Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
KONTRIBUSI PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI TERHADAP KEJADIAN INFEKSI NEMATODA USUS (Studi Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Tasikmalaya) Oleh : Sri Maywati1 1
Staff pengajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
ABSTRAK Sampah organik menjadi media yang baik untuk berkembangbiaknya agent penyakit termasuk cacing nematoda usus serta berbagai agent penyakit lainnya. Petugas pengangkut sampah memiliki resiko terinfeksi nematoda usus, karena petugas pengangkut sampah sering berada di lingkungan kotor dan kontak dengan sampah. Salah satu upaya pencegahan adalah dengan menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya. Metode peneltian secara survei dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 50 orang dari 93 populasi.Hasil analisis deskriptif menunjukkan 46% responden terinfeksi nematoda usus dengan jenis cacing terbanyak yang ditemukan adalah Ascaris lumbricoides, yaitu sebanyak 17 responden (73,91%). Praktek selalu menggunakan alat pelindung diri lengkap setiap bekerja hanya dilakukan oleh 14 orang (28%), dan 16 orang (32%) tidak pernah menggunakan alat pelindung diri lengkap pada saat bekerja. Berdasarkan hasil uji chi square diketahui ada hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian infeksi nematoda usus, dengan p = 0,000 dan α = 0,05. Kata kunci : Infeksi nematoda usus, alat pelindung diri, sampah
ABSTRACT Organic waste into a good medium for the proliferation of agents of diseases including intestinal nematode worms and various other diseases agent. Man whom hold of waste has intestinal nematodes infection risk, because the officers often exist in dirty environment and contact with waste. One prevention effort was to use personal protective equipment when working. This study aims to determine the relationship of the use of personal protective equipment with intestinal nematode infection incidence in workers who hold garbage in Tasikmalaya. The research used survey methode and cross sectional design. Sample of 50 peoples from 93 poppullation. The result of descriptive analysis showed 46% respondents were infected with intestinal nematodes most types of worms found were Ascaris lumbricoides as many as 17 respondents (73.91%). Practice always use personal protective equipment completely any work is only done by 14 people (28%), and 16 (32%) have never used a completely personal protective equipment when working. Based on the results of the chi square test is known there was significantly relationship between the use of personal protective equipment to the events intestinal nematode infections, with p = 0.000 and α = 0.05. Keywords: intestinal nematode infections, personal protective equipment, waste
PENDAHULUAN Manusia dalam segala kegiatannya selalu menghasilkan sampah baik berupa sampah organik maupun anorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah diuraikan atau didekomposisi oleh mikroorganisme termasuk cacing, sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang sukar diuraikan oleh mikroorganisme (Sumirat, 1994 :150). Sampah organik menjadi media yang baik untuk berkembangbiak agent
penyakit termasuk cacing 1
Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
nematoda usus serta berbagai agent penyakit lainnya. Manusia merupakan hospes nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat, terutama spesies nematoda usus yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted helmint”. Contoh spesies nematoda usus yang terpenting bagi lumbricoides,
manusia adalah
Ascaris
necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura dan
Strongyloides stercoralis (Gandahusada,dkk., 1998:8).
Untuk mencegah terjadinya infeksi
tersebut perlu upaya preventif berupa perlindungan kesehatan dan keselamatan bagi pekerja yang kontak dengan sampah pada saat melakukan pekerjaan agar tidak mengakibatkan penyakit akibat kerja berupa infeksi nematoda usus. Petugas pengangkut sampah adalah golongan pekerja yang lebih sering melakukan kontak dengan sampah dan lebih sering berada di lingkungan kotor. Untuk keamanan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari dan untuk meningkatkan produktivitasnya, maka para pekerja harus dilindungi dari berbagai masalah yang dapat menimpa serta mengganggu dirinya serta pelaksanaan pakerjaannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit akibat kerja adalah dengan penggunaan alat pelindung diri untuk perorangan. Hasil penelitian dilakukan pada petugas pengangkut sampah di Kota Pekalongan dengan sampel sebanyak 71 orang didapatkan proporsi kejadian kecacingan sebesar 39,4%. Peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kondisi di Kota Tasikmalaya. Berdasarkan survei awal pada petugas pengangkut sampah di kota Tasikmalaya, penulis mendapatkan data pemeriksaan kesehatan petugas pengangkut sampah yang beberapa diantaranya mengindikasi gejala kecacingan, antara lain gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare dan gangguan saluran pernafasan seperi batuk, yaitu sebanyak 60,2%. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin meneliti kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah hubungannya dengan pemakaian alat pelindung diri (APD).
