Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
2016
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat Oleh : Dwi R.Wijaya NIM: 071211433030 Program Sarjana Sosiologi Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Airlangga Semester Genap/Tahun 2015/2016 Penelitian ini mencoba untuk mengetahui konstruksi masyaakat nelayan Lamongan terhadap larangan penggunaan alat tangkap pukat. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruksif dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk wawancara mendalam guna memperoleh informasi yang jelas mengenai fokus permasalahan. Temuan data dalam penelitian ini didapat beberapa variasi data tentang konstruksi sosial melalui proses ekternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi terhadap larangan penggunaan alat tangkap pukat. Konstruksi sosial menurut nelayan Lamongan terhadap penggunaan alat tangkap pukat bahwasanya tidak semua alat tangkap yang tercantum pada peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan merusak ekosistem laut seperti halnya pukat payang yang dianggap masyarakat nelayan Lamongan tidak merusak ekosistem laut. Namun terjadi penolakan dikarenakan karateristik nelayan yang cenderung keras dan terbuka. Selain hal tersebut pukat itu sendiri merupakan memiliki nilai-nilai tradisi yang mana pukat itu sendiri merupakan hasil dari turunan generasi terdahulu yang sudah sangat bertahan sebegitu lama dan nelayan memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan pukat melalui proses sosialisasi primer.
Kata kunci : Konstruksi Sosial, Pukat, Nelayan Lamongan
1
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
2016
dan mengacuhkan peraturan yang telah
PENDAHULUAN Penerapan peraturan menteri
di terapkan.
kelautan dan perikanan no 2 tahun
Secara sosiologis, karateristik
2015 menjadi pro dan kontra di tengah
sosial
masyarakat
nelayan
mana
dengan dengan karateristik masyarakat
peraturan
tersebut
menjelaskan
agraris, yang mana masyarakat agraris
penggunaan tangkap ikan jenis pukat
memiliki sumber daya yang terkontrol
hela (trawls) dan pukat tarik (seine
yakni
nets) di wilayah pengelolaan kelautan
produksi suatu komoditas. Sedangkan
dan perikanan Negara Indonesia telah
nelayan masih bersifat terbuka karena
mengakibatkan
sumber
masyarakatnya sering kali berpindah-
mengancam
pindah untuk memperoleh hasil yang
daya
perikanan
yang
menurunya dan
kelestarian sumberdaya ikan, sehingga di
terapkannya
peraturan
menteri
masyarakat
pesisir
pengelolahan
berbeda
lahan
untuk
maksimal (Satria, 2015:7). Nelayan mempunyai identitas
perikanan dan kelautan no 2 tahun
kebudayaan
2015 agar kelestariaan lingukangan
terbentuk
tetap terjaga, tetapi di lain pihak terjadi
evaluasi
prespepsi berbeda antara pembuat
kebudayaan nelayan, seperti sistem
kebijakan dan masyarakat nelayan itu
gender, relasi patron-klien, pola-pola
sendiri sehingga terjadi aksi penolakan
perilaku sumber
2
yang melalui
yang
dalam daya
spesifik sebuah
panjang.
dan proses
Ciri-ciri
mengeksploitasi perikanan,
serta
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
kepemimpinan sosial yang tumbuh
Indonesia
karena
dan
larangan penggunaan pukat hela dan
di
tarik di jabarkan pada pasal 4 Ayat (1)
lingkungan sekitarnya. Hal tersebut
Alat penangkapan ikan pukat tarik
merupakan
suatu
sebagaimana dimaksud terdiri dari: a.
masyarakat yang luas, yang sedang
pukat tarik pantai (beach seines) dan
bergerak mengikuti arus dinamika
b.pukat tarik berkapal (boat or vessel
sosial,
dan
seines). Dan ayat (2) Pukat tarik
kebudayaan pesisir juga akan terkena
berkapal sebagaimana dimaksud pada
dampaknya. Kemampuan beradaptasi
ayat (1) huruf b terdiri dari: a. dogol
dan keberhasilan menyikapi tantangan
(danish seines) b. scottish seines c.
