Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014
KONTRIBUSI DELAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TERHADAP PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR CONTRIBUTION OF EIGHT NATIONAL EDUCATION STANDARDS TOWARDS LEARNING ACHIEVEMENT Sabar Budi Raharjo Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdikbud Lantai 19, Gedung E Jl Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 21/11/2014; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 25/11/2014; Disetujui tanggal: 3/12/2014 Abstract: National education standards is a means to ensure the quality of educational services. School administrators must fulfill minimum standards in helping students to achieve learning target. The purpose of this study was to determine the achievement of national education standards and the extent to which they contribute to eight national education standards towards the learning achievement of high school students. The research method is a survey. The results showed that first, among the achievement of eight national education standards, educational facilities and infrastructures standards, process standards competency standards and education professional standards were considered low. Second, the eight national education standards contribute less significant to student national examination score. This means that successful learning achievement is determined by other factors, both internal and external, such as motivation, interest, parental background, school environment. From the eight standards, teacher and education personnel standard give significant influence to national students exam results. The first conclusions is that, four standards with below average accreditation credits are educational facilities and infrastructures standards, process standards, competency standards, and education professional standards. Secondly, the contribution of eight national standards of education is still relatively less and other factors are needed in order to improve the students’ learning achievement. Keywords: national education standards, learning achievement, education quality Abstrak: Standar nasional pendidikan merupakan sarana untuk menjamin mutu layanan pendidikan. Dalam memberikan layanan pendidikan pengelola sekolah berusaha memberikan standar minimal kepada peserta didik dalam mencapai prestasi belajar. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketercapaian standar nasional pendidikan dan sebesarapa besar kontribusi delapan standar nasional pendidikan terhadap pencapaian prestasi belajar siswa SMA. Metode penelitian adalah survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) dari delapan standar yang ada, standar yang masih rendah adalah standar sarana-prasarana, standar proses, standar kompetensi, dan standar tenaga pendidik dan kependidikan; 2) Delapan standar nasional pendidikan terhadap prestasi belajar (UN) tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti bahwa keberhasilan prestasi belajar ditentukan oleh faktor lain baik internal maupun eksternal seperti motivasi, minat, latar belakang orang tua, dan lingkungan sekolah. Dari 8 standar tersebut, standar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap UN adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK). Simpulan dari penelitian ini: 1) empat standar yang masih rendah perolehan angka akreditasi yaitu standar sarana-prasarana, standar proses, standar kompetensi dan, standar tenaga pendidik dan kependidikan masih rendah; 2) kontribusi delapan standar masih relatif kecil dan perlu memperhatikan faktor lain di luar standar dalam perbaikan mutu prestasi belajar. Kata kunci: standar nasional pendidikan, prestasi belajar, mutu pendidikan
470
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar
Pendahuluan
pendidikan, b) pemetaan masalah pendidikan, c)
Pendidikan merupakan investasi masa depan bagi
penyusunan strategi dan rencana pengem-
seseorang atau suatu bangsa yang akan meraih
bangan sesudah diperoleh data dari evaluasi
suatu kehidupan lebih sejahtera. Dengan pen-
belajar secara nasional seperti ujian nasional.
didikan yang lebih baik maka suatu bangsa akan
Terkait dengan Standar Nasional Pendidikan,
menuju suatu perubahan tatanan kehidupan
dikemukakan oleh Sudrajat (2010), bahwa
yang rapi dan tertib untuk mencapai peradaban
Standar Nasional Pendidikan memiliki fungsi
modern. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan
sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,
yang berkualitas atau bermutu. Artinya, bahwa
dan pengawasan pendidikan dalam rangka
dalam menyelenggarakan pendidikan diperlukan
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu,
suatu proses pendidikan yang bermutu.
dan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
beberapa komponen penyelenggaraan yang
bangsa dan membentuk watak serta peradaban
berkualitas mulai dari peraturan penyeleng-
bangsa yang bermartabat. Artinya, standar
garaan, sumber daya pendidikan dan tenaga
pendidikan merupakan fondasi dalam membangun
pendidikan, kurikulum, sarana-prasarana serta
pendidikan Indonesia untuk mencapai mutu
sistem penilaian yang berkualitas. Tercapainya
pendidikan Indonesia.
sumber daya yang berkualitas menjadi tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat.
Dengan kualitas pendidikan yang dihasilkan maka diharapkan kualitas manusia bangsa
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Indonesia meningkat. Kualitas manusia Indonesia
Nomor 20, Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
dapat diukur berdasarkan Human Development
Nasional pada Pasal 3 dinyatakan bahwa,
Index atau Indek Pembangunan Manusia (IPM).
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Human Development Index Indonesia dan beberapa
kemampuan dan membentuk watak serta
Negara tetangga yang dikeluarkan oleh United
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
Nations Development Programme (2013) menun-
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
jukkan, bahwa posisi Indonesia tahun 2013
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
berada pada peringkat 121 dari 185 negara di
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
Philipina.
