A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
KONSEPTUALISASI NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI: UPAYA MENUJU NEGARA YANG DICITA-CITAKAN
Oleh: A. AHSIN THOHARI Dosen Fakultas Hukum - UIEU
ABSTRAK Gagasan negara hukum dan demokrasi merupakan dua instrumen “terbaik” untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan dengan cara yang beradab. Keduanya memiliki pola hubungan yang interdependen. Negara hukum saja tidak akan cukup, karena hukum bisa diciptakan dengan cara mengabaikan nilai-nilai demokrasi; sementara demokrasi saja juga tidak akan cukup, karena demokrasi menawarkan kebebasan dalam segala derivasinya, sehingga apabila tidak dibingkai oleh aturan-aturan hukum akan menjadi anarkisme dalam segala bentuknya. Keseimbangan antara nilai-nilai hukum dengan nilai-nilai demokrasi dalam suatu negara merupakan conditio sine qua non bagi terbentuknya democratische rechtsstaat yang sesungguhnya. Persoalannya adalah apa upaya yang harus ditempuh untuk menyeimbangkan kedua gagasan besar tersebut. Kata Kunci: Negara Hukum, Demokrasi
demokrasi
Pendahuluan Institusi gagasan
negara
demokrasi
(state)
dan
(democracy)
mengharuskan
kebijakan
umum dari negara ditentukan atas dasar mayoritas
oleh
wakil-wakil
yang
merupakan dua topik bahasan yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
selalu aktual dan selalu tidak mengenal
pemilihan-pemilihan
kata
memberikan
didasarkan atas prinsip kesamaan politik
idealisasi-idealisasi terhadap keduanya.
dan diselenggarakan dalam suasana
Negara
terjaminnya kebebasan politik.negara.
“final”
untuk
merupakan
institusi
yang
berkala
yang
mempunyai kelengkapan yang tidak ada
Institusi negara dan gagasan
bandingannya. Negara dianggap sebagai
demokrasi merupakan dua instrumen
organisasi yang paling sempurna, karena
untuk mencapai tujuan negara yang
mempunyai seperangkat kewenangan-
dicita-citakan.
kewenangan yang tidak dimiliki oleh
empiris sebenarnya tujuan beberapa
institusi lain. Sementara itu, gagasan
negara di berbagai belahan dunia, baik diakui
atau
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
Akan
pun
tetapi,
tidak,
secara
seringkali 39
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
terdengar utopis dan sama sekali tidak
kekuasaannya
realistis untuk dapat dicapai. Akhirnya
kepentingan
tujuan negara yang biasanya termaktub
masyarakat (Azhary, 1979).
dalam konstitusinya
hanya
menjadi
untuk lahir
Sementara
memelihara
batin
itu,
anggota
Max
Weber
slogan kosong tanpa makna apa pun
melihat negara dari aspek keabsahannya
dalam aktualisasinya, sehingga dapat
dalam
dikatakan
bahwa
tujuan
negara
instrumen represif. Menurutnya, negara
sebenarnya
hanya
wishful
thinking
ini
mencoba
pemaksa yang bertugas mengendalikan
menawarkan gagasan untuk mengaktua-
wilayah dan penduduk yang tinggal
lisasikan konsep negara dan demokrasi
dalam
sebagai
pengorganisasian yang bersifat koersif,
belaka.
Tulisan
instrumen
untuk
mencapai
negara yang dicita-citakan.
harus
menggunakan
dipahami
wilayah
instrumen-
sebagai
asosiasi
tersebut
melalui
ekstraktif, legal dan administratif (Max Rheinstein, 1977).