perubahan sosial sangat menentukan
pair seines d. payang e. cantrang dan f.
kelangsungan
lampara dasar.
pengaruh
karakteristik
yang
bagian
masyarakat
hidup
kondisi terdapat
dari
nelayan
dan
integrasi
sosial masyarakat nelayan (Kusnadi, 2014).
dan
Sedangkan
yang
di
2016
maksud
Perikanan
dan
kelautan merupakan satu sektor subPenerapan peraturan menteri
unsur mata pencaharian yang berfokus
kelautan dan perikanan nomor 2 tahun
pada hasil perairan. Negara Indonesia
2015 menetapkan bahwa : Larangan
memiliki panjang garis pantai yaitu
penggunaan alat penangkapan ikan
sepanjang 104.000 kilometer (BPS,
pukat hela dan pukat tarik di wilayah
2012:3) dan luas laut zona ekonomi
pengelolaan perikaan Negara Republik
eksklusif sebesar 2.981.211 km2 dari
3
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
2016
total luas Indonesia 4.892.142 km2
di satu sisi pekerjaan menjadi nelayan
(BPS,
merupakan
pekerjaan
menampung
tenaga
2012:119).
Lamongan
terletak
Kabupaten di
kawasan
yang kerja
dapat dengan
provinsi Jawa Timur dengan luas
jumlah yang tidak sedikit, di satu sisi
1.666,55km2 dan penduduk 1.389.010
pekerjaan nelayan yang mengunakan
jiwa , panjang pantai kurang lebih 47
alat tangkap pukat dianggap sebagai
km dengan jumlah nelayan 22.730
sebuah tindakan menyalahi aturan dan
(Roestoto,2003).
dianggap sebagai nelayan ilegal yang
Hal
tersebut
menunjukan bahwa banyak kelompok-
pastinya
kelompok
penangkapan ikan.
masyarakat
yang
mengantungkan kehidupan ekonomi
tindak
Wujud
memiliki
dari
izin
penetapan
dari hasil kelautan. Mata pencarian
peraturan
sebagai nelayan merupakan pekerjaan
penolakan nelayan khususnya perairan
pokok bagi masyarakat pesisir utara
Lamongan
Lamongan . pada dasarnya pekerjaan
menggunakan jenis pukat payang,
sebagai nelayan harus di akui sebagai
sehingga menarik di cermati bahwa
mata
dapat
terdapat
tanpa
masyarakat nelayan pesisir Lamongan
pencarian
menampung
yang
pekerjaan
memerlukan syarat tertentu. Tetapi eksistensi nelayan dalam hal ini pada dasarnya bersifat ambigu,
tersebut adalah layangan
yang
presepsi
sebagian
berbeda
besar
antara
dengan pembuat kebijakan, sehingga terjadi tindakan masyarakat nelayan pesisir Lamongan yang mengacuhkan peraturan tersebut
4
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
Adanya antara
presepsi
kementrian
perikanan
dan
berbeda
kelautan
masayarakat
dan
2016
pukat atau dalam hal ini masyarakat nelayan
pesisr
Lamongan
dapat
mengacuhkan sebuah peraturan yang
terlihat di tengah masyarakat nelayan
telah di tetapkan oleh menteri kelautan
pesisir Lamongan yang mengacuhkan
dan perikanan
peraturan tersebut dan masih tetap menjalankan
aktifitasnya
sebagai
nelayan yang menggunakan payang yang notabenenya payang adalah salah satu alat tangkap yang dilarang dalam peraturan
menteri
kelautan
dan
perikaan no 2 tahun 2015.