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan
Kebijakan yang dapat digunakan sebagai
menjadi warga Negara yang demokratis serta
acuan dalam mengelola pendidikan adalah
bertanggung jawab (Departemen Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Nasional, 2003). Dalam konteks pendidikan
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
nasional diperlukan standar yang harus dicapai
Pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional,
dalam kurun waktu tertentu dalam rangka
2003). Pasal 4 dalam PP tersebut menyatakan,
mewujudkan tujuan pendidikan. Langkah-langkah
bahwa standar nasional pendidikan merupakan
strategis dapat dicapai melalui berbagai kegiatan
sarana untuk menjamin mutu pelayanan pen-
di dalam proses pendidikan. Apabila tidak ada
didikan. Standar pendidikan meliputi standar isi,
patokan atau yardstick yang dijadikan pedoman
proses, ketenagaan, sarana dan prasarana,
sudah barang tentu akan terjadi kekacauan dalam
pengelolaan,
pendidikan karena tidak mempunyai arah.
kompetensi lulusan. Dengan adanya standar
Pernyataan mengenai perlunya standar pen-
nasional tersebut maka arah peningkatan mutu
didikan nasional adalah; a) standar pendidikan
pendidikan Indonesia menjadi lebih jelas. Bila
nasional merupakan tuntutan politik, b) standar
setiap satuan pendidikan telah mencapai atau
pendidikan
tuntutan
melebihi standar nasional pendidikan tersebut,
globalisasi, c) standar pendidikan nasional
maka diharapkan mutu pendidikan akan tercapai.
nasional
merupakan
evaluasi,
pembiayaan,
dan
merupakan tuntutan dari kemajuan (Tilaar, 2006).
Seperti telah dikemukakan bahwa, penge-
Lebih lanjut dikemukakan bahwa fungsi standar
lolaan sekolah di Indonesia diarahkan untuk
nasional pendidikan adalah a) mengukur kualitas
mencapai standar minimal, seperti yang tertera
471
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014
dalam
standar nasional pendidikan. Berkenaan
upaya mencapai output/hasil yang maksimal
dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini
dengan input yang minimal. Untuk mencapai hasil
dilakukan kajian tentang kontribusi standar
maksimal dengan input yang minimal maka harus
nasional pendidikan terhadap ketercapaian
terjadi doing things right, mengerjakan pekerjaan
prestasi belajar siswa pada sekolah jenjang
dengan cara yang benar.
pendidikan menengah (SMA). Oleh karena itu,
Apabila dikaitkan dengan ketercapaian
perumusan masalah yaitu seberapa besar
delapan standar nasional pendidikan, maka
ketercapaian standar nasional pendidikan dan
sekolah harus dapat menggunakan sumber daya
berapa besar kontribusi delapan standar nasional
yang tersedia dalam memenuhi standar yang
pendidikan terhadap pencapaian prestasi belajar
disyaratkan sesuai standar nasional pendidikan.
siswa SMA? Tujuan penelitian ini dimaksudkan
Dalam PP 19/2005, dinyatakan bahwa Standar
untuk mengetahui seberapa besar ketercapaian
Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal
standar nasional pendidikan dan kontribusi
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
delapan standar nasional pendidikan terhadap
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
penca-paian prestasi belajar siswa SMA.
Standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan
Kajian Literatur
pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya
Standar Nasional Pendidikan
dalam memberikan layanan pendidikan yang
Dalam manajemen, kriteria ketercapaian tujuan
bermutu. Selain itu, standar nasional pendidikan
adalah efektif dan efisien. Dalam hal efektivitas
juga dimaksudkan sebagai perangkat untuk
dan efisiensi ini Drucker dalam Rue & Byars (2000)
mendorong terwujudnya transparansi dan
menyatakan “Effectiveness is the foundation of
akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan
success; efficiency, is concerned with doing things
sistem pendidikan nasional. Standar nasional
right. Effectiveness is doing the right things”.
pendidikan meliputi delapan standar yaitu,
Efektivitas merupakan landasan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
sukses, sehingga hanya tujuan dan pekerjaan
proses, standar pendidikan dan tenaga ke-
yang benar (do right things) yang dilaksanakan.
pendidikan, standar sarana dan, prasarana,
Dengan kata lain, efektivitas adalah mengerjakan
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
pekerjaan dengan benar, sedangkan efisiensi
standar penilaian.
berkenaan dengan bagaimana cara mengerjakan
Berdasarkan uraian di atas, ketercapaian
yang benar (do things right). Bila dalam organisasi
standar pendidikan nasional yang dimaksud
melakukan pekerjaan dengan benar (sesuai
adalah tercapainya delapan standar pendidikan
rencana), maka akan muncul efektivitas, dan bila
nasional pada jenjang pendidikan menengah.
cara yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan yang benar itu tepat, maka akan
Prestasi Akademik
menghasilkan efisiensi.
Kegiatan belajar mengajar prestasi akademik
Selanjutnya, Robbins dan Coulter (2009),
merupakan cermin dari upaya yang dilakukan
menyatakan bahwa, “effectively is often describe
sekolah dalam pelaksanaan proses belajar
as doing the right things, that is, doing those work
mengajar. Prestasi akademik yang dihasilkan
activities that will help the organization reach its
suatu sekolah melibatkan beberapa komponen
goal”, sedangkan “Efficiency refers to getting the
yaitu guru, kepala sekolah, dan sarana-prasarana
most output from the least amount of inputs”, it’s
sekolah yang menunjang kegiatan belajar
often doing things right. Dengan demikian,
mengajar. Prestasi akademik merupakan hasil
efektivitas lebih menekankan pada pencapaian
penilaian yang dilakukan oleh guru sebagai umpan
tujuan, baik secara eksplisit maupun implisit.
balik dari hasil proses belajar mengajar. Penilaian
Efektivitas juga sering diartikan mengerjakan
hasil belajar yang dilakukan oleh guru dilakukan
pekerjaan yang benar, yaitu mengerjakan
secara berkesinambungan untuk memahami
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi,
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam
sedangkan efisiensi lebih menekankan pada
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,
472
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
menentukan
kelas. Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dan atau tujuan pembelajaran yang
tingkat
ketercapaian
tujuan
pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
telah ditetapkan dalam kurikulum atau perangkat
kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.
perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya.
