KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Volume 1, No. 2, Maret 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 GERUNG LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 1
Ahmad, 2 Johri Sabaryati, 3 Zulkarnain
1
Mahasiswa Sarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram 2&3 Dosen Progran Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram
ABSTRAK Tujuan penelitian ini mengetahui peningkatan hasil belajar IPA fisika dengan model pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium pada siswa kelas VIII SMPN 2 Gerung Lombok Barat Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, dengan desain penelitian true experimen design dengan bentuk desain pre-test dan post-test. Populasi dalam penelitian adalah semua siswa kelas VIII di SMPN 2 Gerung. Sedangkan sampel penelitian diambil dua kelas yang terdiri dari kelas VIII B dan VIII D. Instrumen yang digunakan berupa tes soal untuk pre-test dan post-test masing-masing sebanyak 30 butir soal. Teknik analisis data digunakan uji persyaratan analisis yang meliputi uji homogenitas dan uji normalitas, sedangkan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t (related) serta analisis korelasi product moment. Untuk pengukuran hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh hasil pre-test 53,40 dan post-test 79,20 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh hasil pre-test 55,83 dan post-test 73,33. Berdasarkan hasil
x2
x2
2
2
hitung hitung perhitungan uji homogenitas data diperoleh = 1,014 dan x tabel = 3,841. Karena < x tabel maka varians kedua sampel homogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data pre-test kelas eksperimen diperoleh
x 2 hitung = 8,178 11,070 (
x
2
hitung
dengan x < x
2
tabel
2
tabel
= 11,070 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh
x 2 hitung = 9,553 dengan x 2 tabel
) maka data dinyatakan terdistribusi normal pada taraf signifikan 5%.
berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data post-test kelas eksperimen diperoleh
x
2
x
tabel
2
= 11,070 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh
x
2
hitung
x
2
hitung
=
Sedangkan
= 6, 858 dengan
= 10,37 dengan x
2
tabel
= 11,070
2
( hitung < x tabel ) maka data dinyatakan terdistribusi normal pada taraf signifikan 5%. Pada uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 2,202 dan ttabel = 1,679 (thitung > ttabel ) yang menunjukan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berdasarkan beberapa analisis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium terhadap peningkatan hasil belajar IPA fisika siswa kelas VIIID SMPN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Kegiatan Laboratorium, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN Ilmu fisika salah satu bagian dari mata pelajaran pengetahuan alam yang mempunyai gejala-gejala alam. Banyak dari kalangan pelajar yang menganggap bahwa belajar fisika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan, sehingga pembelajaran fisika selama ini sangat ditakuti oleh kebanyakan siswa. Akibatnya banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran fisika, terutama siswa yang kurang tahu tentang konsep-konsep fisika pada dasarnya bersifat abstrak. Keabstrakan konsep inilah yang banyak menimbulkan kesalahan konsep siswa pada pelajaran IPA fisika yang mengakibatkan prestasi akademik fisika siswa rendah.
Dalam proses belajar dan pembelajaran IPA fisika perlu didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang menunjang agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan efektif, salah satunya yaitu dengan adanya laboratorium. Laboratorium merupakan suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Karena tanpa adanya laboratorium proses belajar mengajar tidak dapat terlaksana dengan baik, karena laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar khususnya IPA fisika. Suatu teori perlu adanya pembuktian, untuk itu laboratorium sangat berperan aktif dalam mendukung lancarnya proses belajar dan pembelajaran IPA fisika. Selain itu, alat laboratorium sangatlah mendukung dalam
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
mengasah pemahaman dalam setiap pokok bahasan yang diajarkan oleh guru. Karena tanpa sebuah praktikum ilmu pengetahuan alam khususnya, tidak cukup dengan teori saja melainkan IPA fisika merupakan ilmu yang disamping membutuhkan pengertian teori dan pemahaman atas ilmu teori tersebut haruslah dilakukan dan diterapkan dalam praktikum, sehingga ketuntasan hasil belajar benarbenar maksimal sesuai dengan yang diinginkan. Proses belajar mengajar dalam belajar IPA fisika tidak hanya di dalam kelas dan menerima pelajaran yang hanya bersifat teoritis saja, akan tetapi dalam pembelajaran ini diperlukan suatu aplikasi terhadap pelajaran guna perkembangannya ilmu pengetahuan yang telah didapatkan melalui kegiatan praktikum. Dalam pembelajaran IPA fisika di kelas VIII SMPN 2 Gerung berdasarkan hasil observasi diantaranya : pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA fisika masih kurang, penggunaan sarana dan prasarana yang ada belum efektif bagi guru dan siswa, sumber belajar dan hasil belajar khususnya kelas VIII masih rendah, kemampuan anak dalam menginterpretasikan pembelajaran IPA fisika belum ada peningkatan. Berdasarkan hasil observasi awal, data yang dapat terkumpul dari hasil pengamatan, berupa data yang menyangkut kondisi umum SMPN 2 Gerung yang meliputi : keberadaan laboratorium serta alat pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran siswa di lingkungan sekitar sekolah. Dari hasil observasi di SMPN 2 Gerung pada kelas VIII Tahun Pelajaran 2014/2015, bahwa dalam menyelesaikan masalah siswa kurang cermat dan hasil mid semester pada mata pelajaran IPA fisika dapat dikatakan belum mencapai ketuntasan klasikal, baik ketuntasan klasikal individu maupun ketuntasan kelompok. Dari permasalahan diatas, metode pembelajaran ataupun konsep pengajaran yang dilakukan oleh guru sampai saat ini masih menggunakan konsep yang konvensional atau metode pembelajaran yang selain Peneliti lakukan. Artinya guru hanya menyampaikan materi tersebut masih terpaku pada teorinya saja, sementara kegiatan untuk mengaplikasikan teori tersebut jarang dilakukan. Maka dengan ini Peneliti pula mencoba untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA fisika. Berdasarkan uraian di atas maka Peneliti mengambil judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika Siswa kelas VIII SMPN 2 Gerung Lombok Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.