Negara dan Demokrasi
Pendapat Weber ini kemudian
A. Konsep Negara Negara
diformulasikan secara lebih lengkap
(state)
seringkali
oleh Alfred Stepan. Menurutnya, negara
diasumsikan mempunyai konotasi yang
mempunyai
berhadap-hadapan
diametral
bertindak tidak saja untuk menentukan
dengan masyarakat (society). Negara
bentuk hubungan antara kewenangan
seringkali dianggap sebagai antitesa
umum
terhadap masyarakat. Secara teoretis,
tetapi juga menentukan banyak bentuk
asumsi ini sebenarnya kurang tepat,
hubungan dalam masyarakat itu sendiri
karena kehadiran institusi yang bernama
(Alfred Stepan, 1978).
secara
negara justru dimaksudkan sebagai alat
kemampuan
dengan
hak-hak
sekaligus
masyarakat
Roger H. Soltau berpendapat
untuk untuk menjaga ketertiban (order)
bahwa
dalam suatu masyarakat berdasarkan
wewenang untuk yang mengatur atau
suatu sistem hukum yang bersifat
mengendalikan
memaksa. Sementara itu, dalam kaitan
bersama atas nama masyarakat (Roger
ini masyarakat adalah suatu sistem
H. Soltau, 1961). Dari beberapa definisi
hubungan yang ditertibkan (Harold J.
yang diberikan para ahli tadi, meskipun
Laski, 1960). Negara juga dianggap
ada
suatu organisasi kewibawaan (gezagor-
mempunyai
ganisatie)
sama. Oleh karena itu, Miriam Budiadjo
40
yang
mempergunakan
negara
beberapa
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
adalah
alat
atau
persoalan-persoalan
perbedaan,
aksentuasi
yang
tapi relatif
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
memberikan
definisi
umum
negara
aplikasinya yang seragam. Apa yang
sebagai: “Suatu daerah teritorial yang
dianggap sebagai demokrasi di negara-
yang rakyatnya diperintah (governed)
negara tertentu belum tentu dianggap
oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil
demokratis di negara lain. Negara
menuntut dari warga negaranya ketaatan
dengan
pada peraturan perundang-undangannya
dengan
melalui
(control)
mempunyai perbedaan-perbedaan yang
monopolistis dari kekuasaan yang sah.”
signifikan dalam mengimplementasikan
(Miriam Budiardjo, 1996).
nilai-nilai demokrasi. Konsep demokrasi
penguasaan
Dengan
totaliter
corak
dan
liberal,
negara
misalnya,
jelaslah
seringkali mengalami manipulasi dan
mempunyai
distorsi, khususnya di negara-negara
kekuasaan untuk memaksakan kehen-.
totaliter, sehingga pemaksaan, penyik-
Daknya.
dari
saan dan pelanggaran terhadap hak-hak
dimak-
asasi manusia dianggap sebagai “dosa
sudkan untuk memenuhi kebutuhan
kecil” saja tanpa mengurangi tingkat
manusia (Carlton Clymer Rodee, 1988).
kedemokratisannya, karena ditujukan
Menurut C.F. Strong, sebenarnya negara
untuk menyelamatkan rakyat secara
lebih
keseluruhan (Moh. Mahfud M.D, 1998).
bahwa
negara
demikian,
corak
selalu
Negara
juga
terdiri
institusi-institusi formal yang
dari
sekedar
gabungan
dari
beberapa keluarga atau sekedar wasit yang
memutuskan
demikian,
meskipun
apabila
asas demokrasi secara substantif telah
terjadi perselisihan di antara warga
disepakati, tetapi tidak ada konsep
negara. Dalam suatu masyarakat politik
tunggal yang bersifat monolitik pada
yang
tingkat
terorganisasi,
karena
ada
sesuatu
Dengan
negara
masyarakat,
muncul
sedangkan
tidak
implementasinya. ada
konsep
Meskipun
tunggal,
tetapi
masyarakat tidak muncul karena negara
demokrasi mempunyai elemen-elemen
(C.F. Strong, 1973).
fundamental
yang
dapat
digunakan
sebagai parameter untuk mengukur dan
B. Konsep Demokrasi
menentukan tingkat implementasi nilai-
Demokrasi merupakan istilah
nilai demokrasi dalam suatu negara. Ada
yang ambiguous (Budiardjo, 1996).
lima hal yang harus ada dalam negara
Pengertiannya tidak bersifat monolitik,
yang menganut sistem demokrasi, yaitu
sehingga
negara-negara
yang
(1) pemerintahan yang bertanggung
mengklaim
diri
negara
jawab; (2) dewan perwakilan rakyat
demokrasi tidak mempunyai bentuk
yang mewakili golongan-golongan dan
sebagai
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
41
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
kepentingan-kepentingan
dalam
ma-
dengan
konsep
demokrasi
syarakat dan yang dipilih melalui pemilu
titusional.
yang bebas dan rahasia; (3) ada lebih
kandung konsep bahwa pemerintah yang
dari satu partai politik yang terus
baik
menerus mengadakan hubungan dengan
pemerintahan
masyarakat; (4) ada pers dan media
adalah yang terbatas kekuasaannya dan
massa yang bebas menyatakan pendapat;
tidak dibenarkan melakukan tindakan
dan (5) ada sistem peradilan yang bebas
sewenang-wenang
untuk menjamin hak-hak asasi dan
negaranya
mempertahankan keadilan (Budiardjo,
semacam ini
1996).
sebutan Demokrasi sebagai dasar hidup
bernegara memberi pengertian bahwa
itu
pokok
dalam
berkaitan
haruslah
ini
ter-
demokratis
dan
demokratis
itu
yang
terhadap
sendiri. juga
warga
Pemerintahan dikenal
“constitutional
dengan
government”
dibatasi oleh konstitusi. Dalam kerangka seperti ini, sejak menjelang Abad XIX muncul
dengan
pandangan yang menganggap bahwa
kehidupannya termasuk dalam menilai
fungsi negara harus dibatasi secara
kebijaksanaan
sangat
minimal, sehingga kebebasan raja untuk
berpengaruh terhadap kehidupan rakyat.
melakukan tindakan sewenang-wenang
Berkaitan dengan hal ini, Henry B.
dapat
Mayo mengatakan bahwa sistem politik
terkenal dalam konsep ini adalah “The
yang demokratis adalah sistem yang
least
menunjukkan bahwa kebijakan umum
government” (Budiardjo, 1996). Dalil
ditentukan atas dasar mayoritas oleh
inilah yang kemudian merupakan ciri
wakil-wakil yang diawasi secara efektif
dari apa yang dikenal sebagai konsep
oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
“negara
berkala yang didasarkan atas prinsip
wachterstaat) yang dianggap ideal sejak
kesamaan politik dan diselenggarakan
menjelang Abad XIX. Akan tetapi,
dalam suasana terjaminnya kebebasan
dalam perkembangannya konsep ini
politik (Henry B. Mayo, 1960).
kemudian
san
yang
masalah-masalah
gagasan
pemerintahan yang berdasarkan dan
pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan
Dalam
kons-
negara
yang
dihindarkan.
government
jaga
is
the
malam”
ditinggalkan
yang
dan
best
(nach-
diganti
Pada perkembangannya, gaga-
dengan konsep negara kesejahteraan
konstitusionalisme
(welfarestate).
kemudian
dikaitkan dengan gagasan demokrasi,
dianggap
Yang
sebagai
sehingga membentuk apa yang dikenal 42
Doktrin
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
terakhir
koreksi
ini
terhadap
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
nachwachterstaat yang dianggap kurang
merupakan conditio sine qua non bagi
memperhatikan kesejahteraan rakyat.
terbentuknya democratische rechtsstaat
Sampai
saat
ini,
demokrasi
yang sesungguhnya. Apabila satu sama
dianggap sebagai aturan-aturan yang
lain
dikehendaki oleh mayoritas (majority
dipastikan bahwa negara tersebut gagal
rule)
mengembangkan gagasan negara yang
tanpa
minoritas
mengabaikan
agar
tidak
hak-hak
terjadi
tirani
tidak
seimbang,
maka
dapat
baik.
terhadapnya. Pada titik ini, muncullah gagasan negara hukum yang demokratis
Menuju
(democratische
citakan
rechtsstaat)
(Jimly
Negara
yang
dicita-
A. Tujuan Negara
Asshiddiqie, 1994). Prof. Dr. Azhary, S.H., dengan
Pada dasarnya, negara dapat
mengutip H.R. Lunshof, mengatakan
dianggap sebagai asosiasi manusia yang
bahwa negara hukum yang demokratis
hidup dan bekerja sama untuk mengejar
(democratische
beberapa
rechtsstaat)
harus
tujuan
bersama.
Dapat
memenuhi empat unsur sekaligus, yaitu
dikatakan bahwa tujuan terakhir bagi
(1) pemisahan antara pembentuk; (2)
setiap
penyusunan pembentuk undang-undang
kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum
secara demokratis; (3) asas legalitas; dan
publicum, common good).
(4) pengakuan atas hak asasi (Azhary,
Padmo Wahjono, teori tujuan negara
1995).
pada umumnya dapat dilihat dari dua
Dengan demikian, negara hukum saja
segi,
tidak akan cukup, karena hukum bisa
dihubungkan dengan tujuan terakhir dari
diciptakan dengan cara mengabaikan
hidup manusia yang sebenarnya bukan
terhadap
demokrasi;
merupakan merupakan bidang kenega-
sementara demokrasi saja juga tidak
raan tetapi bidang eskatologi; (2) tujuan
akan
negara
nilai-nilai
cukup,
karena
demokrasi
negara
yaitu
yang
adalah
(1)
menciptakan
tujuan
dihubungkan
Menurut
negara
dengan
menawarkan kebebasan dalam segala
kebutuhan kelompok masyarakat secara
derivasinya,
empiris pada saat tertentu (Padmo
sehingga
apabila
tidak
dibingkai oleh aturan-aturan hukum akan menjadi anarkisme dalam segala
Wahjono, 1986). Sementara
itu,
G.
Jellinek
bentuknya. Keseimbangan antara nilai-
mengemukakan ajaran-ajaran tentang
nilai
nilai-nilai
tujuan negara (die lehren vom zweck des
negara
staates). Menurutnya, konsep tentang
hukum
demokrasi
dengan
dalam
suatu
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
43
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
negara
sangat
tergantung
pada
keinginan
secara
maksimal
(Laski,
pemahaman atau konsep yang tepat
1960).
tentang tujuan-tujuan negara. Jellinek
B. Fungsi dan Tugas Negara
membagi dua tujuan negara, yaitu tujuan
Setelah dikemukakan beberapa
negara yang bersifat subyektif dan
pandangan mengenai tujuan negara,
tujuan negara yang bersifat obyektif (A.
selanjutnya akan dikemukakan beberapa
Hamid S. Attamimi, 1990). Tujuan
teori tentang fungsi negara. Secara
negara yang bersifat subyektif terdapat
teoretis,
dalam berbagai macam bentuk dari yang
tujuan, maka untuk mencapai tujuan
berdasarkan pandangan masing-masing
tersebut
negara sampai kepada sifat tujuan-tujuan
seperangkat fungsi dan tugas tertentu.
itu sendiri secara individual.
Sebelum Montesquieu memperkenalkan
Tentang tujuan negara yang
teori
setelah
negara
negara
Trias
harus
mempunyai
mempunyai
Politica-nya,
pernah
bersifat obyektif dibagi dalam dua
diperkenalkan lima fungsi negara, yaitu
bentuk. Pertama, tujuan negara yang
fungsi diplomatik, defensif, finansial,
bersifat obyektif universal. Aliran ini
yustisial, dan kepolisian. Sedangkan
menyandarkan diri pada konsep-konsep
menurut John Locke, kekuasaan negara
religius-teologis yang mengikuti prinsip
harus dibatasi dengan cara mencegah
spekulasi filsafati dengan menganggap
sentralisasi kekuasaan ke dalam satu
negara sebagai suatu organisme. Kedua,
tangan atau lembaga. Hal ini, menurut
tujuan negara yang bersifat obyektif
Locke,
partikular adalah tujuan yang dipilih
memisahkan kekuasaan politik ke dalam
oleh
tiga fungsi, yakni kekuasaan legislatif
suatu
negara
perkembangan
berdasarkan
sejarahnya
masing-
masing.
dilakukan
mengatakan bahwa tujuan negara adalah untuk
memungkinkan
berkembang
serta
federatif
power),
dan
(federative
kekuasaan
power)
(Moh.
Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 1985).
rakyatnya
menyelenggarakan
cara
(legislative power), kekuasaan eksekutif (executive
Sementara itu, Roger H. Soltau
dengan
Teori bangkan
ini
oleh
kemudian
dikem-
Montesquieu
yang
daya ciptanya sebebas mungkin (Soltau,
membagi kekuasaan ke dalam tiga
1961).
tujuan
negara
fungsi,
Laski
adalah
kekuasaan yudikatif, dan kekuasaan
menciptakan keadaan di mana rakyatnya
eksekutif. Dalam hal ini, kekuasaan
dapat mencapai terkabulnya keinginan-
legislatif
menurut
44
Sedangkan Harold
J.
yakni
kekuasaan
sangat
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
legislatif,
ditekankan
oleh
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
Montesquieu
letak
sesuai
kemerdekaan individu dan hak-hak asasi
sosial,
manusia dijamin. Montesquieu sangat
pertahanan dan kemananan dalam suatu
menekankan
kekuasaan
negara. Dengan demikian, pembaruan
memberikan
(renewal) terhadap konsep tersebut agar
perlindungan terhadap hak-hak asasi
sesuai dengan konteks perubahan jaman
warga negara yang pada masa itu
yang
menjadi
conditio sine qua non bagi tercapainya
yudikatif
karena
disitulah
kebebasan
karena
korban
ingin
despotis
raja-raja
(Montesquieu, 1993).
dengan
sirkumstansi
ekonomi,
dihadapai
politik,
budaya,
serta
merupakan
suatu
negara yang dicita-citakan.
Sedangkan yang menyangkut
Dalam kaitan ini, negara hukum
tugas negara, secara umum terdapat
harus selalu merefleksikan nilai-nilai
empat tugas utama yang harus diemban
demokrasi yang menawarkan prinsip-
oleh
prinsip kesamaan politik dan kebebasan.
suatu
melaksanakan
negara,
yaitu
(1)
(law
and
penertiban
Tanpa
mengakomodasi
nilai-nilai
order); (2) mengusahakan kesejahteraan
demokrasi, negara hukum yang dicita-
dan
citakan hanya akan menjadi slogan
kemakmuran
pertahanan; keadilan.
dan
rakyatnya; (4)
Sementara
(3)
menegakkan itu,
menurut
kosong
yang
tidak
pernah
dapat
direalisasikan.
Charles E. Merriam, tugas negara adalah
Negara hukum dan gagasan
(1) keamanan ekstern; (2) ketertiban
demokrasi merupakan dua instrumen
intern; (3) keadilan; (4) kesejahteraan
utama untuk mencapai tujuan negara
umum; dan (5) kebebasan (Budiardjo,
yang
1996).
mempunyai Apabila dilihat dari beberapa
dicita-citakan. pola
Keduanya
hubungan
yang
interdependen. Negara hukum saja tidak
fungsi dan tugas negara yang telah
akan
disebutkan di atas, maka sesungguhnya
diciptakan dengan cara mengabaikan
tidak
nilai-nilai
mudah
untuk
merealisasikan
cukup,
karena
hukum
demokrasi;
bisa
sementara
gagasan negara yang dicita-citakan,
demokrasi saja juga tidak akan cukup,
bahkan mungkin akan menjadi problem
karena
yang abadi dalam merealisasikannya.
