KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Volume 1, No. 2, Maret 2016
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XB MADRASAH ALIYAH AL-HAFIZIAH MASJURING TAHUN PELAJARAN 2012/2013 1
Johan Irawan Ismail, 2 Bahtiar, 3 Islahudin
1
Mahasiswa Sarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram 2&3 Dosen Progran Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Mataram
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapanpendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan modelpembelajaran interaktif terhadaphasil belajar fisika siswa kelas XB MAAL-Hafiziah Masjuring tahun pelajaran 2012/2013.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes subyektif, sedangkan data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi.Menunjukan peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Pada siklus I ketuntasan klasikal 73,53% dengan nilai rata-rata siswa 81,62. Sedangkan, pada siklus II ketuntasan klasikal 91,18% dengan nilai rata-rata siswa 88,97.Hal ini menunjukkan bahwa penerapanpendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan modelpembelajaran interaktif dapat meningkatkanhasil belajar fisika siswa kelas XBdi Madrasah Aliyah AL-Hafiziah Masjuring tahun pelajaran 2012/2013. Kata kunci : Pendekatan konstruktivisme, model pembelajaan interaktif, hasil belajar
PENDAHULUAN Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga tarjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dalam hal kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran sains, khususnya fisika merupakan pembelajaran dimana siswa seharusnya dapat dihadapkan langsung dengan objek yang sedang dipelajari, belajar menghubungkan antara konsep, hukum dan teori-teori agar mereka dapat mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara belajar yang aktif dan kreatif. Pada umumnya, siswa akan tertarik dengan pelajaran yang sesuai dengan minat mereka dan dianggap mudah. Merekaakan kurang tertarik dengan pelajaran yang tidak ada kaitannya dengan pengalaman, membosankan dan diajar dengan cara yang tidak menyenangkan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika kelas XB Madrasah Aliyah AL-Hafiziah Masjuring terdapat dua pokok bahasan yang belum mencapai target ketuntasan klasikal yaitu 85 %. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika yaitu, perlu adanya penyempurnaan proses belajar mengajar, misalnya
melalui penerapan pendekatan pembelajaran dan berbagai model pembelajaran yang tepat. Salah satu teori pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan adalah teori pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Dalam bidang fisika pendekatan pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang membantu siswa untuk membangun konsepkonsep fisika dan prinsip-prinsip fisika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi yaitu proses perolehan informasi dan proses transformasi yaitu proses pengolahan informasi dalam diri siswa. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya (Rahayu, 2009: 252). Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. Salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran konstruktivisme yaitu model pembelajaran interaktif (interactive learning). Pada model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk mengajukan pertanyaan, merumuskan pertanyaan dan mencoba menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri, sehingga siswa
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
termotivasi untuk bekerja keras dan lebih aktif serta kritis dalam belajar. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Model Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XB Madrasah Aliyah AL-Hafiziah Masjuring Tahun Pelajaran 2012/ 2013”.
Volume 1, No. 2, Maret 2016
terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif. E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus dan tiap siklus memuat lima tahap kegiatan yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi dan tahap refleksi.
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru atau peneliti di dalam kelas, dengan tujuan memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Iskandar,2009: 20). Pendapat lain menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah melihat suatu proses penelitian sebagai suatu siklus atau pengulangan dengan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem organisasi atau masyarakat agar lebih efektif dan efisien (Mulyasa, 2005). Jenis penelitian ini menekankan pada kegiatan atau tindakan yang mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam skala mikro. Kegiatan tersebut diharapkan mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Tahap perencanaan tindakan Pada tahap ini, dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran interaktif. b. Menyusun lembar observasi untuk mencatat situasi belajar mengajar selama pembelajaran berlangsung. c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). d. Menyusun tes hasil belajar (THB) untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tahap pelaksanaan tindakan Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan semua hal yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan dan melaksanakan skenario pembelajaran dengan menerapkan tahap-tahap pada model pembelajaran interaktif. Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
B. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah AL-Hafiziah Masjuring yang melibatkan kelas XB yang dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran 2012/2013
Tahap persiapan Pada tahap ini merupakan persiapan guru dan kelas memilih topik dan menemukan informasi yang melatarbelakanginya. Guru membangkitkan motivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan materi yang akan disampaikan yaitu Besaran dan Satuan.
