KONSEP UANG, STABILISASI MONETER DAN TEORI PEMBANGUNAN DALAM PEMIKIRAN EKONOMI IBNU KHALDUN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Tim Dosen Pengampu: 1. Dr. Euis Amalia, M.Ag. 2. Cecep Maskanul, M.Ec
Disusun oleh: Abdul Fatah
MAGISTER EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
0
I.
PENDAHULUAN Makalah ini disajikan untuk menjelaskan pemikiran Abul Iqtishad (Bapak ekonomi) Ibnu Khaldun (732-808 H/1332-1406 M). Ketika kita mempelajari pemikiran seorang tokoh, mempelajari kondisi lingkungan sekitarnya merupakan suatu keniscayaan. Latar belakang keluarga, kondisi negara baik itu kondisi politik, sosial, ekonomi, akan sangat mempengaruhi pemikiran sang tokoh. Warisan intelektual Ibnu Khaldun tergolong unik diantara karya pemikir muslim lainnya. Pemikiran Ibnu Khaldun ditemukan, dipelajari, dianalisa, dan dikritisi di Barat tetapi tidak begitu diapresiasi di tempat kelahirannya di masyarakat timur. Ketika di barat terbit berbagai buku dan studi kritis tentang karya Ibnu Khaldun, hal serupa hampir sama sekali tidak dilakukan di timur, di daerahnya dimana dia dan leluhurnya berasal. Kesadaran dunia timur untuk menghidupkan kembali memori tentang Ibnu Khaldun baru muncul 600 tahun setelah kelahirannya (ketika buku Ibnu Khaldun, his life and work dibuat). Meskipun pemikir klasik, Ibnu Khaldun akan menjadi guru bagi generasi muda arab dan dunia Islam pada umumnya. Dan prolegomena (Al-Mukaddimah)
akan
sering dibaca oleh mereka, tak hanya memuji penelitian dan pemikiran agung beliau, tetapi juga mempelajarinya terutama mengenai metode ekspresi dari banyak teori- teori sosial, meskipun susah ditampilkan karena prolegomena Ibnu Khaldun adalah kekayaan yang tak ternilai dari warisan intelektual literature dan retorika Arab.1 Sama seperti tokoh Islam lain, Ibnu Khaldun sudah hafal Al-Qur’an dalam usia muda. Selain itu Ibnu Khaldun juga menguasai berbagai disiplin ilmu seperti tajwid, tafsir, hadis, tauhid, ushul fiqh, fiqh, tasawuf, dan filsafat. Selain itu ia juga menguasai ilmu politik, sejarah, ekonomi, geografi, fisika, dan matematika. Dengan dibekali pengetahuan tentang berbagai hal, tak aneh kalau Ibnu Khaldun mampu memberikan kontribusi pemikiran dalam berbagai bidang kehidupan. Ibnu Khaldun lahir di Tunisia ketika kekhalifahan Islam sedang menuju kemunduran dan perpecahan sedangkan di barat sedang terjadi gerakan renaissance yang kelak menjadi awal hegemoni negara barat di dunia. Pergolakan politik yang terjadi di setiap negara yang ditinggali, membuat Ibnu Khaldun terpaksa hidup berpindah-pindah dari satu daulah ke daulah lain. Kondisi ini membuat Ibnu Khaldun pernah menempati beberapa posisi di kerajaan yang berbeda dengan karakter khalifah yang berbeda-beda. Keterlibatan Ibnu Khaldun dalam penyelenggaran negara membuatnya memiliki persepsi yang komprehensif tentang negara dan penyelenggaraan negara. Maka tidak aneh kalau dia berbicara tentang bagaimana memakmurkan negara dengan cara mensinergikan
1
Muhammad Abdullah Enan, Ibnu Khaldun his life and work, (Lahore: Kashmiri Bazar,1941) hal. 2
1
semua unsur negara dalam rangka membangun kesejahteraan. Teori ini pengelolaan negara ini kemudian disebut circle of equity atau Ibnu Khaldun’s Circle. Circle of equity menjelaskan negara terdiri dari variabel pemerintah (G), kesejahteraan (W), Syariah (S), rakyat (N), pembangunan (D), dan keadilan (J). Berdasarkan teori ini, penguasa berkewajiban untuk mewujudkan keadilan dengan mensinergikan variabel moral, politik, ekonomi, dan sosial budaya yang disebut di atas. Dalam tataran ilmu ekonomi, Ibnu Khaldun memberi kontribusi dalam bentuk pemikiran tentang teori supply dan demand, uang, produksi, division of labaour, dan standard kekayaan negara. Jauh sebelum JM Keynes menjelaskan hukum penawaran sebagai “Supply creats its own demand”, Ibnu Khaldun telah mengupas hal ini dengan membandingkan harga kebutuhan pokok di kota kecil dengan di kota besar. Di kota besar harga bahan pokok cenderung murah karena supply yang cukup. Dengan banyaknya penduduk di kota besar, produsen dari kota kecil fokus untuk menjual produknya ke kota besar karena disana mereka tidak akan kekurangan market. Imbasnya bahan