Penilaian belajar oleh pemerintah bertujuan untuk
Arikunto (2010) mengemukakan bahwa penilaian
penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara
dilakukan bertujuan: 1) merangsang aktivitas
nasional pada mata pelajaran tertentu dalam
siswa; 2) menemukan penyebab kemajuan atau
kelompok mata pelajaran tertentu dalam kelompok
kegagalan siswa, guru, maupun proses pem-
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi,
belajaran itu sendiri; 3) memberi bimbingan yang
dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional
sesuai kepada setiap siswa; 4) memberi laporan
(Mulyasa, 2010).
tentang kemajuan atau perkembangan siswa
Selanjutnya, dikemukakan ujian nasional (UN)
kepada orang tua dan lembaga pendidikan
dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan
terkait; dan 5) sebagai feedback program atau
akuntabel, serta diadakan sebanyak-banyaknya
kurikulum pendidikan yang sedang berlaku.
satu kali, dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam
Mengingat pentingnya tujuan penilaian dilakukan,
satu tahun pelajaran. Hasil UN dijadikan sebagai
maka seorang guru diharapkan senantiasa
salah satu pertimbangan untuk: 1) pemetaan
melakukan penilaian dengan berbagai model yang
mutu program dan satuan pendidikan; 2) dasar
variatif, sehingga siswa sebagai sasaran penilaian
seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; 3)
merasakan manfaat dan kebermaknaan dari
penentuan kelulusan peserta didik; 4) pembinaan
semua penilaian tersebut. Berdasarkan hasil
dan pemberian bantuan kepada satuan pen-
penilaian yang komprehensif terhadap tiga aspek
didikan dalam upaya meningkatkan mutu
terhadap siswa maka kemajuan belajar siswa dan
pendidikan. Setiap peserta didik wajib mengikuti
tingkat efisiensi mengajar guru dapat diketahui.
satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya, dan
Dengan demikian, rancangan pembelajaran yang
berhak
belum
disusun pada proses pembelajaran berikutnya
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. Peserta
mengulanginya
sepanjang
dapat disempurnakan dengan melihat kekurangan
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan
yang terjadi.
pada pendidikan dasar dan menengah setelah
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal
menyelesaikan seluruh program pembelajaran
dengan istilah tes yang memiliki tiga fungsi yaitu
dan memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
1) tes dapat berfungsi sebagai alat untuk
akhir untuk seluruh kelompok mata pelajaran.
mengukur prestasi belajar siswa, 2) tes berfungsi
Lulus ujian sekolah atau madrasah untuk
sebagai motivator
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
tes dapat berfungsi untuk perbaikan kualitas
teknologi, serta lulus ujian nasional. Kelulusan
pembelajaran, Djaali & Ramli (2000). Oleh karena
peserta didik ditetapkan oleh satuan pendidikan
itu, hasil penilaian tersebut dapat digunakan
yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang
dalam memberi umpan balik (feedback) berhasil
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
atau gagalnya suatu kegiatan pembelajaran atau
Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan
proses pendidikan.
peraturan menteri.
dalam pembelajaran, dan 3)
Untuk mendukung penerapan Kurikulum
Secara umum, penilaian merupakan proses
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis
mengumpulkan informasi untuk mengetahui
kompetensi maka perlu dikembangkan model
pencapaian belajar peserta didik (Mardapi, 2005).
evaluasi program pembelajaran yang lebih
Dengan demikian penilaian merupakan serang-
menyeluruh sehingga dapat digunakan oleh
kaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
pimpinan sekolah atau kepala sekolah untuk
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
mengevaluasi program pembelajaran yang telah
siswa yang dilakukan secara sistematis dan
disusun dan dilaksanakan oleh guru. Hasil
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
evaluasi program ini harus dijadikan landasan
yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
untuk menerapkan kebijakan berikutnya secara
Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk
sistemis dan sistematis. Ada beberapa sumber
473
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014
yang dapat dijadikan acuan untuk menilai produk
penilaian dilaksanakan secara terencana dan
pembelajaran. Menurut Savage & Armstrong,
teratur. Praktis maksudnya model penilaian
dalam Widyoko (2007) untuk menilai hasil
tersebut mudah diimplementasikan.
pembelajaran dapat dilakukan melalui: a)
Dengan demikian, prestasi belajar di sini
penilaian secara informal meliputi observasi guru,
adalah prestasi belajar akademik yang dilakukan
diskusi guru dengan siswa, kliping artikel surat
penilaiannya oleh pemerintah sebagai penilai
kabar, dan teknik-teknik informasi lainnya; b)
pendidikan secara eksternal yang berbentuk UN.
penilaian secara formal meliputi rating scale, checklist, attitude inventories, tes isian, tes pilihan
Metode Penelitian
ganda, dan tes melengkapi. Penilaian pendidikan
Penelitian ini merupakan bagian dari “Kajian
sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 pada
Ketercapaian Standar Nasional Pendidikan
prinsipnya adalah proses pengumpulan dan
Jenjang Pendidikan Menengah”. Metode kajian ini
pengolahan
menentukan
menggunakan metode survei dengan pengam-
pencapaian hasil belajar peserta didik (Depar-
informasi
untuk
bilan sampel berdasarkan pada data hasil UN.
temen Pendidikan Nasional, 2007).
