BAB IV ANALISIS
4.1
Analisis Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Pada bagian ini akan dibahas mengenai syarat-syarat penentuan rute truk
pengangkut sampah yang dipakai oleh PD. Kebersihan Kota Bandung. Yang dimaksud syarat adalah pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar dalam penentuan rute truk pengangkut sampah. Kemudian akan dilihat hal apa saja yang terabaikan, seharusnya menjadi salah satu pertimbangan namun tidak ada, dalam syarat penentuan rute truk sampah di Kota Bandung. Selanjutnya akan tercipta berupa daftar syarat-syarat yang lebih ideal bagi penetuan rute truk sampah di Kota Bandung, sehingga bisa mengurangi terjadinya penumpukan sampah di TPS-TPS yang ada.
4.1.1
Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah di Kota Bandung Sebenarnya PD. Kebersihan Kota Bandung tidak mempunyai daftar tertulis
mengenai syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah. Namun para kepala bagian di masing-masing wilayah operasional tetap memiliki beberapa pertimbangan mengenai penentuan rute truk pengangkut sampah. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan PD. Kebersihan Kota Bandung dalam menentukan jadwal dan rute truk pengangkut sampah adalah : a
Lokasi TPS Lokasi TPS merupakan hal terpenting dalam menentukan rute truk pengangkut sampah. TPS menjadi titik awal perjalanan truk pengangkut sampah setelah keluar dari pool masing-masing. Oleh sebab itu tidak sembarangan tempat bisa dijadikan lokasi TPS. Pemerintah setempat, yang mengatur pengumpulan sampah di daerahnya, dalam hal ini RW atau lurah, harus meminta ijin terlebih dahulu kepada PD. Kebersihan apabila ingin membuka atau menutup TPS di daerah mereka. Lokasi TPS diusahakan berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh truk pengangkut sampah, minimal ukuran jalan dimana TPS tersebut berada bisa dimasuki oleh truk pengangkut sampah.
35
b
Lokasi TPA TPA adalah tujuan dari para truk pengangkut sampah setelah mereka mengambil sampah yang telah terkumpul di TPS. Letak TPA menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam penentuan rute truk pengangkut sampah. Rute yang tepat akan memaksimalkan jumlah ritasi (pergerakan TPS-TPA) truk pengangkut sampah dan meminimalkan waktu operasionalnya. Letak TPA Sarimukti, yang sekarang digunakan oleh Kota Bandung, dalam hitungan jarak terbilang cukup jauh. Jumlah ritasi maksimal yang bisa dilakukan dalam jam kerja adalah 2 kali, sedangkan ada beberapa TPS yang memerlukan sampai 4 kali bolak-balik agar sampahnya tidak menumpuk. Sebagai solusinya maka para sopir truk pengangkut sampah harus bekerja lembur, mencapai 20 hingga 24 jam sehari.
c
Meminimalkan pergerakan dalam kota PD. Kebersihan Kota Bandung mengusahakan untuk mengurangi pergerakan truk pengangkut sampah di jalan-jalan dalam Kota Bandung. Agar maksud ini dapat terwujud, maka para sopir truk pengangkut sampah harus mencari gerbang tol terdekat dari TPS dimana mereka mengambil sampah. Di Kota Bandung terdapat 5 gerbang tol, antara lain Gerbang tol Pasteur, Gerbang tol Pasir Koja, Gerbang tol Kopo, Gerbang tol Mohammad Toha, dan terakhir adalah Gerbang tol Buah Batu. Para sopir truk pengangkut
sampah
diminta
menggunakan
pertimbangannya
sendiri
dalam
menentukan gerbang tol terdekat yang akan mereka lalui. Untuk lebih jelasnya mengenai pertimbangan sopir truk akan dijelaskan pada syarat terakhir. d
Jalan Fokus pertimbangan yang dilakukan bukanlah mengenai jenis atau hirearki jalan, melainkan pada bisa tidaknya truk pengangkut sampah melalui jalan tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada syarat lokasi TPS, truk pengangkut sampah akan melalui semuanya jalan untuk mencapai TPS selama jalan tersebut bisa dilalui. Begitupula halnya dalam mencari jalan dari TPS menuju TPA, truk pengangkut sampah akan melalui berbagai jalan yang bisa dilaluinya untuk mencapai tujuan akhirnya. Mengenai hirearki jalan sudah tidak diperdulikan lagi, bahkan jalan protokol, seperti Jalan Asia-Afrika pun bisa dilewati oleh truk pengangkut sampah.
36
e
Pertimbangan sopir truk pengangkut sampah Pertimbangan sopir menjadi salah satu hal terpenting setelah lokasi TPS dan TPA dalam penentuan rute truk pengangkut sampah di Kota Bandung saat ini. Dengan tidak adanya rute pasti yang ditetapkan oleh PD. Kebersihan Kota Bandung, maka kreativitas sopir dalam bergerak dari TPS ke TPA sangat dibutuhkan. Keputusan sopir untuk memilih jalan hanya berdasarkan perasaan mereka semata, tidak ada data-data atau analisis khusus yang dilakukan. Seharusnya kreativitas para sopir dipergunakan hanya pada saat tertentu saja, misalnya kemacetan akibat ada perayaan sehingga mereka harus memutar mencari jalan lain menuju TPA.
4.1.2 Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Ideal Belum ada secara pasti syarat-syarat yang ditetapkan untuk menentukan rute truk pengangkut sampah yang ideal. Namun dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dipakai oleh PD. Kebersihan Kota Bandung dan bahan dari literatur maka dapat dihasilkan suatu syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang mendekati ideal. Dengan menambah beberapa hal yang penting dan melakukan perubahan pada beberapa sisi, maka terciptalah syarat-syarat yang harus diperhatikan antara lain : a
Lokasi TPS Masih seperti pertimbangan yang digunakan PD. Kebersihan Kota Bandung, lokasi TPS masih menjadi sesuatu yang penting dalam menentukan rute truk pengangkut sampah. TPS menjadi titik awal perjalanan truk pengangkut sampah setelah keluar dari pool masing-masing.
b
Lokasi TPA Seperti halnya TPS, lokasi TPA juga tetap harus dipertimbangkan, kedua syarat penting ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Dengan dibangunnya PLTS di Desa Mekarmulya, tentu akan merubah pergerakan para truk pengangkut sampah. Semula truk-truk ini menuju ke daerah Barat Kota bandung, dimana TPA Sarimukti berada, namun keberadaan PLTS di Desa Mekarmulya akan merubah tujuan truk pengangkut sampah menjadi ke daerah Timur-Selatan Kota Bandung.
c
Meminimalkan pergerakan dalam kota PD. Kebersihan Kota Bandung sudah berjanji kepada masyarakat bahwa truk pengangkut sampah akan bergerak seminimal mungkin di jalan-jalan dalam Kota
37
Bandung. Oleh karena alasan tersebut maka syarat ini tidak bisa dihilangkan begitu saja. Dengan mengurangi pergerakan truk pengangkut sampah di jalan-jalan dalam Kota Bandung, masyarakat yang berkegiatan di Kota Bandung memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pertama, polusi udara akibat bau sampah dan asap sisa pembakaran dari truk pengangkut sampah dapat diminimalkan. Kedua, gangguan pemandangan dapat dikurangi juga, mengingat Kota Bandung terkenal sebagai salah satu kota wisata sehingga citra kota perlu diperhatikan dan dijaga. Ketiga, memperlambat kerusakan kondisi fisik jalan, terlalu sering dilalui kendaraan berat bisa merusak fisik jalan. d
Jalan Karena semua jenis atau hirearki jalan bisa dilalui oleh truk pengangkut sampah maka dalam kasus penentuan rute truk pengangkut sampah di Kota Bandung ada beberapa hal lain yang sebaiknya dijadikan pertimbangan. Pertama, jalan yang berada tepat di depan Gedung Sate, merupakan landmark Kota Bandung, tidak dilalui oleh truk sampah atau jumlah truk yang melalui jalan tersebut diminimalkan. Kedua, Jalan AsiaAfrika, jalan protokol dan jalan di pusat Kota Bandung, diperlakukan sama dengan jalan yang berada tepat di depan Gedung Sate. Jalan Asia-Afrika sebaiknya tidak dilalui oleh truk pengangkut sampah atau jumlah truk yang melaluinya diusahakan seminimal mungkin.
e
Rute sependek mungkin dengan hambatan sekecil mungkin Rute terpendek merupakan faktor yang ditinjau dari segi waktu dan keekonomisan. Rute terpendek ini menyebabkan pengurangan dalam waktu tempuh dan biaya perjalanan, terutama waktu sebab di perkotaan waktu menjadi sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan. Walaupun pada kenyataannya, terkadang, rute terpendek belum tentu merupakan rute dengan waktu yang paling minimal oleh karena itu perlu adanya pertimbangan mengenai hambatan yang minimal. Jalan-jalan di perkotaan Indonesia, seperti di Kota Bandung, pada hari mulai terang mengalami penurunan tingkat pelayanan. Sistem SAUM yang kurang baik menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, pada akhirnya kondisi jalan menjadi ramai dan padat yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Penurunan tingkat pelayanan inilah yang harus diperhatikan dalam menentukan rute, sebab dapat meningkatkan kebutuhan terhadap waktu dan biaya perjalanan. Penurunan tingkat pelayanan
38
biasanya dilihat dari sisi perbandingan antara kapasitas dan volume jalan. Namun ada beberapa hal lain yang bisa menurunkan tingkat pelayanan juga, seperti kondisi fisik dari jalan tersebut, apakah banyak yang berlubang ataupun bergelombang. f
Kendaraan angkut dengan kapasitas/daya angkut semaksimal mungkin Syarat ini berarti menekankan kepada suplai dari truk pengangkut sampah yang dimiliki oleh PD. Kebersihan Kota Bandung. Kapasitas truk pengangkut sampah yang mendatangi setiap TPS akan disesuaikan dengan volume sampah yang dihasilkan oleh TPS tersebut. Truk pengangkut sampah yang dimiliki PD. Kebersihan terbagi menjadi 2 jenis volume yaitu, ukuran 6 m3 dan 10 m3. Kapasitas yang semaksimal mungkin dimaksudkan agar truk pengangkut sampah bisa meminimalkan aktivitas bolak balik pada satu TPS saja, dengan kata lain diharapkan setiap TPS cukup didatangi truk pengangkut sampah seminimal mungkin dalam seminggu. Dengan begitu kembali bisa terjadi penghematan pada segi waktu dan biaya, namun semua itu juga sangat bergantung pada suplai yang dimiliki oleh PD. Kebersihan. Syarat ini sangat mempengaruhi jadwal pengambilan sampah.
g
Pemanfaatan waktu kerja semaksimal mungkin Untuk mendapatkan kota yang bersih maka dalam sehari sampah yang tersebar di setiap TPS diharapkan dapat diangkut ke TPA. Hal ini sudah dilakukan oleh Pemkot Bandung, para sopir truk pengangkut sampah bekerja melebihi batas waktu maksimal orang biasa bekerja yaitu, 8 jam sehari. Sopir-sopir itu bekerja hingga 12 jam sehari untuk satu shift, dan akan bekerja lebih lagi apabila harus mengambil sampah di TPS yang volumenya banyak atau TPS yang tidak ada pada jadwal pengambilan shift I.
