarta : Gunung Agung, 1986), hlm. 16.
28
mengalokasikan sumber daya organisasi kedalam sebuah sikap aktif dan unik berdasarkan kekuatan dan kelemahan internal serta mampu mengantisipasi perubahan lingkungan, sehingga dapat bertindak secara tepat. Lebih lanjut Robert H. Hayes dan Steven C. Wheelwrigth sebagai mana dikutip oleh James A.F. Stoner dalam buku yang berjudul manajemen : memberikan lima ciri strategi, yakni : a) Wawasan
waktu
(time
horizon).
Strategi
digunakan
untuk
menggambarkan kegiatan yang meliputi rentang waktu jauh kedepan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan juga waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya. b) Dampak (impact), walaupun hasil akhir dengan mengikuti suatu strategi tertentu tidak langsung terlihat, namun untuk jangka waktu yang lama dampak akhirnya akan sangat berarti. c) Pemusatan upaya (concentration of effort), sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya atau perhatian terhadap sasaran yang sempit. Dengan memfokuskan pada kegiatan yang dipilih ini, secara implisit dapat mengurangi sumber daya yang tersedia untuk kegiatan lainnya. d) Pola keputusan (pattern of decisions), strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya keputusan organisasi tersebut mengikuti suatu pola yang konsisten. e) Peresapan (pervasiveness). Sebuah strategi mencakup suatu spectrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperoleh strategi.40 40
140.
James A.F. Stoner, Manajemen, Edisi Kedua, Jilid 1, (Jakarta :Erlangga,1996),hlm.
29
Dewasa ini istilah strategi tidak hanya diterapkan pada organisasi militer, tetapi juga digunakan dalam organisasi non militer, termasuk di dalamnya organisasi dakwah. Secara konseptual strategi dapat dipahami sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak dengan segala cara dan daya untuk memperoleh sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Islam dan Kristen merupakan agama dakwah atau agama misi, sehingga di antara penganutnya mempunyai keinginan untuk memberikan andil dalam memperbanyak jumlah pengikut agamanya. Namun permasalahannya adalah kegiatan penyebaran agama tersebut sering menimbulkan kesan yang kurang baik. Misalnya, usaha dan kegiatan misi Kristen di antara masyarakat yang beragama Islam, begitu pula sebaliknya usaha dan kegiatan dakwah di antara masyarakat yang beragama Kristen sering kali menimbulkan keluhan dari kedua belah pihak. Pada masa kolonialisme Belanda, strategi yang dipakai oleh missionaris umtuk mendukung keberhasilan Kristenisasi di antaranya adalah melakukan perkawinan dengan masyarakat setempat atau yang disebut dengan istilah kawin silang (jika yang dinikahi adalah orang Islam) menerjemahkan kitab Injil kedalam bahasa setempat seperti, Jawa, pribumi Kristen, inkulturasi, membuat koloni khusus dan pembukaan desa-desa baru, serta membantu rakyat miskin yang membutuhkan.41 Siasat misi Kristen dicanangkan dalam suatu program terpadu yang amat strategis guna memudahkan missionaris dalam menjalankan prakteknya. Rumah sakit, sekolah-sekolah. Sekretariat kantor-kantor
41
Waryno Abdul Ghofur, opcit, hlm. 207.
30
didirikan di pusat-pusat perkotaan yang berpenduduk padat serta di lokasi yang mudah dijangkau.42 Strategi Kristen dalam berdakwah biasanya mereka turun langsung untuk memberikan sesuatu, misalnya, mendatangi rumahrumah penduduk, rakyat miskin dipinggir-pinggir kota diajak supaya masuk ke dalam agama Kristen dengan mendapat jatah sembako (sembilan bahan pokok) dan bantuan-bantuan lain yang sifatnya sosial/ menolong orang-orang yang membutuhkan.43
D. Bentuk-bentuk Kristenisasi di Indonesia Dalam dokumen ini dikatakan: ''Pewartaan pertama juga ditujukan kepada bagian
besar umat manusia yang memeluk agama-agama bukan
Kristen. Agama-agama bukan Kristen semuanya penuh dengan 'benih-benih Sabda' yang tak terbilang jumlahnya dan dapat merupakan suatu 'persiapan bagi Injil' yang benar... Kami mau menunjukkan, lebih-lebih pada zaman sekarang ini, bahwa baik penghormatan
maupun penghargaan terhadap
agama-agama tadi, demikian pula kompleksnya
masalah-masalah yang
muncul, bukan sebagai suatu alasan bagi Gereja untuk tidak mewartakan Yesus Kristus kepada orang-orang bukan Kristen. Sebaliknya Gereja berpendapat bahwa orang-orang tadi berhak mengetahui kekayaan misteri Kristus.'' Jadi, misi Kristen untuk mewartakan Kristus kepada umat Islam dan agama-agama lain, adalah ajaran pokok dalam Gereja. Karena itu, kaum Kristen merasa wajib menjalankan perintah itu, dengan cara apapun, sesuai situasi dan kondisi; ada yang secara terang-terangan membagi-bagikan Bible kepada umat Islam, dengan cara menunjukkan keteladanan, dan sebagainya. Jadi, ketika kaum Kristen membagi-bagikan Bible kepada umat Islam, perlu dipahami, mereka sedang menjalankan ajaran agamanya. Kaum Muslim tidak 42
Ibrahim Khalil Ahmad, Siasat Misi Kristen Dan Orientalis, (Jakarta : Gema Insani Press, 1993), hlm. 66. 43 Mustofa Khalady, Misi Kristen dan Pendjajahan Jawa Timur, (Jakarta : Faiza, 1953), hlm. 255.
31
perlu terlalu risau, sebab umat Islam juga memiliki kewajiban dakwah kepada internal umat dan kepada kaum non-Muslim, termasuk Kristen. Bagi kaum Muslim, kaum Kristen disebut sebagai
''kafir'' dan umat Islam wajib
menyadarkan mereka dari kesesatannya (QS 5:72-75, 3:104).44 Sebelum mengetahui bentuk- bentuk Kristenisasi yang terjadi di Kecamatan Sidoharjo terlebih dahulu mengetahui bentuk-bentuk Kristenisasi yang sudah terjadi pada umumnaya: a. Kristenisasi pada pasien muslim Di beberapa rumah sakit, misalnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, kepada pasien muslim dibagi-bagikan leaflet (brosur) tentang penghiburan dan penyembuhan Yesus Kristus kepada orang-orang sakit. Di rumah sakit Advent Bandung, pasien muslim diajak berdoa bersama oleh rohaniawan rumah sakit dengan tata cara peribadatan Kristen.45 b. Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa. Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan diKristenkan. Kasus serupa menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan teror kejiwaan supaya murtad ke Kristen dan menyembah Yesus Kristus. Di Bekasi, modus pemerkosaan dilakukan lebih jahat lagi. Seorang pemuda Kristen berpura-pura masuk Islam lalu menikahi seorang gadis muslimah yang salehah. Setelah menikah, mereka mengadakan hubungan suami isteri. Adegan ranjang yang telah direncanakan, itu difoto oleh kawan pemuda Kristen tersebut. Setelah foto dicetak, kepada muslimah tersebut disodorkan dua pilihan: "Tetap Islam atau Pindah ke Kristen?". Kalau tidak pindah ke Kristen, maka foto-foto telanjang muslimah tersebut 44 45
Journal, Ketika Bible Masuk Pesantren, Adian Husaini, http. // kristology. Tripod. Com/ Fakta. Html (27 Juni 2006)
32