TUJUAN a. Mendeskripsikan aktivitas pekerjaan petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya b. Mendeskripsikan praktek pemakaian APD pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya c. Mendeskripsikan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya
2 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
d. Menganalisis hubungan pemakaian alat pelindung diri dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya e. Menganalisis hubungan personal hygiene dengan kejadian infeksi namatoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya
METODE Variabel bebas penelitian adalah praktek penggunaan APD yaitu tingkat kedisiplinan atau kepatuhan petugas pengangkut sampah dalam memakai alat pelindung diri secara lengkap, berupa sarung tangan, masker, sepatu boots, helm dan baju lengan panjang. Dikategorikan menjadi selalu apabila setiap bila setiap
hari
hari
menggunakan
APD, kadang-kadang
menggunakan APD lengkap dan tidak pernah bila setiap hari tidak pernah
menggunakan APD lengkap. Instrumen yang digunakan adalah kuessioner. Variabel terikat adalah kejadian infeksi nematoda usus yaitu ditemukannya telur, larva atau cacing nematoda usus pada feces pekerja pengangkut sampah. pemeriksaan feses dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Variabel lain yang juga diidentifikasi adalah personal higiene yang merupakan tindakan seseorang dalam menjaga kebersihan dirinya, diukur menggunakan kuessioner. Metode penelitian menggunakan metode survei dengan desain menggunakan pendekatan cross sectional, bidang penelitian termasuk dalam bidang kesehatan kerja. Populasi adalah petugas pengangkut sampah di kota Tasikmalaya sebanyak 93 orang. sampel diambil secara random sebanyak 50 orang. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif berupa tabulasi frekuensi. Analisis bivariat dilakukan pada variabel bebas dan variabel terikat menggunakan uji chi kuadrat pada tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Petugas Pengangkut Sampah Aktivitas pengangkutan sampah yang dilakukan oleh petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya antara lain mengangkut/memindahkan sampah yang sudah dikumpulkan di tempat pembuangan sementara, atau langsung dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah. Proses pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump truk kapasitas 8 m3 sebanyak 20 unit, 2 unit arm roll truk dan 3 unit pick up kapasitas 2-3 m3. Petugas pengangkut sampah mempunyai resiko untuk bersentuhan/kontak dengan berbagai jenis sampah mulai dari sampah organik hingga sampah berbahaya. Sampah 3 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
tersebut berasal dari aktivitas masyarakat, seperti sampah domestik, sampah komersial, sampah institusi, sampah jalan dan sampah industri termasuk juga sampah rumah sakit. Sampah domestik berasal dari aktivitas rumah tangga. Sampah yang dihasilkan berupa sisa makanan, sayuran dan sampah sisa pembersihan halaman rumah atau taman. Sumber sampah komersial berasal dari aktivitas pasar, pertokoan, restoran, supermarket, bioskop dan hotel. Sampah yang dihasilkan berupa sampah organik seperti dedaunan, kertas, kayu, tulang, sisa makanan, sayuran, dan buah-buahan. Sumber sampah institusi berasal dari aktivitas sekolah dan lembaga-lembaga non komersial. Sampah yang di hasilkan berupa sampah kering seperti kertas, plastik dan sampah alat tulis. Sampah jalan dan tempat terbuka berasal dari kegiatan penyapuan, pembersihan jalan dan trotoar, taman, lapangan dan tempat rekreasi. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah organik seperti dedaunan, kertas pembungkus, dan sampah lembut seperti debu. Sampah industri berasal dari kegiatan pabrik/industri, baik industri ringan maupun industri berat. Sampah yang dihasilkan berupa sampah anorganik dan sampah berbahaya. Sampah rumah sakit berasal dari aktivitas medis seperti sampah bekas operasi, pembalut luka, potongan anatomi dan lain-lain.
