Kontroversi Manajemen Laba: Perspektif Etika, Spiritualitas, Dan Political Economy Of Accounting (PEA) I Gusti Ayu Agung Omika Dewi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Nasional ABSTRAK Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada suatu tingkat yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Dalam perspektif konvensional, manajemen laba yang didasarkan pada pemikiran ekonomi neo-klasik dianggap sebagai alat manajemen yang legitimated dimana pihak manajemen diberi keleluasaan untuk “mengatur” laba bersih saat berhadapan dengan kontrak-kontrak yang tidak sempurna (incomplete) atau kaku (rigid) guna melindungi kepentingan pihak manajemen dan stakeholders yang terlibat dalam kontrak. Namun, jika ditinjau dari perspektif kontemporer, yaitu dalam bingkai etika dan spiritualitas serta classical political economy sebagai pijakan, manajemen laba apapun bentuknya tetap saja mengandung unsur “kebohongan” dan “penipuan”. Walaupun dalam perspektif efficient contracting manajemen laba bertujuan untuk “melindungi” stakeholders, namun yang mendapatkan “perlindungan” hanyalah stakeholders yang terlibat di dalam kontrak. Tulisan ini mencoba untuk memberikan pemaparan mengenai bagaimana manajemen laba menurut paradigma Critical untuk dapat memberikan pencerahan dan pembebasan melalui konsep-konsep rerangka teori (theoretical framework) Political Economy of Accounting (PEA) agar seluruh stakeholders terkait, yang meliputi: manajemen, pemegang saham, karyawan, kreditor, pemerintah dan masyarakat tidak ada yang dirugikan. Kata Kunci : Manajemen Laba, Etika, Spiritualitas, dan Political Economy of Accounting (PEA) PENDAHULUAN Menurut
laporan keuangannya dapat dikelompokkan
Statement
of
Financial
ke
dalam
dua
golongan
pengguna
umum tujuan utama pelaporan keuangan
pengguna eksternal (external users). Pihak
adalah
yang termasuk sebagai pengguna internal
terutama
yang
pihak-pihak
memberikan bersifat
yang
informasi,
keuangan
berkepentingan
bagi
adalah
(internal
manajemen
users)
yaitu
Accounting Concept (SFAC) No.1, secara untuk
internal
besar,
perusahaan
dan
dan
dalam
karyawan, sedangkan pengguna eksternal
rangka pengambilan keputusan ekonomi.
adalah pihak kreditor, pemerintah, dan
Dalam perspektif agency theory, laporan
pemegang saham publik yang tidak terlibat
keuangan merupakan sarana utama untuk
dalam operasional perusahaan.
mempertanggungjawabkan apa yang telah
Terdapat beberapa kepentingan yang
dilakukan oleh manajemen sebagai agen
berbeda antara pihak manajemen sebagai
atas sumber daya pemegang saham sebagai
agen dan pihak pemegang saham, kreditor,
prinsipal. Secara garis besar, perusahaan
serta pemerintah sebagai prinsipal yang
publik yang kepemilikan sahamnya berada
mendorong
di
dan
merugikan kedua belah pihak (Rasmini,
pengendaliannya telah menyebar, pengguna
2002), yaitu: (1) manajemen berkeinginan
tangan
sejumlah
orang
timbulnya
konflik
yang
Jurnal Ilmiah Akuntansi Manajemen Vol. 9 No. 2, Desember 2015 meningkatkan pihak
kesejahteraan,
pemegang
saham
sedangkan berkeinginan
Perilaku manajer dalam menyiapkan penyajian
angka-angka
dalam
laporan
meningkatkan kekayaan; (2) manajemen
keuangan, khususnya mengenai informasi
berkeinginan
mendapatkan
sebesar-besarnya
dengan
kredit
yang
laba
(earning)
bunga
yang
bergantung kepada cara pandang tentang
rendah, sedangkan pihak kreditor hanya
pengaruh
memberikan
kredit
kepentingan
kemampuan
perusahaan;
sesuai
dengan
mungkin
kebijakan mereka.
akan
sangat
tersebut
terhadap
Laporan
keuangan
dan
(3)
yang terdiri atas neraca, laporan laba rugi,
membayar
pajak
laporan perubahan ekuitas, laporan arus
pemerintah
kas, dan catatan atas laporan keuangan
ingin memungut pajak setinggi-tingginya.
mempunyai peranan yang sama penting.
Penyatuan kepentingan di antara pihak-
Akan tetapi, umumnya pengguna informasi
pihak
baik pemegang saham, kreditor, maupun
manajemen
berusaha
sekecil-kecilnya
sedangkan
tersebut
masalah
yang
seringkali disebut
menimbulkan
dengan
masalah
keagenan (agency conflict).
pemerintah cenderung lebih memperhatikan laba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lev
Mengingat beragamnya kepentingan
(1989) bahwa laba (earnings) merupakan
pihak pengguna informasi keuangan, maka
informasi
dibutuhkan suatu standar, yaitu Standar
laporan keuangan.
