e-ISSN: 2502-6445 P-ISSN: 2502-6437
https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp Maret 2017
UJI KUALITAS FISIK AIR BERSIH PADA SARANA AIR BERSIH PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) NAGARI CUPAK KABUPATEN SOLOK Nisye Frisca Andini 1) STKIP Ahlussunnah Bukittinggi email:
[email protected]
1
Abstract This study aimed to determine the physical quality of water Pamsimas program based on the nature of physics, chemistry and biology in Nagari Cupak District of Mount Talang in Solok regency. This study was a descriptive observational study to obtain a picture of the physical quality of the water of clean water in Nagari Cupak Program Pamsimas District of Gunung Talang in Solok regency. Total Sampling is the first spring that is the source of water Pamsimas. Physical quality of water adjusted with 492 in 2010. The Minister of Health concerning requirements and Monitoring Water Quality. Results of spring test physical parameters obtained by the odorless, tasteless, color and temperature of 22,6ºC. Chemical parameters springs obtained by the nitrite <0.01 mg / l, iron 0.06 mg / l, hardness of 230 mg / l, manganese <0.25 mg / l, pH of 5.5 mg / l, sulfate 2, 48 mg / l, and an organic substance 1.26 mg / l. Results of laboratory tests for microbiological parameters (total coliforms) in spring is 4 per 100 ml sample. Keywords: Water Quality, PAMSIMAS
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kualitas fisik air Program Pamsimas berdasarkan sifat fisika, kimia dan biologi di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif untuk memperoleh gambaran kualitas fisik air sarana air bersih Program Pamsimas di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Total Sampling yaitu I mata air yang menjadi sumber air Pamsimas. Kualitas fisik air di sesuaikan dengan Menkes No.492 Tahun 2010. tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Hasil uji parameter fisika mata air yang diperoleh yaitu tidak berbau, tidak berasa, warna dan suhu 22,6ºC. Parameter kimia mata air yang diperoleh yaitu nitrit <0,01 mg/l, besi 0,06 mg/l, kesadahan 230 mg/l, mangan <0,25 mg/l, pH 5,5 mg/l, sulfat 2,48 mg/l, dan zat organik 1,26 mg/l. Hasil uji laboratorium untuk parameter mikrobiologi (total bakteri coliform) pada mata air adalah 4 per 100 ml sampel. Kata Kunci
:Kualitas Air, PAMSIMAS
PENDAHULUAN Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan ini tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Menurut Notoatmodjo (2003), sekitar 55-60% berat badan orang dewasa
terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80% (Ricky, 2005: 57). Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65 % dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain otak 74%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
7
75,6%, dan darah 83% (Chandra, 2007: 39). Sebagian besar kebutuhan air manusia berasal dari berbagai sumber air seperti sungai, sumur gali, sumur bor, mata air, air PDAM, dan sebagainya, oleh karena itu kualitas sarana air bersih masyarakat harus selalu diperhatikan, sehingga masyarakat dapat memperoleh air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Bagi penduduk yang hidup di wilayah pedesaan pada umumnya mereka memiliki sumber air bersih yang sangat terbatas, sehingga banyak penduduk yang kesulitan memperoleh air bersih. Oleh karena itu pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk menurunkan jumlah penduduk yang belum mempunyai akses air minum melalui realisasi program Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Program Pamsimas merupakan kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kerja sama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Dunia. Kegiatan ini di dukung oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai executing agency bersama dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan. Selain pemerintah masyarakat juga secara aktif terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembangunan hingga pemeliharaannya (POKJA AMPL, 2012) Salah satu Nagari yang termasuk Nagari Pamsimas (Nagari yang menjadi target program Pamsimas) yaitu Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok, yang menjadi objek dalam penelitian ini. Masyarakat di Nagari Cupak mengeluhkan mengenai kondisi air yang berasal dari mata air Program Pamsimas di Nagari mereka,
8
karena dilihat dari sumber mata airnya yang sangat dekat dengan rawa. METODE PENELITIAN Secara umum penelitian ini dilakukan di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok, dengan melakukan parameter fisik bau, warna, rasa dan kekeruhan. metode observasional dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran kualitas air dari Sarana Air Bersih (SAB) Program Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi berbasis Mayarakat (PAMSIMAS) yang digunakan penduduk di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif, yang dilaksanakan dengan cara pengujian sampel di laboratorium. Menurut David Williams dalam Maleong (2005:5) bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar belakang yang alamiah dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Dalam definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar belakang alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah. Populasi Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah sumber mata air Program Pamsimas yang ada di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok yaitu I sumber mata air. Sampel dari penelitian ini diambil dengan menggunakan metode Total Sampling atau secara keseluruhan dari populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini yaitu I sumber mata air.
