KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721
KORELASI INTENSITAS METODE BIMBINGAN GURU DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN NAZZALAL FURQON TINGKIR SALATIGA TAHUN 2011 SKRIPSI
Diajukan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Diajukan Oleh : AHMAD HARIRI 11107016
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011 ii
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Ahmad Hariri
NIM
: 11107016
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ni benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 10 Agustus 2011 Yang menyatakan,
Ahmad Hariri NIM. 11107016
iii
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 M. Ghufron, M. Ag. DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp
: 2 eksemplar
Hal
: Naskah Skripsi Saudara Ahmad Hariri Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah tugas akhir saudara: Nama
: Ahmad Hariri
NIM
: 11107016
Jurusan/Progdi
: TARBIYAH/PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Judul
: Korelasi Penerapan Metode Bimbingan Guru Terhadap Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011. Dengan ini kami mohon tugas akhir saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 26 Agustus 2011 Pembimbing
M. Ghufron, M. Ag. NIP. 19720814 200312 1 001
iv
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 PENGESAHAN SKRIPSI KORELASI INTENSITAS METODE BIMBINGAN GURU DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN NAZZALAL FURQON TINGKIR SALATIGA TAHUN 2011
DISUSUN OLEH AHMAD HARIRI 11107016 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M. Pd.
_________________
Sekretaris Penguji
: Drs. Djoko Sutopo
_________________
Penguji I
: Prof. Dr. Mansur, M. Ag.
_________________
Penguji II
: Siti Rukhayati, M. Ag.
_________________
Penguji III
: M. Ghufron, M. Ag.
_________________
Salatiga, 26 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1 002 v
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721
MOTTO
MENJADI ORANG YANG DISIPLIN, TANGGUNG JAWAB, DAN BERAKHLAQUL KARIMAH.
vi
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721
PERSEMBAHAN Kupersembahkan Skripsi ini untuk; 1.
Ibu dan bapak yang telah membiayai, membimbing, mendidik, mengarahkan dan mendo’akan sampai saat ini.
2. Abah KH. Munawir Munajad Al-Hafidz beserta Ibu Nyai dan semua keluarga yang telah mengizinkan saya tinggal di pondok selama saya menimba ilmu di STAIN Salatiga. 3.
Kakak-kakakku dorongan
moril
yang dan
selalu materil
memberi selama
perjalananku kuliah di STAIN Salatiga.
vii
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 ABSTRAK Hariri, Ahmad. 2011. Korelasi Intensitas Metode Bimbingan Guru Dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing: M. Ghufron, M. Ag. Kata kunci: Metode Bimbingan Guru dan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Menghafalkan Al-Qur’an merupakan tugas yang mulia karena hal tersebut merupakan salah satu usaha untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an. Terdapat banyak metode dalam menghafal Al-Qur’an, dan salah satunya adalah dengan metode bimbingan guru, yaitu sebuah metode di mana guru membacakan materi hafalan dan santri mendengar secara seksama sambil menghafalkan apa yang didengarnya. Kemudian dalam menghafal Al-Qur’an, kemampuan tiap santri dalam menghafal ternyata beragam. Dengan demikian penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui apakah ada hubungan antara intensitas metode bimbingan guru terhadap kemampuan menghafal AlQur’an santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) bagaimana intensitas pembelajaran Al-Qur’an dengan metode bimbingan guru di Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga?; (2) bagaimana kemampuan santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga dalam menghafal Al-Qur’an?; (3) adakah hubungan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga? Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dimana data yang diperoleh merupakan angka-angka yang nantinya akan memberikan hasil gambaran mengenai variabel yang diteliti. Untuk memperoleh data-data yang diinginkan, peneliti menggunakan dua angket yang masing-masing digunakan untuk menguji variabel x yaitu intensitas bimbingan guru dan yang kedua adalah variabel y yang digunakan untuk menguji kemampuan santri dalam menghafal Al-Qur’an. Untuk melengkapi hasil penelitian, maka peneliti melakukan observasi lapangan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode bimbingan guru secara umum termasuk dalam kategori baik dan cukup karena mayoritas responden atau sebanyak 35 responden dari 90 (38,89%) pada interval 34-41 dan pada interval 26-33 berada dalam kategori tersebut, sangat baik (8, 88%) terletak pada interval 42-50 dengan jumlah responden sebanyak 8 orang, kurang (13,33%) dengan jumlah responden sebanyak 12 orang, dan sangat kurang (0%) dengan jumlah responden 0 orang, dan nilai rata-rata (mean) adalah 32,05. Kemampuan menghafal Al-Qur’an santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011 secara umum termasuk dalam kategori baik karena mayoritas responden atau sebanyak 55 responden dari 90 responden atau 61,11% dengan interval 34-41 berada dalam kategori tersebut. Sedangkan sangat baik (30%) terletak pada interval 42-50 dengan jumlah responden sebanyak 27 orang, cukup (7,78%) terletak pada interval 26-33 dengan jumlah responden sebanyak 7 orang, kurang (1,11%) terletak pada interval 18-25 dengan jumlah responden 1 orang, dan sangat kurang (0%) terletak pada interval 10-17, dan nilai rata-rata (mean) adalah 39,32. Ada hubungan yang signifikan antara penerapan metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “ada hubungan yang signifikan antara penerapan metode bimbingan guru viii
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 dengan kemampuan menghafal santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011” dapat diterima. Hal ini dibuktikan dengan harga rxy hitung lebih besar dari rxy tabel pada taraf signifikansi 5% yaitu r hitung = 0,2501 > rtabel = 0.207.
ix
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 KATA PENGANTAR Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, segala puja dan puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul:
KORELASI
PENERAPAN
METODE
BIMBINGAN
GURU
TERHADAP KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN NAZZALAL FURQON TINGKIR SALATIGA TAHUN 2011. Dan peneliti yakin tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya mustahil skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dalam penulisan ini, peneliti mendapatkan beberapa masukan bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, maka dalam kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Pd. Selaku Ketua STAIN Salatiga.
2.
Bapak M. Ghufron, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan mengarahkan dengan penuh kesabaran.
3.
Abah KH. Munawir Munajad Al-Hafidz beserta Ibu Nyai H. Robithoh AlHafidzoh yang telah memberikan izin kepada peniliti untuk melakukan penelitian di Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga.
x
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 4.
Segenap dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga dapat mengantarkan peneliti menyelesaikan skripsi.
5.
Seluruh santriwan dan santriwati Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga yang telah mau bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.
6.
Team perpustakaan STAIN Salatiga.
7.
Nazil Iqdami, Fatkhul Munif, Ucok, dan semua teman-temanku yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan inspirasi sehingga penulis bias menyelesaikan skripsi ini.
8.
Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini selesai. Dalam laporan ini peneliti sadar akan banyaknya kekurangan yang dapat
ditemui. Untuk itu peneliti berharap adanya kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin. Salatiga, 26 Agustus 2011 Peneliti
Ahmad Hariri NIM. 11107016
xi
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................
ii
NOTA PEMBIMBING ..........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
iv
MOTTO.................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .................................................................................
vi
ABSTRAK ............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ix
DAFTAR ISI .........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
6
D. Hipotesis .........................................................................................
7
E. Manfaat Penelitian ..........................................................................
7
F. Definisi Operasional .......................................................................
8
1. Korelasi ......................................................................................
8
2. Penerapan ...................................................................................
8
3. Metode Bimbingan Guru ............................................................
9
4. Kemampuan Menghafal..............................................................
10
5. Al-Qur’an ...................................................................................
11
6. Santri..........................................................................................
11
7. Pondok Pesantren .......................................................................
11
G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ........................................
12
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
13
3. Populasi dan Sample ...................................................................
13
4. Metode Pengumpulan Data .........................................................
14
xii
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 5. Teknik Analisis Data ..................................................................
17
H. Sistematika Penulisan Skripsi ..........................................................
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsepsi Hifdzul Qur’an.................................................................
19
1. Sejarah Hifdzul Qur’an ...............................................................
19
a.
Masa Nabi Muhammad SAW ..............................................
19
b.
Masa Abu Bakar RA ............................................................
23
c.
Masa Usman Bin Affan RA .................................................
26
d.
Masa Sekarang ....................................................................
27
2. Pengertian Hifdzul Qur’an ..........................................................
29
3. Manfaat Akademis Hifdzul Qur’an .............................................
33
4. Keutamaan Hifdzul Qur’an .........................................................
35
B. Konsepsi Metode Bimbingan Guru .................................................
36
1. Pengertian Metode Bimbingan Guru ...........................................
36
2. Konsep Metode Bimbingan Guru dalam Hifdzul Qur’an .............
39
3. Prosedur dan Indikator Metode Bimbingan Guru ........................
40
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ..............................
44
1. Sejarah Berdirinya Ponpes Nazzalal Furqon ...............................
44
2. Lokasi Ponpes Nazzalal Furqon ..................................................
46
3. Visi dan Misi Ponpes Nazzalal Furqon .......................................
46
4. Keadaan Pengasuh dan Santri Ponpes Nazzalal Furqon ..............
47
5. Sarana dan Prasarana Ponpes Nazzalal Furqon ...........................
47
B. Penyajian Data Hasil Penelitian.......................................................
48
1. Hasil Data Mentah Angket Intensitas Metode Bimbingan Guru ..
48
2. Hasil Data Mentah Angket Skala Kemampuan Menghafal Al-Qur’an ...................................................................................
52
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif ..........................................................................
56
B. Pengujian Hipotesis.........................................................................
73
xiii
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721 C. Pembahasan ....................................................................................
80
1. Intensitas Metode Bimbingan Guru ............................................
80
2. Skala Kemampuan Menghafal Al-Qur’an ...................................
81
3. Hubungan antara Intensitas Metode Bimbingan Guru dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an.............................................
82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................
84
B. Saran-Saran.....................................................................................
85
C. Penutup ...........................................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA CURRICULUM VITAE LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
KEMENTRIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Salatiga JL. Stadion 03 phone (0298) 323706 Salatiga 50721
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Sarana dan Prasarana Ponpes Nazzalal Furqon ...............
48
Tabel 3.2 Daftar Nama Responden Angket Intensitas Metode Bimbingan Guru ....................................................................
48
Tabel 3.3 Daftar Nama Responden Angket Skala Kemampuan Menghafal Al-Qur’an .............................................................
52
Tabel 4.1 Distribusi Skor Penerapan Metode Bimbingan Guru ...............
60
Table 4.2 Interval, Kategori Skor, dan Frekuensi Variabel x...................
62
Table 4.3 Kategori Skor, Frekuensi, dan Prosentase Hasil Angket Penerapan Metode Bimbingan Guru .......................................
64
Table 4.4 Distribusi Skor Kemampuan Menghafal Al-Qur’an ................
68
Table 4.5 Interval, Kategori Skor, dan Frekuensi Variabel y...................
70
Table 4.6 Kategori Skor, Frekuensi, dan Prosentase Hasil Angket Kemampuan Menghafal Al-Qur’an ........................................
72
Table 4.7 Hasil Perhitungan Isian Angket Santri Ponpes Nazzalal Furqon ...................................................................................