akan disebarluaskan. Karena tidak kuat mental, maka dengan hati berontak muslimah tersebut dibaptis dengan sangat-sangat terpaksa sekali, untuk menghindari aib.46 Di Cipayung Jakarta Timur, seorang gadis muslimah yang taat dan shalehah terpaksa kabur dari rumahnya. Masuk Kristen mengikuti pemuda gereja yang berhasil menjebaknya dengan tindakan pemerkosaan dan obatobat terlarang. c. Kristenisasi melalui penyebaran narkoba Di desa Langensari, Lembang, Bandung, Yayasan Sekolah Tinggi Theologi (STT) Doulos menyebarkan Kristen dengan cara merusak moral terlebih dahulu. Di sana, para pemuda usia 15 tahunan dicekoki minuman keras dan obat-obat terlarang sampai kecanduan berat. Setelah kecanduan, para pemuda harapan bangsa itu dimasukkan ke panti rehabilitasi Doulos untuk disembuhkan sambil dicekoki Injil supaya murtad dari Islam.47 d. Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian palsu via mantan muslim (murtadin) Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus pelecehan agama oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam ceramahnya, sang pendeta itu mengaku ngaku sebagai mantan kyai, alumnus Universitas Islam Badung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia tafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an secara sangat ngawur. Kaset rekaman ceramah tersebut kemudian diedarkan secara luas kepada umat Islam.48 Setelah diusut tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka Yusuf Roni ternyata tidak bisa baca Al-Qur'an. Dengan kebohongannya itu, Pendeta Pembohong Yusuf Roni diganjar penjara 7 tahun di Kalisosok, Surabaya. Ketika orang sudah banyak melupakan kasus pelecehan Yusuf Roni, di Jakarta muncul pelecehan plus seribu dusta yang baru. Seseorang 46
ibid Republika, 10 dan 12 April 1999). 48 http. 0p.Cit 47
33
yang menamakan dirinya Pendeta Hagai Ahmad Maulana mengaku sebagai putra kandung kesayangan KH. Kosim Nurzeha. Ceramahnya di gereja pun beredar luas di kalangan masyarakat. Setelah diselidiki, terkuaklah kebohongan besar pendeta Hagai Ahmad Maulana. Sebab belum pernah istri KH. Kosim Nurzeha melahirkan Ahmad Maulana. Di Padang, trik yang sama dipakai untuk menggoyang akidah umat. Seseorang yang menamakan dirinya Pendeta Willy Abdul Wadud Karim Amrullah, namanya menjadi naik daun di dunia pemurtadan Kristenisasi, setelah mengaku adik kandung ulama besar pakar tafsir, Yang Mulia Almarhum Buya Hamka. Orang awam banyak yang percaya tanpa cek dan ricek. Langsung yakin begitu saja dengan pengakuan bahwa adik kandung Buya Hamka itu sudah murtad ke Kristen. Setelah diselidiki, ternyata pengakuan itu adalah kebohongan yang sangat besar. Salah seorang putra Buya Hamka menyatakan bahwa sepanjang hayatnya, dia tidak pernah punya paman yang namanya Willy Abdul Wadud Karim Amarullah. Di Cirebon, murtadin Danu Kholil Dinata Ev. Danu Kholil Dinata alias Theofilus Daniel alis Amin Al Barokah, mengaku sebagai sarjana agama Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa versi Islam di STAI Cirebon. Setelah dilacak, ternyata ijazah sarjana yang dipakai untuk kesaksian adalah PALSU. Para murtadin pembohong lainnya adalah Drs. H. A. Poernomo Winangun alias Drs. H. Amos, Ev Hj. Christina Fatimah alias Tin Rustini (nama asli di kampung Sutini alias Bu Nonot, Pdt. Rudy Muhammad Nurdin, Pdt. M. Mathius, Pdt. Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F. Intan Duana Paken Nata Sastranagara (Ev. Ivone Felicia IDp.). Mengaku telah mengKristenkan 60 kiyai Banden, dll. e. Kristenisasi berkedok sosial di desa-desa terpencil Kristenisasi dilancarkan kepada orang-orang miskin sambil menawarkan makanan (berisi, mie, gula, dll.) secara gratis, obat-obatan,
34
pakaian bekas, alat-alat pertanian (bibit, pupuk, obat pembunuh serangga), dan lain-lain. Setelah orang desa merasakan manfaatnya, maka barulah para misi menyatakan maksud yang sebenarnya, bahwa mereka itu sebagai pelayan dari Yesus Kristus. Dan bantuan yang mereka nikmati itu adalah dari Yesus. Maka, mana yang lebih baik, Islam atau Kristen? Selanjutnya, masyarakat desa dibaptis. Bagi yang tidak mau masuk Kristen maka dimulailah misi untuk menggoda iman untuk melemahkan ajaran Islam. f. Kristenisasi berkedok Islam, yaitu memurtadkan akidah umat dengan strategi 'Srigala Berbulu Domba’.49 Dengan memakai idiom-idiom keIslaman dalam tata cara peribadatan serta menerbitkan buku-buku dan brosur (leaflet) berwajah Islam, tapi isinya memutarbalikkan ayat-ayat Al Our'an dan Hadits, untuk mendangkalkan akidah. Dipermainkannya ayat-ayat ilahi untuk meleceh Islam demi untuk menjunjung tinggi keKristenan. Tujuan akhirnya, agar kaum muslimin meragukan ajaran Islam lalu pindah ke Kristen. Dengan gerakan pemurtadan Kristiani yang dikemas dalam wajah Islam, persoalan dakwah Islamiyah semakin berat. Agresivitas misi Kristen sudah memasuki tingkat berbahaya. Kaum awam sulit membedakan keIslaman dan keKristenan, sehingga mudah dikaburkan akidahnya.
49
IbId
BAB III GAMBARAN GEOGRAFIS DAN KRISTENISASI DI KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN
Sebelum penulis membahas mengenai Kristenisasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen, penulis akan membahas terlebih dulu tentang kondisi Kecamatan Sidoharjo, Sragen, baik itu kondisi geografis, demografis, ekonomi maupun kondisi social keagamaan dan juga sejarah berdirinya Gereja dan Kristenisasi A. Kondisi Umum Kecamatan Sidoharjo 1. Kondisi geografis Kecamatan Sidoharjo terletak Kabupaten Sragen, yang luas wilayahnya 4.588.98 Ha, yang terdiri dari tanah sawah 3.083.13 Ha, dan tanah kering 1.505.85 Ha. Wilayah Kecamatan Sidoharjo terbagi atas 12 kelurahan atau desa, 36 Kadus dan 311 Rt, dan nama desa-desanya sebagai berikut : a) Kelurahan Sidoharjo b) Kelurahan Tenggak c) Kelurahan Jetak d) Kelurahan Taraman e) Kelurahan Singopadu f) Kelurahan Duyungan g) Kelurahan Pandak h) Kelurahan Bentak i) Kelurahan Patihan j) Kelurahan Purwosuman k) Kelurahan Jambanan l) Kelurahan Sribit Sedangkan batas-batas wilayah Kecamatan Sidoharjo adalah sebagai berikut :
35
36
9 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tanon dan Sukodono 9 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Karang Malang 9 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanon 9 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sragen 2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk Kecamatan Sidoharjo adalah 50.257 jiwa, terdiri dari 39% laki-laki, dan 61% perempuan. 1 Mayoritas penduduk bermata pencaharian
sebagai petani,
karyawan industri, berdagang dan jasa lainnya. Meskipun masyarakat desa sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh tani tapi tingkat pendidikan dari tahun ke tahun meningkat, karena adanya kesadaran dari orang tua mereka yang menginginkan anak-anaknya dapat bekerja di kantoran sehingga tidak seperti orang tuanya yang hanya bekerja sebagai buruh tani. Hal ini dapat kita lihat dari penduduk yang tidak sedikit dapat menyelesaikan pendidikan sampai ke tingkat SMP bahkan ke SMA dan juga ada yang sampai ke tingkat Perguruan Tinggi dan sedikitnya penduduk yang buta huruf, meskipun banyak yang menjadi buruh tani dan tidak lulus SD, tapi mereka dapat membaca. TABEL I Monografi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No
Tingkat pendidikan
Jumlah
1
Tidak tamat SD/sederajat
7.442
2
Tamat SD/sederajat
15.411
3
Tamat SMP/ sederajat
7.612
4
Tamat SMA
6.039
5
Perguruan Tinggi
1.452
Sumber data: Statistik Kecamatan Sidoharjo
1
Statistik Kecamatan Sidoharjo Sragen.