B. Kejadian Infeksi Nematoda Usus Gambaran kejadian infeksi nematoda usus dapat dilihat pada grafik berikut:
Infeksi nematoda usus positif
54%
negatif 46%
Gambar 1. Distribusi kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengankut sampah di Kota Tasikmalaya tahun 2005 Adanya kontak langsung dengan sampah akan memudahkan agent masuk ke tubuh host dan dalam keadaan imunitas yang rendah, maka infeksi/penyakit akan mudah timbul. Agent yang berhasil masuk ke tubuh host kemudian menempati organ target dan berkembang menjadi lebih banyak. Setelah itu, kemudian agent bereaksi dalam tubuh host sehingga menimbulkan gangguan pada organ yang ditempatinya. Dalam keadaan imunitas 4 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
rendah, anti body yang terdapat dalam tubuh tidak mampu menetralisir toksin yang dikeluarkan oleh agent, sehingga infeksi/penyakit tidak dapat dicegah. Jenis cacing nematoda usus yang ditemukan pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 1. Jenis Cacing Nematoda Usus Yang Ditemukan Pada Petugas Pengangkut Sampah di KotaTasikmalaya 2005 Jenis Cacing Ascaris lumbricoides Ancylostoma duodenale Trichuris trichiura Strongyloides stercoralis
Ya
Tidak
Total
N 17 3
% 73,91 13,04
N 6 20
% 26,09 86,96
N 23 23
% 100,00 100,00
9 0
39,13 0,00
14 23
60,87 100,00
23 23
100,00 100,00
Berdasarkan tabel diatas, jenis cacing nematoda usus yang paling banyak ditemukan pada responden yang positif terinfeksi nematoda usus adalah Ascaris lumbricoides, yaitu sebanyak 17 responden (73,01%). Telur cacing Ascaris lumbricoides tumbuh dan berkembang menjadi bentuk infektif pada tanah liat, kelembaban tinggi dan pada suhu 25-300C (Gandahusada, dkk, 1998:11). Kondisi iklim/cuaca Kota Tasikmalaya pada saat penelitian berlangsung, yaitu tanggal 13-18 Juni 2005 menunjukan adanya kelembaban udara yang cukup tinggi, yaitu 85% dengan suhu udara optimum rata-rata 25,20C, suhu maksimum 29,10C dan suhu minimum 22,20C dengan curah hujan 15,8mm (Data Klimatologi Lanud Wiriadinata). Kondisi tersebut sangat menguntungkan bagi siklus hidup cacing nematoda usus, karena pada kondisi lingkungan yang sesuai telur/larva cacing nematoda usus akan berkembang dengan baik dan berubah menjadi bentuk infektif yang siap menginfeksi manusia.
C. Penggunaan Alat Pelindung Diri Distribusi penggunaan alat pelindung diri oleh petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini Tabel 2. Distribusi Penggunaan APD Lengkap Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Tasikmalaya 2005 Penggunaan APD N % Selalu 28 14 Kadang-kadang 40 20 Tidak Pernah 32 16 Total 50 100 5 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden dikategorikan kadang –kadang dengan pengertian tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap setiap hari pada saat bekerja, yaitu sebesar 20 responden (40%). Keengganan penggunaan alat pelindung diri secara lengkap pada saat bekerja merupakan salah satu faktor penyebab masih tingginya prevalensi kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya jumlah petugas pengangkut sampah yang tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap setiap hari pada saat bekerja, yaitu sebanyak 14 respoden (28%) dengan 3 orang (6%) positif terinfeksi nematoda usus, 20 responden (40%) kadang-kadang menggunakan alat pelindung diri lengkap dengan 6 orang (12%) positif terinfeksi nematoda usus dan 16 responden (32%) tidak pernah menggunakan alat pelindung diri lengkap dengan 14 orang (28%) positif terinfeksi nemtoda usus. Penggunaan APD di kalangan pekerja memang bukan hal yang mudah, pada beberapa kasus tampak menawarkan alternatif yang murah, tetapi memang perlu melibatkan manajemen untuk pelaksanaannya. Perlu dipertimbangkan sistem pembelian, penyimpanan, perbaikan, pergantian cadangan dan lainnya yang harus diperkuat. (Harrington dan Jill,2005). Karenanya penyediaan peralatan yang lengkap juga belum tentu digunakan oleh pekerja apabila belum ada kesadaran dari dalam diri pekerja mengenai pentingnya penggunaan APD tersebut. D. Personal Hygiene Distribusi pemeliharaan kebersihan peribadi (personal hygiene) pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada grafik berikut.