Instrumen utama yang digunakan adalah
Penilaian dikatakan efektif jika memiliki
kuesioner untuk mengumpulkan data tingkat
prosedur yang baku dalam implementasinya.
ketersediaan sumber daya pendidikan ber-
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan
dasarkan kriteria delapan standar nasional
dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil
pendidikan. Mengukur sumbangan dari masing-
belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh
masing indikator kriteria delapan standar nasional
satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh
pendidikan terhadap prestasi siswa dengan
Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang
menggunakan indikator perolehan UN. Oleh
pendidikan tinggi terdiri atas penilaian hasil
karena itu, unit analisis adalah satuan pendidikan
belajar oleh pendidik dan penilaian hasil belajar
berdasarkan data UN yang akan dikorelasikan
oleh
dengan indikator agregat pada tingkat satuan
satuan
pendidikan
tinggi.
Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi
pendidikan.
sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing-
Berdasarkan unit analisis tersebut, sampling
masing perguruan tinggi sesuai peraturan
dipilih secara stratified random sampling ber-
perundang-undangan yang berlaku. Sebuah
dasarkan nilai UN pada satuan pendidikan di
penilaian memiliki ukuran keberhasilan atau
kabupaten/kota. Setiap kabupaten/kota distra-
efektivitas, yang dikenal dengan istilah kriteria.
tifikasi berdasarkan pada hasil UN yang dibagi
Suatu model evaluasi dikatakan efektif apabila
dalam kuantil (K1, K2, K3 ,K4, dan K5).
memiliki kriteria-kriteria efektivitas suatu model.
Berdasarkan hasil UN SMA seluruh Indonesia
Dalam penilaian, istilah kriteria sering dikenal
pada tahun 2012, nilai UN yaitu K1(< 7,05), K2
dengan istilah tolok ukur atau standar. Menurut
(7,0501-7,6700), K3 (7,6701- 8,0900), K4 (8,0901-
Arikunto (2010), kriteria merupakan sesuatu yang
8,3800) dan K5 (>8,3800). Sesuai dengan
digunakan sebagai patokan atau batas minimal
pemilihan sampel penelitian maka terdapat di 23
untuk sesuatu yang diukur. Kandak dan Egen
provinsi, 45 kabupaten/Kota, dan sebanyak 210
dalam Burden & Bayrd (1999) mengatakan
sekolah sampel. Penelitian ini dilakukan pada
bahwa: effective assesment in the real world of the
bulan
classroom teacher has three interrelated feature: It
Pengumpulan data dilakukan dengan menggu-
must be valid, systematic, and practical. To be
nakan kuesioner. Data yang diperoleh dilakukan
valuable while remaining professionally sound, the
analisis untuk melihat ketercapaian standar
assesment system must possess all the three
nasional pendidikan dan perolehan UN sekolah.
September
sampai
Oktober
2013.
feature. Efektivitas suatu penilaian harus memenuhi tiga kriteria utama, yakni valid,
Hasil Penelitian dan Pembahasan
sistematis, dan praktis. Valid maksudnya suatu
Karakteristik sekolah
model penilaian mampu menilai apa yang akan
Penelitian ini dilaksanakan di 23 provinsi dan 45
dinilai. Sistematis maksudnya bahwa pelaksanaan
kabupaten/kota sebagai sampel penelitian.
474
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar
Sekolah yang diambil sebagai sampel adalah
sekolah mulai dari siswa, guru, dan kepala sekolah
sebanyak 210 sekolah dengan perincian 157
secara bersama-sama untuk menjadikan sekolah
sekolah negeri dan 53 sekolah swasta. Sampel
tersebut berprestasi secara mandiri. Grafik 1
ini menunjukkan bahwa sekitar 67% wilayah
menunjukkan persentase sekolah dalam kategori
provinsi masuk dalam sampel penelitian ini.
kuantil.
Dengan kondisi seperti ini representasi responden memadai untuk melihat beberapa fenomena yang
Capaian Standar Nasional Pendidikan
dihadapi yang berkenaan dengan
Apabila dilihat dari hasil akreditasi yang dilakukan
ketercapaian
standar nasional pendidikan.
Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah
Sekolah terdiri atas sekolah eks Rintisan
(BAN-SM) dengan kategori A, B, dan C terlihat
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), Sekolah
dalam grafik 2, bahwa standar yang masih rendah
Standar Nasional (SSN) dan reguler, maka apabila
yaitu standar sarana dan prasarana, standar
dikelompokkan dalam 5 kuantil persebaran adalah
proses, standar kompetensi, dan standar PTK.