xv
75
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an kitab suci dan sebagai mu'jizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar yang tidak ada seorang pun di dunia ini yang mampu meniru atau membuat yang semisal Al-Qur'an. Pada mulanya seluruh manusia ditantang Allah SWT untuk mencoba membuat kitab tandingan yang serupa
dengan
Al-Qur'an,
akan
tetapi tak seorangpun yang mampu
menandinginya dan melakukannya. Kemudian oleh Allah SWT mereka ditantang untuk membuat yang lebih sederhana, yaitu seluruh manusia itu diminta untuk membuat sepuluh surat saja yang serupa dengan Al-Qur'an baik
fashakhah
ternyata tidak ada
(kefasihan) maupun
balaghah-nya (kebahasaan). Dan
manusia yang mampu melakukannya. Maka akhirnya
Allah SWT meminta kepada seluruh manusia untuk membuat satu surat saja yang seperti Al-Qur'an. Dan ternyata walaupun hanya satu surat tidak ada seorangpun yang mampu membuat tandingannya daripada Al-Qur'an tersebut. Andaikata di antara mereka ada yang mampu membuatnya, maka sirnalah kemu'jizatan Al-Qur'an itu. Tetapi karena mereka gagal dan tidak mampu, maka akhirnya Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Isra‟ ayat 88 menyatakan kepada seluruh manusia di dunia bahkan juga kepada bangsa jin dengan hal sebagai berikut:
2
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain" (Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 1977: 292). Allah juga telah menjamin terjaga kemurnian kitab-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya Surat Al-Hijr ayat 9: Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 1977: 263). Selain itu, Allah telah menjadikan Al-Qur‟an mudah dihafal dan dipahami, sebagaimana dalam firman-Nya Surat Al-Qomar ayat 17: Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 1977: 530). Belajar Al-Qur‟an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, begitu juga mengajarkannya. Belajar Al-Qur‟an dapat dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu: belajar membacanya sampai lancar dan baik, menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam qira‟at dan tajwid, yang kedua yaitu belajar arti dan maksud yang terkandung di dalamnya dan yang terakhir yaitu belajar menghafal di luar kepala, sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat pada masa Rasulullah SAW hingga masa sekarang. Menghafal Al-Qur‟an di luar kepala merupakan usaha yang paling efektif dalam menjaga kemurnian Al-Qur‟an yang agung. Dengan hafalan
3
tersebut berarti meletakkan pada hati sanubari penghafal. Dan menurut Raghib dan Abdurrahman (2007: 45), “Tempat tersebut (hati) merupakan tempat penyimpanan yang paling aman, terjamin, serta tidak bisa dijangkau oleh musuh dan para pendengki serta penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan.” Menghafal Al-Qur‟an merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat besar dan mulia. Menurut Fathoni (2006: 2), “Menghafal Al-Qur‟an itu gampang-gampang sulit, gampang dihafal tapi sulit dijaga.” Problem yang dihadapi oleh orang yang sedang menghafal Al-Qur‟an memang banyak dan bermacam-macam. Mulai dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu, sampai pada metode menghafal itu sendiri. Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), metode jauh lebih penting dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, yakni: tujuan, metode, materi, media dan evaluasi. (Arief, 2002: 109) Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantar kepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur‟an, metode yang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses hifdzhul Qur’an (menghafal Al-Qur‟an), sehingga tercipta keberhasilan dalam menghafal Al-Qur‟an. Lebih jauh menurut Sugiyanto (2004: 77-80) ada
4
beberapa metode alternatif dalam menghafal Al-Qur‟an, metode tersebut antara lain: (1) metode menghafal dengan pengulangan penuh, yaitu sebuah metode dengan pengulangan terhadap hafalan dengan berkali-kali sampai lancar dan jelas paling tidak dengan 40 kali pengulangan; (2) metode menghafal dengan tulisan, yaitu dengan menulis hafalan pada selembar kertas lalu dibaca berulang-ulang sampai baik, benar, dan hafal; (3) metode dengan memahami makna, yaitu dengan memahami arti atau makna dari materi hafalan terlebih dahulu; (4) metode bimbingan guru, yaitu materi hafalan dibacakan oleh seorang guru lalu ditirukan oleh santrinya sampai hafal dan benar persis seperti yang dibacakan oleh guru; (5) metode dengan bantuan tape recorder (kaset), yaitu metode menghafal dengan mendengarkan secara seksama terhadap alat bantu kaset. Dalam penelitian ini, peneliti berkeyakinan bahwa Metode Bimbingan Guru berperan penting dalam pembelajaran hifzhul Qur'an, dimana metode ini ialah sebuah metode menghafal Al-Qur‟an dengan mendengarkan sesuatu bacaan Al-Quran yang dilafadzkan oleh seorang guru secara langsung untuk didengar secara seksama oleh santri dan kemudian untuk dihafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Quran. Disamping itu metode klasik ini juga banyak digunakan di pondok-pondok pesantren Al-Qur‟an dan terbukti secara turun-menurun telah meluluskan hafidz dan hafidzoh yang fashih. Dari
5
sini peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam hubungan kemampuan menghafal Al-Qur‟an dengan metode yang dimaksud di atas. Di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon sendiri intensitas metode menghafal dengan model bimbingan guru berperan penting dalam mengantar santri-santri untuk dapat menghafal Al-Qur‟an dengan baik. Demikian karena dalam metode ini pengasuh pesantren yang notabene adalah seorang hafidz yang „alim dalam hal hafalan dan fashohah dalam membaca Al-Qur‟an menularkan ilmunya langsung secara lisan dan para santri-santri menyimak dengan seksama. Dengan metode yang diterapkannya, sang pengasuh tidak hanya berperan sebagai penyimak hafalan Al-Qur‟an dari santri-santrinya, akan tetapi beliau juga berperan sebagai “sumber” hafalan Al-Qur‟an, dimana cara baca beliau baik tajwid dan fashohah-nya dianggap sebagai cara baca AlQur‟an yang benar. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa dengan metode bimbingan guru ini ada dua keuntungan langsung terhadap pemahaman para santri dalam manghafal Al-Qur‟an, yaitu pemahaman akan hafalan ayat-ayat dan surat-suratnya serta pemahaman akan fashohah tajwidnya. Dengan mengacu pada paparan di atas, skripsi ini diformulasikan dengan sebuah judul: Korelasi Intensitas Metode Bimbingan Guru Dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur‟an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
6
Rumusan masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Bagaimana intensitas pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode bimbingan guru di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga? 2. Bagaimana kemampuan santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga dalam menghafal Al-Qur‟an? 3. Adakah korelasi antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an bagi santri pada Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga?
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka peneliti mengemukakan tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui intensitas pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode bimbingan guru di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga. 2. Untuk mengetahui kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga. 3. Untuk menemukan korelasi antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an bagi santri pada Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga.
D. Hipotesis
7
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998: 67) Dalam penelitian yang akan diajukan oleh penulis kali ini, maka hipotesis yang dikemukakan adalah: “Ada korelasi positif antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an bagi santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga.”
E. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini nanti diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada dan atau terhadap: 1. Bagi Peneliti: a. Semoga penelitian ini membawa kemanfaatan dan berkah, menjadi ghirah akan selalu cinta Al-Qur‟an dan menjadi pedoman hidupnya. b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai intensitas metode bimbingan guru. 2. Bagi Lembaga: a. Seluruh komponen yang ada di STAIN Salatiga, terutama Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, sebagai masukan dan sosialisasi dalam rangka memasyarakatkan Al-Qur‟an di Lingkungan akademis di Perguruan Tinggi Negeri Islam. b. Bagi
Pesantren,
khususnya
Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
Tingkir Salatiga, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
8
evaluasi atas kelemahan-kelemahan yang ada dan selalu melakukan pengembangan-pengembangan demi mencapaian tujuan Pesantren Qur‟an yakni menggapai kemulyaan menjadi Ahlul Qur’an (Ar-Rasyid, 2004: 9).
F. Definisi Operasional Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata/istilah kunci yang diberikan dengan judul penelitian: Korelasi Intensitas Metode Bimbingan Guru Dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur‟an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011. 1. Korelasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 179) korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat. Sedangkan pengertian korelasi dalam sebuah penelitian kuantitatif adalah salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variable atau lebih yang sifatnya kuantitatif (Arikunto, 1998: 55).
2. Intensitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intensitas berarti keajegan, kekuatan, serta berturut-turut (2005: 427). Susilo (2007: 174) menambahkan bahwa, “intensitas adalah keajegan dari realisasi ide,
9
konsep, kebijakan, atau inovasi praktis yang memberikan pengaruh pada pengetahuan, nilai, kemampuan, dan tindakan.”
3. Metode Bimbingan Guru Yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan Al-Quran dari guru yang hafal dan fasih Al-Qur‟an untuk kemudian diikuti dan dihafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Quran. (Fathoni, 2006: 1) Intisari
teknik
dari
bimbingan
guru
adalah
taqlid-taqlid
(menirukan), yaitu murid menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode bimbingan guru bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran (Amanah, 1991: 104). Indikator dari intensitas metode bimbingan guru ini sendiri adalah: 1) Guru mengenalkan cara baca huruf dan kalimah dari ayat Al-Qur‟an. 2) Guru membacakan dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur‟annya dengan sangat pelan dan fasih (tahqiq). 3) Guru mengenalkan hukum-hukum bacaan (tajwid) Al-Qur‟an yang dibacanya. 4) Guru membacakan dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur‟annya dengan irama dan kecepatan sedang (tartil).
10
5) Guru meminta santrinya untuk mengikuti cara bacanya dan mengulang-ulangnya.
4. Kemampuan Menghafal a. Kemampuan Kemampuan berasal dari kata kerja mampu yang artinya kuasa untuk melakukan sesuatu. Sedangkan kata kemampuan merupakan kata benda yang berarti kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000: 707) b. Menghafal Menghafal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 210) adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Dalam penelitian ini tentu saja maksud dari menghafal adalah dikhususkan pada menghafal Al-Qur‟an. Dari kedua penjelasan di atas maka maksud dari kemampuan menghafal adalah kekuatan mengingat apa yang didengar, dilihat, atau dibaca. Lebih khusus dalam penelitian ini kemampuan menghafal adalah untuk menghafal Al-Qur‟an. Indikator kemampuan mengahafal Al-Qur‟an adalah: 1) Kemampuan menghafal nama surat 2) Kemampuan menghafal kata dalam surat 3) Kemampuan menghafal kalimat dalam surat 4) Kemampuan menghafal seluruh ayat dalam surat
11
5) Kemampuan kecepatan menghafal ayat 6) Kemampuan menjaga hafalan
5. Al-Qur’an Al-Qur‟an menurut bahasa artinya bacaan atau yang dibaca, adapun menurut menurut istilah syara‟, dalam Kamus Kontemporer Al-Asri (1996: 1), adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dalam bahasa Arab dipandang ibadah bagi orang yang membacanya.
6. Santri Yang dimaksud dengan santri disini adalah seorang yang belajar dan bertempat tinggal di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011.
7. Pondok Pesantren Kata pondok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 250) dapat diartikan sebagai madrasah atau asrama. Sedangkan Pesantren (1998: 236) diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat muridmurid belajar mengaji. Jadi pondok pesantren didefinisikan sebagai asrama tempat santri mengaji. G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
12
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan studi korelasional. Sedangkan penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif, karena penelitian ini mendeskripsikan fenomena hubungan yang ada antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Zuriah (2007: 47) bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan fakta, fenomena, dan situasi nyata secara sistematis dan akurat. Penelitian deskriptif termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya (Arikunto, 1998: 26). Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud meneliti mengenai hubungan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an. Peneliti mencari tahu apakah ada hubungan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga. Penelitian ini mengarah pada studi korelasional sejajar dengan teknik angket. Variable yang nantinya akan diteliti bukanlah variable sebab akibat hasil eksperimen, melainkan hanya variable dengan hubungan sejajar saja. Peneliti nantinya hanya akan mencari hubungan antara variable x, dalam hal ini intensitas metode bimbingan guru, dengan variable y, yaitu kemampuan menghafal Al-Qur‟an. Peneliti tidak akan
13
memberikan perlakuan khusus pada salah satu variable, oleh karena itu penelitian ini termasuk dalam studi korelasional sejajar.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga, adapun waktu penelitiannya adalah 1 – 12 Agustus 2010
3. Populasi dan Sample Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki dan populasi dibatasi sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1993: 220). Populasi dalam penelitian ini nantinya adalah jumlah keseluruhan santriwan dan santriwati yang menghafalkan Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009: 62). Sampel yang diambil oleh populasi harus representative. Maka harus digunakan teknik sampling yang tepat. Penelitian ini nanti akan menggunakan teknik sampling proportional random sampling, yaitu proses pemilihan sampel dengan cara diacak secara proporsional (Sugiyono, 2009: 64). Sampelnya sendiri nantinya adalah sebagian dari keseluruhan jumlah santriwan dan santriwati yang menghafalkan Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga.
14
Demikian karena jumlah keseluruhan santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011 adalah 302 santri dengan rincian 120 santriwan dan 182 santriwati, maka proporsi perbandingan santriwan dan santriwati adalah 2:3. Lebih lanjut menurut Suharsimi Arikunto (1995: 125) jika seorang peneliti mempunyai beberapa ratus obyek populasi, maka mereka dapat menentukan besar sampel antara 25-30% dari jumlah populasi. Untuk itu peneliti mengambil sampel sejumlah 30 santriwan dan 60 santriwati, sehingga jumlah sampel keseluruhan yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah 90 santri.
4. Metode Pengumpulan Data a. Studi Pustaka (Library Research) Dalam pengumpulan data yang diperoleh dari perpustakaan (buku-buku), penulis mengadakan penelitian terhadap buku-buku atau sumber-sumber referensi lainnya yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan dibahas. Dalam hal ini buku-buku atau referensi utama adalah yang membahas mengenai metode bimbingan guru, seperti salah satu contohnya adalah buku karya Ilham Agus Sugianto (2007) yang berjudul Kiat Praktis Menghafal Al-Qur‟an.
b. Studi Lapangan (Field Research)
15
Dalam melakukan studi lapangan, peneliti menggunakan beberapa metode, diantaranya: 1) Angket (Questionnaire) Menurut Arikunto (1998: 151) “angket adalah salah satu teknik pengumpulan data yang berbentuk kumpulan pertanyaan”. Pengumpulan angket/kuesioner merupakan hal yang pokok untuk mengumpulkan data. Hasil kuesioner tersebut terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik, dan uraian serta kesimpulan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini nanti angket yang akan disiapkan ada dua jenis yaitu angket tentang intensitas metode bimbingan guru dan angket skala untuk mengetahui kemampuan menghafal AlQur‟an. Jumlah soal untuk angket intensitas metode bimbingan guru adalah 10 soal dengan 5 opsi jawaban yaitu A, B, C, D, dan E. berturut-turut skor untuk tiap opsinya adalah 5,4,3,2, dan 1. Sedangkan untuk menguji kemampuan menghafal Al-Qur‟an, maka digunakan angket skala dengan jumlah soal 10 dengan jawaban skala antara 1 sampai 5, dimana 1 berarti tidak mampu berturutturut sampai 5 yang berarti sangat mampu. Kisi-kisi angketnya sendiri menggunakan kerangka kerja indikator intensitas metode bimbingan guru dan kemampuan menghafal Al-Qur‟an yang telah dikemukakan di poin sebelumnya. Kedua angket ini digunakan untuk menemukan data kuantitatif tentang bagaimana intensitas
16
metode bimbingan guru serta bagaimana kemampuan menghafal Al-Qur‟an. 2) Observasi Teknik observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006: 156). Untuk melakukan suatu observasi, maka diperlukan sebuah pedoman observasi. Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan observasi yang akan dilakukan nantinya, maka peneliti akan dengan mudah mengetahui bagaimana intensitas metode bimbingan guru dan akan melihat bagaimana nantinya kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren Nazzalan Furqon Tingkir Salatiga dengan intensitas metode tersebut. 3) Wawancara Menurut Sutrisno Hadi, wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face (Hadi, 1993: 75). Teknik ini penyusun gunakan misalnya pada saat menanyakan profil dari Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga serta bagaimana intensitas keseharian dari metode menghafal Al-Qur‟an dengan bimbingan guru.
5. Teknik Analisis Data
17
Setelah nantinya data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisanya. Analisa yang akan digunakan nantinya akan melalui dua tahap, yaitu: a. Analisa data untuk mengetahui prosentase skor intensitas metode bimbingan guru dan kemampuan menghafal Al-Qur‟an bagi santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga dengan menggunakan rumus: Keterangan: F P x100% N P = Prosentase skor F = Frekuensi N = Jumlah responden (Hadi, 1993: 399) b. Analisa data yang berfungsi untuk mengetahui hubungan antara metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an adalah product moment. Adapun rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:
(
XY (
Y)
N
rxy X2
X )(
X) N
2
Y2
(
Keterangan: rxy XY X2 Y2 N
: Koeifisien korelasi antara X dan Y : Perkalian antara X dan Y : Variabel pengaruh : Variabel terpengaruh : Jumlah sampel yang diselidiki : Sigma (jumlah) (Hadi, 1993: 405) H. Sistematika Penulisan Skripsi
Y )2 N
18
Adapun sistematika penulisan dari skripsi adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan
penelitian,
hipotesis
penelitian,
kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi. BAB II
KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini memuat kajian pustaka tentang konsepsi menghafal Al-Qur‟an dan konsepsi penggunaan metode bimbingan guru.