Akuntansi Keuangan (SAK). SAK merupakan standar,
prosedur,
yang
disajikan
dalam
Manajer perusahaan akan menerapkan
dan
teknik
kebijakan yang konservatif atau cenderung
memungkinkan
pihak
liberal, tergantung nilai pelaporan laba yang
manajer perusahaan melakukan pemilihan
diinginkan. Dengan demikian, angka-angka
di antara alternatif kebijakan akuntansi
dalam laporan keuangan, khususnya bottom
dalam penyajian laporan keuangan. Menurut
line adalah hal penting yang mesti dicermati
Hendriksen
oleh
akuntansi
yang
metode
utama
(1982),
kebijakan
akuntansi
pengguna
laporan
keuangan.
adalah proses pemilihan alternatif metode,
Pandangan bahwa laba merupakan bottom
sistem
teknik
line laporan laba rugi tidak dapat dipisahkan
pengungkapan tertentu dari semua yang
dari “ideologi” yang mendasari konsep dan
mungkin tersedia untuk pelaporan keuangan
praktik akuntansi modern selama ini yaitu
suatu
(1986)
ekonomi neo klasik (Tinker, 1980) dalam
menyatakan bahwa secara parsial, angka-
Irianto (2006). Selanjutnya, Beattie et.al.
angka yang tersaji dalam laporan keuangan
(1994)
merupakan
metode-metode
investor yang sering terpusat pada informasi
akuntansi yang dipilih oleh perusahaan. Di
laba tanpa memperhatikan prosedur yang
samping itu dikemukakan juga bahwa yang
digunakan
untuk
memiliki
manajer
pengukuran,
dan
perusahaan.
keputusan
fungsi
wewenang tentang
Foster
dari
menyatakan
sebagai
pembuat
mendorong
kebijakan
akuntansi
manajemen
yang akan dipilih adalah pihak manajer.
perhatian
menghasilkannya, untuk
melakukan
laba
(earning
management) atau manipulasi laba (earning manipulations).
212
atas
bahwa
Kontroversi Manajemen Laba ........................................... I Gusti Ayu Agung Omika Dewi Kasus yang terjadi pada PT. Semen Permasalahan Terkait Manajemen Laba Perusahaan
publik
yang
aktivitas
bisnisnya menjadikan laba sebagai tujuan utama dan menyajikannya sebagai bottom line dalam laporan laba rugi telah memicu timbulnya beragam permasalahan dalam praktik akuntansi
salah
satunya adalah
manajemen laba. Manajemen laba potensial mengakibatkan
terjadinya
asimetri
informasi yang mengarah pada berbagai kasus pelanggaran etika berupa manipulasi laporan keuangan. Selama beberapa tahun terakhir telah tercatat beberapa skandal dalam praktik akuntansi berupa manipulasi laporan
keuangan
yang
melibatkan
perusahaan-perusahaan publik di Indonesia, diantaranya adalah PT. Kimia Farma, PT. Semen Gresik, dan PT. KAI. (Pratapa, 2007). PT. Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen PT. Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung
unsur
rekayasa.
Setelah
dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan PT. Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada
laporan
keuangan
yang
baru,
keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar (24,7%) dari laba awal yang dilaporkan.
Gresik diungkapkan oleh I Putu Gede Ary Suta
sebagai
Ketua
Bapepam.
Ia
menyatakan bahwa telah terjadi skandal perselingkuhan terbesar di Pasar Modal, yaitu di PT. Semen Gresik. Skandal ini bukan tergolong yang biasa, namun secara tegas ia menyebutkan sebagai perdagangan orang dalam
(insider
mengeluarkan
trading). surat
Ia
perintah
lalu untuk
membentuk tim pemeriksa, yang mana tahapan
ini
ketentuan
memang
hukum
sesuai
yang
ada
dengan di
dalam
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Pasar Modal.
Namun
ketika
kepemimpinan
Bapepam berada di tangan Yusuf Anwar, secara
moderat
dugaan
itu
pemeriksaan tergolong
ia
menyatakan
sedang dan
masalah
dalam
kasus yang
bahwa proses
perselingkuhan sulit
untuk
dibuktikan. Polemik dan analisa atas insider trading tersebut rupanya dipertajam setelah sumber-sumber berita menyebutkan bahwa pihak-pihak
yang
terlibat
di
dalamnya
adalah mereka yang dekat dengan sumber kekuasaan, dan beberapa nama pialang papan atas yang memiliki conflict of interest dengan rencana privatisasi pun dipaparkan di media massa. Kasus selanjutnya adalah pada PT. KAI yang diduga telah melakukan manipulasi data dalam laporan keuangannya tahun 2005. Perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji secara lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63 Miliar. Komisaris PT. KAI, Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur 213
Jurnal Ilmiah Akuntansi Manajemen Vol. 9 No. 2, Desember 2015 Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal
digunakan
Perbendaharaan
jawabnya kepada pemegang saham. Namun
Keuangan
Negara
mengatakan
Departemen
bahwa
dalam
memenuhi
tanggung
laporan
di sisi lain, jika ditinjau dari perspektif etika
keuangan itu telah diaudit oleh Kantor
dan spiritualitas, praktik manajemen laba
Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap
pada beberapa kasus di atas telah jelas-jelas
laporan keuangan PT. KAI untuk tahun 2003
melanggar
dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh
keuangan.
Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk
etika
Praktik
penyusunan
manajemen
laba
menjadikan
publik.
kemudian
didasarkan pada “ideologi” ekonomi neo-
diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui
klasik, terbukti telah menimbulkan berbagai
sebelum disampaikan dalam rapat umum
macam
pemegang saham (RUPS). Komisaris PT. KAI
menimbulkan dampak buruk untuk saat ini
yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui
dan masa yang akan datang. Salah satu
laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang
rerangka
telah diaudit oleh akuntan publik, karena
dalam
diduga ada kejanggalan. Akuntan publik
dengan Political Economy of Accounting
yang telah mengaudit laporan keuangan PT.