37
Kesadaran masyarakat betapa pentingnya pendidikan bagi anakanak mereka, semua itu didukung dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan yang tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Terbukti dengan adanya lembaga pendidikan formal, Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar , SMP dan SMA
maupun yang sederajat. Bagi masyarakat yang ingin
menyekolahkan anak-anaknya sampai ke tahap Perguruan Tinggi harus ke kota 2 3. Kondisi Ekonomi Di Kecamatan Sidoharjo dalam hal perekonomian, sebagian besar penduduk sudah berkecukupan, semua ini didukung dengan adanya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan. Sebagian penduduk bergantung dari tanah pertanian, namun ada juga yang ,bekerja lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari table berikut : TABEL II Jenis Mata Pencaharian Penduduk No
Jenis pekerjaan
Jumlah
1
Pertanian/Perkebunan/Peternakan
7.889 orang
Dan Perikanan 2
Pertambangan
75 orang
3
Industri Pengolahan
1.788 orang
4
Perdagangan Dan Akomodasi
6.212 orang
5
Angkutan & Komunikasi
259 orang
6
Jasa & Sosial
296 orang
Sumber: Statistik Kecamatan Sidoharjo Walaupun penduduk bermata pencaharian sebagai buruh tani namun kehidupan mayoritas penduduk berkecukupan. Hal ini didukung dari anak-anak mereka yang dapat menyelesaikan pendidikannya sampai ke Perguruan tinggi di perkotaan dan mereka juga pergi keluar dari desa 2
Ibid.
38
untuk mencari pekerjaan di kota sehingga dapat membantu perekonomian keluarga. 4. Kondisi Sosial Keagamaan Seperti desa-desa lain dalam masyarakat Jawa pada umumnya, kehidupan social masyarakat Kecamatan Sidoharjo terjaga dengan baik. Kehidupan penuh kekeluargaan dan kegotong-royongan melekat erat dalam tiap diri penduduk. Hal ini dapat kita lihat, dengan adanya kegiatan gotong royong dalam hal pengolahan tanah, pembangunan rumah, kebersihan desa dan dalam membangun jalan atau jembatan. Kerukunan dan hubungan social antar warga sangat jelas terbina dengan baik, Hal ini dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2006-2007, tidak ada konflik dan perkelahian serius yang terjadi. Semua itu tetap terjaga karena kepercayaan dan keagamaan masyarakat yang baik. Masyarakat Sidoharjo menganut beberapa agama yaitu: Islam, Kristen, Khatolik dan Budha. Agama Islam dianut oleh 49.978 orang , Agama Kristen 535 orang, Agama Khatolik 987 orang dan Agama Budha 11 orang, Hindu 3 orang. Warisan kepercayaan pra Islam sudah mengakar kuat dalam tiap sendi kehidupan masyarakat Sidoharjo, tetapi kondisi keIslaman masyarakat sudah dikatakan maju, yaitu terbukti dengan adanya 100 masjid. Selain Masjid dan Mushola juga sudah terdapat 9 gereja, yang juga berkembang secara pesat terbukti dengan banyaknya penganut dari Gereja. Meskipun masyarakat Sidoharjo menganut berbagai agama tetapi kehidupan keagamaan berjalan dengan lancar, yaitu terbukti dengan adanya banyak kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing agama, contohnya: kegiatan aksi social. Setiap agama di masing-masing desa pasti ada aksi sosialnya. walaupun itu bersifat intern dan ekstern, adanya perwakilan atau undangan dari pihak pemeluk agama yang lain ketika melakukan syukuran hari besar mereka. Sedangkan untuk kegiatan bersama biasanya mereka melakukan gotong royong, kerja bakti bersamasama.
39
Kerukunan antar agama sudah menjadi akar bagi desa ini, karena dengan kerukunan desa ini menjadi tenang, damai dalam menjalani kehidupan bersama. B. Sejarah dan Perkembangan Kristenisasi di Sidoharjo Sragen Secara umum dapat dikatakan bahwa Kristenisasi di Sidoharjo Sragen tidak jauh berbeda dengan Kristenisasi yang terjadi di indonesia, perbedaannya terletak pada kurun waktu dan cara-cara yang digunakan dalam usaha Kristenisasi tersebut. Jika Kristenisasi di Indonesia pada awal perkembangannya lebih ditekankan pada aspek politik dan keuntungan ekonomi serta dilaksanakan melalui ekspansi dan imperialisme, maka Kristenisasi di Sragen pada saat ini lebih difokuskan pada segi sosial ekonomi dengan cara-cara yang halus dan bertujuan untuk melunturkan umat Islam dari ajaranya. a) Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Sejarah lahirnya gereja Katolik tidak bisa dipisahkan dari sejarah paroki Santo Antonius Purbayan, Solo, berdiri pada tahun 1859 dan mencakup wilayah yang cukup luas, termasuk Sragen. Pada tahun 1928, oleh Rm. CJJ. Versteeg. SJ. Yang berkarya di paroki purbayan, mulai dirintis berdirinya sebuah sekolah dasar di desa Jetak,
wilayah
Sragen.
Sekolah
itu
dinamakan
DRIEJARIGE
VOLKSCHOOL, KANISIUS dan mula-mula menumpang di rumah Demang Santomajo. Adapun gurunya yang pertama bernama R. Sumardji (almarhum) seorang pemuda asal Tarikngarum, Sragen Tahun 1929, R Sumardji diganti oleh R. Soewandi, pemuda asal Kreteg, Kewek, Yogyakarta, kemudian tahun berikutnya diganti oleh R.P.Soewardi
pemuda asal Sumber, Kalasan, Yogyakarta. Keduanya
lulusan CVO (Cursus Volks Onderwijs) Yogyakarta. Pada tahun 1933, tunas-tunas mulai muncul, satu, dua orang dari Sragen mulai dibaptis di Purbayan. Dan pada tahun 1935 mulai ada perayaan Ekaristi di wilayah Sragen mengenai tempatnya berpindah-
40
pindah, baru pada tahun 1937 ada acara tetap satu bulan satu kali, tempat perayaan Ekaristi bertempat digedung SD kanisius. Perkembangan yang sudah mulai membuahkan hasil itu tiba-tiba terpaksa mandeg dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942. tentara NIPPON (Jepang)
melarang bahkan
menginternir semua
missionaris Belanda yang sedang berkarya di Indonesia, karena dicurigai sebagai pendukung sekutu. Hanya Romo-Romo pribumi dan beberapa glintir Romo asing lain sajalah yang diperbolehkan bergerak agak lebih leluasa. Meskipun sekolah Kanisius Jetak tetap berfungsi seperti sediakala, namun pelayanan Romo boleh dikatakan macet, pada masa itu umat katolik dalam keadaan terlantar dan harus menentukan nasibnya sendiri.3 b) Sesudah Proklamasi Sesudah proklamasi, iklim pertumbuhan umat mulai membaik, pada tahun 1948 di wilayah Sragen tercatat ada 30 umat Katolik, termasuk karyawan pabrik Gula Mojo yang kebanyakan adalah pendatang dan orang Belanda. Perkembangan terasa tersendat-sendat, terutama karena SDK bersama sekolah swasta lainya dilebur menjadi SR negeri. Situasi tersebut sedikit terobati dengan adanya usaha Bp. Pdt Atmosudarmo alm. Mendirikan SGC yang kemudian menjadi SGB Sragen. Pada tahun 1951 terdapat 8 siswa SGB yang mengkuti kursus magang baptis dan pada tahun 1953 dibaptis di Gereja Atonius Purbayan Solo. Dan kemudian ternyata mereka menjadi guru-guru sehingga benihbenih iman mulai menyebar pula pada sekolah-sekolah dasar, suasana semakin menggembirakan dengan bertambahnya
tenaga iman di
Purbayan. Stasi-stasi kadangkala dikunjungi oleh imam, termasuk Sragen. Kunjungan imam memang langka, tetapi perkembangan tidak terhenti, justru karena rosul awam terus bergerak. Usaha rosul awam paling nampak yang berusaha lewat jalur pendidikan. Saksi sejarah adalah
3
Jurnal Lentera, Edisi Khusus, September 2003.