Volume 1, No. 2, Maret 2016
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono, (2011:72) metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Karena gejala yang diteliti sengaja diadakan berupa pemberian pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium kepada sampel kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada sampel kelas kontrol. Desain penelitian ini adalah true experimental design dalam bentuk pre-test dan post-test control group design, dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut: R R
O1 O3
X -
O2 O4
Keterangan : R = kelas eksperimen dan kelas kontrol O1 = nilai pre-test kelas eksperimen (sebelum diberi perlakuan) O2 = nilai post-test kelas eksperimen (setelah diberi perlakuan) O3 = nilai pre-test kelas kontrol (tidak diberi perlakuan) O4 = nilai post-test kelas eksperimen (tidak diberi perlakuan) X = perlakuan dengan model pembelajaran koopertaif berbasis kegiatan laboratorium. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3) (Sugiyono, 2013:113). Suatu bentuk kajian dan penelitian yang dilakukan saat pembelajaran di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar mengajar, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan rasional. Pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi proses pembelajaran tersebut berlangsung dan dilaksanakan. B. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di di SMPN 2 Gerung kelas VIII Tahun Pelajaran 2014/2015 yang dilaksanakan pada semester genap yang dimulai pada tanggal 11 Mei sampai 11 Juni 2015 Tahun Pelajaran 2014/2015
79
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Volume 1, No. 2, Maret 2016
menggunakan pengajaran konvensional pada kelompok kontrol. 2. Memberikan soal post-test kepada kedua kelompok untuk mengetahui hasil belajar setelah perlakuan. 3. Tahap pelaksanaan setelah tindakan, yaitu: a) Menentukan rata-rata hasil kedua kelompok b) Menguji normalitas hasil kemampuan akhir kedua kelompok c) Menguji homogenitas kemampuan akhir kedua kelompok d) Menguji hipotesis penelitian yang diajukan pada halaman sebelumnya.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:80). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil populasi kelas VIII di SMPN 2 Gerung. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:81). Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang dapat mewakili populasi. Dalam penelitian ini kelas VIIIB sebagai kelas kontrol dan kelas VIIID sebagai kelas eksperimen diambil sampel. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan simpel random sampling (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan pada saat Peneliti melakukan suatu penelitian. Instrumen dalam penelitian ini dapat berupa: Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Instrumen tes berupa soal dalam penelitian ini terdiri atas soal pre-test dan soal post-test berbentuk pilihan ganda masing-masing sebanyak 30 soal, yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Pre-test maupun post-test ini diberikan kepada kelas VIIID (kelas eksperimen) dan kelas VIIIB (kelas kontrol).
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian eksperimen ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: Tahap Persiapan. Tahap persiapan dalam penelitian ini antara lain: 1. Observasi non sistematis 2. Menentukan sampel penelitian (random sampling) 3. Menentukan materi yang diajarakan 4. Membuat instrumen penelitian 5. Menghitung validitas, realibilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda instrumen soal pre-test dan post-test. Tahap Menentukan Kemampuan Awal Sampel Dalam tahap ini ada beberapa langkah yang dilakukan antara lain : 1. Melakukan uji kemampuan awal (pre-test) kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 2. Menentukan rata-rata hasil kedua kelompok 3. Menguji Homogen hasil kemampuan awal kedua kelompok 4. Menguji normalitas hasil kemampuan awal kedua kelompok.
F. Uji Coba Instrumen Tes hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman atau penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari. Dalam pelaksanaan tes hasil belajar digunakan pilihan ganda (tes objektif). Sebelum menggunakan tes, terlebih dahulu diuji cobakan dikelas IX IPA. Dari uraian diatas persyaratan yang harus dipenuhi agar tes dapat digunakan sebagai alat ukur yang baik adalah : Uji Validitas Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang menujukan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan. Sebuah insrtumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang di teliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan korelasi
Tahap pelaksanaan tindakan 1. Memberikan materi pelajaran yang diterapkan melalui pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium pada kelompok eksperimen dan
80
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
product moment dengan persamaan 1 berikut:
rxy
N XY ( X )( Y )
{N X ( X ) }{N Y ( Y ) } 2
2
2
benar Js : jumlah seluruh siswa peserta tes.