C. Faktor yang diselidiki Adapun faktor-faktor yang akan diselidiki pada penelitian ini adalah: a) Faktor siswa: dengan melihat peningkatan hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan dengan menerapkan model pembelajaran interaktif. b) Faktor guru: dengan melihat cara guru dalam merencanakan pembelajaran dan bagaimana pelaksanaannya di kelas. c) Faktor kegiatan belajar: dengan melihat interaksi antara guru dengan siswa.
Tahap eksplorasi Kegiatan penjelajahan atau eksplorasi lebih melibatkan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang topik yang dibahas. Berdasarkan jawaban-jawaban siswa tersebut, guru menyajikan informasi tentang topik yang akandibahas. Untuk mengaktifkan siswa, guru membagi siswa ke dalam delapan kelompok untuk melakukan diskusi dan pengamatan tentang topik yang akan dibahas.
D. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XB Madrasah AliyahAL-Hafiziah Masjuring tahun 2012/2013.Dengan jumlah siswa 34 orang yang
Tahap pertanyaan anak Tahap ini merupakan saat kelas mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan 95
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
tentang topik yang akan dibahas. Sebelumnya guru meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan dan diskusi yang mereka lakukan, kemudian mengarahkan siswa mengajukan pertanyaan mengenai hasil pengamatan dan diskusi tersebut.
Volume 1, No. 2, Maret 2016
Tahap refleksi Refleksi dilaksanakan pada akhir siklus.Pada tahap ini, peneliti bersama guru mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan pada suatu siklus.Sebagai acuan dalam refleksi adalah hasil observasi dan evaluasi. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada tahap selanjutnya.
Tahap penyelidikan Pada tahap ini, guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi.Sebelum diskusi dan melakukan pengamatan, guru membagikan lembar kerja siswa dan meminta siswa untuk melakukan kegiatan dan menjawab pertanyaan pada lembar kerja siswa.
F. Instrumen Penelitian Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tahap refleksi Pada pertemuan berikutnya di kelas dibahas hasil penyelidikan siswa, dengan menggabungkan berbagai jawaban dari masing-masing kelompok dalam memecahkan suatu permasalahan yang mereka selidiki.Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil pengamatannya.Pertanyaan perorangan atau kelompok digabungkan dan dibandingkan dengan pertanyaan pada tahap sebelumnya.Kemudian siswa diminta membuat kesimpulan tentang konsep yang telah disampaikan.Dengan demikian, siswa dapat membangun pemahaman sendiri terhadap konsep atau materi pelajaran setelah melakukankegiatan observasi dan penyelidikan.Pada akhir tahap refleksi, guru melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan untuk memantapkan hal-hal yang masih perlu diperbaiki atau diselidiki lebih jauh.Sehingga siswa dapat berpikir kritis, bernalar logis dan dapat memecahkan masalah yang didapatkan dari lingkungan dengan kreatif.
Lembar observasi Instrumen dirancang dalam bentuk lembar observasi pembelajaran oleh penelitian untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan guru dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan pembelajaran pembelajaran konstruktivisme yaitu model pembelajaran interaktif (interactive learning), dalam tes hasil belajar penyusunan tes dilakukan oleh peneliti, dan dibuat dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 20 butir soal dimana setiap siklus terdiri dari 10 soal. Uji instrumen penelitian Tes hasil belajar (THB) berisikan tentang soal-soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Soal tes ini dilampirkan dalam bentuk pilihan ganda yaitu terdiri dari beberapa soal yang telah diuji validitas, realibilitas, taraf kesukaran, dan daya beda.
Tahap observasi dan evaluasi Selama pelaksanaan tindakan, diadakan observasi. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif. Dalam observasi, akan diamati aktivitas siswa dan kegiatan guru yang tampak selama kegiatan pembelajaran. Semua aktivitas siswa dan guru yang tampak dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan.Pada tiap akhir siklus, dilakukan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui pemahaman atau penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan.Evaluasi dalam bentuk essay, yaitu sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan.
