REKONSTRUKSI ACEH N0. 15 ■ 18 FEBRUARI 2006 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON Rincoeng meupucoek tampok suasa Atra pusaka endatu keubah Nyoe RUU-PA mantong jeut dakwa Aceh mulia sabee roe darah
Ketika Para Tukang Dipungli
Meutan gogajoe keupeu teuma kiki Meunyoe tan campli kupeu teuh sira Menyoe RUU-PA jeut dakwa-dakwi Kupeu Helsinki duek saboh meja Cempala paki nari coeng tingkap Lam pade leukat ulat meusarang Aceh jitaki bak dali adat Pakon di pusat sabe lam curang SULAIMAN A. GANI
2
■ MANTOBING
Risiko kematian ibu dan bayi lebih tinggi jika tinggal di barak dan tenda pengungsian. Baca halaman 4
KOTA CALANG
Ketika Para Tukang Dipungli
akan Pindah 8 Kilometer
3
Muhammad Darwinsyah Calang, Aceh Jaya
[email protected]
Potret Pendidikan di Aceh Jaya
7 Cut Darnita, Jeumpa di Antara Tenda
K
OTA Calang yang merupakan Ibukota Kabupaten Aceh Jaya, akan dipindah sejauh 8 kilometer dari letak semula, sebelum terjadi bencana tsunami. Pemerintah daerah kabupten Aceh Jaya sendiri, saat ini telah membuka jalan untuk pemindahan kota tersebut. Sementara itu, Kota Calang yang lama akan dijadikan pelabuhan dan kawasan nelayan, jelas Marwan Supi Sekertaris Daerah Pemerintah Aceh Jaya. Pemindahan itu adalah untuk memekarkan Kota Calang. Selain nanti ada Kota Pelabuhan, juga ada Kota Nelayan dan Kota Pariwisata.
Mulai membangun Kondisi Kota Calang yang dihantam gelombang tsunami tahun 2004 lalu itu memang sudah lumayan ketimbang setahun lalu. Pasar mulai ramai dan bangunan darurat terlihat disana-sini. Kendati demikian sarana dan prasaran publik masih jauh tertinggal. Jangankan fasilitas komunikasi dan perhubungan, fasilitas air dan listrik saja masih belum terpenuhi seluruhnya di Kota Calang ini. Kondisi tersebut juga didukung mulai dijangkaunya Calang melalui jalan darat dari Banda Aceh. Jalan alternatif dibangun. Diantaranya melalui Gunung Macang Kecamatan Sampoinit Aceh Jaya. Jalan yang dibangun oleh TNI saat musibah tsunami kini sudah bisa dilalui meskipun
masih licin bila hujan turun. Sehingga yang masih bisa lewat hanyalah jenis motor atau mobil yang berjenis Four Wheel Drive alias 4X4. Buat jalan tembus Selain memindahkan Kota Calang, Pemerintah Aceh Jaya juga berhasrat untuk kembali meneruskan jalan tembus ke luar Kota Calang ke Jantho dan ke Tangse Pidie. Rencana ini sebelumnya sudah direncanakan jauh sebelum bencana tsunami. Namun sebelum dijalankan, bencana tsunami terlanjur datang. Akibatnya Calang terisolir karena jalan satu-satunya hancur terkena tsunami. Memang tidak mudah untuk mengembalikan Kota Calang seperti yang dulu, karena membutuhkan dana yang besar dan dalam waktu yang lama pula. ■
2
KORUPSI
CEUREUMeN
■ ■ ■ TANYA JAWAB Bagaimana Dapatkan Beasiswa
T:
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu BRR membuat pengumuman memberikan beasiswa. Saya ingin bertanya, bagaimana caranya memperoleh beasiswa tersebut dan persyaratannya apa saja? Muslim Banda Aceh
Perampokan Menggila
T:
Secara umum kondisi Aceh sudah membaik, khususnya setelah diteken kesekatan damai (MoU) antara Pemerintah Indonesia dengan pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM), beberapa waktu lalu. Namun, di sisi lain, aksi pencurian semakin menggila di Aceh. Di daerah saya beberapa waktu lalu, malah ada yang tukang ojek-nya digorok, lalu sepedamotornya diambil. Apa tidak ada langkah konkret dari pihak kepolisian dan GAM? Muhammad Ikhsan Kecamatan Mutiara, Pidie Dalam beberapa kasus setelah penekenan MoU, mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) jutru menangkap sejumlah pelaku kriminal untuk diserahkan kepada aparat kepolisian. Kapolda NAD beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya akan meningkatkan razia dan patroli guna meningkatkan rasa keamanan masyarakat.
J:
Berobat Gratis
T:
Dalam sejumlah pemberitaan, Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) dikatakan tidak gratis lagi. Lalu, bagaimana caranya kami yang tergolong miskin ini dapat memperoleh pelayanan gratis? Muhammad Nur
[email protected] Beberapa pekan lalu memang sempat mau dihentikan subsidi untuk RSUZA, namun kemudian terus diperpanjang. Hingga pekan lalu, rumah sakit milik pemerintah ini masih memberikan pelayanan gratis. Menurut Kepala Badan Pelayanan RSUZA Rus Munandar, mereka sedang menunggu instruksi lebih lanjut dari gubernur. Jika pun tak lagi disubsidi total,masyarakat miskin masih bisa berobat gratis lewat Kartu Sehat.
J:
Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ketahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
■ HOTLI SIMANJUNTAK
J:
Muslim yang baik, seperti diumumkan di koran beberapa waktu lalu, Kepala Satker Agama BRR NAD dan Nias Taufiq Sag menegaskan, pihaknya membantu beasiswa untuk mahasiswa program S1, S2, dan S3 di Aceh. Untuk mahasiswa S1 diberikan kepada 1.000 orang dengan jumlah bantuan yang diplotkan Rp 5 juta/org, program S2 sebanyak 200 orang dengan bantuan Rp 7 juta/ org, serta S3 sebanyak 50 orang dengan jumlah bantuan Rp 10 juta/org. Khusus untuk bantuan beasiswa, Satker sudah membentuk satu tim yang secara khusus menerima dan menyeleksi berkas-berkas yang masuk. Buat surat permohonan dan lampirkan foto kopi KTM, KTP dan pas photo berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak dua lembar. Alamatkan ke Jl Teungku Abu Lam U No. 9 Kanwil Depag NAD, Banda Aceh.