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
Analisis Data analisis data pada penelitian ini adalah analisis laboratorium dimana data uji laboratorium kemudian dicocokan dengan kategori baku mutu keputusan tentang standar kualitas air Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 dengan kualitas air mata air Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. HASIL PENELITIAN Dari hasil analisa di laboratorium dan pembahasan yang dilakukan penulis, kualitas mata air dapat dilihat berdasarkan parameter fisika, parameter kimia dan parameter mikrobiologi yang dicocokan dengan standar kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2010 tentang standar kualitas air minum. Untuk lebih jelas dapat dilihat dibawah ini: I. Mata Air 1. Parameter Fisika Mata Air a. Bau Pemeriksaan bau air dilakukan dengan menggunakan indra penciuman yaitu dengan cara mencium bau air. Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok tentang bau air yang terdapat pada mata air yaitu tidak berbau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Penelitian Bau Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
Tidak berbau
Kadar maksimum yang di perbolehkan Tidak berbau
Ket Memenuhi syarat
Sumber Data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas maka, standar bau mata air menurut Menkes 2010 yaitu tidak berbau, sehingga memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. Menurut Sutrisno (2002:30) bau dan rasa biasanya terjadi bersamaan dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu
organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Jadi dapat dinyatakan bahwa pada mata air tidak terjadi pembusukan organisme mikroskopik dan persenyawaan-persenyawaan kimia seperti yang dijelaskan Sutrisno. b. Rasa. Pemeriksaan rasa air dilakukan dengan menggunakan indra perasa yaitu dengan cara mencicipi rasa air., hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok tentang rasa air yang terdapat pada mata air yaitu tidak berasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Penelitian Rasa Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
Tidak berbau
Kadar maksimum yang di perbolehkan Tidak berasa
Ket Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas maka, rasa air pada mata air daerah penelitian telah memenuhi syarat air minum untuk masyarakat Nagari Cupak, rasa air yang tidak berasa menunjukkan bahwa pada mata air tidak terjadi pembusukan organisme mikroskopik dan persenyawaan-persenyawaan kimia seperti yang dijelaskan Sutrisno. c. Warna. Pemeriksaan warna air dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan yaitu dengan memasukan air kedalam botol lalu diamati warnanya. Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok tentang warna air yang terdapat pada mata air yaitu tidak berwarna. Standar warna air minum menurut Menkes 2010 yaitu 15 TCU, sehingga mata air memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. Untuk
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
9
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Penelitian Warna Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
-
Kadar maksimum yang di perbolehkan 15 TCU
Ket Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas maka, warna air pada hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa air tidak berwarna. Hal ini disebabkan karena tidak terjadi kontak antara bahan-bahan yang menimbulkan warna pada air dengan mata air. Menurut Sutrisno (2002:28) bahanbahan yang menimbulkan warna pada air dihasilkan dari kontak antara air dengan reruntuhan organis seperti daun, duri pohon jarum dan kayu yang semuanya dalam berbagai tingkat-tingkat pembusukan. Bahan-bahan tersebut berisikan kentalan tumbuhan-tumbuhan dalam variasi besar. Tannin, asam humus dan bahan berasal dari humus dan bahan dekomposisi lignin, dianggap sebagai bahan yang memberi warna paling utama. d. Total Zat Padat Terlarut. Besarnya angka total zat terlarut menjadi salah satu pertimbangan yang menentukan layak atau tidaknya air diperbolehkan untuk air minum. Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan hasil uji Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok tentang total zat padat terlarut yang terdapat pada mata air yaitu 73,6 mg/l dan 56,8 mg/l. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Penelitian total zat padat terlarut Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
73,6mg/l
Kadar maksimum yang di perbolehkan 500mg/l