(1)
2
Tabel 1 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal
Indeks kesukaran (P) 0,00 - 0,30 0,31 - 0,70 0,71 - 1,00
(Arikunto, 2006: 170) Keterangan:
rxy
= koefisien korelasi product moment
X = jumlah skor butir soal Y = jumlah skor total N
Volume 1, No. 2, Maret 2016
Keterangan
Sukar Sedang Mudah
(Sumber: Arikunto, 2009:208)
= jumlah responden
X 2 = jumlah kuadrat skor butir soal Y 2 = jumlah kuadrat skor total soal XY = jumlah hasil kali skor butir soal.
Dari semua soal yang diujikan kepada siswa, apabila nilai yang didapat antara 0,00 – 0,30, maka soal tersebut dianggap sukar atau soal tersebut sulit, dan apabila nilai yang didapatkan itu antara 0,31 – 0,070, maka soal tersebut dianggap sedang, sedangkan apabila nilai yang didapatkan antara 0,71 – 1,00, maka soal tersebut dianggap mudah.
Uji Reabilitas Instrumen Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan atau keterandalan. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen, salah satunya dengan menggunakan rumus K-R.20 dengan persamaan: 2 n S pq r11 = S2 n 1
Daya Pembeda Soal Menurut Arikunto (2009:213-214) daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengukur sejauh mana butir soal tertentu mampu membedakan antara anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menghitungnya, maka digunakan persamaan berikut:
(2)
Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p) ∑pq= jumlah hasil perkalian p dan q n = banyaknya item s S = standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians) (Arikunto, 2009:100-101) Dari hasil perhitungan, akan diperoleh nilai koefisien korelasi r11 agar diketahui tinggi rendahnya koefisien tersebut. Nilai korelasi r11 yang diperoleh dikonsultasikan ke tabel harga kritik r Product Moment dengan taraf signifikan 5 %. Jika harga rhitung > rtabel harga kritik Product Moment, maka harga rhitung (nilai varians butir/varians total) tersebut reliabel.
D
BA BB JA JB
(3.4) Keterangan : D = Daya beda B = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JA = Banyak peserta kelompok atas JB = Banyak peserta kelompok bawah. Tabel 2. Kriteria Daya Beda
Nilai 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00
Taraf Kesukaran Soal Persamaan yang digunakan dalam taraf kesukaran adalah:
Keterangan Jelek Cukup Baik Baik sekali
Instrumen tes hasil belajar fisika yang disusun peneliti untuk meneliti tingkat keberhasilan sampel setelah diberi perlakuan. Instrumen tes hasil belajar fisika diberikan setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan.
B P = Js Keterangan : P : indeks kesukaran B : banyak siswa yang menjawab soal dengan 81
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
4. Menyusun kedalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadarat. 5. Menghitung frekuensi (fh), dengan cara mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel. 6. Memasukan harga- harga fh kedalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga (fo –
G. Teknik Analisis Data Hasil Belajar Hasil belajar siswa ditentukan oleh ketercapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada pelajaran IPA fisika, jika nilai siswa melampaui nilai kriteria ketuntasan minimal maka kriteria ketuntasan belajar siswa tercapai. Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis statistik dan menyimpulkannya dengan persentase diantaranya adalah : Uji Homogenitas Menurut Sugiyono (2012: 276), Sebelum analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus t-test untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, maka perlu diuji kedua varians kedua sampel tersebut varian atau tidak. Pengujian homogenitas varian uji F dengan rumus :
fh)
dan
( fo fh ) fh
dan
( fo fh ) fh
menjumlahkannya. Harga adalah merupakan harga Chi Kuadrat (Xh2). 7. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi kuadrat tabel atau (Xh2 ≤ Xt2), maka data terdistribusi normal. (Sugiyono, 2011 : 172)
Varians terbesar F=
Volume 1, No. 2, Maret 2016
(3) Varians terkecil
Uji Hipotesis (Uji-t) Menurut Sugiyono (2010:64), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian atau berarti taksiran keadaan populasi melalui data sampel. Oleh karena itu, dalam statistik yang diuji adalah hipotesis nol (Ho) karena tidak dikehendaki adanyanya perbedaan antara parameter populasi dan data yang diperoleh dari sampel (statistik). Dalam penelitian eksperimen ini, hipotesis yang diajukan adalah menyelidiki adanya pengaruh sebuah perlakuan dari variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium. Variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada satu kelompok sampel yang akan dibandingkan dengan kelompok sampel lain yang tidak diberikan perlakuan dari variabel bebas. Berdasarkan hal tersebut, maka jenis hipotesis yang akan digunakan adalah hipotesis komparatif yang merupakan dugaan ada atau tidaknya perbedaan secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar antara dua kelompok sampel. Sebelum menguji hipotesis komparatif dua variabel yang berkorelasi, maka terlebih dahulu melakukan analisis tentang hubungan antara kedua sampel
Jika Fhitung < Ftabel maka data dikatakan homogen dan sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel maka data dikatakan tidak homogen, pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan dbpembilang = n-1 serta dbpenyebut = n-1. Uji Normalitas Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik parametris, antara lain dengan menggunakan t-test untuk satu sampel, korelasi, dan regresi, analisis varian dan t-test untuk dua sampel. Pennggunaan statistik parametris mensyarakan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu akan dilakukan pengujian normalitas data.