Berdasarkan
latar
belakang
masalah yang telah diuraikan di atas, studi ini bermaksud mengambarkan konstruksi sosial masyarakat nelayan Lamongan
tehadap
larangan
penggunaan alat tangkap ikan jenis pukat dengan menggunakan pemikiran
Dari paparan diatas, penelitian
Peter L.Berger mengenai kontruksi
ingin mencoba mengetahui seperti apa
social untuk mengkaji secara dalam
manyarakat mengkontuksikan realitas
fenomena
sekitarnya, yaitu mengenai larangan
dirumuskan suatu focus penelitian,
penggunaan alat tangkap ikan jenis
yaitu :
social
tersebut,
maka
pukat dimana ketika peraturan sudah 1. Bagaimana
Konstruksi
Sosial
di terapkan tetapi pada kenyataanya masyarakat nelayan Lamongan masyarakat masih mengabaikan dan terhadap
Larangan Penggunaan
tetap menggunakan alat tangkap jenis alat tangkap jenis Pukat ? 5
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
2016
Kajian Teori dan Metode Penelitian
objektivasi dan internalisasi itu terjadi
Teori Konstruksi Sosial
di
Konstruksi sosial merupakan suatu
proses
dilakukan
pemaknaan
oleh
individu
yang terhadap
dalam
masyarakat
nelayan
Lamongan, hal tersebut dikarenakan individu-individu dalam masyarakat akan
membangun
konstruksi
lingkungan dan aspek diluar dirinya
berdasarkan tempat dan situasi dimana
yang terjadi melalui tahapan proses
mereka berada. Yang artinya individu-
dialektis
individu akan membentuk dunia sosial
yaitu
eksternalisasi,
obyektivasi dan internalisasi. Dengan
menggunakan
melalui
pemaknaannya
terhadap
teori
realitas di masyarakat, selanjutnya
konstruksi sosial Peter L. Berger,
hasil konstruksi sosial masyarakat
penelitian
untuk
nelayan terhadap larangan penggunaan
menelaah seperti apa makna yang
alat tangkap pukat di kaitkan dengan
dibangun oleh masyarakat nelayan
karateristik nelayan itu sendiri.
ini
Lamongan
bermaksud
terhadap
disekitarnya
yaitu
realitas bagaimana
Metode Penelitian
konstruksi masyarakat nelayan tentang
Penelitian
ini
menggunakan
penggunaan alat tangkap ikan jenis
pendekatan kualitatif untuk meneliti
pukat. Dengan menggunakan teori
tentang konstruksi sosial masyarakat
kontruksi
nelayan Lamongan terhadap larangan
social
Peter
L
Berger
peneliti akan mengkaji bagaimana
penggunaan
proses dialektis antara eksternalisasi,
Penelitian ini bersifat deskriptif dan
6
alat
tangkpa
pukat.
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
cenderung
menggunakan
2016
analisis
menggunakan alat tangkap jenis pukat.
induktif. lokasi penelitian ini berada di
Hal tersebut di karenakan masyarakat
kabupaten Lamongan tetapi kemudian
pasti
penelitian in di fokuskan di kecamatan
sendiri tentang bagaimana mereka
brondong karena terdapat pelabuhan
mengkontruksikan
nusantara dan TPI Brondong yang
dirinya, terutama realitas yang dirasa
paling besar di wilayah Lamongan
berbeda
Penentuan menggunkan
informan teknik
memiliki
pemikiran
realitas
dengan
sendiri-
di
nilai
luar
yang
menyertainya.
purposive
Dengan
menggunakan
teori
sampling. Informan yang di ambil
konstruksi sosial Peter L. Berger,
adalah
dianggap
maka terdapat makna yang dibangun
relevanuntuk menjawab permasalah
oleh masyarakat nelayan Lamongan
yang di angkat.
terhadap realitas disekitarnya yaitu
PEMBAHASAN
bagaimana
seorang
yang
Masyarakat
konstruksi
masyarakat
nelayan
nelayan tentang larangan penggunaan
mempunyai presepsi berbeda dengan
alat tangkap ikan jenis pukat. Dengan
kementerian kelautan dan perikan
menggunakan teori kontruksi social
yaitu mengenai larangan penggunaan
Peter L Berger menjelaskan bagaimana
alat tangkap ikan jenis pukat. Yang
proses dialektis antara eksternalisasi,
ketika peraturan sudah di terapkan
objektivasi dan internalisasi itu terjadi
tetapi pada kenyataanya masyarakat
di
masih
Lamongan.