Rumah sederhana tipe 36 yang di peruntukkan bagi korban tsunami di Aceh jaya belum lagi di tempati. Masyarakat belum mau menempati, akibat bentuk rumah tidak sesuai dengan desain awal.
Ketika Para Tukang Dipungli Muhammad Azami Banda Aceh- Aceh Barat
[email protected]
B
EBERAPA waktu lalu, BP.SuAK (Badan Pekerja Solidaritas untuk Antikorupsi) menerima pengaduan dari warga Desa Cot Darat, Kemukiman Suak Timah, Kecamatan Samatiga Aceh Barat. Isi pengaduan berupa adanya pungutan yang tak bisa dipertanggungjawabkan yang dilakukan oleh Kepala Posko atau Kepala Desa setempat. Pungutan ini dikutip dari tukang yang memeras keringat membangun rumah. Seperti diketahui, Lembaga Swadaya Masyarakat Habitat for Humanity International membangun rumah untuk warga korban gempa dan tsunami di Desa Cot Darat, Kecamatan Suak Timah, Kabupaten Aceh Barat. Jumlah seluruhnya mencapai 161 unit. Pemotongan upah Pengerjaan rumah sebanyak 90 unit dengan tipe-45 dikerjakan oleh tukang gampong, alias tukang lokal dari seputaran desa setempat. Jumlah tukang sebanyak 26 orang. Mereka diberi upah Rp 7.000.000 per unit oleh UN-Habitat. Namun, upah yang diterima tukang untuk pembuatan rumah warga tersebut tidak sepenuhnya dapat dibawa pulang. Sebagiannya harus dikeluarkan kembali untuk disumbangkan kepada posko desa, yaitu sebanyak Rp
Setoran yang diambil dari kami ini tidak ada kesepakatan atau musyawarah sebelumnya. Juga tidak jelas uang yang dikutip itu digunakan buat apa. Ini merupakan keputusan sepihak dari petugas posko Desa Cot Darat. SEORANG TUKANG
350.000 per unit rumah. Sebenarnya, pihak tukang merasa keberatan dengan pungutan yang lumayan besar ini. Namun, para tukang tidak berani protes. Mereka takut jika pekerjaan pembuatan rumah tidak diberikan kepada mereka lagi. “Setoran yang diambil dari kami ini tidak ada kesepakatan atau musyawarah sebelumnya. Juga tidak jelas uang yang dikutip itu digunakan buat apa. Ini merupakan keputusan sepihak dari petugas posko Desa Cot Darat,” kata seorang tukang. Per-unit rumah Setoran yang terpaksa disetor oleh tukang kepada petugas posko desa dihitung per unit rumah yang dikerjakan. Karena ada 90 unit rumah yang sedang dikerjakan, total uang yang akan diterima dari tukang sebesar (90 x Rp 350.000) = Rp 31.500.000.
Dari sekian tukang yang terpaksa menyetor, ada juga yang diberikan “kemudahan”. Mereka dibolehkan menyicil jika tidak mampu membayar cash kepada posko desa. Di sisi lain, petugas posko yang diwawancarai SuAK juga mengakui apa yang dikeluhkan oleh para tukang. “Benar kami mengutipnya, sehingga biaya tersebut tidak kami bebankan kepada pemilik rumah. Uang tersebut digunakan untuk keperluan operasional posko desa seperti uang minum, transportasi dan lain-lain, “ aku seorang petugas posko. Itu berarti sebanyak Rp 31,5 juta diambil dari keringat dan jerih payah para tukang, lalu digunakan hanya untuk operasional posko desa. Hanya untuk minum dan transportasi. Minta kasus diperhatikan Berhubungan dengan permasalahan di atas, pada tanggal 2 Januari 2006 SuAK telah mengirimkan surat bernomor 104/ SuAK/AB-NR/I/mbo2006 yang ditujukan kepada Kapolres Cq.Kasat Serse Aceh Barat, Camat Kecamatan Samatiga, Kapolsek Samatiga, Habitat for Humanity dan UN-OCHA. “Supaya kasus tersebut dapat diperhatikan dan diproses secara hukum oleh pihak kepolisian,” kata Koordinator Badan Pekerja SuAK untuk Aceh Barat dan Nagan Raya, Teuku Neta Firdaus. ■
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mounaward Ismail, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahdi Abdullah ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Potret Pendidikan di Aceh Jaya Masih Mengais Ilmu di Tenda Nani Afrida Aceh Jaya
[email protected]
■ NANI AFRIDA
T
ENDA bertuliskan Unicef itu warnanya sudah berubah menjadi hijau lusuh. Di sana sini terlihat lubang, yang akan memasukkan cahaya matahari bila siang, dan air bila hujan turun. Inilah Sekolah Dasar (SD) no 1 Keude Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Letaknya di dalam Desa Keude Teunom. Tertutup dengan rumah kayu sederhana milik warga. Bila Anda tidak teliti, Anda pasti tidak tahu kalau ada sekolah tenda di sana. Ada dua tenda dan satu bangunan kayu yang baru dibangun. Tidak ada kantor kepala sekolah. Yang ada ruangan tempat semua guru berkumpul. Dalam satu tenda ada dua kelas dengan papan tulis yang berjejer. Para guru terpaksa mengajar bergantian untuk tidak memecah konsentrasi murid. Sesekali suara debur ombak terdengar begitu dekat karena pantai kebetulan memang jaraknya hanya 50 meter dari “sekolah”. Belum banyak bantuan Dan, seperti kemarin, hari ini proses belajar mengajar tetap berjalan. Bedanya hari ini para murid sudah dibagikan susu cair merek Bendera rasa coklat dan strawberry. Kini mereka duduk dengan rapi di depan meja. Siap menerima pelajaran. “Inilah sekolah kami, sudah sejak Februari 2005 kami pindah kesini. Jadi sudah setahun,” kata Syamsuddin, sang kepala sekolah kepada Ceureumén yang kebetulan mampir. Menurut Syamsuddin belum ada bantuan kongkret untuk membantu sekolah kecuali dari lembaga Internasional yang bernama ADDRA Tsunami Response. Bantuan yang diberikan berupa buku cetak dan bangunan kayu. Lainnya? “Belum, kami sedang menunggu Palang Merah Jerman. Mereka berjanji akan membangun sekolah Februari ini,” kata Syamsuddin sambil tersenyum. Mutu turun Ada 79 murid yang bersekolah di SD No 1 Keude Teunom. Jumlah ini sudah berkurang setengahnya dari 140 murid sebelum tsunami. Tsunami telah memakan korban 30 murid, sementara 40 orang murid lainnya pindah keluar Aceh atau masih mengungsi jauh dari “sekolah”. Bersekolah di tenda yang sederhana tentu saja tidak bisa berharap murid akan sangat berprestasi. Setidaknya itu yang disadari betul oleh para guru. Mereka lebih sering menahan emosi dan kejengkelan bila ada murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) atau tidak mengerti pelajaran. Selain fasilitas sekolah yang menyedihkan, daya serap murid juga berkurang akibat kurangnya makanan bergizi. “Mereka (murid,red) saja banyak yang masih tinggal di barak atau tenda. Tentu saja
Beberapa anak SD 1 Keude Teunom sedang belajar di dalam tenda yang sudah robek-robek akibat cuaca dan sudah terlalu tua.