pokok akan melimpah di kota besar dan dengan begitu harga akan tetap atau bahkan turun. Sementara di kota kecil bahan pokok akan mengalami kekurangan karena supply sedikit. Imbasnya ada kekhawatiran dari penduduk kota kecil kehabisan bahan pokok. Mereka akan memborong bahan pokok tersebut untuk konsumsi dan cadangan. Kondisi ini akan membuat harga bahan pokok naik di kota kecil. Ibnu Khaldun juga consern membahas bagaimana menciptakan kemakmuran negara dengan cara meningkatkan keunggulan negara dibanding negara lain. Spesifikasi pekerja (division of labour) atau pengelompokan pekerja berdasakan skill tertentu diperlukan untuk menciptakan effisiensi. Spesifikasi kerja dimaksudkan agar produksi tinggi, sedangkan effisiensi diperlukan agar harga produk kompetitif. Dengan adanya surplus produksi dan effisiensi, negara akan mampu memngekspor produk ke luar negeri dengan harga yang kompetitif. Dengan begitu pendapatan negara akan meningkat dan kemakmuran rakyat akan tercipta. Dengan berbagai sumbangsih pemikiran terutama dalam masalah ekonomi dan welfare state, tak heran kalau Ibnu Khaldun di sebut sebagai abul iqtishad. Sumber utama makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam karya Euis Amalia, Ibnu Khaldun His life and work karya M. Abdullah Enan, Terjemahan Al-Mukaddimah Karya Franz Rosenthal, Dan Makalah Umer Chapra tentang Ibnu Khaldun’s Circle.
2
II. BIOGRAFI IBNU KHALDUN a. Latar belakang keluarga Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada tahun 732 H /1332 M dengan nama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliudin Ibnu Khaldun. Keluarganya berasal dari Hadramaut (Yaman) dan silsilahnya sampai kepada salah seorang sahabat nabi SAW yang bernama Wail Ibnu Hujr dari kabilah Kindah. Salah seorang cucu Wail, Khalid Ibnu Usman memasuki daerah Andalusia bersama dengan orang Arab penakluk di awal abad ke 3 Hijriyyah. Kemudian anak cucunya membentuk satu keluarga yang besar dengan nama Bani Khaldun. Dari nama Bani Khaldun inilah nama Ibnu Khaldun berasal.2 b. Di Afrika Utara dan Andalusia (732-784 H/ 1332-1382M) Tahun 1932 menginspirasi kenangan abadi tentang pemikiran Ibnu Khaldun. Tahun tersebut adalah ulang tahun ke-600 Ibnu Khaldun, seorang sejarawan, politikus, dan filosof sosial. Sebagaimana karya dari pemikir besar ini menguasai hampir semua tempat penting dalam warisan pemikiran arab, adalah pantas dan layak selain mengenang beliau juga mempelajari kehidupan dan karyanya. Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H (27 Mei 1332 M) berasal dari keluarga orang Andalusia yang hijrah ke Tunisia pada pertengahan abad ke-7 Hijriah. Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Waliudin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al-Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdurrahman Ibnu Khaldun. 3 Ibnu Khaldun berasal dari keluarga terkemuka dan berpengaruh di Andalusia. Bapak buyutnya Khalid atau dikenal sebagai Khaldun masuk ke Andalusia bersama tentara Yaman pertama kali masuk ke kota Caramona dan membangun keluarga di sana.4 Keturunan Khaldun kemudian pindah ke Sevilla. Banu Khaldun baru muncul dalam sejarah penting Andalusia pada akhir abad ke-3 Hijriah ketika pemerintahan Emir Abdullah bin Muhammad, dari Bani Umayyah (274-300 H). Keturunan Banu Khaldun banyak yang terlibat dalam perebutan kekuasaan dan menguasai posisi penting di Andalusia dan sekitarnya. Ibnu Khaldun adalah keturunan dari keluarga terpelajar, terkemuka, dan tertua. Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri. Dia belajar Al-Qur’an, tafsir, hadis, dan juga fiqh. Dia diajarkan grammar dan retorika oleh para Professor terkenal di Tunisia yang saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan literature di Afrika Utara 2
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata, 2010), hal. 225 Muhammad Abdullah Enan, Op.Cit. hal. 3 4 Ibid., hal. 5 3
3
selain Mesir. Dalam Al-Ibar dia menceritakan tentang fokus dia mempelajari hadis, fiqh Maliki, Filologi dan puisi. Ia juga belajar filsafat dan logika. Semua guru Ibnu Khaldun mengakui kapabilitas beliau dengan memberinya ijaza. Ibnu Khaldun meneruskan pendidikannya sampai ia berusia 18 tahun.