( fO fh )2 x fh i 1 k
2
(4)
Keterangan: x2 = chi kudrat fo = frekuensi yang diobservasi fh = frekuensi yang diharapkan Adapun langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut : 1. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. 2. Menentukan jumlah kelas interval. 3. Menentukan panjang kelas interval yaitu (data terbesar – data terkecil). 82
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
dengan menggunakan korelasi product moment, yaitu:
r
xy x y 2
2
Uji Validitas Instrumen a. Validasi Instrumen Soal Pre-test Instrumen pengukuran data berupa tes kognitif berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal. Sebelum tes diberikan kepada siswa, soal-soal tersebut akan diujikan tingkat kevaliditasannya atau kesahihannya untuk digunakan sebagai instrumen penelitian yang layak untuk mengukur hasil belajar IPA fisika siswa. Uji coba istrumen dilakukan pada siswa kelas IXB SMPN 2 Gerung dengan jumlah siswanya sebanyak 20 orang. Berdasarkan hasil pengujian validitas data tes tersebut dengan menggunakan tekhnik korelasi Product Moment diperoleh 20 soal valid dan 10 soal tidak valid. Untuk jumlah responden (N) = 20 dengan taraf signifikan 5%, maka diperoleh rtabel = 0,444 sehingga dapat ditentukan valid dan tidaknya soal tersebut
(5)
Keterangan: r = koefisien korelasi antara x dan y xy = produk dari x kali y x2 = Deviasi dari nilai pada variabel x dikuadratkan y2 = Deviasi dari nilai pada variabel y dikuadratkan. (Riyanto, 2010:107). Untuk menghitung (Uji t ) menggunakan rumus berpasangan/related seperti pada persamaan berikut: 1 2 t (6) 2 2 s1 s2 s1 s2 2r n n n1 n2 2 1
b. Instrumen Soal Post-test Instrumen pengukuran data berupa tes kognitif berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal. Sebelum tes diberikan kepada siswa, soal-soal tersebut akan diujikan tingkat kevaliditasannya atau kesahihannya untuk digunakan sebagai instrumen penelitian yang layak untuk mengukur hasil belajar IPA fisika siswa. Uji coba istrumen dilakukan pada siswa kelas IXB SMPN 2 Gerung dengan jumlah siswanya sebanyak 20 orang. Berdasarkan hasil pengujian validitas data tes tersebut dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment diperoleh 20 soal valid dan 10 soal tidak valid. Untuk jumlah responden (N) = 20 dengan taraf signifikan 5%, maka
Keterangan:
t
= nilai t yang dihitung
1 = nilai rata-rata kelas eksperimen 2 = nilai rata-rata kelas kontrol n1
= jumlah anggota kelas eksperimen
n2
= jumlah anggota kelas kontrol
2 1
= varians kelas eksperimen
2 2
= varians kelas kontrol
s s
Volume 1, No. 2, Maret 2016
r = korelasi antara data dua kelompok. Jika anggota sampel n1 dan n2 dan varians homogen, maka dapat digunakan dengan ketentuan jika thitung > ttabel maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak dan thitung < ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima dan ( Ha) ditolak (Sugiyono, 2010:199)
r
diperoleh tabel = 0,444 sehingga dapat ditentukan valid dan tidaknya soal tersebut Uji Reliabilitas Instrumen a. Uji Reliabilitas Soal Pre-test Uji coba reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketelitian instrumen apabila diujikan berulang kali. Uji coba reliabilitas dilakukan pada 30 soal pre-test dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson) diperoleh nilai r11 ( rhitung ) sebesar
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil dari studi literatur dan studi lapangan di SMPN 2 Gerung menunjukkan bahwa siswa kelas VIIID mempunyai nilai rendah dalam pelajaran IPA fisika atau dibawah KKM yang telah ditetapkan yakni 72. Pada proses pembelajaran siswa kurang aktif pada saat proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh pemahaman siswa yang masih kurang terhadap konsep IPA fisika serta sarana pendukung pembelajaran salah satunya yakni laboratorium yang belum efektif digunakan oleh guru maupun siswa.