(PEA)
KAI
dalam memandang fenomena manajemen
tahun
audit
2005
tersebut
tersebut
diperiksa
oleh
Badan
Akuntan
Publik.
Jika
selanjutnya
permasalahan
teori
bottom
yang
(theoretical
paradigma memiliki
Critical
cara
line
dapat
framework) yang
pandang
dikenal alternatif
Profesi
laba. Tulisan ini akan mengkaji lebih lanjut
bersalah,
mengenai manajemen laba dalam perspektif
akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau
etika dan spiritualitas yang terefleksikan
pencabutan izin praktik.
dalam
Seiring
dengan
Peradilan
sebagai
yang
tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan Hasil
laba
laporan
terbukti
semakin
maraknya
konsep-konsep
rerangka
teori
(theoretical framework) Political Economy of
skandal dalam praktik akuntansi tersebut
Accounting
membuat permasalahan terkait manajemen
pencerahan
laba semakin diperdebatkan. Pertanyaan
pembebasan (emancipation) agar seluruh
yang
stakeholders
kemudian
muncul
adalah
apakah
(PEA)
untuk
memberikan
(enlightenment) terkait,
yang
dan meliputi:
praktik manajemen laba ini menyalahi etika
manajemen, pemegang saham, karyawan,
atau memang sesuatu yang etis untuk
kreditor, pemerintah dan masyarakat tidak
dilakukan? Keberadaan manajemen laba
ada yang dirugikan.
dalam praktik akuntansi pada perusahaan publik di Indonesia memang dipandang
KAJIAN PUSTAKA
ironis, karena sebagian besar cenderung
Pengertian Manajemen Laba
mengarah
pada
manipulasi
laporan
Scott
(2003)
keuangan. Hal ini merupakan dilema besar
manajemen
yang
kebijakan akuntansi oleh manajer untuk
menimbulkan
adanya
kontroversi
laba
pilihan
mencapai
manajemen
manajer perusahaan ini belum tentu sejalan
214
legitimated
untuk
tertentu.
suatu
dimana di satu sisi dianggap sebagai alat yang
tujuan
sebagai
mendefinisikan
Tujuan
dari
Kontroversi Manajemen Laba ........................................... I Gusti Ayu Agung Omika Dewi dengan kebutuhan dari pengguna laporan
keuangan, sedangkan pihak luar tidak
keuangan lainnya. Definisi manajemen laba
bisa
menurut Schipper dalam Wolk et.al (2001)
membaca laporan laporan keuangan,
adalah suatu proses yang dilakukan dengan
sehingga manajer akan berusaha untuk
sengaja dalam batasan General Accepted
mengatur
Accounting
memaksimalkan
Principles
mengarah
pada
diinginkan
atas
(GAAP)
suatu laba
untuk
tingkat
yang
yang
dilaporkan.
mengetahuinya
laba
compensation Debt
bersih
saat
dalam
bonus
plans
covenat,
sampai
upaya
berdasarkan
perusahaan;
merupakan
(b)
perjanjian
Pengertian manajemen laba sangat penting
untuk melindungi kepentingan kreditor
bagi akuntan karena dapat memperbaiki
dari tindakan manajer. Dalam hipotesis
pemahaman tentang manfaat laba bersih,
positive
baik untuk pelaporan keuangan kepada
dekat
investor, maupun dalam pembuatan suatu
pelanggaran perjanjian hutang, manajer
kontrak.
akan
Scott (2003) mengemukakan bahwa terdapat
dua
cara
untuk
memahami
manajemen laba, yaitu: (1) memandang sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan menghadapi hutang
utilitasnya
kontrak
serta
political
dalam
kompensasi costs;
serta
dan (2)
accounting suatu
theory,
semakin
perusahaan
kepada
cenderung
memilih
prosedur
akuntansi yang dapat ”memindahkan” laba
periode
mendatang
ke
periode
berjalan. 2. Political Motivations, merupakan aspek politik yang tidak bisa dilepaskan dari perusahaan, besar
khususnya
dan
industri
perusahaan
strategis
memandang manajemen laba dari perspektif
aktivitasnya
efficient
orang banyak. Perusahaan seperti ini
contracting
yang
artinya
melibatkan
karena
cenderung
fleksibilitas untuk melindungi dirinya sendiri
mengurangi visibilitas, misalnya dengan
serta
menggunakan
dalam
mengantisipasi
praktik
laba
hidup
manajemen laba memberi manajer suatu perusahaan
menurunkan
hajat
dan
untuk
prosedur
kejadian-kejadian yang tidak terduga demi
akuntansi, khususnya selama periode
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam
kemakmuran tinggi (high prosperity).
kontrak.
3. Taxation Motivation, merupakan salah satu alasan utama yang menyebabkan
Motivasi Manajemen Laba Scott beberapa
(2003) motivasi
mengapa perusahaan mengurangi laba
mengklasifikasikan yang
mendorong
manajer untuk melakukan manajemen laba, yaitu: 1. Other
untuk
persediaan
memilih
metode
perusahaan LIFO
akan yang
menghasilkan laba bersih paling rendah Contractual
Motivation
yang
meliputi: (a) Bonus scheme, dimana manajer
bersih yang dilaporkan. Sebagai contoh,
mempunyai
informasi
laba
bersih sebelum dilaporkan dalam laporan
dibandingkan dengan metode lainnya. Untuk mengantisipasi hal ini peraturan perpajakan di Indonesia dan beberapa negara
lain
tidak
memperbolehkan 215
Jurnal Ilmiah Akuntansi Manajemen Vol. 9 No. 2, Desember 2015 penggunaan metode lain selain metode
reorganisasi,
FIFO
baru.