berikut; kuantil 1 (57%) sekolah-sekolah berstatus
Data tersebut menggambarkan, bahwa
reguler, kuantil 2 (48%) sekolah-sekolah berstatus
sebagian besar sekolah dalam wilayah sampel
SSN, kuantil 3 (61%) sekolah-sekolah berstatus
standar sarana prasarana masih belum tercukupi
SSN, kuantil 4 (41%) sekolah-sekolah berstatus
secara maksimal bila dibandingkan dengan
SSN, dan kuantil 5 (43%) adalah sekolah-sekolah
standar lainya. Standar lain yang juga masih
berstatus eks RSBI. Hal ini menunjukkan bahwa,
rendah adalah standar proses, kompetensi, dan
pada kelompok kuantil 5 sebagian besar sekolah
PTK. Dari empat standar yang rendah tersebut
berstatus eks RSBI. Artinya bahwa sekolah yang
yang perlu mendapat perhatian besar dalam
berada pada kuantil 5 dengan capaian UN tinggi
peningkatan standar adalah standar PTK. Karena
dapat dinyatakan wajar mencapai prestasi tinggi
standar PTK menjadi kunci untuk meningkatkan
karena di sekolah eks RSBI tersebut sebagian
standar lainnya seperti standar proses, standar
besar telah mencapai delapan standar nasional
isi, dan standar kompetensi. Terkait dengan
pendidikan. Dengan demikian, untuk mencapai
standar PTK bagi guru yang penting adalah
suatu prestasi di suatu sekolah, maka faktor
dimilikinya 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi
standar nasional pendidikan menjadi suatu
profesionalisme, pedagogi, kepribadian, dan
keniscayaan harus dipenuhi. Standar Nasional
sosial. Penguasaan empat kompetensi tersebut
Pendidikan sebenarnya merupakan standar
memberikan jaminan bagi peningkatan standar
minimal yang harus dipenuhi sekolah dalam
proses, standar isi, dan standar kompetensi.
memberikan layanan pendidikan. Namun, standar
Hasil capaian akreditasi sekolah apabila
nasional tersebut juga menjadi dasar dalam
dikategorikan dalam lima kuantil, maka persebaran
mengembangkan berbagai prestasi bagi warga
sekolah yang terakreditasi kategori A masuk pada
Grafik 1 Kategori Sekolah per Kuantil
475
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014
Garfik 2 Capaian Standar Nasional Pendidikan
Grafik 3 Distribusi Peringkat Akreditas per Kuantil kuantil 5. Sebaliknya, sekolah dengan akreditasi
semakin tinggi kuantil semakin tinggi pula sekolah
kategori C masuk pada kuantil 1. Artinya, bahwa
dengan perolehan akreditasi dengan kriteria A.
hasil akreditasi A mencerminkan hasil prestasi siswa. Hal ini dapat dimaklumi, bahwa sekolah
Ketercapaian Ujian Nasional
dengan kategori akreditasi A telah memiliki standar
Perolehan nilai rata-rata UN IPA dan IPS
nasional pendidikan, bahkan sudah melewati
berdasarkan data sekolah sampel secara berturut-
standar minimal, sehingga apabila dilihat dari
turut dari tahun 2011-2013 mengalami penu-
prestasi jelas prestasi yang dimiliki di atas rata-
runan. Hal ini diduga karena pada saat pelak-
rata sekolah lainnya, bahkan sudah masuk dalam
sanaan UN terjadi perbedaan siswa, sehingga
kategori sekolah unggulan.
terjadi perbedaan setiap tahun. Kualitas guru
Persebaran hasil akreditasi yang dilihat per
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
kuantil terdapat dalam Grafik 3 menunjukkan
berbeda, sehingga menyebabkan hasil akhir
persebaran perolehan akreditasi dengan kriteria
belajar setiap tahun berbeda pula. Apabila semua
A tersebar antara K1 sampai dengan K5 dengan
standar nasional pendidikan dapat dipenuhi maka
persebaran sekolah antara 42% sampai dengan
akan
89% sekolah. Data tersebut menunjukkan, bahwa
kecenderungan kenaikan prestasi belajar siswa.
476
dapat
memberikan
kontribusi
pada
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar
Sumbangan Setiap Standar Nasional
eksternal dan internal. UN merupakan salah satu
Pendidikan terhadap Hasil UN
upaya dalam pengendalian mutu pendidikan.
Dalam mengukur sumbangan setiap Standar
Selain sebagai tolok ukur keberhasilan peserta
Pendidikan Nasional terhadap hasil UN, peng-
didik dalam pembelajaran, UN juga menjadi acuan
hitungan dilakukan dengan menggunakan regresi
keberhasilan sekolah dalam mengendalikan
linier berganda. Hal ini dipilih karena variabel
proses kegiatan pembelajaran dan pendidikan
bebas lebih dari satu. Hasil penghitungan regresi
dengan banyak melibatkan komponen dan unsur
berganda dilakukan melalui pengujian, koefisien
pendidikan yang terkait di dalamnya.
determinan, uji simultan regresi, dan uji parsial.
Instrumen guru bukan satu-satunya yang berperan di dalam menentukan keberhasilan
Koefisien Determinasi
belajar. Namun, siswa, lingkungan belajar, materi
Berdasarkan perhitungan diperoleh koefisien
bahan ajar, metodologi pembelajaran, keleng-
2
determinasi (R ) sebesar 0.474. Hal ini menun-
kapan sarana prasarana, dan iklim sekolah
jukkan besarnya keragaman (informasi) di dalam
menentukan keberhasilan peserta didik dalam
variabel Y (prestasi siswa) yang dapat diberikan
menyerap, pengetahuan, dan keterampilan yang
oleh model regresi yang didapatkan dari
diajarkan guru di sekolah. Oleh karena itu,
(pencapaian Standar Nasional Pendidikan).
diperlukan pengendalian mutu belajar agar arah
Artinya, semakin besar nilai R 2, semakin besar
belajar dan tujuannya selalu terfokus pada
kontribusi
Nasional
pencapaian maksimal untuk memenuhi pe-
Pendidikan terhadap prestasi siswa. Koefisien
pencapaian
ngembangan potensi bakat dan kapabilitas yang
Determinasi dapat dilihat pada Tabel 1.
dimiliki secara utuh oleh peserta didik.