0,625. Nilai rtabel untuk N 20 dengan taraf signifikan 5% adalah 0,444. Berdasarkan data hasil uji reliabilitas diperoleh r11 (rhitung ) lebih besar dari rtabel (0,625 > 0,444), maka instrumen pengukuran hasil belajar berupa tes kognitif yang berjumlah 30 soal dapat 83
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Volume 1, No. 2, Maret 2016
pada rentang 0,41 – 0,70, dan soal yang memiliki daya beda baik sekali sebanyak 1 soal karena berada pada rentang 0,70 1,00 (selengkapnya ada pada Lampiran 22).
dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi (selengkapnya ada pada Lampiran 20). b. Uji Realibilitas Soal Post-Test Uji coba reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketelitian instrumen apabila diujikan berulang kali. Uji coba reliabilitas dilakukan pada 30 soal pre-test dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson) diperoleh nilai r11 ( rhitung ) sebesar
b. Uji Daya Beda Soal Post-Test Uji daya beda dimaksudkan untuk mengetahui daya beda antar soal sehingga menjadi instrumen pengukuran yang baik. Berdasarkan hasil uji daya beda soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal yang memiliki daya beda jelek sebanyak 9 soal karena berada pada rentang 0,00 – 0,20, soal yang memiliki daya beda cukup sebanyak 8 soal karena berada pada rentang 0,21 – 0,40, soal yang memiliki daya beda baik sebanyak 12 soal karena berada pada rentang 0,41 – 0,70, dan soal yang memiliki daya beda baik sekali sebanyak 1 soal karena berada pada rentang 0,70 1,00 (selengkapnya ada pada Lampiran 32).
0,820. Nilai rtabel untuk N 20 dengan taraf signifikan 5% adalah 0,444. Berdasarkan data hasil uji reliabilitas diperoleh r11 ( rhitung ) lebih besar dari rtabel (0,820 > 0,444), maka instrumen pengukuran hasil belajar berupa tes kognitif yang berjumlah 30 soal dapat dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal a. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Pre-test Uji tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui tingkat kevariasian kesukaran soal yang diberikan kepada siswa. Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran soal, diketahui bahwa soal yang berkriteria sukar tidak ada karena berada pada rentang 0,00 – 0,30, soal yang berkriteria sedang sebanyak 27 soal karena berada pada rentang 0,30 – 0,70 dan soal yang berkriteria mudah sebanyak 3 soal karena berada pada rentang 0,70 – 1,00 (selengkapnya ada pada b. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Post-test Uji tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui tingkat kevariasian kesukaran soal yang diberikan kepada siswa. Berdasark hasil uji tingkat kesukaran soal, diketahui bahwa soal yang berkriteria sukar tidak ada karena berada pada rentang 0,00 – 0,30, soal yang berkriteria sedang sebanyak 28 soal karena berada pada rentang 0,30 – 0,70 dan soal yang berkriteria mudah sebanyak 2 soal karena berada pada rentang 0,70 – 1,00
B. Analisis Data Hasil Penelitian Hasil Tes Kemampuan Awal (Pre-Test) Hasil tes kemampuan awal (Pre-test) yang diberikan kepada kedua kelas sampel pada pokok bahasan getaran dan gelombang disajikan dalam Tabel 3 : Tabel 3 Data Hasil Uji Kemampuan Awal (Pre-Test) Siswa Kelas Jumlah Nilai Nilai RataSiswa Tertinggi terendah rata (Max) (Min) (X ) Eksperi men Kontrol
25
75
30
53,40
24
75
30
55,83
Hasil Tes Hasil Belajar (Post-Test) Hasil tes hasil belajar (Post-test) yang diberikan kepada kedua kelas sampel pada pokok bahasan getaran dan gelombang disajikan dalam Tabel 4.
Uji Daya Beda Soal a. Uji Daya Beda Soal Pre-Test Uji daya beda dimaksudkan untuk mengetahui daya beda antar soal sehingga menjadi instrumen pengukuran yang baik. Berdasarkan hasil uji daya beda soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal yang memiliki daya beda jelek sebanyak 10 soal karena berada pada rentang 0,00 – 0,20, soal yang memiliki daya beda cukup sebanyak 8 soal karena berada pada rentang 0,21 – 0,40, soal yang memiliki daya beda baik sebanyak 11 soal karena berada
Tabel 4 Data Hasil Uji Hasil Belajar (Post-Test) Siswa Kelas Jumlah Nilai Nilai RataSiswa Tertinggi terendah rata (Max) (Min) (X )
Eksperi men Kontrol
25
100
55
79,20
24
95
60
73,33
Dari hasil uji kemampuan awal (pre-test) dan hasil belajar (post-test) siswa di atas dapat 84
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
ditabulasikan peningkatannya dalam berikut:
tabel 5
homogenitas dapat dilakukan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5 Rangkuman Nilai Hasil Pre-Test dan Post-Test Kedua Sampel
Kelas
Tabel 6 Nilai uji Homogenitas Pre-test Kelas Varia 2 ∑N n( S i ) Fhitung
Rata-Rata Nilai
Eksperimen Kontrol
Pre-Test
Post-Test
53,40
79,20
55,83
73,33
Eksperimen Kontrol
Rata-Rata Nilai (y)
80
55.83
60
79.2
157,75
24
166,66
1,056
Ftabel 2,00
Homogen Homogen
53.4
40
PreTest
20
0 Kelas Kontrol
25
Ket