kebebasan dalam segala derivasinya,
demokrasi
menawarkan
sehingga apabila tidak dibingkai oleh
Kesimpulan
aturan-aturan
Konsep negara yang dicita-
hukum
akan
menjadi
anarkisme dalam segala bentuknya.
citakan akan selalu mengalami dinamika
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
45
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
Keseimbangan antara nilai-nilai
_______, “Sejarah Type Pokok Negara”,
hukum dengan nilai-nilai demokrasi
Permata Publishing Company,
dalam suatu negara merupakan conditio
Jakarta, 1979.
sine
qua
non
bagi
democratische
terbentuknya
rechtsstaat
yang
sesungguhnya. Apabila satu sama lain tidak seimbang, maka dapat dipastikan bahwa
negara
tersebut
gagal
mengembangkan gagasan negara yang
Budiardjo, Miriam, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, Cet. XVII, Gramedia, Jakarta, 1996. Kusnardi, Moh., dan Bintan R. Saragih. “Ilmu Negara”, Perintis Press, Jakarta, 1985. Laski, Harold J, “The State in Theory
ideal.
and Practice”, G. Allen and
Daftar Pustaka
Unwin Ltd., London, 1960.
Asshiddiqie, Jimly, ”Gagasan Kedau-
Mahfud M.D., Moh., “Politik Hukum di
latan Rakyat dalam Konstitusi
Indonesia”,
dan
Jakarta, 1998.
Pelaksanaannya
di
Indonesia”, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994. Attamimi,
A.
Hamid
S.
Cet.
I,
LP3ES,
Mayo, Henry B., “An Introduction to Democratic Theory”, Oxford
“Peranan
University Press, Oxford, 1960.
Keputusan Presiden Republik
Montesquieu, “Membatasi Kekuasaan:
Indonesia dalam Penyelengga-
Telaah Mengenai Jiwa Undang-
raan
undang”, [The Spirit of the
Pemerintahan
Negara:
Suatu Studi Mengenai Analisis
Laws],:
Keputusan
1993.
Gramedia,
Jakarta,
Presiden
yang
Pengaturan
dalam
Rheinstein, Max. “Max Weber On Law
Kurun Waktu Pelita I-Pelita
in Economy and Society”, dalam
IV”, Disertasi doktor, Fakultas
Lawrence M. Friedman and
Pascasarjana
Stewart Macaulay, “Law and
Berfungsi
Universitas
Indonesia, Jakarta, 1990.
the Behavioral Sciences”, The
Azhary, “Negara Hukum Indonesia:
Bobbs-Meririll Company Inc.,
Analisis
Yuridis
tentang
Unsur-unsurnya”,UI-
Press, Jakarta, 1995.
Normatif
New York, 1977. Rodee, Carlton Clymer, et al., (eds.). “Pengantar [Introduction
Ilmu
Politik”,
to
Political
Science], Diterjemahkan oleh 46
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
Zulkifly
Hamid,
Cet.
I,
Rajawali, Jakarta, 1988. Soltau, Roger H., “An Introduction to Politics”, Longmans, Green & Co., London, 1961. Stepan,
Alfred.,
“The
State
and
Society”, Princeton University Press, Princeton N.J, 1978. Strong,
C.F.,
“Modern
Constitution”,
Political
Sidwick
&
Jackson, London, 1973. Wahjono, Padmo., “Negara Republik Indonesia”, Rajawali, Jakarta, 1986.
Lex Jurnalica Vol.3 No. 1 Desember 2005
47
A. Ahsin Thohari – Konseptualisasi Negara Hukum Dan Demokrasi; Upaya Menuju Negara Yang Dicita-citakan
Lex Jurnalica/ Vol.3/ No. 1/ Desember/ 2005