Sumbangan
delapan
Standar
standar
nasional
Tola (2009) menyebutkan bahwa pengen-
pendidikan terhadap prestasi belajar (UN) sebesar
dalian mutu pendidikan pada hakikatnya adalah
22.5%. Hal ini berarti bahwa 77.5% keberhasilan
pengendalian
prestasi belajar ditentukan oleh faktor lain baik
kompetensi pencapaiannya melalui sejumlah
internal maupun eksternal seperti motivasi, minat,
standar nasional pendidikan. Suatu lembaga
latar belakang orang tua, lingkungan sekolah, dan
pendidikan atau sekolah yang efektif harus
lain sebagainya. Oleh karena itu, menjadi peran
memenuhi syarat delapan SNP sebagai acuan
kepala sekolah dalam meningkatkan faktor
penjaminan mutu (quality assurance, QA),
SDM
yang
dapat
diketahui
Grafik 4 Kecenderungan Nilai UN (berdasarkan data sekolah sampel) Tabel 1 Sumbangan Setiap Standar Nasional Pendidikan terhadap Hasil
UN
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error Of The Estimate
1
.474a
.225
.183
.75867
477
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014
pencapaian kedelapan standar tersebut me-
bahwa delapan standar nasional pendidikan
merlukan persyaratan, validitas, dan realiabilitas
sangat berpengaruh terhadap capaian nilai UN.
yang cukup sebagai instrumen pengendalian mutu (quality control, QC). Perpaduan QA dan QC dalam
Uji Parsial
melaksanakan tugas dan fungsi suatu lembaga
Uji parsial digunakan untuk menguji apakah
pendidikan menghasilkan tingkat mutu lulusan
sebuah variabel bebas (Pencapaian delapan
yang optimal dan mampu bersaing secara lokal,
Standar Nasional Pendidikan) benar-benar
regional, nasional dan internasional, sebagai
memberikan kontribusi terhadap variabel terikat
acuan
(UN). Dalam pengujian ini ingin diketahui apakah
untuk
memperbaiki
mutu
( quality
improvement, QI).
jika secara terpisah, suatu pencapaian setiap
Oleh karena itu, UN sebagai salah satu fungsi
Standar Nasional Pendidikan masih memberikan
kontrol kualitas pendidikan adalah sesuatu yang
kontribusi secara signifikan terhadap prestasi
tepat karena dengan diketahui nilai yang
siswa. Hasil uji simultan dapat dilihat pada Tabel
diperoleh setelah dilakukan ujian nasional dapat
3.
menggambarkan tingkat daya serap belajar
Dari delapan standar, jika diuji secara parsial
siswa. Nilai yang diperoleh dapat digunakan oleh
(satu-persatu), yang berpengaruh signifikan
guru dan sekolah sebagai umpan balik perbaikan
secara statistik terhadap UN hanya standar
mutu belajar di sekolah. Hasil UN juga dapat
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), p =
digunakan sebagai pembanding mutu pendidikan
0,044 (p < 0,05). Artinya, bahwa semua standar
di sekolah satu dengan sekolah lainnya. Pada
memiliki pengaruh terhadap ketercapaian prestasi
akhirnya pemerintah dapat membuat simpulan
(UN) namun standar yang memiliki pengaruh
tentang mutu pendididikan di tingkatk sekolah
secara signifikan adalah standar PTK. Oleh karena
dan kabuapten/kota sebagai dasar dalam
itu, Standar PTK memiliki peran yang strategis
perbaikan
dalam peningkatan prestasi siswa. Hal tersebut
mutu
pendididikan
di
tingkat
Kabupaten/Kota.
karena guru yang dikatakan profesional adalah guru yang memiliki empat kompetensi (kompetensi
Uji Simultan Model Regresi
profesionalisme, pedagogi, kepribadian, dan
Uji simultan (keseluruhan, bersama-sama) pada
sosial) sehingga dengan kompetensi tersebut
konsep regresi linier adalah pengujian mengenai
guru dapat berkinerja yang lebih baik. Bila
apakah model regresi yang didapatkan benar-
digambarkan dalam bentuk konstelasi hubungan
benar dapat diterima. Uji simultan bertujuan untuk
delapan standar terhadap prestasi siswa (UN)
menguji apakah terdapat pengaruh antara
seperti pada Grafik 4.
variabel-variabel bebas (pencapaian delapan
Berdasarkan uji tersebut semua standar
Standar Nasional Pendidikan) terhadap variabel
memiliki kontribusi namun kontribusi yang paling
terikat Y (UN). Hasil uji simultan dapat dilihat dari
besar adalah Standar Pendidik dan Tenaga
Tabel 2.
Kependidikan yangn tingkat signifikanya tinggi di
Pengaruh kedelapan standar terhadap UN
banding dengan standar lainnya. Ini menunjukkan
secara bersama-sama (simultan) signifikan secara
bahwa peran guru dalam pelaksanaan proses
statistik p = 0,000 (p < 0,05). Ini menunjukkan
belajar mengajar sangat startegis. Dalam hal ini
Tabel 2 Pengaruh Kedelapan Standar terhadap UN secara Bersama-sama Anova b Anovab Model 1
Sum Of Squares
Mean Square
Regression
24.913
8
3.114
Residual
85.762
149
.576
110.675
157
Total
478
Df
F 5.410
Sig. .000a
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar
Tabel 3 Pengaruh Kedelapan Standar terhadap UN secara Parsial Coefficients a Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
4.052
.776
NILAI AKREDITASI STANDAR
-.009
.010
.003
Beta
T
Sig.