7
mengabaikan
dan
tetap
dalam
masyarakat
nelayan
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
Menurut
Peter
berger
melakukan penolakan terhadap aturan
dialektis masyarakat terhadap dunia
tersebut, hal ini masyarakat nelayan di
social terjadi dalam tiga proses yakni
pelabuhan
Ekternalisasi dimana seorang individu
brondong mengabaikan dan bahkan
akan berusaha beradaptasi dengan
terjadi penolakan ketika peraturan
lingkungan.
menteri perikanan dan kelautan di
Dalam
L
2016
beradaptasi
perikanan
individu akan menggunakan bahasa
terapkan
karena
ataupun
berbeda
tentang
tindakan.
Manusia
atau
nusantara
terjadi
presepsi
penggunaan
alat
individu menggunakan bahasa untuk
tangkap pukat itu sendiri khususnya
beradaptas. Dalam tahap ini akan kita
pukat jenis payang yang mayoritas di
jumpai orang yang mampu beradaptasi
gunakan oleh masyarakat hal tersebut
atau tidak mampu beradaptasi dengan
menunjukan bahwa nelayan Lamongan
dunia sosial, dimana ketika masyarakat
tidak
pesisir Lamongan dihadapkan dengan
peraturan.
peraturan
menteri
kelautan
dan
perikanan no 2 tahun 2015 tentang larangan penggunaan alat tangkap pukat hela dan pukat tarik, melalui bahasa dan tindakan masyarkat pesisir Lamongan tidak dapat secara langsung menerima peraturan tersebut atau lebih tepatnya 8
nelayan
bisa
Dalam dimana
beradaptasi
proses
seorang
berusaha
Ekternalisasi
individu
beradaptasi
lingkungan.
Dalam
dengan
akan dengan
beradaptasi
individu akan menggunakan bahasa ataupun
tindakan.
Manusia
atau
individu menggunakan bahasa untuk
Lamongan
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
beradaptasi
yang
kemudian
institusional
tersebut
2016
–nilai
nilai
tindakannya juga di sesuaikan dengan
sebagai pedoman di dalam melakukan
dunia sosialnya dimana dapat kita
interpertasi
jumpai
orang mampu
dilakukan. Dalam hal ini masyarakat
mampu
untuk
atau tidak
beradaptasi,
dalam
nelayan
tindakan
pesisir
yang
telah
Lamongan
yang
konteks ini masyarakat nelayan pesisir
mengacuhkan ataupun lebih tepatnya
Lamongan tidak mampu beradapatasi
menolak
dengan peraturan menteri kelautan dan
karenakan peraturan tersebut tidak
perikanan yang telah di terbitkan.
sesuai dengan realitasnya, dimana
Dalam
proses
Objektifikasi
individu berusaha untuk berinteraksi dengan dunia social, dimana individu menjadi realitas yang subyektif dan realitas objektif sehingga terasa ada dua realitas diri yang subyektif dan realitas yang berada di luar diri objektif dan dua realitas tersebut membentuk
jaringan
intersubyektif
melalui proses institusional dimana untuk membangun kesadaran menjadi tindakan, . Dalam sebuah proses
9
peraturan
tersebut
di
peraturan tersebut di bertujuan untuk melindungi ekosistem lingkungan laut di
karenakan terancam
oleh alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan tetapi hal tersebut berbeda presepsi oleh masyarakat nelayan jenis pukat payang
yang
mana
mereka
beranggapan bahwa tidak semua pukat merusak ekosistem laut seperti halnya payang Selanjutnya, Internalisasi
proses
yakni identifikasi diri
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
dalam
dunia
social.
