PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume X No.2 November 2010
KORELASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH DASAR Oleh : Farida. S Abstract The objective of the research is to correlation between learning Creative thinking for achievement of Elementory school students in the teaching of social studies IPS,The research populations the grade V of government owret elementary school at Padang City Multistage random sampling.The data was analyzed by using the regression analysis and product moment correlation analysis. The result shoved that the ereative thinking was significant correlated to students achievement SDN Padang Utara and Koto Tangah . Key words: correlation,creative, thinking,achievement, learning
PENDAHULUAN Kreativitas merupakan pola berpikir atau ide-ide ide yang timbul dari dalam diri individu sebagai subjek didik, dan merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Cony Semiawan (2004) mengemukakan bahwa kreativitas i ialah merupakan proses berpikir di mana siswa berusaha untuk menemukan hubungan-hubungan hubungan baru, mendapatkan jawaban, metode atau caracara cara baru dalam memecahkan suatu masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri ciri aptitude seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), (fleksi dan keaslian (orisinalitas)) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude,, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan salalu ingin mencari bentuk baru. Setiap manusia mempunyai potensi kreativitas untuk berkembang, baiknya kreativitas vitas tersebut adalah bila pendidikan selalu mendorong dan membina dengan baik. Selanjutnya Conny Semiawan (2004) mengemukakan bahwa guru hendaknya mendorong, menyelidiki, mengamati, mengapa siswa tidak aktif dalam belajar. Guru berperan sebagai pendorong agar motif-motif motif positif dapat ditingkatkan atau dibangkitkan dalam diri siswa sehingga hasil belajar akan lebih baik. Dari pendapat tersebut dapat dilihat betapa pentingnya kreativitas bagi siswa dalam belajar di sekolah, karena siswa yang kreatif dapat mengemukakan ide-denya denya dengan baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai.
Sementara itu dalam bidang studi IPS di sekolah dasar, materi pengajarannya disajikan dalam bentuk integral, artinya disajikan dalam satu kesatuan tanpa dipilah-pilahkan dipilah atas sub-sub bidang studinya, seperi: geografi, sejarah, ekonomi, koperasi, sosiologi, antropologi, hukum, politik, kependudukan dan lingkungan hidup (Sukiman,1993). Sedangkan dalam penyajiannya, dikembangkan strategi pengajaran konsep yang tentu menuntut kemampuan k berpikir kreatif anak lebih tinggi. Hal ini dapat dipahami karena dalam strategi pengajaran konsep tugas anak tidak sekedar menghafal fakta–fakta, fakta tetapi lebih dari itu ditekankan untuk mengenal konsep–konsep konsep IPS. Selanjutnya siswa SD dituntut untuk uk mampu membuat generalisasi dan konsep–konsep konsep yang dipahaminya dan pada tataran berikutnya mereka mampu menemukan hubungan antara fakta, konsep, dan generalisasi (Suradisastra 1992) Tuntutan untuk memahami fakta, konsep, membuat generalisasi dari berbagaii sub bidang studi tersebut, dan menemukan jalinan di antara ketiganya sangat membutuhkan kemampuan berpikir kreatif. Bertolak dari pemikiran akan pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam pengajaran IPS di SD sebagaimana yang telah dipaparkan, peneliti terdorong untuk meneliti lebih intensif apakah ada hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS di SD. Alasan peneliti menghubungkan antara kemampuan berfikir kreatif dan prestasi belajar IPS adalah prestasi belajar IPS merupakan gambaran ga utuh
11 PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan | Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume X No.2 November 2010
kemampuan anak di bidang IPS. Anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa gambaran prestasi belajar IPS diperoleh dari akumulasi hasil penilaian guru terhadap kemampuan anak di bidang IPS yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Penilaiannya Penilaiannya pun dilakukan melalui beberapa tahap mulai dari aktivitas di kelas sehari–hari, hari, sampai penilaian tiap semester. Prestasi belajar yang disebut dengan achicvement merupakan perolehan (prestasi) terhadap apa yang telah dipelajari secara maksimal. Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalani secara sadar untuk mendapatkan perubahan, baik dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Prestasi merupakan kesanggupan untuk berbuat sesuatu sesuai dengan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan erampilan yang telah dimilkinya . Dengan demikian makin banyak perolehan (prestasi) yang dimilikinya akan makin tinggi pula tingkat kesanggupan untuk berbuat berikutnya. Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tiba atau tanpa adanya usaha. usaha Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan seseorang dalam hal perkembangan dan pertumbuhan untuk mencapai tingkat kedewasaan jasmani dan rohani melalui kegiatan belajar yang langsung dapat diukur dengan tes dan non tes. Penilain ini dapat berupa angka, huruf atau kode lain. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, banyak faktor yang memberi tantangan terhadap pencapaiannya. Tantangan ini merupakan faktorfaktor faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar yang ingin dicapai. Baik yang datangg darii dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Diantara faktor-faktor faktor itu adalah faktor kemampuan berpikir kreatif. Konsep berpikir kreatif dalam penelitian ini, dapat dipandang dari wujud fungsi rasio yang diartikan sebagai suatu proses. Artinya, bahwa b kreativitas merupakan proses berpikir untuk menemukan jawaban dari suatu masalah dengan menggunakan cara-cara cara baru atau hubunganhubungan hubungan baru antara gelaja, fakta-fakta, fakta konsepkonsep yang ada dalam IPS. Pada dasarnya berpikir kreatif tidak jauh berbeda eda dengan proses berpikir pada umumnya. Akan tetapi ada satu hal yang membedakan
antara keduanya, yaitu bahwa berpikir kreatif mengarah pada suatu pemecahan masalah serta lebih mengutamakan hasil yang baru, meskipun tidak baru sama sekali. Sedangkan berpikir berpi pada umumnya hanya ditujukan pada penyusunan data-data data yang ada. Kemampuan berpikir kreatif memiliki empat aspek yang berkenaan dengan: Kelancaran (fluency fluency), adanya ide yang banyak dan luas, hanya dalam pembendaharaan kata dan cara menyampaikan sesuatu. sesuatu Semakin banyak ide yang dihasilkan siswa, semakin kreatif siswa tersebut. Dalam mempelajari IPS di SD diperlukan kemampuan berpikir kreatif, aspek kelancaran yang cukup tinggi. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat kemampuan berpikir berpi kreatif aspek kelancaran semakin tinggi pula prestasi belajar IPS siswa. (flexibility merupakan aspek Keluwesan (flexibility) berpikir kreatif yang berkenaan dengan kemampuan menghasilkan keragaman ide dalam menanggapi suatu masalah atau situasi tertentu. Dalam hal ini yang diutamakan adalah banyak ide yang beda yang dihasilkan siswa dalam merespon suatu masalah pada materi IPS di SD. Semakin fleksibel siswa dalam berpikir, semakin mampu mengembangkan tanggapan kreatif maka semakin tinggi prestasi belajar IPS siswa. Kerincian (elaboration) (elaboration merupakan aspek berpikir kreatif yang berkenaan dengan proses isi dan merinci ide-ide. ide. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memberikan uraian atau penjelasan serinci mungkin terhadap ide-ide ide yang dikemukakan dalam IPS SD, sehingga dapat d dengan mudah dipahami orang lain. Jadi dalam mempelajari IPS di SD diperlukan kemampuan berpikir kreatif aspek kerincian yang cukup tinggi, sehingga semakin tinggi pula prestasi belajar IPS siswa. Keaslian (originality) (originality merupakan aspek berpikir kreatiff yang berkenaan dengan kemampuan mengutarakan ide-ide ide yang bersipat unik dan secara statistik jarang terjadi. Ide yang benar-benar benar asli ialah ide yang benar-benar benar baru, yang belum pernah dikemukakan sebelumnya. Dalam mempelajari IPS, diperlukan kemampuan berpikir kreatif aspek keaslian siswa yang cukup tinggi, dan semakin tinggi pula prestasi belajarnya, Metode
12 PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan | Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume X No.2 November 2010
Ditinjau dari pendekatannya, penelitian ini termasuk jenis penelitian survey dipakai untuk tujuan deskriptif, yaitu menggambarkan sesuatu sebagai mana adanya. Lebih jelasnya penelitian ini menggambarkan hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar dalam maata pelajaran IPS Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar yang ada di kota Padang. Jumlah J populasi sebanyak 175 orang dengan sampel sebesar 116 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik Multi Stage Culster Random Sampling. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik tes kemampuan berpikir kreatif.