5.218
.000
-.102
-.852
.395
.008
.037
.350
.727
.012
.010
.166
1.254
.212
.018
.009
.228
2.029
.044
.002
.008
.031
.240
.811
.005
.011
.054
.450
.654
.014
.010
.144
1.422
.157
-.002
.008
-.017
-.198
.844
ISI NILAI AKREDITASI STANDAR PROSES NILAI AKREDITASI STANDAR KOMPETENSI LULUSAN NILAI AKREDITASI STANDAR PTK NILAI AKREDITASI STANDAR SARANA PRASARANA NILAI AKREDITASI STANDAR PENGELOLAAN NILAI AKREDITASI STANDAR PEMBIAYAAN NILAI AKREDITASI STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
Grafik 4 Kontribusi antara 8 standar dengan hasil UN guru yang berkualitas akan menghasilkan lulusan
Ujian Nasional adalah penilaian yang dilakukan
yang berkualitas. Hasil evaluasi dari proses
pada akhir program pembelajaran di setiap satuan
belajar yang dilakukan oleh pemerintah sebagai
atau jenjang/tingkat SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/
evaluasi pihak eksternal berupa Ujian Nasional.
SMK/SMALB, paket A/B/C. Hasil penilaian secara
479
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014
nasional harus diinformasikan secara transparan
siswa, kepemimpinan kepala sekolah, proses
sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah
pembelajaran, iklim belajar, dan lingkungan
terhadap
kepada
sekolah yang kesemuanya menunjukkan ke-
masyarakat. Menurut Tola (2009) UN memiliki
pengelolaan
pendidikan
daulatan sekolah sebagai pemangku dan
fungsi sebagai: 1) alat pengendali mutu lulusan
pengembang sikap, ilmu pengetahuan, dan
agar sesuai dengan kualifikasi atau standar
keterampilan yang berguna bagi masa depan
kompetensi yang telah ditetapkan; 2) alat untuk
siswa di kemudian hari.
akuntabilitas kepada orang tua siswa dan masyarakat
mengenai
keberhasilan
atau
Simpulan dan Saran
kekurangberhasilan program pendidikan serta
Simpulan
untuk melaporkan kepada publik tentang
Ketercapaian standar nasional pendidikan
kemajuan atau kemunduran prestasi akademik
menunjukkan bahwa dari delapan standar yang
para lulusan satuan pendidikan dari tahun ke
ada empat standar yang masih rendah yaitu
tahun; 3) bahan pertimbangan dalam seleksi dan
standar sarana-prasarana 86,6%, standar proses
penempatan masuk ke perguruan tinggi atau
87,5%, standar kompetensi 87,5%, dan standar
melamar pekerjaan; 4) salah satu bahan
pendidik dan tenaga kependidikan 87,7%. Hal ini
pertimbangan untuk memberikan sertifikasi
menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah
kompetensi; dan 5) bahan pembinaan bagi
sampel capaian dari empat standar (standar
sekolah/madrasah yang pencapaian UN nya masih
sarana-prasarana, proses, kompetensi,dan
rendah.
pendidik dan tenaga kependidikan) tersebut lebih
Seperti dikemukakan di atas bahwa rujukan
rendah jika dibandingkan dengan empat standar
setiap kali penilaian khususnya UN selalu berimbas
lainnya (standar isi, pengelolaan, biaya dan
pada efektivitas penyelenggaraan sekolah.
penilaian).
Dengan demikian, ujian/penilaian bagi peserta
Selain itu, sumbangan delapan standar
didik dalam segala bentuknya jangan hanya dilihat
nasional pendidikan terhadap proses pembe-
dari sudut siswa. Sebaliknya, pantulan ke-
lajaran sebesar 22,5%. Hal ini berarti bahwa
berhasilan siswa dalam pelaksanaan UN harus
77,5% keberhasilan proses pembelajaran
dijadikan barometer kualitas dan efektivitas
ditentukan oleh faktor lain baik internal maupun
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan
eksternal seperti motivasi, minat, latar belakang
pada taraf dan kadar tertentu. Kondisi inilah yang
orang tua, lingkungan sekolah, dan lain
menjadi prasyarat bagi terciptanya sekolah yang
sebagainya.
efektif. Ronald Edmonds dalam Syafaruddin (2008)
terhadap UN secara bersama-sama (simultan)
menegaskan bahwa gerakan sekolah efektif
signifikan dengan data statistik p=0,000 (p<0,05).
(effective school movement) ternyata diinspirasi
Ini menunjukkan bahwa delapan standar nasional
dari pemikiran prestasi pelajar (keberhasilan
pendidikan sangat berpengaruh terhadap capaian
siswa) yang tidak terlalu bervariasi dari segi status
nilai UN. Dari kedelapan standar tersebut, jika diuji
sosio ekonomi masing-masing. Menurut Edmonds
secara parsial (satu persatu), pengaruh secara
karakteristik sekolah efektif harus memenuhi lima
signifikan pada hasil UN adalah berasal dari
ciri, yaitu: 1) kepala sekolah memiliki kepemim-
standar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK),
pinan yang kuat, 2) harapan yang tinggi terhadap
p = 0,044 (p<0,05). Artinya bahwa tujuh standar
prestasi pelajar, 3) menekankan pada kete-
yang lainnya memiliki pengaruh tetapi tidak
rampilan dasar, 4) keteraturan dan atmosfir
signifikan terhadap nilai UN. Hal ini menunjukkan
terkendali, dan 5) seringnya penilaian terhadap
bahwa standar PTK memiliki peran strategis dalam
prestasi pelajar.