4.2
Analisis Rute Truk Pengangkut Sampah Saat ini Dalam subbab ini akan dianalisis mengenai rute dan jadwal truk pengangkut
sampah yang sedang berlangsung, pergerakan truk pengangkut sampah dari TPS ke TPA Sarimukti. Tujuh buah syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang ideal akan menjadi perhatian dalam menganalisis rute truk pengangkut sampah yang baru. Sementara faktor-faktor seperti jumlah dan kapasitas truk pengangkut sampah serta volume dan lokasi TPS akan menjadi perhatian dalam menganalisis jadwal. Shift I, waktu kerja utama, truk pengangkut sampah yang menuju TPA Sarimukti berada dalam rentang waktu pukul enam pagi sampai dengan pukul enam sore. Di
39
kawasan perkotaan besar seperti Kota Bandung, rentang waktu tersebut merupakan jam dimana masyarakat kota melakukan kegiatan sehari-harinya baik untuk bekerja, bersekolah, maupun lain sebagainya. Mobilitas tinggi masyarakat Kota Bandung didukung dengan kurang diminatinya SAUM menyebabkan jalan-jalan Kota Bandung menjadi ramai dan padat. Masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadinya masing-masing, kendaraan bermotor yang beroda dua maupun yang beroda empat. Kemacetan lalu lintas terjadi akibat tingginya perbandingan antara volume jalan dan kapasitas jalan. Kejadian itu akan menyebabkan jalan tidak lagi bisa melayani pemakainya pada tingkat yang baik. Di Kota Bandung hal itu bisa terjadi karena tingginya angka pemakaian kendaraan pribadi yang menyebabkan jalan menjadi ramai dan padat hingga pada akhirnya lalu lintas menjadi macet. Kemacetan yang terjadi memberikan dampak terhadap pergerakan truk pengangkut sampah adalah penurunan kecepatan pergerakan mereka menuju tempat pembuangan akhir, hingga pada akhirnya rata-rata ritasi yang bisa mereka hasilkan sangat kecil. Rendahnya rata-rata ritasi yang bisa dilakukan oleh truk pengangkut sampah bisa dilihat pada kenyataan yaitu, 4 jam per rit. Dalam dua belas jam truk pengangkut sampah hanya bisa melakukan maksimal 3 ritasi, berarti waktu perjalanan yang mereka tempuh cukup tinggi. Sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi waktu perjalanan maka biaya perjalanan juga akan meningkat. Kinerja mesin kendaraan akan mencapai titik maksimal apabila kendaraan dalam kecepatan yang relatif tinggi dan konstan. Terjadi hubungan sebaliknya antara waktu kerja truk pengangkut sampah pada hari terang terhadap presepsi masyarakat. Truk pengangkut sampah yang harus berhenti untuk memindahkan sampah dari TPS ke bak truk, dianggap masyarakat menjadi salah satu penyebab kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. Saat melakukan proses pemindahan tersebut truk pengangkut sampah, terkadang atau bahkan sering, memanfaatkan badan jalan sehingga lebar efektif jalan menjadi berkurang. Selain itu masyarakat yang pada umumnya sensitif terhadap sampah juga menganggap bahwa pergerakan truk pengangkut sampah tersebut telah menyebabkan polusi terutama pemandangan dan udara (bau).
40
GAMBAR 4.1
41
GAMBAR 4.2
42
GAMBAR 4.3
43
GAMBAR 4.4
44
TABEL IV.1 JARAK TPS WILAYAH UTARA DENGAN GERBANG TOL no/tujuan Pasteur 1 9.633 2 8.096 3 8.110 4 8.216 5 7.859 6 7.184 7 6.947 8 2.948 9 3.224 10 2.537 11 1.763 12 2.819 13 8.122 14 7.648 15 5.034 16 4.537 17 3.418 18 2.269 19 7.170 20 5.050 21 4.605 22 5.459 23 5.320 24 4.860 25 5.530 26 8.354 27 10.085 28 7.771 29 7.241 30 5.958 31 6.211 32 8.131 33 7.632 34 7.986 35 9.157 36 9.444 Sumber : Hasil Perhitungan
Pasir Koja 12.940 11.393 11.435 11.475 11.157 10.489 10.234 10.743 10.930 10.228 9.316 10.603 11.425 10.947 8.310 7.931 6.734 7.115 10.800 9.380 8.857 8.080 8.940 8.369 8.190 11.969 2.367 11.394 1.992 9.564 9.880 8.340 10.167 11.391 10.665 11.413
Kopo 15.658 14.110 14.153 14.193 13.875 13.207 12.952 13.450 13.638 12.936 12.024 13.310 14.108 13.624 11.015 10.474 9.436 9.800 11.532 10.145 9.721 8.875 9.689 9.119 9.117 12.727 14.448 12.141 11.630 10.391 10.646 9.574 11.348 12.570 11.860 12.645
Moh. Toha 16.542 14.994 15.037 15.077 14.759 14.091 13.836 14.281 14.469 13.767 12.855 14.141 13.681 13.197 10.355 10.608 10.334 10.713 11.123 9.724 9.223 8.412 9.263 8.700 8.696 12.299 14.069 11.705 11.167 10.430 10.150 7.894 9.705 10.836 10.194 10.982
Buah Batu 17.028 15.480 15.523 15.563 15.245 14.577 14.322 15.343 15.530 14.829 13.917 15.203 14.462 13.974 11.358 11.609 11.335 11.717 12.214 10.698 10.278 9.510 10.312 9.789 9.440 13.381 15.109 12.787 12.260 9.488 9.273 6.996 8.825 9.973 9.347 10.134
Keterangan: Jarak Terdekat
45
TABEL IV.2 JARAK TPS WILAYAH UTARA DENGAN TUJUAN 1*) no/tujuan Pasteur 1 21.063 2 19.526 3 19.540 4 19.646 5 19.289 6 18.614 7 18.377 8 14.378 9 14.654 10 13.967 11 13.193 12 14.249 13 19.552 14 19.078 15 16.464 16 15.967 17 14.848 18 13.699 19 18.600 20 16.480 21 16.035 22 16.889 23 16.750 24 16.290 25 16.960 26 19.784 27 21.515 28 19.201 29 18.671 30 17.388 31 17.641 32 19.561 33 19.062 34 19.416 35 20.587 36 20.874 Sumber : Hasil Perhitungan
Pasir Koja 28.284 26.737 26.779 26.819 26.501 25.833 25.578 26.087 26.274 25.572 24.660 25.947 26.769 26.291 23.654 23.275 22.078 22.459 26.144 24.724 24.201 23.424 24.284 23.713 23.534 27.313 17.711 26.738 17.336 24.908 25.224 23.684 25.511 26.735 26.009 26.757
Kopo 35.033 33.485 33.528 33.568 33.250 32.582 32.327 32.825 33.013 32.311 31.399 32.685 33.483 32.999 30.390 29.849 28.811 29.175 30.907 29.520 29.096 28.250 29.064 28.494 28.492 32.102 33.823 31.516 31.005 29.766 30.021 28.949 30.723 31.945 31.235 32.020
Moh. Toha 43.191 41.643 41.686 41.726 41.408 40.740 40.485 40.930 41.118 40.416 39.504 40.790 40.330 39.846 37.004 37.257 36.983 37.362 37.772 36.373 35.872 35.061 35.912 35.349 35.345 38.948 40.718 38.354 37.816 37.079 36.799 34.543 36.354 37.485 36.843 37.631
Buah Batu 49.163 47.615 47.658 47.698 47.380 46.712 46.457 47.478 47.665 46.964 46.052 47.338 46.597 46.109 43.493 43.744 43.470 43.852 44.349 42.833 42.413 41.645 42.447 41.924 41.575 45.516 47.244 44.922 44.395 41.623 41.408 39.131 40.960 42.108 41.482 42.269
Keterangan: Jarak Terdekat *)
Tujuan 1, TPA Sarimukti. Jarak menuju tujuan 1 diukur hanya sampai pertemuan antara jalan tol Pasteur dengan jalan tol Padaleunyi. Jarak dari titik pertemuan menuju TPA Sarimukti tidak akan mempengaruhi analisis.
46
TABEL IV.3 JARAK TPS WILAYAH BARAT DENGAN GERBANG TOL no/tujuan Pasteur 1 4.004 2 3.337 3 3.181 4 2.519 5 1.336 6 7.109 7 2.460 8 3.921 9 3.592 10 5.256 11 5.019 12 5.389 13 4.744 14 6.492 15 5.508 16 5.659 17 4.643 18 4.982 19 5.263 20 6.120 21 6.446 22 7.131 23 9.130 24 7.688 25 9.356 26 8.442 27 9.581 28 8.461 29 7.933 30 7.959 31 8.245 32 6.541 33 6.980 34 7.124 35 7.453 36 7.912 37 8.792 38 9.772 39 10.815 40 10.564 41 9.806 42 11.579 43 11.289 44 10.153 45 11.274 46 9.485 47 8.941 48 10.513 49 12.195 Sumber : Hasil Perhitungan
Pasir Koja 5.092 5.804 6.210 6.922 6.919 6.584 6.781 6.313 5.697 4.368 4.948 5.948 5.333 6.216 5.223 5.390 4.723 5.043 4.431 4.980 2.934 2.605 5.006 1.797 2.640 1.414 5.430 0.944 1.426 2.064 2.686 5.157 5.225 3.858 4.084 3.853 3.267 5.421 5.292 4.979 3.211 5.068 4.237 3.574 4.791 1.354 0.835 3.609 5.441
Kopo 8.870 9.597 10.021 10.707 10.652 10.359 9.276 8.743 8.146 8.152 8.716 8.400 7.775 8.665 7.701 7.827 7.151 7.482 6.865 6.257 5.954 6.388 7.918 5.580 7.989 5.182 6.790 4.725 5.210 5.132 4.167 5.014 5.149 3.734 3.965 3.718 2.253 4.407 4.278 0.171 1.830 3.143 3.451 3.359 4.533 4.808 4.590 5.853 7.648
Moh. Toha 10.702 11.415 11.804 12.511 10.803 10.471 8.312 7.817 7.214 8.690 8.373 7.479 6.870 7.738 6.759 6.884 6.225 6.593 5.934 5.332 6.850 8.216 9.961 7.412 10.052 7.004 8.820 6.529 5.976 6.009 5.052 4.056 4.467 4.172 3.397 3.981 3.657 1.990 4.776 5.803 5.093 6.885 7.883 5.408 6.541 6.626 6.415 7.905 9.707
Buah Batu 13.965 14.642 15.075 15.784 13.691 13.420 11.225 10.715 10.091 11.590 11.330 10.369 9.723 10.632 9.657 9.782 9.125 9.475 8.833 8.194 9.747 11.490 13.217 10.672 13.317 10.273 12.082 9.816 8.876 8.930 7.981 6.966 7.394 7.072 6.302 7.075 6.928 5.622 8.535 9.098 8.355 10.123 11.143 8.684 9.831 9.904 9.679 11.168 12.957
Keterangan: Jarak Terdekat
47
TABEL IV.4 JARAK TPS WILAYAH BARAT DENGAN TUJUAN 1 no/tujuan
Pasteur 1 15.434 2 14.767 3 14.611 4 13.949 5 12.766 6 18.539 7 13.890 8 15.351 9 15.022 10 16.686 11 16.449 12 16.819 13 16.174 14 17.922 15 16.938 16 17.089 17 16.073 18 16.412 19 16.693 20 17.550 21 17.876 22 18.561 23 20.560 24 19.118 25 20.786 26 19.872 27 21.011 28 19.891 29 19.363 30 19.389 31 19.675 32 17.971 33 18.410 34 18.554 35 18.883 36 19.342 37 20.222 38 21.202 39 22.245 40 21.994 41 21.236 42 23.009 43 22.719 44 21.583 45 22.704 46 20.915 47 20.371 48 21.943 49 23.625 Sumber : Hasil Perhitungan
Pasir Koja 20.436 21.148 21.554 22.266 22.263 21.928 22.125 21.657 21.041 19.712 20.292 21.292 20.677 21.560 20.567 20.734 20.067 20.387 19.775 20.324 18.278 17.949 20.350 17.141 17.984 16.758 20.774 16.288 16.770 17.408 18.030 20.501 20.569 19.202 19.428 19.197 18.611 20.765 20.636 20.323 18.555 20.412 19.581 18.918 20.135 16.698 16.179 18.953 20.785
Kopo 28.245 28.972 29.396 30.082 30.027 29.734 28.651 28.118 27.521 27.527 28.091 27.775 27.150 28.040 27.076 27.202 26.526 26.857 26.240 25.632 25.329 25.763 27.293 24.955 27.364 24.557 26.165 24.100 24.585 24.507 23.542 24.389 24.524 23.109 23.340 23.093 21.628 23.782 23.653 19.546 21.205 22.518 22.826 22.734 23.908 24.183 23.965 25.228 27.023
Moh. Toha 37.351 38.064 38.453 39.160 37.452 37.120 34.961 34.466 33.863 35.339 35.022 34.128 33.519 34.387 33.408 33.533 32.874 33.242 32.583 31.981 33.499 34.865 36.610 34.061 36.701 33.653 35.469 33.178 32.625 32.658 31.701 30.705 31.116 30.821 30.046 30.630 30.306 28.639 31.425 32.452 31.742 33.534 34.532 32.057 33.190 33.275 33.064 34.554 36.356
Buah Batu 46.100 46.777 47.210 47.919 45.826 45.555 43.360 42.850 42.226 43.725 43.465 42.504 41.858 42.767 41.792 41.917 41.260 41.610 40.968 40.329 41.882 43.625 45.352 42.807 45.452 42.408 44.217 41.951 41.011 41.065 40.116 39.101 39.529 39.207 38.437 39.210 39.063 37.757 40.670 41.233 40.490 42.258 43.278 40.819 41.966 42.039 41.814 43.303 45.092
Keterangan: Jarak Terdekat
48
TABEL IV.5 JARAK TPS WILAYAH SELATAN DENGAN GERBANG TOL no/tujuan
Pasteur 1 5.361 2 5.835 3 6.794 4 7.479 5 8.194 6 8.776 7 9.227 8 10.357 9 9.997 10 10.745 11 11.702 12 11.880 13 11.749 14 11.410 15 11.278 16 11.110 17 10.572 18 11.273 19 11.863 20 12.650 21 11.344 22 11.317 23 12.081 24 13.347 25 10.652 26 11.770 27 10.074 28 9.959 29 9.808 30 10.907 31 10.625 32 9.153 33 8.481 34 8.695 35 7.973 36 6.450 37 7.728 38 8.347 39 8.855 40 8.900 41 9.129 42 9.841 43 9.755 44 10.623 Sumber : Hasil Perhitungan
Pasir Koja 6.586 5.994 7.926 7.968 7.928 8.330 8.784 9.909 9.537 10.313 11.203 10.774 10.638 10.283 10.126 9.971 9.454 9.837 9.245 10.561 8.300 7.665 8.755 10.104 7.070 8.156 6.489 6.328 6.248 7.291 7.638 6.133 7.337 7.568 4.953 5.304 6.619 7.296 7.951 8.207 8.041 8.700 8.614 9.470
Kopo 8.123 7.425 9.347 9.246 9.440 9.411 9.897 11.827 10.653 11.073 11.321 10.876 10.741 10.401 10.305 10.060 10.085 8.835 8.234 9.502 7.265 6.665 7.727 9.094 6.024 7.175 5.473 5.277 5.217 6.274 6.618 5.995 8.941 8.442 4.811 6.591 7.863 8.486 9.244 8.651 8.452 9.163 10.328 9.969
Moh. Toha 6.956 6.486 8.410 8.222 8.284 7.751 8.209 9.085 8.972 8.337 8.577 8.114 7.980 7.642 7.539 7.315 7.326 6.056 5.479 6.742 4.542 3.919 5.003 6.362 3.271 4.390 0.422 2.550 2.456 3.507 3.892 4.321 7.281 6.777 3.154 5.687 7.006 7.584 7.851 6.996 6.806 7.476 7.565 7.225
Buah Batu 8.624 8.052 8.329 7.837 7.493 6.963 7.423 6.958 8.165 6.285 6.396 6.041 5.918 5.615 5.379 5.153 5.217 3.907 3.317 4.623 2.378 2.973 1.400 0.212 3.618 4.964 5.990 4.591 3.976 4.076 3.416 4.776 6.396 5.905 6.040 7.515 7.907 7.312 7.056 6.106 5.927 6.604 5.394 5.052
Keterangan: Jarak Terdekat
49
TABEL IV.6 JARAK TPS WILAYAH SELATAN DENGAN TUJUAN 1 no/tujuan
Pasteur 1 16.791 2 17.265 3 18.224 4 18.909 5 19.624 6 20.206 7 20.657 8 21.787 9 21.427 10 22.175 11 23.132 12 23.310 13 23.179 14 22.840 15 22.708 16 22.540 17 22.002 18 22.703 19 23.293 20 24.080 21 22.774 22 22.747 23 23.511 24 24.777 25 22.082 26 23.200 27 21.504 28 21.389 29 21.238 30 22.337 31 22.055 32 20.583 33 19.911 34 20.125 35 19.403 36 17.880 37 19.158 38 19.777 39 20.285 40 20.330 41 20.559 42 21.271 43 21.185 44 22.053 Sumber : Hasil Perhitungan
Pasir Koja 21.930 21.338 23.270 23.312 23.272 23.674 24.128 25.253 24.881 25.657 26.547 26.118 25.982 25.627 25.470 25.315 24.798 25.181 24.589 25.905 23.644 23.009 24.099 25.448 22.414 23.500 21.833 21.672 21.592 22.635 22.982 21.477 22.681 22.912 20.297 20.648 21.963 22.640 23.295 23.551 23.385 24.044 23.958 24.814
Kopo 27.498 26.800 28.722 28.621 28.815 28.786 29.272 31.202 30.028 30.448 30.696 30.251 30.116 29.776 29.680 29.435 29.460 28.210 27.609 28.877 26.640 26.040 27.102 28.469 25.399 26.550 24.848 24.652 24.592 25.649 25.993 25.370 28.316 27.817 24.186 25.966 27.238 27.861 28.619 28.026 27.827 28.538 29.703 29.344
Moh. Toha 33.605 33.135 35.059 34.871 34.933 34.400 34.858 35.734 35.621 34.986 35.226 34.763 34.629 34.291 34.188 33.964 33.975 32.705 32.128 33.391 31.191 30.568 31.652 33.011 29.920 31.039 27.071 29.199 29.105 30.156 30.541 30.970 33.930 33.426 29.803 32.336 33.655 34.233 34.500 33.645 33.455 34.125 34.214 33.874
Buah Batu 40.759 40.187 40.464 39.972 39.628 39.098 39.558 39.093 40.300 38.420 38.531 38.176 38.053 37.750 37.514 37.288 37.352 36.042 35.452 36.758 34.513 35.108 33.535 32.347 35.753 37.099 38.125 36.726 36.111 36.211 35.551 36.911 38.531 38.040 38.175 39.650 40.042 39.447 39.191 38.241 38.062 38.739 37.529 37.187
Keterangan: Jarak Terdekat
50
TABEL IV.7 JARAK TPS WILAYAH TIMUR DENGAN GERBANG TOL no/tujuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Pasteur 11.543 10.857 11.839 11.793 12.577 19.556 12.770 12.545 19.182 13.832 14.675 14.019 14.807 16.822 15.467 15.444 16.702 16.757 17.054 18.029 18.287 19.044 18.838 18.659 18.391 19.403 20.776 21.691 15.931
Pasir Koja 13.446 12.755 13.705 13.691 14.482 14.461 14.682 14.445 14.277 15.756 16.579 15.911 16.723 17.006 17.355 17.349 17.967 12.027 12.329 13.307 13.535 14.274 14.692 14.595 15.622 16.648 18.043 18.970 10.259
Kopo 14.708 13.989 14.947 14.928 15.708 13.453 15.943 15.678 13.268 16.988 17.833 17.138 17.568 15.997 17.039 17.019 16.958 11.019 11.320 12.299 12.527 13.265 13.683 13.586 14.613 15.639 17.035 17.961 9.251
Moh. Toha 12.732 12.013 12.971 12.952 13.732 10.685 13.967 13.703 10.501 15.096 15.857 15.024 14.800 13.229 14.272 14.252 14.191 8.251 8.553 9.531 9.759 10.498 10.915 10.819 11.845 12.871 14.267 15.194 6.483
Buah Batu 10.589 9.869 10.828 10.809 11.589 8.541 11.824 11.559 8.357 12.953 13.714 12.881 12.657 11.086 12.128 12.108 12.047 6.107 6.409 7.387 7.615 8.354 8.772 8.675 9.701 10.728 12.124 13.050 2.237
Sumber : Hasil Perhitungan
Keterangan: Jarak Terdekat
51
TABEL IV.8 JARAK TPS WILAYAH TIMUR DENGAN TUJUAN 1 no/tujuan
Pasteur 1 22.973 2 22.287 3 23.269 4 23.223 5 24.007 6 30.986 7 24.200 8 23.975 9 30.612 10 25.262 11 26.105 12 25.449 13 26.237 14 28.252 15 26.897 16 26.874 17 28.132 18 28.187 19 28.484 20 29.459 21 29.717 22 30.474 23 30.268 24 30.089 25 29.821 26 30.833 27 32.206 28 33.121 29 27.361 Sumber : Hasil Perhitungan
Pasir Koja 28.790 28.099 29.049 29.035 29.826 29.805 30.026 29.789 29.621 31.100 31.923 31.255 32.067 32.350 32.699 32.693 33.311 27.371 27.673 28.651 28.879 29.618 30.036 29.939 30.966 31.992 33.387 34.314 25.603
Kopo 34.083 33.364 34.322 34.303 35.083 32.828 35.318 35.053 32.643 36.363 37.208 36.513 36.943 35.372 36.414 36.394 36.333 30.394 30.695 31.674 31.902 32.640 33.058 32.961 33.988 35.014 36.410 37.336 28.626
Moh. Toha 39.381 38.662 39.620 39.601 40.381 37.334 40.616 40.352 37.150 41.745 42.506 41.673 41.449 39.878 40.921 40.901 40.840 34.900 35.202 36.180 36.408 37.147 37.564 37.468 38.494 39.520 40.916 41.843 33.132
Buah Batu 42.724 42.004 42.963 42.944 43.724 40.676 43.959 43.694 40.492 45.088 45.849 45.016 44.792 43.221 44.263 44.243 44.182 38.242 38.544 39.522 39.750 40.489 40.907 40.810 41.836 42.863 44.259 45.185 34.372
Keterangan: Jarak Terdekat
4.2.1
Rute Truk Pengangkut Sampah Saat Ini Analisis pertama kali dilakukan dengan memperhatikan jarak yang harus ditempuh
oleh para truk pengangkut sampah. Berdasarkan syarat ideal maka rute terpendek dan pergerakan minimal dalam kota harus diperhatikan. Pada Tabel IV.1 sampai IV.8 di atas bisa dilihat jarak yang harus ditempuh truk pengangkut sampah baik untuk mencapai jarak terdekat maupun meminimalkan pergerakan dalam kota.
52
Pergerakan truk pengangkut sampah sangat dipengaruhi oleh keberadaan TPA yang menjadi tujuan akhir mereka. Kondisi saat ini, Kota Bandung mempergunakan TPA Sarimukti sebagai tempat pembuangan akhir mereka, lokasi TPA Sarimukti berada di sebelah Barat Kota Bandung. Lokasi TPA Sarimukti tersebut telah menyiratkan bahwa gerbang tol yang memiliki jarak relatif dekat dengannya adalah Gerbang tol Pasteur, yang juga berada di sebelah Barat Kota Bandung. hal ini terbukti dengan melihat bahwa truk dari 67 TPS, dari 158 TPS yang tersebar di Kota Bandung, memilh menggunakan Gerbang tol Pasteur. Jika dijadikan persentase maka didapatkan angka sebesar 42%, berarti hampir setengah pergerakan truk pengangkut sampah dari tiap TPS mengarah ke Gerbang tol Pasteur. (Gambar 4.1 sampai 4.4) Dengan menghitung jumlah truk pengangkut sampahnya, maka akan didapatkan kurang lebih ada 42 truk, dari 92 truk pengangkut sampah yang aktif, melewati Gerbang tol Pasteur. Hal tersebut memang tidak dapat dihindari mengingat bahwa letak Gerbang tol Pasteur merupakan satu-satunya gerbang tol yang berada di Barat. Gerbang tol lain seperti, Kopo, Moh. Toha, dan Buah Batu memiliki letak di sebelah Selatan. Begitu pula dengan Gerbang tol Pasir Koja, meskipun letaknya berada paling Barat diantara 3 gerbang tol yang telah disebutkan sebelumnya, namun tetap saja letaknya berada di sebelah Selatan Kota Bandung. Jalan tol Padaleunyi, yang berbentuk setengah lingkaran, seperti mengurung daerah Selatan Kota Bandung. Akibat dari bentuk ini maka jarak yang ditempuh menjadi lebih jauh dibandingkan bergerak melalui jalan-jalan di dalam kota, yang bisa menghasilkan rute melintang memotong Kota Bandung. Sehingga untuk mencapai titik pertemuan antara Jalan tol Pasteur dan Padaleunyi (dengan dominasi pertimbangan sopir), para sopir akan lebih memilih menggunakan jalan dalam kota serta mencapai Gerbang tol Pasteur dibandingkan melalui gerbang tol lainnya. Pada dasarnya truk pengangkut sampah sebagian besar sudah mengikuti kedua syarat tersebut, melewati rute terpendek atau meminimalkan pergerakan dalam kota. Seperti truk dari TPS wilayah Timur sebelah Utara yang memilih Gerbang tol Pasteur untuk mendapatkan rute terpendek. Atau di bagian Barat yang sebagian besar lebih memilih menuju Gerbang tol Pasir Koja untuk meminimalkan pergerakan dalam kota. Keduanya syarat itu sulit dipenuhi secara bersamaan oleh, hampir semua, truk pengangkut sampah, sangat tergantung pada lokasi TPS itu sendiri. Truk dari 35 TPS wilayah Utara, seluruh TPS di Kelurahan Pamoyanan dan Sumur Bandung yang memilih Gerbang tol Pasteur berhasil memenuhi kedua syarat tersebut. 53
Tetapi tidak semua truk berhasil mengikuti kedua syarat tersebut, ada juga sebagian kecil yang bahkan tidak memenuhi salah satu dari keduanya sehingga pergerakan di jalan-jalan dalam Kota Bandung tidak minimal serta rute terpendek tidak terlalui. Kasus ini terjadi di wilayah Barat pada truk dari TPS Kecamatan Sukaraja, Cempaka, dan Pasir Kaliki yang memiliki akses yang relatif lebih dekat jika melalui Gerbang tol Pasteur. Truk dari TPS-TPS itu lebih memilih melalui Gerbang tol Pasir Koja, padahal secara hitungan jarak, bukan merupakan pilihan tepat baik untuk meminimalkan pergerakan dalam kota maupun untuk mendapatkan rute terpendek. Sementara kasus serupa yang terjadi di wilayah Selatan pada TPS Kelurahan Ciateul, Burangrang, Samoja, dan Kacapiring yang memiliki akses terdekat dengan Gerbang tol Moh. Toha dan Buah Batu. Analisis tidak berhenti pada faktor jarak saja, diperlukan juga analisis megenai LOS jalan yang pada umumnya dilalui oleh truk pengangkut sampah. Disinilah masalah lain mulai terlihat, pada hari terang tingkat pelayanan jalan biasanya mengalami penurunan. Untuk para truk pengangkut sampah yang melewati Gerbang tol Pasteur pada umumnya harus melewati jalan-jalan sebagai berikut, Jl. Pasteur, Jl. Dr. Junjunan, dan Jl. Surapati. Pada pukul enam pagi sampai dengan enam sore jalan-jalan tersebut mengalami penurunan LOS hingga mencapai tingkat, masing-masing, D, E, dan F (bisa dilihat pada Tabel IV.9). Akibat dari penurunan LOS ini maka akan terjadi juga peningkatan waktu tempuh (dalam Tabel IV.9 berada pada kolom ∂t) yang akan dialami oleh truk pengangkut sampah apabila melewati jalan-jalan itu. Dalam pencapaian Gerbang tol Pasteur maka para truk pengangkut sampah akan mengalami peningkatan waktu tempuh yang merupakan penjumlahan ∂t Jl. Pastuer, ∂t Jl. Dr. Junjunan, dan ∂t Jl. Surapati. Setelah dijumlahkan maka para truk pengangkut sampah akan mengalami peningkatan waktu sebesar 9,55 menit dalam satu kali perjalanan. Jika dihitung dalam 1 rit (dua kali perjalanan, bolakbalik), maka akan didapatkan bahwa peningkatan waktu tempuh yang harus dirasakan adalah 19,1 menit, atau jika dibulatkan agar mudah maka akan mencapai 20 menit. Peningkatan waktu tempuh ini belum ditambahkan lagi dengan ∂T pada jalan-jalan lain seperti, Jl. Setiabudhi, Jl. Dago, Jl. Sukajadi, dan yang sebagainya. Jika telah ditambahkan diperkirakan peningkatan yang terjadi mencapai 30 sampai 40 menit.
54
TABEL IV.9 LOS (0600 – 1800), KECEPATAN, PANJANG JALAN, DAN WAKTU TEMPUH BEBERAPA JALAN DI KOTA BANDUNG Nama Jalan
LOS D E F F F F C F C F F F F F A
Astana Anyar
F
Lgkr.Sel
Pasteur Dr. Junjunan Pasirkaliki Surapati Cihampelas Kebon Jati Dago Buah Batu Soekarno-Hatta Kopo Moch. Toha Laswi-PP BKR Peta Pasir Koja
Average Speed (km/jam) 29.5 29.5 12 12 12 12 36 12 36 12 12 12 12 12 50 / sesuai desain 12
Speed Design (km/jam) 60 60 40 60 20 30 40 40 60 20 20 30 30 30
Panjang Jalan (km) 1.55 2 2.12 1.47 2.55 1.29 5.79 3.5 5.95 4.42 3.96 2.73 2.19 3.67
t (LOS, menit) 3.15 4.07 10.60 7.35 12.75 6.45 9.65 17.50 9.92 22.10 19.80 13.65 10.95 18.35
t (desain, menit) 1.55 2.00 3.18 1.47 7.65 2.58 8.69 5.25 5.95 13.26 11.88 5.46 4.38 7.34
∂t (menit) 1.60 2.07 7.42 5.88 5.10 3.87 0.97 12.25 3.97 8.84 7.92 8.19 6.57 11.01
∂T (1rit, menit) 3.21 4.14 14.84 11.76 10.20 7.74 1.93 24.50 7.93 17.68 15.84 16.38 13.14 22.02
40 20
2.65 1.84
3.98 9.20
3.98 5.52
0.00 3.68
0.00 7.36
Sumber : Hasil Perhitungan
Sementara untuk perhitungan peningkatan waktu tempuh 4 buah gerbang tol lainnya perlu dilakukan dengan dua tahap, sebab sebelum mencapai jalan yang langsung berhubungan dengan gerbang tol, truk pengangkut sampah harus melewati salah satu dari Jl. Soekarno-Hatta dan Jl. Lingkar Selatan (Laswi, BKR, dan Peta). Yang perlu menjadi catatan penting adalah waktu yang dihitung pada setiap jalan tersebut adalah waktu jika kendaraan melewati seluruh ruas jalan, berarti hasil ∂T merupakan peningkatan waktu tempuh terburuk yang harus dialami truk pengangkut sampah. Dimulai dari gerbang tol yang terletak di bagian Barat terlebih dahulu yaitu, Gerbang tol Pasir Koja. LOS di Jl. Pasir Koja sendiri telah mencapai tingkat A, berarti tidak ada peningkatan waktu tempuh bagi truk yang melewatinya. Tahap selanjutnya adalah dengan melihat penambahan waktu tempuh pada Jl. Soekarno-Hatta dan
Jl.
Lingkar Selatan. Dengan menambahkan ∂T 1 rit masing-masing jalan dengan Jl. Pasir Koja maka didapatkan bahwa, jika melewati Jl. Soekarno-Hatta maka akan terjadi peningkatan waktu sekitar 8 menit dan 51 menit jika melalui Jl. Lingkar Selatan. Jika ditambahkan penambahan waktu tempuh yang terjadi di beberapa jalan lainnya seperti, Jl. Holis, Jl. Sudirman, Jl. Jamika, dan lain-lain, maka diperkirakan terjadi peningkatan
55
masing-masing 10 sampai 20 menit jika melewati Jl. Soekarno-Hatta serta 55 sampai 65 menit jika melewati Jl. Lingkar Selatan. Meski peningkatan waktunya cukup besar namun itu bagi yang berasal dari TPS yang terletak di wilayah Timur atau Selatan. Untuk wilayah Barat truk akan lebih dominan melewati Jl. Soekarno-Hatta, yang peningkatan waktunya hanya 10 sampai 20 menit saja. Oleh sebab itu tidak aneh apabila Pasir Koja dilewati oleh truk dari 40 TPS di wilayah Barat. Sementara truk dari 16 TPS di wilayah Selatan mencoba melewati gerbang tol ini walau dengan resiko penambahan waktu yang mencapai 60 menit. Gerbang tol Pasir Koja menjadi gerbang tol kedua yang menjadi pilihan truk pengangkut sampah setelah Gerbang tol Pasteur. Dengan cara yang sama dilakukan juga perhitungan ∂T jika melalui Gerbang tol Kopo. Didapatkan peningkatan waktu tempuh mencapai 25 menit (Jl. Soekarno-Hatta), 22 menit (Jl. Peta), dan 46 menit (Jl. BKR dan Jl. Laswi-PP). Ditambahkan dengan peningkatan pada jalan lain diperkirakan mencapai peningkatan waktu tempuh antara 30 sampai 60 menit. Peningkatan waktu yang hampir sama besarnya dengan yang terjadi di Pasir Koja, namun sangat disayangkan peningkatan yang besar ini terjadi pada setiap jalan untuk mencapai Gerbang tol Kopo. Tidak mengherankan apabila gerbang tol ini hanya dilewati oleh truk dari 5 buah TPS saja, TPS di wilayah Barat dan memang berada di sekitar Jl. Kopo (daerah Kecamatan Bojongloa Kidul). Peningkatan waktu tempuh jika melalui Gerbang tol Moh. Toha adalah 24 menit (Jl. Soekarno-Hatta), 44 menit (Jl. Peta dan sebagian Jl. BKR), serta 29 menit (Jl. LaswiPP dan sebagian Jl. BKR). Total peningkatan waktu dengan ditambahkan pada penurunan LOS jalan lain diperkirakan mencapai 30 sampai 40 menit untuk truk yang melalui Jl. Sokarno-Hatta dan Jl. Peta – BKR. Sedangkan untuk yang melalui Jl. Laswi-PP – BKR diperkirakan terjadi peningkatan antara 50 sampai 60 menit. Gerbang tol ini hanya dilalui oleh truk dari 8 TPS yang berada di sekitar Kecamatan Bandung Kidul. Beberapa TPS di wilayah Selatan (seperti yang berada di Kelurahan Ciateul dan Burangrang) seharusnya lebih memilih melewati Gerbang tol Moh. Toha dibandingkan dengan Gerbang tol Pasir Koja, sebab peningkatan waktu yang terjadi relatif lebih kecil. Gerbang tol terakhir, Buah Batu, terjadi peningkatan waktu tempuh sebesar 32 menit (Jl. Soekarno-Hatta), 40 menit (Jl. Laswi-PP), dan 59 menit (Jl. Peta dan Jl. BKR). Total peningkatan waktu dengan ditambahkan pada penurunan LOS jalan lain diperkirakan mencapai 40 sampai 50 menit jika melalui Jl. Soekarno-Hatta dan Jl. Laswi-
56
PP. Sedangkan jika melalui Jl. Peta dan lurus terus menuju Jl. BKR mencapai 60 sampai 70 menit. Setelah memperhitungkan peningkatan waktu tempuh yang terjadi pada setiap gerbang tol, ternyata di Buah Batu telah terjadi keterlambatan yang bisa dikatakan paling besar mencapai 70 menit. Maka wajar saja apabila truk dari beberapa TPS yang memiliki akses terdekat ke Gerbang tol Buah Batu (terutama TPS di wilayah Timur) pada akhirnya lebih memilih Gerbang tol Pasteur. Selain dihasilkan rute terpendek, peningkatan waktu yang dialami juga relatif lebih rendah. Meskipun peningkatan waktu tempuh yang tinggi, Gerbang tol Buah Batu dilalui oleh truk dari 22 TPS, terutama yang berada di Kecamatan Kiaracondong dan Margacinta.
4.2.2
Jadwal Truk Pengangkut Sampah Saat Ini Berikut ini adalah analisis singkat mengenai jadwal rute truk pengangkut sampah
menuju TPA Sarimukti. Yang dimaksudkan dengan jadwal disini adalah penentuan TPS mana yang harus dikunjungi terlebih dahulu oleh sebuah truk pengangkut sampah. Kota Bandung tidak memiliki jadwal tertulis yang jelas mengenai TPS yang menjadi prioritas dan harus didahulukan pengambilan sampahnya. Pemilihan lokasi TPS yang terlebih dahulu dikunjungi, lagi-lagi, dilakukan melalui pertimbangan para sopir truk pengangkut sampah. Pada umumnya TPS yang dikunjungi pertama kali adalah yang berada dekat pool atau terjauh dari gerbang tol. Sehingga pergerakan bolak-balik TPS dan gerbang tol yang dilakukan oleh truk pengangkut sampah semakin lama akan semakin mengecil. Contohnya, sebuah truk pengangkut sampah harus melayani TPS di Sadang Serang (dekat pool wilayah operasional Utara) dan TPS di Cihampelas. Maka pergerakan truk itu pertama kali akan mendatangi TPS di Sadang Serang, setelah sampah terangkut ke TPA barulah truk mengunjungi TPS di Cihampelas. Tidak terlalu diperhatikan bagaimana kondisi guna lahan di sekitar TPS, tetapi untuk pasar tradisional umumnya didahulukan mengingat volume sampah yang dihasilkan biasanya besar dan jenis sampah yang bersifat mudah membusuk. Telah dipertimbangkan juga mengenai volume sampah yang dihasilkan oleh setiap TPS. TPS yang produksi sampahnya besar akan didahulukan, selain itu juga diberikan sebuah truk khusus yang melayani TPS itu saja. Hal tersebut dilakukan agar sampah bisa terangkut ke TPA, karena apabila tidak didahulukan dan diberi truk khusus dikhawatirkan sampah tidak terangkut dan truk pengangkut sampah yang melayani TPS tersebut harus 57
melakukan pengangkutan hingga shift II yang berarti juga akan ada penambahan biaya perjalanan. Sampai saat ini meskipun terjadi ketimpangan jumlah truk, hanya 92 yang bisa digunakan, dengan jumlah TPS, 158 buah, PD. Kebersihan Kota Bandung masih mampu mengangkut sampah-sampah tersebut. Walalupun perlu ada penambahan waktu kerja dari truk pengangkut sampah sendiri.
4.3
Analisis Alternatif Rute Truk Pengangkut Sampah Dalam subbab berikut ini akan dijelaskan bagaimana penentuan rute dan jadwal
truk pengangkut sampah yang baru, menuju PLTS di Gedebage. Untuk menentukan rute dan jadwal yang baru, rute dan jadwal saat ini (menuju TPA Sarimukti) serta yang dahulu (TPA Leuwigajah) dijadikan pertimbangan yang sangat berharga. Dimana, tujuh buah syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang ideal akan menjadi perhatian dalam menentukan rute truk pengangkut sampah yang baru. Sementara faktor-faktor seperti jumlah dan kapasitas truk pengangkut sampah serta volume dan lokasi TPS akan menjadi perhatian dalam penentuan jadwal. Jika ditinjau ulang mengenai rute dan jadwal truk pengangkut sampah yang menuju TPA Sarimukti serta TPA Leuwigajah, maka akan didapatkan kesimpulan berupa rata-rata ritasi dari keduanya, masing-masing, adalah 4 jam per rit dan 3 jam per rit. Sekarang saatnya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi rata-rata ritasi antara kedua rute dan jadwal tersebut dengan PLTS Gedebage. Faktor jarak tempat pembuangan, yang pertama. Dengan melihat bahwa TPA Leuwigajah dan PLTS Gedebage memiliki jarak yang relatif dekat dibandingkan dengan TPA Sarimukti, maka disini bisa terjadi kemungkinan rata-rata ritasi antara TPA Leuwigajah dan PLTS Gedebage sama yaitu, 3 jam per rit. TPA Leuwigajah, meskipun bukan berada di Kota Bandung namun masih terbilang dekat, yaitu di Kota Cimahi. Sedangkan PLTS Gedebage sendiri masih berada di Kota Bandung, meskipun letaknya berada di sebelah Selatan Bandung Timur. Faktor kedua adalah proses antrian, telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa faktor ini bisa dikatakan sebagai faktor yang tetap. Proses antrian di setiap TPA umumnya sama, truk pengangkut sampah mengantri (seperti layaknya memasuki gerbang tol) untuk membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan. Faktor ini hanya bisa berubah apabila dalam rencana desain PLTS Gedebage telah memiliki sistem pengaturan antrian yang berbeda. Misalnya saja dengan membagi tempat pembuangan sampah menjadi 4 bagian, sehingga truk dari setiap wilayah operasional akan menuju tempat pembuangannya 58
masing-masing. Jika hal ini benar adanya dan ditambah faktor pertama maka kemungkinan peningkatan rata-rata ritasi bisa terjadi. Namun untuk penentuan rute dan jadwal dalam studi ini diasumsikan bahwa proses antrian di PLTS Gedebage memiliki proses antrian yang sama dengan di TPA Leuwigajah dan TPA Sarimukti. Dan faktor yang terakhir yaitu waktu kerja truk pengangkut sampah. Dalam pergerakannya menuju TPA Leuwigajah dan TPA Sarimukti, truk pengangkut sampah bergerak pada hari terang, kira-kira pada pukul enam pagi sampai dengan enam sore. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rentang waktu tersebut merupakan jam dimana masyarakat kota melakukan kegiatan sehari-harinya baik untuk bekerja, bersekolah, maupun lain sebagainya. Mobilitas tinggi masyarakat Kota Bandung didukung dengan kurang diminatinya SAUM menyebabkan jalan-jalan Kota Bandung menjadi ramai dan padat. Peningkatan waktu tempuh yang terjadi pada rentang jam tersebut dimulai dari 30 menit sampai dengan 70 menit, rata-ratanya sekitar 50 menit. Keterlambatan 50 menit karena hambatan lalu lintas bukanlah waktu yang sedikit apalagi jika berbicara pada peningkatan biaya perjalanan. Selain itu terdapat pula presepsi kurang baik dari masyarakat mengenai pergerakan truk pengangkut sampah pada siang hari. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka tidak ada salahnya jika dalam studi ini dilakukan pemindahan waktu kerja truk pengangkut sampah. Yang semula waktu shift I adalah dari pukul enam pagi sampai dengan pukul enam sore, menjadi dari pukul tujuh malam sampai dengan pukul lima pagi. Dengan menambahkan faktor pertama dan faktor ketiga ini, diasumsikan bahwa rata-rata ritasi truk pengangkut sampah adalah 2,5 jam per rit. Pukul tujuh malam sampai dengan pukul lima pagi dipilih menjadi waktu kerja utama truk pengangkut sampah sebab pada rentang waktu tersebut mobilitas masyarakat Kota Bandung sangat jarang. Truk pengangkut sampah bisa bergerak dengan lebih leluasa, hambatan akibat ramai dan padatnya lalu lintas di Kota Bandung bisa dihindari. Setiap jalan yang dilewati akan memberikan pelayanan pada tingkat maksimal. Rata-rata ritasi tidak dijadikan murni 2 atau 2 1/6 jam per rit dengan pertimbangan bahwa meskipun jalan sudah sepi pasti tetap masih ada hambatan, sehingga waktu 30 sampai 20 menit disimpan sebagai waktu untuk merintasi hambatan yang ada walau kecil. Rata-rata ritasi 2,5 jam per rit serta rentang waktu kurang lebih 10 jam, berarti dalam shift I yang baru ini truk pengangkut sampah dapat menghasilkan 4 rit. Dengan kata lain cukup diperlukan 1 shift untuk mengangkut TPS yang memiliki volume banyak (hingga membutuhkan empat kali bolak-balik) serta TPS yang mendapatkan giliran rit 59
keempat sebuah truk pengangkut sampah. Namun, penambahan waktu tetap diperlukan untuk TPS yang membutuhkan lima kali bolak-balik serta TPS yang mendapatkan giliran rit kelima sebuah truk pengangkut sampah. Pengurangan waktu perjalanan truk pengangkut sampah akan berdampak pada pengurangan biaya perjalanannya, PD. Kebersihan bisa melakukan penghematan. Pertimbangan lain dengan memilih waktu dimana mobilitas masyarakat Kota Bandung sangat jarang adalah kenyamanan para masyarakat Kota Bandung sendiri. Jika selama ini kenyamanan mereka terganggu akibat truk pengangkut sampah yang selama proses pemindahan sampah dari TPS ke bak truk menyebabkan kemacetan lalu lintas, bisa dihilangkan. Truk pengangkut sampah tidak lagi dianggap menjadi salah satu penyebab kemacetan di jalan-jalan Kota Bandung. Selain itu polusi pemandangan dan udara (bau) dari sampah-sampah yang diangkut oleh truk pengangkut sampah juga bisa dihilangkan. Kenyamanan selama berkendara masyarakat meningkat, diharapkan peningkatan ini pada akhirnya bisa meningkatkan produktifitas mereka.
4.3.1 Alternatif Rute Truk Pengangkut Sampah Dalam penentuan rute truk pengangkut sampah menuju PLTS Gedebage ini digunakan syarat penentuan rute truk pengangkut sampah ideal. Dengan memperhatikan tujuh syarat penentuan rute truk pengangkut sampah tampak ada sedikit pertentangan antara syarat meminimalkan pergerakan dalam kota dengan syarat pencarian rute terpendek. Mengurangi pergerakan dalam kota belum tentu berarti juga truk pengangkut sampah akan mencapai rute terpendek. Namun, syarat rute terpendek harus kalah bersaing dalam kasus ini. Terdapat beberapa pertimbangan penting mengapa syarat meminimalkan pergerakan dalam kota didahulukan. Hal pertama adalah janji PD. Kebersihan terhadap masyarakat. Lalu yang kedua adalah syarat ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan syarat rute terpendek, antara lain : - Mengurangi polusi udara dari asap truk pengangkut sampah di Kota Bandung - Mengurangi penyebaran bau tidak sedap dari tumpukan sampah yang dibawa - Mengurangi kemungkinan sampah dan lychet berceceran di jalan-jalan dalam kota Bandung - Penyebaran truk pengangkut sampah ke setiap gerbang tol cukup merata
60
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh rute baru dengan menekankan pada syarat meminimalkan pergerakan dalam kota ini akan memberikan efek berganda pada kehidupan sosial-ekonomi di dalam Kota Bandung. Efek pertama yaitu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Kota Bandung. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan karena polusi udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor. Sementara penyakit seperti, diare, adalah penyakit yang diderita oleh banyak masyarakat di negara berkembang (termasuk Indonesia) akibat kurang bersihnya lingkungan tempat mereka hidup. Dengan berkurangnya polusi udara dan bercecerannya sampah/lychet di dalam kota, maka penyebaran penyakit-penyakit yang disebabkan oleh polusi udara dan sampah/lychet tersebut bisa dikurangi juga. Mengingat bahwa kota merupakan tempat dimana terkonsentrasinya penduduk, berarti seiring meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat di Kota Bandung maka akan banyak pula masyarakat yang terselamatkan dari kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti ISPA maupun diare. Penumpukan truk pengangkut sampah bisa dihindari akibat meratanya penyebaran truk pengangkut sampah ke setiap gerbang tol. Meskipun waktu kerja utama truk pengangkut sampah telah digeser ke waktu dimana mobilitas masyarakat Kota Bandung sangat jarang, namun penumpukan 92 buah truk pada satu gerbang tol tetap akan mengurangi waktu tempuh menuju PLTS Gedebage. Jika syarat rute terpendek lebih ditekankan pada pemilihan rute, maka 92 buah truk pengangkut sampah akan melewati Gerbang tol Buah Batu. Selain hambatan lalu lintas, jika semua truk melalui Gerbang tol Buah Batu maka akan terjadi pula konsentrasi polusi udara (baik dari knalpot truk maupun dari sampah yang diangkut) pada daerah sekitar Gerbang tol Buah Batu. Untuk mencapai Gerbang tol Buah Batu ini truk-truk pengangkut sampah harus melalui Jl. Soekarno-Hatta, Jl. Buah Batu, Jl. BKR, Jl. Pelajar Pejuang, dan Jl. Kiaracondong, sebelum akhirnya ke Jl. Terusan Buah Batu. Dengan melihat jalan-jalan yang harus dilalui maka konsentrasi polusi udara dapat diperkirakan terjadi pada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lengkong, Regol dan Bandung Kidul. Jika melihat pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Bandung tahun 2013 di ketiga kecamatan tersebut guna lahannya didominasi oleh permukiman. Konsentrasi polusi udara pada kawasan permukiman sangat membahayakan bagi kesehatan penduduknya, karena partikel-partikel berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh yang akan menyebabkan penyakit bahkan kematian.
61
Oleh karena beberapa pertimbangan dan alasan diatas itulah, maka syarat meminimalkan pergerakan dalam kota bisa mengalahkan syarat rute terpendek. Mengenai syarat meminimalkan hambatan tidak perlu dirisaukan lagi sebab waktu kerja utama truk pengangkut sampah telah dipindahkan ke malam hari dimana mobilitas masyarakat sangat jarang. Pergerakan pada saat hari gelap memungkinkan tingkat pelayanan setiap jalan yang ada di Kota Bandung berada pada tingkat maksimal, sehingga pemilihan jalan fokus terhadap pencarian jarak minimal menuju gerbang tol terdekat dari setiap TPS. Tapi pencarian jarak minimal ini tentu saja tidak berarti semua jalan bisa dilewati begitu saja, truk-truk pengangkut sampah akan diarahkan langsung menuju jalan-jalan berhirearki arteri dan kolektor (daftar hirearki jalan bisa dilihat pada Lampiran Tabel A.1). Truk-truk akan diusahakan bergerak seminimal mungkin pada jalan-jalan berhirearki lokal, sebab pada umumnya jalan berhirearki lokal memiliki lebar yang terlalu pas untuk truk pengangkut sampah sehingga kecepatan truk akan berkurang. Dalam penentuan rute ini akan dilihat lagi Tabel IV.2, IV.4, IV.6, dan IV. 8 untuk memperhatikan jarak terdekat menuju gerbang tol. Dari data tersebut akhirnya dihasilkan suatu rute truk pengangkut sampah yang baru, dapat dilihat pada Gambar 4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8. Rute yang dihasilkan merupakan pergerakan truk pengangkut sampah pada shift I, dari pukul tujuh malam sampai dengan pukukl lima pagi. Mengenai pergerakan truk pengangkut sampah pada shift II akan dilihat berdasarkan hasil penjadwalan. Jika berdasarkan penjadwalan ada TPS yang memerlukan tambahan waktu, ritasi kelima, maka akan diberikan rutenya.
62
GAMBAR 4.5
63
GAMBAR 4.6
64
GAMBAR 4.7
65
GAMBAR 4.8
66
4.3.2
Alternatif Jadwal Truk Pengangkut Sampah Dalam penentuan jadwal ini yang dipertimbangkan untuk memilih TPS yang
menjadi prioritas adalah volume sampah yang dihasilkan oleh TPS dan lokasi TPS. Volume sampah yang dihasilkan akan memberikan dampak pada jumlah hari kunjungan truk pengangkut sampah ke TPS tersebut dan ritasi pada setiap harinya. Volume sampah menjadi pertimbangan pertama sebab sampah pada TPS yang volume sampahnya cukup banyak akan memberikan peluang yang lebih cepat dalam penyebaran bau dan kemungkinan bibit penyakit yang terkandung pada sampah. Volume sampah dihitung dalam seminggu dan dibagi menjadi 4 tahapan prioritas. Prioritas pertama adalah TPS yang bervolume 220 – 350 m3 per minggu. TPS dengan karakteristik seperti itu berarti memerlukan ritasi truk mulai dari 4 – 5 kali per hari dan 7 hari selama seminggu. Suatu TPS yang sangat perlu dijadikan prioritas utama. Volume TPS prioritas kedua adalah 80 – 210 m3 per minggu. TPS tersebut memerlukan ritasi truk mulai dari 2 – 3 kali dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu. TPS prioritas ketiga menghasilkan sampah 42 – 70 m3 per minggu. TPS tipe ini memerlukan ritasi truk hanya 1 kali dalam sehari dan hanya dikunjungi 4 – 7 hari dalam seminggu. Sedangkan TPS prioritas terakhir adalah mereka yang volume sampah per minggunya di bawah 42 m3, berarti TPS tersebut hanya memerlukan ritasi truk 1 kali dalam sehari dan hanya dikunjungi 1 sampai 3 hari dalam seminggu. Pertimbangan kedua adalah lokasi TPS. Lokasi TPS dibagi menjadi 4 bagian antara lain, permukiman, komersial (perdagangan dan jasa), institusi (pemerintahan, sekolah, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, pergudangan, dan lain-lain), serta ruang terbuka hijau. Permukiman merupakan lokasi prioritas utama sebab sampah yang dihasilkan oleh permukiman ini sangat bervariasi mulai dari organik dan anorganik sampai ke sampah kategori B3 (beracun). Selain itu permukiman adalah tempat dimana mayoritas penduduk berada, sehingga jika sampah di TPS dekat lingkungan mereka tidak cepat diambil maka bahaya akan mengancam orang dalam jumlah yang banyak. Dorongan dari warga permukiman sendiri yang tidak ingin wilayahnya terdapat sampah juga menjadi faktor mengapa TPS di permukiman menjadi prioritas utama. Prioritas kedua adalah TPS yang berlokasi di daerah komersial, sampah yang dihasilkan hampir serupa dengan sampah dipermukiman namun berbeda dalam komposisi. Biasanya lebih didominasi oleh sampah anorganik. Sebagian besar tempat komersial justru meminta sampahnya diangkut pada shift II (malam hari versi waktu kerja lama), mereka 67
mengharapkan sampah diangkat saat tidak ada lagi konsumen yang mengunjungi tempat mereka. Citra pastinya menjadi alasan utama, mereka tidak mau konsumen mereka terganggu saat menikmati pelayanan yang mereka berikan. Biasanya tempat komersial aktif sejak pukul 10 pagi sampai dengan 9 malam. Khusus untuk pasar tradisional, sampah yang dihasilkan adalah sampah yang mudah membusuk, dan terkadang masa aktif tempat ini bisa mencapai 24 jam. TPS prioritas ketiga adalah yang berlokasi di sekitar institusi. Sampah yang dihasilkan tidak jauh beda dengan daerah komersial tetapi bukan pasar tradisional. Tempat-tempat seperti kantor pemerintahan, sekolah, industri, pergudangan, dan rumah sakit umumnya menghasilkan sampah berupa kertas-kertas dengan tambahan sedikit sampah sisa makanan. Campuran jenis sampah seperti ini masih bisa ditunda pengambilannya, sehingga dijadikan prioritas ketiga, beberapa lokasi ada yang sampahnya diambil satu kali dalam satu minggu. Lokasi TPS prioritas terakhir adalah pada daerah ruang terbuka hijau. Jenis sampah yang dihasilkan pada lokasi ini pada umumnya berupa daun, ranting, pasir, dan lumpur. Sampah jenis tersebut bisa dengan mudah didekomposisikan oleh tanah sehingga jika tidak diangkut juga tidak terlalu bermasalah. Tetapi dari ruang terbuka hijau ini juga ada kemungkinan dihasilkan sampah plastik dan kertas, jadi pengangkutan tetap perlu dilakukan namun tempat ini menjadi prioritas terakhir. Berdasarkan jumlah suplai truk pengangkut sampah dan jumlah TPS yang tersebar terjadi ketimpangan, dimana jumlah truk yang bisa digunakan adalah 92 buah sementara jumlah TPS yang tersebar adalah 158 buah. Dengan perbandingan tersebut berarti sebuah truk rata-rata harus melayani 1,7 buah TPS. Sehingga perlu pengaturan yang tepat agar ritasi tiap truk tidak lebih dari 4 rit, mengurangi kemungkinan terjadinya pergerakan pada shift II yang merupakan pergerakan pada hari terang. Tahap pertama yang dilakukan adalah mendahulukan TPS yang memerlukan pengambilan sampah setiap hari, dengan menempatkan jumlah ritasi per hari terbanyak menjadi TPS prioritas. Selanjutnya baru dilakukan pemilihan TPS berdasarkan jumlah bobot yang telah diberikan dengan mempertimbangkan volume dan lokasi TPS. Dengan memasukan pertimbangan volume dan lokasi TPS serta jumlah dan kapasitas truk pengangkut sampah yang bisa digunakan yang dimiliki oleh PD. Kebersihan Kota Bandung, maka tercipta jadwal pergerakan truk pengangkut sampah seperti yang terlihat pada Tabel IV. 10 sampai IV. 14 berikut ini. 68
TABEL IV. 10 JADWAL TRUK PENGANGKUT SAMPAH WILAYAH UTARA Truk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Truk 1 2 3
TPS 32 16 5 9 10 20 21 33 35 15 2 13 29 3 18 34 6 19 36 7 22 24 14 25 23 17 27 26 28 30 31 TPS 1 11 4 12 8
Ukuran (m3) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Ukuran (m3) 6 6 6 6 6
Senin 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 . 1 . . 1 . . 1 . . 1 1 1 1 1 1 Senin 1 1 1 1 1
Selasa 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 . . 1 . 1 1 1 1 1 1 . 1 1 . 1 1 1 1 1 1 Selasa 1 . 1 1 1
Rabu 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 . 1 1 1 . 1 . . 1 . 1 1 . . 1 1 1 1 1 1 Rabu 1 . 1 1 1
Kamis 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 . 1 . 1 1 . 1 1 . . 1 . 1 1 1 1 1 1 1 Kamis 1 1 1 1 1
Jum'at 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 . 1 1 1 . 1 . . 1 1 . 1 1 . 1 1 1 1 1 1 Jum'at 1 . 1 1 1
Sabtu 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 . . 1 . 1 1 1 1 1 . 1 1 . . 1 1 1 1 1 1 Sabtu 1 1 1 1 1
Minggu 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 . . 1 . . 1 . . 1 . 1 1 1 1 1 1 1 Minggu 1 . 1 1 1
Sumber : Hasil Perhitungan
69
TABEL IV. 11 JADWAL TRUK PENGANGKUT SAMPAH WILAYAH BARAT Truk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Truk 1 2 3 4 5
TPS 32 35 12 14 23 2 38 48 3 46 4 16 8 17 10 18 11 19 13 29 21 47 22 24 30 39 33 49 36 43 TPS 20 45 1 28 15 40 26 34 27 41
Ukuran (m3)
Senin 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Ukuran (m3)
3 3 2 2 2 1 1 . 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 . 1 1 1 . Senin
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Selasa 3 3 2 2 2 1 1 . 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 . 1 1 Selasa 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Rabu 3 3 2 2 2 1 1 . 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 . 1 1 1 . Rabu 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1
Kamis 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 1 Kamis 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jum'at
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sabtu 3 3 2 2 2 1 1 . 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 1 1 . 1 1 Sabtu 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
3 3 2 2 2 1 1 . 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 1 1 1 1 . Jum'at
Minggu 3 3 2 2 2 1 1 . 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 1 1 1 1 . Minggu 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6
7 8 9
31 25 37 42 44
6 6 6 6 6
1 .
. 1 1 1
1 1 1
1 . 1 1 1
1 . 1 1 1
Sumber : Hasil Perhitungan
70
TABEL IV. 12 JADWAL TRUK PENGANGKUT SAMPAH WILAYAH SELATAN Truk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Truk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TPS 35 16 33 32 8 4 38 13 5 6 23 20 7 25 1 18 28 2 24 9 10 41 43 21 22 26 36 27 37 31 TPS 17 19 11 15 30 34 29 39 3 44 12 42 14 40
Ukuran (m3) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Ukuran (m3) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Senin 5 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 . . 1 . 1 1 1 . 1 1 1 . 1 1 1 1 Senin 3 3 1 1 1 1 1 1 1 . . . 1 1
Selasa 5 4 3 3 1 1 . 1 1 . 1 1 1 1 1 1 1 . . 1 . . 1 . 1 . 1 . 1 . Selasa 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . .
Rabu 5 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 . . 1 . 1 1 1 . 1 1 1 1 1 1 1 1 Rabu 3 3 1 1 1 1 1 1 1 . . . 1 1
Kamis 5 4 3 3 1 1 . 1 1 . 1 1 1 1 . . 1 1 . 1 . . 1 . 1 . 1 . 1 . Kamis 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . .
Jum'at 5 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 1 . 1 . . 1 1 . 1 1 1 . 1 1 1 1 Jum'at 3 3 1 1 1 1 1 1 1 . . . 1 1
Sabtu 5 4 3 3 1 1 . 1 1 . 1 1 1 1 . . 1 . . 1 . 1 1 . 1 1 1 . 1 . Sabtu 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 . .
Minggu 5 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 . 1 . . 1 1 . 1 1 . 1 1 1 . 1 1 1 1 Minggu 3 3 1 1 1 1 1 1 1 . . . 1 1
Sumber : Hasil Perhitungan
71
TABEL IV. 13 JADWAL TRUK PENGANGKUT SAMPAH WILAYAH TIMUR Truk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Truk 1 2 3 4 5 6 7
TPS 26 12 3 4 5 6 11 29 2 15 1 8 21 17 22 19 18 28 20 TPS 7 24 9 14 10 23 13 16 25 27
Ukuran (m3) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Ukuran (m3) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Senin 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 . 1 1 1 . 1 . 1 . Senin 1 1 . . . . . . 1 .
Selasa 4 3 2 2 2 2 2 2 1 . 1 1 . 1 1 1 1 1 1 Selasa . . 1 . 1 1 . 1 . 1
Rabu 4 3 2 2 2 2 2 2 1 . . 1 1 1 . 1 . 1 . Rabu . . . 1 . . . . . .
Kamis 4 3 2 2 2 2 2 2 1 . 1 1 . 1 . 1 1 1 . Kamis 1 1 1 . 1 . 1 . . .
Jum'at 4 3 2 2 2 2 2 2 1 . . 1 . 1 . 1 . 1 . Jum'at . . . . . 1 . 1 1 .
Sabtu 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 . 1 1 1 . Sabtu . . 1 . 1 . . . . 1
Minggu 4 3 2 2 2 2 2 2 1 . . 1 . 1 1 1 . 1 1 Minggu 1 . . 1 . . . 1 . .
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari hasil penjadwalan dapat diketahui bahwa 157 TPS tidak perlu penambahan waktu sebab ritasi yang mereka lakukan berada pada angka 1 hingga 4 rit. Angka ritasi tersebut masih bisa dicakup dalam rentang 10 jam yang diberikan, mengingat rata-rata ritasi adalah 2,5 jam per rit. Sementara karena banyaknya volume sampah yang dihasilkan, maka TPS no. 35 (truk pertama) di wilayah Selatan membutuhkan ritasi hingga 5 kali. Berarti harus ada penambahan waktu kerja pada shift II, 1 rit akan dilakukan pada hari terang.
72
4.3.3
Alternatif Rute Shift II Dengan adanya kebutuhan shift II pada salah satu TPS di wilayah Selatan, maka
diperlukan analisis tambahan untuk menciptakan rute dari TPS no. 35 tersebut ke PLTS. Hal pertama yang diperhatikan adalah mengenai jarak tempuh dari TPS no. 35 menuju PLTS dengan pencarian tetap ditekankan pada syarat pergerakan minimal dalam kota. Dilihat pada Tabel IV. 5, dapat ditentukan prioritas berdasarkan jarak kedekatan dengan gerbang tol, yaitu : 1. Moh. Toha → melalui Jl. Moh. Toha 2. Kopo → melalui sebagian Jl. Peta dan Jl. Kopo 3. Pasir Koja → melalui Jl. Peta dan Jl. Pasir Koja 4. Buah Batu → melalui Jl. BKR dan Jl. Buah Batu 5. Pasteur → melalui Jl. Astana Anyar, Jl. Pasir Kaliki, Jl. Dr Junjunan, dan Jl. Pasteur Selanjutnya yang menjadi perhatian adalah tingkat pelayanan setiap jalan pada saat hari terang (0600 – 1800) untuk memperhitungkan peningkatan waktu yang akan terjadi melalui lima pilihan gerbang tol tersebut. Oleh karena itu perlu dilihat lagi Tabel IV. 9 yang menunjukkan LOS tiap jalan di Kota Bandung. Berdasarkan urutan prioritas jarak serta dengan menjumlahkan ∂t untuk sekali jalan, karena truk hanya bergerak sekali tidak perlu kembali ke TPS itu lagi, bisa diketahui peningkatan waktu tempuh setiap pilihan tersebut, yaitu : 1. Moh. Toha → 7,92 dibulatkan menjadi 8 menit 2. Kopo → 5,5 (hanya sebagian) + 8,84 = 14,34 dibulatkan menjadi 14 menit 3. Pasir Koja → 11,01 + 0 = 11,01 dibulatkan menjadi 11 menit 4. Buah Batu → 6,57 + 12,25 = 18,82 dibulatkan menjadi 19 menit 5. Pasteur → 3,68 + 7,42 +2,07 + 1,6 = 14,77 dibulatkan menjadi 15 menit Setelah mempertimbangkan faktor jarak dan LOS jalan, peningkatan waktu tempuh, diketahui bahwa pergerakan truk dari TPS no. 35 pada shift II tetap sama dengan pergerakan pada shift I. Hal tersebut dapat terjadi karena selain jarak dengan Gerbang tol Moh. Toha merupakan jarak terdekat, peningkatan waktu tempuh menuju gerbang tol itu juga menunjukkan angka terkecil dibandingkan menuju gerbang tol lainnya.
73