Sebelum digunakan, tes diujicobakan. diu Semua data yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis korelasi sederhana Product Moment dan Regresi Sederhana
HASIL DAN PEMBAHASAN Korelasi Antara KemampuanBerpikir Kreatif Aspek Kelancaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kekuatan hubungan antara kemampuan berpikir kreatif aspek kelancaran (X1) dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,42 Uji signifikansi koefisien korelasi tersaji pada tabel berikut berikut:
Tabel I. Uji signifikansi X1 dan Y. Jumlah responden
Koefisien
t
t tabel
Korelasi
Hitung
0,05
0,42
7,56
1,658 2,358
0,01
(N) 116
Berdasarkan uji signifikansi koefesien korelasi antara kemampuan berpilir kreatif aspek kelancaran (Xi) dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (Y) sebesar 0,42 adalah signifikansi. Ini berarti terdapat hubungan positif antara kemampuan berpikir kreatif aspek
kelancaran siswa dengan prestasi belajarnya dalam lam mata pelajaran IPS Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel Kemampuan berpikir kreatif aspek kelancaran dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dapat digambarkan oleh persamaan regresi sebagai berikut:
Tabel 2. ANAVA Uji Signifikansi dan Linieritas UJI F
Sumber Variasi
dk
JK
RJK
Regresi
1
Residu/ Sisa
114
17,1338707 1
17,1338707 1
80,0730258 9
0,70239496 3
Total
115
Hitung tabel
24,39349883 3,93
97,2068966
13 PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan | Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume X No.2 November 2010
Berdasarkan uji signifikansi dan kelinieran di atas menunjukkan bahwa persamaan regresi Y = 5,077519223 + 0,29375244 X signifikan dan bentuk hubungan linier. Persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa untuk setiap kenaikan 1 unit it skor kemampuan berpikir kreatif aspek kelancaran akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar sebesar 0,29 unit dengan konstanta a 5,07 Diketahuinya hubungan dan saling pengaruh antara aspek kelancaran dalam kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi presta belajar IPS dalam penelitian ini memperkuat pandangan bahwa penerapan strategi pengajaran konsep dalam pengajaran IPS di SD menuntut kemampuan berpikir kreatif siswa lebih tinggi. Hal itu dapat dipahami karena dalam strategi pengajaran konsep, yang ditekankan kankan adalah upaya menanamkan konsep-konsep konsep IPS secara bertahap dan berkesinambungan di dalam diri
siswa, mulai dari yang sederhana sampai pada bentuknya yang kompleks. Selanjutnya mereka dituntut untuk mampu membuat generalisasi dari konsep-konsep yang telah elah dipahaminya dan pada tataran berikutnya mereka mampu menemukan hubungan antara fakta, konsep, dan generalisasi (Suradisastra,1992). Dalam strategi ini kegiatan belajar IPS, hanyalah digunakan sebagai sarana untuk menemukan dan memahami konsepkonsep konsep IPS PS yang telah diprogramkan. Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Keluwesan san dengan Prestasi Belajar IPS Kekuatan hubungan antara kemampuan berpikir kreatif aspek keluwesan (X2) dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,41 Uji signifikansi koefisien korelasi tersaji pada tabel 3
Tabel 3. Uji signifikansi X2 dan Y. Jumlah responden
Koefisien
t hitung
Korelasi
t tabel 0,05
0,01
(N) 116
0,41
Berdasarkan uji signifikansi koefesien korelasi antara kemampuan berpikir kreatif aspek keluwesan (X2) dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (Y) sebesar 0,4I adalah signifikansi. Ini berarti terdapat hubungan positif antara kemampuan berpikir kreatif aspek
4,79
1,658 2,358
keluwesan siswa dengan prestasi belajarnya dalam mata pelajaran IPS Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel Kemampuan berpikir kreatif aspek keluwesan dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dapat digambarkan oleh persamaan regresi sebagai berikut:
Tabel 4. ANAVA Uji Signifikansi dan Linieritas UJI F
Sumber Variasi
Dk
JK
RJK
Regresi
1
16,16373356
16,16373356
Residu / Sisa
114
81,04316304
0,710904936
Total
115
97,2068966
hitung
22,7368424
tabel
3,93
14 PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan | Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume X No.2 November 2010
Berdasarkan uji signifikansi dan kelinieran di atas menunjukkan bahwa persamaan regresi Y = 5,5295697814 + 0,232744922 X signifikan dan bentuk hubungan linier. Persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa untuk setiap kenaikan 1 unit skor kemampuan berpikir kreatif aspek as keluwesan akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar sebesar 0,23 unit dengan konstanta a 5,52. Untuk dijadikan landasan mengadakan prediksi, karena hubungan kedua variabel tersebut linier.: Peranan kemampuan berpikir kreatif aspek keluwesan dalam proses penemuan konsep dan pembentukan generalisasi sangat penting. Hal itu dapat diamati dari sejumlah aktivitas berpikir yang dilakukan siswa, mulai dari tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, sampai sampa pada tahap verifikasi ide-ide. ide. Aktivitas berpikir siswa pada tahap persiapan adalah mengingat sejumlah fakta dan konsep yang telah diperoleh. Pada tahap inkubasi , aktivitas berp[ikir yang dilakukan adalah memahami dan mengklasifikasi fakta dan
konsep yang ng berhasil diingatnya kemabali (recall). Pada tahap iluminasi, aktivitas berpikir yang dilakukan adalah menghubung-hubungkan menghubung fakta-fakta fakta dan konsep yang telah diklasifikasikan itu dan mendeskripsikannya sehingga menjadi suatu generalisasi yang lebih bermakna. kna. Pada tahap verifikasi aktivitas berpikir yang dilakukan siswa adalah membuat interprestasi dan evaluasi terhadap generalisasi yang dibuatnya, sehingga dapat ditemukan nilainilai nilai yang berguna sebagai bekal dalam kehidupannya. KorelasiKemampuan Berpikir Berpik Kreatif Aspek Kerincian dengan Prestasi Belajar IPS Kekuatan hubungan antara kemampuan berpikir kreatif aspek kerincian (X3) dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,28 Uji signifikansi koefisien korelasi tersaji pada tabel
Tabel 5. Uji signifikansi X2 dan Y. Jumlah responden
Koefisien
T
(N)
Korelasi
Hitung
0,05 0,01
116
0,28
3,11
1,658 2,38
Berdasarkan uji signifikansi koefesien korelasi antara kemampuan berpilir kreatif aspek kerincian (X3) dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (Y) sebesar 0,28 adalah signifikansi. Ini berarti terdapat hubungan positif antara kemampuan berpikir kreatif aspek
t tabel
kerincian siswa dengan prestasi belajarnya dalam mata pelajaran IPS. Dengan demikiann bentuk hubungan antara variabel kemampuan berpikir kreatif aspek kerincian dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dapat digambarkan oleh persamaan regresi sebagai berikut:
15 PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan | Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume X No.2 November 2010
Tabel 6. ANAVA Uji Signifikansi dan Linieritas Sumber Variasi
dk
JK
RJK
UJI F Hitung tabel
Regresi
1
6,508090891
6,508090891
Residu/Si sa
114
90,6988075
0,795603574
Total
115
97,2068966
8,180667434 3,93
Berdasarkan uji signifikansi dan kelinieran di atas menunjukkan bahwa persamaan regresi Y = 5,630811551 + 0,19387225 X signifikan dan bentuk hubungan linier. Persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa untuk setiap kenaikan 1 unit skor kemampuan berpikir ir kreatif aspek kerincian akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar sebesar 0,19 unit dengan konstanta a 5,63. Untuk dijadikan landasan mengadakan prediksi, karena hubungan kedua variabel tersebut linier.