mereka tidak bisa belajar dengan baik,” kata Yusriani, salah seorang guru di SD No 1 Keude Teunom serius. Masih trauma Selain daya serap yang menurun, para murid ternyata masih banyak yang trauma. Bila tiba-tiba terjadi gempa atau angin yang kencang, sontak semua murid akan menghambur keluar. Dan sekolah bubar. “Mereka sangat trauma, untuk pernah ada program pemulihan trauma di sini, sehingga sudah lumayan berkurang,” kata Yusriani dengan wajah masgul. Soal trauma ini diakui sendiri oleh Srikandi, murid kelas IV kepada Ceureumén. “Saya jadi ingat tsunami datang. Ngeri sekali. Apalagi sekolah kami ini dekat laut,” kata Srikandi. Juga di Panga Kondisi yang sama juga dialami oleh siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTSS) Panga Kecamatan Panga. Kondisi mereka jauh lebih menyedihkan karena belum pernah memperoleh janji dibangunkan sekolah seperti yang lain. “Mungkin karena kami sekolahnya swasta,” kata Abubakar Arhas, kepala Sekolah MTSS Panga. Hingga kini mereka bersekolah di tenda. Suasananya begitu ramai karena terletak di pinggir jalan. “Yah, namanya saja musibah tsunami Untung masih bisa sekolah,”ujar Abubakar Arhas sambil tersenyum. ■
Fasilitas Pendidikan 80 Persen Hancur Nani Afrida Aceh Jaya
[email protected]
B
UPATI Aceh Jaya Ir Zulfan Ahmad mengakui kalau fasilitas pendidikan Kabupaten Aceh Jaya hancur mencapai 80 persen. “Lima kecamatan kami mengalami kerusakan yang cukup dasyat,” ujar Bupati Zulfian kepada Ceureumén. Selain itu sangat sulit membangun di Aceh Jaya, terutama karena banyaknya jalan yang rusak. Banyak truk membawa material yang sulit lewat, sehingga pembangunan agak terhambat.
Khusus masalah pendidikan, dia mengakui sebanyak 98 gedung sekolah hancur, dari 161 jumlah gedung sekolah lainnya (lihat box). Sekolah tenda Kini hanya Kecamatan Sampoinet yang tidak memiliki sekolah tenda lagi. “Para murid sudah bersekolah di bangunan darurat atau bangunan sementara,” kata bupati lagi. Lembaga-lembaga yang membangun sekolah di Aceh Jaya seperti LSM Samaritan Purse dan Palang Merah Jerman sudah berkomitmen membangun sekolah. “Kita harap bisa langsung kongkrit,” kata Bupati lagi. ■
JUMLAH SEKOLAH RUSAK DI ACEH JAYA Kecamatan Jaya Kecamatan Sampoinet Kecamatan Setiabakti Kecamatan Krueng Sabee Kecamatan Panga Kecamatan Teunom
Jumlah Sekolah 34 30 18 29 15 33 ■
Hancur 20 16 9 21 10 19
Sumber: Dinas Pendidikan Aceh Jaya 2006
Bersekolah di tenda yang sederhana tentu saja tidak bisa berharap murid akan sangat berprestasi. Setidaknya itu yang disadari betul oleh para guru. Mereka lebih sering menahan emosi dan kejengkelan bila ada murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) atau tidak mengerti pelajaran. C M Y K
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
Nasib Korban Tsunami Tak Bertanah Membaca Tabloid Ceureumén Edisi 14 tanggal 4 Februari 2006, saya ingin protes kepada pemerintah dan mengucapkan terima kasih dengan lahirnya tulisan “Dilema Korban Tsunami Tak Punya Tanah jangan Harap Rumah”. Saya pribadi merasa sangat sedih ketika membacanya. Mungkin karena saya salah seorang korban tsunami yang tak punya tanah yang hanya menempati rumah sewa atau kontrakan. Sebelum tsunami saya tinggal di rumah sewa di kawasan Lampaseh kota. Setelah tsunami itu terjadi, saya harus menumpang tinggal di rumah saudara. Ini dikarenakan kondisi saya yang tak mungkin untuk menetap di tenda karena saya dalam keadaan sakit. Kaki saya patah dalam musibah dahsyat itu. Sayangnya, selama menjalani pengobatan saya tak ada bantuan dari donor-donor dan lembaga yang membantu korban tsunami. Dan setelah setahun lebih musibah tsunami saya juga belum mendapat rumah bantuan. Jangankan rumah permanen, rumah tenda saja saya tak diberikan karena saya tak punya tanah atau tempat untuk dibangun rumah itu. Kasihan memang. Mungkin hal ini juga dialami warga lainnya. Lalu, kepada pemerintah daerah dan lembaga lainnya juga BRR saya berharap untuk memperhatikan orang seperti saya. Karena saya tidak hanya kehilangan rumah sewa tempat tinggal, tapi juga saya sudah kehilangan semuanya yaitu kehilangan suami dan dua orang anak-anak tercinta, orang tua juga sudah tiada dibawa musibah dahsyat itu.