2016
internalisasi
temurun dari masyarakat terdahulu
merupakan proses individu melakukan
melalui proses sosialisasi primer dari
identifikasi diri di dalam dunia social,
keluarga atau lebih tepatnya orang
internalisasi
penarikan
orang yang berpengaruh(significant
realitas social di dalam diri(Realitas
other)yaitu orang tua individu sebagai
Subyektif).Dalam hidup bermasyarakat
nelayan pesisir Lamongan.
merupakan
manusia senantiasa dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya melalui sebuah proses , yaitu proses sosialisasi sehingga terkait hal ini masyarakat nelayan pesisir akan tetap
mempertahankan
peran
dan
eksistensinya sebagai nelayan payang tanpa memperdulikan peraturan yang sudah di terbitkan karena nelayan dengan
menggunakan
jenis
alat
tangkap payang adalah bagian dari kelompok masyarakat nelayan pesisir Lamongan
yang
mana
nelayan
merupakan pekerjaan pokok dan turun temurun yang mana alat tangkap payang merupakan warisan 10
Karakteristik
sosial
nelayan
dalam realitas konstruksi menjelaskan hasil konstruksi sosial masyarakat nelayan terhadap larangan penggunaan alat tangkap pukat yang selanjutnya di kaitkan dengan realitas konstruksi. Konstruksi sosial nelayan terhadap peraturan Perikanan penggunaan
Menteri
Keluatan
tentang alat
dan
larangan
tangkap
pukat
tersebut menjelaskan bahwa Peraturan Menteri No. 2 Tahun 2015 dianggap dan diposisikan kurang tepat bagi masyarakat
nelayan
Brondong
Lamongan, karena tidak semua pukat
turun
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
2016
yang tercantum di peraturan yang
turunan generasi terdahulu yang sudah
dikeluarkan Menteri Kelautan dan
sangat bertahan sebegitu lama dan
Perikanan
nelayan memiliki pengetahuan dan
merusak
lingkungan
kelautan dan perikanan yang mana
pengalaman
pearuran tersebut akan berdampak
pukat melaui sosialisasi primer dan
pada
bahkan melalui pengalaman nelayan
perekonomian
di
keluarga
nelayan dan terjadi tindakan penolakan Adanya
menggunakan
itu sendiri.
terhadap
Hal tersebut sesuai dengan karateristik
peraturan peraturan Menteri Kelautan
sosial masyarakat nelayan yang mana
dan Perikanan No. 2 Tahun 2015 hal
Satria
tersebut di sampaikan oleh semua
masyarakat pesisir berbeda dengan
informan. Yang mana para informan
masyarakat agraris karena perbedaan
menjelaskan bahwa tidak semua pukat
karateristik
yang tercantum di dalam peraturan
dihadapi. Masyarakat agraris yang di
tersebut merusak ekosistem kelautan
presentasikan
oleh
kaum
tani
dan perikanan seperti halnya pukat
mengahdapi
sumber
daya
yang
tarik. Selain itu pukat juga di posisikan
terkontrol, yakni pengelolahan lahan
sebagai alat vital untuk mengerakan
produksi suatu komiditas dengan hasil
roda perekonomian kelurga nelayan
yang relatif bisa di prediksi. Hal ini
dan
pukat itu sendiri merupakan
menyebakan mobilitas usaha yang
memiliki nilai nilai tradisi yang mana
relatif rendah dan elemen risiko pun
pukat itu sendiri merupakan hasil dari
tidak besar, sedangkan hal tersebut
11
penolakan
dalam
mengambarkan
sumber
karateristik
daya
yang
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
berbeda
sama
dengan
nelayan Lamongan terhadap larangan
menghadapi
penggunaan alat tangkap jenis pukat,
sumber daya yang hingga saat ini
maka dapatlah di tarik kesimpulan
masih bersifat akses terbuka (open
sebagai berikut :
karateristik
sekali
2016
nelayan
acces). Karateristik sumber daya yang seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal, yang demikian elemen resiko lebih tinggi. Kondisi sumber daya