dan
rata-rata
untuk
tujuan
perpajakan. 4. Pergantian
seperti
pemilihan
2. Income minimization, dilakukan pada CEO,
merupakan
suatu
saat profitabilitas perusahaan sangat
momen pada akhir penugasan yang
tinggi
memotivasi
mendapat perhatian secara politis.
strategi
CEO
CEO
untuk
melakukan
memaksimalkan
maksud
agar
tidak
untuk
3. Income maximization, dilakukan oleh
membatalkan
manajer untuk memperoleh bonus yang
pemecatannya. Motivasi ini juga sering
lebih besar atau untuk menghindar dari
dilakukan oleh CEO baru, karena write-
pelanggaran atas kontrak hutang jangka
offs yang lebih tinggi dapat diartikan
panjang (debt covenat).
mencegah
atau
laba
dengan
sebagai kesalahan CEO sebelumnya.
4. Income smoothing, dilakukan dengan
5. Initial Public Offering (IPO), merupakan
sengaja untuk mengurangi variabilitas
suatu momen pada saat perusahaan
laba yang dilaporkan sehingga dapat
baru pertama kali menawarkan saham di
mengurangi risiko pasar atas saham
pasar modal dimana perusahaan belum
perusahaan, yang pada akhirnya dapat
mempunyai
meningkatkan harga pasar perusahaan.
memiliki
harga
pasar
masalah
menetapkan
nilai
sehingga
mengenai saham
cara
yang
akan
5. Offsetting extraordinary atau unusual gains
and
loses,
dilakukan
dengan
ditawarkan. Oleh sebab itu, manajer
memindahkan efek-efek laba yang tidak
akan
biasa atau temporal yang berlawanan
melakukan
tawar
menawar
informasi keuangan yang terdapat dalam prospektus karena merupakan sumber informasi yang sangat berguna. 6. To
Communicate
Investor, kinerja
yaitu
perusahaan
6. Aggressive accounting applications atau mis-statements,
Information
informasi
dengan trend laba. dilakukan
dengan
to
membagi laba antar periode, dimana
mengenai
praktik ini dianggap menyimpang dari
(pelaporan
laba)
tetap disajikan kepada investor agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. 7. Timing revenue and expense recognition, dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan timing suatu
Pola Manajemen Laba
transaksi, misalnya pengakuan prematur
Menurut Bernstein dan Wild (1998) serta
Scott
(2003),
pola
yang
digunakan oleh manajer dalam melakukan manajemen laba terdiri dari:
besar adanya 216
yang
kerugian terjadi
tekanan
Asimetri Informasi Agency
1. Taking a bath, dimana perusahaan harus melaporkan
atas penjualan.
sering theory
mengimplikasikan
adanya asimetri informasi antara manajer
dalam
jumlah
sebagai agen dan pemegang saham sebagai
selama
periode
prinsipal, yang muncul ketika manajer lebih
organisasional
atau
banyak mengetahui informasi internal dan
Kontroversi Manajemen Laba ........................................... I Gusti Ayu Agung Omika Dewi prospek perusahaan dibandingkan dengan
atau pemikiran kritis dan mendasar tentang
pemegang saham dan stakeholders lainnya
ajaran–ajaran dan pandangan–pandangan
(Dechow,
moral.
Asimetri
Sloan,
dan
informasi
Sweeney,1995).
diidentifikasikan
oleh
Scott (2003) menjadi: 1.
Adverse
Tuanakotta
(1997)
menyatakan
bahwa etika meliputi sifat-sifat manusia yang ideal atau disiplin atas diri sendiri
selection
merupakan
tipe
diatas
atau
melebihi
persyaratan
atau
asimetri informasi dimana satu atau
kewajiban menurut undang-undang. Dalam
lebih pihak dalam transaksi bisnis atau
perkembangannya, keragaman pemikiran
transaksi
memiliki
etika kemudian berkembang membentuk
dibandingkan
suatu teori etika. Teori etika dapat disebut
bisnis
keunggulan
potensial,
informasi
dengan pihak-pihak lainnya. Adverse
sebagai
selection terjadi karena beberapa orang
hakikat dan dasar perbuatan dan keputusan
seperti manajer perusahaan dan para
yang
pihak dalam (insiders) lainnya lebih
menentukan klaim bahwa perbuatan dan
mengetahui kondisi kini dan prospek ke
keputusan
depan suatu perusahaan daripada para
diperintahkan dan dilarang (Fakhry, 1996
investor luar.
dalam Ludigdo, 2007).
2. Moral
hazard
adalah
benar
rasional
serta
mengenai
prinsip-prinsip
tersebut
secara
yang moral
asimetri
Konsep etika berkaitan erat dengan
informasi di mana satu atau lebih pihak
spiritualitas yang oleh beberapa akademisi
dalam transaksi bisnis atau transaksi
dan
bisnis
keberhasilan
potensial
tindakannya
tipe
gambaran
dapat
dalam
mengamati penyelesaian
praktisi
ditemukan
diimplikasikan hidup
bahwa
dengan
individu.
dalam
otak
Telah manusia
transaksi, namun pihak lain tidak dapat
terdapat suatu God-Spot sebagai pusat
melakukan hal itu. Moral hazard muncul
spiritual (Agustian, 2001) dalam Ludigdo
karena pemisahan antara kepemilikan
(2004).