Uji validitas Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006: 72). Uji validitas soal menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2006: 72). rxy
N XY X Y
N X
2
X
2
N Y
2
Y
2
(1)
Keterangan: rxy : Koefisien korelasi antar variabel x dan y X : Skor item 96
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Y N
: Jumlah skor : Jumlah sampel
JA = Banyak peserta kelompok atas JB = Banyak peserta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Uji Reliabilitas Menurut Arikunto (2006: 100), mengatakan bahwa reliabilitas menunjukan suatu pengertian bahwa instrumen yang cukup dipercaya sebagai alat untuk mengumpulkan data. Pengujian reliabilitas instrumen dapat di lakukan dengan rumus KR20 (Kuder Richarson) yaitu : 2 n s pq r11 s2 n 1
Tabel 2. Kriteria Nilai Daya Pembeda
(2)
Nilai 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00
Keterangan : r11 = Reliabilitas soal n = banyaknya subjek yang menjawab pada item 1 s = Variansi total p = Proporsi banyak item subjek yang menjawab item q = r–p Tes dinyatakan reliabilitas jika r11 rtabel product moment pada taraf signifikan 5 %.
B . Js
Jenis data Jenis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang meliputi data aktivitas siswa dan guru, kemudian data kuantitatif meliputi data hasil belajar. a) Data aktivitas siswa dan guru (data kualitatif) merupakan hasil kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama jam pelajaran berlangsung, dimana pelaksanaan tindakanya dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dan guru. Siswa sebagai agen yang aktif dan guru sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif. b) Data hasil belajar siswa (data kuantitatif) merupakan hasil yang dicapai seorang individu selah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu. Hasil belajar dinyatakan dengan nilai atau skor setelah mengerjakan sesuatu tugas atau tes.
(3)
Keterangan : P = Taraf kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Tabel 1. Kriteria indeks kesukaran soal
No 1. 2. 3.
Nilai 0,00 – 0,30 0,31 – 0,70 0,71 – 1,00
Kualifikasi Sukar Sedang Mudah
Cara pengambilan data Data hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan evaluasi atau ulangan pada siswa. Data tentang situasi belajar diperoleh dengan lembar observasi.
Daya beda Uji daya beda dimaksudkan untuk menyisihkan butir tes yang mempunyai daya beda rendah. Rumus yang digunakan adalah :
D
B A BB PA PB JA JB
Kualifikasi Jelek Cukup Baik Baik sekali
G. Teknik pengumpulan data Sumber data Sumber data berasal dari seluruh siswa kelas XB Madrasah Aliyah AL-Hafiziah Masjuring tahun pelajaran 2012/2013, guru sebagai observer dan peneliti.
Taraf kesukaran Persamaan yang digunakan dalam taraf kesukaran (Arikunto, 2009: 208).
P
Volume 1, No. 2, Maret 2016
H. Teknik Analisis Data Penelitian terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sebagai berikut:
(4)
Keterangan : J = Jumlah peserta tes 97
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
a.
b.
Menentukan skor aktivitas yang diperoleh siswa dan cara menghitung skornya, Pada penelitian ini cara pemberian skor berdasarkan aturan sebagai berikut: Skor 4 : Diberikan jika 80 % dari siswa yang hadir melakukan aktivitas deskriptor. Skor 3 : Diberikan jika > 60 % dan < 80 % dari siswa yang hadir melakukan aktivitas deskriptor. Skor 2 : Diberikan jika > 40 % dan < 60 % dari siswa yang hadir melakukan aktivitas deskriptor. Skor 1 : Diberikan jika > 20 % dan < 40 % dan siswa yang hadir melakukan aktivitas deskriptor. Skor 0 : Diberikan jika > 0 % dan < 20 % dari siswa yang hadir melakukan aktivitas deskriptor.
Volume 1, No. 2, Maret 2016
K (Kurang) : Jika 1 deskriptor nampak SK (Sangat kurang) : Jika tidak ada deskriptor. Data hasil belajar siswa Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dianalisis dengan rumus : Ketuntasan individu Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu apabila siswa mampu memperoleh nilai ≥ 70. Ketuntasan belajar klasikal Ketuntasan belajar menggunakan rumus:
KK
X x 100% Z
klasikal
dengan (5)
Keterangan : KK = Ketuntasan klasikal X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 Z = Jumlah siswa Sesuai dengan petunjukteknik penilaian kelas dikatakan tuntas secara klasikal terhadap hasil pembelajaran yang disajikan apabila ketuntasan klasikal mencapai 85 % atau lebih (Nurkencana, 2000: 104).