yang
menyebabkan karakter
berisiko
tersebut
nelayan
memiliki
keras,tegas
dan
terbuka
(Satria, 2015:7-8) sehingga dalam hal ini masyarakat nelayan dengan tegas tidak dapat menerima atau melawan dan menolak adanya peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
diuraikan
Perikanan
Pembahasan dengan
cukup
Kelautan
merupakan
suatu
peraturan yang bertujuan
untuk
melindungi ekosistem kelautan baik karang maupun yang lain sebagainya, peraturan tersebut di anggap dan di posisikan
kurang
tepat
bagi
masyarakat pesisir nelayan Lamongan, karena
tidak
semua
tercantum
di
keluarkan
menteri
perikanan
payang yang panjang
mengenai konstruksi sosial masyarakat
12
dan
Menteri
pukat
peraturan
yang
yang
kelautan
merusak
di dan
lingkungan
kelautan, seperti pukat tarik jenis
KESIMPULAN Dari
Peraturan
yang
di
anggap
nelayan
sebagai alat tangkap yang aman bagi lingkungan kelautan. Tidak hanya hal tersebut masyarakat pesisir nelayan
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
Lamongan
menganggap
bahwa
Setelah
2016
memperoleh
hasil
peraturan tersebut akan berdampak
penelitian, maka ada beberapa saran
perekonomian nelayan, karena akan
atau masukan yang di berikan peneliti
berdampak
untuk berbagai pihak yakni:
pada
benyaknya
penggaguran yang muncul karena efek
1. Untuk
Dinas
Terkait,
dari peraturan tersebut. Hal tersebut
Seharusnya
menunjukan adanya presepsi berbeda
pengakajian
mengenai peraturan yang melaranng
peraturan
penggunaan alat tangkap pukat.
karena terjadi pro dan kontra
Terjadi perbedaan pandangan yang berujung penolakan masyarakat nelayan pesisir Lamongan terhadap pemerintah dalam hal ini Kementrian Kelautan dan Perikanan tidak muncul dengan
tiba-tiba
melalui
proses
,
tetapi
dialektis
muncul yang
di
jelaskan dalam teori konstruksi social dari peter L. berger dan Thomas Luckmann
ulang yang
2. Dengan
diterapkan
Adanya
larangan
kapal pukat tarik harusnya nelayan di beri solusi agar masyarakat nelayan payang tidak terbebani baik dalam segi sosial maupun ekonomi. 3. Perubahan
alat
tangkap
payang ke alat tangkap ramah lingkungan
karena
membutuh
yang itu
membutuhkan 13
sebuah
di tengah masyarakat.
tahapan Saran
adanya
lama,
oleh
nelayan kelonggaran
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
waktu
untuk
menyesuaikan
bisa peraturan
2016
Poloma, Margaret. 1984. Sosiologi Kontemporer.
Jakarta:
PT.
RajaGrafindo Persada. tersebut. 4. Untuk
dinas
terkait,
seharusnya adanya pembinaan bertahap terkait
terhadap alat
nelayan
tangkap
yang
ramah lingkungan.
Samuel, Haneman. 2012. Peter L. Berger:
Sebuah
Pengantar
Ringkas. Depok: Kepik. Satria, Arif. 2009a. Ekologi Politik Nelayan. Yogjakarta: LkiS. . 2009b. Pesisir Dan Laut
Meminta kepada pemerintah pusat
untuk
Rakyat.
Bogor:
IPB
Press. agar
menganggarkan
dana
untuk
pergantian alat tangkap yang ramah
.
2015.
Pengantar
Sosiologi Masyarakat Pesisir. lingkungan bagi nelayan
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Scott, James. 1981. Moral Ekonomi
Buku
Petani. Jakarta: LP3ES. Berger,
Peter
L.
dan
Thomas
Luckman. 2012. Tafsir Sosial Atas Tentang
Kenyataan:
Risalah Sosiologi
Pengetahuan. (Diterjemahkan Oleh Hasan Basari). Jakarta: LP3ES.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode
Penelitian
Berbagai
Sosial: Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
14
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
Suyanto,
Bagong.