Personal higiene Baik
Cukup
Kurang 24%
42% 34%
Gambar 2. Distribusi Pemeliharaan Kebersihan Pribadi (Personal Hygiene) Petugas Pengangkut Sampah di Kota Tasikmalaya 2005 6 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
Berdasarkan grafik diatas, sebagian besar responden dikategorikan kurang memelihara kebersihan pribadi (personal hygiene), yaitu sebanyak 21 responden (42%). Praktek kebersihan diri merupakan salah satu cara untuk memutuskan rantai penularan infeksi cacing. Kegiatan membersihkan diri terutama mencuci tangan dan kaki dengan benar setiap kontak dengan sampah dan kotoran dapat menghilangkan dan membunuh telur maupun larva caing yang menempel pada permukaan kulit atau yang kemungkinan terselip di bawah kuku. Hal ini sesuai dengan pernyataan Onggowaluyo (2001)
bahwa infeksi kecacingan bisa saja melalui kuku jari tangan yang panjang yeng
kemungkinan terselip telur atau larva cacing yang dapat tertelan saat makan.
E. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Infeksi Nematoda Usus. Presentasi hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas sampah di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini Tabel 3. Hubungan penggunaan APD Dengan Kejadian Infeksi Nematoda Usus Pada Petugas Pengangkut Sampah di Kota Tasikmalaya 2005 Penggunaan APD
Selalu Kadang-kadang Tidak Pernah Total
Kejadian Infeksi Nematoda Usus Positif Negatif Jumlah N % N N % % 28 3 6 11 22 14 40 6 12 14 28 20 32 14 28 2 4 16 23 46 27 54 50 100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui dari 23 responden yang positif terinfeksi nematoda usus, sebanyak 14 orang (28%) tidak pernah menggunakan alat pelindung diri lengkap pada saat bekerja. Sedangkan dari responden yang tidak terinfeksi nematoda usus, sebanyak 11 orang (22%) dikategorikan selalu menggunakan alat pelindung diri lengkap pada saat bekerja. Hasil uji chi square antara penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya, didapatkan nilai p = 0,000, pada α = 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya. 7 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
Walaupun penggunaan alat pelindung diri tidak sepenuhnya dapat menghilangkan bahaya atau penyakit akibat kerja tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi , karena dengan penggunaan alat pelindung diri pekerja tidak secara langsung kontak dengan sumber bahaya atau sumber penyakit sehingga resiko terpapar agent penyakit menjadi lebih kecil. Hal ini sejalan dengan pendapat Habsari dalam Budiono (2003:329) bahwa, alat pelindung diri merupakan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk
melindungi
sebagian
atau
seluruh
tubuhnya
dari
adanya
potensi
bahaya/penyakit akibat kerja. Sedangkan menurut Suma’mur (1996:217) penggunaan alat pelindung diri merupakan suatu upaya pencegahan yang ditujukan kerpada manusia/tenaga kerja dari gangguan kesehatan. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu upaya preventif untuk mengurangi gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Widada(2001) menyimpulkan terdapat korelasi yang signifikan dengan intensitas infeksi cacing perut (cacing tambang dan T. trrchiura). Penelitian Asror (2005) menyimpulkan terdapat hubungan signifikan antara pemakaian alat pelindung diri (p value=0,023) dengan kejadian kecacingan.
F. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Nematoda Usus. Presentasi pemeliharaan kebersihan peribadi (personal hygiene) dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Hubungan Personal Hygiene dengan kejadian Infeksi Nematoda Usus Pada Petugas Pengangkut Sampah di Kota Tasikmalaya 2005 Personal Hygiene
Baik Cukup Kurang
N 1 7 15
Total
23
Kejadian Infeksi Nematoda Usus Positif Negatif Jumlah % N N % % 24 2 11 22 12 34 14 10 20 17 42 30 6 12 21 46
27
54
50
100
Berdasarkan tabel diatas, diketahui dari 23 responden yang positif terinfeksi nematoda usus, sebanyak 15 orang (30%) dikategorikan kurang memelihara kebersihan
8 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
pribadi. Sedangkan dari responden yang tidak terinfeksi nematoda usus, sebanyak 11 orang (22%) dikategorikan dapat memelihara kebersihan pribadi dengan baik. Hasil uji chi square antara pemeliharaan kebersihan pribadi dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya, didapatkan nilai p = 0,002, dengan α = 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pemeliharaan kebersihan pribadi dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah di Kota Tasikmalaya. Penelitian oleh Asror (2005) menyebutkan kejadian infeksi cacing perut sebanyak 39,4% yang seluruhnya oleh jenis cacing Ascaris lumbricoides. Proporsi kejadian kecacingan lebih banyak pada responden dengan higiene perorangan tidak baik sebesar 78,6% ,Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara higiene perorangan (p value=0,001) dengan kejadian kecacingan. Pemakaian APD dan higiene perorangan yang baik merupakan cara untuk mengurangi kejadian infeksi kecacingan dan memutuskan mata rantai penularan infeksi nematoda usus. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Praktek penggunaan APD secara lengkap setiap hari hanya di lakukan oleh sebanyak 28% responden. 2. Prevalensi infeksi nematoda usus yang ditemukan tergolong tinggi, yaitu 46% dengan jenis cacing nematoda usus yang paling banyak ditemukan adalah Ascaris lumbricoides, yaitu sebanyak 73,91%. 3. Ada hubungan antara praktek menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah ( p = 0,000 dan α = 0,05). 4. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian infeksi nematoda usus pada petugas pengangkut sampah dengan nilai p = 0,002 dan α = 0,05. Saran 1. Kepada dinas kebersihan dan lingkungan hidup hendaknya Pembinaan kepada petugas pengangkut sampah supaya mengetahui, sadar, dan didisiplinkan dalam menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan.
9 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Volume 9 No.1 Maret 2013
2. Petugas pengangkut sampah sebaikya lebih menjaga dan memelihara kebersihan pribadi (personal hygiene) untuk menghindari masuknya telur atau larva cacing ke dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Asror , Farikhun. Hubungan Higiene Perorangan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Pekalongan. Skripsi Undip. Semarang. 2005. Www.Fkm.Undip.Ac.Id Budiono. Bunga Rampai Hiperkes & KK, Universitas Diponegoro, Semarang,2003 Gandahusada,dkk., Parasitologi Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta 1998 Harrington & Jill. Buku Saku Kesehatan Kerja. Penerbit EGC. Jakarta. 2005 Onggowaluyo,J.S. Parasitologi Medik 1 Helmintologi. EGC. Jakarta. 2001. Suma’mur, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Penerbit Toko gunung Agung. Jakarta. 1996 Sumirat, Juli. Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Jogjakarta, 1994. Widada, Agus. Hubungan antara perilaku pemakaian alat pelindung diri dan personal hygiene dengan intensitas infeksi cacing perut dan status gizi pada pekerja pengangkut sampah di kota Yogyakarta, UGM. 2001. www.etd.ugm.ac.id
10 Kontribusi Penggunaan Alat Perlindungan Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda Usus (Sri Maywati)