fakta dan konsep-konsep konsep yang telah diklasifikasikan itudan mendeskripsikannya sehingga menjadi suatu generalisasi yang lebih bermakna. Dengan demikian temuan tersebut te dapat diinterprestasikan bahwa kemampuan siswa dalam menghubungkan fakta-fakta fakta dan konsep-konsep konsep yang telah diklasifikasikan itu dan mendeskripsikannya sehingga menjadi suatu generalisasi yang lebih bermakna be lebih rendah dibandingkan dengan kemampuannya kemampua dalam hal mengingat kembali.
Dilihat dari perbandingan skor rata-rata rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif dalam tiap aspek dan derajat hubungan masing-masing masing aspek dengan prestasi belajar IPS, diketahui bahwa aspek kerincian memiliki skor rata-rata rata dan derajat hubungan yang terendah dibandingkan dengan ketiga aspek lainnya. lainnya Oleh karena yang diamati dalam aspek kerincian itu adalah kemampuan siswa menghubungkan faktafakta
Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Keaslian dengan Prestasi Belajar IPS Kekuatan hubungan antara kemampuan berpikir kreatif aspek keaslian (X4) dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,47 Uji signifikansi koefisien korelasi tersaji pada tabel 7
Jumlah responden (N)
Tabel 7. Uji signifikansi X 4 dan Y. Koefisien T Korelasi Hitung
t tabel 0,05 0,01
116
0,47
5,68
1,658 2,358
Berdasarkan uji signifikansi koefesien korelasi antara kemampuan berpilir kreatif aspek keaslian (X4) dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS (Y) sebesar 0,47 adalah signifikansi. Ini berarti terdapat hubungan positif antara kemampuan berpikir kreatif aspek keaslian
siswa dengan prestasi belajarnya dalam mata pelajaran IPS. Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel Kemampuan berpikir kreatif aspek keaslian dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dapat digambarkan oleh persamaan regresi sebagai berikut:
16 PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan | Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume X No.2 November 2010
Tabel 8. ANAVA Uji Signifikansi dan Linieritas UJI F
Sumber Variasi
Dk
JK
RJK
Regresi
1
22,08305066
22,08305066
Residu/Sisa
114
75,12384594
0,658981104
Total
115
97,2068966
Berdasarkan uji signifikansi dan kelinieran di atas menunjukkan bahwa persamaan regresi Y = 5,0098684446 + 0,346588266 signifikan dan bentuk hubungan linier. Persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa untuk setiap kenaikan 1 unit skor kemampuan berpikir kreatif aspek keaslian akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar sebesar 0,348 unit dengan konstanta a 5,098. Untuk dijadikan landasan mengadakan prediksi, karena hubungan kedua variabel tersebut linier. rata pada aspek keaslian itu dapat Skor rata-rata dikaitkan dengan gan tingkatan perkembangan kognitif siswa kelas V SD. Jika dihubungkan dengan klasifikasi tingkat perkembangan kognitif menurut Piaget yang dikutip Suradisastra (1991), tingkat berpikir siswa kelas V SD termasuk pada tingkatan operasi konkrit. Maksudnya, pada p tingkat ini pemikiran siswa masih terbatas mengenai hal-hal hal yang konkrit, dan kesulitan apabila menggeneralisasikan lebih dari itu. Demikian juga kemampuan mereka dalam mengklasifikasikan fakta-fakta fakta dan konsepkonsep konsep yang bersifat abstrak masih sangat terbatas. Hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa aspek-aspek aspek dalam kemampuan berpikir kreatif yang meliputi aspek kelancaran (fluency), ( keluwesan (flexibility),, kerincian (elaboration), ( dan keaslian (originality) memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar IPS siswa. Sedangkan dari hasil analisis regresi diketahui bahwa hubungan masing-masing masing aspek tersebut dengan prestasi belajar IPS siswa bersifat linier, dengan harga Freg yang signifikan. Hal itu dapat diartikan bahwa aspek-aspek aspek dalam kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi belajar tidak hanya sekedar berhubungan, tetapi