Menentukan kriteria aktivitas belajar siswa.
Tabel 3. Pedoman kriteria aktivitas belajar siswa
Interval Kategori As > MI + 1,5 SDI Sangat Tinggi MI + 0,5 SDI < As < MI Tinggi + 1,5 SDI MI - 0,5 SDI < As < MI Cukup / Sedang + 0,5 SDI MI - 1,5 SDI < As < MI Rendah - 0,5 SDI As < MI -1,5 SDI Sangat Rendah (Nurkencana , 2000: 100)
Kriteria Keberhasilan Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah pencapaian aktivitas belajar siswa minimal berkategori cukup aktif terhadap proses belajar dengan penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif. Sedangkan hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila telah mencapai target ketuntasan klasikal yaitu 85 % dari seluruh siswa memperoleh nilai 70 pada saat evaluasi.
Data Aktivitas Guru Adapun cara penilaian terhadap deskriptor aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah : a. Ya : Diberikan jika aktivitasdeskriptor dilakukan oleh guru padasaat pelaksanaan proses pembelajaran. b. Tidak :Diberikan jika aktivitas deskriptor tidak dilakukan oleh guru pada saat pelaksanaan proses pembelajaran. Data aktivitas guru selama pembelajaran dianalisis dengan cara sebagai berikut: BS (Baik sekali) : Jika 4 (semua) deskriptor nampak B (Baik) : Jika 3 deskriptor nampak C (Cukup) : Jika 2 deskriptor nampak
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Dalam penelitian ini ada dua hal yang dianalisis yaitu hasil belajar dan aktivitas siswa, diuraikan sebagai berikut : Perencanaan Tahap perencanaan ini dilakukan beberapa persiapan peneliti sebelum melaksanakan tindakan siklus I yaitu : a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 98
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
b.
Membuat skenario pembelajaran Menyiapkan lembar kerja siswaMenyiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa dan guru selamapembelajaran berlangsung.
Volume 1, No. 2, Maret 2016
Hasil yang diperoleh dari lembar observasi siswa adalah sebagai berikut: (1) berdasarkan kesiapan siswa, siswa telah siap menerima pelajaran ini terlihat dari banyak siswa yang telah membawa kelengkapan belajar seperti buku, pulpen, buku panduan pembelajaran, penggaris dan lain-lain (2) siswa antusias dan memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru, (3) siswa aktif melakukan kerja sama dan interaksi serta saling membantu dengan sesama anggota kelompoknya, walaupun masih ada siswa dalam satu kelompok yang bekerja sindiri-sendiri, (4) diskusi kelompok berjalan lancar, akan tetapi masih ada siswa yang belum mau atau malu untuk mengemukakan pendapatnya Adapun kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I yaitu : a. Siswa tidak mengajukan pertanyaan pada guru tentang suatu hal yang belum jelas. b. Tidak berusaha memperbaiki atau menambah kesimpulan dari temannya c. Tidak merespon pendapat atau pertanyaan dari kelompok lain. d. Tidak terpengaruh suasana kelas selama pelaksaan pembelajaran. e. Tidak berusaha menerapkan konsep dan keterampilannya dalam situasi baru. f. Tidak berusaha memperbaiki kesalahan temannya dalam mengerjakan soal. g. Tidak berusaha menerapkan konsep yang dimilikinya dalam menyelesaikan problem solving atau problem-problem nyata dalam kehidupan sehari-hari.. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap hasil observasi aktivitas belajar siswa maka diperoleh rata-rata skor 3,14. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah ditentukan, nilai tersebut di katagorikan aktif. Hasil aktivitas belajar siswa secara lengkap dapat dilihat pada lembar observasi siswa .
Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan untuk siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan menerapkan tahap-tahap model pembelajaran interaktif serta dilakukan berdasarkan rencana pembelajaran. Materi yang dibahas adalah besaran dan satuan dengan sub pokok bahasan besaran pokok dan besaran turunan, angka penting dan dimensi. Adapun awal kegiatan pembelajaran, guru dan siswa mencari latar belakang topik yang akan dibahas. Kemudian, guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai hal-hal yang telah diketahui oleh siswa mengenai topik yang akan dipelajari dengan menyajikan sebuah permasalahan berkaitan dengan topik yang akan dibahas kemudian guru menanyakan pendapat masing-masing siswa atas permasalahan yang disajikan tersebut.Kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran tentang besaran dan satuan melalui kegiatan demonstrasi, selanjutnya masing-masing siswa diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan masingmasing kelompok yang telah dibentuk sebelumnya serta guru memotivasi dan meransang siswa untuk mau bertanya serta mengarahkan pertanyaan siswa agar pertanyaan siswa dapat diselidiki jawabannya melalui penyelidikan. Siswa bersama kelompoknya melakukan penyelidikan melalui pengamatan dengan anggota kelompoknya berdasarkan kegiatan pada LKS yang telah dibagikan sebelumnya. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk membacakan hasil pengamatan yang diperolehnya dan kelompok lain menanggapi atau mengajukan pertanyaan. Guru mengarahkansiswa untuk melakukan diskusi kelas. Disini peran guru adalah sebagai fasilitator yang memandu jalannya presentasi dan diskusi sekaligus mengklarifikasi kesalahan-kesalahan yang dikerjakan siswa sehingga terjadi persamaan persepsi dari materi yang dibahas.Pada akhir siklus I siswa diberikan tes dalam bentuk subyektif.
Hasil observasi aktivitas guru Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I berjalan baik namun masih terdapat kekurangan-kekurangan yaitu: (1) pada pembukaan kegiatan pembelajaran, guru tidak menyampaikan indikator pembelajaran, (2) pengaturan waktu untuk menyelesaikan LKS kurang sesuai dengan skenario yang telah dibuat karena ada beberapa kelompok yang belum menyelesaikan tugasnya, (3) pengelolaan kelas cukup baik, ini terlihat dari siswa yang antusias dalam memperhatikan penjelasan guru dan tidak ribut selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi kegiatan guru secara
Hasil observasi aktivitas siswa Kegiatan observasi dilaksanakan selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan, dengan mengacu pada pedoman pengisian lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru. Dalam kegiatan observasi ini yang diamati adalah aktivitas siswa dan aktivitas peneliti yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Semua aktivitas siswa maupun peneliti yang tampak dicatat dalam lembar observasi sesuai dengan deskriptor yang nampak. 99
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
lengkap dapat dilihat pada lembar observasi aktivitas guru
memperhatikan yang lain dan terfokus pada apa yang disampaikan, (2) menekankan kepada siswa akan pentingnya kerja sama dalam kelompok, terutama untuk siswa yang masih bekerja sendirisendiri dalam kelompoknya, (3) memotivasi siswa agar berani mengeluarkan pendapatnya dan meminta tiap anggota kelompok untuk mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, (4) lebih memperhatikan pengelolaan waktu agar sesuai dengan skenario dan rencana pembelajaran, (5) guru memberikan umpan balik pada siswa saat proses pembelajaran terutama pada diskusi atau tanya jawab, (6) mengatur interaksi siswa dengan guru dalam menyampaikan pendapat, (7) guru memotivasi siswa untuk belajar sesuai dengan polanya sendiri supaya mampu memperbaiki jawaban dari teman dan guru, (8) mengingatkan kepada siswa supaya membawa perlengkapan belajar yang dibutuhkan pada pertemuan berikutnya, (9) ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompok, ini terlihat dari hasil kegiatan yang tidak sempurna, untuk itu guru harus lebih memperhatikan setiap kelompok dalam mengerjakan lembar kegiatan, (10) memberikan rangsangan kepada siswa untuk berani bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti dengan menganggap guru sebagai mitra kerja. Perencanaan tindakan pada siklus II ini bertolak dari hasil pefleksi pada siklus I dan merupakan perencanaan tindakan revisi dari permasalahan yang belum terselesaikan pada siklus I. Pada tahap perencanaan ini pengajar juga mempersiapkan hal-hal antara lain: skenario pembelajaran (lampiran 4), rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 2), lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru (lampiran 5 dan 6), lembar kerja siswa (lampiran 3). Selanjutnya pengajar membentuk kelompok belajar yang heterogen, baik secara akademis maupun jenis kelaminnya dan daftar lengkapnya dapat dilihat di daftar nama kelompok siswa
Evaluasi Tahap evaluasi ini, siswa diberikan tes subyektif sebanyak empat soal. Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Data hasil belajar siswa siklus I Jumlah Siswa
Banyak Siswa yang Tuntas
Banyak Siswa yang Tidak Tuntas
Persentase Ketuntasan Klasikal
Persentase Siswa yang Belum Tuntas
34
25
9
73,53 %
26,47 %
Volume 1, No. 2, Maret 2016
Nilai Ratarata Kelas
81,62
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan klasikal belum memenuhi target kurikulum yang menghendaki ketuntasan klasikal siswa 85 %. Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus ini secara lengkap dapat dilihat pada (lampiran 22).Karena belum memenuhi standar, maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan tabel data hasil belajar siswa siklus I di atas dapat dilihat dalam bentuk grafik batang pada gambar 1 di bawah ini:
Pelaksanaan tindakan Tahap ini dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran dan rencana pembelajaran yang telah dibuat serta berdasarkan refleksi pada siklus I.