Pada tabel 6 dan tabel 7 diatas adalah hasil uji homogenitas, data terlihat bahwa nilai pre-test dan post-test siswa, harga FHitung lebih kecil dari harga Ftabel atau FHitung < Ftabel . Berdasarkan kriteria pengujian homogenitas data, jika FHitung ≤ Ftabel maka data kedua sampel dinyatakan homogen yang artinya kedua kelompok data yang kita gunakan memiliki varians yang relatif sama. Dengan demikian, data kemampuan awal (pre-test) dan hasil belajar IPA fisika siswa (post-test) dinyatakan homogen
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata skor/nilai pre-test dan post-test kedua kelas sampel terdapat peningkatan hasil belajar dari sebelum dan sesudah sampel diberi perlakuan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada diagram peningkatan nilai kemampuan awal siswa ( pre-test) dan hasil belajar ( post-test) dalam gambar 1 :
73.33
Volume 1, No. 2, Maret 2016
Kelas Eksperimen
PostTest
Tabel 7 Nilai uji Homogenitas Post-test Kelas Varia Keterangan 2 ∑ n( S i ) Fhitung Ftabel N Eksperimen Kontrol
25
134,75
12,00
Homogen
,690 24
79,71
Homogen
Jenis Kelas (x)
Gambar 1. Grafik Peningkatan Nilai Hasil Pre-Test dan Post-Test
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal (pre-test) dan tes hasil belajar (post-test) terdistribusi normal atau tidak. Hal ini menentukan jenis statistik yang akan digunakan. Hasil uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat yang dilakukan pada data hasil belajar (Pre-Test) kedua kelas sampel dapat disajikan pada tabel 8 :
Pada kelas eksperimen, selisih nilai rata-rata antara pre-test dan post-test adalah 25,83 sedangkan pada kelas kontrol adalah 17,49. Hal ini menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dengan diterapkan pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium dalam proses kegiatan belajar mengajar dari pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium terhadap peningkatan hasil belajar IPA fisika siswa.
Tabel 8 Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelas
Eksperimen Kontrol
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki apakah data pre-test dan Post-test pada kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Sehingga pada uji homogenitas digunakan data pre-test dan post-test siswa. Uji
Chi Kuadrat Hitung
Chi Kuadrat Tabel
x 2 hitung
x 2 tabel
8,178 9,553
11,070
Sedangkan untuk uji normalitas data hasil belajar siswa (post-test) terlihat pada tabel 9 berikut: 85
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Data PreTest
Tabel 9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelas
Chi Kuadrat Hitung
x
2
hitung
Eksperimen
6,858
Kontrol
10,37
Chi Kuadrat Tabel
2
hitung
11,070
hitung
Varia ns (S2)
thitung
ttabel
Eksperimen
25
53,4
157,50
-
1,67
Kontrol
24
55,83
166,41
0,771
9
) = 9,553 dengan ChiTabel 11 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Data PostTest Kelas Jumlah Rata – Varians thitung ttabel Siswa Rata (S2)
Kuadrat tabel ( x tabel ) = 11,07 pada taraf signifikan 5% dengan dk k 1 6 1 5 . Sedangkan nilai uji normalitas pada kelas eksperimen, untuk data post-test nya diperoleh hasil perhitungan uji normal dengan Chi-Kuadrat 2 hitung ( x hitung ) = 6,858 dan kelas kontrol Chi2
Rata – Rata
Berdasarkan hasil perhitungan nilai pretest diperoleh nilai thitung = -0,771 dari hipotesis tersebut maka dapat digunakan kaidah pengujian bahwa (thitung < ttabel ) diperoleh ttabel = 1,679 pada taraf signifikan 5%, maka berarti thitung < ttabel (0,771 < 1,679) yang berarti (Ho) diterima (Ha) ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada peningkatan atau kemampuan kedua sampel sama sebelum adanya optimalisasi kegiatan laboratorium berbasis cooperative learning (lampiran 51).
2
Kuadrat hitung ( x
Jumlah Siswa
Kelas
x 2 tabel
Pengujian normalitas data kemampuan awal (pre-test) dan data hasil belajar (post-test) memiliki kriteria pengujian bahwa data dikatakan terdistribusi normal jika Chi-Kuadrat hitung 2 ( x hitung ) < Chi-Kuadrat tabel ( x 2 tabel ) pada taraf signifikan 5 % dengan dk k 1 . Pada kelas eksperimen, Untuk data pre-test nya diperoleh hasil perhitungan uji normal dengan Chi-Kuadrat 2 hitung ( x hitung ) = 8,178 dan kelas kontrol ChiKuadrat hitung ( x
Volume 1, No. 2, Maret 2016
) = 10,37 dengan Chi-
Eksperimen
25
79,2
134,56
Kontrol
24
73,33
79,5
2,202
1,679
2
Kuadrat tabel ( x tabel ) = 11,07 pada taraf signifikan 5% dengan dk k 1 6 1 5 . Berdasarkan data hasil pengujian tersebut 2 diperoleh Chi-Kuadrat hitung ( x hitung ) < Chi-
Berdasarkan hasil perhitungan post-test diperoleh nilai thitung = 2,202 dari hipotesis tersebut maka dapat digunakan kaidah pengujian dua pihak bahwa (thitung > ttabel ) diperoleh ttabel = 1,679 pada taraf signifikan 5% yang artinya tingkat kepercayaan yang kita miliki sebesar 95% terhadap suatu kesimpulan, maka berarti thitung > ttabel (2,202 > 1,679) yang berarti Ho ditolak Ha diterima sehingga dapat dikatakan bahwa ada peningkatan terhadap hasil belajar IPA fisika setelah perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium (lampiran 52).