perusahaan
pengelolaan
sumber suara hati, dan di dalam suara hati
pemilik
inilah terletak kebenaran sejati. Konsep
perusahaan,
dan dimana
Pusat
spiritual
spiritualitas
mampu mengamati secara langsung
pada keyakinan agama yang diyakini oleh
bagaimana kualitas seorang manajer
para
mengelola
kebenaran yang mutlak sehingga harus
untuk
kepentingan mereka.
hendaknya
merupakan
perusahaan maupun kreditor tidak akan
perusahaan
ini
ini
pemeluknya
berlandaskan
mempunyai
nilai-nilai
dijadikan sebagai jalan hidup (way of life). Jadi, pihak manajemen peruisahaan dan
Konsep Etika dan Spiritualitas Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika
para pelaku bisnis pada perusahaan publik di Indonesia hendaknya senantiasa berpegang pada konsep-konsep etika dan spiritualitas ini
dalam
upaya
untuk
mencapai
keberhasilan yang hakiki.
menurut (Suseno, 1987) merupakan filsafat
217
Jurnal Ilmiah Akuntansi Manajemen Vol. 9 No. 2, Desember 2015 Critical Accounting Study
peneliti tersebut (Irianto, 2006). Dalam hal
Critical accounting study adalah suatu
ini definisi akuntansi menjadi lebih luas,
studi yang mempunyai tujuan ganda, yaitu
dimana akuntansi haruslah dianalisis secara
memahami suatu praktik akuntansi dimana
menyeluruh (holistic) karena tidak dapat
ia diterapkan dan sekaligus berusaha untuk
terpisah dari konteks sosial dimana ia
menemukan suatu pemecahan ke arah
diterapkan.
penyempurnaan sendiri
praktik
akuntansi
(Sawarjuwono,
akuntansi bukan
kritis
hanya
2005).
memahami sebagai
itu
Studi
akuntansi
dalam
paradigma
Studi
critical melihat bahwa ilmu pengetahuan
akuntansi,
akuntansi dibentuk dan dipertahankan oleh
skills
para individu yang hidup di lingkungan
(pengetahuan debet dan kredit), melainkan
akuntansi, yang pada gilirannya, mereka
sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial yang
akan mengubahnya untuk melepaskan diri
selalu
sebagai
dari alienasi atau kesadaran kekeliruannya
pencipta, pemakai dan perubah akuntansi.
(false consciousness). Critical accounting
Studi
study berusaha untuk mengungkap tentang
terkait
dengan
akuntansi
mengutamakan
technical
manusia
dalam peran
mempengaruhi
ranah
manusia
proses
kritis dalam
praktik-praktik
alienasi,
dominasi
atau
penciptaan,
hegemoni, serta eksploitasi sehingga dapat
pemilihan, penetapan, dan penggantian-
mendorong terwujudnya konsep, prinsip,
penyempurnaan
akuntansi
yang
atau teori yang dapat dijadikan landasan
melalui
interaksi
sosial.
proses
terjadi Studi
dalam
pencerahan
(enlightenment)
dan
akuntansi dalam paradigma critical ini tidak
pembebasan (emancipation) dari praktik-
berhenti
praktik tersebut (Catchpowle, 2004) dalam
pada
taraf
memperoleh
ilmu
pengetahuan, namun akan terus berupaya
Irianto (2006).
untuk mengajukan suatu usulan positif
Political Economy of Accounting (PEA)
guna memperbaiki keadaan pada objek yang
sedang
dipelajari
(continuous
improvement). Studi
Salah satu rerangka teori (theoretical framework) dalam ranah critical accounting study
akuntansi
Political
Economy
of
senantiasa
Accounting (PEA) yang diperkenalkan oleh
dilakukan dalam konteks tertentu (context-
Tinker (1980). Konsep Political Economy of
bound)
dan
Accounting (PEA) ini pada awalnya dilandasi
berkembang dipengaruhi oleh dan dapat
oleh dua pandangan mengenai posisi
mempengaruhi lingkungannya. Selain itu,
teoritis
studi akuntansi dalam ranah kritis juga
pikiran ekonomi, yaitu ekonomi politik
memiliki ciri self-reflexive. Karakteristik ini
klasik (classical political economic) dan
memberikan ruang dan peluang kepada
ekonomi
peneliti untuk mengembangkan diri dan
economics). Pemikiran ekonomi politik
keyakinannya
klasik
artinya
kritis
adalah
akuntansi
dalam
tumbuh
proses
eksplorasi
yang
mendominasi
neo-klasik
pada
dasarnya
(neo-classical berbeda
pemikiran
yang merefleksikan diri
hanya memandang kapital dari dimensi
218
neo-klasik
dari
menuju tercapainya hasil atau temuan studi dan keyakinan
ekonomi
sejarah
yang
Kontroversi Manajemen Laba ........................................... I Gusti Ayu Agung Omika Dewi ekonomi saja. Lebih dari itu, ekonomi
penyesuaian
terkait
dengan
politik klasik memandang kapital dari
kepentingan politik dan sosialnya dalam
dimensi ekonomi, sosial, dan politik.
masyarakat.