Hitung
tabel
33,51090119
3,93
lebih dari itu juga menandakan adanya saling pengaruh secara positif. Peningkatan nilai pada masing-masing masing aspek akan mengakibatkan mengaki terjadinya peningkatan nilai prestasi belajar IPS secara proporsional, atau sebaliknya. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif dibidang IPS dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi prestasi belajar IPS siswa. Peranan guru dalam pengembangan pengembanga kreativitas siswa disekolah menurut Munandar (1996) bisa dilakukan dengan bertitik tolak dari apa yang dinamakan pendekatan 4P yakni pribadi, pendorong, proses dan produk. Aspek pribadi menekankan pada pemahaman anak adalah pribadi yang unik. Pendidik haruslah ha menghargai bakat dan minat khas dari setiap anak. Itu berarti, anak perlu diberikan kesempatan dan kebebasan mewujudkannya. Kreativitas juga ditinjau dari aspek pendorong, yakni suatu kondisi yang memungkinkan anak berprilaku kreatif. Sedang kreativitas kreativ sebagai proses lebih menekankan pada pemahaman kemampuan anak menciptakan sesuatu yang baru, paling tidak menemukan hubunganhubungan hubungan jawaban antar berbagai unsur. Ketiga aspek inilah akhirnya menentukan kualitas produk kreativitas pada anak yang masih masi dalam proses pertumbuhan, aspek kreativitas sebagai proses perlu mendapat penekanan, jangan terlalu menuntut prosduk kreativitas yang memenuhi standar tertentu, karena hal itu akan mengurangi kenikmatan anak berkreasi. Semiawan (1996) menjelaskan untuk mengembangkan engembangkan kreativitas, interaksi antara faktor lingkungan dan kepribadian merupakan faktor penentu apakah seseorang mampu melahirkan prestasi kreatif yang istimewa dalam lapangan ilmu pengetahuan, dan demikian juga
17 PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan | Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume X No.2 November 2010
dalam bidang lain. Persyaratan pengembangan pengemb prestasi kreatif dibidang keilmuan idealnya guru memiliki kecakapan, keterampilan dan motivasi. Ketiga aspek ini akan terwujud di dalam perilaku Bertolak dari uraian di atas, maka secara keseluruhan hasil penelitian, analisis data dan pengujian hipotesis tesis mampu menjawab hipotesis yang telah diajukan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar Kota Padang. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS . Hal tersebut menjadikan faktor yang penting bagi siswa yang memilikin kreativitas yang tinggi dalam proses belajar mengajar. Bagi guru SD hendaknya dapat d meningkatkan kreativitas belajar siswanya dengan cara menciptakan rasa aman kepada siswa untuk mengekspresikan kreativitasnya, mengakui dan menghargai gagasan, membantu siswa memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap serta memberikan informasi informa mengenai peluang-peluang peluang yang tersedia,
sehingga siswa dapat mencapai pembelajaran secara optimal.
tujua tujuan
DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid, Harun. 1994 Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala Bandung, PPs UNPAD Gramedia Ilyas Asmidir ,2003. Aspirasi Personil Pers Sekolah Terhadap Siswa Kreatif dan Program Pengembangannya. (Artikel) Padang: Jurnal Pembelajaran Universitas Negeri Padang. Winkel, W.S 1993. Psikologi dan Evaluasi Belajar. Dikti Munandar. 1997. Creativity Education. Jakarta Derektorat Jendera endidian en Tnggi, Dpdibd. Semiawan, Conny R.2004 Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Menengah Jakarta: Gramedia. Sukiman,
Iman. 1993. Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar.. Bandung: Depdikbud. Suradisastra, Djojo, 1992. Pendidikan IPS III. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan Kependidikan.
18 PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan | Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang