KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PRILAKU ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMK KABUPATEN CIAMIS Encar Setiana ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang masalah kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap kinerja guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menguji kebermaknaan pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap kinerja guru. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Populasinya adalah 53 guru SMK Negeri di Ciamis. Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka semuanya dijadikan sampel dalam penelitian ini.. Penjaringan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, maka disimpulkan, bahwa temuan penelitian adalah (1) kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap kinerja guru penjasorkes; (2) prilaku organisasi memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap kinerja guru penjasorkes; (3) kepemimpinan kepala sekolah dan prilaku organisasi secara bersama-sama berkontribusi dan signifikan terhadap kinerja guru penjaorkes. Hasil koefisien korelasi PPM variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru sebesar 0,804. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang tinggi. Demikian juga pada hasil koefisien korelasi PPM untuk variabel Prilaku Organisasi dengan kinerja guru sebesar 0,599. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang tinggi. Direkomendasikan (1) kelemahan dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah yaitu penentu arah program sekolah sebaiknya menyusun persyaratan untuk merekrut kepala sekolah yang didasarkan pada profesionalisme perilaku kepemimpinan kepala sekolah ; (2) memaksimalkan peran pengawas sekolah melalui pembuatan program pengawasan dan penilaian terhadap kepala sekolah yang objektif; (3) rotasi kepala sekolah didasarkan pada kepemimpinan dan kinerja kepala sekolah dan meningkatkan kinerja guru, serta berdasarkan prestasi yang objektif (berlaku penghargaan dan sanksi); dan (4) kelemahan dari prilaku organisasi yaitu budaya primer sebaiknya guru turut membina budaya sekolah yang kondusif sesuai dengan nilai-nilai primer dan sekunder; (5) kelemahan dari kinerja guru yaitu faktor kepribadian sebaiknya guru berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepemimpinan yang sukses di antaranya berorientasi pada nilai. Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Prilaku Organisasi dan Kinerja Guru Penjasorkes
1
PENDAHULUAN Keberadaan guru amatlah penting bagi suatu bangsa, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan jaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai. Hal ini membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kemampuannya. Berkaitan dengan jabatan dan profesi tadi, fenomena sekarang terlihat di beberapa tempat bahwa masih terdapat guru yang belum memiliki keahlian yang ditunjukkan dengan sertifikat atau ijazah dan akta yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. Hal ini menjadi sangat berpengaruh terhadap kinerja guru itu sendiri, baik di dalam pembelajarannya maupun di dalam kelas serta terhadap hasil yang diharapkan pada anak didik. Selain hal tersebut, Pemerintah
tidak
saja meningkatkan kualitas tetapi kuantitas juga sangat
diutamakan, sehingga angka partisipasi anak bersekolah akan semakin tinggi. Terkait dengan itu maka penguasaan akan keterampilan dan pengetahuan tentang keguruan yang maksimal mutlak harus dimiliki oleh Guru. Kepala sekolah yang profesional harus selalu kreatif dan produktif dalam melakukan inovasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, untuk menyiapkan kepala sekolah yang inovatif merupakan kendala yang sangat sulit jika dikaitkan dengan sistem kesejahteraan bagi tenaga guru di Indonesia meningkatkan
yang jauh dari memadai (Surya, 2005:5). Untuk
profesionalisme
kepala sekolah
di
institusi
pendidikan,
diperlukan berbagai upaya berupa peningkatan kreativitas kerja, motivasi kerja,
kinerja,
berbagai
dan
produktivitas
jenis, bentuk
pelatihan,
kerja
kepala sekolah serta
pendidikan
profesional,
dan
pemberian berbagai
kegiatan profesional lainnya kepada kepala sekolah. Namun, diperlukan juga kebijakan pemerintah dalam pengembangan sumber daya manusia
melalui
profesionalisasi pendidik dan tenaga kependidikan dalam upaya meningkatkan kualitas kepala sekolah dan kualitas pendidikan (Jalal.F,2005:1). Prilaku Organisasi yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dengan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas di 2
lingkungannya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif. Suasana seperti ini sangat dibutuhkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih efektif. Prilaku Organisasi dapat digambarkan melalui sikap saling mendukung (supportive), tingkat persahabatan (colegial), tingkat keintiman (intimate) serta kerja sama (cooperative) (Aas Hasanah:2008:12). Kondisi yang terjadi atas keempat dimensi budaya sekolah tersebut berpotensi meningkatkan kinerja guru. Berdasarkaan pada identifikasi masalah yang dikemukakan tersebut, maka masalah utama dalam penelitian ini yaitu "Bagaimana kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan Perilaku organisasi sekolah terhadap kinerja guru PenjasOrkes SMK Kabupaten Ciamis?". Adapun rincian permasalah dapat dirumuskan berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berkut. a. Seberapa besar Kontribusi Kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru Penjas-Orkes di SMK ? b. Seberapa besar Kontribusi Perilaku organisasi sekolah terhadap kinerja guru Penjas-Orkes di SMK? c. Seberapa besar Kontribusi Kepemimpinan kepala sekolah dan Perilaku organisasi sekolah terhadap kinerja guru Penjas-Orkes di SMK?
LANDASAN TEORI Kinerja Guru
Dunda (Rahman dkk: 2005: 72) menyatakan bahwa, “Kinerja guru dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yang dikenal dengan sebutan “kompetensi guru”. Berkenaan dengan kompetensi yang perlu dimiliki guru profesional, Sudjana (Nurdin: 2005: 79), mengatakan bahwa ada tiga kompetensi yangh harus dimiliki guru, yaitu: kompetensi pribadi (personal), kompetensi profesional dan kompetensi sosial (kemasyarakatan). Hal yang erat dengan kaitannya dengan tugas mengajar di kelas terdapat sepuluh kompetensi atau kemempuan dasar, yaitu: (1) menguasai bahan yang akan diajarkan; (2) mengelola program belajar mengajar; (3) mengelola kelas; (4) 3
menggunakan media/sumber belajar; (5) menguasai landasan kependidikan; (6) mengelola interaksi pembelajaran; (7) menilai prestasi siswa, (8) melaksanakan program bimbingan; (8) menyelenggarakan administrasi kelas; (10) memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian. Kinerja guru merupakan seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan pada saat menyampaikan pelajaran. Kinerja guru dapat dilihat ketika guru melaksanakan tugas memfasilitasi proses pembelajaran termasuk mempersiapkan dan menilai prestasi belajar siswa. Kinerja guru diukur berdasarkan dimensi (a) pedagogik; (b) kepribadian; (c) profesional; dan (d) sosial. Konsep kinerja guru dikembangkan dari (pasal 8, UUGD 14/2005). Kepemimpinan Kepala Sekolah Istilah Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian ialah”pendidikan” yang mengandung arti dalam lapangan apa dan di mana. Kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu, sedangkan pengertian kepemimpinan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai kegiatan hidup manusia.Dari
pengertian
Kepemimpinan
tersebut,
maka
pengertian
Kepemimpinan yang dipersempit lagi dalam bidang pendidikan. Sebagaimana dikemukan oleh Fakry dan Rosmiati (2003 : 162) bahwa “Kepemimpinan Pendidikan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam situasi pendidikan.
Kepemimpinan
Pendidikan
merupakan
kemampuan
untuk
menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Menurut Usmara (2002:30) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personal di lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar melalui kerja sama mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan”. Arikunto (2003:187) mengatakan
“kepemimpinan
pendidikan
adalah
kegiatan-kegiatan
seperti
mengeksplorasi membantu, melakukan, eksperimen, mendorong, dan mendukung
4
yang diarahkan kepada pengembangan belajar mengajar”. Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Kepemimpinan Pendidikan adalah merupakan kegiatan untuk mempengaruhi seluruh sumber daya pendidikan unutk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Kepemimpinan dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu kepemimpinan formal dan informal. Kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Sebagaimana dikemukanakn oleh Wahjosumijo (2002: 84), bahwa: Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekaolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Untuk menjadi kepala sekolah diperlukan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh kepala sekolah. Menurut Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, kepala sekolah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut. a. b. c. d.
Sehat jasmani dan rohani; Beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Berbudi pekerti luhur; Memiliki sikap dan kemampuan dasar profesional dan manajerial, antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
memiliki visi dan misi kependidikan yang jelas dan terarah; memiliki kepemimpinan yang kuat; menguasai manajemen sekolah; rasa memiliki terhadap sekolah yang dipimpinnya; memiliki komitmen terhadap tugasnya; memiliki rasa tanggung jawab yang besar; 5
7) berdisiplin dalam pengertian yang luas; 8) mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan pembina pendidikan, Badan Peranserta Masyarakat/Komite Sekolah/BP3, dan pihak-pihak yang yang berkepentingan (stakeholders) Satori D. (2004:5) kepala sekolah hendaknya memiliki visi dan misi kelembagaan, kemampuan konseptual, memiliki keterampilan dan seni dalam hubungan antar manusia, menguasai aspek-aspek teknis dan subtantif pekerjaan rutin, memiliki semangat untuk maju, mengabdi serta memiliki karakter yang di perlukan lingkungannya. Selanjutnya syarat seorang kepala sekolah harus memiliki: (a) pengetahuan yang luas tentang teori pendidikan; (b) kemampuan menganalisis situasi sekarang berdasarkan apa yang seharusnya dilakukan; (c) mampu mengidentifikasi masalah; dan (d) mampu mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan. Fakry G. dalam Fattah N. (2003) mengatakan faktor kunci yang perlu diperoleh seorang kepala sekolah (manajer pendidikan) dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berkelanjutan harus memiliki: (a) pemahaman terhadap philosophy mutu; (b) visi tentang mutu berlanjutan; (c) gaya kepemimpinan yang tepat untuk membudayakan mutu; (d) peran strategis sesuai dengan lingkungan, wewenang dan tanggung jawab; (e) empowering teacher atas dasar learner focus. Sanusi A. (1991:140) mengemukakan beberapa kemampuan profesional yang harus dapat ditunjukan oleh kepala sekolah, yaitu: (a) kemampuan untuk menjalankan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya selaku kepala unit kehadiran murid; (b) kemampuan untuk menerapkan keterampilan-keterampilan konseptual manusiawi, dan teknis kepada kedudukan dari jenis ini; (c) kemampuan memotivasi para bawahan yang bekerja sama secara suka rela dalam mencapai maksud-maksud unit dan organisasi; (d) kemampuan untuk memahami implikasiimplikasi dari perubahan-perubahan, sosial, ekonomi, politik, dan pendidikan, artinya mereka sumbangkan kepada unit, untuk memulai dan memimpin perubahan yang cocok di dalam unit didasarkan atas perubahan-perubahan sosial yang luas. Selanjutnya Engkoswara (2002:82) mengungkapkan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin dan manajer pendidikan. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus mampu (a) menggerakkan tenaga kependidikan lainnya; (b) menggerakkan masyarakat baik 6
orang tua, para pakar peduli pendidikan maupun pemakai jasa pendidikan. Sebagai seorang manajer pendidikan kepala sekolah harus mampu merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sumber daya manusia, sumber belajar khususnya kurikulum, dan sumber daya fasilitas beserta dana untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif. Di Amerika Serikat kepala sekolah diharapkan mempunyai enam macam kepemimpinan, yaitu: (a) sebagai orang pemerintah (stateperson);(b)kependidikan zation);(d)keadministrasian
(educationan);(c)keorganisasian (administrative);
(e)penasihat.
Di
(organisamping
persyaratan profesi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah, mereka juga harus mengakomodasi tiga jenis keterampilan yang baik secara perjenis maupun teritegrasi tercermin dalam mekanisme kerja administrasi sekolah sebagai proses sosial. Tiga keterampilan tersebut menurut Katz (Yulk. G, 2004:214) meliputi (a) keterampilan teknis (technical skill); (b) keterampilan melakukan hubunganhubungan kemanusiaan (human skill); (c) keterampilan konseptual (conceptual skill) Prilaku Organisasi
Perilaku organisasi adalah penelaahan tentang individu dan kelompok dalam organisasi. Sebuah organisasi juga mempunyai perilaku yang sama dengan perilaku manusia.Perilaku berhubungan dengan kepribadian dan sikap. Perilaku yang baik akan menentukan keprbadian dan sikap yang baik pula. Perilaku individu adalah perilaku yang dimiliki oleh setiap orang. Perilaku seseorang dengan orang lain berbeda – beda. Perbedaan ini menentukan keunikan individu tersebut, sehingga juga berpengaruh pada keunikan yang terdapat dalam organisasi. Seorang manajer harus paham betul akan keunikan para pegawainya. Dalam aliran perilaku memandang bahwa organisasi terdiri dari tugas – tugas dan manusia. Adanya peranan anggota dalam kelompok sebagai faktor yang menentukan terbentuknya perilaku organisasi. Kebiasaan dan norma kelompok membentuk perilaku dan mempengaruhi tingkat produktivitasnya. Perilaku organisasi/organizational behavior adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Ia meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi 7
terhadap manusia demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi. Tujuan praktis dari penelahaan studi ini adalah untuk mendterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Bidang ini dikembangkan dari ilmu tingkah laku yang dikembangkan dengan titik perhatiannya pada pemahaman perilaku manusia di dalam suatu organisasi yang sedang berproses, dinamakan perilaku organisasi. Miller (1987:128) menyebutkan bahwa : Prilaku Organisasi adalah nilai dan semangat yang mendasar dalam cara mengelola serta mengorganisasikannya. Nilai-nilai itu merupakan keyakinan yang dipegang teguh dan kadang-kadang tidak terungkap. Dengan demikian nilai-nilai dan semangat ini akan mendasari sifat organisasi dalam usaha menjawab tantangan. Sedangkan menurut Daniel Denison (1990:157) menyatakan bahwa Prilaku Organisasi adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki suatu pengurusan olahraga untuk melakukan koordinasi dan kontrol terhadap perilaku anggota pengurusan olahraga. Sehingga kuatnya suatu Prilaku Organisasi yang baik, akan berpengaruh makin meningkatnya mutu informasi serta koordinasi perilaku.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian yaitu : 1.
Kepemimpinan Kepala Sekolah berkontribusi signifikan terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMK..
2.
Prilaku Organisasi berkontribusi signifikan terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMK.
3.
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
dan
Prilaku
Organisasi
secara
simultanberkontribusi signifikan terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMK .
8
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini yang menjadi subjeknya adalah guru penjasorkes SMK negeri dan swasta yang ada di Kabupaten Ciamis. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat- sifatnya (Sudjana, 2004:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang ada di SMK Negeri dan Swasta di kabupaten Ciamis melakukan kegiatan pengajaran tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 53 orang sebagai berikut. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto, S.
(2005:120)
mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar lebih dari 100, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi kurang dari 100 orang, yaitu 53 orang. Oleh karenanya penarikan sampel tidak dilakukan, maka lebih baik semua populasi dijadikan sampel. Pengaruh antar variabel digambarkan berikut. Kepemimpinan Kepala Sekolah
ryx1
(X1)
Kinerja Guru Penjasorkes (Y)
R2y x1 x2 ryx2 Prilaku Organisasi (X2)
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Secara
keseluruhan
uji
validitas
akhir
pada
item-item
kuesioner
Kepemimpinan Kepala Sekolah menghasilkan data validitas yang bergerak diantara -0,250 – 0,887 dengan reliabilitas0,933. Item yang valid berjumlah 24 item.
Uji
validitas
akhir
pada
item-item
kuesioner
PrilakuOrganisasi
menghasilkan data validitas yang bergerak diantara 0,012 – 0,837 dengan reliabilitas 0,905. Item yang valid berjumlah 19 item. Sedangkan uji validitas akhir pada item kuesioner Kinerja Guru Penjasorkes bergerak antara -0,361 – 0,878 denganreliabilitas 0,898. Item yang valid berjumlah 24 item. Uji Normalitas Tabel 4.9
a) Kepemimpinan kepala sekolah (X1) (1) Hasil Perhitungan Nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan SPSS 17 pada tabel 4.9 dalam Uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai signifikansi 0,784. (2) Membuat keputusan: Ternyata nilai signifikasi hitung lebih besar dari kriteria atau 0,784 > 0,05, ternyata data kepemimpinan kepala sekolah (X1) berdistribusi normal.
10
b) Prilaku Organisasi (X2) (1) Hasil Perhitungan Nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan SPSS 17 dalam Uji Kolmogorov-Smirnov tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi 0,648. (2) Membuat keputusan: Ternyata nilai signifikasi hitung lebih besar dari kriteria atau 0,648> 0,05, ternyata data Prilaku Organisasi (X2) berdistribusi normal. c)
Kinerja Guru Penjasorkes (Y) a. Hasil Perhitungan Nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan SPSS 17 dalam Uji Kolmogorov-Smirnov tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi 0,448. b. Membuat keputusan: Ternyata nilai signifikasi hitung lebih besar dari kriteria atau 0,448> 0,05, ternyata data Kinerja Guru Penjasorkes Penjas (Y) berdistribusi normal.
Pengujian Hipotesis Tabel 4.12
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Kontribusi antarvariabel
Koefisien jalur nilai beta
NilaiSig
Nilai F
Hasil Pengujian
Koefisien Diterminan (Kontribusi)
Koefisien variabel lain (sisa)
X1tehadap Y
0.663
0,000
-
Signifikan
43.96%
-
X2tehadap Y
0.720
0,000
-
Signifikan
51.84%
-
X1dan X2 tehadap Y
0.725
-
55,251
Signifikan
52.56%
47.44%
11
1.
Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Berdasarkan nilai koefisien jalur kepemimpinan kepala sekolah sebesar
0,663 dan memberikan sumbangan sebesar 43,96% terhadap Kinerja Guru Penjasorkes. Hasil penelitian bahwa kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi secara signifikan terhadap Kinerja Guru Penjasorkes, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam membina guru pada hakikatnya merupakan proses formal. Proses tersebut dilaksanakan untuk memberikan dukungan dalam upaya mengembangkan kemampuan guru untuk melaksanakan tugas yang menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Fungsi kepemimpinan kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong Kinerja Guru Penjasorkes. Perwujudan Fungsi kepemimpinan kepala Sekolah dalam hal ini meliputi pemberian bimbingan, membantu guru untuk berkembang, menyediakan fasilitas, membantu memecahkan masalah, dan melakukan pembinaan profesi. Proses pembinaan yang dilakukan kepala sekolah sebaiknya diawali sejak sebelum pelaksanaan pembelajaran. Tahap awal yang dilakukan mencakup bimbingan dalam menyusun program pengajaran, mengembangkan desain pembelajaran, mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat menghambat proses pembelajaran serta mencoba menemukan alternatif pemecahannya. Dalam upaya memperbaiki perannya sebagai supervisor, kepala sekolah perlu membimbing guru dalam menetapkan dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai serta merumuskan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Secara teknis proses bimbingan tersebut dilakukan oleh kepala sekolah sejak guru merencanakan program pembelajaran. Kontribusi Prilaku Organisasi terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Berdasarkan temuan penelitian bahwa Prilaku Organisasi
berkontribusi
signifikan terhadap Kinerja Guru Penjasorkes sebesar 0,720 dan memberikan sumbangan sebesar 51,84%. Hal ini memberikan gambaran bahwa Prilaku Organisasi yang tercipta dalam penyelenggaraan pendidikan SMK Negeri dan Swasta di kabupaten Ciamis lebih kondusif, sehingga lebih efektif dalam
12
penyelenggaraan kegiatan di lingkungan Pendidikan SMK Negeri dan Swasta di kabupaten Cimais. Temuan dari variabel Prilaku Organisasi sebesar 51,84%
menunjukkan
potensi pemimpin yang ada di SMK Negeri dan Swasta kabupaten Ciamis lebih meningkatkan Kinerja Guru Penjasorkes, sejalan dengan sistem nilai yang dianut dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri dan Swasta kabupaten Ciamis. Peningkatan Kinerja Guru Penjasorkes dapat dilakukan dengan menciptakan Prilaku Organisasi
yang kondusif. Temuan penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Biyantu (2007:220) dan Anwar (1984), menemukan adanya kontribusi Prilaku Organisasi
guru dengan kepuasan kerja terhadap
performace kerja guru. Selanjutnya Mulyati (2003), yang menyatakan bahwa ”pengembangan Prilaku Organisasi dan persepsi terhadap deskripsi pekerjaan akan memberikan dampak terhadap kinerja pegawai”. Wahyu dkk (2004) menyatakan bahwa ”Secara umum guru-guru IPA menghendaki terciptanya iklim lingkungan sekolah yang lebih baik dan lebih kondusif”. Selanjutnya Freiberg (1998) menegaskan bahwa ”Prilaku Organisasi
yang sehat di suatu sekolah
memberikan kontribusi signifikan terhadap proses pembelajaran yang efektif”. Pembentukan lingkungan kerja sekolah yang kondusif menjadikan seluruh anggota sekolah melakukan tugas dan peran secara optimal. Komunikasi antar sesama guru dan antara guru dengan kepala sekolah serta pegawai lainnya yang berlangsung sangat terbuka akan membuat guru senang dalam bekerja. Prilaku Organisasi yang kondusif akan memberikan kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi guru dalam bekerja. Kondisi ini juga akan membangun kesadaran yang tinggi bagi guru dalam melaksanakan tugas secara maksimal, dengan demikian kinerjanya akan meningkat. Kontribusi Prilaku Organisasi terhadap kinerja dikemukakan oleh Nitisemo (1996: 109) yang menjelaskan bahwa Prilaku Organisasi adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat memkontribusii dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan. Dalam hubungannya dengan kinerja dapat menghasilkan kinerja yang baik jika di dalam organisasi tersebut diciptakan Prilaku Organisasi 13
yang sekondusif mungkin sehingga dapat dirasakan suasana yang harmonis yang dapat membuat semua anggota menjadi bergairah untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tuntutan tugasnya. Prilaku Organisasi
guru mengacu pada
hubungan dalam segala situasi yakni hubungan yang dialami setiap individu dalam melaksanakan pekerjaan. Prilaku Organisasi
yang kondusif dibutuhkan oleh guru agar dapat
melakukan pekerjaan dengan senang hati, penuh semangat dan gairah sehingga kinerja menjadi maksimal. Bahwa aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dapat berjalan dengan baik jika situasi dan kondisinya mendukung serta memungkinkan aktivitas itu terlaksana (Hersey dan Blanchard, 1982). Prilaku Organisasi guru yang kondusif merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari guru, adalah contoh Prilaku Organisasi
yang dapat
menumbuhkan semangat kerja guru. Prilaku Organisasi guru sudah merupakan kewenangan organisasi sekolah dan yang diperlukan adalah peningakatan intensitas dan ekstensitasnya oleh semua guru dan warga sekolah. Upaya untuk menciptakan Prilaku Organisasi guru perlu melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Prilaku Organisasi
adalah suasana di tempat kerja yang dapat
memkontribusii kegiatan guru dalam melaksanakan tugas. Prilaku Organisasi atau suasana kerja adalah suatu kondisi yang dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh seluruh komponen di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan dampak psikologis, terhadap kegiatan atau aktifitas kerja. Prilaku Organisasi
yang kondusif merupakan keadaan yang nyaman, aman di mana
tercipta rasa kekeluargaan, saling menghargai, membutuhkan sesama rekan sejawat. Hal ini akan mendorong guru melaksanakan kegiatan dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja ditentukan oleh suasana kerja di dalam organisasi itu, demikian juga halnya dengan kinerja sekolah ditentukan oleh suasana atau Prilaku Organisasi sekolah tersebut (Wahyudi dkk., 14
2004). Prilaku Organisasi
yang kondusif akan mendorong guru berprestasi
optimal. Makna Prilaku Organisasi guru yang telah diungkap dalam penelitian ini adalah keterbukaan komunikasi di antara orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan guru di sekolah mencakup komunikasi dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah, serta antara guru dengan pegawai. Terciptanya Prilaku Organisasi
guru yang kondusif dapat dikembangkan
dengan cara sebagai berikut: (1) membiasakan diri untuk melakukan kerjasama dalam melaksanakan tugas sehingga dapat tercipta kebersamaan antar guru, (2) menyelenggarakan acara-acara informal yang dapat meningkatkan
keeratan
hubungan antar guru dan juga kepala sekolah, (3) memberikan toleransi terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru dalam arti memberikan kesempatan pada guru untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukannya; (4) pendistribusian tugas yang merata antar guru sehingga tidak ada guru yang merasa dikucilkan dalam lingkungan kerjanya; serta (5) saling memberikan dukungan dalam menghadapi kesulitan. Prilaku Organisasi guru pada dasarnya merupakan persepsi guru terhadap lingkungan kerjanya. Prilaku Organisasi
dapat menjadi kekuatan yang besar
dalam memkontribusii perilaku guru. Prilaku Organisasi sangat berperan terhadap keberhasilan guru dalam melaksanakan pekerjaan, karena setiap orang akan dapat bekerja dengan baik jika iklim atau suasana yang ada di lingkungannya memberikan kenyamanan, perasaan tenang, aman dan merasa dihargai. Suasana kerja yang baik dan menyenangkan akan mendorong guru untuk bekerja dengan penuh
tanggungjawab.
Namun
sebaliknya
Prilaku
Organisasi
kurang
menyenangkan akan dapat menurunkan prestasi kerja. Demikian juga halnya, kinerja sekolah ditentukan oleh suasana atau Prilaku Organisasi pada sekolah tersebut. Riset tentang Prilaku Organisasi di sekolah (school working environment atau school climate) telah berkembang dengan mapan dan memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pembentukan sekolah-sekolah yang efektif. Ditegaskan bahwa jika guru merasakan Prilaku Organisasi
kondusif di sekolahnya, maka dapat diharapkan siswanya akan 15
mencapai prestasi akademik yang memuaskan. menyatakan
bahwa
kekondusifan
Prilaku
Brookover dan (1978)
Organisasi
suatu
sekolah
memkontribusi sikap dan tindakan seluruh komunitas sekolah tersebut, khususnya pada pencapaian prestasi akademik siswa. Lebih tegas lagi, Purkey dan Smith (1985) juga menyatakan bahwa prestasi akademik siswa dikontribusii sangat kuat oleh suasana kejiwaan atau Prilaku Organisasi sekolah. Lebih lanjut Hughes (1991) menegaskan bahwa setiap sekolah mempunyai karakter suasana kerja, yang akan memkontribusii keberhasilan proses kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian di atas Prilaku Organisasi
menjadi faktor penting
terhadap pelaksanaan pekerjaan bagi para guru dalam menjalankan tugasnya. Dengan kata lain Prilaku Organisasi dicirikan sebagai hakekat dari manusia, hubungannya antara kepala sekolah dengan guru dan dengan karyawan lainnya. Hubungan ini sangat ditentukan dengan adanya interaksi maksud dan tujuan, organisasi formal, gaya kepemimpinan, proses manajemen dan perilaku anggota organisasi tersebut. Prilaku Organisasi berhubungan dengan serangkaian sifatsifat lingkungan kerja yang dirasakan oleh setiap individu baik itu kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya serta diharapkan menjadi kekuatan besar terhadap keberhasilan pengajaran di sekolah. Hal ini mencakup sifat-sifat lingkungan tersebut meliputi gaya kepemimpinan, struktur organisasi, pembagian kerja, standar pekerjaan, imbalan, nilai-nilai bekerja dan dukungan. Atas dasar itu, maka semakin jelas bahwa Prilaku Organisasi mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap perilaku guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah. Hal penelitian ini menjelaskan bahwa untuk menciptakan Prilaku Organisasi yang kondusif di lingkungan sekolah bukan hanya kewajiban kepala sekolah semata, akan tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara kepala sekolah dan guru serta warga sekolah lainnya. Apabila hal itu dapat dikondisikan dengan baik maka suasana kerja di sekolah akan lebih baik sehingga dapat memperlancar pelaksanaan pembelajaran. Di samping itu suasana yang kondusif dapat menambah semangat dan motivasi kerja bagi guru dalam melakukan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, pada gilirannya prestasi kerja dapat tercapai. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk menjaga baik keamanan, ketertiban, dan kebersihan 16
lingkungan agar para guru dapat melaksanakan tugasnya dengan tenang dan tidak merasa terganggu atau merasa terancam. Apabila kondisi tersebut dapat diwujudkan dalam lingkungan sekolah, pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, pada gilirannya prestasi belajar siswa dapat tercapai. Suasana yang kondusif di sekolah merupakan tanggung jawab bersama antara kepala sekolah dan guru serta tenaga administratif lainnya. Perlu adanya hubungan yang harmonis antara kepala sekolah dan guru, agar setiap orang yang terlibat di dalamnya merasa berkewajiban untuk saling menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah. Hal itu dapat terjadi jika kepala sekolah memberikan keseimbangan antara beban kerja, kualitas pekerjaan dengan imbalan yang diterima sehingga guru merasa nyaman dalam bekerja. Apabila Prilaku Organisasi yang kondusif dapat terwujud maka guru akan mendapatkan kepuasan, sehingga mampu menyelesaikan tugas dengan baik, kebutuhan pribadinya terpenuhi, berprestasi danan pada gilirannya kualitas belajar siswa meningkat. Hasil penelitian ini memberikan penjelasan yang amat penting dalam upaya meningkatkan Kinerja Guru Penjasorkes. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjawab hipotesis yang diajukan, bahwa Prilaku Organisasi
berkontribusi
terhadap Kinerja Guru Penjasorkes. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Prilaku Organisasi terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Dalam penelitian ini ditemukan bahwa fungsi kepemimpinan kepala Sekolah dan Prilaku Organisasi
secara bersama-sama berkontribusi signifikan terhadap
Kinerja Guru Penjasorkes sebesar 68,89% dan sisanya 31,11% ditentukan oleh variabel lain. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi Kinerja Guru Penjasorkes, maka akan semakin tinggi pula fungsi kepemimpinan kepala Sekolah dan Prilaku Organisasi. Oleh karena itu, kepala SMK Negeri danSwasta di kabupaten Ciamis perlu menciptakan kondisi yang mendukung peningkatan Kinerja Guru Penjasorkes. Pemimpin SD Swasta di kabupaten Purwakarta perlu mengupayakan peningkatan guru yang lebih baik dan menciptakan Prilaku Organisasi 17
yang
kondusif agar berprestasi tinggi dan membina guru yang mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Sehubungan dengan itu kepala sekolah sebagai pemimpin dan supervisor pendidikan pada tingkat sekolah, perlu mengelola setiap variabel tersebut sehingga kualitas belajar siswa dan Kinerja Guru Penjasorkes mengalami peningkatan seiring dengan harapan masyarakat sebagai pengguna sekolah (stakeholders). Di samping itu, kepala sekolah perlu menciptakan kondisi yang mendukung peningkatan Kinerja Guru Penjasorkes. Kepala sekolah perlu mengupayakan penyediaan teknologi pembelajaran dan membina guru-guru agar mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjawab hipotesis yang diajukan, bahwa kontribusi fungsi kepemimpinan kepala Sekolah dan Prilaku Organisasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru Penjasorkes adalah 0,830 dan kontribusinya sebesar 68,89% dan sisanya 31,11% ditentukan oleh variabel lain seperti sarana dan prasarana; pembiayaan; disiplin guru; partisipasi orangtua; kompensasi; komunikasi; manajemen kepala sekolah; ekonomi; administrasi; psikologi kepala sekolah, guru, murid, staf serta orangtua dan lain-lain. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan penelitian ini, diperoleh fakta empirik mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan prilaku organisasi terhadap kinerja guru. Temuan penelitian yang menunjukkan pengaruh masing-masing variabel dianalisis menggunakan teknik analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru Penjasorkes. 2. Prilaku Organisasi berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru Penjasorkes. 3. Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Prilaku Organisasi berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru Penjasorkes.
18
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tersebut, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut: 1. Kelemahan dari kepemimpinan kepala sekolah yaitu penentu arah program sekolah sebaiknya menyusun persyaratan untuk merekrut kepala sekolah yang didasarkan pada profesionalisme perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang diawali dengan pendidikan, masa kerja/ golongan, pengalaman kepala sekolah, loyalitas dan dedikasi terhadap sekolah serta pembuatan program sekolah yang jelas dan mempunyai daya saing sebagai SMK Negeri dan Swasta di kabupaten Ciamis yakni mengadakan feat and proper test. 2. Memaksimalkan peran pengawas sekolah melalui pembuatan program pengawasan dan penilaian terhadap kepala sekolah yang objektif, sehingga bagi kepala sekolah yang berprestasi diberikan tunjangan prestasi (tunjangan kepala sekolah yang memadai). 3. Rotasi kepala sekolah didasarkan pada kepemimpinan dan kinerja kepala sekolah dan meningkatkan kinerja guru, serta berdasarkan prestasi yang objektif (berlaku penghargaan dan sanksi). 4. Kelemahan dari budaya sekolah yaitu budaya primer sebaiknya guru turut membina budaya sekolah yang kondusif sesuai dengan nilai-nilai primer dan sekunder. Untuk kepentingan tersebut itu guru diharapkan: (a) mengenali dengan baik satu-demi satu sesama guru di
sekolah baik itu pribadinya
ataupun tugas-tugasnya; (b) memahami tujuan organisasi sekolah dan tujuan individu yang ingin dicapai; (c) melakukan komunikasi yang baik yang dapat menumbuhkan keeratan hubungan atau kesetiakawanan antara pegawai dan sesama guru di sekolah; (d) saling mendukung dalam melaksanakan tugas serta saling membantu jika ada rekan kerja yang menghadapi kesulitan. 5. Kelemahan dari kinerja guru yaitu faktor kepribadian sebaiknya guru berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepemimpinan yang sukses di antaranya berorientasi pada nilai. Maksudnya pemimpin yang terampil melibatkan dimensi moral. Dimensi moral ini diangkat dengan kehadiran sifat-sifat internal tertentu yaitu ketulusan dan kejujuran, dapat dipercaya, kesetiaan, dan kebanggaan (harga diri). Prinsip selanjutnya menyiapkan diri, mendisiplinkan 19
diri, berpengetahuan, berorientasi daya guna menjadi komunikator, menjadi motivator, menjadi pemecah masalah, menjadi kelompok membangun, percaya diri, berkesempatan, dan berani. Daftar Pustaka Aas Hasanah (2008) tentang “PRODUKTIVITAS MANAJEMEN SEKOLAH (Studi Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, dan Kinerja Guru terhadap Produktivitas Sekolah Menengah Pertama di kota Bandung)” Sekolah Pascasarjana UPI: Disertasi tidak diterbitkan Arikunto, Suharsimi. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Denison, Daniel (1990) “Corporate Culture and Organizational Effectives.”New York: John-Wesley Engkoswara (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. ________ (2002). Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga Fakry, Emmy dan Rosmiati, Tati (2003). “Kepemimpinan Pendidikan”, dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan (2003). Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Fattah, Nanang (2003). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Jalal, F. (2005). Kebijakan Pendidikan dalam Profesionalisasi Pendidik dan Tenaga kependidikan dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Bandung: FIP UPI Miller, L.M. (1987) Manajemen Era Baru: Beberapa Pandangan Mengenai Budaya Perusahaan Modern.Jakarta: Terjemahan, Erlangga. Rahman, dkk. (2005). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: Alqaprint Jatinangor Sanusi, Achmad. (1991). Studi Pengembangan Model: Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Bandung:IKIP Bandung. Satori, D. (1999). Manajeman Berbasis Sekolah, Basic Education Project. Jawa Barat. Surya, M. (2005). Mencermati Kebijakan Pendidikan dalam Mewujudkan Kemandirian Guru. Makalah Simposium Nasional Pendidikan tentang Rekonstruksi Profesi guru dalam Kerangka Reformasi Pendidikan di Unmuh Malang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tantang Guru dan Dosen. 20
Usmara,A.(Editor).(2002). Paradigma Baru Manusia. Yogyakarta: Amara Books.
Manajemen
Sumber
daya
Wahjosumidjo. (1987). Kepemimpinan dan Motivasi. Bandung: Ghalia Indonesia. _______(2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada Yulk, Gary. (2004). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.
21
KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PRILAKU ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMK KABUPATEN CIAMIS Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Magister
Disusun oleh ENCAR SETIANA NIM. 82351112015
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH CIAMIS 2013
22
KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PRILAKU ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMK KABUPATEN CIAMIS Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Magister
Disusun oleh ENCAR SETIANA NIM. 82351112015
Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Manajemen Pendidikan Olahraga
LEMBAR PENGESAHAN Artikel ini disetujui untuk dimuat dalam e-jurnal Oleh ; Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan
Drs. RUNALAN S, M.Si
23