BAB III HASIL PENELITIAN Dalam bab ini memuat tentang profil Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga, data responden, dan presentasi hasil penelitian dengan instrumen angket BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini memuat tentang analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis, dan analisis lanjutan. BAB V
PENUTUP Pada bab ini memuat kesimpulan, saran-saran, penutup.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
19
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsepsi Hifdzul Qur’an 1. Sejarah Hifdzul Qur’an Aktivitas untuk menghafal Al-Qur‟an memang sudah dilakukan oleh kaum Muslimin sejak zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup. Walaupun Nabi SAW sendiri telah memerintahkan kepada katib-nya (sekretaris pribadi) untuk menuliskan wahyu tiap kali turun, tetapi para sahabat Nabi SAW banyak yang berusaha menghafalkan Al-Qur‟an lantaran mereka memiliki kemampuan menghafal dengan baik, di samping berusaha untuk menjaga dan melestarikan Al-Qur‟an yang merupakan suatu bentuk ibadah. Adapun cara yang dilakukan kaum Muslimin untuk memelihara AlQur‟an waktu itu adalah: a. Masa Nabi Muhammad SAW Al-Qur‟anul Karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis). Karena itu perhatian Nabi hanyalah dituangkan untuk sekedar menghafal dan menghayatinya, agar dapat menguasai AlQur‟an yang diturunkan. Setelah itu membacakan kepada orangorang dengan begitu terang agar merekapun dapat menghafalnya serta memantapkannya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat AlJumu‟ah ayat 2 sebagai berikut:
20
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As-Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benarbenar dalam kesesatan yang nyata (Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 1977: 54). Bangsa Arab pada saat itu belum banyak yang dapat membaca dan menulis, namun pada umumnya mereka memiliki daya ingat yang sangat kuat. Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur‟an beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. Metode yang digunakan Nabi mengajar para sahabat tersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di samping menyuruh menghafalkan,
Nabi
menyuruh kuttab
(penulis
wahyu)
untuk
menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu (Amanah, 1991: 104). Pada waktu itu banyak para sahabat yang hafal Al-Qur‟an keseluruhan, di antaranya: Abu Bakar Ash-Shiddiq (13 H), Umar Bin Khattab (23 H), Ustman Bin Affan (35 H), Ali Bin abi Thalib (40 H), Thalhah (36 H), Sa‟ad (54 H), Hudzaifah (36 H), Abi Hurairah (57 H),
21
Abdullah bin Mas‟ud (32 H), Abdullah Bin Umar (72), Abadullah Bin Abbas (68), Amir Bin Ash (63), dll. Menurut Amanah (1991: 108) ada beberapa faktor yang menjamin kemurnian Qur‟an yang telah diturunkan pada masa itu, yaitu: 1) Hafalan yang sangat kuat dari para sahabat yang hafal Al-Qur‟an. 2) Naskah-naskah yang ditulis untuk Nabi. 3) Naskah-naskah yang ditulis oleh sahabat yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing. 4) Tadarrus (pengulangan) Al-Qur‟an yang dilakukan malaikat Jibril dan Nabi setiap tahun sekali. Di waktu ulangan itu Nabi disuruh mengulang memperdengarkan Al-Qur‟an yang telah diturunkan oleh Jibril dua kali. Para sahabat di kala Islam masih disembunyikan, mempelajari Al-Qur‟an di rumah Zaid bin Al-Arqam (68 H), dan di sanalah mereka mempelajari serta memahamkan kandungan ayat-ayat yang telah diturunkan itu dengan jalan ber-mudarasah, ber-tadarus dan di kala umat Islam telah berhijrah ke Madinah, dan Islam telah tersebar ke kabilah-kabilah Arab, mulailah sahabat yang dapat menghafal AlQur‟an pergi ke kampung-kampung, ke dusun-dusun, menemui kabilah-kabilah Islam untuk mengajarkan Al-Qur‟an kemudian pada tiap-tiap mereka telah
mempelajari, dibebankan mengajari teman-
temannya yang belum mengetahui. Sahabat-sahabat yang mengajarkan
22
itu pergi ke kabilah-kabilah yang lain untuk menyebarkan Al-Qur‟an seterusnya. Diantara para sahabat yang terkenal sebagai guru mengajar AlQur‟an kepada sesamanya dan kepada para tabi‟in adalah: Usman bi Affan (35 H), Ali bin Abi Thalib (40 H), Zaid bin Tsabit (45 H), Ubay bin Kaab (21 H), Ibn Mas‟ud (32 H), Abu Darda‟ (32 H), dan Abu Musa Al-Asy‟ari (44 H). Sudah menjadi ciri khas bagi umat Nabi Muhammad SAW bahwa kitab suci Al-Qur‟an bisa dihafal dalam hati. Dalam menukilkannya berpedoman pada hati dan dada, tidak cukup dengan berdasarkan tulisan dalam bentuk lembaran dan catatan, berbeda dengan halnya ahli kitab, mereka tak satupun yang hafal akan kitab taurat dan injil. Dalam mengabadikannya, mereka hanya berpedoman dengan bentuk tulisan, mereka tidak membacanya dengan penuh seksama kecuali hanya dengan sekilas pandang, tidak penuh dengan penghayatan, karena itu masuklah unsur-unsur perubahan dan pergantian pada kedua kitab tersebut. Berbeda halnya dengan AlQur‟an ia telah dipelihara Allah SWT Dengan berupa pertolongan Illahi dengan mudah menghafalnya. Dengan tidak diragukan lagi pertolongan Allah dalam penjagaan Al-Qur‟an merupakan prioritas dan keistimewaan yang luar biasa kepada umat-umat Muhammad, di mana Allah telah menjadikan isi-
23
isinya dalam dada dan ia menurunkan suatu kitab yang tidak hancur direndam air. Ada beberapa faktor yang menjamin kemurnian Al-Qur‟an pada masa itu, diantaranya hafalan yang sangat kuat dari para sahabat, naskah Al-Qur‟an yang ditulis untuk Nabi, naskah yang ditulis oleh para penulis wahyu untuk diri mereka sendiri dan tadarus Al-Qur‟an yang dilakukan oleh Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW setiap tahun sekali.
b. Masa Abu Bakar RA Rasulullah SAW wafat, sedang Al-Qur‟an seluruhnya telah ditulis pada pelepah-pelepah kurma batu-batu tipis dan tulang-tulang belikat. Di samping Al-Qur‟an tersebut dihafal dada kaum muslimin sebelum Rasul wafat, beliau telah menempatkan surat-surat dan ayatayat Al-Qur‟an seperti yang telah dihafal oleh kaum muslimin. Dan hafalan kaum muslimin itu sesuai pula dengan hafalan Rasul. Pastilah apa yang tertulis itu menguatkan hafalan-hafalan agar dibaca sehingga dapat diambil faidahnya olah orang-orang zaman berikutnya. Karena mencukupkan apa yang tertulis itu dapat hancur, demikian pula bila hanya mencukupkan hafalan, sedangkan orang-orang berikutnya yang menukilkan dari mereka tidak mempunyai keistimewaan seperti orangorang yang hafal pada saat itu.
24
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, diantara kaum muslimin yang lemah imannya banyak yang murtad dan lemah imannya, banyak yang murtad dan banyak yang menolak untuk mengeluarkan zakat karena pengaruh Musailamah Al-Kadzab (11 H) yang mengaku dirinya sebagai Nabi, dimana ia berhasil mempengaruhi Bani Hanifa dari Bani Yamamah. Setelah Abu Bakar mengetahui tindakan Musailamah beliau menyiapkan pasukan yang dipimpin oleh Kholid bin Walid (21 H), yang terkenal dengan nama Perang Yamamah. Dalam peperangan itu banyak sekali hafidzh yang gugur yaitu sekitar 70 penghafal Al-Qur‟an. Setelah umat Islam berjuang dengan gigih maka pertolongan Allah datang, barulah tentara Musailamah hancur dan lari, umat Islam mengejar mereka dan mengurung musuh itu dalam satu kebun kurma. Al-Barra‟ Bin Malik menaiki tembok kebun dan menjatuhkan dirinya ke dalam benteng lalu membuka pintu setelah umat Islam dapat masuk dan Musailamah dan kawan-kawannya dapat dibunuh. Melihat banyak para penghafal Al-Qur‟an yang gugur dalam peperangan, maka Umar Bin Khattab khawatir akan lenyapnya AlQur‟an dari muka bumi bersama dengan gugurnya para penghafal itu. Setelah Umar menjelaskan latar belakangnya dan Abu Bakar merenung dan berfikir, maka dikirimlah surat kepada Zaid Bin Tsabit, seorang penulis wahyu. Kemudian Zaid menghadap Abu
Bakar dan Umar
untuk mendengarkan apa yang dikehendaki oleh kedua orang itu, dan
25
setelah memperoleh penjelasan maka Zaid pun menyetujuinya. Ketika Abu Bakar mendengarkan jawaban yang memuaskan dari Zaid Ia berkata, “kamu adalah pemuda yang bijaksana, saya tidak meragukan kamu, kamu adalah penulis wahyu Rasulullah maka telitilah Al-Qur‟an itu dan kumpulkanlkah.” Kemudian dibuatlah sebuah panitia yang diketahui oleh Zaid Bin Tsabit, sedang anggotanya adalah Ubaid bin Ka‟ab, Ali Bin Abi Thalib dan Usman Bin Affan. Sesudah Rasulullah wafat, Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah. Umar Bin Khattab mengajukan pendapatnya kepada Khalifah Abu Bakar, untuk mengumpulkan Al-Qur‟an dengan alasan banyaknya penghafal Al-Qur‟an yang telah wafat karena terjadinya Perang Yamamah yang tidak sedikit yang menjadi korban dari pasukan Islam, termasuk 70 orang sahabat yang hafal Al-Qur‟an. Pendapat Umar tidak langsung diterima, tetapi melalui perdebatan, akhirnya pendapatnya itu diterima baik oleh Khalifah Abu Bakar (Syahminan Zaini & Ananto Kusuma S, 1986: 20). Dalam usaha pengumpulan ayat-ayat Al-Qur‟an itu, Zaid Bin Tsabit ditunjuk untuk melaksanakannya. Dengan tekun beliau melaksanakan tugas yang mulia itu. Dengan demikian Al-Qur‟an seluruhnya telah ditulis dalam lembaran-lembaran dan diikatnya dengan benang, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap di tangan Abu Bakar sampai ia meninggal. Kemudian
26
dipindahkan ke rumah Umar Bin Khattab dan tetap ada di sana selama pemerintahannya. Sesudah beliau wafat, mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah putri Umar (45 H), istri Rasulullah sampai
masa
pengumpulan dan penyusunan Al-Qur‟an di masa Khalifah Usman.
c. Masa Usman Bin Affan RA Pada masa khalifah Usman bin Affan dalam penjagaan kemurnian dan keaslian Al-Qur‟an, terlebih dalam menghafalnya hal yang terjadi adalah pada waktu itu wilayah kaum Muslimin menjadi luas sampai ke Mesir, Irak, Persia, dan lain-lain, yang tentu saja daerah ini memiliki bahasa dan dialek yang berbeda-beda karena banyaknya mushaf yang beredar dan mereka memandang bahwa riwayat Qira’at atau bacaan mereka lebih baik dari yang lainnya. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang bunyi huruf dan bentuk bacaan. Masalah ini membawa mereka
kepada pintu pertikaian dan
perpecahan
bersamanya. Hampir satu dengan yang lainnya saling mengkufurkan karena berbeda pendapat dalam bacaan. Kaum Muslimin yang telah begitu menyebar ke mana-mana dan Al-Qur‟an Al-Karim tetap jadi iman mereka, dimana mereka banyak yang menghafal Al-Qur‟an. Naskah-naskah Al-Qur‟an yang ada pada mereka tidak sama susunan surah-surahnya, di samping itu diantara mereka ada pertikaian tentang bacaan Al-Qur‟an itu. Maka Khalifah
27
Usman mengambil inisiatif untuk membukukan lembaran-lembaran yang ditulis di masa Khalifah Abu Bakar. Al-Qur‟an yang telah dibukukan itu ada lima buah diantaranya dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah dan satu buah lagi ditinggalkan di Madinah untuk Usman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan Mushaf Al-Imam (Syadali Ahmad, 2000: 90). Sesudah
itu
itu
Usman
memerintahkan
mengumpulkan
lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur‟an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya. Maka yang ditulis di zaman Usman itulah yang disalin kaum muslimin sampai sekarang.
d. Masa Sekarang Pada zaman sekarang, di Mesir, di sekolah-sekolah awaliyah (tingkat dasar) diwajibkan menghafal Al-Qur‟an. Kalau mereka hendak meneruskan pelajaran di sekolah-sekolah muallimin (tingkat lanjut), maka hafalan mereka tentang Al-Qur‟an selalu diuji, sehingga pelajaran-pelajaran keluaran sekolah muallimin telah hafal Al-Qur‟an seluruhnya dengan baik. Untuk ijazah sekolah persiapan Darul Ulum, pelajar-pelajar diuji dalam hafalan Al-Qur‟an. Di tingkat ibtidaiyah dan tsanawiyah pada Al-Azhar pun diwajibkan menghafal Al-Qur‟an. Begitu pula halnya di negara-negara Arab yang lain, kegiatan menghafal Al-Qur‟an itu dapat dilihat dengan jelas.