Gambar 1. Data Hasil Belajar Siswa Siklus 1
Refleksi
Observasi Kegiatan observasi pada siklus II terhadap aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang muncul selanjutnya dicatat pada lembar observasi yang telah disiapkan Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II ini adalah sebagai berikut: (1) kerja sama dan interaksi siswa dalam kelompok telah baik, ini
Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi pada siklus I, maka peneliti mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan kekurangankekurangannya yang selanjutnya diperbaiki dan dilaksanakan pada siklus II. Beberapa perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Menertibkan suasana kelas dan memperagakan alat bantu saat proses pembelajaran supaya siswa tidak 100
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
terlihat dari tiap anggota kelompok berdiskusi dan bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya walaupun masih ada siswa yang bekerja sendiri-sendiri, (2) siswa aktif untuk menjawab tiap pertanyaan yang diberikan oleh guru sebagai umpan balik, (3) tiap anggota berpartisipasi baik dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya maupun dalam mengerjakan soal-soal di depan kelas. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap hasil observasi aktivitas belajar siswa maka diperoleh rata-rata skor 4,14. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah ditentukan, nilai tersebut dengan kategori sangat aktif. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pengajar pada siklus II mengalami peningkatan baik dalam perencanaan dan persiapan pembelajaran, pengaturan waktu maupun pendampingan siswa selama pembelajaran.
Gambar 2. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi yang telah dilakukan, ternyata target ketuntasan klasikal 85 % telah tercapai. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang belum memenuhi target yang diharapkan dan perlu mendapat perhatian khusus dari guru bidang studi. Pada tahap ini, pengajar menghimbau kepada siswa agar mempertahankan situasi belajar yang talah dicapai sekarang.Baik dari segi suasana kelas yang kondusif maupun keaktifan dan antusias dalam belajar.
Evaluasi Kegiatan evaluasi pada silkus II dilakukan berupa tes subyektif dengan 4 soal kepada siswa. Hasil evaluasi belajar tersebut dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini: Tabel 5 Data hasil belajar siswa siklus II Jumlah Banyak Banyak Persen Siswa Siswa Siswa tase yang yang KetunTuntas Tidak tasan Tuntas Klasikal 34 31 3 91,18 %
Persent ase Siswa yang Tidak Tuntas 8,82 %
Volume 1, No. 2, Maret 2016
Nilai Ratarata Kelas
B. Pembahasan Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pembelajaran telah terlaksana. Data tersebut secara lengkap dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
88,97
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan klasikal telah mencapai target kurikulum yaitu 85 %. Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus ini secara lengkap dapat dilihat pada (lampiran 22). Berdasarkan tabel data hasil belajar siswa siklus II di atas dapat dilihat dalam bentuk grafik batang pada gambar 2.
Tabel 6. Data hasil observasi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II
Siklus Ke
I
Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi pada siklus II ini, peneliti mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran serta memperbaiki kukurangan-kekurangannya. Perbaikan yang dilakukan antara lain: lebih menekankan kepada siswa akan pentingnya kerja sama dalam kelompok dan tetap memotivasi siswa dengan memberikan apersepsi yang menarik.