Sumber: data Primer 2017
10
Ket Memenuhi syarat
Standar total zat padat terlarut yang diperbolehkan pada air minum menurut Menkes 2010 yaitu 500 mg/l, sehingga mata air memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. Sejalan dengan tersebut Sutrisno (2002:33), kekerasan/kekentalan air akan meningkat dengan meningkatnya total zat terlarut, sehingga berpengaruh pada penyimpangan standar kualitas air minum yang menyangkut aspek kesehatan. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal jumlah zat terlarut yakni air akan memberi rasa yang tidak enak pada lidah. e. Kekeruhan Pemeriksaan kekeruhan air dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan yaitu dengan menyaring air dengan kertas saring lalu diamati warnanya dan melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter. Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok tentang kekeruhan air yang terdapat pada mata air I yaitu <0,01 NTU. Standar kekeruhan air minum menurut Menkes 2010 yaitu 5 NTU. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5 Hasil Penelitian Kekeruhan Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
<0,01 NTU
Kadar maksimum yang di perbolehkan 5 NTU
Ket Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, kekeruhan air pada mata air daerah penelitian telah memenuhi syarat air minum menurut Menkes tahun 2010. Jadi dapat dinyatakan bahwa pada mata air tidak mengandung banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Sejalan dengan hal tersebut Sutrisno (2002:31) bahan-bahan yang
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
menyebabkan kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. f. Suhu
Pemeriksaan suhu air dilakukan dengan menggunakan termometer. Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok tentang suhu air yang terdapat pada mata air I yaitu 22,6°C. Standar suhu air minum menurut Menkes 2010 yaitu ± 3°C suhu udara. Apabila suhu air minum lebih tinggi dari suhu udara, maka akan mengakibatkan penyimpangan terhadap standar suhu. Hal ini akan meningkatkan toksisitas dan kelarutan bahan-bahan polutan dan dapat menimbulkan suhu bagi kehidupan mikroorganisme dan virus tertentu (Sutrisno, 2002:27). sehingga mata air memenuhi syarat untuk air minum masyarak Nagari Cupak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6 Hasil Penelitian Suhu Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
22,6°C
Kadar maksimum yang di perbolehkan suhu udara ± 3°C
Ket Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, standar Menkes 2010 dan hasil uji laboratorium, suhu air pada mata air daerah penelitian telah memenuhi syarat air minum untuk masyarakat Nagari Cupak. 2. Parameter Kimia Mata Air. a. Nitrit (sebagai NO2) Senyawa nitrit sangat berguna untuk pertumbuhan tubuh, terutama untuk makhluk nabati perairan. Kandungan nitrit dalam jumlah berlebihan di dalam tubuh dapat menjadi racun yang membentuk methaemoglobine. Efek terhadap kesehatan manusia yang dapat
ditimbulkan oleh kandungan nitrit yaitu dapat menyebabkan terbentuknya methaemoglobine yang dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, dan dapat menyebabkan “blue bies” pada bayi (Sutrisno, 2002:45). Pemeriksaan kadar nitrit air dilakukan dengan menggunakan metoda Spectrofotometri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7 Hasil Penelitian Kadar Nitrit Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
<0,01 mg/l
Kadar maksimum yang di perbolehkan 3 mg/l
Ket Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok kadar nitrit air yang terdapat pada mata air yaitu <0,01 mg/l. Standar kadar nitrit air minum menurut Menkes 2010 yaitu 3 mg/l, sehingga mata air I memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. b. Besi (Fe) Zat besi merupakan suatu unsur penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur besi perhari, yang tidak hanya diperoleh dari air. Konsentrasi unsur besi dalam air yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adannya unsur ini dapat pula menimbulkan bau dan warna pada air minum, dan warna koloid pada air. Standar kadar besi pada air minum menurut Menkes 2010 yaitu 0,03 mg/l. Konsentrasi yang lebih besar dari 1 mg/l dapat menyebabkan warna air kemerahmerahan, rasa yang tidak enak pada minuman, dan dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan cucian. Dalam jumlah kecil, unsur ni diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah (Sutrisno, 2002:37-38).