28
Di Indonesia, di pondok-pondok, surau-surau, rangkangrangkang dan madrasah-madrasah sampai perguruan tinggi terdapat pula usaha-usaha menghafal Al-Qur‟an. Umat Islam merasa bahwa adalah suatu ibadah besar menghafal Al-Qur‟an Al-Karim. Orang-orang yang hafal Al-Qur‟an (hafidz) ditinggikan derajatnya dan dihormati. Di Indonesia biasa diadakan lomba-lomba menghafal Al-Qur‟an (musabaqah hifdzil Qur’an) yang diperuntukkan bagi anak-anak ataupun orang-orang yang telah dewasa dari tingkat kelurahan sampai tingkat nasional. Masuknya musabaqah hifdzil Qur’an nasional ini menjadi wujud perhatian umat Islam dalam mendorong budaya menghafal Al-Qur‟an (M. Quraish Shihab, 1994: 189). Adapun tujuan musabaqah adalah: 1) Menggairahkan dan menggalakkan generasi muda Islam untuk menghafal dan menafsirkan kitab suci Al-Qur‟an. 2) Mencetak kader-kader ulama hafidz Al-Qur‟an yang ahli dalam tafsir Al-Qur‟an. 3) Mencari calon hafidz dan mufassir terbaik untuk dikirim ke musabaqoh tingkat internasional di Makkah Al-Mukarramah (M. Quraish Shihab, 1994: 200). Tujuan di atas sangat ideal apalagi tujuan pertama dan kedua yang bermaksud menggalakkan generasi muda menafsirkan Al-Qur‟an,
29
bukan membaca Al-Qur‟an saja, melainkan mencetak hafidz yang ahli dalam membaca dan menafsirkan Al-Qur‟an. Dengan usaha-usaha yang disebutkan di atas, terpeliharalah AlQur‟an Al-Karim, dan sampailah kepada kita sekarang dengan tidak ada perubahan sedikit pun dari apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
2. Pengertian Hifdzul Qur’an Al-Hifdzh berasal dari bahasa Arab, dengan fi‟il madinya, yang artinya secara etimologi (tata bahasa) adalah menjaga, memelihara atau menghafalkan (Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi, 1996: 37). Sedang AlHafidzha adalah orang yang menghafal dengan cermat. Orang yang selalu berjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaannya. Istilah AlHafidzh ini dipergunakan untuk orang yang hafal Al-Qur‟an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan Al-Qur‟an (Abdurrab Nawabudin, 1991: 7). Sebenarnya istilah Al-Hafidzh ini adalah predikat bagi sahabat Nabi yang hafal hadits-hadits shalih (bukan predikat bagi penghafal AlQur‟an). Kata-kata hifdzh dalam Al-Qur‟an dapat berarti banyak hal, sesuai dengan
pemahaman
konteks
sebagaimana misalnya
firman
Allah
dalam surat Yusuf: 65
30
Artinya: Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. mereka berkata: "Wahai ayah kami apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir)" (Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 1977: 244). Di sini Al-Hafidzh diartikan memelihara atau menjaga. Sedang Al-Hifdzh yang berarti penjagaan, pemeliharaan atau pengingatan mempunyai banyak idiom yang lain, seperti si Fulan membaca Al-Qur‟an dengan kecepatan yang jitu (dzhahru al-lisan) dengan hafalan di luar kepala (dzhahru al-qolb). Baik kata-kata dzhahru allisan maupun dzhahru al-qolb merupakan kinayah (metafora) dari hafalan tanpa kitab, karena itu disebut “istidzhahrahu” yang berarti menghafal dan membacanya di luar kepala (Muhaimin Zen, 1996: 37). Di dalam menghafal Al-Qur‟an, memeliharanya serta menalarnya haruslah memperhatikan beberapa unsur pokok sebagai berikut: a.
Menghayati bentuk-bentuk visual sehingga bisa diingat kembali meski tanpa kitab.
b.
Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan.
c.
Penghafal Al-Qur‟an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian.
31
d.
Menekuni, merutinkan dan melindungi hafalan dari kelupaan (Abdurrab Nawabudin, 1991: 27). Dari turunnya wahyu yang pertama kali, yang dirasakan Nabi
adalah ketakutan, sehingga sulitnya Nabi mengikuti apa yang dibaca Malaikat Jibril yang berulang tiga kali. Dari hal tersebut menimbukan penafsiran, bacaan itu harus diulang-ulang, sehingga tidak lupa atau hilang. Diikuti tiga kali dekapan Malaikat Jibril kepada Nabi, hal itu adalah proses internalisasi (pemahaman, penghayatan), sehingga Nabi dapat mengikuti apa-apa yang dibacanya. Dari peristiwa tersebut makna Iqra’ berarti tidak hanya seorang Nabi membaca saja, tetapi ketika itu Nabi berusaha: a. memperhatikan (membaca fenomena); b. mensistematisir/menata fenomena yang ada; c. lalu menyimpulkan sehingga terjadi pemahaman. Peristiwa tersebut adalah momentum perjalanan Muhammad prakenabian dan kerasulan. Di Gua Hira‟ itulah Muhammad tercerahkan secara spiritual. Allah, Tuhan manusia dn makhluk pada umumnya, yang wajib disembah dan yang mencipta semesta segenap ruang dan waktu, berkenaan menutus Jibril untuk menyampaikan wahyu Ilahi yang akan segera mengubah peradaban jahiliyah Arab menuju peradaban yang
tercerahkan
dan
berubahlah alam semesta!
terberkatu.
Bacalah,
Muhammmad,
maka
32
Lebih lanjut, menurut (Abdurrab Nawabudin, 1991: 29) ada beberapa indikator yang menandakan bahwa seseorang mampu menghafal Al-Qur‟an, sekaligus menjaga hafalannya. Indikator-indikator tersebut antara lain: 7) Seseorang mampu menghafal minimal 3 (tiga) nama surat dalam 1 (satu) menit. 8) Seseorang mampu menghafal minimal 3 (tiga) kata (lafadz) dalam 1 (satu) menit. 9) Seseorang mampu menghafal minimal 2 (dua) ayat pendek dalam 1 (satu) menit. 10)
Seseorang mampu menghafal minimal 1 (satu) ayat sedang dalam
1 (satu) menit. 11)
Seseorang mampu menghafal minimal 2 (dua) kalimah dari sebuah
ayat panjang dalam 1 (satu) menit. 12)
Seseorang mampu menjaga/mengingat hafalannya minimal 15
(lima belas) ayat pendek dalam 1 hari. 13)
Seseorang mampu menjaga/mengingat hafalannya minimal 10
(sepuluh) ayat sedang dalam 1 hari. 14)
Seseorang mampu menjaga/mengingat hafalannya minimal 5
(lima) ayat panjang dalam 1 hari.
3. Manfaat Akademis Hifdzul Qur’an
33
Manfaat akademis yang secara nyata didapat dalam menghafal AlQur‟an adalah sebagai berikut: a. Menghafal Al-Qur‟an sebagai pengetahuan dasar bagi santri dalam proses belajarnya. Menghafal Al-Qur‟an akan memberikan kontribusi
yang
sedemikian besar terhadap pembelajaran santri, apalagi Al-Qur‟an adalah sumber ilmu, sebagaimana sabda Nabi dari Ibnu Mas‟ud menyatakan: “Kalau kalian menginginkan ilmu, bukalah lembaran Al-Qur‟an. Karena Al-Qur‟an mengandung ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang di masa mendatang,” (Haya Al-Rasyid, 2004: 19). Santri yang hafal Al-Qur‟an, akan terbantu ketika membutuhkan dalil-dalil Al-Qur‟an yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajarinya. Seiring kemajuan ilmu dan teknologi, sudah banyak dibuktikan secara ilmiah apa yang telah dinyatakan/ ditulis (ditetapkan) dalam ayat-ayat Allah (Al-Qur‟an), apa-apa yang menjadi rahasia
alam,
seperti karya-karya Harun Yahya yang menguak berbagai rahasia alam yang memang bukan terjadi secara kebetulan. Hal tersebut sudah menjadi bukti bahwa Al-Qur‟an adalah sumber ilmu. b. Menentramkan dan menenangkan jiwa. Dari Abu Hurairoh r.a berkata: Rasulullah SAW Bersabda:
34
“Tidak ada orang yang berkumpul di dalam satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an, melainkan mereka akan memperoleh ketentraman, diliputi rahmat, dikitari oleh malaikat dan nama mereka disebut-sebit Allah di kalangn para Malaikat.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Daud) Bagi seorang penghafal Al-Qur‟an, yang lisannya tidak pernah kering akan mengulang-ulang kalam Allah,
karena ia selalu
membacanya dimanapun dan kapanpun. Dengan begitu, jiwanya akan selalu merasa ketentraman dan ketenangan. c. Tajam ingatan dan bersih intuisinya. Ketajaman ingatan dan kebersihan intuisinya itu muncul karena seorang penghafal Al-Qur‟an selalu berupaya mencocokkan ayat-ayat yang dihafalnya dan membandingkan ayat-ayat tersebut ke porosnya, baik dari segi lafal (teks ayat) maupun dari segi pengertiannya. Sedangkan bersihnya intuisi itu muncul karena seorang penghafal AlQur‟an senantiasa berada dalam lingkungan zikrullah dan selalu dalam kondisi keinsafan yang selalu meningkat, karena ia selalu mendapat peringatan dari ayat-ayat yang selalu dibacanya. d. Banyak menghafal kosa kata bahasa Arab. Al-Qur‟an memuat 77.439 kalimat. Kalau seluruh penghafal AlQur‟an memahami seluruh isi kalimat tersebut, berapa dia banyak sekali menghafal kosa kata (vocabulari) bahasa Arab, jadi seakan-akan menghafal kamus Arab (Panduan MQ Tebuireng, 2004: 26).
35
e. Menjadi sumber hukum. Dalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat hukum, dengan demikian seorang penghafal Al-Qur‟an secara tidak langsung akan menghafalkan ayat-ayat hukum. Ini sangat berguna sekali bagi mereka yang ingin terjun dibidang hukum.
4. Keutamaan Hifdzul Qur’an Allah memuliakan orang yang menjadi Ahlul Qur’an dengan membaca, menghafal dan mengamalkannya dengan berbagai macam keistimewaan di dunia dan di akhirat. Menurut
Ustadz
Fathoni (2009:
14),
sebagaimana
dalam
rangkumannya “Memilih Metode Menghafal Al-Qur‟an Yang Baik dan Upaya Mencetak Huffadzhul Qur‟an Yang Sempurna”, keutamaan orang yang menghafal Al-Qur‟an, antara lain: a. Huffadzhul Qur‟an itu pilihan Allah. b. Huffadzhul Qur‟an itu adalah para ilmuwan. c. Huffadzhul Qur‟an adalah keluarga Allah. d. Huffadzhul Qur‟an adalah orang-orang mulia dari umat Muhammad SAW. e. Huffadzhul Qur‟an dijaga dari api neraka. f. Huffadzhul Qur‟an itu berhak memberi syafaat kepada keluarganya. g. Huffadzhul Qur‟an hampir seperti Nabi. h. Hafal al-Qur‟an adalah kenikmatan besar yang patut diiri.
36
i. Mencintai Huffazhul Qur‟an sama dengan mencintai Allah. j. Banyak sedikitnya hafalan menentukan derajat di akhirat.
B. Konsepsi Metode Bimbingan Guru 1. Pengertian Metode Bimbingan Guru Metode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa Yunani ”metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu ”metha” yang berarti melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan (Muhammad Arifin, 1996: 61). Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1998: 52) ”metode” adalah cara yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat di pahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran. Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang digunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. (Saipul Bahri Djamarah, 2002: 178) Bimbingan guru artinya guru membimbing anak didiknya untuk membaca Al-Qur‟an secara lisan. Yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan Al-Quran untuk dihafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Quran. (Fathoni, 2006: 1)
37
Pada dasarnya metode bimbingan guru yang digunakan di Pondok Pesantren Nazzalal Forqon ini dilatarbelakangi sejarah ketika Nabi SAW pertama kali belajar membaca dan menghafal Al-Qur‟an dari Malaikat Jibril. Pada saat itu nabi yang notabene Al-Umm (tidak bisa baca dan tulis) menerima wahyu dari Malaikat Jibril dengan cara menyimak apa yang diucapkan oleh Malaikat Jibril lalu membacanya serta mengingatnya. Oleh sebab itu dasar dari lahirnya metode bimbingan guru itu sendiri didasari dari metode yang diajarkan oleh Malaikat Jibril, maka metode bimbingan guru ini juga dikenal dengan Metode Jibril. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qiyamah ayat 18:
Artinya: “Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu” (Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 1977: 578). Berdasarkan ayat di atas, maka intisari teknik dari metode bimbingan guru adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode bimbingan guru bersifat teacher-centris, di mana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran. Selain itu praktek Malaikat Jibril dalam membacakan ayat kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan tartil (berdasarkan tajwid yang baik dan benar). Karena itu, metode bimbingan guru juga diilhami oleh kewajiban membaca Al-Qur‟an secara tartil, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Muzammil ayat 4:
38
Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan” (Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 1977: 575). Dan Metode Jibril juga diilhami oleh peristiwa turunnya wahyu secara bertahap yang memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menghafalnya dan memaknai makna-makna yang terkandung didalamnya. (Ahsin W. Al-Hafizh, 2005: 6 – 7) Secara garis besar, dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya dalam praktiknya ada 3 (tiga) tahapan dalam menghafal AlQur‟an dengan metode bimbingan guru, yaitu: a. Guru membaca, murid menirukan. Tahap ini dimaksudkan dengan guru membaca 1 (satu) ayat atau kalimah dan murid langsung menirukan secara tepat cara baca dari ayat atau kalimah yang dibacakan oleh guru tersebut. Di dalam tahap ini guru harus membacakan ayat atau kalimah tersebut dengan benar secara tajwid maupun bacaannya sehingga jika murid menirukannya dengan tepat maka tajwid dan bacaannya pun akan benar. b. Murid membaca dan guru menyimak. Dalam tahap ini murid membaca beberapa ayat atau kalimah secara kumulatif dari ayat atau kalimah yang sebelumnya telah dibacakan oleh guru, dimana guru bertugas untuk menyimak, meneliti, serta mengoreksi (men-tashih) bacaan dan tajwid sang murid.
39
c. Guru membaca, murid menyimak. Dalam tahap ini guru membacakan kembali beberapa ayat atau kalimah yang tadi sudah dibacakan secara kumulatif, dan murid menyimaknya secara seksama guna meneliti dan mengoreksi apakah hafalannya sudah tepat atau belum. Fungsi dari tahapan ini adalah untuk membenarkan hafalan murid jika masih ada kesalahan serta untuk menguatkan hafalan santri, karena dengan guru mengulangi bacaan lagi, maka santri akan lebih kuat ingatannya dalam hafalan.