II
Rata-rata aktivitas siswa 3,14 (Sangat Aktif) 4,14 (Sangat Akitf)
Ketuntasan Klasikal
Nilai ratarata kelas
73,53 %
81,62
91,18 %
88,97
Berdasarkan tabel diatas pada siklus I nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 81,62. Secara individual, 9 orang atau 26,47 % siswa belum tuntas dan 25 orang atau 73,53% siswa telah tuntas. Dengan demikian, ketuntasan klasikal adalah 73,53%. Ini berarti 73,53% dari seluruh siswa memperoleh nilai 70. Hal ini tentu saja belum sesuai dengan target ketuntasan kurikulum 101
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
yaitu 85 %. Nama-nama siswa yang tuntas dan tidak tuntas dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada (lampiran 22). Ada beberapa faktor yang nenyebabkan belum tercapainya target ketuntasan klasikal, antara lain: (1) siswa belum terlalu paham dengan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif. Sehingga dalam diskusi kelompok masih ada siswa yang bekerja sendiri-sendiri, (2) Materi yang dibahas sebagian besar berupa rumus-rumus sehingga siswa kesulitan untuk mengabstraksikannya ke dalam konsep-konsep, (3) masih ada beberapa siswa yang belum bisa mambedakan dan mengubah satuan besaran fisika, sehingga dalam perhitungan banyak terdapat kekeliruan. Hal-hal yang telah dicapai dengan baik adalah siswa belajar untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang berhubungan dengan materi yang disampaikan dan siswa lebih diberi kebebasan serta termotivasi untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya selama pembelajaran berlangsung. Dengan cara ini, maka siswa menjadi lebih aktif dan kritis. Hal ini dapat dilihat dari ratarata aktivitas belajar siswa yang mencapai 3,71 dengan kategori sangat aktif. Walaupun demikian, pada siklus I ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.Di antaranya pemanfaatan waktu oleh pengajar yang belum sesuai dengan rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran, peran pengajar yang kurang maksimal sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Sehingga untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran, maka pengajar melakukan perbaikan-perbaikan yang kemudian akan diterapkan pada siklus II. Perbaikan-perbaikan tersebut antara lain: lebih memotivasi siswa dengan mempersiapkan apersepsi yang menarik yang berhubungan dengan materi yang disampaikan sehingga siswa lebih antusias dalam belajar, menekankan kepada siswa agar bisa membedakan besaran serta satuannya sehingga tidak terjadi kekeliruan lagi dalam perhitungan, memperhatikan alokasi waktu yang telah tertuang dalam skenario pembelajaran. Berdasarkan refleksi dan perbaikan pada siklus I kemudian diterapkan pada siklus II, ketuntasan klasikal siswa menjadi 91,18 % dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,97. Sementara secara individual, 31 orang telah tuntas dan 3 orang belum tuntas atau 8,82 %. Nama-nama siswa yang tuntas dan tidak tuntas dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 23). Dari hasil ini dapat dilihat bahwa ketuntasan klasikal siswa telah mencapai target kurikulum yaitu 85 %. Dan skor rata-rata aktivitas belajar siswa menjadi 4,14. Nilai ini masih dalam kategori sangat aktif.
Volume 1, No. 2, Maret 2016
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat dalam bentuk grafik batang pada gambar 3 dibawah ini:
Gambar 3 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, Sedangkan dari segi aktivitas belajar siswa, secara umum dapat dikatakan mengalami peningkatan dan berada pada kategori sangat aktif. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik siswa kelas XB yang memiliki kemampuan di atas rata-rata serta aktif dan antusias dalam belajar.Yang tidak kalah penting adalah sarana pendukung dalam kegiataan pembelajaran yang cukup memadai.Dengan demikian, penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif dapat dikatakan berhasil dan penelitian tindakan kelas ini dapat dihentikan. Berikut merupakan hasil penelitian dari beberapa orang yang telah menerapkan model pembelajaran interaktif: 1. Aan Hendra Farid. (2004). Penggunaan Model Pembelajaran Interaktif Dalam Pokok Bahasan Listrik Statis untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa. 2. Ajeng Sri Wahyuni. (2007). PengaruhModel Pembelajaran Interaktif Terhadap Keterampilan Berkomunikasi Siswa. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berkomunikasi siswa yang melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran interaktif dengan siswa yang melakukan pembelajaran menggunakan model konvensional. Kemampuan berkomunikasi siswa yang memperoleh 102
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
3.