41
berdirinya gedung SMP Saverius atau tepatnya berdirinya SMP Saverius dan yayasan Saverius yang mengelola SMP Saverius itu. Dari salah satu perintis yang masih hidup kami mendapat keterangan sebagai berikut: sejak tahun 1951 perayaan Ekaristi di Sragen selalu berpindah-pindah dari rumah-ke rumah. Dalam suasana prihatin itu mereka ingat bahwa di srage ada sebidang tanah yang telah menjadi milik Kerk en Arm Bestuur (sekarang PGPM). Karena kericuhan suasana politik waktu itu, tanah tersebut, tidak ditangan gereja sebagai pemiliknya. Lalu mereka berusaha untuk mendapatkannya untuk dibangun gereja di atasnya, dengan bermacam cara maka akhirnya berhasil. Tetapi tidak langsung dibangun gereja melainkan
membangun 2 lokal kelas SMP
Saverius dan Sekolah Menengah Pertama Saverius berdiri, pembangunan tersebut dengan alasan bahwa untuk sekarang ini umatnya masih sedikit belum perlu gedung gereja, lebih baik untuk gedung sekoalah sekaligus dapat dipakai untuk tempat ibadat.4 Senin 26 September 1955, para tokoh rosul awam mendirikan Yayasan Saverius dengan akte notaris, Raden Soegondo Notodisoerjo. Sejak saat itu tempat, kegiatan ibadah Ekaristi dan pelajaran agama berpusat di gedung SMP Savrius, dan ternyata peranan SMP Saverius dan Yayasannya sungguh besar untuk perkembangan umat. Pada tahun 1961 angin segar mulai bertiup segar. Purbawardayan di tetapkan menjadi paroki mandiri dan stasi Sragen termasuk wilayah paroki Maria Regina Purbowardayan. Romo Kiswoyo mulai menetapkan setiap setengah minggu sekali tinggal di Sragen menggembalakan umat di Sragen. Nampak bahwa mulai bulan Agustus 1961, stasi Sragen mulai di persiapkan menjadi paroki mandiri karena mulai bulan Agustus itulah perkawinan dan pembaptisan umat d Sragen mulai dicatat tersendiri, tidak lagi disatukan dengan buku induk di Purbowardayan. Romo Kiswono juga mulai merintis membentuk pengurus stasi yang merupakan embrio dewan paroki. Kegiatan kerosulan lain-lainnya mula dirintis: didirikan ALMA 4
Wawancara dengan Bpk Suhanto B.A. 10 Juni 2007
42
(Asosiasi Lembaga Missionaris Awam) Da Legio Mariae. Usaha tersebut semakin mantap ketika Romo Kiswono menetap di Sragen mulai tahun 1965. Menetapnya seorang pastur untuk menggembalakan satu wilayah, itulah kiranya, hari lahirnya paroki baru di Sidoharjo Sragen. Adapun ketua lingkungan berdasarkan wilayah Kecamatan Sidoharjo periode 2006-2009 sebagai berikut: No
Nama ketua
Nama desa / gereja
1
YD. Sugiyatno
Banyuning / Yosep
2
JA. Suharto
Jetak, gayam / Antonius Padua
3
R.FX. Wijono
Sukomarto / Leo Agung
4
M. Sugimin
Nguwer / Ambrosius
5
FX. Suprapto
Karang anyar / Cornelius
C. Bentuk-Bentuk Kristenisasi di Sidoharjo Sragen Sebelum ke pokok bahasan tentang bentuk-bentuk Kristenisasi yang ada di Kecamatan Sidoharjo lebih dahulu penilis kemukakan pengertian Kristenisasi menurut beberapa responden yang berdomisili di Kecamatan Sidoharjo yaitu : a. Menurut Drs.Ali Mustofa ZA.Msi. Kristenisasi merupakan upaya atau usaha yang dilakukan oleh suatu gerakan atau kelompok atau individu dari orang-orang Kristen untuk memperoleh jamaat yang lebih banyak, baik yang berasal dari faktor internal (Indonesia) maupun eksternal (luar negeri).5 b. Menurut Drs. Slamet, Kristenisasi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh para missionaris untuk meng-Kristen-kan orang-orang di luar agama Kristen, terutama difokuskan pada orang Islam.6 c. Sedangkan menurut Pdt Suhanto BA.menjelaskan bahwa di dalam agama Kristen tidak ada istilah Kristenisasi, jadi Kristenisasi merupakan istilah yang dipakai oleh orang Islam untuk menyebut kegiatan penyebaran agama yang dilakukan oleh umat Kristen kepada orang di luar Kristen, dan 5 6
Wawancara dengan Bpk Drs. Ali Mustofa ZA.Msi, tgl 9 Juni 2007. Wawancara dengan Bpk Drs Slamet tgl 10 Juni 2007.
43
di gereja sendiri juga tidak ada istilah Kristenisasi, yang ada misi agama Kristen yang dalam hal ini adalah pewartaan atau penginjilan.7 Adapun bentuk-bentuk aksi sosial yang ada di Kecamatan Sidoharjo Sragen antara lain: a. Aksi sosial yang bersifat rutin Kristenisasi dilancarkan kepada orang-orang miskin sambil menawarkan makanan (berisi, mie, gula, dll.) secara gratis, obat-obatan, pakaian bekas, alat-alat pertanian (bibit, pupuk, obat pembunuh serangga), dan lain-lain. Setelah orang desa merasakan manfaatnya, maka barulah para misi menyatakan maksud yang sebenarnya, bahwa mereka itu sebagai pelayan dari Yesus Kristus. Dan bantuan yang mereka nikmati itu adalah dari Yesus. Maka, mana yang lebih baik, Islam atau Kristen? Selanjutnya, masyarakat desa dibaptis. Bagi yang tidak mau masuk Kristen maka dimulailah misi untuk menggoda iman untuk melemahkan ajaran Islam. Strategi misionaris dalam menyebarkan injil yaitu (1) melalui bantuan kemanusiaan (memberi sembako dan pengobatan gratis). (2) melalui bantuan pendidikan (mendirikan sekolah-sekolah umum dan sekolah berlebel Kristen). (3) melalui proyek amal (memberikan sumbangan dalam bentuk apapun dan disertai pesan-pesan khusus). (4) membina hubungan dengan pemerintah lokal dan penduduk setempat (dengan mengatasnamakan sebagai tenaga konsultan, pekerja sosial). (5) membangun bisnis (para misionaris membangun jaringan bisnis diberbagai bidang) dan (6) dan bahkan pura-pura menjadi muslim.8 Kegiatan aksi sosial yang rutin di laksanakan biasanya pada harihari tertentu misalnya; pada hari raya paskah dan natal, pada hari tersebut memberikan bingkisan kepada warga gereja dan sekitarnya yang dianggap membutuhkan baik itu beragama Kristen maupun agama lain, bantuan itu berupa sembako dan pakaian. 7
Wawancara dengan Pendeta Bpk Suhanto BA, tgl 10 Juni 2007. Abu Deedat Syihab, Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam: Dokumen Kristenisasi, (Jakarta : Pustaka Tazkiya az Zahra, 2005), hlm. 12. 8
44
Setiap bulan atau selapan, gereja memberikan santunan untuk mereka yang tidak mampu ( untuk warga desa saja), untuk usia lanjut gereja memberikan pelayanan kesehatan gratis dan semua itu diberikan di puskesmas dilayani dengan memberikan berapa vitamin yang mereka butuhkan, kemudian ditimbang badannya dan juga gereja memberikan makanan. Dana yang diperoleh gereja dari sumbangan pihak jemaat gereja yang semua itu ada pos namanya diakonia ( pelayanan untuk orang yang membutuhkan dalam Islam di sebut shodaqoh). Kemudian dikumpulkan menjadi satu dan setiap bulan diberikan kepada mereka yang tidak mampu, kemudian ditambah beras dan lainnya. b. Bantuan yang bersifat insidental dilakukan •
memberikan bantuan pangan, bekerja dengan Kecamatan setempat dan LSM, jadi pemberian bantuan bergilir jika Kecamatan memberi sementara gereja tidak memberikan.
•
Memberikan modal usaha
yaitu memberikan modal usaha kepada
orang yang memang mempunyai usaha kecil-kecilan dan mereka bisa berkembang dan berhasil mengembalikan uang modal dengan cara diangsur, dengan adanya usaha ini banyak penduduk yang tidak mempunyai usaha iri dan juga ikut meminjam modal usaha tersebut,akhirnya warga tidak bisa menggunakan uang modal tersebut dengan benar, uang tersebut juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Awalnya usaha ini berjalan dengan lancar, karena gereja tidak mempunyai pengalaman dalam hal ini lama kelamaan usaha ini terhenti. Usaha meminjamkan modal ini sangat berarti bagi warga yang sudah mempunyai usaha, karena bagi warga yang sudah pernah mapan, bisa bangkit kembali untuk memulai usahanya, dengan adanya usaha ini dapat memberikan motivasi pada penduduk bahwa mereka diperhatikan dan tidak sendirian, kesadaran akan kebersamaan dan saling membantu adalah sangat penting untuk membangun desa kembali secara bersama-sama.