2. Konsep Metode Bimbingan Guru dalam Hifdzul Qur’an Intisari teknik dari metode bimbingan guru adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu murid menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode bimbingan guru bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran. Metode ini sudah dipakai pada zaman Rasulullah dan para sahabat. Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat AlQur‟an, beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menyimak lalu menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. Metode yang digunakan Nabi mengajar para sahabat tersebut, dikenal
dengan
metode
belajar
kuttab.
Di
samping
menyuruh
menghafalkan, Nabi menyuruh seorang kutab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu. Proses belajar seperti
40
ini berjalan sampai pada akhir masa pemerintahan Bani Umayyah. (Amanah, 1991: 104) Dalam perkembangan dunia modern ini sebenarnya metode bimbingan guru tidak hanya identik dengan mendengarkan bacaan guru lalu menirukan dan mengingatnya, akan tetapi bisa juga bacaan Al-Qur‟an dengan menggunakan bantuan alat rekam seperti tape recorder, CD player, dll. (Ilham Agus, 2004: 79 – 80) Pada dasarnya metode bimbingan guru dengan bantuan alat rekam sama halnya dengan mendengar kepada guru karena fungsi alat rekam ini menggantikan fungsi guru. Akan tetapi yang harus diperhatikan adalah bahwa untuk menjaga kehatia-hatian dalam kefashihan, maka meski telah mendengar dan menghafal dari bantuan alat rekam, guru tetap merupakan rujukan utama dalam men-tashhih-an (membenarkan bacaan).
3. Prosedur dan Indikator Metode Bimbingan Guru Prosedur yang digunakan metode bimbingan guru dalam menghafal Al-Qur‟an adalah sebagai berikut: a. Tahap tahqiq adalah pembelajaran Al-Qur‟an dengan pelan dan mendasar. Tahap ini dimulai dengan guru mengenalkan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat dengan bacaan yang sangat pelan dan jelas
dimana
santri
mendengar
dengan
seksama.
Tahap
ini
memperdalam artikulasi (pengucapan) terhadap sebuah huruf dengan tepat dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf.
41
b. Tahap tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan durasi sedang dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan guru, lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Di samping pendalaman
artikulasi
(pengucapan),
dalam
tahap
tartil
juga
diperkenalkan praktek hukum-hukum ilmu tajwid seperti: bacaan mad, waqaf, dan ibtida’, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan sebagainya. c. Tahap menghafal Al-Qur‟an dengan cara ayat per ayat dihafal oleh santri setelah mendengar dari gurunya dengan cara membaca Al-Qur‟an berulang-ulang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Demikian seterusnya sampai hafal satu materi hafalan. d. Menyetorkan hafalannya ke ustadz atau pengasuh. (Ilham Agus, 2004: 79 – 80) Tahapan-tahapan dalam prosedur metode bimbingan guru di atas dilakukan secara berurutan mulai dari tahap paling dasar (tahqiq) sampai dengan tahapan akhir yaitu menyetorkan hafalan kepada ustadz. Tahapantahapan tersebut harus dilakukan secara berurutan karena tidak mungkin seorang santri langsung bisa menyetor hafalan kalau si santri tidak mengetahui cara dasar dalam membaca Al-Qur‟an. Lebih lanjut Ilham Agus (2004: 81 – 83) memberikan penjelasan mengenai indikator ketercapaian dari praktik pelaksanaan metode hafalan
42
Al-Qur‟an dengan bimbingan guru. Indikator-indikator tersebut antara lain: 6) Guru mengenalkan cara baca huruf dan kalimah dari ayat Al-Qur‟an. Dalam indikator ini guru membacakan cara baca huruf dan kalimah kepada muridnya sehingga apa yang dibacanya harus benar secara tajwid dan bacaan. 7) Guru membacakan dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur‟annya dengan sangat pelan dan fasih (tahqiq). Membaca ayat atau kalimah secara sangat pelan-pelan dan fasih (tahqiq) merupakan elemen yang penting dalam metode bimbingan guru karena apa yang dibacakan merupakan materi hafalan yang akan murid tirukan dan pada akhirnya dihafalkan. 8) Guru mengenalkan hukum-hukum bacaan (tajwid) Al-Qur‟an yang dibacanya. Dengan membaca kalimah dengan benar secara tajwid, maka secara tidak langsung guru juga telah mengajarkan hukum-hukum tajwid dari kalimah yang dibacakannya tersebut. 9) Guru membacakan dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur‟annya dengan irama dan kecepatan sedang (tartil). Indikator ini akan dicapai apabila indikator-indikator sebelumnya telah dilakukan dengan benar. Dalam tahap ini guru mulai membacakan kalimah atau ayat dengan irama dan kecepatan yang lebih yang diperuntukkan untuk murid dengan level pembinaan lanjutan. 10)
Guru meminta santrinya untuk mengikuti cara bacanya dan
mengulang-ulangnya. Tahapan indikator dari metode bimbingan guru
43
akan tercapai jika pada akhirnya murid mengikuti cara baca, memahami cara baca, lalu mengulang-ulang bacaan dengan sendirinya yang nantinya akan membawanya mampu menghafal Al-Qur‟an dengan tepat secara bacaan dan benar secara hukum-hukum tajwid-nya.
BAB III HASIL PENELITIAN
44
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga didirikan sendiri oleh Bapak KH.Munawir Munajad Al-Khafidz bersama-sama dengan istri tercinta beliau Ibu Nyai Hj. Robithoh Al-Khafidzoh pada tahun 1981. Sejarah berdirinya pondok pesantren ini sangat unik karena berbeda dengan sejarah berdirinya pondok-pondok pesantren pada umumnya, dan tidak bisa lepas dari sejarah hidup pendirinya sendiri. Pada awalnya Bapak KH.Munawir Munajad Al-Khafidz menimba ilmu di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang yang diasuh oleh Simbah KH. Chudlori (Alm.) selama enam tahun untuk memperdalam keilmuan agama, khususnya pada penguasaan ilmu kitab kuning. Setelah lulus dari Pondok API, beliau memutuskan untuk menyempurnakan pengembaraan tholabul ilmi-nya dengan menghafalkan Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Yambu‟a Kudus yang diasuh oleh seorang Kyai Khos Simbah KH. Arwani Amin (Alm.). Di pondok tersebut Bapak KH. Munawir Munajad Al-Khafidz ngalap barokah kepada sang Guru selamatujuh tahun. Tidak cukup sampai di situ, pengembaraan Bapak KH.Munawir Munajad Al-Khafidz berlanjut dengan mondok di Ponpes Langitan Tuban yang diasuh oleh Simbah KH.Abdullah Faqih selama dua tahun.Yang membuat
45
istimewa adalah ternyata Bapak KH.Munawir Munajad Al-Khafidz adalah satu-satunya santri yang pertama hafal Al-Qur‟an yang mondok di Ponpes tersebut. Pada saat yang bersamaan, istri Bapak KH. Munawir Munajad AlKhafidz, Ibu Nyai Hj. Robithoh Al-Khafidzoh, juga merupakan santriwati yang telah banyak menimba ilmu pesantren dengan mondok Qur‟an di Ponpes Yambu‟a Kudus selama tiga tahun dan berulang kali mondok selama puasa (posonan) di beberapa pondok seperti Payaman Magelang, AlMuayyad Solo, dan Langitan Tuban. Sejarah pendirian Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir yang unik bermula saat Bapak KH.Munawir Munajad Al-Khafidz menyunting idaman hati Ibu Nyai Hj. Robithoh Al-Khafidzoh. Pada saat pernikahan itulah Bapak KH. Munawir Munajad Al-Khafidz mendapat kado yang lain daripada yang lain yaitu kado yang berwujud “santri”. Santri yang dimaksud adalah anak dari seseorang petani dari Grabag yang kagum dengan kedalaman ilmu Bapak KH.Munawir Munajad Al-Khafidz dan akhirnya menitipkan anaknya untuk digembeleng oleh beliau. Dari cikal satu “santri kado” itulah Ponpes Nazzalal Furqon berkembang pesat hingga sekarang. Dari sejak tahun 1981 Ponpes ini telah mencetak khafidz dan khafidzhoh tak kurang dari 1000-an santri. Pada tahun ini saja jumlah santri yang mondok ada 120 santri dan 182 santriwati.
46
2. Lokasi Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Alamat Ponpes: Jalan
: Gang Saroja
Dusun
: Ngepos
Desa Kelurahan
: Tingkir Tengah
Kecamatan
: Tingkir
Kodya
: Salatiga
Kode Pos
: 50745
Nomor Telepon/Fax
: (0298) 314375
3. Visi dan Misi Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga a. Visi Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga “Menjaga Al-Qur‟an sampai mati” b. Misi Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga 1) Mencetak khafidz dan khafidzoh yang fasih dalam membaca dan menghafal Al-Qur‟an. 2) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan santriwan dan santriwati. 3)
Membentuk perilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari.
47
4. Keadaan Pengasuh dan Santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga a. Keadaan Pengasuh Seluruh kegiatan monitoring hafalan Al-Qur‟an di Ponpes ini ditangani langsung oleh Bapak KH.Munawir Munajad Al-Khafidz dan Ibu Nyai Hj. Robithoh Al-Khafidzoh.Jadi dari ratusan santri yang mondok mereka semua langsung menyetorkan hafalan Al-Qur‟an ke Bapak KH. Munawir Munajad Al-Khafidz beserta istri beliau tanpa ada pewakilan (badal) Dari segi kepengurusan pondok, Ponpes Nazzalal Furqon juga tidak memiliki struktur organisasi pengurus karena pada kenyataannya seluruh kegiatan santri diatur langsung oleh Bapak KH. Munawir Munajad Al-Khafidz. Hal demikian dilakukan dengan alasan bahwa tugas santri hanya satu yaitu ngaji Al-Quran. b. Keadaan Santri Secara global jumlah santri yang mondok di pesantren ini adalah 120 santri dan 182 santriwati. Mereka semua berasal dari berbagai daerah mulai dari tingkat lokal sampai nasional.
5. Sarana dan Prasarana Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga
48
Untuk menunjang kegiatan belajar di Pondok ini, beberapa sarana dan prasarana pendukung telah tersedia. Sarana prasarana adalah segala apa saja yang ada di Ponpes tersebut serta berupa fisik, baik benda bergerak maupun tidak bergerak dan berfungsi membantu semua aktifitas kegiatan belajar. Tabel 3.1 Data Sarana dan Prasarana Ponpes Nazzalal Furqon Tingir Salatiga Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jenis Jumlah Ket Kamar Santri Putra 8 Baik Kamar Santri Putri 18 Baik Kamar Mandi Putra 6 Baik Kamar Mandi Putri 9 Baik Mushola Putra 1 Baik Mushola Putri 1 Baik Puskestren 1 Baik Kamar Tamu 2 Baik Ruang Dapur Putra 3 Baik Ruang Dapur Putri 2 Baik Kantin 1 Baik Mobil Inventaris 2 Baik Sound System 1 set Baik Alat Rebana 1 set Baik Telepon 1 Baik
B. Penyajian Data Hasil Penelitian 1. Hasil Data Mentah Angket Intensitas Metode Bimbingan Guru Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tabel 3.2 Daftar Nama Responden Pengisian Angket Intensitas Metode Bimbingan Guru Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga
49
Tahun 2011 NO
Nama Responden
Jawaban
Jenis Kelamin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Laki-laki
C
D
A
A
C
E
A
C
C
A
Laki-laki
E
E
A
A
A
C
A
A
E
A
Laki-laki
D
D
A
C
C
A
C
D
C
B
Laki-laki
D
E
A
A
B
A
A
D
C
A
1
Farid
2
Atok
3
Nurhadi
4
Ahmad Hanif
5
Fahim
Laki-laki
C
E
A
E
D
A
C
E
A
A
6
M. Ariful Ulum
Laki-laki
A
D
A
C
C
D
C
C
C
A
7
Alfi
Laki-laki
C
E
A
C
C
A
A
C
C
A
8
Budy
Laki-laki
C
E
A
C
D
D
B
D
C
A
9
Muhammad Kharis
Laki-laki
D
E
A
C
C
A
A
C
C
A
10
Hadi
Laki-laki
E
E
A
C
E
E
A
C
E
A
11
Afif
Laki-laki
D
B
A
B
C
A
A
B
A
D
12
Lutfi
Laki-laki
A
E
A
A
A
A
A
C
E
A
13
Ahmad Aziz
Laki-laki
A
D
A
C
C
C
B
C
C
B
14
Abdul Fatah
Laki-laki
E
E
A
A
C
A
C
D
E
A
15
Rikza
Laki-laki
E
E
A
A
E
D
A
A
E
A
16
M. Habibi
Laki-laki
A
D
A
A
B
C
C
C
C
B
17
Musleh
Laki-laki
A
E
A
A
E
A
A
D
D
A
18
M. Hadi Wibowo
Laki-laki
C
E
A
D
C
E
A
D
D
A
19
Zainul
Laki-laki
E
E
A
A
A
E
D
E
E
A
20
Ahmad Syaiful
Laki-laki
A
C
A
B
B
A
A
C
A
A
21
Faqih
Laki-laki
C
E
A
C
D
A
B
A
D
A
22
Ahsin
Laki-laki
C
E
A
A
C
A
A
C
E
A
23
Zainuddin
Laki-laki
E
E
A
A
C
A
A
D
E
A
50
24
Samsul
Laki-laki
C
E
A
B
D
A
A
C
B
A
25
Ahmad Mubarok
Laki-laki
E
E
A
B
D
B
B
E
E
B
26
Mas'udi
Laki-laki
E
E
A
A
E
D
A
A
E
A
27
Nailin
Laki-laki
D
E
A
D
D
D
A
D
E
A
28
Lutfi Hakim
Laki-laki
E
E
A
C
D
C
C
E
E
A
29
Ulil
Laki-laki
E
E
A
E
D
A
D
E
E
A
30
Sholeh Mahfudz
Laki-laki
C
D
A
C
C
D
B
D
D
C
31
Lailia
Perempuan
A
E
C
A
E
A
A
E
D
A
32
Murni
Perempuan
E
E
C
C
C
C
A
C
C
A
33
Umi Latifah
Perempuan
C
E
A
C
C
A
A
C
D
A
34
Faizatun Ni'mah
Perempuan
C
A
A
C
A
A
C
C
A
A
35
Alfiatul Mubarokah
Perempuan
C
E
A
A
B
A
B
D
D
D
36
Umi Fatkhiyah
Perempuan
E
C
A
A
C
A
A
B
A
A
37
Aning Himatul A.