4.
pembelajaran model interaktif lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran model konvensional. Margaretha Sri Yuliariatiningsih. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Mahluk Hidup dan Tumbuhan untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa SD Kelas III: suatu studi pada cawu I. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran ini positif, karena menjadikan pelajaran IPA mudah dipahami, memberi suasana bermai, menarik dengan adanya gambar, atau hewan dan tumbuhan asli yang dibawa ke kelas atau di tempat hidup objek yang dipelajari. Suprayekti. (2008). PenerapanModel Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran IPA di SD. Disimpulkan bahwa kinerja belajar siswa meningkat setelah pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran interaktif. Hasil belajar siswa meningkat setelah mengalami pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok.
Volume 1, No. 2, Maret 2016
Penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih diprioritaskan di Madrasah Aliyah ALHafiziah Masjuring ataupun di sekolah-sekolah lain. Hal ini dimaksudkan agar siswa terlatih untuk belajar dengan cara saling berdiskusi dengan menemukan pengetahuan mereka sendiri, bisa membaca alat, bisa merangkai alat belajar berfikir, mencari dan menemukan sendiri, bukan hanya mendengar dan mencatat saja. Perlu penelitian lebih lanjut dengan penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif terhadap hasil belajar fisika pada pokok bahasan yang lain. Bagi dinas pendidikan diharapkan menggunakan hasil penelitian ini sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pada sekolah tingkat menengah karena dalam pencapaian kualitas tersebut diperlukan pendekatan dan model pengajaran yang efektif dan dan efisien agar pendidikan kedepannya lebih baik lagi.
Simpulan dan Saran A. Simpulan Penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XB Madrasah Aliyah AL-Hafiziah Masjuring Tahun Pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan besaran dan satuan. Hal ini terlihat dari perolehan nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 81,62, pada siklus II meningkat menjadi 88,97. Sedangkan ketuntasan klasikal sebesar 73,53 % pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 91,18 %. Secara individual pada siklus I, 25 orang telah tuntas sedangkan 9 orang atau 26,47% belum tuntas. Sementara pada siklus II, 31 orang telah tuntas dan 3 orang atau 8,82% belum tuntas. Penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XB Madrasah Aliyah AL-Hafiziah Masjuring Tahun Pelajaran 2012/2013 untuk pokok bahasan besaran dan satuan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Metode Penelitian. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta Aqib, Zainal. 2003. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Insan Cendekia: Surabaya. Bahtiar.2010. Modul Strategi Belajar Mengajar Sains (IPA) Fisika. Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Darso.2011. KesiapanBelajarSiswadanInteraksiBelajarMe ngajarTerhadapPrestasiBelajar.Bandung: INVOTECVolume VII, No. 2, diakses pada situs http://jurnal.upi.edu/invotec/view/655/kesiapa n-belajar-siswa-dan-interaksi-belajarmengajar-terhadap-prestasi-belajar.html Djamrah, Syaiful Bahri, 2002. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Iskandar. 2009. Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Grasindo. Kanginan, Marthen. 2007. Fisika SMA kelas X. Jakarta: Erlangga. Mudjiono dan Damyanti. 2010. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: Remaja Rosda Karya.
B. Saran Kepada pihak pengajar, hendaknya mempertimbangkan penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme menggunakan model pembelajaran interaktif guna meningkatkan hasil belajar fisika siswa Pada pengajaran fisika dengan metode demonstrasi, khususnya konsep besaran dan satuan sebaiknya guru menggunakan metode demontrasi yang disertai dengan model pembelajaran interaktif. 103
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.2460-9129)
Nair,
Subadrah. 2005. PenggunaanModelKonstruktivismeLimaFasa NeedhamDalam pembelajaranSejarah. University Sains Malaysia: Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan,Jurnal Pendidik dan Pendidikan diakses pada http://www.getbookee.org/jurnal-strategipembelajaran/ Nasution. 2011. TeknologiPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Nurkencana, Wayan. 2000. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Purwanto, Ngalim. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahayu, Endang. 2009. Pembelajaran Konstruktivisme Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa.Madiun, diakses pada situs https://www.google.com/search?hl=id&as_q= pembelajaran+konstruktivisme&as_epq=jurna l&as Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
104
Volume 1, No. 2, Maret 2016