c. Di Kairo, Mesir Dia sudah berusia 52 tahun ketika tiba di Mesir namun di sangat sibuk sekali di Negara ini walaupun awalnya dia ingin menghabiskan hidupnya dengan tenang di Mesir. Ibnu Khaldun diterima dengan baik di Mesir karena warga Mesir sudah banyak mengenal beliau melalui karyanya Al-Mukaddimah. Ibnu Khaldun sangat antusias ketika menginjakan kakinya di Mesir, dia berkata;5 “ Saya melihat ibukota dunia, kebun semesta, teater bangsa-bangsa, tempat bertemu umat manusia, singgasana Islam, ibukota kerajaan; Istana dan kastil menenun cakrawala, institute dan sekolah bersinar di langit, para ulamanya bersinar seperti bulan dan bintang; Jalan-jalan kota penuh dengan manusia, pasar-pasarnya berlimpah kekayaan.”
Di Mesir Ibnu Khaldun diangkat menjadi dosen di Al-Azhar untuk mengajar hadis dan fiqh Maliki, dan juga menjelaskan teori- teorinya tentang kemasyarakatan, kebangkitan Negara, fondasi kedaulatan, dan pelajaran lain yang terkandung dalam Al-Mukaddimah. Pada tahun 786 H dia masuk ke pemerintahan dengan menjadi Hakim Agung Maliki. Ibnu Khaldun menghabiskan 23 tahun hidupnya di negeri para Firaun tersebut (784 -808 H).
d. Perjalanan Karir Pekerjaan pertama Ibnu Khaldun adalah Kitabah al-‘alamah atau penulis kata-kata Alhamdulillah dan Asy-Syukrillah diantara tulisan basmallah dan isi surat selanjutnya. Pekerjaan ini ia peroleh pada masa pemerintahan Abu Muhammad Ibnu Tafkarin di Tunisia.6 Ketika Tunisia jatuh ke penguasa konstantinopel, Ibnu Khaldun pindah ke Basra (Aljazair) dan disini dia diangkat menjadi anggota majelis ilmu pengetahuan dan kemudian diangkat menjadi sekretaris pribadi sultan. Dan ketika Basra
5 6
Muhammad Abdullah Enan, Op. Cit. hal. 71 Euis Amalia, Op. Cit., hal. 226
4
mengalami kekacauan pemerintahan, Ibnu Khaldun kemudian memilih pindah ke Granada (Spanyol).7 Disini ia diangkat menjadi duta kerajaan. Puncak karir Ibnu Khaldun di pemerintahan adalah ketika ia pindah ke Bijayah pada tahun 766 Hijriyyah dimana disini ia diangkat menjadi hijabah atau perdana menteri merangkap khatib dan guru ilmu hukum. Ibnu
Khaldun
kemudian
memilih
meninggalkan
istana
untuk
melanjutkan
petualangan dengan pindah ke Kairo. Di Kairo dia diangkat menjadi ketua pengadilan negara pada tahun 786 Hijriyyah. Ibnu Khaldun meninggal dunia pada tahun 808 Hijriyyah di Kairo pada usia 76 tahun. Ia meninggal ketika masih menjabat sebagai hakim agung kerajaan. e. Karya Karya terbesar Ibn khaldun adalah Al-Ibar (Sejarah Dunia). Karya ini terdiri dari tiga buah buku yang terbagi ke dalam tujuh volume, yakni Muqaddimah (satu volume), Al ibar (4 volume) dan Al Ta’rif bi ibn Khaldun (2 volume). Secara garis besar ,karya ini merupakan sejarah umum tentang kehidupan bangsa Arab ,Yahudi, Yunani, Romawi, Bizantium, Persia, Gorth,dan semua bangsa yang di kenal masa itu. Ibn khaldun mencampur pertimbangan-pertimbangan filosofis, sosiologis, etis dan ekonomis dalam tulisan-tulisannya. Selain itu ia juga menulis banyak buku, antara lain: Syarh Al Burdah, sejumlah ringkasan atas buku-buku karya Ibnu Rasyd, Sebuah catatan atas buku Matiq, Mukhtasar kitab Al- Mahsul karya Fakhr al-Din alRazi (Usul Fiqh), sebuah buku tentang matematika.8 Ibnu Khaldun juga menulis Wa Diwan al-Mubtada wal Khabar, Fi Ayyam al-arabi wal ajami wal barbar, wa man asarahum min zawi al-Sultan al-akbar.9
Karya Ibnu Khaldun terbagi ke dalam 3 kelompok buku; 1. Tentang masyarakat dan fenomena yang melekat padanya seperti kedaulatan, kekuasaan, nafkah seseorang, perdagangan, ilmu pengetahuan dan sebabsebab serta alasan yang termasuk kedalamnya. 2. Tentang sejarah bangsa Arab, generasi mereka, dan dinasti-dinasti dari sejarah penciptaan sampai saat Ibnu Khaldun hidup yang berisi sejarah kontemporer dan manusia-manusia hebat dalam dinastinya seperti orang syiria, Persia, yahudi, Koptik, Yunani, Romawi, Turki, dan perancis.10
7
Ibid., hal. 227 Euis Amalia, Op. Cit hal. 230-233 9 Muhammad Abdullah Enan, Ibnu Khaldun, His life dan work, ( hal. 150 10 Ibid., hal. 151 8
5
3. Sejarah Barbar dan suku yang tergolong Barbar seperti Zanata (leluhur bangsa Barbar) dan kerajaan serta dinastinya di Afrika Utara. Secara lebih rinci kitab Al-Ibar karya Ibnu Khaldun berisi 7 volume besar yaitu:
Buku pertama berhubungan dengan sosiologi (Umran) disebut Prolegomena atau Al-Mukaddimah.
Buku kedua berisi 4 volume (volume 2-5) berhubungan dengan sejarah Arab dan silsilahnya dan sejarah bangsa-bangsa kuno, Turki, dan perancis sampai dengan abad 8 H.
Buku ketiga berisi 2 volume (6 dan 7) yang membahas sejarah Barbar sampai hari penulisan buku tersebut. Dalam Al-Ibar Ibnu Khaldun menyisipkan satu bab yang menjelaskan
perjalanan hidupnya mulai lahir sampai emigrasi ke Mesir dan tentang peristiwaperistiwa yang melibatkan beliau sampai dengan awal tahun 797 H. Bab ini dinamakan Al-Taarif.11 III. PEMIKIRAN EKONOMI a. Mekanisme Harga Di dalam Al-Muqaddimah , Khaldun menulis secara khusus di bab IV satu sub-bab berjudul "Harga-Harga di Kota-Kota". Ia membagi jenis barang menjadi barang kebutuhan pokok dan barang mewah. Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan selanjutnya populasinya akan bertambah banyak, maka hargaharga barang kebutuhan pokok akan mendapat prioritas pengadaannya. Akibatnya penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga. Sedangkan untuk barangbarang mewah, permintaannya akan meningkat sejalan dengan berkembangnya kota dan berubahnya gaya hidup. Akibatnya harga barang mewah meningkat. Berikut penjelasan lengkap Ibnu Khaldun tentang Harga-harga di kota.12 Ibn Khaldun juga menjelaskan mekanisme penawaran dan permintaan dalam menentukan harga keseimbangan. Secara lebih rinci ia menjabarkan pengaruh persaingan di antara konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan. Setelah itu ia menjelaskan pula pengaruh meningkatnya biaya produksi karena pajak dan pungutan-pungutan lain di kota tersebut, pada sisi penawaran Pada bagian lain dari bukunya, Ibn Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran terhadap harga. Ia mengatakan, "Ketika baarang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga akan naik. Namun bila jarak antarkota dekat dan 11 12
Muhammad Abdullah Enan, Op. Cit., hal. 158 Franz Rosenthal, The Mukaddimah, (London: Routledge and Kegan Paul, 1967), hal. 458
6
aman untuk melakukan perjalanan, maka akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang akan melimpah, dan harga-harga akan turun". Ibnu Khaldun telah menganalisa secara empiris tentang teori supply and demand dalam masyarakat. Dalam kalimat di atas Ibnu Khaldun secara ekspilisit memformulasikan tentang hukum supply dan kaitannya dengan harga. Menurutnya apabila sebuah kota berkembang pesat, mengalami kemajuan dan penduduknya padat, maka persediaan bahan makanan pokok melimpah. Hal ini dapat diartikan penawaran meningkat yang berakibat pada murahnya harga barang pokok tersebut. Analisa supply and demand Ibnu Khaldun tersebut dalam ilmu ekonomi modern, diteorikan
sebagai terjadinya
penduduk kota. Naiknya
peningkatan disposable income dari
disposible income (kelebihan pendapatan) dapat
menaikkan marginal propersity to consume (kecendrungan marginal untuk mengkonsumsi) terhadap barang-barang mewah dari setiap penduduk kota tersebut. 13
Hal ini menciptakan demand baru atau peningkatan permintaan terhadap barang-
barang mewah. Akibatnya harga barang-barang mewah akan meningkat pula. Adanya kecendrungan tersebut karena terjadi disposable income penduduk seiring dengan berkembangnya kota. Teori Ibnu Khaldun tentang supply and demand diilustrasikan oleh Adiwarman Karim sebagai berikut.14
Grafik di atas menjelaskan tentang tingkat harga bahan pokok di kota besar dan kota kecil. Supply bahan poko penduduk kota besar (Qs 2) jauh lebih besar dari pada supply bahan pokok di kota kecil (Qs1). Menurut Ibnu Khaldun, penduduk kota besar memiliki supply bahan pokok yang melebihi kebutuhannya sehingga harga bahan pokok di kota besar relatif lebih murah (P2). Sementara itu supply bahan pokok di kota kecil relatif sedikit 13 14
Euis Amalia, Op.Cit hal. 238 Ibid., hal. 237
7
sehingga permintaan tinggi karena penduduk kota kecil khawatir kehabisan bahan makanan pokok dan imbasnya harga menjadi lebih tinggi (P1). Kecenderungan mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga murah bagi penduduk kota membuat mereka mempunyai kelebihan pendapatan (disposable income) dan normalnya setelah kebutuhan pokok terpenuhi maka manusia cenderung untuk memenuhi kebutuhan pelengkap dan mewah. Imbasnya harga barang mewah ataupun pelengkap menjadi naik. Bila diilustrasikan kedalam grafik adalah sebagai berikut.15
Karena terjadi peningkatan disposable income dari penduduk seiring dengan berkembangnya kota terjadi kenaikan proporsi pendapatan yang digunakan untuk mengkonsumsi barang mewah. Akibatnya, terjadi pergeseran kurva permintaan terhadap barang mewah dari D1 ke D2 dan hal ini menyebabkan harga barang mewah naik.16 Ibnu Khaldun juga menyoroti penyebab naiknya biaya produksi yang diakibatkan adanya bea cukai, pajak dan pungutan lainnya sehingga dia berteori bahwa harga barang di padang pasir lebih murah karena tidak mengandung unsur bea cukai, pajak, dan pungutan lain dalam komponen biaya produksinya dibanding harga di kota.17 Selain dipengaruhi pajak atau bea cukai dan biaya produksi, naik turunnya harga barang dipengaruhi oleh adanya penimbunan. Ibnu Khaldun juga mengupas tentang pengaruh keuntungan wajar terhadap perdagangan. Menurut dia, harga yang terlalu rendah akan menurunkan motivasi produsen untuk bertahan atau masuk ke pasar, sedangkan harga yang terlalu tinggi juga akan mengakibatkan kurangnya minat konsumen untuk membeli barang tersebut dan hal ini dapat membuat pasar lesu.18
15
Euis Amalia, Op.Cit., hal. 238 Ibid. 17 Ibid. 18 Ibid., hal. 239 16
8
b. Division of labour dan perdagangan internasional Mahasiswa dan bahkan ekonom saat ini mungkin akan ingat kepada Adam Smith (1729-1790 M) ketika berbicara tentang labour division.19 Dalam buku wealth of nations Adam Smith menulis dalam pembahasan “of the cause of improvement in the productive powers of labour, and of the order according to which its produce is naturally distributed among different ranks of the people” pada bab 1 dibahas spesialisasi kerja dengan judul “of the division of labour”.20 Padahal faktanya pada abad ke-14 Masehi Ibnu Khaldun telah membahas tentang hal ini. Menurut Ibnu Khaldun, pekerjaan yang terkombinasi akan menciptakan produktivitas yang lebih baik. Ibnu khaldun mengambil contoh di bidang pertanian. Tukang besi membuat alat pertanian, yang lain menjalankan sapi, menanam, dan melakukan kegiatan pertanian lainnya. Kombinasi ini akan menciptakan produksi berkali lipat bila dibandingkan seorang petani mengerjakan semuanya mulai dari membuat alat, membajak lahan, dan lainnya.21 Lalu apakah hubungan division of labour dengan perdagangan internasional? Alur berpikirnya seperti ini. Division of labour akan menghasilkan produksi maksimum sehingga negara tidak hanya mencapai swasembada terhadap suatu kebutuhan barang, tetapi juga mempunyai kelebihan supply. Hal ini memungkinkan negara untuk mengekspor barang ke luar negeri. Maka terjadilah perdagangan international. Hal lainnya adalah karena dengan adanya division of labour negara juga akan lebih efisien dalam proses produksi. Dengan rendahnya biaya produksi maka harga produk tersebut akan kompetitif ketika masuk ke pasar luar negeri. Teori tentang division of labour ini menunjukan konsistensi pemikiran Ibnu Khaldun tentang bagaimana menciptakan kesejahteraan negara. Untuk menjadi sejahtera negara harus menggenjot sisi produksi domestik. Hal ini ditujukan agar negara swasembada dan dapat mengekspor ke luar negeri. Ekspor akan meingkatkan devisa negara sehingga neraca pembayaran negara akan positif. Dengan begitu kekayaan negara akan meningkat dan kemakmuran rakyat akan terciptakan. Dan salah satu yang harus dilakukan sebagai upaya maksimalisasi dan effisiensi produksi adalah dengan melakukan division of labour. c. Konsep uang Mengenai konsep uang, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa emas dan perak merupakan standar nilai kekayaan dan hak milik. Sehingga uang yang beredar tidak harus emas dan perak tetapi bisa dengan logam apapun dengan syarat standar nilainya
19
Ibid., hal 242 Adam Smith, The Wealth of Nations, the electronic publication series, (The Pennsylvania State University:2005) 21 Ibid., 20
9
emas dan perak. Artinya negara bisa saja menggunakan logam lain sebagai alat tukar selain emas dan perak tetapi parameter nilainya mengacu pada nilai emas dan perak.22 d. Standar kekayaan negara Tingkat produksi domestik Menurut Ibnu Khaldun, parameter kekayaan negara bukanlah banyaknya uang yang beredar tapi dilihat dari kemampuan negara dalam hal produksi barang dan jasa. Sektor produksi inilah yang akan merangsang pertumbuhan pereknomian negara. Hal ini didasarkan pada alur berpikir bahwa sektor produksi akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan
penduduk yang
menyebabkan
efek
domino
berupa
23
meningkatnya permintaan terhadap barang. Neraca pembayaran positif
Kemampuan negara dalam membangun sektor produksi akan meningkatkan produksi barang di dalam negeri. Seperti yang dijelaskan di atas, dengan adanya spesialisasi kerja akan mendorong produktivitas pekerja sehingga proses produksi menghasilkan ouput maksimum. Dengan melimpahnya output produksi maka akan ada kelebihan supply yang memungkinkan negara melakukan ekspor. Hasil ekspor ini akan membuat neraca pembayaran negara positif. Untuk bisa bersaing di pasar luar negeri, negara harus mengupayakan efisiensi dalam proses produksi, dengan begitu harga barang yang di-ekspor tersebut akan mampu bersaing di pasar luar negeri. Efisiensi dapat dilakukan salah satunya dengan melihat keunggulan negara terhadap negara lain dalam hal produksi. Dalam teori modern disebut comparative advantage. Negara harus menganalisa dimana keunggulan mereka. Misalnya negara dengan tanah subur mempunyai keunggulan dalam hal pertanian sehingga tidak perlu memaksakan diri memproduksi pesawat terbang atau kereta api. Dengan begitu negara akan lebih efisien dalam hal produksi dan produksi negara akan menciptakan neraca pembayaran positif.
22 23
Euis Amalia., Op. Cit., hal. 248 Ibid., hal 245
10
e. Ibnu Khaldun’s Circle (Equity circle)24 Circle of Equity atau Umer Chapra menyebutnya “Model Dinamika Interdisiplin” Ibnu Khaldun dapat dijelaskan dalam nasihat kepada penguasa Negara sebagai berikut.25
Kekuatan penguasa (al-Mulk) tidak akan terwujud kecuali dengan implementasi syariah.
Syariah tidak dapat terimplementasikan kecuali dengan penguasa (al-Mulk).
Penguasa tidak dapat memperoleh kekuatasn kecuali melalui rakyat (al-rijal).
Rakyat tidak dapat terpelihara kecuali dengan kekayaan (al-Maal).
Kekayaan tidak dapat diperoleh kecuali melalui pembangunan (al-Imarah).
Pembangunan tidak dapat dicapai kecuali melalui keadilan (al-‘adl).
Keadilan adalah kriteria (al-mizan) Allah menilai hamba-Nya.
Penguasa bertanggung jawab mengaktualisasikan Keadilan.
Nasihat tersebut diilustrasikan sebagai berikut;
Nasihat Ibnu Khaldun disebut ' eight wise principles (kalimat hikamiyyah)', atau delapan prinsip kebijakan politik Ibnu Khaldun, masing-masing faktor berhubungan satu sama lain secara mutual, dalam formula sirkular tersebut, titik awal dan titik akhirnya tidak dapat dibedakan. Kalimat Hikamiyyah merefleksikan karakter analisa Ibnu Khaldun yang dinamis dan interdisiplin. Interdisiplin karena tidak merujuk penyebab kemunduran peradaban pada satu faktor saja, melainkan pada semua variabel penting sosial, ekonomi dan politik, termasuk Shari'ah (S), pemegang kekuasaan politik atau wazi' (G), masyarakat atau rijal (N), kekayaan atau cadangan sumberdaya atau maal (W), pembangunan atau 'imarah (g), dan keadilan atau 'adl (j), dalam suatu hubungan sirkular dan interdependen,
24
Keseluruhan sub-bab ini disadur dari tulisan Umer Chapra berjudul “Ibnu Khaldun’s theory of development: Does it has explain the low performance of the present-day muslim world” pada tahun 2006 yang diterjemahkan oleh Didin Krisnawati dari laman www.umm.ac.id dengan tetap merujuk pada sumber aslinya. 25
Umer Chapra, Ibnu Khaldun’s theory of development: Does it has explain the low performance of the presentday muslim world, paper (Jeddah, 2006) hal. 4
11
masing-masing faktor saling mempengaruhi dan pada saat yang sama juga menerima pengaruh dari faktor-faktor tersebut. Dua link paling krusial dalam rantai sebab akibat adalah development (g) dan justice (j). Development sangat esensial karena kecenderungan alamiah dalam masyarakat adalah selalu berkembang, tidak diam dan stagnan, perkembangan tersebut dapat berupa kemajuan atau justru kemunduran. Development tidak semata berarti pertumbuhan ekonomi (economic growth). Development meliputi segenap aspek pembangunan manusia sehingga setiap variabel saling memperkaya dan diperkaya satu sama lain (G,S,N dan W), sehingga dapat memberikan kontribusi pada well-being yang sebenarnya atau kebahagiaan masyarakat (N), dan kontribusi tersebut tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan peradaban semata, melainkan juga untuk kemajuannya. Development tidak akan pernah mungkin terwujud tanpa justice (j). Dua faktor tersebut berinterelasi sangat dekat dalam analisis Ibnu Khaldun, sehingga keduanya ditampilkan sejajar dan bersamaan dalam diagram Circle of Equity. Keadilan, sebagaimana pembangunan, oleh Ibnu Khaldun tidak dipahami dalam konteks yang sempit, melainkan dalam konteks yang lebih komprehensif yang meliputi keadilan untuk seluruh umat manusia. Keadilan dalam konteks komprehensif ini tidak mungkin terealisasi tanpa menciptakan masyarakat yang saling peduli melalui persaudaraan (brotherhood), dan kesetaraan sosial (social equality), jaminan keamanan hidup, keamanan properti, penghagaan terhadap sesama, kejujuran dalam pemenuhan kewajiban-kewajiban sosial, ekonomi dan politik, penghargaan atau hukuman yang sesuai dengan perbuatan, dan pencegahan dari kekejaman, dari ketidakadilan pada setiap umat manusia dalam segala bentuknya. Variabel lain, Shari'ah(S) merujuk pada nilai-nilai(values) dan institusi atau peraturan untuk membuat masyarakat(N)
memenuhi
kewajiban-kewajibannya dan
mencegah
kerusakan sosial untuk memastikan penegakan keadilan(j), pembangunan(g) dan tercapainya well-being untuk semua. Peraturan tersebut dapat formal atau informal, tertulis maupun tidak tertulis. Setiap masyarakat pasti memiliki serangkaian peraturan berdasarkan sistem nilai mereka sendiri. Dasar utama peraturan ini dalam masyarakat muslim adalah Shari'ah(S). Syari'ah tidak mungkin dapat memainkan peranan yang berarti kecuali dengan implementasi yang adil dan imparsial. Menjadi kewajiban dari masyarakat (N) dan pemerintah (G) untuk memastikan pelaksanaan yang adil dan imparsial. Kekayaan (W) menyediakan sumber daya alam yang diperlukan untuk memastikan keadilan dan pembangunan, mengefektifkan performansi peranan pemerintah (G) dan tercapainya kesejahteraan untuk masyarakat (N).
12
Relasi fungsional analisis Ibnu Khaldun dijelaskan oleh Umer Chapra dalam persamaan sebagai berikut: G = f(S, N, W, g, dan j) Persamaan diatas belum dapat menggambarkan model dinamis Ibnu Khaldun secara utuh, tetapi masih bisa merefleksikan karakter multidisiplin dengan memperhitungkan semua variabel mayor yang disampaikan Ibnu Khaldun. Dalam persamaan ini, G ditampilkan sebagai variabel terikat karena salah satu perhatian utama Ibnu Khaldun adalah untuk menerangkan bagaimana kemajuan dan kemunduran dari dinasti-dinasti (negara) atau suatu peradaban. Menurutnya, kekuatan atau kelemahan dinasti bergantung pada kekuatan atau kelemahan otoritas politik yang mewujudkannya. Otoritas politik (G) harus menjamin well-being bagi masyarakat (N) dengan menyediakan lingkungan yang sesuai untuk aktualisasi pembangunan (g) dan keadilan (j) melalui implementasi Syari'ah (S), dan pembangunan serta distribusi kekayaan (W) yang setara. Relasi sebab akibat yang normal mungkin tidak harus reversibel, tetapi dalam masyarakat manusia yang ditekankan Ibnu Khaldun, hubungan sirkular dan saling kebergantungan umumnya cenderung reversibel. Implikasinya, mekanisme triger pada kemunduran suatu masyarakat (yang dalam analisis Ibnu Khaldun adalah kegagalan G) bisa tidak sama untuk setiap masyarakat. Bisa dipicu oleh variabel manapun. Contohnya, disintegrasi keluarga, yang merupakan bagian integral dari N dalam model diatas. Disintegrasi keluarga membawa pendidikan yang tidak tepat kepada anak-anak selanjutnya membawa penurunan pada kualitas sumber daya manusia (N) yang merupakan dasar sebuah peradaban. Kemunduran peradaban juga bisa disebabkan kelemahan ekonomi (W) hasil dari kesalahan sistem ekonomi (S) seperti contoh kasus ekonomi totalitarian, atau institusi dan value yang buruk (S) seperti yang dihadapi banyak negara berkembang saat ini.
13
IV.
PENUTUP Dari Tulisan di atas memperlihatkan kualitas Ibnu Khaldun sebagai seorang pemikir
dan juga praktisi. Ia banyak memberi ide dan pemikiran tentang penyelenggaran Negara dalam rangka menciptakan kesejahteraan rakyat. Teori- teori Ibnu Khaldun sangat komprehensif membahas kesejahteraan Negara karena kedalaman ilmu pengetahuan yang ia miliki dan pengalaman menempati beberapa posisi di pemerintahan. Inti dari ajaran Ibnu Khaldun menurut penulis adalah bagaimana menciptakan welfare state atau Negara yang penduduknya sejahtera. Teori dia tentang produksi yang didalamnya membahas masalah pembagian kerja dan efisiensi menjelaskan pada Negara bahwa proses produksi harus terus ditingkatkan untuk meningkatkan kekayaan Negara. Produksi maksimum akan memungkinkan swasembada dan kelebihan supply yang kemudian bisa dijual di pasar luar negeri. Ekspor barang akan membuat neraca pembayaran Negara positif dan kesejahteraan rakyat meningkat. Semua teori tentang Ibnu Khaldun baik tentang mekanisme harga, uang, standar keuntungan, pembagian kerja, dan lainnya bermuara pada pemikiran dia untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. (Depok: Gramata publishing) Enan, Muhammad Abdullah. 1941. Ibnu Khaldun His Life and Work.(Lahore: Kashmiri Bazar) Rosenthal, Franz. 1967. The Mukaddimah.(London: Routledge and Kegan Paul)
Smith, Adam. 2005. The Wealth of Nations. the electronic publication series (The Pennsylvania State University)
Chapra, Umar. 2006. Ibnu Khaldun’s theory of development: Does it has explain the low performance of the present-day muslim world. paper (Jeddah: IRTI) Pemikiran Ibnu Khaldun dari laman web www.umm.ac.id
14