“Gugurnya” Generasi A Asri Zaidir Banda Aceh
[email protected]
ALIMAH (35) terkulai lemah di bangsal Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA). Sudah tiga hari ini pengungsi asal Kampung Jawa mendekam di sana karena keguguran setelah lima bulan mengandung. Keguguran? “Iya, saya tidak punya firasat apa-apa, tiba-tiba saja harus kehilangan bayi saya,” katanya dengan muka sedih kepada Ceureumén. Menurutnya, dia selama ini sehat-sehat saja. Bahkan seharian dia sibuk mencari tiram, dan hasilnya yaitu Rp 20.000 diserahkan sepada suaminya untuk me-
H
nambah belanja mereka. “Malam itu saya diantarkan suami dengan becak ke rumah sakit,” kata wanita ini lagi. Banyak yang keguguran Halimah adalah potret wanita pengungsian yang mengalami keguguran kandungan. Tetapi bukan hanya Halimah. Karena hal yang serupa juga terjadi di pengungsian tenda di kawasan Pengungsian Aceh Jaya. Menurut Rahmawati, seorang pengungsi perempuan, banyak pengungsi di pengungsian Aceh Jaya yang mengalami keguguran. “Ada sekitar 5 sampai 7 orang di sini yang keguguran,” kata Rahmawati yang dikunjungi Ceureumén beberapa waktu lalu. Gizi kurang Para perempuan yang kini hamil di pengungsian mengaku
jarang mendapat bantuan termasuk gizi yang cukup. Halimah misalnya tidak pernah mendapatkan bantuan susu dan vitamin. Yang ada hanyalah beras 12 kilogram. Kondisi itu tidak berbeda dengan pengungsi hamil di kamp pengungsian Aceh Jaya. “Kalau mau minum susu ya mereka pergi ke warung kopi terdekat, tidak pernah beli susu khusus untuk kehamilan,” kata Rahmawati. Selain gizi yang kurang, para ibu yang keguguran juga mengaku kesulitan dengan kondisi tenda yang jauh dari bersih. “Juga keadaan tenda yang panas dan stres saya pikir juga menyebabkan kami keguguran,” kata seorang ibu muda yang pernah mengalami keguguran sambil tersenyum. ■
Salihati Warga Kelurahan Lampaseh Kota Lingkungan Mujahidin Kota Banda Aceh.
Kami para pengungsi di Dusun Kuala Meurisi Kecamatan Krueng Sabee Aceh Jaya hingga kini seperti terlupakan. Pascatsunami kami semua mengungsi ke Desa Keutapang Kecamatan Krueng Sabe Aceh Jaya. Dan sejak bulan November 2005 kami sudah kembali ke bekas kampung dan tinggal di tenda-tenda. Palang Merah Kanada pernah berjanji akan membangunkan rumah untuk kami. Malah mereka sudah memiliki sketsa rumah. Kami sendiri sangat senang karena kami tidak punya apa-apa. Tetapi hingga saat ini janji itu tidak terealisir. Malah mereka tidak pernah ke tempat kami lagi. Kami bertanya-tanya, apakah Palang Merah Kanada serius untuk membantu kami? Sekarang kami hanya bisa menanti dan menanti. Kami sudah pasrah. Amiruddin Dusun Kuala Meurisi Kecamatan Krueng Sabee Aceh Jaya
■ MANTOBING
Mana Janji Palang Merah Kanada?
Berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia
LAYU Kadang aku merasa menyesal Pada cerita usang Yang memburu hatiku Kutaut senandung cinta yang putus Diparas gadis impian masa lalu Aku terluka Di atas kerinduan yang menghampiriku Dan membikinku bimbang Tuk mengantarkan Setangkai bunga
Enam Bulan, 200-an Bayi dan Ibu Meninggal
Tatapan mata redup Mengatup mimpi-mimpi besarku Mereka telah memburai segalanya Hatiku terpencil jauh Untuk pahami dunia baru Nanda Utari Siswi Kelas II SMP Neg 3 Jaya Lamno Aceh Jaya
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
Muhammad Azami Banda Aceh Muhammad @yahoo.com
S
ETELAH tsunami menghantam Aceh, kesehatan ibu-ibu hamil sangat mengkhawatirkan. Hancurnya semua prasarana kesehatan dan tingginya tekanan psikologis semakin menambah risiko bagi ibu yang melahirkan. Apalagi sebagian ibu-ibu hamil yang tinggal di barak atau tenda, mereka masih harus menguras keringat membantu sang suami dikala sudah waktunya istirahat. Mulai dari memasak dan menjaga anak. Kondisi itulah yang terlihat di barak-barak dan tenda pengungsian Banda Aceh dan sekitarnya, pekan lalu.
Data keguguran belum ada Data dari Dinas Kesehatan NAD menunjukkan, sekitar 134 bayi dan 59 ibu telah meninggal dunia saat kelahiran. Itu baru data yang didapat untuk kurun waktu enam bulan, yaitu sejak Januari 2005 hingga Juli 2005. Sedangkan yang mengalami keguguran hingga kini belum didapatkan datanya. “Data keguguran belum tercover,“ kata seorang staf dari Dinas Kesehatan NAD kepada Ceureumén, pekan lalu. Diperkirakan, setiap tahun di seluruh Aceh ada ratusan ibu-ibu yang mengalami kematian saat melahirkan. Juga bayi-bayi yang lahir prematur atau cacat anggota tubuhnya. Semua ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia Aceh masa depan. ■
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
gurnya” Generasi Aceh
5
Gugur Akibat Trauma? Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
A
ISYAH (25) senang bukan kepalang ketika mengetahui usia kehamilannya mencapai dua bulan. Inilah hasil “peras keringat” setelah berijab kabul di depan penghulu, enam bulan yang lalu. Sang suami pun tak mau jauh-jauh lagi, begitu mengetahui kandungan Aisyah terisi. Namun di suatu pagi, sebulan yang lalu, mendadak darah keluar dari rahimnya. Singkat cerita, sang suami kemudian membawanya ke rumah sakit. Dan ternyata, ia mengalami keguguran. Kepada Ceureumén, Aisyah mengaku tidak dapat memastikan apa penyebabnya. “Saya tidak tahu persis apa penyebabnya,” katanya . Bukan sanitasi Setelah menikah ia memang tidak lagi tinggal di barak, melainkan menyewa rumah di tempat lain, kawasan Ulee Kareng, Banda Aceh. Lantaran fasilitas dasar sangat terbatas, barak dinilainya tidak cukup untuk memulai kehidupan baru. Rumah yang ditinggalinya kini layak untuk hidup sederhana bagi pengantin baru. Pendek kata, kehidupannya serba berkecukupan untuk ukuran pengungsi. Trauma Itu sebabnya ia menduga-duga, kalau saja penyebab kegugurannya adalah akibat trauma, alias kenangan pahit yang pernah dialaminya saat tsunami 26 Desember 2004. Aisyah memang korban tsunami. Kala itu, ia pernah dibawa air ke laut lepas berhari-hari lamanya, sebelum akhirnya ditemukan selamat. Berbulan-bulan kemudian psikologisnya terganggu: tidur menggigau, mimpi buruk, dan sulit berkonsentrasi. Bahkan kadangkala menangis disaat dalam kesendirian. “Mungkin ini karena stres dan perasaan trauma terhadap masa lalu,” duganya. Memang belum ada penelitian memastikan apa penyebab keguguran ibu-ibu hamil, termasuk yang dialami Aisyah. Namun, ia mengatakan bahwa kenangan pahit tsunami masih mewarnai hari-hari dalam hidupnya.
Tips Menjaga Kehamilan Muhammad Azami dan Asri Zaidir
■ MANTOBING
Banda Aceh
[email protected],
[email protected]
Seorang perawat RSU Zainul Abidin sedang memeriksa kandungan pasiennya.
Hidup di Barak dan Tenda Risiko Kematian Bayi dan Ibu Tinggi Muhammad Azami dan Asri Zaidir Banda Aceh
[email protected],
[email protected]
R
ISIKO kematian ibu dan bayi lebih tinggi lagi jika tinggal di barak dan tenda pengungsian. Kondisi barak yang serba kekurangan bukan hanya berpengaruh ke fisik, tapi juga psikologis. Akibatnya bisa terjadi kelahiran prematur ataupun keguguran. Demikian pernyataan Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr Andalas Sp.OG kepada Ceureumén. Menurutnya angka kematian ibu yang melahirkan pascatsunami di Aceh begitu tinggi. Masyarakat enggan melapor Kondisi barak yang serba kekurangan, berakibat kadar prostaglandin meninggi, sehingga memicu terjadinya kontraksi rahim. Terjadilah kelahiran prematur,” jelasnya. Bayi disebut lahir prematur jika usia kehamilan ibu kurang dari 37 minggu, sedangkan kelahiran
dianggap normal jika usia kehamilan mencapai 3740 minggu. Andalas menduga, tingginya risiko bagi ibu hamil pascatsunami, antara lain karena meninggalnya sejumlah bidan, hancurnya sejumlah prasarana kesehatan, dan kesadaran masyarakat yang dinilainya juga masih rendah. Semua itu mempengaruhi risiko bagi ibu yang hamil. Cuma, seperti halnya laporan resmi dari sejumlah instansi, hingga kini pun dirinya belum mendapatkan jumlah yang pasti. “Masyarakat enggan melaporkan kalau ada bayi atau ibu yang meninggal, karena sudah dianggap mati syahid,” kata Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Unsyiah ini. Dan ini tak berbeda dengan data dari RSUZA. Dr Zainal Bakri dari Rumah Sakit Zainal Abidin (RSUZA) mengatakan bahwa hingga sekarang belum ada laporan yang mencolok tentang jumlah ibu-ibu yang mengalami keguguran di RSUZA. ■
1. Efektifkan pos-pos kesehatan di barak-barak 2. Memeriksa kehamilan secara rutin 3. Ber-KB. Dengan memperjarak masa hamil, akan mengurangi kelahiran yang berisiko.
4. Nutrisi yang cukup bagi ibu yang hamil 5. Harus cukup istirahat. 6. Hindari pekerjaan yang menguras energi banyak. 7. Jauhkan dari binatang-binatang yang bisa mempengaruhi seperti kucing
Serba Serbi Imunisasi ●
Imunisasi itu aman Memilih tidak diimunisasi berarti memilih risiko untuk mendapatkan penyakit. Anak yang tidak diimunisasi berarti akan mendapatkan penyakit polio, meningitis, campak, radang paru, tuli dan kanker hati.
●
Imunisasi akan mencegah Berjangkitnya penyakit. Penyakit dapat menyebar di masyarakat melalui orang-orang yang tidak diimunikasi
Imunisasi Polio akan kembali dilakukan tanggal 27 Februari 2006 ini. Kunjungi pos kesehatan terdekat.
6
AKRAB BERSAMA LSM
CEUREUMeN
Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa itu juga berlaku untuk rubrik “Akrab bersama LSM”. Kami akan membahas profil LSM dan organisasi yang terlibat dalam proses rekonstruksi Aceh.
CEK BANUN
Palang Merah Norwegia (NORCROSS) PALANG Merah Norwegia atau Norwegian Red Cross merupakan salah satu anggota dari International Red Cross and Red Cresent (IFRC). Lembaga ini memiliki program penguatan di bidang kesehatan. Di Aceh, Norcross telah membangun Sekolah Akademi Perawat Ibnu Sina yang terletak di Sabang. Selain mentraining perawat yang lebih profesional, sekolah ini juga akan melakukan pertukaran guru di akademi ini dengan sekolah-sekolah perawat luar negeri. Selain kesehatan, Norcross juga berperan dalam hal tersedianya air bersih di Simeulue, memberi bantuan ambulan, dan pengalian sumur.
■
Palang Merah Kanada
MAHDI ABDULLAH
PROGRAM kesehatan Palang Merah Kanada (Canadian Red Cross) adalah pemenuhan kesehatan dasar dan merespon isu kesehatan ketika teridentifikasi. Palang Merah Kanada telah berpartisipasi dalam vaksinasi Polio dengan berkordinasi bersama UNICEF dan WHO. Saat ini Palang Merah Kanada sedang membangun fasilitas puskesmas di Aceh Jaya. Dan juga menjalankan tiga buah klinik kesehatan bergerak untuk membantu para pengungsi Aceh Jaya. Pohon Pepaya banyak gunanya. Mulai dari buah, daun hingga bunganya. Semuanya bisa dioleh menjadi menu hidangan yang lezat dan bergizi. Kali ini Ceureumén menyajikan menu yang cukup sederhana dari bahan bunga pepaya. Bahan: ● ½ kilo bunga pepaya, rebus ● 5 ikat kangkung, potong kecil ● 1 ons udang ● 1 sendok teh garam ● Penyedap masakan secukupnya. ● Minyak untuk menumis
■ REPRO: JELITA
Tumis Bunga Pepaya
● ●
TIPS KESEHATAN
½ ons cabe rawit 2 batang serai, memarkan
Cara Membuat ● Tumis bumbu yang dihaluskan sampai harum ● Masukkan bunga pepaya, kangkung, dan udang ● Tambahkan penyedap rasa dan garam ● Aduk rata ● Angkat dan sajikan hangat
ADA pameo yang bilang, bila muka tidak berjerawat seperti langit tak berbintang. Masalahnya bila jerawat bertambah banyak, bahkan sudah infeksi, pameo ini tidak bisa diterapkan lagi. Berikut beberapa tips mengurangi dan menyembuhkan jerawat: ◆
Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
Haluskan ● 1 ons cabe merah ● 1 ons bawang merah ● 1 ons kemiri ● 1 ons jahe ● 1 ons kemiri ● 2 butir tomat ● 3 lembar daun jeruk
Mengatasi Jerawat
◆ ◆ ◆ ◆ ◆
Harus rajin membersihkan wajah. Cuci wajah Anda 3 kali sehari dengan sabun khusus untuk wajah Hindari makanan berlemak dan pedas Oleskan obat jerawat Minum jamu anti jerawat untuk mempercepat penyembuhan dari dalam Jangan memakai krim pemutih bila jerawat belum sembuh Bekas jerawat bisa dihilangkan dengan menggunakan masker bengkoang satu kali seminggu (dbs)
TEKA TEKI SILANG CEUREUMÉN NO. 15 1
3
2
6
5
8
7
10
14
4
11
9
12
13
Mendatar: 1. Pita cukai 5. Kebangsaan 6. Surat (Inggris) 7. Masa akil balig, masa remaja 10. Tulis Gara 12. Laboratorium 14. Alat pendingin mesin mobil Menurun: 1. Karet yang melingkar pada roda 2. Peruntungan 3. Gembira 4. Berhasil dalam ujian 6. Pasangan baut 7. Memperbaiki kembali
8. 9. 11. 13.
Zaman Terlambat Merah (Inggris) Badan Rekonstruksi dan REhabilitasi
Pemenang Ceureumén Edisi 14: ◆
Wida Astuti Langsa, Aceh Timur
Jawaban TTS Ceureumén No. 14
◆
Buchari Jl. Medan-Banda Aceh
Mendatar: 1. Uang, 3.Mas, 5. Asa, 6. Near, 8. Koruptor, 12. Laik, 14. Ala, 15. Nuh, 16. Rain
◆
Alissa Maulida Kembang Tanjong Pidie
◆
Mirzayana SMUN 1 Seulimeum Jl. Medan-Banda Aceh Km 40.5
◆
Basri Ibrahim Desa Payah Baroh Pidie
Menurun: 1. Uan, 2. Gardu, 3. Madat, 4. Sonar, 7. Ego, 8. Kokoh, 9. Rumah, 10 Pilar, 11. Obi, 13. Kan
SOSOK
CEUREUMeN
7
Mounaward D. Ismail Banda Aceh
[email protected]
B
UKAN karena persoalan kesetaraan jika Cut Darnita kerap bercuapcuap. Akan tetapi memang itu. “hobi”-nya. Jadi tak heran, kendati dia bukan politisi kawakan namun suaranya kerap terdengar di media elektonik dan dikutip media cetak. Namun, kiprah kelahiran Lhokseumawe, 23 April 1968 ini cukup kentara di tenda. Terutama, tenda kamp pengungsian TVRI Banda Aceh. “Banyak warga yang mengadu berbagai persoalan ke saya,” kata wanita 38 tahun ini kepada Ceureumén belum lama ini. Istri Karman yang sudah dikaruniai tiga putra putri ini kerap menampung keluhan dan cerita pribadi selama mengungsi ke kompleks televisi milik pemerintah itu. Pun demikian, dia merasa enjoy dan terbiasa menghadapinya. Sudah aktif sejak dulu Bagaimana tidak, sebelum tsunami pengagum istri pejuang HAM Munir, Suciwati ini sejak di desanya, Lamdingin, Kecamatan Kuta Alam cukup aktif berorganisasi. Mulai jadi ketua pengajian sampai anggota PKK di kecamatan. Karena itu tak heran, jika kemudian dia juga menjadi “primadona” dalam acara “Panel Diskusi IDP’s Talk, Bukan Berpesta Tapi Berkaca” yang dibuat Aceh Recovery Forum
(ARF) di Darussalam belum lama ini. Ternyata wanita yang hobi membaca dan berdiskusi ini memang “primadona” di kawasan perkampungan tenda. Sejumlah warga tenda yang ditanyai langsung kenal dengan Cut Darnita. Cari modal usaha Pun demikian, tak ada beda dengan warga yang lain. Dia tetap tinggal di sebuah tenda usang di sana. Tak ada perabotan mewah. “Kami saja masih sewa rumah sebelum tsunami, jadi sekarang tak tahu bagaimana nasib kami,” ujarnya. Makanya dia juga tak habis pikir kenapa masih banyak korban yang terkatungkatung padahal, “Jangankan orang buta, orang tuli juga tahu kalau bantuan ke Aceh cukup banyak, Kemana dana itu?” gugatnya. Bukan itu saja, dia juga sedang berusaha keras buat mencari peluang usaha. Karena bagaimana pun, tidak sedikit warga yang menanyakan masalah itu padanya. Tapi apa daya, alumnus FKIP Unsyiah ini tak bisa berbuat banyak. “Saya sedang mencari info di mana ada yang memberi pelatihan untuk bisa digelar trainning di kamp kami,” kata Cut Darnita yang pernah menjadi juragan kain. Kini, ibunda dari Bunga (11 tahun), Rahmat (9) dan Syahnal (5) ini bak bungoeng jeumpa. Meski digulung lumpur tsunami, wanginya selalu terasa. Ya, keharumannya menyeruak di antara tenda. ■
■ JAKA RASHID
Cut Darnita, Jeumpa di Antara Tenda
CUT DARNITA
BUDAYA
Karikatur dan Kebebasan Berekspresi Banda Aceh
[email protected]
B
EBERAPA hari terakhir ini, kita dihebohkan oleh gambar karikatur Nabi Muhammad, pertama kali diterbitkan oleh surat kabar Denmark, Jyllands Posten, dan selanjutnya dimuat oleh beberapa media di Eropa. Sontak, berjuta-juta umat Islam di dunia menggelar aksi demo dan memprotes media yang menyebarkan karikatur satir tersebut. Tidak hanya itu, negara yang “memayungi” penerbit terimbas kerugian yang sangat besar oleh pemboikotan produk-produk asal negerinya di pasaran dunia, dan ancaman pembunuhan berhadiah bagi kartunisnya pun datang dari negara yang mayoritas beragama Islam. Di media Jyllands Posten tersebut, tepatnya di halaman tiga, layout kartunnya ditata sedemikian rupa hingga memenuhi sehalaman penuh, dan sedikit narasi di tengahtengahnya. Kartun mengenai Nabi Muhammad seperti gambar wajah Nabi Muhammad yang berjenggot dengan surban bom, Nabi Muhammad menghunus pedang bersama dua wanita berjubah hitam dengan mata melalak di belakangnya, terkesan sebagai penghinaan. Karena pelecehan tersebut, aksi protes pun bermunculan, bukan saja oleh pimpinan dan umat Islam, tetapi juga dari pimpinan agama lain termasuk dari Vatikan. PBB juga mengambil sikap mengecam karikatur itu. Menteri Agama, Maftuh Basyuni mengatakan, karikatur Nabi Muhammad SAW yang di tampilkan di surat kabar Denmark Jyllands Posten merupakan perbuatan tangan-tangan kotor yang tidak bertanggung jawab. “Kalau saya bisa berontak, saya juga berontak. Perbuatan itu tidak benar,” katanya ketika dimintai komentarnya oleh pers di Jakarta, Jumat (3/2). Pemred Jyllands Posten, Carsten Juste, telah menyatakan meminta maaf karena telah membuat umat Islam
merasa tersinggung dengan pemuatan karikatur tersebut dan menjelaskan bahwa pihaknya tidak bermaksud untuk melakukan penghinaan. Bahasa karikatur Ada yang mengatakan bahwa karikatur atau kartun dapat menggantikan seribu kata. Kata kartun sebenarnya berasal dari bahasa Italia, cartone yang berarti kertas. Ada yang membedakan keduanya, tapi perbedaan itu sangat tipis.
■ REPRO
Mahdi Abdullah
Tentang perang di Irak.
Biasanya karikatur membawa/memberitakan pesan sosial politik, dan kerap disebut dengan editorial kartun, atau jurnal gambar. Dalam layout atau penataan halaman pun, ia sering di letakkan bersamaan dengan rubrik opini atau halaman pertama karena keseriusannya. Sedangkan kartun lebih kepada ha, ha, hi, hi, hanya sebagai hiburan belaka. Perlakuan keduanya pun kerap dibubuhi kata-kata atau hanya dengan gambar saja. Ada beberapa macam jenis kartun atau karikatur ini, antara lain editorial kartun, komik kartun, animasi, dan
sebagainya. Lalu apa arti kata karikatur atau kartun itu sendiri? Sebuah gambar atau serangkaian gambar yang memuat cerita atau pesan dalam wujud sindiran atau humor, tulis The World Book Encyclopedia, 1992. Ekspresi Honore Daumier (1830-1870) seniman lukis Perancis, dikenal sebagai bapak kartun modern. Daumier banyak melahirkan karya karikatur yang memerahkan kuping para pemimpin di masanya. Misalnya, ia mengkarikaturkan para pemimpin Perancis untuk koran dan majalah pada zamannya, hingga Daumier sempat dijebloskan ke hotel prodeo tahun 1832 gara-gara mengkarikaturkan Raja Louis Philippe. Penonjolan bagian tertentu biasa dibikin untuk menguatkan karakter gambar. Proporsi manusia didistorsi sedemikian rupa hingga kelihatan aneh dan lucu. Kepala yang sebenarnya cuma seperdelapan dari tinggi tubuh manusia, dalam kartun kepala bisa muncul menjadi sepertiga atau setengahnya. Memperbesar ukuran badan seperti kepala, kartunis leluasa menciptakan ekspresi wajah seperti senyuman, ejekan, atau kerdipan kelopak mata menjadi lebih berarti. Nah, bebaskah kita membuat kartun atau karikatur seenaknya? Sebuah pertanyaan yang butuh perenungan di tengah-tengah memperjuangkan kebebasan pers di tanah air. Karikaturis atau kartunis bisa saja mengembangkan pendapat, melakukan pengawasan, kritik, mengejek, menertawakan, koreksi, dan memberi saran terhadap halhal yang berkaitan dengan kepentingan umum. Tapi, kasus karikatur satir Nabi Muhammad ditanggapi oleh jutaan umat Islam sedunia sebagai penghinaan agama. Lantas, muncul pertanyaan, kebebasan berekspresi yang diusung itu bagaimana, dan untuk siapa? Butuh jawabnya melalui kartun dengan nyali dan tanggung jawab. ■
DAMAI
CEUREUMeN
8
Pasal Jakarta Menelikung Aceh
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Sejumlah mahasiswa sedang melakukan aksi protes soal penghapusan pasal dalam rancangan undangundang pemerintahan Aceh di gedung DPRD Aceh.
Mounaward D. Ismail Banda Aceh
[email protected]
J
AKARTA kembali menelikung Aceh. Itu bukan cerita baru. Naga-naganya sudah terlihat. Kali ini, Jakarta (baca: pemerintah pusat), kembali membuka “topeng” menunjukkan wajah aslinya. Paling tidak itu yang dirasa para ulama, akademisi, legislator, elemen sipil, mahasiswa hingga rakyat jelata. Makanya tak heran jika dalam beberapa pekan ke depan, atmosfer politik di Tanah Rencong dipastikan panas dingin. Tapi, bukan karena hujan badai. Konon perubahan suhu ini meleset dari prakiraan Badan Metereologi dan Geofika (BMG). Lho kok? Jangan cemas dulu, sebab -–Insya Allah– suasana damai akan tetap bertahta. Bagaimana pun, bukankah tak ada lagi senjata yang menyalak? “Permusuhan tak perlu dipelihara,” kata Nafi, mantan gerilyawan di Pidie. Bukan tanpa alasan. Sebab rujukannya adalah Nota kesepakatan damai yang diteken di Helsinki, 15 Agustus lalu. “MoU mengamanatkan begitu,” ujarnya singkat. “Kita sekarang menuju proses demokrasi lewat undang-undang baru.”