Kuadrat tabel ( x 2 tabel ) sehingga data kemampuan awal serta hasil belajar (post-test) kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dinyatakan memenuhi distribusi data pada kurva normal. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah adanya optimalisasi kegiatan laboratorium berbasis cooperative learning. Untuk membuktikan signifikan peningkatan dengan adanya perlakuan tersebut, perlu diuji secara statistik dengan t-test berkorelasi (related). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut:
C. Pembahasan Kegiatan laboratorium merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh aktivitas, kreativitas dan intelektualitas siswa. Salah satu keterampilan dan kreativitas yang diperlukan dan harus dikuasai siswa adalah keterampilan merencanakan suatu percobaan, meliputi keterampilan menentukan alat dan bahan, menentukan variabel, menentukan halhal yang perlu diamati dan dicatat, menentukan 86
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
langkah kerja, serta cara pengolahan data untuk menarik kesimpulan sementara. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivitas. Pembelajaran kooperatif ialah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Adanya model pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium memiliki tujuan agar siswa mampu memahami tentang konsep dari suatu pelajaran sekaligus untuk memperkuat pemahamannya melalui eksperimen, selain itu juga siswa dapat mengetahui kebenaran dari suatu teori di dalam kegiatan eksperimen oleh guru yang dapat memperkaya pengalaman siswa akan hal-hal yang bersifat objektif dan realistik, sehingga pemahaman siswa mempunyai lebih jika dibandingkan dengan yang tidak ada perlakuan (treatment). Hal penting juga dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah perhatian siswa lebih terfokus pada pelajaran yang sedang diberikan, dengan eksperimen tersebut siswa dapat mengembangkan sikap berpikir ilmiah. Dalam penelitian ini, pada awalnya peneliti mencoba untuk mencari tahu tentang bagaimana latar belakang sekolah yang akan menjadi tempat penelitian dengan melakukan wawancara langsung pada guru mata pelajaran IPA fisika. Diperoleh beberapa informasi salah satunya yaitu metode pembelajaran yang guru berikan kepada siwa tersebut masih menggunakan cara konvensional yang berarti pemanfaatan sarana pendukung pembelajaran masih kurang efektif digunakan oleh guru dan siswa yang salah satunya adalah laboratorium IPA tersebut. Sehingga akibatnya juga berdampak pada nilai hasil mid semester siswa yang masih rendah. Berdasarkan informasi tersebut peneliti secara langsung dapat mencoba untuk menerapkan pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium. Dalam hal penentuan kelas yang akan dijadikan sampel, maka dilihat dari nilai hasil belajar siswa kelas VIIIB dan kelas VIIID adalah kelas yang paling cocok dijadikan kelas sampel karena memiliki nilai rata-rata kelas dengan klasifikasi sedang dan berdasarkan rekomendasi dari guru mata pelajaran IPA fisika. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan uji coba instrumen pada kelas IXB SMPN 2 Gerung, yang sudah
Volume 1, No. 2, Maret 2016
mempelajari materi getaran dan gelombang sebagai materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini. Setelah itu barulah diadakan penelitian dengan beberapa kali pertemuan yang terbagi dalam kegiatan pembelajaran sekaligus dengan perlakuannya maupun kegiatan pemberian pre-test dan post-test soal dimana akhirnya nilai dari kedua tes dibandingkan untuk melihat peningkatannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kedua kelas sampel pada tes kemampuan awal (pre-test) dan tes hasil belajar (post-test) yang telah diberikan. Nilai rata-rata tes kemampuan awal kelas eksperimen adalah 53,40 dan kelas kontrol 55,83 sedangkan pada peningkatannya pada tes hasil belajar (post-test) mencapai 79,20 untuk kelas eksperimen dan 73,33 untuk kelas kontrol. Berdasarkan perbandingan peningkatan hasil belajar antara kelas yang diterapkan pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium dengan yang tidak diberikan perlakuan terdapat perbedaan yaitu 25,8 : 17,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima yaitu terdapat pengaruh dengan diterapkan pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis statistik, maka diperoleh kesimpulan bahwa thitung > ttabel ( 2,074 > 1,683), yang berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol statistik (Ho) ditolak. Dalam melakukan penelitian ini, Peneliti juga dihadapkan pada beberapa kendala yaitu kurangnya alat-alat dilaboratorium sehingga hal ini menghambat jalannya penelitian, siswa cendrung masih tidak serius ketika belajar sehingga membuat peneliti harus lebih berusaha secara maksimal dalam membimbing siswa baik untuk mengerjakan latihan maupun dalam melakukan eksperimen dengan pelaksanaan yang maksimal tersebut, kendala yang ada dapat dihadapi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini terbukti dengan keberhasilan penelitian ini yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan. Berdasarkan dari beberapa analisis data yang dilakukan sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan oleh Peneliti maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil 87
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Volume 1, No. 2, Maret 2016