Perempuan
E
C
D
C
B
C
B
A
A
E
38
Zumrotul Munawaroh
Perempuan
D
E
D
E
A
E
E
E
E
A
39
Munawaroh
Perempuan
C
E
A
C
A
A
A
C
D
A
40
Eka Putri
Perempuan
E
E
A
D
D
E
C
D
D
A
41
Fadliyatul Hasanah
Perempuan
A
E
C
A
A
A
A
C
E
A
42
Nurul Mifa Dzarin
Perempuan
A
E
A
C
A
E
A
C
E
A
43
Maisaroh
Perempuan
E
E
A
A
B
D
A
E
E
A
44
Roudlotul Jannah
Perempuan
E
E
A
D
A
E
C
E
E
A
45
Siti Ngainatul Jariyah
Perempuan
A
D
A
B
D
C
B
D
C
A
46
Eka Wijayanti
Perempuan
B
E
A
C
C
D
A
A
C
B
47
Eka Khorotun Ni'mah
Perempuan
C
D
A
D
D
A
A
D
D
A
48
Maghfiroh
Perempuan
D
C
A
C
D
C
A
D
C
A
49
Masfufah
Perempuan
A
E
A
C
B
E
C
C
E
B
50
Triyanti
Perempuan
A
C
A
B
C
A
B
B
C
A
51
Ainur
Perempuan
C
E
A
A
C
A
B
C
D
A
52
Amalia
Perempuan
C
E
A
C
E
D
A
E
E
A
53
Rikha Melati
Perempuan
B
C
A
B
C
A
A
C
B
A
51
54
Nur Rohmah
Perempuan
C
E
A
B
C
D
D
D
E
A
55
Niswatun Nafiah
Perempuan
A
E
A
A
A
C
A
D
D
A
56
Uswatun Khasanah
Perempuan
C
D
B
A
D
A
C
D
C
B
57
Fia
Perempuan
A
E
A
A
A
A
A
C
C
A
58
Farida
Perempuan
C
E
A
C
A
A
A
C
E
A
59
Jannah
Perempuan
A
E
A
C
C
A
A
B
C
A
60
Aminatuzzahra
Perempuan
B
C
A
A
A
A
A
C
C
A
61
Umi Wilayati
Perempuan
C
C
A
A
B
A
A
C
C
A
62
Nafi'ah
Perempuan
D
D
C
B
D
B
A
C
D
A
63
Syarifah
Perempuan
D
E
A
C
E
A
A
C
E
A
64
Arina Manasikana
Perempuan
D
E
A
A
A
A
A
C
E
A
65
Dzul Asfi Waraihan
Perempuan
A
E
A
A
A
C
A
C
A
A
66
Iffa
Perempuan
D
C
A
A
C
C
B
C
C
A
67
Umi Maisaroh
Perempuan
D
E
A
A
C
A
A
E
E
A
68
Sani
Perempuan
D
E
A
A
C
A
A
E
E
A
69
Zainab
Perempuan
E
E
A
C
C
A
A
C
B
A
70
Kamisykatin Fiha M.
Perempuan
C
D
A
D
C
A
B
C
D
A
71
Luluk Istifayah
Perempuan
D
E
A
D
D
E
A
E
E
A
72
Ummi Ar.
Perempuan
D
E
A
A
A
C
A
A
D
A
73
Choirul Bariyyah
Perempuan
E
E
A
D
E
D
D
E
E
C
74
Nikmah
Perempuan
E
E
A
C
C
B
B
E
E
A
75
Minna Habibah
Perempuan
C
D
A
D
E
A
C
D
E
A
76
Lely
Perempuan
D
E
A
D
D
C
B
D
D
D
77
Zubaidah
Perempuan
E
E
A
C
C
E
C
E
E
A
78
Luluk Su'aidah
Perempuan
E
E
A
A
C
A
A
C
C
D
79
Ika Mahmudah
Perempuan
E
E
D
D
E
C
D
E
E
A
80
Ulfah
Perempuan
E
E
A
C
D
C
D
E
E
A
81
Nurul Barokah
Perempuan
E
E
A
D
D
A
A
E
D
A
82
Khusnul Khotimah
Perempuan
E
E
A
A
D
A
A
E
E
A
83
Afifah
Perempuan
C
E
A
B
B
A
A
B
C
A
84
Uni Fajriyah
Perempuan
E
D
B
D
D
D
E
E
D
A
85
Rifatur Rosyidah
Perempuan
D
E
A
A
D
A
A
D
C
A
52
86
Isti Qomariyah
Perempuan
C
D
A
C
D
A
A
C
C
E
87
Ulin Nihayati
Perempuan
D
C
A
A
C
A
B
D
C
D
88
Siti Suntari
Perempuan
C
D
A
C
C
A
A
C
A
A
89
Sakinah
Perempuan
C
D
A
C
D
A
A
C
C
E
90
Inayah
Perempuan
A
E
A
B
D
D
C
D
E
A
2. Hasil Data Mentah Angket Skala Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tabel 3.3 Daftar Nama Responden Pengisian Angket Skala Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 NO 1
Nama Responden
Jenis Kelamin
1
2
3
Jawaban Nilai Skala 4 5 6 7 8
9
10
Farid
Laki-laki
4
4
3
5
3
5
4
5
3
5
Atok
Laki-laki
3
4
2
5
2
5
5
5
3
5
Nurhadi
Laki-laki
3
4
3
5
3
5
3
3
3
4
Ahmad Hanif
Laki-laki
5
5
3
5
3
5
5
5
3
5
Fahim
Laki-laki
2
2
2
5
2
5
5
5
2
5
M. Ariful Ulum
Laki-laki
3
3
3
5
3
5
3
3
3
3
Alfi
Laki-laki
3
4
3
5
3
5
5
5
4
5
8
Budy
Laki-laki
4
4
3
5
2
5
5
5
2
5
9
Muhammad Kharis
Laki-laki
5
5
3
5
2
5
5
5
3
5
10
Hadi
Laki-laki
2
5
3
5
3
5
5
5
2
5
2 3 4 5 6 7
53
11
Afif
Laki-laki
5
4
2
5
2
5
4
5
4
5
12
Lutfi
Laki-laki
5
5
2
5
4
5
5
5
1
3
13
Ahmad Aziz
Laki-laki
4
4
3
5
4
5
5
5
3
3
14
Abdul Fatah
Laki-laki
3
2
1
5
2
5
5
3
3
3
15
Rikza
Laki-laki
5
3
1
5
3
5
5
5
5
5
16
M. Habibi
Laki-laki
4
5
4
5
3
5
5
5
4
4
17
Musleh
Laki-laki
3
3
2
5
2
5
5
5
2
3
18
M. Hadi Wibowo
Laki-laki
4
4
3
5
2
5
5
5
2
5
19
Zainul
Laki-laki
2
3
2
5
3
5
5
3
5
4
20
Ahmad Syaiful
Laki-laki
5
4
3
5
3
5
5
5
3
5
21
Faqih
Laki-laki
4
3
2
5
3
5
4
5
3
4
22
Ahsin
Laki-laki
5
5
3
5
3
5
2
5
5
5
23
Zainuddin
Laki-laki
5
5
2
5
3
5
5
5
5
5
24
Samsul
Laki-laki
2
2
1
5
2
5
2
3
3
3
25
Ahmad Mubarok
Laki-laki
2
3
3
5
2
5
5
5
5
2
26
Mas'udi
Laki-laki
5
3
1
5
3
5
5
5
5
5
27
Nailin
Laki-laki
3
3
2
5
2
5
3
4
2
4
28
Lutfi Hakim
Laki-laki
4
4
3
5
3
5
4
4
2
5
29
Ulil
Laki-laki
1
2
1
5
1
5
5
4
3
5
30
Sholeh Mahfudz
Laki-laki
4
4
2
5
2
5
2
5
3
5
31
Lailia
Perempuan
5
5
2
5
2
5
5
3
2
5
32
Murni
Perempuan
3
3
3
5
3
5
5
5
2
5
33
Umi Latifah
Perempuan
5
5
2
5
3
5
5
5
3
5
34
Faizatun Ni'mah
Perempuan
3
5
1
5
1
5
5
5
1
5
35
Alfiatul Mubarokah
Perempuan
4
4
1
5
2
5
5
5
3
5
54
36
Umi Fatkhiyah
Perempuan
37
Aning Himatul A.
Perempuan
38
Zumrotul Munawaroh
Perempuan
39
Munawaroh
Perempuan
40
Eka Putri
Perempuan
41
Fadliyatul Hasanah
Perempuan
42
Nurul Mifa Dzarin
Perempuan
43
Maisaroh
Perempuan
44
Roudlotul Jannah
Perempuan
45
Siti Ngainatul Jariyah
Perempuan
46
Eka Wijayanti
Perempuan
47
Eka Khorotun Ni'mah
Perempuan
48
Maghfiroh
Perempuan
49
Masfufah
Perempuan
50
Triyanti
Perempuan
51
Ainur
Perempuan
52
Amalia
Perempuan
53
Rikha Melati
Perempuan
54
Nur Rohmah
Perempuan
55
Niswatun Nafiah
Perempuan
56
Uswatun Khasanah
Perempuan
57
Fia
Perempuan
58
Farida
Perempuan
59
Jannah
Perempuan
60
Aminatuzzahra
Perempuan
3
4
1
5
4
5
5
4
3
2
3
3
4
5
3
5
5
5
4
5
3
3
1
5
2
5
4
5
4
5
5
5
3
5
3
5
5
5
3
5
3
3
3
5
4
5
5
5
3
5
5
5
3
5
3
5
5
5
3
5
5
5
3
5
3
5
5
5
3
5
5
5
2
5
3
5
5
5
4
5
5
3
2
5
2
5
4
5
3
5
5
5
3
5
4
5
5
5
3
5
4
4
2
5
3
5
5
4
4
4
2
2
2
5
1
5
2
2
1
2
5
5
3
5
2
5
5
5
3
3
2
2
3
5
4
5
3
5
3
3
4
4
3
5
4
5
4
2
4
4
4
5
3
5
3
5
4
4
5
4
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
3
5
2
5
4
4
3
5
1
1
2
5
2
5
3
3
3
4
4
4
1
5
2
5
4
4
3
5
4
4
2
5
3
5
4
5
3
5
5
4
1
5
2
5
5
5
3
5
4
4
3
5
3
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
3
5
3
5
5
5
5
5
55
61
Umi Wilayati
Perempuan
62
Nafi'ah
Perempuan
63
Syarifah
Perempuan
64
Arina Manasikana
Perempuan
65
Dzul Asfi Waraihan
Perempuan
66
Iffa
Perempuan
67
Umi Maisaroh
Perempuan
68
Sani
Perempuan
69
Zainab
Perempuan
70
Kamisykatin Fiha M.
Perempuan
71
Luluk Istifayah
Perempuan
72
Ummi Ar.
Perempuan
73
Choirul Bariyyah
Perempuan
74
Nikmah
Perempuan
75
Minna Habibah
Perempuan
76
Lely
Perempuan
77
Zubaidah
Perempuan
78
Luluk Su'aidah
Perempuan
79
Ika Mahmudah
Perempuan
80
Ulfah
Perempuan
81
Nurul Barokah
Perempuan
82
Khusnul Khotimah
Perempuan
83
Afifah
Perempuan
84
Uni Fajriyah
Perempuan
85
Rifatur Rosyidah
Perempuan
5
4
2
5
3
5
3
5
5
5
5
4
3
4
3
5
3
4
4
4
3
3
3
5
3
5
3
3
3
5
3
3
3
5
3
5
5
5
3
5
5
5
3
5
3
5
5
4
5
5
5
5
1
5
2
5
2
3
3
4
5
4
3
5
3
5
5
5
3
4
5
4
3
5
3
5
4
5
3
4
5
5
1
5
3
5
5
5
4
4
4
3
2
5
2
5
4
3
3
4
5
3
1
5
2
5
5
4
3
4
3
3
2
5
3
5
3
2
2
2
5
4
3
5
2
5
5
5
3
5
3
3
2
5
2
5
4
4
2
3
3
2
2
5
1
5
4
5
3
4
4
4
2
5
2
5
4
5
4
5
3
5
1
5
2
5
5
5
2
5
3
5
2
5
2
5
5
5
2
5
3
3
3
5
3
5
5
5
3
5
4
3
3
5
3
5
5
5
3
5
4
4
2
5
3
5
5
5
3
4
4
4
2
5
3
5
5
5
3
4
5
4
2
5
2
5
3
4
4
4
4
3
2
5
2
5
5
3
4
3
2
3
3
5
5
5
4
5
4
5
56
86
Isti Qomariyah
Perempuan
87
Ulin Nihayati
Perempuan
88
Siti Suntari
Perempuan
89
Sakinah
Perempuan
90
Inayah
Perempuan
4
5
1
5
2
5
4
4
2
4
5
5
1
5
2
5
5
4
1
5
5
4
2
5
3
5
3
4
3
5
5
5
2
5
3
5
5
5
3
5
3
5
2
5
2
5
5
5
2
5
BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini akan diuraikan analisis data tentang variabel metode bimbingan guru dan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Analisis data ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban-jawaban atas permasalahan-permasalahan yang telah diajukan dalam bab pendahuluan. Bab analisis data terdiri dari tiga bagaian yaitu: analisis terhadap masingmasing variabel, pengujian hipotesis dan pembahasan. Analisis tiap variabel, dalam hal ini intensitas metode bimbingan guru dan kemampuan menghafal AlQur‟an. Analisis terhadap masing-masing variabel dapat dilakukan dengan teknik statistik deskriptif. Setiap variabel akan dilaporkan dalam sub bab tersendiri dengan merujuk pada permasalahan dan tujuan penelitian. Sedangkan uji hipotesis
57
dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan, untuk penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah uji hipotesis selesai maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap hasil uji hipotesis yang telah dilakukan. A. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana intensitas metode bimbingan guru dan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka data yang sudah terkumpul dan tersaji pada bab sebelumnya penyusun berikan penilaian dengan pedoman penyekoran sebagai berikut: 1. Alternatif jawaban A dengan nilai 5 2. Alternatif jawaban B dengan nilai 4 3. Alternatif jawaban C dengan nilai 3 4. Alternatif jawaban D dengan nilai 2 5. Alternatif jawaban E dengan nilai 1 Dari pedoman penyekoran tersebut, maka diperoleh skor tentang bimbingan guru dan kemampuan menghafal Al-Qur‟an dari 90 responden. Skor tertinggi dan terendah pada variabel x (metode bimbingan guru) berturut-turut 44 dan 19, sedangkan skor tertinggi dan terendah pada variabel
58
y (kemampuan menghafal Al-Qur‟an) berturut-turut 46 dan 24. Mengenai data selengkapnya tentang skor masing-masing variabel dapat dilihat dalam lampiran. Setelah diketahui skor-skor pada masing-masing variabel, maka langkah selanjutnya adalah menganalisisnya melalui analisis deskriptif. Dalam analisis deskriptif, data dianalisis secara berganti, dimulai dari variabel x kemudian variabel y yang disajikan dalam sub bab yang berbeda. Di bawah ini adalah analisis data yang penyusun sajikan. Langkah pertama adalah mencarai rata-rata skor hasil angket intensitas metode bimbingan guru. Untuk mencari rata-rata data berkelompok digunakan rumus:
Keterangan: : Mean (rata-rata)
fi
: Jumlah responden
: Jumlah frekuesi y titik tengah interval (Sugiono, 2009:54) Sebelum menghitung rata-rata maka data tersebut dikelompokkan berdasarkan distribusi kelompok, dengan langkah sebagai berikut. 1. Menentukan jumlah kelas
59
Rumus yang digunakan adalah: K
= 1 + 3,3 log n
Keterangan: K
: Jumlah kelas
n
: Jumlah responden
log
: Logaritma (Sugiono, 2009:35) dengan rumus tersebut maka diperoleh jumlah kelas sebagai berikut:
K
= 1 + 3,3 log n
K
= 1 + 3,3 log 90 = 1 + 3,3 x 1,95 = 1 + 6,43 = 7,43 dibulatkan menjadi 7
2. Menentukan panjang kelas/interval Panjang kelas interval (c) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
60
Keterangan: C
: Panjang kelas/interval
R
: Range
K
: Jumlah kelas (Sugiyono, 2010:36) Adapun rumus R ((range) sendiri adalah sebagai berikut:
R = Xt – Xr +1 Keterangan: R
: Range
Xt
: Skor tertinggi
Xr
: Skor terendah Dari rumus tersebut range dan panjang kelas sebagai berikut:
R = xt – xr +1 = 44–19+1 = 26
C=
26 7
61
C = 3.71 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka interval yang diperoleh 3 atau 4; namun dalam perhitungan ini menggunakan interval 4 sehingga tabel penolong perhitungan rata-rata tersaji seperti di bawah ini: Tabel 4.1 Tabel Distribusi Skor Intensitas Metode Bimbingan Guru Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 Titik
No
Interval
Kelas
C
1.