45
Aksi sosial yang dilakukan pasti mempunyai tujuan dan manfaat agar dapat berjalan sesuai dengan rencana, sedangkan aksi sosial yang dilakukan oleh gereja yang berada di Kecamatanm Sidoharjo juga mempunyai tujuan dan manfaat yaitu :
Untuk membantu kesejahteraan umat gereja sendiri maupun sekitar gereja, menurut Suhanto (tokoh Katolik) semua ini gereja lakukan untuk meneladani Tuhan Yesus sebagai tuhan mereka. Alkitab yang menjelaskan tentang ini tedapat dalam Injil Markus 10 ayat 45 yang berbunyi : karena anak manusia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya, menjadi tebusan bagi banyak orang.9 selain ayat tersebut juga ada Injil-Injil lain yang membahas ajaran Yesus untuk melayani orang lain, yaitu Injil Matius 14 ayat 13-21, Injil Markus 6 ayat 44, Injil Lukas 9 ayat 10-17, Injil Yohanes 6 ayat 1-13. Inti dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melakukan perjalanan Yesus mengalami kejadian yaitu kekurangan makanan untuk pengikutnya yang sekitar 5000 orang dan persediaan Yesus dalam hal makanan sangat kurang tapi dengan rasa kasih sayang Yesus, maka Yesus dapat melipatgandakan roti dan ikan tersebut menjadi 5000. dengan adanya peristiwa tersebut warga gereja hidup di dunia ini tidak sendirian dan tidak untuk dilayani tapi semampunya dapat melayani orang lain.
Untuk melaksanakan apa yang sudah menjadi tugas manusia sebagai manusia sosial didunia, karena gereja merasa terpanggil untuk membantu sesama yang membutuhkan. Aksi sosial yang dilakukan sudah menjadi dasar bagi gereja tidak hanya rohani saja yang dibutuhkan untuk beribadat, tetapi membantu sesamanya dengan cara memberikan kebutuhan pokok sehari-hari itu yang mendasari gereja melakukan pelayanan untuk masyarakat yang membutuhkan.
9
The Gedeons Internasional, Perjanjian Baru Mazmur dan Amza Terjemahan Baru, (Jakarta: Lembaga Al-Kitab Indonesia, 2001), hlm. 67.
BAB IV ANALISIS PENGARUH KRISTENISASI TERHADAP MASYARAKAT MUSLIM DI KECAMATAN SIDOHARJO, SRAGEN
A. Respon positif dan negatif tentang Kristenisasi 1. Respon Positif Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk umat manusia dengan tuntunan hidup serba sempurna. Agar dapat dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia dan supaya mereka dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sebagai makhluk sosial manusia hidup dalam suatu tatanan masyarakat, hal yang wajar bila terjadi perselisihan karena antara satu dengan yang lainnya mempunyai watak dan tingkat kecerdasan berbeda, sehingga Allah mengutus seorang Rosul untuk mengatur tatanan kehidupan mereka. Menurut Abu Muslim Al-Asfani dan Abu Bakar Al-Bagilani mengatakan: “Apabila semua persoalan diserahkan kepada kemampuan akal manusia tanpa diiringi hidayah, ilahiyah akan menimbulkan perselisihan dan perpecahan sehingga angan-angan yang menghambat manusia dalam mencapai tujuan yaitu dalam hal aqidah dan hukum merupakan hasil produk manusia.”1 Al-Qur’an menjelaskan bahwa banyak ayat yang tidak saja mengajarkan kebenaran agama Islam yang dibawa dan disebarkan oleh Nabi Muhammad, tetapi juga mengakui dan menghormati hak hidup agama-agama. lain, bukan saja agama samawi (waliyah) seperti agama Kristen (Nasrani) dan Yahudi, melainkan juga agama-agama non samawi, Allah berfirman dalam surat Al-Baqaroh 62, yang bunyinya:
1
Ahmad Mustofa, Al Maroughi, Terjemahan Tafsir Al-Maroughi, (Semarang: CV. Toha Putra, 1973), hlm. 213.
46
47
ﻢ ﺎ ﹶﻓﹶﻠﻬﺎِﻟﺤﻋ ِﻤ ﹶﻞ ﺻ ﻭ ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ َﺂ ِﺧ ِﺮ ﻴﺍﹾﻟﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ ﻭ ﻣ ﻦ َﺁ ﻣ ﲔ ﺎِﺑِﺌﺍﻟﺼﻯ ﻭﺎﺭﻨﺼﺍﻟﻭﺍ ﻭﺎﺩﻦ ﻫ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻮﺍ ﻭﻣﻨ ﻦ َﺁ ِﺇﻥﱠ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﴾62﴿ ﻮ ﹶﻥﺰﻧ ﺤ ﻳ ﻢ ﻫ ﻭﹶﻟﺎ ﻢ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﻑ ﻮ ﺧ ﻭﻟﹶﺎ ﻢ ﺑ ِﻬﺭ ﺪ ﻨﻢ ِﻋ ﻫﺟﺮ ﹶﺃ “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orangorang Nasrani dan orang-orang Sabi’in, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”(Al-Baqarah: 62)2 Ayat tersebut di atas jelas bahwa Allah tidak hanya menjamin keselamatan orang beriman (Islam, tetapi juga kaum Nasrani, Yahudi dan Sabiin). Kalau saja pemeluk semua agama telah bertindak lahir dan batin di dalam kehidupan sesuai dengan ajarannya, tidaklah akan ada saling sengketa di dunia ini disebabkan oleh agama. Tidak akan ada fanatik buta, sikap benci dan dendam kepada pemeluk agama lain. Aksi sosial adalah kegiatan atau tindakan yang memang dilakukan oleh beberapa kelompok dan biasanya tindakan atau kegiatan tersebut pasti mempunyai tujuan atau maksud yang dapat menyejahterakan sesama manusia dan juga biasanya aksi-aksi sosial tersebut dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memang bertugas untuk lebih menyejahterakan masyarakat. Selain lembaga-lembaga itu datangnya dari pemerintah, aksiaksi social oleh organisasi-organisasi lembaga keagamaan. Selain untuk merayakan hari besar agamanya tersebut aksi sosial juga bertujuan untuk membantu orang yang lebih membutuhkan. Kristenisasi yang ada di Kecematan Sidoharjo Sragen memang sudah ada sejak sejarah masuknya agama Kristen di daerah tersebut, tetapi terlaksananya secara jelas sejak tahun 1992, dengan adanya kegiatan tersebut penulis tertarik untuk membahasnya bagaimanakah pendapat atau respon dari masyarakat muslim sekitar gereja maupun yang ada di Kecamatan Sidoharjo pada umumnya, tentang adanya Kristenisasi yang
2
19
Soenarjo, dkk. Al-Qur’an dan terjemahanya, (Jakarta: P.T. Serajaya Santra, 1987), hlm.
48
dilakukan oleh gereja? karena menurut informasi dari pihak Kristen, yang dilakukan gereja tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi warga gereja, tapi merupakan bagian dari ajaran yesus. Ada beberapa tokoh agama dan masyarakat yang memberikan responnya, misalnya: Bapak Drs. M. Ali Mustofa ZA. Msi (sebagai warga desa Taraman sekaligus sebagai seorang guru), beliau berpendapat bahwa Kristenisasi yang dilakukan secara insidental (membantu karena adanya bencana alam), Bapak Ali Mustofa mengetahui adanya Kristenisasi yang bersifat insidental, tapi beliau tidak mengetahui aksi sosial gereja yang bersifat rutinitas (intern gereja), karena aksi sosial gereja yang bersifat insidental selalu melalui prosedur dan bekerjasama dengan pemerintah setempat. Sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai keberagaman yang berbeda, apabila ada masyarakat atau lembaga yang ingin mengadakan kegiatan yang tujuannya untuk menyejahterakan masyarakat desanya. Selama kegiatannya tersebut untuk kepentingan umum tidak untuk kepentingan pribadi itu boleh-boleh saja. Masyarakat tidak akan pernah mempermasalahkan sepanjang kegiatan tersebut tidak ada unsur misi dan unsur lainnya.3 Di Kecamatan Sidoharjo tidak hanya Kristen saja yang memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, agama Islam juga demikian pernah membantu orang yang membutuhkan, meskipun mereka berlainan agama. Sebagai warga (Bapak M. Ali Mustofa ZA. Msi), hanya bisa menyambutnya dengan rasa senang hati dan masyarakat tidak mungkin menolak kebaikan orang lain. Aksi sosial yang dilakukan gereja dengan
memberikan
bantuan
kepada
masyarakat
setempat
yang
membutuhkan ternyata mendapat simpati dari masyarakat non Kristen dan mereka tertarik dengan agama Kristen yang telah berbuat kebaikan, kemudian mereka berpindah agama, itu tidak menjadi persoalan, karena
3
Hasil Wawancara dengan, Bpk M. Ali Mustofa ZA, Msi, tgl 11 Juni 2007.