Ketika teori ekonomi politik klasik dan ekonomi neo-klasik diterapkan pada
PEMBAHASAN
laporan laba rugi (income statement),
Manajemen Laba: Penelusuran Etika
dapat diketahui bahwa ternyata keduanya
dan Spiritualitas
menghasilkan
yang
Menurut Schipper (1989) manajemen
berlawanan tentang apa yang dimaksud
laba merupakan suatu intervensi dengan
dengan laba, apa yang ditunjukkan oleh
tujuan tertentu dalam proses pelaporan
laba
keuangan
dan
penjelasan
bagaimana
nilai
laba
eksternal,
untuk
memperoleh
ditentukan. Menurut pandangan ekonomi
keuntungan yang privat.
neo-klasik, laba dipandang sebagai aspek
terjadi
utama atau tujuan utama (the bottom line)
pertimbangan (judgment) dalam pelaporan
dari aktivitas bisnis, dan diasosiasikan atau
keuangan dan pencatatan transaksi, yang
digunakan
dapat mengubah laporan keuangan dengan
sebagai
dasar
pengukuran
ketika
manajer
menggunakan
efisiensi dari transformasi input menjadi
tujuan
output. Sementara itu, menurut pandangan
mengenai kinerja perusahaan maupun untuk
ekonomi politik klasik, laba merupakan
mempengaruhi
cerminan dari distribusi kekuatan dalam
didasarkan pada angka-angka akuntansi
masyarakat dan struktur sosial-politik yang
(Healy dan Wahlen, 1998). Manajemen laba
dimiliki oleh pemilik kepentingan utama
potensial mengakibatkan timbulnya asimetri
perusahaan, yaitu pemilik modal.
informasi antara manajer sebagai agen dan
PEA yang didasarkan pada ekonomi
untuk
Manajemen laba
pemegang
menyesatkan hasil
saham
stakeholders
kontrak
sebagai
yang
prinsipal,
politik klasik menawarkan alternatif yang
terutama ketika manajer lebih mengetahui
mengedepankan
dan
informasi internal dan prospek perusahaan
keadilan, dan bukan laba sebagai tujuan
dibandingkan dengan pemegang saham dan
utama (Irianto, 2006). Studi akuntansi
stakeholders lainnya.
dengan
aspek
menggunakan
ditujukan
rerangka
Manajemen
laba
dan
asimetri
informasi memunculkan suatu dilema etika
melakukan evaluasi atas peran akuntansi
dalam praktik akuntansi dimana di satu sisi
dalam konteks ekonomi, sosial dan politik,
menurut Abdullah (1999) manajemen laba
atau mengkaji bagaimana peran akuntansi
sah-sah saja dilakukan dalam konteks tidak
dalam konteks tertentu, baik organisasional
bertentangan
maupun lingkungan yang lebih luas. Dalam
Accounting Principles (GAAP) dan masih
hal
dalam kerangka hak prerogratif manajer.
disarankan
akuntan kuat
memahami
PEA
sekaligus
ini
untuk
distribusi
memiliki
dalam
sangatlah
bahwa
pemahaman
kepentingan
penting
meskipun
untuk
yang
Namun
di
ekonomi,
dianggap
dilakukan
menyesatkan
dengan
sisi
lain,
sebagai
General
manajemen
tindakan
para
Accepted
yang
pemakai
laba dapat
laporan 219
Jurnal Ilmiah Akuntansi Manajemen Vol. 9 No. 2, Desember 2015 keuangan
informasi
terlibat dalam kontrak. Sementara itu, dari
terkadang
perspektif opportunitic forms perlu dipahami
merupakan penyebab terjadinya tindakan
bahwa jika tujuan manajemen laba hanya
ilegal, misalnya penyajian laporan keuangan
untuk
yang terdistorsi atau tidak sesuai dengan
(perilaku
sebenarnya
on
dikatakan bahwa praktik manajemen laba
Fraudelent Financial Reporting 1987 dalam
merupakan tindakan yang tidak benar atau
Merchant dan Rokness, 1994).
tidak boleh dilakukan. Manajer perusahaan
yang
dengan
tidak
akurat,
manajemen
Commission
manajer
manajemen
digunakan
dan
(National
Beberapa bahwa
menyajikan
laba
yang dalam
menganggap sebagai
legitimated memenuhi
alat untuk
tanggung
menaikkan
oportunistik),
inside
information
reliabilitas
Jika
kepercayaan
masyarakat
terhadap
(Fischer
dan
dapat
dapat
mereduksi
untuk
penilaian
kinerja, dimana pihak eksternal akan sulit
ditinjau dari sudut pandang etika, tindakan pelanggaran
maka
perusahaan
mengetahuinya.
berarti
manajemen
publik yang oportunistik sebagai pemegang
jawabnya kepada pemegang saham, namun ini
bonus
bingkai
ditelusuri etika
manajemen
lebih
dan
laba
lanjut
dalam
spiritualitas,
baik
dilihat
praktik dari
the
Rosenzweig, 1995). Perlu diketahui bahwa
efficient contracting maupun opportunitic
ada sisi baik dari manajemen laba yang
forms, kedua-duanya mengandung unsur
harus
“kebohongan” dan “penipuan”. Walaupun
dimengerti,
perspective
baik
maupun
dari
contracting
financial
reporting
dalam
perspektif
efficient
contracting
perspective (Scott, 2003). Dari contracting
manajemen
laba
perspective,
manajemen
“melindungi”
stakeholders, namun yang
dengan
efficient
the
opportunitic
laba
berkaitan
contracting
forms
dalam
versus Positive
Accounting Theory (PAT). Dari contracting,
mendapatkan
bertujuan
“perlindungan”
untuk hanyalah
stakeholders yang terlibat di dalam kontrak dan bukan seluruh stakeholders terkait,
perspektif
the
manajemen
laba
efficient dianggap
yaitu:
manajemen,
karyawan,
pemegang
saham,
kreditor,
pemerintah
dan
Padahal
seharusnya,
pihak
sebagai tindakan yang wajar atau sah untuk
masyarakat.