IKIP PGRI Semarang Jurnal. Diakses pada tanggal 03 April 2015 dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?arti cle=6940&val=528. Artawa, Robet. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make Amatch Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Di Gugus 1 Kecamatan Selat. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja, Indonesia. Jurnal Diakses pada tanggal 08 April 2015 dari : http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/articl e/view. Delnitawati dan Sujarwo. 2012. Pengaruh metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar. FKIP. Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah. Medan. Jurnal. Diakses pada tanggal 04 April 2015 dari : http://www.umnaw.ac.id/?page_id=684 Halim, Abdul. 2012. Pengaruh strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat. UNIMED Jurnal. Diakses pada tanggal 04 April 2015 dari : http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMEDArticle-23931- Abdul%20Halim.pdf Huswatun, Baiq Heni. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Berbasis Laboratorium Terhadap Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Pada Materi Pokok Rangkaian Listrik Siswa Kelas X SMAN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Mataram. Universitas Muhammadiyah Mataram.53 Karyatin, 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII-4 di SMPN 1 Probolinggo. Universitas Negeri Malang. Jurnal Diakses pada tanggal 03 April 2015. Maisaroh, dan Rostrieningsih. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. http: /index.php/JPFI/article/download/1072/981. Maknuni, D. dkk. 2012. Pemetaan keterampilan esensial laboratorium dalam kegiatan praktikum ekologi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, Indonesia. Diakses pada tanggal 06 April 2015 dari : http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/articl e/view. Oktavianto, 2012. Meningkatkan hasil belajar siswa tentang peristiwa alam melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match dikelas V sdn 3 Bulango Kabupaten Bone Bolango. FKIP UNG. Jurnal. Diakses pada tanggal 03 April 2015. Riyanto, (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit SIC Surabaya. Sarita, Fitrianing dan Rijka Nur Lailyga, 2014. Penerapan PembelajaranKooperatif Model Stad Berbasis Eksperimen Untuk Meningkatkan
belajar siswa di SMPN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2014/2015. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium meningkatkan hasil belajar yang signifikan pada pokok bahasan getaran dan gelombang kelas VIIID SMPN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan nilai thitung > ttabel ( 2,202 > 1,679), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai pre-test 53,40 dan post-test 79,20 untuk kelas eksperimen dan nilai pre-test 55,83 dan post-test 73,33 untuk kelas kontrol. B. Saran Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengajukan beberapa saran, antara lain : 1. Kepada pihak pengajar, hendaknya mempertimbangkan untuk menerapkan pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium guna meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa. 2. Pada kegiatan belajar dan pengajaran IPA fisika dengan diterapkan pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium, hendaknya dilakukan secara terus menerus agar lebih optimal dan efektif bagi guru dan siswa. Hal ini bertujuan agar siswa terlatih untuk belajar dengan cara saling berdiskusi dalam menemukan pengetahuan mereka sendiri bukan hanya mendengar dan mencatat penjelasan dari guru. 3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu seperti kebiasaan belajar, motivasi dan lain-lain agar hasil penelitian lebih optimal dan untuk lebih mempopulerkan penerapan pembelajaran kooperatif berbasis kegiatan laboratorium. DAFTAR PUSTAKA Ariesta, dan Supartono. 2011. Pengembangan perangkat perkuliahan kegiatan laboratorium fisika dasar II berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kerja ilmiah mahasiswa. Jurnal. Diakses pada tanggal 11 April 2015. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/arti cle/download/1072/981 Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Astika, Nurlia dan Nyoman, Ngurah Ayu, 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Terhadap Hasil Belajar Siswa. 88
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Keaktifan Dan Prestasi Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X RPL 2 Di SMK Ahmad Yani Probolinggo. Universitas Negeri Malang. Jurnal. Diakses pada tanggal 06 April 2015 dari : http://jurnalonline.um.ac.id/article/do/detailarticle/1/35/1947. Shofiya, Arum Rahma. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas Xi Ips 3 Sma Negeri 3 Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Sebelas Maret Surakarta.Diakses pada tanggal 07 April 2015 dari : http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/articl e/view/3227 Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 54 Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung Suwarno. (2006). Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa melalui pelajaran kooperatif Jigsaw. Universitas Veteran Bangun Nusantara. Diakses pada tanggal 07 April 2015 dari : http://www.academia.edu/5155946/Peningkatan_ Prestasi_Belajar_Siswa_Melalui_Model_Pembel ajaran_Kooperatif_Tipe_JIGSAW
89
Volume 1, No. 2, Maret 2016