49
urusan keyakinan itu tidak bisa dipaksakan, karena masyarakat sendiri yang akan menjalaninya. Berbeda dengan pendapat bapak Drs. Slamet (warga Desa Taraman yang bekerja sebagai pegawai Kecamatan Sidoharjo) Aksi-aksi sosial banyak dilakukan oleh gereja, sebagai pemeluk minoritas di Kecamatan Sidoharjo tetapi organisasinya tertata rapi dan sistematis, Umat gereja lebih sensitif untuk melihat keadaan di sekitar mereka yang kurang mampu, adanya donatur-donatur dari luar, gereja lebih maximal dalam memberikan bantuan sosialnya. Umat Islam sebagai pemeluk mayoritas di Kecamatan Sidoharjo dengan keterbatasan sumber daya manusianya, kurang sensitive untuk melihat keadaan sekitar mereka, jadi organisasi yang ada kurang terorganisasi dengan baik, kebanyakan mereka lebih mementingkan isi perut masing-masing. Agama Kristen biasanya bekerjasama dengan pemerintah dan selalu meminta izin, berbeda masyarakat Islam yang jarang meminta izin kepada instansi pemerintah, jadi aksi sosial yang dilakukan umat Islam kurang terorganisir dengan baik. gereja memang ada aksi sosial yang bersifat rutin dan insidental, tapi yang saya tahu yang bersifat insidental, yang rutin dilakukan oleh gereja memang tidak mengetahui secara mendetail. Aksi sosial yang rutin itu memang ada bagus sekali. Sebagai tokoh agama Islam saya juga menginginkan umat Islam dapat melakukan secara rutin, tapi kita sebagai umat Islam belum bisa seperti mereka (gereja), karena masyarakat masih merasa kurang dalam hal pangan. Sebagai tokoh agama Islam saya selalu berfikir positif bahwa kegiatan tersebut hanya untuk membantu masyarakat yang memang sangat membutuhkan.4 Sebagai umat Islam kita tidak diperbolehkan berburuk sangka atau curiga terhadap orang lain, seperti yang tertulis dalam surat Al-Hujarat ayat 12, yang bunyinya:
4
Ibid
50
ﻭﻟﹶﺎ ﻮﺍﺴﺴ ﺠ ﺗ ﻭﻟﹶﺎ ﻢ ِﺇﹾﺛﺾ ﺍﻟ ﱠﻈﻦ ﻌ ﺑ ِﺇﻥﱠﻦ ﺍﻟ ﱠﻈﻦ ﺍ ِﻣﻮﺍ ﹶﻛِﺜﲑﺘِﻨﺒﺟ ﻮﺍ ﺍﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ ﺗﻘﹸﻮﺍﺍﻩ ﻭ ﻮﺘﻤﻫ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻜ ِﺮﻴﺘﻣ ﻢ ﹶﺃﺧِﻴ ِﻪ ﺤ ﻳ ﹾﺄﻛﹸ ﹶﻞ ﹶﻟ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻛﹸﺣﺪ ﺐ ﹶﺃ ﺤ ِ ﺎ ﹶﺃﻳﻌﻀ ﺑ ﻢ ﻜﹸﻌﻀ ﺑ ﺐ ﺘﻐ ﻳ ﴾12﴿ ﻢ ﺭﺣِﻴ ﺏ ﺍﺗﻮ ﻪ ﻪ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﺍﻟﻠﱠ “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(Al-Hujarat: 12).5 Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman, supaya mereka menjauhkan diri dari prasangka terhadap keluarga, kerabat, dan orang lain tidak pada tempatnya, sebab prasangka itu adalah murni perbuatan dosa. Maka jauhilah prasangka itu sebagai suatu kewaspadaan. Buruk sangka biasanya berupa tudingan seseorang tanpa didasarkan pada bukti yang mendukung kebenarannya. Buruk sangka termasuk salah satu penyakit hati yang haram terpendam dalam hati seorang muslim. Allah SWT juga melarang bergunjing atau mengumpat orang lain, yang dinamakan gibah atau bergunjing adalah menyebut-nyebut suatu keburukan orang lain yang tidak disukainya, sedangkan ia tidak seperti apa yang kita pikirkan, karena yang demikian itu, menyakiti orang yang diumpatnya. Sebutan dari yang menyakiti itu mengenai keduniaan, badan, budi pekerti, harta, anak, isteri, atau pembantunya dan semua yang ada hubungannya dengan dia. Allah SWT memerintahkan kepada kaum mukminin supaya tetap bertaqwa kepada-Nya karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap orang yang bertaubat dan mengakui kesalahankesalahannya. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan tidak akan mengazab seseorang setelah ia bertaubat. 5
Soenarjo, dkk. Op.cit, hlm 847
51
Bergunjing itu tidak diharamkan jika disertai dengan maksudmaksud yang baik, yang tidak bisa tercapai kecuali dengan gibah itu.6 Untuk itu kita sebagai orang yang beriman harus dapat berfikir positif tentang apa yang dilakukan oleh orang lain selama bukti-bukti yang ada belum mengarah kepada hal-hal yang buruk. Sebaliknya berburuk sangka atas apa yang akan dilakukan oleh orang lain yang sudah nyata dan terbukti keburukannya dibolehkan, maksudnya sebagai tindakan penjagaan atas kejahatan yang mungkin dilakukan lagi. Menurut bapak Slamet, sebagai warga muslim dengan adanya Kristenisasi tetapi lagi-lagi juga tidak berdaya kenapa agama Islam yang dikatakan sebagai agama mayoritas tidak begitu sensitive dengan keadaan masyarakat sekitar, dan kegiatan yang dilakukan umat Kristen atau gereja adalah gerakan Kristenisasi
untuk menarik masuk kedalam agama
mereka. Meskipun hanya motif kemanusiaanlah mereka melakukan kegiatan tersebut, tetapi pada akhirnya lebih ke proses Kristenisasi, walaupun banyak masyarakat yang berfikir positif bahwa pemeluk agama lain memberikan bantuan kepada umat pemeluk agama lainnya itu sah-sah saja,
saya jelas mengetahui aksi sosial yang dilakukan oleh gereja
tentunya yang bersifat insidental, pendapat saya adalah sangat bagus aksi tersebut dilakukan selama kegiatan itu tidak ada motif apa-apa selain hanya kemanusiaan dan bertujuan untuk membantu sesama manusia yang sangat membutuhkan. Selama saya disini aksi-aksi sosial yang dilakukan oleh gereja disambut baik oleh masyarakat, Alhamdulillah tidak ada konflik.7 Menurut bapak Slamet, tentang adanya aksi sosial gereja tidak masalah, selama kegiatan itu dapat mempererat hubungan silaturahmi antar umat beragama di desa ini, kami sebagai aparat pemerintah ya setuju-setuju saja, selama aksi social tersebut untuk kebaikan bersama. 6 Tim Tashih Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Semarang PT Citra Effhar 1993), hlm. 439 7 Wawancara dengan Bpk Drs slamet, (Pegawai Kecamatan). Tgl 11 Juni 2007
52
Penulis juga mengambil respon dari beberapa tokoh agama, misalnya Bapak Joko beliau memberikan respon bahwa aksi-aksi sosial yang dilakukan oleh gereja memang lebih banyak dari pada umat Islamnya sendiri, kalau umat Islam aksi sosial tersebut hanya terbatas pada hari-hari besar dan aksi yang bersifat insidental, misalnya; jamaah kelompok pengajian Ibu-Ibu juga pernah mengadakan sunatan masal, santunan kepada anak yatim. Penulis juga mengambil respon dari masyarakat Desa Taraman Sidoharjo. Warga muslim sebagian mengetahui adanya aksi sosial yang dilakukan oleh gereja sebagian lagi tidak mengetahui adanya aksi sosial yang dilakukan oleh gereja, sebagian lagi tidak mengetahui adanya aksi sosial tersebut Seperti
Mbah Dim, pekerjaan sebagai petani, dia mengetahui
adanya aksi sosial yang dilakukan oleh gereja, dia berpendapat bahwa kegiatan yang dilakukan oleh gereja selama ini baik-baik saja, karena warga Desa Taraman menyambutnya dengan baik. Bapak Mujiono tidak mengetahui sama sekali kalau gereja mengadakan aksi social, dikarenakan tidak mendapatkan informasi dari siapapun. Berbeda dengan Mujio, dia malah pernah mengikuti aksi yang dilakukan oleh gereja yaitu pelayanan kesehatan bagi lanjut usia, menurut informasi dari dia, selain diberikan obat, mereka juga memberikan nasehat-nasehat yang memang baik untuk kesehatan dia. Dari penjelasan di atas tentang respon masyarakat muslim di Kecamatan Sidoharjo terhadap aksi sosial atau Kristenisasi yang dilakukan oleh gereja di Kecamatan Sidoharjo dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat muslim sebagian mengetahui tentang kegiatan aksi sosial yang dilakukan oleh gereja, mereka bahwa aksi sosial yang dilakukan gereja sangat bagus, selama pihak dari gereja dapat menghormati dan menghargai kebebasan beragama , dan segala kegiatan yang dilakukan oleh umat agama lain tidak mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang dapat memecah
53