dilakukan, dimana pihak manajemen perlu
manajemen
perusahaan
diberi keleluasaan untuk “mengatur” laba
bertanggung
jawab
bersih saat berhadapan dengan kontrak-
berlangsungnya akuntabilitas pada suatu
kontrak yang tidak sempurna (incomplete)
perusahaan atau organisasi, sehingga tidak
atau
ada
kaku
(rigid)
guna
melindungi
stakeholders
kepentingan pihak-pihak yang terlibat di
keberadaan
dalam kontrak. Dalam hal ini manajemen
tersebut.
laba
bahwa
dilakukan
manajemen
dan
untuk
melindungi
perusahaan
dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga demi keuntungan stakeholders yang 220
dalam
yang
organisasi Ludigdo
dihasilkannya
atau
(2004) proses
laporan
menjaga
dirugikan
akuntabilitas
terselenggaranya
hendaknya
atas
perusahaan menyatakan
mengacu akuntansi keuangan
pada dan yang
Kontroversi Manajemen Laba ........................................... I Gusti Ayu Agung Omika Dewi menggambarkan
kondisi
keuangan
perusahaan yang sesungguhnya.
praktik bisnis hendaknya berlandaskan pada nilai-nilai moralitas, dan ajaran agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan ini, pihak manajemen dan para pelaku bisnis hendaknya senantiasa berpedoman pada norma-norma
moral
sebagai
harus dilakukannya. Pemikiran kritis atas moralitas itulah yang dimaksud dengan etika. Konsep-konsep etika dan spiritualitas penting
dalam
mencapai
keberhasilan
upaya
hidup
untuk
seseorang
(Ludigdo, 2004). Keberhasilan hidup hakiki manusia
tidak
hanya
ditentukan
oleh
kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) yang dimilikinya, tetapi lebih dari itu juga ditentukan oleh kecerdasan spiritualnya (SQ). Aspek spritualitas inilah yang dapat membentuk karakter moralitas pihak manajemen perusahaan dan para pelaku
bisnis
agar
sedapat
mungkin
menjauhi praktik manajemen laba yang dapat merugikan para stakeholders terkait. Moralitas yang dimaksud hendaknya berlandaskan pada ajaran agama masingmasing. Mengembangkan spiritualitas yang berbasiskan keyakinan agama ini sangatlah beralasan.
Salah
satu
riset
empiris
menunjukkan bahwa religiusitas merupakan faktor utama dari sekian banyak faktor yang mendorong seorang akuntan untuk bersikap dan berperilaku etis (Maryani dan Ludigdo, 2001).
Orientasi
moralitas
bagi
pihak
manajemen perusahaan dan para pelaku bisnis seharusnya didasarkan pada ajaran agama
yang
dianutnya,
Economy of Accounting (PEA) Manajemen laba yang dilakukan oleh
panduan
ataupun pemikiran kritis atas apa yang
berperan
Manajemen Laba: Penelusuran Political
karena
semua
agama mengajarkan kebaikan dalam arah kebenaran. Jadi dapat dikatakan bahwa, konsep-konsep etika dan spiritualitas dalam
manajer
tidak
ekonomi
terlepas
yang
konsekuensi
dari
dianut,
rerangka
pertimbangan
ekonomi
dan
moral
judgement. Terdapat dua pandangan yang berbeda
dalam
melihat
fenomena
manajemen laba. Di satu sisi manajemen laba dianggap sebagai alat manajemen yang legitimated untuk digunakan dalam memenuhi
tanggung
jawabnya
kepada
pemegang saham. Namun, di sisi lain praktik manajemen laba pada beberapa kasus telah jelas-jelas melanggar etika penyusunan laporan keuangan, sehingga dapat menyesatkan para pemakai laporan keuangan dan para stakeholders dengan menyajikan informasi yang tidak akurat. Pandangan yang pertama didasari oleh pemikiran classical
ekonomi economics)
neo-klasik yang
(neo-
menjadikan
laba sebagai tujuan utama (the bottom line) dari aktivitas bisnis. Sementara itu, pandangan kedua yang kemudian melahirkan rerangka teori Political Economy of
Accounting
pemikiran
(PEA)
ekonomi
didasari politik
oleh klasik
(classical political economic) melihat bahwa laba bukanlah sebagai orientasi utama. Seiring dengan munculnya beberapa skandal dalam praktik akuntansi berupa manipulasi
laporan
keuangan
yang
melibatkan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia, fenomena manajemen laba semakin
diperdebatkan
karena
221
Jurnal Ilmiah Akuntansi Manajemen Vol. 9 No. 2, Desember 2015 memunculkan suatu dilema etika. Pemikiran
sebaliknya, jika pihak manajemen pada
ekonomi politik klasik sebagai pijakan dasar
perusahaan publik di Indonesia sudah mulai
akuntansi dari PEA menawarkan pandangan
dapat
transformatif dari laba sebagai “the bottom
(enlightenment) dan membebaskan dirinya
line of the income statement” atau laba
(emancipation) dari alienasi atau kesadaran
sebagai orientasi utama laporan laba-rugi
kekeliruannya
menuju “a just and fair distribution” atau
dominasi atau hegemoni, serta eksploitasi,
distribusi dan keadilan (Irianto, 2006). PEA
maka fenomena
kemudian
konsep,
mungkin dapat berlanjut. Dengan demikian,
prinsip, atau teori yang dapat dijadikan
melalui kombinasi antara rerangka PEA
landasan
dengan
menyediakan
suatu
dalam
(enlightenment)
pencerahan
(false
pemikirannya
consciousness),
manajemen
konsep-konsep
laba
etika
tidak
dan
pembebasan
spiritualitas maka diusahakan agar sedapat
(emancipation) untuk mengungkap tentang
mungkin kepentingan seluruh stakeholders
praktik-praktik
terkait dapat terakomodasi.