PASAL KEWENANGAN YANG DITELIKUNG JAKARTA Pasal 7 ayat (3): Di samping kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat urusan pemerintahan lain yang oleh peraturan perundangan-undangan ditertapkan sebagai kewenangan Pemerintah. Pasal 12 ayat (1): Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dan Pemerintahan Aceh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 yang belum diatur dalam undang-undang ini, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
Jakarta Distorsi RUU-PA Kini setelah proses decommissioning usai. Tentara Neugara Aceh (TNA) sudah membubarkan pasukannya pada 27 Desember. Lalu, 840 pucuk senjatanya dilucuti dan belasan ribu TNI/Polri non organik sudah ditarik. Nyatanya problema belum reda. Masalah yang dimaksud tak lain mandat Nota Helsinki yakni pada poin; 1.1.1, Undang-undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh akan diundangkan dan akan mulai berlaku sesegera mungkin dan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret 2006. Lantas, Rakyat Aceh yang diwakili berbagai elemen yang disebut pada awal tulisan ini menyerahkan draf Rancangan Undang-undang Pemerintahan Aceh (RUUPA) kepada pemerintah melalui Departemen Dalam Negeri (Depdagri). Di sinilah punca problema. Pemerintah mendistorsi draf RUU-PA versi Rakyat Aceh sehingga mendegradasikan substansi dari isi MoU itu sendiri. Sialnya, selain menstipo aspirasi Aceh, Pusat juga menelikung dengan menyusupkan dua pasal yang “membunuh” substansi UU-PA seperti diamanatkan MoU. Pasal yang dimaksud yakni Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 12 ayat (1). (lihat box 1). Selain itu mengutip Teuku Kamaruzzaman, Tim Perumus draf RUU-PA dari GAM, pusat sudah menghapus 37 pasal. Substansi MoU Hilang Akibatnya fatal, sebut pria yang disapa Ampon Man, esensi dari RUU-PA itu menjadi kabur. “Karena bagaimana pun, kewenangan pemerintahan Aceh harus lebih besar dari pemerintah pusat, itu yang diamanatkan MoU,” tukasnya. Begitu pula dengan Mawardi Ismail, akademi Unsyiah. Menurut Dekan Fakultas Hukum ini, kecuali 37 pasal seperti yang disebut Ampon Man, penambahan dua pasal oleh pemerintah juga menghilangkan esensi dari MoU RI-GAM. “Intinya dari MoU adalah pemerintahan sendiri dengan kewenangan, selain enam yang ditangani pusat yaitu,politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fisikal. Tapi kini direduksi,” katanya.
Menyikapi itu, pola pikir komponen mahasiswa di Tanah Rencong bergolak. “Ini bisa mengancam perdamaian. Pemerintah pusat tidak ikhlas. Pemerintah pusat langgar MoU,” begitu teriak mereka kecewa. Lalu, unjukrasa pun digelar. Kecewa Pasal Jakarta Bukan cuma mahasiswa kecewa. Abdullah Saleh SH, anggota DPRD yang juga wakil ketua panitia khusus RUU-PA men-
gutarakan hal serupa. “Saya kecewa sekali setelah membaca rumusan draf RUU-PA versi pemerintah,” keluhnya. Entah karena kecewa itu, lantas Saleh pun cabut dari Tim Pengawal RUU-PA yang dibentuk pemerintah daerah. “Kalau terjadi sesuatu di Jakarta, itu bukan kehendak kita. Itu karena terjadi distorsi dan kehendak Jakarta terhadap kita,” timpal Wakil Ketua DPRD NAD, Waisul Qarany Ali. Begitu pula dengan Ketua Pansus RUUPA DPRD NAD, Azhari Basyar yang menuding Depdagri sudah mengingkari aspirasi rakyat Aceh. “Depdagri-lah yang menyebabkan semua ini. Kita akan samasama menolak!” katanya. “Kalau tidak sesuai dengan isi MoU, mengkhianati MoU namanya.” Mengkritik cara Jakarta itu, lalu Aceh Civil Society Task Force (ACSTF) melalui jurubicaranya Rufriadi mendesak DPR-RI agar menggunakan naskah draf RUU-PA versi DPRD Aceh sebagai acuan dan materi utama pembahasannya. Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaluddin dan Mekominfo Sofyan Djalil dalam kunjungannya ke Aceh beberapa waktu silam sudah memberi garansi. Dia berupaya menenangkan hati rakyat Aceh yang kecewa dengan pasal Jakarta. Menurut mereka, draf tersebut katanya masih rancangan, jadi kemungkinan untuk berubah tetap terbuka. “Hanya selama ini ditanggapi berlebihan,” kata Sofyan Djalil, yang juga ikut terlibat dalam perundingan di Helsinki. Benarkah? Kita lihat saja nanti. ■
MASALAH TRANSFER DAN DESENTRALISASI KEKUASAAN POLITIK DAN KEUANGAN ◆
Pembatasan kewenangan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan Aceh Pembatasan kewenangan Parlemen Aceh Pembatasan hak dan kewenangan untuk mengelola sumberdaya alam Pembagian hasil dari pendapatan Aceh tidak menjadi kewenangan pemerintahan Aceh ◆ Tidak adanya jaminan terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari KKN ◆ Tidak diaturnya upaya pemberantasan korupsi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan Aceh. ◆ ◆ ◆
MASALAH JAMINAN KESEJAHTERAAN/KEMAKMURAN BAGI MASYARAKAT ACEH DAN HAK MASYARAKAT KORBAN ◆
Tidak diaturnya jaminan penyelenggaraan pendidikan gratis dan berkualitas ◆ Tidak diaturnya jaminan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis dan berkualitas ◆ Tidak diaturnya jaminan terhadap akses untuk mendapatkan perumahan murah dan layak bagi masyarakat Aceh ◆ Tidak diaturnya jaminan terhadap akses sumber daya energi murah bagi masyarakat Aceh.
MASALAH HAK ASASI MANUSIA DAN REKONSILIASI ◆
Tidak diaturnya jaminan terhadap proses reparaso terhadap masyarakat korban konflik ◆ Dihilangkannya jaminan terhadap upaya rehabilitasi dan kompensasi bagi masyarakat korban konflik ◆ Tidak adanya kepastiaan hukum tentang waktu penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM ◆ Tidak diaturnya jaminan terhadap proses politik dalam upaya pengungkapan kebenaran terhadap kewenangan bagi peradilan sipil untuk mengadili anggota TNI yang melakukan kejahatan sipil. ■ Sumber: Komite Persiapan Organisasi Persaudaraan Aceh