2013.
Anatomi
Nanik, Zuliyati. 2015. Dampak Sosial
Kemiskinan
Dan
Strategi
Dan Ekonomi atas Peraturan
Penangananya:
Fakta
Kemiskinan
Masyarakat
Menteri
Kelautan
Dan
perikanan Nomor 2/Permen-
Pesisir, Kepulauan, Perkotaan
KP/2015
Dampak dari Pembangunan di
kecamatan Juwana Kabupaten
Indonesia. Malang: In-Trans
Pati).
Publishing.
Muria.
Wirawan,
I.B.
2012.
Teori-Teori
(Studi
Kudus:
kasus
Universitas
Sagala, Happy Anjalina. 2013. Skripsi.
Sosial Dalam Tiga Paradigma:
Resistensi
Fakta Sosial, Definisi Soial,
Keberadaan Industri di Desa
Perilaku
Lalang
Sosial.
Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group. Peraturan
Menteri
Kelautan
Dan
Perikanan Replublik Indonesia Nomor
2/permen-Kp/2015
Nelayan
kecamatan
Sudarso. 2008. Tekanan Kemiskinan Struktural Komunitas Nelayan
alat penangkapan ikan pukat
Surabaya:
hela
Airlangga.
dan
pukat
pengelolahan perikanan Negara Replublik Indonesia
2014.
di
Perkotaan. Universitas
Suyanto, Bagong. 2011. Mekanisme Survival,
Identifikasi
Kebutuhan dan Pemberdayaan Nelayan Miskin dalam Masa
Jurnal & Skripsi Kusnadi,
medang
Medan: Universitas Medan.
Tradisonal
(trawl)
tehadap
Deras Kabupaten Batu Bara,
tentang larangan penggunaan
tarik(seine nets) di wilayah
Kebudayaan
Masyarakat Nelayan.
15
2016
Kritis Akibat Kenaikan Harga BBM, Surabaya: Universitas Airlangga.
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstruksi Sosial Masyarakat Nelayan Lamongan Terhadap Larangan Penggunaan Alat Tangkap Pukat
Putro,
Roestoto.
Implementasi
Kebijakan Pemerintah Daerah dalam
Pengelolaan
Daya
Perikanan
Sumber Laut
di
Lamongan Jawa Timur. EJournal, Surabaya: Universitas Airlangga
2184/?category_id= di akses pada 05 februari 2016 Samsuni.
2004.
Pukat
Peralatan
Aceh
Penangkap
Ikan
Nelayan
Kabupaten
Aceh
Besar,
Nanggroe
Aceh
http://melayuonline.com/ind/cu
Hidaya Armadea. 2015. Peraturan Susi
di
Cuekin
Nelayan Lamongan. Tempo.co https://m.tempo.co/read/news/2 015/02/26/090645519/peratura n-menteri-susi-dicuekinnelayan-lamongan
di
akses
pada 15 oktober 2015
lture/dig/2587/pukat-acehperalatan-penangkap-ikannelayan-di-kabupaten-acehbesar-nanggroe-acehdarussalam 05 februari 2016 Pemkab.Lamongan. Gambaran umum kabupaten Lamongan http://Lamongankab.go.id
Mukhtar.2008. Mengenal Pukat Hela http://mukhtarapi.blogspot.co.id/2008/09/men genal-pukat-hela.html di akses 15 oktober 2015 Sembiring,
Markus.2015.
Mengapa
Pukat Hela (Trawl) dan Pukat Tarik (Seine nets) di Larang Pemboperasianya http://pusluh.kkp.go.id/arsip/c/
16
:
Darussalam
Majalah dan Web
Menteri
2016
DWI R.WIJAYA | SOSIOLOGY – FISIP – UNIVERSITAS AIRLANGGA