hegemoni,
dan
mencerahkan
alienasi,
serta
dominasi
eksploitasi
atau terkait
fenomena manajemen laba. Dengan adanya rerangka
PEA
stakeholders
diharapkan terkait,
agar
yang
seluruh meliputi:
manajemen, pemegang saham, karyawan, kreditor, pemerintah dan masyarakat tidak ada yang dirugikan. PENELUSURAN AKHIR Pemikiran
yang
berbeda
antara
ekonomi neo-klasik dan ekonomi politik klasik yang digagas oleh Tinker (1980) yang kemudian
melahirkan
rerangka
teori
(theoretical framework) Political Economy of Accounting (PEA) merefleksikan pandangan yang berbeda atas laba. Rerangka PEA yang sejalan
dengan
cara
pandang
konsep-
konsep etika dan spiritualitas melihat bahwa manajemen laba apapun bentuknya tetap saja mengandung unsur “kebohongan” dan “penipuan”. Selama pihak manajemen pada perusahaan
publik
mengedepankan
di
laba
Indonesia dalam
masih
aktivitas
bisnisnya, maka fenomena manajemen laba masih akan terus berlanjut. Begitu pula 222
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S. 1999. Manajemen Laba dalam Perspektif Teori Akuntansi Positif: Analisis Laporan Keuangan dan Etika. Media Akuntansi No.3. September: XII-XVII. Beattie, Vivien; Stephen Brow, David Erwers; Brian John; Stuart Manson; Dylan Thomas; and Michael Turner. 1994. Extraordinary Items and Income Smoothing: A Positive Accounting Approach. Journal of Business Finance and Accounting. 21 (6). September: 791-811. Bernstein, LA dan J.J. Wild. 1998. Financial Statement Análisis. Sixth Edition.. Singapore: MacGraw-Hill.Co. Dechow, Pratcia M., Richard G. Sloan, and Amy P. Sweeney, 1995. Detecting Earning Management, The Accounting Review, April Vol. 70 No.2, pp.193225. FASB, 1978. Statement of Financial Accounting Concept No.1, Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises. Fischer, Marilyn dan Kenneth Rosenzweig. 1995. Attitudes of Students and Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earning Management. Journal of Bussines Ethics. pp. 433-444.
Kontroversi Manajemen Laba ........................................... I Gusti Ayu Agung Omika Dewi Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis: Second Edition. Englewood Cliffs. N.J.: Prentice-Hall. Healy, P. M., and J. M. Wahlen, 1998. A Review of the Earnings Management Literatur and Its Implication for Standard Setting. Harvard Working Paper. Hendriksen, Eldons. 1982. Accounting Theory. Fourth Edition. Honewood. Illinois: Richard D. Irwin. Inc. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 1998. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Proceeding Kongres IAI VIII. Panitia Kongres IAI VIII. Jakarta. Irianto, Gugus. 2006. Dilema “Laba” dan Rerangka Teori Political Economy of Accounting (PEA). TEMA (Jurnal Akuntansi, Auditing, dan Sistem Informasi), Vol.7, No. 2. Lev, B. 1989. On The Usefulness of Earnings Research: Lesson and Directions from Two Decade of Empirical Research. Journal of Accounting Research 27 (Suplement): 152-201. Ludigdo, Unti. 2004. Mengembangkan Spiritualitas dalam Pemantapan Profesionalisme Akuntan. Lintasan Ekonomi Vol. XXI, No.2. _______. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maryani, Titik dan Unti Ludigdo. 2001. Survei atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan serta Pendapat tentang Perlunya Pembinaan Moral-Etika di Kalangan Profesi Akuntan oleh IAI. TEMA (Jurnal Akuntansi, Auditing, dan Sistem Informasi), Vol.2, No.1.
Merchant, K.A. dan Joanne Rockness. 1994. The Ethics of Managing Earning: An Empirical Investigation. Journal of Accounting and Public Policy. pp. 7994. Pratapa, Agung. 2007. Etika Profesi Akuntan. Universitas Jenderal Soedirman. www.google.com. Rasmini, Ni Ketut. 2002. Manajemen Laba dan Asimetri Informasi. Buletin Studi Ekonomi. Volume 7. Nomor.12. h: 5464. Sawarjuwono, Tjiptohadi. 2005. Bahasa Akuntansi Dalam Praktik: Sebuah Critical Accounting Study. TEMA (Telaah Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi). Vol.6. No.2. Schippper, K. 1998. Earning Management, Accounting Horizons 3, 91-106. Scott, W.R. (2003). Fiancial Accounting Theory, Prentice-Hall, Toronto, Canada. Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : Balai Pustaka. Tinker, A.M. (1980). Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of the Cambridge Controversies. Accounting, Organizations and Society, Vol.5, No.1, pp.147-160. Tuanakotta, Theodorus. M. 1997. AuditingPetunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Wolk, H.I.; Tearney, M.G.; dan Dodd, J.L. 2001. Accounting Theory. Fifth Edition. Cincinati, Ohio: South-Western Collage Publishing.
223