meningkatkan prestasi siswa. Namun, peran dari
Pengaruh
kedelapan
standar
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka UN
standar yang lain juga perlu diperhatikan untuk
memiliki harapan terhadap terciptanya efektivitas
secara bersama-sama dalam meningkatkan
sekolah. Jadi, fungsi pengendalian mutu itu akan
prestasi siswa.
memiliki multiplier effect terhadap dimensi prestasi
480
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar
Saran
masih belum terpenuhi seperti ruang laboratorium
Berdasarkan simpulan di atas dapat disarankan
maupun perpustakaan sekolah. Standar ini dapat
sebagai berikut.
Pertama, ketercapaian standar
dipenuhi dengan dua alternatif yaitu sekolah
belum merata karena terdapat empat standar
mengajukan kekurangan sarana prasarana
(standar sarana prasarana, standar proses,
belajar kepada dinas pendidikan maupun bekerja
standar kompetensi dan standar PTK ) yang masih
sama dengan pihak swasta dengan cara tidak
rendah jika dibandinkan dengan standar lainnya.
mengikat untuk pemenuhan ruang laboratorium
Hal ini perlu ada pemenuhan standar–standar
maupun pustakawan.
yang masih rendah dengan cara diprioritaskan
Kedua, setiap standar mempunyai kontribusi
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan
dalam pencapaian prestasi belajar namun besaran
meningkatkan pemenuhan standar PTK maka
kontribusi masih belum maksimal. Untuk
akan dapat mendorong standar lainnya seperti
meningkatkan kontribusi delapan standar maka
standar isi, standar proses, standar penilaian dan
yang perlu mendapatkan peningkatan mutu
standar kompetensi secara bersamaan. Oleh
adalah tiga standar, yaitu standar PTK dengan
karena itu, sekolah dan dinas pendidikan harus
penekanan pada peningkatan profesionalisme
melakukan pemenuhan kualifikasi pendidikan guru
guru, pemenuhan standar sarana-prasarana dan
dan kesesuaian latar pendidikan dengan materi
peningkatan
ajarnya. Demikian juga perlu meningkatkan empat
memperkuat manajemen sekolah yang efektif.
kompetensi guru, yaitu kompetensi profesional,
Apabila standar tersebut dapat dicapai maka
kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian,
dengan kemampuan kepala sekolah dalam
dan kompetensi sosial. Untuk meningkatan
pengelolaan akan menggerakan potensi-potensi
kualifikasi pendidikan guru maka pihak sekolah
yang masih belum tergali seperti faktor internal
dapat memberikan dua alternatif kepada guru
dan eksternal yang mempunyai kontribusi dalam
yaitu guru didorong untuk belajar dengan
prestasi siswa. Potensi tersebut seperti bakat
prakarsa sendiri, atau guru, diberikan beasiswa
pada siswa, karakter siswa serta keterlibatan
dari sekolah atau dicarikan beasiswa melalui
orang tua siswa dalam mengawasi putra dan
pemerintah atau pihak swasta. Peningkatan
puterinya. Untuk menggerakkan potensi tersebut
kompetensi guru dilaksanakan melalui pembinaan
kepala sekolah perlu melakukan evaluasi secara
dengan mengikutsertakan dalam diklat atau pihak
menyeluruh terhadap organisasi sekolah dengan
sekolah melakukan program bimbingan sendiri
melihat kekuatan dan kelemahan organisasi
untuk menghadirkan pakar untuk memberikan
sekolah yang dipimpinnya, sehingga dapat
bimbingan. Pemenuhan standar sarana prasarana
mendeteksi secara dini apa yang menjadi
melalui penataan kualifikasi standar pengelola
kelemahan organisasi sekolah, untuk selanjutnya
laboratorium (laboran), perpustakaan
dilakukan perbaikan dengan mengembangkan
(pusta-
kawan) dan melengkapi sarana belajar yang
standar pengelolaan
dengan
potensi yang ada di sekolah.
Pustaka Acuan Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Burden, P. R & Bayrd, D. 1999. Effective Teaching, Second Edition, Boston: Allyn and Bacon. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor, 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta: Departemen
481
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014
Pendidikan Nasional.
Djaali, M & Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana UNJ. Mardapi, Dj. 2003. Desain dan Penilaian Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Jaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Mulyasa, E. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Rue. L. W. & Byars, L L. 2000. Management, Skill and Aplication. Boston: McGraw-Hill. Robbins, S. P, & Coulter, M. 2009. Management, Tenth Edition. London: Pearson Education ltd. Sudrajat,
A. 2010 https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/13/ standar- nasional-
pendidikan/ diakses tanggal 14 Mei 2013. Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tola, B. 2009. Penjaminan, Pengendalian, dan Perbaikan Mutu Pendidikan. Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan. 2(4) 2009 hlm 101-109. Widyoko, S.E.P. 2007. Pengembangan Model Evaluasi Pembelajaran IPS SMP. Yogyakarta: PPS UNY. United Nations Development Programme. 2013. http://www.mitrainvestor.com/blog/2013/03/18/ human-development-index-Indonesia-mor-121-tingkat-dunia/. “Human Development Index Indonesia Nomor 121 Tingkat Dunia”. Posted on 18 March 2013. diakses 28 September 2014.
482