19-22
20,5
5
102,5
2.
23-26
24,5
9
220,5
3.
27-30
28,5
15
427,5
4.
31-34
32,5
22
715
5.
35-38
33,5
24
804
6.
39-42
40,5
13
526,5
7.
43-46
44,5
2
89
Jumlah
tengah (Xi)
Frekuensi Fi
fi = 90
fi x Xi
= 2885
Berdasarkan tabel penolong itu, maka rata-rata (mean) dari skor intensitas metode bimbingan guru Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2885 =
90
62
= 32,05
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh rata-rata skor intensitas metode bimbingan guru Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 sebesar 32,05. Langkah selanjutnya adalah penetapan kategorikategori skor angket intensitas metode bimbingan guru Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011. Dalam penyusunan skripsi ini, kami menetapkan lima kategori yang terdiri dari sangat kurang, kurang, cukup, baik dan sangat baik. Adapun rumus yang digunakan untuk menetapkan kategori-kategori di atas sebagai beriktu: xti – xri Panjang interval =
nkategori
Keterangan panjang interval = panjang interval kategori yang digunakan xti
= nilai tertinggi
xri
= nilai terendah
n kategori
= jumlah kategori yang diingnkan
Sebelum menggunakan rumus tersebut untuk menentukan kategorikategori yang diinginkan, maka terlebih dahulu penyusun akan memaparkan tentang nilai skor ideal yang belaku dalam penyusunan skripsi ini. Penetapan skor ideal berdasarkan baik skor tertinggi maupun terendah diperoleh dari jumlah soal dan item penyekorannya. Dalam penelitian ini, jumlah soal
63
masing-masing angket pada dua variabel x dan y adalah 10, dengan lima item jawaban yaitu A, B, C, D, E yang berskor masing-masing 5, 4, 3, 2, 1 maka skor ideal untuk kedua angket tersebut berkisar antara 10-50. Di mana angka 10 adalah skor ideal terendah dan 50 adalah skor ideal tertinggi. Setelah diketahui skor ideal terendah maupun tertinggi, langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori yang dimaksud dengan rumus yang telah ditetapkan di atas: Panjang interval =
xti – xri nkategori 50-10
=
5 40
=
5
=8 Dari hasil perhitungan tersebut, kamudian ditentukanlah interval dan kategorinya sebagaimana tabel berikut: Tabel 4.2 Tabel interval, kategori skor dan frekuensi variabel x No
Interval
Kategori Skor
Frekuensi (F)
1.
10-17
Sangat Kurang
0
2.
18-25
Kurang
12
3.
26-33
Cukup
35
4.
34-41
Baik
35
5
42-50
Sangat Baik
8
64
Jumlah (N)
90
Tabel 4.2 di atas merupakan acuan dalam menetapkan kategori skor angket intensitas metode bimbingan guru Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011. Kemudian dari penyebaran frekuensi tersebut, dapat dihitung prosentase frekuensi dengan rumus sebagai berikut:
F P=
100%
N
Keterangan : P
: Persentase
F
: Frekuensi
N
: Jumlah Responden (Hadi, 1983:399)
1. Sangat Baik F P=
N
100%
8 P=
90
100%
65
P = 8, 88 %
2. Baik F P=
N
100%
35 P=
90
100%
P = 38, 89%
3. Cukup
F P=
N
100%
35 P=
90
100%
P = 38,89%
4. Kurang
F P=
N
100%
66
12 P=
100%
90
P = 13,33%
5. Sangat Kurang F P=
N
100%
0 P=
90
100%
P=0%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, selanjutnya kami sajikan tabel yang memuat kategori skor, frekuensi dan hasil angket intensitas metode bimbingan guru Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011. Tabel 4.3 Tabel Kategori Skor, Frekuensi dan Prosentase Hasil Angket Intensitas Metode Bimbingan Guru Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 No
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
67
1.
Sangat Kurang
10-17
0
0%
2.
Kurang
18-25
12
13,33%
3.
Cukup
26-33
35
38,89%
4.
Baik
34-41
35
38,89%
5
Sangat Baik
42-50
8
8, 88%
90
100%
Jumlah Responden
Dari tabel tersebut terlihat bahwa intensitas metode bimbingan guru Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 berada dalam kategori cukup dan baik. Sebanyak 35 responden dari 90 orang atau sekitar (38,89%) berada dalam rentang 26-33 dan rentang 34-41. Adapun responden dengan kategori sangat baik ada 8 orang (8, 88%), sedangkan yang kurang ada 12 orang (13,33%) dan 0 untuk kategori sangat kurang. Dengan demikian, pernyataan tersebut menjawab permasalahan pertama yaitu, “bagaimana pembelajaran Al-Qur‟an dengan intensitas Metode Bimbingan Guru di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga?” Untuk menjawab permasalahan kedua tentang kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011, telah kami sajikan tabel hasil penyekoran angket skala kemampuan menghafal Al-Qur‟an yang telah penyusun sebarkan kepada 90 orang responden. Adapun skor tiap butirnya adalah sebagai berikut: 1. Alternatif skala 5 dengan nilai 5 2. Alternatif skala 4 dengan nilai 4
68
3. Alternatif skala 3 dengan nilai 3 4. Alternatif skala 2 dengan nilai 2 5. Alternatif skala 1 dengan nilai 1 Dari pedoman penyekoran tersebut, maka diperoleh skor kemampuan menghafal Al-Qur‟an dari 90 responden. Skor tertinggi dan terendah pada variabel y (kemampuan menghafal Al-Qur‟an) berturut-turut 46 dan 24. Mengenai data selengkapnya tentang skor masing-masing variabel dapat dilihat dalam lampiran. Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata skor hasil angket kemampuan menghafal Al-Qur‟an sebagaimana angket metode bimbingan guru. Untuk mencari rata-rata data berkelompok digunakan rumus: fi yi fi
Keterangan:
: Mean (rata-rata)
fi
: Jumlah responden
fi yi : Jumlah frekuensi y titik tengah interval (Sugiono, 2009:54)
Adapun langkah-langkah dalam menghitung rata-rata data distribusi kelompok, adalah sebaai berikut:
69
1. Menentukan jumlah kelas Rumus yang digunakan adalah: K
= 1 + 3,3 log n
Keterangan: K
: Jumlah kelas
n
: Jumlah responden
log
: Logaritma (Sugiono, 2009:35) dengan rumus tersebut maka diperoleh jumlah kelas sebagai
berikut: K
= 1 + 3,3 log n
K
= 1 + 3,3 log 90 = 1 + 3,3 x 1,95 = 1 + 6,43 = 7,43 dibulatkan menjadi 7
2. Menentukan panjang kelas/interval Panjang kelas interval (c) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
70
Keterangan: C
: Panjang kelas/interval
R
: Range
K
: Jumlah kelas (Sugiyono, 2010:36) Adapun rumus R ((range) sendiri adalah sebagai berikut:
R = yt – yr +1 Keterangan: R
: Range
yt
: Skor tertinggi
yr
: Skor terendah Dari rumus tersebut range dan panjang kelas sebagai berikut:
R = yt – yr +1 = 46–24+1 = 23
C=
23 7
71
C = 3.28 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka interval yang diperoleh 3 atau 4; namun dalam perhitungan ini menggunakan interval 4 sehingga tabel penolong perhitungan rata-rata tersaji seperti di bawah ini: Tabel 4.4 Tabel Distribusi Skor Skala Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 No
Interval
Titik
Frekuensi
Kelas
C
tengah (yi)
Fi
1.
20-23
21,5
0
0
2.
24-27
25,5
1
25,5
3.
28-31
29,5
3
88,5
4.
32-35
33,5
11
368,5
5.
36-39
37,5
26
975
6.
40-43
41,5
37
1535,5
7.
44-47
45,5
12
546
Jumlah
fi = 90
fi x yi
fi yi = 3539
Berdasarkan tabel penolong itu, maka rata-rata (mean) dari skor kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011 dihitung dengan rumus sebagai berikut:
72
fi
yi fi
3539 =
90
= 39,32 Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh rata-rata skor kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011 sebesar 39,32. Langkah selanjutnya adalah penetapan kategori-kategori skor angket kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Adapun pengkategorian skor-skor tersebut sama persis dengan pengkategorian skor angket metode bimbingan guru, yaitu berdasarkan rumus di bawah ini: yti – yri Panjang interval =
nkategori
Keterangan panjang interval
= panjang interval kategori yang digunakan
xti
= nilai tertinggi
xri
= nilai terendah
n kategori
= jumlah kategori yang diingnkan
sebagaimana angket metode bimbingan guru, maka skor ideal untuk kemampuan menghafal Al-Qur‟an berkisar di antara 10-50. Dimana angka 10 adalah skor ideal terendah dan 50 adalah skor ideal tertinggi.
73
Setelah diketahui skor ideal terendah maupun tertinggi, langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori yang dimaksud dengan rumus yang telah ditetapkan di atas:
yti – yri Panjang interval
nkategori
=
50-10 =
5 40
=
5
=8 Dari hasil perhitungan tersebut, kamudian ditentukanlah interval dan kategorinya sebagaimana tabel berikut: Tabel 4.5 Tabel interval, kategori skor dan frekuensi variabel y No
Interval
Kategori Skor
Frekuensi (F)
1.
10-17
Sangat Kurang
0
2.
18-25
Kurang
1
3.
26-33
Cukup
7
4.
34-41
Baik
55
74
5
42-50
Sangat Baik
Jumlah (N)
27 90
Sebagaimana Tabel 4.2 di atas, Tabel 4.5 juga merupakan acuan dalam menetapkan kategori skor angket skala kemampuan menghafal AlQur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Kemudian dari penyebaran frekuensi tersebut, dapat dihitung prosentase frekuensi dengan rumus sebagai berikut:
F P=
100%
N
Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi N : Jumlah Responden (Hadi, 1983:399)
1. Sangat Baik F P=
N 27 90
100%
75
P=
100%
P = 30%
2. Baik F P=
N
100%
55 P=
90
100%
P = 61,11%
3. Cukup F P=
N
100%
7 P=
90
P = 7,78% 4. Kurang
F N
100%
76
P=
100%
1 P=
100%
90
P = 1,11%
5. Sangat Kurang F P=
N
100%
0 P=
90
100%
P=0%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, selanjutnya kami sajikan tabel yang memuat kategori skor, frekuensi dan hasil angket skala kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Tabel 4.6 Tabel Kategori Skor, Frekuensi dan Prosentase Hasil Angket Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 No
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
77
1.
Sangat Kurang
10-17
0
0%
2.
Kurang
18-25
1
1,11%
3.
Cukup
26-33
7
7,78%
4.
Baik
34-41
55
61,11%
5
Sangat Baik
42-50
27
30%
90
100%
Jumlah Responden
Dari tabel tersebut terlihat bahwa kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga berada dalam kategori baik. Sebanyak 55 orang responden dari 90 orang atau sekitar (61,11%) berada dalam rentang 34-41. Adapun responden dengan kategori sangat baik ada 27 orang (30%), kategori cukup ada 7 orang (7,78%), sedangkan yang kurang ada 1 orang (1,11%) dan 0 untuk kategori sangat kurang. Dengan demikian, pernyataan tersebut menjawab permasalahan kedua yaitu “bagaimana kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011?”.