belah kesatuan masyarakat di desa, masyarakat muslim menerimanya dengan senang hati. 2. Respon Negatif Kegiatan yang dilakukan merupakan misi keagamaan bahwa keselamatan umat bukan hanya meliputi aspek rohani belaka, tetapi harus sampai pada keselamatan jiwa dan raga individual dan sosial dalam dan dengan masyarakat. Menolong masyarakat miskin agar dapat bahagia di dunia ataupun di akhirat ini didukung oleh ajaran-ajaran agama lain yang juga mempunyai tujuan yang sama yakni untuk mencapai kebahagiaan tidak di akhirat saja tapi juga kebahagiaan di dunia, tentunya ini bukan hanya teori saja tetapi benar-benar dilaksanakan seperti dalam Islam pengertian dari iman yaitu percaya dalam hati diucapkan dalam lisan dan diamalkan dalam perbuatan. Menjadikan orang untuk konsen dalam ibadahnya, tetapi lebih utama masalah sosial atau kemiskinan di sekitarnya. Karena itulah inti dari imannya merupakan aktualisasi dari ajaran agama, di mana cinta kasih diberikan kepada semua masyarakat miskin tanpa memandang perbedaan agama dan latar belakang mereka. Sedangkan misi keagamaan diartikan pada sikap toleransi dan dialog dengan agama lain dengan menerapkan dan menyebarkan cinta kasih itulah misi dari keagamaan. Misalnya pada aksi-aksi sosial yang dilakukan gereja-gereja di Sidoharjo, dengan pemberian bantuan-bantuan, juga mengajarkan lagulagu gereja dalam bermusik namun beberapa ada yang menjadi Nasrani. Dan hal ini disebabkan adanya cinta kasih dan perhatian yang dia terima dari lingkungan sekitar dan sekaligus dapat memberikan rasa aman dan tentram. Sebagaimana disebutkan oleh M. Craurly “The True Life’ tentang teori kritis dalam individu yang menyebabkan seseorang berubah kepercayaan atau menganut agama baru.8
8
41
Dadang Khahmad, Metode Penelitian Agama, (Bandung, Pustaka Pelajar, 2000), hlm.
54
Selain itu Emile Durkheim menjelaskan dalam bukunya “The Elementary Form of The Religion Life ” bahwa seseorang bisa beragama atau agama itu muncul karena adanya emosi dalam jiwa manusia sebagai akibat dari rasa kesatuan sesama warga masyarakat. Dari berbagai respon yang positif, respon yang negatif dari aksi sosial yang dilakukan gereja seringkali mendapatkan nama yang kurang baik, ada diantara tokoh masyarakat muslim yang tidak setuju apabila warga sekitar (muslim) ikut merayakan hari natal, karena memang benar memberi selamat natal atas nama pribadi adalah haram, tapi kalau atas nama institusi atau negara tidak apa, karena memberikan selamat atas nama institusi tertentu merupakan toleransi umat beragama, ikut merayakan bukan berarti mengikuti keseluruhan acara dari mulai ibadah sampai makan, tetapi warga akan datang ketika acara ibadah sudah selesai dan tinggal acara sosialnya saja.
B. Dampak Kristenisasi terhadap masyarakat muslim Sebelum kita mengetahui dampak yang terjadi dengan adanya aksi tersebut, sebaiknya kita mengetahui dulu faktor apa yang menyebabkan aksi sosial tersebut dilakukan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya aksi sosial. Pertama dari faktor kemanusiaan, memang dengan adanya peristiwa bencana banjir gereja merasa sensitif untuk membantu warga yang memang membutuhkan bantuan. Kedua, faktor rohani yaitu untuk meneladani Tuhan Yesus sebagai Tuhan mereka.. Secara iman umat gereja dipanggil untuk meneladani panutan kami Tuhan Yesus, Yesus datang di dunia ini bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani umatnya, itu yang kemudian menjadi motto gereja yang setiap saat gereja lakukan semampunya.9 Dampak yang jelas dengan adanya aksi sosial yang dilakukan oleh gereja ada 2 macam, yaitu dampak positif dan negatif:
9
Wawancara dengan Pendeta, Yosep Sukimin, tgl 12 Juni 2007.
55
B. Dampak Negatif Kristenisasi terhadap Masyarakat Muslim Adapun dampak negatif dari hal tersebut antara lain: 4. Dengan adanya aksi sosial ini pasti ada pihak-pihak yang tidak senang dilakukannya kegiatan aksi sosial ini. 5. Aksi sosial tersebut kurang mendapatkan nama yang baik bagi warga yang ekstrim akan agamanya, aksi ini merupakan strategi untuk menarik simpati sehingga orang-orang dapat masuk menjadi pengikut agama Kristen. Terlepas apakah anggapan missionaris itu dilaksanakan atau tidak, gereja
dengan
kenyataannya
metodenya mereka
telah
untuk
melayani
membantu
dan
warga
bukan yang
dilayani,
benar-benar
membutuhkan dan memberikan pelayanan keselamatan secara gratis. Kegiatan ini merupakan upaya gereja menyelesaikan masalah kemiskinan yang semakin lama semakin komplek.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pada dasarnya skripsi yang berjudul “Kristenisasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim dilatarbelakangi oleh adanya aktifitas penyebaran agama Kristen. Dalam kondisi yang demikian tidak menutup kemungkinn terjadi goncangan akidah dan proses perpindahan agama yang disebabkan karena adanya aktifitas penyebaran agama kristen (kristenisasi dan upaya pemurtadan terhadap umat islam) yang semakin merajalela dengan berbagai cara. Di samping itu perlu diberi pemahaman terhadap Islam dengan mengkajinya lebih dalam dan komprehensif agar keyakinan terhadap kebenaran Islam semakin kuat. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi missing interpretation terhadap agama Islam sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh orang-orang barat dan kaum missionaris. Setelah memberikan pengantar dan gambaran secara terpadu dan menganalisis beberapa permasalahan-permasalahan yang diteliti maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Pada umumnya bentuk-bentuk Kristenisasi yang terjadi di Indonesia di lakukkan dengan beberapa cara misalnya (1) Misi kawin campur atau angkut penumpang. (2) Misi kebaktia terselubung. (3) Misi srigala berbulu domba.(4) Misi di bidang politik dan pemerintahan. Sedangkan yang terjadi di Kecamatan Sidoharjo dilakukan dengan beberapa metode atau cara yaitu yang pertama, dengan aksi-aksi yang bersifat rutin misalnya pada hari tertentu contohnya: pada hari raya paskah dan natal, pada hari tersebut memberikan bingkisan pada warga gereja dan sekitarnya yang dianggap membutuhkan baik itu beragama Kristen maupun agama lain, setiap bulan atau selapan, gereja memberikan santunan untuk mereka yang tidak mampu.( untuk warga desa) untuk usia lanjut gereja memberikan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas.Dan 56
yang kedua, melalui
57
bantuan yang bersifat insidental. yaitu dengan cara memberikan bantuan pangan dengan bekerja sama dengan kecamata setempat dan LSM, jadi pemberian bantuan bergilir jika Kecamatan memberi sementara gereja tidak serta memberikan pinjaman modal untuk usaha kepada orang yang memang mempunyai usaha kecil-kecilan dan pengembaliannya dengan cara di angsur. 2. Respon masyarakat terhadap adanya Kristenisasi. Respon positif, sebagian masyarakat mengetahui adanya Kristenisasi dan sebagian lagi tidak mengetahui, mereka rata-rata berpendapat bahwa upaya-upaya Kristenisasi yang dilakukan tersebut terbilang bagus sekali karena dengan adanya aksi tersebut malah menambah hubungan yang baik sekali antara umat lain terutama umat islam dengan pihak gereja atau umat Kristen, terciptalah kerukunan antar umat beragama sehingga Kecamatan Sidoharjo menjadi damai dan tentram, tidak ada konflik antar umat beragama. Sedangkan respon negatif , ada sebagian masyarakat yang merasa risih karena dengan adanya aksi tersebut akan mengurangi keyakinan umat muslim. 3. Dampak dari adanya Kristenisasi adalah: dampak positif, yaitu adanya kerja sama antar umat beragama dalam berbagai kegiatan sosial yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Sedangkan dampak negatif, aksi tersebut kurang mendapatkan nama yang baik oleh warga yang ekstrim akan agamanya, karena aksi tersebut merupakan strategi untuk menarik simpati sehingga orang-orang dapat masuk menjadi pengikut agama Kristen (murtad).
B. Saran-saran Kesimpulan diatas jangan dijadikan pedoman final, tetapi sebagai landasan awal dalam upaya proses rekonstruksi selanjutnya dan sebagai pengetahuan serta pemahaman tentang Kristenisasi. Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini, diantaranya adalah :
58
1. Kepada umat Kristen dan Islam hendaknya memahami betul ajaran agamanya, perbedaan pandangan dalam ajaran agama jangan menjadi alasan munculnya konflik, oleh karena itu tetap menjaga kerukunan antar umat beragama, bertoleransi terhadap sesama dan berbelas asih terhadap siap saja walaupun berbeda agama, menjaga kerukunan niscaya akan tercipta keadaan yang lebih tentram, damai dan sejahtera. 2. Bagi mahasiswa khususnya jurusan perbandingan agama yang tertarik untuk mengkaji agama lain hendaknya membekali dirinya dengan iman yang kuat, serta ilmu yang memadai, jangan menganggap rendah agama lain, menyalahgunakan dan memberi gambaran salah tentang agama lain, agar nantinya tidak menjadi bimbang dan akhirnya berbalik dari agama dan keimanannya. C. Penutup Sebagai penutup, penulis ingin menegaskan kembali akan arti penting penelitian ini, bahwa penelitian ini mencoba memberikan deskripsi secara mendetail tentang Kristenisasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim di Kecamatan Sidoharjo Sragen. Terkait bahwa penelitian ini belum maksimal dan perlu tindak lanjuti lebih detail, sehingga kedepan perlu diadakan pengembangan penelitian ini agar mampu mengkaver konsep, aplikasi dan problematika Kristenisasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat muslim
secara lebih mendalam dan
komprehensif. Semoga penelitian ini dapat memberikan deskripsi dan stimulus kepedulian kita dalam usaha mengantisipasi dan mengatasi persoalan Kristenisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ibrahim Khalil, Siasat Misi Kristen Dan Orientalis, Jakarta: Gema Insani Press, 1993. Al Hadid, Yusuf Ismail, Menghalau Misionaris dan Misi Sucinya Mengkristenkan Dunia, Yogyakarta : Pustaka Fahima, 2005. Al Hadid, Yusuf Ismail, Majalah Kristen Spirit No 10 Th II 2003 . Arsyad, Azhar, Pokok-Pokok Manajemen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Bachtiar, Wardi, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, PT Logos, Jakarta, 1997. Berkhof, Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 1991. Daradjat, Zakiyah,dkk, Perbandingan Agama I, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1982. Ghofur, Waryono Abdul, Kristenisasi Di Muka Cermin Dakwah Islam ; Telaah Histories Sosiologis Praktik Kristenisasi di Indonesia, dalam Andi al Dermawan et., Metodologi Ilmu dakwah, Yogyakarta: LESFI, 2002. Hammond, Jeff, Tranfornasi-Kairas bagi Indonesia, dalam Niko NJotohardjo et.al, Tranformasi Indonesia, Jakarta: Metanoia, 2003. Hasan, Iqbal, Analsis Data Penelitian dengan Statisstik, Jakarta, Bumi Aksara, 2004 http. // kristology. Tripod. Com/ Fakta. Html (27 Juni 2006) http;// www.irib.ir/world service/ Melayu RADIO/misionaris/19misionaris. htm Jurnal Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, vol. 7, No.1, April 2003. Jurnal Lentera, Edisi Khusus, September 2003 Khahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama, Bandung, Pustaka Pelajar, 2000 Khalady, Mustofa, Misi Kristen dan Pendjajahan Jawa Timur, Jakarta: Faiza, 1953. Kruger, Theodor Muller, Sejarah Gereja Di Indonesia, Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1959.
Lembaga Al Kitab Indonesia, Al kitab, Jakerta: LAI, 2005. Manuliang, Rahmat T., Gereja Sekota Yang Mentranfornasi Kaot, Jakarta: Metanoia, 2003. Moeloeng, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rodaskarya 2004), Cet. XX. Mustofa, Ahmad, Al Maroughi, Terjemahan Tafsir Al-Maroughi, Semarang: CV. Toha Putra, 1973. Prasadja, Ery, Tranformasi: Visi Allah Bagi Gereja, Masyarakat Dan Dunia (refleksi histories dan teologis), dalam Niko Njotorahardjo et. Al, tranformasi Indonesia, Jakarta: Metanoia, 2003. Rudvin, Arne, “Konsep Dan Pelaksanaan Misi Kristen” dalam Ahmad Von denffer dan Emilio Castro (ed) Dakwah Islam Dan Misi Kristen: Sebuah Dialog Internasioanal, Bandung: Risalah, 1984. S, Masri,.dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi( penyunting), Metode Penelitian Surve, Jakarta: LP3ES. 1998.. Shihab, M Quraish dkk Atas Nama Agama, Bandung: Pustaka Hidayah,1998. Siagian, Sondang P., Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan Dan Strategi Organisasi, Jakarta: Gunung Agung, 1986. Soenarjo, dkk. Al-Qur’an dan terjemahanya, Jakarta: P.T. Serajaya Santra, 1987 Stoner, James A.F., Manajemen, Edisi Kedua, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 1996. Surjantoro, Bagus, Hati Misi: Kesaksian Misionaris Indonesia Menjelajah 5 Benua, Yogyakarta: ANDI, 2005. Syihab, Abu Deedat, Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam: Dokumen Kristenisasi, Jakarta: Pustaka Takziya Az Zahra, 2005. Syihab, Abu Deedat, Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam: Dokumen Kristenisasi, Jakarta: Pustaka Tazkiya az Zahra, 2005 Syukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2005. The Gedeons Internasional, Perjanjian Baru Mazmur dan Amza Terjemahan Baru, Jakarta: Lembaga Al-Kitab Indonesia, 2001 Tim Tashih Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Semarang PT Citra Effhar 1993
Usman, Fatimah, Wahdat al-Adyan Dialog Pluralisme Agama, Yogyakarta: LKIS, 2002. Widjaja, Bambang, Indonesia Siap Menerima Tranformasi, dalam Niko et.al Njotoraharjo, Tranformasi Indonesia, Jakarta: Metanoia, 2003. Wojowasito, S, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: CV. Pengarang , tt. Zaman, Ali Nur , Agama Untuk Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.