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
11
Pemeriksaan kadar besi air dilakukan dengan menggunakan metoda Fotometri. Hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok kadar besi air yang terdapat pada mata air yaitu 0,06 mg/l. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Penelitian Kadar Besi Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
<0,06 mg/l
Kadar maksimum yang di perbolehkan 0,3 mg/l
Ket Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, kadar besi pada mata air daerah penelitian memenuhi syarat air minum Menkes tahun 2010 yaitu 0,06 mg/l. Standar kadar besi air minum menurut Menkes 2010 yaitu 0,03 mg/l, sehingga mata air telah memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. c. Kesadahan Pemeriksaan kesadahan air dilakukan dengan metoda Titrimetri. Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontak dengan tanah dan pembentukan batuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah dimana lapis tanah atas (topsoil) tebal, dan ada pembentukan batu kapur. Air lunak berasal dari daerah di mana lapisan tanah atas tipis, dan pembentukan batu kapur jarang atau tidak. Hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok Kesadahan air yang terdapat pada mata air yaitu 230 mg/l. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Penelitian Kasadahan Mata Air Nagari Cupak Sampel
12
Hasil
Kadar maksimum yang di perbolehkan
Ket
Mata Air
230 mg/l
500 mg/l
Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, standar kesadahan air minum menurut Menkes 2010 yaitu 500 mg/l. Pengaruh langsung terhadap kesehatan akibat penyimpangan dari standar ini tidak ada, tetapi menurut Sutrisno (2002:36) kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif berkerja. Kesadahan pada mata air daerah penelitian telah memenuhi syarat air minum Menkes tahun 2010, sehingga mata air memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. d. Mangan (MnO4) Pemeriksaan kadar mangan air dilakukan dengan metoda Fotometri. Adanya unsur ini akan menimbulkan bau dan rasa pada minuman. Hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok kadar mangan air yang terdapat pada mata air yaitu <0,25 mg/l. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut: Tabel 10 Hasil Penelitian Kadar Mangan Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
<0,025 mg/l
Kadar maksimum yang di perbolehkan 0,4 mg/l
Ket Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, standar kadar mangan air minum menurut Menkes 2010 yaitu 0,4 mg/l, sehingga mata air memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. Menurut Sutrisno (2002:38) konsentrasi 0,05 mg/l unsur ini merupakan akhir batas dari usaha penghilangan dari kebanyakan air yang dapat dicapai. Konsentrasi mangan yang melebihi 0,5 mg/l, dapat menyebabkan rasa aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-coklatan pada pakaian cucian dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati.
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
e. pH Pemeriksaan pH air dilakukan dengan metoda Elektrometri, menggunakan alat pH meter. pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok membuktikan pH air yang terdapat pada mata air yaitu 5,5. Standar maksimum pH air yang diperbolehkan untuk diminum menurut Menkes 2010 adalah 6,5 – 8,5, sehingga mata air tidak memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11 Hasil Penelitian pH Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
5,5 mg/l
Kadar maksimum yang di perbolehkan 6,5-8,5 mg/l
Ket Tidak Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, pH pada mata air daerah penelitian tidak memenuhi syarat air minum Menkes tahun 2010 dikarenakan daerah mata air terletak di area perikanan yang merupakan daerah rawa. Sejalan dengan hal tersebut Kodoatie (2010:148) berpendapat bahwa daerah rawa merupakan daerah yang digenangi air berlumpur yang memiliki potensi untuk pembersih alamiah atau filter. Meskipun daerah rawa berfungsi sebagai pembersih alamiah daerah rawa memiliki pH rendah dan mengandung pirit. Hal ini diperkuat oleh Sutrisno (2002:33) yang menyatakan bahwa pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan.
f. Sulfat (SO4) Pemeriksaan kadar sulfat air dilakukan dengan metoda Fotometri. Hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok kadar sulfat yang terdapat pada mata air I yaitu 2,48 mg/l. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12 Hasil Penelitian Kadar Sulfat Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
2,48 mg/l
Kadar maksimum yang di perbolehkan 250 mg/l
Ket Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, standar kadar sulfat air minum menurut Menkes 2010 yaitu 250 mg/l, sehingga mata air memenuhi syarat untuk air minum masyarakat nagari Cupak. g. Zat Organik (KMnO4) Pemeriksaan jumlah zat organik air dilakukan dengan metoda Titrimetri. Hasil uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok jumlah zat organik air yang terdapat pada mata air yaitu 1,26 mg/l. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13 Hasil Penelitian Jumlah Zat Organik Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
1,26 mg/l
Kadar maksimum yang di perbolehkan 10 mg/l
Ket
Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, standar jumlah zat organik air minum menurut Menkes 2010 yaitu 10 mg/l, sehingga mata air memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau,
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
13
dan rasa dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya. 3. Parameter Mikrobiologi Mata Air. Sumber-sumber air di alam pada umunya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Kualitas air secara biologi, khususnya secara mikrobiologi ditentukan oleh banyaknya parameter yaitu mikroba pencemar, pathogen dan penghasil toksin. Secara teoritis air minum tidak boleh mengandung bakteribakteri phatogen, terutama golongan golongan coliform melebihi batas yang telah ditentukan. Bakteri coliform golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh pathogen atau tidak (Pracoyo, dkk., 2006:37). Pemeriksaan total bakteri coliform air dilakukan dengan metoda Tabung Ganda. Hasil uji Laboratorium di UPTDLaboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok total bakteri coliform air yang terdapat pada mata air yaitu 4 per 100 ml sampel. Standar total bakteri coliform air minum menurut Menkes 2010 yaitu 0 per 100 ml sampel, sehingga mata air tidak memenuhi syarat untuk air minum masyarakat Nagari Cupak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 14 sebagai berikut: Tabel 14 Hasil Penelitian Total Bakteri Coliform Mata Air Nagari Cupak Sampel
Hasil
Mata Air
4 per 100ml sampel
Kadar maksimum yang di perbolehkan 0 per 100 ml sampel
Ket Tidak Memenuhi syarat
Sumber: data Primer 2017
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan pada mata air telah tercemar 14
oleh bakteri coliform. Berdasarkan penelitian, bakteri coliform ini menghasilkan zat etinonini yang dapat menyebabkan terganggunya sistem pencernaan manusia, gangguan pada ginjal. Serangan jantung dan tekanan darah tinggi. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih didalam tubuh (Pracoyo, dkk., 2006:37). Oleh karena itu, mata air tidak layak untuk diminum langsung oleh masyarakat Nagari Cupak. SIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan hasil penelitian parameter fisika, kimia dan mikrobiologi air pada mata Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok maka hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut : (1) Hasil uji laboratorium untuk parameter fisika mata air yang diperoleh yaitu, tidak berbau, tidak berasa, warna 0 TCU (True Colour Unit), total zat padat terlarut 73,6 mg/l, kekeruhan <0,01 NTU (Nephelometric Turbinity Unit) dan suhu 22,6ºC. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua mata air telah memenuhi syarat kualitas air minum menurut Menkes 2010, No:492. (2) Hasil uji laboratorium untuk parameter kimia mata air yang diperoleh yaitu nitrit <0,01 mg/l, besi 0,06 mg/l, kesadahan 230 mg/l, mangan <0,25 mg/l, pH 5,5 mg/l, sulfat 2,48 mg/l, dan zat organik 1,26 mg/l. Hasil ini menunjukkan bahwa mata air tidak memenuhi syarat kualitas air minum menurut Menkes 2010, No:492, disebabkan karena pH air yang tidak sesuai dengan Menkes 2010, hal ini di karenakan letak kedua mata air pada daerah rawa. (3) Hasil uji laboratorium untuk parameter mikrobiologi (total bakteri coliform) pada mata air adalah 4 per 100 ml sampel. Hasil ini menunjukkan bahwa mata air tidak memenuhi syarat kualitas air minum menurut Menkes 2010, No:492. Hal ini disebabkan karena sumber mata air yang tidak tertutup, yang mengakibatkan air
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
dengan mudah terkontaminasi oleh organisme-organisme yang berada di dalam tanah. Kesimpulan secara keseluruhan yang diperoleh penulis, bahwasanya mata air tidak layak diminum langsung karena terdapatnya bakteri total colifrom pada mata air yang akan menyebabkan diare akut jika dikosumsi langsung oleh masyarakat. Kemudian pH air yang rendah yang disebabkan oleh pengaruh derah rawa yang berada di sekitar mata air. Untuk itu perlu adanya perhatian dari masyarakat, pemerintah, dan instansi terkait untuk dapat menetralisir pencemaran yang timbul akibat tidak sesuainya kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter kimia dan mikrobiologi kualitas air Pamsimas, terutama untuk mata air Pamsimas.
REFERENSI
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Solok dan dinas/instansi yang terkait, penulis juga ucapan terima kasih kepada orang-orang serta temanteman yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini baik dukungan moril maupun materi.
Pracoyo NE et al. 2006. Penelitian Bakteriologik Air Minum Isi Ulang di Daerah Jabodetabek Cermin Dunia Kedokteran 152:37.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Dep.Kes RI. 2010. Standar Kualitas Air Minum. Jakarta: Dep. Kes RI. Maleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
POKJA AMPL, 2012. Program Nasional Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis Masyarakat.www.ampl.or.id/progra m/pr gram-nasional-penyediaanairminum-dan-sanitasiberbasismasyarakat-pamsimas-/2, diakses tanggal 2 Januari 2017.
Ricky, Mulia Lingkungan. Ilmu.
2005. Kesehatan Yogyakarta: Graha
Sutrisno, C Totok, 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
15
JURNAL KEPEMIMPINAN DAN PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 1 Th. 2017 (Page 7-16)
16