B. Pengujian Hipotesis Pada
bagian
ini,
penyusun
melakukan
analisis
data
untuk
membuktikan diterima atau ditidaknya hipotesis yang penulis ajukan sebelumnya yaitu “ada hubungan yang signifikan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011”.
78
Terlebih dahulu penyusun mencari ada tidaknya hubungan antara variabel (korelasi) x dan y dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Hasil perhitungan akan menghasilkan nilai koefisian korelasi (r) yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel. Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikorelasikan dengan r tabel. Nilai rtabel untuk sampel 90 dan taraf signifikan 5% dan 1% berturut-turut adalah 0,207 dan 0,270. Jika rhitung > rtabel, berarti ada hubungan positif antara variabel x dan y. Jika rhitung = 0, maka dikatakan bahwa antara variabel x dan variabel y tidak ada hubungan sama sekali. Jika r hitung < rtabel maka hubungan bersifat negatif. Adapun variabel x yang dimaksud dalam penelitian ini adalah intensitas metode bimbingan guru, sedangkan variabel y adalah kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Di bawah ini merupakan rumus korelasi product moment:
Keterangan : r xy
= Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
n
= Jumlah terpengaruh
x
= Skor item variabel x (kesadaran pluralisme agama)
y
= Skor item variabel y (perilaku sosial)
79
Óx
= Nilai hasil variabel x
Óy
= Nilai hasil variabel y (Arikunto, 2002:162).
Untuk menganalisis data dengan rumus tersebut, maka digunakanlah tabel penolong koefisien korelasi sebagaimana tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Isian Angket Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon tingkir salatiga 2011 No Responden
x
y
x2
y2
xy
1
35
41
1225
1681
1435
2
36
39
1296
1521
1404
3
32
36
1024
1296
1152
4
37
44
1369
1936
1628
5
31
35
961
1225
1085
6
22
34
484
1156
748
7
38
42
1444
1764
1596
8
30
41
900
1681
1230
9
35
43
1225
1849
1505
10
26
40
676
1600
1040
11
39
41
1521
1681
1599
80
12
42
40
1764
1600
1680
13
35
41
1225
1681
1435
14
31
32
961
1024
990
15
31
42
961
1764
1302
16
37
44
1369
1936
1628
17
36
35
1296
1225
1260
18
29
40
841
1600
1160
19
27
37
729
1369
999
20
44
43
1936
1849
1890
21
35
38
1225
1444
1330
22
36
43
1296
1849
1548
23
33
45
1089
2025
1485
24
37
28
1369
784
1036
25
27
37
729
1369
999
26
31
42
961
1764
1302
27
27
33
729
1089
891
28
25
39
625
1521
975
29
24
32
576
1024
768
30
29
37
841
1369
1073
31
33
39
1089
1521
1287
32
30
39
900
1521
1170
33
35
43
1225
1849
1505
34
42
36
1764
1296
1512
35
33
39
1089
1521
1287
36
41
36
1681
1296
1476
81
37
31
42
961
1764
1302
38
20
37
400
1369
740
39
37
44
1369
1936
1628
40
24
41
576
1681
984
41
38
44
1444
1936
1672
42
34
44
1156
1936
1496
43
30
45
900
2025
1350
44
25
39
625
1521
975
45
35
45
1225
2025
1575
46
35
40
1225
1600
1400
47
33
24
1089
576
790
48
33
41
1089
1681
1353
49
30
35
900
1225
1050
50
41
39
1681
1521
1599
51
36
42
1296
1764
1512
52
27
46
729
2116
1242
53
41
41
1681
1681
1681
54
28
29
784
841
812
55
38
37
1444
1369
1406
56
33
40
1089
1600
1320
57
42
40
1764
1600
1680
58
36
43
1296
1849
1548
59
39
45
1521
2025
1755
60
43
46
1849
2116
1978
61
41
42
1681
1764
1722
82
62
32
39
1024
1521
1248
63
31
36
961
1296
1116
64
37
43
1369
1849
1591
65
42
45
1764
2025
1890
66
36
35
1296
1225
1260
67
33
42
1089
1764
1386
68
33
41
1089
1681
1353
69
35
42
1225
1764
1470
70
34
35
1156
1225
1190
71
25
37
625
1369
905
72
38
30
1444
900
1140
73
19
42
361
1764
798
74
28
33
784
1089
904
75
29
34
841
1156
986
76
25
40
625
1600
1000
77
24
38
576
1444
912
78
33
39
1089
1521
1287
79
19
40
361
1600
760
80
24
41
576
1681
984
81
29
40
841
1600
1160
82
31
40
961
1600
1240
83
39
38
1521
1444
1482
84
22
36
484
1296
790
85
35
41
1225
1681
1435
86
32
36
1024
1296
1152
83
87
34
38
1156
1444
1290
88
39
39
1521
1521
1521
89
42
43
1764
1849
1806
90
30
40
900
1600
1200
Jumlah
2951
3530
99821
140006
116286
Langkah selanjutnya adalah menghitung korelasi antara variabel x dan y dengan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut, dapat diketahui:
= 2951 = 3530 = 99821 = 140006 = 116286 n
= 90
84
Dari hasi perhitungan korelasi product moment tersebut menghasilkan rhitung = 0,2501. Langkah selanjutnyan adalah mengkonsultasikan r hitung dengan rtabel. Harga rtabel untuk jumlah responden 90 dan taraf signifikansi 5% dan 1% berturut-turut 0,207 dan 0,270. Dari uraian di atas terlihat bahwa harga r xy hitung lebih besar dari r xy tabel pada taraf signifikansi 5%. Oleh karena itu hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011 ditolak. Berdasarkan analisis tesebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “ada hubungan yang signifikan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011” dapat diterima.
85
C. Pembahasan 1. Intensitas Metode Bimbingan Guru di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas, dapat diketahui bahwa kategori variabel intensitas metode bimbingan guru berturut-turut adalah sebagai berikut: sangat baik (8, 88%) terletak pada interval 42-50 dengan jumlah responden sebanyak 8 orang, baik (38,89%) terletak pada interval 34-41 dengan jumlah responden sebanyak 35 orang, cukup (38,89%) terletak pada interval 26-33 dengan jumlah responden sebanyak 35 orang, kurang (13,33%) dengan jumlah responden sebanyak 12 orang dan sangat kurang (0%) dengan jumlah responden 0 orang. Dari uraian di atas tentang prosentase masing-masing kategori, terlihat bahwa mayoritas responden berada dalam kategori baik dan cukup yakni masing-masing 35 responden (38,89%) terletak pada interval 34-41 dan pada interval 26-33. Dengan demikian dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa intensitas metode bimbingan guru di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011 berada dalam kategori baik dan cukup. Menurut penyusun, kategori baik dan cukup tersebut bisa diperoleh karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti ke-ta’dzim-an santri terhadap gurunya (baca: kyai) sehingga mereka berusaha untuk menjawab pertanyaan sebenar mungkin. Demikian, hasil perhitungan terhadap skor
86
angket intensitas metode bimbingan guru membuktikan hipotesis yang telah penyusun ajukan.
2. Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 Mengenai kategori kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 berturutturut adalah sebagai berikut: sangat baik (30%) terletak pada interval 4250 dengan jumlah responden sebanyak 27 orang, baik (61,11%) terletak pada interval 34-41 dengan jumlah responden sebanyak 55 responden, cukup (7,78%) terletak pada interval 26-33 dengan jumlah responden sebanyak 7 orang, kurang (1,11%) terletak pada interval 18-25 dengan jumlah responden 1 orang, dan sangat kurang (0%) terletak pada interval 10-17. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada dalam kategori baik, yaitu 61,11% atau sebanyak 55 responden. Ini berarti bahwa kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 dapat disimpulkan berada dalam kategori baik.
Katetori kemampuan menghafal Al-Qur‟an ini,
menurut penyusun adalah kategori yang wajar untuk Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga karena memang pondok pesantren ini memang pondok khusus untuk menghafal Al-Qur‟an dengan sistem pembinaan yang fokus dan intensif sehingga tidak mengherankan kalau
87
kemampuan sebagian besar para santri dalam menghafal Al-Qur‟an dalam kategori baik.
3. Hubungan antara Intensitas Metode Bimbingan Guru dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 Telah ditentukan sebelumnya bahwa nilai koefisien korelasi (r xy) hasil perhitungan selanjutnya akan dikonsultasikan dengan r tabel. Jika rxy > rtabel, berarti hasil perhitungan korelasi antara variable x dan variabel y bernilai positif, yaitu ada hubungan yang signifikan antara intensitas metode bimbingan guru dangan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011. Dengan demikian hipotesis yang penyusun ajukan diterima. Dari analisis korelasi diketahui sebagai berikut: a.
rxy = 0,2501
b.
nilai r product moment pada tabel dengan responden sejumlah 90 orang dan taraf signifikansi 5% adalah 0,207.
c.
r product moment pada tabel dengan responden sejumlah 90 orang dan taraf signifikansi 1% adalah 0,270. Penyusun kemudian mengkonsultasikan nilai r xy dengan nilai r
pada tabel. Dari hasil konsultasi tersebut telihat bahwa r hitung untuk taraf signifikansi 5% lebih besar dari rtabel. Maka dari itu hipotesis yang berbunyi “ada hubungan yang signifikan antara intensitas metode
88
bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011” dapat diterima.
BAB V PENUTUP
89
A. Kesimpulan Dari uraian panjang di atas, maka penyusun dapat menarik kesimpulan yang juga merupakan jawaban dari tiga pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini. Ketiga kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat diketahui bahwa kategori variabel intensitas metode bimbingan guru berturut-turut adalah sebagai berikut: sangat baik (8, 88%) terletak pada interval 42-50 dengan jumlah responden sebanyak 8 orang, baik (38,89%) terletak pada interval 34-41 dengan jumlah responden sebanyak 35 orang, cukup (38,89%) terletak pada interval 26-33 dengan jumlah responden sebanyak 35 orang, kurang (13,33%) dengan jumlah responden sebanyak 12 orang dan sangat kurang (0%) dengan jumlah responden 0 orang, dan nilai rata-rata (mean) adalah 32,05. Dari uraian tersebut terlihat bahwa mayoritas responden berada dalam kategori baik dan cukup yakni masing-masing 35 responden (38,89%) terletak pada interval 34-41 dan pada interval 26-33. Dengan demikian dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa intensitas metode bimbingan guru di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga tahun 2011 berada dalam kategori baik dan cukup. 2. Mengenai kategori kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 berturut-turut adalah sebagai berikut: sangat baik (30%) terletak pada interval 42-50 dengan jumlah responden sebanyak 27 orang, baik (61,11%) terletak pada
90
interval 34-41 dengan jumlah responden sebanyak 55 responden, cukup (7,78%) terletak pada interval 26-33 dengan jumlah responden sebanyak 7 orang, kurang (1,11%) terletak pada interval 18-25 dengan jumlah responden 1 orang, dan sangat kurang (0%) terletak pada interval 10-17, dan nilai rata-rata (mean) adalah 39,32. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada dalam kategori baik, yaitu 61,11% atau sebanyak 55 responden. Ini berarti bahwa kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011 dapat disimpulkan berada dalam kategori baik. 3. Ada hubungan yang signifikan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “ada hubungan yang signifikan antara intensitas metode bimbingan guru dengan kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2011” dapat diterima. Hal ini dibuktikan dengan harga
rxy
hitung lebih besar dari
rxy
tabel pada
taraf signifikansi 5% yaitu rhitung = 0,2501 > rtabel = 0.207.
B. Saran-Saran Sehubungan dengan adanya pembahasan masalah dalam skripsi ini, maka peneliti memandang perlu untuk menyampaikan saran-saran antara lain: 1. Saran untuk guru
91
a. Untuk lebih semangat dan bersabar lagi dalam membimbing hafalan AlQur‟an santri yang begitu banyak jumlahnya. b. Agar dapat menemukan metode-metode dalam membimbing hafalan Al-Qur‟an santri dengan lebih kreatif dan efektif. c. Agar selalu mendo‟akan santri-santrinya semoga hafalan Al-Qur‟annya barokah. 2. Saran untuk santri a. Agar lebih bersemangat dan meningkatkan riyadloh-nya dalam menghafal Al-Qur‟an dengan bimbingan guru. b. Agar sungguh-sungguh dalam menimba ilmu dari sang guru. c. Agar selalu bersemangat dalam menjaga hafalan Al-Qur‟annya.
C. Penutup Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas anugerah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tanpa memenuhi hambatan yang berarti. Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat peneliti harapkan sebagai penyempurna segala kekukaran dan kekeliruan penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
92
Ahmad, Syadali. 2000. Ulumul Qur’an Untuk Fakultas Tarbiyah Untuk Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia Ahsin W. Al-Hafizh. 2005. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. 1996. Kamus Kontemporer Al-Asri. Yogyakarta: Multi Karya Grafika Amanah. 1991. Pengantar Ilmu Al-Qur’an &Tafsir. Semarang: As-Syifa Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press Arifin, Muhammad. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta Ar-Rasyid, Haya. 2004. Menggapai Kemulyaan Menjadi Ahlul Qur’an. AlQowam: Solo Dimyati, M. Fathoni. Memilih Metode Menghafal Al-Qur’an yang Baik dan Upaya Mencetak Huffazhul Qur’an yang Sempurna. Ringkasan untuk santri PP Bidayatul Bidayah. Mojokerto Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Djamarah, Saipul Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta Nawabudin, Abdurrab. 1991. Teknik Menghafal Al-Qur’an. Bandung: CV. Sinar Baru Raghib As-Sirjani & Abdurrahman A. Khaliq. 2007. Cara Cerdas Hafal AlQur’an. Solo: Aqwam Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Al-Fabeta Sutrisno, Hadi. 1993. Metode Research. Yogyakarta: Andi Offset
93
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an. 1971. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Komplek Percetakan Al-Qur‟an Al-Karim Kepunyaan Raja Fahd Zaini, Syahminan & Kusuma, Ananto. 1986. Bukti-Bukti Kebenaran Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah. Jakarta: Kalam Mulia Zen, Muhaimin. 1996. Bimbingan Praktis Pustaka Al-Husna Baru
Menghafal
Al-Qur’an. Jakarta:
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara -------------------, 2004. Panduan Ilmu Tajwid Versi Madrsatul Qur’an Tebu Ireng. Jombang: Unit Tahfizh MQ Tebu Ireng